BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain...
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan
pendidikan (educational research and development). Sebagai dijelaskan oleh Borg
and Gall (1989: 8) kegiatan research and development adalah suatu proses
penelitian yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
pendidikan. Pengembangan produk pendidikan dalam penelitian ini adalah berupa
pengembangan perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran
IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja. Menurut Borg & Gall,
(1989: 626) ada 12 tahapan penelitian dan pengembanga, sebagaimana
dikemukakannya berikut:
Tahap-tahap penelitian dan pengembangan meliputi: (1) penelitian dan
pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan rencana produk,
(4) uji coba awal/ terbatas, (5) revisi produk utama, (6) uji coba utama, (7)
revisi produk oprasional, (8) uji coba lapangan, (9) revisi produk akhir, dan
(10) desiminasi dan implementasi. Tahapat tersebut dapat diringkas menjadi
empat tahap, yang disebut dengan 4D (define, design, development, dan
dissemination).
Define adalah kegiatan mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan (needs
assessement) untuk menyusun draf atau produk awal perangkat pembelajaran,
model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD
di Kota Singaraja, yang dilakukan melalui studi pustaka dan studi
lapangan/empirik. Studi pustaka dilakukan untuk menganalisis dan
memformulasikan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan studi
empirik dilakukan untuk mengetahui kondisi riil praktek pembelajaran IPS dan
model pembelajaran berbasis multikultur yang dibutuhkan dalam praktek
pembelajaran IPS-SD, yang meliputi pelaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan model pembelajaran dan evaluasi, proses
pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan pola evaluasi yang
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dipraktekkan guru IPS. Design adalah kegiatan untuk merancang draf atau produk
awal perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS
berbasis multukultur. Draf ini kemudian divalidasi oleh dua orang ahli yang terdiri
dari akademisi pendidikan IPS dan praktisi pembelajaran IPS. Development
adalah kegiatan memvalidasi dan mengembangkan produk perangkat
pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur,
sehingga dihasilkan produk valid dan reliabel yang siap diimplmentasikan dalam
proses pembelajaran IPS-SD. Disseminate adalah kegiatan menyebarluaskan dan
mengimplementasikan produk tanpa kehadiran peneliti. Penelitian dan
pengembangan prangkat pembelajaran dan model pemebelajaran IPS berbasis
multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja ini hanya akan dilakukan sampai
pada tahap development, yaitu validitas pakar, uji coba melalui penelitian yang
diadaptasi dari penelitian tindakan kelas dan uji coba luas melalui eksperimen.
Validitas pakar dilakukan untuk memastikan perangkat pembelajaran,
model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD
sesuai dengan isi dan konstruk perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model
pembelajaran IPS berbasis multikultur. Uji coba melalui adaptasi penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk mengidentifikasi dan memformulasikan
kelemahan-kelamahan rancangan produk perangkat pembelajaran, model evaluasi
dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dikembangkan ditinjau
dari langkah-langkah pembelajarannya, sehingga dapat disempurnakan
berdasarkan hasil yang diperoleh (Sugiyono, 2010: 245; Sukadi, 2010).
Berkenaan dengan itu, maka dalam uji coba terbatas dengan adaptasi dari
penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa kali siklus sampai
ditemukannya model yang ideal, sesuai dengan langkah-langkah penelitian
tindakan kelas. Uji coba luas dilakukan untuk membandingkan efektivitas produk
perangkat pembelajaran dan model belajar IPS berbasis multikultur dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk mengetahui efektivitas produk
perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur ini
dilakukan uji coba luas dengan posttest only control group design, di mana kelas
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas
eksperimen menggunakan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS
berbasis multikultur. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran IPS
berbasis multikultural dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, maka dilakukan dengan membandingkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan multikultural siswa. Prosedur pengembangan dan validasi produk
dilakukan dengan diagram alur kegiatan berikut:
Tahap Define Tahap Development Tahap Design
ANALISIS
KEBUTUHAN
(Need Assesment)
melalui studi literatur
dan studi lapangan/
empirik
Menganalisis
pokok-pokok
materi pendidikan
multikultur dan
prangkat
pembelajaran
Pendidikan IPS
Studi empirik
praktek belajar
IPS berbasis
Multikultur pada
siswa SD Studi
dokumentasi,
studi empirik dan
needs assesment
praktek
pembelajaran
IPS-SD di Kota
Singaraja
PENGEMBANGAN
MODEL DAN
JUDGMENT AHLI
Pengembangan
model
pembelajaran IPS
berbasis
multikultural pada
siswa SD
(prangkat
pembelajaran,
siklus
pembelajaran IPS
berbasis
multikultur dan
model evaluasi)
Penggunaan
judgment ahli
untuk
penyempurnaan
model
Penyempurnaan
model
pembelajaran IPS
berbasis
multikultur
UJI COBA DAN
PENYEMPURNAAN
MODEL
Uji coba melalui
adaptasi penelitian
tindakan kelas
tahap pertama
Revisi model
Pelaksanaan
tindakan tahap
kedua
Revisi model
Pelaksanaan
tindakan tahap
ketiga dan
seterusnya
Eksperimentasi
model dengan
posttest only
control group
design
Revisi model dan
penemuan model
utama
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTUR
PADA SISWA SD DI KOTA SINGARAJA
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Bagan. 3.1. Tahapan Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Model
Pembelajaran IPS Berbasis Multikultur
3.2. Lokasi dan Seting Penelitian
Pengembangan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS
berbasis multikultur pada siswa SD ini dirancang untuk dapat diterapkan pada
siswa sekolah dasar di Kota Singaraja. Untuk itu, penelitian pada tahap Define dan
design ini dilakukan di Kota Singaraja pada setting penelitian: pendidik, kepala
sekolah, siswa dan perpustakaan atau pusat dokumentasi. Pertimbangan penentuan
lokasi penelitian ini disebabkan karena; (1) Kota Singaraja merupakan salah satu
kota yang masyarakatnya sangat beragam dalam berbagai dimensi dibandingkan
dengan kota-kota lain yang ada di Provinsi Bali, (2) di sisi lain masyarakat Kota
Singaraja sebagai masyarakat yang multikultural memiliki nilai-nilai budaya Bali
yang kuat yang digunakan sebagai pengangan dan pedoman hidup oleh semua
masyarakatnya, (3) siswa yang ada di Kota Singaraja, khususnya siswa SD berasal
dari beragam budaya, agama, etnis, bahasa, daerah, kondisi sosial ekonomi,
politik, dan ras, dan (4) Kota Singaraja saat ini merupakan salah satu kota yang
mencoba mengembangkan diri menjadi center of excelent dalam bidang
pendidikan, sehingga sangat membutuhkan sentuhan-sentuhan inovasi dalam
pengembangan pendidikan yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Tempat dan
partisipan penelitian ini dipilih secara purpossive sesuai dengan jenis informasi
yang dikumpulkan.
Sedangkan pada tahap development, yaitu uji coba melalui classroom
action research sesuai dengan desainnya dilakukan di Sekolah Dasar
Laboratorium Undiksha Singaraja-Bali dengan menggunakan setting kelas
pembelajaran IPS. Kelas IPS yang dilibatkan dipilih secara purpossive
(bertujuan). Adapun rasional pemilihan Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha
Singaraja sebagai lokasi penelitian, didasarkan atas pertimbangan bahwa: (1)
siswa Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja sangat heterogen (berasal
dari beragam agama, suku, ras, golongan, daerah dan budaya), (2) Sekolah Dasar
Laboratorium Undiksha Singaraja saat ini dikembangkan menjadi salah satu
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah dasar yang berstandar internasional, dan (3) Sekolah Dasar Laboratorium
Undiksha Singaraja merupakan sekolah binaan Universitas Pendidikan Ganesha,
sehingga sangat memungkinkan untuk diajak bekerjasama dalam mengembangkan
inovasi model pembelajaran. Pada tahap development ini, dilibatkan 1 orang
partisipan guru Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja yang memenuhi
persyaratan dan bersedia mengikuti kegitan penelitian sesuai dengan fungsinya.
