BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2335/9/2013-1-87201-231409010-bab4... ·...

74
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Asal Usul Kejadia Daerah Buol Menurut keyakinan masyarakat Buol yang bersumber dari tradisi lisan yang dituturkan dan diwariskan dari generasi ke generasi, bahwa asal mula kejadian tanah Buol berkaitan erat dengan pelayaran Nabi Nuh a.s di zaman dahulu kala. Sebelum itu Daerah Buol belum ada, semuanya masih berupa lautan luas. Pada suatu ketika di tengah lautan kapal Nabi Nuh a.s melakukan putaran (manuver) sebanyak tiga kali kemudian meneruskan pelayarannya. Di lokasi kapal tempat melakukan manuver tersebut terjadi gelombang besar disertai buih air laut yang sangat banyak, buih air laut tersebut lama kelamaan mengering bersamaan dengan air banjir besar di zaman Nabi Nuh a.s yang telah menenggelamkam bumi manusia yaitu kaum yang telah ingkar kepada Allah S.W.T, dan utusannya Nabi Nuh a.s. Setelah air laut tersebut surut kembali, maka muncullah pulau-pulau, daratan, lembah dan gunung-gunung. Mengalami proses alam yang lama, lengkap dengan kehidupan flora dan fauna, maka tempat tersebut menjadi negeri yang kemudian hari diberi nama “Bwuolyo” yaitu dari asal kata Bwulya yang artinya Buih. Menurut orang Belanda

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/2335/9/2013-1-87201-231409010-bab4... ·...

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Asal Usul Kejadia Daerah Buol

Menurut keyakinan masyarakat Buol yang bersumber dari tradisi lisan yang

dituturkan dan diwariskan dari generasi ke generasi, bahwa asal mula kejadian tanah

Buol berkaitan erat dengan pelayaran Nabi Nuh a.s di zaman dahulu kala. Sebelum

itu Daerah Buol belum ada, semuanya masih berupa lautan luas.

Pada suatu ketika di tengah lautan kapal Nabi Nuh a.s melakukan putaran

(manuver) sebanyak tiga kali kemudian meneruskan pelayarannya. Di lokasi kapal

tempat melakukan manuver tersebut terjadi gelombang besar disertai buih air laut

yang sangat banyak, buih air laut tersebut lama kelamaan mengering bersamaan

dengan air banjir besar di zaman Nabi Nuh a.s yang telah menenggelamkam bumi

manusia yaitu kaum yang telah ingkar kepada Allah S.W.T, dan utusannya Nabi Nuh

a.s. Setelah air laut tersebut surut kembali, maka muncullah pulau-pulau, daratan,

lembah dan gunung-gunung.

Mengalami proses alam yang lama, lengkap dengan kehidupan flora dan

fauna, maka tempat tersebut menjadi negeri yang kemudian hari diberi nama

“Bwuolyo” yaitu dari asal kata Bwulya yang artinya Buih. Menurut orang Belanda

42

kata Bwuolyo ditulis menjadi Bwuool, (Buwol) kemudian berubah menjadi Boeol dan

terakhir yang disesuaikan dengan ejaan baru yang disempurnahkan menjadi “Buol”

(dalam A. Rahim Samad, 2000 : 6-7).

4.1.2. Sejarah Singkat Kabupaten Buol

Menurut Nasarudin Mangge sebelum Daerah Buol menjadi salah satu

kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, Daerah Buol masih

bergabung dan merupakan bagian dari wilayah Toli-toli yaitu dikenal dengan

Kabupaten Buol Toli-toli. Kabupaten ini merupakan salah satu dari ke empat

kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah yang terbentuk pada tahun

1960 berdasarkan Undang-undang No. 29 Tahun 1959, yang merupakan

gabungan dari dua wilayah yaitu Daerah Buol dan Daerah Toli-toli. Dengan

perkembangan zaman Derah Buol memekarkan diri dari Toli-toli dan menjadi

satu kabupaten sendiri. Kabupaten Buol dibentuk berdasarkan Undang-

undang No. 51 Tahun 1999 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Buol

Toli-toli dan diresmikan pada tanggal 27 November tahun 1999 atas nama

Mentri Dalam Negeri yaitu Gubernur H.B Paliudju. Ir. Abdul Karim Mbouw

dilantik di Jakarta sebagai Pejabat Bupati Buol pertama pada tanggal 12

Oktober tahun 1999 (wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

4.1.3. Keadaan Geografis Kabupaten Buol

1. Letak Geografis

Buol adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah yang

beribukota di Kecamatan Biau/Kota Buol. Wilayah Kabupaten Buol berada di bagian

43

utara Provinsi Sulawesi Tengah dengan letak wilayah antara 0,35° – 1,20° LU dan

120,12° – 122,09° BT. Di samping itu, wilayah Kabupaten Buol terletak di sebelah

Timur Kabupaten Toli-toli dan terletak di sebelah utara wilayah Provinsi Sulawesi

Tengah, sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai yang menyebabkan

Kabupaten Buol beriklim panas, dengan rata-rata curah hujan yaitu 99,75 mm

dengan maksimal curah hujan pada bulan Februari di Kecamatan Bokat.

Kabupaten Buol mempunyai batas-batas wilayah administrasi adalah sebagai

berikut :

- Sebelah Utara ------ Dengan Laut Sulawesi sekaligus Negara Fhilipina

- Sebelah Selatan ------ Dengan Provinsi Gorontalo dan Parigi Moutong

- Sebelah Timur ------ Dengan Provinsi Gorontalo

- Sebelah Barat ------ Dengan Kabupaten Toli-toli

Menurut Maryan G. Mailili bahwa BUOL adalah merupakan singkatan dari

sebuah nama batas-batas wilayah Kabupaten Buol yaitu antara Provinsi

Gorontalo di sebelah Timur, dan Kabupaten Toli-toli di sebelah Barat. Karena

Buol mempunyai nama Desa Umu yang terletak di sebelah Timur dan

berbatasan langsung dengan Provinsi Gorontalo, Kemudian Buol juga

mempunya nama Desa Lakuan yang terletak di sebelah Barat sekaligus

berbatasan langsung dengan Kabupaten Toli-toli, maka dari itu BUOL dikenal

sebagai Bujur Umu Ordinat Lakuan. Istilah ini muncul dalam fikiran

masyarakat untuk menunjukan batas-batas wilayah Kabupaten Buol dari timur

ke barat (wawancara tanggal 24 Maret 2013).

44

2. Luas Wilayah

Kabupaten Buol mempunyai luas wilayah ± 4.043, 57 Km², dan memiliki

11 (sebelas) kecamatan yaitu Kecamatan Paleleh, Paleleh Barat, Gadung, Bunobogu,

Bokat, Bukal, Biau, Momunu, Tiloan, Karamat, dan Lakea.

Untuk lebih jelas mengetahui luas wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten

Buol, yaitu dengan melihat tabel 1.1. berikut :

Tabel 1.1.

Presentase Luas Kecamatan yang ada di Kabupaten Buol.

No Kecamatan Luas (Km²) Presentase (%)

1 Paleleh 386,19 Km² 9,55 %

2 Paleleh Barat 200,68 Km² 4,96 %

3 Gadung 160,38 Km² 3,97 %

4 Bunobogu 327,15 Km² 8,09 %

5 Bokat 196,10 Km² 4,85 %

6 Bukal 355,52 Km² 8,79 %

7 Biau 217,80 Km² 5,39 %

8 Momunu 400,40 Km² 9,90 %

9 Tiloan 1.437,70 Km² 35,55 %

10 Karamat 153,10 Km² 3,79 %

11 Lakea 208,55 Km² 5,16 %

Kabupaten Buol 4.043,57 Km² 100,00 %

Hasil estimasi tahun 2010.

Sumber : Bagian tata pemerintahan Kantor Bupati Buol

45

4.1.4. Keadaan Demografis

1. Keadaan Penduduk

Berdasarkan estimasi, pada tahun 2011 penduduk Kabupaten Buol mencapai

134.776 jiwa, terdiri dari 69.290 jiwa laki-laki dan 65.486 jiwa perempuan. Penduduk

yang terbanyak berada di Kecamatan Biau. Kabupaten Buol dengan luas wilayah

4.043,57 km² memilki kepadatan penduduk 33,3 jiwa/km². Apabila dengan melihat

penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, wilayah yang merupakan kepadatan

penduduk tertinggi adalah Kecamatan Biau yaitu 129 jiwa/km², dan Kecamatan yang

kepadatan penduduknya sangat rendah adalah Kecamatan Tiloan yaitu 7 jiwa/km².

Rasio jenis kelamin di Kabupaten Buol tahun 2011 adalah sebesar 105,81

yang berarti secara rata-rata bila disuatu wilayah di Kabupaten Buol terdapat 100

penduduk perempuan, maka di wilayah itu juga terdapat 106 penduduk laki-laki atau

dengan kata lain jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 5,8 % dari penduduk

perempuan.

Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Buol menunjukan

bahwa terdapat 55.469 penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke

atas), dan 79.307 penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Untuk lebih jelas mengetahui lajunya pertumbukan penduduk Kabupaten Buol

yaitu dengan melihat tabel 1.1. berikut :

46

Tabel.1.1.

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buol Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Laju Pertumbuhan

Penduduk (%)

2000 2010 2011 2010-2011

1 Paleleh 13.759 11.323 11.533 1,84 %

2 Paleleh Barat 5.375 5.475 1,84 %

3 Gadung 11.337 11.546 1,83 %

4 Bunobogu 16.610 8.814 8.977 1,83 %

5 Bokat 21.012 12.609 12.841 1,82 %

6 Bukal 13.485 13.734 1,83 %

7 Biau 27.567 28.078 1,84 %

8 Momunu 19.276 13.869 14.125 1,83 %

9 Tiloan 9.955 10.139 1,83 %

10 Karamat 8.296 8.449 1,84 %

11 Lakea 27.348 9.700 9.879 1,83 %

Jumlah 98.005 132.330 134.776 1,83 %

Hasil estimasi berdasarkan data penduduk tahun 2011

Sumber : Bagian tata pemerintahan Kantor Bupati Buol

2. Agama

Kabupaten Buol adalam merupakan daerah yang didiami oleh berbagai

macam suku bangsa dengan memeluk agama yang berbeda-beda. Berdasarkan agama

yang dipeluknya bahwa 93,84 % penduduk yang ada di Kabupaten Buol memeluk

Agama Islam, 1,23 % penduduk memeluk Agama Kristen, 2,62 % penduduk

47

memeluk Agama Katolik, 2,10 % memeluk Agama Hindu dan 0,21 % penduduk

memeluk Agama Budha. Meskipun penduduk yang ada di Kabupaten Buol sangat

heterogen, namun kerukunan hidup antar agama selalu dijaga dan terjalin dengan

baik.

3. Suku

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan

didiami berbagai macam suku, ras dan etnik yang membuat bangsa Indonesia kaya

akan budaya. Walaupun demikian, Bangsa Indonesia tetap satu yang diikat dalam

suatu simbol yaitu Bhineka Tunggal Ika yang dalam arti meskipun berbeda-beda

(suku, ras, etnik dan agama) rakyat Indonesia tetap satu.

Kabupaten Buol adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi

Tengah yang mempunyai bahasa, budaya dan adat istiadat sendiri yang merupakan

ciri khas dari Daerah Buol, namun demikian Kabupaten Buol telah didiami oleh

berbagai macam suku yang memperkaya budaya Daerah Buol. Suku-suku yang telah

mendiami Daerah Buol antara lain Suku Buol, Gorontalo, Bualemo, Toli-toli, Kaili,

Mandar, Bugis, Banjar, Jawa, Manado, Kaidipang, Bolangitang, Mongondow, Arab,

Cina, dan Suku Bangsa Mindanao (Fhilipina).

48

4.2. Sajian Data

4.2.1. Perubahan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Buol

Masyarakat Buol adalah masyarakat yang mempunyai bahasa, budaya dan

adat istiadat sendiri yang sampai sekarang ini masih terpelihara dan selalu digunakan

oleh masyarakat Buol sebagai satu kesatuan untuk mempersatukan masyarakat Buol.

Kehidupan sosial budaya masyarakat Buol sebelumnya masih sangat premitif

dan tradisional, hubungan-hubungan dalam masyarakat sangat bersifat kekeluargaan

dan terjalin dengan baik. Budaya-budaya dan tradisi dalam masyarakat sangat

dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh semua masyarakat, namun dengan

perkembangan zaman dan majunya IPTEK telah membawa berbagai macam

perubahan dalah kehidupan sosial budaya masyarakat.

1. Perubahan Sosial

Menurut Samsudin Lasau kehidupan sosial masyarakat Buol masih sangat

sederhana. Masyarakat yang ingin pergi belanja di pasar Buol harus berjalan

kaki karena pada saat itu masih sangat terbatas alat transportasi seperti motor

atau mobil. Kendaraan yang digunakan masyarakat sebagai alat transportasi

adalah gerobak yang ditarik oleh sapi (wawancara, tanggal 23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili hubungan kekerabatan dalam keluarga masih

sangat terjalin erat, saling menghargai, hormat-menghormati, dan tidak boleh

memanggil nama kepada orang yang lebih tua. Masyarakat melakukan

Silaturahmi dengan pejabat di saat hari lebaran, yaitu diadakan kunjungan dari

49

masing-masing distrik (kecamatan) dengan menggunakan rebana, kemudian

diterima oleh Madika (Raja) (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Hasan Ta’asar “kehidupan sosial masyarakat Buol masih sangat

sederhana dan bersifat premitif, seluruh pekerjaan selalu dilakukan dengan tenaga

manusia” (wawancara, tanggal 26 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge kehidupan sosial masyarakat Buol sangat bersifat

kekeluargaan dan selalu menghormati orang yang lebih tua. Masyarakat selalu

mengutamakan sikap gotong royong, dan selalu sopan santun kepada orang

lain. Dalam membangun sebuah rumah seperti rumah patok (Rumah yang

terbuat dari patok ) mereka selalu bersama-sama dan saling membantu,

bahkan ada salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu arisan

membangung rumah yang dilakukan setiap bulan. Pada kegiatan arisan

membangun rumah tersebut yang dilakukan setiap bulan, masyarakat terlebih

dahulu melakukan Bokidu (musyawarah) untuk memutuskan siapa yang

menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam pekerjaan untuk

membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang dituakan) akan memilih

satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa yang pertama dibangun

rumah, dengan melihat kondisi dan kehidupannya (wawancara, tanggal 29

Maret 2013).

Menurut Aisyah Entu “kehidupan sosial masyarakat pada saat itu sangat

sederhana sekali, hubungan-hubungan dalam masyarakat terlajin dengan baik”

(wawancara, tanggal 02 April 2013).

