BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN · 2018. 7. 24. · Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN · 2018. 7. 24. · Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang...
-
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil SMA Negeri 1 Boja
SMA Negeri 1 Boja merupakan salah satu
Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kendal, yang
beralamat di jalan Raya Bebengan Nomor 203 D
Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Provinsi
Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang didirikan
pada tanggal 22 November 1985 itu, sekarang
dipimpin oleh Bapak Asari S.Pd. Lokasi sekolah ini
sangat strategis karena tèrletak di jalan raya
dimana semua angkutan melewati akses jalan
tersebut. Sekolah ini memiliki luas tanah sekitar
28.000 m2, luas bangunan 5.683 m2, luas halaman
1007 m2, luas lapangan olahraga 9584 m2, dan lain-
lain 7378 m2. Tanah sekolah ini sepenuhnya milik
negara. Bangunan sekolah pada umumnya dalam
kondisi baik.
Berdasarkan tuntutan dan tantangan yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah
-
47
(PP) nomor 19 tahun 2005 dan Peranturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 22 dan 23 tahun 2006,
SMA Negeri 1 Boja memiliki visi “Terwujudnya SMA
Unggul yang Religius, Berdaya Saing Global,
Berwawasan Lingkungan dan Berakar pada Budaya
Bangsa. Melalui visi ini diharapkan mampu
memberikan dorongan dan motivasi kepada seluruh
warga SMA Negeri 1 Boja memahami apa yang ingin
dicapainya, dan secara bersama-sama berupaya
keras untuk mencapai visi tersebut melalui misi
yang ditetapkan. Misi SMA Negeri 1 Boja antara lain:
(1) Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan
di SMA Negeri 1 Boja, berupa sarana-prasarana dan
infra struktur pendidikan (sekolah) dan penunjang
lainnya. (2) Memperluas keterjangkauan layanan
pendidikan yaitu mengupayakan kebutuhan biaya
pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat,
dengan mencari sumber-sumber yang sah. (3)
Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan
pendidikan, sebagai upaya mencapai kualitas
pendidikan yang berstandar internasional dalam
rangka meningkatkan mutu dan daya saing di era
global. (4) Mewujudkan kesetaraan dalam
memperoleh layanan pendidikan, tanpa
-
48
membedakan layanan pendidikan antar wilayah,
suku, agama, status sosial, serta gender. (5)
Menjamin kepastian memperoleh layanan
pendidikan. (6) Adanya penjaminan bagi lulusan
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja
sesuai kompetensi.
SMA Negeri 1 Boja pada tahun ajaran
2014/2015 memiliki 27 rombongan belajar yang
terdiri dari 9 rombongan belajar Kelas X (sepuluh)
meliputi 4 kelas jurusan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA), 4 kelas jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dan 1 kelas jurusan
Bahasa dengan menggunakan Kurikulum 2013, dan
9 rombongan belajar kelas XI (sebelas) yang juga
meliputi 4 kelas jurusan MIPA, 4 kelas jurusan IPS
dan 1 kelas jurusan Bahasa
menggunakan Kurikulum 2013, serta 9 rombongan
belajar kelas XII (dua belas) meliputi 4 kelas jurusan
IPA, 4 kelas jurusan IPS dan 1 kelas jurusan Bahasa
yang masih menggunakan Kurikulum KTSP dan
menggunakan sistem kelas regular / sistem paket.
Jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 823
http://id.wikipedia.org/wiki/KTSPhttp://id.wikipedia.org/wiki/KTSP
-
49
siswa yang terdiri 275 siswa laki-laki dan 548 siswa
perempuan.
SMA Negeri 1 Boja dipimpin oleh seorang
Kepala Sekolah dan dibantu oleh tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang berkompeten di
bidangnya. Jumlah tenaga pendidik yang
berstatus PNS sebanyak 43 orang terdiri dari 20
orang guru laki-laki dan 23 orang guru perempuan
dan guru PNS dari sekolah lain (pemenuhan
mengajar 24 jam) sebanyak 3 terdiri 2 orang guru
laki-laki dan 1 orang guru perempuan, sedangkan
tenaga guru yang berstatus guru tidak tetap
sebanyak 10 orang terdiri dari 5 guru laki-laki dan
5 guru perempuan. Jumlah guru yang sudah lulus
sertifikasi sampai dengan tahun 2014 berjumlah 36
orang. Selain itu, SMA Negeri 1 Boja memiliki 19
orang tenaga kependidikan yang terdiri 4 pegawai
berstatus PNS dan 15 pegawai berstatus guru tidak
tetap. Tenaga kependidikan ini tersebar mulai tenaga
administrasi, teknisi, perpustakaan, laboran,
satpam, dan kebersihan.
Berdasarkan data dari Tata Usaha SMA Negeri
1 Boja, diketahui bahwa dari tenaga pendidik (guru)
PNS maupun wiyata bakti SMA Negeri 1 Boja
http://id.wikipedia.org/wiki/PNShttp://id.wikipedia.org/wiki/Guruhttp://id.wikipedia.org/wiki/2009
-
50
berkualifikasi pendidikan S2 sebanyak 6 orang,
selebihnya semua hampir berkualifikasi pendidikan
SI, hanya tinggal 2 orang yang berijasah D3 dan saat
ini masih menempuh pendidikan S1.
Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Boja
sudah tergolong cukup lengkap untuk mendukung
pelaksanaan proses pembelajaran. Fasilitas tersebut
meliputi 27 ruang kelas, 5 laboratorium
(laboratorium fisika, biologi, kimia, bahasa dan TIK),
perpustakaan, UKS, ruang OSIS, gudang, ruang
guru, ruang TU, ruang KS, ruang media, gedung
serba guna dan sarana olah raga (lapangan sepak
bola, lapangan basket, lapangan bola voly, lapangan
bulu tangkis dan perlengkapan tenis meja), toilet
guru dan siswa, mushola, koperasi, kantin, pos
satpam, tempat parkir.
4.1.2 Konteks Kepemimpinan Partisipatif SMA
Negeri 1 Boja dalam Peningkatan
Kompetensi pedagogis Guru
Konteks dalam penelitian ini adalah latar
belakang, kebijakan dan komitmen penerapan
kepemimpinan partisipatif di SMA Negeri 1 Boja.
SMA Negeri 1 Boja sudah berumur 29 tahun sejak
didirikan pada bulan Juli 1985. Gaya kepemimpinan
-
51
kepala sekolah yang efektif diperlukan di SMA Negeri
1 Boja dalam menghadapi perubahan lingkungan
yang dinamis. Guru berinteraksi dengan kepala
sekolah dengan intensitas sering sehingga proses
kepemimpinan berjalan dengan lancar, sebagaimana
diungkap dalam petikan wawancara berikut.
Kepala sekolah berinteraksi dengan guru kapan saja. Kepala sekolah sangat terbuka dalam membangun komunikasi dengan guru baik secara formal maupun informal (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan
petikan wawancara berikut.
