BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain...

36
I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development). Sebagai dijelaskan oleh Borg and Gall (1989: 8) kegiatan research and development adalah suatu proses penelitian yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Pengembangan produk pendidikan dalam penelitian ini adalah berupa pengembangan perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja. Menurut Borg & Gall, (1989: 626) ada 12 tahapan penelitian dan pengembanga, sebagaimana dikemukakannya berikut: Tahap-tahap penelitian dan pengembangan meliputi: (1) penelitian dan pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan rencana produk, (4) uji coba awal/ terbatas, (5) revisi produk utama, (6) uji coba utama, (7) revisi produk oprasional, (8) uji coba lapangan, (9) revisi produk akhir, dan (10) desiminasi dan implementasi. Tahapat tersebut dapat diringkas menjadi empat tahap, yang disebut dengan 4D (define, design, development, dan dissemination). Define adalah kegiatan mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan (needs assessement) untuk menyusun draf atau produk awal perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja, yang dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan/empirik. Studi pustaka dilakukan untuk menganalisis dan memformulasikan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan studi empirik dilakukan untuk mengetahui kondisi riil praktek pembelajaran IPS dan model pembelajaran berbasis multikultur yang dibutuhkan dalam praktek pembelajaran IPS-SD, yang meliputi pelaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan model pembelajaran dan evaluasi, proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan pola evaluasi yang

Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain...

Page 1: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

pendidikan (educational research and development). Sebagai dijelaskan oleh Borg

and Gall (1989: 8) kegiatan research and development adalah suatu proses

penelitian yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi produk-produk

pendidikan. Pengembangan produk pendidikan dalam penelitian ini adalah berupa

pengembangan perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran

IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja. Menurut Borg & Gall,

(1989: 626) ada 12 tahapan penelitian dan pengembanga, sebagaimana

dikemukakannya berikut:

Tahap-tahap penelitian dan pengembangan meliputi: (1) penelitian dan

pengumpulan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan rencana produk,

(4) uji coba awal/ terbatas, (5) revisi produk utama, (6) uji coba utama, (7)

revisi produk oprasional, (8) uji coba lapangan, (9) revisi produk akhir, dan

(10) desiminasi dan implementasi. Tahapat tersebut dapat diringkas menjadi

empat tahap, yang disebut dengan 4D (define, design, development, dan

dissemination).

Define adalah kegiatan mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan (needs

assessement) untuk menyusun draf atau produk awal perangkat pembelajaran,

model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

di Kota Singaraja, yang dilakukan melalui studi pustaka dan studi

lapangan/empirik. Studi pustaka dilakukan untuk menganalisis dan

memformulasikan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

pengembangan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan studi

empirik dilakukan untuk mengetahui kondisi riil praktek pembelajaran IPS dan

model pembelajaran berbasis multikultur yang dibutuhkan dalam praktek

pembelajaran IPS-SD, yang meliputi pelaksanaan rencana pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan model pembelajaran dan evaluasi, proses

pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan pola evaluasi yang

Page 2: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dipraktekkan guru IPS. Design adalah kegiatan untuk merancang draf atau produk

awal perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS

berbasis multukultur. Draf ini kemudian divalidasi oleh dua orang ahli yang terdiri

dari akademisi pendidikan IPS dan praktisi pembelajaran IPS. Development

adalah kegiatan memvalidasi dan mengembangkan produk perangkat

pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur,

sehingga dihasilkan produk valid dan reliabel yang siap diimplmentasikan dalam

proses pembelajaran IPS-SD. Disseminate adalah kegiatan menyebarluaskan dan

mengimplementasikan produk tanpa kehadiran peneliti. Penelitian dan

pengembangan prangkat pembelajaran dan model pemebelajaran IPS berbasis

multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja ini hanya akan dilakukan sampai

pada tahap development, yaitu validitas pakar, uji coba melalui penelitian yang

diadaptasi dari penelitian tindakan kelas dan uji coba luas melalui eksperimen.

Validitas pakar dilakukan untuk memastikan perangkat pembelajaran,

model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

sesuai dengan isi dan konstruk perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model

pembelajaran IPS berbasis multikultur. Uji coba melalui adaptasi penelitian

tindakan kelas dilakukan untuk mengidentifikasi dan memformulasikan

kelemahan-kelamahan rancangan produk perangkat pembelajaran, model evaluasi

dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dikembangkan ditinjau

dari langkah-langkah pembelajarannya, sehingga dapat disempurnakan

berdasarkan hasil yang diperoleh (Sugiyono, 2010: 245; Sukadi, 2010).

Berkenaan dengan itu, maka dalam uji coba terbatas dengan adaptasi dari

penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan beberapa kali siklus sampai

ditemukannya model yang ideal, sesuai dengan langkah-langkah penelitian

tindakan kelas. Uji coba luas dilakukan untuk membandingkan efektivitas produk

perangkat pembelajaran dan model belajar IPS berbasis multikultur dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk mengetahui efektivitas produk

perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur ini

dilakukan uji coba luas dengan posttest only control group design, di mana kelas

Page 3: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas

eksperimen menggunakan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS

berbasis multikultur. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran IPS

berbasis multikultural dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, maka dilakukan dengan membandingkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan multikultural siswa. Prosedur pengembangan dan validasi produk

dilakukan dengan diagram alur kegiatan berikut:

Tahap Define Tahap Development Tahap Design

ANALISIS

KEBUTUHAN

(Need Assesment)

melalui studi literatur

dan studi lapangan/

empirik

Menganalisis

pokok-pokok

materi pendidikan

multikultur dan

prangkat

pembelajaran

Pendidikan IPS

Studi empirik

praktek belajar

IPS berbasis

Multikultur pada

siswa SD Studi

dokumentasi,

studi empirik dan

needs assesment

praktek

pembelajaran

IPS-SD di Kota

Singaraja

PENGEMBANGAN

MODEL DAN

JUDGMENT AHLI

Pengembangan

model

pembelajaran IPS

berbasis

multikultural pada

siswa SD

(prangkat

pembelajaran,

siklus

pembelajaran IPS

berbasis

multikultur dan

model evaluasi)

Penggunaan

judgment ahli

untuk

penyempurnaan

model

Penyempurnaan

model

pembelajaran IPS

berbasis

multikultur

UJI COBA DAN

PENYEMPURNAAN

MODEL

Uji coba melalui

adaptasi penelitian

tindakan kelas

tahap pertama

Revisi model

Pelaksanaan

tindakan tahap

kedua

Revisi model

Pelaksanaan

tindakan tahap

ketiga dan

seterusnya

Eksperimentasi

model dengan

posttest only

control group

design

Revisi model dan

penemuan model

utama

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN MODEL

PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTUR

PADA SISWA SD DI KOTA SINGARAJA

Page 4: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bagan. 3.1. Tahapan Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Model

Pembelajaran IPS Berbasis Multikultur

3.2. Lokasi dan Seting Penelitian

Pengembangan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS

berbasis multikultur pada siswa SD ini dirancang untuk dapat diterapkan pada

siswa sekolah dasar di Kota Singaraja. Untuk itu, penelitian pada tahap Define dan

design ini dilakukan di Kota Singaraja pada setting penelitian: pendidik, kepala

sekolah, siswa dan perpustakaan atau pusat dokumentasi. Pertimbangan penentuan

lokasi penelitian ini disebabkan karena; (1) Kota Singaraja merupakan salah satu

kota yang masyarakatnya sangat beragam dalam berbagai dimensi dibandingkan

dengan kota-kota lain yang ada di Provinsi Bali, (2) di sisi lain masyarakat Kota

Singaraja sebagai masyarakat yang multikultural memiliki nilai-nilai budaya Bali

yang kuat yang digunakan sebagai pengangan dan pedoman hidup oleh semua

masyarakatnya, (3) siswa yang ada di Kota Singaraja, khususnya siswa SD berasal

dari beragam budaya, agama, etnis, bahasa, daerah, kondisi sosial ekonomi,

politik, dan ras, dan (4) Kota Singaraja saat ini merupakan salah satu kota yang

mencoba mengembangkan diri menjadi center of excelent dalam bidang

pendidikan, sehingga sangat membutuhkan sentuhan-sentuhan inovasi dalam

pengembangan pendidikan yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Tempat dan

partisipan penelitian ini dipilih secara purpossive sesuai dengan jenis informasi

yang dikumpulkan.

