BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori -...

26
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Vitamin A a. Pengertian 1) Vitamin A merupakan zat penting untuk mensintesis pigmen sel- sel retina yang fotosintesis, dan diferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir. Kekurangan yang parah menyebabkan rabun senja, serosis, dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea (Arisman, 2004, p. 121). 2) Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui bahan makanan seperti bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning telur dan juga ASI. Kemudian juga dapat diperoleh melalui kapsul vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 1995). b. Fungsi Fungsi Vitamin A secara umum yaitu membantu pembentukan jaringan tubuh dan tulang, meningkatkan penglihatan dan ketajaman mata, memelihara kesehatan kulit dan rambut, meningkatkan kekebalan

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori -...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

7

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Vitamin A

a. Pengertian

1) Vitamin A merupakan zat penting untuk mensintesis pigmen sel-

sel retina yang fotosintesis, dan diferensiasi normal struktur epitel

penghasil lendir. Kekurangan yang parah menyebabkan rabun

senja, serosis, dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada

akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea (Arisman,

2004, p. 121).

2) Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi

manusia, karena gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga

harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A

melalui bahan makanan seperti bayam, daun singkong, pepaya

matang, hati, kuning telur dan juga ASI. Kemudian juga dapat

diperoleh melalui kapsul vitamin A dosis tinggi (Depkes RI, 1995).

b. Fungsi

Fungsi Vitamin A secara umum yaitu membantu pembentukan

jaringan tubuh dan tulang, meningkatkan penglihatan dan ketajaman

mata, memelihara kesehatan kulit dan rambut, meningkatkan kekebalan

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

8

tubuh, memproteksi jantung, anti kanker dan katarak, pertumbuhan dan

reproduksi (Purwitasari dan Maryanti, 2009). Anak-anak yang cukup

mendapat vitamin A bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi

lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah,

sehingga tidak membahayakan jiwa anak (Depkes RI, 1995).

c. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai

golongan umur dan jenis kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2. 1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Golongan

Umur

AKG

( RE )

Golongan

Umur

AKG

( RE )

0-6 bulan

7-12 bulan

1-3 tahun

4-6 tahun

7-9 tahun

13-15 tahun

Pria

10-12 tahun

13-15 tahun

16-19 tahun

20-50 tahun

46-59 tahun

> 60 tahun

350

350

350

360

400

500

600

700

700

700

600

Wanita

10-12 tahun

13-15 tahun

16-19 tahun

20-50 tahun

46-59 tahun

> 60 tahun

Hamil :

Menyusui:

0-6 bulan

7-12 bulan

500

500

500

500

500

500

+ 200

+ 350

+ 300

Sumber : (Almatsier, 2001, p. 161)

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

9

d. Sumber Vitamin A

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan

karoten terutama di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah

hati, kuning telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Margarin

biasanya diperkaya vitamin A. Karena vitamin A tidak berwarna, warna

kuning dalam telur adalah karoten yang tidak di ubah yang tidak di

ubah menjadi vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber

vitamin A yang diberikan untuk proses penyembuhan.

Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua serta

sayuran dan buah-buahan yang berwarna jingga, seperti daun singkong,

daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat,

jagung kuning, papaya mangga, nangka masak dan jeruk (Almatsier,

2001, p. 162)

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

10

Tabel 2. 2 Nilai Vitamin A di berbagai bahan makanan Retinol Ekivalen (RE) (µg/

100)

Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE

Hati Sapi 13170 Daun Katuk 3111

Kuning Telur

Bebek

861 Sawi 1940

Kuning Telur Ayam 600 Kangkung 1890

Ayam 243 Bayam 1827

Ginjal 345 Ubi Jalar 2310

Ikan Sardin 250 Mentega 1287

Minyak Ikan 24000 Margarin 600

Minyak Kelapa

sawit

18000 Susu bubuk “full

cream”

471

Minyak Hati Ikan

Hiu

2100 Keju 225

Wortel 3600 Susu Kental Manis 153

Daun Singkong 3300 Susu Segar 39

Daun Pepaya 5475 Mangga Masak

Pohon

1900

Daun Lamtoro 5340 Pisang Raja 285

Daun Tales 3118 Tomat Masak 450

Daun Melinjo 3000 Semangga 177

Sumber : (Almatsier, 2001, p. 162)

e. Akibat Kekurangan vitamin A

Kekurangan (defisiensi) vitamin A terutama terdapat pada anak-

anak balita.Tanda- tanda kurang vitamin A terlihat bila simpanan tubuh

habis terpakai.Kekurangan vitamin A merupakan kekurangan primer

akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder penyerapan dan

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

11

penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat,ataupun

karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A.

Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita

kekurangan energi protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-

lipoproteinemia, atau gangguan absorbsi karena kekurangan empedu.

Kekurangan vitamin A banyak terjadi dinegara berkembang termasuk di

Indonesia, karena makanan kaya vitamin A umumnya mahal harganya

(Almatsier, 2001, p. 163).

a. Buta Senja

Salah satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buta senja

(niktalkopi), yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari

cahaya terang ke cahaya samar-samar / senja, seperti bila

memasuki kamar gelap dari kamar terang. Konsumsi vitamin A

yang tidak cukup menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis,

sehingga kadar vitamin A darah menurun yang berakibat vitamin A

tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk pigmen

penglihatan rodopsin (Almatsier, 2001, p. 163).

b. Perubahan pada Mata

Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A.

Kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga

terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Ini diikuti

oleh tanda-tanda atrofi kelenjar air mata, keratinisasi konjungtiva

(selaput yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

12

bola mata), pemburaman, pelepasan sel-sel epitel kornea yang

akhirnya berakibat melunaknya dan pecahnya kornea. Mata terkena

infeksi dan perdarahan (Almatsier, 2001, p. 163).

c. Infeksi

Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A,

sehingga mudah terserang infeksi (Almatsier, 2001, p. 166).

d. Perubahan pada Kulit

Kulit menjadi kering dan kasar. Folikel rambut menjadi kasar,

mengeras dan mengalami keratinisasi yang dinamakan

hyperkeratosis folikular. Mula-mula terkena lengan dan paha

kemudian dapat menyebar keseluruh tubuh. Asam retinoat sering

diusapkan kulit untuk menghilangkan kerutan kulit, jerawat, dan

kelainan kulit (Almatsier, 2001, p. 166).

e. Gangguan Pertumbuhan

Gangguan vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel, termasuk

sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi

terganggu dan terjadi atrofi sel-sel yang membentuk dentin,

sehingga gigi mudah rusak (Almatsier, 2001, p.166).

f. Lain-lain

Perubahan lain yang dapat terjadi adalah keratinisasi sel-sel rasa

pada lidah yang menyebabkan kekuranan nafsu makan dan anemia

(Almatsier, 2001, p. 166).

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

13

f. Akibat Kelebihan

Kelebihan vitamin A hanya dapat terjadi bila memakan vitamin A

sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan. Gejala pada

orang dewasa antara lain sakit kepala, pusing, rasa nek, rambut rontok,

kulit mengering; dan tidak ada nafsu makan. Pada bayi terjadi

pembesaran kepala, hidrosefalus, dan mudah tersinggung yang dapat

terjadi pada konsumsi 8.000 RE/ hari selama tiga puluh hari (Almatsier,

2001, p. 166).

g. Diagnosis

Kekurangan vitamin A adalah penyakit sistemik yang merusak sel dan

organ tubuh, dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel

saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan

pada ketiga saluran ini relatif lebih awal terjadi ketimbang kerusakan

yang mendeteksi pada mata. Namun, karena hanya mata yang mudah di

amati dan di periksa, diagnosis klinis yang spesifik di dasarkan pada

pemeriksaan mata (Arisman, 2004, p. 122).

h. Pengobatan

Secara umum, pengobatan KVA diarahkan pada upaya memperbaiki

status vitamin A. Pengobatan KVA harus segera di selenggarakan

karena KVA bukan hanya mencederai mata, tetapi juga mengganggu

kesehatan dan mengancam jiwa penderitanya. Pengobatan KVA secara

efektif diawali dari mengenali secara cepat dan tepat anak yang

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

14

berpenyakit aktif, menyegerakan pemberian vitamin A dosis tinggi,

mengobati penyakit sistemik yang melatar belakangi secara bersamaan.

Tabel 2. 3Jadwal Pengobatan Xeroftalmia

Waktu Pemberian Dosis Oral

Segera Setelah diagnosis

< 6 bulan

6-12 bulan

> 12 bulan

50.000 iu per oral

( 27,5mg retinil palmitat )

100.000 IU per oral

( 55 mg retinil palmitat )

200.000 IU per oral

( 110 mg retinil palmitat )

Hari Berikutnya Dosis menurut usia

Dalam 1-4 minggu

( setiap 2-4 minggu )

Dosis menurut usia

Sumber : (Arisman, 2004, p. 123)

i. Pencegahan

Strategi pencegahan selayaknya dimulai dengan menganalisis

keadaan setempat. Faktor yang perlu sekali dikaji adalah: (1) Siapa

yang mengalami kekurangan vitamin A dan kebutaan akibat malnutrisi.

(2) Tempat keadaan ini berlangsung dan menjadi masalah kesehatn

masyarakat. (3) Pola pemberian ASI, diet, dan penyakit yang

melatarbelakangi masalah. (4) Ketersediaan dan konsumsi pangan yang

mengandung vitamin A dan provitamin A oleh golongn rentan. (5)

Demografi dan ekologi, dan (6) Kebiasaan pangan yang sudah

membudaya.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

15

Tiga macam intervensi utama yang dilaksanakan kini adalah (1)

peningkatan asupan pangan yang kaya vitamin A dan provitamin A, (2)

penyebaran vitamin A dosis tinggi secara berkala, dan (3) fortifikasi

makanan yang lazim disantap (Arisman, 2004, p. 127).

2. Program Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi

Akselerasi adalah upaya mempercepat pencapaian cakupan

distribusi vitamin A untuk semua kelompok sasaran (bayi, balita, nifas)

yang dapat dilakukan melalui kegiatan pemasaran sosial dan mobilisasi

social (Depkes RI, 2000).

Mobilisasi sosial merupakan suatu kegiatan penggerakan

sumberdaya manusia dan sarana yang bertujuan untuk meningkatkan

kebutuhan masyarakat akan kapsul vitamin A melalui upaya-upaya yang

dilakukan dengan menggunakan seluruh potensi yang ada pada pada

pemerintah, kelompok media massa, institusi pendidikan dan kelompok-

kelompok potensial di masyarakat.

Keadaan kadar serum vitamin A yang rendah ternyata

berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh, berdampak terhadap

tingginya angka kesakitan dan angka kematian balita.

Tujuan pemberian vitamin A dosis tinggi yang ingin dicapai

dalam akselerasi yaitu untuk semua bayi, balita, dan ibu nifas mendapat

dan meminum vitamin A. Sedangkan tujuan khususnya yaitu tergalangnya

kepedulian petugas untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam

distribusi kapsul vitamin A, meningkatkan pengetahuan dan kepedulian

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

16

masyarakat mengenai perlunya distribusi kapsul vitamin A pada sasaran

(bayi 6-11bulan, balita 1-5 tahun dan ibu nifas) (Depkes RI, 2000).

Pemberian vitamin A dosis tinggi telah terbukti mampu

mengawasi xerofthalmia, mencegah kebutaan dan mengurangi angka

kematian anak akibat infeksi tertentu (terutama campak dan diare) pada

masyarakat yang mengalami defisiensi. Suplementasi cara ini juga terbukti

efektif dalam memperbaiki secara cepat keadaan ibu dan bayi yang baru

dilahirkan (Depkes RI, 2000).

Program pemberian suplementasi vitamin A diyakini efektif dan

aman. Vitamin A diberikan dengan dosis anjuran, tidak akan terjadi efek

samping yang serius dan menetap. Efek samping yang sampai sekarang

terpantau cukup ringan hanya keluhan sakit kepala dan muntah. (pada bayi

fontanela mengeras atau menggelembung) dan tidak memerlukan

pengobatan yang khas. Jika status vitamin A sudah baik, pemberian

suplemen menjadi tidak penting. Namun, jika diteruskan juga tidak

membahayakan (Depkes RI, 2000).

Sasaran pemberian kapsul vitamin A dan dosisnya yaitu :

a. Bayi

Semua bayi yang berumur 6-11 bulan baik sehat maupun sakit dengan

dosis satu kapsul vitamin A 100.000 SI yang berwarna biru dan

diberikan sekali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

17

b. Anak Balita

Semua anak balita yaitu umur 1-5 tahun baik sehat maupun sakit

dengan dosis 1 kapsul vitamin A 200.000 SI yang berwarna merah,

setiap 6 bulan dan diberikan secara serentak pada bulan Februari dan

Agustus.

c. Ibu Nifas

Semua ibu yang baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya akan

memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dengan dosis 200.000

SI yang berwarna merah dan diberikan paling lambat 30 hari setelah

melahirkan.

d. Kejadian Tertentu

Bayi dan balita yang menderita campak, pneumonia, diare dan gizi

buruk segera diberikan kembali kapsul vitamin A sebagai tambahan

sesuai dosis yang di anjurkan.

Mekanisme pemberian kapsul vitamin A menurut Depkes RI, 2005 yaitu :

a. Waktu Pemberian

Kapsul vitamin A diberikan secara serentak pada bulan Februari dan

Agustus, sebagai bulan utama pemberian kapsul. Paling lambat 1

(satu) bulan berikutnya digunakan untuk menjaring kelompok sasaran

yang belum mendapatkan kapsul vitamin A yang dilaksanakan melalui

kunjungan rumah (sweeping).

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

18

b. Tempat Pemberian

Pelayanan pemberian kapsul vitamin A dilakukan di :

1) Posyandu

2) Bidan Desa

3) Puskesmas

4) Puskesmas Pembantu

5) Tempat lain yang telah disepakati (termasuk tempat pelayanan

kesehatan swasta)

c. Yang Memberikan Kapsul Vitamin A

1) Tim LPMD tingkat Desa (Bidan Desa, PPL, Tokoh masyarakat,

PKK, Kader)

2) Tim Pokjanal Posyandu di tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota,

Provinsi Dati I dan PUSAT.

3) Tim Pembina Wilayah Puskesmas (petugas imunisasi, petugas

gizi, bidan, perawat dan lain-lain)

4) Praktik Swasta (Rumah Sakit, rumah Bersalin, Praktik

perorangan/kelompok)

Tabel 2. 4 Jadwal Pencegahan KVA

Usia Dosis Warna Kapsul

Bayi < 6 Bulan 50.000 IU Per Oral Biru

Bayi 6-12 Bulan 100.000 IU Per Oral Biru

Bayi > 1 th- < 6 th 200.000 IU Per Oral Merah

Sumber : (Arisman, 2004, p. 131)

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

19

Keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

pada prinsipnya dipengaruhi oleh peran serta masyarakat sehingga semua

anak yang berumur 1-5 tahun mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi,

setiap 6 bulan sekali pada bulan Februari dan Agustus.

3. Posyandu

a. Pengertian Posyandu

1) Merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat

dalam upaya pelayanan kesehatan dari-oleh-untuk masyarakat yang

dilaksanakan oleh kader (Meilani, 2009, p. 142).

2) Suatu forum komunikasi, alih tegnologi dan pelayanan kesehatan

masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai

strategis masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan

keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga

berencana dan kesehatan yang dikelola dan selenggarakan untuk

dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis oleh petugas

kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Effendy, 1998, p.

267-268).

3) Merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, guna pemberdayaan masyarakat

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

20

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).

b. Sasaran Posyandu

Sasaran kesehatan dalam pelayanan kesehatan di Posyandu

adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1-5 tahun, ibu

hamil, ibu menyusui, ibu nifas, dan wanita usia subur (Effendy, 1998, p.

268).

Balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Kelompok ini

merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat kekurangan

zat gizi dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa kondisi yang

menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain

sebagai berikut :

1) Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa.

2) Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik atau ibunya sudah

bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

3) Anak balita sudah mulai main di tanah dan sudah dapat main diluar

rumahnya sendiri sehingga lebih trpapar dengan lingkungan yang

kotor dengan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan

berbagai macam penyakit.

4) Dengan adanya Posyandu yang sasaran utamanya adalah anak

balita adalah sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan

anak balita.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

21

c. Kegiatan Posyandu menurut Effendy (1998, p. 268) adalah:

1) Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu:

a) Kesehatan ibu dan anak (KIA)

b) Keluarga Berebcana (KB)

c) Imunisasi

d) Peningkatan gizi

e) Penanggulangan Diare

2) Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu:

a) Kesehatan ibu dan anak (KIA)

b) Keluarga Berebcana (KB)

c) Imunisasi

d) Peningkatan gizi

e) Penanggulangan Diare

f) Sanitasi dasar

g) Penyediaan obat esensial

d. Persyaratan Posyandu

Persyaratan pembentukan Posyandu meliputi penduduk RW tersebut

paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 kepala keluarga,

disesuaikan dengan kemampuan petugas (Bidan Desa), jarak antara

kelompok rumah tidak terlalu jauh. Lokasi Posyandu berada di tempat

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

22

yang mudah di datangi oleh masyarakat, ditentukan oleh masyarakat

sendiri, dapat merupakan lokal tersendiri, bila ada kemungkinan dapat

dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/ RW atau pos

lainnya (Effendy, 1998, p. 269).

e. Penyelenggaraan Posyandu

Sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh

masyarakat dan ditentukan sendiri. Kegiatan Posyandu dapat

dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai

desa, tempat pertemuan RT/ RW atau di tempat khusus yang di bangun

masyarakat.

Penyelenggaraan Posyandu Pola 5 Meja yaitu:

1) Meja 1 : Pendaftaran, pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu

menyusui, dan pasangan usia subur.

2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita

3) Meja 3 : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

a) Digunakan untuk memantau tumbuh kembang

pada anak, juga dilengkapi dengan petunjuk

tentang pemberian makanan yang sehat, catatan

pemberian ASI, Imunisasi dan pemberian

vitamin A dan penatalaksanaan diare dirumah

(Soetjiningsih, 1995, p.48-51).

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

23

4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan

a) Mengenai balita berdasarkan penimbangan,

berat badan, yang naik atau tidak naik, diikuti

dengan pemberian makanan tambahan,

pemberian oralit dan vitamin A dosis tinggi.

b) Terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi, diikuti

dengan pemberian zat besi

c) Terhadap PUS agar menjadi peserta KB

lestari, diikuti dengan pemberian kondom, pil

ulangan atau tablet busa.

5) Meja 5 : Pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan

KIA, KB, imunisasi dan pengobatan, serta

pelayanan kesehatan lain disesuaikan dengan

kebutuhan setempat.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

24

Meja 1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 5

identifi

kasi

naik/

tidak

naik

Penyu

luhan

Pelaya

nan

PMT,

Oralit,

Vita

min A

dosis

tinggi

Identifi

kasi

risiko

tinggi

Penyu

luhan

Tablet

besi

Identifi

kasi

PUS

yang

belum

ber KB

Penyu

luhan

Pil

ulangan

, kon

dom,

tablet

busa

Kader Penyuluh Kader Kader Kader Dokter, Bidan,

Sanitarian, PLKB

Gambar 2. 1 Bagan Sistem Pelayanan 5 Meja

(Sumber : Budioro, 2002, p. 148).

Pe

ny

u

l

uh

a

n

k

e

l

o

m

po

k

Pe

n

d

a

f

t

a

r

a

n

Bayi,

Anak

Balita,

Ibu

Menyu

sui

Pe nim Ba

ngan

Pengi

sian

KMS

Ibu Hamil

PUS

P

E

N

G

O

B

A

T

A

N

K

I

A

K

B

I

M

U

N

I

S

A

S

I

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

25

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita di Posyandu

a. Faktor Predisposisi

1) Pengetahuan

a) Pengertian

Pengetahuan adalah hasil „tahu‟, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2007, p. 145).

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

b) Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior) (Notoatmodjo, 2007, p. 145).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

(1) Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

(2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek

tersebut. Disini subjek sudah mulai timbul.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

26

(3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti

sikap responden sudah lebih baik lagi.

(4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

(5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2003, p. 127-128).

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat

berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan (Suliha

dkk, 2002, p. 51)

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan

yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

27

luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana

menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya

(Soetjiningsih, 1998).

3) Umur Ibu

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,

umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak

dilahirkan (Hurlock, 2004, p. 13).

4) Status Pekerjaan Ibu

Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi

masyarakat di Posyandu. Semua ibu yang bekerja baik dirumah

maupun luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-

anaknya untuk sebagian besar waktu (Neil Niven, 2000, p. 253).

5) Sikap

Sikap bersifat sosial dalam arti kita menyesuaikan dengan

orang lain dan kelihatannya sikap itu menuntun perilaku kita

sehingga kita bertindak sesuai dengan sikap kita yang kita

ekspresikan (Abraham dan Ashley, 1997, p. 26).

b. Faktor Pendukung

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari

faktor-faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang

kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana

masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

28

kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan

masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan

keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktor-faktor

yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri

bila dilihat dari segi individu, kelompok, maupun masyarakat secara

keseluruhan (Effendy, 1998, p. 281).

2) Jarak Posyandu

Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah

dijangkau oleh masyarakat dan di tentukan oleh masyarakat sendiri,

Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada,

rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau di tempat khusus yang di

bangun masyarakat (Effendy, 1998, p. 269).

3) Pendapatan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak dan kesehatan anak, karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun

sekunder (Soetjiningsih, 1995, p. 10).

c. Faktor- Faktor Penguat

1) Peran Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih

oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah

kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

29

dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian

pelayanan kesehatan (Meilani , 2009, p. 129).

2) Perilaku Masyarakat

Pada hakikatnya bila suatu program pembangunan kesehatan

dilaksanaka, akan berlangsung suatu proses interaksi antara provider

dengan resipient, yang masing-masing memiliki latar belakang sosial

budaya sendiri-sendiri. Program pembangunan kesehatan, termasuk

di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai

tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi

aktif. Namun langkah pertama aktivitas itu harus lebih banyak

datang dari pihak provider. Pihaknya perlu memahami latar belakang

sosial budaya dan psikologi resipient. Prinsip-prinsip pembangunan

masyarakat pedesaan perlu diperhatikan (Joyomartono, 2005).

3) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan

meningkatkan tanggung jawab individu, keluarga, terhadap

kesehatan atau kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat

(Depkes RI, 1987).

Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu :

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena

paksaan

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena

insentif

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

30

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi atau karena

ingin meniru

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi

dan tanggungjawab (Depkes RI, 1987).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada

dalam masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi

perubahan perilaku yang merupakan faktor penting dan besar

pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes RI, 1987).

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

31

B. Kerangka Teori

Gambar 2. 2 Kerangka Teori

(Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, 2005, Effendy, 1998., Hidayat, 2007,

Soetjiningsih, 1998., Meilani, 2009)

C. Kerangka Konsep

(Variabel Independent) (Variabel Dependent)

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi :

Pengetahuan

Pendidikan

Umur

Sikap

Status Pekerjaan

Faktor Pendukung :

Keterjangkauan

Fasilitas

Jarak Posyandu

Pendapatan

Kunjungan Balita di

Posyandu pada Bulan

Vitamin A

Faktor Penguat :

Peran Kader

Perilaku

Masyarakat

Partisipasi

Masyarakat

Pengetahuan Ibu

Pendidikan Ibu

Kunjungan Balita di

Posyandu pada Bulan

Vitamin A

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori - …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-enyfatmawa... · Wortel 3600 Susu Kental Manis 153 ... pada ketiga saluran ini relatif

32

D. Hipotesis

1. Pengertian Hipotesis

Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian, maka di dalam

perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari

penelitian. Jawaban sementara dari suatu penelitian ini disebut hipotesis

(Notoatmodjo, 2005, p. 72).

Hipotesis nol yang dilambangkan dengan Ho yaitu hipotesis yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara dua variabel atau tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok satu dengan kelompok

lainnya. Hipotesis lainnya yaitu hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan

adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, bisa juga menyatakan

adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok yang berbeda

(Hidayat, 2007, p. 47)

2. Hipotesis penelitian

a. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kunjungan balita di

Posyandu pada bulan vitamin A.

b. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kunjungan balita di

Posyandu pada bulan vitamin A.