BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang...

25
7 Politeknik Kesehatan Tanjungkarang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Menurut America Dietetic Asosiation (ADA) tahun 2003 menyusun suatu proses terstandart yang disebut dengan standardized nutrition care proses (SNCP), dengan tujuang agar dietisien dapat memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, aman, efektif, serta hasil yang dicapai dapat terprediksi dan terarah. Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) pada tahun 2006 mulai mengenalkan Proses Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) yang diadopsi dari NCP-ADA (Wahyuningsih, 2013) PAGT atau Proses Asuhan Gizi Terstandart adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien professional menggunakan cara berfikir kritisnya dalam membuat keputusa untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. (Wahyuningsih, 2013) Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari empat langkah yang berurutan dna saling berkaitan, yaitu: 1. Pengkajian Gizi a. Riwayat personal pasien Aspek-aspek yang dikaji berupa: 1) Riwayat obat obatan dan suplemen yang dikonsumsi (obat-obatan yang digunakan baik berdasarkan resep dokter maupun obat bebas, yang berkaitan dengan masalah gizi, suplemen yang dikonsumsi) 2) Sosial budaya (status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesahatan dan sosial, hubungan sosial) 3) Riwayat penyakit (keluhan utama terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronis

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

7

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Menurut America Dietetic Asosiation (ADA) tahun 2003 menyusun suatu

proses terstandart yang disebut dengan standardized nutrition care proses (SNCP),

dengan tujuang agar dietisien dapat memberikan pelayanan asuhan gizi yang

berkualitas, aman, efektif, serta hasil yang dicapai dapat terprediksi dan terarah.

Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) pada tahun 2006 mulai mengenalkan Proses

Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) yang diadopsi dari NCP-ADA (Wahyuningsih,

2013)

PAGT atau Proses Asuhan Gizi Terstandart adalah suatu metoda pemecahan

masalah yang sistematis, dimana dietisien professional menggunakan cara berfikir

kritisnya dalam membuat keputusa untuk menangani berbagai masalah yang

berkaitan dengan gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif

dan berkualitas tinggi. (Wahyuningsih, 2013)

Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari empat

langkah yang berurutan dna saling berkaitan, yaitu:

1. Pengkajian Gizi

a. Riwayat personal pasien

Aspek-aspek yang dikaji berupa:

1) Riwayat obat obatan dan suplemen yang dikonsumsi (obat-obatan

yang digunakan baik berdasarkan resep dokter maupun obat bebas,

yang berkaitan dengan masalah gizi, suplemen yang dikonsumsi)

2) Sosial budaya (status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama,

situasi rumah, dukungan pelayanan kesahatan dan sosial, hubungan

sosial)

3) Riwayat penyakit (keluhan utama terkait dengan masalah gizi, riwayat

penyakit dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronis

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

8

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan

mental/ emosi, kemampuan kognitif)

4) Data umum pasien (umur, pekerjaan, peran dalam keluarga, tingkat

pendidikan)

a) Antropometri

Data antropomettri digunakan untuk menilai status gizi pasien dan

menentukan kebutuhan energi dan zat gizi pasien (data

antropometri pasien meliputi berat badan (BB), Tinggi Badan

(TB), IMT, Monitoring antropometri DM dilakukan pad apasien

dengan melihat status gizi pasien

b) Data Biokimia

Kadar gula darah normal pada pagi hari setelah malam

sebelumnya menjalani puasa adalah 70-110 mg/dl darah. Kadar

gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dl pada dua jam

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula atau

karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung

meningkat secara ringan, tetapi progresif setelah usia 50 tahun,

terutama pada orang orang yang aktif (Mahdiana, 2010:187)

c) Pemeriksaan fisik klinis

Menurut Solistijo (2015), ada beberapa pemeriksaan fisik pada

DM, yaitu:

1) Pengukuran tinggi dan berat badan

2) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan

darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan

adanya hipotensi orstotatik.

3) Pemeriksaan fundoskopi

Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid

4) Pemeriksaan jantung

Evaluasi nadi baik secara palpasi mauoun dengan stestoskop.

5) Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan

vaskuler, neuropati dan adanya deformitas).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

9

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

6) Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,

hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan

bekas lokasi penyuntikan insulin).

d) Asupan Makanan

Data yang dikaji meliputi asupan makanan dengan

metode recall 24 jam, riwayat diet, frekuensi makan, besar porsi

makanan yang dikonsumsi, ditanyakan juga kebiasan makan

diluar rumah, teknik pengolahan makanan di rumah, dan

sumber-sumber makanan yang mengandung densitas energi

tinggi seperti makanan yang mengandung lemak dan gula

(karbohidrat) (Suryani; dkk. 2018:73) pada penderita diabetes

asupan makan banyak (banyak makan atau polifagi) terjadi

akibat jaringan tubuh tidak mendapatkan suplai glukosa yang

cukup akibat gagalnya insulin membuka kanal glukosa (Yahya,

2018:39)

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes

yaitu makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori

masing masing individu, dengan memperhatikan keteraturan

jadwal makan, jenis dan jumlah makan

e) Riwayat personal pasien

Menurut Soelistijo (2015), riwayat personal pasien terdiri dari :

1) Usia dan karakteristik pada saat diabetes.

2) Pola makan, status nutrisi, status aktivitas fisik, dan riwayat

perubahan berat badan.

3) Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.

4) Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara

lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang

telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri.

5) Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang

digunakan, perencanaan makan dan program latihan

jasmani.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

10

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

6) Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik,

hyperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia).

7) Riwayat infeksi sebelumnya terutama infeksi kulit, gigi, dan

traktus urogenital.

8) Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada

ginjal, mata, jantung dan pembulu darah, kaki, saluran

pencernaan, dll.

9) Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap

glukosa darah.

10) Faktor resiko: merokok, hipertensi, riwayat pennyakit

jantung coroner, obesitas dan riwayat penyakit keluarga

(termasuk penyakit DM dan endokrin lain).

11) Riwayat penyakit dan pengobatan diluar DM.

12) Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan dan status

ekonomi.

2. Diagnosis Gizi

Menurut Wahyuningsih (2013) diagnosis gizi merupakan

kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang

aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan

tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara mandiri.

Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosis medis, baik dari sifatnya

maupun cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai

dengan respon atau keadaan pasien, khususnya terhadap intervensi

gizi yang dilakukan. Sementara diagnosis medis lebih

menggambarkan kondisi penyakit atau patologi dari suatu organ

tertentu, dan tidak berubah selama kondisi patologis/penyakit itu ada.

Menurut wahyuningsih (2013) penegakan diagnosis penyaring

seorang pasien dikatakan menderita DM, bisa melihat acuan dari

konsensus pengelolaan DM tipe 2 oleh PERKENI (Persatuan

Endokrin Indonesia, 2011) yaitu sebagai berikut :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

11

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Menurut Wahyuningsih (2013) : sebelum memberikan diagnose gizi

untuk pasien diabetes melitus, dapat dilihat parameter berikut :

Tabel 1. Parameter Diagnosis Gizi

Parameter Uraian Kode

(kemungkinan)

diagnosis gizi

Riwayat Makan Riwayat mengkonsumsi

makanan : kebiasaan

konsumsi tinggi gula, lemak

NI 1.5 perkiraan

kelebihan asupan

energi

NI 5.8.2 kelebihan

asupan karbohidrat

NI 2.2 kelebihan

asupan oral

Biokimia Pemeriksaan meliputi :

Kadar gula darah dan

urin, kadar gula darah

puasa dan 2 J PP

Darah lengkap pH darah,

H1C

Profil lipid : HDL, LDL,

Kolesterol

Keton urine dan plasma

Fungsi ginjal : ureum

dan kreatinin darah

Elektrolit : K, Na, Cl

-,

Ca++

, Mg++

PO4

Penunjang : EKG,

analisa darah (bila DM

disertai komplikasi)

NC 2.2 Perubahan

nilai lab terkait gizi

Antropometri Berat badan, (riwayat dan

tanda-tanda obesitas),

IMT, distribusi lemak

tubuh.

NC 3.3 kelebihan

BB/Obesitas

Pemeriksaan

fisik klinis

Keadaan umum pasien

Pemeriksaan klinis :

pengukuran tekanan

darah, suhu tubuh,

nadi/denyut, pernapasan.

NC 2.2 perubahan

nilai lab terkait

gizi

Riwayat

Personal

Riwayat penyakit pasien

dan keluarga

NB 1.3 tidak siap

untuk diet

NB 1.5 gangguan

pola makan

Sumber : Wahyuningsih. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

12

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

3. Intervensi Gizi

Di dalam intervensi gizi terdapat dua komponen yang saling

berkaitan, diantaranya :

a. Perencanaan intervensi gizi

Perencanaan intervensi gizi dimulai dengan menetapkan prioritas

diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan, masalah, keamanan

dan kebutuhan pasien, diikuti kemudian dengan memilih tindakan

yang berdampak pada masalah berdasarkan penyebabnya.

