BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program...

108
15 BAB III LAPORAN PRODUKSI 3.1 Proses Kerja Produser Di dalam sebuah produksi program televisi, banyak terdapat berbagai bidang kerja yang berbeda dan berbagai macam tanggung jawab dalam berjalannya sebuah produksi suatu program atau film, salah satu nya produser. Di dalam pembuatan karya dokumenter ini penulis bertanggung jawab sebagi produser. Menurut Bignell dalam buku Latief dan Utud (2017:4) menyebutkan bahwa: “Produser adalah orang untuk lembaga televisi yang bertanggung jawab atas anggaran, perencanaan, dan pembuatan program televisi atau serangkaian program”. Menurut Latief dan Utud (2015:124) “prodeser adalah pimpinan produksi yang mengoordinasikan kepada seluruh kegiatan pelaksanaan sejak praproduksi,produksi, pascaproduksi dan brtanggung jawab kepada eksekutif produktif. Seorang produser harus memiliki kemampuan dan selera yang baik, karena di tangan produser suatu program bias baik dan tidak”. Berdasarkan kutipan di atas, penulis berperan penting dalam suatu karya dokumenter televisi yang berjudul “Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan”, penulis memimpin suatu produksi dan bertanggung jawab dalam keseluruhan mulai dari perizinan, working schedule, breakdown budgeting dan lain-lain,

Transcript of BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program...

Page 1: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

15

BAB III

LAPORAN PRODUKSI

3.1 Proses Kerja Produser

Di dalam sebuah produksi program televisi, banyak terdapat berbagai

bidang kerja yang berbeda dan berbagai macam tanggung jawab dalam berjalannya

sebuah produksi suatu program atau film, salah satu nya produser. Di dalam

pembuatan karya dokumenter ini penulis bertanggung jawab sebagi produser.

Menurut Bignell dalam buku Latief dan Utud (2017:4) menyebutkan bahwa:

“Produser adalah orang untuk lembaga televisi yang bertanggung jawab atas

anggaran, perencanaan, dan pembuatan program televisi atau serangkaian

program”.

Menurut Latief dan Utud (2015:124) “prodeser adalah pimpinan produksi

yang mengoordinasikan kepada seluruh kegiatan pelaksanaan sejak

praproduksi,produksi, pascaproduksi dan brtanggung jawab kepada eksekutif

produktif. Seorang produser harus memiliki kemampuan dan selera yang baik,

karena di tangan produser suatu program bias baik dan tidak”.

Berdasarkan kutipan di atas, penulis berperan penting dalam suatu karya

dokumenter televisi yang berjudul “Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan”, penulis

memimpin suatu produksi dan bertanggung jawab dalam keseluruhan mulai dari

perizinan, working schedule, breakdown budgeting dan lain-lain,

Page 2: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

16

semua itu di lakukan agar sebuah produksi berjalan dengan lancar seperti yang

diharapkan.

3.1.1 Pra Produksi

Menurut Latief dan Utud (2015:148) “Praproduksi (preproduction) adalah

tahapan pelaksanaan pembahasan dan pencarian ide, gagasan, perencanaan,

pemilihan pengisi acara (talent), lokasi, dan kerabat kerja (kru). Pada tahapan ini

bertanggung jawab adalah eksekutif produser, produser, director (program

director), dan kreatif”.

Menurut Fachrudin (2012:10) “Praproduksi adalah tahap paling penting

dalam sebuah produksi televisi, yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum

sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan

memudahkan proses produksi televisi”.

Dalam praproduksi penulis melakukan berbagai tahap yaitu pencarian ide,

melakukan riset, pembentukan tim, menentukan jadwal produksi, menentukan

budget :

a. Tahap Pembentukan Tim

Di dalam sebuah dokumenter televisi ada beberapa jobdest yang harus di

lakukan yaitu produser, sutradara, penulis naskah, kameramen, dan editor. Penulis

sebagai produser sangat mempercayai jobdest yang akan di pilih dari masing-

masing crew nya, dan saling bekerja sama saat melakukan suatu produksi.

b. Tahap Pencarian Ide

Page 3: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

17

Di tahap pencarian ide ini penulis sebagai seorang produser lebih berkonsentrasi

terhadap pencarian suatu ide. Melainkan mencari sebuah judul, dan apa yang ingin

di angkat dalam suatu dokumenter televisi. Penulis memberi judul “Sebuah Cerita

Dari Dalam Kasepuhan” yang menceritakan sebuah peninggalan-peninggalan yang

terdapat di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon.

c. Tahap Melakukan Riset

Di tahap riset ini penulis sebagai produser dengan didapatkannya sebuah ide

yang matang dan mulai terbentuknya sebuah cerita, penulis melakukan riset yang

terkait dalam ide tersebut. Di dalam suatu dokumenter televisi harus melakukan

banyaknya suatu riset, tidak hanyak satu atau dua kali, karena tahap riset ini

merupakan tahapan yang sangat penting, apabila riset yang di lakukan kurang maka

tingkat kematangan konsep pun akan kurang.

d. Tahap Menentukan Jadwal Produksi

Dalam sebuah dokumenter televisi penulis sebagai produser harus membuat dan

menentukan sebuah jadwal produksi, karena akan menjadikan target untuk

melaksanakannya sebuah produksi.

e. Tahap Menentukan Budget

Penulis akan merancang sebuah biaya apa saja yang akan dibutuhkan mulai dari

pra produksi, hingga pasca produksi, dan akan di jabarkan secara detail apa saja

biaya yang di keluarkan.

Page 4: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

18

3.1.2 Produksi

Tahap selanjutnya yaitu tahap produksi, dimana penulis sebagai produser

mengawasi jalannya proses produksi, mengawasi crew dalam tahap bekerja sesuai

dengan jobdest masing-masing dan memberikan solusi atau sebuah keputusan

apabila proses produksi mengalami berbagai kendala.

Menurut Latief dan Utud (2015:152) “Produksi (production) adalah upaya

mengubah naskah menjadi bentuk audio video (AV). Produksi berupa pelaksanaan

perekaman gambar (taping) atau siaran langsung (live)”.

Dalam proses produksi penulis bertugas sebagai produser yang akan

mengawasi dan memantau crew yang sedang bekerja, agar proses produksi dapat

berjalan dengan lancar dan baik. Selain itu penulis akan menjadi sebuah penengah

apabila terjadinya suatu perselisihan dan salah paham antar crew.

3.1.3 Pasca Produksi

Menurut Latief dan Utud (2015:155) Pascaproduksi (postproduction)

adalah tahapan akhir dari proses produksi program sebelum on air. Dalam

tahapan pascaproduksi program yang sudah direkam harus melakukan

beberapa proses, di antaranya editing offline, online, insert graphic, narasi,

effect visual, dan audio serta mixing.

Dalam pasca produksi ada beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Editing

Pengertian editing adalah penyuntingan, pemotongan, penyambungan,

merangkai pemotongangambar secara runtut dan utuh dari bagian-bagian

dari hasil rekaman gambar dan suara

b. Tahap Mixing

Mixing adalah tahapan menyesuaikan menyelaraskan, menyeimbangkan

suara, dan memberian efek suara berupa musik pada program (adegan)

dengan memperhatikan kepentingan gambar yang ditampilkan.

c. Tahap Mastering

Mastering di sebut juga print to tape merupakan proses akhir dari

pascaproduksi, yaitu mentransfer hasil final editing yang sudah siap untuk

Page 5: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

19

tayang, ditranfer ke dalam kaset, umum yang dipakai adalah Betacam digital

dan MiniDV, karena kedua kaset ini kualitasnya lebih baik dari lainya.

Proses pasca produksi ini adalah tahapam akhir dari keseluruhan dimana

penulis akan menyusun sebuah laporan harian, laporan keuangan, dan

mengawasinya proses editing.

Pada saat pasca produksi penulis sebagai produser berperan penting

mendampingi dan mengawasi seorang editor dalam mengerjakan proses editing,

selain itu produser menyiapkan apa saja yang di perlukan dari seorang editor.

Semua itu di lakukan agar proses editing di lakukan dengan lancar dan baik.

3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Produser

Menurut Ariatama dan Muhlisiun (2008:43) menyimpulkan bahwa tugas

dan tanggung jawab seorang produser adalah

1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.

2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program

televisi.

3. Menyusun rancangan produksi.

4. Menyusun rencana pemasaran.

5. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi.

6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari

semua departemen.

7. Produser bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hokum dengan

berbagai pihak dalam produksi yang di kelola.

Dari kutipan diatas penulis sebagai produser menyimpulkan bahwa peran

dan tanggung jawab seorang produser sangat lah besar, karena seorang produser

memiliki jabatan teratas dan pemimpin dalam suatu program televisi dari crew

lainnya. Di dalam suatu produksi produser bertugas mengurus semua kebutuhan

mulai dari pra produksi , produksi hingga pasca produksi.

3.1.5 Proses Penciptaan Karya

a. Konsep kreatif

Page 6: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

20

Penulis memilih konsep dokumenter televisi untuk program televisi

tugas akhir. Setelah beberapa tema yang akan penulis angkat , baru lah

penulis pilih salah satu tema yang ingin diangkat dengan cara

berkonsultasi atau berdiskusi dengan crew lainnya.maka crew memilih

dokumenter televisi yang berjudul “Sebuah Cerita dari dalam

Kasepuhan”. Setelah itu barulah penulis dan crew lainnya melakukan

rapat untuk berjalannya sebuah pra produksi yaitu mengembangkan

suatu ide menjadi konsep kreatif yang nantinya konsep akan bagus pada

saat proses editing.

b. Konsep produksi

Dari matang nya sebuah ide yang sudah dibuat,kemudian penulis dan

crew lainnya melakukan sebuah riset untuk mengumpulkan data-data

yang akurat, mencari narasumber dan hunting lokasi agar pada saat

proses produksi nanti tidak ada kendala. Setelah menjalankan sebuah

riset penulis dan crew lainnya kembali melakukan rapat untuk

mejalankannya proses produksi.

c. Konsep teknis

Pada tahap ini semua crew melakukan briefing mengenai proses

praproduksi hingga tahap sebuah riset sebelum melaksanakannya proses

produksi. Pada proses produksi, penulis bekerja sama dengan penulis

naskah,sutradara dan kameramen agar berjalannya dengan lancar proses

produksinya. Untuk mengambilnya sebuah gambar dalam proses

produksi, crew bersepakat menggunakan kamera Sonny VG 30, serta

pada saat proses wawancara crew sepakat untuk memakai clipon,dan

Page 7: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

21

pada saat proses editing crew sepakat memakai laptop ASUS milik dari

salah satu crew.

3.1.6 Kendala Produksi dan Solusinya

Kendala :Susahnya meminta izin bertemu Pangeran dari Keraton

Kasepuhan dan mencari abdi dalam Keraton Kasepuhan

untuk menjadi narasumber.

Solusi :Bertemunya salah satu orang dalam Keraton Kasepuhan,

allhamdulilah mau membantu untuk meminta izin agar

bertemunya dengan Raja dan memberi tau abdi dalam yang

sangat menguasai selak buluk Keraton Kasepuhan.

Kendala :Pada saat produksi ingin mewawancarai abdi dalam Keraton

Kesepuhan dan sudah membuat janji akan berlangsungnya

wawancara tetapi terdapat kendala yaitu abdi tersebut

kedatangan tamu.

Solusi :penulis sepakat dengan anggota tim lainnya untuk

menunggu tamu hingga selesai.

Page 8: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

22

3.1.7 Lembar Kerja Produser

1. Konsep Program

2. Working Schedule

3. Breakdown Budgeting

4. Shooting Schedule

5. Call Sheet

6. Equipment List

Page 9: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

23

Konsep Program

Dalam pembuatan program dokumenter ini penulis membuat suatu program

dokumenter televisi yang tidak hanya menarik, namun program ini dapat

memberikan sesuatu yang bermanfaat seperti memberikan suatu informasi dan

memberikan pesan yang positif kepada para penonton yang akan menyaksikan

program dokumenter ini. Judul program dokumenter televisi ini berjudul “Sebuah

Cerita dari dalam Kasepuhan”, dibuatnya dokumenter ini tujuan utamanya adalah

memberikan infomasi tentang sejarah salah satu tempat bersejarah di Indonesia

yang ternyata adalah keratin tertua di Indonesia. Tempat ini juga memiliki

keunikan. Di program ini juga memperlihatkan beberapa kebudayaan yang sampai

saat ini dilakukan semata-mata hanya untuk menghormati kebudayaan bekas nenek

moyang pada zaman dahulu saja. Tidak hanya memberikan informasi saja, namun

membuat program menarik itu sangat penting. Pada program dokumenter ini,

penulis membuat program informasi yang di kemas dengan cerita hal mistis dari

dalam dalam Keraton Kasepuhan tersebut. Dengan begini membuat penonton

penasaran. Cerita mistis yang ada di dalam program dokumenter ini, adalah hal-hal

yang memang terjadi di dalam Keraton Kasepuhan yang dialami langsung

melibatkan salah satu abdi dalam Keraton Kasepuhan. Di program ini juga

menjelaskan bahwa adanya hal-hal mistis seperti ini memang ada karena Tuhan

atau Allah pun sifatnya gaib atau tidak terlihat.

