BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA...

41
-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan Permasalahan pembangunan di Kabupaten Tangerang dijabarkan berdasarkan kondisi umum yang telah disampaikan dalam bab II serta perkembangan atau evaluasi atas target-target kinerja RPJMD sebelumnya. Permasalahan yang disampaikan merupakan kondisi yang masih menjadi fokus pelaksanaan pembangunan periode 2019-2023. Agar permasalahan kabupaten tereksplorasi secara komprehensif maka analisis permasalahan pembangunan kabupaten Tangerang di jelaskan dalam 4 kelompok permasalahan yakni permasalahan pengembangan sumber daya manusia, permasalahan ekonomi, permasalahan tata kelola pemerintahan dan permasalahan infrastruktur dan lingkungan hidup. 4.1.1 Permasalahan Pengembangan Sumber Daya Manusia Analisis atas pengembangan SDM meliputi bidang pendidikan, kesehatan, sosial serta pemberdayaan perempuan. Berdasar analisis yang telah dilakukan pada Bab II pada aspek SDM teridentifikasi relatif tertekannya kinerja pembangunan manusia Tangerang jika dibandingkan dengan Banten. Terdapat berbagai persoalan yang menyebabkan kinerja pembangunan manusia Kabupaten Tangerang tertekan, mulai dari jumlah penduduk miskin, kinerja pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Secara makro analisis permasalahan pengembangan sumber daya manusia sebagaimana disajikan dalam tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Analisis Permasalahan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pokok Masalah Masalah Akar Masalah Pengembangan sumber daya manusia yang belum optimal Jumlah penduduk miskin yang cenderung meningkat Penduduk lokal kalah bersaing dengan pendudk pendatang untuk memperebutkan lapangan kerja Karakter investasi yang padat modal Perempuan sebagai bagian dari

Transcript of BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA...

Page 1: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-237-

BAB IV

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

4.1. Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan di Kabupaten Tangerang dijabarkan

berdasarkan kondisi umum yang telah disampaikan dalam bab II serta

perkembangan atau evaluasi atas target-target kinerja RPJMD

sebelumnya. Permasalahan yang disampaikan merupakan kondisi yang

masih menjadi fokus pelaksanaan pembangunan periode 2019-2023.

Agar permasalahan kabupaten tereksplorasi secara komprehensif maka

analisis permasalahan pembangunan kabupaten Tangerang di jelaskan

dalam 4 kelompok permasalahan yakni permasalahan pengembangan

sumber daya manusia, permasalahan ekonomi, permasalahan tata kelola

pemerintahan dan permasalahan infrastruktur dan lingkungan hidup.

4.1.1 Permasalahan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Analisis atas pengembangan SDM meliputi bidang pendidikan,

kesehatan, sosial serta pemberdayaan perempuan. Berdasar analisis

yang telah dilakukan pada Bab II pada aspek SDM teridentifikasi relatif

tertekannya kinerja pembangunan manusia Tangerang jika

dibandingkan dengan Banten. Terdapat berbagai persoalan yang

menyebabkan kinerja pembangunan manusia Kabupaten Tangerang

tertekan, mulai dari jumlah penduduk miskin, kinerja pendidikan,

kesehatan dan sebagainya. Secara makro analisis permasalahan

pengembangan sumber daya manusia sebagaimana disajikan dalam tabel

4.1 berikut.

Tabel 4.1 Analisis Permasalahan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pokok Masalah Masalah Akar Masalah

Pengembangan

sumber daya

manusia yang

belum optimal

Jumlah penduduk

miskin yang

cenderung

meningkat

Penduduk lokal kalah bersaing

dengan pendudk pendatang untuk

memperebutkan lapangan kerja

Karakter investasi yang padat

modal

Perempuan sebagai bagian dari

Page 2: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-238-

Pokok permasalahan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia di

Kabupaten Tangerang adalah belum optimalnya tingkat keberhasilan

pembangunan manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), walaupun angka menunjukkan peningkatan setiap

tahunnya akan tetapi IPM Kabupaten Tangerang berada pada angka 70,97

masih dibawah IPM Provinsi Banten yang menunjukkan angka 71,42 pada

tahun 2017. Pertumbuhan capaian angka IPM yang relatif lambat

dibandingkan Banten itu bersumber dari kontribusi daya beli yang

peningkatannya sangat kecil. Pertumbuhan daya beli yang rendah itu

terkait dengan perkembangan sektor yang terjadi. Sektor penyerap tenaga

terbanyak memiliki nilai produktivitas yang relatif rendah, dengan

demikian penduduk yang bekerja pada sektor bersangkutan (pertanian

dan akomodasi, konsumsi) juga memiliki pendapatan per kapita yang

relatif rendah. Inilah alasan mengapa pertumbuhan daya beli yang dicapai

Tangerang juga rendah. Rendahnya daya beli ini teridentifikasi dengan

jelas pada masih stagnannya penduduk miskin.

Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu wilayah mencerminkan

tingkat pendapatan penduduk, semakin banyak jumlah penduduk miskin

mengindikasikan rendahnya tingkat pendapatan penduduk di wilayah

tersebut. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tangerang pada tahun

2017 berjumlah 191.620 jiwa atau mencakup 5,39 persen dari total

kelompok miskin yang rentan

masih kurang berdaya

Migrasi yang cukup tinggi dengan

bekal sumber daya terbatas

menjadikan mereka masyarakat

pinggiran

Peningkatan

kinerja

pendidikan relatif

rendah

Akses dan kualitas sarana

pendidikan belum optimal

Tidak meratanya ketersediaan

guru

Peningkatan

kinerja kesehatan

yang relatif

rendah

Akses dan kualias sarana

kesehatan belum optimal

Masih tingginya tingkat

penyebaran penyakit menular

Page 3: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-239-

penduduk. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi

Banten maka tingkat kemiskinan Kabupaten Tangerang merupakan

tertinggi keempat. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa tingkat

pendapatan penduduk di Kabupaten Tangerang relatif kurang baik.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan

persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan

adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus

mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan mengenai

kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman

kemiskinan (P1) dan tingkat keparahan kemiskinan (P2).

Indeks kedalaman kemiskinan (P1) Kabupaten Tangerang pada

tahun 2017 sebesar 0,68 dan merupakan yang terbesar keenam

dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Banten meski pada tahun

sebelumnya sempat berada di peringkat ketiga. Hal ini menunjukkan

bahwa di Kabupaten Tangerang tingkat kesenjangan rata-rata

pengeluaran penduduk miskin terhadap batas kemiskinan semakin

menunjukkan ke arah perbaikan, karena angkanya semakin mengecil.

Tingkat kesenjangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin Kabupaten

Tangerang terbaik ketiga setelah Kota Tangerang Selatan dan Kota

Cilegon. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terlihat ketimpangan

sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin di Kabupaten Tangerang

sudah menunjukkan ke arah yang lebih baik karena besarannya semakin

mengecil.

Demikian juga bila dilihat dari tingkat keparahan kemiskinan,

dimana Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Tangerang

merupakan yang terkecil kedua bila dibanding kabupaten/kota lain di

Provinsi Banten, yaitu sebesar 0,13. Peringkat terkecil yang pertama

adalah Kota Tangerang Selatan dengan besaran 0,07.

Penyebab dari penduduk miskin itu tentu sangat banyak, dari

analisis yang dilakukan setidaknya teridentifikasi faktor kunci penyebab

kemiskinan itu adalah tingkat pengangguran, pemberdayaan perempuan

dan migrasi. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tangerang selalu

dalam keadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Banten maupun

angka Nasional. Pada tahun 2017 TPT Kabupaten Tangerang berada

pada 10,57% sedangkan Banten sebesar 9,28% dan Nasional 5,5%. Salah

satu hal yang dapat menjelaskan kondisi ini adalah sifat dan karakter

investasi yang terjadi. Karakter investasi yang padat modal mampu

Page 4: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-240-

menciptakan nilai tambah dengan cepat sehingga menciptakan

pertumbuhan yang tinggi, namun demikian sifat investasi yang demikian

memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja yang memiliki

keterampilan dan keahlian khusus. Sedangkan jika dilihat menurut jenis

kelamin, TPT laki-laki sedikit lebih rendah dibandingkan perempuan,

dimana TPT laki-laki sebesar 10,52 persen sedangkan TPT perempuan

sebesar 10,66 persen. Kondisi ini salah satunya diakibatkan oleh relatif

masih rendahnya tingkat pendidikan perempuan dibanding laki-laki,

sehingga kalah bersaing dalam mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

Sektor industri yang merupakan sektor yang memberikan kontribusi

terbesar PDRB memberikan daya tarik luar biasa bagi penduduk diluar

Kabupaten Tangerang untuk migrasi. Hal ini terlihat dari komposisi

penduduk usia produktif yang terbesar, hal ini dapat menjadi potensi

pembangunan, akan tetapi bila kapasitas usia produktif tidak dapat

memenuhi kebutuhan pasar maka akan menjadi beban pembangunan.

Jika ditelusuri lebih dalam maka terlihat bahwa penganggur didiminasi

oleh penduduk lokal, artinya penduduk lokal memiliki daya saing yang

relatif lemah dibandingkan penduduk migran dalam hal memperebutkan

lapangan kerja.

Perempuan adalah kelompok yang paling rentan ketika kita

membahas tentang kemiskinan. Fakta bahwa banyak keluarga miskin

yang berkelapa keluarga perempuan adalah bukti dari kerentanan itu.

pada aspek ini yang dibutuhkan tentu adalah pemberdayaan terhadap

para perempuan, utamanya perempuan miskin.

