BAB IV Stratigrafi

41
BAB IV STRATIGRAFI Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam hubungan mula jadi dan sejarah pembentukkanya dalam ruang dan waktu geologi. Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi, penamaan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara batuan yang satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan lateral, serta dinamika pengendapan dan lingkungan pengendapannya. IV.1. Stratigrafi Regional Secara regional, daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Yogyakarta - Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jalur Pegunungan Selatan Jawa. Satuan batuan yang tertua di daerah ini berupa batuan metamorf yang tersingkap di Pegunungan Jiwo, Bayat, dan Klaten, sedangkan batuan yang termuda adalah Endapan Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Endapan Aluvium. Untuk 40

description

Stratigrafi litologi di Imogiri

Transcript of BAB IV Stratigrafi

Page 1: BAB IV Stratigrafi

BAB IVSTRATIGRAFI

Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam

hubungan mula jadi dan sejarah pembentukkanya dalam ruang dan waktu geologi.

Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi,

penamaan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara batuan yang

satu dengan yang lain, penyebarannya secara vertikal dan lateral, serta dinamika

pengendapan dan lingkungan pengendapannya.

IV.1. Stratigrafi Regional

Secara regional, daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan

Yogyakarta - Jawa Tengah yang merupakan bagian dari jalur Pegunungan Selatan

Jawa. Satuan batuan yang tertua di daerah ini berupa batuan metamorf yang

tersingkap di Pegunungan Jiwo, Bayat, dan Klaten, sedangkan batuan yang termuda

adalah Endapan Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Endapan Aluvium. Untuk

Pegunungan Selatan bagian barat, menurut Surono dkk (1992), pembagian satuan

batuan berumur Tersier dari tua ke muda adalah Formasi Kebo-Butak, Formasi

Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Oyo, Formasi Wonosari

dan Formasi Kepek (Tabel 2). Urut-urutan formasi batuan di Pegunungan Selatan

bagian barat adalah sebagai berikut (Surono dkk, 1992) :

40

Page 2: BAB IV Stratigrafi

41

IV.1.1. Batuan Metamorf

Merupakan batuan tertua yang berumur Kapur-Paleosen Awal terdiri dari,

pilit, sekis, marmer dan kuarsit.

IV.1.2. Formasi Wungkal-Gamping

Formasi ini berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir, terdiri atas batupasir, napal

pasiran, batulempung dan batugamping. Bagian bawahnya berupa perselingan antara

batupasir dan batulanau, serta batugamping. Bagian atasnya berupa napal pasiran dan

batugamping.

IV.1.3. Formasi Kebo-Butak

Formasi Kebo-Butak ini berumur Miosen Awal yang disusun oleh batupasir,

batulempung, dan serpih. Litologi tersebut terletak di bagian bawah, sedangkan

bagian atas tersusun oleh batulanau, batupasir kerikilan, dan batupasir tufan. Sebagian

tempat di bagian tengahnya dijumpai retas andesit-basal dan di bagian atasnya

dijumpai breksi andesit. Batuan penyusun utama formasi ini adalah endapan

piroklastik yang berasal dari hasil erupsi gunungapi bawah laut. Pada formasi ini

disisipi oleh sill dan lava andesitik basaltik dengan ketebalan diperkirakan 500-1000

m (Surono dkk, 1992).

IV.1.4. Formasi Semilir

Formasi ini berumur Miosen Awal dengan ketebalan kurang lebih 1000 m

yang terletak selaras di atas Formasi Kebo-Butak. Formasi Semilir tersusun atas

batuan gunungapi yang terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan

serpih. Bagian bawah dari satuan ini berlapis baik, berstruktur sedimen perairan,

Page 3: BAB IV Stratigrafi

42

silang siur berskala menengah dan berpermukaan erosi. Di bagian tengahnya

dijumpai lignit yang berasosiasi dengan batupasir tufan gampingan dan kepingan

koral pada breksi gunungapi. Di bagian atasnya ditemukan batulempung dan serpih

dengan tebal lapisan sampai 15 cm dan berstruktur longsoran bawah laut. Lingkungan

pengendapannya berkisar dari laut dangkal yang berarus kuat hingga laut dalam yang

dipengaruhi arus turbid (Surono dkk, 1992).