Persyaratan yang dimaksudkan adalah guru yang dapat menguasai dan terampil
dalam menggunakan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Untuk ini guru
yang menjadi partisipan diberikan diklat secara intensif terlebih dahulu selama 20
jam untuk meningkatkan keterampilannya dalam melangsungkan model
pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan untuk uji coba luas dilakukan
pada empat sekolah di Kota Singaraja-Bali. Penentuan sampel sekolah dalam
eksperimentasi model ini menggunakan cluster sampling (multy stage sampling).
Untuk tahap pertama melakukan random sekolah untuk mendapatkan 4 (empat)
sekolah sebagai sampel, yang terdiri dari 2 (dua) sekolah swasta dan 2 (dua)
sekolah negeri. Tahap kedua melakukan random kelas untuk menentukan kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Adapun sekolah dan kelas yang menjadi sampel
penelitian eksperiment model dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Sekolah Dasar yang Menjadi Sampel Penelitian untuk Eksperimentasi
Model
No Nama Sekolah Status dalam
Eksperimen
Jumlah Kelas
1 SD K. Karya Kelas Eksperimen 1 Kelas
2 SD 3 dan 4 Kelas Eksperimen 1 Kelas
3 SD Mutiara Kelas Kontrol 1 Kelas
4 SD 1 Astina Kelas Kontrol 1 Kelas
Jumlah 4 Kelas
Pada tahap development ini, dilibatkan empat orang partisipan guru
Sekolah Dasar di Kota Singaraja yang memenuhi persyaratan dan bersedia
mengikuti kegitan penelitian sesuai dengan fungsinya sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Persyaratan yang dimaksudkan adalah guru-guru yang dapat
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menguasai dan terampil dalam penggunaan model pembelajaran IPS berbasis
multikultur dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk itu guru-guru
yang menjadi partisipan diberikan diklat secara intensif terlebih dahulu selama 20
jam.
3.3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian sebagai sumber informasi pada penelitian tahap pertama
dan kedua (define dan design) ini terdiri dari subjek dokumen tertulis dan subjek
individu. Subjek penelitian yang berupa dokumen ditentukan berupa buku-buku
teks, jurnal ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian
dan dokumen kurikulum yang berkaitan dengan pembelajaran IPS berbasis
multikultur dan kurikulum serta pembelajaran IPS-SD berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP, 2006: 7). Untuk kepentingan ini
penelitian dilakukan di perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Berdasarkan, studi pendahuluan yang telah dilakukan diperpustakaan ini memiliki
koleksi yang cukup representatif untuk menunjang pengembangan model
pembelajaran IPS berbasis multikultur di Kota Singaraja.
Subjek individu sebagai informan dalam penelitian ini ditentukan meliputi:
para guru IPS-SD, kepala sekolah dan beberapa kalangan siswa SD. Semua subjek
yang dipilih dalam penelitian ini ditentukan secara purpossive dan dengan teknik
snowball. Hubungan antara subjek dan objek penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 3.2. Hubungan Antara Subjek dan Objek Penelitian
No Subjek Penelitian Objek Penelitian
1 Dokumen tertulis
di perpustakaan /
pusat
dokumentasi:
buku teks, jurnal
ilmiah, majalah
ilmiah populer,
kliping surat
kabar, hasil
penelitian sejenis
1. Kajian filosofis dan praktis tentang perangkat
pembelajaran, model evaluasi dan model
pembelajaran berbasis multikultur
2. Kajian teoritis filosofis tentang pembelajaran IPS
berbasis multikultural, yang meliputi: sumber,
substansi materi kajian, konsep-konsep, norma dan
nilai-nilai, pengembanagn perilaku, serta sistem
pendidikannya
3. Kajian teoritis kearifan budaya Bali yang relevan
dengan multikulturalisme, kondisi sosial budaya
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan dokumen
kurikulum
masyarakat Bali, dan hasil-hasil penelitian yang
berkaitan dengan multikultural
4. Kajian teoritis dan praktis pelaksanaan
pembelajaran IPS-SD
5. Pengembangan standar-standar: isi, proses
pembelajaran, bahan ajar, model evaluasi dan
model pembelajaran IPS-SD
2 Para guru IPS,
kepala sekolah dan
siswa SD di Kota
Singaraja
1. Kajian teoritis dan praktis pelaksanaan
pembelajaran IPS-SD
2. Pengembangan standar-standar: isi, proses
pembelajaran, dan model pembelajaran IPS
berbasis multikultur pada siswa SD
3. Pandangan guru, kepala sekolah dan siswa
berkaitan dengan pembelajaran IPS-SD di Kota
Singaraja
4. Pola yang dikembangkan kepala sekolah dalam
mamanejemen guru SD di Kota Singaraja
5. Pandangan siswa dan guru berkaitan dengan
langkah-langkah pembelajaran IPS berbasis
multikultur yang dikembangkan
6. Panadangan siswa berkaitan dengan media dalam
mengekspresikan budaya
Sedangkan untuk penelitian tahap ketiga (development) subyek penelitian
ditentikan sesuai kebutuhan. Untuk uji coba terbatas yang menjadi subjek
penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Labroratorium
Undiksha Singaraja. Untuk uji coba terbatas melalui adaptasi penelitian tindakan
kelas sampel ditentukan secara purporsive (bertujuan). Sedangkan untuk uji coba
luas yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar di
Kota Singaraja. Untuk uji coba luas sampel ditentukan dengan random sampling.
Untuk penelitian ini penentuan sampel yang dipilih secara random adalah kelas,
bukan orang per-orang. Akan tetapi random kelas pada uji coba luas tidak
melibatkan kelas yang telah digunakan untuk uji coba terbatas.
3.4. Difinisi Konseptual dan Difinisi Oprasional
3.4.1. Difinisi Konseptual
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Model pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh guru
dalam menglangsungkan proses pembelajaran dari awal sampai akhir, termasuk
pola evaluasi, sarana prasarana yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran serta perangkat pembelajarannya. Model pembelajaran yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang melibatkan
keseluruhan komponen pembelajaran dan didasari oleh filsafat konstruktivis.
Model pembelajaran menurut Wahab (2008: 52) adalah sebuah perencanaan
pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam pembelajaran
agar tercapai perubahan spesifik prilaku siswa seperti yang diharapkan. Model
pembelajaran digunakan untuk mengarahkan dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah
pedoman yang memberikan gambaran yang utuh bagi guru untuk merancang,
melaksanakan dan melakukan proses evaluasi dengan langkah-langkah yang jelas
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan “kompetensi multikultural merupakan
seperangkat sikap dan nilai-nilai hidup yang mengakui, menghargai,
menghormati, budaya, etnis, ras, dan agama orang lain tanpa adanya prasangka
dan sikap yang negatif, sehingga tercipta demokratisasi dan kesederajatan antar
budaya”. Adanya pengakuan kesederajatan budaya antara minoritas dan mayoritas
akan menciptakan hubungan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang memiliki keragaman kultural seperti Indonesia.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kompetemsi multikultural dalam
penelitian ini adalah kemampuan dan kemauan untuk menghargai, menyadari,
memahami dan mengevaluasi budaya orang lain.
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2010: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembelajaran yang diklasifikasikan menjadi model pembelajaran berbasis
multikultur dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran
IPS berbasis multikultural dikenakan pada kelompok eksperimen dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dikenakan kepada kelompok kontrol.
