BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian
Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk
Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut
di Kabupaten Sukabumi. Daerah ini merupakan derah yang memiliki pantai
karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Keadaan yang
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut
merupakan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di
Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut
terlindungi dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga
keberadaan PPN palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada
saat ini sudah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk.
4.1.1 Keadaan Iklim dan Musim
Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan
musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup
dari bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim angin timur
berlangsung antara bulan Juli sampai Bulan September. Kedua musim tersebut
terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya. Musim
peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan
Oktober sampai dengan Bulan November.
Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan
ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat
besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan
melaut karena hasil tangkapannnya juga biasanya sedikit atau sering disebut
musim paceklik namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (Juli-
September).
28
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam
alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan
payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar
Rp. 183.439.608.741,-.
Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang
berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan
perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan
nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).
4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan
Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik
yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16
sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang
relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho
2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki
kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang
lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.
Kelompok Umur Nelayan
28
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam
alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan
payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar
Rp. 183.439.608.741,-.
Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang
berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan
perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan
nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).
4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan
Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik
yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16
sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang
relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho
2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki
kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang
lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.
22,7%
46,39%
21,64
4,12%5,15%
Kelompok Umur Nelayan16-25 26-35 36-45 46-55 56-65
28
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam
alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan
payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar
Rp. 183.439.608.741,-.
Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang
berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan
perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan
nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).
4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan
Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik
yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16
sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang
relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho
2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki
kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang
lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.
29
Gambar 2 memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh usia
produktif. Responden berusia 26-35 tahun merupakan kelompok umur terbanyak
dari keseluruhan dengan jumlah 46,39% dan kelompok umur yang paling sedikit
berusia 46-55 dan 56-65 tahun yang masing-masing memiliki presentasi sebanyak
5,15%. Hal ini sebabkan nelayan dengan usia diatas 45 tahun sudah kurang
mampu melaut karena faktor fisik, diantaranya kesehatan yang sudah mulai
menurun, tidak kuatnya melaut, mudah sakit kepala apabila terkena angin malam.
4.3.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Tabel3 menunjukan bahwa nelayan pengguna alat tangkap
rumpon mayoritas berpendidikan SD sebanyak 69 orang (71%) sedangkan yang
paling sedikit adalah SMA (Lampiran 4). Hal ini disebabkan pada masa usia
sekolah, nelayan lebih memilih untuk berlayar dari pada melanjutkan pendidikan
karena pada masa itu di Teluk Palabuhanratu sangat besar potensi ikannya.Tingkat
pendidikan nelayan sangat berpengaruh terhadap pola hidup, daya pikir,
kecerdasan dan pengambilan keputusan seseorang.
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa responden nelayan rumpon
mayoritas berpendidikan terakhir SD 71%, sedangkan minoritas berpendidikan
terakhir SMP 24%. Hal ini disebabkan pada usia produktif sekolah, responden
lebih memilih berlayar karena memiliki prospek menjanjikan.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Buruh Nelayan Rumpon, 2013.
No Tingkat PendidikanJumlahNelayan(Orang)
Persentase(%)
1 Tidak Sekolah 2 22 SD 69 713 SLTP 24 254 SMA 2 2
Jumlah 97 100
4.4 Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon
Kegiatan analisis bagi hasil nelayan rumpon di PPN Palabuhanratu
menggunakan sistem bagi hasil yaitu dengan cara menghitung nilai produksi
30
dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan lain-lain. Sistem bagi
hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya operasional dari nilai penangkapan
dalam satu kali trip antara nelayan buruh dengan pemilik merupakan hubungan
kerja sama yang paling tepat yang dilakukan oleh nelayan buruh rumpon di
Palabuhanratu. Menurut data hasil penjualan ikan (Lampiran 5) rata-rata
pendapatan nelayan rumpon per trip Rp. 23.154.639, sedangkan biaya operasional
yang mencakup BBM, makanan, umpan, dan es dalam satu kali trip sebesar Rp.