Menurut Sufu Tahura “kehidupan masyarakat Buol sangat memprihatinkan,

masyarakat belum mengenal ilmu teknologi, sumber daya manusia masih sangat

50

terbatas, namun hubungan dalam masyarakat sangat dijaga dan bersifat kekeluargaan,

sifat sopan santun sangat di junjung tinggi” (wawancara, tanggal 04 April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku “hubungan dalam masyarakat sangat tejalin

dengan baik dan bersifat kekeluargaan, namun kehidupan masyarakat pada saat itu

masih di bawah pengaruh kekuasaan Belanda” (wawancara, tanggal 09 April 2013).

Kehidupan sosial masyarakat Buol setelah bergabung dengan Toli-toli dan

membentuk satu Kabupaten mulai berubah, hal ini dijelaskan oleh beberapa orang

tokoh masyarakat Buol adalah sebagai berikut :

Menurut Samsudin Lasau setelah wilaya Buol bergabung dengan Toli-toli dan

menjadi satu kabupaten, kehidupan sosial masyarakat sudah mulai

berkembang. Dulu alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat adalah

gerobak yang ditarik oleh sapi, namun sekarang sudah ada yang menggunakan

sepeda, motor dan mobil meskipun masih terbatas. Masyarakat yang selesai

memanen padi sekarang sebagian sudah menggunakan mesin penggiling padi.

Pelayanan dalam masyarakat masih sangat terbatas, karena seluruh bidang

pemerintahan masih berpusat di Toli-toli (wawancara, tanggal 23 Maret

2013).

Menurut Maryam G. Mailili kehidupan sosial masyarakat Buol sudah mulai

berkembang. Masyarakat sudah mulai tersentuh oleh modernisasi dan

mengenal perkembangan ilmu teknologi yang membuat masyarakat berfikir

ingin berubah sesuai perkembangan zaman. Majunya teknologi dan ilmu

pengetahuan membuat masyarakat berubah, dulu masyarakat masih menulis di

batu tulis, kemudian di kertas dan bahkan sudah ada mesin ketik (wawancara,

tanggal 24 Maret 2013).

51

Menurut Hasan Ta’asar “setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli

hingga Kabupaten Buol kehidupan sosial masyarakat mulai ada perubahan,

masyarakat sudah mengenal ilmu teknologi, sifat individual mulai ada pada

masyarakat” (wawancara, 26 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge “kehidupan sosial masyarakat Buol sudah mulai

ada perkembangan, masyarakat sudah mengenal ilmu teknologi, alat transportasi

sudah mulai ada seperti sepeda, motor, dan mobil meskipun masing sangat kurang”

(wawancara, 29 Maret 2013).

Menurut Aisya Entu “setelah terbentuknya kabupaten Buol Toli-toli sampai

dengan terbentuknya Kabupaten Buol, etika dan moral masyarakat mulai berkurang,

mereka sudah kurang menghormati orang yang lebih tua” (wawancara, tanggal 02

April 2013).

Pada tahun 1999, wilayah Buol dimekarkan dari Kabupaten Buol Toli-toli dan

menjadi satu Kabupetan yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Setelah terbentunya

Kabupaten Buol kehidupan sosial masyarakat semakin meningkat.

Menurut Samsudin Lasau kehidupan sosial masyarakat Buol mulai

berkembang mengikuti perkebangan zaman. Biasanya mereka mengerjakan

sesuatu bersama-sama, namun sekarang sudah lebih bersifat individual karena

mereka sudah mengenal ilmu teknologi dan lebih banyak menggunakan

tenaga mesin (wawancara, tanggal 23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili kehidupan sosial masyarakat Buol semakin

berkembang, masyarakat sudah mengenal kemajuan ilmu pengetahuan dan

52

teknologi, seperti ATM, HP, Internet, Facebook mesin ketik Komputer dan

Laptop. Masuknya masyarakat trans dan suku-suku lain di Daerah Buol

membuat masyarakat Buol mulai tersingkirkan dari jalur utama sebagai

penduduk asli Buol. Adanya persaingan sehat antara masyarakat asli Buol

dengan suku-suku lain. Gaya hidup masyarakat Buol sudah modern

(wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

a. Bidang Pemerintahan

Sekitar tahun 1901 wilayah Buol sudah berstatus Afdeling, merupakan salah

satu Afdeling dari residensi Manado yang sejak tahun 1858 berdiri sendiri lepas dari

Gubernur Maluku, namun tetap masih di bawah kekuasaan Hindia Belanda..

Menurut Maryam G. Mailili, masyarakat Buol sudah memiliki sistem

pemerintahan sendiri, yaitu mengakui seorang Raja sebagai Kepala

Pemerintahan. Masyarakat Buol menyebut Raja adalah “Madika”, Raja

tersebut bertugas untuk menjalankan perintah dan peraturan-peraturan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah Hidia Belanda, namun demikian dengan

perkembangan zaman sistem pemerintahan berubah menjadi sebuah KPN

(Kepala Pemerintahan Negeri) dengan mengguakan sistem pemerintahan

Trias Politika, yang system pemerintahanya terdiri dari :

a. Kepala Pemerintahan (Eksekutif) atau Bubato

b. Dewan Adat ( Legislatif) atau Bokidu Lripu

c. Bidang Hukum (Yudikatif) atau Ukum

d. Bidang Agama atau Moputih/rebi

e. Pengacara (Juru Bicara) atau Pabisara

f. Panglima (Pengawal Kerajaan) atau Palrima

g. Syah Bandar (Kapten Laut) atau Kapitalyau

53

h. Wakil raja atau Jogugu

i. Sekertaris Kerajaan atau Jurutulri

j. Pendidik atau Tilo ni Guru

Wilayah Buol terbagi dalam 5 (lima) distrik, yaitu distrik Paleleh, distrik

Bunobogu, distrik Bokat, distrik Momunu dan distrik Biau (wawancara

tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge bahwa sebelum Indonesia merdeka Buol sudah

mempunyai pemerintahan sendiri yaitu seorang Raja yang diseebut

“Madika”, selain itu, masyarakat Buol juga mempunyai sebuah “Bokidu”

yaitu lembaga atau tempat untuk melakukan suatu musyawarah. Bentuk

pemerintahan yang ada pada masyarakat Buol mempunyai struktur

pemerintahan, yang terdiri dari yaitu :

a. Madika yaitu Raja

b. Jogugu yaitu Bidang Hukum

c. Moputih yaitu Bidang Agama

d. Kapitalyau yaitu Kapten Laut

Wilayah Buol terdiri darii 4 (empat) balak, yaitu balak Talaki, balak

Bunobogu, balak Kantanan, dan balak Tongon, kemudian berubah menjadi

distrik yang terdiri dari distrik Paleleh, distrik Bunobogu, distrik Bokat dan

distrik Biau. Setelah pada tahun 1964 terbentuk distrik Momunu yang

merupakan pemekaran dari distrik Biau (wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

Menurut Aisyah Entu “dulu masyarakat Buol menganggap Madika (Raja)

sebagai kepala pemerintahan” (wawancara, 02 April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku “masyarakat Buol sudah mempunyai

pemerintahan sendiri yang kepala pemerintahannya adalah seorang Madika (Raja)

54

yang diakui dan dihormati oleh seluruh masyarakat Buol” (wawancara, tanggal 09

April 2013).

Raja-raja yang memerintah Buol pada saat itu adalah :

1. Datu Alam Turungku (Raja ke-29) dengan Gelar “Ti pasumen”, memerintah (±

1899 – 1914 M) yang berkedudukan di Kasanang.

Pada masa pemerintahan Datu Alam Turungku, Belanda menjankan wajib

kerja Rodi (Heerendienst) yaitu pada tahun 1903. Dengan demikian sudah dua

macam kewajiban yang berat dibebankan kepada rakyat, yaitu pajak dan kerja rodi,

yang membuat kehidupan rakyat bertambah susah. Di pihak lain, belum ada usaha-

usaha Belanda untuk memajukan rakyat, semua usaha Belanda adalah hanya untuk

kepentingan semata. Namun demikian, pemerintah Hindia Belanda memberikan

hadia kepada Raja Datu Alam Turungku yaitu berupa “Pasment”. Pasment ialah

hiasan yang dilapisi emas dan dililitkan pada songkok Raja, maka dari itu Beliau di

beri Gelar “ Ti Pasument “.

Pada tahun 1911 Beliau jatuh gering dan menjadi gila, tetapi sembuh kembali.

Pada tanggal 20 November 1912, Assistent Resident Gorontalo menulis surat kepada

Resident Manado yang mengusulkan perubahan dalam pemerintahan Buol. Pada

tanggal 22 November 1912 Raja Datu Alam Turungku menandatangani Korte

Verklaring. Usul itu telah disetujui oleh Resident Manado dalam surat keputusannya

pada tanggal 1 April 1914, yaitu mengenai surat yang berlaku sejak mulai dari

55

tanggal 1 Januari 1913, isi surat keputusan tersebut telah merubah sistem

pemerintahan menurut adat istiadat Buol yaitu :

a. Badan musyawarah Bokidu sebagai lembaga legislatif dihapuskan

b. Jabatan-jabatan Presiden/Raja, Jogugu (wakil Raja), Ukum (bidang hukum),

Kapitalyau (Kapten Laut), dan lain-lain jabatan di bawahnya dihapuskan.

c. Distrik-distrik disederhanakan, dari lima distrik menjadi tiga distrik, yaitu

distrik Momunu masuk distrik Biau dan distrik Paleleh masuk distrik

Bunobogu.

Dari perubahan tersebut, di pusat pemerintahan hanya ada Raja, dan di tingkat

distrik hanya ada Marsaoleh yang masing-masing dibantu oleh Jurutulri (sekertaris),

namun di tingkat kampung tetap, yaitu Kepala Kampung, Jurutulri (sekertaris) dan

Mayor.

Mengetahui Raja Datu Alam Turungku (Raja Buol) dalam keadaan tidak

waras, maka Raja Bolaang Itang yang bernama Ram Suit Pontoh (Keturunan

Bangsawan Buol), memajukan keras/permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda

untuk menjadi Raja Buol dan permohonannya diterima. Raja Bolaang Itang

berencana setelah menjadi Raja, Beliau akan membangun Ibu Kota kerajaan yang

berlokasi diantara Desa Lokodidi dan Desa Lokodoka yaitu di Tabamuang/Desa

Matinan. Usaha Ram Suit Pontoh tersebut ditantang keras oleh H. Ahmad Turungku

yang waktu itu sebagai Marsaoleh Biau. H. Ahmad Turungku berpendirian bahwa

sebagai putra dari Datu Alam Turungku (Raja Buol), Beliau berhak menjadi Raja

56

Buol. Mendapat reaksi tersebut Belanda membatalkan persetuannya, dan

mengembalikan Ram Suit Pontoh ke Bolaang Itang. Pada tahun 1914 H. Ahmad

Turungku menggantikan Datu Alam Turungku sebagai Raja Buol.

2. H. Ahmad Turungku (Raja ke-30) memerintah (± 1914 – 1947 M) berkedudukan

di Roji atau Bendar kemudian di Leok.

Raja H. Ahmad Turungku diangkat pada tahun 1914 dan dinobatkan secara

adat yang dalam bahasa Buol “Ni Tongouk” yaitu pada tahun 1916. Beliau adalah

seorang Raja yang keras kemauan, disiplindan menjamin keamanan rakyar serta

kerajaan dari semua gangguan. Beliau menandatangani Korte Verkling pada tanggal

20 November 1915, pemerintahannya mendapat penilaian yang baik dari Belanda dan

mendapat penghargaan yaitu :

a. Pada tahun 1929 mendapat hadiah “Kepala Tongkat Emas”

b. Pada tanggal 17 Februari diberikan penghargaan “Bintang Emas Besar”

c. Pada tanggal 10 Agustus 1941 diberikan penghargaan “Bintang Emas Kecil”

Beliau diberikan penghargaan tersebut oleh Belanda setelah menjalani dinas

Raja selama 25 tahun. Raja H. Ahmad Turungku membangun istana yang cukup

megah di Roji yang disebut “Kumalrigu Sirap” atau Istana Atap Sirap, nama Roji

yang mulai berlaku tahun 1830 yang diberi nama oleh Pertugis tersebut kemudian

direbut oleh Belanda, dan masih tetap digunakan sebagai nama Ibu Kota Kerajaan

Buol sampai tahun 1930. Setelah itu, Roji berubah menjadi nama “Bendar” yang

berarti Kota.

57

Pada masa pemerintahan H. Ahmad Turungku, Kota Leok dibangun dan

dijadikan pusat pemerintahan atas usul Controleur Rookmake dan Waiswisz yaitu

pada tahun 1930.

Sekitar tahun 1940 nama Bendar sudah jarang dipakai, masyarakat sudah

menyebutnya Buol, karena nama Buol adalah meliputi seluruh wilayah Kerajaan

Buol. Dengan demikian, Istana Raja Kumalrigu Sirap (Istanah atap sirap) yang baru

dingun tahun 1924 dipindahkan ke Leok.

Beberapa istana yang cukup megah yang dibangun oleh Raja-raja dari Dynasti

Mokoapat adalah :

a. Kumalrigu Kasanangano “Istana Kesenangan” dibangun di atas bukit antara

Desa Kali dan Desa Kulango sekarang.

b. Kumalrigu Mopanggato “Istana Tinggi“ di Roji yang kemudian bernama

Bendar

c. Kumalrigu Seng “Istana Atap Seng” terletak di Bendar

d. Kumalrigu Sirapo “ Istana Atap Sirap” terletak di Leok

e. Kumalrigu Palreleh “Istana Paleleh” terletak di Paleleh

Istana-istana yang sebelumnya telah dibangun oleh Raja-raja tersebut sebagai

salah satu bukti peninggalan sejarah, telah rusak dan pada akhirnya ambruk/hancur

dan menyatu dengan tanah, yang tersisa sekarang tinggal puing-puing dari bangunan

istana tersebut.

58

Raja H. Ahmad Turungku memerintah sampai zaman Jepang dengan jabatan

sebagai Suco, dan zaman NICA dengan jabatan sebagai HPB (Hoofd Van Plastsckijke

Bestuvr) dan mengakhiri tugasnya (pensiun) pada bulan Mei tahun 1947. H. Ahmad

Turungku kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Muhammad Aminullah

Turungku, beliau adalah salah seorang Raja Buol yang lama memerintah yaitu ± 33

tahun ( dalam A. Rahim Samad, 2000 : 1- 4)

Pada tahun 1960 wilayah Buol bergabung dengan wilayah Toli-toli dan

membentuk salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah yang

bernama Kabupaten Buol Toli-toli, yang dibentuk berdasarkan undang-undang No.

29 tahun 1959.

Berkembangnya zaman dan majunya ilmu teknologi telah membawa

perubahan dalam berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat seperti bidang

pemerintahan. Sistem Pemerintahan yang ada pada masyarakat sudah berbentuk

Presiden sebagai kepala pemerintahan di wilayah Ibu Kota Negara, seorang Gubernur

di wilayah Ibu Kota Provinsi dan seorang Bupati di wilayah Ibu Kota Kabupaten.

