IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN...
Transcript of IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN...
-
i
IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN KONSELING
DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU
PERILAKU AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI
SALATIGA 2017
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TRI PUJI LESTARI
NIM: 111-13-146
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
MOTTO
Artinya:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(QS. Al Insyirah ayat 6)
Dimana Bumi dipijak disitulah langit dijunjung
-
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhanaku ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Hadi Wiyono dan Ibu Sutiyem yang tiada henti
mendoakanku dan banyak pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku
selalu kuat menjalani segala rintangan hidup di perantauan.
2. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Martini, Mas Agus, Mas Tono, Mbak
Erna yang selalu memberiku semangat, motivasi, dorongan, dan
membantu biaya sehingga saya mampu bertholabul ilmi sampai detik ini,
serta adik-adiku keponakan Faris, Luthfi, dan Gilang yang selalu
memberiku canda tawa selama ini sehingga saya dapat menghilangkan
kegalauan dalam hidup ini.
3. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc. (Alm.), Ibu Hj. Nafisah, Gus Muhammad
Hanif M.Hum. dan Bu Rosyidah, Lc. Beliau orangtua keduaku yang
senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat menemukan
ketentraman hidup di Pondok Pesantren Edi Mancoro.
4. Ustadz-ustadzahku yang mulia dari SD sampai sekarang yang telah
memberikan ilmu yang insyaallah sangat bermanfaat di dunia dan akhirat,
serta guru-guruku terhebat yang saya hormati yang telah membimbing
saya dengan penuh kesabaran.
-
viii
5. Keluarga besar YAA BISMILLAH dan pemerintah yang telah
mengadakan program Bidik Misi sehingga saya dapat melanjutkan studi
saya di IAIN Salatiga sampai selesai.
6. Seseorang yang selalu menguatkan saya dengan cara yang berbeda dan
unik sehingga saya dapat melawan kemalasan, putus asa, dan kegalauan
dalam menyelesaikan skripsi sederhana ini.
7. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi Adzkia, Wirda, Faiq, Mar’ah, Dian,
Fatin, Anggun, dan Bastia yang kami sering menyebutnya grup “Wanita
Karier” , semoga nama itu tidak hanya menjadi nama grup semata,
melainkan doa semoga kita semua menjadi wanita karir yang sholihah dan
berwibawa. Terimakasih atas semua dukungan dan motovasi dari sahabat-
sahabat.
8. Saudara-saudaraku Pengurus Demisioner Periode 2016/2017 mb Dina,
Hesti, Bred, Us, Puri, Marin, Indi, Bugeng, Isma, Hiday, Anida, Nopita
yang selalu menghiburku disetiap saat dengan kekocakan dan kelucuan
kalian.
9. Teman-teman PPL, KKN, serta teman-teman PAI angkatan 2013 yang
telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu selama kurang
lebih empat tahun ini.
-
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Implementasi Program Bimbingan dan Konseling dengan Metode Home Visit
dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau Perilaku Agama Siswa di SMK
Saraswati Salatiga 2017.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, tulus, mengarahkan, dan meluangkan waktunya
untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
-
x
-
xi
ABSTRAK
Lestari, Tri Puji. 2017. Implementasi Progam Bimbingan Konseling dengan
Metode Home Visit dalam Menanggulangi Kenakalan dan Memantau
Perilaku Agama Siswa di SMK Saraswati Salatiga 2017. Skripsi, Salatiga:
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati
M.Si.
Kata Kunci: bimbingan konseling, home visit, kenakalan siswa, dan perilaku
agama.
Penelitian ini membahas tentang implementasi program bimbingan
konseling dengan metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan
memantau perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga. Rumusan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi program
bimbingan dan konseling dengan metode home visit, apa saja faktor pendukung
dan faktor penghambat program bimbingan dan konseling dengan metode home
visit, dan apa saja hasil dari program bimbingan dan konseling dengan metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa
di SMK Saraswati Salatiga.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Keseluruhan data
diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Proses penyajian data
dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif, yaitu dengan cara analisis
menggunakan kata-kata untuk menangkap fakta, variabel dan keadaan yang
didapat ketika penelitian berlangsung dan menjelaskan data yang didapatkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode home visit sudah
diterapkan dalam layanan BK di SMK Saraswati Salatiga. Implementasi program
BK dengan metode Home visit yaitu dilakukan pada siswa yang melanggar
dengan kriteria seperti membolos 3 kali berturut-turut, penurunan prestasi secara
drastis, dan sakit berhari-hari. Prosedur home visit meliputi rapat guru BK untuk
menentukan hari dilakukan home visit, mengkomunikasikan dan koordinasi
dengan guru lain, evaluasi, dan tindak lanjut. Sekolah juga mengalokasikan
anggaran home visit. Faktor pendukung dalam pelaksanaan home visit meliputi
adanya pembinaan BK, kerja sama yang baik antara guru BK, guru agama, guru
mata pelajaran yang lain, kepala sekolah, dan orangtua, selain itu juga adanya
upaya-upaya dari guru agama serta sarana prasarana yang cukup. Faktor
penghambatnya seperti cuaca buruk, ketidaksesuaian alamat, dan orangtua yang
sulit untuk ditemui. Hasil Program BK dengan metode home visit di SMK
Saraswati Salatiga yaitu perubahan perilaku siswa meningkat lebih baik, siswa
lebih aktif dalam kegiatan keagamaan, tanggapan orangtua sangat posotif dan
mendukung, metode home visit juga dapat mempererat dan menyatukan hubungan
keluarga yang kurang harmonis, dan reputasi sekolah tentang program BK sangat
positif.