Tindakan tersebut sesuai dengan keinginan pasien dan

kepentingan penyembuhannya. Terdapat 2 domain dalam

perencanaan intervensi gizi, yaitu :

1) Tujuan intervensi

Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai, dan ditentukan

waktunya. Idealnya penetapan tujuan dilakukan bersama

pasien dan keluarganya.

Menurut almatsier (2010), tujuan diet penyakit diabetes

adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan

olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih

baik dengan cara :

a) Mempertahankan kadar gula darah supaya mendekati normal

dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin

dengan obat penurunan glukosa oral dan aktivitas fisik.

b) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

c) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal.

d) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin seperti hiperglikemia, komplikasi

jangka pendek, dan jangka panjang serta maslah yang

berhubungan dengan latihan jasmani.

e) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui

gizi yang optimal.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

13

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

2) Prenskipsi diet

Prenskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi

mengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet,

bentuk makanan, komposisi zat gizi, dan frekuensi makan.

B. Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes

Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai dengan munculnya gejala

utama yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah besar.

Istilah “diabetes” berasal dari bahasa yunani yang berarti “shipon”. Yaitu

ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang

berlebihan, dan “melitus” dari bahasa yunani dan latin yang berarti madu.

Dengan kata lain diabetes melitus berarti penyakit kencing manis.

Kelainan yang menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah

definisi relative atau absolut dari hormone insulin. Insulin merupakan satu

satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah

(Bilous dan Donelly : 2015)

Menurut American Diabetes Asosiation (ADA), Diabetes Melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

penyakit hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua duanya. Berdasarkan Perkeni (2015) terdapat empat

kategori diabetes melitus, yaitu :

a. DM tipe I merupakan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke

defisiensi insulin absolut.

b. DM tipe II bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relative sampai yang dominan efek sekresi insulin

disertai resistensi insulin.

c. DM tipe lain biasanya disebabkan karna defek genetik fungsi sel beta,

defek genetik kerja insulin, endrokinopati, karena obat, infeksi, sebab

imunologi yang jarang.

d. DM gestasional.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

14

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

2. Gambaran klinis Diabetes

Dalam DM tipe II, gejalanya yaitu ketoasidosis tidak terjadi, impaired

fasting glucose (IFG), impaired glucose tolerance (IGT), diabetes

gestasional dan sekitar separuh semua kasus DM tipe II tanpa gejala.

Kedua tipe diabetes dapat berhubungan dengan hipertensi dan kisaran

gangguan metabolik yang bersama dengan hiperglikemik, membantu

menjelaskan komplikasi diabetes kisaran luas yang menerangkan banyak

kesehatan yang buruk dan kematian dini yang berhubungan dengan

diabetes. Koplikasi dapat disebabkan oleh efek pada sistem arteri dan

saraf. Komplikasi meliputi retinopati diabetes yang dapat menyebabkan

kebutaan, nefropati diabetes yang berpotensi menyebabkan gagal ginjal,

ulserasi kaki yang dapat menyebabkan gangren, beberapa kondisi

neorologis berbeda, dan penyakit kardiovaskular, penyebab kematian dini

yang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung

koroner berdasarkan usia sama pada pria dan wanita yang menderita

diabetes, sementara pada populasi umum, wanita dengan nyata mempunyai

tingkat yang lebih rendah dari pada pria (Mann dan Truswell, 2012).

3. Gejala Diabetes

Gejala adalah hal-hal yang dirasakan dan dikeluhkan oleh penderita,

sedangkan tanda-tanda berati keadaan yang dapat dilihat pada pemeriksaan

badan (Kurniadi& Nurrahmani, 2014). Gejala diabetes antara lain: rasa

haus yang berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam

hari, sering merasa lapar (poliphagi), berat badan yang turun dengan cepat,

keluhan lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan

jadi kabur, impotensi, luka sulit sembuh, keputihan, penyakit kulit akibat

jamur di bawah lipatan kulit, dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi

besar dengan berat badan >4 Kg. Didefinisikan sebagai DM jika pernah

didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter atau belum pernah

didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi dalam 1 bulan

terakhir mengalami gejala sering lapar dan sering haus dan sering buang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

15

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

air kecil & jumlah banyak dan berat badan turun (Balitbankes Kemenkes

RI, 2013).