Sebelum sistem pemerintahan berubah menjadi seorang Presiden sebagai Kepala

Negara, sistem pemerintahan masih berbentu Kerajaan yaitu seorang Madika (Raja)

sebagai Kepala Pemerintahan yang menjalankan peraturan-peraturan dari pemerintah

Hindia Belanda, Karena sebelum Negara Indonesia merdeka, masyarakat masih di

bawah pengaruh dan jajahan Hindia Belanda.

59

Menurut Maryam G. Mailili setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli,

seluruh pemerintahan berkedudukan di wilayah Toli-toli, yaitu antara lain

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dinas Jawatan lainnya. Kabupaten

Buol Toli-toli terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, antara lain di wilayah Toli-

toli terdiri dari enam kecamatan, yaitu Kecamatan Toli-toli Utara, Galang,

Baolan, Dondo, Dampal Utara dan Dampal Selatan. Kemudian di wilayah

Buol terdiri dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan Paleleh, Bunobogu, Bokat,

Momunu dan Biau (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Seluruh pemerintahan berdudukan di wilayah Toli-toli yang merupakan pusat

kabupeten menyebabkan kehidupan sosial budaya masyarakat sangat sulit dalam

berbagai pelayanan dan merasa termarjinalkan.

Menurut Nasarudin Mangge setelah wilaya Buol bergabung dengan Toli-toli,

seluruh pembangunan berpusat di wilayah Ibu Kota Kabupaten yaitu di Toli-

toli, dan wilayah Buol belum ada pembangunan. Maka dari itu, masyarakat

Buol merasa dianak tirikan, dan mengirim beberapa orang delegasi dari

masyarakat Buol untuk menghadap Bupati Buol Toli-toli, namun aspirasi

masyarakat Buol hanya di tampung dan tidak ada realisasi untuk

melaksanakan pembangunan di wilayah Buol. Melihat tidak adanya realisasi

pembangun tersebut, timbul pemikiran-pemikiran dari masyarakat yang ada di

wilayah Buol dan di rantau, seperti di Makasar, di Palu, di Jakarta dan di

Gorontalo, untuk melaksanakan simpesium/dialog yang berjudul “Buol Hari

Ini dan Kedepan”. Dengan adanya simpesium tersebut, hampir seluruh

masyarakat Buol hadir pada acara seminar untuk bersama-sama memikirkan

apakah Buol hanya tetap begini dan selamanya tidak ada perubahan,

kemudian muncullah ide dari masyarakat Buol yang ada di rantau, seperti

Abdul. Karim Hanggi, Ir. Karim Mbouw, Samsudin Salakea, Samsudin Intam,

Ibrahim Timumun mereka berembuk di Palu, isi dari rembukan tersebut

60

adalah “mo kumbulyopo kito tandanilyo tilro bwuolyo” (mari kita berkumpul

semua orang Buol) baik yang ada di wilayah Buol maupun di rantau. Dari

hasil remukan tersebut, muncullah TAWAB (Temu Akrab Warga Buol).

Melalui TAWAB itulah, timbul ide perjuangan menuntut pembentukan

kabupaten yang terjadi pada tahun 1997. Dengan adanya suatu TAWAB

melahirkan sebuah IKIB (Ikatan Keluarga Indonesia Buol), salah satu

program IKIB adalah menuntut pemekaran wilayah Buol menjadi kabupaten.

Pada tahun 1999 wilayah Buol menjadi kabupaten yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Buol Toli-toli, Kabupaten Buol dimekarkan

bersdarakan Undang-undang No. 51 tahun 1999, dan disahkan pada tanggal

16 September tahun 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 November tahun

1999, atas nama Mentri Dalam Negeri yaitu Gubernur H.B Paliudju. Ir. Abdul

Karim Mbouw dilantik di Jakarta sebagai Pejabat Bupati Buol pertama pada

tanggal 12 Oktober tahun 1999 (wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

Pada tahun 1999 wilayah Buol dimekarkan dari kabupaten Buol Toli-toli dan

membentuk salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.

Pembentukan Kabupaten Buol tersebut mengakibatkan berbagai macam perubahan

dalam pola kehidupan sosial budaya masyarakat Buol.

Menurut Samsudin Lasau “setelah tebentuknya Kabupaten Buol,

pemerintahan sudah berpusat di Kabupaten Buol. Pelayanan dalam masyarakat sudah

sangat mudah. Lembaga-lembaga hukum sudah mulai lengkap” (wawancara, tanggal

23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili masyarakat Buol sudah mempunyai

pemerintahan sendiri dan berpusat di Kabupaten Buol. Terbukanya peluang

besar bagi anak dan masyarakat Buol untuk mengabdi kepada daerahnya

61

sendiri. Lembaga pemerintahan sudah mulai lengkap dan berpusat di

Kabupaten Buol, terkecuali Kodim/Kramil yang belum ada dan masih

terdapat di Toli-toli. Wilayah Buol terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan yaitu,

Kecamatan Paleleh, Paleleh Barat, Gadung, Bunobogu, Bokat, Bukal,

Momunu, Tiloan, Biau, Karamat dan Lakea (wawancara, tanggal 24 Maret

2013).

Menurut Hasan Ta’asar “Terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli hingga

menjadi Kabupaten Buol, sangat memberikan perubahan dalam masyarakat,

pemerintahan-pemerintahan pada waktu itu sudah mulai ada untuk melayani

masyarakat” (wawancara, tanggal 26 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge setelah tebentuknya Kabupaten Buol pada tahun

1999, keadaan Daerah Buol sangat memprihatinkan, karena fasilitas

pemerintahannya belum ada, namun demikian, seluruh lembaga hukum telah

berpusat di Kabupaten Buol dan mempunyai kepala pemerintahan sendiri

untuk mengatur Daerah Buol. Kabupaten Buol belum mempunyai

Kodim/kramil. Masyarakat sudah mudah mendapatkan pelayanan dari

pemerintah. Ir. Abdul Karim Mbouw ditunjuk sebagai Pejabat Bupati Buol

pertama melalui keputusan Mentri Dalam Negeri pada tanggal 12 Oktober

tahun 1999. Karena sakit, beliau meninggal Dunia pada tanggal 10 Februari

tahun 2000. Dengan demikian, melalui surat Mentri Dalam Negeri telah

ditunjuk dan dipercayai Drs. Abdul. Karim Hanggi sebagai Pejabat Bupati

Buol yang ke II dan menjabat sampai dengan tahun 2007, kemudian

dilanjutkan oleh H. Amran Batalipu yang menjabat sampai dengan tahun 2012

(wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

62

Menurut Aisyah Entu “dengan terbentuknya Kabupaten Buol, masyarakat

dapat beraktivitas lebih baik dan mempunyai pemerintahan sendiri” (wawancara,

tanggal 02 April 2013).

Menurut Sufu Tahura “Daerah Buol sebelum menjadi kabupaten,

pemerintahannya masih berbentuk kerajaan, setelah daerah Buol bergabung dengan

Toli-toli dan menjadi satu kabupaten sendiri, pemerintahannya sudah berbentuk

presiden dan Buol sudah mempunyai pemerintahan sendiri” (wawancara, tanggal 04

April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku “tebentuknya Daerah Buol memberikan suatu

kehidupan yang baik bagi masyarakat. Karena Buol sudah memiliki pemerintahan

sendiri dan seluruh lembaga pemerintahan sudah berpusat di Kabupaten Buol”

(wawancara, tanggal 09 April 2013).

b. Bidang Pendidikan

Pendidikan yang ada pada masyarakat Buol sebelumnya masih sangat rendah,

hal ini disebabkan kurangnya fasilitas pendidikan, biaya pendidikan sangat tinggi,

tenaga-tenaga pendidik masih sangat kurang sehingga menyebabkan kurangnya

Sumber Daya Manusia.

Menurut Maryam G. Mailili bahwa di Desa, hanya terdapat satu sekolah yang

dikenal dengan Sekolah Rakyat (SR) dan hanya sampai kelas 3 (tiga). Anak

perempuan tidak di izinkan untuk bersekolah. Setiap anak sekolah yang

bertemu dengan siapa saja selalu mengucapkan salam, karena sangat takut

kepada guru dan selalu menghormati orang yang lebih tua. Masyarakat jelata

63

yang ingin bersekolah hanya bisa sampai dengan kelas tiga dan tidak bisa

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Selain dari golongan

Bangsawan atau Raja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih

tinggi, karena biaya pendidikan yang sangat mahal. Alat tulis menulis yang

digunakan oleh anak sekolah adalah berupa batu tulis dengan menggunakan

kalam, setelah pelajaran berikutnya, tulisan tersebut harus dihapus untuk

menulis pelajaran berikutnya, karena pada saat itu belum ada terdapat buku

ataupun kertas yang bisa digunakan sebagai alat tulis menulis. Tenaga

pendidik di Sekolah Rakyat terdiri dari tenaga honorer yang diambil dari

sekolah-sekolah lain, dan lulusan dari SLTP yang dianggap mampuh untuk

mengajar. Seluruh siswa SR yang telah mengikuti ujian akhir, tes dan

jawabannya akan di periksa di Rayon Gorontalo. Setiap siswa yang pergi ke

sekolah harus berangkat sebelum matahari terbit atau masih gelap, dan

berjalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh dengan membawa Ngongod

yaitu sebuah daun kelapa kering yang sudah diikat sedemikian rupa kemudian

dibakar dengan api untuk digunakan sebagai penerang jalan menuju sekolah.

Karena pada saat itu, belum ada kendaraan dan alat transportasi masih sangat

terbatas (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Hasan Ta’asar “pendidikan masyarakat Buol sebelum menjadi

kabupaten Buol Toli-toli masih sangat rendah, karena masyarakat tidak diberikan

kebebasan untuk bersekolah dan biaya pendidikan sangat mahal” (wawancara,

tanggal 26 Maret 2013).

Senada dengan Nasarudin Mangge anak-anak yang bisa bersekolah hanyalah

merupakan anak dari golongan Bangsawan, karena biaya pendidikan sangat

tinggi. Rakyat yang bukan dari golongan Bangsawan atau Raja, hanya

diberikan kebebasan untuk mendapatkan pendidikan sampai dengan kelas 3,

namun demikian, masyarakat Buol yang memiliki prestasi dalam pendidikan,

64

akan diberikan beasiswa oleh pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Seperti Usman Binoor yang menjadi seorang duta

besar di wilayah Buol, karena Beliau adalah orang Buol yang pertama

melanjutkan pendidikan di Negara Amerika (wawancara, tanggal 29 Maret

2013).

Terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli Pada tahun 1960, telah memberikan

pengaruh terhadapa masyarakat. Pendidikan yang ada mulai berkembang, masyarakat

mempunyai kebebasan untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termasuk dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai, terlebih-lebih dalam rangka menyukseskan progran wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pada Tahun 2011 jumlah sekolah Taman Kanak-

kanak (TK) sebanyak 82 buah dengan murid sebanyak 4.650 orang. Jumlah tersebut

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.123 orang. Rasio

antara murid dan Guru TK Tahun 2011 di Kabupaten Buol adalah 12,1.

Untuk lebih jelas mengetahui jumlah sekolah, murid, dan guru taman kanak-

kanak dengan melihat tabel 1.1.

Tabel. 1.1.

Keadaan Sekolah, Kelas, Murid, dan Guru Taman Kanak-kanak

dan Rasio Murid terhadap Guru

Table Number of Schools, Classes, Pupils and Teachers at Kindergartens and

65

Ratio of Pupils at Teachers

Tahun / Years 2011

No Kecamatan Sekolah Kelas Murid Guru

Rasio Murid

Terhadap Guru

1 Lakea 6 12 418 52 8,0

2 Biau 17 34 859 106 8,1

3 Karamat 2 4 125 8 15,6

4 Momunu 9 18 417 23 18,1

5 Tiloan 10 20 706 16 44,1

6 Bokat 11 22 537 46 11,7

7 Bukal 8 16 543 31 17,5

8 Bunobogu 4 8 223 28 8,0

9 Gadung 5 10 194 20 9,7

10 Paleleh 8 16 347 32 10,8

11 Paleleh Barat 2 4 103 7 14,7

Buol, 2011 82 164 4.650 369 12,1

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) terdapat 177 unit sekolah yang terdiri dari

163 unit sekolah Negeri, 3 unit sekolah Swasta, dan 11 unit Min/Mis. Jumlah SD

terbanyak terdapat di Kecamatan Biau sebanyak 29 unit. Jumlah murid SD yang

tercatat pada Tahun 2011 adalah 24.049 orang. Jumlah guru SD pada tahun 2011

sebanyak 1.352.

66

Untuk lebih jelas mengetahui jumlah Sekolah Dasar menurut statusnya

dengan melihat tabel 1.2.

Tabel. 1.2.

Keadaan Sekolah Dasar Menurut Statusnya

Table Number of Primary Schools by Status

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts

Negeri/

Public

Swasta/

Private

Min/Mis/

Islamic

School

Jumlah

Total

1 Lakea 8 - 2 10

2 Biau 24 1 4 29

3 Karamat 10 - 1 11

4 Momunu 20 - - 20

5 Tiloan 13 - - 13

6 Bokat 19 - - 19

7 Bukal 15 2 2 19

8 Bunobogu 14 - 1 15

9 Gadung 14 - - 14

10 Paleleh 16 - 1 17

11 Paleleh Barat 10 - - 10

Buol, 2011 163 3 11 177

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

67

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 50 sekolah Negeri dan

terdapat 9 sekolah Swasta. Jumlah guru SMP pada tahun 2011 sebanyak 362 orang

dan jumlah murid SMP pada tahun 2011 sebanyak 6.714 yang tersebar di 11 wilayah

kecamatan. Pada Tahun 2011 terdapat 13 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 7

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jumlah murid Sekolah lanjutan tingkat atas

(SMA dan SMK) sebanyak 6.105 orang dengan jumlah guru sebanyak 281 orang.

Untuk lebih jelas mengetahu jumlah Sekolah, Guru dan Siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta menurut kecamatan, dengan melihat

tabel 1.3 dan tabel 1.4.

Tabel. 1.3.

Keadaan Sekolah, Guru dan Siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri menurut Kecamatan

Table Number of Schools, Teachers and Students at Public Junior High

Schools by District

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts Sekolah

Schools Murid

Students Guru

PNS

Guru

GKD

Rasio Murid

ThdpGuru

Ratio of

Students at

Teachers

1 Lakea 3 412 11 6 24,2

2 Biau 3 1 200 72 13 14,1

3 Karamat 4 397 20 6 15,3

4 Momunu 4 659 24 2 25,3

68

5 Tiloan 3 422 21 5 16,2

6 Bokat 5 628 29 6 17,9

7 Bukal 7 839 24 3 31,1

8 Bunobogu 5 417 27 7 12,3

9 Gadung 5 524 16 4 26,2

10 Paleleh 5 503 29 10 12,9

11 Paleleh Barat 4 306 17 2 16,1

Buol , 2011 50 6. 307 290 64 18,6

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

Tabel. 1.4.

