PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG RANCANGAN ......BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH...
Transcript of PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG RANCANGAN ......BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH...
PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG
RANCANGAN TEKNOKRATIK
RPJMD KABUPATEN REMBANG 2021-2025
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN REMBANG
2020
ii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
Daftar Tabel ................................................................................................... v
Daftar Gambar .............................................................................................. xv
Daftar Grafik ............................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------- I-1
1.1. Latar Belakang -------------------------------------------------------- I-1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan ----------------------------------------- I-3
1.3 Hubungan Antar Dokumen ----------------------------------------- I-6
1.3.1 Hubungan dengan RPJMN Tahun 2020-2024 ----------- I-6
1.3.2 Hubungan dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2018-202 ----------------------------------------------
1-7
1.3.3 Hubungan dengan dokumen RPJPD Kabupaten
Rembang Tahun 2005-2025 -------------------------------- I-8
1.3.4 Hubungan dengan dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Rembang --------------------- I-8
1.3.5 Hubungan Antar Dokumen ---------------------------------- I-9
1.4 Maksud dan Tujuan ------------------------------------------------- I-10
1.5 Sistematika Penulisan ----------------------------------------------- I-11
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ------------------------------------ II-13
2.1 Aspek Geografis dan Demografis ----------------------------------- II.13
2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilyah --------------------------- II-13
2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah ---------------------------- II-37
2.1.3 Aspek Demografi ---------------------------------------------- II-37
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ---------------------------------- II-43
2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi -------------------------------------- II-43
2.2.2 Struktur Ekonomi -------------------------------------------- II-46
2.2.3 Inflasi ----------------------------------------------------------- II-54
2.2.4 Indeks Gini ---------------------------------------------------- II-54
2.2.5 Kemiskina ------------------------------------------------------ II-56
2.2.6 Indeks Pembangunan Manusia ----------------------------- II-62
2.3 Aspek Pelayanan Umum -------------------------------------------- II-65
2.3.1 Urusan Pemerintahan Wajib Yang Berkaitan Dengan
Pelayanan Dasar ---------------------------------------------- II-65
2.3.2 Urusan Pemerintahan Wajib Yang Tidak Berkaitan
Dengan Pelayanan Dasar ----------------------------------- II-95
2.3.3 Urusan Pemerintahan Pilihan ------------------------------ II-143
2.3.4 Penunjang Urusan Pemerintahan -------------------------- II-156
2.4 Aspek Daya Saing Daerah ------------------------------------------- II-172
2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah ------------------------------ II-172
2.4.2 Fokus Fasilitasi Wilayah ------------------------------------- II-174
2.4.3 Fokus Iklim Investasi ---------------------------------------- II-178
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ------------------------------ II-181
2.4.5 IPTEK dan Inovasi -------------------------------------------- II-182
iii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.4.5.1 Penguatan Sistem Inovasi Daerah ----------------------- II-182
2.4.5.2 Daya Dukung Inovasi Daerah ---------------------------- II-186
2.5 Tambahan Gambaran Kondisi Dampak Covid-19 di
Kabupaten Rembang ------------------------------------------------- II-187
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN DAERAH ------------------------------------ III-193
3.1 Kondisi Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah ------ III-193
3.1.1 Pendapatan Daerah ----------------------------------------- III-193
3.1.2 Belanja Daerah ----------------------------------------------- III-198
3.1.3 Pembiayaan Daerah ----------------------------------------- III-202
3.1.4 Analisis Fiskal ------------------------------------------------ III-204
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan --------------------------------- III-212
3.2.1 Asumsi-Asumsi ----------------------------------------------- III-212
3.2.2 Arah Kebijakan ----------------------------------------------- III-215
3.3 Kerangka Pendanaan ------------------------------------------------ III-217
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH -------------- IV-223
4.1 Permasalahan Pembangunan -------------------------------------- IV-223
4.1.1 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar ---------------------------------------------- IV-223
4.1.2 Urusan Pemerintahan Wajib Bukan Pelayanan Dasar IV-229
4.1.3 Urusan Pemerintahan Pilihan ------------------------------- IV-236
4.1.4 Fungsi Penunjang Pemerintahan --------------------------- IV-237
4.2 Isu Strategis ----------------------------------------------------------- IV-239
4.1.1 Isu Strategis dalam Kajian Teknokratik RPJMN -------- IV-229
4.1.2 Isu Strategis RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2019-2024 ----------------------------------------------------- IV-243
4.1.3 Isu Pembangunan Kabupaten Rembang 2021 – 2025
Tantangan Pembangunan dalam RPJPD Kabupaten
Rembang 2005-2025 ----------------------------------------- IV-244
4.1.4 Isu Strategis Teknokratik Tahun 2021 – 2025 ----------- IV-254
4.1.5 Analisis SWOT ------------------------------------------------- IV-265
BAB V RANCANGAN AGENDA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH --- V-282
5.1 Agenda Kebijakan Tata Kelola Pemerintahan -------------------- V-282
5.2 Agenda Kebijakan Peningkatan Kualitas Hidup dan Daya
Saing SDM ------------------------------------------------------------- V-288
5.3 Agenda Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ---------------- V-294
5.4 Agenda Kebijakan Ketersediaan Air Baku ------------------------ V-298
5.5 Agenda Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Pengurangan
Kesenjangan Wilayah serta Pemantaban Infrastruktur --------- V-302
5.6 Agenda Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi ---------- V-320
5.7 Agenda Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang
Berkelanjutan, Lingkungan Hidup serta Penanggulangan
Bencana ---------------------------------------------------------------- V-327
5.8 Agenda Kebijakan Pemulihan Kondisi Paska Pandemic
Covid-19 --------------------------------------------------------------- V-331
BAB VI PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------- VI-336
iv
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Wilayah Administratif Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 -------------------------------------------- II.14
Tabel 2.2 Wilayah Administratif Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 -------------------------------------------- II.16
Tabel 2.3 Luas Wilayah di Kabupaten Rembang Menurut Jenis Tanah
Tahun 2019 --------------------------------------------------------- II.17
Tabel 2.4 Luas Kabupaten Rembang Menurut Kedalaman Efektif
Tanah Tahun 2019 ------------------------------------------------- II.18
Tabel 2.5 Daerah Aliran Sungai dalam WS Jratunseluna di Kabupaten
Rembang, 2019 ----------------------------------------------------- II.21
Tabel 2.6 Hidrogeologi Kabupaten Rembang ------------------------------- II.23
Tabel 2.7 Pemanfaatan Sumber-Sumber Mata Air di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 ---------------------------------------------- II.24
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di
Kabupaten Rembang Tahun 2019 -------------------------------- II.37
Tabel 2.9 Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk per Kecamatan
di Kab. Rembang Tahun 2019 ------------------------------------- II.38
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Rembang
Tahun 2019 ---------------------------------------------------------- II.39
Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 ---------------------------------------------- II.40
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tahun 2019 ---- II.41
Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kabupaten Rembang Tahun 2019 ------------------------------- II.42
Tabel 2.14 Distribusi PDRB Kabupaten Rembang Pengeluaran Atas
Dasar Harga Berlaku,Tahun 2015-2019 (Persen) -------------- II.45
Tabel 2.15 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang Pengeluaran Atas
Dasar Harga Konstan (2010), Tahun 2015-2019 (Persen) ---- II.45
Tabel 2.16 Perkembangan PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2017-
2019 ------------------------------------------------------------------ II.45
Tabel 2.17 PDRB per kapita Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 --- II.46
Tabel 2.18 Perbandingan Indikator PDRB Perkapita Wilayah Eks-
Karesidenan Pati Tahun 2019 ------------------------------------- II.46
Tabel 2.19 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Rembang Tahun 2016 – 2020 ----------------------- II.48
Tabel 2.20 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut
Lapangan Usaha Kabupaten Rembang Tahun 2016 – 2020 II.49
Tabel 2.21 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut
Pengeluaran Kabupaten Rembang (miliar rupiah) Tahun
2016-2019 ----------------------------------------------------------- II.51
Tabel 2.22 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2010
Menurut Pengeluaran Kab. Rembang Tahun 2015 – 2019
(Juta Rupiah) -------------------------------------------------------- II.52
Tabel 2.23 Perkembangan Inflasi Kabupaten Rembang Tahun 2019 ----- II.54
Tabel 2.24 Indeks Gini Kabupaten Rembang Tahun 2019 ----------------- II.56
Tabel 2.25 Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Rembang tahun 2020 ---- II.57
Tabel 2.26 Perbandingan Penduduk Miskin Kabupaten Rembang
v
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun 2016-
2020 -----------------------------------------------------------------
II.57
Tabel 2.27 Perbandingan Penduduk Miskin Kabupaten Rembang
dengan Kabupaten Sekitar Tahun 2016– 2020 ---------------
II.57
Tabel 2.28 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kab Rembang
Tahun 2016-2020 ---------------------------------------------------
II.58
Tabel 2.29 Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten Rembang ------ II.59
Tabel 2.30 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks) Kabupaten
Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun
2016-2020 ----------------------------------------------------------- II.45
Tabel 2.31 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks)
Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan
Nasional Tahun 2015-2019 ---------------------------------------- II.61
Tabel 2.32 Data IPM Kabupaten Rembang Dengan Kabupaten Eks
Karisidenan Pati, Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-
2019 ------------------------------------------------------------------ II.62
Tabel 2.33 Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ------------------------------------------------------------ II.63
Tabel 2.34 Perbandingan Indikator Pembentuk IPM Nasional, Jawa
Tengah dan Eks Karesidenan Pati Tahun 2019 ---------------- II.64
Tabel 2.35 Indikator Makro Urusan Pendidikan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 -------------------------------------------------- II.65
Tabel 2.36 Jumlah Sekolah Dasar per Kecamatan di Kabupaten
Rembang ------------------------------------------------------------ II.66
Tabel 2.37 Persentase kelulusan kejar paket A, B, C Kabupaten
Rembang 2016-2019 ---------------------------------------------- II.67
Tabel 2.38 Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten
Rembang 2016-2019 ---------------------------------------------- II.67
Tabel 2.39 Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten
Rembang Kabupaten Rembang 2016-2019 ------------------- II.67
Tabel 2.40 Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Rembang
2016-2020 ------------------------------------------------------------ II.68
Tabel 2.41 Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Rembang ---------------------- II.68
Tabel 2.42 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per kapita di Kab.
Rembang (Rp. 000) ------------------------------------------------- II.68
Tabel 2.43 Indikator Makro Urusan Kesehatan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 -------------------------------------------------- II.68
Tabel 2.44 Persentase Penurunan Angka Kematian Ibu Kabupaten
Rembang Tahun 2016-2019 (%) --------------------------------- II.69
Tabel 2.45 Cakupan Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan
dan Anak -------------------------------------------------------------- II.70
Tabel 2.46 Jumlah Penurunan Angka Kematian Bayi Kabupaten
Rembang Tahun 2016-2019 (%) ---------------------------------- II.70
Tabel 2.47 Persentase Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan II.70
Tabel 2.48 Persentase Capaian Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular ------------------------------ II.71
Tabel 2.49 Persentase Capaian Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular ----------------------- II.72
Tabel 2.50 Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Rembang ----------------- II.72
vi
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.51 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap ----------- II.73
Tabel 2.52 Jumlah Poliklinik di Kabupaten Rembang ---------------------- II.74
Tabel 2.53 Jumlah Puskesmas di Kabupaten Rembang -------------------- II.74
Tabel 2.54 Jumlah Puskesmas Pembantu di Kabupaten Rembang ------- II.75
Tabel 2.55 Jumlah Apotek di Kabupaten Rembang ------------------------- II.76
Tabel 2.56 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun
2019 ------------------------------------------------------------------
II.77
Tabel 2.57 Persentase Cakupan Jamban Keluarga (JAGA) yang
memenuhi syarat --------------------------------------------------- II.77
Tabel 2.58 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif --------------------------- II.78
Tabel 2.59 Persentase Angka Drop Out KB ----------------------------------- II.79
Tabel 2.60 Persentase Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-
KB tidak terpenuhi (Unmen Need) ------------------------------- II.78
Tabel 2.61 Capaian Indikator SPM pada Urusan Kesehatan Tahun
2019 ------------------------------------------------------------------ II.79
Tabel 2.62 Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ---------------------------------------------------------- II.81
Tabel 2.63 Perkembangan Jaringan Irigasi dan Pemenuhan Air Baku di
Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 ------------------------
II.83
Tabel 2.64 Neraca Air Kabupaten Rembang ---------------------------------- II.83
Tabel 2.65 Cakupan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Kabupaten
Rembang Tahun 2014-2019 ---------------------------------------
II.84
Tabel 2.66 Data Embung Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ------- II.85
Tabel 2.67 Perkembangan Panjang Saluran Drainase Tahun 2015-2019 II.87
Tabel 2.68 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman ---------------------------------------------------------
II.88
Tabel 2.69 Data Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2019 --------------------------------------------------
II.88
Tabel 2.70 Luas Pengurangan Kawasan Kumuh di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 ---------------------------------------------
II.89
Tabel 2.71 Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Rembang -------------------- II.90
Tabel 2.72 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) di Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 -------------------------------------
II.92
Tabel 2.73 Penyelenggaraan Kamtirbumlinmas ----------------------------- II.93
Tabel 2.74 Kinerja Daerah Urusan Sosial Tahun 2015-2019 ------------- II.94
Tabel 2.75 Realisasi Indikator Kinerja pada Urusan Tenaga Kerja
Tahun 2015-2019 -------------------------------------------------
II.95
Tabel 2.76 Perkembangan Urusan Ketenagakerjaan di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 ---------------------------------------------
II.96
Tabel 2.77 Penduduk Kabupaten Rembang berusia 15 tahun keatas
dengan status ketenagakerjaan -----------------------------------
II.97
Tabel 2.78 Jumlah Pencari Kerja sesuai dengan tingkat Pendidikan ---- II.97
Tabel 2.79 UMK dan KHL Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ------ II.97
Tabel 2.80 Indeks Pembangunan Gender ------------------------------------- II.90
Tabel 2.81 Perkembangan Indikator Kinerja Program Pemberdayaan
Perempuan Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019 ----------
II.99
Tabel 2.82 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) dan Komponen IPG
Kabupaten Rembang dibandingkan IPG PProvinsi Jawa
Tengah dan Nasional, Tahun 2015-2019 -----------------------
II.99
vii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.83 Data Kekerasan Terhadap Perempuan (PPT Semai ―RWC3‖
Rembang) -------------------------------------------------------------
II.100
Tabel 2.84 Data Kekerasan Terhadap Anak (PPT Semai ―RWC3‖
Rembang) ------------------------------------------------------------
II.101
Tabel 2.85 Capaian Kinerja Kabupaten Layak Anak Kabupaten
Rembang -------------------------------------------------------------
II.101
Tabel 2.86 Perkembangan Urusan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.103
Tabel 2.87 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2015-2019 --- II.104
Tabel 2.88 Jumlah Penanganan Persengketaan Tanah Tahun 2015-
2020 ------------------------------------------------------------------
II.104
Tabel 2.89 Kualitas Air Kabupaten Rembang Tahun 2019 ----------------- II.105
Tabel 2.90 Kualitas Udara Kabupaten Rembang Tahun 2019 ------------- II.106
Tabel 2.91 Profil Pengelolaan Sampah di Kabupaten Rembang ----------- II.107
Tabel 2.92 Profil Pengelolaan Sampah di Kabupaten Rembang ----------- II.107
Tabel 2.93 Kondisi Tutupan Lahan Kabupaten Rembang Tahun 2018 II.109
Tabel 2.94 Perkembangan Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ------------------------
II.112
Tabel 2.95 Perkembangan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ------------------
II.114
Tabel 2.96 Perkembagan Pelaksanaan Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Tahun 2015–2019 -------------------------
II.116
Tabel 2.97 Perkembangan Pelaksanaan Perhubungan Kab. Rembang
Tahun 2015-2019 ---------------------------------------------------
II.120
Tabel 2.98 Perkembangan Pelayanan Perhubungan Kabupaten
Rembang Tahun 2015–2019 ---------------------------------------
II.123
Tabel 2.99 Perkembangan Fasilitas Perhubungan Tahun 2015–2019 --- II.124
Tabel 2.100 Perkembangan Pelayanan Komunikasi dan Informatika Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.128
Tabel 2.101 Perkembangan Pelayanan Koperasi dan UMKM di Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.130
Tabel 2.102 Perkembangan Penanaman Modal Kab. Rembang Tahun
2015-2019 ----------------------------------------------------------
II.132
Tabel 2.103 Perkembangan Data Organisasi Kepemudaan di Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.133
Tabel 2.104 Perkembangan Jumlah Sarana dan Prasarana Olah Raga di
Kab. Rembang Tahun 2015-2019 -------------------------------
II.134
Tabel 2.105 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Pemuda dan Olah Raga
Kab. Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------
II.134
Tabel 2.106 Perkembangan Kinerja Statistik di Kabupaten Rembang
2016-2019 -----------------------------------------------------------
II.137
Tabel 2.107 Realisasi Kinerja Urusan Statistik Tahun 2015-2019 --------- II.138
Tabel 2.108 Realisasi Kinerja Urusan Persandian Tahun 2015-2019 ----- II.138
Tabel 2.109 Data Kelompok Kesenian Kabupaten Rembang Tahun 2019 II.139
Tabel 2.110 Perkembangan Pelaksanaan Bidang Kebudayaan Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.139
Tabel 2.111 Banyaknya Padepokan/Grup Tari di Kabupaten Rembang
Tahun 2019 ---------------------------------------------------------
II.140
Tabel 2.112 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Perpustakaan Kab.
viii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Rembang Tahun 2015-2019 -------------------------------------- II.142
Tabel 2.113 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kearsipan Kab.
Rembang Tahun 2015-2019 ---------------------------------------
II.142
Tabel 2.114 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kelautan dan
Perikanan di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 --------
II.144
Tabel 2.115 Perkembangan Usaha Garam Rakyat di Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 --------------------------------------
II.146
Tabel 2.116 Perkembangan Urusan Pariwisata Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 --------------------------------------------------
II.147
Tabel 2.117 Perkembangan komoditas pertanian di Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 --------------------------------------------------
II.150
Tabel 2.118 Perkembangan Promosi Produksi dan Pembinaan Pertanian
Kab. Rembang Tahun 2015-2019 -------------------------------
II.152
Tabel 2.119 Perkembangan Sektor Perdagangan Kabupaten Rembang
Tahun 2015–2019 -------------------------------------------------
II.153
Tabel 2.120 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Tahun 2011-2019 -----------------------------------------
II.153
Tabel 2.121 Perkembangan Sektor Industri di Kab. Rembang Tahun
2015–2019 ----------------------------------------------------------
II.154
Tabel 2.122 Perkembangan Nilai Industri Pengolahan Kabupaten
Rembang -------------------------------------------------------------
II.155
Tabel 2.123 Perkembangan Urusan Kepegawaian di Kabupaten Rembang
Tahun 2015–2019 --------------------------------------------------
II.157
Tabel 2.124 Jumlah PNS berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2019 -- II.158
Tabel 2.125 Jumlah PNS sesuai Jabatan tahun 2019 ----------------------- II.159
Tabel 2.126 Jumlah PNS Menurut Pangkat/Golongan/Ruang tahun
2019 ------------------------------------------------------------------
II.159
Tabel 2.127 Jumlah PNS di Masing-masing OPD tahun 2019 ------------- II.160
Tabel 2.128 Perkembangan Urusan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 ------------------------ II.162
Tabel 2.129 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan Tahun
2015-2019 ------------------------------------------------------------ II.163
Tabel 2.130 Perkembangan Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat
Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 ------------------------ II.164
Tabel 2.131 Capaian Kinerja Pengawasan Kabupaten Rembang tahun
2016-2020 ----------------------------------------------------------- II.165
Tabel 2.132 Nilai AKIP Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019 ----------- II.168
Tabel 2.133 Indeks Kepuasan Masyarakat pada Unit Pelayanan Publik di
Kab. Rembang Tahun 2015-2019 -------------------------------- II.168
Tabel 2.134 Reformasi Birokrasi ------------------------------------------------ II.169
Tabel 2.135 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Sekretariat DPRD
Kabupaten Rembang Tahun 2013-2018 ------------------------- II.170
Tabel 2.136 Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
2016-2019 ----------------------------------------------------------- II.171
Tabel 2.137 Pengeluaran Perkapita Disesuaikan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 --------------------------------------------------- II.172
Tabel 2.138 NTP Kabupaten Rembang 2015-2019 ---------------------------- II.173
Tabel 2.139 Capaian Indikator SPM pada Urusan Pekerjaan Umum
Tahun 2019 ---------------------------------------------------------- II.176
ix
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.140 Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan
ruang ----------------------------------------------------------------- II.177
Tabel 2.141 Perkembangan Cakupan Pelayanan Air Minum, Sanitasi dan
Persampahan di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ---- II.178
Tabel 2.142 Perkembangan Penanganan Jumlah Tindak Pidana di
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ------------------------- II.179
Tabel 2.143 Jenis Fasilitasi Pelayanan Perijinan Berdasarkan Sektor
Usaha di Kabupaten Rembang ------------------------------------ II.180
Tabel 2.144 Jenis Ijin dan Lama Proses Pengurusannya -------------------- II.181
Tabel 2.145 Kondisi Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kab. Rembang
Tahun 2019 -------------------------------------------------------- II.183
Tabel 2.146 Kondisi Inovasi Pelayanan Publik Kabupaten Rembang
Tahun 2019 -------------------------------------------------------- II.184
Tabel 2.147 Kondisi Inovasi Daerah Lainnya Kabupaten Rembang Tahun
2019 ------------------------------------------------------------------- II.185
Tabel 2.148 Daya Dukung Inovasi Kabupaten Rembang Tahun 2019 ---- II.186
Tabel 3.1 Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Rembang Tahun
2013-2020 ------------------------------------------------------------
III.205
Tabel 3.2 Tax Ratio Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019 ------------- III.210
Tabel 3.3 Rasio Keuangan Kabupaten Rembang 2015-2020 ------------- III.211
Tabel 3.4 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026 III.219
Tabel 3.5 Proyeksi Belanja Wajib dan Mengikat Kabupaten Rembang
Tahun 2021-2026 --------------------------------------------------- III.220
Tabel 3.6 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Rembang Tahun
2021-2026 ------------------------------------------------------------ III.221
Tabel 3.7 Proyeksi APBD Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026 ------ III.222
Tabel 4.1 Isu Strategis Teknokratik Tahun 2021 – 2025 ----------------- IV.254
Tabel 4.2 Analisis SWOT ------------------------------------------------------- IV.269
Tabel 5.1 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Perwujudan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan
Bersih ---------------------------------------------------------------- V.286
Tabel 5.2 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Pembangunan Kualitas Hidup dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia --------------------------------------------- V.291
Tabel 5.3 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Penanggulangan Kemiskinan ---------------------------- V.297
Tabel 5.4 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Kebijakan Ketersediaan Air Baku ----------------------- V.300
Tabel 5.5 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan
Pengembangan Wilayah Utara ------------------------------------- V.307
Tabel 5.6 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan
Pengembangan Wilayah Selatan-Barat --------------------------- V.310
Tabel 5.7 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan
Pengembangan Wilayah Selatan-Timur -------------------------- V.314
Tabel 5.8 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Peningkatan Daya Saing Ekonomi Daerah ------------ V.323
Tabel 5.9 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Pengelolaan Sumberdaya Alam – Lingkungan Hidup
dan Penanggulangan Bencana ------------------------------------ V.329
x
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.10 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator
Kinerja Pemulihan Kondisi Paska Pandemic Covid-19 -------- V.334
xi
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Keterkaitan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya ------------------------------------------------------------- I.6
Gambar 2.1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Rembang---------------- II.14
Gambar 2.2 Peta Kelerengan Lahan Kabupaten Rembang ----------------- II.16
Gambar 2.3 Peta Jenis Tanah Kabupaten Rembang ------------------------ II.18
Gambar 2.4 Peta Struktur Geologi Kabupaten Rembang ------------------- II.19
Gambar 2.5 Peta Hidrogeologi Kabupaten Rembang ------------------------ II.20
Gambar 2.6 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Rembang ------------- II.20
Gambar 2.7 Peta Cekungan Air Tanah Kabupaten Rembang -------------- II.21
Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Rembang ----------------------- II.25
Gambar 2.9 Intensitas Curah Hujan Kabupaten Rembang Per
Kecamatan Tahun 2019 ------------------------------------------ II.26
Gambar 2.10 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rembang -------------------- II.26
Gambar 2.11 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Rembang ---------------- II.27
Gambar 2.12 Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang -------------- II.33
Gambar 2.13 Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Rembang ------------- II.34
Gambar 2.14 Peta Daerah Rawan Longsor Kabupaten Rembang ----------- II.35
Gambar 2.15 Peta Rawan Abrasi Kabupaten Rembang ---------------------- II.35
Gambar 2.16 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rembang dan Jawa
Tengah Tahun 2012-2019 ---------------------------------------- II.43
Gambar 2.17 Perbandingan PDRB Kabupaten Rembang Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan Menurut Pengeluaran, Tahun
2015-2019 (Trilyun Rupiah) ------------------------------------- II.44
Gambar 2.18 Perkembangan Perbandingan Inflasi Kabupaten Rembang II.55
Gambar 2.19 Tren Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Rembang
Tahun 2014-2018 ------------------------------------------------ II.106
Gambar 2.20 Perkembangan PMDN dan PMA Kabupaten Rembang ------- II.131
Gambar 2.21 Perkembangan NTP Kabupaten Rembang memperlihatkan
perbandingan antara NTP Kabupaten Rembang dan NTP
Jawa Tengah selama tahun 2018 ------------------------------- II.173
Gambar 2.22 Dampak Covid-19 terhadap Ketenagakerjaan ----------------- II.188
Gambar 2.23 Dampak Covid-19 terhadap Pendapatan ----------------------- II.189
Gambar 2.24 Dampak Covid-19 terhadap Penurunan Pendapatan sesuai
Kategori -------------------------------------------------------------- II.190
Gambar 2.25 Dampak Covid-19 terhadap Tabungan dan Golongan
Pendapatan --------------------------------------------------------- II.192
Gambar 3.1 Perkembangan Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten
Rembang (dalam ribuan) Tahun 2015-2020* ------------------ II.194
Gambar 3.2 Perkembangan Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2020* ------------------------------------ II.195
Gambar 3.3 Perkembangan Proporsi Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020 ----------------------- II.196
Gambar 3.4 Perkembangan Proporsi Dana Perimbangan Kabupaten
Rembang Tahun 2016-2020 ------------------------------------- II.197
Gambar 3.5 Perkembangan Proporsi Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020 ----------- II.198
xii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 3.6 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Rembang Tahun
2015-2020 ---------------------------------------------------------- II.196
Gambar 3.7 Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2020 ------------------------------------- II.201
Gambar 3.8 Realisasi Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2020 ------------------------------------- II.202
Gambar 3.9 Realisasi Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020 ----------------------------------------------- II.203
Gambar 3.10 Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020 ------------------------------------------------- II.204
Gambar 3.11 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2015-2020 II.205
Gambar 3.12 Rasio Ruang Fiskal Tahun 2015-2020 ------------------------- II.206
Gambar 3.13 Rasio Kemampuan Mendanai Belanja Daerah Tahun 2015-
2020 ------------------------------------------------------- II.207
Gambar 3.14 Rasio Belanja Modal Daerah Kabupaten Rembang Tahun
2015-2020 ---------------------------------------------------------- II.208
Gambar 3.15 Belanja Pegawai Tidak Langsung Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020 -------------------------------------------------- II.209
Gambar 3.16 Tax Ratio Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019 ----------- II.210
Gambar 5.1 Perwujudan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan
Bersih --------------------------------------------------------------- II.285
Gambar 5.2 Penanggulangan Kemiskinan ------------------------------------ II.296
Gambar 5.3 Wilayah Pengembangan Kabupaten Rembang ---------------- II.302
xiii
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Piramida Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2019 ------ II.39 Grafik II.2 Perbandingan Perkembangan Indeks Gini Kabupaten
Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019 ------------------------------------------------------------ II.56
Grafik II.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks) Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020 ------------------------------------------------------------ II.61
Grafik II.4 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019 ---------------------------------------- II.61
Grafik II.5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2019 ---------------------------------------------- II.181
B A B I | 1
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 2 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2021 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Rembang Nomor 6 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Rembang Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021, masa berlaku Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah akan segera habis. Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Perda Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah, sebelum ditetapkan RPJMD baru, diperlukan Rancangan
Teknokratik RPJMD, yang dimaksudkan untuk menjadi bahan persiapan
penyusunan RPJMD Provinsi Kabupaten Rembang Tahun 2021-2025.
Susunan rancangan teknokratik RPJMD perlu mempertimbangkan kondisi
global, nasional dan Jawa Tengah, baik yang mencakup tantangan maupun peluang
bagi pembangunan di Kabupaten Rembang. Di antara kondisi yang sangat penting
tersebut adalah dampak pandemic Covid-19 yang ternyata berlangsung lebih lama
dibandingkan perkiraan, dan membawa dampak pada struktur perekonomian
global, nasional dan Jawa Tengah. Sumberdaya global terfokus pada pencegahan
dan pemulihan kesehatan masyarakat, sekaligus pemulihan ekonomi yang stagnan
bahkan resesi, yang membawa dampak pada iklim usaha dan UMKM (Usaha
Menengah, Kecil dan Mikro). Situasi ini, menjadi perhatian penuh pemerintah
Kabupaten Rembang, terutama yang masih punya pekerjaan rumah yang besar
dalam pengentasan kemiskinan.
Namun demikian, situasi pandemic Covid-19 diyakini juga menyediakan
peluang, terutama bagi pengembangan sektor Informasi dan Teknologi (IT) yang
dengan demikian, aspek penguatan Sumber Daya Manusia perlu dijadikan titik
tekan utama. Selain itu, keterbukaan berbagai negara dalam kerjasama global
B A B I | 2
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
untuk mengatasi pandemic, juga memberi peluang bagi terbukanya kerjasama-
kerjasama yang lain, khususnya di bidang ekonomi, atau memperkuat kerjasama
yang sudah berjalan. Keterbukaan pasar ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) juga masih penting untuk diperhitungkan. Secara nasional, prioritas
pembangunan yang makin difokuskan pada aspek Sumber Daya Manusia, sebagai
salah satu strategi untuk menyiapkan bonus demografi, serta penguatan tatakelola
pemerintahan di Jawa Tengah, menjadi arahan yang penting bagi penyusunan
Rancanga Teknokratik RPJMD Kabupaten Rembang ini.
Untuk itu, penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMD ini memperhatikan
dan menindaklanjuti kebijakan nasional yang termuat dalam RPJMN Tahun 2019-
2024, utamanya adalah pelaksanaan Percepatan Proyek Strategis Nasional (PPSN) di
Kabupaten Rembang sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 79 Tahun 2019, tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan
Jateng. PPSN di Kabupaten Rembang mencakup pembangunan Jalan Lingkar
sepanjang 25 km, serta pembangunan beberapa paket jalan antar Kecamatan,
pembangunan embung yang dipergunakan untuk mendukung PDAM dan pertanian,
pembangunan pasar kota, pasar batik, Balai Latihan Kerja (BLK), perahu kuno,
terminal agro, kota tua, dan lain sebagainya. Penentuan program/kegiatan dan
pengalokasian anggaran dilakukan dengan prinsip money follow programme priority,
serta pendekatan paradigma Holistik, Tematik, Integratif, dan Spasial (HTIS).
Pembangunan daerah Kabupaten Rembang tahun 2021-2025 merupakan
tahap pembangunan jangka menengah keempat (terakhir) pada periode RPJPD
Kabupaten Rembang 2005-2025 dengan visi pembangunan ―Rembang Maju,
Mandiri, dan Sejahtera‖. Pembangunan jangka menengah daerah tahap ketiga
(RPJMD 2016-2021) secara menyeluruh diarahkan pada pemantapan pembangunan
di berbagai bidang, terutama pencapaian daya saing daerah dan masyarakat
Kabupaten Rembang serta pengentasan kemiskinan yang disusun dengan sasaran,
strategi, arah kebijakan maupun indikator yang lebih terarah dan berdampak
langsung bagi masyarakat miskin. Selanjutnya, pembangunan jangka menengah
Kabupaten Rembang tahap keempat diarahkan untuk mewujudkan masyarakat
Kabupaten Rembang yang mandiri, maju, dan sejahtera, melalui percepatan
pembangunan yang menekankan terbangunnya struktur kehidupan ekonomi, sosial
dan budaya Kabupaten Rembang yang kokoh serta resilien yang berlandaskan
keunggulan kompetitif yang didukung oleh budaya dan sumberdaya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing. RPJPD Kabupaten Rembang tahap empat diarahkan
pada terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, perekonomian daerah
yang maju dan berdaya saing, tewujudnya pembangunan infrastruktur yang
B A B I | 3
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
memadai, terwujudnya kehidupan demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang
baik, terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka panjang
daerah Kabupaten Rembang, menyikapi bonus demografi serta dampak pandemi
Covid-19, maka kebijakan pembangunan lima tahun kedepan menempatkan sumber
daya manusia sebagai fokus pembangunan. Sumberdaya manusia bukan sekedar
obyek pembangunan, tetapi juga subyek, yang dipandang penting untuk
menentukan arah dan kebijakan pembangunan. Pengembangan sumberdaya
manusia dilakukan melalui pemberdayaan (empowerment), peningkatan
kemampuan untuk menentukan tujuan hidup, mengambil keputusan, dan
kepercayaan diri, serta aktualisasi segala potensi yang dimiliki (self-efficacy) untuk
mendukung perwujudan manusia dan masyarakat yang mandiri (self-empowered).
Harapannya, dengan demikian diharapkan sumberdaya manusia Kabupaten
Rembang akan menjadi motor penggerak pembangunan untuk mewujudkan
kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Dasar hukum penyusunan RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2021-2025
diuraikan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
B A B I | 4
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4614);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4697);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
14.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
15.1Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);9
16.Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
B A B I | 5
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
17.Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
18.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 Tentang Laporan Dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6323);
19.Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 36);
20.Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
21.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah;
22.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1114);
23.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikais
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1447);
24.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3
Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);
25.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009–2029
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
26.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor 91);
B A B I | 6
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
27.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2019 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2018-2023
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah ProvinsiJawa Tengah Nomor 110);
28.Peraturan Daerah Kabupaten Rembang No. 1 tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Rembang 2005-2025.
29.Peraturan Daerah Kabupaten Rembang No. 14 tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 2011-2031
30.Peraturan Daerah Kabupaten Rembang No. 6 tahun 2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2021
1.3. Hubungan Antar Dokumen
Dokumen perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan
yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional dan Provinsi Jawa
Tengah, oleh karena itu RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2021–2025 disusun
dengan memperhatikan RPJMN Tahun 2020-2024, RPJMD Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2018-2023, disamping berpedoman pada RPJPD Kabupaten Rembang Tahun
2005-2025 dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupten Rembang Tahun
2011-2031 serta hasil evaluasi RPJMD tahun 2016–2021.
Selain dokumen-dokumen perencanaan di atas juga perlu memperhatikan
dokumen rencana pembangunan yang relevan, antara lain: Agenda pembangunan
Suistainable Development Goals (SDGs) dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Penyusunan RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2021–2025. Selanjutnya
RPJMD ini menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), Renstra Perangkat Daerah dan Rencana kerja Perangkat Daerah.
Keterkaitan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dapat dilihat pada
Gambar berikut:
B A B I | 7
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 1.1. Keterkaitan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.3.1. Hubungan dengan RPJMN Tahun 2020-2024
Berdasarkan RPJMN Tahun 2020-2024, kebijakan pembangunan nasional
diarahkan pada upaya pencapaian visi dan misi pembangunan nasional tahun
2020-2024. Visi tersebut adalah:
1. Melanjutkan pembangunan infrastruktur menghubungkan kawasan industri
kecil, ekonomi pariwisata, persawahan, perkebunan, tambak perikanan.
2. Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi,
kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah dan mengurangi stunting,
kematian ibu dan kematian bayi
3. Mengundang investasi yang seluas-luasnya untuk membuka lapangan
pekerjaan, memangkas hambatan investasi, perijinan yang lambat dan
pungli
4. Mereformasi birokrasi, reformasi struktural agar lembaga semakin
sederhana, semakin simple, semakin lincah, mengubah mindset, kecepatan
melayani, kecepatan memberi izin
5. Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran, memastikan
setiap rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi, memberikan manfaat
untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Visi ini diturunkan ke dalam 5 agenda prioritas pembangunan nasional yang
terdiri dari:
1. Pembangunan infrastruktur
2. Pembangunan SDM
3. Mendorong investasi
B A B I | 8
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4. Reformasi birokrasi
5. Penggunaan APBN
Kelima agenda prioritas Presiden ini diterjemahkan ke dalam 7 agenda
pembangunan RPJMN 2020-2024, yang mencakup:
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin
pemerataan
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing
4. Revolusi Mental dan pembangunan kebudayaan
5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi dan
pelayanan dasar
6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim
7. Memperkuat stabilitas Polhukhankam dan transformasi pelayanan publik
1.3.2. Hubungan dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023
RPJMD Kabupaten Rembang 2021-2025 mendukung pencapaian visi misi
pembangunan Jawa Tengah. Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2018-2023 diarahkan untuk mewujudkan Visi : ―Menuju Jawa
Tengah Sejahtera dan Berdikari, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi‖. Untuk
mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menetapkan 4 (empat)
misi pembangunan, sebagai berikut :
1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyub
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Mempercepat reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke
pemerintah Kabupaten/Kota;
3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru
untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran;
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, pintar, lebih berbudaya dan
mencintai lingkungan.
1.3.3. Hubungan dengan dokumen RPJPD Kabupaten Rembang Tahun 2005-
2025
Berdasarakan data kondisi umum daerah Kabupaten Rembang, analisis isu-
isu strategis pembangunan jangka panjang 20 tahun ke depan, dan potensi serta
peluang yang ada, dirumuskan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten
Rembang tahun 2005-2025 sebagai berikut : ―Rembang Maju, Mandiri Dan
Sejahtera‖. Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, ditempuh melalui 5 (lima) cara
atau misi sebagai berikut :
B A B I | 9
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas;
2. Mewujudkan pengembangan perekonomian dan daya saing daerah;
3. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik;
4. Mewujudkan pengembangan infrastruktur yang memadai;
5. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
1.3.4. Hubungan dengan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Rembang
Salah satu pedoman dalam pembangunan daerah secara spasial adalah
rencana tata ruang. Rencana tata ruang ini secara umum berisi struktur ruang yang
merupakan pedoman hierarki perkotaan serta penyediaan jaringan prasarana
wilayah serta pola ruang yang merupakan perwujudan dari tata guna lahan yang
direncanakan ke depan. Berdasarkan kebijakan penetapan kawasan strategis
Provinsi Jawa Tengah sebagaimana dijelaskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Jawa Tengah 2009-2029 (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 16 Tahun 2019), Kabupaten Rembang menjadi kawasan industri Jawa
Tengah di bagian timur (sebagai Pusat Kegiatan Wilayah). Untuk mewujudkan
Rembang sebagai PKW tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pengaruh eksternalitas Kabupaten Rembang secara regional. Untuk tujuan tersebut,
penyesuaian terhadap RTRW Kabupaten Rembang (Perda No. 14 tahun 2011)
diperlukan guna mendukung pembangunan berbasis wilayah.
Karakteristik wilayah Kabupaten Rembang terbagi menjadi tiga yaitu kawasan
pesisir di sebelah utara yang diarahkan untuk budidaya perikanan, kawasan
perbukitan di bagian selatan diarahkan untuk pertambangan dan wilayah Tengah
yang banyak dibudidayakan sebagai kawasan pertanian. Kebijakan dan strategi
pengembangan wilayah Kabupaten Rembang disesuaikan dengan karakteristik
wilayah masing-masing.
Untuk mempercepat terwujudnya tujuan pengembangan wilayah ditetapkan
kawasan strategis. Kawasan strategis tersebut ditetapkan berdasarkan pengaruhnya
dalam lingkup wilayah dan mempunyai nilai eksternaliatas baik di bidang ekonomi,
sosial, budaya dan atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis tersebut juga
harus memperhatikan penetapan kawasan strategis nasional maupun propinsi.
Penetapan kawasan strategis di Kabupaten Rembang sebagai berikut :
a. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang meliputi:
1. Kawasan strategis propinsi berupa Kawasan Koridor Perbatasan Blora -
Tuban - Rembang – Bojonegoro.
2. Kawasan strategis Kabupaten berupa Kawasan Bahari Terpadu, Kawasan
Bonang-Binangun-Sluke Zona I dan Zona II, Kawasan Pertanian Terpadu,
Kawasan Agropolitan, Kawasan Pelabuhan dan sekitarnya, Kawasan Tumbuh
B A B I | 10
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Cepat Koridor Jalur Pantura, Kawasan Kota Pantai Unggulan, Kawasan
Minapolitan, PKLp Lasem, PKLp Pamotan, dan PKLp Kragan.
b. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup yang berupa
kawasan strategis Kabupaten yaitu Kawasan Lindung Gunung Lasem dan
Kawasan Mangrove Pasarbanggi.
Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam
dan/atau teknologi tinggi berupa kawasan strategis propinsi yaitu Kawasan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Rembang.
1.3.5. Hubungan Antar Dokumen
Berdasarkan gambaran berbagai dokumen perencanaan tersebut, baik di
tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Nasional, maka hubungan antara dokumen
perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Upaya untuk mewujudkan skala prioritas pembangunan daerah pada RPJPD
Kabupaten Rembang tahap IV, "Meningkatkan kualitas tata kelola
pemerintahan", sejalan dengan prioritas RPJMN 2020-2024 dan RPJMD Provinsi
Jawa Tengah 2018-2023 terkait Reformasi Birokrasi, melalui pencapaian Indeks
Reformasi Birokrasi.
2. Upaya untuk mewujudkan skala prioritas pembangunan daerah pada RPJPD
Kabupaten Rembang tahap IV, ―Menurunkan Angka Kemiskinan‖, sejalan
dengan upaya memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan
kerja baru untuk mengurangi kemiskinan, termasuk sejalan dengan "Agenda
"Kebijakan Percepatan Pemulihan Pasca Pandemic Covid-19", melalui pemulihan
kesehatan, pendidikan dan ekonomi daerah yang terkena dampak Covid-19.
3. Upaya untuk mewujudkan skala prioritas pembangunan daerah pada RPJPD
Kabupaten Rembang tahap IV, ―Meningkatkan Inovasi dan Daya Saing Nilai
Tambah Produksi pada Sektor Perekonomian‖, serta "Meningkatkan
ketersediaan air baku", sejalan dengan agenda penguatan Kabupaten Rembang
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu kawasan industri Jawa Tengah di
wilayah bagian timur.
4. Upaya untuk mewujudkan skala prioritas pembangunan daerah pada RPJMD
tahap IV berupa ―Pengembangan Wilayah dan Pengurangan Kesenjangan
Wilayah serta Pemantaban Infrastruktur‖, sejalan dengan Program Strategis
Nasional oleh Pemerintah Pusat dan Program Prioritas Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah.
5. Upaya untuk mewujudkan skala prioritas pembangunan daerah pada RPJMD
tahap IV berupa "Peningkatan Kualitas Hidup dan Daya Saing SDM", sejalan
dengan prioritas pemerintah pusat sebagaimana RPJMN 2020-2024 untuk
B A B I | 11
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
meningkatkan kualitas SDM. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,
khususnya pendidikan dan kesehatan merupakan jalan paling tepat untuk
meningkatkan kualitas SDM, khususnya warga miskin. Secara berantai, dengan
pendidikan dan kesehatan yang memadai, produktivitas akan meningkat,
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh penduduk miskin dengan jumlah
yang sangat terbatas diharapkan menunjang pembangunan ekonomi, sehingga
secara bersamaan dapat meningkatkan IPM.
1.4. Maksud dan Tujuan
Rancangan Teknokratik RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2021-2025
dimaksudkan sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan yang disusun secara
teknokratik untuk bahan persiapan penyusunan RPJMD sebelum terpilihnya Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Rembang hasil pemilihan 9 Desember 2020.
Selanjutnya tujuan utama penyusunan Rancangan Teknokratis RPJMD Tahun
2021-2025 Kabupaten Rembang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan utama penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten
Rembang periode tahun 2021-2025;
2. Sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi
pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan yang berkelanjutan dan
berkesinambungan terhadap pembangunan jangka menengah;
3. Untuk menggambarkan kondisi umum daerah Kabupaten Rembang;
4. Perumusan gambaran umum keuangan daerah ke dalam kebijakan
pembangunan Kabupaten Rembang;
5. Untuk merumuskan permasalahan-permasalahan pembangunan daerah dan
isu-isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Rembang;
6. Sebagai penelaahan dokumen perencanaan pembangunan lainnya;
7. Terintegrasinya konsep-konsep pembangunan berkelanjutan dan
berkesinambungan ke dalam kebijakan pembangunan Kabupaten Rembang.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika Rancangan Teknokratik RPJMD Kabupaten Rembang Tahun
2021-2025 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017.
Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang penyusunan dokumen, dasar hukum
penyusunan, hubungan antar dokumen, maksud dan tujuan
penyusunan perubahan RPJMD Kabupaten Rembang, serta
sistematika penulisan.
B A B I | 12
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambaran umum kondisi daerah sebagai salah satu pertimbangan
dalam perumusan perubahan kebijakan RPJMD ini, meliputi: aspek
geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek
pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Pada bab ini juga
diuraikan tentang hasil evaluasi RPJMD Tahun 2016-2021 sampai
dengan tahun 2016.
BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH
Bab ini menjelaskan analisis pengelolaan keuangan daerah untuk
memberikan gambaran kapasitas riil keuangan untuk pendanaan
pembangunan dalam lima tahun ke depan.
BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH
Bab ini memuat permasalahan pembangunan dan isu strategis yang
akan diselesaikan hingga akhir masa periode pembangunan jangka
menengah.
BAB V AGENDA KEBIJAKAN
Bab ini menguraikan agenda kebijakan berdasarkan isu-isu strategis
Kabupaten Rembang guna menjadi dasar penyusunan tujuan dan
sasaran, disertai target kinerja yang akan dicapai selama periode
pembangunan daerah di dokumen RPJMD
BAB VI PENUTUP
B A B I I | 13
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Kabupaten Rembang merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi
Jawa Tengah (terdapat 35 Kabupaten/kota). Luas wilayah Kabupaten Rembang
3,1% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Rembang merupakan
kawasan pesisir Utara Pulau Jawa bagian timur Jawa Tengah yang berbatasan
dengan Jawa Timur. Letak tersebut merupakan salah satu simpul strategis jalur
pantai Utara Pulau Jawa. Kabupaten Rembang dapat dicapai melalui transportasi
darat jalan raya dan aksesibilitas semakin meningkat dengan akan dilakukannya
reaktifasi jalur rel kereta api lintas bagian utara Pulau Jawa (Semarang-Demak-
Kudus-Pati-Rembang).
Secara kewilayahan, Kabupaten Rembang memiliki kecenderungan
berkembang ke arah Barat dan Timur. Hal ini menandakan kuatnya jalur
transportasi regional pantai Utara Pulau Jawa. Dalam perkembangannya bentuk
linier Kabupaten Rembang juga berkembang ke arah Selatan. Ini menunjukkan
keterkaitan erat Kabupaten Rembang dengan kawasan sekitarnya, terutama dengan
Kabupaten Tuban, Kabupaten Blora dan Kabupaten Pati. Kondisi ini tentunya
menjadi keunggulan dan daya tarik yang bersifat geografis alami.
Secara umum, gambaran umum kondisi Kabupaten Rembang dapat
diuraikan sebagai berikut.
2.1. Aspek Geografis dan Demografis
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Rembang merupakan Kabupaten paling timur di Provinsi Jawa
Tengah dan terletak di Pantai Utara Jawa Tengah. Kabupaten Rembang berbatasan
dengan beberapa Kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-
batas wilayah Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Blora
Sebelah Barat : Kabupaten Pati
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur
Kabupaten Rembang memiliki luas wilayah 101.408 ha yang terbagi menjadi
14 Kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang memiliki luas wilayah
terbesar adalah Kecamatan Sale (10.715 ha) dan yang terkecil adalah Kecamatan
Sluke (3.759 ha). Data wilayah administratif menurut Kecamatan di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
B A B I I | 14
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Rembang Tahun 2019 No
Kecamatan
Banyaknya
Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
(ha) (%) thd total
1. Sumber 18 7.673 7,57
2. Bulu 16 10.240 10,10
3. Gunem 16 8.020 7,91
4. Sale 15 10.715 10,57
5. Sarang 23 9.133 9,01
6. Sedan 21 7.964 7,85
7. Pamotan 23 8.156 8,04
8. Sulang 21 8.454 8,34
9. Kaliori 23 6.150 6,06
10. Rembang 34 5.881 5,80
11. Pancur 23 4.593 4,53
12. Kragan 27 6.166 6,08
13. Sluke 14 3.759 3,71
14. Lasem 20 4.504 4,44
KabupatenRembang 294 101.408 100
Sumber: Rembang Dalam Angka Tahun 2019
Peta batas administrasi Kabupaten Rembang dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:
Gambar 2.1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Rembang
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Secara astronomis, Kabupaten Rembang terbentang pada garis koordinat
111o 00'–111o 30' Bujur Timur dan 6o 30'–7o 6' Lintang Selatan dengan luas wilayah
mencakup 101.408 ha yang dibatasi oleh Laut Jawa di sebelah utara dan
Pegunungan Kendeng Utara di sebelah selatan.
B A B I I | 15
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Letak geografis Kabupaten Rembang yang berbatasan langsung dengan
Provinsi Jawa Timur, mempunyai nilai strategis sebagai gerbang masuk dari sisi
timur Provinsi Jawa Tengah, terutama pada wilayah Kecamatan Sarang dan
Kecamatan Sale. Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah
perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung
Butak (679 mdpl). Sedangkan sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan
puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 mdpl). Kawasan tersebut kini dilindungi
dalam Cagar Alam Gunung Butak dan Kawasan Hutan Lindung Gunung Lasem.
Dalam sistem pengembangan wilayah Provinsi Jawa Tengah, RTRW Provinsi
Jawa Tengah juga menetapkan Kabupaten Rembang sebagai Kawasan Banglor
(Kawasan Rembang-Blora). Arah pengembangan wilayah Banglor difokuskan sebagai
PKW dengan kawasan perkotaan Cepu sebagai simpul utama. Sedangkan wilayah
PKL Banglor meliputi kawasan perkotaan Rembang, Lasem dan Blora. Sektor
unggulan yang dapat dikembangkan adalah pertambangan minyak dan gas,
pertambangan mineral, pariwisata, perhubungan, pertanian, yang ditunjang oleh
kehutanan, perkebunan dan peternakan. Memperhatikan potensi dan keunggulan
wilayah, serta memperhatikan arah pengembangan wilayah Jawa Tengah kedepan,
maka ditetapkan arah kebijakan pembangunan untuk wilayah Banglor adalah
―Pengembangan wilayah Banglor berbasis perindustrian dan agroforestry yang
didukung pariwisata terpadu dengan berlandaskan prinsip pembangunan
berkelanjutan‖.
a. Topografi Jenis
Secara topografis, Kabupaten Rembang memiliki karakteristik wilayah yang
bervariasi meliputi daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan daerah
pegunungan. Wilayah Kabupaten Rembang 11,81% terletak pada ketinggian 0–7
meter dpl, ketinggian 8 -100 m dpl mencakup 56,83%, ketinggian 101-500 m dpl
mencakup 28,29% dan ketinggian lebih dari 500 meter dpl mencakup 3,07%.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang (56,83%) berada pada ketinggian 8-100
meter dari permukaan air laut. Apabila ditinjau dari kemiringan lereng, kondisi
topografi Kabupaten Rembang sangat beragam dari datar sampai dengan
pegunungan dan berbukit-bukit dimana luasan terbesar terletak pada kelerengan 0-
2% yang mencakup 45,72% dari luas wilayah. Secara lebih rinci, ketinggian wilayah
dan kelerengan di Kabupaten Rembang dapat dilihat dalam tabel berikut.
B A B I I | 16
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kemiringan Lereng di Kabupaten Rembang (Ha) Tahun 2019
No
Kecamatan
Tipe Kemiringan / Kelerengan Tanah Jumlah
0-2% 3-15% 16-40% >40%
1. Sumber 3.168 4.450 51 0 7.673
2. Bulu 1.054 4.906 3.998 282 10.240
3. Gunem 417 5.310 1.609 684 8.020
4. Sale 2.343 6.200 1.946 225 10.714
5. Sarang 4.940 3.819 374 0 9.133
6. Sedan 2.843 3.012 1.382 727 7.964
7. Pamotan 5.226 2.771 159 0 8.156
8. Sulang 5.663 2.730 61 0 8.454
9. Kaliori 6.150 0 0 0 6.150
10. Rembang 5.881 0 0 0 5.881
11. Pancur 1.692 730 1.369 803 4.594
12. Kragan 3.429 1.266 702 769 6.166
13. Sluke 1.014 683 1.445 617 3.759
14. Lasem 2.547 466 874 617 4.504
Total 46.367 36.347 13.970 4.724 101.408
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka, 2020
Gambar 2.2. Peta Kelerengan Lahan Kabupaten Rembang
Di wilayah Kabupaten Rembang, terdapat 46.367 ha (45,72%) daerah dengan
kelerengan 0-2%, 36.374 ha lainnya (35,84%) mempunyai kelerengan 3-15%.
Wilayah perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan 16-40% dan > 40%
masing-masing mencakup luasan 13,78% dan 4,66%.
B A B I I | 17
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berdasarkan tingkat kemiringan, Kabupaten Rembang mempunyai kemiringan yang
beragam, dibagi dalam 4 jenis kelerengan, yaitu:
Lereng I (0-2%) seluas 46.367 Ha. Hampir semua Kecamatan ada, akan tetapi
yang terbanyak terdapat di Kecamatan Kaliori seluas 6.150 Ha, Kecamatan
Rembang seluas 5.881 Ha dan Kecamatan Sulang seluas 5.663 Ha,
Kecamatan Pamotan seluas 5.226. Kelerengan I lahan banyak dimanfaatkan
untuk pemukiman, bangunan, kawasan industri, tambak, usaha perikanan,
dan persawahan, jalan serta infrastruktur lainnya.
Lereng II (3-15%) seluas 36.347 Ha, Kecamatan Kaliori dan Rembang tidak
memiliki kemiringan ini, yang luas adalah di Kecamatan Sale, Kecamatan
Gunem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Bulu, Kecamatan sarang dan
Kecamatan Sedan. Wilayah ini banyak digunakan pemukiman, bangunan,
persawahan, perkebunan, maupun tanaman kehutanan serta jalan dan
bangunan infrastruktur lain.
Lereng III (16-40%) seluas 13.970 Ha, Kecamatan Kaliori dan Rembang tidak
memiliki kemiringan ini, yang luas adalah di Kecamatan Bulu, Kecamatan
Sale, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, dan Kecamatan Sedan. Wilayah
ini banyak digunakan pemukiman bangunan lain, pertanian baik semusim
maupun perkebunan, dan pertambangan.
Lereng IV (> 40%) seluas 4.724 Ha, Kecamatan yang tidak memiliki
kemiringan ini adalah Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sulang, Kecamatan
Kaliori, Kecamatan Rembang, yang luas adalah di Kecamatan Pancur,
Kecamatan Kragan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sluke, dan Kecamatan
Lasem. Wilayah ini banyak digunakan usaha pertambangan,
perkebunan/kehutanan dan jalan serta infrastruktur lainnya.
Secara lebih rinci, luas wilayah Kabupaten Rembang menurut jenis tanah dan
kedalaman efektif tanah disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.
Luas Wilayah di Kabupaten Rembang Menurut Jenis Tanah Tahun 2019
Jenis Tanah Luas
Aluvial 10% dari wilayah Kabupaten
Regosol 5% dari wilayah Kabupaten
Andosol 8% dari wilayah Kabupaten
Grumosol 32% dari wilayah Kabupaten
Mediteran Merak Kuning 45% dari wilayah Kabupaten
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka, 2020
B A B I I | 18
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.4. Luas Kabupaten Rembang Menurut Kedalaman Efektif Tanah
Tahun 2019
No Kecamatan Kealaman Efektif Tanah
Jumlah
0-30 cm 31-60 cm 61-90 cm >90 cm
1. Sumber 0 425 7.248 7.673
2. Bulu 0 1.558 626 8.056 10.240
3. Gunem 0 883 1.218 5.969 8.020
4. Sale 0 1.116 2.806 6.792 10.714
5. Sarang 0 0 0 9.133 9.133
6. Sedan 0 1.300 0 6.664 7.964
7. Pamotan 0 0 0 8.156 8.156
8. Sulang 0 0 529 7.925 8.454
9. Kaliori 0 0 0 6.150 6.150
10. Rembang 0 0 301 5.580 5.881
11. Pancur 0 2.315 0 2.279 4.594
12. Kragan 56 1.757 275 4.078 6.166
13. Sluke 0 1.861 1.661 237 3.759
14. Lasem 0 0 2.652 1.852 4.0504
Total 56 10,740 10,493 80,119 101,408
Persentase 0,06% 10,59% 10,35% 79,01% 100,00%
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka, 2020
b. Jenis Tanah
Secara menyeluruh wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah pertanian
yang relatif subur, kecuali di daerah pegunungan yang terdapat di sebelah timur
bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang, dapat dijelaskan dari jenis tanah yang
terdapat di wilayah Kabupaten Rembang antara lain:
Gambar 2.3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Rembang
B A B I I | 19
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Rembang (Kadar dan Sudijono, 1994), secara
regional Kabupaten Rembang mempunyai urutan stratigrasi meliputi: Formasi
Tawun (Tmt), Formasi Ngrayong (Tmn), Formasi Bulu (Tmb), Formasi Wonocolo
(Tmw), Formasi Ledok (Tml), Formasi Mundu (Tmpm), Anggota Selorejo Formasi
Lidah (QTps), Formasi Lidah (QTpl) dan Formasi Paciran (QTpp). Sebaran struktur
geologi Kabupaten Rembang sebagaimana peta dibawah ini.
Gambar 2.4. Peta Struktur Geologi Kabupaten Rembang
Melihat komposisi struktur geologinya, Kabupaten Rembang memiliki
endapan/deposit bahan tambang antara lain: batu kapur, batu bara muda, Clay,
Dolomit, Tras, Pasir Kwarsa, Fosfat dan sebagainya yang jumlahnya berkisar 8%
dari luas wilayah Kabupaten Rembang yang menjadi potensi daerah di bidang
pertambangan dan bahan galian.
d. Hidrologi
Keadaan hidrologi pada Kabupaten Rembang dipengaruhi oleh sumber air yang
berasal dari permukaan (surface water) dan air tanah. Air permukaan di Kabupaten
Rembang sangat bergantung pada curah hujan yang ditampung dalam sungai dan
embung-embung buatan. Dalam upaya meningkatakan volume air permukaan maka
dengan mengurangi run off air dari hulu ke hilir. Kabupaten Rembang termasuk
dalam dua wilayah sungai yaitu Bengawan Solo dan Jratun Seluna. Wilayah sungai
Bengawan Solo hanya mencakup sebagian kecil wilayah di Kabupaten Rembang di
sekitar Kecamatan Sale. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Rembang termasuk
dalam wilayah sungai Jratun Seluna.
B A B I I | 20
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 2.5. Peta Hidrogeologi Kabupaten Rembang
Gambar 2.6.
Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Rembang
Sedangkan akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu
mengalirkan air tanah) yang ada di Kabupaten Rembang meliputi akuifer dangkal,
akuifer produktivitas tinggi, akuifer produktivitas sedang, akuifer produktivitas
kecil, akuifer produktivitas setempat dan daerah air tanah langka.
Berdasarkan kondisi hidrogeologi tersebut, Kabupaten Rembang mempunyai
tiga Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu CAT Lasem, CAT Pati- Rembang dan CAT
Watuputih. Cekungan air tanah tersebut mendukung cadangan air baku di
Kabupaten Rembang namun penggunaan air tanah harus dilakukan secara bijak
dengan mempertimbangkan kelestarian akuifer air tanah. Lokasi cekungan air
tanah di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada peta berikut.
B A B I I | 21
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 2.7. Peta Cekungan Air Tanah Kabupaten Rembang
Tabel 2.5
Daerah Aliran Sungai dalam WS Jratunseluna di Kabupaten Rembang, 2019
No Nama DAS
Luas
DAS
(km²)
Nama Sungai
Panjang
Sungai
(km)
Nama
Wilayah
Sungai
Lokasi Muara Lokasi Hulu
1 DAS Wangon 52,10 S.Wangon 18,64 Jratunseluna Ds.Bajingjowo,
Kec.Sarang,
Kab.Rembang
Peg.Kapur Utara
(Sarang)
Rembang
2 DAS
Belitung/
Ngepang
100,30
S.Ngepang 25,83 Jratunseluna Ds.Sendangmuly
o, Kec.Sarang,
Kab.Rembang
Peg.Kapur Utara
(Sedan,Sarang)
Rembang
3 DAS Kesambi 60,94 S.Ceper 24,53 Jratunseluna Ds.Sendangmuly
o, Kec.Sarang,
Kab.Rembang
G.Lasem
4 DAS Kidul 29,30 S.Kidul 11,66 Jratunseluna Ds.Tegalmulyo,
Kec.Kragan,
Kab.Rembang
G.Lasem
5 DAS Kresak 11,65 S.Kresak 8,13 Jratunseluna Ds.Woro,
Kec.Kragan,
Kab.Rembang
G.Lasem
6 DAS Kepel 8,39 S.Kepel 7,54 Jratunseluna Ds.Labuhan
Kidul,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
7 DAS
Randualas
3,18 S.Randualas 3,10 Jratunseluna Ds.Sendangmuly
o, Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
8 DAS Grasak 2,92 S.Grasak 3,38 Jratunseluna Ds.Blimbing,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
9 DAS Sanduk 2,75 S.Sanduk 4,58 Jratunseluna Ds.Mangar,
Kec.Sluke,
G.Lasem
B A B I I | 22
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Nama DAS Luas
DAS
(km²)
Nama Sungai Panjang
Sungai
(km)
Nama
Wilayah
Sungai
Lokasi Muara Lokasi Hulu
Kab.Rembang
10 DAS
Dalananyar
1,95 S.Dalananyar 5,28 Jratunseluna Ds.Jatisari,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
Rakitan Sluke
Rembang
11 DAS Jatisari 1,14 S.Jatisari 2,85 Jratunseluna Ds.Jatisari,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
12 DAS Banu 1,60 S.Banu 3,38 Jratunseluna Ds.Jatisari,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
13 DAS Kladen 14,19 S.Klaten 6,71 Jratunseluna Ds.Sluke,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
14 DAS Bonang
/ Nyamplung
5,85 S.Malang 5,43 Jratunseluna Ds.Trahan,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
15 DAS Dukoh 6,16 S.Leran 5,90 Jratunseluna Ds.Leran,
Kec.Sluke,
Kab.Rembang
G.Lasem
16 DAS Bonang 6,17 S.Bonang 7,22 Jratunseluna Ds.Bonang,
Kec.Lasem,
Kab.Rembang
G.Lasem
17 DAS Keris 23,80 S.Tasiksono 16,47 Jratunseluna Ds.Tasiksono,
Kec.Lasem,
Kab.Rembang
G.Lasem
18 DAS Lasem 229,85
S.Lasem 39,09 Jratunseluna Ds.Gedungmuly
o, Kec.Lasem,
Kab.Rembang
G.Lasem &
Peg.Kapur Utara
(Bulu, Gunem.
Sale) Rembang
19 DAS Kiringan 15,94 S.Kiringan 7,76 Jratunseluna Ds.Kasreman,
Kec.Lasem,
Kab.Rembang
Ketangi,
Pamotan,
Rembang
20 DAS
Jambangan
17,30 S.Jambangan 7,49 Jratunseluna Ds.Tritunggal,
Kec.Rembang,
Kab.Rembang
Kerep, Sulang,
Rembang
21 DAS
Panggang
12,49 S.Panggang 7,90 Jratunseluna Ds.Tireman,
Kec.Rembang,
Kab.Rembang
Kerep, Sulang,
Rembang
22 DAS
Sambung
10,61 S.Sambung 5,42 Jratunseluna Ds.Kabongan
Lor,
Kec.Rembang,
Kab.Rembang
Turusgede,
Rembang
23 DAS
Karanggeng
134,14
S.Karanggeneng 48,17 Jratunseluna Ds.Tanjungsari,
Kec.Rembang,
Kab.Rembang
Peg.Kapur Utara
(Bulu)
Kab.Rembang
24 DAS Babadan 57,04 S.Pujon 17,87 Jratunseluna Ds.Bogoharjo,
Kec.Kaliori,
Kab.Rembang
Peg.Kapur Utara
(Bulu)
25 DAS Anyar 37,20 S.Pang 11,50 Jratunseluna Ds.Tasikharjo,
Kec.Kaliori,
Kab.Rembang
Bogorejo,
Sumber,
Rembang
26 DAS 136,67 S.Randugunting 47,37 Jratunseluna Ds.Tunggulsari, Peg.Kapur Utara
B A B I I | 23
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Nama DAS Luas
DAS
(km²)
Nama Sungai Panjang
Sungai
(km)
Nama
Wilayah
Sungai
Lokasi Muara Lokasi Hulu
Randugunting Kec.Kaliori,
Kab.Rembang
(Japah)
Kab.Blora
Sumber : Balai PSDA Seluna, 2019
1) Air Bawah Tanah
Air bawah tanah di Kabupaten Rembang berada di lokasi Akuifer, dimana
akuifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan
secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Akuifer
yang ada di Kabupaten Rembang meliputi akuifer dangkal, akuifer
produktivitas tinggi, akuifer produktivitas sedang, akuifer produktivitas kecil,
akuifer produktivitas setempat dan daerah air tanah langka.
Tabel 2.6 Hidrogeologi Kabupaten Rembang
No Jenis Akuifer Lokasi
1 Akuifer dangkal dengan
produktivitas sedang
Sebagian besar di Kecamatan Kaliori, Kecamatan
Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur,
Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan
Sarang, dan Kecamatan Sedan
2 Akuifer dengan produktivitas
tinggi
Sebagian kecil di Kecamatan Sale
3 Akuifer dengan produktivitas
sedang
Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale,
Kecamatan Sedan, Kecamatan Sarang, Kecamatan
Pamotan
5 Akuifer produktif terdapat
setempat
Sebagian besar di Kecamatan Sluke, Kragan, Kecamatan
Sedan, Kecamatan Pancur, Kecamatan Lasem
6 Akuifer dengan produktivitas
kecil
Sebagian besar di Kecamatan Sumber, Sulang,
Rembang. Sebagian kecil di Kaliori, Pamotan, Gunem,
Bulu, Sale, Pamotan, Pancur, Sedan, Kragan, Sarang
7 Daerah air tanah langka Sebagian kecil di Kecamatan Sarang
Sumber : Kabupaten Rembang yang diolah, Tahun 2019
Kedalaman air tanah di Kabupaten Rembang sebagian besar berada pada
lebih dari 90 cm. Sedangkan untuk Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem dan
Kecamatan Kragan cukup bervariasi yaitu berada pada 30 – 60 cm dan 60 – 90 cm.
Potensi sumber air tanah di Kabupaten Rembang bila diusahakan dapat bermanfaat
untuk sumber air minum maupun pengairan. Di Kabupaten Rembang, terdapat
banyak sumber-sumber mata air. Beberapa sumber air tanah dan pemanfaatannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
B A B I I | 24
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.7 Pemanfaatan Sumber-Sumber Mata Air di Kabupaten Rembang
Tahun 2019
No. Nama Sumber
Mata Air
Lokasi Debit
(lt/det
ik)
Penggunaan Keterangan Desa Kecamatan
1. Brubul Pamotan Pamotan 5 Irigasi Berfungsi
2. Mudal Pamotan Pamotan 80 Air minum
dan irigasi
50 lt/dtk PDAM & 20
lt/dtk irigasi
3. Klongko Bangunrejo Pamotan 8 Irigasi Berfungsi
4. Pragen Pragen Pamotan 12 Irigasi Kering saat kemarau
5. Dowan Dowan Gunem 12 Irigasi Kering saat kemarau
6. Nglondro Suntri Gunem 11 Irigasi Berfungsi
7. Kajar Kajar Gunem 6 Air minum Berfungsi
8. Suruhan Trembes Gunem 8 Irigasi Berfungsi
9. Taban Sidomulyo Gunem 6 Irigasi Kering saat kemarau
10. Pasucen Pasucen Gunem 7 Irigasi Kering saat kemarau
11. Soco SendangMulyo Gunem 7 Air minum Berfungsi
12. Pacing Pacing Sedan 6 Irigasi Berfungsi
13. Kedunglingi Lemah Putih Sedan 10 Air minum Berfungsi
14. Bendo Bendo Sluke 15 Air minum Kering saat kemarau
15. Bulan Sanetan Sluke 7 Irigasi Kering saat kemarau
16. Gebang Labuhan Sluke 25 Irigasi Kering saat kemarau
17. Mrican Bendo Sluke 6 Irigasi Kering saat kemarau
18. Macan Bendo Sluke 6 Irigasi Kering saat kemarau
19. Dur Sumber Bendo Sluke 7 Air minum Kering saat kemarau
20. Semen Gading Sale 557 Air minum &
irigasi
80 lt/dtk PDAM &
477 lt/dtk irigasi
21. Brubulan Tahunan Sale 150 Irigasi Berfungsi
22. Kemloko Kerep Tengger Sale 20 Irigasi Berfungsi
23. Watu Lawang Woro Kragan 5 Irigasi Kering saat kemarau
24. Rambut
Bntung
Tawangrejo Sarang 5 Irigasi Berfungsi
25. Kajar Kajar Salem 9 Irigasi Berfungsi
26. Kajar Pasedan Bulu 30 Air minum Berfungsi
27. Dong Bulu Pasedan Bulu 10 Air minum Berfungsi
28. Kalisodo Pasedan Bulu 9 Irigasi Kering saat kemarau
29. Gondang Pasedan Bulu 15 Irigasi Kering saat kemarau
30. Taban Bulu Bulu 8 Irigasi Kering saat kemarau
31. Gayam Bulu Bulu 10 Irigasi Kering saat kemarau
32. Mudal Bulu Bulu 20 Irigasi Kering saat kemarau
33. Ngluncan Bulu Bulu 5 Irigasi Kering saat kemarau
34. Kebon Mantingan Bulu 10 Air minum Berfungsi
35. Dawe Mantingan Bulu 6 Irigasi Kering saat kemarau
36. Dokoh Mantingan Bulu 5 Irigasi Kering saat kemarau
37. Milikerep Kadiwono Bulu 10 Irigasi Kering saat kemarau
38. Tlogo Karangasem Bulu 15 Irigasi Berfungsi
B A B I I | 25
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Nama Sumber
Mata Air
Lokasi Debit
(lt/det
ik)
Penggunaan Keterangan Desa Kecamatan
39. Gupit Cabean Bulu 10 Irigasi Kering saat kemarau
40. Senok Mlatirejo Bulu 12 Irigasi Kering saat kemarau
41. Candra Pinggan Bulu 8 Irigasi Kering saat kemarau
42. Cadang Pinggan Bulu 10 Irigasi Kering saat kemarau
43. Pinggan Pinggan Bulu 10 Irigasi Kering saat kemarau
44. Belik Kembar Sidowayah Pancur 5 Air minum Berfungsi
45. Ngroto Ngroto Pancur 7 Air minum Berfungsi
46. Druju Joho Gunung Pancur 15 Irigasi Berfungsi
47. Soco Kalitengah Pancur 10 Irigasi Kering saat kemarau
48. Kedung Ruah Warugunung Pancur 7 Irigasi Kering saat kemarau
49. Sumber Agung Sumberagung Pancur 5 - Belum dimanfaatkan
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Tahun 2019
e. Klimatologi
Jenis iklim di Kabupaten Rembang adalah iklim tropis, dengan suhu terendah
22oC, sedangkan suhu maksimum dapat mencapai 34
oC, sehingga suhu rata-rata di
Kabupaten Rembang 27-34oC. Adapun curah hujan rata–rata 550,57 mm per tahun
dimana curah hujan tertinggi terjadi bulan Februari Tahun 2019 yaitu sebanyak
115,6 mm/bulan dan curah hujan terendah terjadi bulan Agustus 0.19 mm/bulan.
Selengkapnya data curah hujan di Kabupaten Rembang tahun 2019, sebagaimana
peta berikut.
Gambar 2.8
Peta Curah Hujan Kabupaten Rembang
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Pola sebaran intensitas curah hujan rata-rata tahunan menunjukkan bahwa
Kecamatan di pedalaman seperti Sumber, Bulu, Gunem, dan Sale relatif menerima
curah hujan lebih tinggi (159-188 mm/hari) daripada Kecamatan di pesisir seperti
B A B I I | 26
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, dan Sarang (68-169 mm/hari). Jumlah
hari hujan rata-rata tahunan Kabupaten Rembang adalah 61 hari dengan jumlah
tertinggi Kecamatan Bulu (92 hari) sedangkan terendah Kecamatan Kaliori (32 hari).
Pola sebaran jumlah hari hujan tahunan tertinggi dialami ke-empat Kecamatan di
pedalaman (55-92 hari hujan) sedangkan terendah dialami Kecamatan-Kecamatan
di pesisir tersebut (32-76 hari hujan). Dengan curah hujan rendah maka banyak
dibangun embung dan waduk sebagai sumber air bersih, antara lain Embung
Lodan, Embung Banyukuwung, Embung Jatimudo, dan Embung Grawan, serta
Embung Panohan yang belum dioperasikan. Di desa-desa juga banyak dibangun
embung namun terbatas untuk memenuhi kebutuhan air irigasi petani.
Gambar 2.9 Intensitas Curah Hujan Kabupaten Rembang Per Kecamatan
Tahun 2019
Sumber: BPS Kabupaten Rembang (2020)
f. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Rembang di dominasi kawasan budidaya seluas
96,73% dan 3,27% kawasan lindung. Kawasan Lindung di Kabupaten Rembang
meliputi kawasan hutan lindung, kawasan lindung setempat dan kawasan suaka
alam. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rembang dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 2.10
Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rembang
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
B A B I I | 27
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Sementara, selengkapnya penggunaan lahan di Kabupaten Rembang dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 2.11 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Rembang
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah Kabupaten Rembang dilakukan dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing Kecamatan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi diutamakan dapat memberdayakan masyarakat
lokal, berbasis potensi lokal serta difokuskan pada industri serta usaha yang
berbasis desa. Selain itu peningkatan minat dan iklim investasi di Kabupaten
Rembang juga diperlukan untuk menambah kesempatan kerja bagi masyarakat.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Rembang pada Tahun 2011-2031 ditujukan
untuk mewujudkan kawasan pantai unggulan yang didukung pengembangan sektor
kelautan dan perikanan, pertanian, pertambangan dan industri dalam keterpaduan
pembangunan wilayah utara dan selatan serta antar sektor yang berwawasan
lingkungan. Perumusan tujuan tersebut tidak lepas dari karakteristik wilayah
Kabupaten Rembang yang mempunyai panjang pantai sekitar 63 km. Di samping itu
Kabupaten Rembang yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur juga
merupakan pintu gerbang yang diharapkan dapat menjadi pusat perekonomian
Jawa Tengah bagian timur.
