BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/BAB_IV_11-36.pdf ·...
Transcript of BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab4/BAB_IV_11-36.pdf ·...
45
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil PT Elnusa Petrofin
4.1.1 Sejarah PT Elnusa Petrofin
PT Elnusa Petrofin tergabung dalam PT Elnusa Tbk, anak perusahaan PT
Pertamina (Persero). PT Elnusa Petrofin berawal dari sebuah divisi di PT Elnusa yang
bernama divisi Patra Niaga Elnusa. Pada Agustus 1995, divisi Patra Niaga Elnusa
ditunjuk sebagai distributor Super TT, dimana sebelumnya telah memproduksi
Premix pada tahun 1990.
Pada tahun 1998, Divisi Patra Niaga Elnusa dirubah namanya dan untuk
seterusnya dibentuk perusahaan yang bernama PT Elnusa Petrofin yang bergerak
dalam bidang usaha Industri Hilir MIGAS. Pada tanggal 1 Oktober 1997, dengan
dikukuhkan surat keputusan Direktur Utama PT Elnusa No. 144/EN/KPTS/1997, PT
Elnusa Petrofin diubah menjadi perusahaan yang menangani kegiatan distribusi
BBMK (Bahan Bakar Minyak Khusus). Dan pada tahun 1999, PT Elnusa Petrofin
mengembangkan bisnis ke distribusi aditif BBM, keagenan Pelumas Pertamina,
Transportasi BBM, dan Manajemen SPBU.
Perjalanan bisnis telah membawa banyak perubahan dalam internal
perusahaan salah satunya pencabutan hak distribusi BBMK tersebut selama ini yang
merupakan tulang punggung perusahaan. Maka mulai tahun 2005, PT Elnusa Petrofin
bertumpu pada empat pilar bisnis yaitu : Ritel SPBU, Trading (BBM Industri &
46
Marine, Commodity Chemical dan Speciality Chemical), Depo (Instalasi dan
Storage) serta Transportasi.
Untuk menunjang kegiatan bisnisnya, PT Elnusa Petrofin telah memiliki izin
Niaga umum untuk perdagangan dan distribusi BBM, izin penimbunan BBM dan izin
Transportasi Darat BBM. Sedangkan untuk operasionalnya, PT Elnusa Petrofin telah
memiliki Sistem Manajemen Mutu yang sesuai dengan Standar Internasional ISO
9001:2000, ISO 14001:2004 dan sertifikasi OHSAS 18001:1999. Selain itu, sistem
manajemen informasi PT Elnusa Petrofin saat ini menggunakan Stock and Sales
Monitoring System (SMS) dan SAP untuk manajemen administrasi keuangannya dan
material management.
Gambar 4.1 Lingkup Bisnis PT Elnusa Petrofin
47
4.1.2 Struktur Organisasi PT Elnusa Petrofin
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT Elnusa Petrofin
4.2 Visi PT Elnusa Petrofin
Visi yang dibangun PT Elnusa Petrofin berdasarkan kompetensi perusahaan
dan peluang pasar yang terus berubah adalah :
48
“Menjadi Perusahaan Terkemuka dalam
Bisnis Produk/Jasa Minyak dan Gas di Indonesia”
Arti kata “terkemuka” disini adalah :
1. Sebagai pemasar (marketer) dan distribusi MIGAS berkelas dunia di
Indonesia.
2. Kualitas pelayanan (service quality) yang prima.
3. Memberikan keuntungan (profit) bagi stakeholders.
Visi diatas dicapai melalui optimalisasi fungsi-fungsi yang ada di perusahaan, baik itu
fungsi strategis maupun fungsi operasional yang menunjang fungsi bisnis PT Elnusa
Petrofin.
4.3 Misi PT Elnusa Petrofin
Misi dari perusahaan adalah :
1. Melakukan usaha di bidang penyediaan, pemasaran, peyimpanan dan
distribusi khususnya untuk produk dan jasa minyak dan gas di Indonesia.
2. Memberi layanan yang prima dan kompetitif kepada pelanggan.
3. Memaksimalkan stakeholder values.
49
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, nilai-nilai yang dibangun dan
dikembangkan akan selalu berlandaskan pada “Continues quality
improvement for a better change” yaitu :
1. Integritas (Integrity)
Konsistensi pada prinsip kejujuran dan kebenaran
2. Orientasi pada kepuasan pelanggan (Customer Focused)
Fokus pada kepuasan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
layanan terbaik bagi customer
3. Growth dan profit
Pertumbuhan skala usaha yang disertai pertumbuhan laba
4. Team work
Membangun kerjasama dalam tim yang terdiri dari pemimpin dan
karyawan yang terampil dan profesional
5. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility)
Kontribusi pada masyarakat sekitar wilayah operasi perusahaan sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
50
4.4 Overview Industri Hlir Migas
Industri downstream (hilir migas) adalah seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan aktifitas pengolahan dan pemasaran produk kilang (unit pengolahan) mulai
dari produk tersebut diproses di unit pengolahan hingga sampai di kosumen akhir.
Produk tersebut berasal dari kilang minyak Pertamina yang tersebar di beberapa
tempat di Indonesia dan sebagian dari impor.
Gambar 4.3 Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025
51
Produk kilang tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
1. Bahan Bakar Minyak (Fuel), terdiri atas :
• BBM Umum, tergolong dalam Public Service Obligation (PSO) yang
harganya ditetapkan dengan Keppres, seperti Premium, Solar dan
Minyak Tanah.
• BBM Khusus, yang harganya tidak diatur oleh Pemerintah, seperti
Pertamax, Pertamax Plus, Avtur dan produk BBM yang dikeluarkan
oleh produsen Niaga BBM.
2. Non Bahan Bakar Minyak (Non Fuel), seperti asphll, solvent, paraffin, wax,
dll.
Adapun karakteristik Industri Hlir Migas adalah :
• Produk, BBM merupakan produk strategis dalam kehidupan masyarakat yang
berdampak kepada kegiatan ekonomi masyarakat di saat ini maupun di masa
depan terutama di kota-kota besar.
• Margin, relatif kecil sehingga untuk optimalisasi keuntungan pebisnis harus
bermain di volume penjualan yang besar.
• Outlet, penjualan BBM dilakukan di outlet/tempat khusus karena memerlukan
persyaratan safety sifat BBM yang flammable sehingga beresiko tinggi.
• Pasar, hingga saat ini Pertamina masih menjadi pemain utama di industri ini.
Sejak november 2005 dengan adanya amanat UU No, 22 tahun 2001 tentang
52
MIGAS, mulai masuk pemain-pemain baru, asing dan lokal sehingga pasar
menajdi multi buyer/multi seller.
• Harga, saat ini harga jual BBM ditentukan oleh mekanisme pasar, kecuali
untuk produk PSO.
• Heavily Regulated, industri migas di Indonesia ditentukan atau dipengaruhi
oleh regulasi atau kebijakan Pemerintah dan Pertamina.
4.5 Deskripsi kasus
PT Elnusa Petrofin bertumpu kepada 4 pilar bisnis yaitu Ritel Bahan Bakar,
Trading, Transportasi dan Depo. Salah satu pilar bisnis yang sedang berkembang saat
ini adalah Divisi Trading yaitu Niaga BBM Industri & Marine. Karena divisi Niaga
BBM Industri & Marine tersebut lebih dikenal oleh masyarakat dan merupakan bisnis
yang menjanjikan.
Niaga BBM Industri & Marine relatif baru bagi PT Elnusa Petrofin, dimulai
pada bulan Agustus 2008 dengan diperolehnya Keagenan Khusus BBM Industri dan
Keagenan BBM Industri Eceran dari PT Pertamina (Persero). PT Elnusa Petrofin
bertindak sebagai Complementary Partner bagi PT Pertamina (Persero) untuk
menyukseskan program Win Back Pertamina. PT Elnusa Petrofin akan memasok
kebutuhan BBM Industri di pasar-pasar yang tidak terpenuhi oleh PT Pertamina
(Persero).
Produk BBM yang diniagakan adalah BBM Non-Subsidi jenis High Speed
Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO) dan Industrial Diesel Oil (IDO). Terkait status
53
PT Elnusa Petrofin sebagai Agen PT Pertmina (Persero), maka selama ini BBM yang
diniagakan adalah milik PT Pertamina (Persero). Sehubungan dengan baru berdirinya
divisi Niaga BBM Industri & Marine pada tahun 2008, maka belum begitu banyak
perkembangan yang dapat dilihat, Karena PT Elnusa Petrofin baru saja memulai
untuk mengembangkannya. Semua itu dapat dilihat pada system administrasi nya
yang masih kurang baik dan sumber daya manusianya yang masih terbatas.