Keadaan Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Swasta menurut Kecamatan

Table Number of Schools, Teachers and Students at Private Junior High

Schools by District

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts Sekolah

Schools Murid

Students Guru

PNS

Guru

GKD

Rasio Murid

ThdpGuru

Ratio of

Students at

Teachers

1 Lakea 2 179 3 1 44,75

2 Biau 1 50 - 2 12,5

3 Karamat - - - - -

4 Momunu 1 48 4 - 12

5 Tiloan - - - - -

69

6 Bokat 3 272 9 3 22,67

7 Bukal - - - - -

8 Bunobogu 1 46 4 - 11,5

9 Gadung - - - - -

10 Paleleh 1 66 4 - 16,5

11 Paleleh Barat - - - - -

Buol , 2011 9 661 24 6 20,65

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

Menurut Samsudin Lasau setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli

hingga sampai terbentuknya Kabupaten Buol sebagai salah satu kabupaten yang ada

di Provinsi Sulawesi Tengah, pendidikan yang ada pada masyarakat Buol sudah ada

peningkatan. Sekolah-sekolah yang ada di Buol sudah mulai banyak, dan tenaga

pendidik semakin bertambah” (wawancara, tanggal 23 maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli,

sekolah SMA tidak ada di Buol, hanya ada di Toli-toli, namun sekolah yang

ada di Buol hanyalah SMK dan SGA/SPG tetapi di Toli-toli tidak ada,

kemudian berkembang di wilayah Buol dan Toli-toli semuanya sudah ada

sekolah SMA, SMK, SPG, dan tenaga pendidik masih sangat kurang. Sekolah

yang ada di wilayah Buol menggunakan tenaga honorer yang diambil dari

sekolah lain dan lulusan dari SLTP maupun SLTA yang dianggap mampu

untuk mengajar. Kemudian ada juga pengangkatan honor Daerah Kabupaten

Buol Toli-toli. Di wilayah Buol hanya terdapat satu SLTP, fasilitas

pendidikan masih sangat kurang sekali dan biaya pendidikan sangat tinggi.

Masyarakat Buol yang mempunyai prestasi jarang diberikan penghargaan atau

70

beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah

terbentuknya Kabupaten Buol pada tahun 1999, lembaga pendidikan semakin

bertambah seperti TK, SD, SLTP, SLTA bahkan Kabupaten Buol sudah

mempunyai Perguruan Tinggi sendiri yaitu STISIPOL, dan cabang-cabang

perguruan tinggi yang dari Toli-toli maupun Palu. Sarana dan prasarana

pendidikan sudah disiapkan oleh pemerintah. Adanya program pendidikan

gratis bagi masyarakat Buol, yang menarik perhatian masyarakat dari daerah-

daerah lain seperti Toli-toli, Gorontalo dan Palu untuk bersekolah di

Kabupaten Buol. Masyarakat Buol yang bersekolah di luar daerah dalam

rangka penyelesaian study S1, S2, dan S3 mendapatkan bantuan pendidikan

dari pemerintah. Tenaga pendidik sudah mulai bertambah dan Sumber Daya

Manusia semakin berkembang pengetahuannya seperti penggunaan Hp,

internet, dan Facebook (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli,

pendidikan di wilayah Buol mulai berkembang, adanya kebebasan untuk

bersekolah namun biaya pendidikan masih sangat tinggi, sekolah-sekolah dan

tenaga pendidik yang ada pada saat itu masih sangat kurang sekali. Setelah

terbentuknya Kabupaten Buol, pendidkan sudah lebih meningkat, fasilitas-

fasilitas sekolah sudah sangat memadai. Tenaga pendidik merupakan putra

putri Daerah Buol sendiri, banyak masyarakat Buol yang bersekolah di luar

daerah seperti Gorontalo, Toli-toli, Palu, Makasar, Manado, dan Yogyakarta,

bahkan di Kabupaten Buol sudah ada Perguruan Tinggi yang merupakan

cabang dari daera-daerah lain. Masyarakat Buol sudah bisa merasakan

pendidikan sesuai dengan keinginannya (wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

Menurut Ibrahim Turungku “setelah terbentuknya Kabupaten Buol,

pendidikan semakin berkembang, masyarakat Buol sudah bisa merasakan pendidikan

71

seperti masyarakat yang ada di daerah-daerah lain” (wawancara, tanggal 09 April

2013).

c. Bidang Hukum

Hukum merupakan sesuatu yang mengikat dan mengatur segala tingkah laku

masyarakat sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku dalam masyarakat. Lembaga

hukum yang ada pada masyarakat sebelumnya masih kurang, namun demikian,

kehidupan sosial budaya masyarakat selalu aman dan terjaga, karena sudah terdapat

aturan-aturan dari pemerintah yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat, dan

adanya kesadaran dari seluruh masyarakat tentang peraturan-peraturan yang telah

dibuat oleh pemerintah.

Menurut Maryam G. Mailili lembaga hukum yang dapat melayani masyarakat

hanya terdiri dari cabang Kejaksaan Negeri, dan Polsek/kepolisian. Belum ada

terdapat pengadilan, dan lembaga bantuan hukum, namun demikian,

masyarakat tetap menjaga dan mematuhi aturan hukum. Terbentuknya

Kabupaten Buol Toli-toli, lembaga hukum yang ada di wilayah Buol sudah

mulai lengkap meskipun masih berpusat di Toli-toli, pada saat itu belum ada

Kodim/Kramil hanya ada di Toli-toli.. Masyarakat Buol sangat mematuhi

peraturan yang berlaku. Setelah terbentuknya Kabupaten Buol, lembaga

hukum sudah ada di Kabupaten Buol, seperti Polsek/Polres, Kejaksaan dan

Jawatan-jawatan hukum lainnya, terkecuali TNI (Kodim/Kramil) yang belum

ada di Kabupaten Buol (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge “setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli

lembaga hukum yang ada pada masyarakat sudah mulai lengkap, meskipun belum

ada Kodim/Kramil. Semua lembaga hukum yang ada di wilayah Buol masih berpusat

72

di Toli-toli, setelah terbentunya Kabupaten Buol, masyarakat sudah memiliki

lembaga hukum sendiri yang berpusat di Kota Buol, namun tetap saja belum ada

Kodim/Kramil” (wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

2. Perubahan Budaya

Dalam kehidupan masyarakat pasti memiliki berbagai macama ragam budaya

yang merupakan ciri khas daerah tersebut, yang selalu dipertahankana serta

dilestarikan dari generasi ke generasi. Seperti halnya Daerah Buol yang memiliki

berbagai macam budaya dan tradisi, salah satunya adalah budaya gotong royong yang

dikenal dengan motalyo (kerja sama) dan di Daerah Gorontalo dikenal dengan huyula

(kerja sama).

2.1.Gotong Royong

Perkembangan zaman dan majunya IPTEK telah membawa berbagai macam

perubahan khususnya bagi masyarakat Buol. Salah satu contoh adalah budaya gotong

royong yang ada pada masyarakat telah berubah dan jarang lagi dilakukan,

sebelumnya budaya gotong royong sangat kental dan selalu dilaksanakan oleh seluruh

masyarakat. Misalnya ketika salah satu warga membangun rumah, masyarakat

disekitar berbondong-bondong membantu untuk membangun rumah tersebut. Selain

itu, dahulu ketika seorang warga akan membuka lahan perkebunan, warga yang lain

akan ikut membantu warga tersebut dengan suka rela. Pada keadaan sekarang, hal

seperti ini sudah tidak tampak lagi pada masyarakat, yang ada hanyalah ketika

seorang warga membuka lahan baru, maka warga tersebut harus menyediakan modal

73

cukup untuk membayar orang yang akan membantunya, masyarakat lebih bersifat

individual dan sebagian sudah menggunakan tenaga mesin yang dianggap lebih

modern dan praktis. Di Daerah Buol gotong royong dikenal dengan “Motalyo”,

dalam bahasa Buol.

Menurut Samsudin Lasau setelah wilaya Buol bergabung dengan Toli-toli dan

menjadi satu kabupaten, kehidupan sosial budaya masyarakat sudah mulai

berkembang. Budaya-budaya yang ada pada masyarakat sudah mulai terkikis

dan hilang, karena diakibatkan oleh masuknya pengaruh dan budaya-budaya

Barat dalam masyarakat, salah satu contoh adalah budaya gotong royong,

masyarakat sudah mulai jarang melakukannya. Biasanya mereka mengerjakan

sesuatu bersama-sama, namun sekarang sudah lebih bersifat individual karena

mereka sudah mengenal ilmu teknologi dan lebih banyak menggunakan

tenaga mesin, seperti traktor (wawancara, tanggal 23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili budaya gotong royong yang ada pada masyarakat

Buol telah berubah, sebelumnya budaya motalyo (kerja sama) masih sangat

kental dan masyarakat selalu melaksanakannya. Salah satu contoh adalah

apabila ada seorang warga yang sedang mopayat gua (memaras kebun) setiap

warga yang melihatnya akan ikut membantu untuk memaras kebun tersebut

dengan sukarela, namun sekarang apabila ada seorang warga ingin membuka

lahan pertanian mereka harus menyedian modal yang cukup untuk membayar

kepada warga yang ingin membantunya. Setiap pekerjaan sudah mulai

dikerjakan sendiri-sendiri karena tidak adalagi warga yang rela dan ikhlas

membantu tanpa mengharapkan sebuah imbalan atau gaji (wawancara, tanggal

24 Maret 2013).

Menurut Hasan Ta’asar terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli sampai

dengan Kabupaten Buol sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi

74

Tengah, sebelumnya kehidupan gotong royong selalu dilaksanakan dalam

setiap pekerjaan, namun sekarang kehidupan gotong royong sudah tidak ada

lagi dilaksanakan, masyarakat lebih banyak menggunakan tenaga mesin

daripada tenaga manusia seperti mesin traktor (mesin pembajak sawah)

(wawancara, tanggal 26 Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge kehidupan budaya masyarakat Buol sebelum

mengenal IPTEK masih sangat bersifat kekeluargaan dan selalu

mengutamakan sikap gotong royong, dalam hal membangun sebuah rumah

seperti rumah patok (Rumah yang terbuat dari patok ) mereka selalu bersama-

sama dan saling membantu, bahkan ada salah satu kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat yaitu arisan membangung rumah yang dilakukan setiap

bulan. Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang dilakukan setiap

bulan, masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah) untuk

memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam

pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang

dituakan) akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa

yang pertama dibangun rumah, dengan melihat kondisi dan kehidupannya,

namun pada keadaan sekarang kegiatan gotong royong seperti itu sudah tidak

tampak lagi pada masyarakat, yang ada hanyalah warga yang ingin

membangun rumah atau membuka lahan pertanaian harus menyediakan modal

yang cukup untuk membayar warga atau memberikan upah dalam pakerjaan

tersebut. Lripu molrelremitan, pamalrenda mogagandian, hukum agu adat

tetap (kabupaten/kota berpindah-pindah tempat, pemerintah berganti-ganti,

namun hukum dan adat tetap). Meskipun budaya gotong royong atau motalyo

(kerja sama) sudah mulai hilang dalam masyarakat Buol, hukum dan adat

masih tetap dipertahankan dan dilestarikan (wawancara, tanggal 29 Maret

2013).

75

Menurut Aisyah Entu budaya motalyo (kerja sama) sudah jarang terlihat

dalam masyarakat Buol, mereka ingin bekerja dan membantu warga yang lain

biasanya karena ada faktor seperti masih ada hubungan keluarga atau merasa

berhutang jasa, sehingga mereka membantu warga tersebut. Selain itu mereka

tidak mau membantu tanpa adanya suatu imbalan atau perintah dari orang

yang berwenang (wawancara, tanggal 02 April 2013).

Menurut Sufu Tahura pada awalnya masyarakat selalu melakukan pekerjaan

bersama-sama, baik itu pekerjaan yang sulit maupun yang mudah, setiap

orang yang melihat seseorang melakukan pekerjaan, mereka ikut membantu

pekerjaan tersebut tanpa mengharapkan sebuah imbalan, namun dengan

majunya zaman dan terbentuknya Kabupaten Buol, keadaan seperti itu sudah

tudak tampak lagi, mereka sudah bersifat individual dan harus mendapatkan

sebuah imbalan berupa gaji untuk membantu warga yang sedang bekerja

(wawancara, tanggal 04 April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku masyarakat Buol mempunyai suatu budaya

gotong royong yang biasa dikenal dengan motalyo (kerja sama). Budaya ini

sebelumnya sangat dilaksanakan dan tejalin dengan baik serta bersifat

kekeluargaan. Tejadinya suatu perubahan zaman dan majunya IPTEK

membuat budaya tersebut mulai hilang, warga lebih suka bekerja sendiri-

sendiri dengan menggunakan tenaga mesin yang dianggap lebih cepat.

Mereka sudah tidak memperhatikan budaya gotong royong lagi, mereka ingin

membantu dengan ketentuan harus ada sebuah imbalan berupa gaji

(wawancara, tanggal 09 April 2013).

76

4.2.2. Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kehidupan Masyarakat

Setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat

akan memberikan suatu dampak, baik dampak yang bersifat positif maupun yang

bersifat negatif.

a. Dampak Negatif

Menurut Samsudin Lasau majunya zaman dan berkembangnya ilmu teknologi

membawa perubahan dan dampak terhadap kehidupan masyarakat baik

dampak negatif maupun dampak positif, setelah Daerah Buol bergabung

dengan Toli-toli dan kemudian menjadi satu kabupaten yang ada di Provinsi

Sulawesi Tengah dampak negatifnya adalah, budaya-budaya masyarakat

sudah mulai terkikis dan hilang, salah satu contohnya adalah budaya gotong

royong yng sebelumnya sangat dipertahankan dan dilaksanakana, sekarang

sudah mulai hilang dalam masyarakat. Selain itu, Permainan-permainan

tradisional sebagai salah satu tradisi dan budaya seperti gasing yang

menandakan waktunya menanam padi, dan permainan layang-layang yang

menandakan musim panen padi, sekarang sudah tidak ada lagi (wawancara,

tanggal 23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili dampak negatif dari perubahan sosial budaya

dalam masyarakat Buol adalah dengan majunya ilmu teknologi membuat

masyarakat Buol mudah terpengaruh dan mengikuti gaya hidup dan budaya-

budaya asing/barat. Etika dan moral dalam masyarakat mulai berkurang,

Budaya gotong royong sudah mulai jarang dilakukan oleh masyarakat.

Budaya-budaya asli dalam masyarakat sudah mulai hilang dan terkikis oleh

budaya-budaya asing. Masyarakat lebih suka berbahasa asing (inggris) dari

pada berbahasa daerah sendiri (wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

77

Menurut Hasan Ta’asar dampak negatif dari perubahan sosal budaya

terhadapa masyarakat adalah, masyarakat lebih bersifat individual dan budaya

gotong royong jarang dilaksanakan oleh masyarakat, etika dan moral mulai

berkurang. Warga yang ingin melakukan pekerjaan selalu sendiri dan apabila

ingin dibantu oleh warga yang lain, warga tersebut harus menyediakan modal

yang cukup sebagai gaji kepada mereka yang telah membantu (wawancara,

tanggal 26 Mare 2013).

