Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

155
Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret 2020 | ISSN. 2614-0462 (Online)

Transcript of Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

Page 1: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret 2020 | ISSN. 2614-0462 (Online)

Page 2: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

Volume 3, No 2, Maret 2020

Page 3: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

153 - 161Tri Siwi Agustina

Pengaruh Perilaku Inovatif pada Keberhasilan Womenpreneur Etnis Madura sebagai Pegadang Pakaian Jadi

162 - 177Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Milenial Terhadap Instumen Investasi Masa Depan : Studi Literatur

178 - 186A.A Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

Pengaruh Servant Leadership dan Empowerment terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada PT. Samaja Bali Villa

187 - 197

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

Pengaruh Perencanaan Sumber Daya Manusia, Rekrutmen dan Penempatan Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

198 - 210Penempatan Ulang Material dan Perancangan Sistem Informasi Pengambilan Material Return Berbasis Web di Gudang PT ABC Unit Pembangkit X

211 - 229Pengaruh Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange, Dan Straits Times Index Singapore Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

230 - 248Analisis Struktur Modal Optimal dalam rangka Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Studi Kasus PT Wijaya Karya Tahun 2016 s.d. 2019)

249 - 262Analisis Komparatif Tingkat Kesehatan Bank BUMN Di Indonesia Dengan Metode RGEC

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa

263 - 272Alumni Satisfaction Analysis with UnivQual Theory: Case of Telkom University Class of 2010-2014

273 - 291Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Asset Growth terhadap Beta Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia

292 - 301Analisis Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Kinerja Organisasi di Kalangan Usaha Kecil Menengah

Volume 3, No 2, Maret 2020

Page 4: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

Page 5: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

153

Pengaruh Perilaku Inovatif pada Keberhasilan Womenpreneur Etnis

Madura sebagai Pegadang Pakaian Jadi

Tri Siwi Agustina

Universitas Airlangga

E-Mail : [email protected]

Abstrak

Perdagangan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang menjanjikan untuk mendatangkan kekayaan. Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan pedagang adalah karena perilaku inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku inovatif terhadap keberhasilan wanita beretnis Madura di ITC Mega Grosir Surabaya. Variabel penelitian ini terdiri dari perilaku inovatif terdiri dari opportunity exploration, generativity, formative

investigation, championing, dan application . Sampel penelitian ini adalah 95 wanita pedagang beretnis Madura Pengujian hipotesis mengunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel opportunity exploration, generativity dan formative

investigation tidak menunjukkan pengaruh pada keberhasilan sedangkan variabel championing dan application terbukti berpengaruh pada keberhasilan womenpreneur etnis Madura yang berdagang pakaian jadi di ITC Mega Grosir Surabaya. Kata kunci : perilaku inovatif, keberhasilan usaha, wanita pedagang etnis Madura Pendahuluan

Berdagang merupakan salah satu cara seseorang untuk mencapai kesuksesan dan kemakmuran hidup sehingga akhirnya banyak orang yang mencoba terjun ke dunia perdagangan. Salah satu hal yang menyebabkan keberhasilan seorang wirausaha/ pedagang diantaranya adalah perilaku inovatif. Saat ini dunia usaha, khususnya perdagangan tidak hanya dimonopoli oleh kaum pria, kaum wanita juga telah terjun ke dunia ini. Keterlibatan kaum wanita di dunia bisnis memberikan warna tersendiri serta semakin diperhitungkan dalam dunia perdagangan di Indonesia. Ketertarikan tersebut lebih didasarkan pada apa yang melatarbelakangi keberadaan mereka serta nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya. Selain itu, tanggung jawab wanita dalam menjalankan bisnis sekaligus tanggung jawabnya sebagai pribadi yang tidak terlepas dari peran domestik menyebabkan terganggunya konsentrasi dan semakin terbatasnya waktu untuk melakukan kegiatan inovasi (Tambunan, 2009). Di ITC Mega Grosir Surabaya terdapat berbagai macam etnis yang melatarbelakangi wanita pedagang yang ada disana. Salah satu etnis dari wanita pedagang yang cukup banyak di ITC Mega Grosir Surabaya adalah etnis Madura. Seperti pada umumnya orang etnis Madura yang dikenal sebagai pekerja keras, ulet, tekun, sederhana serta tidak menyia-nyiakan kesempatan (Sutarto, 2006), wanita Madura dengan latar belakang sosial ekonomi tinggi atau rendah, berpendidikan tinggi atau rendah, yang tinggal di Madura ataupun telah bermigrasi ke pulau lain adalah pekerja keras baik untuk pekerjaan rumah tangga maupun pencari nafkah. Etos kerja yang tinggi pada wanita Madura didorong dengan keyakinan bahwa kerja adalah

Page 6: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

154

ibadah, amal serta sebagai bentuk perjuangan meraih pengakuan atas kemampuan dirinya (Sukesi, Wisaptiningsih dan Nurhadi, 2008). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Apakah perilaku inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura etnis Madura; (2) Apakah perilaku inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian secara parsial berpengaruh terhadap keberhasilan keberhasilan womenpreneur etnis Madura .

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Wanita pedagang/wirausaha diartikan sebagai wanita dalam dunia bisnis yang

mengambil peluang dan memulai, membangun dan menumbuhkan bisnis yang sukses. Meningkatkatnya partisipasi wanita dalam angkatan kerja menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisional yang memandang wanita sebagai unsur domestik dan pria sebagai unsur publik kini semakin samar. Perempuan cenderung lebih menonjol dalam pergaulan (people oriented) dibanding laki-laki, menurut Stain (1989). Pengertian perilaku inovatif menurut dalam De Jong & Kemp (2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Perilaku inovatif sarat dengan berbagai tantangan dan proses menjalankannya tidak mudah. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation dalam De Jong & Den Hartog, 2003. Kleysen dan Street (2001) menguraikan aspek-aspek perilaku inovatif serta merangkum dari penelitian-penelitian sebelumnya aktivitas yang menyertai masing-masing aspek, sebagai berikut: 1) Eksplorasi Peluang/Opportunity Exploration diukur dengan indikator berikut : memberi

perhatian pada sumber peluang (paying attention to opportunity sources); mengenali peluang (recognizing opportunities) dan berbagi informasi yang berkaitan dengan peluang (gathering information about opportunities

2) Menghasilkan ide/Generativity diukur dengan indikator : munculnya ide yang memiliki peluang (generating ideas and solutions to opportunities) ; membuat gambaran tentang gagasan serta mengelompokkannya (generating representations and categories of

opportunities) dan menggabungkan gagasan dengan informasi (generating associations

and combinations of ideas and informations) 3) Uji Coba/Formative Investigation diukur dengan indikator berikut: melakukan uji coba

ide dan pemecahan masalah (experimenting with ideas and solutions), keaslian ide (originality of ideas), mengevaluasi ide dan pemecahan masalah (evaluating ideas and

solutions). 4) Mental Juara (Championing) diukur dengan indikator berikut: mobilisasi berbagai

macam sumber daya (mobilizing resources), meyakinkan dan memengaruhi orang lain (persuasing and influencing), melakukan sesuatu yang menantang dan menghadapi resiko (challenging and risk taking)

5) Pengaplikasian/Application diukur dengan indikator berikut: penerapan ide perubahan ke arah yang lebih menguntungkan (implementing), memodifikasi ide-ide yang sudah diterapkan dalam mengaplikasikan ide baru (modifying), Melakukan rutinitasi inovasi untuk memperbaiki proses, teknologi, produk dan layanan dalam kegiatan sehari-hari (routinizing)

Page 7: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

155

Walker dan Brown (2004) merumuskan keberhasilan usaha dari wanita pengusaha/pedagang meliputi dimensi sebagai berikut :

1. Kualitas Hidup (Quality of Life) yang terdiri dari : membantu perekonomian keluarga, mendapatkan kepuasan pemenuhan diri, termasuk pemenuhan tuntutan spiritual atau religius, dan peningkatan taraf hidup keluarga

2. Kebebasan (Autonomy) seperti : bebas dari segala aturan organisasi, Bebas mengatur waktu dan bebas mewujudkan ide-ide sendiri

3. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction) yang terdiri dari : kepuasan pribadi lebih penting daripada menghasilkan banyak uang (citra diri), memberikan orang lain pekerjaan memberikan kepuasan pribadi dan berguna bagi orang lain, dan menaklukan tantangan

Teoh dan Chong (2008) menjelaskan bahwa jaringan kerja (networking) merupakan hal yang terpenting dalam menjamin keberlangsungan hidup dan usaha yang dibangun oleh wanita.

4. Jaringan Kerja (Networking) , yang terdiri dari : manfaat mengenal banyak orang bagi diri sendiri, manfaat mengenal banyak orang bagi pengembangan bisnis, keikutsertaan dalam perkumpulan formal dan informal, baik perkumpulan usaha sejenis ataupun tidak.

Walker dan Brown (2004) merumuskan keberhasilan usaha dari wanita pengusaha/pedagang meliputi dimensi sebagai berikut:

5. Kemampuan untuk seimbang dalam bekerja dan keluarga (The ability to balance

work and family) dengan pengukuran sebagai berikut : menyadari adanya tuntutan peran antara pekerjaan-keluarga, mampu membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga (keseimbangan waktu) dan kewajiban pekerjaan yang sering merubah rencana bersama keuarga (keseimbangan tugas dan tanggung jawab)

Sandjaja dan Riyanti (2004) menyatakan bahwa perilaku inovatif memberi kontribusi yang signifikan pada keberhasilan usaha. Sebagaimana pendapat Drucker yang dikutip dalam Idris (2009) yang menyebutkan bahwa keterampilan inovasi merupakan salah satu atribut kritis dalam membentuk keberhasilan wirausaha. Berdasarkan pernyataan tersebut diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Perilaku Inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba,

mental juara, dan pengaplikasian secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura.

H2 : Perilaku Inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura

Page 8: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

156

Perilaku Inovatif

Kerangka Berpikir

Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dimana variabel-variabel yang diamati dapat diidentifikasikan dan hubungan antar variabel dapat diukur. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder melalui penyebaran kuisioner dan riset kepustakaan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian jumlah sampel sebanyak 95 womenpreneur yang berdagang pakaian jadi di ITC Mega Grosir Surabaya. Pemilihan tentang womenpreneur yang berdagang pakaian jadi karena jumlah pedagang lebih banyak dan jenis perdagangan ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan jenis perdagangan makanan dan minuman di ITC Mega Grosir Surabaya. Lebih stabil yang dimaksudkan dipandang dari sudut komitmen pedagang untuk membuka tokonya, karena berdagang pakaian membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan berjualan makanan dan minuman, sehingga keinginan untuk selalu membuka toko setiap hari didasari motivasi agar barang dagangannya cepat laku. Motivasi tersebut tentunya tidak sama dengan penjual makanan dan minuman terutama pada etnis Madura yang sangat kental memegang tradisi dan agama sehingga apabila ada libur atau tanggal merah yang terkait dengan hari besar agama dan juga perasaan tradisi mereka rela untuk tidak berjualan dalam jangka waktu yang lama. Untuk menguji pengaruh secara simultan dan parsial dilakukan uji statistik regresi liner berganda dengan sebelumnya juga melakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heterokesdastis.

Pembahasan

Responden penelitian ini adalah 95 orang womenpreneur etnis Madura yang berdagang pakaian di ITC Mega Grosir Surabaya dengan karakteristik sebagai berikut : Pendidikan : SMA sederajat (65%), D3 / sederajat (20%) , Sarjana (15%); Lama usaha : lebih dari 10 tahun (55%), antara 5 hingga mendekati 10 tahun (30%) , kurang dari 5 tahun (15%) ; Status Usaha : Melanjutkan usaha orang tua (60%) , usaha sendiri (40%) ; Status perkawinan : Sudah menikah

Eksplorasi Peluang

Uji Coba

Mental Juara

Pengaplikasian

Menghasilkan Ide Keberhasilan

Womenpreneur Etnis

Madura

Page 9: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

157

(100%) ; Pasangan memiliki pekerjaan lain : Ya (70%) dan Tidak (30%) ; Memiliki usaha lain selain di ITC Mega Grosir : Tidak (90%) ; Ya (10%)

Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan item-item pertanyaan kuesioner dalam mengukur variabel penelitian. Teknik yang digunakan adalah korelasi product moment pearson. Suatu item pertanyaan dinyatakan valid jika korelasi product moment pearson menghasilkan koefisien korelasi > 0,3. Perhitungan terhadap variabel perilaku inovatif menghasilkan bahwa semua item pertanyaan pada variabel bebas eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara dan pengaplikasian memiliki koefisien korelasi > 0,3. Berdasarkan hasil ini semua item pertanyaan yang mengukur perilaku inovatif sebagai variabel bebas dinyatakan valid dan diikutkan dalam proses analisis selanjutnya.

Sementaa itu pada Pada variabel terikat atau variabel keberhasilan womenpreneur (Y) saat dilakukan putaran pertama pengujian validitas terhadap 15 item pertanyaan, terdapat 1 item yang tidak valid yaitu item pertanyaan Y15 . Setelah pertanyaan Y15 dihilangkan, semua item pertanyaan pada variabel terikat keberhasilan womenpreneur telah memiliki koefisien korelasi > 0,3 sehingga dinyatakan valid. Dengan demikian 14 item pertanyaan yang mengukur variabel terikat digunakan dalam proses analisis selanjutnya. Uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel bebas eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara dan pengaplikasian, maupun variabel terikat keberhasilan womenpreneur etnis Madura memiliki nilai alpha cronbach > 0,6. Berdasarkan hasil ini item-item pertanyaan yang mengukur variabel bebas maupun variabel terikat dinyatakan reliabel.

Uji Normalitas mendapatkan hasil bahwa besarnya nilai signifikan uji kolmogorov

smirnov adalah 0,676 > 0,05, maka disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi normal, dengan demikian asumsi normalitas residual telah terpenuhi.

Uji Multikolinieritas mendapatkan hasil bahwa nilai tolerance kelima variabel bebas > 0,10, demikian pula nilai VIF kelimanya < 10, sehingga dapat disimpulkan model regresi bebas dari multikolinieritas, dengan demikian asumsi tidak ada multikolinieritas telah terpenuhi. Uji Heteroskesdatis mendapatkan hasil bahwa nilai signifikansi korelasi rank spearman dari kelima variabel bebas > 0,05, maka disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas, dengan demikian asumsi tidak ada heteroskedastisitas telah terpenuhi.

Hasil uji hipotesis melalui analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Hasil Pengolahan Analisis Regresi Berganda Model B Beta t Sig. t

Konstanta 1,768

Eksplorasi Peluang (X1) 0,080 0,149 0,962 0,342

Menghasilkan Ide (X2) 0,006 0,009 0,063 0,950 Uji Coba (X3) 0,044 0,069 0,487 0,629

Mental Juara (X4) 0,214 0,330 2,031 0,049

Pengaplikasian (X5) 0,270 0,349 2,379 0,022

R = 0,716 R Square = 0,513 F = 8,225 Sig. F = 0,000

Variabel terikat : Keberhasilan (Y)

Sumber: Hasil perhitungan

Page 10: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

158

Nilai unstandardized coefficient (B) pada Tabel 4.1 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1,768 + 0,080 X1 + 0,006 X2 + 0,044 X3 + 0,214 X4 + 0,270 X5

Nilai korelasi (R) yang diperoleh sebesar 0,716 menunjukkan bahwa hubungan perilaku inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian dengan keberhasilan womenpreneur etnis Madura tergolong cukup kuat. Koefisien determinasi (R Square) yang diperoleh sebesar 0,513 menunjukkan bahwa kemampuan perilaku inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian dalam menjelaskan variasi perubahan keberhasilan womenpreneur etnis Madura adalah sebesar 51,3% dan sisanya 48,7% dijelaskan oleh faktor lain. Dengan kata lain, keberhasilan womenpreneur etnis Madura dipengaruhi oleh eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian sebesar 51,3%, sedangkan sisanya 48,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Nilai signifikansi uji F sebesar 0,000 < 0,05 (α=5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku inovatif yang terdiri dari eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba, mental juara, dan pengaplikasian secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura. Berdasarkan hasil ini hipotesis pertama penelitian yang menduga perilaku inovatif secara simultan berpengaruh terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura telah terbukti. Berdasarkan karakteristik responden dapat diketahui bahwa bisnis perdagangan pakaian jadi di ITC Mega Grosir Surabaya merupakan satu-satunya bisnis yang para womenpreneur dapat lakukan untuk turut berperan serta pada pemenuhan kebutuhan keluarga tanpa harus meninggalkan tanggung jawabnya pada pengasuhan anak. Eksistensi mereka dalam berbisnis juga tidak terlepas dari pendidikan menengah hingga tinggi yang mereka tempuh, dimana dengan pendidian yang mereka tempuh mereka dapat melakukan inovasi untuk memperbaiki proses, teknologi, produk dan layanan dalam kegiatan perdagangan sehari-hari. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Riyanti (2007), bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin tinggi pula perilaku inovasi mereka meskipun nantinya pada hipotesis kedua atau uji secara parsial didapatkan hasil yang lebih spesifik dari pengaruh perilaku inovatif pada keberhasilan womenpreneur di ITC Mega Grosir Surabaya.

Nilai signifikansi uji t variabel mental juara (X4) dan pengaplikasian (X5) masing-masing sebesar 0,049 dan 0,022 < 0,05 (α=5%), maka H0 ditolak dan H2 diterima, sehingga disimpulkan perilaku inovatif dari segi mental juara dan pengaplikasian secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura. Akan tetapi hasil uji regresi menghasilkan nilai signifikansi uji t variabel eksplorasi peluang (X1), menghasilkan ide (X2) dan uji coba (X3) masing-masing sebesar 0,342, 0,950 dan 0,629 > 0,05 (α=5%), maka H0 diterima dan H2 ditolak, sehingga disimpulkan perilaku inovatif dari segi eksplorasi peluang, menghasilkan ide dan uji secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura.

Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua penelitian yang menduga perilaku inovatif secara parsial berpengaruh terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura, hanya terbukti pada mental juara dan pengaplikasian, sedangkan pada eksplorasi peluang, menghasilkan ide dan uji coba tidak terbukti. Apabila dibandingkan dengan aktivitas produksi pakaian jadi, ktivitas perdagangan pakaian tidak menuntut para womenpreneur di ITC Mega Grosir Surabaya untuk melakukan aktivitas eksplorasi peluang, menghasilkan ide dan uji coba seperti halnya usaha kuliner, karena para pedagang tidak terlibat dari proses perancangan model baju yang sedang digemari masyarakat hingga penjahitan, mereka hanya melakukan kegiatan jual beli

Page 11: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

159

saja.Wirausaha etnis Madura memang mengabaikan aspek studi kelayakan bisnis, karena mereka tidak terbiasa untuk melakukan hal itu, sehingga hitung – hitungan sederhana lebih penting asalkan tidak rugi. Bagi mereka yang terpenting adalah peluang pemasaran dan ketersediaan barang dagangan, karena buat apa memiliki usaha kalau tidak ada yang membeli (Agustina,2014)

Jika dilihat dari faktor jenjang pendidikan yang mayoritas SMA, maka kegiatan eksplorasi peluang ini tidak maksimal dapat berjalan. Pernyataan ini juga sekaligus menjelaskan bahwa kegiatan berdagang tidak harus menuntut pendidikan tinggi, namun apabila dikaitkan dengan perilaku inovasi tentunya jenjang pendidikan ini akan berpengaruh, seperti yang dinyatakan oleh Hammond, et al (2011) bahwa . individu yang memperoleh pengetahuan dan pengalaman, lebih akan membangun dan mengintegrasikan gagasan, fakta, dan peluang sehingga menghasilkan ide yang kreatif terhadap permasalahan.

Selain itu keterbatasan mobilitas karena harus menjalankan peran sebagai womenpreneur sekaligus ibu rumah tangga juga menjadi kendala yang mereka temui untuk melakukan eksplorasi peluang lebih jauh. Hal itu senada dengan pernyataan Hendratni dan Ermalina (2017) bahwa perempuan pengusaha mikro seringkali terbatasi oleh mobilitas fisik dan kultur komunitasnya.

Sedangkan pengaruh parsial aktivitas mentalitas juara dan pengaplikasian terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura di ITC Mega Grosir Surabaya dapat dikaitkan dengan karakteristik responden yang menjalankan peran sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang berkeinginan untuk membantu suami dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial keluarga. Hasil ini mendukung temuan penelitian Madjid, F, dan Handayani (2012) bahwa keputusan wanita yang sudah menikah dimotivasi karena ingin berkontribusi pada perekonomian rumah tangga.

Selain itu usaha perdagangan yang mereka lakukan adalah meneruskan usaha yang sudah dirintis oleh orang tua mereka didukung pula tidak ada usaha lain yang dijalankan selain berdagang di ITC Mega Grosir Surabaya mendorong mereka untuk dapat mempertahankan eksistensi usaha mereka. Pernyataan tersebut sejalan dengan pemdapat penelitian Sukesi, Wisaptiningsih dan Nurhadi, (2008) yang menyatakan bahwa etos kerja yang tinggi pada wanita Madura didorong dengan keyakinan bahwa kerja adalah ibadah, amal serta sebagai bentuk perjuangan meraih pengakuan atas kemampuan dirinya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik dan analisis yang telah dilakukan dirumuskan simpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Perilaku inovatif secara simultan terbukti berpengaruh terhadap keberhasilan womenpreneur etnis Madura Secara parsial, mental juara dan pengaplikasian sebagai dimensi dari perilaku inovatif berpengaruh pada keberhasilan womenpreneur etnis Madura. Sedangkan eksplorasi peluang, menghasilkan ide dan uji coba terbukti tidak berpengaruh pada keberhasilan womenpreneur

etnis Madura. Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah : sebaiknya mompreneur etnis Madura dalam berdagang pakaian jadi di ITC Megagrosir Surabaya dapat lebih meningkatkan perilaku inovatif yang dimilikinya terutama dari sisi eksplorasi peluang, menghasilkan ide, uji coba. Selain itu mereka dapat lebih memaksimalkan networking yang mereka miliki untuk mengatasi kendala-kendala mobilitas yang womenpreneur temui sehingga dapat bermanfaat untuk menunjang keberhasilan usaha mereka Dengan kata lain segala aspek perilaku inovatif

Page 12: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

160

seharusnya diterapkan secara rutin untuk mencapai dan meningkatkan keberhasilan usaha secara nyata.

Daftar Pustaka

Agustina, TS., 2014, Mengungkap Perilaku Inovatif 3 etnis wanita pedagang di Surabaya,

Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 7. No. 1, April 2014. https://e-journal.unair.ac.id/JMTT/article/download/2683/1949

Cowerman, S. 1989. ‘Role overload, role conflict, and stress: Addressing consequences of

multiple role demands, Social Forces, 67(4) 965-82 De Jong, J. P. J. and Kemp, R., 2003, "Determinants of co-workers' innovative behaviour: an

investigation into knowledge intensive services." International Journal of Innovation

Management, Vol. 7 No. 2, pp. 189-212. De Jong, J & Hartog, D D. 2003. Leadership as a determinant of innovative behaviour. A

Conceptual framework. http://www.eim.net/pdf-ez/H200303.pdf. 21 April 2006 Druker, Peter F. 1991. “The Discipline of Innovation”, dalam Innovation, A Harvard Bussiness

Review No. 90072. New York. President and Fellows of Harvard College. Hammond, M., Neff, N.L., Farr, J.L., Schwall, A.R., & Zhao, X. (2011). Predictors of

individuallevel innovation at work: A meta-analysis. Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, 5, 90. Doi: 10.1037/a0018556

Hendratni TW dan Ermalina, 2017, Womanpreneur, Peranan Dan Kendalanya Dalam Kegiatan Dunia Wirausaha, http://ojs.itb-ad.ac.id/index.php/LQ/article/view/119, DOI https://doi.org/10.32546/lq.v2i2.119

Idris, A., 2008, Cultivating Innovation through Female Leadership: The Malaysian

Perspective, Asian Social Science, Vol.4, No. 6. Kleysen, R.F., & Street, C.T., 2001. Toward a multi-dimensional measure of individual

innovative behavior. Journal of Intellectual Capital. Vol. 2, No. 3, 1469-1930. Diunduh tanggal 24 Juli 2013

Madjid, F, dan Handayani., 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Berstatus Menikah Untuk Bekerja (Studi Kasus Kota Semarang), Diponegoro Journal of Economics, Vol 1 (1),

Moeliono, A, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kementrian Pendidikan Nasional RI, Jakarta.

Nurhadi, I, dkk. 2008. Indigenous Knowledge Tentang Spirit Dan Energi Sosial Potensial

Perempuan Madura Dalam Konteks Perubahan Sosial Di Indonesia : Laporan

Penelitian. Malang: PDII Sandjaja, U.P & Riyanti., B. P. D., 2004. Pengembangan Model Perilaku Berwirausaha yang

Inovatif pada Perusahaan-Perusahaan kecil, Lembaga Penelitian, Unika Atmajaya Sutarto, Ayu. 2006. Bende Media Informasi Seni dan Budaya. Surabaya. Pemerintah Provinsi

Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Taman Budaya. Stain, HB.,1989. The Female Entrepreneur Multi-attributional Casuality. Lexington. MA.

Lexington Books Tambunan, Tulus T.H.. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Teoh, WMY dan Chong SC, 2008 , Improving Women Entrepreneurs in Small and Medium

Enterprises in Malaysia: Policy Recommendations, https://www.researchgate.net/publication/45258172_Improving_Women_Entrepreneurs_in_Small_and_Medium_Enterprises_in_Malaysia_Policy_Recommendations

Page 13: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Tri Siwi Agustina

161

Walker, E & Brown, 2004, What Success Factors are Important to Small Business Owners?. International Small Business Journal, 22; hal 577-594.

Page 14: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

162

Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Milenial Terhadap Instumen

Investasi Masa Depan : Studi Literatur

Dedi Rianto Rahadi Universitas President

Yosua Stevanus

Universitas President

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan pengambilan keputusan yang diambil oleh kaum milenial dalam memilih instrument-intrumen yang digunakan dalam investasi untuk merencnakan keuangan di masa mendatang dan memberikan pemahaman serta penjelasan mengenai Instumen atau bentuk-bentuk dari investasi Saat ini yang lebih praktis untuk digunakan. teknologi dan pemikiran manusia semakin maju seiring dengan perkembangan zaman yang cepat dan dinamis banyak instumen investasi baru yang bermunculan yang lebih modern dan mengadopsi media digital pada penelitian ini menggunakan metode studi literatur Kualitatif dengan wawancara. Metode literatur yang berasal dari berbagai sumber seperti : buku, jurnal dan website, dari penelitian mendapatkan hasil bahwa banyak kaum milenial yang berinvestasi dengan media yang memiliki resiko yang rendah seperti : Emas, deposito, properti dan reksadana berikut ini presentase yang didapat dari penelitian menggunakan studi literatur kualitatif hasil dari responden yang diwawancarakan memiliki investasi berupa deposito sebesar 35 %, property 30%, reksadana 20%, dan saham sebesar 15%. Kata Kunci: Persepsi, Milenial, Investasi

Pendahuluan

Dengan adanya Era Modern saat ini banyak sekali Platform - platform yang ada saat ini

yang dapat digunakan sebagai media Investasi baik jangka Panjang dan jangka pandek baik Minim resiko, moderat sampai dengan resiko yang paling tinggi, dengan merancang rencana investasi sejak masa dini milenial dapat meminimalisir resiko-resiko keuangan yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti krisis financial, kebutuhan akan dana yang besar dengan waktu yang singkat, sakit dll. Semakin pesatnya perkembangan teknologi ada banyak cara untuk berinvsetasi dengan baik secara Konvensiaonal dan Modern sekalipun baik resiko rendah sampai yang panling tinggi sekalipun bursa Efek Indonesia sebagai lembaga penyelengara perdagangan bursa efek di Indonesia menunjukkan bahwa indoensia memiliki hasil return paling tinggi dibandingkan bursa dikawasan Asia Tengara dan bursa besar yang ada didunia IDX.co.id (2016). Menurut McLuhan (1962) “inovasi dalam bidang teknologi informasi atau teknologi komunikasi memberi perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat”, hal yang mengkhawatirkan mengenai investasi saat ini seperti Fluktuasi Harga, gejolak nilai tukar valuta asing yang tidak stabil, serta oknum-oknum manager investasi (penyedia jasa Investasi atau Pialang) yang diatur dalam Pasal 1 angka 11 UU Pasar Modal (OJK) yang berbunyi “Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif

Page 15: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

163

untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Yang banyak disalah gunakan sejumlah pihak seperti Penasihat Investasi yang menjadi Manager Investasi yang ramai dibicarakan belakangan ini yang menyebabkan Klien nya merugi hal tersebut meyebabkan banyak kaum milenial takut atau bahkan menjauhkan investasi digital tersebut dan lebih memilih untuk mengalokasikan dana nya ke media investasi lainnya seperti Property, Frenchise (waralaba resmi), Deposito, membeli barang tersier atau Branded untuk investasi, atau lebih memilih menabungkan uang nya ke bank hal tersebut terjadi karena untuk meminimalisir kerugian dalam berinvestasi karena nilainya yang cenderung stabil dan meningkat dari tahun ketahun walau keuntungan yang didapat tidak sebesar investasi baik di saham atau trading Forex mengenai hal tersebut pemerintah melalui IDX (Bursa Efek Indonesia ) selaku badan penyedia Investasi serta Bank Inonesia dan OJK yang berbadan hukum selaku pihak yang melakuakan kegiatan pengawasan terhadap investasi yang terjadi di Indonesia dengan mengeluarkan Peratuan “Undang Undang NOMOR 8 TAHUN 1995” mengenai pasar modal dan pasal 3 mengenai fungsi pengawasan hal tersebut dapat meyakinkan persepsi dan ketertarikan kaum milenial pada Investasi yang handal, terpercaya serta terbuka/transparan untuk masa yang akan datang. Banyak persepsi yang terbentuk dibenak investor milenial megenai sektor sektor investasi yang ada menurut Alvara Research Center (2017), berdasarkan hasil riset terdahulu yang dilakukan pada kaum milenial menunjukkan bahwa kaum milenial Sebagian besar berinvestasi pada media investasi yaitu Emas sebesar 29.6%, Property 16.7% Asuransi 5.65%. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang di kemukakan, yaitu bagaimana persepsi dan resiko yang akan dihadapi milenial terhadap investasi masa depan dan apa saja kelebihan dan kekurangan atas jenis - jenis investasi dalam strategi investasi era milenial ? Menurut Kaidah (2015) hasil penelitian yang dilakukan di FEB Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi minat untuk berinvestasi seperti umur, persepsi, status sosial,tingkat Pendidikan, tingkat kemapanan, trust level dan profesi. berdasarkan riset yang dilakukan Inside ID , Andreas Christian (2018) terhadap instrument investasi yang diminati di indonesia menunjukkan bahwa emas masih menjadi pilihan masyarakat sebab setangah dari responden yang dan memiliki investasi berupa emas. Investasi lain yang dimiliki masyarakat adalah deposito sebesar 37%, property 30%, reksadana 22%, dan saham sebesar 17%, hasil riset Indise ID menunjukkan bahwa kaum pria cenderung lebih besar dalam melakukan investasi dari pada kaum perempuan serta kelompok usia yang melakukan investasi berdasarkan hasil riset partisipasi pada investasi adalah 31-45 tahun. Alvara Research Center (2017), berdasarkan hasil riset yang dilakukan pada kaum milenial menunjukkan bahwa kaum milenial Sebagian besar berinvestasi pada media investasi yaitu Emas sebesar 29.6%, Property 16.7% Asuransi 5.65%. dari data atas penelitan dan analisis terdahulu dapat disumpulkan bahwa Sebagian besar milenial berinvestasi pada investasi yang memiliki resiko yang rendah serta nilainya yang cenderung stabil dan meningkat disetiap tahunnya. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

1. Persepsi

Persepsi adalah pola pikir yang terbentuk akibat rangsangan yang diterima oleh panca indra baik itu melihat, merasakan, mencium, mendengar, dan mencucipi sebagai rangsangan akibat faktor lingkungan. “Secara sedarhana persepsi dapat dikatakan sebagai peristiwa yang pernah dialami dan saling berhubungan yang didapatkan dengan mengaitkan beberapa informasi dan menafsirkan pesan” Listiani (2018) “yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa

Page 16: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

164

(diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.” Menurut Rahadi & Susilowati (2019) “Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menafsirkan kesan indrawi mereka untuk memberi makna pada lingkungan mereka.”

2. Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan adalah suatu menentukan pilihan yang harus diambil dalam suatu masalah atau pristiwa yang ada . Menurut Rahadi & Susilowati (2019) “pengambilan keputusan atau decision making adalah kegiatan untuk menilai atau menentukan pilihan yang daimbil dari beberapa perhitungan dan alternatif yang ada”.

3. Milenial Milenial adalah generasi yang lahir andata rentang tahun 1980 – 2000 atau disebut juga

dengan generasi Y (Gen-Y) yang aktif pada media sosial dan digital masa kini. Menurut Yoris (2016) dalam bukunya yang berjudul “Generasi Langgas Millenials Indonesia”milenials di Indonesia dapat terbagi menjadi 3 kelompok besar yakni : “Pertama : The Students Millenials yang lahir pada tahun 1993 hingga 2000, Kedua : The Working Millenials yang lahir pada 1987 sampai 1993. Pada tahun 2015 kelompok ini berusia 22 sampai 28 tahun. Dan yang ketiga : The Family Millenials, yaitu mereka yang sudah mulai berkeluarga atau mulai memikirkan ke arah tersebut.”

4. Investasi Tandio, Widanaputra (2016) Investasi sebenarnya adalah semua kegiatan

memanfaatkan waktu, uang atau tenaga dengan harapan mendapatkan keuntungan dan manfaat di masa kemudian hari. Invsetasi adalah kegiatan membeli saat ini dengan mengharapkan nilai yang tinggi di masa mendatang selisih antara harga pembelian awal dan penjaulan dapat dijawaikan keuntungan. Investasi juga ada banyak bentuk dan jenis berikut ini bentuk – bentuk investasi terkini

1. Investasi Emas (Logam Mulia) Menurut Fauziah, Surya (2016) Logam Mulia Adalah salah satu contoh

investasi yang cenderung konsisten meningkat dari tahun ketahun sehingga dapat memberikan keuntungan bagi pemilik dalam investasi ini terdapat 2 jenis yang pertama Emas Fisik yang kita dapat memakai benda tersebut seperti cincin, kalung dll yang cenderung turun jika dijual dari harga pembelian awal dikarenakan kadar emas yang terkandung dapat berkurang, serta kita juga harus menyediakan tempat yang aman untuk menyimpannya kedua yakni Emas Online atau masyarakat lebih familiar dengan emas Antam (Aneka tambang Tbk) atau emas Pegadaian keuntungan dari media ini adalah transaksi yang mudah karena hanya melalui handphone pemilik, alokasi dana yang mudah, tersimpan aman tanpa safe deposit box.

2. Investasi Pasar Modal (Saham)

Menurut Hidayat, Muktiadji, Supriadi (2019) Saham adalah jenis investasi berupa investasi digital dan berbentuk portfolio perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, saham biasanya telah terdaftar di bursa efek indonesia sehingga siapapun dapat membeli saham tersebut dengan miniamal pembelian 1LOT atau 100 lembar saham dengan syarat mempunyai rekening bank skuritas serta wajib ada NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dengan berinvestasi saham kita mengharapkan keuntungan dari fluktuasi harga saham atau kenaikan harga saham (Capital Gain) dan

Page 17: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

165

memiliki peluang untuk mendapatkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham perushaan jika perusahaan mendapatkan laba pada periode tersebut.

3. Investasi Obligasi (Pemerintah/Korporasi)

Dewi, Purbawangsa, Abundanti (2016) Obligasi adalah investasi berbentuk surat utang baik surat yakni berisikan penjanjian untuk melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan dan disepakati serta membayar imbalan berupa kupon/bunga kepada penerbit efek obligasi atau surat utang dibagi menjadi 2 bentuk yaitu surat utang korporasi/perusahaan Contoh :IDX (2020) “Bank BRI Obligasi Berkelanjutan III Bank BRI Tahap I Tahun 2019 Seri A dengan kode Emiten BBRI dan tanggal jatuh tempo 17 November 2020” Rating idAAA maupun surat berharga pemerintah/negara Contoh :IDX (2020) “Obligasi Negara Th.2006 Seri FR0034 dengan nilai yang bersedar sebesar 15.729.400.000.000 dan tanggal jatuh tempo pada 15 Juni 2021” yang dapat diperjual belikan, obligasi juga memiliki jangka waktu yakni jangka menengah atau jangka Panjang, investasi ini merupakan salah satu dalam elemen media investasi dengan resiko moderat atau menengah tapi dengan bunga yang lebih besar dari pada Pasar Uang dan Deposito bank namun lebih kecil dari pendapatan deviden yang diterima pemegang saham.

4. Investasi Properti

Munawaroh, Utomo (2017) Investasi properti merupakan investasi idaman semua orang termasuk kaum milenial yang belum berkeluarga maupun sudeh berkeluarga, investasi dalam bentuk ini biasaya memiliki jangka waktu yang Panjang dan memiliki fisik dan nilainya pertahun cenderung meningkat dan stabil serta investasi ini juga dapat dijadikan pasif income bagi pemilik property seperti Sewa kontrakan, Kos-kosan, dan sewa lahan, investasi dalam bentuk ini bisa berupa : Rumah/Hunian, Gudang, Ruko, Apartement, Tanah, Sawah, Perkebunan, Dll akan tetapi untuk property berupa apartemen pemilik hanya berhak atas bangunan karena sesuai dengan peraturan pemerintah .

5. Investasi Forex Online Tranding

Merupakan salah satu media investasi yang bergerak secara dinamis dan cepat serta dengan fluktuasi kurva yang dapat naik serta turun setiap saat, pada dasarnya forex merupakan investasi mata uang asing (Valas) atau lebih dikenal dengan nama Foreign Exchange (Forex) atau spot FX dan merupakan pasar keuangan terbesar yang ada di dunia dengan volume perdagangan perharinya mencapai 19.500 triliun rupiah. Zaenal, Silvia (2018). Orang yang melakukan tranding disebut juga Treader, investasi jenis ini tergolong ber-resiko tinggi tetapi memiliki keuntunagn yang tinggi juga jika dapat membaca kurva pasar valuta asing secara professional.

Berikut ini merupakan keuntungan pada investasi pasar valuta asing

o Convenience : memudahkan untuk mengatur waktu dalam bertransaksi karena perdagangan dapat berjalan selama 24 Jam sehari

o Likuiditas : keuntungan hasil transaksi dapat dicairkan dengan cepat o Leverage : dapat memungkinkan seorang trader yang memiliki margin deposit

kecil untuk melakukan aktivitas transaksi dengan jumlah yang besar.

Page 18: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

166

6. Investasi Mata Uang Digital (Cryptocurrency) Adalah teknologi dengan dasar Blockchain yang digunakan sebagai mata unag

digital, mata uang ini tidak memiliki bentuk fisik dan berbasis block data serta diikat oleh hash sebagai validasinya serta tidak memiliki Underlaying assets serta tidak adanya kontrol dari Lembaga resmi seperti ojk salah satu mata uang yang terbesar nominal di Cryptocurrency adalah Bitcoin yaitu 1 bitcoin setara dengan Rp 172,888,582;

7. Investasi Reksadana

Asriwahyuni (2017) Reksadana adalah salah satu bentuk asset keuangan yang terdiversifikasi investasi dan merupakan masa kini yang mulai booming pada beberapa tahun kebalakang dikarenakan mudah karena hanya handel dari smartphone, dapat dimulai dari 10.000, tidak ribet karena diproses otomatis via developer apliaksi reksadana yang dipilih dan terpercaya karena telah diawasi oleh OJK, BAPEPAM & LK “Badan pengawas pasar modal dan keuangan” dan APERD “ Agen penjual Reksa Dana” contohnya : Bibit, Tokopedia, Bukalapak. Dengan investasi reksadana nasabah tidak perlu khawatir terhadap kehilangan uang karena pada reksadana keuangan klien itu diletakan di Bank Kustodian sehingga jika penjual reksadana tutup maka nasabah dapat mengambil dananya di Bank Kustodian dan Bank penamupung yang ditunjuk pengelolah reksadana serta asset reksadana juga dikelola oleh manager investasi yang ditunjuk oleh pengelola reksadana tersebut, keuntungan dalam reksadana ini adalah memperoleh NAV (Net Asset Value) yang diperoleh dari pergerakan harga reksadana dari hari ke hari sehingga menghasilkan selisih dari harga awal dan harga akhir reksadana tersebut yang dapat dijadikan keuntungan dalam reksadana disarankan untuk berinvestasi secara rutin setiap bulannya agar dapat mendapatkan nilai rata-rata baik turun maupun naik investasi jenis reksadana disarankan untuk jangka Panjang agar hasil keuntungan yang didapat diharapkan lebih baik . Dalam investasi reksadana terdapat 4 jenis produk yang dapat dibeli yaitu

1. Reksa Saham : Menurut Hati, Harefa (2019) yakni investasi reksadana

berbentuk kumpulan-kumpulan saham yang dipilih pengelola reksadana berbeda dengan saham hanya dapat membeli 1 jenis saham saja Contoh saham Kimia Farma Tbk (KAEF) namun pada reksadana terdapat gabungan 30 saham korporate terbuka dalam 1 paket reksadana investasi jenis ini memiliki resiko yang tinggi karena fluktuasi harga yang dapat terjadi setiap saat namun juga memiliki potensi return atau keuntungan yang tinggi juga .

2. Reksa Obligasi : Asriwahyuni (2017) investasi dalam reksadana yang berbentuk

kumpulan Obligasi (Surat Utang) baik Korporate dan Negara investasi ini tergolong memiliki resiko moderat atau menengah dan memiliki return atau keuntungan yang berasal dari tingkat inflasi yang terjadi dan bunga deposito.

3. Reksa Pasar Uang : yakni investasi reksadana dalam bentuk campuran berupa

gabungan beberapa obligasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun saat jaduh tempo), sertifikat bank Indonesia dan Deposito bank yang dipilih oleh manager investasi reksadana tersebut.

Page 19: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

167

Asriwahyudi (2017) Terdapat 4 unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu :

Reksadana merupakan Humpunan dana dari pemilik yang akan berinvestasi

Diinvestasikan pada Instumen investasi yang terdapat pada efek,

Reksadana memiliki instrument investasi jangka pendek dan Panjang.

8. Deposito Bank Deposito Bank atau tabungan berjangka merupakan salah satu jenis investasi

dengan cara menabung dibank tapi memiliki perbedaan dengan tabungan pada umumnya yakni uang yang ditabung pada deposito bank dapat diambil sesuai jatuh tempo yang telah disepakati biasanya setiap 1,3,6, atau 12 bulan kelebihan investasi jenis ini adalah Low Risk atau dengan resiko yang rendah dan dengan suku bunga yang lebih tinggi dari tabungan umumnya yakni mulai dari 2.50 - 6% pertahun bunga yang didapat tidak lah flat melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan( 7-day (Reverse) Repo Rate ) yang merupakan kebijakan dari bank Indonesia, jika menggunakan tabungan biasa hanya mendapatkan bunga maximal 1% pertahunnya syarat untuk membuka tabungan ini salah satunya harus memiliki NPWP serta rekening deposito.

9. Investasi Franchise (Waralaba) (PH Collin), dalam Law Dictionary mendefinisikan Franchise sebagai "License

to trade using a brand name and paying 'a royalty for it' : dan franchising sebagai ''Act of selling a license to tradeas a Francbisee" dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan menegnai pentingnya suatu factor mengenai Brand atau nama dagang dalam usaha waralaba atau Imbalan Royalti. Banyak contoh menegnai waralaba di Indonesia mulai dari kuliner seperti Kopi Janji jiwa, Kenangan sampai Starbucks maupun dibilang retail seperti Transmart, Indomart, Alfamart. Dengan adanya bisnis model seperti ini banyak pemilik Brand dapat mengembangkan atau expansikan usahanya ketempat – tempat yang jangkauannya lebih luas.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi literatur kualitatif, dengan mengadakan wawancara kepada responden. semua data yang didapat dan dikumpulkan berasal dari : buku, jurnal, website kredibel dan sumber lainnya. Sugiono (2018:291) Mengatakan studi kepustakaan berhubungan dengan kajian secara teori dengan referensi yang berkaitan dengan nilai, norma dan budaya yang terkait pada kondisi sosial yang sedang diteliti Zed (2014:3) Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan dengan cara mengumpulkan data Pustaka, membaca, mencatat dan memahami serta mengelola bahan penelitian. Sistem mengambil data yang bersumber dari buku-buku atau jurnal-jurnal yang dianalisis berdasarkan permasalahan yang ada Pendekatan dengan metode ini dapat memberikan ilmu terkait dengan persepsi dan pengambilan keputusan milenial terhadap investasi masa depan

Page 20: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

168

Pembahasan

1. Posisi Investasi

Posisi investasi (positioning invesment) adalah suatu acara untuk

mengelompokkan atau mengklasifikasikan suatu hal agar lebih mudah dipahami dalam

mengambil keputusan saat berinvestasi dalam posisi investasi berikut ini

dikelompokkan berdasarkan 2 kriteria yaitu resiko dan penghasilan.

Tabel 1 : Posisi Investasi

Hig

h R

eturn

High Risk

Low

return

- Forex / Online Tranding - Saham - Cryptocurrency/blokchain - Reksa Dana Saham

- Properti - Emas - Barang Mewah/Antik - Frenchise/Waralaba

- Obligasi - Deposito - Pasar uang

Low Risk

dalam prinsip investasi secara umum semakin tinggi resiko suatu investasi maka

semakin tinggi pula penghasilannya, pada dasarnya seluruh media investasi dapat

menghasilkan uang dengan adanya kesabaran dan tidak terburu – buru dari ke 2 kriteria

tersebut dapat mempengaruhi minat milenial terhadap investasi yang akan diambil

menurut Pratiwi, Wahyudi, dan Siswantini (2020) keputusan berinvestasi sangat

diepngaruhi oleh literasi keuangan dan pengetahuan invetasi yang dimiliki oleh

seseorang dan keputusan berinvestasi tidak bergantung pada factor demografi akan

tetapi kemampuan seseorang yang dapat melihat dan memaksimalkan peluang yang ada

dengan baik maka keuntungan yang akan didapatkan akan menjadi lebih maksimal.

Berikut ini adalah analisis Kelebihan dan Kekurangan dalam berinvestasi :

Tabel 2 : Kelebihan dan kekurangan dalam berinvestasi

Jenis Investasi Kelebihan Kekurangan

Emas - Harga relative stabil dan meningkat setiap tahunnya.

- Tersedia dalam bentuk digital dan logam batangan.

- Bebas Pajak - Mudah untuk dicairkan atau

dijual.

- Harus mencari tempat yang aman untuk menyimpan emas fisik

- Rawan dengan resiko kehilangan dan kejahatan

Page 21: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

169

- Dapat digadaikan - Harganya cenderung melambat Ketika ekonomi stabil

-

Saham - Dapat memiliki return atau keuntungan lebih dari 100% kurang dari 1 tahun contohnya saham Tesla, Amazon, Zoom, Kimia Farma.

- Dapat dijual dan dibeli dengan mudah melalui smartphone

- Terdapat banyak saham yang dapat dibeli di bursa efek

- Minimal pembelian 1 Lot atau 100 Lembar saham.

- Telah diawasi oleh resmi pemerintah yaitu OJK.

- Harga saham setiap tahun cenderung meningkat untuk saham Blue Chip, IDX30.

- Fluktuasi harga saham yang cepat dan dinamis membuat beberapa investor frustasi.

- Dikenakan Pajak saat bertransaksi saham

- Merupakan instumen investasi untuk jangka Panjang.

- Hanya diperdagangkan diwaktu jam kerja atau waktu perdagangan setempat.

Obligasi - Harga obligasi cenderung stabil.

- Memiliki tingkat return lebih tinggi dari pada obligasi dan pasar uang.

- Tersedia obligasi jangka Panjang dan pendek

- Setiap transaksi dikenakan pajak.

Properti - Dapat dijadikan Pasif Income. - Harga properti pada umumnya

akan meningkat setiap tahun.

- Dapat digunakan oleh pemilik.

- Membutukan biaya yang tidak sedikit.

- Membutuhkan biaya renovasi jika berbentuk bangunan.

Cryptocurency - Tidak ada pengawasan dari otoritas maupun pemerintah negara manapun karena berbasis Blokchain

- Dapat bertransaksi lintas negara dan benua dengan cepat tanpa biaya administrasi bank.

- Semua transaksi tercatat otomatis dan terbuka.

- Perpeluang menjadi Minner

- Jumlahnya terbatas sehingga hukum permintaan berlaku.

- Terdapat banyak macam Crypto yang dapat dipilih.

- Fluktuasi harga sangat dinamis.

- Merupakan mata uang yang tidak resmi dalam suatu negara.

- Mengancam peredaran uang kartal.

- Tidak ada pengawasan khusus dari pemerintah.

Page 22: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

170

Pada musim pandemic saat ini banyak masyarakat dan kaum milenial yang menghemat

pengeluarannya dan memilih untuk menabung (Safe Money) atau menginvestasikan uang nya

ke instrument investasi yang ada seperti yang kita ketahui bahwa investasi dalam bentuk Emas

dan Obligasi masih menjadi primadona bagi Sebagian milenial dikarenakan resiko yang rendah

dan harga yang cenderung stabil serta emas sedang jaya jayanya pada saat pandemi ini, perlu

diketahui bahwa pada saat pandemi ini merupakan momentum agar milenial dapat

menginvestasikan uang nya kedalam saham karena hampir semua saham yang terdaftar dibursa

efek menyentuh titik terdalamnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Politeknik Negeri

Batam oleh Hati, dan Harefa (2019) menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai pasar modal,

preferensi resiko dapat mempengaruhi minat berinvestasi. Berdasarkan data Kustodian Sentral

- Transaksi dapat dilakukan selama 24 Jam.

Tranding

Forex

- Dapat memainkan momentum fluktuasi harga yang dinamis dalam mengambil untung

- Dapat dilakukan 24 Jam - Dapat dijadikan Freelance

- Sulit membaca pasar karena fluktuasi yang dinamis.

- Banyak orang merugi karena adanya fluktuasi yang dinamis dan penipuan.

Reksadana - Dapat dibeli dengan mudah - Dapat memulai investasi dari

sepuluh ribu rupiah. - Return yang ditawarkan cukup

bervariasi sebanding dengan resiko yang dihadapi

- Telah diawasi oleh OJK - Dapat memilih instrument

investasi mulai dari resiko rendah, moderat sampai tinggi

- Adanya Reksadana Syariah.

- Aktivitas dilakukan hanya pada jam kerja perdagangan.

Franchise - Margin yang mengiurkan - Tidak perlu membangun

branding. - Tidak perlu membuat produk. - Tersedia paket franchise. - Dapat membeli usaha yang

sudah dikenal oleh masyarakat luas

- Memerlukan biaya yang besar untuk membeli Franchise.

- Terikat dengan pemilik merek.

- Tidak bisa merubah konsep usaha yang telah ada.

Deposito - Memiliki bunga lebih besar dari pada tabungan biasa max 6% pertahun.

- Dapat dijadikan tabungan jangka panjang

- Resiko rendah - Diawasi oleh LPS

- Minimum Deposito yang ada dimulai dari sepuluh juta rupiah.

- Bunga berubah ubah - Hanya dapat ditarik

sesuai jangka waktu yang ditentukan (Tabungan Berjangka)

Page 23: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

171

Efek Indonesia (KSEI) (2019) per 27 Desember 2019, jumlah single investor identification

(SID) didominasi oleh milenial (di bawah 30 tahun) dengan komposisi 44,62 persen dan total

aset Rp12,42 triliun dan berdasarkan data KSEI (2020) single investor identification (SID)

masih didominasi oleh milenial dan tumbuh sebesar 44% YoY (Maret 2020) dan total asset

tercatat turun sebesar -22%YoY serta persebaran investor domestik masih didominasi oleh DKI

Jakarta dan pulau Jawa sebesar 71,46% diurutan pertama, diurutan kedua oleh pulau Sumatera

sebesar 15,52%, pulau Kalimantan di posisi ketiga sebesar 4,93%, pulau Bali, NTT, dan NTB

sebesar sebesar 3,21%, pulau Sulawesi sebesar 3,61%, dan pulau Maluku dan Papua sebesar

1,26%.

hasil penelitian, akan diuraikan karakter dari responden internal terhadap persepsi dan

pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Usia responden terbanyak (40 orang) pada usia 21-

25 tahun dan dengan jenis kelamin terbanyak Pria (25 orang) dengan pekerjaan paling banyak

sebagai karyawan swasta (18 orang). Adapun hasil temuan pada persepsi dan pengambilan

keputusan milenial terhadap instumen investasi masa depan dapat dilihat sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin Menurut Ermawati, Khotimah dan Nindyasari (2019) dalam penelitiannya

menunjukkan faktor jenis kelamin tidak mampu mempengaruhi keputusan

berinvestasi namun baik laki-laki atau perempuan dalam memilih keputusan

investasi itu berdasarkan atas pengalaman yang ada pada masing-masing orang,

akan tetapi perempuan lebih bisa akurat dan berhati-hati dalam mengambil

keputusan dibandingkan laki-laki.

Tabel 3 : Jenis Kelamin Responden

2. Usia Tabel 4 : Usia Responden

Dalam berfikir dan melakukan pekerjaan secara fisik umur sangat berpengaruh

terhadap kemampuan seseorang. Karena dari fakor fisik seseorang semakin tua

maka semakin berkurang produktifitas kerjanya, begitu juga sebaliknya seseorang

yang masih lebih muda fisiknya pun juga kuat untuk melakukan aktifitas bekerja

secara fisik dan mental. Begitu juga dalam mengambil keputusan orang yang lebih

tua pada dasarnya memiliki pengalaman lebih dan dapat mengambil keputusan akan

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Pria 25 63%

Wanita 15 38%

40 100%Total

Jenis Kelamin

Deskripsi Keterangan Total Presentase

21-25 20 50%

26-30 15 38%

31-35 5 13%

40 100%Total

Usia

Page 24: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

172

berinvestasi lebih matang, dapat dilihat dari table 4 diatas sebanyak 50% dari

responden yang berumur 21-25 tahun (20 orang) dari total 40 responden yang ada.

3. Pendidikan terakhir

Tabel 5 : Pendidikan Terakhir Responden

Dalam peningkatan sumber daya manusia dan pengetahuan serta keahlian

seseorang Pendidikan adalah hal yang sangat penting. Dengan jenjang Pendidikan

yang cukup serta tinggi dapat menjadi bekal bagi seseorang agar dapat memperoleh

kesuksesan serta dapat mengubah pola pikir dan hidup untuk menjadi lebih

berkembang dan maju. Pada table 5 diatas menunjukkan Pendidikan terakhir yang

dimiliki oleh responden terbanyak adalah sekolah menengah atas atau

kejuruan(SMA/K) dengan 32 orang responden dan diikuti sarjana (S1/D3)

sebanyak 8 orang responden. Hal itu menunjukan mereka sadar dengan pentingnya

Pendidikan, semakin tinggi Pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin luas

baik juga pola berfikir seseorang serta pengetahuan yang mempuni sehingga dapaat

berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan terhadap investasi yang akan

dimiliki oleh seseorang.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden dapat dilihat ditabel 6 berikut ini. Semakin bagus

pekerjaan yang dimiliki seseorang maka semakin baik juga pendapatan yang akan

diperolehnya dari table 6 dapat dilihat bahwa Sebagian besar responden bekerja

sebagai karyawan swasta (18 orang) diikiti oleh wirausaha (10 orang), lainnya (7

orang) dan buruh (5 orang). Dengan semakin baiknya pendapatan yang diperoleh

responden maka pada dasarnya responden dapat mengambil keputusan dengan

menginvestasikan persentase gajinya untuk investasi jangka Panjang dengan

harapan mendapatkan keuntungan dimasa mendatang.

Deskripsi Keterangan Total Presentase

SD 0%

SMP 0%

SMA/K 32 80%

S1/D3 8 20%

S2 0%

Lainnya 0%

40 100%Total

Pendidikan terakhir

Page 25: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

173

Tabel 6 : Pendidikan Terakhir Responden

5. Penghasilan Perbulan

Tabel 7 penghasilan yang diperoleh responden perbulannya, sesuai dengan

wawancara yang telah dilakukan yang menampilkan bahwa Sebagian besar

responden (58% / 23 orang) memiliki penghasilan perbulan sebesar Rp. 3.100.000

– 5000.000 perbulannya. Dengan hal tersebut responden dapat mengambil

keputusan dalam memberbesar nominal dana investasinya yang diharapkan

memiliki peluang keuntungan yang lebih besar dimasa mendatang.

Tabel 7 : Penghasilan Perbulan Responden

Berikut ini adalah respon dari responden atas pertanyaan yang diberikan tentang persepsi dan

pengambilan keputusan milenial terhadap instumen investasi masa depan :

1. Pengetahuan dan Pengalaman Investasi Tabel 8 : Penghasilan Perbulan Responden

Dari data table 8 diatas dapat dilihat bahwa responden dominan (35 orang dari 40 total

orang) memiliki bekal pengetahuan serta ilmu akan investasi karena sangat

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Wirausaha 10 25%

Karyawan Swasta 18 45%

Buruh 5 13%

Lainnya 7 18%

40 100%Total

Pekerjaan

Deskripsi Keterangan Total Presentase

0 - 1000.000 4 10%

1.100.000-3.000.000 10 25%

3.100.000-5000.000 23 58%

5.100-10.000.000 3 8%

>10.000.000 0%

40 100%Total

Penghasilan Per bulan

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Ya 35 88%

Tidak 5 13%

40 100%

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Ya 25 63%

Tidak 15 38%

40 100%

Total

Total

Mengetahui tentang investasi dan

pasar modal

Memiliki pengalaman berinvestasi

Page 26: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

174

berpengaruh dalam memilih keputusan dalam berinvestasi. Dengan pengetahuan dan

literatur investasi yang baik diharapkan responden dapat mensortir investasi yang akan

ditanamkan modal. Dapat dilihat juga pada table diatas menunjukkan bahwa responden

telah memiliki pengalaman tersendiri dari investasi sehingga diharapkan dapat

memutuskan pilihan berinvestasi dengan tepat pengalaman sangat penting bagi

keputusan berinvestasi karena dengan pengalaman yang ada kita dapat menetahui mana

investasi yang responsive dan menguntungkan serta sebalikinya.