Untuk mewujudkan visi RPJPD maupun RPJMD Kabupaten Rembang tidak
lepas dari alokasi rencana pola ruang dalam RTRW. Rencana pola ruang dijabarkan
dalamkawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana pola ruang itu merupakan
alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kota, mengatur keseimbangan dan keserasian
peruntukan ruang, sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka
B A B I I | 28
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun dan sebagai dasar pemberian
izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
a. Struktur Ruang Wilayah
Perwujudan struktur ruang wilayah meliputi pusat-pusat pelayanan serta
jaringan pendukung wilayah. Kabupaten Rembang pada konstelasi wilayah Propinsi
Jawa Tengah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). PKL merupakan
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau
beberapa Kecamatan. PKL di Kabupaten Rembang ditetapkan di kawasan perkotaan
Rembang. Selain PKL, Kabupaten Rembang juga mempunyai tiga Pusat Kegiatan
Lokal Promosi (PKLp) yaitu kawasan perkotaan yang kedepan diharapkan dapat
melayani kegiatan setara dengan Pusat Kegiatan Lokal. Tiga kawasan perkotaan
yang ditetapkan menjadi PKLp adalah kawasan perkotaan Lasem, Kawasan
perkotaan Kragan dan Kawasan perkotaan Pamotan. Keberadaan PKLp tersebut
diharapkan juga dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah di Kabupaten
Rembang sehingga pemerataan pembangunan dapat diwujudkan.
Untuk menjamin keterhubungan antara sistem pelayanan kawasan tersebut
direncanakan sistem prasarana. Sistem prasarana terbagi menjadi sistem jaringan
parsarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Sistem jaringan prasarana
utama di Kabupaten Rembang meliputi prasarana transportasi darat dan prasarana
transportasi laut. Sementara itu sistem jaringan prasarana lainnya terbagi menjadi
jaringan energi/ kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air dan
jaringan prasarana lingkungan.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya di Kabupaten Rembang berdasarkan ketentuan pasal 21
Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 terbagi menjadi kawasan peruntukan hutan
produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan
peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan
permukiman, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dan kawasan peruntukan
budidaya lainnya. Kawasan Budidaya mempunyai fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan yang digunakan atau diambil manfaatnya untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Pemanfaatannya harus memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan serta mengedepankan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
B A B I I | 29
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
1) Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas seluas kurang
lebih 1.801 Ha dan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 19.656 Ha.
Kawasan hutan produksi terbatas berlokasi di Kecamatan Gunem dan
Kecamatan Sale. Sementara itu kawasan hutan produksi tetap berlokasi di
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan
Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan,
Kecamatan Pamotan dan Kecamatan Sarang. Pengelolaan kawasan hutan
produksi ini terbagi dalam dua KPH yaitu KPH Mantingan dan KPH
Kebonharjo.
2) Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat diarahkan untuk menunjang fungsi
lindung, sosial dan ekonomi. Di Kabupaten Rembang terdapat kawasan
hutan rakyat seluas kurang lebih 8.837 Ha yang berlokasi di Kecamatan
Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem,
Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Kragan,
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke dan Kecamatan
Pamotan.
3) Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan pertanian terbagi menjadi dua yaitu lahan basah seluas kurang
lebih 29.702 Ha dan lahan kering seluas kurang lebih 39.814 Ha yang
tersebar di semua Kecamatan di Kabupaten Rembang. Untuk menjamin
kedaulatan pangan maka seluas kurang lebih 37.339 Ha ditetapkan menjadi
LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan). Untuk meningkatkan
kemandirian sektor pertanian ditetapkan kawasan strategis Kabupaten dari
sudut kepentingan ekonomi yaitu kawasan agropolitan.
4) Kawasan peruntukan perikanan
Kondisi Rembang yang berada di pesisir pantai menyebabkan sektor
perikanan dan kelautan begitu berkembang pesat. Kawasan peruntukan
perikanan sendiri terbagi menjadi kawasan peruntukan perikanan tangkap,
kawasan peruntukan perikanan budidaya, kawasan pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan dan sarana dan prasarana perikanan. Kawasan
peruntukan perikanan tangkap berada di Perairan Kecamatan Kaliori,
Perairan Kecamatan Rembang, Perairan Kecamatan Lasem, Perairan
Kecamatan Sluke, Perairan Kecamatan Kragan dan Perairan Kecamatan
Sarang. Sejak tahun 2014 kewenangan kawasan perikanan tangkap tersebut
ada pada Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Kawasan peruntukan perikanan
budidaya meliputi budidaya air tawar, budidaya air payau dan budidaya air
B A B I I | 30
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
laut. Kawasan perikanan budidaya air tawar seluas kurang lebih 538 Ha
berada di Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sale, Kecamatan Rembang,
Kecamatan Bulu, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sulang. Untuk
menjamin pemasaran dan pengolahan ikan dibangun 13 buah tempat
pelelangan ikan yang tersebar di 6 Kecamatan pesisir selain itu dibangun
juga unit pembenihan rakyat dan balai benih ikan di Kecamatan Pamotan.
5) Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan terbagi menjadi kawasan peruntukan
pertambangan minerba dan kawasan peruntukan wilayah kerja
pertambangan minyak dan gas bumi. Kawasan peruntukan pertambangan
mineral dan batubara seluas 27.628 Ha dengan potensi tambang berupa
pasir kuarsa, pospat, ball clay, dolomite, gypsum, kalsit, batu gamping,
tras, tanah liat, andesit, batubara dan lignit yang tersebar di semua
Kecamatan di Kabupaten Rembang. Sementara itu kawasan peruntukan
wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi juga tersebar di semua
Kecamatan di Kabupaten Rembang.
6) Kawasan peruntukan industri
Kawasan peruntukan industri terbagi menjadi peruntukan industri besar,
peruntukan industri menengah dan peruntukan industri kecil dan mikro.
Peruntukan industri besar seluas kurang lebih 869 Ha berada di Desa
Pasarbanggi Kecamatan Rembang, di Desa Leran dan Trahan Kecamatan
Sluke, Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke dan Kecamatan Gunem.
Peruntukan industri menengah berada di sepanjang koridor Jalan Pantura
Kabupaten Rembang seluas kurang lebih 8.864 Ha, industri pengolahan
perikanan kelautan di wilayah pesisir Kabupaten,kawasan peruntukan
agroindustri, kawasan peruntukan industri pertambangan. Sementara itu
industri kecil dan mikro tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten
Rembang dengan potensi industri mebel, industri batik, industri kuningan,
industri bordir, industri gula tumbu, industri genteng dan batu bata,
industri garam, olahan perikanan, peternakan, industri mangga, industri
galangan kapal dan industri kecil kawis.
7) Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata terbagi menjadi pengembangan wisata
alam, pengembangan wisata budaya dan pengembangan wisata buatan
manusia. Potensi wisata alam ada di Pantai Pasir Putih Tasikharjo, Pulau
Gede dan Pulau Marongan, Pantai Soka, Wisata Alam Kajar, Watu Layar,
Pantai Caruban Gedongmulyo, Wanawisata Mantingan, Embung Lodan,
Embung Banyu Kuwung dan Embung Kaliombo, Gua Pasucen dan Embung
B A B I I | 31
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Panohan, Embung Trenggulunan dan Taman Wisata Alam Sumber Semen.
Potensi wisata budaya meliputi bangunan pusaka tersebar di Kecamatan
Lasem, Kecamatan Rembang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Bulu dan
Kecamatan Kragan. Potensi wisata buatan ada di Kecamatan Rembang,
Kecamatan Lasem, Kecamatan Sarang dan Kecamatan Sulang.
8) Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terbagi menjadi permukiman perdesaan
danpermukiman perkotaan.Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
seluas kurang lebih 6.090 Ha berada di kawasan perdesaan. Sedangkan
kawasan peruntukan permukiman perkotaan seluas kurang lebih 3.214 Ha
berada di perkotaan Kabupaten dan perkotaan Kecamatan di Kabupaten
Rembang.
9) Kawasan peruntukan budidaya lainnya
Kawasan peruntukan budidaya lainnya berupa kawasan pertahanan dan
keamanan dan kawasan bumi perkemahan. Kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi Komando Distrik Militer di Kecamatan Rembang, Polisi
Resort di Kecamatan Rembang, Pos Angkatan Laut Rembang, Koramil dan
Polsek yang tersebar di semua Kecamatan di Kabupaten Rembang. Kawasan
bumi perkemahan seluas kurang lebih 20 Ha adalah Bumi Perkemahan
Karangsari Park di Kecamatan Sulang.
c. Kawasan Lindung
Kawasan lindung di Kabupaten Rembang terbagi dalam kawasan hutan
lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, kawasan
perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya,
kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.
Pengembangan kawasan lindung tersebut diarahkan untuk mempertahankan
kawasan hutan lindung, mempertahankan fungsi kawasan lindung non hutan,
merehabilitasi kawasan lindung berupa penanaman mangrove di kawasan pesisir
dan mengembangkan ekowisata.
1) Kawasan hutan lindung
Kawasan hutan seluas kurang lebih 2.451 Ha berada di Kecamatan Sedan,
Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur dan Kecamatan
Sluke.
2) Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa
kawasan resapan air.Kawasan resapan air seluas kurang lebih 11.314 Ha
berada di Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem,
B A B I I | 32
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kecamatan Sale, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan
dan Kecamatan Pancur.
3) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi, kawasan sekitar
waduk/embung/bendung, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar
sempadan jalan dan kawasan RTH. Kawasan sempadan pantai seluas +/-
649 Ha berada di Kecamatan pesisir di Kabupaten Rembang. Kawasan
sempadan sungai dan saluran irigasi seluas +/- 9.888 Ha terletak di setiap
Kecamatan yang dilewati sungai. Kawasan sekitar waduk/embung/bendung
berada di Kecamatan Sumber, Sulang, Gunem, Rembang, Kragan, Sarang,
Sluke, Pancur, Bulu dan Pamotan. Kawasan sekitar mata air dan kawasan
sempadan jalan tersebar di semua Kecamatan di Kabupaten Rembang.
Kawasan RTH direncanakan seluas +/- 2.720 Ha (32% dari luas perkotaan).
Kawasan RTH berupa RTH publik dan RTH Privat. RTH Publik berupa hutan
kota, taman kota, jalur hijau jalan dan sungai, tempat pemakaman umum.
RTH privat berupa kebun atau pekarangan rumah tinggal, halaman
perkantoran, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan.
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya seluas kurang
lebih 392 Ha berupa cagar alam Gunung Butak Kecamatan Gunem dan
Kecamatan Sale seluas kurang lebih 45 Ha, taman wisata alam, kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan, kawasan suaka alam laut dan perairan
lainnya dan kawasan hutan bakau. Taman wisata alam seluas kurang lebih
17 Ha berupa Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan merupakan bangunan puasak
ayang tersebar di Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu
dan Kecamatan Kragan. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
berupa kawasan perairan Pulau Gede dan kawasan perairan Pulau
Marongan. Kawasan hutan bakau berada di Kecamatan Rembang seluas
kurang lebih 166,73 Ha, Kecamatan Kaliori seluas kurang lebih 106,98 Ha
dan Kecamatan Lasem seluas kurang lebih 56,29 Ha.
5) Kawasan lindung geologi
Kawasan lindung geologi berupa kawasan imbuhan air berada di Cekungan
Watuputih, Cekungan Lasem dan Cekungan Pati – Rembang.
6) Kawasan lindung lainnya
B A B I I | 33
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kawasan lindung lainnya berupa perlindungan plasma-nutfah berupa
terumbu karang yang tersebar dalam 17 gugusan seluas kurang lebih 145
Ha.
Gambar 2.12 Peta Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
7) Kawasan Strategis Kabupaten
Untuk mempercepat terwujudnya tujuan pengembangan wilayah ditetapkan
kawasan strategis. Kawasan strategis tersebut ditetapkan berdasarkan
pengaruhnya dalam lingkup wilayah dan mempunyai nilai eksternaliatas
baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Penetapan
kawasan strategis tersebut juga harus memperhatikan penetapan kawasan
strategis nasional maupun propinsi. Penetapan kawasan strategis di
Kabupaten Rembang sebagai berikut :
1) Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang
meliputi :
a) Kawasan strategis propinsi berupa Kawasan Koridor Perbatasan Blora -
Tuban - Rembang – Bojonegoro.
b) Kawasan strategis Kabupaten berupa Kawasan Bahari Terpadu,
Kawasan Bonang-Binangun-Sluke Zona I dan Zona II, Kawasan
Pertanian Terpadu, Kawasan Agropolitan, Kawasan Pelabuhan dan
sekitarnya, Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura, Kawasan
Kota Pantai Unggulan, Kawasan Minapolitan, PKLp Lasem, PKLp
Pamotan, dan PKLp Kragan.
B A B I I | 34
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2) Kawasan Strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup yang berupa
kawasan strategis Kabupaten yaitu Kawasan Lindung Gunung Lasem dan
Kawasan Mangrove Pasarbanggi.
3) Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya
alam dan/atau teknologi tinggi berupa kawasan strategis propinsi yaitu
Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Rembang.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana di Kabupaten Rembang meliputi : kawasan rawan banjir,
kawasan rawan longsor/gerakan tanah, kawasan rawan gelombang tinggi/abrasi
dan kawasan rawan bencana kekeringan.
Kawasan Rawan Bencana Banjir
Lokasi rawan banjir di Kabupaten Rembang tersebar di seluruh Kecamatan yang
terjadi secara periodik ketika musim penghujan.
Gambar 2.13
Peta Daerah Rawan Banjir Kabupaten Rembang
Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah/Tanah Longsor
Lokasi daerah rawan longsor di Kabupaten Rembang tersebar di bagian selatan dan
timur wilayah Kabupaten Rembang. Selengkapnya daerah rawan bencana longsor
sebagaimana peta di bawah ini.
B A B I I | 35
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 2.14 Peta Daerah Rawan Longsor Kabupaten Rembang
Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Rawan Abrasi
Abrasi menjadi permasalahan utama di kawasan pesisir Rembang di bagian timur
meliputi Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang, yang
mempunyai resiko abrasi dalam kategori sangat tinggi. Selain di wilayah pesisir
timur, abrasi pantai juga terjadi di wilayah barat yaitu Kecamatan Kaliori, terutama
di Desa Matalan, Wates dan Paloh.
Gambar 2.15
Peta Rawan Abrasi Kabupaten Rembang
d. Pengembangan Kawasan Perdesaan
Pengembangan kawasan perdesaan berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 diarahkan untuk
menumbuhkan pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala lingkungan yang
diwujudkan dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Pusat Pelayanan Lingkungan
B A B I I | 36
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar
desa. Pusat pelayanan lingkungan tersebut meliputi PPL Desa Padaran, Rembang,
PPL Desa Mojorembun, Kaliori, PPL Desa Landoh, Sulang, PPL Desa Sudo, Sulang,
PPL Desa Krikilan, Sumber, PPL Desa Kedungasem, Sumber, PPL Desa Tlogotunggal,
Sumber, PPL Desa Lambangan Wetan, Bulu, PPL Desa Kajar, Lasem, PPL Desa
Tuyuhan, Pancur, PPL Desa Japerejo, Pamotan, PPL Desa Kepohagung, Pamotan,
PPL Desa Sendangmulyo, Sluke, PPL Desa Tahunan, Sale, PPL Desa Tegaldowo,
Gunem, PPL Desa Pandangan Wetan, Kragan, PPL Desa Sendangwaru, Kragan, PPL
Desa Lodan Wetan, Sarang dan PPL Desa Gandrirejo, Sedan.
Dalam upaya pembangunan pedesaan, sebagai salah satu solusi
penanggulangan kemiskinan, Kabupaten Rembang dipandang telah berhasil dalam
memfasilitasi program pengembangan kawasan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar
Desa (PPTAD). Program ini telah berhasil mengembangkan Kawasan Wisata Batik
Lasem yang didukung oleh Pertanian dan Peternakan.
Disamping itu Pemerintah Kabupaten Rembang memiliki 3 pengembangan
kawasan pedesaanyaitu Kawasan Pedesaan Alas Samudro Welo, Kawasan
Simoturun, dan Kawasan Kanung Argosoko. Pengembangan kawasan tersebut
membutuhkan keterpaduan pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam
upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif
dalam bentuk menggali potensi sumberdaya baik manusia maupun alam sehingga
muncul suatu gerakan masyarakat di desa untuk membangun dan meningkatkan
kemampuan, kemandirian serta kesejahteraan masyarakat.
Kawasan Alas Samudro Welo merupakan implementasi dari pengembangan
kawasan pesisir, yang terdiri dari Desa Pasarbanggi, Desa Tritunggal dan Desa
Punjulharjo Kecamatan Rembang serta Desa Gedongmulyo, Desa Dasun dan Desa
Tasiksono Kecamatan Lasem, mengembangkan kawasan pariwisata pantai yang
didukung potensi kelautan, perikanan, konservasi mangrove dan potensi lainnya.
Kawasan Simoturun merupakan implementasi dari pengembangan kawasan
wisata spiritual, yang terletak di Kecamatan Bulu. Kawasan ini merupakan
gabungan dari beberapa desa yaitu Desa Lambangan Wetan, Desa Sumber Mulyo,
Desa Karangasem, Desa Pasedan. Desa-desa tersebut telah bersepakat mengelola
secara bersama dengan membentuk Bumdes bersama ―kapalas‖.
Kawasan Kanung Argosoko merupakan implementasi dari pengembangan
kawasan wisata alam pegunungan Kecamatan Lasem dan Kecamatan Pancur.
Diantaranya adalah Desa Gowak, Desa Kajar, Desa Sendangcoyo, Desa
Warugunung, Desa Criwik, Desa Banyuurip dan Desa Joho Gunung. Potensi yang
B A B I I | 37
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dimiliki kawasantersebut adalah keindahan pemandangan alam di pegunungan
Lasem dan aneka ragam kebun buah.
2.1.3. Aspek Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Rembang pada tahun 2019 berdasarkan
data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Rembang, sebanyak
639.964 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki – laki sejumlah 322.295 jiwa dan
penduduk perempuan sejumlah 317.669 jiwa. Jika dibandingkan dengan penduduk
di tahun 2018 (633.429 jiwa), penduduk tahun 2019 sebanyak 639.964 jiwa atau
mengalami pertumbuhan 1,03 %.
Wilayah yang sebaran penduduknya paling banyak adalah di Kecamatan
Rembang, yang diikuti secara berturut turut Kecamatan Kragan, dan Kecamatan
Sarang. Sedangkan sebaran penduduk yang paling kecil di Kecamatan Bulu.
Kecamatan yang mempunyai penduduk perempuan lebih banyak adalah di
Kecamatan Sumber, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, selebihnya jumlah
penduduknya lebih banyak laki laki. Secara rinci, sebaran penduduk di tiap
Kecamatan dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin beserta rasionya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.8. Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang
Tahun 2019
Kecamatan Jumlah Penduduk (ribu)
Laju Pertumbuhan
Penduduk per Tahun
2010 2016 2017 2018 2019 2018-2019
No. 1 2 3 4 5 6 7
1 Sumber 33 695 34 917 35 014 36338 36559 0,55
2 Bulu 25 731 26 650 26 723 27848 27967 0,54
3 Gunem 22 833 23 948 24 041 23876 24066 0,76
4 Sale 35 902 37 695 37 844 39127 38589 0,78
5 Sarang 60 370 64 407 64 765 60658 61113 1,06
6 Sedan 51 362 54 122 54 359 53556 54588 0,84
7 Pamotan 44 105 45 775 45 908 48788 49381 0,58
8 Sulang 36 914 38 800 38 958 38 737 38709 0,80
9 Kaliori 38 776 40 797 40 969 41726 42032 0,81
10 Rembang 84 381 90 274 90 800 89159 90963 1,10
11 Pancur 27 471 29 098 29 240 30134 30831 0,93
12 Kragan 58 523 62 380 62 721 63880 64758 1,04
13 Sluke 26 721 27 953 28 057 29558 29536 0,72
14 Lasem 47 123 49 320 49 502 50044 50872 0,72
Rembang 593 907 626 136 628 901 633429 639964 0,85
Sumber : Dindukcapil Kab.Rembang, Tahun 2019
B A B I I | 38
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.9 Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk per Kecamatan di Kab. Rembang
Tahun 2019
No Kecamatan
Penduduk
%
Rasio
Jenis
Kelamin (%)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang) Jumlah
1. Sumber 18.210 18.394 36.559 5,71 99,24
2. Bulu 14.128 13.839 27.967 4,37 102,09
3. Gunem 12.173 11.893 24.066 3,76 102,35
4. Sale 19.410 19.179 38.589 6,03 101,20
5. Sarang 31.180 29.933 61.113 9,55 104,17
6. Sedan 27.846 26.743 54.588 8,53 104,13
7. Pamotan 25.096 24.285 49.381 7,72 103,34
8. Sulang 19.395 19.314 38.709 6,05 100,42
9. Kaliori 20.932 21.100 42.032 6,57 99,20
10. Rembang 45.200 45.763 90.963 14,21 98,77
11. Pancur 15.615 15.216 30.831 4,82 102,62
12. Kragan 32.669 32.089 64.758 10,12 101,81
13. Sluke 14.796 14.470 29.536 4,62 100,38
14. Lasem 25.645 25.227 50.872 7,95 101,66
Tahun 2019 322.295 317.669 639.964 100 101,46
Tahun 2018 320.514 315.483 635.997 - 101,59
Tahun 2017 317.384 311.195 628.579 - 101,99
Tahun 2016 315.674 308.494 624.168 - 102,33
Tahun 2015 309.564 311.570 621.134 - 99,36
Sumber : Dindukcapil Kab.Rembang, Semester II Tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Rembang tahun 2019 sebanyak 639.946 jiwa terdiri atas 322.295 jiwa (50,36%)
penduduk laki-laki dan 317.669 jiwa (49,64%) penduduk perempuan. Perbedaan
jumlah penduduk di tiap Kecamatan dipengaruhi lingkungan sosial dan fasilitas
yang tersedia. Adanya perbedaan fasilitas di tiap Kecamatan menyebabkan
persebaran penduduk yang berbeda. Banyaknya fasilitas yang tersedia akan
menarik lebih banyak penduduk karena memiliki peluang usaha yang lebih besar
daripada di area pedesaan. Sementara itu, besarnya sex rasio tahun 2019 adalah
101,46%, artinya setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 101 jiwa penduduk
laki-laki.
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Kabupaten Rembang pada
kelompok umur produktif (usia 15 – 64 tahun) sejumlah 454.610 jiwa (71, 04 %) dan
penduduk tidak produktif (0 – 14 dan 65 tahun ke atas) sejumlah 185.354 jiwa
(28,96%). Dengan membandingkan antara jumlah penduduk tidak produktif dengan
penduduk yang produktif dikalikan dengan 100, maka akan dapat diketahui Rasio
Beban Ketergantungan (dependency rasio). Rasio beban ketergantungan Kabupaten
B A B I I | 39
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Rembang di tahun 2019 adalah 40,77%. Jumlah penduduk Kabupaten Rembang
menurut kelompok umur di tahun 2019, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Rembang
Tahun 2019 No. Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-4 43.753 6,8
2 5-9 46.047 7,2
3 10.14 44.763 7,0
4 15-19 44.087 6,9
5 20-24 48.005 7,5
6 25-29 49.306 7,7
7 30-34 49.748 7,8
8 35-39 51.862 8,1
9 40-44 51.365 8,0
10 45-49 45.494 7,1
11 50-54 44.833 7,0
12 55-59 38.826 6,1
13 60-64 31.084 4,9
14 65-69 22.362 3,5
15 70-74 11.981 1,9
16 >75 16.448 2,6
Jumlah 639.964 100
Grafik 2.1
Piramida Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2019
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2020
Adanya bonus demografi ini dapat memberikan manfaat bagi daerah, karena dengan
lebih banyaknya jumlah penduduk usia produktif dibandingkan dengan usia non-
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Laki Laki Perempuan
B A B I I | 40
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
produktif berarti lebih banyak tenaga kerja yang tersedia, dan jika terserap
maksimal di dunia kerja, akan meningkatkan pendapatan suatu daerah. Akan tetapi
hal ini dapat terpenuhi dengan salah satu syarat, yaitu masyarakat yang
berkualitas. Apabila kualitas masyarakat rendah, maka hal ini malah bisa membalik
keadaan dan menghambat proses pembangunan daerah.
Sementara itu, pada piramida penduduk dapat dilihat bahwa populasi lanjut
usia semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia. Pemerintah harus merumuskan pelayanan kesehatan usia
lanjut untuk meningkatkan mutu kehidupan demi mencapai masa tua yang bahagia
dan berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan kelompok
usia lanjut pemerintah mencanangkan pelayanan dalam wujud posyandu lansia.
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kabupaten Rembang tahun 2019 mencapai 629.33
jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 14 Kecamatan cukup bervariasi dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Rembang dengan kepadatan
1.575,45 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Bulu yaitu 263,03 jiwa/km2.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang
Tahun 2019
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
(Ribu Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
1. Sumber 78,2 35,30 460,03
2. Bulu 101,1 26,93 263,03
3. Gunem 84,74 24,35 303,58
4. Sale 109,02 38,34 357,82
5. Sarang 93,83 66,02 722,87
6. Sedan 86,35 55,15 692,49
7. Pamotan 80,6 46,31 567,78
8. Sulang 84,81 39,49 467,06
9. Kaliori 61,17 41,54 675,46
10. Rembang 61,55 92,65 1 575,45
11. Pancur 43,01 29,72 647,46
12. Kragan 67,18 63,91 1 036,52
13. Sluke 38,02 28,39 755,15
14. Lasem 46,12 50,09 1 112,14
JUMLAH 2019 1 035,70 638,19 629,33
2018 1 014,08 635,80 627
2017 1 014,08 630,89 620
2016 1 014,08 626.136 617
B A B I I | 41
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
(Ribu Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)
2015 1 014,08 621.134 613
2014 1 014,08 616.901 608
2013 1 014,08 611.495 603
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka, Tahun 2020
d. Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kabupaten Rembang
dengan persentase terbesar adalah Tamat SD/Sederajad mencakup 34,319%, diikuti
dengan penduduk yang sekolah SLTP/Sederajad mencakup 18,808% dan penduduk
yang tidak/belum sekolah mencakup 18,301%. Sedangkan penduduk yang
menamatkan pendidikan jenjang SLTA/Sederajad sebanyak 12,721% dan jumlah
penduduk yang memiliki strata pendidikan Akademi hingga Strata 1 ke atas, tidak
lebih dari 3% dari total penduduk Kabupaten Rembang sehingga kualitas sumber
daya manusia Kabupaten Rembang jika dilihat dari tingkat pendidikan masih
cenderung rendah. Adapun komposisi penduduk Kabupaten Rembang berdasar
tingkat pendididkan dirinci dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tahun 2019 No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak/ Belum Sekolah 117.120 18,301
2 Belum Tamat SD/ Sederajat 76.326 11,927
3 Tamat SD/ Sederajat 219.627 34,319
4 SLTP/ Sederajat 120.365 18,808
5 SLTA/ Sederajat 81.410 12,721
6 D-I/D-II 1.923 0,300
7 Akademi/ D-III/ Sarjana Muda 4.574 0,715
8 D-IV/ Strata I 17.880 2,794
9 Strata II 711 0,111
10 Strata III 28 0,004
Jumlah 639.964 100
Sumber: Disdukcapil 2019 Kab. Rembang Semester II Tahun 2019
e. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian, penduduk Kabupaten Rembang sebagian
besar bekerja sebagai mengurus rumah tangga (19.2%), petani/pekebun (17.5%),
wiraswasta (14.25%). Sementara itu, penduduk yang belum atau tidak bekerja
19.16% dan pelajar/mahasiswa 14.83%. Mata pencaharian bersifat profesi cukup
banyak dan beragam, sebagaimana tabel berikut.
B A B I I | 42
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kabupaten Rembang Tahun 2019 No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum/ Tidak Bekerja 112.628 19,16
2 Mengurus Rumah Tangga 122.872 19,20
3 Pelajar/ Mahasiswa 94.888 14,83
4 Pensiunan 3.755 0,59
5 PNS/ TNI/ POLRI 8.520 1,33
6 Perdagangan 1.578 0,25
7 Petani/Pekebun/Peternak 112.000 17,50
8 Nelayan/Perikanan 18.814 2,94
9 Industri 210 0,03
10 Konstruksi 241 0,04
11 Transportasi 769 0,12
12 Karyawan Swasta 27.525 4,30
13 Karyawan BUMN 648 0,10
14 Karyawan BUMD 231 0,04
15 Karyawan Honorer 843 0,13
16 Buruh 10.355 1,62
17 Tukang 2.987 0,47
18 Dosen 115 0,02
19 Guru 4.606 0,71
20 Konsultan 13 0,00
21 Dokter 98 0,02
22 Bidan 363 0,06
23 Perawat 369 0,06
24 Apoteker 22 0,01
25 Pelaut 150 0,02
26 Sopir 3.945 0,62
27 Pedagang 4.819 0,75
28 Perangkat Desa 1.910 0,30
29 Wiraswasta 93.057 14,25
30 Lainnya 1.622 0.25
Jumlah 639.964 100
Sumber: Disdukcapil 2019 Kab. Rembang Semester II Tahun 2019
B A B I I | 43
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5,32 5,43 5,15
5,5 5,28
6,98
5,89
5,2
5,34 5,14
5,42 5,47 5,28 5,13 5,31 5,41
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Ekonomi Rembang Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatau wilayah dilakukan dengan
melihat data Produk Domestik Bruto Atas Harga Dasar Konstan dari tahun
sebelumnya dan tahun berikutnya. Hingga periode 2019, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Rembang berfluktuasi (Gambar.2.5). Pencapaian pertumbuhan ekonomi
tertinggi terjadi di tahun 2017 yaitu 6.98% dan selanjutnya mengalami penurunan
secara berturut turut menjadi 5.2% di tahun 2019.
Gambar 2.16. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rembang dan Jawa Tengah
Tahun 2012-2019
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2019
Dalam kurun waktu 2015-2019, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang
cenderung lebih tinggi di bandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah,
meskipun di tahun 2019 pertumbuhan ekonominya kembali turun dibawah Jawa
Tengah. Dari sudut pandang kewilayahan, perekonomian Kabupaten Rembang,
apabila dinilai secara nominal terbilang relatif kecil dibandingkan dengan
Kabupaten/kota se Jawa Tengah. Pada tahun 2019, perekonomian Kabupaten
Rembang mampu menyumbang 1,4% dari total produksi barang dan jasa (PDRB)
yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah, atau setara dengan Rp 18,9 trilyun. Hal
ini menjadikan pertumbuhan ekonomi Rembang pada tahun yang sama lebih cepat
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi Kudus, dan
Blora.
B A B I I | 44
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Postur perekonomian Rembang pada tahun 2019 masih mirip dengan tahun
sebelumnya. Sumbangan utama berasal dari tiga lapangan usaha yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap produksi barang dan jasa, yaitu lapangan usaha
pertanian, industri pengolahan dan perdagangan. jika dilihat dari perkembangan
data beberapa tahun ke belakang, PDRB Kabupaten Rembang telah naik lebih dari 2
kali lipat dari tahun 2010. Peningkatan nilai tersebut tidak terlepas dari kontribusi
perubahan jumlah volume produksi sekaligus perkembangan harga pada periode
waktu yang sama. Perkembangan tersebut juga perlahan turut merubah postur
perekonomian Kabupaten Rembang, yang tercermin dari dinamika distribusi setiap
komponen di dalamnya (konsumsi akhir rumah tangga dan lembaga nirlaba, belanja
pemerintah, investasi, perubahan inventori, serta ekspor-impor).
Perkembangan perekonomian Kabupaten Rembang juga dapat diamati dari
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK). Komponen-komponen
pengeluaran pada PDRB ADHK menggambarkan perubahan ekonomi secara riil,
terutama berkaitan dengan perubahan volume konsumsi akhir. Selama selang
tahun 2015 -2019, PDRB Kabupaten Rembang atas dasar harga konstan terus
bertumbuh dari Rp 10,85 trilyun menjadi Rp 13,61 trilyun, atau mengalami
penambahan rata-rata Rp 690 milyar pertahun.
Gambar 2.17 Perbandingan PDRB Kabupaten Rembang Atas Dasar Harga Berlaku dan
Konstan Menurut Pengeluaran, Tahun 2015-2019(Trilyun Rupiah)
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2020
2015; 13,9 2016; 14,87
2017; 16,32
2018; 17,69 2019; 18,93
2015; 10,85 2016; 11,42 2017; 12,22 2018; 12,94 2019; 13,61
2015 2016 2017 2018 2019ADHB ADHK
B A B I I | 45
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dari Gambar 2.17 di atas, tampak bahwa baik nilai PDRB atas dasar harga berlaku
(ADHB) maupun ADHK secara konsisten menunjukkan kecenderungan meningkat.
Peningkatan PDRB ADHK disebabkan karena penambahan volume produksi,
sementara peningkatan PDRB ADHB, selain karena volume produksi, juga
dipengaruhi oleh faktor harga pasar setiap tahun.
Besaran PDRB pengeluaran merupakan agregat dari semua komponen pengeluaran
yang terdiri dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT), konsumsi akhir
LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap
bruto (PMTB), dan net ekspor (ekspor dikurangi impor). Porsi masing-masing pada
tahun 2019 dan dinamika perkembangan setiap tahunnya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.14 Distribusi PDRB Kabupaten Rembang Pengeluaran Atas Dasar Harga
Berlaku,Tahun 2015-2019 (Persen) Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018** 2019***
1. Konsumsi Rumah Tangga 70,02 70,11 70,16 70,61 71,76
2. Konsumsi LNPRT 1,47 1,49 1,46 1,49 1,57
3. Konsumsi Pemerintah 9,52 8,63 9,41 9,10 8,77
4. PMBT 21,47 21,67 22,30 23,13 23,57
Total PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2020
Tabel 2.15 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang Pengeluaran Atas Dasar Harga
Konstan (2010), Tahun 2015-2019 (Persen)
Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018** 2019***
1. Konsumsi Rumah Tangga 5,94 5,05 6,48 6,27 5,99
2. Konsumsi LNPRT (1,58) 5,42 4,62 7,70 10,25
3. Konsumsi Pemerintah 2,14 3,16 3,58 3,09 2,44
4. PMBT 5,92 6,26 8,84 8,28 5,19
Total PDRB 5,50 5,28 6,98 5,89 5,20
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2020
Nilai PDRB berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan tahun 2017-
2019 mengalami peningkatan. Nilai sektor PDRB terbesar dipegang oleh pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, dan
sektor konstruksi. Secara rinci hal tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2.16 Perkembangan PDRB Kabupaten Rembang Tahun 2017-2019
Lapangan Usaha ADHB (Miliyar rupiah) ADHK (Miliyar Rupiah)
2017 2018 2019 2017 2018 2019
A Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 4 589,19 4 807,49 4 737,06 3 359,99 3 420,62 3 301,21
B Pertambangan dan Penggalian 653,01 709,09 797,94 415,16 442,57 491,37
C Industri Pengolahan 3 561,49 3 958,54 4 374,26 2 674,36 2 892,13 3 151,23
B A B I I | 46
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Lapangan Usaha ADHB (Miliyar rupiah) ADHK (Miliyar Rupiah)
2017 2018 2019 2017 2018 2019
D Pengadaan listrik dan gas 11,94 13,13 14,00 10,79 11,60 12,35
E Pengadaan air, pengelolaan
limbadan dan sampah 6,68 6,95 7,37 6,02 6,16 6,43
F Konstruksi 1 225,82 1 346,85 1 503,00 953,60 1 019,20 1 106,70
G Perdagangan besar, ecer,
reparasi mobil motor 2 089,49 2 290,63 2 531,90 1 640,95 1 768,56 1 911,12
H Transportasi dan pergudangan 568,69 616,61 680,93 495,34 532,27 577,83
I Penyediaan akomodasi dan
makan 491,02 532,03 593,16 400,21 428,68 470,61
J Informasi dan Komunikasi 177,94 199,89 227,85 185,86 208,87 235,63
K Jasa Keuangan dan asuransi 694,27 749,59 785,01 474,32 492,21 507,48
L Real Estate 143,67 154,27 165,07 124,60 131,28 138,61
M,N Jasa Perusahaan 45,14 49,45 56,10 36,58 39,14 43,29
O Adm. Pemerintah, pertahanan,
dan social 593,60 624,61 652,71 431,05 444,97 458,80
P Jasa Pendidikan 948,03 1 051,06 1 164,78 604,78 656,45 712,01
Q Jasa kesehatan 207,60 228,63 253,82 153,84 167,52 182,55
R,S,T,U Jasa Lainnya 317,16 351,59 389,38 252,73 277,67 305,33
PDRB 16 324,72 17 690,40 18 934,34 12 220,17 12 939,88 13 612,55
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2019
2.2.2 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai peran atau
sumbangan sektor-sektor dalam perekonomian terhadap produk domestik regional
bruto (PDRB) sutu daerah. Gambaran PDRB tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
data-data di bawah ini:
Tabel 2.17 PDRB per kapita Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018** 2019***
PDRB
ADHB Miliyar (Rp) 13.897.816 14.871.689 16.324.716 17.690.401 18.934.343
PDRB
ADHK Miliyar (Rp) 10.850.269 11.423.008 12.220.172 12.939.882 13.612.548
PDRB/
Kapita Juta NA 23,8 26,0 27,9 29,7
Sumber: BPS 2019, data diolah
Tabel 2.18 Perbandingan Indikator PDRB Perkapita Wilayah Eks-Karesidenan Pati
Tahun 2019
Kabupaten
PDRB ADHB
(ribu rupiah)
Jumlah
Penduduk
PDRB
Perkapita
(Juta rupiah/
penduduk)
Pertumbuhan
PDRB
Perkapita (%)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Blora 25.797.446 865.013 30,03 5,09 4,05
Rembang 18.934.344 638.188 29,67 6,26 5,20
Pati 43.063.877 1.259.590 34,19 7,37 5,86
B A B I I | 47
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kabupaten
PDRB ADHB
(ribu rupiah)
Jumlah
Penduduk
PDRB
Perkapita
(Juta rupiah/
penduduk)
Pertumbuhan
PDRB
Perkapita (%)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Kudus 11.514.047 871.311 126,84 5,00 3,10
Jepara 30.230.591 1.257.912 24,03 6,50 6,02
Sumber: BPS 2019, data diolah
Pada tinjauan makro sektoral perekonomian suatu daerah dapat berstruktur
agraris industri atau jasa. Hal ini tergantung pada sektor apa yang dapat menjadi
tulang punggung perekonomian daerah yang bersangkutan. Untuk mengetahui
makro sektroral yang mendukung di Kabupaten rembang, dapat dilihat dalam
bentuk PDRB ADHK dan ADHB berikut:
B A B I I | 48
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.19 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rembang Tahun 2016 – 2019
No Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019
(Rp) / Juta % (Rp) / Juta % (Rp) / Juta % (Rp) / Miliar %
A. Pertanian Kehutanan, &
Perikanan 1 302 605,42 28,89 2 497 739,21 27,71 4 753 614,43 27,00 4 737,06 25,02
B. Pertambangan & Penggalian 266 795,90 3,14 654 527,46 4,03 743 538,94 4,22 797,94 4,21
C. Industri Pengolahan 3 219 174,66 21,70 3 523 070,45 21,71 3 859 590,89 21,92 4 374,26 23,10
D. Pengadaan Listrik & Gas 10 351,25 0,07 11 938,13 0,07 13 120,01 0,07 14,00 0,07
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, & Daur Ulang 6 412,17 0,04 6 684,05 0,04 6 952,33 0,04 7,37 0,04
F. Konstruksi 1 115 264,32 7,50 1 225 818,40 7,55 1 346 853,27 7,65 1 503,00 7,94
G. Perdagangan Besar & Eceran,
Reparasi Mobil & Sepeda Motor 1 913 729,12 12,86 2 089 486,19 12,88 2 290 627,81 13,01 2 531,90 13,37
H. Transportasi & Pergudangan 526 759,91 3,54 601 088,05 3,70 650 801,47 3,70 680,93 3,60
I. Penyediaan Akomodasi &
Makan Minum 454 939,89 3,06 491 019,99 3,03 532 027,72 3,02 593,16 3,13
J. Informasi & Komunikasi 154 072,17 1,04 177 937,06 1,10 199 888,84 1,14 227,85 1,20
K. Jasa Keuangan & Asuransi 638 905,25 4,31 694 270,68 4,28 749 586,35 4,26 785,01 4,15
L. Real Estate 133 460,25 0,90 143 670,05 0,89 154 271,75 0,88 165,07 0,87
M,N Jasa Perusahaan 41 042,09 0,28 45 135,73 0,28 49 446,65 0,28 56,10 0,30
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan & Jamsos Wajib 567 661,05 3,82 593 597,74 3,66 624 607,15 3,55
652,71
3,00
P.
Jasa Pendidikan 843 510,01 5,67 948 028,24 5,84 1 051 057,96 5,97
1 164,78
6,00
Q. Jasa Kesehatan & Kegtan Sosial 186 904,57 1,26 207 599,38 1,28 228 625,51 1,30 1,34
B A B I I | 49
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019
(Rp) / Juta % (Rp) / Juta % (Rp) / Juta % (Rp) / Miliar %
253,82
R,S,T,U Jasa Lainnya 288 101,61 1,94 317 158,75 1,95 349 893,59 1,99 389,38 2,06
PDRB ADHB 147 871 689,64 100,00 16 228 769,56
100,00 17 604 514,67
100,00 18 934,34
100,00
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2019-2020
Tabel 2.20 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Rembang
Tahun 2016 – 2020
No Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019
(Rp) /miliar % (Rp) / miliar % (Rp) / miliar % (Rp) / miliar %
A. Pertanian Kehutanan, dan
Perikanan 3.168, 2 27,80 3.291
27,5
0 3 420,62 26.43 3 301,21 24.25
B. Pertambangan dan
Penggalian 343,7 3,01 415, 3 3,40 442,57 3.42 491,37 3.61
C. Industri Pengolahan 2.488, 8 21,74 2.646,6
21,8
8 2 892,13 22.35 3 151,23 23.15
D. Pengadaan Listrik dan Gas 10,07 0,09 10, 8 0,09 11,60 0.09 12,35 0.09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang
5,81 0,05 6,02 0,05 6,16 0.05 6,43 0.05
F. Konstruksi 886, 13 7,76 952, 8 7,80 1 019,20 7.88 1 106,70 8,13
B A B I I | 50
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019
(Rp) /miliar % (Rp) / miliar % (Rp) / miliar % (Rp) / miliar %
G. Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
1.541,93 13,51 1.643,01 13,4
3 1 768,56 13.67 1 911,12 14.04
H. Transportasi dan
Pergudangan 467,18 4,09 495,34 4,05 532,27 4.11 577,83 4.24
I. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 376,93 3,30 399,91 3,27 428,68 3.31 470,61 3.46
J. Informasi dan Komunikasi 168,12 1,47 182,66 1,52 208,87 1.61 235,63 1.73
K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 454,1 3,98 473,22 3,88 492,21 3,80 507,48 3,73
L. Real Estate 118,52 1,04 124,5 1,02 131,28 1.01 138,61 1.02
M,N Jasa Perusahaan 33,72 0,30 36,48 0,30 39,14 0.30 43,29 0.32
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
421,48 3,69 437,55 3,53 444,97 3,44 458,80 3,37
P. Jasa Pendidikan 559,13 4,90 603,08 4,95 656,45 5.07 712,01 5.23
Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 141,78 1,24 153,34 1,26 167,52 1.29 182,55 1.34
R,S,T,
U
Jasa Lainnya 232,50 2,07 251,93 2,15 277,67 2.15 305,33 2.24
PDRB ADHK dan persentase
kontribusi terhadap PDRB 11.418,00 100 12.123,47 100 12 939,88 100 13 612,55 100.00
Sumber: Rembang Dalam Angka Tahun 2019
B A B I I | 51
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.21 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut Pengeluaran Kabupaten Rembang (miliar rupiah)
Tahun 2016-2019
No Jenis Pengeluaran PDRB Kabupaten Rembang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
2015 2016 2017* 2018** 2019***
1 Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga 9.731.003,28 10.426.703,88 11.452.740,57 12.491.052,22 13.587.783,71
2 Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 204.854,77 220.971,12 238.541,84 263.910,76 297.973,79
3 Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 1.323.420,73 1.432.360,72 1.536.667,59 1.609.790,01 1.661.436,90
4 Pembentukan Modal Tetap
Bruto 2.984.350,28 3.223.010,29 3.640.946,62 4.092.182,31 4.4652.602,52
5 Perubahan Inventori 258.955,6 141.519,16 391.300,03 626.343,87 665.099,59
6 Net Ekspor -604.758,07 -572.875,53 -935.480,11 -1.392.877,50 -1.740.552,60
PDRB
PENGELUARAN 13.897.816,58 14.871.689,64 16.324.716,54 17.690.401,67 18.934.343,91
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, Data diolah 2019
* : Angka tetap
** : Angka sementara
** : Angka sangat sementara
B A B I I | 52
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.22 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2010 Menurut Pengeluaran Kab. Rembang
Tahun 2015 – 2019 (Juta Rupiah)
No Jenis Pengeluaran PDRB Kabupaten Rembang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
2015 2016 2017* 2018** 2019***
1 Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga 7.312.754,27 7.681.837,04 8.692.899,07 9.213.888,80
2 Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 148.876,62 156.950,90 164.194,91 176.839,20 194.965,22
3 Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 939.212,99 968.867,15 1.003.549,45 1.034.542,88 1.059.785,73
4 Pembentukan Modal Tetap
Bruto 2.345.804,58 2.492.673,90 2.713.089,97 2.937.639,09 3.090.150,77
5 Perubahan Inventori 142.979,18 191.260,44 352.415,42 305.762,58 426.482,76
6 Net Ekspor -39.358,44 -68.581,13 -192.738,96 -207.800,53 -372.724,88
PDRB
PENGELUARAN 10.850.269,20 11.423.008,30 12.220.172,17 12.939.882,29 13.612.548,40
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, Data diolah 2019
B A B I I | 53
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan pejelasan sebagai berikut:
1. Nilai kontribusi PDRB ADHK Tahun 2010 pada Tahun 2015 adalah Rp.
10.85 Trilyun, kemudian pada Tahun 2016 Rp. 11,4 Trilyun, pada tahun
2017 terus naik menjadi Rp. 12,12 Trilyiun, tahun 2018 menjadi Rp.
12,94 Trilyun dan pada 2019 menjadi Rp. 13,6 Trilyun. Nilai kontribusi
PDRB ADHK tahun 2010 pada tahun 2019 yang tertinggi masih sama
dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu berasal dari lapangan usaha
Pertanian Kehutanan, dan Perikanan 25,02%, tetapi kontribusinya
menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan yang
terendah adalah lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0,04%. Dapat disimpulkan bahwa makro
sektoral perekonomian Kabupaten Rembang berstruktur agraria, dengan
potensi perkembangan industri, khususnya pengolahan dan tambang, dan
oleh karena itu, sektor ini, bersama dengan sektor pertanian, kehutanan
dan perikanan, perlu mendapat dorongan untuk terus dikembangkan
produktifitasnya dan nilai tambahnya.
2. Nilai PDRB menurut pengeluaran selama tahun 2015 - 2019 tetap
didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga, bahkan lebih dari
separuh nilai PDRB Kabupaten Rembang. Pada tahun 2019 nilai PDRB
Atas dasar Harga Berlaku menurut pengeluaran Kabupaten Rembang
yaitu 71,76% mengindikasikan masyarakat Rembang sebagian besar
sekedar mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Agar didapatkan hasil
yang stabil, maka perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengatur pola hidup agar tidak konsumtif, khususnya
untuk kebutuhan makan, minum dan rokok, serta mulai mendorong
mereka melakukan investasi. Komponen lainnya yang cukup besar
memberikan peranan adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
atau investasi 23,57%.
B A B I I | 54
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.2.3 Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana
barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau
turunnya daya jual mata uang suatu negara. Perubahan harga secara umum
(inflasi/deflasi) untuk barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat di ukur
dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Tingkat inflasi di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu tahun
2009–2019 masih terkendali cukup baik, meskipun pada tahun 2013 dan
2014 di angka tertinggi yaitu 6,88% dan 7,59%, namun pada kurun waktu 3
tahun berikutnya pada tahun 2015 s.d. 2019 mengalami tingkat inflasi yang
stabil yaitu di kisaran angka 1% s.d. 3%.
Inflasi di Kabupaten Rembang selama tahun 2019 (Januari –
Desember) adalah 2,46 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 132,49 pada
Desember 2018 menjadi 135,75 pada Desember 2019. Besarnya tingkat
inflasi di Kabupaten Rembang tergolong ringan (creeping inflation) atau dapat
dikatakan moderate low inflation. Kondisi ini mencerminkan bahwa mata
uang Rupiah di Kabupaten masih berharga.
Penyumbang terbesar inflasi di Kabupaten Rembang selama tahun
2019 adalah bahan makanan yaitu 0,67 persen. Pemicunya bersumber dari
kenaikan harga bumbu-bumbuan. Penyumbang terbesar kedua adalah
kelompok kesehatan yaitu 0,49 persen. Pemicunya bersumber dari kenaikan
harga jasa kesehatan dan obat-obatan, perawatan jasmani dan kosmetika.
Harga barang dan jasa di Kabupaten Rembang pada tahun 2019
mengalami inflasi yang cukup stabil walaupun sempat mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2016 tercatat mengalami inflasi 1,75 persen,
naik 1,56 poin apabila dibandingkan dengan inflasi tahun 2017 yaitu 3.31
persen, tahun 2018 2,53 persen dan tahun 2019 cukup stabil pada angka
2,46 persen.
Tabel. 2.23 Perkembangan Inflasi Kabupaten Rembang Tahun 2019
Tingkat Inflasi 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
6,88 7,59 2,66 1,75 3,31 2,53 2,46
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2019
B A B I I | 55
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Perkembangan inflasi y-o-y Kabupaten Rembang dan Kabupaten/kota
terdekat selama tahun 2009 – 2019 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar.2.18 Perkembangan Perbandingan Inflasi Kabupaten Rembang
Sumber: BPS Kabupaten Rembang
Berdasarkan gambar 2.18 menunjukkan sering kali tingkat inflasi di
Kabupaten Rembang dibawah tingkat inflasi Jawa Tengah maupun nasional.
Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat daya beli masyarakat Rembang masih
di bawah Jawa Tengah dan nasional. Satu hal yang baik adalah Kabupaten
Rembang mampu menurunkan inflasi dengan baik, dan stabilisasi inflasi
juga terkendali di tahun 2015-2019.
2.2.4 Indeks Gini
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien
gini diukur berdasarkan pengeluaran kumulatif yang membandingkan
distribusi dari suatu variable tertentu (misalnya pendapatan) dengan
distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.
Indeks Gini di Kabupaten Rembang selama 2015-2019 menunjukkan
bahwa tren ketimpangan pendapatan penduduk yang berada dalam kategori
sedang atau menengah. Adapun perkembangan indeks gini Kabupaten
Rembang selama 5 tahun sebagaimana tabel berikut.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Nasional Jawa Tengah Rembang
B A B I I | 56
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.24 Indeks Gini Kabupaten Rembang Tahun 2019
KABUPATEN REMBANG
INDEKS GINI (TAHUN)
2016 2017 2018 2019
0,30 0,32 0.33 0.31
Sumber : BPS, 2020
Jika dibandingkan dengan indeks gini Provinsi Jawa Tengah dan
Nasional, posisi angka ketimpangan Kabupaten Rembang mulai Tahun 2015
sampai Tahun 2019 lebih rendah daripada angka Provinsi Jawa Tengah dan
Nasional. Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Rembang menunjukkan
pada tahun 2015, 2016 dan 2017 adalah 0,30 mengalami peningkatan pada
tahun 2018 menjadi 0,33 dan kembali turun pada tahun 2019 menjadi 0,31.
Adapun perbandingan Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Rembang
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019 sebagai
berikut.
Grafik 2.2
Perbandingan Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Rembang dengan ProvinsiJawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019
2.2.5 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara
ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu
daerah. Ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok berupa pangan, sandang,
maupun papan. Ketidakmampuan ini berdampak pada menurunnya
kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar
II-29
R K P D 2021 | LAMPIRAN PERBUP NO. 26 TAHUN 2020
Tabel 2.14
Perbandingan Indikator PDRB Perkapita Wilayah Eks-Karesidenan Pati Tahun 2019
Kabupaten PDRB ADHB
(ribu rupiah)
Jml
Penduduk
PDRB Perkapita
(juta
rupiah/penduduk)
Pertumbuhan
PDRB
Perkapita (%)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Blora 25.797.446 865.013 30,03 5,09 4,05
Rembang 18.934.344 638.188 29,67 6,26 5,20
Pati 43.063.877 1.259.590 34,19 7,37 5,86
Kudus 110.514.047 871.311 126,84 5,00 3,10
Jepara 30.230.591 1.257.912 24,03 6,50 6,02
Sumber: BPS 2020, data diolah
d. Koefisien Gini Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien gini diukur berdasarkan pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variable tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.
Koefisien Gini atau Indeks Gini di Kabupaten Rembang selama tahun 2015-2019 menunjukkan bahwa tren ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Rembang berada dalam kategori sedang atau menengah. Namun demikian perhitungan Indeks Gini pada tahun berikutnya tidak dilakukan. Adapun perkembangan indeks gini Kabupaten Rembang selama 5 tahun sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.15 Indeks Gini Kabupaten Rembang Tahun 2015 – 2019
KABUPATEN REMBANG
INDEKS GINI (TAHUN)
2015 2016 2017 2018 2019
0,30 0,30 0,30 0,33 0,31
Sumber : Bappeda data diolah, 2019
Jika dibandingkan dengan indeks gini Provinsi Jawa Tengah dan Nasional,
posisi angka ketimpangan Kabupaten Rembang mulai Tahun 2015 sampai Tahun 2019 lebih rendah daripada angka Provinsi Jawa Tengah dan Nasional.
Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Rembang menunjukkan pada tahun 2015 dan 2017 sebesar 0,30 mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 0,33 dan
kembali turun pada tahun 2019 sebesar 0,31. Adapun perbandingan Perkembangan Indeks Gini Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah
dan Nasional Tahun 2015-2019 tersaji pada grafik berikut.
Sumber: Rembang Dalam Angka, 2019 diolah.
0,30 0,30 0,30
0,33
0,31
0,38
0,36 0,37
0,36 0,36
0,40 0,40
0,39 0,39
0,38
0,28
0,3
0,32
0,34
0,36
0,38
0,4
0,42
2015 2016 2017 2018 2019
Rembang
Provinsi
Nasional
B A B I I | 57
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Pengukuran kemiskinan
secara umum di Indonesia disusun dengan menggunakan standar dan
indikator dari BPS. Berdasarkan data kemiskinan dari BPS, perkembangan
kemiskinan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 mengalami penurunan
yang cukup signifikan pada tahun 2015 yaitu 19,28 persen dan pada tahun
2019 adalah 14,95 persen. Data kemiskinan selengkapnya dapat dilihat pada
grafik berikut.
Tabel 2.25 Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Rembang tahun 2020
Variabel Keterangan
Jumlah penduduk miskin (dalam ribuan) 100.08
Persentase 15,60
P1 2.44
P2 0.53
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/bulan) 403.932
Sumber: BPS, 2020
Tabel 2.26
Perbandingan Penduduk Miskin Kabupaten Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun 2016-2020 (Persen)
Tahun Nasional Jawa Tengah Rembang
2016 10.70 13.27 18.54
2017 10.12 13.01 18.35
2018 9.66 11.32 15.41
2019 9.41 10.80 14.95
Sumber: BPS, 2020
Meskipun kemiskinan di Kabupaten Rembang turun siginifikan dari
tahun 2016 yang mencapai 18,45 % menjadi 14,95 % pada tahun 2019,
angka ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan wilayah sekitar
Eks- Karesidenan Pati. Adapun perbandingan persentase Penduduk Miskin di
Kabupaten Rembang dengan Kabupaten sekitar pada tahun 2016-2019 dapat
dilihat pada grafik berikut.
Tabel 2.27 Perbandingan Penduduk Miskin Kabupaten Rembang dengan Kabupaten
Sekitar Tahun 2016– 2020 (Persen)
Tahun Pati Kudus Jepara Blora Rembang
2016 11.65 7.73 8.35 13.33 18.45
2017 11.38 7.65 8.12 13.04 18.35
2018 9.90 6.98 7.00 11.90 15.41
2019 9.46 6.66 6.68 11.32 14.95
Sumber: Data diolah
B A B I I | 58
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Data kemiskinan dikelompokkan menjadi 2 jenis data, yaitu data
kemiskinan makro dan data kemiskinan mikro. Data kemiskinan makro
berupa persentase dan perhitungan jumlah penduduk miskin suatu daerah
yang di-rilis oleh BPS. Sedangkan data kemiskinan mikro adalah data yang
diperoleh melalui mekanisme sensus (bersifat menyeluruh), bersifat
kuantitatif, dapat memberikan informasi detail, dan dapat dipergunakan
sebagai referensi intervensi kegiatan yang tersedia secara by name by
address.
Dalam rangka akselerasi dan peningkatan efektivitas upaya
penanggulangan kemiskinan Pemerintah pusat dan Daerah, Pemerintah
Daerah Kabupaten Rembang menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2019 tentang Penanggulangan Kemiskinan, diperkuat dengan keluarnya
Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di
Kabupaten Rembang melalui Peraturan Bupati Rembang Nomor 28 Tahun
2019. Prioritas penanggulangan kemiskinan difokuskan melalui pendekatan
wilayah sesuai yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui
Pendekatan Wilayah. Kabupaten Rembang memetakan sasaran desa sebagai
lokasi prioritas penanggulangan kemiskinan yang memiliki tingkat
kemiskinan tinggi yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Nomor
050/1538/2017 tentang Penetapan Desa Prioritas Penanggulangan
Kemiskinan dan Organisasi Perangkat Daerah Pendamping di Kabupaten
Rembang Tahun 2018-2019.
Pada tahun 2019 penduduk miskin berjumlah 95.260 jiwa, turun dari
tahun sebelumnya, yaitu 97.440 jiwa pada tahun 2018. Penurunan
persentase penduduk miskin di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.28 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kab Rembang
Tahun 2016-2020
Tahun
Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan
(Rupiah)
Jumlah Penduduk
Miskin (Ribuan) Persentase
2016 338.986 115.49 18.54
2017 354.440 115.19 18.35
2018 365.443 97.44 15.41
2019 384.561 95.26 14.95
Sumber: BPS Kabupaten Rembang, 2017-2020
B A B I I | 59
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Penurunan persentase kemiskinan di Kabupaten Rembang diikuti dengan
penurunan indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan
kemiskinan. Sejak tahun 2017, indeks kedalaman kemiskinan mengalami
penurunan yang menunjukkan bahwa jarak rata-rata pengeluaran
penduduk terhadap garis kemiskinan semakin menurun. Indeks
keparahan kemiskinan juga mengalami penurunan yang signifikan dari
tahun 2018 ke tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin semakin berkurang. Tabel berikut
menunjukkan indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan dari
tahun 2016-2019.
Tabel 2.29 Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten Rembang
Tahun Indeks Kedalaman
Kemiskinan
Indeks Keparahan
Kemiskinan
2016 3.28 0.85
2017 3.24 0.89
2018 2.86 0.78
2019 2.32 0.48
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020, dan BPS 2020
DTKS diperoleh dari BDT 2015 yang telah diverifikasi dan validasi
mandiri melalui kegiatan Sistem Layanan Rujukan Terpadu & Mekanisme
Pemutakhiran Mandiri (SLRT & MPM) tingkat desa se-Kabupaten Rembang
kemudian dimutakhirkan melalui program Siks-NG Kementrian Sosial. Data
tersebut menjadi acuan utama penetapan sasaran program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional maupun
daerah.
Jika data penduduk miskin Kabupaten Rembang menurut DTKS 2019
adalah 98.323 RTM/320.727 Jiwa (50,12%), berbeda dengan jumlah
penduduk miskin Tahun 2019 yang dirilis BPS Kabupaten (pada Rembang
dalam angka) yakni berjumlah 95.260 Jiwa (14,95%). Data penduduk miskin
di atas adalah data yang diperoleh dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) terakhir release bulan Juli tahun 2019. Program skala nasional
diantaranya: Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program
Bantuan Siswa Miskin (BSM)/Program Indonesia Pintar (PIP), Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Program Indonesia Sehat (PIS), Program
Subsidi Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (Raskin), Program
Keluarga Harapan (PKH). Sedangkan Program skala daerah diataranya adalah
dengan memberikan Dharmasiswa (beasiswa bagi masyarkat miskin
B A B I I | 60
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
berprestasi), Bantuan Lansia Terlantar Miskin (Kamalia Merekah), dan
Bantuan Sembako Disabilitas.
Selain berdasarkan data jumlah penduduk miskin, perkembangan
kemiskinan suatu daerah juga dapat dilihat dari Indeks kedalaman
Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Dalam rentan waktu tahun
2016-2019, Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami penurunan dari 3,47
menjadi 2,32 pada tahun 2019, hal ini memperlihatkan bahwa program dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan telah cukup efektif untuk menurunkan
kesenjangan. Sementara P2 Kabupaten Rembang mengalami fluktuasi yang
cenderung turun, dengan capaian tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu
0,99. Pada tahun 2019 P2 mengalami penurunan menjadi 0,48. Hal tersebut
menunjukkan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin di
Kabupaten Rembang pada tahun 2019 semakin menyempit dibandingkan
tahun sebelumnya. Selengkapnya perbandingan Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Rembang
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2019 dapat dilihat
pada grafik berikut.
Tabel 2.30 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks) Kabupaten Rembang dengan
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020
Tahun Nasional Jawa Tengah Rembang
2016 1.74 2.37 3.28
2017 1.79 2.21 3.24
2018 1.71 1.85 2.86
2019 1.55 1.53 2.32
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020, dan BPS 2020
B A B I I | 61
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Grafik 2.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks) Kabupaten Rembang
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2019
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020, dan BPS 2020
Tabel 2.31 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Kabupaten
Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019 Tahun Nasional Jawa Tengah Rembang
2016 0.44 0.63 0.85
2017 0.46 0.57 0.89
2018 0.44 0.45 0.78
2019 0.37 0.30 0.48
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020, dan BPS 2020
Grafik 2.4 Posisi Relatif Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Kabupaten
Rembang dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2019
Sumber: data diolah
Masalah kemiskinan selalu memperoleh perhatian utama di berbagai
daerah. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran pemerintah bahwa
kegagalan mengatasi persoalan kemiskinan akan dapat menyebabkan
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
2016 2017 2018 2019
Nasional Jawa Tengah Rembang
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
2016 2017 2018 2019
Nasional Jawa Tengah Rembang
B A B I I | 62
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
munculnya persoalan sosial, ekonomi, dan politik di tengah-tengah
masyarakat. Oleh karena itu isu kemiskinan menjadi isu krusial yang perlu
dicari pemecahannya. Sebagaiaman kemiskinan juga menjadi salah satu
target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) guna mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan di tahun 2030.
2.2.6 Indeks Pembangunan Manusia
Secara umum, selama kurun waktu 5 tahun 2015–2019,
pembangunan manusia di Kabupaten Rembang terus mengalami
peningkatan mencapai 1,55%. Setiap tahunnya terjadi kenaikan IPM dengan
rata-rata kenaikan adalah 0,39%. Meskipun jika dibandingkan dengan IPM
Nasional, Jawa Tengah dan wilayah Eks Karesidenan Pati, kondisi IPM
Kabupaten Rembang masih cenderung rendah, namun trend kenaikan IPM
yang ada dapat dikatakan menunjukkan perubahan yang positif.
Selengkapnya data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten
Rembang, Kabupaten Sekitar Wilayah Eks-Karisidenan Pati, Jawa Tengah
dan Nasional Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.32 Data IPM Kabupaten Rembang Dengan Kabupaten Eks Karisidenan Pati,
Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2015-2019 Kabupaten 2015 2016 2017 2018 2019
Rembang 68,18 68,60 68,95 69,46 70,15
Blora 66,22 66,61 67,52 67,95 68,65
Pati 68,51 69,03 70,12 70,71 71,35
Jepara 70,02 70,25 70,79 71,38 71,88
Kudus 72,72 72,94 73,84 74,58 74,94
Jawa Tengah 69,49 69,98 70,52 71,12 71,73
Nasional 69,55 70,18 70,81 71,39 71,92
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2019
Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang
menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental
maupun secara spritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa
pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber
daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dimana IPM
merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembangunan manusia tersebut.
Sebelumnya, komponen penyusun IPM adalah: Angka harapan hidup
(e0) Angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah (RLS), kombinasi APK
serta PDB per kapita. Namun pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi
IPM. Perubahan metodologi IPM tahun 2010 oleh UNDP tersebut diadopsi
B A B I I | 63
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
oleh BPS dalam penghitungan IPM 2014 keatas dengan alasan: Beberapa
indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM.
Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan
secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan.
Tabel 2.33 Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
Tahun Usia Harapan
Hidup (UHH)
Harapan Lama
Sekolah (HLS)
Rata-rata Lama
Sekolah (RLS)
Pengeluaran
Per Kapita
(Ribu Rupiah)
2015 73,22 12,02 6,92
2016 74,27 12,03 6,93 9.453
2017 74,32 12,04 6,94 9.736
2018 74,39 12,05 6,95 10.191
2019 74,43 12,10 7,15 10.551
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tren pembentuk Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) mulai dari Umur Harapan Hidup (UHH),
Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan
Pengeluaran per kapita, terus mengalami kenaikan dari tahun 2015 sampai
tahun 2019. Dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing indikator: Umur
Harapan Hidup (UHH) tumbuh adalah 0,05% per tahun, Harapan Lama
Sekolah (HLS) tumbuh adalah 0,7% per tahun dimana pada tahun 2019, HLS
telah mencapai 12,10 tahun yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun
memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga lulus SMA
atau D1, dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) VII (SMP kelas 1). Sedangkan
perbandingan Regional Jawa Tengah dan Eks-Karesidenan Pati terkait
Indikator Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2019 dapat
dilihat dari tabel berikut.
B A B I I | 64
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.34 Perbandingan Indikator Pembentuk IPM Nasional, Jawa Tengah
dan Eks Karesidenan Pati Tahun 2019
Kabupaten / Provinsi
Tahun 2019
Usia Harapan Hidup
(UHH)
Harapan Lama
Sekolah (HLS)
Rata-rata Lama
Sekolah (RLS)
Rembang 74,43 12,10 7,15
Blora 74,23 12,19 6,58
Pati 76,04 12,41 7,19
Kudus 76,50 13,22 8,63
Jepara 75,74 12,74 7,44
Jawa Tengah 74,23 12,68 7,53
Nasional 71,34 12,95 8,34
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2019
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa indikator pembentuk Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dibandingkan dengan Provinsi Jawa
Tengah dan daerah Eks Karesidenan Pati cenderung rendah, meskipun jika
dilihat jejak capaian per tahunnya terus mengalami peningkatan. Kondisi
tersebut menjadi dorongan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Rembang
untuk tidak tinggal diam dan terus melakukan upaya perbaikan serta
peningkatan. Berbagai kebijakan ditempuh untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) baik di bidang Pendidikan maupun kesehatan.
Pada bidang Pendidikan kebijakan dilakukan dengan pemberian
Dharmasiswa atau beasiswa bagi penduduk miskin sehingga mampu
melanjutkan pendidikannya, selain itu juga melakukan kerjasama dengan
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan membangun Pusat Studi di
Luar Kampus Utama (PSDKU) melalui hibah tanah dan bangunan.
Sedangkan dibidang kesehatan dilakukan dengan upaya peningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan baik melalui perbaikan sarana dan prasarana
maupun pemanfaatan teknologi daring (online). Melalui berbagai kebijakan
tersebut diharapkan kedepannya dapat meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten Rembang.
B A B I I | 65
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Urusan Pemerintahan Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan
Dasar
a. Pendidikan
Pendidikan memegang peranan sentral dalam pengembangan sumber
daya manusia agar bisa bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.
Pemerintah telah menginstruksikan gerakan nasional percepatan penuntasan
wajib belajar dan pemberantasan buta aksara. Oleh karena itu, peningkatan
mutu pendidikan harus terus diupayakan, mulai dari membuka kesempatan
seluas-luasnya pada masyarakat untuk bisa mengakses pelayanan
pendidikan hingga meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana
pendidikan.
Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di
dalamnya pembangunan pada lingkup Kabupaten/kota) adalah suatu
keniscayaan, melalui pendidikan bermutu dapat dilahirkan sumber daya
manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu row input
proses pembangunan. Tanpa pendidikan yang bermutu tidak mungkin
tujuan pembangunan sebuah bangsa dapat terwujud dengan baik.
Pendidikan bermutu dan pembangunan berkualitas bagaikan dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pentingnya pendidikan
yang berkualitas semakin disadari, sebab terciptanya kualitas manusia dan
kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri hanya dapat
diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan.
Tabel 2.35 Indikator Makro Urusan Pendidikan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
1 Harapan Lama Sekolah 12,02 12,03 12,04 12,05 12,101
2 Angka Rata-rata lama sekolah 6,92 6,93 6,94 6,95 7,15
3 Angka Partisipasi Kasar: (%)
PAUD 93,73 90,959 82,60 87,74 87,45
SD/MI 100,16 99,44 98,779 98,71 98,48
SMP/MTs 101,35 101,69 98,57 97,16 97,82
4 Angka Partisipasi Murni: (%)
PAUD 93,73 90,95 82,60 87,74 87,45
SD/MI 86,53 86,02 86,34 91,10 91,05
SMP/MTs 74,19 71,81 71,83 73,92 72,81
5 Angka Partisipasi Sekolah: (%)
7-12 Tahun 99,69 99,44 100,05 98,71 95,58
B A B I I | 66
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
13-15 Tahun 100 101,69 98,19 97,16 92,08
16-18 Tahun NA 55,74 64,69 80,72 NAN
Sumber: BPS, Dindikpora Kab. Rembang, 2019
Indikator kinerja urusan Pendidikan pada Fokus Kesejahteraan Sosial
antara lain dilihat dari Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah
(RLS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka
Putus Sekolah (APS). Indikator partisipasi sekolah terdiri dari Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) menjadi salah
satu faktor yang dapat menjadi tolok ukur dalam tingkat partisipasi bidang
pendidikan dalam kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Rembang.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa capaian indikator makro
urusan pendidikan Kabupaten Rembang cenderung bervariasi. Meskipun
pada indikator Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
mengalami kenaikan capaian setiap tahunnya, namun persentase capaian
pada indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM),
dan Angka Putus Sekolah (APS) cenderung bersifat fluktuatif setiap
tahunnya.
Secara umum jumlah sekolah yang tersedia di Kabupaten Rembang
mengalami stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah sekolah dasar yang
konstan dari tahun 2014-2020. Berdasarkan pada data yang terlampir pada
tabel berikut bahwa di Kecamatan Rembang terdapat pengurangan sekolah
dasar di tahun 2019, kemudian terdapat peningkatan jumlah sekolah dasar
di Kecamatan Kragan pada tahun 2019.
Tabel 2.36 Jumlah Sekolah Dasar per Kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatan Sekolah Dasar
2014 2018 2019
Sumber 18 18 18
Bulu 16 16 16
Gunem 14 14 14
Sale 15 15 15
Sarang 22 22 22
Sedan 20 20 20
Pamotan 23 23 23
Sulang 21 21 21
Kaliori 21 21 21
Rembang 30 30 29
Pancur 17 17 17
Kragan 26 26 27
Sluke 13 13 13
Lasem 18 18 18
Total Kabupatan Rembang 274 274 274
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
B A B I I | 67
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.37 Persentase kelulusan kejar paket A, B, C Kabupaten Rembang
2016-2019 Tahun 2016 2017 2018 2019
Realisasi 100 100 100 83,04
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Bedasarkan tabel di atas, di bidang pendidikan untuk persentase
kelulusan kejar paket baik A, B dan C, mencapai angka persentase 100%.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang mengikuti kejar paket
selalu dapat menyelesaikan pendidikannya hingga lulus. Angka Partisipasi
Kasar (APK) di Kabupaten Rembang untuk SD/MI/Paket A cenderung
fluktuatif, sedang untuk SMP/MTs/Paket B selalu mengalami penurunan
setiap tahunnya. Sementara untuk SMA/SMK/MA tahun 2016 mencapai
persentase 81,47%.
Tabel 2.38 Persentase Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Rembang
2016-2019 Tingkatan
Pendidikan
Realisasi
2016 2017 2018 2019
SD/MI/Paket A 99,44 100,05 92 107,75
SMP/MTs/Paket B 101,69 98,19 82 72,81
SMA/SMK/MA 81,47 Provinsi Provinsi Provinsi
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Sementara untuk Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten
Rembang untuk SD/MI/Paket A mengalami penurunan drastis di tahun
2016 ke tahun 2017 menjadi 86,48%. Kondisi ini juga diikuti oleh APM di
tingkat SMP/MTs/Paket B yang juga mengalami penurunan drastis di
tahun 2016 ke tahun 2017 menjadi 75,9%. Sedangkan untuk tingkat
SMA/SMK/MA mencapai persentase 51,74% di tahun 2016. Tetapi, sejak
tahun 2017, terdapat kondisi yang relatif stabil dalam persentase APM, di
tingkatan pendidikan SD/MI/Paket A. Sementara, di tingkat
SMP/MTs/Paket kenaikan pada tahun 2017 persentasenya naik 0.27,
pada tahun 2018 naik 0.13 dan tahun 2019 naik 0.39 persen.
Tabel 2.39 Persentase Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Rembang
2017-2019
Tingkatan Pendidikan Persentase perubahan APM
2017 2018 2019
SD/MI/Paket A 0,05 0,01 0,002
SMP/MTs/Paket B 0,27 0,13 0,39
SMA/SMK/MA Provinsi Provinsi Provinsi
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
B A B I I | 68
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.40 Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Rembang 2016-2019
Tahun 2016 2017 2018 2019
Realisasi 12,03 12,04 12,05 12,10
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Rata-rata lama sekolah selama tahun 2016-2019 mengalami
kenaikan yaitu dari 6,93% menjadi 7,15% di tahun 2019. Pertumbuhan
yang positif ini merupakan hal penting dalam membangun kualitas
manusia yang lebih baik, karena pendidikan, tidak hanya untuk
menambah pengetahuan, tetapi juga meningkatkan keterampilan yang
berguna untuk produktivitas kerja.
Tabel 2.41 Rata-rata Lama Sekolah di Kab. Rembang
Tahun 2016 2017 2018 2019
Realisasi 6,93 6,94 6,95 7,15
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita selama tahun 2016-
2019 selalu mengalami peningkatan signifikan menunjukkan bahwa
tingkat konsumsi masyarakat terhadap suatu hal meningkat.
Tabel 2.42 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per kapita di Kab. Rembang
(Rp. 000) Tahun 2016 2017 2018 2019
Realisasi 9.453 9.736 10.191 10.551
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
b. Kesehatan
Indikator Urusan Kesehatan Kabupaten Rembang dilihat melalui Usia
Harapan Hidup (UHH), Jumlah Kematian Bayi/AKB, Angka Kematian
Balita/AKABA (per 1.000 kelahiran hidup), Angka Kematian Ibu (AKI),
Persentase Gizi Buruk, Persentase Stunting. Selengkapnya dapat dilihat dari
tabel berikut ini.
