IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN...

248
i IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: TRI PUJI LESTARI NIM: 111-13-146 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN...

  • i

    IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING

    DENGAN METODE HOME VISIT DALAM

    MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU

    PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI

    SALATIGA 2017

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    TRI PUJI LESTARI

    NIM: 111-13-146

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Artinya:

    “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

    (QS. Al Insyirah ayat 6)

    Dimana Bumi dipijak disitulah langit dijunjung

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi sederhanaku ini saya persembahkan untuk:

    1. Kedua orangtuaku, Bapak Hadi Wiyono dan Ibu Sutiyem yang tiada henti

    mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku

    selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di perantauan.

    2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Martini, Mas Agus, Mas Tono, Mbak

    Erna yang selalu memberiku semangat, motivasi, dorongan, dan

    membantu biaya sehingga saya mampu bertholabul ilmi sampai detik ini,

    serta adik-adiku keponakan Faris, Luthfi, dan Gilang yang selalu

    memberiku canda tawa selama ini sehingga saya dapat menghilangkan

    kegalauan dalam hidup ini.

    3. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc. (Alm.), Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad

    Hanif M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku yang

    senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat menemukan

    ketentraman hidup di Pondok Pesantren Edi Mancoro.

    4. Ustadz-ustadzahku yang mulia dari SD sampai sekarang yang telah

    memberikan ilmu yang insyaallah sangat bermanfaat di dunia dan akhirat,

    serta guru-guruku terhebat yang saya hormati yang telah membimbing

    saya dengan penuh kesabaran.

  • viii

    5. Keluarga besar YAA BISMILLAH dan pemerintah yang telah

    mengadakan program Bidik Misi sehingga saya dapat melanjutkan studi

    saya di IAIN Salatiga sampai selesai.

    6. Seseorang yang selalu menguatkan saya dengan cara yang berbeda dan

    unik sehingga saya dapat melawan kemalasan, putus asa, dan kegalauan

    dalam menyelesaikan skripsi sederhana ini.

    7. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi Adzkia, Wirda, Faiq, Mar’ah, Dian,

    Fatin, Anggun, dan Bastia yang kami sering menyebutnya grup “Wanita

    Karier” , semoga nama itu tidak hanya menjadi nama grup semata,

    melainkan doa semoga kita semua menjadi wanita karir yang sholihah dan

    berwibawa. Terimakasih atas semua dukungan dan motovasi dari sahabat-

    sahabat.

    8. Saudara-saudaraku Pengurus Demisioner Periode 2016/2017 mb Dina,

    Hesti, Bred, Us, Puri, Marin, Indi, Bugeng, Isma, Hiday, Anida, Nopita

    yang selalu menghiburku disetiap saat dengan kekocakan dan kelucuan

    kalian.

    9. Teman-teman PPL, KKN, serta teman-teman PAI angkatan 2013 yang

    telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu selama kurang

    lebih empat tahun ini.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrohim

    Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

    Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

    penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

    Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dengan Metode Home Visit

    dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau Perilaku Agama Siswa di SMK

    Saraswati Salatiga 2017.

    Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

    Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang

    selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya

    umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan

    menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

    Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

    berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

    3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, tulus, mengarahkan, dan meluangkan waktunya

    untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  • x

  • xi

    ABSTRAK

    Lestari, Tri Puji. 2017. Implementasi Progam Bimbingan Konseling dengan

    Metode Home Visit dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau

    Perilaku Agama Siswa di SMK Saraswati Salatiga 2017. Skripsi, Salatiga:

    Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati

    M.Si.

    Kata Kunci: bimbingan konseling, home visit, kenakalan siswa, dan perilaku

    agama.

    Penelitian ini membahas tentang implementasi program bimbingan

    konseling dengan metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan

    memantau perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga. Rumusan masalah

    yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi program

    bimbingan dan konseling dengan metode home visit, apa saja faktor pendukung

    dan faktor penghambat program bimbingan dan konseling dengan metode home

    visit, dan apa saja hasil dari program bimbingan dan konseling dengan metode

    home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa

    di SMK Saraswati Salatiga.

    Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Keseluruhan data

    diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses penyajian data

    dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu dengan cara analisis

    menggunakan kata-kata untuk menangkap fakta, variabel dan keadaan yang

    didapat ketika penelitian berlangsung dan menjelaskan data yang didapatkan.

    Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode home visit sudah

    diterapkan dalam layanan BK di SMK Saraswati Salatiga. Implementasi program

    BK dengan metode Home visit yaitu dilakukan pada siswa yang melanggar

    dengan kriteria seperti membolos 3 kali berturut-turut, penurunan prestasi secara

    drastis, dan sakit berhari-hari. Prosedur home visit meliputi rapat guru BK untuk

    menentukan hari dilakukan home visit, mengkomunikasikan dan koordinasi

    dengan guru lain, evaluasi, dan tindak lanjut. Sekolah juga mengalokasikan

    anggaran home visit. Faktor pendukung dalam pelaksanaan home visit meliputi

    adanya pembinaan BK, kerja sama yang baik antara guru BK, guru agama, guru

    mata pelajaran yang lain, kepala sekolah, dan orangtua, selain itu juga adanya

    upaya-upaya dari guru agama serta sarana prasarana yang cukup. Faktor

    penghambatnya seperti cuaca buruk, ketidaksesuaian alamat, dan orangtua yang

    sulit untuk ditemui. Hasil Program BK dengan metode home visit di SMK

    Saraswati Salatiga yaitu perubahan perilaku siswa meningkat lebih baik, siswa

    lebih aktif dalam kegiatan keagamaan, tanggapan orangtua sangat posotif dan

    mendukung, metode home visit juga dapat mempererat dan menyatukan hubungan

    keluarga yang kurang harmonis, dan reputasi sekolah tentang program BK sangat

    positif.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

    HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ v

    MOTO .............................................................................................................. vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

    ABSTRAK ....................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL DAN DAFTAR BAGAN .................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

    E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7

    F. Metode Penelitian ................................................................................. 13

    G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 21

  • xiii

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Bimbingan Konseling

    1. Pengertian Bimbingan Konseling .................................................... 23

    2. Tujuan Bimbingan Konseling .......................................................... 25

    3. Fungsi-fungsi Bimbingan Konseling ............................................... 28

    4. Relevansi Tujuan dan Fungsi BK dengan Islam ............................. 30

    5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ............................................. 34

    6. Asas Bimbingan Konseling ............................................................. 34

    7. Faktor Penunjang Kegiatan BK di Sekolah ..................................... 41

    B. Teori Metode Home Visit

    1. Pengertian Metode Home Visit ........................................................ 43

    2. Tujuan Metode Home Visit .............................................................. 45

    C. Teori Kenakalan Siswa

    1. Pengertian Siswa.............................................................................. 48

    2. Fakta-fakta Siswa ............................................................................ 48

    3. Pengertian Kenakalan Siswa ........................................................... 50

    4. Masalah Siswa di Sekolah ............................................................... 51

    5. Upaya Pencegahan Kenakalan Siswa .............................................. 53

    6. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa ........................................... 57

    7. Problem Solving .............................................................................. 58

    D. Teori Perilaku Agama

    1. Pengertian Perilaku Agama ............................................................. 63

    2. Macam-macam Perilaku Agama ..................................................... 65

  • xiv

    3. Hal-hal yang Merusak Perilaku Agama........................................... 78

    4. Cara Meningkatkan Perilaku Agama ............................................... 84

    5. Nasihat Al-Ghazali kepada Generasi Muda dalam Kitab Ayuhal

    Walad ............................................................................................... 86

    BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    A. Paparan Data dan Lokasi Penelitian

    1. Sejarah dan Profil SMK Saraswati Salatiga .................................... 89

    2. Identitas Sekolah.............................................................................. 89

    3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ........................................................ 90

    4. Tata Tertib Siswa ............................................................................. 91

    5. Kurikulum ........................................................................................ 95

    6. Sistem Pembelajaran........................................................................ 95

    7. Tempat Pembelajaran ...................................................................... 95

    8. Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran SMK Saraswati ............... 95

    B. Program Bimbingan Konseling di SMK Saraswati Salatiga

    1. Visi dan Misi Bimbingan Konseling ............................................... 97

    2. Bagan dan Tabel Program Bimbingan Konseling ........................... 98

    C. Upaya Guru Agama Meningkatkan Moral Siswa ................................ 104

    D. Profil Subjek Penelitian ........................................................................ 106

    E. Latar Belakang Subjek Penelitian ........................................................ 109

  • xv

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Analisis Implementasi Program BK dengan Metode Home Visit

    1. Analisis Program BK di SMK Saraswati Salatiga........................... 126

    2. Analisis Implementasi Home Visit .................................................. 142

    a. Pelaksanaan BK dengan metode Home Visit .............................. 142

    b. Metode Home Visit ..................................................................... 143

    c. Anggaran Home Visit .................................................................. 145

    d. Kategori Siswa yang dilakukan Home Visit ............................... 146

    e. Tindak Lanjut Setelah Home Visit .............................................. 147

    B. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program

    Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit

    1. Faktor Pendukung ............................................................................ 150

    2. Faktor Penghambat .......................................................................... 157

    C. Analisis Hasil Program Bimbingan Konseling dengan Metode

    Home Visit ............................................................................................ 160

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 172

    B. Saran ..................................................................................................... 175

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

  • xvi

    DAFTAR TABEL DAN BAGAN

    Tabel 3.1 Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran .......................................... 95

    Bagan 3.1 Struktur Organisasi BK ................................................................... 98

    Tabel 3.2 Pembagian Tugas Guru Pembimbing .............................................. 99

    Bagan 3.2 Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling ........................................ 101

    Tabel 3.3 Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa ........................... 101

    Tabel 3.4 Tabulasi Data Siswa ......................................................................... 107

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian

    Lampiran II : Instrumen Penelitian

    Lampiran III : Verbatim Wawancara

    Lampiran IV : Surat Penunjukan Pembimbing

    Lampiran V : Surat Ijin Penelitian

    Lampiran VI : Surat Keterangan Selesai Penelitian

    Lampiran VII : Lembar Konsultasi

    Lampiran VIII : Nilai SKK

    Lampiran IX : Riwayat Hidup Penulis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan

    kehidupan manusia. Pola kehidupan semakin bergeser pada pola yang

    semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masayarakat

    adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan

    masyarakat. Bila melihat dunia remaja sekarang, kita merasa khawatir dan

    kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan remaja yang

    masih berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak jelas

    tujuannya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah semakin

    menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam

    praktik kehidupan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.

    Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, sangat diperlukan

    adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama

    yang dianut. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa remaja yang

    melakukan penyimpangan sebagian besar kurang memahami norma-norma

    agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama (Syafaat,

    2008 :1-3).

    Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah yang harus mendapatkan

    perhatian yang serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial ini dapat

    memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas sosial

    yang terjadi saat sekarang ini dimana para remaja sering melakukan tindakan-

  • 2

    tindakan penyimpangan yang pada dasarnya melanggar norma-norma yang

    berlaku dalam masyarakat (Ael-Hakim, 2014: 82). Tindakan-tindakan tersebut

    sering terjadi di kalangan remaja yang masih berstatus siswa misalnya

    tawuran antar sekolah, berkelahi dengan teman, bolos sekolah, pacaran

    berlebihan bahkan sampai ada yang minum-minuman keras. Hal-hal seperti

    itu bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal

    misalnya dia hidup di keluarga yang broken home, orang tua yang sering

    bertengkar, ketidakharmonisan dalam keluarga, ataupun tekanan-tekanan dari

    orang tua yang sifatnya memaksakan. Sedangkan faktor eksternal misalnya

    pergaulan bebas, pengaruh teman sebaya, lingkungan masyarakat, tayangan-

    tanyangan televisi, efek media masa dan lain sebagainya (Ael-Hakim, 2014:

    83-85).

    Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku kekerasan pada

    remaja, tetapi yang paling banyak berpengaruh yaitu keluarga. Seperti

    pendapat Furhmann dalam Munandar (2004: 76), keluarga adalah lembaga

    yang mempunyai pengaruh paling banyak pada perkembangan anak dan

    remaja. Timbulnya konflik dalam keluarga akan berakibat negatif terhadap

    anak, keluarga juga mempunyai pengaruh mendalam karena kemudian akan

    diterima, dipahami, diproses dan nantinya akan ditiru dengan melakukan hal

    yang sama dalam menghadapi masalah. Adapun proses meniru dan

    memahami suatu permasalahan di dalam keluarga disebabkan adanya proses

    belajar sosial. Sebagai contoh: dalam keluarga, menjadi saksi kekerasan dapat

    mempengaruhi persepsi anak muda tentang kekerasan dimana mereka

  • 3

    menganggap kekerasan sebagai cara yang sah atau lebih baik untuk

    menyelesaikan konflik.

    Namun banyak para ahli yang menyatakan bahwa tidak semua anak yang

    nakal itu buruk, akan tetapi mereka sedang mencari jati diri dan mempunyai

    banyak kekreativitasan. Menurut Munandar (2004: 35), “Biasanya anak yang

    kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran

    serta aktifitas yang kreatif, anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri

    dan memiliki percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada

    anak-anak pada umumnya. Merekapun tidak takut membuat kesalahan dan

    mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang

    lain”. Namun meskipun begitu pada masa-masa inilah remaja perlu

    pendampingan dan arahan dari orang-orang terdekatnya, baik itu dari

    keluarga, guru, sahabat ataupun saudara-saudaranya. Ketika pada masa ini

    remaja dapat melalui dengan sempurna tanpa perilaku abnormal, maka bisa

    diharapkan remaja tersebut tidak terjerumus pada perilaku yang menyimpang

    atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Namun pada

    kenyataannya banyak di masyarakat ditemukan remaja-remaja yang tidak

    dapat melalui dengan sempurna sehingga banyak remaja sering melakukan

    hal-hal yang menyimpang terutama remaja-remaja yang masih berstatus siswa

    dimana tingkat emosianalnya labil, mempunyai sifat yang hanya menuruti

    hawa nafsunya. Salah satu bentuk persoalan remaja adalah kenakalan remaja

    dalam dunia pendidikan, dalam hal ini mayoritas terjadi pada remaja laki-laki.