Berjalan dengan waktu, di tahun 2009 PT Elnusa Petrofin dapat mengejar
ketinggalannya, semua itu dikarenakan adanya perkembangan yang cukup signifikan
dari tahun 2008 ke tahun 2009, maka menyebabkan divisi Niaga BBM Industri &
Marine itu sendiri mendapatkan tantangan yang luar biasa dan menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang baru. Permasalahannya tersebut muncul seiring
dengan terus berkembangnya bisnis BBM Industri, dan permasalahannya dapat
dilihat dari SDM yang terbatas, pencatatan administrasi yang tidak teratur, sehingga
tidak sama pencatatan dalam system keuangannya.
Memasuki tahun 2010, perkembangan divisi BBM Industri & Marine sudah
cukup stabil dari tahun 2009, akan tetapi divisi BBM Industri & Marine mengalami
permasalahan yang baru, padahal sumber manusia sudah tersedia diikuti dengan
system administrasi yang sudah cukup baik. Permasalahan muncul pada saat adanya
kebijakan dari PT Pertamina (Persero) yang mengatur mengenai system pembayaran
kredit yang sebelumnya diberikan dalam jangka waktu 40 hari berubah menjadi 14
hari. Hal tersebut mengakibatkan cash flow yang tidak dapat dikejar, karena PT
Elnusa Petrofin memberikan system waktu pembayaran kredit untuk para
54
customernya adalah dengan tenggat waktu 30 hari. Oleh karena itulah, cash flow
yang terjadi pada divisi BBM Industri & Marine mengalami kesulitan dan
menimbulkan A/R (piutang) yang cukup tinggi bersamaan dengan muculnya A/P
(utang) kepada PT Pertamina (Persero).
Permasalahan lainnya adalah diskon yang diberikan PT Pertamina (Persero)
kepada PT Elnusa Petrofin dalam membeli BBM diturunkan oleh PT Pertamina
(Persero), sehingga mengakibatkan tidak sedikit customer yang pindah dan agen-agen
yang pergi ke competitor yang menawarkan harga yang lebih murah. Tetapi pada
pertengahan tahun 2010, PT Pertamina (Persero) telah mengeluarkan ijin bagi PT
Elnusa Petrofin untuk menggunakan sources BBM di luar dari PT Pertamina
(Persero), maka dari itulah PT Elnusa Petrofin mulai membeli BBM dari pihak lain,
salah satunya adalah melalui PT Tri Wahana Universal. Serta system administrasi
untuk divisi BBM Industri mulai membaik sejak dipasangkannya system SAP untuk
memonitor penjualan BBM di divisi BBM Industri itu sendiri Oleh karena itu lah
keadaan mulai membaik di akhir tahun 2010.
Diketahui bahwa PT Elnusa Petrofin adalah pemegang Keagenan Khusus
BBM Industri dan Keagenan BBM Industri Eceran untuk wilayah pemasaran seluruh
Indonesia. Dengan mengembangkan sinergi dan pemberdayaan Project Offier PT
Elnusa Petrofin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, sub-divisi Niaga BBM
Industri telah berhasil memperluas jaringan pemasarannya, disamping direct selling
ke End User. Dan untuk lebih mengoptimalkan kegiatan marketingnya, PT Elnusa
Petrofin juga merujuk agen pemasaran di daerah-daerah.
55
Area pemasaran yang telah dikelola meliputi :
Area Barat
• Area 1 : Sumatera
• Area 2 : Jabodetabek
• Area 3 : Jawa Barat
Area Tengah
• Area 1 : Jawa Tengah
• Area 2 : Jawa Timur
• Area 3 : Balinus
Area Timur
• Area 1 : Kalimantan
• Area 2 : Sulawesi
• Area 3 : Ambon
• Area 4 : Papua
Gambar 4.4 Wilayah Kerja
56
Pasar pertama yang dikelola adalah internal Elnusa Group, dengan memasok
kebutuhan BBM di wilayah kerja divisi GSC dan EWS yang berada di Pulau
Sumatera dan Pulau Papua. Disamping pasar Elnusa Group, PT Elnusa Petrofin juga
telah memasok BBM ke Industri-industri di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.
Sedangkan untuk pasar ritel, PT Elnusa Petrofin telah memasok BBM ke instansi
perkantoran, mall-mall dan industri di wilayah Jakarta dan Surabaya. Pelanggan yang
dikelola oleh divisi BBM Industri adalah Industri dan Marine.
Akan tetapi sejalanya waktu juga, SDM yang diperlukan tersedia secara
perlahan-lahan, hal ini dapat dilihat dengan sudah teraturnya struktur organisasi yang
dibuat oleh perusahaan untuk terus mengembangkan divisi BBM Industri PT Elnusa
Petrofin.
Gambar 4.5 Struktur Organisasi Divisi BBM Industri & Marine
57
Market Share
BBM Industri merupakan bisnis menjanjikan di sektor wholesaler. Kebutuhan
BBM Industri nasional diperkirakan berkisar 20-25 juta KL per tahun. Kebutuhan
tersebut hanya merupakan kebutuhan dari minyak solar saja, belum termasuk minyak
diesel dan minyak bakar.
Dari total kebutuhan minyak solar yang sebesar 20-25 juta KL per tahun,
kebutuhan di Pulau Jawa sekitar 15-18 juta KL per tahun dan di luar Pulau Jawa
sekitar 5-7 juta KL per tahun. Kebutuhan di pulau Jawa sendiri dapat dirinci menjadi
11,50 juta KL di Jawa Barat, 1,25 juta KL di Jawa Tengah dan 2,54 juta KL di jawa
Timur.
Dalam pemasaran BBM, disamping direct selling ke end user, PT Pertamina
(Persero) juga menunjuk agen-agen yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan PT
Elnusa Petrofin adalah salah satu agen PT Pertamina (Persero), begitu juga dengan
Patra Niaga yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero).
Dari total pasar 21 juta KL, 18,99 juta KL adalah pasar milik PT Pertamina
(Persero) beserta agen-agen langsung PT Pertamina (Persero). Sisanya 0,12 juta KL
pasar PT Elnusa Petrofin, 0,84 juta KL pasar Patra Niaga dan 1,05 juta KL pasar
Petronas, Shell dan AKR.
58
90,4%
4,0%0,6% 5,0%
Pertamina
Patra Niaga
PT Elnusa Petrofin
Shell, Petronas, AKR
Gambar 4.6 Market Share BBM Keekonomian
4.6 Analisa PESTEL
4.6.1 Faktor Sosial
Kegiatan usaha PT Elnusa Petrofin yang mayoritas menangani
produk-produk BBM sangat dekat dengan masyarakat selaku
konsumen pemakai sehingga kondisi social masyarakat sangat
mempengaruhi operasional perusahaan. Dalam lingkungan masyarakat
yang menjanjikan rasa aman, kegiatan ekonomi masyarakat akan
senantiasa tumbuh dan berkembang. Sebaliknya dalam kondisi social
dan keamanan yang kurang menentu, masyarakat akan menunda dan
mengurangi kegiatan ekonomi dan mobilitasnya. Hal ini secara
langsung akan menurunkan konsumsi BBM masyarakat.
59
Dengan pesatnya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor
dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan BBM, maka secara
langsung akan meningkatkan konsumsi BBM. Dimana sector industry
sekarang ini juga sangat pesat pertumbuhannya tahun ke tahun.
Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
konsumsi BBM Nasional untuk tahun 2006-2010 dapat dilihat pada
table berikut.