2.858.660. Sehingga nilai tangkapan bersih per trip sebesar Rp. 23.154.639 – Rp.
2.858.660 = Rp. 20.295.979,-. Jumlah nelayan buruh dalam satu perahu tersebut
ada 5 orang, maka nilai hasil tangkapan bersih dibagi 6 (Ditambah pemilik 1
orang), sehingga Rp. 20.295.979 : 6 = Rp. 3.382.663,-. Dalam satu bulan nelayan
biasa melaut sebanyak 2 kali, jadi masing-masing nelayan buruh akan
mendapatkan hasil sebesar Rp. 6.765.326 dalam satu bulan.
4.5 Nilai Tukar Nelayan
Nilai Tukar Nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu bernilai 105,3, nilai ini didapat dari hasil bagi rata-rata pendapatan
dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon (Lampiran 6). Konsep nilai
tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar
Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Berdasarkan standar Nilai Tukar
Nelayan (NTN) yang dikeluarkan oleh KKP pada tahun 2012, nelayan dikatakan
sejahtera apabila nilai tukar nelayan mencapai 105. Berdasarkan data yang telah
dihitung nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memiliki nilai sebesar 105,3, hal
ini menandakan bahwa nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu bisa dikatakan
sejahtera karena nilai tukar nelayan nya sesuai dengan standar KKP.
4.6 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu
Tingkat kesejahteraan bersifat subyektif dan luas sehingga data yang
mampu mengukur semua segi kesejahteraan tidak dapat disajikan. Tingkat
kesejahteraan dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan aspek-aspek
31
yang dapat diukur saja, yaitu kesejahteraan fisik. Konsep yang digunakan dalam
pengukuran adalah kriteria BPS dalam SUSENAS tahun 2003 yang dimodifikasi,
yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pertama
mengenai pendapatan rumah tangga buruh nelayan, sedangkan indikator lainnya
tetap sesuai dengan kriteria kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS tahun
2003.
4.6.1 Analisis Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah
Tangga Buruh Nelayan Rumpon memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan
penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari
kegiatan yang dibantu oleh istri dan anak, khususnya pada kegiatan berdagang.
Hanya saja hal ini termasuk minoritas, dari 97 responden hanya 8 responden yang
menyatakan bahwa istri dan anak membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 7).
Tingkat pendapatan rumah tangga diukur menggunakan konsep
kemiskinan menurut Sajogyo (1997), yang menggunakan beras sebagai dasar
penggolongan tingkat kemiskinan. Pengukuran tingkat kemiskinan yang
digunakan adalah dengan menyertakan nilai sejumlah beras per tahun dengan
pendapatan perkapita pertahun dari rumah tangga nelayan.
1) Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita pertahun lebih tinggi
dari nilai tukar 320 kg beras ( > Rp 2.560.000)
2) Miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 320
kg – 240 kg beras (Rp 2.560.000 – Rp 1.920.000)
3) Miskin sekali, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai
tukar 240 kg – 180 kg (Rp 1.920.000 – Rp 1.920.000)
4) Paling miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun lebih kecil
dari nilai tukar 180 kg beras (Rp 1.440.000)
Berdasarkan Tabel 4, responden dari rumah tangga nelayan rumpon di
Palabuhanratu tergolong kelompok tidak miskin yaitu sebesar 100% artinya
pendapatan rumah tangga nelayan rumpon melebihi kriteria kemiskinan Sajogyo
(1997).
32
Tabel 4. Indikator Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan RumponMenurut Kriteria Sajogyo, 1997.
Kriteria SkorJumlahNelayan(Orang)
Persentase (%)
Tidak Miskin: >320 kg 4 97 100%Miskin: 320 kg – 240 kg 3 - -Miskin Sekali : 240 kg –
180 kg2 - -
Paling Miskin: <180kg 1 - -Jumlah 97 100
4.6.2 Analisis Pengeluaran Keluarga
Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu
secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan
(Sembako) dan pengeluaran non pangan (Pakaian, Rekreasi, Pendidikan, dan
Kesehatan). Berdasarkan hasil analisis, rata-rata pengeluaran yang digunakan
untuk kebutuhan pangan adalah Rp. 18.626.289 per tahun dan pengeluaran non
pangan sebesar Rp. 3.417.526 per tahun.