Tabel 2.43 Indikator Makro Urusan Kesehatan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Angka Usia Harapan Hidup
(UHH) 73,22 74,27 74,32 74,39 74,43
2 Jumlah Kematian Bayi/AKB (kasus) 134 143 135 149 164
3 Jumlah Kematian Ibu/AKI (kasus) 8 15 13 9 7
4 Angka Kematian Balita / AKABA
(per 1.000 Kelahiran Hidup) 164 181 158 170 194
5 Persentase Gizi Buruk (kasus) 31 46 47 48 50
6 Persentase Stunting (%) 38,51 25,99 32,36 29,92 26
Sumber: BPS dan Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, 2019
B A B I I | 69
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian indikator makro urusan
kesehatan cenderung bervariasi, dimana terdapat beberapa indikator yang
mengalami kenaikan, penurunan, maupun fluktuatif. Adapun indikator
makro yang mengalami kenaikan adalah Angka Usia Harapan Hidup dimana
pada tahun 2015 mencapai 73,22 naik menjadi 74,43 pada tahun 2019,
Kasus jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) naik dari 134 kasus pada 2015
menjadi 164 kasus pada 2019; Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000
kelahiran hidup naik dari 164 kasus pada 2015 menjadi 194 kasus pada
2019; dan kasus Persentase Gizi Buruk naik dari 31 kasus pada 2015
menjadi 50 kasus pada 2019. Disisi lain indikator urusan kesehatan yang
mengalami penurunan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) turun dari 8 kasus
pada tahun 2015 menjadi 7 kasus pada tahun 2019. Sedangkan indikator
makro urusan kesehatan Kabupaten Rembang yang cenderung fluktuatif
adalah Persentase Stunting, dimana pada tahun 2015 mencakup 38,51%,
menjadi 26% pada tahun 2019.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan kematian perempuan pada saat
hamil atau melahirkan dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi
kehamilan atau tempat persalinan yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, bukan karena sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,
dll. Persentase Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 2% dari tahun
2018 dan sepanjang tahun 2016-2019 cenderung memberikan hasil yang
positif. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pemerintah berhasil untuk
menekan AKI di Kabupaten Rembang.
Tabel 2.44 Persentase Penurunan Angka Kematian Ibu Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2019 (%) Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 0,87 -0,13 -0,31 -0,2
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah dengan memberikan pelayanan terhadap keselamatan Ibu melahirkan
dan anak. Cakupan program tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Dimana jika dilihat secara keseluruhan memang persentase program
peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak berada pada persentase
yang baik yaitu 100%. Hanya saja untuk cakupan kunjungan bayi, cakupan
pelayanan nifas, dan cakupan kunjungan ibu hamil K4 cenderung fluktuatif
setiap tahunnya.
B A B I I | 70
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.45 Cakupan Program Peningkatan Keselamatan
Ibu Melahirkan dan Anak
Jenis Layanan Tahun
2016 2017 2018 2019
Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
100 99,8 100 99,9
Cakupan kunjungan bayi 94,90 94,5 98,7 98,2
Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 89,90 90,4 90,7 90,9
Cakupan pelayanan nifas 96,90 96,5 97,7 90,9
Cakupan neonatus
dengan komplikasi yang ditangani 100 100 100 100
Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani 100 100 100 100
Persentase BBLR yang ditangani sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan 100 100 100 100
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Selain melaksanakan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
Pemerintah Kabupaten juga melakukan upaya untuk menekan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Rembang. Upaya ini pada tahun 2016-
2017 menunjukkan hasil positif. Namun selama tahun 2017-2019
meningkat kembali menjadi 164.
Tabel 2.46 Jumlah Penurunan Angka Kematian Bayi Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2019 (%) Tahun 2016 2017 2018 2019
Jumlah 143 135 149 164
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Gizi buruk untuk balita juga perlu untuk diperhatikan, karena ini
akan berdampak pada kesehatan bayi dan pertumbuhannya. Persentase
cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini, dimana selama 4 tahun berturut turut, perawatan baik
berhasil diberikan kepada balita gizi buruk.
Tabel 2.47 Persentase Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan
Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 100 100 100 100
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Pencegahan dan penanggulangan penyakit juga turut dilakukan baik
untuk penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Capaian
B A B I I | 71
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
program terkait pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan
tidak menular dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.48 Persentase Capaian Program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Menular
Jenis Penyakit Menular
Tahun
2016 2017 2018 2019
Persentase Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit yang dilakukan
penanggulangan < 24 jam
100 100 100 100
Cakupan Desa/kelurahan Universal
Child Immunization (UCI) 100 100 100 60
Cakupan Penemuan dan penanganan
penderita TBC BTA 39,40 47,3 54,9 100
Persentase Kasus baru TB paru (BTA
positif) yang tertangani 100 100 100 100
Persentase Penanganan kasus diare
per 1000 penduduk yang tertangani 100 100 100 100
Persentase Kasus DBD yang
ditangani 100 100 100 100
Persentase ODHA terdata yang
mendapat Anti Retroviral Treatment
(ATR)
100 100 100 100
Persentase Kasus Filariasis (Kaki
Gajah) yang ditangani 100 100
tidak
ada
kasus
Tidak
ada
kasus
Persentase Penanganan penderita
malaria 100 100 100 100
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Untuk persentase capaian program pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular di Kabupaten Rembang menunjukkan hasil positif, dimana
secara rata-rata 100% upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular dapat dilakukan. Hanya saja yang masih mengalami penurunan di
tahun terakhir yaitu tahun 2019 adalah persentase Cakupan
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI).
B A B I I | 72
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.49 Persentase Capaian Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular
Tahun
2016 2017 2018 2019
Prevalensi tekanan darah tinggi 0,51 8,2 0,15 13
Persentase Perempuan usia 40-50
tahun yang dideteksi dini kanker
serviks dan payudara
0,71 0,74 0,23 0,34
Persentase Merokok penduduk usia <
18 tahun NA NA NA NA
Persentase Desa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Posbindu
Penyakit Tidak Menular (PTM)
8,84 22,8 63 99
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Sementara untuk persentase capaian program pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular di Kabupaten Rembang
menunjukkan hasil yang fluktuatif di semua kategori dari tahun 2016
sampai dengan tahun 2019.
Jumlah Rumah Sakit
Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Rembang terpusat di Kecamatan
Rembang dengan jumlah 2 rumah sakit di tahun 2014, kemudian di tahun
2018 terdapat 3 rumah sakit, sementara di tahun 2019 jumlahnya stagnan
yaitu 3 rumah sakit. Dengan demikian jumlahnya mengalami kenaikan
sejak tahun 2014 ke tahun 2018.
Tabel 2.50 Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Rembang
Kecamatan Rumah Sakit
2014 2018 2019
Sumber – – –
Bulu – – –
Gunem – – –
Sale – – –
Sarang – – –
Sedan – – –
Pamotan – – –
Sulang – – –
Kaliori – – –
Rembang 2 3 3
B A B I I | 73
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kecamatan Rumah Sakit
2014 2018 2019
Pancur – – –
Kragan – – –
Sluke – – –
Lasem – – –
Rembang 2 3 3
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah Kelas Perawatan untuk Rawat Inap
Jumlah fasilitas perawatan rawat inap mengalami fluktuasi terutama di
kelas VIP yaitu mencapai 2.467 di tahun 2019. Namun, secara umum,
jumlah fasilitas pelayanan rawat inap mengalami kenaikan terutama di
kelas III yaitu mencapai 15.241 di tahun 2019. Sementara itu untuk kelas
1 cenderung fluktuatif hingga tahun 2019 mencapai angka 2.473, dan
untuk kelas 2 juga fluktuatif jumlahnya.
Tabel 2.51 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
Kelas 2015 2016 2017 2018 2019
Utama/VIP 2 340 1 851 2850 2 721 2 467
Kelas I/Grade I 2 098 2 394 1909 2 141 2 473
Kelas II/ Grade II 2 466 3 411 2284 2 353 3 231
Kelas III/ Grade III 11 069 12 596 12 587 14 195 15 241
ICU/ ICU 2 309 2 529 2256 2 047 2 110
Jumlah 20 282 22 781 21 886 23 457 25 522
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah Poliklinik
Jumlah poliklinik cenderung mengalami penurunan dan mayoritas berada
di Kecamatan Rembang dengan jumlah 5 di tahun 2014, dan di tahun
2018 berjumlah 4, dan menurun lagi di tahun 2019 yaitu berjumlah 3
poliklinik. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih
terkonsentrasi di Kecamatan utama. Sementara itu juga terdapat poliklinik
di Kecamatan lain yang masih berdiri sepanjang tahun 2019, seperti
Kecamatan Pamotan.
B A B I I | 74
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.52 Jumlah Poliklinik di Kabupaten Rembang
Kecamatan
Poliklinik
2014 2018 2019
Sumber – 1 –
Bulu – 1 –
Gunem – – –
Sale – – –
Sarang – – –
Sedan – – –
Pamotan 1 1 1
Sulang – – –
Kaliori – – –
Rembang 5 4 3
Pancur – – –
Kragan – 1 –
Sluke – 0 –
Lasem – 0 –
Rembang 6 8 4
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah Puskesmas
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Rembang selama tahun 2014-2019
mengalami stagnansi, hanya sempat mengalami peningkatan dari tahun
2014 ke tahun 2018 di Kecamatan Sarang. Dengan demikian secara umum
jumlah Puskesmas terbanyak di Kabupaten Rembang terdapat di
Kecamatan Sarang, Kecamatan Rembang, dan Kecamatan Kragan.
Tabel 2.53 Jumlah Puskesmas di Kabupaten Rembang
Kecamatan Puskesmas
2014 2018 2019
Sumber 1 1 1
Bulu 1 1 1
Gunem 1 1 1
Sale 1 1 1
Sarang 1 2 2
Sedan 1 1 1
Pamotan 1 1 1
Sulang 1 1 1
Kaliori 1 1 1
Rembang 2 2 2
Pancur 1 1 1
B A B I I | 75
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kecamatan Puskesmas
2014 2018 2019
Kragan 2 2 2
Sluke 1 1 1
Lasem 1 1 1
Rembang 16 17 17
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah Puskesmas Pembantu
Jumlah Puskesmas Pembantu juga selama tahun 2014-2019 mengalami
stagnasi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah Puskesmas Pembantu di seluruh
Kecamatan Kabupaten Rembang jumlahnya stagnan. Dimana terdapat
penurunan di tahun 2018 kemudian meningkat kembali di tahun 2019.
Tabel 2.54 Jumlah Puskesmas Pembantu di Kabupaten Rembang
Kecamatan Puskesmas Pembantu
2014 2018 2019
Sumber 3 4 4
Bulu 5 5 5
Gunem 4 4 4
Sale 5 5 5
Sarang 5 5 5
Sedan 6 5 5
Pamotan 5 5 5
Sulang 5 5 5
Kaliori 5 4 5
Rembang 6 6 6
Pancur 5 5 5
Kragan 7 7 7
Sluke 3 3 3
Lasem 6 6 6
Rembang 70 69 70
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
B A B I I | 76
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Jumlah Apotek
Jumlah apotek cenderung mengalami kenaikan tetapi mayoritas berada di
Kecamatan Rembang. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan
masih terkonsentrasi di Kecamatan utama. Selain itu jumlah apotek
terbanyak juga berada di Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, dengan
jumlah berturut-turut 6 dan 5 apotek. Sementara untuk Kecamatan yang
hanya memiliki 1 apotek adalah Kecamatan Sale, Kecamatan Sulang,
Kecamatan Pancur, dan Kecamatan Sluke.
Tabel 2.55 Jumlah Apotek di Kabupaten Rembang
Kecamatan Apotek
2014 2018 2019
Sumber – 1 2
Bulu – – –
Gunem – – –
Sale 1 1 1
Sarang 2 3 3
Sedan 1 4 4
Pamotan 1 2 2
Sulang 1 1 1
Kaliori – – –
Rembang 10 11 12
Pancur – 1 1
Kragan 3 6 6
Sluke 1 1 1
Lasem 5 5 5
Rembang 25 36 38
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan terkonsentrasi di Kecamatan utama. Dimana
secara keseluruhan, jumlah tenaga medis lebih banyak berada di
Kecamatan Rembang, sementara untuk Kecamatan yang paling sedikit
memiliki tenaga medis adalah Kecamatan Bulu, dimana dokter hanya
berjumlah 3, perawat berjumlah 8, dan tidak terdapat farmasi dan ahli gizi.
B A B I I | 77
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.56 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun 2019
Kecamatan Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi
Sumber 3 24 21 3 1
Bulu 3 8 18 0 0
Gunem 4 17 20 1 1
Sale 3 17 21 4 1
Sarang 6 27 38 3 2
Sedan 4 23 26 5 1
Pamotan 9 18 28 1 2
Sulang 4 21 27 3 2
Kaliori 2 14 25 1 1
Rembang 122 356 130 51 17
Pancur 4 15 30 2 1
Kragan 7 48 44 2 1
Sluke 5 18 22 1 1
Lasem 3 24 40 1 2
Rembang 179 630 490 78 33
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Cakupan Jamban Keluarga (JAGA)
Untuk menjamin kesehatan dan kebersihan, salah satu upaya yang
dilakukan di Kabupaten Rembang adalah dengan menggalakkan program
Jamban Keluarga (JAGA) dengan SOP tertentu. Berdasarkan tabel berikut,
bahwa sepanjang tahun 2016-2019 persentasenya fluktuatif, namun
pencapaiannya sudah menunjukkan persentase di angka yang cukup
tinggi, namun msasih perlu ditingkatkan.
Tabel 2.57 Persentase Cakupan Jamban Keluarga (JAGA)
yang memenuhi syarat Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 69,50 87,2 91 83,59
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu program yang digagas
Pemerintah untuk menekan jumlah penduduk yang setiap tahun
meningkat. Di Kabupaten Rembang persentase peserta KB Aktif cenderung
fluktuatif dari tahun 2016 hingga tahun 2019, yaitu 116,88% di tahun
2016 hingga 118,03% di tahun 2019.
B A B I I | 78
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.58 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif
Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 116,88 120,89 123 118,03
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Sementara itu, tidak semua peserta KB aktif dapat konsisten dalam
keikutsertaannya dalam KB. Hal ini dibuktikan dengan adanya angka drop
out KB, dimana hal ini terjadi apabila Peserta KB tidak menggunakan alat
kontrasepsi dalam kurun waktu tertentu. Persentase angka drop out KB
dapat dilihat pada tabel berikut ini, dimana persentasenya juga fluktuatif.
Meskipun tidak begitu besar, namun angka drop out KB di Kabupaten
Rembang tetap ada.
Tabel 2.59 Persentase Angka Drop Out KB
Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 8,62 8,72 7,27 8,52
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Sementara itu, di luar Peserta aktif KB dan angka drop out KB di
Kabupaten Rembang, masih terdapat pasangan usia subur yang
sebenarnya ingin ber-KB namun tidak dapat dipenuhi. Hal ini juga
disebabkan oleh berbagai faktor. Persentase Unmen Need dapat dilihat
pada tabel berikut, dimana persentase setiap tahunnya selama 2016-2019
selalu mengalami peningkatan. Persentase ini tidak terlalu besar, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar yang lain sudah terpenuhi untuk
mengikuti program KB.
Tabel 2.60 Persentase Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-KB
tidak terpenuhi (Unmen Need) Tahun 2016 2017 2018 2019
Persentase 6,79 6,94 9,81 9,94
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Capaian SPM Urusan Kesehatan tahun 2019
Berikut ini capaian SPM urusan kesehatan pada tahun 2019, dimana
sebagian besar urusan hampir tercapai secara keseluruhan (di atas 90%).
Capaian yang masih rendah adalah pelayanan kesehatan penderita hipertensi
(39,20 %). Capaian urusan pelayanan untuk orang terduga tuberculosis,
kesehatan usia produktif, dan gangguan jiwa masih perlu dioptimalkan,
karena capaiannya di bawah 90 %.
B A B I I | 79
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.61 Capaian Indikator SPM pada Urusan Kesehatan Tahun 2019
No Jenis Pelayanan
Dasar
Indikator
Pencapaian
Capaian kinerja
Sasaran Realisasi Capaian (%)
1 Pelayanan
Kesehatan Ibu
Hamil
Cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil
sesuai standar
9.851 8.948 90,83%
2 Pelayanan
kesehatan ibu
bersalin
Cakupan pelayanan
kesehatan ibu
bersalin sesuai
standar
9.234 9.224 99,89%
3 Pelayanan
kesehatan bayi
baru lahir
Cakupan jumlah bayi
baru lahir usia 0-28
hari yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
bayi baru lahir sesuai
standar
9.246 9.152 98,98%
4 Pelayanan
kesehatan balita
Cakupan balita
berumur 0-59 bulan
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
41.400 41.370 99,93%
5 Pelayanan
kesehatan pada
usia Pendidikan
dasar
Cakupan anak usia
Pendidikan dasar
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
18.720 18.720 100,00%
6 Pelayanan
kesehatan pada
usia produktif
Cakupan orang
berusia 15-59 tahun
yang mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
418.820 343.770 82,08%
7 Pelayanan
kesehatan pada
usia lanjut
Cakupan orang
berusia lebih dari 60
tahun yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
60.726 59.527 98,03%
8 Pelayanan
kesehatan
penderita
Cakupan orang yang
berusia 15 tahun ke
atas yang menderita
161.117 63.153 39,20%
B A B I I | 80
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Jenis Pelayanan
Dasar
Indikator
Pencapaian
Capaian kinerja
Sasaran Realisasi Capaian (%)
hipertensi Hipertensi yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
9 Pelayanan
kesehatan
penderita Diabet
Melitus
Cakupan orang yang
berusia 15 tahun ke
atas yang menderita
Diabet Melitus yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
15.274 14.876 97,39%
10 Pelayanan
kesehatan orang
dengan gangguan
jiwa berat
Cakupan orang
dengan gangguan jiwa
(ODG) berat yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
1.590 1.368 86,04%
11 Pelayanan
kesehatan orang
terduga
tuberkulosis
Cakupan orang
terduga Tuberkulosis
(TBC) yang
mendapatkan
pelayanan kesehatan
sesuai standar
6.701 4.963 74,06%
12 Pelayanan
kesehatan orang
dengan resiko
terinfeksi virus
yang
melemahkan
daya tahan tubuh
manusia (Human
Immunodeficiency
Virus)
Cakupan orang yang
beresiko terinfeksi
virus HIV yang
mendapatkan
palyanan sesuai
standar
11.351 11.011 97,00%
Sumber: Dinkes, 2020
B A B I I | 81
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c. Pekerjaan Umum
1) Prasarana Jalan (kebinamargaan)
Pembangunan infrastruktur jalan mempunyai peran yang strategis
dalam meningkatkan aksesibilitas berbagai sektor pembangunan
terutama dalam pengembangan ekonomi daerah. Fasilitasi prasarana
jalan terus diupayakan baik jalan poros nasional, jalan provinsi maupun
jalan Kabupaten. Pada tahun 2019 Kabupaten Rembang mempunyai
panjang jalan 379,59 Km dengan kondisi jalan baik 59,06%. Panjang
jalan yang ada di Kabupaten Rembang terdiri dari jalan Kabupaten
sepanjang 642,8 Km, jalan provinsi sepanjang 31,64 Km dan jalan
nasional sepanjang 88,04 Km. Sedangkan jumlah jembatan di
Kabupaten Rembang sebanyak 126 unit dengan panjang 1.239,9 m
sampai tahun 2019 yang dalam kondisi baik sejumlah 112 unit atau
89%. Perkembangan Panjang dan Kondisi Jalan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.62
Perkembangan Kondisi Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Panjang jalan Kabupaten (Km) 642,75 642,8 642,8 642,8 642,8
% kondisi jalan baik(%) 44,96 48,98 60,6 67,9 59,06
% kondisi sedang (%) 30.30 35,43 29,21 26,88 20
% kondisi jalan rusak ringan 13.11 5,06 7,81 4,62 9,08
% Kondisi jalan rusak berat 11.64 11,64 2,4 0,6 11,86
Panjang jalan provinsi (Km) 58,40 31,63 31,63 31,63 31,63
Panjang jalan Nasional (Km) 61,27 88,04 88,04 88,04 88,04
2.
Jumlah Jembatan
Kewenangan Kabupaten
126 126 126 126 126
% Jembatan Kewenangan
Kabupaten dalam kondisi baik
73,02 79 88 89 89
Sumber : DPU TARU, 2019
Perkembangan pembangunan prasarana jalan dalam 5 tahun
terakhir cenderung mengalami peningkatan, dapat dilihat dari
persentase kondisi jalan baik pada tahun 2015 mencapai 45 %
meningkat menjadi 59,06 % atau sepanjang 642,8 Km pada tahun
2019.Peningkatan jumlah ruas jalan dalam kondisi baik disebabkan
oleh:
a. Penanganan jalan sejak tahun 2017 mulai difokuskan pada jalan-
jalan yang merupakan kewenangan Kabupaten sesuai dengan
Keputusan Bupati Rembang Nomor : 900/893/2017 Tahun 2017
B A B I I | 82
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
tentang Penetapan Ruas Jalan Kabupaten dan Ruas Jalan Poros
Desa.
b. Optimalisasi sumber pendanaan penanganan jalan diluar APBD salah
satunya melalui dana CSR perusahaan.
Kondisi ini masih memerlukan peningkatan terutama untuk
mempertahankan kemantapan jalan khususnya pada ruas-ruas jalan
yang menjadi jalur angkutan pertambangan. Perlu pengawasan tonase
jalan pada ruas-ruas jalan tersebut sehingga dampak kerusakan jalan
akibat kelebihan beban muatan kendaraan (tonase) dapat dicegah.
Kabupaten Rembang juga belum mempunyai alat dan personil untuk
melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas jalan sehingga sering
mendapatkan aduan masyarakat tentang kerusakan jalan. Di samping
itu sepertiga wilayah Kabupaten Rembang merupakan kawasan hutan
sehingga banyak jalan dan jembatan penghubung antar desa maupun
Kecamatan ada pada lahan aset Kementerian Kehutanan.
2) Prasarana Sumber Daya Air
Pembangunan sumber daya air di Kabupaten Rembang terus
mengalami peningkatan dalam rangka menyediakan pemenuhan air
baku untuk air minum, irigasi maupun industri. Luas layanan areal
irigasi adalah 21.193,45 ha tercakup dalam 293 Daerah Irigasi (DI) yang
terdiri dari 1 DI kewenangan pusat, 1 DI kewenangan provinsi, 329 DI
kewenangan Kabupaten dan 167 DI kewenangan desa. Kondisi jaringan
irigasi yang baik pada tahun 2018 mencakup 18.438 Ha dari luas area
irigasi 21.193,45 Ha atau 87.00%. Walau kinerja sudah baik, tetapi
cakupan ketersediaan air baku masih sangat kurang sebagai prasarana
penunjang pembangunan industri, pertanian, dan konsumsi atau
kebutuhan sehari-hari, untuk itu, perlu didorong peluasan ketersediaan
air baku di Kabupaten Rembang. Perkembangan Jaringan Irigasi dan
Pemenuhan Air Baku di Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 dapat
dilihat pada tabel berikut:
B A B I I | 83
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.63 Perkembangan Jaringan Irigasi dan Pemenuhan Air Baku
di Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Kewenangan
Pengelolaan Daerah
Irigasi (Luas Irigasi
Kabupaten
dlm kondisi baik
dari total 21,193.45
hektar)
19,561 16,742 17,166 18,438 19.961,45
2. Pemenuhan Kebutuhan
Air
Baku (embung-m3-dlm
ribuan)
8,101,319 7,844,440 9,228,753 10,613,066 10.615.566
Sumber : DPU TARU, 2019
Pembangunan sumber daya air diarahkan pada upaya meningkatkan
jumlah ketersediaan air baku melalui Pembangunan Embungisasi,
Program Pengelolaan Sungai Terpadu (PPST), dan Program Konservasi
Sumber Daya Air. Berbagai upaya tersebut, masih belum sepenuhnya
berhasil menopang permintaan dan kebutuhan air baku. Kondisi tersebut
menyebabkan cakupan ketersediaan air baku untuk irigasi maupun
untuk industri masih relatif kurang.
Tabel 2.64 Neraca Air Kabupaten Rembang
UPT Kecamatan Keb.
Irigasi
Keb. Air
Bersih
Keb.
Total
Q
tersedia
Hasil
(ltr/dtk.) (m3/dtk)
Barat
Sumber 6009,5 1,16 6010,66 1464,07 -4546,49 -4,54649
Kaliori 5361,74 3,07 5364,81 6765,07 1400,26 1,40026
Bulu 3219,84 1,49 3221,33 10268,15 7046,82 7,04682
Rembang 2626,61 8,59 2635,2 65,5 -2569,7 -2,5697
Sulang 650,52 5,1 655,62 165,78 -489,84 -4,8984
Tengah
Pancur 3030,3 3,16 3033,46 349,45 -2684,01 -2,68401
Lasem 1659,06 8,54 1667,6 148,19 -1519,41 -1,51941
Pamotan 1935,23 7,63 1942,86 983,2 -959,66 -9,5966
Gunem 2207,56 1,46 2209,02 1643,12 -565,9 -5,659
Timur
Sale 3195,66 1,27 3196,93 676,43 -2429,5 -2,4295
Sedan 3260,73 2,69 3263,42 381,5 -2881,92 -2,88192
Kragan 5928,6 0,92 5929,52 525,45 -5404,07 -5,40407
Sarang 3511,37 5,19 3516,56 3018,35 -498,21 -4,9821
Sluke 1747,25 1,12 1748,37 275,92 -1472,45 -1,47245
Sumber: Rencana Induk Penyediaan Air Baku
B A B I I | 84
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan air bersih dan semakin
menurunnya jumlah ketersediaan air, diperlukan suatu cara untuk
melakukan pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut. Salah satu upaya
untuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih tersebut adalah dengan
adanya rencana pembangunan embung-embung dan bendung-bendung
baru di wilayah Kabupaten Rembang, dan penyelidikan air tanah yang
lebih detail khususnya di wilayah yang mengalami kekurangan air
sehingga nantinya diharapkan dengan adanya rencana pembangunan
tersebut dapat meningkatkan jumlah ketersediaan air khususnya pada
wilayah-wilayah Kecamatan yang mengalami kekurangan akan
ketersediaannya.
Air Minum dan Sanitasi
Selama Tahun 2014-2018 cakupan pelayanan air minum dan
sanitasi mampu dipacu meningkat. Cakupan pelayanan akses air minum
yang aman pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 85,66%,
dan terus meningkat pada tahun 2019 menjadi 86,1%. Sedangkan
cakupan layanan sanitasi dasar (air limbah domestik, persampahan dan
drainase) pada tahun 2019 sama dengan tahun 2018, yaitu 100,00
meningkat dari Tahun 2017 yaitu 80,64%.
Tabel 2.65 Cakupan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi
Kabupaten Rembang Tahun 2014-2019 Item 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Air minum % 70 80,34 84,27 84,68 85,66 86,1
Sanitasi (dasar) % 71,25 77,42 79,98 80,64 100,00*) 100,00
Sumber: DPKP Tahun 2018
Peran strategis Pemerintah Kabupaten dalam rangka mendukung
peningkatan pelayanan akses air minum dan sanitasi merupakan bentuk
yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai upaya
meningkatkan pelayanan utilitas publik. Dari tabel di atas
memperlihatkan bahwa capaian pelayanan air minum dan sanitasi naik
setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa Pemerintah Kabupaten
Rembang telah berupaya dalam peningkatan pelayanan air minum dan
sanitasi.
Salah satu upaya untuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih
adalah dengan adanya rencana pembangunan embung-embung dan
bendung-bendung baru di wilayah Kabupaten Rembang, dan penyelidikan
B A B I I | 85
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
air tanah yang lebih detail khususnya di wilayah yang mengalami
kekurangan air sehingga nantinya diharapkan dengan adanya rencana
pembangunan tersebut dapat meningkatkan jumlah ketersediaan air
khususnya pada wilayah-wilayah Kecamatan yang mengalami kekurangan
akan ketersediaannya.
Tabel 2.66 IV Data Embung Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
Tahun Embung Jumlah
Besar Sedang Kecil
2015 17 52 142 211
2016 17 52 148 217
2017 17 52 166 235
2018 17 52 168 237
2019 17 52 182 251
Sumber : Dintanpan, 2019 diolah
Adapun untuk pemenuhan kebutuhan air baku pada Kecamatan-
Kecamatan yang memiliki nilai neraca air minus, arahan pemenuhan
kebutuhannya dilakukan dengan optimalisasi fungsi embung pada
masing-masing wilayah tersebut. Berdasarkan Perda Kabupaten
RembangNo.14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Rembang, Rencana pembangunan dan pengelolaan embung di
Kabupaten Rembang meliputi sebagai berikut:
a) Embung Lodan dengan kapasitas kurang lebih 5.390.000 m3 di
Kecamatan Sarang.
b) Embung Banyukuwung dengan kapasitas kurang lebih 2.416.000 m3
di Kecamatan Sulang.
c) Embung Grawan dengan kapasitas kurang lebih 42.000 m3 di
Kecamatan Sumber.
d) Embung Panohan dengan kapasitas kurang lebih 1.165.000 m3 di
Kecamatan Gunem.
e) Embung Tlogo dengan kapaasitas kurang lebih 3.700.000 m3 di
Kecamatan Bulu.
f) Embung Gedari dengan kapasitas kurang lebih 166.000 m3 di
Kecamatan Sluke.
g) Embung Trenggulunan dengan kapistas kurang lebih 4.000.000 m3 di
Kecamatan Pancur.
h) Embung Pasedan dengan kapasitas kurang lebih 64.420.000 m3 di
Kecamatan Bulu.
B A B I I | 86
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
i) Embung Gambiran dengan kapasitas kurang lebih 3.090.000 m3 di
Kecamatan Pamotan.
j) Embung Palemsari dengan kapasitas dengan kapasitas kurang lebih
340.000 m3 di Kecamatan Sumber.
k) Embung Sendangmulyo dengan kapasitas kurang lebih 3.270.000 m3
di Kecamatan Bulu.
l) Embung Kaliombo dengan kapasitas kurang lebih 2.150.000 m3 di
Kecamatan Sulang.
m) Embung Sambiroto dengan kapasitas kurang lebih 7.070.000 m3 di
Kecamatan Sedan.
n) Embung Mojosari dengan kapasitas kurang lebih 2.630.000 m3 di
Kecamatan Sedan.
Rencana embung tersebut telah terealisasi sebanyak 4 unit yaitu
Embung Lodan, Embung Banyukuwung, Embung Grawan dan Embung
Panohan. Embung Lodan mempunyai volume tampungan mencapai 4,6 juta
m3 yang dimanfaatkan untuk irigasi dan air baku. Embung Banyukuwung
berfungsi sebagai pengendali banjir, irigasi dan air baku dengan kapasitas
volume mencapai 2,426 juta m3. Embung Grawan mempunyai volume 0,47
juta m3 dan Embung Panohan mempunyai volume 0,82 juta m3. Embung /
Waduk panohan belum dapat digunakan secara optimal karena masih ada
permasalahan terkait proses tukar menukar lahan dengan Perhutani.
Selain empat embung besar yang pengelolaannya dilakukan oleh BBWS
Pemali Juawana, terdapat 7 embung mini yang pembangunannya dilakukan
oleh Dinas Pusdataru Propinsi Jawa Tengah yaitu Embung Wiroto, Embung
Sridadi, Embung Jurangjero, Embung Ronggomulyo, Embung Warugunung,
Embung Maguan dan Embung Sekarsari. Pemerintah Kabupaten juga
melakukan pembangunan embung berupa embung pertanian yang
realisasinya sejak tahun 2013-2018 mencapai 69 unit yang tersebar di
seluruh Kecamatan di Kabupaten Rembang. Mengingat kondisi Kabupaten
Rembang yang relatif kering maka perlu penambahan bangunan tampungan
air dengan kapasitas yang cukup besar untuk keberlanjutan air baku di
Kabupaten Rembang.
Pembangunan tampungan air di Kabupaten Rembang sebagian besar
terkendala pengadaan lahan dan relokasi permukiman yang terjadi pada
rencana pembangunan Embung Kaliombo dan Embung Tlogo. Sehingga
perencanaan anggaran ke depan harus diprioritaskan untuk pengadaan
lahan sebagai tampungan-tampungan air agar air permukaan run off air
B A B I I | 87
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
menuju hilir dapat diperlambat. Selain itu untuk rencana bangunan
penampung air lainnya harus segera dibuat perencanaan yang matang
sehingga skenario penyediaan air baku di Kabupaten Rembang dapat
berjalan secara optimal.
3) Saluran Drainase
Saluran drainase di Kabupaten Rembang sepanjang 24,95 Km. Pada
tahun 2019 saluran drainase dalam kondisi baik adalah sepanjang 19,40 Km,
sedangkan kondisi rusak sepanjang 5,55 Km yang berfungsi sebagai saluran
untuk pembuangan industri, niaga dan pemukiman penduduk. Hal ini
mengindikasikan masih perlu penataan jaringan drainase yang baik di
seluruh wilayah Kabupaten, terutama drainase yang berada pada kawasan
pemukiman yang bersentuhan langsung dengan penduduk. Adapun
pengembangan jaringan drainase harus dilakukan dengan mengikuti kontur
tanah dan sungai sebagai muara akhir agar jaringan drainase dapat
berfungsi secara sempurna untuk saranan pembuangan. Disisi lain drainase
jalan juga perlu pembangunan dalam rangka pencegahan terjadinya banjir.
Perkembangan Panjang Saluran Drainase Kabupaten Rembang Tahun 2015–
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.67 Perkembangan Panjang Saluran Drainase Tahun 2015-2019
No. Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
1. Panjang Drainase (Km) 25,95 23,74 24,06 24,95 24,95
2. Panjang Drainase dalam
Kondisi Baik (Km) 16,60 17,74 18,38 20,17 19,40
3. Panjang Drainase dalam
Kondisi Rusak (Km) 9,35 6,00 5,68 4,78 5,55
Sumber: DPU TARU, 2019
4) Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Perkembangan Jumlah Kebutuhan Rumah/ Backlog
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Rembang yang mengalami
peningkatan belum diikuti dengan penyediaan rumah oleh pemerintah
daerah. Perkembangan dalam urusan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman dapat dilihat pada tabel berikut:
B A B I I | 88
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.68 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Rumah tangga
Pengguna listrik
(pelanggan)
152.182 152.182 152.182 184.216
2 Luas Lingkungan
pemukiman kumuh
(%)
NA 93,53 85,41 53,05
3 Rasio permukiman
layak huni NA 99,7321 99,7368 99,8060
Sumber : DPKP Kab. Rembang, 2019
Pada saat ini sebagian besar kebutuhan rumah dipenuhi oleh pihak
swasta. Hingga tahun 2019, RTLH tersebut telah dilakukan peningkatan
kualitas rumah sebanyak 4.990 unit. Selengkapnya data Rumah Tidak
Layak Huni serta realisasi penanganannya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.69 Data Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2019
No Kecamatan Data RTLH
(PBDT 2015)
Realisasi Rehabilitasi RTLH
2016 2017 2018 2019
1 Sumber 5,115 31 133 54 288
2 Bulu 3,735 60 38 83 231
3 Gunem 3,054 0 41 68 174
4 Sale 3,242 11 197 56 117
5 Sarang 5,480 89 138 87 60
6 Sedan 6,414 283 221 191 60
7 Pamotan 5,840 83 106 494 60
8 Sulang 4,603 44 62 95 60
9 Kaliori 4,165 0 199 134 60
10 Rembang 4,064 105 240 197 54
11 Pancur 3,406 231 26 99 59
12 Kragan 4,884 66 108 127 60
13 Sluke 2,490 20 33 50 117
14 Lasem 2,961 51 74 179 60
Jumlah 59,453 1.074 1,616 1914 1,460
Sumber: DPKP, 2019
B A B I I | 89
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Penanganan Kawasan Kumuh
Sampai dengan tahun 2018, luas pengurangan kawasan kumuh di
Kabupaten Rembang baru mencapai 6,16 Ha. Selengkapnya luas
pengurangan kawasan kumuh di Kabupaten Rembang sebagaimana tabel di
bawah ini.
Tabel 2.70 Luas Pengurangan Kawasan Kumuh di Kabupaten Rembang
Tahun 2019
No Kecamatan Kelurahan
Luasan
Kumuh
Awal
Luasan
Kumuh
Akhir
Capaian
Pengurangan
Kumuh 2019
Sisa
Luasan
Kumuh
Akhir
2019
1 2 3 4 5 6 7
1 LASEM SODITAN 8.38 0 0 0
2 LASEM SUMBERGIRAN
G
7.25 0 7.25 0
3 LASEM BABAGAN 15.90 0 10.115 5.79
4 LASEM DOROKANDAN
G
1.98 0 0 0
5 LASEM GEDONGMULY
O
33.63 0.048 33.581 0.048
6 LASEM NGEMPLAK 2.93 0 0 0
7 REMBANG GEGUNUNG
KULON
5.02 5.023 0 5.023
8 REMBANG GEGUNUNG
WETAN
4.77 4.766 0 4.766
9 REMBANG KABONGAN
LOR
3.82 3.82 0 3.82
10 REMBANG PADARAN 36.94 0 8.75 28.19
11 REMBANG PASARBANGGI 3.83 0 3.83 3.83
12 REMBANG SUKOHARJO 5.83 5.83 0 5.83
13 REMBANG TANJUNGSARI 20.2 2.271 13.529 2.271
14 PAMOTAN SIDOREJO 20.34 20.34 0 20.34
15 PAMOTAN PAMOTAN 23.61 23.61 0 23.61
16 PAMOTAN BANGUNREJO 19.99 19.99 0 19.99
17 KRAGAN TEGALMULYO 46.32 46.32 0 46.32
18 KRAGAN KRAGAN 12.05 12.05 0 12.05
19 KRAGAN KARANGHARJO 14.63 14.63 0 14.63
TOTAL 290.450 162.528 73.225 196.50
8
B A B I I | 90
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dalam rangka peningkatan kualitas perkotaan sebagaimana amanat
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kabupaten
Rembang berkomitmen untuk menyediakan minimal 20 % Ruang Terbuka
Hijau Publik Perkotaan. RTH publik perkotaan berfungsi menjaga
keseimbangan ekosistem yang dapat diwujudkan sebagai kawasan hijau
pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah
raga, kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau sempadan jalan, sempadan
sungai, sempadan rel KA, kawasan hijau jalur hijau dan kawasan hijau
pekarangan. Selengkapnya RTH di Kabupaten Rembang pada tabel berikut.
Tabel 2.71 Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Rembang
NO NAMA RTH LOKASI TIPOLOGI RTH JENIS RTH LUAS (M2)
1 Alun-alun Kota
Rembang
Jalan KH. Mas Mansyur Kel
Kutoharjo Kec Rembang.
Publik Taman Kota 12.722
2 Taman Borotugel Jl Pahlawan (belakang RSUD) ds
Kabongan Kidul kec Rembang.
Publik Taman Kota 10.400
3 RTH Desa
Mondoteko
Jalan Mondoteko Desa Mondoteko
Kecamatan Rembang.
Publik Taman Kota 29.000
4. RTH KBT
Tasikagung
Jl Pelabuhan Periknan Pantai Tasik
agung ds Tasikagung Kec Rembang.
Publik Taman Kota 5.200
5. Taman Tugu
Batas Kota Barat
Jalan Gajahmada ds Banyudono
Kecamatan Kaliori
Publik Taman Kota 420,84
6. Taman Tugu
Bataskota Timur
Jalan Sudirman Desa Tireman
Kecamatan Rembang
Publik Taman Kota 420,84
7. Taman Tugu PKK Jalan Gajah Mada Kelurahan
Magersari Kecamatan Rembang
Publik Taman Kota 130,38
8. Taman Tugu
Adipura
Jalan Gajah Mada – Diponegoro Kel
Kutoharjo kec Rembang
Publik Taman Kota 147,33
9. Taman Balai
Kartini
Jalan Diponegoro Desa Pandean
Kecamatan Rembang
Publik Taman Kota 437,8
10. Taman Tugu
Lilin
Jalan Veteran Kelurahan Kutoharjo
Kecamatan Rembang
Publik Taman Kota 411
11. Taman Depan
Terminal
Jalan Sudirman Kelurahan
Kutoharjo Kecamatan Rembang
Publik Taman Kota 269
12. Pemakaman
Krapyak
Jalan Majapahit Kelurahan
Sidowayah Kecamatan Rembang.
Publik Pemakaman 74.135
13. Pemakaman
Turusgede
Jalan Rembang – Blora Desa
Turusgede Kecamatan Rembang
Publik Pemakaman 54.253
14. Jalur Hijau
Jalan Kartini
Jl Kartini Kel Kutoharjo, Kel Leteh, ds
Sawahan Kecamatan Rembang.
Publik Jalur pejalan
kaki
677,51
15. Jalur Hijau Jl
Dr. Sutomo
Jl dr. Sutomo Kel Kutoharjo, Kel
Leteh Kecamatan Rembang
Publik Jalur Pejalan
Kaki
868,62
16. Jalur Hijau Jl
HOS.
Jl HOS. Cokroaminoto Kel Kutohar
jo,kel Leteh,kel Sidowayah, ds Suko
Publik Jalur Pejalan
Kaki
1.328,44
B A B I I | 91
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
NO NAMA RTH LOKASI TIPOLOGI RTH JENIS RTH LUAS (M2)
Cokroaminoto harjo,ds Kabngankidul kec Rembng.
17. Jalur Hijau
Jalan Pemuda
Jl Pemuda ds Sumberjo, Kel Leteh, ds
Kabongankidul, ds Ngotet, ds
Mondoteko Kec Rembang.
Publik Jalur Pejalan
Kaki
4.050,04
18. Hutan Kota Besi Jl Rembang–Blora ds Turusgede Kec
Rembang
Publik Hutan Kota 200.000
19. Hutan Kota
Rowosetro
Jl Clangapan ds PasarBanggi Kec
Rembang
Publik Hutan Kota 22.434
20. Hutan mangrove
Desa Tireman
Jalan - Desa Tireman Kecamatan
Rembang.
Publik RTH Sempadan
Pantai
280.000
21. Hutan mangrove
ds Pasar Banggi
Jalan-ds Pasar Banggi Kec Rembang Publik RTH Sempadan
Pantai
485.000
Sumber: Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Rembang, 2018
Sebagian besar RTH sebagaimana tercantum di atas berlokasi di
Kecamatan Rembang. Luas Ruang Terbuka Hijau di atas mencapai 118,23 Ha
yang terdiri dari taman aktif maupun pasif. Dilihat dari luas kawasan
permukiman perkotaan di Kabupaten Rembang yang mencapai 3.214 Ha,
maka persentase RTH Publik di Kabupaten Rembang baru mencapai 3,68 %.
Untuk memenuhi amanat Perda Tata Ruang 20 % dari luas perkotaan atau
sekitar 642,8 hektar maka masih terdapat kekurangan luas RTH publik
seluas 524,57 hektar. Sejak Tahun 2018, Pemkab Rembang mulai melakukan
penataan RTH di luar Perkotaan Rembang untuk mewujudkan target luasan
sebagaimana amanat Perda Tata Ruang. Beberapa kendala yang dihadapi
dalam pemenuhan luasan RTH publik tersebut antara lain kurangnya lahan
di perkotaan. Sehingga upaya perwujudan RTH Publik harus diiringi dengan
kesiapan lahan di kawasan perkotaan.
d. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat
Kabupaten Rembang sebagai salah satu Kabupaten yang terletak di
jalur utara Pulau Jawa merupakan wilayah yang sangat strategis. Kabupaten
Rembang ini dilewati jalur utama perekonomian di Jawa Tengah dan juga
Pulau Jawa bagian utara sehingga tingkat mobilitas transportasi manusia
dan barang sangat tinggi. Hal tersebut berpotensi menyebabkan ancaman
gangguan ketertiban dan keamanan.
Angka Kriminalitas
Kabupaten Rembang meskipun tidak memiliki dinamika kemajemukan
seperti yang ada di kota-kota besar, namun kondisi kriminalitas masih
B A B I I | 92
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
sangat perlu mendapatkan perhatian. Selama tahun 2016-2019 angka
kriminalitas di Kabupaten Rembang berfluktuasi utamanya pada tahun 2016
dimana terdapat kasus criminal paling tinggi yakni sebanyak 67 kasus
kriminal. Pada tahun 2019, jumlah kasus tindak pidana yang terjadi di
wilayah hukum Polres Kabupaten Rembang adalah sejumlah 45 kejadian,
meningkat jika dibandingkan dengan kasus pada tahun 2018 sebanyak 29
kejadian, yang telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kasus
2016 yang sebanyak 45 kejadian. Dari jumlah kejadian tindak pidana
tersebut, yang menonjol di setiap tahun adalah kejadian pencurian dengan
pemberatan dengan jumlah kejadian yang selalu tinggi setiap tahunnya,
dimana pada tahun 2019 terjadi sebanyak 28 kejadian, yang selanjutnya
diikuti oleh pencurian ranmor, dan pencurian dengan kekerasan.
Perkembangan Penanganan Jumlah Tindak Pidana menonjol (crime index)
menurut jenis di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.72 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) di Kab. Rembang
Tahun 2015-2019
No. Jenis Kasus Kriminal Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Narkoba 6 19 15 16
2 Pembunuhan 0 2 0 1 1
3 Seksual 8 5 3 10
4 Penganiayaan 34 16 9 14
5 Pencurian ranmor 23 19 11 8
6 Pencurian dengan
kekerasan 7 3 4 6
7 Pencurian dengan
pemberatan na 35 21 14
28
8 Penipuan 18 12 18 9
9 Pemalsuan Uang 0 0 1 0 2
Jumlah 123 90 67 82
Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah 2019
Penyelenggaraan Kamtribumlinmas dilaksanakan melalui Program
Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan yang diukur melalui
rasio poskamling dan cakupan petugas linmas, Program Pemberdayaan
Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan yang diukur melalui
rasio linmas dan rasio pos kampling, Program Peningkatan Pemberantasan
Penyakit Masyarakat (Pekat) yang diukur melalui jumlah pekat yang
B A B I I | 93
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
tertangani, dan Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan
Tindak Kriminal yang diukur melalui jumlah tindak kriminal yang tertangani
dan penyelesaian pelanggaran K3.
Tabel 2.73 Penyelenggaraan Kamtirbumlinmas
No Aspek/variabel dan/atau
Indikator 2016 2017 2018 2019
Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
1 rasio poskamling per 10.000
penduduk 55 21 78 89
2 cakupan petugas Linmas di
masing-masing Desa 100 100 100 100
Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan
1 Rasio Linmas per Jumlah
10.000 penduduk 9 89 89 87.1
2 Rasio Pos Siskamling per 100
jumlah desa/kelurahan
100
100
100
100
Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat)
1 Persentase penyakit 80
masyarakat yang
tertangani
90 90 100 100
Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal
1 Persentase kriminalitas yang
tertangani 90 100 100 100
2 Persentase tingkat penyelesaian
pelanggaran K3 90 87,7 100 100
Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah 2019
e. Sosial
Fokus penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
di Kabupaten Rembang adalah pada kelompok lansia terlantar dan disabilitas
berat karena kelompok tersebut termasuk kelompok miskin absolut individu.
Sedangkan permasalahan PMKS yang lain sudah ditangani oleh perangkat
daerah terkait. Agar supaya bisa menangani permasalahn PMKS kategori
tersebut maka dilakukan pemberian bantuan jaminan biaya hidup di atas
garis kemiskinan, sehingga diharapkan biaya hidup tiap bulan bisa tercukupi
dan tertangani dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan oleh semua pihak
terkait, mulai dari pemerintah, dunia usaha melalui forum CSR, Baznas
maupun personal responsibility. Perkembangan dan penanganan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kabupaten Rembang pada kurun
B A B I I | 94
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
waktu tahun 2015-2019. Berikut inidkator kinerja daerah pada urusan sosial
tahun 2015-2019.
Tabel 2.74 Kinerja Daerah Urusan Sosial Tahun 2015-2019
No. Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah PMKS 82.885 82,885 82.885 82.885 82.885
2
Penanganan
penyandang
masalah
kesejahteraan
sosial (PMKS)
18.002 23.208 28.007 48.611
74.597
Persentase (%) 21,72 28 33,79 58,67 90
3
PMKS yang
memperoleh
bantuan
sosial
18.002 23.208 28.000 48.611
65.220
Persentase (%) 21,72 28 33,79 58,67 78,69
4
Jumlah
sarana panti
sosial /panti
jompo/ panti
rehabilitasi
10 LKSA
1 LKSLU
1 PSLU
1
Rehabilitasi
10 LKSA
1 LKSLU
1 PSLU
1
Rehabilitasi
10 LKSA
1 LKSLU
1 PSLU
1
Rehabilitasi
10 LKSA
1 LKSLU
1 PSLU
1
Rehabilitasi
10 LKSA
1 LKSLU
1 PSLU
1
Rehabilitasi
5
Angka
Kemiskinan
(%) BPS
19,28 18,54 18,35 15,41
14,95
Sumber: Dinsos PPKB, 2019
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah PMKS di Kabupaten
Rembang setiap tahunnya masih tetap sama yakni sebanyak 82.885 jiwa,
sedangkan jumlah PMKS yang tertangani setiap tahunnya cenderung
fluktuatif.
Persentase tertinggi jumlah PMKS yang tertangani terdapat di tahun
2019 yakni 90% atau sebanyak 74.597 jiwa, sedangkan persentase terkecil
jumlah PMKS yang tertangani terdapat di tahun 2015 yakni 21,72% atau
sebanyak 18.002 jiwa.
B A B I I | 95
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.3.2. Urusan Pemerintahan Wajib Yang Tidak Berkaitan Dengan
Pelayanan Dasar
a. Tenaga Kerja
Pembangunan dibidang ketenagakerjaan sasaran utamanya adalah
memperluas dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Tantangan
yang dihadapi Kabupaten Rembang dalam perluasan lapangan kerja saat ini
yaitu penyerapan tenaga kerja yang tidak sebanding dengan besarnya
angkatan kerja yang ada. Masalah lain adalah jumlah penduduk usia kerja
yang sangat besar tetapi dengan basis pendidikan dan ketrampilan rendah.
Adapun masalah ketenagakerjaan adalah adanya kesenjangan antara
angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia atau antara
permintaan tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja, sehingga
menyebabkan pengangguran. Disamping itu juga adanya produktivitas dan
pendapatan masyarakat yang berkurang, serta pendapatan masyarakat yang
tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup layak sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah sosial lainnya.
Perkembangan Indikator Ketenagakerjaan di Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.75 Realisasi Indikator Kinerja pada Urusan Tenaga Kerja Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)(%) 66.97 56.4 70.78 67.46 71,23
2 Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) (%) 4,51 4.3 3.19
2.87
3.69
3 Tingkat Kesempatan
Kerja (TKK) NA NA 96.81
97.13
96.31
4 Jumlah Penduduk Usia
Kerja 478.731 NA 489.655 494.973 500.216
5
Angkatan Kerja:
Jumlah Bekerja 306.110 NA 333.518 324.318 318.264
Jumlah Pengangguran 14.474 NA 11.052 9.598 12.185
Total Angkatan Kerja 320.584 NA 346.570 333.916 330.449
6
Bukan Angkatan Kerja:
Sekolah NA NA 22.622 34.764 32.932
Mengurus Rumah Tangga NA NA 106.781 100.190 110.854
Lainnya NA NA 13.642 26.103 25.880
Sumber: BPS, 2019
Keterangan: *) tidak ada SAKERNAS Agustus
B A B I I | 96
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Rembang
selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2015 sampai tahun 2019
menunjukkan angka yang fluktuatif. Pada tahun 2019 angka TPAK yakni
71,23% dan sempat mengalami penurunan 67,46% pada tahun 2018.
Sedangkan perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Kabupaten Rembang sejak tahun 2015 sampai 2019 menunjukkan kinerja
yang baik yaitu mengalami penurunan, dari 4,51% menjadi 3,69%.
Persentase TPT tahun 2019 lebih tinggi dibanding pada tahun 2018
menunjukkan 2,87. Sementara itu, Perkembangan Urusan Ketenagakerjaan
di Kabupaten Rembang Tahun 2019 ada pada tabel berikut.
Tabel 2.76 Perkembangan Urusan Ketenagakerjaan di Kabupaten Rembang
Tahun 2019 No Indikator Kinerja Satuan 2019
1. Tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan dan sertifikasi
kompetensi
Orang 480
2. Persentase pelatihan yang bersertifikat % 90
3. Presentasi tenaga kerja yang ditempatkan % 68,71
4. Rasio penduduk yang bekerja % 97,56
5. Rasio ketergantungan % 40,4
6. % lembaga ketenagakerjaan yg memenuhi syarat
operasional
% 93,75
7. % perselisihan pengusaha-pekerja yg diselesaikan % 100
8. Persentase peserta BPJS Ketenagakerjaan % 84,02
Sumber: DPMPTSPNaker, 2019
Secara keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Rembang jika
dilihat dari status ketenagakerjaan sejak tahun 2016-2019 populasi
penduduk yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
yang tidak bekerja atau menganggur. Namun dari tahun ke tahun, jumlah
penduduk yang bekerja selalu mengalami penurunan, berbanding terbalik
dengan penduduk yang tidak bekerja di tahun 2018-2019 mengalami
peningkatan. Sementara untuk populasi penduduk yang tidak aktif secara
ekonomi, jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga jauh lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk yang sekolah ataupun lainnya.
B A B I I | 97
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.77 Penduduk Kabupaten Rembang berusia 15 tahun keatas dengan status
ketenagakerjaan
Tahun
Aktif secara ekonomi Tidak Aktif secara ekonomi
Bekerja Pengangguran
Terbuka Sekolah
Mengurus
Rumah
Tangga
Lainnya
2016
2017 335.518 11.052 22.662 106.781 13.642
2018 324.318 9.598 34.764 100.190 26.103
2019 318.264 12.185 32.933 110.954 25.880
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Jumlah pencari kerja di Kabupaten Rembang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 jumlah pencari kerja
naik secara signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016-2018. Tabel
berikut menyajikan data jumlah pencari kerja sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Dimana jumlah terbanyak ada pada tingkatan pendidikan
SMA yang mencapai 2.350 ditahun 2019, disusul dengan tingkatan
pendidikan Diploma IV/Sarjana yang mencapai angka 343 di tahun 2019.
Tabel 2.78 Jumlah Pencari Kerja sesuai dengan tingkat Pendidikan
Tahun
Jenis Pendidikan
Jumlah SD SMP SMA Diploma
Diploma
IV/Sarjana
Pasca
Sarjana
2016 5 36 961 111 230 4 1347
2017 10 80 998 188 422 3 1704
2018 17 65 978 11 374 5 1548
2019 69 728 2350 85 343 6 3581
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka tahun 2016-2020
Tabel 2.79 UMK dan KHL Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
UMK DAN KHL 2015 (Rp) 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp)
Upah Minumum
Kabupaten Rembang
1.120.00,00 1.300.00,00 1.408.00,00 1.535.00,00 1.660.00,00
Sumber: DPMPTSNaker, 2019
b. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1) Pemberdayaan Perempuan
Perempuan memiliki potensi tinggi untuk berperan pada upaya-upaya
pembangunan daerah. Meskipun demikian, pemberdayaan dan
pengembangan perempuan masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan,
terkait dengan kemampuan perempuan untuk menikmati dan berperan aktif
dalam pembangunan daerah. Sebagai contoh, kondisi ini ditunjukan dengan
belum terintegrasinya perspektif gender dalam perencanaan penganggaran.
B A B I I | 98
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambaran pembangunan manusia berbasis gender dapat dilihat
melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG). Berdasarkan indeks tersebut, dapat dilihat seberapa besar
perkembangan pembangunan gender berdasarkan pencapaian perempuan
dalam mengakses pembangunan gender dan tingkat keterlibatan perempuan
dalam proses pengambilan keputusan di bidang politik dan ekonomi.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian
kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan
memperhitungkan ketimpangan Gender. IPG dapat digunakan untuk
mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan. Perkembangan persentase IPG di Kabupaten Rembang 2017-
2019 selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut:
Tabel 2.80 Indeks Pembangunan Gender
Indeks Pembangunan Gender
Tahun
2017 2018 2019
IPG Kabupaten Rembang 86.18 86.49 86.85
Kabupaten sekitar:
Pati
Kudus
Jepara
Blora
91.98
92.68
90.39
83.55
91.50
92.89
90.66
83.79
91.60
92.90
90.91
83.96
IPG Jawa Tengah 91.89 91.95 91.94
IPG Nasional 91.07 90.99 90.96
Sumber: BPS, 2020
Dari tabel di atas, dapat kita lihat, IPG rembang masih di bawa Jawa
Tengah dan nasional. Dibandingkan Kabupaten sekitar, IPG Kabupaten
Rembang masih di bawah Kudus, Pati dan Jepara, tetapi di atas Blora.
Sementara itu, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks
komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi
dan politik. Peningkatan kualitas hidup perempuan di Kabupaten Rembang
dapat dilihat dari tabel berikut, bahwa dari keterlibatan perempuan sebagai
tenaga profesional mengalami peningkatan di tahun 2016 hingga tahun 2018,
lalu menurun di tahun 2019. Sementara untuk keterwakilan perempuan
sebagai anggota DPRD mengalami penurunan selama 2 tahun terakhir yaitu
dari tahun 2017 hingga tahun 2019. Sementara untuk persentase
keikutsertaan perempuan dalal lembaga pemerintah dan jabatan eksekutif di
lingkungan pemerintahan daerah cenderung fluktuatif.
B A B I I | 99
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.81 Perkembangan Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019
Indikator Kinerja Program Tahun
2016 2017 2018 2019
Persentase perempuan
sebagai tenaga profesional 35,2 35,8 37,4 35
Persentase keterwakilan
perempuan sebagai
anggota DPRD
22,2 22,22 20 13,3
Persentase partisipasi
perempuan di lembaga
pemerintah
44,1 44,15 44,1 27,68
Persentase perempuan yang
memiliki jabatan eksekutif di
lingkungan
pemerintah daerah
27,6 28 26 26,9
Sumber: Dinsos PPKB, 2020 data diolah
Berdasarkan grafik di atas, perkembangan IPG di Kabupaten Rembang
dari tahun dalam 5 tahun (2016-2019) menunjukkan tren yang meningkat,
hingga pada Tahun 2018 nilai IPG Kabupaten Rembang mencapai 73,12%.
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan antara laki-laki dan perempuan
di Kabupaten Rembang semakin mendekati kesetaraan. Meskipun demikian,
nilai tersebut masih tergolong rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa
masih terjadi ketimpangan dan ketidaksetaraan gender di Kabupaten
Rembang. Dalam persepektif gender, hasil pembangunan di Kabupaten
Rembang masih belum bisa dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh
masyarakat.
Sementara itu, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks
komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi
dan politik. IDG dan Komponen Kabupaten Rembang Tahun 2015-2018
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.82 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) dan Komponen IPG Kabupaten
Rembang dibandingkan IPG PProvinsi Jawa Tengah dan Nasional, Tahun 2015-2018
Komponen Tahun
2015 2016 2017 2018
Keterlibatan Perempuan di Parlemen (%) 20,00 NA 22,22 22,22
Perempuan sebagai Tenaga Profesional (%) 45,52 NA 55,66 51,35
Sumbangan Pendapatan Perempuan (%) 31,68 NA 31,69 31,72
B A B I I | 100
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Komponen Tahun
2015 2016 2017 2018
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kab
Rembang 70,35 NA 72,45 73,12
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Rembang 2017
Peningkatan kualitas hidup perempuan di Kabupaten Rembang dapat
dilihat dari jumlah perempuan di parlemen. Persentase keterlibatan
perempuan di Parlemen terus meningkat dari tahun 2013, hingga mencapai
22,22%pada tahun 2017.Hal ini selaras dengan nilai IDG Kabupaten
Rembang yang mengalami peningkatan hingga Tahun 2017 mencapai angka
72,45%.
2) Perlindungan Anak
Suatu Kabupaten dikatakan sebagai Kabupaten Layak Anak apabila
telah memenuhi 5 klaster 31 indikator penilaian Kabupaten Layak Anak yang
telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No. 12 Th. 2011.
Capaian Kabupaten Layak Anak dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu
Pratama dengan nilai 500-599, Madya dengan nilai 600-699, Nindya dengan
nilai 700-799, Utama dengan nilai 800-999, dan Idola dengan nilai 1000.
Pada tahun 2015-2017, Kabupaten Rembang menerima penghargaan sebagai
Kabupaten Layak Anak (KLA) dengan kategori Madya.Kabupaten Rembang
mengembangkan penilaian secara mandiri sampai ke tingkat Desa, yang
diwujudkan dalam ―Desa Ramah Anak‖. Beberapa indikator terkait penilaian
Desa Ramah Anak tersebut seperti pemenuhan hak anak dan perlindungan
anak. Hingga kini pemerintah masih melakukan upaya-upaya perlindungan
terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Rembang.
Adapun data kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2.83 Data Kekerasan Terhadap Perempuan (PPT Semai “RWC3”
Rembang)
NO. TAHUN JUMLAH
KASUS
JENIS KASUS
FISIK SEKSUAL PSIKOLOG PENELANTARAN
1 2011 18 16 0 0 2
2 2012 15 10 1 0 4
3 2013 11 9 1 0 1
4 2014 14 11 1 0 1
5 2015 12 10 2 0 0
6 2016 18 12 0 2 4
B A B I I | 101
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
NO. TAHUN JUMLAH
KASUS
JENIS KASUS
FISIK SEKSUAL PSIKOLOG PENELANTARAN
7 2017 6 3 0 0 4
8 2018 5 3 2 0 0
9 2019 10 7 1 4 3
10 2020* 6 5 1 0 0
Sumber : DinsosPPKB Kabupaten Rembang, Tahun 2020
*sampai November
Tabel 2.84 Data Kekerasan Terhadap Anak (PPT Semai “RWC3” Rembang)
NO. TAHUN JUMLAH
KASUS
JENIS KASUS
FISIK SEKSUAL PSIKOLOG PENELANTARAN
1 2011 18 16 0 0 2
2 2012 15 10 1 0 4
3 2013 11 9 1 0 1
4 2014 14 11 1 0 1
5 2015 12 3 9 0 0
6 2016 15 6 9 0 0
7 2017 16 8 9 2 2
8 2018 15 3 11 0 1
9 2019 11 4 7 0 0
10 2020* 14 4 10 0 0
Sumber : DinsosPPKB Kabupaten Rembang, Tahun 2020
*sampai November
Capaian pemenuhan hak anak berdasarkan kategori tingkat pratama, dan
tingkat madya, di Kabupaten dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.85 Capaian Kinerja Kabupaten Layak Anak Kabupaten Rembang
TAHUN PEROLEHAN
2015 TINGKAT MADYA
2016 TINGKAT MADYA
2017 TINGKAT MADYA
2018 TINGKAT MADYA
2019 TINGKAT NINDYA
Sumber : Dinsos PPKB,2019
c. Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
B A B I I | 102
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
berkualitas (Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan).
Pemerintah berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan
pemenuhan konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi
seimbang, baik pada tingkat nasional maupun dengan memanfaatkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Penyelenggaraan Pangan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan
manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan
Pangan, kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.
Sistem Ketahanan Pangan meliputi tiga subsistem, yaitu: (1)
Ketersediaan pangan dengan sumber utama penyediaan dari produksi dalam
negeri dan cadangan Pangan; (2) keterjangkauan pangan oleh seluruh
masyarakat, baik secara fisik maupun ekonomi; dan (3) pemanfaatan pangan
untuk meningkatkan kualitas konsumsi Pangan dan Gizi, termasuk
pengembangan keamanan Pangan. Dengan mengacu pada sistem Ketahanan
Pangan tersebut, penyelenggaraan Pangan ditujukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan Pangan yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, terjangkau, dan
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Ketersediaan energi dan protein Per Kapita menunjukkan seberapa
besar ketersediaan energi dan protein pada tingkat rumah tangga. Semakin
tinggi ketersediaan energi dan protein perkapita menunjukkan bahwa daya
beli masyarakat terhadap bahan pangan semakin baik. Ketersediaan energi di
Kabupaten Rembang tergolong baik, dengan ketersediaan energi perkapita
menunjukkan capaian yang cukup baik yakni 5.794 kkal/kap/hari pada
tahun 2019. Capaian ketersediaan energi perkapita telah sesuai dengan
standar ketersediaan energi yaitu 2.200 kkal.
Jumlah ketersediaan yang melebihi standar ini menunjukkan tidak
terjadinya kerawanan pangan di Kabupaten Rembang karena kebutuhan
bahan pangan terpenuhi dan masyarakat memiliki daya beli masyarakat
terhadap pangan. Ketersediaan energi dan protein ini didorong dengan
produksi bahan pangan utama yaitu padi yang surplus. Penguatan cadangan
pangan juga menunjukkan kinerja yang baik, terlihat dari dari capaian di
atas 100 ton/hari, telah melebihi standar yang ditetapkan pemerintah untuk
Kabupaten/kota.
Berkaitan dengan konsumsi pangan dan keamanan pangan, dapat
diketahui dari Skor Pola Pangan Harapan (PPH). Skor PPH Kabupaten
Rembang belum mencapai angka ideal, dengan skor tahun 2013 mencapai
B A B I I | 103
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
86,7 dan Tahun 2014 naik menjadi 86,8, namun terjadi penurunan di Tahun
2015, dan 2016.
Pada tahun 2017 skor PPH Kabupaten Rembang kembali mengalami
kenaikan menjadi 87,58 kemudian turun lagi di tahun 2018 menjadi 86,8
dan pada tahun 2019 naik menjadi 87,9. Angka tersebut masih dibawah
target Nasional berdasarkan Renstra Kementan yaitu 92,5. Nilai PPH yang
masih di bawah standar mengindikasikan kurang seimbangnya konsumsi
dari berbagai kelompok pangan.
Tingkat konsumsi energi Kabupaten Rembang pada Tahun 2019
mencapai 2.155,2 kkal/kapita/hari, dan konsumsi protein 66,6
gram/kapita/hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai konsumsi energi
dan protein sudah melampaui rekomendasi konsumsi energi 2.150
kkal/kapita/hari dan rekomendasi konsumsi protein 57 gram/kapita/hari.
Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dan protein rata-rata
penduduk sudah sangat baik.
Secara rinci Perkembangan Urusan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.86 Perkembangan Urusan Ketahanan Pangan di Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 No Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) (%) 85,9 85,4 87,58 86,8 87,9
2. Ketersediaan energi per kapita
(kkal/kapita/hari)
5.280 5.044 6.515 5.044 5794
3. Ketersediaan informasi pasokan harga &
akses pangandaerah (%)
100 100 100 100 100
4. Stabilitas harga dan pasokan pangan (%) 100 100 100 100 100
5. Pengawasan dan pembinaan keamanan
pangan (%)
80 100 100 100 100
6. Penanganan daerah rawan pangan (%) 66,6 100 100 100 100
7. % peningkatan kelas penyuluh/tahun
(%)
10% 10% 10% 15,78 7.5
8. Jml diklat formal/non formalyg diikuti
penyuluh/th
20 15 15 16 16
9. Jml Pos Penyuluhan desa/th (Posluhdes) 2 42 55 55 98
10. % peningkatan kelas kelompok tani (%) 17 17 9,09 10 12,78
Sumber: Dintanpan Kabupaten Rembang Tahun 2019
B A B I I | 104
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
d. Pertanahan
Kebijakan pada urusan pertanahan diarahkan pada upaya peningkatan
tertib administrasi pertanahan dan pemecahan masalah-masalah atau
konflik pertanahan. Kewenangan Pemerintah Kabupaten dalam urusan
Pertanahan adalah dalam penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian
masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan,
penyelesaian masalah tanah kosong, pemberian izin lokasi, penetapan tanah
ulayat, serta mempunyai kewenangan dalam Perencanaan penggunaan
tanah.
Kebijakan daerah dalam penyelenggaraan kewenangan pertanahan
diarahkan pada upaya fasilitasi pengadaan tanah untuk pembangunan bagi
kepentingan umum, pengendalian fungsi dan peruntukan tanah, serta
fasilitasi dan sinkronisasi program-program pemerintah di bidang
pertanahan. Salah satunya dalam upaya reaktifasi kereta api komuter di
Kabupaten Rembang. Perlu dilakukan identifikasi terkait lahn-lahan yang
merupakan asset PT. KAI sekaligus fasilitasi untuk pengadaan lahan baru
untuk mewujudkan program reaktifasi kereta api di Kabupaten Rembang.
Tabel 2.87 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2015-2019
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator Kinerja
Pembangunan Daerah
Satuan
Realisasi Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase luas lahan
bersertifikat
% 0,55 0,65 0,86 0,86 0,86
Tabel 2.88 Jumlah Penanganan Persengketaan Tanah Tahun 2015-2020
No
TAHUN
JUMLAH PERSENGKATAAN/PERMASALAHAN
TANAH
TERSELESAIKAN
BELUM TERSELESAIKAN
1. 2015 10 8 2
2. 2016 15 10 5
3. 2017 11 7 4
4. 2018 12 9 3
5. 2019 19 15 4
6. 2020 14 9 5
Sumber: DPKP, 2019
e. Lingkungan Hidup
Secara umum, pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Rembang
belum optimal. Dari empat indikator pengukuran lingkungan hidup, yaitu
kualitas air, kualitas udara, pengelolaan sampah dan tutupan lahan.
B A B I I | 105
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing indikator pengelolaan
lingkungan hidup.
Kualitas Air
DLH Kabupaten Rembang mengukur pencemaran air sungai berdasarkan
komposisi parameter fisik (bau, warna, jumlah zat padat terlarut,
kekeruhan, rasa), kimia anorganik (besi, seng, aluminium, kesadahan,
klorida, mangan, pH, sulfat, tembaga), dan bakteriologis (jumlah kuman
dan total coli). Sampel diambil di tiga sungai yaitu Sungai Kalipang
(Sarang), Sungai Babagan (Lasem), dan Sungai Karanggeneng (Rembang).
Analisis pengujian sampel dilakukan di Laboratorium BBTPPI Semarang
dengan hasil dapat dilihat pada tabel brikut ini
Tabel 2.89 Kualitas Air Kabupaten Rembang Tahun 2019
No
.
Parame-
ter Satuan
Sungai Pengambilan Sampel Baku Mutu
Kalipang Karanggenen
g Babagan
Kelas
I
Kelas
II
Kelas
III
Kelas
IV
Smt
I
Smt
II
Smt
I
Smt
II
Smt
I
Smt
II
1. TSS mg/l 25,00 28,0
0
34,0
0
26,00 27,0
0
44,0
0
50 50 400 400
2. pH mg/l 6,70 7,80 7,70 6,50 6,90 7,80 6-9 6-9 6-9 6-9
3. BOD mg/l 7,02 7,82 5,75 6,09 4,56 8,67 2 3 6 12
4. COD mg/l 10,56 13,4
2
15,7
9
17,65 20,6
5
38,6
7
10 25 50 100
5. DO mg/l 4,01 4,33 3,95 3,56 2,89 4,91 6 4 3 0
6. Total Coli jumlah
/ 100
ml
>2.40
0
>2.4
00
>2.4
00
>2.40
0
>2.40
0
>2.4
00
7. E Coli jumlah
/ 100
ml
>2.40
0
>2.4
00
>2.4
00
>2.40
0
>2.40
0
>2.4
00
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2019
Kualitas Udara
Indikator berikutnya adalah indeks kualitas udara. Pengukuran indeks
kualitas udara dilakukan DLH Provinsi Jawa Tengah pada empat lokasi yang
mewakili aktivitas tertentu yaitu transportasi di perempatan Jaeni, industri di
PLTU Sluke, perumahan di Desa Sidowayah, dan komersial perkantoran di Jl.
Pemuda Km. 2. Hasil pengukuran indeks kualitas udara Kabupaten Rembang
dapat dilihat pada Tabel 2.90
B A B I I | 106
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.90 Kualitas Udara Kabupaten Rembang Tahun 2019
No. Lokasi
Pengukuran
Lama
Pengukuran
SO2
mg/Nm3
CO
mg/Nm3
NO2
mg/Nm3
O3
mg/Nm3
TSP
mg/Nm3
PM10
mg/Nm3
Hc
mg/Nm3
1. Perempatan
Jaeni
1 jam 65,63 3865,03 117,79 51,86 81,65 0,018 38,41
2. PLTU Sluke 1 jam 64,21 5248,80 135,72 118,72 163,39 0,030 42,89
3. Desa
Sidowayah
1 jam 62,12 2879,45 106,53 41,76 52,63 0,012 35,11
4. Jl. Pemuda
Km. 2
1 jam 63,37 3456,92 109,87 60,74 78,11 0,020 37,96
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2019
Persampahan
Penanganan masalah sampah di Kabupaten Rembang masih belum
optimal. Keberadaan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang ada
belum memenuhi syarat kelayakan yaitu sistem operasional TPA masih
dengan sistem control landfill, fasilitas TPA untuk zona penimbunan belum
dilengkapi dengan bangunan kedap air, pengendalian gas tidak ada, serta
instalasi pengolahan lindi yang kondisinya rusak. Timbulan sampah di
Kabupaten Rembang pada tahun 2019 mengalami peningkatan 4%. Wilayah
penyumbang timbulan sampah terbesar adalah Rembang (10%), Sarang (9%),
dan Kragan (9%) dari total timbulan sampah 185.070 kg/hari (2014)
meningkat menjadi 227.956 kg/hari (2018). Kecamatan di pesisir seperti
Rembang, Sarang, Kragan, Lasem dan Kaliori mendominasi total timbulan
sampah di Kabupaten Rembang, mengingat kawasan perkotaan berkembang
cepat dan terkonsentrasi di wilayah pesisir daripada pedalaman.