Tabel 4.1 Konsumsi BBM Nasional
Jenis BBM
2005 2006 2007 2008 2009 2010
(Aktual) (Aktual) (Aktual) (Aktual) (Proyeksi) (Proyeksi)
Avgas 3.390,00 2.053,27 3.610,80 3.659,40 3.708,00
Avtur 2.428.078,00 2.143.000,96 2.576.904,20 2.611.649,60 2.646.395,00
Minyak
Bakar 4.531.145,00 4.976.548,00 3.933.074,11 6.082.560,20 6.164.573,60 6.246.587,00
Minyak
Diesel 731.196,00 892.244,00 675.007,72 1.155,747,20 1.171.330,60 1.186.914,00
Minyak
Solar 27.056.408,00 25.427.265,00 19.857.944,55 27.997.767,00 28.375.271,00 28.752.775,00
Minyak
Tanah 11.165.467,00 9.261.062,00 9.099.892,63 12.521.443,60 12.690.274,80 12.859.106,00
Premium 17.480.327,00 17.071.164,00 16.616.342,82 17.998.145,80 18.240.821,40 18.483.497,00
Total 60.964.543,00 60.059.751,00 52.327.316,06 68.336.178,80 69.257.580,40 70.178.982,00
Pemakai energy terbesar adalah sector transportasi, 60 % dari
total konsumsi BBM nasional. Di urutan kedua adalah sector industry
dan Rumah tangga yaitu 15% dan terakhir ada listrik sebesar 10%.
60
Transportasi60%Industri
15%
Listrik10%
Rumah Tangga15%
Gambar 4.7 Konsumsi BBM Per Sektor
4.6.2 Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi saat ini tumbuh dengan pesat,
termasuk di Industri Hilir Migas. Teknologi membantu perusahaan
dalam mengefisienkan penggunaan sumber dayanya dan mengefektifkan
semua langkah usaha yang diambil. Saat ini PT Elnusa Petrofin telah
mengaplikasikan perkembangan teknologi untuk memicu kinerjanya.
Karena dengan adanya penggunaan teknologi tersebut maka kebutuhan
BBM pasti akan lebih stabil, bisa dibilang jika tidak ada pertumbuhan
dan penggunaan BBM tersebut lama-lama akan habis. Dengan
peningkatan teknologi maka secara langsung industry-industri juga
mengalami peningkatan dalam kebutuhannya dan perkembangan
61
usahanya, sehingga industry-industri yang baru maupun yang sudah
lama tersebut akan lebih banyak membutuhkan BBM.
4.6.3 Faktor Ekonomi
Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di
Indonesia secara langsung memberikan pengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan perekonomian masyarakat. Dalam RAPBN tahun 2010,
pemerintah mengasumsikan laju pertumbuhan di nilai 6 % dan PT
Elnusa Petrofin mengasumsikan di nilai 6,3 %. Untuk lima tahun
kedepan diperkirakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi berkisar antara
5,4 – 7,0 %. Bisa dilihat bahwa dengan adanya pertumbuhan ekonomi
yang mengakibatkan pertumbuhan industry-indsutri yang baru sehingga
bisa menampung banyaknya tenaga kerja- tenaga kerja yang baru untuk
sector hilir migas, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal
tersebut sangat didukung oleh Pemerintah sebagai salah satu upaya
pemulihan ekonomi.
62
5,7 5,5
6,3 6,1 6
5
0
1
2
3
4
5
6
7
2005 2006 2007 2008 2009 2010P
Grafik 4.1 Pertumbuhan Ekonomi (%)
4.6.4 Faktor Ekologi
Lingkungan mempunyai peranan yang cukup penting dalam
industri hilir migas, walaupun tidak sepenting untuk di industri hulu
migas. Akan tetapi dalam penyaluran dan peyimpanan serta
pendistribusian BBM, perusahaan perlu memperhatikan aspek
lingkungan, apakah dalam prosesnya merusak lingkungan atau
mengganggu lingkungan. Tetapi dalam kenyataannya, proses
pendistribusian dan supply BBM yang dijalankan oleh PT Elnusa
Petrofin tidak mengganggu lingkungan, karena dari proses pengambilan
BBM sampai dengan jatuh di tangan end user (customer), semua proses
tersebut sudah sesuai dengan AMDAL serta aturan-aturan dari Dirjen
Migas, sehingga tidak akan merusak ataupun mengganggu lingkungan.
63
4.6.5 Faktor Politik dan Legal
Ketidakkonsistenan kebijakan PT Pertamina (Persero) sering
memberikan dampak terhadap ketidakpastian iklim bisnis.
Ketidakkonsistenan kebijakan salah satunya disebabkan oleh pergantian
jabatan dari pimpinan PT Pertamina (Persero), dimana kebijakan dari
pejabat lama yang telah dijalankan tidak diadopsi oleh pejabat baru.
Pembuat rencana jangka panjang perusahaan rata-rata diproyeksikan
untuk 5 tahun, namun masa akhir dari pejabat di PT Pertamina (Persero)
berkisar 3 tahun sehingga kemungkinan asumsi dan proyeksi yang telah
dibuat akan berubah sebelum jangka waktu 5 tahun. Sehingga
mengakibatkan banyaknya perubahan kebijakan yang terjadi, dimana
perusahaan mau tidak mau harus mengikutinya.
Pemerintah juga memiliki ketidakkonsistenan kebijakan akibat
pergantian Presiden atau Menteri terkait (seperti Menteri ESDM dan
Keuangan). Selain itu, katidakkonsistenan kebijakan pemerintah adalah
tidak tegasnya Pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang telah
dibuat. Hal ini memberikan rasa tidak nyaman bagi investor dan pelaku
bisnis di industry hilir migas. Dalam industri hilir migas ada beberapa
regulasi yang relative baru diberlakukan dan berpotensi mepengaruhi
kegiatan bisnis tersebut, yaitu :
64
• Regulasi Migas : UU No. 22 tahun 2001
jo. UU No. 30 tahun 2007
• Regulasi Anti Monopoli : UU No. 5 tahun 1999
• Regulasi Perlindungan Konsumen : UU No. 8 tahun 1999
• Regulasi Otonomi Daerah : UU No. 22 tahun 1999
jo. UU No. 25 tahun 1999
Jika dilihat dari hasil analisa lingkungan industri untuk divisi BBM Industri
ini, maka dapat disimpulkan bahwa dari sisi sosial supply BBM memang dibutuhkan
oleh masyarakat, hal ini dilihat dari konsumsi BBM per tahun yang terus bertambah
dan bertambahnya pula industri-industri yang membutuhkan BBM, terlebih lagi
dengan adanya sistem teknologi yang semakin berkembang dari tahun ke tahun,
dimana kita ketahui bahwa teknologi yang semakin canggih yang digunakan oleh
suatu industri untuk kegiatan operasionalnya akan mengakibatkan semakin
bertambahnya kebutuhan BBM. Dengan pertumbuhan perekonomian pula maka
pertumbuhan BBM juga akan terus bertumbuh sejalannya dengan pertumbuhan
ekonomi, karena industri-industri yang baru muncul akan membutuhkan tenaga kerja
yang baru sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, akan tetapi
di industri hilir migas mau tidak mau akan tetap berjalan, karena kita ketahui bahwa
BBM merupakan kebutuhan yang selalu dibutuhkan, didukung pula dengan kebijakan
pemerintah yang mengatur dengan baik perkembangan supply BBM di Indonesia,
meskipun terdapat beberapa ketidakkonsistenan pemerintah itu sendiri.
65
4.7 Analisa Five Forces
Gambar 4.8 Five Forces Divisi BBM Industri & Marine
4.7.1 Threat of New Entrants
Diketahui bahwa kebutuhan akan BBM bisa dibilang terbatas,
sedangkan permintaan akan BBM tersebut bisa dibilang tinggi dan
tidak semua perusahaan bisa mensupply BBM yang dibutuhkan oleh
industri-industri. Perusahaan-perusahaan yang mensupply BBM adalah
pemain yang sudah lama bergerak dibidangnya dan rata-rata sudah
dipenuhi oleh perusahaan yang ada seperti PT Pertamina (Persero) itu
sendiri, Patra Niaga, Shell, Petronas, AKR dan tentu saja PT Elnusa
Petrofin. Oleh karena itu akan sedikit susah bagi pendatang baru untuk
High
Medium
High
High
Low
66
masuk ke dalam pasar yang rata-rata sudah dikuasai oleh perusahaan-
perushaan besar tersebut. Dan juga harga untuk BBM merupakan
harga yang sudah ditetapkan/diberikan, sehingga bagi pendatang baru
akan susah menetapkan harga yang sesuai dan tidak bisa berebut
pasar-pasar yang ada karena harga BBM yang rata-rata hampir sama.
