BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program...
Transcript of BAB III LAPORAN PRODUKSI · 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program...
15
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser
Di dalam sebuah produksi program televisi, banyak terdapat berbagai
bidang kerja yang berbeda dan berbagai macam tanggung jawab dalam berjalannya
sebuah produksi suatu program atau film, salah satu nya produser. Di dalam
pembuatan karya dokumenter ini penulis bertanggung jawab sebagi produser.
Menurut Bignell dalam buku Latief dan Utud (2017:4) menyebutkan bahwa:
“Produser adalah orang untuk lembaga televisi yang bertanggung jawab atas
anggaran, perencanaan, dan pembuatan program televisi atau serangkaian
program”.
Menurut Latief dan Utud (2015:124) “prodeser adalah pimpinan produksi
yang mengoordinasikan kepada seluruh kegiatan pelaksanaan sejak
praproduksi,produksi, pascaproduksi dan brtanggung jawab kepada eksekutif
produktif. Seorang produser harus memiliki kemampuan dan selera yang baik,
karena di tangan produser suatu program bias baik dan tidak”.
Berdasarkan kutipan di atas, penulis berperan penting dalam suatu karya
dokumenter televisi yang berjudul “Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan”, penulis
memimpin suatu produksi dan bertanggung jawab dalam keseluruhan mulai dari
perizinan, working schedule, breakdown budgeting dan lain-lain,
16
semua itu di lakukan agar sebuah produksi berjalan dengan lancar seperti yang
diharapkan.
3.1.1 Pra Produksi
Menurut Latief dan Utud (2015:148) “Praproduksi (preproduction) adalah
tahapan pelaksanaan pembahasan dan pencarian ide, gagasan, perencanaan,
pemilihan pengisi acara (talent), lokasi, dan kerabat kerja (kru). Pada tahapan ini
bertanggung jawab adalah eksekutif produser, produser, director (program
director), dan kreatif”.
Menurut Fachrudin (2012:10) “Praproduksi adalah tahap paling penting
dalam sebuah produksi televisi, yaitu merupakan semua tahapan persiapan sebelum
sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan
memudahkan proses produksi televisi”.
Dalam praproduksi penulis melakukan berbagai tahap yaitu pencarian ide,
melakukan riset, pembentukan tim, menentukan jadwal produksi, menentukan
budget :
a. Tahap Pembentukan Tim
Di dalam sebuah dokumenter televisi ada beberapa jobdest yang harus di
lakukan yaitu produser, sutradara, penulis naskah, kameramen, dan editor. Penulis
sebagai produser sangat mempercayai jobdest yang akan di pilih dari masing-
masing crew nya, dan saling bekerja sama saat melakukan suatu produksi.
b. Tahap Pencarian Ide
17
Di tahap pencarian ide ini penulis sebagai seorang produser lebih berkonsentrasi
terhadap pencarian suatu ide. Melainkan mencari sebuah judul, dan apa yang ingin
di angkat dalam suatu dokumenter televisi. Penulis memberi judul “Sebuah Cerita
Dari Dalam Kasepuhan” yang menceritakan sebuah peninggalan-peninggalan yang
terdapat di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon.
c. Tahap Melakukan Riset
Di tahap riset ini penulis sebagai produser dengan didapatkannya sebuah ide
yang matang dan mulai terbentuknya sebuah cerita, penulis melakukan riset yang
terkait dalam ide tersebut. Di dalam suatu dokumenter televisi harus melakukan
banyaknya suatu riset, tidak hanyak satu atau dua kali, karena tahap riset ini
merupakan tahapan yang sangat penting, apabila riset yang di lakukan kurang maka
tingkat kematangan konsep pun akan kurang.
d. Tahap Menentukan Jadwal Produksi
Dalam sebuah dokumenter televisi penulis sebagai produser harus membuat dan
menentukan sebuah jadwal produksi, karena akan menjadikan target untuk
melaksanakannya sebuah produksi.
e. Tahap Menentukan Budget
Penulis akan merancang sebuah biaya apa saja yang akan dibutuhkan mulai dari
pra produksi, hingga pasca produksi, dan akan di jabarkan secara detail apa saja
biaya yang di keluarkan.
18
3.1.2 Produksi
Tahap selanjutnya yaitu tahap produksi, dimana penulis sebagai produser
mengawasi jalannya proses produksi, mengawasi crew dalam tahap bekerja sesuai
dengan jobdest masing-masing dan memberikan solusi atau sebuah keputusan
apabila proses produksi mengalami berbagai kendala.
Menurut Latief dan Utud (2015:152) “Produksi (production) adalah upaya
mengubah naskah menjadi bentuk audio video (AV). Produksi berupa pelaksanaan
perekaman gambar (taping) atau siaran langsung (live)”.
Dalam proses produksi penulis bertugas sebagai produser yang akan
mengawasi dan memantau crew yang sedang bekerja, agar proses produksi dapat
berjalan dengan lancar dan baik. Selain itu penulis akan menjadi sebuah penengah
apabila terjadinya suatu perselisihan dan salah paham antar crew.
3.1.3 Pasca Produksi
Menurut Latief dan Utud (2015:155) Pascaproduksi (postproduction)
adalah tahapan akhir dari proses produksi program sebelum on air. Dalam
tahapan pascaproduksi program yang sudah direkam harus melakukan
beberapa proses, di antaranya editing offline, online, insert graphic, narasi,
effect visual, dan audio serta mixing.
Dalam pasca produksi ada beberapa tahap yaitu :
a. Tahap Editing
Pengertian editing adalah penyuntingan, pemotongan, penyambungan,
merangkai pemotongangambar secara runtut dan utuh dari bagian-bagian
dari hasil rekaman gambar dan suara
b. Tahap Mixing
Mixing adalah tahapan menyesuaikan menyelaraskan, menyeimbangkan
suara, dan memberian efek suara berupa musik pada program (adegan)
dengan memperhatikan kepentingan gambar yang ditampilkan.
c. Tahap Mastering
Mastering di sebut juga print to tape merupakan proses akhir dari
pascaproduksi, yaitu mentransfer hasil final editing yang sudah siap untuk
19
tayang, ditranfer ke dalam kaset, umum yang dipakai adalah Betacam digital
dan MiniDV, karena kedua kaset ini kualitasnya lebih baik dari lainya.
Proses pasca produksi ini adalah tahapam akhir dari keseluruhan dimana
penulis akan menyusun sebuah laporan harian, laporan keuangan, dan
mengawasinya proses editing.
Pada saat pasca produksi penulis sebagai produser berperan penting
mendampingi dan mengawasi seorang editor dalam mengerjakan proses editing,
selain itu produser menyiapkan apa saja yang di perlukan dari seorang editor.
Semua itu di lakukan agar proses editing di lakukan dengan lancar dan baik.
3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Produser
Menurut Ariatama dan Muhlisiun (2008:43) menyimpulkan bahwa tugas
dan tanggung jawab seorang produser adalah
1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau scenario film/program
televisi.
3. Menyusun rancangan produksi.
4. Menyusun rencana pemasaran.
5. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi.
6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari
semua departemen.
7. Produser bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hokum dengan
berbagai pihak dalam produksi yang di kelola.
Dari kutipan diatas penulis sebagai produser menyimpulkan bahwa peran
dan tanggung jawab seorang produser sangat lah besar, karena seorang produser
memiliki jabatan teratas dan pemimpin dalam suatu program televisi dari crew
lainnya. Di dalam suatu produksi produser bertugas mengurus semua kebutuhan
mulai dari pra produksi , produksi hingga pasca produksi.
3.1.5 Proses Penciptaan Karya
a. Konsep kreatif
20
Penulis memilih konsep dokumenter televisi untuk program televisi
tugas akhir. Setelah beberapa tema yang akan penulis angkat , baru lah
penulis pilih salah satu tema yang ingin diangkat dengan cara
berkonsultasi atau berdiskusi dengan crew lainnya.maka crew memilih
dokumenter televisi yang berjudul “Sebuah Cerita dari dalam
Kasepuhan”. Setelah itu barulah penulis dan crew lainnya melakukan
rapat untuk berjalannya sebuah pra produksi yaitu mengembangkan
suatu ide menjadi konsep kreatif yang nantinya konsep akan bagus pada
saat proses editing.
b. Konsep produksi
Dari matang nya sebuah ide yang sudah dibuat,kemudian penulis dan
crew lainnya melakukan sebuah riset untuk mengumpulkan data-data
yang akurat, mencari narasumber dan hunting lokasi agar pada saat
proses produksi nanti tidak ada kendala. Setelah menjalankan sebuah
riset penulis dan crew lainnya kembali melakukan rapat untuk
mejalankannya proses produksi.
c. Konsep teknis
Pada tahap ini semua crew melakukan briefing mengenai proses
praproduksi hingga tahap sebuah riset sebelum melaksanakannya proses
produksi. Pada proses produksi, penulis bekerja sama dengan penulis
naskah,sutradara dan kameramen agar berjalannya dengan lancar proses
produksinya. Untuk mengambilnya sebuah gambar dalam proses
produksi, crew bersepakat menggunakan kamera Sonny VG 30, serta
pada saat proses wawancara crew sepakat untuk memakai clipon,dan
21
pada saat proses editing crew sepakat memakai laptop ASUS milik dari
salah satu crew.
3.1.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Kendala :Susahnya meminta izin bertemu Pangeran dari Keraton
Kasepuhan dan mencari abdi dalam Keraton Kasepuhan
untuk menjadi narasumber.
Solusi :Bertemunya salah satu orang dalam Keraton Kasepuhan,
allhamdulilah mau membantu untuk meminta izin agar
bertemunya dengan Raja dan memberi tau abdi dalam yang
sangat menguasai selak buluk Keraton Kasepuhan.
Kendala :Pada saat produksi ingin mewawancarai abdi dalam Keraton
Kesepuhan dan sudah membuat janji akan berlangsungnya
wawancara tetapi terdapat kendala yaitu abdi tersebut
kedatangan tamu.
Solusi :penulis sepakat dengan anggota tim lainnya untuk
menunggu tamu hingga selesai.
22
3.1.7 Lembar Kerja Produser
1. Konsep Program
2. Working Schedule
3. Breakdown Budgeting
4. Shooting Schedule
5. Call Sheet
6. Equipment List
23
Konsep Program
Dalam pembuatan program dokumenter ini penulis membuat suatu program
dokumenter televisi yang tidak hanya menarik, namun program ini dapat
memberikan sesuatu yang bermanfaat seperti memberikan suatu informasi dan
memberikan pesan yang positif kepada para penonton yang akan menyaksikan
program dokumenter ini. Judul program dokumenter televisi ini berjudul “Sebuah
Cerita dari dalam Kasepuhan”, dibuatnya dokumenter ini tujuan utamanya adalah
memberikan infomasi tentang sejarah salah satu tempat bersejarah di Indonesia
yang ternyata adalah keratin tertua di Indonesia. Tempat ini juga memiliki
keunikan. Di program ini juga memperlihatkan beberapa kebudayaan yang sampai
saat ini dilakukan semata-mata hanya untuk menghormati kebudayaan bekas nenek
moyang pada zaman dahulu saja. Tidak hanya memberikan informasi saja, namun
membuat program menarik itu sangat penting. Pada program dokumenter ini,
penulis membuat program informasi yang di kemas dengan cerita hal mistis dari
dalam dalam Keraton Kasepuhan tersebut. Dengan begini membuat penonton
penasaran. Cerita mistis yang ada di dalam program dokumenter ini, adalah hal-hal
yang memang terjadi di dalam Keraton Kasepuhan yang dialami langsung
melibatkan salah satu abdi dalam Keraton Kasepuhan. Di program ini juga
menjelaskan bahwa adanya hal-hal mistis seperti ini memang ada karena Tuhan
atau Allah pun sifatnya gaib atau tidak terlihat.
24
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“WORKING SCHEDULE”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.1
N
o
Taha
p
Aktifitas Target per Minggu
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P
R
A
P
R
O
D
U
K
S
I
Pembagian
Jobdesk
2 Penemuan Ide
Cerita
3 Pengajuan
Konsep
4 Pengarahan
Treatment&T
OR
5 Menentukan
Jadwal Riset
6 Riset
No Tahap Aktifitas Target per Minggu
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P
R
O
D
U
K
S
I
Shooting
1
2 Shooting
2
3 Shooting
3
4 Shooting
4
N
o
Taha
p
Aktifitas Target per Minggu
April Mei Juni Juli
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 P
A
S
C
A
P
R
O
D
U
K
S
I
Breafing
Hasil
Pasca
Produksi
2 Pembuata
n Lembar
Kerja
Masing-
Masing
Divisi
3 Review
Gambar
4 Akhir
Editing
5 Simulasi
Sidang
6 Sidang
Tugas
Akhir
Deskripsi Program
Kategori Program : Sejarah dan Informasi
Judul Program : Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan
Durasi Program : 16 Menit
Target Audien : 1.Usia
Remaja hingga dewasa (17-30 tahun)
2.Jenis Kelamin
Laki-Laki dan Perempuan
3.Status Ekonomi Sosial
kelas menengah atas (B+) & kelas menengah bawah(B)
Karakteristk Produksi : Tapping Record
Jam Tayang : 21.40 WIB – 21.56 WIB
Hari : Senin
26
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“BREAKDOWN BUDGETING”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.2
No Item Unit Rate Amount Notes
Prapoduksi
Riset 1
1. Tiket help 4 @ 100.000 Rp 400.000 Tiket
berangkat
2. Makan & minum 4 @ 35.000 Rp 280.000 2 hari
3. Tiket bis 4 @ 80.000 Rp 320.000 Tiket Pulang
4. Biaya tak terduga Rp 300.000 2 hari
5. Grab Car 2 @ 90.000 Rp 180.000
Jumlah :
Rp 1.480.000
Riset 2
6. Tiket kereta (Tegal
Expres)
8 @ 50.875 Rp 407.000 Pergi dan
pulang
7. Gocar 2 @ 100.000 Rp 200.000 Pergi dan
pulang
8. Makan dan minum 4 @ 35.000 Rp 280.000 2 hari
9. Biaya tak terduga Rp 150.000 2 hari
Jumlah :
Rp 1.037.000
Produksi
10 Sewa kamera
(Sonny VG 30) ,
batrai, charger ext,
1 @ 350.000 Rp 1.400.000 4 hari
27
memory 32 GB,
dan Tripot
11. LED 16 inc ATT 1 Rp 125.000 4 hari
12. Zoom H4N 1 Rp 75.000 4 hari
13. Clip On 1 Rp 100.000 4 hari
14. SD Card 32 GB 1 Rp 25.000 4 hari
15. Tiket kereta 4 @ 135.000 Rp 540.000 Berangkat
16. Tiket kereta 4 @ 50.875 Rp 203.000 Pulang
17. Sewa Lokasi 1 Rp 1.300.000 4 hari
18. Beli kabel roll dan 2 Rp 42.500
19. Batu Batrai
Alkaline
1 Rp 24.000
20. Sewa motor 2 @ 75.000 Rp 600.000 4 hari
21. Grabcar 1 Rp 50.000 Untuk
membawa
alat
22. Bensin motor 2 @ 30.000 Rp 60.000
23. Beli bunga Rp 150.000 Untuk ritual
singa barong
24. Parkir motor 2 Rp 4.000
25. Tempat tinggal Rp 100.000 Untuk bapak
yang sudah
membantu
26. Beli kertas kado 10 @ 1.500 Rp 15.000
27. Print panduan 1 Rp 20.000
28. Scan dan kirim Jne 2 Rp 25.000 Mengirim
berkas ke
pihak keraton
28
29. Makan dan Minum 4 @ 35.000 Rp 560.000 Untuk buka
puasa dan
sahur
30. Pengeluaran tak
terduga
Rp 300.000
Jumlah :
Rp 5.718.500
Pascaproduksi
31.
