BAB III - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13353/3/T2_752016007_BAB... ·...

32
48 BAB III SOKHAI dalam Budaya Orang Pantar A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Bouweli Luas wilayah kecamatan Pantar adalah 754,50 Km2 dengan memiliki batas-batas wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan selat ombay. Sebelah timur berbatasan dengan selat Alor. Sebelah barat berbatasan dengan selat Lomblein/Flores Timur. Kecamatan Pantar sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan yang tinggi yang dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam dan merupakan hambatan umum untuk melakukan sarana komunikasi dan arus lalu lintas kendaraan baik di darat dan laut. 1 Oleh karena keadaan tempat yang seperti ini maka pada zaman dulu saat ingin memberikan informasi dari satu kampung ke kampung yang lain maka ada beberapa orang yang harus berjalan sampai ke arah gunung yang tinggi untuk memberikan informasi dalam bentuk pukulan gong ataupun meniup siput tanda akan adanya informasi baik, tanda ada orang yang meninggal, ada yang mengalami kecelakaan ataupun tanda akan diadakannya pembangunan rumah adat. Desa bouweli adalah salah satu desa di Pulau Pantar yang masih mempertahankan berbagai ragam budaya yang ada disana salah satunya adalah sokhai. Masyarakat setempat 1 Messakh J.J. Alor Pantar dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor,(Alor) 2-3

Transcript of BAB III - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13353/3/T2_752016007_BAB... ·...

48

BAB III

SOKHAI dalam Budaya Orang Pantar

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Bouweli

Luas wilayah kecamatan Pantar adalah 754,50 Km2 dengan memiliki batas-batas wilayah

yaitu sebelah utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan selat

ombay. Sebelah timur berbatasan dengan selat Alor. Sebelah barat berbatasan dengan selat

Lomblein/Flores Timur. Kecamatan Pantar sebagian besar terdiri dari tanah pegunungan yang

tinggi yang dibatasi oleh lembah dan jurang yang cukup dalam dan merupakan hambatan

umum untuk melakukan sarana komunikasi dan arus lalu lintas kendaraan baik di darat dan

laut.1

Oleh karena keadaan tempat yang seperti ini maka pada zaman dulu saat ingin

memberikan informasi dari satu kampung ke kampung yang lain maka ada beberapa orang

yang harus berjalan sampai ke arah gunung yang tinggi untuk memberikan informasi dalam

bentuk pukulan gong ataupun meniup siput tanda akan adanya informasi baik, tanda ada orang

yang meninggal, ada yang mengalami kecelakaan ataupun tanda akan diadakannya

pembangunan rumah adat.

Desa bouweli adalah salah satu desa di Pulau Pantar yang masih mempertahankan

berbagai ragam budaya yang ada disana salah satunya adalah sokhai. Masyarakat setempat

1 Messakh J.J. Alor Pantar dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Alor,(Alor) 2-3

49

meyakini bahwa sokhai ini juga menyimpan banyak hal-hal yang magis lewat setiap hentakan

kaki yang dilakukan secara seirama dan pantun-pantun yang dibawakan dalam tarian ini.2

2. Data Demografi Desa Bouweli

Table 1

Gambaran Jumlah Penduduk Desa Bouweli

Data Penduduk Menurut

Umur

Tahun 2015

Tahun 2016

0-12 bulan 15 22

1-5 tahun 82 96

6-10 tahun 146 160

11-15 tahun 135 150

16-20 tahun 140 164

21-25 tahun 154 162

26-30 tahun 131 145

31-35 tahun 135 156

36-40 tahun 150 161

41-45 tahun 141 153

46-50 tahun 155 162

51-55 tahun 149 155

56-60 tahun 132 145

60 tahun keatas 102 125

Jumlah 1.817 1.956

Sumber : Data Statstik Desa Tahun 2016

Berdasarkan pada tabel 1 diatas menunjukan bahwa data penduduk desa Bouweli

dari tahun 2015 ke tahun 2016 mengalami peningkatan sehingga hal ini membuat jumlah

penduduk di desa Bouweli menjadi bertambah banyak pada tahun 2016 terlihat dari data umur

untuk masyarakat desa ini.

2 Hasil wawancara dengan Bapak Daang tanggal 24 april 2017 pukul 16.00 wita

50

Table 2.

Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Data Berdasarka Gender

(Jenis Kelamin)

Tahun 2015

Tahun 2016

Jumlah Penduduk 1.817 1.956

Jumlah Laki-laki 882 932

Jumlah Perempuan 922 1.010

Jumlah Kepala Keluarga 410KK 546KK

Sumber : Data Statistik Desa Tahun 2016

Berdasarkan pada tabel 2 diatas menunjukan bahwa jenis kelamin antara laki-laki

dan perempuan dari tahun 2015 sampai tahun 2016 ada peningkatan baik dari peningkatan

jumlah perempuan dan jumlah laki-laki di desa ini.

3. . Mata Pencaharian

Data desa dibawah ini menunjukan bahwa penduduk yang ada di desa bouweli

memiliki mata pencaharian adalah sebagai petani. Masyarakat yang ada di desa Bouweli

mengantungkan pekerjaannya pada hasil pertanian di ladang atau kebun yang mereka olah

masing-masing. Hasil pertanian terbesar yang ada di desa ini adalah ubi kayu, pisang dan

kelapa. Tetapi biasanya masyarakat yang ada di desa ini melakukan perkerjaan yakni

mengupas kelapa yang sudah kering dan bagian kulit yang sudah dikupas itu akan dijual

sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat di desa ini.

Ada pekerjaan lain selain pertanian yang mereka kerjakan yakni ada yang beternak,

menjadi nelayan serta menjadi buruh di pelabuhan tetapi pekerjaan ini mereka lakukan

ketika mereka berada di kampung sebelahnya. Tetapi pekerjaan-pekerjaan ini hanyalah

51

sebagai pelengkap dari pekerjaan utama mereka sebagai petani. Hasil pekerjaan utama yang

didapatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan untuk membiayai kebutuhan

pendidikan dari anak. Selain itu ada pula masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri,

guru, polisi, tukang ojek dan pedagang tetapi pekerjaan itu tidak banyak menjadi pekerjaan

untuk masyarakat asli di desa tersebut.3

Table 3

Data Pekerjaan

Jenis Pekerjaan

2013

2015

Petani 1.005 1.020

Peternak 15 25

PNS 5 10

Guru 10 20

POLRI 4 4

Tukang Ojek 5 10

Bengkel 3 8

Pedagang 2 5

Sumber: Data Statistik Desa Tahun 2016

3 Hasil wawancara dengan bapak daniel amung tgl 25 april pukul 10.00 wita

52

4. Tingkat Pendidikan

Table 4

Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Sekolah

Guru

Murid

SD 24 176 6.106

SMP 7 90 1.538

SMA 2 16 186

Sumber : Data Statistik Desa Tahun 2016

Data desa ini menujukan bahwa pendidikan yang ada di desa ini sangat terbatas

untuk ditempuh oleh masyarakat di desa Bouweli ini. Anak-anak yang bersekolah pada tingkat

SD -SMA harus bersekolah di kampung sebelahnya karena sekolah baik dari SD-SMA tidak

ada di desa ini. Rentan usia untuk menempuh pendidikan dari tingkat SD-SMA bisa

diselesaikan dengan baik oleh masyarakat di desa ini tetapi kebanyakan orang tua dari anak-

anak yang bersekolah pada tingkat pendidikan ini rata-rata hanya menempuh pendidikan pada

tingkatan SD-SMP saja. Sehingga pekerjaan yang ada di desa ini kebanyakan adalah menjadi

seorang petani.4

B. Asal usul, Pemaknaan dan Pelaksanaan Sokhai dalam Kehidupan Masyarakat Pantar.

1. Asal-usul sokhai

Sokhai berasal dari kata sokh dan ai yang berarti melakukan gerakan hentakan kaki

bersama-sama. Sebutan sokhai ini hanya berasal dari desa ini saja. Karena jika sudah berada

4 Hasil wawancara dengan bapak daniel amung tgl 25 april pukul 10.00 wita

53

pada desa sebelah maka kata ini sudah berubah dengan bahasa daerah dan makna yang berbeda

pula. Sehingga memiliki pengertian bahwa tariaan sokhai adalah tarian lego-lego yakni gerakan

menghentakan kaki dan sebagai tarian persaudaraan yang sudah diwarisi sejak beratus-ratus

tahun lamanya. Secara historis asal mula tentang landasan filosofis dari tarian sokhai ini adalah

sokhai diibaratkan seperti bentuk cincin yang tak ada ujungnya artinya setiap orang bisa untuk

masuk dan mengikuti pola tarian sokhai ini.

Tarian ini posisi laki-laki akan berada diluar dan perempuan akan berada didalam

dengan filosofinya bahwa laki-laki akan menjaga dan melindungi perempuan apapun yang

terjadi agar tetap aman. Tarian ini sudah ada sejak dulu yakni tarian ini digunakan untuk

menyambut orang-orang yang kembali dari medan perang tetapi seiring berjalannya waktu

sokhai ini digunakan untuk menyelesaikan masalah pernikahan yang ada di kampung ini dalam

hal ini berkaitan dengan kegiatan adat untuk meminang nona.5 Sehingga memiliki pengertian

sokhai ini telah menjadi bentuk tanda perdamaian yang digunakan oleh masyarakat sebagai

upaya untuk menciptkan budaya damai, menjaga ikatan persaudaraan dan membangun kerja

sama dalam masyarakat.

Sokhai terdiri dari berbagai bentuk tarian adat yaitu tarian untuk meminang nona,

ada tarian untuk makan baru, ada tarian perang, ada tarian untuk menyambut hasil panen, ada

tarian untuk membangun rumah adat, dan ada tarian untuk kembali dari medan perang. Semua

tarian-tarian diatas memakai tarian lego-lego tetapi dengan pantun yang berbeda-beda. Tarian

untuk meminang nona akan dilakukan setelah pembicaraan adat maka pantun yang digunakan

dengan menggunakan bahasa daerah ialah pangaira wata inda wenesi yang memiliki arti

5 Hasil Wawancara dengan bapak Daang tanggal 24 april 2017 pukul 16.00 wita

54

bahwa sudah terjadi perkawinan seperti ini maka dua keluarga ini sudah saling bertemu, saling

bertegur sapa dan sudah menjadi om dan tanta antar dua keluarga.

Menurut bapak Daang, tarian sokhai zaman dulu dipakai untuk menyambut orang-

orang yang baru kembali dari medan perang setelah menang dalam peperangan yan terjadi

antar beberapa kampung pada saat itu. Tarian sokhai yang ada di kampung ini juga memiliki

gerak dan bentuk lingkaran yang berbeda dengan beberapa tempat yang ada di kabupaten Alor .

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Yohanes Waang, menurut beliau tarian

sokhai yang ada di desa ini memiliki gerak dan bentuk tarian yang berbeda dengan tarian lego-

lego yang ada di beberapa kampung adat di kabupaten Alor. Tarian sokhai ini berbeda karena

dilihat dari bentuk lingkarannya serta bahasa adat yang akan dilantukan dalam bentuk

wejangan-wejangan untuk laki-laki dan perempun yang akan menikah. Yang berbeda adalah

posisi dari penari laki-laki dan perempuan, jika di beberapa tempat di Alor posisi antara laki-

laki dan perempuan disatukan hal yang berbeda justru terlihat di desa ini dikarenakan posisi

laki-laki akan berada dibelakang dan posisi perempuan akan berada di depan.

Hal ini memiliki maksud bahwa laki-laki akan terus menjaga perempuan agar

perempuan tetap terlindungi dan tetap dalam posisi yang aman serta mengibaratkan sebuah

perrnikahan layaknya sebuah lingkaran cincin yang tak pernah ada ujungnya. Dikatakan juga

bahwa hal yang sama akan terlihat ketika seorang perempuan ingin pergi ke ladang atau

berkebun maka saat membawa hasil panennya pulang ke rumah perempuan akan memikul

beban dari hasil panen tersebut sedangkan laki-laki akan tetap berada di belakang dengan

membawa busur anak panah atau parang untuk menjaga dan melindungi perempuan, bukan

karena laki-laki tidak menghargai seorang perempuan tetapi tradisi yang sudah ada sejak dulu

55

yang ada dikampung tersebut ialah sudah seharusnya laki-laki akan selalu menjaga dan

melindungi perempuan dari berbagai ancaman yang bisa terjadi.6

Hal ini memberikan sebuah pengambaran bahwa posisi seorang perempuan yang

ada dipulau Pantar sangat dihargai dan tentu saja masyarakat setempat masih menjaga tradisi

yang sudah ada sejak dulu kala hingga sudah memasuki zaman yang modern masih dijaga

kebiasaan seperti ini. Dikarenakan juga ada peran perempuan yang sangat penting sehingga

saat seorang perempuan akan dimasuk minta oleh laki-laki akan terjadi pembicaraan adat yang

sengit hanya untuk menentukan harga belis untuk seorang perempuan.

2. Tradisi sokhai dalam perkawinan adat.

Berdasarkan hasil wawancara sokhai ini akan digunakan dalam sebuah ikatan

perkawinan jika dalam proses pembicaraan adat sudah ditemukan jalan keluar untuk kedua

belah pihak. Biasanya sebelum ada pada tahap ini sudah terlebih dahulu dilakukan pembicaran

adat seperti pembicaran untuk jumlah belis berupa berapa jumlah moko yang diminta serta

terang kampungnya yang akan dilakukan. Belis yang diminta adalah berupa moko. Moko

adalah alat belis untuk meminang perempuan Alor, biasanya moko untuk semua kampung itu

sama termasuk hanya berbeda pada motif yg ada dalam moko itu yang ada dikampung tersebut.

Moko yang ada dipulau pantar disebut dengan moko khuang (wulu) (moko pung 7 anak panah)

biasanya moko ini yang paling mahal dari beberapa moko yang ada di pulau pantar. Moko juga

berperan sebagai alat pemersatu orang perorang atau suku. Pada umumnya tiap suku atau sub

suku yang ada di Alor mempunyai moko pusakanya masing-masing. Dalam adat perkawinan

moko merupakan media utama untuk pembayaran belis atau mas kawin baru yang dikuti oleh

6 Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita

56

beberapa benda lainnya sebagai penunjang. Sedangkan dalam kehidupan sosial moko memiliki

peranan penting untuk menunjukan status sosial seseorang dalam perkawinan sesuai dengan

kesepakatan adat oleh kedua belah pihak yang sudah ditetapkan.7

Hal ini menandakan bahwa moko sudah menjadi salah satu benda yang berharga

untuk masyarakat Pantar. Setiap moko yang ada memilki ciri khas dan kegunaannya masing-

masing sehingga saat ada kegiatan-kegiatan adat yang dilakukan di kampung ini maka hal

pertama yang akan dibahas adalah tentang moko serta benda-benda penunjang lain-lainnya

yang dapat mendukung akan diadakan sebuah kegiatan adat tersebut.Kegiatan ada yang

dimaksud adalah seperti meminang nona, pembangunan rumah adat, makan baru dan lain

sebagainya.

1.3 Fungsi Moko

Moko adalah belis (mas kawin) yang diberikan kepada perempuan sebagai tanda

penghormatan dari pihak laki-laki kepada perempuan. Selain sebagai mas kawin moko juga

memiliki fungsi-fungsi untuk berbagai kegiatan adat yang ada di Pulau Pantar. Dari hasil

wawancara dengan bapak Waang dikatakan bahwa fungsi moko itu diantaranya:

1. Sebagai identitas

Artinya moko ini sudah dan dibawa oleh leluhur pada masa dulu. Masyarakat yang

ada di Kabupaten Alor terkhususnya yang ada di Pulau Pantar memilki moko dengan istilah

dan corak masing-masing sehingga hal ini yang menjadi identitas untuk setiap moko yang ada.

7 Hasil Wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita

57

2. Sebagai tanda untuk menunjukan status sosial

Moko terbesar di Pulau Pantar adalah moko tujuh anak panah (moko phung). Jika

ada masyarakat yang memiliki moko seperti ini artinya orang tersebut memiliki status yang

tertinggi dalam suku dan menjadi orang yang terpandang di kampung tersebut.

3. Sebagai benda yang sakral

Artinya moko dipercaya dan didapatkan dengan cara yang mistis sehingga dapat

memberikan kemakmuran serta dapat memberikan berkah maka jika didapati ada perilaku

yang merusak dari masyarakat setempat yang tidak dapat menjadikan moko atau salah dalam

menggunakan moko yang ada maka akan di berikan sanksi berupa sakit, tidak memperoleh

keturunan dan bencana untuk keluarganya.

4. Sebagai alat musik

Moko dipakai sebagai alat musik yang selalu ada untuk menggiring tarian-tarian

adat dalam setiap kegiatan adat yang dilaksnakan dikampung ini, salah satuanya digunakan

untuk mengiring proses tarian sokhai untuk kegiatan adat yakni meminang nona. 8

Hal ini memberikan pemahaman bahwa keberadaan dari moko yang sudah ada sejak

dulu sama seperti tarian sokhai ini masih dijaga keberadaanya oleh masyarakat di kampung ini.

Moko di anggap sebagai satu elemen penting yang selalu ada dalam setiap kegiatan-kegiatan

adat. Moko yang ada di kampung ini juga memiliki klasifikasi-klasifikasi tertentu dari moko

kecil hingga pada moko besar yang bernilai tinggi dan dihargai. Sehingga ketika ada

pembicaraan adat yang menimbulkan konflik antar kedua belah pihak untuk membahas tentang

8 Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00

58

jumlah dan harga yang harus diterima oleh seoarang perempuan, maka memberikan sebuah

pengambaran bahwa posisi perempuan yang ada di kampung ini ditempatkan menjadi posisi

yang penting untuk dijaga, dilindungi dan dihargai keberadaannya

B. Pemaknaan Sokhai

Pemaknaan sokhai lebih bertumpu pada bagaimana masyarakat di Pantar khususnya

yang ada di desa Bouweli masih mempertahankan kearifan lokal ini sebagai sebuah bukti

budaya yang masih dijaga eksistensinya. Sokhai sampai sekarang masih dipakai dalam sebuah

prosesi perkawinan dan setelah pembicaraan adat. Dalam proses perkawinan, sokhai ini akan

digunakan diawal pembicaraan adat karena saat pihak laki-laki datang kepada pihak perempuan

maka tarian lego-lego akan ditarikan sebagai sebuah penyambutan dan diiringi dengan bunyi

dari gong serta tambur yang menandakan bahwa pihak laki-laki sudah datang dan memenuhi

janji mereka. Bunyi gong tersebut sebagai tanda sebuah proses adat akan segera dilaksanakan.

Menurut bapak Waang, gong bukanlah benda yang di sakarlkan tetapi bunyi gong

sebagai tanda untuk menghimpun atau memanggil masyarakat yang ada di kampung tersebut.

Bunyi gong ini biasanya bukan hanya di dengar di kampung ini saja tetapi akan terdengar di

kampung sebelah dan ketukan dari bunyi gong juga sudah dipahami sebagai tanda bahwa

dikampung ini sedang di adakan sebuah prosesi adat untuk membahas tentang perkawinan

dalam hal ini pengantaran belis atau meminang nona. 9

Menurut penuturan dari bapak Waang terkait dengan pembicaraan belis adalah

bahwa pada zaman dahulu belis akan rawan untuk dibicarakan karena akan memakan korban

dan menyebabkan sebuah konflik yakni perkelahian sampai berdarah-darah. Persoalan belis

9 Hasil wawancara dengan bapak Waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 Wita

59

seperti ini biasanya bermula saat penentuan harga belis dan berapa banyak jumlah moko yang

akan diberikan dan diminta dari pihak perempuan. Tetapi saat sekarang ini proses pembicaraan

adat hanya ada pada saling memaki dan saling adu mulut saja tetapi tidak menutup

kemungkinan akan terjadi perkelahian dalam forum adat ini. Biasanya yang memegang peran

dalam pembicaran adat ini adalah seorang jubir yang sudah dipilih dari masing-masing kedua

belah pihak. Jubir ini adalah kepala suku atau orang yang paling dituakan dalam sukunya.

Golongan-golongan yang dimaksud seperti ini yakni mereka yang berhak dan

bahkan bertanggung jawab atas semua urusan adat dan kesejahteraan sukunya. Serta akan

berperan penting untuk melancarkan usaha pertanian, perdagangan, maupun kerajinan industri

rumah tangga seperti tenun ikat serta urusan adat terutama adat untuk membahas tentang

perkawinan. Jubir yang dipilih harus memiliki perbendarahan kata yang baik dan jubir yang

bertugas juga harus mempersilahkan orangtua dari pihak laki-laki untuk datang berbicara dan

berdiskusi dengannya sebelum nanti akan disampaikan kepada pihak dari keluarga perempuan

karena pada saat pembicaraan adat seperti ini orang tua kedua belah pihak tidak bisa ikut

memberikan suaranya dan juga saat pembicaraan adat perempuan tidak memiliki hak untuk

memberikan suaranya karena pamali adatnya.

Menurut bapak Daang tidak ada patokan untuk pemberian belis dalam hal ini tidak

terpatok pada tingkat pendidikan atau kasta yang ada dalam suku tersebut karena apapun yang

terjadi ke depan ini semua demi kesejahteraan bersama dari pasangan yang yang akan menikah.

Pada zaman dahulu status sosial masih menjadi yang dominan diantara masyarakat tetapi

sekarang ini sudah tidak menjadi keharusan lagi. 10

10

Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita

60

Kedua pendapat diatas memberikan sebuah pengambaran bahwa pembicaraan adat

yang ada sepenuhnya akan dipercayakan kepada jubir. Pembicaran adat yang berkaitan dengan

penentuan belis akan membuat suasana dalam forum adat menjadi lebih rawan untuk

terciptanya sebuah konflik, moko sudah menjadi sebuah alat belis yang sangat hargai nilainnya.

Sehingga apapun keadaannya hal ini akan terus menerus dipersoalkan karena sudah tertanam

dan terkonsep untuk masyarakat setempat.

Dilihat dari hal ini maka kehadiran perempuan sangat dihargai selayaknya harga

sebuah moko yang diminta, sehingga mengibaratkan bahwa perempuan yang ada di Pulau

pantar menjadi sosok yang dihargai. Walaupun saat ada pembicaraan adat dalam proses

peminangan itu perempuan tidak mendapatkan posisi yang baik karena perempuan dilarang

keras untuk memberikan suaranya dikarenakan jika sampai menyuarakan pendapatnya maka

pembicaraan itu akan kacau dan pamali maka posisi perempuan ada yang bisa berada dalam

forum adat tetapi tetap diam dan ada pula yang bisa untuk berada di belakang forum adat atau

dalam hal ini bertugas dibelakang mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

kegiatan adat ini seperti menyiapkan makanan dan perlengkapan lainnya.11

Hal yang menarik adalah sekalipun perdebatan mengenai harga dan jumlah moko

harus ditempuh dengan cara adu mulut akan tetapi masing-masing pihak akan melihat dan

mencari kesepakatan yang baik karena moko ini hanya sebagai tanda dan benda yang dihargai

kepada seoarang perempuan tetapi lebih daripada itu semua hal yang akan ditempuh ini demi

11

Pamali : sesuatu hal yang bersifat dilarang atau tidak bole dilanggar yang berkaitan dengan hukum adat

dalam satu kampung tersebut. Pamali dalam konteks masyarakat desa bouweli adalah perempuan tidak diberikan

kesempatan untuk bicara karena dalam hal ini perempuan dalam forum adat sudah memiliki fungsinya tersendiri

yaitu menyiapakan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan dan kelengkapan selama forum adat berjalan. Bukan

saja perempuan yang tidak boleh berbicara tetapi dalam hal ini keluarga kedua mempelai juga tidak tidak

diberikan kesempatan dalam berbicara karena peran jubir, om (paman) serta tetua-tetua adat yang ada sudah

meawakili peran dari kedua belah pihak yang ada.

61

untuk kesejahteraan pasangan yang akan menikah dan jika tetap diperhambat serta tidak

menemukan solusinya maka tentu saja akan berpengaruh terhadap pasangan tersebut dalam

membina kehidupan rumah tangganya.

2.1 Fungsi tarian sokhai untuk masyarakat Pantar

Tarian sokhai juga memiliki peranan yang tinggi dalam setiap aspek kehidupan

masyarakat di kampung ini,sehingga sokhai menjadi salah satu bentuk perdamaian yang sudah

diciptakan oleh masyarakat yang ada dikampung ini. Peranan dari sokhai yakni menurut bapak

Waang ialah:

Pertama, Sebagai alat pemersatu orang perorang atau suku. Artinya jika dalam

setiap kegiatan adat ada perselisihan dan menimbulkan konflik antar warga atau antar suku

dalam masyarakat untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan adat dalam hal ini proses

meminang nona maka tarian sokhai akan digunakan sebagai bentuk tarian penyelesaian adat

atau tarian perdamaian untuk mendamaikandan menyelesaian konflik kedua belah pihak yang

bertikai.

Kedua, Sokhai digunakan untuk menyambut tamu atau orang baru yang ada di

kampung ini. Tarian ini akan di lakukan sebagai tanda menerima tamu yang ada dan

berkunjung di kampung ini dengan harapan bahwa tarian ini sebagai tarian sukacita karena ada

tamu/orang baru yang berkenaan datang ke kampung ini.

Ketiga, Sokhai sebagai simbol ikatan persaudaraan. Dikatakan sebagai simbol

persaudaraan karena sokhai menjadi tanda awal untuk ikatan persaudaraan di Pulau pantar.

Terbentuk dari pola keakraban yang terjadi antara suku-suku yang mendiami Pulau ini. Tarian

62

sokhai saat ditarikan pun dapat mengikutsertakan masuk orang-orang yang bukan saja dari

agama yang sama tetapi dari agama yang berbeda pula yakni islam.

Oleh kareana itu sokhai sudah menjadi penghubung untuk terjadinya sebuah

interaksi yang baik antar masyarakat yang tidak hanya meliputi pada budaya yang berbeda

tetapi sudah masuk kepada aras agama serta penggunaan bahasa adat yang berbeda pula.

Artinya sokhai ini bukan hanya dinikmati oleh masyarakat asli di desa tersebut tetapi sudah

dinikmati oleh orang-orang pendatang yang datang dan mendiami desa tersebut dengan mata

pencaharian serta pekerjaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa tarian ini bukan

haya sebagai tarian perdamaian tetapi menjadi tarian persaudaraan antar suku dan bahkan

agama yang ada dan berkembang di desa bouweli serta di pulau Pantar.

Keempat, Sokhai untuk menyelesaikan masalah-masalah adat di Pulau Pantar.

Tarian sokhai bukanlah tarian yang baru ada di Pulau Pantar, tetapi tarian ini sudah ada sejak

dulu kala. Sokhai zaman dulu telah digunakan untuk memberikan penyambutan kepada orang-

orang yang baru kembali dari medan perang atau dengan kata lain sokhai adalah sebagai bentuk

tarian kemenangan masyarakat yang ada di desa pada saat itu. Tetapi seiring berjalannya waktu

maka sokhai ini sudah digunakan untuk beragam kegiatan adat dan untuk menyelesaian

masalah-masalah adat di desa ini. Salah satu kegiatan adat yang dilakukan yakni dalam proses

perkawinan dalam tahapan untuk meminang nona. Masalah-masalah adat yang digunakan

dengan menggunakan tarian sokhai ini adalah perkelahian antar suku, antar kampung serta

masalah-masalah adat lainnya yang berkaitan dengan masalah rumah tangga, tindakan

63

kekerasan dimana dalam proses penyelesaiannya dengan mengumpulkan perlengkapan adat

sesuai dengan pembicaraan adat yang ada. 12

2.2 Konflik dalam pandangan masyarakat Desa Bouweli

Dalam pola kemasyarakatan yang ada di desa ini memiliki pola masyarakat yang

masih menjaga kearifan lokal dari tradisi-tradisi yang telah ada sejak dulu kala. Tradisi lokal

yang sudah terjaga ini menjadi landasan yang kuat untuk dapat meredam konflik yang terjadi

dalam tatanan masyarakat itu sendiri. Konflik yang terjadi untuk persoalan belis ini terbilang

tidak akan berlangsung lama karena masyarakat Pantar terkhususnya yang ada di desa Bouweli

memegang falsafah dan tradisi yang kuat yakni falsafah “taramiti tominuku” dimana falsafah

tersebut yang dapat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat untuk tetap menjaga kesatuan,

saling menghargai, memupuk ikatan persaudaraan dan membangun kerja sama dalam kampung

dengan baik.

Konflik menurut masyarakat Pantar dalam proses adat ini dikatakan bahwa konflik

yang terjadi adalah sesuatu hal yang biasa. Karena jika dalam konflik terjadi adu mulut, saling

memaki disertakan dengan tindakan kekerasan lainnya maka menurut mereka itu adalah hal

yang wajar karena jika tidak terjadi konflik seperti ini artinya proses penyelesaian adat tidak

akan tercapai. Tetapi akan terlihat aneh jika ada orang lain yang bukan dari masyarakat di

kampung ini melihat akan hal tersebut dalam proses adat tentu saja akan menganggap itu

sebagai sebuah kekerasan yang fatal tetapi menurut mereka itu adalah wajar dan sudah

12

Hasil wawancara dengan bapak waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 wita

64

seharusnya terjadi dalam setiap proses dan kegiatan adat yang berkaitan dengan perkawinan di

desa ini.13

2.3 Fungsi sokhai untuk meredam konflik

Selain peranan sokhai dalam penjelasan diatas maka peranan lainnya dari tarian ini

adalah digunakan dalam setiap acara-acara adat lainnya seperti meminang nona, antar nona,

untuk tolak bala, untuk memanggil hujan, untuk membangun rumah adat, makan hasil baru,

untuk ramal hasil panen, untuk menggiring jenasah sampai ke lihang lahat dan digunakan untuk

menggiring setiap tarian yang ada di kampung ini. Dalam setiap kegiatan adat akan digunakan

tarian sokhai tetapi yang membedakan hanya pada syair puisi dan pantun yang dilantukan serta

alunan musik yang di bunyikan.

Menurut bapak Waang, sokhai dipakai untuk meredam konflik antar kedua pihak

keluarga yang bertikai dan bahkan sampai berkonflik dalam urusan adat tersebut tetapi

langsung di selesaikan dengan minum tuak/sopi bersama dan tarian sokhai. Pembicaraan adat

yang memicu sampai berkonflik adalah biasanya ditimbulkan juga oleh dua om dari kedua

belah pihak yakni pihak laki-laki dan perempuan. Biasanya pembicaraan ini sampai memakan

waktu berjam-jam hanya untuk menentukan harga belis yang harus dibayar oleh pihak laki-laki.

Perdebatan ini akan semakin sengit karena belum ditemukan titik temu dari berapa

harga moko yang harus dibayar, serta ada kesepakatan-kesepakatan lainnya yang harus

dipenuhi oleh pihak laki-laki kepada pihak dari perempuan, dalam pembicaraan adat tersebut

terkadang ada kata-kata atau bahasa-bahasa serta tindakan-tindakan kekerasan yan dikeluarkan

13

Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita

65

dan bahkan dilakukan oleh masing-masing pihak sehingga konflik yang terjadi di dalamnya

juga semakin sengit. 14

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Bacthiar biasanya dalam perdebatan

seperti ini akan ada pihak-pihak yang bisa saja sampai tersinggung dan jika dibawah ke jalur

hukum tidak akan sampai berlarut-larut karena persoalan seperti ini adalah persoalan adat

sehingga akan dikembalikan kepada tetua adat untuk diselesaikan dalam proses adat yang di

kampung. Peran dewan adat di kampung ini sangat berperan penting dewan adat yang

dimaksud disini adalah para tetua-tetua adat dan kepala suku.

Biasanya hal-hal yang terjadi dikampung itu yang berkaitan dengan adat akan

diserahkan sepenuhnya kepada para dewan adat tetapi sebelumnya akan dibicarakan dengan

kepala desa juga tujuannya agar segala sesuatu yang terjadi di kampung tersebut akan tetap

berjalan dengan baik dengan pengawasan dari para aparatur desa yang ada. Sehingga

masyarakat di desa ini jika melakukan tindakan buruk dan sampai diketahui maka akan

diberikan denda adat sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama. Seperti contohnya, ada

yang dengan sengaja memaki atau mengeluarkan kata-kata yang sampai membuat tersinggung,

atau bahkan sudah memukul istri atau kedapatan mencuri dan lain sebagainya maka akan

dikenakan denda adat sesuai dengan perilaku yang dilakukan. Denda adat tersebut biasanya

berupa moko dan uang yang diminta untuk mengganti itu semua. 15

Penjelasan diatas menunjukan bahwa peran dewan adat dalam setiap kampung

masih memilki kewenangannya sendiri. Akan terlihat dalam kampung ini bahwa peran dewan

adat masih dihormati keberadaan dan bahkan suaranya, sehingga saat ada konflik, kegiatan-

14

Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita 15

Hasil wawancara dengan bapak bachtiar kou tanggal 27 april 2017 pukul 13.00 wita

66

kegiatan adat atau ada persoalan yang terjadi di kampung tersebut maka kebijakan dari peran

dewan adat sangat diperlukan. Ditemukan juga bahwa ternyata tanda perdamaian dalam

perdebatan yang dapat menyebabkan konflik itu salah satunya ada dalam simbol minuman

tuak/ sopi. Ini bukan untuk mencipatkan mabuk-mabukan tetapi justru minuman ini sebagai

tanda dan simbol damai antara kedua belah pihak, menjadi hal yang menarik karena saat

meminum minuman ini maka gelas yang dipakai adalah satu gelas yang dituangkan untuk

kemudian diedarkan kepada kedua belah pihak baik dari pihak laki-laki dan perempuan sebagai

tanda bahwa saat mereka sudah meminumnya maka segala perdebatan, kemarahan dan apapun

itu telah di damaikan terlebih dahulu dengan simbol minuman tersebut.

Menurut bapak Daang, pembicaraan adat seperti perdebatan dan konflik pasti akan

selalu ada. Jika ada orang lain yang bukan dari suku ini melihat akan perdebatan ini pasti akan

menilai ini salah tetapi hal ini sudah dianggap sebagai salah satu prosesi adat sebelum sampai

pada proses penentuan dan pelaksanan sokhai itu sendiri. Sementara proses pembicaran adat

tersebut laki-laki dan perempuan ditempatkan di kamar yang terpisah dan dilarang untuk keluar

sampai sudah selesai pembicaraan baru diizikan keluar dari kamar karena jika tidak maka akan

terjadi pamali untuk keduanya. Sebelum kesemuanya dilakukan sudah dilakukan dengan terang

kampung biasanya akan ada benda kecil yang dibawah yakni berupa 3 moko kecil. Setelah itu

ada yang namanya pokok belis yang berupa 2 moko pung. Biasanya akan diminta 5-7 moko

phung tetapi sesuai dengan kesepakatan pada seminar lokakaya tentang moko maka setiap

harga moko yang digunakan untuk belis diturunkan sampai pada 2 moko belis yang akan

diberikan kepada pihak perempuan.

Tuak/sopi juga dipakai sebagai salah satu simbol perdamaian atas setiap perdebatan

yang telah dilakukan baik itu tindakan-tindakan lewat makian, sampai tindakan brutal lainnya

67

yakni membanting meja dan bahkan sampai melempar moko tetapi saat sudah dihantarkan tuak

atau sopi untuk diminum secara bersama-sama maka sudah dianggap selesai dengan semua

perdebatan yang telah dilakukan Menurut bapak Daang saat prosesi pengantaran belis maka

dari pihak laki-laki yang ikut ada misalkan saja ada 100 orang baik itu laki-laki dan perempuan

maka akan membawa tongkat kecil dan tongkat besar berjumlah 100 dengan barang-barang lain

sebagai penunjangnya dan dilengkapi dengan pakaian-pakaian adat tetapi yang sesuai juga

dengan kemampuan dari pihak laki-laki bisa membawa dan memenuhinya untuk pihak

perempuan.16

Setelah dipersilahkan masuk maka akan dilakukan dengan makan adat yang sudah

disediakan 12 piring penuh makanan yang disebut dengan istilah margot. Yang dilengkapi

dengan 12 pakaian adat yang sebelumnya sudah dipersiapakan dan diatur oleh ibu-ibu yang

sudah mempunyi tugas untuk mengatur ini semua dengan membagi dengan sama rata kepada

suku-suku yang ada saat itu dengan berisi penuh dalam piring tersebut. Setelah makan adat

maka perempuan yang akan menikah dipersilahkan turun ke tenda adat dengan membawa sirih

pinang untuk meminta izin kemudian bertemu dengan orang tuanya dan jika perempuan itu

mau menangis maka dia akan menangis setelah itu maka akan dipersilahkan memberikan pesan

dan kesannya diforum adat tersebut. Dan setelah itu orang tua dari pihak perempuan juga akan

memberikan pesan dan kesan kepada anak perempuannya dengan syair lagu menangis dengan

saling berbalas-balasan syair.

Menurut bapak Waang sokhai ini akan segera diadakan prosesi tarian jika kedua

belah pihak antara laki-laki dan perempuan sudah menemukan jalan keluar dan pihak laki-laki

sudah memenuhi kemauan dari pihak perempuan. Biasanya harga moko pung berisi 7 anak

16

Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita

68

panah tetapi biasanya bisa di penuhi dengan 3-5 anak panah tergantung dari kesepakatan

bersama dalam forum adat ,pakaian adat yang baru, uang yang dibungkus dengan amplop yang

baru.

Barang-barang ini harus diseleksi lagi jika tidak berkenan dengan keinganan pihak

perempuan maka akan dikembalikan lagi. Sehingga barang-barang yang diminta harus sesuai

dengan kesepakatan dan jika sudah terpenuhi maka kedua keluarga akan saling bergandengan

tangan menuju ke mezbah adat (yerget) dan kemudian tarikan sokhai akan dilakukan. Tarian

ini sebagai tanda perdamaian antar kedua keluarga sehingga hal-hal yang sudah dibahas dalam

pembicaraan adat tersebut yang menimbulkan konflik dan perdebatan yang sengit sudah selesai

dengan tarian sokhai. Proses selama menari dengan mengelingi mezbah adat yang ada

ditengah-tengah proses adat tersebut. 17

Sokhai ini ada karena adanya upaya masyarakat setempat yang dilakukan untuk

menciptakan sebuah proses damai dilihat dari adanya proses peminangan untuk perempuan

dalam sebuah ikatan perkawinan, jika sudah selesai pembicaraan adat maka bunyi gong serta

tambur akan segera dibunyikan sehingga dengan sendirinya masyarakat yang ada ditengah-

tengah desa tersebut akan keluar dari rumahnya masing-masing dan ikut berpartispasi dalam

tarian tersebut dengan memakai kain tenun masing-masing baik itu perempuan, laki-laki, anak-

anak kecil hingga para tua-tua yang ada di desa tersebut.

Masyarakat Alor-Pantar secara umumnya menyadari adanya potensi konfik antar

kelompok etnis atau suku maka sejak zaman dulu memilki semboyan secara tradisonal yang

disebut dengan “BELA”. Hubungan yang dibangun melalui bela memberikan isyarat bahwa

17

Hasil wawancara dengan bapak waang tangal 25 april 2017 pukul 09.00 wita

69

semua pihak harus saling melindungi satu dengan yang lain. Walaupun terdapat banyak etnis

dan suku yang ada tetapi dapat direkatkan dan dapat dipersatukan dengan semangat saling

menghargai, bekerjasama, rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Hal ini akan terungkap lewat

ungkapan-ungkapan tradisonal yakni himbauan untuk membangun kerja sama dan semangat

keluargaan untuk membangun yakni “TARAMITI TOMINUKU”, dimana falsafah hidup ini

hampir dipegang pada setiap etnis yang ada dikabupaten Alor termasuk yang ada di Pulau

pantar.

Menurut bapak Waang sokhai ini hampir punah ditengah-tengah kehidupan

sekarang ini bukan tanpa alasan karena pada zaman dulu sokhai ini dipakai untuk menghimpun

masyarakat dengan berbagai bunyi-bunyi yang ditimbulkan. Pada zaman dulu untuk

menghimpun masyarakat untuk mengetahui tanda-tanda akan terjadi sesuatu dikampung itu

adalah dengan adanya bunyi-bunyi, misalkan pada zaman dahulu dibunyikan bunyi dari suara

siput dari gunung yang tinggi sebagai tanda akan tejadinya sebuah musibah, jika ada bunyi

gong dan tambur maka adanya proses pembicaraan adat dalam peminangan perempuan dan

makan baru.

Berbeda dengan sekarang yakni karena kecanggihan teknologi orang-orang lebih

mau untuk menyampaikan segala sesuatu dengan pesan berupa sms atau telepon untuk

mempermudah sesuatu yang akan sangat berbeda dengan zaman dulu. Bunyi gong yang

ditimbulkan untuk menghimpun masyarakat itu ada beberapa bagian yakni bunyi gong saat ada

kematian, bunyi gong saat adanya kecelakaan, serta bunyi gong menghimpun masyarakat untuk

berkumpul. Dari bunyi gong pada zaman dulu juga menandakan akan terjadi sesuatu

70

dikampung itu sehingga secara langsung ada utusan masyarakat yang mencari sumber bunyi itu

untuk menanyakan ada tanda apa yang terjadi dikampung ini.18

Pernyataan diatas memberikan kesimpulan bahwa masyarakat Alor khususnya yang

ada di etnis pantar tetap memegang falsafah hidup yang sudah sejak lama. Serta tetap

mempertahankan satu tradisi yang telah ada yakni menyelesaikan setiap masalah yang ada

dikampung itu dengan sebuah prosesi tarian adat yang disebut sokhai. Tarian ini akan

dilangsungkan jika masing-masing pihak sudah menemukan jalan keluar dari proses

pembicaraan adat tersebut, bunyi gong dan tambur memberikan tanda bawa setiap persoalan

telah selesai dan secara adat memanggil masyarakat yang ada di kampung tersebut untuk

datang dan berkumpul di mezbah adat dan melakukan tarian adat bersama-sama. Jauh sebelum

itu sudah ada tradisi yang dipegang juga yakni BELA.

Bela adalah sebuah ritual adat yang digunakan untuk menjalin dan menjaga ikatan

persaudaraan yang ada pada tiap kampung, dulu ritual bela dilakukan dengan minum darah

sebagai wujud tanda persaudaraan bagi yang melanggar atau tidak melakukan maka akan

mendapatkan kutukan dan sanksi. Tetapi pengembangan dari tradisi lokal yakni sokhai ini

hampir punah karena dalam masyarakat di desa bouweli ini terutama anak-anak muda yang

mulai tidak mengembangkan tarian sokhai sebagai salah satu warisan budaya yang harus

dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya

C. Pelaksanan Sokhai

Sokhai digunakan sebagai sebuah upaya untuk menyatukan dua keluarga yang bertikai

saat pembicaraan belis dalam forum adat. Sokhai ini akan dilaksanakan ketika sudah menemukan

18

Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 25 april 2017 pukul 09.00 wita

71

jalan keluar dan kesepakatan bersama dari kedua belah pihak. Untuk sampai pada titik

pelaksanaan sokhai maka ada hal-hal yang harus dilakukan seperti meredakan konflik yang ada

dengan minum tuak atau sopi secara bersama dengan menggunakan satu gelas yang kemudiaan

akan diedarkan dengan maksud bahwa minuman adat sebagai unsur penting yang harus ditempuh

sebelum masuk kepada tahap untuk melakukan pelaksanaan sokhai yaitu dengan proses menari

secara bersama-sama.

Menurut bapak Daang, proses pelaksanan sokhai bukanlah hanya diihat sebagai

sebuah proses untuk menari secara bersama-sama tetapi lebih daripada itu tarian sokhai adalah

tarian yang dianggap sebagai tarian sakral karena saat pelaksanaan sokhai ini akan ada pantun-

pantun serta wejangan-wejangan yang dikeluarkan sebagai pedoman hidup untuk laki-laki dan

perempuan yang akan menikah. Biasanya akan berputar mengelingi mezbah sebanyak 12 kali

dengan menggunakan pakaian adat khas pantar untuk laki-laki dan perempuan. Bunyi gong

yang dibunyikan juga tidak boleh dipukul dengan sembarang karena ada ketukan masing-

masing untuk tarian meminang nona ini, karena jika sampai salah memukul akan diadakan

tarian ulang lagi.

Proses pelaksanaan sokhai dengan berputar mezbah sebanyak 12 kali maka pada

awal kedatangan dari pihak laki-laki akan ada utusan dari pihak perempuan yang membawa

gong kecil dengan memberikan tanda penghormatan yang disebut dengan sromat yang

menandakan bahwa pihak keluarga laki-laki sudah datang dan memenuhi janji mereka oleh

karena itu harus dihargai dan kemudian di persilahakna masuk lagi ke dalam forum adat.19

19

Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita

72

Sejalan dengan pemikiran diatas maka menurut bapak Waang fungsi dan makna dari

sokhai ini tidak terlepas dari unsur-unsur penting yang ada didalamnya yakni ada moko, gong

dan tambur. Moko yang adalah alat belis ini sudah mempergunakan standart tinggi yang

nilainya sudah diakui sejak nenek moyang yang sudah mendiami wilayah tersebut. seperti

pada penjelasan diatas bahwa sokhai dan moko ini akan dpergunakan pada setiap upacara-

upacara adat yang ada di tempat itu misalkan meminang nona, antar nona, penyerahan pokok

belis, bayar utang, tolak bala, tukar moko, untuk panggil hujan, untuk menahan hujan, ramal

hasil panen, membangun rumah, makan hasil baru, antar jenasah ke liang lahat, sebagai

penggiring dalam tarian. Serta untuk membunyikannya juga ada ketukan-ketukan sesuai

dengan upacara adat yang digunakan disertakan dengan pantun-pantun sebagai pelengkapnya.

Bunyi gong yang ditimbulkan untuk menghimpun masyarakat dalam proses

peminangan adalah “kung .... kung.....” jika ada tambur maka bunyi yang dihasilkan adalah

“kungkung.....kungkung.....kungkung.... kungkung”. Tetapi bunyi gong untuk kematian adalah

sangat berbeda yaitu : “dungdung.......dungdung... dingding.....’’ yang dibunyikan panjang

selama 3 kali. Tarian sokhai yang dilakukan pun harus mengikuti musik baik itu melantunkan

pantun juga seirama dengan musik, jika musik yang dibunyikan salah maka akan berpengaruh

pada irama lagu, pantun serta hentakan kaki untuk lego-lego . Oleh karena itu irama dan bunyi

lagu sangat berperan penting dalam prosesi dan pelaksaan sokhai ini. 20

Sependapat dengan itu maka setiap tahapan-tahapan diatas haruslah sudah mulai ada

dalam tahap untuk diaksanakan sokhai jika sudah ada kesepakatan-kesepakaatan yang dibuat

oleh kedua belah pihak. Sebelum sampai pada tahap ini maka pihak laki-laki sudah melakukan

berbagai macam prosesi adat yang mana dala tahapan itu pihak laki-laki sudah menyiapakan

20

Hasil wawancara dengan bapak waang tanggal 24 april 2017 pukul 09.00 wita

73

barang-barang berupa moko, gong, kain tenun, hewan, makanan serta perlengkapan lain-lain

yang sudah harus dihantarkan kepada pihak perempuan.

Sebelum barang-barang ini diterima oleh orang tua adat dari pihak perempuan yang

mewakili unsur keluarga maka biasanya moko-moko itu akan diperiksa terlebih dahulu apabila

ada perbedaan dalam hal nilai maka bisa dinegoisasai lagi. Dalam artian jika masih kurang

maka akan ditambahkan lagi atau masih rendah akan dikembalikan lagi untuk diganti dengan

yang lebih tinggi harganya. Tetapi biasanya sesuai dengan kesepakatan adat maka untuk moko

sisanya akan segera dipenuhi setelah semua acara ritual adat ini telah sepakati bersama.

Melihat akan pemahaman diatas maka proses pelaksanaan sokhai ini adalah sebagai

upaya dari masyarakat sendiri untuk menciptakan budaya damai lewat setiap perbedaan-

perbedaan yang dapat ditimbulkan oleh kedua belah pihak. Ini sebagai bukti dari konseling

yang telah diciptakan oleh masyarakat. Biasanya menurut bapak waang dalam proses

perdebatan dalam forum adat tersebut langsung segera dicarikan jalan solusinya yang terbaik

karena ini menyangkut dengan kehidupan rumah tangga yang akan dibangun oleh laki-laki dan

perempuan yang akan menikah ini, karena ketika semakin diperhambat maka tentu saja akan

menambah beban sendiri kepada kedua calon mempelai yang akan menikah.

Dicontohkan bahwa ketika laki-laki dapat membayar belis yang minta maka saat

sudah menikah nanti biasanya akan ada bahasa-bahasa dan bahkan tindakan-tindakan kekerasan

yang dilakukan untuk menyakiti hati perempuan seperti kata-kata kasar dan tindakan

pemukulan dan jika hal kekerasn itu terjadi maka akan dibawa ke forum adat dan laki-laki yang

melakukan tindakan tersebut akan diproses sesuai dengan denda adat sesuai dengan proses ada

yang diminta.

74

Sokhai memberikan penggambaran bahwa saat sudah dilaksanakan sebuah tarian

sokhai artinya dalam proses itu sudah ada wejangan-wejangan yang diberikan sebagai tanda

kepada dua pasangan yang akan menikah sehingga saat sudah membangun rumah tangganya

bisa dijaga sampai maut memishakan dan saat ada masalah bisa diselesaikan secara damai dan

baik-baik. Oleh karena itu saat ada pada tahap ini biasanya adalah tahap puncak yang harus

diingat oleh kedua pasangan yang sudah siap untuk menikah.

Menurut bapak Daang, prosesi selama tarian akan dilantunkan pantu-pantun untuk

sebagai wejangan untuk laki-laki dan perempuan yang akan menikah biasanya yang

melantunkan pantun-pantun itu adalah para tetua adat. Pantun yang diberikan yakni (bahasa

daerahnya). Ya“oaa oaa watasi wanana, oaa lei lei ee eta wena ee. Oaa oaa watasi wanana

katasi wanana ee yang berarti “ apapun yang terjadi kedua pasangan ini yakni laki-laki dan

peremupuan yang akan menikah baik susah dan senang harus bersama-sama dan sekalipun ada

persoalan haruslah diselesaikan dengan cara yang baik-baik”.

Saat pantun itu sudah diberikan maka semua orang yang hadir saat itu akan

menyambungnya lagi sebagai tanda dukungan dan wejangannya mereka kepada laki-laki dan

perempuan yang akan menikah. Biasanya tarian ini akan dilakukan secara memutar sebanyak

12 kali. Saat sudah selesai menari maka akan diadakan makan bersama serta meminum tuak

atau sopi sebagai tanda persaudaraan dan salah satu bentuk perdamaian antara kedua belah

pihak tersebut. Biasanya tarian ini akan dilakukan dengan gerakan yang cepat kemudian

dilakukan denga gerakan yang pelan dengan menghentakan kaki ditanah.21

21

Hasil wawancara dengan bapak daang tanggal 23 april 2017 pukul 16.00 wita

75

Pakaian yang dikenakan juga berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki

akan menggunakan sarung sebagai bawahan, ikat kepala yang bagian atasnya terbuat dari bulu

ayam, tas untuk mengisi sirih, pinang dan kapur dan gelang pada tangan bagian atas.

Sedangkan untuk perempuan akan mengunakan sarung sebagai bawahan, ikat kepala, sisir

bambu sebagai tusukan dikepala, gelang tangan bagian atas, gelang tangan bagian

bawah,kalung, ikat pinggang, gelang kaki sebagai pembuat bunyi saat menari. Biasanya saat

pelaksanan sokhai akan ada satu orang yang berdiri di samping tarian dengan memegang busur

anak panah atau parang sebagai tanda bahwa orang ini yang akan menjaga prosesi adat ini

sampai selesai pelaksaan sokhai ini. Dan biasanya kedua pasangan yang akan menikah akan

dtempatkan ditengah dengan posisi yang berbeda perempuan didepan dan laki-laki aan berada

di belakang.

Tarian sokhai ini akan berbeda dengan tarian-tarian yang ada dibeberapa tempat

dikabupaten Alor karena tarian sokhai menempatkan posisi perempuan tepat dibagian depan

dan laki-laki dibelakang yang berarti bahwa apapun yang akan terjadi posisi perempuan akan

tetap dijaga dan dilindungi keberadaannya oleh laki-laki itu sendiri sehingga dikampung ini

posisi perempuan bisa dibilang dihargai dan hormati keberadannya.

Menurut penuturan dari Willy yang sudah melewati prosesi ini sebelum mereka

akan menikah ada prosesi pembicaraan adat seperti ini proses ini biasanya akan berlangsung

lama dan tidaknya tergantung dari berbagai kesepakatan yang ada. Biasanya saat pihak laki-laki

mengantarkan barang-barang saat belis maka laki-laki yang akan menikah belum bisa bertemu

dengan perempuan tersebut atau bisa dibilang perempuan masih disimpan atau disembunyikan

oleh pihak perempuan sampai sudah ada kesepakatan-kesepakatan dalam forum adat tersebut

barulah laki-laki akan dipersilahkan untuk mencari perempun yang sudah disembunyikan itu.

76

Di dalam proses pembicaraan adat tersebut baik laki-laki dan perempuan yang akan menikah

tidak diberikan kesempatan untuk bersuara karena sudah di ambil alih oleh juru bicara dari

masing-masing pihak . 22

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ape, dikatakan bahwa selama melakukan

pengantaran belis dan sampai sudah ada pada titik kesepakatan yang ada dan dilakukan prosesi

sokhai maka itu adalah hal yang puncak yang ditunggu oleh pasangan yang akan menikah.

Mengapa demikian, karena saat melakukan tarian adat sokhai ini maka akan terdapat banyak

petuah-petuah yang diberikan para tetua adat kepada pasangan yang akan menikah sehingga

dalam membangun dan membina rumah tangga nanti haruslah tetap saling menjaga,

melindungi baik susah, senang dan dalam keadaan apapun pasangan kita.

Jika ada persoalan yang ada haruslah tetap diselesaikan secara bersama-sama dan

tetap bersama-sama berusaha untuk mencarai jalan keluarnya bersama-sama daru persoalan

yang sudah ada tersebut. Tetapi jika pada nantinya tidak sesuai dengan keinginan atau salah

satu dari pasangan ini melakukan kesalahan baik yang sengaja ataupun tidak semisal, memaki

pasangannya, memukul dan bahkan sampai mengancam dan lain sebagainya maka akan segera

dibawa ke forum adat untuk dapat diselesaikan dengan cara adat dengan mengganti atau

memberikan moko sebagai upahnya yan jauh lebih besar dan lebih banyak.23

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa di desa bouweli masih memgang nilai-nilai

adat yang tinggi lewat setiap hal yang terjadi selalu diselesaikan dengan bantuan forum adat

lewat suara-suara dari para tetua adat. Karena jika mau dilihat kampung ini sangat menghargai

apa yang dikatakan oleh para tetua adat , pejabat desa dan juga para pemuka agama yang ada

22

Hasil wawancara dengan willy tanggal 27 april 2017 pukul 17.00 wita 23

Hasil wawancara dengan apeles tanggal 26 april 2017 pukul 19.00 wita

77

dikampung ini. Tarian ini juga sebagai sebuah simbol perdamaian karena yang ikut dalam

tarian ini bukan saja masyarakat yang beragama kristen tetapi yang beragama muslim pun ikut

serta didalammnya.

Masyarakat desa Bouweli dalam hal uu masih menjaga perdamaian dan persatuan

lewat tarian sokhai ini karena saat gong dan tambur sudah berbunyi maka dengan sendirinya

semua masyarakat dari berbagai lapisan akan keluar dari rumah untuk melakukan prosesi tarian

secara bersama-sama menandakan bahwa lewat masyarakat sendiri sudah tercipta budaya

damai lewat tarian sokhai ini. Ini adalah sebuah relasi yan baik yang sudah ada dan bahkan di

ciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Wejangan berupa pantun-pantun yang diberikan adalah

sebagai bukti bahwa masyarakat pun mendukung adanya adanya kesiapan diri dan hati dari

pasangan yang akan menikah. Dan pantun-pantun yang diberikan pun adalah dianggap sakral

karena pantun yang diberikan saat meminang nona ini akan berbeda dengan pantun yang untuk

makan baru, orang meningggal serta bunyi yang dihasilkan dari gong dan tambur pun akan

berbeda.

Menurut bapak Waang, jika dalam melakukan prosesi tarian itu bunyi dan ketukan

yang dimainkan berbeda maka akan diulang lagi karena bunyi dan ketukan untuk meminang

nona akan berbeda dengan bunyi ketukan untuk makan baru dan pendirian rumah adat. Karena

bukan saja bunyi dan ketukan ini dipahami oleh para tetua-tetua adat saja tetapi akan dipahami

oleh masyarakat setempat dan masyarakat yang berada dikampung sebelah sehingga saat ada

prosesi sokhai untuk meminang nona maka orang-orang yang ada dikampung sebelah akan

segera mengetahui akan ada prosesi tarian sokhai dikampung tersebut.

78

Oleh karena itu jika alunan musik yang dimaikan tidak seirama maka akan

dilakukan dan ditarikan ulang sesuai dengan kegiaatan adat yang dilakukan karena sokhai ini

untuk semua prosesi adat memiliki geraakan kaki dan gerak yang sama tetapi yang

membedakannya hanya pada pantun serta syair yang dimainkan dan dinyanyikan dan biaasanya

dipimipn oleh para tetua adat dari kedua belah pihak. Sehingga memberikan pengambaran

bahwa lantunan dan bunyi yang ditimbulkan dari alat musik ini yakni gong dan tambur memilki

simbol dan tandanya sendiri untuk masyarakat sekitar.

Selain dari alat musik ini maka masyarakat juga akan diberikan tanda bahwa akan

terjadi dan bahkan sudah terjadi kejadian-kejadian dan bahkan kegiatan adat hanya lewat suara-

suara dan bunyi yang ditimbulkan bisa itu berupa bunyi gong, ditiupnya siput yang

menandakan bahwa dikampun tersebut akan terjadi hal yang baik dan yang buruk. Begitupun

juga dengan tarian sokhai ini saat sudah dibunyikan bunyi dari gong dan tambur dengan

ketukan yang khusus untuk sebuah proses perkawinan maka masyarakat dengan sendirinya

sudah mengetahui bahwa sudah selesainya proses pembicaraan adat tersebut dan bunyi itu

sebagai tanda untuk memangil masyarakat dan menghimpun masyarakat yang lainnya untuk

ikut serta dalam tarian itu.

D. Rangkuman

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan ada hal-hal penting yang berhubungan

dengan sokhai untuk menyelesaikan masalah rumah tangga di Pulau Pantar:

1. Sokhai pada mulanya adalah sebagai tarian untuk menyambut orang-orang kampung pada

saat dulu yang kembali dari medan perang yang memiliki nilai magis yang kuat

79

2. Pemaknaan sokhai akan terlihat hingg sekarang ini karena masyarakat yang ada di desa

Bouweli masih menjaga kearifan lokal ini dengan mengunakan tarian sokhai sebagai media

untuk menyatukan dua pihak keluarga yang bertikai saat proses pembicaraan adat ini.

3. Taramiti dan Tominuku menjadi falsafah bagi masyarakat Pantar untuk menjaga ikatan

persaudaraan, membangun kerjasama, saling menghargai dan memumpuk ikatan kesatuan.

5. Pelaksanaan sokhai adalah dengan menyatukan dua keluarga yang bertikai dalam

pembicaraan adat tersebut. Dalam proses pelaksanaanya biasanya akan digunakan media

lainnya berupa tuak/sopi sebagai tanda perdamaian yang diminum oleh kedua belah pihak

yang sudah dilakukan terlebih dahulu saat proses pembicaraan adat ketika ada konflik adu

mulut antar kedua belah pihak.

6. Dalam proses tarian ini akan adanya wejangan-wejangan yang diberikan dari tetua adat

(orang yang dituakan) kepada laki laki dan perempuan yang akan menikah dengan

menggunakan bahasa adat dan akan dikuti oleh masyarakat lain yang ikut dalam proses

tarian sokhai tersebut.