Sedangkan pada tahap development, yaitu uji coba melalui classroom

action research sesuai dengan desainnya dilakukan di Sekolah Dasar

Laboratorium Undiksha Singaraja-Bali dengan menggunakan setting kelas

pembelajaran IPS. Kelas IPS yang dilibatkan dipilih secara purpossive

(bertujuan). Adapun rasional pemilihan Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha

Singaraja sebagai lokasi penelitian, didasarkan atas pertimbangan bahwa: (1)

siswa Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja sangat heterogen (berasal

dari beragam agama, suku, ras, golongan, daerah dan budaya), (2) Sekolah Dasar

Laboratorium Undiksha Singaraja saat ini dikembangkan menjadi salah satu

Page 5: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah dasar yang berstandar internasional, dan (3) Sekolah Dasar Laboratorium

Undiksha Singaraja merupakan sekolah binaan Universitas Pendidikan Ganesha,

sehingga sangat memungkinkan untuk diajak bekerjasama dalam mengembangkan

inovasi model pembelajaran. Pada tahap development ini, dilibatkan 1 orang

partisipan guru Sekolah Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja yang memenuhi

persyaratan dan bersedia mengikuti kegitan penelitian sesuai dengan fungsinya.

Persyaratan yang dimaksudkan adalah guru yang dapat menguasai dan terampil

dalam menggunakan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Untuk ini guru

yang menjadi partisipan diberikan diklat secara intensif terlebih dahulu selama 20

jam untuk meningkatkan keterampilannya dalam melangsungkan model

pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan untuk uji coba luas dilakukan

pada empat sekolah di Kota Singaraja-Bali. Penentuan sampel sekolah dalam

eksperimentasi model ini menggunakan cluster sampling (multy stage sampling).

Untuk tahap pertama melakukan random sekolah untuk mendapatkan 4 (empat)

sekolah sebagai sampel, yang terdiri dari 2 (dua) sekolah swasta dan 2 (dua)

sekolah negeri. Tahap kedua melakukan random kelas untuk menentukan kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Adapun sekolah dan kelas yang menjadi sampel

penelitian eksperiment model dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Sekolah Dasar yang Menjadi Sampel Penelitian untuk Eksperimentasi

Model

No Nama Sekolah Status dalam

Eksperimen

Jumlah Kelas

1 SD K. Karya Kelas Eksperimen 1 Kelas

2 SD 3 dan 4 Kelas Eksperimen 1 Kelas

3 SD Mutiara Kelas Kontrol 1 Kelas

4 SD 1 Astina Kelas Kontrol 1 Kelas

Jumlah 4 Kelas

Pada tahap development ini, dilibatkan empat orang partisipan guru

Sekolah Dasar di Kota Singaraja yang memenuhi persyaratan dan bersedia

mengikuti kegitan penelitian sesuai dengan fungsinya sebagai kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Persyaratan yang dimaksudkan adalah guru-guru yang dapat

Page 6: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menguasai dan terampil dalam penggunaan model pembelajaran IPS berbasis

multikultur dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk itu guru-guru

yang menjadi partisipan diberikan diklat secara intensif terlebih dahulu selama 20

jam.

3.3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian sebagai sumber informasi pada penelitian tahap pertama

dan kedua (define dan design) ini terdiri dari subjek dokumen tertulis dan subjek

individu. Subjek penelitian yang berupa dokumen ditentukan berupa buku-buku

teks, jurnal ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian

dan dokumen kurikulum yang berkaitan dengan pembelajaran IPS berbasis

multikultur dan kurikulum serta pembelajaran IPS-SD berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP, 2006: 7). Untuk kepentingan ini

penelitian dilakukan di perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Berdasarkan, studi pendahuluan yang telah dilakukan diperpustakaan ini memiliki

koleksi yang cukup representatif untuk menunjang pengembangan model

pembelajaran IPS berbasis multikultur di Kota Singaraja.

Subjek individu sebagai informan dalam penelitian ini ditentukan meliputi:

para guru IPS-SD, kepala sekolah dan beberapa kalangan siswa SD. Semua subjek

yang dipilih dalam penelitian ini ditentukan secara purpossive dan dengan teknik

snowball. Hubungan antara subjek dan objek penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Hubungan Antara Subjek dan Objek Penelitian

No Subjek Penelitian Objek Penelitian

1 Dokumen tertulis

di perpustakaan /

pusat

dokumentasi:

buku teks, jurnal

ilmiah, majalah

ilmiah populer,

kliping surat

kabar, hasil

penelitian sejenis

1. Kajian filosofis dan praktis tentang perangkat

pembelajaran, model evaluasi dan model

pembelajaran berbasis multikultur

2. Kajian teoritis filosofis tentang pembelajaran IPS

berbasis multikultural, yang meliputi: sumber,

substansi materi kajian, konsep-konsep, norma dan

nilai-nilai, pengembanagn perilaku, serta sistem

pendidikannya

3. Kajian teoritis kearifan budaya Bali yang relevan

dengan multikulturalisme, kondisi sosial budaya

Page 7: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan dokumen

kurikulum

masyarakat Bali, dan hasil-hasil penelitian yang

berkaitan dengan multikultural

4. Kajian teoritis dan praktis pelaksanaan

pembelajaran IPS-SD

5. Pengembangan standar-standar: isi, proses

pembelajaran, bahan ajar, model evaluasi dan

model pembelajaran IPS-SD

2 Para guru IPS,

kepala sekolah dan

siswa SD di Kota

Singaraja

1. Kajian teoritis dan praktis pelaksanaan

pembelajaran IPS-SD

2. Pengembangan standar-standar: isi, proses

pembelajaran, dan model pembelajaran IPS

berbasis multikultur pada siswa SD

3. Pandangan guru, kepala sekolah dan siswa

berkaitan dengan pembelajaran IPS-SD di Kota

Singaraja

4. Pola yang dikembangkan kepala sekolah dalam

mamanejemen guru SD di Kota Singaraja

5. Pandangan siswa dan guru berkaitan dengan

langkah-langkah pembelajaran IPS berbasis

multikultur yang dikembangkan

6. Panadangan siswa berkaitan dengan media dalam

mengekspresikan budaya

Sedangkan untuk penelitian tahap ketiga (development) subyek penelitian

ditentikan sesuai kebutuhan. Untuk uji coba terbatas yang menjadi subjek

penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Labroratorium

Undiksha Singaraja. Untuk uji coba terbatas melalui adaptasi penelitian tindakan

kelas sampel ditentukan secara purporsive (bertujuan). Sedangkan untuk uji coba

luas yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa kelas V Sekolah Dasar di

Kota Singaraja. Untuk uji coba luas sampel ditentukan dengan random sampling.

Untuk penelitian ini penentuan sampel yang dipilih secara random adalah kelas,

bukan orang per-orang. Akan tetapi random kelas pada uji coba luas tidak

melibatkan kelas yang telah digunakan untuk uji coba terbatas.

3.4. Difinisi Konseptual dan Difinisi Oprasional

3.4.1. Difinisi Konseptual

Page 8: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Model pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh guru

dalam menglangsungkan proses pembelajaran dari awal sampai akhir, termasuk

pola evaluasi, sarana prasarana yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran serta perangkat pembelajarannya. Model pembelajaran yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang melibatkan

keseluruhan komponen pembelajaran dan didasari oleh filsafat konstruktivis.

Model pembelajaran menurut Wahab (2008: 52) adalah sebuah perencanaan

pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh dalam pembelajaran

agar tercapai perubahan spesifik prilaku siswa seperti yang diharapkan. Model

pembelajaran digunakan untuk mengarahkan dalam mendesain pembelajaran

untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran

tercapai. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah

pedoman yang memberikan gambaran yang utuh bagi guru untuk merancang,

melaksanakan dan melakukan proses evaluasi dengan langkah-langkah yang jelas

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan “kompetensi multikultural merupakan

seperangkat sikap dan nilai-nilai hidup yang mengakui, menghargai,

menghormati, budaya, etnis, ras, dan agama orang lain tanpa adanya prasangka

dan sikap yang negatif, sehingga tercipta demokratisasi dan kesederajatan antar

budaya”. Adanya pengakuan kesederajatan budaya antara minoritas dan mayoritas

akan menciptakan hubungan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang memiliki keragaman kultural seperti Indonesia.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan kompetemsi multikultural dalam

penelitian ini adalah kemampuan dan kemauan untuk menghargai, menyadari,

memahami dan mengevaluasi budaya orang lain.