IV.1.5. Formasi Nglanggran

Formasi Nglanggran berumur Miosen Bawah bagian atas hingga Miosen

Tengah bagian bawah yang terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, lava andesit-

basal dan tuf. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi Formasi

Nglanggran umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit

basal, berukuran butir 2-50 cm. Di bagian tengah formasi pada breksi gunungapi

ditemukan batugamping koral yang membentuk lensa atau kepingan. Setempat satuan

ini disisipi batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Struktur

sedimen yang dijumpai berupa perlapisan sejajar, perlapisan bersusun, dan cetakan

beban (load cast) menunjukkan adanya aliran longsor (debris flow). Pada bagian

atasnya ditemukan permukaan erosi yang menunjukkan adanya pengaruh arus kuat

pada waktu pengendapan. Adanya batugamping koral menunjukkan lingkungan laut.

Sehingga secara umum lingkungan pengendapannya adalah laut yang disertai

longsoran bawah laut. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Semilir, dan

ketebalannya kurang lebih 300 m (Surono dkk, 1992).

Page 4: BAB IV Stratigrafi

43

IV.1.6. Formasi Sambipitu

Formasi ini berumur Miosen Tengah, tersusun atas tuf, batulanau, batupasir,

dan serpih berfosil Lepidocyclina, Myogipsina, dan Cicloclypeus. Formasi ini terletak

selaras di atas Formasi Nglanggran dan diendapkan pada cekungan laut yang tidak

stabil pada kedalaman antara outer sublitoral sampai bathyal dan terdapat pengaruh

yang cukup kuat dari pengendapan arus turbidit, ketebalannya kurang lebih 1000 m.

Di bagian bawah Formasi Sambipitu terdiri dari batupasir kasar, terutama

batupasir sela yang tidak berlapis dan batupasir halus yang setempat diselingi serpih

dan batulanau gampingan. Setempat dijumpai lensa breksi andesit klastika, lempung,

dan kepingan arang kayu. Struktur sedimen yang ditemukan berupa perlapisan

bersusun, perlapisan sejajar dan gelembur gelombang (current ripple), yang

menunjukkan adanya arus turbid. Bagian atasnya terbentuk oleh batupasir feldspar

yang berlapis baik dan bersisipan serpih, batulempung dan batulanau dengan struktur

perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, silangsiur, gelembur gelombang, longsoran,

dan jejak binatang yang menunjukkan adanya longsaran bawah laut yang berkembang

menjadi arus turbid.

IV.1.7. Formasi Oyo

Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sambipitu.

Formasi ini tersusun atas batugamping, konglomerat, tuf andesitan, dan napal tufan.

Formasi Oyo umumnya berlapis, kandungan fosil Foraminifera cukup banyak, yaitu

Cycloclypeus (Katacyccloclypeus) annulatus MARTIN, dan Lepidoclyna

(Nephrolepidina) rutteni v.d. VLERK. Formasi ini dibedakan menjadi dua fasies,

Page 5: BAB IV Stratigrafi

44

yaitu fasies napal yang merupakan sedimen klastik dan fasies tuf yang merupakan

fasies piroklastik. Hubungan kedua fasies ini saling menjari, umur formasi ini

diperkirakan Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan kurang lebih 350 m, dengan

lingkungan pengendapan laut dangkal (neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi

(Surono dkk, 1992).

IV.1.8. Formasi Wonosari

Formasi ini tersusun atas batugamping, batugamping tufan, napal,

batugamping konglomeratan, batupasir tufan, dan batulanau. Batugamping yang

mendominasi satuan ini berupa batugamping berlapis baik dan batugamping terumbu.

Formasi ini mengandung foram kecil dan besar yang melimpah, diantaranya

Lepidocyclina sp, L. sumantrensis (BRADY), Miogypsina, Operculina, Spiroclypeus

dan Orbulina universa. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah laut dangkal

yang mendangkal ke arah selatan. Ketebalan formasi ini lebih dari 800 m (Surono

dkk, 1992).

IV.1.9. Formasi Kepek

Formasi ini berumur Miosen Bawah-Pliosen bawah yang litologinya terdiri

dari napal dan batugamping. Formasi ini terletak selaras diatas Formasi Wonosari dan

mempunyai ketebalan diperkirakan mencapai 200 m (Surono dkk, 1992).

IV.1.10. Endapan Aluvium

Material penyusunnya berupa sedimen lepas yang berukuran pasir-kerakalan

yang terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan oleh adanya endapan pada tepi-

Page 6: BAB IV Stratigrafi

45

tepi sungai maupun pada tubuh sungai. Membentuk morfologi aluvial, gosong sungai

dan dataran limpah banjir (Surono dkk, 1992).