Interaksi antara guru dan Kepala Sekolah terjadi setiap hari, akan tetapi Kepala Sekolah menyediakan waktu minimal 1x dalam sebulan untuk berinteraksi dengan guru secara langsung (pada hari Senin minggu ke-2). Namun, diluar jadwal tersebut, koordinasi dilakukan jika ada kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat periodik maupun kegiatan yang bersifat urgent (mendadak). Selain itu, setiap guru bisa secara langsung berinteraksi/ menghadap Kepala Sekolah jika diperlukan (Wawancara Guru 1, 4/2/2015).
Kepemimpinan kepala sekolah sangat
berperan penting dalam memajukan SMA Negeri 1
Boja. Melalui gaya kepemimpinannya, kepala
sekolah menerapkan aktivitas dalam pengambilan
keputusan, konsultasi dan delegasi wewenang dalam
rangka meningkatkan kompetensi pedagogis guru.
Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
-
52
mengkoordinasikan, menggerakkan dan
menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang
tersedia di sekolah dalam upaya untuk peningkatan
kompetensi tersebut. Berdasarkan wawancara
dengan beberapa orang guru, ternyata kepala
sekolah selalu turun ke bawah untuk meninjau
siswa, guru-guru dan sekaligus menjalin hubungan
sosial dan emosional. Konsultasi dilakukan dengan
siswa, guru dan karyawan juga rutin dilakukan baik
jika terdapat permasalahan maupun tidak. Hal ini
sesuai dengan petikan wawancara berikut.
Konsultasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung permasalahan yang dihadapi oleh guru. Konsultasi kelompok misalnya mengenai pembuatan perangkat pembelajaran. Kepala Sekolah mengumpulkan guru dalam rangka pembuatan perangkat, menampung kendala-kendala yang dihadapi guru kemudian memberi jalan keluar/ kemudahan, misal dengan memperbaiki/ menambah sarana prasarana untuk menunjang tugas guru dalam melengkapi perangkat pembelajaran (Wawancara Guru 1, 4/2/2015).
Berdasarkan studi dokumentasi terhadap
notulen rapat Pleno anggota komite sekolah tanggal
10 September 2014 tertulis bahwa Kepala sekolah
menghimbau dan mengajak semua orang tua /wali
murid untuk bersama sama bersemangat
memajukan sekolah ini untuk bersaing dengan
sekolah lain, juga menanamkan disiplin kepada
-
53
peserta didik. Kepala sekolah juga menghimbau
kepada orang tua bila ada masalah agar dibicarakan
secara baik-baik dengan pihak sekolah karena
kepala sekolah selalu membuka diri untuk
menerima aspirasi dari seluruh stakeholder sekolah.
Bapak Andang Kuswandriyo selaku orang tua siswa
juga memberikan apresiasi atas kemajuan sekolah.
Ketua Komite Sekolah di saat yang sama
juga menyampaikan bahwa semua program yang
telah dirancang dan dimusyawarahkan bertujuan
untuk kualitas proses pembelajaran dan
penambahan sarana prasarana.
Sebelum rapat pleno diadakan, juga diadakan
rapat koordinasi dengan seluruh pengurus Komite
Sekolah pada tanggal 19 Mei 2014 dan 2 September
2014 untuk membahas RAKS, RAPBS, Program
kegiatan sekolah, permasalahan-permasalahan yang
sekolah hadapi dan hal-hal lain yang penting untuk
kemajuan sekolah. Kepala sekolah juga berharap
agar sering mengadakan koordinasi dengan seluruh
stakeholder sekolah untuk membahas kemajuan
peserta didik.
Hal ini menunjukan bahwa kepala sekolah
selalu melibatkan komite sekolah untuk menyusun
-
54
program-program sekolah dan juga bermusyawarah
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
sekolah.
Dari notulen rapat juga diketahui bahwa
selain dengan komite sekolah, kepala sekolah juga
sering mengadakan rapat koordinasi dengan wali
kelas dan wakil kepala sekolah semua bidang serta
staf seperti rapat tentang verikasi nilai semester
genap yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni
2014, rapat koordinasi pembagian tugas, rapat pleno
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang
dilaksanakan tanggal 3 Juni 2014, rapat koordinasi
Ulangan Akhir Semester (UAS) pada tanggal 4
Desember 2014, dan lain-lain. Dalam rapat
pembagian tugas kepala sekolah dan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum menyampaikan
bagaimana menyusun perangkat pembelajaran yang
benar, tentang program induksi guru, tentang tugas
dan tanggungjawab guru, dan tentang Penilaian
Kinerja Guru.
Guru dan karyawan juga diberi kesempatan
untuk menyampaikan kritik dan saran tentang
segala hal yang menyangkut persekolahan pada saat
-
55
rapat koordinasi. Kemudian kepala sekolah memberi
respon dan tindak lanjut sebagaimana mestinya.
Dari wawancara dan studi dokumentasi dapat
disimpulkan bahwa Kepala Sekolah selau berdiskusi
dengan pengurus komite sekolah, para Wakil Kepala
Sekolah, guru guru dan staf administrasi sebelum
melaksanakan program program sekolah. Ini
menunjukkan bahwa Kepala Sekolah sudah
menerapkan model MBS yang mendorong partisipasi
langsung dari seluruh warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah. Hal
ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh
(Nurkolis, 2003:107) bahwa Model MBS di Indonesia
disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai
model manajemen yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah,
dan mendorong partisipasi secara langsung warga
sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Gaya kepemimpinan partisipatif sangat
menentukan keberhasilan penyelenggaran proses
pendidikan di sekolah. Ketika kepala sekolah sering
-
56
turun ke bawah untuk mengetahui keluhan keluhan
serta masukan dari siswa dan guru, maka program
sekolah dapat dikontrol dengan baik.
Wawancara yang dilakukan terhadap kepala
sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah
berpendapat bahwa warga sekolah perlu dilibatkan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
memimpin sekolah. Kepala sekolah memandang
pentingnya melibatkan wakil kepala sekolah dan
guru sesuai dengan hak dan kewajibannya. Hal ini
terlihat pada petikan wawancara berikut.
Yang pertama kaitannya dengan pengampilan keputusan dibagi menjadi keputusan yang harus melibatkan stake holder misalnya tentang membangun sekolah tentunya kita melibatkan mulai dari guru, karyawan, tokoh masyarakat, dan pengurus komite sekolah. Kalau yang berhubungan dengan program sekolah kita harus menerima masukan dari semua komponen setelah disepakati melalui rapat pleno maka menjadi suatu keputusan yang harus dijalankan. Kalau keputusan yang sifatnya yang berhubungan dengan operasional harian sekolah tentu kita akan musyarawarah dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan wewenang masing-masing karena di sekolah itu pada dasarnya hak dan kewajiban ada di kepala sekolah dibagi habis tapi tugas dan kewajiban itu berdasarkan struktur organisasi sekolah. Jadi tentu kita tidak bisa melakukan sendiri tapi dilakukan oleh pihak yang berwenang misalnya masalah kurikulum dan implementasinya di lapangan tentu saya akan konsultasi dengan waka kurikulum dan staf-stafnya dan orang-orang yang berkompetensi di bidangnya (Wawancara KS, 09/02/2015).