.
Bensin Rp 40.000
32. Konsumsi Rp. 400.000
33. Print
Dispro,Poster,Cd,
Photocoppy Dispro
Rp 500.000
34. Biaya tak terduga Rp 100.000
Jumlah :
Rp 1040.000
Pemasukan Rp 2.500.000 X 4 = Rp 10.000.000
Pengeluaran :
1. Pra Produksi Rp 2.517.000
2. Produksi Rp 5.718.500
3. Pasca Produksi Rp 1.040.000
TOTAL Rp 9.275.500
SISA Rp 724.500
29
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“SHOOTING SCHEDULE”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.3
No Hari dan Tanggal Waktu Pelaksanaan Kegiatan
1 Rabu, 30 Mei 2018 05.30 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat
2 08.15 – 11.04 Perjalanan Lokasi
11.04 – 12.00 Istirahat
12.00 – 16.00 Pengambilan Stock Shoot
16.00 Selesai Produksi
3 Kamis, 31 Mei
2018
05.00 – 07.00 Persiapan barang dan Alat
4 07.00 – 12.00 Pengambilan Stock Shoot
5 12.00 – 13.00 Istirahat
6 13.00 – 17.00 Pengambilan Gambar
7 17.00 – 19.00 Istirahat
8 19.00 – 21.00 Evaluasi
9 21.00 Selesai Produksi
10 Jumat, 1 Juni 2018 05.00 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat
11 07.00 – 12.00 Pengambilan Gambar
12 12.00 – 13.00 Istirahat
13 13.00 – 17.00 Pengambilan Gambar
14 17.00 – 19.00 Istirahat
15 19.00 – 21.00 Evaluasi
16 21.00 Selesai Produksi
17 Sabtu, 2 Juni 2018 05.00 – 07.00 Persiapan Barang dan Alat
18 07.00 – 12.00 Pengambilan Gambar
19 12.00 – 13.00 Istirahat
20 13.00 – 14.30 Evaluasi
21 14.30 – 18.41 Perjalanan Pulang
22 18.41 – 22.00 Selesai Produksi
30
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“CALL SHEET”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.4
No. Nama Jabatan No.Handphone
1. Indah Rupa Faryani Produser 082119686375
2. Dhimas Wirasetya Sutradara 083877645621
3. Annisa Nuansa Islamy Penulis Naskah 082258588977
4. M. Andriansyah Editor 081283157434
5. Dhimas Wirasetya Kameramen 083877645621
6. Satu Narasumber 089650982502
7. Elang Jamaludin Narasumber 089625443216
31
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“EQUIPMENT LIST”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.5
No. Nama Jumlah Keterangan
1. kamera (Sonny VG 30) 1 Sewa
2. Batterai 1 Sewa
3. Charger ext 1 Sewa
4. Memory 32 GB 1 Sewa
5. Tripot 1 Sewa
6. LED 16 inc ATT 1 Sewa
7. Zoom H4N 1 Sewa
8. Clip On 1 Sewa
9. SD Card 32 GB 1 Sewa
10. Kabel Roll 1 Milik Sendiri
11. Batterai Alkaline 1 Milik Sendiri
12. Headset Oppo 1 Milik Sendiri
13. Laptop Asus 1 Milik Sendiri
14. Kamera Canon 1 Milik Sendiri
32
3.2 Proses Kerja Sutradara
Menurut Naratama (2013:5) Sutradara Televisi adalah sebutan bagi orang
yang mempunyai profesi menyutradarai Program AcaraTelevisi baik untuk Drama
maupun Non Drama, Outdoor atau Indoor, Single Cam maupun Multi Cam.
Menurut Alan Wurtzel dalam Naratama (2013:6) Sutradara Televisi adalah
“The Production team member responsible for creating the sound and picture of a
program (anggota tim produksi yang bertanggung jawab terhadap pembuatan suara
dan gambar dalam sebuah program)
Penulis tentunya memiliki tanggung jawab selama produksi dari pra produksi,
produksi, sampai pasca produksi. Produksi Indoor atau Outdoor dengan
mengunakan Single Cam.
Penulis harus memperhatikan gambar yang diambil agar audien merasa dekat
dan pesan yang ingin disampaikan bisa terealisasi melalui audio visual, penulispun
harus mengerti tehnik-tehnik pengambilan gambar.
Penulis dituntut berfikir cepat saat terjadi masalah dalam produksi, penulis juga
harus tegas mengambil keputusan saat terjadi masalah selama produksi, karna
segala macam hambatan tidak lepas dalam sebuah produksi film.
3.2.1 Pra Produksi
Menurut Naratama (2013:23) “Tugas Sutradara Televisi saat Pra Produksi
adalah terlibat seluruh proses kreatif, teknis dan produksi dan bertanggung jawab
terhadap blocking pemain dan kamera.”
33
Menurut Naratama (2013:7) ”Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi
ketiganya menyatu tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkan perngerjaan
produksi ini hialng atau belum selesai, tugas sang sutradara masih belum selesai
tuntas, pertanggung jawabanpun belum selesai.”
Dalam proses Pra Produksi, Penulis mencari tema yang akan diangkat
menjadi sebuah Dokumenter Televisi, Menentukan tema untuk membuat
Dokumenter Televisi bisa dimulai dengan melakukan riset, secara verbal atau non
verbal. Setelah menemukan tema, Sutradara harus melakukan riset mendalam
terhadap tema dari Dokumenter Televisi yang ingin dibuat dengan cara mendatangi
narasumber, melakukan pendekatan dan wawancara untuk mengulik tema yang
ingin dibuat. Sutradara bekerja sama dengan Penulis Naskah untuk mencari
informasi tentang tema yang akan dibuat dari narasumber, dan membuat alur cerita
untuk film.
Dokumenter Televisi ini berjudul “ Sebuah Cerita Dari dalam Kasepuhan”
menceritakan tentang sisi lain dari Kraton asal Cirebon yang didirikan pada tahun
1430 oleh pangeran Cakrabuana dan menjadi Keraton tertua di Indonesia. Intisari
dari Dokementer Televisi ini mengacu pada tempat, benda bersejarah, Kisah Mistis
bahkan Ritual yang melekat dalam Keraton Kasepuhan Cirebon. “Bangsa yang
besar adalah Bangsa yang tidak melupakan sejarah”, kalimat itu yang pantas
menggambarkan Keraton ini sebab mereka masih memegang teguh ritual dan
larangan yang ada sejak zaman nenek moyang mereka, keaslian dan rumor mistis
tentang daerah cirebon membuat roman tersendiri dari Keraton yang awal didirikan
bernana Keraton Pakungwati ini.
34
Dalam tahap Pra Produksi ini penulis yang sekaligus menjadi kameramen
bersama produser, penulis naskah dan editor melakukan riset kebeberapa abdi
dalam Kraton kemudian mengulik informasi tentang benda, tempat bersejarah dan
diikutin dengan ritual dan kejadian supernatural yang pernah dialami oleh abdi
dalam keraton, bertemu dengan salah satu keluarga sultan meminta izin untuk
mengikuti salah satu ritual yang ada dikeraton dan mengulas pesan dibalik ritual
tersbebut.
Dokumenter Televisi ini memiliki empat bagian, dua Benda dan dua Tempat
yang penulis pertimbangkan dari sekian banyak tempat dan benda di keraton ini
untuk difokuskan. Benda pertama berada di dalam Museum Pusaka dimana terdapat
dua benda yang dibahas, Pertama adalah Lukisan Prabu Siliwangi yang dibuat oleh
laki laki asal garut yang bernama ridho, dikisahkan oleh abdi dalam pada saat
pembuatan lukisan ini mas ridho bermimpi bertemu dengan prabu siliwangi setelah
ia terbangun dari mimpinya, ridho menuangkannya diatas kanvas. Ada keunikan
tersendiri dari lukisan ini, tidak sama hal dengan lukisan pada umumnya, lukisan
ini terlihat seperti tiga dimensi namun dibalik itu mata dan bagian kaki kanan
lukisan ini selalu mengarah kepada pengunjung yang melihatnya. Benda yang
kedua adalah sebuah Kereta Singa Barong yang menjadi daya tarik utama keraton
ini, sebab kereta ini ditetapkan sebagai kereta kencana tercantik di dunia oleh
UNESCO ( United Nations Educationa, Scientific and Cultural Organization).
Dibuat pada abad ke-15 oleh cucu dari Sunan Gunung Jati, memiliki Material yang
tidak kalah hebat dibandingan dengan abad ke-20 saat ini. Kereta ini pun
menyimpan banyak misteri, seperti ditaruhnya bunga sumping di leher kereta
35
tersebut pada hari hari tertentu, pengalaman mistis pengunjung yang dicerikan
kembali oleh abdi dalem keraton membuat kereta ini layak penulis angkat.
Tempat Pertama berada didalam Agung Pakungwati Bernama Sumur Tujuh,
Nama dari Sumur Tujuh bukan sembarang nama, karna sumur ini airnya tidak
pernah kering diterpa musim hujan maupun kemarau. Air dari sumur biasa menjadi
cindera mata dari keraton ini. Biasa diambil oleh warga sekitar keraton untuk
melakukan acara 7 bulanan bayi, dipercaya juga bisa menetralkan penyakit dan
digunakan untuk merukiah. Uniknya di sumur ini adalah, keraton kasepuhan
memiliki jarak yang tidak jauh dari laut, sumur yang berada di luar sekitaran
keraton cenderung keruh bahkan asin airnya , tapi tidak di sumur ini. Tempat Kedua
masih di area Dalam agung pakungwati bernama Patilasan Agung Pakungwati,
Patilasan ini dulunya adalah tempat meditasi Sunan Gunung jati. Tempat ini
memiliki beberapa aturan seperti alas kaki yang harus dilepas saat hendak
memasuki patilasan dan perempuan dilarang memasuki area tersebut, abdi dalam
bercerita kepada penulis bahwa pernah ada pengunjung suami dan istri yang
mengabaikan aturan tersebut, belum jauh sang istri melangkah masuk tiba tiba sang
istri tersungkur dan kerasukan oleh mahluk halus. Di payungi oleh pohon beringin
besar membuat aura magis di tempat ini sangat terasa.
Setelah mempersiapkan materi, penulis dengan Produser mempersiapkan
alat-alat dan kebutuhan yang harus tersedia selama waktu produksi berlangsung.
36
3.2.2 Produksi
Menurut Naratama (2013:23) “Tugas Sutradara saat produksi adalah
bertanggung jawab pada penyutradaraan pentas/panggung/lokasi dan pengarahan
audio visual, termasuk liputan pada momen.
Ketika Produksi, penulis yang juga menjadi kameramen mengambil gambar
area dan suasana di sekitar keraton, sebelum mengambil gambar wawancara penulis
menekankan penulis naskah agar memberikan pertanyaan umum dulu sebelum
masuk ke pertanyaan khusus, Produser yang memiliki akses untuk bertemu nara
sumber sebelum memulai syuting.
Penulis memilih satu dari beberapa abdi dalam yang akan menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan oleh penulis naskah, penulis ingin menyajikan sisi lain
dari keraton kasepuhan.
3.2.3 Pasca Produksi
Menurut Naratama (2013:32) “Tugas Sutradara saat pasca produksi adalah
bertanggung jawab pada hasil akhir editing”.
Ketika Pasca Produksi, penulis mendampingi dan membantu editor untuk
menseleksi gambar yang akan masuk ke konten, penulis mengarahkan editor
tentang plot plot yang akan ada di konten.
Penulis memberikan referensi audio, memperhatikan penempatan backsound
agar dapat membangun susana yang ditampilkan,bukan hanya sekedar bagus dilihat
dan nyaman didengar melaikan ada pesan tersendiri setelah menonton Dokumenter
Televisi ini.
37
3.2.4 Peran Dan Tanggung Jawab Sutradara
Menurut Naratama (2013:27-28) “Biarpun muncul 1000 stasiun televisi baru,
peran dan tanggung jawab sutradara televisi tetap berlaku sama di seluruh dunia,
masalah ini juga dikupas oleh Herbert Zettl dan dua orang pakar komunikasi
Amerika yaitu Alsn Wurtzel jebolan New York University, serta Dosen Produksi
Telekomunikasi di Ohio State University, Steve R. Acke. Zettl menggemukakan
tiga faktor Director’s Roles yang memegang kunci seorang sutradara, yaitu “
Director as Artist “(Sutradara sebagai senima), “Director as Psychologist”
(Sutradara sebagai psikolog), “Director as Technical Adviser” (Sutradara sebagai
penasihat teknik), “Director as Coordinator” (Sutradara sebagai Koordinator).
Penulis memiliki tanggung jawab dalam dalam berbagai aspek baik itu pra,
produksi, ataupun pasca. Seperti komposisi gambar, expresi narasumber, suara,
hingga backsound. Menjadi pemimpin saat produksi dan menjaga situasi agar tetap
kondusif selama produksi.
