ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI … · di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk...

74
ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT YASINTA ANUGERAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI … · di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk...

ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI

PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK

PALABUHANRATU, JAWA BARAT

YASINTA ANUGERAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kegiatan

Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk

Palabuhanratu, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

Yasinta Anugerah

C44080049

ABSTRAK

YASINTA ANUGERAH, C44080049. Analisis Kegiatan Penangkapan Elver

Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat.

Dibimbing oleh PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM dan SUGENG HARI

WISUDO.

Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditi ekspor yang sangat potensial,

namun keberadaan elver sidat semakin berkurang. Budidaya ikan sidat saat ini

masih sulit dilakukan jika dimulai dari tahap telur dan larva sehingga para nelayan

menangkap elver sidat dari sungai dan laut, kemudian dibesarkan di kolam

budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan aktifitas

penangkapan elver ikan sidat, mendeskripsikan kondisi sumberdaya elver ikan

sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu dan mengestimasi

hubungan antara suhu permukaan laut (SPL), klorofil-a dan fishing ground elver

sidat. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari–April 2012. Data dikumpulkan

melalui wawancara lapang serta mendownload citra SPL dan konsentrasi klorofil-

a di situs http://oceancolor.gsfc.nasa.gov dan http://www.nodc.noaa.gov/. Hasil

penelitian menunjukan bahwa alat tangkap dan teknik pengoperasian

penangkapan elver sidat masih tergolong sederhana. Alat tangkap yang digunakan

oleh nelayan adalah jaring anco/waring. Nelayan menjual hasil tangkapan kepada

perusahaan budidaya. Selain itu, volume hasil tangkapan elver sidat semakin

menurun. Hal ini disebabkan kondisi sumberdaya elver sidat yang semakin buruk

jika dibandingkan dengan periode awal kegiatan penangkapan dimulai. Sebagai

tambahan, nilai SPL rata-rata masih dalam kisaran suhu elver sidat untuk mampu

beradapatasi. Hal ini disebabkan pada perairan tropis variasi suhu tidak terlalu

besar (termasuk perairan Indonesia). Selain itu konsentrasi klorofil-a rata-rata

pada tahun 1998-2011 termasuk dalam kategori tinggi. Oleh karena itu,

konsentrasi klorofil-a yang tinggi menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan

fitoplankton dan hewan air lainnya.

Kata kunci: klorofil-a, muara sungai Cimandiri, penangkapan elver sidat, suhu

permukaan laut.

ABSTRACT

YASINTA ANUGERAH, C44080049. Analysis Catching Activity of Eel Elver

on the Water of Cimandiri Estuary, Palabuhanratu Bay, Jawa Barat. Supervised by

PRIHATIN IKA WAHYUNINGRUM and SUGENG HARI WISUDO.

Eels (Anguilla sp.) are potential export commodities. However, there is a

decrease in the number of eel elvers. Eel farming is still difficult to do if it starts

from the stage of eggs and larvae. So, fishermen catch eel elver at the river or sea.

Then, the elvers have been raised in fishpond. The current research attempts to

describe the catching activities of eel elvers, to describe the condition of eel elver

resources, and to estimate the relationship between sea surface temperature (SST),

chlorophyll-a and fishing ground of eels at Cimandiri’s estuaries, Palabuhanratu

Bay. The Research conducted on January to April 2012. Data were collected by

interviews and also downloaded SST and chlorofil-a concentration images on

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov and http://www.nodc.noaa.gov/. The results show

that, fishermen use simple fishing gear and operating technique for catching eel

elvers. The fishing gear have been used by fisherman are waring and anco.

Fishermen sell eel elver’s catch to the aquaculture’s company. Moreover, there

was a sharp decrease in the volume in the eel elver catches. It is because the eel

elver resources condition is getting worse compared to the early period of fishing

activities. In addition, the SST averages was still in the range value of adaptation

for eel elvers. It is because there is a small number of temperature variety in

tropical water (including Indonesian water). In addition, the average

concentration of chlorophyll-a included high categories from 1998 to 2011. So

that, the high concentration of chlorophyll-a is a good location for the growth of

phytoplankton and other aquatic animals.

Keywords: chlorophyll-a, Cimandiri estuaries, eels elver fishing, sea surface

temperature.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

ANALISIS KEGIATAN PENANGKAPAN ELVER SIDAT DI

PERAIRAN MUARA SUNGAI CIMANDIRI, TELUK

PALABUHANRATU, JAWA BARAT

YASINTA ANUGERAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Judul Penelitian : Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat Di Perairan

Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Yasinta Anugerah

NRP : C44080049

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui

Komisi Pembimbing

Tanggal ujian : 13 Agustus 2012 Tanggal Lulus:

Ketua,

Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.Si

NIP. 19780613 200801 2 011

Anggota,

Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si

NIP. 19660920 199103 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.

NIP. 19621223 198703 1 001

PRAKATA

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan pada bulan Februari–April 2012 ini adalah Analisis Kegiatan

Penangkapan Elver Sidat Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk

Palabuhanratu, Jawa Barat.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun penulisan skripsi

ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukannya.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1) Prihatin Ika Wahyuningrum, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si

yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku Komisi Pendidikan Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi.,

M.Si. selaku dosen penguji tamu;

3) Orangtua dan kakak-kakak tercinta atas do’a dan dukunganya baik secara

moril maupun materil.

4) Pak Ayom Budi Prabowo selaku Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas

Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi.

5) Dwi Rizky Gustina, Oktavianto Prastyo D, Muhammad Romdonul Hakim

dan Bang Ega atas bantuannya selama penelitian dan pengolahan data.

6) Pak Syarif, Pak Dasep dan Kak Adi G. atas bantuan dalam proses

pengumpulan data di lapangan.

7) Teman-teman seperjuangan selama di IPB, Isya Trisnaning Ati, Nur Laili

Indasari dan Delfi Riana atas bantuan, dukungan dan semangatnya selama ini

8) Teman-teman PSP angkatan 45, adik-adik PSP 46 dan PSP 47 atas doa,

dukungan dan semangatnya selama ini.

9) Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, September 2012

Yasinta Anugerah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Oktober

1990 dari Bapak Muflih Muhadjir dan Ibu Woro Budirahayu.

Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun

2008 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknologi dan

Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan dan organisasi.

Pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011 penulis aktif di Himpunan Mahasiswa

Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai sekertaris Departemen Penelitian,

Pengembangan Profesi (Litbangprof) dan sekertaris Departemen Komunikasi dan

Informasi (Kominfo). Penulis juga aktif menjadi asisten mata kuliah Rekayasa

Tingkah Laku Ikan (RTLI) pada tahun ajaran 2010/2011 dan mata kuliah Daerah

Penangkapan Ikan (DPI) pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012.

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian

dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Kegiatan Penangkapan Elver Sidat

Di Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat” sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi

Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii

1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan .................................................................................................... 2

1.3 Manfaat .................................................................................................. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

2.1 Ikan Sidat................................................................................................ 3

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ikan sidat ............................................ 3 2.1.2 Fase hidup ikan sidat ................................................................... 4

2.1.3 Penangkapan elver sidat .............................................................. 5

2.2 Parameter Oseanografi ............................................................................ 5

2.2.1 Suhu permukaan laut ................................................................... 5

2.2.2 Salinitas ...................................................................................... 6 2.2.3 Klorofil-a .................................................................................... 7

2.3 Pengelolaan Sumberdaya Sidat di Indonesia............................................ 8

3 METODE PENELITIAN .............................................................................. 10

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 10

3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 10

3.2.1 Data Primer ............................................................................... 10 3.2.2 Data Sekunder ........................................................................... 11

3.3 Analisis Data ........................................................................................ 11

3.3.1 Analisis kegiatan penangkapan elver sidat ................................. 11 3.3.2 Analisis ketersediaan sumberdaya ikan ...................................... 12

3.3.3 Pengolahan citra satelit .............................................................. 12

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................................. 15

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian ...................................................... 15

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi ............... 16

5 HASIL PENELITIAN .................................................................................. 20

5.1 Kegiatan Penangkapan Elver Sidat ........................................................ 20

5.1.1 Alat tangkap .............................................................................. 20

x

5.1.2 Nelayan ..................................................................................... 20

5.1.3 Operasi penangkapan ................................................................ 21 5.1.4 Distribusi hasil tangkapan.......................................................... 22

5.2 Ketersediaan Elver Sidat ....................................................................... 23

5.2.1 Perpindahan fishing ground ....................................................... 24 5.2.2 Volume hasil tangkapan ............................................................ 24

5.2.3 Ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri ..... 25 5.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya elver sidat ........ 26

5.3 Suhu Permukaan Laut ........................................................................... 27

5.4 Klorofil-a .............................................................................................. 30

6 PEMBAHASAN ........................................................................................... 32

7 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 42

7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 42

7.2 Saran .................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 44

LAMPIRAN ...................................................................................................... 47

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al. (2004) .................... 8

2 Daftar nama-nama kecamatan di pesisir Teluk Palabuhanratu : .................... 16

3 Data produksi tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI ................................... 17

4 Data volume penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum pada ....... 18

5 Data produksi tahun produksi perairan umum tahun 2010 ............................ 19

6 Perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat.................................... 23

7 Data parameter perairan pada penelitian pendahuluan ................................. 27

8 Kelas kadar klorofil-a pada tahun 1998–2011 di perairan Teluk

Palabuhanratu............................................................................................... 37

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.)........................................................................ 3

2 Peta lokasi penelitian.................................................................................... 10

3 Diagram alir proses pengolahan data SPL dan klorofil-a.............................. 13

4 Jumlah nelayan perairan umum pada tahun 2007-2010 ................................. 18

5 Alat tangkap dan alat bantu penangkapan elver sidat di muara sungai

Cimandiri ..................................................................................................... 20

6 Operasi penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri ........................ 22

7 Alur distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri .......... 23

8 Persepsi nelayan terhadap lokasi fishing ground elver sidat di muara sungai

Cimandiri ..................................................................................................... 24

9 Persepsi nelayan terhadap volume hasil tangkapan elver sidat di muara

sungai Cimandiri .......................................................................................... 25

10 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan

sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri ....................................... 25

11 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan sumberdaya

elver sidat di muara Sungai Cimandiri pada beberapa selang waktu .............. 26

12 Persepsi nelayan tentang faktor penyebab perubahan ketersediaan

sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri ....................................... 26

13 Profil nilai rata-rata SPL Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-2012 ........... 27

14 Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk Palabuhanratu

pada tahun 1990-2011 .................................................................................. 28

15 Pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-2011 pada

periode per lima tahun .................................................................................. 29

16 Gambar 16 Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk

Palabuhanratu pada tahun 1998–2011 .......................................................... 30

17 Gambar 17 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di Teluk Palabuhanratu pada

tahun 1998 – 2011 per 4 tahun ..................................................................... 31

18 Gambar 18 Perubahan bentuk muara sungai Cimandiri,Teluk Palabuhanratu 34

19 Grafik SPL rata-rata dan produksi ikan sidat tahun 2006 dan 2010 ............... 39

20 Grafik konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat pada tahun 2006

dan 2010 ...................................................................................................... 40

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a ................................ 48

2 Rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 1990-2011 ......... 56

3 Pola sebaran SPL tahun 1990-2011 .............................................................. 57

4 Rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun

1998-2011 .................................................................................................... 59

5 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tahun 1990-2011 .................................... 60

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan ikan memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan

baik penangkapan maupun akuakultur. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan

ikan akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin

intensif. Jika tidak dikelola dengan baik akan mendorong usaha perikanan pada

kehancuran dan terjadinya berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan.

Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang sedang berkembang adalah

ikan sidat. Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditi perikanan yang

potensial di pasar lokal maupun internasional. Permintaan ikan sidat yang tinggi

disebabkan oleh kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan kandungan

gizi pada daging ikan lainnya. Banyaknya permintaan ikan sidat tidak sejalan

dengan semakin berkurang sumberdaya ikan tersebut. Volume produksi

penangkapan ikan sidat dari tahun 2000-2010 di Indonesia semakin menurun.