Menurut Nasarudin Mangge dampak negatif dari perubahan sosial budaya

terhadap masyarakat Buol adalah masyarakat mulai bersifat individual, sifat

gotong royong dan motalyo (kerja sama) sudah tidak nampak pada

masyarakat. Sifat hormat menghormati terhadap orang yang lebih tua sudah

mulai berkurang. Anak sekolah yang bertemu dengan siapa saja sudah tidak

ada mengucapkan salam. Masyarakat lebih suka memakai musik-musik

modern dari pada musik tradisional Daerah Buol sendiri. Budaya-budaya

masyarakat Buol sudah mulai dilupakan dan jarang dilaksanakan lagi

(wawancara, tanggal 29 Maret 2013).

Menurut Aisyah Entu “dampak negatif dari perubahan tersebut, masyarakat

sudah jarang melakukan kegiatan motalyo (kerja sama) mereka sudah lebih bersifat

individual, budaya-budaya yang dulu semakin hilang” (wawancara, tanggal 02 April

2013).

Menurut Sufu Tahura “dampak negatif dari perubahan kehidupan sosial

budaya terhadapa masyarakat adalah etika dan moral mulai berkurang, sifat saling

bantu-membantu jarang lagi dilakukan, Budaya-budaya serta tradisi dalam

masyarakat mulai terlupakan” (wawancara. Tanggal 04 2013).

78

Menurut Ibrahim Turungku masyarakat sudah modern sehingga gaya hidup

sudah berubah mengikuti perkembangan zaman. Dampak negatif dari

perubahan tersebut adalah, masyarakat sudah lebih bersifat individual dan

sudah jarang menghormati orang yang lebih tua. Setiap pekerjaan selalu

dilakukan sendiri-sendiri, hubungan kekeluargaan dalam masyarakat mulai

hilang (wawancara, tanggal 09 April 2013).

b. Dampak Positif

Menurut Samsudin Lasau majunya zaman dan berkembangnya ilmu teknologi

telah merubah kehidupan sosial budaya dalam masyarakat Buol dan

memberikan suatu dampak yang positif. Salah satu contoh adalah masyarakat

dulu masih berjalan kaki puluhan kilometer, bahkan ada yang naik perahu

untuk menuju sekolah atau pergi kepasar, sekarang sudah bisa naik motor dan

naik mobil. Masyarakat yang dulunya masih menumbuk padi sekarang sudah

menggunakan mesin penggiling padi. Masyarakat yang bekerja untuk

membajak sawah dengan menggunakan pacul sekarang sudah menggunakan

mesin traktor (mesin pembajak sawah). Budaya-budaya masyarakat sudah

bisa dikembangkan melalui musik modern. Pembangunan-pembangunan

mulai ada diwilayah Buol. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat

Buol (wawancara, tanggal 23 Maret 2013).

Menurut Maryam G. Mailili dampak positif dari perubahan sosial budaya

terhadap masyarakat Buol seperti terbukanya lapangan pekerjaan bagi

masyarakat Buol, majunya zaman dan ilmu teknologi membawa kehidupan

masyarakat lebih baik dan mengenal teknologi. Salah satu contoh adalah

masyarakat sudah bisa mengenal Hp, internet, facebook, ATM, mesin ketik

komputer/laptop. Masuknya masyarakat trans dan suku-suku lain di Daerah

Buol membuat masyarakat menjadi lebih aktif dan semangat untuk bekerja.

79

Komunikasi dan pelayanan dalam masyarakat sudah lebih mudah, alat

transportasi sudah lebih maju dan sangat banyak sperti sepeda motor, mobil,

kapal laut bahkan Daerah Buol sudah ada lapangan udara (bandara pesawat)

sendiri. Masyarakat Buol sudah bisa mengetahui perkembangan dan informasi

yang berada di wilayah lain. Budaya-budaya masyarakat Buol bisa

dikembangkan dengan musik-musik modern. Masyarakat Buol sudah

mempunyai kesempatan untuk mngadakan festifal lomba ketingkat Provinsi

dan Nasional, serta masyarakat sudah mengadakan pendataan BCB (Benda

Cagar Budaya) yang ada di Kabupaten Buol seperti, budaya-budaya

peninggalan sejarah, kuburan kramat, dan istanah Raja Buol (Rumah Adat)

(wawancara, tanggal 24 Maret 2013).

Menurut Hasan Ta’asar perubahan sosial budaya dapat memberikan dampak

positif terhadap kehidupan masyarakat, seperti mereka sudah bersifat lebih

modern, dan mengenal ilmu teknologi, pekerjaan yang dulunya dilakukan

bersama-saman dan memerlukan tenaga yang banyak sekarang sudah

menggunakan tenaga mesin yang dianggap lebih cepat dan praktis, seperti dari

tenaga manusia dengan menggunakan pacul sekarang mereka sudah

menggunakan mesin traktor (mesin pembajak sawah) (wawancara, tanggal 26

Maret 2013).

Menurut Nasarudin Mangge dengan berkembangnya kehidupan sosial budaya

masyarakat Buol dapat memberikan pengaruh dan dampak positif seperti,

masyarakat sudah mempunyai pemerintahan sendiri, pelayanan dalam

masyarakat sudah lebih mudah, adanya kebebasan untuk bersekolah dan

beraktifitas, kehidupan masyarakat lebih meningkat dari sebelumnya, dengan

majunya ilmu teknologi budaya-budaya masyarakat Buol dapat di iklankan

atau diperkenalkan kepada masyarakat yang berada di daerah-daerah lain

melalui media seperti Koran Tv, facebook, internet (wawancara, tanggal 29

Maret 2013).

80

Menurut Aisya Entu “dampak positif dari perubahan tersebut, kehidupan

masyarakat sudah lebih baik dan meningkat dari sebelumnya, masuknya budaya-

budaya asing telah memperkaya budaya yang ada pada masyarakat” (wawancara,

tanggal 02 April 2013).

Menurut Sufu Tahura “dampak positif dari perubahan-perubahan tersebut

adalah kehidupan masyarakat lebih baik dan semakin meningkat, pengetahuan

masyarakat bertambah. Budaya-budaya dan tradisi masyarakat dapat dipersatukan

dengan budaya-budaya asing” (wawancara, tanggal 04 April 2013).

Menurut Ibrahim Turungku dampak positif dari perubahan sosial budaya

adalah kehidupan masyarakat lebih maju/modern dan sudah bisa mengenal

ilmu teknologi. Masuknya suku-suku lain dan budaya-budaya asing di

Kabupaten Buol membawa masyarakat untuk lebih bersemangat bekerja dan

memperkayah budaya yang ada di Kabupaten Buol (wawancara, tanggal 09

April 2013).

4.3. Pokok-Pokok Temuan

4.3.1. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Buol

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Buol Provinsi

Sulawesi Tengah, peneliti menemukan berbagai macam permasalahan antara lain :

1. Kurangnya kesadaran dan perhatian masyarakat terhadapa hukum/peraturan-

peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Contohnya, peraturan

dalam rambu-rambu lalu lintas, meskipun sudah menyala lampu warnah

81

merah yang bertanda berhenti, mereka masih tetap terus melarikan kendaraan.

Selain itu, kurangnya perhatian masyarakat untuk memakai hlem dalam

mengemudi kendaraan beroda dua/motor

2. Etika dan moral dalam masyarakat mulai berkurang, sebelumnya mereka

selalu mengucapkan salam dan menghormati orang yang lebih tua, namun

pada keadaan sekarang, mereka sudah tidak memperhatikannya lagi dan sudah

memanggil nama kepada orang yang lebih tua.

3. Sebelum masyarakat Buol mengenal IPTEK kehidupan sosial budaya

masyarakat masih sangat premitif dan bersifat kekeluargaan, budaya gotong

royong selalu dilaksanakan oleh masyarakat, namun pada keadaan sekarang

sudah mulai berubah, kehidupan masyarakat sudah modern, mereka sudah

lebih bersifat induvidual, budaya gotong royong sudah hilang dalam

masyarakat.

4.4. Pembahasan

4.4.1. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Buol

1. Perubahan Sosial

.Masyarakat Buol adalah masyarakat yang mempunyai bahasa, budaya dan

adat istiadat sendiri yang sampai sekarang ini masih dipertahankan dan selalu

digunakan oleh masyarakat sebagai satu kesatuan untuk mempersatukan masyarakat

Buol.

82

Kehidupan Sosial masyarakat Buol sebelumnya masih sangat premitif,

tradisional, dan sangat bersifat kekeluargaan. Rakyat pada umumnya hidup dalam

keadaan tertekan karena adanya pajak, kerja rodi yang dijalankan atas perintah

Rajanya masing-masing. Dalam kenyataanya Raja-raja hanya pelaksana dari

kekuasaan Belanda.

Belanda melalui aparat pemerintahannya di daerah memerintahkan kepada

raja-rajanya supaya mengarahkan rakyatnya memenuhi perintah dalam pemungutan

pajak, kerja rodi dan sebagainya. Dari segi kewajiban rakyat dituntut untuk

memenuhinya, tapi pada segi hak, rakyat dibatasi karena Belanda takut kalau rakyat

berpendidikan kelak nanti akan membahayakan kedudukannya. Karena itu rakyat

harus tetap bodoh dan ketaatan kepada Raja harus tetap dipupuk dan ditanamkan

baik-baik agar bisa mencapai tujuannya untuk mengeksploitasi rakyat bagi

kepentingan penjajah melalui Rajanya masing-masing.

Dengan datangnya pengaruh partai potik dan organisasi pergerakan lainnya,

maka tokoh-tokoh pergerakan mulai menyadari rakyat akan harga dirinya dan

ditimbulkan kesadarannya untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah

air. Kebencian pada penjajah menjadi salah satu penyebab banyak rakyat Buol

meninggalkan daerahnya pergi merantau.

Terbukanya jaringan jalan raya antara satu kota dengan kota lainnya,

menyebabkan mobilitas dalam bidang ekonomi menjadi lebih mudah, pergaulan

antara orang dari kampung yang satu dengan kampung lainnya menjadi baik. Seiring

83

dengan adanya jalan tersebut dan suatu perkawinan menimbulkan rasa persaudaraan

yang erat dan sering mengadakan suatu perjanjian kerja sama dalam hal-hal tertentu,

yang sebelumnya orang pergi dari satu tempat ke tempat yang lain berjalan kaki

dengan memilkul barang-barang, maka seiring berjalannya waktu mereka sudah

menggunakan kuda sebagai alat pengangkut dan kemudian berganti dengan gerobak

yang ditarik oleh kerbau atau sapi.

Perdagangan yang tadinya tukar menukar barang, berubah menggunakan mata

uang sebagai alat tukar/mengukur nilai suatu benda. Mata uang yang digunakan

sebelumnya adalah mata uang yang dibuat dari logam dengan berbagai macam tinggi

nilai tukarnya. Kemudian berganti uang logam yang di dalamnya tergambar ayam,

dalam baha Buol doi manuk, lalu berganti dengan uang logam baru yang dicetak oleh

pemerintah Hindia Belanda.

Masyarakat Buol mempunyai satu organisasi sosial yaitu organisasi arisan

membangun rumah.. Pada kegiatan arisan membangun rumah tersebut yang

dilakukan setiap bulan, masyarakat terlebih dahulu melakukan Bokidu (musyawarah)

untuk memutuskan siapa yang menjadi Itoy Kalreja (orang yang dituakan) dalam

pekerjaan untuk membangun rumah tersebut. Itoy Kalreja (orang yang dituakan)

kemuudian akan memilih satu orang dari anggota-anggotanya kepada siapa yang

pertama dan berhak untuk dibangunkan rumah, dengan melihat kondisi dan

kehidupannya sehari-hari.

84

Kehidupan sosial masyarakat Buol setelah bergabung dengan Toli-toli dan

membentuk satu Kabupaten mulai berubah. Alat transportasi yang digunakan oleh

masyarakat sebelumnya adalah perahu dan gerobak yang ditarik oleh sapi, sekarang

sudah menggunakan sepeda, motor dan mobil meskipun masih terbatas. Salah satu

contoh, masyarakat yang selesai memanen padi sekarang sebagian sudah

menggunakan mesin penggiling padi.

Pelayanan dalam masyarakat masih sangat sulit, karena seluruh bidang

pemerintahan masih berpusat di Toli-toli. Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan

membuat masyarakat berubah. Masyarakat sudah mulai tersentuh oleh modernisasi

dan mengenal perkembangan ilmu teknologi yang membuat masyarakat berfikir ingin

berubah sesuai perkembangan zaman. Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan

membawa pengaruh yang sangat besar terhadapa masyarakat, sebelum masyarakat

tersentuh oleh modernisasi, dalam hal pendidikan masyarakat masih menulis di batu

tulis, kemudian berkembang dan sudah menulis menggunakan kertas dan bahkan

sudah ada mesin ketik.

Kehidupan sosial masyarakat Buol setelah terbentuknya Kabupaten Buol pada

tahun 1999 semakin meningkat mengikuti perkebangan zaman.. Masyarakat telah

mengenal kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ATM, HP, Internet,

Facebook mesin ketik Komputer dan Laptop. Masuknya masyarakat trans dan suku-

suku lain di Daerah Buol menyebabkan terjadinya sebuah persaingan antar

masyarakat pribumi dan masyarakat trans.

85

Dalam masyarakat nilai etika, moral, sopan santun dan hormat-menghormati

mulai berkurang. Gaya hidup masyarakat semakin modern, karena terpengaruh dan

mengikuti budaya-budaya asing/barat. Alat musik tradisional seperti rebana, gambus,

dan kulintang, sudah jarang digunakan. Masyarakat lebih suka menggunakan musik

modern seperti alat musik electon, dan band.

Menurut Soerjono Soekanto (1982 : 261) merumuskan perubahan sosial

adalah “segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatau

masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,

sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat”.

