Bab II tinjauan pustaka.doc

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori II.1.1 Minyak Minyak memiliki komposisi dan sifat fisio-kimia yang berbeda-beda. Perbedaan komposisi dan sifat fisio – kimia disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan (Ketaren, 1986) Minyak dan lemak merupakan salah satu dari anggota golongan lipid netral, dimana minyak dan lemak pasti merupakan anggota lipid. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipida, dan glikolipid. Lemak dan minyak secara umum biasanya dapat digunakan sebagai bahan pangan, minyak dan lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarine, dan lemak yang digunakan dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan; misalnya minyak goreng, shortening dan lemak babi. Di samping itu minyak dan lemak memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, lemak memberikan energy kepada tubuh sebanyak 9 kalori tiap gram lemak. (Ketaren, 1986) II.1.2 Minyak Nabati II-1

Transcript of Bab II tinjauan pustaka.doc

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Dasar TeoriII.1.1 Minyak

Minyak memiliki komposisi dan sifat fisio-kimia yang berbeda-beda. Perbedaan komposisi dan sifat fisio kimia disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan

(Ketaren, 1986)Minyak dan lemak merupakan salah satu dari anggota golongan lipid netral, dimana minyak dan lemak pasti merupakan anggota lipid. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipida, dan glikolipid. Lemak dan minyak secara umum biasanya dapat digunakan sebagai bahan pangan, minyak dan lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarine, dan lemak yang digunakan dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan; misalnya minyak goreng, shortening dan lemak babi. Di samping itu minyak dan lemak memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, lemak memberikan energy kepada tubuh sebanyak 9 kalori tiap gram lemak. (Ketaren, 1986)II.1.2 Minyak NabatiMinyak nabati pada umumnya merupakan sumber asam lemak tidak jenuh beberapa diantaranya merupakan asam lemak esensial, misalnya asam oleat, linoleat dan asam arachidonat. Berdasarkan sifat mongering, minyak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Minyak tidak menegring ( non drying oil ) Tipe minyak zaitun : minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach dan minyak kacang. Tipe minyak rape : minyak biji rape dan minyak biji mustard. Tipe minyak hewani : minyak babi.2. Minyak nabati setengah mengeringMisalnya : minyak biji kapas dan minyak biji bunga matahari.3. Minyak nabati mengeringMisalnya : minyak kacang kedelai dan minyak biji karet.(Ketaren, 1986)Tabel II.1.1 Klasifikasi minyak nabati

Kelompok MinyakJenis lemak / minyak

1. Lemak ( berwujud padat )2. Minyak ( berwujud cair )

Tidak mengering

(non drying oil)

Setengah mengering

(semi drying oil)

Mengering

(drying oil)Lemak biji coklat, inti sawit, tengkawang, mutmeg butter, shea butterMinyak zaitun, kelapa, inti zaitun, kacang tanah, almound, inti alpukat, inti pulm, jarak rape dan mustard.

Minyak dari biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari, croton dan urgen.

Minyak kacang kedelai, safflower, argemone, walnut, hemp, biji poppy dan biji karet

(Ketaren, 1986)II.1.3 Fungsi Minyak Nabati Sumber energi Pembawa vitamin A, D, E dan K Mengandung asam lemak esensial terutama asam lemak tak jenuhBerdasarkan kegunaanya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan:1. Minyak nabati yang dapat digunakan dalam industry makanan (edible oils), misalnya minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun dan minyak kedelai.

2. Minyak nabati yang digunakan dalam industry non makanan (non edible oils), misalnya minyak kayu putih dan minyak jarak.(Scrib, Minyak nabati, 2012)

II.1.4 KemiriKemiri (Aleurites moluccana) pertama kali diperkenalkan oleh penduduk asli di pulau-pulau sekitar kawasan Pasifik. Namun, sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropis seperti di Indonesia terdapat di daerah-daerah seperti Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Kalimanatan Selatan, Kalimanatan Timur, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku, Timor, Kalimantan Barat, Bau-Bau dan sekitarnya. Walaupun tanaman kemiri mudah tumbuhnya, namun sampai saat ini pengusahaannya hanya oleh petani belum dikembangkan secara perkebunan. Areal pertanaman kemiri di Indonesia seluruhnya saat ini mencapai 205.532 ha. Produksi pada tahun 2000 mencapai 74.319 ton, dimana 679 ton di ekspor.