Selengkapnya data timbulan sampah di Kabupaten Rembang disampaikan
dengan grafik berikut:
Grafik 2.19 Tren Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Rembang
Tahun 2014-2018
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang (2018)
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
2014 2015 2016 2017 2018
kg/h
ari
Sumber Bulu Gunem Sale Sarang
Sedan Pamotan Sulang Kaliori Rembang
Pancur Kragan Sluke Lasem
B A B I I | 107
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Ironisnya, pertambahan total timbulan sampah tidak diimbangi dengan
peningkatan kapasitas pengelolaan sampah. Di Kabupaten Rembang,
pengelolaan sampah dilakukan melalui empat cara yaitu melalui swadaya
masyarakat, bank sampah, TPS 3R (reduce, reuse, recycle), dan sampah yang
diangkut menuju TPA. Pada 2018, hanya sekitar 14% volume sampah yang
terangkut ke TPA dari total timbulan sampah mencapai 1.572,71 m3/hari,
dan jangkauan pelayanan hanya meliputi tujuh Kecamatan, yaitu Rembang,
Lasem, Pamotan, Sluke, Kragan, Sulang dan Sarang, sedangkan sisanya
melalui swadaya masyarakat dengan cara ditimbun, dibakar, atau dibuang ke
saluran air dan sungai. Inisiatif pengelolaan sampah 3R sangat minim hanya
ditemukan di Kecamatan Rembang
Tabel 2.91 Profil Pengelolaan Sampah di Kabupaten Rembang
No. Kecamatan
3R Volume Sampah
Terangkut ke TPA
Total Volume
Sampah Terangkut
Total Timbulan
Sampah
Kabupaten
% m3/hari % m3/hari % m3/ha
ri m3/hari
1. Sumber 0 0 0 0 0 0 13,01
2. Bulu 0,0007 0,07 0 0 0,0007 0,07 10,00
3. Gunem 0,0013 0,12 0 0 0,0013 0,12 86
4. Sale 0,0005 0,07 0,5 0,07 0,5005 0,14 14,01
5. Sarang 0 0 2,7 0,6 2,7 0,6 21,84
6. Sedan 0 0 1,4 0,27 1,4 0,27 19,28
7. Pamotan 0,0011 0,19 4,6 0,8 4,6011 0,99 17,56
8. Sulang 0,0011 0,16 2,9 0,4 2,9011 0,56 13,95
9. Kaliori 0,0011 0,16 0,7 0,1 0,7011 0,26 15,02
10. Rembang 0,0043 1,44 65,7 19,47 65,4073 20,91 32,1
11. Pancur 0 0 0,3 0,03 0,3 0,03 10,64
12. Kragan 0 0 5,8 1,3 5,8 1,3 23,00
13. Sluke 0,0007 0,07 0,6 0,07 0,07070 0,14 10,04
14. Lasem 0,0010 0,19 36,6 6,6 36,601 6,79 18,02
Jumlah 0,0004 2,46 13,7 29,7 121,2818 44,06 228,03
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang (2019)
Ketersediaan sarana pengumpulan sampah yang minim merupakan
salah satu faktor penyebab kinerja pengelolaan sampah yang rendah. Selama
kurun waktu 2013-2019, penambahan jumlah sarana pengumpulan sampah
belum mampu mengejar pertambahan total timbulan sampah, sebagaimana
terlihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.92 Profil Pengelolaan Sampah di Kabupaten Rembang
No. Jenis Sarana 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1. Truk sampah (unit) 5 5 5 4 5 6 7
2. Truk kontainer (unit) 7 7 7 5 6 8 8
B A B I I | 108
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Jenis Sarana 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
3. Kontainer (unit) 56 56 56 56 55 63 66
4. Gerobak dan becak sampah
(unit)
95 98 98 114 114 114 114
5. Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
36 36 36 46 52 59 61
6. Tempat Pembuangan Akhir
(TPA)
1 1 1 1 1 1 1
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rembang (2019)
Tutupan Lahan
Indikator terakhir untuk mengetahui kualitas lingkungan adalah
tutupan lahan. Tutupan lahan adalah kenampakan material fisik permukaan
bumi. Tutupan lahan menggambarkan keterkaitan antara proses alami dan
proses sosial. Informasi tutupan lahan yang akurat merupakan salah satu
faktor penentu dalam meningkatkan kinerja dari model-model ekosistem,
hidrologi, dan atmosfer sehingga kualitas lingkungan dapat diukur dengan
lebih akurat. Tutupan lahan di Kabupaten Rembang dapat dilihat dari luas
lahan dengan kenampakan hutan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
B A B I I | 109
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.93 Kondisi Tutupan Lahan Kabupaten Rembang Tahun 2018
No. Nama DAS Kawasan Kekritisan Lahan (Ha)
Total Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
1. Capluk Areal Penggunaan
Lain
17.979,86 97,34 82,41 31,20 16,09 18.206,90
Hutan Produksi 2.374,85 986,86 259,25 2,82 3.623,78
2. Panggung Areal Penggunaan
Lain
2.679,69 2.679,69
3. Jambangan Areal Penggunaan
Lain
1.464,50 1.464,50
4. Kiringan Areal Penggunaan
Lain
1.395,35 1.395,35
5. Lasem Areal Penggunaan
Lain
14.804,18 1.501,04 906,61 400,83 201,59 17.814,25
Hutan Konservasi 7,63 7,63
Hutan Lindung 38,43 37,85 324,55 109,89 510,72
Hutan Produksi 1.571,51 1.426,28 293,02 36,27 6,51 3.333,59
Hutan Produksi
Terbatas
121,24 1.066,04 191,65 13,30 4,27 1.396,50
6. Tasiksono Areal Penggunaan
Lain
1.104,33 102,94 769,94 131,05 46,29 2.154,55
Hutan Lindung 36,66 21,56 24,05 82,27
7. Bonang Areal Penggunaan
Lain
377,93 121,40 104,49 6,36 1,37 611,55
Hutan Lindung 2,02 4,64 68,54 31,97 107,17
Hutan Produksi 0,55 0,55
8. Leran Areal Penggunaan
Lain
196,36 62,08 104,78 33,18 396,40
B A B I I | 110
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Nama DAS Kawasan Kekritisan Lahan (Ha)
Total Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
Hutan Produksi 32,63 30,45 36,35 32,95 132,38
9. Malang Areal Penggunaan
Lain
464,27 78,71 140,07 48,83 731,88
Hutan Produksi 1,44 1,08 49,72 7,52 59,76
10. Kladen Areal Penggunaan
Lain
568,86 8,38 600,16 146,08 1.323,48
Hutan Lindung 13,05 305,01 74,07 392,13
Hutan Produksi 0,71 0,71
11. Sranduk Areal Penggunaan
Lain
92,75 65,73 265,51 93,56 517,55
Hutan Lindung 0,05 0,05
12. Randualas Areal Penggunaan
Lain
149,07 117,00 52,44 318,51
13. Kepel Areal Penggunaan
Lain
285,69 229,64 211,21 726,54
Hutan Lindung 11,81 136,99 8,83 157,63
14. Kresak Areal Penggunaan
Lain
613,53 98,30 246,85 5,31 12,26 976,25
Hutan Lindung 4,89 195,03 2,66 202,58
15. Anyar Areal Penggunaan
Lain
752,93 30,57 20,67 12,70 4,42 821,29
16. Kesambi Areal Penggunaan
Lain
11.433,45 1.616,36 971,12 220,15 26,68 14.267,76
Hutan Lindung 92,98 259,80 665,51 47,42 1.065,71
Hutan Produksi 1.486,93 963,49 18,13 81,46 2.550,01
Hutan Produksi
Terbatas
19,76 107,48 42,56 8,28 178,08
B A B I I | 111
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Nama DAS Kawasan Kekritisan Lahan (Ha)
Total Tidak Kritis Potensial Kritis Agak Kritis Kritis Sangat Kritis
17. Randugunti
ng
Areal Penggunaan
Lain
7.487,40 3,93 3,08 0,52 7.494,93
Hutan Produksi 497,30 326,97 42,72 16,66 883,65
18. Serang Areal Penggunaan
Lain
373,48 153,55 9,02 0,71 536,76
Hutan Produksi 1.213,13 358,62 3,03 1.574,78
Hutan Produksi
Terbatas
235,29 147,27 6,37 1,10 390,03
19. Temperak Areal Penggunaan
Lain
4.447,96 21,21 4.469,17
Hutan Produksi 509,30 581,04 11,66 1.102,00
20. Solo Areal Penggunaan
Lain
719,32 544,32 3.227,20 416,98 4.907.82
Hutan Konservasi 4,07 11,80 15,87
Hutan Produksi 80,54 1.557,20 3.502,72 68,46 5.208,92
Hutan Produksi
Terbatas
3,64 16,65 430,99 40,85 492,13
Total 75.706,27 12.385,21 14.431,57 2.415,37 345,34 105.283,76
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang (2019)
B A B I I | 112
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
f. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kewenangan Kabupaten/Kota dalam bidang administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan pendaftaran penduduk;
2) Pelayanan pencatatan sipil;
3) Pengumpulan data kependudukan;
4) Pemanfaatan dan penyajian database kependudukan Kabupaten/ Kota;
5) Penyusunan profilkependudukan Kabupaten/Kota.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Rembang dalam rangka pencapaian tertib administrasi kependudukan di
masyarakat, meskipun demikian masih ada beberapa indikator yang
capaiannya masih belum sesuai dengan harapan. Misalnya adalah persentase
penduduk ber-KTP per satuan penduduk yang kinerjanya justru mengalami
mengalami tren menurun dengan capaian tahunan yang fluktuatif.
Pelayanan administrasi kependudukan dilaksanakan melalui program
penataan administrasi kependudukan, yang diukur melalui Persentase
penduduk ber KTP, rasio kepemilikan KTP elektronik, rasio kepemilkan akta
kelahiran bayi, rasio kepemilikan akta kelahiran bagi seluruh penduduk,
rasio kepemilikan akta kematian, danrasio kepemilikan kartu identitas anak
dan program pengembangan data dan informasi kependudukan yang diukur
melalui pemanfaatan database dan profil kependudukan dalam kebijakan.
Perkembangan Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.94 Perkembangan Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Capaian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Program penataan Administrasi Kependudukan
1. Persentase penduduk ber KTP per satuan
Penduduk (%)
87,52 94,00 98,40 98,24 99
2. Rasio kepemilikan KTP elektronik 100 98,4 98,2 98,24
3. Rasio kepemilkan akta kelahiran bayi (0-
1 tahun)
96,45 95,6 97,91 98,45 33,3
4. Rasio kepemilikan akta kelahiran bagi
seluruh penduduk
31 31 54,1 54,35
5. Persentase kepemilikan akta kelahiran
(%)
81 45,27 48,14 105
B A B I I | 113
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Capaian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
6. Persentase pasangan berakte nikah (non-
muslim) (%)
100 100 100 100
7. Persentase kepemilikan kartu keluarga
(%)
100 100 100 100
9. Persentase Kepemilikan Akte Kematian
(%)
100 100 100 100
10. Rasio kepemilikan akta kematian 25 25 29,8 17
11. Informasi Administrasi Kependudukan
(%)
85,50 95,50 99,00 99,00
Program pengembangan data dan informasi kependudukan
1 Persentase pemanfaatan database dan
profil penduduk dalam perumusan
kebijakan
0 0 65 70
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Rembang Tahun, 2019
Dalam hal pelayanan administrasi kependudukan, masih terdapat
beberapa pekerjaan rumah yang perlu didorong lagi pencapaiannya.
Penduduk ber-KTP elektronik masih belum mencapai 100 persen, dan rasio
penduduk yang memiiki akta kelahiran juga masih rendah. Capaian yang
juga masih harus terus dikejar adalah kepemilikan akta kematian serta kartu
identitas anak. Dalam hal pengembangan data dan informasi kependudukan
sudah mulai terlihat peningkatan. Namun demikian, hal ini juga masih perlu
didorong akan menghasilkan capaian yang lebih maksimal.
g. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pengembangan
kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dikembangkan
disesuaikan dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi, seperti
kemampuan untuk berusaha, mencari informasi, dan mengelola kegiatan.
Perilaku masyarakat harus didorong agar mampu bekerjasama atau
bergotong royong dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tantangan ke depan sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, maka desa memiliki kewenangan di bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Kewenangan desa tersebut meliputi kewenangan berdasarkan, hak asal usul,
dan adat istiadat Desa dan kewenangan lokal skala desa, sehingga dengan
B A B I I | 114
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
adanya Undang-Undang ini sebagian kewenangan Kabupaten akan
diserahkan dan dilaksanakan oleh desa.
Perkembangan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dari
tahun 2015–2019 mengalami kenaikan walaupun tidak terlalu banyak.
Jumlah Posyandu aktif pada tahun 2015 sd. 2017 sama yakni sebanyak
1.225 buah, namun pada tahun 2018 bertambah 8 posyandu menjadi 1.233
posyandu, dan pada tahun 2019 terdapat penambahan posyandu aktif (unit)
2 (dua) buah menjadi 1.235. Disisi lain Perkembangan Pelaksanaan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pada Indikator Persentase kades yang
telah mengikuti pelatihan penyelenggaraan pemerintahan desa mengalami
penurunan cukup signifikan, yakni dari 100% pada tahun 2019 menjadi
17,42% pada tahun 2019. Kondisi tersebut terjadi karena banyaknya calon
kepala desa incumbent yang terpilih kembali pada pemilihan kepala desa,
sehingga pada tahun 2019 hanya terdapat 17,42% saja kepala desa yang
mengikuti pelatihan penyelenggaraan pemerintahan desa. Selengkapnya Data
Perkembangan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut. Data
Perkembangan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 adalah pada tabel berikut:
Tabel 2.95 Perkembangan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Kondisi Saat Ini
2015 2016 2017 2018 2019
1. PKK aktif (Unit) 309 309 309 309 309
2. Posyandu aktif (unit) 1.225 1.225 1.225 1.233 1.235
3. Persentase Posyandu
Purnama Dan Mandiri (%)
47,75 47,75 46,6 59,7 66.80
4. % Lembaga Kemasyarakatan,
Lembaga Adat yang telah
diberdayakan (%)
100 100 100 100 100
5. % Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) Aktif(%)
100 100 100 100 100
6. % swadaya masy thd program
pemberdayaan masy (%)
0,4 0,4 0,4 0,4 1.37
7. Pemeliharaan pasca program
pemberdayaan masy (%)
100 85 85 85 NA
8. %kades yang telah mengikuti
pelatihan penyelenggaraan
pemerintahan desa (%)
100 100 100 100 17,42
B A B I I | 115
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Kondisi Saat Ini
2015 2016 2017 2018 2019
9. Pembangunan kawasan
pedesaan
1 1 1 2 3
10. Badan kerjasama antar desa 13 13 13 19 19
11 Persentase desa yang
membentuk BUMDes
3,13 13,58 27,17 39,37 51,56
12 Persentase BUMDesa yang
didampingi
100 76,92 50 30,97 23,64
Sumber: BPMPKB Kabupaten Rembang 2019
h. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
1) Keluarga Berencana
Kabupaten Rembang dalam upaya mengendalikan pertumbuhan
penduduk turut mendukung program yang dicanangkan oleh pemerintah.
Total Fertility Rate Kabupaten Rembang tahun 2015 berdasarkan hasil
Susenas adalah 2,07. Angka tersebut menunjukan jumlah anak rata-rata
yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa
reproduksinya.
Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Rembang telah mencapai 100%
dari sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Cakupan Pasangan Usia
Subur yang ingin ber-KB tidak terpenuhi (Unmet Need) tahun 2011 sebanyak
8,01%, tahun 2015 menurun menjadi 6,93%. Perkembangan unmet need dari
tahun 2011–2015, cenderung fluktuatif dengan tren menurun. Fluktuasi
unmet need KB ini dipengaruhi oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat
untuk mengikuti program KB khususnya MKJP serta PUS yang tidak ingin
memiliki/menunda punya anak namun tidak ber-KB. Upaya yang dilakukan
untuk mengurangi unmet need KB antara lain melalui optimalisasi
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), peningkatan SDM PLKB,
peningkatan kepesertaan KB Pria, dan kerjasama antar berbagai institusi.
2) Keluarga Sejahtera
Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di
Kabupaten Rembang pada tahun 2013-2015 mengalami penurunan. Pada
tahun 2013 sebanyak 55,96 persen, pada tahun 2014 mencakup 54,96
persen dan pada tahun 2015 menjadi 54,64 persen.
Perkembangan Pelaksanaan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Tahun 2015–2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
B A B I I | 116
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.96 Perkembagan Pelaksanaan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Tahun 2015–2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Total fertility Rate (TFR) 2,07 2,05 2,07 2,07 2,07
2. Rasio akseptor KB /1000 PUS 825,23 837,05 841,11 800,2 79,58
3. Cakupan perserta KB aktif (%) 100 100 120,89 123,04 118,03
Jumlah peserta KB aktif
Jumlah PUS
132.442
134.537
137.874
135.480
133.626
4. Cakupan Pasangan Usia Subur
yang istrinya dibawah usia 20 th
3,68 3,22 1,56 1,55 1,55
5. Cakupan PUSyg ingin ber-KB tdk
terpenuhi (Unmet Need)
6,93 6,73 6,94 9,81 9,94
6. Angka kelahiran remaja
(perempuan usia 15-19 th) per
1000 perempuan usia 15-19 tahun
35 34 32 32 32
7. Angka Pemakaian Kontrasepsi/CPR
bagi perempuan menikah usia 15-
49 (semua cara dan cara modern)
83,57 83,61 84,11 80,02 79,58
8. Angka Drop out KB 13,62 12,08 8,72 7,27 8,52
9. Cakupan penyediaan informasi
data mikro keluarga di setiap
desa/kelurahan
100 100 100 100 100
10. % Keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I (%)
54,64 51,94 50,46 51,13 52,06
11. 2 Ratio PLKB / penyuluh Keluarga
Berencana (PLKB/PKB)
4,52 4,98 4,98 6,12 14,29
12. 3 Ratio PPKBD 100 100 100 100 100
13. 4 % Kecamatan memiliki fasilitas
pelayanan konseling remaja
100 100 100 100 100
14. Cakupan PUS peserta KB Anggota
UPPKSyg berKB
91,12 91,64 92,47 90 91,32
Kelompok UPPKS:
Jumlah 203 241 145 145 145
Aktif 192 162 141 138 132
Persentase 94,58 67,22
97,24 95,17 91,32
15. Cakupan anggota bina keluarga
balita (BKB) ber-KB
92,12 89,89 89,56 100 89,92
16. Cakupan Peserta KB Aktif MKJP 16,61 17,96 19,65 20,81 24,91
17. Cakupan Peserta KB Aktif Pria 1,14 1,14 1.21 1,11 0,99
18. Cakupan Tribina 83,80
19. Jumlah Kelompok Aktif Bina
Keluarga (BKB, BKR, BKL)
B A B I I | 117
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
BKP:
Jumlah 427 420 434 434 434
Aktif 418 419 434 492 390
Persentase 97,89
99,76
100,00
99,54
89,92
BKR:
Jumlah 231 250 262 262 262
Aktif 229 250 262 260 231
Persentase 99,13
100,00 100,00 99,24
88,27
BKL:
Jumlah 235 252 263 265 272
Aktif 234 252 263 261 270
Persentase 99,57 100,00
100,00
98,49
99,26
Sumber: Dinsos PPKB Kabupaten Rembang Tahun 2018
Peserta KB aktif di Kabupaten Rembang pada kurun waktu tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 fluktuatif, dimana jumlah peserta KB aktif
tertinggi berada pada tahun 2017 yakni 84,11%. Keaktifan kelompok Bina
Keluarga Balita (BKB) tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 mengalami
penurunan yaitu 89,92 %. Sedangkan keaktifan kelompok Bina Keluarga
Remaja (BKR) dan Bina Kelompok Lansia (BKL) pada tahun 2019 cenderung
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang menunjukkan semakin
tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya ketahanan keluarga bagi
remaja dan lansia. Jumlah kelompok UPPKS yang aktif dari tahun 2015
cenderung menurun hingga 2019 yakni dari 192 kelompok yang aktif pada
tahun 2015 menjadi 138 kelompok aktif pada tahun 2019. Persentase
Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kabupaten Rembang pada
tahun 2015-2019 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 terdapat 54,64
persen dan pada tahun 2019 menjadi 52,06 persen.
i. Perhubungan
Kabupaten Rembang merupakan wilayah mempunyai arus lalu lintas
yang cukup padat, dilalui jalan arteri primer antara Jakarta-Surabaya yang
merupakan jalur perekonomian yang ramai baik angkutan barang maupun
penumpang. Kondisi jalur lalu lintas sering menimbulkan kemacetan
khususnya di kawasan-kawasan yang dilewati secara langsung oleh jalan
utama pantura.
B A B I I | 118
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kebijakan pembangunan bidang perhubungan di Kabupaten Rembang
diarahkan pada upaya meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan jasa
perhubungan, meningkatkan aksesibilitas pelayanan angkutan umum,
meningkatkan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan jasa
perhubungan, meningkatkan peranan swasta dalam rangka peningkatan
pelayanan jasa perhubungan, pengembangan infrastruktur perhubungan di
kawasan pesisir. Di bidang layanan perhubungan, untuk memperlancar
kegiatan transportasi pada simpul-simpul jalur transportasi disediakan
fasilitas terminal. Berdasarkan jenis angkutannya maka terminal dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Terminal angkutan penumpang
2) Terminal angkutan barang
Terminal yang tersedia di Kabupaten Rembang berdasarkan SK Bupati
No.551-4/0984/2016 terdiri dari tujuh terminal kelas C yang
menghubungkan wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan di Kabupaten
Rembang, yaitu Rembang, Lasem, Sulang, Gunem, Sarang, Pamotan, dan
Sumber. Dari tujuh terminal tersebut ada dua terminal yang potensial
ditingkatkan statusnya menjadi terminal tipe B maupun terminal tipe A
sesuai dengan lokasinya yang berada di jalur arteri sehingga fungsinya dapat
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi (AKAP), angkutan antar kota dalam propinsi (AKDP), angkutan kota
(AK) serta angkutan pedesaan (ADES). Terminal yang potensial untuk
ditingkatkan statusnya sesuai dengan rencana tat ruang wilayah dalah
Terminal Rembang menjadi tipe A dan Terminal Lasem menjadi tipe B.
Sampai saat ini pelayanan terminal di Kabupaten Rembang sudah berfungsi
sesuai dengan peruntukannya, meskipun masih memerlukan perbaikan.
Sejak tahun 2014 belum ada perbaikan yang cukup signifikan untuk
merevitalisasi terminal tipe C. Perbaikan hanya berupa pemeliharaan rutin
terminal sehingga kinerja terminal dari tahun 2014 tetap dan tidak
mengalami peningkatan maupun penurunan.
Selain angkutan umum dan kendaraan pribadi, di Kabupaten Rembang
juga banyak dilintasi kendaraan angkutan barang. Angkutan barang ini
sangat berkontribusi terhadap kerusakan jalan dan jembatan, serta
kemacetan lalu lintas. Selama ini kontrol terhadap angkutan barang masih
kurang, masih banyak angkutan barang yang membawa muatan melebihi
daya angkut yang ditetapkan, dimana kewenangan dimiliki oleh Provinsi
Jawa Tengah. Banyak pula angkutan barang yang berhenti di pangkalan truk
B A B I I | 119
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
ilegal di Desa Manggar, Sumbersari Kragan, Lasem, Pancur, dan Wuwur.
Selain itu banyak pula yang berhenti di sembarang tempat, sehingga
menghambat arus lalu lintas jalan raya. Dengan melihat kondisi tersebut,
diperlukan peningkatan pelayanan terhadap angkutan barang dengan
melakukan pengontrolan beban muatan angkutan barang, khususunya
angkutan barang yang melalui jaringan jalan Kabupaten Rembang kelas II
dan kelas III. Selain itu, diperlukan pula pengembangan rest area atau pool
truk yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat istirahat pengendara angkutan
barang.
Perkembangan Pelaksanaan Perhubungan di Kabupaten Rembang
Tahun 2014–2018 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kabupaten Rembang merupakan wilayah mempunyai arus lalu lintas
yang cukup padat, dilalui jalan arteri primer antara Jakarta-Surabaya yang
merupakan jalur perekonomian yang ramai baik angkutan barang maupun
penumpang. Kondisi jalur lalu lintas sering menimbulkan kemacetan
khususnya di kawasan-kawasan yang dilewati secara langsung oleh jalan
utama pantura. Terminal yang tersedia di Kabupaten Rembang berdasarkan
SK Bupati No.551-4/0984/2016 terdiri dari tujuh terminal kelas C yang
menghubungkan wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan di Kabupaten
Rembang, yaitu Rembang, Lasem, Sulang, Gunem, Sarang, Pamotan, dan
Sumber. Dari tujuh terminal tersebut ada dua terminal yang potensial
ditingkatkan statusnya menjadi terminal tipe B maupun terminal tipe A
sesuai dengan lokasinya yang berada di jalur arteri sehingga fungsinya dapat
melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antar kota antar
provinsi (AKAP), angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota
(AK) serta angkutan pedesaan (ADES).
Selain angkutan umum dan kendaraan pribadi, di Kabupaten Rembang
juga banyak dilintasi kendaraan angkutan barang. Angkutan barang ini
sangat berkontribusi terhadap kerusakan jalan dan jembatan, serta
kemacetan lalu lintas. Perkembangan Pelaksanaan Perhubungan di
Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
B A B I I | 120
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.97 Perkembangan Pelaksanaan Perhubungan Kab. Rembang Tahun
2015-2019
No Uraian Tahun
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
1
Persentase
terminal tipe
C dalam
kondisi baik
(%)
71,42
71,42
71,42
71,42
57,1
terminal tipe c
dlm kondisi
baik jml 5, dr 7
terminal tipe C
2
Tersedianya
Terminal
Angkutan
penumpang pd
setiap kab/
kota yg telah
dilayani
angkutan
umum dlm
trayek
70
70
70
70
85,7
2019
ketersediaan
terminal tipe C
Yang melayani
angkutan dalam
trayek dan
ketersediaan
angkutan hanya
6 terminal
(rembang,
lasem, pamotan,
sarang,
sulang, gunem)
3
peningkatan
fasilitas
parkir mobil
barang
0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
4
%sarpras
perhubungan
dlm kondisi
baik
85
20,6
21,5
33
17,8
PJU 211,
marka 554
m2, rambu
29 unit, halte
2 unit
5
jumlah angka
kecelakaan di
Kabupaten
rembang
(kali)
408 470 456 391 NA Data dari
Satlantas
6
cakupan
ketersediaan
halte
bus pada
jaringan trayek
2 2 3 5 2 2019 tambah 2
unit
B A B I I | 121
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Uraian Tahun
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
7
ketersediaan
rambu
rambu lalu
lintas (%)
67 67 67 67 29
2019
penambahan
29 unit
8
persentase pemenuhan fasilitas perlengkapan jalan
rambu (%) 67 67 67 67 29
2019
penambahan
29 unit
Marka(%) 65 6.3 23 11 5.5
terpasang/kebut
uhan
10.000 *100
guardrill (%)
35
35
35
11,6
0
terpasang/kebut
uhan 1232*100
(2019 tidak ada)
LPJU (%)
5
5
1.056
5.25
1,58
terpasang/kebu
tuhan 13350
*100 (2019 211
unit)
APPIL (%)
36
2 unit
TL,
4 unit
WL
unit
TL,
unit
WL
unit
TL,
unit
WL
29
unit
Ramb
u
satuan unit Alat
Pemberi
Isyarat
Lalulintas
(IPPL)
9
kelas
akreditasi
dari tempat
uji sesuai
SPM
n.a n.a C C C
10
tersedianya
angkutan
umum yg
melayani
wilayah yg
telah tersedia
jaringan jalan
untuk
jaringan jalan
kab/kota (unit)
1014
276
207
218
219
Tidak ada
penambahan
angkutan
umum
11 Jumlah orang
mll terminal
2.308.6
80
904.1
75
897.9
44
875.1
43
71.47
7
orang/terminal
c
B A B I I | 122
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Uraian Tahun
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
/th/org
12
rasio izin
perpanjangan
trayek (kartu
pengawasan
per 1 th)
68
61
69 0
0
Pindah ke
DPMPTSP naker
2018
13
Jumlah uji
kendaraan
bermotor
wajib uji
(unit)
6936 7.705 8.290 8.903 9.367 unit
14
jumlah
kendaraan
yang telah
melakukan uji
(unit)
11616 8.196 9.779 7.864 9.367
15
lama
pengujian
kelayakan
angkutan
umum (KIR)
(menit)
90
55
55
55
45
6
biaya
pengujian
kelayakan
angkutan
umum
KI:
30.000
KII:
32.000
KIII:
35.000
KI:
30.000
KII:
32.000
KIII:
35.001
KI:
30.000
KII:
32.000
KIII:
35.002
KI:
30.000
KII:
32.000
KIII:
35.003
KI:
30.000
KII:
32.000
KIII:
35.004
Perda No 6
2010, ganti
tanda uji
berkala Rp
5.000, ganti
buku/ dokumen
lain uji berkala
Rp 8.500, ganti
label
pemeriksaan
emisi gas
buang/ uji asap
Rp 4.000, stiker
Samping Rp
12.000
17
%
kendaraan
umum yang
98
90
95
98
100
Yang
lulus/yan
g uji*100
B A B I I | 123
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Uraian Tahun
Keterangan 2015 2016 2017 2018 2019
memenuhi
ambang
batas emisi
gas buang
(lulus uji
emisi) (%)
(2019
8494
kendaraan)
18
%
kendaraan
umum yg
berada
dalam
kondisi laik
jalan (%)
94
99
98
99
100
yang
lulus/yan
g uji*100
(2019
bulan oktober
8494
kendaraan)
Sumber: Dinhub, 2019
Penyelenggaraan pembangunan bidang perhubungan dalam jangka
waktu tahun 2015-2019 mengindikasikan kecenderungan perbaikan, yang
ditandai dengan meningkatnya kapasitas dan kualitas pelayanan jasa
perhubungan, meningkatnya aksesibilitas pelayanan angkutan umum,
menurunnya angka pelanggaran serta meningkatnya peran swasta dalam
rangka peningkatan pelayanan jasa perhubungan. Perkembangan
Pelayanan Perhubungan di Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019
terlihat dalam Tabel berikut.
Tabel 2.98 Perkembangan Pelayanan Perhubungan Kabupaten Rembang
Tahun 2015–2019 No Indikator kinerja 2015 2016 2017 2018 2019
1 Pelanggaran ijin trayek
(kasus)
33 16 1 2 2
2 Pelanggaran uji (kasus) 58 38 16 7 18
3
Pelanggaran kendaraan
bukan peruntukannya
(kss)
0 3 3 1 -
4 Kendaraan bermotor
wajib uji (unit)
6.936 7.705 8.290 8.903 9.367
5 Kendaraan bermotor
yang di uji (unit)
11.616 8.196 9.779 7.864 8.494
6 Jumlah angkutan darat
(unit)
1014 44.221 139.715 247.203 75.551
7 Jumlah penumpang
angkutan dara(orang) 2.156.071 904.175 897.944 505.332 71.477
Sumber: Dinhub, 2019
B A B I I | 124
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kondisi pelayanan perhubungan terkendala dengan fasilitas alat uji
yang masih menggunakan sistem analog. Mulai tahun 2018 sudah mulai
dilakukan modifikasi alat uji dari sistem analog menjadi sistem digital
sehingga mengurangi human error pada proses pengujian. Kedepan untuk
meningkatkan akreditasi tempat uji perlu ditingkatkan penggunaan teknologi
digital sesuai dengan standar yang diperlukan. Termasuk dalam upaya
pemantauan lalu lintas mengingat kecelakaan lalu lintas yang masih tinggi,
ke depan akan dikembangkan automated traffic control system. Sementara
itu, perkembangan penyelenggaraan urusan bidang perhubungan tahun
2019 diantaranya dapat diketahui dari proporsi jumlah angkutan darat
sebanyak 75.551 unit dan jumlah penumpang angkutan darat sebanyak
71.477 orang. Sedangkan upaya untuk menurunkan tingkat gangguan lalu
lintas dilaksanakan dengan terus meningkatkan fasilitas perlengkapan jalan
pada tahun 2015-2019. Perkembangan Fasilitas Perhubungan di Kabupaten
Rembang Tahun 2015– 2019 sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.99 Perkembangan Fasilitas Perhubungan Tahun 2015–2019
No Fasilitas Perhubungan 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan
1 Rambu 60 x60 cm 40 40 40 40 20 2019(29Unit)
2 Rambu 90 x90 cm 90 90 90 90 0
3 Rambu model F 14 14 14 14 0
4 RPPJ kecil 1 muka 48 48 48 48 0
5 RPPJ besar 1 muka 4 4 4 4 0
6 RPPJ besar 2 muka 1 1 1 1 0
7 Warning Light Pijar 19 0 0 0 0 Ganti LED
8 Warning Light LED 11 0 0 6 0
9 Traffic Light Pijar 3 0 0 0 0
10 Traffic Light LED 1 0 1 1 0
11 Guardrill (m) 140 0 0 144 0
12 LPJU LED 62 3.497 141 702 211 2016 dari
ESDM
13 LPJU Solar Cell 12 0 0 0 0
14 Marka (m2) 234 689 2.300 1.100 448,7
Zebra
Cross &
marka 1
kegiatan
15 Zebra Cross 2 0 0 0 105,3
16 Shelter 2 2 1 2 2
17 Paku Jalan 282 0 0 0 0
Sumber: Dinhub, 2019
B A B I I | 125
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Program reaktifasi kereta api lintas Semarang-Demak-Kudus-Pati-
Rembang telah tertampung dalam revisi Peraturan Menteri Nomor : 43 Tahun
2011 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, saat ini revisi tersebut
masih dalam proses penetapan. Rencana pembangunan trase Kudus – Pati
Rembang diperkirakan antara tahun 2021-2030 sedangkan untuk trase Cepu
– Rembang diperkirakan antara tahun 2025-2030. Rencana reaktifasi kereta
api yang merupakan program strategis pemerintah pusat akan memberikan
dampak yang cukup signifikan termasuk dalam tataran transportasi lokal
(Tatralok). Perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian trayek angkutan
dengan stasiun-stasiun yang ada di Kabupaten Rembang sehingga seluruh
angkutan penumpang dan barang dapat terkoneksi dan terintegrasi dengan
baik.
Pelabuhan Rembang eksisting merupakan pelabuhan pengumpan
regional yang merupakan kewenangan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah
berada di Desa Tasik Agung Kecamatan Rembang, yang secara keruangan
lokasinya berdekatan dengan pelabuhan perikanan pantai pada Kawasan
Sentra Perikanan Kabupaten Rembang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai
Pelabuhan Pengumpul. Sedangkan Pelabuhan Tasik Agung Rembang
walaupun berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 432 Tahun
2017 tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional hierarkinya sebagai
pengumpan regional, namun kondisinya lebih layak sebagai pelabuhan
perikanan pantai. Pelabuhan tersebut sudah tidak dapat dikembangkan
menjadi pelabuhan umum sehingga diarahkan sebagai pelabuhan perikanan
pantai. Sedangkan Pelabuhan Rembang, mengingat berada pada posisi
strategis di antara dua pelabuhan besar yaitu Tanjung Mas (Semarang) dan
Tanjung Perak (Surabaya), pada tahapan pembangunan jangka menengah
dan jangka panjang, dikembangkan melalui pembangunan terminal Sluke
sebagai pelabuhan pengumpan yang kedepan sesuai dengan Masterplan
Pelabuhan Republik Indonesia diarahkan sebagai Pelabuhan Pengumpul.
Pengembangan Pelabuhan Rembang Terminal Sluke di Desa
Sendangmulyo Kecamatan Sluke diharapkan dapat menjadi pemicu
bagipertumbuhan ekonomi wilayah dengan membuka pintu gerbang akses
transportasi laut guna mengangkut arus barang komoditas dan hasil olahan
hinterland Kabupaten Rembang dengan peluang kegiatan antara lain:
B A B I I | 126
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
1) Mendorong pengembangan industri berbasis bahan galian tambang dan
pengolahan produk pertanian.
2) Mengoptimalkan terminal pelabuhan niaga antar pulau dan ekspor impor.
3) Penyediaan fasilitas terminal curah cair dalam rangka pengolahan dan
distribusi minyak Blok Cepu dan Blok Randugunting Rembang.
4) Pengembangan pelabuhan terintegrasi dengan pembangunan kawasan
industri Kabupaten Rembang.
j. Komunikasi dan Informatika
Pemerintah daerah dalam pelayanan urusan komunikasi dan
informatika memiliki kewenangan dalam pengelolaan informasi dan
komunikasi publik Pemerintah Daerah, Pengelolaan nama domain yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan sub domain di lingkup Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, dan Pengelolaan e-government di lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sadar informasi dan terjaminnya
hak masyarakat terhadap informasi yang luas dan transparan, melalui
peningkatan kesadaran terhadap kebutuhan informasi, pelayanan informasi
multi media, serta perluasan jaringan sarana dan prasarana informasi
seluruh Kecamatan. Pencapaian kinerja penyelengaraan bidang komunikasi
dan informatika adalah operasi dan pemeliharaan website Pemerintah
Kabupaten Rembang yakni rembangkab.go.id sebagai media untuk terjalinnya
komunikasi yang harmonis antar pelaku pembangunan, dan dalam
mendukung globalisasi informasi di berbagai bidang. Selain website resmi
Pemerintah Kabupaten Rembang, sebagian besar perangkat daerah bahkan
sampai level Kecamatan telah memiliki website. Hal yang perlu diperhatikan
ke depan adalah bagaimana SDM yang ada di Perangkat Daerah mampu
mengelola dan memanfaatkan media tersebut untuk menyampaikan
informasi pembangunan yang dilaksanakan dan juga mampu menyediakan
data-data yang valid yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, maka Pemerintah Kabupaten terus
berupaya membangun dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien
sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
B A B I I | 127
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Urusan komunikasi dan informatika merupakan salah satu urusan
yang telah memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakan tersebut
dituangkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
22/Per/M.Kominfo/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Komunikasi Dan Informatika di Kabupaten/Kota. Adapun indikator dalam
SPM tersebut adalah:
1) Jumlah Pelaksanaan Diseminasi dan Pendistribusian Informasi
Nasional Melalui:
a) Media massa seperti majalah, radio, dan televisi;
b) Media baru seperti website (media online);
c) Media tradisional seperti pertunjukan rakyat;
d) Media interpersonal seperti sarasehan, ceramah/diskusi dan
lokakarya; dan/atau
e) Media luar ruang seperti media buletin, leaflet, booklet,
brosur,spanduk, dan baliho.
2) Cakupan pengembangan dan pemberdayaan kelompok informasi
masyarakat di tingkat Kecamatan.
Semua indikator SPM yang targetnya harus dicapai oleh Kabupaten
Rembang sampai saat ini belum terdata dengan baik.
Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu tolak ukur untuk
mewujudkan good government terutama dari sisi transparansi
penyelenggaraan pemerintah. Hak atas informasi menjadi sangat penting
karena makin terbuka penyelenggaraan negara, penyelenggaraan negara
tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Hak setiap
orang untuk memperoleh informasi juga relevan untuk meningkatkan
kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik.
Partisipasi atau pelibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan
keterbukaan informasi publik. Untuk mewujudkan keterbukaan informasi
publik tersebut dibentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
sejak tahun 2011 yang ditetapkan melalui Keputusan Bupati. PPID di
Kabupaten Rembang adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
dengan PPID pembantu meliputi Kepala OPD dan Pemerintah Kecamatan
hingga Pemerintah Desa. Pada tahun 2019 jumlah OPD yang melaporkan
data informasi publik dan data informasi yang dikecualikan mencakup 52%,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencakup 45% (2018).
Sedangkan jika dilihat dari keaktifan OPD dalam mengunggah informasi
publik pada web mencakup 37,5 % namun keaktifan tersebut belum
B A B I I | 128
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
memperhitungkan klasifikasi ideal informasi publik. Perkembangan
Pelayanan Komunikasi dan Informatika di Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.100 Perkembangan Pelayanan Komunikasi dan Informatika Kab.
Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah jaringan komunikasi 58 62 62 165 165
2 Jumlah penyiaran radio 13 14 14 14 13
3 Cakupan layanan SST 5.500 6.500 5.000 5.000 5.000
4 Jumlah aplikasi e-goverment di
lingkup pemda kab/kota
20 20 20 22 25
5 % PD telah memiliki website (%) 86,97 100 100 100 100
6 Cakupan pengembangan & pemberdayaan
kelompok informasi masyarakat di tk kec
22 21 21 21 21
7
Jumlah Pelaksanaan Diseminasi &
Pendistribusian Informasi Nasional
Melalui: Media massa(majalah,radio, teve);
Media baru spt website (media online);
Media tradisional seperti pertunjukan
rakyat; Media interpersonal seperti
sarasehan, ceramah & lokakarya; Media
luar ruang spt media buletin, leaflet,
booklet, brosur, spanduk, & baliho.
2
11
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
- 2
2
1
1
- 2
2
1
1
- 2
8 Terwujudnya Aplikasi interaktif dan
integrasi untuk mewujudkan e-gov dalam
rangka smart city
20 20 22 25
9 Persentase Pelayanan Informasi Publik 100 100
10 Persentase tertanganinya pengaduan
masyarakat
- - 70 76
Sumber: Dinkominfo, 2019
k. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kebijakan pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah
diarahkan pada upaya pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui
penumbuhan wirausaha baru, peningkatan kompetensi dan perkuatan
kewirausahaan, peningkatan produktivitas, pemanfaatan hasil inovasi dan
penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat, serta optimalisasi peran
lembaga keuangan dan perbankan melalui peningkatan peran sertanya
dalam pengembangan agrobisnis, penyediaan permodalan bagi koperasi dan
UMKM.
B A B I I | 129
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Koperasi harus kreatif dalam menghadapi persaingan usaha dan
kegiatan ekonomi yang semakin ketat. Kreativitas menjadi konsekuensi yang
harus dimiliki koperasi di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Persaingan
terjadi tidak hanya pada lingkungan internal tetapi tetapi juga bersaing
dengan sekala lebih luas. Untuk maju, koperasi harus menjalin kerja sama
dengan banyak pihak. Bekerjasama dengan mitra baik lokal, regional
maupun mitra berskala internasional harus dilakukan untuk membawa
koperasi terus bekembang. Terdapat empat indikator untuk mengukur
kemajuan koperasi, diantaranya (1) sumber daya koperasi baik SDM maupun
permodalannya, (2) sarana dan prasarananya (3) peran terhadap lingkungan,
dan dampak positifnya baik masyarakat maupun anggota sendiri (4) adanya
program strategis untuk mendukung pembangunan daerah.
Salah satu upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat di Jawa
Tengah antara lain adalah dengan pengembangan dan pembinaan UMKM
sebagai sektor riil yang mampu bertahan dalam berbagai kondisi. Jumlah
UMKM di Kabupaten Rembang cenderung mengalami peningkatan. Jika di
tahun 2013 jumlah UMKM hanya pada kisaran 33 ribu di tahun 2019
meningkat menjadi 40 ribu.
Pengembangan perekonomian Kabupaten Rembang tidak dapat
dilepaskan dari peran koperasi sebagai salah satu pendukung sektor riil,
kinerja koperasi diukur melalui tingkat keaktifan dan kesehatan koperasi
utamanya pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) sebagai sebuah unit usaha.
Tingkat keaktifan koperasi di Jawa Tengah dalam kurun waktu 2013-2019
mengalami fluktuasi.
Persentase koperasi aktif pada tahun 2019 mengalami penurunan dari
90,31% di tahun 2017 dan 90,40% di tahun 2018. Penurunan ini bahkan
juga terjadi sebelum 2017. Penurunan ini terjadi karena adanya perbedaan
perlakuan terhadap kategorisasi koperasi aktif dan tidak aktif. Penurunan ini
juga mengungkapkan adanya data koperasi aktif yang tersembunyi. Sejak
2019 setiap koperasi diharuskan untuk input data ke aplikasi. Koperasi yang
sudah input data berarti juga sudah melakukan Rapat Anggota Tahunan
(RAT) sebagai indikasi koperasi tersebut aktif. Sehingga koperasi yang tidak
melakukan input data dikategorikan koperasi tidak aktif.
Perkembangan Pelayanan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel berikut.
B A B I I | 130
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.101 Perkembangan Pelayanan Koperasi dan UMKM di Kab. Rembang Tahun
2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah UMKM (unit) 39.363 39.173 39.632 39.830 40.030
2. Jumlah LKM koperasi
dan UKM (unit) 279 284 286 289 NA
3. Jumlah UMKM ygtlh
mengikuti pameran
promosi produk (unit)
6 NA NA NA NA
4. Jumlah Koperasi aktif
(unit)
- 316 317 202 186
5. % koperasi aktif (%) 79,00 53,34 90,28 90,40 51,96
6. % KSP/USP koperasi
sehat (%) 35,00 22,60 67,57 69,59 78,68
7. Cakupan bina
kelompok UMKM 1.972 1.152 1.162 1.165 NA
8. Jumlah Wirausaha
Baru (buah) 5.112 140 312 198 200
Sumber: Dinperindagkop dan UKM Kabupaten Rembang Tahun 2019
Pada tabel di atas, capaian semua indikator urusan koperasi dan
UMKM Kabupaten Rembang pada Tahun 2018 cenderung meningkat, hanya
1 (satu) indikator yang mengalami penurunan, yakni Jumlah wirausaha baru
pada Tahun 2017 sebanyak 312 buah, di Tahun 2018 hanya 198 buah,
capaian yang kecil tidak menunjukkan kinerja yang buruk, karena jika
dihitung total jumlah wirausaha baru dari Tahun 2013 berjumlah 18.958
buah. Tetapi pada tahun 2019, jumlah koperasi aktif sedikit turun dari 202
(2018) ke 186, dan jumlah koperasi aktif juga turun tajam ke 51,96 persen.
Yang masih perlu ditingkatkan adalah UMKM yang mengikuti pameran
promosi produk.
l. Penanaman Modal Daerah
Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara elektronik sebagai pelaksanaan dari Peraturan
Presiden (PP) Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan
Berusaha, telah mengatur mengenai pelaksanaan sistem OSS (Online Single
Submission). Sejak pertengahan April Tahun 2018 Pemerintah Kabupaten
Rembang dalam hal ini Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu
B A B I I | 131
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Pintu dan Tenaga Kerja melakukan inovasi dengan menindaklanjuti
menerapkan sistem OSS untuk pelayanan perijinan. Sistem OSS ini dapat
diakses secara daring dan terintegrasi. Dengan OSS, Pemerintah memberi
kemudahan bagi investor dalam mengurus usahanya, cukup memilih salah
satu PTSP pusat atau daerah. Sebab, dalam sistem ini sudah ada kesatuan
antara PTSP pusat dan daerah, ada standar perizinan yang sama untuk
semua daerah, serta tidak ada lagi duplikasi perizinan, dalam satu kegiatan
usaha tidak perlu ada lebih izin bisa diurus di satu instansi, baik itu daerah
maupun pusat.
Kinerja pembangunan urusan penanaman modal ditunjukkan melalui
indikator pertumbuhan Proyek PMA dan PMDN, dan pertumbuhan nilai
investasi PMA dan PMDN. Jumlah investasi proyek PMA/PMDN di Kabupaten
Rembang pada tahun 2018 invetasi PMA/PMDN 7,173 Triliun, mengalami
peningkatan yang sangat besar dari tahun sebelumnya (2017) 5,772 Triliun.
Sedangkan di Tahun 2019, realisasi investasi baru 856 Milyar sehingga
jumlah total menjadi 8,029 Triliun. Dengan semakin meningkatnya jumlah
investasi dan investor yang ada di Kabupaten Rembang, memberikan
multiplier effect kepada penyerapan jumlah tenaga kerja. Dimana jumlah
tenaga yang terserap pada tahun 2017 mencakup 9.907 orang, mengalami
peningkatan menjadi 12.683 orang pada tahun 2018, lalu meningkat kembali
pada Tahun 2019 menjadi 16.883 orang. Namun demikian, meskipun kinerja
penanaman modal sudah sangat baik, ke depan perlu ditingkatkan lagi
untuk menggenjot percepatan pertumbuhan ekonomi 7% sebagaimana
ditekankan oleh pemerintah pusat.
Gambar 2.20
Perkembangan PMDN dan PMA Kabupaten Rembang
Sumber: DPMPTSP naker Rembang, 2018
B A B I I | 132
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Secara rinci Perkembangan Penanaman Modal Kabupaten Rembang
Tahun 2015 - 2019 terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.102 Perkembangan Penanaman Modal Kab. Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Tersedianya informasi peluang usaha
sektor unggulan
1 profil
investasi
1 profil
investasi
1 profil
investasi
1 profil
investasi
1 profil
investasi
2 Terselenggaranya fasilitasi pemdadlm
rangka kerjasama kemitraan
3 1 2 0 0
3 Terselenggaranya promosi peluang
penanaman modal kab
3 3 4 2 2
4 Terselenggara sosialssi kebijakn
penanman modal kpdmasy dunia
usaha.
3 9 9 1 1
5 Jumlah investor berskala nasional
(PMDN/PMA)
20 28 41 78 92
6 Nilai investasi 3,478 T 5,172 T 5,28 T 7,71 T 8,029T
7 Terslenggaranya yan perijinan &
nonperijnan bid pennamn modal
mllyan Terpadu Satu Pintudi bid
Penanaman Modal.
100 100 100 100 100
8 Terselenggaranya bim pelksanan Keg
Penanman Modal kpd masyarakat
dunia usaha (%)
100 100 100 100 100
9 Sistem Pelayanan Informasi & Investasi
scr Elektronik (SPIPISE) (%)
100 100 100 100 100
1
0
% kerjasama dibidang penanaman
modal yg terlaksana (%)
37,03 50 90 90 0
1
1
% PMA/PMDN diKab Rembang yg taat
aturan (%)
65 55 82,79 82,79 16
1
2
Tenaga kerja lokal yang terserap pada
penanaman modal (orang)
7.742 7.784 7.016 10.910 16.883
1
3
% pengaduan yan perijinan &
investasi yg ditindaklanjuti(%)
95 100 100 100 100
Sumber: DPMPTSPNAKER Kabupaten Rembang Tahun 2019
m. Kepemudaan dan Olahraga
Kemajuan suatu daerah pada masa mendatang salah satunya
bergantung kepada generasi muda yang akan meneruskan estafet
pembangunan. Pemuda yang berpendidikan, terampil, mempunyai integritas
dan patriotisme akan mampu berperan sebagai motor penggerak pelaksanaan
pembangunan. Selama kurun tahun 2015-2019 jumlah organisasi
kepemudaan di Kabupaten Rembang relatif tetap yaitu AMPI, KOSGORO,
Rembang Bangkit Foundation, dan Gerakan Pemuda Nusantara namun ada
B A B I I | 133
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
peningkatan pada Karang Taruna dan PPMI. Perkembangan Data Organisasi
Kepemudaan di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.103 Perkembangan Data Organisasi Kepemudaan di Kab. Rembang
Tahun 2015-2019
No Jumlah Organisasi
Kepemudaan
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. KNPI 1 1 1 1 1
2. AMPI 1 1 1 1 1
3. Pemuda Ansor 1 1 1 1 1
4. Pemuda Muhammadiyah 1 1 1 1 1
5. Pramuka 1 1 1 1 1
6. KUPP/KWP (klp Wirausaha
Pemuda)
22 22 22 22 25
7. KOSGORO 1 1 1 1 1
8. Rembang Bangkit Foundontion 1 1 1 1 1
9. Gerakan Pemuda Nusantara 1 1 1 1 1
10. Puma Prakarya Muda Indonesia 1 1 1 1 1
Jumlah 31 31 31 31 36
Sumber: Dinbudparpora Kabupaten Rembang Tahun 2019
Di bidang keolahragaan, keikutsertaan kontingen Kabupaten Rembang
dalam even di tingkat karesidenan, tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Pada tahun 2019, medali di even tingkat Karesidenan mendapatkan 188
medali, sedangkan di even tingkat Provinsi mendapatkan 45 medali. Untuk
tingkat nasional, kontingen Kabupaten Rembang belum pernah mendapatkan
medali.
Jumlah Sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan olah
raga di Kabupaten Rembang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Terdapat sarana dan prasarana olah raga di Kabupaten Rembang yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat utamanya untuk berbagai aktivitas olah raga;
Sepak Bola, Basket, Volley, Bulu Tangkis dan Renang, sedangkan GOR dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan serbaguna. Adapun perkembangan jumlah
sarana dan prasarana olah raga di Kabupaten Rembang dari tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
B A B I I | 134
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.104 Perkembangan Jumlah Sarana dan Prasarana Olah Raga di Kab. Rembang
Tahun 2015-2019
No Jumlah Sarana dan
Prasarana Olahraga
Jumlah (unit)
2015 2016 2017 2018 2019
1 Lapangan Sepak Bola 252 252 252 252 252
2 Lapangan Basket 46 46 47 47 47
3 Lapangan Volley 276 322 322 324 324
4 Lapangan Bulu Tangkis 38 38 38 38 38
5 Kolam Renang 2 2 2 2 6
6 Gelanggang/Balai
Remaja/Serbaguna
19 19 19 19 19
Sumber: Dinbudparpora Kabupaten Rembang, 2019
Selanjutnya Perkembangan Pelaksanaan Urusan Pemuda dan Olah
Raga Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 2.105 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Pemuda dan Olah Raga Kab.
Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah anggta pasukan paskibraka
(orang)
76 76 76 76 76
2 Jumlah peserta TUB BB (orang) 20 20 20 20 20
3. Jumlah peserta Jambore Pemda
Indnesia (orang)
14 14 14 14 14
4. Jumlah peserta kemah bakti
(kontingen)
14 14 24 24 24
5. Jumlah pemuda pelopor yang
berprestasi di Tingkat provinsi
(orang)
10 - - 1 1
6. Jumlah Kewirausahaan pemuda
yang mandiri (Usaha)
22 22 22 22 22
7. Jumlah OKP (organisasi Kepemudaan) 31 31 31 31 31
8. Jumlah kasus narkoba di Kab
Rembang (kasus)
6 19 15 Polres Polres
9. Jumlah tenaga pelatih yg terlatih
(orang)
Jumlah atlet yang terlatih (orang)
Jumlah pengurus cabang olahraga
yang terlatih (orang)
30
30
10
30
30
10
30
30
10
34
14
-
81
25
-
B A B I I | 135
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
10. Jumlah atlet pelajar yang berprestasi
di kejur Popda Kab (Atlet)
jumlah atlet pelajar yg berprestasi di
kejuaraan Popda tingkat
Karesidenan (Atlet)
jumlah atlet pelajar yg berprestasi di
kejur Popda tingkat Provinsi (Atlet)
200
64
60
226
-
-
-
-
-
226
187
-
226
188
10
11 Jumlah club olahraga di tingkat
pelajar
Jumlah club olahraga di tingkat
mahasiswa (club)
Jumlah club olahraga di masyarakat
(Club)
179
3
485
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jumlah atlet yg menerima
penghargaan prestasi di tk
Karesidenan
Jumlah atlet yang menerima
penghargaan prestasi di tingkat
provinsi
Jumlah atlet yang menerima
penghargaan di tingkat nasional
130
35
5
-
-
-
46
-
19
45
-
13 Jml lapangang olahraga milik
Pemerintah Kabupaten Rembang
4 4
4
4 4
14 Jml gelanggang olahraga milik
pemerintah Kabupaten Rembang
3 3 3 3 3
Sumber: Dinbudparpora Kabupaten Rembang, Tahun 2019
n. Statistik
Dalam Undang-Undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik
disebutkan bahwa data statistik yang handal, efektif dan efisien diperlukan
untuk mendukung penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Kegiatan
statistik bertujuan untuk menyediakan data yang lengkap, akurat dan
mutakhir dalam rangka mewujudkan sistem statistik nasional yang handal,
efektif, dan efisien guna mendukung pembangunan nasional, oleh sebab itu,
ketersediaan data statistik yang valid, akurat dan tepat sangat penting
artinya dalam berbagai tahapan pembangunan nasional, baik mulai dari
tahap perencanaan sampai tahap evaluasi penyelenggaraan. Selain itu data
B A B I I | 136
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
statistik juga sangat bermanfaat bagi sektor lain misal ilmu pengetahuan,
penelitian dan perkembangan dunia usaha.
Pasal 5 Undang-Undang No. 16 tahun 1997 tentang statistik
menyebutkan, berdasarkan tujuan pemanfaatannya, jenis statistik terdiri
atas: (1)statistik dasar; (2)statistik sektoral dan; (3)statistik khusus. Statistik
dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang
bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, yang memiliki ciri-
ciri lintas sektoral, berskala nasional, makro dan yang penyelenggaraannya
menjadi tanggungjawab BPS. Statistik sektoral adalah statistik yang
pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu
dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan
yang merupakan tugas pokok intansi yang bersangkutan. Sedangkan
statistik khusus adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial budaya, dan
kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat, yang penyelanggaraannya
dilakukan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat
lainnya.
Produk berupa buku statistik yang telah dihasilkan dan dipublikasikan
selama kurun waktu 2013–2017 antara lain adalah Rembang Dalam Angka
(setiap tahun); Buku PDRB (setiap tahun); Kecamatan Dalam Angka; NTP;
Profil Kependudukan, Profil Pendidikan, Profil Kesehatan, Profil
Ketenagakerjaan.
Statistik di Kabupaten Rembang dijabarkan kedalam program
pengembangan data/informasi/statistik daerah, yang diukur melalui
persentase ketersediaan data dan informasi perencanaan pembangunan,
publikasi dokumen Rembang Dalam Angka yang diterbitkan tepat waktu,
publikasi dokumen NTP yang diterbitkan tepat waktu, publikasi dokumen
PDRB sektoral tingkat Kecamatan yang diterbitkan tepat waktu dan publikasi
dokumen statistik kemiskinan, kependudukan, pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan dan sosial yang diterbitkan tepat waktu.
B A B I I | 137
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.106 Perkembangan Kinerja Statistik di Kabupaten Rembang 2016-2019
No Aspek/variabel dan/atau
Indikator 2016 2017 2018 2019
Program pengembangan data/informasi/statistik daerah
1 Persentase ketersediaan data dan
informasi Perencanaan
Pembangunan
87 90 85 100
2 Persentase publikasi dokumen
Rembang Dalam Angka yang
diterbitkan tepat waktu
100 100 100 100
3 persentase publikasi dokumen NTP
yang diterbitkan tepat waktu
100 100 100 100
4 persentase publikasi dokumen
PDRB sektoral tingkat Kecamatan
yang diterbitkan tepat waktu
100 100 100 100
5 persentase publikasi dokumen
statistik kemiskinan,
kependudukan, pendidikan
kesehatan, ketenagakerjaan dan
sosial yang diterbitkan tepat waktu
30 100 100 100
Ketercapaian di bidang statistik di Kabupaten Rembang juga sangat baik.
Hampir semua program dapat mencapai target. Ketersediaan data dan
informasi pembangunan, publika Rembang Dalam Angka, publikasi dokumen
NTP, PDRB, dan statistik kemiskinan, kependudukan, pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan dan sosial juga dapat diterbitkan secara tepat
waktu.
Tabel 2.107 Realisasi Kinerja Urusan Statistik Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Buku ―Kota/Kabupaten
Dalam Angka‖
10 10 10 15 8
2 Buku ―PDRB
Kota/Kabupaten‖
10 10 10 15 30
3 Banyaknya Pulikasi Data
(Jenis)
49 49 33 31 33
Sumber: BPS, 2019
B A B I I | 138
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
o. Persandian
Penyelenggaraan urusan persandian di Kabupaten/daerah sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah
adalah untuk Penyelenggaraan persandian untuk pengamanan informasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Penetapan pola hubungan
komunikasi sandi antar-Perangkat Daerah Kabupaten/Kota.
Sampai saat ini pemanfaatan persandian di Kabupaten Rembang baru
sebatas pada pelayanan komunikasi secara vertikal yaitu dengan pemerintah
pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah provinsi dengan Kabupaten/Kota.
Pengelolaan persandian belum optimal karena belum sepenuhnya ditangani
tenaga ahli persandian sehingga persandian masih sebatas sarana
komunikasi antar instansi pemerintah.
Tabel 2.108 Realisasi Kinerja Urusan Persandian Tahun 2015-2019
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Persentase Surat/Surel
yang dikelola
100 100 100 100 100
Sumber: Diskominfo, 2019
p. Kebudayaan
Kabupaten Rembang berada pada daerah pesisir dengan panjang
pantai sekitar 65 km, dan dipengaruhi juga oleh sejarah sehingga kesenian
dan kebudayaan yang berkembang di Kabupaten Rembang banyak
dipengaruhi oleh beberapa unsur sejarah dan budaya, seperti pengaruh
budaya Jawa, Islam, Cina/Tionghoa, dan budaya daerah pesisir.
Kelompok kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Rembang antara
lain Kesenian Musik Tradisional dan Kesenian/ Teater Tradisional. Kesenian
Musik Tradisional terdiri dari Karawitan, Suarawati, Gadon, Cokek’an, Thong
Thong Lek, Keroncong. Sedangkan kesenian/Teater Tradisional yaitu terdiri
dari : Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Krucil, Kethoprak, Emprak,
Gondorio, Ande - Ande Lumut, Laisan, Orek – Orek, Pathol Sarang,
Barongan/ Reog. Kesenian tersebut merupakan Aset Budaya dan Kekayaan
Kabupaten Rembang.
Kelompok kesenian di Kabupaten Rembang pada Tahun 2019 sebanyak
252 kelompok. Data kelompok kesenian di Kabupaten Rembang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
B A B I I | 139
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.109 Data Kelompok Kesenian Kabupaten Rembang Tahun 2019
No. KELOMPOK KESENIAN JUMLAH (KELOMPOK)
1. Kelompok Sanggar Seni Tari 12
2. Musik tradisional 104
3. Sanggar Seni Lukis 5
4. Teater Tradisional 19
5. Tari Tradisional/tayub 5
6. Musik Modern 92
7. Barongan 5
8. Wayang Kulit 10
Sumber : DINBUDPAR Kabupaten Rembang, 2019
Pada tahun 2019 Kelompok Kesenian Tradisional yang paling banyak
adalah musik tradisional sebanyak 104 kelompok. Banyaknya Kesenian yang
ada di Kabupaten Rembang memang merupakan salah satu potensi daerah,
namun demikian pembinaan terhadap kelompok-kelompok seni tersebut
secara keseluruhan masih belum maksimal dan ketersediaan gedung
kesenian untuk penyelenggaraan kegiatan–kegiatan kesenian seperti
pameran, kajian, pagelaran, festival dan lainnya masih terbatas.
Perkembangan Pelaksanaan Bidang Kebudayaan mulai Tahun 2015-
2019 Kabupaten Rembang terdiri dari beberapa Indikator yang dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.110
Perkembangan Pelaksanaan Bidang Kebudayaan Kab. Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah kegiatan penyelenggaraan
seni tradisi & budaya (keg) 18 9 9 10 12
2 Jumlah kelompok kesenian
trdisional (kelompok) 311 134 137 137 137
3 Jumlah cagar budaya yang
dilestarikan (cagar budaya) 3 3 3 3 34
4 Jumlah Cagar budaya 47 47 47 107 130
5 Jumlah seniman (orang) 1.252 3.034 3.034 3.039 3.039
6 Jumlah jenis seni tradisi yang
dilestarikan (kesenian) 18 20 20 11 11
7 Jumlah Museum 3 1 1 1 1
8 Jumlah Sanggar Budaya 2 1 1 1 1
9 Jumlah organisasi penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (organisasi)
13 11 11 10 11
Sumber: Dinbudpar Kabupaten Rembang tahun 2018
B A B I I | 140
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Banyaknya Padepokan/Grup Tari di Kabupaten Rembang Tahun 2019
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.111 Banyaknya Padepokan/Grup Tari di Kabupaten Rembang
Tahun 2019 Kecamatan Tarian
Modern
Tarian
Klasik
Tarian Rakyat
Reog Tayuban Lain-lain
Sumber 3 3 1 1 1
Bulu 2 2 - - 1
Gunem - 1 3 - -
Sale 1 1 1 - -
Sarang - 1 - - 1
Sedan - - - - -
Pamotan 1 1 - - -
Sulang 2 3 - - -
Kaliori 3 3 - - 1
Rembang 2 5 - - 1
Pancur 5 - - - -
Kragan 1 2 - - -
Sluke 1 1 1 - -
Lasem 5 3 1 - 1
2019 26 26 7 1 6
2018 26 26 7 2 6
2017 23 23 5 2 -
2016 23 23 5 2 -
2015 23 23 5 2 -
2014 20 20 12 9 11
Sumber: Dinbudpar Kabupaten Rembang Tahun 2019
q. Perpustakaan
Perpustakaan sebagai tempat untuk memperoleh informasi sangat
penting kedudukannya dalam rangka mengembangkan dan menambah
pengetahuan masyarakat tentang berbagai hal. Perpustakaan berfungsi
antara lain, (1) menyimpan koleksi (informasi), (2) menyediakan informasi
bagi masyarakat, (3) sarana untuk belajar baik di lingkungan formal maupun
non formal, (4) mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya dan (5)
menjadi tempat untuk rekreasi.
Jumlah perpustakaan di Kabupaten Rembang mengalami fluktuasi
selama 5 tahun terakhir terutama dialami pada perpustakaan desa dan
perpustakaan masyarakat. Pada tahun 2015 jumlah perpustakaan desa
adalah 61 meningkat menjadi 104 pada tahun 2019. Jumlah kunjungan
B A B I I | 141
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
perpustakaan di Kabupaten Rembang juga mengalami peningkatan fluktuatif,
yaitu pada tahun 2015 sebanyak 16.819 orang pengunjung menjadi 28.850
orang pengunjung di Tahun 2019. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya
minat baca pada masyarakat Kabupaten Rembang. Jumlah koleksi buku
yang tersedia di perpustakaan daerah pada tahun 2015 adalah 30.182
eksemplar meningkat menjadi 44.814 eksemplar pada tahun 2019.
Upaya peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan daerah sudah
dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip melalui berbagai promosi
minat baca, penambahan fasilitas perpustakaan, dan penambahan jumlah
koleksi perpustakaan. Perpustakaan daerah juga menyelenggarakan
perpustakaan keliling dan pameran buku dalam rangka meningkatkan minat
baca masyarakat, namun hasilnya belum terlihat signifikan dalam
meningkatkan jumlah pengunjung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini adalah kesadaran
masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan belum tinggi. Kemajuan
teknologi juga semakin pesat, masyarakat semakin dimudahkan dalam
mengakses internet hanya menggunakan handphone maupun tablet.
Perpustakaan digital juga sudah berkembang, sehingga masyarakat tidak
perlu berkunjung ke perpustakaan, mereka cukup mengakses melalui
internet.
Perkembangan pelaksanaan Urusan Perpustakaan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.112 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Perpustakaan Kab. Rembang Tahun
2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah perpustakaan
- Daerah (unit) 1 1 1 1 1
- Kecamatan (unit) 2 2 3 14 14
- Desa (unit) 61 61 65 94 104
- Masyarakat (unit) 21 30 40 45 45
- Keliling (unit) 1 1 1 1 1
2.
% gedung
perpustakaan dalam
kondisi baik (%)
82,35 82,53 82,85 82,85 95
1. 3. Angka kunjungan
perpustakaan/tahun
16.81
9 21.813 22.120 24.456 23.850
B A B I I | 142
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
(orang)
2. 4. Cakupan naskah kuno
yang dilestarikan
(naskah)
270 275 277 278 279
3. 5. Jumlah Koleksi buku
yang tersedia di
perpusda (buku)
30.182 34.697 41.045 43,004 44.814
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Rembang tahun 2019
r. Kearsipan
Di Kabupaten Rembang, pelaksanaan urusan kearsipan masih sangat
kurang. Arsip yang ada, harus dialihmediakan supaya mempermudah
pengguna dan juga berfungsi sebagai back up data. Dalam pengelolaan dan
penanganan arsip mempunyai tenaga arsiparis yang memiliki kompetensi
hanya memiliki 2 arsiparis. sarana dan prasarana kearsipan cukup baik. Dari
keseluruhan peralatan kearsipan 90% dalam kondisi baik, begitu pula jumlah
gedung dan jumlah ruangan sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya. Dalam hal pengelolaan, pengelolaan arsip secara baku baru
dilakukan 60% pada tahun 2019. Pengelolaan arsip juga dilakukan secara
menyeluruh sampai pada tingkat desa/kelurahan. Terkait dengan persentase,
sampai pada tahun 2019, tercatat ada 100% desa/kelurahan yang telah
mengelola arsip secara baku. Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kearsipan
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.113
Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kearsipan Kab. Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. % arsip yang dialih mediakan (%) 15 % 20% 25% 30% 86%
2. Persentase arsip yang dimusnahkan (%) 2,5 30% 40% 50% 48%
3. Jml arsiparis yang memiliiki kompetensi 2 2 2 2 1
4. Jumlah pengguna arsip (PD) 34 36 36 45 45
5. Pengelolaan arsip secara baku (%) 31,9 38,29
46,3
% 53,4% 60%
6. Persentase arsip daerah yang
diterbitkan naskah sumbernya (%) 15 16 17 18 22
7. Persentase Desa/Kelur yg telah
mengelola arsip secara baku (%) 52 54 70 82 100
B A B I I | 143
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
8. % sarpras kearsipan dlm kondisi baik
1. Gedung (%) 70 70 80 80 100
2. Ruangan (%) 70 70 80 90 100
3. Peralatan (%) 60 60 70 80 90
Keterangan: PD = Perangkat Daerah
Sumber: Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Rembang Tahun 2019
2.3.3. Urusan Pemerintahan Pilihan
a. Perikanan
Perikanan Tangkap
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Rembang, terus mengalami
pertumbuhan selama kurun waktu 2015–2019, dimana produksi perikanan
tangkap seberat 60.904.207 kg pada tahun 2015 menjadi 110.747.112 kg
pada tahun 2019. Meskipun produksi perikanan tangkap dipengaruhi oleh
berbagai hal mulai dari kondisi cuaca yang tidak menentu hingga adanya
kebijakan pelarangan nelayan cantrang untuk melaut, namun nyatanya hal
tersebut tidak berpengaruh besar pada hasil produksi perikanan tangkap di
Kabupaten Rembang. TPI yang terdapat di Kabupaten Rembang sendiri
tersebar di berbagai desa yaitu Tunggulsari, Tanjungsari, Tasikagung I,
Tasikagung II, Pasar Banggi, Pangkalan, Pandangan, Karanglincak,
Karanganyar, dan Sarang.
Perikanan Budidaya
Potensi perikanan budidaya belum dimanfaatkan secara optimal baik
budidaya perikanan darat maupun budidaya perikanan laut, oleh karena itu
dibutuhkan perhatian dari semua pihak untuk pengembangan perikanan
budidaya tersebut. Perikanan budidaya merupakan salah satu potensi yang
dimiliki dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Adapun
potensi perikanan budidaya darat meliputi budidaya air tawar dan air payau.
Namun demikian budidaya perikanan air laut secara geografis kurang
memungkinkan karena berada pada Laut Jawa dan bukan merupakan ,5
TPI yang terdapat di Kabupaten Rembang tersebar di berbagai desa
yaitu Tunggulsari, Tanjungsari, Tasikagung I, Tasikagung II, Pasar Banggi,
Pangkalan, Pandangan, Karanglincak, Karanganyar, dan Sarang.
B A B I I | 144
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan
Kabupaten Rembang memiliki potensi hasil kelautan dan perikanan
yang cukup besar, baik dari hasil produksi perikanan tangkap maupun
budidaya. Jumlah pedagang (bakul) ikan di Kabupaten Rembang
berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang
selama beberapa tahun terakhir (2015-2019) mengalami peningkatan, dari
1.049 orang menjadi 1.570 orang pada tahun 2017 dan 2018. Peningkatan
jumlah bakul ikan ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan pada
masyarakat. Dimana konsumsi perkapita Kabupaten Rembang 29
kg/kapita/tahun, masih di bawah target nasional yaitu 35 kg per kapita per
tahun. Produksi hasil olahan ikan beberapa tahun terakhir (2015-2019) yang
sangat besar yaitu pada tahun 2015 sebanyak 212.035.000 kg walaupun
mengalami penurunan menjadi sebanyak 168.263.821 kg pada tahun 2019.
Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kelautan dan Perikanan di
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.114 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Kelautan dan Perikanan
di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Produksi perikanan
budidaya (kg)
7.477.000 7.190.232 6.318.110 5.519.057 6.452.320
2 Rata-rata pendapatan
Pembudidaya ikan
(Rupiah/bulan)
23.703.783 23.514.295 20.242.123 17.629.829 NA
3 Tingkat Cakupan
binaan kelompok
pmbudidaya ikan (%)
tingkat Cakupan
binaan kelompok
pembudidaya ikan
(kelompok)
32
141
33
142
33
142
34
146
NA
4 Tingkat Cakupan
bntuan kelompok
pembudidaya ikan(%)
tengkat Cakupan
bntuan kelompok
pembudidaya ikan
(Kelompok)
41
14
42
15
43
15
44
17
NA
NA
5 Jumlah usaha
pngolahan ikan (unit)
2.769 2.749 2.717 2.680 2.696
6 Jumlah produksi
hasil olahan ikan (kg)
212.035.000 203.957.400 193.908,500 193.908,600 168.263.821
B A B I I | 145
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
7. Produksi perikanan
tangkap (kg)
60.904.207 65.523.652 36.243.036 42.452.505 110.747.112
8. Rata-2 pendapatan
nelayan (rp/bln)
1.657.150 1.627.373 1.375.931 1.357.307 NA
9. Cakupan kelompok
nelayan yang dibina
(%)
Cakupan kelompok
nelayan yang dibina
(kelompok)
68
24
71
25
71
25
74
26
NA
NA
10. Tingkat cakupan
bantuan kelompok
tngkp ikan (%)
tingkat cakupan
bntuan kelompok
tangkap ikan
(kelompok)
68
24
71
25
71
25
74
26
NA
NA
11. Cakupan TPI dlm
kondisi baik (unit)
10 10 10 10 10
Sumber: Dinlutkan Kabupaten Rembang, Tahun 2018
Rata-rata pendapatan pembudidaya ikan diperoleh dari nilai total
perikanan budidaya (kolam dan tambak) dalam satu tahun dibagi jumlah
pembudidaya ikan dibagi 12 bulan sehingga diperoleh rata-rata pendapatan
pembudidaya ikan. Kontribusi pendapatan pembudidaya terbesar diperoleh
dari budidaya udang panamae. Untuk rata-rata pendapatan nelayan
diperoleh dari nilai produksi hasil tangkapan nelayan dalam satu tahun baik
yang dilelang lewat TPI maupun yang dijual diluar TPI dibagi jumlah nelayan
dibagi 12 bulan
Usaha Garam Rakyat
Pada Tahun 2010 Kabupaten Rembang telah ditetapkan sebagai
Kabupaten Minapolitan Garam. Kabupaten Rembang memiliki potensi untuk
pengembangan garam rakyat sebagian besar berada di wilayah Kecamatan
Kaliori, Kecamatan Rembang dan Kecamatan Lasem. Adapun Perkembangan
usaha garam rakyat di Kabupaten Rembang selama 6 (enam) tahun terakhir
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:.
B A B I I | 146
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.115 Perkembangan Usaha Garam Rakyat di Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019
No Tahun
Luas lhn
Produksi
(Ha)
Jml Pekerja (Orang) Produksi
(Ton)
Nilai Produksi
(Rp. 000) Pemilik Pekerja
1. 2015 1.568,66 1.088 4.212 219.477,5 65.843.250,-
2. 2016 1.564,66 1.239 1.850 1.464,40 1.225.330,-
3. 2017 1.579,89 1.144 3.160 93.490,56 161.592.370,-
4. 2018 1.573,90 1.144 3.160 165.467 285.999.162,-
5. 2019 1.409,00 1.153 Na 220,5 77.175.000
6. - - - - - -
Sumber: Dinlutkan Kabupaten Rembang, Tahun 2018
Perkembangan produksi garam cenderung fluktuatif, tetapi
perkembangan di tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang sangat
signifikan, peningkatan jumlah produksi di tahun 2018 dikarenakan sangat
terpengaruh dengan kondisi cuaca yang mengalami kemarau panjang dan
penerapan teknologi pembuatan garam (bio isolator), harga garam juga
mengalami peningkatan, sehingga nilai produksi di Tahun 2018 mencapai
Rp. 286 M. Pemerintah harus mencari solusi produksi garam rakyat agar
tidak terpengaruh musim sehingga produksi garam tetap bisa dilaksanakan
walaupun pada musim hujan. Namun pada tahun 2019, terjadi peningkatan
tajam hingga seperempatnya, yaitu pada 220,5ton dan pada nilai produksi
Rp. 77.175.000, 00.
b. Pariwisata
Kabupaten Rembang memiliki destinasi wisata yang beragam,
diantaranya yaitu wisata religi, wisata budaya dan wisata alam. Jumlah
obyek wisata di Kabupaten Rembang tercatat sejumlah 8 buah obyek wisata
unggulan, yaitu Taman Rekreasi Pantai Kartini, Museum RA Kartini, Makam
RA Kartini, Pantai Pasir Putih Wates, Pantai Karangjahe, Pantai Binangun,
Pasujudan Sunan Bonang, dan Old Town Heritage.
Kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu
5 tahun terakhir tren peningkatan. Pada tahun 2016 jumlah kunjungan
wisata sebanyak 1.270.268 orang dan menjadi 1.460.808 orang pada tahun
2017 lalu kembali meningkat menjadi 1.810.369 di Tahun 2018 dan menjadi
B A B I I | 147
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.126.298 orang di Tahun 2019. Pengembangan kepariwisataan semakin
penting karena memperluas kesempatan kerja dan pertumbunan pusat
perekonomian.
Terdapat sejumlah kewenangan urusan pariwisata yang menjadi
tanggungjawab pemerintah Kabupaten sebagaimana tercantum dalam
lampiran Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 yaitu (1) pengelolaan daya
tarik wisata Kabupaten/kota ; (2) pengelolaan kawasan strategis pariwisata
Kabupaten/kota; (3) pengelolaan destinasi pariwisata Kabupaten/kota; (4)
penetapan tanda daftar usaha pariwisata Kabupaten/kota; (5) pemasaran
pariwisata dalam dan luar negeri daya tarik, destinasi dan kawasan strategis
pariwisata Kabupaten/kota; (6) penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang
kreatif/kota kreatif) sebagai ruang berekspresi bagi insan kreatif di Daerah
Kabupaten/kota; dan (7) pelaksanaan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar.
Pengembangan kepariwisataan semakin penting karena memperluas
kesempatan kerja dan pertumbunan pusat perekonomian. Secara rinci
Perkembangan Urusan pariwisata Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.116 Perkembangan Urusan Pariwisata Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Total Kunjungan
Wisman & Wisnus
(orang)
727.453 1.270.268 1.460.808 1.810.369 2.126.298
2. Persentase obyek
wisata yg
dipromosikan (%)
5 13,3 14,3 18,1 17,14
3. Rata-rata lama
menginap (hari) 1 1,28 1,21 1,3 1,3
4. Dokumen RIPARDA
kab Rembang
(dokumen)
1 1 1 2 2
5. Jumlah obyek
wisata unggulan
(obyek)
3 3 3 3 11
6. jumlah restoran
(unit) 29 29 29 29 49
7. Jumlah hotel
Berbintang & Non 21 21 21 22 18
B A B I I | 148
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
bintang (unit)
8. Persentase
pramuwisata
bersertifikat
Muda (%) 4 na na 4 na
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Tahun 2018
Perkembangan total kunjungan wisman dan wisnus pada tahun 2015
sampai dengan 2019 mengalami kenaikan secara drastis karena mulai
bermunculan obyek-obyek wisata desa sesuai potensi yang dimiliki dan
seringnya digelar acara-acara hiburan di obyek wisata sehingga menarik
minat masyarakat untuk berkunjung. Destinasi pariwisata tersebut dikelola
oleh masyarakat desa, belum dikenai retribusi kecuali biaya parkir dan
pengelolaannya masih bersifat tradisional.
c. Pertanian
Kabupaten Rembang memiliki luas 101.408 hektar, yang terdiri atas
lahan sawah mencakup 28,63% atau seluas 29.021 hektar, lahan bukan
sawah mencakup 51,85% atau seluas 52.561 hektar dan lahan bukan
pertanian mencakup 19,52% atau seluas 19.826 hektar. Lahan sawah masih
terbagi menjadi 28,12% atau seluas 8.160 Ha untuk lahan sawah irigasi dan
71,88% atau 20.861 Ha untuk sawah tadah hujan. Daya dukung pertanian di
Kabupaten Rembang salah satunya adalah adanya aliran sungai. Sampai
saat ini sungai yang melewati wilayah Kabupaten Rembang antara lain
Sungai Randugunting, Babagan, Karanggeneng, Kening, Telas, Kalipang,
Sudo dan Sungai Patiyan. Wilayah yang masuk pada daerah irigasi pertanian
terdapat 25 daerah irigasi. Hasil produksi pertanian dan perkebunan di
Kabupaten Rembang meliputi tanaman pangan utama, tanaman
hortikultura, dan komoditas perkebunan utama. Tanaman pangan utama
terdiri dari padi, jagung dan kedelai.
Pada tahun 2018, luas lahan pertanian yang teraliri irigasi adalah
16.935 Ha dan telah memiliki embung sejumlah 194 embung meningkat dari
Tahun 2016 menjadi 189 embung. Hal ini dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian di Kabupaten Rembang disebabkan wilayah Rembang
merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah dengan intensitas curah
hujan rendah. Apabila dikaitkan dengan target LP2B Kabupaten Rembang
seluas 37.339 Ha maka luasan sawah beririgasi tersebut baru mencapai
B A B I I | 149
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
45,35 % dari target LP2B. Mengingat kondisi air di Kabupaten Rembang yang
masih mengandalkan curah hujan maka target LP2B tersebut sangat sulit
terwujud.
Hasil produksi pertanian dan perkebunan di Kabupaten Rembang
meliputi tanaman pangan utama, tanaman hortikultura, dan komoditas
perkebunan utama. Tanaman pangan utama terdiri dari padi, jagung dan
kedelai. Produksi tanaman utama jenis padi pada tahun 2019 seberat
191.301 ton, angka tersebut lebih rendah dari produksi padi tahun 2018
seberat 226.929 ton dan tahun 2017 menjadi 240.376 ton. Produksi
jagung dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren perkembangan yang
fluktuatif, dimana pada tahun 2017 produksi jagung adalah 143.962 ton
turun menjadi 110.912 ton pada tahun 2018 dan kemudian naik
produksinya menjadi 123.973 ton di tahun 2019. Sementara dalam
periode yang sama produksi kedelai mengalami kenaikan di tiga tahun
terakhir, dimana tahun 2019 produksi kedelai mencapai 2.807 ton lebih
tinggi dibanding dua tahun sebelumnya, yaitu tahun 2018 mencapai
2.684 ton dan tahun 2017 hanya mencapai 2.039 ton. Walaupun
perkembangan terakhir meningkat, tetapi capaian produksi kedelai di
tahun 2019 masih lebih rendah dibawah capaian produksi tahun 2015
yaitu 3.544 ton, tahun 2014 5.570 ton dan tahun 2013 4.972. Sedangkan
produksi kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar mengalami
fluktuasi namun cenderung menurun selama kurun waktu 2013- 2019.
Jenis tanaman hortikultura unggulan di Kabupaten Rembang
meliputi bawang merah, cabe dan mangga. Produksi tanaman
hortikultura didominiasi oleh jenis buah mangga dengan produksi pada
tahun 2019 mencapai 799.697 kwintal. Angka ini meningkat dari tahun
2018 yang mencapai 512.710 kwintal, namun tidak lebih tinggi dari
produksi tahun 2017 yang 74.879 kwintal. Sedangkan produksi cabe
terus mengalami penurunan di tiga tahun terakhir, yang mana produksi
cabe tahun 2017 yang mencapai 156.060 kwintal turun di tahun 2018
menjadi 79.693 kwintal dan turun lagi di tahun 2019 menjadi 25.568
kwintal. Pada komoditas bawang merah, produksinya menurun di tiga
tahun terakhir. Pada tahun 2017 produksi bawang merah mencapai
20.654 kwintal, kemudian turun di tahun 2018 menjadi 13.719 kwintal
dan turun lagi di tahun 2019 mencapai 9.716 kwintal. Dataperkembangan
produksi pertanian/perkebunan Tahun 2015-2019 di masing-masing
B A B I I | 150
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.117 Perkembangan komoditas pertanian di Kabupaten Rembang 2015-2019
No Jenis Komoditas Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
A Tanaman pangan (ton)
1 Padi 256.211 152.822 240.374 220.444 191.301
2 Jagung 111.145 119.348 143.692 110.912 123.973
3 Kdelai 3.544 1.620 2.039 2.684 2.807
4 Kacang tanah 2.303 1.672 1.442 530 432
5 Kacang hijau 2.238 1.393 924 1.005 309
6 Ubi kayu 106.296
116.272
97.152
43.383
38.779
7 Ubi jalar 2.219
1.480
3.138 1.051
474
B Hortikultura (kw)
1 Bawang merah 25.378 18.803 20.654 13.719 10.589
2 Cabai 165.172 58.567 156.061 79.693 77.589
3 Mangga 661.802 1.136.034 874.177 512.710 1.493.247
C Perkebunan (ton)
1 Tebu gula kristal 28.816 29.648 28.778 31.388
30.817
2 Tebu 41.039 44.055 43.778,4
45.420
44.877
3 Tembakau 2.804 5.100 6.763
14.032
8.048
4 Kelapa 4.039 4.214 3.659
4.207
3.941
5 Wijen 49,23 35 45 37,66
31,827
6 Pete 112,28 398,79 190,36
190,34
179,896
D Peternakan
1 Populasi Komoditas
Peternakan Utama (ekor)
Sapi potong 128.123
130.610
132.388
134.602
136.756
Kambing 158.990
162.091
161.794
163.894
166.352
Domba 156.725
157.771
157.680
160.368
162.773
2 Produksi daging (kg)
Sapi 917.007
864.415
777.031 700.990
1.778.576,6
Kambing 146.433
171.310
169.805
169.573
230.286,9
Domba 76.832
83.946
110.512
92.554
123.711,7
3 Jumlah produksi telur
Ayam (kg) 1.468.68 552.969 990.444 1.147.6 552.941
B A B I I | 151
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Jenis Komoditas Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
9
50
Itik (kg) 855.849
910.659
893.628
893.628
893.941
Kabupaten Rembang memiliki kurang lebih 20 jenis komoditas
perkebunan, dan beberapa komoditas mampu memberikan sumbangan
cukup signifikan dalam menggerakan roda perekonomian Kabupaten
Rembang. Produk-produk perkebunan tersebut antara lain tebu,
tembakau, kelapa, wijen dan mete. Pada tahun 2019, produksi
perkebunan tertinggi dihasilkan dari tebu yang mencapai 44.876,9 ton
dan produksinya cukup stabil dalam kurun waktu 2015-2019.
Selain tebu, tanaman perkebunan lainnya yang akhir-akhir ini
menjadi primadona petani di Kabupaten Rembang adalah tembakau.
Produksinya terus meningkat sejak tahun 2013 hingga tahun 2019 yang
mencapai 8.048 ton. Tembakau menjadi tanaman alternative di saat
musim kemarau, dimana sawah tadah hujan sulit ditanami tanaman
pangan atau hortikultura, sehingga petani beralih untuk menanam
tembakau karena produksi dan kualitasnya yang mampu bersaing.
Apalagi dengan adanya PT. Sadana sangat membantu petani untuk
menjual hasil panen mereka.
Disatu sisi peluang pengembangan usaha peternakan di Kabupaten
Rembang masih terbuka lebar apabila dikaitkan dengan perkiraan (estimasi)
peningkatan kebutuhan konsumsi hasil ternak seiring dengan peningkatan
pengetahuan dan kesadaran gizi dan taraf hidup masyarakat. Jenis ternak di
Kabupaten Rembang terdiri dari Sapi potong, Kambing dan Domba. Populasi
Komoditas peternakan selama lima tahun terakhir (2015-2019) mengalami
fluktuasi. Jenis ternak yang mengalami kenaikan dari tahun 2015-2019 yaitu
sapi potong. Kabupaten Rembang merupakan salah satu sentra produksi sapi
potong di Jawa Tengah, populasi sapi potong pada tahun 2019 mencapai
136.756 ekor.
Dalam rangka meningkatkan hasil jual pertanian dan peternakan,
peningkatan pemasaran produk pertanian di Kabupaten Rembang dilakukan
melalui promosi produk dan pembinaan kelompok tani dan penggunaan
teknologi dan alat mesin pertanian. Perkembangan Upaya Pemasaran Hasil
B A B I I | 152
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Produksi dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.118 Perkembangan Promosi Produksi dan Pembinaan Pertanian Kab.
Rembang Tahun 2015-2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Promosi hasil produksi pertanian/
perkebunan
3 4 4 4 NA
2 Promosi produk peternakan
(event)
1 2 2 2 NA
3 Produktivitas padi (ton/ha) 6,10 4,02 4,47 5,51 5,64
4 Bertambahnya plk usaha
pertanian,perkebunan,
peternakan (plk usaha)
158 560 632 648 NA
5 Peningkatan luas lahan pertanian
yang teraliri Irigasi (Ha)
5.500 15.865 18.815 16.93
5
24.000
6 Bertambahnya alat mesin
pertanian tuk kelompok tani
(Unit)
220 12.331 724 NA 488
7 Bertambahnya jalan pertanian
dalam kondisi baik (Km)
28 38,74 54,82 50,48 37,5
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2019
d. Perdagangan
Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Rembang
tahun 2019 adalah 14,06%, dan merupakan kontributor terbesar ke 3,
setelah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Walaupun nilai
ekspor yang semakin naik dari tahun ke tahun tapi belum mampu menaikan
kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Rembang.
Nilai ekspor Kabupaten Rembang selama kurun waktu lima tahun
2015– 2019, yaitu $18.983.364,60 (tahun 2015), meningkat menjadi
$66.008.142,85 (tahun 2019). Disamping itu ketersediaan pasar sebagai
tempat untuk melakukan transaksi yang terus bertambah dari tahun ke
tahun. Perkembangan sektor perdagangan dilihat dari beberapa indikator
sektor perdagangan menunjukkan adanya kenaikkan dari tahun 2015–2019.
Adapun perkembangan sektor perdagangan tahun 2015-2019 dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
B A B I I | 153
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.119 Perkembangan Sektor Perdagangan Kabupaten Rembang
Tahun 2015–2019
No Indikator
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah sidang teraulang
(kasus)
44 72 77 80 80
2 Jumlah pasar (tradisional dan
modern) yang diawasi (unit)
52 60 65 68 68
3
% kasus yang diselesaikan
melalui unit pengaduan
konsumen (%)
2 4 4 5 7
4 Ketersediaan info pantauan
harga kelompok masyarakat
Ada Ada Ada Ada Ada
5 Jumlah promosi dagang yang
diikuti (kali)
1 1 1 1 1
6 Nilai Ekspor $18.983.
364,60
$37.190.00
0,00
$48.785.4
51,29
$62.142.8
57,14
$66.008.14
2,85
7 Kontribusi sektor dagang
terhadap PDRB (%)
13,68 13,5 13,5 13,67 14,04
8 Jumlah kelompok pedagang
(formal dan informal) yang
dibina (kelompok)
16 17 19 20 20
9 Jumlah pasar daerah (unit) 12 12 13 15 15
10 Jumlah pasar daerah yang
memenuhi kriteria pasar sehat
(uni)
12 12 13 15 15
11 Lokasi PKL yang tertata
(lokasi)
3 3 3 3 3
Sumber: Dinindagkop dan UKM Tahun 2019
Tabel 2.120 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Tahun 2011-2019
Tahun
Nilai Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(juta Rp)
Pertumbuhan
(%)
2011 1,299,711.49
2012 1,310,768.41 0.85
2013 1,351,957.53 3.14
2014 1,406,724.91 4.05
2015 1,464,601.23 4.11
2016 1,543,234.41 5.37
2017 1,640,950.86 6.33
2018 1,768,561.65 7.78
2019 1,911,117,00 8.06
B A B I I | 154
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
e. Perindustrian
Sektor industri merupakan kontributor terbesar ke dua terhadap PDRB
Kabupaten Rembang sejak tahun 2015 hingga tahun 2019. Kondisi ini
menunjukkan semakin berperannya sektor industri terhadap pertumbuhan
PDRB Kabupaten Rembang. Semakin berperannya sektor industri ini dapat
ditunjukkan pula dari capaian kinerja industri, dimana indikator-indikator
yang ada cenderung mengalami peningkatan. Namun demikian Kabupaten
Rembang belum memiliki kawasan industri terpadu yang dikelola baik oleh
pemerintah maupun swasta.
Kabupaten Rembang memiliki industri besar yang bergerak pada sektor
makanan dan minuman, Industri kimia-bahan bangunan, industri sandang
dan kulit, industri kerajinan dan umum. Kabupaten Rembang juga memiliki
potensi industri menengah dan kecil lainnya yang berbasis pada sumberdaya
alam, antara lain garam rakyat, pengolahan ikan, mebel antik, batik, bordir,
kuningan, kerajinan kerang, terasi, genteng, industri pembuatan tas dan
dompet, sabuk dan lain-lain.
Sektor industri merupakan kontributor terbesar ke dua terhadap PDRB
Kabupaten Rembang sejak tahun 2013 hingga tahun 2019, yaitu berturut-
turut 19,05%, 20,84%, 20,84%, 21,27%, 21,8%, 21,92% dan 23,15%. Kondisi
ini menunjukkan semakin berperannya sektor industri terhadap
pertumbuhan PDRB Kabupaten Rembang. Selain itu, perkembangan sektor
industri juga selalu dalam angka positif. Secara rinci perkembangan sektor
industri di Kabupaten Rembang tahun 2015-2019 dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2.121 Perkembangan Sektor Industri di Kab. Rembang Tahun 2015–2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Cakupan IKM yang dibina (%) 1,1 4 5 2,53 23,15
2 Cakupan klp IKM yang mendapat
bantuan (%)
100 0,15 1 2,55 3,10
3 Kontribusi sektor Industri
terhadap PDRB (%)
20,84 21,27 21,8 NA BPS
4 % industri kecil & menengah
terhadap total jumlah industri
(besar, menengah & kecil)
99 99 98 98,20 99,71
5 Jumlah IKM yang dapat fasilitasi
Perijinan
25 15 15 9 35
6 Jumlah IKM yang telah 12 15 260 280 280
B A B I I | 155
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
mengikuti pameran promosi
produk
7 Pertumbuhan IKM (%) 1 1,17 0,66 2,14 0,38
8 Jumlah fasilitas peningkatan
kemampuan teknologi industri
13 9 10 2,1
4
70
9 Jumlah klaster industri 9 9 9 9 14
10 Jumlah sentra industri 37 33 40 9 32
Sumber Data : Dinindagkop dan UMKM Tahun 2018
Tabel 2.122 Perkembangan Nilai Industri Pengolahan Kabupaten Rembang
Tahun
Nilai sektor Industri pengolahan
(juta Rp)
Pertumbuhan
(%)
2010 1,456,976.07 -
2011 1,525,024.94 4.67
2012 1,693,226.77 11.03
2013 1,860,445.88 9.88
2014 2,143,284.16 15.2
2015 2,307,391.43 7.66
2016 2,483,367.33 7.63
2017 2,674,697.21 7.7
2018 2,892,128.32 8.14
2019 3,151,232.32 8.96
f. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan program pemerintah untuk memindahkan
pendudukdari suatu daerah yang padat penduduk ke daerah lain di dalam
wilayah Indonesia. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk perlindungan
dan pemenuhan hak-hak dasar manusia (human rights), yaitu perlindungan
negara atas hak-hak warga (negara) untuk berpindah dan menetap di dalam
batas-batas wilayah negara-bangsanya, serta hak untuk memiliki pekerjaan
dan penghidupan yang layak. Melalui transmigrasi diharapkan kemiskinan
yang disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja dan ketidakberdayaan
penduduk untuk memperoleh tempat tinggal yang layak, dapat teratasi.
Untuk itu pemerintah terus berupaya membuka kesempatan seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam pelaksanaan
transmigrasi.
Banyaknya transmigran pada tahun 2011-2014 dari 10 KK (35 jiwa)
B A B I I | 156
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
menjadi 3 KK (11 jiwa). Rendahnya jumlah transmigran di Kabupaten
Rembang, karena ketersediaan kuota transmigrasi yang diberikan oleh
Pemerintah (Pusat) sedikit. Transmigran yang berangkat semua berprofesi
sebagai petani, karena di daerah tujuan transmigrasi ketrampilan yang
dibutuhkan di bidang pertanian atau perkebunan. Di Kabupaten Rembang
sejak tahun 2018, tidak mengirimkan penduduknya ke wilayah
trasmigrasi. Dan menurut Pemerintah Pusat, Kabupaten Rembang bukan
merupakan wilayah transmigrasi, sehingga tidak ada kegiatan dalam
peningkatan swakarsa,termasuk sampai tahun 2019.
2.3.4. Penunjang Urusan Pemerintahan
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tidak lagi disebutkan
urusan perencanaan pembangunan dan urusan otonomi daerah. Institusi
atau lembaga yang saat ini melaksanakan fungsi perencanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintahan termasuk dalam kategori unsur
penunjang pemerintahan. Unsur penunjang pemerintahan adalah Badan
Kepegawaian Daerah, Inspektorat, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Asset Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD.
a. Kepegawaian
Peningkatan kemampuan Aparatur Sipil Negara (ASN) semakin
mendapatkan perhatian dalam rangka meningkatkan kapasitas, kapabilitas
dan mewujudkan profesionalisme aparatur pemerintah daerah. Kebijakan
tersebut merupakan amanat Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010–2025 yang perlu dijadikan pedoman
dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,
peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat, serta peningkatan
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi baik Pusat dan Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) maka peningkatan profesionalisme aparatur
pemerintah daerah diarahkan pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas,
profesionalisme, responsibilitas dan akuntabilitas dalam pelayanan publik.
Pemerintah Kabupaten Rembang dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas aparatur pemerintah daerah telah menetapkan kebijakan
pemberian kesempatan studi lanjut (melalui pendidikan diploma, sarjana,
pasca sarjana, pendidikan spesialis dan profesi), pendidikan non formal
B A B I I | 157
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
(melalui pelatihan teknik, kursus, semiloka dan lain-lain) serta diklat
fungsional dan diklat teknis. Sedangkan responsibilitas dan akuntabilitas
dengan mewujudkan budaya organisasi, peningkatan tanggung jawab dan
keterbukaan terhadap masyarakat dan dunia usaha.
Berdasarkan pengelompokan golongan diketahui sebagian besar
Golongan III adalah 38,54%, Golongan IV 34,93% sa Golongan I 3,33% dan
Golongan II 23,20%. Kualitas sumberdaya aparatur dapat dilihat dari rata-
rata pendidikan yang ditamatkan dimana (72,8%) aparatur pemerintah
daerah Kabupaten Rembang berpendidikan perguruan tinggi, dengan
perincian lulusan program diploma 25,68%; pendidikan sarjana 45,55% dan
sebanyak 1,57% telah menyelesaikan pendidikan magister (S-2). Sementera
itu, aparat pemerintah yang berpendidikan SLTA kebawah sebanyak 27,2%
saja. Selengkapnya Perkembangan Urusan Kepegawaian di Kabupaten
Rembang Tahun 2015–2019 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.123
Perkembangan Urusan Kepegawaian di Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Program Pendidikan Kedinasan
1 Jumlah Apratur yg mengkuti Diklat Pim II 2 8 - - 1
2 Jumlah Aparatur yg mengikuti Diklat Pim
III
- 11 8 7 2
3 Jumlah Aparatur yg mengikuti Diklat Pim
IV
40 1 4 2 1
4 Jumlah PNS mengikuti Diklat Teknis
tiapth
192 264 129 93 110
Program Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur
1 % PNS yg kenaikan pangkatnya tepat
waktu
94.70% 99% 99% 100% 99,54%
2 Jumlah PNS Pensiun setiap tahun 136 - - 304 352
3 Persentase Kasus Pelanggaran Disiplin
PNS dalam satu tahun yang ditangani
75 14 3 14 9
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2019
Gambaran kinerja aparatur pemerintah daerah Kabupaten Rembang
dapat dilihat dari pelaksanaan program-program peningkatan dan
pengembangan kapasitas sumberdaya aparatur, adalah sebagai berikut:
1) Program pendidikan kedinasan;
2) Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur;
B A B I I | 158
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3) Program pembinaan dan pengembangan aparatur.
Salah satu upaya peningkatan kinerja aparatur adalah dengan melalui
berbagai diklat. Kegiatan Diklat Aparatur rata-rata mencapai 336 orang
aparatur yang telah memenuhi kualifikasi dan prosedur pengajuan. Diklat
aparatur terbagi menjadi diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan. Diklat
dalam jabatan terbagi lagi menjadi diklat struktural, diklat teknis dan
fungsional. Naik turunnya jumlah peserta diklat dipengaruhi oleh anggaran
yang tersedia dan penawaran diklat dari instansi yang lebih tinggi pusat
maupun provinsi.
Selain menyelenggarakan diklat, dalam rangka meningkatkan
kompetensi pegawai BKD bertugas untuk menyusun regulasi standar
kompetensi pegawai dan manajemen talenta. Standar Kompetensi pegawai
meliputi penyusunan regulasi standar kompetensi pegawai, standar
kompetensi jabatan dan standar kompetensi manajerial. Manajemen talenta
meliputi Asessment Pegawai, pemetaan asessment pejabat Eselon II dan III
dan tindak lanjut asessment. Kedua hal tersebut akan diupayakan
dilaksanakan di tahun-tahun mendatang.
Dari data Rembang Dalam Angka 2020 jumlah pegawai negeri sipil,
jabatan, pangkat/golongan/ruang, jumlah PNS di masing-masing OPD dan
jumlah OPD di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut.
Tabel 2.124 Jumlah PNS berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2019
No Jenjang Pendidikan Jumlah
1 SD 79
2 SMP 173
3 SMA 1229
4 DI/DII/DIII 1017
5 S1/S2/S3 4121
Total 6619
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2019
Dari segi pendidikan, mayoritas PNS di Kabupaten Rembang adalah
sarjana. Tentu ini menunjukkan, pada dasarnya Kabupaten Rembang
ditopang dengan SDM yang memadai. Namun demikian, terdapat kendala
dalam organisasi dan tata laksana pemerintah. Terutama terkait dengan
penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan keahlian, serta jabatan
fungsional yang masih belum optimal diberdayakan.
B A B I I | 159
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.125 Jumlah PNS sesuai Jabatan tahun 2019
No Jenis/Jenjang Jabatan Jumlah
1 Fungsional tertentu 4252
2 Fungsional umum 1826
3 Struktural 541
4 Eselon IV 288
5 Eselon III 249
6 Eselon II 4
Total 6619
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Tahun 2019
Sebagaimana tabel di atas, fungsional tertentu mengisi kompisi jabatan
PNS secara mayoritas. Pemberdayaan PNS dengan jabatan fungsional ini
masih memerlukan penguatan, dengan menempatkan mereka sesuai
dengan tupoksi dan kualifikasi.
Tabel 2.126 Jumlah PNS Menurut Pangkat/Golongan/Ruang tahun 2019
No Pangkat/Golongan Ruang Jumlah
1 IA/Juru Muda 1
2 IB/Juru Muda Tingkat I 1
3 IC/Juru 51
4 ID/Juru Tingkat I 78
Total Gol I 131
5 IIA/Pengatur Muda 135
6 IIB/Pengatur Muda Tingkat I 228
7 IIC/Pengatur 648
8 IID/Pengatur Tingkat I 259
Total Gol II 1270
9 IIIA/Penata Muda 852
10 IIIB/Penata Muda Tingkat I 836
11 IIIC/Penata 749
12 IIID/Penata Tingkat I 693
Total Gol III 3130
13 IVA/Pembina 1437
14 IVB/Pembina Tingkat I 616
15 IVC/Pembina Utama Muda 33
16 IVD/Pembina Utama Masya 2
17 IVE/Pembina Utama -
Total Gol IV 2088
Total 6619
B A B I I | 160
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dalam hal pangkat/golongan/ruang, per 2019, sebetulnya sudah cukup
menggambarkan ketersediaan SDM dengan kualifikasi dan pengalaman yang
mencukupi. Yang diperlukan kemudian adalah strategi peningkatan
kapasitas guna mendukung peningkatan kinerja pegawai.
Tabel 2.127 Jumlah PNS di Masing-masing OPD tahun 2019
No OPD Jumlah
1 Badan Kepegawaian Daerah 51
2 Dinlutkan 39
3 Dinas Lingkungan Hidup 117
4 Dinsos PPKB 50
5 BPBD 31
6 Bappeda 36
7 Dinbudpar 27
8 Dindikpora 3440
9 Dinas PUPR 69
10 Dindukcapil 35
11 Dinas Kesehatan 855
12 DPUTARU 107
13 BPPKAD 101
14 Dinas Perhubungan 63
15 Dinkominfo 28
16 Dinperindagkop dan UMKM 135
17 Dintanpan 136
18 Dinpermades 37
19 Inspektorat 40
20 Kantor Kesabngpolinmas 16
21 DPMPTSNAKER 54
22 Dinas Arpus 30
23 Kecamatan 355
24 RSUD dr. Sutrasno 456
25 Satpol PP 82
26 Sekretariat Daerah 166
27 Sekretariat DPRD 52
28 Sekretariat KPU 1
29 Sekretariat KORPRI -
30 SKB 10
Total 6619
Komposisi PNS di masing-masing dinas dan kantor sebagaimana terlihat di
B A B I I | 161
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
tabel di atas menunjukkan bahwa ada dinas yang jumlah personalnya cukup
banyak (kecuali Dinkes dan Disdikpora, yang mengampu tenaga medis dan
guru), namun ada juga yang masih sedikit. Diperlukan tata ulang untuk
memastikan bahwa komposisi antar dinas atau kantor proporsional.
b. Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah
Berlakunya Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, turut berimplikasi pada perubahan kaidah penyusunan rencana
pembangunan daerah dengan memperhatikan batas-batas kewenangan
pemerintah daerah yang diatur di dalamnya. Berdasarkan ketentuan undang-
undang tersebut, perencanaan pembangunan daerah yang harus disusun
antara lain Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk
perencanaan jangka panjang, RPJMD untuk perencanaan jangka menengah
dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka tahunan.
Dalam rangka tata kelola perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu
ditunjang dengan kelengkapan data yang obyektif, akurat dan komprehensif,
didukung peningkatan sumber daya aparatur perencana di setiap Perangkat
Daerah yang semakin baik serta mekanisme perencanaan yang sesuai
kaidah. Demikian pula penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
daerah harus bersifat terpadu dan selaras dengan dokumen perencanaan
pembangunan Kabupaten sekitar, kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa
Tengah serta arahan kebijakan Pemerintah Pusat.
Kelengkapan dokumen perencanaan pembangunan di Kabupaten
Rembang telah diupayakan terpadu dan selaras dengan arah kebijakan
pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional sebagai perwujudan
komitmen daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan
nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun berdasarkan Undang-
Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional agar terdapat sinergitas perencanaan pembangunan secara
nasional. Dokumen perencanaan di Kabupaten Rembang secara teknis
disusun berdasarkan Permendagri No. 54 Tahun 2010 sebagai pedoman
pelaksanaan tahapan dan tata cara penyusunan dokumen rencana
pembangunan daerah.
Mengacu Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), maka pemerintah Kabupaten
Rembang wajib menyusun dokumen perencanaan, terdiri dari: Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD); Rencana Pembangunan
B A B I I | 162
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Jangka Menengah Daerah (RPJMD); Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) dan penjabarannya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Selain itu, Pemerintah Kabupaten Rembang wajib mengakomodasi
kebijakan-kebijakan strategis dalam rencana pembangunan daerah seperti:
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD); RAD Pengurangan
Resiko Bencana serta berbagai kebijakan lain yang penting dan relevan dalam
pembangunan daerah.
Terdapat empat indikator kunci yang berpengaruh pada keberhasilan
perkembangan urusan wajib perencanaan pembangunan daerah, diantaranya
meliputi: 1) tersedianya dokumen perencanaan RPJPD 2005-2025; 2)
tersedianya Perencanaan RPJMD 2016-2021; 3) tersedianya dokumen RKPD
tiap tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan 4) Penjabaran
Program RPJMD ke dalam RKPD pada setiap tahun anggaran untuk
mengetahui capaian kinerja per tahun. Indikator Perencanaan Pembangunan
Daerah tersebut telah diupayakan dengan baik dan didukung oleh sistem
informasi perencanaan yang akan terus disempurnakan implementasinya.
Secara lengkap Perkembangan Urusan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2015–2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.128 Perkembangan Urusan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten
Rembang Tahun 2015–2019 Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
a) Tersedianya Dokumen Perencanaan
RPJPD yg telah ditetapkan dg Perda
1 1 1 1 1
b) Tersedianya Dokumen Perencanaan
RPJMD yg telah ditetapkan dg Perda
1 1 1 1 96
c) Tersedianya Dokumen Perencanaan
RKPD yg telah ditetapkan dg Perbup
1 1 1 1 1
d) %Penjabaran Program RPJMD dlm RKPD 80 78 88 87 78
Sumber: Bappeda Kabupaten Rembang, 2019
Penelitian dan pengembangan (Litbang) memegang peranan penting
dalam kemajuan sebuah negara, daerah maupun corporate. Guna
mendukung pelaksanaan pembangunan daerah, perlu adanya
mengedepankan proses kelitbangan dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi), serta pengembangan dan penerapannya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan (Litbang) yang telah dilaksanakan diantaranya adalah
B A B I I | 163
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Perencanaan Kelitbangan, Jurnal Penelitian, Fasilitasi Jaringan Penelitian
dan Pengembangan, Fasilitasi Dewan Riset Daerah (DRD) Kabupaten
Rembang, Pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), Kabupaten Inovasi
dan Daya Saing Daerah, Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Industri
Kabupaten, Penyusunan Dokumen Agropolitan, Penyusunan Rencana Induk
Kelitbangan, serta Pengembangan Kreativitas dan Inovasi Masyarakat. Hal-
hal yang menyangkut kelitbangan ini perlu terus didorong dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan daya saing
daerah. Kinerja penelitian dan pengembangan ditunjukkan dengan
pemanfaatan hasil Litbang dan Inovasi dalam perencanaan, kebijakan,
pembangunan maupun peningkatan perekonomian masyarakat.
c. Keuangan
Perkembangan urusan keuangan Kabuapaten Rembang oleh Badan
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten
Rembang ditunjukkan berdasarkan tingkat kemandirian keuangan daerah
berdasarkan persentase peningkatan pendapatan asli daerah. Dimana
persentase peningkatan PAD Kabupaten Rembang dari tahun 2015 sampai
2019 cenderung fluktuatif setiap tahun. Persentase peningkatan PAD
tertinggi dicapai pada tahun 2017 adalah 28,25%, dan persentase
peningkatan PAD terendah berada pada tahun 2018 1,78%, yang kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi 3,97%. Realisasi kinerja
fungsi penunjang keuangan Kabupaten Rembang tahun 2015-2019
selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 2.129 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan Tahun 2015-2019
No. Uraian
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Persentase Peningkatan PAD
(Pendapatan Asli Daerah)
14,12 23,86 28,25 1,78 3,97
2 Opini BPK atas pemeriksaan
Laporan Daerah
WDP WDP WDP WDP WTP
d. Pengawasan
Terbitnya Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Tahun 2010–2025 menjadi pedoman dalam rangka mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik, mewujudkan birokrasi bersih dan bebas
KKN, peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat, serta peningkatan
B A B I I | 164
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi baik Pusat dan Daerah. Oleh
karena itu semakin strategis dalam mengawal pelaksanaan pembangunan
dalam koridor reformasi birokrasi.
Profesionalisme aparatur pemerintah daerah diwujudkan melalui
peningkatan kapasitas dan kapabilitas, profesionalisme, responsibilitas dan
akuntabilitas dalam pelayanan publik serta pengawasan pelaksanaan
kebijakan pembangunan daerah. Upaya peningkatan akuntabilitas dan
responsibilitas kepada masyarakat sangat tergantung pada hasil pengawasan
dan pelaksanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Inspektorat
daerah. Disamping itu, Inspektorat secara sinergis menindaklanjuti
rekomendasi pengawasan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta Inspektorat Provinsi
Jawa Tengah agar Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) semakin baik hasilnya.
Sebagai gambaran kinerja Inspektorat Kabupaten Rembang telah
melaksanakan dua (2) program yang terkait dengan sistem pengawasan
internal dan peningkatan profesionalisme aparatur pengawasan, yaitu:
3. Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan KDH;
4. Program Peningkatan Profesionalism tenaga pemeriksa dan aparatur
pengawasan.
Perkembangan PelaksanaanPengawasan oleh Inspektorat Kabupaten
Rembang Tahun 2015–2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.130 Perkembangan Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten
Rembang Tahun 2015–2019
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah Laporan hasil
Pemeriksaan (LHP) Reguler
100 144 240 136 48
2. Jumlah LHP Khusus/Kasus 63 141 101 97 65
3. Jumlah laporan hasil tindak
lanjut temuan hasil pengawasan
yg telah disusun
160 160 180 192 192
4. % Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan ygsdh selesai
ditindaklanjut
80 92 83,9 52,9 83,9
5. Laporan hasil Monitoring
Penyelenggaraan Urusan pemdes
84 13 - - -
B A B I I | 165
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
6. Laporan Hasil Reviu LKPD 1 1 1 1 1
7. Laporan Reviu LKJIP Kabupaten 1 1 1 1 1
8. Laporan Evaluasi LKJIP PD 24 - 16 16 40
9. Koordinasi Pengawasan Secara
komprehensif di Kabupaten
Rembang
1 1 1 1 1
10. Jumlah tenaga pemeriksa yang
menguasai teknik was&penlaian
akuntabilitas kinerja (sertifikasi
Jabatan Fungsional Auditor (JFA)
& Pengawas Penyeleng Urusan
Pem di Daerah (P2UPD)):
a. JFA
b. P2UPD
8
6
7
6
7
5
8
5
8
5
11. Level kapabilitas Inspektorat
Kabupaten Rembang
1 1 2 3 3 (DC)
Sumber: Inspektorat Kabupaten Rembang Tahun 2019
Dalam hal pengawasan, terdapat tiga program utama, yaitu program
peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan KDH, program peningkatan profesionalisme tenaga pemeriksa dan
aparatur pengawasan, dan program penataan dan penyempurnaan kebijakan
sistem dan prosedur pengawasan.
Tabel 2.131 Capaian Kinerja Pengawasan Kabupaten Rembang tahun 2016-2019
No Aspek/variabel dan/atau
Indikator
2016 2017 2018 2019
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan KDH
1 Persentase Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan yang sudah selesai
ditindaklanjut
82,8
83,73
83,91
69
2 Persentase unit kerja dengan
tingkat akuntabilitas minimal A
33 18,75 6,25 50
3 Persentase OPD yang mendapat
pembinaan menuju WBK
(wilayah bebas korupsi) dan
WBBM (wilayah birokrasi yang
bersih dan melayani)
0 0 0 0
B A B I I | 166
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Aspek/variabel dan/atau
Indikator
2016 2017 2018 2019
4 Persentase penanganan laporan
gratifikasi
100 100 100 100
Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
1 Persentase Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP)
bersertifikat kompetensi
37
57,14
90
82,61
2 Persentase jumlah tenaga
pemeriksa dan aparatur
pengawasan yang mengikuti
PKS/bimtek/sertifikasi
JFA/IB/TB
100 100 100 100
Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan
Prosedur Pengawasan
1 Persentase perangkat daerah
yang dinyatakan Wilayah Bebas
Korupsi (WBK)/Zona Integritas
(ZI)
0 0 0 0
Sumber: Inspektorat Kabupaten Rembang Tahun 2019
Dalam kaitannya dengan pengawasan, masih terdapat banyak aspek
yang harus diperkuat upaya pencapaiannya. Tiga hal yang sudah tercapai
targetnya adalah penanganan gratifikasi dan jumlah tenaga pemeriksa dari
aparatur pengawasan yang mengikuti PKS/BIMTEK/sertifikasi/JFA/IB/TB,
serta level kapabilitas inspektorat. Hal-hal krusial dalam pengawasan seperti
OPD yang mendapat pembinaan menuju WBK dan WBBM, serta perangkat
daerah yang dinyatakan bebas korupsi (WBK)/Zona Integritas masih belum
ada pencapaian sama sekali. Tindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan,
unit kerja dengan tingkat akuntabilitas minimal A, serta persentase aparat
pengawasan Intern Pemerintah (APIP) bersertifikat kompetensi masih
memerlukan upaya yang kuat guna menuju pencapaian target sepenuhnya.
e. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi akan menjadi prasyarat dalam rangka peningkatan
pelayanan kepada masyarakat yang harus semakin meningkat, sesuai
dengan tuntutan dinamika global. Kepegawaian akan sangat terkait dengan
reformasi birokrasi. Dalam rangka perwujudan good governance telah
B A B I I | 167
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
disusun Road Map. Reformasi Birokrasi 2015-2019 oleh pemerintah, yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Reformasi birokrasi pada dasarnya merupakan proses menata-ulang,
mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi lebih
baik (profesional, bersih, efisien, efektif, dan produktif). Dalam bahasa yang
lain, reformasi birokrasi adalah upaya untuk melakukan perbaikan kinerja
birokrasi dengan meningkatkan kualitas regulasi, efisiensi, efektivitas dan
akuntabilitas seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan dan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, yang akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada Pemerintah. Pelaksanaan reformasi birokrasi di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang mencakup beberapa area
perubahan yaitu:
1) Penataan dan penguatan organisasi, dilaksanakan melalui evaluasi
kelembagaan Perangkat Daerah.
2) Penataan tatalaksana, dilaksanakan melalui penyusunan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
3) Penataan sistem manajemen SDM aparatur, dilaksanakan melalui
penyelenggaraan diklat aparatur, pengadaan CPNS Pemerintah
Kabupaten Rembang, tes kompetensi pejabat struktural, kenaikan
pangkat bagi PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang,
dan peningkatan kualitas PNS melalui fasilitasi tugas/izin belajar.
4) Penguatan pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan internal
pada PD.
5) Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dilaksanakan melalui implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
6) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.
7) Penataan peraturan perundang-undangan.
8) Pola pikir dan budaya kerja (manajemen perubahan), dilakukan
melalui sosialisasi dan pengembangan budaya kerja, penerapan
nilai-nilai budaya kerja dan etika PNS
Penguatan Akuntabilitas Kinerja terus dilaksanakan dengan
peningkatan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dari tahun ke tahun Nilai Akuntabilitas Kabupaten Rembang terus
mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan tabel berikut ini.
B A B I I | 168
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.132 Nilai AKIP Kabupaten Rembang Tahun 2016-2018
No Komponen yang
dinilai Bobot
Nilai
2016
Nilai
2017
Nilai
2018
Nilai
2019
1 Perencanaan Kinerja 30 18,92 19,59 19,91 19,94
2 Pengukuran Kinerja 25 10,02 11,47 14,11 14,15
3 Pelaporan Kinerja 15 10,26 10,15 10,20 10,20
4 Evaluasi Kinerja 10 4,78 5,09 5,29 5,29
5 Capaian Kinerja 20 8,50 8,75 9,12 9,12
6 Nilai AKIP 100 52,49 55,04 58,64 58,70
CC CC CC CC
Sumber : Bagian Organisasi Setda, 2019
Berdasarkan Tabel di atas diketahui jumlah score SAKIP Kabupaten
Rembang dari Tahun 2015 sampai 2019 terus mengalami peningkatan
namun nilainya masih yaitu CC. Disisi lain Pemerintah Kabupaten Rembang
juga melakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
yang ditempuh dengan melaksanakan kajian terhadap kepuasan masyarakat
terhadap unit pelayanan publik (UPP). Indeks Kepuasan Masyarakat
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ditunjukkan melalui tabel berikut.
Tabel 2.133
Indeks Kepuasan Masyarakat pada Unit Pelayanan Publik di Kab. Rembang Tahun 2015-2019
Tahun
Jumlah UPP yang
melakukan
pengukuran IKM
Keterangan
2015 14 UPP Nilai Rata-rata 73,58 (Kategori Baik)
2016 14 UPP Nilai Rata-rata 73,12 (Kategori Baik)
2017 14 UPP Nilai Rata-rata 76,86 (Kategori Baik)
2018 14 UPP Nilai Rata-rata 77,81 (Kategori Baik)
2019 14 UPP Nilai Rata-rata 78,04 (Kategori Baik)
Sumber : Bagian Organisasi Setda, 2019
Reformasi birokrasi dinilai berdasarkan indeks reformasi birokrasi, yang
kemudian diturunkan ke dalam nilai SAKIP (dalam angka), nilai Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) dan Indeks Kepuasaan.
B A B I I | 169
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.134 Reformasi Birokrasi
Sumber : Bagian Organisasi Setda, 2019
Reformasi birokrasi di Kabupaten Rembang relatif sudah mulai berjalan,
walaupun pengukurannya baru dilaksanankan pada tahun 2019. Hal ini
mengindikasikan, selama ini peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan
belum mendapatkan prioritas dan baru mulai diupayakan pada tahun 2019.
Mengingat birokrasi dan tatakelola pemerintahan merupakan punggawa
dalam mengawal pencapaian tujuan pembangunan, sangat penting
memprioritaskan perbaikan kualitas tatakelola pemerintahan, salah satunya
melalui Reformasi Birokrasi, dengan meningkatkan kinerja, memperkuat
akuntabilitas dan pengawasan. Dengan pemberdayaan yang lebih kuat lagi,
harapannya capaian reformasi birokrasi akan memenuhi target secara
keseluruhan. Indeks Reformasi Birokrasi mendekati target yang sudah
ditentukan. Nilai SAKIP juga selisih sedikit dengan target yang ingin dicapai.
PMPRB sudah tercapai melampau target. Indeks kepuasan masyarakat di
atas nilai 70, termasuk baik karena kepuasan masyarakat memang tidak
mungkin tercapai keseluruhan mengingat kritik, masukan atau
ketidakpuasan akan selalu muncul dalam pelayanan publik.
f. Unsur Pendukung: Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
Fungsi unsur pendukung ditangani oleh Sekretariat Daerah dan
Sekretariat DPRD. Jumlah anggota DPRD Kabupaten Rembang sebanyak 45
orang yang berasal dari 7 partai politik, dengan perincian berdasarkan
jumlah anggota berdasarkan fraksi, sebagai berikut: Fraksi PPP sebanyak 10
anggota; Fraksi Partai Demokrat-Hanura sebanyak 6 anggota; Faraksi PDI-P
sebanyak 6; Fraksi Nasdem sebanyak 8 anggota; Fraksi PKB sebanyak 8
anggota; dan Fraksi Karya Indonesia Sejahtera sebanyak 7.
Indikator Indikator Sasaran Realisasi
2016 2017 2018 2019
Indeks Reformasi Birokrasi (angka) NA NA NA NA
1) Nilai SAKIP (angka) 52,49 55,04 58,64 58,44
2) Nilai Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) (angka)
NA NA NA 67,48
3) Indeks kepuasan masyarakat
(angka)
73,12 76,86 77,81 78,04
B A B I I | 170
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Dalam rangka menunjang tugas-tugas anggota DPRD Kabupaten
Rembang maka Sekretariat DPRD memberikan pelayanan dan dukungan
pelaksanaan tugas-tugas anggota DPRD, terutama fasilitasi penyelenggaraan
rapat dewan, kunjungan kerja, reses dan peningkatan kapasitas dan
kapabilitas anggota dewan. Adapun program-program yang dilaksanakan
pada tahun 2010–2015, adalah sebagai berikut:
a. Program penyusunan peraturan perundangan;
b. Program peningkatan kapasitas dan kapabilitas anggota DPRD;
c. Program fasilitasi kegiatan reses anggota DPRD;
d. Program konsultasi publik.
Perkembangan Pelaksanaan Urusan Sekretariat DPRD Kabupaten Rembang
Tahun 2013-2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.135 Perkembangan Pelaksanaan Urusan Sekretariat DPRD Kabupaten
Rembang Tahun 2013-2018
No Program / Indikator Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1 Perda yang ditetapkan 9 9 8 9 16 9
2 Perda yang disetujui DPRD 9 9 8 9 16 9
3 Keputusan DPRD yang
ditindaklanjuti 4 3 16 11 16 9
4 % Capaian Prolegda (%) 100 100 100 100 100 100
5 Terselenggaranya fungsi
Pengawasan DPRD ( kali ) 30 30 30 57 120 110
6 Tersedianya Tenaga Ahli
untuk DPRD 7 7 7 7 8 9
7 Terselenggaranya rapat- rapat
DPRD diluar pembahasan
perda ( kali )
86 64 100 153 123 105
8 Terselenggaranya pendalaman
tugas, orientasi dan
pengembangan SDM ( kali )
9 9 8 7 8 6
Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Rembang Tahun 2019
Penataan Peraturan Perundang-undangan dijabarkan kedalam beberapa
program. Pertama, Program Penataan Peraturan Perundang-undangan yang
diturunkan kedalam persentase regulasi daerah yang dilakukan evaluasi,
persentasi rancangan produk hukum yang ditetapkan, dan persentase perda
yang ditetapkan sesuai amanat peraturan di atasnya. Kedua, Program
B A B I I | 171
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Perencanaan Tata Ruang, diturunkan ke dalam indikator persentase
penetapan rencana detil tata ruang menjadi peraturan daerah. Ketiga,
program penegakan peraturan daerah, yang diturunkan menjadi persentase
pelanggaran Perda yang ditangani.
Tabel 1.136 Program Penataan Peraturan Perundang-undangan 2016-2019
No Aspek/variabel dan/atau
Indikator 2016 2017 2018 2019
Program Penataan Peraturan Perundang- undangan
1 Persentase regulasi daerah yang
dilakukan evaluasi 100 100 100 100
2 Persentase rancangan produk
hukum yang ditetapkan 100 100 100 70
3 Persentase perda yang
ditetapkan sesuai dengan
amanat peraturan di atasnya
100 100 100 100
Program perencanaan tata ruang
1 Persentase penetapan rencana
detil tata ruang menjadi
peraturan daerah
0 0 0 0
Program Penegakan Peraturan Daerah
1 Persentase pelanggaran Perda
yang ditangani 100 100 100 100
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Secara umum, penataan peraturan perundang-undangan tercapai. Hanya
saja, rancangan produk hukum yang ditetapkan pada tahun 2019 justru
mengalami penurunan. Demikian juga, target untuk menetapkan rencana
detil tata ruang menjadi peraturan daerah masih belum terpenuhi.
Sebagaimana hasil FGD, penyusunan RTRW sedang dalam proses.
B A B I I | 172
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam
mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan
dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan Kabupaten/kota
lainnya yang berdekatan, nasional, atau internasional.
2.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan atau Purchasing Power Parity (PPP)
merupakan suatu ukuran untuk menilai daya beli relatif suatu wiilayah
dengan wilayah lainnya dengan asumsi barang-barang dan jasa-jasa di kedua
wilayah tersebut berbiaya sama. Dalam penghitungan Pengeluaran per Kapita
Disesuaikan digunakan teknik penyesuaian terhadap pengeluaran perkapita.
Pengeluaran Perkapita disesuaikan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.137 Pengeluaran Perkapita Disesuaikan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
Indikator Pengeluaran per Kapita (Ribu Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
Pengeluaran
Perkapita Kabupaten
Rembang
9.122 9.453 9.736 10.191 10.551
Sumber: BPS, 2020
Dari tabel di atas, kita bisa melihat pengeluaran per kapita disesuaikan di
Kabupaten Rembang terus mengalami kenaikan dari tahun 2015-2019. Pada
tahun 2015, pengeluaran per kapita 9.122 (ribu rupiah), dan pada tahun
2019 naik menjadi 10.551 (ribu rupiah). Hal ini mengindikasikan
kemampuan/daya beli yang terus membaik di Kabupaten Rembang.
b. Nilai Tukar Petani
Dalam sektor pertanian, pengukuran kesejahteraan petani diukur
menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) yang
diperoleh dari hasil perbandingan antara indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator
untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.
Semakin tinggi NTP, maka semakin tinggi kemampuan atau daya beli petani
di pedesaan. Perkembangan NTP Kabupaten Rembang dapat di lihat pada
gambar di bawah ini:
B A B I I | 173
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
103
101,55
101,29 101,16 101,19
101,36 101,29
102,5
103,31 103,19
103,44 103,64
101,4
101,77 101,81
102,04 101,87
101,06
100,8
102,52 102,6
101,72 101,72
102,31
99,5
100
100,5
101
101,5
102
102,5
103
99,5
100
100,5
101
101,5
102
102,5
103
103,5
104
Jawa Tengah Rembang
Gambar 2.21 Perkembangan NTP Kabupaten Rembang memperlihatkan perbandingan
antara NTP Kabupaten Rembang dan NTP Jawa Tengah selama tahun 2018
Sumber: Dintanpan, 2019
Tabel 2.138
NTP Kabupaten Rembang 2015-2019
Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Nilai Tukar
Petani
100,86 100 100,31 101.81 NA
Sumber: Dintanpan, 2019
Secara umum, perkembangan NTP Jawa Tengah berkisar antara
101,16 hingga 103,64 dengan rata-rata 102,24. Bila dibandingkan dengan
rata-rata NTP Jawa Tengah, rata-rata NTP Kabupaten Rembang 101,81 relatif
seimbang. Secara angka dari bulan Januari-Desember NTP Kabupaten
Rembang berada dibawah NTP Jawa Tengah. Pada bulan Februari sampai
dengan Mei 2018 NTP Kabupaten Rembang di atas NTP Jawa Tengah,
sementara tujuh bulan lainnya NTP Kabupaten Rembang selalu di bawah
angka NTP Jawa Tengah. Sedangkan, pada bulan Agustus nilai NTP
Kabupaten Rembang sama dengan nilai NTP Propinsi Jawa Tengah.
Gap terbesar saat NTP Kabupaten Rembang berada di atas NTP Jawa
Tengah terjadi pada bulan April mencapai 0,88 poin, NTP Kabupaten
Rembang 102,04 dan NTP Jawa Tengah 101,16. Sedangkan gap terbesar saat
NTP Kabupaten Rembang berada di bawah NTP Jawa Tengah terjadi pada
B A B I I | 174
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
bulan November yaitu 1,72 poin, dimana NTP Kabupaten Rembang 101,72
dan NTP Jawa Tengah 103,44. Dari grafik tersebut juga terlihat bahwa
pergerakan NTP Kabupaten Rembang relatif lebih stabil jika dibandingkan
dengan pergerakan NTP Jawa Tengah.
2.4.2. Fokus Fasilitasi Wilayah
a. Aksesibilitas Daerah
Kabupaten Rembang merupakan wilayah yang strategis karena berada di
poros utama transportasi Pulau Jawa Tengah sebelah utara berbatasan
dengan Provinsi Jawa Timur. Tersedia 7 terminal tipe C di wilayah Kabupaten
Rembang yang melayani transportasi baik dalam kota maupun ke luar kota.
Pada tahun 2019 Kabupaten Rembang mempunyai panjang jalan
379,59 Km dengan kondisi jalan baik 59,06%. Kondisi jalan baik mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, hal tersebut disebabkan meningkatnya
industri sehingga arus barang dan jasa di Kabupaten Rembang semakin
tinggi namun belum diiringi dengan standar kelaikan jalan. Panjang jalan
yang ada di Kabupaten Rembang terdiri dari jalan Kabupaten sepanjang
642,75 Km, jalan provinsi sepanjang 31,64 Km dan jalan nasional sepanjang
88,04 km. Sedangkan jumlah jembatan di Kabupaten Rembang sebanyak 126
unit dengan panjang 1.239,9 m sampai tahun 2019 yang dalam kondisi baik
sejumlah 112 unit atau 89%. Fasilitasi Perdagangan dan Jasa
Kabupaten Rembang memiliki fasilitas perdagangan dan jasa antara
lain: rumah makan, penginapan/hotel/homestay, destinasi wisata dan pasar
tradisional (Pasar Kab 12 dan Pasar Desa 25).
Tenaga kerja jumlah rumah makan di Kabupaten Rembang dari tahun
2015 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan. Tahun 2014 rumah
makan di Kabupaten Rembang berjumlah 23 buah, kemudian mengalami
kenaikan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 31 buah tenaga kerja di rumah
makan mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebanyak 230 orang.
Jumlah hotel bintang dan non bintang ada 21 buah. Terdiri dari 1 hotel
bintang dan 20 hotel non bintang dengan jumlah tenaga kerja keseluruhan
167 orang. Hotel tersebut terdapat di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan
Kaliori, Kecamatan Rembang, dan Kecamatan Lasem.
b. Fasilitasi Perdagangan dan Jasa
Kabupaten Rembang memiliki fasilitas perdagangan dan jasa antara lain:
rumah makan, penginapan/hotel/homestay, destinasi wisata dan pasar
B A B I I | 175
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
tradisional (Pasar Kab 12 dan Pasar Desa 25). Tenaga kerja jumlah rumah
makan di Kabupaten Rembang dari tahun 2015 sampai tahun 2019
mengalami peningkatan. Tahun 2014 rumah makan di Kabupaten Rembang
berjumlah 23 buah, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2018 yaitu
berjumlah 31 buah tenaga kerja di rumah makan mengalami peningkatan
pada tahun 2018 sebanyak 230 orang. Jumlah hotel bintang dan non bintang
ada 21 buah. Terdiri dari 1 hotel bintang dan 20 hotel non bintang dengan
jumlah tenaga kerja keseluruhan 167 orang. Hotel tersebut terdapat di
beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, dan
Kecamatan Lasem.
c. Penataan Ruang
1) Ketaatan Terhadap RTRW
Saat ini Kabupaten Rembang telah memiliki payung hukum terkait
dengan tata ruang dan rencana pengembangannya yaitu Peraturan
Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Rembang. Sejak terbitnya Perda
RTRW maka seluruh perijinan pemanfaatan ruang harus mendapatkan
rekomendasi dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD),
namun demikian sampai saat ini belum tersedia data terkait persentase
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
2) Luas Wilayah Industri
Luas kawasan industri di Kabupaten Rembang diwujudkan dalam pola
ruang kawasan peruntukan industri sebagaimana termuat dalam
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten
Rembang. Kawasan peruntukan industri dalam RTRW terbagi menjadi
tiga yaitu kawasan peruntukan industri besar, kawasan peruntukan
industri menengah dan kawasan peruntukan industri kecil. Kawasan
peruntukan industri besar seluas 869 hektar ke depan diarahkan untuk
dikelola menjadi kawasan industri. Adapun rencana peruntukan kawasan
industri besar tersebut terletak di Kecamatan Rembang, Sluke dan
Gunem. Sementara itu kawasan peruntukan industri menengah terletak
di sepanjang koridor pantura yaitu Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke,
Kragan dan Sarang.
3) Luas Wilayah Kebanjiran
Kondisi Kabupaten Rembang yang berada di kawasan dataran rendah
dan merupakan hilir dari aliran air maka banjir merupakan
B A B I I | 176
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
permasalahan yang sering terjadi di Kabupaten Rembang. Secara detail
data mengenai luas wilayah yang mengalami kebanjiran memang belum
tersedia. Berdasarkan Pasal 18 Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2031, kawasan rawan bencana
banjir meliputi Kecamatan Kragan, Kecamatan Rembang, Kecamatan
Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale,
Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Sumber.
4) Luas Wilayah Kekeringan
Selain kebanjiran, Kabupaten Rembang juga berpotensi terkena bencana
kekeringan. Kawasan yang rawan terkena dampak kekeringan adalah
daerah tengah misalnya Gunem, Pancur, Kaliori, Rembang, Sarang,
Kragan, Lasem. Meskipun tidak menutup kemungkinan juga daerah-
daerah lain juga berpotensi terkena bencana kekeringan.
5) Luas Wilayah Perkotaan
Kabupaten Rembang berdasarkan lampiran permukiman Perda No. 14
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, luas kawasan
permukiman perkotaan 3.214 hektar yang tersebar di ibukota Kabupaten
maupun ibukota Kecamatan. Dalam pemenuhan pelayanan dasar di
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, pencapaian indikator
Standar Pelayanan Minimum pada Tahun 2019 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.139 Capaian Indikator SPM pada Urusan Pekerjaan Umum
Tahun 2019 Indikator
SPM
Target
2019
Realisasi
2019
Penyediaan Kebutuhan Pokok Air Minum Sehari-hari :
Jumlah yang dilayani sesuai standar X 100 % Jumlah
sasaran
86,7 86,01
Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air Domestik :
Jumlah yang dilayani sesuai standar X 100 %
Jumlah Sasaran
NA NA
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dijabarkan
berdasarkan beberapa variabel yang ditunjukkan pada tabel berikut:
B A B I I | 177
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.140 Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
A PEKERJAAN UMUM
1
Proporsi
panjan
g jaringan jalan dalam
kondisi
baik dan sedang (%)
54,20
62
69,91
85
2 Rasio Jaringan Irigasi
(%) 81 87 30
3 Penyediaan air baku 65 49
4
Rasio tempat
pembuangan sampah
(TPS) per 1000
penduduk (%)
7,61
9,8
-
9,5
5
Panjang jalan dalam
kondisi baik (>40
KM/Jam)
316,11 390,05 427,22 508,15
6
Sempadan
sungai yang
dipakai
bangunan liar
(%)
-
-
-
-
7
Drainase dalam
kondisi baik/
pembuangan
aliran
air tidak tersumbat (%)
62,47
58,64
64,29
65,38
8 Persentase
penanganan sampah 21,2 21,9 14 21
9
Rumah tangga
pengguna air
minum (%)
- 84,33 84,57 86,1
10 Rumah tangga ber-
Sanitasi (%) - 90,77 100 100
B PENATAAN RUANG
11
Rasio Ruang
Terbuka Hijau per
Satuan Luas Wilayah
10
10
10
10
B A B I I | 178
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Uraian Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
(%)
12
Rasio bangunan
ber- IMB per satuan
bangunan (%)
- - - 1,44
13
Persentase
kesesuaian Tata
Ruang
57,6 58,4 67,34 86,4
Sumber: Dokumen Laporan Evaluasi RPJMD Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021
d. Utilitas Publik: Ketersediaan Air MInum, Sanitasi dan Persampahan
Sejalan dengan perwujudan struktur ruang RTRWK maka
penyelenggaraan urusan bidang pekerjaan umum Kabupaten Rembang
seyogyanya terus melanjutkan mendorong peningkatan layanan air bersih
dan irigasi, program pembangunan sungai terpadu, pembangunan embung-
embung, serta peningkatan prasarana sarana drainase dan air limbah.
Perkembangan Cakupan Pelayanan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan di
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2.141
Perkembangan Cakupan Pelayanan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No. Item 2015 2016 2017 2018 2019
1 Air minum % 80,34 84,27 84,68 85,66 86,1
2 Sanitasi (dasar) % 77,42 79,98 80,64 100,00*) 100
3 Persampahan % 20,7 21,2 21,9 14,75**) 21
Sumber: DPKP Tahun 2019
*) Capaian sanitasi dasar berdasarkan cakupan desa ODF versi STBM
**) Capaian sampah di tahun 2019 dihitung dari timbulan sampah seluruh Kabupaten baik
perdesan maupun perkotaan. Tahun sebelumnya hanya dihitungd ari timbulan sampah
perkotaan.
2.4.3. Fokus Iklim Investasi
1) Keamanan dan Ketertiban
Kondisi stabilitas keamanan daerah salah satunya ditunjukkan adanya
gangguan keamanan baik oleh masyarakat maupun oleh sekelompok orang.
Selama ini kondisi stabilitas keamanan cukup baik, meskipun demikian data
Polres Rembang tahun 2018 masih mencatat laporan kasus pidana sejumlah
96 kasus. Penanganan tindak kriminalitas merupakan salah satu upaya
B A B I I | 179
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
untuk mewujudkan kondusivitas daerah, mendukung stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan, serta memberikan rasa aman bagi
masyarakat. Rasio penanganan kasus tindak kriminal semakin menunjukkan
peningkatan hingga mencapai angka 90,6 Hal ini menunjukkan kesigapan
dan komitmen seluruh pihak dalam penanganan tindak kriminal guna
mewujudkan kondusivitas dan keamanan daerah. Perkembangan
Penanganan Jumlah Tindak Pidana di Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.142 Perkembangan Penanganan Jumlah Tindak Pidana
di Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Tahun Jumlah Tindak Kriminal
Kasus Tertangani Rasio
1 2015 84 81 96,4
2 2016 21 19 90,4
3 2017 96 87 90,6
4 2018 57 57 100
5 2019 32 32 100
Sumber: Polres Rembang 2018(data diolah)
Kemudian dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif,
diupayakan melalui pembangunan di bidang politik, keamanan dan
ketentraman lingkungan. Dalam hal Keamanan dan ketertiban lingkungan,
kondisi di Kabupaten Rembang relatif stabil dan terkendali. Hal ini
ditunjukkan dengan sedikitnya gangguan keamanan baik oleh masyarakat
maupun oleh sekelompok orang.
2) Kemudahan Perijinan
Pelayanan perijinan di Kabupaten Rembang dilaksanakan oleh Dinas
Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja
(DPMPTSPNAKER) Kabupaten Rembang. Pelayanan perijinan yang telah
dilaksanakan di Kabupaten Rembang meliputi semua ijin berusaha/investasi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 atau sesuai yang
ada dalam Sistem OSS, serta fasilitasi pelayanan diluar OSS seperti fasilitasi
ijin pertambangan, ijin trayek, ijin penyelenggaraan reklame, ijin
penyelenggaraan satuan pendidikan usia dini, ijin alih fungsi lahan, dan lain-
lain, dengan jumlah total pelayanan sekitar <150 jenis pelayanan perijinan.
Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan perijinan dengan
B A B I I | 180
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
syarat apabila persyaratan telah lengkap, mulai dari 5 s.d. 10 hari. Beberapa
langkah yang sudah dilakukan untuk mempermudah perijinan antara lain:
- OSS (Online Single Submission);
- Mall Pelayanan Perijinan Terpadu;
- Penyederhanaan Birokrasi melalui penghapusan esselon III dan IV
sebagai implementasi dari Surat Edaran Dirjen Otda Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia;
- Penyederhanaan Regulasi yang mengatur perijinan sebagai
implementasi dari Omnibus Law;
Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan perijinan dengan
syarat apabila persyaratan telah lengkap, mulai dari 5 s.d. 10 hari. Lebih
rinci Jenis Ijin dan Lama Proses Pengurusannya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 2.143
Jenis Fasilitasi Pelayanan Perijinan Berdasarkan Sektor Usaha di Kabupaten Rembang
No Jenis Fasilitasi Pelayanan Perijinan
1. Perijinan Berusaha Sektor Pertanian
2. Perijinan Berusaha Sektor Lingkungan Hidup
3. Perijinan Berusaha Sektor Pekerjaan Umum
4. Perijinan Berusaha Sektor Kelautan dan Perikanan
5. Perijinan Berusaha Sektor Kesehatan
6. Perijinan Berusaha Sektor Obat dan Makanan
7. Perijinan Berusaha Sektor Perindustrian
8. Perijinan Berusaha Sektor Perdagangan
9. Perijinan Berusaha Sektor Perhubungan
10. Perijinan Berusaha Sektor Komunikasi dan Informatika
11. Perijinan Berusaha Sektor Keuangan
12. Perijinan Berusaha Sektor Pariwisata
13. Perijinan Berusaha Sektor Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber: DPM PTSP NAKER Kabupaten Rembang Tahun 2019
Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pengurusan perijinan dengan syarat
apabila persyaratan telah lengkap, mulai dari 5 s.d. 10 hari. Lebih rinci
Jenis Ijin dan Lama Proses Pengurusannya dapat dilihat dalam tabel berikut.
B A B I I | 181
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 2.144 Jenis Ijin dan Lama Proses Pengurusannya
No Jenis Fasilitasi Pelayanan Perijinan Lama Proses Ijin
1. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 5 hari
2. Tanda Daftar Gudang (TDG) 5 hari
3. SIUP 5 hari
4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 10 hari
5. Fasilitasi Ijin Pertambangan 1 bulan
6. Iin Trayek 5 hari
7. Ijin Penyelenggaraan Reklame 5 hari
8. Ijin Penyelenggaraan Satuan
Pendidikan 5 hari
9. Ijin Alih Fungsi Lahan 1 bulan
Sumber: DPM PTSP NAKER Kabupaten Rembang Tahun 2019
2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia
1) Persentase Penduduk berdasarkan pendidikan tertinggi
Grafik Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014–
2018 dapat dilihat pada Grafik berikut :
Grafik 2.5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Rembang
Tahun 2019
Dari data di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten
Rembang berpendidikan tamat SD sederajat, kemudian kelompok besar
kedua adalah penduduk tidak tamat SD, berikutnya adalah kelompok
penduduk tamat SLTP sederajat, kelompok penduduk tamat SLTA sederajat
serta yang terakhir kelompok penduduk taatan Perguruan Tinggi mulai
jenjang diploma hingga strata 3.
B A B I I | 182
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2) Rasio ketergantungan
Dengan membandingkan antara jumlah penduduk tidak produktif dengan
penduduk yang produktif dikalikan dengan 100, maka akan dapat diketahui
Rasio Beban Ketergantungan (dependency rasio). Rasio beban ketergantungan
Kabupaten Rembang di tahun 2019 adalah 40,77%. Banyaknya penduduk
usia produktif dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif
dengan proporsi hampir dua kali lipat disebut dengan bonus demografi.
2.4.5. IPTEK dan Inovasi
2.4.5.1 Penguatan Sistem Inovasi Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta
berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Iptek, Peraturan Pemerintah No
38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah, dan Peraturan Bersama Menteri
Negara Riset dan Teknologi RI dan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 03 Tahun
2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah
atau SIDa, bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan publik secara
berkesinambungan, Pemerintah Kabupaten Rembang terus meningkatkan
inovasi daerah yang bersifat pembaharuan dalam penyelenggaraan
Pemerintah Daerah terutama diantaranya inovasi tata kelola Pemerintahan
Daerah, inovasi Pelayanan Publik dan Inovasi lainnya sesuai dengan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2017 tentang
Inovasi Daerah bahwa inovasi daerah merupakan semua bentuk
pembaharuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja pemerintahan daerah. Inovasi daerah tersebut
meliputi Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Daerah, Inovasi Pelayanan Publik
dan Inovasi Daerah Lainnya sesuai urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya.
Sistem Inovasi Daerah atau SIDa adalah keseluruhan proses dalam
satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar
institusi Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Lembaga Kelitbangan, Lembaga
Pendidikan, Lembaga Penunjang Inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di
daerah. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan,
B A B I I | 183
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang selanjutnya
disebut Kelitbangan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai
dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses
produksi. Pengembangan daerah/Kabupaten inovatif merupakan suatu
model pendekatan yang perlu didorong untuk mempercepat dan
meningkatkan keberhasilan pembangunan daerah.
a. Inovasi Tata Kelola Pemerintah Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pemerintah
daerah merumuskan kebijakan inovasi dengan mengacu kepada peningkatan
efisiensi, perbaikan efektivitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada
konflik kepentingan, berorientasi kepada kepentingan umum, dilakukan
secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.
Inovasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Rembang bertujuan
membantu meningkatkan efesiensi, efektivitas dan perbaikan kualitas
pelayanan kerja aparatur, sehingga proses yang dilakukan menjadi lebih
efesien dan berkualitas.
Sistem Informasi Manajemen yang dimiliki Pemerintah Kabupaten
Rembang terdiri dari 32 sistem yang eksisting sampai akhir 2018, yang terdiri
dari 15 SIM Tata Kelola Pemerintahan dan 10 SIM Pelayanan Publik.
Tabel 2.145 Kondisi Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Kab. Rembang Tahun 2019
No. Inovasi Instansi
1. JDIH Bag. Hukum
2. Produk Hukum Bag. Hukum
3. SIKD (Sistem Informasi Kearsipan Daerah) Dinarpus
4. E-Retribusi Pasar Dinindagkop&UKM
5. Sistem Penataan naskah dinas & arsip sekretariat DPRD Setwan
6. SIP@NDU (Sistem Informasi Perencanaan Terpadu) Bappeda
7. E-Budgeting Bappeda
8. E-presensi BKD
9. SIMPATDA (Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah) BPPKAD
10. SIMKEUDA BPPKAD
11. SIMDABMD BPPKAD
12. SIMGAJI BPPKAD
13. MAPATDA BPPKAD
14. SISMIOP BPPKAD
15. MAPINFO BPPKAD
Sumber : BAPPEDA dan Dinas terkait, 2019
B A B I I | 184
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
b. Inovasi Pelayanan Publik
Dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, pemerintah wajib
menyediakan pelayanan publik yang mumpuni bagi warganya. Pemerintah
Kabupaten Rembang melakukan inovasi pelayanan publik yang bertujuan
memudahkan pelayanan umum yang cepat dan efesien. Selain untuk
meningkatkan efesiensi, pelayanan publik tersebut dimaksudkan mencapai
tujuan seperti meningkatkan daya saing dan berorientasi pada kepentingan
umum.
Inovasi pelayanan publik juga dilakukan pemerintah Kabupaten
Rembang dalam rangka membantu masyarakat dan pengembangan potensi-
potensi khas yang daerah dan masyarakat secara keseluruhan, dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan daya saing
daerah Kabupaten Rembang. Pemerintah Kabupaten Rembang memiliki
website sendiri, masyarakat dapat melihat langsung hasil pembangunan
Kabupaten Rembang melalui website Kabupaten Rembang rembangkab.go.id.
Tabel 2.146 Kondisi Inovasi Pelayanan Publik Kabupaten Rembang Tahun 2019
No. Inovasi Instansi/Keterangan
1. SI LINCAH (Sistem Layanan
Informasi Nyaman Cepat
Akuntabel dan Hemat)
Dinkominfo, SIM Layanan informasi keterbukaan publik
yang lebih cepat.
2. ARJUNO (Aplikasi Rujukan
ke RSUD dr. R. Soetrasno)
RSUD, SIM layanan rujukan pasien dari puskesmas ke
RSUD dr. R. Soetrasno.
3. E-KIR (Elektronik KIR) Dinhub, SIM layanan KIR kendaraan.
4. BKO (Bursa Kerja Online)
Job Fair
DPMPTSP&Naker, SIM layanan pencari kerja ke
perusahaan.
5. Enjoy Rembang Dinbudpar, SIM-aplikasi layanan informasi tentang
promosi pariwisata Kabupaten Rembang.
6. Kresno (sistem nomor
antrian online)
RSUD, SIM layanan antrien pasien secara online di RSUD
dr. R. Soetrasno Rembang.
7. Pulang Gratis RSUD, pelayanan antar pasien pulang gratis.
8. rembangkab.go.id Dinkominfo, SIM-Website Kabupaten Rembang
9. Website perizinan DPMPTSPNaker, SIM SIPIPISE (Sistem Pelayanan
Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik)
Pelayanan Perizinan Pusat yg terintegrasi dg Daerah,
ygdpt dilakukan pendaftarannya scr online terdiri dr
100 jenis perizinan & fasilitas yan lainnya.
10. KIARA (Klinik Pelayanan
Perencanaan)
Bappeda, pelayanan konsultasi perencanaan
11. SIM Litbang Bappeda, SIM Kelitbangan yang terintegrasi dengan
Kesbangpolinmas dan DPMPTSPNaker
12. SIM Ketenagakerjaan DPMPTSPNaker, SIM Ketenagakerjaan yang terintegrasi
B A B I I | 185
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Inovasi Instansi/Keterangan
dengan Dindukcapil dan Kecamatan.
13. BAPER (Mobil Ambulan
Pencari Riak)
UPT Puskesmas Pamotan, upaya pemberantasan penyakit
TBC, dimana salah satu upaya nya adalah dengan
memeriksa riak warga yang sakit batuk.
14. GREMET (Program Gerakan
Ngrumat Wong Meteng)
UPT Puskesmas Pancur, menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan memenuhi hak sehingga ibu hamil
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terpadu sehingga mampu menjalani kehamilan dengan
sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang
sehat dan berkualitas.
15. KELONI (Cekel Lan Openi) UPT Puskesmas Gunem, menurunkan angka kematian
Ibu dan bayi di wilayah Kecamatan Gunem sebagai wujud
dari Gerakan Sayang Ibu dan anak.