Menurut Kingsley Davis (dalam M. Zaini Hasan dkk, 1996 : 85) mengatakan

bahwa “perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur

masyarakat” seperti :

a. Bidang Pemerintahan

Sekitar tahun 1901 wilayah Buol sudah berstatus Afdeling, merupakan salah

satu Afdeling dari residensi Manado yang sejak tahun 1858 berdiri sendiri lepas dari

Gubernur Maluku. Di samping itu, masyarakat sudah mempunyai sebuah

pemerintahan sendiri yang kepala pemerintahannya adalah seorang Madika (Raja),

kemudian dengan berkembangnya suatu zaman sistem pemerintahan tersebut berubah

menjadi sebuah KPN (Kepala Pemerintahan Negeri) dan memakai sebuah sistem

pemerintahan Trias Politika yang sistem pemerintahanya terdiri dari :

86

a. Kepala Pemerintahan (Eksekutif) atau Bubato

b. Dewan Adat ( Legislatif) atau Bokidu Lripu

c. Bidang Hukum (Yudikatif) atau Ukum

d. Bidang Agama atau Moputih/rebi

e. Pengacara (Juru Bicara) atau Pabisara

f. Panglima (Pengawal Kerajaan) atau Palrima

g. Syah Bandar (Kapten Laut) atau Kapitalyau

h. Wakil raja atau Jugugu

i. Sekertaris Kerajaan atau Jurutulri

j. Pendidik atau Tilo Ni Guru

Wilayah Buol terdiri dari 4 (empat) balak, yaitu balak Talaki, balak

Bunobogu, balak Kantanan, dan balak Tongon, kemudian berubah menjadi distrik

yang terdiri dari 5 (lima) yaitu distrik Paleleh, distrik Bunobogu, distrik Bokat dan

distrik Biau. Setelah pada tahun 1964 terbentuk distrik Momunu yang merupakan

pemekaran dari distrik Biau.

Raja-raja yang memerintah Buol mulai dari Raja Lahadung sudah

menandatangani perjanjian dengan pemerintah Hindia Belanda, baik yang namanya

Lange Verklaring maupun Korte Verklaring. Dengan demikian kekuasaan dan

kedaulatan sudah berada di tangan Gubernur, sedangkan Raja sekedar menjalankan

perintah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Untuk menjalankan sistem pemerintahan, masyarakat Buol mempunya badan

87

musyawarah yang dalam bahasa Buol dikenal dengan “Bokidu”. (Forum

musyawarah), badan ini dibentuk untuk merumuskan dan memecahkan semua

permasalahan yang ada dalam masyarakat baik masalah sosial, politik maupun

budaya.

Seluruh ketentuan-ketentuan maupun perangkat pemerintahan adat sebagian

sudah dirubah oleh Belanda, seperti pembagian wilayah kerajaan yang semula terdiri

dari empat Balak yang masing-masing dipimpin oleh Madika (Raja), Jogugu (wakil

raja), Ukumo (bidang hukum) dan Kapitayau (kapten laut), dirubah menjadi lima

distrik yang masing-masing dikepalai oleh marsaoleh. Demikian pula dengan badan

musyawarah “Bokidu” walaupum masih tetap ada, namun sudah tidak berfungsi

sebagai mana mestinya, karena semua kebijaksanaan dan keputusan yang akan

dijalankan haruslah dengan persetujuan Belanda sesuai dengan kepentinganya.

Beberapa Raja yang memerintah dalam periode tersebut adalah sebagai

berikut :

1. DATU ALAM TURUNGKU (Raja ke-29), dengan gelar “Ti Pasumen”

memerintah (1899 – 1914 M) berkedudukan di Kasanangan.

Pada masa pemerintahan Datu Alam Turungku, Belanda menjankan wajib

kerja Rodi (Heerendienst) yaitu pada tahun 1903. Dengan demikian sudah dua

macam kewajiban yang berat dibebankan kepada rakyat, yaitu pajak dan kerja rodi,

yang menyebabkan kehidupan rakyat bertambah susah. Di pihak lain, belum ada

usaha-usaha Belanda untuk memajukan rakyat, semua usaha Belanda adalah hanya

88

untuk kepentingan semata. Namun demikian, Pemerintah Hindia Belanda

memberikan hadia kepada Raja Datu Alam Turungku yaitu berupa “Pasment”.

Pasment ialah hiasan yang dilapisi emas dan dililitkan pada songkok Raja, maka dari

itu Beliau di beri Gelar “ Ti Pasument “.

Pada tahun 1911 Beliau jatuh gering dan menjadi gila, tetapi sembuh kembali.

Pada tanggal 20 November 1912, Assistent Resident Gorontalo menulis surat kepada

Resident Manado yang mengusulkan perubahan dalam pemerintahan Buol. Pada

tanggal 22 November 1912 Raja Datu Alam Turungku menandatangani Korte

Verklaring. Usul itu telah disetujui oleh Resident Manado dalam surat keputusannya

pada tanggal 1 April 1914, yaitu mengenai surat yang berlaku sejak mulai dari

tanggal 1 Januari 1913, isi surat keputusan tersebut telah merubah system

pemerintahan menurut adat istiadat Buol yaitu :

a. Badan musyawarah Bokidu sebagai lembaga legislatif dihapuskan

b. Jabatan-jabatan Presiden/ Madika (Raja), Jogugu (wakil raja), Ukum (bidang

hukum), Kapitalyau (kapten laut), dan lain-lain jabatan di bawahnya

dihapuskan

c. Distrik-distrik disederhanakan, dari lima distrik menjadi tiga distrik, yaitu

distrik Momunu masuk wilayah distrik Biau dan distrik Paleleh masuk

wilayah distrik Bunobogu.

Maka dengan adanya perubahan tersebut, di pusat pemerintahan hanya ada

Madika (Raja), dan di tingkat distrik hanya ada Marsaoleh yang masing-masing

89

dibantu oleh Jurutulri (sekertaris). Namun di tingkat kampung tetap, yaitu Kepala

Kampung, Jurutulri (sekertaris) dan Mayor. Setelah status Afdeling Buol yang sudah

berlaku dari tahun 1858 berubah menjadi Onder Afdeling dalam lingkungan Afdeling

Gorontalo yaitu dari tahun 1919 sampai dengan tahun 1926, kemudian pada tahun

1926 sampai dengan tahun 1933 wilayah Buol masuk dalam Afdeling Donggala.

Melihat jarak antara wilayah Buol dengan Donggala sangat jauh dan susah

transportasi untuk pelayanan masyarakat, mulai dari tahun 1933 wilayah Buol masuk

kembali dalam Afdeling Gorontalo sampai pada masa pendudukan Jepang, karena

dengan alasan jarak antara wilayah Buol dengan Gorontalo sangat dekat

dibandingkan dengan Donggala.

Mengetahui Raja Datu Alam Turungku (Raja Buol) dalam keadaan tidak

waras, maka Raja Bolang Itang yang bernama Ram Suit Pontoh (Keturunan

Bangsawan Buol), memajukan keras/permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda

untuk menjadi Raja Buol dan permohonannya diterima. Raja Bolaang Itang

berencana setelah menjadi Raja, Beliau akan membangun Ibu Kota kerajaan yang

berlokasi diantara Desa Lokodidi dan Desa Lokodoka yaitu di Tabamuang/Desa

Matinan. Usaha Ram Suit Pontoh tersebut ditantang keras oleh H. Ahmad Turungku

yang waktu itu sebagai Marsaoleh Biau. H. Ahmad Turungku berpendirian bahwa

sebagai Putra dari Datu Alam Turungku (Raja Buol), Beliau berhak menjadi Raja

Buol. Mendapat reaksi tersebut Belanda membatalkan persetuannya dengan Ram Suit

90

Pontoh, dan mengembalikannya ke Bolaang Itang. Pada tahun 1914, H. Ahmad

Turungku menggantikan Datu Alam Turungku sebagai Raja Buol.

2. H. AHMAD TURUNGKU (Raja ke-30), memerintah (1914 – 1947 M)

berkedudukan di Roji atau Bendar kemudian di Leok.

Raja H. Ahmad Turungku diangkat pada tahun 1914, dan dinobatkan secara

adat yang dalam bahasa Buol “Ni Tongouk” yaitu pada tahun 1916. Beliau adalah

seorang Raja yang keras kemauan, disiplin dan menjamin keamanan rakyar serta

kerajaan dari semua gangguan. Beliau menandatangani Korte Verkling pada tanggal

20 November 1915, pemerintahannya mendapat penilaian yang baik dari Belanda dan

mendapat penghargaan yaitu :

a. Pada tahun 1929 mendapat hadiah “Kepala Tongkat Emas”

b. Pada tanggal 17 Februari diberikan penghargaan “Bintang Emas Besar”

c. Pada tanggal 10 Agustus 1941 diberikan penghargaan “Bintang Emas Kecil”

Beliau diberikan penghargaan tersebut oleh Belanda setelah menjalani dinas

Raja selama 25 tahun. Raja H. Ahmad Turungku membangun Istana yang cukup

megah di Roji yang disebut “Kumalrigu Sirap” atau Istana Atap Sirap. Nama Roji

mulai berlaku tahun 1830 yang diberi nama oleh Pertugis, kemudian direbut oleh

Belanda, dan masih tetap digunakan sebagai nama Ibu Kota Kerajaan Buol sampai

tahun 1930. Setelah itu, Roji berubah menjadi nama “Bendar” yang berarti Kota.

91

Pada masa pemerintahan H. Ahmad Turungku, Kota Leok dibangun dan

dijadikan pusat pemerintahan atas usul Controleur Rookmake dan Waiswisz yaitu

pada tahun 1930.

Sekitar tahun 1940 nama Bendar sudah jarang dipakai, masyarakat sudah

menyebutnya Buol, karena nama Buol adalah meliputi seluruh wilayah Kerajaan

Buol. Dengan demikian, Istana Raja Kumalrigu Sirap (Istanah atap sirap) yang baru

dibangun tahun 1924 dipindahkan ke Leok.

Beberapa Istana yang cukup megah yang dibangun oleh Raja-raja dari Dynasti

Mokoapat adalah :

a. Kumalrigu Kasanangano “Istana Kesenangan” dibangun di atas bukit antara

Desa Kali dan Desa Kulango sekarang.

b. Kumalrigu Mopanggato “Istana Tinggi” terletak di Roji yang kemudian

berubah menjadi nama Bendar

c. Kumalrigu Seng “Istana Atap Seng” terletak di Bendar

d. Kumalrigu Sirap “ Istana Atap Sirap” terletak di Leok

e. Kumalrigu Palreleh “Istana Paleleh” terletak di Paleleh.

Istana-istana yang sebelumnya telah dibangun oleh Raja-raja tersebut sebagai

salah satu bukti peninggalan sejarah telah rusak dan pada akhirnya ambruk/hancur

dan menyatu dengan tanah, yang tersisa sekarang tinggal puing-puing dari bangunan

Istana tersebut. Bangunan Istanah tersebut telah hancur karena lapuk dan kurangnya

92

perhatian dari masyarakat untuk merawat Istana tersebut. Namun, masih ada tersisah

satu bangunan Istana yaitu berada di Leok.

Raja H. Ahmad Turungku memerintah sampai zaman Jepang dengan jabatan

sebagai Suco, dan zaman NICA dengan jabatan sebagai HPB (Hoofd Van Plastsckijke

Bestuvr) dan mengakhiri tugasnya/pensiun pada bulan Mei tahun 1947. H. Ahmad

Turungku kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Muhammad Aminullah

Turungku, Beliau adalah salah seorang Raja Buol yang lama memerintah yaitu ± 33

tahun (dalam A. Rahim Samad, 2000 : 1- 4).

Terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli sebagai salah satu Kabupaten yang

ada di Provinsi Sulawesi Tengah, yang dibentuk pada tahun 1960 berdasarkan

undang-undang No. 29 tahun 1959 yang merupakan gabungan dari dua wilayah yaitu

wilayah Buol dengan wilayah Toli-toli telah membawa berbagai macam perubahan

dalam pola kehidupan masyarakat Buol. Sistem Pemerintahan yang ada pada

masyarakat sudah berbentuk Presiden sebagai kepala pemerintahan di wilayah Ibu

Kota Negara, seorang Gubernur di wilayah Ibu Kota Provinsi dan seorang Bupati di

wilayah Ibu Kota Kabupaten. Sebelum sistem pemerintahan berubah menjadi seorang

Presiden sebagai Kepala Negara, sistem pemerintahan masih berbentu Kerajaan yaitu

seorang Madika (Raja) sebagai Kepala Pemerintahan yang menjalankan peraturan-

peraturan dari pemerintah Hindia Belanda, Karena sebelum Negara Indonesia

merdeka, masyarakat masih dibawah pengaruh dan jajahan Hindia Belanda.

93

Setelah terbentuknya Kabupaten Buol Toli-toli, seluruh pemerintahan

berkedudukan dan berpusat di wilayah Toli-toli, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) dan Dinas Jawatan lainnya. Distrik-distrik yang berada di Kabupaten Buol

berubah menjadi kecamatan dan terdiri dari 11 (sebelas) kecamatan, antara lain

wilayah Toli-toli terdiri dari enam kecamatan, yaitu kecamatan Toli-toli Utara,

Galang, Baolan, Dondo, Dampal Utara dan Dampal Selatan. Kemudian wilayah Buol

terdiri dari lima Kecamatan, yaitu kecamatan Paleleh, Bunobogu, Bokat, Momunu

dan Biau. Karena seluruh pemerintahan berdudukan di wilayah Toli-toli yang

merupakan pusat Kabupaten menyebabkan kehidupan sosial budaya masyarakat Buol

sangat sulit dalam berbagai pelayanan dan merasa termarjinalkan.

Selama wilayah Buol bergabung dengan Toli-toli, Seluruh pembangunan

berpusat di wilayah Ibu Kota Kabupaten yaitu di Toli-toli, dan wilayah Buol belum

ada pembangunan. Maka dari itu, masyarakat Buol merasa dianak tirikan, dan

mengirim beberapa orang delegasi dari masyarakat Buol untuk menghadap Bupati

Buol Toli-toli, namun aspirasi masyarakat hanya di tampung dan tidak ada realisasi

untuk melaksanakan pembangunan di wilayah Buol. Melihat tidak adanya realisasi

pembangun tersebut, timbul pemikiran-pemikiran dari masyarakat yang ada di

wilayah Buol dan di rantau, seperti di Makasar, di Palu, di Jakarta dan di Gorontalo,

untuk melaksanakan simpesium/dialog yang berjudul “Buol Hari Ini dan Kedepan”.

Adanya simpesium tersebut, hampir seluruh masyarakat Buol hadir pada acara

seminar untuk bersama-sama memikirkan apakah Buol hanya tetap begini dan

94

selamanya tidak ada perubahan, kemudian muncullah ide dari masyarakat Buol yang

ada di rantau, seperti Abdul. Karim Hanggi, Ir. Karim Mbouw, Samsudin Salakea,

Samsudin Intam, Ibrahim Timumun dan Tokoh-tokoh masyarakat Buol lainnya,

mereka berembuk (bermusyawarah) di Palu, isi dari rembukan (musyawarah) tersebut

adalah “mo kumbulyopo kito tandanilyo tilro bwuolyo” (mari kita berkumpul semua

orang Buol) baik yang ada di wilayah Buol maupun di rantau

Hasil remukan tersebut, muncullah TAWAB (Temu Akrab Warga Buol).