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................ v
MOTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR BAGAN .................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7
F. Metode Penelitian ................................................................................. 13
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 21
-
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Bimbingan Konseling
1. Pengertian Bimbingan Konseling .................................................... 23
2. Tujuan Bimbingan Konseling .......................................................... 25
3. Fungsi-fungsi Bimbingan Konseling ............................................... 28
4. Relevansi Tujuan dan Fungsi BK dengan Islam ............................. 30
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ............................................. 34
6. Asas Bimbingan Konseling ............................................................. 34
7. Faktor Penunjang Kegiatan BK di Sekolah ..................................... 41
B. Teori Metode Home Visit
1. Pengertian Metode Home Visit ........................................................ 43
2. Tujuan Metode Home Visit .............................................................. 45
C. Teori Kenakalan Siswa
1. Pengertian Siswa.............................................................................. 48
2. Fakta-fakta Siswa ............................................................................ 48
3. Pengertian Kenakalan Siswa ........................................................... 50
4. Masalah Siswa di Sekolah ............................................................... 51
5. Upaya Pencegahan Kenakalan Siswa .............................................. 53
6. Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa ........................................... 57
7. Problem Solving .............................................................................. 58
D. Teori Perilaku Agama
1. Pengertian Perilaku Agama ............................................................. 63
2. Macam-macam Perilaku Agama ..................................................... 65
-
xiv
3. Hal-hal yang Merusak Perilaku Agama........................................... 78
4. Cara Meningkatkan Perilaku Agama ............................................... 84
5. Nasihat Al-Ghazali kepada Generasi Muda dalam Kitab Ayuhal
Walad ............................................................................................... 86
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data dan Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Profil SMK Saraswati Salatiga .................................... 89
2. Identitas Sekolah.............................................................................. 89
3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ........................................................ 90
4. Tata Tertib Siswa ............................................................................. 91
5. Kurikulum ........................................................................................ 95
6. Sistem Pembelajaran........................................................................ 95
7. Tempat Pembelajaran ...................................................................... 95
8. Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran SMK Saraswati ............... 95
B. Program Bimbingan Konseling di SMK Saraswati Salatiga
1. Visi dan Misi Bimbingan Konseling ............................................... 97
2. Bagan dan Tabel Program Bimbingan Konseling ........................... 98
C. Upaya Guru Agama Meningkatkan Moral Siswa ................................ 104
D. Profil Subjek Penelitian ........................................................................ 106
E. Latar Belakang Subjek Penelitian ........................................................ 109
-
xv
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Implementasi Program BK dengan Metode Home Visit
1. Analisis Program BK di SMK Saraswati Salatiga........................... 126
2. Analisis Implementasi Home Visit .................................................. 142
a. Pelaksanaan BK dengan metode Home Visit .............................. 142
b. Metode Home Visit ..................................................................... 143
c. Anggaran Home Visit .................................................................. 145
d. Kategori Siswa yang dilakukan Home Visit ............................... 146
e. Tindak Lanjut Setelah Home Visit .............................................. 147
B. Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program
Bimbingan Konseling dengan Metode Home Visit
1. Faktor Pendukung ............................................................................ 150
2. Faktor Penghambat .......................................................................... 157
C. Analisis Hasil Program Bimbingan Konseling dengan Metode
Home Visit ............................................................................................ 160
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 172
B. Saran ..................................................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Guru dan Mata Pelajaran .......................................... 95
Bagan 3.1 Struktur Organisasi BK ................................................................... 98
Tabel 3.2 Pembagian Tugas Guru Pembimbing .............................................. 99
Bagan 3.2 Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling ........................................ 101
Tabel 3.3 Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Siswa ........................... 101
Tabel 3.4 Tabulasi Data Siswa ......................................................................... 107
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian
Lampiran II : Instrumen Penelitian
Lampiran III : Verbatim Wawancara
Lampiran IV : Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran V : Surat Ijin Penelitian
Lampiran VI : Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran VII : Lembar Konsultasi
Lampiran VIII : Nilai SKK
Lampiran IX : Riwayat Hidup Penulis
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan perkembangan
kehidupan manusia. Pola kehidupan semakin bergeser pada pola yang
semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masayarakat
adalah berkisar pada permasalahan remaja, pendidikan, dan pergaulan
masyarakat. Bila melihat dunia remaja sekarang, kita merasa khawatir dan
kengerian yang luar biasa, terutama bila kita melihat sekumpulan remaja yang
masih berseragam sekolah di pusat-pusat keramaian yang tidak jelas
tujuannya. Salah satu masalah yang dihadapi remaja adalah semakin
menurunnya tata krama kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam
praktik kehidupan, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.
Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup para remaja, sangat diperlukan
adanya pemahaman, pendalaman, serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama
yang dianut. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa remaja yang
melakukan penyimpangan sebagian besar kurang memahami norma-norma
agama, bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama (Syafaat,
2008 :1-3).
Perilaku remaja dewasa ini merupakan masalah yang harus mendapatkan
perhatian yang serius. Dikatakan demikian karena masalah sosial ini dapat
memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan remaja. Realitas sosial
yang terjadi saat sekarang ini dimana para remaja sering melakukan tindakan-
-
2
tindakan penyimpangan yang pada dasarnya melanggar norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat (Ael-Hakim, 2014: 82). Tindakan-tindakan tersebut
sering terjadi di kalangan remaja yang masih berstatus siswa misalnya
tawuran antar sekolah, berkelahi dengan teman, bolos sekolah, pacaran
berlebihan bahkan sampai ada yang minum-minuman keras. Hal-hal seperti
itu bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal
misalnya dia hidup di keluarga yang broken home, orang tua yang sering
bertengkar, ketidakharmonisan dalam keluarga, ataupun tekanan-tekanan dari
orang tua yang sifatnya memaksakan. Sedangkan faktor eksternal misalnya
pergaulan bebas, pengaruh teman sebaya, lingkungan masyarakat, tayangan-
tanyangan televisi, efek media masa dan lain sebagainya (Ael-Hakim, 2014:
83-85).
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku kekerasan pada
remaja, tetapi yang paling banyak berpengaruh yaitu keluarga. Seperti
pendapat Furhmann dalam Munandar (2004: 76), keluarga adalah lembaga
yang mempunyai pengaruh paling banyak pada perkembangan anak dan
remaja. Timbulnya konflik dalam keluarga akan berakibat negatif terhadap
anak, keluarga juga mempunyai pengaruh mendalam karena kemudian akan
diterima, dipahami, diproses dan nantinya akan ditiru dengan melakukan hal
yang sama dalam menghadapi masalah. Adapun proses meniru dan
memahami suatu permasalahan di dalam keluarga disebabkan adanya proses
belajar sosial. Sebagai contoh: dalam keluarga, menjadi saksi kekerasan dapat
mempengaruhi persepsi anak muda tentang kekerasan dimana mereka
-
3
menganggap kekerasan sebagai cara yang sah atau lebih baik untuk
menyelesaikan konflik.
Namun banyak para ahli yang menyatakan bahwa tidak semua anak yang
nakal itu buruk, akan tetapi mereka sedang mencari jati diri dan mempunyai
banyak kekreativitasan. Menurut Munandar (2004: 35), “Biasanya anak yang
kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran
serta aktifitas yang kreatif, anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri
dan memiliki percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada
anak-anak pada umumnya. Merekapun tidak takut membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui orang
lain”. Namun meskipun begitu pada masa-masa inilah remaja perlu
pendampingan dan arahan dari orang-orang terdekatnya, baik itu dari
keluarga, guru, sahabat ataupun saudara-saudaranya. Ketika pada masa ini
remaja dapat melalui dengan sempurna tanpa perilaku abnormal, maka bisa
diharapkan remaja tersebut tidak terjerumus pada perilaku yang menyimpang
atau yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja. Namun pada
kenyataannya banyak di masyarakat ditemukan remaja-remaja yang tidak
dapat melalui dengan sempurna sehingga banyak remaja sering melakukan
hal-hal yang menyimpang terutama remaja-remaja yang masih berstatus siswa
dimana tingkat emosianalnya labil, mempunyai sifat yang hanya menuruti
hawa nafsunya. Salah satu bentuk persoalan remaja adalah kenakalan remaja
dalam dunia pendidikan, dalam hal ini mayoritas terjadi pada remaja laki-laki.
-
4
Islam secara tegas mengungkapakan apabila orang tua memikul amanah
dunia akhirat terkait dengan anak. Islam memerintahkan agar orang tua
berlaku sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban
untuk memelihara keluarganya dari api neraka sebagaimana firman Allah swt
dalam QS. At- Tahrim ayat 6 yang artinya :“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Jadi dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di
kalangan remaja menjadi PR kita semua dalam mengatasi hal tersebut. Tidak
hanya orang tua saja yang bertanggung jawab akan penyimpangan anak-
anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, namun sekolah juga harus
bertanggungjawab dalam mengatasi hal tersebut, terutama pada guru agama
yang mengajarkan tentang perilaku agama yang baik, dimana pasti akan
dimintai pertanggungjawabannya. Pihak Selain itu di sekolah-sekolah pasti
banyak dijumpai yang namanya guru BK yang memberikan dorongan dan
motivasi kepada siswa untuk membuat perubahan-perubahan dengan
memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri
(Ael-Hakim, 2014: 249). Selain itu salah satu tugas guru BK yaitu mengatasi
siswa-siswa yang perilakunya kurang baik atau menyimpang, mengarahkan
jalan yang benar.