Rata rata lama sekolah sebagai indikator akhir dari kinerja

pendidikan menunjukkan kinerja yang belum optimal. Capaian kinerja

pendidikan Tangerang lebih rendah diabndingkan Propinsi Banten, yaitu

8,24 tahun dibawah angka RLS Provinsi sebesar 8,53 tahun. Rendahnya

capaian kinerja pendidikan diduga terkait dengan relatif tingginya

penduduk usia kerja yang telah memiliki pendidikan yang relatif rendah.

Sementara itu kinerja pendidikan penduduk muda belum mampu

mengimbangi kondisi pendidikan yang telah berada pada level rendah

itu. Pada aspek teknis pendidikan terdapat dua penyebab yang

teridentifikasi yakni tidak meratanya sarana dan prasarana juga tenag

pendidik. Akibat dari keterbatasan kedua spek ini maka Angka Harapan

Lama Sekolah juga menjadi relatif rendah.

Page 5: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-241-

Pada bidang kesehatan, kinerja yang diukur dari angka harapan

hidup peningkatannya juga rendah dalam lima tahun kebelakang.

Rendahnya capaian kinerja angka harapan hidup terkait dengan kinerja

kesehatan secara keseluruhan. Penyebaran penyakit menular di

Kabupaten Tangerang juga perlu mendapat perhatian seperti karena

distribusinya hampir merata di Kabupaten Tangerang. Puskesmas

sebagai fasilitas kesehatan tingkat I masih harus terus dilengkapi sarana

dan prasarananya karena belum semua Puskesmas memiliki fasilitas

Rawat Inap, sehingga masih harus dirujuk ke Rumah Sakit.

4.1.2 Permasalahan Pembangunan Ekonomi

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam Bab II,

permasalahan makro pembangunan ekonomi Kabupaten Tangerang

adalah bahwa perekonomian cenderung mengalami tekanan dan

menghasilkan ketimpangan. Analisis Perekonomian Tangerang meliputi

bidang perdagangan, perindustrian, UMKM dan Koperasi, pariwisata

dan penanaman modal. Terdapat berbagai persoalan yang menyebabkan

kinerja Perekonomian cenderung mengalami tekanan dan menghasilkan

ketimpangan. Analisis makro permasalahan pembangunan ekonomi

sebagaimana disajikan dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Analisis Permasalahan Pengembangan Pembangunan Ekonomi

Pokok Masalah Masalah Akar Masalah

Perekonomian

cenderung

mengalami

tekanan dan

menghasilkan

ketimpangan

Kinerja sektor

perdagangan

mengalami

penurunan

Daya saing produk dipasar dunia

rendah

Kinerja sektor industri terus

mengalami penurunan, akibat dari:

Kebijakan relokasi industri ke

wilayah lain

Ekonomi lokal belum

berkembang

Kelembagaan ekonomi lokal

yang lemah

Sektor

jasa/property

Posisi Tangerang yang menjadi

penyangga ibukota menjadi

Page 6: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-242-

melibatkan sedikit

tenaga kerja

meningkat dengan

cepat

limpahan kebutuhan ibu kota

Kinerja Sektor

pertanian

fluktuatif

Pertanian minim inovasi

Terjadinya alih fungsi lahan

Kineja sektor

pariwisata

stagnan

Minimnya inovasi pengembangan

pariwisata

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama 5 tahun kebelakang,

pembangunan ekonomi Kabupaten Tangerang cenderung mengalami

tekanan yang berdampak pada ketidak merataan, baik pendapatan,

maupun antar wilayah. Tekanan itu bersumber dari perkembangan sektor

sektor ekonomi yang terus mengalami pergeseran sejalan dengan

perkembangan ekonomi dalam lingkungan Nasional maupun global.

Sektor perdagangan dan industri pengolahan yang menjadi motor dari

perkembangan ekonomi dan menjadi sumber lapangan kerja penduduk

Tangerang perannya semakin turun, demikian juga dengan

pertumbuhannya.

Selama periode 2013-2017, struktur ekonomi masyarakat

Kabupaten Tangerang di dominasi dari kelompok lapangan usaha

sekunder yang terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan

masing-masing kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB

Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2017, kelompok lapangan usaha

sekunder memberikan sumbangan sebesar 54,54 persen yang mengalami

penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 57,14 persen.

Kelompok lapangan usaha primer dan tersier memberikan sumbangan

masing-masing sebesar 6,86 persen dan 38,61 persen. Kelompok lapangan

usaha primer dan tersier ini mengalami kenaikan dibandingkan pada

tahun 2013 yang masing-masing sebesar 6,71 persen dan 36,16 persen.

Perekonomian Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 mengalami

percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya.

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2017 mencapai

5,84 persen, sedangkan tahun 2015 dan 2016 sebesar 5,60 persen dan

5,36 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha

Page 7: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-243-

Real Estate sebesar 10,03 persen. Seluruh lapangan usaha ekonomi yang

lain pada tahun 2017 mencatat pertumbuhan yang positif, kecuali

lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas.

Kabupaten Tangerang memiliki daya tarik investasi yang cukup

tinggi, hal ini dapat dilihat dari sisi nilai penanaman modal yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun dan jumlah investor baik PMDN dan PMA

yang terus mengalami peningkatan. Investasi di Kabupaten Tangerang

didominasi oleh sektor industri yang padat modal, akan tetapi dari tahun

ke tahun nilai tambah sektor industri menunjukkan penurunan. Hal ini

memperlihatkan pasar belum mendukung penuh pertumbuhan sektor

industri di Kabupaten Tangerang. Selain daripada itu pendapatan per

kapita penduduk yang bekerja di industri pengolahan dan jasa mampu

menghasilkan pendapatan per kapita lebih dari Rp 70 juta rupiah per

tahun, sementara mereka yang bekerja di sektor akomodasi dan konsumsi

sekitar Rp 4 juta per tahun, atau hampir 20 kali lebih rendah dari yang

dicapai penduduk sektor industri. Hal ini menyebabkan ketimpangan

pendapatan di Tangerang lebih tinggi dibandingkan Banten dan angka

nasional.

Tingkat ketimpangan pengeluaran/pendapatan pendudukan yang

diukur dengan Indeks Gini Ratio menunjukkan bahwa tingkat

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tangerang masih terdapat

ketimpangan tahun 2016 menunjukkan angka 0,32 dan tahun 2017

sebesar 0,33. Ketimpangan yang tinggi bersumber dari dua aspek,

pertama tidak berkembangnya sektor pertanian. Dilihat dari jumlah

penduduk yang bekerja di sektor pertanian memang tidak banyak namun

nilai tambah sektor ini relatif kecil. Nilai tambah yang kecil bersumber dari

tidak berkembangnya sektor yang bersangkutan. Sebagai daerah yang

berkembang ke arah industri, permintaan lahan untuk industri cukup

tinggi, akibatnya lahan lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan

industri, sedangkan lahan pertanian bergeser ke tanah yang lebih

marginal. Sementara itu posisi Kabupaten Tangerang yang sebagai

penyangga ibukota menyebabkan Kabupaten Tangerang harus

menyiapkan kebutuhan diantaranya akomodasi dan perumahan.

Penyebab lain dari ketimpangan adalah produktivitas tenaga kerja

yang rendah dari sektor rumah makan, hotel dan restoran. Sektor ini

adalah sektor yang memiliki pendapatan per kapita paling rendah. Sektor

ini adalah sektor yang sangat padat tenaga kerja. Sektor ini melayani

Page 8: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-244-

hotel, rumah makan dan restoran dari segala segmen. Sebagai daerah

industri yang berkembang maka, dapat diduga segmen rendah

(penginapan dan rumah makan kecil) adalah yang terbanyak dari sektor

ini. Kebutuhan pekerja pabrik atas akomodasi dan konsumsi

mendominasi sektor ini. Maka tidak mengherankan jika produktivitas

sektor ini jauh lebih rendah dari rata-rata kabupaten.

Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki

potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan

koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan pengembangan usaha

mikro, kecil, dan menengah terbukti lebih mampu bertahan dalam

menghadapi krisis ekonomi. Permasalahan yang kemudian muncul dalam

sektor usaha kecil menengah dan koperasi adalah inovasi dan adopsi

teknologi, pengembangan disain produk, yang berdampak pada

diversifikasi produk masih rendah, keterbatasan jaringan pasar industri

kecil dan kemitraan, serta akses modal.

4.1.3 Permasalahan Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam Bab II,

permasalahan pembangunan bidang infrastruktur dan lingkungan

hidup yang meliputi bidang pekerjaan umum dan penataan ruang,

perumahan dan permukiman, lingkungan hidup, perhubungan, adalah

tidak meratanya pembangunan diwilayah Kabupaten Tangerang.

Adapun analisis permasalahan pembangunan ekonomi

sebagaimana disajikan dalam tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Analisis Permasalahan Infrastruktur dan Lingkungan Hidup

Pokok Masalah Masalah Akar Masalah

Ketimpangan

Wilayah

Belum terwujudya

sistem jaringan jalan

yang andal

Pertumbuhan pemukiman

jauh lebih cepat dari

kemampuan daerah untuk

menyediakan akses jalan

Ketimpangan

aksesibilitas dan

transportasi wilayah

Pertumbuhan kendaraan

pribadi yang sangat cepat

Ketersedaan transportasi

publik sangat kurang

Kondisi lingkungan

hidup cenderung

Perkembangan transportasi

dan industri yang

Page 9: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-245-

Pokok Masalah Masalah Akar Masalah

memburuk menciptakan pencemaran

Kemampuan pengelolaan

sampah yang masih terbatas

Masih adanya pelanggaran

pemanfaatan ruang

Belum optimalnya

penanganan perumahan

dan permukiman

Adanya pemukiman baru

yang dibuat oleh migran pada

area yang bukan bukan

pemukiman.