Page 10: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

24

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“WORKING SCHEDULE”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.1

N

o

Taha

p

Aktifitas Target per Minggu

April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 P

R

A

P

R

O

D

U

K

S

I

Pembagian

Jobdesk

2 Penemuan Ide

Cerita

3 Pengajuan

Konsep

4 Pengarahan

Treatment&T

OR

5 Menentukan

Jadwal Riset

6 Riset

No Tahap Aktifitas Target per Minggu

April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 P

R

O

D

U

K

S

I

Shooting

1

2 Shooting

2

3 Shooting

3

4 Shooting

4

N

o

Taha

p

Aktifitas Target per Minggu

April Mei Juni Juli

Page 11: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

25

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 P

A

S

C

A

P

R

O

D

U

K

S

I

Breafing

Hasil

Pasca

Produksi

2 Pembuata

n Lembar

Kerja

Masing-

Masing

Divisi

3 Review

Gambar

4 Akhir

Editing

5 Simulasi

Sidang

6 Sidang

Tugas

Akhir

Deskripsi Program

Kategori Program : Sejarah dan Informasi

Judul Program : Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan

Durasi Program : 16 Menit

Target Audien : 1.Usia

Remaja hingga dewasa (17-30 tahun)

2.Jenis Kelamin

Laki-Laki dan Perempuan

3.Status Ekonomi Sosial

kelas menengah atas (B+) & kelas menengah bawah(B)

Karakteristk Produksi : Tapping Record

Jam Tayang : 21.40 WIB – 21.56 WIB

Hari : Senin

Page 12: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

26

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“BREAKDOWN BUDGETING”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.2

No Item Unit Rate Amount Notes

Prapoduksi

Riset 1

1. Tiket help 4 @ 100.000 Rp 400.000 Tiket

berangkat

2. Makan & minum 4 @ 35.000 Rp 280.000 2 hari

3. Tiket bis 4 @ 80.000 Rp 320.000 Tiket Pulang

4. Biaya tak terduga Rp 300.000 2 hari

5. Grab Car 2 @ 90.000 Rp 180.000

Jumlah :

Rp 1.480.000

Riset 2

6. Tiket kereta (Tegal

Expres)

8 @ 50.875 Rp 407.000 Pergi dan

pulang

7. Gocar 2 @ 100.000 Rp 200.000 Pergi dan

pulang

8. Makan dan minum 4 @ 35.000 Rp 280.000 2 hari

9. Biaya tak terduga Rp 150.000 2 hari

Jumlah :

Rp 1.037.000

Produksi

10 Sewa kamera

(Sonny VG 30) ,

batrai, charger ext,

1 @ 350.000 Rp 1.400.000 4 hari

Page 13: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

27

memory 32 GB,

dan Tripot

11. LED 16 inc ATT 1 Rp 125.000 4 hari

12. Zoom H4N 1 Rp 75.000 4 hari

13. Clip On 1 Rp 100.000 4 hari

14. SD Card 32 GB 1 Rp 25.000 4 hari

15. Tiket kereta 4 @ 135.000 Rp 540.000 Berangkat

16. Tiket kereta 4 @ 50.875 Rp 203.000 Pulang

17. Sewa Lokasi 1 Rp 1.300.000 4 hari

18. Beli kabel roll dan 2 Rp 42.500

19. Batu Batrai

Alkaline

1 Rp 24.000

20. Sewa motor 2 @ 75.000 Rp 600.000 4 hari

21. Grabcar 1 Rp 50.000 Untuk

membawa

alat

22. Bensin motor 2 @ 30.000 Rp 60.000

23. Beli bunga Rp 150.000 Untuk ritual

singa barong

24. Parkir motor 2 Rp 4.000

25. Tempat tinggal Rp 100.000 Untuk bapak

yang sudah

membantu

26. Beli kertas kado 10 @ 1.500 Rp 15.000

27. Print panduan 1 Rp 20.000

28. Scan dan kirim Jne 2 Rp 25.000 Mengirim

berkas ke

pihak keraton

Page 14: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

28

29. Makan dan Minum 4 @ 35.000 Rp 560.000 Untuk buka

puasa dan

sahur

30. Pengeluaran tak

terduga

Rp 300.000

Jumlah :

Rp 5.718.500

Pascaproduksi

31.

.

Bensin Rp 40.000

32. Konsumsi Rp. 400.000

33. Print

Dispro,Poster,Cd,

Photocoppy Dispro

Rp 500.000

34. Biaya tak terduga Rp 100.000

Jumlah :

Rp 1040.000

Pemasukan Rp 2.500.000 X 4 = Rp 10.000.000

Pengeluaran :

1. Pra Produksi Rp 2.517.000

2. Produksi Rp 5.718.500

3. Pasca Produksi Rp 1.040.000

TOTAL Rp 9.275.500

SISA Rp 724.500

Page 15: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

29

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“SHOOTING SCHEDULE”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.3

No Hari dan Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan

1 Rabu, 30 Mei 2018 05.30 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat

2 08.15 – 11.04 Perjalanan Lokasi

11.04 – 12.00 Istirahat

12.00 – 16.00 Pengambilan Stock Shoot

16.00 Selesai Produksi

3 Kamis, 31 Mei

2018

05.00 – 07.00 Persiapan barang dan Alat

4 07.00 – 12.00 Pengambilan Stock Shoot

5 12.00 – 13.00 Istirahat

6 13.00 – 17.00 Pengambilan Gambar

7 17.00 – 19.00 Istirahat

8 19.00 – 21.00 Evaluasi

9 21.00 Selesai Produksi

10 Jumat, 1 Juni 2018 05.00 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat

11 07.00 – 12.00 Pengambilan Gambar

12 12.00 – 13.00 Istirahat

13 13.00 – 17.00 Pengambilan Gambar

14 17.00 – 19.00 Istirahat

15 19.00 – 21.00 Evaluasi

16 21.00 Selesai Produksi

17 Sabtu, 2 Juni 2018 05.00 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat

18 07.00 – 12.00 Pengambilan Gambar

19 12.00 – 13.00 Istirahat

20 13.00 – 14.30 Evaluasi

21 14.30 – 18.41 Perjalanan Pulang

22 18.41 – 22.00 Selesai Produksi

Page 16: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

30

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“CALL SHEET”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.4

No. Nama Jabatan No.Handphone

1. Indah Rupa Faryani Produser 082119686375

2. Dhimas Wirasetya Sutradara 083877645621

3. Annisa Nuansa Islamy Penulis Naskah 082258588977

4. M. Andriansyah Editor 081283157434

5. Dhimas Wirasetya Kameramen 083877645621

6. Satu Narasumber 089650982502

7. Elang Jamaludin Narasumber 089625443216

Page 17: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

31

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“EQUIPMENT LIST”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.5

No. Nama Jumlah Keterangan

1. kamera (Sonny VG 30) 1 Sewa

2. Batterai 1 Sewa

3. Charger ext 1 Sewa

4. Memory 32 GB 1 Sewa

5. Tripot 1 Sewa

6. LED 16 inc ATT 1 Sewa

7. Zoom H4N 1 Sewa

8. Clip On 1 Sewa

9. SD Card 32 GB 1 Sewa

10. Kabel Roll 1 Milik Sendiri

11. Batterai Alkaline 1 Milik Sendiri

12. Headset Oppo 1 Milik Sendiri

13. Laptop Asus 1 Milik Sendiri

14. Kamera Canon 1 Milik Sendiri

Page 18: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

32

3.2 Proses Kerja Sutradara

Menurut Naratama (2013:5) Sutradara Televisi adalah sebutan bagi orang

yang mempunyai profesi menyutradarai Program AcaraTelevisi baik untuk Drama

maupun Non Drama, Outdoor atau Indoor, Single Cam maupun Multi Cam.

Menurut Alan Wurtzel dalam Naratama (2013:6) Sutradara Televisi adalah

“The Production team member responsible for creating the sound and picture of a

program (anggota tim produksi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan suara

dan gambar dalam sebuah program)

Penulis tentunya memiliki tanggung jawab selama produksi dari pra produksi,

produksi, sampai pasca produksi. Produksi Indoor atau Outdoor dengan

mengunakan Single Cam.

Penulis harus memperhatikan gambar yang diambil agar audien merasa dekat

dan pesan yang ingin disampaikan bisa terealisasi melalui audio visual, penulispun

harus mengerti tehnik-tehnik pengambilan gambar.

Penulis dituntut berfikir cepat saat terjadi masalah dalam produksi, penulis juga

harus tegas mengambil keputusan saat terjadi masalah selama produksi, karna

segala macam hambatan tidak lepas dalam sebuah produksi film.

3.2.1 Pra Produksi

Menurut Naratama (2013:23) “Tugas Sutradara Televisi saat Pra Produksi

adalah terlibat seluruh proses kreatif, teknis dan produksi dan bertanggung jawab

terhadap blocking pemain dan kamera.”

Page 19: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

33

Menurut Naratama (2013:7) ”Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi

ketiganya menyatu tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkan perngerjaan

produksi ini hialng atau belum selesai, tugas sang sutradara masih belum selesai

tuntas, pertanggung jawabanpun belum selesai.”

Dalam proses Pra Produksi, Penulis mencari tema yang akan diangkat

menjadi sebuah Dokumenter Televisi, Menentukan tema untuk membuat

Dokumenter Televisi bisa dimulai dengan melakukan riset, secara verbal atau non

verbal. Setelah menemukan tema, Sutradara harus melakukan riset mendalam

terhadap tema dari Dokumenter Televisi yang ingin dibuat dengan cara mendatangi

narasumber, melakukan pendekatan dan wawancara untuk mengulik tema yang

ingin dibuat. Sutradara bekerja sama dengan Penulis Naskah untuk mencari

informasi tentang tema yang akan dibuat dari narasumber, dan membuat alur cerita

untuk film.

Dokumenter Televisi ini berjudul “ Sebuah Cerita Dari dalam Kasepuhan”

menceritakan tentang sisi lain dari Kraton asal Cirebon yang didirikan pada tahun

1430 oleh pangeran Cakrabuana dan menjadi Keraton tertua di Indonesia. Intisari

dari Dokementer Televisi ini mengacu pada tempat, benda bersejarah, Kisah Mistis

bahkan Ritual yang melekat dalam Keraton Kasepuhan Cirebon. “Bangsa yang

besar adalah Bangsa yang tidak melupakan sejarah”, kalimat itu yang pantas

menggambarkan Keraton ini sebab mereka masih memegang teguh ritual dan

larangan yang ada sejak zaman nenek moyang mereka, keaslian dan rumor mistis

tentang daerah cirebon membuat roman tersendiri dari Keraton yang awal didirikan

bernana Keraton Pakungwati ini.

Page 20: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

34

Dalam tahap Pra Produksi ini penulis yang sekaligus menjadi kameramen

bersama produser, penulis naskah dan editor melakukan riset kebeberapa abdi

dalam Kraton kemudian mengulik informasi tentang benda, tempat bersejarah dan

diikutin dengan ritual dan kejadian supernatural yang pernah dialami oleh abdi

dalam keraton, bertemu dengan salah satu keluarga sultan meminta izin untuk

mengikuti salah satu ritual yang ada dikeraton dan mengulas pesan dibalik ritual

tersbebut.

Dokumenter Televisi ini memiliki empat bagian, dua Benda dan dua Tempat

yang penulis pertimbangkan dari sekian banyak tempat dan benda di keraton ini

untuk difokuskan. Benda pertama berada di dalam Museum Pusaka dimana terdapat

dua benda yang dibahas, Pertama adalah Lukisan Prabu Siliwangi yang dibuat oleh

laki laki asal garut yang bernama ridho, dikisahkan oleh abdi dalam pada saat

pembuatan lukisan ini mas ridho bermimpi bertemu dengan prabu siliwangi setelah

ia terbangun dari mimpinya, ridho menuangkannya diatas kanvas. Ada keunikan

tersendiri dari lukisan ini, tidak sama hal dengan lukisan pada umumnya, lukisan

ini terlihat seperti tiga dimensi namun dibalik itu mata dan bagian kaki kanan

lukisan ini selalu mengarah kepada pengunjung yang melihatnya. Benda yang

kedua adalah sebuah Kereta Singa Barong yang menjadi daya tarik utama keraton

ini, sebab kereta ini ditetapkan sebagai kereta kencana tercantik di dunia oleh

UNESCO ( United Nations Educationa, Scientific and Cultural Organization).

Dibuat pada abad ke-15 oleh cucu dari Sunan Gunung Jati, memiliki Material yang

tidak kalah hebat dibandingan dengan abad ke-20 saat ini. Kereta ini pun

menyimpan banyak misteri, seperti ditaruhnya bunga sumping di leher kereta

Page 21: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

35

tersebut pada hari hari tertentu, pengalaman mistis pengunjung yang dicerikan

kembali oleh abdi dalem keraton membuat kereta ini layak penulis angkat.

Tempat Pertama berada didalam Agung Pakungwati Bernama Sumur Tujuh,

Nama dari Sumur Tujuh bukan sembarang nama, karna sumur ini airnya tidak

pernah kering diterpa musim hujan maupun kemarau. Air dari sumur biasa menjadi

cindera mata dari keraton ini. Biasa diambil oleh warga sekitar keraton untuk

melakukan acara 7 bulanan bayi, dipercaya juga bisa menetralkan penyakit dan

digunakan untuk merukiah. Uniknya di sumur ini adalah, keraton kasepuhan

memiliki jarak yang tidak jauh dari laut, sumur yang berada di luar sekitaran

keraton cenderung keruh bahkan asin airnya , tapi tidak di sumur ini. Tempat Kedua

masih di area Dalam agung pakungwati bernama Patilasan Agung Pakungwati,

Patilasan ini dulunya adalah tempat meditasi Sunan Gunung jati. Tempat ini

memiliki beberapa aturan seperti alas kaki yang harus dilepas saat hendak

memasuki patilasan dan perempuan dilarang memasuki area tersebut, abdi dalam

bercerita kepada penulis bahwa pernah ada pengunjung suami dan istri yang

mengabaikan aturan tersebut, belum jauh sang istri melangkah masuk tiba tiba sang

istri tersungkur dan kerasukan oleh mahluk halus. Di payungi oleh pohon beringin

besar membuat aura magis di tempat ini sangat terasa.

Setelah mempersiapkan materi, penulis dengan Produser mempersiapkan

alat-alat dan kebutuhan yang harus tersedia selama waktu produksi berlangsung.

Page 22: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

36

3.2.2 Produksi

Menurut Naratama (2013:23) “Tugas Sutradara saat produksi adalah

bertanggung jawab pada penyutradaraan pentas/panggung/lokasi dan pengarahan

audio visual, termasuk liputan pada momen.

Ketika Produksi, penulis yang juga menjadi kameramen mengambil gambar

area dan suasana di sekitar keraton, sebelum mengambil gambar wawancara penulis

menekankan penulis naskah agar memberikan pertanyaan umum dulu sebelum

masuk ke pertanyaan khusus, Produser yang memiliki akses untuk bertemu nara

sumber sebelum memulai syuting.

Penulis memilih satu dari beberapa abdi dalam yang akan menjawab setiap

pertanyaan yang dilontarkan oleh penulis naskah, penulis ingin menyajikan sisi lain

dari keraton kasepuhan.

3.2.3 Pasca Produksi

Menurut Naratama (2013:32) “Tugas Sutradara saat pasca produksi adalah

bertanggung jawab pada hasil akhir editing”.

Ketika Pasca Produksi, penulis mendampingi dan membantu editor untuk

menseleksi gambar yang akan masuk ke konten, penulis mengarahkan editor

tentang plot plot yang akan ada di konten.

Penulis memberikan referensi audio, memperhatikan penempatan backsound

agar dapat membangun susana yang ditampilkan,bukan hanya sekedar bagus dilihat

dan nyaman didengar melaikan ada pesan tersendiri setelah menonton Dokumenter

Televisi ini.

Page 23: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

37

3.2.4 Peran Dan Tanggung Jawab Sutradara

Menurut Naratama (2013:27-28) “Biarpun muncul 1000 stasiun televisi baru,

peran dan tanggung jawab sutradara televisi tetap berlaku sama di seluruh dunia,

masalah ini juga dikupas oleh Herbert Zettl dan dua orang pakar komunikasi

Amerika yaitu Alsn Wurtzel jebolan New York University, serta Dosen Produksi

Telekomunikasi di Ohio State University, Steve R. Acke. Zettl menggemukakan

tiga faktor Director’s Roles yang memegang kunci seorang sutradara, yaitu “

Director as Artist “(Sutradara sebagai senima), “Director as Psychologist”

(Sutradara sebagai psikolog), “Director as Technical Adviser” (Sutradara sebagai

penasihat teknik), “Director as Coordinator” (Sutradara sebagai Koordinator).