Tabel5. Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon
Jenis Pengeluaran Rata-rata Pengeluaran (Rp)Persentase (%)
Per Bulan PertahunPangan 1.552.200 18.626.289 84%
Non Pangan 284.794 3.417.526 16%Jumlah 1.836.994 22.043.815 100%
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan
sebesar 84% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran
non pangan yaitu sebesar 16%. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan
rumpon untuk pangan menghabiskan Rp 1.552.200 per bulan. Jumlah tersebut
dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras, minyak, gula,
lauk pauk, sayuran, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan
rumpon untuk non pangan menghabiskan Rp 284.794 per bulan. Jumlah tersebut
dibagi ke dalam beberapa kebutuhan non pangan seperti pakaian, rekreasi,
33
pendidikan, dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terus meningkatnya harga
barang-barang pokok, sehingga pendapatan yang ada sebagian besar dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan kebutuhan non pangan menjadi
kurang terpenuhi. Rata-rata selisih pendapatan dan pengeluaran rumah tangga
buruh nelayan rumpon dalam setahun sebesar Rp 1.177.526 (Lampiran 8).
4.6.3 Keadaan Tempat Tinggal
Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh atau
struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Mengukur
kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera
berdasarkan keadaan tempat tinggal secara garis besar yaitu. Keluarga pra
sejahtera memiliki lantai rumah bersemen lebih dari 80 % dan keluarga sejahtera
memiliki rata-rata luas lantai rumah 8 meter persegi per anggota keluarga
(BKKBN 2009).
Keadaan tempat tinggal responden merupakan salah satu indikator untuk
menunjukan keadaan sosial rumah tangga dalam masyarakat. Semakin baik
kondisi dan fasilitas tempat tinggal, maka semakin baik keadaan sosial rumah
tangga. Penilaian tempat tinggal dilihat dan kondisi atap rumah, bilik, satu
kepemilikan, lantai dan luas lantai. Indikator keadaan tempat tinggal dapat dilihat
pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 7, kriteria tempat tinggal yang dimiliki nelayan sudah
tergolong tempat tinggal permanen sebesar 87,63%, sedangkan yang tergolong
semi permanen sebesar 12,37%. Hal ini digambarkan oleh seluruh tempat tinggal
nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memenuhi kriteria sejahtera berdasarkan
BPS tahun 2003.
34
Tabel 6. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh NelayanRumpon di Palabuhanratu, 2013.
No Keadaan Tempat Tinggal Skor Jumlah Nelayan(Orang)
Persentase(%)
1 Atapa. Genting 5 78 80,4b. Asbes 4 19 19,58c. Seng 3 - -d. Sirap 2 - -e. Daun 1 - -
Jumlah 97 1002 Bilik
a. Tembok 5 60 61,86b. Setengah Tembok 4 22 22,68c. Kayu 3 - -d. Bambu Kayu 2 15 15,46e. Bambu 2 - -
Jumlah 97 1003 Status - -
a. Milik Sendiri 3 53 56,64b. Sewa 2 28 26,80c. Menumpang 1 18 18,56
Jumlah 97 1004 a. Porselin 5 49 50,52
b. Ubin 4 35 36,08c. Plester 3 13 13,40d. Papan 2 - -e. Tanah 1 - -
Jumlah 97 1005 Luas lantai
a. 100m 3 - -b. 50 – 100 m 2 48 49,48c. <50m 1 49 50,52
Jumlah 97 100
Tabel 7. Kriteria Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu
No Kriteria Jumlah Nelayan (orang) Persentase (%)1 Permanen (skor 15 – 21) 85 87,632 Semi Permanen (skor 10 – 14) 12 12,373 Non Permanen (skor 5-9) - -
Jumlah 97 100
35
4.6.4 Fasilitas Tempat Tinggal
Fasilitas tempat tinggal menjadi salah satu indikator keadaan sosial rumah
tangga buruh nelayan rumpon di masyarakat. Kriteria penilaian fasilitas tempat
tinggal antara lain luas pekarangan, sarana hiburan dan alat pendingin,
penerangan, bahan bakar, sumber air, dan ketersediaan MCK.
Berdasarkan Tabel 8, menunjukan fasilitas tempat tinggal nelayan yang
memiliki pekarangan dengan luas > 100 meter persegi sebanyak 2,06% dan
27,84% memiliki luas pekarangan 50–100 meter persegi sedangkan yang
memiliki luas pekarangan < 50 meter persegi sebanyak 70,10%.