Sarana dan prasarana

lingkungan mengalami

percepatan kerusakan akibat

kelebihan beban dan bencana

banjir

Perilaku masyarakat dalam

pengelolaan lingkungan

mandiri belum merata di

semau kawasan

Pokok permasalahan bidang infrastruktur dan lingkungan hidup

adalah terdapat ketimpangan wilayah yang diukur dengan Indeks

Wiliamson yang disebabkan oleh kondisi jalan dan jembatan yang belum

mantap. Wilayah Kabupaten Tangerang yang cukup luas dengan jaringan

jalan yang cukup panjang perlu ditangani dengan maksimal terutama

dipusat perekonomian yang volume lalu lintasnya cukup padat dan

menimbulkan kemacetan dibeberapa titik baik dijalan Nasional, Provinsi

dan Kabupaten.

Adapun untuk permasalahan lingkungan hidup penanganan

masalah sampah selain menangani system pengolahan sampah di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tapi juga harus mengurangi volume

sampah yang dibuang ke TPA melalui metoda 3R. Penanganan limbah

rumah tangga juga harus mendapat perhatian mengingat jumlah

penduduk Kabupaten Tangerang yang cukup.tinggi. Selain itu dampak

lingkugan hidup terhadap pertumbuhan sektor industri harus terus

dipantau dan dikendalikan.

Page 10: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-246-

Dalam upaya menurunkan jumlah penduduk miskin Kabupaten

Tangerang yang cukup tinggi, penanganan rumah tidak layak huni

tidakhanya semata-mata memperbaiki rumahnya saja akan tetapi juga

menata kawasan permukiman yang sehat dan pemenuhan sarana

sanitasinya.

Sebagian wilayah Kabupaten Tangerang yang berada di pesisir

pantai dan daerah sekitar aliran sungai memiliki potensi bencana banjir,

selain itu daerah padat penduduk dan kawasan industry juga berpotensi

terhadap bencana kebakaran, sehingga perlu tindakan pencegahan dan

penanganan yang serius.

4.1.4 Permasalahan Bidang Tata Kelola Pemerintahan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam Bab II,

permasalahan pokok pembangunan bidang tata kelola pemerintahan

adalah kinerja pemerintahan daerah belum optimal. Walaupun nilai

capaian indeks reformasi birokrasi Kabupaten Tangerang telah berada

pada point 81,95 tahun 2017, namun beberapa variabel komponennya

masih perlu ditingkatkan diantaranya penguatan pengawasan

(53,38%), hasil kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi (71,05%)

dan hasil kualitas pelayanan publik (75). Kondisi ini menunjukkan

bahwa kinerja pemerintahan daerah secara keseluruhan belum

optimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai permasalahan yang dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Analisis Permasalahan Tata Kelola Pemerintahan

Pokok

Masalah

Masalah Akar Masalah

Kinerja

pemerintahan

daerah belum

optimal

Kinerja akuntabilitas

pemerintahan

daeerah belum

optimal

Kinerja Pengawasan belum

maksimal

Manajemen SDM belum

optimal

Kinerja Pengelolaan

Keuangan dan Asset Daerah

belum optimal

Kualitas Pelayanan

Publik belum optimal

E Government belum

terintegrasi

Page 11: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-247-

Pokok

Masalah

Masalah Akar Masalah

Adanya potensi

gangguan keamanan

dan ketertiban

Adanya pelanggaran Perda

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa ada 3 permasalahan

mendasar yang menyebabkan kinerja pemerintah daerah Kabupaten

Tangerang belum optimal yaitu kinerja akuntabilitas pemerintah daerah

yang belum optimal, rendahnya kualitas pelayanan publik dan adanya

potensi gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah Kabupaten

Tangerang. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya capaian

kinerja akuntabilitas pemerintah daerah dalam IRB masih perlu

ditingkatkan. Hal ini konsisten dengan nilai LAKIP Kabupaten

Tangerang tahun 2017 yang masih pada posisi B (61,87), jika

dibandingkan dengan tahun 2016 mengalami penurunan untuk

penilaiannya namun peringkatnya masih tetap pada posisi B.

Komponen penilaian ini meliputi perencanaan, pengukuran, kinerja,

evaluasi dan capaian kinerja. Berdasarkan data perolehan nilai LAKIP

pada bab II, terlihat bahwa unsur evaluasi kinerja memiliki capaian

nilai yang terendah dibandingkan dengan 3 komponen lainnya yaitu

sebesar 42,42%

Penilaian terhadap evaluasi kinerja dikategorikan masih kurang

(42,42%) karena Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang belum

secara optimal dalam melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan

Rencana Aksi terhadap unit kerja. Perencanaan kinerja dikategorikan

cukup memadai karena dokumen perencanaan kinerja yang belum

selaras, sehingga target kinerja yang diperjanjikan tidak digunakan

untuk mengukur keberhasilan. Begitu pula dalam penyusunan

perencanaan masih terdapat beberapa kelemahan antara lain:

a. Ketepatan berbagai rumusan unsur-unsur kunci dalam

perencanaan seperti tujuan dan sasaran, indikator kinerja utama

yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan pencapaian

target

b. Ketepatan menentukan target-target jangka pendek dan jangka

panjang

Page 12: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-248-

c. Ketepatan dan keselarasan penjabaran tujuan dan sasaran oleh

setiap satuan kerja ke dalam perjanjian kinerja disertai dengan

target-targetnya serta sistem pengukurannya

Pelaporan kinerja dikategorikan baik, namun dalam

implementasinya, hasil pelaporan kinerja ini belum digunakan sebagai

bahan perbaikan perencanaan berikutnya. Sedangkan untuk pencapaian

sasaran/kinerja organisasi sudah dikategorikan sangat baik.

Sementara itu kinerja pengawasan yang belum maksimal juga

menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja akuntabilitas

pemerintah daerah di Kabupaten Tangerang. Nilai maturitas SPIP pada

tahun 2017 masih pada level rintisan dengan nilai 1,3148. Ini berarti

pemerintah daerah Kabupaten Tangerang telah melaksanakan

pengendalian intern, namun pendekatan resiko dan pengendalian masih

bersifat ad hoc, belum terorganisasi dengan baik serta tidak ada

komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak teridentifikasi.

Disisi lain kapabiltas APIP di Kabupaten Tangerang tahun 2017 masih

berada pada level 2, artinya APIP mampu menjamin proses tata kelola

sesuai dengan peraturan dan mampu mendeteksi level korupsi.

Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja pemerintah daerah

adalah sumber daya manusia. SDM merupakan salah satu motor

penggerak dalam pembangunan bidang tata kelola pemerintah daerah di

Kabupaten Tangerang. Apabila dilihat komposisi kualifikasi pendidikan

ASN di Kabupaten Tangerang yang didominasi oleh aparatur

berpendidikan sarjana sebesar 47%, maka dapat dikatakan sudah cukup

memadai. Secara kualitas dan kuantitas masih dapat memenuhi

tuntutan beban pekerjaan di Kabupaten Tangerang. Namun

permasalahannya adalah penempatan ASN belum sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki, sehingga banyak pekerjaan yang tidak dapat

diselesaikan dengan baik. Hasil analisis jabatan, analisis beban kerja,

standar kompetensi jabatan dan evaluasi jabatan belum digunakan

sebagai dasar dalam penataan SDM di lingkungan Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang. Begitu pula komposisi Jabatan Fungsional

Tertentu (JFT) di Kabupaten Tangerang masih didominasi oleh tenaga

pendidik 55,4% dan tenaga kesehatan 11,67%, sedangkan JFT lainnya

masih sangat rendah. Disisi lain kebutuhan untuk jenis JFT lainnya

sangat diperlukan. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen SDM di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang belum optimal,

Page 13: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-249-

yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja akuntabiitas pemerintah

daerah di Kabupaten Tangerang.

Penyebab lain yang mempengaruhi kinerja akuntabilitas

pemerintahan daerah adalah kinerja pengelolaan keuangan dan aset

daerah yang belum optimal. Walaupun laporan lima tahun terakhir ini

BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap

laporan keuangan pemerintah daerah, namun pada tahun 2017 masih

ada 4 catatan yang diberikan oleh BPK yaitu penatausahaan dan

pelaporan penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah yang bersumber dari

pengembalian belanja sesuai SAP, pengendalian atas pengelolaan aset

milik Pemerintah Kabupaten Tangerang, joint opname atas seluruh aset

yang akan diserahterimakan kepada Pemerintah Kota Tangerang, serta

pembinaan dan pengawasan pengelolaan Keuangan Desa. Masih adanya

beberapa catatan dari BPK terkait pengelolaan aset daerah

mengindikasikan bahwa kinerja pengelolaan aset di Kabupaten

Tangerang belum optimal khususnya dalam iventarisasi dan sertifikasi

aset. Banyak kendala dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah

daerah Kabupaten Tangerang dalam mengelola aset di Kabupaten

Tangerang.