Tahun 2000 volume produksi mencapai 4.553 ton, namun pada tahun 2010

volume produksi hanya mencapai 1.149 ton (KKP, 2010).

Ikan sidat membutuhkan lokasi laut dalam untuk memijah, kemudian dari

telur berubah menjadi elver dan terbawa arus ke pantai. Saat tumbuh dewasa ikan

sidat mulai mencari air tawar sungai dan kembali ke laut dalam untuk memijah

kembali sebelum mati. Hampir di semua muara sungai di Indonesia yang

menghadap laut dalam dapat ditemukan elver sidat. Proses pemijahan buatan yang

sesuai dengan karakteristik perairan laut dalam menjadi kendala dalam proses

budidaya dari telur dan elver, sehingga para nelayan di sekitar Teluk

Palabuhanratu masih mengandalkan penangkapan elver ikan sidat dari sungai

atau laut untuk kemudian dibesarkan di kolam budidaya

Menurut Kottelat et al. (1993) sedikitnya di perairan Indonesia terdapat

lima jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor, A. Borneensis, A. Marmorata, A.

Celebesencis, dan A. Nebulosa. Menurut Sasongko et al (2007) kehadiran elver di

Indonesia pada setiap daerah tidak bersamaan. Elver sidat di Palabuhanratu

ditemukan dari bulan Oktober-Maret dan puncaknya terjadi pada bulan Januari.

Sementara itu sidat konsumsi ditemukan dari bulan April-September.

2

Potensi besar yang dimiliki Indonesia sebagai penghasil sidat dari

penangkapan harus tetap diiringi dengan perlindungan. Penangkapan sidat jangan

sampai merusak populasi dan habitat hidupnya, seperti yang terjadi di Jepang dan

Eropa. Hasil tangkapan elver maupun sidat konsumsi di Jepang dan Eropa terus

menurun, bahkan Uni Eropa telah berupaya untuk melindungi sidat dari

penangkapan (Sasongko et al., 2007).

Informasi tentang penangkapan elver sidat khususnya di Kabupaten

Sukabumi masih sulit untuk didapatkan karena tidak adanya data tertulis yang

berkaitan dengan proses penangkapan elver sidat di alam. Informasi mengenai

kondisi dan status sumberdaya elver di muara sungai Cimandiri Teluk

Palabuhanratu sangat dibutuhkan untuk tujuan pengelolaan dan pemanfaatan ikan

sidat. Selain itu informasi tersebut akan menjadi dasar pengelolaan dari perikanan

sidat. Melihat kondisi tersebut dengan demikian penelitian mengenai analisis

kegiatan penangkapan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri, Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat perlu dilakukan.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mendeskripsikan aktifitas penangkapan elver ikan sidat di perairan muara

sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu;

2) Mendeskripsikan kondisi sumberdaya elver ikan sidat di perairan muara

sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu;

3) Mengestimasi hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a di sekitar

perairan Teluk Palabuhanratu terhadap keberadaan fishing ground elver

sidat.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kondisi

penangkapan ikan sidat sekarang ini. Manfaat lainnya adalah sebagai masukan

untuk kebijakan pemerintah daerah tentang aturan penangkapan ikan sidat yang

ramah lingkungan di Teluk Palabuhanratu agar sumberdaya ikan sidat tetap

berlanjut.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Sidat

2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ikan sidat

Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, tetapi setelah

matang gonad akan beruaya atau pindah ke laut dalam untuk memijah. Ikan sidat

memiliki banyak species. Menurut Sri dan Susilo (1998) salah satu species yang

banyak ditemukan di perairan pantai selatan adalah Anguilla bicolor McClelland.

Elver ikan sidat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Elver ikan sidat (Anguilla Sp.)

Beberapa ahli antara lain Weber dan Beaufort (1916), Williamson dan

Castle (1975) serta Blekker (1965) mengklasifikasikan ikan sidat sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Fillum : Euchordata (Vertebrata : Pisces)

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Apodes (Anguilliformes)

Family : Anguillidae

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla bicolor

Ikan sidat mempunyai tubuh memanjang dengan perbandingan antara

panjang dan tinggi yaitu dua puluh banding satu (20:1). Kepala sidat berbentuk

segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan

terhadap sinar matahari langsung karena sidat termasuk binatang malam

4

(nokturnal). Sidat memiliki empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip ekor,

sirip dubur, dan sirip dada. Meskipun sepintas mirip belut, tetapi pada permukaan

tubuh sidat memiliki sisik (Sasongko et al, 2007).

2.1.2 Fase hidup ikan sidat

Daur hidup ikan sidat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase lautan, fase

estuari, dan fase sungai. Ikan sidat memijah di laut pada kedalaman lebih dari 300

m dan telurnya menetas menjadi larva (leptocephali) setelah 38–45 jam dengan

panjang 2,7 mm sampai 6,2 mm. Stadium ini dilampaui selama satu tahun dengan

ciri-ciri tubuh seperti pita tembus pandang dengan kedua ujungnya tajam, dan

lebar pada bagian tengahnya (Facey dan Avlye, 1987 diacu dalam Sriati, 1998).

Larva tersebut kemudian mengikuti arus kearah pantai dan mengalami perubahan

bentuk (metamorposa) menjadi ikan sidat yang tidak berpigmen (glass eel)

dengan memiliki ciri bentuk tubuh yang sama dengan ikan sidat dewasa. Secara

aktif glass eel tersebut bermigrasi ke arah muara sungai. Setelah memasuki habitat

tersebut pigmentasi mulai berkembang sehingga menjadi ikan sidat kecil yang

disebut elver (Sriati, 1998). Sebelum pigmentasi berkembang sempurna, migrasi

kearah hulu oleh elver dilakukan setelah tahun ke dua dan selanjutnya

berkembang menjadi ikan sidat dewasa (Mc Cleave dan Kleckner, 1983;

Moriarty, 1986 diacu dalam Sriati 1998).

Menurut Usui (1874) dan Matsui (1980) diacu dalam Sriati (1998),

sebagian besar dari daur hidup ikan sidat berada di air tawar, sekitar 15–30 tahun

tanpa mengalami pematangan gonad (maturasi). Maturasi terjadi bersama dengan

perubahan warna tubuh dan morfologinya, menjadi bronze eel atau silver eel

(sidat perak). Tahap akhir dari daur hidup tersebut ikan sidat melakukan migrasi

menuruni sungai menuju ke spawning ground untuk melakukan pemijahan.

Musim sangat berpengaruh pada ketersediaan elver ikan sidat di alam

karena ikan sidat masih memijah secara alami. Kehadiran elver ikan sidat di setiap

daerah tidak bersamaan, khususnya di Palabuharatu elver sidat ditemukan dari

bulan Oktober-Maret dan puncaknya pada bulan Januari. Sedangkan untuk ikan

sidat konsumsi ditemukan dari bulan April sampai bulan September (Sasongko et

5

a, 2007). Sidat adalah ikan yang beruaya anadromous dan menunjukkan prilaku

hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus).

Ikan sidat merupakan ikan yang penyebarannya sangat luas yakni di

daerah tropis dan sub tropis sehingga dikenal adanya sidat tropis dan sidat sub

tropis. Menurut Tesch (1911) diacu dalam Sriati (1998), paling sedikit terdapat

17 spesies ikan sidat di dunia dan paling sedikit enam jenis diantaranya terdapat di

Indonesia yakni: Anguilla marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A.

borneensis, A. bicolor bicolor dan A. bicolor pacifica. Jenis ikan tersebut

menyebar di daerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam yakni di pantai

selatan Pulau Jawa, pantai barat Pulau Sumatera, pantai timur Pulau Kalimantan,

seluruh pantai Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat

dan Nusa Tenggara Timur hingga pantai utara Papua (Affandi, 2005).

2.1.3 Penangkapan elver sidat

Menurut penelitian Sriati (1998) alat yang digunakan dalam penangkapan

elver sidat di Teluk Palabuhanratu adalah jaring anco dari bahan waring dengan

ukuran 1 x 1 m, yang lebih popular dengan nama “sirib”. Sedangkan pada

penelitian Haryuni (2001) di Teluk Poso penangkapan elver sidat dengan

menggunakan alat tangkap seser yang terbuat dari kain tipis. Alat tangkap seser

memiliki lebar mulut 75 cm dan panjang jaring 100 cm.

Penangkapan elver sidat dilakukan pada malam hari yaitu dengan cara

menyusuri muara sungai dangkal namun terkadang berjalan agak ke tengah.

Nelayan membawa petromak dan alat tangkap kemudian ketika ada elver yang

berenang mendekat segera nelayan mengayunkan alat tangkap dengan pelan.

Elver yang sudah tertangkap, diambil dengan piring plastik lalu dimasukan ke

dalam koja. Penangkapan dilakukan berulang-ulang hingga koja penuh dengan

elver hingga menjelang pagi hari (Sasongko et al., 2007).

2.2 Parameter Oseanografi

2.2.1 Suhu permukaan laut

Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang

terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air

6

laut adalah matahari (Weyl, 1970 diacu dalam Basuma, 2009). Menurut

Nyabakken (1992) suhu di samudera bervariasi secara horizontal sesuai dengan

garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Kisaran suhu pada

daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah

ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang

merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut

mencapai kutub.

Suhu perairan di estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di

dekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya di estuari volume air lebih kecil

sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer

yang ada, air estuari ini lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Alasan lain

terjadinya variasi adalah masukan dari air tawar dan kali yang biasa dipengaruhi

oleh suhu musiman daripada air laut (Nyabakken, 1992). Menurut Irawan (2008)

ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12-31oC, sidat mengalami

penurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC. Liviawaty dan

Afrianto (1998) diacu dalam Haryuni (2002) menyatakan bahwa elver sidat

mampu beradaptasi terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara 13–

31oC dan dengan suhu optimal antara 25–28

oC, sesuai dengan spesiesnya. Kisaran

suhu pada kegiatan pedederan dalam budidaya adalah 27-30 °C dan pada kegiatan

pembesaran adalah 25-30 °C (Sasongko et al., 2007)

2.2.2 Salinitas

Salinitas adalah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut

dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan ‰ (permil, gram perliter)

(Nontji, 2007). Perairan samudra salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰,

sedangkan pada perairan pantai, salinitas bisa turun rendah karena terjadi

pengenceran, misalnya kerena pengaruh aliran sungai. Konsentrasi garam-garam

ini jumlahnya relatif sama dalam setiap contoh-contoh air laut, meskipun diambil

dari tempat yang berbeda di seluruh dunia. Cara yang digunakan untuk

menentukan salinitas adalah menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam satu

sampel (chlorinitasi) (Hutabarat dan Evans, 1986).

7

Menurut Hutabarat dan Evans (1986), salinitas bersifat stabil di lautan

terbuka, walaupun di beberapa tempat menunjukan fluktuasi perubahan.

Sedangkan pada daerah perairan estuaria salinitas menjadi gambaran yang

dominan. Pada daerah estuari kadar salinitasnya akan berkurang, karena adanya

sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai dan juga

disebabkan oleh terjadinya pasang surut didaerah tersebut. Perubahan salinitas

musiman di estuaria biasanya merupakan akibat perubahan penguapan musiman

atau perubahan aliran air tawar musiman (Nybakken, 1988).

Facey and Avley (1987) diacu dalam Sriati (1998) mengemukakan bahwa

salinitas merupakan faktor utama yang menentukan migrasi dan distribusi dari

ikan sidat. Salinitas yang bisa ditoleransi oleh ikan sidat berkisar 0-35 ppm. Sidat

mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu

bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya. Salinitas secara tidak langsung

berpengaruh terhadap gas-gas terlarut dan daya racun amoniak. Semakin tinggi

salinitas maka kapasitas maksimum oksigen semakin kecil.

2.2.3 Klorofil-a

Klorofil-a adalah zat hijau daun yang terkandung dalam tumbuhan.

Menurut Barnes dan Hughes (1988) klorofil-a merupakan pigmen yang mampu

melakukan fotosintesis dan terdapat pada seluruh organisme fitoplankton.

Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu

melaksanakan reaksi fotosintesis, dimana air dan karbon dioksida dengan adanya

sinar matahari dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik

seperti karbohidrat. Fitoplankton sebagai produsen primer merupakan pangkal

rantai makanan dan merupakan dasar yang mendukung kehidupan seluruh biota

lainnya (Nontji, 2002).

Kandungan klorofil-a fitoplankton di suatu perairan dapat digunakan

sebagai ukuran biomassa fitoplankton dan dijadikan petunjuk dalam melihat

kesuburan perairan. Kualitas perairan yang baik merupakan tempat hidup dan

berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena kandungan klorofil-a

fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya produktivitas

suatu perairan (Ardiwijaya, 2002).

8

Fitoplankton yang subur umumnya terdapat di perairan sekitar muara

sungai atau di perairan lepas pantai dimana terjadi upwelling. Di depan muara

sungai banyak zat hara datang dari daratan dan dialirkan oleh sungai ke laut,

sedangkan di daerah upwelling zat hara yang kaya terangkat dari lapisan lebih

dalam ke arah permukaan (Nontji, 2002). Menurut Arinardi et al. (1997), perairan

Indonesia memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi hampir selalu berkaitan

dengan adanya pengadukan dasar perairan, dampak aliran sungai (pantai utara

Jawa, pantai timur Sumatera bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Irian Jaya)

serta berlangsungnya proses penaikan massa air lapisan dalam ke permukaan

(Laut Banda, Laut Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa).

Menurut Arsjad et al. (2004) pemetaan klorofil-a perlu dilakukan guna

mengetahui pola sebaran klorofil-a pada waktu tertentu, karena keberadaan

klorofil-a merupakan indikasi keberadaan ikan, dan juga mempengaruhi

kehidupan biota laut pada umumnya. Sebaiknya pemetaan klorofil-a dilakukan

dalam jangka panjang sehingga diketahui sebaran rata-rata pola sebaran tahunan

atau musiman. Klasifikasi kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al.

(2004) terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad, et al. (2004)

Kelas Konsentrasi mg/m3

Keterangan

I <0.3 Konsentrasi rendah/ clear water

II 0,3 – 0,5 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

III 0,5 – 1,0 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

IV 1,0 - 2 Korofil-a dan muatan suspensi tinggi/slightly

turbid water

V >2 Muatan suspensi tinggi/ hight turbidity

2.3 Pengelolaan Sumberdaya Sidat di Indonesia

Menurut FAO (1997) pengertian dari pengelolaan perikanan adalah

sebagai proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,

perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan

implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin

produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Pengelolaan

perikanan tersebut meliputi banyak aspek termasuk sumberdaya ikan,

9

habitat/lingkungan, dan manusia serta berbagai faktor internalnya (Widodo dan

Suadi, 2006).

Produksi dan potensi perikanan dibatasi oleh sejumlah faktor yaitu

pertimbangan biologi, pertimbangan ekologi dan lingkungan, pertimbangan sosial

budaya dan kelembangan; dan pertimbangan ekonomi. Pertimbangan biologi

meliputi smberdaya hayati laut mampu memperbaharui dirinya melalui proses

pertumbuhan, dalam ukuran panjang dan massa (bobot) individu selain

pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi (yang biasa

disebut dalam perikanan sebagai rekrutmen). Pertimbangan ekologi dan

lingkungan meliputi lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi

lingkungan akuatik dapat berubah secara nyata menurut waktu, seperi pasang

surut, suhu air, dll (Widodo dan Suadi, 2006).

Wilayah Indonesia beriklim tropis dengan dua musim yang berganti, yaitu

musim hujan dan musim kemarau merupakan kondisi yang sangat baik bagi

kehidupan ikan sidat. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu udara dan suhu air

tidak berbeda jauh pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Potensi

sumber benih yang dimiliki oleh perairan Indonesia sangat berlimpah. Benih-

benih ikan sidat banyak ditemukan di pantai-pantai yang menghadap ke laut

dalam (Sasongko et al, 2007).

10

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan Januari–Maret 2012

dengan penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Nopember 2011. Lokasi

berada pada daerah Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografis

Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 6o57’00”-7

o07’00’’ LS dan 106

o22’00”-

106o33’00”BT.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Data primer

Penelitian pendahuluan dengan pengambilan data kulaitas air seperti suhu

(termometer), salinitas (refraktometer) dan pH (kertas pH). Data primer pada saat

penelitian diperoleh dari observasi dan hasil wawancara di lapangan dengan

pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan sidat. Pengambilan responden

dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan mengambil sampel dari

populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Pertimbangan dalam pemilihan

responden bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian

kuisioner. Responden yang dituju adalah nelayan elver sidat , nelayan pengumpul

11

elver sidat, dinas perikanan Palabuhanratu dan pihak yang terkait dengan

kegiatan perikanan sidat di Palabuhanratu. Jumlah responden yang di wawancarai

berjumlah 34 orang yang terdiri dari 24 orang nelayan penangkap, 6 orang

nelayan pengumpul, 2 orang staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Sukabumi dan 2 orang staf pihak terkait dengan penangkapan elver sidat.

Kuisioner nelayan dan nelayan pengumpul dimaksud untuk memperoleh

data tentang: (1) Gambaran umum perikanan elver sidat; (2) Spesifikasi teknis

unit penangkapan elver sidat; (3) Kegiatan operasi penangkapan elver sidat.

Kuisioner untuk pihak pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh data tentang

aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan elver sidat di

Teluk Palabuhanratu. Kuisioner untuk pihak terkait dengan kegiatan perikanan

sidat dimaksudkan untuk memperoleh data tentang perkembangan perikanan sidat

secara umum. Kajian ketersediaan sumberdaya ikan didapatkan dengan

membandingkan kondisi sumberdaya ikan pada awal kegiatan penangkapan

tahun 1990 dengan kegiatan penangkapan pada saat penelitian dilakukan (2012).

Data yang dikumpulkan berupa perubahan lokasi fishing ground, faktor yang

mempengaruhi penangkapan dan alur distribusi dari hasil tangkapan.

3.2.2 Data sekunder

Data sekunder untuk mengetahui adanya pengaruh faktor lingkungan

perairan menggunakan. Data sekunder yang digunakan adalah data suhu

permukaan laut dan sebaran klorofil-a. Data SPL tahun 1990–2001 didownload

dari web NOAA/AVHRR http://podaac.jpl.nasa.gov/. Data SPL tahun 2002–2011

dan konsentrasi klorofil-a tahun 1998–2011 diperoleh dengan cara mendownload

citra MODIS level 3 dari web http://oceancolor.gsfc.nasa.gov.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis kegiatan penangkapan elver sidat

Analisis kegiatan penangkapan digunakan untuk mengkaji faktor yang

berhubungan dengan keragaan teknis unit penangkapan elver sidat. Analisis

kegiatan penangkapan elver sidat dilakukan melalui wawancara pihak-pihak

terkait yang dijelaskan secara deskriptif. Analisis yang dilakukan meliputi

12

gambaran unit penangkapan ikan, metode pengoperasian dan distribusi

pemasaran.

3.3.2 Analisis ketersediaan sumberdaya ikan

Perikanan sidat di Teluk Palabuhanratu umumnya masih merupakan

kegiatan perikanan skala kecil, sehingga informasi mengenai gambaran umum

perikanan sidat secara lengkap jarang didapatkan. Karena alasan tersebut sehingga

dalam penelitian ini tidak menjelaskan besarnya stok sumberdaya elver sidat di

Teluk Palabuhanratu secara kuantitatif. Penelitian ini mengkaji dengan lebih

mengarahkan pada pengetahuan tentang kecenderungan perubahan perikanan

elver sidat saat ini dibandingkan pada saat awal dilakukan aktifitas penangkapan.

Menurut Sondita (2010) bahwa tingkat kemudahan nelayan memperoleh ikan,

jumlah ikan yang diperoleh dan ukuran ikan yang ditangkap dapat dipakai untuk

mengetahui trend kelimpahan ikan di suatu tempat. Jika jumlah ikan yang

ditangkap semakin sedikit, yang berarti penurunan produktivitas (produksi per

trip) maka hal ini merupakan salah satu indkasi bahwa stok ikan sudah semakin

menurun jumlahnya.

Berdasarkan alasan tersebut sehingga kajian ini dilakukan melalui

penelusuran informasi secara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada

nelayan sebagai pelaku kegiatan penangkapan elver sidat di Teluk Palabuhanratu.

Informasi-informasi yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara ditampilkan

dalam bentuk persentase persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan

kegiatan penangkapan elver sidat . Dengan mengetahui kecenderungan perubahan

kegiatan penangkapan tersebut maka dapat diketahui ketersediaan sumberdaya

ikan dan bentuk pengelolaan perikanan elver sidat yang tepat.

3.3.3 Pengolahan citra satelit

Data lingkungan perairan diketahui dengan mendownload data melalui

situs http://oceancolor.gsfc.nasa.gov dan http://podaac.jpl.nasa.gov/. Data tersebut

diolah untuk memperoleh nilai dan gambar kondisi di perairan Teluk

Palabuhanratu. Pengolahan data SPL dan klorofil-a ditunjukan pada Gambar 3.

13

Gambar 3 Diagram alir proses pengolahan data SPL dan klorofil-a

Proses awal yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan

mendownload data level 3 composite data bulanan yang mempunyai resolusi

spasial 4 km dengan format HDF (Hierarchical Data Format) dimana data

tersebut merupakan data digital compressed dan tampilannya sudah menjadi datar

(flat). Data hasil download level 3 composite data bulanan harus diekstrak terlebih

Selesai

Microsoft Excel 2007

Download data pada web

http://oceancolor.gsfc.nasa.gov

SeaDAS versi 6.3:

Output:

gambar dengan

ekstensi PNG (*.PNG),

binary dan ASCII

Download data pada web

http://podaac.jpl.nasa.gov/

Output:

Data telah di filter

menghilangkan data

awan dan daratan (.txt)

Software pengolah

data spasial

Output:

Pola penyebaran SPL

dan Klorofil-a di sekitar

Teluk Palabuhanratu

Mulai

14

dahulu sehingga data tersebut dapat diproses lebih lanjut. Ekstrak data dilakukan

dengan menggunakan perangkat lunak WinRAR 3.42.

Data citra MODIS level 3 merupakan data yang sudah diolah, sehingga

telah terkoreksi secara radiometrik dan atmosferik. Data tersebut sudah memiliki

informasi seperti lintang dan bujur, daratan, garis pantai dan nilai estimasi suhu

permukaan laut dan konsentrasi klorofil fitoplankton perairan. Penerapan

algoritma pada level 3 ini sudah dilakukan secara otomatis. Pengolahan

selanjutnya dari data MODIS level 3 composite bulanan yang telah diekstrak

dilakukan di perangkat lunak SeaDAS (SeaWIFS Data Analysis System) versi 6.3

(sistem operasi Linux Ubuntu 7.1).

Tahap awal yaitu croping atau pemotongan citra melalui program display

yang terdapat pada menu SeaDAS. Tahap croping atau pemotongan citra

dilakukan pada lokasi-lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu di Teluk

Palabuhanratu. Pengaturan untuk ukuran pixel and line sample rate dirubah

menjadi 1. Setelah itu load data yang telah di croping pada masing-masing

wilayah tersebut. Terdapat tiga pilihan keluaran data dari hasil pengolahan pada

perangkat lunak SeaDAS, yaitu output gambar dengan ekstensi PNG (*.PNG),

binary dan ASCII. Pada pengolahan data level 3 composite data bulanan, output

dari pengolahan citra dengan perangkat lunak SeaDAS yang dipilih berupa format

ASCII. Output data dalam bentuk format ASCII tersebut yang selanjutnya

digunakan untuk memperoleh informasi mengenai fluktuasi konsentrasi klorofil-a

dan SPL secara temporal yang terjadi di lokasi penelitian. Data dalam format

ASCII hasil dari pengolahan perangkat lunak SeaDAS selanjutnya diproses di

Microsoft Excel 2007. Data tersebut di import dan disimpan ulang dalam ekstensi

xls (*.xls) ataupun dalam ekstensi yang lain untuk kemudahan pada proses

selanjutnya. Kemudian nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL dicari nilai

rataratanya, sehingga didapat satu nilai rataan mewakili lokasi penelitian tersebut

tiap bulan. Data rataan bulanan tersebut kemudian kita tampilkan dalam bentuk

grafik time series menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mengetahui pola

fluktuasi konsentrasi klorofil-a secara temporal yang terjadi di lokasi penelitian.

Langkah-langkah proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a

ditunjukan pada Lampiran 1.

15

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Posisi geografis Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6° 57’–7° 25’

Lintang Selatan (LS) dan 106° 49’–107° 00’ Bujur Timur (BT). Luas wilayah

Kabupaten Sukabumi adalah 4.128 km2 (412.799,54 Ha), memiliki panjang pantai

117 km dan garis pantai 4 mill laut. Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten

dengan wilayah terluas di Jawa dan Bali.

Batas wilayah administrasi Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Propinsi Banten dan Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur.

Hingga tahun 2011 di Kabupaten Sukabumi terdapat 47 kecamatan dengan

4 Kelurahan, 363 Desa dan 3.052 RW. Ibukota Kabupaten Sukabumi saat ini

berada di Kota Palabuhanratu. Kota Palabuhanratu memiliki jarak fisik dengan

Ibukota Negara ± 140 km, dengan Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 153 km dan

dengan Kota Sukabumi ± 60 km (Kabupaten Sukabumi dalam angka, 2011).

Kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak pada tahun 2010 yaitu Kecamatan Cisaat dengan jumlah 113.929 orang.

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

Kabupaten Sukabumi adalah sebesar 2.341.409 orang, yang terdiri dari 1.193.342

laki-laki dan 1.148.067 perempuan (Kabupaten Sukabumi dalam angka, 2011).

Secara topografi sebagian besar daratan di sekitar Teluk Palabuhanratu

berupa daerah berbukit, lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit dan

banyak daerah aliran sungai. Beberapa sungai yang bermuara di Teluk

Palabuhanratu antara lain sungai Cimandiri, Cibareno, Cisolok, Cimaja, Citepus,

Cipalabuhan dan sungai Cipanyairan. Banyaknya sungai yang bermuara di Teluk

Palabuhanratu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kesuburan perairan

Teluk Palabuhanratu (Muhiddin, 2003).

Menurut hasil penelitian Mony (2004) pada bulan April sampai Juni suhu

permukaan di perairan sekitar muara sungai Cimandiri diperoleh hasil yang

16

hampir seragam yaitu nilai suhu tertinggi 30°C dan nilai suhu terendah 26,8 °C.

Sedangkan pada pengukuran salinitas pada bulan April sampai Juni berkisar

antara 0–35 ‰. Sebaran salinitas permukaan di perairan muara sungai Cimandiri

memperlihatkan pola hampir sama dengan sebaran suhu permukaan. Kecepatan

arus permukaan di perairan muara sungai Cimandiri berkisar antara 0,11–0,84

m/detik. Kecepatan arus permukaan umumnya lebih tinggi pada daerah sungai

dan nilainya semakin menurun ke arah laut.

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera

Indonesia yang mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar

dengan potensi lestari sebesar 14.592 ton/thn. Sebagian penduduk di Kabupaten

Sukabumi mencari nafkah dari laut sebagai nelayan. Nelayan mendaratkan hasil

tangkapannya di beberapa titik pantai Sukabumi dengan panjang pantai 117 km

yaitu; Palabuhanratu, Minajaya, Ujunggenteng, Ciwaru, Loji, Cisolok, dan

Cibangban dengan jumlah nelayan Rumah Tangga Perikanan (RTP) 10.909,

Rumah Tangga Buruh Perikanannya (RTBP) 12.665 orang (DKP Palabuhanratu,

2011). Wilayah kegiatan di sektor perikanan, khususnya untuk perikanan tangkap

di Kabupaten Sukabumi meliputi 9 kecamatan pesisir beserta total luas wilayah

penangkapan 701,67 km2. Daftar nama-nama kecamatan pesisir di Kabupaten

Sukabumi ditunjukan pada Tabel 2.

Tabel 2 Daftar nama-nama kecamatan di pesisir Teluk Palabuhanratu :

No Nama Kecamatan Luas Wilayah Penangkapan (Km2)

1 Kecamatan Cisolok 46,11

2 Kecamatan Cikakak 42,99

3 Kecamatan Palabuhanratu 83,55

4 Kecamatan Simpenan 84,55

5 Kecamatan Ciemas 86,19

6 Kecamatan Ciracap 101,71

7 Kecamatan Surade 117,00

8 Kecamatan Cibitung 97,08

9 Kecamatan Tegalbuleud 42,48

Total luas wilayah penangkapan 701.67

Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

17

Kabupaten Sukabumi memiliki 6 (enam) TPI, tapi yang dikelola oleh

Dinas Kelautan dan Perikanan sebanyak 5 (lima) TPI yaitu TPI Cisolok,

Cibangban, Ciwaru, Mina Jaya, Ujunggenteng dan Palabuhanratu. Produksi

Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi tahun 2011 menurun dari tahun 2010.

Produksi perikanan tahun 2011 adalah 813,55 kg, sedangkan produksi tahun 2010

adalah 955,52 kg. Sedangkan produksi yang di lelang 2011 menurun karena

disebabkan faktor cuaca tidak menentu sehingga para nelayan tradisional tidak

banyak melakukan operasional ke laut dan perda yang di sahkan pada pertengahan

tahun 2011.

Data produksi dan nilai tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI ditunjukan

pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Data produksi tahun 2010 dan 2011 berdasarkan TPI

No TPI Produksi (Kg)

2010 2011

1

2

3

4

5

6

Cibangban

Cisolok

Palabuhanratu

Ciwaru

Minajaya

Ujunggenteng

2,00

1,08

884,49

52,21

3,79

11,96

50,21

30,30

574,98

90,48

6,61

78,98

Jumlah 955,52 831,55

Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

Berdasarkan Tabel 3 nilai total produksi pada tahun 2010 berdasarkan TPI

adalah 955,52 kg. Namun pada tahun 2011 jumlah produksi menurun dengan

jumlah produksi tahun 2011 adalah 831,55 kg. Pada tahun 2010 dan 2011 TPI

Palabuhanratu mempunyai nilai produksi terbesar yaitu 884,49 kg dan 574,98 kg.

Data jumlah nelayan perairan umum pada tahun 2007-2010 ditunjukan pada

Gambar 3.

18

Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

Gambar 4 Jumlah nelayan perairan umum pada tahun 2007-2010

Berdasarkan Gambar 4 jumlah nelayan di perairan umum pada tahun

2007-2010 semakin meningkat. Tahun 2007 nelayan perairan umum berjumlah

123 orang. Tahun 2008 jumlah nelayan perairan umum meningkat sehingga

berjumlah 195 orang. Selanjutnya pada tahun 2009 dan 2010 jumlah nelayan pada

perairan umum di Kabupaten Sukabumi berjumlah 210 dan 245 orang.

Data volume penangkapan dan nilai penangkapan di perairan umum pada

tahun 2007-2010 ditunjukan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 volume

penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum dan nilai penangkapan

semakin meningkat. Pada tahun 2007 volume penangkapan perairan umum 24,34

ton dengan nilai penangkapan Rp. 170.380.000,00. Pada tahun 2010 volume

penangkapan perairan umum 30,00 ton dan nilai penangkapan Rp.

210.000.000,00.

Tabel 4 Data volume penangkapan dan nilai penangkapan perairan umum pada

tahun 2007-2010

Tahun Volume Penangkapan (Ton) Nilai Penangkapan (Rp)/000

2007 24,34 170.380,00

2008 26,20 184.600,00

2009 28,00 200.000,00

2010 30,00 210.000,00

Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

123

195210

245

0

50

100

150

200

250

300

2007 2008 2009 2010

Jum

lah

nel

ayan

(ora

ng)

Tahun

19

Data produksi perairan umum tahun 2010 berdasar jenis ikan di tunjukan

pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5 Data produksi tahun produksi perairan umum tahun 2010

No Nama Jenis Ikan Produksi

(Ton)

Harga/Kg (Rp) Nilai Produksi

(000)

1 Sidat 7,10 120.000,00 852.000,00

2 Mujair 0,12 5.000,00 600,00

3 Sepat Siam 0,22 6.500,00 1.430,00

4 Tawes 0,36 7.500,00 2.700,00

5 Nila 3,10 7.000,00 21.700,00

6 Mas 2,60 12.000,00 31.200,00

7 Udang Lainnya 7,10 25.000,00 177.500,00

8 Ikan Lainnya 3,40 5.000,00 17.000,00

9 Binatang air Lainnya 2,20 4.000,00 8.800,00

Jumlah 26,20 192.000,00 1.112.930,00

Sumber: DKP Kabupaten Sukabumi, 2011

Berdasarkan Tabel 5 jumlah total produksi perairan umum pada tahun

2010 adalah 26,2 ton dengan harga Rp 192.000/kg. Nilai jumlah produksi pada

tahun 2010 sebesar 1.11.930.000,00. Nilai produksi ikan Sidat merupakan nilai

produksi tertinggi yaitu 852.000.000,00 dengan jumlah produksi sebesar 7,1 ton

dan harga Rp. 120.000,00/kg. s s Ikan

20

5 HASIL PENELITIAN

5.1 Kegiatan Penangkapan Elver Sidat

5.1.1 Alat tangkap

Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dengan

menggunakan jaring anco atau jaring waring berbentuk persegi atau bentuk

segitiga dengan ukuran sekitar 1,10 x 1,10 m. Alat tangkap ini lebih dikenal oleh

nelayan dengan nama jaring “sirib” dan “sodok”. Alat ini dioperasikan oleh satu

orang nelayan. Alat lain yang digunakan pada penangkapan elver sidat adalah

petromaks (senter), piring plastik dan kantong plastik. Piring plastik dan kantong

plastik digunakan untuk mengambil hasil tangkapan elver sidat yang telah

ditangkap oleh jaring. Gambar alat tangkap elver sidat di muara sungai Cimandiri

ditunjukan pada Gambar 4.

a) Jaring bentuk persegi (sirib)

b) Alat bantu penangkapan c) Jaring bentuk segitiga (sodok)

Gambar 5 Alat tangkap dan alat bantu penangkapan elver sidat di muara sungai

Cimandiri

5.1.2 Nelayan

Nelayan elver sidat di muara sungai Cimandiri terdiri dari nelayan

pengumpul (pemilik alat tangkap) dan nelayan penangkap. Sebagian besar

nelayan elver sidat memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan berstatus sebagai

21

nelayan sambilan. Usia rata-rata dari nelayan elver sidat berkisar 35-50 tahun dan

telah melakukan kegiatan penangkapan lebih dari 20 tahun. Pekerjaan utama dari

sebagian nelayan elver sidat adalah petani dan nelayan penangkap udang. Nelayan

pengumpul berjumlah tujuh orang dan masing-masing memiliki nelayan

penangkap sekitar 30 orang. Nelayan penangkap menggunakan alat-alat yang

disediakan oleh nelayan pengumpul dan menjual hasil tangkapan elver sidat

kepada nelayan pengumpul. Nelayan pengumpul sekaligus nelayan pemilik alat

tangkap bertugas untuk menyiapkan tenda, alat-alat yang digunakan saat

penangkapan dan alat-alat untuk mengumpulkan hasil tangkapan (timbangan,

streofoam dan oksigen).

5.1.3 Operasi penangkapan

Kegiatan penangkapan elver sidat di sekitar perairan muara sungai

Cimandiri telah dimulai sebelum tahun 1990 dengan musim puncak penangkapan

pada malam tanggal 20-25 bulan hijriah. Metode operasi penangkapan elver sidat

di muara sungai Cimandiri diawali dengan persiapan para nelayan penangkap dan

pengumpul menuju muara sungai sekitar pukul 17.00 WIB. Persiapan yang biasa

dilakukan nelayan penangkap adalah membawa bekal makanan dan minum serta

baju ganti. Nelayan pengumpul mempersiapkan alat-alat di tenda istirahat yang

meliputi minyak tanah, petromaks, senter, jaring sirib dan sodok, timbangan,

sterofoam serta oksigen.

Operasi penangkapan dimulai sekitar pukul 18.00 sampai dengan pukul

05.00 WIB. Nelayan penangkap mulai banyak turun ke pesisir pantai atau mulut

muara sungai ketika air laut mulai naik (pasang). Teknik penangkapan elver sidat

sangat sederhana yaitu dengan cara mengangkat dan menarik jaring sirib atau

sodok saat air ombak datang. Elver sidat yang tertangkap akan langsung

dipindahkan ke kantong plastik yang berisi air dengan menggunakan piring

plastik. Apabila elver sidat yang ditangkap sudah cukup banyak nelayan akan

kembali ke tenda istirahat untuk menimbang hasil tangkapan kepada nelayan

pengumpul dan setelah menimbang akan kembali ke pesisir pantai untuk

melakukan penangkapan. Daya tahan nelayan sangat menjadi faktor penting

dalam lama operasi penangkapan ini. Nelayan terbiasa istirahat di tenda sekitar

22

pukul 23.00 WIB dan mulai penangkapan kembali pukul 02.00 WIB hingga

waktu subuh sekitar pukul 05.00 WIB. Apabila tangkapan banyak beberapa

nelayan tidak ada waktu untuk istirahat dan setelah matahari terbit nelayan bersiap

kembali untuk pulang. Hasil tangkapan nelayan penangkap pada setiap

penimbangan akan dicatat oleh nelayan pengumpul dalam satu malam. Operasi

kegiatan penangkapan elver sidat ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6 Operasi penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri

5.1.4 Distribusi hasil tangkapan

Proses distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri

diawali dari nelayan penangkap akan menjual hasil tangkapan kepada nelayan

pengumpul. Penanganan hasil tangkapan elver sidat di nelayan pengumpul dengan

menggunakan plastik oksigen dan membawa dengan sterofoam. Setelah operasi

penangkapan pada pagi hari beberapa nelayan pengumpul langsung mengirim

elver sidat kepada perusahaan budidaya. Sebagian lain dari nelayan pengumpul

memiliki tampungan sementara di tempat tinggalnya, apabila jumlahnya telah

mencapai permintaan maka dikirim atau diambil langsung oleh perusahaan

budidaya. Harga jual elver sidat dari nelayan penangkap kepada nelayan

pengumpul saat ini berkisar Rp 300.000–600.000/kg. Harga jual tersebut telah

mengalami kenaikan yang tinggi pada awal mulai penangkapan. Berdasarkan hasil

wawancara, perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat ditunjukan pada

Tabel 6.

23

Tabel 6 Perkembangan harga jual hasil tangkapan elver sidat

Tahun Harga/kg (Rp)

1990-1994 10.000 – 25.000

1995-1999 30.000– 50.000

2000-2004 50.000– 80.000

2005-2009 80.000– 200.000

2010-2012 300.000– 600.000

Perusahaan yang membeli elver sidat terdiri dari perusahaan budidaya dan

pengolahan sampai siap konsumsi. Sebagian besar hasil produksi dari perusahaan

budidaya dan pengolahan akan langsung di ekspor ke Jepang dan sebagian kecil

lainnya akan didistribusikan pada pasar lokal. Alur distribusi hasil tangkapan

elver sidat ditunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7 Alur distribusi hasil tangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri

5.2 Ketersediaan Elver Sidat

Kajian ketersediaan sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri

dilakukan dengan meneliti kecenderungan perubahan sumberdaya elver ikan sidat.

Kondisi sumberdaya elver sidat diketahui dengan melihat perpindahan fishing

ground, perubahan volume hasil tangkapan dan faktor penyebab penurunan hasil

tangkapan. Kecenderungan sumberdaya elver sidat ini dengan melihat persentase

Nelayan penangkap

Nelayan pengumpul

Penampungan

Perusahaan budidaya Perusahaan budidaya dan

pengolahan

Ekspor dan Lokal

24

respon nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan terhadap perubahan pada

faktor-faktor tersebut.

5.2.1 Perpindahan fishing ground

Hasil wawancara 30 orang nelayan penangkap elver terhadap perubahan

lokasi fishing ground dapat terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan dari gambar

tersebut terlihat bahwa umumnya fishing ground nelayan penangkapan elver di

sekitar muara sungai Cimandiri tidak mengalami perubahan. Sebanyak 63%

nelayan menjelaskan bahwa tidak terjadi perubahan lokasi fishing ground. Namun

sebanyak 37% responden menjelaskan bahwa telah terjadi perubahan lokasi

fishing ground.

Gambar 8 Persepsi nelayan terhadap lokasi fishing ground elver sidat di muara

sungai Cimandiri

5.2.2 Volume hasil tangkapan

Berdasarkan hasil penilaian 30 orang nelayan terhadap jumlah hasil

tangkapan elver di muara sungai Cimandiri dapat terlihat pada Gambar 9. Gambar

9 menunjukan bahwa volume hasil tangkapan dari awal kegiatan penangkapan

dimulai sampai penelitian ini dilakukan telah terjadi perubahan. Sebanyak 83%

nelayan menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan volume hasil tangkapan

elver sidat. Namun sebanyak 17% menyebutkan bahwa tidak ada perubahan

volume hasil tangkapan elver sidat.

63%

37% Tetap

Ada perubahan

25

Gambar 9 Persepsi nelayan terhadap volume hasil tangkapan elver sidat di muara

sungai Cimandiri

5.2.3 Ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai Cimandiri

Gambar 10 menunjukan kecenderungan perubahan sumberdaya elver sidat

di muara sungai Cimandiri. Perubahan ini terlihat pada penurunan volume hasil

tangkapan. Sementara itu perpindahan fishing ground dan ukuran hasil tangkapan

cenderung tetap. Kecenderungan perubahan sumberdaya elver sidat dapat dilihat

pula pada volume hasil tangkapan dalam beberapa periode tahun seperti pada

Gambar 11.

Gambar 10 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan

sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri

17%

83%

Tetap

Ada perubahan

63

17

37

83

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Lokasi Fishing Ground Jumlah Hasil tangkapan

Resp

on

nela

ya

n (

%)

Tetap Ada perubahan

26

Gambar 11 Persepsi nelayan tentang kecenderungan perubahan ketersediaan

sumberdaya elver sidat di muara Sungai Cimandiri pada beberapa

selang waktu

5.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sumberdaya elver sidat

Menurunnya volume hasil tangkapan dari periode awal kegiatan

penangkapan sampai penelitian ini dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor

penyebab. Gambar 12 menunjukan respon nelayan terhadap faktor penyebab

menurunnya hasil tangkapan elver sidat di sekitar perairan muara sungai

Cimandiri.

Gambar 12 Persepsi nelayan tentang faktor penyebab perubahan ketersediaan

sumberdaya elver sidat di muara sungai Cimandiri

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa sebanyak 40% nelayan

menyatakan semakin berkurangnya hasil tangkapan elver sidat disebabkan oleh

pergeseran waktu musim kemarau dan musim hujan. Sebanyak 33% dari total

responden menyatakan bahwa berkurangnya volume penangkapan disebabkan

0 03

30

43

23

0

10

20

30

40

50

< 1990 1990 - 1994 1995 - 1999 2000 - 2004 2005 - 2009 2010 - 2012

Resp

on

nela

yan

(%

)

Periode Tahun

Perubahan Volume Hasil Tangkapan

4033

17

10

05

1015202530354045

Musim (Kemarau-Penghujan)

Pembangunan PLTU Kondisi perairan akibat pestisda

Penangkapan

Res

pon

nel

ayan

(%

)

Faktor Penyebab Penurunan HT

27

oleh pembangunan PLTU (2007) tepat di muara sungai Cimandiri. Berdasarkan

wawancara responden faktor penyebab lain penurunan ketersediaan sumberdaya

elver sidat adalah kondisi perairan yang tidak sesuai dengan kehidupan elver

sidat. Sebanyak 17% dari total responden menyatakan keberadaan elver sidat di

pengaruhi kondisi perairan muara sungai akibat pestisida. Faktor penyebab

perubahan terakhir berdasarkan hasil wawancara responden adalah semakin

banyaknya penangkapan elver sidat. Sebanyak 10% responden menyatakan

jumlah penangkap semakin bertambah sehingga hasil tangkapan dari tahun ke

tahun semakin berkurang.

5.3 Suhu Permukaan Laut

Pada penelitian pendahuluan telah didapatkan data kualitas air secara

langsung, hasil penelitian di tunjukan pada Tabel 7.

Tabel 7 Data parameter perairan pada penelitian pendahuluan

Stasiun Koordinat Ulangan Suhu permukaan (oC) Salinitas (‰) pH

1 07°01’43,33’’LS

106°32’41,41” BT

1 28 0,1 7

2 29 0 7

3 29 0 7

2 07°01’43,4’’LS

106°32’39,2” BT

1 28 5 6

2 28 4 6

3 29 4 6

3 07°01’44,5’’LS

106°32’38,2” BT

1 28 7 6

2 28 6 6

3 28 5 6

Profil sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-2011

ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 13.

Gambar 13 Profil nilai rata-rata SPL Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-2012

26.5027.0027.5028.0028.5029.0029.5030.0030.50

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

SPL

(°C

)

Tahun

28

Grafik di atas menunjukan nilai rata-rata SPL di sekitar Teluk

Palabuhanratu selama tahun 1990-2011 cukup fluktuatif. Nilai SPL terendah

selama rentang waktu tersebut terjadi pada tahun 1994 yaitu sekitar 27oC,

sedangkan nilai SPL tertinggi terjadi 2010 yaitu sekitar 30,02oC. Nilai rata-rata

SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 1990-2011 ditunjukan pada

Lampiran 2.

Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk Palabuhanratu

pada tahun 1990-2011 di tunjukan pada Gambar 14. Berdasarkan grafik pada

tahun 1990-1994 nilai SPL di sekitar Teluk Palabuhanratu sekitar 27-29,17oC.

Pada tahun 1995-1999 terjadi kenaikan SPL tertinggi dan terendah dengan nilai

SPL sekitar 29,91-27,46oC. Selang tahun 2000-2004 terjadi penurunan nilai SPL

tertinggi namun pada SPL terendah terjadi kenaikan, nilai SPL sekitar 28,72–

27,79oC. Selang tahun 2010 sampaitahun 2011 nilai SPL kembali meningkat yaitu

sekitar 30,02-28,30oC.

Gambar 14 Nilai rata-rata SPL tertinggi dan terendah di sekitar Teluk

Palabuhanratu pada tahun 1990-2011

Pola sebaran SPL tahun 1990-2011 ditunjukan pada Lampiran 3. Berikut

adalah pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-2011

per lima tahun ditunjukkan oleh Gambar 15.

26.50

27.00

27.50

28.00

28.50

29.00

29.50

30.00

30.50

1990-1994 1995-1999 2000-2004 2005-2009 2010-2011

SP

L (

C)

Periode Tahun

SPL tertinggi SPL terendah

29

Gambar 15 Pola sebaran SPL di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990-

2011 pada periode per lima tahun

Berdasarkan Gambar 15 pola sebaran SPL pada tahun 1990 pada daerah

dekat dengan daratan SPL cukup hangat berkisar 29,5–30 oC namun pada bagian

tengah SPL hanya mencapai 28–29 oC. Pada tahun 1995 SPL pada bagian utara

30

dekat dengan daratan mencapai 29,5–30,5 oC. Pola sebaran SPL pada tahun 2000

lebih rendah dari tahun sebelumnya dan tersebar merata dengan nilai berkisar

27,5–28,5 oC. Tahun 2005 pola sebaran SPL meningkat dan tersebar merata

dengan nilai 29,5–30,5 oC . Nilai SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan pola

SPL tersebar merata dengan nilai 30,5 – 31 oC. Selanjutnya pada tahun 2011 nilai

SPL menurun hanya berkisar 27,5–28,5 oC.

5.4 Klorofil-a

Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada

tahun 1998-2011 ditunjukan pada Lampiran 4. Berikut profil sebaran konsentrasi

klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1998–2011 ditunjukkan oleh

grafik pada Gambar 16.

Gambar 16 Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu

pada tahun 1998–2011

Berdasarkan grafik pada gambar 16 konsentrasi klorofil-a di sekitar Teluk

Palabuhanratu dari tahun 1998–2011 berfluktuatif. Tahun 1998 rata-rata

konsentrasi klorofil-a sekitar 0,38 mg/m3. Konsentrasi klorofil tertinggi di sekitar

Teluk Palabuhanratu terjadi pada tahun 2006 dengan nilai rata-rata sekitar 1,96

mg/m3. Tahun 2010 konsentrasi klorofil-a terendah dengan nilai sekitar 0,31

mg/m3. Rata-rata konsentrasi klorofil-a meningkat pada tahun 2011 dibandingkan

dengan nilai rata-rata konsentrasi pada tahun 2010 dengan nilai pada tahun 2011

sekitar 0,69 mg/m3.

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

Klo

rofi

l-a

(mg/

m3)

Tahun ke-

31

Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tahun 1990-2011 ditunjukan pada

Lampiran 5. Berikut pola sebaran konsentrasi klorofil di Teluk Palabuhanratu

pada tahun 1998, 2002, 2006 dan 2011 ditunjukan pada Gambar 17.

Gambar 17 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a di Teluk Palabuhanratu pada tahun

1998 – 2011 per 4 tahun

Tahun 1998 konsentrasi klorofil-a menyebar merata di bagian tengah teluk

dan memiliki kisaran 0–0,9 mg/m3. Tahun 2002 konsentrasi klorofil-a pada

kisaran 0–2,7 mg/m3 dan konsentrasi klorofil-a tertinggi di bagian selatan perairan

teluk. Konsentrasi klorofil tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan memiliki

kisaran 0–4 mg/m3. Pada tahun 2011 pola sebaran konsentrasi klorofil-a cukup

bervariasi di bagian timur dekat dengan daratan dan di bagian selatan teluk.

32

6 PEMBAHASAN

Penangkapan elver sidat di daerah muara sungai Cimandiri dilakukan

pada malam hari. Hal ini sesuai dengan sifat ikan sidat yang aktivitasnya

meningkat pada malam hari (nokturnal). Penangkapan dilakukan dengan

menggunakan jaring sirib atau sodok berbentuk persegi dan bentuk segitiga

dengan ukuran sekitar 1,10 x 1,10 m dan biasa dioperasikan oleh satu orang

nelayan. Berdasarkan bahan dan cara pengoperasian menurut Balai Besar

Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) tahun 2007 jaring sirib termasuk

dalam klasifikasi jaring angkat dan sodok termasuk dalam pukat dorong. Jaring

angkat adalah alat penangkap ikan terbuat dari bahan jaring berbentuk bujur

sangkar dilengkapi bingkai bambu atau bahan lainnya sebagai rangka, yang

pengoperasiannya di dalam perairan secara horizontal. Sedangkan pukat dorong

adalah alat penangkap ikan berupa pukat berkantong yang dioperasikan di lapisan

permukaan atau ada juga di lapisan perairan dasar dengan atau tanpa didorong

kapal, dimana dalam 1 unitnya terdiri 1 jaring atau lebih yang terdiri dari bagian

sayap, badan dan kantong (BBPPI, 2007). Tujuan menggunakan petromaks atau

senter adalah sebagai alat bantu penerangan pada saat kegiatan penangkapan.

Nelayan pada kegiatan penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri

terdiri dari nelayan penangkap dan nelayan pengumpul sekaligus pemilik alat

tangkap. Nelayan pengumpul di muara sungai Cimandiri berjumlah tujuh orang

dengan masing-masing memiliki nelayan penangkap berjumlah 30 orang. Setiap

nelayan penangkap yang menggunakan alat tangkap nelayan pemilik akan

menjual hasil tangkapannya langsung kepada nelayan pemilik dengan cara

menimbang hasil tangkapan elver sidat kemudian mencatat hasil timbangan.

Menurut Tabeta dan Ozawa (1979) diacu dalam Sriati (1998) musim

penangkapan elver sidat di perairan teluk Pelabuhanratu terjadi sepanjang tahun,

tetapi puncaknya terjadi pada musim hujan yaitu sekitar Desember sampai dengan

Juni. Hal ini sesuai dengan waktu berpijah ikan sidt dewasa yang cenderung

terjadi sepanjang tahun. Puncak berpijah Anguilla bicolor terjadi pada dua musim

yaitu musim kemarau dan pada musim hujan. Pada saat musim hujan adanya

aliran sugai yang deras akan membantu mendorong ikan turun ke perairan

33

estuarin dan akhirnya ke laut dalam (Setiawan et al., 2003). Berdasarkan hasil

wawancara selama penelitian diperoleh informasi bahwa kegiatan penangkapan

memang terjadi sepanjang tahun, tetapi pada bulan Desember–Juni hasil

tangkapan elver sidat di perairan Muara sungai Cimandiri terus menurun. Nelayan

tidak melakukan kegiatan penangkapan pada bulan tersebut karena tingginya

biaya operasional yang tidak sebanding dengan hasil tangkapan sedikit.

Ikan sidat saat ini menjadi komoditi ekspor yang potensial namun elver

sidat tidak boleh langsung di ekspor karena sejak tahun 2009 telah ada SK

Mentri Kelautan dan Perikanan bernomer 18/2009 telah melarang ekspor elver

ikan sidat dalam rangka meningkatkan keanekaragaman sumber daya ikan dan

pemenuhan kebutuhan benih sidat di dalam negeri. Elver sidat yang ditangkap di

muara sungai Cimandiri akan didistribusikan langsung kepada perusahaan

budidaya sekaligus perusahaan pengolahan. Hasil produksi ikan sidat yang telah

layak konsumsi dari perusahaan budidaya sekaligus pengolahan akan di ekspor ke

Jepang, China dan Korea.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sumberdaya elver sidat adalah

perpindahan fishing ground, jumlah hasil tangkapan dan faktor penyebab

penurunan hasil tangkapan. Lokasi fishing ground dari awal penangkapan sampai

penelitian dilaksanakan tidak mengalami perubahan yaitu di sekitar muara sungai

Cimandiri. Namun 37% dari responden menyatakan ada perubahan lokasi fishing

ground. Perubahan lokasi fishing ground tersebut ke arah badan sungai dan

adanya perubahan bentuk muara sungai, tetapi masih berada pada daerah sungai

Cimandiri. Perubahan bentuk muara sungai ditunjukan pada gambar 18.

a) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2006

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

34

Gambar 18 Perubahan bentuk muara sungai Cimandiri, Teluk Palabuhanratu

Berdasarkan respon yang diberikan oleh nelayan, terlihat bahwa

perubahan volume hasil tangkapan dimulai pada periode tahun 1995-1999.

Respon nelayan terhadap menurunnya volume hasil tangkapan semakin

meningkat pada periode tahun 2000-2004 dan 2005- 2009. Perubahan volume

hasil tangkapan elver sidat ini mengarah kepada kondisi sumberdaya ikan yang

semakin buruk jika dibandingkan dengan periode awal kegiatan penangkapan

dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara volume hasil tangkapan nelayan

pengumpul pada periode awal penangkapan mencapai sekitar 100 kg/malam

sedangkan saat penelitian berlangsung hasil tangkapan hanya sekitar 7–30

kg/malam.

Menurunnya volume hasil tangkapan dari periode awal kegiatan

penangkapan sampai penelitian ini dilakukan dipengaruhi oleh faktor-faktor

penyebab. Berdasarkan hasil analisis wawancara dengan responden, faktor

penyebab menurunnya volume hasil tangkapan adalah perubahan musim kemarau

dan penghujan, pembangunan PLTU, kondisi perairan muara sungai akibat

pestisida dan meningkatnya kegiatan penangkapan.

Sebanyak 40% nelayan menyatakan pergeseran musim hujan dan kemarau

menjadi faktor utama penyebab menurunnya volume hasil tangkapan. Musim

hujan yang panjang mengakibatkan meningkatnya jumlah volume air yang

mengalir dari sungai menuju muara. Hal tersebut menyebabkan elver sidat sulit

untuk berenang masuk menuju ke muara sungai. Sedangkan pada musim kemarau

elver sidat dapat berenang menuju muara sungai karena aliran dari daratan tidak

terlalu deras. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Sriati (1998) bahwa

semakin stabil dan meratanya curah hujan terutama yang berpengaruh terhadap

Sungai Cimandiri, maka rata-rata hasil tangkapan cenderung semakin meningkat

karena pengaruh air tawar terhadap air laut semakin jauh. Selain itu curah hujan

dapat menyebabkan kekeruhan perairan yang menjadi faktor penting migrasi

elver karena elver mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya air tawar

dan akan mencari sumber air tawar tersebut.

35

Faktor selanjutnya adalah pembangunan PLTU di muara sungai Cimandiri

sejak tahun 2007. Awal mula pembangunan PLTU sesuai dengan hasil wawancara

respon nelayan terhadap menurunnya volume hasil tangkapan terjadi pada periode

tahun 2005-2009. PLTU tersebut membangun breakwater tepat di sisi muara

sungai Cimandiri sehingga menyebabkan arus menuju muara sungai semakin

deras dan menyebabkan kegiatan migrasi elver sidat menjadi terganggu. Selain

itu arus tersebut membawa sampah sehingga nelayan sulit untuk melakukan

kegiatan penangkapan. Beberapa nelayan lain berpendapat getaran akibat

pemasangan paku bumi di dasar laut untuk pembangunan PLTU mempengaruhi

lokasi pemijahan ikan sidat. Beberapa responden nelayan juga menduga

bertambahnya penerangan saat pembangunan PLTU di sekitar lokasi penangkapan

mengakibatkan berkurangnya elver sidat yang memasuki muara sungai Cimandiri.

Pemakaian pestisida pada area persawahan menyebabkan arus air dari

darat membawa bahan-bahan kimia menuju muara sungai. Menurut Effendi

(2003) pestisida masuk ke badan air melalui limpasan dari daerah pertanian yang

banyak menggunakan pestisida. Pestisida yang sering digunakan adalah

insektisida (pembasmi insekta) dan herbisida (pembasmi rumput penganggu). Hal

ini yang menyebabkan elver sidat tidak menyukai kondisi perairan muara sungai

tersebut. Beberapa nelayan menyatakan apabila musim panen padi telah usai

maka ketersediaan elver sidat akan muncul lagi.

Berdasarkan hasil wawancara saat musim puncak berlangsung, jumlah

nelayan penangkap akan semakin meningkat. Semua warga akan turun ke pantai

untuk menangkap elver sidat, bahkan sampai pada bagian badan sungai nelayan

melakukan penangkapan. Namun berdasarkan hasil wawancara nelayan, selama

ini tidak ada peraturan tentang kegiatan penangkapan elver sidat di Palabuhanratu.

Hasil wawancara dari pihak pemerintah (DKP Pelabuhanratu) sampai saat ini

belum ada peraturan yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan dan

pembatasan penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri. Meningkatnya

jumlah penangkapan disebabkan oleh harga yang semakin tinggi dan banyaknya

perusahaan-perusahaan budidaya yang tertarik dalam bisnis ekspor sidat. Semakin

tingginya harga jual elver sidat juga disebabkan oleh semakin sulitnya

mendapatkan elver sidat dimana volume penangkapan semakin berkurang.

36

Secara umum rata-rata SPL dari citra satelit MODIS dan NOAA/AVHRR

di teluk Palabuhanratu dari tahun 1990–2011 fluktuatif dan cenderung naik. Pada

tahun 1990–1994 di sekitar Teluk Palabuhanratu sekitar 27-29,17oC. Pada selang

tahun 2000-2004 terjadi penurunan nilai SPL tertinggi namun pada SPL terendah

terjadi kenaikan, nilai SPL sekitar 28,72–27,79oC. Tahun 2010 sampai tahun

2011 nilai SPL kembali meningkat yaitu sekitar 30,02–28,30oC. Berdasarkan hasil

penelitian pola sebaran rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun

1990–2011 lebih hangat di sekitar pantai dekat dengan daratan dibandingkan

dengan perairan arah lepas pantai. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh

aliran air yang berasal dari arus sungai. Menurut Nyabakken (1988) air sungai

lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dibandingkan dengan air laut.

Ketika air sungai masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut maka terjadi

perubahan suhu.

Rata-rata SPL tinggi terjadi pada tahun 1998, 2005 dan 2010. Tahun 1998

rata-rata SPL mencapai nilai 29,1oC dan tahun 2005 rata-rata SPL 29,4

oC. Rata-

rata SPL tertinggi terjadi pada tahun 2010 yatu berkisar 30,02oC. Meningkatnya

SPL pada tahun 2010 diduga disebabkan oleh fenomena alam global yaitu La

Nina. La Nina merupakan fenomena alam global yang ditandai dengan kondisi

suhu muka laut di perairan Samudra Pasifik ekuator berada di bawah nilai

normalnya (dingin), sementara kondisi suhu muka laut di perairan Benua Maritim

Indonesia berada di atas nilai normalnya (hangat). Mendinginnya suhu muka laut

akan menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Wilayah Indonesia yang terletak di

sebelah barat Pasifik akan mengalami tekanan udara rendah akibat

menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya (BMKG, 2010). Pada tahun 2011

rata-rata SPL rendah di bandingkan rata-rata SPL pada tahun 2010. Hal ini diduga

meningkatnya curah hujan akibat tingginya SPL pada tahun 2010. Memanasnya

SPL berdampak pada tingginya intensitas penguapan sehingga membentuk awan

dan menyebabkan hujan.

Menurut Boetius & Boetius (1989) diacu dalam Sriati (1998) suhu

merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi naiknya elver sidat ke

muara sungai yaitu pada suhu yang lebih rendah. Liviawaty dan Afrianto (1998)

diacu dalam Haryuni (2002) menyatakan bahwa elver sidat mampu beradaptasi

37

terhadap kisaran suhu air yang cukup besar yaitu antara 13–31oC dan dengan suhu

optimal antara 25–28oC, sesuai dengan spesiesnya. Berdasarkan hasil penelitian

nilai SPL rata-rata di sekitar perairan Teluk Palabuhanratu dari tahun 1990–2011

berkisar antara 27,00–30,02oC. Nilai SPL tersebut masih dalam kisaran suhu elver

sidat untuk mampu beradapatasi. Selain itu menurut penelitian Sriati (1998) di

perairan tropis variasi suhu tidak terlalu besar sehingga suhu relatif lebih stabil

dan kurang berpengaruh terhadap keberadaan elver sidat.

Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada

fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam

konsentrasi klorofil-a (Parsons et al., 1984). Kualitas perairan yang baik

merupakan tempat hidup dan berkembang yang baik bagi fitoplankton, karena

kandungan klorofil-a fitoplankton itu sendiri dapat dijadikan indikator tinggi

rendahnya produktivitas suatu perairan (Ardiwijaya, 2002). Rata-rata konsentrasi

klorofil-a dari citra satelit di teluk Palabuhanratu dari tahun 2002-2011 fluktuatif

berkisar 0,4–1,95 mg/m3. Klasifikasi kelas kadar klorofil-a menurut Arsjad, et al

(2004) ditunjukan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kelas kadar klorofil-a pada tahun 1998–2011 di perairan Teluk

Palabuhanratu.

Tahun Konsentrasi Rata-Rata

(mg/m3)

Kelas Kadar Klorofil-a

1998 0.38 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

1999 0.66 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2000 0.42 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2001 0.34 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2002 0.55 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2003 0.65 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2004 0.43 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2005 0.37 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2006 0.98 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2007 0.59 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2008 0.53 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

2009 0.41 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2010 0.31 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton

2011 0.69 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

38

Berdasarkan Tabel 8 rata-rata klorofil-a konsentrasi sedang/medium rich

phytoplankton terjadi pada tahun 1998, 2000, 2001, 2004, 2005, 2009 dan 2010.

Sedangkan rata-rata klorofil-a konsentrasi tinggi/rich phytoplankton terjadi pada

tahun 1999, 2002, 2003, 2006, 2007, 2008 dan 2011. Secara keseluruhan

konsentrasi rata-rata klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu termasuk dalam

kelas tinggi/rich phytoplankton dengan nilai 0,52 mg/m3. Tingginya konsentrasi

klorofil-a dapat menjadi indikator kualitas perairan yang baik karena menjadi

tempat hidup dan berkembang baik bagi fitoplankton. Konsentrasi klorofil-a yang

tinggi disebabkan oleh nilai SPL rendah akibat meningkatnya curah hujan. Curah

hujan tersebut akan membawa zat hara dari darat yang dialirkan oleh sungai dan

menjadikan perairan subur.

Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi disekitar pesisir dan berangsur-

angsur semakin menurun ke arah laut lepas. Tingginya konsentrasi klorofil-a

disebabkan oleh adanya pengaruh arus aliran sungai. Menurut Nontji (2002)

muara sungai banyak zat hara datang dari daratan dan dialirkan oleh sungai ke

laut, sedangkan di daerah upwelling zat hara yang kaya terangkat dari lapisan

lebih dalam ke arah permukaan.

Penentuan kisaran SPL dan klorofil-a dengan menggunakan citra satelit

masih memiliki kelemahan. Kisaran SPL dan klorofil-a masih dalam daerah yang

luas (resolusi rendah) disebabkan oleh luasan sapuan sensor MODIS yang besar.

Selain itu, satelit Aqua MODIS mengelilingi bumi pada sore hari sehingga data

SPL dan klorofil-a pada saat operasi penangkapan ikan masih kurang akurat.

Data produksi ikan sidat yang tersedia oleh pihak DKP Palabuhanratu

hanya tahun 2006 dan 2010. Berikut grafik hubungan SPL dan produksi ikan sidat

pada tahun 2006 dan 2010 ditunjukan pada Gambar 19.

39

Gambar 19 Grafik SPL rata-rata dan produksi ikan sidat tahun 2006 dan 2010

Grafik pada Gambar 19 menunjukan SPL rata-rata pada tahun 2006

mencapai 27,71oC dan volume produksi ikan sidat di Palabuhanratu mencapai

15,6 ton (A). Selanjutnya SPL rata-rata meningkat pada tahun 2010 mencapai

30,02oC dan volume produksi ikan sidat menurun menjadi 7,1 ton (B).

Berdasarkan sedikitnya data volume produksi yang dimiliki, diduga rata-rata SPL

yang meningkat berpengaruh terhadap volume produksi ikan sidat yang

cenderung menurun. Rata-rata SPL yang meningkat dari tahun 2006 dan 2010

diduga mengakibatkan berkurangnya daya tahan hidup elver sidat dan ditambah

dengan eksploitasi yang berlebih dalam penangkapan sehingga ketersediaan elver

ikan sidat di muara sungai semakin berkurang. Selain itu mengakibatkan semakin

berkurangnya ikan sidat indukan yang akan kembali memijah di laut dalam.

Berikut grafik hubungan konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat

pada tahun 2006 dan 2010 ditunjukan pada Gambar 20.

27.71

30.02

15.6

7.1

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

26.50

27.00

27.50

28.00

28.50

29.00

29.50

30.00

30.50

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Prod

uk

si I

kan

Sid

at

(ton

)

SP

L

Periode Tahun

SPL Produksi Ikan Sidat

A

B

40

Gambar 20 Grafik konsentrasi klorofil-a dan produksi ikan sidat pada tahun

2006 dan 2010

Gambar 20 menunjukan konsentrasi klorofil-a pada tahun 2006 mencapai

0,98 mg/m3

dan volume produksi ikan sidat di Palabuhanratu mencapai 15,6 ton

(A). Selanjutnya konsentrasi klorofil-a menurun pada tahun 2010 mencapai 0,31

mg/m3 dan volume produksi ikan sidat menurun menjadi 7,1 ton (B). Berdasarkan

sedikitnya data volume produksi yang dimiliki, diduga ada pengaruh penurunan

konsentrasi klorofil-a terhadap volume produksi ikan sidat yang cenderung

menurun. Menurunnya konsentrasi klorofil-a dari tahun 2006-2010 diduga

mengakibatkan perairan berkurang tingkat kesuburanya sehingga daya tahan

hidup elver sidat juga menurun dan ditambah dengan eksploitasi yang berlebih

dalam penangkapan sehingga ketersediaan elver sidat di perairan muara sungai

Cimandiri semakin berkurang.

Faktor utama penyebab menurunnya volume hasil tangkapan menurut

nelayan adalah adanya pergeseran musim (hujan dan kemarau), aktifitas

pembangunan PLTU di muara sungai, kondisi perairan akibat pestisida dan

penangkapan yang berlebih. Variasi nilai SPL rata-rata selama tahun 1990-2011

tidak terlalu besar dan konsentrasi rata-rata klorofil-a selama tahun 1998-2011

termasuk dalam kualitas yang baik. Volume produksi ikan sidat tahun 2010

menurun dibandingkan dengan volume produksi tahun 2006 . Penurunan tersebut

diduga karena meningkatnya SPL dan menurunnya konsentrasi klorofil-a pada

tahun tersebut. Selain itu diduga menurunnya volume hasil tangkapan disebabkan

0.98

0.31

15.6

7.1

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

1.20

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Prod

uk

si I

kan

Sid

at

(ton

)

Kon

sen

tra

si K

lorofi

l-a

Periode Tahun

Klorofil-a Produksi Ikan Sidat

A

B

41

oleh meningkat aktifitas penangkapan. Aktifitas penangkapan yang meningkat

dapat dilihat dari meningkatnya jumlah permintaan elver dan harga jual elver

yang semakin tinggi. Keberadaan elver yang semakin berkurang menyebabkan

harga jual hasil tangkapan elver sidat semakin tinggi di pasaran karena

permintaan jumlah elver yang semakin meningkat.

42

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1) Unit penangkapan elver sidat di muara sungai Cimandiri terdiri dari alat

tangkap menggunakan jaring anco/waring dan nelayan. Alat tangkap dan

teknik pengoperasian yang digunakan masih tergolong sederhana. Sebagian

besar hasil tangkapan dipasarkan kepada perusahaan budidaya dan pengolahan

selanjutnya akan diekspor

2) Volume hasil tangkapan dari awal penangkapan merurut persepsi nelayan

pada tahun 1990 sampai tahun 2012 semakin berkurang. Respon nelayan yang

semakin meningkat menyatakan bahwa volume hasil tangkapan berkurang

pada periode tahun 2000-2004 dan 2005-2009.

3) Rata-rata nilai SPL dari tahun 1990 – 2011 fluktuatif dan cenderung semakin

meningkat. Pola sebaran SPL di bagian pesisir pantai dan daratan lebih tinggi

dibandingkan rata-rata SPL di lepas pantai. Nilai SPL tertinggi terjadi pada

tahun 2010 disebabkan adanya fenomena alam global. Nilai SPL tersebut

masih dalam kisaran suhu elver sidat untuk mampu beradapatasi dan di

perairan tropis variasi suhu tidak terlalu besar sehingga suhu relatif lebih stabil

serta kurang berpengaruh terhadap keberadaan elver sidat. Konsentrasi rata-

rata klorofil-a pada perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 1998–2011

termasuk dalam kategori tinggi. Pola sebaran klorofil-a di bagian pesisir

pantai dan daratan lebih tinggi dibandingkan rata-rata konsentrasi klorofil-a di

lepas pantai. Kondisi perairan dengan konsentrasi klorofil-a yang tinggi

menjadi tempat yang baik bagi perkembangan fitoplankton dan hewan air

lainnya.

43

7.2 Saran

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar untuk manajeman

penangkapan elver sidat sehingga diharapkan dapat mempertahankan

keberlanjutan pemanfaatan sidat di dalam bisnis perikanan dan keseimbangan

ekosistem di perairan.

2) Selain itu diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan metode

atau pengujian statistik dalam pengolahan data dan penelitian lanjutan

mengenai kualitas perairan di muara sungai Cimandiri.

44

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Sukabumi. 2011. Sukabumi Dalam Angka.

Sukabumi: BPS.

[DKP] Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Sukabumi. 2011. Validasi Data

Statistik. Kabupaten Sukabumi (ID): DKP.

[FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nation. 1997. FAO

Technical Guidelines for Responsible Fisheries: Fisheries Management

No.4. Roma (RO): FAO.

[KKP] Kementrian Kelautan Perikanan. 2010. Statistik Perikanan Tangkap

Indonesia, 2010. Jakarta (ID): KKP

Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla spp. Di

Indonesia. Jurnal lktiologi Indonesia. 5 (2):. Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan. FPIK.IPB

Arinardi OH, Sutomo AB, Yusuf SA, Trimaningsih, Asnaryanti E, dan Riyono

SH. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di

Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Ardiwijaya RR. 2002. Distribusi Horizontal Klorofil-a dan Hubungannya dengan

Kandungan Unsur Hara Serta Kelimpahan Fitoplankton di Teluk

Semangka, Lampung [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor. 64 hlm.

Arsjad ABSM, Yudi S dan Ratna SD. 2004. Inventarisasi SDA dan Lingkungan

Hidup Sebaran Chlorophyll – A Di Perairan Indonesia. Bogor: Pusat

Survei Sumberdaya Alam Laut Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan

Nasional (Bakosurtanal). 10 hlm.

Barnes RSK dan Hughes RN. 1988. An Introduction to Marine Ecology. Second

edition. London: Blackwell Scientific Publications.

Basuma T. 2009. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan

Pendekatan Suhu Permukaan Laut dan Hasil Tangkapan di Perairan

Binuangeun, Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut

Pertanian Bogor. 55 hlm.

BBPPI. 2007. Katalog Alat Penangkap Ikan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral

Perikanan Tangkap , Departemen Kelautan dan Perikanan.

45

BMKG. 2010. Hujan Di Musim Kemarau Dampak La Nina. [terhubung berkala].

http://www.bmkg.go.id/bbmkg_wilayah_2/Lain_Lain/Artikel.bmkg . [ 20

Juni 2012]

Boetius J and Boetius I. 1989. Ascending elvers, Anguilla anguilla, from five

European localities. Analysis of pigmentation stages, condition, chemical

compositin and energy reserves. Dana. A journal of Fisheries and Marine

research.

Facey ED and. Avley MJ, Vd. 1987. American eel. Species profiles: life histories

and environmental requirements of coastal fishes and invertebrates (North

Atlantic). Biol.Rep 82(11.74).27 p.

Haryuni. 2002. Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp. Memasuki Muara Sungai Poso,

Sulawesi Tengah [Thesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor. 70 hlm.

Hutabarat S. dan Evans MS.1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Irawan A. 2008. Makalah Tingkah Laku Ikan Sidat (Anguilla sp.) Respon

Terhadap Lingkungan dan Naluri Berpijah. Purwokerto: Universitas

Jenderal Soedirman.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Edisi dwi bahasa Inggris-

Indonesia, Periplus ed. 293 p.

Kleckner RC, Mc.Cleave JD and Wippelhauser GS. 1983. Spawning of American

eel, Anguilla rostrata,relative to the thermal in the Sargasso Sea. Environ.

Bol. Fishes 9 : 289-292.

Liviawaty E dan Eddy A. 1998. Pemeliharaan Sidat. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

Matsui I. 1980. Theory and practice of eel culuture.Bulhema ed. 132 p.

Mony A. 2004. Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai Cimandiri,

Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID):

Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan.

Institut Pertanian Bogor. 75 hlm.

Moriarty C. 1986. Riverine migration of young eels Anguilla angulla (L). Fish.

Res. 4 : 43-58.

Muhiddin AM. 2003. Pengamatan Sinoptik Sifat Optik Perairan Muara Sungai

Cimandiri Teluk Pelabuhan Ratu [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor. 126 hlm.

46

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan Jakarta.

Nybakken JW. 1988. Biologi Laut: Suatu Pengantar Ekologi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka.

Parsons TR, Takeshi M, dan Hagrave B. 1984. Biological oceanographic

proscsses. Third edition. Oxford. Pergamon press. Great Britain.

Sasongko A, Joko P, Siti M dan Usni A. 2007. SIDAT Panduan Agribisnis

Penangkapan, Pendederan dan Budidaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Setiawan IE, Amrullah H dan Mochioka N. 2003. Kehidupan Awal dan Waktu

Berpijah Sidat Tropik Anguilla sp. Di dalam: Setiawan IE, Sudaryanto A

dan Riyadi AS, editor. Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan

Sidat Tropik. Gedung BPPT II (ID); 2002 April 11. Jakarta: UPT Baruna

Jaya BPPT. hlm 11.

Sondita MFA. 2010. Manajemen Sumber Daya Perikanan Edisi 2. Jakarta:

Universitas Terbuka. hlm 4.17

Sriati. 1998. Telaah Struktur dan Kelimpahan Populasi Benih Ikan Sidat, Anguilla

bicolor bicolor, Di Muara Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat

[Thesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 94

hlm.

Susilo U dan Sri S. 1998. Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla bicolor McClleland

Pada Media dengan Salinitas Berbeda. Database Junal Ilmiah Indonesia

[internet]. [diunduh 2012 Januari 30]; 10 (2): 111-119. Tersedia pada

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/10207111119.pdf

Tabeta O, and Ozawa T. 1979. Anguillid leptocephali from the Eastern Indian

Ocean. Bull. Jap. Soc. Fish. 45 (9) : 1069 – 1073 .

Tesch SW. 1977. The eel, biology and management of Anguillid eels. Ed.

Chapman and Hall. 435 p.

Usui A. 1974.Eel Culture. Fishing news 9books) Ltd., London.

Weyl PK. 1970 Oceanography An Introduction to the Marine Environtment. New

York: John Wiley & Sons Inc.

47

LAMPIRAN

48

Lampiran 1 Proses pengolahan data SPL dan konsentrasi klorofil-a

1 Data hasil download di ekstrak pada Desktop, kemudian buka menu SeaDas.

2 Masukan koordinat lintang dan bujur Teluk Palabuhanratu dan klik

Chlorophyll-a consentration

49

3 Load kemudian Display

4 Edit warna daratan dengan pilih Setups Landsmask

50

5 Masukan Skala Bar dengan pilih Function Color Bar On

51

6 Simpan data dengan pilih Function Output Data ASCII

7 Pada Output ASCII Setup pilih Lotitude dan Longitude Write File

52

8 Simpan gambar dengan pilih Function Output Display Go Ok

53

9 Buka data ASCII dengan menggunakan Microsoft Excel

54

10 Sortir data dengan menggunakan Filter

55

11 Tentukan nilai maksimu, minimum dan nilai rata-rata

56

Lampiran 2 Rata-rata SPL di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 1990-2011

Bulan Tahun

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 29.39 29.37 28.94 29.40 27.98 27.92 29.59 29.15 29.43 28.34 29.39 28.20 28.86 29.87 28.78 29.84 29.42 29.81 29.58 29.33 29.52 27.88

2 29.91 28.35 29.93 29.22 29.54 29.11 28.87 27.63 29.94 29.69 28.92 28.49 30.89 28.09 28.78 30.80 29.28 29.96 29.46 29.72 31.05 29.18

3 29.19 29.97 30.78 28.84 30.37 29.97 29.87 29.04 30.65 29.01 27.82 28.83 30.33 28.76 29.04 31.30 30.62 29.92 28.95 30.04 30.96 30.11

4 30.48 30.23 30.01 29.07 29.08 29.66 30.36 29.34 30.71 28.88 28.46 29.37 30.37 29.61 28.30 30.52 29.51 29.77 30.12 30.56 31.37 29.59

5 29.38 29.20 30.10 29.43 27.78 29.85 29.14 29.54 30.57 29.60 29.42 29.80 30.42 29.35 28.97 30.00 29.77 29.91 29.16 30.04 30.58 29.29

6 29.63 28.66 29.81 29.89 28.21 29.92 29.21 29.07 30.01 28.93 29.42 29.58 29.37 28.19 28.77 29.13 27.88 28.23 27.12 29.76 30.05 28.88

7 28.85 28.08 28.77 28.42 24.59 29.11 28.52 26.45 30.66 27.57 28.61 28.14 28.28 25.10 28.41 29.74 27.09 28.04 25.32 28.62 29.23 28.17

8 28.38 24.55 28.29 28.40 24.10 26.58 28.41 25.84 30.66 26.57 27.86 28.73 28.19 24.90 28.41 27.70 25.88 26.21 26.00 27.61 29.28 25.99

9 27.72 24.78 27.79 27.52 23.77 26.63 27.92 25.62 28.90 26.45 27.13 27.44 25.92 26.99 26.84 28.03 23.77 24.70 26.60 27.47 29.51 24.55

10 27.56 25.49 27.71 27.64 23.81 28.47 28.57 24.47 30.07 25.99 27.92 27.99 26.12 26.64 27.22 28.81 24.96 25.77 27.02 28.11 29.78 26.35

11 28.82 27.80 28.59 27.78 26.55 28.11 27.91 25.06 28.97 28.34 28.56 27.63 26.13 27.53 28.22 28.07 26.47 28.99 28.77 28.72 30.06 28.60

12 29.39 28.17 29.33 28.26 28.23 28.92 28.39 28.30 28.34 29.19 29.07 30.23 29.74 28.42 28.22 29.59 27.84 28.98 29.05 30.09 28.89 31.05

Rataan 29.06 27.89 29.17 28.66 27.00 28.69 28.90 27.46 29.91 28.21 28.55 28.70 28.72 27.79 28.33 29.46 27.71 28.36 28.10 29.17 30.02 28.30

56

57

45

Lampiran 3 Pola sebaran SPL tahun 1990-2011

58

Lampiran 3 Lanjutan

59

59

Lampiran 4 Rata-rata konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Palabuhanratu pada tahun 1998-2011

Bulan Tahun

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 0.59 0.23 0.20 0.16 0.20 0.29 0.35 0.30 0.33 0.37 0.36 0.28 0.29 0.34

2 0.43 0.22 0.32 0.26 0.26 0.23 0.51 0.24 0.25 0.30 - 0.41 0.28 0.42

3 0.32 0.38 0.25 0.26 0.27 0.21 0.56 0.40 0.41 0.41 0.32 0.33 0.45 0.28

4 0.53 0.24 0.36 0.29 0.32 0.30 0.29 0.39 0.35 0.34 0.32 0.30 0.31 0.27

5 0.39 0.22 0.27 0.27 0.30 0.38 0.38 0.42 0.26 0.40 0.40 0.34 0.32 0.36

6 0.25 0.29 0.30 0.31 0.33 0.49 0.38 0.31 0.61 0.41 0.68 0.28 0.36 0.42

7 0.31 0.43 0.51 0.28 0.37 1.79 0.41 0.42 0.61 0.64 1.51 0.42 0.37 0.47

8 0.37 1.01 0.45 0.61 0.69 1.62 0.58 0.63 2.13 1.24 0.74 0.45 0.28 2.81

9 0.57 1.03 1.39 0.84 0.92 1.17 0.66 0.26 2.66 1.72 0.67 0.71 0.29 1.78

10 0.30 3.47 0.35 0.38 1.77 0.35 0.51 0.51 1.89 0.72 0.40 0.33 0.27 0.76

11 0.23 0.23 0.36 0.28 0.92 0.39 0.27 0.29 1.76 0.22 0.20 0.73 - 0.19

12 0.24 0.22 0.32 0.16 0.27 0.57 0.24 0.33 0.48 0.28 0.30 0.33 0.20 0.19

Rata-rata 0.38 0.66 0.42 0.34 0.55 0.65 0.43 0.37 0.98 0.59 0.53 0.41 0.31 0.69

60

Lampiran 5 Pola sebaran konsentrasi klorofil-a tahun 1990-2011