BAB III Laporan Pbl

23
BAB III KEGIATAN DAN HASIL A. Kegiatan 1. Pengertian Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu kegiatan pelatihan wajib bagi mahasiswa farmasi yang bertujuan untuk mempersiapkan para calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) untuk menjalani profesinya secara profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan di era globalisasi guna memperoleh gambaran tugas seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek. 2. Administrasi a. Penyimpanan Resep dan pemusnahan resep Penyimpanan resep untuk pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan laporan. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan. Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan. Resep disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan (Anonim, 2011 ; dan Anonim, 1993). Cara penyimpanan copy resep juga sama dengan resep asli. Sesuai dengan Permenkes Nomor 992/Menkes/V/1993 tentang pemusnahan resep, selama tiga tahun. Setelah resep disimpan selama 3 tahun resep-resep tersebut kemudiaan dimusnahkan dengan cara dibakar, ditanam atau

Transcript of BAB III Laporan Pbl

BAB III

KEGIATAN DAN HASIL

A. Kegiatan

1. Pengertian

Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan suatu kegiatan pelatihan wajib bagi mahasiswa farmasi yang bertujuan untuk mempersiapkan para calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) untuk menjalani profesinya secara profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan di era globalisasi guna memperoleh gambaran tugas seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek.2. Administrasia. Penyimpanan Resep dan pemusnahan resepPenyimpanan resep untuk pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan laporan. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan. Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan. Resep disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan (Anonim, 2011 ; dan Anonim, 1993). Cara penyimpanan copy resep juga sama dengan resep asli.

Sesuai dengan Permenkes Nomor 992/Menkes/V/1993 tentang pemusnahan resep, selama tiga tahun. Setelah resep disimpan selama 3 tahun resep-resep tersebut kemudiaan dimusnahkan dengan cara dibakar, ditanam atau cara yang lain dan disaksikan oleh pejabat pemerintah berwenang. Pemusnahan dilakukan oleh APA dan petugas apotek yang menjadi saksi.

b. Penyimpanan Surat Pesanan

Copy faktur yang diterima disimpan dengan copy surat pesanan untuk diperiksa lagi dan digunakan untuk mencocokkan jika barang harus dilunasi atau untuk keperluan retur barang. Penyimpanan surat pesanan berdasarkan urutan nomor dan tanggal dan dibendel setiap bulannya, disimpan selama 10 tahun, untuk faktur lunas disatukan dengan faktur pajak dan dipisahkan dengan faktur yang belum dilunasi.c. Pelaporan Pskikotropika dan Narkotika

Apotek membuat laporan pemakaian narkotika dan psikotropika berdasarkan dokumen penerimaan dan pengeluarannya setiap bulan. Obat-obat golongan narkotika, pelaporan dilakukan sekali dalam sebulan, selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Sedangkan untuk obat-obat psikotropika, pelaporannya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu tiap 6 bulan. Laporan-laporan ini ditandatangani oleh APA lalu diberi stempel apotek, difotokopi rangkap 4, 1 lembar untuk pertinggal. Laporan ini ditujukan kepada:

1) Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota

2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

3) Kepala Balai Besar POM

3. Manajemen a. Penerimaan Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF) kepada unit pengelola dibawahnya (Apotek). Perbekalan farmasi yang telah dikirim ke Apotek Wijaya Kusuma disertai faktur dan di terima oleh petugas pembelian. Petugas pembelian akan melakukan pengecekkan terhadap barang yang datang disesuaikan dengan surat pesanan (SP) dan diperiksa nama sediaan, jumlah, nomor batch, expiredate, dan kondisi sediaan. Setelah pengecekkan selesai faktur di tanda tangani, ditulis tanggal, nama, nomor SIPA dari apoteker dan diberi stampel Apotek oleh petugas penerima yang diketahui oleh Apoteker Pengelola Apotek.

b. Pencatatan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Apotek merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan dan Perbenkes secara tertib baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan maupun yang digunakan di unit pelayanan kesehatan lainnya. Setiap obat memiliki kartu yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya obat sehingga memudahkan pengontrolan terhadap persediaan obat dan kebutuhan obat tersebutPencatatan pada buku stock opname adalah pengecekkan terhadap obat atau perbekalan farmasi meliputi:

a. Jumlah dan jenis obat yang paling banyak diperlukan dan untuk memudahkan pemesanan.