3.2.5 Proses Penciptaan Karya
Membuat program yang bukan sekerdar menarik melainkan memberikan
edukasi dan informasi tentu saja tahapan tahapan yang harus dilakukan, ada tiga
unsur yang harus diperhatikan yaitu
a. Konsep Kreatif
Konsep Kreatif dalam Dokumenter Televisi ini penulis ingin memberikan
sisi lain keraton kasepuhan, selain biasa dikenal sebgai tempat wisata. Di
Dokumenter Televisi ini penulis ingin menyajikan bagaimana cara
menghormati ajaran/sesuatu yang ada sejak zaman pendahulu dan
38
memberikan pesan bahwa di dunia ini yang hidup tidak hanya manusia,
hewan, dan tumbuhan. Karna yang tidak terlihat belum tentu tidak ada.
b. Konsep Produksi
Konsep Produksi yang dilakukan adalah mengambil gambar suasana area
keraton, benda/tempat yang sudah dipilih yang ada di naskah. Wawancara
dengan angle yang pas agar audien merasa dekat dengan narasumber saat
penayangan.
c. Konsep Teknis
Konsep Teknis penulis melakukan riset langsung ke beberapa narasumber,
datang beberapa kali, melakukan pendekatan yang extra agar narasumber
dapat koperatif dalam menanggapi pertanyaan, mengikuti ritual dan
merekan selama proses tersebut.
3.2.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Kendala yang penulis hadapi saat produksi adalah, ada disalah satu scene di
kereta singa barong yang harusnya menggunakan lighting namun pada saat di lokasi
tiba tiba lighting hanya menyalah dalam beberapa detik lalu mati, dan ketika
dinyalahkan kembali luar area singa barong lightning itupun menyalah dan tidak
ada masalah apa apa.
39
3.2.7.Lembar Kerja Sutradara
1. Konsep Kerja Sutradara
2. Outline Naskah
3. Treatment
40
Konsep Kerja Sutradara
Program Dokumenter “ Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” adalah
program Dokumenter televisi yang menceritakan Sejarah awal pergantian nama
Keraton Pakugwati menjadi Keraton Kasepuhan, Fokus di dokumenter ini adalah
tempat dan benda-benda peninggalan abad 14. Kisah-kisah dibalik ada dan
berdirinya tempat itu menjadi daya tarik untuk masyarakat.
41
Out Line Naskah
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.6
NO STEATMENT KETERANGAN
1. (PANGERAN ELANG
JAMALUDIN H)
Pakungwati itu dibuat pada
tahun 1430 Masehi oleh
Pangeran Walang Sungsang itu
nama dari putrinya Pangeran
Walang Sungsang yang
bernamanya Nyimas Pakungwati
lalu nantinya menikah dengan
Syech Syarief Hidayatullah atau
Sunan Gunung Jati pada abad 14
hingga abad 17 terjadi
perubahan sejarah para Keraton
Pakungwati terbagi menjadi dua
bagian Keraton menjadi
Kesepuhan dan Kanoman//
semenjak itulah Keraton
42
Pakungwati disebut Keraton
Kesepuhan
2 itu Keraton Pakungwati awal itu
masih era Hindu karena
mginduk pemerintahannya ke
Hindu centralnya/ lalu jamannya
Sunan Gunung Jati/ beliau
menyatakan sebagai Keraton
Islam disini 1479 jadi sebagai
pusat pemerintahan di Jawa
Barat bahkan// Jadi Keraton
Cirebon ini dulu adalah sebuah
negara atau pemerintahan besar,
wilayahnya dari mulai tegal
sampai ke ujung kulon banten,
lampung bahkan sampai ke
palembang bahkan Jakarta atau
di pimpin dibawah pemimpinan
Pangeran Fatahillah (Pangeran
Jayakarta) itu adalah bagian dari
Keraton Cirebon karena
Fatahillah itu adalah
Panglimanya Sunan Gunung Jati
di Cirebon sini/ karena waktu di
43
utus tahun 1527 Pangeran
Fatahillah sebagai Panglima
untuk mengusir portugis di
Sunda Kelapa maka Fatahillah
dengan keberhasilan mengusir
portugis beliau diberi gelar
penghormatan oleh Sunan
Gunung Jati dengan sebutan
yaitu Pangeran Jayakarta/ Jadi
Jayakarta itu artinya
kemenangan yang gemilang jadi
pada saat itu berhasil pasukan
cirebon yang di pimpin oleh
fatahillah panglimanya mengusir
dan memukul mundur Portugis
sehingga harta benda para
prajuritnya bisa diambil sebagai
harta rampasan dan semuanya
itu disimpan dimusium di
antaranya ada meriam di
halaman yaitu meriam
kinsantomin dan mariam
kinsatomi yaitu meriam dari
portugis dan pakaian perang
44
yang beratnya 4 kilo karena
terbuat dari besi dan tembaga
dan ada juga pedilaras panjang
dll
3 (Pak Satu)
Secara pembuatan lukisan
Prabusiliwangi ini itu awalnya
dari Mas Lido itu dari Desa
Sancang atau garut/ dia lagi
dalam keadaan berpuasa lalu
bertemu atau bermimpi dengan
Prabusiliwangi lalu di tuangkan
di kain kanvas atau kain kasa/
Bahkan 3 hari mas Lido itu
berpuasa sambil melukis bahkan
menurut petunjuknya setelah
jadi di hadiah kan ke Keraton/
tapi waktu itu Mas Lido itu gak
mau ngasih ke Keraton/ setelah
mimpi yang kedua kalinya harus
betul –bentul di hadiahkan ke
Keraton terus lukisan ini itu
lukisan 3 dimensi bahkan
menurut ahli pelukis melebihi 3
45
dimensi/ Itu kita kalau melihat
dari arah mana saja di ikuti oleh
lukisan tersebut/ misalkan kita
arah ke kiri/ dia ikut ke kiri juga
baik mata/ baik badan sama jari
kaki yang ini/ misalkan kita ke
kanan/ arah ke kanan mengikuti
juga arahnya ke kanan. Mata/
badan/ dan jari kaki yang ini//
Bahkan unsur mistisnya
Prabusiliwangi itu lukisan ini
ada unsur magisnya unsur
magisnya pernah terjadi itu ada
pengunjung/ pengunjung itu
suami dan istri/ istrinya tuh
pikirannya kosong/ melamun/
akhirnya energi macannya
masuk sama perempuan itu tapi
mengikutnya ucapannya tuh
mintanya bunga melati 3 biji lalu
dimakan lalu di netralisir dengan
minum air sumur kejayaan/
Lepas udah
46
4 Jadi kereta ini dibuat atas
perwujudan 3 binatang seperti
belalai gajah/ belalai gajah itu
melambangkan bahwa cirebon
bersahabat dengan negara india
yang beragama hindu/ kepala
naga atau tanduknya liong itu
melambangkan bahwa cirebon
bersahabat dengan negara cina
yang beragama budha. Kalau
sayap itu melambangkan bahwa
cirebon bersahabat dengan
negara mesir yang beragama
islam// Yang ketiga unsur
kebudayaan ini seperti india/
cina dan mesir atau hindu/ budha
dan islam disatu padukan
menjadi senjata trisula di atas
belalai itu tri artinya tiga kalau
sula artinya tajam tetapi yang
dimaksud disini bukan tajamnya
senjata trisula tersebut tetapi
tajamnya alam pemikiran
manusia seperti cipta/ rasa dan
47
karsa// Cipta/ rasa dan karsa ini
dimiliki oleh manusia sifat ini//
Dulu kereta singabarong ini di
fungsikan untuk acara kirab
keliling hari jadi cirebon/ hari
cirebon itu satu muharam tapi
satu hari muharamnya
berdekatan dengan hari jumat
keliwon itu yang pas sekali terus
di tarik oleh 4 ekor kerbau/
kerbaunya kerbau bule putih
atau kerbau albino terus
hebatnya juga kereta ini sudah
mengenal sistem power stering
atau sispensi scokbleker seperti
itu jadi power stering ini nanti
kereta ini tuh jalannya enteng
bisa bergerak bagian bawahnya
itu bergerak 90 derajat bahkan
sudah mengenal scokbleker
nanti kereta ini kalau berjalan
bisa mengayun maju mundur
nanti sayapnya bisa mengepak
48
lidahnya bisa keluar masuk
seperti itu
5 Selama ini kejadian-kejadian
yang ada di kereta singabarong
itu kadang kadang itu pada
pengunjung kita sendiri/ Pernah
waktu itu juga pengunjung itu
dari jakarta waktu itu dia dalam
keadaan lagi hamil besar
perempuan itu/ itu begitu mau
masuk ke musium kereta
singabarong dia tiba-tiba keluar
lagi/ dia menyatakan sendiri
sama saya yang kebetulan saya
sebagai pemandu/ kenapa saya
mau masuk tiba-tiba keluar lagi
karena saya melihat sesuatu apa
yang ada di kereta secara gaib/
Dia melihat putri cantik sekali
pakaiannya berwarna hijau//
Ritual untuk kereta singabarong
khususnya itu kita memberi
bunga sumping/ Bunga sumping
itu seperti bunga pengantin di
49
telinganya kanan kiri dikasih
terus lehernya dikasih kalung/
kalung melati itu merupakan
tradisi atau adat// Adanya itu
dikasih bunga sumping ini pada
malam jumat keliwon tanggal
satu mulut/ tanggal delapan
mulut/ tanggal 12 maulid nabi
juga idul fitri dan Idul Adha juga
setiap habis dimandiin itu setiap
tanggal 5 suro karena itu kita
sifatnya tradisi
6 Disebut sumur tujuh karena
sumber mata airnya ada tujuh/
Gunanya itu menurut apa yang
ada disini untuk kegunaan atau
syariatnya untuk siraman
midodaremi/ siraman pernikahan
baik pihak perempuan atau laki-
lakinya juga bisa untuk siraman
yang hamil nujuh bulan juga
bisa untuk menetralisir untuk
obat untuk membatasi yang
50
tidak relevan juga untuk
ngerukyiah
7 Patilasan ini dulu digunakan
untuk itiqaf atau berzikirnya
ibadahnya sunan gunung jati
dengan pangeran cakra buana
disini karena dulu belum ada
mesjid agung atau mesjid agung
sang cipta rasa// Disini kenapa
alasannya perempuan tidak
boleh masuk mungkin itu
ketentuan dari dulu memang
tradisinya seperti itu jadi
ketentuannya itu kita juga
pernah dikasih tau sama sesepuh
keraton juga waktu dia
jabatannya lurah namanya
Bapak Lurah Amang/ dia kasih
tau waktu saya kesini sendiri/
Pak kenapa kok di patilasan itu
perempuan tidak boleh masuk?
tapi kata jawaban bapak lurah
amang ini karena dulu katanya
pernah ratu ayu dewi
51
pakungwati/ putrinya pangeran
cakra buana/ baku cirebon pada
saat itiqaf tiba tiba dateng dateng
halangan akhirnya dia memberi
munasaf/ munasaf itu nasehat/
Nasehatnya nanti anak cucu kita
perempuan gak boleh masuk
keruangan ini makanya sampai
saat ini perempuan itu gak boleh
masuk terus takutnya alasannya
itu takutnya lagi menstruasi
kalau menstruasi kan kotor ya/
Makanya alhamdulillah sampai
saat ini di jaga//pernah sih ada
yang ngelanggar ada yang
ngelanggar tamunya itu suami
istri pernah dikasih tau
kebetulan tamu itu yang
mengantarkannya orang yang
jualan buku di keraton dikasih
tau sama mereka bahwa
perempuannya gak boleh masuk/
Begitu suaminya masuk istrinya
52
masuk penasaran pas di dalem
kesurupan
8 (PANGERAN ELANG
JAMALUDIN H)
ya sebetulnya kita hidup di dunia
ini kan bertetangga yah yang
bisa di lihat dan tidak bisa
dilihat/ apa namanya gaib ya?
