Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Geologi Cekungan Sumatera ... · PDF fileBab II Tinjauan Pustaka...
Transcript of Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Geologi Cekungan Sumatera ... · PDF fileBab II Tinjauan Pustaka...
8
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Geologi Cekungan Sumatera Tengah
II.1.1 Stratigrafi
Stratigrafi Cekungan Sumatera Tengah terdiri dari satuan-satuan stratigrafi dari
tua ke muda yaitu :
• Batuan dasar atau basement yang terdiri dari batuan beku, metamorf dan
metasediment berumur pra-Tersier. Basement pra-Tersier yang mengalasi
Sub Cekungan Barumun termasuk Terrane Mergui dengan Formasi Kluet
dan Formasi Bohorok di bagian timur (Pulunggono & Cameron, 1984).
Formasi Kluet terdiri dari slate marin dan batupasir metasediment yang
kaya akan kuarsa berumur Karbon. Formasi Bohorok yang diduga
merupakan sedimen asal glasial, terdiri dari pebbly mudstone yang
berumur Karbon (Pulunggono & Cameron, 1984)
• Kelompok Pematang yang berumur Eosen hingga Oligosen Akhir terdiri
dari endapan non marin dengan lingkungan dari fluvial ke lakustrin.
Kelompok ini dikenal memiliki tiga formasi di dalamnya, yaitu Lower
Red Bed, Brown Shale dan Formasi Upper Red Bed. Kelompok ini
diendapkan dalam graben ataupun half graben yang terbentuk bersamaan
dengan rifting cekungan.
• Kelompok Sihapas yang berumur Miosen Awal hingga Pliosen Awal
merupakan kelompok sedimen yang diendapkan dalam lingkungan marin.
Secara umum kelompok ini terdiri dari Formasi Menggala di bagian
bawah, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri serta Formasi
Telisa. Kelompok ini diendapkan secara tidak selaras di atas Kelompok
Pematang.
• Formasi Petani berumur Pliosen hingga Pleistosen, terdiri dari sedimen
marin yang didominasi oleh lempung dan diendapkan tidak selaras diatas
Kelompok Sihapas.
• Endapan aluvium sering juga disebut Formasi Minas sebagai endapan
Kuarter.
9
Gambar II.1 Kolom litostratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah pada
penampang barat-timur melalui bagian tengah Cekungan Sumatera Tengah, (Laporan internal CARE Study CPI, 1990: modifikasi dari Eubank dan Makki, 1981 – tidak dipublikasikan).
Pematang Group
Pematang Group
Bekasap Fm.
Telisa Fm.
Petani Fm.
Duri Fm.
Menggala Fm.
Bangko Fm.
Upper Red Bed Fm.
Lower Red Bed Fm.
Lower Red Bed Fm.
Minas Fm.
10
Penamaan dan pengelompokan yang menggunakan kaidah tektonostratigrafi
masih sangat terbatas. Menurut Kelley, dkk. (1994) stratigrafi syn-rift Paleogen
dari Cekungan Sumatera Tengah terdiri dari lima sekuen lithostratigrafi (Gambar
II.2) yaitu: Formasi Lower Red Bed, Formasi Brown Shale dan Formasi Batubara,
Formasi Lake Fill sebagai pengisian cekungan pasca rifting dan sekuen
fanglomerate yang umumnya berada di tepi border fault.
Gambar II.2 Penggambaran posisi stratigrafis dari anggota-anggota Kelompok
Pematang menurut Kelley, dkk. (1994).
II.1.1.1 Stratigrafi dan Sistem Petroleum
Cekungan Sumatera Tengah sampai saat ini adalah cekungan yang paling kaya
hidrokarbon di Indonesia dengan perkiraan cadangan hidrokarbon diketemukan
mencapai 28 milyar barel minyak. Faktor utama yang menentukan banyaknya
volume hidrokarbon yang dihasilkan dan diketemukan di cekungan ini salah
satunya adalah kekayaan batuan induk dengan kerogen tipe I dan II dari
Kelompok Pematang dan gradien geothermal yang tinggi. Batuan reservoir utama
berasal dari Kelompok Sihapas yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal
dan batuan tudung serpih laut dalam Formasi Petani pada lingkungan laut dalam.