Menurut Kurniadi & Nurrahmani, 2014: Ada bermacam-macam gejala

diabetes ada yang termasuk gejala khas diabetes dan ada yang tidak

termasuk kelompok itu.

a. Gejela Khas Diabetes Tipe II

1) Sering buang air kecil dengan volume banyak, yaitu lebih

sering daripada biasanya, apalagi pada malam bari (Poliuri)

Jika kadar gula darah melebihi nilai ambansg ginjal (> 180 mg/dl),

maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine

yang keluar (yang mengandung gula itu) tidak terlalu pekat, tubuh

akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine

keluar dalam volume yang banyak dan kencing pun menjadi sering.

Dalam keadaan normal, urine akan keluar sekitar 1,5 liter per hari,

tetapi penderita diabetes yang tidak terkontrol dapat memproduksi

lima kali jumlah itu, penderita akan lebih sering buang air kecil,

terlebih pada malam hari.

2) Sering merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya

(Polidipsi)

Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air

atau dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan

menimbulkan rasa haus sehingga orang ingin selalu minum

terutama yang dingin, manis, segar, dan banyak.

3) Nafsu makan meningkat (Polifagi) dan merasa kurang tenaga

Jika pada diabetes karena insulin bermasalah, pemasukan gula ke

dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk menjadi

kurang. Inilah sebabnya orang merasa kurang tenaga. Selain itu, sel

juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berpikir bahwa

kurang energi itu kurangmakan, maka tubuh pun kemudian

berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

16

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

alarm rasa lapar, Maka, timbullah perasaan selalu ingin makan dan

ngemil.

4) Berat badan turun dan menjadi kurus

Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup

dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas

mengolah lemak dan protein yang ada didalam tubuh untuk diubah

menjadi energi. Apabila ha tersebut berlangsung cukup lama, maka

orang akan tampak kurus dan berat badannya akan turun karena

massa lemak dan protein yang tersimpan di jaringan otot dan lemak

menyusut. Dalam sistem pembuangan urine, penderita diabetes

yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gram glukosa

dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori per hari hilang

dari tubuh). Hal ini tentu saja akan banyak mengurangi berat badan.

b. Gejala Lain

Disamping gejala khas, ada pula gejala lain dari penyakit

diabetes yang biasanya disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.

Penderita diabetes dewasa dan berusia lanjut sering kali tidak

menunjukkan gejala khas yang jelas. Gejala akibat komplikasi

yang paling sering dikeluhkan adalah kaki kesemutan, gatal-gatal,

luka yang tidak kunjung sembuh dan ujung penis terasa sakit

(balanitis).

C. Penanganan Diabetes

1. Empat Pilar Penanganan DM

Dalam konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe II di

Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan

pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis,

latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (Ndraha, 2012)

a. Edukasi

Edukasi yang diberikan adalah pemahaman tentang

perjalanan penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi

yang timbul dan resikonya, pentingnya intervensi obat dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

17

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia, perlunya

latihan fisik yang teratur, dan cara mempergunakan fasilitas

kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar pasien dapat mengontrol

gula darah, mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan

merawat diri sendiri.

b. Terapi Gizi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu

makan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing

masing individu, dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan,

jenis, dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan

terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-

20%, natrium kurang dari 3 gr, dan diet cukup serat sekitas 25gr/hari

(Nandra, 2012).

1) Syarat Diet

Syarat diet penyakit diabetes melitus adalah:

Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat

badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan

memperhitungan kebutuhan untuk metabolisme basal

sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan

untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya

kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi

(Almatsier, 2010:138).

Menurut Soelistijo (2015), beberapa cara perhitungan

berat badan ideal adalah sebagai berikut:

Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus

Broca yang dimodifikasi:Berat badan ideal 90% x (TB

dalam cm - 100) x 1 kg.

Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan

wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:

Berat badan ideal (BBI)- (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

BB Normal: BB ideal ± 10 %

Kurus: kurang dari BBI - 10 %

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

18

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Gemuk: lebih dari BBI + 10 %

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa

Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan

rumus: IMT BB(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik:

BB Kurang <18,5

BB Normal 18,5-22,9

BB Lebih 23,0

Dengan risiko 23,0-24,9

Obes I 25,0-29,9

Obes II 30

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara

lain:

Jenis Kelamin Kebutuhan kalori basal perhari untuk

perempuan sebesar 25 kal/kgBB sedangkan untuk pria

sebesar 30 kal/kgBB.