Melalui TAWAB itulah, timbul ide perjuangan menuntut Kabupaten yang terjadi

pada tahun 1997. TAWAB (Temu Akrab Warga Buol) yang dilakukakan oleh

masyarakat, melahirkan sebuah IKIB (Ikatan Keluarga Indonesia Buol), salah satu

program IKIB adalah menuntut pemekaran wilayah Buol menjadi Kabupaten. Pada

tahun 1999 wilayah Buol menjadi Kabupaten yang merupakan pemekaran dari

Kabupaten Buol Toli-toli, Kabupaten Buol dimekarkan bersdarakan Undang-undang

No. 51 tahun 1999, dan disahkan pada tanggal 16 September tahun 1999 dan

diresmikan pada tanggal 27 November tahun 1999, atas nama Mentri Dalam Negeri

yaitu Gubernur H.B Paliudju. Ir. Abdul Karim Mbouw dilantik di Jakarta sebagai

Pejabat Bupati Buol pertama pada tanggal 12 Oktober tahun 1999.

Berkembangnya suatu zaman dan majunya ilmu teknologi telah mendorong

lapisan masyarakat Buol untuk menjadikan Daerah Buol sebagai salah satu

Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Pembentukan Kabupaten Buol

95

tersebut mengakibatkan berbagai macam perubahan dalam pola kehidupan sosial

budaya masyarakat.

Pada tahun 1999 Kabupaten Buol dimekarkan dari Kabupaten Buol Toli-toli,

meskipun demikian, keadaan Daerah Buol sangat memprihatinkan, karena fasilitas

pemerintahannya belum ada. Seiring dengan berjalannya waktu, seluruh masyarakat

dan pemerintah Kabupaten Buol membangun fasilitas sarana dan prasarana

pemerintahan yang semua telah berpusat di Kabupaten Buol.

Pelayanan dalam masyarakat sudah sangat mudah, karena seluruh lembaga

pemerintahan telah berpusat di Kabupaten Buol. Terbukanya peluang besar bagi anak

dan masyarakat Buol untuk mengabdi kepada Daerahnya sendiri. Lembaga

pemerintahan mulai lengkap, terkecuali Kodim/Kramil yang belum ada dan masih

tergabung dengan Buol Toli-toli yaitu berada di Toli-toli. Wilayah Buol terdiri dari

11 (sebelas) kecamatan yaitu, kecamatan Paleleh, Paleleh Barat, Gadung, Bunobogu,

Bokat, Bukal, Momunu, Tiloan, Biau, Karamat dan Lakea.

Masyarakat setelah terbentuknya Kabupaten Buol sudah mempunyai

pemerintahan sendiri dan berpusat di Kabupaten Buol. Ir. Abdul Karim Mbouw

ditunjuk sebagai Pejabat Bupati Buol pertama melalui keputusan Mentri Dalam

Negeri pada tanggal 12 Oktober tahun 1999. Karena sakit, Beliau meninggal Dunia

pada tanggal 10 Februari tahun 2000. Dengan demikian, melalui surat keputusan

Mentri Dalam Negeri telah ditunjuk dan dipercayai Drs. Abdul. Karim Hanggi

sebagai Pejabat Bupati Buol yang ke II dan menjabat sampai dengan tahun 2007,

96

Kemudian dilanjutkan oleh H. Amran Batalipu yang menjabat sampai dengan tahun

2012.

b. Bidang Pendidikan

Pendidikan yang ada pada masyarakat sebelumnya belum begitu berkembang

dan masih sangat rendah, Untuk Sulawesi Tengah, Daerah Buol meupakan kota yang

pertama mempunya Sekolah Rakyat (SR), yang didirikan oleh Pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1903. Sekolah tersebut hanya sampai dengan kelas 3, dan guru

pertamnya adalah Ahmadi Biga yang berasal dari Daerah Gorontalo.

Semula masyarakat tidak memberikan anaknya untuk bersekolah, karena

mendengar kabar bahwa nantinya anak-anak tersebut akan dijadikan serdadu atau

akan dikristenkan. Raja Datu Alam Turungku berusaha keras menyadarkan

masyarakat tentang pendidikan dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan dari

rumah ke rumah, dan akhirnya masyarakat menjadi sadar tentang hal tersebut. Setelah

beberapa tahun sekolah yang ada di Daerah Buol berdiri dan muridnya sudah semakin

banyak, maka diusahakan untuk memperbanyak tenaga pendidik/guru. Pada tahun

1917 atas usaha dari masyarakat Buol sendiri didirikan beberapa sekolah partikulir

yang terletak di beberapa desa antara lain sebagai berikut :

a. di Desa Kantanan oleh Tolowiu Buhang

b. di Desa Bokat oleh J. Walewangko

c. di Desa Paleleh oleh Z. Kawatu

97

d. di Lintidu oleh seorang Noni Belanda.

Pada tahun 1918 – 1919 diadakan pendidikan guru, yang pertama-tama di

didik menjadi guru sebanyak tiga orang adalah N. A. Ain, P. Marhum dan H. Lalisu.

Kemudian disusul oleh T. Kawandaud, B. Alpiah, P. Simbogolo, T. Naukoko, S.

Gayanda dll. Pada tahun 1922 beberapa sekolah partikulir yang berada di Daerah

Buol dijadikan sekolah pemerintah (Berstuurs Volkschool), menyusul kemudian di

beberapa desa lainnya dibuka sekolah yang sama. Oleh karena sudah banyak sekolah

rakyat (BVS) yang dibuka di desa-desa, maka sangat terasa akan kekurangan guru.

Atas usaha O. H. Kandow yang menjabat sebagai kepala sekolah di Deerah Buol,

diadakan sebuah khursus pada waktu sore yang diberi nama Naminddag Curssus.

Setelah berjalan beberapa bulan, maka pada tanggal 7 November 1927 diadakan ujian

sebanyak 35 orang, namun yang lulus hanya 21 orang.

Dengan adanya khursus guru tersebut, kekurangan tenaga-tenaga

pengajar/guru, yang ada di desa-desa, setahap demi setahap dapat dipenuhi. Untuk

jasa-jasa memajukan pendidikan di Daerah Buol, pemerintah Hindia Belanda pada

tanggal 17 februari 1932 telah memberikan penghargaan “Bintang Perak Besar”

kepada O. H. Kandow yang menjabat sebagai Kepala Sekolah di Daerah Buol (dalam

A. Rahim Samad, 2000 : 29-30).

Rendahnya pendidikan di daerah Buol, dikarenakan kurangnya sarana dan

prasarana, biaya pendidikan sangat mahal, serta tenaga pendidik masih sangat

terbatas. Anak perempuan tidak izinkan untuk bersekolah. Selain dari golongan

98

bangsawan tidak diberikan kebebasan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Rakyat biasa (Jelata) hanya sebagian yang bisa mendapatkan pendidikan,

karena biaya pendidikan sangat mahal, hanya masyarakat yang dari golongan

Bangsawan dan dari keturunan Rajalah yang bisa merasakan pendidikan yang lebih

tinggi. Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia masih sangat rendah.

Di Desa-desa, hanya terdapat satu sekolah yang dikenal dengan SR (Sekolah

Rakyat) dan sampai dengan kelas 3 (tiga), fasilitas sekolah belum memadai/tidak

lengkap, siswa yang belajar harus duduk melantai dan menulis di batu tulis dengan

menggunakan kalam, setelah pelajaran berikutnya tulisan-tulisan yang sebelumnya

ada pada batu tersebut akan dihapus kembali untuk menulis pelajaran berikutnya.

Maka dari itu, semua pelajaran harus dimengerti dan dipahami oleh seluruh siswa.

Sekolah inilah yang digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia. Anak sekolah yang

bertemu dengan siapa saja selalu mengucapkan salam. Karena mereka sangat takut

dan mentaati semua aturan dan perintah dari guru. Tenaga pendidik yang ada di

Daerah Buol hanyalah terdiri dari tenaga honorer, yang diambil dari sekolah lain dan

lulusan dari SLTP serta dianggap mampu untuk mengajar. Seluruh siswa SR yang

telah mengikuti ujian akhir, tes dan jawabannya akan di periksa di Rayon Gorontalo.

Setiap siswa yang pergi ke sekolah harus berangkat sebelum matahari terbit atau

masih gelap, dan berjalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh dengan membawa

Ngongod yaitu sebuah daun kelapa kering yang sudah diikat sedemikian rupa

99

kemudian dibakar dengan api untuk digunakan sebagai penerang jalan menuju

sekolah. Karena pada saat itu, belum ada kendaraan dan alat transportasi masih sangat

terbatas.

Masyarakat yang memiliki prestasi dalam pendidikan, akan diberikan

beasiswa oleh pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Seperti Usman Binoor yang menjadi seorang duta besar di Daerah Buol, karena

Beliau adalah orang Buol yang pertama melanjutkan pendidikan di Negara Amerika.

Majunya zaman dan berkembangnya ilmu teknologi membuat perubahan

dalam masyarakat Buol. Pendidikan yang ada pada masyarakat setelah tebentuknya

Kabupaten Buol Toli-toli pada tahun 1960 mulai berkembang, Sekolah yang

sebelumnya benama SR (Sekolah Rakyat) yang hanya sampai dengan kelas tiga telah

berubah menjadi SD (Sekolah Dasar) dan sampai dengan kelas enam. Di wilayah

Buol belum ada sekolah SMA, yang ada hanya di Toli-toli. Namun, di wilayah Buol

sudah terdapat sekolah SMK dan SGA/SPG tetapi di Toli-toli tidak ada, kemudian

berkembang di wilayah Buol dan Toli-toli semuanya sudah terdapat sekolah SMA,

SMK, SPG.

Tenaga pendidik yang ada di wilayah Buol masih sangat kurang, sekolah yang

ada di wilayah Buol menggunakan tenaga honorer yang diambil dari sekolah lain dan

lulusan dari SLTP maupun SLTA yang dianggap mampu untuk mengajar. Di wilayah

Buol hanya terdapat satu SLTP, fasilitas pendidikan masih sangat kurang dan biaya

pendidikan sangat tinggi. Masyarakat yang mempunyai prestasi jarang diberikan

100

penghargaan atau beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

Terbentuknya Kabupaten Buol pada tahun 1999 memberikan pengaruh bagi

masyarakat. Pendidikan di Kabupaten Buol semakin meningkat, Lembaga pendidikan

semakin bertambah seperti TK, SD, SLTP, SLTA bahkan Kabupaten Buol sudah

mempunyai Perguruan Tinggi sendiri yaitu STISIPOL, dan cabang-cabang perguruan

tinggi yang dari Toli-toli maupun Palu. Sarana dan fasilitas pendidikan sudah

disiapkan oleh pemerintah. Adanya program pendidikan gratis bagi masyarakat Buol

yang menarik perhatian masyarakat dari Daerah-daerah lain seperti Toli-toli,

Gorontalo dan Palu untuk bersekolah di Kabupaten Buol.

Masyarakat yang bersekolah di luar daerah dalam rangka penyelesaian study

S1, S2 dan S3, mendapatkan bantuan pendidikan dari pemerintah. Tenaga pendidik

sudah mulai bertambah dan merupakan putra putri Daerah Buol sendiri. Sumber Daya

Manusia semakin berkembang pengetahuannya seperti menggunakan Hp, ATM,

Komputer/Laptop, Internet dan Facebook. Masyarakat sudah bisa merasakan

pendidikan sesuai dengan keinginannya.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termasuk dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai, terlebih-lebih dalam rangka menyukseskan progran wajib

belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pada Tahun 2011 jumlah sekolah Taman Kanak-

101

kanak (TK) sebanyak 82 buah dengan murid sebanyak 4.650 orang. Jumlah tersebut

mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.123 orang. Rasio

antara murid dan Guru TK Tahun 2011 di Kabupaten Buol adalah 12,1.

Untuk lebih jelas mengetahui jumlah sekolah, murid, dan guru taman kanak-

kanak dengan melihat tabel 1.1.

Tabel. 1.1.

Keadaan Sekolah, Kelas, Murid, dan Guru Taman Kanak-kanak

dan Rasio Murid terhadap Guru

Table Number of Schools, Classes, Pupils and Teachers at Kindergartens and

Ratio of Pupils at Teachers

Tahun / Years 2011

No Kecamatan Sekolah Kelas Murid Guru

Rasio Murid

Terhadap Guru

1 Lakea 6 12 418 52 8,0

2 Biau 17 34 859 106 8,1

3 Karamat 2 4 125 8 15,6

4 Momunu 9 18 417 23 18,1

5 Tiloan 10 20 706 16 44,1

6 Bokat 11 22 537 46 11,7

7 Bukal 8 16 543 31 17,5

8 Bunobogu 4 8 223 28 8,0

9 Gadung 5 10 194 20 9,7

10 Paleleh 8 16 347 32 10,8

11 Paleleh Barat 2 4 103 7 14,7

Buol, 2011 82 164 4.650 369 12,1

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

102

Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) terdapat 177 unit sekolah yang terdiri dari

163 unit sekolah negeri, 3 unit sekolah swasta, dan 11 unit Min/Mis. Jumlah SD

terbanyak terdapat di Kecamatan Biau sebanyak 29 unit. Jumlah murid SD yang

tercatat pada Tahun 2011 adalah 24.049 orang. Jumlah guru SD pada tahun 2011

sebanyak 1.352.

Untuk lebih jelas mengetahui jumlah Sekolah Dasar menurut statusnya

dengan melihat tabel 1.2.

Tabel. 1.2.

Keadaan Sekolah Dasar Menurut Statusnya

Table Number of Primary Schools by Status

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts

Negeri/

Public

Swasta/

Private

Min/Mis/

Islamic

School

Jumlah

Total

1 Lakea 8 - 2 10

2 Biau 24 1 4 29

3 Karamat 10 - 1 11

4 Momunu 20 - - 20

5 Tiloan 13 - - 13

6 Bokat 19 - - 19

7 Bukal 15 2 2 19

8 Bunobogu 14 - 1 15

9 Gadung 14 - - 14

10 Paleleh 16 - 1 17

11 Paleleh Barat 10 - - 10

Buol, 2011 163 3 11 177

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

103

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 50 sekolah negeri dan

terdapat 9 sekolah swasta. Jumlah guru SMP pada tahun 2011 sebanyak 362 orang

dan jumlah murid SMP pada tahun 2011 sebanyak 6.714 yang tersebar di 11 wilayah

kecamatan. Pada Tahun 2011 terdapat 13 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 7

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jumlah murid Sekolah lanjutan tingkat atas

(SMA dan SMK) sebanyak 6.105 orang dengan jumlah guru sebanyak 281 orang.

Untuk lebih jelas mengetahu jumlah Sekolah, Guru dan Siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta menurut Kecamatan, dengan melihat

tabel 1.3 dan tabel 1.4.

Tabel. 1.3.

