BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia...

42
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia Paranoid Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri yang merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat mengganggu, melibatkan proses pikir, emosi, gerakan dan tingkah laku. Skizofrenia sebagai suatu gangguan kronik dengan konsekwensi fisik, sosial dan ekonomik. Skizofrenia merupakan masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada sebagaian besar orang dan kerugian ekonomi diseluruh dunia. Kerugian secara ekonomik yang diakibatkan skizofrenia diperkirakan 33 milyar dolar di Amerika Serikat pada tahun 1990. Kebanyakan biaya tersebut dihubungkan dengan konsekwensi gejala psikosis yang mengalami relaps. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang mendasar dan khas, dan efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gangguan ini melibatkan fungsi yang paling mendasar yang memberikan kepada orang normal suatu perasaan individual, keunikan dan pengarahan diri (self-direction). Skizofrenia merupakan gangguan mental yang mengakibatkan kerusakan berat dan mengakibatkan disabilitas. Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1- 1.5%, biasanya diawali pada masa remaja atau pada awal dewasa, dengan usia puncak onset untuk laki laki adalah 10-25 tahun; untuk wanita 25-35 tahun, kurang dari 20% pasien mengalami kesembuhan total (full recovery) setelah episode pertama. Skizoprenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gambaran klinis didominasi oleh waham. Waham yang secara relatif stabil, seringkali

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia adalah pola penyakit bidang psikiatri yang merupakan

sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang sangat

mengganggu, melibatkan proses pikir, emosi, gerakan dan tingkah laku.

Skizofrenia sebagai suatu gangguan kronik dengan konsekwensi fisik,

sosial dan ekonomik. Skizofrenia merupakan masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang berpengaruh pada sebagaian besar orang dan

kerugian ekonomi diseluruh dunia. Kerugian secara ekonomik yang

diakibatkan skizofrenia diperkirakan 33 milyar dolar di Amerika Serikat

pada tahun 1990. Kebanyakan biaya tersebut dihubungkan dengan

konsekwensi gejala psikosis yang mengalami relaps.

Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran,

persepsi yang mendasar dan khas, dan efek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan walaupun defisit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gangguan ini melibatkan

fungsi yang paling mendasar yang memberikan kepada orang normal suatu

perasaan individual, keunikan dan pengarahan diri (self-direction).

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang mengakibatkan kerusakan

berat dan mengakibatkan disabilitas. Di Amerika Serikat, prevalensi

skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1-

1.5%, biasanya diawali pada masa remaja atau pada awal dewasa, dengan

usia puncak onset untuk laki laki adalah 10-25 tahun; untuk wanita 25-35

tahun, kurang dari 20% pasien mengalami kesembuhan total (full

recovery) setelah episode pertama. Skizoprenia paranoid adalah jenis

skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun. Gambaran

klinis didominasi oleh waham. Waham yang secara relatif stabil, seringkali

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

10

bersifat paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi, terutama halusinasi

pendengaran dan gangguan persepsi.

a. Skizofrenia paranoid adalah salah satu dari beberapa jenis

skizofrenia, yaitu suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang

kehilangan kontak dengan kenyataan/ realitas (psikosis). Gambaran

umum dari skizofrenia paranoid adalah adanya delusi (waham) dan

mendengar hal-hal yang tidak nyata. Dari semua jenis skizofrenia,

skizofrenia paranoid mungkin yang paling sering didiagnosis. jenis

paranoid memiliki prognosis keseluruhan terbaik.(Lane, 2013)

b. Karakteristik dan Gejala skizofrenia paranoid memiliki syarat untuk

menentukan diagnosis, dua kriteria utama yang harus dipenuhi (Lane,

2013):

1) Pengalaman Sering halusinasi pendengaran atau keasyikan dengan

setidaknya satu khayalan atau delusi.

2) Gejala-gejala berikut tidak menonjol: emosi tumpul atau tidak ada

ekspresi, perilaku tidak teratur, perilaku katatonik, atau berbicara

yang tidak teratur.

c. Delusi dan Halusinasi

1) Delusi sering disebut waham ialah keyakinan yang dipegang teguh

tidak didasarkan pada realitas. Contoh dari khayalan akan menjadi

keyakinan bahwa alien telah menghapus otak seseorang dan

menggantinya dengan otak alien. Pada skizofrenia paranoid, delusi

sering terlibat keyakinan bahwa mereka adalah korban atau sasaran

penganiayaan. Mereka mungkin percaya seseorang memata-matai

mereka atau berencana menyakiti mereka. Khayalan mungkin juga

megah di alam, misalnya, keyakinan bahwa dia memiliki kekuatan

supranatural atau pada misi untuk menyelamatkan dunia. Jenis lain

dari delusi juga dapat terjadi, seperti yang melibatkan tubuh

mereka.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

11

Jenis – Jenis Delusi (Keith, Regier, & Rae, 1991)

a) Kebesaran: juga dikenal sebagai delusi keagungan, adalah rasa

berlebihan kepentingan atau diri.Sekarang sering disertai dengan

keyakinan pemikiran magis.

b) Penganiayaan: Orang dengan skizofrenia mungkin mengalami

delusi penganiayaan. Mereka mungkin percaya seseorang sedang

mencoba untuk menyakiti mereka dan, karena itu, kegagalan

pribadi dalam kehidupan adalah kesalahan dari orang lain yang

berbahaya.

c) Delusi kontrol: terjadi ketika orang percaya bahwa perasaan,

impuls, pikiran, atau tindakan tidak seseorang memiliki tetapi

dipaksakan oleh kekuatan eksternal.

d) Waham agama melibatkan keyakinan palsu dengan agama atau

tema spiritual.

e) Waham Erotomanic adalah keyakinan bahwa biasanya seseorang

yang terkenal dan status yang lebih tinggi, jatuh cinta dengan dia

atau dia. Kadang-kadang berubah kekerasan, bukan karena

kebencian orang, tetapi karena orang tidak dapat memenuhi delusi

romantis.

f) Waham Somatik terjadi ketika orang percaya sesuatu abnormal

dan berbahaya yang terjadi pada tubuh mereka.

g) Ide referensi adalah pernyataan atau tindakan oleh seseorang lain

yang sama sekali tidak mengacu pada orang, tetapi yang ditafsirkan

sebagai berkaitan dengan dia atau dia.

h) pemikiran penyiaran terjadi ketika orang percaya bahwa pikiran

mereka dapat didengar oleh orang lain.

i) Penarikan Pikiran adalah keyakinan bahwa orang lain mampu

menghilangkan pikiran dari pikiran seseorang.

j) Pemikiran penyisipan adalah keyakinan bahwa orang lain mampu

menempatkan pikiran ke dalam pikiran seseorang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

12

2) Halusinasi pendengaran biasanya dialami sebagai suara. Suara-suara

mungkin berbicara dengan mereka atau tentang mereka. Kadang-

kadang suara mengomentari aktivitas mereka atau mengatakan bahwa

mereka berada dalam bahaya. Suara-suara juga dapat memerintahkan

mereka untuk melakukan hal-hal tertentu, seperti bunuh diri atau

berhenti minum obat mereka. Sebagian besar waktu, halusinasi terkait

dengan keyakinan delusional.

Halusinasi merupakan keadaan di mana individu/kelompok mengalami

atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola, atau

interpretasi stimulus yang datang (Carpenito, 2001).

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami

halusinasi diantaranya panik, isolasi sosial, dan stres berat sehingga

mengancam ego yang lemah.

Tanda dan gejala

a) Data subjektif

Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang mengejek

dan menyinggung perasaannya dan membuatnya kesal

(1) Klien mengatakan dirinya sering mendengar suara-suara yang

menyuruhnya untuk memukul dan mencekik adiknya

(2) Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak

kelihatan sumbernya

b) Data Objektif

(1) Klien tampak berbicara dan tertawa sendiri

(2) Klien tampak gelisah

(3) Klien tampak ketakutan

(4) Ansietas

(5) Klien bersikap seperti mendengarkan sesuatu (memiringkan

kepala ke satu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarka

sesuatu)

(6) Klien tiba-tiba berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat

untuk mendengarkan sesuatu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

13

(7) Disorientasi waktu/ tempat/ orang

(8) Konsentrasi rendah

(9) Respons tidak sesuai

(10) Kekacauan alur piker

Literatur lain yang khas dari skizofrenia paranoid adalah sikap

superioritas atau kecenderungan untuk menggurui terhadap orang lain.

Mereka mungkin menyendiri atau argumentatif. Kemarahan dan perasaan

cemas juga tidak jarang. Mereka bisa menjadi sangat kuat ketika

berinteraksi dengan orang lain, atau biasa formal.skizofrenia paranoid itu

biasanya fungsi kognitif dan ekspresi emosional kurang terganggu dari

pada di beberapa subtipe lain.

