BAB III · Web viewBuat daftar tujuan berdasarkan klasifikasi yang dibutuhkan. Misalnya berdasarkan...

31
MODUL PERKULIAHAN ETIK UMB BAB III TUJUAN HIDUP DAN MOTIVASI Pokok-Pokok Bahasan Bab III: 1. Fakultas Program Studi Pertemuan 3 Online Kode MK Disusun Oleh Wahyudi Pramono Modul online ini

Transcript of BAB III · Web viewBuat daftar tujuan berdasarkan klasifikasi yang dibutuhkan. Misalnya berdasarkan...

MODUL PERKULIAHAN

ETIK UMBBAB IIITUJUAN HIDUP DAN MOTIVASI

Pokok-Pokok Bahasan Bab III:1.

Fakultas Program Studi Pertemuan 3Online Kode MK Disusun Oleh

Wahyudi Pramono

Modul online ini dipergunakan sebagai Materi perkuliahan Mata Kuliah Etik UMB di Universitas Mercu Buana

MENETAPKAN TUJUAN

PENGANTAR

Hidup tanpa tujuan bagaikan perjalanan tanpa arah

yang sering membuat kita kebingungan.

Orang yang cerdas biasanya mengetahui apa

yang mereka inginkan dan kemana

tujuan hidup mereka.

Disadari atau tidak, setiap kita tentu sudah mempunyai tujuan hidup masing-masing.

Namun tujuan-tujuan tersebut mungkin belum tergambar dengan jelas sehingga

pencapaiannya sulit diukur. Contohnya, Saya ingin bahagia…, saya ingin kaya…, saya ingin

pintar. Apa yang bisa membuat kita merasa bahagia? Apa yang kita maksud dengan kaya?

Pintar dari segi apakah yang dimaksud? Semua tujuan-tujuan itu masih terlalu abstrak dan

sangat luas.

Sebuah contoh sederhana tentang keinginan adalah jika kita sangat ingin

mempunyai sebuah PC (Personal Computer) seharga 5 juta rupiah. Jika setiap bulannya

kita mampu menyisihkan Rp. 500.000,- maka sepuluh bulan kedepan impian memiliki PC

pasti akan terwujud. Akan ada kepuasan lebih jika kita mampu mencapai tujuan itu lebih

cepat dari target, dengan usaha ekstra tentu saja.

Agar tujuan hidup kita dapat terlihat dan terukur dengan jelas, berikut ini adalah

langkah-langkah sederhana dalam menetapkannya:

1. Membuat Daftar Tujuan

2015 2 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Daftar tujuan terdiri dari hasrat, keinginan, harapan, impian, kehendak. Buat daftar

tujuan berdasarkan klasifikasi yang dibutuhkan. Misalnya berdasarkan waktu; tujuan jangka

panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Untuk memudahkan tetapkan waktu yang

jelas. Contohnya Yang akan dicapai pada tahun ini, 5 tahun kedepan, 10 tahun lagi.

2. Gunakan Kriteria SMART untuk Tujuan-tujuan Anda

Menurut para pakar, cara merumuskan tujuan bisa menggunakan rumus SMART,

yaitu

a. Specific (jelas); buatlah tujuan yang jelas, tidak abstrak dan mudah dimengerti.

b. Measurable (dapat diukur); pengukuran akan memberikan bukti tentang apa yang

sudah dan belum dicapai.

c. Archiveable (dapat dicapai); jangan terlalu muluk-muluk, tetapi bukan berarti

sederhanasaja.

d. Realistic (masuk akal); tetapkan tujuan yang logis.

e. Timely (tepat waktu); gunakan waktu sebagai sumber daya, semakin tepat waktu

pencapaian tujuan, semakain banyak tujuan yang bisa dicapai.

3. Ungkapkan Tujuan dalam Istilah yang Positif

Penggunaan istilah yang positif sangat penting berkenaan dengan cara dan

mekanisme tujuan pikiran bawah sadar bekerja. Sikap optimis menghasilkan kesuksesan

yang lebih banyak, prosesnya lebih dapat dinikmati tidak peduli berhasil atau tidak.