-
57
Berdasarkan petikan wawancara dengan
kepala sekolah di atas, dapat dipahami bahwa
Kepala SMA Negeri 1 Boja mengklasifikasikan
konteks kepemimpinan partisipatif dari sudut
pandang pengambilan keputusan ke dalam dua jenis
berdasarkan orang-orang yang terlibat, yaitu
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
stakeholder dan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kegiatan operasional harian.
Keputusan yang harus melibatkan stakeholder
misalnya adalah keputusan membangun sekolah.
Jika ada keputusan seperti itu, maka kepala sekolah
berpendapat bahwa penting melibatkan guru,
karyawan, tokoh masyarakat, hingga komite
sekolah. Kepala sekolah memandang bahwa sekolah
tidak hanya dimiliki oleh warga sekolah, melainkan
juga pihak-pihak yang berkepentingan dengan
sekolah, sehingga pengambilan keputusan yang
besar harus melibatkan komite sekolah hingga tokoh
masyarakat.
Demikian juga dengan keputusan yang
berkaitan dengan operasional harian, artinya
kegiatan-kegiatan teknis untuk menjalankan fungsi-
fungsi sekolah, keputusan diambil dengan
-
58
melibatkan para staf sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat dipahami
bahwa kepala sekolah menerapkan kepemimpinan
partisipatif dalam manajemen kepemimpinan di SMA
Negeri 1 Boja.
Demikian juga dengan hasil wawancara
dengan wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah
dilibatkan oleh kepala sekolah sesuai dengan bidang
tugas masing-masing. Kepala sekolah memiliki
program kerja yang disusun berdasarkan
musyawarah dan meminta wakil kepala sekolah
untuk mengimplementasikan dengan kontrol dari
kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan petikan
wawancara sebagai berikut.
Pada prinsipnya saya selaku bidang kurikulum berinteraksi dengan kepala sekolah dalam bidang kurikulum, misalnya interaksi yang kami lakukan dengan kepala sekolah, itu setiap saat dari pagi, jam istirahat dan selesai kegiatan pembelajaran itu dalam kaitan interaksi harian, kemudian dalam mingguan kami selalu melaporkan kegiatan-kegiatan yang kami bidangi pada hal-hal yang perlu kita evaluasi atau kegiatan yang akan kita laksanakan dalam kegiatan di sekolah (Wawancara Wakasek, 06/02/2015).
Dalam petikan wawancara tersebut, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum menunjukkan
bahwa interaksi antara kepala sekolah dengan wakil
-
59
kepala sekolah sangat intens, hal ini menunjukkan
bahwa kepala sekolah melibatkan wakilnya dalam
banyak hal berkaitan dengan kurikulum. Fakta ini
mengkonfirmasi bahwa memang kepemimpinan yang
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boja adalah
kepemimpinan partisipatif.
Demikian juga interaksi dengan guru, kepala
sekolah berinteraksi dengan guru dalam konteks
kepemimpinan partisipatif secara efektif. Hal ini
dikonfirmasi dengan petikan wawancara berikut.
Kapan saja guru bisa berinteraksi dengan kepala sekolah. Seringkali, briefing antara guru dan kepala sekolah dilakukan minimal 1x dalam seminggu. Jika guru mempunyai hal yang ingin dibicarakan dengan Kepala Sekolah, maka guru dapat melakukan pertemuan tersendiri (Wawancara Guru 3, 6/2/2015).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan partisipatif telah disadari sebagai
pola kepemimpinan yang penting untuk diterapkan
di sekolah dengan mempertimbangkan keikutsertaan
warga sekolah dalam menjalankan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Melalui kepemimpinan
partisipatif, diharapkan semua kebijakan sekolah
direspon dengan baik oleh semua stakeholder, tidak
terkecuali guru guru, sehingga mereka mempunyai
komitmen untuk senantiasa meningkatkan
-
60
kompetensinya. Dengan demikian sekolah berarti
telah menerapkan kebijakan pemerintah tentang
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
4.1.3 Input Kepemimpinan Partisipatif dalam
peningkatan kompetensi pedagogis
Untuk meningkatkan kompetensi pedagogis
guru, diperlukan berbagai input antara lain guru,
saranaprasarana, siswa, keuangan. Wawancara
dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala
sekolah menerima banyak masukan berhubungan
dengan program sekolah mulai dari guru, karyawan,
tokoh masyarakat, dan komite sekolah. Sekolah juga
didukung sarana prasarana yang harus dikelola
dengan melibatkan stakeholder dan pihak-pihak
yang diberikan wewenang mengelola asset sekolah.
Kaitannya dengan sarana prasarana, pada prinsipnya sama dengan tadi di atas, ada yang melibatkan stakeholder, ada yang hanya beberapa orang yang sudah diberi wewenang misalnya pengadaan gedung,tempat parkir, lapangan,dsb itu mesti melibatkan masyarakat hal ini adalah komite. Dalam bidang sarana yang sifatnya ringan operasional sehari-hari contoh misalnya pengadaan ATK (alat tulis kantor) maka yang terlibat adalah pengurus barang, wakil kepala bidang sarana prasarana, petugas belanja dan bendahara dan tidak sampai ke komite sekolah, karena sudah diputuskan pada rapat komite.
-
61
Kepala sekolah tidak melakukan sendiri karena sudah didelegasikan kepada pihak yang berwenang. Kepala sekolah hanya mengontrol, mengkoordinasikan mulai dari merencanakan sampai dengan belanja (Wawancara KS, 09/02/2015).
Petikan wawancara tersebut menunjukkan
bahwa sekolah memiliki aset infrastruktur yang
pengadaan maupun pengelolaannya melibatkan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah,
seperti komite sekolah maupun warga sekolah.
Kepala sekolah menegaskan bahwa tugasnya hanya
mengontrol, mengkoordinasikan dari perencanaan
hingga melakukan belanja perlengkapan. Keputusan
terkait sarana prasarana dilakukan secara bersama-
sama sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Input lainnya bersumber dari kompetensi
guru. SMA Negeri 1 Boja memiliki jumlah guru yang
cukup besar, yaitu 43 orang yang mengampu
berbagai mata pelajaran. Guru juga merupakan aset
sekolah di bidang sumber daya manusia. Hal yang
penting dari guru adalah kualitas SDM yang ditinjau
dari kompetensi-kompetensi yang dimilikinya, salah
satunya adalah kompetensi pedagogis. Berdasarkan
wawancara dengan wakil kepala sekolah juga
menyebutkan bahwa wakil kepala sekolah
-
62
membantu kepala sekolah dalam mengelola guru
dengan berbagai macam karakter dan kompetensi
yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikonfirmasi pada
petikan wawancara berikut.