Akan tetapi apabila pendatang baru tersebut sudah memiliki
supplier tersendiri dan supplier tersebut sudah memiliki nama yang
besar dan pasar yang akan dituju, ada kemungkinan akan dapat masuk
dengan mudah dan bersaing dengan pemain-pemain lama. Seperti
contohnya Total yang berasal dari Perancis, masuk ke Indonesia dan
sudah langsung memiliki pasar dan menjadi salah satu kompetitor
yang menjanjikan juga. Sehingga bisa dibilang bahwa kekuatan
terhadap ancaman pendatang baru berada di tengah-tengah.
4.7.2 Bargaining power of Buyers/Customers
PT Elnusa Petrofin bisa dibilang sudah cukup memiliki banyak
customer, diantara nya adalah industri-indusri perkapalan, perikanan,
maupun pabrik-pabrik yang membutuhkan BBM untuk menjalankan
kegiatan operasionalnya. Dan cukup diketahui bahwa produk BBM
bukan lah merupakan suatu produk yang unik, melainkan cukup
banyak yang dapat menyediakannya tidak hanya PT Elnusa Petrofin
saja tetapi para kompetitor juga. Oleh karena itu para customer
67
memiliki banyak pilihan untuk bebas memilih mengambil BBM dari
mana saja dan tidak hanya mengambil BBM dari PT Elnusa Pertrofin,
tetapi dari kompetitor-kompetitor lainnya. Sehingga menempatkan
posisi customer di tingkat yang cukup tinggi, karena mereka dapat
berpindah sesuai dengan pilihan mereka.
4.7.3 Threat of Substitues
PT Elnusa Petrofin adalah perusahaan yang bergerak di bidang
hilir MIGAS, dimana mensupply produk-produk BBM jenis
Solar/HSD, Minyak Bakar/MFO dan IDO yang banyak dibutuhkan
oleh industri-industri manapun. Sedangkan hampir semua perusahaan
membutuhkan BBM untuk menjalankan usahanya, seperti pabrik-
pabrik yang membutuhkan Solar/HSD untuk menjalankan mesin-
mesinnya, kapal-kapal yang membutuhkan Minyak Bakar/MFO
sebagai bahan bakar utamanya, dan hal-hal lain yang bagi perusahaan
atau industri manapun pasti akan membutuhkan BBM.
Sedangkan untuk memperoleh BBM itu tidak mudah, terutama
bagi industri-industri yang berada di daerah-daerah terpencil, oleh
karena itulah PT Pertamina (Persero) memiliki depo-depo di seluruh
wilayah indonesia, mau yang terpencil ataupun tidak, dan PT Elnusa
Petrofin mempunyai akses untuk menjual BBM-BBM tersebut karena
kerjasama nya dengan PT Pertamina (Persero). Bisa dibilang BBM
68
adalah salah satu tools yang sangat dibutuhkan dan banyak yang
bergantung terhadap produk BBM tersebut, terutama bagi industri-
industri.
Oleh karena itu lah, pada saat ini sangat kecil kemungkinannya
atau bahkan tidak ada produk pengganti BBM, karena tidak ada yang
bisa menggantikan BBM sebagai salah satu produk yang memang
dibutuhkan oleh industry-industri dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Produk pengganti BBM sebagai sumber energi antara
lain adalah gas, batu bara dan panas bumi. Tetapi untuk penggantian
dari BBM ke jenis sumber energy yang lain tidak mudah dan cukup
mahal. Artinya kebutuhan akan BBM tidak mudah digantikan oleh
jenis sumber energi lain.
4.7.4 Bargaining power of Suppliers
Tidak banyak source BBM di Indonesia karena produksi BBM
masih didominasi oleh PT Pertamina (Persero), oleh karena itulah
supplier disini sudah pasti adalah PT Pertamina (Persero), karena PT
Elnusa Petrofin hanya mengambil BBM dari PT Pertamina (Persero),
dimana kita ketahui bahwa PT Pertamina (Persero) adalah market
leader dan produsen terbesar serta dominan untuk seluruh wilayah
Indonesia. Tidak banyak supplier-supplier yang potensial lainnya,
hanya sebagian kecil saja seperti salah satu yang juga diambil oleh PT
69
Elnusa Petrofin adalah melalui PT Tri Wahana Universal yang juga
menyediakan kebutuhan BBM.
Akan tetapi bisa dibilang cukup mudah bagi para supplier
untuk masuk ke dalam bisnis BBM Industri ini untuk menjual secara
langsung kepada customer, ataupun menjadi kompetitor secara
langsung. Oleh karena itulah supplier memiliki posisi yang cukup
tinggi untuk industri Niaga BBM ini.
4.7.5 Rivalry among competitors
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang supply BBM
tidaklah sedikit, karena banyak terdapat kompetitor bagi PT Elnusa
Petrofin dan sangat jelas apabila dilihat di market share bahwa market
leader nya adalah PT Pertamina (Persero) dengan menguasai pasar
hampir 91,4%, dan walaupun PT Elnusa Petrofin mempunyai
keuntungan sebagai salah satu anak perusahaan PT Pertamina
(Persero) dan merupakan agen dari PT Pertamina (Persero) itu sendiri
hanya menguasai pasar sebesar 0,6 %. Sedangkan untuk kompetitor
lainnya memiliki pasar yang lebih tinggi dengan nilai pasar sebesar 8
%.
Oleh karena itu lah untuk persaingan diantara kompetitor
sangat tinggi, hal ini dikarenakan PT Pertamina (Persero) juga
mempunyai agen-agen yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
70
pasar yang dimiliki oleh PT Elnusa Petrofin masih berada di bawah
para kompetitornya yaitu Patra Niaga, Petronas, Shell dan AKR. Dan
juga didasarkan pada sifat produknya yang umum mengakibatkan
loyalty tidak menjadi dasar pertimbangan dari customer unuk
melakukan pembelian tetapi lebih kepada pertimbangan harga.
Dari hasil analisa menggunakan pendekatan five forces terlihat bahwa industri
hilir migas memang terus berkembang dan begitu pula untuk bisnis BBM Industri itu
sendiri. Akan tetapi jika ditelusuri lebih dalam, bisnis BBM Industri bagi PT Elnusa
Petrofin merupakan bisnis yang customernya tidak loyal terhadap produk yang
ditawarkan, karena customer mempunyai posisi tawar yang cukup tinggi begitu pula
dengan supplier PT Pertamina (Persero) yang mempunyai posisi tawar yang tinggi,
bersamaan dengan persaingan dengan kompetitor yang cukup ketat karena balik lagi
kepada pernyataan bahwa customer tidak loyal terhadap produk yang ditawarkan,
sehingga mengakibatkan PT Elnusa Petrofin harus lebih keras dalam menghadapi
para kompetitornya. Meskipun tantangan yang dihadapi bagi divisi BBM industri ini
cukup berat, tetapi dengan adanya strategi-strategi yang tepat untuk dijalankan, maka
perusahaan akan bisa menghadapi nya dan bersaing dengan para kompetitornya,
karena hal ini dilihat dari produk BBM yang ditawarkan dimana tidak ada yang dapat
menggantikan nya dan hanya PT Elnusa Petrofin beserta kompetitornya lah yang
dapat menyediakan produk tersebut.
71
4.8 Analisa SWOT
4.8.1 Strength (Kekuatan)
1. Pemegang Izin Niaga Umum, Agen Khusus dan Agen Eceran
Pertamina
PT Elnusa Petrofin telah memiliki Izin Usaha Niaga Umum No.
12270 K/24/DJM.O/2005 yang dikeluarkan oleh Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Keputusan
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, oleh karena itulah
menjadi keuntungan bagi PT Elnusa Petrofin dalam menjalankan
bisnis niaga BBM industry nya. Karena untuk bisa mendapatkan
Izin Niaga Umum tersebut dari Dirjen Migas tidaklah mudah,
diperlukan waktu dan proses yang panjang serta jaminan akan
bisnis yang dijanjikan, masih banyak perusahaan-perusahaan yang
belum memiliki izin niaga umum tersebut, sehingga masih ada yang
mengatasnamakan PT Elnusa Petrofin, sehingga hal itulah yang
menjadi keuntungan bagi PT Elnusa Petrofin.