Fasilitas hiburan merupakan salah satu kriteria yang mendukung dalam
penilaian kesejahteraan. Hiburan sangat diperlukan oleh anggota keluarga dengan
tujuan dapat menghilangkan kejenuhan setelah beraktifitas seharian atau dapat
mempererat hubungan keluarga. Fasilitas hiburan yang rata-rata dimiliki nelayan
buruh rumpon adalah televisi(TV) sebanyak 72,16%, tape recorder 4,12%, radio
1,03%, dan fasilitas hiburan berupa Video 22,68%.
Pendingin merupakan fasilitas pendukung pada suatu keluarga. Namun,
dalam kondisi sekarang pendingin menjadi salah satu fasilitas yang sangat
dibutuhkan. Adapun pendingin yang mayoritas dimiliki nelayan adalah lemari es
sebanyak 31,96%, kipas angin sebanyak 55,67%, dan yang alami sebanyak
12,37%.
Sumber penerangan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi
keluarga. Pada zaman sekarang segala kegiatan yang dilakukan masyarakat
hampir menggunakan tenaga listrik sehingga sebanyak 100% rumah tangga buruh
nelayan rumpon menggunakan listrik sebagai penerangan.
Bahan bakar merupakan fasilitas penunjang dalam kegiatan memasak, dll.
Rumah tangga buruh nelayan rumpon sebanyak 86,60% menggunakan gas
sebagai bahan bakar dan sisanya menggunakan minyak tanah sebanyak 13,40%.
Gas merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah bagi masyarakat.
Selain itu, sumber air juga merupakan kriteria yang penting dalam kegiatan rumah
tangga dan dapat menunjukan keadaan sosial suatu keluarga. Sumber air yang
36
berasal dari PAM merupakan yang paling banyak dimiliki oleh nelayan 46,39%
sedangkan yang menggunakan sumur 19,59% dan sumur bor sebanyak 34,02%.
MCK merupakan kriteria yang termasuk dalam salah satu indikator
fasilitas tempat tinggal. Seluruh responden memiliki fasilitas MCK sendiri seperti
tampilan pada Tabel 7.
Berdasarkan Tabel 9, kriteria fasilitas tempat tinggal yang dimiliki
responden sebanyak 60 orang atau 61,86% telah tergolong lengkap sedangkan
sebanyak 37 orang atau 38,14% tergolong memiliki fasilitas cukup lengkap.
37
Tabel 8. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal, 2013.
No. Fasilitas Tempat Tinggal Skor Jumlah Nelayan(Orang)
Persentase(%)
1 Pekarangana. Luas (> 100m ) 3 2 2,06b. Cukup ( 50-100 m ) 2 27 27,84c. Sempit (< 50 m) 1 68 70,10
2 Hiburana. Video 4 22 22,68b. Tv 3 70 72,16c. Tape Recorder 2 4 4,12d. Radio 1 1 1,03
3 Pendingina. AC 4 - -b. Lemari Es 3 31 31,96c. Kipas Angin 2 54 55,67d. Alami 1 12 12,37
4 Sumber Penerangana. Listrik 3 97 100b. Petromak 2 - -c. Lampu Tempel 1 - -
5 Bahan Bakara. Gas 3 84 86,60b. Minyak Tanah 2 13 13,40c. Kayu (Arang) 1 - -
6 Sumber Aira. PAM 6 45 46,39b. Sumur Bor 5 19 19,59c. Sumur 4 33 34,02d. Mata Air 3 - -e. Air Hujan 2 - -f. Sungai 1 - -
7 MCKa. Kamar Mandi Sendiri 4 63 64,95b. Kamar Mandi Umum 3 34 35,05c. Sungai 2 - -d. Kebun 1 - -
38
Tabel 9. Kriteria Fasilitas Tempat Tinggal, 2013.
No Kriteria Jumlah Nelayan (Orang) Persentase (%)1 Lengkap (skor 21-27) 60 61,862 Cukup (skor 14-20) 37 38,143 Kurang (skor 7-13) - -
Jumlah 97 100
4.6.5 Kesehatan Rumah Tangga
Kesehatan rumah tangga adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Menurut BPS (2003), kriteria kesehatan rumah tangga yaitu banyaknya
anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan.