Seperti saya ungkap di depan karena di SMA guru tentu banyak karakter dan pada saat tertentu kita sudah melakukan pembekalan misalnya dalam bentuk IHT berkaitan dengan pembelajaran, berkaitan dengan persiapan mengajar dan sebagainya. Pada prakteknya di lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran yang saya amati teman-teman dalam hal melaksanakan proses pembelajaran pada umumnya sudah melaksanakan apa yang sudah direncanakan kemudian di lanjutkan dalam hal pelaksanaan. Berkaitan dengan pelaksanaan karena guru prinsipnya salah satu tugasnya sebagai motivator maka tentunya siswa di kelas juga bervariasi, dengan variasi-variasi tadi mungkin ada siswa yang kurang, maka pada saat saya mewakili kepala sekolah dalam melaksanakan pendelegasian supervisi banyak teman yang sudah memotivasi siswa. Kaitannya dengan motivasi tadi ada yang dengan cara memberi suatu reward atau penghargaan dengan suatu bahasa-bahasa tertentu yang tentunya akan memberikan motivasi siswa dalam hal pembelajaran, khususnya mata pelajaran yang guru ampu tersebut, kalau ada siswa yang kurang memperhatikan, guru memberi suatu punishment atau teguran, namun hukuman-hukuman tersebut sifatnya teguran, dan mendidik yang dilakukan oleh guru (Wawancara Wakasek, 06/02/2015).
Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum
banyak menyoroti kompetensi pedagogis guru yang
bervariasi terutama dalam hal pemberian motivasi
-
63
kepada siswa. Banyak guru yang telah menerapkan
pemberian motivasi melalui reward dan punishment.
Wakil kepala sekolah memandang bahwa guru
sudah menerapkan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan dan juga sesuai dengan ilmu yang
diperoleh dari kegiatan In House Training (IHT) yang
diselenggarakan oleh sekolah. Misalnya IHT tentang
pembelajaran berbasis Information Technology,
tentang penulisan karya ilmiah, tentang kurikulum
2013, dan sebagainya.
Berdasarkan studi dokumentasi, dapat
diketahui bahwa SMAN 1 Boja sudah mempunyai
fasilitas pembelajaran yang bagus seperti 4
laboratorium, lapangan basket, tenis dan sepakbola,
LCD yang tersedia di tiap ruang kelas dan
sebagainya. Dengan adanya fasilitas tersebut tentu
mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan berbagai metode dan model
sehingga proses pembelajaran akan lebih menarik
dan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.
Siswa siswa SMAN 1 Boja berasal dari
berbagai latar belakang. Dari latar belakang yang
berbeda itu berarti merupakan tantangan bagi guru
untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
-
64
menarik sehingga nantinya akan menghasilkan
output yang bagus. Disinilah letak pentingnya
penguasaan kompetensi pedagogis guru.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa input yang berupa guru, siswa ,sarana
prasarana, dan dana yang dimiliki sekolah harus
dikelola dengan sebaik baiknya oleh kepala sekolah
melalui kepemimpinan partisipatif.
4.1.4 Proses Kepemimpinan Partisipatif dalam
peningkatan kompetensi pedagogis guru
Proses dalam penelitian ini terdiri dari tiga
aktivitas kepemimpinan partisipatif, yaitu: (1)
pengambilan keputusan, (2) konsultasi, (3)
pendelegasian wewenang.
4.1.4.1 Pengambilan Keputusan
Kepala sekolah menyebutkan bahwa setiap
pengambilan keputusan selalu melibatkan pihak-
pihak terkait dan dimusyawarahkan di forum rapat.
Jika ada kendala, karena kepala sekolah merupakan
penanggung jawab utama, maka kepala sekolah bisa
memberikan bantuan dan memastikan bahwa
-
65
masalah itu dapat diselesaikan. Hal ini sebagaimana
petikan wawancara berikut.
Jika ada kendala karena kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama maka kepala sekolah bisa memberikan bantuan tergantung dari masalah apa yang dihadapi. Kalau ada masalah yang berat atau ringan yang jelas kepala sekolah memastikan bahwa masalah itu dapat diselesaikan dan harapannya adalah masalah itu dapat diselesaikan oleh masing-masing pihak, kepala sekolah tidak melakukan sendiri tetapi justru kawan-kawan pelaksanaannya (Wawancara KS, 09/02/2015).
Wawancara dengan para guru juga
mengkonfirmasi proses partisipasi dalam
pengambilan keputusan ini. Guru berpendapat
bahwa kepala sekolah selalu melibatkan stakeholder
dalam pengambilan keputusan. Guru sering
dilibatkan baik dalam hal akademis seperti
permasalahan siswa maupun non akademis seperti
pembangunan gedung baru. Guru juga merasa
dihargai karena perannya yang diakui sebagai roda
penggerak program-program sekolah. Hal ini sesuai
dengan petikan wawancara berikut.
Proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan sekolah dilakukan secara proporsional sesuai dengan kepentingan dan masalah yang berkaitan. Dalam hal peningkatan kinerja sekolah, semua komponen sekolah dilibatkan melalui rapat dinas. Apabila ada permasalahan di sekolah, pengambilan keputusan akan melibatkan
-
66
komponen sekolah yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Untuk penyediaan sarana dan prasarana, pengambilan keputusan hanya melibatkan pengadaan barang. Sementara guru dilibatkan dalam pembicaraan dan musyawarah yang berhubungan dengan kinerja guru atau masalah siswa (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).
Hal itu juga didukung dengan petikan
wawancara dengan dua orang guru sebagai berikut.
Proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan sekolah dilakukan secara bersama-sama dalam suatu rapat yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah (Wawancara Guru 1, 4/2/2015). Tentang proses pengambilan keputusan, guru dilibatkan dalam hal yang bersifat akademis/non akademis, contohnya rencana pembangunan gedung baru sekolah ataupun juga tentang masalah peserta didik. Guru selalu dilibatkan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah, karena guru sebagai roda penggerak utama jalannya sekolah (Wawancara Guru 4, 14/2/2015).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah sudah menerapkan gaya
kepemimpinan partisipatif. Kepala sekolah selalu
bermusyawarah dengan seluruh stakeholder,
meminta saran dan masukan sebelum mengambil
keputusan.
-
67
4.1.4.2 Respon terhadap Konsultasi
Berkaitan dengan proses konsultasi, kepala
sekolah berpendapat bahwa pada dasarnya semua
kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan siswa,
guru dan staf tata usaha, itu semua harus
dikonsultasikan artinya kepala sekolah harus tahu.
Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap
kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
wewenang masing-masing. Walaupun sudah ada
programnya tetap harus dikonsultasikan misalnya
akan mengadakan ulangan umum, UTS tentu
wakasek kurikulum akan konsultasi bagaimana
pelaksanaan, pendanaan dan sebagainya. Jadi
konsultasi wajib sifatnya baik diminta maupun tidak
termasuk guru-guru yang bermasalah dalam arti
masalah menjalankan tugasnya. Apalagi guru baru
harus banyak konsultasi. Hal ini dikonfirmasi
dengan petikan wawancara berikut.
Pengertian konsultasi di sini misalnya konsultasi yang berkaitan dengan tugas masing-masing. Contoh wakasek sarana dalam menjalankan tugasnya tentu sebelum dijalankan dia harus konsultasi dulu dengan kepala sekolah. Pada dasarnya semua kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan siswa, guru dan TU itu semua harus dikonsultasikan artinya kepala sekolah harus tahu. Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan wewenang masing-masing. Walaupun
-
68
sudah ada programnya tetap harus dikonsultasikan misalnya akan mengadakan ulangan umum, UTS tentu wakasek kurikulum akan konsultasi bagaimana pelaksanaan, pendanaan dan sebagainya. Jadi konsultasi wajib sifatnya baik diminta maupun tidak termasuk guru-guru yang bermasalah dalam arti masalah menjalankan tugasnya. Apalagi guru baru harus banyak konsultasi (Wawancara KS, 09/02/2015).
Dalam petikan wawancara tersebut, kepala
sekolah juga memandang bahwa proses konsultasi
merupakan proses yang penting karena melalui
proses tersebut kepala sekolah bisa melakukan
pengawasan.
Jika ada permasalahan, intervensi yang
dilakukan oleh kepala sekolah bukan bersifat
pengambilalihan tugas, melainkan hanya
memberikan alternatif solusi. Hal ini sesuai dengan
petikan wawancara berikut.
Segala sesuatu sudah sesuai dengan tugas dan wewenangnya tetapi saya menyadari tidak semua orang mampu menjalankan tugas itu. Apabila tidak mampu, kepala sekolah melakukan intervensi . Ini bukan intervensi mengambil alih tugas tetapi untuk diberi jalan keluar dengan jalan musyawarah. Misalnya ada guru mengajarnya siswanya ramai maka guru tersebut diajak diskusi karena itu guru baru yang sudah mampu tapi minder maka saya arahkan dan beri motivasi dan yang penting kita evaluasi dan dikontrol, tanpa ada kontrol yang baik tidak akan dapat menjadi baik. Dukungannya dengan memberikan masukan, jalan keluar. Tindak lanjutnya yaitu kita awasi
-
69
terus, kita kontrol sehingga apa yang dikehendaki bersama dipastikan akan terjadi perubahan. Misalnya guru tidak bisa menguasai kelas tadi kita beri dorongan dengan pengalaman kita, tindak lanjutnya kita pantau untuk memastikan kita diskusi agar ada perubahan dari guru tersebut (Wawancara KS, 09/02/2015).
Ada beberapa pola yang diterapkan kepala
sekolah berkaitan dengan konsultasi guru, yaitu
konsultasi individu dan kelompok. Konsultasi sering
dilakukan oleh guru apabila ada permasalahan yang
berkaitan dengan kinerja guru atau berkaitan
dengan permasalahan siswa. Hal ini dikonfirmasi
dengan petikan wawancara dengan dua orang guru
berikut.
Konsultasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung permasalahan yang dihadapi oleh guru. Konsultasi antara kepala sekolah dan guru dilakukan apabila terjadi masalah yang berhubungan dengan kinerja guru atau permasalahan siswa. Hal ini penting dilakukan karena gurulah yag paling mengerti kondisi siswa sehari-hari. Kesepakatan pada setiap konsultasi dilakukan secara mufakat dengan pertimbangan kepala sekolah dalam menentukan sasaran-sasaran yang akan dibidik. Kepala sekolah melakukan intervensi pada penyelesaian masalah yang akan berdampak pada sekolah. Kepala sekolah mengggunakan pendekatan personal dan juga pedekatan terbuka, yaitu langsung mengungkapkan di depan forum. Dukungan yang diberikan kepala sekolah belum terlihat secara konkret namun kepala sekolah telah melaksanakan pengawasan sebagai tindak lanjut konsultasi (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).
-
70
Untuk konsultasi di SMA Boja ada kondisi yang kondusif karena selama ini kepala sekolah tidak pernah membatasi , kepala sekolah memberi bimbingan dan arahan dan petunjuk setiap saat kepala sekolah siap. Konsultasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan. Kepala sekolah sering membuka diri setiap rapat kalau ada hal-hal tertentu yang perlu disampaikan, dengan terbuka kepalasekolah selalu menyediakan waktu untuk konsultasi tersebut. Ini menunjukan bukti bahwa kepala sekolah tidak otoriter. (Wawancara guru agama 14/2/15)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
konsultasi sangat penting dalam kepemimpinan
partisipatif. Konsultasi adalah bagian dari
komunikasi. Komunikasi yang baik antara kepala
sekolah dan guru akan menghasilkan guru yang
termotivasi untuk meningkatkan kompetensinya.
4.1.4.3 Pendelegasian Wewenang
Berkaitan dengan aktivitas pendelegasian
wewenang, kepala sekolah memandang hal tersebut
yang paling penting dalam manajemen. Pembagian
wewenang dari atasan kepada struktur organisasi
itu wajib hukumnya karena pada dasarnya
wewenang itu dimiliki oleh kepala sekolah tetapi
tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas
dan wewenang yang begitu banyaknya. Oleh karena
-
71
itu, dalam organisasi baik wewenang itu didistribusi
sesuai dengan bidang masing-masing. Hal ini sesuai
dengan petikan wawancara berikut.
Ini hal yang paling penting dalam manajemen yaitu pembagian wewenang dari atasan kepada struktur organisasi itu wajib hukumnya karena pada dasarnya wewenang itu punya kepala sekolah tetapi tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas dan wewenang yang begitu banyaknya. Oleh karena itu dalam organisasi baik wewenang itu kita bagi habis sesuai dengan bidang masing-masing. Misalnya bidang kurikulum kita delegasikan wakasek kurikulum dan staf, demikian pula yang lain termasuk tukang kebun itu juga diberi wewenang. Semua mendapat tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas dan wewenang yang baik akan menentukan berhasil tidaknya program organisasi ini. Nanti kalau ada masalah atau kendala dalam pelaksanaannya maka kita adakan evaluasi atau kontrol . Harus ada kontrol atau evaluasi, dan yang paling penting lagi suri tauladan. Contoh, orang sekarang tidak perlu digurui dengan ilmu yang penting diberi contoh di lapangan bagaimana kita mengelola anak, bagaimana kita bersikap terhadap kedisiplinan sekolah. Kalau kita bisa memberikan contoh mereka akan ikut kita dalam kegiatan sekolah. Kalau kepala sekolah hanya duduk dikantor saja kepala sekolah susah mengontrol kegiatan ini dan mendorong dalam pelaksanaannya. Sekali lagi bahwa tugas dan wewenang itu harus dibagi apalagi organisasi besar tetapi yang paling penting adalah setelah dibagi maka bagaimana kita mengevaluasi dan kontrol setiap harinya. (wawancara KS 9/2/15)
Dalam hal ini, guru mengakui sering
menerima tugas dalam rangka pendelegasian
-
72
wewenang. Guru berpendapat bahwa pendelegasian
wewenang merupakan proses yang penting agar
suatu kegiatan dapat terlaksana dengan lancar
walaupun kepala sekolah berhalangan. Kepala
Sekolah melakukan pendelegasian tugas langsung
kepada guru yang ditunjuk dengan Surat Keputusan
dengan tembusan kepada pihak-pihak yang terkait,
sehingga pelaksana dan penanggung jawab
wewenang menjadi jelas dan pengawasan tugas juga
mudah. Hal ini dikonfirmasi dengan petikan
wawancara berikut.