-
5
Pembinaan secara formal dalam proses belajar mengajar bukan semata-
mata menghasilkan hal yang positif, akan tetapi ada pula dampak negatif yang
tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu adanya tindakan-tindakan/
perilaku khusus dari para guru agar kondisi lingkungan sekolah tercipta
lingkungan yang sehat baik itu fisik maupun psikis (Sudarsono, 2004: 7-9). Di
SMK Saraswati Salatiga terdapat salah satu program yang mana jarang
ditemukan di sekolah-sekolah lainnya yaitu program BK dengan metode
home visit. Dimana guru agama, guru BK, dan wali kelas mendatangi rumah
siswa yang berperilaku tidak seperti siswa pada umumnya seperti halnya
siswa yang sering bolos, tawuran di sekolah, berkelahi antar teman dan lain
sebagainya, home visit mempunyai tujuan untuk memantau perilaku agama
siswa dan menanggulangi kenakalan siswa. Maka dengan adanya hal ini
diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai program BK dengan metode
home visit di SMK Saraswati Salatiga dan nantinya dapat dijadikan bahan
refleksi diri dan dapat memberikan suatu manfaat. Dengan demikian peneliti
mengambil judul “IMPLEMENTASI PROGAM BIMBINGAN
KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU
AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2017”.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di
atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi program bimbingan konseling dengan metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga?
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat progam
bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati
Salatiga?
3. Apa saja hasil dari program bimbingan konseling dengan metode home
visit di SMK Saraswati Salatiga?
C. Tujuan Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
implementasi program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam
menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di SMK
Saraswati Salatiga. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi program bimbingan konseling dengan
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga.
-
7
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat progam
bimbingan konseling dengan metode home visit di SMK Saraswati
Salatiga.
3. Untuk mengetahui hasil dari program bimbingan konseling dengan metode
home visit di SMK Saraswati Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
jelas bagi pembaca. Terdapat 2 manfaaat yakni manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya segala bidang kegiatan
Pendidikan Agama Islam, khususnya bentuk kolaborasi anatara guru PAI
dengan guru-guru BK dan guru-guru lainnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan penekanan atau
penguatan keagamaan pada siswa-siswi di sekolah umum.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok masalah
yang dimaksud maka sebelumnya peneliti menguraikan tentang batasan
pengertian yang dimaksud dalam judul “IMPLEMENTASI PROGRAM
BIMBINGAN KONSELING DENGAN METODE HOME VISIT DALAM
MENANGGULANGI KENAKALAN DAN MEMANTAU PERILAKU
-
8
AGAMA SISWA DI SMK SARASWATI SALATIGA 2016” ialah sebagai
berikut :
1. Program Bimbingan Konseling
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang
merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.
Program juga bisa diartikan suatu kesatuan kegiatan dan dapat
disebut dengan sistem, yaitu rangkaan kegiatan yang dilakukan bukan
hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu
terjadi di dalam subuah organisasi yang artinya harus melibatkan
sekelompok orang (Arikunto, 2004: 3)
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan
mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses membantu
individu untuk mencapai perkembangan optimal. Bimbingan merupakan
bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukan
bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam
proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,
tetapi berperan sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu
-
9
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu
memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam pengertian tersebut
yang menjadi tujuan konseling adalah mengadakan perubahan perilaku
pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan
memuaskan (Yusuf, 2014: 9).
Dalam penelitian ini yang dimaksud program bimbingan konseling
adalah suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah
baik itu di sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program
bimbingan konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik
terutama psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan
menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor
hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan masalah
atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal yang positif,
supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan dan
kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat melaksanakan pembelajaran
yang efektif, nyaman dan damai.
2. Metode home visit
Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang tepat”.
Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos, yang
artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi yaitu cara
yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam
kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah jamaknya
-
10
thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu
pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).
Kata home visit berasal dari bahasa inggris, home artinya rumah,
dan visit artinya mengunjungi. home visit merupakan salah satu metode
dalam menjembatani komunikasi antara sekolah dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat. Adanya home visit membantu sekolah dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan peserta didik di
sekolah. Partisipasi orangtua peserta didik sangat penting sekali bagi
sekolah dalam rangka mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara
sekolah dengan peserta didik (Yaqien, 2012: 06).
Jadi metode home visit dalam penelitian ini adalah suatu cara yang
tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah siswa yang
dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas. Melalui metode
home visit atau kunjungan rumah tersebut guru dapat mengetahui
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan
mengetahui problema anak secara totalitas maka akan sangat membantu
sekolah dalam merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta
didik serta dapat memantau perilaku peserta didik tersebut.
3. Kenakalan Remaja
a. Pengertian remaja
Istilah remaja berasal dari kata adolescere yang berati tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescere mempunyai arti yang lebih luas,
yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
-
11
Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses
pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Dengan
kata lain remaja merupakan transisi peralihan dari masa kanak-kanak
kemasa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan yang sangat berarti
dalam segi psikologis, emosional, sosial, dan intelektual. Pada masa
ini juga remaja mempunyai kesenangan-kesenangan, misalnya ingin
tau hal yang belum diketahuinya, berkeinginan mencoba hal yang
belum diketahuinya, ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di
lingkungan luas dan lain sebagainya (Luqman el-Hakim, 2014: 87).
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) definisi remaja
yaitu individu yang sedang mengalami masa peralihan, yang dari segi
kematangan biologis seksual sedang berangsur-angsur
mempertunjukan karakteristik seks yang sekunder sampai mencapai
kematangan seks, yang dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya
sedang berkembang dari sifat kekanak-kanakan menjadi dewasa, yang
dari segi sosial ekonomi ia adalah yang beralih dari ketergantungan
menjadi relatif bebas (Ael-Hakim, 2014: 69).
Jadi dalam penelitian ini, yang dimaksud remaja adalah seorang
siswa, yaitu siswa SMK yang mengalami masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini penuh
dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis, perilaku, dan pola
pikir. Pada masa ini pula penuh dengan kontradiksi yang ada.
-
12
b. Pengertian kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang
dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, norma,
anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti
luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan
dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang
menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,
2004: 11-12).
Dalam penelitian ini yang dimaksud kenakalan remaja atau siswa
adalah perilaku atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang siswa,
dimana perilaku tersebut bertentangan dengan kaidah norma-norma
yang ada, baik itu norma yang ada di masyarakat, norma agama
Islam, terutama norma yang ada di sekolah atau tata tertib sekolah.
4. Perilaku Agama
Perilaku agama dapat dikatakan sebagai akhlak Islami yaitu akhlak
yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak islami ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi
indikator seseorang apakah seseorang Muslim yang baik atau yang buruk
(Makbuloh, 2011: 139).