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2010: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

Page 9: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang diklasifikasikan menjadi model pembelajaran berbasis

multikultur dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran

IPS berbasis multikultural dikenakan pada kelompok eksperimen dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dikenakan kepada kelompok kontrol.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan multikultur,

nilai-nilai/sikap multikultur dan keterampilan multikultur siswa yang muncul

akibat penerapan model pembelajaran IPS berbasis multikultur dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.4.2. Definisi Operasional

Untuk menggambarkan secara operasional variabel penelitian, di bawah

ini diberikan definisi operasional masing-masing variabel. Model pembelajaran

berbasis multikultural yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan domain dan nilai-nilai

multikulturaisme. Sintaks model pembelajaran multikultural diawali dengan

inisiasi, individual opinion, kelompok multikultural, multicultural opinion,

implementasi dan refleksi. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif yang

memenuhi langkah-langkah sintaks pembelajaran model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, yaitu penyampain tujuan oleh guru, menyajikan informasi,

mengorganisir kelompok belajar, membimbing kelompok, evaluasi dan pemberian

penghargaan.

Pengetahuan multikultural merupakan seprangkat pengetahuan tentang

keberagaman suku, ras, agama dan budaya masyarakat Indonesia yang diperoleh

oleh siswa melalui praktek pembelajaran IPS. Pengetahuan multikultural

menyangkut aspek pengetahuan tentang toleransi, empati, cinta damai dan hukum

karma yang dapat diukur melalui tes. Tes yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan multikultural siswa adalah tes pilihan ganda (objektif). Penilaian

pengetahuan multikultural menyangkut aspek kognitif, diantaranya: mengingat,

memahami, menerapkan, dan menganalisis. Nilai-nilai atau sikap multikultural

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap untuk toleran, empati, cinta

Page 10: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

damai dan meyakini adanya hukum karma. Sikap toleran, empati, cinta damai dan

meyakini adanya hukum karma ini dapat diukur dengan menggunakan inventori

nilai. Sedangkan keterampilan multikultural merupakan seprangkat sikap dan

nilai-nilai hidup yang mengakui, menghargai, menghormati, suku, ras, agama dan

budaya orang lain tanpa adanya prasangka dan sikap yang negatif, sehingga

tercipta demokratisasi dan kesederajatan antar budaya. Keterampilan multikultural

mencakup dan terlihat dalam kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide

atau gagasan, keterampilan bekerjasama dan keterampilan untuk memecahkan

masalah.

3.5. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran IPS Berbasis Multikultur

3.5.1. Analisis Kebutuhan (Define)

Analisis kebutuhan dilakukan sebagai dasar untuk merancang produk

perangkat pembelajaran, model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis

multikultur. Analisis kebutuhan dilakukan melalui studi literatur dan studi

lapangan/ empirik. Studi literatur dilakukan untuk mengkaji buku teks, jurnal

ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian sejenis dan

dokumen kurikulum IPS-SD. Adapun kegiatan yang dilakukan pada studi literatur

adalah: (a) melakukan analisis terhadap kajian filosofis dan praktis tentang proses

pembelajaran, model evaluasi, model belajar dan bahan ajar IPS berbasis

multikultur pada siswa SD, (b) kajian teoritis tentang pembelajara IPS berbasis

multikultur pada siswa SD, yang meliputi: sumber, substansi materi kajian,

konsep-konsep, norma dan nilai-nilai, pengembanagan perilaku, serta sistem

pendidikannya, (c) kajian teoritis dan praktis pelaksanaan pembelajaran IPS-SD di

Kota Singaraja Provinsi Bali, dan (d) pengembangan standar-standar: isi, proses,

bahan ajar, media, model evaluasi dan model pembelajaran IPS-SD.

Studi lapangan/ empirik dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan

data berkenaan dengan; (a) kajian kearifan budaya yang relevan dengan

pembelajaran IPS berbasis multikultural pada siswa SD, (b) kajian teoritis dan

praktis pelaksanaan pembelajaran IPS-SD, dilihat dari perangkat pembelajaran

yang digunakan, model evaluasinya dan model belajar yang digunakan oleh guru

Page 11: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SD di Kota Singaraja dan (c) pandangan guru, kepala sekolah dan siswa berkaitan

dengan pembelajaran IPS-SD di Kota Singaraja.

3.5.2. Perancangan Draf Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran

IPS Berbasis Multikultur

Hasil yang diperoleh dari studi literatur dan studi lapangan digunakan

sebagai bahan untuk merancang produk awal (draf) prangkat pembelajaran dan

model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Pada tahap ini dikembangkan

standar-standar: isi, proses pembelajaran, bahan ajar, media, model evaluasi dan

model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Setelah draf awal selesai, maka

dilakukan uji validitas pakar untuk mengetahui kelemahan konstruks dan langkah-

langkah model yang dikembangkan. Sesuai dengan masukan pakar, maka

dilakukan penyempurnaan model yang dikembangkan.

3.5.3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran

IPS Berbasis Multikultur (Development)

Pada tahap pengembangan ini akan dilakukan uji coba melalui adaptasi

penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V Sekolah Dasar Laboratorium

Undiksha Singaraja. Kegiatan pada uji coba ini adalah sebagai berikut : (a)

melakukan random kelas pada semua siswa kelas V Sekolah Dasar Laboratorium

Undiksha, untuk menentukan sampel kelas, (b) memberikan diklat kepada guru

yang akan melangsungkan proses pembelajaran dengan prangkat pembelajaran

dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur, (c) guru melangsungkan proses

pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dan model pembelajaran IPS

berbasis multikultur, (d) guru dan siswa memberikan tanggapan terhadap model

pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dikembangkan, dan (e)

menyempurnakan model pembelajaran IPS berbasis multikultur. Kemudian

dialanjutkan dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah yang sama untuk

menemukan model pembelajaran IPS berbasis multikultural yang representatif

dengan kebutuhan siswa SD di Kota Singaraja. Menurut Arikunto, (2008: 16) ada

empat langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,

Page 12: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun siklus classroom action research dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.2. Siklus Classroom Action Research

Untuk uji coba luas akan dilakukan dengan rancangan posttest only

control group design. Kegiatan pada uji coba luas ini adalah sebagai berikut : (a)

melakukan random sekolah untuk mendapatkan 4 (empat) sekolah sebagai

sampel, yang terdiri dari 2 (dua) sekolah swasta dan 2 (dua) sekolah negeri.

Kemudian melakukan random kelas untuk menentukan kelas kontrol (dua kelas)

dan kelas eksperimen (dua kelas), (b) memberikan diklat kepada guru yang akan

melangsungkan proses pembelajaran dengan pangkat pembelajaran dan model

pembelajaran IPS berbasis multikultur dan guru yang akan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, (c) guru melangsungkan proses pembelajaran

dengan menggunakan prangkat pembelajaran dan model pembelajaran IPS

berbasis multikultur pada kelas eksperimen, dan melangsungkan proses

pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD pada kelas kontrol, (d) guru

melakukan evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan multikultural

siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, (e) peneliti melakukan analisi

terhadap hasil belajar siswa yang berupa pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan

multikultur, dan (f) merekomendasikan prangkat pembelajaran dan model

pembelajaran IPS berbasis multikultur pada guru-guru SD.

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Dst

Page 13: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Produk akhir dari penelitian dan pengembangan ini adalah perangkat

pebelajaran, model pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran IPS

berbasis multikultur yang valid, reliabel dan relevan untuk diterapkan dalam

praktek pembelajaran IPS-SD. Produk penelitian ini, diharapkan dapat langsung

dipergunakan oleh guru, khususnya guru-guru IPS-SD yang ada di Kota Singaraja

dan disebarluaskan kepada guru-guru IPS-SD yang ada di Provinsi Bali.