Tabel 3. Kolom stratigrafi regional Pegunungan Selatan (modifikasi dari Surono dkk, 1992)

Page 7: BAB IV Stratigrafi

46

IV.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan atas konsep litostratigrafi

yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI) tahun 1973 dan tahun

1996 (Martodjojo dan Djuheini, 1996). Penamaan dan pengelompokan satuan batuan

mengikuti kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan ciri

litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil,

keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakan khas pada tubuh batuan di

lapangan yang dipetakan pada skala 1 : 25.000.

Satuan litostratigrafi daerah penelitian didasarkan pada pengamatan fisik

litologi di lapangan, analisis petrografi untuk penentuan nama batuan, analisis

paleontologi untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapannya, analisis

geokimia pada beberapa batuan vulkanik untuk mengetahui petrogenesanya, serta

studi pustaka regional daerah penelitian. Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun

secara sistematis berdasarkan data pengukuran di lapangan dan analisis dalam peta

geologi, meliputi jenis dan urutan perlapisan, ketebalan, hubungan stratigrafi, umur

dan lingkungan pengendapannya.

Dalam menentukan umur, penulis menggunakan kesebandingan dengan

stratigrafi regional daerah penelitian dari sifat-sifat fisik litologinya dan berdasarkan

kandungan fosil Foraminifera planktonik, yaitu dengan menentukan fosil-fosilnya

sampai tingkat spesies, dengan menggunakan pedoman dari Postuma (1971). Setelah

diketahui nama fosilnya kemudian dicari kisaran umurnya dengan menggunakan

Zonasi Blow (1969). Sedangkan untuk penentuan lingkungan pengendapan,

Page 8: BAB IV Stratigrafi

47

berdasarkan hasil analisis fosil Foraminifera bentonik, dan menggunakan kisaran

kedalaman menurut Bandy (1967).

Berdasarkan uraian di atas dan setelah melalui berbagai pekerjaan lapangan,

pekerjaan laboratorium serta pekerjaan studio, maka daerah penelitian dapat dibagi

menjadi 6 satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari satuan paling tua sampai

yang paling muda adalah: (1) Satuan batupasir tuf, (2) Satuan breksi andesit, (3)

Satuan batupasir karbonatan, (4) Satuan batugamping, (5) Satuan endapan aglomerat

dan (6) Satuan endapan aluvial.

IV.2.1. Satuan batupasir tuf

Satuan ini dinamakan satuan batupasir tuf, karena satuan ini didominasi oleh

batupasir tuf, secara setempat-setempat dijumpai breksi pumice dan aliran lava

andesit. Batupasir tuf dicirikan oleh warna abu-abu keputihan; struktur berlapis-

laminasi; ukuran butir pasir kasar-pasir halus, bentuk butiran membulat, sortasi baik,

kemas tertutup; tidak berfragmen, matrik tuf, semen silika.

IV.2.1.a. Litologi penyusun

Litologi penyusun satuan batuan ini adalah breksi pumis, batupasir tuf.

Batupasir tuf, mempunyai warna abu-abu gelap, struktur berlapis-laminasi,

sortasi sedang-buruk, ukuran butir pasir kasar-lempung, tersusun oleh material

abu vulkanik, sedikit fragmen pumis berukuran < 2 mm, dan semen silika.

(Lampiran analisis petrografi; contoh no. 1)

Page 9: BAB IV Stratigrafi

48

Breksi pumis, secara megaskopis mempunyai warna putih keabu-abuan;

struktur massif-berlapis; ukuran butir pasir kasar-brangkal, bentuk butir

membulat tanggung-menyudut, sortasi jelek, kemas terbuka; tersusun oleh

fragmen pumis putih - abu-abu, matriks tuf, semen silika.

Gambar 17. Singkapan batupasir tuf, lokasi Plencing di LP 4, lensa menghadap ke barat (Foto Penulis, 2013)

IV.2.1.b. Penyebaran dan ketebalan

Penyebaran satuan batupasir tuf yang meliputi Desa Wukirsari, Desa

Segoroyoso, Desa Wonolelo dan Desa Bawuran. Satuan ini menempati 24% dari luas

daerah lokasi penelitian. Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara

pasti, karena secara stratigrafi satuan ini terletak pada posisi yang paling bawah dan

di daerah penelitian tidak dijumpai satuan batuan lain di bawahnya. Jika diukur dari

penampang geologi A-B, ketebalannya ± 990 m.