Umur Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori

dikurangi 5% untuk setiap decade antara 40 dan 59 tahun.

Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10 % . o

Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20 %

Aktivitas Fisik atau Pekerjaan Kebutuhan kalori dapat

ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.

Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan

pada keadaan istirahat. Penambahan sejumlah 20 % pada

pasien dengan aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu

rumah tangga. Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas

sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa, militer yang

sedang tidak perang. Penambahan sejumlah 40 % pada

aktivitas berat: petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan

latihan. Penambahan sejumlah 50 % pada aktivitas sangat

berat: tukang becak, tukang gali.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

19

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Stres Metabolik Penambahan 10-30 % tergantung dari

beratnya stress metabolik (sepsis, operasi, trauma).

Berat Badan Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan

kalori dikurangi sekitar 20-30 % tergantung kepada

tingkat kegemukan. Penyandang DM kurus, kebutuhan

kalori ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan

untuk meningkatkan BB. Jumlah kalori yang diberikan

paling sedikit 1000-1200 kal perhari untuk wanita dan

1200-1600 kal perhari untuk pria. Secara umum, makanan

siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan

komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar

untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),

serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15 % ) di antaranya.

Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15 % dari kebutuhan

energi total (Almatsier, 2010:138).

Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan

energi total, dalam bentuk < 10 % dari kebutuhan energi

total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh

ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.

Asupan kolesterol dibatasi, yaitu 300 mg/hari (Almatsier,

2010:138).

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan

energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi

(Soelistijo; dkk, 2015:20).

Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan

tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai

bumbu. Bila kadar glukosa darah tidak terkendali,

diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari

kebutuhan energi total (Almatsier, 2010:138).

Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula

alternatif adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua

jenis gula alternatif yaitu yang bergizi (fruktosa gula

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

20

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

alkohol) dan tidak bergizi (aspartame dan sakarin).

Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah

terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan

energi total dapat meningkatkan kolesterol dan

LDL sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan

mempunyai pengaruh laktasif (Almatsier, 2010:138).

Anjuran konsumsi serat adalah 30 gram/hari yang

makanan berasal dari berbagai sumber bahan (Soelistijo;

dkk, 2015:22).

Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan

cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk

suplemen tidak diperlukan (Almatsier, 2010:138).

Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama

dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari. Penyandang

DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan

pengurangan natrium secara individual (Soelistijo; dkk,

2015:22).

2) Cara memesan diet DM1700 atau DM 1700 Rendah Protein

(25-30 kkal/kg BB, 0.8g/kg BB, karbohidrat 55- 60% total

energi)

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing

selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang

bersifat aerobic seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan

berenang. Latihan jasmani selain untuk kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan dapat meningkatkan sensitifitas insulin

(Nandra, 2012).

d. Intervensi Farmakologi

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan

pengetahuan pasien, pengurangan makan dan latihan jasmani. Terapi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

21

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.(Nandra,

2012)

D. Pengertian PCI (Percutaneous Coronary Intervention)

CAD (Coronary Artery Disease) atau sering kita sebut sebagai SKA

(Sindrom Koronaria Akut) merupakan spektrum manifestasi akut dan berat

yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan aliran darah

karena suatu penyempitan atau penyumbatan arteri koroner oleh proses

aterosklerosis sehingga menimbulkan kondisi iskemi, injuri atau bahkan

infark (Dennis & Vinay, 2007). CAD terdiri dari unstable angina, Non ST

Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dan ST Elevation Myocardial

Infarction (STEMI).

Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan

arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung.Bila aliran

darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi.Hal ini

biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih

dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung

(kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).

PCI (Percutaneous Coronary Intervention) yaitu tindakan yang

dilakukan dengan penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koroner yang

digunakan untuk menentukan lokasi, luas, dan keparahan sumbatan dalam

arteri koroner. Kemudian jika sudah ditemukan sumbatan maka akan

dipasangkan stein supaya koroner bebas dari sumbatan dan perfusi dapat

kembali baik. Tindakan ini sebagai alternative popular saat ini yang

mempunyai tingkat tindakan invasive yang lebih rendah dari CABG, proses

recovery yang cepat, mengurangi tingkat resiko dan dapat lebih awal untuk

kembali beraktivitas seperti semula. Tetapi karena tindakan ini merupakan

tindakan segera dan penting maka tim medis sering melupakan informed

concern dan pemberian informasi yang terkait sebelum, selama dan setelah

PCI dan ini memungkinkan klien merasa cemas. Secara alami prosedur PCI

akan menghasilkan kecemasan bagi klien baik kecemasan selama prosedur

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

22

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

tindakan atau kecemasan kemungkinan komplikasi setelah tindakan.

