Bab III Stratigrafi

24
19 BAB III STRATIGRAFI III.1. Stratigrafi Regional Berdasarkan stratigrafi regional yang di susun oleh Kadar dan Sudijono, 1994, zona Rembang dibagi menjadi 10 formasi yang urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut : 1. Formasi Tawun Secara umum formasi ini tersusun oleh perselingan antara batulempung pasiran dengan batupasir dan batugamping yang kaya akan foraminifera golongan orbitoid (Lepidocyclina, Cycloclypeus). Batulempung pasiran berwarna abu-abu hingga abu-abu kecoklatan, semakin ke atas cenderung berubah menjadi batulanau dengan konkresi oksida besi. Batupasirnya biasanya cukup keras berwarna kemerahan, sebagian bersifat gampingan dan sebagian tidak. Batugampingnya berwarna coklat muda hingga abu-abu muda, berbutir halus sampai sedang. Penyusun utamanya adalah fosil foraminifera besar dengan sedikit pencampur batupasir kuarsa. Ketebalan batugamping ini mencapai 30 m. Pada formasi ini ditemukan Globigerinoides siakensis, Gdes. subquadratus, Globorotalia obessa dan G. praemenardii. Disamping itu juga dijumpai Lepidocyclina atuberculata, L. aphippioides, L. sumatrensis, L.

description

draft kl

Transcript of Bab III Stratigrafi

19

BAB III

STRATIGRAFI

III.1. Stratigrafi Regional

Berdasarkan stratigrafi regional yang di susun oleh Kadar dan Sudijono,

1994, zona Rembang dibagi menjadi 10 formasi yang urutan dari tua ke muda

adalah sebagai berikut :

1. Formasi Tawun

Secara umum formasi ini tersusun oleh perselingan antara

batulempung pasiran dengan batupasir dan batugamping yang kaya akan

foraminifera golongan orbitoid (Lepidocyclina, Cycloclypeus).

Batulempung pasiran berwarna abu-abu hingga abu-abu kecoklatan,

semakin ke atas cenderung berubah menjadi batulanau dengan konkresi

oksida besi. Batupasirnya biasanya cukup keras berwarna kemerahan,

sebagian bersifat gampingan dan sebagian tidak. Batugampingnya

berwarna coklat muda hingga abu-abu muda, berbutir halus sampai

sedang. Penyusun utamanya adalah fosil foraminifera besar dengan sedikit

pencampur batupasir kuarsa. Ketebalan batugamping ini mencapai 30 m.

Pada formasi ini ditemukan Globigerinoides siakensis, Gdes.

subquadratus, Globorotalia obessa dan G. praemenardii. Disamping itu

juga dijumpai Lepidocyclina atuberculata, L. aphippioides, L.

sumatrensis, L. nipponica dan Cycloclypeus sp. Berdasar pada asosiasi

fosil tersebut ditafsirkan bahwa Formasi Tawun diendapkan pada Awal

hingga Miosen Tengah, pada lingkungan lingkungan paparan yang agak

dalam (outer shelf) dari suatu laut terbuka.

2. Formasi Ngrayong

Satuan stratigrafi ini pada bagian bawah tersusun oleh

batugamping Orbitoid (Cycloclypeus) dan batulempung, sedangkan bagian

atas tersusun oleh batupasir dengan sisipan batugamping orbitoid. Diantara

perlapisan batulempung dijumpai struktur sedimen yang khas yaitu

gelembur (ripple mark) dan keping-keping gipsum. Batupasirnya berwarna

merah kekuningan, sering menunjukkan struktur soft sediment

20

deformation, disertai fosil jejak berupa lubang vertikal (memotong

perlapisan) dari kelompok Ophiomorpha. Dari kenampakan tersebut dapat

ditafsirkan bahwa bagian bawah dari satuan ini pada awalnya diendapkan

pada dataran pasang-surut (intertidal area) yang kemudian mengalami

transgresi menjadi gosong lepas pantai (offshore bar) atau shoreface yang

tercirikan oleh batupasir merah, yang selanjutnya semakin mendalam

menjadi lingkungan paparan tengah hingga paparan luar (middle to outer

shelf) yang menghasilkan batugamping yang kaya akan Cycloclypeus.