Sementara itu, kualitas pelayanan publik yang belum optimal juga

sangat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah. Selama empat tahun

terakhir rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan

publik di Kabupaten Tangerang berada diangka 74,22. Hal ini

memperlihatkan pelayanan publik masih harus lebih ditingkatkan.

Selaras dengan kondisi tersebut, hasil laporan evaluasi Ombudsman

terhadap kepatuhan penyelenggaraan pelayanan tahun 2017 juga

menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang masih masuk zona kuning

atau sedang dengan nilai kepatuhan 59,83. Artinya masih ada beberapa

komponen standar pelayanan publik sebagaimana diamanahkan dalam

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang

belum dipenuhi oleh Kabupaten Tangerang. Komponen standar

pelayanan publik yang belum terpenuhi oleh Kabupaten Tangerang

diantaranya terkait hak kelompok disabilitas mendapatkan akses dan

fasilitas yang mudah dan layak khususnya ketersediaan pelayanan

khusus bagi pengguna kebutuhan khusus (disabilitas). Disamping itu

juga jangka waktu penyelesaian yang cepat dengan biaya yang murah

juga belum dapat terealisasikan dengan baik. Kondisi ini semakin

Page 14: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-250-

diperburuk dengan adanya laporan pengaduan terkait pelayanan publik

di Kabupaten Tangerang kepada Ombudsman perwakilan Banten

sebanyak 21 laporan. Laporan paling banyak terkait pelayanan

administrasi kependudukan, infrastruktur, pendidikan dan pertanahan. 1

Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan publik di Kabupaten

Tangerang masih belum optimal.

Salah satu penyebab belum optimalnya kualitas pelayanan publik

di Kabupaten Tangerang adalah belum terintegrasinya pelaksanaan e-

government dalam pelayanan publik. Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam bab II, aplikasi sistem informasi daerah yang dikelola perangkat

daerah di lingkungan Kabupaten Tangerang sebanyak 35 aplikasi,

namun pelaksanaannya masih secara parsial dan belum terintegrasi. Hal

ini disebabkan keterbatasan sumber daya di bidang layanan teknologi

informasi dan infrastruktur. Sementara proses perizinan online juga

belum sepenuhnya dijalankan secara on line, hingga saat ini baru 17

jenis perijinan yang dapat dilakukan secara on line dari jumlah seluruh

perijinan yang diselenggarakan sebanyak 62 perijinan. Kondisi ini

mengakibatkan pelayanan publik tidak berjalan dengan optimal sehingga

kinerja pemerintah daerah menjadi terhambat.

Disisi lain, kondisi masyarakat yang aman dan tenteram juga

sangat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah. Adanya potensi

gangguan keamanaan dan ketertiban dapat menyebabkan terhambatnya

proses pelaksanaan pemerintahan daerah. Berdasarkan data di bab II,

terlihat bahwa tahun 2017 masih terdapat kasus tindak pidana sejumlah

1.082 kasus. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2016 yang berada

pada angka 759. Disamping itu resiko penduduk terjadi tindak pidana

per 100.000 penduduk menurut wilayah kepolisian resort di Provinsi

Banten tahun 2016 mencapai 22,52. Sedangkan jumlah pelanggaran

peraturan daerah tahun 2015 mencapai 135 kasus. Hal ini

mengindikasikan bahwa masih terdapat potensi gangguan keamanan dan

ketertiban di Kabupaten Tangerang. Apabila tidak diantisipasi, akan

mengganggu jalannya pelaksanaan pemerintahan daerah di Kabupaten

Tangerang.

1 https://www.kabar-banten.com/2017-aduan-masyarakat-ke-ombudsman-meningkat/, diakses tanggal 12

desember 2018 jam 14.17

Page 15: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-251-

4.2 PERMASALAHAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

DAERAH

Permasalahan pada bagian ini merupakan permasalahan

pembangunan yang dibuat tiap urusan pemerintah untuk bekerjanya

fungsi-fungsi yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan

dan/atau susunan pemerintah untuk mengatur dan mengurus fungsi-

fungsi yang menjadi kewenangannya dalam melindungi, melayani,

memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat.

4.3. ISU STRATEGIS

Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya

yang signifikan bagi entitas (daerah/ masyarakat) dimasa datang. Suatu

kondisi/ kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang

apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar

atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan

peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka

panjang.

Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang

bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat

kelembangaan/ keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang

akan datang. Isu-isu strategis di Kabupaten Tangerang dirumuskan

berdasarkan permasalahan pembangunan daerah, tantangan dan

potensi pembangunan daerah ke depan, yang meliputi aspek fisik dan

lingkungan, sosial budaya, ekonomi keuangan, dan aspek

pemerintahan.

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat

menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah

untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.

Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan

akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan

secara moral dan etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan.

Page 16: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-252-

4.2.1. Isu Strategis Internasional

4.2.1.1 AFTA (ASEAN Free Trade Area)

Isu strategis internasional yang sangat berpengaruh terhadap

Kabupaten Tangerang adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area), isu

strategis ini berkaitan langsung dengan isu perdagangan bebas di

kawasan ASEAN yang dilaksanakan tahun 2015 menjadi tantangan

besar bagi daerah. Dengan terbukanya pasar bebas di kawasan ASEAN,

maka aliran perdagangan barang dan jasa, investasi, dan perpindahan

tenaga kerja antar negara ASEAN tak ada lagi hambatannya. Dengan

adanya AFTA ini antara lain peningkatan perdagangan international,

tebukanya peluang kerja lebih banyak, meningkatkan kompetisi antar

pengusaha, terbukanya peluang pengusaha local untuk go international

meningkatkan nilai ekspor, dapat meningkatkan devisa dari sektor

pariwisata, tidak adanya bea cukai sehingga banyaknya produk dari

Negara-negara tetangga masuk dan itu merupakan keuntungan bagi

konsumen, serta kompetisi antar pengusaha, tentu ini akan

menghadirkan peluang sekaligus tantangan tersendiri bagi

pembangunan ekonomi bagi Kabupaten Tangerang.

4.2.1.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah masyarakat yang

masuk dalam kawasan bebas AFTA, atau negara-negara yang masuk

dalam AFTA. Jadi kawasan ekonomi suatu negara yang termasuk dalam

MEA ini akan menjadi lebih luas, adanya perekonomian yang menglobal

diantara para negara-negara ASEAN. Dengan adanya MEA maka

menjadi kesempatan yang baik bagi Kabupaten Tangerang untuk

mengembangkan kualitas dan kuantitas produk daerah serta kualitas

sumber daya manusia.

4.2.1.3 Sustainable Development Goals (SDG’s)

Terkait dengan isu-isu strategis, bahasan isu strategis dimulai

dari isu strategis global, isu strategis nasional, isu strategis Provinis

Banten, dan isu strategis Kabupaten Tangerang. Isu strategis global

khususnya terkait dengan Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs

memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian,

dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030

berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan dan mengatasi

Page 17: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-253-

perubahan iklim. Untuk mencapai tiga tujuan mulia tersebut,

disusunlah 17 Tujuan Global berikut ini. SDGs memiliki lima pondasi

yaitu manusia, planet, kesejahteraan, perdamaian, dan kemitraan yang

ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030 berupa mengakhiri

kemiskinan,

mencapai kesetaraan dan mengatasi perubahan iklim. Untuk mencapai

tiga tujuan mulia tersebut, disusunlah 17 Tujuan Global berikut ini:

1. Tanpa Kemiskinan

Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru

dunia.

2. Tanpa Kelaparan

Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan

nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.

3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan

Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan

hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.

4. Pendidikan Berkualitas

Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan

meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin

pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong

kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

5. Kesetaraan Gender

Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan

perempuan.

6. Air Bersih dan Sanitasi

Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan

untuk semua orang.

7. Energi Bersih dan Terjangkau

Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau,

terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.

8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak

Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan

inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan

yang layak untuk semua orang.

Page 18: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-254-

9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur

Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan

industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.

10. Mengurangi Kesenjangan

Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun

di antara negara-negara di dunia.

11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas

Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas,

aman, berketahanan dan bekelanjutan.

12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab

Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.

13. Aksi Terhadap Iklim

Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.

14. Kehidupan Bawah Laut

Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan

sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang

berkelanjutan.

15. Kehidupan di Darat

Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan

pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,

mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi

penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah,

serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.

16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian

Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk

pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan

bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk

seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif,

akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.

17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan

Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan

global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Page 19: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-255-

Gambar 4.1 Tujuan Sustainable Development Goals

Sumber : UNDP, 2015

4.2.2. Isu Strategis Nasional

4.2.2.1 RPJMN

Secara sektoral, pemerintah pusat memiliki program-program

unggulan yang secara positif atau negatif dapat berpengaruh kepada

daerah, termasuk di Kabupaten Tangerang. Visi dan misi pembangunan

daerah juga harus sinkron dengan visi dan misi pembangunan nasional.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah

ditetapkan Visi Pembangunan Nasional.

Visi Pembangunan Nasional adalah:

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan

Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”

Selanjutnya untuk mewujudkan visi tersebut, dijabarkan dalam 7

(tujuh) misi yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan

sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia

sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri

sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,

dan sejahtera.

Page 20: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-256-

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,

kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Beberapa program kegiatan yang merupakan program strategis

nasional akan dibangun diwilayah Kabupaten Tangerang. Program strategis

nasional ini diperkirakan akan sangat mempengaruhi pembangunan

wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun perekonomian wilayah.