Posisi stratigrafi masing masing kelompok dan Formasi dapat dilihat dalam
gambar kolom stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah pada Gambar II.1.
11
Batuan induk diendapkan dalam beberapa depresi berbentuk half graben
diantaranya graben Aman, Tapung, Bengkalis, Balam, Rangau dan Kiri. Sub
Cekungan Barumun langsung berbatasan dengan tinggian Asahan di utara.
Sampai saat ini urutan stratigrafi batuan sedimen Paleogen dari Sub Cekungan
Barumun belum diketahui secara lengkap sampai pada stratigrafi syn-rift bagian
bawah.
II.1.2 Tektonik dan Kerangka Struktur Regional
Cekungan Sumatera Tengah dibatasi oleh beberapa tinggian, Tinggian Asahan di
utara, Bukit Barisan di bagian barat, Tinggian Tigapuluh di selatan dan Tinggian
Malaka-Malaysia di bagian timurlaut. Cekungan Sumatera Tengah sejak Miosen
Tengah adalah cekungan di belakang busur magmatik yang saat ini berupa
pegunungan yang disebut sebagai Pegunungan Barisan.
Pembentukan cekungan ini berhubungan dengan rifting pada Eosen sampai
Oligosen, terdiri dari seri graben dan horst dalam satu rangkaian pull apart yang
dihubungkan oleh satu bidang detachment, yang memiliki kedalaman kurang
lebih pada kedalaman 18.000 kaki (Heidrick dkk., 1996). Identifikasi mekanisme
pull apart dilakukan dengan memahami geometri dari struktur-struktur yang
membatasi cekungan dan analisis kinematika struktur-struktur utama pembentuk
cekungan.
II.1.2.1 Tatanan Tektonik
Sumatera merupakan daerah batas tektonik aktif (active margin) dari konvergensi
Lempeng Indo-Australia yang bergerak secara oblique ke utara bertumbukan
dengan bagian selatan lempeng Eurasia (Gambar II.3).
Konfigurasi batas tektonik Sumatera saat ini terdiri dari jalur subduksi (trench),
prisma akresi, ridge dari lingkaran luar, cekungan muka busur magmatik, busur
volkanik aktif, dan cekungan belakang busur magmatik (Hall, 2002).
12
Gambar II.3 Peta Tektonik Sumatera yang merupakan batas aktif konvergensi
Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia dengan konfigurasi sebaran litologi (Barber, 2000). Daerah Sub Cekungan Barumun berada dalam kotak merah.
Sejarah subduksi di daerah ini sudah dimulai paling tidak sejak akhir
Paleozoikum sampai dengan saat ini (Hall, 2002). Sumatera diinterpretasi
dilandasi oleh batuan dasar asal pecahan kontinen yang berumur Permian sampai
Karbon yang terakresi dari beberapa terrane pada Mesozoikum yang terdiri dari
bataun beku, metamorf dan sebagian batuan sedimen..
Terrane dari batuan dasar yang dikenal sebagai pembentuk Sumatera dimulai
dari timur ke barat adalah adalah Terrane Malaya Timur di bagian timur
semenanjung Malaya, Terrane Malaka di sepanjang selat Malaka sampai Tanah
U
13
Genting dan Bangka, Mutus Assemblage sepanjang graben Bengkalis sampai ke
Tanah Genting, Terrane Mergui terbentang dari bagian timur Aceh, Sumatera
Utara, Tengah dan Selatan hingga ke Sumatera Barat. Di bagian paling barat
terdapat Terrane Woyla yang terakresi terakhir pada Mesozoikum dan terbentang
dari Sumatera Selatan hingga Sumatera Utara di bagian tepi barat dari Bukit
Barisan (dari beberapa sumber dalam Pulunggono & Cameron, 1984). Terrane
basement yang dikenali tersebut di atas diduga merupakan lempeng-lempeng
mikro dari pecahan kontinen, busur magmatik atau volkanik dan sebagian juga
terdiri dari ophiolit.