Kenampakan stratigrafi tersebut dapat dilihat di daerah Polaman (Gambar

3.2). Batupasir Ngrayong merupakan reservoir utama pada lapangan-

lapangan minyak di daerah sekitar Cepu. Ketebalan rata-rata mencapai 300

m tetapi menipis ke arah selatan dan juga ke arah timur, karena terjadi

perubahan fasies menjadi batulempung.

3. Formasi Bulu

Formasi Bulu terletak di atas batupasir Ngrayong, mempunyai

penyebaranyang luas di Antiklinorium Rembang Utara. Formasi ini

tersusun oleh kalkarenit berlempeng (platty sandstones) dengan sisipan

napal pasiran. Di beberapa tempat di jumpai kumpulan Cycloclypeus

(Katacycloclypeus) annulatus yang sangat melimpah. Kalkarenitnya

tersusun oleh litoklas karbonat, foraminifera kecil maupun besar, serta

butir-butir kuarsa, feldspar dan glaukonit. Ke arah barat, formasi ini

menjadi semakin tebal. Di bagian timur ketebalan hanya 80 m tetapi ke

arah barat ketebalannya mencapai 300 m. Formasi ini diendapkan pada

kala Miosen Tengah pada lingkungan laut dangkal yang berhubungan

dengan laut terbuka.

4. Formasi Wonocolo

Formasi Wonocolo tersusun oleh napal dan batulempung tidak

berlapis. Bagian bawahnya tersusun oleh batugamping pasiran dan

batupasir gampingan, yang secara umum menunjukkan gejala

pengendapan transgresif. Total ketebalan dari formasi ini lebih kurang 500

m, menunjukkan peningkatan ketebalan ke arah selatan. Pengendapannya

terjadi pada Miosen Tengah – Atas, pada lingkungan paparan luar.

21

5. Formasi Ledok

Formasi Ledok mempunyai lokasi tipe di kawasan antiklin Ledok,

10 km di utara kota Cepu. Penyusun utamanya terdiri atas perselang-

selingan antara batupasir glaukonitik dengan kalkarenit yang berlempeng-

lempeng, dengan beberapa sisipan napal. Batupasirnya berwarna kehijauan

hingga kecoklatan, berbutir halus hingga sedang, dengan komposisi

mineral kuarsa, fragmen kalsit serta glaukonit yang secara keseluruhan

terpilah sedang. Ketebalan setiap perlapisan berkisar antara 10 hingga 60

cm. Bagian bawah berbutir lebih halus dari bagian atas. Ketebalan Formasi

Ledok secara keseluruhan mencapai 230 m di lokasi tipenya. Ke arah

utara, formasi ini berangsur-angsur berubah menjadi Formasi Paciran.

Dari contoh yang diambil di sungai Gunem (sebelah timur Sulang,

Rembang) dijumpai kumpulan foraminifera bentonik berupa Siphonina

pulchra, Uvigerina peregrina peregrina, and U. hispidocostata. Kumpulan

ini menunjukkan pengendapan di lingkungan lereng atas (upper slope).

Foraminifera plangtonik terwakili oleh asosiasi Globorotalia

plesiotumida, G. miocenica, G. pseudoopima dan Pulleniatina primalis

menunjukkan bahwa Formasi Ledok diendapkan pada zona N17 – N18

atau Akhir Miosen.

6. Formasi Mundu

Formasi Mundu memiliki ciri litologi yang khas, tersusun oleh

napal massif berwarna abu-abu muda hingga putih kekuning-kuningan,

dengan kandungan foraminifera plangtonik yang sangat melimpah.

Disamping itu juga didapatkan kandungan glaukonit tetapi hanya dalam

jumlah sedikit. Di beberapa tempat, bagian atas dari formasi ini secara

berangsur berubah menjadi batugamping pasiran. Ketebalan dari formasi

ini cenderung bertambah ke arah selatan hingga mencapai 700 m. Formasi

Mundu terbentuk sebagai hasil pengendapan laut dalam yang terjadi pada

zona N17 – N20 (Miosen Akhir – Pleiosen).

7. Formasi Selorejo

Satuan ini tersusun oleh perselang-selingan antara foraminiferal

grainstone / packstone yang sebagian bersifat glaukonitan dengan

22

batugamping napalan hingga batugamping pasiran, dengan lokasi tipe di

desa Selorejo dekat Cepu. Ketebalan satuan ini mencapai 100 m. Selorejo

kadang dianggap sebagai anggota dari Formasi Mundu. Penyebarannya

relatif sempit, hanya di sekitar Blora hingga selatan Pati. Ke arah timur,

formasi ini melampar hingga ke Bukit Pegat di selatan Kota Babad.

