BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum -...

28
1 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum Kurikulum sangat penting dalam pendidikan karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Sebegitu pentingnya maka di dalam penyusunannya memerlukan landasan yang kuat melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam. 2.1.1. Pengertian Kurikulum Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya “ jarak yang harus ditempuh seorang pelari. Pada waktu itu pengertian kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijasah.” 1 Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijasah. Dalam hal ini ijasah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, seperti seorang pelari yang telah menempuh jarak dari satu tempat ke tempat lain yang akhirnya menempuh finish. Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijasah tertentu. Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang tentang dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada Bab 1 Pasal 1, pengertian kurikulum adalah 1 Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 77.

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum -...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

1

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Kurikulum

Kurikulum sangat penting dalam pendidikan karena seluruh kegiatan

pendidikan bermuara kepada kurikulum. Sebegitu pentingnya maka di dalam

penyusunannya memerlukan landasan yang kuat melalui pemikiran dan penelitian

secara mendalam.

2.1.1. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya

“ jarak yang harus ditempuh seorang pelari. Pada

waktu itu pengertian kurikulum adalah jangka waktu

pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang

bertujuan untuk memperoleh ijasah.”1

Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijasah. Dalam hal

ini ijasah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang

berupa rencana pelajaran, seperti seorang pelari yang telah menempuh jarak dari

satu tempat ke tempat lain yang akhirnya menempuh finish. Dengan kata lain,

kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik

akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijasah tertentu.

Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang tentang

dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada Bab 1 Pasal 1, pengertian kurikulum

adalah

1 Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen

Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 77.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

2

“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.”2

Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan

kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh

sebab itu,

“kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan dan

potensi yang ada di daerah.”3

2.1.2. Fungsi kurikulum

Fungsi kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto yang dikutip dalam

buku Susilo membagi menjadi tujuh bagian yaitu:

,,

1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.

Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat

atas usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup

tepat dan penting untuk dicapai. Dengan kata lain bila

tujuan yang diinginkan tidak tercapai makaorang

cenderung untuk meninjau kembali alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Fungsi kurikulum bagi anak.

Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar

tersusun yang disiapkanuntuk siswa sebagai salah satu

konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu

diharapkan akan mendapatkan sejumlah pengalaman

baru yang kelak kemudian hari dapatdikembangkan

seirama dengan perkembangan anak.

3. Fungsi kurikulum bagi guru.

2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pada bab 1 pasal 1.

3 Mulyasa, 2006, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar, Rosda, Bandung, hal. 15.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

3

Ada tiga macam a) sebagai pedoman kerja dalam

menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar

bagi anak didik. b) segala pedoman untuk mengadakan

evaluasi terhadap perkembangan anakdalam rangka

menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. c)

sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan

pendidikan dan pengajaran.

4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina

sekolah.

Dalam arti a) sebagai pedoman dalam mengadakan

fungsi supervise yaitu memperbaiki situasi belajar. b)

sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi

supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang

situasi belajar anak kea rah yang lebih baik. c)

sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi

supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru

untuk memperbaiki situasi mengajar. d) sebagai

pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih

lanjut. e) sebagai pedoman untuk mengadakan

evaluasi kemajuan belajar mengajar.

5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.

Orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah

dalam memajukan putra putrinya. Bantuan orang tua

ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/

guru, dana, dan sebagainya.

6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di

atasnya.

Ada dua jenis yang berkaitan dengan fungsi ini yaitu

pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan

penyiapan tenaga guru.

7. Fungi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan

sekolah.

Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bias dilakukan

dalam fungsi ini yaitu pemakai lulusan ikut

memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan

program pendidikan yang membutuhkan kerjasama

dengan pihak orang tua/ masyarakat.dan ikut

memberikan kritik atau saran yang membangun dalam

rangka menyempurnakan program pendidikan di

sekolah agar bias lebih serasi dengan kebutuhan

masyarakat dan lapangan kerja.”4

4 Muhammad Joko Susilo, Op.cit, hal. 86-88.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

4

2.1.3. Komponen Kurikulum

Empat komponen kurikulum adalah:

,,

1. Tujuan

2. Bahan pelajaran

3. Proses belajar mengajar

4. Evaluasi dan penilaian”5

Komponen tersebut saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi

tujuan bertalian erat dengan bahan pelajaran , proses belajar mengajar, dan

penilaian. Artinya tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, dan psikomotorik akan

mempunyai bahan pelajaran yang berlainan , proses belajar mengajar yang lain

dan harus dinilai cara yang lain pula.

2.2. Kurikulum 2013

Sejumlah sekolah di Indonesia dijadwalkan menerapkan kurikulum 2013

menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun ajaran baru 2013/2014 ,

yakni pada bulan Juli. Inti dari proses pembelajaran di kurikulum 2013 adalah

proses pembelajarannya harus berpusat kepada peserta didik dengan pendekatan

saintifik dan penilaiannya menggunakan penilaian autentik.

2.2.1. Landasan Penyempurnaan Kurikulum

Landasan dalam penyempurnaan kurikulum ini adalah:

,,

1. Landasan Yuridis

Secara konseptual, kurikulum adalah suatu

respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat

5 Ibid.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

5

dan bangsa dalam membangun generasi muda

bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah

rancangan pendidikan yang memberi kesempatan

untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya

dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan

dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk

memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan

bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu

kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar

filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang

pendidikan.

Landasan yuridis kurikulum adalah

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah

nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi.

2. Landasan Filosofis

Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan

berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta

didik “menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warganegara yang demokratis serta

bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional maka pengembangan kurikulum haruslah

berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa

masa kini, dan kehidupan bangsa di masa

mendatang.

Pendidikan berakar pada budaya bangsa.

Proses pendidikan adalah suatu proses

pengembangan potensi peserta didik sehingga

mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang

budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai

dan keunggulan budaya di masa lampau

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

6

diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi

budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang

sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut

hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan

menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut

akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,

kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan,

keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara

aktif mengembangkan dirinya sebagai individu,

anggota masyarakat, warganegara, dan anggota

umat manusia.

Pendidikan juga harus memberikan dasar

bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan

segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan

karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten

pendidikan yang mereka pelajari tidak semata

berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi

juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan

akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai

perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya,

ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat,

bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten

pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan

bangsa masa kini memberi landasan bagi

pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan

masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,

kemampuan berpartisipasi dalam membangun

kehidupan bangsa yang lebih baik, dan

memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari

lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula,

konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini

akan memberi makna yang lebih berarti bagi

keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk

digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari

kehidupan masa kini.

Peserta didik yang mengikuti pendidikan

masa kini akan menggunakan apa yang

diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah

menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan

berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas

dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang

dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan

masa kini perlu diarahkan untuk memberi

kemampuan bagi peserta didik menggunakannya

bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

7

dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya.

Dengan demikian sikap, keterampilan dan

pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus

dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu

sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten

pendidikan yang dirumuskan dalam Standar

Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam

kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik

untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan

kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota

masyarakat, dan warganegara yang produktif serta

bertanggungjawab di masa mendatang.

3. Landasan Teoritis

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori

pendidikan berdasarkan standar dan teori

pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan

berdasarkan standar adalah pendidikan yang

menetapkan standar nasional sebagai kualitas

minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap

kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan

sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar

Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas

minimal lulusan suatu jenjang atau satuan

pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor

19 tahun 2005).

Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan

menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan

Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK.

Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan

berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan

proses, konten, dan ruang lingkup penerapan

komponen proses dan konten. Komponen proses

adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan

memproses konten menjadi kompetensi. Komponen

konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi

sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.

Komponen ruang lingkup adalah keluasan

lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut

digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu

satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di

atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK,

SDLB, SMPLB, SMALB).