Kesehatan anggota keluarga nelayan buruh rumpon dilihat dari berbagai
kriteria seperti, baik jika seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan kurang
dari 25% sering sakit (skor 3), cukup baik apabila anggota rumah tangga dalam
satu bukan antara 25-50% sering mengalami sakit (skor 2), dan kurang baik jika
seluruh anggota keluarga dalam satu bulan lebih dari 50% sering mengalami sakit
(skor 1). Indikator kesehatan rumah tangga buruh nelayan rumpon di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Indikator Kesehatan Rumah Tangga, 2013.
Kesehatan Anggota RumahTangga
SkorJumlah Nelayan
(Orang)Persentase
(%)Baik (<25% sering sakit) 3 66 68,04
Cukup (25-50% sering sakit) 2 27 27,84Kurang (>50% sering sakit) 1 4 4,12
Jumlah 97 100
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota rumah tangga
nelayan buruh rumpon tergolong baik (<25% sering sakit) yaitu sebesar 68,04%.
Penyakit yang dialami hanya penyakit ringan seperti batuk, flu,pusing dan sakit
perut. 27,84% anggota rumah tangga pedagang tergolong cukup (25-50% sering
sakit) biasanya sakit yang dialami yang harus dilakukan perawatan internsif.
4,12% anggota rumah tangga buruh nelayan rumpon tergolong kurang (>50%
39
sering sakit) biasanya sakit yang dialami sudah akut hingga menyebabkan
kematian.
4.6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Kriteria-kriteria yang mendukung dalam indikator kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak kerumah sakit terdekat, jarak ke
poliklinik/ puskesmas/ posyandu, biaya berobat, penanganan berobat, alat
kontrasepsi, konsultasi KB, dan harga obat-obatan. Tabel 11 menjelaskan
indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan pada rumah tangga buruh
nelayan rumpon di Palabuhanratu Sukabumi.
Berdasarkan Tabel 11 terdapat 41,24% rumah tangga buruh nelayan
rumpon yang memiliki jarak terdekat antara 0,01-3 km dengan rumah sakit,
sedangkan 58,76% rumah tangga buruh nelayan rumpon memiliki jarak terdekat
dengan rumah sakit.
Buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara tempat tinggal
dengan poloklinik/ puskesmas/ posyandu yaitu 0,01-2 km sebanyak 24,74%, dan
yang memiliki jarak terdekat sebanyak 75,26%. Hal ini ditunjang dengan fasilitas
yang diberikan pemerintah dalam melayani kesehatan bagi masyarakat. Selain itu,
biaya berobat yang ditetapkan oleh suatu lembaga bagi 31% responden
terjangkau, 48,45% responden yang merasa cukup terjangkau dan kurang
terjangkau 20,62%. Sebanyak 46,39% responden mengatakan bahwa penanganan
tenaga medis sudah baik, namun 53,61% responden lainnya mengatakan cukup
baik.
Mengenai alat kontrasepsi responden yang menyatakan mudah didapat
terdapat sebanyak 26,8% responden dan 50,52% responden lainnya menyatakan
cukup mudah didapat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan respon nelayan tentang
konsultasi KB sebanyak 23,71% responden menyatakan mudah, 38,14%
responden cukup mudah dan 15,46% responden menyatakan sulit dalam
melakukan konsultasi KB kepada tim medis. Harga obat-obatan yang harus
dikeluarkan oleh responden apabila mengalami sakit terbilang terjangkau bagi
39,18% responden dan 60,82% responden menyatakan cukup terjangkau.
40
Tabel 11. Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan, 2013.