Singkapan bagus dari Formasi Selorejo dijumpai di sepanjang dasar sungai

Gadu, Sambong di utara Cepu (Gambar 3.3). Di lokasi ini batugamping

yang berupa packstone hampir sepenuhnya tersusun oleh foraminifera

plangtonik. Pada permukaan batugamping ini dijumpai banyak fosil jejak

tipe Thalassinoides. Kandungan fosil yang dijumpai di lokasi ini berupa

Globoquadrina altispira, Globorotalia tumida, Pulleniatina praecursor

dan Spharoidinella dehiscens yang menunjukkan zona N20 – N21 (Pliosen

Tengah – Akhir) . Kumpulan foraminifera tersebut menunjukkan bahwa

pengendapan terjadi di laut dalam, kemudian terangkut kembali oleh arus

turbid yang terjadi pada masa muka laut rendah (low sea-level stand).

Batugamping foraminifera yang relatif bersih tersebut terjadi sebagai

akibat penampian dari arus dasar (bottom current), sehingga bagian yang

halus terbawa ketempat lain dalam bentuk apungan dan test

foraminiferanya teronggok dengan tanpa matriks dalam bentuk grainstone

dan packestones, dengan porositas bisa mencapai 50%, baik dalam bentuk

vugs, inter maupun intra particles. Anggota Selorejo merupakan reservoir

gas yang terdapat tepat di bawah kota Cepu (Balun reservoir).

8. Formasi Lidah

Formasi ini tersusun oleh batulempung yang berwarna kebiruan

dan napal berlapis yang diselingi oleh batupasir dan lensa-lensa

fossiliferous grainstone/rudstone (coquina). Pada bagian bawah masih

merupakan endapan laut, tercirikan akan kandungan Pseudorotalia sp. dan

Asterorotalia sp. yang melimpah. Kumpulan fosil ini mencirikan

pengendapan di dasar laut pada paparan tengah hingga luar. Di atas satuan

ini batuannya menunjukkan produk pengendapan dari lingkungan yang

semakin mendangkal. Akhirnya bagian teratas berupa lempung hasil

pengendapan air tawar.

23

9. Formasi Paciran

Formasi Paciran tersusun oleh batugamping masif, umumnya

merupakan batugamping terumbu yang lapuk dan membentuk permukaan

yang khas akibat pelarutan (karren surface). Gejala permukaan

menunjukkan bahwa batuan penyusunnya telah berubah menjadi kapur

(chalky limestone). Formasi ini tersebar terutama di bagian utara dari Zona

Rembang, dengan masa pembentukan dari Pliosen hingga Awal

Pleistosen. Di beberapa tempat batuan ini telah terbentuk pada umur yang

lebih tua, semasa dengan pembentukan Formasi Ledok dan Wonocolo di

bagian utara, serta semasa dengan Formasi Mundu dan Lidah di selatan.

10. Aluvium

Merupakan endapan kuarter yang termuda pada stratigrafi zona

Rembang yan tersusun oleh endapan sungai dan endapan pantai yang

tersusun oleh material – material lepas.

Gambar 3.1. Kolom Stratigrafi Umum Peta Geologi Lembar Rembang (modifikasi dari Kadar dan Sudijono, 1994)

24

III.2. Stratigrafi Daerah Pemetaan

Daerah pemetaan termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Rembang

(Kadar, D. dan Sudijono, 1993). Berdasarkan penamaan litostratigrafi resmi pada

Peta Geologi Lembar Rembang (Kadar, D. dan Sudijono, 1993) daerah pemetaan

termasuk kedalam 4 formasi yaitu Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi

Bulu dan Formasi Wonocolo. Terdapat 4 satuan litostratigrafi tidak resmi

berdasarkan hasil pemetaan dilapangan. Dalam penentuan umur dan lingkungan

pengendapan, tiap satuan batuan didasarkan dari hasil analisis paleontologi

(foraminifera planktonik, bentonik, foraminifera besar), struktur sedimen dan

komposisi batuan, serta korelasi dengan stratigrafi regional.