2. Dapat melayani melalui hampir seluruh depo PT Pertamina
(Persero)
PT Elnusa Petrofin mempunyai keuntungan dengan memperoleh
persetujuan wilayah hampir di seluruh depo PT Pertamina (Persero)
yaitu di seluruh wilayah Indonesia, PT Elnusa Petrofin melayani
72
untuk wilayah mulai dari area bagian Barat, Tengah dan Timur,
dimana dapat menguntungkan dalam melakukan penjualan BBM.
3. Hubungan/kedekatan yang baik dengan PT Pertamina (Persero)
Sebagai anak dari anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT
Elnusa Petrofin memiliki kedekatan dan hubungan yang baik
dengan PT Pertamina (Persero), sehingga menjadi keuntungan
dalam hal proses penjualan dan pembelian BBM. Dimana diketahui
bahwa PT Elnusa Petrofin adalah anak perusahaan dari PT Elnusa
Tbk, dan PT Elnusa Tbk adalah merupakan anak perusahaan dari
PT Pertamina (Persero). Oleh karena itu PT Elnusa Petrofin
memiliki kemudahan-kemudahan dalam menjalankan bisnis nya.
4. Jaminan Supply, kuantitas dan kualitas
Diketahui bahwa BBM yang dijual oleh PT Elnusa Petrofin adalah
BBM yang diambil dari PT Pertamina (Persero), dimana jaminan
supply, kuantitas dan kualitas nya sesuai dengan spesifikasi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi,
sehingga sudah dapat dipastikan customer-customer yang akan
mengambil BBM dari PT Elnusa Petrofin tidak perlu ragu lagi
untuk masalah kuantitas dan kualitas. Karena sampai sekarang pun,
tidak pernah satu pun customer yang complain akan jaminan
73
supply, kuantitas dan kualitas BBM yang disediakan oleh PT
Elnusa Petrofin.
5. Pelayanan ke customer yang cukup baik
Sebagai salah satu misi dari PT Elnusa Petrofin adalah dengan
memberikan pelayan yang sebaik-baiknya kepada customer, agar
customer tetap bertahan dan membeli BBM. Dan juga dibantu
dengan marketing-marketing yang dimiliki oleh PT Elnusa
Pertrofin yang selalu menjaga hubungan baik dengan para customer
dengan tetap memberikan entertaiment serta penghargaan-
penghargaan bagi para agen-agen PT Elnusa Petrofin yang
mempunyai performa yang bagus dan membantu meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan. Hal tersebut lah yang membuat para
customer serta agen merasa puas dengan hasil kinerja dari divisi
BBM Industri & Marine.
6. Mempunyai Representative Office di hampir seluruh wilayah
Indonesia
Kerjasama dan kedekatan yang baik dengan PT Pertamina (Persero)
berhasil membuat PT Elnusa Petrofin diperbolehkan bergabung
bersamaan dengan representative office yang dimiliki oleh PT
Pertamina (Persero) di hampir seluruh wilayah Indonesia, sehingga
74
memudahkan bagi para agen dan customer dalam membeli BBM
dan berkoordinasi dengan PT Elnusa Petrofin.
4.8.2 Weakness (Kelemahan)
1. Kemampuan soft skill yang kurang
Bisa dibilang kemampuan soft skill yang dimiliki oleh PT
Elnusa Petrofin masih terbilang kurang, hal ini disebabkan
masih terbatasnya SDM yang dimiliki karena kita ketahui
divisi BBM Industri & Marine PT Elnusa Petrofin masih
terbilang baru berkembang sejak tahun 2008. Sehingga sedikit
menjadi hambatan bagi perusahaan dalam berkompetisi dengan
para kompetitor.
2. Sistem administrasi yang belum baik
Sejak beridirinya divisi trading BBM Industri & Marine di
tahun 2008, sistem administrasi memang merupakan
kelemahan bagi PT Elnusa Petrofin, dikarenakan sumber daya
manusia nya yang masih terbatas ataupun belum
berkembangnya sistem teknologi untuk pengurusan
administrasi. Sehingga segala macam pemesanan BBM,
pengurusan pembayaran sampai dengan pencatatan masih
75
terbilang belum teratur, karena semua masih dikerjakan secara
manual oleh orang-orang yang bekerja secara bersamaan.
3. Keterbatasan sarana & fasilitas kerja
Yang dimaksud dengan keterbatasan sarana dan fasilitas kerja
disini adalah apabila marketing BBM Industri ingin melakukan
kunjungan kepada klien dan/atau customer, fasilitas mobil
operasional yang masih jarang tersedia, sehingga menyulitkan
bagi orang marketing untuk bisa berpergian, hal tersebut juga
berlaku apabila marketing ingin berkunjung ke luar kota, akan
tetapi dikarenakan lama nya penyediaan fasilitas tersebut,
sehingga menyebabkan banyak keterlambatan.
4. Keterbatasan tenaga kerja
Karyawan yang dimiliki oleh divisi BBM Industri & Marine
masih terbilang sedikit, diantaranya adalah orang-orang
marketing yang masih terbatas dan juga orang-orang yang
bertugas sebagai supporting. Dikarenakan pertumbuhan divisi
BBM Industri & Marine di PT Elnusa Petrofin dari tahun ke
tahun semakin naik, oleh karena itulah masih diperlukan
adanya tenaga kerja tambahan agar bisa mengejar
perkembangan tersebut, sehingga tidak ada lagi karyawan yang
76
bekerja sebagai marketing tetapi bekerja juga sebagai
supporting, semua sudah harus jelas pembagiannya masing-
masing.
5. Keterbatasan financial (modal kerja)
Salah satu kelemahannya juga adalah keterbatasan modal kerja
yang dimiliki oleh PT Elnusa Petrofin, karena divisi BBM
Industri & Marine merupakan bisnis yang baru berkembang.
Sehingga mengakibatkan perusahaan untuk meminjam modal
kerja kepada bank-bank terlebih dahulu sehingga jalannya
bisnis BBM industri maish bisa tetap berjalan, karena modal
yang dibutuhkan oleh divisi ini bisa dibilang cukup besar.
4.8.3 Opportunity (Peluang)
1. Potensi pasar Winback BBM Industri & Marine
Pasar winback adalah pasar yang saat ini dikuasai oleh
kompetitor non Pertamina. Oleh karena itu PT Elnusa Petrofin
diharuskan oleh PT Pertamina (Persero) untuk mengambil
pasar-pasar yang dikuasai oleh kompetitor, untuk berpindah ke
PT Elnusa Petrofin dan peluang untuk melakukan hal tersebut
sangat terbuka lebar. Dikarenakan semakin banyaknya industri
yang membutuhkan supply BBM.
77
2. Perusahaan perikanan kesulitan mendapatkan supply BBM
Perusahaan perikanan yang terdapat di wilayah-wilayah yang
sulit untuk dijangkau, mengalami kesulitan dalam
mendapatkan supply BBM, oleh karena itulah PT Elnusa
Petrofin mempunyai kesempatan untuk mensupply BBM
tersebut, dikarenakan PT Elnusa Petrrofin dapat mencapai
wilayah-wilayah yang diminta, seperti contohnya PT Elnusa
Petrofin sudah memiliki customer di wilayah timur untuk
perusahaan perikanan yaitu PT Nippon Suisan sebagai
permulaan dan akan terbuka lagi untuk perusahaan perikanan
lainnya.
3. PT Pertamina (Persero) butuh dukungan dalam menjaga
Market Share di wilayah timur Indonesia
Diketahui bahwa untuk mensupply BBM di wilayah timur
Indonesia mengalami sedikit kesulitan, oleh karena itu lah PT
Elnusa Petrofin diminta bantuan oleh PT Pertamina (Persero)
agar market share tetap dijaga dan tidak diambil alih oleh para
kompetitor, oleh karena itulah PT Elnusa Petrofin akan masuk
ke wilayah timur sebagai pensupply BBM PT Pertamina
(Persero).
78
4. Kekecewaan customer dengan produk kompetitor
Customer yang mengalami kekecewaan terhadap pelayanan,
jaminan, kuantitas, kualitas dan/atau pun ketersediaan BBM
yang tidak dapat dipenuhi oleh para kompetitor dapat
berpindah ke PT Elnusa Petrofin yang siap melayani dengan
baik. Sebagaimana sesuai dengan misi yang selalu melayani
customer dengan baik sehingga tidak akan mengecewakan
customer-customer yang ada, karena PT Elnusa Petrofin
memiliki kekuatan-kekuatan sebagaimana sudah dijelaskan
diatas tadi.