Penulis memiliki tanggung jawab dalam dalam berbagai aspek baik itu pra,

produksi, ataupun pasca. Seperti komposisi gambar, expresi narasumber, suara,

hingga backsound. Menjadi pemimpin saat produksi dan menjaga situasi agar tetap

kondusif selama produksi.

3.2.5 Proses Penciptaan Karya

Membuat program yang bukan sekerdar menarik melainkan memberikan

edukasi dan informasi tentu saja tahapan tahapan yang harus dilakukan, ada tiga

unsur yang harus diperhatikan yaitu

a. Konsep Kreatif

Konsep Kreatif dalam Dokumenter Televisi ini penulis ingin memberikan

sisi lain keraton kasepuhan, selain biasa dikenal sebgai tempat wisata. Di

Dokumenter Televisi ini penulis ingin menyajikan bagaimana cara

menghormati ajaran/sesuatu yang ada sejak zaman pendahulu dan

Page 24: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

38

memberikan pesan bahwa di dunia ini yang hidup tidak hanya manusia,

hewan, dan tumbuhan. Karna yang tidak terlihat belum tentu tidak ada.

b. Konsep Produksi

Konsep Produksi yang dilakukan adalah mengambil gambar suasana area

keraton, benda/tempat yang sudah dipilih yang ada di naskah. Wawancara

dengan angle yang pas agar audien merasa dekat dengan narasumber saat

penayangan.

c. Konsep Teknis

Konsep Teknis penulis melakukan riset langsung ke beberapa narasumber,

datang beberapa kali, melakukan pendekatan yang extra agar narasumber

dapat koperatif dalam menanggapi pertanyaan, mengikuti ritual dan

merekan selama proses tersebut.

3.2.6 Kendala Produksi dan Solusinya

Kendala yang penulis hadapi saat produksi adalah, ada disalah satu scene di

kereta singa barong yang harusnya menggunakan lighting namun pada saat di lokasi

tiba tiba lighting hanya menyalah dalam beberapa detik lalu mati, dan ketika

dinyalahkan kembali luar area singa barong lightning itupun menyalah dan tidak

ada masalah apa apa.

Page 25: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

39

3.2.7.Lembar Kerja Sutradara

1. Konsep Kerja Sutradara

2. Outline Naskah

3. Treatment

Page 26: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

40

Konsep Kerja Sutradara

Program Dokumenter “ Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” adalah

program Dokumenter televisi yang menceritakan Sejarah awal pergantian nama

Keraton Pakugwati menjadi Keraton Kasepuhan, Fokus di dokumenter ini adalah

tempat dan benda-benda peninggalan abad 14. Kisah-kisah dibalik ada dan

berdirinya tempat itu menjadi daya tarik untuk masyarakat.

Page 27: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

41

Out Line Naskah

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.6

NO STEATMENT KETERANGAN

1. (PANGERAN ELANG

JAMALUDIN H)

Pakungwati itu dibuat pada

tahun 1430 Masehi oleh

Pangeran Walang Sungsang itu

nama dari putrinya Pangeran

Walang Sungsang yang

bernamanya Nyimas Pakungwati

lalu nantinya menikah dengan

Syech Syarief Hidayatullah atau

Sunan Gunung Jati pada abad 14

hingga abad 17 terjadi

perubahan sejarah para Keraton

Pakungwati terbagi menjadi dua

bagian Keraton menjadi

Kesepuhan dan Kanoman//

semenjak itulah Keraton

Page 28: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

42

Pakungwati disebut Keraton

Kesepuhan

2 itu Keraton Pakungwati awal itu

masih era Hindu karena

mginduk pemerintahannya ke

Hindu centralnya/ lalu jamannya

Sunan Gunung Jati/ beliau

menyatakan sebagai Keraton

Islam disini 1479 jadi sebagai

pusat pemerintahan di Jawa

Barat bahkan// Jadi Keraton

Cirebon ini dulu adalah sebuah

negara atau pemerintahan besar,

wilayahnya dari mulai tegal

sampai ke ujung kulon banten,

lampung bahkan sampai ke

palembang bahkan Jakarta atau

di pimpin dibawah pemimpinan

Pangeran Fatahillah (Pangeran

Jayakarta) itu adalah bagian dari

Keraton Cirebon karena

Fatahillah itu adalah

Panglimanya Sunan Gunung Jati

di Cirebon sini/ karena waktu di

Page 29: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

43

utus tahun 1527 Pangeran

Fatahillah sebagai Panglima

untuk mengusir portugis di

Sunda Kelapa maka Fatahillah

dengan keberhasilan mengusir

portugis beliau diberi gelar

penghormatan oleh Sunan

Gunung Jati dengan sebutan

yaitu Pangeran Jayakarta/ Jadi

Jayakarta itu artinya

kemenangan yang gemilang jadi

pada saat itu berhasil pasukan

cirebon yang di pimpin oleh

fatahillah panglimanya mengusir

dan memukul mundur Portugis

sehingga harta benda para

prajuritnya bisa diambil sebagai

harta rampasan dan semuanya

itu disimpan dimusium di

antaranya ada meriam di

halaman yaitu meriam

kinsantomin dan mariam

kinsatomi yaitu meriam dari

portugis dan pakaian perang

Page 30: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

44

yang beratnya 4 kilo karena

terbuat dari besi dan tembaga

dan ada juga pedilaras panjang

dll

3 (Pak Satu)

Secara pembuatan lukisan

Prabusiliwangi ini itu awalnya

dari Mas Lido itu dari Desa

Sancang atau garut/ dia lagi

dalam keadaan berpuasa lalu

bertemu atau bermimpi dengan

Prabusiliwangi lalu di tuangkan

di kain kanvas atau kain kasa/

Bahkan 3 hari mas Lido itu

berpuasa sambil melukis bahkan

menurut petunjuknya setelah

jadi di hadiah kan ke Keraton/

tapi waktu itu Mas Lido itu gak

mau ngasih ke Keraton/ setelah

mimpi yang kedua kalinya harus

betul –bentul di hadiahkan ke

Keraton terus lukisan ini itu

lukisan 3 dimensi bahkan

menurut ahli pelukis melebihi 3

Page 31: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

45

dimensi/ Itu kita kalau melihat

dari arah mana saja di ikuti oleh

lukisan tersebut/ misalkan kita

arah ke kiri/ dia ikut ke kiri juga

baik mata/ baik badan sama jari

kaki yang ini/ misalkan kita ke

kanan/ arah ke kanan mengikuti

juga arahnya ke kanan. Mata/

badan/ dan jari kaki yang ini//

Bahkan unsur mistisnya

Prabusiliwangi itu lukisan ini

ada unsur magisnya unsur

magisnya pernah terjadi itu ada

pengunjung/ pengunjung itu

suami dan istri/ istrinya tuh

pikirannya kosong/ melamun/

akhirnya energi macannya

masuk sama perempuan itu tapi

mengikutnya ucapannya tuh

mintanya bunga melati 3 biji lalu

dimakan lalu di netralisir dengan

minum air sumur kejayaan/

Lepas udah

Page 32: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

46

4 Jadi kereta ini dibuat atas

perwujudan 3 binatang seperti

belalai gajah/ belalai gajah itu

melambangkan bahwa cirebon

bersahabat dengan negara india

yang beragama hindu/ kepala

naga atau tanduknya liong itu

melambangkan bahwa cirebon

bersahabat dengan negara cina

yang beragama budha. Kalau

sayap itu melambangkan bahwa

cirebon bersahabat dengan

negara mesir yang beragama

islam// Yang ketiga unsur

kebudayaan ini seperti india/

cina dan mesir atau hindu/ budha

dan islam disatu padukan

menjadi senjata trisula di atas

belalai itu tri artinya tiga kalau

sula artinya tajam tetapi yang

dimaksud disini bukan tajamnya

senjata trisula tersebut tetapi

tajamnya alam pemikiran

manusia seperti cipta/ rasa dan

Page 33: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

47

karsa// Cipta/ rasa dan karsa ini

dimiliki oleh manusia sifat ini//

Dulu kereta singabarong ini di

fungsikan untuk acara kirab

keliling hari jadi cirebon/ hari

cirebon itu satu muharam tapi

satu hari muharamnya

berdekatan dengan hari jumat

keliwon itu yang pas sekali terus

di tarik oleh 4 ekor kerbau/

kerbaunya kerbau bule putih

atau kerbau albino terus

hebatnya juga kereta ini sudah

mengenal sistem power stering

atau sispensi scokbleker seperti

itu jadi power stering ini nanti

kereta ini tuh jalannya enteng

bisa bergerak bagian bawahnya

itu bergerak 90 derajat bahkan

sudah mengenal scokbleker

nanti kereta ini kalau berjalan

bisa mengayun maju mundur

nanti sayapnya bisa mengepak

Page 34: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

48

lidahnya bisa keluar masuk

seperti itu

5 Selama ini kejadian-kejadian

yang ada di kereta singabarong

itu kadang kadang itu pada

pengunjung kita sendiri/ Pernah

waktu itu juga pengunjung itu

dari jakarta waktu itu dia dalam

keadaan lagi hamil besar

perempuan itu/ itu begitu mau

masuk ke musium kereta

singabarong dia tiba-tiba keluar

lagi/ dia menyatakan sendiri

sama saya yang kebetulan saya

sebagai pemandu/ kenapa saya

mau masuk tiba-tiba keluar lagi

karena saya melihat sesuatu apa

yang ada di kereta secara gaib/

Dia melihat putri cantik sekali

pakaiannya berwarna hijau//

Ritual untuk kereta singabarong

khususnya itu kita memberi

bunga sumping/ Bunga sumping

itu seperti bunga pengantin di

Page 35: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

49

telinganya kanan kiri dikasih

terus lehernya dikasih kalung/

kalung melati itu merupakan

tradisi atau adat// Adanya itu

dikasih bunga sumping ini pada

malam jumat keliwon tanggal

satu mulut/ tanggal delapan

mulut/ tanggal 12 maulid nabi

juga idul fitri dan Idul Adha juga

setiap habis dimandiin itu setiap

tanggal 5 suro karena itu kita

sifatnya tradisi

6 Disebut sumur tujuh karena

sumber mata airnya ada tujuh/

Gunanya itu menurut apa yang

ada disini untuk kegunaan atau

syariatnya untuk siraman

midodaremi/ siraman pernikahan

baik pihak perempuan atau laki-

lakinya juga bisa untuk siraman

yang hamil nujuh bulan juga

bisa untuk menetralisir untuk

obat untuk membatasi yang

Page 36: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

50

tidak relevan juga untuk

ngerukyiah

7 Patilasan ini dulu digunakan

untuk itiqaf atau berzikirnya

ibadahnya sunan gunung jati

dengan pangeran cakra buana

disini karena dulu belum ada

mesjid agung atau mesjid agung

sang cipta rasa// Disini kenapa

alasannya perempuan tidak

boleh masuk mungkin itu

ketentuan dari dulu memang

tradisinya seperti itu jadi

ketentuannya itu kita juga

pernah dikasih tau sama sesepuh

keraton juga waktu dia

jabatannya lurah namanya

Bapak Lurah Amang/ dia kasih

tau waktu saya kesini sendiri/

Pak kenapa kok di patilasan itu

perempuan tidak boleh masuk?

tapi kata jawaban bapak lurah

amang ini karena dulu katanya

pernah ratu ayu dewi

Page 37: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

51

pakungwati/ putrinya pangeran

cakra buana/ baku cirebon pada

saat itiqaf tiba tiba dateng dateng

halangan akhirnya dia memberi

munasaf/ munasaf itu nasehat/

Nasehatnya nanti anak cucu kita

perempuan gak boleh masuk

keruangan ini makanya sampai

saat ini perempuan itu gak boleh

masuk terus takutnya alasannya

itu takutnya lagi menstruasi

kalau menstruasi kan kotor ya/

Makanya alhamdulillah sampai

saat ini di jaga//pernah sih ada

yang ngelanggar ada yang

ngelanggar tamunya itu suami

istri pernah dikasih tau

kebetulan tamu itu yang

mengantarkannya orang yang

jualan buku di keraton dikasih

tau sama mereka bahwa

perempuannya gak boleh masuk/

Begitu suaminya masuk istrinya

Page 38: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

52

masuk penasaran pas di dalem

kesurupan

8 (PANGERAN ELANG

JAMALUDIN H)

ya sebetulnya kita hidup di dunia

ini kan bertetangga yah yang

bisa di lihat dan tidak bisa

dilihat/ apa namanya gaib ya?