Sebuah penurunan dalam fungsi, setelah timbulnya gejala,

setidaknya dalam salah satu aspek utama dari kehidupan seseorang

(misalnya, pekerjaan, sekolah, hubungan, perawatan diri). Tanda-tanda

gangguan yang hadir terus menerus untuk jangka waktu minimal 6 bulan.

Untuk setidaknya satu bulan jangka waktu (tanda dan gejala bekurang jika

mereka mendapatkan pengobatan yang efektif). Gangguan skizoafektif

(gangguan mirip dengan skizofrenia tetapi dengan episode suasana

menonjol) atau gangguan mood lainnya telah dikesampingkan.

Bunuh Diri dan Kekerasan Penderita skizofrenia paranoid mungkin

rentan terhadap bunuh diri sebagai akibat dari keyakinan bahwa mereka

dianiaya atau dilecehkan. Mereka juga mungkin mencoba untuk menyakiti

dirinya sendiri atau orang lain jika mereka mendengar suara-suara

memberitahu mereka untuk melakukannya. Jika mereka memiliki

keyakinan buruk terhadap orang lain mungkin lebih cenderung untuk

menjadi kekerasan terhadap orang lain, seperti menyakiti seseorang yang

mereka anggap sebagai ancaman atau berada di jalan mereka.

Faktor-faktor lain orang yang mengembangkan skizofrenia paranoid

sering mulai mengalami gejala pada usia lanjut dibandingkan dengan jenis

lain. Literature lain mendefinisikan gangguan ini juga cenderung tetap

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

14

cukup stabil dari waktu ke waktu. Dibandingkan dengan subtipe lain,

penderita skizofrenia paranoid sering lebih mungkin untuk dapat hidup

mandiri dan dan dapat mempertahankan bekerjan.

2. Konsep Keluarga

Sullivan (2003) mengemukakan teori psikodinamika skizofrenia

paranoid adalah gangguan kemampuan untuk berhubungan dengan orang

lain, lingkungan terutama keluarga, keluarga memegang peran penting

dalam proses terjadinya skizofrenia paranoid. Pernyataan ini juga berlaku

sebaliknya, lingkungan dan keluarga memegang peran penting dalam

penyembuhan skizofrenia paranoid. Sebab skizofrenia paranoid

merupakan hasil dari kumpulan pengalaman-pengalaman traumatis dalam

hubungannya dengan lingkungan selama masa perkembangan individu

(Kaplan & Sadock, 2005)

a. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil didalam masyarakat.

Kehidupan berkeluarga saling mempengaruhi antara anggota keluarga

yang satu dengan anggota keluarga yang lain. Menurut Burgess dan

koleganya (1963, dalam Friedman, 1998) keluarga terdiri dari orang-

orang yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah dan ikatan

adopsi yang hidup hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau

jika mereka hidup terpisah mereka menganggap rumah tangga tersebut

sebagai rumah mereka, serta saling berinteraksi dan berkomunikasi

satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri,

ayah dan ibu,anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari yang

menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan berapa ciri

unik tersendiri.

Keluarga juga diartikan dua orang atau lebih dimana mereka

hidup bersama dan saling berbagi ekonomi yang mempuyai hubungan

dengan kelahiran, perkawinan atau adopsi dan mempunyai komitmen

untuk setiap anggotanya dalam waktu yang tak terbatas dan tugas

utamanya adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

15

anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum (Murray

& Huelskoetter, 1995, Friedman, 1998). Merujuk dari pengertian dari

beberapa teori keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup

bersama yang diikat oleh perkawinan, ikatan darah, dan adopsi yang

terdiri dari ayah, ibu, anak dan saudara yang tinggal dalam satu rumah

yang saling berbagi dalam hal ekonomi dan mempunyai suatu

komitmen serta menjalankan perannya masing-masing, tidak hanya

hanya memperhatikan pertumbuhan fisik tetapi juga memilhara

pertumbuhan psikososial anggota keluarganya.

b. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga di definisikan sebagai hasil atau konsekuensi

dari struktur keluarga. fungsi-fungsi dasar keluarga untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anggota individu keluarga dan masyarakat yang

lebih luas (Friedman, 1998). Fungsi keluarga sangat penting dalam

menjalan kehidupan berkeluarga. Jika ada salah satu fungsi yang tidak

berjalan dengan baik akan mempengaruhi fungsi-fungsi lainnya.

Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan

mengintervensi keluarga menurut Friedman (1998) adalah:

1) Fungsi Afektif

Menurut Duvall(1977, dalam Friedman, 1998) kebahagian di

ukur dengan kekuatan dan cinta kasih keluarga. Keluarga harus

memenuhi kebutuhan-kebutuhan afeksi atau kasih sayang dari

anggotanya karena respon afektif dari seorang anggota keluarga

memberikan penghargaan terhadap kehidupannya. Peran sebagai

orang tua, fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga dan

perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosio-emosional para

anggota keluarga, meliputi pengurangan tekanan dan penjagaan

terhadap moral.

Pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami

gangguan jiwa peran ini sangat penting dalam memberikan

perawatan, perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarga

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

16

akan sangat membantu dalam proses penyembuhan secara

psikologis yang juga akan berpengaruh kepada fisik. Jika ada

anggota keluarga yang sakit diharapkan anggota keluarga yang lain

memberikan perhatian dan kasih sayang kepada yang sakit, bila

anggota keluarga yang sehat tidak dapat menjalankan fungsi ini

tentu akan berpengaruh terhadap masalah psikososial keluarga

seperti ansietas dan beban keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi anggota keluarga merupakan syarat fungsional

silang budaya bagi keberlangsung masyarakat (Lislie & Korman,

1989, dalam Friedman, 1998). Fungsi ini menyatakan begitu

banyak pengalaman belajar yang ada dalam keluarga dengan tujuan

untuk mengajarkan anak-anak dapat berfungsi dan menerima

peran-peran sosial dewasa seperti suami-ayah dan istri-ibu. Dengan

kata lain fungsi sosialisasi ini membuat anggota keluarga menjadi

anggota masyarakat yang produkitf, dan sebagai penganugerahan

status anggota keluarga.

Keluarga dengan anggotanya yang mengalami penyakit

gangguan jiwa tentu akan mengalami masalah dalam peran ini.

Penyakit gangguan jiwa dapat menimbulkan kecacatan bagi

penderitanya misalnya ketidakmampuan bicara, kelemahan dan

kelumpuhan, hal ini tentu membuat anggota yang sakit gangguan

jiwa ini tidak dapat bersosialisasi karena keterbatasan tersebut.

Lamanya waktu perawatan serta dampak dari penyakit gangguan

jiwa ini tentu akan membuat keluarga tidak banyak waktu untuk

bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya akibat waktu yang

digunakan tersita oleh perawatan yang diberikan kepada anggota

yang sakit, sehingga fungsi sosialisasi menjadi menurun.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

17

3) Fungsi Reproduktif

Fungsi reproduksi ini adalah untuk menjamin kontinuitas

keluarga antar generasi dan masyarakat yaitu menyediakan tenaga

kerja bagi masyarakat (Lislie & Korman, 1989, dalam Friedman,

1998). Penyakit gangguan jiwa dapat menyebabkan kelumpuhan

termasuk kemampuan untuk berproduksi. Kelumpuhan pada alat

reproduksi yang terjadi pada seorang suami yang diharapkan dapat

memberikan keturunan tentu akan berpengaruh terhadap

kemampuan dalam meneruskan keturunan. Sehingga bila hal ini

terjadi tentu fungsi ini akan terganggu.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari

keluarga secara cukup-finansial, ruang gerak dan materi dan

pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses

pengambilan keputusan (Friedman, 1998). Penyakit gangguan jiwa

tentu akan menguras ekonomi keluarga dalam memberikan

perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit. Jika seorang

suami atau ayah yang berfungsi sebagai tulang punggung keluarga

dan pencari nafkah yang menderita gangguan jiwa maka

pendapatan keluarga akan berkurang sehingga peran ini akan

digantikan oleh anggota keluarga yang lain, sehingga ini akan

menimbulkan beban bagi keluarga. Keluarga dapat memanfaatkan

sumber-sumber yang tersedia dalam anggota keuarganya agar

fungsi ekonomi ini dapat berjalan dengan baik.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi-fungsi fisik keluarga di penuhi oleh orang tua dengan

menyediakan pangan, papan, sandang dan perlindungan terhadap

bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang

mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara

individual) merupakan bagaian yang paling relevan dari fungsi

keluarga bagi perawatan keluarga (Friedman, 1998).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

18

Anggota keluarga yang sakit gangguan jiwa tentu

membutuhkan anggota keluarga yang lain untuk merawatnya.

Anggota keluarga membutukan informasi dan pengetahuan tentang

penyakit gangguan jiwa dalam merawat anggotanya, karena tanpa

pengetahuan yang cukup dalam merawat anggota yang menderita

gangguan jiwa tentu akan menyulitkan dalam memberikan

perawatan.