Pendelegasian wewenang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru melalui surat delegasi jika terkait dengan lomba/kejuaraan dll. Melalui surat tugas akan adanya suatu kegiatan. Didelegasikan secara penuh kepada guru. Kepala Sekolah sebagai pelindung/penanggungjawab, dengan adanya pendelegasian maka guru dapat melakukan hal yang dipandang penting/perlu untuk dilakukan agar kegiatan/acara yang direncanakan dapat berjalan dengan baik.Kepala sekolah meminimumkan konflik-konflik dari dampak pendelegasian wewenang dengan cara memilih personil yang dianggap mampu (senior) dalam melakukan kegiatan tersebut. Komunikasi pendelegasian wewenang dengan dilakukan dalam tim inti, jika ada kesulitan terkait dengan pelaksanaan kegiatan, dapat dikonsultasikan kepada Kepala Sekolah. Pengawasan dilakukan secara langsung dan diakhiri dengan adanya laporan pertanggungjawaban kegiatan (Wawancara Guru 4, 14/2/2015).
-
73
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepala sekolah selalu mendelegasikan tugas
dan wewenang kepada semua guru dan staf tata
usaha. Dengan mendelegasikan tugas dan wewenang
berarti memberi kesempatan kepada guru untuk
meningkatkan motivasi dan kompetensinya. Ini
adalah wujud dari kepemimpinan partisipatif.
4.1.5 Produk Kepemimpinan Partisipatif dalam
peningkatan kompetensi Pedagogis guru
Produk dalam penelitian ini adalah kompetensi
pedagogis guru. Penilaian dan pembinaan
kompetensi pedagogis guru, menurut kepala
sekolah, tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah,
melainkan didelegasikan kepada guru senior. Kepala
sekolah memandang kompetensi pedagogis guru
sudah baik, beberapa guru yang masih memerlukan
pembinaan dipanggil untuk diberi masukan agar
mampu melakukan perbaikan.
Wakil kepala sekolah juga menyampaikan
bahwa sekolah memiliki program In House Training
(IHT) untuk meningkatkan kualitas guru, misalnya
melakukan IHT yang berkaitan dengan pembelajaran
dan peningkatan ketrampilan. Dari situlah harapan
-
74
kami akan meningkatkan kompetensi pedagogis dari
guru-guru. Wakil kepala sekolah berpendapat bahwa
dengan pengalaman sekolah sebagai RSBI, maka
tingkat pemahaman guru dalam hal pedagogisnya
lebih dari cukup, karena sekolah selalu menfasilitasi
berkaitan dengan peningkatan-peningkatan
pedagogis dari guru tersebut. Hal ini sesuai dengan
petikan wawancara sebagai berikut.
Ini sekolah yang besar tidak semuanya harus dilakukan kepala sekolah, jadi penanganan pedagogis guru, pada prakteknya dengan pembagian tugas kepada guru senior untuk melaksanakan tugas supervisi baik di dalam kelas maupun di luar kelas karena dengan jumlah yang besar ini tanpa melibatkan guru-guru senior itu repot. Lebih fokus supervisi ini kita arahkan kepada guru yang baru dan sekarang ada program yang namanya program induksi guru pemula. Artinya guru pemula tidak bisa dilepas tetapi harus dibimbing oleh guru senior atau guru yang ditugasi oleh kepala sekolah untuk memberikan pembimbingan. Tahun ini berlaku. Dalam hal ini yang terlibat adalah kepala sekolah , waka kurikulum dan guru senior dan itu akan memantau terhadap guru pemula. Jadi sebenarnya kualitas guru sangat ditentukan oleh supervise akademik di dalam kelas. Sehingga bisa meningkatkan pengalaman, Boja saya yakin sebagian besar sudah bagus tetapi ada beberapa guru yang belum menggunakan kurikulum, dia ngajar berdasarkan feeling. Maka guru tersebut kita panggil, kita ajak diskusi agar guru tersebut mengikuti silabus dan pedoman yang ada. Kita panggil sifatnya memberi masukan, akhir kita memastikan bahwa yang bersangkutan
-
75
melakukan perubahan dalam mengajar dan mengelola kelas (Wawancara KS, 09/02/2015).
Di lain pihak, guru berpendapat bahwa
mereka telah melaksanakan tugas yang berkaitan
dengan kompetensi pedagogis dengan baik. Kegiatan
tersebut berupa pengelolaan kelas, pemberian
motivasi dan reward. Namun, salah satu responden
menyatakan ketidaksetujuannya dengan pemberian
punishment. Hal ini berdasarkan petikan wawancara
berikut.
Menurut saya saya telah mengelola kelas dengan baik, sebagai contoh sebelum pelajaran dimula saya terlebih dahulu mengatur tempat duduk untuk memudahka proses KBM dan tidak monoton. Kemudian selama pelajaran berlagsug saya sering keliling kelas utuk memastikan siswa belajar dengan maksimal dan kondisi kelas menjadi kondusif. Saya memotivasi siswa dengan memberikan komentar positif pada setiap jawaban yang diberikan siswa. Dengan begitu siswa akan merasa nyaman dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran. Dalam KBM, saya juga memberikan reward kepada siswa dalam bentuk pujian pada hasil kerja siswa. Tetapi saya tidak setuju degan istilah punishment karena dalam KBM siswa berproses utuk menyerap materi pelajaran dan bertumbuh menjadi pribadi yag lebih baik. Jadi, akan lebih baik apabila diberikan kritikan yang membangun pada kesalahan yag dilakukan (Wawancara Guru 2, 4/2/2015)
-
76
Hal itu juga didukung dengan pernyataan
dari Wakil Kepala Sekolah bagian Humas dan
guru seperti dalam petikan wawancara berikut.
