BAB IV Analisis Kasus

7
BAB IV ANALISA KASUS Dari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 53 tahun, dengan keluhan utama kelemahan pada tungkai dan lengan kiri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara tiba-tiba. Dengan demikian dapat dipikirkan kemungkinan penyebabnya trombosis serebri atau emboli serebri. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis oleh trombus akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai secara tiba-tiba 11 Keluhan terjadi saat pasien sedang beraktifitas, tiba-tiba pasien merasakan kelemahan pada tungkai dan lengan kiri, keluhan juga disertai dengan mulut mengot ke kiri dan suara os berubah menjadi pelo, Penderita masih bisa mengungkapkan isi fikirannya melalui lisan, tulisan maupun isyarat. Os menyangkal adanya trauma, penurunan kesadaran disangkal, jantung berdebar-debar disertai sesak nafas disangkal, mual (+) muntah (+) sakit kepala (+). Dilihat dari gejala yang dialami pasien memungkinkan dengan teori tentang gejala klinis tersering pada SNH yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana Pendeita stroke non hemoragik yang 62

description

DM

Transcript of BAB IV Analisis Kasus

BAB IVANALISA KASUSDari anamnesis didapatkan pasien perempuan usia 53 tahun, dengan keluhan utama kelemahan pada tungkai dan lengan kiri sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara tiba-tiba. Dengan demikian dapat dipikirkan kemungkinan penyebabnya trombosis serebri atau emboli serebri. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis oleh trombus akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai secara tiba-tiba11 Keluhan terjadi saat pasien sedang beraktifitas, tiba-tiba pasien merasakan kelemahan pada tungkai dan lengan kiri, keluhan juga disertai dengan mulut mengot ke kiri dan suara os berubah menjadi pelo, Penderita masih bisa mengungkapkan isi fikirannya melalui lisan, tulisan maupun isyarat. Os menyangkal adanya trauma, penurunan kesadaran disangkal, jantung berdebar-debar disertai sesak nafas disangkal, mual (+) muntah (+) sakit kepala (+).Dilihat dari gejala yang dialami pasien memungkinkan dengan teori tentang gejala klinis tersering pada SNH yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana Pendeita stroke non hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada sebalah kanan.15Os juga mengeluh masih merasa sering buang air kecil, mudah haus, mudah lapar dan lemas seperti keluhan 4 th yang lalu, dan di cek gula darah hasilnya gula darah os tinggi. Os memiliki riwayat DM 4 th yang lalu dan tidak rutin meminum obat.Dilihat dari riwayat penyakit pasien, Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Menurut penelitian Sinaga SA, 2008 di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes mellitus.184 tahun yang lalu merasa sering lapar, sering haus, sering kencing saat malam hari >5x, sehingga mengganggu istrirahat. Os juga mengeluh berat badan menurun padahal os makan dalam jumlah yang banyak dan nafsu makan os tidak berkurang. Jika terdapat luka, luka tersebut sulit sembuh disangkal. Os merasa penglihatan kabur dan sangat lemas. Lemas dikatakan terus menerus dan tidak membaik dengan istirahat. Keluhan tersebut membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.Dilihat dari gejala klinis pasien 4 tahun yang lalu, dapat difikirkan kemungkinan pasien menderita diabetes melitus sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Suyono bahwa Gejala klasik Diabetes Melitus (DM) adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing terutama pada malam hari (poliuri), banyak makan (polifagi) serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg.1

Pasien diberikan obat-obatan untuk mengurangi kadar gula darahnya. Setelah keluhan berkurang pasien pulang dan disarankan untuk minum obat penurun gula darah secara teratur, mengubah pola makan dan gaya hidup serta selalu cek gula darah dan kontrol berobat setiap bulannya. Tetapi pasien tidak melakukannya, pasien mengatakan hanya berobat jika badannya mulai terasa lemas dan mulai mengganggu aktivitas kerjanya, pasien hanya mengurangi jumlah makanannya.Menurut Suyono untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik yag merupakan sasaran terapi. Dan juga motivasi serta dukungan dari penderita dan orang disekitar untuk teratur meminum obat, menjaga pola hidup sehat.1Sebelum terdiagnosa diabetes mellitus, riwayat kebiasaan makan pasien dalam sehari adala 3 kali/hari. Mengkonsumsi makanan yang manis seperti minum teh manis satu gelas sehari dan kue jajanan pasar, sore hari biasanya pasien makan semangkuk tekwan/ pempek. kebiasaan ini diakui oleh pasien sudah lebih dari 15 tahun. Pasien tidak memiliki kebiasaan olahraga karena ia beranggapan bahwa pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga juga sudah cukup menguras tenaga dan keringat dan dianggap oleh pasien sama saja dengan olahraga. prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada diabetisi perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.8Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kebiasaan. Untuk diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.8Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani secara teratur ( 3 4 kali seminggu selama 30 menit ) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas malasan.8

Diagnosis klinis Diabetes Melitus (DM) umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ( 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ( 126 mg/dl juga digunakan utnuk patokan diagnosis DM.1Pada pasien sudah dapat ditegakan diagnosis DM dari pemeriksaan gula darah puasa 161 mg/dL, gula darah sewaktu 313 mg/dl, gula darah 2 jam setelah puasa 196 mg/dL.

Seharusnya pasien dilakukan pemeriksaan HbA1c, Interpertasi hasil pemeriksaan HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat : pemberian Therapi lebih intensif untuk menghindari komplikasi.7Dari penjabaran diatas bahwasannya dapat disimpulkan pasien mengalami stroke non hemoragik yang diakibatkan oleh gula darah yang tidak terkontrol dan gaya hidup pasien yang tidak teratur.

Penderita DM beresiko tinggi menjadi ateroskelrosis. Hiperglikemi merupakan salah satu faktor terpenting dalam patogenesis timbulnya komplikasi kronik, khususnya vaskuler diabetik. Metabolisme abnormal yang menyertai diabetes menyebabkan disfungsi arteri. Abnormalitas meliputi hiperglikemia kronis, dislipidemia dan resistensi insulin, faktor- faktor ini membuat arteri rentan terhadap atero skelosis. Diabetes mengubah fungsi beberapa jenis sel, termasuk endotelium, sel otot polos dan platelet. 865