Beberpa program strategis nasional tersebut antara lain adalah:

1. Jalan Tol Serpong-Balaraja (30 Km)

Jalan tol Serpong-Balaraja diharapkan dapat menghidupkan sejumlah

kawasan di Kabupaten Tangerang melalui peningkatan kemudahan

akses untuk kawasan Cisauk, Pagedangan, Legok, Curug, dan

Panongan.

2. Energi asal sampah kota-kota besar (Jakarta, Tangerang, Bandung,

Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar)

Berlokasi di Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta,

Surabaya, Denpasar, dan Makassar. Pemerintah memutuskan akan

mengawali dengan percepatan pembangunan pembangkit listrik

berbasis sampah. Ketujuh kota yang akan dijadikan pilot project itu

adalah: Jakarta, Bandung, kemudian Tangerang, Semarang, Surabaya,

Solo dan Makassar.

3. Percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk 10

kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba,

Pulau Seribu, Tanjung Lesung dan 7 kawasan lainnya.

Lokasi Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DKI Jakarta, Provisi Banten,

Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Nusa

Tenggara Barat, Provinsi Maluku Utara, Provinsi DI Yogyakarta, Provisi

Sulawesi Tenggara dan Provinsi Bangka Belitung, Percepatan

infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk mendukung 10

Kawasan Pariwisata Prioritas. Yaitu :

Tanjung Kelayang

Tanjung Lesung

Danau Toba

Kep. Seribu dan Kota Tua Jakarta

Mandalika

Morotai

Page 21: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-257-

Labuan Bajo

Wakatobi

Borobudur

Bromo Tengger Semeru

4. Pembangunan Terminal 3 dan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta

4.2.2.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka

pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018

tentang Standar Pelayanan Minimal menggantikan Peraturan

Pemerintah sebelumnya Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Dalam Peraturan ini disebutkan bahwa Standar Pelayanan

Minimal atau disingkat dengan SPM merupakan ketentuan mengenai

Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan

Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara

secara minimal. Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik

untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

Pelayanan dasar dalam Standar Pelayanan Minimal merupakan

urusan pemerintahan wajib yang diselenggarakan Pemerintah daerah

baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Daerah. Urusan

Pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yang

selanjutnya menjadi jenis SPM terdiri atas :

1. Pendidikan

2. Kesehatan

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan permukima

5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarkat, dan

6. Sosial

Layanan dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota

a) SPM Pendidikan

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan dasar

Pendidikan kesetaraan

Page 22: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-258-

b) SPM Kesehatan

pelayanan kesehatan ibu hamil

pelayanan kesehatan ibu bersalin

pelayanan kesehatan bayi baru lahir

pelayanan kesehatan bayi baru lahir

pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

c) SPM Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

pemenuhan kebutuhan pokok air minum sehari-hari

penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik

d) SPM Perumahan Rakyat dan Kawasan permukiman

penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi

korban bencana kabupaten/kota

fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi

masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah

Daerah kabupaten/kota

e) SPM Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarkat

pelayanan ketenteraman dan ketertiban umum

pelayanan informasi rawan bencana

pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaanterhadap bencana

pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban

f) SPM Sosial

rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitastelantar di

luar panti

rehabilitasi sosial dasar anak telantar di luar panti

rehabilitasi sosial dasar lanjut usia telantar diluar panti

rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan

dan pengemis di luar panti

perlindungan dan jaminan sosial pada saat dansetelah

tanggap darurat bencana bagi korbanbencana

kabupaten/kota

Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan

Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada

standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat. Berdasarkan pada pedoman SPM tersebut, Pemerintah

Kabupaten Tangerang akan menetapkan kebijakan Percepatan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal yang capaiannya disesuaikan

Page 23: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-259-

dengan kondisi dan kemampuan keuangan daerah. Mengingat SPM

merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk

rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu

dalam penetapan indikator SPM, Kementerian/Lembaga

Pemerintahan Non Kementerian agar melakukan pentahapan pada

jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus tertentu.

Sampai saat ini, pedoman kebijakan tentang Standar Pelayanan

Minimal yang telah mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah baru SPM Bidang Kesehatan

yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

4.2.2.3 Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan dan Pemenuhan

Hak Anak

Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan strategi

mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan. PUG

ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam

pembangunan, yaitu pembangunan yang lebih adil dan merata bagi

seluruh penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan.

Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan

antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan

mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari

kebijakan dan program pembangunan. Upaya yang akan dilakukan

oleh pemerintah daerah yakni dalam meningkatkan perlindungan bagi

perempuan dari berbagai tindak kekerasan, meningkatkan kualitas

hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan,

meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan kelembagaan

perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan.

Sementara, perlindungan anak meliputi seluruh kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat

perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, pelecehan dan

tindakan salah lainnya (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak). Tantangan yang akan dihadapi adalah

meningkatkan berbagai upaya perlindungan anak dari tindak

Page 24: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-260-

kekerasan, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya dengan

mengedepankan upaya pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi

korban secara efektif.

4.2.3 Isu Strategis Regional

4.2.3.1 Isu Strategis Provinsi DKI Jakarta

1) Penyediaan Air Minum

Sumber air di DKI Jakarta yaitu 16 persen berasal dari Air Curah

Olahan dari Tangerang, dengan menyuplai air minum dengan

kapasitas 2.800 liter per detik untuk jangka waktu 20 tahun.

2) Hidrologi

Provinsi DKI Jakarta berada pada Cekungan Air Tanah (CAT) Provinsi

Jawa Barat dan DKI Jakarta yang merupakan cekungan air tanah

lintas Provinsi, yang berada di antara Provinsi Banten, Provinsi DKI

Jakarta, dan Provinsi Jawa Barat dengan luas sekitar 1.439 Km2.

Sebarannya mencakup sebagian Kota Tangerang dan sebagian

Kabupaten Tangerang, seluruh wilayah DKI Jakarta, sebagian

Kabupaten Bogor dan sebagian Kabupaten Bekasi.

3) Rencana pengembangan Elevated Loopline/ Circular Line sebagai

layanan angkutan perkotaan (urban services), dilakukan dengan cara

membuat shortcut dari stasiun Pondok Jati kearah Manggarai. Hal ini

juga merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 83

Tahun 2011 tentang Penugasan kepada PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api

Bandar Udara Soekarno Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor Depok-

Tangerang-Bekasi. Rencana pengembangan Jalur Lingkar (Circular

Line) Jakarta - Bogor - Depok Tangerang - Bekasi (Jabodetabek) akan

terintegrasi dengan lintas pelayanan kereta Commuterline Jabodetabek

melalui 2 (dua) jalur melingkar.

4) Penerapan online system dalam rangka Peningkatan Pengelolaan Parkir

Tepi Jalan, dari 36 titik menjadi 441 ruas jalan, atau sebesar 8,1% dari

seluruh ruas jalan on street parking.

Untuk pembangunan fasilitas park and ride di Terminal Kalideres,

diharapkan dapat menjadi titik perpindahan moda para pengguna

kendaraan pribadi dari wilayah barat Jakarta dan Tangerang, yang

terintegrasi dengan Transjakarta Koridor 3 (Kalideres – Pasar Baru).

Page 25: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-261-

4.2.3.2 Isu Strategis Provinsi Banten

RPJMD Provinsi Banten Tahun 2017-2022, memuat Visi

pembangunan Provinsi Banten, yaitu: “ BANTEN YANG MAJU,

MANDIRI, BERDAYA SAING, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL

KARIMAH” . Untuk mewujudkan Visi Provinsi Banten 2017-2022

tersebut akan ditempuh melalui lima misi pembangunan daerah

sebagai berikut :

1. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

Governance)

2. Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur;

3. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan Pendidikan

berkualitas;

4. Meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan Kesehatan

berkualitas;

5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

a. Program/kegiatan prioritas Provinsi Banten yang berhubungan

dengan Kabupaten Tangerang adalah :

a) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan dalam kota di

daerah meliputi : Serpong-Balaraja, Bojong Gede-Balaraja.

b) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan antar kota di

daerah meliputi : Tangerang-Merak, Semanan-Rajeg-Balaraja,

Kamal-Teluknaga-Rajeg.

c) Rencana Pengembangan jalan Nasional Tangerang-Bandara

Soekarno Hatta

d) Pengembangan jaringan jalan provinsi meliputi : Banten

Lama-Pontang, Pontang-Kronjo, Kronjo-Mauk, Mauk-

Teluknaga, Teluknaga-Dadap, Citeras-Tigaraksa, Tigaraksa-

Malanengah, Sp. Bitung-Curug, Curug-Legok-Parung Panjang,

Cisauk-Jaha.

e) Pengembangan jaringan Kereta Api, Serang-Cikande-Cikupa-

Serpong.

f) Pembangunan jaringan prasarana kereta api baru pada lintas

Parung Panjang-Serpong-Citayam-Nambo-Cikarang; Lintas

Serang-Sepadan tol-Balaraja, Lintas Balaraja-Jakarta-

Cikarang.