Page 10: BAB IV Stratigrafi

49

IV.2.1.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan

Satuan batupasir tuf ini tidak mengandung fosil yang dapat digunakan untuk

menentukan umur. Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara

membandingkan terhadap satuan batuan secara regional. Berdasarkan kesamaan ciri

fisiknya, maka satuan ini diperkirakan berumur Oligosen Atas - Miosen Bawah.

Dengan adanya ditemukan arang kayu pada satuan batuan ini, maka dapat

diperkirakan lingkungan pengendapannya berkisar di darat-transisi.

IV.2.1.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi

Hubungan satuan batuan ini dengan satuan batuan andesit adalah tidak selaras

dan hubungan satuan batuan ini dengan satuan batuan di atasnya tuf dan breksi

andesit) adalah selaras menjari, hal ini disebabkan karena mekanisme

pembentukannya yang bersamaan waktunya (Tabel 3).

Page 11: BAB IV Stratigrafi

50

Tabel 4. Kolom litologi satuan batupasir tuf (tanpa skala)Umur Tebal Struktur

sedimenKolom Litologi

Pemerian Lingkungan Pengendapan

Mio

sen

Baw

ah-

Mio

sen

Ten

gah

± 990 meter

Tuf, mempunyai warna abu-abu gelap, struktur berlapis-laminasi, sortasi sedang-buruk, ukuran butir pasir kasar-lempung, tersusun oleh pecahan batuan lain (10%), feldspar (55%), piroksen (5%), mineral opak (5%), dan debu (25%).Breksi pumis, dari hasil analisis petrografi, breksi pumis berwarna abu abu keputih-putihanan, tekstur klastik, ukuran butir 0,2 mm - 10 mm, bentuk butir menyudut - membulat tanggung, butiran tertanam dalam massa dasar gelas. Komposisi terdiri dari pecahan batuan lain (55%), feldspar (10%), piroksen (5%), mineral opak (5%), dan debu (25%).

Darat hingga transisi

Keterangan : Laminasi Breksi pumis Batupasir tuf

Berlapis Satuan breksi andesit

IV.2.2. Satuan breksi andesit

Satuan ini dinamakan satuan breksi andesit karena satuan ini didominasi oleh

breksi andesit dan lava andesit yang dijumpai secara setempat,. Satuan ini tersusun

oleh fragmen terdiri dari blok-blok andesit. Secara keseluruhan satuan ini terdiri dari

breksi andesit, serta setempat dijumpai lava andesit.

Page 12: BAB IV Stratigrafi

51

IV.2.2.a. Litologi penyusun

Breksi andesit, mempunyai warna abu-abu gelap sampai hitam, masif,

ukuran butir bongkah-kerikil, kemas terbuka, sortasi buruk, bentuk butir

menyudut, komposisi fragmen blok andesit dan sedikit basalt, matriks pasir

dan tuf, semen silika. Berdasarkan pengamatan petrografis terdiri dari pecahan

batuan lain (65%), piroksin (5%), dan feldspar (13%), mineral opak (2%), dan

gelas (15%) (Lampiran analisis petrografi; contoh no. 8).

Breksi polimik, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu

keputih-putihan; struktur berlapis; sortasi sedang-buruk, bentuk butiran

menyudut, ukuran butir brangkal-lempung, kemas terbuka; fragmen andesit,

basalt, pumice dan koral, semen oksida besi.

Lava andesit, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu

keputih-putihan; struktur masif; derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas

afanitik, bentuk kristal subhedral-anhedral, hubungan antar kristal

equigranular; terdiri dari mineral plagioklas, piroksin, dan kuarsa.

Page 13: BAB IV Stratigrafi

52

Gambar 18 . Singkapan breksi andesit di daerah Guyangan pada LP 12, lensa menghadap ke timur (Foto Penulis, 2013)

IV.2.2.b. Penyebaran dan ketebalan

Penyebaran satuan breksi andesit menempati 44% dari luas daerah lokasi

penelitian yang meliputi Desa Selopamioro, Desa Karangtengah, Desa Mangunan,

Desa Muntuk sampai daerah Pencitrejo.