Urut-urutan satuan litostratigrafi dari yang paling tua sampai yang paling

muda adalah sebagai berikut : satuan batugamping formanifera, kemudian di

atasnya secara selaras terbentuk satuan batugamping pasiran, kemudian di atasnya

secara selaras terbentuk satuan batugamping foraminifera, kemudian di atasnya

secara selaras terbentuk satuan batugamping berlapis.

25

Gambar 3.2. Peta Geologi Desa Sendang dan sekitarnya. (skala tidak sebenarnya)

III.2.1. Satuan batugamping foraminifera putih

Dasar Penamaan Batuan

Satuan batugamping foraminifera putih merupakan satuan yang pertama

kali diendapkan di daerah pemetaan berdasarkan hukum superposisi dengan

ketebalan lapisan berkisar antara 320 – 342 m. Satuan ini tersusun oleh

batugamping formanifera putih, batupasir,dan batulanau pada bagian atas. Satuan

ini tersebar pada Desa Bicak di bagian bawah dari daerah pemetaan.

Foto 3.1. Singkapan batugamping foraminifera putih di lapangan pada Desa Bicak dari STA 8.2

dengan kamera menghadap selatan.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera putih berwarna

putih, ukuran butir <0.2 - 5 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen

berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara

petrografi mempunyai nama rudstone (lihat lampiran II.1). Juga dilapangan

terdapat batugamping formanifera putih berwarna putih kecoklatan, ukuran butir

<0.2 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen berlapis. Komposisi

fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara petrografi

mempunyai nama grainstone (lihat lampiran II.2).

BT

26

Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna putih kecoklatan,

ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup,

struktur sedimen berlapis, komposisi : feldspar (80%), litik (15%), dan kuarsa

(5%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan

mikroskopik. Batuan merupakan arkose (Pettijohn, 1975)

Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir

1/16 – 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur

sedimen berlapis, komposisi : feldspar dan mud. Batuan telah mengalami

pelapukan sehingga tidak ada pengamatan mikroskopik. Batuan ini merupakan

feldspar greywacke (Pettijohn, 1975)

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan

Penentuan umur dilakukan berdasarkan kandungan foraminifera besar

yaitu Cycloclypeus (radiocycloclypeus) sp, Amphystegina sp, Austrotrilina sp.

Berdasarkan data fosil tersebut maka umur dari satuan batugamping foraminifera

putih ini adalah Miosen Awal (N5 – N11) atau lower te – upper tf1.

Pada batugamping di dominasi banyaknya kandungan foraminifera besar,

dimana foraminifera besar ini penyebarannya berada pada neritik dengan

kedalaman maksimal sampai 200 m, karena jumlah formaninfera yang sangat

melimpah maka pembentukan satuan batuan ini berada dekat dengan carbonat

factory, di samping itu foraminifera membutuhkan nutrien untuk hidup maka

satuan ini terbentuk pada reef front, karena pada bagian reef front terjadi

upwelling yang membawa banyak nutrien, dan satuan ini diendapkan pada

kedalaman neritik tengah, karena cahaya matahari masih cukup banyak dijumpai

pada kedalaman ini sehingga reef dapat berkembang dengan baik. Mekanisme

sedimentasi adalah dengan arus traksi yang biasa terjadi pada laut dengan energi

yang tinggi karena masih didominasi ukuran butir besar.

Perubahan litologi dari batugamping menjadi batulanau dan batupasir ini

menandakan perbedaan lingkungan pengendapan dimana pada akhir kala Miosen

Akhir terjadi proses pengangkatan, menunjukkan lingkungan yang mendangkal.

Mekanisme sedimentasi batulanau adalah arus suspensi dengan energi yang kecil

atau tenang kemudian mekanisme sedimentasi berubah menjadi arus traksi dengan

energy yang semakin meningkat sehingga diendapkan batupasir. Tetapi secara

27

dinamika sedimentasi satuan ini menunjukkan proses transgresi dimana suplai

sedimen semakin sedikit dan ruang akomodasi semakin besar, sehingga

menunjukkan pola menghalus ke atas.

Korelasi dengan startigrafi regional

Pada stratigrafi regional yang bahwa pada Formasi Tawun terbentuk

batugamping, batupasir halus, batulanau, dan batulempung. Kandungan fosil yang

dijumpai adalah Lepydocyclina, Myogypsina, Myogypsinoide, dan Cycloclypeus.

Juga dijumpai foraminifera kecil seperti Globigerinoides siakensis, Gdes.

subquadratus, Globorotalia obesa dan G. praemenardii. Berdasarkan pada

asosiasi fosil tersebut ditafsirkan bahwa Formasi Tawun diendapkan pada Awal

hingga Miosen Tengah, pada lingkungan paparan yang agak dalam (outer shelf)

dari suatu laut terbuka. Maka penentuan lingkungan pengendapan dan umur

seperti dengan geologi regional yaitu masuk ke dalam Formasi Tawun.

III.2.2. Satuan Batugamping Pasiran

Dasar Penamaan Batuan

Satuan batugamping pasiran merupakan satuan yang diendapkan secara

selaras di atas satuan batugamping foraminifera putih dengan ketebalan lapisan

berkisar antara 360 – 396 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping pasiran,

batupasir, dan batulanau pada bagian atas. Persebaran satuan ini melingkupi

sebagian Desa Bicak, Sendang, dan Guyangan.

28

Foto 3.2. Singkapan batugamping pasiran di lapangan pada Desa Sendang dari STA 30

dengan kamera menghadap selatan.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera putih berwarna

putih, ukuran butir <0.003 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen

berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material

karbonat. Secara petrografi batuan ini mempunyai nama grainstone (lihat lampiran

II.3). juga terdapat batugamping formanifera putih berwarna putih, ukuran butir

<0.003 - 2 mm, sortasi baik, kemas terbuka, struktur sedimen berlapis. Komposisi

fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material karbonat. Secara petrografi

batuan ini mempunyai nama packstone (lihat lampiran II.4).

Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna coklat kemerahan,

ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subangular, kemas tertutup,

struktur sedimen berlapis, komposisi : feldspar (85%), litik (5%), dan kuarsa

(10%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan

mikroskopik.

Berdasarkan deskripsi lapangan, napal berwarna abu-abu, ukuran butir

1/16 – 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur

sedimen berlapis, komposisi : cangkang, mikrit dan mud.. Secara petrografi

batuan ini merupakan muddy micrite (lihat lampiran II.5)

29

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan

Penentuan umur satuan batugamping pasiran ini di dasarkan kandungan

fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan. Kandungan

foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina venezuelana,

Globorotalia mayeri, Globigerina praebuloides, Globigerinoides ruber,

Globorotalia praefohsi. Berdasarkan data fosil tersebut di dapatkan zonasi umur

N11 – N12 (lihat lampiran IV.2) pada bagian awal dari Kala Miosen Tengah

Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola

litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping pasiran ini

adalah Haynesina germanica, Amphicoryna scalaris yang menunjukkan

kedalaman lingkungan pengendapan pada neritik luar (lihat lampiran IV.2).

Kandungan fosil foraminifera besar yang sedikit dan banyak mengandung mikrit,

menandakan bahwa lingkungan pengendapan sangat sedikit nutrien sehingga

organisme sedikit yang hidup di lingkungan tersebut. Maka dapat disimpulkan

lingkungan pengendapan berada pada backreef.

Perubahan litologi dari batugamping menjadi napal, kemudian

berkembang menjadi batugamping dan terbentuk batupasir menandakan terjadi

perubahan energi pengendapan. Mekanisme sedimentasi mula-mula adalah arus

traksi yang membentuk batugamping yang berukuran halus. Kemudian terjadi

penurunan suplai sedimen sehingga mekanisme sedimentasi berubah menjadi arus

suspensi dimana lingkungan sangat tenang, kemudian suplai sedimen laut

bertambah sehingga terbentuk batugamping dengan mekanisme arus traksi,

kemudian suplai sedimen berkurang sehingga terbentuk batupasir dengan

mekanisme arus traksi. Secara umum dinamika sedimentasinya adalah regresi

yaitu ruang akomodasi semakin kecil.

Korelasi dengan startigrafi regional

Pada stratigrafi regional yang bahwa pada Formasi Ngrayong terbentuk

batupasir, serpih, batulempung, lanau, napal, dan batugamping. Umur Formasi

Ngrayong adalah N11 – N12 pada awal Kala Miosen Tengah. Hal itu di dasarkan

pada kandungan fosil Globorotalia fohsi, Globorotalia praefohsi, Globorotalia

diminitus,Globigerinoides rubber, dan kandungan foraminifera besar seperti

Lepydocyclina, Myogypsina, Nodosaria, Nonion, Asterorotalia yabei. Satuan ini

30

pada awalnya diendapkan pada dataran pasang-surut (intertidal area) yang

kemudian mengalami transgresi menjadi gosong lepas pantai (offshore bar) atau

shoreface yang tercirikan oleh batupasir merah, yang selanjutnya semakin

mendalam menjadi lingkungan paparan tengah hingga paparan luar (middle to

outer shelf) yang menghasilkan batugamping yang kaya akan Cycloclypeus. Maka

Lingkungan pengendapan dan umur dari satuan batugamping pasiran masuk ke

dalam Formasi Ngrayong.

III.2.3. Satuan Batugamping Foraminifera

Satuan batugamping foraminifera merupakan satuan yang diendapkan

secara selaras di atas satuan batugamping pasiran dengan ketebalan lapisan

berkisar antara 252 – 359 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping formanifera,

batupasir dibagian bawah dan sisipan napal di bagian tengah. Persebaran satuan

ini melingkupi sebagian Desa Wateshaji, Sendang, dan Guyangan.

Foto 3.3. Singkapan batugamping foraminifera di lapangan pada Desa Wateshaji dari

STA 73 dengan kamera menghadap utara.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera berwarna

coklat, ukuran butir <0.003 - 3 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen

berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, kuarsa, material

karbonat. Secara petrografi bernama grainstone (lihat lampiran II.6). Juga terdapat

31

batugamping formanifera berwarna abu-abu, ukuran butir <0.003 - 6 mm, sortasi

baik, kemas tertutup, struktur sedimen berlapis. Komposisi fosil foraminifera,

material bioklas, material karbonat. Secara petrografi bernama rudstone (lihat

lampiran II.7).

Berdasarkan deskripsi lapangan, batupasir berwarna coklat kemerahan,

ukuran butir 1/4 - 1/8 mm, sortasi baik, bentuk butir subangular, kemas tertutup,

struktur sedimen berlapis tipis, komposisi : feldspar (75%), litik (15%), dan

kuarsa (10%). Batuan telah mengalami pelapukan sehingga tidak ada pengamatan

mikroskopik.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir

1/16 – 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur

sedimen berlapis, komposisi : cangkang, (20%) mikrit (55%), dan mud (25%).

Batuan telah mengalami pelapukan sehingga ketika di buat sayatan tipis tidak

memperlihatkan kenampakan yang ideal.

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan

Penentuan umur satuan batugamping foraminifera ini di dasarkan

kandungan fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan.

Kandungan foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina

venezuelana, Globorotalia menardi, Globigerinoides ruber. Berdasarkan data

fosil tersebut di dapatkan zonasi umur N12 – N13 (lihat lampiran IV.3) pada

bagian tengah dari Kala Miosen Tengah

Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola

litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping pasiran ini

adalah Haynesina germanica, Siphogerina dimorpha menunjukkan kedalam pada

neritik tengah (lihat lampiran IV.3). Kandungan fosil foraminifera besar yang

banyak, menandakan bahwa lingkungan pengendapan banyak pasokan nutrien

sehingga organisme banyak yang hidup di lingkungan tersebut. Maka dapat

disimpulkan lingkungan pengendapan berada pada forereef.

Perubahan litologi dari batupasir menjadi batugamping dengan sisipan

napal menandakan terjadi perubahan energi pengendapan. Mekanisme

sedimentasi mula-mula adalah arus traksi yang membentuk batugamping yang

32

berukuran halus dengan suplai sedimen darat sangat dominan. Kemudian terjadi

penurunan suplai sedimen darat kemudian mulai banyak tumbuh reef , mekanisme

sedimentasi tetap berupa arus traksi. Kemudian terdapat sisipan napal, hal ini

menandakan penurunan suplai sedimen menyebabkan lingkungan menjadi tenang

dan berkembang mekanisme sedimentasi secara arus suspensi. Secara umum

dinamika sedimentasi adalah transgresi dimana ruang akomodasi semakin besar.

