BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Massa Tubuh (IMT) 1. Definisi Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan hasil bagi antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam meter (Dhara & Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan menurut musim, dan produktivitas kerja. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Gambar 2.1 Rumus perhitungan IMT (Kemenkes, 2010) IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita secara umum. Standar baru untuk

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Definisi

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan

hasil bagi antara berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi

badan (TB) dalam meter (Dhara & Chatterjee, 2015). IMT hingga kini dipakai

secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa

negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang

responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan

menurut musim, dan produktivitas kerja. IMT dipercayai dapat menjadi

indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT

merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh. Untuk

mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 2.1 Rumus perhitungan IMT (Kemenkes, 2010)

IMT diinterpretasikan menggunakan kategori status berat badan standar yang

sama untuk semua umur bagi pria dan wanita secara umum. Standar baru untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

8

IMT telah dipublikasikan pada tahun 2010 oleh Kemenkes RI. Adapun

klasifikasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Orang Indonesia (Kemenkes,

2010)

Kategori IMT

Berat badan kurang <18,5

Berat badan normal 18,5 – 22,9

Kelebihan berat badan > 23,0

Beresiko menjadi obes 23,0 – 24,9

Obesitas I 25,0 – 29,9

Obesitas II > 30,0

2. Faktor yang Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Usia

Penelitian yang dilakukan oleh Tungtrochitr dan Lotrakul menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan

IMT kategori obesitas. Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-

59 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan

kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai oleh karena

lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi

konsumsi pangan yang lebih sering (Hidayati, 2017).

b. Jenis kelamin

IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada

laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Data dari National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES) periode 1999-2000 menunjukkan tingkat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

9

obesitas pada laki-laki sebesar 27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di

Amerika (Kumalasari et all, 2009).

c. Pola makan

Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat

makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi

makanan yang dimakan oleh seorang individu, masyarakat atau sekelompok

populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap peningkatan indeks

massa tubuh sehingga seseorang dapat menjadi obesitas. Hal ini terjadi

karena kandungan lemak dan gula yang tinggi pada makanan cepat saji.

Selain itu peningkatan porsi dan frekuensi makan juga berpengaruh terhadap

peningkatan obesitas. Orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak

lebih cepat mengalami peningkatan berat badan dibanding mereka yang

mongkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama

(Kumalasari et all, 2009)

d. Aktifitas fisik

Aktifitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh

kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Menjaga kesehatan tubuh

membutuhkan aktifitas fisik sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga

kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan berat

badan atau pencegahan peningkatan berat badan dapat dilakukan dengan

beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari (Kurdanti et all, 2015).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

10

B. Volume Maximal O2 (VO

2max)

1. Definisi

VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi setelah

aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Orang yang

kebugarannya baik mempunyai nilai VO2max yang lebih tinggi dan dapat

melakukan aktivitas lebih kuat dari pada mereka yang tidak dalam kondisi baik.

Pengukuran nilai VO2max ini rupanya dapat digunakan untuk menganalisis efek

dari suatu program aktivitas fisik. VO2max umumnya digunakan untuk

menentukan kemampuan aktivitas dimana kemampuan aktivitas akan berkaitan

dengan sistem kardio dan sistem respirasi (Andriani, 2016). Nilai VO2max

bergantung pada keadaan kardiovaskular, respirasi, hematologi, dan kemampuan

latihan. Pengukuran nilai VO2max ini dapat digunakan untuk menganalisis efek

dari suatu program latihan fisik. Orang yang kebugarannya baik mempunyai nilai

VO2max yang lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat daripada

mereka yang tidak dalam kondisi baik (Watulingas et all, 2013). Berikut adalah

klasifikasi tingkat VO2max perempuan:

Tabel 2.2 Klasifikasi tingkat VO2max perempuan (Dunia Olahraga, 2017)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

11

2. Faktor-faktor yang menentukan nilai VO2max

a. Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler

1) Fungsi Paru – Paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan

kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini

didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. konsumsi

oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia

melakukan latihan dengan intensitas maksimal. Dalam fungsi paru, dikenal

juga istilah perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2diff). Selama aktivitas

fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah lebih

banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena

berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik

hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa. Peningkatan A-VO2diff terjadi

serentak dengan peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai

respon terhadap olah raga berat (Sudibyo,2012).