Keadaan Sekolah, Guru dan Siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri menurut Kecamatan

Table Number of Schools, Teachers and Students at Public Junior High

Schools by District

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts

Sekolah

Schools

Murid

Students

Guru

PNS

Guru

GKD

Rasio Murid

ThdpGuru

Ratio of

Students at

Teachers

1 Lakea 3 412 11 6 24,2

2 Biau 3 1 200 72 13 14,1

3 Karamat 4 397 20 6 15,3

104

4 Momunu 4 659 24 2 25,3

5 Tiloan 3 422 21 5 16,2

6 Bokat 5 628 29 6 17,9

7 Bukal 7 839 24 3 31,1

8 Bunobogu 5 417 27 7 12,3

9 Gadung 5 524 16 4 26,2

10 Paleleh 5 503 29 10 12,9

11 Paleleh Barat 4 306 17 2 16,1

Buol , 2011 50 6. 307 290 64 18,6

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

Tabel. 1.4.

Keadaan Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Swasta menurut Kecamatan

Table Number of Schools, Teachers and Students at Private Junior High

Schools by District

Tahun / Years 2011

No Kecamatan

Districts

Sekolah

Schools

Murid

Students

Guru

PNS

Guru

GKD

Rasio Murid

ThdpGuru

Ratio of

Students at

Teachers

1 Lakea 2 179 3 1 44,75

2 Biau 1 50 - 2 12,5

3 Karamat - - - - -

4 Momunu 1 48 4 - 12

5 Tiloan - - - - -

6 Bokat 3 272 9 3 22,67

7 Bukal - - - - -

8 Bunobogu 1 46 4 - 11,5

9 Gadung - - - - -

10 Paleleh 1 66 4 - 16,5

105

11 Paleleh Barat - - - - -

Buol , 2011 9 661 24 6 20,65

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buol

Source : Education, Youth and Sports Service of Buol Regency

c. Bidang Hukum

Hukum adalah merupakan sesuatu yang mengatur segala tingkah laku

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lembaga hukum yang ada pada

masyarakat sebelumnya masih sangat kurang. Lembaga hukum yang dapat melayani

masyarakat hanya terdiri dari cabang kejaksaan negeri, dan polsek/kepolisian. Belum

terdapat pengadilan, dan lembaga bantuan hukum lainnya, namun demikian,

kehidupan sosial budaya masyarakat Buol selalu aman dan terjaga, karena sudah

terdapat aturan-aturan dari pemerintah yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat,

dan adanya kesadaran dari seluruh masyarakat tentang peraturan-peraturan yang telah

dibuat oleh pemerintah.

Terbentunknya Kabupaten Buol Toli-toli pada tahun 1960 telah memberikan

perubahan terhadap masyarakat. Lembaga hukum yang ada di wilayah Buol sudah

mulai lengkap meskipun masih berpusat di Toli-toli. Wilayah Buol belum terdapat

Kodim/Kramil, yang ada hanyalah di Toli-toli. Setelah pada tahun 1999 wilayah Buol

menjadi salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah, Lembaga

hukum yang berada di Kabupaten Buol mulai lengkap, seperti Polsek, Polres,

Kejaksaan dan Jawatan-jawatan hukum lainnya, seluruh lembaga hukum tersebut

106

telah berpusat di Kabupaten Buol, terkecuali TNI (Kodim/Kramil) yang belum ada

dan masih terdapat di Toli-toli.

Sekarang ini, meskipun lembaga-lembaga hukum sudah mulai lengkap di

Kabupaten Buol, namun tidak berfungsi sebagai mana mestinya, aturan-aturan yang

telah berlaku sudah mulai kurang diperhatikan lagi oleh masyarakat. Salah satu

contoh adalah atauran-aturan dalam lalu lintas, rambu-rambu lalu lintas yang ada

sudah tidak diperhatikan lagi seperti adanya lampu merah, yang seharusnya berhenti

masyarakat sudah tidak memperhatikannya lagi, begitu juga dengan aturan memakai

hlem, masyarakat sudah mulai kurang memakai hlm, akibatnya banyak terjadi

kecelakaan karena tidak memperhatikan dan mematuhi aturan-aturan tersebut.

2. Perubahan Budaya

Negara Indonesia adalah Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, yang

dihuni berbagai macam suku bangsa, ras dan etnik, yang mempunyai berbagai macam

ragam bahasa dan budaya. Salah satu budaya yang ada pada masyarakat Indonesia

pada umumnya adalah budaya kerja sama yang biasa dijumpai diberbagai daerah dan

mempunyai istilah masing-masing. Seperti halnya di Daerah Buol budaya gotong

royong dikenal sebagai motalyo (kerja sama,) dan di Derah Gorontalo dikenal sebagai

huyula (kerja sama) oleh masyarakat.

107

2.1.Gotong Royong

Perkembangan zaman dan majunya IPTEK telah membawa berbagai macam

perubahan khususnya bagi masyarakat Buol. Salah satu contoh adalah budaya gotong

royong yang ada pada masyarakat telah berubah dan jarang lagi dilakukan,

sebelumnya budaya gotong royong sangat kental dan selalu dilaksanakan oleh seluruh

masyarakat. Misalnya ketika salah satu warga membangun rumah, masyarakat

disekitar berbondong-bondong membantu untuk membangun rumah tersebut. Selain

itu, dahulu ketika seorang warga akan membuka lahan perkebunan, warga yang lain

akan ikut membantu warga tersebut dengan suka rela. Pada keadaan sekarang, hal

seperti ini sudah tidak tampak lagi pada masyarakat, yang ada hanyalah ketika

seorang warga membuka lahan baru, maka warga tersebut harus menyediakan modal

cukup untuk membayar orang yang akan membantunya, masyarakat lebih bersifat

individual dan sebagian sudah menggunakan tenaga mesin yang dianggap lebih

modern dan praktis. Di Daerah Buol gotong royong dikenal dengan “Motalyo”,

dalam bahasa Buol.

Kehidupan sosial budaya masyarakat Buol setelah bergabung dengan Toli-toli

sampai dengan terbentuknya Kabupaten Buol pada tahun 1999 semakin meningkat,

namun budaya gotong royong yang ada pada masyarakat sudah terkikis dan hilang.

Biasanya mereka mengerjakan sesuatu bersama-sama, sekarang sudah lebih bersifat

individual karena mereka sudah mengenal IPTEK dan lebih banyak menggunakan

tenaga mesin. Masyarakat sudah mulai tersentuh oleh modernisasi yang membuat

108

masyarakat berfikir ingin berubah di segala bidang sesuai perkembangan zaman dan

tuntutan hidup.

Dalam kehidupan masyarakat Buol kerja sama atau gotong royong sudah

jarang dilakukan dan bahkan tidak berlaku lagi. Akan tetapi kerja sama dalam hal

tertentu masih tetap terjalin dengan baik ketika dari pemerintah kabupaten, maupun

dari kecamatan untuk menghimbau masyarakat agar melakukan suatu pekerjaan,

sehingga seluruh masyarakat siap untuk melaksanakan pekerjaan yang ingin akan

diselesaikan.

Sebelum terbentuknya Kabupaten Buol masyarakat dalam melakukan suatu

pekerjaan selalu dilakukan bersama-sama tanpa mengharapkan imbalan. Sistem kerja

yang berlaku pada umumnya adalah bersifat gotong royong atau kerja sama atas dasar

kekerabatan. Pelaku pelaksana gotong royong atau kerja sama pihak yang

memerlukan tenaga kerja biasanya menyediakan makan dan minum bagi pekerja.

Setelah terbentuknya Kabupaten Buol Budaya gotong royong mulai berubah

dan bahkan sudah tidak ada lagi dilakukan. Masyarakat apabila melakukan sesuatu

pekerjaan sudah lebih bersifat individual atau menggunakan upahan kepada

masyarakat lain yang ingin bekerja. Selain itu, masyarakat sudah tersentuh dengan

peralatan modern yang lebih cepat dan praktis, sehingga menyebabkan budaya gotong

royong tidak lagi dilakukan dan hilang dari masyarakat.

109

Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosal budaya masyarakat

Buol :

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya

masyarakat Buol adalah letak Geografis, karena Kabupaten Buol berada di bagian

utara Provinsi Sulawesi Tengah dengan letak wilayah antara 0,35° – 1,20° LU dan

120,12° – 122,09° BT. Selain itu, wilayah Kabupaten Buol mempunyai batas wilayah

administrasi yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat.

Batas wilayah administrasi Kabupaten Buol adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara ------ Dengan Laut Sulawesi sekaligus Negara Fhilipina

- Sebelah Selatan ------ Dengan Provinsi Gorontalo dan Parigi Moutong

- Sebelah Timur ------ Dengan Provinsi Gorontalo

- Sebelah Barat ------ Dengan Kabupaten Toli-toli

a. Kabupaten Buol berbatasan dengan Negara Fhilipina

Negara Fhilipina adalah salah satu Negara yang berbatasan langsung dengan

laut sulawesi sekaligus berbatasan dengan Kabupaten Buol di bagian Utara, namun

daratan Negara Fhilipina tidak berhubungan secara langsung dengan daratan

Kabupaten Buol karena telah dipisahkan oleh laut dan mempunyai jarak yang sangat

jauh, sehingga menyebabkan Negara Fhilipina tidak berhubungan secara langsung

dan tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Buol.

110

b. Kabupaten Buol berbatasan dengan Parigi Moutong

Parigi Moutong adalah salah satu daerah yang berbatasan dengan Kabupaten

Buol di bagian selatan. Meskipun demikian, masyarakat Buol tidak berhubungan

secara langsung dengan masyarakat yang ada di Parigi Moutong, karena seperti

halnya dengan Negara Fhilipina, Kabupaten Buol mempunyai jarak yang sangat jauh

dan dibatasi oleh gunung-gunung serta tidak ada jalan yang menghubungkan secara

langsung antara Kabupaten Buol dengan Parigi Moutong, sehingga tidak

menyebabkan terjadinya kontak sosial budaya secara langsung antara masyarakat,

oleh karena itu, Parigi Moutong tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan sosial

budaya masyarakat Buol.

c. Kabupaten Buol berbatasan dengan Provinsi Gorontalo

Provinsi Gorontalo adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Buol di bagian timur. Letak Provinsi Gorontalo dengan Kabupaten Buol

sangat strategis, karena Provinsi Gorontalo adalah merupakan jalur utama yang

dilalui oleh masyarakat Buol untuk menuju ke daerah-daerah lain seperti Kota

Manado, sehingga menyebabkan kontak sosial budaya antara masyarakat sering

terjadi dan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial budaya

masyarakat. Salah satu contoh adalah banyak masyarakat Buol yang pergi bersekolah

di Provinsi Gorontalo, karena alat stransportasi sudah semakin banyak dan kondisi

Provinsi Gorontalo cukup aman untuk menimbah ilmu pengetahuan. Melihat realita

111

tersebut, banyak masyarakat Buol yang berada di Provinsi Gorontalo setelah kembali

ke Daerah Buol sudah terpengaruh oleh cara-cara hidup modern dan budaya-budaya

yang ada di Provinsi Gorontalo, sehingga menyebabkan perubahan sosial budaya

pada masyarakat.

d. Kabupaten Buol berbatasan dengan Kabupaten Toli-toli.

Kabupaten Toli-toli adalah salah satu daerah yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Buol, seperti halnya Kabupaten Buol dengan Provinsi Gorontalo,

letak Kabupaten Toli-toli sangat strategis dan memberikan peluang bagi masyarakat

Buol untuk melakukan kontak sosial budaya secara langsung antara masyarakat,

karena Kabupaten Toli-toli merupakan jalur utama yang dilewati masyarakat untuk

menuju ke daerah-daerah lain seperti Kota Palu. Melihat keadaan tersebut, banyak

masyarakat Buol berhubungan secara politik, sosial, ekonomi, budaya, sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat.

4.4.2. Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kehidupan Masyarakat

Setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat

akan memberikan suatu dampak, baik dampak yang bersifat positif maupun yang

bersifat negatif.

112

a. Dampak Positif

Majunya zaman dan berkembangnya ilmu teknologi telah merubah kehidupan

sosial budaya dalam masyarakat dan memberikan suatu dampak yang positif antara

lain :

1. Masyarakat telah mengenal teknologi modern, seperti mesin penggiling padi,

traktor (mesin pembajak sawah) yang membuat masyarakat lebih mudah dan

praktis bekerja walaupun tanpa memerlukan bantuan orang lain.

2. Masyarakat yang bekerja menggunakan tenaga manusia dan peralatan

tradisional, sekarang sudah menggunakan tenaga mesin dan peralatan modern.

3. Budaya-budaya dan tradisi masyarakat dikembangkan melalui musik modern.

4. Pembangunan-pembangunan sudah mulai ada di wilayah Kabupaten Buol.

5. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Buol.

6. Pendidikan dan ilmu pengetahuan masyarakat meningkat, seperti penggunaan

Hp, ATM, Internet, Facebook, mesin ketik Komputer/Laptop.

7. Masuknya masyarakat trans dan suku-suku lain di Kabupaten Buol membuat

masyarakat menjadi lebih aktif dan semangat untuk bekerja

8. Komunikasi dan pelayanan dalam masyarakat lebih mudah.

9. Alat transportasi sudah lebih maju dan sangat banyak sperti sepeda motor,

mobil, kapal laut bahkan Daerah Buol sudah mempunyai lapangan udara

(bandara pesawat) sendiri.

113

10. Masyarakat sudah bisa mengetahui perkembangan dan informasi yang berada

di wilayah lain.

11. Masyarakat mempunyai kesempatan untuk mngadakan festifal lomba

ketingkat Provinsi dan Nasional, serta masyarakat sudah mengadakan

pendataan BCB (Benda Cagar Budaya) yang ada di Kabupaten Buol seperti,

budaya-budaya peninggalan sejarah, kuburan kramat, dan istanah Raja Buol

(Rumah Adat).

12. Adanya kebebasan untuk bersekolah dan beraktifitas

13. Kehidupan masyarakat lebih meningkat dari sebelumnya.

14. Masuknya budaya-budaya asing/barat dapat memperkaya budaya dalam

masyarakat.

b. Dampak Negatif

Majunya zaman dan berkembangnya ilmu teknologi membawa perubahan dan

dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat antara lain :

1. Budaya-budaya dan tradisi khususnya budaya gotong royong dalam

masyarakat sudah tidak ada lagi dilakukan

2. Hubungan-hubungan dan sifat kekeluargaan dalam masyarakat mulai hilang.

3. Benda-benda sebagai bukti peninggalan sejarah masyarakat Buol jarang

diperhatikan lagi.

114

4. Permainan-permainan tradisional sebagai salah satu budaya dan tradisi

masyarakat yaitu permainan gasing yang menandakan waktunya menanam

padi, dan permainan layang-layang yang menandakan musim panen padi,

sekarang sudah tidak ada.

5. Etika dan moral dalam masyarakat mulai berkurang, mereka mulai memanggil

nama kepada orang yang lebih tua.

6. Masyarakat lebih suka berbahasa asing (inggris) dari pada berbahasa daerah

sendiri.

7. Masyarakat mulai bersifat individual.

8. Kurangnya perhatian dan kesadaran terhadap hukum /peraturan-peraturan

yang berlaku dalam masyarakat.

9. Masyarakat lebih suka memakai peralatan modern atau tenaga mesin dari

pada tenaga manusia.