IV.2.2.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan

Penentuan umur satuan breksi andesit ini dilakukan dengan cara

membandingkan terhadap satuan batuan secara regional atau menggunakan Peta

Geologi Lembar Yogyakarta, serta berdasarkan hubungannya dengan satuan batuan

yang berada di bawahnya. Satuan ini diperkirakan berumur sama dengan satuan tuf

karena satuan breksi andesit menjari dengan satuan tuf, tetapi setelah pengendapan

satuan tuf berakhir satuan breksi andesit masih terjadi pengendapan. Berdasarkan

Page 14: BAB IV Stratigrafi

53

kesamaan ciri fisiknya, maka satuan ini sebanding dengan Formasi Nglanggran yang

berumur Miosen Bawah bagian akhir. Dengan adanya ditemukan oksida besi dan

koral pada ciri fisik breksi andesit pada satuan batuan ini menunjukkan lingkungan

pengendapannya berada pada laut dangkal.

IV.2.2.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi

Hubungan antara satuan breksi andesit ini dengan satuan tuf adalah menjari,

sedangkan dengan satuan batupasir adalah selaras (Tabel 7).

Tabel 5. Kolom litologi pada satuan breksi andesit (tanpa skala)Umur Tebal Struktur

sedimenKolom Litologi

Pemerian Lingkungan Pengendapan

Mio

sen

Baw

ah b

agia

n ak

hir

Satuan batupasir

Breksi andesit, mempunyai warna abu-abu gelap sampai hitam, masif, ukuran butir bongkah-kerikil, kemas terbuka, sortasi buruk, bentuk butir menyudut, komposisi fragmen blok andesit dan sedikit basalt, matriks pasir dan tuf, semen silika.Breksi polimik, dari pengamatan lapangan diperoleh hasil: warna abu-abu keputih-putihan; struktur berlapis; sortasi sedang-buruk, bentuk butiran menyudut, ukuran butir brangkal-lempung, kemas terbuka; fragmen andesit, basalt, pumice dan koral, semen oksida besi.Lava andesit, mempunyai warna abu-abu keputih-putihan; struktur masif; derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas afanitik, bentuk kristal subhedral-anhedral, hubungan antar kristal equigranular; terdiri dari mineral plagioklas, piroksin, dan kuarsa.

Satuan tuf

Laut dangkal

Keterangan :

Masif Lava andesit Satuan batupasir Breksi polimik Breksi andesit Satuan batupasir tuf

Page 15: BAB IV Stratigrafi

54

IV.2.3. Satuan batupasir karbonatan

Satuan ini dinamakan satuan batupasir karbonatan karena satuan ini

didominasi oleh batupasir yang bersifat karbonatan. Satuan ini mempunyai ciri warna

kuning kecokelat-cokelatan - putih, ukuran butir pasir kasar-lempung. Secara

keseluruhan satuan ini terdiri dari batupasir karbonat dan batulempung karbonatan.

IV.2.3.a. Litologi penyusun

Secara umum litologi penyusun satuan batupasir dan tuf di daerah penelitian

ini adalah adalah batupasir karbonatan, tuf, dan batulempung.

Batupasir karbonatan, warna kuning kecokelat-cokelatan, struktur berlapis,

ukuran butir pasir kasar-halus, sortasi baik, kemas tertutup, kebundaran

membulat, fragmen pasir kasar, matriks pasir halus-lempung, dan semen

karbonat.

Batulempung karbonatan, warna abu-abu gelap, struktur berlapis, ukuran

butir lempung-lanau, sortasi baik, tidak berfragmen, matriks berupa lempung

dan pasir halus, dan semen karbonat.

Page 16: BAB IV Stratigrafi

55

Gambar 19. Kenampakan satuan batupasir karbonatan pada daerah Seropan Satu di LP 33, lensa kamera menghadap baratdaya (Foto Penulis, 2013)

IV.2.3.b. Penyebaran dan ketebalan

Penyebaran satuan batupasir menempati 1% dari luas daerah lokasi

penelitian yang meliputi daerah Seropan Satu, Seropan Dua, dan Desa Muntuk.

Pada daerah penelitian ketebalan dari satuan batuan ini ± 100 m (diukur dari

penampang geologi A-B).