Dan kita akan merasakan hal-hal

gaib yang kita rasakan seperti

angin tuh gaib tidak ada/ Hari-

hari yang kita jalani gaib senin,

selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu,

minggu, memang ada

warananya? Gak ada/ Ada

bentuknya? Gak ada/ Ada

rasanya? Kan gak ada gitu/ Itu

kan gaib yang kita kenal jadi

semua acara sakral-sakral itu

mempunyai filosofi islami cuma

kadang-kadang aliran lain

mengatakan ini musrik itu

musrik karena memang tidak

menyelami apa makna

Page 39: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

53

terkandung di dalamnya begitu

Karena nenek moyang kita itu

mengemas semuanya pada saat

itu mengkuti seolah-olah

unsurnnya unsur kehindu-

hinduan bahasanya memang

tetapi sebenarnya itu makna

filosofinya itu syariat islam

karena kita hidup di bangsa

hindu pada saat itu. Jadi kita

tidak boleh menghilangkan

budaya keseniannya

9 (Pak Satu)

Kita sebagai umat islam sebagai

orang muslim harus percaya

dengan adanya gaib karena gaib

ini sifatnya garisnya tipis dengan

nyata/ dia saling berdekatan

antara gaib dan nyata itu/ Ya

kita percaya karena Allah sendiri

sifatnya gaib sebab saya sendiri

mengalami seperti itu///

Page 40: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

54

TREATMENT

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.7

NO SHOT

VISUAL KETERANGAN

SHOT

SIZE ANGLE MOVE DIRECTION AUDIO

1 FS Eye Level Pan Right Pak satu duduk

dan berdoa NS

2 MS Eye Level Pan Right Patung singa dan

Kraton NS

3 MS Low

Angke Still

Lukisan

Prabusiliwangi NS

4 CU Eye Level Pan Left Ukiran kereta

singa barong NS

5 MCU Low

Angle Pan Left

Papan dalem

agung

pakungwati

NS

6 MCU Eye Level Follow Pak satu jalan NS

7 FS Eye Level Still Pak satu berdoa NS

8 FS Eye level Still

Keraton

Kasephan

NS

9 LS Eye Level Still

Plang keraton

kasepuhan

NS

Page 41: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

55

10 FS Eye Level Still

Bagian depan

keraton

NS

11 MS

Low

Angle

Still Lampu NS

12 MS Eye Level Still Halaman Keraton NS

13 MS Eye Level Moving

Wawancara

Pangeran

NS

14 CU Eye Level Still

Silsila ibu dari

sultan

NS

15 CU

Low

Angle

Tilt Down

Silsisa Bapak

dari sultan

NS

16 LS Eye Level Still

Plang keraton

kasepuhan

NS

17 CU Eye Level Pan Right

Bagian dalam

keraton

NS

18 MS

High

Angle

Pan Right Dalem Agung NS

19 MS

Low

Angle

Tilt down Pintu patilasan NS

20 MS Eye Level Still Bunga sesajen NS

21 MS Eye Level Till Down Paseban NS

22 LS Eye Level Pan Left Paseban NS

23 MS Eye Level Pan Left Patung singa NS

Page 42: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

56

24 MS Eye Level Pan Left

Halaman

Museum Pusaka

NS

25 MS Eye Level Still

Meriam

Kisantomi

NS

26 MS Eye Level Still

Meriam

Disantomi

NS

27 MS Eye Level Still

Baju perang

Portugis

NS

28 MS Eye Level Pan Left

Kitab kuno

koleksi museum

NS

29 MS Eye Level Still gamelan NS

30 MS Eye Level Still

Pohon beberapa

burung

NS

31 CU Eye Level Pan Right Rumput NS

32 MS Eye Level Pan Right Lamput NS

33 FS Eye Level Still

Lukian

prabusiliwangi

NS

34 MCU Eye Level Still

Wawancara Abdi

dalam

NS

35 FS Eye Level Till Up

Lukisan Prabu

siliwangi

NS

36 CU Eye level Pan Right

Kaki Lukisan

Prabu siliwangi

NS

Page 43: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

57

37 MCU Eye Level Pan Left

Ukiran kereta

Barong

NS

38 FS Eye Level Still Kereta Barong NS

39 MCU Eye Level Still Kereta Barong NS

40 MCU Eye Level Till Down

Papan informasi

kereta barong

NS

41 MCU Eye Level Still

Wawancara pak

satu

NS

42 MCU Eye Level Pan Right

Kepala kereta

barong

NS

43 MCU Eye Level Still Kereta Barong NS

44 MCU Eye Level Still

Sayap Kereta

Barong

NS

45 MCU Eye Level Pan Right

Kepala Kereta

Barong

NS

46 FS Eye Level Still

Pak Satu duduk

berdoa

NS

47 MS

Eye

Level

Still

Bagian belakang

kepala kerata

singa barong

NS

48 CU Eye Level Till Uo

Leher sampai

kepala kereta

barong

NS

Page 44: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

58

49 CU Eye Level Still

Pak satu

memasang bunga

sumping

NS

50 MS Eye Level Still

Pak Satu

Memakaikan

Bunga Sumping

di leher kereta

barong

NS

51 MS Eye Level Still

Pak satu

menaburi bunga

NS

52 MS Eye Level Still

Pak Satu

menaburi bunga

NS

53 MCU Eye Level Follow Bunga NS

54 MS

Low

Angle

Still Pohon NS

55 MCU Eye Level Pen Left

Bagian Luar

Keraton

NS

56 MS Eye Level Till Down

Pintu Dalem

Agung

NS

57 MS Eye Level Still

Bagia Belakang

Dalem agung

NS

58 FS Eye Level Still

Pak satu

memandu

wisatawan

NS

Page 45: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

59

59 CU Eye Level Pan Right Sumur Tujuh NS

60 CU Eye Level Still

Kendi Sumur

Tujuh

NS

61 FS Eye Level Till Up Bak Kontrol NS

62 MS Eye Level Till Down Sumur Tujuh NS

63 MS

Low

Angle

Till Down

Pintu Dalem

Agung Patilasan

NS

64 MS Eye Level Pan Left Batu Laut NS

65 MS Eye Level Pan right Paseban NS

66 MS Eye Level Pan Left Paseban dalam NS

67 FS

Low

Angle

Till Down Pintu Patilsan NS

68 MCU Eye Level Still

Wawancara Pak

satu

NS

69 FS Eye Level Still Pintu Patilasan NS

70 MCU Eye Level Still

Plang “ Wanita

dilarang masuk”

NS

71 MS Eye Level Pan Right

Bagian Dalam

Patilasan

NS

72 MCU Eye Level Still

Waancara Pak

Satu

NS

73 MS

Low

Angle

Still

Pohon beringin

patilasan

NS

74 FS Eye Level Still Pangean Duduk NS

Page 46: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

60

75 MCU Eye Level Still

Wawancara Pak

satu

NS

76 MS Eye Level Pan Right

Bagian Dalam

Patilasan

NS

77 MS Eye Level Still Tempat Dupa NS

78 FS Eye Level Pan Left

Bagina Dalam

Patilasan

NS

79 MCU Eye Level Still

Wawanacara Pak

Satu

NS

80 FS Eye Level Pan Right Pak satu Berdoa NS

81 MS Eye Level Still Pak Satu Berdoa NS

82 MS

Low

Angle

Still Pak Satu berdoa NS

83 MCU Eye Level Still

Wawancara

Pangeran

NS

84 FS Eye Level Still Sumur Kejayaan NS

85 CU Eye Level Still

Papan Sumur

Kejayaan

NS

86 MS

High

Angle

Still Sumur Kejayaan NS

87 MCU Eye Level Pan Right

Jalan Mnuju

Patilasan

NS

88 MS Eye Level Pan Right

Jalan Keluar

Patilasan

NS

Page 47: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

61

3.3 Proses Kerja Penulis Naskah

Penulis naskah merupakan seseorang pekerja kreatif yang mempunyai

kemampuan mengubah ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi

dari sebuah proses pengindraan dan menjadikannya sebagai suatu bentuk tulisan

yang menarik sehingga dapat menciptakan dan mengembangkkan ide yang sudah

dibuat. Penulis juga dapat mengambil pelajaran yaitu penulis juga harus mengetahui

tujuan program televisi ini dibuat agar bisa menjadi acuan dalam naskah yang akan

di tulis nanti. Oleh karena itu, naskah harus jelas, sederhana dan imajinatif. Naskah

mempermudah orang untuk memahami yang dibuat dan memahami isi program

dokumenter tersebut.

Dalam proses pembuatan dokumenter televisi dari mulai sebab sampai

akibat serta proses kejadian atau peristiwa dari tema tersebut. Gaya dan bentuk film

dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksprimen meskipun isi

ceritanya memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi

ceritanya tetap berdasarkakn sebuah peristiwa nyata apa adanya.

Pembuatan program dokumenter dengan judul “Sebuah Cerita dari dalam

Kesepuhan” melalui banyak proses. Seorang penulis naskah sangat berperan dalam

pembuatan naskah dengan melewati proses riset yang sudah dilakukan bersama

anggota kelompok lainnya. kemudian menentukan konsep yang menarik, serta

tanggung jawab dalam pembuatan naskah tersebut. Oleh karena itu menarik atau

tidaknya suatu dokumenter tergantung penulis naskah.

89 MCU Eye Level Still

Wawancara Pak

Satu

NS

Page 48: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

62

3.3.1. Pra Produksi

Menurut Morissan (2009:270) menyatakakan “tahap pra produksi atau

perencanaan adalah semua kegiatan mulai dari pembahasan ide (gagasan) awal

sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar (shooting)”.

Menurut buku Gerzon R Ayawalia dalam Anton Mabruri (2013:73)

menyatakan ada empat alasan yang menerangkan bahwa dokumenter adalah

film nonfiksi :

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian

sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.

Bila pada film fiksi latar belakang (setting) adegan di rancang, pada

dokumenter latar belakang harus spomtan dnegan situasi dan kondisi

asli (apa adanya)

2. Yang di tuturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata

(realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan

imajinatif). Bila film dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka

dalam film fiksi yang di miliki adalah interpretasi imajinatif.

3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada sutau

peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot

dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Menurut Anton Mabruri (2013:80) mengemukakan bahwa:

Dalam suatu karya visul berbentuk dokumenter, dokumenter tv, dan feature

dibutuhkan kepekaan seorang penulis naskah terhadap dunia sekitar

terutama lingkungan sosial, budaya politik, dan alam semesta. Program

acara tv atau sama halnya ketika anggota tim akan membuat film

dokumenter yang merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta

perihal pengalaman hidup seseorang atau mengenai peristiwa. Artinya

bahwa ide cerita untuk dokumenter tv dan feature serta film dokumenter

bisa didapat dari hal-hal yang setiap harinya dilihat dan di dengar bukan

berdasarkan suatu khayalan imajinatif.

Pada tahap pra produksi ini penulis mempunyai peran penting karena

penulis naskah sudah mulai mempersiapkan ide cerita dan tema bersama anggota

tim. Penulis juga harus membuat konsep agar dokumenter yang di ambil pun lebih

menarik, yang tentunya harus melakukan riset terlebih dahulu ataupun mencari

referensi.

Page 49: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

63

Sebelum melaksanakan riset penulis membuat TOR sebelum produksi ini

sangat penting untuk menentukan tema yang akan diambil serta merumuskan

masalah kemudian mencari permasalahan melalui data-data yang telah

dikumpulkan atau mencari informasi dan referensi melalui browsing maupun

narasumber.

Setelah membuat TOR, jalinan kerja sama tim riset seperti penulis naskah

dan sutradara harus serasi dan saling mengisi karena komunikasi di antara mereka

akan terus berlangsung sampai pada tahapan penyelesaian penulisan naskah.

Kendati demikian, tanpa harus mencampuri hal-hal yang ada di luar tugas atau

urusannya.

Menurut Anton Mabruri (2013:85) menyatakan “riset adalalah

mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek,

peristiwa dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan”.

Riset bisa dilakukan oleh tim riset khusus, bisa pula dilakukan sendiri oleh

penulis naskah merangkap sutradara. Selain penulis naskah/sutradara terjun

langsung ke lapangan. Penulis naskah dan sutradara harus mengetahui meteri yang

diperlukan untuk kelengkapan visual yang tak ditemui atau di dapat diperoleh

gambar di lokasi peristiwa.

Penulis naskah dan sutradara lantas mengevaluasi hasil riset, mengetahui

serta menetapkan dengan pasti :

1. Mana informasi yang penting dan yang kurang penting

2. Bagaian informasi mana yang perlu di perdalam dan diperluas lagi

Page 50: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

64

3. Bagian mana sebab dan akibat peristiwa, yang di gunakan untuk

menunjang unsur dramatik atau umumnya struktur

Menurut Anton Mabruri (2013:89) mengemukakan bahwa

“Pendekatan pada subjek merupakan proses penting, yang dimulai sejak

riset hingga syuting nantinya. Pendekatan seorang broadcaster berbeda

dibandingkan dengan pendekatan riset para ilmuwan sosial, antropolog,

atau sosiolg. Metode riset dan pendekatan para ilmuwan melalui

pengumpulan kuesioner atau angjer yang biasa dilakukakn dalam suatu

penelitian sosial, namun broadcaster harus terjun langsung dan

berkomunikasi dengan subjek. Baik buruknya pendekatan dan komunikasi

yang dilakukan subjek akan terlihat saat melaksanakan syuting dan

wawancara”.

Menurut kesimpulan kutipan diatas, pendekatan kepada narasumber saat

melakukan riset dan wawancara itu sangat penting, karena dengan begitu

pendapatnya mengenai suatu masalah, beradsarkan pertanyaan yang sudah dibuat

narasumber diperlukan untuk mendukung suatu penelitian agar saat melakukan

produksi nantinya berjalan dengan lancar.

3.3.2. Produksi

Memasuki tahap produksi, penulis sebagai seorang penulis naskah ikut serta

membantu mendampingi produser, sutradara dan penata kamera dalam

mengvisualisasikan sebuah naskah sehingga menjadi sebuah tontonan yang

menarik. Penulis juga ikut serta turun langsung saat riset dilakukan.

Menurut Morissan (2009:271) menyatakan “tahap produksi adalah seluruh

kegiatan pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun diluar studio.

Proses ini disebut juga dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah

kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat kesalahan maka

pengambilan gambar dapat di ulang kembali”.

Page 51: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

65

Saat produksi, penulis naskah menyiapkan beberapa yang diperlukan untuk

kegiatan seperti membuat treatment dan mempersiapkan daftar pertanyaan untuk

narasumber. Dalam treatment harus dijelaskan susunan yang akan di visualkan atau

di representasikan dalam feature atau dokumenter. Jika ada wawancara, dalam

treatment juga perlu dijelaskan, meskipun isi wawancara tidak perlu ditulis secara

menyeluruh. Cukup untuk memberikan catatan pada bagian isi wawancara utama

atau sebuah draft pertanyaan. Selain itu, sebuah treatment juga sudah memberikan

alur cerita secara jelas, serta atmosfer bagi penataan suara yang diperlukan.

Menurut Anton Mabruri (2013:90) mengemukakan “Fungsi treatment

hanya berisi urutan shoot dan adegan, tetapi juga secara konkret berisi yang

berkaitan dengan judul dan tema, sehingga merupakan the treatment of the story.”

Pada tahap produksi juga penulis naskah mempersiapkan pertanyaan untuk

narasumber. Sebelum wawancara berlangsung, penulis naskah sudah bertanya-

tanya kepada narasumber agar, mempermudah proses berjalannya syuting.

Wawancara perlu dilakukan guna mendapatkan penjelasan fakta, misalnya dari

pihak berwenang tentang sesuatu kejadian. Wawancara juga dibutuhkan guna

mendapatkan kesaksian dari pihak-pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa. Selain

itu, wawancara juga diperlukan untuk tanggapan dari pihak yang ahli dalam suatu

hal. Ada beberapa format wawancara pada televisi, tapi tujuannya selalu sama yaitu

berupa menjelaskan suatu peristiwa kepada pemirsanya. Seorang penulis harus

meguasai konsep yang akan di ambil dan dituangkan dalam naskah berbentuk

naskah lalu menyaring beberapa pertanyaan untuk narasumber sebagai acuan untuk

isi dokumenter.

Page 52: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

66

3.3.3 Pasca Produksi

Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, maka tahap yang harus

dilakukan setelahnya adalah pasca produksi. Pada tahapan pasca produksi ini,

penulis terlibat langsung dalam proses editing. Penulis memiliki peran untuk

menemani editor dan sutradara terutama dalam memberikan pengarahan terhadap

shots yang telah ada dan juga menuntun agar kerja editor tidak jauh berbeda dari

naskah yang telah ditentukan.