Dan kita akan merasakan hal-hal
gaib yang kita rasakan seperti
angin tuh gaib tidak ada/ Hari-
hari yang kita jalani gaib senin,
selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu,
minggu, memang ada
warananya? Gak ada/ Ada
bentuknya? Gak ada/ Ada
rasanya? Kan gak ada gitu/ Itu
kan gaib yang kita kenal jadi
semua acara sakral-sakral itu
mempunyai filosofi islami cuma
kadang-kadang aliran lain
mengatakan ini musrik itu
musrik karena memang tidak
menyelami apa makna
53
terkandung di dalamnya begitu
Karena nenek moyang kita itu
mengemas semuanya pada saat
itu mengkuti seolah-olah
unsurnnya unsur kehindu-
hinduan bahasanya memang
tetapi sebenarnya itu makna
filosofinya itu syariat islam
karena kita hidup di bangsa
hindu pada saat itu. Jadi kita
tidak boleh menghilangkan
budaya keseniannya
9 (Pak Satu)
Kita sebagai umat islam sebagai
orang muslim harus percaya
dengan adanya gaib karena gaib
ini sifatnya garisnya tipis dengan
nyata/ dia saling berdekatan
antara gaib dan nyata itu/ Ya
kita percaya karena Allah sendiri
sifatnya gaib sebab saya sendiri
mengalami seperti itu///
54
TREATMENT
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.7
NO SHOT
VISUAL KETERANGAN
SHOT
SIZE ANGLE MOVE DIRECTION AUDIO
1 FS Eye Level Pan Right Pak satu duduk
dan berdoa NS
2 MS Eye Level Pan Right Patung singa dan
Kraton NS
3 MS Low
Angke Still
Lukisan
Prabusiliwangi NS
4 CU Eye Level Pan Left Ukiran kereta
singa barong NS
5 MCU Low
Angle Pan Left
Papan dalem
agung
pakungwati
NS
6 MCU Eye Level Follow Pak satu jalan NS
7 FS Eye Level Still Pak satu berdoa NS
8 FS Eye level Still
Keraton
Kasephan
NS
9 LS Eye Level Still
Plang keraton
kasepuhan
NS
55
10 FS Eye Level Still
Bagian depan
keraton
NS
11 MS
Low
Angle
Still Lampu NS
12 MS Eye Level Still Halaman Keraton NS
13 MS Eye Level Moving
Wawancara
Pangeran
NS
14 CU Eye Level Still
Silsila ibu dari
sultan
NS
15 CU
Low
Angle
Tilt Down
Silsisa Bapak
dari sultan
NS
16 LS Eye Level Still
Plang keraton
kasepuhan
NS
17 CU Eye Level Pan Right
Bagian dalam
keraton
NS
18 MS
High
Angle
Pan Right Dalem Agung NS
19 MS
Low
Angle
Tilt down Pintu patilasan NS
20 MS Eye Level Still Bunga sesajen NS
21 MS Eye Level Till Down Paseban NS
22 LS Eye Level Pan Left Paseban NS
23 MS Eye Level Pan Left Patung singa NS
56
24 MS Eye Level Pan Left
Halaman
Museum Pusaka
NS
25 MS Eye Level Still
Meriam
Kisantomi
NS
26 MS Eye Level Still
Meriam
Disantomi
NS
27 MS Eye Level Still
Baju perang
Portugis
NS
28 MS Eye Level Pan Left
Kitab kuno
koleksi museum
NS
29 MS Eye Level Still gamelan NS
30 MS Eye Level Still
Pohon beberapa
burung
NS
31 CU Eye Level Pan Right Rumput NS
32 MS Eye Level Pan Right Lamput NS
33 FS Eye Level Still
Lukian
prabusiliwangi
NS
34 MCU Eye Level Still
Wawancara Abdi
dalam
NS
35 FS Eye Level Till Up
Lukisan Prabu
siliwangi
NS
36 CU Eye level Pan Right
Kaki Lukisan
Prabu siliwangi
NS
57
37 MCU Eye Level Pan Left
Ukiran kereta
Barong
NS
38 FS Eye Level Still Kereta Barong NS
39 MCU Eye Level Still Kereta Barong NS
40 MCU Eye Level Till Down
Papan informasi
kereta barong
NS
41 MCU Eye Level Still
Wawancara pak
satu
NS
42 MCU Eye Level Pan Right
Kepala kereta
barong
NS
43 MCU Eye Level Still Kereta Barong NS
44 MCU Eye Level Still
Sayap Kereta
Barong
NS
45 MCU Eye Level Pan Right
Kepala Kereta
Barong
NS
46 FS Eye Level Still
Pak Satu duduk
berdoa
NS
47 MS
Eye
Level
Still
Bagian belakang
kepala kerata
singa barong
NS
48 CU Eye Level Till Uo
Leher sampai
kepala kereta
barong
NS
58
49 CU Eye Level Still
Pak satu
memasang bunga
sumping
NS
50 MS Eye Level Still
Pak Satu
Memakaikan
Bunga Sumping
di leher kereta
barong
NS
51 MS Eye Level Still
Pak satu
menaburi bunga
NS
52 MS Eye Level Still
Pak Satu
menaburi bunga
NS
53 MCU Eye Level Follow Bunga NS
54 MS
Low
Angle
Still Pohon NS
55 MCU Eye Level Pen Left
Bagian Luar
Keraton
NS
56 MS Eye Level Till Down
Pintu Dalem
Agung
NS
57 MS Eye Level Still
Bagia Belakang
Dalem agung
NS
58 FS Eye Level Still
Pak satu
memandu
wisatawan
NS
59
59 CU Eye Level Pan Right Sumur Tujuh NS
60 CU Eye Level Still
Kendi Sumur
Tujuh
NS
61 FS Eye Level Till Up Bak Kontrol NS
62 MS Eye Level Till Down Sumur Tujuh NS
63 MS
Low
Angle
Till Down
Pintu Dalem
Agung Patilasan
NS
64 MS Eye Level Pan Left Batu Laut NS
65 MS Eye Level Pan right Paseban NS
66 MS Eye Level Pan Left Paseban dalam NS
67 FS
Low
Angle
Till Down Pintu Patilsan NS
68 MCU Eye Level Still
Wawancara Pak
satu
NS
69 FS Eye Level Still Pintu Patilasan NS
70 MCU Eye Level Still
Plang “ Wanita
dilarang masuk”
NS
71 MS Eye Level Pan Right
Bagian Dalam
Patilasan
NS
72 MCU Eye Level Still
Waancara Pak
Satu
NS
73 MS
Low
Angle
Still
Pohon beringin
patilasan
NS
74 FS Eye Level Still Pangean Duduk NS
60
75 MCU Eye Level Still
Wawancara Pak
satu
NS
76 MS Eye Level Pan Right
Bagian Dalam
Patilasan
NS
77 MS Eye Level Still Tempat Dupa NS
78 FS Eye Level Pan Left
Bagina Dalam
Patilasan
NS
79 MCU Eye Level Still
Wawanacara Pak
Satu
NS
80 FS Eye Level Pan Right Pak satu Berdoa NS
81 MS Eye Level Still Pak Satu Berdoa NS
82 MS
Low
Angle
Still Pak Satu berdoa NS
83 MCU Eye Level Still
Wawancara
Pangeran
NS
84 FS Eye Level Still Sumur Kejayaan NS
85 CU Eye Level Still
Papan Sumur
Kejayaan
NS
86 MS
High
Angle
Still Sumur Kejayaan NS
87 MCU Eye Level Pan Right
Jalan Mnuju
Patilasan
NS
88 MS Eye Level Pan Right
Jalan Keluar
Patilasan
NS
61
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah
Penulis naskah merupakan seseorang pekerja kreatif yang mempunyai
kemampuan mengubah ide ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil imajinasi
dari sebuah proses pengindraan dan menjadikannya sebagai suatu bentuk tulisan
yang menarik sehingga dapat menciptakan dan mengembangkkan ide yang sudah
dibuat. Penulis juga dapat mengambil pelajaran yaitu penulis juga harus mengetahui
tujuan program televisi ini dibuat agar bisa menjadi acuan dalam naskah yang akan
di tulis nanti. Oleh karena itu, naskah harus jelas, sederhana dan imajinatif. Naskah
mempermudah orang untuk memahami yang dibuat dan memahami isi program
dokumenter tersebut.
Dalam proses pembuatan dokumenter televisi dari mulai sebab sampai
akibat serta proses kejadian atau peristiwa dari tema tersebut. Gaya dan bentuk film
dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksprimen meskipun isi
ceritanya memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi
ceritanya tetap berdasarkakn sebuah peristiwa nyata apa adanya.
Pembuatan program dokumenter dengan judul “Sebuah Cerita dari dalam
Kesepuhan” melalui banyak proses. Seorang penulis naskah sangat berperan dalam
pembuatan naskah dengan melewati proses riset yang sudah dilakukan bersama
anggota kelompok lainnya. kemudian menentukan konsep yang menarik, serta
tanggung jawab dalam pembuatan naskah tersebut. Oleh karena itu menarik atau
tidaknya suatu dokumenter tergantung penulis naskah.
89 MCU Eye Level Still
Wawancara Pak
Satu
NS
62
3.3.1. Pra Produksi
Menurut Morissan (2009:270) menyatakakan “tahap pra produksi atau
perencanaan adalah semua kegiatan mulai dari pembahasan ide (gagasan) awal
sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar (shooting)”.
Menurut buku Gerzon R Ayawalia dalam Anton Mabruri (2013:73)
menyatakan ada empat alasan yang menerangkan bahwa dokumenter adalah
film nonfiksi :
1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian
sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.
Bila pada film fiksi latar belakang (setting) adegan di rancang, pada
dokumenter latar belakang harus spomtan dnegan situasi dan kondisi
asli (apa adanya)
2. Yang di tuturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata
(realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan
imajinatif). Bila film dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka
dalam film fiksi yang di miliki adalah interpretasi imajinatif.
3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada sutau
peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.
4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot
dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.
Menurut Anton Mabruri (2013:80) mengemukakan bahwa:
Dalam suatu karya visul berbentuk dokumenter, dokumenter tv, dan feature
dibutuhkan kepekaan seorang penulis naskah terhadap dunia sekitar
terutama lingkungan sosial, budaya politik, dan alam semesta. Program
acara tv atau sama halnya ketika anggota tim akan membuat film
dokumenter yang merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta
perihal pengalaman hidup seseorang atau mengenai peristiwa. Artinya
bahwa ide cerita untuk dokumenter tv dan feature serta film dokumenter
bisa didapat dari hal-hal yang setiap harinya dilihat dan di dengar bukan
berdasarkan suatu khayalan imajinatif.
Pada tahap pra produksi ini penulis mempunyai peran penting karena
penulis naskah sudah mulai mempersiapkan ide cerita dan tema bersama anggota
tim. Penulis juga harus membuat konsep agar dokumenter yang di ambil pun lebih
menarik, yang tentunya harus melakukan riset terlebih dahulu ataupun mencari
referensi.
63
Sebelum melaksanakan riset penulis membuat TOR sebelum produksi ini
sangat penting untuk menentukan tema yang akan diambil serta merumuskan
masalah kemudian mencari permasalahan melalui data-data yang telah
dikumpulkan atau mencari informasi dan referensi melalui browsing maupun
narasumber.
Setelah membuat TOR, jalinan kerja sama tim riset seperti penulis naskah
dan sutradara harus serasi dan saling mengisi karena komunikasi di antara mereka
akan terus berlangsung sampai pada tahapan penyelesaian penulisan naskah.
Kendati demikian, tanpa harus mencampuri hal-hal yang ada di luar tugas atau
urusannya.
Menurut Anton Mabruri (2013:85) menyatakan “riset adalalah
mengumpulkan data atau informasi melalui observasi mendalam mengenai subjek,
peristiwa dan lokasi sesuai tema yang akan diketengahkan”.
Riset bisa dilakukan oleh tim riset khusus, bisa pula dilakukan sendiri oleh
penulis naskah merangkap sutradara. Selain penulis naskah/sutradara terjun
langsung ke lapangan. Penulis naskah dan sutradara harus mengetahui meteri yang
diperlukan untuk kelengkapan visual yang tak ditemui atau di dapat diperoleh
gambar di lokasi peristiwa.
Penulis naskah dan sutradara lantas mengevaluasi hasil riset, mengetahui
serta menetapkan dengan pasti :
1. Mana informasi yang penting dan yang kurang penting
2. Bagaian informasi mana yang perlu di perdalam dan diperluas lagi
64
3. Bagian mana sebab dan akibat peristiwa, yang di gunakan untuk
menunjang unsur dramatik atau umumnya struktur
Menurut Anton Mabruri (2013:89) mengemukakan bahwa
“Pendekatan pada subjek merupakan proses penting, yang dimulai sejak
riset hingga syuting nantinya. Pendekatan seorang broadcaster berbeda
dibandingkan dengan pendekatan riset para ilmuwan sosial, antropolog,
atau sosiolg. Metode riset dan pendekatan para ilmuwan melalui
pengumpulan kuesioner atau angjer yang biasa dilakukakn dalam suatu
penelitian sosial, namun broadcaster harus terjun langsung dan
berkomunikasi dengan subjek. Baik buruknya pendekatan dan komunikasi
yang dilakukan subjek akan terlihat saat melaksanakan syuting dan
wawancara”.
Menurut kesimpulan kutipan diatas, pendekatan kepada narasumber saat
melakukan riset dan wawancara itu sangat penting, karena dengan begitu
pendapatnya mengenai suatu masalah, beradsarkan pertanyaan yang sudah dibuat
narasumber diperlukan untuk mendukung suatu penelitian agar saat melakukan
produksi nantinya berjalan dengan lancar.
3.3.2. Produksi
Memasuki tahap produksi, penulis sebagai seorang penulis naskah ikut serta
membantu mendampingi produser, sutradara dan penata kamera dalam
mengvisualisasikan sebuah naskah sehingga menjadi sebuah tontonan yang
menarik. Penulis juga ikut serta turun langsung saat riset dilakukan.
Menurut Morissan (2009:271) menyatakan “tahap produksi adalah seluruh
kegiatan pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun diluar studio.
Proses ini disebut juga dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah
kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Jika terdapat kesalahan maka
pengambilan gambar dapat di ulang kembali”.
65
Saat produksi, penulis naskah menyiapkan beberapa yang diperlukan untuk
kegiatan seperti membuat treatment dan mempersiapkan daftar pertanyaan untuk
narasumber. Dalam treatment harus dijelaskan susunan yang akan di visualkan atau
di representasikan dalam feature atau dokumenter. Jika ada wawancara, dalam
treatment juga perlu dijelaskan, meskipun isi wawancara tidak perlu ditulis secara
menyeluruh. Cukup untuk memberikan catatan pada bagian isi wawancara utama
atau sebuah draft pertanyaan. Selain itu, sebuah treatment juga sudah memberikan
alur cerita secara jelas, serta atmosfer bagi penataan suara yang diperlukan.
Menurut Anton Mabruri (2013:90) mengemukakan “Fungsi treatment
hanya berisi urutan shoot dan adegan, tetapi juga secara konkret berisi yang
berkaitan dengan judul dan tema, sehingga merupakan the treatment of the story.”
Pada tahap produksi juga penulis naskah mempersiapkan pertanyaan untuk
narasumber. Sebelum wawancara berlangsung, penulis naskah sudah bertanya-
tanya kepada narasumber agar, mempermudah proses berjalannya syuting.
Wawancara perlu dilakukan guna mendapatkan penjelasan fakta, misalnya dari
pihak berwenang tentang sesuatu kejadian. Wawancara juga dibutuhkan guna
mendapatkan kesaksian dari pihak-pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa. Selain
itu, wawancara juga diperlukan untuk tanggapan dari pihak yang ahli dalam suatu
hal. Ada beberapa format wawancara pada televisi, tapi tujuannya selalu sama yaitu
berupa menjelaskan suatu peristiwa kepada pemirsanya. Seorang penulis harus
meguasai konsep yang akan di ambil dan dituangkan dalam naskah berbentuk
naskah lalu menyaring beberapa pertanyaan untuk narasumber sebagai acuan untuk
isi dokumenter.
66
3.3.3 Pasca Produksi
Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, maka tahap yang harus
dilakukan setelahnya adalah pasca produksi. Pada tahapan pasca produksi ini,
penulis terlibat langsung dalam proses editing. Penulis memiliki peran untuk
menemani editor dan sutradara terutama dalam memberikan pengarahan terhadap
shots yang telah ada dan juga menuntun agar kerja editor tidak jauh berbeda dari
naskah yang telah ditentukan.
Menurut Morrisan (2009:271) menyatakan bahwa “tahap pasca produksi
adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambar sampai materi itu dinyatakan
selesai dan siap di siarkan atau di putar kembali. Kegiatan yang termasuk dalam
pasca produksi antara lain penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek,
dll”.
3.3.4 Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Penulis merupakan orang yang bertugas menulis dan mengembangkan suatu
ide atau gagasan menjadi suatu karya di program televisi.
Menurut Morrisan (2009:275) menyatakan bahwa “Tanggung jawab
penulis naskah harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan dialog dan
menyusun adegan sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan ketegangan
yang terus meningkat hingga akhir cerita”.