IV.2.3.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan

Pada satuan batupasir ini jarang terdapat fosil Foraminifera, namun masih

terdapat beberapa fosil planktonik dan bentonik yang dapat digunakan untuk

menentukan umur dan lingkungan pengendapan satuan batuan ini. Berdasarkan aspek

biologi dan kimiawi, yaitu kandungan fosil bentonik pada litologi batulempung

karbonatan, dapat disimpulkan bahwa satuan batupasir ini diendapkan di laut dangkal

(Neritik Tengah) pada kedalaman antara 30 - 100 meter (Tabel 6). Dari analisis fosil

Foraminifera planktonik, maka dapat disimpulkan bahwa satuan batuan batupasir

Page 17: BAB IV Stratigrafi

56

karbonatan dan tuf pada daerah penelitian dapat diketahui berumur Miosen Tengah

(N11 – N14) (Tabel 7).

Tabel 6. Penentuan lingkungan pengendapan satuan batupasir karbonatan berdasarkan fosil bentonik

Lingkungan BathymetriForaminifera Bentonik

NERITIK BATHYAL ABYSALTepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah

Kedalaman (meter)0 30 100 200 500 1000 2000 5000

Robulus sp

Nonionella atlantica

Elphidium sp

Eggrella advena

Bandy (1967)

Tabel 7. Penentuan umur satuan batupasir karbonatanberdasarkan fosil planktonik Kala

Foraminifera Planktonik

Oligosen Miosen Pliosen PleistosenAwal Tengah Akhir

Neogen (N)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Globigerinoides subquadratusSphaerodinella subdehiscensOrbulina universaGlobigerinoides trilobusGloborotalia siakensis

Blow (1969)

IV.2.3.d. Hubungan stratigrafi

Hubungan satuan batupasir karbonatan dan tuf ini dengan satuan batuan di

bagian bawahnya, yaitu satuan breksi andesit dan dengan satuan batuan di bagian

atasnya, yaitu satuan batugamping adalah selaras (Tabel 8).

Page 18: BAB IV Stratigrafi

57

Tabel 8. Kolom litologi pada satuan batupasir karbonatan (tanpa skala)Umur Tebal Struktur

sedimenKolom Litologi

Pemerian Lingkungan Pengendapan

Mio

sen

Ten

gah

(N 1

3)

± 100 meter

Satuan batugamping

Batupasir karbonatan, warna kuning kecokelat-cokelatan, struktur berlapis-laminasi, ukuran butir pasir kasar-halus, sortasi baik, kemas tertutup, kebundaran membulat, dengan semen silika, fragmen pasir kasar, sedikit asdesit dan lempung, matriks pasir halus-lempung, dan semen silika.Tuf, warna putih kekuning-kuningan, struktur berlapis-laminasi, ukuran butir pasir halus-lempung, sortasi baik, secara keseluruhan tersusun oleh abu vulkanik yang terlitifikasi dengan semen silika.Batulempung, warna abu-abu gelap, struktur menyerpih, ukuran butir lempung-lanau, sortasi baik, matriks berupa lempung dan pasir halus, terdapat sedikit pecahan halus dari andesit, dan semen silika.

Satuan breksi andesit III

Laut dangkal

Keterangan : Berlapis Batupasir karbonatan Lempung karbonatan

Tuf Satuan batugamping

Laminasi Satuan breksi andesit

IV.2.4. Satuan batugamping

Satuan ini dinamakan satuan batugamping karena secara keseluruhan satuan

ini didominasi oleh batugamping. Satuan batugamping ini mempunyai ciri warna

segar putih kekuning-kuningan dan warna lapuk cokelat sampai kehitam-hitaman,

satuan ini terdiri dari batugamping terumbu dan kalkarenit.

IV.2.4.a. Litologi penyusun

Litologi penyusun satuan batugamping ini adalah batugamping terumbu dan

kalkarenit.

Page 19: BAB IV Stratigrafi

58

Batugamping kristalin, mempunyai warna putih kekuning-kuningan, warna

lapuk cokelat-hitam, struktur masif, tekstur kristalin, tersusun oleh kalsit.

Pada batugamping ini tidak dijumpai fosil Foraminifera yang dapat digunakan

untuk penentuan umur, hal ini dikarenakan batuan ini telah membentuk

tekstur kristalin.

Kalkarenit, berwarna segar putih kekuning-kuningan, struktur berlapis,

fragmen berupa pecahan fosil dan pasir kasar, matriks pasir halus-lempung,

dan semen karbonat. Dari hasil analisis petrografi, kalkarenit berwarna putih -

abu-abu, struktur klastik, grain suppoted, berukuran 0,1–6 mm, detritus kalsit

dan mineral opak, mikrit terlihat seperti mengelilingi butiran fosil, dan sparit

berupa material karbonatan hadir mengisi porositas interpartikel.