  • 4

    Islam secara tegas mengungkapakan apabila orang tua memikul amanah

    dunia akhirat terkait dengan anak. Islam memerintahkan agar orang tua

    berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban

    untuk memelihara keluarganya dari api neraka sebagaimana firman Allah swt

    dalam QS. At- Tahrim ayat 6 yang artinya :“Hai orang-orang yang beriman,

    peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

    adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

    dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

    mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

    Jadi dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di

    kalangan remaja menjadi PR kita semua dalam mengatasi hal tersebut. Tidak

    hanya orang tua saja yang bertanggung jawab akan penyimpangan anak-

    anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, namun sekolah juga harus

    bertanggungjawab dalam mengatasi hal tersebut, terutama pada guru agama

    yang mengajarkan tentang perilaku agama yang baik, dimana pasti akan

    dimintai pertanggungjawabannya. Pihak Selain itu di sekolah-sekolah pasti

    banyak dijumpai yang namanya guru BK yang memberikan dorongan dan

    motivasi kepada siswa untuk membuat perubahan-perubahan dengan

    memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri

    (Ael-Hakim, 2014: 249). Selain itu salah satu tugas guru BK yaitu mengatasi

    siswa-siswa yang perilakunya kurang baik atau menyimpang, mengarahkan

    jalan yang benar.

  • 5

    Pembinaan secara formal dalam proses belajar mengajar bukan semata-

    mata menghasilkan hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak negatif yang

    tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu adanya tindakan-tindakan/

    perilaku khusus dari para guru agar kondisi lingkungan sekolah tercipta

    lingkungan yang sehat baik itu fisik maupun psikis (Sudarsono, 2004: 7-9). Di

    SMK Saraswati Salatiga terdapat salah satu program yang mana jarang

    ditemukan di sekolah-sekolah lainnya yaitu program BK dengan metode

    home visit. Dimana guru agama, guru BK, dan wali kelas mendatangi rumah

    siswa yang berperilaku tidak seperti siswa pada umumnya seperti halnya

    siswa yang sering bolos, tawuran di sekolah, berkelahi antar teman dan lain

    sebagainya, home visit mempunyai tujuan untuk memantau perilaku agama

    siswa dan menanggulangi kenakalan siswa. Maka dengan adanya hal ini

    diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai program BK dengan metode

    home visit di SMK Saraswati Salatiga dan nantinya dapat dijadikan bahan

    refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian peneliti

    mengambil judul “IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN

    KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM

    MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU

    AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017”.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di

    atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk

    pertanyaan sebagai berikut :

    1. Bagaimana implementasi program bimbingan konseling dengan metode

    home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

    siswa di SMK Saraswati Salatiga?

    2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat progam

    bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati

    Salatiga?

    3. Apa saja hasil dari program bimbingan konseling dengan metode home

    visit di SMK Saraswati Salatiga?

    C. Tujuan Rumusan Masalah

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

    secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai

    implementasi program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam

    menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di SMK

    Saraswati Salatiga. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah:

    1. Untuk mengetahui implementasi program bimbingan konseling dengan

    home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

    siswa di SMK Saraswati Salatiga.

  • 7

    2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat progam

    bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati

    Salatiga.

    3. Untuk mengetahui hasil dari program bimbingan konseling dengan metode

    home visit di SMK Saraswati Salatiga.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

    jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoritis dan manfaat

    praktis.

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya segala bidang kegiatan

    Pendidikan Agama Islam, khususnya bentuk kolaborasi anatara guru PAI

    dengan guru-guru BK dan guru-guru lainnya.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan penekanan atau

    penguatan keagamaan pada siswa-siswi di sekolah umum.

    E. Penegasan Istilah

    Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok masalah

    yang dimaksud maka sebelumnya peneliti menguraikan tentang batasan

    pengertian yang dimaksud dalam judul “IMPLEMENTASI PROGRAM

    BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM

    MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU

  • 8

    AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2016” ialah sebagai

    berikut :

    1. Program Bimbingan Konseling

    Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang

    merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam proses

    yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang

    melibatkan sekelompok orang.

    Program juga bisa diartikan suatu kesatuan kegiatan dan dapat

    disebut dengan sistem, yaitu rangkaan kegiatan yang dilakukan bukan

    hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu

    terjadi di dalam subuah organisasi yang artinya harus melibatkan

    sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3)

    Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan

    “counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan

    mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses membantu

    individu untuk mencapai perkembangan optimal. Bimbingan merupakan

    bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan

    bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau

    mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam

    proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,

    tetapi berperan sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).

    Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat

    membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu

  • 9

    orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu

    memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu menghadapi

    krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam pengertian tersebut

    yang menjadi tujuan konseling adalah mengadakan perubahan perilaku

    pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan

    memuaskan (Yusuf, 2014: 9).

    Dalam penelitian ini yang dimaksud program bimbingan konseling

    adalah suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah

    baik itu di sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program

    bimbingan konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik

    terutama psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan

    menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor

    hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan masalah

    atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal yang positif,

    supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan dan

    kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat melaksanakan pembelajaran

    yang efektif, nyaman dan damai.

    2. Metode home visit

    Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang tepat”.

    Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos, yang

    artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi yaitu cara

    yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam

    kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah jamaknya

  • 10

    thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu

    pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).

    Kata home visit berasal dari bahasa inggris, home artinya rumah,

    dan visit artinya mengunjungi. home visit merupakan salah satu metode

    dalam menjembatani komunikasi antara sekolah dengan orang tua peserta

    didik dan masyarakat. Adanya home visit membantu sekolah dalam

    menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan peserta didik di

    sekolah. Partisipasi orangtua peserta didik sangat penting sekali bagi

    sekolah dalam rangka mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara

    sekolah dengan peserta didik (Yaqien, 2012: 06).

    Jadi metode home visit dalam penelitian ini adalah suatu cara yang

    tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah siswa yang

    dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas. Melalui metode

    home visit atau kunjungan rumah tersebut guru dapat mengetahui

    masalah-masalah yang dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan

    mengetahui problema anak secara totalitas maka akan sangat membantu

    sekolah dalam merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta

    didik serta dapat memantau perilaku peserta didik tersebut.

    3. Kenakalan Remaja

    a. Pengertian remaja

    Istilah remaja berasal dari kata adolescere yang berati tumbuh

    menjadi dewasa. Istilah adolescere mempunyai arti yang lebih luas,

    yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

  • 11

    Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses

    pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Dengan

    kata lain remaja merupakan transisi peralihan dari masa kanak-kanak

    kemasa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat berarti

    dalam segi psikologis, emosional, sosial, dan intelektual. Pada masa

    ini juga remaja mempunyai kesenangan-kesenangan, misalnya ingin

    tau hal yang belum diketahuinya, berkeinginan mencoba hal yang

    belum diketahuinya, ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di

    lingkungan luas dan lain sebagainya (Luqman el-Hakim, 2014: 87).

    Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) definisi remaja

    yaitu individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi

    kematangan biologis seksual sedang berangsur-angsur

    mempertunjukan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai

    kematangan seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya

    sedang berkembang dari sifat kekanak-kanakan menjadi dewasa, yang

    dari segi sosial ekonomi ia adalah yang beralih dari ketergantungan

    menjadi relatif bebas (Ael-Hakim, 2014: 69).

    Jadi dalam penelitian ini, yang dimaksud remaja adalah seorang

    siswa, yaitu siswa SMK yang mengalami masa peralihan dari masa

    kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini penuh

    dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis, perilaku, dan pola

    pikir. Pada masa ini pula penuh dengan kontradiksi yang ada.