Ya, guru selalu berinovasi dalam proses pembelajaran baik dengan penggunakan metode, strategi, media maupun cara-cara lain yang senantiasa dilakukan dalam rangka siswa menjadi aktif. (wawancara waka humas, 27/2/15)
Kami berupaya untuk paham dan hafal pada semua siswa. Dengan memberikan joke yang bersifat mendidik misalnya guru sudah mempunyai peta anak-anak yang mempunyai pasangan dikelas.Kompetensi pedagogis guru secara umum sudah bagus, namun peningkatan kemampuan harus dilakukan terus menerus karena kehidupan selalu menuntut kita untuk selalu belajar dan belajar. (wawancara guru 4, 14/2/15)
Pada kegiatan Forum Group Discussion(FGD),
kepala sekolah menyatakan bahwa kompetensi
pedagogis perlu mendapat perhatian yang serius
dibandingkan dengan kompetensi yang lain. Maka
dengan adanya program guru induksi yang sudah
dimulai tahun ini akan sangat membantu
meningkatkan kompetensi guru, antara lain
kompetensi pedagogis.
Dari keseluruhan wawancara tersebut dapat
mengkonfirmasi bahwa kemampuan pedagogis guru
sudah baik, dimana guru selalu menyajikan
-
77
pembelajaran dengan berbagai metode media dan
model untuk membuat pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi
dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah model
evaluasi yang dikembangkan oleh Stuflebearn (2003)
yaitu model Context, Input, Process, dan Product
(CIPP). Konteks yang diangkat adalah kepemimpinan
partisipatif latar belakang, kebijakan dan komitmen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
partisipatif memandang penting untuk melibatkan
stakeholder maupun staf dalam setiap pengambilan
keputusan. Hal ini sesuai dengan kaidah bahwa
pada intinya kepemimpinan pertisipatif adalah
kepemimpinan yang selalu melibatkan seluruh
elemen organisasi dalam mengambil kebijakan
organisasi. Titik tekannya hanya kepada
penggunaan patisipasi mereka, pemimpin hanya
akan menjadi seseorang yang melegalkan apa yang
menjadi keputusan semua pihak.
-
78
Input dalam penelitian ini meliputi guru dan
sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Boja.
Wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan
bahwa kepala sekolah menerima banyak masukan
mulai dari guru, karyawan, tokoh masyarakat,
komite sekolah berhubungan dengan program
sekolah. Sekolah juga didukung sarana prasarana
yang harus dikelola dengan melibatkan stakeholder
dan pihak-pihak yang diberikan wewenang
mengelola aset sekolah.
Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan
formal memiliki berbagai keragaman, kondisi
lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya maka
sekolah harus dinamis dan kreatif dalam
melaksanakan perannya untuk mengupayakan
peningkatan kualitas/mutu pendidikan (Runtuwene,
n.d). Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah
dengan berbagai keragamannya itu, diberikan
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya
sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi
yang otonom diberikan peluang untuk mengelolah
dalam proses koordinastif untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan (Atmodiwirio, 2000). Konsep
-
79
pemikiran tersebut telah mendorong munculnya
pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan
mutu pendidikan yang berbasis sekolah sebagai
institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan.
Aset yang dimiliki sekolah harus dkelola dengan baik
sebagai input sekolah.
Proses dalam penelitian ini terdiri dari tiga
aktivitas kepemimpinan partisipatif, yaitu: (1)
pengambilan keputusan, (2) konsultasi, (3)
pendelegasian wewenang. Kepala sekolah
menyebutkan bahwa setiap pengambilan keputusan
selalu melibatkan pihak-pihak terkait dan
dimusyawarahkan di forum rapat. Jika ada kendala,
karena kepala sekolah merupakan penanggung
jawab utama, maka kepala sekolah bisa memberikan
bantuan dan memastikan bahwa masalah itu dapat
diselesaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wahjosumiodjo (2011:92) yang menjelaskan ada
empat aktivitas kepala sekolah sebagai pengambil
keputusan yaitu: entrepeneur, disturbance handler
(pemerhati gangguan), resource allocater (penyedia
segala sumber), dan negotiator roles. Entrepeneur
artinya kepala sekolah selalu berusaha untuk
memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai
-
80
macam pemikiran program-program baru. Kepala
sekolah dalam mengambil keputusan selalu
bertujuan untuk mningkatkan kualitas sekolah.
Distributor handler artinya memperhatikan gangguan
yang timbul di sekolah. Berbagai masalah atau
kendala yang timbul selalu diperhatikan oleh kepala
sekolah karena kepala sekolah merasa bertanggung
jawab terhadapnya. Resource roles artinya
menyediakan segala sumber daya sekolah. Negotiator
roles artinya kepala sekolah harus mampu untuk
mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan
pihak luar. Di sinilah letak kepemimpinan
partisipatif yang dilakukan oleh kepala SMA Negeri 1
Boja yang melibatkan setiap stake holder dalam
setiap pengambilan keputusan. Bagaimana cara
pemimpin mengambil putusan yang menunjukkan
gaya kepemimpinannya. Dengan demikian
pengambilan putusan merupakan fungsi
kepemimpinan yang sangat berpengaruh atau
menentukan proses dan tingkat keberhasilan
kepemimpinan di SMA Negeri 1 Boja. Ini juga sesuai
dengan pendapat Purwanto (2012:70) bahwa
participative decision making atau shared decision
making adalah cara pengambilan putusan yang
-
81
mengikut sertakan bawahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengambilan putusan yang
partisipatif dapat meningkatkan keefektifan
organisasi atau lembaga.
Demikian juga dengan proses konsultasi,
kepala sekolah berpendapat bahwa pada dasarnya
semua kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan
siswa, guru dan staf administrasi itu semua harus
dikonsultasikan. Artinya kepala sekolah harus tahu.
Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap
kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
wewenang masing-masing. Jadi konsultasi wajib
sifatnya baik diminta maupun tidak. Termasuk
guru-guru yang bermasalah dalam arti masalah
dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan
tujuan konsultasi menurut Dale (Sudarmanto,
2009:239) adalah untuk: (1) mendapatkan
pemahaman yang lebih baik dari seseorang
membuat keputusan pribadi yang penting, (2)
menetapkan tujuan pribadi yang dapat dicapai, (3)
menyusun solusi yang efektif untuk masalah pribadi
atau antarpribadi, (4) menghadapi lingkungan yang
sulit, dan (5) menghadapi emosi pribadi yang negatif.
Untuk dapat menjadi konselor yang baik, seorang
-
82
kepala sekolah harus memiliki kompetensi meliputi:
(1) mendengarkan yang baik, (2) memahami masalah
yang disampaikan oleh bawahan, (3) mencari tahu
inti permasalahan, (4) bersikap empatis terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan, dan (5)
memberikan arah jalan keluar (Sudarmanto,
2009:239).