2. Persepsi Responden terhadap investasi saat ini

Tabel 9 : Persepsi Responden terhadap investasi saat ini

Pada data table diatas menunjukkan bahwa responden dominan memilih media

investasi berupa properti yang menurutnya paling menguntungkan saat ini sebesar 25%

(10 orang) dan diikuti oleh Deposito 18% (7 orang) pada kedua media investasi ini

memiliki sifat yang memiliki resiko yang rendah (Low Risk) dan bersifat jangka

Panjang (Longterm) serta memiliki keuntungan yang stabil dan cenderung meningkat

dari tahun ke tahun. Pada dasarnya keputusan berinvestasi ditentukan dari masing-

masing sikap dan pandangan indivindu terhadap media investasi yang ada.

3. Media investasi yang dimiliki

Tabel 10 : Media investasi yang dimiliki

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Emas 5 13%

Saham 5 13%

Obligasi 0%

Properti 10 25%

Cryptocurency 0%

Forex 2 5%

Reksadana 6 15%

Franchise 5 13%

Deposito 7 18%

40 100%Total

Investasi yang menurut anda yang

paling menguntungkan saat ini

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Emas 0%

Saham 6 15%

Obligasi 0%

Properti 12 30%

Cryptocurency 0%

Forex 0%

Reksadana 8 20%

Franchise 0%

Deposito 14 35%

40 100%

Investasi yang telah dimiliki

Total

Page 27: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

175

Pada tabel diatas menunjukkan data bahwa deposito menjadi investasi yang paling

banyak dimiliki oleh responden (14 orang) diikuti properti (12 orang), reksadana (8

orang) dan saham sebanyak (6 orang) pada data diatas dapat diamati bahwa responden

cenderung memiliki sifat berinvestasi yaitu low risk low return artinya memiliki resiko

dan keuntungan yang relatif rendah.

4. Tujuan Berinvestasi

Tabel 11 : Tujuan Berinvestasi

Dilihat dari data diatas menunjukkan bahwa tujuan investasi bagi responden Sebagian

besar untuk mendapatkan keuntungan sebanyak 45% (18 orang) diikuti untuk tabungan

masa depan (15 orang) dan dana darurat (7 orang). Tujuan dari investasi ini merasal

dari masing-masing indivindu untuk mengarahkan fungsi dari dana investasi tersebut.

5. Hal yang penting dalam mendorong minat berinvestasi

Tabel 12 : Hal yang penting dalam mendorong minat berinvestasi

Dari data pada tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa Sebagian besar responden

berpendapat bahwa faktor keamanan (15 orang) menjadi prioritas dalam berinvestasi

karena dengan adanya jaminan keamanan atas uang yang diinvestasikan dapat membuat

investor percaya dan tertarik untuk berinvestasi. Menurut Triyanto (2018) “Keamanan dan kepastian hukum merupakan kunci utama dalam berinvestasi”. Kemudian faktor keuntungan (10 orang) yang merupakan harapan setiap investor dalam berinvestasi

kemudian diikuti oleh faktor kepastian (8 orang) dan faktor kemudahan (7 orang)

Tabungan masa depan 15 38%

mendapatkan

keuntungan18 45%

Dana darurat 7 18%

Tujuan dari investasi

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Keamanan 15 38%

Kepastian 8 20%

Kemudahan 7 18%

Keuntungan 10 25%

40 100%Total

Hal yang penting dalam mendorong

minat berinvestasi

Page 28: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

176

6. Pengaruh persepsi dan keputusan dalam berinvestasi

Tabel 13 : Pengaruh persepsi dan keputusan dalam berinvestasi

Pada tabel 13 data dari responden menunjukkan bahwa persepsi dan keputusan akan

berinvestasi dominan dipengaruhi diri sendiri sebesar 45% (18 orang) kemudian Teman

yang memberikan pengetahuan baru atau saran 25% (10 orang), keluarga atau kerabat

yang memberikan masukan atau motivasi 20% (8 orang) serta lainnya 10% (4 orang).

Dalam mengambil keputusan berinvestasi kita dapat mencari referensi dari orang orang

disekitar kita baik yang pengalaman maupun yang belum agar kita mendapatkan

wawasan dan pengetahuan dalam mempertimbangkan keputusan yang akan diambil

Kesimpulan

Berdasarkan hasil literatur kualitatif dengan wawancara diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan dan pengalaman tentang investasi berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi.

2. Sebagian besar responden menginvestasikan uang nya pada media investasi yang memiliki sifat jangka panjang dan reskio yang kecil.

3. Keamanan menjadi prioritas responden saat mengambil keputusan dalam berinvestasi.

4. Orang yang dapat mempengaruhi keputusan berinvestasi adalah motivasi dari diri sendiri

5. Secara bersamaan Pengetahuan, pengalaman, resiko investasi dan diri sendiri berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi.

Daftar Pustaka

Tandio, T., Widanaputra. (2016). Pengaruh Pelatihan Pasar Modal, Return, Persepsi Risiko, Gender dan Kemajuan Teknologi Pada Minat Investasi Mahasiswa. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(3), 2316-2341

Rianto R.D., Etty, S. (2019). Perilaku Organisasi : Konsep Dan Implementasi. Jakarta : PT Filda Fikrindo.

Hidayat, L., Muktiadji, N., Supriadi, Y. (2019). Peluang Investasi Emas Jangka Panjang Melalui Produk Pembiayaan Bsm Cicil Emas (Studi Pada Bank Syariah Mandiri K.C. Purwokerto) Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi, 3(2), 64-65

Fauziah, A., Surya, M,E. (2016). Pengaruh Pengetahuan Investasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi di Galeri Investasi Perguruan Tinggi. Islamadina, 16(1), 56-59

Deskripsi Keterangan Total Presentase

Diri Sendiri 18 45%

Keluarga 8 20%

Teman 10 25%

Lainnya 4 10%

40 100%Total

Siapa yang mempengaruhi presepsi

dan keputusan anda dalam

berinvestasi

Page 29: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Dedi Rianto Rahadi, Yosua Stevanus

177

Sebastian, Y., Dkk (2016). Generasi Langgas Millenials Indonesia. Jakarta : Gagas Media. Sanicola, L. (2017, Februari 13). What is FinTech? [News]. Diakses dari

https://www.huffpost.com/entry/what-is-fintech_b_58a20d80e4b0cd37efcfebaa pada tanggal 29 oktober 2020

Bisnis.com. (2017). “Hasil Riset: Generasi Milenial Paling Suka Investasi Emas”[News]. Diakses dari

https://gaya.tempo.co/read/1037759/hasil-riset-generasi-milenial-paling-suka-investasi-emas pada tanggal 29 oktober 2020

Trisnatio, Y. A. (2017). Pengaruh Ekspektasi Return, Persepsi Terhadap Risiko dan Self Efficacy Terhadap Minat Investasi Saham Mahasiswa. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, (1), 6–15.

Tandelilin, E. (2012). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE

Munawaroh, A., Utomo, C., (2017) Analisa Investasi The Akavia Indekost Residences Ngaliyan – Semarang. Jurnal Teknik ITS. 6(1), D68-69

Widjaja, G. (2002). Lisensi Atau Waralaba Suatu Panduan Praktis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sitohang, S. N. (2017). Pengaruh Pengetahuan Investasi Terhadap Minat Mahasiswa Berinvestasi di Pasar Modal (FEB Universitas Sumatera Utara).

Prayoga I,B,B. 2018. Teknologi Blockchain Cryptocurrency Di Era Revolusi Digital. Universitas Pendidikan Ganesha. 29(9): 173-177

Asriwahyudi I,G,A,P. (2017). Pengaruh Ukuran Dan Umur Pada Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 21(2), 1461-1469 Asep Z,A., Elsa S,N,A. 2018. Teknologi Blockchain Cryptocurrency Di Era Revolusi Digital.

Universitas Pendidikan Ganesha. 17(1): 73-175 Aren, S., & Aydemir, S., D. (2015). The Moderation of Financial Literacy on the Relationship

Between Individual Factors and Risky Investment Intention. International Business Research, 8(6), 17-28.

Hati, S,W., Harefa, W,S. (2019). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berinvestasi Di Pasar Modal Bagi Generasi Milenial (Studi Pada Mahasiswi Jurusan Manajemen Bisnis Politeknik Negeri Batam)”. Journal of Business Administration 3(2), 294.

Nadia G, P., Wahyudi, T, S. (2020). Analisis Keputusan Investasi Pasar Modal pada Generasi Milennial Uniersitas Pembangunan Nasional veteran Jakarta, 563.

Sim, T, Mr. 2019. Mengapa Kita Harus Investasi Saham. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

KSEI. 2020. KSEI NEWS Edisi 1. Jakarta: PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia, 9-11. Diakses dari :

https://www.ksei.co.id/files/uploads/fokuss_bulletins/fokuss_file/id-id/61_edisi_1_20200604102828.pdf pada tanggal 8 november 2020

Triyanto. 2018. Aspek Keamanan Alasan Utama Investor Untuk Berinvestasi. Diakses dari : https://www.babelprov.go.id/content/aspek-keamanan-alasan-utama-investor-untuk-

berinvestasi pada tanggal 8 november 2020 Ermawati, N., Khotimah, T.,Nindyasari, R. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha

Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Studi Kasus Pada Umkm Batik Tulis Lasem. Universitas Muria Kudus. ISBN: 978-979-3649-99-3. Hal 551.

Page 30: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

178

Pengaruh Servant Leadership dan Empowerment terhadap Organizational

Citizenship Behaviour pada PT. Samaja Bali Villa

A.A Ngurah Yoga Indra Pratama1)

Universitas Mahasaraswati Denpasar Dr. Drs. I Wayan Sujana

2)

Universitas Mahasaraswati Denpasar Ni Nyoman Ari Novarini

3)

Universitas Mahasaraswati Denpasar

[email protected], [email protected]

Abstract

Organizational Citizenship Behavior is a form of behavior which is an individual choice

and initiative, not related to the formal reward system of the organization but in aggregate to

increase organizational effectiveness. This behavior shows the added value of employees which

is a form of prosocial behavior, namely social behavior that is positive, constructive and means

helping.

This research was conducted at PT. Samaja Bali Villa, with the research object Servant

Leadership and Empowment on Organizational Citizenship Behavior. The population in this

study were employees of PT. Samaja Bali Villa. The sample of this study was determined by

the Simple Random Sampling method, so that the number of samples was 47 people. The data

analysis technique used is multiple linear regression analysis. In addition, in this study, a

classic assumption test was also carried out which included tests of normality,

heteroscedasticity and multicollinearity.

The test results show that Servant Leadership has a positive and significant effect on

Organizational Citizenship Behavior at PT. Samaja Bali Villa. Empowerment has a positive

and significant effect on Organizational Citizenship Behavior at PT. Samaja Bali. Based on

the average score on the servant leadership variable where overall respondents have the least

perception of the leadership statement items encouraging the achievement of progress and

development for the company, it is better if the leadership of PT. Samaja Bali Villa is able to

motivate and create a pleasant working atmosphere. So, it is hoped that it can foster employee

responsibility at work in order to achieve maximum company goals. Based on the average

score on the empowerment variable where overall respondents have the smallest perception of

items that respect the abilities possessed by employees, the leadership of PT Samaja Bali Villa

needs to give employees the right or authority to plan, control and make decisions on jobs that

have become their responsibility, so that employees are able to become independent and show

their best performance.

Keywords: Servant Leadership, Empowerment, Organizational Citizenship Behavior

Page 31: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

179

Pendahuluan

Latar Belakang

Bali adalah salah satu tujuan wisata terbaik di Indonesia bahkan dunia (Noviarini & Anggraini, 2017). Majalah Travel and Leisure menempatkan Bali sebagai pulau terbaik ke dua di dunia dan terbaik di Asia Pasifik (www.koransindo.com). Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung dan keunikan budayanya. Kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Bali terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (www.denpostnews.com). Kondisi seperti ini maka perusahaan harus dapat meningkatkan keterampilan sumber daya manusianya dalam pemberian informasi, bersikap, dan dalam menjalin hubungan kepada para pelanggannya. Perusahaan yang mempunyai keterampilan yang tinggi dalam pemberian pelayanan kepada pelanggannya akan mampu menguasai atau dominan di pasar (Sandra, 2018).

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam suatu perusahaan. Manora (2020) menyatakan perilaku individu yang dibutuhkan adalah kemampuan interpersonal yang tergolong dalam lingkup Organizational Citizenship Behaviour (OCB). Organisasi perlu didukung karyawan yang produktif dan berkomitmen tinggi untuk mencapai tujuan secara efektif (Adelia et al.,2015). Sikap tanggung jawab dan peduli pada organisasi dibutuhkan untuk membentuk loyalitas karyawan. Karyawan juga diharapkan berperan aktif dalam menyampaikan ide dalam mencapai visi dan misi organisasi. Selain itu, kepedulian pada rekan kerja dan sikap toleran dibutuhkan untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif (Lalujan et al.,2016). Sumber daya manusia merupakan asset paling penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam menghadapi berbagai tuntutan zaman (Fery,2015). Sumber daya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh sumber daya manusia yang bermutu dalam artian sebenarnya yaitu pekerjaan yang dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu yang dikehendaki (Diana, 2015). Oleh karena itu ada deskripsi formal tentang perilaku yang harus dikerjakan (intra-role), dan yang tidak terdeskripsi secara formal yang dilakukan oleh pegawai (extra-role).

Kepemimpinan sebagai bagian integral dari efektivitas organisasi, maka kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Pemimpin yang efektif menjadikan seorang pimpinan perusahaan harus dapat mempengaruhi seluruh anggota organisasi yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan organisasi (Sandra, 2015). Untuk menjadi pemimpin yang efektif, seseorang harus dapat mempengaruhi seluruh anggota yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif dalam berkomunikasi khususnya servant leadership model yang diterapkan (Fery,2016). Ningsih (2016) mengatakan bahwa, servant leadership merupakan gaya kepemimpinan yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut dirinya serta komunitasnya dimulai dari perasaan natural yang ingin melayani. Kepemimpinan yang melayani diharapkan dapat menumbuhkan tanggung jawab karyawan pada pekerjaan (Sandra,2018). Perilaku-perilaku tersebut diharapkan dapat memperkecil perasaan tertekan terhadap tuntutan. Karyawan diharapkan dapat bekerja dengan produktif dan loyal pada perusahaan. Pimpinan divisi lain pada PT. Samaja Bali Villa belum seluruhnya memposisikan diri sebagai pemimpin yang melayani karyawan. Ditunjukkan dengan hubungan pemimpin dan karyawan yang kaku, dan kurang memperhatikan hak karyawan. Pimpinan juga tidak memberikan apresiasi pada prestasi dan tidak objektif dalam member penilaian terhadap pekerjaan karyawan (Sandra,2018). Hal-hal tersebut menimbulkan krisis kepercayaan terhadap

Page 32: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

180

pemimpin, dan menjadi penyebab rendahnya perilaku organizational citizenship behaviour karyawan PT.Samaja Bali Villa.

Pelayanan yang baik dan memuaskan kepada wisatawan diperlukan adanya sikap organizational citizenship behavior pada diri karyawan. Empowerment atau pemberdayaan dapat diartikan sebagai perlibatan karyawan yang benar-benar berarti (signifikan) dalam peningkatan kinerja karyawan. Empowerment suatu cara yang amat praktis dan prodiktif untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita dan staf kita (Stewart, 2016:22). Pemberdayaan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan (Planning), mengendalikan (Controlling) dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari atasannya (Andrea, et,al.2017). (Catherine et al.2015) menegaskan pemberdayaan merupakan alat yang dilakukan perusahaan sebagai rangsangan dalam meningkatkan motivasi serta karyawan bekerja dengan melaksanakan penerapan organizational citizenship behaviour (OCB).

Berdasarkan fenomena hasil penelitian dan masalah yang terdapat pada PT. Samaja Bali Villa, maka penulis meneliti “Pengaruh Servant Leadership dan Empowerment Terhadap

Organizational Citizenship Behaviour Pada PT. Samaja Bali Villa”. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan oleh penulis maka dapat dirumuskan

masalahnya, yaitu :

1) Apakah ada pengaruh servant leadership terhadap organizational citizenship behaviour pada PT. Samaja Bali Villa?

2) Apakah ada pengaruh empowerment terhadap organizational citizenship behaviour pada PT. Samaja Bali Villa?

Tinjauan Pustaka

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal

perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, da karsa) (Sutrisno, 2016:3). (Ardana dkk,2012:3) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah harta atau aset yang paling berharga dan paling penting dimiliki oleh suatu organisasi, karena keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh unsur manusia. Sumber daya manusia yang sangat diperhitungkan dalam organisasi, jika keberadaan sumber daya manusia disepelekan maka organisasi tidak akan dapat mewujudkan tujuan mereka, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia memiliki akal, pikiran, skill, kreatifitas dan bakat yang membantu organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Servant Leadership

Servant Leadership dapat didefinisikan Kepemimpinan yang melayani adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani (Heider et al., 2015). Trompenaars dan Voerman (2015:3) Menurut Trompenaars dan Voerman, servant

leadership adalah gaya manajemen dalam hal memimpin dan melayani berada dalam satu harmoni, dan terdapat interaksi dengan lingkungan. Seorang servant leadership adalah seseorang yang memiliki keinginan kuat untuk melayani dan memimpin, dan yang terpenting adalah mampu menggabungkan keduanya sebagai hal saling memperkuat secara positif. Vondey (2016) Servant Leadership adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas

Page 33: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

181

pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya serta komunitasnya, karena itu ia mendahulukan hal tersebut daripada pencapaian ambisi pribadi (personal ambitious) dan kesukaannya semata.

Empowerment

Riedmann dalam Prijono dan Pranaka (2015) Menurtutnya, empowerment adalah kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan keterampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka. Menurut Priyono dan Pranarka (2016) Pengertian empowerment sejatinya mengandung dua arti, yang pertama empowerment memiliki peran sebagai memberi atas kekuasaan atau mampu mengalihkan ke pihak lainnya. Sedangkan kedua dapat dipahami jika arti empowerment adalah suatu upaya untuk memberikan keberdayaan dan kemampuan kepada pihak lain.

Slamet (2015) definisi pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat agar mampu membangun dirinya sendiri sehingga masyarakat dapat memperbaiki kehidupannya. Arti ini secara tidak langsung pemberdayaan diartikan sebagai kesempatan dalam melihat dan memanfaatkan peluang sehingga mampu mengambil suatu keputusan yang tepat yang sesuai dengan inisiatifnya.

Organizational Citizenship Behaviour

Organ (dalam Ritonga, 2015), Organizational Citizenship Behavior merupakan bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. perilaku ini menunjukkan nilai tambah karyawan yang adalah salah satu bentuk tingkah laku prososial, yakni tingkah laku sosial yang positif, konstruktif dan berarti membantu. Menurut Organ (dalam Organ, Podsakoff, dan MacKenzie, (2012), Organizational Citizenship Behavior OCB adalah perilaku individu yang bebas, bebas dalam arti bahwa perilaku tersebut bukan merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan dalam peran tertentu atau deskripsi kerja tertentu, atau perilaku yang merupakan pilihan pribadi (MacKenzie dan Podsakoff, 2012).

Kerangka Berpikir dan Rumusan Hipotesis

Kerangka Berpikir

Kerangka konseptual yang merupakan hubungan variabel-variabel yang diteliti meliputi

Servant Leadership (X1), Empowerment (X2) dan Organizational Citizenship Behaviour (Y), dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian berikut ini:

Page 34: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

182

Gambar 1. Kerangka Berpikir Sumber: Hasil pemikiran peneliti (2020) Hipotesis

H1: Servant leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship

behaviour H2: Empowerment berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship

behaviour Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan PT. Samaja Bali Villa. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan PT. Samaja Bali Villa.

Objek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah bidang manajemen sumber daya manusia yaitu pengaruh Servant Leadership dan Empowement Terhadap Oganizational Citizenship Behaviour Pada PT. Samaja Bali Villa.

Definisi Operasional Variabel

1. Servant Leadership (X1)

Pemimpin yang berorientasi pelayanan memulai tindakannya dengan integritas, mengembangkan hubungan kepercayaan, dan membantu orang lain untuk belajar, tumbuh, dan mengembangkan kemampuan orang-orang tersebut untuk memimpin diri mereka sendiri. Barbuto (dalam Aji 2015) menyatakan terdapat 7 indikator sebagai berikut :

a. Tindakan

b. Empati

c. Bijaksana

d. Mencari solusi

e. Tumbuh

Page 35: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

183

f. Berjiwa sosial

g. Melayani

2. Empowement (X2) Serangkaian dukungan untuk meningkatkan kemampuan serta memperluaskan segala akses kehidupan sehingga mampu mendorong kemandirian yang berkelanjutan terhadap karyawan/masyarakat. Khan (dalam Fajriana 2017) menyatakan terdapat 6 indikator yang meliputi yaitu :

a. Keinginan

b. Kepercayaan

c. Percaya diri d. Kredibilitas e. Pertangungjawaban f. Komunikasi

3. Oganizational Citizenship Behaviour (Y)

Perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. perilaku ini menunjukkan nilai tambah karyawan yang adalah salah satu bentuk tingkah laku prososial, yakni tingkah laku sosial yang positif, konstruktif dan berarti membantu. Organ (dalam Wulandari, 2017), Organizational Citizenship Behavior (OCB) terdiri dari 5 indikator, yaitu :

a. Perhatian

b. Kebijakan

c. Hati nurani d. Kesopanan

e. Sportif

Metode Penelitian Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Samaja Bali Villa yang berjumlah 47 orang. Teknik dalam penelitian ini adalah Sampling jenuh . Jadi jumlah responden dalam penelitian ini adalah 47 orang karyawan pada PT. Samaja Bali Villa. Karena semua anggota populasi dijadikan sampel dengan menggunakan teori Sugiyono (2002 : 61-63) yang mengatakan bahwa sampling jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus.

Hasil Analisis dan Pembahasan

Hasil Analisis Regeresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh antara servant leadership dan

Empowerment terhadap Organizational Citizenship Behaviour pada PT Samaja Bali Villa secara parsial dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 36: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

184

Tabel 1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + β1SL + β2EM + e

Y = 3,403 + 0,311SL + 0,269EM

Analisis Koefisien determinasi (R2)

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi berganda sebesar 0,312. Dengan demikian besarnya pengaruh servant leadership dan empowerment terhadap

organizational citizenship behaviour pada PT Samaja Bali Villa adalah sebesar 31,2% sedang sisanya 100% - 31,2% = 68,8% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Uji t

Hasil pengujian t-test pengaruh servant leadership dan empowerment terhadap organizational citizenship behaviour pada PT Samaja Bali Villa pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa :

1) Pengaruh Servant Leadership terhadap Organizational Citizenship Behavior pada PT Samaja Bali Villa menunjukkan nilai thitung sebesar 3,020 serta nilai signifikan uji t sebesar 0,004 yang lebih kecil dari α (taraf nyata) = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Servant Leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior pada PT Samaja Bali Villa , sehingga hipotesis pertama (H1) diterima.

2) Pengaruh Empowerment terhadap Organizational Citizenship Behavior pada PT Samaja Bali Villa menunjukkan nilai thitung sebesar 2,690 serta nilai signifikan uji t sebesar 0,010 yang lebih kecil dari α (taraf nyata) = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Empowerment berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational

Citizenship Behavior pada PT Samaja Bali Villa, sehingga hipotesis kedua (H2) diterima.

Page 37: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

185

Simpulan, Keterbatasan dan Saran

Simpulan

1. Servant Leadership berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational

Citizenship Behavior pada PT. Samaja Bali Villa.

2. Empowerment berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship

Behavior pada PT. Samaja Bali.

Keterbatasan

1. Penelitian ini hanya menguji servant leadership dan empowerment terhadap

organizational citizenship behaviour. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan faktor lain yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior

seperti: gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Saran

1. Berdasarkan rata-rata skor pada variabel servant leadership dimana secara keseluruhan

responden mempunyai persepsi yang paling kecil terhadap item pernyataan pimpinan

mendorong tercapainya kemajuan dan perkembangan bagi perusahaan, maka sebaiknya

pimpinan PT. Samaja Bali Villa mampu memotivasi dan menciptakan suasana kerja

yang menyenangkan. Sehingga, diharapkan dapat menumbuhkan tanggung jawab

karyawan pada pekerjaan demi tercapainya tujuan perusahaan secara maksimal.

2. Berdasarkan rata-rata skor pada variabel empowerment dimana secara keseluruhan

responden mempunyai persepsi yang paling kecil terhadap item menghargai kemampuan

yang dimiliki oleh karyawan, maka pimpinan PT Samaja Bali Villa perlu memberikan

karyawan hak atau wewenang untuk merencanakan (Planning), mengendalikan

(Controlling) serta membuat keputusan atas pekerjaan yang sudah menjadi tanggung

jawab mereka, sehingga karyawan mampu menjadi mandiri dan menunjukkan kinerja

terbaiknya.

Daftar Pustaka

Adelia, Maris., Wiji Utami., dan Dewi Prihatini. 2015. Pengaruh Servant Leadership dan

Kepribadian terhadap Organizational Citizenship Behavior dalam Meningkatkan Kinerja Guru di Sekolah Dasar Al-Baitul Amien (Full Day School) Jember. Artikel

Ilmiah Mahasiswa, pp: 1-7. Aji, Muhammad. 2015. Pengaruh Servant Leadership Terhadap Kinerja Dengan Burnout

Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan PT Intiroda Makmur Persada Tbk, Tangerang. Skripsi. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Andrea, R. Dake., Jeffrey Wong., and Stephen B. Salter. 2017. Empowerment, Motivation, and

Performance: Examining the impact of feedback and Incentives on Nonmanagement

Employes. Journal of Behavior Research in Acounting, Vol. 19, No. 1, pp. 71-89. Ardana, I Komang, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Grahailmu.

Page 38: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Anak Agung Ngurah Yoga Indra Pratama, I Wayan Sujana, Ni Nyoman Ari Novarini

186

Catherine, Cheung., Tom Baum., and Alan Wong. 2015. Relocating empowerment as a management concept for Asia. Journal of Business Research, 6(5): 36±41.

Diana, Rika. 2015. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jurnal, No. 15, pp. 89-103.

Fajriana. 2017. Pengaruh Empowerment, Self Efficacy, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT. Holcim Indonesia Tbk di Cilacap). Skripsi. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Fery, Handi Putra. 2015. Analisis Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Lingkungan kerja fisik dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai perpustakaan IAIN Iman Bonjol Padang. Tesis. Manajemen Universitas Bung Hatta.

Heider, Abid Raza, Amir Gulzar., and Waqar Hussain. 2015. The impact of servant leadership on organizational citizenship behaviors with the mediating role of trust and moderating role of group cohesivenessA Study of public Sector of Pakistan. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. 5(3):234-242.

Lalujan, Paramita., Victor P.K. Lengkong., dan Greis M. Sendow. 2016. Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Umum Bulog Divisi Regional Sulawesi Utara. Jurnal

Emba, 4(1): 131-142. Manora, Retmita Tata Elsa. 2020. Pengaruh Servant Leadership, Empowerment Dan

Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan Royal Hotel N'lounge Jember. Skripsi. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jember.

Novarini,Ni Nyoman., & Anggraini, Ni Putu Nita. 2017. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan, Citra Dan Promosi Terhadap Tingkat Kepuasan Pengunjung Pada Hidden Canyon Beji Guwang. Jurnal, Vol. 15, No.2, pp. 110-117

MacKenzi, S.B and Podsakoff. 2012. Common Method Bias in marketing causes, mechanism and proceduralremedies. Journal of retailing 88 :542-555

Prijono, Onny. Pranarka. 2015. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: Centre For Strategic And International Studies.

Ritonga, Eni Erlina. 2018. Peran Organizational Citizenship Behavior Sebagai Pemediasi Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat. Jurnal, Vol. 14, No. 1, pp 1-16.

Sandra, Putu Agung Pratama., Suwandana, I Gst Made. 2018. Pengaruh Servant Leadership

Dan Empowerment Terhadap Organizational Citizenship Behaviour Pada Karyawan Asa Villa Seminyak. Jurnal, Vol. 7, No. 1, pp. 29-55.

Slamet, Margono. (2003). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung. Alfabeta Stewart, Aileen Mitchell, 2016. Empowering People, Cetakan kedelapan, Kansius, Yogyakarta Sugiyono. 2002. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta Sutrisno, Edy. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media Group:

Jakarta. Vondey, M. 2016. The Relationships among Servant Leadership, Organizational Citizenship

Behavior, Person-Organization Fit, and Organizational Identification. International

Journal.

Wulandari, Ambar Dwi. 2017. Analisis Pengaruh Dukungan Organisasi Dan Pengembangan Karir Terhadap Organizational Citizenship Behavior Melalui Employee Engagement Sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang

Page 39: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

187

Pengaruh Perencanaan Sumber Daya Manusia, Rekrutmen dan

Penempatan Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Heru Saputra

Universitas Dehasen Bengkulu Ahmad Soleh *

Universitas Dehasen Bengkulu Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

Universitas Dehasen Bengkulu

Email: *[email protected]

Abstrak

Peningkatan kinerja karyawan dapat dilakukan melalui perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen serta penempatan karyawan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan terhadap kinerja karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Metode pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada 48 karyawan. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif, dengan metode regresi linier berganda, uji determinasi, uji t dan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu.