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan multikultur,
nilai-nilai/sikap multikultur dan keterampilan multikultur siswa yang muncul
akibat penerapan model pembelajaran IPS berbasis multikultur dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.4.2. Definisi Operasional
Untuk menggambarkan secara operasional variabel penelitian, di bawah
ini diberikan definisi operasional masing-masing variabel. Model pembelajaran
berbasis multikultural yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan domain dan nilai-nilai
multikulturaisme. Sintaks model pembelajaran multikultural diawali dengan
inisiasi, individual opinion, kelompok multikultural, multicultural opinion,
implementasi dan refleksi. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif yang
memenuhi langkah-langkah sintaks pembelajaran model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, yaitu penyampain tujuan oleh guru, menyajikan informasi,
mengorganisir kelompok belajar, membimbing kelompok, evaluasi dan pemberian
penghargaan.
Pengetahuan multikultural merupakan seprangkat pengetahuan tentang
keberagaman suku, ras, agama dan budaya masyarakat Indonesia yang diperoleh
oleh siswa melalui praktek pembelajaran IPS. Pengetahuan multikultural
menyangkut aspek pengetahuan tentang toleransi, empati, cinta damai dan hukum
karma yang dapat diukur melalui tes. Tes yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan multikultural siswa adalah tes pilihan ganda (objektif). Penilaian
pengetahuan multikultural menyangkut aspek kognitif, diantaranya: mengingat,
memahami, menerapkan, dan menganalisis. Nilai-nilai atau sikap multikultural
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap untuk toleran, empati, cinta
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
damai dan meyakini adanya hukum karma. Sikap toleran, empati, cinta damai dan
meyakini adanya hukum karma ini dapat diukur dengan menggunakan inventori
nilai. Sedangkan keterampilan multikultural merupakan seprangkat sikap dan
nilai-nilai hidup yang mengakui, menghargai, menghormati, suku, ras, agama dan
budaya orang lain tanpa adanya prasangka dan sikap yang negatif, sehingga
tercipta demokratisasi dan kesederajatan antar budaya. Keterampilan multikultural
mencakup dan terlihat dalam kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide
atau gagasan, keterampilan bekerjasama dan keterampilan untuk memecahkan
masalah.
3.5. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran IPS Berbasis Multikultur
3.5.1. Analisis Kebutuhan (Define)
Analisis kebutuhan dilakukan sebagai dasar untuk merancang produk
perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis
multikultur. Analisis kebutuhan dilakukan melalui studi literatur dan studi
lapangan/ empirik. Studi literatur dilakukan untuk mengkaji buku teks, jurnal
ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian sejenis dan
dokumen kurikulum IPS-SD. Adapun kegiatan yang dilakukan pada studi literatur
adalah: (a) melakukan analisis terhadap kajian filosofis dan praktis tentang proses
pembelajaran, model evaluasi, model belajar dan bahan ajar IPS berbasis
multikultur pada siswa SD, (b) kajian teoritis tentang pembelajara IPS berbasis
multikultur pada siswa SD, yang meliputi: sumber, substansi materi kajian,
konsep-konsep, norma dan nilai-nilai, pengembanagan perilaku, serta sistem
pendidikannya, (c) kajian teoritis dan praktis pelaksanaan pembelajaran IPS-SD di
Kota Singaraja Provinsi Bali, dan (d) pengembangan standar-standar: isi, proses,
bahan ajar, media, model evaluasi dan model pembelajaran IPS-SD.
Studi lapangan/ empirik dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan
data berkenaan dengan; (a) kajian kearifan budaya yang relevan dengan
pembelajaran IPS berbasis multikultural pada siswa SD, (b) kajian teoritis dan
praktis pelaksanaan pembelajaran IPS-SD, dilihat dari perangkat pembelajaran
yang digunakan, model evaluasinya dan model belajar yang digunakan oleh guru
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SD di Kota Singaraja dan (c) pandangan guru, kepala sekolah dan siswa berkaitan
dengan pembelajaran IPS-SD di Kota Singaraja.
3.5.2. Perancangan Draf Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran
IPS Berbasis Multikultur
Hasil yang diperoleh dari studi literatur dan studi lapangan digunakan
sebagai bahan untuk merancang produk awal (draf) prangkat pembelajaran dan
model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Pada tahap ini dikembangkan
standar-standar: isi, proses pembelajaran, bahan ajar, media, model evaluasi dan
model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Setelah draf awal selesai, maka
dilakukan uji validitas pakar untuk mengetahui kelemahan konstruks dan langkah-
langkah model yang dikembangkan. Sesuai dengan masukan pakar, maka
dilakukan penyempurnaan model yang dikembangkan.
3.5.3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran
IPS Berbasis Multikultur (Development)
Pada tahap pengembangan ini akan dilakukan uji coba melalui adaptasi
penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V Sekolah Dasar Laboratorium
Undiksha Singaraja. Kegiatan pada uji coba ini adalah sebagai berikut : (a)
melakukan random kelas pada semua siswa kelas V Sekolah Dasar Laboratorium
Undiksha, untuk menentukan sampel kelas, (b) memberikan diklat kepada guru
yang akan melangsungkan proses pembelajaran dengan prangkat pembelajaran
dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur, (c) guru melangsungkan proses
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan model pembelajaran IPS
berbasis multikultur, (d) guru dan siswa memberikan tanggapan terhadap model
pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dikembangkan, dan (e)
menyempurnakan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Kemudian
dialanjutkan dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah yang sama untuk
menemukan model pembelajaran IPS berbasis multikultural yang representatif
dengan kebutuhan siswa SD di Kota Singaraja. Menurut Arikunto, (2008: 16) ada
empat langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun siklus classroom action research dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.2. Siklus Classroom Action Research
Untuk uji coba luas akan dilakukan dengan rancangan posttest only
control group design. Kegiatan pada uji coba luas ini adalah sebagai berikut : (a)
melakukan random sekolah untuk mendapatkan 4 (empat) sekolah sebagai
sampel, yang terdiri dari 2 (dua) sekolah swasta dan 2 (dua) sekolah negeri.
Kemudian melakukan random kelas untuk menentukan kelas kontrol (dua kelas)
dan kelas eksperimen (dua kelas), (b) memberikan diklat kepada guru yang akan
melangsungkan proses pembelajaran dengan pangkat pembelajaran dan model
pembelajaran IPS berbasis multikultur dan guru yang akan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, (c) guru melangsungkan proses pembelajaran
dengan menggunakan prangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS
berbasis multikultur pada kelas eksperimen, dan melangsungkan proses
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD pada kelas kontrol, (d) guru
melakukan evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultural
siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, (e) peneliti melakukan analisi
terhadap hasil belajar siswa yang berupa pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan
multikultur, dan (f) merekomendasikan prangkat pembelajaran dan model
pembelajaran IPS berbasis multikultur pada guru-guru SD.
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Dst
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Produk akhir dari penelitian dan pengembangan ini adalah perangkat
pebelajaran, model pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran IPS
berbasis multikultur yang valid, reliabel dan relevan untuk diterapkan dalam
praktek pembelajaran IPS-SD. Produk penelitian ini, diharapkan dapat langsung
dipergunakan oleh guru, khususnya guru-guru IPS-SD yang ada di Kota Singaraja
dan disebarluaskan kepada guru-guru IPS-SD yang ada di Provinsi Bali.
