BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN · 2018. 7. 24. · Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang...

43
46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMA Negeri 1 Boja SMA Negeri 1 Boja merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kendal, yang beralamat di jalan Raya Bebengan Nomor 203 D Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang didirikan pada tanggal 22 November 1985 itu, sekarang dipimpin oleh Bapak Asari S.Pd. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena tèrletak di jalan raya dimana semua angkutan melewati akses jalan tersebut. Sekolah ini memiliki luas tanah sekitar 28.000 m 2 , luas bangunan 5.683 m 2 , luas halaman 1007 m 2 , luas lapangan olahraga 9584 m 2 , dan lain- lain 7378 m 2 . Tanah sekolah ini sepenuhnya milik negara. Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Berdasarkan tuntutan dan tantangan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN · 2018. 7. 24. · Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang...

  • 46

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Profil SMA Negeri 1 Boja

    SMA Negeri 1 Boja merupakan salah satu

    Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kendal, yang

    beralamat di jalan Raya Bebengan Nomor 203 D

    Boja, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Provinsi

    Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Boja yang didirikan

    pada tanggal 22 November 1985 itu, sekarang

    dipimpin oleh Bapak Asari S.Pd. Lokasi sekolah ini

    sangat strategis karena tèrletak di jalan raya

    dimana semua angkutan melewati akses jalan

    tersebut. Sekolah ini memiliki luas tanah sekitar

    28.000 m2, luas bangunan 5.683 m2, luas halaman

    1007 m2, luas lapangan olahraga 9584 m2, dan lain-

    lain 7378 m2. Tanah sekolah ini sepenuhnya milik

    negara. Bangunan sekolah pada umumnya dalam

    kondisi baik.

    Berdasarkan tuntutan dan tantangan yang

    diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20

    tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

    yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah

  • 47

    (PP) nomor 19 tahun 2005 dan Peranturan Menteri

    Pendidikan Nasional nomor 22 dan 23 tahun 2006,

    SMA Negeri 1 Boja memiliki visi “Terwujudnya SMA

    Unggul yang Religius, Berdaya Saing Global,

    Berwawasan Lingkungan dan Berakar pada Budaya

    Bangsa. Melalui visi ini diharapkan mampu

    memberikan dorongan dan motivasi kepada seluruh

    warga SMA Negeri 1 Boja memahami apa yang ingin

    dicapainya, dan secara bersama-sama berupaya

    keras untuk mencapai visi tersebut melalui misi

    yang ditetapkan. Misi SMA Negeri 1 Boja antara lain:

    (1) Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan

    di SMA Negeri 1 Boja, berupa sarana-prasarana dan

    infra struktur pendidikan (sekolah) dan penunjang

    lainnya. (2) Memperluas keterjangkauan layanan

    pendidikan yaitu mengupayakan kebutuhan biaya

    pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat,

    dengan mencari sumber-sumber yang sah. (3)

    Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan

    pendidikan, sebagai upaya mencapai kualitas

    pendidikan yang berstandar internasional dalam

    rangka meningkatkan mutu dan daya saing di era

    global. (4) Mewujudkan kesetaraan dalam

    memperoleh layanan pendidikan, tanpa

  • 48

    membedakan layanan pendidikan antar wilayah,

    suku, agama, status sosial, serta gender. (5)

    Menjamin kepastian memperoleh layanan

    pendidikan. (6) Adanya penjaminan bagi lulusan

    untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

    selanjutnya atau mendapatkan lapangan kerja

    sesuai kompetensi.

    SMA Negeri 1 Boja pada tahun ajaran

    2014/2015 memiliki 27 rombongan belajar yang

    terdiri dari 9 rombongan belajar Kelas X (sepuluh)

    meliputi 4 kelas jurusan Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam (MIPA), 4 kelas jurusan Ilmu

    Pengetahuan Sosial (IPS) dan 1 kelas jurusan

    Bahasa dengan menggunakan Kurikulum 2013, dan

    9 rombongan belajar kelas XI (sebelas) yang juga

    meliputi 4 kelas jurusan MIPA, 4 kelas jurusan IPS

    dan 1 kelas jurusan Bahasa

    menggunakan Kurikulum 2013, serta 9 rombongan

    belajar kelas XII (dua belas) meliputi 4 kelas jurusan

    IPA, 4 kelas jurusan IPS dan 1 kelas jurusan Bahasa

    yang masih menggunakan Kurikulum KTSP dan

    menggunakan sistem kelas regular / sistem paket.

    Jumlah peserta didik seluruhnya sebanyak 823

    http://id.wikipedia.org/wiki/KTSPhttp://id.wikipedia.org/wiki/KTSP

  • 49

    siswa yang terdiri 275 siswa laki-laki dan 548 siswa

    perempuan.

    SMA Negeri 1 Boja dipimpin oleh seorang

    Kepala Sekolah dan dibantu oleh tenaga pendidik

    dan tenaga kependidikan yang berkompeten di

    bidangnya. Jumlah tenaga pendidik yang

    berstatus PNS sebanyak 43 orang terdiri dari 20

    orang guru laki-laki dan 23 orang guru perempuan

    dan guru PNS dari sekolah lain (pemenuhan

    mengajar 24 jam) sebanyak 3 terdiri 2 orang guru

    laki-laki dan 1 orang guru perempuan, sedangkan

    tenaga guru yang berstatus guru tidak tetap

    sebanyak 10 orang terdiri dari 5 guru laki-laki dan

    5 guru perempuan. Jumlah guru yang sudah lulus

    sertifikasi sampai dengan tahun 2014 berjumlah 36

    orang. Selain itu, SMA Negeri 1 Boja memiliki 19

    orang tenaga kependidikan yang terdiri 4 pegawai

    berstatus PNS dan 15 pegawai berstatus guru tidak

    tetap. Tenaga kependidikan ini tersebar mulai tenaga

    administrasi, teknisi, perpustakaan, laboran,

    satpam, dan kebersihan.

    Berdasarkan data dari Tata Usaha SMA Negeri

    1 Boja, diketahui bahwa dari tenaga pendidik (guru)

    PNS maupun wiyata bakti SMA Negeri 1 Boja

    http://id.wikipedia.org/wiki/PNShttp://id.wikipedia.org/wiki/Guruhttp://id.wikipedia.org/wiki/2009

  • 50

    berkualifikasi pendidikan S2 sebanyak 6 orang,

    selebihnya semua hampir berkualifikasi pendidikan

    SI, hanya tinggal 2 orang yang berijasah D3 dan saat

    ini masih menempuh pendidikan S1.

    Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Boja

    sudah tergolong cukup lengkap untuk mendukung

    pelaksanaan proses pembelajaran. Fasilitas tersebut

    meliputi 27 ruang kelas, 5 laboratorium

    (laboratorium fisika, biologi, kimia, bahasa dan TIK),

    perpustakaan, UKS, ruang OSIS, gudang, ruang

    guru, ruang TU, ruang KS, ruang media, gedung

    serba guna dan sarana olah raga (lapangan sepak

    bola, lapangan basket, lapangan bola voly, lapangan

    bulu tangkis dan perlengkapan tenis meja), toilet

    guru dan siswa, mushola, koperasi, kantin, pos

    satpam, tempat parkir.

    4.1.2 Konteks Kepemimpinan Partisipatif SMA

    Negeri 1 Boja dalam Peningkatan

    Kompetensi pedagogis Guru

    Konteks dalam penelitian ini adalah latar

    belakang, kebijakan dan komitmen penerapan

    kepemimpinan partisipatif di SMA Negeri 1 Boja.

