BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

22
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut di Kabupaten Sukabumi. Daerah ini merupakan derah yang memiliki pantai karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Keadaan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut merupakan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut terlindungi dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga keberadaan PPN palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada saat ini sudah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk. 4.1.1 Keadaan Iklim dan Musim Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juli sampai Bulan September. Kedua musim tersebut terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya. Musim peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan Oktober sampai dengan Bulan November. Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan melaut karena hasil tangkapannnya juga biasanya sedikit atau sering disebut musim paceklik namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (Juli- September).

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN -...

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian

Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk

Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Palabuhanratu terkenal sebagai penghasil utama perikanan laut

di Kabupaten Sukabumi. Daerah ini merupakan derah yang memiliki pantai

karena berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Keadaan yang

berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut

merupakan daerah penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di

Kabupaten Sukabumi membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut

terlindungi dari gelombang laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga

keberadaan PPN palabuhanratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada

saat ini sudah sangat sesuai dengan kondisi geografi pantai berupa teluk.

4.1.1 Keadaan Iklim dan Musim

Terdapat dua musim utama di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Palabuhanratu yaitu musim angin barat yang bertiup dari timur ke barat dan

musim angin timur yang bertiup dari barat ke timur. Musim angin barat bertiup

dari bulan Desember sampai bulan Februari, sedangkan musim angin timur

berlangsung antara bulan Juli sampai Bulan September. Kedua musim tersebut

terdapat musim peralihan dari musim barat ke timur dan juga sebaliknya. Musim

peralihan ini terjadi antara bulan Maret sampai dengan bulan Juni dan bulan

Oktober sampai dengan Bulan November.

Perbedaan musim sangat mempengaruhi hasil dan operasi penangkapan

ikan. Pada musim barat (Desember-Februari) angin sangat kencang, ombak sangat

besar dan juga naiknya volume air laut menyebabkan sebagian nelayan enggan

melaut karena hasil tangkapannnya juga biasanya sedikit atau sering disebut

musim paceklik namun, akan terjadi sebaliknya jika musim timur (Juli-

September).

28

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam

alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan

payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar

Rp. 183.439.608.741,-.

Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang

berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan

perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan

nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).

4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan

Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik

yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16

sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang

relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho

2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki

kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang

lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.

Kelompok Umur Nelayan

28

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam

alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan

payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar

Rp. 183.439.608.741,-.

Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang

berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan

perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan

nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).

4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan

Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik

yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16

sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang

relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho

2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki

kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang

lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.

22,7%

46,39%

21,64

4,12%5,15%

Kelompok Umur Nelayan16-25 26-35 36-45 46-55 56-65

28

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu menggunakan berbagai macam

alat tangkap, yaitu pancing tonda, rampus, bagan perahu, perahu rumpon, dan

payang. Produksi hasil perikanan tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu tahun 2012 sebanyak 8.846.526 kg dengan nilai produksi sebesar

Rp. 183.439.608.741,-.

Nelayan yang menggunakan perahu rumpon umumnya nelayan yang

berdomisili di Palabuhanratu dan sekitarnya. Produksi ikan hasil tangkapan

perahu rumpon di Palabuhanratu pada tahun 2012 mencapai 875.071 kg dengan

nilai sebesar Rp. 18.096.153.798,- (PPNP 2012).

4.3 Karakteristik Responden4.3.1 Umur Nelayan

Nelayan merupakan mata pencaharian yang memerlukan kondisi fisik

yang baik. Pada umumnya buruh nelayan rumpon didominasi oleh usia kisaran 16

sampai 65 tahun sehingga kemampuan fisik mereka masih dalam kondisi yang

relatif baik. Usia produktif berada pada kisaran 15-64 tahun (Kusumowidho

2000). Pada umumnya nelayan yang berusia relatif muda dan sehat memiliki

kemampuan fisik dan daya ingat yang baik dibandingkan dengan nelayan yang

lebih tua.Komposisi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada

Gambar 2.

Gambar 2.Kelompok Umur Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu.

29

Gambar 2 memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh usia

produktif. Responden berusia 26-35 tahun merupakan kelompok umur terbanyak

dari keseluruhan dengan jumlah 46,39% dan kelompok umur yang paling sedikit

berusia 46-55 dan 56-65 tahun yang masing-masing memiliki presentasi sebanyak

5,15%. Hal ini sebabkan nelayan dengan usia diatas 45 tahun sudah kurang

mampu melaut karena faktor fisik, diantaranya kesehatan yang sudah mulai

menurun, tidak kuatnya melaut, mudah sakit kepala apabila terkena angin malam.