Sehingga, pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultur bisa
diinternalisasi dan diamalkan oleh siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian dalam penelitian ini, menggunakan prinsip bahwa
peneliti adalah instrumen utama penelitian (human instrumen). Hal ini didasari
oleh suatu pertimbangan, bahwa hanya penelitilah yang dapat melakukan
pengumpulan data dari berbagai subyek penelitian secara fleksibel hingga
tercapainya kejenuhan data. Di samping itu, pengkajian mengenai pengembangan
model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja
dibangun dan dikembangkan atas dasar pemikiran yang subyektif alamiah,
(Atmaja, 2007: 7). Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek
penelitian sekaligus dengan peristiwa dan latar alamiah penelitian. Selama
berlangsungnya pengumpulan data, maka peneliti dalam kapasitasnya sebagai
instrumen penelitian, menggunakan beberapa alat bantu pengumpul data, seperti;
(1) pedoman wawancara, (2) format observasi, (3) format studi dokumentasi, (4)
tes pengetahuan multikultur, inventori nilai multikultur, format observasi tingkah
laku multikultur, dan (5) kamera photo sebagai alat perekam situasi. Berdasarkan
prinsip human instrumen yang dianut dalam penelitian ini, maka jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi; kata-kata, tindakan, situasi, peristiwa,
dan hasil belajar siswa serta dokumen yang dapat diobservasi. Sumber data dalam
penelitian ini adalah kelompok subjek penelitian di atas yang dikembangkan
secara sirkuler mulai dari awal hingga akhir penelitian. Adapun data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa:
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Kata-kata diperoleh secara langsung atau tidak langsung seperti hasil
wawancara, tulisan berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP),
kurikulum, program tahuanan, program semesteran, model evaluasi, hasil
belajar siswa dan dokumen lainnya dari subjek penelitian, yang diperoleh
melalui tehnik wawancara, partisipasi, dan observasi.
2. Tindakan dapat diperoleh dari pelaksanaan praktek pembelajaran,
penugasan kepada siswa, kegiatan yang dilakukan baik oleh guru maupun
siswa, yang diperoleh dengan teknik observasi dan partisipasi.
3. Dokumen, berupa bahan tertulis atau cetak, gambar, foto, data statistik,
catatan, yang berkaitan dengan penelitian ini, dikumpulkan dengan teknik
studi kepustakaan (studi dokumentasi).
4. Peristiwa atau situasi, yang berkaitan dengan kegiatan subjek penelitian
yang berkaitan dengan masalah penelitian, seperti dalam bentuk proses
pembelajaran, penugasan kepada siswa, mengerjakan tugas, pembagian
tugas dalam kelompok dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan
masalah penelitian, yang dikumpulkan dengan teknik observasi-partisipatif.
5. Hasil belajar siswa, yang diperoleh dari jawaban siswa dalam mengerjakan
tes pengetahuan multikultural, inventori nilai multikultural dan keterampilan
multikultur siswa yang dievaluasi dalam proses pembelajaran.
Pengumpulan data pada tahap define dan design dilakukan melalui studi
dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Studi dokumen dilakukan di
Perpustakaan Undiksha Singaraja. Studi literatur dilakukan untuk mengkaji buku
teks, jurnal ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian
sejenis dan dokumen kurikulum IPS-SD. Data yang dicari adalah kearifan budaya
Bali yang relevan dengan multikulturalisme, kondisi sosial budaya masyarakat
Bali, dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan multikultural. Untuk studi
dokumen, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman atau format
studi/analisis dokumen. Format kajian dokumen ini mengandung bagian-bagian:
nama sumber/dokumen; judul dokumen; pengarang/pengawi/penulis; penerbit;
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tahun pembuatan/terbit; isi dokumen baik yang bersifat verbatim, deskripsi,
mapun tabulasi; dan komentar atau interpretasi isi dokumen.
Untuk studi empirik, teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara mendalam dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru
dan kepala sekolah yang menjadi informan penelitian. Semua informan yang
dipilih pada tahap studi empirik ini ditentukan secara purpossive (bertujuan)
dengan teknik snowball (bola salju). Adapun data yang dicari dalam studi empirik
ini adalah kajian kearifan budaya Bali yang relevan dengan pembelajaran IPS
berbasis multikultural pada siswa SD, kajian teoritis dan praktis pelaksanaan
pembelajaran IPS-SD, dilihat dari perangkat pembelajaran yang digunakan, model
evaluasinya dan model belajar yang digunakan oleh guru SD di Kota Singaraja
dan pandangan guru, kepala sekolah dan siswa berkaitan dengan pembelajaran
IPS-SD di Kota Singaraja. Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi
empirik ini adalah pedoman wawancara dan observasi. Peneliti mengembangkan
pedoman wawancara secara mendalam yang tidak terstruktur. Tetapi, ketika pola-
pola tertentu telah dapat ditemukan dan dilakukan wawancara ulang, pedoman
wawancara dikembangkan ke pedoman wawancara terstruktur. Pedoman
wawancara tidak terstruktur memuat point-point penting sebagai berikut: tujuan
wawancara, nama interview, waktu dan durasi pelaksanaan wawancara,
tempat/setting wawancara, pewawancara, outline atau pokok-pokok bahasan
wawancara dan kemungkinan pengembangannya, tempat pencatatan proses
wawancara, komentar atau interpretasi atas hasil wawancara, dan deskripsi/narasi
hasil wawancara. Dalam melakukan wawancara, peneliti mengatur pertanyaan-
pertanyaan untuk wawancara dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan informasi yang bersifat deskriptif dan naratif, kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan informasi argumentatif dan
bersifat struktural, berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan
informasi komparatif atau kontras, dan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan
temuan tema-tema budaya yang signifikan (Spradley, 1980: 163).
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sedangkan untuk observasi, peneliti mengembangkan pedoman observasi
tidak terstruktur berkaitan dengan berbagai aktivitas pembelajaran di kelas dan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran (Arikunto, 2008: 106). Adapun
kegiatan yang diobservasi dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan
pembelajaran IPS-SD, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, kegiatan guru
dalam proses pembelajaran IPS dan suasana intarksional dalam pembelajaran IPS.
Tahap (development), yaitu uji coba terbatas yang dilakukan melalui
adaptasi penelitian tindakan kelas, pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara mendalam dan tes hasil belajar, inventori nilai dan pedoman
observasi. Observasi pada tahap ini dilakukan terhadap pelaksanaan langkah-
langkah pembelajaran IPS berbasis multikultur, kegiatan guru dalam proses
pembelajaran IPS berbasis multikultur, suasana intraksional dalam pembelajaran
IPS berbasis multikultur dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Wawancara pada tahap ini dilakukan terhadap guru dan siswa kelas V Sekolah
Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja yang menjadi kelas uji coba model
pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan tes hasil belajar digunakan
untuk memetakan kemampuan siswa yang berupa pengetahuan, nilai-nilai/sikap
dan keterampilan multikultur. Hasil observasi, wawancara dan tes hasil belajar ini
digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi terhadap model pembelajaran IPS
berbasis multikultur yang dikembangkan. Melalui evaluasi ini dilakukan
perbaikan dan penyesuaian terhadap model yang dikembangkan sampai
menemukan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dinilai “ideal” dan
layak untuk dipraktekkan dalam proses pembelajaran.
Sedangkan tahap (development), yaitu uji coba luas untuk memperoleh
informasi tentang hasil belajar IPS siswa dilakukan melalui tes objektif pilihan
ganda tentang pengetahuan multikultur, inventori nilai/sikap multikultural, dan
observasi tentang keterampilan multikultural siswa. Hasil belajar siswa ini
kemudian dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran IPS berbasis multikultural dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun tes pengetahuan multikultur,
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
inventori nilai multikultur dan pedoman observasi tingkah laku multikultural yang
digunakan dalam penelitian tahap uji coba luas ini adalah sebagai berikut.