2) Fungsi Kardiovaskuler

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah

peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi

sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar 95% dari

tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat

lebih dari kecepatan sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke

jaringan, maka dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat

membatasi nilai VO2max (Sudibyo,2012).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

12

b. Sel Darah Merah (Hemoglobin)

Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka kadar

oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang tersedia. Jika

kadar hemoglobin berada di bawah normal, misalnya pada anemia, maka

jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya bila kadar

hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka

kadar oksigen dalam darah akan meningkat (Faruq, 2010).

c. Komposisi Tubuh

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung

kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olahraga

berat. Maka, jika VO2 max dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak

cenderung menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada

pembilang VO2 max; VO2 (mk/kg/menit) = VO2 (LO2) x 1000 : Berat badan

(kg). Jadi, kegemukan cenderung mengurangi VO2 max (Faruq, 2010).

d. Umur

Nilai VO2 max pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan

kenaikan progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan

dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2max anak laki-

laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat

latihan ketahanan tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11

tahun. Puncak nilai VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada

kedua jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah

usia 25 tahun (Sudibyo,2012).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

13

e. Keadaan latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2max Namun begitu, VO

2max

ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat berubah sesuai tingkat dan

intensitas aktivitas fisik. Contohnya, bed-rest lama dapat menurunkan

VO2max antara 15%-25%, sementara latihan fisik intens yang teratur dapat

menaikkan VO2max dengan nilai yang hampir serupa. Latihan fisik yang

efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan

intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa kegiatan

dan latar belakang latihan seorang atlet dapat mempengaruhi nilai VO2max –

nya. Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan mengamati tingkat

pemakaian oksigen pada seseorang yang melakukan olahraga aktifitas

dimana intensitasnya ditingkatkan sampai terjadi kelelahan (Brianmac.co.uk

diakses 24 januari 2017).

f. Keturunan

Keturunan atau genetik seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang

lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi,

dan mempunyai suplai pembuluh darah kapiler yang lebih baik terhadap otot

– otot, mempunyai kapasitas paru-paru yang lebih besar, dapat mensuplai

hemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak, dan jantung yang lebih

kuat. Konsumsi oksigen maksimum untuk mereka yang kembar identik sama

(Sudibyo,2012).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

14

g. Jenis kelamin

Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia

yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang menyebabkan

wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih

besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil daripada pria. Mulai

umur 10 tahun, VO2 max anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak

perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada

umur 16 tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak

perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita, Lebrun et al dalam

penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang mendapat latihan fisik

sedang, melakukan pengukuran serum estradiol dan progesteron untuk

memantau fase-fase menstruasi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa

VO2 max absolut meningkat selama fase folikuler disbanding dengan fase

luteal (Sudibyo,2012).

h. Suhu

Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat. Padahal

progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat meningkatkan suhu basal

tubuh. Efek termogenik dari progesteron ini rupanya meningkatkan BMR ,

sehingga akan berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya

berpengaruh pula pada nilai VO2max. Sehingga, secara tidak langsung,

perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai VO2max (Sudibyo,2012).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

15

3. Cara melatih VO2max

Untuk melatih VO2max, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, latihan

harus menggunakan otot-otot besar tubuh secara intensif (terus menerus) dalam

durasi yang relatif lama. Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2max adalah

jenis latihan cardio atau aerobic, latihan yang memacu detak jantung, paru dan

sistem otot. Latihan harus berlangsung dalam durasi yang relatif lama namun

dengan intensitas sedang. Sejumlah penelitian menunjukan bahwa meningkatkan

VO2max dapat dengan latihan pada intensitas detak jantung 65% sampai 85%

dari detak jantung maksimum, selama setidaknya 20 menit, frekuensi 3-5 kali

seminggu. Contoh latihan yang dapat dilakukan adalah Fartlek, Interval

Training, Circuit Training, Cross Country, atau kombinasi dan modifikasi dari

latihan tersebut.

a. Metode Fartlek

Latihan fartlek atau speed play adalah suatu sistem pelatihan endurance,

yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau

memelihara kondisi tubuh seseorang (sugiharto, 2014). Fartlek sebaiknya

dilakukan di alam terbuka dimana ada bukit-bukit, semak belukar, selokan

untuk dilompati, dan sebagainya. Fartlek biasanya dimulai dengan lari

lambat-lambat yang kemudian di variasi dengan sprint-sprint pendek yang

intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang

26 cukup tinggi, kemudian diselingi dengan jogging dan sprint lagi, dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

16

sebagainya, metode ini sebaiknya dilakukan pada persiapan, masa jauh

sebelum pertandingan. Macam-macam lari dibukit-bukit:

1) Lari jarak pendek 30- 27 60 meter dilakukan di tempat yang curam

dilakukan 5-10 kali dengan istirahat cukup. Tujuannya untuk

memperbaiki tenaga dan kecepatan.