Sehingga, pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan multikultur bisa

diinternalisasi dan diamalkan oleh siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari.

3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian dalam penelitian ini, menggunakan prinsip bahwa

peneliti adalah instrumen utama penelitian (human instrumen). Hal ini didasari

oleh suatu pertimbangan, bahwa hanya penelitilah yang dapat melakukan

pengumpulan data dari berbagai subyek penelitian secara fleksibel hingga

tercapainya kejenuhan data. Di samping itu, pengkajian mengenai pengembangan

model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD di Kota Singaraja

dibangun dan dikembangkan atas dasar pemikiran yang subyektif alamiah,

(Atmaja, 2007: 7). Peneliti secara langsung berhubungan dengan subjek

penelitian sekaligus dengan peristiwa dan latar alamiah penelitian. Selama

berlangsungnya pengumpulan data, maka peneliti dalam kapasitasnya sebagai

instrumen penelitian, menggunakan beberapa alat bantu pengumpul data, seperti;

(1) pedoman wawancara, (2) format observasi, (3) format studi dokumentasi, (4)

tes pengetahuan multikultur, inventori nilai multikultur, format observasi tingkah

laku multikultur, dan (5) kamera photo sebagai alat perekam situasi. Berdasarkan

prinsip human instrumen yang dianut dalam penelitian ini, maka jenis data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi; kata-kata, tindakan, situasi, peristiwa,

dan hasil belajar siswa serta dokumen yang dapat diobservasi. Sumber data dalam

penelitian ini adalah kelompok subjek penelitian di atas yang dikembangkan

secara sirkuler mulai dari awal hingga akhir penelitian. Adapun data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa:

Page 14: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Kata-kata diperoleh secara langsung atau tidak langsung seperti hasil

wawancara, tulisan berupa rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP),

kurikulum, program tahuanan, program semesteran, model evaluasi, hasil

belajar siswa dan dokumen lainnya dari subjek penelitian, yang diperoleh

melalui tehnik wawancara, partisipasi, dan observasi.

2. Tindakan dapat diperoleh dari pelaksanaan praktek pembelajaran,

penugasan kepada siswa, kegiatan yang dilakukan baik oleh guru maupun

siswa, yang diperoleh dengan teknik observasi dan partisipasi.

3. Dokumen, berupa bahan tertulis atau cetak, gambar, foto, data statistik,

catatan, yang berkaitan dengan penelitian ini, dikumpulkan dengan teknik

studi kepustakaan (studi dokumentasi).

4. Peristiwa atau situasi, yang berkaitan dengan kegiatan subjek penelitian

yang berkaitan dengan masalah penelitian, seperti dalam bentuk proses

pembelajaran, penugasan kepada siswa, mengerjakan tugas, pembagian

tugas dalam kelompok dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan

masalah penelitian, yang dikumpulkan dengan teknik observasi-partisipatif.

5. Hasil belajar siswa, yang diperoleh dari jawaban siswa dalam mengerjakan

tes pengetahuan multikultural, inventori nilai multikultural dan keterampilan

multikultur siswa yang dievaluasi dalam proses pembelajaran.

Pengumpulan data pada tahap define dan design dilakukan melalui studi

dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Studi dokumen dilakukan di

Perpustakaan Undiksha Singaraja. Studi literatur dilakukan untuk mengkaji buku

teks, jurnal ilmiah, majalah ilmiah populer, kliping surat kabar, hasil penelitian

sejenis dan dokumen kurikulum IPS-SD. Data yang dicari adalah kearifan budaya

Bali yang relevan dengan multikulturalisme, kondisi sosial budaya masyarakat

Bali, dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan multikultural. Untuk studi

dokumen, instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman atau format

studi/analisis dokumen. Format kajian dokumen ini mengandung bagian-bagian:

nama sumber/dokumen; judul dokumen; pengarang/pengawi/penulis; penerbit;

Page 15: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tahun pembuatan/terbit; isi dokumen baik yang bersifat verbatim, deskripsi,

mapun tabulasi; dan komentar atau interpretasi isi dokumen.

Untuk studi empirik, teknik pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara mendalam dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap siswa, guru

dan kepala sekolah yang menjadi informan penelitian. Semua informan yang

dipilih pada tahap studi empirik ini ditentukan secara purpossive (bertujuan)

dengan teknik snowball (bola salju). Adapun data yang dicari dalam studi empirik

ini adalah kajian kearifan budaya Bali yang relevan dengan pembelajaran IPS

berbasis multikultural pada siswa SD, kajian teoritis dan praktis pelaksanaan

pembelajaran IPS-SD, dilihat dari perangkat pembelajaran yang digunakan, model

evaluasinya dan model belajar yang digunakan oleh guru SD di Kota Singaraja

dan pandangan guru, kepala sekolah dan siswa berkaitan dengan pembelajaran

IPS-SD di Kota Singaraja. Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi

empirik ini adalah pedoman wawancara dan observasi. Peneliti mengembangkan

pedoman wawancara secara mendalam yang tidak terstruktur. Tetapi, ketika pola-

pola tertentu telah dapat ditemukan dan dilakukan wawancara ulang, pedoman

wawancara dikembangkan ke pedoman wawancara terstruktur. Pedoman

wawancara tidak terstruktur memuat point-point penting sebagai berikut: tujuan

wawancara, nama interview, waktu dan durasi pelaksanaan wawancara,

tempat/setting wawancara, pewawancara, outline atau pokok-pokok bahasan

wawancara dan kemungkinan pengembangannya, tempat pencatatan proses

wawancara, komentar atau interpretasi atas hasil wawancara, dan deskripsi/narasi

hasil wawancara. Dalam melakukan wawancara, peneliti mengatur pertanyaan-

pertanyaan untuk wawancara dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang

membutuhkan informasi yang bersifat deskriptif dan naratif, kemudian dilanjutkan

dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan informasi argumentatif dan

bersifat struktural, berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan

informasi komparatif atau kontras, dan pertanyaan-pertanyaan yang menghasilkan

temuan tema-tema budaya yang signifikan (Spradley, 1980: 163).

Page 16: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sedangkan untuk observasi, peneliti mengembangkan pedoman observasi

tidak terstruktur berkaitan dengan berbagai aktivitas pembelajaran di kelas dan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran (Arikunto, 2008: 106). Adapun

kegiatan yang diobservasi dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan

pembelajaran IPS-SD, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS, kegiatan guru

dalam proses pembelajaran IPS dan suasana intarksional dalam pembelajaran IPS.

Tahap (development), yaitu uji coba terbatas yang dilakukan melalui

adaptasi penelitian tindakan kelas, pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara mendalam dan tes hasil belajar, inventori nilai dan pedoman

observasi. Observasi pada tahap ini dilakukan terhadap pelaksanaan langkah-

langkah pembelajaran IPS berbasis multikultur, kegiatan guru dalam proses

pembelajaran IPS berbasis multikultur, suasana intraksional dalam pembelajaran

IPS berbasis multikultur dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Wawancara pada tahap ini dilakukan terhadap guru dan siswa kelas V Sekolah

Dasar Laboratorium Undiksha Singaraja yang menjadi kelas uji coba model

pembelajaran IPS berbasis multikultur. Sedangkan tes hasil belajar digunakan

untuk memetakan kemampuan siswa yang berupa pengetahuan, nilai-nilai/sikap

dan keterampilan multikultur. Hasil observasi, wawancara dan tes hasil belajar ini

digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi terhadap model pembelajaran IPS

berbasis multikultur yang dikembangkan. Melalui evaluasi ini dilakukan

perbaikan dan penyesuaian terhadap model yang dikembangkan sampai

menemukan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang dinilai “ideal” dan

layak untuk dipraktekkan dalam proses pembelajaran.

Sedangkan tahap (development), yaitu uji coba luas untuk memperoleh

informasi tentang hasil belajar IPS siswa dilakukan melalui tes objektif pilihan

ganda tentang pengetahuan multikultur, inventori nilai/sikap multikultural, dan

observasi tentang keterampilan multikultural siswa. Hasil belajar siswa ini

kemudian dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaran IPS berbasis multikultural dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun tes pengetahuan multikultur,

Page 17: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

inventori nilai multikultur dan pedoman observasi tingkah laku multikultural yang

digunakan dalam penelitian tahap uji coba luas ini adalah sebagai berikut.