4. Membuat Indera Pendeteksi Tujuan

a. Lengkapi setiap tujuan dengan penglihatan, pendengaran dan perasaan, dengan

perlengkapan indera pendeteksi realitas.

b. Indera pendeteksi tujuan berguna untuk menentukan apa yang realistis yang dapat

dicapai.

5. Meluruskan Tujuan

a. Agar tidak ada tujuan-tujuan yang saling bertentangan

b. Terciptanya harmonisasi antar tujuan

2015 3 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

6. Menghargai Orang Lain

Tetapkan tujuan yang tidak merugikan kepentingan orang lain, sebaliknya usahakan

orang lain juga menerima manfaat dari tujuan yang ditetapkan.

7. Buat Pertanyaan Penguji Tujuan

a. Apakah saya benar-benar menginginkan hal ini?

b. Apa yang saya dapatkan setelah tujuan ini tercapai?

c. Apa yang sesungguhnya saya inginkan dari tujuan ini?

d. Apa keuntungan yang saya dapatkan dari tujuan ini?

e. Apakah orang lain menerima manfaat dari tujuan yang ingin saya capai?

Setiap orang mempunyai tujuan hidup masing-masing yang sangat spesifik dan

berbeda-beda. Tujuan hidup bisa saja sangat kompleks dan rumit, namun bisa juga sangat

sederhana. Namun dengan mengetahui tujuan hidup kita dengan sangat jelas adalah sangat

menyenangkan, tidak peduli berhasil atau tidak, yang penting kita menikmati prosesnya.

Untuk itu biasakan membuat daftar tujuan, mulailah dari yang sederhana, target harian,

bulanan, tahunan dan seterusnya. Dari hal yang kecil, dan mulailah saat ini, kalau ditunda-

tunda jadi nggak asyik lagi.

Namun yang paling penting diingat adalah kewajiban manusia adalah berusaha,

hasil akhir tentu saja ditangan Yang Maha Kuasa. Selain berusaha jangan lupa juga berdo’a.

Usaha tanpa do’a adalah kesombongan, Do’a tanpa usaha adalah sia-sia. “Ora et Labora”.

URGENSI MENETAPKAN TUJUAN BAGI PEMIMPIN

Dasar dari semua kepemimpinan adalah kepemilikan visi. Dan untuk melangkah

dalam visi tersebut, sebuah komitmen amat dibutuhkan. Komitmen ini disebut misi. Namun

ketika dalam pencapaiannya muncul masalah, dibuatlah serangkaian tindakan yang spesifik

2015 4 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

untuk menyelesaikan misi itu. Tindakan inilah yang disebut tujuan. Oleh karena itu, seorang

pemimpin yang tidak memiliki tujuan sama seperti sebuah kapal yang tak bernakhoda.

Agar efektif, seorang pemimpin harus menegaskan fokus misinya secara berkala

melalui penetapan tujuan yang efektif. Semakin jelas tujuan yang dimiliki, semakin tajam

fokusnya, demikian sebaliknya. Penetapan tujuan yang efektif menjadikan visi semakin

terfokus karena menjelaskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai visi

tersebut.

Visi memang penting, namun visi itu tidak akan terwujud bila tujuan suatu program

tidak terencana dan dilaksanakan dengan benar. Sebuah visi akan tetap sama dalam jangka

waktu yang lama, sedangkan sebuah misi akan menyesuaikan dengan visi. Namun, suatu

tujuan harus ditinjau secara berkala agar seorang pemimpin dapat menyesuaikannya

dengan situasi yang terus berubah.

Ketika menetapkan tujuan, kita menuliskan langkah-langkah yang diperlukan untuk

menyempurnakan visi kita. Agar tujuan yang ditetapkan efektif, seorang pemimpin perlu

memahami karakteristik tujuan yang baik. Karakteristik ini tertuang dalam prinsip SMART.

Prinsip Tujuan -- Selain SMART--, ada juga beberapa prinsip yang berguna untuk

menjadikan tujuan efektif.

1. Tentukan tujuan Anda sendiri, dan jangan mengharapkan bantuan dari siapa pun

atau apa pun. Tujuan kita seharusnya berdasar pada hal-hal yang kita kendalikan.

2. Izinkan pemikiran Anda berkembang. Jangan membatasi Tuhan atau hal-hal luar

biasa yang Ia sediakan untuk kita dengan membiarkan pengalaman kita terdahulu

atau penelitian tentang kinerja orang lain melumpuhkan visi kita

3. Tuliskan tujuan Anda secara terperinci. Lord Bacon bahkan berkata, "Menulis

membuat seorang menjadi sempurna." Dengan menulis, apa yang ada dalam pikiran

kita akan terpatri dan gagasan yang kita miliki menjadi spesifik.

4. Nyatakan tujuan Anda dengan positif. Jika kita mengatakan bahwa tujuan kita adalah

"agar saya tidak suka menunda-nunda lagi", itu tidaklah efektif. Tujuan perlu motivasi

agar melakukan apa yang kita mau, ingin menjadi seperti apa kita. Bagaimana kita

akan memvisualisasikan "tidak akan menunda-nunda lagi" itu?

2015 5 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

5. Pastikan bahwa tujuan Anda meliputi perubahan karakter. Kita tidak bisa

mengharapkan berat badan kita akan turun, bila kebiasaan yang kita miliki adalah

menyantap banyak lemak dan gula sepanjang hari. Kita harus menetapkan tujuan

untuk berubah dan mengembangkan karakter apa pun yang kurang dalam diri kita.

Perubahan dalam diri merupakan faktor penting dalam penetapan tujuan.

6. Jadikan tujuan Anda sebagai tujuan pribadi. Dalam menetapkan tujuan pribadi,

diperlukan karakter yang kuat, terutama bila tujuannya berbeda dengan norma

masyarakat. Adalah hal yang mustahil bila kita harus memimpin dengan tujuan yang

dibebankan oleh orang lain pada kita. Dalam suatu organisasi, tiap orang

menetapkan tujuannya sendiri. Seorang manajer bisa memandu bawahannya yang

akan menetapkan tujuannya sendiri dalam organisasi tersebut karena bagaimanapun

tujuan pribadi hendaknya tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. Tujuan

pribadi penting karena dengan begitu anggota akan punya kecenderungan

memenuhi tujuan pribadinya itu dan tidak menyalahkan orang lain bila tujuannya

tidak tercapai.

LANGKAH-LANGKAH MENETAPKAN TUJUAN

Untuk mewujudkan tujuan hidup, diperlukan 3 aturan emas, yakni:

1. Have great dreams (memiliki tujuan atau mimpi besar)

2. Have great deeds (memiliki perbuatan atau aksi besar)

3. Have great drive (memiliki komitmen dan motivasi besar)

1. Have Great Dreams

Apa yang Anda inginkan adalah tujuan hidup Anda dan target hidup Anda. Anda

berhak mendapatkan apa saja yang Anda inginkan dalam hidup ini. Jangan batasi diri Anda.

2015 6 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Mimpikan impian-impian besar dan lakukan perbuatan-perbuatan besar. Pedoman untuk

merealisasikan mimpi besar Anda adalah:

a. Berpikirlah sukses, jangan berpikir gagal

b. Camkan bahwa Anda lebih baik dari yang Anda sangka

c. Lipat gandakan kepercayaan Anda. Ukuran sukses Anda sama dengan ukuran

kepercayaan Anda.

d. Gelutilah tujuan kecil, Anda akan mendapat hasil yang kecil. Gelutilah tujuan besar,

Anda akan mendapat hasil yang juga besar.

Jangan takut bermimpi besar karena persaingan di tingkat atas lebih sedikit dan

ringan dibandingkan persaingan di tingkat menengah dan bawah sehingga pencapaian akan

lebih mudah.

2. Have Great Deeds

Untuk merealisasikan mimpi besar tersebut Anda harus melakukaL beberapa langkah

besar, antara lain

Goal Setting

Selidiki kelemahan dan kekuatan Anda dari hal yang Anda sukai d tidak disukai, tentang

obsesi masa lalu Anda, ingin menjadi apa An kelak. Jangan terpengaruh kondisi/situasi

sekarang atau kehend orang lain terhadap hidup Anda. Anda berhak dan bertanggung

jawab untuk menetapkan tujuan dan jalan hidup Anda sendiri, bukan orang lain.

Berdasarkan masukan dari kelemahan-kekuatan dan aspirasi Anda, tetapkanlah

tujuan/target hidup Anda, secara jelas, fokus dan tertulis.

Action Plans

Buatlah rencana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tuj hidup terebut. Apakah

diperlukan gelar akademik? Apakah langkah yang diperlukan untuk memperoleh gelar

2015 7 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

akademik terasebut? Bidang usaha/pekerjaan apa yang harus dimasuki dan digeluti

untuk merealisasikannya? Dalam waktu berapa lama? Pikirkan dan dan buat secara

tertulis Action Plans tersebut. Pilah-pilah mana yang menjadi rencana tindakan jangka

panjang, rencana jangka menengah, dan rencana jangka pendek.

3. Have Great Drive

Seringkali dalam perjalan waktu, mimpi besar dan action plans luntur karena tekanan-

tekanan psikologis yang muncul, benturan dan sandungan yang menghambat

pencapaian tujuan atau karena Anda mengalami disorientasi yang membuat kita kembali

kepada kebiasaan-kebiasaan lama dalam taraf hidup biasa-biasa saja. Untuk itu Anda

harus mempunyai motivasi yang besar, antara lain

Stick on dream

Melekatkan terus rencana itu pada mimpi Anda agar menjadi motivator kreatif.

Komitmen Anda untuk tetap berjuang sampai mimpi Anda terwujud membutuhkan

pengulangan dan penggambaran terusmenerus. Betapa indah dan bahagianya jika

mimpi itu terwujud.

Work Hard dan Work Smart

Anda harus bekerja dengan strategi dan otak bukan hanya dengan otot. Anda harus

mengupayakan kompetensi Anda lebih unggul dari orang lain. Lalu Anda harus proaktif

dan kontributif, dan rela memberi terlebih dahulu sebelum menerima. Jangan sekedar

memberikan pelayanan regular atau biasa-biasa saja. Berikanlah yang terbaik terlebih

dahulu kepada orang-orang yang akan berpengaruh bagi sukses Anda.

Kekuatan Pikiran

Penggunaan kekuatan pikiran positif secara berkesinambungan dengan

memanfaatkan pikiran bawah sadar akan berdampak luar biasa terhadap

pembentukan karakter dan kualitas hidup seseorang. Teknik penggunaan kekuatan

pikiran adalah secara konsisten dan intensif agar tujuan dan harapan spesifik yang

kuat terus berada dalam pikiran bawah sadar Anda. Lama-kelamaan hal itu menjadi

2015 8 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

suatu obsesi yang tertanam dan menggelora sedemikan rupa dan akan mempengaruhi

pola pikir dan pola hidup (perilaku) Anda.

Kekuatan Kemauan

Kekuatan kemauan adalah kekuatan yang tidak kenal lelah, memiliki daya juang yang

luar biasa untuk mencapai tujuan hingga tujuan tersebut terwujud. Kekuatan kemauan

adalah kesediaan untuk membayar, mengorbankan segala sesuatu baik berupa waktu,

uang, tenaga, pikiran, ketrampilan, dan berbagai usaha demi terwujudnya cita-cita atau

tujuan itu.

Ketahanan Hati

Sebelum mencapai tujuan, Anda harus tekun, tabah hati, sabar, semangat, pantang

menyerah, tidak mudah putus asa. Semua itu memungkinkan Anda bangkit kembali

dari kejatuhan. Anda tetap memiliki harapan untuk mencapai keberhasilan walaupun

menghadapi banyak rintangan. Banyak contoh orang-orang sukses yang mulai dari hal

yang sangat kecil dan susah payah, lalu bangkit kembali dari kegagalan sehingga

pada akhirnya ia mencapai keberhasilan. Prinsip Coba lagi.... merupakan kunci

keberhasilan sesorang dalam mewujudkan tujuannya.

Tujuan jangka panjang (di atas 5 tahun) biasanya dapat dikategorikan pada tujuan

umum yang dalam pencapaiannya dapat dipecahkan menjadi tujuantujuan praktis dan

tujuan berkala. Pada akhirnya pencapaian tujuan-tujuan praktis dan berkala ini merupakan

rencana tindakan (action plans). Misalnya tujuan memiliki rumah pribadi adalah tujuan

umum yang memerlukan waktu yang lama dalam pencapaiannya. Anda dapat

memecahkannya menjadi tujuan-tujuan praktis yang dapat diwujudkan dalam jangka waktu

yang lebih pendek.