Tumbukan antara Sumatera-Jawa bagian Barat dan Terrane Woyla pada
Mesozoikum menghentikan aktifitas magmatik Mesozoikum dan batuan
Kenozoikum diendapkan secara tidak selaras di atas batuan Mesozoikum (Barber,
2000). Pada awal Kenozoikum terjadi pengangkatan regional yang diikuti oleh
ekstensi dan subsidence yang membentuk cekungan-cekungan dan graben-
graben di sepanjang Sumatera. Inversi di daerah muka busur sudah dimulai sejak
Miosen Awal. Baik model ekstensional maupun model strike slip telah diajukan
sebagai penjelasan pembentukan cekungan (Hall 2002).
Kelompok basement dari lempeng-lempeng mikro di atas diduga telah membawa
lineamen zona lemah yang digunakan kembali oleh deformasi berikutnya pada
pembentukan Sub Cekungan Barumun.
Subduksi oblique di bagian barat Sumatera mengakibatkan munculnya dextral
shear couple dan memicu pergerakan sesar besar Sumatera menjadi strike slip
dekstral sepanjang Pulau Sumatera. Sesar ini mulai aktif dengan konfigurasi
seperti saat ini sejak Miosen Awal (Hall, 2002). Sesar Sumatera digambarkan
sebagai satu segmen menerus dalam Gambar II.3, namun pada kenyataannnya
Sesar Sumatera ini terdiri dari banyak segmen-segmen berarah baratlaut-tenggara
yang saling terkait dan potong memotong satu dengan yang lain seperti tampak
dalam Gambar II.4.
14
Gambar II.4 Kerangka struktur regional Cekungan Sumatera Tengah, Barumun
Graben terletak di bagian paling utara dari Cekungan Sumatera Tengah, dalam kotak hijau, di depan Tinggian Kubu. (Heidrick dkk, 1996).
II.2.2 Kerangka Struktur Regional
Deformasi Paleogen membentuk struktur-struktur regional cekungan Sumatera
Tengah didominasi oleh struktur utama berarah utara-selatan dan baratlaut-
tenggara (Heidrick dkk., 1996). Graben-graben berarah utara-selatan dan
baratlaut-tenggara yang terbentuk pada Eosen-Oligosen menjadi pusat-pusat
pengendapan Kelompok Pematang sebagian besar pada kondisi lingkungan darat.
Deformasi periode berikutnya pada umur Miosen membentuk struktur inversi
pada struktur yang berarah utara-selatan dan baratlaut–tenggara sambil me-
reaktifasi struktur yang lebih tua. Struktur-struktur berarah utara-selatan pada
periode deformasi ini cenderung membentuk strike slip.
U
15
Deformasi terakhir pada kala Pliosen membentuk struktur inversi kuat pada
struktur berarah baratlaut-tenggara, bahkan di beberapa tempat membentuk
inversi dan sesar naik. Deformasi Pliosen ini yang sangat berperan dalam
pembentukan sebagian besar jebakan hidrokarbon di Cekungan Sumatera
Tengah.
Pola graben yang berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara tersusun dalam
pola romboik dan diinterpretasi sebagai cekungan hasil tarikan dalam zona
tektonik wrench yang dipicu oleh subduksi miring di bagian barat Sumatera sejak
Eosen.
Sub cekungan atau palung-palung sedimenter berupa half graben di cekungan
Sumatera Tengah umumnya berarah utara-selatan seperti Graben Aman Utara,
Aman Selatan, Balam, Kiri dan Barumun (Gambar II.5). Hanya sebagian kecil
graben berarah baratlaut–tenggara seperti Rangau, Tesso dan Nilo Graben.
Graben yang memanjang utara-selatan dan diperkirakan dibatasi oleh dua sesar
geser berarah utara-selatan yaitu Bengkalis Graben (Gambar II.5).
Sub Cekungan Barumun dibatasi oleh Tinggian Asahan di bagian utara, Tinggian
Bukit Barisan di bagian barat, Tinggian Kubu di bagian selatan dan Tinggian
Malaka sebagai tinggian regional di bagian timur. Sub Cekungan Barumun
dihubungkan dengan Graben Balam dan Aman Utara di Cekungan Sumatera
Tengah bagian selatan oleh sebuah zona shear yang disebut Sitangko Shear Zone.
Secara umum struktur Sub Cekungan Barumun terdiri dari struktur sesar berarah
utara-selatan, sesar timurlaut–baratdaya, dan sesar berarah baratlaut-tenggara.