4.3.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tabel3 menunjukan bahwa nelayan pengguna alat tangkap

rumpon mayoritas berpendidikan SD sebanyak 69 orang (71%) sedangkan yang

paling sedikit adalah SMA (Lampiran 4). Hal ini disebabkan pada masa usia

sekolah, nelayan lebih memilih untuk berlayar dari pada melanjutkan pendidikan

karena pada masa itu di Teluk Palabuhanratu sangat besar potensi ikannya.Tingkat

pendidikan nelayan sangat berpengaruh terhadap pola hidup, daya pikir,

kecerdasan dan pengambilan keputusan seseorang.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa responden nelayan rumpon

mayoritas berpendidikan terakhir SD 71%, sedangkan minoritas berpendidikan

terakhir SMP 24%. Hal ini disebabkan pada usia produktif sekolah, responden

lebih memilih berlayar karena memiliki prospek menjanjikan.

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Buruh Nelayan Rumpon, 2013.

No Tingkat PendidikanJumlahNelayan(Orang)

Persentase(%)

1 Tidak Sekolah 2 22 SD 69 713 SLTP 24 254 SMA 2 2

Jumlah 97 100

4.4 Analisis Bagi Hasil Nelayan Rumpon

Kegiatan analisis bagi hasil nelayan rumpon di PPN Palabuhanratu

menggunakan sistem bagi hasil yaitu dengan cara menghitung nilai produksi

30

dikurangi biaya operasi, perbekalan, ongkos lelang, dan lain-lain. Sistem bagi

hasil yang dibagi rata setelah dikurangi biaya operasional dari nilai penangkapan

dalam satu kali trip antara nelayan buruh dengan pemilik merupakan hubungan

kerja sama yang paling tepat yang dilakukan oleh nelayan buruh rumpon di

Palabuhanratu. Menurut data hasil penjualan ikan (Lampiran 5) rata-rata

pendapatan nelayan rumpon per trip Rp. 23.154.639, sedangkan biaya operasional

yang mencakup BBM, makanan, umpan, dan es dalam satu kali trip sebesar Rp.

2.858.660. Sehingga nilai tangkapan bersih per trip sebesar Rp. 23.154.639 – Rp.

2.858.660 = Rp. 20.295.979,-. Jumlah nelayan buruh dalam satu perahu tersebut

ada 5 orang, maka nilai hasil tangkapan bersih dibagi 6 (Ditambah pemilik 1

orang), sehingga Rp. 20.295.979 : 6 = Rp. 3.382.663,-. Dalam satu bulan nelayan

biasa melaut sebanyak 2 kali, jadi masing-masing nelayan buruh akan

mendapatkan hasil sebesar Rp. 6.765.326 dalam satu bulan.

4.5 Nilai Tukar Nelayan

Nilai Tukar Nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

Palabuhanratu bernilai 105,3, nilai ini didapat dari hasil bagi rata-rata pendapatan

dan pengeluaran rumah tangga buruh nelayan rumpon (Lampiran 6). Konsep nilai

tukar nelayan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep Nilai Tukar

Nelayan (NTN), yang pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur

tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan. Berdasarkan standar Nilai Tukar

Nelayan (NTN) yang dikeluarkan oleh KKP pada tahun 2012, nelayan dikatakan

sejahtera apabila nilai tukar nelayan mencapai 105. Berdasarkan data yang telah

dihitung nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memiliki nilai sebesar 105,3, hal

ini menandakan bahwa nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu bisa dikatakan

sejahtera karena nilai tukar nelayan nya sesuai dengan standar KKP.

4.6 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu

Tingkat kesejahteraan bersifat subyektif dan luas sehingga data yang

mampu mengukur semua segi kesejahteraan tidak dapat disajikan. Tingkat

kesejahteraan dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan aspek-aspek

31

yang dapat diukur saja, yaitu kesejahteraan fisik. Konsep yang digunakan dalam

pengukuran adalah kriteria BPS dalam SUSENAS tahun 2003 yang dimodifikasi,

yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo pada indikator pertama

mengenai pendapatan rumah tangga buruh nelayan, sedangkan indikator lainnya

tetap sesuai dengan kriteria kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS tahun

2003.

4.6.1 Analisis Pendapatan Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh Rumah

Tangga Buruh Nelayan Rumpon memperoleh pendapatan dari hasil kegiatan

penangkapan ikan, namun ada beberapa pendapatan nelayan yang diperoleh dari

kegiatan yang dibantu oleh istri dan anak, khususnya pada kegiatan berdagang.

Hanya saja hal ini termasuk minoritas, dari 97 responden hanya 8 responden yang

menyatakan bahwa istri dan anak membantu dalam usaha tersebut (Lampiran 7).