Keywords: Perencanaan SDM, rekrutmen, penempatan, kinerja

Pendahuluan

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam suatu organisasi atau

perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Sumber daya manusia merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya dalam pencapaian tujuan. Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah karyawan. Karyawan memiliki andil sebagai perencana, pelaksana dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi atau perusahaan. Peranan sumber daya manusia menjadi semakin penting jika dikaitkan dengan perkembangan global yang penuh dengan persaingan diantara organisasi atau perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan dalam menghadapi persaingan yaitu dengan memberdayakan dan menggali seluruh potensi sumber daya manusia yang dimilikinya secara maksimal.

Mengacu kondisi tersebut, maka suatu organisasi atau perusahaan perlu meningkatkan perhatiannya terhadap kualitas karyawannya, baik perhatian dari kualitas pengetahuan dan keterampilan, karir maupun kesejahteraan sehingga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi karyawan untuk memberikan seluruh kemampuannya dalam pencapaian tujuan. Menyadari begitu pentingnya pengelolaan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan, maka pimpinan perlu meningkatkan perhatian terhadap karyawan dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Kinerja karyawan sangat menentukan kemajuan suatu perusahaan. Hal ini menjadi kewajiban seorang pimpinan untuk dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung terciptanya kinerja yang tinggi dari karyawan. Kinerja setiap karyawan dapat dipengaruhi oleh penempatan karyawan pada posisi yang tepat dan pemberian pelatihan

Page 40: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

188

terhadap karyawan. Perencanaan sumber daya manusia dirancang untuk menjamin bahwa kebutuhan

organisasi atau perusahaan mengenai kebutuhan pegawai akan terpenuhi secara tepat. Perencanaan sumber daya manusia merupakan fungsi yang pertama kali harus dilaksanakan dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia yang berbasis kompetensi merupakan salah satu konsep manajemen yang mengaitkan aktivitas sumber daya manusia di dalam organisasi dengan kompetensi dasar yang akan diunggulkan. Salah satu yang harus diperhatikan dalam mengelola sumber daya manusia adalah rekrutmen. Dalam proses rekrutmen diperlukan adanya proses seleksi yang efektif, hal ini dilakukan untuk melakukan pemerataan karyawan sehingga kekuatan sumber daya manusia yang dimiliki menjadi lebih seimbang. Proses rekrtumen menjadi aspek penting bagi suatu perusahaan. Bohlander (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa orang yang bertanggung jawab dalam melakukan proses rekrutmen. Bagi perusahaan kecil biasanya rekrtumen dilakukan oleh seorang HR secara generalis, namun bagi perusahaan yang tidak memiliki manajer HR, maka seorang manager umum atau supervisor dapat melakukan proses rekrutmen sendiri.

Hal lain yang perlu diperhatikan perusahaan dalam mempengaruhi kinerja karyawan adalah penempatan kerja karyawan. Penempatan adalah menempatkan posisi seseorang ke posisi pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaannya akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan. Penempatan sumber daya manusia yang tepat merupakan cara mengoptimalkan pengetahuan, keterampilan dan sikap menuju kinerja bagi sumber daya manusia itu sendiri, hal ini sangat penting karena bagi suatu perusahaan penempatan pegawai pada posisi yang tepat merupakan suatu hal yang erat hubungannya dengan kinerja pegawai dalam memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan. Perusahaan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas, terutama memelihara kualitas kehidupan kerja dan membina tenaga kerja agar bersedia memberikan kontribusinya secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Penempatan karyawan dalam posisi jabatan yang tepat akan membantu perusahaan untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana pernyataan Hasibuan (2017) bahwa penempatan harus didasarkan pada deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan serta berpedoman kepada prinsip orang yang tepat ditempat yang tepat dan orang yang tepat di belakang pekerjan.

Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan (Rivai, 2013). Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan hurus berusaha mendorong karyawan untuk bekerja dengan baik sehingga dapat mencapai prestasi yang terbaik. Untuk menciptakan kinerja karyawan tentu saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan, seperti penempatan dan pelatihan kerja karyawan. Seorang karyawan yang ditempatkan sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya akan memiliki prestasi yang jauh lebih baik dari pada karyawan yang menempati posisi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahlian yang dimilikinya. Selain itu, peningkatan kinerja dapat ditunjang dengan pemberian pelatihan terhadap karyawan.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu merupakan lembaga tinggi negara yang mengatur keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dari para karyawannya dituntut para karyawan memiliki kinerja yang tinggi sehingga karyawan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan. Pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu memiliki karyawan tetap dan karyawan outsorsing yang terbagi menjadi beberapa unit kerja atau divisi, yang mana karyawan satu dengan lainnya memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berbeda-beda, sehingga peran penempatan kerja dan pelatihan karyawan yang tepat dan sesuai sangat vital untuk mengoptimalkan kinerja. Sebelum penerimaan karyawan juga dilakukan rekrutmen

Page 41: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

189

dengan cara mengumumkan pembukaan lowongan dan diadakan seleksi atau tes untuk rekrutmen karyawan baru.

Berdasarkan fenomena yang ada, ditemukan bahwa masih terdapat karyawan dengan kinerja yang kurang baik. Hal tersebut terlihat dari masih adanya penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya, hal ini akan menyebabkan rendahnya kinerja karyawan karena karyawan merasa bingung dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Seperti lulusan Sarjana Komputer ditempatkan pada bagian pengiriman barang dan paket, Sarjana Ekonomi ditempatkan pada bagian pelayanan. Hal seperti ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat kinerja karyawan. Hasil pra penelitian juga menunjukan bahwa faktor lain yang dianggap mempengaruhi kinerja karyawan adalah rekrutmen. Diduga masih terdapat kecurigaan atas proses seleksi penerimaan karyawan tetap.

Studi literatur menunjukkan bahwa terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan perencanaan sumber daya manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Fitria, 2017; Haqiqi, 2017; Saputra, dkk. 2020). Hafni dan Husni (2016) menemukan hasil yang berbeda, bahwa perencanaan SDM memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Demikian halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rafikah (2020), menemukan bahwa perencanaan SDM tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya studi literatur tentang rekrutmen ditemukan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Wardhana, dkk. 2019; Abror, 2020; Lina, 2020; Widyani, 2020). Namun, studi yang dilakukan oleh Ali K (2019) menemukan bahwa rekrutmen memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Lebih lanjut studi tentang penempatan diketahui memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Hijrah, dkk. 2014; Fitria, 2017; Martini, 2017; Abror , 2020; Aldy, 2020; Febrianti, 2020; Manullang, dkk. 2020). Temuan tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lussy (2018) yang mengkonfirmasi bahwa penempatan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasar permasalahan dan terdapat kesenjangan hasil penelitian sebelumnya antara perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan terhadap kinerja. Maka penelitian ini akan mengklarifikasi kesenjangan tersebut, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan strategi pencapaian kinerja. Dengan demikian tujuan dari peneltian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan terhadap kinerja karyawan Bank Indonesia Bengkulu.

Landasan Teori

Perencanaan Sumber Daya Manusia

Menurut Nasution (2016) manajemen sumber daya manusia adalah pendekatan terhadap

manajemen manusia. Pendekatan terhadap manajemen manusia didasarkan pada nilai manusia dalam hubungannya dengan organisasi. Manusia merupakan sumber daya yang penting dalam organisasi di samping itu efektivitas organisasi sangat ditentukan oleh manajemen manusia. Berbeda halnya menurut Mangkunegara (2013), mengemukakan bahwa perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefenisikan sebagai proses menentukan kebutuhan akan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berintergarsi dengan rencana organisasi. Menurut Moekijat (2016), perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses yang berusaha menjamin bahwa jumlah dan jenis karyawan yang tepat akan tersedia pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat untuk waktu yang akan datang, mampu melakukan hal-hal yang diperlukan agar organisasi

Page 42: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

190

dapat terus mencapai tujuan. Selanjutnya menurut Handoko (2014), perencanaan sumber daya manusia adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tertentu. Sedangkan, menurut Nawawi (2017), perencanaan SDM adalah proses menetapkan strategi untuk memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan dan mempertahankan SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi/perusahaan sekarang dan pengembangannya dimasa depan.

Indikator perencanaan sumber daya manusia menurut Hasibuan (2017) terdiri atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pemeliharaan, dan pemberhentian. Sedangkan menurut Siagian (2014), indikator perencanaan sumber daya manusia terdiri dari faktor eksternal dan internal dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Faktor-faktor eksternal adalah berbagai hal yang pertumbuhan dan perkembangannya berada diluar kemampuan organisasi untuk mengendalikannya meliputi: situasi ekonomi, sosial budaya, politik, peraturan perundang-undangan, teknologi dan pesaing; (2) Faktor-faktor internal adalah berbagai kendala yang terdapat di dalam organisasi itu sendiri. Faktor internal meliputi: rencana strategik, anggaran, estimasi produksi dan penjualan, usaha atau kegiatan baru, dan rancangan organisasi dan tugas pekerjaan. Rekrutmen

Menurut Mardianto (2014) rekrutmen diartikan sebagai suatu proses untuk

mendapatkan calon karyawan yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kualifikasi dan kebutuhan suatu organisasi/perusahaan. Menurut Rivai (2013), rekrutmen adalah proses untuk mendapatkan sejumlah sumber daya manusia (karyawan) yang berkualitas untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan dalam suatu perusahaan. Menurut Hasibuan (2017), Penarikan (recruitment) adalah masalah penting dalam pengadaan tenaga kerja. Jika penarikan berhasil artinya banyak pelamar yang memasukkan lamarannya, peluang untuk mendapatkan karyawan yang baik terbuka lebar, karena perusahaan dapat memilih yang terbaik diantara yang baik. Selanjutnya pengertian rekrutmen menurut Samsudin (2016) yaitu proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang kualifaid untuk jabatan/pekerjaan tertentu dalam suatu organisasi atu perusahaan. Menurut Sudiro (2015), rekrutmen terdiri atas enam indikator yaitu proses rekrutmen, metode rekrutmen, persyaratan rekrutmen, tujuan rekrutmen, penentuan jumlah dan kualifikasi calon karyawan, dan hasil rekrutmen.

Penempatan

Menurut Ambar dan Rosida (2013) penempatan adalah suatu kebijakan yang diambil

oleh pimpinan suatu instansi atau bagian kekaryawanan untuk menentukan seseorang karyawan masih tetap atau tidak ditempatkan pada suatu posisi atau jabatan tertentu berdasarkan pertimbangan keahlian, keterampilan atau kualifikasi tertentu. Menurut Hariandja (2016) penempatan kerja merupakan proses penugasan/pengisisan jabatan atau penugasan kembali pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda. Sedangkan menurut Danang (2015), penempatan adalah penugasan kembali seorang karyawan kepada pekerjaan barunya. Penempatan (Placement) adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi) pada jabatan atau pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut (Hasibuan, 2017). Penempatan adalah merupakan serangkaian langkah kegiatan yang dilaksanakan untuk memutuskan apakah tepat atau tidaknya seseorang karyawan ditempatkan pada posisi tertentu yang ada di dalam organisasi. Menurut Suwatno (2015), indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel

Page 43: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

191

penempatan adalah latar belakang pendidikan, keterampilan dan pengalaman kerja, kondisi kesehatan fisik, dan usia. Kinerja

Menurut Mangkunegara (2013), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dengan melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu (Hasibuan 2017). Sedangkan menurut As'ad (2016) kinerja adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan. Dimensi mana yang penting adalah berbeda antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain. Menurut Robbins (2016), terdapat enam indikator kinerja yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektifitas, kemandirian, dan komitmen kerja. Mangkunegara (2013) menyatakan bahwa indikator yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan motivasi. Sedangkan menurut Nasution (2016), indikator kinerja terdiri atas kualitas kerja, kuantitas kerja, disiplin kerja, inisiatif dan kerjasama. Kerangka Analisis

Perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan menjadi suatu hal yang sangat penting bagi peningkatan kinerja karyawan. Sebagai alur hubungan antara variabel tersebut dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Analisis

Metode Penelitian

Metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui signifikansi

pengaruh perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan penempatan terhadap kinerja 48 orang karyawan tetap pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu baik secara parsial maupun secara simultan, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji parsial (uji t) dan uji simultan (uji F atau Anova). Namun sebelumnya terlebih dahulu dilakukan

Perencanaan SDM

(X1)

Rekrutmen

(X2) Kinerja

(Y)

Penempatan

(X3)

Page 44: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

192

uji validitas dan reliabilitas. Uji determinasi juga dilakukan guna mengetahui seberapa besar variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Persamaan untuk model regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3………………………..………………(1)

Keterangan : Y = Kinerja Β0 = Konstanta β1 = Standar koefisien regresi linier dari perencanaan SDM β2 = Standar koefisien regresi linier dari rekrutmen β3 = Standar koefisien regresi linier dari penempatan X1 = Perencanaan SDM X2 = Rekrutmen X3 = Penempatan

Hasil dan Pembahasan

Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil uji validitas atas pernyataan dari seluruh indikator memiliki tingkat validitas yang sesuai dengan kriteria yang diajukan pada penelitian ini, yaitu semua indikator memiliki nilai R-hitung > R-tabel. Maka semua indikator yang digunakan dalam penelitian ini valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. Selanjutnya dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS maka diperoleh hasil cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 untuk keempat variabel bebas yaitu perencanaan SDM, rekrutmen, penempatan dan kinerja. Oleh karena itu, semua variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner memiliki kehandalan dan dapat dijadikan alat ukur.

Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan terhadap 48 orang karyawan

tetap pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan program SPSS for windows versi 16.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Regresi Linier Berganda

Page 45: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

193

Berdasar hasil perhitungan pada tabel 1 yang ditulis dalam bentuk unstandardized

coefficients, maka dapat dibuat persamaan regresi linear berganda yaitu:

Y = 1.496 + 0,364X1 + 0,525X2 + 0,710X3 …………….……….(2)

Persamaan 2 regresi linier berganda dapat dijelaskan bahwa nilai konstanta 1,496 mempunyai arti bahwa apabila variabel perencanaan SDM (X1), rekrutmen (X2) dan penempatan (X3) dianggap sama dengan nol maka variabel Kinerja (Y) akan tetap sebesar 1,496. Nilai koefesien regresi variabel X1 (perencanaan SDM) adalah sebesar 0,364 dengan asumsi apabila X1 (perencanaan SDM) mengalami peningkatan sebesar satu-satuan maka Y (Kinerja) akan mengalami peningkatan sebesar 0,364 kali. Nilai koefesien regresi variabel X2 (rekrutmen) adalah sebesar 0,525 dengan asumsi apabila X2 (rekrutmen) mengalami kenaikan sebesar satu-satuan maka Y (Kinerja) akan mengalami peningkatan sebesar 0,525 kali. Nilai koefesien regresi variabel X3 (penempatan) adalah sebesar 0,710 dengan asumsi apabila X3 (penempatan) mengalami kenaikan sebesar satu-satuan maka Y (Kinerja) akan mengalami peningkatan sebesar 0,710 kali.

Koefisien Determinasi (R2)

Koefesien Determinasi ini digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh perencanaan SDM, rekrutmen dan penempatan terhadap kinerja. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai R square Adapun hasil output SPSS untuk koefesien determinasi seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Koefisien Determinasi

Hasil perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2 bahwa nilai koefesien determinasi dari R square yaitu sebesar 0,797. Hal ini berarti bahwa perencanaan SDM, rekrutmen dan penempatan memiliki pengaruh terhadap kinerja sebesar 79,7 % sedangkan sisanya (20,3%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Pengujian Hipotesis

Uji t

Hasil perhitungan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 menunjukkan nilai

signifikansi variabel perencanaan SDM sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disampaikan bahwa perencanaan SDM berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dengan demikian hipotesis awal yang diajukan dapat terbukti (Ha diterima). Selanjutnya, nilai signifikansi variabel rekrutmen sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disampaikan bahwa rekrutmen berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Page 46: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

194

Bengkulu, dengan demikian hipotesis kedua yang diajukan dapat terbukti (Ha diterima). Demikian halnya dengan nilai signifikansi variabel penempatan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa penempatan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dengan demikian hipotesis ketiga yang diajukan dapat terbukti (Ha diterima).

Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil uji F pada tabel 3, menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi di bawah 0,05 dapat disampaikan bahwa variabel perencanaan SDM, rekrutmen dan penempatan berpengaruh signfikan secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, dengan demikian hipotesis awal yang diajukan terbukti (Ha diterima).

Tabel 3. Hasil Uji F (Anova)

Pembahasan

Pengaruh Perencanaan SDM Terhadap Kinerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai regresi untuk pengaruh perencanaan SDM terhadap kinerja menunjukan nilai sebesar 0,364 atau memiliki arah regresi yang positif, Artinya semakin meningkat perencanaan SDM pada karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu maka kinerja juga akan meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil uji hipotesis bahwa perencanaan SDM berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu karena nilai signifikan sebesar 0,000 kecil dari 0,05. Hal ini menggambarkan dengan adanya perencanaan yang matang untuk SDM maka kinerja karyawan akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Nawawi (2017) bahwa perencanaan SDM adalah proses menetapkan strategi untuk memperoleh, memanfaatkan, mengembangkan dan mempertahankan SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi/perusahaan sekarang dan pengembangannya dimasa depan. Berdasarkan pengertian perencanaan sumber daya manusia di atas, penulis sampai pada pemahaman bahwa perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja, baik dari internal maupun eksternal sebuah perusahaan untuk memperoleh dan menyediakan tenaga kerja yang tepat sehingga mampu mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2017); Haqiqi (2017); dan Saputra, dkk. (2020).

Page 47: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

195

Pengaruh Rekrutmen Terhadap Kinerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai regresi untuk rekrutmen sebesar 0,525

dengan arah regresi positif, artinya semakin meningkat perhatian terhadap rekrutmen karyawan maka akan meningkatkan kinerja karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu. Hasil uji hipotesis untuk pengaruh rekrutmen terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu memiliki pengaruh yang signifikan, karena nilai signfikan sebesar 0,000 kecil dari 0,05. Hal ini menggambarkan dengan adanya peningkatan perhatian terhadap rekrutmen karyawan maka akan meningkatkan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Rivai (2013), rekrutmen adalah proses untuk mendapatkan sejumlah sumber daya manusia (karyawan) yang berkualitas untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan dalam suatu perusahaan. Dalam upaya mencapai tujuan perusahaan, proses rekrutmen mempunyai peran yang sangat penting karena para karyawan yang direkrut itulah nanti yang akan menggerakkan seluruh aspirasi dan merealisasikan tujuan perusahaan secara administrasi dan operasional. Kinerja yang baik dan berkualitas boleh dicapai melalui proses perekrutan karyawan yang baik dan menepati segala prosedur dan teknik rekrutmen. Karena itulah proses rekrutmen karyawan boleh dikatakan sangat berpengaruh terhadap kinerja. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardhana, dkk (2019); Abror (2020); Lina (2020); dan Widyani (2020).

Pengaruh Penempatan Terhadap Kinerja

Hasil penelitian menunjukkan nilai regresi untuk penempatan sebesar 0,710 dengan

arah regresi positif, artinya semakin tepat penempatan karyawan maka kinerja karyawan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu akan semakin meningkat. Hasil uji hipotesis untuk pengaruh penempatan terhadap kinerja karyawan pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu memiliki pengaruh yang signifikan, karena nilai signfikan sebesar 0,000 kecil dari 0,05. Hal ini menggambarkan dengan adanya penempatan karyawan yang sesuai dengan keterampilan dan pengetahuannya dapat meningkatkan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hariandja (2016) bahwa penempatan kerja merupakan proses penugasan/pengisisan jabatan atau penugasan kembali pada tugas/jabatan baru atau jabatan yang berbeda. Untuk menempatkan karyawan pada posisinya juga harus mempertimbangkan pengetahuan seseorang mengenai pekerjaan, semakin tinggi pengalaman seseorang maka tingkat pengetahuannya dalam bekerja juga akan meningkat sehingga prestasi kerja seseorang juga akan meningkat. Keterampilan yang dimiliki oleh karyawan juga akan menentukan posisi seseorang dalam bekerja. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh seseorang maka dalam bekerja dia akan mendapatkan promosi kejabatan yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Hijrah, dkk (2014); Fitria (2017); Martini (2017); Abror (2020); Aldy (2020); Febrianti (2020); dan Manullang dkk. (2020).

Kesimpulan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu merupakan salah satu lembaga tinggi negara. Karyawan dituntut memiliki kinerja yang tinggi dalam dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawanya. Perencanaan SDM, rekrutmen dan penempatan menjadi hal yang sangat penting. Berdasar hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perencanaan SDM, rekrutmen dan penempatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan baik

Page 48: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

196

dilakukan secara parsial maupun simultan. Besar pengaruh ketiga variabel tersebut sebesar 79,7%.

Daftar Pustaka Abror. (2020). Pengaruh Rekrutmen dan Penempatan terhadap Kinerja Karyawan pada CV.

Yen’s Delight di Samarinda. eJournal Administrasi Bisnis. 8(2). 152-161. Aldy, Hafis Laksmana. (2020). Pengaruh Penempatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada

Yayasan Hanifa Islamic School. Jurnal Ekonomi Efektif. 2(2). 220-225. Ambar, Teguh Sulistiyani dan Rosidah. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : Graha Ilmu. As'ad, Moh. (2016). Seri Ilmu SDM : Psikologi Industri, Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty. Bohlander, George., and Snell, Scott. (2010). Principles of Human Resource. Management,

15th ed. Mason, OH: South Western – Cengage Learning. Danang, Sunyoto. (2015). Manajemen Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: CAPS. Febrianti, Reni. (2020). Pengaruh Penempatan dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan

pada PT Primavera International Jakarta. Jurnal Manajemen MH Thamrin. 1. 54-68. Fitria. (2017). Pengaruh Perencanaan dan Penempatan Pegawai terhadap Kinerja Pegawai pada

Badan Kepegawaian Daerah Kota Lubuk Linggau. Menara Ekonomi. III(5), 33-41. Hafni, Layla dan Husni, Nia. (2016). Pengaruh Perencanaan Sumber Daya Manusia dan

Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Federal International Finance Cabang Soekarno Hatta Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Manajemen. 4(1), 1-10.

Handoko, Hani. (2014) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hariandja, Marihot T.E. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Hasibuan, Malayu. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesembilan. Jakarta :

PT Bumi Aksara. Haqiqi, Rizky Trisna Firman. (2017). Pengaruh Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Terhadap Kinerja Karyawan PT. Permata Bahari Malindonesia. Jurnal Manajemen Bisnis. 7(1), 57-68.

Hijrah., Sjahruddin, Herman dan Heslina. (2014). Pengaruh Penempatan dan Keterlibatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank BNI (Persero) Tbk Cabang Makassar. E-Library STIE YPBUP Bogaya. 1-14.

Lina, Roidah. (2020). Pengaruh Rekrutmen terhadap Kinerja Karyawan. Scientific Journal of Reflection: Economic, Accounting, Management and Business. 3(3). 282-290.

Mangkunegara. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Martini, Ni Putu Riski. (2017). Pengaruh Penempatan Sumber Daya Manusia pada Kinerja Karyawan di Pemerintah Kabupaten Badung. Jurnal Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi. 9(1), 70-79.

Mardianto, Adi. (2014). Manajemen Rekrutmen. Jakarta: Salemba Empat. Manullang, Ahmad Kennedy., Puspa, Tiara dan Wardini, Amalia Kusuma. (2020). Pengaruh

Kompetensi dan Penempatan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Tapanuli Tengah. Makro, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 5(2). 107-119.

Moekijat. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesembilan. Bandung: Mandar Maju.

Nasution, Mulia. (2016). Manajemen Personalia. Jakarta: Djambatan.

Page 49: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Heru Saputra, Ahmad Soleh, Ida Ayu Made Er Meytha Gayatri

197

Nawawi, Hadari. (2017). Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang Kompetitif. Yogyakarta: UGM Press.

Rafikah. (2020). Pengaruh Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kompetensi TerhadapKinerja Karyawan di Yayasan Darul Hijrah Puteri Banjarbaru. Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen. 7(1), 46-54.

Rivai, Veithzal. 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat. Saputra, Redy Tri., Ratnasari, Sri Langgeng dan Tanjung Rona. (2020). Pengaruh Manajemen

Talenta, Perencanaan SDM dan Audit SDM terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Trias Politika. 4(1). 90-99.

Samsudin, Sadili. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sudiro, Achmad. (2015). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. UB Press.

Malang Indonesia. Suwatno. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Publik dan Bisnis.

Bandung: Alfabeta. Wardhana, Ananto Krisna., Nainggolan, Kaman., Lestiowati, Riris dan Fadly, Rachmat.

(2019). Pengaruh Sistem Rekrutmen dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Hyundai Mobil Indonesia-Pusat, Jalan Teuku Nyak Arief Simprug. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. 16(2), 162-176.

Widyani, Anak Agung Dwi. (2020). Pengaruh Rekrutmen dan Promosi Jabatan Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Bank Sinarmas Cabang Denpasar. Jurnal Widya Manajemen. 2(1). 80-88.

Page 50: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

198

Penempatan Ulang Material dan Perancangan Sistem Informasi

Pengambilan Material Return Berbasis Web di Gudang PT ABC Unit

Pembangkit X

*Ibnu Lukman Pratama Politeknik Energi dan Mineral (PEM Akamigas)

Bambang Sugito Politeknik Energi dan Mineral (PEM Akamigas)

Laili Salsabila

Politeknik Energi dan Mineral (PEM Akamigas)

*[email protected]

Abstrak

Salah satu gudang di PT ABC UP X adalah Gudang Material Return. Material return adalah material yang dikembalikan ke gudang karena kelebihan atau sisa pemakaian dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau hasil pembongkaran (bekas pakai). Tujuan dari penelitian ini adalah mengoptimalkan barang yang berada di gudang material return melalui aplikasi berbasis web dan mengajukan rancangan desain penempatan material yang lebih efisien. Hasilnya, dalam menentukan prioritas penempatan material, didapati bahwa material mekanik memiliki prioritas tertinggi dibandingkan material instrumentasi (prioritas nomor 2), material listrik (nomor 3) dan material umum. Selain itu berdasarkan dari ukuran material, material berukuran kecil memiliki frekuensi pengeluaran dan penerimaan lebih besar daripada material berukuran besar sehingga material berukuran besar dapat diletakkan jauh dari pintu gudang. Jika material ditata berdasarkan prioritas penempatan material dan ukuran material, maka terjadi prosentase penurunan jarak sebesar 17%. Allowance dalam gudang tersebut minimal 4 meter. Untuk perancangan sistem informasi pegudangan memiliki 4 sistem yaitu admin, user, spv, dan pegawai umum. Setiap sistem memiliki menu yang berbeda. Saran dalam penelitian ini adalah diperlukan prosedur lebih lanjut untuk dilakukan pengecekan material yang jarang terpakai dan pengembangan aplikasi supaya dapat digunakan dalam berbagai aktivitas pergudangan. Key Word: Gudang, Aplikasi Pergudangan, Layout, Sistem Informasi

Pendahuluan

Gudang merupakan bagian penting dalam sebuah perusahaan. Gudang adalah tempat

penyimpanan yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal produksi (Apple, James M, 1990). Gudang dapat digambarkan sebagai suatu sistem logistik dari sebuah perusahaan yang berfungsi untuk menyimpan produk dan perlengkapan produksi lainnya dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi material/produk yang disimpan di gudang sehingga informasi tersebut mudah diakses oleh siapa pun yang berkepentingan (Zaroni. 2015). Meskipun penting, namun adanya gudang tidak dapat dipisahkan dari sistem pergudangan. Pergudangan adalah suatu aktivitas menyimpan barang. Selain itu, pergudangan yang baik adalah pergudangan yang memiliki sistem pelayanan yang baik dan mencangkup adanya jaminan keamanan hingga kemudahan akses informasi keluar masuk (Warman, John. 2004). Tata letak gudang adalah suatu rancangan penempatan fasilitas, menganalisis, membentuk

Page 51: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

199

konsep, dan mewujudkannya dalam suatu sistem penerimaan sampai dengan pengiriman barang kepada pelanggan dengan meminimalkan total biaya yang mungkin terjadi (Widodo, Lamto, dkk. 2013)

Dalam melakukan pengaturan tata letak barang ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sistem pengukuran kecepatan yang baik dan sistem pengendalian yang baik. Sistem pengukuran kecepatan ini memperhatikan barang berdasarkan klasifikasi arus aliran barang yaitu slow moving, medium moving dan fast moving. Untuk slow moving ditempatkan di bagian yang sulit dijangkau karena barang tersebut jarang untuk dipesan atau akan berada di gudang dengan waktu yang cukup lama. Untuk barang medium moving ditempat di bagian tengah gudang yang cukup terjangkau. Sedangkan untuk barang fast moving ditempatkan di bagian yang mudah terjangkau agar dapat memudahkan dalam pengambilan barang sehingga efisiensi akan menjadi lebih tinggi. (William & Sawyer. 2007)

Dalam sistem informasi logistik terdapat 3 subsistem utama yaitu Order Management System (OMS), Warehouse Management System (WMS), dan Transportation Management

System (TMS). Ketiganya saling memiliki keterkaitan untuk mencapai tujuan masing-masing dalam sebuah sistem. Untuk mendukung manajemen pergudangan, salah satu dari tiga subsistem diatas yang digunakan yaitu Warehouse Management System (WMS). WMS adalah subsistem informasi yang membantu dalam pengelolaan produk yang mengalir melalui fasilitas-fasilitas dalam jaringan logistik dan yang tersimpan di fasilitas tersebut (Putri & Marie. 2017). Tujuan utama dari WMS adalah untuk mengontrol pergerakan pemasukan, penyimpanan, dan pengambilan barang yang efisien dan efektif, serta kemudahan dan keakuratan informasi stok barang yang ada di gudang (Warman, John. 2004).

Salah satu gudang yang berada di PT ABC UP X adalah gudang material return. Material return adalah material bekas yang masih layak pakai atau layak repair sehingga dapat digunakan dalam kegiatan operasional. Material-material tersebut ditata berdasarkan fungsi dari material yang ada PT ABC UP X. Namun penataan saat ini masih menyulitkan user dalam mengambil barang. Hal tersebut dikarenakan banyaknya barang yang masih belum terdata dan belum ada pemberian kode penempatan barang berdasarkan peraturan PT ABC UP X. Selain itu proses administrasi untuk pengeluaran material di PT ABC UP X belum terintegrasi menggunakan sistem online sehingga user tidak memiliki informasi mengenai status dan jumlah material.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem informasi yang berguna untuk mengelola data material di gudang material return PT ABC UP X secara online. Selain itu diperlukan penentuan tata letak dan material handling yang tepat untuk pengoptimalan gudang supaya lebih efektif dan efisien serta tidak menghabiskan waktu pencarian material.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, akan dilakukan dengan cara pertama kali yaitu konsep perancangan tata letak dimana terlebih dahulu mengetahui jenis material dan layout yang sedang berjalan. Data yang diperoleh adalah aktivitas penerimaan material, aktivitas penyimpanan material dan aktivitas pengeluaran material beserta dokumen-dokumen perusahaan yang berkenaan dengan masalah yang dibahas. Setelah itu membuat perancangan sistem informasi pengambilan material berbasis web. Berikut merupakan flow process implementasi konsep untuk perancangan tata letak dan flowchart perancangan aplikasi pergudangan.

Page 52: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

200

Gambar 1. Diagram Alir Konsep Perancangan Tata Letak

Gambar 2. Perancangan Aplikasi Pergudangan

Page 53: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

201

Pembahasan

Salah satu gudang yang terdapat di PT ABC UP X adalah gudang penyimpanan material return atau biasa disebut sebagai gudang 5/G-5. Gudang ini merupakan tempat dimana user dapat menyimpan atau mengambil sparepart bekas layak pakai dan repair yang diperlukan selama pemeliharaan dengan kondisi yang bagus dan sesuai spesifikasi. Barang-barang yang terdapat di gudang return dikarenakan berbagai alasan, antara lain :

1.Masih bisa digunakan, biasanya karena pemeliharaan faktor karakteristik. Misalnya, material

A yang harus diganti karena penggunaannya sudah lebih dari 5000 jam. 2.Masih bisa direpair. Material-material yang masih bisa direpair biasanya karena barang

tersebut mahal harga belinya/kerusakannya bukan kerusakan yang parah/untuk mendapatkan material yang baru memerlukan waktu yang lama.

3.Material gudang karena kelebihan atau sisa pemakaian dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Gudang return seluas 25 m x 50 m x 7 m terdapat banyak sekali barang hingga tidak memungkinkan untuk adanya area receiving sehingga penerimaan material dilakukan di gudang inti (gudang administrasi). Material return akan dipindah ke gudang limbah jika sudah lebih dari 2 tahun dengan melakukan koordinasi lebih dahulu dengan user pemeliharaan.

Material return yang berukuran kecil di dalam gudang return diletakkan di dalam rak besi berukuran 10 m x 1,5 m x 3,5 m yang dikelompokkan berdasarkan jenis material yang beroperasi di PT ABC UP X. Untuk material return berukuran besar diletakkan di dalam gudang tanpa menggunakan rak.

Jika diidentifikasi lebih lanjut, terdapat beberapa waste yang ada dalam gudang material return ini. Antara lain :

1.Waiting : Saat material yang diinginkan user susah dicari, maka perlu waktu bagi petugas

gudang untuk mencari material sehingga user perlu waktu menunggu untuk langkah proses selanjutnya. Hal tersebut merupakan salah satu adanya pemborosan yang tidak menambah nilai bagi perusahaan.

2.Motion : Saat material yang diinginkan user susah dicari, maka petugas perlu melakukan gerakan-gerakan yang tidak di perlukan seperti mencari-cari material yang ada di gudang. Hal tersebut juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat dihindari.

3.Inventory : Saat material yang diinginkan user susah dicari dan petugas merasa tidak menemukan material tersebut, maka perlu diadakan pembelian lagi. Hal tesebut merupakan salah satu adanya pemborosan.

Gambar 3. Layout Gudang Material Return Saat Ini

Page 54: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

202

Material return yang berada di lantai tengah, lantai depan dan lantai belakang merupakan material return yang berukuran besar. Menurut data dan hasil wawancara, material yang diletakkan di lantai merupakan material yang dapat dikategorikan slow moving karena jarang adanya permintaan dari user.

Membahas mengenai proses operasional, secara umum terbagi atas penerimaan, penyimpanan material, dan pengeluaran material. Namun hal yang membedakan gudang return dengan gudang lain adalah proses yang digunakan masih menggunakan metode manual tanpa adanya sistem informasi yang terintegrasi.

Proses penerimaan material juga dapat dikatakan proses pengembalian material. Semua material yang telah dikeluarkan dari gudang bekas pakai hasil pembongkaran atau penggantian harus (wajib) dikembalikan ke gudang kecuali material consumable habis pakai. Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pemeliharaan (Rendal) akan membuat bon pengembalian (return) barang kepada pihak gudang secara manual. Selanjutnya pihak gudang dan user akan melakukan pengecekan terhadap material yang dikembalikan termasuk jumlah dan kondisi material.

Proses Put Away adalah proses memindahkan material dari lokasi penerimaan menuju gudang yang sediakan. Setelah melakukan pemilahan dan pengkodean pada proses penerimaan material, dilakukan pelabelan terhadap material yang dikembalikan sebagai berikut :

- Label Merah : Status Barang Rusak - Label Kuning : Status Barang Layak Repair - Label Biru : Status Barang Layak Pakai

Jika barang rusak maka pihak gudang akan mengajukan lelang dengan cara memindahkan barang ke penampungan limbah dan mengajukan pelelangan barang ke pihak keuangan. Sementara untuk barang bisa pakai/ bagus maka pihak gudang akan menyimpan ke gudang return sesuai dengan unit yang mengembalikan. Berbeda dengan barang yang perlu di repair, jika tersedia jadwal untuk melakukan perbaikan maka akan dilakukan perbaikan dengan bidang yang berkaitan. Namun jika tidak ada jadwal perbaikan, maka barang akan disimpan di gudang sesuai dengan bidang yang berkaitan.

Aktivitas pemindahan ini menggunakan Forklift dengan kapasitas 2 atau 5 ton (tergantung dari berat material) dengan tinggi maksimal 6 meter (jika diperlukan). Aktivitas put away juga termasuk mencatat pada sistem berapa barang yang masuk.

Proses Penyimpanan (Storage Assignment) Material Return, secara umum, aktivitas penyimpanan dimulai dengan menentukan rak kosong, lalu dikelompokkan barang tersebut sesuai dengan bagian yang memberikan ke bagian gudang. Dalam gudang ini, penyimpanan material dibedakan berdasarkan jenis material yang ada di PT ABC UP dan ukuran dari material tersebut. Untuk material yang memiliki ukuran kecil maka perlu ditempatkan di dalam rak sementara untuk material berukuran besar diletakkan di atas lantai.

Proses pengeluaran barang dimulai dengan melakukan pengecekan terlebih dahulu apakah material yang dibutuhkan tersedia di gudang. Setelah dipastikan bahwa material yang dibutuhkan dapat digunakan, maka dibuatkan Bon Permintaan Barang secara manual ke gudang. Bon Permintaan Barang manual tersebut dibuat oleh user dan harus disetujui oleh atasan atau pejabat yang berwenang. Petugas gudang akan melayani sesuai dengan Bon Permintaan Barang yang telah diterbitkan oleh pihak gudang. Untuk mengetahui proritas material, maka perlu mengerti berapa frekuensi penerimaan dan pengeluaran material.

Penentuan jumlah penerimaan rata-rata per bulan perlu dilakukan sehingga dapat ditentukan fungsi apa yang banyak melakukan penerimaan dalam satu tahun

Page 55: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

203

Tabel 1. Frekuensi Penerimaan Material Berdasarkan Jenis Barang

Pada frekuensi penerimaan material, material mekanik memiliki frekuensi paling banyak dalam waktu 1 tahun. Sementara, penentuan jumlah pengeluaran rata-rata per bulan perlu dilakukan sehingga dapat ditentukan fungsi apa yang banyak melakukan pengeluaran dalam satu tahun.

Tabel 2. Frekuensi Pengeluaran Material Berdasarkan Jenis Barang

Pada frekuensi pengeluaran material, material instrumen memiliki frekuensi paling banyak dalam waktu 1 tahun. Penentuan prioritas penempatan produk untuk setiap cluster dilakukan dengan menghitung persentase T/S (throughput per storage). Penentuan prioritas penempatan material untuk setiap jenis dilakukan dengan menghitung. Throughput dihitung dengan menggunakan persamaan (1) (Tompkins, J. A., dkk. 2010) :

Throughput (T) = (frekuensi in x probabilitas in) + (frekuensi out x probabilitas out) (1)

Tabel 3. Perhitungan Throughput (T) per Jenis Material

Untuk storage (s), dapat dilihat pada gambar 3 tata letak gudang yang ada, terdapat 12

rak dengan pembagian seperti tersebut :

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Total

Lis 1 2 - 1 - - 2 1 4 4 11 1 27

Ins - - 1 1 - - 3 3 1 9 3 - 21 Mek 38 - - 1 2 2 2 - 1 3 9 3 61

Gen - - - - 1 - 2 1 - - 20 - 24

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Tot

Lis 1 1 4 1 - - - - 1 6 5 1 20

Ins 2 - 1 2 6 4 2 1 6 3 2 2 33

Mek 3 1 1 1 2 - - - 6 2 4 1 21

Gen 2 - - - 3 1 - 1 1 3 2 2 15

No Jenis Material Perhitungan Hasil

1 Listrik (27 x 0,5) + (20 x 0,5)

23,5

2 Kontrol Instrumen

(21 x 0,5) + (33 x 0,5)

27

3 Mekanik (61 x 0,5) + (21 x 0,5)

41

4 Umum (24 x 0,5) + (15 x 0,5)

19,5

Page 56: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

204

a. 3 rak yang digunakan untuk material Listrik b. 3 rak yang digunakan untuk material Konin c. 3 rak yang digunakan untuk material Mekanik d. 3 rak yang digunakan untuk material Umum.

Sehingga untuk menentukan jenis material mana yang prioritas, dilakukan pembagian antara throughput dan storage.

Tabel 4. Nilai Prioritas Jenis Material

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa jenis material mekanik memiliki

nilai T/S paling besar sehingga rak untuk menyimpan material jenis mekanik diletakkan di dekat in dan out material. Selanjutnya terdapat rak kontrol instrumen dan yang paling belakang adalah listrik dan umum.

Pemanfaatan ruang gang atau allowance untuk menggerakkan material handling menggunakan forklift sebagai alat angkut produknya. Sehingga allowance yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan untuk jalur sesuai dengan ukuran dimensi forklift. Warehouse memiliki 1 buah forklift 3 Ton bermerk Toyota panjang 3,78 m dan lebar 1,24 m dan dihitung berdasarkan persamaan (2) (Noor, I. 2018)

Diagonal= √p2+l2 (2)

Diagonal= √3,782+1,242

= 3,98 ≈ 4

Dengan mengetahui allowance yang dibutuhkan maka dapat ditentukan lebar gang yaitu minimal 4 m. Penempatan area berdasarkan jenis produk yang memiliki rata-rata frekuensi tertinggi atau produk yang sering keluar didekatkan dengan pintu masuk-keluar. Jarak tempuh antara material handling adalah mulai dari pintu (I/O) menuju ke area penyimpanan perhitungan jarak dilakukan dengan menggunakan metode rectilinear distance. Jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tegak lurus (ortogonal) satu dengan yang lainnya terhadap titik dari masing-masing area penyimpanan dengan menggunakan persamaan (3) (Purnomo Hari. 2004) :

dij = |x - a| + |y - b| (3)

d1.1 = |x - a| + |y - b| = |0 - 9,25| + |0 - 5,125| = 14,375 m

d2.1 = |x - a| + |y - b| = |0 - 3,95| + |0 - 5,125| = 9,075 m

dij = jarak slot ij ke titik I/O x = titik awal perhitungan I/O pada sumbu x (horizontal) a = jarak titik tengah tujuan

terhadap sumbu x

No Jenis Material Hasil

1 Listrik 23,5

2 Kontrol Instrumen 27

3 Mekanik 41

4 Umum 19,5

Page 57: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

205

y = titik awal perhitungan I/O pada sumbu y (vertical) b = jarak titik tengah tujuan terhadap sumbu y

Tabel 5. Tabel Jarak Tempuh Pintu ke Area Penyimpanan Layout Awal

No Area Penyimpanan Jarak (m)

1 Lis 1 8,75

2 Lis 2 10,75

3 Lis 3 12,75

4 Mek 1 14,75

5 Mek 2 16,75

6 Gen 1 18,75

7 Gen 2 20,75

8 Gen 3 22,75

9 Lis & Kon 31,5

10 Kon 1 40,25

11 Kon 2 42,25

12 Kon 3 44,25

13 Mek 3 46,25

14 Lis & Mek 12,25

15 Pipa 22,5

16 Mek 1 Besar 35

Total 555,5

Berikut merupakan usulan layout penempatan material di gudang return berdasarkan

prioritas penempatan material dan ukuran material

Gambar 4. Usulan Layout Gudang Material Return

Page 58: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

206

Berdasarkan layout tersebut, material-material mandatory diletakkan di bagian dalam gudang sementara untuk material seperti konin dan listrik di letakkan di bagian depan gudang. Berikut merupakan perbandingan jarak antara layout awal dengan usulan layout baru :

Tabel 6. Perbandingan Jarak Tempuh Pintu ke Area Penyimpanan

Jika dilihat pada tabel diatas terdapat perbandingan jarak yang cukup signifikan. Jika dihitung menggunakan prosentase penurunan jarak dihitung berdasarkan persamaan (4):

Prosentase Penurunan Jarak = Layout Lama-Layout Baru

Layout Lama x 100% (4)

555,5-462

555,5 x 100% = 17%

Supaya lebih optimal, dilakukan pengecekan material setiap tahunnya kepada bagian

operasional yang bersangkutan. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi material-material yang sudah tidak terpakai ke bagian limbah dan melakukan update material-material apa saja yang masih digunakan supaya pemanfaatannya lebih optimal. Sehingga dibutuhkan suatu program yang dapat merangkum data material apa saja yang ada di gudang return dan berapa lama matrial tersebut berada di gudang.

Aplikasi pergudangan gudang material return adalah program yang dibuat dengan tujuan untuk mendata seluruh material return yang ada di gudang serta memudahkan user untuk mencari dimana material tersebut disimpan. Aplikasi ini disusun oleh tiga komponen utama yaitu database MySQL, bahasa pemrograman berbasis PHP, dan bahasa pemrograman berbasis CSS. Aplikasi yang digunakan untuk pembuatan adalah Xamp v3.2.3 dan Notepad++.

Memiliki 1 database MySQL yang terdiri dari 3 tabel sebagai perekam data. Setiap database memiliki fungsi yang berbeda.

No Area

Penyimpanan

Jarak Layout Lama

Jarak Layout Baru

1 Lis 1 8,75 13,25

2 Lis 2 10,75 14,75

3 Lis 3 12,75 16,25

4 Mek 1 14,75 8,75

5 Mek 2 16,75 10,25

6 Gen 1 18,75 13,25 7 Gen 2 20,75 14,75

8 Gen 3 22,75 16,25

9 Lis & Kon 31,5 33,75

10 Kon 1 40,25 8,75

11 Kon 2 42,25 10,25

12 Kon 3 44,25 11,75 13 Mek 3 46,25 11,75

14 Lis & Mek 12,25 21,25 15 Pipa 22,5 36,25

16 Mek 1 Besar 35 23,75

Total 555,5 462

Page 59: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

207

Gambar 5. Database Aplikasi Pergudangan

Setiap tabel memiliki fungsi dan terdiri dari beberapa kolom sebagai berikut :

A. Tabel Login

Tabel login digunakan untuk menyimpan seluruh data username dan password yang memiliki hak akses terhadap aplikasi. Gambar adalah struktur tabel pada MySQL

Gambar 6. Struktur Tabel Login

B. Tabel mat_keluar

Gambar 7. Struktur Tabel Mat_Keluar

Tabel mat_keluar digunakan untuk menyimpan seluruh data material yang diambil oleh user

Page 60: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

208

C. Tabel mat_return

Gambar 8. Struktur Tabel Mat_Return

Tabel mat_return digunakan untuk menyimpan seluruh data material.

Aplikasi ini menggunakan bahasa pemrograman php untuk proses dan CSS untuk tampilan. Adapun coding untuk proses dihubungkan dengan tampilan menggunakan <html>. Berikut merupakan tampilan dari sistem informasi gudang material return :

Gambar 9. Tampilan Login

Gambar 10. Add Material Return

Gambar 11. Form Pengambilan Material Return

Page 61: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

209

Perbedaan antara sistem admin, user, spv, dan umum/anggota terletak pada menu utama yang ditampilkan. Admin memiliki hak untuk merubah data, sementara user hanya bisa mengakses jika akan mengambil material, spv bisa melihat list material dan histori pengambilan material untuk melakukan pengecekan, sementara anggota/umum dapat melihat list material yang ada di gudang.

Menu Utama akan berbeda jika diakses oleh bagian yang berbeda. Berikut merupakan perbedaan dari setiap sistem.

a. Home b. List Material c. Add Material d. Edit Material e. Delete Material f. History Pengambilan Barang g. Log Out

Gambar 12. Menu Admin Berbeda jika diakses oleh user, maka menu utama menjadi sebagai berikut : a. Home b. Pengambilan Material c. Log Out

Gambar 13. Menu User

Page 62: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS : Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Ibnu Lukman Pratama, Bambang Sugito, Laili Salsabila

210

Namun jika diakses oleh supervisor dan umum, maka menu utama akan menjadi :

Gambar 14. Menu Utama Supervisior (Kiri) dan Anggota/Umum (Kanan)

Kesimpulan

Permasalahan yang terjadi pada gudang material return adalah sulitnya user dalam

pengambilan material dikarenakan banyaknya barang yang masih belum terdata dan belum ada pemberian kode penempatan barang berdasarkan peraturan di PT ABC UP X. Selain itu proses administrasi untuk pengeluaran material return belum terintegrasi menggunakan sistem online sehingga user tidak memiliki data mengenai status dan jumlah material. Dalam menentukan prioritas penempatan material, didapati bahwa material mekanik memiliki prioritas nomor 1 dengan nilai 13,7; material instrumentasi memiliki prioritas nomor 2 dengan nilai 9; material listrik dengan nilai 7,8 dan material umum dengan nilai 6,5. Jika material ditata berdasarkan prioritas penempatan material, maka terjadi prosentase penurunan jarak sebesar 17%. Allowance yang dibutuhkan di gudang return adalah minimal 4 m. Perancangan sistem informasi pergudangan memiliki 4 sistem dimana akan ada perbedaan menu yang diperuntukkan untuk admin, user, spv, dan anggota/umum, Daftar Pustaka

Apple, James M, 1990, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga .Bandung: ITB.

Noor, I. 2018. Peningkatan Kapasitas Gudang dengan Redesign Layout Menggunakan Metode

Shared Storage. JURNAL JIEOM Vol, 1. Purnomo Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha ilmu Putri, A. W., & Marie, I. A. 2017. RANCANGAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG

BARANG JADI PRODUK STAMPING PARTS PADA PT. CSM BERDASARKAN

METODE FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING ALGORITHM. Jurnal Ilmiah Teknik Industri (Jurnal Keilmuan Teknik dan Manajemen Industri), 3(2).

Tompkins, J. A., dkk. 2010. Facilities Planning. Fourth Edition. New York, NY : John, Wiley Warman, John. 2004. Manajemen Pergudangan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Widodo, Lamto, dkk. 2013. Usulan Pernbaikan Rancangan Tata Letak Penyimpanan Bahan

Baku Berdasarkan Kriteria Pemakaian Bahan. Jurnal Al- Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 2(2):71

William dan Sawyer. 2007. Using Information Technologi. Yogyakarta Zaroni. 2015. Prinsip-prinsip Warehouseing. Jakarta:Supply Chain Indonesia

Page 63: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

211

Pengaruh Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange, Dan

Straits Times Index Singapore Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Didit Herlianto Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Luthfi Hafizh

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Bursa Shanghai dan Indeks Singapore Straits Times terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia 2015-2019. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan mencatat atau mendokumentasikan harga penutupan bulanan Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Index (SSEC), Straits Times Index (STI) dan Indeks Perdagangan Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Indeks dan Straits Times Index Singapore secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan ke arah positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Nikkei 225 memiliki pengaruh signifikan ke arah negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019. Indeks Harga Saham Gabungan Shanghai Stock Exchange tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Indeks Straits Times Singapura tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.

Kata Kunci: Indeks Rata-Rata Industri Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Bursa Shanghai,

Indeks Singapore Straits Times dan Indeks Harga Saham Gabungan.

Pendahuluan

Latar Belakang

Aktivitas berinvestasi saat ini sudah menjadi hal umum di berbagai kalangan

masyarakat, karena dengan berinvestasi berharap mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut untuk menjamin masa tua mereka bahkan untuk menggapai kemapanan finansialnya. Banyak jenis–jenis investasi yang ada, seperti investasi aset riil maupun investasi aset financials. Investasi riil secara umum melibatkan aset nyata seperti emas, silver, permata, tanah, dan real estate sedangkan investasi financial melibatkan kontrak–kontrak tertulis (atau elektronik) seperti saham dan obligasi (Jones 2006). Investasi asset financial dapat dilakukan di pasar modal, dimana pasar modal adalah tempat di perdagangkannya instrumen-instrumen financial asset tersebut. Pasar modal sendiri memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal dinilai mampu menjalankan 2 fungsi yaitu yang pertama adalah sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), dan yang ke dua yaitu pasar modal

Page 64: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

212

menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain- lain (www.idx.co.id). Tidak hanya itu pasar modal sendiri juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan–perusahaan di suatu negara, ini disebabkan industri–industri di setiap negara masuk di pasar modal (Mauliano 2012). Transaksi di pasar modal sendiri sangat di pengaruhi oleh peristiwa yang terjadi, baik di dalam lingkup domestik maupun secara global, yang nantinya reaksi ini akan berpengaruh ke indikator seperti pergerakan harga saham (Surbakti 2011). Sebagai tolak ukur (benchmark) aktivitas atau kinerja pasar ekuitas suatu negara, maka digunakan indeks saham yang di perdagangkan di bursa suatu negara. Salah satu indeks yang digunakan sebagai referensi untuk menunjukkan kondisi pasar modal di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dimana IHSG sendiri mencatat setiap pergerakan saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (Eun 1989). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks saham, antara lain perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga ekonomi dunia, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara dan variabel lainya (Blanchard 2006).

Globalisasi keuangan dengan dimensi yang kompleks merupakan factor eksternal yang mempengaruhi stabilitas sistem perekonomian maupun keuangan. Tidak diragukan lagi proses ini telah mengubah landscape dunia, tidak saja sector ekonomi, tetapi juga sektor lainnya. Perubahan utama sebagai dampak globalisasi keuangan adalah terjadinya lintas batas aliran keuangan dan pembayaran, semakin besarnya international risk-sharing melalui instrumen keuangan yang lebih beragam, meningkatnya lintas batas kepemilikan aset, serta meningkatnya profil pasar keuangan internasional, baik dari sisi pelaku pasar yang terlibat maupun institusinya. Dengan demikian, proses globalisasi keuangan akan membawa implikasi semakin terintegrasinya pasar modal suatu negara dengan pasar modal global (Salim 2017). Selain memberikan dampak positif, globalisasi keuangan sebenarnya juga menimbulkan dampak negatif yang patut diantisipasi dampak kelanjutannya, karena melibatkan proses transfer risiko serta biaya besar bagi suatu negara. Dalam hal ini, proses globalisasi keuangan akan menyebabkan perekonomian diberbagai negara menjadi lebih rentan terhadap guncangan. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi perekonomian global. Pada tahun 2008 dimana terjadi krisis subprime mortgage di AS hampir semua bursa global mencatat penurunan yang besar sekaligus menorehkan catatan terburuk di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan pada bulan Desember 2008 tercatat turun 51,17 persen ke level 1.340,89. Penurunan Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mambawa dampak negatif Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, mencatat penurunan yang terburuk ke empat setelah indeks saham di Shenzen, Shanghai, dan Mumbai (Tamara 2013).

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan pergerakan indeks saham global lainya. Negara maju memiliki perekonomian yang kuat begitu pula terjadi pada indeks saham yang ada didalamnya. Indeks saham suatu negara merupakan refleksi dari kondisi perekonomian yang sedang terjadi. Turunnya nilai indeks saham suatu Negara mengindikasikan bahwa kondisi perekonomian negara tersebut sedang memburuk. Begitu juga sebaliknya, dengan adanya kenaikan indeks saham suatu negara maka dapat diindikasikan kondisi perekonomian negara tersebut sedang membaik (Danardono 2016). Keterkaitan antar bursa yang direpresentasikan oleh hubungan antar indeks harga saham dapat terjadi karena investor menjadikan pergerakan indeks harga saham di bursa lain sebagai salah satu informasi dalam proses pengambilan keputusan investasi (Tamara 2013). Penelitian tentang Pengaruh Indeks Harga Saham Global Terhadap

Page 65: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

213

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Studi Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun 2011-2014, menyebutkan bahwa pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global (Tarigan dkk 2015).

Pasar modal sendiri juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan -perusahaan di suatu negara, ini disebabkan industri – industri di setiap negara masuk di pasar modal (Mauliano 2012). Belakangan ini pasar modal juga di jadikan indikator perekonomian suatu negara. Naik turunya indeks suatu bursa dapat di baca sebagai cermin dinamika ekonomi negara tersebut. Pada tahun 2018 China yang sedang perang dagang dengan AS, memberikan dampak negatif pada perekonomian global. China sebagai salah satu negara tujuan exspor terbesar Indonesia tentunya memberikan dampak negatif dari sisi perekonomian Indonesia sendiri, ditambah perlambatan ekonomi global kemudian menyebabkan harga dan permintaan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia semakin tersungkur. Untuk menggambarkan kondisi pasar modal dan ekonomi China, digunakan Indeks Shanghai Stock Exchange Composite (SSEC). Indeks lain yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan para investor adalah Nikkei 225 (N225) yang dimana merupakan indeks harga saham gabungan negara Jepang. Per Juli 2019 Jepang merupakan salah satu tujuan ekspor non-migas terbesar setelah AS dan China dengan porsi 8,99% (BPS), yang berarti Indeks Nikkei 225 berpengaruh positif terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesai (Immanuel dan Wirawan 2017).

Selain ke tiga Indeks di atas, Іndеx Straits Times Singapore (STI) merupakan Indeks lain yang bisa di gunakan dalam pengambilan keputusan oleh para investor dimana Іndеx

Straits Times Singapore merupakan indeks utama Singapore. Singapore Sendiri merupakan salah satu negara yang masuk dalam ASEAN dengan tujuan expor tertinggi diantara negara ASEAN lainya. Berdasarkan latar belakang dan juga fenomena yang terjadi diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghaі Stock Еxchangе Composіtе Іndеx dan Straits Times

Index Singapore berpengaruh bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 2) Apakah Indeks Dow Jones berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 3) Apakah Indeks Nikkei 225 berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 4) Apakah Shanghaі Stock Еxchangе Composіtе Іndеx berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 5) Apakah Indeks Straits Times Singapore berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015 – 2019.

Dari perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis dan mengetahui Pengaruh Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shang Hai Stock Exchange dan Indeks Straits Times Singapore terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 2) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek IndonesiaTahun 2015-2019; 3) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019; 4) Untuk menganalisis dan mengetahui Shanghaі Stock Еxchangе Composіtе Іndеx terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek IndonesiaTahun 2015-2019; 5) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Straits Times Singapore terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.

Page 66: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

214

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Landasan Teori

Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada

saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Tandelilin 2010).

Investasi adalah menanamkan modal (uang) dalam suatu instrumen investasi (portofolio

investasi) dengan harapan di masa depan nilai kekayaan (assets) tersebut semakin meningkat

dan besar. Investasi dilihat dari tujuan, terdiri dari investasi jangka panjang dan jangka

pendek. Investasi jangka pendek kurang dari satu tahun, sedangkan jangka panjang lebih dari

satu tahun ke atas hingga dua tahun dan seterusnya. Instrumen Investasi dikelompokkan

menjadi dua: (2) investasi di sektor keuangan (financial assets); (1) investasi di sektor riil

(real assets) atau properti (Didin 2017).

Pasar Modal

Pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati. Untuk menarik pembeli dan penjual berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen (Jogiyanto 2017).

Instrumen pasar modal adalah semua surat berharga (efek) yang secara umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap right, waran, opsi, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek. Umumnya sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal meliputi saham, obligasi, reksadana dan instrumen derivatif.

Kointegrasi Pasar Modal

Fenomena globalisasi pada umumnya ditandai dengan meningkatnya perdagangan antar negara, yang meningkatkan indikasi investasi asing, kemajuan teknologi dan faktor lainnya. Dengan demikian, pasar modal internasinal menjadi terintegrasi. Deregulasi pasar dan liberalisasi, pengembangan teknologi dan komunikasi, inovasi dalam produk keuangan dan layanan merupakan beberapa dampak kointegrasi antar negara di dunia (Banner dan Kroner 1995). Contagion diidentifikasi sebagai proses umum dari transmisi shocks (guncangan) antar negara. Definisi ini berlaku dalam dua kondisi yaitu pada periode stabil maupun krisis dan tidak hanya berhubungan dengan dampak negatif suatu efek tetapi juga dengan dampak positif dari pergerakan negara lain. Terdapat dua penyebab terjadinya contagion, yaitu fundamental causes dan investor behavior (Dornbusch et al 2000):

Page 67: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

215

1) Fundamental Causes; Contagion yang bersumber dari fundamental dapat terjadi disebabkan 3 hal, yaitu common shocks, trade links & competitive devaluations, financial links. Common Shock merupakan identifikasi berbagai shock global yang dapat memicu penyesuaian pasar dalam konteks internasional. Penyebab global yang umum, seperti pergeseran ekonomi besar di negara-negara industri dan perubahan harga komoditas, dapat memicu krisis pasar negara berkembang (Hjalmarsson dan Osterholm, 2007). Trade links & competitive devaluations merupakan local shock yang dapat mempengaruhi fundamental ekonomi negara-negara lain melalui jalur perdagangan dan devaluasi mata uang. Setiap mitra dagang utama akan mengalami krisis keuangan yang menyebabkan depresiasi mata uang, penurunan harga aset dan arus modal keluar yang besar dan spekulatif. Financial Link merupakan Integrasi ekonomi suatu negara secara individu ke dalam pasar dunia biasanya melibatkan hubungan perdagangan dan keuangan.

2) Investor Behavior; Contagion juga dapat didasari oleh perilaku dari para investor. Semakin erat tingkat kointegrasi antar perekonomian negara maka akan semakin besar efek dari contagion dari satu negara terhadap negara lain. Sedangkan negara yang terkointegrasi tidak akan merespon shock apabila terjadi contagion diantara negara-negara yang terintegrasi tersebut.

Indeks Harga Saham

Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang

disebut indeks pasar saham (stock market index). Indeks pasar saham merupakan indikator

yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar modal. Karena merupakan indikator yang

menggambarkan harga – harga saham, maka indeks pasar saham juga sering disebut indeks

harga saham (stock price index). Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para

investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau

beberapa saham.

Indeks Harga Saham yang terkait dengan penelitian ini meliputi: 1) Indeks Harga

Saham Gabungan BEI; 2) Indeks Dow Jones; 3) Indeks Nikkei 225; 4) Indeks Shanghai

Stock Exchange; 5) Straits Times Index Singapore.

Indeks Harga Saham Gabungan BEI Indeks Harga Saham Gabungan menggambarkan suatu rangkaian informasi historis

mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai pada tanggal tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Harga dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten (Buku Panduan Indeks 2010). Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan mencakup seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). ІHSG yang ada dі BЕІ dіhіtung mеnggunakan mеtodologі rata-rata tеrtіmbang bеrdasarkan jumlah saham tеrcatat (nіlaі pasar) atau Markеt Valuе Wеіghtеd Avеragе Іndеx. Formula dasar pеrhіtungan іndеks adalah:

Page 68: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

216

Kеtеrangan:

P = Closіng Prіcе (harga yang tеrjadі) untuk еmіtеn kе-і; Q = Jumlah saham yang dіgunakan untuk pеrhіtungan іndеks (jumlah saham yang tеrcatat) untuk еmіtеn kе-і; n = Jumlah еmіtеn yang tеrcatat dі BЕІ (jumlah еmіtеn yang dіgunakan untuk pеrhіtungan іndеks).

Nіlaі dasar adalah kumulatіf jumlah saham pada harі dasar dіkalі dеngan harga pada

harі dasar. Harі dasar untuk ІHSG adalah 10 Agustus 1982 yang dіtеtapkan sеbеsar 100.

Indeks Dow Jones Industrial Average

Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah salah satu indeks pasar saham yang

didirikan oleh editor The Wall Street Journal dan pendiri Dow Jones & Company Charles

Dow. Dow membuat indeks ini sebagai suatu cara untuk mengukur performa komponen

industri di pasar saham Amerika. Saat ini DJIA merupakan indeks pasar AS tertua yang

masih berjalan (www.en.wikipedia.org). Cara penghitungan indeks Dow Jones sebagai

berikut (www.nyse.com):

Keterangan: P = Jumlah seluruh harga saham; d = Divisor. Divisor adalah angka yang ditentukan oleh Dow Jones sebagai pembagi. Angka pembagi ini selalu diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan pasar yang terjadi seperti stock split, pembayaran dividen, pengumuman bonus, dan berita ekonomi lain. Dow Divisor per April 2019 adalah 0,14744568353097 dan setiap perubahan $ 1 dalam harga pada saham tertentu dalam rata-rata setara dengan pergerakan poin 6,782 (atau 1 ÷ 0,14744568353097). Dow Divisor sangat penting dalam menghitung tingkat DJIA. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar nilai indeks tetap konsisten.

Indeks Nikkei 225 Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham di Bursa Efek Tokyo. Indeks ini telah

dihitung oleh harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam yen), dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi (www.en.wikipedia.org). Cara penghitungan Indeks Nikkei 225 sendiri sebagai berikut (www.nni.nikkei.co.jp):

Page 69: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

217

Nikkei 225 ∶ ∑ 𝑃𝐷𝑖𝑣𝑖𝑠𝑜𝑟

Keterangan: P = Jumlah seluruh harga saham; d = Divisor. Dimana berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock

splits, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar akan memberikan dampak atas perhitungan indeks dan bilangan pembaginya (divisor).

Indeks SSE composite Index Indeks SSE adalah indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti dan digunakan di

dalam dan luar negeri untuk mengukur kinerja pasar sekuritas Tiongkok. Seri Indeks SSE terdiri dari 75 indeks, termasuk 69 indeks ekuitas, 5 indeks obligasi, dan 1 indeks dana, yang mencakup beberapa seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi dan seri tematik dan menjadi sistem indeks yang terus ditingkatkan. SSE Composite Index mengambil 19 Desember 1990 sebagai hari dasar dan total kapitalisasi pasar dari semua saham yang terdaftar pada hari yang sama dengan periode dasar, dengan basis 100 poin. Itu diterbitkan dari 15 Juli 1991 dan merupakan indeks yang paling banyak digunakan di pasar sekuritas Cina. Indeks SSE adalah pasar papan utama Tiongkok yang juga secara luas dianggap sebagai Pasar Blue-chip di Cina. Dimana indeks ini terdiri dari sejumlah raksasa industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, kinerja yang stabil dan profitabilitas yang solid. Dengan pengembangan lebih dari 20 tahun, pasar ekuitas blue-chip multi-tier SSE sekarang mencakup 3 tingkatan (http://english.sse.com.cn/). Cara penghitungan Shanghai Stock

Ecxchange Composite Index sendiri sebagai berikut (https://www.investopedia.com/terms/s/sse-composite.asp):

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥: 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑝 𝑜𝑓 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑒 𝑀𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑠𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝑥 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu

pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan yang lebih

untuk sektor - sektor industri tertentu (www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).

Straits Times Idex Singapore

Straits Times Index Singapore adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan kapitalisasi di bursa efek Singapura. Indeks ini digunakan untuk mendata dan memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Singapura.Cara penghitungan Straits Times Index Singapore sendiri sebagai berikut (Straits Times Index Ground Rules):

Keterangan : N = jumlah sekuritas yang tercatat; pi = harga terbaru yang tercatat; ei = nilai tukar; si = jumlah saham yang di terbitkan;

Page 70: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

218

fi = Investability Weighting Factor; d = divisor.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap IHSG

Indeks Dow Jones (DJIA) merupakan salah satu dari 3 indeks utama di Amerika

Serikat. Indeks yang lain adalah Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500. Indeks ini merepresentasikan dari kegiatan perekonomian di Amerika Serikat. Indeks ini dapat menggambarkan mengenai bagaimana performa perekonomian Amerika. Menurut Sunariyah (2011), dengan naiknya Indeks Dow Jones ini berarti kinerja perekonomian Amerika Serikat ikut membaik. Pergerakan Indeks Dow Jones akan mempengaruhi pergerakan IHSG juga. Karena sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.

Pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap IHSG

Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks Nikkei 225 merupakan saham yang

paling aktif diperdagangkan dalam bursa efek Tokyo, dan juga perusahaan yang tercatat di Indeks Nikkei 225 merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei 225 ini berarti kinerja perekonomian Jepang ikut membaik. Karena sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal (Sunariyah 2011). Sehingga pergerakan dari Indeks Nikkei 225 akan mempengaruhi IHSG.

Pengaruh Shanghai Stock Exchange Composite Index terhadap IHSG

Shanghaі Stock Еxchangе (SSЕ) Composіtе Іndеx tеrdіrі darі sеmua saham yang

tеrcatat (tеrmasuk saham tіpе A dan B) dі Shanghaі Stock Еxchangе. Іndеks іnі bеrtujuan untuk mеncеrmіnkan kеsеluruhan kіnеrja pasar saham Shanghaі (www.bloombеrg.com), sehingga naiknya indeks ini mempresentasikan kinerja perekonomian Cina ikut membaik. Cina sebagai salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia maka naik atau turunya perekonomian Cina akan berpengaruh terhadap Indonesia, semua hal tersebut dapat tercermin di kondisi bursa masing – masing negara. Sehingga pergerakan dari Shanghaі Stock Еxchangе (SSЕ) Composіtе Іndеx akan mempengaruhi IHSG. (Samsul 2006) mengemukakan bahwa pasar modal Indonesia sudah terintegrasi dengan pasar modal dunia hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa pergerakan pasar modal Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan pasar modal dunia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh Straits Times Index (STI) terhadap IHSG

Straits Times Index (STI) merupakan indeks saham di pasar modal Singapura.

Singapura dan Indonesia merupakan anggota ASEAN yang memiliki perjanjian ekonomi yaitu AFTA (Asean Free Trade Area), dimana AFTA merupakan perjanjian ekonomi perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara. Dengan adanya pernjanjian perdagangan

Page 71: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

219

bebas hal ini menyebabkan ekonomi kedua negara memiliki hubungan yang kuat. Hubungan ekonomi tersebut dapat dilihat dari pasar modal pada masing-masing negara, dimana investor Indonesia secara bebas menginvestasikan dananya di Pasar Modal Singapura, dan sebaliknya, investor Singapura memiliki kebebasan untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Sehingga pergerakan dari Straits Times Index (STI) akan mempengaruhi IHSG.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berfokus pada varabel terikat (varibel

dependen) yang dipengaruhi oleh variabel bebas (varibel independen). Dalam penelitian ini yang menjadi varibel independen adalah Dow Jones Industrial Average (X1), Indeks Nikkei 225 (X2), Shanghai Stock Exchange Composite Index (X3) dan Straits Times Index (X4), sedangkan variabel dependennya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Kerangka dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut (Gambar 1):

H1

H2 (+)

H3 (-)

H4 (-)

H5 (+)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dow Jones Industrial

Average (X1)

Indeks Harga

Saham Gabungan

(Y)

Shanghai Stock

Exchange Composite

Index (X3)

Indeks Nikkei 225

(X2)

Straits Times Index

(X4)

Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian

ini dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :

1) H1: Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite

Indeks, dan Indeks Straits Times secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2019.

2) H2: Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2019.

3) H3: Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2019.

4) H4: Shanghai Stock Exchange Composite Index berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2019.

5) H5: Indeks Straits Times berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2019.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Page 72: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

220

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (expanatory research) dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris serta menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh variable DJIA, Nikkei 225, SSE Composite Index, dan Straits Times Index Singapura berpengaruh sebagai variable independent terhadap IHSG sebagai variable dependent. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series.

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Indeks Saham Gabungan Global yang berjumlah

106 indeks utama pada setiap negara, dengan sampel sebagai berikut New York Stock

Echange dengan Indek Dow Jones (DJIA), Tokyo Stock Exchange dengan Indeks Nikkei 225 (N225), Shanghai Stock Exchange dengan SSE Composite Indeks (SSEC), dan Singapore

Exchange dengan Straits Times Index, data yang digunakan adalah data periode Januari 2015 hingga Desember 2019.

Jenis Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data yang bersifat sekunder, menurut Istijanto (2009),

data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain (bukan oleh periset sendiri) untuk tujuan lain. Data sekunder adalah data yang didapat dan disimpan oleh orang lain yang biasanya merupakan data masa lalu (historical).

Prosedur Pengambilan Data

Tekhnik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencatat atau mendokumentasikan harga penutupan bulanan Dow Jones

Industrial Average (DJIA), Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Index (SSEC), Straits Times Index (STI) dan Indek Haga Saham Gabungan (IHSG) yang terdapat pada website finance.yahoo.com. dan www.investing.com.

Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi variabel dependen dan

variabel independen, sebagai berikut:

1) Variabel terikat (Y) atau “dependent variable” yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data IHSG bulanan selama empat tahun mulai Januari 20015 - Desember 2019.

2) Variabel bebas (X) atau “independent variable” merupakan veriabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat “dependent variable”. Variabel-variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:

a. Indeks Dow Jones (X1) Indeks Dow Jones (DJIA) merupakan indeks yang dapat digunakan untuk

mengukur performa kinerja perusahaan yang bergerak di sektor industri di Amerika Serikat. Dikarenakan perbedaan waktu New York lebih lambat 11 jam dari Waktu Indonesia Barat (WIB) data DJIA yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

Page 73: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

221

penutupan sehari sebelum tanggal akhir bulan selama periode Januari 2015 – Desember 2019.

b. Indeks Nikkei 225 (X2)

Indeks Nikkei 225 (N225) merupakan gabungan dari 225 perusahaan yang

terpilih, dengan persyaratan tertentu. Perusahaan yang terpilih merupakan perusahaan

yang memiliki asset yang besar dan memiliki kredibilitas yang baik di market. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penutupan sehari sebelum penutupan

bulanan selama periode Januari 2015 – Desember 2019.

c. Indeks SSE Composite (X3)

Shanghaі Stock Еxchangе Composіtе Іndеx tеrdіrі darі sеmua saham yang tеrcatat dі Shanghaі Stock Еxchangе, Іndеks іnі bеrtujuan untuk mеncеrmіnkan kеsеluruhan kіnеrja pasar saham Shanghaі. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data penutupan bulanan selama periode Januari 2015 – Desember 2019.

d. Indeks Straits Times (X4)

Straits Times Index Singapore adalah sebuah indeks pasar saham berdasarkan

kapitalisasi di bursa efek Singapura. Indeks ini digunakan untuk mendata dan

memonitor perubahan harian dari 30 perusahaan terbesar di pasar saham Singapura

dan sebagai indikator utama dari performa pasar di Singapura. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data penutupan bulanan selama periode Januari 2015 –

Desember 2019.

Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel

independen secara bersama‐sama (simultan) maupun secara parsial (individu) terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dilakukan dengan regresi berganda. Metode analisis yang digunakan adalah regresi Model Linier dengan model sebagai berikut :

Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Keterangan: Y = Indeks harga saham gabungan (IHSG); a = konstanta; b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi; X1 = Indeks Dow Jones; X2 = Indeks Nikkei 225; X3 = SSE Composite Index; X4 = Straits Times Index.

Page 74: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

222

Untuk uji hipotesis dalam penelitian meliputi:

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali 2011). Di dalam penelitian ini uji F digunakan untuk menguji pengaruh Indeks DJIA, N225, SSEC dan STI terhadap IHSG secara simultan terhadap IHSG. Menurut Ghozali (2011), uji F dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel dengan ketentuan: - H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 0,05 - H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 0,05 2) Uji Signifikan Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali 2011). Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji hipotesis H1, H2, H3, H4 yaitu pengaruh Indeks DJIA, N225, SSEC dan STI secara parsial terhadap IHSG. Menurut Ghozali (2011), uji t dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan tabel dengan ketentuan : - H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 0,05 - H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 0,05 3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali 2011). Nilai koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai adjusted R2 karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari dua variabel. Selain itu nilai adjusted R2 dianggap lebih baik dari nilai R2, karena nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model regresi (Ghozali 2011).

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Analisis Diskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakter sampel dalam

penelitian ini seperti jumlah sampel yang diteliti nilai rata-rata, dan tingkat penyimpangan penyebaran data penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan 4 independent variable yaitu Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Index dan Straits Times

Index Singapore dengan menggunakan 1 dependent variable yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil analisis statistik deskriptif variabel penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.1):

Page 75: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

223

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IHSG 60 4223.91 6605.63 5628.6923 641.61694

DJIA 60 16284.70 28538.44 21801.0072 3793.54820

N225 60 15575.92 24120.04 20123.6800 2172.47267

SSEC 60 2493.90 4611.74 3148.7470 396.92857

STI 60 2629.11 3613.93 3153.9880 238.58290

Valid N (listwise) 60

Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan pengolahan data menggunakan Eviews 10, diperoleh hasil regresi linier berganda seperti berikut (Tabel 4.2):

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Liniear Berganda Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.496236 23.85983 0.188444 0.8512

D(DJIA) 0.122806 0.047950 2.561139 0.0133

D(N225) 0.090390 0.038110 -2.371832 0.0213

D(SSEC) 0.012525 0.124711 -0.100431 0.9204 D(STI) 0.432615 0.280754 1.540902 0.1292

R-squared 0.241824 Mean dependent var 17.12102

Adjusted R-squared 0.185662 S.D. dependent var 191.9362

S.E. of regression 173.2045 Akaike info criterion 13.22776

Sum squared resid 1619989. Schwarz criterion 13.40382 Log likelihood 385.2190 Hannan-Quinn criter. 13.29649

F-statistic 4.305883 Durbin-Watson stat 2.103807

Prob(F-statistic) 0.004271

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas perhitungan analisis regresi liniear berganda menggunakan program Eviews 10 mendapat hasil sebagai berikut:

Y= 0.188444 + 2.561139 X1 - 2.371832 X2 - 0.100431 X3 + 1.540902 X4

Adapun interpretasi persamaan regresi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Konstanta Nilai konstanta sebesar 0.188444 artinya jika Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shang Hai Stock Exchange Composite Index dan Straits Times Index Singapore tidak mengalami perubahan atau konstan, maka Indeks Harga Saham Gabungan akan sebesar 0.188444 poin. 2) Dow Jones (X1) Nilai koefisien regresi dari Dow Jones (b1) sebesar 2.561139 dengan arah positif, artinya jika Indeks Dow Jones meningkat sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan meningkat sebesar 2.561139 poin dan sebaliknya jika Dow Jones menurun sebesar 1 poin maka Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan sebesar 2.561139 poin dengan asumsi variabel lain tetap.

Tabel 1. Descriptive Statistics

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Liniear Berganda

Page 76: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

224

3) Nikkei 225 (X2) Nilai koefisien regresi dari Nikkei 225 (b2) sebesar 2.371832 dengan arah negatif, artinya jika Indeks Nikkei 225 meningkat sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan menurun sebesar 2.371832 poin begitu juga sebaliknya jika Indeks Nikkei 225 menurun sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan meningkat sebesar 2.371832 poin dengan asumsi variabel lain tetap. 4) Shanghai Stock Exchange Composite Index (X3) Nilai koefisien regresi dari Shanghai Stock Exchange Composite Index (b3) sebesar 0.100431 dengan arah negatif, artinya jika Shanghai Stock Exchange Composite Index meningkat sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan menurun sebesar 0.85 poin begitu juga sebaliknya jika Shanghai Stock Exchange Composite Index menurun sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan meningkat sebesar 0.100431 poin dengan asumsi variabel lain tetap. 5) Straits Times Index Singapore (X4) Nilai koefisien regresi Straits Times Index Singapore (b4) sebesar 1.540902 artinya jika Straits Times Index Singapore meningkat sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan meningkat 1.540902 poin begitu juga sebaliknya jika Straits Times Index Singapore menurun sebesar 1 poin maka harga saham gabungan akan menurun sebesar 1.193 poin dengan asumsi variabel lain tetap.

Hasil Pengujian Hipotesis

1) Uji Simultan (uji F) Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai F-hitung sebesar 4.305883 dengan signifikansi =

0.004271. Berdasarkan ketentuan uji F dimana nilai F-hitung ≤ α = 0.05 dapat disimpulkan bahwa Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange

Composite Indeks dan Straits Times Index Singapore secara simultan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan demikian H1 diterima.

2) Uji Parsial (Uji t) Hasil uji mengenai pengaruh Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Shanghai Stock

Exchange Composite Indeks dan Straits Times Index Singapore terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara parsial sesuai tabel 4.2 adalah sebagai berikut :

a. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Indeks Dow Jones berpengaruh

signifikan dengan arah positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan nilai signifikansi 0.0133 lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Sedangkan koefisien regresi bernilai 0.122806 dan nilai t – hitung 2.561139, dengan demikian H2 diterima.

b. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Indeks Harga Saham (IHSG). Dengan nilai signifikansi Indeks Nikkei 225 sebesar 0.0213 lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Sedangkan koefisien regresi bernilai -0.090390 dan nilai t – hitung sebesar -2.371832, dengan demikian H3 diterima.

c. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Shanghai Stock Exchange Composite

Indeks tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.9204 lebih

Page 77: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

225

besar dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Sedangkan koefisien regresi Shanghai

Stock Exchange Composite Indeks bernilai -0.012525 dan nilai t – hitung sebesar -0.100431, dengan demikian H4 ditolak.

d. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Indeks Straits Times Singapore berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan nilai signifikansi sebesar 0.1292 lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05. Sedangkan koefisien regresi bernilai 0.432615 dan nilai t – hitung sebesar 1.540902, dengan demikian H5 ditolak.

3) Koefisien Determinasi (adjust. R2) Nilai Adjusted R Square digunakan untuk menilai besarnya kontribusi Indeks Dow

Jones, Indeks Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Indeks, dan Straits

Times Index Singapore secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dilihat pada tabel 4.6 sebesar 0.185662 yang artinya 18.5% Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Shanghai Stock Exchange Composite Indeks dan Straits Times Index Singapore. Sisanya sebesar 17.4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pengaruh Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Amerika yang menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar tentunya akan

mempengaruhi perekonomian negara – negara lain, karena itu perubahan ekonomi di Amerika Serikat sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks harga saham terbesar di dunia yang berada di Pasar Modal Amerika. Amerika masih menjadi negara super power yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Secara moneter, suku bunga yang diterapkan oleh Bank Indonesia keputusannya masih berdasarkan pergerakan The Fed. Ekspor-Impor diIndonesia masih menggunakan mata uang dollar Amerika, Oleh karena itu, pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks harga saham dunia, termasuk IHSG di Indonesia. Indeks Dow Jones yang bergerak naik, menandakan kinerja perekonomian Amerika Serikat secara umum berada pada posisi yang baik. Dengan kondisi perekonomian yang baik, akan menggerakkan perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk, baik investasi langsung maupun melalui pasar modal. Penelitian ini mendukung penelitian Immanuel Satrio dan Gerianta Wirawan (2017).

Pengaruh Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Nikkei 225 yang merupakan salah satu indeks utama di negara Jepang,

pergerakan indeks ini akan menjadi salah satu alat analisis oleh para investor, karena Nikkei 225 merupakan salah satu indeks yang sangat berpengaruh, hal ini di sebabkan oleh Negara Jepang merupakan Negara yang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi dunia (Surbakti, 2011). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Nikkei 225 berpengauh negatif signinifikan terhadap IHSG. Jepang yang sejak 2018 menghadapi gejolak ekonomi yang dapat membuat Jepang kemungkinan dapat resesi, mulai menurunya perekonomian Jepang yang mengalami kontraksi 2,5 persen pada kuartal ketiga tahun 2018, yang menandai kemerosotan terburuk dalam empat tahun terakhir, hal ini diperburuk dengan pernyataan

Page 78: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

226

“Sebanyak 28 dari 38 ekonom mengatakan, kemungkinan Jepang jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal 2019” (internasional.kontan.co.id) yang mendorong presepsi investor memburuk. Ditambah pada Oktober 2019 pemerintahan Perdana Menteri Jepang meluncurkan kebijakan kenaikan pajak penjualan nasional dari 8 persen menjadi 10 persen, yang di khawatirkan akan dapat merugikan ekonomi di tengah perang dagang dan permintaan eksternal yang lesu. Karena hal tersebut indeks Nikkei 225 mengalami tren Bearish dari bulan Oktober 2018 sampai awal 2019 dan sempat menyentuh titik terendah pada saat itu pada angka 1900 an. Berbeda dengan IHSG yang sempat naik pada saat itu bahkan ke titik 6400an. Hal ini mungkin terjadi karena perlambatan pertumbuhan ekonomi Jepang yang sebesar 0,6% itu akan mengundang respon dari pemerintah dan otoritas moneter di masing-masing negara dalam bentuk kebijakan fiksal dan moneter yang lebih longgar. Kebijakan fiskal dan moneter yang longgar, khususnya di Ameria dan Eropa akan berdampak positif mendorong aliran modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini didukung juga dengan kebijakan pemerintah yang menjadi salah satu sentimen positif bagi pasar saham, dengan langkah pemerintah dalam menggiatkan kegitan investasi juga menjadi salah satu sentimen positif bagi investor. Dengan hal tersebut maka iinvestor akan lebih memilih menginvestasikan dana mereka ke Indonesia dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Penelitian ini mendukung penelitian Immanuel Satrio dan Gerianta Wirawan (2017). Berbeda dengan penelitian I Wayan (2015) yang menyatakan bahwa N225 tidak berpengaruh terhadap IHSG.

Pengaruh Shanghai Stock Exchange Composite Indeks terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) Cina yang menjadi salah satu negara tujuan expor Indonesia terbesar setelah Jepang,

tentunya naik turunya indeks SSEC yang menjadi indeks utama negara Cina akan mempengaruhi pasar modal Indonesia. Hasil penelitian yang menyatakan bahwa indeks SSEC tidak berpengaruh terhadap IHSG karena adanya pengaruh – pengaruh lain yang menjadi pertimbangan oleh para investor, khususnya investor asing untuk menanamkan dananya di suatu pasar modal suatu negara. Pada 2015 Cina yang mengalami perlambatan ekonomi saat itu dicerminkan dengan anjloknya Indeks SSEC yang langsung bergerak bearish. Pada tahun 2019 Cina yang sedang ber konflik dengan AS dalam hal perang dagang yang menjadikan tidak stabilnya kondisi perekonomian Cina sendiri. Hal ini berdampak pasar modal Cina menjadi kurang diminati, karena besarnya risiko investasi yang akan diterima, terlebih untuk investor – investor asing. Oleh karena hal tersebut mereka lebih memilih untuk tetap mempertahankan dananya pada pasar modal negara lain ataupun instrumen investasi lainya. Investor yang semula menanamkan modalnya di Indonesia akan lebih memilih mempertahankan dananya, karena memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan risiko ketika menanamkan modalnya di Cina.

Pengaruh Indeks Straits Times terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dari data ekspor Indonesia menunjukkan bahwa ekspor Indonesia terbesar ke negara -

negara ASEAN, terbesar adalah ke Singapura dan dengan adanya perjanjian perdagangan bebas. Meskipun demikian perekonomian Indonesai yang mengalami pertumbuhan saat ini dan di dukung dengan investor dometik yang sudah mulai menguasai proporsi kepemilikan saham di Bursa Efek Indonesai (BEI), membuat Indeks STI yang merupakan cerminan perdagangan Singapore menjadi kurang di lirik investor Indonesia sebagai acuan untuk melihat arah pergerakan harga saham di Indoneisa. Ditambah saat penelitian ini berlangsung

Page 79: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

227

terjadi keadaan ekonomi yang lebih dipandang dapat mempengaruhi IHSG seperti trade war, dan kebijakan bank sentral Amerika. Berdasarkan hal tersebut dapat menjelaskan hasil dari penelitian ini yang menunjukkan bahwa STI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari pengaruh Indeks Dow Jhones, Nikkei 225, Shang Hai Stock Exchange Composite Index dan Straits Times Index Singapore terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019, maka dapat disimpulkan: 1) Indeks Dow Jhones, Nikkei 225, Shang Hai Stock Exchange Composite Index dan Straits

Times Index Singapore secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019.

2) Indeks Dow Jhones berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019.

3) Nikkei 225 berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019.

4) Shang Hai Stock Exchange Composite Index tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019.

5) Straits Times Index Singapore tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2019.

Terkait kesimpulan tersebut maka bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian ini, dengan menambah variabel-variabel independen lain yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi penelitian, agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Daftar Referensi

Bery Dicky, Worokinasih Saparila. 2018. Pengaruh INdeks Saham Global Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal administrasi Bisnis (JAB), Vol 64 No 1.

Banner, R.J dan K.F Kroner. 1995. Arbitrage, Cointegration and Testing the Unbiasedness hypotesis in Financial Markets. The Journal of Financial and Quatitaitive

Analysis. p 23-42. Blanchard, Olivier. 2006. European unemployment: the evolution of facts and ideas.

Journals Social Sciences Economic Policy Volume 21 Issue 45 P 6-59. Oxford Universiy Press.

Charles, P. Jones. 2006. Invesment: Analysist and Management. Ninth edition, New York: John Wliley & Sons Inc.

Darmadji, M. Dan M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Dornbusch, Rudiger, Yung Chul Park dan Stijn Claessens. 2000. Contagion: Why Crises Spread and How This Can Be Stopped. IMF Economic Review paper. Researhcgate.

Danardono, Gurnito Ari. 2016. Analisis Determinan Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia

(JMBI). Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 6 No 5. Didin Fatihudin. 2017. Panduan Praktis Merencanakan Keuangan Untuk Investasi di

Pasar Modal, Surabaya: Pasar Uang dan Valas. P3i UM Surabaya.

Page 80: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

228

Eun. C., S. Shim. 1989. Internasional Transmission of Stock Market Movement. Journal of Financial and Quantitative Analysis Volume 24 No 2 June 1989. University of Washington School.

Hartono, Jogiyanto, 2017. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesebelas, Yogyakarta: BPFE.

Jul Fahmi Salim, Abd. Jamal, Chenny Seftarita. 2017. Pengaruh Faktor Dalamdan Luar Negeri Terhadap Indeks Harga Saham GABUNGAN (IHSG) di Indonesia. Jurnal

Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, Volume 4 Nomor 1.

Gusti Ayu Diah Akua Miyanti, Luh Putu Wiagusti. 2018. Pengaruh Suku Bunga The Fed, Harga Minyak, Dan Inflasi Terhadap IHSG. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23

(Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, N. D. 2008. Basic Econometrics, Third Edition, MacGraw—Hill, New York.

Hjalmarsson, Erik dan Pas Osterholm. Testing fot Cointegration using the 2007. Johansen Methodology when Variables are near-integrated. IMF Working Paper.

Nachrowi, N. D. & H. Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika

Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Istijanto, 2009.Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Immanuel Satrio, Wicaksono. Yasa Gerianta Wirawan. 2017. Pengaruh Fed Rate,

Indeks Dow Jones, Nikkei 225, Hangseng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal

Akuntansi Universitas Unadaya, Vol 18 No1.

Mauliano, Deddy Azhar. 2009. Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia, Jurnal Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Santoso Budi, Murhadi Werner R, Ernawati Endang. 2013. Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, dan Nikkei 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di BEI Periode 2007 – 2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,

Vol 2 No 1.

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga.

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Ke Enam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Surbakti, Edy Priyatna Anugrah. 2011. Pengaruh Non Farm Payroll, Suku Bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks dari Saham – saham Perusahaan Berbasis Syariah di Jakarta Islmic Index. Jurnal Akuntansi Vol 3 No 1

Mei 2011. Universitas Maranatha.

Tamara, Shevanda Febrilia. 2013. Pengaruh Dow Jones Industrial Average, Deutscher Aktienindex, Shanghai Stock Exchange Composite Index, dan Straits Times Index Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (Periode 2010–2012). Jurnal Ilmiah

Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Implikasi.

Yogyakarta: Kanisius. Tarigan, Razaq Dastanta. Suhadak. Topowijono. 2015. Pengaruh Indeks Harga Saham

Global Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Studi Pada Bursa Efek Indonesia

Page 81: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Didit Herlianto, Luthfi Hafizh

229

(BEI) Periode 2011-2014. Fakultas Ilmu Administrasi Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 24 No. 1 Juli 2015.

Tcandrasa Benny Budiawan, Sutjiati Rosemary. 2016. Effect Of Gold Price, Crude Oil Price, and Interest rate to Jakarta Composite Index. International Journla of Education

and Research, Vol 4 No 7.

Widodo. 2018. Analsis Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan Regional Asia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. 1 No. 2.

Halaman 148 – 164.

Page 82: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

230

Analisis Struktur Modal Optimal dalam rangka Pelaksanaan Proyek

Strategis Nasional (Studi Kasus PT Wijaya Karya Tahun 2016 s.d. 2019)

Faaza Naima1)

Politeknik Keuangan Negara STAN Ambang Aries Yudanto2)

Politeknik Keuangan Negara STAN

[email protected] 1), [email protected])

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penentuan struktur modal yang optimal dalam rangka pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) selama tahun 2016—2019. Tinjauan terhadap rasio solvabilitas WIKA periode 2016—2019, yaitu DER, DTCR, dan TIE WIKA masih berada di batas aman berdasarkan kebijakan manajemen dan rata-rata perusahaan sebanding, yaitu BUMN Konstruksi. Meskipun begitu, debt ratio WIKA rata-rata melebihi 50% dari aktiva dan rata-rata perusahaan sebanding. Terkati dengan struktur modal optimal, hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal didapat pada saat nilai perusahaan tertinggi yaitu pada tahun 2019, dengan WACC sebesar 7.23% dan nilai perusahaan Rp41,243,342,895,00. Meskipun bukan biaya modal rata-rata tertimbang terendah, tetapi faktor-faktor seperti peningkatan penerimaan bersih serta laba usaha terus mengalami peningkatan.

Kata Kunci: PSN, WIKA, Rasio Solvabilitas, WACC

Pendahuluan

Ketersediaan infrastruktur berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya saing suatu negara selain faktor kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Indonesia menempati peringkat 62 dari 140 negara untuk daya saing di bidang infrastruktur dalam The Global Competitiveness Report 2014—2015 oleh World Economy Forum (WEF).

Dalam rangka peningkatan daya saing infrastruktur, dilakukan akselerasi pembangunan salah satunya yaitu dengan Proyek Strategis Nasional (PSN). PSN beserta daftar proyeknya secara hukum disahkan dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN yang telah diubah menjadi Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018.

Berdasarkan publikasi BUMN dalam Kiprah BUMN Membangun Negeri (2017:30), BUMN menangani 96 dari 245 proyek awal. Dalam hal ini, sektor BUMN yang menjadi penggerak utamanya adalah BUMN Karya atau BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Salah satu BUMN konstruksi yang mengambil peranan adalah PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Perusahaan yang memiliki kode emiten WIKA ini berpartisipasi dalam pelaksanaan 48 PSN hingga tahun 2019. Tentu sebagai salah satu BUMN Karya yang cukup strategis dan mendapatkan penyertaan modal negara, perlu diukur kinerja keuangannya supaya tetap efektif dan efisien (Hitt, 1995).

Kinerja keuangan salah satunya bisa dilihat melalui bagaimana struktur modal yang ada di dalam perusahaan. Pembentukan struktur modal akan mempengaruhi struktur kebijakan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pilihan strategis perusahaan (Jensen, 1986). Teori struktur modal bertujuan untuk menyediakan kerangka berpikir dalam

Page 83: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

231

membentuk struktur modal yang optimal. Jika suatu tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan terbesar, maka struktur permodalan tersebut dapat dikatakan optimal (Maftukhah, 2013). Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya membutuhkan modal yang didapat dari modal sendiri maupun modal pinjaman. Kebutuhan untuk memenuhi pembelanjaan jangka panjang perusahaan (modal) diharapkan dapat melalui pendanaan yang efisien yaitu dengan cara menentukan struktur modal yang optimal.

Pada tahun 2016, ekuitas WIKA mengalami peningkatan 129,89 kali dari ekuitas tahun 2015. Lalu tahun 2018, WIKA mengeluarkan pendanaan melalui global bond yang bernama Komodo Bond yang mengalami oversubscribed 2,5x dan Surat Berharga Perpetual I. Pada tahun 2019, WIKA berencana untuk mengeluarkan Surat Berharga Perpetual II. Perubahan proporsi struktur modal perusahaan setiap tahunnya pada saat pelaksanaan tersebut, tentunya akan mempengaruhi rasio solvabilitas perusahaan serta nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan tinjauan terhadap rasio solvabilitas serta struktur modal yang optimal WIKA pada tahun 2016—2019. Periode tahun 2016 dipilih sebagai periode awal penelitian karena menggambarkan waktu dimana perusahaan mulai diamanatkan sebagai salah satu penggerak utama implementasi Proyek Strategis Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016. Landasan Teori

1. Proyek Strategis Nasional Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan

Proyek Strategis Nasional, Proyek Strategis Nasional (PSN) adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Dalam perkembangannya, Pemerintah resmi menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN. Perpres tersebut menggantikan Perpres Nomor 58 Tahun 217 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016. Adapun perubahan tersebut yaitu pada daftar PSN. 2. Struktur Modal

Mardiyanto (2009:257) menuturkan bahwa struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi oleh utang jangka pendek. Utang jangka pendek tersebut tidak diperhitungkan karena jenis ini bersifat spontan atau berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan. Sehingga, hubungan struktur keuangan dengan struktur modal diuraikan seperti dalam perbedaan berikut:

Struktur keuangan mencerminkan cara bagaimana perusahaan membiayai aktiva-aktivanya, dengan demikian struktur keuangan dapat dilihat pada keseluruhan sisi kanan dalam neraca yang terdiri dari utang jangka panjang dan jangka pendek, dan modal pemegang saham, sedangkan struktur modal adalah pembiayaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.

Struktur modal dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, tingkat suku bunga, stabilitas

dari earning, susunan dari aktiva, kadar teresiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan (Riyanto, 2013:297-300).

Franco Modigliani dan Merton H. Miller (1958), menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya dengan asumsi tidak realistis. Asumsi-asumsi tersebut di antaranya meniadakan biaya broker, pajak, biaya kebangkrutan, diferensiasi suku

Page 84: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

232

bunga utang, asymetric information, serta laba sebelum bunga dan pajak tidak dipengaruhi oleh utang. Studi lanjutan dilakukan oleh MM pada tahun 1963 dengan hasil bahwa apabila terdapat pajak penghasilan perusahaan, maka penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut merupakan implikasi dari biaya bunga utang akan menjadi pengurang dalam pembayaran pajak (tax deductable expense). Penelitian tersebut baru melemahkan pendapat terkait peniadaan pajak dan belum mempertimbangkan financial distress atas kebangkrutan serta agency cost.

Brigham dan Daves (2004) dalam Aisjah (2012) menuturkan bahwa salah satu langkah untuk menganalisis struktur modal potensial yaitu dengan melakukan estimasi weight average

cost of capital/WACC. Berdasarkan konsep cost of capital, perusahaan berusaha memiliki struktur modal yang optimal dalam arti bahwa struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (WACC) (Riyanto, 2013:294). Hal ini sejalan dengan pendapat Sartono (2012:254), bahwa struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan maksimal atau struktur modal yang mengakibatkan biaya rata-rata tertimbang turun.

Dalam tulisan ini menggunakan WACC untuk menunjukkan struktur modal yang optimal selama WIKA melakukan PSN dari tahun 2016—2019. Adapun penghitungan WACC adalah sebagai berikut.

𝑊𝐴𝐶𝐶 = [𝑤𝑑𝑥𝑘𝑑(1 − 𝑡)] + (𝑤𝑝𝑠𝑥𝑘𝑝𝑠) + (𝑤𝑐𝑒𝑥𝑘𝑒)

Biaya utang 𝑘𝑖 = 𝑘𝑑(1 − 𝑡)

ki = biaya utang setelah pajak kd = biaya utang sebelum pajak dimana beban utang/utang t = tingkat pajak

Biaya saham biasa dan laba ditahan 𝑘𝑒 = 𝐷𝑖𝑃𝑜 + 𝑔

𝑔 = 𝑅𝑂𝐸 𝑥 𝑏

ke = biaya ekuitas (saham biasa, laba ditahan) Di = dividen pada tahun t=1 Po = harga jual saham g = pertumbuhan dividen ROE = return on equity

b = (1-D/EPS) D = dividen per share

EPS = earning per share

Biaya saham preferen 𝑘𝑝𝑠 = 𝑑𝑝𝑛𝑝

kps = biaya modal saham preferen dp = dividen dibayar np = penerimaan bersih atas penjualan

3. Rasio Solvabilitas

a. Debt Ratio Rasio ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang

berasal dari kreditur (Syamsudin, 2009:71). 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

b. Debt To Equity Ratio DER merupakan perbandingan antara utang jangka panjang yang dimiliki perusahaan

dengan modal sendiri (Syamsudin, 2009:71). DER dalam jurnal ini merupakan variasi dari debt

ratio (Damodaran, 2012) yang mana hanya menghitung utang jangka panjangnya sebagai numerator.

Page 85: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

233

DER = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

c. Debt To Total Capitalization Ratio Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan dibiayai oleh kreditur

(Syamsudin, 2009:71). Total capitalization dalam hal ini sama dengan struktur modal perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan ekuitas.

DTCR = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 − 𝑑𝑒𝑏𝑡𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛

d. Time Interest Earned Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban tetap berupa

bunga dari utang. TIE = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒

4. Nilai Perusahaan Sartono dalam Wangsawinangun, dkk. (2014:5) memaparkan bahwa nilai perusahaan dapat

dihitung berdasarkan nilai pengembalian yang disyaratkan dari modal saham sendiri dan utang jangka panjang dengan menggunakan rumus berikut.

𝑉 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 (1 − 𝑡)𝑊𝐴𝐶𝐶 + 𝑇𝐷

(Sartono, 2012:236)

Keterangan: V= VU = Nilai perusahaan EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak T = Tingkat pajak WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang TD = Nilai perlindungan pajak S = Modal sendiri perusahaan VL = Nilai perusahaan tanpa utang KeU = Keuntungan disyaratkan dari modal sendiri (WACC)

𝑆 = 𝑉 = 𝐸𝐵𝐼𝑇 (1 − 𝑡)𝐾𝑒𝑈 𝑉𝑙 = 𝑉𝑈 + 𝑇𝐷 (Atmaja, 2008:254)

Hal tersebut sesuai dengan MM Theory bila terdapat pajak yaitu value of firm merupakan hasil dari kuantifikasi value if all-equity-financed dengan present value tax shield. Brealey dan Myers (1991) dalam Sawir (2004) mengatakan bahwa adanya pajak perorangan mengurangi keuntungan pajak yang berkaitan dengan utang perusahaan.

Selama pajak perorangan atas penghasilan saham lebih kecil daripada pajak perorangan atas penghasilan utang, keuntungan pajak bersih atas utang akan positif. Akibatnya, nilai perusahaan akan meningkat dengan utang yang lebih besar, tetapi tidak secepat apabila t idak ada pajak perorangan atau pajak perorangan atas penghasilan saham dan utang sama.

Meskipun begitu, MM dalam Sawir (2004) berpendapat bahwa perusahaan hendaknya berkerja pada target debt ratio sebagai salah satu faktor yang menentukan kebijakan pendanaan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian

deskriptif. Zed (2003:3) mendefinisikan bahwa studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta

Page 86: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

234

mengolah bahan penelitian. Sedangkan penelitian deskriptif, menurut Arikunto (2006:30) merupakan penelitian yang bersifat menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya untuk memberikan gambaran terdapat adanya suatu variabel terkait data dan informasi dari laporan tahunan serta melakukan pengolahan data keuangan WIKA periode tahun 2016—2019.

Pembahasan

1. Rasio Solvabilitas Perusahaan

Gambar 1. Rasio Solvabilitas—Debt Ratio, DER, DTCR

Referensi: Diolah Penulis

a. Debt ratio

Gambar 1 menunjukkan pembiayaan aktiva WIKA dari utang selama tahun 2016—

2019 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Proporsi utang dalam pembiayaan aktiva WIKA lebih besar daripada pembiayaan aktiva WIKA yang bersumber dari ekuitas, yaitu 59% aset WIKA dibiayai dari utang pada tahun 2016. Proporsi tersebut meningkat 9% dari tahun 2015. Peningkatan jumlah utang pada tahun 2016 tersebut diiringi dengan meningkatnya kontrak baru yang ditangani WIKA.

Pada tahun 2016, pertumbuhan kontrak baru WIKA mengalami peningkatan 117.13% dan kontrak dihadapi sebesar 71.65% dari tahun 2015. Hal ini tidak lepas dari percepatan pembangunan yang dilakukan Pemerintah dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 dan Perpres Nomor 3 tahun 2016. Namun, peningkatan utang tidak sebanding dengan besarnya peningkatan kontrak baru. Terbukti peningkatan utang pada tahun 2016 hanya 31.30% dari tahun 2015. Hal ini disebabkan, pada tahun 2016, WIKA mendapatkan Penyertaan Modal Negara sebesar Rp4 triliun dan melaksanakan privatisasi dengan metode Right Issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang memperoleh dana publik sebesar Rp2.1 triliun.

Berdasarkan Laporan Tahunan Konsolidasian WIKA tahun 2016, perolehan dana tersebut ditempatkan dalam proyek prioritas, proyek strategis, PSN, dan modal kerja Perseroan. Penempatan dana pada PSN di antaranya, Jalan Tol Soreang-Pasirkoja sebesar 35,8 miliar, Jalan Tol Manado-Bitung sebesar Rp14,40 miliar, serta Jalan Tol Samarinda-Balikpapan sebesar Rp20,10 miliar. Pada tahun 2017, proporsi utang meningkat 66.79% meskipun kontrak baru mengalami penurunan 22% dari tahun 2016. Namun, kontrak baru yang dihadapi mengalami kenaikan 103% dibanding pada tahun 2015. Kondisi ini dikarenakan, pada akhir

2016 2017 2018 2019

Debt Ratio 0.59 0.68 0.71 0.69

DER 0.29 0.35 0.80 0.65

DTCR 0.23 0.26 0.44 0.39

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

Ratio

Page 87: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

235

tahun 2015 hingga tahun 2016 terjadi peningkatan pengikatan komitmen pada kontrak-kontrak baru. Adapun kontrak baru tersebut 22.23% merupakan proyek Pemerintah dan 14.09% proyek BUMN.

Pada tahun 2016, WIKA dapat menyelesaikan proyek-proyek yang nilai kontraknya tidak terlalu besar, seperti Pos Lintas Batas Entikong (Rp138,628 miliar) dan Pos Lintas Batas Aruk (Rp119,209 miliar). Sedangkan pada tahun 2017, mulai melakukan konstruksi Jalan Tol Serang-Panimbang, Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Jalan Tol Gempol-Pasuruan, Jalan Tol Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran, hingga proyek High Speed Railway Jakarta-Bandung yang bernilai Rp15 triliun. Hal ini mengakibatkan kebutuhan dana terutama operasional jangka pendek pada tahun 2017 tersebut yang dibiayai dari utang Perseroan.

Pada tahun 2018, peningkatan utang hanya 35.3%, lebih rendah dari peningkatan utang pada tahun 2017. Pada tahun tersebut, baik kontrak baru maupun kontrak dihadapi mengalami peningkatan masing-masing 19.24% dan 15.82% dari tahun sebelumnya. Adapun pendanaan pada tahun 2018, WIKA melakukan transaksi restrukturisasi utang melalui Global IDR Bond (Komodo Bond) dan restrukturisasi modal melalui penerbitan Surat Berharga Perpetual (SBP). Melalui penerbitan Komodo Bond, terhimpun dana sebesar Rp5,4 triliun yang tercatat sebagai pinjaman jangka menengah (jatuh tempo dalam 3 tahun) atau Liabilitas Jangka Panjang Atas Utang Bank Setelah Dikuragi Bagian Yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun pada neraca. Sedangkan melalui penerbitan SBP Tahap I terhimpun dana Rp600 miliar yang tercatat dalam ekuitas sebesar Rp597,6 miliar. Meskipun SBP atau perpetual bond merupakan utang tanpa waktu jatuh tempo, surat berharga ini memiliki kecenderungan karakteristik seperti ekuitas.

Pada tahun 2019, setelah meningkatnya instrumen keuangan hybrid bertajuk Global Bond di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK RI Nomor 30/PJOK.04/2019 tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang Dan/Atau Sukuk Yang Dilakukan Tanpa Melalui Penawaran Umum. Di dalamnya mengatur mekanisme resmi penerbitan SBP dan bukan memberikan kategorisasi penggolongan SBP. Adapun WIKA dalam Catatan Laporan Keuangan (CaLK) Konsolidasian (2019:27) menyatakan bahwa SBP diklasifikasikan sebagai ekuitas dikarenakan tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk menyerahkan atau menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan pemegang perpetual securities dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan Grup. Proporsi utang WIKA terhadap aktiva yang dimiliki mengalami penurunan sebesar 2% daripada tahun 2018. Adapun peningkatan jumlah utang dalam neraca hanya 2% dibandingkan dengan jumlah utang pada tahun 2018. Berdasarkan evaluasi perbandingan target dan realisasi WIKA 2019, terdapat beberapa target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2019 yang belum tercapai, di antaranya kontrak baru dan kontrak dihadapi. Beberapa penyebabnya yaitu disebabkan menurunnya nilai kontrak baru yang diperoleh Perseroan tahun 2019 akibat tertundanya lelang di berbagai proyek. Selain itu, penurunan permintaan di sektor realty & property di tahun tersebut dikarenakan melambatnya ekonomi global. Kondisi itu juga ditambah dengan pesta demokrasi tahun 2019 yang menyebabkan beberapa proyek konstruksi mengalami penundaan.

Page 88: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

236

b. Debt to equity ratio (DER)

Tabel 1. Struktur Keuangan WIKA 2016—2019 (disajikan dalam ribuan Rupiah)

31 Desember 2016 2017 2018 2019

Liabilitas Jangka Pendek

14,909,016,696 25,975,617,297 28,251,951,385 30,349,456,945

Liabilitas Jangka Panjang

3,708,198,703 5,076,332,392 13,762,735,289 12,545,657,222

Total Liabilitas 18,617,215,399 31,051,949,689 42,014,686,674 42,895,114,167

Ekuitas 12,737,989,291 14,631,824,613 17,215,314,565 19,215,732,987

Total Liabilitas dan Ekuitas

31,355,204,690 45,683,774,302 59,230,001,239 62,110,847,154

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Selama pelaksanaan PSN dari tahun 2016—2019, WIKA sempat mengalami

peningkatan utang jangka panjang yang cukup tajam pada tahun 2018, yaitu sebesar 17% dari tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2017 dan 2019, utang jangka panjang WIKA mengalami penurunan masing-masing sebesar 4% dari tahun sebelumnya.

Tabel 2. Proporsi Utang WIKA 2016—2019

31 Desember 2016 2017 2018 2019

Liabilitas Jangka Pendek 80% 84% 67% 71%

Liabilitas Jangka Panjang 20% 16% 33% 29%

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Jika ditinjau dari debt ratio sebelumnya, proporsi utang WIKA berada di atas 50% dari

aktiva Perseroan. Namun, dalam Tabel 2 dapat kita lihat bahwa proporsi utang jangka pendek lebih dominan dibandingkan dengan utang jangka panjang setiap tahunnya.

Debt ratio atau rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas mengalami fluktuasi dari 29%, kemudian naik menjadi 35% dan 80% pada tahun-tahun berikutnya, lalu terakhir turun menjadi 60% pada tahun 2019. Pada setiap tahunnya, ekuitas mengalami peningkatan secara proporsional, sedangkan utang jangka panjang mengalami penurunan sekali pada tahun 2019.

Pada tahun 2016, solvabilitas WIKA menunjukkan peningkatan seiring dengan adanya aktivitas right issue dan mendapatkan dana segar dari PMN dengan total Rp6,1 triliun. Perolehan keduanya menambah ekuitas Perseroan pada bagian Tambahan Modal Disetor. Ekuitas WIKA meningkat 129.84% dari tahun 2015, dengan komposisi terbesar Tambahan Modal Disetor mencapai 52.34%. Sedangkan peningkatan Tambahan Modal Disetor dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu sebesar 813.86%. Hal ini pula yang menyebabkan rasio total utang terhadap ekuitas mengalami perbaikan dari 3.24 kali menjadi 1.64 kali pada tahun 2016.

Pada tahun 2017, utang jangka panjang mengalami peningkatan, tetapi proporsinya dalam total utang mengalami penurunan. Penyebab kenaikan utang yaitu bagian Biaya Yang Masih Harus Dibayar pada utang jangka pendek sebagai biaya yang belum ditagihkan oleh pihak ketiga maupun tenaga kerja proyek sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Hal ini sesuai dengan kondisi bahwa pada tahun 2017 merupakan waktu awal

Page 89: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

237

dimulainya konstruksi fisik atas proyek-proyek yang bernilai kontrak besar, seperti High Speed

Railway Jakarta-Bandung yang bernilai Rp15 triliun. Kebutuhan dana jangka pendek untuk aktivitas operasi di lapangan menyebabkan kenaikan utang jangka pendek sebagai modal kerja. Adapun pada tahun 2016 yang mana tahun-tahun konstruksi proyek yang bernilai tidak terlalu besar dan sebagai persiapan proyek-proyek besar di tahun 2017, mengalami peningkatan modal kerja tertinggi pada bagian Pinjaman Jangka Pendek. Peningkatan Pinjaman Jangka Pendek dalam utang jangka pendek tersebut mencapai 285.64% dari tahun 2015. Pinjaman Jangka Pendek tersebut terkait aktivitas persiapan proyek-proyek yang bersifat modal kerja.

Setelah melakukan perbaikan struktur keuangan pada tahun 2016, WIKA melakukan penguatan balance sheet dengan meningkatkan baik total aset maupun ekuitas pada tahun 2018. Ekuitas mengalami peningkatan 17.66% dari tahun 2017 yang mana kontribusi terbesar berasal dari penerbitan SBP yang bernilai bersih Rp597,6 triliun. Sedangkan utang jangka panjang juga mengalami peningkatan 171.11% dibandingkan tahun 2017. Peningkatan utang jangka panjang tersebut berasal dari kenaikan Pinjaman Jangka Menengah sebesar 508.46% dari tahun 2017. Adapun Pinjaman Jangka Menengah yaitu berupa Komodo Bond dan Medium Term Notes lainnya yaitu masing-masing digunakan untuk membiayai proyek investasi dan infrastruktur serta modal kerja pembangunan kawasan realti. Adapun PSN yang dibiayai dengan Komodo Bond, salah satunya yaitu High Speed Railway Jakarta-Bandung.

Utang jangka panjang tahun 2018 mengalami kenaikan proporsi terhadap jumlah utang, yaitu 33% dari total utang. Hal ini juga meningkatkan DER WIKA yaitu sebesar 0.8 kali ekuitas. Lalu pada tahun 2019, baik DER maupun utang jangka panjang mengalami penurunan masing-masing sebesar 15% dan 4% dibandingkan tahun 2018. Total utang mengalami kenaikan 2% dengan kontribusi terbesar pada utang jangka pendek bagian utang usaha atas optimalisasi penggunaan fasilitas perbankan seperti supply chain financing (SCF). Sedangkan penurunan utang jangka panjang disebabkan beberapa pinjaman jangka panjang pada keuangan entitas anak yang sudah jatuh tempo di tahun 2019. Selain itu beberapa utang jangka panjang pada entitas induk yang jatuh tempo pada akhir tahun 2018, seperti pinjaman dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (2015), IKB Deutsche Industrie Bank. AG (2010), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (2013) pada awal tahun 2019.

c. Debt to total capitalization ratio (DTCR)

DTCR mengalami fluktuasi selama periode tahun 2016—2019. Pada rasio ini

menunjukkan proporsi utang jangka panjang dalam suatu struktur modal. Adapun penentuan total capitalization merupakan hasil penjumlahan dari seluruh struktur modal yang digunakan, yaitu liabilitas jangka panjang dan ekuitas dalam Tabel 1. Total capitalization mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang mana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2018, yaitu meningkat 57.19% dari tahun 2017. Pada setiap tahunnya, secara konsisten proporsi ekuitas lebih besar daripada utang jangka panjang.

Ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan utang jangka panjang mengalami penurunan sekali pada tahun 2019. Perubahan struktur modal tersebut tidak lepas dari kebijakan struktur modal Perseroan setiap tahunnya.Dalam rangka pengembangan usaha pada tahun 2016, WIKA melakukan kebijakan struktur keuangan dengan menambahkan utang jangka panjang dan jangka pendek masing-masing 11.91% dan 37.83% serta ekuitas sebesar 129.84% dari tahun sebelumnya. Peningkatan tajam ekuitas berasal dari aktivitas right issue

dan penerimaan PMN. Perusahaan juga melakukan pantauan terhadap likuiditas dan ekuitas. Pada tahun 2016, perbandingan kedua aktivitas tersebut menunjukkan angka 1.49:1, sedangkan pada tahun 2015 yaitu 2.60:1. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan kebijakan

Page 90: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

238

manajemen atas struktur keuangan, yaitu dengan menambah liabilitas Perseroan. Dari Tabel 2, kita ketahui bahwa proporsi utang jangka panjang pada struktur modal yaitu sebesar 23%.

Pada tahun 2017, proporsi utang jangka panjang dalam struktur modal meningkat 3% menjadi 26%. Hal tersebut sejalan dengan ulasan dalam Laporan Tahunan Konsolidasian WIKA yang menyatakan bahwa penggunaan liabilitas sebagai sumber modal menjadi kebijakan atas struktur keuangannya. WIKA melakukan penambahan utang jangka panjang, utang jangka pendek, serta ekuitas masing-masing 74.23%, 36.89%, dan 14.87%. Utang jangka panjang mengalami peningkatan yang signifikan bersamaan dengan menurunnya peningkatan ekuitas. Utang jangka panjang mengalami kenaikan yang signifikan pada Liabilitas atas Utang Bank Jangka Panjang yang disebabkan oleh penerimaan pinjaman jangka menengah dan jangka panjang, seperti MTN V WIKA Realty 2017, MTN VI WIKA Realty 2017, BTN 2017, Sindikasi BNI-Mandiri 2017, CIMB 2017, dan China Construction 2017. Namun peningkatan utang jangka panjang tidak lebih besar dibandingkan utang jangka pendek dalam proporsi jumlah utang. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun tersebut. Selain itu, jumlah utang jangka pendek meningkat seiring peningkatan modal kerja sebagai pendanaan jangka pendek atas aktivitas konstruksi yang besar di tahun tersebut.