3.6.1. Tes Pengetahuan Multikultur
Tes pengetahuan multikultur yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan sendiri oleh peneliti. Tes yang dikembangkan dan digunakan
adalah tes objektif pilihan ganda dengan 4 pilihan yang mengandung satu jawaban
yang paling benar. Tes ini dikembangkan melalui prosedur: penyusunan kisi-kisi,
pembuatan butir-butir soal, uji validasi ahli dan praktisi, revisi, uji coba, analisis
hasil uji coba, dan penulisan akhir. Kisi-kisi soal yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Multikultur
NO INDIKATOR NOMOR
SOAL
JUMLAH
BUTIR
1 Menyebutkan keragaman suku, ras, agama dan
budaya masyarakat Indonesia;
1, 2, 3, 3
2 Menjelaskan kelemahan dan kelebihan
masyarakat multikultural;
4, 5 2
3 Mengidentifikasi masalah-masalah multikultural
yang ada pada lingkungan masyarakatnya;
6, 7, 8 3
4 Mengidentifikasi implikasi masalah-masalah
multikultural bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
9, 10, 11 3
5 Menjelaskan pentingnya kesadaran multikultural
bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
12, 13, 14 3
6 Menceritakan akibat jika
warganegara/masyarakat tidak menghargai
adanya keberagaman agama, suku, rasa dan
agama
15, 16, 17 3
7 Memformulasikan nilai-nilai yang dapat
dijadikan pegangan hidup dalam masyarakat
multikultural
18, 19, 20 3
8 Mengusulkan cara-cara meningkatkan kesadaran
multikultural masyarakat untuk dapat hidup
secara damai dan harmonis dalam keberagaman
21, 22, 23 3
9 Menujukkan contoh bentuk-bentuk penghargaan
terhadap keberagaman di lingkungan sekolah;
24, 25, 26,
27
4
10 Menjelaskan kelemahan-kelemahan kesadaran
multikultural di lingkungan sekolah;
28, 29, 30 3
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11 Mengusulkan kegiatan yang menunjukkan
adanya kesadaran multikulturalisme di
lingkungan sekolah.
31, 32, 33,
34
4
Jumlah Butir 34
Selanjutnya 34 butir tes pengetahuan multikultur tesebut dibagi tiga bagian
yaitu 11 butir dipergunakan pada siklus I, 12 butir dipergunakan pada siklus II,
dan sisanya 11 butir dipergunakan pada siklus III. Selengkapnya mengenai kisi-
kisi dan tes pengetahuan multikultur tiap siklusnya dapat dilihat pada lampiran
1.d.
Instrumen penelitian yang berupa tes pengetahuan multikultur perlu diuji
coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes
yang telah disusun. Uji coba tes yang dilakukan adalah uji coba terpakai yaitu
langsung dipakai pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
3.6.1.1. Validasi Instrumen Tes Pengetahuan Multikultur
3.6.1.1.1. Validitas
Validitas tes mengacu kepada ketepatan dan kecermatan suatu tes
melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2002) yang berarti bahwa kemampuan tes
mengukur yang seharusnya diukur. Validitas tes yang umum diperhatikan adalah
validitas isi dan validitas susunan. Validitas isi tes dilakukan melalui uji ahli atau
profesional (expert judment) oleh pakar evaluasi pendidikan dari staf pengajar
Program Pasca Sarjana Undiksha (judment 1) dan seorang guru SD Lab. Undiksha
Singaraja (judment 2) yang hasil penilaiannya dianalisis dengan teknik Gregory.
Untuk menentukan validitas isi dengan teknik Gregory dilakukan dua
langkah. Pertama, para pakar melakukan penilaian terhadap instrumen per butir
dengan menggunakan skala 1 untuk kategori tidak relevan, skala 2 untuk kategori
agak relevan, skala 3 untuk kategori relevan, dan skala 4 untuk kategori sangat
relevan. Selanjutnya dilakukan pengelompokan skala yaitu: skala 1 dan 2
dikelompokkan menjadi kurang relevan sedangkan skala 3 dan 4 dikelompokkan
menjadi sangat relevan. Kedua, hasil penelitian pakar ditabulasikan kedalam
bentuk matrik tabulasi silang (2x2) dan memasukkan data hasil tabulasi silang ke
dalam rumus validitas isi. Rumus validitas yang digunakan adalah sebagai berikut
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DCBA
DIsiValiditas
(Gregory, 2000:98-99)
Keterangan:
A : sel yang menunjukkan pendapat kedua penilai/pakar menyatakan
butir tes kurang relevan
B : sel yang menunjukkan pendapat penilai/pakar I menyatakan bahwa
butir sangat relevan sedangkan penilai/pakar II menyatakan bahwa
butir kurang relevan
C : sel yang menunjukkan pendapat penilai/pakar I menyatakan bahwa
butir kurang relevan sedangkan penilai/pakar II menyatakan
bahwa butir sangat relevan
D : sel yang menunjukkan pendapat kedua penilai/pakar menyatakan
bahwa butir sangat relevan
Kriteria validasi isi:
0,80 – 1,00 : validasi isi sangat tinggi
0,60 – 0,79 : validasi isi tinggi
0,40 – 0,59 : validasi isi sedang
0,20 – 0,39 : validasi rendah
0,00 – 0,19 : validasi sangat rendah
Menurut Gable (dalam Koyan, 2007) semakin besar nilai D semakin baik
pula validitas isi butir tes. Dari uji judges diperoleh validitas isi instrumen tes
pengetahuan multikultur adalah 0,88. Jadi validitas isi dari tes pengetahuan
multikultu tergolong sangat tinggi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 2.a.
Selain validitas isi, validitas butir tes pengetahuan multikultur juga dicari
secara empiris. Validitas butir tes ditentukan melalui analisis butir berdasarkan
koefisien korelasi point biserial (rpbi) dengan rumus:
q
pMMr
t
tp
pbi
(Guilford, 1959 :303)
Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi point biserial
Mp : rata-rata skor yang menjawab benar
Mt : rata-rata skor seluruhnya
σt : simpangan baku skor seluruhnya
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
p : proporsi yang menjawab benar
q : proporsi yang menjawab salah
Dengan kriteria bahwa butir dikategorikan valid jika rpbi > rtabel pada taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan analisis butir dengan korelasi point biserial dengan
menggunakan program excel diperoleh hasil sebagai berikut.
Pada siklus I, dari 11 butir instrumen tes pengetahuan multikultur semua
butir tergolong valid. Siklus II, dari 12 butir instrumen tes pengetahuan
multikultur 10 diantaranya valid dan sisanya 2 butir gugur yaitu butir nomor 2 dan
11. Sedangkan pada siklus III, dari 11 butir instrumen tes pengetahuan multikultur
10 diantaranya valid dan sisanya 2 butir diantaranya gugur, yakni butir nomor 9
dan 11. Hasil selengkapnya hasil perhitungan validitas instrumen tes pengetahuan
multikultur dapat dilihat pada lampiran 4.a.b.c.
3.6.1.1.2. Reliabilitas
Reliabilitas tes mengacu kepada keajegan hasil pengukuran (Aswar: 2002),
yang berarti bahwa hasil pengukuran akan relatif sama walaupun dilakukan
pengukuran yang berulang-ulang terhadap subjek yang sama. Analisis tes
dilakukan hanya untuk butir-butir tes yang valid. Sehingga analisis reliabilitas
dilakukan setelah analisis validitas tes dikerjakan. Untuk menentukan reliabilitas
tes kemampuan kognisi digunakan rumus KR-20 yaitu :
2
2
1t
t
tt
pq
n
nr
(Guilford, 1959 : 303)
Keterangan:
rtt : koefisien korelasi
n : banyak butir
σt2 : varian total
p : proporsi yang menjawab benar
q : proporsi yang menjawab salah
Menurut Guilford (1959) reliabilitas suatu tes dapat dibedakan menjadi
beberapa tingkatan seperti yang ditunjukkan tabel berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kreteria Kualifikasi Kualifikasi
0,9 < Koef. Reliab < 1 Reliabilitas tes sangat tinggi
0,7 < Koef. Reliab. < 0,9 Reliabilitas tes tinggi
0,4 < Koef. Reliab. < 0,7 Reliabilitas tes cukup
0,2 < Koef. Reliab. < 0,4 Reliabilitas tes rendah
0,0 < Koef. Reliab. < 0,2 Reliabilitas tes sangat rendah
Dengan menggunakan excel diperoleh koefisien reliabilitas tes
pengetahuan multikultur untuk 30 butir adalah 0,87. Berdasarkan kritera
penggolongan di atas maka reliabilitas tes pengetahuan multikultur tergolong
tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya mengenai reliabitas tes pengetahuan
multikultur dapat dilihat pada lampiran 4.d.