Tingkat pendapatan rumah tangga diukur menggunakan konsep

kemiskinan menurut Sajogyo (1997), yang menggunakan beras sebagai dasar

penggolongan tingkat kemiskinan. Pengukuran tingkat kemiskinan yang

digunakan adalah dengan menyertakan nilai sejumlah beras per tahun dengan

pendapatan perkapita pertahun dari rumah tangga nelayan.

1) Tidak miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita pertahun lebih tinggi

dari nilai tukar 320 kg beras ( > Rp 2.560.000)

2) Miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai tukar 320

kg – 240 kg beras (Rp 2.560.000 – Rp 1.920.000)

3) Miskin sekali, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun antara nilai

tukar 240 kg – 180 kg (Rp 1.920.000 – Rp 1.920.000)

4) Paling miskin, yaitu apabila pendapatan perkapita per tahun lebih kecil

dari nilai tukar 180 kg beras (Rp 1.440.000)

Berdasarkan Tabel 4, responden dari rumah tangga nelayan rumpon di

Palabuhanratu tergolong kelompok tidak miskin yaitu sebesar 100% artinya

pendapatan rumah tangga nelayan rumpon melebihi kriteria kemiskinan Sajogyo

(1997).

32

Tabel 4. Indikator Pendapatan Rumah Tangga Buruh Nelayan RumponMenurut Kriteria Sajogyo, 1997.

Kriteria SkorJumlahNelayan(Orang)

Persentase (%)

Tidak Miskin: >320 kg 4 97 100%Miskin: 320 kg – 240 kg 3 - -Miskin Sekali : 240 kg –

180 kg2 - -

Paling Miskin: <180kg 1 - -Jumlah 97 100

4.6.2 Analisis Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu

secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran pangan

(Sembako) dan pengeluaran non pangan (Pakaian, Rekreasi, Pendidikan, dan

Kesehatan). Berdasarkan hasil analisis, rata-rata pengeluaran yang digunakan

untuk kebutuhan pangan adalah Rp. 18.626.289 per tahun dan pengeluaran non

pangan sebesar Rp. 3.417.526 per tahun.

Tabel5. Pengeluaran Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon

Jenis Pengeluaran Rata-rata Pengeluaran (Rp)Persentase (%)

Per Bulan PertahunPangan 1.552.200 18.626.289 84%

Non Pangan 284.794 3.417.526 16%Jumlah 1.836.994 22.043.815 100%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pengeluaran untuk pangan

sebesar 84% dari total pengeluaran rumah tangga, sedangkan untuk pengeluaran

non pangan yaitu sebesar 16%. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan

rumpon untuk pangan menghabiskan Rp 1.552.200 per bulan. Jumlah tersebut

dibagi kedalam beberapa kebutuhan pokok pangan seperti beras, minyak, gula,

lauk pauk, sayuran, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran rumah tangga nelayan

rumpon untuk non pangan menghabiskan Rp 284.794 per bulan. Jumlah tersebut

dibagi ke dalam beberapa kebutuhan non pangan seperti pakaian, rekreasi,

33

pendidikan, dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena terus meningkatnya harga

barang-barang pokok, sehingga pendapatan yang ada sebagian besar dipergunakan

untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan kebutuhan non pangan menjadi

kurang terpenuhi. Rata-rata selisih pendapatan dan pengeluaran rumah tangga

buruh nelayan rumpon dalam setahun sebesar Rp 1.177.526 (Lampiran 8).

4.6.3 Keadaan Tempat Tinggal

Tempat tinggal biasanya berwujud bangunan rumah, tempat berteduh atau

struktur lainnya yang digunakan sebagai tempat manusia tinggal. Mengukur

kemiskinan berdasarkan kriteria keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera

berdasarkan keadaan tempat tinggal secara garis besar yaitu. Keluarga pra

sejahtera memiliki lantai rumah bersemen lebih dari 80 % dan keluarga sejahtera

memiliki rata-rata luas lantai rumah 8 meter persegi per anggota keluarga

(BKKBN 2009).

Keadaan tempat tinggal responden merupakan salah satu indikator untuk

menunjukan keadaan sosial rumah tangga dalam masyarakat. Semakin baik

kondisi dan fasilitas tempat tinggal, maka semakin baik keadaan sosial rumah

tangga. Penilaian tempat tinggal dilihat dan kondisi atap rumah, bilik, satu

kepemilikan, lantai dan luas lantai. Indikator keadaan tempat tinggal dapat dilihat

pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 7, kriteria tempat tinggal yang dimiliki nelayan sudah

tergolong tempat tinggal permanen sebesar 87,63%, sedangkan yang tergolong

semi permanen sebesar 12,37%. Hal ini digambarkan oleh seluruh tempat tinggal

nelayan buruh rumpon di Palabuhanratu memenuhi kriteria sejahtera berdasarkan

BPS tahun 2003.

34

Tabel 6. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh NelayanRumpon di Palabuhanratu, 2013.