    SMA Negeri 1 Boja sudah berumur 29 tahun sejak

    didirikan pada bulan Juli 1985. Gaya kepemimpinan

  • 51

    kepala sekolah yang efektif diperlukan di SMA Negeri

    1 Boja dalam menghadapi perubahan lingkungan

    yang dinamis. Guru berinteraksi dengan kepala

    sekolah dengan intensitas sering sehingga proses

    kepemimpinan berjalan dengan lancar, sebagaimana

    diungkap dalam petikan wawancara berikut.

    Kepala sekolah berinteraksi dengan guru kapan saja. Kepala sekolah sangat terbuka dalam membangun komunikasi dengan guru baik secara formal maupun informal (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).

    Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan

    petikan wawancara berikut.

    Interaksi antara guru dan Kepala Sekolah terjadi setiap hari, akan tetapi Kepala Sekolah menyediakan waktu minimal 1x dalam sebulan untuk berinteraksi dengan guru secara langsung (pada hari Senin minggu ke-2). Namun, diluar jadwal tersebut, koordinasi dilakukan jika ada kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat periodik maupun kegiatan yang bersifat urgent (mendadak). Selain itu, setiap guru bisa secara langsung berinteraksi/ menghadap Kepala Sekolah jika diperlukan (Wawancara Guru 1, 4/2/2015).

    Kepemimpinan kepala sekolah sangat

    berperan penting dalam memajukan SMA Negeri 1

    Boja. Melalui gaya kepemimpinannya, kepala

    sekolah menerapkan aktivitas dalam pengambilan

    keputusan, konsultasi dan delegasi wewenang dalam

    rangka meningkatkan kompetensi pedagogis guru.

    Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam

  • 52

    mengkoordinasikan, menggerakkan dan

    menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang

    tersedia di sekolah dalam upaya untuk peningkatan

    kompetensi tersebut. Berdasarkan wawancara

    dengan beberapa orang guru, ternyata kepala

    sekolah selalu turun ke bawah untuk meninjau

    siswa, guru-guru dan sekaligus menjalin hubungan

    sosial dan emosional. Konsultasi dilakukan dengan

    siswa, guru dan karyawan juga rutin dilakukan baik

    jika terdapat permasalahan maupun tidak. Hal ini

    sesuai dengan petikan wawancara berikut.

    Konsultasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung permasalahan yang dihadapi oleh guru. Konsultasi kelompok misalnya mengenai pembuatan perangkat pembelajaran. Kepala Sekolah mengumpulkan guru dalam rangka pembuatan perangkat, menampung kendala-kendala yang dihadapi guru kemudian memberi jalan keluar/ kemudahan, misal dengan memperbaiki/ menambah sarana prasarana untuk menunjang tugas guru dalam melengkapi perangkat pembelajaran (Wawancara Guru 1, 4/2/2015).

    Berdasarkan studi dokumentasi terhadap

    notulen rapat Pleno anggota komite sekolah tanggal

    10 September 2014 tertulis bahwa Kepala sekolah

    menghimbau dan mengajak semua orang tua /wali

    murid untuk bersama sama bersemangat

    memajukan sekolah ini untuk bersaing dengan

    sekolah lain, juga menanamkan disiplin kepada

  • 53

    peserta didik. Kepala sekolah juga menghimbau

    kepada orang tua bila ada masalah agar dibicarakan

    secara baik-baik dengan pihak sekolah karena

    kepala sekolah selalu membuka diri untuk

    menerima aspirasi dari seluruh stakeholder sekolah.

    Bapak Andang Kuswandriyo selaku orang tua siswa

    juga memberikan apresiasi atas kemajuan sekolah.

    Ketua Komite Sekolah di saat yang sama

    juga menyampaikan bahwa semua program yang

    telah dirancang dan dimusyawarahkan bertujuan

    untuk kualitas proses pembelajaran dan

    penambahan sarana prasarana.

    Sebelum rapat pleno diadakan, juga diadakan

    rapat koordinasi dengan seluruh pengurus Komite

    Sekolah pada tanggal 19 Mei 2014 dan 2 September

    2014 untuk membahas RAKS, RAPBS, Program

    kegiatan sekolah, permasalahan-permasalahan yang

    sekolah hadapi dan hal-hal lain yang penting untuk

    kemajuan sekolah. Kepala sekolah juga berharap

    agar sering mengadakan koordinasi dengan seluruh

    stakeholder sekolah untuk membahas kemajuan

    peserta didik.

    Hal ini menunjukan bahwa kepala sekolah

    selalu melibatkan komite sekolah untuk menyusun

  • 54

    program-program sekolah dan juga bermusyawarah

    untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

    sekolah.

    Dari notulen rapat juga diketahui bahwa

    selain dengan komite sekolah, kepala sekolah juga

    sering mengadakan rapat koordinasi dengan wali

    kelas dan wakil kepala sekolah semua bidang serta

    staf seperti rapat tentang verikasi nilai semester

    genap yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juni

    2014, rapat koordinasi pembagian tugas, rapat pleno

    Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang

    dilaksanakan tanggal 3 Juni 2014, rapat koordinasi

    Ulangan Akhir Semester (UAS) pada tanggal 4

    Desember 2014, dan lain-lain. Dalam rapat

    pembagian tugas kepala sekolah dan wakil kepala

    sekolah bidang kurikulum menyampaikan

    bagaimana menyusun perangkat pembelajaran yang

    benar, tentang program induksi guru, tentang tugas

    dan tanggungjawab guru, dan tentang Penilaian

    Kinerja Guru.

    Guru dan karyawan juga diberi kesempatan

    untuk menyampaikan kritik dan saran tentang

    segala hal yang menyangkut persekolahan pada saat

  • 55

    rapat koordinasi. Kemudian kepala sekolah memberi

    respon dan tindak lanjut sebagaimana mestinya.

    Dari wawancara dan studi dokumentasi dapat

    disimpulkan bahwa Kepala Sekolah selau berdiskusi

    dengan pengurus komite sekolah, para Wakil Kepala

    Sekolah, guru guru dan staf administrasi sebelum

    melaksanakan program program sekolah. Ini

    menunjukkan bahwa Kepala Sekolah sudah

    menerapkan model MBS yang mendorong partisipasi

    langsung dari seluruh warga sekolah dan

    masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah. Hal

    ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh

    (Nurkolis, 2003:107) bahwa Model MBS di Indonesia

    disebut Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

    Sekolah (MPMBS). MPMBS dapat diartikan sebagai

    model manajemen yang memberikan otonomi lebih

    besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah,

    dan mendorong partisipasi secara langsung warga

    sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu

    sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional

    serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Gaya kepemimpinan partisipatif sangat

    menentukan keberhasilan penyelenggaran proses

    pendidikan di sekolah. Ketika kepala sekolah sering

  • 56

    turun ke bawah untuk mengetahui keluhan keluhan

    serta masukan dari siswa dan guru, maka program

    sekolah dapat dikontrol dengan baik.

    Wawancara yang dilakukan terhadap kepala

    sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah

    berpendapat bahwa warga sekolah perlu dilibatkan

    sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam

    memimpin sekolah. Kepala sekolah memandang

    pentingnya melibatkan wakil kepala sekolah dan

    guru sesuai dengan hak dan kewajibannya. Hal ini

    terlihat pada petikan wawancara berikut.