3.6.1.1.3. Daya Beda Tes
Sebelum menetukan daya beda tes, terlebih dahulu ditentukan kelompok
atas dan kelompok bawah. Penentuan masing-masing kelompok dilakukan dengan
mengurut skor siswa dari skor tertinggi sampai skor terendah, kemudian diambil
27% skor tertinggi (kelompok atas) dan 27% skor terendah (kelompok bawah).
Daya beda tes adalah kemampuan suatu tes untuk membedakan kemampuan siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai dalam suatu kelompok. Untuk
menganalisis daya beda butir soal digunakan rumus:
n
KKDP BA )(2
(Depdiknas, 2007:4)
Keterangan:
DP = Daya Pembeda Soal
KA = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar
KB = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
n = Banyak siswa
Menurut Pusat Penilaian Pendidikan Depdiknas (2007: 7) soal yang baik
atau diterima bila memiliki daya pembeda soal di atas 0,25, karena soal tersebut
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan kemampuan
rendah. Berikut ini kreteria daya pembeda butir soal (halaman berikut).
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
Kriteria Daya Pembeda Keputusan
DP > 0,25 Diterima
0 < DP ≤ 0,25 Diperbaiki
DP ≤ 0 Ditolak
(Depdiknas, 2007: 5)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dari 11 butir soal pada siklus I ,
9 soal diterima dan sisanya 2 soal diperbaiki. Pada siklus II, dari 12 butir soal
yang digunakan, 4 soal diterima, 7 soal diperbaiki dan satu soal ditolak.
Sedangkan pada siklus III, dari 11 soal yang digunakan 2 soal diterima, 7 soal
diperbaiki 2 soal ditolak. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan daya beda tes
dapat dilihat pada lampiran 4.e.f.g.
3.6.1.1.4. Tingkat Kesukaran Tes
Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar atau untuk
menentukan apakah suatu instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa
yang akan diukur, sehingga tes benar-benar dapat menggambarkan kemampuan
yang dimilikinya. Untuk mengukur kesukaran tes hasil belajar digunakan rumus:
n
JBTK
(Depdiknas, 2007:12)
Keterangan:
TK = Tingkat Kesukaran
JB = Banyak siswa yang menjawab benar
n = banyaknya siswa
Tingkat kesukaran biasanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar,
sedang dan mudah. Berikut kriteria tingkat kesukaran soal.
Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori
TK < 0,3 Sukar
0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang
TK > 0,7 Mudah
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat kesukaran tes
pengetahuan multikultur dengan rincian 8 butir tergolong sedang dan sisanya 26
butir tergolong mudah. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan tingkat
kesukaran tes dapat dilihat pada lampiran 4.e.f.g.
3.6.2. Inventori Nilai/Sikap Multikultur
Inventori nilai/sikap multikultur yang digunakan dalam penelitian ini
dikembangkan sendiri oleh peneliti. Inventori yang dikembangkan dan digunakan
adalah inventori nilai multikultur yang mengandung pernyataan-pernyataan
bermuatan nilai positif dan negatif dengan 4 pilihan jawaban dari tidak baik,
kurang baik, baik, hingga sangat baik. Respon siswa kemudian diberi skor sesuai
dengan sifat pernyataannya. Untuk pernyataan positif maka respon tidak baik
diberi skor 1 dan seterusnya hingga respon sangat baik diberi skor 4. Begitu
sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif. Inventori nilai ini
dikembangkan melalui prosedur: penyusunan kisi-kisi, pembuatan butir-butir
inventori, uji validasi ahli dan praktisi, revisi, uji coba, analisis hasil uji coba, dan
penulisan akhir. Kisi-kisi inventori nilai yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kisi-kisi Inventori Nilai/Sikap Multikultur
NO INDIKATOR NOMOR SOAL JUMLAH
BUTIR
1 Sikap/Nilai Toleransi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14
14
2 Sikap/Nilai Empati 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30
16
3 Sikap/Nilai Cinta Damai 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45
15
4 Sikap/Nilai Hukum Karma 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,
53, 54, 55, 56, 57
12
Jumlah Butir 57
Selanjutnya 57 butir instrumen sikap multikultural tesebut dibagi menjadi
tiga bagian yang sama yaitu 19 butir dipergunakan pada setiap siklusnya.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selengkapnya mengenai kisi-kisi dan inventori nilai/sikap multikultur tiap
siklusnya dapat dilihat pada lampiran 1.e.
Instrumen penelitian yang berupa inventori nilai/sikap multikultural perlu
diuji coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas tes yang telah disusun. Uji coba tes yang dilakukan adalah uji coba
terpakai yaitu langsung dipakai pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
Setelah dilakukan uji coba pada penelitian dindakan kelas, maka akan ditemukan
tingkat validitas dan reliabilitasnya, sehingga instrumen nilai/sikap multikultural
dapat dipergunakan dalam eksperimen.
3.6.2.1. Validasi Instrumen Sikap Multikultur
3.6.2.1.1. Validitas
Untuk menentukan validitas isi dari instrumen sikap multikultural
menggunakan teknik Gregory. Koefisien validitas isi yang diproleh dari hasil uji
judges adalah 0,88. Sesuai dengan kriteria penggolongan di atas maka validitas
instrumen sikap multikultural tergolong tinggi. Perhitungan selengkapnya dari
hasil tabulasi pakar dapat dilihat pada lampiran 2.b.
Selain validitas isi, validitas butir instrumen sikap multikultural juga dicari
secara empiris. Validitas butir instrumen sikap multikultural ditentukan melalui
analisis butir berdasarkan koefisien korelasi product moment.
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
(Arikunto, 2008)
Keterangan :
X = skor butir
Y = skor total
N = banyaknya responden
Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan
harga tabel kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila
rxy > r tabel pada taraf signifikansi 5 %. Dengan menggunakan program excel,
hasil validitas instrumen pada tiap siklusnya adalah sebagai berikut.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada siklus I, dari 19 butir instrumen sikap multikultural 17 butir valid dan
sisanya 2 butir gugur, yakni butir nomor 7 dan 12. Siklus II, dari 19 butir
instrumen sikap multikultural 17 diantaranya valid dan sisanya 2 butir gugur yaitu
butir nomor 8 dan 12. Sedangkan pada siklus III, dari 19 butir instrumen sikap
multikultural 16 diantaranya valid dan sisanya 3 butir diantaranya gugur, yakni
butir nomor 3, 5 dan 16. Hasil selengkapnya hasil perhitungan validitas instrumen
sikap multikultural dapat dilihat pada lampiran 4.h.i.j.
3.6.2.1.2. Reliabilitas
Reliabilitas butir observasi diukur dengan menggunakan rumus Alpa-
Cronbach :
2
22
1t
it
SD
SDSD
k
kr
(Aplikasi Komputer UNJ, 2003)
Keterangan:
K = banyakanya butir tes
SDt2 = varians skor total
SDt2
= varians skor butir ke-i
Dengan menggunakan program excel diperoleh koefisien reliabilitas untuk
lembar adalah 0,91. Berdasarkan dari kriteria penggolongan di atas maka
reliabilitasnya tergolong sangat tinggi. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan
reliabilitas instrumen sikap multikultural dapat dilihat pada lampiran 4.k.