Menurut Morrisan (2009:271) menyatakan bahwa “tahap pasca produksi

adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan

selesai dan siap di siarkan atau di putar kembali. Kegiatan yang termasuk dalam

pasca produksi antara lain penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek,

dll”.

3.3.4 Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah

Penulis merupakan orang yang bertugas menulis dan mengembangkan suatu

ide atau gagasan menjadi suatu karya di program televisi.

Menurut Morrisan (2009:275) menyatakan bahwa “Tanggung jawab

penulis naskah harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan dialog dan

menyusun adegan sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan ketegangan

yang terus meningkat hingga akhir cerita”.

Sebagai seorang penulis naskah harus memilki kemampuan mengubah ide

ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil umajinasi dari sebuah proses

penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan

Page 53: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

67

memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain. Naskah dalam program

dokumenter ditulis paling akhir sesudah editing selesai. Naskah biasanya

merupakan uraian penjelasan, informasi atau komentar terhadap suatu kejadian

yang pembawa seorang reporter dipersatukan dengan gambar tanpa pemunculan

pembawa suara (voice over). Naskah uraian hanya melengkapi tayangan visual

yang belum jelas atau perlu spesifikasi karena gambarnya terlalu umum. Untuk

tayangan visual yang sudah jelas, uraian tidak di perlukan. Biarkan gambar yang

berbicara sendiri. Dan untuk dokumenter tv ini, tidak perlu memakai voice over,

karena dengan adanya visual dan suara narasumber itu sudah cukup jelas.

3.3.5 Proses Penciptaan Karya

Menurut Anton Mabruri (2009:80) menjelaskan bahwa :

Ide itu bisa datang dari mana saja antara lain : lingkungan sekitar, buku,

koran, majalah, internet dan lain-lain. Seperti halnya ketika akan membuat

satu tayangan program acara tv atau sama halnya ketika akan membuat film

dokumenter yang merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta

perihal pengalaman hidup seseorang atau peristiwa.

Ada tiga hal yang mendasar yang perlu dimantapkan pada saat kita ingin

membuat karya visual yaitu :

Apa yang kita garap atau kita produksi? Ini menyangkut goal (tujuan

yang kita inginkan)

Bagaimana produk tersebut hendak dikemas. Ini menyangkut gaya,

pendekatan, dan bentuk? Jika itu sebuah program acara, jenis format

acara apa yang akan kita buat?

Untuk apa dan untuk siapa program acara ini kita produksi ini

menyangkut target atau sasaran penonton?

Page 54: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

68

Ketiga hal tersebut harus diyakini-atau dijawab secara mantap-sebelum

melangkah ke proses berikutnya. Meskipun sederhana tetapi ketiga hal dasar ini

terkadang membutuhkan waktu panjang untuk perenungan dan anaisis mendalam

dari seorang penulis naskah. Para pemulanya biasanya menggampangkan ketiga

dasar konsep yang seharusnya menjadi titik tolak untuk merealisasikan ide menjadi

sebuah karya agung (program acara).

a. Konsep Kreatif

Pada pembuatan program dokumenter televisi dengan judul “Sebuah Cerita

dari dalam Kesepuhan” ini, penulis naskah dan anggota tim ingin membuat konsep

kreatif yang akan dikemas dengan jenis dokumenter sejarah, yang berarti di

program dokumenter televisi ini ingin memperlihatkan sejarah keraton kesepuhan

yang dipadu dengan mistis dari peninggalan bersejarah tersebut.

b. Konsep Produksi

Pada tahap produksi, penulis naskah mempersiapkan naskah yang telah

dibuat beserta treatment dan pertanyaan untuk narasumber.

c.Konsep Teknis

Penulis juga melakukan wawancara kepada narasumber dan mencari tau

lebih banya tambahan materi yang belum diketahui agar lebih banyak wawasan

yang akan di dapat oleh pendengar. Saat produksi berlangsung dan mengecek

peralatan bila sewaktu-waktu terjadi kesalhan teknis pada saat produksi serta

penulis naskah pun ikut serta membantu penata kamera, dan sutradara pada saat

melakukan proses pelaksanaan produksi.

Page 55: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

69

3.3.6 Kendala dan Solusi Penulis Naskah

Disetiap produksi pasti ada saja kendala yang terjadi, baik itu diteknis

maupun di wawancara, seperti halnya di anggota tim dokumenter televisi kami yang

berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kesepuhan” dan beberapa kendala:

1. Penulis minim pengetahuan tentang materi yang akan diambil.

2. Saat proses wawancara ada suatu tempat yang dilarang masuk khusus

wanita. Dan kebetulan penulis berjenis kelamin perempuan.

3. Menentukan judul cerita yang tepat.

Disetiap kendala juga pasti ada solusinya. Solusi penulis naskah :

1. Mencari tahu lewat internet sebagai tambahan pengetahuan tentang

Keraton Kesepuhan di Cirebon

2. Saat wawancara, penulis digantikan sementara oleh sutradara

3. Banyak sharing dengan anggota kelompok sampai akhirnya

mendapatkan judul yang tepat

Page 56: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

70

3.3.7 Lembar Kerja Penulis Naskah

1. Konsep Program Penulisan Naskah

2. TOR (Term Of Refrence)

3. Transkip Wawancara

Page 57: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

71

KONSEP PENULIS NASKAH

Dalam pembuatan konsep penulis naskah seorang penulis naskah dan

anggota kelompok lainnya terlebih dahulu mempersiapkan ide yang nantinya akan

dibuat sebuah naskah dokumenter televisi, yang akan diajukan ke dosen

pembimbing dan setelah dosen pembimbing mengizinkan ide yang telah kelompok

kami buat barulah penulis naskah melanjutkan proses pembuatan naskah

dokumenter, seperti membuat TOR, melakukan riset dan membuat treatment

barulah produksi dan di bantu oleh sutradara.

Dalam dokumenter televisi ini, kelompok kami telah sepakat memberikan

judul yang tepat untuk program dokumenter ini, yaitu berjudul “Sebuah Cerita dari

dalam Kesepuhan” dengan tema sejarah. Kesepuhan Keraton Kesepuhan itu adalah

keraton termegah dan paling terawat di kota Cirebon. Keraton ini juga terkenal

sebagai Keraton pertama di Indoensia, maka dari itu Keraton ini disebut Keraton

tertua di Indonesia. Keraton Kesepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri

Cirebon yang bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon berdiri.

Keraton Kesepuhan berisi dua komplek bangunan bersejrah yaitu Dalem

Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan

komplek Keraton Pakungwati (sekarang disebut Keraton Kesepuhan). Pangeran

Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton

Kesepuhan dulunya bernama “Keraton Pakungwati”. Sebutan Pakungwati bersalah

dari nama Ratu Dewi Pangkuwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan

Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam usia yang sangat tua. Nama

dia diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama

Page 58: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

72

Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang berubah nama menjadi Keraton

Kesepuhan.

Dengan begitu Keraton Kesepuhan menjadi tempat yang sangat bersejarah,

disetiap sudut arsitekturnya memiliki sejarah, seperti tembok yang masih terbuat

dari susunan batu bata. Dan konon katanya benda-benda, bangunan yang bersejarah

di Keraton Kesepuhan tersebut memiliki aura mistis tersendiri, seperti adanya

kereta barong, lukisan, lalu ada sumur tujuh, dan patilasan. Ini di buktikan karena

jelas adanya kejadian langsung di keraton tersebut yang mengalami aura mistis.

Namun dengan adanya mistis, tidak mengurangi keindahan setiap benda yang ada

di dalam Keraton Kesepuhan Cirebon tersebut.

Dan penulis naskah pun ingin menampilkan penjelasan tentang sejarah dari

Keraton Kesepuhan, khususnya benda-benda atau tempat seperti kereta barong,

lukisan, sumur tujuh dan patilasan serta menceritakan beberapa mistis yang terjadi

di dalam Keraton Kesepuhan. Dari sejarah cerita tersebut disimpulkan bahwa

memang benar adanya alam gaib di dunia ini.

Page 59: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

73

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“TOR (Term Of Refrency)”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Masalah

Mistis dan pengalaman Abdi dalam Keraton di kedepankan dalam

pembahasan Program Dokumenter ini. Seperti adanya tempat atau barang-barang

peninggalan para Raja terdahulu di Keraton Kasepuhan yang mengandung mistis

bahkan keunikan-keunikan, kepercayaan menjadi bagian penting dalam cerita

spiritual Abdi dalam Keraton.

Fokus

Menyajikan sebuah cerita mengenai sejarah dari Keraton Kasepuhan dan

sebuah mistis yang pernah dialamin oleh abdi dalam Keraton Kasepuhan.

Angel

Dalam program dokumenter “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” angel

Pengalaman abdi dalam tentang Keraton Kasepuhan.

Page 60: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

74

SUSUNAN DAN PERTANYAAN NARASUMBER

1. Nama : Bapak Elang Jamaludin H

Narasumber 1 : Pangeran Ahid Putra ke 2

Pertanyaan :

Keraton itu berasal dari bahasa apa?

Bagaimana sejarah awal mula berubahnya nama Keraton

Pangkawati menjadi Keraton Kesepuhan?

Apakah di cirebon ini terdapat beberapa keraton? Dan apa masing-

masing dari keraton ini masih terhubung dengan kesepuhan?

Apa yang menyebabkan munculnya keraton selain kesepuhan?

Apakah benar keraton kesepuhan cirebon ini disebut keraton tertua

di Indonesia?

Bagaimana pendapat bapak dengan adanya isu bahwa tempat

keraton kesepuhan ini ada unsur magisnya?

2. Nama : Bapak Satu

Narasumber 2 : Abdi Dalam Keraton Kesepuhan Cirebon

Pertanyaan : pertanyaan Kereta Barong

Bagaimana sejarahnya tentang kereta barong?

Mempuyai keunikan tersendiri gak dari kereta barong tersebut?

Dilihat dari bentuk kereta barong yang begitu unik ini, sebenarnya

ada makna tersendiri gak sih dari setiap komponen-kompnennya?

Kerata barong ini di fungsikan untuk apa saja pada jaman

dahulunya?

Apakah punya ritual khusus untuk kereta singa barong tersebut?

Page 61: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

75

Kalau memang ada ritual khusus, ritualnya apa saja untuk kereta

barong? Dan kapan dilaksanakan ritual tersebut?

Dibalik sejarah dari kereta barong ini, apakah kereta barong ini

mempunyai unsur mistis?

Kejadian mistis apa saja yang ada di kereta barong?

Apakah ada kaitannya dari kejadian mistis dengan sejarah kereta

barong yang sudah cukup lama ini ada?

Bagaimana sejarah dibuatnya lukisan Prabusliwangi?

Siapa yang membuat lukisan Prabusliwangi?

Apa keunikan dari lukisan Prabusliwangi?

Buktinya apa bisa dikatakan bahwa lukisan ini adalah lukisan 3D

bahkan bisa dikatakan lebih dari itu?

Apakah pernah terjadi hal magis dilukisan tersebut?

Bagaimana bisa terjadi hal mistis seperti itu?

Kenapa dinamakan sumur tujuh?

Ada manfaat tidak dari air sumur tujuh ini?

Untuk apa saja manfaat dari air sumur tujuh ini?

Bagaimana sejarahnya tentang patilasan di keraton kesepuhan ini?

Mengapa perempuan dilarang masuk ke dalam patilasan tersebut?

Ada cerita mistis tersendiri tidak tentang tempat patilasan ini?

Bagaimana pendapat bapak satu sebagai abdi dalam keraton

kesepuhan ini tentang adanya unsur msitis yang ada di keraton

kesepuhan ini?

Page 62: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

76

AKADEMI KOMUNIKASI

BINA SARANA INFORMATIKA

“TRANSKIP WAWANCARA”

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.8

NO TIME LOGING STEATMENT KETERANGAN

1. 00.01.34 –

00.02.07

(PANGERAN ELANG

JAMALUDIN H)

Pakungwati itu dibuat pada

tahun 1430 Masehi oleh

Pangeran Walang Sungsang itu

nama dari putrinya Pangeran

Walang Sungsang yang

bernamanya Nyimas Pakungwati

lalu nantinya menikah dengan

Syech Syarief Hidayatullah atau

Sunan Gunung Jati pada abad 14

hingga abad 17 terjadi

perubahan sejarah para Keraton

Pakungwati terbagi menjadi dua

bagian Keraton menjadi

Page 63: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

77

Kesepuhan dan Kanoman//

semenjak itulah Keraton

Pakungwati disebut Keraton

Kesepuhan

2 00.02.24 –

00.04.16

itu Keraton Pakungwati awal itu

masih era Hindu karena

mginduk pemerintahannya ke

Hindu centralnya/ lalu jamannya

Sunan Gunung Jati/ beliau

menyatakan sebagai Keraton

Islam disini 1479 jadi sebagai

pusat pemerintahan di Jawa

Barat bahkan// Jadi Keraton

Cirebon ini dulu adalah sebuah

negara atau pemerintahan besar,

wilayahnya dari mulai tegal

sampai ke ujung kulon banten,

lampung bahkan sampai ke

palembang bahkan Jakarta atau

di pimpin dibawah pemimpinan

Pangeran Fatahillah (Pangeran

Jayakarta) itu adalah bagian dari

Keraton Cirebon karena

Fatahillah itu adalah

Page 64: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

78

Panglimanya Sunan Gunung Jati

di Cirebon sini/ karena waktu di

utus tahun 1527 Pangeran

Fatahillah sebagai Panglima

untuk mengusir portugis di

Sunda Kelapa maka Fatahillah

dengan keberhasilan mengusir

portugis beliau diberi gelar

penghormatan oleh Sunan

Gunung Jati dengan sebutan

yaitu Pangeran Jayakarta/ Jadi

Jayakarta itu artinya

kemenangan yang gemilang jadi

pada saat itu berhasil pasukan

cirebon yang di pimpin oleh

fatahillah panglimanya mengusir

dan memukul mundur Portugis

sehingga harta benda para

prajuritnya bisa diambil sebagai

harta rampasan dan semuanya

itu disimpan dimusium di

antaranya ada meriam di

halaman yaitu meriam

kinsantomin dan mariam

Page 65: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

79

kinsatomi yaitu meriam dari

portugis dan pakaian perang

yang beratnya 4 kilo karena

terbuat dari besi dan tembaga

dan ada juga pedilaras panjang

dll

3 00.04.28 –

00.06.29

(Pak Satu)

