BAB III Standar auditing

20
BAB III STANDAR AUDITING

description

BAB III Standar auditing. Standar auditing. Standar UMUM. 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB III Standar auditing

Page 1: BAB  III Standar  auditing

BAB III

STANDAR AUDITING

Page 2: BAB  III Standar  auditing

STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum

SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan

SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat

Page 3: BAB  III Standar  auditing

STANDAR UMUM 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih

yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Page 4: BAB  III Standar  auditing

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN 1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Page 5: BAB  III Standar  auditing

STANDAR PELAPORAN 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan

telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

Page 6: BAB  III Standar  auditing

STANDAR PELAPORAN 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan

pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Page 7: BAB  III Standar  auditing

STANDAR UMUM

Page 8: BAB  III Standar  auditing

SU 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor

Pendidikan Formal

Pengalaman-Pengalaman Audit

Auditor Profesional

Page 9: BAB  III Standar  auditing

Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern)

Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

SU 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor

Page 10: BAB  III Standar  auditing

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan saksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.

Skeptisme profesional adalah yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

SU 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

Page 11: BAB  III Standar  auditing

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

Page 12: BAB  III Standar  auditing

No

Cakupan

A Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan

B Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahkan pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan

C Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasikan dan menjamin bahwa entitas mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya

D Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor

E Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor yang menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung

f Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan IAPI, standar tersebut mensyaratkan bahwa auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, tentang apakah LK bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan

g Suatu audit mencangkup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern yang cukup untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang harus dilaksanakan

CAKUPAN UMUM PEMAHAMAN DENGAN KLIEN TENTANG AUDIT ATAS LK (SA SEKSI 310)

Page 13: BAB  III Standar  auditing

No Cakupan

A Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan (sebagai contoh, waktu, bantuan klien berkaitan dengan pembuatan skedul, dan penyediaan dokumen)

B Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan

C Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu

D Pengaturan tentang fee dan penagihan

E Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien, seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari representasi salah yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada auditor

f Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses ke kertas kerja auditor

g Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan persyaratan badan pengatur

h Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungannya dengan perikatan

CAKUPAN PEMAHAMAN LAIN-LAIN DENGAN KLIEN (SA SEKSI 310)

Page 14: BAB  III Standar  auditing

No Pertimbangan

A Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas tersebut

B Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut

C Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan

D Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan

E Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit

f Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)

g Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

h Sifat laporan yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian)

PERTIMBANGAN DALAM PERENCANAAN AUDIT (SA SEKSI 311)

Page 15: BAB  III Standar  auditing

No Manfaat

A Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus

B Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review, dan dikumpulkan dalam organisasi

C Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan, kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka jangka panjang

D Menilai kewajaran representasi manajemen

E Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya

MANFAAT PENGETAHUAN TENTANG BISNIS KLIEN

Page 16: BAB  III Standar  auditing

RISIKO AUDIT

Page 17: BAB  III Standar  auditing

RISIKO AUDIT

Risiko Deteksi

Risiko Pengendali

an

Risko Bawaan

Page 18: BAB  III Standar  auditing

RISIKO BAWAANRisiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah

saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.

Risiko salah saji demikian lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.

Contoh:

1. Perhitungan yang lebih rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.

2. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada persediaan batu bara.

3. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mangandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta.

4. Faktor keusangan teknologi menyebabkan produk tertentu menjadi usang (persediaan over stated)

5. Kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha atau penurunan aktivitas industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha

Page 19: BAB  III Standar  auditing

RISIKO PENGENDALIAN

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan

laporan keuangan entitas.

Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

Page 20: BAB  III Standar  auditing

RISIKO DETEKSIRisiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektifitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100 % saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100 %.

Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena:

1. Auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai,

2. Menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya,

3. Menafsirkan secara keliru hasil audit

Ketidakpastian lain tersebut dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik audit yang sesuai dengan Standar

Pengendalian Mutu.