5. Beberapa Industri, Pertambangan dan Proyek baru
Semakin berkembangnya industri-industri di Indonesia, maka
akan membutuhkan supply BBM yang banyak, oleh karena
itulah terbuka peluang bagi PT Elnusa Petrofin untuk dapat
masuk ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan supply
BBM tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan bagi PT
Elnusa Petrofin untuk ikut kedalam tender-tender yang
diadakan oleh misalnya PT PLN, PT Pelindo dan lainnya yang
membutuhkan supply BBM untuk kegiatan operasionalnya.
Karena PT Elnusa Pertrofin diperbolehkan oleh PT Pertamina
79
(Persero) untuk ikut bersaing dengan para kompetitor di sistem
tender yang terbuka.
4.8.4 Threat (Ancaman)
1. Harga kompetitor yang dibawah harga PT Pertamina (Persero)
Tidak sedikit para kompetitor yang menaruh harga BBM
dibawah harga dari PT Pertamina (Persero), dikarenakan
persaingan yang cukup kuat sehingga menempatkan para
kompetitor menggunakan harga BBM dibawah harga BBM PT
Pertamina (Persero), dan hal tersebut akan menjadi ancaman
bagi PT Elnusa Petrofin karena customer pasti akan mencari
harga yang lebih murah. Sedangkan PT Elnsua Petrofin
membeli BBM dari PT Pertamina (Persero) sehingga harus
mengikuti harga yang berlaku.
2. Kebijakan PT Pertamina (Persero) yang sering berubah
PT Pertamina (Persero) memiliki kebijakan-kebijakan
tersendiri dimana PT Elnusa Petrofin mau tidak mau harus
mengikuti semua kebijakan yang dikeluarkan. Dan tentunya
kebijakan-kebijakan ada yang sekiranya akan menjadi ancaman
juga. Seperti yang sudah terjadi, yaitu pada saat diskon yang
diberikan oleh PT Pertamina (Persero) dikurangi atau menjadi
80
kecil, sehingga menyulitkan bagi PT Elnusa Petrofin untuk
dapat bersaing dengan para kompetitor, dan juga kebijakan PT
Pertamina (Persero) dalam hal term of payment (sistem
pembayaran) yang dimana awalnya PT Pertamina (Persero)
memberikan waktu 40 hari dirubah menjadi 14 hari. Perubahan
Kebijakan-kebijakan tersebutlah yang menjadi ancaman
terbesar bagi perusahaan.
3. Penunjukkan Patra Niaga sebagai penyalur tunggal BBM PT
Pertamina (Persero) untuk jumlah pembelian dibawah 750 KL
Hal tesebut menjadi ancaman yang sangat kuat bagi PT Elnusa
Petrofin, karena kompetitor utama dimana Patra Niaga juga
merupakan agen dari PT Pertamina (Persero) mendapatkan
penunjukkan dari PT Pertamina yang dapat menguntungkan
untuk mereka, karena mereka sebagai penyalur tunggal BBM
untuk jumlah pembelian dibawah 750 KL. Sedangkan untuk
PT Elnusa Petrofin belum mendapatkan penunjukkan tersebut.
4. Selisih diskon dengan Patra Niaga yang cukup signifikan
Perbedaan diskon antara PT Elnusa Petrofin dengan Patra
Niaga mencapai 2 %. Dimana harga yang ditawarkan oleh
Patra Niaga akan lebih menarik customer untuk membeli di
81
mereka. Sehingga menempatkan PT Elnusa Petrofin di kondisi
yang kurang aman untuk dapat bersaing dengan Patra Niaga.
5. Beberapa supply point dikurangi
Pengambilan BBM yang dilakukan oleh PT Elnusa Petrofin
adalah melalui supply-supply point yang dimiliki oleh PT
Pertamina (Persero), sehingga memudahkan dalam
pengambilan BBM untuk dikirim ke para customer. Akan
tetapi sudah ada beberapa supply point yang dikurangi oleh PT
Pertamia (Persero), hal ini menyebabkan semakin sulitnya
proses pengambilan BBM. Sehingga bisa menjadi ancaman
bagi PT Elnusa Petrofin itu sendiri.
82
4.8.5 TOWS Matrix
Strength Weakness
1 Izin Niaga Umum, Agen Khusus & Eceran Pertamina 1 Kemampuan Soft skill
yang kurang
2 Melayani hampir seluruh depot Pertamina 2 Sistem administrasi yang
belum baik
3 Hubungan yang baik dengan Pertamina 3 Keterbatasan sarana &
fasilitas kerja
4 Jaminan Supply, Kuantitas dan kualitas 4 Keterbatasan tenaga
kerja
5 Pelayanan ke Customer yang cukup baik 5 Keterbatasan Financial
6 Rep Office di hampir seluruh wilayah Indonesia
Opportunity Strategi SO Strategi WO
1 Potensi pasar winback BBM Industri & marine 1
Penetrasi pasar; jaminan service, suplai, kuantitas & kualitas
1 Peningkatan kompetensi karyawan
2 Perusahaan perikanan kesulitan mendapatkan suplai BBM 2 Mengangkat Transportir
sebagai Agen 2 Pemenuhan seluruh sarana dan fasilitas kerja
3 Pertamina menjaga Market Share di wilayah timur Indonesia 3 Memberikan Value Added
Service (Perikanan & tambang) 3 Recruitment yang tepat
4 Beberapa Industri, Pertambangan dan Proyek baru 4 Mengembangkan ke wilayah
Timur sebelum direbut pesaing 4 Pembuatan SOP dan Bisnis Proses
5 Customer kecewa dengan Produk kompetitor 5 Melakukan Budget
Control
6
Mencari Mitra bisnis untuk mendukung financial
Threat Strategi ST Strategi WT
1 Harga kompetitor yang dibawah harga Pertamina 1 Membuat strategi Pricing yang
conpetitive 1 Optimalisasi SDM guna menghadapi kompetitor
2 Kebijakan Pertamina yang sering berubah 2
Service excelence untuk menjaga repeat order Konsumen
2
Pengembangan bisnis dengan fokus bisnis existing
3 PATRA NIAGA penyalur BBM Pertamina (dibawah 750KL/bulan) 3 Melakukan sinergi dengan
Patra Niaga 3 Monitoring Harga Kompetitor
4 Selisih discount dengan Patra Niaga yang cukup Significant 4
Kordinasi strategi dengan Pertamina menghadapi kompetitor
5 Beberapa Supply Point dikurangi 5 Menjadi entry barrier Pertamina
6 Mempersiapkan Import BBM
Gambar 4.9 TOWS Matrix Divisi BBM Industri & Marine
83
Kesimpulan yang dapat diambil dari Analisa SWOT tersebut adalah bisnis
BBM Industri yang dijalankan oleh PT Elnusa Petrofin mempunyai kekuatan yang
snagat kuat yaitu kedekatan dan sebagai anak dari anak perusahaan PT Pertamina
(Persero), sehingga membuat perusahaan dapat menjalankan bisnis tersebut dengan
baik dan terbuka nya kesempatan untuk memperoleh pasar yang lebih luas yang
belum dapat dijangkau oleh kompetitor lainnya. Walaupun terdapat kelemahan yang
utama di masalah sumber daya manusia dan sistem administrasi yang kurang baik,
akan tetapi dapat ditutupi dengan peningkatan kompetensi dari masing-masing
karyawan perusahaan yang disupport oleh internal perusahaan. Cukup banyak yang
menjadi kompetitor bagi PT Elnusa Petrofin, akan tetapi dengan pemilihan strategi
yang tepat serta menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan PT Pertamina
(Persero) itu sendiri dapat mempersiapkan perusahaan dalam menghadapi kompetitor.