4. Landasan Empiris

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

8

Pada saat ini perekonomian Indonesia terus

tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai

dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%, 6,3%,

2008: 6,4% . Pertumbuhan ekonomi Indonesia

tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi negara- negara ASEAN

sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo,

dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012).

Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus

dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa

wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan

mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul

karena hasil seleksi alam, namun karena hasil

gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan

dengan kurikulum sebagai pengarahnya.

Sebagai negara bangsa yang besar dari segi

geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan

beragamnya kemajuan pembangunan dari satu

daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman

disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum

harus mampu membentuk manusia Indonesia yang

mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan

masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai

bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk

berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.

Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan

persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan

kehendak sering muncul di Indonesia.

Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,

misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal.

Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa

kekerasan tersebut bersumber dari kurikulum,

namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh

masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar

masalahnya adalah implementasi kurikulum yang

terlalu menekankan aspek kognitif

danketerkungkungan peserta didik di ruang

belajarnya dengan kegiatan yang kurang

menantang peserta didik. Oleh karena itu,

kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

9

terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran

yang dapat menjawab kebutuhan ini.”6

2.2.2. Strategi Implementasi Kurikulum 2013

“Implementasi kurikulum adalah usaha

bersama antara Pemerintah dengan pemerintah

daerah propinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota.

1. Pemerintah bertanggungjawab dalam

mempersiapkan guru dan kepala sekolah

untuk melaksanakan kurikulum.

2. Pemerintah bertanggungjawab dalam

melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum

secara nasional.

3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam

melakukan supervisi dan evaluasi terhadap

pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.

4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab

dalam memberikan bantuan profesional

kepada guru dan kepala sekolah dalam

melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota

terkait.”7

Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

,,

1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan

jenjang pendidikan yaitu:

Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X,

dan XI

Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII,

VIII, IX, X, XI, dan XII

2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

dari tahun 2013 – 2015.

3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan

guru dari tahun 2012 – 2014.

4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan,

sistem administrasi, dan pengembangan

6 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, Dokumen Kurikulum 2013,

hal. 2-9. 7 Ibid, hal. 18.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

10

budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama

untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan

Januari – Desember 2013.

5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan

Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan

masalah implementasi dan upaya

penanggulangan: Juli 2013 – 2016.”8

Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan

PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu tahun pertama 2013 sampai

tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.

Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer)

yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru

inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya

adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala

sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru

kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru

yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap

kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam

keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil

belajar peserta didik.

Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku

sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru. Ketersediaan buku adalah untuk

meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru.

8 Ibid.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

11

Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai

berikut:

“Jenis Evaluasi : Formatif sampai tahun

Belajar 2015-2016

Sumatif : Tahun Belajar 2016 secara

menyeluruh untuk

menentukan kelayakan ide,

dokumen, dan implementasi

kurikulum. “9

Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah

dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan

pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten

secara rutin dan bergiliran.

,,

1. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke

V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI

SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan

untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar

peserta didik di kelas/tahun berikutnya.

2. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX

SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk

menguji efektivitas kurikulum dalam

mencapai Standar Kemampuan Lulusan

(SKL).”10

2.2.3. Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar

Beberapa hal yang baru dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar

adalah,

9 Ibid, hal. 19.

10 Ibid, hal. 20.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

12

,,

Kurikulum 2013 berbasis pada sains.

Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik

integratif.

Kompetensi yang ingin dicapai adalah

kompetensi yang berimbang antara sikap,

keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara

pembelajarannya yang holistik dan

menyenangkan.

Proses pembelajaran menekankan aspek

kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian

berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.

Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:

Pendidikan Agama

PPKn

Bahasa Indonesia

Matematika

IPA

IPS

Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal;

Mulok)

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

(Muatan Lokal;Mulok)

Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit

Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30

jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas

IV, V,VI=36 jam”11

“Pada struktur Kurikulum SD, beban

belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap

minggu untuk masa belajar selama satu semester.

Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-

masing 30, 32, 34 sedangkan untuk Tahun IV, V,

dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam

belajar SD adalah 40 menit.

Kelompok A adalah mata pelajaran yang

memberikan orientasi kompetensi lebih kepada

aspek intelektual dan afektif yaitu pendidikan

agama, pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika,

Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,

dan bahasa Inggris sedangkan kelompok B adalah

11

Kurikulum SD/ MI 2013,Draft Kurikulum 2013- Update 15-02-2013, http://kurikulum-sdmi-2013.blogspot.com/, diakses 4 Juni 2014 jam 8:26 WIB.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

13

mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek

afektif dan psikomotor yaitu seni budaya (termasuk

muatan lokal), pendidikan jasmani, olah raga dan

kesehatan (termasuk muatan lokal), dan prakarya

(termasuk muatan lokal).” 12

Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran

sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan

IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan

Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.

Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,

kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta

pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.

Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta

didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata.

Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.

Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya

adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan

seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan

masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang

diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai

pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.

12

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, Dokumen Kurikulum 2013,

hal. 14.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

14

Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta

didik tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-

pisah. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat

untuk integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut

pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah

ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.

2.3. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan ilmiah. Pembelajaran

merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.

“Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas

perkembangan dan pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Dalam pendekatan atau proses kerja yang

memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih

mengedepankan penalaran induktif (inductive

reasoning) ketimbang penalaran deduktif

(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat

fenomena umum untuk kemudian menarik

simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran

induktif memandang fenomena atau situasi

spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara

keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif

menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi

idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya

menempatkan fenomena unik dengan kajian

spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan

simpulan umum.”13

13

Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar

Konsep Pendekatan Scientific, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

15

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian harus

berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur

dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah

umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan

ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.

2.3.1. Model Pembelajaran Saintifik

Ada tiga model pembelajaran dalam pendekatan saintifik yaitu:

,,

1. Pembelajaran berbasis proyek (project based

learning).

Metode pembelajaran yang menggunakan

proyek/ kegiatan sebagai media , peserta didik

melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,

sintesis, dan informasi untuk menghasilkan

berbagai bentuk hasil belajar. metode belajar

ini menggunakan masalah sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan

mengintregasikan pengetahuan baru

berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas

secara nyata.

2. Pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning).

Sebuah pendekatan yang menyajikan masalah

kontekstual sehingga merangsang peserta didik

untuk belajar. dalam kelas yang menerapkan

pembelajaran berbasis masalah, peserta didik

bekerja dalam timuntuk memecahkan masalah

dunia nyata (real world).

3. Pembelajaran penemuan (discovery learning).

Teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak

disajikan dengan pelajaran dalam bentuk

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

16

finalnya, tetapi diharapkan siswa

mengorganisasi sendiri.”14

2.4. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

“Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam

pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, mencoba, mengolah,

menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk

semua mata pelajaran. “15

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada

kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-

nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

2.4.1. Mengamati (Observation)

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan

antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh

guru.

14

Rachmat Suryadi, Materi Pelatihan Kurikulum 2013,

http:rachmatsuryadi.wordpress.com/2013/07/25/materi-pelatihan-kurikulum-2013/, diakses 13

November 2013 jam 9.16 WIB. 15 Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Op.Cit.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

17

“Kegiatan mengamati dalam pembelajaran

dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

seperti berikut ini :

a. Menentukan objek apa yang akan

diobservasi

b. Membuat pedoman observasi sesuai

dengan lingkup objek yang akan

diobservasi

c. Menentukan secara jelas data-data apa yang

perlu diobservasi, baik primer maupun

sekunder

d. Menentukan di mana tempat objek yang

akan diobservasi

e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi

akan dilakukan untuk mengumpulkan data

agar berjalan mudah dan lancar

f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan

atas hasil observasi , seperti menggunakan

buku catatan, kamera, tape recorder, video

perekam, dan alat-alat tulis lainnya.”16

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama

observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

,,

a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus

pada objek yang diobservasi untuk

kepentingan pembelajaran.

b. Banyak atau sedikit serta homogenitas

atau hiterogenitas subjek, objek, atau

situasi yang diobservasi. Makin banyak

dan hiterogensubjek, objek, atau situasi

yang diobservasi, makin sulit kegiatan

obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi

dilaksanakan, guru dan peserta didik

sebaiknya menentukan dan menyepakati

cara dan prosedur pengamatan.

16 Ibid.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

18

c. Guru dan peserta didik perlu memahami

apa yang hendak dicatat, direkam, dan

sejenisnya, serta bagaimana membuat

catatan atas perolehan observasi.”17

2.4.2. Menanya (Questioning)

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan

dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu

dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,

asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.

Fungsi bertanya:

,,

Membangkitkan rasa ingin tahu, minat,

dan perhatian peserta didik tentang suatu

tema atau topik pembelajaran.

Mendorong dan menginspirasi peserta

didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan

untuk dirinya sendiri.

Mendiagnosis kesulitan belajar peserta

didik sekaligus menyampaikan ancangan

untuk mencari solusinya.

Menstrukturkan tugas-tugas dan

memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan sikap,

keterampilan, dan pemahamannya atas

substansi pembelajaran yang diberikan.

Membangkitkan keterampilan peserta didik

dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,

dan memberi jawaban secara logis,

sistematis, dan menggunakan bahasa yang

baik dan benar.

Mendorong partisipasipeserta didik dalam

berdiskusi, berargumen, mengembangkan

kemampuan berpikir, dan menarik

simpulan.

17 Ibid.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

19

Membangun sikap keterbukaan untuk

saling memberi dan menerima pendapat

atau gagasan, memperkaya kosa kata,

serta mengembangkan toleransi sosial

dalam hidup berkelompok.

Membiasakan peserta didik berpikir

spontan dan cepat, serta sigap dalam

merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

Melatih kesantunan dalam berbicara dan

membangkitkan kemampuan berempati

satu sama lain.”18

2.4.3. Mencoba (Eksperimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik

harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi

yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan

metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya sehari-hari.

Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.

,,

a. Persiapan

Menentapkan tujuan eksperimen

Mempersiapkan alat atau bahan

Mempersiapkan tempat eksperimen

sesuai dengan jumlah peserta

didikserta alat atau bahan yang

tersedia. Di sini guru perlu

menimbang apakah peserta didik akan

melaksanakan eksperimen atau

mencoba secara serentak atau dibagi

menjadi beberapa kelompok secara

paralel atau bergiliran

18 Ibid.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

20

Memertimbangkanmasalah keamanan

dan kesehatan agar dapat

memperkecil atau menghindari risiko

yang mungkin timbul

Memberikan penjelasan mengenai apa

yang harus diperhatikan dan tahapa-

tahapan yang harus dilakukan peserta

didik, termasuk hal-hal yang dilarang

atau membahayakan.

b. Pelaksanaan

Selama proses eksperimen atau

mencoba, guru ikut membimbing

dan mengamati proses percobaan.

Di sini guru harus memberikan

dorongan dan bantuan terhadap

kesulitan-kesulitan yang dihadapi

oleh peserta didik agar kegiatan

itu berhasil dengan baik.

Selama proses eksperimen atau

mencoba, guru hendaknya

memperhatikan situasi secara

keseluruhan, termasuk membantu

mengatasi dan memecahkan

masalah-masalah yang akan

menghambat kegiatan

pembelajaran.

c. Tindak lanjut

Peserta didik mengumpulkan

laporan hasil eksperimen kepada

guru

Guru memeriksa hasil eksperimen

peserta didik

Guru memberikan umpan balik

kepada peserta didik atas hasil

eksperimen.

Guru dan peserta didik

mendiskusikan masalah-masalah

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

21

yang ditemukan selama

eksperimen.

Guru dan peserta didik memeriksa

dan menyimpan kembali segala

bahan dan alat yang digunakan”19

2.4.4. Mengasosiasi

(Assosiation)

Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan

bersikap ilmiah.

“Kegiatan dapat dirancang oleh guru

melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan

tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas

antara lain menganalisis data, mengelompokkan,

membuat kategori, menyimpulkan, dan

memprediksi/ mengestimasi dengan

memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik.

Hasil kegiatan siswa mencoba dan mengasosiasi

memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat

tinggi.”20

2.4.5. Mengkom

unikasikan (Networking)

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakanapa yang

ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan

pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar

peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

“Kegiatan mengkomunikasikan adalah

sarana untuk menyampaikan hasil

19

Ibid. 20 Alman Syahnis, Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik,

http:www.almansyahnis.com/2013/10/pembelajaran-dengan-pendekatan-saintifik.html?m=1,

diakses 24 November 2013 jam 19.58 WIB.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

22

konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,

gambar/ sketsa, diagram, atau grafik. “21

Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan pengetahuan,

ketrampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat

laporan dan/ untuk unjuk karya.

2.5. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2.5.1. Hakekat RPP

“Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana

pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu

materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.

RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan

kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4)

tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian

kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran;

(6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah

kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.”22

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru

matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan

SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau

awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu

21

Ibid. 22

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun

2013 lampiran IV, Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

23

dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat

dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau

secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di

dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru

senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan

oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah

dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.

2.5.2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai

berikut.

,,

a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide

kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah

dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk

rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan

dalam pembelajaran.

b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa

yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di

satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik,

minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,

kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,

dan/atau lingkungan peserta didik.

b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.

c. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk

menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang

mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran

dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta

didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa

ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

24

semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan

belajar.

d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

e. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman

beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai

bentuk tulisan.

f. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.

g. RPP memuat rancangan program pemberian umpan

balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat

setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya

dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat

teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan

sesuai dengan kelemahan peserta didik.

h. Keterkaitan dan keterpaduan.

i. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan

keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar

dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun

dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,

keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan

keterampilan, dan keragaman budaya.

j. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

k. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan

teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan

situasi dan kondisi.”23

2.5.3. Langkah-Langkah Pengembangan RPP

a. Mengkaji Silabus

Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD

sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan,

pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus

23 Ibid.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

25

dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan

standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih

lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam

pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap

silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.

b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD

dengan mempertimbangkan:

,,

1. potensi peserta didik;

2. relevansi dengan karakteristik daerah,

3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,

dan spritual peserta didik;

4. kebermanfaatan bagi peserta didik;

5. struktur keilmuan;

6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi

pembelajaran;

7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan; dan

8. alokasi waktu.”24

c.Menentukan Tujuan

Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan

untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak

mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek

kemampuan).

24 Ibid.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

26

d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui

penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta

didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta

didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut.

“1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan

bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat

melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan

manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat

melakukan kegiatan seperti di silabus.

3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan

merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat

peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan

menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup.

Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari

kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk

pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk

melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa

pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh

peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh

guru, dan pelatihan lanjutan”25

e. Penjabaran Jenis Penilaian

25 Ibid.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

27

Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian

KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau

produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap

pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian

portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam pengambilan keputusan.

f. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu

efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan

jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.

Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu

rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara

sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4918/3/T1_162009082_BAB II.pdf · daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi

28

2.6. Kerangka Penelitian

Gambar 2.4. Kerangka Penelitian Penggunaan Pendekatan Saintifik dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kalangan Guru Sekolah

Dasar di Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Banyubiru

Kabupaten Semarang.

Pendekatan Saintifik

Mengamati

Menanya

Mencoba

Menalar

Mengkomunikasikan

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Tujuan pembelajaran

Materi

Metode

Sumber, alat, media

Skenario Pembelajaran

Penilaian