Sebagian besar sesar merupakan sesar normal dengan dip-slip ke arah timur dan
selatan. Antiklin-antiklin yang muncul dapat dilihat berkaitan erat dengan sesar-
sesar naik berarah baratlaut-tenggara.
16
Gambar II.5 Kerangka struktur regional Cekungan Sumatera Tengah
Sesar-sesar Paleogen berarah utara-selatan umumnya menjadi sesar-sesar normal
pembentuk cekungan (border fault). Pada deformasi Neogen sebagian sesar-
sesar ini terinversi menjadi sesar naik dan strike slip. Sebagian sesar-sesar
berarah baratlaut-tenggara yang pada masa Paleogen mungkin berupa sesar
normal atau strike slip, pada deformasi Neogen tereaktifasi menjadi strike slip
dan sesar naik. Sesar-sesar Paleogen berarah timurlaut-baratdaya hampir selalu
bersifat sesar normal dan bahkan kemungkinan tetap bersifat pasif pada
deformasi Neogen.
II.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terbaru yang pernah dilakukan di daerah Sub Cekungan Barumun yang
sama dilakukan oleh Rahardjo pada tahun 2003. Pada penelitian tersebut,
sedimen syn-rift dikelompokkan menjadi delapan sekuen yang berbeda dari awal
17
pembentukan cekungan hingga akhir pembentukan cekungan yang disetarakan
dengan Kelompok Pematang, Cekungan Sumatera Tengah. Dalam penelitian
tersebut dibahas juga hasil pergerakan struktur dan pengaruhnya terhadap
ketebalan stratigrafi dan jenis lingkungan pengendapan yang berkorelasi
dengannya.
Penafsiran lingkungan pengendapan dari stratigrafi seismik jika dilakukan pada
penampang seismik yang didatarkan pada datum stratigrafi tertentu (flattened),
memiliki potensi kesalahan karena posisi downlap dapat ditafsirkan sebagai
onlap. Sebagai contoh penafsiran terdapat pada Gambar II.6, gambar tersebut
menampilkan alternatif lain dari penafsiran lingkungan pengendapan.
Gambar II.6 Perbedaan interpretasi pada penelitian terdahulu dan penelitian ini
(modifikasi dari Rahardjo, 2003).
Penelitian terdahulu membagi tektonostratigrafi Kelompok Pematang di Sub
Cekungan Barumun dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar terdiri dari rift
initiation, syn-rift, dan immediate post rift. Sementara sekuen-sekuen stratigrafi
EastInline 500Inline 500West
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
EastInline 500Inline 500West
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
EastEastInline 500Inline 500WestWest
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
EastInline 500Inline 500West
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
EastInline 500Inline 500West
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
EastEastInline 500Inline 500WestWest
Alluvial Fan Fan DeltaFlexural Progradation
Penafsiran lingkungan aluvial fan dan fan delta bisa berubah menjadi footwall block fan delta dan deep lacustrine turbidite jika struktur dan arsitektur cekungan sudah ditafsirkan dengan benar
Turbidit/endapan danau dalam
Sistem sesar tangga pada sistem danau
Delta blok footwall Datum erosi terendah
18
seismik yang dikenali sebanyak 8 interval yaitu Pematang-1 sampai dengan
Pematang-8 (Gambar II.7).
Penafsiran tektonostratigrafi Sub Cekungan Barumun dalam penelitian terdahulu
oleh Rahardjo (2003) memasukkan sekuen Pematang 1 sampai Pematang 8
seluruhnya ke dalam satu sistem rift yang menerus (Gambar II.7). Tinjauan
menyeluruh secara spasial atas data seismik dan sumur pemboran terbaru
memunculkan perbedaan penafsiran tektonostratigrafi pada Sub Cekungan
Barumun. Dalam penelitian ini diduga Pematang 1-2-3 merupakan sedimen pra
rifting yang menjadi alas dan dipotong oleh rifting Eosen-Oligosen yang terekam
oleh sekuen Pematang 4 sampai Pematang 8.
Gambar II.7 Tektonostratigrafi Sub Cekungan Barumun pada penelitian
sebelumnya (Rahardjo, 2003).