BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada...

19
18 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses eksogen dan endogen yang membentuk relief muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi seperti perlipatan, pensesaran, dan pengangkatan; sedangkan proses eksogen bersifat destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan. 3.1.1 Morfologi Umum Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Sani dkk. (1995) menjelaskan bahwa secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam zona Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range) dimana zona ini merupakan perbukitan yang sangat dikontrol oleh struktur sesar naik. Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan disertai punggungan dan lembah dengan pola kontur yang bervariasi. Perbukitan dan punggungan ini secara umum memanjang dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – tenggara. Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Tubu Babuin (950 m), Tubu Putu (900 m), Tubu Besao (900 m), Tubu Fautsun (750 m), dan Tubu Nakpees (550 m). Penduduk lokal menyebut puncak bukit dengan istilah ”Tubu”. Pada Tubu Besao dan Tubu Putu dapat diobservasi adanya gawir yang cukup terjal. Adapun sungai utama yang mengalir pada daerah penelitian adalah Noil Tuke yang mengalir dari utara ke selatan. Penduduk lokal menyebut sungai dengan istilah ”Noil”. Secara umum Noil Tuke memiliki bentuk lembah sungai U yang mengindikasikan intensifnya proses erosi lateral. Cabang dari Noil Tuke antara lain Noil Tune, Noil Sao, dan Noil Nambaun. Elevasi tertinggi pada daerah penelitian terdapat pada Tubu Babuin dengan ketinggian sekitar 950 m dpl, sedangkan hilir Noil Tuke menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian 150 m dpl.

Transcript of BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada...

Page 1: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

18

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1. GEOMORFOLOGI

Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang

dipengaruhi serta dibentuk oleh proses eksogen dan endogen yang membentuk relief

muka bumi. Proses endogen bersifat konstruktif yang hadir dalam bentuk struktur geologi

seperti perlipatan, pensesaran, dan pengangkatan; sedangkan proses eksogen bersifat

destruktif yang hadir sebagai proses erosi dan pelapukan yang terjadi di permukaan.

3.1.1 Morfologi Umum

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Sani dkk. (1995) menjelaskan bahwa

secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam zona Barisan Perbukitan Selatan

(Southern Range) dimana zona ini merupakan perbukitan yang sangat dikontrol oleh

struktur sesar naik.

Daerah penelitian secara umum tersusun atas morfologi perbukitan disertai

punggungan dan lembah dengan pola kontur yang bervariasi. Perbukitan dan punggungan

ini secara umum memanjang dengan arah yang relatif sama yaitu timurlaut – tenggara.

Perbukitan yang terdapat pada daerah penelitian antara lain Tubu Babuin (950 m), Tubu

Putu (900 m), Tubu Besao (900 m), Tubu Fautsun (750 m), dan Tubu Nakpees (550 m).

Penduduk lokal menyebut puncak bukit dengan istilah ”Tubu”. Pada Tubu Besao dan

Tubu Putu dapat diobservasi adanya gawir yang cukup terjal.

Adapun sungai utama yang mengalir pada daerah penelitian adalah Noil Tuke

yang mengalir dari utara ke selatan. Penduduk lokal menyebut sungai dengan istilah

”Noil”. Secara umum Noil Tuke memiliki bentuk lembah sungai U yang

mengindikasikan intensifnya proses erosi lateral. Cabang dari Noil Tuke antara lain Noil

Tune, Noil Sao, dan Noil Nambaun. Elevasi tertinggi pada daerah penelitian terdapat

pada Tubu Babuin dengan ketinggian sekitar 950 m dpl, sedangkan hilir Noil Tuke

menjadi tempat dengan elevasi terendah dengan ketinggian 150 m dpl.

Page 2: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

19

3.1.2 Pola Aliran dan Tipe Genetika Sungai

Sungai-sungai pada daerah penelitian yaitu Noil Tuke, Noil Tune, Noil Sao, dan

Noil Nambaun secara genetik termasuk dalam sungai subsekuen, sungai obsekuen, dan

sungai konsekuen. Pola aliran sungai pada daerah penelitian dibagi menjadi dua tipe

(Gambar 3.1) yaitu :

• Pola aliran sungai trelis yang berarti pola ini menandakan bahwa daerah ini

tersusun atas batuan sedimen yang terlipat kuat (Lobeck, 1939).

• Pola aliran sungai subdendritik yang berarti pola ini menandakan bahwa daerah

ini mempunyai penyebaran batuan yang homogen (Lobeck, 1939).

Gambar 3.1 Peta Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian (tanpa skala)

Page 3: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

20

3.1.3 Satuan Geomorfologi

Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan

analisis peta topografi serta dibantu dengan pengamatan di lapangan. Dengan

menggunakan klasifikasi menurut Van Zuidam (1985), daerah penelitian dapat dibagi

menjadi tiga satuan geomorfologi yaitu Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang, Satuan

Perbukitan Relief Tinggi, dan Satuan Dataran Aluvial (Foto 3.1).

Foto 3.1 Satuan geomorfologi pada daerah penelitian (dari lokasi OL-3 ke arah selatan)

3.1.3.1 Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang

Satuan ini meliputi 50 % dari dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna

hijau pada Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini dicirikan oleh perbukitan

memanjang relatif dari barat ke timur dengan pola kontur yang relatif sedang dengan

elevasi berkisar dari 300-850 mdpl. Relief pada satuan ini relatif sedang dengan

kemiringan lereng berkisar dari 14-20% dan dapat diklasifikasikan sebagai perbukitan

agak curam (Foto 3.2).

Litologi yang terdapat pada satuan ini umumnya adalah batulempung dan

batugamping yang terlipatkan serta teranjakkan. Batugamping umumnya hadir sebagai

blok yang terekahkan secara intensif. Secara umum satuan ini dihasilkan oleh perlapisan

batuan dengan kemiringan relatif ke arah utara.

Page 4: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

21

Sungai pada satuan ini umumnya bertipe obsekuen, subsekuen, dan konsekuen.

Secara umum lembah sungai pada satuan ini berbentuk ”U”. Bentuk tersebut

mengindikasikan intensifnya erosi lateral ketimbang erosi vertikal. Secara umum satuan

ini berada pada tahapan geomorfik dewasa yang diindikasikan oleh bentuk lembah sungai

”U”. Pada saat ini proses eksogen yang berlangsung berupa pelapukan dan erosi.

Foto 3.2 Satuan Perbukitan Bergelombang Sedang (dari lokasi BL-6 ke arah baratlaut)

3.1.3.2 Satuan Perbukitan Relief Tinggi

Satuan ini meliputi 45% daerah penelitian dan ditandai dengan warna kuning pada

Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini dicirikan oleh kehadiran perbukitan dan

punggungan dengan relief tinggi. Pola kontur relatif rapat dengan elevasi berkisar dari

150-950 m dpl. Kemiringan lereng berkisar dari 21-65% dan dapat diklasifikasikan

sebagai perbukitan curam hingga sangat curam (Foto 3.3).

Litologi yang terdapat pada satuan ini disusun dominan oleh batugamping dan

sedikit batulempung. Batugamping umumnya hadir sebagai blok yang terekahkan secara

intensif dan muncul dalam suatu lembah, punggungan dan puncak perbukitan, sedangkan

batulempung umumnya hadir pada lembah perlipatan. Secara umum satuan ini dihasilkan

oleh perlapisan batuan dengan kemiringan relatif ke arah utara.

Page 5: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

22

Sungai pada satuan ini umumnya bertipe obsekuen, subsekuen, dan konsekuen

dengan bentuk lembah sungai “V” (Foto 3.4). Bentuk tersebut mengindikasikan

intensifnya erosi vertikal ketimbang erosi lateral. Secara umum satuan ini berada pada

tahapan geomorfik muda yang dicirikan oleh bentuk lembah sungai ”V”.

Foto 3.3 Satuan Perbukitan Relief Tinggi (dari lokasi BL-6 ke arah baratdaya)

Foto 3.4 Lembah sungai V pada Satuan Perbukitan Relief Tinggi

(dari lokasi NM-12 ke arah timur)

Page 6: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

23

3.1.3.3 Satuan Dataran Aluvial

Satuan ini mencakup sekitar 5% dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna

abu-abu pada Peta Geomorfologi (Lampiran G-2). Satuan ini menempati sungai-sungai

lebar seperti Noil Tuke (Foto 3.5). Ciri satuan ini memiliki relief berupa dataran rendah

dengan kemiringan datar hingga hampir datar (0-2%). Litologi penyusun satuan ini

adalah endapan-endapan hasil erosi dan transportasi dari hulu sungai berupa fragmen

batulempung dan batugamping yang berukuran kerikil hingga bongkah.

Lembah sungai yang berbentuk huruf “U” mengindikasikan terjadinya erosi

lateral yang intensif. Di beberapa lokasi endapan aluvial tersebut membentuk point bar

dan teras-teras sungai setinggi 2 meter. Secara umum satuan ini berada pada tahapan

geomorfik muda hingga dewasa.

Foto 3.5 Satuan Dataran Aluvial (dari lokasi OT-46 ke arah utara)

Page 7: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

24

3.2 STRATIGRAFI

Berdasarkan ciri litologi, kandungan fosil, serta posisi stratigrafi yang diamati di

lapangan, maka stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 5 satuan batuan tak

resmi (Gambar 3.2). Urutan satuan batuan tersebut dari tua ke muda adalah Satuan

Batulempung, Satuan Batulempung-Batugamping, Satuan Batugamping A, Satuan

Batugamping B, dan Satuan Endapan Aluvial.

Gambar 3.2 Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala)

Page 8: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

25

3.2.1 SATUAN BATULEMPUNG

3.2.1.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batulempung merupakan satuan tertua di daerah penelitian dan ditandai

dengan warna hijau tua pada Peta Geologi (Lampiran G-3). Satuan ini terletak di bagian

utara dan menempati sekitar 15 % daerah penelitian. Singkapan terbaik diantaranya dapat

ditemukan di lokasi OL-4 dan OL-3 (Lampiran G-1, Peta Lintasan). Hasil rekonstruksi

pada penampang geologi memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini > 720 meter.

3.2.1.2 Ciri Litologi

Satuan ini disusun oleh litologi dominan batulempung dengan sisipan batupasir.

Kehadiran nodul mangan, konkresi Fe, dan pecahan kalsit juga banyak ditemukan pada

satuan ini. Struktur sedimen khusus tidak begitu teramati pada satuan ini.

Batulempung sebagai komponen utama, berwarna hitam keabu-abuan, lapuk,

menyerpih, agak bersisik, masif, tidak berlapis, dan non karbonatan (Foto 3.6). Sisipan

batupasir berwarna abu-abu, ukuran butir halus, terpilah sedang, kemas terbuka, porositas

baik, sedikit karbonatan, komposisi mineral dominan kuarsa, serta tebal lapisan 10-15 cm

(Foto 3.7). Analisis petrografi pada batupasir ini (Lampiran A-1) menghasilkan nama

batuan batupasir kuarsa wacke (Folk, 1974 op cit Williams dkk., 1982).

Foto 3.6 Singkapan batulempung masif disertai kehadiran nodul mangan (Lokasi OL-3)

Page 9: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

26

Foto 3.7 Singkapan batupasir halus (Lokasi OL-4)

3.2.1.3 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Satuan ini dicirikan oleh batulempung masif yang menunjukkan bahwa proses

pengendapan satuan ini terjadi dalam kondisi arus dengan viskositas tinggi (Tucker,

1991). Ketidakhadiran fosil pada satuan ini mengindikasikan bahwa satuan ini bukan

merupakan endapan marine melainkan endapan darat. Hal ini dikuatkan oleh pendapat

Charlton (1994) yang menyebutkan bahwa Formasi Wailuli (yang merupakan

kesebandingan stratigrafi dari Satuan Batulempung) diendapkan pada lingkungan darat.

Berdasarkan hasil analisis granulometri (Lampiran C-1) yang dilakukan pada

conto batupasir pada lokasi OL-4, satuan batuan ini diendapkan pada lingkungan darat

yaitu fluvial delta. Umur satuan ini mengacu pada umur Formasi Wailuli menurut Sawyer

dkk. (1993) yaitu umur Jura Awal - Jura Tengah.

3.2.1.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan kesamaan ciri litologi di atas, Satuan Batulempung dapat disetarakan

dengan Formasi Wailuli (Sawyer dkk., 1993). Hubungan stratigrafi dengan satuan di

bawahnya tidak diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian, sedangkan

hubungan stratigrafi dengan Satuan Batulempung-Batugamping yang berada di atasnya

Page 10: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

27

adalah tidak selaras karena adanya selang waktu pengendapan. Pengamatan di lapangan

menunjukkan adanya kontak sesar naik antara Satuan Batulempung dengan Satuan

Batulempung-Batugamping.

3.2.2 SATUAN BATULEMPUNG-BATUGAMPING

3.2.2.1 Penyebaran dan ketebalan

Satuan Batulempung-Batugamping ditandai dengan warna hijau muda pada Peta

Geologi (Lampiran G-3) dan umumnya terletak di bagian tengah daerah penelitian.

Satuan ini meliputi sekitar 40% daerah penelitian. Singkapan banyak ditemukan di

sepanjang Noil Tuke. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, didapat ketebalan

satuan ini sekitar 925 meter.

3.2.2.2 Ciri litologi

Satuan ini disusun oleh batulempung dan batugamping yang dicirikan oleh

kehadiran fosil radiolaria yang melimpah. Satuan ini juga dicirikan oleh banyaknya

struktur slump (Foto 3.8) yang sering ditemukan pada singkapan.

Pada bagian bawah satuan ini secara umum disusun oleh perlapisan batulempung

berwarna coklat, bagian luar umumnya berwarna hitam karena bersifat manganan, non

karbonatan, keras, tebal lapisan berkisar 5-40 cm (Foto 3.9). Batugamping kalsilutit dan

kalkarenit berwarna coklat terkadang hadir sebagai sisipan dengan tebal 5-10 cm.

Struktur paralel laminasi dapat teramati pada kalkarenit tersebut (Foto 3.10). Sayatan

tipis pada conto batuan (Lampiran A-2 dan A-3) menunjukkan bahwa batugamping pada

bagian bawah satuan ini diklasifikasikan sebagai packstone (Dunham, 1962).

Bagian tengah satuan ini disusun oleh perlapisan batugamping dengan

batulempung serta sisipan napal (Foto 3.11). Batugamping kalsilutit berwarna putih

kemerahan, tebal lapisan 10-30 cm, sedangkan batulempung berwarna coklat, tebal

lapisan 5-10 cm. Sisipan napal berwarna abu-abu, masif, dan menyerpih. Sayatan tipis

pada conto batuan (Lampiran A-4) menunjukkan bahwa batugamping pada bagian tengah

satuan ini diklasifikasikan sebagai mudstone (Dunham, 1962).

Bagian atas satuan ini disusun oleh perlapisan batugamping dengan rijang.

Batugamping kalsilutit, warna putih kemerahan, tebal lapisan 10-20 cm, sedangkan rijang

Page 11: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

28

berwarna coklat kebiruan dengan tebal lapisan 3-5cm. Sayatan tipis pada conto batuan

(Lampiran A-5) menunjukkan bahwa batugamping pada bagian atas satuan ini

diklasifikasikan sebagai packstone (Dunham, 1962).

Foto 3.8 Struktur slump pada perlapisan batulempung (Lokasi OT-22)

Foto 3.9 Singkapan perlapisan batulempung (Lokasi OT-69)

Page 12: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

29

Foto 3.10 Struktur sedimen paralel laminasi pada kalkarenit(Lokasi OT-130)

Foto 3.11 Singkapan perlapisan batugamping kalsilutit dengan batulempung

(Lokasi OT-11)

Page 13: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

30

3.2.2.3 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Satuan ini dicirikan oleh kehadiran fosil radiolaria yang melimpah. Kehadiran

radiolaria ini mengindikasikan lingkungan laut dengan nilai salinitas normal berkisar dari

30 - 40 ppt (Heckel, 1972 op cit Tucker, 1991). Kehadiran fosil foraminifera bentonik

Bolivina menunjukkan lingkungan pengendapan satuan ini berada pada neritik luar.

Analisis mikropaleontologi pada conto batuan pada lokasi OT-116 tidak

memperlihatkan adanya kandungan fosil foraminifera pada conto batuan tersebut. Umur

dari satuan ini mengacu pada umur Formasi Nakfunu menurut Sawyer dkk. (1993) yaitu

Kapur Awal - Kapur Akhir.

3.2.2.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan kesamaan ciri litologi dan kandungan fosil, Satuan Batulempung-

Batugamping yang ditemukan pada daerah penelitian ini dapat disetarakan dengan

Formasi Nakfunu (Sawyer dkk., 1993).

Hubungan stratigrafi dengan Satuan Batulempung di bawahnya menunjukkan

hubungan yang tidak selaras, sedangkan hubungan dengan Satuan Batugamping A yang

berada di atasnya menunjukkan hubungan yang selaras. Pengamatan di lapangan

menunjukkan adanya kontak struktur sesar naik antara Satuan Batulempung-

Batugamping dengan Satuan Batugamping A. Hal ini diindikasikan oleh adanya urutan

stratigrafi yang tidak normal pada beberapa tempat.

3.2.3 SATUAN BATUGAMPING A

3.2.3.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batugamping A ditandai dengan warna biru muda pada Peta Geologi

(Lampiran G-3) dan terletak pada bagian selatan daerah penelitian. Satuan ini menyusun

sekitar 35% daerah penelitian dan secara umum membentuk rangkaian perbukitan dan

punggungan yang relatif terjal. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, didapat

ketebalan Satuan Batugamping A > 550 meter.

Page 14: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

31

3.2.3.2 Ciri Litologi

Satuan Batugamping A tersusun atas batugamping kalsilutit (Foto 3.12), warna

bervariasi yaitu putih, putih kemerahan, coklat; keras, masif, di beberapa tempat berlapis

dengan tebal 15-30 cm, rekahan dan stilolit sangat berkembang, muncul bioturbasi (Foto

3.13), serta banyak pecahan dan urat kalsit. Lensa rijang dengan tebal 5-10 cm terkadang

muncul sebagai sisipan pada batugamping (Foto 3.14). Sayatan tipis pada batugamping

satuan ini (Lampiran A-6 dan A-7) menghasilkan nama batuan Wackestone dan

Packstone (Dunham, 1962).

Foto 3.12 Singkapan batugamping kalsilutit yang bersifat kapuran (Lokasi OT-165)

Foto 3.13 Bioturbasi pada batugamping kalsilutit (Lokasi NM-8)

Page 15: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

32

Foto 3.14 Batugamping kalsilutit masif dengan lensa rijang (Lokasi OT-105)

3.2.3.3 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Kehadiran batugamping kalsilutit yang dominan menunjukkan bahwa satuan ini

terendapkan pada lingkungan laut dalam. Wilson (1975) menjelaskan bahwa

batugamping kalsilutit disertai dengan rijang mengindikasikan lingkungan pengendapan

basin / laut dalam. Pengendapan satuan ini terjadi dengan mekanisme arus turbidit

(Sawyer dkk., 1993).

Analisis mikropaleontologi tidak memperlihatkan adanya kandungan fosil pada

conto batuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh preparasi sampel batuan yang kurang

optimal sehingga tidak ada fosil yang dapat diidentifikasi. Umur satuan ini mengacu pada

umur Formasi Ofu yaitu Paleosen Awal - Miosen Akhir (Sawyer dkk., 1993).

3.2.3.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan kesamaan ciri litologi di atas, maka Satuan Batugamping A dapat

disetarakan dengan Formasi Ofu (Sawyer dkk., 1993). Hubungan stratigrafi dengan

Satuan Batulempung-Batugamping dibawahnya menunjukkan hubungan yang selaras,

sedangkan hubungan stratigrafi dengan Satuan Batugamping B di atasnya menunjukkan

ketidakselarasan karena adanya proses tektonik yang terjadi setelah pengendapan Satuan

Batugamping A.

Page 16: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

33

3.2.4 SATUAN BATUGAMPING B

3.2.4.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan Batugamping B ditandai dengan warna biru tua pada Peta Geologi

(Lampiran G-3) dan menempati sekitar 3 % daerah penelitian. Singkapan terbaik di

antaranya dapat ditemukan di lokasi OT-158 dan OT-172 (Lampiran G-1, Peta Lintasan).

Satuan ini umumnya terdapat pada lembah sungai. Hasil rekonstruksi penampang geologi

memperlihatkan ketebalan satuan batuan ini sekitar 88 meter.

3.2.4.2 Ciri Litologi

Satuan ini terdiri atas batugamping kalsilutit dan sisipan napal yang dicirikan oleh

melimpahnya fosil foraminifera planktonik. Batugamping kalsilutit berwarna putih,

keras, masif, terkadang menunjukkan kesan lapisan dengan tebal 10-25 cm, banyak

stilolit dan rekahan dengan pola yang tidak jelas (Foto 3.15). Napal (Lampiran B-3)

berwarna coklat, nilai menyerpih hadir sebagai sisipan dengan tebal 10-15 cm (Foto

3.16). Analisis petrografi pada batugamping satuan ini (Lampiran A-8) menghasilkan

nama Grainstone (Dunham, 1962).

Foto 3.15 Singkapan batugamping kalsilutit yang terekahkan intensif (Lokasi OT-173)

Page 17: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

34

Foto 3.16 Singkapan napal berwarna coklat (Lokasi OT-172)

3.2.4.3 Lingkungan Pengendapan dan Umur

Fosil foraminifera bentonik tidak teramati pada satuan ini. Dari studi literatur

diketahui bahwa satuan ini terendapkan pada lingkungan pada lingkungan laut dalam

dengan kondisi arus tenang (Sawyer dkk., 1993).

Analisis mikropaleontologi (Lampiran D-1) pada conto batuan napal yang diambil

di lokasi OT-172 memperlihatkan adanya asosiasi fosil foraminifera planktonik yang

menunjukkan kisaran umur N19 – N20 atau setara dengan Pliosen Awal berdasarkan

klasifikasi Blow (1979).

3.2.4.4 Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan kesamaan ciri litologi, Satuan Batugamping B dapat disetarakan

dengan Formasi Batuputih (Sawyer dkk., 1993). Satuan Batugamping B diendapkan

secara tidak selaras diatas satuan Batugamping A, sedangkan hubungan stratigrafi dengan

satuan di atasnya yaitu satuan Endapan Aluvial juga menunjukkan hubungan

ketidakselarasan.

Page 18: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

35

3.2.5 SATUAN ENDAPAN ALUVIAL

3.2.5.1 Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 7% daerah penelitian, ditandai dengan warna abu-

abu pada Peta Geologi (Lampiran G-3). Satuan ini tersebar di sepanjang aliran Noil Tuke

dengan ketebalan satuan ini sekitar 2 meter (Foto 3.17).

3.2.5.2 Ciri Litologi

Satuan ini tersusun dari endapan material sungai yang belum terkonsolidasi yaitu

fragmen batuan berukuran kerikil-bongkah. Secara umum material terdiri atas fragmen

batugamping dan batulempung yang mengambang pada masadasar pasir dan lempung. Di

beberapa tempat, endapan ini membentuk point bar di tengah sungai Noil Tuke.

3.2.5.3 Lingkungan Pengendapan, Umur, dan Hubungan Stratigrafi

Satuan ini berumur resen yang diketahui dari proses pengendapan yang masih

berlangsung sampai sekarang. Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat dan

merupakan hasil endapan sungai yang diendapkan secara tidak selaras diatas semua

satuan batuan yang lebih tua.

Foto 3.17 Endapan aluvial di Noil Tuke (dari lokasi OT-1 ke arah utara)

Page 19: BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN20 3.1.3 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan analisis peta topografi serta dibantu dengan

36

III.3 STRUKTUR GEOLOGI

Struktur yang berkembang pada daerah penelitian terdiri atas lipatan, sesar naik,

sesar mendatar mengiri, dan sesar mendatar menganan. Satuan batuan termuda yang

terlibat dalam struktur geologi tersebut adalah Satuan Batugamping A yang berumur

Paleosen Akhir-Miosen Akhir, maka dapat diinterpretasikan struktur geologi tersebut

mulai terbentuk pasca pengendapan Satuan Batugamping A (pasca Miosen Akhir).

Struktur yang dominan berkembang pada daerah penelitian adalah sesar naik

dimana kehadirannya berasosiasi dengan lipatan. Sesar-sesar pada daerah penelitian dapat

dijumpai dengan jelas bidang sesarnya dan pada beberapa tempat diindikasikan oleh

kehadiran slickensides dan kekar gerus (shear fracture).

Lipatan yang muncul di daerah penelitian adalah Antiklin Nunuboko, Antiklin

Boti, Antiklin Nambaun, dan Sinklin Boti. Lipatan yang dijumpai memiliki arah umum

bidang sumbu timur timurlaut – barat baratdaya (ENE-WSW).

Sesar naik yang muncul pada daerah penelitian adalah Sesar Naik Tune, Sesar

Naik Nunuboko 1, Sesar Naik Nunuboko 2, Sesar Naik Boti, Sesar Naik Nambaun 1,

Sesar Naik Nambaun 2, Sesar Naik Nambaun 3, dan Sesar Naik Bele. Arah umum jurus

dari sesar-sesar naik tersebut adalah timur timurlaut – barat baratdaya (ENE-WSW).

Umumnya sesar-sesar naik ini memiliki kemiringan bidang sesar relatif ke arah utara.

Hanya ada 1 sesar naik yang memiliki kemiringan bidang sesar relatif ke arah selatan

yaitu Sesar Naik Boti. Bidang sesar yang terdapat di daerah penelitian ini memiliki

kemiringan berkisar antara 30o – 75o, namun yang umum dijumpai berkisar antara 30o -

50o dengan kemiringan umumnya relatif ke arah utara.

Sesar mendatar mengiri dan menganan berkembang di daerah penelitian dan

berperan sebagai sesar sobekan (tear fault). Sesar mendatar mengiri berarah relatif utara

timurlaut - selatan baratdaya (NNE-SSW) seperti yang diperlihatkan oleh Sesar Mendatar

Boti, Sesar Mendatar Nambaun, dan Sesar Mendatar Bele. Sesar mendatar menganan

berarah relatif utara baratlaut - selatan tenggara (NNW-SSE) seperti yang diperlihatkan

oleh Sesar Mendatar Putu.

Analisis struktur geologi pada daerah penelitian akan di bahas secara lebih

lengkap pada bab berikutnya.