Perilaku agama adalah perilaku bagi umat manusia yang sudah
ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah melalui utusannya. Perilaku
agama merupakan perilaku yang diatur oleh agama mempunyai fungsi
untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Sang
-
13
Pencipta maupun hubungan antar sesama, untuk mencapai kebahagiaan,
kemaslahatan, hidup baik di dunia maupun di akhirat (Syafaat, 2008: 15).
Jadi yang dimaksud perilaku agama dalam penelitian ini adalah segala
tingkah laku baik itu berbentuk motorik seperti berjalan, berbicara dan
lain-lain, maupun fungsinya seperti melihat, mendengar, berfikir yang
sesuai dengan ajaran agama. Pada intinya peilaku agama merupakan
perbuatan yang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara dengan
guru, teman, dan seluruh waraga yang ada di sekolah sesuai dengan ajaran
dan norma agama Islam.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan ini merupakan field research dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian
kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki
sumber dari deskripsi yang luas berlandaskan kokoh, serta memuat
penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab
akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh
penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh
penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk
kerangka teoritis baru.
-
14
2. Subjek dan Informan Penelitian
Menurut Mulyana (2004: 187) subjek penelitian yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan nonprobability
sampling yaitu teknik purposive sampling. Purposive Sampling yaitu
dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih betul oleh peneliti
menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Tentang jumlah
subjek penelitian menurut Mulyana (2004: 182) bahwa peneliti yang
menggunakan penentuan sampel purposive sampling dengan
mewawancarai sampel acak dari suatu kelompok yang diteliti, tidak ada
kriteria baku mengenai berapa jumlah responden yang harus
diwawancarai. Berdasarkan teori di atas maka peneliti menentukan subjek
penelitian yaitu siswa siswi SMK Saraswati Salatiga. Informan yang
terlibat dalam penelitian ini adalah:
a. Kepala Sekolah SMK Saraswati Salatiga.
b. Guru BK SMK Saraswati Salatiga.
c. Guru agama SMK Saraswati Salatiga.
d. Wali dari subjek home visit.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Saraswati Salatiga.
4. Sumber Data
Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder yaitu :
-
15
a. Sumber data utama (primer) yaitu data yang dikumpulkan, diolah,
dan disajikan peneliti dari sumber pertama. Adapun sumber data yang
diambil dari penelitian ini adalah hasil dari wawancara dengan kepala
sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati
Salatiga.
b. Sumber data tambahan (sekunder) yaitu data yang dikumpulkan,
diolah, dan disajikan oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi,
jurnal, atau lainnya. Adapun data yang diambil dalam penelitian ini
adalah berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan yang
diperoleh dari siswa-siswa SMK Saraswati Salatiga.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
tujuan tertentu (Mulyana, 2004: 180). Wawancara yang akan
dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti
melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek
yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga
menemukan informasi yang lebih banyak dan penting. Wawancara
yang digunakan dengan model wawancara terbuka artinya seorang
-
16
informan dapat mengungkapkan beberapa upaya, gagasan, strategi
yang akan dilaksanakan serta hambatan yang diprediksikan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada,
kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali siswa SMK Saraswati
Salatiga.
b. Metode Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu objek
dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki. Metode ini
digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data kondisi secara
umum yaitu dengan mendatangi secara langsung objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat tiga pedoman observasi yaitu
observasi implementasi program bimbingan dan konseling dengan
metode home visit, observasi faktor penghambat dan faktor
pendukung program bimbingan dan konseling dengan metode home
visit, dan observasi hasil program bimbingan dan konseling dengan
metode home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau
perilaku agama siswa di SMK Saraswati Salatiga.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006: 144). Dalam
penelitian kali ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
-
17
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik.
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian
berupa pedoman wawancara, lembar observasi, serta lembar daftar
pertanyaan.
7. Analisis Data
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian
dasar (Moeleong, 2002: 103). Analisis data juga dapat diartikan sebagai
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah data dari
lapangan:
a. Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk
menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan
dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir
-
18
pengumulan data. Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh
sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi, abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,
proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga dalam
penelitian.
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup bayak, untuk
itu perlu dicatat dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan
kemudian dicari tema dan polanya.
c. Penyajian Data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian data
penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Yang dimaksud penyajian data dalam penelitian ini adalah
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
d. Kesimpulan
Kegiatan analisa terakhir adalah menarik kesimpulan yakni
merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan data,
reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara induktif. Dalam penelitian ini kesimpulan merupakan mengkaji
-
19
sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek
penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.
8. Keabsahan data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu tahapan
pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang masih
kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak
terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat data
yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan
penyaringan data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki
kadar validitas yang tinggi.
Adapun tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah triangulasi data yaitu dengan cara membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Triangulasi meruapakan
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
data itu. Dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan teknik triangulasi
dengan sumber dan triangulasi dengan metode.
9. Tahap-tahap Penelitian
Desain penelitian kualitatif ini dibagi dalam empat tahap, yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada
kegiatan pengumpulan data, kemudian merumuskan situasi penelitian,
-
20
satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai
sumber data.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sebagai pelaksana penelitian sekaligus
sebagai human instrument mencari informasi data, yaitu wawancara
mendalam dengan kepala sekolah, guru BK, guru agama, dan wali
siswa di SMK Saraswati Salatiga. Melakukan pengamatan dan
pengumpulan dokumen yang lebih intensif.
c. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan narasumber, melakukan pengamatan, serta
mengumpulkan dokumen-dokumen penelitian.
d. Evaluasi
Semua data yang terkumpul, baik data dari hasil wawancara,
observasi, maupun pengumpulan dokumen-dokumen yang telah
dianalisis kemudian dievaluasi sehingga diketahui implementasi
program bimbingan konseling dengan metode home visit dalam
menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama siswa di
SMK Saraswati Salatiga 2017.
-
21
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN bab ini menjelaskan tentang pokok
permasalahan yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
Pada bagian ini merupakan kerangka dasar dan mengarah aktivitas penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini lebih banyak menyajikan
landasan teoritis dalam menunjang permasalahan tentang program bimbingan
konseling, metode home visit, kenakalan remaja, dan perilaku agama.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN pada bab ini
berisi tentang gambaran umum sejarah SMK Saraswati Salatiga, visi dan misi
dari bimbingan konseling di sekolah, daftar guru dan karyawan, pembagian
tugas BK, keunggulan sekolah dan data hasil wawancara yang meliputi profil
dan latar belakang subjek penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA pada bab ini peneliti akan menjelaskan
tentang analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data. Selain itu untuk
menjawab rumusan masalah tentang implementasi, faktor pendukung dan
faktor penghambat, serta hasil program bimbingan konseling dengan metode
home visit dalam menanggulangi kenakalan dan memantau perilaku agama
siswa di SMK Saraswati Salatiga.
-
22
BAB V PENUTUP penulis menjabarkan pada bab ini dengan
mengurutkan kesimpulan dari hasil penelitian, saran-saran, dan penutup.
-
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Bimbingan Konseling
1. Pengertian Program Bimbingan Konseling
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau satuan kegiatan yang
merupakan implementasi dari suatu kebijakan berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Program juga bisa diartikan suatu
kesatuan kegiatan dan dapat disebut dengan sistem, yaitu rangkaian
kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi
berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam
subuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang
(Arikunto, 2004: 3).