Adapun strategi dan program kerja yang dijalani oleh divisi BBM Industri dapat
disimpulkan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Strategi & Program Kerja Divisi BBM Industri & Marine
Sasaran Strategis
Program Kerja
Peningkatan Sales dan profit • Meningkatkan volume dan nilai penjualan
dengan perluasan pasar
• Memperluas pasar BBM Industri Ritel di
Jabodetabek, Semarang dan Bali
• Memperluas pasar industri dan marine di Aceh,
Bengkulu, Bali, Sulawesi, Papua & Ambon
84
• Budget control
- Kontrol berkala atas realisasi dan anggaran
PL
- Kontrol berkala atas AR dan penagihan AR
yang jatuh tempo
- Penetapan harga dan biaya yang akurat
Peningkatan marketing
intelligence dan penetrasi
pasar baru
• Menyiapkan konsep kerjasama BBM Ritel
• Mengembangkan konsep Fuel Management
System BBM Industri
• Monitoring harga yang intensif
Partnership • Meningkatkan kerjasama dengan mitra
strategis dalam penjualan
• Melakukan kerjasama operasi dengan mitra
(Investor, Source, transportir & Storage)
• Menjaga hubungan baik dengan regulator
Operation Excellence • Pengembangan Prosedur Standar Operasi
• Service Excellence (tepat jumlah, waktu,
kualitas & service)
• Kordinasi dengan Departemen terkait
(Trabsportasi & Depo)
• Kebijakan penjualan yang kompetitif
• Percepatan proses pembuatan invoice
Optimalisasi personel • Meningkatkan kerjasama dengan mitra
strategis dalam penjualan
• Melakukan kerjasama operasi dengan mitra
(investor, source, transportir & storage)
• Menjaga hubungan baik dengan regulator
• Peningkatan profesinal SDM melalui Training
85
4.9 Analisa Kompetitor
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa PT Pertamina
(Persero) relatif masih mendominasi di dalam bisnis BBM Industri baik itu
dalam hal infrastruktur, pendekatan dengan pelanggan, dan regulator
dibandingkan dengan para pemain lain seperti AKR, Petronas, Shell, Medco,
Chevron, dan lainnya, relatif masih rendah dibandingkan dengan PT
Pertamina (Persero). Akan tetapi bagi PT Elnusa Petrofin, PT Pertamina
(Persero) bukanlah sebagai competitor utama, melainkan memang sebagai
market leader di bisnis supply BBM Industri ini dan PT Elnusa Petrofin pun
adalah sebagai agen dari PT Pertamina (Persero) itu sendiri.
PT Elnusa Petrofin mengambil source BBM kepada PT Pertamina
(Persero), dimana jaminan kualitas bisa dibuktikan lebih baik daripada source
BBM yang diambil dari competitor. Karena bagi competitor seperti AKR dan
Petronas, mengambil source BBM dari Singapura dimana harga yang akan
mereka tawarkan kepada customer lebih murah dibandingkan dengan harga
yang dikeluarkan oleh PT Pertamina (Persero). Begitu pula untuk Shell dan
Medco yang menjual harga lebih murah. Seperti harga di salah satu wilayah di
Pulau Jawa untuk harga minyak solar, PT Elnusa Petrofin menjual di harga
Rp. 7.288/per liter, dimana harga dasar nya adalah sebesar Rp. 6.575/per liter,
sedangkan untuk harga competitor adalah sebagai berikut :
86
Tabel 4.3 Harga BBM jenis Minyak Solar Kompetitor PT Elnusa Petrofin
Nama Pesaing
Harga Dasar
(Rp/Ltr)
Harga Jual
(Rp/Ltr)
Selisih Harga
(Rp.)
Selisih
(%)
Medco 6.500,00 6.650 639 13,3%
Shell 6.400,00 6.550 739 15,1%
AKR 6.550,00 6.700 589 12,4%
Petronas 6.600,00 6.750 539 11,6%
Dilihat dari table diatas bahwa sudah jelas para competitor
menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga yang
ditawarkan oleh PT Elnusa Petrofin. Dimana harga yang paling murah ada
pada Shell yaitu sebesar Rp. 6.550/per liter dan rata-rata harga yang
ditawarkan oleh competitor memang dibawah dari harga yang ditawarkan
oleh PT Elnusa Petrofin. Hal ini disebabkan karena PT Elnusa Petrofin
mengambil source BBM di PT Pertamina (Persero) dimana untuk harga
minyak solar tersebut sudah ditetapkan dan PT Elnusa Petrofin hanya dapat
memberikan diskon kepada customernya. Sehingga menyebabkan harga lebih
mahal, akan tetapi alasan mengapa competitor bisa menawarkan harga yang
lebih murah adalah karena mereka semua mengambil source dari luar dimana
harga nya pun jauh dibawah harga PT Pertamina (Persero), tetapi untuk
jaminan kualitas nya masih fluktuatif, yaitu masih ada yang baik kualitasnya
ada juga yang kurang baik, akan tetapi para customer pasti akan mengambil
dari harga BBM yang paling murah, maka dari itulah competitor bisa lebih
87
unggul dibandingkan dengan PT Elnusa Petrofin untuk masalah market share
nya. Sedangkan bagi PT Elnusa Petrofin meskipun menawarkan harga yang
lebih mahal dibandingkan para kompetitornya, tetapi mempunyai jaminan
kulitas BBM yang baik.
Tetapi jika ingin menganalisa competitor PT Elnusa Petrofin,
perusahaan tidak memiliki competitor secara langsung, competitor yang
paling berpengaruh adalah dengan Patra Niaga, karena Patra Niaga juga
merupakan agen dari PT Pertamina (Persero) serta anak perusahaannya,
sehingga menempatkan mereka diposisi yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan PT Elnusa Petrofin, hal tersebut dilihat dari diskon yang
diberikan PT Pertamina (Persero) kepada Patra Niaga lebih besar
dibandingkan yang diberikan kepada PT Elnusa Petrofin yaitu apabila PT
Elnusa Petrofin diberikan diskon sebesar 5 % maka Patra Niaga akan
mendapatkan 7 % untuk diskonnya. Maka dari itu Patra Niaga berada diposisi
kedua pada Market share. Dan untuk analisa terhadap competitor lainnya
yaitu AKR, Shell, Medco dan Petronas, mereka berada dibawah Patra Niaga
dan berada di urutan ketiga dalam market share. Karena mareka menawarkan
harga yang paling murah dibandingkan dengan PT Elnusa Petrofin dan
membuat customer lebih tertarik untuk membeli dari mereka.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa PT Elnusa Petrofin jika
dibandingkan dengan Patra Niaga berada di kompetisi yang sehat, walaupun
porsi nya berbeda. karena Patra Niaga mempunyai pasar yang lebih luas dan
88
harga yang lebih murah serta pengalaman yang lebih lama dibandingkan
dengan PT Elnusa Petrofin, sehingga membuat mereka berada di posisi yang
lebih menguntungkan. Sedangkan untuk komnpetitor lainnya, PT Elnusa
Petrofin juga berada di porsi yang berbeda, sebagai contoh dengan AKR yang
mensupply BBM sebesar 210.000 KL/per bulan, sedangkan bagi PT Elnusa
Petrofin mensupply BBM sebesar 210.000 KL/per tahun. Dimana
menempatkan PT Elnusa Petrofin tidak sama/tidak dalam porsi yang sama
dengan mereka sehingga perbandingannya sungguhlah berbeda jauh. Akan
tetapi tidak akan menutup kemungkinan bagi PT Elnusa Petrofin untuk tetap
dapat bersaing secara sehat baik dengan Patra Niaga maupun dengan
kompetitor lainnya, karena divisi BBM Industri di PT Elnusa Petrofin sedang
berkembang dari tahun ke tahun.