No Keadaan Tempat Tinggal Skor Jumlah Nelayan(Orang)

Persentase(%)

1 Atapa. Genting 5 78 80,4b. Asbes 4 19 19,58c. Seng 3 - -d. Sirap 2 - -e. Daun 1 - -

Jumlah 97 1002 Bilik

a. Tembok 5 60 61,86b. Setengah Tembok 4 22 22,68c. Kayu 3 - -d. Bambu Kayu 2 15 15,46e. Bambu 2 - -

Jumlah 97 1003 Status - -

a. Milik Sendiri 3 53 56,64b. Sewa 2 28 26,80c. Menumpang 1 18 18,56

Jumlah 97 1004 a. Porselin 5 49 50,52

b. Ubin 4 35 36,08c. Plester 3 13 13,40d. Papan 2 - -e. Tanah 1 - -

Jumlah 97 1005 Luas lantai

a. 100m 3 - -b. 50 – 100 m 2 48 49,48c. <50m 1 49 50,52

Jumlah 97 100

Tabel 7. Kriteria Tempat Tinggal Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu

No Kriteria Jumlah Nelayan (orang) Persentase (%)1 Permanen (skor 15 – 21) 85 87,632 Semi Permanen (skor 10 – 14) 12 12,373 Non Permanen (skor 5-9) - -

Jumlah 97 100

35

4.6.4 Fasilitas Tempat Tinggal

Fasilitas tempat tinggal menjadi salah satu indikator keadaan sosial rumah

tangga buruh nelayan rumpon di masyarakat. Kriteria penilaian fasilitas tempat

tinggal antara lain luas pekarangan, sarana hiburan dan alat pendingin,

penerangan, bahan bakar, sumber air, dan ketersediaan MCK.

Berdasarkan Tabel 8, menunjukan fasilitas tempat tinggal nelayan yang

memiliki pekarangan dengan luas > 100 meter persegi sebanyak 2,06% dan

27,84% memiliki luas pekarangan 50–100 meter persegi sedangkan yang

memiliki luas pekarangan < 50 meter persegi sebanyak 70,10%.

Fasilitas hiburan merupakan salah satu kriteria yang mendukung dalam

penilaian kesejahteraan. Hiburan sangat diperlukan oleh anggota keluarga dengan

tujuan dapat menghilangkan kejenuhan setelah beraktifitas seharian atau dapat

mempererat hubungan keluarga. Fasilitas hiburan yang rata-rata dimiliki nelayan

buruh rumpon adalah televisi(TV) sebanyak 72,16%, tape recorder 4,12%, radio

1,03%, dan fasilitas hiburan berupa Video 22,68%.

Pendingin merupakan fasilitas pendukung pada suatu keluarga. Namun,

dalam kondisi sekarang pendingin menjadi salah satu fasilitas yang sangat

dibutuhkan. Adapun pendingin yang mayoritas dimiliki nelayan adalah lemari es

sebanyak 31,96%, kipas angin sebanyak 55,67%, dan yang alami sebanyak

12,37%.

Sumber penerangan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi

keluarga. Pada zaman sekarang segala kegiatan yang dilakukan masyarakat

hampir menggunakan tenaga listrik sehingga sebanyak 100% rumah tangga buruh

nelayan rumpon menggunakan listrik sebagai penerangan.

Bahan bakar merupakan fasilitas penunjang dalam kegiatan memasak, dll.

Rumah tangga buruh nelayan rumpon sebanyak 86,60% menggunakan gas

sebagai bahan bakar dan sisanya menggunakan minyak tanah sebanyak 13,40%.

Gas merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah bagi masyarakat.

Selain itu, sumber air juga merupakan kriteria yang penting dalam kegiatan rumah

tangga dan dapat menunjukan keadaan sosial suatu keluarga. Sumber air yang

36

berasal dari PAM merupakan yang paling banyak dimiliki oleh nelayan 46,39%

sedangkan yang menggunakan sumur 19,59% dan sumur bor sebanyak 34,02%.

MCK merupakan kriteria yang termasuk dalam salah satu indikator

fasilitas tempat tinggal. Seluruh responden memiliki fasilitas MCK sendiri seperti

tampilan pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 9, kriteria fasilitas tempat tinggal yang dimiliki

responden sebanyak 60 orang atau 61,86% telah tergolong lengkap sedangkan

sebanyak 37 orang atau 38,14% tergolong memiliki fasilitas cukup lengkap.

37

Tabel 8. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal, 2013.