Bimbingan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa Inggris yang berarti mengarahkan dan
mengelola. Sunaryo Kartadinata mengartikan sebagai proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Bimbingan merupakan bantuan atau pertolongan. Makna bantuan
dalam bimbingan menunjukan bahwa yang aktif dalam
mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan
adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan,
pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan
sebagai fasilitator (Yusuf, 2014: 5-6).
-
24
Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan
pendidikan yang membantu menyediakan kesempetan-kesempatan
pribadi dan layanan staf ahli dengan cara yang mana setiap individu
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya
(Prayitno, 2013: 94).
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat
membantu. Maka bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,
mampu memecahkan masalah yang yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Dalam
pengertian tersebut yang menjadi tujuan konseling adalah
mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan (Yusuf,
2014: 9).
Program Bimbingan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu melalui
pertemuan atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar individu
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses
pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing
kepada siswa melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal
balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah siswa sehingga
siswa mampu melihat masalahnya sendiri, mampu menerima dirinya
-
25
sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya (Tohirin, 2007: 26).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa program bimbingan konseling adalah
suatu program yang sangat penting yang ada di sekolah-sekolah, baik
itu sekolah swasta ataupun negeri. Dengan adanya program bimbingan
konseling dapat mengarahkan siswa ke jalan yang lebih baik terutama
psikisnya. Dalam membimbing, konselor tidak memaksakan dan
menuntut siswa untuk mengikuti kehendaknya, akan tetapi konselor
hanya mendampingi dan mengarahkan siswa dalam memecahkan
masalah atau memilih kehidupannya sendiri. Diarahkan kepada hal
yang positif, supaya siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk
penyimpangan dan kenakalan yang ada, sehingga sekolah dapat
melaksanakan pembelajaran yang efektif, nyaman dan damai.
2. Tujuan bimbingan konseling
Bimbingan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai
tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan,
sosial, dan pribadi. Bimbingan konseling juga membantu individu
dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,
kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, hidup
bersama individu-individu lain, serta menciptakan harmoni antara cita-
cita dengan kemampuan yang mereka miliki (Sukitman, 2015: 20).
-
26
Secara khusus bimbingan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya.
Berikut adalah tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan
aspek akademik (belajar) yaitu agar siswa:
a. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai
perhatian terhadap semua pelajaran dan aktif mengikuti semua
kegiatan belajar yang diprogramkan.
b. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
c. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
d. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-
tugas, menetapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.
e. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian (Yusuf, 2014: 14-15).
Tujuan bimbingan konseling dalam Islam, menurut M. Hamdan
Bakran, dalam bukunya Tohirin (2007: 37-38), yang pertama adalah
untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai
-
27
(muthmainah), bersikap lapang dada dan mendapatkan taufik serta
inayah Nya. Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan,
dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik
pada diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, untuk menghasilkan
kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi (tasamuh), kesetiakawanan, rasa tolong
menolong dan kasih sayang. Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan
spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang
keinginan untuk berbuat taat kepada Nya, ketulusan mematuhi segala
perintah Nya, serta ketabahan menerima ujian Nya. Kelima, untuk
menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu
dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan
dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya
dalam berbagai aspek kehidupan.
Tujuan bimbingan konseling dalam Islam merupakan tujuan yang
ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim yang
sempurna atau optimal (kaffah dan insan kamil). Pencapaian tujuan
bimbingan konseling dalam layanan di sekolah atau madrasah berbeda
setiap tingkatannya. Artinya melihat perkembangan yang optimal pada
anak SD tentu tidak sama dengan melihat siswa SMP atau SMA.
Begitu juga melihat kemandirian murid-murid SD tentu tidak sama
dengan melihat kemandirian siswa SMP dan seterusnya. Dengan kata
-
28
lain penjabaran tujuan bimbingan konseling di atas di sekolah-sekolah
dan madrasah, disesuaikan dengan tingkat sekolah dan madrasah yang
bersangkutan. Lebih khusus lagi, pencapaian tujuan bimbingan
konseling harus didasarkan atas pencapaian visi, misi, dan tujuan
sekolah dan madrasah yang bersangkutan (Tohirin, 2007: 38-39).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa tujuan bimbingan konseling adalah
membantu siswa agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi
dirinya semaksimal mungkin. Selain itu supaya dapat menghasilkan
suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan
mental. Perubahan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat bagi
diri sendiri maupun orang lain.
3. Fungsi-fungsi bimbingan konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,
berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing
pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar
dan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan perkembangan
dan kehidupan itu, khusunya dalam bidang tertentu. Kegunann,
manfaat, keuntungan ataupun jasa yang diperoleh dari adanya suatu
pelayanan, merupakan hasil dari terlaksananya fungsi pelayanan yang
dimaksud. Dengan demikian, fungsi suatu pelayanan dapat diketahui
dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan dan dapat
diberikan oleh pelayanan yang dimaksud, suatu layanan dikatakan
-
29
tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunann ataupun
tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu (Prayitno, 2013:
196-197).
Pelayanan bimbingan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan konseling. Fungsi-fungsi
tersebut adalah:
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan, fungsi ini sebagai pengganti istilah fungsi
kuratif yang artinya pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi
pengentasan ini pelayanan bimbingan konseling akan
menghasilakan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
peserta didik.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan
konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta
-
30
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap
dan berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal
(Hallen A, 2005: 55-58).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa fungsi bimbingan konseling
diarahkan kepada terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan
bantuan dalam hal pendataan, informasi, konsultasi, dan komunikasi
kepada siswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.
4. Relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling dengan Islam
Fokus pelayanan bimbingan konseling adalah manusia. Oleh
karena itu, melihat relevansi tujuan dan fungsi bimbingan konseling
dengan ajaran Islam juga harus melihat bagaimana Islam memandang
manusia, tujuan penciptaannya, dan tugas atau tanggung jawabnya
serta penjelasan-penjelasan lain yang berkenaan dengan syari’at Islam.
Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha
Kuasa, Maha Sempurna, oleh sebab itu, ajaran-Nya tidak akan
mungkin bertentangan dengan fitrah (potensi) manusia. Ajaran Islam
justru akan membimbing manusia ke arah fitrahnya dalam rel yang
benar. Pemahaman tentang ajaran Islam (melalui Al Qur’an dan Hadis)
secara prefentif akan dapat mencegah individu dari segala sesuatu yang
-
31
bisa merugikan esensi dan eksistensi dirinya. Relevan dengan
penjelasan ini, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Ankabut ayat 45
yang berbunyi:
Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al
kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut: 45)
Setelah manusia dapat memahami dirinya sebagai makhluk ciptaan
Allah yang dibekali dengan (fitrah) dan diserahi tugas dan tanggung
jawab mengabdi beribadah kepada Allah, hendaknya manusia dapat
menerima diri ia diharapkan mampu mewujudkan sikap positif seperti
berperilaku baik dan berbuat insan baik kepada semuanya maupun
kepada lingkungannya. Secara lebih khusus siswa di sekolah atau di
madrasah juga demikian, artinya setelah siswa memahami dan
menyadari serta dapat menerima diri apa adanya sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT dengan segala potensi fitrah dan tugas serta
tanggung jawab kemanusiaannya, selanjutnya siswa dapat
mewujudkan sikap positif seperti berperilaku baik (berbuat ikhsan)
kepada sesamanya dan kepada lingkungannya.
-
32
Fungsi pemahaman juga memberikan pengertian kepada siswa
tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan kehidupan
serta bagaimana mencari alternatif solusi terhadap problematika
tertentu seperti gangguan mental ringan, spiritual dan moral, dan
problematika lain yang bersifat lahiriah dan batiniah pada umumnya
secara benar dan baik. Fungsi pemahaman juga akan memberikan
pengertian bahwa ajaran Islam merupakan sumber yang paling
lengkap, benar dan suci untuk berbagi problematika yang berkaitan
dengan pribadi manusia dengan Tuhannya, pribadi manusia dengan
dirinya sendiri, pribadi manusia dengan lingkungan keluarga atau
sosialnya. Penjelasan ini relevan dengan QS. Al Baqarah ayat 185
yang artinya:
…
Artinya:
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya telah diturunkan
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
tentang petunjuk itu dan pembeda”. (Al-Baqarah: 185)
Ajaran Islam melalui Al Qur’an dan hadis juga berfungsi
pengendalian, yakni memberikan potensi yang dapat mengarahkan
aktivitas setiap hamba Allah SWT, siswa agar tetap terjaga dalam
pengendalian dan pengawasan-Nya. Dengan fungsi ini perilaku
-
33
individu (siswa) sebagai hamba-Nya tidak akan menyimpang dari
ajaran Islam sehingga terwujud perilaku yang benar, baik, dan
bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain (lingkungannya).
Melalui pengendalian diri yang baik, cita-cita dan tujuan hidup dan
kehidupannya akan dapat tercapai dengan sukses dan eksistensi serta
esensi diri senantiasa mengalami kemajuan. Demikian juga akan
terwujud perkembangan yang positif, terjadinya keselarasan dan
keharmonisan, dalam kehidupan, bersosialisasi, baik secara vertikal
maupun horisontal (hablum minallah dan hablum minannas)
(Tohirin, 2007: 51-57).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa relevansi tujuan dan fungsi
bimbingan konseling dengan Islam yaitu sangat relevan, hal tersebut
dapat dibuktikan apabila tujuan dan fungsi tersebut dapat tercapai,
maka akan terwujud manusia yang bahagia berkepribadian yang sehat,
yaitu individu yang mampu menerima apa adanya dan mampu
mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan dengan penerimaan
dirinya.
5. Prinsip-prinsip bimbingan konseling
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan
yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling prinsip-prinsip
yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian
-
34
dan penglaman praktis tentang hakikat manusia. Rumusan prinsip-
prinsip bimbingan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran
pelaksanaan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah,
program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
Dalam layanan bimbingan konseling, perlu diperhatikan sejumlah
prinsip yaitu prinsip berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan
individu, tujuan pelaksanaan pelayanan (Prayitno, 2013: 218).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa prinsip digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan sesuatu layanan yaitu pedoman program bimbingan
konseling yang bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian
dan penglaman praktis tentang hakikat manusia yang berkaitan dengan
layanan, masalah siswa, dan tujuan layanan.
6. Asas bimbingan konseling
Pelayanan bimbingan konseling adalah pekerjaan profesional sesuai
dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan
penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan)
konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional itu harus dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan
konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam
-
35
penyelenggaraan pelayanan tersebut (Prayitno, 2013: 144-145). Asas-
asas bimbingan dan konseling meliputi:
a. Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan
konseling. Jika asas ini benar-benar diterapkan maka petugas BK
akan mendapat kepercayaan dari peserta didik, karena dalam asas
ini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang dibicarakan
individu dalam proses bimbingan konseling tidak boleh
disampaikan kepada orang lain yang tidak berkepentingan
(Sukitman, 2015: 25).
b. Asas kesukarelaan
Asas kesukarelaan mengandung pengertian bahwa pelayanan
bimbingan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dan
ketulusan, baik dari pihak konselor maupun klien. Dalam hal ini
sikap kesukarelaan harus ditumbuhkan pada diri peserta didik,
sehingga tidak merasa terpaksa berada dalam suasana bimbingan
konseling tersebut. Asas kesukarelaan ini sangat erat hubungannya
dengan asas kerahasiaan. Jika peserta didik telah meyakini bahwa
kerahasiaan masalahnya akan dijaga oleh gurunya, diharapkan ia
akan mendatangi gurunya secara sukarela (Sukitman, 2015: 26).
c. Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan
suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun dari
-
36
klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima
saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-
masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah. Individu yang membutuhkan
bimbingan diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan
berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan
keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan
kelemahan klien dapat dilaksanakan (Prayitno, 2013: 116).
d. Asas kekinian
Masalah yang perlu ditanggulangi dalam bimbingan konseling
adalah masalah yang dihadapi oleh klien pada saat sekarang, bukan
masalah yang dihadapi pada masa lampau atau masalah yang
dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
pembimbing tidak akan membahas masalah yang dihadapi pada
masa lampau yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan keadaan
sekarang. Begitu pula pembimbing juga tidak akan menangani
masalah yang dialami pada masa yang akan datang bila keadaan
tersebut tidak berkaitan dengan masalah klien sekarang. Asas
kekinian menghendaki permasalahan klien yang bersifat baru
(Sukitman, 2015: 27).
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor
tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika diminta
bantuan oleh klien misalnya ada siswa yang mengalami masalah,
-
37
maka konselor hendaklah segera memberikan bantuan. Konselor
tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan
berbagai dalih. Dia harus mendahuluan kepentingan klien dari pada
yang lain (Prayitno, 2013: 117).
e. Asas kemandirian
Pelayanan bimbingan konseling menjadikan klien dapat berdiri
sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau konselor. Seseorang
yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan
ciri-ciri pokok yaitu:
1) Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
2) Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis.
3) Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri.
4) Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
5) Mewujudkan diri secara optimaal sesuai dengan potensi, minat
dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Kemandirian dengan ciri-ciri umum di atas haruslah
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan peranan klien dalam
kehidupannya sehari-hari. Kemandirian sebagai hasil konseling
menjadi arah dari keseluruhan proses konseling, dan hal itu
didasari baik oleh konselor maupun klien (Prayitno, 2013: 117).
-
38
f. Asas kegiatan
Usaha bimbingan konseling tidak akan memberikan buah yang
berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai
tujuan bimbingan konseling. Hasil usaha bimbingan konseling
tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan
semangat klien sehingga ia mampu dan mau melaksanakan
kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang
menjadi pokok pembicaraan dalam konseling (Prayitno, 2013:
118).
g. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya
perubahan diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang
lama, yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, dinamis
sesuai dengan arah perkembangan klien yang dikehendaki
(Prayitno, 2013: 118).
h. Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan konseling berusaha memadukan sebagai
aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki
-
39
berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak
seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di
samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan
keterpanduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan
hendaknya aspek layanan yang satu tidak serasi dengan aspek
layanan yang lain.
Untuk terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu
memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan
aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai sumber yang dapat
diaktifkan untuk menangani masalah klien. Kesemuanya itu
dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam
upaya bimbingan konseling (Prayitno, 2013: 118).
i. Asas kenormatifan
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan
menurut norma-norma yang berlaku, baik norma agama, adat,
hukum, maupun kebiasaan sehari-hari (Sukitman, 2015: 29).
j. Asas keahlian
Asas keahlian mengandung pengertian bahwa pelayanan
bimbingan konseling hendaklah dilakukan secara teratur,
sistematik, dan menggunakan teknik serta peralatan yang memadai.