Page 26: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-262-

g) Rencana Pembangunan Dryport di Kecamatan Jambe

h) Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau, dan

penyebarangan di Provinsi Banten meliputi Cituis-Kep. Seribu,

Dadap-Kep. Seribu.

i) Rencana pengembangan lokasi wilayah kerja pelabuhan

pengumpan lokal di Cituis dan Kresek/Kronjo.

j) Koridor Utara (Koridor Ekonomi Banten) menghubungkan

sentra-sentra pertumbuhan primer Tangerang-Balaraja-

Cikupa-Serang-Clegon-Merak

4.2.3. Analisis Isu Strategis Internal

Dari analisis permasalahan diatas teridentifikasi isu-isu strategis

internal kabupaten tangerang sebagai berikut :

1. Aspek pengembangan sumber daya manusia :

- Peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan pendidikan,

kesehatan dan social

- Peningkatan ketentraman dan kenyamanan dalam kehidupan

bermasyarakat

2. Aspek Pembangunan Ekonomi

- Penanganan Kemiskinan dan Pengangguran

3. Aspek Permasalahan Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup

- Pemerataan infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan

- Penataan perumahan permukiman berbasis kawasan

- Pengelolaan persampahan dan lingkungan

4. Aspek Tata Kelola Pemerintahan

- Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan (Good Governance)

4.2.3.1 RPJPD Kabupaten Tangerang

RPJMD tahun 2019-2023 merupakan penjabaran dari tahapan

keempat (2020-2025) pelaksanaan RPJPD Kabupaten Tangerang

tahun 2005-2025, yaitu Tahap Usaha Peningkatan Berkelanjutan

dengan kemampuan sumber daya Kabupaten Tangerang secara

terfokus ketingkat yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan daya

saing daerah yang berkelanjutan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Tangerang tahun 2005-2025 sudah dirumuskan visi

Kabupaten Tangerang sampai dengan tahun 2025, adapun Visi

Page 27: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-263-

Pembangunan Kabupaten Tangerang adalah “Kabupaten Tangerang

Berdaya Saing Menuju Masyarakat Madani”. Untuk mewujudkan

Visi tersebut di atas maka ditetapkan Misi Pemerintah Kabupaten

Tangerang 2005-2025 sebagai berikut :

1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kabupaten

Tangerang yang mandiri, berdayasaing tinggi dan berakhlak

mulia;

2. Mewujudkan perekonomian daerah yang maju dan berdaya saing

berbasis pada potensi keunggulan lokal;

3. Mewujudkan pelayanan dasar bagi masyarakat secara merata

dan proporsional;

4. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, demokratis dan

partisipatif; dan

5. Mewujudkan pembangunan yang terpadu dan serasi dengan

pendekatan pengembangan wilayah berbasis ekonomi dan

ekologi.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut sudah ditetapkan

tujuan dan sasaran pokok pembangunan, adapun tujuannya adalah

“mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang adil dan sejahtera

yang beriman dan bertaqwa sebagai landasan bagi tahap

pembangunan berikutnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945”. Sasaran pokok pembangunan Kabupaten

Tangerang yang akan dicapai dalam 20 tahun mendatang sebagai

berikut:

1. Terwujudnya kualitas sumber daya manusia Kabupaten

Tangerang yang mandiri, berdayasaing tinggi dan berakhlak mulia

ditandai oleh hal-hal berikut:

a. Terlaksananya sistem jaminan sosial dan penataan

kependudukan bagi masyarakat Kabupaten Tangerang yang

terpadu, efisien dan efektif.

b. Meningkatnya derajat dan mutu pendidikan masyarakat

KabupatenTangerang.

c. Meningkatnya derajat dan mutu kesehatan masyarakat

Kabupaten Tangerang.

Page 28: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-264-

d. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai

dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM)

dan indeks pembangunan gender (IPG).

e. Berkembangnya karakter masyarakat Kabupaten Tangerang

yang mandiri, berdayasaing, berbudi luhur, bertoleran,

bergotong royong, berjiwa patriotik, dan berorientasi pada ilmu

pengetahuan dan teknologi.

f. Meningkatnya peran pemuda dan perempuan dalam seluruh

bidang pembangunan.

g. Makin kuatnya nilai-nilai keutamaan, berakhlak mulia,

bermoral, beriman dan bertaqawa yang dianut oleh

masyarakat Kabupaten Tangerang.

h. Makin mantapnya budaya dan pemberdayaan masyarakat

serta organisasi masyarakat Kabupaten Tangerang.

2. Terwujudnya perekonomian daerah yang maju dan berdaya saing

berbasis pada potensi keunggulan lokal ditandai oleh hal-hal

berikut:

a. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

berkesinambungan sehingga pada tahun 2025 pendapatan

domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tangerang semakin

meningkat, pengangguran menurun dan penduduk miskin

berkurang.

b. Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan

masyarakat Kabupaten Tangerang dari pengembangan sektor

industri pengolahan yang berbasis ilmu pengetahuan dan

teknologi.

c. Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan

masyarakat Kabupaten Tangerang dari pengembangan sektor

pertanian modern yang berbasis ilmu pengetahuan dan

teknologi.

d. Meningkatnya produktivitas, nilai tambah dan pendapatan

masyarakat Kabupaten Tangerang dari pengembangan sektor

jasa yang lebih bermutu dan berbasis ilmu pengetahuan dan

teknologi berdayasaing.

Page 29: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-265-

3. Terwujudnya pelayanan dasar bagi masyarakat secara merata dan

proporsional ditandai oleh hal-hal berikut:

a. Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan di

Kabupaten Tangerang yang terpadu dan merata ke seluruh

wilayah kecamatan.

b. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang efisien sesuai

kebutuhan termasuk terpenuhinya pasokan listrik bagi hampir

seluruh rumah tangga dan wilayah perdesaan dan

c. Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga

keberlanjutan fungsi sumber daya air.

d. Terpenuhinya penyediaan prasarana dan sarana dasar

perumahan, permukiman dan fasilitas umum

e. Terwujudnya efisiensi pemanfaatan dan pembangunan

infrastruktur pos dan telekomunikasi

4. Terwujudnya tata pemerintahan yang baik, demokratis dan

partisipatif ditandai oleh hal-hal berikut:

a. Meningkatnya kapasitas aparat pemerintahan Kabupaten

Tangerang yang profesional, kompeten, bersih, andal,

berwibawa dan bertanggung jawab.

b. Menguatnya peranan masyarakat sipil dan partai politik dalam

kehidupan politik

c. Terciptanya penegakan hukum tanpa memandang kedudukan,

pangkat, dan jabatan seseorang demi supremasi hukum dan

terciptanya penghormatan pada hak-hak asasi manusia.

d. Terwujudnya ketertiban dan keamanan di wilayah Kabupaten

Tangerang yang menjamin martabat kemanusiaan,

keselamatan masyarakat, dan keutuhan wilayah dari ancaman

dan gangguan pertahanan dan keamanan.

5. Terwujudnya pembangunan yang terpadu dan serasi dengan

pendekatan pengembangan wilayah berbasis ekonomi dan

ekologi ditandai oleh hal-hal berikut:

a. Terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan yang makin

merata ke seluruh wilayah Kabupaten Tangerang termasuk

wilayah perdesaan.

b. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang

sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta

mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Page 30: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-266-

c. Terwujudnya kualitas kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat Kabupaten Tangerang yang didukung oleh

pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup secara serasi, seimbang, dan lestari.

d. Terpeliharanya keragaman hayati dan kekhasan sumber daya

alam dan lingkungan Kabupaten Tangerang.

e. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku

masyarakat Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan sumber

daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

4.2.3.2 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD

I. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Keterbatasan sumber daya alam serta potensi penurunannya

baik secara kuantitas maupun kualitas mewajibkan pemanfaatan

sumber daya alam agar dilakukan secara bijaksana, yaitu

memperhatikan kemampuan daya dukung dan daya tampung

lingkungan hidup. Perlu diperhatikan pula hubungan antar wilayah,

untuk kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh suatu wilayah

tertentu, sehingga dapat dipenuhi dengan penyediaan dari wilayah

lainnya (prinsip ekspor-impor). Hal lain yang menjadi tantangan dalam

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah

mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan

manusia dalam jangka pendek dengan keberlanjutan pemanfaatannya

untuk menunjang kehidupan yang keberlanjutan dalam pembangunan

serta memperhatikan kesejahteraan sosial, ekonomi dan kelestarian

fungsi lingkungan hidup hingga masa yang akan datang. Oleh karena

itu kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan

manusia, makhluk hidup lainnya dan keseimbangan antar keduanya

(daya dukung lingkungan hidup) serta kemampuan lingkungan hidup

untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau

dimasukan ke dalamnya (daya tampung lingkungan hidup) penting

untuk diketahui, dipahami dan dijadikan dasar dalam perencanaan

pemanfaatan sumber daya alam, perencanaan pembangunan dan

perencanaan pemanfaatan ruang.

Page 31: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-267-

Penentuan daya dukung lingkungan hidup sebagai dasar

pertimbangan dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah

telah diamanatkan sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 4

Tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup, yang kemudian disempurnakan menjadi Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, dan kini Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Amanat daya

dukung lingkungan hidup tertuang dalam sejumlah pasal pada

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009, diantaranya Pasal 12 yang

menyebutkan bahwa apabila Rencana Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (RPPLH) belum tersusun, maka pemanfaatan

sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup. Selain itu, dalam Pasal 15, 16 dan 17

dijelaskan bahwa daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

merupakan salah satu muatan kajian yang mendasari penyusunan

atau evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW), rencana

pembangunan jangka panjang dan jangka menengah (RPJP dan RPJM)

serta kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi

menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup, melalui

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup tertuang pula pada Pasal 19, yang

menyatakan bahwa untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan

hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang

wilayah wajib didasarkan pada KLHS dan ditetapkan dengan

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Keterkaitan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan

KLHS, RPPLH dan pemanfaatan sumberdaya alam sebagaimana

digambarkan pada diagram di bawah ini.