Untuk membeli rumah dengan harga tertentu Anda dapat memanfaatkan kredit

pemilikan rumah (KPR) sehingga Anda dapat mengangsur setiap bulan dalam jangka waktu

misalnya 10 tahun. Namun, Anda juga memerlukan tambahan dana cepat untuk membayar

uang mukanya. Anda dapat memecah tujuan umum tadi menjadi tujuan-tujuan praktis.

2015 9 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

1. Menjual kendaraan milik Anda untuk membayar uang muka dan

2. Menyisihkan sepertiga penghasilan Anda per bulan untuk membayar angsuran dalam

jangka waktu 10 tahun.

Tujuan kedua dapat dikategorikan sebagai tujuan berkala karena memiliki batas waktu

berkala, yaitu setiap bulan. Tujuan akhir dapat terwujud dari rangkaian tujuan prosedural.

MOTIVASI BERPRESTASI

PENGANTAR

Dalam uatu kisah diceritakan, bahwa Rasulullah

menciumi tangan seseorang yang hitam dan melepuh.

Para sahabat kaget dan bertanya, mengapa

Rasulullah melakukan hal tersebut ?

Lalu Rasulullah menjawab, bahwa tangan

yang hitam legam dan melepuh itu amat mulia,

karena dihabiskan untuk bekerja.

Motivasi telah menjadi bagian penting dalam menggerakan seseorang untuk

berperilaku tertentu. Mengapa orang sibuk bekerja, mengapa orang rajin beribadah,

mengapa anak-anak belajar, dan lain-lain. Salah satu jawaban yang mungkin bisa

dikemukakan, karena mereka mempunyai motivasi. Mereka ingin hidup mapan dan

2015 10 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

sejahtera, mereka ingin masuk surga, dan mereka ingin menjadi sarjana sehingga

memudahkan dalam mencari pekerjaan.

Prestasi, sukses, dan lain-lain yang ada hubunganya dengan keberhaslan bukanlah

sesuatu yang datang dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan dengan kerja keras.

Prestasi pada dasarnya bukanlah warisan, tetapi ia hadir dan dihadirkan oleh yang

bersangkutan. Dengan demikian, penting kita untuk memiliki motivasi yang tinggi sehingga

dengan motivasi tersebut menjadi energi yang besar untuk menggerakan kita mencapai

yang diinginkan.

Salah satu cara membangkitkan motivasi yaitu dengan membaca kisah orang-orang

sukses dalam berbagai bidang. Ia bisa politisi, akademisi, ekonom, wirausahawan, seniman,

dan lain-lain. Sepanjang yang saya baca, tidak kesuksesan atau prestasi yang datang tiba-

tiba, semuanya adalah proses yang panjang, kerja keras, kesungguhan dan do’a.

Pada modul ini kita akan membahas beberapa hal yang ada kaitannya dengan

motivasi, terutama kita akan melihat secara teoretik berbagai variabel yang ada kaitannya

dengan motivasi. Sehingga dengan kita mengelaborasi berbagai pendapat para pakar

dalam konteks motivasi, kita dapat memiliki pemehaman teoretis tentang motivasi, dan pada

gilirannya aka menjadi dorogan bagi kita dalam meraih keberhasilan.

PENGERTIAN

Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu

tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan

mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving

force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.

Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu

dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat

motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan

motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.

Pakar lain mengemukakan, bahwa motivasi adalah daya pendorong dari keinginan

kita agar terwujud. Motivasi adalah sebuah energi pendorong yang berasal dari dalam kita

2015 11 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

sendiri. Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi

pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi erat sekali

hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak ada, motivasi pun tidak

akan timbul.

Banyak dari kita yang mempunyai keinginan dan ambisi besar, tapi kurang

mempunyai inisiatif dan kemauan untuk mengambil langkah untuk mencapainya. Ini

menunjukkan kurangnya enrgi pendorong dari dalam diri kita sendiri atau kurang motivasi.

Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu dalam

mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dengan motivasi yang

benar kita akan semakin mendekati keinginan kita. Biasanya motivasi akan besar, bila orang

tersebut mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental

yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya.

Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah

selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.

Lakukan apapun dalam pengembangan diri anda dengan motivasi, baik itu karir,

hubungan, spiritual, pekerjaan, menulis, memasak, membeli rumah, mendapatkan pacar,

mengajar anak atau apapun. Motivasi ini akan ada, bila ada visi yang jelas dari apa yang

anda akan lakukan, mengetahui apa yang akan anda lakukan dan percaya akan kekuatan

yang ada pada anda sendiri. Ia akan merupakan kunci sukses dari apapun yang anda

lakukan.

Untuk termotivasi, ketahui terlebih dahulu apa yang anda inginkan selanjutnya anda

harus dapat meningkatkan energi keinginan itu dan siap untuk melakukan apa saja agar

keinginan dapat tercapai. Motivasi berkaitan erat dengan tercapainya sesuatu keinginan.

Sering kita gagal mencapai apa yang kita lakukan, misalnya berhenti minum kopi, merokok

dan lainnya karena motivasinya kurang. Apakah hubungannya motivasi dengan emosi?

Sangat erat hubungannya. Keduanya diperlukan untuk proses tercapainya suatu keinginan.

Disiplin adalah hal yang perlu agar keinginan tercapai. Untuk tetap disiplin, motivasi yang

tinggi akan sangat membantu.

Dalam kehidupan kita, kita sering meniatkan untuk melakukan pengembangan atau

merubah kondisi yang kita miliki, tapi sering tidak dilakukan dan berhenti hanya sebagai niat

saja. Kenapa berhenti? Itu terjadi karena kurangnya motivasi, antusiasme, keinginan,

determinasi, kemauan dan disiplin.

2015 12 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

RAGAM TEORI MOTIVASI

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan,

baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar

individu (motivasi ekstrinsik).

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap

kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam

kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri

bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan

upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.

Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan

bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

(1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan,

keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan

pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan

kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai

dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori

tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori

McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori

Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor

H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan

Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang

P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-

167).

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar

pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1)

kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2)

2015 13 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,

psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan

akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-

simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan

bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga

berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)

kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya

sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi

kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang

jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang

dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa

kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,

intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh

dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur

manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan,

bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama

diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah

“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.

Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang

pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan

kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat

kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang,

pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum

seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia

makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi

juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan

berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan

kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman,

merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan

manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,

perlu ditekankan bahwa :

2015 14 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu

yang akan datang;

b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser

dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.

c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya

suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam

pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis,

namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi

yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need

for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan

kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi

merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu

tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-

obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan

seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai

standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam

persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat

secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers)

memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan

derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena

upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran

misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,

dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)

2015 15 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer

merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan

eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G =

Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara

konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow

dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan

kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan

keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self

actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis

kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer

disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan

untuk memuaskannya;

b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila

kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,

semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia.

Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada

kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada

hal-hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman

motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari

motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.

Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong

berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan

yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang

dalam kehidupan seseorang.

2015 16 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah

pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam

karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan

mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu

dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan

yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam

organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah

memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan

seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5. Teori Keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk

menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan

imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa

imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :

a. Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau

b. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan

empat hal sebagai pembanding, yaitu :

a. Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan

kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan

pengalamannya;

b. Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat

pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;

c. Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama

serta melakukan kegiatan sejenis;

d. Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan

yang merupakan hak para pegawai

2015 17 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para

pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi

ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka

akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat

kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya

para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing,

pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.

6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat

macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b)

tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-

tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )

Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”

mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini,

motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan

yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.

Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka

untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika

seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar,

yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.

Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk

berupaya akan menjadi rendah.

Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori

harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian

kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta

menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan

ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu

mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.

2015 18 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan

sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan

persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun

ditentukan oleh persepsi tersebut.

Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak

seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan

tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai

penentu dan pengubah perilaku.

Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang

menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai

konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan

perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan

tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari

atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik

tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja

lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya,

misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin

bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di

kemudian hari.

Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat

teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner.

Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai

tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat

tugas.

Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi

perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan

dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

2015 19 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna,

dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus

menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti

menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya

terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup

dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .

Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :

(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d)

kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a)

jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi

tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan

cara penerapannya.

STRATEGI SUKSES BEKERJA

Srijanti, dkk (2007:47-50) menulis sebelas faktor yang menjadi strategi sukses

seseorang, yaitu:

1. Percaya diri

2. Terampil dalam bersikap

3. Mampu mengarahkan diri sendiri

4. Mampu memahami diri dan pekerjaan orang lain

5. Berani mencoba

6. Memiliki harga diri yang sehat

7. Menerima kekurangan dirinya

8. Murah hati dan bijaksana

9. Cerdas dalam pergaulan

10. Membuat orang lain berkesan

11. Meraih peluang

2015 20 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Pendapat lain mengemukakan, bahwa untuk dapat sukses bisa memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

1. Kenali diri sendiri dan lingkungannya. Manfaatkanlah kekuatan yang dimiliki,

hilangkan kelemahan, gunakan peluang dan hindarkan ancaman yang ada.

2. Bekerjalah dengan keras dan cerdik. Gunakan kreativitas untuk memperoleh

keunggulan bersaing.

3. Milikilah komitmen yang kuat untuk menjadi pemenang dan jangan mudah putus asa.

4. Bekerjalah dengan memperhatikan konsep bisnis, indra bisnis, dan suara hati.

5. Buatlah perencanaan kerja tetapi jangan terlalu kaku dengan rencana tersebut.

6. Belajarlah dari pengalaman orang lain atau perusahaan lain, dan ikuti perkembangan

konsep bisnis.

7. Berani mengakui kesalahan, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama atau yang

sudah diketahui.

8. Berani mengambil resiko, tetapi berusaha mengelola resiko dengan baik.

9. Komunikasikan pendapat secara rasional dan jangan cari musuh.

10. Lakukan perbaikan secara terus menerus baik dari sendiri maupun proses kerja di

perusahaan.

11. Lihatlah perubahan sebagai teman bukan sebagai musuh.

12. Tanggap atas perubahan yang terjadi maupun yang akan terjadi.

13. Perbesar jaringan bisnis yang ada. Gunakan jaringan yang ada dan perbesar terus.

Jaringan ini bukan untuk membentuk kolusi atau nepotisme, tetapi memperbesar

peluang dengan cara sehat.

14. Jangan terlalu sering pimdah kerja atau usaha. Tekunilah apa yang dikerjakan.

Dengan menekuni, maka seseorang akan mengenali pekerjaannya dengan baik dan

menjadi ahli di bidangnya.

15. Tingkatkan kemampuan berbahasa asing.

16. Tingkatkan kemampuan kepemimpinan dan kemampuan interpersonal.

17. Tingkatkan kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan implementasi

perubahan yang besar.

18. Tingkatkan kemampuan mengatasi konflik.

19. Tingkatkan terus kemampuan keterampilan kecil seperti teknik penyusunan laporan,

teknik presentasi, dan teknik negosiasi.

20. Tingkatkan terus motivasi kerja dan tunjukkan kemampuan untuk berprestasi.

21. Tingkatkan terus motivasi kerja dan kemampuan bawahan atau kelompok kerja

anda.

2015 21 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka

1. Calhoun, James F., and Joan Ross Acocella, 1990. Psychology of Adjusment and Human Relatipon, Third Editionship. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

2. Hamersma, Harry, 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.3. Irawati, Dewi, 2003. Pengembangan Diri. Bandung: Akademi Sekretaris dan

Manajemen4. Ariyanti. Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang:

UMM Press.5. Sarwono, sarlito Wirawan, 1997. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi

Sosial.Jakarta: Balai Pustaka.6. Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.7. Supratiknya, A., 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:

Kanisius.8. Syam, Nina Winangsih, 2004. Sosioogi Komunikasi. Bandung: Humaniora.9. Triwidodi, Titiek & Djoko Kristanto, 2004. Pengembangan Kepribadian Sekretaris.

Jakarta:Grasindo.

2015 22 Etik UMB

Pusat Bahan Ajar dan eLearningWahyudi Pramono http://www.mercubuana.ac.id