No.Kemudahan Pelayanan
Kesehatan SkorJumlah Nelayan
(Orang)Persentase
(%)
1
Jarak Rumah Sakit Terdekata. 0 Km 4 57 58,76b. 0,01 – 3 Km 3 40 41,24c. > 3 Km 2 - -d. Tidak Terdapat 1 - -Jarak Poliklinik
2
a. 0 Km 4 73 75,26b. 0,01 – 2 Km 3 24 24,74c. > 2 Km 2 - -d. Tidak Terdapat 1 - -
3
Biaya Berobata. Terjangkau 3 30 31b. Cukup Terjangkau 2 47 48,45c. Kurang 1 20 20,62
4
Penanganan Berobata. Baik 3 45 46,39b. Cukup 2 52 53,61c. Jelek 1 - -
5
Alat Kontrasepsia. Mudah Didapat 3 26 26,8b. Cukup Mudah 2 49 50,52c. Sulit Didapat 1 - -
6
Konsultasi KBa. Mudah 6 23 23,71b. Cukup 5 37 38,14c. Sulit 4 15 15,46
7
Harga Obat-obatana. Terjangkau 4 38 39,18b. Cukup Terjangkau 3 59 60,82c. Sulit Terjangkau 2 - -
Berdasarkan penilaian akan kemudahan mendapatkan kemudahan
pelayanan kesehatan seperti yang ditujukan pada Tabel 12, 77,32% responden
menyatakan mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan 22,68%
responden lain mengatakan cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.
41
Tabel 12. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan padaRumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu 2013.
No KriteriaJumlahNelayan(Orang)
Persentase(%)
1 Mudah (skor 8-9) 75 77,322 Cukup (skor 6-7) 22 22,683 Sulit (skor 3-5) - -
Jumlah 97 100
4.6.7 Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu perhatian pemerintah dengan adanya
kebijakan wajib sekolah 9 tahun. Selain itu pemerintah memberikan keringanan
dengan sekolah gratis dan buku gratis yang dipinjamkan untuk mendukung
kegiatan pendidikan, mengingat kualitas sumber daya manusia juga ditentukan
oleh tingkat pendidikannya. Pada Tabel 13 terdapat respon dari buruh nelayan
rumpon sebagai orang tua dalam kemudahan memasukan anak ke jenjang
pendidikan yang dilihat dari tiga segi yaitu, biaya sekolah, jarak ke sekolah dari
masing-masing tempat tinggal, dan prosedur penerimaan.
Tabel 13.Indikator Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan,2013.
No. Kemudahan Pendidikan Skor Jumlah Nelayan(Orang)
Persentase(%)
1
Biaya Sekolaha. Terjangkau 3 13 19,4b. Cukup Terjangkau 2 39 58,21c. Sulit Terjangkau 1 15 44,78
2
Jarak Kesekolaha. 0 Km 3 - -b. 0,01 – 3 Km 2 53 79,1c. > 3 Km 1 14 20,9
3
Prosedur Penerimaana. Mudah 3 11 16,42b. Cukup Mudah 2 38 56,72c. Sulit 1 18 26,87
42
Berdasarkan Tabel 13 sebanyak 19,4% dari 67 responden menyatakan
bahwa biaya sekolah terjangkau karena sebagian sekolah dibebaskan dari biaya
administrasi, 58,21% menyatakan cukup terjangkau dan 44,78% menyatakan sulit
terjangkau karena menurut responden biaya buku yang harus ditanggung cukup
mahal. Pada indikator ini tidak seluruh responden sudah memiliki anak yang
berusia sekolah, oleh sebab itu hanya 67 responden yang memberikan respon
sudah sekolah, sedangkan 30 responden lainnya tidak memberikan respon.
Kebanyakan responden buruh nelayan rumpon sebesar 79,1% mengatakan
jarak sekolah dari tempat tinggal antara 0,01-3 Km dan 20,9% mengatakan jarak
sekolah dengan tempat tinggal lebih dari 3 Km. Berkaitan dengan prosedur
penerimaan sekolah, sebanyak 16,42% responden mengatakan mudah, 56,72%
mengatakan cukup mudah, dan 26,87 responden mengatakan sulit.
Tabel 14. Kriteria Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan,2013.
No KriteriaJumlahNelayan(Orang)
Persentase (%)
1 Mudah (skor 8-9) 14 20,90
2 Cukup (skor 6-7) 39 58,21
3 Sulit (skor 3-5) 13 19,40Jumlah 67 100
Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa sebanyak 20,90% responden
menyatakan bahwa memasukan anak kejenjang pendidikan mudah, 58,21%
menyatakan cukup, dan 19,40% menyatakan sulit.
4.6.8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi
Fasilitas transportasi adalah sarana dan prasarana angkutan baik darat, laut
maupun udara untuk mempermudah suatu kegiatan manusia. Kriteria kemiskinan
yang dipergunakan yaitu ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan
(BPS 2003).