16. Ante Natal Care ( ANC )
Mobile
UPT Puskesmas Kaliori, meningkatkan kesehatan
masyrakat dengan kemudahan mengakses fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai
standart.
Sumber : BAPPEDA dan Dinas terkait, 2019
c. Inovasi Daerah Lainnya
Inovasi Daerah Lainnya sesuai urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannyayang dimiliki Kabupaten Rembang adalah inovasi yang
bersifat ekstenal. Dalam rangka menampung, mengolah dan
mempublikasikan kepada publik sehingga hasilnya dapat dinikmati langsung
oleh masyarakat. Inovasi ini berisikan hasil karya pembangunan Kabupaten
Rembang baik yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten maupun swasta.
Berikut kondisi perkembangan Inovasi yang telah dicapai sampai akhir tahun
2018 seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.147 Kondisi Inovasi Daerah Lainnya Kabupaten Rembang Tahun 2019
No. Inovasi Instansi/Keterangan
1. KRENOVA (Kreativitas dan
Inovasi Masyarakat)
Bappeda, diselenggarakan dlm rangka menggali dan
melakukan pembinaan terhadap produk krenova yg berbasis
ilmu pengetahuan & teknologi masyarakat
2. BID (Bursa Inovasi Desa) Dinpermades, diselenggarakan dlm rangka menggali potensi
inovasi pdtiap desa di Kabupaten Rembang
3. Kamalia Merekah (Koin
Amal Lansia Bagi Mereka
Menjadi Berkah)
Bappeda, kegiatan pengumpulan koin tuk memberikan
santunan pd lansia terlantar, dlm rangka mendukung
program penanggulangan kemiskinan
4. Istri Mantab (Industri
Rumahan Mantab)
Bappeda dan DinsosPPKB, kegiatan untuk menggali dan
menumbuhkembangkan industri rumahan rangka
B A B I I | 186
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Inovasi Instansi/Keterangan
mendukung program penanggulangan kemiskinan
5. Desa Inovasi Bappeda & Dinpermades, kegiatan pembinaan & pemberian
penghargaan terhadap desa yg telah melakukan inovasi
6. Klinik TTG (Teknologi
Tepat Guna)
Dinpermades dan masyarakat, forum konsultasi dan
pembinaan inovasi masyarakat berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi.
7. Posyantek (Pos Pelayanan
Teknologi)
Dinpermades dan masyarakat, lembaga masyyg menangani
inovasi-inovasi yg ada di masyarakat berbasis TTG.
8. Microlite (menciptakan
insan yang cakap dan
ramah mengolah literasi)
Dinarpus, meningkatkan kunjungan perpustakaan dengan
memberikan pelatihan.
Sumber : BAPPEDA dan Dinas terkait, 2019
2.4.5.2 Daya Dukung Inovasi Daerah
Daya dukung inovasi Kabupaten Rembang tidak hanya berasal dari
pemerintahan daerah. Para stakeholder dituntut meningkatkan kapasitasnya
sebagai bagian dari pelayanan publik. Salah satunya adalah adanya
perguruan tinggi yang mampu meningkatkan kapasitas sumber daya
manusianya secara berkelanjutan.
Tabel 2.148 Daya Dukung Inovasi Kabupaten Rembang Tahun 2019
No. Daya Dukung Inovasi -
Perguruan Tinggi Keterangan
1. STIE YPPI Menginduk LPPM, KKU (Kuliah Kerja Usaha)
2. STAI Al ANWAR Menginduk LPPM
3. STAI Al Akmal Menginduk LPPM
4. AKSI Akademi Komunitas Semen Indonesia merupakan
lembaga pendidikan tinggi vokasi diploma dua di
Kabupaten Rembang yang dimiliki PT. Semen Indonesia
Tbk. yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk menyalurkan potensi dan menggali pengalaman di
BUMN
5. PSDKU UNDIP Menginduk LPPM
6. DRD (Dewan Riset
Daerah)
Sekretariat di Bappeda Kabupaten Rembang. Pemerintah
Kabupaten Rembang melalui Bappeda bekerja sama
dengan Perguruan Tinggi membentuk DRD Kabupaten
Rembang yang merupakan Dewan Riset sebagai lembaga
non struktural yang beranggotakan para Dosen
perguruan Tinggi yang mempunyai tugas memberikan
masukan dan arah kebijakan serta mendukung
Pemerintah Kabupaten Rembang melalui Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (P3IPTEK)
7. ARD (Agenda Riset ARD merupakan produk yang dihasilkan DRD Kabupaten
B A B I I | 187
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No. Daya Dukung Inovasi -
Perguruan Tinggi Keterangan
Daerah) Rembang berupa agenda Penelitian dan Pengembangan
yang dilakukan dan disusun dalam dokumen sebagai
acuan dan masukan yang dipakai Kepala Daerah dalam
arah kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan
daerah. ARD disusun berdasarkan masa bakti/periode
DRD
8. Jurnal Litbang Rembang
(JLR)
JLR adalah media informasi penelitian dan
pengembangan yang dikelola oleh Bappeda Kabupaten
Rembang bersama DRD, sumber JLR dari masyarakat,
perguruan tinggi, lembaga serta pemerintah dengan lokus
litbang wilayah Kabupaten Rembang. JLR bertujuan
untuk meningkatkan kreatifitas, inovasi, kemajuan
pembangunan berkelanjutan berbagai bidang serta
peningkatan daya saing daerah Kabuapten Rembang
9. BKK (Bursa Kerja
Khusus) SMK
BKK-SMK merupakan salah satu unit yang membantu
Pemeritah Daerah untuk menyalurkan dan
menempatkan lulusan SMK yang berprestasi di
Perusahaan-perusahaan
10. RCCN (Rembang Creative
Community Network)
Sebuah komunitas untuk mewadai penggiat ekonomi
kreatif di Kabupaten Rembang
Sumber : Kabupaten Rembang diolah, Tahun 2019
2.5. Tambahan: Gambaran Kondisi Dampak Covid-19 di Kabupaten
Rembang
Dengan menggunakan metode penelitian Non- Probability Sampling
yang merupakan kombinasi dari Convenience, Voluntary dan Snowball
Sampling —BPS (2020)— menyajikan data dari dampak COVID-19di
Kabupaten Rembang. Dalam kurun waktu 1 minggu pelaksanaan survei
melalui 1.666 respon partisipasi dimana didominasi 61,3% perempuan
dengan 52,3% berstatus suami/istri. Penulis memberi beberapa ringkasan
dan/atau sorotan terhadap kajian yang telah dilakukan, utamanya data
keadaan sosial-ekonomi masyarakat Kabupaten Rembang.
Sebagai catatan data ini mengalami keterbatasan dengan adanya
metode dalam jaringan dimana mengindikasikan responden penelitian
merupakan kelompok masyarakat dengan literasi internet cukup tinggi.
Analisis yang dihasilkan merupakan gambaran individu yang secara sukarela
berpartisipasi dalam survei dan tidak mewakili kondisi seluruh masyarakat.
Dalam analisis di publikasi ini penggunaan penimbang belum dilakukan,
meskipun hal tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengurangi bias
B A B I I | 188
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
informasi. Dampak sosial-ekonomi yang menjadi sorotan terdapat sebagai
berikut:
1. Ketenagakerjaan dan Pendapatan
Dalam rentang waktu Januari – Juni 2020 ketenagakerjaan di Kabupaten
Rembang mengalami penurunan yang cukup tinggi. Sampai bulan Januari
2020, jumlah masyarakat yang bekerja sebanyak 88,4%, lalu menurun
secara perlahan hingga pada titik terendah hingga 55,9% pada bulan April
2020, dan perlahan kembali naik pada bulan Juni 2020 menjadi sejumlah
65,2%. Sementara itu, di antara para responden terdapat 3,1% masyarakat
Kab. Rembang yang baru saja mengalami PHK sampai dengan Juni 2020.
Perbandingan gender yang mengalami PHK dari total responden adalah
4,03% laki-laki dan 2,45% perempuan.
Gambar 2.22
Dampak Covid-19 terhadap Ketenagakerjaan
Sumber : BPS Kab. Rembang 2020
Data tersebut berbanding lurus dengan dampak pendapatan para responden,
dari rentang waktu Januari – Mei 2020 secara perlahan 23.2% laju kenaikan
penuruan pendapatan responden, setidaknya pada bulan Mei 2020
masyarakat Rembang sebanyak 38,7% mengalami penurunan pendapatan,
58,9% pendapatan tetap, dan 2,5% pendapatan meningkat. Sejalan dengan
angka proporsi masyarakat bekerja sebelumnya pada bulan Juni, statistik
dampak pendapatan berdasarkan responden sudah mulai membaik dengan
penurunan angka masyarakat dengan pendapatan turun menjadi 37.0%.
Proporsi gender dari responden sebanyak 40,4% perempuan mengaku
mengalami penurunan lebih banyak di banding angka 36% laki-laki
B A B I I | 189
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
berdasarkan responden penelitian, dengan begitu menjadikan kelompok
perempuan lebih rentan secara ketenagakerjaan dan pendapatan.
Gambar 2.23 Dampak Covid-19 terhadap Pendapatan
Sumber : BPS Kab. Rembang 2020
Dari data makro yang didapat, terdapat data mikro yang menunjukkan
terdapat persentase responden yang mengalami penurunan pendapatan pada
kelompok responden yang masih bekerja, lebih tinggi dari pada responden
yang sementara dirumahkan. 28,1 persen responden yang sementara di
rumahkan, dimana 45,1 persen diantaranya mengalami penurunan
pendapatan selama bulan Juni. Terdapat 65,2 persen responden yang masih
bekerja, dimana 30,5 persen diantaranya mengalami penurunan pendapatan
selama bulan Juni.
2. Kelompok-kelompok Rentan Berdasarkan Kondisi Perekonomiannya
Dari data BPS (2020) diketahui bahwa, masyarakat miskin, rentan
miskin, dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling
terdampak dari mewabahnya pandemik COVID-19. Terdapat 42,8 persen
responden dalam kelompok berpendapatan rendah (juta) yang mengaku
mengalami penurunan pendapatan.
B A B I I | 190
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 2.24 Dampak Covid-19 terhadap Penurunan Pendapatan sesuai Kategori
Sumber : BPS Kab. Rembang 2020
Dari dua data statistik di atas menujukan kecenderungan bahwa
kelompok dengan pendapatan di bawah 3 juta rupiah merupakan kelompok
rentan dengan proporsi paling banyak sebanyak 67,4% dengan tingkat
kekhawatiran terhadap pendapatannya tinggi 20,9%. Di Kabupaten Rembang
proporsi kelompok rentan tersebut disinyalir tersebar dalam 4 jenis lapangan
usaha yang paling terdampak meliputi: lapangan usaha transportasi dan
pergudagangan (100%); industri manufaktur (90,9%); perdagangan besar dan
ecer, reparasi mobil dan sepeda motor (87,5%); serta lapangan penyediaan
akomodasi dan makan minum (80,0%).
3. Kerentanan terhadap Kemiskinan berdasarkan proporsi Pengeluaran
dan Tabungan
Kerentanan terhadap kemiskinan dan kondisi perekonomian di Kabupaten
Rembang berdasarkan jawaban responden, juga disebabkan oleh besarnya
pengeluaran, yang berbanding terbalik dengan kondisi tabungan atau
penggunaan tabungan ─dimana semakin menipis jumlah yang ditabung
daripada pamasukannya.
a. Pengeluaran
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan pengeluaran dari kondisi biasa,
pada bulan juni 51,2% responden mengalami peningkatan pengeluaran dan
hanya 10,9 % diantaranya mengalami penurunan pengeluaran, dan sisanya
tetap. Selama pandemik, responden yang konsumsinya meningkat,
cenderung bertambah selama bulan Januari-Mei. Pada bulan Januari,
responden yang konsumsinya meningkat mencapai 27,1 persen. Pada bulan
Mei, jumlah tersebut meningkat hampir dua kalinya menjadi 53,5 persen.
B A B I I | 191
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Sejalan dengan kebijakan physical distancing dan bekerja dari rumah,
konsumsi responden paling banyak di dominasi dengan pengeluran
pulsa/paket dara; listrik dari kesehatan; dan bahan makanan.
Menariknya pada kluster pengeluaran bahan makanan adalah
semakin rendah golongan pendapatan responden, semakin banyak yang
konsumsi bahan makanannya meningkat. Konsumsi bahan makanan yang
paling banyak peningkatan berasal dari responden yang termasuk ke dalam
golongan pendapatan 3 juta rupiah ke bawah, dimana 56,4 persen dari total
populasi responden kelompok tersebut mengaku, bahwa konsumsi mereka
meningkat. Berikut komposisi konsumsi responden, Bahan makan (447,7%);
Makanan/minuman jadi (1,9%); Kesehatan (12,4%); Listrik (14,1%); BBM
(0,7%); Pulsa/Paket data (25,5%); Transportasi umum (0,8%).
b. Tabungan
Berjalannya physical distancing dan pembatasan sosial, menghambat
salah satu aktivitas mayoritas responden yaitu menabung. Persentase
responden yang tabungannya mengalami penurunan, semakin bertambah
selama bulan April-Juni. Pada bulan April, responden yang mengalami
penurunan tabungan 48,5 persen, kemudian bertambah menjadi 56,3 persen
pada bulan Juni.
Menariknya, permasalahan tabungan ini justru sangat dirasakan
dampaknya oleh responden kelas pendapatan bawah yaitu di bawah tiga juta
rupiah di Kabupaten Rembang. Gambar berikut megindikasikan bahwa dari
hasil survei, dimana semakin besar golongan kelas pendapatan responden,
semakin sedikit yang merasakan penurunan tabungan yang mereka miliki
begitu pula berlaku sebaliknya dengan masyarakat golongan pendapatan
rendah dengan tabungan yang semakin banyak merasakan penurunan
tabungan. Hal ini menjadikan kelompok rentan miskin semakin tinggi di
Kabupaten Rembang akibat Covid-19 dari sebaran kemampuan menabung
dan pengeluaran responden penelitian.
B A B I I | 192
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 2.25
Dampak Covid-19 terhadap Tabungan dan Golongan Pendapatan
Sumber : BPS Kab. Rembang 2020
Pandemik Covid-19 memukul ekonomi responden kelas pendapatan bawah. Hal ini terindikasi dari hasil survei, dimana semakin besar golongan kelas pendapatan responden, semakin sedikit yang merasakan penurunan tabungan yang mereka miliki. Hal dikhawatirkan akan beresiko memperlambat program pengentasan kemiskinan, karena populasi penduduk yang rentan miskin masih cukup banyak
B A B I I I | 193
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
3.1 Kondisi Pengelolaan Keuangan Daerah Pendapatan Daerah
Kondisi pengelolaan keuangan daerah tahun 2013-2020,
ditandai perubahan sistem pemerintahan daerah. Undang - Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Peraturan
ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pemda Rembang dengan penyesuaian
kembali struktur organisasi perangkat daerah dan penataan kembali
sumber daya, program, kegiatan, urusan serta kewenangan baik provinsi
dan Kabupaten/kota. Dengan demikian, selain struktur perubahan
tersebut juga memberikan kejelasan dan fokus dalam pelaksanaan
prioritas program kegiatan untuk mendukung pencapian tujuan dan
sasaran pembangunan daerah dan nasional. Termasuk dalam perubahan
tersebut adalah pengalihan urusan Kabupaten/kota menjadi kewenangan
provinsi, kewenangan provinsi menjadi kewenangan pusat, dan
sebaliknya. Perubahan ini sangat mempengaruhi pendapatan dan belanja
daerah serta peluang dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah.
3.1.1 Pendapatan Daerah
Sumber penerimaan Kabupaten Rembang selama tahun 2015-
2019 berasal dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan.
Pendapatan Daerah meliputi:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan
Lain – lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah;
2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan
Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus;
3) Lain – lain pendapatan yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat,
Lain – lain Pendapatan yang ditetapkan Pemerintah.
Selain pendapatan daerah terdapat penerimaan pembiayaan
bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), serta
Pencairan Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman Daerah.
Total pendapatan daerah mulai tahun 2015 sampai dengan
tahun 2020 mengalami peningkatan rata – rata 4% sampai 10% per
tahun, dengan rata-rata kenaikan yang tidak sama antar komponen
pembentuknya. Proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berkisar 16%,
B A B I I I | 194
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dan sejak tahun 2017 mengalami trend menurun meskipun sedikit.
Dana perimbangan menempati porsi terbesar (rata-rata 59,7%), diikuti
dana dari sumber lain-lain pendapatan daerah yang sah (rata-rata
24,1%). Dari tahun 2015-2020 Pendapatan Daerah meningkat rata-
rata sebesar 5% per tahun, namun dalam tiga tahun terakhir (2018-
2020) kenaikannya hanya sekitar 3% per tahun. Sumber pendapatan
daerah dari dana perimbangan selama kurun waktu 2015-2020 juga
mengalami fluktuasi, naik dari 2015-2017 lalu turun pada tahun
berikutnya. Sumber pendapatan yang berasal dari lain-lain pendapatan
daerah yang sah juga mengalami tren kenaikan sejak 2017. Sampai
dengan tahun 2020 (tahun 2020 menggunakan data Pendapatan
Daerah dalam APBD) ditunjukkan dengan grafik Perkembangan
proporsi masing-masing pos yang menjadi unsur PAD dapat dilihat
pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1 Perkembangan Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten Rembang
(dalam ribuan) Tahun 2015-2020*
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
Sumber pendapatan berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD),
perkembangan selama kurun waktu 2015-2020 rata-rata tumbuh
sebesar 16,1%, dengan persentase pertumbuhan cenderung sedikit
menurun. Pertumbuhan PAD tertinggi terjadi pada tahun 2016
mencapai 17%. Pendapatan daerah dari lain-lain PAD yang sah selama
tahun 2015-2020 terlihat fluktuatif. Pendapatan ini mempunyai porsi
terbesar dalam PAD, namun angka ini berasal dari BLU Daerah
B A B I I I | 195
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
sehingga penggunaanya kembali kepada unit bersangkutan.
Sedangkan porsi terkecil dari PAD berasal dari Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Grafik Perkembangan
proporsi masing-masing pos yang menjadi unsur PAD dapat dilihat
pada gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2
Perkembangan Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020*
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
Perkembangan tiap komponen pendapatan daerah Kabupaten
Rembang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber pendapatan asli daerah yang dipisahkan
menjadi 4 (empat) yaitu:
1) Pajak daerah Sebagaimana diatur Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28;
2) Retribusi Daerah Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2009;
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ;
4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Sumber utama PAD berasal dari Lain-lain PAD yang sah dengan
kontribusi rata-rata proporsi selama kurun waktu 2015 – 2020
sebesar 60.8% jumlah relatif tinggi karena terdapat pendapatan dari
2015 2016 2017 2018 2019 2020*
Pendapatan Pajak Daerah 21,05% 20,68% 19,89% 32,86% 32,65% 32,72%
Hasil Retribusi Daerah 16,04% 10,24% 6,90% 7,01% 6,17% 7,50%
Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah
2,21% 2,80% 3,07% 6,14% 3,51% 3,53%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerahyang Sah
60,70% 66,28% 70,14% 53,99% 57,67% 56,25%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
B A B I I I | 196
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BLUD yang peruntukannya untuk layanan kesehatan. Selain
pendapatan tersebut, komposisi PAD terbesar kedua berasal dari
Pendapatan Pajak Daerah sebesar dengan rata-rata 26,6%,
Pendapatan Retribusi Daerah sebesar 8,9% dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan yang Dipisahkan 3.5%. Perkembangan realisasi PAD
Kabupaten Rembang tahun 2015-2019 dapat dilihat pada gambar
3.3 berikut :
Gambar 3.3 Perkembangan Proporsi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang 2020 (diolah) b. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan mendasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, terdiri dari:
1) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil Pajak bukan pajak merupakan dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang
terdiri dari dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam.
2) Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemerataan
B A B I I I | 197
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
dan pengeluaran dalam pelaksanaan desentralisasi.
3) Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus merupakan dana berasal dari anggaran
(APBN) dan dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan yang khusus yang merupakan urusan
Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Sumber Dana Perimbangan selama kurun waktu 2016 – 2020
berasal dari Dana Transfer Khusus (DAK) dengan proporsi rata-
rata sebesar 20,1%, Dana Transfer Umum (DAU) proporsi ratarata
sebesar 80,9%. Perkembangan realisasi Dana Perimbangan
Kabupaten Rembang tahun 2016-2020 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 3.4 Perkembangan Proporsi Dana Perimbangan Kabupaten Rembang
Tahun 2016-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
c. Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Lain-lain penerimaan yang sah merupakan jenis penerimaan
daerah yang terdiri dari:
1) Pendapatan hibah, diataranya pendapatan hibah dari
pemerintah, pendapatan hibah dari Badan/Lembaga
swasta/organisasi, pendapatan hibah dari kelompok
masyarakat/perorangan;
B A B I I I | 198
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2) Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan Pemda Lainnya, yang
terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi/Pemerintah
Daerah Lainnya, Dana Bagi Hasil Retribusi dari
Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya;
3) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, yang terdiri dari
Dana Penyesuaian untuk tambahan penghasilan, dana BOS
dan Dana Insentif Daerah (DID).
Perkembangan realisasi lain-lain pendapatan yang sah
sebagaimana gambar 3.5 berikut:
Gambar 3.5. Perkembangan Proporsi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD dan BPS Kabupaten Rembang 2020
3.1.2 Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan salah satu komponen kebijakan
keuangan daerah dalam alokasi anggaran. Pengalokasian anggaran
yang tepat mengarah pada skala prioritas diharapkan dapat
berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi daerah. Kebijakan dalam
penetapan alokasi belanja pembangunan tidak bisa terlepas dari
perhitungan kebutuhan rutin yang harus dipenuhi, meliputi belanja
pegawai, belanja pemeliharaan, belanja operasional. Dilihat dari
proporsinya, Belanja Daerah selama kurun waktu tahun 2015-2020
terjadi fluktuasi proporsi masing-masing unsur belanja terhadap total
belanja daerah. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015 belanja lebih
kecil dari total pendapatan sehingga selalu terjadi surplus. Sedangkan
pada tahun 2016 sampai dengan 2020, terjadi defisit anggaran.
B A B I I I | 199
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kecenderungan peningkatan proporsi Belanja Langsung menunjukkan
adanya komitmen pemerintah Kabupaten Rembang untuk
meningkatkan kemajuan pembangunan daerah. Belanja Daerah
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung. Gambaran realisasi belanja pemerintah Kabupaten
Rembang sebagaimana gambar 3.6 berikut:
Gambar 3.6. Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD dan BPS Kabupaten Rembang 2020
Gambaran rincian belanja Pemerintah Kabupaten Rembang
tahun 2015-2020 baik belanja tidak langsung maupun belanja
langsung adalah sebagai berikut:
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,
yang terdiri dari:
1) Belanja Pegawai, dialokasikan untuk penyediaan gaji dan
tunjangan serta tambahan penghasilan lainnya yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
2) Belanja Bunga, dianggarkan sesuai kewajiban pembayaran
bunga pinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah,
maupun jangka panjang.
B A B I I I | 200
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3) Belanja Hibah, dialokasikan untuk menunjang penyelenggaraan
urusan Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Lainnya, BUMN, BUMD, badan, lembaga dan
organisasi kemasyarakatan yang berbadan Hukum Indonesia
dengan mempedomani peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Belanja Bantuan Sosial, dialokasikan dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya risiko sosial dengan mempedomani peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5) Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan
Pemerintah Desa, digunakan untuk menganggarkan dana bagi
hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
Kabupaten/kota atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada pemerintah daerah lainnya yang disesuaikan dengan
kemampuan belanja daerah yang dimiliki.
6) Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan Partai Politik, digunakan untuk
menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari pemerintah daerah kepada pemerintah
Kabupaten/kota. Bantuan keuangan yang bersifat umum
diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan bagi
penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus
dapat dianggarkan dalam rangka membantu capaian program
prioritas pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai urusan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pemberian
bantuan keuangan kepada partai politik tetap mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang terkait.
7) Belanja Tidak Terduga, ditetapkan secara rasional dengan
mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan
perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi,
diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya
tidak biasa/tanggap darurat, yang tidak diharapkan berulang
dan belum tertampung dalam bentuk program/kegiatan.
Untuk mengetahui rincian belanja daerah tidak langsung dapat
dilihat pada gambar 3.7 berikut.
B A B I I I | 201
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 3.7. Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020 (diolah)
b. Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri
dari:
1) Belanja pegawai merupakan pengeluaran untuk
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah.
2) Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran untuk
pembelian/pengadaan barang yang dinilai manfaatnya kurang
dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.
3) Belanja modal merupakan pengeluaran untuk pengadaan aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
B A B I I I | 202
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Rincian belanja langsung daerah dapat dilihat pada gambar 3.8
berikut.
Gambar 3.8.
Realisasi Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten Rembang Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
3.1.3 Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu
dibayar atau akan diterima kembali. Dalam penganggaran pemerintah
daerah pembiayaan daerah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), pinjaman dan hasil
divestasi.
Pembiayaan di Kabupaten Rembang dalam kurun waktu 2015-
2020 dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah pembiayaan yang disediakan
untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun berikutnya. Penerimaan Pembiayaan terdiri dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) dan
Penerimaan Pinjaman Daerah. Dalam kurun waktu tahun 2015-2020
penerimaan pembiayaan daerah menunjukkan fluktuatif. Dari sebesar
B A B I I I | 203
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Rp.209.301.180.000,00 pada tahun 2015 dan menjadi hanya
Rp.82.548.944.000,00 pada tahun 2020. Penerimaan pembiayaan di
Kabupaten Rembang tahun 2015- 2020 masih didominasi dari Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
berkisar antara 88% sampai 100%. Perkembangan rincian penerimaan
pembiayaan sebagaimana gambar 3.9 berikut:
Gambar 3.9 Realisasi Penerimaan Pembiayaan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan merupakan pembiayaan yang
disediakan untuk menganggarkan setiap pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun berikutnya. Pengeluaran pembiayaan
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal oleh
pemerintah daerah. Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran
Pokok Utang dan Restitusi atas kelebihan penetapan Pajak.
Rincian pengeluaran pembiayaan di Kabupaten Rembang tahun
2015-2020 dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut.
B A B I I I | 204
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 3.10 Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
3.1.4 Analisis Fiskal
Analisis fiskal menggunakan 9 (sembilan) indikator rasio sederhana
untuk memotret kondisi ―kesehatan fiskal‖ pemerintah daerah (Pemda),
yang setiap rasionya terfokus pada empat aspek kesehatan fiskal yaitu
pendapatan, pengeluaran, posisi operasi, dan struktur hutang. Analisis
fiskal di pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Rembang tahun
2015-2020 dijelaskan sebagai berikut:
1) Pendapatan Daerah Per Kapita. Rasio ini menunjukkan ukuran riil
dari besarnya pendapatan daerah dibagi dengan jumlah penduduk
yang harus dilayani oleh Pemerintah Kabupaten Rembang. Semakin
besar jumlah penduduk, maka semakin besar pula beban yang
harus ditanggung oleh Pemerintah Kabupaten Rembang. Hal ini
perlu di atasi dengan mendorong upaya dalam meningkatkan
pendapatan daerah di masa mendatang.
2) Kemandirian Keuangan Daerah. Kemandirian keuangan daerah
yang ada di Pemerintah Kabupaten Rembang didapatkan dari
Pendapatan Asli Daerah untuk mendanai belanja daerah untuk
B A B I I I | 205
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pelayanan publik kepada masyarakat semakin menurun sehingga
ketergantungan kepada pemerintah pusat semakin kuat.
Tabel 3.1 Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2013-2020
Tahun PAD Total Pendapatan
Rasio Kemandirian
Keuangan
Daerah
2013 Rp126.808.083.812 Rp1.165.433.076.124 10,88%
2014 Rp179.642.187.487 Rp1.329.587.756.593 13,51%
2015 Rp200.954.036.865 Rp1.416.781.811.494 14,18%
2016 Rp234.168.365.751 Rp1.564.868.839.956 14,96%
2017 Rp300.319.284.807 Rp1.722.252.909.030 17,44%
2018 Rp305.676.436.263 Rp1.794.911.075.230 17,03%
2019 Rp308.445.489.137 Rp1.821.899.884.311 16,93%
2020 Rp307.258.621.706 Rp1.891.753.253.706 16,24%
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
Gambar 3.11 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
1. Ruang Fiskal Daerah. Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu
konsep untuk mengukur fleksibilitas yang dimiliki pemerintah
daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan
yang menjadi prioritas daerah. Semakin besar ruang fiskal yang
dimiliki suatu daerah maka akan semakin besar pula fleksibilitas
yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan
B A B I I I | 206
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas daerah
seperti pembangunan infrastruktur daerah. Perhitungan ruang
fiskal daerah, yaitu total Pendapatan Daerah dikurangi dengan
Pendapatan Hibah, pendapatan yang sudah ditentukan
penggunaannya (earmarked), dan belanja yang sifatnya mengikat,
yaitu Belanja Pegawai dan Belanja Bunga, kemudian dibagi dengan
total pendapatannya. Untuk mengetahui ruang fiskal daerah
Kabupaten Rembang tahun 2015-2020 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 3.12 Rasio Ruang Fiskal Tahun 2015-2020
Sumber: Bappeda Kabupaten Rembang 2020
2. Kemampuan Mendanai Belanja Daerah. Kemampuan keuangan
daerah tentu saja tercermin dari seluruh penerimaan daerah baik
pendapatan APBD dan penerimaan pembiayaan, yang seharusnya
bisa mencukupi untuk digunakan dalam mendanai seluruh belanja
daerah dan pengeluaran pembiayaan yang direncanakan. Gambar
3.13 menunjukkan bahwa rasio kemampuan Kabupaten Rembang
mendanai belanja daerah selama enam tahun terakhir mengalami
penurunan. Pada tahun 2015 terjadi surplus sebesar 18,5%, pada
tahun 2016 mulai terjadi defisit sebesar 9,77% dan pada tahun
2018 terjadi defisit sebesar 1,09%. Namun demikian secara rata-
rata dari Tahun 2015-2020 Rasio Kemampuan Kabupaten Rembang
dalam mendanai Belanja Daerah masih surplus sebesar 2,27%.
B A B I I I | 207
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Grafik Rasio Kemampuan Mendanai Belanja Daerah Tahun 2015-
2020 dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut.
Gambar 3.13 Rasio Kemampuan Mendanai Belanja Daerah Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
3. Belanja Modal. Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Daerah
mencerminkan porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk
membiayai Belanja Modal. Belanja Modal ditambah belanja barang
dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
di samping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar
negeri. Realisasi Belanja Modal akan memiliki multiplier effect dalam
menggerakkan roda perekonomian daerah. Oleh karena itu,
semakin tinggi angka rasionya, diharapkan akan semakin baik
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, semakin
rendah angkanya, semakin berkurang pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi. Grafik Proporsi Belanja Modal terhadap
Total Belanja Daerah Kabupaten Rembang tahun 2015-2020
terlihat pada gambar 3.14 berikut:
B A B I I I | 208
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 3.14 Rasio Belanja Modal Daerah Kabupaten Rembang Tahun
2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
4. Belanja Pegawai Tidak Langsung. Belanja pegawai tidak langsung
Pemerintah Kabupaten Rembang fluktuatif. Kondisi yang terjadi di
Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa selama enam tahun
terakhir Rasio Belanja Pegawai terhadap Belanja Daerah cenderung
menurun. Dengan demikian maka Kabupaten Rembang mempunyai
kesempatan dalam mendorong roda perekonomian melalui
perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
publik. Rincian belanja pegawai tidak langsung Kabupaten
Rembang tahun 2015-2020 sebagai berikut:
B A B I I I | 209
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 3.15 Belanja Pegawai Tidak Langsung Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2020
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
5. Tax Ratio
Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, yang semula pada tahun 2016 sebesar 0,33%, meningkat
pada tahun 2018 sebesar 0,57%, meskipun pada tahun 2019
mengalami penurunan menjadi 0,53%, hal ini masih perlu
ditingkatkan karena belum berada dikisaran 1%. Indikasi penyebab
rendahnya angka tax ratio daerah diantaranya belum optimalnya
unit pemungut pajak dalam melakukan intensifikasi maupun
ekstensifikasi dan tingkat kesadaran dari pembayar pajak yang
masih perlu ditingkatkan.
Rasio tersebut dipergunakan untuk menilai tingkat kepatuhan
pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu daerah dan
digunakan untuk mengetahui kira-kira seberapa besar porsi pajak
dalam perekonomian daerah. Dengan demikian, pada hakikatnya
tax ratio bisa dipergunakan untuk melihat indikasi besarnya beban
pajak (tax burden) yang harus ditanggung masyarakat. Karena
sifatnya yang demikian itu, maka sebenarnya tax burden terkait
dengan ability to pay, di mana orang yang lebih mampu seharusnya
membayar pajak lebih banyak. Tax burden terkait pula dengan
keadilan.
B A B I I I | 210
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tax ratio sebesar 0,33% pada tahun 2016 masih belum
menggambarkan kondisi kepatuhan membayar pajak. Namun
demikian, penjelasan sumber pajak yang realistis , sesuai otoritas
Kabupaten. Perhitungan tax ratio sesuai dengan kewenangan
Kabupaten meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak parkir, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak air tanah, pajak sarang burung
walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Untuk mengetahui rincian
tax ratio Kabupaten Rembang tahun 2016-2019 dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 3.2. Tax Ratio Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019
Tahun Y Pajak PDRB Tax Ratio
2016 Rp 48.420.954.850 Rp 14.871.689.640.000 0,33%
2017 Rp 59.734.946.872 Rp 16.324.716.540.000 0,37%
2018 Rp 100.438.352.553 Rp 17.690.401.670.000 0,57%
2019 Rp 100.695.231.898 Rp 18.934.343.910.000 0,53%
Sumber: Bappeda, 2020
Gambar 3.16 Tax Ratio Kabupaten Rembang Tahun 2016-2019
Sumber: Bappeda, 2020
6. Rasio Keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas). Kondisi rasio
keuangan Pemerintah Kabupaten Rembang, dilakukan analisis
terhadap rasio likuiditas, solvabilitas, dan rasio aktivitas. Secara
B A B I I I | 211
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
lengkap, perkembangan rasio keuangan Pemerintah Kabupaten
Rembang tahun 2015-2020 akan dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 3.3
Rasio Keuangan Kabupaten Rembang 2015-2020
No Uraian Tahun
R 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 2 5 6 7 8 9 10 11
A Rasio Likuiditas
1 Rasio Lancar 18,44 16,27 5,09 1,31 0,57 0,50 6,9
2 Rasio Cair 19,74 17,74 6,44 2,71 2,22 2,0 8,1
B Rasio Solvabilitas
1 Rasio Hutang
terhadap Aset
0,013 0,008 0,023 0,028 0,035 0,030 0,021
2 Rasio Hutang
terhadap Modal
0,013 0,008 0,023 0,097 0,030 0,029 0,033
Sumber: BPPKAD Kabupaten Rembang 2020
Dari Tabel 3.3 di atas secara ringkas dapat dilakukan analisis
atas kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Rembang sebagai
berikut:
a. Rasio Lancar (Current Ratio) fluktuatif dari tahun 2015 sebesar
18,44 menjadi 1,64 pada tahun 2020 dengan rata-rata Rasio
Lancar (Current Ratio) sebesar 6,9. Idealnya, rasio lancar berada
pada angka 1:1 atau minimal 0,8:1 karena apabila kurang dari
itu, pemerintah daerah dianggap memiliki masalah
likuiditas.Tahun 2020 rasio lancarnya sudah mendekati 1, hal
ini mengindasikan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah
Kabupaten Rembang dalam mengelola kewajiban jangka
pendeknya menggunakan kas yang dimilikinya cukup baik.
b. Rasio Cair (Quick Ratio) fluktuatif pada tahun 2015 sebesar
19,74 menjadi sebesar 2,66 pada tahun 2020 dengan rata-rata
Rasio Cair (Quick Ratio) sebesar 8,1. Hal ini menunjukkan
kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Rembang dalam
menggunakan aktiva lancar untuk menutupi utang lancarnya
dalam kondisi baik karena berada di atas angka 1.
c. Rasio Hutang terhadap Aset (Debt Ratio) Pemerintah Kabupaten
Rembang cenderung rendah sejak tahun 2015 hingga tahun
2020, yaitu sebesar 0,013 pada tahun 2015dan naik menjadi
B A B I I I | 212
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
0,021 pada tahun 2020. Hal ini menunjukan bahwa solvabilitas
keuangan Pemerintah Kabupaten Rembang dalam keadaan yang
sehat, yaitu persentase jumlah dana yang berasal dari
kreditor/donatur/pihak ketiga dalam membiayai pembangunan
adalah rendah.
d. Rasio Hutang terhadap Modal Pemerintah Kabupaten Rembang
cenderung rendah sejak tahun 2015 hingga tahun 2020, yaitu
sebesar 0,013 pada tahun 2015dan naik menjadi 0,033 pada
tahun 2020. Hal tersebut berarti bahwa jumlah dana yang
disediakan dalam membiayai pembangunan sebagian besar
bersumber dari kemampuan keuangan sendiri, bukan berasal
dari pinjaman kreditor/donatur/pihak ketiga.
3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan
3.2.1 Asumsi-Asumsi
Berdasarkan kondisi pengelolaan keuangan saat ini dan masih
adanya sasaran RPJPD 2005-2025, RPJMD 2021-2025 diperlukan
kondisi dan situasi yang di harapkan menjadikan pemicu dan
pendorong dalam melaksanakan pembangunan sebagai berikut:
a. Stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan global, regional, dan
nasional semakin mantap sebagai prasyarat kondusivitas
pelaksanaan pembangunan;
b. Kebijakan perundang-undangan untuk mitigasi dampak kecepatan
kemajuan teknologi informasi dapat diterbitkan sehingga teknologi
informasi dapat dikelola untuk kepentingan pembangunan baik
nasional maupun daerah;
c. Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kabupaten Rembang
diasumsikan berjalan sesuai dengan perencanaan dan didukung
dengan penganggaran secara konsisten. PSN diharapkan dapat
mendorong munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru yang
mampu mengurangi kesenjangan antar wilayah;
d. Dana perimbangan diasumsikan akan terus meningkat, dengan
besaran yang dapat diprediksikan dengan acuan realisasi tahun
sebelumya.
Setiap tahun pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Rembang
selau menunjukkan tren terus meningkat. Namun sampai dengan
kuartal ketiga 2020 Jawa Tengah mengalami minus pertumbuhan
B A B I I I | 213
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3,93%. Kondisi di provinsi tersebut kurang lebih juga menggambarkan
situasi perekonomian yang relatif sama di Kabupaten Rembang.
Dengan demikian ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2020, juga
mengalami kontraksi karena Covid 19. Prospek perekonomian
Kabupaten Rembang dalam lima tahun ke depan, tidak terlepas dari
kondisi perekonomian daerah saat ini, serta kondisi lingkungan
ekonomi global dan proyeksi ekonomi nasional. Kondisi lingkungan
global dan nasional yang akan memberikan pengaruh antara lain:
a. Lingkungan global
1) Perekonomian global saat ini masih berada pada kondisi
menurun, yang dipengaruhi antara lain:
a. Pandemi Covid-19 yang mempengaruhir aktivitas dan
perekonomian secara global;
b. Perang dagang dan proses pemulihan ekonomi dua
raksasa terbesar, Amerika Serikat dan Cina.
2) Kebijakan kenaikan suku bunga The Fed, yang berpengaruh
pada penguatan dolar AS, sekaligus mengakibatkan
terjadinya depresiasi mata uang rupiah;
3) Disisi lain, meskipun terbatas kondisi ekonomi pasar
komoditas Kabupaten Rembang masih terbuka peluang pasar
ekspor;
4) Perkembangan teknologi informasi yang semakin terbuka,
memberikan peluang kemudahan akses pemasaran bagi
komoditas Kabupaten Rembang.
b. Lingkungan nasional
1) Kebijakan nasional terkait kegiatan strategis nasional di
Kabupaten Rembang terutama pembangunan infrastruktur;
2) Kebijakan nasional terkait penerimaan pajak, serta
kemudahan investasi dan berusaha, akan mendorong
pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah
dan PMTB. Strategi yang dapat dilaksanakan agar dapat
berdampak pada kondusifnya perekonomian Kabupaten
Rembang, di sisi lain untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
dilakukan antara lain melalui:
a. Peningkatan dan keterpaduan yang sinergis pada
belanja pemerintah pusat, provinsi dan
Kabupaten/kota utamanya untuk mendorong
B A B I I I | 214
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pembiayaan pembangunan pada sektor utama
pendukung PDRB dan pengembangan infrastruktur
sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perekonomian yang selanjutnya dapat mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat dan berdampak
pada peningkatan konsumsi masyarakat;
b. Dukungan kebijakan pemerintah dan perbankan pada
pengembangan produk UMKM dan IKM Kabupaten
Rembang yang bernilai ekspor disertai dengan
peningkatan kualitas produk;
c. Peningkatan realisasi investasi dan pengembangan
kawasan industri di Kabupaten/kota yang potensial
menyerap banyak tenaga kerja;
d. Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dapat
memberikan pemerataan kesejahteraan pada
masyarakat dan antara wilayah upaya yang telah
dilakukan antara lain: penumbuhan dan
pengembangan berbagai kawasan ekonomi pendukung
pengembangan perwilayahan, pengembangan
infrastruktur lintas wilayah dan sektor industri
pengolahan, pertanian dan pariwisata, dukungan
kebijakan daerah yang sinergis dan menjaga
kondusifitas perekonomian wilayah serta keberpihakan
pada sektor ekonomi riil masyarakat.;
e. Di sisi lain untuk menjaga inflasi Kabupaten Rembang
sebesar 3,5 + 1 % dilakukan upaya menjamin
kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan dan
terjaganya ekspektasi positif masyarakat, optimalisasi
informasi ketersediaan bahan kebutuhan masyarakat
(pasokan, harga dan distribusi); meningkatnya
koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di
tingkat Kabupaten/kota; serta sinergisnya dukungan
pembiayaan pembangunan pemerintah pusat, provinsi
dan Kabupaten/kota.
B A B I I I | 215
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3.2.2 Arah Kebijakan
Arah kebijakan merupakan keputusan dari stakeholder sebagai
pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar
selaras dalam mencapai tujuan dan sasaran pada setiap tahapan
selama kurun waktu lima tahun. Rumusan arah kebijakan
merasionalkan pilihan strategi sehingga memiliki fokus serta sesuai
dengan pengaturan pelaksanaannya. Untuk memudahkan pemahaman
terhadap kesinambungan pembangunan setiap tahun dalam jangka 5
(lima) tahun, terlebih dahulu disederhanakan dalam agenda atau tema
pembangunan setiap tahun di masing-masing tahap. Atas dasar tema
pembangunan inilah disusun arah kebijakan lebih jelas agar RPJMD
mudah dituangkan dalam RKPD. Selanjutnya, tahapan-tahapan
dimaksud dijadikan sebagai dasar dan disesuaikan dengan pentahapan
RKPD. Penekanan fokus atau tema setiap tahun selama periode
RPJMD memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi,
tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Tema tahunan
pembangunan merupakan penekanan fokus perhatian berupa
kebijakan/rencana/program pembangunan tiap tahunnya yang
ditujukan untuk memberikan penekanan terhadap pencapaian visi dan
misi dengan tetap memperhatikan keterpaduan pembangunan
multisektor. Gambaran kebijakan pengelolaan keuangan daerah lima
tahun kedepan ditujukan untuk meningkatkan kinerja pendapatan
daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.
a. Pendapatan Daerah
Berdasarkan angka 5 tahun yang lalu, pendapatan dilaksanakan
melalui:
1) Intensifikasi:
a) Memantapkan kelembagaan dan sistem operasional
pemungutan pendapatan daerah termasuk kinerja
kualitas sistem pemungutan pendapatan daerah
terutama pelayanan pajak dan retribusi daerah;
b) Membangun sistem data base pendapatan daerah dan
menggunakan teknologi informasi untuk mengurangi
kebocoran pungutan;
c) Meningkatkan kinerja dan menjaga tingkat kesehatan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah;
B A B I I I | 216
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
d) Optimalisasi dan pemberdayaan aset potensial daerah;
e) Pengembangan ketrampilan, pengetahuan dan
profisionalisme aparatur.
2) Ekstensifikasi sumber sumber pendapatan daerah:
a) Peningkatan kualitas dan jenis pelayanan umum
kepada masyarakat wajib pajak;
b) Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait dalam
rangka optimalisasi penerimaan dana bagi hasil pajak
dan bukan pajak;
c) Penguatan kelembagaan dan sinergitas antar BUMD
dan OPD serta mengembangkan potensi usaha;
d) Kemitraan BUMD dengan dunia usaha, masyarakat
dan perguruan tinggi;
e) Penetapan tarif pajak dan penyesuaian dasar dan
pengenaan pajak daerah;
f) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk
meningkatkan penerimaan dari Dana Bagi Hasil dan
Dana Perimbangan.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Rembang yang
diarahkan:
1. Penanggulangan kemiskinan;
2. Penguatan daya saing ekonomi daerah;
3. Kualitas Hidup dan Daya Saing SDM;
4. Pengelolaan Sumberdaya Alam – Lingkungan Hidup dan
PenanggulanganBencana;
5. Ketahanan Pangan dan Energi;
6. Kesenjangan Wilayah;
7. Tata Kelola Pemerintahan.
c. Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan pembiayaan tidak hanya fokus berasal dari Silpa
dan pencairan dana cadangan namun diupayakan melalui
sumber-sumber penerimaan seperti:
a) Penerbitan obligasi daerah;
b) Revitalisasi dan restrukturisasi BUMD dan BLUD;
B A B I I I | 217
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c) Kerjasama pemerintah dengan swasta (KPBU).
2. Proyeksi pengeluaran pembiayaan daerah dikembangkan secara
selektif, efektif dan berimbang antara kebutuhan pembiayaan
pembangunan dan investasi daerah.
3.3 Kerangka Pendanaan
Kerangka Pendanaan adalah bagian dari kerangka keuangan
yang mempunyai keterkaitan dengan kemampuan untuk membiayai
belanja Pemerintah. Penyusunan kerangka pendanaan ini
dimaksudkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas proses
penyusunan rencana kinerja daerah dalam suatu periode, yaitu
terdapat sinkronisasi dan keselarasan antara target pembangunan
daerah yang ingin dicapai dan kemampuan pemerintah untuk
membiayai. Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung
kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk
pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama
lima tahun ke depan.
Mendasarkan pada kebijakan pengelolaan keuangan di atas,
ditetapkan proyeksi APBD Kabupaten Rembang dihitung
menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi nasional meningkat berada pada
angka di atas 5%.
2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang sesuai
dengan target dalam RPJMN tahun 2020-2024 berada
pada angka di atas 5%.
3. Pendapatan Pajak Daerah naik rata-rata sebesar 10,00%
per tahun.
4. Pendapatan retribusi daerah naik rata-rata 10,00% per
tahun.
5. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan naik
sebesar 15 % per tahun.
6. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meningkat
sebesar 5% per tahun.
7. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak naik rata-
rata 5 % pertahun.
8. Dana Alokasi Umum (DAU) naik 3% per tahun.
9. Dana Alokasi Khusus (DAK) meningkat 10,00% per tahun.
B A B I I I | 218
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
10.Dana bagi hasil pajak dari provinsi naik sebesar 10,00%
per tahun.
Secara rinci APBD pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah
tahun 2020, dan proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan
daerah tahun 2021-2026 disajikan pada Tabel berikut ini.
B A B I I I | 219
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 3.4 Proyeksi Pendapatan Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang, Tahun 2020 (data diolah)
Adapun belanja daerah disusun berdasarkan pronsip-prinsip penganggaran berbasis kinerja/money follow programme yang efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel, serta mengutamakan belanja publik yang mampu memberikan dampak tinggi untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Proyeksi kebutuhan belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat tahun 2021-2026
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
B A B I I I | 220
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 3.5 Proyeksi Belanja Wajib dan Mengikat Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang, Tahun 2020 (data diolah)
B A B I I I | 221
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 3.6 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang, Tahun 2020 (data diolah)
B A B I I I | 222
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 3.7 Proyeksi APBD Kabupaten Rembang Tahun 2021-2026
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang, Tahun 2020 (data diolah
B A B I V | 223
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB IV
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH
Bab ini membahas permasalahan dan isu-isu strategis sebagai hasil analisis Bab
II tentang Gambaran Umum Kabupaten Rembang serta Bab III tentang Gambaran
Keuangan Kabupaten, yang disertasi dengan analisis hasil FGD dan survey.
Permasalahan dan isu-isu strategis disusun sesuai dengan urusan-urusan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Berikut ini penjelasannya secara lebih detail.
4.1. Permasalahan Pembangunan
4.1.1 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
1. Pendidikan.
a. Perlunya penguatan peningkatan akses pendidikan bagi siswa miskin
(pemberian beasiswa/darmasiswa untuk siswa miskin) dan berkebutuhan
khusus (sekolah inklusi masih rendah);
b. Perlunya inovasi program darmasiswa dan darmaguru yang memacu
peningkatan kualitas siswa dan guru;
a. Perlunya penguatan keluarga di dalam penerapan pendidikan dan
penguatan nilai-nilai kebangsaan dan spiritualisme;
b. Masih rendahnya Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A dan masih
rendahnya Angka Partisipasi Murni SMP/MTS/Paket B;
c. Masih rendahnya Guru SD/MI dan SMP/MTS yang memenuhi kualifikasi
S1/DIV dan bersertifikat pendidik;
d. Masih rendahnya jumlah Guru SD/MTS yang berstatus PNS berpengaruh
pada kualitas Pendidikan;
e. Perlunya pemantapan infrastruktur pendidikan;
f. Kurang optimalnya pelayanan pendidikan yang ditimbulkan akibat pendemi
COVID 19.
B A B I V | 224
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
2. Kesehatan.
a. Masih tingginya kasus angka kematian ibu dan bayi serta gizi buruk;
b. Perlunya upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan
pola hidup bersih dan sehat serta menjaga kesehatan lingkungan
(rendahnya desa siaga aktif dan rendahnya tempat umum yang memenuhi
standar kesehatan);
c. Perlunya meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan;
d. Rasio dokter dengan jumlah penduduk yang sangat rendah;
e. Rendahnya jumlah puskesmas yang memiliki jenis tenaga kesehatan yang
lengkap;
f. Perlunya perluasan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
miskin dengan lebih proaktif atau dengan metode ―jemput bola‖;
g. Belum maksimalnya penanganan pendemi COVID 19.
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang.
Jalan dan Jembatan
a. Masih tingginya laju tingkat kerusakan jalan sebagai akibat dari
penggunaan sarana prasarana jalan yang tidak sesuai dengan
ketentuan, bencana alam dan kualitas konstruksi yang belum
maksimal. Pada ruas jalan tertentu setiap hari selalu terjadi kelebihan
beban muatan kendaraan (tonase) terutama jalur wilayah penambangan
di Kecamatan Sale, Sedan dan Gunem. Kerusakan jalan terutama terjadi
pada jalur jalan kewenangan propinsi Lasem – Jatirogo terutama di
sekitar Kecamatan Sedan dan Sale serta jalur jalan kewenangan
Kabupaten di Kecamatan Sale, Sedan dan Gunem;
b. Mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang berupa hutan
maka banyak jalan dan jembatan penghubung antar desa/Kecamatan
yang berada di lahan hutan sehingga pembangunannya harus melalui
prosedur kerjasama;
B A B I V | 225
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c. Masih banyaknya jalan Kabupaten yang belum memenuhi standar lebar
dan kelengkapan jalan lokal primer maupun sekunder sesuai peraturan
yang berlaku;
d. Masih banyaknya jalan-jalan dan jembatan dengan status jalan dan
jembatan Kabupaten dan nonstatus yang belum tertangani;
e. Pembangunan jalan belum terpadu, kesadaran Pemerintah Desa untuk
membangun jalan desa belum maksimal;
f. Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk merasa ikut
memiliki, menjaga, memelihara dan melestarikan prasarana fisik jalan
yang telah dibangun;
g. Keterbatasan personil dan sarana mobilitas penanganan program ke-
PU-an terutama pada jumlah kendaraan, alat berat, perangkat
laboratorium, dan perangkat survey perencanaan;
h. Kurangnya ketersediaan dana untuk mempercepat pmbangunan jalan
dan jembatan;
i. Alokasi dana desa untuk pembangunan jalan belum maksimal;
j. Belum adanya peraturan perundangan (Perda/Perbup) yang terkait
dengan perencanaan dan pengembangan jalan, termasuk didalamnya
regulasi terkait pembagian kewenangan jalan antara pemerintah
Kabupaten dan desa;
Prasarana dan Sumberdaya Air
a. Masih terdapat jaringan irigasi kewenangan Kabupaten dalam kondisi
rusak dan pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Kabupaten perlu ditingkatkan;
b. Masih rendahnya proporsi antara kebutuhan dengan ketersediaan air
baku, ada begitu banyak waduk/embung yang perlu dibangun dan
direhabilitasi;
c. Kurang terpadunya pengeleloaan sumber daya air dari hulu hingga hilir
sehingga ketika musim penghujan terjadi banjir di daerah hilir
sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan;
B A B I V | 226
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
d. Keterbatasan lahan yang dapat dijadikan tampungan air di wilayah
tengah hingga hilir di Kabupaten Rembang.
Air Minum dan Sanitasi
a Keterbatasan air baku sebagai bahan baku air minum;
b Pembangunan sarana air minum masih belum menjangkau semua
wilayah;
c Kurangnya komitmen masyarakat dan pemerintah desa dalam
pengembangan SPAM di wilayahnya;
d Sulitnya merubah perilaku dan kebiasaan masyarakat terkait pelayanan
sanitasi;
e Capaian sanitasi masih merupakan akses dasar belum memenuhi
standar kelayakan;
f Keterbatasan lahan yang tersedia untuk pembangunan Sistem
Pengolahan Air Limbah (SPAL) baik setempat di desa/kelurahan
maupun terpusat di Kecamatan/Kabupaten;
g Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akses pelayanan air
bersih dan sanitasi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
h Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan
sektor swasta untuk melakukan investasi pengolahan air minum;
i Alokasi dana desa untuk air minum dan sanitasi masih kurang.
Penataan Ruang
a. Belum optimalnya kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap rencana tata
ruang utamanya pada penyediaan RTH perkotaan;
b. Belum optimalnya pengelolaan dan pelestarian kawasan dengan fungsi
lindung;
c. Perlunya optimalisasi pengembangan kawasan budidaya khususnya
pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dan
kawasan industri strategis provinsi yang mendukung pelestarian dan
pengelolaan kawasan peruntukan lindung;
B A B I V | 227
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
d. Perlunya peningkatan peran dan fungsi kawasan strategis Kabupaten
sebagai penggerak perekonomian wilayah;
e. Perlunya pemantapan fungsi dan peran kawasan jalur pantai utara
sebagai kawasan cepat tumbuh;
f. Perlunya percepatan fungsi dan peran pembangunan pada kawasan
bagian selatan dalam kerangka keseimbangan dan pemerataan;
g. Perlunya peningkatan dan pengembangan koordinasi, integrasi sinergitas
dan sinkronisasi pemanfaatan ruang dengan perencanaan pembangunan
non kewilayahan;
h. Perlunya peningkatan pelaksanaan instrumen pengendalian pemanfaatan
ruang dalam kerangka tertib tata ruang,
i. Perlunya peningkatan penyelenggaraan penataan ruang berupa
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan tata ruang.
4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
a. Masih ada kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Rembang
terutama di wilayah pesisir. Kekumuhan itu terjadi karena kondisi sosial
ekonomi masyarakat nelayan yang umumnya rendah, juga adanya
ancaman abrasi dan akresi, serta kondisi lahan pantai yang sulit untuk
dikembangkan sistem drainase yang memadai;
b. Masih terdapat selisih antara jumlah keluarga dengan jumlah rumah /
kekurangan rumah (backlog);
c. Masih banyak rumah yang tidak layak huni;
d. Penataan dan pengembangan kawasan permukiman tradisional belum
dilakukan secara optimal salah satunya di kawasan Kota Lasem;
e. Kurang optimalnya pengelolaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di
perumahan seperti air minum, air bersih, sanitasi, air limbah domestik,
dan akses layanan dasar lainnya.
B A B I V | 228
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5. Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat
a. Belum optimalnya pendidikan politik di masyarakat, terutama terkait
pemahaman bahwa politik dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah, berpartisipasi dalam pembangunan, meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat;
b. Belum adanya kajian pemetaan resiko bencana yang merupakan dasar
penanganan bencana di Kabupaten;
c. Kurangnya pelibatan masyarakat sebagai agen utama dalam
penanggulangan bencana;
d. Perlunya pelibatan aktif masyarakat dalam memelihara keamanan dan
ketertiban.
6. Sosial
a. Perlunya peningkatan pelayanan sosial dasar PMKS dan keterpaduan
penanganan PMKS antar pemerintahan dan antar sektor;
b. Perlunya pengelolaan data dan pemanfaatan Basis Data Terpadu (BDT)
oleh seluruh pemangku kepentingan sebagai dasar penanganan
kemiskinan dan PMKS lainnya;
c. Perlunya penguatan kapasitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk mendukung usaha
kesejahteraan sosial;
d. Masih rendahnya program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial
Program (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial);
e. Masih rendahnya Eks Penyandang Penyakit Sosial Program (Eks
Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial) yang memanfaatkan hasil
pembinaan;
f. Belum optimalnya penanganan sosial masyarakat miskin akibat pendemi
COVID-19.
B A B I V | 229
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4.1.2. Urusan Pemerintahan Wajib Bukan Pelayanan Dasar
1. Tenaga Kerja
a. Belum adanya sistem perencanaan dan tata kelola tenga kerja (man
power planning) untuk pembuatan kebijakan dan data base
ketenagakerjaan;
b. Belum adanya system informasi (market place) ketenagakerjaan yang
handal dan efisien;
c. Tingginya jumlah tenaga kerja dengan produktivitas dan kompetensi yang
rendah termasuk pekerja rumahan;
d. Belum optimalnya penempatan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan
dan kompetensi yang dimiliki;
e. Masih banyaknya penduduk yang bekerja pada sector informal;
f. Masih terdapatnya anak putus sekolah yang terpaksa harus bekerja.
2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Belum optimalnya kesetaraan gender di berbagai bidang (rendahnya
persentase perempuan sebagai anggota DPRD dan di lembaga pemerintah);
b. Masih rendahnya jumlah SDM yang memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan program peningkatan perlindungan khusus dan pemenuhan
hak anak;
c. Cakupan desa ramah anak yang baru mencapai 65%;
d. Perlunya pemberdayaan perempuan kepala rumah tangga di bidang
ekonomi dan sosial dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat
miskin dan menurunkan angka kemiskinan.
3. Pangan
a. Belum optimalnya peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH) di
Kabupaten Rembang.
b. Ketersediaaan dan stabilitas harga pangan sudah sangat baik namun perlu
diperhatikan pemenuhan kebutuhan pangan kelompok masyarakat
miskin/rentan.
B A B I V | 230
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c. Rendahnya inovasi dan implementasi teknologi dalam bidang pertanian dan
penyediaan bahan pangan.
4. Pertanahan
a. Belum optimalnya pengelolaaan pertanahan;
b. Belum optimalnya penyelesaian pengadaan tanah untuk kepentingan
umum;
c. Banyak sengketa tanah/belum adanya identifikasi aset tanah negara
guna mendukung program strategis pemerintah baik Kabupaten, propinsi
maupun pusat. Salah satunya pembangunan embung, pembangunan
sarana prasarana permukiman, pasar hewan dan reaktifasi kereta api;
d. Belum semua lahan bersertifikat termasuk Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B).
5. Lingkungan Hidup dan Kebencanaan
Lingkungan Hidup
a. Belum optimalnya kualitas air dan kualitas udara terlihat dari indeks
kualitas air dan indeks kualitas udara;
b. Masih kurangnya layanan persampahan dan masih rendahnya
pengurangan sampah melalui ketersediaan TPA, TPST dan TPS 3R;
c. Kurang optimalnya pengawasan dan pemantauan terhadap pengelolaan
lingkungan dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas
usaha;
d. Kurangnya pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan;
e. Masih kurangnya penanganan lahan kritis, konservasi mata air dan
resapan air;
f. Masih banyaknya limbah dari hasil proses pengolahan ikan yang belum
tertangani;
g. Kurangnya ketersediaan dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup.
B A B I V | 231
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Kebencanaan
a. Belum optimalnya pencegahan dan kesiapsiagaan bencana;
b. Belum optimalnya penanganan darurat dan logistik bencana;
c. Masih terbatasnya kapasitas rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
sebagai upaya penanggulangan bencana;
d. Masih terbatasnya kapasitas dan upaya penanganan longsor, kekeringan
dan abrasi pantai.
6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan tertib administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil dengan baik diantaranya
kepemilikan akta kelahiran, akta perkawinan, dan akta perceraian;
b. Rendahnya konsistensi penggunaan data kependudukan sebagai rujukan
dalam berbagai sektor pembangunan;
c. Kurangnya inisiatif untuk jemput bola dalam pelayanan administrasi
kependudukan;
d. Perlunya optimalisasi penggunaan teknologi berbasis digital dalam
pelayanan kependudukan.
7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
a. Belum semua masyarakat dan desa memiliki kemampuan, pengetahuan
dan keterampilan yang sama untuk mendapatkan akses terhadap manfaat
aset milik negara, pengetahuan, teknologi, alat produksi, modal dan pasar,
serta akses terhadap sumber sumber daya keuangan;
b. Belum optimalnya perkembangan dan pemberdayaan lembaga ekonomi dan
peran masyarakat desa dalam mengembangkan potensi dan nilai kearifan
lokal dan kawasan untuk meningkatkan kesejahteraannya;
c. Belum optimalnya kesadaran dan upaya bagi masyarakat untuk
berwirausaha;
d. Rendahnya keterlibatan masyarakat miskin dan rentan, kelompok
perempuan, dan kelompok/forum anak dalam pembangunan desa.
B A B I V | 232
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
a. Kurangnya penggerakan masyarakat untuk sadar ber-KB dan perlunya
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
b. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana;
c. Rendahnya rasio akseptor KB;
d. Tingginya cakupan usia subur dengan usia istri di bawah 20 tahun;
e. Rendahnya jumlah sumber daya manusia penyuluh KB (PLKB) .
9. Perhubungan
a. Kurangnya pembangunan prasarana dan ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti pengujian kendaraan
bermotor, rambu, marka dan lain-lain;
b. Kurang maksimalnya pengembangan dan keselamatan perhubungan
melalui pengembangan teknologi dan keselamatan. Perlu dukungan sarana
dan prasarana penunjang keselamatan lalu lintas;
c. Belum maksimalnya pelayanan angkutan, lalu lintas dan unit pelayanan
teknis;
d. Kurangnya pengelolaan dan manajemen lalu lintas jalan;
e. Belum optimalnya fungsi terminal yang sudah ada;
f. Tingginya potensi kerawanan kecelakaan dan kemacetan lalu lintas pada
ruas jalan nasional, khususnya di jalur Pantura;
g. Belum adanya pemantauan lalu lintas secara otomatis untuk meminimalisir
pelanggaran lalu lintas yang terjadi;
h. Terbatasnya pengembangan infrastruktur perhubungan strategis yang
merupakan kewenangan Pusat dan Provinsi salah satunya adalah
Pelabuhan Rembang sebagai pelabuhan pengumpul dalam RIPN;
i. Belum terpenuhinya kelengkapan jalan di jalan kewenangan pusat dan
propinsi;
j. Belum adanya sistem perencanaan transportasi yang terkoneksi dan
terintegrasi antarmoda angkutan penumpang yang menghubungkan
konektivitas antar wilayah.
B A B I V | 233
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
10. Komunikasi dan Informatika
a. Perlunya optimalisasi penggunaan sistem informasi tatakelola
pemerintahan dan pelayanan publik (e-Government) secara lengkap, aman,
terintegrasi, dan terkelola dengan baik serta akuntabel pada semua
perangkat daerah;
b. Belum optimalnya penerapan konsep smart village and city;
c. Belum optimalnya penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Perencanaan, Penganggaran dan Pelaporan (SIMRAL);
d. Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi di bidang IT dan perlunya
memperkuat SDM dalam pengelolaan e-Government yang aman,
terintegrasi, dan tata kelola yang baik dan akuntabel;
e. Belum optimalnya penyebarluasan data dan informasi kepada masyarakat;
f. Belum optimalnya jaringan dan pemanfaatan IT di tempat umum dan
strategis (hotspot area).
11. Koperasi dan UKM
a. Perlunya peningkatan upaya untuk mendorong petumbuhan UKM karena
mayoritas industari pengolahan adalah UKM. Tahun 2018 pertumbuhan
agregat industry pengolahan adalalah 6,81% namun UKM yang menjadi
bagian dari industry ini hanya tumbuh 2.14%;
b. Perlunya peningkatan upaya untuk meningkatkan jumlah dan peran
koperasi aktif, karena sejak 2017 jumlah aktif mengalami trend penurunan
dari 316 menjadi 186 di tahun 2019;
c. Belum optimalnya pemasaran produk koperasi dan UMKM;, sehingga perlu
upaya pembuatan pemasaran produk secara online.
12. Penanaman Modal
a. Belum optimalnya realisasi penanaman modal, terutama terlihat dengan
realiasi LOI yang menurun di tahun 2019;
B A B I V | 234
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
b. Belum optimalnya investasi agar terdapat trend peningkatan jumlah
investasi, penyediaan pekerjaan, dan pendapatan daerah;
c. Kurangnya promosi peluang penanaman modal Kabupaten, penyediaan
informasi peluang usaha sektor/bidang usaha unggulan, dan fasilitasi
pemerintah daerah dalam rangka kerjasama kemitraan.
13. Kepemudaan dan Olahraga
a. Masih rendahnya jumlah organisasi kepemudaan yang mendapatkan
pembinaan;
b. Masih rendahnya jumlah organisasi pemuda yang mendapatkan pelatihan
dan fasilitasi manajemen/kewirausahaan;
c. Belum optimalnya prestasi atlet di tingkat provinsi, nasional dan
internasional;
d. Kurang dan belum memadainya kapasitas dan kondisi sarana dan
prasarana olahraga sesuai standar;
e. Belum optimalnya kesinambungan pembibitan dan pembinaan atlet serta
rendahnya kemitraan dengan stakeholder;
f. Belum adanya pola pembinaan keminatan (hobi) masyarakat yang positif
untuk mewujudkan pola hidup yang sehat dan sejahtera.
14. Statistik
a. Belum adanya system informasi statistik berbasis teknologi informasi yang
handal dan up to date untuk keperluan data base dan pembuatan
kebijakan;
b. Belum optimalnya ketersediaan dan validitas data dan informasi statistik
sektoral;
c. Belum link and match antara data yang tersedia dengan dinamika
kebutuhan pembangunan;
d. Belum optimalnya sistem informasi satu data melalui aplikasi satu data
(single data) yang dapat diakses masyarakat dengan mudah.
B A B I V | 235
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
15. Persandian
a. Kurangnya kompetensi SDM yang menangani persandian dari aspek
kuantitas dan kualitas personil;
b. Masih kurangnya pelayanan sistem dan sarana prasarana untuk
menangkal dan menjaga keamanan sistem.
16. Kebudayaan
a. Belum adanya event budaya Rembang yang direkognisi pada level nasional
dan internasional;
b. Rendahnya program pengelolaan budaya secara professional;
c. Terbatasnya ruang publik untuk pengembangan kesenian lokal dan
kebudayaan;
d. Kondisi sarana prasarana dan pengelolaan cagar budaya yang belum
optimal untuk menjadi sebuah tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, pariwisata, pelestarian dan pengembangan nilai budaya lokal;
e. Rendahnya pembinaan kesenian masyarakat.
17. Perpustakaan
a. Perlunya peningkatan dan optimalisasi pelayanan perpustakaan dalam
mendukung peningkatan minat baca masyarakat;
b. Terbatasnya jumlah perpustakan, dan tenaga kepustakaan;
c. Perlunya membangun pelayanan perpustakaan berbasis teknologi digital.
18. Kearsipan
a. Perlunya peningkatan dan optimalisasi penyelamatan/pelestarian arsip
daerah sebagai upaya peningkatan kinerja penyelenggaran pemerintah
daerah, dan sarana prasarana yang belum memadai.
B A B I V | 236
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4.1.3. Urusan Pemerintahan Pilihan
1. Kelautan dan Perikanan
a. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya; sejak tahun 2015
produksinya terus mengalami tren turun;
b. Belum optimalnya produksi perikanan tangkap akibat adanya regulasi
pemerintah terutama yang terkait dengan cantrang;
c. Belum optimalnya upaya peningkatan nilai tambah melalui pengolahan
hasil perikanan.
2. Pariwisata dan Industri Kreatif
a. Belum adanya upaya pemasaran pariwisata dan industry kreatif secara
online;
b. Belum optimalnya pengembangan DTW karena tidak ada tambahan obyek
wisata unggulan sejak tahun 2013;
c. Rendahnya tingkat hunian dan rata-rata menginap hotel, di bawah rata-
rata Jawa Tengah;
d. Belum optimalnya branding wisata kuliner daerah.
3. Pertanian
a. Rendahnya ketersediaaan air dan rendahnya curah hujan di Kabupaten
Rembang mengakibatkan fluktuasi produksi pertanian terutama padi dan
jagung sehingga membuat usaha pertanian kurang optimal;
b. Nilai tukar petani yang relatif rendah;
c. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian;
d. Menurunnya minat dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor
pertanian;
e. Belum optimalnya nilai tambah produk pertanian;
f. Rendahnya inovasi dan penerapan teknologi dalam bidang usaha
pertanian.
B A B I V | 237
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4. Perdagangan
a. Menurunnya jumlah pasar desa, rata-rata 2 buah per tahun;
b. Meningkatnya jumlah pasar swalayan dan toko retail modern;
c. Rendahnya pertumbuhan kegiatan perdagangan.
5. Industri
a. Belum optimalnya klaster dan pendaftaran industri berbasis produk
unggulan;
b. Belum optimalnya pertumbuhan sentra-sentra industri;
c. Pertumbuhan pelaku industri belum optimal;
d. Belum optimalnya inovasi teknologi industri.
6. Transmigrasi
Terbatasnya kuota dan lokasi penempatan transmigrasi dibanding dengan
animo calon transmigran.
4.1.4. Fungsi Penunjang Pemerintahan
1. Perencanaan
a. Perlunya meningkatkan kualitas perencanaan seiring dengan dinamika
peraturan dan masyarakat yang selalu berkembang;
b. Sistem informasi perencanaan pembangunan yang belum sepenuhnya
dapat menjawab tantangan akuntabilitas kinerja;
c. Perlunya meningkatkan kualitas proses evaluasi perencanaan
pembangunan sebagai feed back dalam proses pembangunan daerah;
d. Perlunya memperkuat SDM yang kapabel di bidang perencanaan.
2. Keuangan
a. Perlunya optimalisasi inventarisasi asset daerah dan pemanfaatan asset
dalam rangka peningkatan pendapatan daerah;
b. Perlunya penguatan sinkronisasi perencanaan, implementasi dan
pengawasan di sistem keuangan daerah.
B A B I V | 238
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3. Kepegawaian
a. Perlunya optimalisasi pemetaan, penilaian, dan pengembangan
kompetensi ASN sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi dan
karir ASN;
b. Perlunya penguatan sistem penilaian kinerja ASN;
c. Perlunya inovasi kebijakan untuk mendorong kinerja ASN meningkatan
kedisplinan ASN serta meningkatkan kualitas kinerja ASN.
4. Pengawasan
a. Perlunya peningkatan kualitas APIP dalam menjalankan fungsi-fungsi
pengawasan internal pemerintah;
b. Perlunya peningkatan kualitas kinerja di bidang pengawasan yang
berdampak dalam perbaikan akuntabilitas pemerintahan.
4.2. Isu Strategis
Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan daerah pada
masing-masing bidang urusan sesuai dengan kondisi objektif daerah, serta
kesepakatan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan
daerah, maka diketahui permasalahan utama Kabupaten Rembang yakni
―Belum optimalnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Rembang‖. Masalah
utama tersebut dirumuskan menjadi 7 (tujuh) masalah pembangunan
Kabupaten Rembang sebagai berikut:
1. Perlunya Penguatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan;
2. Kualitas Sumberdaya Manusia yang belum memiliki daya saing yang
optimal serta pelayanan dasar yang masih memerlukan peningkatan;
3. Masih Tingginya Angka Kemiskinan;
4. Masih rendahnya ketersediaan air baku;
5. Belum optimalnya pengendalian tata ruang dan perlunya pemantaban
penyediaan infrastruktur;
6. Perlunya penguatan inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada
sektor perekonomian;
B A B I V | 239
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
7. Meningkatnya Ancaman Krisis akibat Bencana Alam, Perubahan Iklim
dan Penyakit Menular (Wabah, Epidemic, dan Pandemic).
4.2.1. Isu Strategis dalam Kajian Teknokratik RPJMN
1. Menurunkan Angka Kemiskinan
Realisasi persentase penduduk miskin pada tahun 2019 adalah sebesar
14,95%. Angka ini turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,41% pada
tahun 2018. Namun pencapaian tersebut masih dibawah target RPJMD yang pada
tahun 2019 ditetapkan sebesar 14,5%.
2. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan
Aparatur sebagai pelayan publik dituntut untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat dengan prima. Oleh karena itu diperlukan manajemen
sumber daya manusia yang berkualitas, dimana salah satunya melalui penerapan
sistem merit. Penerapan sistem merit di Kabupaten Rembang sendiri masih perlu
di tingkatkan dan dioptimalkan lagi, mengingat masih cenderung terbatas pada
sistem mutasi dan rotasi. Disatu sisi pengadaan calon aparatur sipil kedepan juga
perlu menjadi perhatian mengingat adanya bencana Covid-19 sehingga diperlukan
sistem perekrutan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ada. Disisi
lain keterbukaan dan transparansi informasi serta komunikasi menjadi penting
dalam membangun bentuk pelayanan publik yang prima.
Ruang pengaduan masyarakat harus lebih semakin terbuka, guna
meningkatkan nilai aparatur sebagai pelayan bagi masyarakat. Maka
pengembangan teknologi menjadi hal yang sangat penting sebagai instrument
komunikasi antara pemerintah dan masyarakat terlebih lagi dengan adanya
bencana Covid-19 yang mengharuskan pemenuhan sarana dan prasarana
pengembangan teknologi dalam mendukung pemanfaatan teknologi agar lebih
optimal.
Selain itu pelayanan perijinan, kemudahan berusaha, pelayanan
administrasi kependudukan, hingga pelayanan pendidikan dan kesehatan juga
harus semakin ditingkatkan. Akuntabilitas kinerja pembangunan juga menjadi
satu kriteria menuju tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Akuntabilitas
B A B I V | 240
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
kinerja dibangun sejak proses perencanaan dan penganggaran, hingga
implementasi. Dalam rangka mempertahankan kinerja akuntabilitas daerah,
Pemerintah Kabupaten Rembang akan terus meningkatkan kinerja, yang dimulai
dari proses perencanaan dalam menentukan tujuan, sasaran, program, kegiatan
pembangunan daerah, beserta indikator kinerjanya agar relevan, selaras, dan
konsisten. Dari tahun 2016-2019 nilai akuntabilitas di Kabupaten Rembang
(SAKIP) masih CC, hal ini mengindikasikan perlu ditingkatkannya tata kelola
pemerintahan.