Sebagai seorang penulis naskah harus memilki kemampuan mengubah ide
ke dalam bentuk naskah yang merupakan hasil umajinasi dari sebuah proses
penginderaan terhadap stimuli menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan
67
memiliki makna baik untuk dirinya maupun orang lain. Naskah dalam program
dokumenter ditulis paling akhir sesudah editing selesai. Naskah biasanya
merupakan uraian penjelasan, informasi atau komentar terhadap suatu kejadian
yang pembawa seorang reporter dipersatukan dengan gambar tanpa pemunculan
pembawa suara (voice over). Naskah uraian hanya melengkapi tayangan visual
yang belum jelas atau perlu spesifikasi karena gambarnya terlalu umum. Untuk
tayangan visual yang sudah jelas, uraian tidak di perlukan. Biarkan gambar yang
berbicara sendiri. Dan untuk dokumenter tv ini, tidak perlu memakai voice over,
karena dengan adanya visual dan suara narasumber itu sudah cukup jelas.
3.3.5 Proses Penciptaan Karya
Menurut Anton Mabruri (2009:80) menjelaskan bahwa :
Ide itu bisa datang dari mana saja antara lain : lingkungan sekitar, buku,
koran, majalah, internet dan lain-lain. Seperti halnya ketika akan membuat
satu tayangan program acara tv atau sama halnya ketika akan membuat film
dokumenter yang merupakan karya film berdasarkan realita atau fakta
perihal pengalaman hidup seseorang atau peristiwa.
Ada tiga hal yang mendasar yang perlu dimantapkan pada saat kita ingin
membuat karya visual yaitu :
Apa yang kita garap atau kita produksi? Ini menyangkut goal (tujuan
yang kita inginkan)
Bagaimana produk tersebut hendak dikemas. Ini menyangkut gaya,
pendekatan, dan bentuk? Jika itu sebuah program acara, jenis format
acara apa yang akan kita buat?
Untuk apa dan untuk siapa program acara ini kita produksi ini
menyangkut target atau sasaran penonton?
68
Ketiga hal tersebut harus diyakini-atau dijawab secara mantap-sebelum
melangkah ke proses berikutnya. Meskipun sederhana tetapi ketiga hal dasar ini
terkadang membutuhkan waktu panjang untuk perenungan dan anaisis mendalam
dari seorang penulis naskah. Para pemulanya biasanya menggampangkan ketiga
dasar konsep yang seharusnya menjadi titik tolak untuk merealisasikan ide menjadi
sebuah karya agung (program acara).
a. Konsep Kreatif
Pada pembuatan program dokumenter televisi dengan judul “Sebuah Cerita
dari dalam Kesepuhan” ini, penulis naskah dan anggota tim ingin membuat konsep
kreatif yang akan dikemas dengan jenis dokumenter sejarah, yang berarti di
program dokumenter televisi ini ingin memperlihatkan sejarah keraton kesepuhan
yang dipadu dengan mistis dari peninggalan bersejarah tersebut.
b. Konsep Produksi
Pada tahap produksi, penulis naskah mempersiapkan naskah yang telah
dibuat beserta treatment dan pertanyaan untuk narasumber.
c.Konsep Teknis
Penulis juga melakukan wawancara kepada narasumber dan mencari tau
lebih banya tambahan materi yang belum diketahui agar lebih banyak wawasan
yang akan di dapat oleh pendengar. Saat produksi berlangsung dan mengecek
peralatan bila sewaktu-waktu terjadi kesalhan teknis pada saat produksi serta
penulis naskah pun ikut serta membantu penata kamera, dan sutradara pada saat
melakukan proses pelaksanaan produksi.
69
3.3.6 Kendala dan Solusi Penulis Naskah
Disetiap produksi pasti ada saja kendala yang terjadi, baik itu diteknis
maupun di wawancara, seperti halnya di anggota tim dokumenter televisi kami yang
berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kesepuhan” dan beberapa kendala:
1. Penulis minim pengetahuan tentang materi yang akan diambil.
2. Saat proses wawancara ada suatu tempat yang dilarang masuk khusus
wanita. Dan kebetulan penulis berjenis kelamin perempuan.
3. Menentukan judul cerita yang tepat.
Disetiap kendala juga pasti ada solusinya. Solusi penulis naskah :
1. Mencari tahu lewat internet sebagai tambahan pengetahuan tentang
Keraton Kesepuhan di Cirebon
2. Saat wawancara, penulis digantikan sementara oleh sutradara
3. Banyak sharing dengan anggota kelompok sampai akhirnya
mendapatkan judul yang tepat
70
3.3.7 Lembar Kerja Penulis Naskah
1. Konsep Program Penulisan Naskah
2. TOR (Term Of Refrence)
3. Transkip Wawancara
71
KONSEP PENULIS NASKAH
Dalam pembuatan konsep penulis naskah seorang penulis naskah dan
anggota kelompok lainnya terlebih dahulu mempersiapkan ide yang nantinya akan
dibuat sebuah naskah dokumenter televisi, yang akan diajukan ke dosen
pembimbing dan setelah dosen pembimbing mengizinkan ide yang telah kelompok
kami buat barulah penulis naskah melanjutkan proses pembuatan naskah
dokumenter, seperti membuat TOR, melakukan riset dan membuat treatment
barulah produksi dan di bantu oleh sutradara.
Dalam dokumenter televisi ini, kelompok kami telah sepakat memberikan
judul yang tepat untuk program dokumenter ini, yaitu berjudul “Sebuah Cerita dari
dalam Kesepuhan” dengan tema sejarah. Kesepuhan Keraton Kesepuhan itu adalah
keraton termegah dan paling terawat di kota Cirebon. Keraton ini juga terkenal
sebagai Keraton pertama di Indoensia, maka dari itu Keraton ini disebut Keraton
tertua di Indonesia. Keraton Kesepuhan adalah kerajaan islam tempat para pendiri
Cirebon yang bertahta, disinilah pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon berdiri.
Keraton Kesepuhan berisi dua komplek bangunan bersejrah yaitu Dalem
Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan
komplek Keraton Pakungwati (sekarang disebut Keraton Kesepuhan). Pangeran
Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton
Kesepuhan dulunya bernama “Keraton Pakungwati”. Sebutan Pakungwati bersalah
dari nama Ratu Dewi Pangkuwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan
Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam usia yang sangat tua. Nama
dia diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama
72
Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang berubah nama menjadi Keraton
Kesepuhan.
Dengan begitu Keraton Kesepuhan menjadi tempat yang sangat bersejarah,
disetiap sudut arsitekturnya memiliki sejarah, seperti tembok yang masih terbuat
dari susunan batu bata. Dan konon katanya benda-benda, bangunan yang bersejarah
di Keraton Kesepuhan tersebut memiliki aura mistis tersendiri, seperti adanya
kereta barong, lukisan, lalu ada sumur tujuh, dan patilasan. Ini di buktikan karena
jelas adanya kejadian langsung di keraton tersebut yang mengalami aura mistis.
Namun dengan adanya mistis, tidak mengurangi keindahan setiap benda yang ada
di dalam Keraton Kesepuhan Cirebon tersebut.
Dan penulis naskah pun ingin menampilkan penjelasan tentang sejarah dari
Keraton Kesepuhan, khususnya benda-benda atau tempat seperti kereta barong,
lukisan, sumur tujuh dan patilasan serta menceritakan beberapa mistis yang terjadi
di dalam Keraton Kesepuhan. Dari sejarah cerita tersebut disimpulkan bahwa
memang benar adanya alam gaib di dunia ini.
73
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“TOR (Term Of Refrency)”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Masalah
Mistis dan pengalaman Abdi dalam Keraton di kedepankan dalam
pembahasan Program Dokumenter ini. Seperti adanya tempat atau barang-barang
peninggalan para Raja terdahulu di Keraton Kasepuhan yang mengandung mistis
bahkan keunikan-keunikan, kepercayaan menjadi bagian penting dalam cerita
spiritual Abdi dalam Keraton.
Fokus
Menyajikan sebuah cerita mengenai sejarah dari Keraton Kasepuhan dan
sebuah mistis yang pernah dialamin oleh abdi dalam Keraton Kasepuhan.
Angel
Dalam program dokumenter “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” angel
Pengalaman abdi dalam tentang Keraton Kasepuhan.
74
SUSUNAN DAN PERTANYAAN NARASUMBER
1. Nama : Bapak Elang Jamaludin H
Narasumber 1 : Pangeran Ahid Putra ke 2
Pertanyaan :
Keraton itu berasal dari bahasa apa?
Bagaimana sejarah awal mula berubahnya nama Keraton
Pangkawati menjadi Keraton Kesepuhan?
Apakah di cirebon ini terdapat beberapa keraton? Dan apa masing-
masing dari keraton ini masih terhubung dengan kesepuhan?
Apa yang menyebabkan munculnya keraton selain kesepuhan?
Apakah benar keraton kesepuhan cirebon ini disebut keraton tertua
di Indonesia?
Bagaimana pendapat bapak dengan adanya isu bahwa tempat
keraton kesepuhan ini ada unsur magisnya?
2. Nama : Bapak Satu
Narasumber 2 : Abdi Dalam Keraton Kesepuhan Cirebon
Pertanyaan : pertanyaan Kereta Barong
Bagaimana sejarahnya tentang kereta barong?
Mempuyai keunikan tersendiri gak dari kereta barong tersebut?
Dilihat dari bentuk kereta barong yang begitu unik ini, sebenarnya
ada makna tersendiri gak sih dari setiap komponen-kompnennya?
Kerata barong ini di fungsikan untuk apa saja pada jaman
dahulunya?
Apakah punya ritual khusus untuk kereta singa barong tersebut?
75
Kalau memang ada ritual khusus, ritualnya apa saja untuk kereta
barong? Dan kapan dilaksanakan ritual tersebut?
Dibalik sejarah dari kereta barong ini, apakah kereta barong ini
mempunyai unsur mistis?
Kejadian mistis apa saja yang ada di kereta barong?
Apakah ada kaitannya dari kejadian mistis dengan sejarah kereta
barong yang sudah cukup lama ini ada?
Bagaimana sejarah dibuatnya lukisan Prabusliwangi?
Siapa yang membuat lukisan Prabusliwangi?
Apa keunikan dari lukisan Prabusliwangi?
Buktinya apa bisa dikatakan bahwa lukisan ini adalah lukisan 3D
bahkan bisa dikatakan lebih dari itu?
Apakah pernah terjadi hal magis dilukisan tersebut?
Bagaimana bisa terjadi hal mistis seperti itu?
Kenapa dinamakan sumur tujuh?
Ada manfaat tidak dari air sumur tujuh ini?
Untuk apa saja manfaat dari air sumur tujuh ini?
Bagaimana sejarahnya tentang patilasan di keraton kesepuhan ini?
Mengapa perempuan dilarang masuk ke dalam patilasan tersebut?
Ada cerita mistis tersendiri tidak tentang tempat patilasan ini?
Bagaimana pendapat bapak satu sebagai abdi dalam keraton
kesepuhan ini tentang adanya unsur msitis yang ada di keraton
kesepuhan ini?
76
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
“TRANSKIP WAWANCARA”
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.8
NO TIME LOGING STEATMENT KETERANGAN
1. 00.01.34 –
00.02.07
(PANGERAN ELANG
JAMALUDIN H)
Pakungwati itu dibuat pada
tahun 1430 Masehi oleh
Pangeran Walang Sungsang itu
nama dari putrinya Pangeran
Walang Sungsang yang
bernamanya Nyimas Pakungwati
lalu nantinya menikah dengan
Syech Syarief Hidayatullah atau
Sunan Gunung Jati pada abad 14
hingga abad 17 terjadi
perubahan sejarah para Keraton
Pakungwati terbagi menjadi dua
bagian Keraton menjadi
77
Kesepuhan dan Kanoman//
semenjak itulah Keraton
Pakungwati disebut Keraton
Kesepuhan
2 00.02.24 –
00.04.16
itu Keraton Pakungwati awal itu
masih era Hindu karena
mginduk pemerintahannya ke
Hindu centralnya/ lalu jamannya
Sunan Gunung Jati/ beliau
menyatakan sebagai Keraton
Islam disini 1479 jadi sebagai
pusat pemerintahan di Jawa
Barat bahkan// Jadi Keraton
Cirebon ini dulu adalah sebuah
negara atau pemerintahan besar,
wilayahnya dari mulai tegal
sampai ke ujung kulon banten,
lampung bahkan sampai ke
palembang bahkan Jakarta atau
di pimpin dibawah pemimpinan
Pangeran Fatahillah (Pangeran
Jayakarta) itu adalah bagian dari
Keraton Cirebon karena
Fatahillah itu adalah
78
Panglimanya Sunan Gunung Jati
di Cirebon sini/ karena waktu di
utus tahun 1527 Pangeran
Fatahillah sebagai Panglima
untuk mengusir portugis di
Sunda Kelapa maka Fatahillah
dengan keberhasilan mengusir
portugis beliau diberi gelar
penghormatan oleh Sunan
Gunung Jati dengan sebutan
yaitu Pangeran Jayakarta/ Jadi
Jayakarta itu artinya
kemenangan yang gemilang jadi
pada saat itu berhasil pasukan
cirebon yang di pimpin oleh
fatahillah panglimanya mengusir
dan memukul mundur Portugis
sehingga harta benda para
prajuritnya bisa diambil sebagai
harta rampasan dan semuanya
itu disimpan dimusium di
antaranya ada meriam di
halaman yaitu meriam
kinsantomin dan mariam
79
kinsatomi yaitu meriam dari
portugis dan pakaian perang
yang beratnya 4 kilo karena
terbuat dari besi dan tembaga
dan ada juga pedilaras panjang
dll
3 00.04.28 –
00.06.29
(Pak Satu)
Secara pembuatan lukisan
Prabusiliwangi ini itu awalnya
dari Mas Lido itu dari Desa
Sancang atau garut/ dia lagi
dalam keadaan berpuasa lalu
bertemu atau bermimpi dengan
Prabusiliwangi lalu di tuangkan
di kain kanvas atau kain kasa/
Bahkan 3 hari mas Lido itu
berpuasa sambil melukis bahkan
menurut petunjuknya setelah
jadi di hadiah kan ke Keraton/
tapi waktu itu Mas Lido itu gak
mau ngasih ke Keraton/ setelah
mimpi yang kedua kalinya harus
betul –bentul di hadiahkan ke
Keraton terus lukisan ini itu
80
lukisan 3 dimensi bahkan
menurut ahli pelukis melebihi 3
dimensi/ Itu kita kalau melihat
dari arah mana saja di ikuti oleh
lukisan tersebut/ misalkan kita
arah ke kiri/ dia ikut ke kiri juga
baik mata/ baik badan sama jari
kaki yang ini/ misalkan kita ke
kanan/ arah ke kanan mengikuti
juga arahnya ke kanan. Mata/
badan/ dan jari kaki yang ini//
Bahkan unsur mistisnya
Prabusiliwangi itu lukisan ini
ada unsur magisnya unsur
magisnya pernah terjadi itu ada
pengunjung/ pengunjung itu
suami dan istri/ istrinya tuh
pikirannya kosong/ melamun/
akhirnya energi macannya
masuk sama perempuan itu tapi
mengikutnya ucapannya tuh
mintanya bunga melati 3 biji lalu
dimakan lalu di netralisir dengan
81
minum air sumur kejayaan/
Lepas udah
4 00.06.43 –
00.09.17
Jadi kereta ini dibuat atas
perwujudan 3 binatang seperti
belalai gajah/ belalai gajah itu
melambangkan bahwa cirebon
bersahabat dengan negara india
yang beragama hindu/ kepala
naga atau tanduknya liong itu
melambangkan bahwa cirebon
bersahabat dengan negara cina
yang beragama budha. Kalau
sayap itu melambangkan bahwa
cirebon bersahabat dengan
negara mesir yang beragama
islam// Yang ketiga unsur
kebudayaan ini seperti india/
cina dan mesir atau hindu/ budha
dan islam disatu padukan
menjadi senjata trisula di atas
belalai itu tri artinya tiga kalau
sula artinya tajam tetapi yang
dimaksud disini bukan tajamnya
senjata trisula tersebut tetapi
82
tajamnya alam pemikiran
manusia seperti cipta/ rasa dan
karsa// Cipta/ rasa dan karsa ini
dimiliki oleh manusia sifat ini//
Dulu kereta singabarong ini di
fungsikan untuk acara kirab
keliling hari jadi cirebon/ hari
cirebon itu satu muharam tapi
satu hari muharamnya
berdekatan dengan hari jumat
keliwon itu yang pas sekali terus
di tarik oleh 4 ekor kerbau/
kerbaunya kerbau bule putih
atau kerbau albino terus
hebatnya juga kereta ini sudah
mengenal sistem power stering
atau sispensi scokbleker seperti
itu jadi power stering ini nanti
kereta ini tuh jalannya enteng
bisa bergerak bagian bawahnya
itu bergerak 90 derajat bahkan
sudah mengenal scokbleker
nanti kereta ini kalau berjalan
bisa mengayun maju mundur
83
nanti sayapnya bisa mengepak
lidahnya bisa keluar masuk
seperti itu
5 00.09.19 -
00.10.53
Selama ini kejadian-kejadian
yang ada di kereta singabarong
itu kadang kadang itu pada
pengunjung kita sendiri/ Pernah
waktu itu juga pengunjung itu
dari jakarta waktu itu dia dalam
keadaan lagi hamil besar
perempuan itu/ itu begitu mau
masuk ke musium kereta
singabarong dia tiba-tiba keluar
lagi/ dia menyatakan sendiri
sama saya yang kebetulan saya
sebagai pemandu/ kenapa saya
mau masuk tiba-tiba keluar lagi
karena saya melihat sesuatu apa
yang ada di kereta secara gaib/
Dia melihat putri cantik sekali
pakaiannya berwarna hijau//
Ritual untuk kereta singabarong
khususnya itu kita memberi
bunga sumping/ Bunga sumping
84
itu seperti bunga pengantin di
telinganya kanan kiri dikasih
terus lehernya dikasih kalung/
kalung melati itu merupakan
tradisi atau adat// Adanya itu
dikasih bunga sumping ini pada
malam jumat keliwon tanggal
satu mulut/ tanggal delapan
mulut/ tanggal 12 maulid nabi
juga idul fitri dan Idul Adha juga
setiap habis dimandiin itu setiap
tanggal 5 suro karena itu kita
sifatnya tradisi
6 00.11.13 –
00.11.51
Disebut sumur tujuh karena
sumber mata airnya ada tujuh/
Gunanya itu menurut apa yang
ada disini untuk kegunaan atau
syariatnya untuk siraman
midodaremi/ siraman pernikahan
baik pihak perempuan atau laki-
lakinya juga bisa untuk siraman
yang hamil nujuh bulan juga
bisa untuk menetralisir untuk
obat untuk membatasi yang
85
tidak relevan juga untuk
ngerukyiah
7 00.12.12 –
00.14.26
Patilasan ini dulu digunakan
untuk itiqaf atau berzikirnya
ibadahnya sunan gunung jati
dengan pangeran cakra buana
disini karena dulu belum ada
mesjid agung atau mesjid agung
sang cipta rasa// Disini kenapa
alasannya perempuan tidak
boleh masuk mungkin itu
ketentuan dari dulu memang
tradisinya seperti itu jadi
ketentuannya itu kita juga
pernah dikasih tau sama sesepuh
keraton juga waktu dia
jabatannya lurah namanya
Bapak Lurah Amang/ dia kasih
tau waktu saya kesini sendiri/
Pak kenapa kok di patilasan itu
perempuan tidak boleh masuk?
tapi kata jawaban bapak lurah
amang ini karena dulu katanya
pernah ratu ayu dewi
86
pakungwati/ putrinya pangeran
cakra buana/ baku cirebon pada
saat itiqaf tiba tiba dateng dateng
halangan akhirnya dia memberi
munasaf/ munasaf itu nasehat/
Nasehatnya nanti anak cucu kita
perempuan gak boleh masuk
keruangan ini makanya sampai
saat ini perempuan itu gak boleh
masuk terus takutnya alasannya
itu takutnya lagi menstruasi
kalau menstruasi kan kotor ya/
Makanya alhamdulillah sampai
saat ini di jaga//pernah sih ada
yang ngelanggar ada yang
ngelanggar tamunya itu suami
istri pernah dikasih tau
kebetulan tamu itu yang
mengantarkannya orang yang
jualan buku di keraton dikasih
tau sama mereka bahwa
perempuannya gak boleh masuk/
Begitu suaminya masuk istrinya
87
masuk penasaran pas di dalem
kesurupan
8 00.14.28 –
00.15.48
(PANGERAN ELANG
JAMALUDIN H)
ya sebetulnya kita hidup di dunia
ini kan bertetangga yah yang
bisa di lihat dan tidak bisa
dilihat/ apa namanya gaib ya?
Dan kita akan merasakan hal-hal
gaib yang kita rasakan seperti
angin tuh gaib tidak ada/ Hari-
hari yang kita jalani gaib senin,
selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu,
minggu, memang ada
warananya? Gak ada/ Ada
bentuknya? Gak ada/ Ada
rasanya? Kan gak ada gitu/ Itu
kan gaib yang kita kenal jadi
semua acara sakral-sakral itu
mempunyai filosofi islami cuma
kadang-kadang aliran lain
mengatakan ini musrik itu
musrik karena memang tidak
menyelami apa makna
88
terkandung di dalamnya begitu
Karena nenek moyang kita itu
mengemas semuanya pada saat
itu mengkuti seolah-olah
unsurnnya unsur kehindu-
hinduan bahasanya memang
tetapi sebenarnya itu makna
filosofinya itu syariat islam
karena kita hidup di bangsa
hindu pada saat itu. Jadi kita
tidak boleh menghilangkan
budaya keseniannya
9 00.15.50 –
00.16.19
(Pak Satu)
Kita sebagai umat islam sebagai
orang muslim harus percaya
dengan adanya gaib karena gaib
ini sifatnya garisnya tipis dengan
nyata/ dia saling berdekatan
antara gaib dan nyata itu/ Ya
kita percaya karena Allah sendiri
sifatnya gaib sebab saya sendiri
mengalami seperti itu///
89
3.4 Proses Kerja Camera Person
Menurut Latief dan Utud (2015:151)” Cameraman atau penata gambar
adalah orang yang bertanggung jawab atas pengambilan gambar untuk program
televisi”. Penulis sebagai Cameraman dalam Program Dokumenter Televisi
bertugas memberikan informasi visual yang diarahkan oleh seorang sutradara.
Menurut Sarwo Nugroho (2014:198) “Rekaman yang baik adalah rekaman
yang mampu menyampaikan pesan kepada pendengarnya sesuai imajinasi dari
pembuatnya”. Penulis sebagai Cameraman memiliki tanggung jawab atas seluruh
bidikan adegan dan komposisi gambar yang dihasilkan oleh kamera. Maka dari itu
penulis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan kamera dan
selalu berkonsentrasi, sehingga dapat menghasilkan gambar yang bagus dan
memiliki pesan tersendiri.
Menurut Sarwo Nugroho (2014:12)” Sinematografi adalah suatu rangkaian
beruntun dari gambar bergerak yang dalam pembuatannya meperhatikan ketajaman
gambar, corak pengambilan gambarnya, memperhatikan seberapa gambar itu
ditampilkan, iramanya, dan sebagainya yang kesemuanyabmerupakan alat
komunikasi nonverbal”.
Penulis beserta tim harus bisa bekerja sama dengan baik dalam proses produksi,
agar dapat tercipta sebuah karya dokumenter yang menarik, baik dari segi
pengambilan gambar, penyampaian pesan dan mengemasnya menjadi sebuah
Dokumenter Televisi. Penulis harus mengerti tehnik dasar pengambilan gambar,
beberapa tehnik dasar pengambilang gambar antara lain ;
a. Close Up (CU)
90
Hanya menampilkan kepala objek. Fungsinya untuk menekankan
ekspresi objek dan membatu penonton merasakan apa yang dirasa oleh
objek.
b. Medium Close Up (MCU)
Menampilkan kepala, pundak dan sebagian dada. Fungsinya untuk
memperjelas profil objek ke penonton.
c. Big Close Up (BCU)
Wajah objek memenuhi layar. Fungsinya untuk memunculkan objek
d. Extreme Close Up (EXCU)
Digunakan untuk detail suatu objek dan juga memperlihatkan jelas
ekspresi.
e. Long Shot (LS)
Pengambilan gambar yang luas. Fungsinya menunjukan objek dan
latar belakangnya. Memperlihatkan kondisi yang terjadi disekitar objek.
f. Very Long Shot ( VLS)
Pengambilan gambar yang sangat luas, menampilkan pemandangan
lingkungan objek secara utuh. Fungsinya untuk memberikan informasi bhaa
objek merupakan bagian dari lingungannya.
g. Full Shot ( FS)
Pengambilan gambar penuh dari ujung kaki hingga kepala.
Fungsinya untuk memberikan informasi disekeliling objek.
h. Knee Shot (KS)
91
Pengambilan gambar dari kepala hingga lutut. Shot ini lebih netral,
tidak ada penekanan yang terlalu mendalam.
i. Medium Shot (MS)
Menampilkan ujung kepala hingga batas pinggang. Fungsinya unutk
memperlihatkan objek lebih jelas kepada penonton.
Menurut Sarwo Nugroho (2014:114) “Dengan ditempatkannya badan
kamera diatas peyangga, kamera dapat digerakkan sesuai keinginan kita, karna
dapat diputar ke kiri ke kanan, ke atas ke bawah, maju mundur, dan ditunggingkan
ke atas kebawah”. Adapaun beberapa pergerakan kamera yang penulis rangkum
sebagai berikut:
a. Pan
Suatu cara pengambilan gambar dengan menggerakan badan kamera ke arah
horisontal tanpa mengubah posisi, Pan kiri dan Pan kanan.
b. Tilt
Suatu cara pengambillan gambar dengan menggerakan badan kamera
vertikal tanpa mengubah posisi kamera. Pengguna Tilt dapan diganti dengan
pan sehingga menjadi pan up dan pan down.
c. Dolly
Suatu gerakan kamera yang menuju objek disebut gerakan dolly in
sedangkan gerakan kamera yang menjauhi kamera disebut dolly back.
d. Track
92
Pengambilan gambar dengan gerakan kamera horisontal, disebut
Tracking. Namun, jika kamera sejajar dengan pergerakan objek disebut
Follow Tracking. Kalau kamera mengelilingi objek sebagai pusat
gerakan, disebut Revolve Tracking atau Arc
e. Pendestal (Boom) dan Crane
Pengambilan gambar dengan pendestal dinaikkan disebut boom up atau
elevate camera, sedangkan kalau diturunkan disebut boom down, juga
disebut dengan depress camera. Sedangkan kalau menggunakan Crane
disebut Crane Up dan Crane Down.
Pada dasarnya, karakteristik dan perbedaan sudu kamera itu terjadi karna
maksud tertentu. Adapun sudut kamera yang sering kita jumpai,
diantaranya:
a. Straight Angle: Sudut kamera yang demikian sering digunakan pada
suatu acara yang gambarnya tetap.
b. High Angle: Memberikan pandangan dari atas kebawah. Sering
digunakan untuk memberi penjelasan situasinya, juga untuk memberi
tekanan dramatis.
c. Low Angle: Objek dilihat dari tempat yang rendah. Sering digunakan
untuk memberikan tekanan atas sifat seseorang.
d. Top Angle: Pengambilan gambar tepat diatas objek, atau setara dengan
arah jarum jam menunjuk ke arah jam 12.
e. Eye Level: Pengambilan gambar yang normal, sejajar dengan sudut
pandang manusia. Objek akan terlihat seperti pandangan normal.
93
f. Dutch Angle: Pengambilan gambar yang dilakukan dengan cara
memiringkan kamera. Memberika gambar yang dinamis dan
memberikan fantasi kepada penonton
g. Over Shoulder Shot: Pengambilan gambar ini bisa disebut dengan
Point of View, sudut ini seolah olah berasal pandangan pemain tertentu,
dapat dilakukan dengan cara memposisikan kamera dibelakang salah
satu bahu pemain.
Kamera merupakan mata kedua seorang sutradara untuk mencurahkan
keinginan sutradara agar penonton dapat memahami isi cerita, dan didukung
oleh pengetahuan dalam pengambilan sebuah gambar. Dalam hal ini penulis
yang selaku sutradara harus dapat melaksanakan tugas dengan sebaik
baiknya dan menghasilkan sebuah film yang memilki daya tarik yang tinggi
dan kreatifitas tersendiri. Bekerjasama dengan tim produksi menjadi kunci
keberhasilan Dokumenter Televisi ini.
3.4.1 Pra Produksi
Menurut Umbara (2010:86) “Pada tahap ini, seorang cameramen diberi
pengarahan dari seorang sutradara atau program director tentang rencana visual
yang akan dibuat”.
Dalam tahap ini penulis yang selaku sutradara mengkaji tema demi tema yang
diberikan oleh tim dan memilih satu konsep yang akan dijadikan sebuah
Dokumenter Televisi, membuat jadwal keberangkatan riset dan mencari shot shot
yang akan digunakan saat produksi nanti.
94
Setelah menemukan satu tema, penulis dan tim melakukan riset ke lokasi untuk
mencari sudut pengambambilan gambar yang sesusai dengan tema. Selain itu
penulis juga mempersiapkan fasilitas yang akan mendukung jalannya produksi
Dokumenter Televisi berjudul “ Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan”
3.4.2 Produksi
Di saat produksi peran penulis sengatlah penting, penulis sebagai cameraman
memulai tugasnya, dalam tahap ini penulis yang juga selaku sutradara mencari shot
atau angle yang berkualitas dan berkesinambungan dengan tema cerita, mencari
establis dan stok shot disetiap tempat yang akan digunakan saat wawancara. Penulis
dituntut bisa menoprasikan kamera dengan baik, dan juga menghasilkan gambar
yang tidak terkesan itu itu saja.
Menurut Umbara (2010:87)” ini tahap penting bagi seorang kameramen,
shooting script serta director treatment menjadi acuan untuk membuat shot bagi
kameramen pada produksi single camer”.
Produksi saat ini penulis menggunakan Kamera Sony VG30, dengan konsep
single camp, menyesuaikan pengaturan gambar agar hasil gambar lebih maksimal.
Penulis menggunakan tripod pada saat wawancara dan mnggunkan handheld saat
mengambil stok stok gambar. Tripod, lighting, mic adalah fasilitas pembantu
penulis selama produksi.
3.4.3. Pasca Produksi
Ditahap ini penulis mendampingi editor bertugas, penulis juga membatu dalam
selection shot mana gambar yang layak mana gambar yang tidak layak. Penulis
95
yang juga selaku sutradara bersama editor harus bekerja sama untuk mendapatkan
hasil akhir yang memuaskan.
Menurut Umbara (2010:87)” Untuk produksi berita dan dokumenter,
kameramen terkadang diminta bantuan oleh editor untuk menjelaskan hal-hal
tertentu yang bisa jadi tidak dimengerti oleh editor”. Tidak banyak yang dilakukan
penulis pada tahap ini selain mempermudah kerja editor dalam pemilihan shot dan
menemani selama editor bertugas.
Setelah selesai tahap editing, penulis beserta tim meriview berulang ulang kali,
mencoba menelaah kekurangan, memperhatikan backsound, mempertahikan
apabila terjadi pengulangan shot. Setelah tim yakin tidak adanya kekurangan dan
nyaman untuk ditonton, penulis dan tim menyerahkan hasil editan kepada dosen
pembimbinga agar mendapat kritik dan masukan tentang Dokumenter Televisi ini.
3.4.5 Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
Saat rapat sebelum produksi syuting penulis dan tim menntukan
komposisi gambar yang berkualitas, untuk sebuah film dokumenter visual
sangat membantu saat menyampaikan sebuah informasi, penulis yang
berperan juga menjadi sutradara membuat gambaran shot-shot dengan tema
yang sudah disepakati oleh tim, mengacu kepada tema yang penulis dan tim
angkat berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan” menceritakan
sejarah dibalik sejarah dimana unsur natural sangat dibutuhkan dalam
penyajian.
b. Konsep Produksi
96
Dikonsep produksi penulis melakukan perencanaan, penulis yang
berperan juga sebagai sutradara. Pada saat riset tadik sedikit moment yang
penulis lewatan, kamera yang selalu on disetiap percapan saat riset yang
dimana bisa menjadi stok shot pada saat proses editing. MCU ( medium
Close up ) PR (Pan Right) PL ( PAN Left) LS ( Long Shot) MS ( Medium
Shot) beberapa Angle Kamera yang mendominasi difilm kami.
c. Konsep Teknis
Dalam dokumenter berjudul “Sebuah Cerita dari dalam Kasepuhan”
ini penulis tidak banyak menggunakan alat-alat pendukung kamera, penulis
menggunakan kamera tipe Sony VG 30 dibatu dengan Tripod, lensa kit,
Zoom H4N, dan Lighting.
3.4.6 Kendala dan Solusi
Kendala :1. Penulis baru pertama menggunakan kamera poduksi jadi ada sedikit
kesulitan pada saat mencari set kamera menjadi manual
2. Lightning dimana ada sebuah scene yang menggunakan Lightning namun tiba
tiba lightning tidak dapat menyala
Solusi :1. Alhasil penulis harus benar benar fokus dikarnakan cinematik menjadi
darah di dokumenter ini
2.Tim akhirnya memutuskan tidak menggunakan lighting mejadikan di semua
pengambilan gambar di dokumenter ini sangat natural tanpa grading dimana
menjadi dokumenter yang sesungguhnya.
97
3.4.7 Lembar Kerja Camera Person
1. Konsep Program Camera Person
2. Camera Report (Shoot List)
3. Spesifikasi Kamera
98
CAMERA REPORT (SHOOT LIST)
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.9
NO SCENE SHOT
Visual
TOS Angle Moving Take Video Notes
1 FS Eye Level Pan Right
Pak satu
duduk dan
berdoa
2 MS Eye Level Pan Right Patung singa
dan Kraton
3 MS Low
Angke Still
Lukisan
Prabusiliwangi
4 CU Eye Level Pan Left Ukiran kereta
singa barong
5 MCU Low
Angle Pan Left
Papan dalem
agung
pakungwati
6 MCU Eye Level Follow Pak satu jalan
7 FS Eye Level Still
Pak satu
berdoa
8 FS Eye level Still
Keraton
Kasephan
99
9 LS Eye Level Still
Plang keraton
kasepuhan
10 FS Eye Level Still
Bagian depan
keraton
11 MS
Low
Angle
Still Lampu
12 MS Eye Level Still
Halaman
Keraton
13 MS Eye Level Moving
Wawancara
Pangeran
14 CU Eye Level Still
Silsila ibu dari
sultan
15 CU
Low
Angle
Tilt Down
Silsisa Bapak
dari sultan
16 LS Eye Level Still
Plang keraton
kasepuhan
17 CU Eye Level Pan Right
Bagian dalam
keraton
18 MS
High
Angle
Pan Right Dalem Agung
19 MS
Low
Angle
Tilt down Pintu patilasan
20 MS Eye Level Still Bunga sesajen
21 MS Eye Level Till Down Paseban
100
22 LS Eye Level Pan Left Paseban
23 MS Eye Level Pan Left Patung singa
24 MS Eye Level Pan Left
Halaman
Museum
Pusaka
25 MS Eye Level Still
Meriam
Kisantomi
26 MS Eye Level Still
Meriam
Disantomi
27 MS Eye Level Still
Baju perang
Portugis
28 MS Eye Level Pan Left
Kitab kuno
koleksi
museum
29 MS Eye Level Still gamelan
30 MS Eye Level Still
Pohon
beberapa
burung
31 CU Eye Level Pan Right Rumput
32 MS Eye Level Pan Right Lamput
33 FS Eye Level Still
Lukian
prabusiliwangi
34 MCU Eye Level Still
Wawancara
Abdi dalam
101
35 FS Eye Level Till Up
Lukisan Prabu
siliwangi
36 CU Eye level Pan Right
Kaki Lukisan
Prabu
siliwangi
37 MCU Eye Level Pan Left
Ukiran kereta
Barong
38 FS Eye Level Still Kereta Barong
39 MCU Eye Level Still Kereta Barong
40 MCU Eye Level Till Down
Papan
informasi
kereta barong
41 MCU Eye Level Still
Wawancara
pak satu
42 MCU Eye Level Pan Right
Kepala kereta
barong
43 MCU Eye Level Still Kereta Barong
44 MCU Eye Level Still
Sayap Kereta
Barong
45 MCU Eye Level Pan Right
Kepala Kereta
Barong
46 FS Eye Level Still
Pak Satu
duduk berdoa
102
47 MS
Eye
Level
Still
Bagian
belakang
kepala kerata
singa barong
48 CU Eye Level Till Uo
Leher sampai
kepala kereta
barong
49 CU Eye Level Still
Pak satu
memasang
bunga
sumping
50 MS Eye Level Still
Pak Satu
Memakaikan
Bunga
Sumping di
leher kereta
barong
51 MS Eye Level Still
Pak satu
menaburi
bunga
52 MS Eye Level Still
Pak Satu
menaburi
bunga
53 MCU Eye Level Follow Bunga
103
54 MS
Low
Angle
Still Pohon
55 MCU Eye Level Pen Left
Bagian Luar
Keraton
56 MS Eye Level Till Down
Pintu Dalem
Agung
57 MS Eye Level Still
Bagia
Belakang
Dalem agung
58 FS Eye Level Still
Pak satu
memandu
wisatawan
59 CU Eye Level Pan Right Sumur Tujuh
60 CU Eye Level Still
Kendi Sumur
Tujuh
61 FS Eye Level Till Up Bak Kontrol
62 MS Eye Level Till Down Sumur Tujuh
63 MS
Low
Angle
Till Down
Pintu Dalem
Agung
Patilasan
64 MS Eye Level Pan Left Batu Laut
65 MS Eye Level Pan right Paseban
66 MS Eye Level Pan Left Paseban dalam
104
67 FS
Low
Angle
Till Down Pintu Patilsan
68 MCU Eye Level Still
Wawancara
Pak satu
69 FS Eye Level Still Pintu Patilasan
70 MCU Eye Level Still
Plang “
Wanita
dilarang
masuk”
71 MS Eye Level Pan Right
Bagian Dalam
Patilasan
72 MCU Eye Level Still
Waancara Pak
Satu
73 MS
Low
Angle
Still
Pohon
beringin
patilasan
74 FS Eye Level Still
Pangean
Duduk
75 MCU Eye Level Still
Wawancara
Pak satu
76 MS Eye Level Pan Right
Bagian Dalam
Patilasan
77 MS Eye Level Still Tempat Dupa
105
78 FS Eye Level Pan Left
Bagina Dalam
Patilasan
79 MCU Eye Level Still
Wawanacara
Pak Satu
80 FS Eye Level Pan Right
Pak satu
Berdoa
81 MS Eye Level Still
Pak Satu
Berdoa
82 MS
Low
Angle
Still
Pak Satu
berdoa
83 MCU Eye Level Still
Wawancara
Pangeran
84 FS Eye Level Still
Sumur
Kejayaan
85 CU Eye Level Still
Papan Sumur
Kejayaan
86 MS
High
Angle
Still
Sumur
Kejayaan
87 MCU Eye Level Pan Right
Jalan Mnuju
Patilasan
88 MS Eye Level Pan Right
Jalan Keluar
Patilasan
89 MCU Eye Level Still
Wawancara
Pak Satu
106
SPESIFIKASI KAMERA
Gambar III.5
Tabel III.10
No Spesifikasi Dasar
1. Lens Mount Fixed
2. Zoom Zoom H4N Recorder +
APV-4 Accessory
3. Sensor 23.5 X15.6mm
4. Resolusi 1920 x 1080 Full HD
107
3.5 Proses Kerja Editor
Proses kerja editor adalah orang yang terakhir bertanggung jawab dari
sebuah program, yang mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga mampu
memberikan sentuhan seni pada hasil akhir yang akan disampaikan kepada
penonton yang menyaksikan, entah itu sebuah pesan atau informasi.
Dokumenter televisi adalah penayangan topic atau tema tertentu,
disampaikan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi (voice over),
menggunakan wawancara dan ilustrasi musik sebagai penunjang visual
(Sumber: Google. Arti Dokumenter Televisi – laurensiustriandy.wordpress.com)
Editing untuk gambar bergerak adalah proses menyusun (mengorganisir),
merivew, memilih dan kemudian menumpulkan bahan audio video/footage
selama proses produksi. Hasil pengeditan tersebut diupayakan harus
bercerita logis dan penuh arti dari visualisasi cerita yang ditayangkan, dari
awal hingga akhir dengan tetap diupayakan sesuai konsep asli/awal yang
dikerjakan yaitu bertujuan menghibur, menginformasikan, menginspirasi
dan dalin sebagainya. (RoyThompson&Christopher J.Bowen: Grammar of
the Edit Second Edition, 2009)
Untuk menjadi seorang Editor Dokumenter Televisi “ Sebuah Cerita Dari
Dalam Kasepuhan “, pada awalnya penulis termotivasi oleh rasa ingin tahu
sebuah proses pembuatan karya audio visual dari bahan shot-shot yang
tidak berurutan menjadi suatu cerita yang menarik dan digabungkan
kedalam proses editing. Dalam proses editing tidak hanya dikhususkan
untuk editor saja, tetapi dianjurkan untuk semua tim untuk memahami
proses editing.
3.5.1 Pra produksi
Tahap pra produksi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses
pembuatan suatu karya audio visual, karena dengan adanya tahap pra produksi
inilah suatu konsep ide atau perencanaan dasar diciptakan, dan keberhasilan tahap
produksi dan pasca produksi tergantung dari kesiapan dan kematangan di tahap pra
produksi.
108
Di dalam tahap pra produksi ini para tim produksi yakni Sutradara,
Produser, dan Penulis naskah (Triangle system) merumuskan konsep atau
ide cerita yang akan dibuat. Pada tahap ini pula penulis sebagai editor tidak
terlibat dalam proses praproduksi dan produksi, penulis sebagai editor
ambil bagian guna memberi masukan agar lebih baik untuk proses syuting
dan pengeditan berjalan lancar.
Pada tahap ini, penulis sebagai editor sudah harus merencanakan sistem
kerja seperti apakah yang akan diterapkan pada tahap pasca produksi nantinya.
Penulis sebagai editor beserta tim produksi mulai melakukan pemilihan ide cerita
yang akan dijadikan sebagai Tugas Karya Akhir. Akhirnya setelah melakukan
diskusi, penulis beserta tim produksi sepakat untuk memilih ide cerita dengan judul
“Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan“ yang telah dibuat oleh sutradara.
Tidak sampai disitu saja, ide cerita yang telah dipilih pun terus mengalami
perubahan kearah yang lebih baik seiring berjalannya waktu pada tahap pra
produksi ini. Dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih baik penulis dan
tim produksi selalu melakukan diskusi dalam mengambil keputusan, sehingga
nantinya dapat tercipta visi dan misi antara penulis dan tim produksi.
Setelah melalui diskusi yang cukup lama dengan tim produksi dan juga Ibu anisti
S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan Bapak Geo Fakta Razali
S.I.Kom, M.I.Kom selaku dosen pembimbing kedua, maka ide cerita yang telah
disetujui kedua dosen pembimbing. Penulis beserta tim produksi melakukan
hunting lokasi. Setelah mendapatkan lokasi sesuai dengan ide cerita, penulis
sebagai editor bersama sutradara dan penata kamera ikut terjun untuk membahas
shot-shot berdasarkan pada director treatment yang telah dibuat oleh sutradara.
Sebelum melangkah ke tahap produksi, penulis beserta tim produksi
diwajibkan untuk mengajukan proposal, lengkap dengan ide cerita kepada
Bapak Joko Utomo Hadibroto S.sos selaku dosen pembimbing, yang
109
akhirnya menyetujui dan mengizinkan penulis dan tim produksi untuk
melakukan produksi.
3.5.2 Produksi
Di tahap ini, penulis sebagai seorang editor mengawasi proses pengambilan
gambar dan mengingatkan sutradara jika ada shot-shot yang terlewat atau bahkan
melenceng dari konsep yang telah disepakati yang pada akhirnya akan menyulitkan
penulis pada saat pasca produksi nanti. Memperhatikan continuity atau keserasian
gerak dan akting para narasumber, karena penulis dan tim produksi termasuk penata
kamera menggunakan single camera yang mengharuskan adanya pengulangan
adegan beberapa kali. Oleh karena itu, continuity gambar harus dijaga agar dalam
tahap pasca produksi yang sebagian besar menggunakan metode continuity dan cut
to cut agar tidak terdapat gambar yang jumping. .Proses produksi yang dijalankan
oleh penulis dan tim produksi pun berjalan lancar dan hasil yang maksimal.
3.5.3 Pasca produksi
Editor adalah orang terakhir dari keseluruhan pekerja produksi dalam
penggarapan sebuah karya visual film dan program acara televise. Pekerjaannya
adalah mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga mampu memberikan
sentuhan seni pada hasil akhir karya visual. Dalam proses editing ini, penulis
dibantu oleh sutradara.
1. Persiapan Editing
Setelah melalui proses produksi yang memakan waktu selama empat hari,
penulis sebagai seorang editor langsung melangkah ke tahap pasca produksi yang
bertempat di rumah penulis sendiri yang berlokasi di daerah Tebet Jakarta Selatan.
2. Pelaksanaan editing
110
Pada tahap ini penulis melakukan proses kerja sebagai seorang editor.
Dimana tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian proses pembuatan
sebuah karya audio visual. Adapun langkah-langkah dalam proses
pengerjaan editing Dokumenter televisi “Sebuah Cerita Dari Dalam
Kasepuhan” ini adalah sebagai berikut:
1. Previewing raw material
Pada tahap ini penulis sudah menerima keseluruhan materi shooting
berupa kaset mini DV yang ditonton bersama dengan sutradara. Hal
ini dimaksudkan agar penulis mengenali semua bahan baku yang
didapat, dari shot yang di nilai baik, pilihan, maupun tidak baik.
Selain itu juga untuk menilai hasil kerja rekan satu tim dalam proses
produksi.
2. Logging
Dalam hal ini penulis mencatat waktu pengambilan gambar dan
memilih, memotong shot-shot yang ada disesuaikan dengan camera
report. Proses logging ini diperlukan kapasitas hardisk sehingga
dengan memilih gambar yang paling baik, maka hardisk tidak terlalu
penuh.
3. Digitizing
Di tahap ini penulis merekam/memasukkan gambar dan suara yang
telah di logging tadi. Disini penulis mulai mengontrol kualitas
gambar dan suara disetarakan sesuai dengan konsep film dan konsep
editing yang telah disetujui sutradara.
111
4. Off line editing
Proses ini adalah tahapan awal dimana penulis sebagai editor mulai
menata gambar digitized sesuai dengan skenario dan urutan shot
yang telah ditentukan sutradara.
5. Online editing
Online editing adalah proses editing ketika penulis mulai
memperhalus hasil off line, memperbaiki kualitas hasil dan memberi
tambahan transisi serta effect khusus yang dibutuhkan.
6. Audio mixng
Mixing, berkaitan dengan proses audio dan juga memberi ilustrasi
musik maupun audio effect. Yang harus di mixing pada tahap ini
adalah dialog, effect, dan musik.
7. Release master (print to tape)
Setelah proses editing selesai dan penulis telah melakukan berbagai
perbaikan yang diperlukan, baik dari penulis sendiri dan dibantu
dengan masukan dari rekan lainnya terutama sutradara maupun
masukan dari dosen pembimbing, maka hasil akhir Dokumenter
televisi “Sebuah Cerita Dari Dalam Kasepuhan” ini siap untuk
dicetak kedalam pita kaset untuk proses outputting. Kaset yang
penulis gunakan untuk proses outputting adalah mini DV Sony 60
min.
3.5.4 Peran dan tanggung jawab
112
Peran seorang editor atau penyunting gambar adalah bagaimana
mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian
disusun kembali menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki dramatisasi dan estis.
Jika dalam suatu penggarapan program acara televisi, video dan film pada saat
tahap produksi menjadi tanggung jawab sutradara, maka dalam taham pasca
produksi editor yang bertanggung jawab penuh.
3.5.5 Proses penciptaan karya
A. Konsep kreatif
Untuk membuat karya audio visual menjadi lebih menarik, penulis
sebagai editor mencoba memilih backsound yang berkultur Cirebon
jawa barat, seperti gamelan dan tarling (gitar suling). Selain backsound
berkultur Cirebon, penulis memasukan backsound mistis yang sesuai
dengan audio visual pada Dokumenter televisi ini. Dalam pembuatan
Opening Bill Board (OBB), penulis juga menekankan pada pengenalan
tokoh agar penonton dapat mengikuti jalan cerita pada Dokumenter
televisi tersebut dengan mudah.yang diikuti dengan beberapa effect
untuk membuat tampilan OBB semakin menarik. Dalam beberapa
adegan, seperti adegan ketika tokoh utama sedang melintasi danau,
penulis banyak menggunakan effect transisi cross dissolve agar tampilan
menjadi menarik dan tidak monoton. Di akhir cerita, penulis
memasukan suara voice over tokoh utama guna menambah sentuhan
dramatik sehingga pesan moral dapat tersampaikan dengan baik kepada
penonton.
B. Konsep Produksi
113
Dalam pembuatan dokumenter televisi “Sebuah Cerita dari dalam
Kasepuhan” dalam melakukan proses produksi, tugas seorang editor
memang masih jauh dari kata maksimal. Penulis sebagai editor pada
proses produksi langsung mengumpulkan data-data gambar dan stok
shoot yang telah di ambil oleh seorang camera person.
C. konsep teknis
untuk membuat hasil editing yang sesuai dengan konsep kreatif, maka
penulis menggunakan software Adobe Premiere Pro cc17. Hal ini dipilih
karena dalam software ini, terdapat banyak effect yang dibutuhkan
dalam pembuatan Drama televisi ini. Selain itu software ini juga dapat
menghasilkan gambar yang lebih baik dari pada software lainnya seperti
Ulead Video Studio ataupun Pinacle. Selain itu, dengan menggunakan
software ini, penulis juga dapat memasukkan plug in final effect agar
dapat mendukung penulis dalam merealisasikan konsep kreatif yang
telah dibuat. Dalam menunjang proses editing, penulis juga
menggunakan perangkat komputer dengan spesifikasi seperti:
- Processor Intel Core i3-6006U2.0 GHz
- Motherboard ASUS P5PE-VM
- Memory RAM 4GB DDR3L
- VGA G FORCE GT920MX 2GB
- Hard disk 1TB HDD
- Monitor 14inch
- Capture Card
- DVD RW ASUS
114
- Sound Card Creative SoundBlaster
- Keyboard + Touchpad
- Microsoft Windows 10
Penulis memilih spesifikasi komputer tersebut karena spesifikasi
tersebut sudah cukup memadai untuk melakukan proses editing dengan
baik. Dalam melakukan proses pasca produksi, penulis menggunakan
konsep continuity editing dan cut to cut editing. Hal ini dilakukan agar
penonton dapat mengikuti jalan cerita dengan lebih mudah.
115
3.5.6 Lembar Kerja Editor
1. Konsep Kerja Editor
2. Laporan Editing
3. Proses Pembuatan Program ID
4. Spesifikasi Editing
116
KONSEP KERJA EDITOR
Penulis sebagai seorang editor mengawasi proses pengambilan gambar dan
mengingatkan sutradara jika ada shot-shot yang terlewat atau bahkan melenceng
dari konsep yang telah disepakati yang pada akhirnya akan menyulitkan penulis
pada saat pasca produksi nanti. Memperhatikan continuity atau keserasian gerak
dan akting para narasumber, karena penulis dan tim produksi termasuk penata
kamera menggunakan single camera yang mengharuskan adanya pengulangan
adegan beberapa kali. Oleh karena itu, continuity gambar harus dijaga agar dalam
tahap pasca produksi yang sebagian besar menggunakan metode continuity dan cut
to cut agar tidak terdapat gambar yang jumping. .Proses produksi yang dijalankan
oleh penulis dan tim produksi pun berjalan lancar dan hasil yang maksimal.
117
LAPORAN EDITING
Produksi : AKOM BSI Produser : Indah Rupa Faryani
Judul : “Sebuah Cerita dari Sutradara : Dhimas Wirasetya
dalam Kasepuhan”
Durasi : 16 menit Penulis Naskah: Annisa Nuansa I
Tabel III.11
N
O
TIME
EX
T/I
NT
KETERANGAN
VISUAL AUDIO S
F
X
TRANSIS
I
VID
EO
EFF
ECT
DURA
SI
1 00:00:00:00
-
00:00:05:00
- Bars And
Tone
- - Cutting - 5Detik
2 00:00:05:00
-
00:00:10:00
- Program
ID
- - Cuuting - 5Detik
3 00:00:10:00
-
00:00:15:00
- Logo BSI - - Cutting - 5Detik
4 00:00:15:00
-
00:00:20:00
- Cutting
Leader
- - Cutting - 5Detik
5 00:00:20:00
-
00:01:13:00
- Teaser Back Sound
Seram
-
Dip to
Black
- 53Deti
k
6 00:01:13:00
-
00:01:35:00
- Establish
Keraton
Back Sound
Gamelan
- Cutting - 23Deti
k
7 00:01:35:00
-
00:02:06:00
- Wawancara
pangeran
keraton,
menerangk
an
berdirinya
keraton
kasepuhan
Back Sound
Gamelan
- Cutting - 31Deti
k
8 00:02:06:00
-
- Establish
Keraton
Backsound
Gamelan
- Cutting - 19Deti
k
118
00:02:25:00
9 00:02:25:00
-
00:04:15:00
- Wawancara
Pangeran
Keraton,
menerangk
an keraton
yang dulu
wilayahnya
sampai
sumatra
dan di
pimpin
pangeran
Jayakarta
- - Cutting,
Dip to
Black
- 1menit
20Deti
k
10 00:04:15:00
-
00:04:28:00
- Establish
Keraton,
establish
lukisan
prabu
siliwangi
Gamelan - Cutting - 12Deti
k
11 00:04:28:00
-
00:06:30:00
- Wawancara
Pak satu
dan
menerangk
an mistis
yang ada di
lukisan
prabu
siliwangi
Gamelan - Cutting - 2menit
22detik
12 00:06:31:00
-
00:06:44:00
- Establish
Kereta
Barong
Tarling Cirebon - Cutting - 13Deti
k
13 00:06:45:00
-
00:08:07:00
- Wawncara
kereta
singa
barong dan
menerangk
an mistis
yang ada di
kereta
singa
barong
- - Cutting - 2menit
20detik
14 00:08:07:00
-
00:08:33:00
- Kirab
keliling
hari jadi
kota
cirebon
Gamelan - Cutting - 30detik
119
(courtesy
of
Youtube)
15 00:08:33:00
-
00:10:53:00
- Wawancara
kereta
singa
barong,
wawancara
mistis
kereta
singa
barong
Horor - Cutting - 2menit
20detik
16 00:10:53:00
-
00:11:17:00
- Establish
keraton,
establish
pak satu
menjadi
pemandu,
establish
sumur
tujuh
Gamelan - Cutting - 14detik
17 00:11:17:00
-
00:11:50:00
- Wawancara
sumur
tujuh dan
establish
sumur
tujuh
- - Cutting - 33detik
18 00:11:50:00
-
00:12:15:00
- Establish
patilasan
Gamelan - Cutting - 25detik
19 00:12:15:00
-
00:14:26:00
- Wawancara
patilasan,
establish
patilasan,
dan
menerangk
an mistis
yang ada
didalam
patilasan
Horor - Cutting - 1menit
21detik
20 00:14:26:00
-
00:15:50:00
- Wawancara
peangeran
keraton,
menanyaka
n arti
mistis yang
ada di
dalam
Horor - Cutting
Dip to
Balck
- 1menit
24detik
120
keraton
kasepuhan
21 00:15:50:00
-
00:16:20:00
- Pak satu
berbicara
bahwa kita
itu harus
percaya
dengan
adanya
mistis
Horor - - - 30detik
21 00:16:20:00
-
00:17:35:00
- Penutup
acara
dengan
point-point
yang ada di
keraton
kasepuhan
gamelan - Cutting - 1menit
15detik
22 00:17:35:00
-
00:17:40:00
= Copyright
BSI 2018
- - - - 5detik
23 00:17:40:00
-
00:18:50:00
CV crew
Slayar Art
Project
- - - - -
121
PROSES PEMBUATAN PROGRAM ID
Dalam pembuatan program ID dokumenter televisi “Sebuah Cerita dari
dalam Kasepuhan” ini penulis sebagai editor menggunakan sebuah video yang telah
di ambil oleh Camera Person, Video tersebut berisi narasumber yang sedang
menjelaskan tentang apa yang ada di dalam Keraton Kasepuhan. Didalam akhir
video ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia harus percaya dengan adanya
ghoib, karena ghoib itu garis nya tipis dengan manusia.
122
SPESIFIKASI EDITING
spesifikasi seperti:
Processor Intel Core i3-6006U2.0 GHz
Motherboard ASUS P5PE-VM
Memory RAM 4GB DDR3L
VGA G FORCE GT920MX 2GB
Hard disk 1TB HDD
Monitor 14inch
Capture Card
DVD RW ASUS
Sound Card Creative SoundBlaster
Keyboard + Touchpad
Microsoft Windows 10
Penulis memilih spesifikasi komputer tersebut karena spesifikasi tersebut sudah
cukup memadai untuk melakukan proses editing dengan baik. Dalam melakukan
proses pasca produksi, penulis menggunakan konsep continuity editing dan cut to
cut editing. Hal ini dilakukan agar penonton dapat mengikuti jalan cerita dengan
lebih mudah.