Komposisinya tersusun oleh fosil (60%), Glaukonit (3%), mineral opak (2%),

mikrit (10%), dan sparit (25%) (Lampiran analisis perografi 12; contoh no. 9).

Page 20: BAB IV Stratigrafi

59

Gambar 20. Singkapan batugamping kalkarenit pada daerah Kediwung di LP 80, lensa kamera menghadap ke baratdaya (Foto Penulis, 2013)

IV.2.4.b. Penyebaran dan ketebalan

Penyebaran satuan batugamping ditemukan di daerah Kanigoro, Kediwung,

Pakis Satu,Pakis Dua dan Seropan Tiga. Satuan ini menempati daerah seluas sekitar

8% dari luas total daerah penelitian. Pada daerah penelitian ketebalan dari satuan

batuan ini tidak diketahui dengan pasti, karena daerah penelitian tidak mencakup

seluruh satuan bautan ini, jika diukur dari penampang geologi A-B diperoleh

ketebalan ± 375 meter.

IV.2.4.c. Umur batuan dan lingkungan pengendapan

Fosil Foraminifera planktonik yang terdapat dalam satuan batugamping ini

adalah Globigerina praebulloides, Globigerina nepenthes, Orbulina universa, dan

Globigerinoides trilobus. Dari asosiasi fosil planktonik tersebut maka satuan

Page 21: BAB IV Stratigrafi

60

batugamping ini dapat diketahui berumur Miosen Tengah (N14-N16) (Tabel 10).

Sedangkan fosil bentonik yang terdapat dalam satuan batugamping ini adalah

Amphistegina lessonii, Elphidium sp., dan Quinquelaculina sp.. Dari asosiasi fosil

bentonik tersebut, maka dapat ditentukan bahwa satuan batugamping ini diendapkan

pada lingkungan laut Neritik Tepi, pada kedalaman antara 0 - 100 meter (Tabel 9).

Tabel 9. Penentuan lingkungan pengendapan satuan batugamping berdasarkan fosil bentonik

Lingkungan BathymetriForaminifera Bentonik

NERITIK BATHYALTepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah

Kedalaman (meter)0 30 100 200 500 1000

Amphistegina lessonii

Elphidium sp

Quinquelaculina sp

Bandy (1967)

Tabel 10. Penentuan umur satuan batugamping berdasarkan fosil planktonik Kala

Foraminifera Planktonik

Oligosen Miosen Pliosen PleistosenAwal Tengah Akhir

Neogen (N)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Globigerina praebulloides

Globigerina nepenthes

Orbulina universa

Globigerinoides trilobus

``

Blow (1969)

Page 22: BAB IV Stratigrafi

61

IV.2.4.d. Hubungan stratigrafi dan korelasi

Hubungan stratigrafi satuan batugamping berdasarkan kenampkan di lapangan

dan dari hasil analisis umur, satuan batugamping ini berada selaras di atas satuan

batupasir dan tuf, dan tidak selaras di bawah satuan endapan aluvial (Tabel 11).

Tabel 11. Kolom litologi pada satuan batugamping (tanpa skala)Umur Tebal Struktur

sedimenKolom Litologi

Pemerian Lingkungan Pengendapan

Mio

sen

Ten

gah

(N 1

4-N

16)

± 375 meter

Satuan endapan aglomerat

Batugamping kristalin, mempunyai warna putih kekuning-kuningan, struktur masif, tekstur kristalin, tersusun kalsit.Kalkarenit, berwarna putih kekuning-kuningan, struktur berlapis, fragmen berupa pecahan fosil dan pasir kasar, matriks pasir halus-lempung, dan semen karbonat. Dari hasil analisis petrografi, kalkarenit berwarna putih - abu-abu, struktur klastik, Komposisinya tersusun oleh fosil (60%), lithic (4%), mineral opak (1%), mikrit (15%), sparit (20%).

Satuan batupasir karbonatan

Neritik Tepi – Neritik Tengah

Keterangan : Berlapis Batugamping kristalin Satuan endapan aglomerat

Masif Kalkarenit Satuan batupasir karbonatan

IV.2.5. Satuan endapan aglomerat

Satuan endapan aglomerat terdiri dari material lepas hasil rombakan dari

batuan dari gunung api yang mengalami fase destruktif dan batuan lain yang lebih tua

dengan ukuran lempung-brangkal dan terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan

oleh adanya endapan pada tepi-tepi sungai maupun pada tubuh sungai.. Penyebaran

satuan ini terdapat di sebelah timur laut daerah penelitian. Satuan endapan aglomerat

Page 23: BAB IV Stratigrafi

62

ini meliputi aliran Sungai Oyo di daerah Pakis Satu, Pakis Dua, dan Kediwung.