b. Data ini berguna untuk evaluasi apotek untuk perencanaan pengadaan obat bulan berikutnya.

c. Penataan dan penyimpananPenyimpanan adalah suatu kegiatan di mana barang yang diterima disimpan dalam rak-rak obat berdasarkan penggolongan obat serta khasiat farmakologi secara alphabetis dan kartu stok langsung di isi. Penyimpanan dilakukan berdasarkan penggolongan sebagai berikut :

a.Berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet atau kapsul, sirop, obat tetes, salep atau krem, di bedakan bentuk padat dan cair.

b.Berdasarkan jenis obat meliputi Obat Generik, Produk Kimia Farma, obat Bebas, Obat Keras, Obat Narkotika, Obat Psikotropika.

c.Berdasarkan masa perputaran barang meliputi cepat (fast moving), sedang (moderate moving), dan lambat (low moving).

d.Berdasarkan sifat kimia dan fisik obat meliputi penyimpanan obat dalam suhu dingin dan penyimpanan suhu kamar.

e.Obat narkotika dan psikotropika yang telah dikirim, kemudian disimpan dalam masing-masing lemari khusus dilengkapi dengan kunci dan bukti penerimaannya harus ditanda tangani oleh APA.Barang/obat yang terdapat di etalase depan adalah obat-obatan yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, obat tradisional, sediaan kosmetik dan alat-alat kesehatan lainnya. Obat-obatan di etalase depan disusun dengan rapi agar menciptakan penampilan yang estetik dari apotek. Sedangkan obat-obatan yang terdapat pada ruang peracikkan adalah obat-obat keras yang dipisahkan antara generik dan bermerk. Sebelum ditata dan disimpan obat-obat tersebut diberikan label harga terlebih dahulu. Untuk obat narkotik dan obat psikotropik disimpan dilemari khusus, sedangkan obat-obatan seperti serum, vaksin, insulin, dan suppositoria disimpan dilemari es.

Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Barang-barang yang baru datang dipisahkan dari barang yang lama. Penyimpanan barang/obat di ruang peracikan/rak obat dan di ruang etalase depan disusun berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khusus dll. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus mengikuti prinsip FIFO (First In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama kadaluwarsa-pertama keluar).3. PelayananApotek Wijaya Kusuma melayani palayanan perbekalan farmasi terdiri dari pelayanan obat dengan resep dokter (resep umum), obat-obat bebas tanpa resep dokter, penyiapan dan peracikan obat, penyerahan obat kepada pasien, serta pemberian KIEa. Pelayanan Obat dengan Resep DokterAlur pelayanan obat dengan resep dokter di Apotek adalah sebagai berikut:

Penerimaan Resep

1)Diperiksa dahulu keabsahan dokter penulis resep, dalam hal:

a) Nama dan alamat dokter tertulis dengan jelas dan benar.

b) Nomor SIP dokter harus ada.

c) Tanggal penulisan resep.

2) Diperiksa keabsahan pasien penerima resep, dalam hal berikut ini:

a) Nama pasien harus jelas.

b) Umur pasien dan berat pasien pasien (anak-anak/bayi).

c) Alamat pasien (nomor telepon bila ada).

3) Dilihat rasionalitas obat dalam hal:

a) Nama sediaan.

b) Dosis sediaan.

c) Cara pemakaian.

d) Adanya obat yang tidak tercampurkan.

Bila tidak jelas atau menurut ilmu kefarmasiaan kurang rasional, maka wajib ditanyakan kepada dokter penulis resep.

4) Bila butir 1 s/d 3 sudah benar kemudian dihitung:

a) Jumlah obat yang dibutuhkan.

b) Harga obat berikut uang resepnya.

Diberitahukan kepada pasien mengenai obat dan harganya, apabila pasien setuju, resep dapat dikerjakan.

5) Apabila ternyata obat tidak tersedia langkah yang dilakukan:

a) Dicarikan ke apotek lain atau dipindahkan ke apotek lain.

b) Diganti dengan obat yang sama dari pabrik lain dengan persetujuan pasien dan bila perlu berkonsultasi dengan dokter penulis resep.

6) Apabila uang pasien tidak cukup, langkah yang dilakukan:

a) Dilayani sebagian dari resep tersebut sesuai kemampuan keuangan pasien dengan memberi copy resep.

b) Diganti dengan obat generik atau obat dari pabrik lain dengan persetujuan pasien dan bila perlu berkonsultasi dengan dokter penulis resep.

b. Pelayanan Obat Non Resep (Swamedikasi)Pelayanan obat non resep adalah perbekalan farmasi yang dapat dilayani tanpa resep dokter antara lain obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik (OWA), kosmetika obat tradisional, dan alat kesehatan. Alur pelayanan obat non resep yaitu pasien datang dan dilayani langsung oleh petugas pelayanan serta konsultasi pemilihan obat dilayani Apoteker secara langsung. Pada pelayanan tanpa resep pertanyaan diajukan untuk mengetahui siapa yang sakit atau siapa yang akan menggunakan obat tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemberian informasi langsung ke pasien. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dari pasien untuk menceritakan keluhan apa saja yang sedang dirasakan oleh pasien dan berapa lama pasien merasakan keluhan tersebut, apakah pasien sudah atau belum minum obat untuk mengatasi yang dirasakan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk pemilihan obat berikutnya, kemudian memberikan beberapa pilihan obat yang biasa digunakan. setelah pasien setuju dan menyelesaikan pembayarannya obat disiapkan, kemudian diserahkan pasien disertai dengan pemberian KIE.c. Penyiapan dan Peracikan ObatPasien harus dijamin mendapatkan obat yang tepat dengan mutu baik, serta dengan dosis, waktu dan durasi yang tepat. Harus dipastikan bahwa produk obat berasal dari sumber yang dapat dipercaya, mutu sediaan baik secara organoleptis, dan tentunya belum kadaluarsa. Stok obat harus dijaga agar selalu tersedia saat dibutuhkan, terutama untuk kontinuitas penggunaan obat kronik pasien, contoh: obat antidiabetes, antihipertensi.

Dalam menyiapkan dan meracik obat, perlu diperhatikan kondisi pasien, sebagai contoh penggunaan bahan pembantu laktosa dikontraindikasikan pada pasien dengan diabetes mellitus. Ukuran kapsul juga harus disesuaikan dengan kemampuan pasien dalam menelan. Pasien usia lanjut sering kesulitan membuka wadah obat, sehingga diupayakan untuk menggunakan wadah yang mudah untuk dibuka. Sebaiknya wadah transparan, kecuali untuk obat yang harus terlindung dari cahaya. Salah satu penyebab ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat adalah lupa, apalagi kalau rejimen obatnya kompleks. Oleh karena itu obat sebaiknya dimasukkan ke dalam kotak/kantong yang berwarna khusus atau yang diberi tanda untuk tiap waktu minum (unit dose). Pasien yang ekonominya mampu untuk membeli pill dispenser, sebaiknya disarankan untuk memanfaatkan alat ini, karena dengan alat ini pasien/keluarga hanya perlu menyiapkan obat seminggu sekali, tiap kotak menunjukkan hari dan waktu minum obat, sehingga kesalahan dapat dicegah dan kepatuhan dapat ditingkatkan (Gurwitz dan Rochon, 2000). Tahap-tahap penyiapan dan peracikan obat adalah :1) Obat diracik sesuai dengan permintaan yang tertulis pada resep.

2) Pengambilan dan peracikan obat harus dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker.

3) Setelah obat diracik dan diberi etiket.

4) Setelah pengerjaan obat selesai diperiksa kembali oleh Apoteker.

5) Untuk obat yang belum diambil seluruhnya atau pasien meminta copy resep, wajib dibuatkan copy resep yang ditandatangani oleh Apoteker.

d. Penyerahan Obat kepada Pasien

1) Sebelum diserahkan, Apoteker mencocokkan obat dengan resep dalam hal:a) Nama pasien pada etiket.

b) Nama maupun jumlah obat.

c) Cara pemakaian obat.

2) Diserahkan kepada pasien dengan mencocokkan:

a) Nama pasien dengan nama yang tertulis pada resep

b) Umur/BBdan Alamat pasien

3) Memberi penjelasan kepada pasien dalam hal:

a) Nama obat.

b) Cara pemakaian obat.

c) Pantangan yang harus dilakukan.

d) Efek samping atau akibat yang mungkin timbul karena minum obat tersebut.

e) Hal-hal yang perlu diperhatikan, misalnya adanya perubahan warna feses atau urin.

f) Tindakan yang harus diambil jika lupa menggunakan obat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

g) Cara-cara menyimpan obat.

h) Untuk resep yang diambil sebagian, dianjurkan segera menebus resep sebelum obat habis terutama untuk antibiotika dimana harus diminum sampai semua obat antibiotikanya habis. e. Menyampaikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada pasien. Komunikasi adalah proses pembentukan penyampaian, penerimaan, dan pengelolan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan satu tujuan. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, yang ditujukan kepada pasien terhadap resep yang diberikan mengenai nama obat, indikasi obat, dosis, cara penggunaan, dan reaksi khusus yang ditimbulkan oleh obat tersebut dimana informasi ini diberikan di apotek Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapat informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004).Dalam memberikan pelayanan KIE di apotek hendaknya apoteker dan asisten apoteker dalam penyerahan obat, sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Bukan hanya itu saja penyerahan obat juga disertai dengan pemberian informasi. Dalam hal pemberian informasi tersebut, apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan akurat serta mudah dimengerti. Pertama, pemberian informasi yang jelas pemilihan obat, sehingga obat dapat digunakan secara tepat, aman dan rasional. Kedua, pemberian informasi tentang cara penggunaan obat yang benar agar tujuan pengobatan dapat tercapai. Ketiga, pemberian informasi tentang efek samping obat dan hal hal lain yang perlu diperhatikan selama pemakaian obat berlangsung.

Apoteker hendaknya juga mampu menjalin komunikasi dengan tenaga kesehatan lain termasuk dokter. Komunikasi tersebut misalnya memberikan informasi tentang obat baru atau tentang produk obat yang sudah ditarik. Apoteker sebaiknya juga aktif mencari masukkan tentang keluhan pasien terhadap obat obat yang di konsumsi. Tidak hanya itu saja, apoteker juga mencatat keluhan pasien untuk dilaporkan ke dokter dengan cara demikian apoteker dapat berkomunikasi tentang efek samping obat dengan dokter.

f. Melakukan Problem Solving DRP

Penentuan DRP dari resep setelah dilakukan skrining resep berdasarkan : administrasi, farmasetik dan klinik. Kemudian diidentifikasi terkait masalah yang ada pada resep, setelah itu diberikan solusi/penyelesaian masalah yang sudah diketahui. Berikut klasifikasi dari DRP :

1) Butuh Obat

2) Tidak perlu obat

3) Obat salah

4) Dosis terlalu rendah

5) Adverse drug reaction

6) Dosis teralu tinggi

7) ComplianceB. Hasil

Pengelolaan di apotek Wijaya Kusuma meliputi bidang administrasi, bidang manajemen dan bidang pelayanan yang akan dibahas sebagai berikut :A. BIDANG ADMINISTRASI

1. Kelengkapan Resep, copy resep dan surat pesanan

Kegiatan yang telah dilakukan

Tanggal 15/02/2013

Uraian kegiatan

Berdiskusi dengan APA terkait skrining resep (administrasi, farmasetis dan klinis). Resep dibagi menjadi resep umum, askes prolanis, narkotika dan psikotropika. Resep no B-RJ/RI 157 artinya :

B = Kode apoteker yang mengerjakan resep

RJ= Rawat jalan

RI= Rawat inap

157= No.urut

Tanggal 16/02/2013

Uraian kegiatan

Mempelajari kelengkapan resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter, no. Telp, tanggal penulisan resep, ttd dokter, nama, umur/BB, alamat pasien), kesesuaian farmasetis (nama obat, bentuk sediaan), serta pertimbangan klinis (efek samping, alergi, dsb).2. Penyimpanan resep, copy resep dan surat pesanan

Surat pesanan adalah surat dari pembeli yang dikirim kepada penjual yang berisi pesanan untuk membeli barang. Surat pesanan di apotek Wijaya Kusuma dibagi menjadi 4 macam yaitu untuk obat non psikotropika dan non narkotika, untuk obat narkotika, untuk obat psikotropika serta untuk obat askes prolanis

Dalam penyimpanan resep dan copy resep, dalam peraturan pemerintah, kertas resep disimpan, diatur menurut tanggal dan nomor urut pembuatan serta harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Kegunaan penyimpan ini adalah untuk memungkinkan penelusuran kembali bila setelah sekian waktu terjadi suatu akibat dari obat yang diberikan. Resep dapat dimusnahkan setelah melewati waktu penyimpanan dengan membuat berita acara pemusnahan.

Kegiatan yang telah dilakukan

Tanggal 16/02/2013

Uraian kegiatan

Melihat surat pesanan obat, disana terdapat tujuan PBF yang akan kita beli barangnya, terdapat kolom jumlah, nama barang yang dipesan

Tanggal 21/02/2013

Uraian Kegiatan

Menyimpan copy faktur dan surat pesanan setelah dilakukan pemeriksaan pada waktu penerimaan barang. Penyimpanan berdasarkan urutan tanggal dan dikumpulkan/dijadikan satu setiap bulannya.

Tanggal 21/02/2013Uraian Kegiatan

Resep dan copy resep yang telah dikerjakan/diterima disimpan oleh APA dengan sesuai urutan penerimaan resep. Resep dan copy resep dikumpulkan dijadikan satu bendel setiap bulannya dan disimpan salama 3-4 tahun. Untuk resep yang mengandung narkotika ketika harus dipisahkan dengan resep lainnya. Resep yang telah disimpan lebih dari jangka waktu dapat dimusnahkan

Tanggal 22/02/2013

Uraian Kegiatan

Resep disimpan di tempat dengan resep biasa dan resep psikotropika di tempat yang terpisah, lalu untuk resep tahun-tahun sebelumnya, resep disimpan semua menjadi satu berdasarkan tahun

3. Pembuatan Etiket

Etiket terbag menjadi 2 jenis yaitu putih dan biru. Etiket putih digunakan untuk obat yang diminum/melewati jalur oral sedangkan etiket biru untuk obat yang dipakai di luar tubuh termasuk obat injeksi

Kegiatan yang telah dilakukan Tanggal 22/02/2013

Uraian Kegiatan

Mempelajari pembuatan etiket untuk obat dalam (warna putih), menulis nama, tanggal, aturan pakai, jenis sediaan, nomor resep. Etiket sudah dalam bentuk print kertas yang nantinya tinggal diisi

4. Pelaporan psikotropika dan narkotika

B. BIDANG MANAJEMEN

1. Penerimaan

Petugas apotek mengantarkan obat yang dipesan sesuai dengan SP dan membawa faktur penjualan yang kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas apotek Wijaya Kusuma yang sebelumnya barang diperiksa terlebih dahulu sesuai apa tidak dengan jumlah dan jenis barang yang dipesan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas apotek meliputi kelengkapan barang tersebut seperti nama obat, sediaan, jumlah obat, kemasan, nomor batch dan tanggal expire datenya (minimal 2 tahun), apabila sesuai dengan pemesanan maka APA memberikan tanda tangan serta memberi stampel. Faktur-faktur yang telah masuk dikumpulkan dan disatukan dengan copy surat pesanan kemudian didokumentasikan untuk keperluan pembayaran. Kegiatan yang telah dilakukan adalah :Tanggal 15/02/2013

Uraian kegiatan :

Penerimaan barang datang dari beberapa PT meliputi :CV DIAN MAS

: Sabun sirih natural

PT SATRIA SAKTI

: Dancow

PT SAWAH BESAR FARMA: Clindamycin 300 mg

PT MILLENIUM

: Albothyl

PT PINGLOKA

: New OBH

Tanggal 21/02/2013

Uraian Kegiatan :

Barang datang ke apotek dari PT PRADIPTA ADIPASIFIK (PBF) terdiri dari Histigo, Kaditic, Cazetin Drops, Quantidex

Tanggal 22/02/2013Uraian Kegiatan

Penerimaan barang berasal dari PT PDM terdiri dari neuralgin, combantrin dan Counterpain

2. Pencatatan ObatPencatatan obat dari faktur ke buku obat bertujuan sebagai dokumen yang memuat catatan pembelian, baik mengenai data obatnya maupun dokumen yang menyertai pembelian obat tersebut sebagai sumber data dalam melakukan kegiatan distribusi ke apotek.

Kegiatan yang telah dilakukan

Tanggal 19/02/2013

Uraian Kegiatan

Pengiriman barang yang datang dari Sukamto Sadikin, Sinar Majapahit dan Taruna Kusuma, setelah dilakukan tahap-tahap penerimaan, maka dilakukan pencatatan obat untuk lebih lanjut yaitu dengan mempelajari cara pencatatan obat dari faktur pembelian obat ke buku penerimaan obat yang berisi tanggal, no, nama barang, jumlah, satuan, No. Batch, ED, jumlah harga dan keterangan.3. Penataan ObatPrinsip penataan perbekalan farmasi: a.Obat golongan narkotika, disimpan di ruang peracikan, di lemari khusus narkotika

b.Obat golongan psikotropika, disimpan di ruang peracikan, di lemari khusus terpisah dengan sediaan farmasi yang lain

c.Obat golongan Keras, disimpan di ruang peracikan, dikelompokkan :

- obat bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul, pil)

- obat bentuk semi padat (salep, cream, pasta, jelly)

- obat cairan (sirup)

- obat injeksi (vial, ampul, infus) Penataan obat berdasarkan bentuk sediaan, selain itu berdasarkan efek farmakologi, alfabetis dan golongan obat agar mudah dalam pencarian obat sehingga tidak terjadi kesalahan pemberian kepada pasien

Kegiatan yang telah dilakukan

Tanggal 16/02/2013

Uraian kegiatan

Membantu menata sediaan obat cair seperi betadine. Penataan obat, salah satunya adalah berdasarkan bentuk sediaan obat yang sebelumnya ditempelkan harga dan ditata di etalase depan

Bentuk sediaan cair yang ditata termasuk obat bebas terbatas dan ditata di etalase agar menciptakan penampilan yang estetik dari apotek. Penataan obat dilakukan dan obat ditempatkan di etalase depan dengan menggunakan sistem FEFO/FIFO

Tanggal 22/02/2013

Uraian Kegiatan

Membantu apoteker menata obat thrombophob, counterpain dan combantrin.

4. Penyimpanan

Barang yang telah diterima kemudian disimpan ketempat penyimpanannya seperti lemari/rak masing-masing, berdasarkan efek farmakologis, alfabetis dan jenis sediaanya. Khusus untuk sediaan seperti vaksin, sera dan suppositoria disimpan didalam lemari es. Untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika berdasarkan KepMenKes, penyimpanannya harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi menjadi dua bagian masing-masing dengan kunci yang berlainan dan bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, phetidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari serta apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berurukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Serta untuk tiap-tiap item obat terdapat kartu stok obatnya masing- masing. Obat-obatan didistribusikan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).Kegiatan yang telah dilakukan:

Tanggal 18/02/2013

Uraian Kegiatan:

Mempelajari cara penyimpanan sirup

Sirup disimpan di bagian rak penyimpanan obat, ditempatkan dengan obat sirup lainnya. Penyimpanan sirup pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari. Penyimpanan obat ini dicatat di kartu stock yang berisi tanggal, diterima dari, masuk, keluar dan sisa. Sirup disimpan di bagian rak penyimpanan obat khusus untuk sirup agar obat tidak tercampur dengan bentuk sediaan obat yang lain dan disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari untuk menjaga kestabilan obat dan kualitas obat sehingga mutu sirup tetap terjaga dan tidak cepat rusak. Penyimpanan obat dicatat di kartu stock bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat sehingga dapat diketahui berapa sisa obat dan berapa obat yang harus dipesan.

C. BIDANG PELAYANAN

Petugas Apotek Wijaya Kusuma telah memberikan pelayanan yang cukup baik kepada pasien. Pelayanan obat non resep dilakukan oleh APA dengan menanyakan keluhan, identitas pasien, dan memberikan pilihan obat sesuai dengan kemampuan dan kemauan pasien serta diberikan informasi yang jelas mengenai obat tersebut. Apoteker yang menerima resep selalu memperhatikan isi resep/skrining resep yang menyangkut nama obat, bentuk obat, umur pasien, aturan pakai dan cara penggunaan obat apabila apoteker ragu maka bertanya kepada dokter yang menulis resep. Sebelum obat disiapkan, apoteker menghargai resep dan mengecek ada atau tidak stok obat yang diminta, setelah pasien setuju dengan harga resep dan jenis obat, apoteker menyiapkan obatnya dan diserahkan ke pasien dengan disertai etiket sesuai obat tersebut. Jika obat yang diminta tidak ada maka apoteker mengganti obatnya atas persetujuan pasien dan dokter (Pasal 24, PP.51) atau dibuatkan copy resep.

Penyerahan obat di apotek Wijaya Kusuma kepada pasien diserahkan oleh APA disertai dengan informasi yang jelas tentang cara pemakaian, penggunaan, khasiat obat dan expire date dari setiap obat yang diserahkan ke pasien. Bila pasien yang belum memahami informasi yang jelas tentang obat, maka apoteker akan memberikan informasi yang dibutuhkan. Untuk penulisan etiket meliputi tanggal penulisan, nama pasien, nomor resep, umur, aturan pakai yang jelas serta keterangan obat sebelum atau sesudah makan, nama dan jumlah obat dan expire date dari obat. Untuk Pemberiaan KIE sudah baik dilakukan oleh apoteker baik untuk kasus swamedikasi maupun kasus resep. Apabila ada DRP pada resep apoteker telah memberikan solusi untuk permasalahan pada resep, sehingga kejadian yang tidak diharapkan tidak terjadi pada pasien yang akan mengganggu dari hasil yang diinginkan

Kegiatan yang telah dilakukana. Penyiapan dan Peracikan obat

Tanggal 20/02/2013

Uraian Kegiatan:

- Seorang ibu datang ke apotek mengeluhkan pegelinu dan meminta obat dengan harga Rp.3000,00 menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi ibu tersebut, lalu apoteker memberikan obat racikan yaitu antalgin, dexamethason, piroksikam dan CTM untuk mengatasi pegelinu yang dirasakan dan apoteker memberitahu aturan pakainya -Pasien datang ke apotek mengeluhkan pegelinu dan meminta apoteker untuk memberikan obat yang tepat untuk mengatasi keluhan pasien tersebut, lalu apoteker menyiapkan obat neurobion untuk syaraf, piroksikam 20, CTM sebagai anti alergi dan prednison untuk mengobati pegelinu tersebut lalu apoteker memberitahu aturan pakai obat tersebut.Tanggal 21/02/2013

Uraian Kegiatan

-Seorang ibu datang ke apotek mengeluhkan kesemutan dan pegel-pegel, lalu bertanya kepada apoteker, obat apa yang tepat. Apoteker menyiapkan obat untuk mengatasi keluhan ibu tersebut berupa prednison, CTM, vitamin B dan piroksikam

Tanggal 22/02/2013

Uraian Kegiatan

Seorang Bapak datang ke apotek mengeluhkan asam urat dan meminta obat yang tepat. Apoteker menyiapkan obat-obat piroksikam, CTM, licodexon, neuropyron dan memberitahu aturan pakainya.

b. Komunikasi, Informasi dan EdukasiMengamati dan Mencatat KIE pada kasus swamedikasi

Tanggal 18/02/2013Uraian Kegiatan

Seorang ibu datang ke apotek dan megeluh bahwa anaknya tiap malam suka panas, batuk dan muntah. Anaknya itu berusia kurang dari 6 tahun dan bertanya kepada apoteker tentang terapi yang tepat seperti apa. Apoteker mendengarkan Keluhan pasien, lalu memberikan solusi atas keluhan tersebut melalui kegiatan konseling. Apoteker memberikan obat berupa suspensi vesperum yang berisi domperidone. Domperidone merupakan obat antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiemetik sehingga dapat mengurangi efek/kondisi muntah anak. Selain itu apoteker memberikan sirup pim-tra-kol dengan kandungan paracetamol, GG, CTM. Paracetamol digunakan untuk menurunkan panas anak. GG digunakan untuk mengatasi batuk dan CTM digunakan sebagai antihistamin anak. Bentuk sediaan Sirup dipilih apoteker karena sirup merupakan campuran yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan dan mempunyai rasa manis. Untuk obat pim-trakol, diminum setelah makan sedangkan untuk obat domperidone suspensi vesperum, diminum sebelum makan

c. Problem Solving DRP