BAB III HAK IMUNITAS ADVOKAT DALAM MENJALANKAN …
Transcript of BAB III HAK IMUNITAS ADVOKAT DALAM MENJALANKAN …
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
81
BAB III
HAK IMUNITAS ADVOKAT DALAM MENJALANKAN PROFESINYA
DIKAITKAN DENGAN KEWAJIBAN PELAPORAN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
3. 1. Kedudukan Profesi Advokat dalam Sistem Peradilan Pidana
Indonesia
Profesi menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai moral
merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.
Kebutuhan tertinggi yang seharusnya ada pada setiap penyandang profesi
merupakan kebutuhan akan aktualisasi diri, akan tampak pada profesi yang
berpredikat luhur (officium nobile).91
Advokat merupakan salah satu profesi hukum yang telah dikenal dunia
sejak ratusan tahun yang lalu. Keberadaan profesi advokat erat hubungannya
dengan penegakan hukum dan keadilan berdasarkan aspirasi keadaan sosial, hak
asasi manusia dan demokrasi. Advokat merupakan salah satu profesi hukum tertua
di dunia sejak zaman romawi profesi advokat dikenal dengan nama officium
nobellum dan orang yang mengerjakannya disebut opera liberalis yang sekarang
dikenal sebagai advokat atau lawyer. Fungsi advokat lahir dalam pola peradilan
Romawi-Republik (zaman advokat Cicero-sebelum masehi), yaitu dua pihak
91 Shidarta, Op. Cit., h. 107.
82
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bersengketa, masing-masing dibela oleh advokat dan hakim duduk objektif dan
tak berpihak di atas mereka.92
Keberadaan dan kedudukan Advokat sebagai unsur penegak hukum di
Indonesia tidak perlu lagi diragukan, baik sebelum dan sesudah Indonesia
merdeka, dengan demikian perjalanan sejarah advokat yang panjang di Indonesia
menandakan advokat telah memainkan perannya yang tidak kecil dalam
mewujudkan penegakan hukum yang adil dan berwibawa.93 Apabila dilihat dari
dasar hukum yang ada, keberadaan advokat sebelum era reformasi belum diatur
secara khusus, masih tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
baik yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda maupun yang
dikeluarkan oleh pemerintahan Indonesia, kemudian setelah era Reformasi,
dibentuklah UU Advokat.
Pasal 24 ayat (1) UUD RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Oleh karena itu, selain pelaku kekuasaan kehakiman yaitu
MA dan MK, badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman juga harus mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman juga harus
mendukung terlaksananya kekuasaan kehakiman yang merdeka. Salah satunya
adalah profesi advokat yang bebas, mandiri dan bertanggungjawab, sebagaimana
diatur dalam UU Advokat.
92 Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001,
h. 61-62.
93 Yahman dan Nurtin Tarigan, Op. Cit., h. 59.
83
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pasal 1 UU Advokat, menjelaskan bahwa advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat dilihat bahwa cakupan advokat meliputi profesi
pekerjaan yang berkaitan dengan pengadilan, juga dalam UU Advokat,
menegaskan bahwa advokat adalah orang yang melakukan pekerjaannya baik
didalam maupun di luar pengadilan. 94 Adapun dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) tidak menyebut advokat
melainkan penasehat hukum sebagaimana diatur pada Pasal 1 angka 13 KUHAP
dijelaskan bahwa “Penasehat Hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang
ditentukan oleh atau berdasar Undang-Undang untuk memberi bantuan hukum”.
Menggunakan istilah penasehat hukum, bantuan hukum, kuasa dari beberapa
Pasal dalam Undang-Undang ini maka advokat harus senantiasa menjunjung
tinggi profesi advokat sebagai profesi yang mulia (officium nobile), karena dengan
profesi tersebut dapat memberikan bantuan hukum atau jasa hukum kepada
masyarakat atau klien, baik di dalam maupun di luar pengadilan kepada pencari
keadilan. Sejak diberlakukannya UU Advokat semua istilah pengacara, penasihat
hukum, pengacara praktik ataupun sebagai konsultan hukum sudah tidak ada
perbedaan lagi, semua istilah tersebut disebut dengan Advokat. Sebagai negara
hukum maka adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum
(equality before the law). Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan
94 V. Harlen Sinaga, Dasar-Dasar Profesi Advokat, Erlangga, Jakarta, 2011, h. 3.
84
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi
manusia.
Ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU Advokat memberikan status kepada
Advokat sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan
penegak hukum lainnya yaitu polisi, jaksa, dan hakim atau yang lebih dikenal
dengan istilah catur wangsa. Pasal 5 UU Advokat menyebutkan bahwa Advokat
berstatus sebagai penegak hukum, bebas, dan mandiri. Kedudukan tersebut
memerlukan suatu organisasi yang merupakan satu-satunya wadah profesi
advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) UU Advokat, yaitu
organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah profesi advokat yang bebas
dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi advokat. Oleh karena itu,
organisasi advokat yaitu PERADI, pada dasarnya adalah organ negara dalam arti
luas yang bersifat mandiri (independent state organ) yang juga melaksanakan
fungsi negara.95
Profesi advokat merupakan profesi yang bebas dan mandiri namun
bertanggung jawab untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk
usaha membudayakan masyarakat untuk menyadari hak-hak fundamental mereka
di depan hukum. Demikian juga bahwa advokat sebagai salah satu unsur dari
sistem peradilan merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum
dan HAM di Indonesia, bahkan sering juga disebut advokat merupakan pengawal
(guardian) yang tangguh untuk konstitusi.
95 Lihat pertimbangan hukum putusan MK Nomor 014/PUU-IV/2006 mengenai pengujian
Undang-Undang Advokat.
85
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dalam proses litigasi diketahui bahwa advokat merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses peradilan, sepanjang advokat yang bersangkutan
diberikan kuasa untuk membala hak-hak kliennya dalam segala tingkatan
pemeriksaan, apakah kliennya sebagai tersangka/terdakwa dalam perkara pidana
maupun sebagai penggugat/tergugat dalam perkara perdata maupun dalam
perkara-perkara lainnya yang diselesaikan melalui forum-forum khusus
(Alternative Dispute Resolution/ADR). Dalam eksistensi yang demikian penting
dan luas, advokat tentu banyak atau bahkan selalu berhubungan dengan unsur
formal penegak hukum, tergantung jenis dan karakter kasus yang ditanganinya.
Profesi advokat sebagai landasan idealisme telah dipatri dalam kode etik
advokat yang memiliki nilai-nilai persamaan secara universal yaitu pejuang
keadilan, yang di dalam pelaksanaannya antara lain mewujudkan peradilan yang
bersih dan berwibawa. Hal ini sangat penting terutama setelah dikaitkan dengan
pernyataan dari seorang sosiolog Amerika Serikat menuliskan bahwa peranan
advokat dan hakim dalam penegakan hukum memegang peranan yang sangat
penting, karena ditangan hakim dan advokatlah sifat dan warna hukum itu banyak
ditentukan.96 Dikatakan demikian karena dua lembaga ini sama-sama memiliki
prinsip kemandirian (independency) dari berbagai kekuasaan, sehingga memiliki
kebebasn yang luas untuk menerapkan dan menafsirkan hukum. Advokat harus
dapat bertindak sebagai elemen untuk menjaga keseimbangan-keseimbagan dalam
masyarakat yang di dalam teori politik sering disebut theory check and balance,
kendatipun tidak melalui kekuasaan yang ada padanya tetapi melalui tekanan
96 Yahman dan Nurtin Tarigan, Op.Cit., h. 61.
86
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
moral dan argumentasi-argumentasi hukum yang konstruktif dan doktrin-doktrin
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan konstitusi.97
Pentingnya kedudukan advokat sebagaimana dirumuskan dalam
pertemuan internasional pada “the World Conference of the Independence of
Justice” yang diadakan di Montreal, Canada 5 s/d 10 Juni 1983 yang disponsori
oleh PBB yang dirumuskan kedudukan advokat adalah sebagai berikut: 98 “A
person qualified and authorized to practice before the court and to advice and
represent his clients in legal matter”. (Terjemahan bebas: Seorang yang
memenuhi kualifikasi dan diberi otoritas untuk praktik di persindangan dan
memberikan nasihat dan mewakili kliennya dalam masalah hukum). Selain itu,
Basic Principles on the Role of Lawyers menyatakan bahwa advokat dalam
menjalankan profesi bebas dari segala bentuk intimidasi, intervensi, dan gangguan
termasuk di dalamnya tuntutan secara hukum. International Bar Association (IBA)
Standards for the Independence of Legal Profession 99 bahkan lebih luas
mendefinisikan bahwa advokat tidak hanya kebal dari tuntutan hukum secara
pidana dan perdata, tetapi juga administratif, ekonomi, maupun sanksi atau
intimidasi lainnya dala pekerjaan membela dan memberi nasihat kepada kliennya
secara sah
Advokat memiliki peran penting dalam upaya penegakan hukum. Setiap
proses hukum, baik pidana, perdata, tata usaha negara, bahkan tata negara, selalu
97 Ibid h. 62.
98 Ibid, h.98.
99 Ibid, h. 99.
87
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
melibatkan profesi Advokat yang kedudukannya setara dengan penegak hukum
lainnya. Dalam upaya pembelaan tersangka atau terdakwa, terutama praktik mafia
peradilan, advokat dapat berperan besar untuk menimbulkan dan/atau memutus
mata rantai praktik mafia peradilan yang terjadi. Peran tersebut dijalankan atau
tidak bergantung kepada profesi advokat dan organisasi advokat yang telah
dijamin kemerdekaan dan kebebasannya dalam UU Advokat. Kemandirian dan
kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat, tentu harus diikuti oleh adanya
tanggung jawab masing-masing advokat dan organisasi profesi yang
menaunginya. Ketentuan UU Advokat telah memberikan rambu-rambu agar
profesi advokat dijalankan sesuai dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan
keadilan. Oleh karena keberadaan advokat sangat penting, maka dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya perlu diberikan hak imunitas.
3.2. Kode Etik Advokat dan Tanggung Jawab Profesi Advokat
3.2.1. Kode Etik Advokat
Profesionalisme tanpa etika menjadikannya bebas sayap (vleugel vrij)
dalam arti tanpa kendali dan tanpa arahan. Sebaliknya, etika tanpa
profesionalisme menjadikannya lumpuh sayap (vleugel lam) dalam arti tidak maju
bahkan tidak tegak.100 Menurut filsuf Yunani Aristoteles, etika digunakan untuk
menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma
moral, perintah, tindakan kebajikan dam suara hati. Kata moral lebih mengacu
100 Ibid., h. 86.
88
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pada baik buruknya manusia sebagai manusia, menuntun manusia bagaimana
seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Etika adalah ilmu, yakni pemikiran rasional, kritis, dan sistematis tentang
ajaran-ajaran moral. Etika menuntun seseorang untuk memahami mengapa atau
atas dasar apa ia harus mengikuti ajaran moral tertentu. Dalam artian ini, etika
dapat disebut filsafat moral.101 Yang dimaksud dengan etika profesi adalah norma-
norma, syarat-syarat, dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh
sekelompok orang yang disebut kalangan profesional. Orang yang menyandang
suatu profesi tertentu disebut seorang profesional. Selanjutnya, Oemar Seno Adji
mengatakan bahwa peraturan-peraturan mengenai profesi pada umumnya
mengatur hak-hak yang fundamental dan mempunyai peraturan-peraturan
mengenai tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan profesinya yang
dalam banyak hal disalurkan melalui kode etik.102
Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki
cita-cita dan nilai bersama. Mereka membentuk suatu profesi yang disatukan
karena latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian
yang tertutup bagi orang lain. Maka dari itu, profesi menjadikan suatu kelompok
mempunyai tanggung jawab khusus.103 Salah satu profesi yang keberadaannya
berhubungan erat dengan kehidupan kita semua adalah advokat. Profesi advokat
101 E.Y. Kanter, Etika Profesi Hukum Sebuah Pendekatan Sosio-Religius, Storia Grafika,
Jakarta, 2002, h. 2.
102 Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum: Profesi Advokat, Erlangga, Jakarta,
1991, h. 8.
103 Yahman dan Nurtin Tarigan, Op. Cit., h. 87
89
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab dalam menegakkan
hukum perlu dijamin dan dilindungi oleh undang-undang. Selain peraturan
perundang-undangan sebagai sumber hukum yang mengatur segala peran dan
fungsi profesi advokat juga didasarkan melalui kode etik.
Kode etik menjadi hukum tertinggi yang dibebankan kepada advokat
sebagai suatu kewajiban, tetapi juga memberikan jaminan dan perlindungan dalam
pelaksanaan profesinya. Dasar hukum kode etik advokat Indonesia di dasarkan
pada ketentuan Pasal 33 UU Advokat. Kode etik dan ketentuan tentang dewan
kehormatan profesi advokat telah ditetapkan pada 23 Mei 2002 dinyatakan
mempunyai kekuatan hukum secara mutatis mutandis menurut UU Advokat
sampai ada ketentuan baru yang dibuat organisasi advokat.104 Kode etik advokat
memberikan kewajiban kepada advokat untuk selalu jujur dan bertanggungjawab
dalam melaksanakan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara,
masyarakat, dan terutama pada dirinya sendiri. Profesi yang mencirikan
profesionalisme seorang advokat yang menjunjung tinggi supremacy of moral
bukan hanya supremacy of law sehingga tercapailah apa yang disebut sebagai
keadilan yang substantif.
Menurut Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI), terdapat suatu pernyataan
bahwa setiap calon advokat yang diambil sumpahnya, wajib mengikuti ketentuan-
ketentuan yang telah dirumuskan. Pentingnya Kode Etik Advokat sama halnya
dengan penegasan hukum yang berlaku dalam pergaulan masyarakat. Namun
secara karakteristik, kode etik hanya berlaku dalam lingkup profesi itu sendiri.
104 Andika Wijaya dan Wida Viece Ananta, Ujian Profesi Advokat, Gramedia, Jakarta,
2017, h. 12.
90
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Seorang advokat baru dapat dikenakan sanksi hukum apabila telah terbukti secara
kode etik melakukan pelanggaran dan pelanggarannya pun harus dilihat dalam
ranah hukumnya.
Adapun jenis etika profesi Advokat Indonesia terdiri atas lima bagian
besar, yaitu mengenai kepribadian advokat, hubungan dengan klien, hubungan
dengan teman sejawat, cara bertindak dalam menangani perkara, dan, ketentuan
lain yang tidak termasuk dalam empat bagian sebelumnya. Kode Etik Profesi
Advokat dalam hubungannya dengan klien yang paling utama adalah
mendahulukan kepentingan klien dari pada kepentingan pribadi. Selain itu,
seorang advokat harus menjaga kerahasiaan klien seumur hidup. Sekali membela
klien, seorang advokat dilarang untuk membela orang lain yang berhadapan
dengan orang yang pernah menjadi kleinnya, untuk menjaga kerahasiaan mantan
kliennya. Berhubungan dengan surat kuasa, seorang advokat harus menggunakan
hak-haknya sesuai dengan keadaan klien. Advokat tidak dibenarkan memberikan
keterangan yang menyesatkan kepada klien dan mengekang kebebasan klien
dalam mempercayai advokat lain.
Kode Etik Profesi Advokat dalam hubungannya dengan rekan sejawat
yang paling utama adalah saling mempercayai dan menghargai. Apabila klien
mempercayakan advokat lain untuk menangani perkaranya, maka advokat yang
terdahulu harus menyerahkan semua keterangan dan dokumen milik klien
kepadanya. Kode Etik Profesi Advokat dalam hubungannya dengan cara
menangani perkara yang paling utama adalah advokat dalam menjalankan
profesinya harus berdasarkan iktikad baik. Seorang advokat tidak dibenarkan
91
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk menemui saksi-saksi dari pihak lawan untuk mendengarkan keterangannya
di luar persidangan.
Sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran kode etik diatur dalam Pasal 7
UU Advokat dan Pasal 16 Kode Etik Advokat Indonesia, disesuaikan dengan
berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh advokat, yaitu:
a. Peringatan biasa diberikan apabila sifat pelanggarannya tidak berat.
b. Peringatan keras diberikan bilamana sifat pelanggarannya berat atau advokat
mengulangi pelanggaran kode etik yang pernah dilakukannya atau tidak
mengindahkan sanksi pelanggaran kode etik yang diterimanya.
c. Pemberhentian sementara diberikan bilamana sifat pelanggarannya berat,
tidak mengindahkan dan menghormati sanksi peringatan keras, serta masih
mengulangi melakukan pelanggaran pelanggaran kode etik
d. Pemecatan dari organisasi advokat diberikan bilamana advokat melakukan
hal yang merendahan martabat organisasi dan profesi.
Berdasarkan Pasal 26 ayat (4) UU Advokat, pengawasan kode etik advokat
dilakukan oleh organisasi advokat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka
organisasi advokat membentuk Dewan Kehormatan. Tugas dan wewenang dari
Dewan Kehormatan adalah memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik
Profesi Advokat berdasarkan tata cara yang dirumuskan oleh Dewan Kehormatan
itu sendiri. Dalam hierarki organisasi PERADI, kedudukan Dewan Kehormatan
PERADI sejajar dengan kedudukan ketua umum. Pengawasan yang dilakukan
oleh dewan kehormatan masih bersifat pasif, artinya dewan kehormatan tidak
secara aktif mencari advokat yang melakukan pelanggaran kode etik. Pelanggaran
kode etik profesi akan diproses oleh dewan kehormatan setelah memperoleh
pengaduan secara tertulis dari pihak lain, yaitu rekan sesama profesi, klien, klien
lawan, maupun masyarakat.
92
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Untuk mengajukan pengaduan ke Dewan Kehormatan, pelapor harus
membawa bukti-bukti yang cukup berkaitan dengan pengaduannya. Kode Etik
Advokat sebagaimana yang telah disahkan pada tanggal 23 Mei 2002 dalam Bab
II tentang Kepribadian Advokat Pasal 2 dan Pasal 3 mengatur tentang persyaratan
profesi advokat, yaitu:
Pasal 2:
Advokat Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan
keadilan dan kebenaran dilandasi moral yang tinggi, luhur dan mulia, dan
yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi hukum, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, kode etik advokat serta sumpah
jabatannya.
Pasal 3:
a. Advokat dapat menolak dan memberi nasihat dan bantuan hukum
kepada setiap orang yang memerlukan jasa dan/atau bantuan hukum
dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan keahliannya dan
bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak dapat menolak dengan
alasan karena perbedaan agama, kepercayaan politik, dan kedudukan
sosialnya;
b. Advokat dalam melakukan tugasnya tidak bertujuan semata-mata
untuk memperolah imbalan materi tetapi lebih mengutamakantegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan;
c. Advokat dalam menjalankan profesinya adalah bebas dan mandiri serta
tidak dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib memperjuangkan hak-hak
asasi manusia dalam negara hukum Indonesia;
d. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan pekerjaan lain yang dapat
merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat;
e. Advokat harus senantiasa menjunjung tinggi profesi advokat sebagai
profesi terhormat (officium nobile).
Kode etik yang mengatur mengenai kepribadian advokat sangat berkaitan
erat dengan etika. Etika merupakan filsafat moral untuk mendapatkan petunjuk
tentang perilaku yang baik berupa nilai-nilai luhur dan aturan-aturan pergaulan
yang baik dalam hidup bermasyarakat dan kehidupan pribadi seseorang. Etika
moral ini menumbuhkan kaidah-kaidan atau nomra-norma etika yang mencakup
93
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
teori nilai tentang hakikat apa yang baik dan apa yang burk, dan teori tentang
perilaku (conduct) tentang perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk.105
Dari ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat
Indonesia dapat disimpulkan bahwa seorang advokat dalam menjalankan
profesinya, harus selalu berpedoman kepada:
a. Kejujuran profesional (profesional honesty) sebagaimana terungkap dalam
Pasal 3 huruf a. Kode Etik Advokat Indonesia dalam kata-kata “oleh
karena tidak sesuai dengan keahliannya”; dan
b. Suara hati manusia (dictate of conscience).
Keharusan bagi setiap advokat untuk selalu berpihak kepada yang benar
dan adil dengan berpedoman kepada suara hati nuraninya berarti bahwa bagi
advokat Indonesia tidak ada pilihan kecuali menolak setiap perilaku yang
berdasarkan “he who pays the piper calls the tune” karena pada hakikatnya
perilaku tersebut adalah pelavuran profesi advokat. 106 Keperluan bagi advokat
untuk selalu bebas mengikuti suara hati nuraninya adalah karena di dalam lubuk
hati nuraninya, manusia menemukan suatu hukum yang harus ditaati. Suara hati
nurani senantiasa mengajak manusia untuk melakukan yang baik dan
mengelakkan yang jahat. Hati nurani adalah inti yang paling rahasia dan sakral
dari manusia.107
105 Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Cabang
Mahkamah Agung RI, Jakarta, 1998, h. 92.
106 Fred B.G. Tumbuan, Kode Etik Adalah Pedoman Penghayatan Profesi Advokat
sebagai Penegak Hukum: Rekaman Proses Workshop Kode Etik Advokat Indonesia Langkah
Menuju Penegakan, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Jakarta, 2004, h. 39.
107 Ibid.
94
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Satu-satunya profesi yang menyandang predikat sebagai profesi yang
mulia (officium nobile) adalah advokat. Predikat itu sesungguhnya bukan gelar
kehormatan yang diberikan masyarakat atau penguasa, namun karena para
advokat telah berjasa kepada masyarakat dan negara. Akan tetapi, predikat itu
muncul karena tanggung jawab yang dibebankan kepada advokat.108
Kode etik yang mengatur mengenai kepribadian advokat sangat berkaitan
erat dengan etika, yang bertujuan agar orang hidup bermoral baik dan
berkepribadian luhur, sesuai dengan etika moral yang dianut oleh
kesatuan/lingkungan hidupnya (dalam hal ini adalah negara Indonesia yang
berdasarkan dan berideologikan Pancasila).109 Sehingga sudah sepantasnya jika
seseorang advokat harus memiliki kepribadian yang luhur dan mulia, berikaitan
dengan predikat yang disandangnya sebagai profesi yang mulia. Berpegang
dengan kode etik tersebut, seorang advokat harus memiliki integritas, komitmen,
keberanian dan profesionalisme dalam menegakkan hukum dan keadilan. Oleh
karena itu, apabila advokat tidak memahami dengan baik kualitas kepribadian
tersebut maka keberadaannya akan membawa pengaruh yang kurang baik bagi
masyarakat. Jadi, profesi advokat yang dikenal sebagai officium nobelium/
officium nobile adalah profesi luhur, mulia, dan bermartabat oleh karenanya
mutlak mengedepankan kode etik advokat dan sumpah advokat untuk
menegakkan keadilan, kebenaran, dan ketertiban.
108 Otto Hasibuan, Kode Etik Advokat Indonesia Problematik Substansi dan
Pelaksanaannya, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Jakarta, 2004, h.10.
109 Purwoto S. Gandasubrata, Loc.Cit.
95
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.2.2. Tanggung Jawab Profesi Advokat
Advokat memiliki tanggung jawab dalam menjalankan profesinya, baik
kepada dirinya sendiri maupun terhadap lembaga atau organisasi advokat yang
menaunginya. Tanggung jawab tersebut muncul dari kesadaran terhadap diri
sendiri dan disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ketika Advokat tidak menjalankan profesinya sebagaimana mestinya, ia akan
menerima sanksi organisatoris dari organisasi advokat.
Tanggung jawab profesi terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu tanggung jawab
profesi berdasarkan kode etik organisasi profesi yang bersangkutan (intern), dan
tanggung jawab profesi berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan
(ekstern). Tanggung jawab profesi yang berdasarkan hukum didefinisikan sebagai
tanggung jawab hukum pemberi jasa atau pengemban profesi atas jasa yang
diberikan kepada klien atau tanggung jawab hukum pengemban profesi terhadap
pihak ketiga.
Menurut Franz Magnis Suseno, sebagaimana yang dikutip oleh E.
Sumaryono dalam “Etika Profesi Hukum Norma-Norma bagi Penegak Hukum”
menyatakan bahwa setiap pemegang profesi dituntut dua jenis keharusan, yaitu
keharusan untuk menjalankan profesinya secara bertanggung jawab, serta
keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain. 110 Secara umum, tugas
seorang advokat adalah menjadi penasihat hukum dalam perkara-perkara yang
dihadapi oleh kliennya. Profesi advokat memiliki peran yang penting dalam upaya
110 E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Kanisius,
Yogyakarta, 1995, h. 148.
96
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penegakan hukum sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Setiap
proses hukum, baik pidana, perdata, tata usaha negara, bahkan tata negara, selalu
melibatkan profesi advokat yang kedudukannya setara dengan penegak hukum
lainnya. Adapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
advokat berperan besar dalam memutus mata rantai praktik mafia peradilan yang
terjadi. Secara yuridis maupun sosiologis advokat memiliki tanggung jawab yang
sangat besar dalam penegakan hukum.
Advokat menjalankan profesinya berdasarkan ilmu pengetahuan, sekaligus
dilaksanakan dengan ethic conduct untuk memberikan pelayanan yang memiliki
profesionalitas, akuntabilitas, berdikari, dan penuh tanggung jawab. Mengenai hal
ini, Theodorus Yosep Parera menjelaskan:
Aspek knowledge, kode etik, profesional, mandiri, dan akuntabel itulah yang
membedakan kehormatan profesi advokat dari pekerjaan-pekerjaan biasa.
Pekerjaan biasa, adalah pekerjaan yang lebih berorientasi pada usaha untuk
memperoleh sumber penghidupan atau memperoleh upah bagi hidup sehari-
hari. Berbeda dengan itu, seseorang profesional akan bekerja dengan
keahlian tinggi, bekerja atas dasar iktikad mulia, menjunjung tinggi nilai-
nilai kebajikan, bekerja di bawa kontrol kode etik, tidak merendahkan diri
menjadi orang upahan, serta merawat limpahan kehormatan (honoraria).111
Menegaskan kembali apa yang dijelaskan oleh Theodorus Yosep di atas,
bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan atau profesinya, Advokat diliputi oleh
etika profesi, pun termasuk di dalamnya berhubungan dengan klien. Pada
penjelasan umum UU Advokat ditegaskan pula sebagai berikut:112
Dalam undang-undang ini diatur secara komprehensif berbagai ketentuan
penting yang melingkupi profesi Advokat, dengan tetap mempertahankan
prinsip kebebasan dan kemandirian Advokat, seperti dalam pengangkatan,
111 Theodorus Yosep Parera, Op. Cit, h. 3.
112 Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
97
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengawasan, dan penindakan serta ketentuan bagi pengembangan organisasi
Advokat yang kuat di masa mendatang. Di samping itu diatur pula berbagai
prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat khususnya dalam
peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip-prinsip
negara hukum pada umumnya.
Theodorus Yosep Parera menegaskan kembali bahwa fungsi dan peranan
Advokat antara lain sebagai berikut:
a. Memperjuangkan Hak-Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Indonesia;
b. Melaksanakan Kode Etik Advokat;
c. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum,
keadilan, dan kebenaran;
d. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,
kebenaran, dan moralitas);
e. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat
advokat;
f. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat
dengan cara belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk
memperluas wawasan dan ilmu hukum;
g. Memelihara kepribadian advokat karena profesi advokat merupakan profesi
yang terhormat (officium nobile)
h. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat;
i. Memberikan pelayanan hukum (legal services);
j. Memberikan nasehat hukum (legal advice);
k. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation)
l. Memberikan pendapat hukum (legal opinion)
m. Memberikan informasi hukum (legal information)
n. Memberikan menyusun kontrak-kontrak (legal drafting)
o. Membela kepentingan klien (litigation)
p. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation)
q. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada masyarakat yang
lemah dan tidak mampu (legal aid/pro bono publik).113
Berdasarkan hal tersebut di atas, melaksanakan kewajiban untuk
melaporkan perbuatan klien yang terindikasi kejahatan tertentu merupakan hal
yang cukup sulit, secara khusus merujuk pada poin huruf (h) yaitu menjaga
hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat. Dengan demikian
113 Theodorus Yosep Parera, Op. Cit., h. 6-7.
98
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
untuk dapat melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana dikehendaki oleh PP
No. 43 Tahun 2015 adalah cukup menemukan kesulitan dan tantangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Theodorus Yosep Parera juga menjelaskan
hubungan antara advokat dan klien sebagai berikut:114
“Hubungan antara advokat dengan klien tentu saja berkaitan dengan
pekerjaan utama advokat, yaitu:
a) pemberian nasihat hukum kepada klien yang memerlukannya;
b) pembelaan kepentingan klien;
c) membuat draft kontrak (perjanjian) nagi kepentingan para pihak yang
berminat untuk mengadakan hubungan hukum;
d) memfasilitasi kepentingan masyarakat yang menjadi kliennya dalam
suatu proses perundingan guna menyelesaikan perselisihan hukum;
e) dan lain-lain bentuk pelayanan hukum yang diperlukan dunia usaha”.
Adapun ketentuan mengenai hubungan advokat dengan klien yang
tercantum pada Pasal 4 Kode Etik Advokat Indonesia yaitu:
a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian
dengan jalan damai;
b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;
c. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang;
d. Dalam menentukan besarnya honorarium advokat wajib mempertimbangkan
kemampuan klien;
e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak
perlu;
f. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian
yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa;
g. Advokat harus menolak mengurus perkara-perkara yang menurut
keyakinannya tidak ada dasar hukumnya;
h. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yag diberitahukan
oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah
berakhirnya hubungan antara advokat dan klien itu;
i. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya
pada saat yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang bersangkutan;
j. Advokat mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari kepengurusan kepentingan-kepentingan
114 Ibid, h. 9.
99
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tersebut, apabila di kemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
k. Hak retensi advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan
kerugian kepentingan klien.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa advokat dalam melaksanakan
jabatannya dituntut harus profesional, ini terlihat dalam melaksanakan tugasnya
advokat tidak boleh menguntungkan dirinya sendiri. Dalam hal ini advokat
berbeda dengan profesi notaris, yang mana notaris harus bersifat netral bagi para
pihak meski ia diminta bantuan hukum oleh salah satu pihak sebagaimana Pasal
16 ayat (1) UUJN. Selain itu, dalam melaksanakan tugas jabatannya, seorang
advokat harus berpegang teguh pada kode etik advokat. Kode etik advokat pada
dasarnya merupakan sebuah etika atau norma-norma dasar yang menjadi acuan
bagi advokat dalam menjalankan profesinya. Profesi advokat dalam melaksanakan
tugas jabatannya harus selalu dilandasi dengan sikap bertanggung jawab.
Bertanggung jawab disini dimaksudkan bahwa setiap advokat dalam melakukan
suatu perbuatan akan selalu dilandasi dengan hukum, moral, dan kode etik
advokat. Seorang advokat memiliki tanggung jawab moral dalam menjalankan
profesinya yaitu dituntut harus bersikap realistis dan kritis, orientasi diri ini akan
mendorong seorang advokat untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang
diberikan untuk kepentingan diri sendiri dan klien seperti yang telah dijelaskan di
atas. Profesi advokat harus bersedia memberi pertanggungjawaban atas tindakan-
tindakan yang dilakukannya dalam membela kliennya.
Pada dasarnya, advokat tetaplah manusia yang berarti advokat memiliki
kewajiban untuk saling menghormati dan menghargai sesama manusia. Advokat
memiliki suatu kebebasan bicara selayaknya warga negara dan dilindungi oleh
100
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hukum atas tindakannya. Advokat tidak dibenarkan untuk melakukan penghinaan
atau penuduhan dengan kata-kata yang menyakitkan hati kepada pihak lawannya.
Advokat diharapkan sedapat mungkin menghindari tindakan yang melukiskan
secara gelap kelakuan lawan dan kecenderungan untuk melakukan peghinaan dan
ucapan yang bertentangan dengan kepentingan tugas umum yang diembannya.
Ketika advokat tidak menjalankan profesinya sebagaimana mestinya, maka ia
akan menerima sanksi dari organisatoris advokat.115
Seorang advokat memiliki tanggung jawab moral dalam menjalankan
profesinya yaitu dituntut harus bersikap realistis dan kritis, orientasi diri ini akan
mendorong seorang advokat untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang
diberikan untuk kepentingan diri sendiri dan klien seperti yang telah dijelaskan di
atas. Profesi advokat harus bersedia memberi pertanggungjawaban atas tindakan-
tindakan yang dilakukannya dalam membela kliennya.
3.3. Batasan Hak Imunitas Advokat dalam Menjalankan Profesi
Advokat merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras menjalankan
tugas dan fungsi sebagai orang yang dipercaya, oleh sebab itu advokat harus
melaksanakan prinsip-prinsip viduciaryduty terhadap klien sebagai kewajiban
ingkar advokat (verschoningshplicht).116 Sehubungan dengan kedudukan dalam
menjalankan tugas profesi sebagai penegak hukum Advokat diberikan
perlindungan hukum dengan berbagai hak, yaitu pada Pasal 16 UU Advokat yang
115 Yahman dan Nurtin Tarigan, Op. Cit., h. 97.
116 Fauzie Yusuf Hasibuan, Hak Imunitas Advokat, Universitas Jayabaya, Jakarta, h. 10.
101
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dinyatakan bahwa advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana
dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan
pembelaan Klien dalam sidang pengadilan. Hak yang diatur di dalam UU Advokat
itu merupakan implementasi atau ditafsirkan sebagai imunitas/kekebalan yang
dimiliki oleh advokat dalam menjalankan profesinya. Secara eksplisit Pasal 16
UU Advokat memang tidak mengatur tentang hak imunitas namun secara implisit
Pasal 16 UU Advokat itu mengandung pengertian bahwa hak yang dimiliki oleh
advokat merupakan bentuk imunitas/kekebalan yang diberikan oleh undang-
undang kepada profesi advokat dalam menjalankan tugas profesinya.
Imunitas yang dimiliki advokat dapat diartikan sebagai hak atas kekebalan
yang dimiliki oleh advokat dalam menjalankan profesinya dalam rangka membela
kepentingan kliennya. Imunitas adalah salah satu hak keistimewaan yang wajib
dimiliki advokat, karena merupakan bagian dari kebebasan profesi sesuai dengan
amanat International Bar Association Standards for the Independent of the Legal
Profession (IBA Standards). Namun dalam praktiknya masih sulit membedakan
sejauh mana imunitas melekat pada Advokat.117
Menurut Pasal 16 UU Advokat menegaskan bahwa profesi advokat tidak
dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien di dalam
sidang pengadilan. Akan tetapi imunitas yang diberikan oleh UU Advokat tidak
117 Silvia Daryanti, Nyoman Serikat PJ, dan Purwoto, “Pertanggungjawaban Pidana
Advokat Pelaku Tindak Pidana Suap Terhadap Hakim (Studi Kasus Putusan Nomor
1319K/Pid.Sus/2016)”, Diponegoro Law Journal, vol. 6 No. 2 (2017) April 2017,
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/view/19621/0, h. 12, diakses pada 25 Februari
2021.
102
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
berjalan sebagaimana mestinya, tidak sedikit advokat dalam menjalankan
profesinya terjerat masalah hukum dan akhirnya menjadi Tersangka.118
Dalam bagian hak-hak dan tugas advokat, butir 8 IBA Standards
disebutkan bahwa:
“Seorang advokat tidak boleh dihukum atau diancam hukuman, baik itu hukum
pidana, perdata, administratif, ekonomi maupun sanksi atau intimidasi lain dalam
pekerjaan membela dan memberi nasehat kepada klien dan kepentingan klien
secara sah”
Butir 7 IBA Standards tentang profesi hukum menyatakan bahwa:
“Seorang advokat tidak boleh disamakan atau diidentifikasikan sama dengan
klien atau perbuatan yang menjadi tujuan klien, sekalipun perbuatan itu
populer atau tidak populer”.
Ketentuan tersebut telah diatur juga dalam UU Advokat pada Bab IV
tentang Hak dan Kewajiban advokat. Kewajiban dan hak advokat diatur pada
Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 18, dan Pasal 19 UU Advokat. Pasal 14 UU
Advokat menentukan bahwa “advokat bebas mengeluarkan pendapat atau
pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam
persidangan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundang-undangan”. Berdasarkan penjelasan Pasal 14 UU Advokat dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan bebas adalah tanpa tekanan, ancaman, hambatan,
tanpa rasa takut atau perlakuan yang merendahkan martabat profesi. Kebebasan
dimaksud dengan Kode Etik Profesi dan perundang-undangan.
118 Solehoddin “Menakar Hak Imunitas Profesi Advokat”, Rechtidee Jurnal Hukum, vol.
10 No.1 (2015), https://journal.trunojoyo.ac.id/rechtidee/article/download/1141/969, h. 113,
diakses pada 14 Februari 2021.
103
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pasal 15 UU Advokat menentukan bahwa “Advokat bebas dalam
menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung
jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan perundang-
undangan”. Adapun yang dimaksud bebas terkait dengan melaksanakan tugas
profesi advokat tersebut adalah tanpa ada tekanan dan ancaman yang akan
menimbulkan rasa takut atau ada perlakuan yang merendahkan harkat dan
martabat profesi sebagai officium nobile. Konsekuensi hak imunitas bagi profesi
Advokat yaitu tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana. Jadi jelas
sesuai dengan uraian di atas, dapat dipahami bahwa ketentuan Pasal 15 UU
Advokat, imunitas adalah proteksi terhadap advokat dalam menjalankan tugasnya
untuk membela kepentingan kliennya di luar persidangan maupun ketika
mendampingi kliennya dalam suatu dengar pendapat di lembaga perwakilan
rakyat.
Dasar pemberian kekebalan kepada advokat pada Pasal 16 UU Advokat
bahwa Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan klien dalam
sidang pengadilan. Namun dalam perkembangannya, Mahkamah Konstitusi
mengabulkan permohonan perkara Nomor 26/PUU-XI/2013 tentang pengujian
Pasal 16 UU Advokat. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 26 PUU-XI-2013 telah
melegitimasi Pasal 16 UU Advokat mengenai imunitasnya dalam menjalankan
profesi diluar lingkungan peradilan. Hal itu disebabkan karena adanya
pertentangan dengan hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28D
ayat (1), 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Mahkamah
104
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Konstitusi mengabulkan permohonan perkara Nomor 26/PUU-XI/2013. Implikasi
dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 26/PUU-XI/2013 jika ditinjau dari segi
yuridis bahwa Pasal 16 UU Advokat bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai “Advokat tidak dapat
dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya
dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien di dalam maupun di luar
sidang pengadilan”. Sedangkan dari segi praktis bahwa dengan dikeluarkannya
putusan Nomor 26/PUU-XI/2013 oleh MK mengakibatkan pelaku bantuan hukum
dalam hal ini advokat mendapat perlindungan di dalam maupun di luar sidang
pengadilan serta klien tidak dapat dengan mudah menuntut seorang advokat baik
secara perdata maupun pidana.119
Maksud iktikad baik adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan kliennya dalam dalam
setiap tingkat peradilan di semua lingkungan peradilan. Artinya bahwa advokat
dalam menjalankan profesinya harus benar-benar berdasarkan hukum dan kode
etik advokat. Profesi hukum menuntut persyaratan dan standarisasi yang tinggi
terhadap seorang advokat dalam menjalankan profesinya tidak diperbolehkan
melakukan hal-hal yang justru melanggar hukum dan kode etik dengan berlindung
di balik hak imunitas.
119 Ni Made Desika Ermawati Putri dan I Made Tjatrayasa, “Implikasi Putusan Nomor
26/PUU-XI/2013 Mengenai Judicial Review Pasal 16 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tentang Advokat Terhadap Perlindungan Hukum Profesi Advokat”, Kertha Wicara, vol. 4 No. 1,
2015, https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/12012/8312, h. 4, diakses pada 14
Februari 2021.
105
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengertian luar sidang dalam putusan Mahkamah Konstitusi itu adalah
pembelaan advokat sejak kliennya diperiksa dan ditersangkakan di luar
persidangan. Susanti Adi Nugroho berpendapat bahwa imunitas advokat tidak
dapat diberikan secara mutlak. Advokat tidak kebal hukum sehingga ia tetap dapat
dimintakan pertanggungjawabannya. Terlebih lagi, advokat adalah profesi yang
sifatnya profesional dan klien berhak mendapatkan upaya terbaik dari seorang
advokat. Frasa “dalam persidangan” ini adalah tidak hanya dalam ruang
persidangan itu sendiri, tetapi setiap tindakan yang diperlukan saat melakukan
proses persidangan itu sendiri, baik di pengadilan tingkat pertama hingga
peninjauan kembali. Apabila terjadi kesalahan saat memberikan pendapat
hukumnya, mereka dapat dimintai pertanggungjawaban. Dengan kata lain tidak
dilindungi oleh hak imunitas.120
Peran advokat di luar pengadilan tersebut telah memberikan sumbangan
berarti bagi pemberdayaan masyarakat serta pembaruan hukum nasional termasuk
juga dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Oleh karena itu, tujuan UU
Advokat di samping melindungi advokat sebagai organisasi profesi, yang paling
utama adalah melindungi masyarakat dari jasa advokat yang tidak memenuhi
syarat-syarat yang sah atau dari kemungkinan penyalahgunaan jasa profesi
advokat. Adanya pendapat tersebut, maka Mahkamah Konstitusi menegaskan
bahwa ketentuan Pasal 16 UU Advokat harus dimaknai advokat tidak dapat
dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya
120 Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Media Perkasa,
Yogyakarta, 2013, h. 34.
106
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien di dalam maupun di luar
sidang pengadilan.
Kemudian berdasarkan Pasal 18 ayat (2) UU Advokat menentukan bahwa:
“Advokat tidak dapat diidentikkan dengan kliennya dalam membela perkara oleh
pihak yang berwenang dan/atau masyarakat”. Hal ini sebagai perwujudan dari
sikap tindak seorang advokat yang profesional dan proporsional, karena advokat
bertindak atas kepercayaan yang diberikan oleh kliennya untuk membela
kepentingannya baik di dalam maupun di luar pengadilan, sehingga sikap dan
tindakannya atas dasar persetujuan dan sepengetahuan kliennya dan bukan atas
kehendaknya sendiri.
Advokat sebagai profesi yang mulia (officium nobile) memiliki kebebasan
dalam melaksanakan tugasnya.121 Hal ini diartikan advokat tidak terikat dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini diartikan advokat tidak terikat pada hierarki
birokrasi. Advokat juga bukan merupakan aparat negara sehingga advokat
diharapkan mmapu berpihak kepada kepentingan masyarakat atau kepentingan
publik. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka kedudukan sosial dari advokat
yang demikian itu telah menimbulkan pula tanggung jawab moral bagi advokat
yang bukan hanya bertindak sebagai pembela konstitusi namun juga bertindak
sebagai pembela hak asasi manusia, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak
publik.122
121 Theodorus Yosep Parera, Op. Cit., h. 2.
122 Adnan Buyung Nasution, Arus Pemikiran Konstitunasionalisme: Advokat, tanpa
penerbit, Jakarta, 2007, h. 1.
107
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selanjutnya hak yang dimiliki oleh advokat adalah hak untuk melindungi
dokumen dan rahasia klien. Berdasarkan Pasal 19 UU Advokat, menyebutkan
bahwa:
Pasal 19:
(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh
dari kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh
undang-undang;
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan klien, termasuk
perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau
pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi
elektronik advokat.
Pasal 9 Kode Etik dan Ketentuan tentang Dewan Kehormatan
Advokat/Penasehat Hukum Indonesia mengatur bahwa:
1. Profesi Advokat/Penasehat Hukum adalah profesi yang mulia dan
terhormat (officium nobile), menjalankan tugas pekerjaan menegakkan
hukum, keadilan dan kebenaran, sejajar selaku penegak hukum di
pengadilan bersama jaksa dan hakim (offer’s of the courth) yang dalam
tugas pekerjaannya dibawah lindungan hukum dan undang-undang.
2. Advokat/ Penasehat Hukum tidak dapat diperiksa sebagai tersangka oleh
yang berwajib dalam perkara dari klien yang ditangani.
3. Advokat/Penasehat Hukum memiliki imunitas hukum secara perdata dan
pidana baik dalam membuat statement (pernyataan-pernyataan) yang
dibuat dalam iktikad baik maupun dalam pledoi (pembelaan hukum),
tertulis atau lisan, ataupun di dalam penampilannya dimuka pengadilan,
tribunal ataupun otoritas hukum ataupun otoritas administrasi.
Salah satu hak yang penting bagi advokat dalam menjalankan profesinya
adalah hak atas kebebasan menjalankan fungsi sebagai penasihat hukum. Terkait
dengan kebebasan, seorang advokat tidak hanya kebal dari tuntutan hukum pidana
dan perdata, tetapi juga administratif, ekonomi, maupun sanksi atau intimindasi
lainya dalam pekerjaan advokat sebagai akibat hukum yang diberikan klien
melalui surat kuasa, membela dan memberi nasehat kepada klien dengan cara
108
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iktikad baik.123 Terkait dengan pemberian hak advokat tidak dapat dituntut di
depan pengadilan, Ismail Saleh memberikan pedoman empat pokok yang harus
diperhatikan para advokat adalah sebagai berikut:
a. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang advokat harus
mempunyai integritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala
pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesinya.
Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu
yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindari;
b. Seorang advokat harus jujur, tidak hanya pada kliennya, juga pada
dirinya sendiri. Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya,
tidak memberi janji-janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau
agar si klien tetap mau memakai jasanya;
c. Seorang advokat harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia
harus mentaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang
seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang
tidak di tempat kedudukannya sebagai advokat;
d. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang
lugas untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas
profesinya ia tidak semata-mata didorong oleh pertimbangan uang.
Seorang advokat yang Pancasilais harus tetap berpegang teguh kepada
rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang, dan
tidak semata-mata hanya menciptakan alat bukti formal mengejar
adanya kepastian hukum.
Berdasarkan pendapat tersebut, advokat harus memenuhi pedoman-
pedoman tersebut diatas agar dalam menjalankan profesinya tidak dapat dituntut
di depan pengadilan. Advokat harus memahami batasan-batasan kewenangan
advokat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait
dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam menjalankan
profesinya. Menurut Otto Hasibuan, “lingkup imunitas advokat seharusnya
meliputi juga tindakan di luar persidangan, iktikad baik dari advokat yang
bersangkutan dan tindakan tersebut termasuk dalam lingkup tugas profesinya.
123 Solehoddin, Op. Cit., h. 99.
109
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tanpa iktikad baik, seorang advokat tidak memiliki imunitas sehingga layak di
proses secara hukum”.124
Pemberian imunitas untuk advokat dengan tujuan agar dijamin oleh
undang-undang dalam membela kepentingan kliennya, dan tidak dihinggapi rasa
takut pada saat membela. Advokat harus dilindungi oleh negara dalam
melaksanakan tugas profesinya oleh karena itu advokat diberi perlindungan
imunitas dengan syarat tidak melanggar hukum dan peraturan perundang-
undangan. Keberlakuan imunitas melekat pada advokat dengan persyaratan utama
bahwa advokat melakukan pekerjaannya dengan iktikad baik. Pengertian iktikad
baik dapat ditelusuri melalui bagaimana frase ini diungkapkan dalam bahasa asing
in good faith (Inggris) dan de bonne fot (Perancis). Iktikad baik merupakan sendi
dalam hukum perjanjian.125 Pengertian iktikad baik dalam Kamus Istilah Hukum
Fockema Andre Belanda Indonesia yang mengatakan iktikad baik (goede trow)
berarti maksud, semangat yang menjiwai para peserta dalam hubungan hukum.”
Dari definisi iktikad baik ini dapat mempunyai arti dua hal yaitu:126
- Definisi ini dapat melengkapi hal-hal umum, sehingga dapat diterapkan
dalam hubungan keperdataan maupun hubungan kepidanaan;
- Pengertian ini tidak dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan atau
norma hukum, melainkan lebih dari itu menyangkut latar belakang maksud
dan semangat yang menjiwai mengapa suatu perbuatan dilakukan oleh
advokat dalam menjalankan tugasnya.
124 Hukum Online, “Hak Imunitas Advokat Tergantung Iktikad Baik”,
http://www.hukumonline.com/berita/b-aca/hol15478/hak-imunitas-advokat-tergantung-iktikad-
baik, diakses pada 15 November 2020.
125 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2005, h. 41.
126 Meirza Aulia Chairani, ‘Hak Imunitas Advokat Terkait Melecehkan Ahli’, Justitia
Jurnal Hukum, vol. 2 No. 1, (2018) April 2018, http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Justitia/article/view/1236/1374, h. 6, diakses pada 16 Februari 2021.
110
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Berdasarkan hal tersebut di atas, imunitas/kekebalan yang dimiliki oleh
advokat haruslah dipakai secara tepat. Penggunaan hak kekebalan secara absolut
dapat membuat advokat dianggap sebagai pelindung para penjahat. Advokat
Luhut M.P Pangaribuan menyatakan bahwa suatu proses di Dewan Kehormatan
Profesi, menjelaskan bahwa jika ada dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh
seorang advokat, maka imunitas atau kekebalan hukum advokat itu tidak berlaku,
misalnya dengan cara-cara yang melanggar hukum. Lain halnya apabila seorang
advokat menasehati kliennya dengan iktikad baik, seperti memberi masukan
kepada kliennya untuk mempersiapkan tim ahli yang banyak agar menyatakan
bahwa kliennya tidak bersalah. Hal ini dilindungi oleh hak imunitas. Sejalan
dengan pendapat Advokat Luhut M.P Pangaribuan, mantan Hakim Agung Susanti
Adi Nugroho menjelaskan bahwa imunitas Advokat tidak dapat diberikan secara
mutlak. Advokat tidak kebal hukum sehingga ia tetap dapat dimintakan
pertanggungjawabannya. Terlebih lagi, advokat adalah profesi yang sifatnya
profesional dan klien berhak mendapatkan upaya terbaik dari seorang Advokat.
Kaitannya dengan batasan hak imunitas, advokat menjalankan profesinya
di dasarkan atas kuasa dari klien, sehingga dalam menjalankan profesinya tersebut
harus sesuai dengan kuasa dari klien tersebut. Melakukan perbuatan di luar dari
kuasa, maka hak imunitas tersebut tidak melindungi advokat. Dengan demikian
hak imunitas advokat hanya berlaku bagi mereka yang menjalankan profesinya
dalam membela kliennya dengan iktikad baik. Ukuran iktikad baik ini adalah
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan tidak melanggar hukum,
serta dengan berdasarkan Kode Etik Advokat seorang profesi advokat dalam
111
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menjalankan profesinya harus bebas dan mandiri, serta tidak dipengaruhi oleh
siapapun dan wajib memperjuangkan hak-hak asasi manusia.
Seperti yang dijelaskan pada ketentuan Pasal 19 UU Advokat, perihal yang
tidak dibenarkan, yakni membuka rahasia klien karena rahasia jabatan, membuka
rahasia jabatan klien kepada penegak hukum lain. Membuka rahasia perkara
adalah suatu yang dilarang oleh UU Advokat dan kode etik. Lebih lanjut, Pasal 4
Kode Etik Advokat Indonesia ini juga menyatakan bahwa Advokat wajib
memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien secara
kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan
antara advokat dan klien itu. Selain ketentuan dalam Kode Etik Advokat, Advokat
sebagai profesi yang berdasarkan keahlian dan kepercayaan secara hukum
mendapatkan hak imunitas atau kekebalan hukum. Kepercayaan yang diberikan
oleh klien karena ada jaminan kerahasiaan atas informasi yang diberikan pada
seorang profesi advokat sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 19 UU
Advokat.
Kekebalan hukum tidak berarti profesi beyond the law, kekebalan artinya
dalam menjalankan jabatannya sebagai advokat dapat perlindungan dari hukum
sebagai perbuatan pribadi dan kepercayaan yang diberikan kepadanya itu tidak
pernah dapat dibuka kepada siapapun termasuk untuk menjadi saksi dalam satu
proses peradilan, kecuali atas persetujuan yang bersangkutan atau atas perintah
undang-undang. Oleh karena itu, apabila ada panggilan untuk menjadi saksi atas
112
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
keterangan yang diberikan kepadanya secara rahasia, seorang profesional dapat
menolaknya. Sebab apabila rahasia itu dibuka maka akan menjadi satu delik.127
Bahkan di Amerika Serikat, kerahasiaan informasi sangat dipegang teguh
oleh para advokat, seluruh informasi yang diberikan oleh klien harus tetap
dirahasiakan meskipun informasi tersebut dapat membantu orang yang tidak
bersalah bebas dari penjara, tetapi dewasa ini aturan mengenai kerahasiaan
informasi tersebut memiliki pengecualian, yang berarti boleh dilanggar dalam
rangka pencegahan “substantial bodily harm or reasonably certain death”.128
Berdasarkan Pasal 170 ayat (1) KUHAP bahwa: “mereka yang karena
pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat
diminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
hal yang dipercayakan kepada mereka”. Akibat dari pelanggaran atas ketentuan
ini diatur dalam Pasal 322 KUHP, yang menyatakan bahwa:
“Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.
Instrument hak ingkar bagi advokat merupakan suatu kewajiban hukum
yang melekat pada tugasnya, kewajiban itu akan berakhir apabila dihadapkan pada
panggilan hukum seperti memberikan kesaksian kesaksian di muka pengadilan
baik dalam proses perdata maupun pidana, meskipun demikian kewajiban
127 Luhut M.P. Pangaribuan, Hukum Acara Pidana: Surat Resmi Advokat Di Pengadilan
Praperadilan, Eksepsi, Pledoi, Duplik, Memori Banding, Kasasi, dan Peninjauan kembali, Cet. I,
Papas Sinar Sinanti, Jakarta, h. 64.
128 Oey, Valentino Winata, dan Wisnu Aryo Dewanto, “Batasan Terhadap Imunitas
Advokat Yang Diperluas Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 26/PUU-XI/2013”,
Jurnal Ilmu Hukum, vol. 16 No. 1 (2020) Februari-Juli 2020, http://jurnal.untag-
sby.ac.id/index.php/dih/article/download/294/pdf, h. 43, diakses pada 20 Februari 2021.
113
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyimpan rahasia dengan mempergunakan hak yang diatur pada Pasal 1909 ayat
(2) angka 3 butir e Burgerlijk Wetboek (selanjutnya disebut BW) dan Pasal 170
KUHAP.
Pasal 1909 BW ayat (1) dan ayat (2) menegaskan semua orang yang
cakap untuk menjadi saksi diharuskan memberikan kesaksian dimuka hakim.
Namun dapatlah meminta dibebaskan dari kewajiban memberikan kesaksian:
1e. siapa yang ada pertalian keluarga darah dalam garis ke samping dalam
derajat kedua atau semula dalam salah satu pihak;
2e. siapa yang ada pertalian darah dalam garis lurus tak terbatas dalam garis
ke samping dalam derajat kedua dengan suami atau istri salah satu
pihak;
3e. siapa yang kondisi kedudukannya, pekerjaannya atau jabatannya
menurut undang-undang diwajibkan merahasiakan sesuatu, namun
hanyalah semata-mata mengenai hal-hal yang pengetahuannya
dipercayakan kepadanya sebagai demikian.
Pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP menegaskan “mereka yang karena
pekerjaan, harkat martabat atau jabatan diwajibkan menyimpan rahasia, dapat
meminta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi,
yaitu tentang hal yang dipertanyakan kepada mereka. Hakim menentukan sah atau
tidak segala alasan untuk permintaan tersebut”. Berdasarkan ketentuan pasal a quo
advokat dapat menggunakan hak ingkar untuk mengundurkan diri sebagai saksi
dan dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan keterangan sebagai saksi.
Secara teoritis ada 3 (tiga) bentuk untuk mengetahui jabatan apa saja yang
wajib menyimpan rahasia:129
- Sistem blanko, artinya diserahkan pada praktik;
129 Luhut M.P. Pangaribuan, “Penegakan Etika Bagi Advokat, Perhimpunan Advokat
Indonesia”, Peradi, https://www.peradi.co/media/file/artikel/penegakan-etika-bagi-advokat.pdf, h.
10, diakses pada 9 Februari 2021
114
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
- Enunsiatif, artinya dirinci tapi tidak lengkap sehingga praktik dapat
mengisinya;
- Atau gabungan (1) dan (2), yang dianut di negara antara lain Perancis dan
Belgia;
- Limitatif, artinya disebutkan secara rinci jabatan-jabatan itu seperti dianut di
Jerman;
- Sistem inggris yang hanya memberikan hak tolak itu pada legal adviser,
barrister, dan solicitor.
Melihat pengaturan dalam KUHAP dan BW tidak tegas telah menganut
yang mana dari bentuk-bentuk di atas. Sebab dalam penjelasan Pasal 170 ayat (1)
KUHAP itu disebutkan “pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya
kewajiban untuk menyimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan”. Dalam UU Advokat ditentukan bahwa advokat wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahui karena profesinya. Kemudian pada ketentuan Pasal
170 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa “hakim menentukan sah atau tidaknya
segala alasan untuk permintaan tersebut”. Adanya ketentuan tersebut di atas, maka
setidaknya Indonesia menganut bentuk yang ketiga yaitu gabungan enunsiatif dan
blanko, artinya hanya beberapa profesi disebut memiliki kewajiban menyimpan
rahasia itu dan selebihnya apakah profesi lain memilikinya diserahkan pada
kenyataan dalam praktik yang akan dinilai oleh hakim.
Hak ingkar merupakan pengecualian terhadap ketentuan umum yang
menyatakan bahwa setiap orang yang cakap berkewajiban memberikan kesaksian
dimuka pengadilan, baik dalam proses perdata maupun pidana. Apakah hak ingkar
ini merupakan suatu hak untuk tidak bicara (verschonigrecht) atau suatu
kewajiban untuk tidak bicara (verschoningplicht). Hal ini penting diketahui
sehubungan dengan ketentuan lain yang diatur lebih lanjut di dalam Pasal 1909
ayat (1) BW dan Pasal 322 KUHP. Pasal-pasal tersebut telah menjelaskan bagi
115
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
seorang advokat untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan hak ingkar yang
menjadi hak profesional, apakah dengan demikian seorang advokat dapat menolak
memberikan keterangan kesaksian khusus dalam proses penyidikan, penuntutan,
dan persidangan, menjawab hal ini dikemukakan tiga teori yang berkembang
dalam rahasia pekerjaan, yaitu:130
- Teori absolut yang menekankan kepada “membuka rahasia itu tidak akan
dapat dianggap telah membantu suatu kejahatan, menyimpan rahasia
merupakan hak yang absolut”.
- Teori yang hendak menghapuskan rahasia pekerjaan. Menurut teori ini hak
tolak bagi menyimpan rahasia pekerjaan harus dicabut.
- Teori relatif (nisbi). Pemberian keterangan tergantung pada situasi yang
konkrit yang dapat dipertimbangkan secara rasio iktikad baik.
Berdasarkan teori-teori di atas, profesi advokat dihadapkan pada pilihan
yang sangat dilematis, apakah advokat akan memilih berdasarkan pertimbangan
kepentingan masyarakat umum/negara atau menjaga kepentingan profesi. Pada
dasarnya kedua pilihan tersebut menimbulkan resiko. Hambatan
pengimplementasian hak imunitas advokat dibagi menjadi 2 (dua) faktor. Pertama,
faktor internal yang berasal dari advokat dan organisasi. Perilaku advokat yang
kurang menjunjung kode etik advokat serta organisasi advokat yang terpecah
belah mengakibatkan tidak adanya kontrol terhadap perilaku advokat yang
mengakibatkan tidak adanya pengawasan terhadap implementasi hak imunitas
advokat. Kedua, faktor eksternal yang berasal dari penegak hukum lain (polisi,
jaksa, hakim) dan dari masyarakat umum (pihak lawan atau keluarga korban).
Kurangnya pemahaman penegak hukum lain serta masyarakat umum mengenai
130 Fauzie Yusuf Hasibuan, Op. Cit, h. 12.
116
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hak imunitas advokat tersebut mengakibatkan implementasi hak imunitas advokat
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai ketentuan dalam UU Advokat.131
Jika advokat memilih melepaskan hak dan kewajiban profesi untuk
menyimpan rahasia jabatan dengan konsekuensi dapat dituntut berdasarkan Pasal
322 KUHP. Oleh karena itu, advokat harus menyiapkan diri untuk menghadapi
tuntutan tersebut dengan alasan yang logis dan beriktikad baik guna menghindari
kesalahan atau pertanggungjawaban pidana. Sedangkan apabila mempergunakan
hak ingkar dan tetap merahasiakan maka advokat dituntut berdasarkan Pasal 224
jo. Pasal 522 KUHP. Advokat harus dengan bijak mempergunakan hak ingkar
yang diberikan kepada jabatan profesi, maka advokat harus dapat mengetahui hak
ingkar yang diberikan kepada jabatan profesi sesuai dengan ketentuan dalam
berbagai perundang-undangan terkait dengan hak ingkar.
Dalam hal pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang,
advokat juga berperan dalam hal pemberantasannya yaitu dengan adanya
kewajiban untuk melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan yang
diatur dalam UU PPTPPU. Hal ini pastinya menimbulkan suatu keresahan bagi
pelaku pencucian uang yang menggunakan profesi sebagai gatekeeper atau
memanfaatkan profesi advokat untuk melakukan tindak pidna pencucian uang.
Namun ada juga pelaku kejahatan yang berlindung pada imunitas yang dimiliki
oleh advokat tersebut, padahal perlu diketahui bahwa dalam ketentuan Pasal 19
UU Advokat telah diatur bahwa kerahasiaan advokat itu berlaku “kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang”. Dalam hal ini UU PPTPPU telah mengatur
131 Go Lisanawati dan Njoto Benarkah, Op. Cit., h. 58.
117
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ketentuan terkait kerhasaiaan profesi advokat tersebut. Terkait dengan kerahasiaan
pengguna jasa/klien yang diatur dalam Surat Edaran Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan Nomor 02 Tahun 2019 tentang Pedoman Penerapan Prinsip
Mengenali pengguna Jasa dan Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan Bagi Profesi diatur sebagai berikut:
a. Profesi tidak melanggar kewajiban untuk menjaga kerahasiaan pengguna jasa
apabila menyampaikan LTKM kepada PPATK. Adapun ketentuan tersebut
diatur dalam UU PPTPPU sebagai berikut:
- Pasal 28 UU PPTPPU menyatakan bahwa pelaksanaan kewajiban
pelaporan oleh Pihak Pelapor dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan
yang berlaku bagi pihak perlapor yang bersangkutan.
- Pasal 41 ayat (2) UU PPTPPU menyatakan bahwa penyampaian data dan
informasi oleh instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta kepada
PPATK dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan.
- Pasal 45 UU PPTPPU menyatakan bahwa dalam melaksanakan
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini,
terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan peraturan perundang-undangan
dan kode etik yang mengatur kerahasiaan.
b. Dalam hal profesi merasa ragu akan melanggar ketentuan mengenai menjaga
kerahasiaan pengguna jasa dan melanggar sumpah, maka PPATK
menyerahkan kepada Profesi untuk pengambilan keputusannya, yang tentunya
memiliki konsekuensi hukum apabila tidak memenuhi peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kewajiban pelaporan oleh Pihak Pelapor dikecualikan dari ketentuan kerahasiaan
yang berlaku bagi pihak perlapor yang bersangkutan. Perlu diketahui dan
dipahami dari ketentuan pada Pasal 28 UU PPTPPU a quo agar pelaku kejahatan
pencucian uang tidak berlindung pada hak imunitas yang dimiliki oleh profesi
advokat. Advokat memiliki imunitas sehingga tidak dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan
klien di dalam maupun di luar persidangan, namun imunitas itu tidak berlaku
118
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mutlak, karena terdapat batas-batas tertentu yakni kode etik profesi advokat, UU
Advokat, UU PPTPPU, serta iktikad baik yang dimiliki oleh profesi advokat.
Setiap tindakan yang melampaui batasan tersebut maka advokat dapat diproses
secara hukum dan sanksi berdasarkan peraturan berlaku.
Terkait dengan ratio legis pengaturan hak imunitas advokat sebagai bentuk
perlindungan dalam menjalankan profesinya, dapat dijelaskan bahwa pemahaman
mengenai hak imunitas advokat tersebut sebaiknya tidak ditafsirkan secara luas
karena akan menimbulkan dampak sosial karena advokat akan menjadi warga
negara yang memiliki hak istimewa atau menjadi warga negara kelas satu.
Pemahaman hak imunitas advokat tersebut hanya dapat berlaku pada saat advokat
melaksanakan tugasnya.132 Alasan yang mendasar advokat diberikan perlindungan
hak imunitas karena dalam membela kliennya mereka tidak boleh dikenai
hukuman pidana maupun perdata, selama pembelaan yang dilakukan tanpa
melanggar hukum. Namun demikian, hak imunitas yang dijamin oleh undang-
undang tersebut bukan berarti menjadikan advokat sebagai profesi yang
dibebaskan dari segala bentuk tuntutan hukum. Undang-undang hanya melindungi
advokat yang membela kliennya secara proporsional sesuai kebutuhan pembelaan
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
masih dalam batasan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik advokat.
Sebalikya setiap perbuatan yang bersifat melanggar hukum yang dilakukan oleh
advokat tentunya tidak dilindungi oleh UU Advokat.
132 Yahman dan Nurtin Tarigan, Op. Cit., h. 76.
119
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3.4. Kasus yang Melibatkan Advokat dalam Tindak Pidana Pencucian
Uang
Profesi advokat merupakan salah satu dari sekian banyak profesi yang
sangat rentan terlibat dalam aktifitas pencucian uang. Karena profesi advokat,
memiliki ruang gerak yang luas dalam melakukan segala aktifitas untuk kliennya.
Misalnya, profesi advokat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuannya, serta
jaringan yang ia miliki untuk melakukan tindak pidana pencucian uang dengan
mudah. Hal-hal tersebut yang menjadikan profesi advokat sebagai kuda hitam
dalam aktifitas pencucian uang. Para pelaku pencucian uang di Indonesia, yang
melibatkan pekerja birokrasi seperti aparatur sipil negara yang korup dan pelaku
tindak pidana pada umumnya, akan merasa khawatir jika teridentifikasi
transaksinya oleh penyedia jasa keuangan. Oleh karenanya, salah satu modus
operandi tindak pidana pencucian uang adalah menggunakan jasa dari profesi
advokat sebagai gatekeeper.133
Adapun dapat dilihat pada kasus Wa Ode Nurhayati terdakwa kasus
korupsi dan pencucian uang Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID)
Tahun Anggaran 2011, dua pengacara Wa Ode Nurhayati yaitu Arbab Paproeka
dan Wa Ode Nur Zainab menerima aliran dana ratusan juta rupiah. Dana itu
berasal dari rekening Wa Ode Nurhayati yang merupakan terdakwa kasus korupsi
dan pencucian uang Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) Tahun
Anggaran 2011. Dalam surat dakwaan, Wa Ode Nurhayati disebut menerima uang
dari tiga pengusaha terkait penentuan Kabupaten Aceh Besar, Pidie Jaya, Bener
133 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, “Laporan Tahunan 2014”, PPATK
(Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan), Jakarta, 2015, h. 19.
120
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Meriah, dan Kabupaten Minahasa sebagai penerima DPID. Sementara, Arbab dan
Wa Ode Nur Zainab masing-masing menerima aliran dana sebesar Rp. 100 juta
pada 3 Mei 2011 dan Rp. 150 juta pada 25 September 2010. Penuntut umum
menyebut kedua pengacara Wa Ode Nurhayati menerima transfer uang yang
diduga berasal dari tindak pidana. Wa Ode menerima beberapa kali transaksi uang
dengan jumlah Rp. 50.5 miliar dalam kurun waktu oktober 2010 sampai
September 2011. Jumlah ini di luar pendapatan Wa Ode Nurhayati sebagai
anggota DPR. Arbab tercatat sebagai mantan Anggota DPR periode 2004-2009,
sedangkan Wa Ode Nur Zainab masih satu keluarga dengan Wa Ode Nurhayati.
Apabila melihat rumusan Pasal 5 ayat (1) UU TPPU, kedua advokat Wa Ode
Nurhayati dapat dikenakan pasal TPPU tersebut
Pasal 5 UU TPPU menentukan bahwa:
“Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
1000.000.000 (satu miliar rupiah)”.
Untuk dapat mengkategorikan honorarium advokat sebagai uang hasil
tindak pidana harus dipenuhi unsur “patut diduganya” sebagaimana dijelaskan
dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPTTPU bahwa: “Yang dimaksud dengan
"patut diduganya" adalah suatu kondisi yang memenuhi setidak-tidaknya
pengetahuan, keinginan, atau tujuan pada saat terjadinya Transaksi yang
diketahuinya yang mengisyaratkan adanya pelanggaran hukum”. Dengan
demikian, jika advokat sudah menduga atau mengetahui sumber
honorariumnya adalah memang berasal dari hasil tindak pidana barulah advokat
121
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tersebut dapat ditindak karena selain melanggar UU PPTPPU, juga bertentangan
dengan Pasal 3 Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI).
Tekait aliran dana itu, Ketua Dewan Kehormatan PERADI Leonard
Simorangkir mempertanyakan apakah uang itu terkait pembayaran jasa advokat
atau tidak. Leonard Simorangkir juga menyatakan bahwa “Advokat yang
menerima uang atau transfer dari kliennya tidak dapat dianggap melakukan TPPU,
asalkan sebagai pembayaran fee atau biaya advokat”. Pembayaran fee tentu
dilakukan dalam jumlah yang wajar dan transparan. Dalam hal jumlah
pembayaran sangat besar dan fantastis, advokat patut mempertanyakan, walaupun
tidak ada ketentuan yang mengatur besaran fee advokat. Selain itu, advokat harus
menjelaskan aliran dana itu. Namun, jika ternyata transfer uang itu
adalah fee advokat yang dikirimkan dalam jumlah yang wajar dan transparan,
uang tersebut harus dianggap berasal dari sumber yang halal. Hal ini sejalan
dengan ketentuan Pasal 16 UU Advokat bahwa jika advokat menjalankan
profesinya dengan iktikad baik, tidak dapat dituntut baik pidana maupun perdata
Advokat dalam melakukan pendampingan kliennya tidak ada batas
honorarium yang diberikan oleh klien, belum ada pengaturan terkait besaran
honorarium yang diterima oleh Advokat. Honorarium atas jasa hukum seorang
advokat, pada prinsipnya ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan antara
advokat dengan kliennya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat (2) UU
Advokat. Jadi tidak ada standar atau tarif baku mengenai honorarium jasa hukum
advokat. Ari Yusuf Amir menyatakan bahwa menentukan tarif seorang advokat
memang persoalan gampang-gampang sulit. Honorarium di Indonesia dalam
122
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menangani perkara hukum belum ada aturan yang baku. Oleh karena itu masing-
masing law firm mempunyai standar sendiri-sendiri terkait honorarium.134
Pendapat Leonard berbeda dengan pengamat hukum pidana, Gandjar L
Bondan. Menurut Gandjar, Pasal 5 UU TPPU melarang setiap orang menerima
atau menguasai penempatan, berdasarkan hubungan transaksi apapun harta
kekayaan yang diketahui atau patut diduga sebagai hasil tindak pidana.
Berdasarkan ketentuan tersebut, Gandjar L. Bondan ini berpendapat bahwa jasa
pengacara termasuk sebagai salah satu bentuk “menerima” atau “menguasai”.
Gandjar L. Bondan menyatakan bila kliennya adalah pengusaha dan berpotensi
memiliki kekayaan yang besar, seorang advokat dapat menafsirkan uang jasa
pengacaranya berasal dari pendapatan sang klien. Namun, apabila kliennya adalah
seorang pegawai negeri, dia patut menduga harta kliennya berasal dari tindak
pidana. 135 Apabila advokat tetap berkeinginan membela klien, seharusnya
menerima pembayaran dalam jumlah yang wajar berdasarkan kepatutan besarnya
kekayaan si pegawai negeri.
Wa Ode Nur Zainab dalam perkara tersebut membantah uang yang
ditransfer Wa Ode sebagai fee advokat. Uang itu adalah pinjaman Nur Zainab dari
Wa Ode dalam konteks sebagai keluarga. Kejadian pinjam-meminjam itu juga
terjadi pada tahun 2010. Saat menerima pinjaman uang, Wa Ode Nur Zainab
memang tak menanyakan asal-usul uang. Wa Ode Nur Zainab mengaku, sejak
134 Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Navila Idea, Yogyakarta, 2008, h. 180.
135 Hukum Online, “Dewan Kehormatan Minta Pegacara Wa Ode Jalaskan Aliran Dana”,
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt4fdaa2ff414df/dk-peradi-minta-pengacara-wa-ode-
jelaskan-aliran-dana, diakses pada 29 November 2020.
123
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
awal dirinya mendampingi pemeriksaan Wa Ode Nurhayati di KPK. Terkait
pernyataan Leonard yang meminta avokat menjelaskan fee yang dikirim dalam
jumlah tidak wajar dan transparan, Wa Ode Nur Zainab mempertanyakan apakah
ada kewajiban dalam UU Advokat atau Kode Etik yang mengharuskan advokat
menanyakan asal-usul uang honorarium.
Terkait dengan hal tersebut, dengan adanya Advokat tidak mengetahui
aliran dana tersebut berasal darimana patut diduga adanya kesengajaan untuk
merahasiakan aliran dana tersebut, meskipun UU Advokat memberikan hak untuk
merahasiakan data-data klien, namun dikecualikan dalam kondisi seperti ini, maka
dari itu perlu dibuktikan (pembuktian) apakah advokat tersebut tidak mengetahui
aliran dana tersebut atau memang sengaja menutupi asal-usul aliran dana tersebut.
Namun, apabila advokat menerima pembayaran yang wajar sebagai imbalan jasa
yang dilakukannya dengan iktikad baik, Advokat tidak dapat diidentikkan dengan
kliennya meskipun kliennya adalah terdakwa pencucian uang.
Profesi advokat merupakan profesi yang beresiko dimanfaatkan oleh
pelaku kejahatan. Penegasan pada argumentasi dimaksud adalah bagi para
penyandang profesi advokat yang menyalahgunakan keahlian dan keuntungan dari
profesinya, untuk melaksanakan suatu aktifitas pidana yang dapat merugikan
negara. Misalnya, kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama dengan
kliennya dalam suatu aktifitas pencucian uang. Profesi advokat juga dinilai
merupakan suatu pilihan pokok dari pelaku kejahatan sebagai sarana dalam
melaksanakan aktifitas pencucian uang secara aman, karena terdapat aturan dasar
dari profesi advokat yang dapat dimanfaatkan sebagai wadah berlindung dari
124
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
suatu aktifitas kejahatan. Aturan dasar yang dimaksud adalah terkait aturan
kerahasiaan klien yang tidak secara bebas dapat dibongkar, atau diketahui oleh
aparat penegak hukum lainnya. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka
untuk sebagian penyandang profesi advokat berasumsi dapat berlindung di balik
aturan kerahasiaan klien untuk menutupi suatu permasalahan yang tidak
dibenarkan oleh aturan hukum pada umumnya.
Seyogyanya, profesi advokat tidak berlindung dalam aturan kerahasiaan
klien hanya demi menutupi suatu kejahatan, karena tindakan tersebut merupakan
pencideraan terhadap profesi advokat yang dikenal sebagai officium nobile.
Seharusnya sebagai bagian dari profesi hukum, profesi advokat dapat memberikan
kontribusi yang positif, misalnya tidak ragu melaporkan tindak pidana pencucian
uang kepada PPATK sebagai bentuk upaya memberantas tindak pidana pencucian
uang. Sesungguhnya di dalam upaya pelaksanaan rezim anti pencucian uang,
peranan profesi advokat merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah, dan
memberantas aktifitas pencucian uang. Sebab bagi para advokat yang memiliki
pengetahuan di bidang hukum akan sangat membantu aparat penegak hukum
lainnya, dalam upaya pencegahan, dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang. Misalnya peran advokat dalam mengidentifikasi dan melaporkan transaksi
keuangan yang tidak wajar atau mencurigakan kepada PPATK.
Sehubungan dengan Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang yang memasukkan advokat sebagai Pihak Pelapor,
advokat wajib melaporkan tindak pidana pencucian uang yang diketahui. Namun
ketentuan Pasal 19 ayat (1) UU Advokat, menyatakan bahwa ketika dugaan
125
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pencucian uang itu dilakukan oleh klien advokat, advokat memiliki kewajiban
untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya
karena hubungan profesinya.
Kewajiban menjaga rahasia ini juga yang disinggung Ketua Umum DPN
Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) hasil Munas Pekanbaru, Fauzie
Yusuf Hasibuan dalam acara sosialisasi PP No. 43 Tahun 2015 oleh Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Fauzie Yusuf Hasibuan
yakin banyak advokat yang tak setuju atau komplain terhadap Peraturan
Pemerintah tersebut. Apalagi tingkat peraturan itu adalah berupa Peraturan
Pemerintah (PP) yang secara hierarkis berada di bawah UU Advokat. Fauzie
Yusuf Hasibuan juga menjelaskan sudah menjadi standar Internasional bahwa
advokat tidak boleh diintervensi dengan ancaman pidana maupun perdata.
Kewajiban melaporkan transaksi pencucian yang bisa saja dianggap intervensi
jika itu dianggap sebagai pelaporan yang membuka rahasia jabatan.136
Seorang advokat yang beriktikad baik melakukan pembelaan tak bisa
dikenakan sanksi pidana atau perdata. Advokat, berdasarkan hati nuraninya, bisa
melihat baik dan buruk sesuatu perbuatan. Karena itu, fauzie menilai kewajiban
melapor bagi advokat sebenarnya tidak perlu ada. Namun Kepala PPATK,
Muhammad Yusuf, mengingatkan agar jangan sampai advokat terseret masalah
hukum hanya karena tidak melaporkan transaksi mencurigakan kepada PPATK.
Advokat rentan dimanfaatkan pelaku tindak pidana pencucian uang untuk
136 Hukum Online, “Kewajiban Lapor TPPU Bagi Advokat Dikritik”, 2015,
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt55c82ea581ba8/kewajiban-lapor-tppu-bagi-advokat-
dikritik/, diakses pada 16 Februari 2021.
126
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan. Kewajiban
pelaporan bagi advokat justru untuk menjaga marwah dan melindungi profesi
advokat.
Chandra Hamzah, juga menepis kekhawatiran kalangan advokat. PP No.
43 Tahun 2015 tetap mengedepankan asas kerahasiaan klien. “Ketentuan Pasal 8
ayat (2) tersebut ada pengecualian bagi advokat. Jadi tidak semuanya harus
dilaporkan. Pasal 8 ayat (2) PP No. 43 Tahun 2015 mengecualikan advokat dari
kewajiban lapor dalam rangka memastikan posisi hukum Pengguna Jasa dan
penanganan suatu perkara, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa.
Chandra Hamzah mengakui pengaturan tentang jenis jasa apa yang diberikan
advokat dan dibebani kewajiban lapor belum dijelaskan secara detail dan rinci.
Mantan Kepala PPATK, Yunus Husein, berpendapat senada. Advokat dan profesi
lain yang diwajibkan seperti notaris dan akuntan tak perlu khawatir berlebihan.
Mereka dikenakan lapor transaksi mencurigakan jika menjalankan tindakan untuk
kepentingan atau untuk dan atas nama pengguna jasa. Meski melayangkan kritik,
Fauzi Yusuf Hasibuan mengapreasiasi jika penyusunan PP Nomor 43 Tahun 2015
itu dilandasi niat baik melindungi profesi advokat. Kalau memang advokat
melakukan tindakan kegiatan atas nama kliennya, yang berhubungan dengan
kegiatan keuangan klien itu harus dilaporkan, lebih dari itu tidak.137
Berdasarkan kasus tersebut di atas, advokat melakukan hal yang
melanggar hukum yakni hukum pidana juga melanggar kode etik advokat itu
sendiri. Advokat memiliki kode etik yang ditetapkan oleh organisasi advokat.
137 Ibid.
127
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kode etik ini berlaku mengikat advokat sebagai dasar sikap dan tindakan advokat
dalm menjalankan profesinya.138 Setiap advokat diangkat dan disumpah sebelum
menjalankan profesinya. Sumpah ini menjadi benteng sikap advokat dalam
menjalankan profesinya. Tanggung jawab advokat adalah memberikan jasa
hukum, sehingga pelanggaran terhadap tanggung jawab adalah pelanggaran
terhadap sumpah advokat.139 Karena sumpah advokat diatur didalam UU Advokat,
maka pelanggaran sumpah advokat berarti melanggar UU Advokat tersebut.
Apalagi dalam melaksanakan profesinya, advokat melakukan perbuatan
melanggar hukum, maka advokat melanggar undang-undang, kode etik advokat,
dan sumpah advokat.140
Menurut Theodorus Yosep Parera, hak imunitas advokat merupakan hak
yang sangat istimewa, oleh karena itu imunitas tidak boleh diberikan untuk
sembarangan tujuan.141 Hak imunitas diberikan untuk menjaga dan melindungi
sesuatu yang sangat istimewa. Ada dua hal sakral yang perlu dilindungi melalui
imunitas, yaitu peran advokat memberi perimbangan kekuatan (equality of arms)
dalam proses hukum dan peran menjaga due process (peradilan yang tidak
memihak).
138 Ade Waldemar, “Fungsi Advokat Dalam Perkara Korupsi”, Jurnal Era Hukum, vol 11
No. 2 (2019), https://journal.untar.ac.id/index.php/hukum/article/download/5462/3515, h. 733,
diakses pada 21 Februari 2021.
139 Ibid, h. 733.
140 Ibid.
141 Theodorus Yosep Parera, Op. Cit., h. 127.
128
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Peran perimbangan kekuatan harus dijaga oleh karena dalam rangkaian
proses hukum atau peradilan, posisi seseorang tersangka ataupun terdakwa
ataupun pencari keadilan lainnya tidak sekuat posisi penyidik, penuntut, dan
hakim baik dari sisi kekuasaan atau kewenangan maupun dari sisi penguasaan
hukum. 142 Sehingga untuk menghindari hal tersebut, diperlukan kehadiran
advokat untuk membantu memperjuangkan hak-hak hukum tersangka atau
terdakwa, sehingga proses hukum dapat berjalan secara seimbang. Peran menjaga
due process, mengharuskan seorang advokat bertindak sebagai a devil’s advocate
yang wajib bersuara dalam hal mengontrol dan mengoreksi mitranya (penegak
hukum lain) agar terhindar dari kesesatan dan pelanggran.143 Jikalau hal ini tidak
dilindungi oleh imunitas, maka seorang advokat akan mudah dikriminalisasi dan
diintimidasi. Ketika kekuasaan aparat tidak dikontrol, maka penyalahgunaan
wewenang terbuka lebar, yang pada ujungnya klien akan mengalami arbitrary
process (proses hukum yang sewenang-wenang).
Dalam menjalankan misi mulia tersebut, seorang advokat dijamin
kebebasannya, yang diartikan tanpa tekanan, ancaman, hambatan, tanpa rasa
takut, atau perlakuan yang merendahkan martabat profesi. 144 Selain jaminan
kebebasan advokat dalam menjalankan profesinya, hal kedua yang penting adalah
142 Mariske Myeke Tampi, Jeffry Pri, dan Priscilla Purnomoputri, “Hak Imunitas Advokat
Dalam Menjalankan Profesi”, Law Review, vol. 18 No. 1 (2018) Juli 2018,
https://ojs.uph.edu/index.php/LR/article/download/1161/417, h. 105, diakses pada 25 Februari
2021.
143 Theodorus Op. Cit., h. 127-128.
144 Dalam Basic Principles on the Role of Lawyers ditegaskan bahwa pemerintah wajib
menjamin bahwa advokat dalam menjalankan profesinya harus bebas dari segala bentuk
intimidasi, intervensi, dan gangguan, termasuk didalamnya tuntutan secara hukum.
129
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
imunitas, meski demikian, kebebasan dan imunitas itu tidaklah absolut, tetapi
dengan batas-batas tertentu yakni batas Pasal 14 dan Pasal 15 UU Advokat,
memberi batas kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan, serta itikad
baik, pada Pasal 16 UU Advokat. Jadi setiap tindakan yang melampaui atau diluar
tiga hal tersebut tidak bisa dilindungi oleh hak imunitas.
Jaminan kebebasan dan imunitas yang diberikan kepada advokat
merupakan jaminan untuk melawan pihak-pihak manapun yang melakukan
tekanan, ancaman, manipulasi, hambatan, intimidasi, dan tindakan atau perlakuan
lain yang bersifat merendahkan harkat dan martabat profesi advokat ketika
menjalankan tugas profesinya. Semua langkah yang berupa perlawanan, apalagi
jika dilakukan dengan itikad baik, yakni demi tegaknya keadilan berdasarkan
hukum untuk membela kepentingan kliennya, maka mutlak dilindungi oleh hak
imunitas.145
Terdapat dua perspektif yang dapat dilihat pada saat menelaah itikad baik,
yaitu itikad baik yang bersifat subjektif dan objektif. Iktikad baik yang bersifat
subjektif berkenaan dengan sikap batin atau kejujuran seorang advokat dalam
menjalankan tugasnya. Sedangkan Iktikad baik yang bersifat objektif lebih kepada
hal-hal yang terdapat di luar diri seorang advokat, seperti tindakan yang dilakukan
haruslah berpedoman pada norma-norma yang sesuai dengan masyarakat atau
yang dianggap patut dalam masyarakat. Dalam menilai dan mengetahui apakah
pada saat melakukan pekerjaannya seorang advokat itu didasarkan dengan itikad
baik atau tidak, maka perlu diketahui apa motivasi atau motif dan alasan
145 Mariske Myeke Tampi, Jeffry Pri, Priscilla Purnomoputri, Op. Cit., h. 106.
130
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perbuatan hukum yang dilaksanakan seorang advokat pada saat membela
kliennya.
Apabila ditelisik lebih jauh UU Advokat dan Kode Etik Advokat
Indonesia, maka dapat diartikan bahwa hak imunitas seorang advokat dilindungi
sepanjang melaksanakan tugas profesinya dengan itikad baik sesuai dengan Pasal
16 UU Advokat, hak imunitas dilindungi sepanjang tidak melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan kewajiban kehormatan atau harkat dan martabat
profesinya, juga tidak melanggar peraturan perundang-undangan atau perbuatan
tercela sesuai dengan Pasal 6 huruf d dan e Kode Etik Advokat, dan hak imunitas
dilindungi selama advokat mengemukakan pendapat secara proporsional dan tidak
berlebihan baik di dalam sidang terbuka maupun sidang tertutup sesuai dengan
Pasal 7 huruf g Kode Etik Advokat “Advokat bebas mengeluarkan pernyataan-
pernyataan atau pendapat yang dikemukakan dalam sidang pengadilan dalam
rangka pembelaan dalam suatu perkara yang menjadi tanggung jawabnya baik
dalam sidang terbuka maupun dalam sidang tertutup yang dikemukakan secara
proporsional dan tidak berkelebihan dan untuk itu memiliki imunitas hukum baik
perdata maupun pidana”. Dengan demikian, berdasarkan UU Advokat dan Kode
Etik Advokat Indonesia, advokat tidak dilindungi hak imunitasnya apabila
terbukti melaksanakan tugasnya atas dasar iktikad yang tidak baik, melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan kode etik dan perbuatan tercela, juga
melanggar peraturan perundang-undangan. Oleh sebab itu, advokat dalam
melaksanakan tugas profesinya harus teliti dan selektif dalam memilih langkah
apa yang hendak diambilnya saat membela klien.
131
TESIS HAK IMUNITAS ADVOKAT … NI GUSTI AYU MADE NIA R.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Advokat tidak boleh bertindak dengan semaunya, mengacuhkan martabat
profesi, mengesampingkan peraturan perundang-undangan, kode etik, serta
iktikad baik. Bahwasanya seorang advokat harus menjadi sosok penegak hukum
yang menjunjung tinggi hukum, menjaga kredibilitas dan nama baik profesi, serta
hal yang terpenting yakni tiap tindakan yang diambil harus didasarkan atas iktikad
baik.