Bab III Tinjauan Kasus Bblr
-
Upload
vera-destarina -
Category
Documents
-
view
398 -
download
0
Transcript of Bab III Tinjauan Kasus Bblr
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama (inisial) : By. UH
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru/20 Oktober 2011
Tanggal Pengkajian : 24 Oktober 2011
Usia : 4 hari
Tanggal Masuk : 20 Oktober 2011
No. RM : 73 93 01
Anak Ke : II (Kedua)
Nama Ayah : Tn. S
Pendidikan Ayah : SLTA
Pekerjaan Ayah : Swasta
Alamat : Desa Dundungan Sorek, Pelelawan
Nama Ibu : Ny. U
Pendidikan Ibu : SLTP
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Diagnosa Medis : Prematur dengan BBLR
Keluhan Utama
1. Alasan Masuk RS
Bayi lahir pada tanggal 20 Oktober 2011 dengan keluhan bayi lahir tidak langsung
menangis, tonus otot lemah, warna kulit kebiruan pada daerah lutut ke bawah
2. Keluhan Kesehatan Saat Ini
Berat badan bayi menurun dari BB saat lahir, terdapat retraksi dada, sianosis pada
bibir, pernapasan cepat (takipneu),bayi menggigil, suhu tubuh dalam inkubator 35,80C
dengan suhu inkubator 340C
3. Diagnosa Medis
Prematur dengan BBLR
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
1. Masa Prenatal
Usia gestasi : prematur (usia gestasi 33 minggu)
Usia ibu hamil : 26 tahun
Ada riwayat hipertensi dan asma selama hamil, tidak ada riwayat DM
2. Masa Intranatal
Bayi lahir spontan, tidak langsung menangis, tonus otot lemah, ketuban jernih, warna
kulit kebiruan pada daerah lutut kebawah dan kemerahan pada daerah lutut keatas.
Nilai APGAR 6/7. Injeksi Neo K (+), salep mata (+) dengan BBL 1720 gram dan PB
43 cm.
3. Masa Postnatal
Berat Badan Lahir :1720 gram
Panjang Badan Lahir : 43 cm
Lingkar Kepala : 29 cm
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
Ibu klien memiliki riwayat hipertensi dan asma selama hamil. Begitu lahir klien langsung
dirawat di Instalasi Neonatus.
KETERANGAN
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal Serumah
X : Meninggal
B. Analisa Data
DATA ETIOLOGIMASALAH
KEPERAWATAN
Data Subjektif (DS)
- Bayi lahir tidak
langsung menangis
- Tonus otot bayi
lemah, warna kulit
kebiruan pada lutut
kebawah
- BB bayi menurun dari
BB saat lahir
- Terdapat retraksi
dinding dada
- Terdapat sianosis
pada bibir bayi
- Pernafasan bayi cepat
(takipneu)
Riwayat hipertensi dan asma
selama hamil, jarak kelahiran
terlalu rendah (usia 26 tahun)
Bayi lahir prematur
BB lahir rendah (1720 gram), bayi
lahir spontan, sianosis pada bibir,
takipneu, bayi menggigil, tidak
langsung menangis, tonus otot
lemah, warna kulit kebiruan pada
daerah lutut kebawah dan
kemerahan pada daerah lutut
keatas, panjang lahir 43 cm,
lingkar kepala 29 cm, injeksi neo
1. Pola pernafasan
tidak efektif
2. Termoregulasi
tidak efektif
3. Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4. Risiko tingi
kekurangan
volume cairan
- Bayi menggigil
- Riwayat hipertensi
dan asma selama
hamil
- Tidak ada riwayat DM
Data objektif (DO)
- Suhu tubuh dalam
inkubator 35,80C
dengan suhu
inkubator 340C
- Prematur (usia gestasi
33 minggu)
- Bayi lahir spontan,
tidak langsung
menangis, tonus otot
lemah, ketuban jernih,
warna kulit kebiruan
pada daerah lutut
kebawah dan
kemerahan pada
daerah lutut keatas
- Nilai APGAR 6/7
- Injeksi Neo K (+),
salep mata (+)
- BB lahir : 1720 gram
- Panjang lahir : 43 cm
- Lingkar kepala : 29
cm
K (+) salep mata (+),
Pola pernafasan tidak efektif,
termoregulasi tidak efektif,
perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko tinggi
kekurangan volume cairan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosis 1: Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, dan ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan, pola nafas menjadi efektif.
Kriteria Hasil: neonatus akan mempertahankan pola pernafasan periodik, membran
mukosa merah muda.
Intervensi Rasional
a. Kaji frekuensi dan pola pernafasan,
pantau takipneu dan perubahan
frekuensi jantung.
b. Posisikan bayi pada abdomen atau
posisi telentang dengan gulungan
popok di bawah bahu untuk
menghasilkan hiperekstensi.
c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap
obat-obatan yang dapat memperberat
depresi pernafasan pada bayi.
a. Membantu dalam membedakan
periode perputaran pernafasan normal
dari takipneu.
b. Posisi ini memudahkan pernafasan
dan menurunkan episode takipneu.
c. Magnesium sulfat dan narkotik
menekan pusat pernafasan dan
aktivitas susunan saraf pusat (SSP).
2. Diagnosis 2: Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan perkembangan sistem
saraf pusat imatur (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area
permukaan, penurunan lemak subkutan, dan cadangan metabolik buruk).
Tujuan: Termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil: mempertahankan suhu kulit atau aksila (35-37,30C) bebas stress dan
rasa dingin
Intervensi Rasional
a. Kaji suhu dengan memeriksa suhu
rektal pada awalnya, selanjutnya
periksa suhu aksila atau gunakan
alat termostat dengan dasar terbuka
dan penyebar hangat.
b. Tempatkan bayi pada inkubator atau
dalam keadaan hangat.
a. Hipotermia membuat bayi cenderung
merasa stres karena dingin,
penggunaan simpanan lemak tidak
dapat diperbarui bila ada dan
penurunan sensivitas untuk
meningkatkan kadar CO2 atau
penurunan kadar O2.
b. Mempertahankan lingkungan
termonetral, membantu mencegah
c. Pantau sistem pengatur suhu,
penyebar hangat (pertahankan batas
atas pada 98,60F, bergantung pada
ukuran dan usia bayi).
d. Kajian haluaran dan berat jenis
urine.
e. Pantau penambahan berat badan
berturut-turut. Bila pertambahan
berat badan tidak adekuat,
tingkatkan suhu lingkungan sesuai
indikasi.
f. Perhatikan perkembangan takikardi,
warna kemerahan, diaforesis letargi,
takipneu, atau aktifitas kejang.
stres karena dingin.
c. Hipertermia dengan peningkatan laju
metabolisme kebutuhan oksigen dan
glukosa serta kehilangan air dapat
terjadi bila suhu lingkungan terlalu
tinggi.
d. Penurunan keluaran dan peningkatan
berat jenis urine dihubungkan dengan
perfusi ginjal selama periode stres
karena dingin.
e. Ketidakadekuatan penambahan berat
badan meskipun kalori adekuat dapat
menandakan bahwa kalori digunakan
untuk mempertahankan suhu
lingkungan tubuh, sehingga
memerlukan peningkatan suhu
lingkungan.
f. Tanda-tanda hipertermia ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila
tidak teratasi.
3. Diagnosis 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imunitas produksi enzim, otot abdominal lemah,
dan refleks lemah.
Intervensi Rasional
a. Kaji maturitas refleks berkenaan
dengan pemberian makanan
(misalnya: mengisap, menelan, dan
batuk).
b. Auskultasi adanya bising usus, kaji
status fisik dan status pernafasan.
a. Menentukan metode pemberian
makan yang tepat untuk bayi.
b. Pemberian makan pertama bayi stabil
memiliki peristaltik dapat dimulai 12-
16 jam setelah kelahiran. Bila distres
pernafasan ada, cairan parenteral
c. Kaji berat badan dengan menimbang
berat badan setiap hari, kemudian
dokumentasikan pada grafik
pertumbuhan bayi.
d. Pantau masukan dan pengeluaran.
Hitung konsumsi kalori dan elektrolit
setiap hari.
e. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel,
turgor kulit, berat jenis urin, kondisi
membran mukosa, dan fluktuasi berat
badan.
f. Pantau perkembangan hipoglikemia:
takipnea dan pernafasan tidak teratur
diindikasikan dan cairan per oral
harus ditunda.
c. Mengidentifikasikan adanya risiko
derajat dan risiko terhadap pola
pertumbuhan. Bayi SGA dengan
kelebihan cairan ekstrasel
kemungkinan kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA mungkin telah
mengalami penurunan berat badan
dalam uterus atau mengalami
penurunan simpanan lemak/glikogen.
d. Memberikan informasi tentang
masukan aktual dalam hubungannya
dengan perkiraan kebutuhan untuk
digunakan dalam penyesuaian diet.
e. Peningkatan kebutuhan metabolik dari
bayi SGA dapat meningkatkan
kebutuhan cairan. Pemberian cairan
intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati ditangani
untuk menghindari kelebihan cairan.
f. Karena glukosa adalah sumber utama
dari bahan bakar untuk otak,
kekurangannya dapat menyebabkan
kerusakan SSP permanen.
Hipoglikemia secara bermakna
meningkatkan mobilitas dan
mortalitas serta efek berat yang lama
bergantung pada durasi masing-
masing episode.
4. Diagnosis 4: Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia
berat yang ekstrem (prematur <2500 gram), kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis,
lapisan kurang lemak, ginjal imature/kegagalan untuk mengonsentrasikan urin)
Tujuan: cairan terpenuhi.
Kriteria hasil: bebas dari tanda dehidrasi, menunjukkan penambahan berat badan 20-
30 gram/hari.
Intervensi Rasional
a. Bandingkan masukan dan
pengeluaran urin setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap
periodik 24 jam. Pertahankan catatan
ukuran mengenai jumlah darah yang
diambil untuk tes laboratorium.
b. Pantau berat jenis urine setiap
selesai berkemih atau setiap 2-4 jam
dengan menginspirasi urin dari
popok bayi bila bayi tidak tahan
dengan kantong penampung urin.
c. Evaluasi turgor kulit, membran
mukosa, dan keadaan fontanel
anterior.
a. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
sementara kebutuhan terapi cairan
kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada
hari pertama, meningkatkan
sampai 120-140 ml/kg/hari pada
hari ketiga postpartum.
Pengambilan darah untuk tes
menyebabkan penurunan kadar
Hb/Ht.
b. Meskipun imaturitas ginjal dan
ketidakmampuan untuk
mengonsentrasikan urin biasanya
mengakibatkan berat jenis yang
rendah pada bayi pretern (rentang
normal 1,006-1,013). Kadar yang
rendah menandakan volume
cairan berlebihan dan kadar lebih
besar dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan
dan dehidrasi.
c. Kehilangan atau perpindahan
cairan yang minimal dapat dengan
cepat menimbulkan dehidrasi,
terlihat oleh turgor kulit yang
buruk.
d. Pantau tekanan darah, nadi, dan
tekanan arterial rata-rata (TAR).
d. Kehilangan 25% volume darah
mengakibatkan syok dengan TAR
kurang dari 25 mmHg
menandakan hipotensi