Keluarga dapat memberikan perawatan kesehatan kepada

anggotanya yang sakit dengan membawa ke tempat-tempat fasilitas

kesehatan untuk perawatan maupun rehabilitasi. Perawatan

kesehatan ini dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga secara

secara bergiliran agar selain fungsi ini dapat berjalan baik tentu

saja hal ini akan mengurangi beban bagi keluarga.

Selain dari fungsi perawatan kesehatan, ada faktor lain yang

mempengaruhi kesehatan keluarga. Menurut Notoatmodjo (2003)

faktor umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,jenis pekerjaan,

penghasilan, etnis atau budaya, status perkawinan, besar keluarga,

struktur keluar dan paritas keluarga dapat mempengaruhi kesehatan

dalam keluarga, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Keterlibatan keluarga dalam setiap perawatan kesehatan

anggota keluarganya yang gangguan jiwa sangat penting. Friedman

(1992, dalam Nies & Mc.Ewen, 2001) mengemukakan enam

alasan pemberdayaan keluarga, yaitu: (1) bila salah satu unit

keluarga mengalami disfungsi maka berdampak pada anggota dan

seluruh keluarga; (2) potensi keluarga tergantung dari peran

keluarga dalam setiap aspek perawatan keluarga secara preventif

dan rehabilitasi; (3) potensi dapat ditingkatkan melalui perawatan

dan mengurangi risiko pada lingkungan dan gaya hidup dengan

cara promosi kesehatan, self care, pendidikan kesehatan, dan

konseling keluarga; (4) diskusi tentang penyakit atau faktor risiko

untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah; (5)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

19

fungsi individu yang optimal hanya dapat tercapai bila

mendapatkan bantuan dari sebagian besar keluarga; dan (6)

keluarga merupakan sistem pendukung utama.

Menurut Mohr (2006) ada lima peran dalam keluarga adalah

memberikan respon terhadap kebutuhan anggota keluarga,

membantu mengatasi masalah dan stress dalam keluarga secara

aktif, memenuhi tugas dengan distribusi yang merata dalam

keluarga, menganjurkan interaksi terhadap sesama anggota

keluarga dan komunitas, meningkatkan kesehatan personal.

Keluarga yang anggotanya menderita gangguan jiwa tentu akan

mengalami ansietas dan beban akibat dari penyakit yang diderita

oleh anggotanya. Keluarga dapat bekerja sama antara anggotanya

dalam menjalankan perannya masing-masing, bila peran dalam

keluarga apat berjalan dengan baik tentu fungsi keluarga dapat juga

berjalan dengan baik karena sisem dalam keluarga akan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan saling

ketergantungan.

c. Respon keluarga terhadap anggota yang skizofrenia

Ketika gangguan jiwa dipandangan sebagai suatu beban sendiri

bagi keluarga, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat obyektif

dan subyektif. Dikatakan obyektif, maksudnya berupa tingkah laku

pasien, peran pasien, bantuan untuk memenuhi kebutuhan pasien,

masalah keuangan dan lain-lain. Sedangkan beban keluarga dikatakan

bersifat subyektif, maksudnya berupa perasaan pasien karena menjadi

beban bagi keluarga.

Kategori respon keluarga terhadap anggota keluarga dengan gangguan

jiwa menurut Susana (2007):

1) Berduka (grief)

Berduka adalah respon wajar yang paling umum terjadi sehubungan

dengan adanya proses kehilangan seseorang yang awalnya dikenal

sebelum sakit, untuk kemudian hilangnya harapan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

20

pada pasien, hanya masalahnya, seberapa dalam dan lamanya

respon berduka ini dialami oleh keluarga, seawal mungkin perawat

mampu mengidentifikasinya, sehingga keluarga maupun pasien

sendiri dapat pulih dengan segera.

2) Marah (anger)

Respon berikutnya ketika berduka dialami keluarga, maka akan

berhadapan dengan respon kedua yaitu marah. Respon tersebut

merupakan hal yang wajar namun jangan sampai perilaku

tersebut membawa keluarga kedalam penderitaan yang justru

semakin parah lagi.

3) Merasa tidak berdaya dan takut

Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

merupakan suatu beban tersendiri. Keluarga berupaya untuk

mengobati atau menyembuhkan pasien skizofrenia. Pada

kenyataanya patologis gangguan jiwa itu sendiri semakin lama

diderita justru semakin sulit kesembuhannya, inilah yang

menyebabkan keluarga merasa tidak berdaya dan takut. Perasaan

keluarga demikian, di negara kita juga didukung oleh rata-rata

keadaan ekonomi yang pas-pasan bahkan kekurangan, sehingga

sangat wajar, apabila tidak sedikit mereka yang terganggu jiwanya

menjadi gelandangan atau keluyuran dimana-mana atau tersangkut

oleh razia dinas sosial (Susana,2007).

d. Penerimaan keluarga

Penerimaan keluarga terhadap skizofrenia ditandai dengan

adanya perhatian dan kasih sayang, memberikan waktu berperan serta

dalam kegiatan sehari-hari, tidak mengharapkan terlalu banyak pada

penderita. Penerimaan keluarga terhadap skizofrenia yang sebenarnya

sesuai dengan pemahaman yang dimiliki keluarga akan menerima

kondisi penderita baik secara mental maupun fisik serta memberikan

kasih-sayang, perhatian yang banyak dan mampu untuk memahami

perkembangan sejak dini. Menerima seseorang dengan ikhlas, tepat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

21

serta apa adanya orang tersebut, adalah faktor kritis dalam membantu

mengembangkan perubahan konstruktif orang tersebut, dalam memberi

kemudahan pemecahan problemnya, dan mendorong usaha menuju

kesehatan jiwa yang lebih besar atau belajar produktif

(Gordon, 1996).

e. Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan pasien skizofrenia

oleh keluarga

Rivai (1996) mengatakan bahwa rumah sakit jiwa seringkali

mengalami kesulitan memulangkan klien ke pihak keluarga, sebab

setiap kali hanya dalam waktu beberapa hari akan kambuh kembali,

selain itu keluarga pasien sering menolak menerima kembali dengan

berbagai macam alasan serta kurangnya pengertian terhadap

penanganan dan perawatan pasien mantan gangguan jiwa. Pasien

dengan perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah sakit jiwa

memang memerlukan waktu yang lama, terutama pasien dengan

gangguan jiwa kronis (menahun), disebabkan kurangnya keterlibatan

keluarga untuk ikut serta cara perawatannya sehari-hari, sehingga

keluarga tidak siap dan tidak dapat beradaptasi dengan pasien lagi.

Proses perencanaan kepulangan klien gangguan jiwa dari Unit

Psikiatri di awali dengan pertemuan yang pada proses keperawatan

disebut dengan proses pangkajian. Proses pengkajian ini penting

dilakukan untuk memperoleh data dari pasien dan keluarga sehingga

dapat ditemukan masalah yang dihadapi pasien dan keluarga

berhubungan dengan keadaan kesehatan pasien dan perawatannya di

rumah. Biasanya yang dikaji adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kesiapan mereka menerima kepulangan pasien gangguan jiwa

dan faktor-faktor tersebutlah yang paling banyak menjadi alasan

keluarga menolak kehadiran klien gangguan jiwa ditengah-tengah

keluarga mereka (Depkes RI, 1994).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

22

f. Peran serta keluarga dalam perawatan klien skizofrenia

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi

perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien

skizofrenia. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan

jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuhnya gangguan

jiwa adalah keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di

rumah. Keluarga merupakan tempat individu memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi”

pendidikan utama bagi individu

untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan

perilaku. Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan

umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi

perilaku tersebut. Semua ini merupakan persiapan individu untuk

berperan di masyarakat (Keliat, 1996).

Menurut Hawari (2003) salah satu kendala dalam upaya

penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah pengetahuan masyarakat

dan keluarga. Keluarga dan masyarakat menganggap gangguan jiwa

penyakit yang memalukan dan membawa aib bagi keluarga. Penilaian

masyarakat terhadap gangguan jiwa sebagai akibat dari dilanggarnya

larangan, guna –guna, santet, kutukan dan sejenisnya berdasarkan

kepercayaan supranatural. Dampak dari kepercayaan masyarakat dan

keluarga, upaya pengobatan pasien gangguan jiwa dibawa berobat ke

dukun atau paranormal. Kondisi ini diperberat dengan sikap keluarga

yang cenderung memperlakukan pasien dengan disembunyikan,

diisolasi, dikucilkan bahkan sampai ada yang dipasung.

g. Faktor-faktor yang perlu dikaji dikeluarga :

1) Pengetahuan keluarga

Sebagai sebuah keluarga, seharusnya mengetahui tentang

peran dan tanggung jawab dalam proses keperawatan yang

direncanakan untuk perawatan klien dirumah. Faktor ini adalah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

23

salah satu faktor yang sering kali diabaikan oleh pihak keluarga

padahal peran keluarga dalam proses penyembuhan merupakan

peran yang paling penting (Depkes RI, 1994).

Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan

awal usaha dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota

keluraganya. Keluarga selain dapat meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan mental anggota keluarga, juga dapat

menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang mengalami

persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005). 

Keluarga harus menambah pengetahuan dan melengkapi

dirinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan sehingga

dapat memperlakukan mereka dalam keluarga secara baik dan

memadai, bersifat terapeutik dan membawa anggota keluarga

tersebut kepada kesembuhan yang seteru. Perlakuan-perlakuan

keluarga terhadap salah satu anggota keluarga yang mengidap

perilaku kekerasan, apabila tidak disertai pengetahuan dan sikap

yang benar dapat mengakibatkan kekambuhan kembali (Chandra,

2004).

Sebuah keluarga dengan penderita gangguan jiwa perlu

menegetahui dan menyadari keadaan diri penderita, mengambil

keputusan untuk menetukan bagaimana sikap yang sebaiknya

diambil agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Banyak

keluarga yang berpendapat bahwa penderita boleh berhenti minum

obat (berobat) apabila gejala-gejala suda menghilang/berkurang,

juga banyak keluarga yang berpendapat bahwa penderita gangguan

jiwa hanya perlu medikasi (obat-obatan) untuk dapat sembuh saat

proses pemulihanny dirumah. Hal ini jelas keliru, terapi bagi

penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan

rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga guna

resosialiosasi dan pencegahan kekambuhan (Vijay, 2005).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

24

1) Peran serta keluarga dalam perawatan klien skizofrenia

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang

memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit)

pasien skizofrenia. Umumnya, keluarga meminta bantuan

tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor

penyebab kambuhnya gangguan jiwa adalah keluarga yang

tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah. Keluarga

merupakan tempat individu memulai hubungan interpersonal

dengan lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi”

pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan

mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku. Individu

menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik

keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku

tersebut. Semua ini merupakan persiapan individu untuk

berperan di masyarakat (Keliat, 1996).

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh

faktor :

(a) Pendidikan

Pendidikan adalah proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang

lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri

individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil

penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap

perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidkan

itu mempertinggi taraf intelegensi keluarga dalam merawat

pasien skizofrenia agar pasien skizofrenia mampu kembali

ke keluarga dan beradaptasi dengan lingkungan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

25

(b) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil. Persepsi keluarga tentang

skizofrenia merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kesembuhan pasien skizofrenia tersebut.

Keluarga menganggap skizofrenia merupakan penyakit

yang memalukan dan membawa aib bagi keluarga maka hal

ini juga akan mempengaruhi kesembuhan pasien

skizofrenia.

(c) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga

penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang

dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan

munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari

dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah

motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu

perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan. Motivasi keluarga

dalam mencari informasi tentang skizofrenia

mempengaruhi cara keluarga melakukan perawatan pada

pasien skizofrenia. Tingginya motivasi keluarga untuk

mendapatkan informasi menunjang tingginya pengetahuan

dan informasi yang diperoleh keluarga mengenai

skizofrenia

(d) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui,

dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang

tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain meliputi :

lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi.

Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

26

pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi,

penghasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar

tingkat penghasilan dengan pemanfaatan. Kecenderungan

perawatan berulang pada pasie skizofrenia merupakan

pengalaman keluarga dalam merawat pasien skizofrenia.

Pengalaman tersebu merupakan pembelajaran kepada

keluarga tentang bagaimana cara yang tepat merawat pasien

skizofrenia

h. Struktur keluarga

Struktur keluarga meliputi pola dan proses komunukasi yang

memungkinkan anggota keluarga untuk mengekspresikan marahnya,

sedih, gembira, komunikasi yang terbuka, komunikasi yang dapat

menyelesaikan konflik keluarga, suasana emosi yang hangat, saling

percaya menghargai, memperhatikan dan menerima. Pelaksanaan

peran yang dilakukan keluarga, nilai-nilai yang dimilki dan dianut

keluarga yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, norma sosial

yang dianut oleh masyarakat turut mempengaruhi kesiapan keluarga

(Depkes RI, 1994).

Menerima kenyataan adalah kunci pertama proses penyembuahan

atau pengendalian perilaku kekerasan. Keluarga harus bersikap

menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita.

Tindakan kasar, berantakan atau mengucilkan justru akan membuat

penderita skizofrenia semakin depresi bahkan cenderung bersikap

kasar. Akan tetapi, terlal memanjakan juga tidak baik (Chandra, 2004).

Tetapi yang kita temukan pada kenyataannya justru keluarga

menjadi emosional, kritis, bahkan bermusuhan, jauh dari sikap hangat

yang dibutuhkan ketika berhadapan dengan penderita memicu

kekambuhan (Sumarjo, 2004). Penelitian tentang faktor psikologis

sebagai sebab skizofrenia berfokus pada hubungan orang tua dan anak,

pola komunikasi dalam keluarga. Penelitian keluarga penderita

skizofrenia mengidentifikasikan dua tipe keluarga yang tampaknya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

27

dapat menyebabkan gangguan tersebut. Pada keluarga pertama orang

tua sangat menarik batas dan tidak mau bekerja sama untuk mencapai

tujuan bersama, masing-masing tidak menghargai dan mencoba

mendominasi yang lain serta berlomba memperoleh kesetiaan anaknya.

Kedua tidak terdapat perselisihan yang terbuka, orang tua yang

dominan menunjukkan psikopatologi yang serius sehingga orang tua

yang satunya secara pasif menerimanya sebagai hal normal. Kedua

keluarga di atas mengambarkan keluarga yang aneh, tidak dewasa, dan

yang memanfaatkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan mereka dan

dengan mudah menyebabkan anak-anak merasa bingung, terasing dan

tidak yakin akan perasaan yang sebenarnya. Dalam arti tertentu anak-

anak tumbuh dan belajar menerima distorsi-distorsi realita orang

tuanya sebagai hal yang normal (Otong, 1994).

i. Dukungan Keluarga

Keluarga sebagai sebuah kelompok yang dapat menimbulkan,

mencegah atau memperbaiki masalah kesehatan yang dalam hal ini

adalah gangguan jiwa yang ada dalam kelompoknya sendiri, oleh

karena itu keluarga merupakan sistem yang terutama sebagai

pendukung bagi klien setelah pulang dari rumah sakit jiwa. Maka

dukungan keluarga dan lingkungan menjadi faktor yang penting

(Depkes RI, 1994).

Keluarga pasien diharapkan memberikan perhatian khusus kepada

penderita. Biasanya keluarga yang memiliki anggota keluarga yang

menderita gangguan menta menyembungikannya sehingga tidak terlihat

oleh tamu-tamu yang datang ke rumah mereka. Hal ini tidak dapat

dibenarkan karena penderita akan merasa dikucilkan. Yang harus

dilakukan adalah menyapa penderita setiap hari dan memberikan

perhatian agar mereka tidak disingkirkan (Chandra, 2004).

Kesedian keluarga untuk tetap merawat dan tetap mengakuinya

sebagai bagian dari orang yang disayangi sangatlah diperlukan agar

mereka tetap merasa dihargai sebagai manusia

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

28

layaknya. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat

penyembuhan yang sangat berarti bagi penderita. Dengan dibentuknya

kelompok keluarga gangguan jiwa dimasyarakat akan memungkin

pasien dan keluarga gangguan jiwa di masyarakat akan memungkinkan

klien dan keluarga mengadakan diskusi dan tukar pengalaman dalam

mengatasi gejala yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Sayangnya

masyarakat sendiri justru mengasingkan keberadaan penderita

gangguan jiwa sehingga hal ini turut mempengaruhi sikap keluarga

terhadap pasin bahkan gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit yang

membawa aib bagi keluarga sehingga diputuskan untuk dibuang oleh

keluarganya sendiri, akhirnya factor lingkungan dalam keluarga justru

tidak mendukung kesembuhan pasien (Sumarjo, 2004).

Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai

penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan

keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut penyakit jiwa pada

tingkat yang paling parah seperti “gila”, sehingga penderita harus

disembunyikan atau dikucilkan, bahkan lebih parah lagi ditelantarkan

oleh keluarganya. Sebenarnya tidak ada alasan yang kuat secara etis

untuk melakukan diskriminasi dan perlakuan buruk terhadap penderita

kelainan jiwa. Karena pengucilan dan diskriminasi justru memperburuk

kondisi penderita itu sendiri. Tempat terbaik bagi penderita gangguan

jiwa bukan di panti rehabilitasi atau di rumah sakit jiwa, apalagi

dijalanan. Tempat terbaik bagi mereka adalah berada di tengah-tengah

keluarganya, diantaranya orang-orang yang dicintainya. Yang mereka

butuhkan adalah perhatian, pengertian, dukungan, cinta dan kasih

sayang. Perhatian dan kasih sayang tulus dari keluarga dan orang-orang

terdekatnya akan sangat membantu proses penyembuhan kondisi

jiwanya (Tarjum, 2004).