Page 32: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-268-

Identifikasi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

Indonesia yang diukur dengan pendekatan jasa ekosistem (ecosystem

services) sebagaimana yang dilakukan dalam Millenium Ecosystem

Assessment –United Nation. Manusia mendapat manfaat dari berbagai

sumber daya dan proses yang disediakan oleh ekosistem alam. Secara

menyeluruh, manfaat ini dikenal dengan istilah jasa ekosistem dan

meliputi produk seperti air minum dan proses seperti pemecahan

(dekomposisi) sampah.

Jasa ekosistem adalah barang atau jasa yang disediakan oleh

ekosistem untuk manusia dan menjadi dasar untuk penilaian

(valuation) suatu ekosistem (Hein et al. 2006). Ketersediaan jasa

ekosistem sering bervariasi dengan berjalannya waktu, seperti

tercantum dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 09

Tahun 2011 mengenai Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS) ketersediaan baik kuantitas dan kualitas jasa

ekosistem akan berpengaruh dan mempengaruhi daya dukung dan daya

tampung lingkungan sebagai panduan perencanaan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Daya dukung merupakan indikasi kemampuan mendukung

penggunaan tertentu, sedangkan daya tampung adalah indikasi

toleransi mendukung perubahan penggunaan tertentu (atau

pengelolaan tertentu) pada unit spasial tertentu. Untuk menghitung

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, perlu beberapa

pertimbangan. Adapun pertimbangan tersebut adalah (a) ruang dan

Page 33: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-269-

sifatnya, (b) tipe pemanfaatan ruang, (c) ukuran produk lingkungan

hidup utama (udara dan air), (d) penggunaan/penutupan lahan

mendukung publik (hutan), (e) penggunaan tertentu untuk keperluan

pribadi.

Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem yang digunakan dalam

Millenium Ecosystem Assessment (2005), jasa ekosistem dikelompokkan

menjadi empat fungsi layanan, yaitu jasa penyediaan (provisioning), jasa

pengaturan (regulating), jasa pendukung (supporting), dan jasa kultural

(cultural). Penetapan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

dengan pendekatan konsep jasa ekosistem, dengan pengembangan

asumsi dasar sebagai berikut:

a. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi

kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan

manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya

(lihat jasa penyediaan, Jasa budaya, dan pendukung)

b. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,

dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke

dalamnya (lihat jasa pengaturan).

c. Jasa ekosistem pada habitat bumi ditentukan oleh keberadaan

faktor endogen dan dinamika faktor eksogen yang dicerminkan

dengan dua komponen yaitu kondisi ekoregion dan penutup lahan

(land cover/ land use) sebagai penaksir atau proxy.

II. Daya Dukung Lingkungan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian tentang

Daya Dukung Lingkungan Hidup yaitu: “Daya dukung lingkungan hidup

adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan

manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya”. Salah

satu hasil kajian daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem ini

juga menghasilkan distribusi luasan dari jasa ekosistem tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi luasan jasa ekosistem yang

tersaji pada Tabel jasa ekosistem yang berada dalam kelas tertinggi

dengan luasan terluas adalah jasa ekosistem pendukung biodiversitas

yaitu 46,96%.

Page 34: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-270-

Biodiversitas atau dikenal dengan keanekaragaman hayati adalah

keberagaman tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lain yang tumbuh

hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu. Keanekaragaman hayati

pada satu daerah akan berbeda dengan pada daerah lainya, maka selain

penampakan buminya, keanekaragaman hayati bisa dijadikan pembeda

tiap daerah apabila dilihat dari keberagaman makhluk dan tumbuh

tumbuhan yang ada di daerah tersebut. Jenis tumbuhan dan hewan

yang hidup dan mendiami suatu daerah akan berbeda karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor jasa

ekosistem yang dipengaruhi oleh letak geografis, topografi, ekoregion

hingga perbedaan iklim dan cuaca.

Dalam kaitannya dengan jasa ekosistem pendukung biodiversitas,

nilai keanekaragaman hayati mencakup tingkat keragamanan dan

kelimpahan, sehingga dapat menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan

untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati yang ada di dalam

wilayah kelola suatu unit pengelolaan atau unit usaha. Ekosistem telah

memberikan jasa keanekaragaman hayati (biodiversity) di antara

makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan,

lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang

merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup

keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem yang

menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakter

biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap

perikehidupan.

Tingginya persentase sebaran luas jasa ekosistem pendukung

biodiversitas di Kabupaten Tangerang disebabkan oleh luasan satuan

ecoregion Kabupaten Tangerang berupa dataran fluvial dan dataran fluvio

marin ialah 67.213, 80 atau sekitar 56,5% dari luas wilayah

keseluruhan. Kondisi hidrologi satuan ini dibangun oleh material

alluvium yang mampu membentuk akuifer yang potensial, dengan

dukungan morfologi datar, maka menyebabkan cadangan atau

ketersediaan air tanah dangkal sangat potensial. Selain ketersediaan air

yang melimpah, material alluvium akan berkemabng menjadi tanah

dengan tekstur geluhan, struktur remah dan solum sangat tebal

menjadikan tanah poada daerah ini potensial untuk pengembangan

lahan-lahan pertanian tanaman semusim dengan irigasi intensif. Flora

dominan berupa tanaman budidaya semusim dengan fauna sawah.

Page 35: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-271-

Tabel 4.5 Distribusi Kelas dan Luasan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Berbasis Jasa Ekosistem Kabupaten Tangerang

Jenis Jasa Ekosistem

Distribusi Kelas dan Luasan Daya Dukung Hidup Berbasis Jasa Ekosistem

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %

Penyedia Pangan

237,62 0,2 14.100,45 11,8 24168,20 20,3 25606,8 21,5 54952,72 46,2

Penyedia Air Bersih

5.719,24 4,8 6.642,13 5,58 22662,25 19,03 33996,16 28,55 50046,01 42,03

Budaya Fungsi

Tempat Tinggal dan Ruang Hidup

25.857,30 21,72 7.403,23 6,22 2074,91 1,74 46813,82

39,32 36916,52 31,01

Pendukung Biodiversitas

14.412,67 12,10 12.393,19 10,51 26355,34 22,14 55914,21 46,96 9990,37 8,39

Sumber: Analisis Data Primer, 2018

III. Daya Tampung Lingkungan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian tentang

Daya Dukung Lingkungan Hidup yaitu: “Daya tampung lingkungan

hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,

dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya”.

Salah satu hasil kajian daya tampung lingkungan berbasis jasa

ekosistem ini juga menghasilkan distribusi luasan dari jasa ekosistem

tersebut. Berdasarkan hasil analisis data distribusi luasan jasa

ekosistem yang tersaji pada Tabel jasa ekosistem yang berada pada kelas

tetinggi dengan luasan terluas adalah jasa ekosistem pencegahan dan

perlindungan dari bencana yaitu 21,18%. Ekosistem, didalamnya juga

mengandung unsur pengaturan pada infrastruktur alam untuk

pencegahan dan perlindungan dari tipe bencana khususnya bencana

alam. Beberapa fungsi pencegahan bencana alam dari kebakaran lahan,

erosi, abrasi, longsor, badai dan tsunami berhubungan erat dengan

keberadaan liputan lahan da bentuk lahan. Selain itu bentuk lahan

secara spesifik berdampak langsung terhadap sumber bencana, sebagai

contoh bencana erosi dan longsor umumnya terjadi pada bentuk lahan

structural dan denudasional dengan morfologi perbukitan. Lahan yang

berpotensi tinggi dalam mengatur pencegah dan pelindung bencana alam

memiliki luasan 25218,76 ha atau sekitar 21,18% dari luas seluruh

wilayah Kabupaten Tangerang. Lahan yang berpotensi sangat tinggi

dalam pengaturan dan pelindungan bencana tersebut sebagian besar

terdapat pada satuan ecoregion dataran fluvial. Adapun distribusi kelas

Page 36: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-272-

dan luasan daya tampung lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem

Kabupaten Tangerang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Kelas dan Luasan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Berbasis Jasa Ekosistem Kabupaten Tangerang

Jenis Jasa

Ekosistem

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Ha % Ha % Ha % Ha % Ha %

Pengaturan

Iklim 13980,92 11,74 13413,05 11,27 60069,76 50,45 28742,88 24,14 2859,17 2,40

Pengaturan

tata aliran

air dan

banjir

14273,76 11,99 23747,4 19,94 23654,64 19,87 37398,97 31,41 19991,01 16,79

Pencegahan

dan

perlindungan

dari bencana

144218,53 11,94 18488,23 15,53 14293,04 12 46847,21 39,35 25218,76 21,18

Pengolahan

dan pengurai

limbah

14116,68 11,86 18608,94 15,63 16184,65 13,59 64668,66 54,31 5486,85 4,61

Pemeliharaan

kualitas

udara

26572,40 22,32 14519,59 12,19 52397,60 44,01 24164,98 20,30 1412,21 1,19

IV. Kualitas Sumber Daya Air

Kabupaten Tangerang dialiri 4 (empat) sungai besar yaitu : Sungai

Cisadane, Sungai Cimanceuri, Sungai Cirarab, dan Sungai Cidurian.