Korelasi dengan startigrafi regional

Pada startigrafi regional yang bahwa pada Formasi Bulu terbentuk

batugamping pasiran, batugamping berlapis, dan batugamping dengan sisipan

napal. Kandungan fosil yang melimpah berupa foram besar yang didominasi oleh

Cycloclypeus annulatus, Formasi ini diendapkan pada kala Miosen Tengah (N13)

pada lingkungan laut dangkal yang berhubungan dengan laut terbuka. Maka

berdasarkan lingkungan pengendapan dan umur dari satuan batugamping

foraminifera, maka satuan ini masuk ke dalam Formasi Bulu.

III.2.3. Satuan Batugamping Berlapis

Satuan batugamping berlapis merupakan satuan yeng terbentuk selaras

dengan satuan batugamping foraminifera dengan ketebalan lapisan berkisar antara

156 – 253 m. Satuan ini tersusun oleh batugamping berlapis, dan napal pada

bagian atas. Persebaran satuan ini melingkupi sebagian Desa Bicak, Sendang, dan

Guyangan.

33

Foto 3.4. Singkapan batugamping berlapis di lapangan pada Desa Wateshaji dari STA 78 dengan

kamera menghadap selatan.

Berdasarkan deskripsi lapangan, batugamping formanifera berwarna

coklat, ukuran butir <0.003 - 4 mm, sortasi baik, kemas tertutup, struktur sedimen

berlapis. Komposisi fosil foraminifera, material bioklas, material karbonat. Secara

petrografi batuan ini bernama grainstone (lihat lampiran II.8)

Berdasarkan deskripsi lapangan, batulanau berwarna abu-abu, ukuran butir

1/16 – 1/256 mm, sortasi baik, bentuk butir subrounded, kemas tertutup, struktur

sedimen berlapis, komposisi : cangkang, (5%) mikrit (70%), dan mud (25%).

Batuan telah mengalami pelapukan sehingga ketika di buat sayatan tipis tidak

memperlihatkan kenampakan yang ideal.

Dasar Penentuan Umur dan Lingkungan Pengendapan

Penentuan umur satuan batugamping berlapis ini di dasarkan kandungan

fosil foraminifera plantonik yang terkandung dalam sampel batuan. Kandungan

foraminifera plantonik di antara Orbulina universa, Globigerina venezuelana,

Globorotalia mayeri, Globigerina nephentes. Berdasarkan data fosil tersebut di

dapatkan zonasi umur N14 (lihat lampiran IV.4) pada bagian akhir dari Kala

Miosen Tengah

34

Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil bentonik dan pola

litologinya. Fosil bentonik yang dijumpai pada satuan batugamping berlapis ini

adalah Amphicoryna scalaris, Crysalidinella dimorpha yang menunjukkan

lingkungan berada pada neritik bawah – batial atas (lihat lampiran IV.4).

Kandungan fosil foraminifera besar yang sedikit tetapi banyak mengandung

material bioklastik menunjukkan bahwa proses transportasi sedimen yang telah

cukup jauh dari carbonate factory, tetapi pada lingkungan pengendapan terdapat

banyak nutrien hasil proses upwelling. Maka dapat disimpulkan lingkungan

pengendapan berada pada forereef.

Perubahan litologi dari batugamping berlapis menjadi napal. Mekanisme

sedimentasi mula-mula adalah arus traksi yang membentuk batugamping yang

berukuran sedang. Kemudian terjadi penurunan suplai sedimen sehingga kondisi

lingkungan pengendapan menjadi lebih tenang, sehingga dapat terendapkan

material halus dengan mekanisme sedimentasi arus suspensi membentuk napal.

Secara umum stacking pattern yang terbentuk transgresi dimana ditunjukkan

perlapisan batuan yang semakin menghalus ke atas.

Korelasi dengan startigrafi regional

Pada startigrafi regional yang bahwa pada Formasi Wonocolo terbentuk

oleh napal dan batulempung tidak berlapis. Pada bagian bawah tersusun oleh

batugamping pasiran dan batupasir gampingan, yang secara umum menunjukkan

gejala pengendapan transgresif. Umur Formasi Ngrayong adalah N14 pada akhir

Kala Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan berada pada paparan luar yang

kontak langsung dengan open marine. Maka berdasarkan lingkungan

pengendapan dan umur dari satuan batugamping pasiran masuk ke dalam Formasi

Wonocolo.

34