No. Fasilitas Tempat Tinggal Skor Jumlah Nelayan(Orang)

Persentase(%)

1 Pekarangana. Luas (> 100m ) 3 2 2,06b. Cukup ( 50-100 m ) 2 27 27,84c. Sempit (< 50 m) 1 68 70,10

2 Hiburana. Video 4 22 22,68b. Tv 3 70 72,16c. Tape Recorder 2 4 4,12d. Radio 1 1 1,03

3 Pendingina. AC 4 - -b. Lemari Es 3 31 31,96c. Kipas Angin 2 54 55,67d. Alami 1 12 12,37

4 Sumber Penerangana. Listrik 3 97 100b. Petromak 2 - -c. Lampu Tempel 1 - -

5 Bahan Bakara. Gas 3 84 86,60b. Minyak Tanah 2 13 13,40c. Kayu (Arang) 1 - -

6 Sumber Aira. PAM 6 45 46,39b. Sumur Bor 5 19 19,59c. Sumur 4 33 34,02d. Mata Air 3 - -e. Air Hujan 2 - -f. Sungai 1 - -

7 MCKa. Kamar Mandi Sendiri 4 63 64,95b. Kamar Mandi Umum 3 34 35,05c. Sungai 2 - -d. Kebun 1 - -

38

Tabel 9. Kriteria Fasilitas Tempat Tinggal, 2013.

No Kriteria Jumlah Nelayan (Orang) Persentase (%)1 Lengkap (skor 21-27) 60 61,862 Cukup (skor 14-20) 37 38,143 Kurang (skor 7-13) - -

Jumlah 97 100

4.6.5 Kesehatan Rumah Tangga

Kesehatan rumah tangga adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Menurut BPS (2003), kriteria kesehatan rumah tangga yaitu banyaknya

anggota keluarga yang sering mengalami sakit dalam satu bulan.

Kesehatan anggota keluarga nelayan buruh rumpon dilihat dari berbagai

kriteria seperti, baik jika seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan kurang

dari 25% sering sakit (skor 3), cukup baik apabila anggota rumah tangga dalam

satu bukan antara 25-50% sering mengalami sakit (skor 2), dan kurang baik jika

seluruh anggota keluarga dalam satu bulan lebih dari 50% sering mengalami sakit

(skor 1). Indikator kesehatan rumah tangga buruh nelayan rumpon di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Indikator Kesehatan Rumah Tangga, 2013.

Kesehatan Anggota RumahTangga

SkorJumlah Nelayan

(Orang)Persentase

(%)Baik (<25% sering sakit) 3 66 68,04

Cukup (25-50% sering sakit) 2 27 27,84Kurang (>50% sering sakit) 1 4 4,12

Jumlah 97 100

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota rumah tangga

nelayan buruh rumpon tergolong baik (<25% sering sakit) yaitu sebesar 68,04%.

Penyakit yang dialami hanya penyakit ringan seperti batuk, flu,pusing dan sakit

perut. 27,84% anggota rumah tangga pedagang tergolong cukup (25-50% sering

sakit) biasanya sakit yang dialami yang harus dilakukan perawatan internsif.

4,12% anggota rumah tangga buruh nelayan rumpon tergolong kurang (>50%

39

sering sakit) biasanya sakit yang dialami sudah akut hingga menyebabkan

kematian.

4.6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Kriteria-kriteria yang mendukung dalam indikator kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak kerumah sakit terdekat, jarak ke

poliklinik/ puskesmas/ posyandu, biaya berobat, penanganan berobat, alat

kontrasepsi, konsultasi KB, dan harga obat-obatan. Tabel 11 menjelaskan

indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan pada rumah tangga buruh

nelayan rumpon di Palabuhanratu Sukabumi.

Berdasarkan Tabel 11 terdapat 41,24% rumah tangga buruh nelayan

rumpon yang memiliki jarak terdekat antara 0,01-3 km dengan rumah sakit,

sedangkan 58,76% rumah tangga buruh nelayan rumpon memiliki jarak terdekat

dengan rumah sakit.

Buruh nelayan rumpon yang memiliki jarak terdekat antara tempat tinggal

dengan poloklinik/ puskesmas/ posyandu yaitu 0,01-2 km sebanyak 24,74%, dan

yang memiliki jarak terdekat sebanyak 75,26%. Hal ini ditunjang dengan fasilitas

yang diberikan pemerintah dalam melayani kesehatan bagi masyarakat. Selain itu,

biaya berobat yang ditetapkan oleh suatu lembaga bagi 31% responden

terjangkau, 48,45% responden yang merasa cukup terjangkau dan kurang

terjangkau 20,62%. Sebanyak 46,39% responden mengatakan bahwa penanganan

tenaga medis sudah baik, namun 53,61% responden lainnya mengatakan cukup

baik.