Secara pembuatan lukisan

Prabusiliwangi ini itu awalnya

dari Mas Lido itu dari Desa

Sancang atau garut/ dia lagi

dalam keadaan berpuasa lalu

bertemu atau bermimpi dengan

Prabusiliwangi lalu di tuangkan

di kain kanvas atau kain kasa/

Bahkan 3 hari mas Lido itu

berpuasa sambil melukis bahkan

menurut petunjuknya setelah

jadi di hadiah kan ke Keraton/

tapi waktu itu Mas Lido itu gak

mau ngasih ke Keraton/ setelah

mimpi yang kedua kalinya harus

betul –bentul di hadiahkan ke

Keraton terus lukisan ini itu

Page 66: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

80

lukisan 3 dimensi bahkan

menurut ahli pelukis melebihi 3

dimensi/ Itu kita kalau melihat

dari arah mana saja di ikuti oleh

lukisan tersebut/ misalkan kita

arah ke kiri/ dia ikut ke kiri juga

baik mata/ baik badan sama jari

kaki yang ini/ misalkan kita ke

kanan/ arah ke kanan mengikuti

juga arahnya ke kanan. Mata/

badan/ dan jari kaki yang ini//

Bahkan unsur mistisnya

Prabusiliwangi itu lukisan ini

ada unsur magisnya unsur

magisnya pernah terjadi itu ada

pengunjung/ pengunjung itu

suami dan istri/ istrinya tuh

pikirannya kosong/ melamun/

akhirnya energi macannya

masuk sama perempuan itu tapi

mengikutnya ucapannya tuh

mintanya bunga melati 3 biji lalu

dimakan lalu di netralisir dengan

Page 67: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

81

minum air sumur kejayaan/

Lepas udah

4 00.06.43 –

00.09.17

Jadi kereta ini dibuat atas

perwujudan 3 binatang seperti

belalai gajah/ belalai gajah itu

melambangkan bahwa cirebon

bersahabat dengan negara india

yang beragama hindu/ kepala

naga atau tanduknya liong itu

melambangkan bahwa cirebon

bersahabat dengan negara cina

yang beragama budha. Kalau

sayap itu melambangkan bahwa

cirebon bersahabat dengan

negara mesir yang beragama

islam// Yang ketiga unsur

kebudayaan ini seperti india/

cina dan mesir atau hindu/ budha

dan islam disatu padukan

menjadi senjata trisula di atas

belalai itu tri artinya tiga kalau

sula artinya tajam tetapi yang

dimaksud disini bukan tajamnya

senjata trisula tersebut tetapi

Page 68: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

82

tajamnya alam pemikiran

manusia seperti cipta/ rasa dan

karsa// Cipta/ rasa dan karsa ini

dimiliki oleh manusia sifat ini//

Dulu kereta singabarong ini di

fungsikan untuk acara kirab

keliling hari jadi cirebon/ hari

cirebon itu satu muharam tapi

satu hari muharamnya

berdekatan dengan hari jumat

keliwon itu yang pas sekali terus

di tarik oleh 4 ekor kerbau/

kerbaunya kerbau bule putih

atau kerbau albino terus

hebatnya juga kereta ini sudah

mengenal sistem power stering

atau sispensi scokbleker seperti

itu jadi power stering ini nanti

kereta ini tuh jalannya enteng

bisa bergerak bagian bawahnya

itu bergerak 90 derajat bahkan

sudah mengenal scokbleker

nanti kereta ini kalau berjalan

bisa mengayun maju mundur

Page 69: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

83

nanti sayapnya bisa mengepak

lidahnya bisa keluar masuk

seperti itu

5 00.09.19 -

00.10.53

Selama ini kejadian-kejadian

yang ada di kereta singabarong

itu kadang kadang itu pada

pengunjung kita sendiri/ Pernah

waktu itu juga pengunjung itu

dari jakarta waktu itu dia dalam

keadaan lagi hamil besar

perempuan itu/ itu begitu mau

masuk ke musium kereta

singabarong dia tiba-tiba keluar

lagi/ dia menyatakan sendiri

sama saya yang kebetulan saya

sebagai pemandu/ kenapa saya

mau masuk tiba-tiba keluar lagi

karena saya melihat sesuatu apa

yang ada di kereta secara gaib/

Dia melihat putri cantik sekali

pakaiannya berwarna hijau//

Ritual untuk kereta singabarong

khususnya itu kita memberi

bunga sumping/ Bunga sumping

Page 70: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

84

itu seperti bunga pengantin di

telinganya kanan kiri dikasih

terus lehernya dikasih kalung/

kalung melati itu merupakan

tradisi atau adat// Adanya itu

dikasih bunga sumping ini pada

malam jumat keliwon tanggal

satu mulut/ tanggal delapan

mulut/ tanggal 12 maulid nabi

juga idul fitri dan Idul Adha juga

setiap habis dimandiin itu setiap

tanggal 5 suro karena itu kita

sifatnya tradisi

6 00.11.13 –

00.11.51

Disebut sumur tujuh karena

sumber mata airnya ada tujuh/

Gunanya itu menurut apa yang

ada disini untuk kegunaan atau

syariatnya untuk siraman

midodaremi/ siraman pernikahan

baik pihak perempuan atau laki-

lakinya juga bisa untuk siraman

yang hamil nujuh bulan juga

bisa untuk menetralisir untuk

obat untuk membatasi yang

Page 71: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

85

tidak relevan juga untuk

ngerukyiah

7 00.12.12 –

00.14.26

Patilasan ini dulu digunakan

untuk itiqaf atau berzikirnya

ibadahnya sunan gunung jati

dengan pangeran cakra buana

disini karena dulu belum ada

mesjid agung atau mesjid agung

sang cipta rasa// Disini kenapa

alasannya perempuan tidak

boleh masuk mungkin itu

ketentuan dari dulu memang

tradisinya seperti itu jadi

ketentuannya itu kita juga

pernah dikasih tau sama sesepuh

keraton juga waktu dia

jabatannya lurah namanya

Bapak Lurah Amang/ dia kasih

tau waktu saya kesini sendiri/

Pak kenapa kok di patilasan itu

perempuan tidak boleh masuk?

tapi kata jawaban bapak lurah

amang ini karena dulu katanya

pernah ratu ayu dewi

Page 72: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

86

pakungwati/ putrinya pangeran

cakra buana/ baku cirebon pada

saat itiqaf tiba tiba dateng dateng

halangan akhirnya dia memberi

munasaf/ munasaf itu nasehat/

Nasehatnya nanti anak cucu kita

perempuan gak boleh masuk

keruangan ini makanya sampai

saat ini perempuan itu gak boleh

masuk terus takutnya alasannya

itu takutnya lagi menstruasi

kalau menstruasi kan kotor ya/

Makanya alhamdulillah sampai

saat ini di jaga//pernah sih ada

yang ngelanggar ada yang

ngelanggar tamunya itu suami

istri pernah dikasih tau

kebetulan tamu itu yang

mengantarkannya orang yang

jualan buku di keraton dikasih

tau sama mereka bahwa

perempuannya gak boleh masuk/

Begitu suaminya masuk istrinya

Page 73: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

87

masuk penasaran pas di dalem

kesurupan

8 00.14.28 –

00.15.48

(PANGERAN ELANG

JAMALUDIN H)

ya sebetulnya kita hidup di dunia

ini kan bertetangga yah yang

bisa di lihat dan tidak bisa

dilihat/ apa namanya gaib ya?

Dan kita akan merasakan hal-hal

gaib yang kita rasakan seperti

angin tuh gaib tidak ada/ Hari-

hari yang kita jalani gaib senin,

selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu,

minggu, memang ada

warananya? Gak ada/ Ada

bentuknya? Gak ada/ Ada

rasanya? Kan gak ada gitu/ Itu

kan gaib yang kita kenal jadi

semua acara sakral-sakral itu

mempunyai filosofi islami cuma

kadang-kadang aliran lain

mengatakan ini musrik itu

musrik karena memang tidak

menyelami apa makna

Page 74: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

88

terkandung di dalamnya begitu

Karena nenek moyang kita itu

mengemas semuanya pada saat

itu mengkuti seolah-olah

unsurnnya unsur kehindu-

hinduan bahasanya memang

tetapi sebenarnya itu makna

filosofinya itu syariat islam

karena kita hidup di bangsa

hindu pada saat itu. Jadi kita

tidak boleh menghilangkan

budaya keseniannya

9 00.15.50 –

00.16.19

(Pak Satu)

Kita sebagai umat islam sebagai

orang muslim harus percaya

dengan adanya gaib karena gaib

ini sifatnya garisnya tipis dengan

nyata/ dia saling berdekatan

antara gaib dan nyata itu/ Ya

kita percaya karena Allah sendiri

sifatnya gaib sebab saya sendiri

mengalami seperti itu///

Page 75: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

89

3.4 Proses Kerja Camera Person

Menurut Latief dan Utud (2015:151)” Cameraman atau penata gambar

adalah orang yang bertanggung jawab atas pengambilan gambar untuk program

televisi”. Penulis sebagai Cameraman dalam Program Dokumenter Televisi

bertugas memberikan informasi visual yang diarahkan oleh seorang sutradara.

Menurut Sarwo Nugroho (2014:198) “Rekaman yang baik adalah rekaman

yang mampu menyampaikan pesan kepada pendengarnya sesuai imajinasi dari

pembuatnya”. Penulis sebagai Cameraman memiliki tanggung jawab atas seluruh

bidikan adegan dan komposisi gambar yang dihasilkan oleh kamera. Maka dari itu

penulis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan kamera dan

selalu berkonsentrasi, sehingga dapat menghasilkan gambar yang bagus dan

memiliki pesan tersendiri.

Menurut Sarwo Nugroho (2014:12)” Sinematografi adalah suatu rangkaian

beruntun dari gambar bergerak yang dalam pembuatannya meperhatikan ketajaman

gambar, corak pengambilan gambarnya, memperhatikan seberapa gambar itu

ditampilkan, iramanya, dan sebagainya yang kesemuanyabmerupakan alat

komunikasi nonverbal”.

Penulis beserta tim harus bisa bekerja sama dengan baik dalam proses produksi,

agar dapat tercipta sebuah karya dokumenter yang menarik, baik dari segi

pengambilan gambar, penyampaian pesan dan mengemasnya menjadi sebuah

Dokumenter Televisi. Penulis harus mengerti tehnik dasar pengambilan gambar,

beberapa tehnik dasar pengambilang gambar antara lain ;

a. Close Up (CU)

Page 76: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

90

Hanya menampilkan kepala objek. Fungsinya untuk menekankan

ekspresi objek dan membatu penonton merasakan apa yang dirasa oleh

objek.

b. Medium Close Up (MCU)

Menampilkan kepala, pundak dan sebagian dada. Fungsinya untuk

memperjelas profil objek ke penonton.

c. Big Close Up (BCU)

Wajah objek memenuhi layar. Fungsinya untuk memunculkan objek

d. Extreme Close Up (EXCU)

Digunakan untuk detail suatu objek dan juga memperlihatkan jelas

ekspresi.

e. Long Shot (LS)

Pengambilan gambar yang luas. Fungsinya menunjukan objek dan

latar belakangnya. Memperlihatkan kondisi yang terjadi disekitar objek.

f. Very Long Shot ( VLS)

Pengambilan gambar yang sangat luas, menampilkan pemandangan

lingkungan objek secara utuh. Fungsinya untuk memberikan informasi bhaa

objek merupakan bagian dari lingungannya.

g. Full Shot ( FS)

Pengambilan gambar penuh dari ujung kaki hingga kepala.

Fungsinya untuk memberikan informasi disekeliling objek.

h. Knee Shot (KS)

Page 77: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

91

Pengambilan gambar dari kepala hingga lutut. Shot ini lebih netral,

tidak ada penekanan yang terlalu mendalam.

i. Medium Shot (MS)

Menampilkan ujung kepala hingga batas pinggang. Fungsinya unutk

memperlihatkan objek lebih jelas kepada penonton.

Menurut Sarwo Nugroho (2014:114) “Dengan ditempatkannya badan

kamera diatas peyangga, kamera dapat digerakkan sesuai keinginan kita, karna

dapat diputar ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah, maju mundur, dan ditunggingkan

ke atas kebawah”. Adapaun beberapa pergerakan kamera yang penulis rangkum

sebagai berikut:

a. Pan

Suatu cara pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera ke arah

horisontal tanpa mengubah posisi, Pan kiri dan Pan kanan.

b. Tilt

Suatu cara pengambillan gambar dengan menggerakan badan kamera

vertikal tanpa mengubah posisi kamera. Pengguna Tilt dapan diganti dengan

pan sehingga menjadi pan up dan pan down.

c. Dolly

Suatu gerakan kamera yang menuju objek disebut gerakan dolly in

sedangkan gerakan kamera yang menjauhi kamera disebut dolly back.

d. Track

Page 78: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

92

Pengambilan gambar dengan gerakan kamera horisontal, disebut

Tracking. Namun, jika kamera sejajar dengan pergerakan objek disebut

Follow Tracking. Kalau kamera mengelilingi objek sebagai pusat

gerakan, disebut Revolve Tracking atau Arc

e. Pendestal (Boom) dan Crane

Pengambilan gambar dengan pendestal dinaikkan disebut boom up atau

elevate camera, sedangkan kalau diturunkan disebut boom down, juga

disebut dengan depress camera. Sedangkan kalau menggunakan Crane

disebut Crane Up dan Crane Down.

Pada dasarnya, karakteristik dan perbedaan sudu kamera itu terjadi karna

maksud tertentu. Adapun sudut kamera yang sering kita jumpai,

diantaranya:

a. Straight Angle: Sudut kamera yang demikian sering digunakan pada

suatu acara yang gambarnya tetap.

b. High Angle: Memberikan pandangan dari atas kebawah. Sering

digunakan untuk memberi penjelasan situasinya, juga untuk memberi

tekanan dramatis.

c. Low Angle: Objek dilihat dari tempat yang rendah. Sering digunakan

untuk memberikan tekanan atas sifat seseorang.

d. Top Angle: Pengambilan gambar tepat diatas objek, atau setara dengan

arah jarum jam menunjuk ke arah jam 12.

e. Eye Level: Pengambilan gambar yang normal, sejajar dengan sudut

pandang manusia. Objek akan terlihat seperti pandangan normal.

Page 79: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

93

f. Dutch Angle: Pengambilan gambar yang dilakukan dengan cara

memiringkan kamera. Memberika gambar yang dinamis dan

memberikan fantasi kepada penonton

g. Over Shoulder Shot: Pengambilan gambar ini bisa disebut dengan

Point of View, sudut ini seolah olah berasal pandangan pemain tertentu,

dapat dilakukan dengan cara memposisikan kamera dibelakang salah

satu bahu pemain.

Kamera merupakan mata kedua seorang sutradara untuk mencurahkan

keinginan sutradara agar penonton dapat memahami isi cerita, dan didukung

oleh pengetahuan dalam pengambilan sebuah gambar. Dalam hal ini penulis

yang selaku sutradara harus dapat melaksanakan tugas dengan sebaik

baiknya dan menghasilkan sebuah film yang memilki daya tarik yang tinggi

dan kreatifitas tersendiri. Bekerjasama dengan tim produksi menjadi kunci

keberhasilan Dokumenter Televisi ini.

3.4.1 Pra Produksi

Menurut Umbara (2010:86) “Pada tahap ini, seorang cameramen diberi

pengarahan dari seorang sutradara atau program director tentang rencana visual

yang akan dibuat”.

Dalam tahap ini penulis yang selaku sutradara mengkaji tema demi tema yang

diberikan oleh tim dan memilih satu konsep yang akan dijadikan sebuah

Dokumenter Televisi, membuat jadwal keberangkatan riset dan mencari shot shot

yang akan digunakan saat produksi nanti.

Page 80: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

94

Setelah menemukan satu tema, penulis dan tim melakukan riset ke lokasi untuk

mencari sudut pengambambilan gambar yang sesusai dengan tema. Selain itu

penulis juga mempersiapkan fasilitas yang akan mendukung jalannya produksi

Dokumenter Televisi berjudul “ Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan”

3.4.2 Produksi

Di saat produksi peran penulis sengatlah penting, penulis sebagai cameraman

memulai tugasnya, dalam tahap ini penulis yang juga selaku sutradara mencari shot

atau angle yang berkualitas dan berkesinambungan dengan tema cerita, mencari

establis dan stok shot disetiap tempat yang akan digunakan saat wawancara. Penulis

dituntut bisa menoprasikan kamera dengan baik, dan juga menghasilkan gambar

yang tidak terkesan itu itu saja.

Menurut Umbara (2010:87)” ini tahap penting bagi seorang kameramen,

shooting script serta director treatment menjadi acuan untuk membuat shot bagi

kameramen pada produksi single camer”.

Produksi saat ini penulis menggunakan Kamera Sony VG30, dengan konsep

single camp, menyesuaikan pengaturan gambar agar hasil gambar lebih maksimal.

Penulis menggunakan tripod pada saat wawancara dan mnggunkan handheld saat

mengambil stok stok gambar. Tripod, lighting, mic adalah fasilitas pembantu

penulis selama produksi.

3.4.3. Pasca Produksi

Ditahap ini penulis mendampingi editor bertugas, penulis juga membatu dalam

selection shot mana gambar yang layak mana gambar yang tidak layak. Penulis

Page 81: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

95

yang juga selaku sutradara bersama editor harus bekerja sama untuk mendapatkan

hasil akhir yang memuaskan.

Menurut Umbara (2010:87)” Untuk produksi berita dan dokumenter,

kameramen terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal-hal

tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor”. Tidak banyak yang dilakukan

penulis pada tahap ini selain mempermudah kerja editor dalam pemilihan shot dan

menemani selama editor bertugas.

Setelah selesai tahap editing, penulis beserta tim meriview berulang ulang kali,

mencoba menelaah kekurangan, memperhatikan backsound, mempertahikan

apabila terjadi pengulangan shot. Setelah tim yakin tidak adanya kekurangan dan

nyaman untuk ditonton, penulis dan tim menyerahkan hasil editan kepada dosen

pembimbinga agar mendapat kritik dan masukan tentang Dokumenter Televisi ini.

3.4.5 Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Saat rapat sebelum produksi syuting penulis dan tim menntukan

komposisi gambar yang berkualitas, untuk sebuah film dokumenter visual

sangat membantu saat menyampaikan sebuah informasi, penulis yang

berperan juga menjadi sutradara membuat gambaran shot-shot dengan tema

yang sudah disepakati oleh tim, mengacu kepada tema yang penulis dan tim

angkat berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” menceritakan

sejarah dibalik sejarah dimana unsur natural sangat dibutuhkan dalam

penyajian.

b. Konsep Produksi

Page 82: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

96

Dikonsep produksi penulis melakukan perencanaan, penulis yang

berperan juga sebagai sutradara. Pada saat riset tadik sedikit moment yang

penulis lewatan, kamera yang selalu on disetiap percapan saat riset yang

dimana bisa menjadi stok shot pada saat proses editing. MCU ( medium

Close up ) PR (Pan Right) PL ( PAN Left) LS ( Long Shot) MS ( Medium

Shot) beberapa Angle Kamera yang mendominasi difilm kami.

c. Konsep Teknis

Dalam dokumenter berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan”

ini penulis tidak banyak menggunakan alat-alat pendukung kamera, penulis

menggunakan kamera tipe Sony VG 30 dibatu dengan Tripod, lensa kit,

Zoom H4N, dan Lighting.

3.4.6 Kendala dan Solusi

Kendala :1. Penulis baru pertama menggunakan kamera poduksi jadi ada sedikit

kesulitan pada saat mencari set kamera menjadi manual

2. Lightning dimana ada sebuah scene yang menggunakan Lightning namun tiba

tiba lightning tidak dapat menyala

Solusi :1. Alhasil penulis harus benar benar fokus dikarnakan cinematik menjadi

darah di dokumenter ini

2.Tim akhirnya memutuskan tidak menggunakan lighting mejadikan di semua

pengambilan gambar di dokumenter ini sangat natural tanpa grading dimana

menjadi dokumenter yang sesungguhnya.

Page 83: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

97

3.4.7 Lembar Kerja Camera Person

1. Konsep Program Camera Person

2. Camera Report (Shoot List)

3. Spesifikasi Kamera

Page 84: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

98

CAMERA REPORT (SHOOT LIST)

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.9

NO SCENE SHOT

Visual

TOS Angle Moving Take Video Notes

1 FS Eye Level Pan Right

Pak satu

duduk dan

berdoa

2 MS Eye Level Pan Right Patung singa

dan Kraton

3 MS Low

Angke Still

Lukisan

Prabusiliwangi

4 CU Eye Level Pan Left Ukiran kereta

singa barong

5 MCU Low

Angle Pan Left

Papan dalem

agung

pakungwati

6 MCU Eye Level Follow Pak satu jalan

7 FS Eye Level Still

Pak satu

berdoa

8 FS Eye level Still

Keraton

Kasephan

Page 85: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

99

9 LS Eye Level Still

Plang keraton

kasepuhan

10 FS Eye Level Still

Bagian depan

keraton

11 MS

Low

Angle

Still Lampu

12 MS Eye Level Still

Halaman

Keraton

13 MS Eye Level Moving

Wawancara

Pangeran

14 CU Eye Level Still

Silsila ibu dari

sultan

15 CU

Low

Angle

Tilt Down

Silsisa Bapak

dari sultan

16 LS Eye Level Still

Plang keraton

kasepuhan

17 CU Eye Level Pan Right

Bagian dalam

keraton

18 MS

High

Angle

Pan Right Dalem Agung

19 MS

Low

Angle

Tilt down Pintu patilasan

20 MS Eye Level Still Bunga sesajen

21 MS Eye Level Till Down Paseban

Page 86: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

100

22 LS Eye Level Pan Left Paseban

23 MS Eye Level Pan Left Patung singa

24 MS Eye Level Pan Left

Halaman

Museum

Pusaka

25 MS Eye Level Still

Meriam

Kisantomi

26 MS Eye Level Still

Meriam

Disantomi

27 MS Eye Level Still

Baju perang

Portugis

28 MS Eye Level Pan Left

Kitab kuno

koleksi

museum

29 MS Eye Level Still gamelan

30 MS Eye Level Still

Pohon

beberapa

burung

31 CU Eye Level Pan Right Rumput

32 MS Eye Level Pan Right Lamput

33 FS Eye Level Still

Lukian

prabusiliwangi

34 MCU Eye Level Still

Wawancara

Abdi dalam

Page 87: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

101

35 FS Eye Level Till Up

Lukisan Prabu

siliwangi

36 CU Eye level Pan Right

Kaki Lukisan

Prabu

siliwangi

37 MCU Eye Level Pan Left

Ukiran kereta

Barong

38 FS Eye Level Still Kereta Barong

39 MCU Eye Level Still Kereta Barong

40 MCU Eye Level Till Down

Papan

informasi

kereta barong

41 MCU Eye Level Still

Wawancara

pak satu

42 MCU Eye Level Pan Right

Kepala kereta

barong

43 MCU Eye Level Still Kereta Barong

44 MCU Eye Level Still

Sayap Kereta

Barong

45 MCU Eye Level Pan Right

Kepala Kereta

Barong

46 FS Eye Level Still

Pak Satu

duduk berdoa

Page 88: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

102

47 MS

Eye

Level

Still

Bagian

belakang

kepala kerata

singa barong

48 CU Eye Level Till Uo

Leher sampai

kepala kereta

barong

49 CU Eye Level Still

Pak satu

memasang

bunga

sumping

50 MS Eye Level Still

Pak Satu

Memakaikan

Bunga

Sumping di

leher kereta

barong

51 MS Eye Level Still

Pak satu

menaburi

bunga

52 MS Eye Level Still

Pak Satu

menaburi

bunga

53 MCU Eye Level Follow Bunga

Page 89: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

103

54 MS

Low

Angle

Still Pohon

55 MCU Eye Level Pen Left

Bagian Luar

Keraton

56 MS Eye Level Till Down

Pintu Dalem

Agung

57 MS Eye Level Still

Bagia

Belakang

Dalem agung

58 FS Eye Level Still

Pak satu

memandu

wisatawan

59 CU Eye Level Pan Right Sumur Tujuh

60 CU Eye Level Still

Kendi Sumur

Tujuh

61 FS Eye Level Till Up Bak Kontrol

62 MS Eye Level Till Down Sumur Tujuh

63 MS

Low

Angle

Till Down

Pintu Dalem

Agung

Patilasan

64 MS Eye Level Pan Left Batu Laut

65 MS Eye Level Pan right Paseban

66 MS Eye Level Pan Left Paseban dalam

Page 90: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

104

67 FS

Low

Angle

Till Down Pintu Patilsan

68 MCU Eye Level Still

Wawancara

Pak satu

69 FS Eye Level Still Pintu Patilasan

70 MCU Eye Level Still

Plang “

Wanita

dilarang

masuk”

71 MS Eye Level Pan Right

Bagian Dalam

Patilasan

72 MCU Eye Level Still

Waancara Pak

Satu

73 MS

Low

Angle

Still

Pohon

beringin

patilasan

74 FS Eye Level Still

Pangean

Duduk

75 MCU Eye Level Still

Wawancara

Pak satu

76 MS Eye Level Pan Right

Bagian Dalam

Patilasan

77 MS Eye Level Still Tempat Dupa

Page 91: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

105

78 FS Eye Level Pan Left

Bagina Dalam

Patilasan

79 MCU Eye Level Still

Wawanacara

Pak Satu

80 FS Eye Level Pan Right

Pak satu

Berdoa

81 MS Eye Level Still

Pak Satu

Berdoa

82 MS

Low

Angle

Still

Pak Satu

berdoa

83 MCU Eye Level Still

Wawancara

Pangeran

84 FS Eye Level Still

Sumur

Kejayaan

85 CU Eye Level Still

Papan Sumur

Kejayaan

86 MS

High

Angle

Still

Sumur

Kejayaan

87 MCU Eye Level Pan Right

Jalan Mnuju

Patilasan

88 MS Eye Level Pan Right

Jalan Keluar

Patilasan

89 MCU Eye Level Still

Wawancara

Pak Satu

Page 92: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

106

SPESIFIKASI KAMERA

Gambar III.5

Tabel III.10

No Spesifikasi Dasar

1. Lens Mount Fixed

2. Zoom Zoom H4N Recorder +

APV-4 Accessory

3. Sensor 23.5 X15.6mm

4. Resolusi 1920 x 1080 Full HD

Page 93: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

107

3.5 Proses Kerja Editor

Proses kerja editor adalah orang yang terakhir bertanggung jawab dari

sebuah program, yang mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga mampu

memberikan sentuhan seni pada hasil akhir yang akan disampaikan kepada

penonton yang menyaksikan, entah itu sebuah pesan atau informasi.

Dokumenter televisi adalah penayangan topic atau tema tertentu,

disampaikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (voice over),

menggunakan wawancara dan ilustrasi musik sebagai penunjang visual

(Sumber: Google. Arti Dokumenter Televisi – laurensiustriandy.wordpress.com)

Editing untuk gambar bergerak adalah proses menyusun (mengorganisir),

merivew, memilih dan kemudian menumpulkan bahan audio video/footage

selama proses produksi. Hasil pengeditan tersebut diupayakan harus

bercerita logis dan penuh arti dari visualisasi cerita yang ditayangkan, dari

awal hingga akhir dengan tetap diupayakan sesuai konsep asli/awal yang

dikerjakan yaitu bertujuan menghibur, menginformasikan, menginspirasi

dan dalin sebagainya. (RoyThompson&Christopher J.Bowen: Grammar of

the Edit Second Edition, 2009)

Untuk menjadi seorang Editor Dokumenter Televisi “ Sebuah Cerita Dari

Dalam Kasepuhan “, pada awalnya penulis termotivasi oleh rasa ingin tahu

sebuah proses pembuatan karya audio visual dari bahan shot-shot yang

tidak berurutan menjadi suatu cerita yang menarik dan digabungkan

kedalam proses editing. Dalam proses editing tidak hanya dikhususkan

untuk editor saja, tetapi dianjurkan untuk semua tim untuk memahami

proses editing.

3.5.1 Pra produksi

Tahap pra produksi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses

pembuatan suatu karya audio visual, karena dengan adanya tahap pra produksi

inilah suatu konsep ide atau perencanaan dasar diciptakan, dan keberhasilan tahap

produksi dan pasca produksi tergantung dari kesiapan dan kematangan di tahap pra

produksi.

Page 94: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

108

Di dalam tahap pra produksi ini para tim produksi yakni Sutradara,

Produser, dan Penulis naskah (Triangle system) merumuskan konsep atau

ide cerita yang akan dibuat. Pada tahap ini pula penulis sebagai editor tidak

terlibat dalam proses praproduksi dan produksi, penulis sebagai editor

ambil bagian guna memberi masukan agar lebih baik untuk proses syuting

dan pengeditan berjalan lancar.

Pada tahap ini, penulis sebagai editor sudah harus merencanakan sistem

kerja seperti apakah yang akan diterapkan pada tahap pasca produksi nantinya.

Penulis sebagai editor beserta tim produksi mulai melakukan pemilihan ide cerita

yang akan dijadikan sebagai Tugas Karya Akhir. Akhirnya setelah melakukan

diskusi, penulis beserta tim produksi sepakat untuk memilih ide cerita dengan judul

“Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan“ yang telah dibuat oleh sutradara.

Tidak sampai disitu saja, ide cerita yang telah dipilih pun terus mengalami

perubahan kearah yang lebih baik seiring berjalannya waktu pada tahap pra

produksi ini. Dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih baik penulis dan

tim produksi selalu melakukan diskusi dalam mengambil keputusan, sehingga

nantinya dapat tercipta visi dan misi antara penulis dan tim produksi.

Setelah melalui diskusi yang cukup lama dengan tim produksi dan juga Ibu anisti

S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Geo Fakta Razali

S.I.Kom, M.I.Kom selaku dosen pembimbing kedua, maka ide cerita yang telah

disetujui kedua dosen pembimbing. Penulis beserta tim produksi melakukan

hunting lokasi. Setelah mendapatkan lokasi sesuai dengan ide cerita, penulis

sebagai editor bersama sutradara dan penata kamera ikut terjun untuk membahas

shot-shot berdasarkan pada director treatment yang telah dibuat oleh sutradara.

Sebelum melangkah ke tahap produksi, penulis beserta tim produksi

diwajibkan untuk mengajukan proposal, lengkap dengan ide cerita kepada

Bapak Joko Utomo Hadibroto S.sos selaku dosen pembimbing, yang

Page 95: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

109

akhirnya menyetujui dan mengizinkan penulis dan tim produksi untuk

melakukan produksi.

3.5.2 Produksi

Di tahap ini, penulis sebagai seorang editor mengawasi proses pengambilan

gambar dan mengingatkan sutradara jika ada shot-shot yang terlewat atau bahkan

melenceng dari konsep yang telah disepakati yang pada akhirnya akan menyulitkan

penulis pada saat pasca produksi nanti. Memperhatikan continuity atau keserasian

gerak dan akting para narasumber, karena penulis dan tim produksi termasuk penata

kamera menggunakan single camera yang mengharuskan adanya pengulangan

adegan beberapa kali. Oleh karena itu, continuity gambar harus dijaga agar dalam

tahap pasca produksi yang sebagian besar menggunakan metode continuity dan cut

to cut agar tidak terdapat gambar yang jumping. .Proses produksi yang dijalankan

oleh penulis dan tim produksi pun berjalan lancar dan hasil yang maksimal.

3.5.3 Pasca produksi

Editor adalah orang terakhir dari keseluruhan pekerja produksi dalam

penggarapan sebuah karya visual film dan program acara televise. Pekerjaannya

adalah mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga mampu memberikan

sentuhan seni pada hasil akhir karya visual. Dalam proses editing ini, penulis

dibantu oleh sutradara.

1. Persiapan Editing

Setelah melalui proses produksi yang memakan waktu selama empat hari,

penulis sebagai seorang editor langsung melangkah ke tahap pasca produksi yang

bertempat di rumah penulis sendiri yang berlokasi di daerah Tebet Jakarta Selatan.

2. Pelaksanaan editing

Page 96: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

110

Pada tahap ini penulis melakukan proses kerja sebagai seorang editor.

Dimana tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian proses pembuatan

sebuah karya audio visual. Adapun langkah-langkah dalam proses

pengerjaan editing Dokumenter televisi “Sebuah Cerita Dari Dalam

Kasepuhan” ini adalah sebagai berikut:

1. Previewing raw material

Pada tahap ini penulis sudah menerima keseluruhan materi shooting

berupa kaset mini DV yang ditonton bersama dengan sutradara. Hal

ini dimaksudkan agar penulis mengenali semua bahan baku yang

didapat, dari shot yang di nilai baik, pilihan, maupun tidak baik.

Selain itu juga untuk menilai hasil kerja rekan satu tim dalam proses

produksi.

2. Logging

Dalam hal ini penulis mencatat waktu pengambilan gambar dan

memilih, memotong shot-shot yang ada disesuaikan dengan camera

report. Proses logging ini diperlukan kapasitas hardisk sehingga

dengan memilih gambar yang paling baik, maka hardisk tidak terlalu

penuh.

3. Digitizing

Di tahap ini penulis merekam/memasukkan gambar dan suara yang

telah di logging tadi. Disini penulis mulai mengontrol kualitas

gambar dan suara disetarakan sesuai dengan konsep film dan konsep

editing yang telah disetujui sutradara.

Page 97: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

111

4. Off line editing

Proses ini adalah tahapan awal dimana penulis sebagai editor mulai

menata gambar digitized sesuai dengan skenario dan urutan shot

yang telah ditentukan sutradara.

5. Online editing

Online editing adalah proses editing ketika penulis mulai

memperhalus hasil off line, memperbaiki kualitas hasil dan memberi

tambahan transisi serta effect khusus yang dibutuhkan.

6. Audio mixng

Mixing, berkaitan dengan proses audio dan juga memberi ilustrasi

musik maupun audio effect. Yang harus di mixing pada tahap ini

adalah dialog, effect, dan musik.

7. Release master (print to tape)

Setelah proses editing selesai dan penulis telah melakukan berbagai

perbaikan yang diperlukan, baik dari penulis sendiri dan dibantu

dengan masukan dari rekan lainnya terutama sutradara maupun

masukan dari dosen pembimbing, maka hasil akhir Dokumenter

televisi “Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan” ini siap untuk

dicetak kedalam pita kaset untuk proses outputting. Kaset yang

penulis gunakan untuk proses outputting adalah mini DV Sony 60

min.

3.5.4 Peran dan tanggung jawab

Page 98: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

112

Peran seorang editor atau penyunting gambar adalah bagaimana

mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian

disusun kembali menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki dramatisasi dan estis.

Jika dalam suatu penggarapan program acara televisi, video dan film pada saat

tahap produksi menjadi tanggung jawab sutradara, maka dalam taham pasca

produksi editor yang bertanggung jawab penuh.

3.5.5 Proses penciptaan karya

A. Konsep kreatif

Untuk membuat karya audio visual menjadi lebih menarik, penulis

sebagai editor mencoba memilih backsound yang berkultur Cirebon

jawa barat, seperti gamelan dan tarling (gitar suling). Selain backsound

berkultur Cirebon, penulis memasukan backsound mistis yang sesuai

dengan audio visual pada Dokumenter televisi ini. Dalam pembuatan

Opening Bill Board (OBB), penulis juga menekankan pada pengenalan

tokoh agar penonton dapat mengikuti jalan cerita pada Dokumenter

televisi tersebut dengan mudah.yang diikuti dengan beberapa effect

untuk membuat tampilan OBB semakin menarik. Dalam beberapa

adegan, seperti adegan ketika tokoh utama sedang melintasi danau,

penulis banyak menggunakan effect transisi cross dissolve agar tampilan

menjadi menarik dan tidak monoton. Di akhir cerita, penulis

memasukan suara voice over tokoh utama guna menambah sentuhan

dramatik sehingga pesan moral dapat tersampaikan dengan baik kepada

penonton.

B. Konsep Produksi

Page 99: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

113

Dalam pembuatan dokumenter televisi “Sebuah Cerita dari dalam

Kasepuhan” dalam melakukan proses produksi, tugas seorang editor

memang masih jauh dari kata maksimal. Penulis sebagai editor pada

proses produksi langsung mengumpulkan data-data gambar dan stok

shoot yang telah di ambil oleh seorang camera person.

C. konsep teknis

untuk membuat hasil editing yang sesuai dengan konsep kreatif, maka

penulis menggunakan software Adobe Premiere Pro cc17. Hal ini dipilih

karena dalam software ini, terdapat banyak effect yang dibutuhkan

dalam pembuatan Drama televisi ini. Selain itu software ini juga dapat

menghasilkan gambar yang lebih baik dari pada software lainnya seperti

Ulead Video Studio ataupun Pinacle. Selain itu, dengan menggunakan

software ini, penulis juga dapat memasukkan plug in final effect agar

dapat mendukung penulis dalam merealisasikan konsep kreatif yang

telah dibuat. Dalam menunjang proses editing, penulis juga

menggunakan perangkat komputer dengan spesifikasi seperti:

- Processor Intel Core i3-6006U2.0 GHz

- Motherboard ASUS P5PE-VM

- Memory RAM 4GB DDR3L

- VGA G FORCE GT920MX 2GB

- Hard disk 1TB HDD

- Monitor 14inch

- Capture Card

- DVD RW ASUS

Page 100: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

114

- Sound Card Creative SoundBlaster

- Keyboard + Touchpad

- Microsoft Windows 10

Penulis memilih spesifikasi komputer tersebut karena spesifikasi

tersebut sudah cukup memadai untuk melakukan proses editing dengan

baik. Dalam melakukan proses pasca produksi, penulis menggunakan

konsep continuity editing dan cut to cut editing. Hal ini dilakukan agar

penonton dapat mengikuti jalan cerita dengan lebih mudah.

Page 101: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

115

3.5.6 Lembar Kerja Editor

1. Konsep Kerja Editor

2. Laporan Editing

3. Proses Pembuatan Program ID

4. Spesifikasi Editing

Page 102: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

116

KONSEP KERJA EDITOR

Penulis sebagai seorang editor mengawasi proses pengambilan gambar dan

mengingatkan sutradara jika ada shot-shot yang terlewat atau bahkan melenceng

dari konsep yang telah disepakati yang pada akhirnya akan menyulitkan penulis

pada saat pasca produksi nanti. Memperhatikan continuity atau keserasian gerak

dan akting para narasumber, karena penulis dan tim produksi termasuk penata

kamera menggunakan single camera yang mengharuskan adanya pengulangan

adegan beberapa kali. Oleh karena itu, continuity gambar harus dijaga agar dalam

tahap pasca produksi yang sebagian besar menggunakan metode continuity dan cut

to cut agar tidak terdapat gambar yang jumping. .Proses produksi yang dijalankan

oleh penulis dan tim produksi pun berjalan lancar dan hasil yang maksimal.

Page 103: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

117

LAPORAN EDITING

Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani

Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya

dalam Kasepuhan”

Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I

Tabel III.11

N

O

TIME

EX

T/I

NT

KETERANGAN

VISUAL AUDIO S

F

X

TRANSIS

I

VID

EO

EFF

ECT

DURA

SI

1 00:00:00:00

-

00:00:05:00

- Bars And

Tone

- - Cutting - 5Detik

2 00:00:05:00

-

00:00:10:00

- Program

ID

- - Cuuting - 5Detik

3 00:00:10:00

-

00:00:15:00

- Logo BSI - - Cutting - 5Detik

4 00:00:15:00

-

00:00:20:00

- Cutting

Leader

- - Cutting - 5Detik

5 00:00:20:00

-

00:01:13:00

- Teaser Back Sound

Seram

-

Dip to

Black

- 53Deti

k

6 00:01:13:00

-

00:01:35:00

- Establish

Keraton

Back Sound

Gamelan

- Cutting - 23Deti

k

7 00:01:35:00

-

00:02:06:00

- Wawancara

pangeran

keraton,

menerangk

an

berdirinya

keraton

kasepuhan

Back Sound

Gamelan

- Cutting - 31Deti

k

8 00:02:06:00

-

- Establish

Keraton

Backsound

Gamelan

- Cutting - 19Deti

k

Page 104: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

118

00:02:25:00

9 00:02:25:00

-

00:04:15:00

- Wawancara

Pangeran

Keraton,

menerangk

an keraton

yang dulu

wilayahnya

sampai

sumatra

dan di

pimpin

pangeran

Jayakarta

- - Cutting,

Dip to

Black

- 1menit

20Deti

k

10 00:04:15:00

-

00:04:28:00

- Establish

Keraton,

establish

lukisan

prabu

siliwangi

Gamelan - Cutting - 12Deti

k

11 00:04:28:00

-

00:06:30:00

- Wawancara

Pak satu

dan

menerangk

an mistis

yang ada di

lukisan

prabu

siliwangi

Gamelan - Cutting - 2menit

22detik

12 00:06:31:00

-

00:06:44:00

- Establish

Kereta

Barong

Tarling Cirebon - Cutting - 13Deti

k

13 00:06:45:00

-

00:08:07:00

- Wawncara

kereta

singa

barong dan

menerangk

an mistis

yang ada di

kereta

singa

barong

- - Cutting - 2menit

20detik

14 00:08:07:00

-

00:08:33:00

- Kirab

keliling

hari jadi

kota

cirebon

Gamelan - Cutting - 30detik

Page 105: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

119

(courtesy

of

Youtube)

15 00:08:33:00

-

00:10:53:00

- Wawancara

kereta

singa

barong,

wawancara

mistis

kereta

singa

barong

Horor - Cutting - 2menit

20detik

16 00:10:53:00

-

00:11:17:00

- Establish

keraton,

establish

pak satu

menjadi

pemandu,

establish

sumur

tujuh

Gamelan - Cutting - 14detik

17 00:11:17:00

-

00:11:50:00

- Wawancara

sumur

tujuh dan

establish

sumur

tujuh

- - Cutting - 33detik

18 00:11:50:00

-

00:12:15:00

- Establish

patilasan

Gamelan - Cutting - 25detik

19 00:12:15:00

-

00:14:26:00

- Wawancara

patilasan,

establish

patilasan,

dan

menerangk

an mistis

yang ada

didalam

patilasan

Horor - Cutting - 1menit

21detik

20 00:14:26:00

-

00:15:50:00

- Wawancara

peangeran

keraton,

menanyaka

n arti

mistis yang

ada di

dalam

Horor - Cutting

Dip to

Balck

- 1menit

24detik

Page 106: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

120

keraton

kasepuhan

21 00:15:50:00

-

00:16:20:00

- Pak satu

berbicara

bahwa kita

itu harus

percaya

dengan

adanya

mistis

Horor - - - 30detik

21 00:16:20:00

-

00:17:35:00

- Penutup

acara

dengan

point-point

yang ada di

keraton

kasepuhan

gamelan - Cutting - 1menit

15detik

22 00:17:35:00

-

00:17:40:00

= Copyright

BSI 2018

- - - - 5detik

23 00:17:40:00

-

00:18:50:00

CV crew

Slayar Art

Project

- - - - -

Page 107: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

121

PROSES PEMBUATAN PROGRAM ID

Dalam pembuatan program ID dokumenter televisi “Sebuah Cerita dari

dalam Kasepuhan” ini penulis sebagai editor menggunakan sebuah video yang telah

di ambil oleh Camera Person, Video tersebut berisi narasumber yang sedang

menjelaskan tentang apa yang ada di dalam Keraton Kasepuhan. Didalam akhir

video ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia harus percaya dengan adanya

ghoib, karena ghoib itu garis nya tipis dengan manusia.

Page 108: BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program televisi. 3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran. 5. Mengupayakan

122

SPESIFIKASI EDITING

spesifikasi seperti:

Processor Intel Core i3-6006U2.0 GHz

Motherboard ASUS P5PE-VM

Memory RAM 4GB DDR3L

VGA G FORCE GT920MX 2GB

Hard disk 1TB HDD

Monitor 14inch

Capture Card

DVD RW ASUS

Sound Card Creative SoundBlaster

Keyboard + Touchpad

Microsoft Windows 10

Penulis memilih spesifikasi komputer tersebut karena spesifikasi tersebut sudah

cukup memadai untuk melakukan proses editing dengan baik. Dalam melakukan

proses pasca produksi, penulis menggunakan konsep continuity editing dan cut to

cut editing. Hal ini dilakukan agar penonton dapat mengikuti jalan cerita dengan

lebih mudah.