43
Ketersedian sarana transportasi sangatlah penting dalam menunjang
kehidupan sehari-hari buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Oleh karena itu,
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi menjadi salah satu indikator dalam
menganalisis tingkat kesejahteraan para buruh nelayan rumpon. Adapun indikator
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi pada buruh nelayan rumpon di
Palabuhanratu terdiri dari ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, serta status
kepemilikan (Tabel 15). Jenis alat transportasi yang sering digunakan di
Palabuhanratu adalah angkot dan motor.
Tabel 15. Indikator kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013.
No. Kemudahan FasilitasTransportasi Skor Jumlah Nelayan
(Orang)Persentase
(%)1 Ongkos dan Biaya
a. Terjangkau 3 48 49,48b. Cukup Terjangkau 2 42 43,3c. Sulit Terjangkau 1 7 7,22
2 Fasilitas Kendaraana. Tersedia 3 45 46,39b. Cukup Tersedia 2 52 53,61c. Sulit Tersedia 1 - -
3 Kepemilikana. Milik Sendiri 3 40 41,24b. Sewa 2 - -c. Ongkos 1 57 58,76
Tabel 16. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013.
No Kriteria Jumlah Nelayan(Orang) Persentase (%)
1 Mudah (skor 7-9) 52 53,612 Cukup (skor 5-6) 40 41,243 Sulit (skor 3-4) 5 5,15
Jumlah 97 100
Berdasarkan Tabel 16 mayoritas buruh nelayan rumpon menyatakan
ongkos dan biaya terjangkau sebanyak 53,61%, menyatakan cukup terjangkau
41,24%, dan yang menyatakan sulit sebanyak 5,15%. Biaya ongkos yang biasa
dikeluarkan nelayan setiap harinya sebesar Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000,
dan jenis angkutan umum yang biasa digunakan adalah jenis angkot dan ojek.
44
4.6.9 Kehidupan Beragama
Indikator kehidupan beragamadapat dilihat dari sudut toleransi antar umat
beragama, toleransi tinggi (skor 3), toleransi sedang (skor 2) dan toleransi rendah
(skor 1). Seluruh responden menyatakan bahwa toleransi kehidupan beragama
sangat tinggi dan tidak pernah terjadi bentrokan antar umat beragama, walaupun
mereka memeluk agama yang berbeda (Tabel 17).
Tabel 17. Indikator Kehidupan Beragama, 2013.
No Kehidupan Beragama SkorJumlah Nelayan
(Orang)Persentase
(%)1 Toleransi Tinggi 3 97 1002 Toleransi Cukup 2 - -3 Toleransi Rendah 1 - -
Jumlah 97 100
4.6.10 Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan
Ketentraman dan ketertiban adalah hal yang sangat perlu diperhatikan,
karena dengan terciptanya keamanan dan ketertiban. Indikator rasa aman dari
kejahatan dilihat dari sering tidaknya lingkungan tempat tinggal responden
mengalami tindak kejahatan selama satu bulan. Penilaian indikator rasa aman dari
gangguan kejahatan yang di alami di wilayah tempat tinggal buruh nelayan
rumpon meliputi tiga kriteria yaitu aman (tidak pernah mengalami tindak
kejahatan), cukup aman (pernah mengalami tindak kejahatan), dan kurang aman
(sering mengalami tindak kejahatan).
Tabel 18. Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan, 2013.
NoRasa Aman dari
Gangguan KejahatanSkor
Jumlah Nelayan(Orang)
Persentase(%)
1 Aman 3 97 1002 Cukup Aman 2 - -3 Tidak Aman 1 - -
Jumlah 97 100
45
Tabel 18, menunjukan bahwa seluruh responden buruh nelayan rumpon
menyatakan bahwa mereka telah merasa aman dari gangguan kejahatan. Hal ini
disebabkan adanya kegiatan ronda yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal diwilayah masing-masing responden.
4.6.11 Kemudahan dalam Melakukan Olah Raga
Menurut BPS (2003), kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu mudah,
cukup mudah, dan sulit dalam melakukan olahraga dalam satu minggu.
Kemudahan melakukan olahraga dilihat dari segi sering atau tidaknya responden
melakukanya dalam satu minggu, yaitu mudah (apabila sering melakukan
olahraga), cukup (apabila cukup sering melakukan olahraga), dan sulit (apabila
tidak pernah melakukan olahraga) (Tabel 19).
Tabel 19. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga, 2013.
No Kemudahan Berolahraga Skor Jumlah Nelayan(Orang)
Persentase
(%)
1 Mudah 3 - -2 Cukup Mudah 2 32 333 Sulit 1 65 67
Jumlah 97 100
Berdasarkan Tabel 19, 33% responden tergolong cukup mudah dalam
melakukan olahraga, dan 67% responden tergolong sulit melakukan olahraga,
disebabkan faktor umur yang sudah tidak kuat apabila mengalami kelelahan dan
tempat untuk melakukan olah raga sulit. Berdasarkan hasil wawancara adapun
olahraga yang sering dilakukan adalah jenis olahraga lari, sepakbola, dan renang.
4.7 Rekapitulasi Indikator Kesejahteraan
Tabel 20 menunjukan bahwa seluruh buruh nelayan rumpon di
Palabuhanratu termasuk dalam golongan kesejahteraan tinggi. Hasil ini didapat
berdasarkan jumlah hasil hitungan dari 11 indikator tingkat kesejateraan menurut
BPS (Lampiran 10), dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga merupakan nilai
46
yang tertinggi dengan bobot 25%, karena merupakan salah satu faktor penting
dalam suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.
Pengeluaran keluarga memiliki nilai tertinggi kedua dengan bobot 16%.
Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan salah satu penunjang yang dianggap
cukup besar dalam suatu rumah tangga. Keadaan tempat tinggal memiliki bobot
13% karena dianggap salah satu sarana yang penting, dengan adanya tempat
tinggal yang memadai dapat memberikan kenyamanan bagi anggota rumah
tangga.
Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan salah satu indikator
yang cukup penting dengan bobot 12%, karena pendidikan anggota rumah tangga
khususnya anak sangat penting, sehingga kemudahan memasukan anak ke jenjang
pendidikan dapat perhatian lebih.
Kesehatan rumah tangga sangat diperhatikan, karena apabila anggota
rumah tangga sering mengalami sakit maka dapat memperbesar biaya pengeluaran
serta jika kepala keluarga yang mengalami sakit maka tidak akan adanya
pendapatan keluarga.
Pada fasilitas tempat tinggal, kemudahan mendapatkan fasilitas
transportasi, kehidupan beragana, rasa aman dari gangguan kejahatan dan
kemudahan melakukan olahraga dianggap sebagai pelengkap dalam rumah
tangga, karena sifatnya tidak terlalu penting dipenuhi secara keseluruhan namun
tetap menjadi perhatian oleh anggota rumah tangga dengan bobot 4 % (Tabel 20).
47
Tabel 20. Rekapitulasi Indikator, 2013
No Indikator SkorBobot(%)
1 Pendapatan Keluarga 97 252 Pengeluaran Keluarga 62 163 Keadaan Tempat Tinggal 36 134 Fasilitas Tempat Tinggal 10 45 Kesehatan Rumah Tangga 26 106 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari
Tenaga Medis11 4
7 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 16 128 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 10 49 Kehidupan Beragama 12 4
10 Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 12 411 Kemudahan Melakukan Olahraga 5 4
Jumlah 296 100
Tabel 21. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu Sukabumi.
No Indikator Skor1 Pendapatan Keluarga 12 Pengeluaran Keluarga 0,643 Keadaan Tempat Tinggal 0,394 Fasilitas Tempat Tinggal 0,085 Kesehatan Rumah Tangga 0,206 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis 0,087 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 0,128 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 0,089 Kehidupan Beragama 0,12
10 Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 0,1211 Kemudahan Melakukan Olahraga 0,4
Jumlah 2,87Skor Tingkat Kesejahteraan 2,87 x 11 = 32
Berdasarkan Tabel 21, menunjukan bahwa nelayan buruh rumpon di
Palabuhanratu Sukabumi memiliki skor tingkat kesejahteraan tinggi (32) pada
seluruh kriteria BPS dikarenakan pada kriteria kemudahan memasukan anak
kejenjang pendidikan para nelayan lebih memilih memasukan anak dengan jarak