    Yang pertama kaitannya dengan pengampilan keputusan dibagi menjadi keputusan yang harus melibatkan stake holder misalnya tentang membangun sekolah tentunya kita melibatkan mulai dari guru, karyawan, tokoh masyarakat, dan pengurus komite sekolah. Kalau yang berhubungan dengan program sekolah kita harus menerima masukan dari semua komponen setelah disepakati melalui rapat pleno maka menjadi suatu keputusan yang harus dijalankan. Kalau keputusan yang sifatnya yang berhubungan dengan operasional harian sekolah tentu kita akan musyarawarah dengan pihak-pihak terkait sesuai dengan wewenang masing-masing karena di sekolah itu pada dasarnya hak dan kewajiban ada di kepala sekolah dibagi habis tapi tugas dan kewajiban itu berdasarkan struktur organisasi sekolah. Jadi tentu kita tidak bisa melakukan sendiri tapi dilakukan oleh pihak yang berwenang misalnya masalah kurikulum dan implementasinya di lapangan tentu saya akan konsultasi dengan waka kurikulum dan staf-stafnya dan orang-orang yang berkompetensi di bidangnya (Wawancara KS, 09/02/2015).

  • 57

    Berdasarkan petikan wawancara dengan

    kepala sekolah di atas, dapat dipahami bahwa

    Kepala SMA Negeri 1 Boja mengklasifikasikan

    konteks kepemimpinan partisipatif dari sudut

    pandang pengambilan keputusan ke dalam dua jenis

    berdasarkan orang-orang yang terlibat, yaitu

    pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

    stakeholder dan pengambilan keputusan yang

    berkaitan dengan kegiatan operasional harian.

    Keputusan yang harus melibatkan stakeholder

    misalnya adalah keputusan membangun sekolah.

    Jika ada keputusan seperti itu, maka kepala sekolah

    berpendapat bahwa penting melibatkan guru,

    karyawan, tokoh masyarakat, hingga komite

    sekolah. Kepala sekolah memandang bahwa sekolah

    tidak hanya dimiliki oleh warga sekolah, melainkan

    juga pihak-pihak yang berkepentingan dengan

    sekolah, sehingga pengambilan keputusan yang

    besar harus melibatkan komite sekolah hingga tokoh

    masyarakat.

    Demikian juga dengan keputusan yang

    berkaitan dengan operasional harian, artinya

    kegiatan-kegiatan teknis untuk menjalankan fungsi-

    fungsi sekolah, keputusan diambil dengan

  • 58

    melibatkan para staf sesuai dengan kewenangannya.

    Berdasarkan analisis tersebut, dapat dipahami

    bahwa kepala sekolah menerapkan kepemimpinan

    partisipatif dalam manajemen kepemimpinan di SMA

    Negeri 1 Boja.

    Demikian juga dengan hasil wawancara

    dengan wakil kepala sekolah, wakil kepala sekolah

    dilibatkan oleh kepala sekolah sesuai dengan bidang

    tugas masing-masing. Kepala sekolah memiliki

    program kerja yang disusun berdasarkan

    musyawarah dan meminta wakil kepala sekolah

    untuk mengimplementasikan dengan kontrol dari

    kepala sekolah. Hal ini sesuai dengan petikan

    wawancara sebagai berikut.

    Pada prinsipnya saya selaku bidang kurikulum berinteraksi dengan kepala sekolah dalam bidang kurikulum, misalnya interaksi yang kami lakukan dengan kepala sekolah, itu setiap saat dari pagi, jam istirahat dan selesai kegiatan pembelajaran itu dalam kaitan interaksi harian, kemudian dalam mingguan kami selalu melaporkan kegiatan-kegiatan yang kami bidangi pada hal-hal yang perlu kita evaluasi atau kegiatan yang akan kita laksanakan dalam kegiatan di sekolah (Wawancara Wakasek, 06/02/2015).

    Dalam petikan wawancara tersebut, wakil

    kepala sekolah bidang kurikulum menunjukkan

    bahwa interaksi antara kepala sekolah dengan wakil

  • 59

    kepala sekolah sangat intens, hal ini menunjukkan

    bahwa kepala sekolah melibatkan wakilnya dalam

    banyak hal berkaitan dengan kurikulum. Fakta ini

    mengkonfirmasi bahwa memang kepemimpinan yang

    dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boja adalah

    kepemimpinan partisipatif.

    Demikian juga interaksi dengan guru, kepala

    sekolah berinteraksi dengan guru dalam konteks

    kepemimpinan partisipatif secara efektif. Hal ini

    dikonfirmasi dengan petikan wawancara berikut.

    Kapan saja guru bisa berinteraksi dengan kepala sekolah. Seringkali, briefing antara guru dan kepala sekolah dilakukan minimal 1x dalam seminggu. Jika guru mempunyai hal yang ingin dibicarakan dengan Kepala Sekolah, maka guru dapat melakukan pertemuan tersendiri (Wawancara Guru 3, 6/2/2015).

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    kepemimpinan partisipatif telah disadari sebagai

    pola kepemimpinan yang penting untuk diterapkan

    di sekolah dengan mempertimbangkan keikutsertaan

    warga sekolah dalam menjalankan penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah. Melalui kepemimpinan

    partisipatif, diharapkan semua kebijakan sekolah

    direspon dengan baik oleh semua stakeholder, tidak

    terkecuali guru guru, sehingga mereka mempunyai

    komitmen untuk senantiasa meningkatkan

  • 60

    kompetensinya. Dengan demikian sekolah berarti

    telah menerapkan kebijakan pemerintah tentang

    Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

    4.1.3 Input Kepemimpinan Partisipatif dalam

    peningkatan kompetensi pedagogis

    Untuk meningkatkan kompetensi pedagogis

    guru, diperlukan berbagai input antara lain guru,

    saranaprasarana, siswa, keuangan. Wawancara

    dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala

    sekolah menerima banyak masukan berhubungan

    dengan program sekolah mulai dari guru, karyawan,

    tokoh masyarakat, dan komite sekolah. Sekolah juga

    didukung sarana prasarana yang harus dikelola

    dengan melibatkan stakeholder dan pihak-pihak

    yang diberikan wewenang mengelola asset sekolah.

    Kaitannya dengan sarana prasarana, pada prinsipnya sama dengan tadi di atas, ada yang melibatkan stakeholder, ada yang hanya beberapa orang yang sudah diberi wewenang misalnya pengadaan gedung,tempat parkir, lapangan,dsb itu mesti melibatkan masyarakat hal ini adalah komite. Dalam bidang sarana yang sifatnya ringan operasional sehari-hari contoh misalnya pengadaan ATK (alat tulis kantor) maka yang terlibat adalah pengurus barang, wakil kepala bidang sarana prasarana, petugas belanja dan bendahara dan tidak sampai ke komite sekolah, karena sudah diputuskan pada rapat komite.

  • 61

    Kepala sekolah tidak melakukan sendiri karena sudah didelegasikan kepada pihak yang berwenang. Kepala sekolah hanya mengontrol, mengkoordinasikan mulai dari merencanakan sampai dengan belanja (Wawancara KS, 09/02/2015).

    Petikan wawancara tersebut menunjukkan

    bahwa sekolah memiliki aset infrastruktur yang

    pengadaan maupun pengelolaannya melibatkan

    pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah,

    seperti komite sekolah maupun warga sekolah.

    Kepala sekolah menegaskan bahwa tugasnya hanya

    mengontrol, mengkoordinasikan dari perencanaan

    hingga melakukan belanja perlengkapan. Keputusan

    terkait sarana prasarana dilakukan secara bersama-

    sama sesuai dengan kewenangan masing-masing.

    Input lainnya bersumber dari kompetensi

    guru. SMA Negeri 1 Boja memiliki jumlah guru yang

    cukup besar, yaitu 43 orang yang mengampu

    berbagai mata pelajaran. Guru juga merupakan aset

    sekolah di bidang sumber daya manusia. Hal yang

    penting dari guru adalah kualitas SDM yang ditinjau

    dari kompetensi-kompetensi yang dimilikinya, salah

    satunya adalah kompetensi pedagogis. Berdasarkan

    wawancara dengan wakil kepala sekolah juga

    menyebutkan bahwa wakil kepala sekolah

  • 62

    membantu kepala sekolah dalam mengelola guru

    dengan berbagai macam karakter dan kompetensi

    yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikonfirmasi pada

    petikan wawancara berikut.

    Seperti saya ungkap di depan karena di SMA guru tentu banyak karakter dan pada saat tertentu kita sudah melakukan pembekalan misalnya dalam bentuk IHT berkaitan dengan pembelajaran, berkaitan dengan persiapan mengajar dan sebagainya. Pada prakteknya di lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran yang saya amati teman-teman dalam hal melaksanakan proses pembelajaran pada umumnya sudah melaksanakan apa yang sudah direncanakan kemudian di lanjutkan dalam hal pelaksanaan. Berkaitan dengan pelaksanaan karena guru prinsipnya salah satu tugasnya sebagai motivator maka tentunya siswa di kelas juga bervariasi, dengan variasi-variasi tadi mungkin ada siswa yang kurang, maka pada saat saya mewakili kepala sekolah dalam melaksanakan pendelegasian supervisi banyak teman yang sudah memotivasi siswa. Kaitannya dengan motivasi tadi ada yang dengan cara memberi suatu reward atau penghargaan dengan suatu bahasa-bahasa tertentu yang tentunya akan memberikan motivasi siswa dalam hal pembelajaran, khususnya mata pelajaran yang guru ampu tersebut, kalau ada siswa yang kurang memperhatikan, guru memberi suatu punishment atau teguran, namun hukuman-hukuman tersebut sifatnya teguran, dan mendidik yang dilakukan oleh guru (Wawancara Wakasek, 06/02/2015).

    Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum

    banyak menyoroti kompetensi pedagogis guru yang

    bervariasi terutama dalam hal pemberian motivasi

  • 63

    kepada siswa. Banyak guru yang telah menerapkan

    pemberian motivasi melalui reward dan punishment.

    Wakil kepala sekolah memandang bahwa guru

    sudah menerapkan pembelajaran sesuai dengan

    perencanaan dan juga sesuai dengan ilmu yang

    diperoleh dari kegiatan In House Training (IHT) yang

    diselenggarakan oleh sekolah. Misalnya IHT tentang

    pembelajaran berbasis Information Technology,

    tentang penulisan karya ilmiah, tentang kurikulum

    2013, dan sebagainya.

    Berdasarkan studi dokumentasi, dapat

    diketahui bahwa SMAN 1 Boja sudah mempunyai

    fasilitas pembelajaran yang bagus seperti 4

    laboratorium, lapangan basket, tenis dan sepakbola,

    LCD yang tersedia di tiap ruang kelas dan

    sebagainya. Dengan adanya fasilitas tersebut tentu

    mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan

    pembelajaran dengan berbagai metode dan model

    sehingga proses pembelajaran akan lebih menarik

    dan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.

    Siswa siswa SMAN 1 Boja berasal dari

    berbagai latar belakang. Dari latar belakang yang

    berbeda itu berarti merupakan tantangan bagi guru

    untuk melaksanakan proses pembelajaran yang

  • 64

    menarik sehingga nantinya akan menghasilkan

    output yang bagus. Disinilah letak pentingnya

    penguasaan kompetensi pedagogis guru.

    Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa input yang berupa guru, siswa ,sarana

    prasarana, dan dana yang dimiliki sekolah harus

    dikelola dengan sebaik baiknya oleh kepala sekolah

    melalui kepemimpinan partisipatif.

    4.1.4 Proses Kepemimpinan Partisipatif dalam

    peningkatan kompetensi pedagogis guru

    Proses dalam penelitian ini terdiri dari tiga

    aktivitas kepemimpinan partisipatif, yaitu: (1)

    pengambilan keputusan, (2) konsultasi, (3)

    pendelegasian wewenang.

    4.1.4.1 Pengambilan Keputusan

    Kepala sekolah menyebutkan bahwa setiap

    pengambilan keputusan selalu melibatkan pihak-

    pihak terkait dan dimusyawarahkan di forum rapat.

    Jika ada kendala, karena kepala sekolah merupakan

    penanggung jawab utama, maka kepala sekolah bisa

    memberikan bantuan dan memastikan bahwa

  • 65

    masalah itu dapat diselesaikan. Hal ini sebagaimana

    petikan wawancara berikut.

    Jika ada kendala karena kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama maka kepala sekolah bisa memberikan bantuan tergantung dari masalah apa yang dihadapi. Kalau ada masalah yang berat atau ringan yang jelas kepala sekolah memastikan bahwa masalah itu dapat diselesaikan dan harapannya adalah masalah itu dapat diselesaikan oleh masing-masing pihak, kepala sekolah tidak melakukan sendiri tetapi justru kawan-kawan pelaksanaannya (Wawancara KS, 09/02/2015).

    Wawancara dengan para guru juga

    mengkonfirmasi proses partisipasi dalam

    pengambilan keputusan ini. Guru berpendapat

    bahwa kepala sekolah selalu melibatkan stakeholder

    dalam pengambilan keputusan. Guru sering

    dilibatkan baik dalam hal akademis seperti

    permasalahan siswa maupun non akademis seperti

    pembangunan gedung baru. Guru juga merasa

    dihargai karena perannya yang diakui sebagai roda

    penggerak program-program sekolah. Hal ini sesuai

    dengan petikan wawancara berikut.

    Proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan sekolah dilakukan secara proporsional sesuai dengan kepentingan dan masalah yang berkaitan. Dalam hal peningkatan kinerja sekolah, semua komponen sekolah dilibatkan melalui rapat dinas. Apabila ada permasalahan di sekolah, pengambilan keputusan akan melibatkan

  • 66

    komponen sekolah yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Untuk penyediaan sarana dan prasarana, pengambilan keputusan hanya melibatkan pengadaan barang. Sementara guru dilibatkan dalam pembicaraan dan musyawarah yang berhubungan dengan kinerja guru atau masalah siswa (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).

    Hal itu juga didukung dengan petikan

    wawancara dengan dua orang guru sebagai berikut.

    Proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan sekolah dilakukan secara bersama-sama dalam suatu rapat yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah (Wawancara Guru 1, 4/2/2015). Tentang proses pengambilan keputusan, guru dilibatkan dalam hal yang bersifat akademis/non akademis, contohnya rencana pembangunan gedung baru sekolah ataupun juga tentang masalah peserta didik. Guru selalu dilibatkan oleh Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah, karena guru sebagai roda penggerak utama jalannya sekolah (Wawancara Guru 4, 14/2/2015).

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    kepala sekolah sudah menerapkan gaya

    kepemimpinan partisipatif. Kepala sekolah selalu

    bermusyawarah dengan seluruh stakeholder,

    meminta saran dan masukan sebelum mengambil

    keputusan.

  • 67

    4.1.4.2 Respon terhadap Konsultasi

    Berkaitan dengan proses konsultasi, kepala

    sekolah berpendapat bahwa pada dasarnya semua

    kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan siswa,

    guru dan staf tata usaha, itu semua harus

    dikonsultasikan artinya kepala sekolah harus tahu.

    Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap

    kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan

    wewenang masing-masing. Walaupun sudah ada

    programnya tetap harus dikonsultasikan misalnya

    akan mengadakan ulangan umum, UTS tentu

    wakasek kurikulum akan konsultasi bagaimana

    pelaksanaan, pendanaan dan sebagainya. Jadi

    konsultasi wajib sifatnya baik diminta maupun tidak

    termasuk guru-guru yang bermasalah dalam arti

    masalah menjalankan tugasnya. Apalagi guru baru

    harus banyak konsultasi. Hal ini dikonfirmasi

    dengan petikan wawancara berikut.

    Pengertian konsultasi di sini misalnya konsultasi yang berkaitan dengan tugas masing-masing. Contoh wakasek sarana dalam menjalankan tugasnya tentu sebelum dijalankan dia harus konsultasi dulu dengan kepala sekolah. Pada dasarnya semua kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan siswa, guru dan TU itu semua harus dikonsultasikan artinya kepala sekolah harus tahu. Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan wewenang masing-masing. Walaupun

  • 68

    sudah ada programnya tetap harus dikonsultasikan misalnya akan mengadakan ulangan umum, UTS tentu wakasek kurikulum akan konsultasi bagaimana pelaksanaan, pendanaan dan sebagainya. Jadi konsultasi wajib sifatnya baik diminta maupun tidak termasuk guru-guru yang bermasalah dalam arti masalah menjalankan tugasnya. Apalagi guru baru harus banyak konsultasi (Wawancara KS, 09/02/2015).

    Dalam petikan wawancara tersebut, kepala

    sekolah juga memandang bahwa proses konsultasi

    merupakan proses yang penting karena melalui

    proses tersebut kepala sekolah bisa melakukan

    pengawasan.

    Jika ada permasalahan, intervensi yang

    dilakukan oleh kepala sekolah bukan bersifat

    pengambilalihan tugas, melainkan hanya

    memberikan alternatif solusi. Hal ini sesuai dengan

    petikan wawancara berikut.

    Segala sesuatu sudah sesuai dengan tugas dan wewenangnya tetapi saya menyadari tidak semua orang mampu menjalankan tugas itu. Apabila tidak mampu, kepala sekolah melakukan intervensi . Ini bukan intervensi mengambil alih tugas tetapi untuk diberi jalan keluar dengan jalan musyawarah. Misalnya ada guru mengajarnya siswanya ramai maka guru tersebut diajak diskusi karena itu guru baru yang sudah mampu tapi minder maka saya arahkan dan beri motivasi dan yang penting kita evaluasi dan dikontrol, tanpa ada kontrol yang baik tidak akan dapat menjadi baik. Dukungannya dengan memberikan masukan, jalan keluar. Tindak lanjutnya yaitu kita awasi

  • 69

    terus, kita kontrol sehingga apa yang dikehendaki bersama dipastikan akan terjadi perubahan. Misalnya guru tidak bisa menguasai kelas tadi kita beri dorongan dengan pengalaman kita, tindak lanjutnya kita pantau untuk memastikan kita diskusi agar ada perubahan dari guru tersebut (Wawancara KS, 09/02/2015).

    Ada beberapa pola yang diterapkan kepala

    sekolah berkaitan dengan konsultasi guru, yaitu

    konsultasi individu dan kelompok. Konsultasi sering

    dilakukan oleh guru apabila ada permasalahan yang

    berkaitan dengan kinerja guru atau berkaitan

    dengan permasalahan siswa. Hal ini dikonfirmasi

    dengan petikan wawancara dengan dua orang guru

    berikut.

    Konsultasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, tergantung permasalahan yang dihadapi oleh guru. Konsultasi antara kepala sekolah dan guru dilakukan apabila terjadi masalah yang berhubungan dengan kinerja guru atau permasalahan siswa. Hal ini penting dilakukan karena gurulah yag paling mengerti kondisi siswa sehari-hari. Kesepakatan pada setiap konsultasi dilakukan secara mufakat dengan pertimbangan kepala sekolah dalam menentukan sasaran-sasaran yang akan dibidik. Kepala sekolah melakukan intervensi pada penyelesaian masalah yang akan berdampak pada sekolah. Kepala sekolah mengggunakan pendekatan personal dan juga pedekatan terbuka, yaitu langsung mengungkapkan di depan forum. Dukungan yang diberikan kepala sekolah belum terlihat secara konkret namun kepala sekolah telah melaksanakan pengawasan sebagai tindak lanjut konsultasi (Wawancara Guru 2, 4/2/2015).

  • 70

    Untuk konsultasi di SMA Boja ada kondisi yang kondusif karena selama ini kepala sekolah tidak pernah membatasi , kepala sekolah memberi bimbingan dan arahan dan petunjuk setiap saat kepala sekolah siap. Konsultasi dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan. Kepala sekolah sering membuka diri setiap rapat kalau ada hal-hal tertentu yang perlu disampaikan, dengan terbuka kepalasekolah selalu menyediakan waktu untuk konsultasi tersebut. Ini menunjukan bukti bahwa kepala sekolah tidak otoriter. (Wawancara guru agama 14/2/15)

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    konsultasi sangat penting dalam kepemimpinan

    partisipatif. Konsultasi adalah bagian dari

    komunikasi. Komunikasi yang baik antara kepala

    sekolah dan guru akan menghasilkan guru yang

    termotivasi untuk meningkatkan kompetensinya.

    4.1.4.3 Pendelegasian Wewenang

    Berkaitan dengan aktivitas pendelegasian

    wewenang, kepala sekolah memandang hal tersebut

    yang paling penting dalam manajemen. Pembagian

    wewenang dari atasan kepada struktur organisasi

    itu wajib hukumnya karena pada dasarnya

    wewenang itu dimiliki oleh kepala sekolah tetapi

    tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas

    dan wewenang yang begitu banyaknya. Oleh karena

  • 71

    itu, dalam organisasi baik wewenang itu didistribusi

    sesuai dengan bidang masing-masing. Hal ini sesuai

    dengan petikan wawancara berikut.

    Ini hal yang paling penting dalam manajemen yaitu pembagian wewenang dari atasan kepada struktur organisasi itu wajib hukumnya karena pada dasarnya wewenang itu punya kepala sekolah tetapi tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas dan wewenang yang begitu banyaknya. Oleh karena itu dalam organisasi baik wewenang itu kita bagi habis sesuai dengan bidang masing-masing. Misalnya bidang kurikulum kita delegasikan wakasek kurikulum dan staf, demikian pula yang lain termasuk tukang kebun itu juga diberi wewenang. Semua mendapat tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas dan wewenang yang baik akan menentukan berhasil tidaknya program organisasi ini. Nanti kalau ada masalah atau kendala dalam pelaksanaannya maka kita adakan evaluasi atau kontrol . Harus ada kontrol atau evaluasi, dan yang paling penting lagi suri tauladan. Contoh, orang sekarang tidak perlu digurui dengan ilmu yang penting diberi contoh di lapangan bagaimana kita mengelola anak, bagaimana kita bersikap terhadap kedisiplinan sekolah. Kalau kita bisa memberikan contoh mereka akan ikut kita dalam kegiatan sekolah. Kalau kepala sekolah hanya duduk dikantor saja kepala sekolah susah mengontrol kegiatan ini dan mendorong dalam pelaksanaannya. Sekali lagi bahwa tugas dan wewenang itu harus dibagi apalagi organisasi besar tetapi yang paling penting adalah setelah dibagi maka bagaimana kita mengevaluasi dan kontrol setiap harinya. (wawancara KS 9/2/15)

    Dalam hal ini, guru mengakui sering

    menerima tugas dalam rangka pendelegasian

  • 72

    wewenang. Guru berpendapat bahwa pendelegasian

    wewenang merupakan proses yang penting agar

    suatu kegiatan dapat terlaksana dengan lancar

    walaupun kepala sekolah berhalangan. Kepala

    Sekolah melakukan pendelegasian tugas langsung

    kepada guru yang ditunjuk dengan Surat Keputusan

    dengan tembusan kepada pihak-pihak yang terkait,

    sehingga pelaksana dan penanggung jawab

    wewenang menjadi jelas dan pengawasan tugas juga

    mudah. Hal ini dikonfirmasi dengan petikan

    wawancara berikut.

    Pendelegasian wewenang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru melalui surat delegasi jika terkait dengan lomba/kejuaraan dll. Melalui surat tugas akan adanya suatu kegiatan. Didelegasikan secara penuh kepada guru. Kepala Sekolah sebagai pelindung/penanggungjawab, dengan adanya pendelegasian maka guru dapat melakukan hal yang dipandang penting/perlu untuk dilakukan agar kegiatan/acara yang direncanakan dapat berjalan dengan baik.Kepala sekolah meminimumkan konflik-konflik dari dampak pendelegasian wewenang dengan cara memilih personil yang dianggap mampu (senior) dalam melakukan kegiatan tersebut. Komunikasi pendelegasian wewenang dengan dilakukan dalam tim inti, jika ada kesulitan terkait dengan pelaksanaan kegiatan, dapat dikonsultasikan kepada Kepala Sekolah. Pengawasan dilakukan secara langsung dan diakhiri dengan adanya laporan pertanggungjawaban kegiatan (Wawancara Guru 4, 14/2/2015).

  • 73

    Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan

    bahwa kepala sekolah selalu mendelegasikan tugas

    dan wewenang kepada semua guru dan staf tata

    usaha. Dengan mendelegasikan tugas dan wewenang

    berarti memberi kesempatan kepada guru untuk

    meningkatkan motivasi dan kompetensinya. Ini

    adalah wujud dari kepemimpinan partisipatif.

    4.1.5 Produk Kepemimpinan Partisipatif dalam

    peningkatan kompetensi Pedagogis guru

    Produk dalam penelitian ini adalah kompetensi

    pedagogis guru. Penilaian dan pembinaan

    kompetensi pedagogis guru, menurut kepala

    sekolah, tidak hanya dilakukan oleh kepala sekolah,

    melainkan didelegasikan kepada guru senior. Kepala

    sekolah memandang kompetensi pedagogis guru

    sudah baik, beberapa guru yang masih memerlukan

    pembinaan dipanggil untuk diberi masukan agar

    mampu melakukan perbaikan.

    Wakil kepala sekolah juga menyampaikan

    bahwa sekolah memiliki program In House Training

    (IHT) untuk meningkatkan kualitas guru, misalnya

    melakukan IHT yang berkaitan dengan pembelajaran

    dan peningkatan ketrampilan. Dari situlah harapan

  • 74

    kami akan meningkatkan kompetensi pedagogis dari

    guru-guru. Wakil kepala sekolah berpendapat bahwa

    dengan pengalaman sekolah sebagai RSBI, maka

    tingkat pemahaman guru dalam hal pedagogisnya

    lebih dari cukup, karena sekolah selalu menfasilitasi

    berkaitan dengan peningkatan-peningkatan

    pedagogis dari guru tersebut. Hal ini sesuai dengan

    petikan wawancara sebagai berikut.

    Ini sekolah yang besar tidak semuanya harus dilakukan kepala sekolah, jadi penanganan pedagogis guru, pada prakteknya dengan pembagian tugas kepada guru senior untuk melaksanakan tugas supervisi baik di dalam kelas maupun di luar kelas karena dengan jumlah yang besar ini tanpa melibatkan guru-guru senior itu repot. Lebih fokus supervisi ini kita arahkan kepada guru yang baru dan sekarang ada program yang namanya program induksi guru pemula. Artinya guru pemula tidak bisa dilepas tetapi harus dibimbing oleh guru senior atau guru yang ditugasi oleh kepala sekolah untuk memberikan pembimbingan. Tahun ini berlaku. Dalam hal ini yang terlibat adalah kepala sekolah , waka kurikulum dan guru senior dan itu akan memantau terhadap guru pemula. Jadi sebenarnya kualitas guru sangat ditentukan oleh supervise akademik di dalam kelas. Sehingga bisa meningkatkan pengalaman, Boja saya yakin sebagian besar sudah bagus tetapi ada beberapa guru yang belum menggunakan kurikulum, dia ngajar berdasarkan feeling. Maka guru tersebut kita panggil, kita ajak diskusi agar guru tersebut mengikuti silabus dan pedoman yang ada. Kita panggil sifatnya memberi masukan, akhir kita memastikan bahwa yang bersangkutan

  • 75

    melakukan perubahan dalam mengajar dan mengelola kelas (Wawancara KS, 09/02/2015).

    Di lain pihak, guru berpendapat bahwa

    mereka telah melaksanakan tugas yang berkaitan

    dengan kompetensi pedagogis dengan baik. Kegiatan

    tersebut berupa pengelolaan kelas, pemberian

    motivasi dan reward. Namun, salah satu responden

    menyatakan ketidaksetujuannya dengan pemberian

    punishment. Hal ini berdasarkan petikan wawancara

    berikut.

    Menurut saya saya telah mengelola kelas dengan baik, sebagai contoh sebelum pelajaran dimula saya terlebih dahulu mengatur tempat duduk untuk memudahka proses KBM dan tidak monoton. Kemudian selama pelajaran berlagsug saya sering keliling kelas utuk memastikan siswa belajar dengan maksimal dan kondisi kelas menjadi kondusif. Saya memotivasi siswa dengan memberikan komentar positif pada setiap jawaban yang diberikan siswa. Dengan begitu siswa akan merasa nyaman dan termotivasi dalam menjalani proses pembelajaran. Dalam KBM, saya juga memberikan reward kepada siswa dalam bentuk pujian pada hasil kerja siswa. Tetapi saya tidak setuju degan istilah punishment karena dalam KBM siswa berproses utuk menyerap materi pelajaran dan bertumbuh menjadi pribadi yag lebih baik. Jadi, akan lebih baik apabila diberikan kritikan yang membangun pada kesalahan yag dilakukan (Wawancara Guru 2, 4/2/2015)

  • 76

    Hal itu juga didukung dengan pernyataan

    dari Wakil Kepala Sekolah bagian Humas dan

    guru seperti dalam petikan wawancara berikut.