Agar dapat melakukan berdasarkan keahlian, petugas pembimbing
perlu mendapatkan latihan yang memadai sehigga layanan tersebut
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Asas keahlian menghendaki
-
40
supaya layanan yang diberikan kepada klien berdasarkan atas
kaidah-kaidah profesional, baik dalam layanan itu sendiri maupun
penegakan kode etik (Sukitman, 2015: 29-30).
k. Asas alih tangan kasus
Jika guru mengerahkan segenap kemampuannya untuk
membantu peserta didik namun peserta didik itu belum juga
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya, maka guru
harus mengalihtangankan kasus itu kepada petugas atau badan lain
yang lebih ahli. Di samping itu, asas ini juga mengisyaratkan
bahwa guru melayani masalah-masalah sesuai dengan
kewenangannya. Jika masalah yang ditangani berada di luar
kewenangannya, guru harus melimpahkannnya kepada petugas
atau badan yang lebih berwenang untuk mengatasi masalah
tersebut (Sukitman, 2015: 30).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa asas bimbingan konseling yaitu suatu
kaidah tentang ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam
penyelenggaraan pelayanan program bimbingan konseling. Beberapa
asas tersebut meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, dan asas alih tangan kasus.
7. Faktor penunjang kegiatan BK di sekolah
a. Faktor eksternal
-
41
Faktor ini meliputi aspek-aspek soaial dan non sosial. Faktor
sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung
maupun tidak langsung, seperti media yang sesuai dengan
tuntutan teknologi pendidikan, maka media pendidikan ini sangat
penting. Media pendidikan yang baik berupa hardware maupun
softwerenya sudah mendapat perhatian.
Adapun yang dimaksud faktor nonsosial adalah keadaan suhu
udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana (sepi,
bising, atau rame), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan,
kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan alat-alat atau fasilitas
belajar). Di sinilah penting dan perlunya program bimbingan dan
konseling untuk membantu agar mereka berhasil dalam belajar.
Layanan bantuan yang seyogyanya diberikan kepada para siswa
adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi kegiatan
layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan
yang bersifat preventif di antaranya dengan memberikan layanan
informasi sebagai berikut:
1) Sikap dan kebiasaan belajar yang positif;
2) Cara membaca buku yang efektif;
3) Cara membuat catatan pelajaran;
4) Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas;
5) Cara belajar kelompok;
b. Faktor internal
-
42
Ada beberapa faktor yang hendaknya dipenuhi agar belajar
dapat berhasil, yakni meliputi fisik dan psikis. Menurut W.H.
Burton faktor faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1) Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental: (1)
kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensional; (2)
kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian,
adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukn kegiatan
yang berlawanan; dan (3) kesiapan diri yang kurang matang.
2) Gangguan fisik: (1) kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat-alat bicara; (2) gangguan kesehatan atau sakit-
sakitan. Gangguan emosi: (1) merasa tidak aman; (2) kurang
bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupun
kebutuhan; (3) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan),
perasaan takut tidak karuan, perasaan ingin melarikan diri dari
masalah yang dialami; dan (4) ketidakmatangan emosi
(Hikmawati, 2012: 35-38).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa ada beberapa faktor yang bisa
menunjang kegiatan bimbingan konseling, faktor tersebut meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam meliputi fisik dan psikis pada diri siswa atau klien,
-
43
sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar meliputi
suasana, sarana prasarana, dan lingkungan sekitar.
B. Teori Metode Home Visit
1. Pengertian Metode Home Visit
Kata metode secara umum sering diartikan sebagai “cara yang
tepat”. Secara etimologi kata metode berasal dari kata meta dan hodos,
yang artinya melalui dan jalan. Pengertian yang lebih khusus lagi
yaitu cara yang tepat dan cepat dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan dalam kamus bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah
thariqah jamaknya thuruq, yang berarti langkah-langkah strategis
untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2004: 155).
Dalam KBBI kata home visit berasal dari bahasa inggris, home
artinya rumah, dan visit artinya mengunjungi. Jadi program home visit
adalah suatu program yang pelaksanaannya mengunjungi rumah-
rumah siswa yang dilakukan oleh pihak sekolah. Program home visit
merupakan kunjungan ke rumah siswa yang dilakukan oleh para guru
atau pembimbing.
Rumayulis (2004: 156) mengatakan bahwa metode home visit
merupakan salah satu metode dalam menjembatani komunikasi
antara sekolah dengan orangtua peserta didik dan masyarakat.
Adanya metode home visit dalam bimbingan dan konseling akan
membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
berkaitan dengan peserta didik di sekolah. Partisipasi orangtua
peserta didik sangat penting sekali bagi sekolah dalam rangka
mengatasi berbagai masalah yang terjadi antara sekolah dengan
peserta didik.
-
44
Pada hakekatnya metode home visit ini adalah salah satu usaha
menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, harmonis antara
pihak sekolah dan peserta didik. Dengan adanya metode home visit
ini, maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan memiliki
arah yang sama antara pendidikan yang ada di sekolah dengan
kehidupan peserta didik sehari-hari di rumah. Arah pendidikan yang
sama ini akan menjadikan pendidikan di sekolah selalu terdukung
dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya pendidikan di
sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik di
rumah, maka pendidikan akan “bertepuk sebelah tangan”. Misalnya di
sekolah diajarkan bagaimana cara berpakain muslimah yang baik,
akan tetapi setelah peserta didik pulang ke rumah apa yang telah di
pelajari di sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di rumah.
Seperti orang tua membelikan baju putrinya sesuai dengan model
masa kini yang dapat dikatakan “you can see” atau pakaian orang tua
peserta didik yang tidak mendukung terhadap apa yang telah
diajarakan di bangku sekolah. Jika pendidikan semacam ini (tidak
searah) terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan dalam
dunia pendidikan (Ramayulis, 2004: 157).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa metode home visit merupakan suatu
cara yang tepat dimana pelaksanaannya mengunjungi rumah-rumah
siswa yang dilakukan oleh guru BK, guru agama, dan wali kelas hal
-
45
tersebut untuk mengetahui permasalahan-permasalan yang ada pada
siswa tersebut dan merupakan bentuk kerja sama antara orang tua dan
sekolah.
2. Tujuan Metode Home Visit
Metode home visit memiliki fungsi dan tujuan dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada peserta didik.
Kemudian masalah tersebut dikomunikasikan kepada orangtua peserta
didik di rumah. Komunikasi ini akan sangat membantu dalam
pemantauan perkembangan peserta didik terhadap proses
pendidikannya di sekolah. Di samping metode home visit akan
membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
berkaitan dengan peserta didik di sekolah (Fachrudi; 1994:55).