Penyakit gangguan jiwa ini sesungguhnya dapat teratasi dengan

syarat ditangani secara tepat dan cepat. Dukungan moril dari keluarga

dan orang-orang terdekat jelas sangat penting bagi penderita. Ironisnya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

29

penerimaan merupakan hal tersulit yang dapat diperoleh seorang

penderita. Masih banyak orang tua yang malu mengakui anaknya adalah

pengidap gangguan jiwa. Penyangkalan ini justru semakin menjauhkan

penderita dari kemungkinan untuk sembuh

(Sumarjo, 2004).

Jenis-jenis dukungan keluarga:

1) Dukungan emosional : pasien skizofrenia membutuhkan empati dari

orang lain. Bila mana orang dapat menghargai, mempercayai dan

mengerti dirinya lebih baik, pasien skizofrenia akan menjadi lebih

terbuka terhadap aspek-aspek baru dalam pengalaman hidupnya.

2) Dukungan penghargaan : pasien skizofrenia membutuhkan

penghargaan yang positif. Penilaian atas usaha-usaha yang dilakukan

dan peran sosial yang terdiri atas umpan balik merupakan alat yang

digunakan untuk memberikan masukanmasukan agar seseorang

mengurangi perasaan-perasaan negative yang dirasakan, dan

mengembangakan harga diri pasien skizofrenia yang positif.

3) Dukungan informatif : pemberian informatif dimaksudkan agar

informasi dapat digunakan untuk mengatasi masalah pribadi maupun

masalah lain. Informasi ini mencangkup pemberian nasehat,

pengarahan, saran-saran dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan

oleh pasien skizofrenia.

4) Dukungan instrumental : dukungan yang berupa batuan langsung

seperti ketika orang lain memberikan bantuan tenaga atau pikiran

atau membantu mengeluarkan dari stres pada pasien skizofrenia

(Kartono, 1989).

j. Karakteristik Sistem Keluarga

Keluarga (Caregive) di pandang sebagai suatu unit perawatan dan

patner pada intervensi maupun rehabilitas (Fountaine, 2003). Oleh

karena itu perawat perlu memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi karakteristik keluarga. Menurut Stuart & Laria (2005).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

30

Beberapa faktor sosiokultural yang dapat berfungsi sebagai factor

resiko atau pendukung dalam system keluarga yaitu :

a. Usia

Usia akan mempengaruhi cara individu membuat keputusan,

semakin bertambah usia seseorang biasanya semakin menambah

keyakinan untuk mencari pertolongan ke petugas kesehatan. Usia

yang matang biasanya dicapai pada usia 25-44 tahun. Setelah usia

tersebut maka dapat terjadi penurunan kepercayaan terhadap

sesuatu. Hal ini diakibatkan pengalaman hidup dan kematangan

jiwa seseorang

b. Etnis

Istilah etnis berhubungan dengan ras, kebangsaan, suku, bahasa

asal, kebudayaan. Etnis turut berkontrubusi terhadap

perkembangan dan pemulihan gangguan jiwa. Factor kebudayaan

biasanya menjadi penghambat untuk mencari pertolongan

kesehatan. Bangsa Amerika dan kulit hitam lebih tinggi

memanfaatkan fasilitas kesehatan di banding bangsa asia

c. Jenis kelamin

Umumnya laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama

terhadap gangguan jiwa, perbedaan hanya pada jenis gangguannya.

Pada laki-laki lebih kepada kekerasan, sedangkan perempuan pada

gangguan efektif dan kecemasan.

d. Pendidikan

Beberapa study menjelaskan pentingnya pendidikan sebagai

sumber koping dan pencegahan terhadap gangguan jiwa. Individu

dengan pendidikan tinggi lebih sering mengguanakan kesehatan

jiwa di banding pendidikan rendah

e. Pendapatan

Faktor resiko yang menentukan seseorang mencari pertolongan dan

dalam pengambilan keputusan menentukan fasilitas kesehatan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

31

f. System keyakinan

Keyakinan seseorang meliputi semua aspek kehidupan meliputi

system keyakinan, pandangan, agama, atau spiritualitas yang dapat

memberikan efek positif atau negative terhadap kesehatan jiwa.

System keyakinan yang adaptif dapat meningkatkan kesejahteraan

dan kwalitas hidup, sedangkan system keyakinan yang maladaptif

dapat berperan terhadap perubahan status kesehatan dan penolakan

terhadap intervensi yang dianjurkan

c. Konsep Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan merupakan pengalaman individu yang bersifat

subyektif yang sering bermanifestasi sebagai prilaku yang

disfungsionalkan yang diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan

kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti

(Varcarolis, 2007). Kecemasan menurut Kaplan (2005), sebagai

“kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal

dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas

dan makna hidup. Kecemasan adalah perasaan tidak khas, disebabkan

oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang akan membahayakan rasa

aman, keseimbangan atau kehidupan seseorang atau kelompok

sosialnya.boyd (2008) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan

suatu perasaan tidak nyaman sebagai ungkapan atau dread yang di

tunjukan dengan gejala fisik, emosi, kognitif dan prilaku. Fortinash

dan Warret (2006) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan bagian

integral dalam kehidupan manusia. Hampir sebagian individu dalam

kehidupannya pernah mengungkapkan secara subyektif terhadap

perasaan yang tidak spesifik berupa kesulitan dan kesusahan akibat

ancaman eksternal yang berbahaya. Kecemasan merupakan sinyal

peringatan terhadap situasi yang mengancam, konflik dan bahaya.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

32

Comer (1992, dalam Videbeck, 2008) menggambarkan kecemasan

sebagai perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

Ketika mengalami perasaan kecemasan, individu mungkin memiliki

firasat akan ditimpa petaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi

yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan merupakan alat

peringatan internalyang memberikan tanda bahaya bagi individu.

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek

membahayakan, yang bergantung pada tingkat, lama kecemasan

dialami dan beberapa baik individu melakukan koping terhadap

kecemasan. Bersarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu

yang subyektif yang sangat akrap dengan kehidupan sehari-hari yang

menggambarkan keadaan kuatir, gelisah, tidak tentram, dan disertai

ketidakseimbangan fisik, kognitif, psikologis dan prilaku.

Kecemasan merupakan respon terhadap stress atau sesuatu

kondisi keletihan dan kelelahan pada tubuh yang disebabkan oleh

peristiwa dalam hidup (Seyle, 1956, dalam Videbeck, 2008).

Kecemasan terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam

beradaptasi terhadap situasi kehidupan, masalah dan tujuan hidup.

System saraf otonom berespon terhadap kecemasan secara tidak sadar

dalam tubuh. Saraf otonom menyebabkan perubahan pada tanda-tanda

vital sebagai persiapan mekanisme pertahanan tubuh. Glanda adrenal

mengeluarkan adrenalin atau epinephrine yang menyebabkan

peningkatan kebutuhan oksigen, dilatasi pupil dan peningkatan tekanan

arteri dan denyut jantung dan peningkatan glikogenolisis. Jika kondisi

berbahaya atau kecemasan sudah selesai, maka saraf parasimpatis yang

bekerja dan mengembalikan tubuh dalam kondisi normal kembali

(Videbeck, 2008).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

33

2. Proses Terjadinya Cemas

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan

jumlah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi

stress (Stuart & Laria, 2005). Berbagai teori telah di kembangkan

untuk menjelaskan proses terjadinya kecemasan antara lain :

1) Biologi

Otak memiliki reseptor khusus terhadap

benzodiaszepin. Reseptor tersebut berfungsi membantu

regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan

aktifitas neutrotransmiter gamma amino butyric acid

(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak

yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. Bila

GABA bersentuhan dengan sinaps dan berkaitan dengan

reseptor GABA pada membran post-sinaps akan membuka

aliran atau pintu eksitasi sel dan memperlambat aktifitas sel.

Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami

kecemasan mempunyai masalah dengan proses

neurotransmitter

2) Psikologis

Stuart dan Laria (2005) menjelaskan bahwa aspek

psikologis memandang kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id mewakili

dorongan insting dan implus primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

budaya. Ego berfungsi menengani tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut dan fungsi kecemasan adalah

untuk mengingatkan ego bahwa ada ancaman berbahaya.

Sullivan (1953, dalam Stuart dan Laria, 2005)

mempercayai bahwa kecemasantidak dapat muncul sampai

seseorang mempunyai kesadaran terhadap lingkungannya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

34

Kecemasan pertama kali ditentukan oleh hubungan ibu dan

anak pada awal kehidupannya, bayi berespon seolah-olah ia

dan ibunya adalah asatu unit. Seiring dengan bertambahnya

usia, anak melihat ketidaknyamanan yang timbul akibat

tindakannya sendiri. Anak meyakini bahwa ibunya setuju

atau tidak setuju dengan prilakunya itu.