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008)Tanaman kemiri dapat tumbuh sampai setinggi 25-30m. Batang pohon kemiri tegak dengan permukaan batangnya terdapat banyak lentisel dengan percabangan simpodial dan berwarna coklat. Tanaman ini berdaun tunggal, berwarna hijau, bentuknya lonjong dengan bagian tepi yang rata, bagian ujung runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan daunnya menyirip, permukaan atas daun licin dan daun kemiri dapat tumbuh sampai sepanjang 18-25 cm dengan lebar 7-11 cm. Biji kemiri berbentuk bulat, berkulit keras dan beralur, diameter bijinya 3,5 cm, inti biji kemiri banyak mengandung minyak dan berwarna putih kecoklatan.

(Pamata, 2008)Kemiri dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Inti biji kemiri digunakan sebagai bumbu masak. Minyak kemiri (candlenut oil) digunakan sebagai bahan industri pembuatan sabun, cat lukis, ramuan obat-obatan, dan kosmetik. Tempurung (cangkang) kemiri digunakan sebagai bahan bakar. Kayu pohon kemiri untuk pembuatan perabotan rumah dan sebagai bahan bakar. Tanaman kemiri merupakan tanaman yang diprioritaskan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia disamping sebagai tanaman untuk reboisasi, penghijauan dan tempat berlindung ternak pada areal peternakan.

(Sinaga, 2010) II.1.4.1 Bagian-Bagian KemiriGambar II.1.1 Bagian-bagian KemiriII.1.4.1 Karakteristik Minyak Kemiri

Kemiri mengandung zat gizi dan non gizi. Zat non gizi dalam kemiri misalnya saponin, falvonoida dan polifenol. Kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri adalah protein, lemak dan karbohidrat. Mineral dominan yang terdapat dalam kemiri adalah kalium, fosfor, magnesium, dan kalium. Dalam kemiri juga terkandung zat besi, seng, tembaga, dan selenium dalam jumlah sedikit. Kandungan penting lainnya adalah vitamin, folat, serta fitosterol yang dapat merusak enzim pembentuk kolesterol dalam hati sehingga dapat menghambat pembentukan kolesterol. Protein pada biji kemiri terdiri dari asam amino essensial maupun non essensial, fungsi asam amino esensial antara lain untuk pertumbuhan karena asam amino terdapat di semua jaringan dan membentuk protein maupun antibody. Asam amino non esensial yang menonjol pada kemiri yaitu asam glutamate dan asam aspartat. Keberadaan asam glutamate yang memberikan rasa nikmat kemiri digunakan sebagai bumbu dapur yang dapat menjadi pengganti penyedap masakan seperti MSG.

(Najib, 2011)Mula-mula minyak kemiri dipakai sebagai pengganti linseed oil, yaitu minyak yang dapat digunakan sebagai cat dan pernis, karena mempunyai sifat yang lebih baik dari linseed oil. Minyak kemiri mempunyai sifat lebih mudah menguap atau mengering dibanding dengan linseed oil, sehingga minyak kemiri termasuk golongan minyak yang mudah menguap. Minyak kemiri dikenal dengan istilah "lumbang" di negara Filipina atau candle nut oil di beberapa negara lainnya. Istilah ini timbul karena kebiasaan pemakaian tempurung buah kemiri yang ditusukkan pada ujung bambu, sehingga menyerupai lilin bila tempurung itu dibakar. Daging kemiri diperoleh setelah melepaskan biji dari kulit biji yang keras. Kulit biji dapat dilepaskan dengan memanaskan buah langsung di atas api kemudian segera direndam dalam air dingin atau buah dibanting sehingga pecah, atau dapat juga dengan merebus selama 5 - 6 jam, kemudian ditumbuk. Di beberapa daerah, biji diletakkan di dalam lubang yang dangkal ditutupi jerami, kemudian dibakar. Biji yang telah dipanaskan tersebut dimasukkan dalam air sehingga kulit biji akan pecah. Dengan cara perebusan akan diperoleh biji yang berwarna putih kecoklat-coklatan, sehingga minyak yang dihasilkan berwarna gelap.(Yoharde, 2011)Tabel II.1.2 Komposisi kimia minyak kemiriAsam lemakJumlah (%)

Asam lemak jenuh

Asam Palmitat

Asam Stearat

Asam lemak tak jenuh

Asam oleat

Asam linoleat

Asam linolenat55

6,7

10,5

48,5

28,5

(Guenther,1990)Tabel II.1.3 SNI Minyak Nabati 01-1684-1998 tahun 1997Jenis AnalisaNilai (%)

Konsentrasi

Kadar air

Berat jenis

Indeks biasAsam lemak bebas

Bilangan Iod

Bilangan Asam

Bilangan Penyabunan

Bilangan Ester-

< 0,15

0,924-0,929

1,473 1,479

0,1 1,5

136 167

5

184 202

-

(Guenther, 1952)II.1.5 Proses Produksi Minyak NabatiProses produksi minyak nabati dari biji kemiri menggunakan 2 cara, yaitu:1. Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction)2. Penyulingan (distillation)3. MaserasiII.1.5.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi mula-mula terjadi penggumpalan ekstrak dalam pelarut. Terjadi kontak antar bahan dan pelarut sehingga terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah bercampur dengan pelarut maka pelarut menembus kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi terbentuk dibagian dalam bahan ekstraksi. Serta dengan cara difusi akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan diluar bahan.

Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap pelarut yang digunakan

(McCabe and Smith, 1993)

Gambar II.1.2 Alat ekstraksiEkstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi minyak bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.II.1.5.1.1 Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang diperkirakan mengandung minyak dimasukkan kedalam tanpa penambahan air. Bahan dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220-230 oF (105-110oC). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

(Ketaren, 1986)II.1.5.1.2 Wet Rendering

Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses. Cara ini dilakukan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40-60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperature rendah dalam proses ini dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound selama 4-6 jam.

(Ketaren, 1986)II.1.5.1.3 Mechanical Expression

Mechanical expression merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 %). Pada proses ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya, Perlakuan pendahuluan tersebut meliputi pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan.

(Ketaren,1986)II.1.5.1.4 Solvent extraction

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak yang sering digunakan adalah petroleum ester, gasoline, karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksana.

(Ketaren,1986)Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi

1. Pelarut

Syarat pelarut yang baik :

Harus dapat melarutkan semua zat yangdiinginkan dengan cepat dan sempurna (pelarut harus bersifat selektif).

Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diupkan tanpa menggunakan suhu tinggi.

Pelarut tidak boleh larut dalam air.

Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen oleoresin.

Pelarut harus mempunyai titik didih yang sama, jika diuapkan tidak tertinggan didalam minyak.2. Temperatur

Ekstraksi akan berlangsung lebih cepat apabila dilakukan pada temperature yang tinggi, tetapi apabila pada ekstraksi suhu terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa komponen pada bahan mengalami kerusakan.

3. Ukuran bahan

Penghancuran atau pengecilan ukuran bahan dilakukan agar permukaan kontak bahan dengan pelarut semakin luas, sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat. Laju ekstraksi ditentukan oleh luas permukaan kontak anatara bahan dengan pelarut.

4. Waktu pengontakan

Semalin lama kontak material padatan dengan pelarut atau semakin lama waktu ekstraksi, maka kemungkinan kontak antara pelarut dan bahan akan semakin besar.

(Novi, Adi, 2011)

II.1.5.2 Distilasi Macam-Macam Destilasi :1. Flash Distillation dari Campuran BinerFlash distillation terdiri dari penguapan dari cairan sedemikian rupa merubah uap dalam kesetimbangan dengan cairan residu, memisahkan vapor dari cairan, dan mengembunkan uap. Feed di alirkan dengan pompa melalui pemanas dan tekanan dikurangi dengan valve. Campuran dari uap cairan masuk ke pemisah uap, dimana waktu yang diperbolehkan untuk memisahkan cairan dan uap. Karena kontak dari cairan dan uap sebelum pemisahan, pemisahan terjadi pada saat setimbang. Uap keluar melalui line dan cairan melalui line g.

Gambar II.1.3 Plant for Flash Distillation(McCabe and Smith, 1993)

2. Destilasi Bertingkat dengan Refflux (Rectification)

Destilasi bertingkat (rectification) tidak sama dengan flash distillation karena dalam destiliasi bertingkat feed yang masuk memiliki volatilitas yang sebanding atau tidak beda jauh. Disini distillasi bertingkat menggunakan prinsip distillasi kembali untuk mendapatkan komponen yang lebih murni.

Gambar II.1.4 Destilasi Bertingkat dengan Refflux

(McCabe and Smith, 199II.1.5.3 MaserasiMaserasimerupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalamisolasisenyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehinggametabolit sekunderyang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.

Gambar II.1.5. Proses Maserasi(Anonim, 2012)

Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.(Srcib, 2012)

II.1.6 KloroformKloroformadalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupacairan, namun mudah menguap.Tabel II.1.4 Karakteristik pelarut klorofromR umus molekulCHCl3

Massa molar119,38 gr/mol

Densitas1,48 gr/cm3

Titik lebur63,5 C

Titik didih61,2 C

Kelarutan dalam air0,8 g/100 ml pada 20oC

Bentuk MolekulTetrahedral

Bahaya utamaHarmful (Xn), Irritant (Xi)

(Anonim, 2012)II.1.10 Rendemen

Rendemen merupakan perbandingan jumlah (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman aromatik. Adapun satuan yang digunakan adalah persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan semakin besar. Dengan semakin besarnya jumlah minyak, pendapatan sebuah pengusaha minyak atsiri pun akan semakin besar. Peningkatan rendemen minyak yang dihasilkan dapat dilakukan dari duapendekatan, yaitu dari proses budi daya dan proses pembuatan minyak. Sementara faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan nilai tinggi setelah proses ekstraksi adalah mempertahankan mutu (kualitas) minyak, bukan lagi masalah rendemen. Semakin tinggi rendemen, biasanya minyak belum memenuhi syarat mutu yang baik. Sementara minyak bermutu baik biasanya ditandai dengan jumlah rendemen yang sedikit.

Rendemen (%) = x 100%(Armando, 2009) II.1.11 Densitas

Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu 250C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak yang dicairkan. Alat yang digunakan untuk penentuan ini adalah piknometer.

Gambar II.1.6 Piknometer(Ketaren, 1986)II.1.11 Viskositas

Sifat yang disebut viskositas ini merupakan ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Newton mendalilkan bahwa tegangan geser dalam sebuah fluida sebanding dengan laju perubahan kecepatan ruang yang normal terhadap aliran. Laju perubahan kecepatan ruang ini disebut gradien kecepeatan, yang juga merupakan laju deformasi sudut.

Gambar II.1.7 Viscometer OstwaldPada dasarnya viskositas ini disebabkan karena kohesi dan pertukaran momentum molekuler diantara lapisan layer fluida pada saat fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil dibanding pada gas, sehingga kohesi molekul disitu begitu kuat sekali. Peningkatan temperatur mengurangi kohesi molekuler, dan ini di wujudkan berupa berkurangnya viskositas fluida. Viskositas fluida ini dipengaruhi banyak hal anatara lain temperatur, konsentrasi larutan, bentuk partikel dan sebagainya.

(Audina, 2008)II.1.12 Indeks Bias

Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya elektromagnetik dari atom-atom didalam molekul cairan.

Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap indeks bias akan bertambah besar. Indeks bias dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kadar lemak bebas, proses oksidasi dan suhu. Gambar II.1.8 Refraktometer(Ketaren,1986)II.1.13 Bilangan Asam

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam adalah jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari satu gram minyak.(Ketaren, 1986)II.1.14 Bilangan Penyabunan

Penyabunan adalah proses pemutusan lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak dengan adanya alkali. Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. (Ketaren, 1986)

II.1.15 Bilangan Iod

Bilangan iod adalah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemak yang tidak jenuh akan beraksi dengan senyawa iod. Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak.

(Ketaren, 1986)II.1.16 Bilangan Ester

Bilangan ester adalah jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai ester dan mempunyai hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Bilangan ester dapat dihitung sebagai selisish antara bilangan penyabunan dan bilangan asam.

(Ketaren,1986)II.1.17 Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak.

(Ketaren, 1986)

II.2 Aplikasi IndustriPEMBUATAN MINYAK KEMIRI DAN PEMURNIANNYA DENGAN ARANG AKTIF DAN BENTONIT

Minyak kemiri diperoleh dari daging kemiri yang telah mengalami ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan secara mekanis dan pelarutan. Cara mekanis lebih sederhana dan dapat dilakukan dengan pengempaan hidraulik atau pengempaan berulir. Pada pengempaan mekanis diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak/lemak dipisahkan untuk menghasilkan kualitas minyak lebih baik.

Kualitas minyak kemiri akan dipengaruhi oleh proses pembuatannya yaitu pada tahap pemecahan biji kemiri, pembuatan minyak kemiri dan pemurnian minyak kemiri. Perlakuan yang biasa diterapkan pada tahap pemecahan biji kemiri adalah pemanasan biji kemiri sebelum dipecahkan yaitu perebusan, penyangraian dan penjemuran. Begitu juga pada tahap pembuatan minyaknya, cara atau tipe yang digunakan akan menentukan kualitas minyak yang dihasilkan. Tahapan terakhir adalah berupa pemurnian minyak kemiri, pada umumnya berupa pengurangan kadar air, penyaringan dan pemucatan.

Bahan baku biji kemiri yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Kab. Timor Tengah Utara, NTT. Bahan pemurni/pemucat yang digunakan adalah arang aktif tempurung kemiri dan bentonit. Sedangkan bahan kimia yang dipakai diantaranya kalium iodida, natrium thiosulfat, larutan kanji, asam klorida dan kalium hidroksida. Sedangkan peralatan yang digunakan diantaranya adalah alat pres minyak kemiri sistem kempa hidralik, peralatan gelas kaca, oven, timbangan, magnetik heating stirer, buret, pipet, gelas ukur dan alat titrasi. Perlakuan pendahuluan yang diterapkan adalah pemanasan terhadap daging kemiri sebelum dibuat minyaknya. Daging kemiri yang akan dipanaskan, dicincang terlebih dahulu guna mempercepat proses pengeringan dan meningkatkan rendemen minyaknya. Perlakuan pemanasan yang digunakan adalah penjemuran (selama 3, 4 dan 5 jam), penyangraian (7,5; 12,5 dan 17,5 menit) dan pengovenan pada suhu suhu 800C (1; 1,5 dan 2 jam). Daging kemiri yang telah dipanaskan dimasukkan dalam kain saring dan kemudian dipres dengan menggunakan alat pres sistem kempa hidraulik pada suhu 600C. Minyak yang dihasilkan ditentukan berat jenis, rendemen dan warnanya secara visual. Berdasarkan rendemen dan warna minyaknya maka ditentukan kondisi terbaik pembuatan minyak kemiri, di mana pada kondisi tersebut akan digunakan dalam pembuatan minyak kemiri selanjutnya.

Pemakaian arang aktif sebesar 2% menghasilkan sifat fisiko-kimia minyak kemiri yang optimum, yaitu untuk indeks bias, berat jenis, bilangan iod dan bilangan asam dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia. Pemurnian minyak kemiri dengan menggunakan arang aktif dan bentonit sebesar 2, 3 dan 4 persen dengan kondisi pemurnian yang digunakan, belum mampu menghasilkan kualitas minyak yang diharapkan dan pemberian arang aktif sebesar 2% dapat digunakan dalam pemurnian minyak kemiri karena telah mampu memperbaiki sifat minyaknya. Selanjutnya perlu juga dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui penggunaan persentase arang aktif yang lebih rendah dari 2% dalam pemurnian minyak kemiri.

(Darmawan, 2011)Minyak Kemiri Murni

Dipanaskan kondisi optimum

Rajang

Uji sifat fisik-kimia

Kontrol

Bentonit 2:3 dan 4% pada suhu 100C

Pemurnian

Arang aktif 2:3 dan 4% pada suhu 100C

Press pada suhu 60C

Minyak kemiri

Daging Kemiri

II-1