3.6.1. Tes Pengetahuan Multikultur

Tes pengetahuan multikultur yang digunakan dalam penelitian ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti. Tes yang dikembangkan dan digunakan

adalah tes objektif pilihan ganda dengan 4 pilihan yang mengandung satu jawaban

yang paling benar. Tes ini dikembangkan melalui prosedur: penyusunan kisi-kisi,

pembuatan butir-butir soal, uji validasi ahli dan praktisi, revisi, uji coba, analisis

hasil uji coba, dan penulisan akhir. Kisi-kisi soal yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Pengetahuan Multikultur

NO INDIKATOR NOMOR

SOAL

JUMLAH

BUTIR

1 Menyebutkan keragaman suku, ras, agama dan

budaya masyarakat Indonesia;

1, 2, 3, 3

2 Menjelaskan kelemahan dan kelebihan

masyarakat multikultural;

4, 5 2

3 Mengidentifikasi masalah-masalah multikultural

yang ada pada lingkungan masyarakatnya;

6, 7, 8 3

4 Mengidentifikasi implikasi masalah-masalah

multikultural bagi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara

9, 10, 11 3

5 Menjelaskan pentingnya kesadaran multikultural

bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara

12, 13, 14 3

6 Menceritakan akibat jika

warganegara/masyarakat tidak menghargai

adanya keberagaman agama, suku, rasa dan

agama

15, 16, 17 3

7 Memformulasikan nilai-nilai yang dapat

dijadikan pegangan hidup dalam masyarakat

multikultural

18, 19, 20 3

8 Mengusulkan cara-cara meningkatkan kesadaran

multikultural masyarakat untuk dapat hidup

secara damai dan harmonis dalam keberagaman

21, 22, 23 3

9 Menujukkan contoh bentuk-bentuk penghargaan

terhadap keberagaman di lingkungan sekolah;

24, 25, 26,

27

4

10 Menjelaskan kelemahan-kelemahan kesadaran

multikultural di lingkungan sekolah;

28, 29, 30 3

Page 18: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

11 Mengusulkan kegiatan yang menunjukkan

adanya kesadaran multikulturalisme di

lingkungan sekolah.

31, 32, 33,

34

4

Jumlah Butir 34

Selanjutnya 34 butir tes pengetahuan multikultur tesebut dibagi tiga bagian

yaitu 11 butir dipergunakan pada siklus I, 12 butir dipergunakan pada siklus II,

dan sisanya 11 butir dipergunakan pada siklus III. Selengkapnya mengenai kisi-

kisi dan tes pengetahuan multikultur tiap siklusnya dapat dilihat pada lampiran

1.d.

Instrumen penelitian yang berupa tes pengetahuan multikultur perlu diuji

coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes

yang telah disusun. Uji coba tes yang dilakukan adalah uji coba terpakai yaitu

langsung dipakai pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

3.6.1.1. Validasi Instrumen Tes Pengetahuan Multikultur

3.6.1.1.1. Validitas

Validitas tes mengacu kepada ketepatan dan kecermatan suatu tes

melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2002) yang berarti bahwa kemampuan tes

mengukur yang seharusnya diukur. Validitas tes yang umum diperhatikan adalah

validitas isi dan validitas susunan. Validitas isi tes dilakukan melalui uji ahli atau

profesional (expert judment) oleh pakar evaluasi pendidikan dari staf pengajar

Program Pasca Sarjana Undiksha (judment 1) dan seorang guru SD Lab. Undiksha

Singaraja (judment 2) yang hasil penilaiannya dianalisis dengan teknik Gregory.

Untuk menentukan validitas isi dengan teknik Gregory dilakukan dua

langkah. Pertama, para pakar melakukan penilaian terhadap instrumen per butir

dengan menggunakan skala 1 untuk kategori tidak relevan, skala 2 untuk kategori

agak relevan, skala 3 untuk kategori relevan, dan skala 4 untuk kategori sangat

relevan. Selanjutnya dilakukan pengelompokan skala yaitu: skala 1 dan 2

dikelompokkan menjadi kurang relevan sedangkan skala 3 dan 4 dikelompokkan

menjadi sangat relevan. Kedua, hasil penelitian pakar ditabulasikan kedalam

bentuk matrik tabulasi silang (2x2) dan memasukkan data hasil tabulasi silang ke

dalam rumus validitas isi. Rumus validitas yang digunakan adalah sebagai berikut

Page 19: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DCBA

DIsiValiditas

(Gregory, 2000:98-99)

Keterangan:

A : sel yang menunjukkan pendapat kedua penilai/pakar menyatakan

butir tes kurang relevan

B : sel yang menunjukkan pendapat penilai/pakar I menyatakan bahwa

butir sangat relevan sedangkan penilai/pakar II menyatakan bahwa

butir kurang relevan

C : sel yang menunjukkan pendapat penilai/pakar I menyatakan bahwa

butir kurang relevan sedangkan penilai/pakar II menyatakan

bahwa butir sangat relevan

D : sel yang menunjukkan pendapat kedua penilai/pakar menyatakan

bahwa butir sangat relevan

Kriteria validasi isi:

0,80 – 1,00 : validasi isi sangat tinggi

0,60 – 0,79 : validasi isi tinggi

0,40 – 0,59 : validasi isi sedang

0,20 – 0,39 : validasi rendah

0,00 – 0,19 : validasi sangat rendah

Menurut Gable (dalam Koyan, 2007) semakin besar nilai D semakin baik

pula validitas isi butir tes. Dari uji judges diperoleh validitas isi instrumen tes

pengetahuan multikultur adalah 0,88. Jadi validitas isi dari tes pengetahuan

multikultu tergolong sangat tinggi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 2.a.

Selain validitas isi, validitas butir tes pengetahuan multikultur juga dicari

secara empiris. Validitas butir tes ditentukan melalui analisis butir berdasarkan

koefisien korelasi point biserial (rpbi) dengan rumus:

q

pMMr

t

tp

pbi

(Guilford, 1959 :303)

Keterangan :

rpbi : koefisien korelasi point biserial

Mp : rata-rata skor yang menjawab benar

Mt : rata-rata skor seluruhnya

σt : simpangan baku skor seluruhnya

Page 20: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

p : proporsi yang menjawab benar

q : proporsi yang menjawab salah

Dengan kriteria bahwa butir dikategorikan valid jika rpbi > rtabel pada taraf

signifikansi 5%. Berdasarkan analisis butir dengan korelasi point biserial dengan

menggunakan program excel diperoleh hasil sebagai berikut.

Pada siklus I, dari 11 butir instrumen tes pengetahuan multikultur semua

butir tergolong valid. Siklus II, dari 12 butir instrumen tes pengetahuan

multikultur 10 diantaranya valid dan sisanya 2 butir gugur yaitu butir nomor 2 dan

11. Sedangkan pada siklus III, dari 11 butir instrumen tes pengetahuan multikultur

10 diantaranya valid dan sisanya 2 butir diantaranya gugur, yakni butir nomor 9

dan 11. Hasil selengkapnya hasil perhitungan validitas instrumen tes pengetahuan

multikultur dapat dilihat pada lampiran 4.a.b.c.

3.6.1.1.2. Reliabilitas

Reliabilitas tes mengacu kepada keajegan hasil pengukuran (Aswar: 2002),

yang berarti bahwa hasil pengukuran akan relatif sama walaupun dilakukan

pengukuran yang berulang-ulang terhadap subjek yang sama. Analisis tes

dilakukan hanya untuk butir-butir tes yang valid. Sehingga analisis reliabilitas

dilakukan setelah analisis validitas tes dikerjakan. Untuk menentukan reliabilitas

tes kemampuan kognisi digunakan rumus KR-20 yaitu :

2

2

1t

t

tt

pq

n

nr

(Guilford, 1959 : 303)

Keterangan:

rtt : koefisien korelasi

n : banyak butir

σt2 : varian total

p : proporsi yang menjawab benar

q : proporsi yang menjawab salah

Menurut Guilford (1959) reliabilitas suatu tes dapat dibedakan menjadi

beberapa tingkatan seperti yang ditunjukkan tabel berikut:

Tabel 3.4. Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas

Page 21: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kreteria Kualifikasi Kualifikasi

0,9 < Koef. Reliab < 1 Reliabilitas tes sangat tinggi

0,7 < Koef. Reliab. < 0,9 Reliabilitas tes tinggi

0,4 < Koef. Reliab. < 0,7 Reliabilitas tes cukup

0,2 < Koef. Reliab. < 0,4 Reliabilitas tes rendah

0,0 < Koef. Reliab. < 0,2 Reliabilitas tes sangat rendah

Dengan menggunakan excel diperoleh koefisien reliabilitas tes

pengetahuan multikultur untuk 30 butir adalah 0,87. Berdasarkan kritera

penggolongan di atas maka reliabilitas tes pengetahuan multikultur tergolong

tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya mengenai reliabitas tes pengetahuan

multikultur dapat dilihat pada lampiran 4.d.