  • 12

    b. Pengertian kenakalan remaja

    Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang

    dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, norma,

    anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti

    luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan

    dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang

    menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,

    2004: 11-12).

    Dalam penelitian ini yang dimaksud kenakalan remaja atau siswa

    adalah perilaku atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang siswa,

    dimana perilaku tersebut bertentangan dengan kaidah norma-norma

    yang ada, baik itu norma yang ada di masyarakat, norma agama

    Islam, terutama norma yang ada di sekolah atau tata tertib sekolah.

    4. Perilaku Agama

    Perilaku agama dapat dikatakan sebagai akhlak Islami yaitu akhlak

    yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak islami ini

    merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi

    indikator seseorang apakah seseorang Muslim yang baik atau yang buruk

    (Makbuloh, 2011: 139).

    Perilaku agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah

    ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah melalui utusannya. Perilaku

    agama merupakan perilaku yang diatur oleh agama mempunyai fungsi

    untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Sang

  • 13

    Pencipta maupun hubungan antar sesama, untuk mencapai kebahagiaan,

    kemaslahatan, hidup baik di dunia maupun di akhirat (Syafaat, 2008: 15).

    Jadi yang dimaksud perilaku agama dalam penelitian ini adalah segala

    tingkah laku baik itu berbentuk motorik seperti berjalan, berbicara dan

    lain-lain, maupun fungsinya seperti melihat, mendengar, berfikir yang

    sesuai dengan ajaran agama. Pada intinya peilaku agama merupakan

    perbuatan yang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara dengan

    guru, teman, dan seluruh waraga yang ada di sekolah sesuai dengan ajaran

    dan norma agama Islam.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Pendekatan ini merupakan field research dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian

    kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki

    sumber dari deskripsi yang luas berlandaskan kokoh, serta memuat

    penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

    Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab

    akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh

    penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh

    penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk

    kerangka teoritis baru.

  • 14

    2. Subjek dan Informan Penelitian

    Menurut Mulyana (2004: 187) subjek penelitian yang biasa

    digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability

    sampling yaitu teknik purposive sampling. Purposive Sampling yaitu

    dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh peneliti

    menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah

    subjek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang

    menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan

    mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada

    kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus

    diwawancarai. Berdasarkan teori di atas maka peneliti menentukan subjek

    penelitian yaitu siswa siswi SMK Saraswati Salatiga. Informan yang

    terlibat dalam penelitian ini adalah:

    a. Kepala Sekolah SMK Saraswati Salatiga.

    b. Guru BK SMK Saraswati Salatiga.

    c. Guru agama SMK Saraswati Salatiga.

    d. Wali dari subjek home visit.

    3. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMK Saraswati Salatiga.

    4. Sumber Data

    Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah data primer dan sekunder yaitu :

  • 15

    a. Sumber data utama (primer) yaitu data yang dikumpulkan, diolah,

    dan disajikan peneliti dari sumber pertama. Adapun sumber data yang

    diambil dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan kepala

    sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati

    Salatiga.

    b. Sumber data tambahan (sekunder) yaitu data yang dikumpulkan,

    diolah, dan disajikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi,

    jurnal, atau lainnya. Adapun data yang diambil dalam penelitian ini

    adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan yang

    diperoleh dari siswa-siswa SMK Saraswati Salatiga.

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

    a. Metode Wawancara

    Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang

    melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

    lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan

    tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan

    dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti

    melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek

    yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga

    menemukan informasi yang lebih banyak dan penting. Wawancara

    yang digunakan dengan model wawancara terbuka artinya seorang

  • 16

    informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi

    yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan.

    Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada,

    kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati

    Salatiga.

    b. Metode Observasi

    Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek

    dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki. Metode ini

    digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data kondisi secara

    umum yaitu dengan mendatangi secara langsung objek yang diteliti.

    Dalam penelitian ini terdapat tiga pedoman observasi yaitu

    observasi implementasi program bimbingan dan konseling dengan

    metode home visit, observasi faktor penghambat dan faktor

    pendukung program bimbingan dan konseling dengan metode home

    visit, dan observasi hasil program bimbingan dan konseling dengan

    metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau

    perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga.

    c. Metode Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

    menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144). Dalam

    penelitian kali ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui

    teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

  • 17

    dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun

    elektronik.

    6. Instrumen Penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian

    berupa pedoman wawancara, lembar observasi, serta lembar daftar

    pertanyaan.

    7. Analisis Data

    Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian

    dasar (Moeleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan sebagai

    proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

    hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

    mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

    Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah data dari

    lapangan:

    a. Pengumpulan data

    Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

    diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

    mendalam, observasi, dan dokumentasi.

    b. Reduksi Data

    Suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk

    menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan

    dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir

  • 18

    pengumulan data. Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh

    sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan membuat

    abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

    proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga dalam

    penelitian.

    Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup bayak, untuk

    itu perlu dicatat dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,

    memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan

    kemudian dicari tema dan polanya.

    c. Penyajian Data

    Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai

    dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian data

    penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

    bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

    Yang dimaksud penyajian data dalam penelitian ini adalah

    menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi

    kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

    tindakan.

    d. Kesimpulan

    Kegiatan analisa terakhir adalah menarik kesimpulan yakni

    merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan data,

    reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan

    secara induktif. Dalam penelitian ini kesimpulan merupakan mengkaji

  • 19

    sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek

    penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.

    8. Keabsahan data

    Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu tahapan

    pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang masih

    kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak

    terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat data

    yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan

    penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki

    kadar validitas yang tinggi.

    Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai dalam

    penelitian ini adalah triangulasi data yaitu dengan cara membandingkan

    data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Triangulasi meruapakan

    teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

    di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

    data itu. Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan teknik triangulasi

    dengan sumber dan triangulasi dengan metode.

    9. Tahap-tahap Penelitian

    Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:

    a. Perencanaan

    Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta

    merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada

    kegiatan pengumpulan data, kemudian merumuskan situasi penelitian,

  • 20

    satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai

    sumber data.

    b. Pelaksanaan

    Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian sekaligus

    sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu wawancara

    mendalam dengan kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali

    siswa di SMK Saraswati Salatiga. Melakukan pengamatan dan

    pengumpulan dokumen yang lebih intensif.

    c. Analisis Data

    Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara

    mendalam dengan narasumber, melakukan pengamatan, serta

    mengumpulkan dokumen-dokumen penelitian.

    d. Evaluasi

    Semua data yang terkumpul, baik data dari hasil wawancara,

    observasi, maupun pengumpulan dokumen-dokumen yang telah

    dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui implementasi

    program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam

    menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di

    SMK Saraswati Salatiga 2017.

  • 21

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun sistematika

    penulisan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tentang pokok

    permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang

    latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

    penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

    Pada bagian ini merupakan kerangka dasar dan mengarah aktivitas penelitian.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini lebih banyak menyajikan

    landasan teoritis dalam menunjang permasalahan tentang program bimbingan

    konseling, metode home visit, kenakalan remaja, dan perilaku agama.

    BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN pada bab ini

    berisi tentang gambaran umum sejarah SMK Saraswati Salatiga, visi dan misi

    dari bimbingan konseling di sekolah, daftar guru dan karyawan, pembagian

    tugas BK, keunggulan sekolah dan data hasil wawancara yang meliputi profil

    dan latar belakang subjek penelitian.

    BAB IV ANALISIS DATA pada bab ini peneliti akan menjelaskan

    tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data. Selain itu untuk

    menjawab rumusan masalah tentang implementasi, faktor pendukung dan

    faktor penghambat, serta hasil program bimbingan konseling dengan metode

    home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama

    siswa di SMK Saraswati Salatiga.

  • 22

    BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan

    mengurutkan kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran, dan penutup.

  • 23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Teori Bimbingan Konseling

    1. Pengertian Program Bimbingan Konseling

    Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang

    merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam

    proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi

    yang melibatkan sekelompok orang. Program juga bisa diartikan suatu

    kesatuan kegiatan dan dapat disebut dengan sistem, yaitu rangkaian

    kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi

    berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam

    subuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang

    (Arikunto, 2004: 3).

    Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan

    “counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan

    mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses

    membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.

    Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan. Makna bantuan

    dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam

    mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan

    adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan,

    pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan

    sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).

  • 24

    Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan

    pendidikan yang membantu menyediakan kesempetan-kesempatan

    pribadi dan layanan staf ahli dengan cara yang mana setiap individu

    dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya

    (Prayitno, 2013: 94).

    Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat

    membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu

    orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,

    mampu memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu

    menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam

    pengertian tersebut yang menjadi tujuan konseling adalah

    mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga

    memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan (Yusuf,

    2014: 9).

    Program Bimbingan konseling merupakan proses bantuan atau

    pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu melalui

    pertemuan atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar individu

    memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan

    masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses

    pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing

    kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal

    balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah siswa sehingga

    siswa mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya

  • 25

    sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri

    masalah yang dihadapinya (Tohirin, 2007: 26).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa program bimbingan konseling adalah

    suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah, baik

    itu sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program bimbingan

    konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik terutama

    psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan

    menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor

    hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan

    masalah atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal

    yang positif, supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk

    penyimpangan dan kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat

    melaksanakan pembelajaran yang efektif, nyaman dan damai.

    2. Tujuan bimbingan konseling

    Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai

    tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan,

    sosial, dan pribadi. Bimbingan konseling juga membantu individu

    dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,

    kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup

    bersama individu-individu lain, serta menciptakan harmoni antara cita-

    cita dengan kemampuan yang mereka miliki (Sukitman, 2015: 20).

  • 26

    Secara khusus bimbingan konseling bertujuan untuk membantu

    peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya.

    Berikut adalah tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan

    aspek akademik (belajar) yaitu agar siswa:

    a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti

    kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai

    perhatian terhadap semua pelajaran dan aktif mengikuti semua

    kegiatan belajar yang diprogramkan.

    b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.

    c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif seperti

    keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat

    pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

    d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan

    pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-

    tugas, menetapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan

    berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka

    mengembangkan wawasan yang lebih luas.

    e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi

    ujian (Yusuf, 2014: 14-15).

    Tujuan bimbingan konseling dalam Islam, menurut M. Hamdan

    Bakran, dalam bukunya Tohirin (2007: 37-38), yang pertama adalah

    untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

    kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai

  • 27

    (muthmainah), bersikap lapang dada dan mendapatkan taufik serta

    inayah Nya. Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,

    dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik

    pada diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, untuk menghasilkan

    kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan

    berkembang rasa toleransi (tasamuh), kesetiakawanan, rasa tolong

    menolong dan kasih sayang. Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan

    spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang

    keinginan untuk berbuat taat kepada Nya, ketulusan mematuhi segala

    perintah Nya, serta ketabahan menerima ujian Nya. Kelima, untuk

    menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu

    dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan

    benar dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan

    dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya

    dalam berbagai aspek kehidupan.

    Tujuan bimbingan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang

    ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang

    sempurna atau optimal (kaffah dan insan kamil). Pencapaian tujuan

    bimbingan konseling dalam layanan di sekolah atau madrasah berbeda

    setiap tingkatannya. Artinya melihat perkembangan yang optimal pada

    anak SD tentu tidak sama dengan melihat siswa SMP atau SMA.

    Begitu juga melihat kemandirian murid-murid SD tentu tidak sama

    dengan melihat kemandirian siswa SMP dan seterusnya. Dengan kata

  • 28

    lain penjabaran tujuan bimbingan konseling di atas di sekolah-sekolah

    dan madrasah, disesuaikan dengan tingkat sekolah dan madrasah yang

    bersangkutan. Lebih khusus lagi, pencapaian tujuan bimbingan

    konseling harus didasarkan atas pencapaian visi, misi, dan tujuan

    sekolah dan madrasah yang bersangkutan (Tohirin, 2007: 38-39).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa tujuan bimbingan konseling adalah

    membantu siswa agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi

    dirinya semaksimal mungkin. Selain itu supaya dapat menghasilkan

    suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan

    mental. Perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat bagi

    diri sendiri maupun orang lain.

    3. Fungsi-fungsi bimbingan konseling

    Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,

    berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing

    pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar

    dan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan perkembangan

    dan kehidupan itu, khusunya dalam bidang tertentu. Kegunann,

    manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu

    pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi pelayanan yang

    dimaksud. Dengan demikian, fungsi suatu pelayanan dapat diketahui

    dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan dan dapat

    diberikan oleh pelayanan yang dimaksud, suatu layanan dikatakan

  • 29

    tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunann ataupun

    tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu (Prayitno, 2013:

    196-197).

    Pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah fungsi yang

    hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan konseling. Fungsi-fungsi

    tersebut adalah:

    a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

    menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak

    tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

    b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

    menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari

    berbagai permasalahan yang mungkin timbul dapat mengganggu,

    menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian

    tertentu dalam proses perkembangannya.

    c. Fungsi pengentasan, fungsi ini sebagai pengganti istilah fungsi

    kuratif yang artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi

    pengentasan ini pelayanan bimbingan konseling akan

    menghasilakan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami

    peserta didik.

    d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan

    konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan

    terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta

  • 30

    didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap

    dan berkelanjutan.

    e. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan

    menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik

    dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal

    (Hallen A, 2005: 55-58).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa fungsi bimbingan konseling

    diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan

    bantuan dalam hal pendataan, informasi, konsultasi, dan komunikasi

    kepada siswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.

    4. Relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling dengan Islam

    Fokus pelayanan bimbingan konseling adalah manusia. Oleh

    karena itu, melihat relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling

    dengan ajaran Islam juga harus melihat bagaimana Islam memandang

    manusia, tujuan penciptaannya, dan tugas atau tanggung jawabnya

    serta penjelasan-penjelasan lain yang berkenaan dengan syari’at Islam.

    Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha

    Kuasa, Maha Sempurna, oleh sebab itu, ajaran-Nya tidak akan

    mungkin bertentangan dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran Islam

    justru akan membimbing manusia ke arah fitrahnya dalam rel yang

    benar. Pemahaman tentang ajaran Islam (melalui Al Qur’an dan Hadis)

    secara prefentif akan dapat mencegah individu dari segala sesuatu yang

  • 31

    bisa merugikan esensi dan eksistensi dirinya. Relevan dengan

    penjelasan ini, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ankabut ayat 45

    yang berbunyi:

    Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al

    kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu

    mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan

    Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar

    (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui

    apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45)

    Setelah manusia dapat memahami dirinya sebagai makhluk ciptaan

    Allah yang dibekali dengan (fitrah) dan diserahi tugas dan tanggung

    jawab mengabdi beribadah kepada Allah, hendaknya manusia dapat

    menerima diri ia diharapkan mampu mewujudkan sikap positif seperti

    berperilaku baik dan berbuat insan baik kepada semuanya maupun

    kepada lingkungannya. Secara lebih khusus siswa di sekolah atau di

    madrasah juga demikian, artinya setelah siswa memahami dan

    menyadari serta dapat menerima diri apa adanya sebagai makhluk

    ciptaan Allah SWT dengan segala potensi fitrah dan tugas serta

    tanggung jawab kemanusiaannya, selanjutnya siswa dapat

    mewujudkan sikap positif seperti berperilaku baik (berbuat ikhsan)

    kepada sesamanya dan kepada lingkungannya.

  • 32

    Fungsi pemahaman juga memberikan pengertian kepada siswa

    tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan kehidupan

    serta bagaimana mencari alternatif solusi terhadap problematika

    tertentu seperti gangguan mental ringan, spiritual dan moral, dan

    problematika lain yang bersifat lahiriah dan batiniah pada umumnya

    secara benar dan baik. Fungsi pemahaman juga akan memberikan

    pengertian bahwa ajaran Islam merupakan sumber yang paling

    lengkap, benar dan suci untuk berbagi problematika yang berkaitan

    dengan pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan

    dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan keluarga atau

    sosialnya. Penjelasan ini relevan dengan QS. Al Baqarah ayat 185

    yang artinya:

    Artinya:

    “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya telah diturunkan

    Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

    tentang petunjuk itu dan pembeda”. (Al-Baqarah: 185)

    Ajaran Islam melalui Al Qur’an dan hadis juga berfungsi

    pengendalian, yakni memberikan potensi yang dapat mengarahkan

    aktivitas setiap hamba Allah SWT, siswa agar tetap terjaga dalam

    pengendalian dan pengawasan-Nya. Dengan fungsi ini perilaku

  • 33

    individu (siswa) sebagai hamba-Nya tidak akan menyimpang dari

    ajaran Islam sehingga terwujud perilaku yang benar, baik, dan

    bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain (lingkungannya).

    Melalui pengendalian diri yang baik, cita-cita dan tujuan hidup dan

    kehidupannya akan dapat tercapai dengan sukses dan eksistensi serta

    esensi diri senantiasa mengalami kemajuan. Demikian juga akan

    terwujud perkembangan yang positif, terjadinya keselarasan dan

    keharmonisan, dalam kehidupan, bersosialisasi, baik secara vertikal

    maupun horisontal (hablum minallah dan hablum minannas)

    (Tohirin, 2007: 51-57).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa relevansi tujuan dan fungsi

    bimbingan konseling dengan Islam yaitu sangat relevan, hal tersebut

    dapat dibuktikan apabila tujuan dan fungsi tersebut dapat tercapai,

    maka akan terwujud manusia yang bahagia berkepribadian yang sehat,

    yaitu individu yang mampu menerima apa adanya dan mampu

    mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan dengan penerimaan

    dirinya.

    5. Prinsip-prinsip bimbingan konseling

    Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan

    yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang

    dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling prinsip-prinsip

    yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian

  • 34

    dan penglaman praktis tentang hakikat manusia. Rumusan prinsip-

    prinsip bimbingan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran

    pelaksanaan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,

    program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.

    Dalam layanan bimbingan konseling, perlu diperhatikan sejumlah

    prinsip yaitu prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan

    individu, tujuan pelaksanaan pelayanan (Prayitno, 2013: 218).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa prinsip digunakan sebagai pedoman

    pelaksanaan sesuatu layanan yaitu pedoman program bimbingan

    konseling yang bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian

    dan penglaman praktis tentang hakikat manusia yang berkaitan dengan

    layanan, masalah siswa, dan tujuan layanan.

    6. Asas bimbingan konseling

    Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai

    dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan

    penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)

    konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan

    dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan

    efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan

    bimbingan kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan

    konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam

  • 35

    penyelenggaraan pelayanan tersebut (Prayitno, 2013: 144-145). Asas-

    asas bimbingan dan konseling meliputi:

    a. Asas kerahasiaan

    Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan

    konseling. Jika asas ini benar-benar diterapkan maka petugas BK

    akan mendapat kepercayaan dari peserta didik, karena dalam asas

    ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan

    individu dalam proses bimbingan konseling tidak boleh

    disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan

    (Sukitman, 2015: 25).

    b. Asas kesukarelaan

    Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan

    bimbingan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dan

    ketulusan, baik dari pihak konselor maupun klien. Dalam hal ini

    sikap kesukarelaan harus ditumbuhkan pada diri peserta didik,

    sehingga tidak merasa terpaksa berada dalam suasana bimbingan

    konseling tersebut. Asas kesukarelaan ini sangat erat hubungannya

    dengan asas kerahasiaan. Jika peserta didik telah meyakini bahwa

    kerahasiaan masalahnya akan dijaga oleh gurunya, diharapkan ia

    akan mendatangi gurunya secara sukarela (Sukitman, 2015: 26).

    c. Asas keterbukaan

    Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan

    suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun dari

  • 36

    klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima

    saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-

    masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk

    kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan

    bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan

    berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan

    keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan

    kelemahan klien dapat dilaksanakan (Prayitno, 2013: 116).

    d. Asas kekinian

    Masalah yang perlu ditanggulangi dalam bimbingan konseling

    adalah masalah yang dihadapi oleh klien pada saat sekarang, bukan

    masalah yang dihadapi pada masa lampau atau masalah yang

    dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian,

    pembimbing tidak akan membahas masalah yang dihadapi pada

    masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keadaan

    sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani

    masalah yang dialami pada masa yang akan datang bila keadaan

    tersebut tidak berkaitan dengan masalah klien sekarang. Asas

    kekinian menghendaki permasalahan klien yang bersifat baru

    (Sukitman, 2015: 27).

    Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor

    tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta

    bantuan oleh klien misalnya ada siswa yang mengalami masalah,

  • 37

    maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor

    tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan

    berbagai dalih. Dia harus mendahuluan kepentingan klien dari pada

    yang lain (Prayitno, 2013: 117).

    e. Asas kemandirian

    Pelayanan bimbingan konseling menjadikan klien dapat berdiri

    sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Seseorang

    yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan

    ciri-ciri pokok yaitu:

    1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.

    2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

    dinamis.

    3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.

    4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.

    5) Mewujudkan diri secara optimaal sesuai dengan potensi, minat

    dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

    Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah

    disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam

    kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling

    menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu

    didasari baik oleh konselor maupun klien (Prayitno, 2013: 117).

  • 38

    f. Asas kegiatan

    Usaha bimbingan konseling tidak akan memberikan buah yang

    berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai

    tujuan bimbingan konseling. Hasil usaha bimbingan konseling

    tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan

    kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan

    semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan

    kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang

    menjadi pokok pembicaraan dalam konseling (Prayitno, 2013:

    118).

    g. Asas kedinamisan

    Usaha pelayanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya

    perubahan diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang

    lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang

    lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu

    menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis

    sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki

    (Prayitno, 2013: 118).

    h. Asas keterpaduan

    Pelayanan bimbingan konseling berusaha memadukan sebagai

    aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki

  • 39

    berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak

    seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di

    samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan

    keterpanduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan

    hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek

    layanan yang lain.

    Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu

    memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan

    aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat

    diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu

    dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam

    upaya bimbingan konseling (Prayitno, 2013: 118).

    i. Asas kenormatifan

    Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan

    menurut norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat,

    hukum, maupun kebiasaan sehari-hari (Sukitman, 2015: 29).

    j. Asas keahlian

    Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan

    bimbingan konseling hendaklah dilakukan secara teratur,

    sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan yang memadai.

    Agar dapat melakukan berdasarkan keahlian, petugas pembimbing

    perlu mendapatkan latihan yang memadai sehigga layanan tersebut

    mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Asas keahlian menghendaki

  • 40

    supaya layanan yang diberikan kepada klien berdasarkan atas

    kaidah-kaidah profesional, baik dalam layanan itu sendiri maupun

    penegakan kode etik (Sukitman, 2015: 29-30).

    k. Asas alih tangan kasus

    Jika guru mengerahkan segenap kemampuannya untuk

    membantu peserta didik namun peserta didik itu belum juga

    mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru

    harus mengalihtangankan kasus itu kepada petugas atau badan lain

    yang lebih ahli. Di samping itu, asas ini juga mengisyaratkan

    bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan

    kewenangannya. Jika masalah yang ditangani berada di luar

    kewenangannya, guru harus melimpahkannnya kepada petugas

    atau badan yang lebih berwenang untuk mengatasi masalah

    tersebut (Sukitman, 2015: 30).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa asas bimbingan konseling yaitu suatu

    kaidah tentang ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam

    penyelenggaraan pelayanan program bimbingan konseling. Beberapa

    asas tersebut meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,

    kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,

    kenormatifan, keahlian, dan asas alih tangan kasus.

    7. Faktor penunjang kegiatan BK di sekolah

    a. Faktor eksternal

  • 41

    Faktor ini meliputi aspek-aspek soaial dan non sosial. Faktor

    sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung

    maupun tidak langsung, seperti media yang sesuai dengan

    tuntutan teknologi pendidikan, maka media pendidikan ini sangat

    penting. Media pendidikan yang baik berupa hardware maupun

    softwerenya sudah mendapat perhatian.

    Adapun yang dimaksud faktor nonsosial adalah keadaan suhu

    udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana (sepi,

    bising, atau rame), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan,

    kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan alat-alat atau fasilitas

    belajar). Di sinilah penting dan perlunya program bimbingan dan

    konseling untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar.

    Layanan bantuan yang seyogyanya diberikan kepada para siswa

    adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi kegiatan

    layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan

    yang bersifat preventif di antaranya dengan memberikan layanan

    informasi sebagai berikut:

    1) Sikap dan kebiasaan belajar yang positif;

    2) Cara membaca buku yang efektif;

    3) Cara membuat catatan pelajaran;

    4) Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas;

    5) Cara belajar kelompok;

    b. Faktor internal

  • 42

    Ada beberapa faktor yang hendaknya dipenuhi agar belajar

    dapat berhasil, yakni meliputi fisik dan psikis. Menurut W.H.

    Burton faktor faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar

    adalah sebagai berikut:

    1) Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (1)

    kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensional; (2)

    kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian,

    adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukn kegiatan

    yang berlawanan; dan (3) kesiapan diri yang kurang matang.

    2) Gangguan fisik: (1) kurang berfungsinya organ-organ

    perasaan, alat-alat bicara; (2) gangguan kesehatan atau sakit-

    sakitan. Gangguan emosi: (1) merasa tidak aman; (2) kurang

    bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun

    kebutuhan; (3) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan),

    perasaan takut tidak karuan, perasaan ingin melarikan diri dari

    masalah yang dialami; dan (4) ketidakmatangan emosi

    (Hikmawati, 2012: 35-38).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa ada beberapa faktor yang bisa

    menunjang kegiatan bimbingan konseling, faktor tersebut meliputi

    faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

    berasal dari dalam meliputi fisik dan psikis pada diri siswa atau klien,

  • 43

    sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar meliputi

    suasana, sarana prasarana, dan lingkungan sekitar.

    B. Teori Metode Home Visit

    1. Pengertian Metode Home Visit

    Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang

    tepat”. Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos,

    yang artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi

    yaitu cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.

    Sedangkan dalam kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah

    thariqah jamaknya thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis

    untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).

    Dalam KBBI kata home visit berasal dari bahasa inggris, home

    artinya rumah, dan visit artinya mengunjungi. Jadi program home visit

    adalah suatu program yang pelaksanaannya mengunjungi rumah-

    rumah siswa yang dilakukan oleh pihak sekolah. Program home visit

    merupakan kunjungan ke rumah siswa yang dilakukan oleh para guru

    atau pembimbing.

    Rumayulis (2004: 156) mengatakan bahwa metode home visit

    merupakan salah satu metode dalam menjembatani komunikasi

    antara sekolah dengan orangtua peserta didik dan masyarakat.

    Adanya metode home visit dalam bimbingan dan konseling akan

    membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang

    berkaitan dengan peserta didik di sekolah. Partisipasi orangtua

    peserta didik sangat penting sekali bagi sekolah dalam rangka

    mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara sekolah dengan

    peserta didik.

  • 44

    Pada hakekatnya metode home visit ini adalah salah satu usaha

    menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, harmonis antara

    pihak sekolah dan peserta didik. Dengan adanya metode home visit

    ini, maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan memiliki

    arah yang sama antara pendidikan yang ada di sekolah dengan

    kehidupan peserta didik sehari-hari di rumah. Arah pendidikan yang

    sama ini akan menjadikan pendidikan di sekolah selalu terdukung

    dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya pendidikan di

    sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik di

    rumah, maka pendidikan akan “bertepuk sebelah tangan”. Misalnya di

    sekolah diajarkan bagaimana cara berpakain muslimah yang baik,

    akan tetapi setelah peserta didik pulang ke rumah apa yang telah di

    pelajari di sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di rumah.

    Seperti orang tua membelikan baju putrinya sesuai dengan model

    masa kini yang dapat dikatakan “you can see” atau pakaian orang tua

    peserta didik yang tidak mendukung terhadap apa yang telah

    diajarakan di bangku sekolah. Jika pendidikan semacam ini (tidak

    searah) terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan dalam

    dunia pendidikan (Ramayulis, 2004: 157).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa metode home visit merupakan suatu

    cara yang tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah

    siswa yang dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas hal

  • 45

    tersebut untuk mengetahui permasalahan-permasalan yang ada pada

    siswa tersebut dan merupakan bentuk kerja sama antara orang tua dan

    sekolah.

    2. Tujuan Metode Home Visit

    Metode home visit memiliki fungsi dan tujuan dalam

    menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik.

    Kemudian masalah tersebut dikomunikasikan kepada orangtua peserta

    didik di rumah. Komunikasi ini akan sangat membantu dalam

    pemantauan perkembangan peserta didik terhadap proses

    pendidikannya di sekolah. Di samping metode home visit akan

    membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang

    berkaitan dengan peserta didik di sekolah (Fachrudi; 1994:55).

    Pada awalnya home visit ini dimaknai hanya sebatas kunjungan

    sekolah kepada orangtua peserta didik semata, dalam arti lain hanya

    digunakan untuk tujuan silaturahim seperti pemaknaan kunjungan

    keluarga dalam konteks keagamaan. Pada perkembangan selanjutnya

    home visit bukan hanya bermakna silaturahim saja akan tetapi lebih

    dari silaturahim yaitu memiliki berbagai tujuan yang tercakup dalam

    usaha peningkatan mutu sekolah, baik dalam hal peningkatan mutu

    peserta didiknya dan keterlibatan orangtua dalam dukungannya

    terhadap berbagai kegiatan program-program sekolah. Pemaparan

    tentang program sekolah yang berupa home visit di atas maka dapat

    diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu untuk:

  • 46

    a. Meningkatkan hubungan harmonis antara sekolah dengan

    orangtua peserta didik.

    b. Memperkenalkan program-program sekolah kepada orangtua.

    c. Menyelesaikan masalah-masalah peserta didik di sekolah.

    d. Memberdayakan atau keterlibatan orang tua peserta didik terhadap

    pengembangan sekolah (Ramayulis, 2004: 160).

    Ditambahkan menurut Fachrudi (1994:58) bahwasannya tujuan

    adanya hubungan antara sekolah dengan orangtua peserta didik

    yaitu, memupuk pengertian, pengetahuan tentang pertumbuhan

    dan perkembangan pribadi anak dan memupuk pengertian dan

    cara mendidik anak yang baik, agar anak memperoleh

    pengalaman yang kaya dan bimbingan yang tepat, sehingga anak

    dapat berkembang secara maksimal.

    Searah dengan adanya home visit ini yaitu untuk tujuan

    mengakrabkan antara sekolah dengan orang tua peserta didik, Leslie

    merumuskan ada lima tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan

    pengakraban sekolah yaitu untuk:

    a. Mengembangkan pengertian orangtua tentang tujuan dan kegiatan

    pendidikan di sekolah.

    b. Memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam

    rangka mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah.

    c. Memberi fasilitas pertukaran informasi antara orang tua dan guru

    yang kemudian mempunyai dampak terhadap pemecahan

    pendidikan anak.

  • 47

    d. Memperoleh opini masyarakat dijadikan perencanaan untuk

    pertemuan dengan orangtua dalam rangka untuk kebutuhan murid-

    murid.

    e. Membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak

    (Fachrudi; 1994:59).

    Keseluruhan dari tujuan diadakannya home visit di atas secara

    umum adalah untuk mengakrabkan sekolah dengan orangtua peserta

    didik dan masyarakat pada umumnya. Pelibatan orangtua secara aktif

    bagi sekolah tujuan utamanya yaitu berorientasi pada pemberdayaan

    sekolah bukan untuk mendikte pengelolaan sekolah, (Pontianak Post;

    2003:1).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    beberapa pendapat di atas bahwa tujuan metode home visit atau

    kunjungan rumah adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang

    dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan mengetahui problema

    anak, secara totalitas maka akan sangat membantu sekolah dalam

    merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta didik serta

    dapat memantau perilaku peserta didik tersebut. Hal tersebut

    merupakan bentuk kerja sama antara pihak orang tua dan sekolah.

  • 48

    C. Teori Kenakalan Siswa

    1. Pengertian Siswa

    Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

    mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

    tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dasar

    hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah karena

    manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan untuk

    mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat

    dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang

    memungkinkan untuk diberi pendidikan (Suwarno, 2006: 36).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    kutipan di atas bahwa siswa adalah seorang remaja yang mengalami

    masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana

    pada masa ini penuh dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis,

    perilaku, dan pola pikir serta masih berada dalam bangku sekolah

    untuk proses belajar mencari ilmu.

    2. Fakta-fakta siswa

    Hubungan antara kematangan dan belajar merupakan penyebab dari

    perkembangan siswa

    a. Permulaan perkembangan adalah masa kritis

    Sering sikap, kebiasaan dan perilaku siswa tidak sesuai dengan

    harapan gurunya. Tetapi sering pula gurunya gagal mengubahnya,

    justru perilaku tersebut menjadi-jadi, dan gurunya sendiri

  • 49

    ditentangnya. Bila ini terjadi, masa kritis perkembangan siswa

    berubah menjadi negatif, guru pembimbing perlu memberikan

    jalan keluar. Perlakukanlah mereka berbeda dengan yang lain,

    terima dia apa adanya dan teguhkan hasratnya untuk berubah,

    siapkan dia untuk menghadapi apa yang akan terjadi kedepannya

    (Ridwan, 2004: 112).

    b. Perkembangan siswa mengikuti pola tertentu dan yang dapat

    diramalkan

    Misalnya pola-pola teratur dari perkembangan fisik, bicara dan

    intelektualnya. Jika kondisi lingkungan tidak menghambat,

    perkembangan siswa akan mengikuti pola yang berlaku umum.

    Hal ini guru pembimbing bertugas untuk mengkaji pola

    perkembangan siswa tertentu (Ridwan, 2004: 112).

    c. Setiap individu siswa berbeda

    Seseorang tidak dapat mengharapkan hasil yang sama dari orang

    lain dengan perkembangan usia dan intelektual yang sama.

    Perbedaan individu justru berarti karena perbedaan diperlukan

    bagi individualitas dalam pembentukan kepribadian (Ridwan,

    2004: 113).

    d. Perkembangan siswa memiliki karakteristik perilaku

    Siswa sekolah sering dikenal sebagai masa puber atau masa

    remaja, masa ini dicirikan dengan perilaku-perilaku yang spesifik

  • 50

    e. Perkembangan siswa dipengaruhi oleh perubahan budaya

    Perkembangan siswa dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan

    standar budaya dan segala hal yang ideal. Misalnya siswa yang

    dibesarkan oleh satu orang tua (bapak atau ibu) belajar

    menyesuaikan dengan standar perilaku yang dapat diterima secara

    budaya bagi keluarga, akan berbeda dengan siswa yang

    dibesarkan dengan ke dua orang tua (Ridwan, 2004: 114).

    3. Pengertian Kenakalan Siswa

    Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang

    dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, norma,

    anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti

    luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan

    dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang

    menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,

    2004: 11-12).

    Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari

    kutipan di atas bahwa kenakalan siswa adalah perilaku atau tingkah

    laku yang dilakukan oleh seorang siswa, dimana perilaku tersebut

    bertentangan dengan kaidah norma-norma yang ada, baik itu norma

    yang ada di masyarakat, norma agama Islam, terutama norma yang

    ada di sekolah atau tata tertib sekolah.

  • 51

    4. Masalah Siswa di Sekolah

    Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia dapat dipastikan

    memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang

    dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

    M. Hamdan Bakran dalam bukunya Tahirin (2007: 112),

    mengklasifiksikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:

    a. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya

    Kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal

    dengan Tuhannya seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki

    rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan

    rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya

    sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak

    semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan

    melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-

    perbuatan yang dilarang Tuhan.

    b. Masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri.

    Kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati

    nurani yaang selalu mengajak atau menyeru daan membimbing

    kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan-nya. Dampaknya adalah

    muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk

    (su’udzon), rendah motivasi, dan dalam banyak hal tidak mampu

    bersikap mandiri.

  • 52

    c. Masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga

    Keluarga misalnya kesulitan atau ketidakm