3.6.3. Pedoman Observasi Keterampilan Multikultur
Pedoman observasi tingkah laku multikultur yang digunakan dalam
penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti. Pedoman observasi yang
dikembangkan dan digunakan adalah pedoman observasi yang mengandung
keterampilan multikultur yang ditunjukkan siswa di lingkungan sekolah dengan 5
pilihan dari selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Kemudian
diberi skor sesuai dengan intensitas perilaku yang muncul pada diri siswa (setiap
proses pembelajaran terjadi). Pedoman observasi ini dikembangkan melalui
prosedur: penyusunan kisi-kisi, pembuatan butir-butir pedoman observasi, uji
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
validasi ahli dan praktisi, revisi pedoman observasi, uji coba, analisis hasil uji
coba, dan penulisan akhir untuk menemukan instrumen observasi keterampilan
multikultur yang valid dan reliabel. Kisi-kisi pedoman observasi yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Kisi-kisi Pedoman Observasi Keterampilan Multikultur
NO INDIKATOR NOMOR SOAL JUMLAH
BUTIR
1 Keterampilan
Mengkomunikasikan Ide/Pikiran
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9
2 Keterampilan Bekerjasama 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18 9
3 Keterampilan Memecahkan
Masalah
19, 20, 21, 22, 23, 24,
25, 26, 27 10
Jumlah Butir 27
Butir-butir pedoman observasi yang dihasilkan dari pengembangan kisi-
kisi di atas kemudian dinilai oleh dua orang pakar dan praktisi (guru IPS-SD)
untuk mengetahui tingkat validitas isi instrumen yang dianalisis dengan teknik
analisis Gregory. Berdasarkan uji judges diperoleh koefisien validitas isi
instrumen keterampilan multikultur adalah 0,85. Berdasarkan kriteria di atas maka
validitas isi instrumen keterampilan multikultur tergolong sangat tinggi. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.c.
Sama halnya dengan instrumen sikap multikultural selain validitas isi,
validitas butir instrumen keterampilan multikultur juga dicari secara empiris.
Validitas butir instrumen keterampilan multikultural ditentukan melalui analisis
butir berdasarkan koefisien korelasi product moment. Berdasarkan analisis butir
korelasi product moment diperoleh dari 27 butir instrumen keterampilan
multikultur semuanya tergolong valid. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 4.l. Reliabilitas instrumen keterampilan multikultur sama
dengan instrumen sikap multikultural dicari dengan menggunakan rumus Alpa-
Cronbach. Koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah 0,87 dan berdasarkan
kriteria di atas maka reliabilitas instrumen keterampilan multikultur tergolong
tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.m.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1. Analisis Data Tahap Define dan Design
Analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis sumber dan
data yang diperoleh. Untuk analisis data tahap define dan design dilakukan secara
kualitatif, yaitu mengkatagori dan mengklasifikasi data secara menyeluruh
berdasarkan kaitan logisnya, kemudian ditafsirkan dalam keseluruhan konteks
penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan sesuai dengan makna yang
sebenarnya. Peneliti dalam kegiatan ini, akan berusaha memunculkan makna dari
setiap data yang ada, sehingga tidak hanya bersifat deskriptif melainkan
menyentuh dimensi transenden atau menemukan makna dibalik data yang tampak
dalam proses penelitian. Untuk mencapai hal itu, maka peneliti berusaha berpikir
secara “divergen yang kreatif tetapi kritis” (Lincoln, 2009: 232), sehingga
subjektivitas pemaknaan terhadap keseluruhan data dapat dieliminir. Adapun
tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Haberman,
(1992: 74) dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.3. Komponen dalam analisis data Kualitatif
Secara rinci langkah-langkah pengolahan dan analisis data pada tahap
define dan design ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) koleksi data, yaitu
proses pengumpulan data dari subyek penelitian, baik yang berupa dokumen,
kata-kata, tindakan dan pristiwa, (2) reduksi data, dalam tahap ini data yang telah
terkumpul akan direduksi, dipilah, dipilih dan dirangkum hal-hal yang penting dan
Data
Collection Data
Disply
Data
Reduction
Conclusion
Drawing/Verification
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berhubungan dengan kajian penelitian. Data yang tidak berhubungan dengan
kajian penelitian akan dieliminir untuk analisis data berikutnya, sehingga
memudahkan penarikan kesimpulan dan verifikasi data, (3) penyajian dan
klasifikasi data, untuk dapat melihat gambaran data secara menyeluruh, maka
akan dilakukan klasifikasi dengan menggunakan beberapa matrik data, kemudian
dideskripsikan secara rinci. Klasifikasi ini dilakukan dengan menggunakan kode
yang telah digunakan pada tahap sebelumnya, dan (4) penarikan kesimpulan dan
verifikasi, pada dasarnya dalam penelitian naturalistik pengambilan kesimpulan
telah dilakukan sejak awal penelitian, namun terus dikembangkan dan diverifikasi
selama berlangsungnya penelitian. Dalam verifikasi ini, peneliti berusaha mencari
data baru atau memperdalam penelitian atau melakukan “intersubjective
consensus”. Hal ini dilakukan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian
sampai terbentuknya hipotesis akhir penelitian.
Pada dasarnya, langkah-langkah di atas bukanlah sesuatu yang harus
berurutan akan tetapi dapat pula dilakukan dengan bersamaan secara terus
menerus selama berlangsungnya penelitian, hingga dapat dirumuskannya
kesimpulan akhir penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran,
model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang ideal untuk
diterapkan pada siswa SD di Kota Singaraja. Untuk menghindari terjadinya bias
data dan agar proses serta temuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah sebagaimana prinsip penelitian etnografi, maka akan dilakukan
beberapa kegiatan, seperti; (1) perpanjangan observasi dan keikutsertaan, (2)
triangulasi, (3) analisis data negatif, dan (4) thick description (uraian rinci) (Miles
dan Haberman, 1992: 84; Lincoln, 2009: 243). Keempat kegiatan tersebut
dilakukan semata-mata dimaksudkan agar proses dan hasil penelitian ini benar-
benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah seperti halnya prinsip
penelitian kualitatif.
3.7.2. Analisis Data Pada Uji Coba Terbatas
Sedangkan analisis data pada tahap divelopment lebih bersifat sinergis
antara analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Ini terutama terjadi pada
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
uji coba terbatas. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efek
pembelajaran terhadap kualitas hasil belajar siswa. Untuk itu tiap akhir dari suatu
siklus maka analisis data pengetahuan multikultur akan dilakukan secara
deskriptif dengan menghitung nilai rerata pengetahuan multikultur dengan rumus:
Keterangan :
: rata-rata
: nilai siswa ke-i
n : banyaknya siswa.