Selain itu dikenal juga sebagai daerah seribu industri, hal ini didukung

dengan adanya data jumlah industri yang beroperasi di Kabupaten

Tangerang. Dari data yang dihimpun tercatat terdapat 4.965 industri

yang tersebar baik di kawasan maupun zona industri. Mayoritas

industri sekitar ± 53,5% merupakan industri pengolahan dengan jumlah

2.657 industri, dan 613 industri ini berada di sepanjang DAS.

Sayangnya. peningkatan penanaman modal/investasi dari sektor

industri juga berimbas pada penurunan kualitas lingkungan dalam hal

ini kualitas air permukaan/sungai. Masih rendahnya ketaatan industri

dalam pengelolaan lingkungan menyebabkan terjadinya pencemaran.

Menurut data yang diperoleh dikatakan bahwa dari 613 industri di

sepanjang DAS, terdapat 276 industri penghasil air limbah dan mirisnya

hanya terdapat 138 industri yang memiliki Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL).

Page 37: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-273-

Tabel 4.7 Data Indeks Pencemaran/Status Mutu Air Sungai

No. Nama

Sungai

Status

Mutu Titik Pantau Keterangan

1 Cisadane Tercemar

ringan - Jembatan Cisauk Ringan

(29

industri) -

Jembatan PT

Indorama Ringan

- Jembatan Gading Ringan

- Jembatan Cikokol

Ringan

- Jembatan Robinson

Ringan

- Bendungan Pintu

air Ringan

2 Cirarab

Tercemar

ringan s/d berat

- Jembatan Bitung Berat

(420 industri)

- Jembatan Pasarkemis

Sedang

-

Jembatan

Permata Tangerang

Berat

- Jembatan Kutabumi

Berat

- Cadas Kukun Berat

- Cirarab Hilir Berat

- Jembatan Sarakan

Ringan

- Jembatan Cirarab

Ringan

3 Cimanceuri

Tercemar

ringan s/d sedang

- Jembatan Kutruk Ringan

(162 industri)

- Jembatan Ruko Millenium

Ringan

- Jembatan Surya Toto

Ringan

- Jembatan Balaraja

Ringan

- Jembatan Baduk Anom

Sedang

- Jembatan Barong Sedang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa keempat sungai di

Kabupaten Tangerang sudah tercemar mulai dari ringan sampai berat.

Dan kondisi terparah adalah sungai Cirarab.

Kondisi air sungai ini juga mempengaruhi kuantitas air baku bagi

penyediaan air minum untuk masyarakat. dimana saat ini baru 32%

masyarakat yang dapat mengakses air minum dari target minimum 40%.

Page 38: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-274-

Meskipun begitu. pemerintah daerah tidak hanya berpangku tangan.

pembinaan bahkan pelaksanaan penegakan hukum sudah dilakukan

terhadap 1203 industri dan 753 industri sudah ditindaklanjuti mulai dari

pemberian sanksi administrasi s/d paksaan pemerintah. Masih

rendahnya capaian pengawasan industri ini dikarenakan terbatasnya

SDM yang ada dimana jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

Daerah (PPLHD) yang dimiliki di DLHK hanya 2 (dua) orang.

V. Sumber Pencemaran Udara

Sumber-sumber utama penyebab pencemaran udara yang

terdapat di Kabupaten Tangerang meliputi 4 (empat) kegiatan meliputi :

1. Kegiatan transportasi

2. Kegiatan industri

3. Kegiatan rumah tangga atau pemukiman

4. Persampahan

Sumber pencemaran udara juga dapat dikategorikan menjadi dua

sumber yaitu :

1. Sumber bergerak yaitu berasal dari pengoperasian kendaraan darat

dan udara.

2. Sumber tidak bergerak yaitu berasal dari kegiatan industri, rumah

tangga, dan persampahan.

Pencemaran udara sebagai akibat kegiatan transportasi

disebabkan oleh pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang

menghasilkan gas buang atau emisi, sedang pencemaran udara karena

kegiatan atau proses industri disebabkan oleh penggunaan energi

seperti batu bara dan pembakaran bahan bakar untuk generator dan

penggunaan AC. Pencemaran udara yang berasal dari kegiatan rumah

tangga antara lain berasal dari pembakaran kayu, sedang pencemaran

udara dari kegiatan persampahan disebabkan oleh proses pembakaran

sampah akan menghasilkan partikel debu. Sumber–sumber lain yang

juga akan menyumbang terjadinya pencemaran udara antara lain

adalah kebakaran hutan dan kegiatan pembangunan

Page 39: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-275-

VI. Kondisi Persampahan Daerah

Untuk Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) di Kabupaten

Tangerang pada tahun 2015 sebesar 67 % dibandingkan jumlah

penduduk yang ada. secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.8 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk

di Kabupaten Tangerang Tahun 2016

No Uraian Jumlah

1 Jumlah TPS 16

2 Jumlah Daya Tampung TPS 48

3 Jumlah Penduduk 3.249.328

4 Rasio Daya Tampung TPS

thd Jumlah penduduk 1.47%

Sumber: DLHK Kab. Tangerang, 2017

Berikut adalah persentase penanganan sampah Kabupaten Tangerang

tahunn 2015 hingga 2016.

Tabel 4.9 Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Kabupaten

Tangerang Tahun 2015-2016

NO Uraian 2015 2016

1

Jumlah sampah

yang ditangani

(Ton)

945 1.136

2

Jumlah volume

produksi

sampah

3.5 4.807

3 Persentase 27% 23.63%

Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang sampai dengan tahun

2016 ini sudah mencapai 3.477.495 jiwa (sumber BPS Kab. Tangerang

2017) tentu saja mempengaruhi timbulan sampah yang ada. Dengan

metode pendekatan diasumsikan bahwa volume timbulan sampah di Kab.

Tangerang sebesar 5.216 m3/hari (asumsi : sampah yang dihasilkan =

1.5 liter/org/hari). Satu-satunya tempat pembuangan akhir yang

dimiliki adalah TPA Jatiwaringin dengan luas lahan 18 Ha dan yang sudah

terpakai sekitar 7 Ha. Kondisi ini tidak serta merta mampu menyelesaikan

Page 40: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-276-

masalah atau menampung volume sampah yang ada karena disebabkan

oleh beberapa factor. Diantaranya adalah infrastruktur yang kurang

memadai seperti akses masuk ke TPA, teknologi pengelolaan sampah yang

masih open dumping (yang menyebabkan rendahnya penilaian TPA pada

P1 adipura yaitu 36.27). Berikutnya disebabkan oleh kurangnya armada

sampah. Adapun data armada pengangkut sampah vs volume sampah

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.10 Sampah yang terangkut Tahun 2017

Armada Jumlah

(Unit)

Sampah yang

terangkut

(m3/hari)

Dinas 190 2.28

Kecamatan 46 552

Total 236 2.832

Catatan :

Volume bak : 6 m3

Ritase : 2

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa timbulan sampah

yang terangkut adalah 2.832 m3 atau sekitar 54,29% dari total sampah

yang ada. Hal inilah yang menyebabkan masih banyaknya kawasan

kumuh dan titik-titik sampah liar.

Hal lain yang juga menyumbang permasalahan sampah adalah

kesadaran masyarakat untuk berperilaku budaya 3R belum maksimal.

Kabupaten Tangerang telah membangun dan memfasilitasi masyarakat

dengan pembangunan TPST. dalam kurun waktu tahun 2013 s/d 2017

telah dibangun 14 TPST di beberapa kecamatan. Namun dari sekian

jumlah yang ada. hanya sebagian kecil yang berjalan diantaranya TPST

3R Gemah Ripah yang berlokasi di Kecamatan Tigaraksa. Adapun Bank

Sampah juga sudah mulai dikembangkan dan terdapat 2 (dua) Bank

sampah yang sudah berjalan dengan baik. yaitu Bank Sampah

Kemuning (Binong) dan bank Sampah Puri Permai (Tigaraksa). TPST

dan Bank Sampah inilah yang masih perlu mendapatkan perhatian

serius dari Pemerintah Daerah.

Page 41: BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS ...jdih.tangerangkab.go.id/apps/www/storage/document/PERDA 1...-237- BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1. Permasalahan Pembangunan

-277-

VII. Kebencanaan Daerah

Wilayah Kabupaten Tangerang memiliki potensi kebencanaan

yang cukup tinggi. Potensi bencana geologi berupa gempa bumi merupa

kan potensi kebencanaan yang relatif sama tingginya dengan daerah

lain di sepanjang pantai utara yang membentang di seluruh wilayah

Pantura.

Potensi kebencanaan ini dapat menimbulkan kerusakan yang parah

karena sebagian besar wilayah perkotaan berkembang di pesisir pantai

barat. Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang

meliputi:

a. Potensi bencana geologi; berupa bencana gempa bumi yang tersebar

di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang.

b. Potensi bencana tsunami; umumnya tersebar di sepanjang pesisir

pantai utara yang berjarak 1 km dari bibir pantai. Daerah yang

memiliki resiko dampak parah yaitu pada kecamatan kronjo, Kemeri

dan Mauk

c. Potensi bencana banjir; berupa banjir rob (pasang surut)

d. Potensi kekeringan; terjadi akibat curah hujan di suatu kawasan

jauh dibawah curah hujan normal dalam waktu lama. Bencana ini

dipicu oleh perubahan siklus iklim global yang ditandai dengan

meningkatnya temperatur rata-rata atmosfir, laut, dan daratan