2) Lari jarak sedang: Menempuhn jarak 60-80 meter. Tidak dilakukan di

tempat yang terlalu curam

3) Lari jarak panjang: 100-150 meter. melalui lereng-lereng yang tidak

curam jarak pelari yang satu dengan yang lainnya berdekatan tapi tanpa

adanya rasa ketegangan yang berlebihan. Dilakukan 15-20 kali. diselingi

dengan istirahat yang pendek tetapi aktif. Hal ini akan menambah daya

tahan organ tubuh.

4) Lari di sekitar bukit-bukit: 400-800 meter naik turun bukit.

b. Interval Training

interval training adalah suatu sistem atau metode latihan yang diselingi

oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat (Hanifah, 2015). Jadi

latihan misalnya lari – istirahat – latihan – masa-masa istirahat istirahat.

Interval training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh karena

hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun stamina atlet.

Bentuk latihan dalam interval training dapat berupa lari (interval running)

atau renang (interval swimming). Interval training dapat pula diterapkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

17

dalam weight training, circuit training, dan sebagainya. Ada beberapa faktor

yang harus dipenuhi dalam menyusun interval training, yaitu : Lamanya

latihan, beban (intensitas) latihan, Ulangan (repetition) melakukan latihan

dan Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan.

c. Circuit Training

Sistem latihan circuit training sejak diperkenalkan oleh Morgan dan

Adamson pada tahun 1953 di University of Leeds di Inggris (Rusli, 2010)

menjadi semakin populer dan diakui oleh banyak pelatih, ahli-ahli pendidikan

jasmani, dan atlet sebagai suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki

secara serempak fitness keseluruhan daru tubuh, yaitu komponen-komponen

biomotorik, karena itu bentuk-bentuk latihan dalam circuit training biasanya

adalah kombinasi dari semua unsur fisik. Latihan-latihannya dapat berupa lari

naik-turun tangga, melempar bola, shuttle run, berbagai bentuk weight

training, dan sebagainya. Circuit training didasarkan pada asumsi bahwa

seorang atlet akan dapat memperkembang kekuatannya, daya tahannya,

kelincahan, total fitnessnya dengan jalan:

1) Melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam suatu jangka waktu

tertentu.

2) Melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

18

d. Cross Training

Latihan cross country atau lari lintas alam biasa dilakukan di daerah

berbukit-bukit dengan medan yang menanjak, turun, berbatu, dan lain

sebagainya yang tersedia di alam, sebagai fasilitasnya berbeda dengan di trek

lari seperti stadion. Seperti halnya ini sesuai dengan pendapat (Rusli, 2010)

yang menjelaskan sebagai bahwa :

Metode latihan lari lintas alam (cross country) merupakan metode latihan

yang sangat sederhana, hal ini dikarenakan bentuk latihan ini dapat

dilakukandengan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya operasional yang

sangat banyak, bentuk latihan ini hanya memanfaatkan trek atau lintasan

yang disediakan oleh alam dan beberapa kriteria adalah dilakukan dilintasan

alam terbuka, berada dalam suhu yang segar dan dapat menyediakan suplaian

oksigen yang sangat banyak, atau dapat pula dilakukan pada waktu pagi

menjelang siang hari.

4. Manfaat Volume Oksigen Maksimal (VO2max)

Sumosardjuno (2013), menyatakan bahwa bagi mereka yang terlatih

olahraga aerobik secara teratur akan mendapat keuntungan, antara lain:

a. Berkurangnya resiko ganguan pada jantung dan pendarahan darah.

b. Tekanan darahnya yang sebelumnya tinggi akan menurunsecara teratur.

c. Terjadi penurunan kadar lemak yang membahayakan didalam darah dan

terjadi kenaikkan kadar lemak yang baik dan bermanfaat bagi badan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

19

d. Tulang-tulang, persendian, dan otot-otot menjadi lebih kuat (tergantung

macam latihannya).

5. Pengukuran VO2max dengan Multistage Fitnes Test (MFT)

Tes adalah alat pengukuran yang mempunyai standar yang objektif sehingga

dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul diguakan untuk mengukur

dan membandingkan keadaan psikis dan tingkah laku individu. Menurut

Suharsini & Arikunto (2013), tes merupakan suatu prosedur yang sistematis

untuk membandingkan tingkah laku 2 orang atau lebih. Berdasarkan pendapat

diatas maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah cara yang dapat digunakan atau

prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang

pendidikan, yang terbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah. Sehinggga dapat

dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi. Dimana nilai

tersebut dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testi laiannya, atau

dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dalam pengukuran tingkat kebugaran

atau VO2max seseorang dapat dilakukan dengan beberapa tes kebugaran jasmani

antara lain:

a. Prosedur Multstage Fitnes Test (MFT)

Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus,

asalkan yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap

tahapan tes serta dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan.

tes MFT sangatlah mudah dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

20

kebugaran lainnya tes ini tidak rumit dalam pelaksanaannya, tes ini mengukur

koordinasi jantung, paru dan pembuluh dara atau dengan kata lain

Cardiovascular. ketika seseorang memiliki Cardiovascular yang baik dan kuat

maka kebugarannya dapat dikatakan kuat (Fenanlampir & Faruq, 2015)

b. Mekanisme Multi Fitnes Test (MFT)

Peserta tes akan berlari secara bolak balik dengan lintasan lari yang rata,

tidak licin dengan jarak 20 meter, lebar 1-15 meter. Peserta yang tidak kuat

akan diberhentikan,dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan

semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik cardiovascular orang

tersebut (Fenanlampir & Faruq, 2015).

Gambar 2.2 Lintasan Multi Fitnes Test (MFT) (Laksana, 2009)

c. Tindakan Pencegahan

Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes

yang kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau

tenaga medis lainnya. Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian

peserta test agar mereka dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh.

usahakan sedapat mungkin peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi

menyesuaikan langkah dengan signyal yang didiktekan lewat kaset (Laksana,

2009)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

21

d. Nilai Multi Fitnes Test (MFT)

Tabel 2.3 Prediksi Nilai Ambilan Oksigen Maksimal dengan Multystage

Fitnes Test (MFT) (Laksana,2009)

Tingkat

(Level)

Bolak –

Balik

Prediksi

VO2Max

Tingkat

(Level)