Menurut Tarwo dan Wartonah (2003), maturitas

individu, tipe kepribadian dan pendidikan juga

mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Individu yang

memiliki kepribadian matang akan lebih sukar mengalami

gangguan akibat stress, sebab mempunyai daya adaptasi yang

besar terhadap stressor yang timbul, sebaliknya individu yang

berkepribadian tidak matang yaitu individu yang sikapnya

sangat ketergantungan dan peka terhadap rangsangan

sehingga sangat mudah mengalami gangguan akibat adanya

stress. Orang dengan kepribadian tipe A mudah mengalami

gangguan stress dari pada orang dengan kepribadian B.

Sedangkan status pendidikan yang rendah pada

seseorang, akan menyebabkan orang tersebut lebih muda

mengalami stress dibanding dengan mereka yang status

pendidikannya tinggi. Factor pendidikan seseorang sangat

mempengaruhi kecemasan. Klien dengan pendidikan tinggi

akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping efektif

dan konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan

rendah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan

luar sekolah dan berlangsung sepanjang hidup.

Siswati, dkk (2005) memaparkan bahwa ketegangan

dalam kehidupan yang dapat menimbulkan kecemasan

diantaranya adalah peristiwa traumatic individu baik krisis

perkembangan maupun situasional seperti peristiwa bencana,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

35

konflik emosional individu yang tidak terselesaikan dengan

baik, konsep diri terganggu yang akan menimbulakan

ketidakmampuan diri terganggu yang akan menimbulkan

ketidakmampuan individu berfikir secara realistis, frustasi

atau rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

dampak terhadap ego serta pola mekanisme koping keluarga

atau pola keluarga menangi stres yang akan mempengaruhi

individu dalam berespon terhadap konflik.

3) Sosial budaya

Suliswati, dkk (2005) menerangkan bahwa riwayat

gangguan kecemasan dalam keluarga (caregiver) akan

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap

konflik dan cara mengatasi kecemasan. Tarwoto dan

wartonah (2003) memaparkan jika sosial budaya, potensi

stres serta lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecemasan. Cara hidup orang di masyarakat

berdampak pada timbulnya stress. Individu yang mempunyai

falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar

mengalami stress, sedangkan orang yang berada di tempat

atau lingkungan asing ternyata lebih muda mengalami stress.

3. Stresor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang

dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stuart dan

Laria (2005) menggambarkan stressor pencetus sebagai stimulus yang

di persepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan

yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Stressor pencetus dapat

berasal dari sumber internal ataupun eksternal. Struat dan Lria (2005)

menjelaskan bahwa stressor pencetus ini dapat disebabkan karena

adanya ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi disabilitas

fisiologis atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

36

sehari-hari dan adanya ancaman terhadap system diri yang dapat

membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang integritas

pada individu. Stressor pencetus kecemasan dapat di kelompokkan

dalam tiga kategori yaitu :

a. Biologis

Menurut Stuart dan Laria (2005), kecemasan dapat

mengancam integritas seseorang baik berupa ancaman secara

eksternal. Ancaman eksternal. Ancaman ekternal yaitu masuknya

kuman, virus, polusi lingkungan, rumah tidak memadai, pakaian,

makanan atau trauma injuri, sedangkan ancaman internal yaitu

kegagalan mekanisme fisiologi tubuh seperti jantung, sistem

kekebalan, pengaturan suhu dan kehamilan. Situasi keluarga yang

memiliki anggota keluarga dengan penyakit terminal membuat

kondisi ketidakteraturan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari

dapat menimbulkan kecemasan.

b. Psikologis

Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan

ketidakmampuan psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari

seseorang. Apabila pengancaman tersebut menyangkut identitas

diri dan harga diri seseorang maka dapat mengakibatkan ancaman

terhadap self system. Ancaman eksternal yang terkait dan kondisi

psikologis dan dapat mencetuskan terjadinya kecemasan

diantaranya adalah peristiwa kematian, perceraian, dilemma etik,

pindah kerja, perubahan dalam status kerja. Sedangkan yang

termasuk ancaman internal yaitu gangguan hubungan interpersonal

di rumah, di tempat kerja atau ketika menerima peran baru (istri,

suami, murud, dan sebagainya).

4. Tanda dan Gejala

Pemahaman tentang kecemasan perlu integrasi banyak faktor,

termasuk pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal,

prilaku, genetic dan biologis. Begitu juga manusia sebagai individu

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

37

yang unik memiliki kemampuan penialaian terhadap stressor yang

menyebabkan terjadinya kecemasan yang berbeda pula. Menurut

Stuart (2005) penilaian terhadap stressor adalah evaluasi bagi

kesejahteraan individu, dimana di dalamnya stressor memiliki arti,

intensitas dan kepentingan. Peplau (1963, dalam Stuart & Laria, 2005),

Issacs (2005) serta Videback (2008) mengkatagorikan kecemasan

menjadi empat tindakan beserta tanda dan gejalanya yakni :

a. Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Selama tahap ini, individu menjadi waspada

dan meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat,

mendengar dan menyerap lebih dari sebelumnya. Kecemasan ini

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

kreativitas.

b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menganggu bahwa

ada sesuatu yang benar-benar berbeda dan individu menjadi

gugup/agitasi. Kecemasan sedang memungkinkan individu

berfokus pada hal yang penting dan mempersempit lapang

persepsi. Individu melihat, mendengar dan menyerap lebih sedikit.

Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat

melakukannya jika diarahkan.

c. Kecemasan berat dinilai dengan lapang pandang yang berkurang.

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik

serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua prilaku diarahkan pada

pengurangan kecemasan dan memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area lain.

d. Panik, berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan terror serta

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic

mencakup disororganisasi kepribadian dan dapat mengancam

kehidupan. Meningkatnya aktivitas motorik, menurunnya

kemampuan unatuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

38

menyimpang dan kehilangan pikiran yang rasional adalah semua

gejala panic

5. Tingkat Cemas

Table dibawah ini adalah hasil modifikasi tingkat kecemasan

berdasarkan respon fisiologis, kognitif, prilaku dan emosional yang

dimodifikasi dari Austarika dan Sutejo (2009berdasarkan teori yang

dikembangkan oleh Peplau (1963, dalam Stuart & Laria, 2005), Issacs

(2005) serta Videback (2008)

Tabel 2.1

Tingkat Respon Kecemasan

Tingkat kecemasan

Ringan Sedang Berat Panik

Fisiologis TTV Tekanan darah Nadi Pernafasan Ketegangan otot Pola makan Pola tidur Pola eliminasi Kulit

Tekanan darah tidak ada perubahan Nadi tidak ada perubahan Pernafasan tidak ada perubahan Rileks Masih ada nafsu makan Pola tidur teratur Pola eliminasi teratur Tidak ada keluhan

Tekanan darah meningkat Nadi cepat Pernafasan meningkat Wajah tampak tegang Meningkat atau menurun Sulit untuk mengawali tidur Frekuensi BAK dan BAB meningkat Mulai berkeringat akral dingin dan pucat

Tekanan darah meningkat Nadi cepat Pernafasan meningkat Rahang menegang menggertakan gigi Kehilangan nafsu makan Sering terjaga Frekuensi BAK dan BAB meningkat Keringat berlebihan

Tekanan darah meningkat kemudian menurun Nadi cepat kemudian lambat Pernafasan cepat dan dangkal Wajah menyeringai mulut ternganga Mual atau muntah Insomnia Retensi urin konstipasi Keringat berlebihan kulit teraba panas dingin

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

39

Kognitif Fokus perhatian Proses belajar Proses piker Orientasi

Cepat berespon terhadap stimulasi Motivasi belajar tinggi Pikiran logis Baik

Fokus pada hal penting Perlu arahan Perhatian menurun Ingatan menurun

Fokus pada hal rinci yang spesifik Perlu banyak arahan Egosentris Pelupa

Fokus perhatian pecah Tidak biasa berfikir Halusinasi Disorientasi waktu, orang dan tempat

Prilaku Motorik Komunikasi Produktifitas Interaksi sosial

Rileks Koheren Kreatif Memerlukan orang lain

Gerakan mulai tidak agitasi Koheren Menurun Memerlukan orang lain

Agitasi Bicara cepat Bicara cepat Interaksi sosial berkurang

Aktifitas motorik kasar meningkat Inkoheren Tidak produktif Menarik diri

Emosional Konsep diri Penguasaan diri

Ideal diri tinggi Tergesa-gesa

Tidak percaya diri Tidak sabar

Merasa bersalah Bingung

Putus asa Lepas kendali

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa respon klien

terhadap kecemasan dimanifestasikan sebagai tanda dan gejala

kecemasan berbeda untuk setiap tingkatan. Hal ini menunjukan

semakin berat gejala kecemasan yang dialami individu maka semakin

berat pula tingkat kecemasannya.