Tingkat ketuntasan belajar siswa (% KB) dimana siswa dinyatakan tuntas apabila
siswa mencapai nilai minimal 75 (KKM IPS kelas V 75) dengan rumus:
Untuk menentukan tingkat kualifikasi sikap multikultur dan keterampilan
multikultur siswa tiap siklusnya dianalisis secara deskriptif atas dasar rerata skor
ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi), dengan menggunakan lima jenjang
kualifikasi. Kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9. Kriteria Sikap Multikultural dan Keterampilan Multikultur
Rentang skor Kualifikasi
Mi + 1,5 Sdi Mi + 3,0 Sdi Sangat tinggi
Mi + 0,5 Sdi Mi + 1,5 Sdi Tinggi
Mi – 0,5 Sdi Mi + 0,5 Sdi Sedang
Mi – 1,5 Sdi Mi – 0,5 Sdi Rendah
Mi – 3,0 Sdi Mi – 1,5 Sdi Sangat Rendah
(Koyan : 2007: 57)
Keterangan:
ideal) minimumSkor ideal maksimum(skor 2
1Mi
ideal) minimumSkor ideal maksimum(skor 6
1SDi
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Analisis data kualitatif disertakan juga untuk mengetahui perbaikan-
perbaikan kualitas model pembelajaran IPS berbasis multikultur dan perangkat
pembelajarannya serta pola hubungan antara perbaikan kualitas pembelajaran
dengan peningkatan kualitas hasil belajar siswa baik dari segi pengetahuan
multikultur, nilai-nilai/sikap multikultur dan keterampilan multikulturnya.
3.7.3. Analisis Data Fase Uji Coba Luas
3.7.3.1. Deskripsi Data
Sebelum diadakan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu akan
dideskripsikan mengenai skor pengetahuan multikultur, skor sikap multikultural
dan skor keterampilan multikultur dengan analisis deskriptif. Masing-masing
dideskripsikan dengan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Disamping itu
akan dicari gambaran umum kualifikasi pengetahuan multikultur, sikap
multikultural dan keterampilan multikultur siswa.
Untuk menentukan tingkat kualifikasi pengetahuan multikultur, sikap
multikultural dan keterampilan multikultur siswa dianalisis secara deskriptif atas
dasar rerata skor ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi), dengan
menggunakan lima jenjang kualifikasi seperti pada fase uji coba terbatas.
3.7.3.2. Uji Prasyaran Analisis Data
Pengujian persyaratan analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh memenuhi syarat-syarat penggunaan dari uji statistik yang akan
digunakan. Berkaitan dengan uji statistik yang digunakan untuk analisis data
penelitian adalah MANOVA (multivariate analisis of variance) dengan satu
variabel bebas dan tiga variabel terikat. Pengujian persyaratan analisis yang
dilakukan adalah uji normalitas, dan uji homogenitas.
Uji normalitas dilakukan pada data pengetahuan multikultur, sikap
multikultur dan keterampilan multikultur siswa untuk kelompok eksperimen dan
kontrol. Uji homogenitas varian dilakukan pada data pengetahuan multikultur
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, homogenitas varian data
sikap multikultural untuk kelompok eksperimen dan kontrol, serta homogenitas
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
varian data keterampilan multikultur untuk kelompok eksperimen dan kontrol.
Semua pengujian persyaratan analisis ditetapkan pada tingkat kesalahan α = 0,05.
3.7.3.2.1. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel
benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis
dapat dilakukan. Normalitas sebaran data diuji dengan Chi-kuadrat dengan rumus
(halaman berikut):
e
eo
f
ff2
(Koyan, 2007 : 80)
Keterangan:
χ 2: Chi Kuadrat
fo: frekuensi observasi
fe: frekuensi harapan
Kriteria pengujian normalitas data adalah data berdistribusi normal jika χ
2hitung ≤ χ
2tabel dengan derajat bebas n -1 dan taraf signifikansi α = 0,05. Dalam
hal lain yaitu χ 2
hitung > χ 2
tabel maka data tidak berdistribusi normal.
3.7.3.2.2. Pengujian Homogenitas Varian
Pengujian homogenitas varian dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya
perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat dari perbedaan dalam kelompok.
Untuk menguji homogenitas antar kelompok digunakan uji Bartlett (Dantes,
2007). Uji Bartlett digunakan statistik Chi-kuadrat dengan rumus:
22 log10ln sdkB
dk
sdkgabs
.2
gabsdkB 2.log
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan:
2 = Chi-kuadrat
B = Nilai Bartlett
dk = derajat kebebasan
s2gab = Varians gabungan
Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett
lebih baik disusun dalam tabel berikut:
Tabel 3.10. Harga-Harga yang Diperlukan dalam Uji Bartlett
Sampel ke Dk 1/dk S2 Log s
2 (dk) Log s
2
1
.
K
ni-1
nk-1
1/(ni-1)
1/(nk-1)
si2
sk2
Log si2
Log sk2
(ni-1) log si2
(nk-1) log sk2
Kriteria pengujian: varians homogen jika )(2
)(2
tabelhitung pada taraf
signifikansi 5% (=0,05) dengan derajat kebebasan k-1.
3.7.3.3. Pengujian Hipotesis
Dalam fase uji coba luas diuji tiga hipotesis yaitu : (1) Terdapat perbedaan
pengetahuan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti
model pembelajaran berbasis multikultural dengan kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota
Singaraja, (2) Terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dan
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
siswa SD di kota Singaraja, (3) Terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang
signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis
multikultur dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja, dan (3) Secara bersama-sama,
terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan keterampilan
multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran berbasis multikultur dan kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, ketiga hipotesis dinyatakan dalam
bentuk hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Pernyataan Ho dan H1 dari
penelitian ini dinyatakan seperti berikut:
Ho :
1. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur
dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.
2. Tidak terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur
dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa SD di kota Singaraja.
3. Tidak terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur
dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa SD di kota Singaraja
4. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan
keterampilan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dengan kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
siswa SD di kota Singaraja.
H1 :
1. Terdapat perbedaan pengetahuan multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur
dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.
2. Terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dan
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa SD di kota Singaraja.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang signifikan antara
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur
dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
STAD pada siswa SD di kota Singaraja
4. Terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan
keterampilan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang
mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dengan kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
siswa SD di kota Singaraja.
Hipotesis Statistik
Hipotesis I
H0 : μA1 = μA2
H1 : μA1 ≠ μA2
Hipotesis II
H0 : μB1 = μB2
H1 : μB1 ≠ μB2
Hipotesis III
H0 : μC1 = μC2
H1 : μC1 ≠ μC2
Hipotesis IV
H0 : μA1B1 = μA2B2= μC1 μC2
H1 : μA1B1 ≠ μA2B2 ≠ μC1 μC2
Keterangan :
H0 : Hipotesis nol
H1 : Hipotesis alternatif
μA : Rerata skor pengetahuan multikultur
μB : Rerata skor sikap multikultur
μC : Rerata skor Keterampilan multikultur
μA1 : Rerata skor pengetahuan multikultur siswa yang diajar dengan
model pembelajaran berbasis multikultur
μA2 : Rerata skor pengetahuan multikultur siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
μB1 : Rerata skor sikap multicultural siswa yang diajar dengan
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
model pembelajaran berbasis multikultur
μB2 : Rerata skor sikap multicultural siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
μc1 : Rerata skor keterampilan multikultur siswa yang diajar dengan
model pembelajaran berbasis multikultur
μc2 : Rerata skor keterampilan multikultur siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Untuk menguji keempat hipotesis di atas digunakan analisis statistik yang
sesuai. Yang digunakan adalah uji MANOVA (multivariate analisis of variance)
dengan mencari koefisien A* dengan menggunakan rumus berikut:
WB
WA
*
(Candiasa, 2007: 37)
Distribusi A* yang lebih teliti untuk pengujian H0 dapat dijabarkan seperti
tabel berikut:
Tabel 3.11. Perhitungan Nilai F
Banyak variabel Banyak
kelompok Sampling distribusi
Harga
F tabel
P = 2 G = 2
*
**1
1
1
A
A
g
gni
F2(g-1), 2(∑ni - g -
1)
Taraf signifikansi pengujian ditetapkan sebesar 5 % dengan kriteria
pengujian adalah tolak hipotesis nol (H0) jika F hitung>F tabel (db2(g-1), 2(∑ni - g -1)).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.0 for
Windows.
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu