Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

26
Nama :Alif Gilang Perkasa (1102007021) 1. Mempelajari Perubahan - Perubahan Setelah Mati. 1.1. Memahami Tanda-tanda kematian Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi. Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu . Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak). 1. Mati somatis (mati klinis) Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi. 2. Mati suri (suspended animation apparent death) Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam. 3. Mati seluler (mati molekuler) Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ. 4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat. 1

Transcript of Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Page 1: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Nama :Alif Gilang Perkasa (1102007021)

1. Mempelajari Perubahan - Perubahan Setelah Mati.1.1. Memahami Tanda-tanda kematian

Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu . Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).1. Mati somatis (mati klinis)

Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.2. Mati suri (suspended animation apparent death)

Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.3. Mati seluler (mati molekuler)

Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

Tanda Pasti Kematian

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian. Berhentinya sirkulasi darah. Berhentinya pernafasan.

1

Page 2: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Berhentinya Sirkulasi Darah

Dengan berhentinya jantung berdenyut maka aliran darah dalam arteri juga berhenti. Denyut nadi tidak dapat lagi diraba dan pada auskultasi juga tidak dapat didengar bunyi jantung. Beberapa pemeriksaan yang dapat memastikanberhentinya sirkulasi adalah sebagai berikut :1. Magnus. Pada pangkal jari diberi ikatan yang cukup kuat untuk menghambat aliran darah vena tetapi tidak sampai menghambat sirkulasi arteri. Warna jari tersebut akan tetap putih jika sirkulasi darah sudah berhenti.2. Tes Diafanus. Pada orang yang masih hidup, warna dari jaringan diantara pangkal jari tangan akan berwarna merah. Hal ini akan tampak lebih jelas jika dilihat sambil menyorot tangan dengan lampu. Setelah meninggal, warnanya akan menjadi kuning pucat.3. Tes Icard. Jika pada orang yang masih hidup disuntikkan zat floresen secara hipodermis, maka warna kulit sekitarnya akan terlihat kehijauan. Pada orang yang sudah meninggal di mana tidak ada lagi sirkulasi darah, hal diatas tidak akan terjadi.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian: Perubahan pada mata Perubahan pada kulit Perubahan temperatur tubuh Lebam mayat Kaku mayat

Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson (Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F pada enam jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.

Jasing P Modi (India), menyatakan hubungan penurunan suhu tubuh dengan lama kematian adalah sebagai berikut :

Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya.

Dua jam berikutnya, penurunan suhu setengah dari nilai pertama. Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai pertama Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari

perbedaan suhu intial tadi.

2

Page 3: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat

1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang dewasa.

2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi, kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

Kalorisitas Post Mortem

Merupakan keadaan dimana temperatur mayat meningkat dalam 2 jam pertama setelah kematian. Hal ini terjadi jika :1. Jika sistem regulasi suhu tubuh terganggu sesaat sebelum kematian, misalnya meninggal

akibat sengatan matahari.2. Jika terdapat aktivitas bakteri yang berlebihan, misalnya pada septikemia.3. Adanya proses peningkatan suhu tubuh akibat kejangkejang, misalnya pada tetanus dan

keracunan striknin.

Lebam mayatSinonimnya adalah :

Hipostatis Post mortem staining Livor mortis Vibises SuggilationLebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai

pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.

Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap.

Di India bagian utara, lebam mayat mulai tampat 1 jam setelah kematian dan lebam jelas dalam waktu 4 sampai 12 jam. Pengamatan ini tentunya bisa membantu untuk menentukan perkiraan saat kematian.

Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri.

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin• Merah gelap menunjukkan asfiksia

3

Page 4: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

• Biru menunjukkan keracunan nitrit• Coklat menandakan keracunan aniline

Kepentingan Medikolegal dari Lebam Mayat

1. Merupakan tanda dari kematian2. Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian3. Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali

terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung.4. Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan

lengan.5. Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal.

Misalnya : Kematian karena asfiksia, lebam mayat berwarna merah cerah Pada keracunan karbon monoksida dan asam hidrosianida, lebam mayat berwarna

merah terang atau merah jambu. Pada keracunan kalium klorat, lebam mayat berwarna coklat. Pada keracunan fostor, lebam mayat berwarna biru gelap.

6. Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.

Perbedaan antara lebam mayat dengan memarSifat Lebam mayat Memar

Letak

Epidermal, karena pelebaran pembuluh darah

yang tampak sampai ke permukaan kulit

Ruptur pembuluh darah yang letaknya bisa superfisial atau lebih

dalam

Kutikula Tidak rusak Kulit ari rusak

LokasiTerdapat pada daerah yang luas, terutama

luka pada bagian tubuh yang letaknya rendah.

Terdapat di sekitar bisa tampak di mana di mana saja pada bagian

tubuh dan tidak meluas

Gambaran Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari kulit

Biasanya membengkak

Pinggiran Jelas Tidak jelas

Warna.

Warnyanya sama

Memar yang lama warnanya bervariasi. Memar yang baru berwarna lebih tegas daripada

warna lebam mayat disekitarnya

Padapemotongan

Pada pemotongan, darah tampak dalampembuluh, dan mudah dibersihkan. Jaringan subkutan tampak pucat.

Darah ke jaringan sekitar, susah dibersihkan jaringan sekitar, susah dibersihkan jika hanya dengan air

mengalir. Jaringan subkutan berwarna merah kehitaman.

Dampak setelah

penekanan

Akan hilang walaupun hanya diberi penekanan yang ringan

Warnanya berubah sedikit saja jikadiberi penekanan.

4

Page 5: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)2. Kaku mayat (rigor mortis)3. Periode relaksasi sekunder

Relaksasi Primer

Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

Kaku Mayat

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai.

Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas.

Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

Periode Relaksasi Sekunder

Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat

1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.

2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)

5

Page 6: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.

4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.

Diagnosis Banding Kaku Mayat

1. Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga otot menjadi kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur tertentu yang disebut dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian disebut juga sikap defensif.Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :

a) Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku karena panas.b) Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa

diregangkan.c) Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus sampai

terjadinya pembusukan.

2. Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat dipindahkan ke tempatyang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.

3. Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum meninggal korban melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban. Fenomena ini sangat jarang ditemukan.

Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal :a) Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan bunuh diri masih

berada dalam genggaman.b) Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan korban bisa terdapat daun

atau rumput.c) Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa diperoleh sesuatu yang

memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya.

Perbedaan antara Kaku Mayat dengan Spasme Kadaver

Sifat Kaku Mayat Spasme KadaverMulai timbul 1-2 jam setelah meninggal Segera setelah meninggal

Faktorpredisposisi

- Kematian mendadak,aktivitas berlebih, ketakutan, terlalu lelah,

perasaan tegang, dll.

6

Page 7: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Otot yangterkena

Semua otot, termasuk ototvolunter dan involunter

Biasanya terbatas pada satukelompok otot volunter

Kaku otot Tidak jelas, dapat dilawandengan sedikit tenaga.

Sangat jelas, perlu tenaga yang kuat untuk melawan

kekakuannya.

Kepentingan dari segiMedikolegal

Untuk perkiraan saat kematian Menunjukkan cara kematian yaitu bunuh diri,pembunuhan

atau kecelakaan

Suhu mayat Dingin HangatKematian sel Ada Tidak adaRangsangan listrik

Tidak ada respon otot Ada respon otot

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama: Proses pembusukan Saponifikasi atau adiposera Mumifikasi

Proses Pembusukan

Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.

Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin ungu.

Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut.

Mayat berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit

Lepuhan Kulit (blister)

Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin.

Belatung

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-

7

Page 8: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

5 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan.

Organ Tubuh Bagian Dalam

Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang lambat.Jaringan yang cepat membusuk :

Laring Trakea Otak terutama pada anak-anak Lambung Usus halus Hati Limpa

Jaringan yang lambat membusuk : Jantung Paru-paru Ginjal Prostat Uterus non gravid

Pembusukan Dalam Air

Pembusukan dalam air lebih lambat prosesnya dibandingkan pembusukan pada udara terbuka. Setelah mayat dikeluarkan dari dalam air, maka proses pembusukan akan berlangsung sangat cepat, lebih kurang 16 kali lebih cepat dibandingkan biasanya. Karena itu pemeriksaan post-mortem harus segera dilaksanakan pada kasus mati tenggelam. Kecepatan pembusukan juga bergantung kepada jenis airnya; pada air yang kotor tidak mengalir dan dalam, pembusukan lebih cepat.

Pada mayat yang tenggelam, waktu yang untuk muncul dan mulai mengapung adalah 24 jam. Kecepatan pengapungan mayat tergantung dari :

a) Usia. Mayat anak-anak dan orangtua lebih lambat terapung.b) Bentuk tubuh. Orang yang gemuk dan kuat, mayatnya cepat terapung. Mayat yang

kurus lebih lambat terapung.c) Keadaan air. Pada air yang jernih, pengapungan mayat lebih lambat terjadi

dibandingkan dengan pada air kotor.d) Cuaca. Pada musin panas, pengapungan mayat 3 kali lebih cepat dibandingkan pada

musim dingin.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.

8

Page 9: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F sampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .

b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk.

Beberapa jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

Adiposera

Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa. Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa danhidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).

Mummifikasi

Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciriseseorang.

Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairantubuh.

Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).

1.2. Memahami Penentuan Lama kematian.

Isi Saluran Pencernaan

Makanan masuk kedalam saluran pencernaan akan mengalami proses pencernaan hingga akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh. Proses yang mempunyai pola dan waktu yang tetap ini dapat pula dipakai sebagai petunjuk.

Isi Lambung

Dalam 1 jam pertama separuh dari makanan yang masuk ke lambung sudah dicernakan dan masuk ke pilorus. Setengahnya dari sisa ini akan masuk ke pilorus pada jam ke 2. Sisa

9

Page 10: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

setengahnya lagi akan selesai dicerna dan keluar dari lambung pada jam ke 3, dan selesai seluruhnya kira-kira 4 jam. Makanan yang mengandung banyak karbohidrat akan lebih cepat dicerna (cepat keluar dari lambung); yang mengandung protein lebih lama dan yang paling lama yang mengandung lemak. Tetapi perlu diperhitungkan tonus dan keadaan lambung, seperti gangguan fungsi pilorus dan keadaan fisik korban sebelum mati. Syok, koma, geger otak, depresi mental menghambat gerakan pencernaan.

Usus

Makanan yang sudah dicerna sampai di daerah ileo-caecal dalam waktu 6-8 jam, di colon tranversum dalam waktu 9-10 jam colon-pelvis 12-14 jam, dikeluarkan dalam waktu 24-28 jam. Penentuan lama kematian dari isi pencernaan ini dinilai dari suatu korban makan dan tidak ada hubungan langsung dengan waktu pemeriksaan dilakukan.

Kandung kemih

Kandung kemih biasanya dikosongkan sebelum tidur, dan dalam waktu tidur isi kandung kemih akan bertambah. Bila didapati mayat pada pagi hari dengan kandung kemih kosong, kemungkinan ia meninggal menjelang pagi hari dan bila masih penuh tentu meninggalnya lebih awal.

Pakaian

Pakaian dapat menentukan lama kematian karena orang mempunyai kebiasaan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu Pakaian kantor/sekolah, pakaian tidur, pakaian renang, olah raga dan lain-lain, kadang-kadang dapat dipakai sebagai petunjuk. Bila korban terbunuh sedang memakai pakaian tidur tentu diperkirakan waktu kematian adalah malam atau sebelum bangun pagi.

Jam Tangan

Bila korban memakai jam tangan pada waktu mengalami cedera maka saat kematian dapat ditunjukkan secara tepat dari jarum jam berhenti. Begitu juga dengan peristiwa kebakaran.

2. Mempelajari Tentang Visus et Repertum

Definisi dan Dasar Hukum VeR

Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.

Menurut Budiyanto et al, dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut:

10

Page 11: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :

Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).

Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :Pasal 216 KUHP :

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Peranan dan Fungsi VeR

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180KUHAP.

Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu

11

Page 12: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.

Struktur dan Isi VeR

Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksab. Bernomor dan bertanggalc. Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benare. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan

pemeriksaanf. Tidak menggunakan istilah asingg. Ditandatangani dan diberi nama jelash. Berstempel instansi pemeriksa tersebuti. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakanj. Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih dari satu

instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum masing-masing asli

k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dandisimpan sebaiknya hingga 20 tahun

Pada umumnya visum et repertum dibuat mengikuti struktur sebagai berikut :

1. Pro Justitia

Kata ini harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian visum et repertum tidakperlu bermeterai.

CONTOH :Pekanbaru, 24 Agustus 2008

PRO JUSTITIAVISUM ET REPERTUMNo. /TUM/VER/VIII/2008

2. Pendahuluan

Pendahuluan memuat : identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan pukul diterimanya permohonan visum et repertum, dentitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas objek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dimana dilakukan pemeriksaan, alasan dimintakannya visum et repertum, rumah sakit tempat korban dirawat sebelumnya, pukul korban meninggal dunia, keterangan mengenai orang yang mengantar korban ke rumah sakit

CONTOH :Yang bertandatangan di bawah ini, Dedi Afandi, dokter spesialis forensik pada RSUD ArifinAchmad, atas permintaan dari kepolisian sektor.........dengan suratnya nomor..........................

12

Page 13: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

tertanggal....................maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal..........pukul...........bertempat di RSUD Arifin Achmad, telah melakukan pemeriksaankorban dengan nomor registrasi..................yang menurut surat tersebut adalah :Nama :Umur :Jenis Kelamin :Warga negara :Pekerjaan :Agama :Alamat :

3.Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)

Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.Pada pemeriksaan korban hidup, bagian ini terdiri dari :a. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik

maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).

b. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya, alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal ini perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman tentang-tepat tidaknya penanganan dokter dan tepat-tidaknya kesimpulan yang diambil.

c. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan hal penting guna pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau perawatan yang diberikan.

CONTOH :HASIL PEMERIKSAAN :1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum sakit sedang. Korban

mengeluh sakit kepala dan sempat pingsan setelah kejadian pemukulan pada kepala --2. Pada korban ditemukan --------------------------------------------------------------------------a. Pada belakang kepala kiri, dua sentimeter dan garis pertengahan belakang, empat senti

meter diatas batas dasar tulang, dinding luka kotor, sudut luka tumpul, berukuran tiga

13

Page 14: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

senti meter kali satu senti meter, disekitarnya dikelilingi benjolan berukuran empat sentimeter kali empat senti meter -------------------------------------

b. Pada dagu, tepat pada garis pertengahan depan terdapat luka terbuka tepi tidak rata, dasar jaringan bawah kulit,dinding kotor, sudut tumpul, berukuran dua senti meter kali setengah sentimeter dasar otot.-------------------------------------------------

c. Lengan atas kiri terdapat gangguan fungsi, teraba patah pada pertengahan serta nyeri pada penekanan. -----------------------------------------------------------------------

d. Korban dirujuk ke dokter syaraf dan pada pemeriksaan didapatkan adanya cedera kepala ringan. ---------------------------------------------------------------------------------

3. Pemeriksaan foto Rontgen kepala posisi depan dan samping tidak menunjukkan adanya patah tulang. Pemeriksaan foto rontgen lengan atas kiri menunjukkan adanya patah tulang lengan atas pada pertengahan. ---------------------------------------------------

4. Terhadap korban dilakukan penjahitan dan perawatan luka, dan pengobatan. -----------5. Korban dipulangkan dengan anjuran kontrol seminggu lagi.--------------------------------

4. Kesimpulan

Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et repertum, dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya visum et repertum tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka.

CONTOH :KESIMPULAN : -------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban laki-laki berusia tiga puluh empat tahun ini ditemukan cedera kepala ringan, luka terbuka pada belakang kepala kiri dan dagu serta patah tulang tertutup pada lengan atas kiri akibat kekerasan tumpul. Cedera tersebut telah mengakibatkan penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian untuk sementara waktu.----------

5. Penutup

- Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan

- Dibubuhi tanda tangan dokter pembuat visum et repertum

CONTOH :Demikianlah visum et repetum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Dokter Pemeriksa

ASPEK MEDIKOLEGAL VeR

14

Page 15: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

Prosedur Pengadaan Visum et Repertum

Berbeda dengan prosedur pemeriksaan korban mati, prosedur permintaan visum et repertum korban hidup tidak diatur secara rinci di dalam KUHAP. Tidak ada ketentuan yang mengatur tentang pemeriksaan apa saja yang harus dan boleh dilakukan oleh dokter. Hal ini berarti bahwa pemilihan jenis pemeriksaan yang dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada dokter dengan mengandalkan tanggung jawab profesi kedokteran. KUHAP juga tidak memuat ketentuan tentang bagaimana menjamin keabsahan korban sebagai barang bukti. Hal-hal yang merupakan barang bukti pada tubuh korban hidup adalah perlukaannya beserta akibatnya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkara pidananya. Sedangkan orangnya sebagai manusia tetap diakui sebagai subyek hukum dengan segala hak dan kewajibannya. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan II FK UR, September 2008 Dengan demikian, Karena barang bukti tersebut tidak dapat dipisahkan dari orangnya maka tidak dapat disegel maupun disita. Yang dapat dilakukan adalah menyalin barang bukti tersebut ke dalam bentuk visum et repertum.

KUHAP tidak mengatur prosedur rinci apakah korban harus diantar oleh petugas kepolisian atau tidak. Padahal petugas pengantar tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian antara identitas orang yang akan diperiksa dengan identitas korban yang dimintakan visum et repertumnya seperti yang tertulis di dalam surat permintaan visum et repertum. Situasi tersebut membawa dokter turut bertanggung jawab atas pemastian kesesuaian antara identitas yang tertera di dalam surat permintaan visum et repertum dengan identitas korban yang diperiksa.6

Dalam praktek sehari-hari, korban perlukaan akan langsung ke dokter baru kemudian dilaporkan ke penyidik. Hal ini membawa kemungkinan bahwa surat permintaan visum et repertum korban luka akan datang terlambat dibandingkan dengan pemeriksaan korbannya. Sepanjang keterlambatan ini masih cukup beralasan dan dapat diterima maka keterlambatan ini tidak boleh dianggap sebagai hambatan pembuatan visum et repertum. Sebagai contoh, adanya kesulitan komunikasi dan sarana perhubungan, overmacht (berat lawan) dan noodtoestand (darurat).

Adanya keharusan membuat visum et repertum pada korban hidup tidak berarti bahwa korban tersebut, dalam hal ini adalah pasien, untuk tidak dapat menolak sesuatu pemeriksaan. Korban hidup adalah juga pasien sehingga mempunyai hak sebagai pasien. Apabila pemeriksaan ini sebenarnya perlu menurut dokter pemeriksa sedangkan pasien menolaknya, maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis singkat penolakan tersebut dari pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya di dalamcatatan medis.

Hal penting yang harus diingat adalah bahwa surat permintaan visum et repertum harus mengacu kepada perlukaan akibat tindak pidana tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Surat permintaan visum et repertum pada korban hidup bukanlah surat yang meminta pemeriksaan, melainkan surat yang meminta keterangan ahli tentang hasil pemeriksaan medis.

Tata Laksana VeR pada Korban Hidup

1. Ketentuan standar dalam penyusunan visum et repertum korban hidupa. Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1)

adalah penyidik yang menurut PP 27/1983 adalah Pejabat Polisi Negara RI. Sedangkan untuk kalangan militer maka Polisi Militer (POM) dikategorikan sebagai penyidik.

15

Page 16: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

b. Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) adalah dokter dan tidak dapat didelegasikan pada pihak lain.

c. Prosedur permintaan keterangan ahli kepada dokter telah ditentukan bahwa permintaan oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis yang secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2).

d. Penyerahan surat keterangan ahli hanya boleh dilakukan pada Penyidik yang memintanya sesuai dengan identitas pada surat permintaan keterangan ahli. Pihak lain tidak dapat memintanya.

2. Pihak yang terlibat dalam kegiatan pelayanan forensik klinika. Dokterb. Perawatc. Petugas Administrasi

3. Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum pada korban hidupa. Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik.

Yang berperan dalam kegiatan ini adalah dokter, mulai dokter umum sampai dokter spesialis yang pengaturannya mengacu pada S.O.P. Rumah Sakit tersebut. Yang diutamakan pada kegiatan ini adalah penanganan kesehatannya dulu, bila kondisi telah memungkinkan barulah ditangani aspek medikolegalnya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa terhadap korban dalam penanganan medis melibatkan berbagai disiplin spesialis.b. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et revertum

Adanya surat permintaan keterangan ahli/visum et repertum merupakan hal yang penting untuk dibuatnya visum et repertum tersebut. Dokter sebagai penanggung jawab pemeriksaan medikolegal harus meneliti adanya surat permintaan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini merupakan aspek yuridis yang sering menimbulkan masalah, yaitu pada saat korban akan diperiksa surat permintaan dari penyidik belum ada atau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan keterangan ahli/ visum et repertum.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dibuat kriteria tentang pasien/korban yang pada waktu masuk Rumah Sakit/UGD tidak membawa SpV. Sebagai berikut :1. Setiap pasien dengan trauma2. Setiap pasien dengan keracunan/diduga keracunan3. Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang tidak jelas4. Pasien dengan kejahatan kesusilaan/perkosaan5. Pasien tanpa luka/cedera dengan membawa surat permintaan visum

Kelompok pasien tersebut di atas untuk dilakukan kekhususan dalam hal pencatatan temuan-temuan medis dalam rekam medis khusus, diberi tanda pada map rekam medisnya (tanda “VER”), warna sampul rekam medis serta penyimpanan rekam medis yang tidak digabung dengan rekam medis pasien umum. kemungkinan atas pasien tersebut di atas pada saat yang akan datang, akan dimintakan visum et repertumnya dengan surat permintaan visum yang datang menyusul.c. Pemeriksaan korban secara medis

Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan menggunakan ilmu forensik yang telah dipelajarinya. Namun tidak tertutup kemungkinan dihadapi kesulitan yang mengakibatkan beberapa data terlewat dari pemeriksaan.

Ada kemungkinan didapati benda bukti dari tubuh korban misalnya anak peluru, dan sebagainya. Benda bukti berupa pakaian atau lainnya hanya diserahkan pada pihak penyidik. Dalam hal pihak penyidik belum mengambilnya maka pihak petugas sarana kesehatan harus menyimpannya sebaik mungkin agar tidak banyak terjadi perubahan. Status benda bukti itu adalah milik negara, dan secara yuridis tidak boleh diserahkan pada pihak keluarga/ahli warisnya tanpa melalui penyidik.

16

Page 17: Pbl Skenario Tanda - Tanda Kematian

d. Pengetikan surat keterangan ahli/visum et repertumPengetikan berkas keterangan ahli/visum et repertum oleh petugas administrasi

memerlukan perhatian dalam bentuk/formatnya karena ditujukan untuk kepentingan peradilan. Misalnya penutupan setiap akhir alinea dengan garis, untuk mencegah penambahan kata-kata tertentu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Contoh :“Pada pipi kanan ditemukan luka terbuka, tapi tidak rata sepanjang lima senti meter“

e. Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et repertumUndang-undang menentukan bahwa yang berhak menandatanganinya adalah dokter.

Setiap lembar berkas keterangan ahli harus diberi paraf oleh dokter. Sering terjadi Pendidikan bahwa surat permintaan visum dari pihak penyidik datang terlambat, sedangkan dokter yang menangani telah tidak bertugas di sarana kesehatan itu lagi. Dalam hal ini sering timbul keraguan tentang siapa yang harus menandatangani visum et repertum korban hidup tersebut. Hal yang sama juga terjadi bila korban ditangani beberapa dokter sekaligus sesuai dengan kondisi penyakitnya yang kompleks. Dalam hal korban ditangani oleh hanya satu orang dokter, maka yang menandatangani visum yang telah selesai adalah dokter yang menangani tersebut (dokter pemeriksa).

Dalam hal korban ditangani oleh beberapa orang dokter, maka idealnya yang menandatangani visumnya adalah setiap dokter yang terlibat langsung dalam penanganan atas korban. Dokter pemeriksa yang dimaksud adalah dokter pemeriksa yang melakukan pemeriksaan atas korban yang masih berkaitan dengan luka/cedera/racun/tindak pidana.

Dalam hal dokter pemeriksa sering tidak lagi ada di tempat (di luar kota) atau sudah tidak bekerja pada Rumah Sakit tersebut, maka visum et repertum ditandatangani oleh dokter penanggung jawab pelayanan forensik klinik yang ditunjuk oleh Rumah Sakit atau oleh Direktur Rumah Sakit tersebut.f. Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksaBenda bukti yang telah selesai diperiksa hanya boleh diserahkan pada penyidik saja dengan menggunakan berita acara.g. Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum. Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan pada pihak penyidik yang memintanya saja. Dapat terjadi dua instansi penyidikan sekaligus meminta surat visum et repertum.

17