Seorang akan mengalami stres dan ansietas berkaitan dengan

sumber koping dalam diri internal individu maupun dari lingkungan

sekitarnya. Sumber-sumber tersebut meliputi asset ekonomi,

kemampan diri (kemampuan pemecahan masalah), dukungan sosial

dan keyakinan diri (Stuart & Laria, 2005). Kemampuan diri yang

dimiliki individu akan menetukan prilaku individu tersebut. Bloom

(1908, dalam Tufik, 2007) mengatakan ada tiga ranah atau domain

prilaku yang cognitive, affective, dan psychomotor . kogmitif berkaitan

dengan knowledge (pengetahuan) merupakan pengindraan manusia,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

40

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra. Psikomotor

berhubungan dengan tindakan (practice) yaitu kecenderungan untuk

bertindak

Derajat kecemasan seseorang dapat dilakukan pengukuran

dengan menggunakan alat ukur (instrument). Menurut Stuart & Laria

(2005) membagi kecemasan berdasarkan respon klien yang terdiri dari

4 (empat) respon yaitu : fsiologis, prilaku, kognitif, dan afektif

sedangkan Vicebeck (2008) membagi derajat kecemasan dibagi 3

(tiga) bagian yaitu berdasar respon fisik, kognitif dan emosional.

Instrument pengukuran kecemasan lainnya adalah Hamilton

Rating Scale for Anxiety atau HRS-A (Hawari, 008). Hamilton Rating

Scale for Anxiety adalah skala penilaian yang dikembangkan untuk

mengukur tingkat keparahan kecemasan berdasarkan simtomatologi.

Alat ukur terdiri dari 14 kelompok gejala yaitu perasaan cemas,

ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan

depresi (murung), gejala somatik (otot), gejala somatic (sensorik),

gejala pernafasan, gejala pencernaan, gejala perkemihan dan kelamin,

gejala autonom dan prilaku. Masing-masing kelompok dirinci lagi

dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Nilai setiap item pada skala 5

titik, mulai dari nol (tidak ada) sampai 4 (parah).

6. Tindakan untuk Mengatasi Kecemasan

Penanganan terhadap masalah kecemasan pada individu dapat

dilakukan dengan berbagai macam pendekatan antara lain dapat

dilakukan dengan mekanisme koping, tindakan keperawatan dan

tindakan medis.

a. Mekanisme Koping

Individu yang mengalami kecemasan akan menggunakan

berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya.

Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif

merupakan penyebab utama terjadinya prilaku patologis (Stuart &

Laria, 2005). Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

41

pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan

dua jenis mekanisme koping yang berorientasi pada petugas dan

mekanisme pertahanan ego.

Reaksi yang berorientasi pada petugas yaitu upaya yang

disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan

situasi stress secara realistic. Perilaku menyerang digunakan untuk

menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

Prilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber

ancaman, baik secara fisik maupun psikologis. Prilaku kompromi

digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu,

mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal.

Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi kecemasan

ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung

secara relative pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan

distori realistis, maka mekanisme ini merupakan respons

maladaptive terhadap stress.

Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang

dilakukan untuk mengatasi koping indivudu tidak efektif pada

diagnosa keperawatan ansietas antara lain mengkaji kapasitas

fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan tingkat koping,

menentukan mekanisme pertahanan yang digunakan (misalny :

penolakan, represi, koversi, disosiasi, pembentukan reaksi, tidak

melakukan apa-apa, displacement proyeksi), mengidentifikasi

metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan,

mendengarkan secara aktif terkait dengan masalah klien dan

identifikasi persepsi tentang apa yang sedang terjadi, membantu

klien mengidentifikasi efek maladaptife mekanisme koping yang

sekarang, member informasi tentang cara lain untuk menghadapi

ansietas (misalnya : pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai

serta keterampilan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta

keterampilan penyelesaian masalah).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

42

g. Penanganan Medis

Menurut PPDGJ III (2001), kecemasan diklasifikasikan

sebagai gangguan kecemasan fobik seperti agoraphobia, fobia

sosial dan fobia khas : gangguan kecemasan lainnya seperti

gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh (GAD),

gangguan campuran kecemasan dengan depresi serta gangguan

obsesif kompulsif. Terapi obat untuk gangguan kecemasan

diklasifikasikan menjadi antikecemasan yang terdiri dari ansiolitik,

transquilizer minor, sedative, hipnotik dan antikonfulsan (Stuart,

2005). Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi susunan

saraf pusat (SSP). Meskipun mekanisme kerja yang tepat tidak

diketahui, obat ini diduga menimbulkan efek yang diinginkan

melalui interaksi dengan serotonin, dapanin dan reseptor

neurotransmitter lain (Halloway, 1996). Obat antiansetas

digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan

somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk

pemulihan sementara gejala insomnia dan kecemasan.

Efek samping yang umum dari penggunaan obat anti

kecemasan yakni pada SSP (pelambat mental, mengantuk, vertigo,

bingung, tremor, letih, depresi, sakit kepala, kecemasan, insomnia,

kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas) :

kardiovaskuler (hipotensi ortostatik, takikardia, perubahan

elektrokardiogram / EKG) mata dan THT (pandangan kabur,

midriasis, tinnitus) : gastro intestinal (anoreksia, mual, mulut

kering, muntah, diare, kontivasi) : kulit (kemerahan, dermatis,

gatal-gatal). Kontra indikasinya yaitu penyakit hati klien lansia,

penyakit ginjal, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikologis

penyakit pernafasan yang telah ada serta reaksi hipersensitivitas

(Copel, 2007)

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

43

h. Tindakan Keperawatan

Menurut Konsorsium Ilmu Kehatan (1989, dalam Mubarak,

(2011), peran perawat jiwa meliputi pemberian asuhan

keperawatan, advokat klien, educator, kordinator, kolaborator,

konsultan dan pembaharu. Pemberian asuhan keperawatan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan

melalui pemberian pelayanan keperawatan. Peran advokat

dilakukan perawat dalam memfasilitasi klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan

atau informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepada kliennya.

Peran educator di lakukan untuk meningkatkan pengetahuan

kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatannya, peran ini

sangat membantu dalam mengatasi kecemasan klien dan keluarga

dimana informasi di berikan berupa pengetahuan tentang masalah

yang dihadapi dan diajarkan untuk menggunakan kemampuan diri

secara maksimal sebagai pemecah masalah. Peran koordinator

dilakukan dengan mengarahkan, merencanakan dan

mengoganisasikan pelayanan kesehatan dengan tim kesehatan.

Peran kalaborator dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan. Peran konsultan di lakukan terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk di berikan. Peran pembaru

di lakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,

perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.

Filosofi keperawatan yang mendeskripsikan individu sebagai

mahluk biopsikososial yang memiliki karakteristik unik dan

berespon terhadap orang lain dan dunia dengan berbagai cara.

Manusia mempunyai sifat yang holistik mempunyai pengertian

bahwa manusia adalah makluk fisik, psikologis, sosial dan

spiritual. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

44

saling mempengaruhi (Videbeck, 2008). Definisi diatas

menunjukan bahwa ancaman terhadap fisik dapat mempengaruhi

kondisi aspek lainnya sehingga penanganan pada keluarga

(caregiver) yang mengalami kecemasan harus diberikan secara

holistic.

Pergeseran konsep pelayanan kesehatan jiwa dari berbasis

rumah sakit jiwa menjadi berbasis komunitas memberikan dampak

terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan jiwa di setting pelayanan rumah sakit umum (Jhonston

dan Cowman, 2008). Diagnosa keperawatan untuk klien dengan

kecemasan terdiri dari diagnosa keperawatan keperawatan primer

dan diagnosa keperawatan terkait. Diagnosa keperawatan primer

meliputi kecemasan, deficit pengetahuan terhadap kecemasan

(Copel, 2007). Sedangkan diagnosa keperatan terkait meliputi

konflik pengambilan keputusan, ketakutan, ketidakefektifan koping

individu (Wilkinson, 2007 : Stuart & Laria, 2005)

Menurut Nursing intervensi classification (2008),

mengidentifikasi anxiety reduction sebagai upaya untuk

meminimalkan kondisi ketegangan, ketakutan, kekuatiran atau

kesulitan tentang ancaman berbahaya yang sumbernya tidak

diketahui. Tindakan yang dilakukan dalam menurunkan kecemasan

yaitu coba untuk tenang, gunakan pendekatan yang menentramkan

hati. Jelaskan harapan harapan dengan jelas tentang perlakuan

pasien, jelaskan semua prosedur dan apa yang akan terjadi pada

saat tindakan / prosedur dilakukan, gali pemahaman klien terhadap

situasi yang penuh stress, berikan informasi yang berkaitan dengan

diagnosis, treatment dan pronogsis, damping klien untuk

kenyamanan, keselamatan dan untuk menurunkan ketakutan dan

libatkan keluarga, bantu klien untuk mengenali situasi yang

menyebabkan kecemasan, ciptakan lingkungan yang nyaman dan

control stimulus yang meningkatkan ketidak nyamanan klien,

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

45

anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, kaji tanda

verbal dan non verbal kecemasan dan berikan terapi pengobatan

jika diperlukan.

Praktik intervensi lanjut untuk mengatasi gangguan

kecemasan berdasarkan beberapa ahli diantaranya adalah terapi

kognitif , terapi prilaku, modeling desensitisasi sistematik,

flooding, pencegah respon, cognitive behavior therapy,

psikoedukasi keluarga, assertive community treatment, logoterapi,

thought stooping dan teknik relaksasi. Varcorolis, dkk, (2006)

menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang

didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berfikir,

mendorong pada penilaian negative terhadap diri sendiri maupun

orang lain. Selama proses restrukrisasi pikiran, terapis membantu

klien untuk mengidentifikasi pikiran otomatis negative yang

menyebabkan kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi

kembali situasi yang realistis dan mengganti hal negative yang

telah diungkapkan dengan ide-ide membangun.

Berbagai jenis teknik terapi prilaku digunakan sebagai

pembelajaran dan praktik secara langsung dalam upaya

menurunkan kecemasan atau menghindari kecemasan. Videbeck

(2008) menegaskan bahwa terapi prilaku di pandang efektif dalam

mengatasi gangguan kecemasan, terutama jika dikombinasi dengan

farmakoterapi. Peran terapis secara khusus pada terapi modeling

adalah memberikan role model dan mendemonstrasikan prilaku

yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien

menirukan. Menurut Issacs (2005) dalam terapi ini prilalu bari

dipelajari dengan menirukan prilaku orang lain. Prinsip

pelaksanaan terapi desensitisasi sistemik yaitu konfrontasi bertahap

dari suatu stimulus yang menimbulkan kecemasan tinggi, terutama

digunakan jika klien menderita fobia tertentu. Terapis mula-mula

mengajarkan kepada klien bagaimana cara rileks dan kemudian

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

46

mulai dengan stimulus yang menyebabkan kecemasan ringan.

Klien belajar menerapkan proses relaksasi ketika berhadapan

dengan stimulus tersebut. Proses ini berlanjut sampai stimulus

yang menimbulkan kecemasan tinggi tidak lagi menyebabkan klien

merasa cemas.

Gangguan kecemasan bila tidak ditangani akan

mempengaruhi kwalitas klien di masyarakat. Selain masyarakat

dapat menjadi sumber terjadinya kecemasan, masyarakat juga

dapat menjadi system pendukung terhadap pemulihan gangguan

kecemasan. Assertive community treatment (ACT) merupakan

suatu model yang didesain terdiri dari multidisiplin untuk

memberikan pelayanan secara komprehensif termasuk pada

gangguan kecemasan dengan menggunakan sumber-sumber yang

tersedia. Terapi ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak

dari gangguan kecemasan di masyarakat seperti timbulnya masalah

kesehatan fisik maupun psikis (Mauro & Murray, 2000). Klien

yang di berikan ACT diharapkan klien dengan kecemasan dapat

mengatasi masalahnya sehingga akan membentuk lingkungan

keluarga dan masyarakat sebagai system pendukung khususnya

dalam mengatasi kecemasan.

Jhonson (2006) menjelaskan bahwa teknik logoterapi

bermanfaat untuk mengatasi fobia, kecemasan, gangguan obsesi

kompulsif dan pelayanan medis lainya, melalui metode konseling,

terapi akan membantu dalam menemukan makna hidup. Menurut

Issacs (2005). Terapi ini berfokus pada masalah-masalah hidup

yang berkaitan dengan kebebasan, ketidakberdayaan, kehilangan,

isolasi, kesepian, kecemasan, dan kematian. Penelitian sutejo

(2009) menunjukan bahwa logoterapi efektif terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada penduduk pasca gempa.

Teknik penghentian pikiran negatif, dimana klien mungkin

mengatakan stop keluar dari ide-ide yang muncul. Pengalihan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

47

pikiran yang tidak diinginkan secara diubah dank lien memilih

alternatif ide positif. Ankron (1998) menjelaskan bahwa terapi

thought stopping atau disebut juga dengan istilah menghentikan

pikiran merupakan teknik efektif dan cepat membantu menghadapi

pikiran yang membuat stress dimana sering kali menyertakan

serangan panik, kecemasan dan agrofobia. Penjelasan lebih lanjut

tentang terapi thought stopping akan menjelaskan secara rinci pada

pembahasan berikutnya.

Menurut Stuart dan Laria (2005), latihan relaksasi dilakukan

melalui teknik pernafasan atau peregangan otot (progressive

muscle relaxation). Teknik relaksasi dalam mengurangi cemas : 1)

ambil nafas dalam selama 3 detik, 2) tahan nafas selama 3 detik, 3)

keluarkan nafas secara perlahan-lahan lewat mulut, 4) ulangi

selama 3 kali. Seseorang yang mengalami perasaan tidak tentram,

kecemasan dan stress psikilogis, jika diberikan suatu latihan

relaksasi yang terprogram secara baik maka akan menurunkan

denyut nadi, tekanan darah tinggi, mengurangi keringat dan

mengurangi pernafasan sehingga sangat efektif sebagai anti

kecemasan. Stress dan kecemasan berkaitan dengan sumber koping

dalam diri sendiri internal individu maupun dari lingkungan

sekitarnya. Sumber-sumber tersebut meliputi asset ekonomi,

kemampuan diri (kemampuan pemecah masalah), dukungan sosial

dan keyakinan diri.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

48

B. Kerangka Teori

Kerangka teori ini merupakan landasan penelitian yang disusun

berdasarkan informasi konsep skizofrenia paranoid, konsep keluarga, konsep

kecemasan, factor predisposisi, stressor, faktor-faktor yang mempengaruhi

cemas, Peplau (1963), Stuart & Laria (2005), Issacs (2005) serta Videbeck

(2006) menjelaskan bahwa kecemasan dikatagorikan menjadi 4 (empat)

tindakan yakni kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Kecemasan

ditentukan oleh respon yang timbul, baik secara psikologis , kognitif, prilaku

maupun emosional. Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan

dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan sedang memungkinkan individu

berfokus pada hal yang penting dan memper sempit lapangan persepsi.

Kecemasan berat ditandai lapang pandang yang berkurang, sedangkan pada

tingkatan panik tidak mampu melakukan sesuatu maupun dengan arahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan adalah predisposisi

(Stuart & Laria, 2005) dan stressor presipitasi (Stuart & Sunden, 1996). Faktor

predisposisi dan stressor presipitasi kecemasan meliputi biologis (Stuart &

Laria, 2005), psikologis (freud, 1969, Sullivan, 1953 dan Suliswati, dkk 2005)

Tarwoto & Wartonah (2003), menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

kecemasan diantaranya adalah potensi stressor, maturitas, status pendidikan

dan ekonomi, keadaan fisik, tipe kepribadian, sosial budaya, lingkungan dan

situasi umur dan jenis kelamin.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

49

Skema 2.1 Kerangka Teori

PROSES

C. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan landasan pikir untuk melakukan

penelitian. Kerangka konsep dikembangkan berdasarkan teori dan konsep

yang telah penulis paparkan pada tinjauan teori. Kerangka konsep dalam

penelitian ini hanya terdiri variabel tunggal

Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah kecemasan keluarga

(caregiver) dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

skizofrenia paranoid. Kecemasan yang meliputi kecemasan ringan, sedang,

berat dan panik (Stuart &Suden 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan keluarga dengan skizofrenia paranoid : Potensi stressor, maturitas, status pendidikan, ekonomi, keadaan fisik, tipe kepribadian sosial budaya, lingkungan, situasi umur, dan jenis kelamin Sumber : Tarwoto & Wartonah (2003)

KECEMASAN Tingkat kecemasan - Kecemasan

keluarga ringan - Kecemasan sedang - Kecemasan berat - Panik

Sumber : Freud (1969), Sullivan (1953), Stuart & Laria (2005), Suliswati, dkk, (2005)

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Skizofrenia ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-herlisdian... · kerugian ekonomi diseluruh dunia. ... gangguan jiwa

50

Skema kerangka konsep yang akan digunakan dalam penelitian

Skema 2.2 Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Menurut Machfoesdz, Marianingsih, Margono, Wahyuningsih (2005)

hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini tidak ada

hipotesis, karena jenis penelitiannya adalah deskriptif.

Tingkat kecemasan

pada anggota

keluarga yang

mengalami gangguan

jiwa skizofrenia

paranoid

Tingkat

kecemasan

keluarga dengan

anggota keluarga

yang mengalami

gangguan jiwa

skizofrenia

paranoid

1. Kecemasan

ringan

2. Kecemasan

sedang

3. Kecemasan

berat