Kecemasan tersebut akan terasa lebih berat pada klien yang baru akan

menjalani prosedur PCI ini untuk yang pertama kalinya( Brunner and

Sudarth,2001).

E. Indikasi PCI

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol tertimbun di intima

arteribesar. Timbunan inidinamikan ateroma atauplak yang akan

menggangguabsorbsinutrienolehsel-sel endotelyang menyusunlapisan

dindingdalampembuluhdarahdan menyumbatalirahdarahkarena timbunan ini

menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena

akan mengalami nekrotik dan menjadijaringan parut, selanjutnya lumen

menjadi semakin sempit dan alirandarahterhambat (Smeltzer &Bare, 2002)

Kebutuhan oksigen yang melebihin kapasitas suplai oksigen oleh

pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia

miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan

perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan,dan menekankan fungsi

miokardium.Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari30-45 menit akan

menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau

kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan

berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang mengalami infarkmula-

mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah

regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons

peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan

oleh sel-sel yang mengalami kematian. (Fathoni, 2011)

Penyumbatan pada pembuluhdarah juga dapat disebabkan oleh

penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan

dalam pembuluh darah. kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa

pembuluh darah, namun selanjutnya dapat menyebabkan pendarahan dibagian

dalam pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan klot darah. Pada

akhirnya dampak akut sekaligus fatal dari penyakit jantung koroner berupa

serangan jantung (Fajar, 2015). Menurut Centers For Diases Control (CDC),

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

23

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

penyakit arteri koroner terjadi ketika zatyang disebut plak menumpuk di arteri

yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari

endapan kolesterol,yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi,

arteri dapat menyempit dari waktu kewaktu. Proses ini disebut aterosklerosis.

Unstable angina pectoris (UAP) dan non ST-elevated myocardial

infarction (NSTEMI) merupakan bagian dari acute coronary syndrome

(ACS) atau sindrom koroner akut (SKA).Seperti kita ketahui bahwa SKA

terbagi menjadi 3 yaitu STEMI, NSTEMI, dan UAP. Namun, dalam

penatalaksanaannya, terbagi menjadi dua kelompok yaitu STEMI dan SKA

tanpa ST-elevasi (UAP dan NSTEMI).(CDC, 2015)

Diagnosis banding bagi penyakit ini adalah infark miokard akut non

elevasi segmen ST.Hal yang paling penting dalam membedakan keduanya

adalah ada atau tidaknya iskemik (jaringan kekurangan oksigen) yang cukup

berat sehingga menimbulkan kerusakan pada sel-sel jantung dan

mengeluarkan penanda kerusakan (biomarker of injury) yang khas, seperti

toponin I atau troponin T. Angina pektoris tidak stabil muncul pada pasien

yang mengalami gejala curiga iskemik SKA dan tidak ditemukan troponin

pada pemeriksaan darah. Troponin baru muncul pada pemeriksaan setelah 12

jam sejak awitan (onset) gejala, sehingga kedua penyakit ini belum bisa

dibedakan pada pemeriksaan awal.(CDC, 2015)

F. Penatalaksanaan

1. Modifikasi Gaya Hidup

Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang

berhubungan dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang

berhubungan dengan intervensi farmakologis. Pentingnya konseling

intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif

terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid Tujuan intervensi

gaya hidup adalah untuk mengurangi kolesterol LDL, mengurangi

konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL. Usaha yang dapat

dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

24

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

meningkatkan asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan

alkohol, meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat

badan berlebih, dan menghentikan kebiasaan merokok. (PERKI, 2017)

a. Diet

Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah

diet asam lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet

yang paling berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL

adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan

oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet MUFA atau diet

rendah karbohidrat. PUFA omega-3 tidak mempunyai efek

hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan mengonsumsi ikan

(mengandung banyak PUFAomega-3) berhubungan dengan reduksi

risikokardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.

Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2gram/ hari)

mempunyai efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan

mengurangi konsentrasi TG. Data dari penelitian klinis acak, kasus kelola,

dan kohor menunjukkan bahwa konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5%

hingga 10% dari total energi mereduksi risiko PJK. Konsumsi PUFA

omega-3, PUFA omega-6, dan MUFA berhubungan dengan peningkatan

konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan penurunan TG sebesar 10-

15%Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati dengan cara

hidrogenasi, dan dapat ditemukan secara alami didalam lemak hewani.

Asam lemak trans meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan

kolesterol HDL. 1 Sumber asam lemak trans didalam diet biasanya berasal

dari produk yang terbuat dari minyak terhidrogenasi parsial seperti

biskuitasin (crackers), kue kering manis (cookies), donat, roti, dan

makanan lain seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai

minyak nabati yang dihidrogenasi Diet karbohidrat bersifat netral terhadap

kolesterol LDL, sehingga makanan kaya karbohidrat merupakan salah satu

pilihan untuk menggantikan diet lemak jenuh. 15 Dilain pihak, diet kaya

karbohidrat (>60% kaloritotal) berhubungan dengan penurunan

konsentrasi kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi TG. Oleh karena

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

25

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

itu, asupan karbohidrat dianjurkan kurang dari 60% kalori total. Asupan

lebih rendah dianjurkan bagi pasien dengan peningkatan konsentrasi TG

dan konsentrasi kolesterol HDL rendah seperti yang ditemukan pada

pasien sindrom metabolik. Diet karbohidrat yang kaya serat dianggap diet

optimal pengganti lemak jenuh yang tujuannya meningkatkan efek diet

pada konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi efek yang tidak

dikehendaki dari diet kaya karbohidrat pada lipo protein lain. Diet

makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, buah, sayur, dan sereal

memiliki efek hipokolesterolemik langsung. (PERKI, 2017)

b. Aktivitas fisik

1) Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas yang terukur seperti

jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari perminggu atau aktivitas

lain setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs .Beberapa jenis

latihan fisik lainnya antara lain :

2) Berjalan cepat (4,8-6,4km per jam) selama30-40 menit

3) Berenang selama 20 menit

4) Bersepeda baik untuk kesenangan atau transportasi, jarak 8 km

dalam 30 menit

5) Bermain voli selama 45 menit

6) Menyapu halaman selama 30 menit

7) Menggunakan mesin pemotong rumput yang didorong selama 30

menit

8) Membersihkan rumah (secarabesar-besaran) Bermain basket

selama15 hingga 20 menit

9) Bermain golf tanpa caddy (mengangkat peralatan golf sendiri)

Berdansa selama 30menit

c. Menurunkan Berat Badan

lndeks Massa Tubuh dan lingkar pinggang dipakai sebagai ukuran

untuk menilai obesitas umum dan obesitas abdominal. Baik obesitas

umum maupun obesitas abdominal berhubungan dengan

risikokematian.Konsep obesitas terutama dihubungkan dengan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

26

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

·

konsepsindrom metabolik. Untuk semua pasien dengan

kelebihan berat badan hendaknya diusahakan untuk mengurangi

10% berat badan.Walaupun ukuran antropometri lain seperti lingkar

pinggang atau rasio pinggul terhadap pinggang dapat menambah

informasi, IMT sendiri adalah prediktor kuat untuk mortalitas

secara keseluruhan. Lingkar pinggang normal untuk Asia adalah <90

cmuntuk pria dan <80 cm untuk wanita. (PERKI, 2017)

d. Menghentikan kebiasaan merokok

Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi

kolesterol HDL sebesar 5-10%. Merokok berhubungan dengan

peningkatan konsentrasi tetapi menghentikan merokok diragukan

menyebabkan penurunan konsentrasi TG. (PERKI, 2017)

G. Terapi Farmakologis untuk Dislipidemia

a. Statin(inhibitor HMG-coAreduktase)

Statin adalah obat penurun lipid pertama yang harus digunakan untuk

menurunkan kolesterol LDL. Dalam keadaan tidak toleran terhadap

statin,direkomendasikan pemakaian ezetimibe inhibitor PCSK9 ,atau bile

acid sequestrant monoterapi

H. Diet Penyakit Jantung

a. Tujuan Diet

Penatalaksanaan diet diberikan bertujuan untuk pengobatan/terapi diet

dengan memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja

jantung, menurunkan berat badan pada penderita kegemukan,

mencegah/menghilangkan penimbunan garam/air, menurunkan kadar

kolesterol LDL dan kadar kolesterol total, mengubah jenis dan asupan

lemak makanan, menurunkan asupan kolesterol, meningkatkan asupan

karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

27

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

b. Syarat Diet

1. Energi cukup , untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

normal

2. Protein cukup 0,8 g/kg BB

3. Lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal

dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh.

4. Kolesterol rendah

5. Kolesterol < 200 mg (diet dislipidemia tahap II)

6. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium,

kalium dan magnesium jika dibutuhkan.

7. Garam rendah 2-3 g/hari jika disertai hipertensi atau edema

8. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas

9. Serat cukup untuk menghindari kesulitan buang air besar

(konstipasi)

10. Cairan cukup sesuai dengan kebutuhan atau anjuran.

11. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan

porsi kecil.Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui

makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan enteral,

parenteral atau suplemen gizi.(PERKI, 2017)

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

28

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

I. Kerangka Teori

Gambar 1.

Kerangka teori

Sumber : Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe II di

Indonesia tahun 2015

Edukasi/Pendidikan/

Konsultasi Gizi

Terapi Gizi

1. Pengkajian

Gizi

2. Diagnosa Gizi

3. Intervensi Gizi

4. Monitoring

dan Evaluasi

Penatalaksanaan DM

tipe II disertai post

PCI

Aktivitas Fisik

Intervensi

Farmakologi

(Konsumsi Obat)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

29

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

E. Kerangka Konsep

Terapi Gizi/Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Gambar 2.

Kerangka konsep

Assasement

(DM Tipe II

Disertai Post

PCI)

Diagnosa

gizi

Intervensi

Gizi

Monitoring dan

Evaluasi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

30

G. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

CARA UKUR ALAT UKUR HASIL UKUR

SKALA

1 Penatalaksanaan

asuhan gizi

terstandar

(PAGT)

Melaksanakan asuhan gizi

terstandar (PAGT) pada

pasien Diabetes melitu

tipe II di RSUD dr M

Yunus Bengkulu dengan

cara diagnosisi gizi ,

intervensi gizi, dan

monitoring dan evaluasi di

bawah bimbingan ahli gizi

rumah sakit dan dosen

pembimbing.

1.

2. Wawancara,

pengukuran

menggunakan

microtois dan

timbangan, melihat

RM, analisa.

Timbangan BB dan

Mikrotois

Formulir NCP

Formulir Recall

Formulir MST

Membandingkan

hasil data

sebelum dan

sesudah

penatalaksanaan

asuhan gizi

terstandar

(PAGT)

-

A. Pengkajian

gizi

Kegiatan mengumpulkan,

mengintegrasikan .dan

menganalisis data untuk

identifikasi masalah gizi

yang terkait dengan aspek

asupan zat gizi dan

makanan.

3. Menimbang BB dan

mengukur TB

4. Melakukan Recall

5. Mencatat hasil

laboratorium

Timbangan BB,

Mikrotois/Knemometri

dan Formulir Recall

Melihat rekam medis

Pasien.

Membandingkan

dengan IMT

Membandingkan

nilai biokimia

dengan standar

Membandingkan

asupan dengan

kebutuhannya

-

B. Diagnosis

gizi

kegiatan mengidentifikasi

dan memberi nama

masalah gizi yang aktual,

dan atau berisiko

menyebabkan masalah

6. Menganalisis data

asassement

Formulir NCP Ditentukannya

diagnosis gizi

-

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/2365/6/6. BAB II.pdfyang paling sering ditemukan. Menariknya, tingkat penyakit jantung koroner berdasarkan

31

NO VARIABEL DEFINISI

OPERASIONAL

CARA UKUR ALAT UKUR HASIL UKUR

SKALA

gizi. Pemberian Diagnosis

gizi berdasarkan PES

(Problem , Etiologi &

Signs/Symptoms)

C. Intervensi

Gizi

aktivitas spesifik dan

berkaitan dengan

penggunaan bahan untuk

menanggulangi masalah

gizi dengan memberikan

edukasi dan konseling

serta menu.

7. Menghitung

kebutuhan gizi dan

menyesuaikan

dengan menu

makanan dari

rumah sakit yang

akan diberikan.

8. Memberikan

edukasi bagi pasien

dan keluarga pasien

Timbangan Bahan

Makanan

Mambandingkan

menu yang

diberikan dengan

kebutuhannya

Perilaku berubah

mengikuti

anjuran diet yang

disarankan.

-

D. Monitoring

dan evaluasi

respon pasien terhadap

intervensi dan tingkat

keberhasilannya.

9. Membandingkan

parameter sesudah

dengan sebelum

diet.

Membandingkan

gejala dan tanda

sebelum dan

sesudah diet

Formulir recall

Timbangan BB

Mikrotois

Bila ada

perubahan di

lanjutkan bila

tidak di lakukan

perencanaan

kembali

-