3.6.1.1.3. Daya Beda Tes

Sebelum menetukan daya beda tes, terlebih dahulu ditentukan kelompok

atas dan kelompok bawah. Penentuan masing-masing kelompok dilakukan dengan

mengurut skor siswa dari skor tertinggi sampai skor terendah, kemudian diambil

27% skor tertinggi (kelompok atas) dan 27% skor terendah (kelompok bawah).

Daya beda tes adalah kemampuan suatu tes untuk membedakan kemampuan siswa

yang pandai dengan siswa yang kurang pandai dalam suatu kelompok. Untuk

menganalisis daya beda butir soal digunakan rumus:

n

KKDP BA )(2

(Depdiknas, 2007:4)

Keterangan:

DP = Daya Pembeda Soal

KA = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar

KB = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar

n = Banyak siswa

Menurut Pusat Penilaian Pendidikan Depdiknas (2007: 7) soal yang baik

atau diterima bila memiliki daya pembeda soal di atas 0,25, karena soal tersebut

Page 22: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan kemampuan

rendah. Berikut ini kreteria daya pembeda butir soal (halaman berikut).

Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal

Kriteria Daya Pembeda Keputusan

DP > 0,25 Diterima

0 < DP ≤ 0,25 Diperbaiki

DP ≤ 0 Ditolak

(Depdiknas, 2007: 5)

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dari 11 butir soal pada siklus I ,

9 soal diterima dan sisanya 2 soal diperbaiki. Pada siklus II, dari 12 butir soal

yang digunakan, 4 soal diterima, 7 soal diperbaiki dan satu soal ditolak.

Sedangkan pada siklus III, dari 11 soal yang digunakan 2 soal diterima, 7 soal

diperbaiki 2 soal ditolak. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan daya beda tes

dapat dilihat pada lampiran 4.e.f.g.

3.6.1.1.4. Tingkat Kesukaran Tes

Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar atau untuk

menentukan apakah suatu instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa

yang akan diukur, sehingga tes benar-benar dapat menggambarkan kemampuan

yang dimilikinya. Untuk mengukur kesukaran tes hasil belajar digunakan rumus:

n

JBTK

(Depdiknas, 2007:12)

Keterangan:

TK = Tingkat Kesukaran

JB = Banyak siswa yang menjawab benar

n = banyaknya siswa

Tingkat kesukaran biasanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar,

sedang dan mudah. Berikut kriteria tingkat kesukaran soal.

Tabel 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kriteria Tingkat Kesukaran Kategori

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

Page 23: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tingkat kesukaran tes

pengetahuan multikultur dengan rincian 8 butir tergolong sedang dan sisanya 26

butir tergolong mudah. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan tingkat

kesukaran tes dapat dilihat pada lampiran 4.e.f.g.

3.6.2. Inventori Nilai/Sikap Multikultur

Inventori nilai/sikap multikultur yang digunakan dalam penelitian ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti. Inventori yang dikembangkan dan digunakan

adalah inventori nilai multikultur yang mengandung pernyataan-pernyataan

bermuatan nilai positif dan negatif dengan 4 pilihan jawaban dari tidak baik,

kurang baik, baik, hingga sangat baik. Respon siswa kemudian diberi skor sesuai

dengan sifat pernyataannya. Untuk pernyataan positif maka respon tidak baik

diberi skor 1 dan seterusnya hingga respon sangat baik diberi skor 4. Begitu

sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif. Inventori nilai ini

dikembangkan melalui prosedur: penyusunan kisi-kisi, pembuatan butir-butir

inventori, uji validasi ahli dan praktisi, revisi, uji coba, analisis hasil uji coba, dan

penulisan akhir. Kisi-kisi inventori nilai yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kisi-kisi Inventori Nilai/Sikap Multikultur

NO INDIKATOR NOMOR SOAL JUMLAH

BUTIR

1 Sikap/Nilai Toleransi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14

14

2 Sikap/Nilai Empati 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,

29, 30

16

3 Sikap/Nilai Cinta Damai 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45

15

4 Sikap/Nilai Hukum Karma 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,

53, 54, 55, 56, 57

12

Jumlah Butir 57

Selanjutnya 57 butir instrumen sikap multikultural tesebut dibagi menjadi

tiga bagian yang sama yaitu 19 butir dipergunakan pada setiap siklusnya.

Page 24: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selengkapnya mengenai kisi-kisi dan inventori nilai/sikap multikultur tiap

siklusnya dapat dilihat pada lampiran 1.e.

Instrumen penelitian yang berupa inventori nilai/sikap multikultural perlu

diuji coba. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas tes yang telah disusun. Uji coba tes yang dilakukan adalah uji coba

terpakai yaitu langsung dipakai pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Setelah dilakukan uji coba pada penelitian dindakan kelas, maka akan ditemukan

tingkat validitas dan reliabilitasnya, sehingga instrumen nilai/sikap multikultural

dapat dipergunakan dalam eksperimen.

3.6.2.1. Validasi Instrumen Sikap Multikultur

3.6.2.1.1. Validitas

Untuk menentukan validitas isi dari instrumen sikap multikultural

menggunakan teknik Gregory. Koefisien validitas isi yang diproleh dari hasil uji

judges adalah 0,88. Sesuai dengan kriteria penggolongan di atas maka validitas

instrumen sikap multikultural tergolong tinggi. Perhitungan selengkapnya dari

hasil tabulasi pakar dapat dilihat pada lampiran 2.b.

Selain validitas isi, validitas butir instrumen sikap multikultural juga dicari

secara empiris. Validitas butir instrumen sikap multikultural ditentukan melalui

analisis butir berdasarkan koefisien korelasi product moment.

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

(Arikunto, 2008)

Keterangan :

X = skor butir

Y = skor total

N = banyaknya responden

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan harga rxy dengan

harga tabel kritik r product moment, dengan ketentuan rxy dikatakan valid apabila

rxy > r tabel pada taraf signifikansi 5 %. Dengan menggunakan program excel,

hasil validitas instrumen pada tiap siklusnya adalah sebagai berikut.

Page 25: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada siklus I, dari 19 butir instrumen sikap multikultural 17 butir valid dan

sisanya 2 butir gugur, yakni butir nomor 7 dan 12. Siklus II, dari 19 butir

instrumen sikap multikultural 17 diantaranya valid dan sisanya 2 butir gugur yaitu

butir nomor 8 dan 12. Sedangkan pada siklus III, dari 19 butir instrumen sikap

multikultural 16 diantaranya valid dan sisanya 3 butir diantaranya gugur, yakni

butir nomor 3, 5 dan 16. Hasil selengkapnya hasil perhitungan validitas instrumen

sikap multikultural dapat dilihat pada lampiran 4.h.i.j.

3.6.2.1.2. Reliabilitas

Reliabilitas butir observasi diukur dengan menggunakan rumus Alpa-

Cronbach :

2

22

1t

it

SD

SDSD

k

kr

(Aplikasi Komputer UNJ, 2003)

Keterangan:

K = banyakanya butir tes

SDt2 = varians skor total

SDt2

= varians skor butir ke-i

Dengan menggunakan program excel diperoleh koefisien reliabilitas untuk

lembar adalah 0,91. Berdasarkan dari kriteria penggolongan di atas maka

reliabilitasnya tergolong sangat tinggi. Hasil selengkapnya mengenai perhitungan

reliabilitas instrumen sikap multikultural dapat dilihat pada lampiran 4.k.