    Ya, guru selalu berinovasi dalam proses pembelajaran baik dengan penggunakan metode, strategi, media maupun cara-cara lain yang senantiasa dilakukan dalam rangka siswa menjadi aktif. (wawancara waka humas, 27/2/15)

    Kami berupaya untuk paham dan hafal pada semua siswa. Dengan memberikan joke yang bersifat mendidik misalnya guru sudah mempunyai peta anak-anak yang mempunyai pasangan dikelas.Kompetensi pedagogis guru secara umum sudah bagus, namun peningkatan kemampuan harus dilakukan terus menerus karena kehidupan selalu menuntut kita untuk selalu belajar dan belajar. (wawancara guru 4, 14/2/15)

    Pada kegiatan Forum Group Discussion(FGD),

    kepala sekolah menyatakan bahwa kompetensi

    pedagogis perlu mendapat perhatian yang serius

    dibandingkan dengan kompetensi yang lain. Maka

    dengan adanya program guru induksi yang sudah

    dimulai tahun ini akan sangat membantu

    meningkatkan kompetensi guru, antara lain

    kompetensi pedagogis.

    Dari keseluruhan wawancara tersebut dapat

    mengkonfirmasi bahwa kemampuan pedagogis guru

    sudah baik, dimana guru selalu menyajikan

  • 77

    pembelajaran dengan berbagai metode media dan

    model untuk membuat pembelajaran lebih menarik

    dan menyenangkan.

    4.2 Pembahasan

    Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi

    dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang

    diterapkan dalam penelitian ini adalah model

    evaluasi yang dikembangkan oleh Stuflebearn (2003)

    yaitu model Context, Input, Process, dan Product

    (CIPP). Konteks yang diangkat adalah kepemimpinan

    partisipatif latar belakang, kebijakan dan komitmen.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan

    partisipatif memandang penting untuk melibatkan

    stakeholder maupun staf dalam setiap pengambilan

    keputusan. Hal ini sesuai dengan kaidah bahwa

    pada intinya kepemimpinan pertisipatif adalah

    kepemimpinan yang selalu melibatkan seluruh

    elemen organisasi dalam mengambil kebijakan

    organisasi. Titik tekannya hanya kepada

    penggunaan patisipasi mereka, pemimpin hanya

    akan menjadi seseorang yang melegalkan apa yang

    menjadi keputusan semua pihak.

  • 78

    Input dalam penelitian ini meliputi guru dan

    sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Boja.

    Wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan

    bahwa kepala sekolah menerima banyak masukan

    mulai dari guru, karyawan, tokoh masyarakat,

    komite sekolah berhubungan dengan program

    sekolah. Sekolah juga didukung sarana prasarana

    yang harus dikelola dengan melibatkan stakeholder

    dan pihak-pihak yang diberikan wewenang

    mengelola aset sekolah.

    Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan

    formal memiliki berbagai keragaman, kondisi

    lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya maka

    sekolah harus dinamis dan kreatif dalam

    melaksanakan perannya untuk mengupayakan

    peningkatan kualitas/mutu pendidikan (Runtuwene,

    n.d). Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah

    dengan berbagai keragamannya itu, diberikan

    kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya

    sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan

    kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi

    yang otonom diberikan peluang untuk mengelolah

    dalam proses koordinastif untuk mencapai tujuan-

    tujuan pendidikan (Atmodiwirio, 2000). Konsep

  • 79

    pemikiran tersebut telah mendorong munculnya

    pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan

    mutu pendidikan yang berbasis sekolah sebagai

    institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan.

    Aset yang dimiliki sekolah harus dkelola dengan baik

    sebagai input sekolah.

    Proses dalam penelitian ini terdiri dari tiga

    aktivitas kepemimpinan partisipatif, yaitu: (1)

    pengambilan keputusan, (2) konsultasi, (3)

    pendelegasian wewenang. Kepala sekolah

    menyebutkan bahwa setiap pengambilan keputusan

    selalu melibatkan pihak-pihak terkait dan

    dimusyawarahkan di forum rapat. Jika ada kendala,

    karena kepala sekolah merupakan penanggung

    jawab utama, maka kepala sekolah bisa memberikan

    bantuan dan memastikan bahwa masalah itu dapat

    diselesaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

    Wahjosumiodjo (2011:92) yang menjelaskan ada

    empat aktivitas kepala sekolah sebagai pengambil

    keputusan yaitu: entrepeneur, disturbance handler

    (pemerhati gangguan), resource allocater (penyedia

    segala sumber), dan negotiator roles. Entrepeneur

    artinya kepala sekolah selalu berusaha untuk

    memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai

  • 80

    macam pemikiran program-program baru. Kepala

    sekolah dalam mengambil keputusan selalu

    bertujuan untuk mningkatkan kualitas sekolah.

    Distributor handler artinya memperhatikan gangguan

    yang timbul di sekolah. Berbagai masalah atau

    kendala yang timbul selalu diperhatikan oleh kepala

    sekolah karena kepala sekolah merasa bertanggung

    jawab terhadapnya. Resource roles artinya

    menyediakan segala sumber daya sekolah. Negotiator

    roles artinya kepala sekolah harus mampu untuk

    mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan

    pihak luar. Di sinilah letak kepemimpinan

    partisipatif yang dilakukan oleh kepala SMA Negeri 1

    Boja yang melibatkan setiap stake holder dalam

    setiap pengambilan keputusan. Bagaimana cara

    pemimpin mengambil putusan yang menunjukkan

    gaya kepemimpinannya. Dengan demikian

    pengambilan putusan merupakan fungsi

    kepemimpinan yang sangat berpengaruh atau

    menentukan proses dan tingkat keberhasilan

    kepemimpinan di SMA Negeri 1 Boja. Ini juga sesuai

    dengan pendapat Purwanto (2012:70) bahwa

    participative decision making atau shared decision

    making adalah cara pengambilan putusan yang

  • 81

    mengikut sertakan bawahan. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pengambilan putusan yang

    partisipatif dapat meningkatkan keefektifan

    organisasi atau lembaga.

    Demikian juga dengan proses konsultasi,

    kepala sekolah berpendapat bahwa pada dasarnya

    semua kegiatan di sekolah baik yang dilaksanakan

    siswa, guru dan staf administrasi itu semua harus

    dikonsultasikan. Artinya kepala sekolah harus tahu.

    Wakil kepala sekolah harus konfirmasi untuk setiap

    kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan

    wewenang masing-masing. Jadi konsultasi wajib

    sifatnya baik diminta maupun tidak. Termasuk

    guru-guru yang bermasalah dalam arti masalah

    dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan

    tujuan konsultasi menurut Dale (Sudarmanto,

    2009:239) adalah untuk: (1) mendapatkan

    pemahaman yang lebih baik dari seseorang

    membuat keputusan pribadi yang penting, (2)

    menetapkan tujuan pribadi yang dapat dicapai, (3)

    menyusun solusi yang efektif untuk masalah pribadi

    atau antarpribadi, (4) menghadapi lingkungan yang

    sulit, dan (5) menghadapi emosi pribadi yang negatif.

    Untuk dapat menjadi konselor yang baik, seorang

  • 82

    kepala sekolah harus memiliki kompetensi meliputi:

    (1) mendengarkan yang baik, (2) memahami masalah

    yang disampaikan oleh bawahan, (3) mencari tahu

    inti permasalahan, (4) bersikap empatis terhadap

    seseorang yang mempunyai permasalahan, dan (5)

    memberikan arah jalan keluar (Sudarmanto,

    2009:239).