Mengenai alat kontrasepsi responden yang menyatakan mudah didapat

terdapat sebanyak 26,8% responden dan 50,52% responden lainnya menyatakan

cukup mudah didapat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan respon nelayan tentang

konsultasi KB sebanyak 23,71% responden menyatakan mudah, 38,14%

responden cukup mudah dan 15,46% responden menyatakan sulit dalam

melakukan konsultasi KB kepada tim medis. Harga obat-obatan yang harus

dikeluarkan oleh responden apabila mengalami sakit terbilang terjangkau bagi

39,18% responden dan 60,82% responden menyatakan cukup terjangkau.

40

Tabel 11. Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan, 2013.

No.Kemudahan Pelayanan

Kesehatan SkorJumlah Nelayan

(Orang)Persentase

(%)

1

Jarak Rumah Sakit Terdekata. 0 Km 4 57 58,76b. 0,01 – 3 Km 3 40 41,24c. > 3 Km 2 - -d. Tidak Terdapat 1 - -Jarak Poliklinik

2

a. 0 Km 4 73 75,26b. 0,01 – 2 Km 3 24 24,74c. > 2 Km 2 - -d. Tidak Terdapat 1 - -

3

Biaya Berobata. Terjangkau 3 30 31b. Cukup Terjangkau 2 47 48,45c. Kurang 1 20 20,62

4

Penanganan Berobata. Baik 3 45 46,39b. Cukup 2 52 53,61c. Jelek 1 - -

5

Alat Kontrasepsia. Mudah Didapat 3 26 26,8b. Cukup Mudah 2 49 50,52c. Sulit Didapat 1 - -

6

Konsultasi KBa. Mudah 6 23 23,71b. Cukup 5 37 38,14c. Sulit 4 15 15,46

7

Harga Obat-obatana. Terjangkau 4 38 39,18b. Cukup Terjangkau 3 59 60,82c. Sulit Terjangkau 2 - -

Berdasarkan penilaian akan kemudahan mendapatkan kemudahan

pelayanan kesehatan seperti yang ditujukan pada Tabel 12, 77,32% responden

menyatakan mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan 22,68%

responden lain mengatakan cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.

41

Tabel 12. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan padaRumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon di Palabuhanratu 2013.

No KriteriaJumlahNelayan(Orang)

Persentase(%)

1 Mudah (skor 8-9) 75 77,322 Cukup (skor 6-7) 22 22,683 Sulit (skor 3-5) - -

Jumlah 97 100

4.6.7 Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu perhatian pemerintah dengan adanya

kebijakan wajib sekolah 9 tahun. Selain itu pemerintah memberikan keringanan

dengan sekolah gratis dan buku gratis yang dipinjamkan untuk mendukung

kegiatan pendidikan, mengingat kualitas sumber daya manusia juga ditentukan

oleh tingkat pendidikannya. Pada Tabel 13 terdapat respon dari buruh nelayan

rumpon sebagai orang tua dalam kemudahan memasukan anak ke jenjang

pendidikan yang dilihat dari tiga segi yaitu, biaya sekolah, jarak ke sekolah dari

masing-masing tempat tinggal, dan prosedur penerimaan.

Tabel 13.Indikator Kemudahan Memasukan Anak Ke Jenjang Pendidikan,2013.

No. Kemudahan Pendidikan Skor Jumlah Nelayan(Orang)

Persentase(%)

1

Biaya Sekolaha. Terjangkau 3 13 19,4b. Cukup Terjangkau 2 39 58,21c. Sulit Terjangkau 1 15 44,78

2

Jarak Kesekolaha. 0 Km 3 - -b. 0,01 – 3 Km 2 53 79,1c. > 3 Km 1 14 20,9

3

Prosedur Penerimaana. Mudah 3 11 16,42b. Cukup Mudah 2 38 56,72c. Sulit 1 18 26,87

42

Berdasarkan Tabel 13 sebanyak 19,4% dari 67 responden menyatakan

bahwa biaya sekolah terjangkau karena sebagian sekolah dibebaskan dari biaya

administrasi, 58,21% menyatakan cukup terjangkau dan 44,78% menyatakan sulit

terjangkau karena menurut responden biaya buku yang harus ditanggung cukup

mahal. Pada indikator ini tidak seluruh responden sudah memiliki anak yang

berusia sekolah, oleh sebab itu hanya 67 responden yang memberikan respon

sudah sekolah, sedangkan 30 responden lainnya tidak memberikan respon.

Kebanyakan responden buruh nelayan rumpon sebesar 79,1% mengatakan

jarak sekolah dari tempat tinggal antara 0,01-3 Km dan 20,9% mengatakan jarak

sekolah dengan tempat tinggal lebih dari 3 Km. Berkaitan dengan prosedur

penerimaan sekolah, sebanyak 16,42% responden mengatakan mudah, 56,72%

mengatakan cukup mudah, dan 26,87 responden mengatakan sulit.

Tabel 14. Kriteria Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan,2013.

No KriteriaJumlahNelayan(Orang)

Persentase (%)

1 Mudah (skor 8-9) 14 20,90

2 Cukup (skor 6-7) 39 58,21

3 Sulit (skor 3-5) 13 19,40Jumlah 67 100

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa sebanyak 20,90% responden

menyatakan bahwa memasukan anak kejenjang pendidikan mudah, 58,21%

menyatakan cukup, dan 19,40% menyatakan sulit.

4.6.8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Fasilitas transportasi adalah sarana dan prasarana angkutan baik darat, laut

maupun udara untuk mempermudah suatu kegiatan manusia. Kriteria kemiskinan

yang dipergunakan yaitu ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan

(BPS 2003).

43

Ketersedian sarana transportasi sangatlah penting dalam menunjang

kehidupan sehari-hari buruh nelayan rumpon di Palabuhanratu. Oleh karena itu,

kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi menjadi salah satu indikator dalam

menganalisis tingkat kesejahteraan para buruh nelayan rumpon. Adapun indikator

kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi pada buruh nelayan rumpon di

Palabuhanratu terdiri dari ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, serta status

kepemilikan (Tabel 15). Jenis alat transportasi yang sering digunakan di

Palabuhanratu adalah angkot dan motor.

Tabel 15. Indikator kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013.

No. Kemudahan FasilitasTransportasi Skor Jumlah Nelayan

(Orang)Persentase

(%)1 Ongkos dan Biaya

a. Terjangkau 3 48 49,48b. Cukup Terjangkau 2 42 43,3c. Sulit Terjangkau 1 7 7,22

2 Fasilitas Kendaraana. Tersedia 3 45 46,39b. Cukup Tersedia 2 52 53,61c. Sulit Tersedia 1 - -

3 Kepemilikana. Milik Sendiri 3 40 41,24b. Sewa 2 - -c. Ongkos 1 57 58,76

Tabel 16. Kriteria Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi, 2013.

No Kriteria Jumlah Nelayan(Orang) Persentase (%)

1 Mudah (skor 7-9) 52 53,612 Cukup (skor 5-6) 40 41,243 Sulit (skor 3-4) 5 5,15

Jumlah 97 100

Berdasarkan Tabel 16 mayoritas buruh nelayan rumpon menyatakan

ongkos dan biaya terjangkau sebanyak 53,61%, menyatakan cukup terjangkau

41,24%, dan yang menyatakan sulit sebanyak 5,15%. Biaya ongkos yang biasa

dikeluarkan nelayan setiap harinya sebesar Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000,

dan jenis angkutan umum yang biasa digunakan adalah jenis angkot dan ojek.

44

4.6.9 Kehidupan Beragama

Indikator kehidupan beragamadapat dilihat dari sudut toleransi antar umat

beragama, toleransi tinggi (skor 3), toleransi sedang (skor 2) dan toleransi rendah

(skor 1). Seluruh responden menyatakan bahwa toleransi kehidupan beragama

sangat tinggi dan tidak pernah terjadi bentrokan antar umat beragama, walaupun

mereka memeluk agama yang berbeda (Tabel 17).

Tabel 17. Indikator Kehidupan Beragama, 2013.

No Kehidupan Beragama SkorJumlah Nelayan

(Orang)Persentase

(%)1 Toleransi Tinggi 3 97 1002 Toleransi Cukup 2 - -3 Toleransi Rendah 1 - -

Jumlah 97 100

4.6.10 Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan

Ketentraman dan ketertiban adalah hal yang sangat perlu diperhatikan,

karena dengan terciptanya keamanan dan ketertiban. Indikator rasa aman dari

kejahatan dilihat dari sering tidaknya lingkungan tempat tinggal responden

mengalami tindak kejahatan selama satu bulan. Penilaian indikator rasa aman dari

gangguan kejahatan yang di alami di wilayah tempat tinggal buruh nelayan

rumpon meliputi tiga kriteria yaitu aman (tidak pernah mengalami tindak

kejahatan), cukup aman (pernah mengalami tindak kejahatan), dan kurang aman

(sering mengalami tindak kejahatan).

Tabel 18. Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan, 2013.

NoRasa Aman dari

Gangguan KejahatanSkor

Jumlah Nelayan(Orang)

Persentase(%)

1 Aman 3 97 1002 Cukup Aman 2 - -3 Tidak Aman 1 - -

Jumlah 97 100

45

Tabel 18, menunjukan bahwa seluruh responden buruh nelayan rumpon

menyatakan bahwa mereka telah merasa aman dari gangguan kejahatan. Hal ini

disebabkan adanya kegiatan ronda yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang

tinggal diwilayah masing-masing responden.

4.6.11 Kemudahan dalam Melakukan Olah Raga

Menurut BPS (2003), kriteria kemiskinan yang dipergunakan yaitu mudah,

cukup mudah, dan sulit dalam melakukan olahraga dalam satu minggu.

Kemudahan melakukan olahraga dilihat dari segi sering atau tidaknya responden

melakukanya dalam satu minggu, yaitu mudah (apabila sering melakukan

olahraga), cukup (apabila cukup sering melakukan olahraga), dan sulit (apabila

tidak pernah melakukan olahraga) (Tabel 19).

Tabel 19. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga, 2013.

No Kemudahan Berolahraga Skor Jumlah Nelayan(Orang)

Persentase

(%)

1 Mudah 3 - -2 Cukup Mudah 2 32 333 Sulit 1 65 67

Jumlah 97 100

Berdasarkan Tabel 19, 33% responden tergolong cukup mudah dalam

melakukan olahraga, dan 67% responden tergolong sulit melakukan olahraga,

disebabkan faktor umur yang sudah tidak kuat apabila mengalami kelelahan dan

tempat untuk melakukan olah raga sulit. Berdasarkan hasil wawancara adapun

olahraga yang sering dilakukan adalah jenis olahraga lari, sepakbola, dan renang.

4.7 Rekapitulasi Indikator Kesejahteraan

Tabel 20 menunjukan bahwa seluruh buruh nelayan rumpon di

Palabuhanratu termasuk dalam golongan kesejahteraan tinggi. Hasil ini didapat

berdasarkan jumlah hasil hitungan dari 11 indikator tingkat kesejateraan menurut

BPS (Lampiran 10), dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga merupakan nilai

46

yang tertinggi dengan bobot 25%, karena merupakan salah satu faktor penting

dalam suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.

Pengeluaran keluarga memiliki nilai tertinggi kedua dengan bobot 16%.

Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan salah satu penunjang yang dianggap

cukup besar dalam suatu rumah tangga. Keadaan tempat tinggal memiliki bobot

13% karena dianggap salah satu sarana yang penting, dengan adanya tempat

tinggal yang memadai dapat memberikan kenyamanan bagi anggota rumah

tangga.

Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan salah satu indikator

yang cukup penting dengan bobot 12%, karena pendidikan anggota rumah tangga

khususnya anak sangat penting, sehingga kemudahan memasukan anak ke jenjang

pendidikan dapat perhatian lebih.

Kesehatan rumah tangga sangat diperhatikan, karena apabila anggota

rumah tangga sering mengalami sakit maka dapat memperbesar biaya pengeluaran

serta jika kepala keluarga yang mengalami sakit maka tidak akan adanya

pendapatan keluarga.

Pada fasilitas tempat tinggal, kemudahan mendapatkan fasilitas

transportasi, kehidupan beragana, rasa aman dari gangguan kejahatan dan

kemudahan melakukan olahraga dianggap sebagai pelengkap dalam rumah

tangga, karena sifatnya tidak terlalu penting dipenuhi secara keseluruhan namun

tetap menjadi perhatian oleh anggota rumah tangga dengan bobot 4 % (Tabel 20).

47

Tabel 20. Rekapitulasi Indikator, 2013

No Indikator SkorBobot(%)

1 Pendapatan Keluarga 97 252 Pengeluaran Keluarga 62 163 Keadaan Tempat Tinggal 36 134 Fasilitas Tempat Tinggal 10 45 Kesehatan Rumah Tangga 26 106 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari

Tenaga Medis11 4

7 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 16 128 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 10 49 Kehidupan Beragama 12 4

10 Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 12 411 Kemudahan Melakukan Olahraga 5 4

Jumlah 296 100

Tabel 21. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan Rumpon diPalabuhanratu Sukabumi.

No Indikator Skor1 Pendapatan Keluarga 12 Pengeluaran Keluarga 0,643 Keadaan Tempat Tinggal 0,394 Fasilitas Tempat Tinggal 0,085 Kesehatan Rumah Tangga 0,206 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis 0,087 Kemudahan Memasukan Anak Kejenjang Pendidikan 0,128 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 0,089 Kehidupan Beragama 0,12

10 Rasa Aman Dari Gangguan Kejahatan 0,1211 Kemudahan Melakukan Olahraga 0,4

Jumlah 2,87Skor Tingkat Kesejahteraan 2,87 x 11 = 32

Berdasarkan Tabel 21, menunjukan bahwa nelayan buruh rumpon di

Palabuhanratu Sukabumi memiliki skor tingkat kesejahteraan tinggi (32) pada

seluruh kriteria BPS dikarenakan pada kriteria kemudahan memasukan anak

kejenjang pendidikan para nelayan lebih memilih memasukan anak dengan jarak

48

jauh namun memiliki kualitas yang baik, serta pada kriteria kemudahan

melakukan olahraga dianggap sulit karena tidak memiliki waktu luang untuk

berolahraga dan fasilitas tempat olahraga yang sangat terbatas.