Berkaitan dengan proses pendelegasian
wewenang, kepala sekolah memandang hal tersebut
yang paling penting dalam manajemen. Pembagian
wewenang dari atasan kepada struktur organisasi
itu wajib hukumnya karena pada dasarnya
wewenang itu dimiliki oleh kepala sekolah tetapi
tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas
dan wewenang yang begitu banyaknya. Kepala
sekolah juga harus mendukung upaya pemecahan
setiap permasalahan, namun tidak perlu
memecahkan persoalan sendiri tetapi dapat
mendelegasikan tugas dan wewenang kepada
bawahan yang berkompeten di bidangnya, sehingga
bila masalah itu berhasil dipecahkan, orang yang
diberi wewenang akan memperoleh kepuasan batin
yang besar, yang sangat penting untuk memotivasi
dan meningkatkan rasa percaya diri dan akhirnya
-
83
akan mampu menyelesaikan persoalan yang sulit
dengan lebih baik. Dengan memberi kesempatan
kepada bawahan agar terbiasa mengatasi kesulitan,
kepala sekolah berarti telah mendorong dan
meningkatkan kemajuan sekolah secara umum.
Namun dalam kasus tertentu yang rumit, kepala
sekolah akan mengambil keputusan sendiri.
Tindakan kepala sekolah seperti itu sesuai dengan
pendapat Danim dan Suparno (2009: 88) yang
menyatakan bahwa kunci sukses kepemimpinan
kepala sekolah antara lain adalah mempercayai staf
pengajar dan mendelegasikan tugas dan wewenang.
Meskipun sebenarnya kepala sekolah mampu
mengatasi sendiri kesulitan itu dengan lebih cepat,
tetapi akan lebih baik jika dia menyerahkan kepada
wakil dan staf pengajar sebagai bahan latihan.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Wahyosumidjo (2002:94) yang menjelaskan tujuan
pendelegasian wewenang, yaitu bahwa: (1)
pendelegasian memungkinkan manajer mencapai
hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan
ditangani sendiri, (2) agar organisasi berjalan lebih
efisien, (3) pendelegasian memungkinkan manajer
dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas
-
84
prioritas yang lebih penting, (4) dengan
pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk
tumbuh dan berkembang, bahkan dapat
dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar
dari kesalahan atau keberhasilan.
Delegasi wewenang yang efektif (Hasibuan,
2005: 84) dapat dicapai dengan cara-cara: (1)
Memutuskan pekerjaan mana yang akan
didelegasikan, akrena tidak semua pekerjaan dapat
didelegasikan; (2) Memutuskan siapa yang akan
memperoleh penugasan, dengan beberapa
pertimbangan: waktu yang dipunyai karyawan,
kemampuan yang dimiliki karyawan dan
kesempatan yang akan dimanfaatkan oleh
karyawan; (3) Mendelgasikan tugas, disertai dengan
informasi dan pemberian wewenang ysng cukup dan
bentuk hasil yang diharapkan; (4) Menetapkan
feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai
oleh bawahan.
Yukl (2007:124) menjelaskan beberapa aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam pendelegasian
tugas dan wewenang yang meliputi aspek
karakteristik personal dan tugas serta kontrol
delegasi. Karakteristik personal dan tugas adalah
-
85
berkaitan dengan pentingnya delegasi serta siapa
yang didelegasikan. Kontrol delegasi adalah
berkaitan dengan seberapa besar wewenang
didelegasikan, komunikasi wewenang, delegasi
wewenang dan pengawasan, bagaimana
meminimumkan konflik-konflik dari dampak
wewenang serta apa yang harus dikerjakan bila
seseorang menyalahi wewenang.
Muara dari kepemimpinan partisipatif adalah
meningkatnya kompetensi pedagogis guru. Kepala
sekolah memandang kompetensi pedagogis guru
sudah baik, beberapa guru yang masih memerlukan
pembinaan dipanggil untuk diberi masukan agar
mampu melakukan perbaikan. Model kepemimpinan
partisipatif sangat berkaitan dengan performa
kompetensi pedagogis yang dimiliki guru. Guru yang
terbiasa dengan model kepemimpinan partisipatif
diduga memiliki kompetensi pedagogis yang lebih
baik. Hal ini dapat ditinjau secara teroretis bahwa
guru yang banyak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan akan terbiasa dengan
suasana demokratis. Guru tersebut akan membawa
budaya tersebut ke dalam kelas sehingga siswa juga
akan dilibatkan dalam proses-proses pembelajaran.
-
86
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Purwanto (2012:145) bahwa partisipasi guru dalam
administrasi sekolah sangat penting dan menjadi
keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya
ditafsirkan sebagai kesempatan kesempatan kepada
para guru dan kepala sekolah untuk memberi
contoh tentang bagaimana demokrasi dapat
diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah
pendidikan.
Juga sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Helen M. Marks and Susan M. Printy
(2003). Penelitian ini menfokuskan pada hubungan
kepemimpinan sekolah antar kepala sekolah dan
guru. Studi ini menunjukkan bahwa kerja sama aktif
antara kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan prestasi atau perfoma
siswa. Kepemimpinan yang terintegrasi besar
pengaruhnya pada kinerja sekolah, yang diukur
dengan kualitas pedagogis guru dan prestasi
siswanya mengalami peningkatan yang signifikan.
Adapun perbedaannya dengan penulis lakukan
adalah bahwa kepemimpinan yang melibatkan kerja
sama yang baik dengan seluruh stakeholder akan
-
87
menghasilkan guru dengan kompetensi pedagodis
yang baik.
Penerapan kepemimpinan partisipatif juga
memiliki hambatan dalam pelaksanaannya. Kepala
sekolah membutuhkan waktu untuk membiasakan
warga sekolah menerapkan kepemimpinan
partisipatif. Guru membutuhkan waktu untuk
terbiasa memperoleh disposisi tugas yang berkaitan
dengan pengambilan keputusan atau pendelegasian
wewenang. Kendala yang kadang terjadi adalah
ketika beberapa guru menolak diberi tugas dengan
alasan tidak sesuai dengan tugas pokok maupun
keahliannya, padahal kepala sekolah bermaksud
untuk melatih guru tersebut agar juga memiliki
keahlian yang diharapkan. Dalam hal ini, solusi
yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan
melakukan pendekatan agar guru tersebut bersedia
belajar dan berpikir untuk maju.
Kendala yang lain adalah bahwa beberapa
guru cukup tertutup dan jarang berdiskusi terkait
masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berakibat
pada hambatan yang terjadi pada proses konsultasi.
Kepala sekolah mengharapkan bahwa guru bersikap
terbuka dalam berkonsultasi. Kepemimpinan
-
88
partisipatif harus mendapatkan respon yang positif
dari seluruh warga sekolah karena inti utama dari
kepemimpinan partisipatif adalah keterlibatan warga
sekolah.
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepala
sekolah mengimplementasikan kepemimpinan
partisipatif demi kemajuan pendidikan. Para guru
juga hendaknya memanfaatkan peluang peluang
yang diberikan kepala sekolah untuk meningkatkan
kompetensinya, terutama kompetensi pedagogis
yang kadang kadang kurang mendapat perhatian.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN