Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis

download Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis

of 22

Transcript of Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1

Permasalahan Pembangunan Sesuai gambaran umum daerah dan hasil evaluasi pelaksanaan RPJM

Kabupaten Agam Tahun 2006 2010, ditemukan beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian sehingga permasalahan permasalahan ini tidak menjadi penghambat untuk perwujudan Visi dan Misi Kabupaten Agam lima tahun ke depan. Beberapa permasalahan tersebut akan diuraikan menurut aspek-aspek

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

4.1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Permasalahan pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat adalah sebagai berikut : 4.1.1.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2009 melemah dari 6,38 persen menjadi 4,9 persen. Tahun 2010 terjadi pertumbuhan sebesar 5,66. 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) pada Tahun 2010 sebanyak 18.686. atau 17,23% dari jumlah rumah tangga.

4.1.1.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia memiliki arti penting dan strategis dalam proses pembangunan. Sasaran peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia secara menyeluruh tercermin dari: 1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. 2. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. 3. Meningkatnya perlindungan dan kesejahteraan sosial. 4. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga berkualitas. Sasaran peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia secara menyeluruh tercermin dari kecenderungan semakin membaik dan meningkatnya Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

1RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-1

4.1.1.2.1

Pendidikan

1. Angka Melek Huruf Kondisi Tahun 2010 penduduk usia di atas 15 tahun yang belum dapat membaca dan menulis terdapat sebanyak 1.417 orang, tersebar pada 13 kecamatan. Kecamatan Banuhampu, Ampek Angkek dan Tilatang Kamang sudah mencapai angka melek huruf 100 %. Sementara itu, Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Malalak dan Palupuh jumlah penduduk usia di atas 15 tahun yang tidak bisa membaca dan menulis masih tinggi. 2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah yang ditargetkan selama 9 tahun ternyata sampai akhir Tahun 2010 baru mencapai 8,5 tahun. Dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Agam, belum satupun kecamatan yang sudah mencapai angka ratarata lama sekolah 9 tahun. Oleh karena itu perlu upaya yang lebih konkrit, sehingga target angka rata-rata lama sekolah 9 tahun ini dapat dicapai. Beberapa kecamatan yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Raya, Malalak, Palembayan dan Palupuah. 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Dari 16 kecamatan terdapat 5 (lima) kecamatan memiliki APK Tingkat SD/MI masih rendah, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari, Malalak, Banuhampu, Ampek Angkek dan Kamang Magek. APK tingkat SMP/MTs masih rendah pada 6 (enam) kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari, Malalak, Banuhampu, Ampek Angkek dan Kamang Magek. APK Tingkat SMA/SMK/MA yang masih rendah terdapat di 11 (sebelas) kecamatan dan hanya 5 (lima) kecamatan yang APK nya termasuk tinggi yaitu : Kecamatan Lubuk Basung, Tanjung Raya, Sungai Pua, Canduang, dan Kamang Magek. Dapat disimpulkan bahwa APK untuk tingkat SD/MI relatif lebih tinggi dibandingkan dengan APK tingkat SMP/MTs dan APK tingkat SMA/SMK/MA. 4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) dari Tahun 2006 sampai dengan 2010 meningkat dari 31,98 % menjadi 38,08 % pada tingkat SD. Sedangkan tingkat SMP pada Tahun 2006 sebesar 20.77% meningkat menjadi 25,81% pada Tahun 2010. Selanjutnya pada tingkat SMA Tahun 2006 sebesar 13.80% meningkat menjadi 16.54% pada Tahun 2010. APT untuk perguruan tinggi dari 3,65% pada Tahun 2006 menjadi 5,59% pada Tahun 2010. Data tersebut

2RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-2

menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat hanya dapat menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD. Apabila dikaitkan dengan aspek

ketenagakerjaan, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia baru tamat Sekolah Dasar atau sederajat. Oleh karena itu, dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin ketat dan kompetitif, upaya untuk mewujudkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mutlak menjadi prioritas untuk 5 tahun ke depan. 5. Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan penduduk usia 7 hingga 18 tahun yang terdaftar pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA kemudian dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah ditingkat pendidikan tertentu. APM di Kabupaten Agam selama 5 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 APM untuk tingkat pendidikan SD/MI sebesar 90,11% meningkat menjadi 91.54% pada Tahun 2010. Dari data tersebut terlihat bahwa kenaikan APM setiap tahunnya relatif lamban, sehingga belum mampu memenuhi target APM tingkat SD/MI sebesar 100%. Dilihat dari kecamatan, hanya 5 (lima) kecamatan yang berhasil memenuhi dan melampau target yaitu : Kecamatan Tilatang Kamang (107,20%), Kecamatan Sungai Pua (105,40%), Kecamatan Ampek Angkek (103,33%), Kecamatan Banuhampu (102,99) dan Kecamatan Kamang Magek (102,75%). Sebanyak 10 kecamatan yang capaiannya berkisar antara 80% - 97% dan 1 kecamatan yang capaiannya dibawah 80% yaitu Kecamatan Palembayan yang hanya mencapai 78,19%. Demikian juga halnya dengan APM untuk tingkat pendidikan SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 APM tingkat SMP/MTs sebesar 73,88% meningkat menjadi 76,14% pada Tahun 2010. Pergerakan peningkatan APM untuk tingkat SMP/MTs ini juga termasuk lamban, sehingga belum mampu memenuhi target yang ditetapkan sebesar 85%. Untuk APM tingkat pendidikan SMP/MTs ini, hanya ada 3 Kecamatan yang mencapai target yaitu Kecamatan Ampek Angkek (86,25%), Kecamatan Banuhampu (85,95%) dan Kecamatan Tilatang Kamang (85,20%) dan 13 kecamatan lainnya capaiannya berkisar antara 65,51% - 82,43%. Kecamatan yang terendah capaiannya adalah Kecamatan Ampek Nagari sebesar 65,51%. Kondisi yang sama juga terjadi pada APM tingkat pendidikan SMA/SMK/MA. Dalam 5 tahun terakhir memang terjadi peningkatan APM, namun

peningkatannya masih sangat rendah. Tahun 2006 APM untuk jenjang

3RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-3

SMA/SMK/MA adalah sebesar 61,67% hanya meningkat menjadi 64,24% pada Tahun 2010. Sebanyak 5 (lima) kecamatan capaian APM nya di atas 75% yaitu : Kecamatan Banuhampu (79,45%), Kecamatan Ampek Angkek (79,00%), Kecamatan Tilatang Kamang (78,78%), Kecamatan Sungai Pua (77,51%) dan Kecamatan Kamang Magek (77,51%). Sementara itu sebanyak 10 kecamatan capaian APM berkisar antara 50,42% - 64,49% dan 1 kecamatan dengan capaian dibawah 50% yaitu Kecamatan Malalak yang hanya sebesar 46,06%. 6. Angka Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah ukuran daya serap pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk jenjang pendidikan dasar selama 5 Tahun terakhir menunjukkan kecendrungan peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat pendidikan SD/MI sebesar 88,80% meningkat menjadi 89,93% pada Tahun 2007. Pada Tahun 2008 meningkat menjadi 90,10% dan meningkat lagi menjadi 91,31% pada Tahun 2009 sedangkan pada Tahun 2010 mencapai 91,83%. Dari 16 kecamatan yang ada, sebanyak 5 ( lima ) kecamatan dengan Partisipasi Sekolah berada dibawah angka Kabupaten Agam yaitu sebanyak 6 (enam) kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Kamang Magek. Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat pendidikan SMP/MTs yang terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Sekolah untuk tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 72,25%, meningkat menjadi 73,36% pada Tahun 2007, meningkat menjadi 73,97% pada Tahun 2008 dan menjadi 74,31% pada Tahun 2009 sedangkan pada Tahun 2010 mencapai 75,28%. Dari 16 kecamatan yang ada, Angka Partisipasi Sekolah Tingkat Pendidikan SMP/MTs berada dibawah angka Kabupaten Agam yaitu sebanyak 6 (enam) kecamatan, yaitu : Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Ampek Angkek dan Kecamatan Kamang Magek. Selanjutnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk jenjang pendidikan menengah selama 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang berflutuasi. Pada Tahun 2006 Angka Partisipasi Sekolah sebesar 66,93%

meningkat menjadi 70,96% dan cendrung menurun pada tiga tahun berikutnya sehingga menjadi 68,17% pada Tahun 2010. Kondisi ini perlu menjadi perhatian

4RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-4

yang lebih serius untuk menghindari terjadinya penurunan APS pada tahuntahun mendatang. 7. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana pelayanan pendidikan, antara lain gedung sekolah. Selama 5 tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan rasio jumlah gedung sekolah SD/MI dengan jumlah penduduk usia 7- 12 tahun dari 154 pada Tahun 2006 menjadi 150 pada Tahun 2010, walaupun pada tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi 156. Sedangkan rasio jumlah gedung sekolah SMP/MTs dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun cenderung meningkat dari 262 pada Tahun 2006 menjadi 299 pada Tahun 2010. Secara umum rasio gedung sekolah SD/MI dan SMP/MTs dengan jumlah penduduk usia untuk masing-masing tingkatan pendidikan tersebut sudah memenuhi standar ideal, namun untuk beberapa kecamatan masih mengalami kekurangan Unit Sekolah Baru yaitu di Kecamatan Banuhampu dan Tanjung Mutiara. Sedangkan untuk tingkat SMA/SMK/MA kekurangan Unit Sekolah Baru di Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Matur dan Kecamatan Malalak. 8. Rasio Guru dan Murid Disamping faktor ketersediaan sarana gedung sekolah, faktor lain yang sangat menentukan dalam pembangunan bidang pendidikan adalah ketersediaan guru untuk masing-masing jenjang pendidikan. Rasio guru dengan murid untuk jenjang pendidikan SD/MI mengalami perkembangan yang berfluktuasi, artinya dari Tahun 2006 sampai Tahun 2008 kecenderungannya mengalami penurunan dari 17 menjadi 14, namun pada 2 tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi 16. Sementara itu rasio guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SMP / MTs rasionya cenderung konstan selama 5 tahun, yaitu pada angka rasio 12. Dilihat dari segi kelayakan mengajar, maka sebanyak 500 orang atau sekitar 15,1% dari 3.313 guru SD/MI yang ada termasuk kategori guru yang tidak layak mengajar, karena hanya mempunyai ijazah SLTA ke bawah. Seharusnya guru yang mengajar di tingkat sekolah SD/MI ini adalah guru yang memiliki ijazah Diploma 2 PGSD dan yang lebih tinggi; Kemudian sebanyak 80 orang atau sekitar 3,4% dari 2.550 orang guru SMP/MTs yang tidak layak mengajar, karena hanya memiliki ijazah Diploma I ke bawah.

5RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-5

Seharusnya guru yang mengajar ditingkat sekolah ini minimal memiliki ijazah Diploma III Keguruan; Selanjutnya sebanyak 72 orang atau sekitar 3,7 % dari 1.940 orang guru SMA/SMK/MA yang tidak layak mengajar, karena hanya memilki ijazah Diploma II dan yang lebih rendah. Seharusnya guru yang mengajar ditingkat SMA/SMK/MA adalah guru yang memiliki ijazah minimal Sarjana Keguruan dan yang lebih tinggi; Sarana dan prasarana pendidikan masih perlu ditingkatkan terutama di nagarinagari yang jauh dari pusat kota kecamatan, disamping penempatan guru yang belum merata.

4.1.1.2.2

Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang sangat menentukan dalam pembangunan sumber daya manusia. Seiring dengan prioritas pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian. Kondisi pembangunan sektor kesehatan ditandai dengan beberapa indikator yaitu : Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Umur Harapan Hidup dan penderita Gizi Kurang. Pembangunan dibidang kesehatan selama kurun waktu 2005-2009 telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Hal ini terlihat dari hasil cakupan program dan kegiatan bidang kesehatan yang cenderung meningkat dibandingkan dengan kondisi pada 5 tahun sebelumnya. Dari beberapa indikator utama di bidang kesehatan, jelas terlihat peningkatan cakupan yang sangat signifikan. Disamping keberhasilan yang telah dicapai, pada sisi lain masih ada beberapa cakupan indikator kegiatan yang belum mencapai sasaran antara lain: 1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Angka Kelangsungan Hidup Bayi diartikan sebagai probabilitas bayi untuk hidup sampai berusia 1 tahun. Berdasarkan laporan tentang Kematian Bayi di Kabupaten Agam selama Tahun 2010, diperoleh Angka Kematian Bayi sebesar 16 per 1.000 Kelahiran Hidup. Dari Angka Kematian Bayi tersebut diketahui Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kabupaten Agam adalah sebesar 984. Dari 16 kecamatan yang ada, terdapat beberapa kecamatan dengan AKBH-nya diatas AKBH Kabupaten Agam, yaitu : Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Canduang, Kecamatan Tilatang IV-6

6RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

Kamang dan Kecamatan Palembayan. Oleh karena itu ada beberapa kecamatan yang perlu diwaspadai yaitu: Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Baso, Kecamatan Kamang Magek dan Kecamatan Palupuah. 2. Angka Usia Harapan Hidup Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan sekali setiap 10 tahun yang dimulai pada Tahun 1970, maka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Agam cenderung meningkat. Kalau Sensus Tahun 1970 Angka Harapan Hidup masyarakat Kabupaten Agam adalah 47,7 tahun, maka sensus Tahun 1980 meningkat menjadi 52,2 tahun dan sensus Tahun 1990 meningkat menjadi 59,8 tahun, selanjutnya Sensus Tahun 2000 Angka Harapan Hidup meningkat lagi menjadi 65,5 tahun dan pada Tahun 2010 diperkirakan Usia Harapan Hidup mencapai 68,7 tahun. 3. Balita Gizi Kurang Berdasarkan data dan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, jumlah Balita Gizi Kurang di Kabupaten Agam tercatat sebanyak 47.904 orang atau sekitar 13,65% dari total jumlah balita. Berdasarkan pengelompokkan kecamatan dengan Prevalensi Gizi Kurang yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Sedunia (WHO), maka Kabupaten Agam termasuk dalam kelompok sedang, karena berada pada interval 10-19%. 4. Rasio Posyandu per-satuan Balita Selama 5 tahun terakhir, rasio posyandu terhadap balita pada Tahun 2006 adalah 18.80 per 1.000 kemudian turun menjadi 18.00 per 1.000 pada Tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 18,23 per 1.000 Tahun 2008 dan angka ini sama dengan Tahun 2009 sedangkan pada Tahun 2010 menurun lagi menjadi 17.28 per 1.000. Walaupun ada kecendrungan penurunan, tetapi berdasarkan rasio tersebut, jumlah Posyandu di Kabupaten Agam sudah mencukupi. Namun demikian yang perlu menjadi perhatian adalah agar Posyandu tersebut dapat lebih dioptimalkan fungsi dan keberadaannya di masyarakat sehingga tujuan kegiatan posyandu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat betul-betul dapat dirasakan. 5. Rasio Puskesmas dan Pustu per Satuan Penduduk Berdasarkan rasio Puskesmas terhadap penduduk Kabupaten Agam, jumlah Puskesmas di Kabupaten Agam sudah mencukupi. Artinya dengan jumlah

7RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-7

penduduk Kabupaten Agam sebanyak 455.484 jiwa dengan jumlah Puskesmas sebanyak 22 unit, maka 1 Puskesmas akan melayani sebanyak 20.700 jiwa penduduk, sedangkan standar nasional 1 Puskesmas idealnya melayani sebanyak 25.000 jiwa penduduk. Namun demikian masih perlu dipertimbangkan untuk membangun Puskesmas pada daerah-daerah tertentu dengan pertimbangan seperti : daerah yang terisolir dan daerah perkebunan karena sulit diakses dengan transportasi umum,. Selanjutnya dengan jumlah Puskesmas Pembantu terhadap jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa secara jumlah Puskesmas Pembantu sudah mencukupi. Dengan jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 120 unit dan jumlah penduduk sebanyak 455.484 maka 1 Puskesmas Pembantu melayani sebanyak 3.796 jiwa, sedangkan standar nasional 1 unit Puskesmas Pembantu idealnya melayani 5.000 jiwa. Sama halnya dengan Puskesmas, maka penambahan Puskesmas Pembantu dapat dilakukan untuk daerah yang sulit dijangkau dan daerah pemukiman baru. 6. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Perkembangan jumlah dokter di Kabupaten Agam selama 5 tahun terakhir sangat lamban. Pada Tahun 2006 jumlah dokter hanya sebanyak 53 orang, kemudian pada Tahun 2007 menjadi 58 orang dan jumlah ini sama dengan Tahun 2008. Kemudian pada Tahun 2009 bertambah menjadi 63 orang dan pada Tahun 2010 sebanyak 65 orang. Apabila dikaitkan dengan standar pelayanan kesehatan terpadu, idealnya 1 orang dokter melayani 2.500 jiwa penduduk. Berdasarkan kondisi tersebut maka Kabupaten Agam dengan jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebesar 455.484 jiwa seharusnya memiliki dokter sebanyak 189 orang. Dari data yang ada tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah dokter di Kabupaten Agam belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian untuk perencanaan pengadaan tenaga dokter untuk tahun mendatang.

4.1.1.2.3

Pertanahan

Masalah yang sering dihadapi adalah sengketa tanah yang terjadi antar kelompok masyarakat, antara masyarakat dengan perusahaan/investor ataupun antara masyarakat dengan pemerintah. Seperti sengketa tanah ulayat, HGU Perkebunan, klaim tanah hibah atas fasilitas publik dan lain sebagainya.

8RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-8

Disamping itu sengketa tapal batas antar nagari maupun antar daerah juga sering terjadi. Beberapa kasus yang belum dapat diselesaikan antara lain batas Nagari Salareh Aia dan Nagari Sitalang, Nagari Lubuk Basung dan Nagari Kampung Pinang dan Nagari Simarasok dengan Nagari Sungai Janiah. Segenap permasalahan tersebut, lebih banyak menyangkut persoalan ulayat/adat. Kondisi tersebut secara langsung berpengaruh terhadap upaya fasilitasi penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

4.1.2 Aspek Pelayanan Umum 4.1.2.1 Pekerjaan Umum 1. Total panjang jaringan jalan di Kabupaten Agam adalah 1.711,20 km. Sepanjang 751,76 km atau 43,93 % dengan kondisi mantap dan lebih dari 50% dalam keadaan rusak berat dan ringan. 2. Rasio jaringan irigasi dibandingkan dengan luas lahan budidaya Tahun 2010 adalah 14,28. yang berarti 1 km jaringan irigasi melayani 14,28 km2 lahan pertanian. 3. Persentase rumah tinggal bersanitasi Tahun 2010 sebesar 12.15 %, lebih separuh tidak bersanitasi. 4. Rasio tempat pembuangan sampah Tahun 2010 hanya sebesar 116,78 m3 per 1000 jumlah penduduk. 5. Panjang jalan yang dilalui roda empat per jumlah penduduk adalah sebesar 0,38 %, berarti tidak sampai 1 % dari jumlah penduduk yang terlayani dengan yang dilalui kendaraan roda empat. 6. Panjang jalan yang mempunyai trotoar dan drainase sebesar 6,26 %. Untuk jaringan jalan perkotaan, karena tidak semua jaringan jalan membutuhkan trotoar dan drainase. 7. Proporsi jaringan irigasi dalam kondisi baik (bendung dan jaringan) Tahun 2010 hanya 9,04 % dari total jumlah jaringan irigasi, lebih separuhnya tidak dalam kondisi baik. 8. Rasio rumah layak huni Tahun 2010 adalah 98,45 %, yang berarti 1,55 % yang tidak layak huni. Secara fisik rumah yang ada di Kabupaten Agam sudah layak huni.

9RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-9

9. Rasio permukiman layak huni Tahun 2010 baru hanya 9,17 %, berarti sebagian besar permukiman belum layak huni atau belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

4.1.2.2 Perumahan 1. Rasio rumah tangga pengguna jaringan air bersih (PDAM dan Pamsimas) adalah sebesar 38.37% dari jumlah rumah tangga, berarti sebagian besar penduduk belum menggunakan jaringan air bersih. 2. Rasio rumah tangga pengguna listrik adalah sebesar 90,91 %, berarti masih ada 9,09 % yang belum teraliri listrik. 3. Rasio rumah tangga bersanitasi adalah 12,15 % dari rumah tangga yang ada, berarti sebagian besar rumah tangga belum mempunyai sanitasi.

4.1.2.3 Penataan Ruang 1. Belum optimalnya penerapan konsep tata ruang. Kendali penerapan konsep tata ruang berada pada instansi/pejabat yang berwenang mengeluarkan perizinan untuk setiap aktivitas pembangunan dan usaha. Sementara pihak - pihak yang berwenang tersebut banyak yang belum memahami konsep tata ruang dan arti penting penerapannya untuk menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan. Di sisi masyarakat sendiri, kesadaran untuk mengurus perizinan baik untuk membangun atau berusaha sangat rendah dengan alasan ketidaktahuan, biaya, bahkan manfaatnya untuk mereka sendiri. 2. Rasio ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan ibukota Kabupaten Agam (Lubuk Basung), dalam penataan ruangnya telah diperuntukkan 17 Ha namun belum dikelola. 3. Ketataan terhadap RTRW masih rendah, dimana realisasi RTRW per rencana peruntukannya hanya berkisar 15%. (Penerapan Tata Ruang yang belum optimal).

4.1.2.4 Perhubungan Uji kir angkutan umum merupakan pengujian setiap angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan

10RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-10

dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian dimaksud meliputi: 1. Uji tipe yaitu pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap dan penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya. 2. Uji berkala yaitu diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan di jalan, meliputi pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan hasil uji. Rasio uji kir adalah 74,62 % dari jumlah kendaraan wajib uji (3.583). seyogyanya seluruh kendaraan wajib mengikuti uji kir.

4.1.2.5 Lingkungan Hidup Beberapa permasalahan di Bidang lingkungan yang dihadapi adalah: 1. Rusaknya hutan lindung di kawasan Danau Maninjau seluas 1.500 Ha akibat gempa bumi pada Tahun 2009 yang diiringi dengan longsor; 2. Meningkatnya luas lahan kritis yang mencapai 87.174 Ha ( 39%) dari luas Wilayah Kabupaten Agam; 3. Pemanfaatan sumberdaya alam yang belum terkelola dengan baik sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan seperti

pemanfaatan Kawasan Danau Maninjau, sumber energi terbarukan dan pengembangan potensi wisata belum berjalan secara sinegis; 4. Seringnya terjadi banjir dan longsor yang disebabkan oleh tingginya curah hujan sementara daerah tangkapan air mulai berkurang; 5. 6. Lemahnya penanggulangan sampah; Penurunan luas kawasan hutan dan kawasan resapan air serta meningkatnya luas DAS kritis sekitar 650 Ha yang disebabkan alih fungsi lahan untuk perkebunan, pertanian dan pemukiman serta adanya penebangan liar; 7. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan masalah dunia yang mempengaruhi sistem pertanian secara langsung dan berdampak timbulnya bencana alam lainnya.

11RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-11

8.

Pemanasan

global

merupakan

bencana

yang

terjadi

karena

terganggunya keseimbangan alam dan kesemuanya murni akibat perbuatan manusia. Diantaranya adalah kegiatan industrialisasi,

pertanian, transportasi, perubahan tata guna lahan, pembangkit energi, peningkatan produksi gas metan yang dihasilkan oleh sampah terbuka, pemakaian freon, emisi gas buang dll menghasilkan timbulan gas rumah kaca seperti CO2 , CH4 dan N2O. Selanjutnya gas rumah kaca tersebut menyebabkan peningkatan suhu di muka bumi (pemanasan global). 9. Pemanasan global pada prosesnya menyebabkan terjadinya perubahan seperti meningkatnya suhu air laut yang selanjutnya meningkatkan penguapan di udara dan berubahnya pola curah hujan serta tekanan udara. 10. Tekanan lingkungan hidup yang cukup berarti juga adalah faktor kependudukan dan kemiskinan yang menimbulkan permasalahan sanitasi, penyediaan air bersih, persampahan dan lain-lain menyebabkan potensi pencemaran dan kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Disamping itu aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan, transportasi, industri, pertambangan dan kegiatan lainnya juga memberi kontribusi yang tidak dapat dipandang ringan terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat ditarik issu strategis sebagai berikut: 1. Penerapan tata ruang yang belum optimal 2. Penurunan kualitas lingkungan 3. Kabupaten Agam merupakan daerah rawan bencana

4.1.2.6 Kependudukan dan Catatan Sipil Berdasarkan data Agam Dalam Angka 2010, rasio penduduk yang bekerja adalah sebesar 96 %, ini berarti bahwa sebanyak 7.793 orang penganggur (angkatan kerja Kabupaten Agam masih menganggur).

4.1.2.7 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bidang Perlindungan anak masih belum mendapatkan perhatian yang memadai ditandainya tidak adanya data dan program kegiatan menyangkut perlindungan anak pada tahun belakangan ini.

12RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-12

4.1.2.8 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran Kabupaten Agam masih tergolong tinggi dibanding angka Nasional. TFR Kabupaten Agam 3,4 sedangkan nasional 2,1. Sementara pemerintah menargetkan TFR Tahun 2010 sebesar 1,3. Ini berarti Pemerintah daerah belum berhasil dalam bidang keluarga berencana.

4.1.2.9 Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 1. Produk usaha kecil dan menengah kurang mempunyai daya saing di pasaran karena teknik pengemasan yang kurang menarik. Jaminan halal, kebersihan dan higienis masih perlu ditingkatkan serta kontinuitas produksi. 2. Rendahnya pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan teknologi dalam

produksi dan pemasaran masih sangat terbatas sehingga efisiensi rendah dan upaya peningkatan kualitas sulit dilakukan yang berakibat pada rendahnya daya saing. 3. Kesulitan modal. Sebagian besar usaha kecil mengalami kesulitan modal untuk mengembangkan usahanya sementara akses terhadap lembaga pembiayaan terutama perbankan juga sangat terbatas. Karena

mengandalkan akumulasi keuntungan sebagai sumber dana, maka pertumbuhan usaha menjadi lambat sekali. 4. Lemahnya manajemen usaha. Usaha kecil yang dibangun dengan spirit wirausaha yang kuat biasanya tidak didukung oleh perencanaan yang baik dan pengusahanya tidak dibekali dengan keterampilan manajemen yang baik sehingga mengalami berbagai kesulitan dalam pengembangan usahanya seperti pengendalian mutu, pengelolaan personil,

pengembangan pasar dll. 5. Lingkungan usaha yang kurang kondusif. Dalam pemasaran, seringkali usaha kecil dan koperasi menghadapi persaingan yang tidak seimbang dengan usaha skala lebih besar yang sudah memanfaatkan teknologi dengan baik.

4.1.2.10 Penanaman Modal Masih rendahnya investasi yang disebabkan oleh permasalahan lahan dan kurangnya infrastruktur untuk menunjang kegiatan tersebut.

13RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-13

4.1.2.11 Kepemudaan dan Olah Raga Belum tersedianya sarana dan prasana olah raga untuk mendukung kegiatan kepemudaan dalam rangka pengembangan bakat, hal ini disebabkan karana terbatasnya sumberdaya dalam mewujudkannya.

4.1.2.12 Kebudayaan 1. Belum adanya wadah yang melakukan pengkajian terhadap penerapan nilai sosial budaya 2. Belum dapatnya masyarakat mengenal secara mudah adat salingka nagari 3. Masih kurangnya peran tokoh adat dalam penerapan nilai adat dan budaya ditengah masyarakat 4. 5. Masih kurangnya pemeliharaan benda cagar budaya Masih perlunya pengembangan benda cagar budaya untuk daya tarik wisata 6. Belum adanya dokumen kebijakan pengembangan nilai dan

pengelolaan kekayaan budaya 7. 8. Masih kurangnya pembinaan terhadap sanggar kesenian anak nagari Belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung dalam

pengelolaan keragaman budaya 9. Masih kurangnya penampilan seni dan budaya anak nagari baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional . 4.1.2.13 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Penyelenggaraan pemerintahan masih memiliki keterbatasan dalam hal memahami peraturan perundang-undangan dalam mengelola administrasi keuangan, pemerintahan, perencanaan serta pelaksanaan kegiatan

4.1.2.14 Ketahanan Pangan 1. Masih rentannya ketersediaan pangan dalam pemenuhan gizi

masyarakat, hal ini disebabkan karena masyarakat sangat tergantung dengan beras.

14RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-14

2.

Produksi pangan masyarakat sering mengalami penurunan nilai karena belum memiliki gudang penyimpanan

3.

Masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung produksi pangan serta belum optimalnya pemanfaatan lahan.

4.

Terjadinya alih fungsi lahan produktif menjadi areal pemukiman baru, dan tidak adanya cetak sawah baru pengganti lahan yang hilang.

5.

Terjadinya iklim yang ekstrim yang menyebabkan terancamnya produksi pangan masyarakat.

4.1.2.15 Pemberdayaan Masyarakat Nagari 1. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan nagari 2. Masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi di nagari 3. Terbatasnya modal untuk peningkatan perekonomian masyarakat nagari 4. Masih kurangya keterlibatan kaum perempuan dalam pengambilan keputusan di nagari. 5. Belum tersedianya profil nagari 6. Belum optimalnya partisipasi masyarakat untuk pembangunan nagari

4.1.3 Fokus Layanan urusan Pilihan 4.1.3.1 Pertanian 1. Belum optimalnya produktifitas pertanian, peternakan dan perikanan. Kondisi ini dipengaruhi oleh masih rendahnya sumber daya pelaku usaha pertanian rakyat, rendahnya skala usaha, masih rendahnya adopsi dan penerapan teknologi pertanian, masih kurang optimalnya peranan lembaga-lembaga pertanian. 2. Masih rendahnya produktifitas petani dan skala usahanya serta terbatasnya sumber modal. 3. Panjangnya rantai pemasaran produk pertanian dari sumber produksi menuju pasar. 4. Masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dibanding dengan biaya produksi. 5. Masih rendahnya inovasi petani dalam penggunaan iptek 6. Berkurangnya luas kepemilikan lahan yang dikelola petani

15RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-15

7. Masih rendahnya kesejahteraan petani, tercermin dari rendahnya peningkatan nilai tukar petani dan masih rendahnya produktifitas petani.

4.1.3.2 Kehutanan Tingginya kerusakan pada kawasan hutan yang meliputi kawasan hutan konversi dan hutan produksi serta hutan kemasyarakatan yang disebabkan adanya perambahan hutan, pembukaan lahan baru dan perlakuan lahan yang tidak sesuai dengan kontur.

4.1.3.3 Pariwisata 1. Masih kurangnya promosi potensi pariwisata 2. Masih kurangnya pelaksanaan event-event pariwisata dalam

meningkatkan arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan 3. Belum terpeliharanya objek-objek wisata secara optimal 4. Belum tersedianya objek wisata yang representatif 5. Belum lengkapnya dokumen pendukung pengembangan kepariwisataan. 6. Masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan kepariwisataan.

4.1.3.4 Kelautan dan Perikanan 1. Masih belum optimalnya pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau serta padang lamun. 2. Belum optimalnya pembinaan nelayan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan terbatasnya alat-alat penangkap ikan. 3. Terbatasnya sumberdaya manusia dalam penggunaan iptek 4. Belum optimalnya fungsi tempat perlindungan harga ikan. 5. Terbatasnya ketersediaan bibit unggul yang sesuai dengan kondisi daerah. 6. Berkurangnya jumlah kolam masyarakat sebagai sarana pembesaran ikan. 7. Belum adanya pabrik pakan ikan di daerah untuk memenuhi kebutuhan petani. pelelangan ikan dalam upaya

16RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-16

8. Pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya dan perikanan tangkap belum maksimal, karena masih sangat banyak potensi budidaya yang belum dimanfaatkan, sarana prasarana tangkap dan pendukungnya perlu ditingkatkan.

4.1.3.5 Perdagangan 1. Masih kurangnya industri rumah tangga yang memiliki standar minimal kualitas produksi. 2. Terbatasnya akses permodalan untuk pengembangan usaha serta lemahnya jejaring usaha. 3. Masih kurangnya sarana dan prasarana pasar. 4. Belum optimalnya pengelolaan dan manajemen pasar

4.2

Isu-isu strategis Analisis isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan

dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan etika. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dimasa datang. Isu strategis juga diartikan sebagai suatu kondisi penting yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknyaakan menghilangkan peluang ap[abila tidak dimanfaatkan, oleh karemna itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis. Dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan diatas, diakumulasikan menjadi tujuh isu strategis yang selanjutnya akan mempengaruhi / mendasari perumusan strategi dan arah kebijakan. 1. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Bidang Pemerintahan Pembagunan Pemerintahan harus berorientasi pada upaya mewujudkan pemerintahan yang baik dan akuntabel dengan menjalin kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat serta menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik antar pemerintah (Provinsi, Kabupaten dan Kota serta

17RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-17

Pusat), perwujudan supremasi hukum dan pelayanan prima kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan reformasi Birokrasi di bidang

pemerintahan diarahkan pada kepemimpinan yang dialogis disetiap tingkatan. Kepemimpinan yang dialogis ini merupakan pengejewantahan dari sifat kepemimpinan demokratis serta merupakan implementasi dari konsep aspiratif yang dianut. Pemerintahan yang bersih, tanpa korupsi dan berkeadilan bermakna bahwa proses penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan baik, transparan bebas KKN, akuntabel menggambarkan kemampuan untuk menjawab harapan masyarakat berupa pemerintahan yang bersih , profesional dan mampu memberikan pelayanan yang bailk. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good overnance), tranparan dan bebas dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 2. Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Pembangunan sumber daya manusia dilakukan melalui optimalisasi pelayanan bidang pendidikan dan Kesehatan. Pendidikan adalah kebutuhan dasar yang harus mendapatkan perhatian pemerintah dan selalu harus teridentifikasi kondisinya untuk melakukan pembangunan yang

berkelanjutan. Pelayanan pendidikan harus dilakukan dengan profesional dan dikelola oleh sumberdaya yang berkompeten. pendidikan merupakan penanaman investasi masa depan bangsa yang tidak dapat dikelola dengan asal-asalan karena sangat mahal nilainya. Sama halnya pendidikan kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia, Pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat merupakan kinerja sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah serta berbagai komponen masyarakat. Kinerja pembangunan kesehatan dicapai melalui pendekatan yaitu; upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, ketersediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan kesehatan. Keenam pendekatan ini saling terkait dengan berbagai sitem lain antara lain dengan sistem pendidikan, sestem ekonomi dan sistem budaya. Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari umur harapan hidup, angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan prevalensi kekurangan gizi pada balita.

18RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-18

3. Penerapan Tata Ruang yang belum optimal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam Tahun 2004-2014 belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi pelaksanaan pembangunan terhadap rencana tata ruang wilayah serta lemahnya pengendalian dan penegakan hukum terhadap pemanfataan tata ruang, untuk itu dalam rencana pembangunan Kabupaten Agam lima tahun kedepan ditetapkan sasaran dan arah kebijakan penataan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2015-2030. Sasaran yang akan dicapai dalam dalam penerapan tata ruang di Kabupaten Agam adalah terlaksananya pemanfaatan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang daerah melalui pengawasan dan pengendalian. Arah kebijakan adalah (1) peningkatan peran aktif masyarakat dalam penataan ruang dan pertanahan, (2)pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai peruntukan dan (3) penertiban penyalahgunaan peruntukan ruang. 4. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Pemberdayaan masyarakat adalah aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan kedepan, fungsi pemberdayaan harus

diterapkan secara bertahap dan untuk mengurangi tumbuhnya sifat konsumtif masyarakat, dan menumbuhkan sifat produktif, inovatif dan kreatif. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang unggul dengan memperhatikan pertanian, pariwisata, industri kecil menengah dan koperasi. Tapi pembangunan ekonomi tidak bisa hanya memperhatikan komponen pertumbuhan ekonomi saja, tatapi juga harus memperhatikan pemerataan pendapatan. Untuk itu, pembangunan ekonomi diarahkan pada peningkatan produktivitas dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Sementara itu, untuk menjamin keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, terus diupayakan

pergeseran struktur ekonomi primer atau pertanian ke sektor sekunder dan tersier atau industri dan jasa guna menanggulangi keterbatasan

ketersediaan lahan dan kejenuhan input. 5. Masih tingginya angka kemiskinan

19RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-19

Dalam pelaksanaan penurunan angka kemiskinan, dibagi kedalam 3 kluster: (1) program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya individu atau keluarga yang mencakup bantuan langsung keluarga sasaran, bantuan pendidikan dan bantuan kesehatan;(2) program kemiskinan yang

sasarannya adalah masyarakat atau program kemiskinan pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan keberdayaan kelompok-kelompok masyarakat agar dapat memaksimalkan fungsinya yang akan berdampak pada menurunkan kemiskinan dan pengangguran (3) penanggulangan kemiskkinan yang sasarannya adalah usaha mikro dan kecil dengan tujuan peningkatan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil. 6. Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup Sumber daya alam dan lingkungan hidup mempunyai dua fungsi penting sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan ekonomi dan sebagai pendukung sistem kehidupan. Untuk itu agar pembangunan dan kehidupan manusia dapat terus berlanjut, maka pengelolaan dan pemanfaatan LH harus dilakukan secara rasional, efisien, bijaksana dan berkelanjutan. Dengan menelaah kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup saat ini apabila tidak diantisipasi dengan kebijakan dan tindakan yang tepat akan dihadapkan pada tiga ancaman yaitu krisis pangan, krisis air dan krisis energi, dan ini perlu diwaspadai agar tidak berdampak buruk pada masyarakat. 7. Kabupaten Agam yang Rawan Bencana Alam

Selanjutnya berdasarkan isu-isu strategis tersebut ditetapkan delapan agenda utama yang merupakan pengelompokan secara garis besar dari prioritas yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi dan misi. Agenda 8 ( delapan ) Utama : 1. Peningkatan Kemampuan Pelayanan Lembaga Pemerintahan Daerah 2. Penguatan Kemampuan Keuangan Daerah dalam Rangka Pembiayaan Pembangunan 3. Peningkatan 4. Penerapan Norma Agama dan Adat 5. Peningkatan Kompetensi dan Peran serta Masyarakat dalam Pembangunan 6. Percepatan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

20RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-20

7. Peningkatan

Pembangunan

Sarana

dan

Prasarana

Wilayah

dan

Pengembangan Kawasan Perkotaan 8. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi, kesempatan kerja, kesejahteraan masyarakat. 9. Perbaikan dan pemeliharaan lingkungan hidup Dari masing-masing agenda utama dirumuskan prioritas sebagai berikut : 1. Peningkatan kemampuan pelayanan lembaga pemerintahan daerah a. Meningkatkan kapasitas aparatur dan budaya kerja untuk peningkatan kinerja aparatur b. c. Pelaksanaan supremasi hukum Sinkronisasi kebijakan bagi perwujudkan pakta integritas dalam urusan pemerintah. d. Perbaikan koordinasi dan sinkronisasi program untuk pemberdayaan masyarakat. 2. Penguatan kemampuan Keuangan daerah dalam rangka pembiayaan pembangunan a. Peningkatan sumber pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah b. Peningkatan pengelolaan potensi PAD

3. Peningkatan penerapan Norma Agama dan Adat a. Meningkatkan peran tokoh agama dan adat serta cerdik pandai dalam pembangunan b. c. Memberdayakan kelembagaan masyarakat adat Peningkatan pendidikan keagamaan dan adat

4. Peningkatan kompetensi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan. a. Pengembangan Model pembangunan partisipatif untuk peningkatan partisipasi b. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat c. Pengembangan kelompok masyarakat peduli untuk mediasi dalam partisipasi publik 5. Percepatan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. a. b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk mencapai target MDGs peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai target MDGs

21RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-21

c.

peningkatan pemberdayaan perempuan, pengarusutamaan gender dan pemuda

6. Peningkatan

pembangunan

sarana

dan

prasarana

wilayah

dan

pengembangan kawasan perkotaan a. Pemantapan pusat-pusat pengembangan kawasan untuk percepatan pembangunan b. Peningkatan akses pemukiman dan Perbaikan akses ke pusat-pusat pelayanan c. Pengembangan model kerjasama pembangunan antar lembaga dan antar daerah d. e. f. Peningkatan infrastruktur ibukota kabupaten dan ibukota Kecamatan Peningkatan penataan ruang daerah Pembenahan sistem transportasi daerah

7. Peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal dan jaringan usaha a. Revitalisasi pasar b. Pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi c. Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dan kelautan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta mendukung ketahanan dan keamanan pangan d. Peningkatan akses permodalan dan penguatan lembaga keuangan e. Pengembangan Pariwisata Daerah f. Pembangunan Iklim Investasi dan Iklim Usaha 8. Perbaikan dan pemeliharaan lingkungan hidup a. Peningkatan perlindungan dan konservasi lingkungan. b. Peningkatan kapasitas dalam mitigasi dan penanggulangan bencana. Kelemahan 1. Kabupaten Agam merupakan kawasan yang rawan bencana alam 2. Kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, terutama antara Agam wilayah barat dengan Agam wilayah timur 3. Ketersediaan infra struktur yang belum memadai Sumber Daya Alam dan

22RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

IV-22