Penyebarannya sekitar 2% dari luas total daerah penelitian. Satuan batuan ini di

lapangan mempunyai ketebalan 1-5 meter.

Gambar 21. Satuan endapan aglomerat. Foto diambil dari LP 98, di daerah Pakis Satu, lensa kamera menghadap ke selatan (Foto Penulis, 2013)

Umur satuan endapan aglomerat ini diperkirakan mempunyai umur Kuarter

Atas (Pleistosen). Hal ini didukung oleh material aglomerat berasal dari batuan

gunungapi yang mengalami fase destruktif, maupun dari hasil rombakan batuan lain

yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai. Hubungan stratigrafi

satuan endapan aglomerat ini dengan satuan batuan lain yang berada di bawahnya

adalah tidak selaras (Tabel 17).

Page 24: BAB IV Stratigrafi

63

Tabel 12. Kolom litologi pada satuan endapan aglomerat (tanpa skala) Umur Tebal Kolom

LitologiPemerian Lingkungan

Pengendapan

Kua

rter

Ata

s(P

leis

tose

n )

1 -5 meter

Endapan aglomerat, satuan ini berupa bomb gunungapi yang belum terkonsolidasi, warna abu-abu kehitaman, penyusun satuan ini terdiri dari material-material berukuran brangkal - lempung. Material ini berasal dari batuan gunungapi yang mengalami fase destruktif, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai.

Satuan batugamping

Darat

Keterangan : Ketidakselarasan Endapan aglomerat Satuan Batugamping

IV.2.6. Satuan endapan aluvial

Satuan ini terdiri dari material lepas hasil rombakan dari batuan yang lebih tua

dengan ukuran lempung-bongkah. Penyebaran satuan ini terdapat di sebelah baratlaut

daerah penelitian, atau secara geomorfologi, menempati satuan geomorfik dataran

aluvial (Gambar 20). Satuan endapan aluvial ini meliputi daerah Desa Pleret, Desa

Wonokromo, Desa Tri Mulyo, Desa Imogiri, Desa Karangtalun, dan Desa Sriharjo.

Penyebarannya sekitar 20% dari luas total daerah penelitian. Satuan batuan ini di

lapangan mempunyai ketebalan 1-5 meter. Material penyusunnya berupa sedimen

lepas yang berukuran lempung-bongkah, yang berasal dari endapan Gunung Merapi

Muda, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan

terbawa oleh aliran sungai. Hal ini dibuktikan oleh adanya endapan pada tepi-tepi

Page 25: BAB IV Stratigrafi

64

sungai maupun pada tubuh sungai dan membentuk morfologi aluvial, gosong sungai

dan dataran limpah banjir.

Gambar 22. Satuan endapan aluvial pada daerah Karangtalun di LP 102, lensa kamera menghadap ke barat (Foto Penulis, 2013)

Umur satuan endapan aluvial ini diperkirakan mempunyai umur Kuarter

Bawah (Holosen). Hal ini didukung oleh proses pengendapan yang masih

berlangsung hingga saat ini. Hubungan stratigrafi satuan endapan aluvial ini dengan

satuan batuan lain yang berada di bawahnya adalah tidak selaras (Tabel 13).

Page 26: BAB IV Stratigrafi

65

Tabel 13. Kolom litologi pada satuan endapan aluvium (tanpa skala) Umur Tebal Kolom

LitologiPemerian Lingkungan

Pengendapan

Kua

rter

Ata

s(P

leis

tose

n –

Hol

osen

)

1 -5 meter

Endapan aluvial, satuan ini berupa endapan lepas yang belum terlitifikasi, warna abu-abu gelap, penyusun satuan ini terdiri dari material-material berukuran bongkah - lempung. Material ini berasal dari endapan Gunung Merapi Muda, maupun dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai.

Satuan aglomerat

Darat

Keterangan : Ketidakselarasan Endapan Aluvial Satuan aglomeratSecara keseluruhan stratigrafi daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18 di

bawah ini.

Page 27: BAB IV Stratigrafi

66

Tabel 14. Rangkuman korelasi stratigrafi daerah penelitian (tidak dalam skala sebenarnya)