3.6.3. Pedoman Observasi Keterampilan Multikultur

Pedoman observasi tingkah laku multikultur yang digunakan dalam

penelitian ini dikembangkan sendiri oleh peneliti. Pedoman observasi yang

dikembangkan dan digunakan adalah pedoman observasi yang mengandung

keterampilan multikultur yang ditunjukkan siswa di lingkungan sekolah dengan 5

pilihan dari selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Kemudian

diberi skor sesuai dengan intensitas perilaku yang muncul pada diri siswa (setiap

proses pembelajaran terjadi). Pedoman observasi ini dikembangkan melalui

prosedur: penyusunan kisi-kisi, pembuatan butir-butir pedoman observasi, uji

Page 26: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

validasi ahli dan praktisi, revisi pedoman observasi, uji coba, analisis hasil uji

coba, dan penulisan akhir untuk menemukan instrumen observasi keterampilan

multikultur yang valid dan reliabel. Kisi-kisi pedoman observasi yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8. Kisi-kisi Pedoman Observasi Keterampilan Multikultur

NO INDIKATOR NOMOR SOAL JUMLAH

BUTIR

1 Keterampilan

Mengkomunikasikan Ide/Pikiran

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9

2 Keterampilan Bekerjasama 10, 11, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18 9

3 Keterampilan Memecahkan

Masalah

19, 20, 21, 22, 23, 24,

25, 26, 27 10

Jumlah Butir 27

Butir-butir pedoman observasi yang dihasilkan dari pengembangan kisi-

kisi di atas kemudian dinilai oleh dua orang pakar dan praktisi (guru IPS-SD)

untuk mengetahui tingkat validitas isi instrumen yang dianalisis dengan teknik

analisis Gregory. Berdasarkan uji judges diperoleh koefisien validitas isi

instrumen keterampilan multikultur adalah 0,85. Berdasarkan kriteria di atas maka

validitas isi instrumen keterampilan multikultur tergolong sangat tinggi. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.c.

Sama halnya dengan instrumen sikap multikultural selain validitas isi,

validitas butir instrumen keterampilan multikultur juga dicari secara empiris.

Validitas butir instrumen keterampilan multikultural ditentukan melalui analisis

butir berdasarkan koefisien korelasi product moment. Berdasarkan analisis butir

korelasi product moment diperoleh dari 27 butir instrumen keterampilan

multikultur semuanya tergolong valid. Hasil perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.l. Reliabilitas instrumen keterampilan multikultur sama

dengan instrumen sikap multikultural dicari dengan menggunakan rumus Alpa-

Cronbach. Koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah 0,87 dan berdasarkan

kriteria di atas maka reliabilitas instrumen keterampilan multikultur tergolong

tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.m.

Page 27: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Analisis Data Tahap Define dan Design

Analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis sumber dan

data yang diperoleh. Untuk analisis data tahap define dan design dilakukan secara

kualitatif, yaitu mengkatagori dan mengklasifikasi data secara menyeluruh

berdasarkan kaitan logisnya, kemudian ditafsirkan dalam keseluruhan konteks

penelitian, sehingga dapat diambil kesimpulan sesuai dengan makna yang

sebenarnya. Peneliti dalam kegiatan ini, akan berusaha memunculkan makna dari

setiap data yang ada, sehingga tidak hanya bersifat deskriptif melainkan

menyentuh dimensi transenden atau menemukan makna dibalik data yang tampak

dalam proses penelitian. Untuk mencapai hal itu, maka peneliti berusaha berpikir

secara “divergen yang kreatif tetapi kritis” (Lincoln, 2009: 232), sehingga

subjektivitas pemaknaan terhadap keseluruhan data dapat dieliminir. Adapun

tahapan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Haberman,

(1992: 74) dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.3. Komponen dalam analisis data Kualitatif

Secara rinci langkah-langkah pengolahan dan analisis data pada tahap

define dan design ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) koleksi data, yaitu

proses pengumpulan data dari subyek penelitian, baik yang berupa dokumen,

kata-kata, tindakan dan pristiwa, (2) reduksi data, dalam tahap ini data yang telah

terkumpul akan direduksi, dipilah, dipilih dan dirangkum hal-hal yang penting dan

Data

Collection Data

Disply

Data

Reduction

Conclusion

Drawing/Verification

Page 28: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berhubungan dengan kajian penelitian. Data yang tidak berhubungan dengan

kajian penelitian akan dieliminir untuk analisis data berikutnya, sehingga

memudahkan penarikan kesimpulan dan verifikasi data, (3) penyajian dan

klasifikasi data, untuk dapat melihat gambaran data secara menyeluruh, maka

akan dilakukan klasifikasi dengan menggunakan beberapa matrik data, kemudian

dideskripsikan secara rinci. Klasifikasi ini dilakukan dengan menggunakan kode

yang telah digunakan pada tahap sebelumnya, dan (4) penarikan kesimpulan dan

verifikasi, pada dasarnya dalam penelitian naturalistik pengambilan kesimpulan

telah dilakukan sejak awal penelitian, namun terus dikembangkan dan diverifikasi

selama berlangsungnya penelitian. Dalam verifikasi ini, peneliti berusaha mencari

data baru atau memperdalam penelitian atau melakukan “intersubjective

consensus”. Hal ini dilakukan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian

sampai terbentuknya hipotesis akhir penelitian.

Pada dasarnya, langkah-langkah di atas bukanlah sesuatu yang harus

berurutan akan tetapi dapat pula dilakukan dengan bersamaan secara terus

menerus selama berlangsungnya penelitian, hingga dapat dirumuskannya

kesimpulan akhir penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran,

model evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur yang ideal untuk

diterapkan pada siswa SD di Kota Singaraja. Untuk menghindari terjadinya bias

data dan agar proses serta temuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah sebagaimana prinsip penelitian etnografi, maka akan dilakukan

beberapa kegiatan, seperti; (1) perpanjangan observasi dan keikutsertaan, (2)

triangulasi, (3) analisis data negatif, dan (4) thick description (uraian rinci) (Miles

dan Haberman, 1992: 84; Lincoln, 2009: 243). Keempat kegiatan tersebut

dilakukan semata-mata dimaksudkan agar proses dan hasil penelitian ini benar-

benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah seperti halnya prinsip

penelitian kualitatif.

3.7.2. Analisis Data Pada Uji Coba Terbatas

Sedangkan analisis data pada tahap divelopment lebih bersifat sinergis

antara analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Ini terutama terjadi pada

Page 29: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

uji coba terbatas. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui efek

pembelajaran terhadap kualitas hasil belajar siswa. Untuk itu tiap akhir dari suatu

siklus maka analisis data pengetahuan multikultur akan dilakukan secara

deskriptif dengan menghitung nilai rerata pengetahuan multikultur dengan rumus:

Keterangan :

: rata-rata

: nilai siswa ke-i

n : banyaknya siswa.

Tingkat ketuntasan belajar siswa (% KB) dimana siswa dinyatakan tuntas apabila

siswa mencapai nilai minimal 75 (KKM IPS kelas V 75) dengan rumus:

Untuk menentukan tingkat kualifikasi sikap multikultur dan keterampilan

multikultur siswa tiap siklusnya dianalisis secara deskriptif atas dasar rerata skor

ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi), dengan menggunakan lima jenjang

kualifikasi. Kriterianya dapat disusun seperti Tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9. Kriteria Sikap Multikultural dan Keterampilan Multikultur

Rentang skor Kualifikasi

Mi + 1,5 Sdi Mi + 3,0 Sdi Sangat tinggi

Mi + 0,5 Sdi Mi + 1,5 Sdi Tinggi

Mi – 0,5 Sdi Mi + 0,5 Sdi Sedang

Mi – 1,5 Sdi Mi – 0,5 Sdi Rendah

Mi – 3,0 Sdi Mi – 1,5 Sdi Sangat Rendah

(Koyan : 2007: 57)

Keterangan:

ideal) minimumSkor ideal maksimum(skor 2

1Mi

ideal) minimumSkor ideal maksimum(skor 6

1SDi

Page 30: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis data kualitatif disertakan juga untuk mengetahui perbaikan-

perbaikan kualitas model pembelajaran IPS berbasis multikultur dan perangkat

pembelajarannya serta pola hubungan antara perbaikan kualitas pembelajaran

dengan peningkatan kualitas hasil belajar siswa baik dari segi pengetahuan

multikultur, nilai-nilai/sikap multikultur dan keterampilan multikulturnya.

3.7.3. Analisis Data Fase Uji Coba Luas

3.7.3.1. Deskripsi Data

Sebelum diadakan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu akan

dideskripsikan mengenai skor pengetahuan multikultur, skor sikap multikultural

dan skor keterampilan multikultur dengan analisis deskriptif. Masing-masing

dideskripsikan dengan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Disamping itu

akan dicari gambaran umum kualifikasi pengetahuan multikultur, sikap

multikultural dan keterampilan multikultur siswa.

Untuk menentukan tingkat kualifikasi pengetahuan multikultur, sikap

multikultural dan keterampilan multikultur siswa dianalisis secara deskriptif atas

dasar rerata skor ideal (Mi) dan simpangan baku ideal (SDi), dengan

menggunakan lima jenjang kualifikasi seperti pada fase uji coba terbatas.

3.7.3.2. Uji Prasyaran Analisis Data

Pengujian persyaratan analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang diperoleh memenuhi syarat-syarat penggunaan dari uji statistik yang akan

digunakan. Berkaitan dengan uji statistik yang digunakan untuk analisis data

penelitian adalah MANOVA (multivariate analisis of variance) dengan satu

variabel bebas dan tiga variabel terikat. Pengujian persyaratan analisis yang

dilakukan adalah uji normalitas, dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan pada data pengetahuan multikultur, sikap

multikultur dan keterampilan multikultur siswa untuk kelompok eksperimen dan

kontrol. Uji homogenitas varian dilakukan pada data pengetahuan multikultur

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, homogenitas varian data

sikap multikultural untuk kelompok eksperimen dan kontrol, serta homogenitas

Page 31: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

varian data keterampilan multikultur untuk kelompok eksperimen dan kontrol.

Semua pengujian persyaratan analisis ditetapkan pada tingkat kesalahan α = 0,05.

3.7.3.2.1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa sampel

benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga uji hipotesis

dapat dilakukan. Normalitas sebaran data diuji dengan Chi-kuadrat dengan rumus

(halaman berikut):

e

eo

f

ff2

(Koyan, 2007 : 80)

Keterangan:

χ 2: Chi Kuadrat

fo: frekuensi observasi

fe: frekuensi harapan

Kriteria pengujian normalitas data adalah data berdistribusi normal jika χ

2hitung ≤ χ

2tabel dengan derajat bebas n -1 dan taraf signifikansi α = 0,05. Dalam

hal lain yaitu χ 2

hitung > χ 2

tabel maka data tidak berdistribusi normal.

3.7.3.2.2. Pengujian Homogenitas Varian

Pengujian homogenitas varian dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa

perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya

perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat dari perbedaan dalam kelompok.

Untuk menguji homogenitas antar kelompok digunakan uji Bartlett (Dantes,

2007). Uji Bartlett digunakan statistik Chi-kuadrat dengan rumus:

22 log10ln sdkB

dk

sdkgabs

.2

gabsdkB 2.log

Page 32: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan:

2 = Chi-kuadrat

B = Nilai Bartlett

dk = derajat kebebasan

s2gab = Varians gabungan

Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett

lebih baik disusun dalam tabel berikut:

Tabel 3.10. Harga-Harga yang Diperlukan dalam Uji Bartlett

Sampel ke Dk 1/dk S2 Log s

2 (dk) Log s

2

1

.

K

ni-1

nk-1

1/(ni-1)

1/(nk-1)

si2

sk2

Log si2

Log sk2

(ni-1) log si2

(nk-1) log sk2

Kriteria pengujian: varians homogen jika )(2

)(2

tabelhitung pada taraf

signifikansi 5% (=0,05) dengan derajat kebebasan k-1.

3.7.3.3. Pengujian Hipotesis

Dalam fase uji coba luas diuji tiga hipotesis yaitu : (1) Terdapat perbedaan

pengetahuan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti

model pembelajaran berbasis multikultural dengan kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota

Singaraja, (2) Terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dan

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

siswa SD di kota Singaraja, (3) Terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang

signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis

multikultur dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja, dan (3) Secara bersama-sama,

terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan keterampilan

multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti model

pembelajaran berbasis multikultur dan kelompok siswa yang mengikuti model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.

Page 33: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, ketiga hipotesis dinyatakan dalam

bentuk hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Pernyataan Ho dan H1 dari

penelitian ini dinyatakan seperti berikut:

Ho :

1. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur

dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.

2. Tidak terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur

dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada siswa SD di kota Singaraja.

3. Tidak terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur

dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada siswa SD di kota Singaraja

4. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan

keterampilan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dengan kelompok

siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

siswa SD di kota Singaraja.

H1 :

1. Terdapat perbedaan pengetahuan multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur

dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada siswa SD di kota Singaraja.

2. Terdapat perbedaan sikap multikultur yang signifikan antara kelompok

siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dan

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada siswa SD di kota Singaraja.

Page 34: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Terdapat perbedaan keterampilan multikultur yang signifikan antara

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur

dan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada siswa SD di kota Singaraja

4. Terdapat perbedaan pengetahuan multikultur, sikap multikultural dan

keterampilan multikultur yang signifikan antara kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran berbasis multikultur dengan kelompok

siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

siswa SD di kota Singaraja.

Hipotesis Statistik

Hipotesis I

H0 : μA1 = μA2

H1 : μA1 ≠ μA2

Hipotesis II

H0 : μB1 = μB2

H1 : μB1 ≠ μB2

Hipotesis III

H0 : μC1 = μC2

H1 : μC1 ≠ μC2

Hipotesis IV

H0 : μA1B1 = μA2B2= μC1 μC2

H1 : μA1B1 ≠ μA2B2 ≠ μC1 μC2

Keterangan :

H0 : Hipotesis nol

H1 : Hipotesis alternatif

μA : Rerata skor pengetahuan multikultur

μB : Rerata skor sikap multikultur

μC : Rerata skor Keterampilan multikultur

μA1 : Rerata skor pengetahuan multikultur siswa yang diajar dengan

model pembelajaran berbasis multikultur

μA2 : Rerata skor pengetahuan multikultur siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD

μB1 : Rerata skor sikap multicultural siswa yang diajar dengan

Page 35: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

model pembelajaran berbasis multikultur

μB2 : Rerata skor sikap multicultural siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD

μc1 : Rerata skor keterampilan multikultur siswa yang diajar dengan

model pembelajaran berbasis multikultur

μc2 : Rerata skor keterampilan multikultur siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Untuk menguji keempat hipotesis di atas digunakan analisis statistik yang

sesuai. Yang digunakan adalah uji MANOVA (multivariate analisis of variance)

dengan mencari koefisien A* dengan menggunakan rumus berikut:

WB

WA

*

(Candiasa, 2007: 37)

Distribusi A* yang lebih teliti untuk pengujian H0 dapat dijabarkan seperti

tabel berikut:

Tabel 3.11. Perhitungan Nilai F

Banyak variabel Banyak

kelompok Sampling distribusi

Harga

F tabel

P = 2 G = 2

*

**1

1

1

A

A

g

gni

F2(g-1), 2(∑ni - g -

1)

Taraf signifikansi pengujian ditetapkan sebesar 5 % dengan kriteria

pengujian adalah tolak hipotesis nol (H0) jika F hitung>F tabel (db2(g-1), 2(∑ni - g -1)).

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.0 for

Windows.

Page 36: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitianrepository.upi.edu/1315/6/D_IPS_1007243_Chapter3.pdfmodel evaluasi dan model pembelajaran IPS berbasis multikultur pada siswa SD

I Nengah Suastika, 2013 Pengembangan Model Pembelajaran Ips Berbasis Multikultur Di Sekolah Dasar (Studi Pengembangan Model Pada Siswa Kelas V Sd Di Kota Singaraja Provinsi Bali) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu