BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum -...
Transcript of BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kurikulum -...
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Kurikulum
Kurikulum sangat penting dalam pendidikan karena seluruh kegiatan
pendidikan bermuara kepada kurikulum. Sebegitu pentingnya maka di dalam
penyusunannya memerlukan landasan yang kuat melalui pemikiran dan penelitian
secara mendalam.
2.1.1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya
“ jarak yang harus ditempuh seorang pelari. Pada
waktu itu pengertian kurikulum adalah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijasah.”1
Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijasah. Dalam hal
ini ijasah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang
berupa rencana pelajaran, seperti seorang pelari yang telah menempuh jarak dari
satu tempat ke tempat lain yang akhirnya menempuh finish. Dengan kata lain,
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijasah tertentu.
Adapun definisi kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang tentang
dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pada Bab 1 Pasal 1, pengertian kurikulum
adalah
1 Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 77.
2
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.”2
Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu,
“kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.”3
2.1.2. Fungsi kurikulum
Fungsi kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto yang dikutip dalam
buku Susilo membagi menjadi tujuh bagian yaitu:
,,
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat
atas usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup
tepat dan penting untuk dicapai. Dengan kata lain bila
tujuan yang diinginkan tidak tercapai makaorang
cenderung untuk meninjau kembali alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Fungsi kurikulum bagi anak.
Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar
tersusun yang disiapkanuntuk siswa sebagai salah satu
konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu
diharapkan akan mendapatkan sejumlah pengalaman
baru yang kelak kemudian hari dapatdikembangkan
seirama dengan perkembangan anak.
3. Fungsi kurikulum bagi guru.
2 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pada bab 1 pasal 1.
3 Mulyasa, 2006, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, Rosda, Bandung, hal. 15.
3
Ada tiga macam a) sebagai pedoman kerja dalam
menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar
bagi anak didik. b) segala pedoman untuk mengadakan
evaluasi terhadap perkembangan anakdalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. c)
sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina
sekolah.
Dalam arti a) sebagai pedoman dalam mengadakan
fungsi supervise yaitu memperbaiki situasi belajar. b)
sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang
situasi belajar anak kea rah yang lebih baik. c)
sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi
supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru
untuk memperbaiki situasi mengajar. d) sebagai
pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih
lanjut. e) sebagai pedoman untuk mengadakan
evaluasi kemajuan belajar mengajar.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
Orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah
dalam memajukan putra putrinya. Bantuan orang tua
ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolah/
guru, dana, dan sebagainya.
6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di
atasnya.
Ada dua jenis yang berkaitan dengan fungsi ini yaitu
pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan
penyiapan tenaga guru.
7. Fungi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan
sekolah.
Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bias dilakukan
dalam fungsi ini yaitu pemakai lulusan ikut
memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutuhkan kerjasama
dengan pihak orang tua/ masyarakat.dan ikut
memberikan kritik atau saran yang membangun dalam
rangka menyempurnakan program pendidikan di
sekolah agar bias lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat dan lapangan kerja.”4
4 Muhammad Joko Susilo, Op.cit, hal. 86-88.
4
2.1.3. Komponen Kurikulum
Empat komponen kurikulum adalah:
,,
1. Tujuan
2. Bahan pelajaran
3. Proses belajar mengajar
4. Evaluasi dan penilaian”5
Komponen tersebut saling bertalian erat dengan semua komponen lainnya, jadi
tujuan bertalian erat dengan bahan pelajaran , proses belajar mengajar, dan
penilaian. Artinya tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, dan psikomotorik akan
mempunyai bahan pelajaran yang berlainan , proses belajar mengajar yang lain
dan harus dinilai cara yang lain pula.
2.2. Kurikulum 2013
Sejumlah sekolah di Indonesia dijadwalkan menerapkan kurikulum 2013
menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun ajaran baru 2013/2014 ,
yakni pada bulan Juli. Inti dari proses pembelajaran di kurikulum 2013 adalah
proses pembelajarannya harus berpusat kepada peserta didik dengan pendekatan
saintifik dan penilaiannya menggunakan penilaian autentik.
2.2.1. Landasan Penyempurnaan Kurikulum
Landasan dalam penyempurnaan kurikulum ini adalah:
,,
1. Landasan Yuridis
Secara konseptual, kurikulum adalah suatu
respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
5 Ibid.
5
dan bangsa dalam membangun generasi muda
bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah
rancangan pendidikan yang memberi kesempatan
untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya
dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan
dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk
memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan
bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu
kebijakan publik yang didasarkan kepada dasar
filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang
pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan
berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta
didik “menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional maka pengembangan kurikulum haruslah
berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa
masa kini, dan kehidupan bangsa di masa
mendatang.
Pendidikan berakar pada budaya bangsa.
Proses pendidikan adalah suatu proses
pengembangan potensi peserta didik sehingga
mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang
budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai
dan keunggulan budaya di masa lampau
6
diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi
budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang
sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut
hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan
menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut
akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,
kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan,
keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara
aktif mengembangkan dirinya sebagai individu,
anggota masyarakat, warganegara, dan anggota
umat manusia.
Pendidikan juga harus memberikan dasar
bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan
segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan
karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten
pendidikan yang mereka pelajari tidak semata
berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi
juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan
akan berkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai
perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya,
ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat,
bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten
pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan
bangsa masa kini memberi landasan bagi
pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,
kemampuan berpartisipasi dalam membangun
kehidupan bangsa yang lebih baik, dan
memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari
lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula,
konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini
akan memberi makna yang lebih berarti bagi
keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk
digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari
kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan
masa kini akan menggunakan apa yang
diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah
menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan
berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas
dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang
dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan
masa kini perlu diarahkan untuk memberi
kemampuan bagi peserta didik menggunakannya
bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana
7
dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya.
Dengan demikian sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus
dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu
sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten
pendidikan yang dirumuskan dalam Standar
Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam
kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik
untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan
kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota
masyarakat, dan warganegara yang produktif serta
bertanggungjawab di masa mendatang.
3. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori
pendidikan berdasarkan standar dan teori
pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan
berdasarkan standar adalah pendidikan yang
menetapkan standar nasional sebagai kualitas
minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan
sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas
minimal lulusan suatu jenjang atau satuan
pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor
19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan
menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK.
Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan
berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan
proses, konten, dan ruang lingkup penerapan
komponen proses dan konten. Komponen proses
adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan
memproses konten menjadi kompetensi. Komponen
konten adalah dimensi kemampuan yang menjadi
sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.
Komponen ruang lingkup adalah keluasan
lingkungan minimal dimana kompetensi tersebut
digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu
satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di
atasnya serta jalur satuan pendidikan khusus (SMK,
SDLB, SMPLB, SMALB).
4. Landasan Empiris
8
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus
tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai
dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%, 6,3%,
2008: 6,4% . Pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi negara- negara ASEAN
sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo,
dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012).
Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus
dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa
wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan
mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul
karena hasil seleksi alam, namun karena hasil
gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan
dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi
geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu
daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum
harus mampu membentuk manusia Indonesia yang
mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan
masyarakat untuk memajukan jatidiri sebagai
bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk
berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan
persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di Indonesia.
Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal.
Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut bersumber dari kurikulum,
namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar
masalahnya adalah implementasi kurikulum yang
terlalu menekankan aspek kognitif
danketerkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang
menantang peserta didik. Oleh karena itu,
kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi
9
terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran
yang dapat menjawab kebutuhan ini.”6
2.2.2. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
“Implementasi kurikulum adalah usaha
bersama antara Pemerintah dengan pemerintah
daerah propinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota.
1. Pemerintah bertanggungjawab dalam
mempersiapkan guru dan kepala sekolah
untuk melaksanakan kurikulum.
2. Pemerintah bertanggungjawab dalam
melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum
secara nasional.
3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab
dalam memberikan bantuan profesional
kepada guru dan kepala sekolah dalam
melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota
terkait.”7
Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
,,
1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan
jenjang pendidikan yaitu:
Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X,
dan XI
Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII,
VIII, IX, X, XI, dan XII
2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
dari tahun 2013 – 2015.
3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan
guru dari tahun 2012 – 2014.
4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan,
sistem administrasi, dan pengembangan
6 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, Dokumen Kurikulum 2013,
hal. 2-9. 7 Ibid, hal. 18.
10
budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama
untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan
Januari – Desember 2013.
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan
Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan
masalah implementasi dan upaya
penanggulangan: Juli 2013 – 2016.”8
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan
PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu tahun pertama 2013 sampai
tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.
Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer)
yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru
inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya
adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala
sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru
kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru
yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap
kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam
keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil
belajar peserta didik.
Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku
sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru. Ketersediaan buku adalah untuk
meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru.
8 Ibid.
11
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai
berikut:
“Jenis Evaluasi : Formatif sampai tahun
Belajar 2015-2016
Sumatif : Tahun Belajar 2016 secara
menyeluruh untuk
menentukan kelayakan ide,
dokumen, dan implementasi
kurikulum. “9
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah
dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan
pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten
secara rutin dan bergiliran.
,,
1. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke
V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI
SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar
peserta didik di kelas/tahun berikutnya.
2. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX
SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk
menguji efektivitas kurikulum dalam
mencapai Standar Kemampuan Lulusan
(SKL).”10
2.2.3. Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar
Beberapa hal yang baru dalam kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar
adalah,
9 Ibid, hal. 19.
10 Ibid, hal. 20.
12
,,
Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik
integratif.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah
kompetensi yang berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara
pembelajarannya yang holistik dan
menyenangkan.
Proses pembelajaran menekankan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian
berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:
Pendidikan Agama
PPKn
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
IPS
Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal;
Mulok)
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
(Muatan Lokal;Mulok)
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30
jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas
IV, V,VI=36 jam”11
“Pada struktur Kurikulum SD, beban
belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap
minggu untuk masa belajar selama satu semester.
Beban belajar di SD Tahun I, II, dan III masing-
masing 30, 32, 34 sedangkan untuk Tahun IV, V,
dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam
belajar SD adalah 40 menit.
Kelompok A adalah mata pelajaran yang
memberikan orientasi kompetensi lebih kepada
aspek intelektual dan afektif yaitu pendidikan
agama, pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
dan bahasa Inggris sedangkan kelompok B adalah
11
Kurikulum SD/ MI 2013,Draft Kurikulum 2013- Update 15-02-2013, http://kurikulum-sdmi-2013.blogspot.com/, diakses 4 Juni 2014 jam 8:26 WIB.
13
mata pelajaran yang lebih menekankan pada aspek
afektif dan psikomotor yaitu seni budaya (termasuk
muatan lokal), pendidikan jasmani, olah raga dan
kesehatan (termasuk muatan lokal), dan prakarya
(termasuk muatan lokal).” 12
Integrasi konten IPA dan IPS adalah berdasarkan makna mata pelajaran
sebagai organisasi konten dan bukan sebagai sumber dari konten. Konten IPA dan
IPS diintegrasikan ke dalam mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia dan
Matematika yang harus ada berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran.
Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap,
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta
didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata.
Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya
adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan
seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan
masyarakat hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang
diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran penting sebagai
pengikat dan pengembang KD mata pelajaran lainnya.
12
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Desember 2012, Dokumen Kurikulum 2013,
hal. 14.
14
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat perkembangan peserta
didik tidak cukup abstrak untuk memahami konten mata pelajaran secara terpisah-
pisah. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat
untuk integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut
pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah
ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.
2.3. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan ilmiah. Pembelajaran
merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
“Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas
perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih
mengedepankan penalaran induktif (inductive
reasoning) ketimbang penalaran deduktif
(deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat
fenomena umum untuk kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi
idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan
simpulan umum.”13
13
Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar
Konsep Pendekatan Scientific, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013.
15
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian harus
berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah
umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan
ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.
2.3.1. Model Pembelajaran Saintifik
Ada tiga model pembelajaran dalam pendekatan saintifik yaitu:
,,
1. Pembelajaran berbasis proyek (project based
learning).
Metode pembelajaran yang menggunakan
proyek/ kegiatan sebagai media , peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan
berbagai bentuk hasil belajar. metode belajar
ini menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan
mengintregasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata.
2. Pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning).
Sebuah pendekatan yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar. dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
bekerja dalam timuntuk memecahkan masalah
dunia nyata (real world).
3. Pembelajaran penemuan (discovery learning).
Teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
16
finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri.”14
2.4. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
“Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran. “15
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada
kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
2.4.1. Mengamati (Observation)
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru.
14
Rachmat Suryadi, Materi Pelatihan Kurikulum 2013,
http:rachmatsuryadi.wordpress.com/2013/07/25/materi-pelatihan-kurikulum-2013/, diakses 13
November 2013 jam 9.16 WIB. 15 Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Op.Cit.
17
“Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
seperti berikut ini :
a. Menentukan objek apa yang akan
diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang
perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang
akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi
akan dilakukan untuk mengumpulkan data
agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan
atas hasil observasi , seperti menggunakan
buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.”16
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
,,
a. Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus
pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
b. Banyak atau sedikit serta homogenitas
atau hiterogenitas subjek, objek, atau
situasi yang diobservasi. Makin banyak
dan hiterogensubjek, objek, atau situasi
yang diobservasi, makin sulit kegiatan
obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik
sebaiknya menentukan dan menyepakati
cara dan prosedur pengamatan.
16 Ibid.
18
c. Guru dan peserta didik perlu memahami
apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat
catatan atas perolehan observasi.”17
2.4.2. Menanya (Questioning)
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu
dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,
asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.
Fungsi bertanya:
,,
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat,
dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta
didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan
untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan
memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik
dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang
baik dan benar.
Mendorong partisipasipeserta didik dalam
berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik
simpulan.
17 Ibid.
19
Membangun sikap keterbukaan untuk
saling memberi dan menerima pendapat
atau gagasan, memperkaya kosa kata,
serta mengembangkan toleransi sosial
dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir
spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.”18
2.4.3. Mencoba (Eksperimenting)
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi
yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehari-hari.
Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
,,
a. Persiapan
Menentapkan tujuan eksperimen
Mempersiapkan alat atau bahan
Mempersiapkan tempat eksperimen
sesuai dengan jumlah peserta
didikserta alat atau bahan yang
tersedia. Di sini guru perlu
menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau
mencoba secara serentak atau dibagi
menjadi beberapa kelompok secara
paralel atau bergiliran
18 Ibid.
20
Memertimbangkanmasalah keamanan
dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko
yang mungkin timbul
Memberikan penjelasan mengenai apa
yang harus diperhatikan dan tahapa-
tahapan yang harus dilakukan peserta
didik, termasuk hal-hal yang dilarang
atau membahayakan.
b. Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau
mencoba, guru ikut membimbing
dan mengamati proses percobaan.
Di sini guru harus memberikan
dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh peserta didik agar kegiatan
itu berhasil dengan baik.
Selama proses eksperimen atau
mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara
keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan
masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan
pembelajaran.
c. Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan
laporan hasil eksperimen kepada
guru
Guru memeriksa hasil eksperimen
peserta didik
Guru memberikan umpan balik
kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
Guru dan peserta didik
mendiskusikan masalah-masalah
21
yang ditemukan selama
eksperimen.
Guru dan peserta didik memeriksa
dan menyimpan kembali segala
bahan dan alat yang digunakan”19
2.4.4. Mengasosiasi
(Assosiation)
Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah.
“Kegiatan dapat dirancang oleh guru
melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan
tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas
antara lain menganalisis data, mengelompokkan,
membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/ mengestimasi dengan
memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik.
Hasil kegiatan siswa mencoba dan mengasosiasi
memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat
tinggi.”20
2.4.5. Mengkom
unikasikan (Networking)
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakanapa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
“Kegiatan mengkomunikasikan adalah
sarana untuk menyampaikan hasil
19
Ibid. 20 Alman Syahnis, Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik,
http:www.almansyahnis.com/2013/10/pembelajaran-dengan-pendekatan-saintifik.html?m=1,
diakses 24 November 2013 jam 19.58 WIB.
22
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/ sketsa, diagram, atau grafik. “21
Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan pengetahuan,
ketrampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan dan/ untuk unjuk karya.
2.5. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013
Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2.5.1. Hakekat RPP
“Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4)
tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian
kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran;
(6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.”22
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru
matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau
awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu
21
Ibid. 22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013 lampiran IV, Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran.
23
dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat
dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau
secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di
dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru
senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan
oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah
dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
2.5.2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai
berikut.
,,
a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide
kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah
dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk
rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan
dalam pembelajaran.
b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa
yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di
satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
c. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk
menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang
mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran
dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa
ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
24
semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan
belajar.
d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
e. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
f. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
g. RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat
setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya
dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat
teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan
sesuai dengan kelemahan peserta didik.
h. Keterkaitan dan keterpaduan.
i. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan
keterampilan, dan keragaman budaya.
j. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
k. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.”23
2.5.3. Langkah-Langkah Pengembangan RPP
a. Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD
sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan,
pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus
23 Ibid.
25
dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan
standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih
lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap
silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.
b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD
dengan mempertimbangkan:
,,
1. potensi peserta didik;
2. relevansi dengan karakteristik daerah,
3. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan spritual peserta didik;
4. kebermanfaatan bagi peserta didik;
5. struktur keilmuan;
6. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran;
7. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan; dan
8. alokasi waktu.”24
c.Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan
untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak
mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek
kemampuan).
24 Ibid.
26
d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
“1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan
manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan seperti di silabus.
3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan
merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat
peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan
menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup.
Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk
pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk
melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh
peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh
guru, dan pelatihan lanjutan”25
e. Penjabaran Jenis Penilaian
25 Ibid.
27
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian
KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap
pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian
portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
f. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan
jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
g. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
28
2.6. Kerangka Penelitian
Gambar 2.4. Kerangka Penelitian Penggunaan Pendekatan Saintifik dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kalangan Guru Sekolah
Dasar di Kecamatan Ambarawa dan Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang.
Pendekatan Saintifik
Mengamati
Menanya
Mencoba
Menalar
Mengkomunikasikan
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Tujuan pembelajaran
Materi
Metode
Sumber, alat, media
Skenario Pembelajaran
Penilaian