3. Meningkatkan Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor
perekonomian
Sebagai salah satu sektor unggulan dan penyumbang PDRB yang besar,
sektor pertanian menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang.
Persoalan terjadi saat ini adalah justru sektor pertanian makin terdesak dan
menurun kontribusinya pada PDRB dari tahun ke tahun. Selain itu, persoalan
lain adalah makin kurangnya minat angkatan kerja yang menekuni sektor
pertanian, dan memilih untuk bekerja di sektor industri serta perdagangan. Hal
tersebut didukung dengan semakin terbatasnya lahan pertanian karena
meningkatnya permintaan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan
permukiman dan industri. Persoalan sektor pertanian sudah seharusnya menjadi
perhatian utama dalam pembangunan Kabupaten Rembang kedepan.
Hal tersebut dikarenakan pertama, sebagian besar masyarakat bekerja di
sektor pertanian, meskipun kecenderungannya semakin menurun dan yang
tersisa adalah petani usia tua. Kedua, dinamika sektor pertanian masih terbatas
karena penggunaan teknologi yang belum begitu maju. Ketiga, sebagian besar
penduduk yang dikategorikan hidup dalam garis kemiskinan adalah masyarakat
petani. Keempat, infrastruktur yang mendukung proses produksi dan pemasaran,
seperti irigasi serta transportasi dan komunikasi belum memadai. Kelima,
terbatasnya akses pada informasi pasar. Sebagian besar petani belum memiliki
atau menggunakan teknologi untuk pertukaran informasi tentang kebutuhan dan
harga-harga komoditas di pasar. Kondisi tersebut kemudian pada akhirnya
menyebabkan nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan rendah.
B A B I V | 241
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4. Memantapkan pengendalian tata ruang dan penyediaan infrastruktur
Belum optimalnya kinerja penataan ruang dan pelayanan infrastruktur
menjadi permasalahan di Kabupaten Rembang. Aspek penataan ruang dan
penyediaan infrastruktur dasar menjadi permasalahan pokok karena belum
meratanya kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk mendorong percepatan
pembangunan perekonomian daerah. Adanya kesenjangan penyediaan
infrastruktur ini mengakibatkan adanya kesenjangan pembangunan antara
Wilayah Rembang bagian Utara dengan Wilayah Rembang bagian Selatan-Barat
dan Selatan-Timur.
Penyediaan infrastruktur yang tidak merata juga mendorong terfokusnya
pertumbuhan perkotaan sepanjang koridor Pantai Utara yang menyebabkan
pengembangan wilayah tidak merata. Selain kemerataan penyediaan
infrastruktur, keterpaduan pemanfaatan ruang juga masih cukup rendah, seperti
jaringan transportasi, sumber daya air, telekomunikasi dan prasarana lingkungan
permukiman dan fasilitas ekonomi, sosial lainnya seperti pasar, sarana
kesehatan, sekolah, sentra-sentra produksi sehingga berdampak pada
keterlambatan akses dan pelayanan.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Infrastruktur juga memegang
peranan penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan
infrastruktur. Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci
keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Hal ini mengingat dampaknya
hampir mempengaruhi indikator kunci keberhasilan pembangunan dasar, baik
pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi.
Mengingat RPJMD 2021-2025 ini merupakan fase terakhir dari RPJPD
2005-2025, maka fase pengendalian dan penyediaan infrastruktur mencakup fase
pemantapan. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur berkualitas dengan
kapasitas yang memadai dan merata merupakan faktor penting untuk mendorong
konektivitas antarwilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi. Kualitas dan kapasitas infrastruktur yang memadai akan
B A B I V | 242
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
memperlancar konektivitas, menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik
sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi, sehingga wilayah Kabupaten Rembang akan mampu
menjadi wilayah yang tangguh, produktif dan berkelanjutan.
Pembangunan infrastruktur lainnya yang menjadi perhatian pemerintah
Kabupaten Rembang adalah akses air baku bagi lingkungan perumahan dan
kawasan permukiman. Kabupaten Rembang perlu memprioritaskan perluasan
akses air minum, menghilangkan kawasan permukiman kumuh, dan
memantabkan akses sanitasi layak, yang harus dicapai oleh Kabupaten pada
tahun 2025. Kabupaten Rembang memiliki persentase rumah tangga kumuh yang
cukup tinggi. Hal ini menjadi perhatian khusus untuk mencapai target bebas
kawasan kumuh.
Permasalahan lain yang menjadi perhatian adalah terkait dengan
penyelenggaraan penataan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang melingkupi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan. Sebagai satu kesatuan,
penyelenggaraan penataan ruang harus dilakukan secara terpadu agar terjadi
koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi pada berbagai tingkatan antar
pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten. Pengaturan
penataan ruang dengan tersedia dan terpenuhinya norma, standar, pedoman dan
manual bisa menjembatani kepentingan antartingkat pemerintahan, antarsektor,
antarwilayah sehingga terjadi proses pembangunan yang berkelanjutan di
Rembang. Pembinaan berupa sosialiasai, pendikan, pelatihan dari pemerintah ke
pemerintah daerah dan masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dan
kesadaran tentang tata ruang.
Pelaksanaan penataan ruang berupa penyusunan rencana tata ruang
beserta rencana rinci sekaligus evaluasinya akan menjamin arah pembangunan
berbasis spasial dengan menggerakkan sektor-sektor sebagai kegiatan untuk
mengisi peruntukan ruang sesuai ketentuan sehingga produktivitas dan
keberlanjutan bisa dilaksanakan secara aman, dan nyaman bagi semua
pemangku kepentingan. Termasuk menjamin percepatan pembangunan
Kabupaten Rembang sebagai gerbang pertumbuhan di wilayah timur Jawa
B A B I V | 243
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tengah. Melalui pengawasan penataan ruang, perencanaan dan pelaksanaan
dapat diarahkan pada kebijakan, rencana dan program yang sudah ditentukan
sehingga tertib tata ruang terwujud.
Penataan ruang melalui perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang baik menjadi salah satu tolok ukur yang
menentukan keberhasilan pengembangan wilayah. Ketaatan pemanfaatan ruang
merupakan hal yang menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Rembang.
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Kualitas Sumber Daya Manusia dapat diketahui dari IPM yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain besarnya pengeluaran perkapita, Rata-rata Lama
Sekolah (RLS), Harapan Lama Sekolah (HLS), Tingginya Angka Kematian Bayi dan
Angka Kematian Balita serta Usia Harapan Hidup (UHH). Rata-rata lama sekolah
di Kabupaten Rembang selama lima tahun terakhir tumbuh 0,72%. Pada tahun
2018, penduduk Kabupaten Rembang rata-rata hanya menempuh pendidikan
hingga kelas VII (SMP kelas I). Berdasarkan data statistik tren kematian Bayi dan
Balita mengalami kenaikan. Angka kematian bayi tahun 2018 naik menjadi 149
kasus, dari tahun sebelumnya sebesar 135 kasus. Sedangkan untuk angka
kematian balita trennya cenderung mengalami kenaikan meskipun fluktuatif.
Pada tahun 2018 angka kematian balita sebesar 170 kasus naik dibandingkan
tahun sebelumnya (2017) sebanyak 158 kasus.
4.2.2. Isu Strategis RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019-2024
Isu Strategi RPJMD Provinsi Jawa Tengah dalam RPJMD Tahun 2019-2024
adalah sebagai berikut :
1. Kesenjangan wilayah.
2. Penanggulangan Kemiskinan.
3. Peningkatan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia
4. Keberlanjutan Pembangunan dengan Memperhatikan Daya Dukung
Lingkungan dan Kelestarian Sumber Daya Alam.
5. Kedaulatan pangan dan energi.
6. Tata kelola pemerintahan dan kondusivitas wilayah.
B A B I V | 244
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4.2.3 Isu Pembangunan Kabupaten Rembang 2021 – 2025 Tantangan
Pembangunan dalam RPJPD Kabupaten Rembang 2005-2025
Berdasarkan kondisi umum yang ada di Kabupaten Rembang, terdapat
beberapa permasalahan penting atau isu strategis pembangunan yang perlu
menjadi perhatian dalam periode tahun 2005-2025 sebagai berikut:
1. Kemiskinan, pengangguran dan rendahnya kualitas SDM
Sejalan dengan trend pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
dalam lima tahun terakhir, maka pembangunan yang akan datang masih
dihadapkan pada permasalahan kemiskinan, pengangguran, dan kualitas SDM
masyarakat yang kurang siap bersaing di era global yang makin kompetitif
mengingat secara umum kondisi masyarakat Kabupaten Rembang berada di
bawah garis kemiskinan. Dari pemetaan wilayah kemiskinan di Kabupaten
Rembang, sebaran kemiskinan cenderung lebih banyak muncul pada daerah -
daerah yang mengandalkan potensi agraris seperti Kecamatan Gunem, Sumber,
Bulu, Sulang, Pamotan dan Sedan dengan indikator persentase keluarga pra
sejahtera di atas 60 persen pada tahun 2005.
Kemiskinan masih merupakan persoalan mendasar yang perlu ditangani.
Persoalan kemiskinan yang terus berlangsung berimplikasi pada munculnya
persoalan lain berupa peningkatan jumlah pengangguran, rendahnya
pertumbuhan ekonomi di sektor riil, terpuruknya kualitas sumber daya manusia
yang ada, rendahnya akses masyarakat ke berbagai layanan publik, dan bahkan
hilangnya kesempatan kelompok masyarakat miskin untuk memperbaiki taraf
kehidupannya. Penanganan persoalan kemiskinan seolah tak kunjung tuntas
disebabkan akar kemiskinan bukan hanya sekedar bersumber pada kelemahan
dari kelompok masyarakat miskin itu sendiri, tetapi juga karena faktor-faktor
struktural yang membuat sebagian anggota atau kelompok masyarakat tertentu
mendominasi sarana ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Struktur ini menyebabkan tidak adanya pemerataan, tidak berkembangnya
kualitas dan daya kreasi rakyat dalam pelaksanaan pembangunan serta
terpinggirkannya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
Kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih dari krisis bukan saja
B A B I V | 245
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
menyebabkan berkurangnya kesempatan kerja serta ambruknya sejumlah usaha
mandiri yang ditekuni masyarakat, tetapi juga menyebabkan terjadinya proses
perluasan dan pendalaman kemiskinan. Akibat kualitas SDM yang masih rendah,
dengan rata -rata lama sekolah di bawah 10 tahun pada jenjang pendidikan dasar
dan belum ditunjang dengan ketrampilan dan kecakapan serta keahlian yang
profesional, seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja.
Namun dengan melihat berbagai parameter kependudukan yang mengalami
perbaikan diharapkan mampu menjadi modal dasar yang sangat penting dalam
pembangunan daerah. Pada bidang kesehatan terjadi kecenderungan
meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian bayi,
menurunnya penderita balita gizi buruk, meningkatnya kesadaran dan peranserta
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Pada bidang pendidikan terjadi kecenderungan peningkatan akses
pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan
mutu, relevansi dan daya saing pendidikan serta peningkatan tata kelola dan
pencitraan publik. Di bidang keagamaan, sejalan dengan derasnya arus
globalisasi yang didorong dengan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi,
masyarakat Kabupaten Rembang sebagai masyarakat yang religius dan memiliki
toleransi yang cukup tinggi antar umat beragama, diharapkan menjadi modal
sosial yang sangat penting dan potensial dalam pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Untuk itu dalam menangani kemiskinan dan meningkatkan posisi tawar
masyarakat miskin terhadap semua bentuk eksploitasi dan superordinasi, yang
dibutuhkan adalah kesempatan dan makin terbukanya akses masyarakat miskin
terhadap berbagai sumber permodalan dan peluang usaha tanpa dibebani dengan
persyaratan yang menyulitkan dan peluang-peluang sosial yaitu kesempatan
masyarakat miskin melakukan mobilitas sosial-ekonomi produktif secara vertikal
maupun horisontal melalui pemenuhan kebutuhan dasar dengan tanpa
diskriminasi gender sehingga memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mendapatkan kesempatan kerja baik di dalam maupun diluar daerah.
B A B I V | 246
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Selain itu dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia,
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan menguatnya
pelaksanaan desentralisasi, tuntutan terhadap kinerja pelayanan publik yang
prima berbasis pada partisipasi masyarakat serta pelaksanaan asas dan norma
tata pemerintahan yang baik, menjadi tantangan di masa depan guna memenuhi
tingkat kepuasan masyarakat.
2. Belum Optimalnya Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Berkelanjutan
Sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Rembang tergolong
melimpah, untuk itu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam agar
dioptimalkan guna menunjang pembangunan di segala bidang. Dengan garis
pantai yang tergolong terpanjang di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Rembang
memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam
khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan tingkat produksi
yang meningkat dari tahun-ke tahun. Potensi wilayah pesisir dan lautan seperti
kawasan mangrove, terumbu karang dan pulau-pulau kecil di Kabupaten
Rembang juga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pariwisata bahari
terpadu.
Sementara itu, pertanian merupakan contributor contributor terbesar
penyumbang PDRB Kabupaten Rembang dengan produksi dan produktivitas yang
cenderung meningkat selama kurun waktu lima tahun mengindikasikan bahwa
sektor ini memiliki kekuatan sebagai penyedia lapangan kerja potensial sekaligus
berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya di perdesaan.
Selain itu, sebagian wilayah Kabupaten Rembang yang merupakan pegunungan
kapur menambah potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Rembang
khususnya bahan galian golongan C. Luas hutan yang menutupi hampir
seperempat wilayah Kabupaten Rembang juga merupakan sumberdaya yang
potensial untuk dikelola, tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi tetapi juga
fungsinya sebagai penopang sistem ekologi kehidupan.
Selain potensi yang dimiliki, pengelolaan sumberdaya alam juga
menghadapi berbagai kelemahan. Kajian, studi maupun survey potensi
sumberdaya alam tersebut masih tergolong minim. Pembangunan antar wilayah
B A B I V | 247
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
juga masih terlihat belum terpadu, belum terbangun simpul-simpul keterkaitan
dan cenderung parsial. Hal ini yang menyebabkan kurang terintegrasinya
pembangunan perekonomian antar wilayah di Kabupaten Rembang sebagai satu
kesatuan yang matang dan solid.
Regulasi yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam sehingga tercapai
keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam juga belum sepenuhnya ada dan
dilaksanakan. Konflik kepentingan antar berbagai sektor juga merupakan
kelemahan yang masih saja terjadi, hal ini menyebabkan terjadinya tumpang
tindih (overlapping) pengelolaan sumberdaya alam yang pada akhirnya
mengakibatkan menurunnya daya dukung lahan.
Melihat situasi perdagangan yang ada, Kabupaten Rembang berpeluang
untuk meningkatkan ekonominya dengan memperbaiki daya saing produknya,
tidak lagi hanya menjual produk dalam bentuk bahan baku tetapi dapat
ditingkatkan menjadi barang jadi ataupun setengah jadi melalui pengembangan
industri pengolahan baik skala kecil, menengah maupun besar. Dengan demikian,
nilai tambah yang dihasilkan akan dapat berdampak positif bagi peningkatan
ekonomi masyarakat Rembang, penyerapan tenaga kerja dan meminimalisasi
eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan. Pasar industri nasional dan
internasional dengan permintaan produk berkualitas baik yang semakin
meningkat juga merupakan peluang tersendiri yang harus segera ditangkap
dengan memperbaiki kapabilitas dan daya saing industri pengolahan di
Kabupaten Rembang.
Selain itu, penting untuk semakin menguatkan perspektif keberlanjutan
dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjaga keseimbangan lingkungan
hidup. Dengan demikian, aktivitas pengelolaan sumber daya alam tidak sekedar
mengeksploitasi kekayaan alam semata, namun bisa diupayakan pengelolaan
yang mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan, sebagaimana diamanatkan
oleh SDGs.
Sementara itu kondisi iklim di Kabupaten Rembang yang tergolong kering
sering menyebabkan terjadinya krisis air setiap tahunnya. Kondisi kekurangan air
baku di Kabupaten Rembang ini berpengaruh terhadap produktivitas lahan
B A B I V | 248
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pertanian, yang jika tidak mendapatkan perhatian pemecahan akan mengganggu
stabilitas swasembada pangan (beras) yang telah di capai oleh Kabupaten
Rembang. Sebagian besar kepemilikan atau penguasaan lahan di bidang
pertambangan belum dimanfaatkan secara optimal oleh pengembang atau
investor yang telah mengantongi ijin eksplorasi maupun eksploitasi. Di samping
itu penerapan teknologi dalam pengolahan sumberdaya alam masih belum
optimal.
3. Kualitas dan kuantitas infrastruktur serta pengembangan wilayah belum
memadai
Posisi geografis Kabupaten Rembang yang strategis yang dilalui jalan
Pantura Pulau Jawa yang merupakan jalan negara yang telah terkoneksi dengan
jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten sekitar maupun jaringan jalan
Kabupaten yang telah menghubungkan di semua wilayah Kecamatan dan desa
merupakan infrastruktur pokok sebagai satu kesatuan sistem transportasi
nasional, sistem transportasi wilayah maupun sistem transportasi lokal dalam
mendorong pertumbuhan wilayah. Kondisi eksisting di sepanjang koridor jalan
Pantura telah berkembang berbagai aktifitas ekonomi seperti industri, jasa,
perdagangan maupun perhubungan darat dan perhubungan laut.
Adanya infrastruktur jaringan jalan dan jembatan yang didukung
infrastruktur pendukungnya seperti ketersediaan air baku, energi listrik dan
telekomunikasi menjadikan kekuatan untuk pengembangan potensi pantai
sepanjang 63.5 km melalui pembangunan pelabuhan perikanan pantai dan
pelabuhan umum yang dipadukan dengan pengembangan industri pengolahan
berbasis pertambangan, pertanian dan perkebunan maupun perikanan dan
kelautan.
Kondisi Kabupaten Rembang yang cepat tumbuh pada bagian pantai utara
ini menimbulkan kesenjangan dengan wilayah bagian selatan. Konsentrasi
aktvitas di pantai utara mempercepat pertumbuhan kawasan melalui mekanisme
pasar, sementara wilayah bagian selatan yang mobilitas angkutan barang dan
manusia relatif terbatas berkembangan relatif lambat dan untuk itu memerlukan
B A B I V | 249
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
insentif berupa alokasi pembangunan secara afirmatif fiskal ke bagian wilayah
selatan, agar terjadi pemerataan.
Di sisi lain terkait pembangunan infrastruktur wilayah masih dihadapkan
beberapa kelemahan seperti masih kurang optimalnya pengaturan dalam
pembangunan infrastruktur, kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan permukiman masih kurang, kondisi infrastruktur permukiman
seperti air minum, drainase, persampahan maupun air limbah belum memadai,
infrastruktur pelabuhan masih kurang maupun pengelolaan potensi air
permukaan belum optimal untuk menampung kelebihan air pada musim hujan
melalui pembangunan embung, bendung dan check dam.
Peluang eksternal pengembangan infrastruktur wilayah untuk mewujudkan
struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Rembang dimana wilayah Kabupaten
Rembang sebagai simpul transportasi darat yaitu potensi terminal barang untuk
mengelola arus barang yang semakin meningkat. Di samping itu keunggulan
Kabupaten Rembang manjadi waterfront city yang memberikan peluang dalam
pengembangan kota bahari untuk memicu pengembangan daerah sekitar.
Sementara faktor resiko dalam pengembangan infrastruktur wilayah masih
dihadapkan pada persoalan seperti kejadian bencana banjir, gelombang
pasang/abrasi, tanah longsor dan kekeringan serta fluktuasi harga bahan
bangunan sebagai dampak inflasi secara nasional.
4. Rendahnya minat investasi
Kabupaten Rembang mempunyai potensi penanaman modal yang cukup
terbuka yang sebagian besar didorong oleh adanya daya tarik potensi sumberdaya
baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dari tersedianya jumlah
tenaga kerja yang memadai dan murah yang juga menjadi daya tarik pasar
konsumsi. Pernyataan ini dapat diperkuat dengan kondisi eksisting Kabupaten
Rembang yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar berbasis
sumberdaya alam seperti potensi pertambangan galian C, potensi kelautan dan
perikanan serta potensi pertanian dan kehutanan disamping pula potensi daya
tarik wisata berbasis sumberdaya alam.
B A B I V | 250
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Namun demikian minat investor untuk menanamkan modalnya di
Kabuapten Rembang sampai saat ini masih relatif rendah. Sampai dengan tahun
2005 investasi swasta di Kabupaten masih kecil dibanding investasi oleh
pemerintah. Masuknya PMA maupun PMDN masih sedikit yaitu masing-masing 1
perusahaan sepanjang tahun 2001-2005. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
rendahnya minat investor berinvestasi di Kabupaten Rembang ini terindikasi dari
kurang memadainya sarana prasarana pendukung ekonomi seperti ketersediaan
air bersih untuk kepentingan proses produksi maupun untuk kepentingan
domestik, pasokan energi serta fasilitas transportasi khususnya belum
tersedianya pelabuhan niaga.
Faktor promosi investasi juga belum menjadi fokus perhatian dalam upaya
peningkatan investasi di Kabupaten Rembang. Belum adanya lembaga promosi
investasi menyebabkan fungsi promosi investasi kurang berjalan secara optimal.
Demikian pula regulasi dalam penanaman modal masih kurang memadai untuk
memberikan pelayanan bagi minat investasi di Kabupaten Rembang.
Dari identifikasi potensi dan kendala tersebut sebenarnya Kabupaten
Rembang cukup mempunyai peluang dalam meningkatkan penanaman modal
dengan pertimbangan bahwa penamanan modal mempunyai nilai strategis dalam
mengungkit perekonomian daerah. Peluang-peluang tersebut menyangkut daya
saing Kabupaten Rembang dalam memberikan insentif bagi penanaman modal
ditengah kecenderungan perilaku perekonomian global yang mencari efisiensi
produksi. keringanan pajak, jaminan keamanan bagi investasi serta penyediaan
fasilitasi akan meningkatkan daya saing Kabupaten Rembang dalam menarik
peluang investasi.
5. Globalisasi dan Perdagangan Bebas
Di era perekonomian global yang makin kompetitif, sejumlah ciri yang
menandai dan perlu diantisipasi adalah adanya liberalisasi, ekspansi pasar dan
kecenderungan perilaku konsumtif di berbagai bidang kehidupan. Globalisasi
bukan hanya melahirkan perubahan-perubahan baru dalam perilaku dan gaya
hidup masyarakat, tetapi juga melahirkan perubahan struktur sosial masyarakat
B A B I V | 251
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dan mempengaruhi dinamika kondisi perekonomian secara struktural maupun
spasial di tingkat global dan lokal.
Beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian bagi Kabupaten
Rembang dengan adanya globalisasi dan perdagangan bebas adalah kurang
siapnya sektor usaha dalam menghadapi iklim persaingan yang sangat ketat.
Yang menjadi akar permasalahan sektor usaha di Kabupaten Rembang adalah
lemahnya kualitas SDM terutama pengusaha maupun tenaga kerja yang
mayoritas kurang menguasai teknologi dan inovasi serta akses permodalan yang
terbatas. Kendala-kendala ini menyebabkan efisiensi dan kualitas produksi sektor
usaha kurang mampu bersaing dengan negara lain yang mampu menghasilkan
barang dan jasa yang lebih baik dan murah.
Kabupaten Rembang mempunyai peluang untuk meningkatkan pangsa
pasar dalam perdagangan bebas. Dari keterbukaan informasi dapat digarap
pasar-pasar potensial bagi produk sektor usaha di Kabupaten Rembang yang
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif pada pasar global seperti
produk lokal kerajinan dan ketrampilan tangan yang banyak terdapat di
Kabupaten Rembang. Disampin itu kelimpahan sumberdaya seperti
pertambangan dan perikanan juga merupakan peluang perdagangan berorientasi
ekspor.
Masuknya perdagangan bebas di kawasan Asia melalui perjanjian CAFTA,
Nafta, dan WTO merupakan konsensus antar negara. Salah satu konsekuensi
logis adanya perdagangan bebas adalah potensi ancaman bagi pasar hasil
pertanian dan peternakan dari petani kecil dan para pengrajin dari usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) di pasar lokal. Hasil pertanian, peternakan, usaha
kecil, mikro dan menengah belum siap bersaing di pasar internasional maupun
pasar lokal dengan banjirnya produk barang dan jasa dari negara lain.
Untuk itu, dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing
produk-produk lokal di pasar regional maupun global, ke depan perlu
meningkatkan kualitas dan produktivitas barang dan jasa secara bertahap dengan
tetap mengacu pada standar mutu nasional maupun standar mutu internasional.
Pemerintah daerah juga harus pro-aktif dalam melindungi petani kecil, nelayan
B A B I V | 252
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dan industri kerajinan yang tidak siap bersaing dengan hasil pertanian,
peternakan dan industri dari pasar internasional.
6. Krisis Energi
Sebagai daerah yang sedang berkembang, pertumbuhan penduduk dan
industri di Kabupaten Rembang menuntut adanya ketersediaan energi dalam
jumlah yang cukup. Sementara itu, energi minyak bumi dan gas alam yang
tersedia jumlahnya semakin terbatas dan jenis energi tersebut sifatnya tidak
dapat diperbaharui. Fakta empiris selama ini telah banyak membuktikan bahwa
keterbatasan ketersediaan energi, bukan saja menyebabkan harga energi di
pasaran menjadi makin mahal, tetapi juga menyebabkan efek domino terhadap
peningkatan harga kebutuhan masyarakat yang lain.
Salah satu dampak yang selalu terjadi akibat adanya krisis energi adalah
harga satuan energi semakin tidak terkendali terutama BBM dan listrik yang akan
menyebabkan kekurangan energi di berbagai daerah karena ketidakmampuannya
untuk membeli atau memproduksi energi. Ancaman krisis energi juga
menyebabkan terbukanya potensi konflik sosial sebagai akibat meningkatnya
jumlah orang miskin dan bertambahnya pengangguran.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi potensi krisis energi di
Kabupaten Rembang, diantaranya menangkap peluang program energy nasional
dengan adanya rencana pembangunan pembangkit listrik di Pulau Jawa.
Disamping perlu diupayakan pencarian energi alternatif secara terus menerus
terkait dengan energi yang ramah lingkungan, seperti energi matahari, air dan
angin yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia dan Kabupaten Rembang
pada khususnya.
7. Degradasi Lingkungan
Pembangunan lingkungan hidup harus memperhatikan kelestarian daya
dukung lingkungan sehingga keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam dapat
dipertahankan. Pembangunan lingkungan hidup di Kabupeten Rembang dalam
mendukung pembangunan sektor lainnya dapat diupayakan melalui
B A B I V | 253
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pengembangan potensi hutan mangrove, hutan rakyat, pengelolaan sawah lestari,
kawasan ruang terbuka publik, kawasan lindung di luar hutan lindung, Daerah
Aliran Sungai (DAS), sumber mata air dan dengan adanya dukungan kondisi
geografis mulai dari dataran tinggi, sedang dan rendah sehingga memudahkan
pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dari hulu ke hilir.
Pembangunan lingkungan hidup harus memperhatikan kondisi faktor-
faktor internal yang bisa menghambat jalannya pembangunan di daerah,
diantaranya adalah kerusakan hutan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian
untuk peruntukan permukiman, industri, dan lainnya, pemanfaatan air bawah
tanah yang tidak memperhatikan kaidah pengelolaan ABT, kerusakan terumbu
karang, kerusakan daerah tangkapan air (DTA) dan sekitar mata air,
berkurangnya daerah resapan air, kerusakan area bekas pertambangan,
keterbatasan informasi geologi dalam mendukung kegiatan penatausahaan
tambang, masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
lingkungan hidup, kurangnya kepedulian LSM lingkungan hidup, masih
kurangnya pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat, dan lemahnya regulasi
pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
Peluang yang bisa diupayakan dalam pengelolaan lingkungan hidup di
Kabupaten Rembang yaitu melalui dukungan Program sustainable development
goals (SDGs), eco labelling, ISO yang mempersyaratkan produk-produk hasil
olahan memenuhi kritria ramah lingkungan dan bebas polusi dan meningkatnya
permintaan jasa lingkungan hutan yang tinggi diluar produksi kayu pokok (jasa
lingkungan air, jasa lingkungan keanekaragaman hayati, jasa lingkungan
ekowisata dan jasa lingkungan karbon).
Ancaman yang dihadapi dalam pengelolaan lingkungan hidup dipengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya pengelolaan sumberdaya alam yang tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup seperti terjadinya penangkapan
ikan yang berlebihan, eksploitasi sumber-sumber air yang berlebihan,
industrialisasi berbasis bahan tambang yang tidak berwawasan lingkungan dan
ketergantungan terhadap hutan cukup tinggi.
B A B I V | 254
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
4.2.4. Isu Strategis Teknokratik Tahun 2021 – 2025
Tabel 4.1
Isu Strategis Teknokratik Tahun 2021 – 2025 No Isu Penting Per urusan berdasarkan
analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
Pelayanan Dasar
Pendidikan: a. Masih perlunya peningkatan akses pendidikan bagi siswa miskin
(pemberian beasiswa/darmasiswa untuk siswa miskin) dan berkebutuhan khusus (sekolah inklusi masih rendah)
b. Perlunya inovasi program darmasiswa dan darmaguru yang memacu peningkatan kualitas siswa dan guru
c. Perlunya penguatan keluarga di dalam penerapan pendidikan dan
penguatan nilai-nilai kebangsaan dan spiritualisme; d. Masih rendahnya Angka Partisipasi Murni SD/MI/Paket A dan
masih rendahnya Angka Partisipasi Murni SMP/MTS/Paket B e. Masih rendahnya jumlah Guru SD/MI dan SMP/MTS yang
memenuhi kualifikasi S1/DIV dan bersertifikat pendidik f. Rendahnya jumlah Guru SD/MTS yang berstatus PNS
berpengaruh pada kualitas pendidikan
g. Pemantapan sarana dan prasarana pendidikan, khususnya di daerah pedesaan untuk menunjang pemerataan pendidikan
h. Kurang optimalnya pelayanan pendidikan yang ditimbulkan akibat Covid 19.
Kualitas sumber daya manusia; Dampak Covid-19
Kesehatan:
a. Masih tingginya kasus angka kematian ibu dan bayi, serta gizi buruk;
b. Perlunya upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola hidup bersih dan sehat serta menjaga
kesehatan lingkungan (rendahnya desa siaga aktif dan rendahnya tempat umum yang memenuhi standar kesehatan);
Kualitas
sumber daya manusia; Dampak Covid-19
B A B I V | 255
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
c. Perlunya mempertahankan capaian imunisasi, dan jika perlu ditingkatkan di atas target nasional, yaitu 85 persen.
d. Masih rendahnya upaya deteksi perempuan yang usia 30-50 tahun untuk mencegah kanker payudara dan kanker serviks
e. Perlunya meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan; f. Rasio dokter dengan jumlah penduduk yang sangat rendah
g. Rendahnya jumlah puskesmas yang memiliki jenis tenaga
kesehatan yang lengkap h. Perlunya perluasan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat miskin dengan lebih proaktif atau dengan metode ―jemput bola‖;
i. Belum maksimalnya penanganan pendemi Covid 19 baik karena terbatasnya fasilitas kesehatan dan kesadaran masyarakat.
Pekerjaan Umum Jalan dan Jembatan
e. Masih tingginya laju tingkat kerusakan jalan sebagai akibat dari penggunaan sarana prasarana jalan yang tidak sesuai
dengan ketentuan, bencana alam dan kualitas konstruksi
yang belum maksimal. Pada ruas jalan tertentu setiap hari selalu terjadi kelebihan beban muatan kendaraan (tonase)
terutama jalur wilayah penambangan di Kecamatan Sale, Sedan dan Gunem. Kerusakan jalan terutama terjadi pada
jalur jalan kewenangan propinsi Lasem – Jatirogo terutama di sekitar Kecamatan Sedan dan Sale serta jalur jalan
kewenangan Kabupaten di Kecamatan Sale, Sedan dan
Gunem. f. Mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten Rembang
berupa hutan maka banyak jalan dan jembatan penghubung antar desa/Kecamatan yang berada di lahan hutan sehingga
pembangunannya harus melalui prosedur kerjasama.
Pengendalian tata ruang dan pemantapan penyediaan
infrastruktur
B A B I V | 256
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
g. Banyak jalan Kabupaten yang belum memenuhi standar lebar dan kelengkapan jalan lokal primer maupun sekunder sesuai
peraturan yang berlaku. Masih banyaknya jalan-jalan dan jembatan dengan status jalan dan jembatan Kabupaten dan
nonstatus yang belum tertangani. h. Pembangunan jalan belum terpadu, kesadaran Pemerintah
Desa untuk membangun jalan desa belum maksimal
i. Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk merasa ikut memiliki, menjaga, memelihara dan melestarikan
prasarana fisik jalan yang telah dibangun. j. Keterbatasan personil dan sarana mobilitas penanganan
program ke-PU-an terutama pada jumlah kendaraan, alat berat, perangkat laboratorium, dan perangkat survey
perencanaan. k. Kurangnya ketersediaan dana untuk mempercepat
pmbangunan jalan dan jembatan
l. Alokasi dana desa untuk pembangunan jalan belum maksimal m. Peraturan perundangan (Perda/Perbup) yang yang terkait
dengan perencanaan dan pengembangan jalan belum ada; n. Regulasi terkait pembagian kewenangan jalan antara
pemerintah Kabupaten dan desa belum ada.
Prasarana dan Sumberdaya Air
a. Masih terdapat jaringan irigasi kewenangan Kabupaten dalam
kondisi rusak dan pengelolaan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten perlu ditingkatkan;
b. Masih rendahnya proporsi antara kebutuhan dengan ketersediaan air baku, ada begitu banyak waduk/embung
yang perlu dibangun dan direhabilitasi; c. Kurang terpadunya pengeleloaan sumber daya air dari hulu
hingga hilir sehingga ketika musim penghujan terjadi banjir di daerah hilir sedangkan pada musim kemarau mengalami
Ketersediaan air baku
B A B I V | 257
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
kekeringan; d. Keterbatasan lahan yang dapat dijadikan tampungan air di
wilayah tengah hingga hilir di Kabupaten Rembang.
Air Minum dan Sanitasi
a Keterbatasan air baku sebagai bahan baku air minum; b Pembangunan sarana air minum masih belum menjangkau
semua wilayah;
c Kurangnya komitmen masyarakat dan pemerintah desa dalam pengembangan SPAM di wilayahnya;
d Sulitnya merubah perilaku dan kebiasaan masyarakat terkait pelayanan sanitasi;
e Capaian sanitasi masih merupakan akses dasar belum memenuhi standar kelayakan;
f Keterbatasan lahan yang tersedia untuk pembangunan Sistem
Pengolahan Air Limbah (SPAL) baik setempat di desa/kelurahan maupun terpusat di Kecamatan/Kabupaten.
g Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akses pelayanan air bersih dan sanitasi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. h Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari
masyarakat dan sektor swasta untuk melakukan investasi pengolahan air minum;
i Alokasi dana desa untuk air minum dan sanitasi masih kurang
Ketersediaan air baku
Penataan Tata Ruang
a. Peningkatan kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap rencana tata ruang utamanya pada penyediaan RTH perkotaan,
b. pengelolaan dan pelestarian kawasan dengan fungsi lindung, c. optimalisasi pengembangan kawasan budidaya khususnya
pengembangan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dan kawasan industri strategis provinsi yang
mendukung pelestarian dan pengelolaan kawasan peruntukan
Pemenataban pengendalian tata
ruang dan penyediaan infrastruktur
B A B I V | 258
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
lindung; d. Peningkatan peran dan fungsi kawasan strategis Kabupaten
sebagai penggerak perekonomian wilayah; e. Pemantapan fungsi dan peran kawasan jalur pantai utara
sebagai kawasan cepat tumbuh; f. Percepatan fungsi dan peran pembangunan pada kawasan
bagian selatan dalam kerangka keseimbangan dan
pemerataan; g. Peningkatan dan pengembangan koordinasi, integrasi
sinergitas dan sinkronisasi pemanfaatan ruang dengan perencanaan pembangunan nonkewilayahan;
h. Peningkatan pelaksanaan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang dalam kerangka tertib tata ruang,
i. Peningkatan penyelenggaraan penataan ruang berupa pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan tata
ruang
Perumahan dan Kawasan Permukiman
a. Masih ada kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Rembang terutama di wilayah pesisir. Kekumuhan itu terjadi
karena kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan yang
umumnya rendah, juga adanya ancaman abrasi dan akresi, serta kondisi lahan pantai yang sulit untuk dikembangkan
sistem drainase yang memadai; b. Masih terdapat selisih antara jumlah keluarga dengan jumlah
rumah / kekurangan rumah (backlog); c. Masih banyak rumah yang tidak layak huni;
d. Penataan dan pengembangan kawasan permukiman tradisional
belum dilakukan secara optimal salah satunya di kawasan Kota Lasem;
e. Kurang optimalnya pengelolaan fasilitas umum dan fasilitas sosial di perumahan seperti air minu, air bersih, sanitasi, air
limbah domestik, dan akses layanan dasar lainnya.
Pemantaban pengendalian tata
ruang dan penyediaan infrastruktur dasar
B A B I V | 259
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
Ketentraman Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat e. Belum optimalnya pendidikan politik di masyarakat, terutama
terkait pemahaman bahwa politik dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah, berpartisipasi dalam pembangunan, meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat;
f. Belum adanya kajian pemetaan resiko bencana yang merupadan dasar penanganan bencana di Kabupaten;
g. Kurangnya pelibatan masyarakat sebagai agen utama dalam penanggulangan bencana.
h. Perlunya pelibatan aktif masyarakat dalam memelihara
keamanan dan ketertiban
Kualitas tata kelola pemerintahan
Sosial: a. Perlunya peningkatan pelayanan sosial dasar PMKS dan
keterpaduan penanganan PMKS antar pemerintahan dan antar
sektor; b. Perlunya pengelolaan data dan pemanfaatan Basis Data
Terpadu (BDT) oleh seluruh pemangku kepentingan sebagai dasar penanganan kemiskinan dan PMKS lainnya;
c. Perlunya penguatan kapasitas Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dan Lembaga Kesejahteraan Sosial untuk
mendukung usaha kesejahteraan sosial; d. Masih rendahnya program Pembinaan Eks Penyandang
Penyakit Sosial Program (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan
Penyakit Sosial) e. Masih rendahnya Eks Penyandang Penyakit Sosial Program
(Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial) yang memanfaatkan hasil pembinaan
f. Belum optimalnya penanganan sosial masyarakat miskin akibat Covid-19.
Angka Kemiskinan; Dampak Covid-19
Non Pelayanan Dasar
B A B I V | 260
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
Tenaga Kerja: a. Tingginya jumlah tenaga kerja dengan produktivitas dan
kompetensi yang rendah termasuk pekerja rumahan; b. Belum optimalnya penempatan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki; c. Masih terdapatnya anak putus sekolah yang terpaksa harus
bekerja.
Kualitas sumber dayamanusia
Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak.
a. Permasalahan yang masih perlu perhatian yaitu belum optimalnya kesetaraan gender di berbagai bidang (rendahnya
persentase perempuan sebagai anggota DPRD dan di lembaga
pemerintah b. Masih rendahnya jumlah SDM yang memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan program peningkatan perlindungan khusus dan pemenuhan hak anak
c. Cakupan desa ramah anak yang baru mencapai 65%. d. Perlunya pemberdayaan perempuan kepala rumah tangga di
bidang ekonomi dan sosial dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan menurunkan angka
kemiskinan
Angka Kemiskinan
Pangan
d. Belum optimalnya peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Rembang.
e. Ketersediaaan dan stabilitas harga pangan sudah sangat baik
namun perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan pangan kelompok masyarakat miskin/rentan.
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Pertanahan
a. Belum optimalnya pengelolaaan pertanahan;
b. Belum optimalnya penyelesaian pengadaan tanah untuk kepentingan umum;
c. Banyak sengketa tanah/belum adanya identifikasi aset tanah negara guna mendukung program strategis pemerintah baik
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor
perekonomian
B A B I V | 261
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
Kabupaten, propinsi maupun pusat. Salah satunya pembangunan embung, pembangunan sarana prasarana
permukiman, pasar hewan dan reaktifasi kereta api. d. Belum semua lahan bersertifikat termasuk Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B).
Lingkungan Hidup
a. Belum optimalnya kualitas air dan kualitas udara terlihat dari indeks kualitas air dan indeks kualitas udara;
b. Masih kurangnya layanan persampahan dan masih rendahnya pengurangan sampah melalui ketersediaan TPA,
TPST dan TPS 3R;
c. Kurang optimalnya pengawasan dan pemantauan terhadap pengelolaan lingkungan dan kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh aktifitas usaha c. Kurangnya pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah
perkotaan; d. Masih kurangnya penanganan lahan kritis, konservasi mata air
dan resapan air; e. Masih banyaknya limbah dari hasil proses pengolahan ikan
yang belum tertangani;
f. Kurangnya ketersediaan dokumen Perencanaan Lingkungan Hidup.
Penyediaan air baku
Kebencanaan
Pencegahan dan kesiapsiagaan bencana masih kuran optimal
Penanganan darurat dan logistik bencana Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana berupa
penanggulangan bencana masih terbatas Penanganan longsor, kekeringan dan abrasi masih terbatas
Penyediaan air baku
Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan tertib
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil dengan baik diantaranya kepemilikan akta kelahiran, akta perkawinan,
Kualitas tata kelola pemerintahan
B A B I V | 262
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
dan akta perceraian b. Rendahnya konsistensi penggunaan data kependudukan
sebagai rujukan dalam berbagai sektor pembangunan. c. Kurangnya inisiatif untuk jemput bola dalam pelayanan
administrasi kependudukan d. Perlunya optimalisasi penggunaan teknologi berbasis digital
dalam pelayanan kependudukan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
a. Belum semua masyarakat dan desa memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap manfaat aset milik negara,
pengetahuan, teknologi, alat produksi, modal dan pasar, serta akses terhadap sumber sumber daya keuangan
b. Belum optimalnya perkembangan dan pemberdayaan lembaga ekonomi dan peran masyarakat desa dalam mengembangkan
potensi dan nilai kearifan lokal dan kawasan untuk meningkatkan kesejahteraannya;
c. Keterlibatan masyarakat miskin dan rentan, kelompok perempuan, dan kelompok/forum anak dalam pembangunan
desa yang masih perlu ditingkatkan
Angka Kemiskinan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana a. Kurangnya penggerakan masyarakat untuk sadar ber-KB dan
perlunya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
b. Rendahnya rasio akseptor KB c. Tingginya cakupan usia subur dengan usia istri di bawah 20
tahun d. Rendahnya jumlah sumber daya manusia (PLKB)
Kualitas sumber dayamanusia
Perhubungan a. Pembangunan prasarana dan ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan dan fasilitas lalu lintas seperti pengujian kendaraan bermotor, rambu, marka dan lain-lain masih
Pemantaban pengendalian tata ruang dan penyediaan
infrastruktur
B A B I V | 263
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
kurang; b. Pengembangan dan keselamatan perhubungan melalui
pengembangan teknologi dan kselamatan masih kurang maksimal. Dukungan sarana dan prasarana penunjang
keselamatan lalu lintas; c. Pelayanan angkutan, lalu lintas dan unit pelayanan teknis
belum maksimal;
d. Kurangnya pengelolaan dan manajemen lalu lintas jalan; e. Belum optimalnya fungsi terminal yang sudah ada
f. Potensi kerawanan kecelakaan dan kemacetan lalu lintas pada ruas jalan nasional, khususnya di jalur Pantura masih
perlu diminimalisir; g. Belum adanya pemantauan lalu lintas secara otomatis untuk
meminimalisir pelanggaran lalu lintas yang terjadi; h. Keterbatasan pengembangan infrastruktur perhubungan
strategis yang merupakan kewenangan Pusat dan Provinsi
salah satunya adalah Pelabuhan Rembang sebagai pelabuhan pengumpul dalam RIPN;
i. Belum terpenuhinya kelengkapan jalan di jalan kewenangan pusat dan propinsi;
j. Belum ada sistem perencanaan transportasi yang terkoneksi dan terintegrasi antarmoda angkutan penumpang yang
menghubungkan konektivitas antar wilayah.
Komunikasi dan Informatika
a. Perlunya optimalisasi penggunaan sistem informasi tatakelola pemerintahan dan pelayanan publik (e-Government
) secara lengkap, aman, terintegrasi, dan terkelola dengan
baik serta akuntabel pada semua perangkat daerah; b. Penerapan smart city belum optimal
c. Penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perencanaan, Penganggaran dan Pelaporan (SIMRAL) belum
optimal.
Kualitas tata kelola pemerintahan
B A B I V | 264
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
d. Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi di bidang IT dan perlunya memperkuat SDM dalam pengelolaan e-Government yang aman, terintegrasi, dan tatakelola yang baik dan akuntabel
e. Belum optimalnya penyebarluasan data dan informasi kepada masyarakat
f. Belum optimalnya pemanfaatan IT di tempat umum dan
strategis (hotspot area).
Koperasi dan UKM
a. Mayoritas industari pengolahan adalah UKM. Tahun 2018 pertumbuhan agregat industry pengolahan adalalah 6,81%
namun UKM yang menjadi bagian dari industry ini hanya tumbuh 2.14%. Dengan demikian perlu upaya lagi untuk
mendorong petumbuhan UKM . b. Sejak 2017 jumlah aktif mengalami trend penurunan dari 316
menjadi 186 di tahun 2019. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan lagi jumlah dan peran koperasi aktif.
c. Belum optimalnya pemasaran produk koperasi dan UMKM.
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Penanaman Modal
a. Belum optimalnya realisasi penanaman modal, terutama terlihat dengan realiasi LOI yang menurun di tahun 2019
b. Investasi menunjukkan trend peningkatan namun
pertumbuhannya belum optimal investasi di Kabupaten Rembang
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Kepemudaan dan Olahraga
a. Masih rendahnya jumlah organisasi kepemudaan yang mendapatkan pembinaan
b. Masih rendahnya jumlah organisasi pemuda yang mendapatkan pelatihan dan fasilitasi
manajemen/kewirausahaan c. Belum optimalnya prestasi atlet di tingkat provinsi, nasional
Kualitas sumber dayamanusia
B A B I V | 265
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
dan internasional; d. Kurang dan belum memadainya kapasitas dan kondisi sarana
dan prasarana olahraga sesuai standar; e. Belum optimalnya kesinambungan pembibitan dan
pembinaan atlet serta rendahnya kemitraan dengan stakeholder.
Statistik a. Belum optimalnya ketersediaan dan validitas data dan informasi
statistik sektoral, b. Belum link and match antara data yang tersedia dengan
dinamika kebutuhan pembangunan,
c. Belum optimalnya sistem informasi satu data melalui aplikasi satu data yang dapat diakses masyarakat dengan mudah.
Kualitas tata kelola pemerintahan
Persandian
a. Kurangnya kompetensi SDM yang menangani persandian dari
aspek kuantitas dan kualitas personil, b. Masih kurangnya pelayanan sistem dan sarana prasarana
untuk menangkal dan menjaga keamanan sistem.
Kualitas tata kelola pemerintahan
Kebudayaan
a. Rendahnya program pengelolaan budaya secara professional b. Terbatasnya ruang publik untuk pengembangan kesenian lokal
dan kebudayaan; c. Kondisi sarana prasarana dan pengelolaan cagar budaya yang
belum optimal untuk menjadi sebuah tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, pariwisata, pelestarian dan
pengembangan nilai budaya lokal. d. Rendahnya pembinaan kesenian masyarakat
Kualitas sumber daya manusia
Perpustakaan a. Perlu peningkatan optimalisasi pelayanan perpustakaan dalam
mendukung peningkatan minat baca masyarakat, b. Terbatasnya jumlah perpustakan, dan tenaga kepustakaan.
Kualitas tata kelola pemerintahan
B A B I V | 266
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
c. Perlunya membangun pelayanan perpustakaan berbasis teknologi digital
Kearsipan
a. Perlunya meningkatkan optimalisasi
penyelamatan/pelestarian arsip daerah sebagai upaya peningkatan kinerja penyelenggaran pemerintah daerah, dan
sarana prasarana yang belum memadai.
Kualitas tata kelola pemerintahan
Urusan Pemerintahan Pilihan
Kelautan dan Perikanan
a. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya; sejak tahun 2015 produksinya terus mengalami tren turun.
b. Belum optimalnya produksi perikanan tangkap akibat adanya
regulasi pemerintah terutama yang terkait dengan cantrang. c. Belum optimalnya upaya peningkatan nilai tambah melalui
pengolahan hasil perikanan;
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Pariwisata
a. Belum optimalnya pengembangan DTW; tidak ada tambahan obyek wisata unggulan dari 2013
b. Tingkat hunian dan rata-rata menginap hotel masih rendah, di bawah rata-rata Jawa Tengah.
c. Menurunnya kunjungan wisata akibat pandemic Covid-19
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian; Dampak Covid-19
Pertanian
a. Ketersediaaan air dan rendahnya curah hujan di Kabupaten Rembang mengakibatkan fluktuasi produksi pertanian
terutama padi dan jagung. Masalah ketersediaan air membuat usaha pertanian kurang optimal;
b. Nilai tukar petani yang relative rendah
c. Alih fungsi lahan pertanian d. Menurunnya minat dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di
sektor pertanian; e. Belum optimalnya nilai tambah produk pertanian
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
B A B I V | 267
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
Perdagangan a. Jumlah pasar swalayan meningkat namun
pasar desa dari 23 di tahun 2014 turun menjadi 20. Perlunya peningkatan jumlah dan pasar yang masuk kriteria pasar sehat
b. Mengoptimalkan pertumbuhan perdagangan
Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor
perekonomian
Industri
a. Klaster dan pendaftaran industri berbasis produk unggulan belum optimal
b. Pertumbuhan sentra industri belum optimal c. Pertumbuhan pelaku industri belum optimal
d. Belum optimalnya inovasi teknologi industri;
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Transmigrasi
a. Terbatasnya kuota dan lokasi penempatan transmigrasi dibanding dengan animo calon transmigrasi
Inovasi dan daya saing nilai
tambah produksi pada sektor perekonomian
Fungsi Penunjang Pemerintahan
Perencanaan a. Perlunya meningkatkan kualitas perencanaan seiring dengan
dinamika peraturan dan masyarakat yang selalu berkembang;
b. Sistem informasi perencanaan pembangunan yang belum sepenuhnya dapat menjawab tantangan akuntabilitas
kinerja;
c. Perlunya meningkatkan kualitas proses evaluasi perencanaan pembangunan sebagai feed back dalam proses
pembangunan daerah. d. Perlunya memperkuat SDM yang kapabel di bidang
perencanaan
Kualitas tata kelola pemerintahan
Keuangan a. Perlunya optimalisasi inventarisasi asset daerah dan
Kualitas tata kelola pemerintahan; Dampak Covid-19
B A B I V | 268
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Isu Penting Per urusan berdasarkan analisis permasalahan
Isu Strategis Terkait
pemanfaatan asset dalam rangka peningkatan pendapatan daerah.
b. Perlunya penguatan sinkronisasi perencanaan, implementasi dan pengawasan di sistem keuangan daerah
c. Refocusing anggaran bagi penanganan dampak Covid-19
Kepegawaian
a. Perlunya optimalisasi pemetaan, penilaian, dan pengembangan kompetensi ASN sebagai dasar dalam
pengembangan kompetensi dan karir ASN; b. Sistem penilaian kinerja ASN yang masih memerlukan
penguatan.
c. Perlunya inovasi kebijakan untuk mendorong kinerja ASN, meningkatan kedisplinan ASN serta meningkatkan kualitas
kinerja ASN
Kualitas tata kelola pemerintahan
Pengawasan a. Perlunya peningkatan kualitas APIP dalam menjalankan
fungsi-fungsi pengawasan internal pemerintah. b. Perlunya peningkatan kualitas kinerja di bidang pengawasan
yang berdampak dalam perbaikan akuntabilitas pemerintahan
Kualitas tata kelola pemerintahan
4.2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif yaitu
dengan memberikan uraian tentang gambaran daerah. Analisis ini menempatkan situasi dan juga kondisi
B A B I V | 269
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
sebagai faktor masukan dan dikelompokkan sesuai kontribusi masing-masing. Analisis SWOT meliputi
faktor-faktor sebagai berikut:
Tabel 4.2 Anlisis SWOT
No Faktor Internal Uraian
1. Kekuatan (Strength)
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur Kabupaten Rembang pada kelompok umur produktif (usia 15 – 64 tahun) sejumlah 454.610 jiwa (71, 04 %)
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang relatif lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekonomi Nasional serta Jawa Tengah (meskipun pada tahun 2019 cenderung lebih rendah, terpaut 0,21%)
angka inflasi Kabupaten Rembang sebesar 2,46% masih dibawah angka inflasi nasional sebesar 2,72% dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,81%.
Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami penurunan dari 3,47 menjadi 2,32, hal ini memperlihatkan bahwa program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan telah cukup efektif untuk menurunkan kesenjangan.
ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin di Kabupaten Rembang pada tahun 2019 semakin menyempit dibandingkan tahun sebelumnya.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupten Rembang lebih rendah jika dibandingkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional maupun Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Rembang terletak di kawasan strategis di wilayah pantura yang menjadi jalur transportasi utama di pulau jawa, serta memiliki pelabuhan yang memudahkan jalur perdagangan dan bahan baku industri
Memiliki laut yang berpotensi untuk produksi garam, ikan
B A B I V | 270
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Faktor Internal Uraian
tangkap dan ikan budidaya
Rembang memiliki asset budaya dan kesenian yang sangat potensial untuk dikembangkan
2. Kelemahan (Weakness)
kualitas sumber daya manusia Kabupaten Rembang jika dilihat dari tingkat pendidikan masih cenderung rendah
jika dibandingkan dengan IPM Nasional, Jawa Tengah dan wilayah Eks Karesidenan Pati, kondisi IPM Kabupaten Rembang masih cenderung rendah
angka kemiskinan masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan wilayah sekitar Eks- Karesidenan Pati.
dibandingkan dengan daerah Eks Karesidenan Pati, PDRB Perkapita Kabupaten Rembang masih cenderung rendah yakni berada pada urutan ke empat, setelah Kabupaten Kudus, Pati, dan Blora.
Masih tingginya kasus angka kematian ibu dan bayi, serta gizi buruk
Perlunya meningkatkan kualitas sumber daya kesehatan (rasio dokter dan penduduk sangat rendah, ketersediaan faskes masih sangat kurang)
Kurangnya ketersediaan air baku, yang menjadi hambatan terutama untuk sektor pertanian dan industri pengolahan
Dalam Pembangunan Koperasi dan UMKM belum optimal. Hal ini diketahui dari tren turunnya koperasi aktif. Jumlah kopersi aktif turun dari dari 316 di tahun 2017 menjadi 186 di tahun 2019. Disamping itu LKM belum merata di semua wilayah.
Rendahnya tingkat pemberdayaan desa terutama yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan
Terjadi ketertinggalan perkembangan pembangunan perdesaan dibandingkan dengan wilayah perkotaan sehingga perkembangan perkotaan lebih cepat dibandingkan perdesaan.
B A B I V | 271
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Faktor Internal Uraian
Masih lemahnya tata kelola pemerintahan
Sumbangan sektor usaha pariwisata dalam pendapatan daerah masih rendah, dibandingkan dengan jumlah potensi wisata
No Faktor Eksternal Uraian
3. Kesempatan (Opportunity) Proyek strategis nasional
Kondisi stabilitas politik nasional, turunnya suku bunga pinjaman (kredit) dan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing telah dapat menarik meningkatnya nilai investasi di Jawa Tengah dan sekitarnya (termasuk Kabupaten Rembang)
Fasilitasi pemerintah pusat dalam pelayanan perizinan usaha dengan sistem OSS dan pelayanan perizinan satu pintu telah dapat meningkatkan penanaman modal di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Rembang
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat mengajukan pinjaman daerah dari pihak ke tiga untuk mendapatkan dana pembangunan daerah selain dari bantuan Pemerintah Pusat dan Bantuan Provinsi.
Peluang kerjasama antar Kabupaten-kota, dengan perusahaan swasta maupun masyarakat sipil untuk mendorong produktivitas ekonomi lokal
Digitalisasi ekonomi memberikan peluang bagi Kabupaten Rembang untuk mengembangkan inovasi ekonomi.
4. Ancaman (Thread) Pandemi Covid-19
Bencana kekeringan
Perubahan peraturan mengenai pelarangang kapal cantrang, berdampak besar bagi hasil perikanan
Perkembangan otonomi daerah di era globalisasi telah menjadikan
B A B I V | 272
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
No Faktor Internal Uraian
masing masing pemerintah daerah harus bersaing dalam membangun perekonomian daerah, menarik investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Tuntutan masyarakat dan kalangan dunia usaha tentang pelayanan publik yang mudah dan cepat semakin meningkat. Hal ini menjadikan masingmasing perangkat daerah harus melakukan inovasi baru.
B A B I V | 273
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berdasarkan analisis permasalahan dan tantangan dan SWOT maka isu strategis
Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut ini:
1. Perlunya Penguatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan;
2. Kualitas Sumberdaya Manusia yang belum memiliki daya saing yang
optimal serta pelayanan dasar yang masih memerlukan peningkatan;
3. Masih Tingginya Angka Kemiskinan;
4. Masih rendahnya ketersediaan air baku;
5. Belum optimalnya pengendalian tata ruang dan perlunya pemantaban
penyediaan infrastruktur;
6. Perlunya penguatan inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada
sektor perekonomian;
7. Meningkatnya Ancaman Krisis akibat Bencana Alam, Perubahan Iklim dan
Penyakit Menular (Wabah, Epidemic, dan Pandemic).
Lebih lanjut, penjelasan isu strategis mencakup:
1. Perlunya Penguatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan
Pemerintah Kabupaten Rembang telah mengupayakan reformasi birokrasi dan
perbaikan kualitas tata kelola pemerintahan di berbagai lini. Namun, masih
terdapat berbagai hambatan, bagi dari segi sumber daya manusia, maupun
keterbatasan anggaran. Penguatan kualitas tatakelola pemerintahan masih
diperlukan guna mendukung Refomasi Birokrasi, penguatan inisiasi Smartcity,
dan Inovasi Daerah.
Reformasi birokrasi masih menjadi isu nasional. Beberapa hal yang menjadi
penyebab belum terlaksananya reformasi birokrasi secara optimal adalah Indeks
Profesional Pegawai belum mencapai standar yang ditentukan, kompetensi ASN
masih perlu ditingkatkan, Indeks Kematangan informasi masih belum
dilaksanakan. Pengelolaan keuangansudah mencapai WTP namun secara kualitas
masih perlu mendapat perhatian.
Maturitas SPIP dan akuntabilitas APIL telah mencapai level 3 untuk itu juga
perlu dilakukan peningkatan untuk mengurangi tingkat kesalahan dan korupsi di
Kabupaten. Selain itu indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik juga
belum maksimal. Pelayanan publik yang belum optimal juga menjadi
B A B I V | 274
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
terhambatnya pelaksanaan reformasi birokrasi. Akuntabilitas dan trasparansi
pelayanan publik masih menjadi pekerjaan rumah dalam mencapai reformasi
birokrasi. Pelimpahan kewenangan Perangkat Daerah di Kecamatan bagian dari
meningkat pelayanan publik yang lebih cepat. Belum semua Perangkat Daerah
memberikan pelimpahan kewenangan di Kecamatan.
2. Kualitas Sumberdaya Manusia yang belum memiliki daya saing yang
optimal serta pelayanan dasar yang masih memerlukan peningkatan
Masalah klasik yang terus menjadi perhatian di Kabupaten Rembang adalah
sumber daya manusia. Persoalan Sumber Daya Manusia ini berkaitan dengan
pelayanan dasar yang mencakup pendidikan dan kesehatan, sebagai penjelas
terhadap sebab rendahnya SDM, sekaligus terkait dengan kemiskinan, sebagai
akibat dari rendahnya SDM. Salah satu penanda rendahnya kualitas Pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia belum optimal hal ini dapat dilihat dari:
1) Pendidikan yang belum optimal
Beberapa permasalahan di Kabupaten Rembang di bidang
pendidikan adalah masih rendahnya rata rata lama sekolah, angka
putus sekolah yang masih cukup tinggi, angka melanjutkan yang masih
kurang. Pendidikan vokasi yang belum terlaksana dalam rangka
meningkatkan ketrampilan bagi anak sekolah. Pendidikan dasar sudah
merata disemua wilayah di Kabupaten Rembang. Namun demikian
kualitas pendidikan masih belum merata, kesenjangan masih terasa
antara daerah atas dan daerah bawah, kualitas guru menjadi
permasalahan.
2) Derajat kesehatan masyarakat masih belum optimal
Masih ditemukannya angka kematian pada ibu melahirkan, bayi dan
balita. Angka kesakitan di Kabupaten Rembang masih cukup tinggi baik
penyakit menular (DBD, TBC, HIV AIDS, Kusta, Filariasi) maupun
penyakit tidak menular (Hipertensi, Diabetes Mellitus, Kanker,
Jantung). Kondisi ini dikarenakan perilaku masyarakat yang kurang
sehat, lingkungan yang tidak sehat dan pelayanan masih belum
B A B I V | 275
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
optimal. Pendekatan Keluarga Sehat merupakan salah satu solusi
dalam mewujudkan masyarakat yang sehat. Perwujudan keluarga sehat
masih menjadi prioritas dalam tahun kedepan. Sampai dengan tahun
2019 indeks Keluarga Sehat baru mencapai angka 0,19.
3) Tenaga Kerja yang belum mampu menjawab kebutuhan pasar
Kabupaten Rembang telah mengalami bonus demografi, dimana
penduduk usia produktif memiliki jumlah yang lebih besar 2 kali lipat
dibandingkan usia tdak produktif. Kondisi ini dapat menjadi potensi
dan ancaman. Kualitas penduduk usia produktif yang baik akan
meningkatkan kesejahteraan di Kabupaten Rembang, Namun apabila
usia produktif tidak berkualitas banyak pengangguran maka ini akan
menambah beban bagi Pemerintah Kabupaten Rembang. Pengangguran
di Kabupaten Rembang masih tinggi, urusan tenaga kerja memiliki
tugas untuk meningkatkan ketrampilan calon tenaga kerja sesuai
dengan Kebutuhan pasar. Kabupaten Rembang memiliki potensi
kedepan untuk menjadikan calon tenaga kerja terserap dalam industri
yang ada di Kawasan Industri Rembang maupun dengan keberadaan
sebagai pusat pendidikan melalui Program Studi Di Luar Kampus
Utama (PSDKU) Universitas Diponegoro di Rembang.
4) Kualitas Pelayanan Dasar belum optimal
Masyarakat belum mendapat pelayanan dasar secara maksimal
dalam bidang pendidikan, kesehatan, penyediaan air bersih, air minum,
pengelolaan limbah, penyediaan rumah layak huni bagi korban bencana
dan dampak program pembangunan. Pelayanan dasar lain adalah pada
ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat serta sosial.
5) Kualitas Perempuan, anak dan pemuda yang masih belum optimal
Kesetaraan dan keadilan gender adalah isu dalam pembangunan
kualitas perempuan. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) masih belum
optimal, masih terjadi kesenjangan pada laki-laki dan perempuan pada
B A B I V | 276
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kekerasan pada perempuan dan
anak, sehingga peran pemuda dalam
pembangunan sangat dibutuhkan. Pemuda harus memiliki prestasi
termasuk prestasi olahraga.
6) Pemajuan Budaya dan peningkatan Minat Baca
Menjadi SDM yang maju dan unggul harus memiliki karakter budaya
dan pengetahuan yang baik. Minat baca menjadi alat ukur terkait
dengan peningkatan kualitas SDM.
3. Masih Tingginya Angka Kemiskinan
Kemiskinan masih menjadi permasalahan di Kabupaten Rembang.
Dibandingkan dengan Kabupaten sekitar Kabupaten Rembang memiliki angka
kemiskinan yang cukup baik, namun dibandingkan Kota Semarang masih cukup
jauh. Penanggulangan kemiskinan ini harus diselesaikan oleh banyak Perangkat
Daerah, sehingga dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan perlu menjadi
pegangan bagi Perangkat Daerah dalam penanganan kemiskinan. Peran
masyarakat dan CSR juga belum optimal dalam membantu penanggulangan
kemiskinan.
4. Masih rendahnya ketersediaan air baku
Ketersediaan air baku menjadi permasalahan pokok bagi pembangunan
Kabupaten Rembang, karena air baku melingkupi semua aspek
kehidupan/sektor. Air baku mempunyai peran strategis dalam aktivitas ekonomi,
sosial maupun pertanian. Untuk pemenuhan kebutuhan air baku di Kabupaten
Rembang masih dihadapkan pada keterbatasan baik kualitas maupun kuantitas
air baku. Permasalahan air baku melingkupi aspek urusan: (1) lingkungan hidup
berupa penanganan lahan kritis, resapan air dan konservasi mata air; (2)
kebencanaan berupa penanganan kekeringan; (3) pekerjaan umum dan penataan
ruang berupa infrastruktur sumber daya air (irigasi, penyiapan air baku,
pemanenan air hujan, pembangunan waduk/embung, penanganan aliran air
permukaan); (4) perumahan dan kawasan permukiman berupa penyediaan air
minum, air bersih, air baku, ruang terbuka hijau, sanitasi, drainase).
B A B I V | 277
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Sehingga dalam upaya mewujudkan hal tersebut, terdapat beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1) Masih rendahnya proporsi antara kebutuhan dengan ketersediaan air baku;
2) Adanya potensi rawan kekeringan pada musim kemarau dan banjir bandang
pada musim penghujan;
3) Masih terdapat jaringan irigasi kewenangan Kabupaten dalam kondisi rusak.
Pada satu sisi ketersediaan dan kualitas air baku ini dihadapkan pada
peningkatan permintaan pembangunan karena peran yang diembang oleh
Kabupaten Rembang pada psosisi strategis sebagai kawasan peruntukan industri,
permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa, pertanian, perhubungan yang
semuanya membutuhkan air baku sebagai penopang.
5. Belum optimalnya pengendalian tata ruang dan perlunya pemantaban
penyediaan infrastruktur
Kabupaten Rembang juga tengah mengupayakan revisi Peraturan Daerah
No 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah. Upaya ini
dimaksudkan untuk memperkuat konektivitas antar wilayah sesuai dengan
potensi dan unggulan masing-masing guna mendukung pembangunan industri,
pelayanan publik dan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata. Konektivitas
antarwilayah yang belum optimal tidak dapat dilepaskan dari kualitas
Infrastruktur yang belum optimal, layanan perhubungan antar wilayah, dan
kualitas lingkungan yang belum optimal.
Karakteristik wilayah Rembang cukup senjang antar daerah satu
dengandaerah lainnya. Dinamika pembangunan antarwilayah bagian utara yang
relatif berkembang cepat tumbuh, dibandingkan dengan wilayah bagian selatan
yang relatif lambat tumbuh, memerlukan konektivitas sebagai satu kesatuan agar
tercipta pemerataan pembangunan. Upaya mengurangi kesenjangan dilakukan
dengan pengembangan struktur ruang wilayah melalui pembangunan pusat
pertumbuhan baru di bagian selatan dan peningkatan jaringan infrastruktur.
Kualitas infrastruktur yang tidak baik menyebabkan konektifitas antarwilayah
terganggu. Masih ditemukannya jalan rusak sepanjang jalan Kabupaten
B A B I V | 278
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Rembang, jalan yang tidak memiliki drainase baik. Pelayanan angkutan juga
menjadi salah satu penyebab konektifitas antarwilayah.
Kualitas lingkungan yang baik akan terlihat dari indeks kualitas
lingkungan hidup. Pada kajian teknokratik indeks kualitas lingkungan hidup
kab/kota minimal adalah 75. Untuk mencapai di sana pencemaran air dan udara
menjadi unsur penting. Kawasan Industri Rembang sebagai amanat kawasan
strategis provinsi harus mampu diwujudkan dan mampu menjadi penggerak
peretumbuhan ekonomi wilayah.
6. Perlunya penguatan inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada
sektor perekonomian
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Rembang sebetulnya telah
menunjukkan perkembangan yang positif. Namun demikian, peningkatan
pertumbuhan ekonomi belum optimal dan merata, terlebih untuk menghadapi
disrupsi di era industri 4.0. Peningkatan pertumbuhan ekonomi menurut kajian
teknokratik RPJMN, Kabupaten Kota ditargetkan pada tahun 2024 adalah 6%,
namun Jawa Tengah menargetkan Kabupaten kota menjadi 7%. Peningkatan
pertmubuhan ekonomi 7% akan ditingkatkan melalui bidang usaha industri
pengolahan, pertanian kehutanan dan perikanan. Dijadikannya Kabupaten
Rembang sebagai Kawasan Ekonomi Khusus merupakan peluang Kabupaten
Rembang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 7%.
a. Koperasi dan usaha Kecil dan Menengah, Indsutri pengolahan
Masih belum optimalnya perkembangan usaha mikro menjadi kecil
tantangan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 7%. Masih banyak
wirausaha skala mikro kekurangan modal, ketrampilan belum optimal dan
pemasaran yang belum dilakukan.
Koperasi belum mampu memberikan akses permodalan pada
wirasusaha mikro. Masih ada koperasi yang tidak aktif dan koperasi tidak
sehat yang akan menjadi target pembangunan kedepan.
Sentra-sentra industri yang dibentuk harus dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan pasar di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Kota
B A B I V | 279
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
sekitar. Belum optimalnya pengembangan industri kecil dan sentra
industri menjadi permasalahan tersendiri di Kabupaten Rembang.
b. Penamanan Modal
Meskipun penanaman modal terus menunjukkan kinerja yang baik,
tetapi daya ungkitnya bagi percepatan pertumbuhan ekonomi masih
belum optimal, dengan target 7% yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Belum optimalnya nilai investasi dan jumlah investasi yang ada di
Kabupaten Rembang menjadi tantangan dalam pembangunan ke depan.
Mempermudah perijianan untuk investor adalah langkah kedepan dalam
pengelolaan Kawasan Industri Rembang, Pertanian Perkebunan dan
Perikanan.
Berkurangnya lahan pertanian, perkebunan dan pertanian menjadi
tantangan bagi Kabupaten Rembang untuk meningkatkan produksinya.
Peningkatan produktivitas pertanian, perkebunan dan perikanan melalui
peningkatan kualitas benih akan menjadi prioritas, pemanfaatan
teknologi, dan penciptaan inovasi bidang pertanian perkebunan dan
perikanan, termasuk meningkatan nilai tambahnya melalui penguatan
industri pengolahan.
c. Perdagangan, perhotelan, pariwisata
Perdangan sudah menunjukkan perkembangan yang baik, namun
masih bisa ditingkatkan terutama produk unggulan dan ekspor. Potensi
lain yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah jasa
perhotelan dan pariwisata. Pengembangan destinasi wisat belum optimal
dijalakan. Selain itu, tingkat hunian dan lama rata-rata menginap juga
masih rendah, di bawah rata-rata Jawa Tengah. Pengembangan destinasi
wisata merupakan pekerjaan rumah yang harus dilaksanakan termasuk
pengembangan ekonomi kreatif.
B A B I V | 280
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
7. Meningkatnya Ancaman Krisis akibat Bencana Alam, Perubahan Iklim dan
Penyakit Menular (Wabah, Epidemic, dan Pandemic)
Secara geografis, Rembang merupakan daerah yang rawan dengan bencana
kekeringan dan memerlukan penanganan penyediaan air di musim kemarau.
Namun demikian, di beberapa daerah juga rawan banjir, dan memerlukan
perhatian yang sama. Kesadaran resiko bencana alam di Kabupaten Rembang
sebetulnya sudah muncul dengan baik, dan upaya penanganannya pun sudah
diterapkan. Hanya diperlukan intensifikasi dan pelibatan aktif masyarakat guna
terlibat langsung dalam upaya penanganan bencana.
Kedua, yang tidak kalah penting dari ancaman krisis akibat bencana alam
adalah perubahan iklim. Yang sangat terasa adalah di sektor pertanian dan
perikanan, dimana perubahan iklim mengubah pola musim serta temperatur rata-
rata. Perubahan iklim memerlukan kesiapan pemerintah Kabupaten untuk dapat
memastikan masyarakat dapat memitigasi dampaknya. Pola tanam dan panen,
serta adopsi teknologi yang memadai sudah tidak dapat dihindari sehingga
masyarakat dapat mengantisipasi resiko gagal panen. Di sektor perikanan,
perubahan iklim juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
produksi ikan, baik perikanan tangkap maupun perikanan produksi, hasil
pembenihan (di tambak maupun kolam).
Selain bencana dan dampak perubahan iklim, ternyata Rembang juga
rentan terhadap bencana penularan penyakit baik berupa epidemi maupun
pandemi. Wabah merupakan penyakit yang dapat menular di antara beberapa
komunitas secara bersamaan. Misalnya, diare. Epidemi merupakan wabah yang
meluas di area geografi yang cukup luas, misal lintas Kabupaten, atau provinsi.
Contoh dari epidemi misalnya adalah demam berdarah yang penularannya dapat
terjadi lintas Kabupaten maupun provinsi. Sementara, pandemic adalah penyakit
yang cakupan dan sekala penularannya lebih luas lagi dari pandemi, bisa lintas
negara atau benua seperti Covid-19.
Sementara wabah dianggap tidak terlalu mempengaruhi struktur ekonomi
secara signifikan, walaupun tetap memerlukan perhatian khusus, tidak demikian
dengan epidemi dan pandemi. Epidemi sudah memerlukan perhatian yang lebih,
B A B I V | 281
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
bahkan program khusus pemerintah untuk pencegahan dan penanganan, terebih
lagi pandemic. Dalam banyak kasus, pandemic dianggap berpengaruh terhadap
struktur ekonomi, dimana kegiatan ekonomi perlu dihentikan sementara,
sehingga dianggap dapat meningkatkan pengangguran, sekaligus meningkatkan
kemiskinan. Covid-19 adalah contoh konkret bagaimana pandemi berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur ekonomi nasional.
Kenyataannya, dampak Covid-19 juga merembet ke daerah seperti
Kabupaten Rembang. Sebagai daerah pantura yang menjadi area perlintasan
mobilitas masyarakat lintas Kabupaten dan provinsi, kondisi tersebut juga
menimbulkan kerentanan terhadap penularan Covid-19. Dampaknya juga terasa
di bidang ekonomi, dimana pengangguran terbuka juga mengalami peningkatan.
Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan perlu memperhatikan
aspek penyakit menular, sebagaimana perhatian terhadap ancaman bencana,
untuk dapat mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan. Mitigasi dan
penanganan adalah dua hal yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi krisis,
baik yang disebabkan oleh bencana alam maupun penularan penyakit. Dalam hal
ini, penyiapan fondasi ekonomi yang kuat, sistem pelayanan kesehatan, bersama-
sama dengan penguatan database penduduk, guna mengidentifikasi target
masyarakat yang paling layak diprioritaskan untuk memperoleh bantuan
dikarena kondisi sosial ekonomi mereka serta resiko dampak yang mungkin
ditanggung, disertai dengan peningkatan ketahanan sosial masyarakat yang kuat
akan menjadi langkah yang sangat penting bagi pemerintah Kabupaten
B A B V | 282
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB V
RANCANGAN AGENDA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini membahas tentang agenda kebijakan sebagai tindak lanjut dari
identifikasi isu-isu strategis pada bab sebelumnya (Bab 4). Agenda kebijakan
merupakan langkah-langkah strategis yang diharapkan dapat menjadi rujukan
bagi penentuan prioritas perencanaan pembangunan dalam jangka waktu lima
tahun mendatang. Setidaknya terdapat tujuh agenda kebijakan pembangunan
daerah Kabupaten Rembang, yaitu:
1. Agenda Kebijakan Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan
2. Agenda Kebijakan Peningkatan Kualitas Hidup dan Daya Saing SDM
3. Agenda Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
4. Agenda Kebijakan Ketersediaan Air Baku
5. Agenda Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Pengurangan Kesenjangan
Wilayah serta Pemantaban Infrastruktur
6. Agenda Kebijakan Penguatan Inovasi dan Peningkatan Daya Saing Ekonomi
7. Agenda Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan,
Lingkungan Hidup serta Penanggulangan Bencana
8. Agenda Kebijakan Percepatan Pemulihan Pasca Covid-19
Agenda-agenda kebijakan ini diturunkan kedalam aspek-aspek berikut,
dengan tujuan untuk mempermudah operasionalisasi didalam implementasi
kebijakan pembangunan, yaitu:
1. Tujuan
2. Indikator tujuan
3. Sasaran
4. Indikator sasaran
5. Strategi
Mengingat bahwa Kabupaten Rembang cukup terdampak oleh Covid-19
dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, agenda pemulihan dampak Covid-19
terintegrasi didalam agenda-agenda di atas, khusus penanggulangan kemiskinan,
B A B V | 283
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
peningkatan daya saing dan peningkatan kualitas hidup dan daya saing Sumber
Daya Manusia (SDM).
Berikut ini dijelaskan lebih detil keenam agenda kebijakan pembangunan
sebagaimana disebutkan di atas.
5.1. Agenda Kebijakan Tata Kelola Pemerintahan
Dalam pemerintahan manapun, tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih merupakan landasan utama serta kunci keberhasilan pembangunan di
daerah. Elemen-elemen krusial dalam tata kelola yang baik mensyaratkan
dukungan penting dari aparatur, sarana dan prasarana, dan seperangkat regulasi
yang mendukung pembangunan yang berkualitas, menyejahterakan, adil dan
merata. Oleh karena itu, menjadi sangat penting membangun aparatur yang
berkualitas, kompeten, dan berkinerja baik guna menciptakan tatakelola
pemerintahan yang baik, dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan
daerah serta sistem pelayanan publik yang prima, kelembagaan yang efektif dan
efisien, serta manajemen pemerintahan yang transparan, akuntabel dan bersih
dari korupsi.
Untuk mendukung pembangunan Kabupaten Rembang kedepan maka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and
clean government) perlu menjadi titik tekan, dengan indikator Indeks Reformasi
Birokrasi. Sasarannya adalah:
1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik, dengan indikator indeks
kepuasan masyarakat;
2. Meningkatnya manajemen pemerintahan yang bersih dan akuntabel,
dengan indikator opini BPK, nilai SAKIP, dan indeks persepsi korupsi;
3. Meningkatnya efisiensi kelembagaan dan profesionalitas ASN, dengan
indikator indeks profesionalitas ASN dan rasio kelembagaan PD yang efektif
dan efisien (persen).
Arah kebijakan dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran tersebut
adalah peningkatan tata kelola pemerintahan yang pintar (smart government)
berbasis teknologi informasi, baik dan bersih (good and clean government), serta
B A B V | 284
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
terbuka yang didukung dengan profesionalitas aparatur dan kelembagaan yang
efektif serta efisien. Strategi yang dilakukan meliputi:
1. Mendukung upaya keterbukaan informasi, transparansi, serta partisipasi
publik, termasuk partisipasi dalam pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan (open government);
2. Mendorong pengembangan sumber daya manusia melalui penguatan
kapasitas ASN yang inovatif;
3. Memperkuat penggunaan teknologi informasi dalam tatakelola birokrasi
dan pelayanan publik (e-government);
4. Menguatkan roadmap reformasi birokrasi;
5. Menguatkan Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi Daerah Membangun
sistem manajemen pembangunan berbasis kinerja melalui penguatan
proses perencanaan, penganggaran, pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah;
6. Meningkatkan pengawasan melalui perkuatan kapabilitas APIP dan
perkuatan SPIP;
7. Meningkatkan pengendalian produk hukum, dan penegakan Perda;
8. Meningkatkan profesionalisme ASN melalui peningkatan kinerja,
kompetensi, disiplin, dan penataan ASN;
9. Memperbaiki tata laksana organisasi;
10.Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan dengan melakukan
evaluasi berkala pada kinerja kelembagaan menuju struktur berbasis
kinerja;
11.Meningkatkan kreatifitas aparatur birokrasi menuju ―keperantaraan dan
enterpreuneur‖ dalam tata kelola pemerintahan.
B A B V | 285
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 5.1. Perwujudan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih
B A B V | 286
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.1. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Perwujudan Tata Kelola Pemerintahan
Yang Baik dan Bersih
Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran Strategi
Mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih (good
governance and clean
government)
Indeks Reformasi Birokrasi
1. Meningkatnya kualitas pelayanan publik
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
1. Mendukung upaya keterbukaan informasi, transparansi, serta
mendorong partisipasi publik termasuk partisipasi dalam
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan (open
government); 2. Mendorong pengembangan
kualitas sumber daya
manusia melalui penguatan kapasitas ASN yang inovatif.
3. Memperkuat pemanfaatan teknologi informasi dalam
birokrasi dan pelayanan publik (e-government);
4. Menguatkan roadmap reformasi birokrasi.
5. Menguatkan Penilaian
Mandiri Reformasi Birokrasi Daerah
2. Meningkatnya
manajemen pemerintahan yang bersih
3. Opini BPK
4. Nilai SAKIP 5. Indeks Persepsi
Korupsi
1. Membangun sistem
manajemen pembangunan berbasis kinerja melalui penguatan proses
B A B V | 287
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran Strategi
dan akuntabel
perencanaan, penganggaran, pengendalian dan evaluasi
pembangunan daerah; 2. Meningkatkan pengawasan
melalui perkuatan kapabilitas APIP dan perkuatan SPIP;
3. Meningkatkan pengendalian
produk hukum, dan penegakkan perda;
4. Menciptakan zona integritas serta WBK dan WBBM.
3. Meningkatnya
efisiensi kelembagaan dan
profesionalitas ASN
6. Indeks
Profesionalitas ASN
7. Rasio
kelembagaan PD yang efektif dan
efisien (%)
1. Meningkatkan profesionalisme
ASN melalui peningkatan kinerja, kompetensi, disiplin, dan penataan ASN;
2. Memperbaiki tata laksana organisasi;
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan
dengan melakukan evaluasi berkala pada kinerja kelembagaan menuju struktur
berbasis kinerja; 4. Menuju ―keperantaraan dan
enterpreuneur‖ dalam tata kelola pemerintahan
B A B V | 288
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.2. Agenda Kebijakan Peningkatan Kualitas Hidup dan Daya Saing SDM
Salah satu pondasi dasar pembangunan yang menggerakan setiap
prosesnya adalah sumberdaya manusia. Oleh karena itu pembangunan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing menjadi penting untuk
dilakukan dalam setiap proses pembangunan daerah. Dengan kondisi
sumberdaya manusia Kabupaten Rembang saat ini, maka dalam lima tahun
kedepan pembangunan Kabupaten Rembang akan meletakkan sumberdaya
manusia sebagai subyek dan obyek utama dalam pembangunan. Pembangunan
sumberdaya manusia ditujukan untuk membangun sumberdaya manusia
Kabupaten Rembang yang berkualitas dan berdaya saing, yang diukur dari
indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender
(IPG), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Sasarannya adalah:
1. Meningkatnya kualitas dan tingkat pendidikan masyarakat, dengan ukuran
rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah (tahun);
2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dengan indikator, dengan
indikator angka harapan hidup (tahun);
3. Meningkatnya serapan dan produktivitas tenaga kerja, dengan indikator
tingkat partisipasi angkatan kerja (persen) dan produktivitas tenaga kerja
(rupiah per kapita).
Guna mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sumberdaya manusia
Kabupaten Rembang maka kebijakannya mengarah pada:
1. Penguatan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan;
2. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak;
3. Peningkatan kualitas tenaga kerja berbasis kompetensi.
Sedangkan strategi yang akan diimplementasikan meliputi:
1. Perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan melalui:
a. peningkatan keterjangkauan biaya pendidikan dengan program
sekolah gratis untuk pendidikan dasar, menengah dan khusus;
b. pengembangan kurikulum berbasis skill, knowledge, attitude;
c. pengembangan learning culture;
B A B V | 289
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
d. peningkatan distribusi prasarana dan sarana pendidikan dengan
mendorong pendirian sarana dasar di setiap Kecamatan dan desa;
e. peningkatan kualitas, dan distribusi pendidik dan tenaga
kependidikan;
f. peningkatan manajemen mutu penyelenggaraan pendidikan;
g. pengoptimalan peran lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam
mendukung pengembangan pendidikan;
h. pengefektifan kerjasama dengan perguruan tinggi dalam membangun
strategi peningkatan kualitas pendidikan;
i. pengembangan teknologi informasi dalam mendukung
pengembangan pendidikan;
j. peningkatan pengembangan pendidikan khusus dan inklusi;
k. peningkatan literasi masyarakat terutama anak usia sekolah;
l. pengembangannilai-nilai budaya terutama pada anak usia sekolah;
2. Peningkatan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif melalui
upaya:
a. peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh lapisan
masyarakat
b. peningkatan dan pemerataan prasarana dan sarana kesehatan,
c. peningkatan upaya penerapan paradigma sehat,
d. peningkatan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan,
e. pembudayaan/pemassalan olahraga dan kegemaran (hobi) warga
masyarakat yang positif;
3. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak, serta
pembangunan keluarga, dengan membangun gerakan perubahan cara
pandang masyarakat tentang hak perempuan, pemenuhan hak anak, serta
perlindungan perempuan dan anak.
4. Penyiapan tenaga kerja yang memiliki kompetensi, kualifikasi, dan berdaya
saing tinggi melalui:
a. pembuatan sistem informasi ketanagakerjaan (labor marketplace) yang
handal dan komprehensif;
B A B V | 290
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
b. peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja berbasis
kompetensi (standar, pelatihan, sertifikasi);
c. perluasan lapangan kerja dengan pengembangan industri padat karya;
d. pengembangan wirausaha, termasuk wirausaha pemuda;
e. pengembangan pusat-pusat ekonomi baru terutama dalam rangka
pengembangan ekonomi desa;
f. pengembangan budaya inovatif.
Berikut gambaran kebijakan peningkatan kualitas hidup dan daya
saing sumberdaya manusia Kabupaten Rembang dalam tabel.
B A B V | 291
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.2. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Pembangunan Kualitas Hidup dan
Daya Saing Sumber Daya Manusia
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi
Membangun sumberdaya
manusia yang
berkualitas dan berdaya
saing
1. Indeks Pembangunan
Manusia
1. Meningkatnya kualitas
tingkat
pendidikan masyarakat;
2. Meningk
atnya derajat
kesehatan masyarakat;
1. Rata-rata lama sekolah (tahun)
2. Harapan lama
sekolah (tahun) 3. Usia harapan hidup
(tahun)
1. Perbaikan kualitas dan akses penyelenggaraan pendidikan melalui:
a. peningkatan keterjangkauan biaya
pendidikan dengan program sekolah gratis untuk pendidikan dasar,
menengah dan khusus;
b. pengembangan kurikulum berbasis skill,
knowledge, attitude; c. pengembangan learning culture;
d. peningkatan distribusi prasarana dan
sarana pendidikan dasar di setiap Kecamatan dan desa;
e. meningkatkan kualitas, dan distribusi
pendidik dan tenaga pendidik; f. meningkatkan manajemen mutu
penyelenggaraan pendidikan;
g. mengoptimasi peran lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam mendukung
pengembangan pendidikan;
h. mengefektifkan kerjasama dengan
perguruan tinggi dalam membangun strategi peningkatan kualitas pendidikan;
i. pengembangan teknologi informasi dalam
mendukung pengembangan pendidikan; j. peningkatan pengembangan pendidikan
khusus dan inklusi;
k. peningkatan minat baca masyarakat terutama anak usia sekolah;
l. pengembangan nilai- nilai budaya
terutama pada anak usia sekolah;
2. Meningkatkan upaya promotif, preventif,
B A B V | 292
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi
kuratif, dan rehabilitatif melalui upaya: a. peningkatan akses pelayanan kesehatan
untuk seluruh lapisan masyarakat
b. peningkatan dan pemerataan prasarana dan sarana kesehatan,
c. peningkatan kualitas dan distribusi
tenaga kesehatan;
d. pembudayaan/ pemassalan olahraga
3. Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak, serta
pembangunan keluarga, dengan
membangun gerakan perubahan cara pandang masyarakat tentang hak
perempuan, pemenuhan hak anak, serta
perlindungan perempuan dan anak
2. Indeks
Pembangunan Gender
1. Meningkatnya
Akses Pendidikan bagi
Perempuan
2. Meningkatnya
Akses Kesehatan bagi Perempuan
1. Rata-rata lama
sekolah penduduk perempuan
2. Harapan Lama
Sekolah bagi penduduk
perempuan 3. Angka harapan hidup
bagi penduduk
perempuan
1. Perbaikan akses pendidikan bagi
penduduk perempuan usia sekolah. 2. Perbaikan pelayanan kesehatan bagi
penduduk perempuan
3. Pemberdayaan ekonomi perempuan,
terutama perempuan kepala keluarga dan dari keluarga miskin
3. Tingkat Pengangguran
Terbuka (%)
3. Meningkatnya serapan dan
produktivitas
tenaga kerja
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
2. Tingkat produktivitas
tenaga kerja
(Rp/kapita)
4. Mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi, kualifikasi, dan
berdaya saing tinggi melalui:
a. mendorong peningkatan keterampilan
dan keahlian tenaga kerja berbasis kompetensi (standar, pelatihan,
sertifikasi);
b. memperluas lapangan kerja dengan pengembangan industri padat karya;
c. mendorong pengembangan wirausaha,
termasuk wirausaha pemuda; d. mendorong kebijakan pengembangan
B A B V | 293
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi
pusat-pusat ekonomi baru terutama dalam rangka pengembangan ekonomi
desa;
e. mengembangkan budaya inovatif.
B A B V | 294
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.3. Agenda Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan di Kabupaten Rembang masih merupakan pekerjaan
rumah yang utama untuk bisa di atasi. Persoalan ini menjadi semakin penting
terlebih dengan adanya dampak penyebaran Covid-19 yang memukul sektor
ekonomi dan ketenagakerjaan di Kabupaten Rembang. Sebetulnya, sudah
terdapat kemajuan yang berarti dalam pengurangan kemiskinan, namun
demikian konsistensi penurunannya masih perlu diperkuat lagi. Upaya ini
menjadi semakin mendesak Covid-19 dipercaya turut berkontribusi pada
keparahan kemiskinan, termasuk di Kabupaten Rembang. Penguatan daya tahan
masyarakat menjadi tidak terhidnarkan. Mengingat kemiskinan merupakan
persoalan yang kompleks, yang tidak bisa ditangani secara instan tanpa
kerjasama dari berbagai pihak, maka upaya penanggulangan kemiskinan
dilakukan dengan melibatkan setiap unsur pemangku kepentingan, mulai dari
pemerintah provinsi, Kabupaten/kota, pemerintah pusat, serta unsur swasta dan
masyarakat.
Dalam agenda kebijakan pembangunan Kabupetan Rembang kedepan,
penanggulangan kemiskinan masih menjadi agenda utama yang harus dilakukan,
yang bertujuan untuk menurunkan penduduk miskin di Kabupaten Rembang.
Sasaran utamanya adalah menurunnya penduduk miskin perdesaan (yang lebih
dominan) dan penduduk miskin perkotaan secara proporsional.
Upaya penanggulangan kemiskinan dalam lima tahun kedepan, termasuk
didalamnya sebagai akibat dari Covid-19, akan mulai difokuskan pada dua hal
utama yaitu penyediaan akses layanan kebutuhan dasar (basic life access) dan
penguatan penghidupan yang berkelanjutan (sustainable livelihood). Penguatan
sustainable livelihood mengarah pada penguatan mata pencaharian masyarakat
miskin agar berkelanjutan, sehingga pendekatan-pendekatan yang bersifat
pemberdayaan dan pendampingan lebih ditekankan.
Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan kemiskinan
dijabarkan sebagai berikut.
1. Penyediaan basic life access untuk penduduk miskin perkotaan dan
perdesaan meliputi:
B A B V | 295
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
a. Penyediaan akses fasilitas untuk rumah layak termasuk fasilitas air
bersih, sanitasi, listrik, komunikasi,
b. Penanganan kawasan permukiman kumuh,
c. Penyediaan ases pendidikan, kesehatan, dan pangan,
d. Perlindungan sosial bagi masyarakat,
e. Kepemilikan administrasi kependudukan,
f. Fasilitasi kepemilikan sertifikat lahan;
2. Penguatan sustainable livelihood meliputi:
a. Fasilitasi akses terhadap aset, modal, manajemen, dan pasar,
b. Penciptaan start up wirausaha baru,
c. Peningkatan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja,
d. Pemberdayaan ekonomi kelompok dan PMKS,
e. Peningkatan keperantaraan untuk mendukung kolaborasi lembaga
pemerintah, non-pemerintah dan swasta,
3. Dukungan implementasi strategi tersebut dengan perkuatan basis data,
basis spasial, berbasis komunitas dan pendampingan yang kontinyu, serta
pelibatan pihak lain (non pemerintah).
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penanggulangan
kemiskinan di Jawa Tengah dalam lima tahun kedepan adalah persentase
penduduk miskin secara total maupun dilihat dari persentase penduduk miskin
perdesaan dan perkotaan. Berikut gambaran kebijakan penanggulangan
kemiskinan di Rembang dalam diagram dan tabel.
B A B V | 296
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Gambar 5.2. Penanggulangan Kemiskinan
B A B V | 297
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.3. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Penanggulangan Kemiskinan
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Startegi
Penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten
Rembang
Angka
Kemiskinan (%)
Menurunnya
penduduk miskin
Persentase
penduduk miskin
1. Penyediaan basic life access untuk penduduk miskin
perkotaan dan perdesaan meliputi: a. akses rumah layak termasuk air bersih, sanitasi,
listrik,komunikasi, b. penanganan kawasan permukiman kumuh, c. akses pendidikan, kesehatan, dan pangan,
d. perlindungan sosial bagi masyarakat, e. kepemilikan administrasi kependudukan,
f. fasilitasi kepemilikan sertifikat lahan; 2. Penguatan sustainable livelihood meliputi:
a. fasilitasi akses terhadap aset, modal, manajemen, dan pasar,
b. penciptaan start up wirausaha baru, c. peningkatan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja, d. pemberdayaan ekonomi kelompok dan PMKS;
e. peningkatan keperantaraan untuk mendukung kolaborasi lembaga pemerintah, non-pemerintah dan swasta;
3. Dukungan implementasi strategi tersebut dengan perkuatan basis data, basis spasial, berbasis komunitas dan
pendampingan yang kontinyu, serta pelibatan pihak lain (non pemerintah).
B A B V | 298
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.4. Agenda Kebijakan Ketersediaan Air Baku
Optimalisasi penyediaan air baku secara kuantitas maupun kualitas
menjadi agenda kebijakan yang sangat mendesak di Kabupaten Rembang.
Karakteristik wilayah Kabupaten yang sebagian besar berupa lahan kering dan
sebagian konsentrasi daerah aliran sungai hanya berada pada beberapa wilayah
saja menyebabkan kerentanan dalam penyediaan air baku. Pada sisi lainnya,
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah yang didorong oleh posisi
strategis wilayah, kebijakan pengembangan wilayah, pertumbuhan penduduk dan
daya beli masyarakat yang meningkat membutuhkan sumber daya air khususnya
air baku bertambah. Kebutuhan akan air baku ini tidak hanya untuk pemenuhan
hajat hidup orang banyak sehari-hari berupa air minum dan air bersih, namun
juga untuk tujuan proses produksi di sektor industri maupun untuk produksi di
sektor pertanian dalam arti luas berupa irigasi.
Optimalisasi penyediaan air baku secara kuantitas maupun kualitas
merupakan salah satu upaya perwujudan peningkatan pembangunan struktur
ruang berupa jaringan infrastruktur sumber daya air. Dapat ditempuh dengan
beragam pendekatan atau cara baik secara alamiah maupun secara pemanfaatan
teknologi. Upaya secara alamiah dapat dilakukan salah satunya melalui
pemanenan air hujan, yaitu suatu teknis penampungan dan penyimpanan air
yang bersumber dari hujan pada media seperti waduk, embung ataupun
bendungan dalam skala besar maupun penampungan dan penyimpanan pada bak
penampungan skala rumah tangga. Proses memanen air hujan merupakan upaya
yang ditempuh untuk meningkatkan akses terhadap persediaan air yang
diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari akan air bersih. Juga penampungan air hujan yang secara skala besar
pada waduk, embung dapat juga dipergunakan untuk memberikan manfaat bagi
proses pengawasan dan akses layanan untuk produksi pertanian (irigasi) maupun
proses produksi industri.
Selain pemanenan air hujan, optimalisasi penyediaan air baku secara
kualitas maupun kuantitas dapat juga dilakukan melalui pendayagunaan air
permukaan daerah aliran sungai yang kemudian ditampung dan dimanfaatkan
sebagai air baku pada waduk/embung dalam rangka menciptakan daya dukung
dan ketahanan air.
Upaya perwujudan dalam rangka penyediaan air baku ini dapat dilakukan
melalui program dan kegiatan utama berupa:
1. Konservasi lahan pada kawasan resapan air;
2. Pemetaan/survey potensi sumber air baku;
B A B V | 299
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3. Pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur sumber daya air
(waduk/embung)
4. Perbaikan jaringan irigasi;
5. Pembebasan lahan potensial untuk pembangunan embung/waduk pada
wilayah yang sulit air khususnya di Kecamatan Sulang dan Kecamatan
Bulu;
6. Riset-litbang tentang sanitasi lingkungan dan kualitas potensi air baku
7. Pengembangan kelembagaan pengelolaan sumber daya air baku secara
terpadu
8. Pengembangan sistem pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan sumber daya air baku berbasis teknologi informasi
B A B V | 300
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.4. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Kebijakan Ketersediaan Air Baku
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
Meningkatka
n kuantitas dan kualitas
ketersediaan air baku
Persentase
cakupan ketersediaa
n air baku untuk kebutuhan
pertanian dan
industri serta
kebutuhan pokok
sehari-hari
1. pertumbuhan
jaringan air permukaan
sungai, waduk dan embung
Persentase
Pertumbuhan jaringan air
permukaan
Pengembangan air permukaan sungai, waduk dan embung
1. Konservasi sumber daya air permukaan sungai, waduk dan embung
2. Pendayagunaan sumber daya air permukaan sungai 3. Pengendalian daya rusak air sungai, waduk dan embung
2. Pertumbuhan
area resapan air
Persentase
pertumbuhan resapan air
Pembuatan area resapan air melalui program konversi lahan
tidak produktif 1. Pembuatan embung-embung untuk kebutuhan air baku,
pertanian, industri dan pengendalian banjir 2. Pengembangan embung di kawasan yang sulit untuk
mendapatkan air bersih
3. Konservasi embung-embung eksisting
3. Pertumbuhan jaringan air bersih
Persentase pertumbuhan jaringana air
bersih
Pengembangan jaringan air bersih 1. Pembangunan bendungan di sungai-sungai yang
potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air
bagi keperluan cadangan air baku 2. Pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan
perkotaan 3. Pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan
dari sumber air tanah dan air permukaan
B A B V | 301
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
4. Pertumbuhan pembangunan
jaringan irigasi kewenangan
Kabupaten dalam kondisi baik
Persentase pertumbuhan
pembangunan jaringan irigasi
kewenangan Kabupaten
Peningkatan pengawasan dan akses layanan jaringan irigasi untuk memenuhi luasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan
5. Pengembangan dan
pendayagunaan air tanah yang
terdapat dalam lapisan batuan
yang mengandung air di bawah
permukaan tanah, termasuk
mata air yang muncul secara
alamiah di atas permukaan tanah
Pertumbuhan pemanfaatan
daya guna air tanah dan
mata air
Pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi teknis
B A B V | 302
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.5. Agenda Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Pengurangan Kesenjangan
Wilayah serta Pemantaban Infrastruktur
Pembangunan sektoral harus dilaksanakan secara bertahap dan kontinyu
dengan memerhatikan sinergitas kinerja di tiap sektor. Kurangnya ketepatan
pengkombinasian pembangunan antarsektor akan menyebabkan suatu wilayah
menjadi kontraproduktif hingga menimbulkan kesenjangan antarwilayah.
Pembangunan wilayah yang memerhatikan aspek keruangan, yang diikuti dengan
pemantaban infrastruktur, menjadi penting dilakukan agar ruang dan sumber
daya yang ada dapat memberikan manfaat untuk kegiatan ekonomi demi sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat.
Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Dengan
memerhatikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan paradigma yang
berkembang dalam penataan ruang, wilayah Kabupaten Rembang akan
dihadapkan pada berbagai kompleksitas persoalan ekonomi, sosial
kemasyarakatan, maupun lingkungan yang memerlukan perhatian dan
penanganan secara terpadu.
1. Arah Pengembangan Wilayah Kabupaten Rembang
Sebagai bentuk upaya mengoptimalkan pengembangan wilayah maka
ditetapkan arah pengembangan menjadi tiga wilayah pembangunan sebagai
berikut:
Gambar 5.3
Wilayah Pengembangan Kabupaten Rembang
B A B V | 303
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
a. Wilayah Pengembangan Utara
Merupakan wilayah yang berada di bagian utara Kabupaten Rembang
yang meliputi wilayah Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang,
Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan dan Kecamatan
Sarang. Pusat pengembangan wilayah berada di Kota Rembang yang
diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan perikanan
dan kelautan, pariwisata, perdagangan dan jasa, industri, permukiman
dan pemerintahan. Berdasarkan karakteristik wilayah pengembangan,
dapat dibedakan menjadi: (1) wilayah pengembangan utara-barat meliputi
Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Rembang; (2) wilayah pengembangan
utara-tengah meliputi Kecamatan Lasem dan Kecamatan Pancur; serta (3)
wilayah pengembangan utara-timur meliputi Kecamatan Sluke, Kecamatan
Kragan dan Kecamatan Sarang.
Berkembangnya potensi kelautan dan perikanan, ditunjang dengan
ketersediaan sentra produksi perikanan dan kelautan, pelabuhan
perikanan. Potensi pariwisata, dengan tersedianya aksesibilitas menuju
kawasan pariwisata, terbentuknya kawasan penunjang pariwisata,
mempertahankan dan mengembangkan kawasan pariwisata.
Berkembangnya potensi ekonomi lokal melalui industri kreatif baik berupa
industri untuk mengolah hasil perikanan, pertanian, peternakan, maupun
industri kerajinan lainnya serta dengan mengatur perkembangan kegiatan
perdagangan dan jasa di sepanjang koridor jalan pantai utara.
Meningkatnya kawasan RTH perkotaan menjadi kawasan dengan
pelayanan lebih tinggi agar dapat dinikmati oleh masyarakat serta
tersedianya kawasan RTH pada pengembangan permukiman baru.
Meningkatnya kualitas permukiman dan kawasan perumahan melalui
pengaturan kegiatan rumah layak huni dengan kegiatan usaha, serta
menetapkan lokasi pengembangan kegiatan rumah tunggal, rumah
kampung, dan perumahan yang dibangun pengembang.
b. Wilayah Pengembangan Selatan-Barat
Merupakan wilayah yang berada di bagian selatan Kabupaten
Rembang yang meliputi wilayah Kecamatan Sulang, Kecamatan Sumber,
Kecamatan Bulu dan Kecamatan Pamotan. Pusat pelayanan wilayah
berada di kota Pamotan diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama
untuk kegiatan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
pariwisata, perdagangan dan jasa. Berkembangnya potensi pertanian,
pariwisata, adanya penambahan atraksi wisata, tersedianya fasilitas dan
utilitas umum, aksesbilitas yang memadai.
B A B V | 304
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berkembangnya potensi pertanian tanaman pangan dan perkebunan
diwujudkan dengan tersedianya aksesibilitas untuk mendukung
pergerakan komoditas pertanian, terbentuknya kawasan pertanian pangan
dan perkebunan yang terpadu dan berdaya saing serta pengelolaan dan
manajemen lahan pertanian pangan dan perkebunan berbasis agrobisnis.
Berkembangnya ekonomi lokal melalui agrobisnis, baik berupa pertanian
pangan, perkebunan maupun kekayaan sumber daya alam lainnya, serta
mengatur pengelolaan hasil sumber daya alam yang dikelola oleh
masyarakat lokal. Meningkatnya potensi lokal tersebut, ikut serta dalam
peningkatan perekonomian lokal dan kegiatan perdagangan dan jasa di
wilayah pengembangan selatan-barat.
c. Wilayah Pengembangan Selatan-Timur
Merupakan wilayah yang berada di bagian selatan Kabupaten
Rembang meliputi Kecamatan Sale, Kecamatan Gunem dan Kecamatan
Sedan. Pusat pelayanan berada di Kecamatan Sale. Wilayah
pengembangan ini diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, industri perkebunan, hasil
hutan, pertambangan dan pariwisata.
Berkembangnya potensi pertanian, perkebunan dan hasil hutan
diwujudkan dengan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas umum
sebagai penunjang kegiatan pertanian dan pariwisata. Berkembangnya
ekonomi lokal melalui industri kreatif baik berupa industri untuk
mengolah hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan
maupun industri kerajinan lainnya serta dengan mengatur perkembangan
kegiatan sentra produksi di sepanjang koridor perbatasan dengan
Kabupaten Blora. Meningkatnya potensi lokal tersebut, ikut serta dalam
peningkatan perekonomian lokal dan kegiatan perdagangan dan jasa di
wilayah pengembangan selatan-timur.
2. Prioritas Pengembangan Wilayah
Dengan mempertimbangkan potensi sektor unggulan di masing-masing
Kecamatan, pengembangan wilayah Kabupaten Rembang selama kurun
waktu 2021-2025 akan dilakukan melalui intervensi dengan prioritas sebagai
berikut:
a. Wilayah Pengembangan Utara
Sebagai pusat pemerintahan dan pintu gerbang masuk pada jalur
pantai utara Jawa, perkembangan wilayah yang begitu pesat masih belum
diimbangi oleh akses air baku dan penyediaan infrastruktur layanan dasar
B A B V | 305
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
dan tata guna lahan yang memadai. Implikasinya sebagian wilayah
berkembang menjadi peruntukan yang tidak teratur dan munculnya
permukiman kumuh. Dari aspek tipologi kumuh yang terjadi adalah
kumuh padat perkotaan dan kumuh sempadan pantai, dengan kategori
kumuh ringan dan prioritas penanganan rendah. Permasalahan utama
yang terjadi adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perilaku
hidup bersih dan sehat, tidak berdayanya masyarakat berpenghasilan
rendah dalam pemenuhan rumah sehat dan layak huni, ketidakteraturan
bangunan, serta keberadaan bangunan yang tidak sesuai aturan.
Masalah persampahan yang terjadi adalah masih adanya kawasan
tidak dilengkapi sarana prasarana sampah sesuai persyaratan teknik,
kawasan terlayani sarana prasarana sampah namun tidak terpelihara, dan
masih terdapat beberapa rumah tangga yang tidak terlayani pengangkutan
sampahnya. Selain masalah persampahan, terdapat pula masalah
drainase seperti adanya kawasan yang mengalami genangan ketika musim
hujan, adanya kawasan yang tidak terlayani saluran drainase, saluran
drainase yang tidak terhubung pada sistem perkotaan hingga saluran
drainase yang tidak memadai dan tidak terpelihara, tidak memiliki sistem
pengolahan limbah rumah tangga sesuai persyaratan sehingga terjadi
pencemaran lingkungan dan sebagian tidak mendapatkan akses air bersih
yang aman dan layak.
Pengembangan Wilayah Utara ditetapkan sebagai pusat kegiatan
kelautan dan perikanan, pariwisata, budaya, perdagangan dan jasa,
industri, permukiman serta pemerintahan. Di Wilayah Pengembangan
Utara terdapat objek wisata petilasan Sunan Bonang. Keberadaan daya
tarik wisata ini ini sejalan dengan penetapan fungsi Pengembangan
Wilayah Utara sebagai pusat kegiatan pariwisata. Daya tarik wisata di
perkotaan Lasem maupun Rembang dapat menjadi faktor atraksi bagi
para wisatawan untuk berkunjung dan berimplikasi terhadap perputaran
roda ekonomi lokal. Pada Pengembangan Wilayah Utara ini juga terdapat
pelabuhan Rembang dan Pelabuhan Sluke yang diarahkan sebagai
pelabuhan pengumpul. Demikian juga keberadaan pusat pemerintahan
yang dapat dijadikan trigger pengembangan lokal Wilayah Pengembangan
Utara. Penetapan kawasan peruntukan industri/kawasan industri melalui
RTRW Provinsi Jawa Tengah dan didukung oleh Perpres 79 Tahun 2019
tentang Percepatan Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Tengah bisa
menjadi pemicu perkembangan dan pertumbuhan wilayah bagian utara
Kabupaten Rembang.
B A B V | 306
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Mengacu pada arahan fungsi, tujuan dari Wilayah Pengembangan
Utara adalah mengembangkan wilayah sebagai pelabuhan pengumpul,
perikanan, daya tarik wisata berskala nasional sebagai destinasi unggulan
khususnya daya tarik budaya, pelayanan permukiman, dan
perdagangan/jasa dan pusat pemerintahan. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, dan mempertimbangkan potensi yang ada, maka sasaran yang
ditetapkan adalah: 1) terciptanya kawasan pelabuhan pengumpul; 2)
terciptanya kawasan perikanan; 3) terciptanya kawasan industri; 4)
terciptanya kawasan pariwisata; 5) terciptanya kawasan permukiman
layak huni perkotaan; 6) terciptanya pusat perdagangan/jasa; 7)
terciptanya pusat pemerintahan.
Berdasarkan potensi dan arahan fungsi dalam RTRW, serta
mendukung tujuan dan sasaran, ditetapkan strategi dan arah kebijakan
pengembangan. Setiap sasaran memiliki strategi sebagai ide dasar untuk
tercapainya sasaran, dan setiap strategi memiliki arah kebijakan
pelaksanaannya. Berikut merupakan penjabaran strategi dan arah
kebijakan dari empat sasaran yang telah dirumuskan.
B A B V | 307
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.5. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Wilayah Utara
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mengembangkan Wilayah Utara
sebagai pusat perikanan dan
kelautan, pelabuhan, industri, pariwisata unggulan nasional,
pelayanan permukiman, dan
perdagangan/jasa dan pusat pemerintahan.
Menjadikan pusat
pertumbuhan ekonomi baru
di sekitar kawasan pelabuhan
Pengembangan ekonomi di
wilayah sekitar Pelabuhan Rembang dan Pelabuhan Sluke
sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi baru
Menyediakan fasilitas-fasilitas
untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi baru di sekitar wilayah pelabuhan
Terciptanya kawasan perikanan
Pengembangan budidaya
perikanan dan kelautan serta perikanan tangkap dan fasilitas
pelabuhan perikanan
Meningkatkan industri pengolahan perikanan
Terciptanya kawasan pariwisata yang berwawasan
budaya
Pengembangan kawasan wisata Lasem dan sekitarnya sebagai
kawasan wisata budaya
1. Menyediakan fasilitas
pendukung destinasi wisata
2. Meningkatkan pemasaran
pariwisata
3. Meningkatkan kinerja
kelembagaan guna
mengembangkan pariwisata
Terciptanya kawasan
permukiman layak huni
Pengembangan permukiman
berbasis masyarakat
1. Memberdayakan masyarakat
dalam peningkatan kualitas
permukiman
2. Mengembangkan usaha
pengolahan sampah berbasis
masyarakat
3. Pendampingan peningkatan kualitas lingkungan oleh
pemerintah
B A B V | 308
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Terciptanya kawasan industri dan pusat
perdagangan/jasa
Pengembangan kawasan peruntukan industri dan
perdagangan
1. Menyediakan layanan pendukung kawasan peruntukan
industri dan pusat perdagangan
dan jasa
2. Pemberian intensif kepada para
investor yang akan melakukan investasi
Terwujudnya kawasan pelayanan pemerintahan
yang terpadu
Pengembangan pelayanan pemerintahan berbasis Teknologi
Informasi (Smart City)
1. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan
2. Meningkatkan pendayagunaan teknologi informasi untuk
mengakses layanan pemerintahan
oleh masyarakat
B A B V | 309
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
b. Wilayah Pengembangan Selatan-Barat
Sebagai wilayah yang memiliki potensi di bidang sumber daya alam
dan industri kecil, tidak diimbangi oleh sarana dan prasarana penunjang
seperti tempat pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan,
akses jalan serta sistem telekomunikasi dan informasi. Terbatasnya
penyedian sarana dan prasarana penunjang tersebut, berimplikasi
terhadap pengembangan wilayah bagian selatan-barat ini seperti belum
optimalnya pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam. Pergerakan
hasil produksi alam juga terhambat karena sarana dan prasarana
pendukung aliran barang belum tersedia secara baik dan menyeluruh.
Terbatasnya sarana dan prasarana tersebut juga menjadikan
perkembangan industri kecil yang terdapat di bagian selatan-barat ini
lambat serta mendorong adanya disparitas antar daerah di wilayah bagian
selatan-barat.
Pemerataan pembangunan diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan
yang dengan pusat pemerintahan di bagian pantai utara. Karena bagian
selatan-barat saat ini kondisinya relative belum berkembang. Melalui
peningkatan aksesibilitas, diharapkan pengembangan akan terjadi
sehingga masalah kesenjangan pembangunan dapat teratasi.
Mengacu pada arahan fungsi, tujuan dari pengembangan adalah
mengembangkan wilayah sebagai pusat pengembangan pertanian,
perkebunan, pariwisata serta pelayanan permukiman, perdagangan dan
jasa, industri kecil. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dan
mempertimbangkan potensi yang ada, maka sasaran yang ditetapkan
adalah: 1) terciptanya kawasan pertanian terpadu; 2) terciptanya kawasan
permukiman layak huni; 3) terciptanya pusat perdagangan/jasa; 4)
terciptanya klaster industri kecil dan industri ringan yang terpadu.
Berdasarkan potensi dan arahan fungsi dalam RTRW, serta
mendukung tujuan dan sasaran, ditetapkan strategi dan arah kebijakan
pengembangan. Setiap sasaran memiliki strategi sebagai ide dasar untuk
tercapainya sasaran, dan setiap strategi memiliki arah kebijakan
pelaksanaannya. Berikut merupakan penjabaran strategi dan arah
kebijakan dari tiga sasaran yang telah dirumuskan.
B A B V | 310
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.6. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Wilayah Selatan-Barat
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mengembangkan wilayah bagian
tengah sebagai pusat pengembangan
pertanian, pariwisata serta pelayanan permukiman,
perdagangan dan jasa, industri kecil
dan industri ringan.
Terciptanya kawasan pertanian
berkelanjutan Pengembangan sentra produksi
Peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Pengembangan akses modal,
teknologi dan pasar
Pemberdayaan petani
Pengembangan sarana produksi
Terciptanya kawasan
permukiman layak huni
Pengembangan permukiman
berbasis masyarakat
Memberdayakan masyarakat
dalam peningkatan kualitas permukiman
Mengembangkan usaha
pengolahan sampah berbasis
masyarakat
Pendampingan peningkatan kualitas lingkungan oleh
pemerintah
Terciptanya iklim perdagangan
jasa dan yang kondusif
Pengembangan kawasan
perdagangan dan jasa
Menyediakan layanan
pendukung kawasan perdagangan dan jasa
Terciptanya industri kecil dan indutri ringan yang berdaya
saing
Pengembangan klaster industri kecil dan ringan berbasis rumah
tangga yang berkelanjutan
Meningkatkan kemampuan
pelaku industri
Meningkatkan akses terhadap
permodalan
B A B V | 311
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Menjamin ketersediaan bahan
baku industri
Meningkatkan pasar produk
industri
Menyederhanakan proses
pengajuan izin usaha
B A B V | 312
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
c. Wilayah Pengembangan Selatan-Timur
Wilayah pengembangan selatan-timur memiliki potensi di bidang
sumber daya alam dan pariwisata. Keterbatasan dalam penyedian sarana
dan prasarana penunjang serta fasilitas umum, seperti aksesibilitas jalan
yang menghubungkan ke tempat destinasi wisata serta akses jalan
pendukung pergerakan aliran hal sumber daya alam, membuat
perkembangan di bagian selatan-timur lambat. Terbatasnya penyedian
sarana prasarana juga menjadikan perkembangan perkotaan di bagian
selatan Kabupaten Rembang kurang berkembang karena terfokus pada
bagian utara sehingga menyebabkan adanya disparitas antarwilayah.
Topografi berupa perbukitan yang terdapat di wilayah pengembangan
bagian selatan–timur menjadikan wilayah pengembangan ini memiliki
potensi di bidang pariwisata dan sumber daya alam. Keindahan alam
berupa perbukitan menjadi daya tarik pagi para wisatawan untuk
berkunjung di wilayah ini. Potensi pariwisata tersebut tentunya dapat
dijadikan trigger, pendorong perkembangan daerah di sekitarnya. Daerah
di sekitarnya dapat tumbuh dan berkembang menjadi pusat industri
berbasis bahan baku setempat atau sumber daya alam pertambangan
yang dapat menciptakan pusat pertumbuhan aktivitas baru perkotaan dan
perekonomian. Terbentuknya pusat perkotaan baru dapat mendorong
pemerataan pembangunan secara regional Kabupaten Rembang maupun
peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat lokal.
Mengacu pada arahan fungsi, tujuan dari pengembangan adalah
mengembangkan Wilayah Pengembangan Selatan-Timur sebagai pertanian
tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, hasil hutan,
pertambangan, pelayanan permukiman dan pariwisata Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, dan mempertimbangkan potensi yang ada,
maka sasaran yang ditetapkan adalah: 1) terciptanya kawasan pariwisata
yang berwawasan alam; dan 2) terciptanya kawasan permukiman layak
huni; 3) kawasan pertanian yang berkelanjutan; 4) kawasan
pertambangan ramah lingkungan.
B A B V | 313
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Berdasarkan potensi dan arahan fungsi dalam RTRW, serta
mendukung tujuan dan sasaran, ditetapkan strategi dan arah kebijakan
pengembangan. Setiap sasaran memiliki strategi sebagai ide dasar untuk
tercapainya sasaran, dan setiap strategi memiliki arah kebijakan
pelaksanaannya. Berikut merupakan penjabaran strategi dan arah
kebijakan dari tiga sasaran yang telah dirumuskan.
B A B V | 314
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.7. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Wilayah Selatan-Timur
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mengembangkan Wilayah
Pengembangan
Utara sebagai pertanian tanaman
pangan dan
hortikultura, perkebunan, hasil
hutan, pelayanan
permukiman dan pariwisata
Terciptanya kawasan
pertambangan ramah
lingkungan
Pengembangan
pertambangan
mineral
Pengembangan produktivitas pertambangan dengan
teknologi ramah lingkungan
Pengembangan nilai tambah ekonomi masyarakat di sekitar kawasan pertambangan
Pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru
Terciptanya kawasan
pertanian berkelanjutan
Pengembangan sentra
produksi
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Pengembangan akses modal, teknologi dan pasar
Pemberdayaan petani
Pengembangan sarana produksi
Terciptanya kawasan
permukiman layak huni
Pengembangan
permukiman berbasis masyarakat Memberdayakan masyarakat dalam peningkatan
kualitas permukiman
B A B V | 315
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
Mengembangkan usaha pengolahan sampah
berbasis masyarakat
Pendampingan peningkatan kualitas lingkungan oleh
pemerintah
Terciptanya kawasan
pariwisata yang
berwawasan alam
Pengembangan daya
tarik wisata sebagai kawasan wisata
ekologi
Menyediakan fasilitas pendukung destinasi wisata dan daya tarik wisata
Meningkatkan pemasaran pariwista
Meningkatkan kinerja kelembagaan dan industri
pariwisata
B A B V | 316
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
3. Arah Kebijakan dan Strategi Kebijakan Pengembangan Wilayah
Dalam rangka pencapaian tujuan pengembangan wilayah Kabupaten
Rembang, maka dilakukan strategi pengembangan wilayah Kabupaten
Rembang melalui:
a. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan layanan
pendidikan dan kesehatan
b. Peningkatan tata kelola lingkungan sehat
c. Membudayakan pendidikan karakter unggul dan kreativitas masyarakat
melalui ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
d. Percepatan pengentasan masyarakat miskin
e. Peningkatan kualitas penduduk dan pemberdayaan masyarakat untuk
daya saing tenaga kerja, produktivitas dan kemandirian ekonomi
f. Peningkatan kualitas aparatur dan manajemen kinerja pembangunan
melalui optimalisasi pemanfaatan basis data (kependudukan, sektoral
dan kewilayahan) dan teknologi informasi
g. Peningkatan kuantitas dan kualitas permukiman beserta sarana
prasarana infrastruktur bagi penguatan daya dukung lingkungan sesuai
perkembangan kebutuhan penduduk secara merata dan partisipatif
h. Perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang menuju Kabupaten yang ramah lingkungan, maju
dan sejahtera ekonomi, sosial, budaya melalui optimalisasi partisipasi
masyakarat
Sebagai arahan implementasi sektoral dalam mendukung perwujudan
tujuan pengembangan wilayah di Kabupaten Rembang, maka ditetapkan
arah kebijakan untuk perwujudan strategi pengembangan wilayah
Kabupaten Rembang meliputi:
a. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas penyelenggaraan layanan
pendidikan dan kesehatan melalui peningkatan jumlah fasilitas dan jenis
layanan pendidikan dan kesehatan dengan strategi:
B A B V | 317
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur pelayanan
pendidikan dan kesehatan, meliputi penyebaran peningkatan
kapasitas sekolah dan Puskesmas.
Meningkatkan koordinasi dan jejaring pelayanan pendidikan dan
kesehatan dengan wilayah sekitar.
b. Peningkatan tata kelola lingkungan sehat melalui pencegahan dan
Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup dengan
strategi:
Peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan kawasan,
utamanya mengembangkan kawasan strategis Kabupaten Rembang;
Peningkatan penyelenggaraan penataan ruang berbasis DAS;
Peningkatan ruang terbuka hijau (RTH) pada kawasan strategis
terpilih;
Pengurangan risiko bencana melalui peningkatan kapasitas
kelembagaan penanggulangan bencana dan masyarakat; dan
Meningkatkan koordinasi antar stakeholder dalam penanggulangan
bencana.
c. Membudayakan pendidikan karakter unggul dan kreativitas masyarakat
melalui ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dan mengintegrasikan
kurikulum karakter unggul ke dalam pengembangan media pendidikan
dan informasi publik sebagai kesatuan sistem pendidikan masyarakat
terpadu dengan strategi:
Peningkatan potensi kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan
secara sinergis berkelanjutan dan mendorong pengembangan
perekonomian
Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung sebagai kota eco-
wisata
d. Percepatan pengentasan masyarakat miskin melalui penguatan
kemampuan produktif dan karakter mandiri pada kelompok PMKS dan
rentan miskin, dengan strategi:
B A B V | 318
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan air bersih;
Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan drainase;
Penambahan infrastruktur air limbah (IPAL perkotaan, komunal, dan
kawasan);
Peningkatan sinergisitas kerjasama dalam pengelolaan sampah
perkotaan dan air bersih secara regional; dan
Penambahan ruang-ruang publik berbasis komunitas/masyarakat di
wilayah dengan angka kemiskinan yang relatif tinggi.
e. Peningkatan kualitas penduduk dan pemberdayaan masyarakat untuk
daya saing tenaga kerja, produktivitas dan kemandirian ekonomi melalui
peningkatan produktivitas dan kecukupan bahan kebutuhan pokok;
pengembangan kebijakan untuk peningkatan kecakapan dan
keterampilan dalam sistem budaya meraih keunggulan menuju
kemandirian dan keadilan; peningkatan manajemen pengelolaan
keuangan daerah; dan pengembangan sistem manajemen pembangunan
partisipatif yang akuntabel, mulai dari perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi dengan strategi:
Mengoptimalkan sarana dan prasarana
Mengoptimalkan daya dukung sektor informal
f. Peningkatan kualitas aparatur dan manajemen kinerja pembangunan
melalui optimalisasi pemanfaatan basis data (kependudukan, sektoral
dan kewilayahan) dan teknologi informasi melalui penguatan tata kelola
pemerintahan dan akuntabilitas aparatur melalui sistem manajemen
data dan infomasi (kependudukan, sektoral dan kewilayahan) berbasis
indikator kinerja dengan strategi:
Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan listrik;
Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi; dan
Fasilitasi pemenuhan cakupan sarana komunikasi dan informasi.
g. Peningkatan kuantitas dan kualitas permukiman beserta sarana
prasarana infrastruktur bagi penguatan daya dukung lingkungan sesuai
B A B V | 319
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
perkembangan kebutuhan penduduk secara merata dan partisipatif
melalui:
1) Pemerataan pembangunan infrastruktur dan kawasan permukiman
yang sehat dan berkeadilan dengan strategi:
Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh yang
sehat dan berkeadilan
Peningkatan sarana dan prasarana disabilitas
Mengoptimalkan ekosistem ramah anak
2) Pengembangan sistem transportasi dan lalu lintas yang tertib, lancar,
nyaman, dan selamat dengan strategi:
Peningkatan kualitas dan kapasitas penanganan jalan dan
jembatan;
Peningkatan ketersediaan prasarana sarana dan kebinamargaan
serta kapasitas SDM;
Peningkatan kinerja kondisi baik jalan dan jembatan;
Peningkatan prasarana sarana dan pengembangan antar moda
transportasi publik;
Peningkatan prasarana sarana keselamatan transportasi;
3) Peningkatan pengelolaan sumberdaya air permukaan yang
memberikan keadilan, kemanfaatan dan keselarasan masyarakat
untuk memenuhi berbagai kebutuhan di dalam dan antar kawasan
serta antar kepentingan melalui konservasi sumberdaya air,
pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak
air.Pengenbangan konservasi sumberdaya air untuk melestarikan
kuantitas air dan memelihara kualitas air.
4) Pengelolaan lingkungan kota yang kota berwawasan keamanan dan
keselamatan dengan strategi:
Peningkatan kerjasama dalam pengembangan, penyediaan dan
penanganan infrastruktur dan transportasi strategis untuk
percepatan penanganan kebutuhan dan masyarakat.
B A B V | 320
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.6. Agenda Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Rembang selama ini ditopang oleh tiga sektor
unggulan yaitu sektor pertanian, perikanan dan pariwisata. Dalam 5 tahun
terakhir, pertanian dan perikanan cenderung mengalami penurunan, walau tetap
memberikan kontribusi yang tertinggi dalam menopang ekonomi di Kabupaten
Rembang. Sementara, pariwisata terus mengalami peningkatan dan berkembang
ke arah yang positif. Yang cukup menjanjikan adalah pertambangan dan industri.
Dalam lima tahun kedepan, diproyeksikan sektor pertanian, perikanan dan
pariwisata akan tetap memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi Rembang,
serta didukung dengan sektor pertambangan dan industri yang semakin
meningkat. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung daya saing ekonomi
Rembang yang berbasis pada sektor-sektor unggulan, kebijakan perekonomian
daerah Rembang dalam lima tahun ke depan ditujukan untuk menciptakan
stabilitas perekonomian daerah yang berdaya saing, berbasis potensi unggulan
lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan, dan berkelanjutan yang
diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil. Sasaran yang dituju
fokus pada dua hal yaitu:
1. Meningkatnya pertumbuhan sektor unggulan daerah (pertanian, perikanan,
pariwisata, pertambangan dan industri manufaktur lainnya), dengan
indikator laju pertumbuhan sektor pertanian, perikanan, kontribusi sektor
pariwisata pada PAD, kontribusi sektor pertambangan pada PAD, serta
industri manufaktur (dalam persen);
2. Meningkatnya peran investasi terhadap ekonomi daerah, yang
diindikasikan dengan indikator kinerja dalah laju pertumbuhan investasi
(dalam persen).
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka kebijakan
pembangunan ekonomi Rembang kedepan diarahkan pada penguatan kontribusi
sektor unggulan yang terintegrasi (produksi dan distribusi) dan mengarah pada
digital ekonomi dan ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal. Sedangkan
strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut yaitu:
1. Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan melalui:
B A B V | 321
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
a. peningkatan keterampilan petani dalam pengolahan produk untuk
meningkatkan nilai tambah (on farm menuju off farm),
b. penyediaan bibit, benih yang berkualitas, dan pupuk,
c. pemberian asuransi petani,
d. penyediaan dan pemerataan alsintan,
e. peningkatan prasarana irigasi,
f. pengembangan teknologi tepat guna di bidang pertanian dan
perkebunan;
g. pengembangan jejaring pemasaran berbasis kelompok (corporate
farming),
h. peningkatan mutu dan hasil ternak,
i. peningkatan peran pemerintah dalam keperantaraan melalui revitalisasi
peran pertanian (penyeimbang, penelitian pengembangan, pendapatan
dan pengurangan kemiskinan);
2. Meningkatkan produksi dan kualitas hasil pengolahan perikanan melalui:
a. peningkatan keterampilan nelayan,
b. penyediaan prasarana dan sarana perikanan tangkap (alat tangkap
ramah lingkungan, kapal, TPI),
c. penggunaan benih berkualitas dan pengembangan pakan ikan mandiri,
d. peningkatan kualitas dan kapasitas unit pengolah ikan untuk ekspor;
3. Meningkatkan produksi dan produktivitas industri mikro, kecil, dan menengah
melalui:
a. peningkatan nilai tambah diversifikasi produk, dan hilirisiasi industri,
b. mengembangkan inovasi teknologi produksi,
c. fasilitasi akses permodalan dari perbankan dan lembaga keuangan non
perbankan,
d. meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan digital ekonomi,
e. pengembangan kawasan industri sesuai rencana tata ruang;
4. Mendorong pertumbuhan UMKM melalui:
a. peningkatan kualitas tenaga kerja (tingkat pendidikan dan kualitas
manajerial);
B A B V | 322
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
b. memberikan kemudahan berusaha bagi UMKM (perijinan, pajak);
c. fasilitasi akses permodalan dari perbankan;
d. meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan ekonomi digital;
e. peningkatan infrastruktur produksi, distribusi, promosi, dan jejaring
pemasaran;
f. pengembangan inovasi dan teknologi;
g. pengembangan technopark;
h. fasilitasi standarisasi dan sertifikasi produk UMKM.
5. Mendorong pariwisata berbasis masyarakat melalui:
a. peningkatan kualitas prasarana dan sarana destinasi pariwisata,
manajemen pengelolaan daerah wisata, dan kapasitas pelaku pariwisata;
b. meningkatkan promosi wisata;
c. meningkatkan kerjasama dengan pelaku wisata;
d. meningkatkan aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata.
6. Perbaikan iklim investasi yang semakin kondusif melalui:
a. pemberian kemudahan perijinan investasi (perijinan satu pintu, waktu
perijinan, dan prosedur perijinan);
b. memperbaiki sistem dan layanan perijinan;
c. mengembangkan kebijakan investasi padat karya;
d. mengembangkan digital investment promotion;
e. mengembangkan investasi yang mengakomodasi produk-produk
unggulan Kabupaten/kota;
f. mendorong perwujudan investasi hijau.
B A B V | 323
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.8. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Peningkatan Daya Saing Ekonomi
Daerah
Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran Indikator
Sasaran
Strategi
Menciptakan stabilitas
ekonomi daerah
yang berdaya
saing, berbasis potensi
unggulan daerah,
dan berorienta
si pada ekonomi kerakyata
n
Pertumbuhan ekonomi
(%)
1. Meningkatnya pertumbuha
n sektor unggulan
(pertanian, industri
pengolahan, perdagangan,
pariwisata);
1. Pertumbuhan sektor pertanian (%)
2. Pertumbuhan sektor
industri pengolahan (%)
3. Pertumbuhan sektor perdagangan
dan jasa (%) 4. Pertumbuh
an kontribusi pariwisata pada
PAD (%)
1.Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan melalui: a. peningkatan keterampilan petani
dalam pengolahan produk untuk meningkatkan nilai tambah (on farm
menuju off farm), b. penyediaan bibit, benih yang
berkualitas, dan pupuk, c. pemberian asuransi petani, d. penyediaan dan pemerataan alsintan,
e. peningkatan prasarana irigasi, f. pengembangan teknologi tepat guna di
bidang pertanian dan perkebunan; g. pengembangan jejaring pemasaran
berbasis kelompok (corporate farming), h. peningkatan mutu dan hasil ternak, i. peningkatan peran pemerintah dalam
keperantaraan melalui revitalisasi peran pertanian (penyeimbang,
penelitian pengembangan, pendapatan dan pengurangan kemiskinan);
2. Meningkatkan produksi dan kualitas
hasil perikanan melalui: a. peningkatan keterampilan nelayan, b. penyediaan prasarana dan sarana
B A B V | 324
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
perikanan tangkap (alat tangkap ramah lingkungan, kapal, TPI) dan
perikanan budidaya, c. penggunaan benih berkualitas dan
pengembangan pakan ikan mandiri, d. peningkatan kualitas dan kapasitas
unit pengolah ikan untuk ekspor;
3. Meningkatkan produksi dan produktivitas industri kecil, mikro, dan
menengah melalui: a. peningkatan nilai tambah diversifikasi
produk, dan hilirisiasi industri, b. mengembangkan inovasi teknologi
produksi,
c. fasilitasi akses permodalan dari perbankan dan lembaga keuangan non
perbankan, d. meningkatkan akses pasar dengan
mengembangkan digital ekonomi, e. pengembangan kawasan industri
sesuai rencana tata ruang;
4. Mendorong pertumbuhan UMKM
melalui: a. peningkatan kualitas tenaga kerja
(tingkat pendidikan dan kualitas manajerial),
b. memberikan kemudahan berusaha
bagi UMKM (perijinan, pajak),
B A B V | 325
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
c. fasilitasi akses permodalan dari perbankan,
d. meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan ekonomi digital,
e. peningkatan infrastruktur produksi, distribusi, promosi, dan jejaring pemasaran,
f. pengembangan inovasi dan teknologi, g. pengembangan technopark, serta
h. fasilitasi standarisasi dan sertifikasi produk UMKM;
5. Mendorong pariwisata berbasis
masyarakat melalui: a. peningkatan kualitas prasarana dan
sarana destinasi pariwisata,
manajemen pengelolaan daerah wisata, dan kapasitas pelaku pariwisata;
b. meningkatkan promosi wisata; c. meningkatkan kerjasama dengan
pelaku wisata; d. meningkatkan aksesibilitas menuju
daerah tujuan wisata
2. Meningk
atnya peran
investasi terhadap ekonomi
daerah
5. Pertumbuhan
investasi (%)
6. Perbaikan iklim investasi yang
semakin kondusif melalui: a. pemberian kemudahan perijinan
investasi (perijinan satu pintu, waktu perijinan, dan prosedur perijinan);
b. memperbaiki sistem dan layanan
perijinan;
B A B V | 326
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
c. mengembangkan kebijakan investasi padat karya;
d. mengembangkan digital investment promotion;
e. mengembangkan investasi yang mengakomodasi produk-produk unggulan Kabupaten/kota;
f. mendorong perwujudan investasi hijau.
B A B V | 327
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.7. Agenda Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan,
Lingkungan Hidup serta Penanggulangan Bencana
Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan salah
satu pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam penjabaran rencana pembangunan
jangka panjang daerah Rembang selama ini belum mengarah pada satu visinya
yaitu ―Lestari‖. Maka kebijakan pembangunan daerah dalam pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam lima tahun kedepan harus
dikedepankan, selain juga dalam upaya mitigasi menanggulangi bencana.
Kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan penanggulangan
bencana Kabupaten Rembang tahun 2021-2025 ditujukan dalam rangka menuju
perwujudan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang lestari dan
berkelanjutan, serta adaptif bencana, dengan indikator tujuannya adalah Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup dan Indeks Risiko Bencana. Sasarannya meliputi:
1. Meningkatnya kualitas air dan udara, serta pemenuhan ketersediaan air,
dengan ukuran keberhasilannya adalah indeks kualitas air, indeks kualitas
udara, dan cakupan pemenuhan kebutuhan air baku (persen);
2. Membaiknya kualitas lingkungan pesisir dan pantai, dengan indikator
berupa rasio kawasan lindung perairan dan rasio kawasan mangrove
(dalam persen);
3. Meningkatnya kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko bencana,
dengan indikator indeks kapasitas penanggulangan bencana;
4. Menurunnya kerentanan bencana, dengan indikator indeks kerentanan
bencana.
Arah kebijakan dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan
hidup dan penanggulangan bencana lima tahun kedepan adalah:
1. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang terpadu hulu-
hilir (eco-region based), lintas wilayah menuju pada efisiensi sumberdaya
alam (resource efficiency);
2. Penanggulangan bencana berbasis pengurangan risiko bencana.
Untuk itu maka strategi pengelolaan SDA-LH dan penanggulangan bencana yaitu:
B A B V | 328
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
1. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
melalui:
a. Konservasi sumber daya air di daerah hulu dan tangkapan air;
b. Pengendalian pemanfaatan air (air permukaan dan air tanah);
c. Rehabilitasi kawasan mangrove;
d. Meningkatkan pengendalian sumber pencemaran air, tanah, dan
udara;
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumberdaya
alam dan lingkungan hidup;
f. Meningkatkan pengelolaan limbah secara komunal berbasis kawasan
dan masyarakat;
g. Meningkatkan pengendalian perijinan dan pengawasan usaha
pertambangan;
h. Meningkatkan ruang terbuka hijau;
i. Afirmasi kebijakan rekayasa keberlanjutan pada sektor ekonomi dan
secara spasial.
2. Meningkatkan penanggulangan bencana berbasis pengurangan risiko
bencana melalui upaya:
a. Memperkuat kebijakan dan kelembagaan penanggulangan bencana;
b. Mengembangkan sistem informasi penanggulangan bencana;
c. Meningkatkan penanganan tematik rawan bencana;
d. Meningkatkan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana;
e. Memperkuat kesiapsiagaan dan penanganan darurat;
f. Mengembangkan sistem rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
Berikut gambaran kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan
hidup dan penanggulangan bencana Kabupaten Rembang dalam tabel.
B A B V | 329
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.9. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Pengelolaan Sumberdaya Alam –
Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
Tujuan
Indikator Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
Mewujudkan
sumberdaya alam dan
lingkungan hidup yang
lestari dan berkelanjutan, serta adaptif
bencana
Indeks
Kualitas Lingkungan
Hidup
1. Meningkatnya
kualitas air dan udara, serta
pemenuhan ketersediaan
air; 2. Meningkatnya
luas tutupan
lahan; 3. Membaiknya
kualitas lingkungan
pesisir dan pantai;
1. Indeks
Kualitas Udara
2. Indeks Kualitas Air
3. Indeks Tutupan Lahan
4. Cakupan pemenuhan
kebutuhan air baku (%)
5. Rasio kawasan lindung
perairan (%) 6. Rasio
kawasan mangrove (%)
1. Meningkatkan pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup melalui: a. Konservasi sumber daya air di daerah
hulu dan tangkapan air; b. Pengendalian pemanfaatan air (air
permukaan dan air tanah); c. Rehabilitasi kawasan mangrove dan
terumbu karang;
d. Meningkatkan pengendalian sumber pencemaran air, tanah, dan udara;
e. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam
dan lingkungan hidup; f. Meningkatkan pengelolaan limbah
secara komunal berbasis kawasan
dan masyarakat; g. Meningkatkan pengendalian perijinan
dan pengawasan usaha pertambangan;
h. Meningkatkan ruang terbuka hijau; i. Afirmasi kebijakan rekayasa
keberlanjutan pada sektor ekonomi
dan secara spasial.
B A B V | 330
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan
Indikator Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Strategi
1. Meningkatnya kapasitas
masyarakat dalam menghadapi
risiko bencana;
2. Menurunnya kerentanan
bencana alam
1. Indeks Kapasitas PB
2. Indeks Kerentanan
2. Meningkatkan penanggulangan bencana berbasis pengurangan risiko
bencana melalui upaya: a. Memperkuat kebijakan dan
kelembagaan penanggulangan
bencana; b. Mengembangkan sistem informasi
penanggulangan bencana; c. Meningkatkan penanganan tematik
rawan bencana; d. Meningkatkan efektivitas pencegahan
dan mitigasi bencana;
e. Memperkuat kesiapsiagaan dan penanganan darurat;
f. Mengembangkan sistem rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.
B A B V | 331
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
5.8. Agenda Kebijakan Pemulihan Kondisi Paska Pandemic Covid-19
Pada tanggal 31 Maret 2020 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang atau Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease (Covid-19) sebagai langkah antisipasi dengan ditetapkannya
Covid-19 sebagai pandemi global oleh WHO. Perpu ini ditindaklanjuti oleh Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan dengan menerbitkan Kepetusan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ Nomor
177/KMK.07/2020 tanggal 9 April 2020 tentang Percepatan Penyesuaian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2020 Dalam Rangka
Penanganan Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19), serta Pengamanan Daya
Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional.
Pada tanggal 13 April 2020 Presiden menetapkan Keputusan Presiden
(Keppres) 12/2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. Diktum ketiga dalam
Keppres tersebut memerintahkan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota
menetapkan kebijakan di daerah masing-masing dengan memperhatikan
kebijakan pemerintah pusat. Keppres tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.07/2020 tanggal 16 April 2020 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 Dalam
Rangka Penangangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional. Berdasarkan
kondisi tersebut maka pada tanggal 23 April 2020
Pemerintah Kabupaten Rembang mengeluarkan Peraturan Bupati Rembang
Nomor 14 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Peraturan Bupati Rembang
Nomor 54 Tahun 2019 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Rembang Tahun Anggaran 2020 yang berisi pengurangan
pendapatan dan refocusing program/kegiatan untuk menanggulangi penyebaran
Covid-19.
Kondisi tersebut di atas berdampak pada rancangan RKPD Kabupaten
Rembang tahun 2021. Dimana Pendapatan pemerintah daerah pada tahun 2021
diproyeksikan turun dan perlu melakukan penyesuaian pekerjaan dalam rangka
pemulihan pasca penanggulangan Covid-19 maupun pekerjaanpekerjaan yang
tertunda pada tahun 2020. Selain itu Pemerintah pusat telah melakukan
perubahan tema RKP tahun 2021 dari sebelumnya ―Meningkatkan Industri,
Pariwisata dan Investasi di Berbagai Wilayah Didukung oleh SDM, dan
Infrastruktur untuk Pertumbuhan Berkualitas‖ menjadi ―Mempercepat Pemulihan
B A B V | 332
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Ketahanan Ekonomi dan Kehidupan Masyarakat dengan Fokus Pemulihan
Industri, Pariwisata, Dan Investasi Penguatan Sistem Kesehatan Nasional‖.
Sebagai tindak lanjut Pemerintah Kabupaten Rembang melakukan
perubahan tema dari sebelumnya ―Penguatan Kebersamaan Masyarakat dan
Kondusifitas Daerah Menuju Kestabilan dan Kelestarian Pembangunan‖ menjadi
―Penguatan Kebersamaan Masyarakat dan Kondusifitas Daerah untuk Pemulihan
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Rembang‖.
Dalam rangka mencegah penyebaran virus corona, pada tahun 2020
Pemerintah Kabupaten Rembang telah membentuk Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melalui Keputusan Bupati
Nomor 440/1108/2020. Dimana gugus tugas tersebut terdiri dari tiga kelompok
kerja (pokja). Pokja I terdiri dari Kelompok Kerja Kesehatan, Survailans dan
Deteksi Dini serta Kelompok Kerja Kasus dan Rujukan. Pokja II terdiri dari
Kelompok Kerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan serta Kelompok Kerja
Pencegahan pada Institusi Pendidikan, Keagamaan dan Tempat Umum.
Sedangkan Pokja III terdiri dari Kelompok Kerja Komunikasi dan Informasi Publik
dan Kelompok Kerja. Melalui pembentukan gugus tugas tersebut pemerintah
Kabupaten Rembang telah berupaya meminimalisir penyebaran dan pencegahan
virus corona agar tidak meluas di Kabupaten Rembang.
Pada tahap pemulihan kondisi pasca bencana Covid-19 di Kabupaten
Rembang sendiri diarahkan pada beberapa aspek krusial meliputi aspek
Kesehatan, Industri dan UMKM, Investasi, Pariwisata, Aspek Sosial hingga
Ketahanan Pangan. Dimana pada tahap ini, fokus pemulihan diarahkan pada
upaya pemberdayaan masyarakat dan desa, agar masyarakat dan desa dapat
tanggap dan mandiri dalam menghadapi kondisi luar biasa, khususnya yang
berkaitan dengan penyakit menular. Aspek Kesehatan dilakukan melalui promosi
Kesehatan dengan gerakan masyarakat (germas) hidup sehat, yang diarahkan
pada kegiatan penyediaan sarpras dan alat Kesehatan yang mendukung
penanganan penyakit menular melalui Kawasan sehat pada setiap Kecamatan.
Aspek Industri dan UMKM dilakukan melalui kegiatan penguatan modal usaha
kepada pelaku industry kecil, serta penumbuhan wirausaha baru bagi
masyarakat terdampak Covid- 19 baik melalui pelatihan ataupun permodalan.
Aspek Inovasi dilakukan dengan membuka peluang Kerjasama dengan
investor di sektor Kesehatan dan sektor yang terdampak Covid-19. Aspek
Pariwisata dilakukan dengan promosi pariwisata, penyelenggaraan event
pariwisata bagi masyarakat yang terdampak serta pemenuhan sarana dan
prasarana destinasi wisata. Aspek Sosial dilakukan melalui perbaikan jarring
B A B V | 333
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
pengaman sosial. Sedangkan Aspek Ketahanan Pangan dilakukan dengan
pembentukan Kawasan swasembada pangan.
B A B V | 334
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tabel 5.10. Keterkaitan Tujuan, Sasaran, dan Strategi Beserta Indikator Kinerja Pemulihan Kondisi Paska Pandemic
Covid-19
Tujuan Indikator
Tujuan
Sasaran Indikator
Sasaran
Strategi
Percepatan Pemulihan Pasca
Pandemic Covid-19
Persentase penanganan kesehatan,
pendidikan dan
pemulihan ekonomi
lokal terdampak Covid-19
1. Percepatan pemulihan kesehatan
pasca Covid-19
1. Persentase pemulihan pasien
terinfeksi Covid-19
1. Sosialisasi pencegahan penularan Covid-19; 2.Mendorong partisipasi warga dalam pencegahan penularan Covid-19
3. Memperkuat pemanfaatan teknologi informasi dalam penanganan dan pemulihan Covid-19;
4
2. Percepatan penyesuaian
pelayanan pendidikan di
era Normal Baru
1. Persentase partisipasi
pendidikan di era Normal
Baru
1. Membangun sistem manajemen pendidikan yang adaptif terhadap Normal Baru;
2. Memperkuat fasilitas dan sarana prasarana untuk mendukung penyesuaian pelayanan
pendidikan di era Normal Baru;
B A B V | 335
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
Tujuan Indikator Tujuan
Sasaran Indikator Sasaran
Strategi
3. Percepatan pemulihan
ekonomi lokal terdampak
Covid-19
Jumlah UMKM
mendapatkan bantuan
usaha pasca pandemic Covid-19
1. Memperkuat basis data UMKM terdampak Covid-19;
2. Memperkuat kolaborasi dengan lembaga keuangan dalam penyaluran bantuan usaha
UMKM terdampak Covid-19; 3. Menyediakan pelatihan IT bagi UMKM supaya mempercepat penyesuaian diri di era Normal
Baru;
B A B V I | 336
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
BAB VI
PENUTUP
Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMD menyajikan input teknokratik
bagi penyusunan RPJMD 2021-2025 sebelum ditetapkannya kepala daerah
Kabupaten Rembang hasil pemilihan 9 Desember 2020. Rancangan teknokratik
RPJMD merupakan dokumen perencanaan yang disiapkan oleh pemerintah
Daerah dengan sepenuhnya menggunakan perspektif teknokratik bagi Kepala
Daerah dan wakil Kepala Daerah terpilih. Sebagaimana Permendagri 86 tahun
2017 pasal 44 menegaskan, rancangan teknokratik RPJMD disusun dengan
sistematika setidaknya yang memuat 4 hal, yaitu: (1) pendahuluan; (2) gambaran
umum kondisi Daerah; (3) gambaran keuangan Daerah; dan (4) permasalahan
dan isu strategis Daerah.
Rancangan teknokratik RPJMD Kabupaten Rembang tahun 2021-2025
tersusun mencakup 6 (tujuh) bab, meliputi: (1) Pendahuluan; (2) Gambaran
Umum Kondisi Daerah; (3) Gambaran Keuangan Daerah; (4) Permasalahan dan
Isu-Isu Strategis Daerah; (5) Agenda Kebijakan Pembangunan, dan (7) Penutup.
Dengan demikian rancangan teknokratik RPJMD ini telah sesuai dengan
ketentuan Permendagri 86 tahun 2017.
Rancangan teknokratik ini menyediakan framework yang relative
komprehensif, bagi kepala daerah untuk menyusun program kerja yang
achieveable dan accountable di masa jabatan mendatang. Dokumen ini telah
mengidentifikasi gambaran umum Kabupaten Rembang, dengan cakupan urusan
pemerintah, dan ditambahkan penjelasan ringkas dampak Covid-19 bagi
masyarakat, dengan disertai gambaran keuangan daerah. Hal ini dimaksudkan
agar kondisi Kabupaten Rembang dapat dijelaskan secara lebih utuh. Dengan
demikian, identifikasi isu strategis dan agenda kebijakan pembangunan di
Kabupaten Rembang dapat disusun secara lebih tepat. Aspek kemiskinan,
ketersediaan air baku, layanan kependudukan, pendidikan, dan pengembangan
industri yang berkelanjutan, serta penguatan pengawasan dan pengembangan
kapasitas SDM menjadi titik penting yang perlu ditekankan dalam pembangunan.
Tentu saja, penyusunan rancangan teknokratik RPJMD ini masih
memerlukan perlu tindak lanjut berupa pembahasan dengan stakeholder terkait
untuk mempertajam isu strategis, tujuan dan sasaran serta indikator dan target
kinerja yang nantinya akan menjadi bahan dalam penyusunan Rancangan Awal
RPJMD Kabupaten Rembang. Rancangan teknokratik RPJMD ini akan disepakati
B A B V I | 337
RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMD KABUPATEN REMBANG TAHUN 2021 – 2025
seluruh kepala perangkat daerah yang dituangkan dalam berita acara
pembahasan Rancangan Teknokratik RPJMD.
Hasil dari rancangan teknokratik RPJMD ini dapat dijadikan sebagai acuan
bagi calon kepala daerah untuk menyusun Visi dan Misi dalam membangun
Kabupaten Rembang. Rancangan teknokratik akan disesuaikan kembali sesuai
dengan Visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam tiga
setengah tahun ke depan.