4.10 Analisa Kinerja Keuangan
Diketahui bahwa PT Elnusa Petrofin memiliki 4 pilar bisnis yang
menjadi fokus utama bagi perusahaan, diantaranya adalah BBM Industri &
Marine, Depo, Transportasi, dan Ritel Bahan Bakar. Dan yang menjadi fokus
dalam analisa kinerja keuangan ini adalah untuk divisi BBM Industri &
Marine. Data keuangan yang diambil adalah dari tahun 2008 sampai dengan
2010, dikarenakan divisi BBM Industri itu sendiri baru dibentuk pada tahun
2008. Berikut adalah data laporan keuangan beserta presentase kenaikan
untuk divisi BBM Industri & Marine :
89
Tabel 4.4 Laporan Keuangan PT Elnusa Petrofin Divisi BBM Industri & Marine (Juta Rupiah) dan Presentase Kenaikan (%)
BBM Industri & Marine Kenaikan (%)
2008 2009 2010 2008-2009
2009-2010
1 Operating Revenue 15.502 560.517 1.393.746 3615,77% 248,65% 2
Total Cost of Operating Revenue
13.980
548.630
1.375.545 3924,39% 250,72%
3 Gross Profit 1.521 11.886 18.201 781,46% 153,13%
4 Operating Profit 733 8.855 13.655 1208,05% 154,21%
5 Net Income 608 6.998 2.876 1150,99% 41,01%
6 Gross profit Margin 9,81 % 2,12 % 1,31 %
7 Operating profit margin 4,73 % 2,58 % 0,98 %
3615,77%3924,39%
781,46%
1208,05% 1150,99%
248,65% 250,72% 153,13% 154,21% 41,01%0,00%
500,00%
1000,00%
1500,00%
2000,00%
2500,00%
3000,00%
3500,00%
4000,00%
4500,00%
1 2 3 4 5
2008‐2009 2009‐2010
Grafik 4.2 Kenaikan Presentase tiap tahun
90
Jika dilihat dari tabel laporan keuangan diatas berserta grafik kenaikan
presentase, dapat dilihat bahwa operating revenue dalam tahun 2010 meningkat lebih
rendah dibandingkan dengan peningkatan di tahun 2009, dimana dari tahun 2008-
2009 tejadi kenaikan sebesar 3615,77 % sedangkan untuk tahun 2009-2010 hanya
terjadi kenaikan sebesar 248,65 %, hal ini disebabkan karena divisi BBM Industri ini
memang baru berdiri di tahun 2008, maka tidak heran jika kenaikan dari tahun 2008
ke 2009 sangat melonjak tajam dibandingkan dengan kenaikan operating revenue dari
tahun 2009 ke 2010. Begitu pula berlaku untuk total cost of operating revenue, gross
profit, operating profit dan net income dalam tahun 2010 meningkat lebih rendah
dibandingkan dengan peningkatan di tahun 2009.
Baik untuk tahun 2010 maupun tahun 2009, kenaikan opertaing revenue jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan total cost of operating revenue, yaitu
dimana operating revenue dalam tahun 2008-2009 adalah sebesar 3615,77 %
sedangkan untuk total cost of operating revenue adalah sebesar 3924,39 %. Dalam
tahun 2009-2010 operating revenue meningkat sebesar 248,65 % sedangkan untuk
total cost of operating revenue meningkat sebesar 250,72 %, sehingga memang lebih
besar peningkatan total cost of operating revenue dibandingkan dengan operating
revenue itu sendiri. Peningkatan tersebut mempengaruhi kepada gross profit maupun
net income itu sendiri, sehingga net income itu sendiri di tahun 2008-2009 lebih
rendah yaitu sebesar 1150,99 % dan untuk tahun 2009-2010 hanya sebesar 41,01 %
dimana menempatkan net income berada jauh lebih rendah dibandingkan dengan
peningkatan operating revenue itu sendiri.
91
Dimana hal ini menunjukkan bahwa pengendalian cost dan/atau biaya pada
total cost of operating revenue ini tidak seimbang dengan kenaikan yang terjadi pada
net income itu sendiri, dimana hal tersebut dapat mengakibatkan akan terus
menurunnya net income di tahun-tahun kedepannya. Memang pertumbuhan net
income itu sendiri tidak sebesar pertumbuhan dari operating revenue yang memang
sangat drastis peningkatannya, hal tersebut disebabkan karena adanya penurunan
margin keuntungan yaitu penurunan diskon yang diberikan oleh PT Pertamina
(Persero), sehingga untuk menutupi cost nya yang menjadi lebih besar dan net
income nya pun menjadi semakin kecil dan tidak seimbang dengan operating revenue
itu sendiri. Seperti yang bisa dilihat pada grafik revenue dan net income dibawah ini :
15.502
560.517
1.393.747
2008 2009 2010
1 2 3
REVENUE (Juta Rupiah)
Grafik 4.3 Revenue Divisi BBM Industri & Marine
92
608(2008)
6.999(2009)
2.876(2010)
1 2 3
NET INCOME (Juta Rupiah)
Grafik 4.4 Net Income Divisi BBM Industri & Marine
Bisa dilihat bahwa memang terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
peningkatan revenue dengan net income itu sendiri, dimana untuk tahun 2008 ke
2009 keduanya memang meningkat sangat signifikan dikarenakan baru
berkembangnya divisi BBM Industri & Marine itu sendiri, akan tetapi perhatikan
untuk tahun 2009 ke 2010, dimana revenue nya tetap meningkat hampir bisa dibilang
secara signifikan juga, akan tetapi tidak seimbang dengan kondisi net income yang
sangat jatuh. Hal tersebut memang disebabkan karena di tahun 2010 PT Pertamina
(Persero) menurunkan diskon kepada PT Elnusa Petrofin sehingga menyebabkan
turunnya net income tersebut.
Jika ingin melihat berapa margin yang diperoleh oleh PT Elnusa Petrofin
selama berdirinya divisi BBM Industri & Marine ini dapat dilihat melalui grafik
dibawah ini :
93
Grafik 4.5 Margin BBM Industri & Marine
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 ke 2010 untuk
operating profit margin nya pun menurun tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2008
sebesar 4,73 %, tahun 2009 sebesar 2,58 % dan untuk tahun 2010 hanya sebesar 0,98
%, begitu pula dengan gross profit margin yang diperoleh oleh perusahaan, dimana
semakin tahun semakin menurun yaitu di tahun 2008 hanya sebesar 9,81 %, tahun
2009 memperoleh margin sebesar 2,12 % dan di tahun 2010 semakin mengecil
dengan margin hanya sebesar 1,30 %. Penurunan gross profit margin ini disebabkan
karena meningkatnya cost yang begitu besar sehubungan dengan pengurangan diskon
oleh PT Pertamina (Persero), sejauh mana pengurangan ini akan mempengaruhi gross
profit margin berikutnya yaitu tergantung dari kebijakan PT Pertamina (Persero) itu
sendiri yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Dengan perolehan margin yang
begitu kecil, menempatkan perusahaan pada kondisi yang cukup sulit, meskipun
94
untuk revenue itu sendiri terus meningkat tiap tahunnya dan juga untuk total cost of
operating revenue perlu dikendalikan sebaik mungkin, antara lain biaya-biaya yang
bisa dilakukan efisiensi agar lebih bisa dikendalikan lagi. Dengan begitu akan
membuat perusahaan untuk bisa mengkaji ulang apakah perolehan margin yang
begitu tipis/kecil ini masih bisa dipertahankan dan bisa menerima keadaan bahwa
apabila operating cost revenue tidak dikendalikan maka untuk marginnya itu sendiri
makin lama akan semakin mengecil, karena perusahaan sudah mengeluarkan cost
yang begitu besar dilihat dari total cost of operating revenue tersebut sedangkan
mendapatkan margin yang bisa dibilang sangat kecil.
Seperti diketahui bahwa PT Elnusa Petrofin masih memiliki core bisnis
lainnya yaitu Depo, Transportasi dan Ritel Bahan Bakar, maka bisa kita analisa
berapakah gross profit yang diperoleh oleh core bisnis lainnya, sehingga bisa menjadi
masukan bagi perusahaan.
Tabel 4.5 Perbandingan Margin BBM Industri & Marine dengan Divisi lainnya
2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010Operating Revenue 4.828 41.896 73.529 204.336 290.713 343.323 344.502 185.625 121.573Total Cost of operating revenue 3.770 35.794 57.142 182.302 256.225 309.254 341.183 183.850 119.062Gross Profit 1.058 6.102 16.387 22.034 34.487 34.068 3.319 1.774 2.510Operating Profit -586 4.748 13.288 13.414 31.313 30.316 1.572 687 1.045Net Income -564 3.324 9.426 12.866 17.873 18.429 -624 -393 1.314Gross Profit Margin 21,91% 14,56% 22,29% 10,78% 11,86% 9,91% 0,96% 0,95% 2,06%
Depo Transportasi Ritel Bahan Bakar
95
Jika dilihat berdasarkan tabel diatas, perbandingan gross profit antara divisi
BBM Industri & Marine dengan divisi lainnya sangat beraneka ragam. Akan tetapi
baik divisi Depo dan Transportasi memiliki gross profit jauh diatas BBM Industri &
Marine, yaitu untuk tahun 2010 memperoleh sebesar 22,29 % dan 9,91 % sehingga
memungkinkan jika dengan gross profit yang cukup besar perusahaan bisa
mempertimbangkan untuk bisa lebih fokus kepada divisi Depo, hanya sebagai
alternatif yang mungkin perusahaan bisa lakukan.