Pada awalnya home visit ini dimaknai hanya sebatas kunjungan
sekolah kepada orangtua peserta didik semata, dalam arti lain hanya
digunakan untuk tujuan silaturahim seperti pemaknaan kunjungan
keluarga dalam konteks keagamaan. Pada perkembangan selanjutnya
home visit bukan hanya bermakna silaturahim saja akan tetapi lebih
dari silaturahim yaitu memiliki berbagai tujuan yang tercakup dalam
usaha peningkatan mutu sekolah, baik dalam hal peningkatan mutu
peserta didiknya dan keterlibatan orangtua dalam dukungannya
terhadap berbagai kegiatan program-program sekolah. Pemaparan
tentang program sekolah yang berupa home visit di atas maka dapat
diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu untuk:
-
46
a. Meningkatkan hubungan harmonis antara sekolah dengan
orangtua peserta didik.
b. Memperkenalkan program-program sekolah kepada orangtua.
c. Menyelesaikan masalah-masalah peserta didik di sekolah.
d. Memberdayakan atau keterlibatan orang tua peserta didik terhadap
pengembangan sekolah (Ramayulis, 2004: 160).
Ditambahkan menurut Fachrudi (1994:58) bahwasannya tujuan
adanya hubungan antara sekolah dengan orangtua peserta didik
yaitu, memupuk pengertian, pengetahuan tentang pertumbuhan
dan perkembangan pribadi anak dan memupuk pengertian dan
cara mendidik anak yang baik, agar anak memperoleh
pengalaman yang kaya dan bimbingan yang tepat, sehingga anak
dapat berkembang secara maksimal.
Searah dengan adanya home visit ini yaitu untuk tujuan
mengakrabkan antara sekolah dengan orang tua peserta didik, Leslie
merumuskan ada lima tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
pengakraban sekolah yaitu untuk:
a. Mengembangkan pengertian orangtua tentang tujuan dan kegiatan
pendidikan di sekolah.
b. Memperlihatkan bahwa rumah dan sekolah bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan anak di sekolah.
c. Memberi fasilitas pertukaran informasi antara orang tua dan guru
yang kemudian mempunyai dampak terhadap pemecahan
pendidikan anak.
-
47
d. Memperoleh opini masyarakat dijadikan perencanaan untuk
pertemuan dengan orangtua dalam rangka untuk kebutuhan murid-
murid.
e. Membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak
(Fachrudi; 1994:59).
Keseluruhan dari tujuan diadakannya home visit di atas secara
umum adalah untuk mengakrabkan sekolah dengan orangtua peserta
didik dan masyarakat pada umumnya. Pelibatan orangtua secara aktif
bagi sekolah tujuan utamanya yaitu berorientasi pada pemberdayaan
sekolah bukan untuk mendikte pengelolaan sekolah, (Pontianak Post;
2003:1).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
beberapa pendapat di atas bahwa tujuan metode home visit atau
kunjungan rumah adalah untuk mengetahui masalah-masalah yang
dihadapi peserta didik di rumahnya. Dengan mengetahui problema
anak, secara totalitas maka akan sangat membantu sekolah dalam
merencanakan program yang sesuai dengan minat peserta didik serta
dapat memantau perilaku peserta didik tersebut. Hal tersebut
merupakan bentuk kerja sama antara pihak orang tua dan sekolah.
-
48
C. Teori Kenakalan Siswa
1. Pengertian Siswa
Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dasar
hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah karena
manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan untuk
mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat
dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang
memungkinkan untuk diberi pendidikan (Suwarno, 2006: 36).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
kutipan di atas bahwa siswa adalah seorang remaja yang mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana
pada masa ini penuh dengan berbagai perubahan baik itu fisik, psikis,
perilaku, dan pola pikir serta masih berada dalam bangku sekolah
untuk proses belajar mencari ilmu.
2. Fakta-fakta siswa
Hubungan antara kematangan dan belajar merupakan penyebab dari
perkembangan siswa
a. Permulaan perkembangan adalah masa kritis
Sering sikap, kebiasaan dan perilaku siswa tidak sesuai dengan
harapan gurunya. Tetapi sering pula gurunya gagal mengubahnya,
justru perilaku tersebut menjadi-jadi, dan gurunya sendiri
-
49
ditentangnya. Bila ini terjadi, masa kritis perkembangan siswa
berubah menjadi negatif, guru pembimbing perlu memberikan
jalan keluar. Perlakukanlah mereka berbeda dengan yang lain,
terima dia apa adanya dan teguhkan hasratnya untuk berubah,
siapkan dia untuk menghadapi apa yang akan terjadi kedepannya
(Ridwan, 2004: 112).
b. Perkembangan siswa mengikuti pola tertentu dan yang dapat
diramalkan
Misalnya pola-pola teratur dari perkembangan fisik, bicara dan
intelektualnya. Jika kondisi lingkungan tidak menghambat,
perkembangan siswa akan mengikuti pola yang berlaku umum.
Hal ini guru pembimbing bertugas untuk mengkaji pola
perkembangan siswa tertentu (Ridwan, 2004: 112).
c. Setiap individu siswa berbeda
Seseorang tidak dapat mengharapkan hasil yang sama dari orang
lain dengan perkembangan usia dan intelektual yang sama.
Perbedaan individu justru berarti karena perbedaan diperlukan
bagi individualitas dalam pembentukan kepribadian (Ridwan,
2004: 113).
d. Perkembangan siswa memiliki karakteristik perilaku
Siswa sekolah sering dikenal sebagai masa puber atau masa
remaja, masa ini dicirikan dengan perilaku-perilaku yang spesifik
-
50
e. Perkembangan siswa dipengaruhi oleh perubahan budaya
Perkembangan siswa dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan
standar budaya dan segala hal yang ideal. Misalnya siswa yang
dibesarkan oleh satu orang tua (bapak atau ibu) belajar
menyesuaikan dengan standar perilaku yang dapat diterima secara
budaya bagi keluarga, akan berbeda dengan siswa yang
dibesarkan dengan ke dua orang tua (Ridwan, 2004: 114).
3. Pengertian Kenakalan Siswa
Kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang
dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, norma,
anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama. Dalam arti
luas meliputi perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan
dengan kaidah-kaidah hukum, yang bersifat anti sosial yang
menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya (Sudarsono,
2004: 11-12).
Kesimpulan penulis merangkum pendapat yang dirujuk dari
kutipan di atas bahwa kenakalan siswa adalah perilaku atau tingkah
laku yang dilakukan oleh seorang siswa, dimana perilaku tersebut
bertentangan dengan kaidah norma-norma yang ada, baik itu norma
yang ada di masyarakat, norma agama Islam, terutama norma yang
ada di sekolah atau tata tertib sekolah.
-
51
4. Masalah Siswa di Sekolah
Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia dapat dipastikan
memiliki masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang
dihadapi oleh individu yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
M. Hamdan Bakran dalam bukunya Tahirin (2007: 112),
mengklasifiksikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
a. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya
Kegagalan individu melakukan hubungan secara vertikal
dengan Tuhannya seperti sulit menghadirkan rasa takut, memiliki
rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan
rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya
sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan. Dampak
semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan
melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang Tuhan.
b. Masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri.
Kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati
nurani yaang selalu mengajak atau menyeru daan membimbing
kepada kebaikan dan kebenaran Tuhan-nya. Dampaknya adalah
muncul sikap was-was, ragu-ragu, berprasangka buruk
(su’udzon), rendah motivasi, dan dalam banyak hal tidak mampu
bersikap mandiri.
-
52
c. Masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga
Keluarga misalnya kesulitan atau ketidakm