    Berkaitan dengan proses pendelegasian

    wewenang, kepala sekolah memandang hal tersebut

    yang paling penting dalam manajemen. Pembagian

    wewenang dari atasan kepada struktur organisasi

    itu wajib hukumnya karena pada dasarnya

    wewenang itu dimiliki oleh kepala sekolah tetapi

    tidak mungkin kepala sekolah menjalankan tugas

    dan wewenang yang begitu banyaknya. Kepala

    sekolah juga harus mendukung upaya pemecahan

    setiap permasalahan, namun tidak perlu

    memecahkan persoalan sendiri tetapi dapat

    mendelegasikan tugas dan wewenang kepada

    bawahan yang berkompeten di bidangnya, sehingga

    bila masalah itu berhasil dipecahkan, orang yang

    diberi wewenang akan memperoleh kepuasan batin

    yang besar, yang sangat penting untuk memotivasi

    dan meningkatkan rasa percaya diri dan akhirnya

  • 83

    akan mampu menyelesaikan persoalan yang sulit

    dengan lebih baik. Dengan memberi kesempatan

    kepada bawahan agar terbiasa mengatasi kesulitan,

    kepala sekolah berarti telah mendorong dan

    meningkatkan kemajuan sekolah secara umum.

    Namun dalam kasus tertentu yang rumit, kepala

    sekolah akan mengambil keputusan sendiri.

    Tindakan kepala sekolah seperti itu sesuai dengan

    pendapat Danim dan Suparno (2009: 88) yang

    menyatakan bahwa kunci sukses kepemimpinan

    kepala sekolah antara lain adalah mempercayai staf

    pengajar dan mendelegasikan tugas dan wewenang.

    Meskipun sebenarnya kepala sekolah mampu

    mengatasi sendiri kesulitan itu dengan lebih cepat,

    tetapi akan lebih baik jika dia menyerahkan kepada

    wakil dan staf pengajar sebagai bahan latihan.

    Hal ini juga sesuai dengan pendapat

    Wahyosumidjo (2002:94) yang menjelaskan tujuan

    pendelegasian wewenang, yaitu bahwa: (1)

    pendelegasian memungkinkan manajer mencapai

    hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan

    ditangani sendiri, (2) agar organisasi berjalan lebih

    efisien, (3) pendelegasian memungkinkan manajer

    dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas

  • 84

    prioritas yang lebih penting, (4) dengan

    pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk

    tumbuh dan berkembang, bahkan dapat

    dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar

    dari kesalahan atau keberhasilan.

    Delegasi wewenang yang efektif (Hasibuan,

    2005: 84) dapat dicapai dengan cara-cara: (1)

    Memutuskan pekerjaan mana yang akan

    didelegasikan, akrena tidak semua pekerjaan dapat

    didelegasikan; (2) Memutuskan siapa yang akan

    memperoleh penugasan, dengan beberapa

    pertimbangan: waktu yang dipunyai karyawan,

    kemampuan yang dimiliki karyawan dan

    kesempatan yang akan dimanfaatkan oleh

    karyawan; (3) Mendelgasikan tugas, disertai dengan

    informasi dan pemberian wewenang ysng cukup dan

    bentuk hasil yang diharapkan; (4) Menetapkan

    feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai

    oleh bawahan.

    Yukl (2007:124) menjelaskan beberapa aspek

    yang perlu dipertimbangkan dalam pendelegasian

    tugas dan wewenang yang meliputi aspek

    karakteristik personal dan tugas serta kontrol

    delegasi. Karakteristik personal dan tugas adalah

  • 85

    berkaitan dengan pentingnya delegasi serta siapa

    yang didelegasikan. Kontrol delegasi adalah

    berkaitan dengan seberapa besar wewenang

    didelegasikan, komunikasi wewenang, delegasi

    wewenang dan pengawasan, bagaimana

    meminimumkan konflik-konflik dari dampak

    wewenang serta apa yang harus dikerjakan bila

    seseorang menyalahi wewenang.

    Muara dari kepemimpinan partisipatif adalah

    meningkatnya kompetensi pedagogis guru. Kepala

    sekolah memandang kompetensi pedagogis guru

    sudah baik, beberapa guru yang masih memerlukan

    pembinaan dipanggil untuk diberi masukan agar

    mampu melakukan perbaikan. Model kepemimpinan

    partisipatif sangat berkaitan dengan performa

    kompetensi pedagogis yang dimiliki guru. Guru yang

    terbiasa dengan model kepemimpinan partisipatif

    diduga memiliki kompetensi pedagogis yang lebih

    baik. Hal ini dapat ditinjau secara teroretis bahwa

    guru yang banyak dilibatkan dalam proses

    pengambilan keputusan akan terbiasa dengan

    suasana demokratis. Guru tersebut akan membawa

    budaya tersebut ke dalam kelas sehingga siswa juga

    akan dilibatkan dalam proses-proses pembelajaran.

  • 86

    Hal tersebut sesuai dengan pendapat

    Purwanto (2012:145) bahwa partisipasi guru dalam

    administrasi sekolah sangat penting dan menjadi

    keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya

    ditafsirkan sebagai kesempatan kesempatan kepada

    para guru dan kepala sekolah untuk memberi

    contoh tentang bagaimana demokrasi dapat

    diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah

    pendidikan.

    Juga sesuai dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Helen M. Marks and Susan M. Printy

    (2003). Penelitian ini menfokuskan pada hubungan

    kepemimpinan sekolah antar kepala sekolah dan

    guru. Studi ini menunjukkan bahwa kerja sama aktif

    antara kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan

    kualitas pembelajaran dan prestasi atau perfoma

    siswa. Kepemimpinan yang terintegrasi besar

    pengaruhnya pada kinerja sekolah, yang diukur

    dengan kualitas pedagogis guru dan prestasi

    siswanya mengalami peningkatan yang signifikan.

    Adapun perbedaannya dengan penulis lakukan

    adalah bahwa kepemimpinan yang melibatkan kerja

    sama yang baik dengan seluruh stakeholder akan

  • 87

    menghasilkan guru dengan kompetensi pedagodis

    yang baik.

    Penerapan kepemimpinan partisipatif juga

    memiliki hambatan dalam pelaksanaannya. Kepala

    sekolah membutuhkan waktu untuk membiasakan

    warga sekolah menerapkan kepemimpinan

    partisipatif. Guru membutuhkan waktu untuk

    terbiasa memperoleh disposisi tugas yang berkaitan

    dengan pengambilan keputusan atau pendelegasian

    wewenang. Kendala yang kadang terjadi adalah

    ketika beberapa guru menolak diberi tugas dengan

    alasan tidak sesuai dengan tugas pokok maupun

    keahliannya, padahal kepala sekolah bermaksud

    untuk melatih guru tersebut agar juga memiliki

    keahlian yang diharapkan. Dalam hal ini, solusi

    yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan

    melakukan pendekatan agar guru tersebut bersedia

    belajar dan berpikir untuk maju.

    Kendala yang lain adalah bahwa beberapa

    guru cukup tertutup dan jarang berdiskusi terkait

    masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berakibat

    pada hambatan yang terjadi pada proses konsultasi.

    Kepala sekolah mengharapkan bahwa guru bersikap

    terbuka dalam berkonsultasi. Kepemimpinan

  • 88

    partisipatif harus mendapatkan respon yang positif

    dari seluruh warga sekolah karena inti utama dari

    kepemimpinan partisipatif adalah keterlibatan warga

    sekolah.

    Dari hasil penelitian ini diharapkan kepala

    sekolah mengimplementasikan kepemimpinan

    partisipatif demi kemajuan pendidikan. Para guru

    juga hendaknya memanfaatkan peluang peluang

    yang diberikan kepala sekolah untuk meningkatkan

    kompetensinya, terutama kompetensi pedagogis

    yang kadang kadang kurang mendapat perhatian.

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN