8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

35
33 IV. TINJAUAN PUSTAKA IV.1 Definisi Nyeri pinggang bawah atau yang lebih dikenal dengan low back pain adalah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka. Nyeri pinggang bawah ini sering disertai dengan penjalaran ke tungkai. Mobilitas pinggang bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus genitourinaria. Kedua organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah pinggang bawah. Penyebab tersering dari nyeri pinggang bawah adalah hernia nukleus pulposus, tetapi sulit untuk menentukan frekuensi sebenarnya dikarenakan

description

tipus

Transcript of 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

Page 1: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

33

IV. TINJAUAN PUSTAKA

IV.1 Definisi

Nyeri pinggang bawah atau yang lebih dikenal dengan low back pain

adalah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka. Nyeri

pinggang bawah ini sering disertai dengan penjalaran ke tungkai. Mobilitas

pinggang bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh

sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus

dan traktus genitourinaria. Kedua organ ini apabila mengalami perubahan

patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah

pinggang bawah.

Penyebab tersering dari nyeri pinggang bawah adalah hernia nukleus

pulposus, tetapi sulit untuk menentukan frekuensi sebenarnya dikarenakan

serangan akut biasanya menghilang secara spontan dan karena nyeri

pinggang bawah kronis juga dipengaruhi faktor psikologik.

Page 2: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

34

IV. 2 Faktor Resiko

Faktor Umur

Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.

Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami

oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini

jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin

berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering

dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan

pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai

pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama

semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.

Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan

nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis

kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri

pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya

pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga

dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon

estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Page 3: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

35

Faktor Indeks Massa Tubuh

1. Berat Badan

Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya

nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat

badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya

nyeri pinggang.

2. Tinggi Badan

Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai

lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat

beban tubuh.

Pekerjaan

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban

berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran

penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu,

misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya

setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan

memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

Page 4: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

36

Aktivitas / Olahraga

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang

sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang

menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,

mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri

pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan

posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa

yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.

Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk

ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak

menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada

tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari

posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi

yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih

dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,

beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri

lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk

yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih

dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari

dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.

Page 5: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

37

IV. 3 Patofisiologi

HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah

terjadinya HNP adalah :

1. Degenerasi discus : perubahan kimia yang terkait dengan usia

menyebabkan discus menjadi lemah.

2. Prolapse : bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang

ditunjukkan dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering

pula disebut dengan bulge atau protrusion.

3. Extrusion : nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus

fibrosus.

4. Sequestration atau Sequestered Disc : nukleus pulposus keluar dari

annulus fibrosus dan menempati sisi luar dari discus, yaitu pada spinal

canal.

Gambar 1. 4 langkah terjadinya HNP

Page 6: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

38

Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda

tergantung dari arah ekstrusi dari nucleus pulposus :

Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya

munculnya gejala yang berat kecuali nyeri.

Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan

penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik

maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan

defekasi yang bersifat UMN.

Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat

menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan

menyebabkan gejala neuralgia radikuler.

Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam

korpus vertebral dan disebut dengan nodus Schmor.

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat

menahan, nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh

karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan

peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh

berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan

direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan

menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang

bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan

dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang

selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa

Page 7: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

39

nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator

inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem

saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2

kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus

saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri

inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan

peregangan serabut saraf, misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua,

penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan

biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.

Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat

peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar

pemeriksaan laseque.

IV.4 Gejala Klinis

Gejala klinis dari nyeri pinggang bawah dapat berupa radikulopati dan

juga skiatika. Radikulopati adalah disfungsi radiks (tanda dan gejala dapat

termasuk : nyeri yang menyebar dari radiks tersebut, gangguan sensoris

dermatomal, kelemahan otot yang diinervasi oleh saraf tersebut, dan

hipoaktifitas otot. Sedangkan skiatika merupakan nyeri selama penggunaan

saraf skiatik yang penyebabnya disebabkan oleh kelainan dari radiks.

Page 8: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

40

Nyeri pinggang bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau

perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan

tubuh. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas

dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab

menyusun klasifikasi sebagai berikut :

1. Viserogenik

Nyeri pinggang bawah yang bersifat viserogenik disebabkan adanya

proses patologik pada ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor

retroperitoneal. Riwayat nyerinya biasanya dapat dibedakan dengan

nyeri pinggang bawah yang bersifat spondilogenik. Nyeri viserogenik

ini tidak bertambah dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak

berkurang dengan istirahat.

2. Vaskulogenik

Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri

punggung atau nyeri menyerupai skiatika. Aneurisma abdominal dapat

menimbulkan nyeri pinggang bawah di “bagian dalam” dan tidak ada

hubungannya dengan aktivitas tubuh. Insufisiensi arteria glutealis

superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin

memberat pada saat berjalan dan akan mereda pada saat berdiri diam.

Nyeri ini dapat menjalar ke bawah, sehingga sangat mirip dengan

skiatika, tetapi tidak dipengaruhi oleh presipitasi tertentu, misalnya

membungkuk, mengangkat benda berat dan sebagainya, yang semuanya

itu dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.

Page 9: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

41

3. Neurogenik

Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung

bawah, antara lain neoplasma, araknoiditis dan stenosis kanalis spinalis.

Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah

neurinoma, hemangioma, ependimoma dan meningioma. Nyeri akibat

neoplasma ini sulit dibedakan dengan nyeri akibat hernia nukleus

pulposus.

Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila

terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.

Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi

diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum.

Gejala klinis yang timbul ialah adanya klaudikasio intermitten yang

disertai rasa kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa

nyerinya masih tetap ada. Bedanya dengan klaudikasio intermitten pada

penyumbatan arteri adalah denyut nadi yang menghilang dan tidak

adanya rasa kesemutan.

4. Spondilogenik

Nyeri pinggang bawah spondilogenik ini adalah suatu nyeri yang

disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang

terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis

(diskogenik), miofasial (miogenik) dan proses patologis di artikulasio

sakroiliaka.

Page 10: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

42

Nyeri pinggang bawah osteogenik sering disebabkan oleh :

- Radang atau infeksi, misalnya osteomyelitis vertebral dan

spondilitis tuberkulosa.

- Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun

spondilolistesis (bergesernya korpus vertebra terhadap korpus

vertebra dibawahnya).

- Keganasan, dapat bersifat primer maupun sekunder (metastatik)

yang beraasal dari proses keganasan di kelenjar tiroid, paru-paru,

payudara, hati, prostat, dan ovarium.

- Kongenital, misalnya skoliosis lumbal. Nyeri yang timbul

disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior

satu sisi.

- Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis, dan lainnya.

Nyeri pinggang bawah diskogenik biasanya disebabkan oleh

spondilosis, hernia nukleus pulposus, dan spondilitis ankilosa.

Spondilosis ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada

diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak

antar vertebra sehingga terjadi osteofit, penyempitan kanalis spinalis

dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri

pada spondilosis ini disebabkan terjadinya osteoartritis dan tertekannya

radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.

Nyeri akan bertambah apabila tekanan cairan serebrospinal dinaikkan

Page 11: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

43

dengan cara penderita diminta untuk mengejan (Valsava) atau dengan

menekan kedua vena jugularis (Naffziger).

Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana nukleus pulposus

menonjol keluar untuk kemudian menekan ke arah spinalis melalui

anulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi pada bagian lateral

dan ini yang banyak terjadi, disebut HNP lateral, dapat pula pada

bagian tengah disebut HNP sentral. Dasar terjadinya HNP ini adalah

proses degenerasi dari diskus intervertebralis, maka banyak terjadi pada

usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang

berlebihan, misalnya mengangkat benda berat, mendorong barang berat

dimana laki-laki lebih banyak mengalami HNP daripada wanita. Gejala

pertama yang timbul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai

nyeri di otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan di sekitar tempat tersebut.

Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme ini

menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis.

Spondilitis ankilosa, dimana proses ini mulai dari sendi sakroiliaka,

yang kemudian menjalar ke atas, ke daerah leher. Gejala permulaan

berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang

setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang

mirip dengan ruas-ruas bambu sehingga disebut “bamboo spine”.

Nyeri pinggang bawah miogenik disebabkan oleh ketegangan otot,

spasme otot, defisiensi otot dan hipersensitif.

Page 12: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

44

Nyeri pinggang bawah psikogenik tidak jarang dijumpai, tetapi

biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap dan

hasilnya tidak memberikan jawaban pasti.

Nyeri pinggang dikatakan kronis bila lamanya lebih dari 12

minggu. Dapat disebabkan oleh gangguan mekanis maupun non

mekanis, dimana lamanya sakit bisa berbulan bulan hingga bertahun–

bertahun. Masing–masing kelainan seperti stenosis spinal dapat

didiagnosa dari riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Karakteristik yang berkaitan dengan penyakit ini dapat kita lihat pada

tabel :

Kelainan Mekanik Berkaitan Dengan LBP Kronis

Hernia Nukleus Pulposus

Osteoarthritis Spinal Stenosis

Umur 30 – 50 tahun >50 tahun >60 tahunPola nyeri

Lokasi Pinggang Pinggang TungkaiOnset Akut Akut BurukBerdiri Menurun Meningkat MeningkatDuduk Meningkat Menurun MenurunMembungkuk Meningkat Menurun Menurun

Straight leg raising + - + dengan tekananX- ray - + +

CT Hernia diskus Artritis sendi Penyempitan kanalMR scan Hernia diskus Penyempitan kanal

HNP yang sering disebut pula sebagai slipped disc adalah terjebol

atau menonjolnya nukleus pulposus dari tempatnya semula melalui

bagian terlemah dari discus.

Page 13: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

45

IV. 5 Diagnosis

Seperti lazimnya, diagnosis LBP ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pendukung seperti pemeriksaan

radiologis.

a. Anamnesa

Dalam menegakkan diagnosa perlu, diperhatikan hal–hal seperti derajat

nyeri, stadium penyakit, lokasi nyeri dan faktor mekanik, derajat

disfungsi, faktor resiko dan pekerjaan, ada tidaknya trauma dan hasil

pemeriksaan penunjang.

Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? Apakah nyeri diawali

oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah

suatu trauma? Dimana letak nyeri? (sebaiknya penderita sendiri yang

disuruh menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran?

Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh

tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu? Apakah nyeri

berkurang pada waktu istirahat? Adakah keluarga dengan riwayat

penyakit serupa? Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan

pervaginam? Ada tidak gangguan miksi dan defekasi atau penurunan

libido?

Page 14: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

46

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic

gait (cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak,

tidak bisa duduk lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika

ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para

vertebral, deformitas, kifosis, gibus.

2. Palpasi

Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan

pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat

teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebra).

c. Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri

pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau

karena sebab yang lain.

1. Pemeriksaan sensorik

Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah

satu saraf tertentu, biasanya dapat ditentukan adanya gangguan

sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian

segmen yang terganggu dapat diketahui.

Page 15: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

47

2. Pemeriksaan motorik

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah, segmen mana

yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai

segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun

kekuatannya.

3. Pemeriksaan refleks

Refleks tendon akan menurun atau menghilang pada lesi motor

neuron bawah dan meningkat pada lesi motor neuron atas. Pada

nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh HNP maka reflex

tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang.

4. Tes-tes

a. Tes Lasegue (Straight Leg Raising). Tungkai difleksikan pada

sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus

akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pada saraf

ini, nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini,

mulai dari pantat sampai ujung kaki.

b. Crossed Lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit

menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit, dikatakan

crossed lasegue positif.

Page 16: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

48

c. Tes Kernig. Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut

fleksi, setelah sendi coxae 90o dicoba untuk meluruskan sendi

lutut.

d. Tes Patrick (FABERE sign). FABERE merupakan singkatan

dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini

penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada

sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan

penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila

timbul rasa nyeri, berarti ada suatu sebab yang non neurologik

misalnya coxitis.

e. Kontra Patrick. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam

posisi fleksi sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut

didorong ke medial, bila di sendi sakroiliaka ada kelainan, di

situ akan terasa nyeri.

f. Tes Bragard. Tes Bragard merupakan tes lanjutan dari tes

Lasegue (LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit

di bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat

dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nyeri (+) atau

bertambah, tes Bragard (+).

g. Tes Sicard. Tes Sicard merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue

(LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah

titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan ibu

jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah, tes sicard sign

(+).

Page 17: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

49

h. Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, tekanan

LCS akan meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada radiks

bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.

i. Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung

kemudian meniup sekuatnya.

Dengan melakukan tes-tes ini, kita dapat menyingkirkan diagnosis

banding yang lain.

Postur pasien biasanya normal bila subluksasio yang terjadi bersifat

ringan. Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur.

Pergerakan tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapat spasme

otot. Penyangga badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien,

dan nyeri umumnya terletak pada bagian dimana terdapatnya

pergeseran/keretakan, kadang nyeri tampak pada beberapa segmen distal

dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul. Ketika pasien diletakkan pada

posisi telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman

atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan secara langsung di

atas defek pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang

sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri di sekitar defek dapat

sangat mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan

meletakkan kaki mereka ke atas seperti posisi fetus (fetal position). Defek

dapat diketahui pada posisi tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu

membuat massa otot paraspinal lebih tipis pada posisi tersebut. Pada

beberapa pasien, palpasi pada defek tersebut kadang-kadang sulit atau tidak

Page 18: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

50

mungkin dilakukan. Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan

spondilolistesis biasanya negatif. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya

normal kecuali pada pasien dengan sindrom cauda equina yang

berhubungan dengan lesi derajat tinggi.

b. Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin : tidak spesifik

Urine rutin : tidak spesifik

Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok, akan

didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya

penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis.

Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan

lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan, myelogram

dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.

MRI tulang belakang : bermanfaat untuk diagnosis kompresi

medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti

daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf.

Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini

normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan

penyempitan sela invertebrate dan pembentukan osteofit.

EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer

Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

Page 19: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

51

IV. 6 Penatalaksanaan

Penyebab nyeri pinggang bawah sangat beragam maka

penatalaksanaannya juga bervariasi. Namun demikian, pada dasarnya

dikenal dua tahapan terapi nyeri pinggang bawah yaitu terapi konservatif

dan operatif. Kedua tahapan terapi ini memiliki kesamaan tujuan yaitu

rehabilitasi.

Terapi konservatif meliputi bed rest, medikamentosa, dan fisioterapi.

1. Bedrest

Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama

beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh

memakai pegas atau per, dengan demikian tempat tidur harus dari

papan yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis.

Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung

bawah mekanik akut, fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap terbaring

paling baik ialah dalam posisi setengah duduk di mana tungkai

dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut.

Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya gangguan

yang dirasakan penderita. Trauma mekanik akut tidak perlu lama

berbaring, sedang HNP memerlukan waktu yang lebih lama, dan

yang paling lama adalah kasus fraktur.

Setelah tirah baring dianggap cukup maka dapat dilakukan

latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan

latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan

mengembalikan lagi fungsi otot-otot.

Page 20: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

52

2. Medikamentosa

Ada dua jenis obat dalam penatalaksanaan nyeri pinggang

bawah ini, yaitu obat yang bersifat simptomatik dan yang bersifat

kausal. Obat-obat simptomatik, antara lain analgetika (salisilat,

parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti

inflamasi non-steroid (OAINS), misalnya piroksikam, antidepresan

trisiklik (secara sentral), misalnya amitriptilin dan obat penenang

minor, misalnya diazepam, klordiasepoksid.

Obat-obatan kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika

untuk spondilitis piogenik, nukleolisis, misalnya khimopapain dan

kolagenase (untuk HNP).

3. Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan

jangkauan permukaan yang lebih dalam), misalnya pada HNP,

trauma mekanik akut, serta traksi pelvis, misalnya untuk relaksasi

otot dan mengurangi lordosis.

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak

memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung

mengakibatkan defisit neurologik. Yang terakhir ini memerlukan tindakan

yang bersifat segera. Defisit neurologik yang dapat diketahui adalah

gangguan fungsi otonom dan paraplegia. Pada kasus HNP, tindakan operatif

perlu dikerjakan apabila terapi konservatif tidak memberi hasil atau kambuh

berulang-ulang, atau telah terjadi defisit neurologik.

Page 21: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

53

Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi

pelaksanaannya. Namun demikian tujuannya hanya satu ialah

mengupayakan agar penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak

timbul nyeri pinggang bawah lagi di kemudian harinya.

Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi tadi teoritis tidak akan tercapai,

maka tujuannya ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang

lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily living),

misalnya makan, minum, ke kamar mandi, berganti pakaian dan sebagainya.

Apabila tujuan rehabilitasi di atas tidak tercapai maka tujuan

rehabilitasi menjadi agar penderita tidak mengalami komplikasi yang

membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi

saluran kencing, dan sebagainya.

Teknik pelaksanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam

disiplin atau dengan perkataan lain rehabilitasi bersifat multidisiplioner dan

multifaktorial.

IV.7 Prognosis

Kebanyakan pasien penderita HNP (80-90%) akan membaik

keadaannya kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat

sembuh sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi, sebagian kecil

akan berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah

menjalani terapi. Bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol bowel

dan bladder, perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan tindakan bedah.

Page 22: 8. TINJAUAN PUSTAKA.doc

54

IV. 8 Pencegahan

Agar tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun usia

sudah lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Olah raga yang teratur dimana frekuensi / jumlah dan intensitasnya

harus cukup, jangan berlebihan.  Bagi yang berbakat LBP, dianjurkan

untuk berenang, dan sebaiknya jangan melompat-lompat.

2. Mengatur makanan dengan menghindari makanan-makanan yang

mengandung banyak lemak, asam urat, dll, agar memperlambat

terjadinya pengapuran tulang belakang. Disamping itu usahakan jangan

sampai terjadi kelebihan berat badan.

3. Hidup dalam lingkungan yang sehat dengan udara yang bersih dan

menghindari  polusi yang berlebihan.

4. Hidup yang teratur, mengatasi stress, serta menjalani hidup dan

beragama dengan sungguh-sungguh.