Bolak –

Balik

Prediksi

VO2Max

1 1

2

3

4

5

6

7

17,2

17,6

18,0

18,4

18,8

19,2

19,6

2 1

2

3

4

5

6

7

8

20,0

20,4

20,8

21,2

21,6

22,0

22,4

22,8

3 1

2

3

4

5

6

7

8

23,2

23,6

24,0

24,4

24,8

25,2

25,6

26,0

4 1

2

3

4

5

6

7

8

9

26,4

26,8

27,2

27,2

27,6

28,0

28,7

29,1

29,5

5 1

2

3

4

29,8

30,2

30,6

31,0

6 1

2

3

4

33,2

33,6

33,9

34,3

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

22

5

6

7

8

9

31,4

31,8

32,4

32,6

32,9

5

6

7

8

9

10

34,7

35,0

35,4

35,7

36,0

36,4

7 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

36,8

37,1

37,5

37,5

38,2

38,5

38,9

39,2

39,6

39,9

8 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

40,2

40,5

40,8

41,1

41,5

41,8

42,0

42,2

42,6

42,9

43,3

9 1

2

3

4

5

6

7

8

9

43,6

43,9

44,2

44,5

44,9

45,2

45,5

45,8

46,2

10 1

2

3

4

5

6

7

8

9

47,1

47,4

47,7

48,0

48,4

48,7

49,0

49,3

49,6

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

23

10

11

46,5

46,8

10

11

49,9

50,2

11 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

50,5

50,8

51,1

51,4

51,6

51,9

52,2

52,5

52,8

53,1

53,4

53,7

12 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

54,0

54,3

54,5

54,8

55,1

55,4

55,7

56,0

56,3

56,5

56,8

57,1

13 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

57,4

57,6

57,9

58,2

58,5

58,7

59,0

59,3

59,5

59,8

60,0

60,3

14 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

60,8

61,1

61,4

61,7

62,0

62,2

62,5

62,7

63,0

63,2

63,5

63,8

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

24

13 60,0 13 64,0

15 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

64,3

64,4

64,8

65,1

65,3

65,6

65,9

66,2

66,5

66,7

66,9

67,2

67,5

16 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

67,8

68,0

68,3

68,5

68,8

69,0

69,3

69,5

69,7

69,9

70,2

70,5

70,7

70,9

17 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

71,2

71,4

71,6

71,9

72,2

72,4

72,6

72,9

73,2

73,4

73,6

18 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

74,6

74,8

75,0

75,3

75,6

75,8

76,0

76,2

76,5

76,7

76,9

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

25

12

13

14

73,9

74,2

74,4

12

13

14

15

77,2

77,4

77,6

77,9

19 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

78,1

78,3

78,5

78,8

79,0

79,2

79,5

79,7

79,9

80,2

80,4

80,6

80,8

81,0

81,3

20 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

81,5

81,8

82,0

82,2

82,4

82,6

82,8

83,0

83,2

83,5

83,7

83,9

84,1

84,3

84,5

84,8

21 1

2

3

4

5

6

85,0

85,2

85,4

85,6

85,8

86,1

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

26

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

86,3

86,5

86,7

86,9

87,2

87,4

87,6

87,8

88,0

88,2

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

27

C. Bola Voli

1. Definisi

Bola voli adalah salah satu olahraga yang dilakukan melalui permainan,

yang dilakukan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh net

(Anggraini, 2014). Sedangkan menurut permana (2008) menyatakan bahwa, bola

voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dan setiap tim terdiri dari dari

enam pemain, tim tersebut misalnya tim A dan tim B, untuk memulai permainan

tim pertama akan melakukan serve dipilih melalui “lempar koin”. Dari pendapat

beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bola voli adalah olahraga

yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh net dan

setiap tim terdiri dari enam pemain.

2. Latihan bola voli

a. Latihan Daya Tahan Aerobic dan Anaerobic

Daya tahan kardiovaskuler dapat dilatih dengan cara jogging serta

melakukan gerakan lain yang dominan mempunyai nilai aerobic.

Biasakanlah pemain untuk melakukan jogging selama 40 - 60 menit dengan

berbagai variasi kecepatan. Latihan ini bertujuan untuk menambah tingkat

daya tahan otot dan daya tahan kardiovaskuler. Dengan artian pemain

dituntut bergerak dan lari dengan waktu yang lama tanpa mengalami

kelelahan yang berlebih. Tindak lanjut dari latihan ini yaitu dengan

menambah kecepatan, intensitas dan kualitas gerak, supaya bisa berpengaruh

pada proses anaerobic atau stamina pemain. sampai pemain mampu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

28

melakukan gerakan cepat dalam waktu yang lama, stabil, dan konsisten

(John, 2010).

Gambar 2.3 Latihan Daya Tahan (Dunia Olahraga, 2017)

b. Latihan Locat Tali

Latihan ini sangat baik guna untuk membina daya tahan, kelincahan kaki

dan kecepatan serta melatih kemampuan gerak pergelangan tangan lebih

lentur dan kuat. Proses latihan dapat dilakukan dengan loncat satu kaki

secara bergantian dan loncat dua kaki (John, 2010).

Gambar 2.4 Latihan Loncat Tali (Dunia Olahraga, 2017)

c. Latihan Beban Weight Training

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

29

Menurut Djoko (2009), latihab beban atau weight training adalah salah

satu cara pemantapan kondisi yang melibatkan gerakan yang berulang-ulang

dengan beban yang submaksimal, sedangkan menurut John (2010), latihan

beban merupakan suatu bentuk latihan yang menggunakan media atau alat

beban untuk menunjang proses latihan dengan tujuan untuk meningkatkan

kebugaran seperti pull up dan dumbbell.

Gambar 2.5 Latihan Beban (Octarina,2012)

d. Latihan Kelenturan flexibility training

Pemain bola voli juga dituntut untuk lebih fleksibel supaya menunjang

pemain bergerak lincah untuk mengubah arah dan berbalik badan ketika

bermain dan juga supaya tidak rentan cedera pada bagian persendian dan

otot. Program latihan fleksibilitas yang bisa diterapkan adalah dengan

melakukan peregangan yang benar seperti diantaranya mencium lutut, sikap

lilin, breugh dan lain-lain (John, 2010).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/43292/3/jiptummpp-gdl-cahyaniirm-50532-3-babii.pdf · intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan

30

Gambar 2.6 Latihan Kelenturan (Yusuf, 2014)