Pada tahun 2018, DTCR mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 44% dibandingkan tahun 2017. Peningkatan utang jangka panjang berasal dari Komodo Bond yang tercatat menambah utang jangka panjang dalam bagian Liabilitas Jangka Panjang atas Utang Bank sebagai Pinjaman Jangka Menengah bertenor 3 tahun. Obligasi berdenominasi Rupiah sebesar Rp5,4 triliun tersebut dikenakan biaya bunga 7.7% per tahun dan akan jatuh tempo pada bulan Januari 2021. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada bagian ekuitas yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Perpetual pada tanggal 27 Desember 2018 yang mencapai Rp600 miliar dengan imbal hasil 10.5% per tahun ditambah step-up rate. Peningkatan jumlah struktur modal baik dari sisi utang maupun ekuitas tersebut meningkatkan rasio utang jangka panjang terhadap struktur modal yaitu 44%.

Pada tahun 2019 terjadi penurunan proporsi utang jangka panjang terhadap struktur modal sebesar 5%. Pada tahun tersebut, utang jangka panjang mengalami penurunan, tetapi tidak dengan ekuitas yang meningkat 11.62% dari tahun 2018. Kenaikan ekuitas disebabkan peningkatan pada bagian Saldo Laba yang tumbuh 33% dari tahun 2018. Hal tersebut merupakan kontribusi dari laba bersih yang mengalami peningkatan sebesar 26.43% dibandingkan tahun 2018. Meskipun mengalami penurunan dalam perolehan kontrak baru dan penundaan beberapa proyek dampak dari tertundanya lelang dan ketidakstabilan perekonomian global, WIKA melanjutkan langkah ekspansi ke luar negeri dengan metode selective market.

Selective market yang dimaksud dalam hal ini, yaitu WIKA hanya mengambil proyek dengan nilai Rp200 miliar ke atas, berfokus pada pasar domestik dari Pemerintah, BUMN, dan swasta, tidak lagi melakukan proyek-proyek pemerintah daerah kecuali proyek Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan berfokus pada pasar luar negeri yang sudah dikuasai.

d. Time interest earned (TIE)

Berdasarkan Tabel 1, struktur keuangan WIKA menitikberatkan penggunaan utang

sebagai sumber modal. Kebijakan manajemen atas penggunaan sumber dana tentunya didasarkan untuk melindungi Perseroan dalam mempertahankan kelangsungan usaha sehingga dapat memberikan imbal hasil bagi pemegang saham dan memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan lainnya.

Dalam laporan posisi keuangan WIKA, tidak tercantum secara eksplisit beban bunga yang dibayarkan setiap tahunnya. Berdasakan PSAK 01, salah satu pos yang wajib disajikan

Page 91: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

239

dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian, yaitu biaya keuangan. Biaya keuangan, termasuk di dalamnya biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana dan biaya keuangan lainnya yang terjadi dari transaksi instrumen keuangan.

Biaya sehubungan dengan peminjaman dana meliputi bunga pinjaman, diskonto dan premium terkait pinjaman, biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan pinjaman, beban keuangan dalam sewa pembiayaan, biaya imbalan karena jaminan pengembalian utang, ataupun selisih kurs dari transaksi terkait pinjaman. Meskipun tidak dicantumkan secara eksplisit, tetapi pembayaran bunga pinjaman muncul di dalam pos arus kas dari aktivitas operasi laporan arus kas Perseroan.

Pos Pembayaran Bunga Pinjaman dalam laporan arus kas Perseroan nilainya sama dengan pos Beban dari Pendanaan dalam laporan laba rugi Perseroan. Namun, pada tahun 2018, terdapat perbedaan angka yaitu Rp998,921,933,00 dalam Pembayaran Bunga Pinjaman dan Rp972,528,279,00. Tidak terdapat catatan terhadap kedua pos tersebut di dalam setiap CaLK konsolidasian WIKA setiap tahunnya. Dalam hal ini, Penulis menggunakan interest

expense dari pinjaman berdasarkan Beban dari Pendanaan dalam laporan laba rugi WIKA.

Tabel 3. Ikhtisar Laba Rugi (Parsial) WIKA 2016—2019 (disajikan dalam ribuan Rupiah)

2016 2017 2018 2019

Laba sebelum Pajak (EBT)

1,295,239,236 1,462,391,358 2,358,628,934 2,789,255,688

Beban dari Pendanaan 435,314,128 677,973,460 972,528,679 884,252,228

Laba Usaha (EBIT) 1,730,553,364 2,140,364,818 3,331,157,613 3,673,507,916

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Penghitungan Laba Usaha dilakukan dengan menjumlahkan kembali Beban dari

Pendanaan dengan Laba Sebelum Pajak. Berdasarkan Tabel 3, Laba sebelum Pajak WIKA mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangkan Beban dari Pendanaan mengalami fluktuasi yang proporsional mengikuti jumlah utang yang digunakan. Pada tahun 2019, jumlah utang mengalami peningkatan 2%, tetapi utang jangka panjang mengalami penurunan 5% dari tahun 2018.

Pada tahun 2016, dengan restrukturisasi struktur keuangan, WIKA mampu membiayai 3.98 kali dari bunga yang dibayarkan. Artinya, WIKA mampu melakukan pembayaran atas kewajiban-kewajiban pinjaman 3.98 kali dari biaya bunga pada tahun tersebut.

Pada tahun 2017, dengan padatnya proyek konstruksi, WIKA mampu membiayai 3.16 kali dari bunga yang dibayarkan. Artinya, WIKA mampu melakukan pembayaran atas kewajiban-kewajiban pinjaman 3.16 kali dari biaya bunga pada tahun tersebut. Penurunan ini dikarenakan Beban Lain-Lain yang mencapai Rp295,507,893,000,00. Beban Lain-Lain tersebut merupakan beban usaha yang meliputi Beban Penurunan Nilai Piutang Rp106,899,705,000,00 dan Lain-Lain Neto Rp188,608,188,000,00.

Peningkatan Laba Sebelum Pajak pada tahun 2018 dikarenakan adanya pertumbuhan pada laba kotor 25.33%. Hal ini tidak lepas dari penguatan balance sheet WIKA baik dari aset maupun sumber pendanaannya, yaitu Komodo Bond dari sisi liabilitas dan SBP dari sisi ekuitas. Penguatan dari sumber pendanaan tersebut dibutuhkan WIKA dalam menghadapi kenaikan kontrak baru dan kontrak yang dihadapi pada tahun 2018. Dampak dari peningkatan jumlah utang di tahun 2018, yaitu meningkatnya interest expense sebesar 43%. Dengan pencatatan Laba Bersih sebesar Rp3,331,157,613,000,00, WIKA mampu membiayai 3.43 kali

Page 92: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

240

biaya bunga Perseroan. Atau dapat diartikan, setiap rupiah bunga utang baik jangka pendek maupun jangka panjang dijamin oleh keuntungan Rp3.43,00. Sehingga dalam hal ini, WIKA masih mampu untuk membayar biaya bunga tambahan apabila berencana untuk melakukan pinjaman melalui utang lagi.

Pada tahun 2019, kembali memperbaiki kemampuan membayar bunga pinjamannya dengan menunjukkan rasio sebesar 4.15 kali bunga yang dibayarkan. Kemampuan yang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meskipun berada di masa penuh tantangan, yaitu penurunan kontrak baru dan penundaan berbagai proyek.

2. Tinjauan Struktur Modal

a. Struktur modal WIKA 2016—2019

Kebijakan struktur keuangan WIKA mengalami perubahan setiap tahunnya. Komposisi struktur keuangan WIKA pada tahun 2016, yaitu 59.81% berasal dari utang dan 40.19% berupa ekuitas. Komposisi tersebut mengalami perubahan, yaitu peningkatan 31.30% atas utang dan 129.84% atas ekuitas dibandingkan dengan tahun 2015. Sedangkan struktur modal WIKA mengalami peningkatan dalam utang jangka panjang, yaitu 11.91% dibandingkan tahun 2015. Utang jangka panjang memiliki porsi 23% dari struktur modal, sehingga dapat kita lihat bahwa proporsi utang jangka pendek lebih besar sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan modal kerja.

Pada tahun 2016, kebijakan struktur keuangan WIKA menitikberatkan pada perbandingan likuiditas dan ekuitas sebagai konsentrasi Perseroan di tahun tersebut. Hal ini dikarenakan, pada tahun sebelumnya, jumlah total utang terhadap ekuitas (DER) mencapai 3.24%. Padahal, rasio tersebut menjadi salah satu kewajiban dalam persyaratan peminjaman dana pada umumnya. Misalkan, dalam Pinjaman Jangka Panjang dari Pinjaman Sindikasi-Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU), mensyaratkan bahwa Perusahaan diharuskan mematuhi batasan untuk mempertahankan rasio utang terhadap ekuitas maksimal 3.5 kali. Begitu pula PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang mensyaratkan rasio total utang terhadap ekuitas maksimal 500% atau 5 kali.

Setelah melakukan restrukturisasi rasio jumlah total utang terhadap ekuitas menjadi 1.64% pada tahun 2016 dari PMN dan right issue, WIKA memilih kebijakan untuk menitikberatkan penggunaan utang sebagai sumber modalnya pada tahun 2017. Utang mendapatkan porsi 67% dalam struktur keuangan WIKA, meningkat 6.19% dari tahun 2016. Sedangkan proporsi ekuitas mengalami penurunan menjadi 32%. Penambahan utang jangka panjang dan jangka pendek masing-masing mengalami peningkatan sebesar 74.23% dan 36.89% dibandingkan tahun 2016. Sedangkan ekuitas meningkat 14.87% dibandingkan tahun 2016, yang mana angka tersebut jauh lebih rendah dari peningkatan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2018, WIKA masih menggunakan utang sebagai komposisi terbesar sumber modalnya. Proporsi utang meningkat menjadi 70.93% dibersamai dengan penurunan ekuitas menjadi 29.07%. Hal ini dikarenakan SBP sejumlah Rp600 miliar sebagai ekuitas tidak lebih besar dari penerbitan Komodo Bond sebagai utang yang mencapai Rp5,4 triliun. Adapun utang jangka panjang meningkat tajam baik ditinjau dari segi proporsi dalam utang maupun dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini juga dikarenakan Komodo Bond yang merupakan pinjaman jangka menengah bertenor 3 tahun diklasifikasikan sebagai komponen utang jangka panjang.

Pada tahun 2019, utang jangka panjang WIKA mengalami penurunan, meskipun total utang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa pinjaman jangka panjang pada keuangan entitas anak yang sudah jatuh tempo di tahun 2019. Hal ini menyebabkan proporsi utang dalam struktur keuangan mengalami penurunan menjadi 69% dan ekuitas meningkat menjadi 31%.

Page 93: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

241

Pada tahun 2019 tersebut, WIKA masih menggunakan utang sebagai sumber modalnya. Batasan dalam pengelolaan utang, WIKA mematuhi peraturan pajak yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.10/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan. Di dalamnya, terdapat rasio maksimum atas jumlah utang terhadap ekuitas yaitu 4:1.

Secara umum, WIKA menggunakan utang sebagai sumber modalnya, tetapi porsi besarnya terdapat pada utang jangka pendek. Meskipun begitu, rasio utang terhadap ekuitas WIKA pada tahun 2019 menjadi 2.23 kali. Menurut penuturan Tumiyana, selaku Direktur Utama WIKA 2019, selanjutnya WIKA sedang melakukan pertimbangan untuk menggunakan ekuitas sebagai sumber dana mengingat rasio utang sudah mencapai 2.23 kali. Adapun kajian yang dilakukan, salah satunya yaitu penerbitan Surat Berharga Perpetual Tahap II.

b. Cost of debt

Penghitungan biaya utang jangka panjang menunjukkan biaya yang dibebankan kepada Perseroan atas penggunaan dana yang bersumber dari pinjaman jangka panjang. Biaya modal utang sebelum pajak dihitung dengan:

𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑡𝑎𝑥 (𝐾𝑑) = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 − 𝑑𝑒𝑏𝑡𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 − 𝑑𝑒𝑏𝑡

Sumber pendanaan dari utang baik jangka pendek maupun jangka panjang memiliki

kelebihan yaitu sebagai pengurang pajak (tax deductable). Hal ini dikarenakan, sebelum melakukan pembayaran pajak, laba yang digunakan telah dikurangi dengan beban dari pendanaan atau beban keuangan. Adapun bunga dari pinjaman termasuk di dalam beban keuangan tersebut. Kemudian, penghitungan pengurangan pajak dalam Tabel 4 menggunakan tarif pajak 25% yang merupakan tarif pajak kini Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pasal 25.

Tabel 4. Cost of Debt After Tax WIKA 2016—2019

Year Kd (1-Tax Rate) Cost of Long-Term Debt

2016 2.34% 0.75 1.75%

2017 2.18% 0.75 1.64%

2018 2.31% 0.75 1.74%

2019 2.06% 0.75 1.55%

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Berdasarkan Tabel 4, biaya utang jangka panjang tertinggi yaitu pada tahun 2016.

Kemudian menurun pada tahun 2017, meskipun utang jangka panjang mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan peningkatan bunga berada pada bunga utang jangka pendek. Dikarenakan pada tahun 2017 membutuhkan modal kerja yang tinggi sebagai pendanaan dari aktivitas konstruksi yang tinggi. Sedangkan pada tahun 2018 kembali mengalami peningkatan biaya utang jangka panjang disebabkan penerbitan Komodo Bond. Kemudian pada tahun 2019 biaya bunga mengalami penurunan, dikarenakan berkurangnya aktivitas WIKA pada tahun tersebut.

Page 94: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

242

c. Cost of equity Tabel 5. Cost of Equity WIKA 2016—2019

Year DPR B ROE G Di Po Di/Po Cost of Equity

2016 30% 0.70 10.70 7.49 36.72 2260 0.016248305 7.51

2017 20% 0.80 10.52 8.42 29.08 1550 0.018760157 8.43

2018 20% 0.80 14.18 11.34 42.98 1655 0.025968121 11.37

2019 20% 0.80 13.64 10.91 56.51 1990 0.028395189 10.94

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Data dividen payout ratio (DPR), return on equity, dan harga saham (Po) pada saat

close price, bersumber dari laporan tahunan konsolidasian WIKA 2016—2019. Sedangkan penghitungan retention rate (b) yaitu 1-DPR. Adapun growth (g) dari dividen didapatkan dari perkalian ROE dengan b. Sedangkan Di merupakan dividen yang diprediksikan pada tahun depannya. Penghitungannya yaitu dengan mengalikan dividen per saham (DPS) pada tahun tersebut dengan (1+g).

Pada DPR hampir tidak mengalami perubahan di setiap tahunnya, yaitu sekitar 20.25%. Keputusan pembagian dividen WIKA mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ke depan, rencana ekspansi, laba bersih yang dicapai pada tahun fiskal, serta kewajiban Perseroan untuk mengalokasikan dana cadangan sesuai dengan aturan manajemen yang berlaku dan kondisi keuangan.

Biaya ekuitas tertinggi yaitu pada tahun 2018, bersamaan dengan penerbitan SBP pada bulan Desember 2018. Adapun pembayaran bunga dari SBP tersebut diangggap sebagai pembayaran dividen yang akan mengurangi saldo laba ditahan Perseroan. Sedangkan pada tahun 2016, biaya ekuitas cenderung rendah dikarenakan mendapatkan dana segar dari PMN senilai Rp4 triliun. Kemudian pada tahun 2017 menurun meskipun kegiatan konstruksi sedang masif dilakukan. Hal ini dikarenakan dana modal kerja lebih dominan dibandingkan dana dari ekuitas. Sedangkan pada tahun 2019 kembali menurun bersamaan dengan menurunnya aktivitas konstruksi.

Page 95: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

243

3. Interpretasi Hasil

Gambar 2. Struktur Modal Rata-Rata WIKA dan BUMN Karya 2016—2018

Referensi: Diolah Penulis

Selama periode 2016—2018, utang jangka panjang WIKA memiliki proporsi yang lebih kecil dari ekuitas, yaitu 33.59%. Adapun peningkatan utang dalam kebijakan struktur keuangan WIKA yang menitikberatkan pada sumber dana utang, yaitu utang jangka pendek sebagai modal kerja operasi. Sedangkan ekuitas mengalami peningkatan yang besar pada tahun 2016 yang berasal dari PMN dan right issue yang digunakan untuk dana infrastruktur prioritas dan strategis.

Berdasarkan Gambar 2, komposisi struktur modal BUMN Karya hampir seimbang antara utang jangka panjang dengan ekuitas. Pada mulanya, utang jangka panjang BUMN Karya pada tahun 2016, sekitar 36% dari struktur modal. Kemudian meningkat menjadi 55.76% dari struktur modal. Sedangkan proporsi ekuitas BUMN karya dalam struktur keuangan, tidak lebih dari 30% selama periode 2016—2018. Hal ini menandakan bahwa, meskipun kebijakan struktur keuangan WIKA lebih memilih sumber dana dari utang, tetapi WIKA masih menerapkan prinsip kehati-hatian yang ketat terhadap utang jangka panjang.

Penggunaan utang jangka panjang, terkadang memiliki dampak terhadap pembayaran bunga yang lebih besar dan selisih kurs akibat sensitivitas perekonomian global. Selain itu, utang jangka panjang juga menghadapi financial distress serta bankruptcy cost yang tentunya perlu dipertimbangkan tergantung pada selera Perseroan untuk mengambil kebijakan.

Gambar 3. Solvabilitas Rata-Rata WIKA dan BUMN Karya 2016—2018

Sesuai Gambar 3, utang jangka panjang WIKA masih berada di bawah utang jangka

panjang rata-rata BUMN Karya selama 2016—2018. Meskipun begitu, total utang WIKA terhadap aktiva Perseroan lebih besar dibandingkan dengan total utang BUMN Karya. Hal ini dikarenakan WIKA melakukan berbagai proyek dan melakukan ekspansi selama pelaksanaan PSN tersebut. WIKA memaparkan bahwa, meskipun beberapa proyek PSN didanai dari sumber APBN ataupun pinjaman dana nasional dari Pemerintah Jepang dan Tiongkok, WIKA harus mampu menjadi BUMN yang dapat memberikan pengembalian laba yang lebih besar kepada

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Debt

Ratio

DER DTCR DER*

WIKA

BUMN Karya

Page 96: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

244

pemangku kepentingan. Dalam melakukan ekspansi, WIKA menggunakan metode selective

market yang mana hanya mengambil proyek-proyek tertentu saja yang menguntungkan. Baik DER (jumlah utang jangka panjang terhadap ekuitas) maupun DER* (jumlah

utang terhadap ekuitas) WIKA masih berada di bawah rata-rata BUMN Karya. Dalam hal ini, WIKA dipandang masih mampu melakukan pembiayaan melalui utang jika dibandingkan dengan BUMN Karya lainnya. Namun saat ini, DER* WIKA telah mencapai 2.23 kali dari ekuitas. Hal ini membuat pihak WIKA melakukan kajian mengenai sumber dana alternatif, yaitu SBP yang bersifat ekuitas. Pertimbangan tersebut dilakukan untuk menyeimbangkan struktur keuangan WIKA dari sisi ekuitas.

Pengalaman WIKA, atas penerbitan SBP Tahap I pada akhir bulan Desember 2018, diharapkan dapat menghimpun dana yang nantinya dapat terkumpul sekitar 1-2 triliun Rupiah. Akan tetapi, pada pembukaan tersebut baru dapat terkumpul sejumlah Rp600 miliar. Selain itu, SBP tersebut belum dicatat dalam Bursa Efek Indonesia dikarenakan belum adanya regulasi yang mengatur. Dana yang terhimpun dari SBP Tahap I tersebut mayoritas juga berasal dari perusahaan pelat merah.

Sedangkan instrumen keuangan obligasi, pada masa ini lebih sering digunakan oleh BUMN Karya untuk mendapatkan dana modal. Sehingga dapat kita lihat bahwa secara struktur modal, WIKA memiliki alternatif-alternatif pembiayaan yang lebih variatif dibandingkan BUMN Karya rata-rata.

Tabel 6. Nilai Perusahaan WIKA 2016—2019 (dalam ribuan Rupiah)

Tahun Laba Usaha Pajak Laba Dikoreksi WACC Nilai Lindung Pajak Nilai Perusahaan

A B C d=b(1-c) e f=c*(long term debt) g=(d/e)+f

2016 1,730,553,364 25% 1,297,915,023 6.21% 927,049,676 21,827,452,623

2017 2,140,364,818 25% 1,605,273,614 6.68% 1,269,083,098 25,300,125,216

2018 3,331,157,613 25% 2,498,368,210 7.09% 3,440,683,822 38,678,599,334

2019 3,673,507,916 25% 2,755,130,937 7.23% 3,136,414,306 41,243,342,895

Sumber: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2016—2019

Setelah mengetahui posisi struktur modal dan rasio solvabilitas WIKA dengan

perusahaan-perusahaan sebanding, yaitu BUMN Karya, perlu dilakukan tinjauan terkait kebijakan internal manajemen terkait penggunaan sumber dana modal jangka panjang. Jika kita lihat dari Tabel 6, nilai perusahaan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun biaya modal rata-rata juga mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan, laba usaha yang meningkat signifikan pula setiap tahunnya. Di tengah perlambatan Perseroan pada tahun 2019, laba usaha bahkan meningkat 1.12 kali laba usaha daripada tahun 2016. Selain itu, kontribusi dari peningkatan utang jangka panjang terhadap nilai perusahaan, juga tampak pada nilai perlindungan pajak (tax shield) yang terus meningkat.

Peningkatan nilai perlindungan pajak sejalan dengan MM Theory with tax bahwa dengan adanya pajak penghasilan, penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan teori struktur modal tradisional yang mengatakan bahwa nilai perusahaan akan maksimal dengan biaya rata-rata yang minimum, tidak dapat dibuktikan dalam kasus ini.

Penjelasan mengenai biaya rata-rata yang minimum akan memaksimalkan nilai perusahaan, dapat digunakan pada saat WACC saja yang berubah, sedangkan faktor-faktor lain sama atau tidak berubah signifikan. Faktor lain yang dimaksud, yaitu laba usaha (EBIT),

Page 97: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

245

tingkat pajak, dan utang jangka panjang. Hal ini dikarenakan, perubahan pada faktor-faktor terkait, akan mengurangi dampak dari kenaikan WACC terhadap nilai perusahaan.

Selain itu, menurut Penulis, penghitungan Laba Setelah Dikoreksi tidak menunjukkan kenyataan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan, pajak yang dikenakan pada perusahaan, tidak serta merta dikurangkan dari hasil Laba Sebelum Pajak. Di Indonesia, peraturan pajak perusahaan mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Di dalamnya mengatur objek dan besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Adapun penghitungan PKP dilakukan dengan cara mengurangkan penghasilan neto fiskal dengan kompensasi kerugian fiskal. Sehingga, penghasilan yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak penghasilan dalam suatu tahun pajak dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak, bukan Laba Sebelum Pajak. Sedangkan PPh Badan tersebut, berbeda dengan PPh Final yang telah dikurangkan sebelumnya. Sehingga dalam tulisan ini, yang digunakan adalah PPh Pasal 25 menggunakan tarif Pasal 17 (1) huruf b UU PPh dengan penyesuaian ketentuan ayat (2a).

Dalam Tabel 6, EBIT(1-t) merupakan laba dikoreksi berasal dari EBIT yang dikurangkan dengan perlindungan pajak (EBIT x tax rate). Sehingga dalam hal ini akan terjadi bias terhadap Laba Setelah Dikoreksi dikarenakan tidak menunjukkan nilai perlindungan pajak (asumsi tidak menggunakan utang). Sedangkan terkait nilai lindung pajak (f), sudah sesuai dengan penghitungan berdasarkan proporsi utang jangka panjang. Yang mana seberapa besar perlindungan pajak dalam suatu proporsi peminjaman dana dari utang jangka panjang tersebut.

Ketentuan tersebut, juga mengakibatkan adanya ketidaknormalan Laba Bersih pada tahun 2019. Meskipun Penerimaan Bersih dan Laba Kotor mengalami penurunan, tetapi Laba Bersih yang dihasilkan tetap meningkat dibandingkan tahun 2018. Hal ini disebabkan adanya koreksi pengenaan PKP pada tahun 2019 disebabkan oleh ketidaksamaan perhitungan pajak badan tahun 2018 yang dilaporkan pada laporan audit. Sehingga dilakukan rekonsiliasi tahun 2019 pada PKP Perusahaan Induk dari Rp338,650,904,000,00 menjadi Rp134,499,124,000,00.

Tabel 7. WACC WIKA 2019

Tahun Komponen Struktur Modal Komposisi Biaya Modal WACC

A B c d e=c*d

2019

Utang Jangka Panjang 39.50% 1.55% 0.61%

Modal Saham 60.50% 10.94% 6.62%

Total 100.00% 7.23%

Referensi: Diolah dari Laporan Keuangan Tahunan Konsolidasian WIKA 2019

Meskipun begitu, Tabel 6 masih dapat digunakan untuk mengukur prediksi perubahan

nilai perusahaan dengan asumsi PKP tidak memiliki banyak catatan. Dari tabel tersebut, peningkatan utang jangka panjang WIKA masih memiliki kontribusi meningkatkan nilai perusahaan hinggga WACC sebesar 7.23%, sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Adapun peningkatan ekuitas yang proporsional setiap tahunnya, dengan biaya modal yang lebih besar, juga masih mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut, dengan WACC 7.23% (lihat Tabel 7), WIKA mampu meningkatkan EPS pada akhir tahun 2019 sebesar Rp254.74. Angka tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, berturut-turut dari 2016, yaitu Rp162.21,00, Rp134.1,00, dan Rp193.02,00. Sehingga dalam hal ini, kebijakan struktur keuangan WIKA dalam hal menggunakan dominansi utang sebagai sumber dana Perseroan memiliki dampak yang baik bagi nilai perusahaan. Kendati utang jangka panjang tidak dominan dalam jumlah total utang,

Page 98: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

246

struktur modal WIKA saat ini masih mampu untuk meningkatkan nilai Perseroan.Meskipun nilai perusahaan terus mengalami kenaikan, margin dari kenaikan tersebut mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2017, kenaikan nilai perusahaan yaitu sebesar 15.9% dan meningkat 52.88% pada tahun 2018. Namun pada tahun 2019, margin kenaikan hanya sebesar 6.63%.

Hasil dari tinjauan struktur modal ini konsisten dengan simpulan Rustam (2015) bahwa, struktur modal perusahaan sektor industri properti, real estate, dan konstruksi masih berada di bawah batas yang diperkenankan, sehingga perusahaan masih memiliki kapasitas utang yang positif. Penggunaan utang jangka panjang terhadap ekuitas yaitu rata-rata 31%. Kemudian, rata-rata struktur modal perusahaan sektor industri properti, real estat, dan konstruksi masih tampak belum optimal disebabkan oleh pihak manajemen yang terlalu berlebihan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penggunaan utang jangka panjang.

Kesimpulan

Simpulan dari tinjauan terhadap rasio solvabilitas WIKA periode 2016—2019, yaitu

DER, DTCR, dan TIE WIKA masih berada di batas aman berdasarkan kebijakan manajemen dan rata-rata perusahaan sebanding, yaitu BUMN Konstruksi. Meskipun begitu, debt ratio

WIKA rata-rata melebihi 50% dari aktiva dan rata-rata perusahaan sebanding. WIKA dalam menjalankan Perseroan memiliki tingkat kehati-hatian yang tinggi terhadap penggunaan utang jangka panjang sebagai sumber pendaanaan. Dalam menghadapi pelaksanaan PSN, WIKA memilih untuk melakukan ekspansi dalam rangka mendapatkan laba yang lebih besar untuk menutup kekurangan dari proyek-proyek penugasan. Hal ini tercemin dari porsi swasta dalam kontrak baru dan kontrak dihadapi selalu lebih dominan dibandingkan kontrak dari Pemerintah dan BUMN. WIKA pun masih mampu menjaga kredibilitas struktur modalnya dibandingkan dengan BUMN sejenis dalam lapangan usaha yang sama.

Di sisi lain, biaya modal rata-rata WIKA mengalami peningkatan setiap tahunnya disebabkan oleh faktor-faktor biaya modal masing-masing yang terus mengalami peningkatan ekspektasi dan biaya pinjaman. Meskipun begitu, dikarenakan peningkatan tersebut bersamaan dengan peningkatan penerimaan bersih serta laba usaha, maka nilai perusahaan juga masih mengalami kenaikan. Berdasarkan perhitungan terhadap nilai perusahaan, struktur modal yang optimal WIKA selama periode 2016—2019 yaitu pada tahun 2019 dengan WACC sebesar 7.23% dan nilai perusahaan Rp41,243,342,895,00. Hal ini sesuai dengan MM Theory yang mana peningkatan utang akan meningkatkan nilai perusahaan apabila terdapat pajak.

Untuk penelitian selanjutnya, analisis terkait struktur modal ini bisa dihubungkan dengan teori lain, seperti agency costs, asymmetric information, interaksi pasar produksi, maupun pertimbangan kontrol perusahaan, sebagaimana disampaikan oleh Harris & Raviv, 1991. Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran struktur modal yang lebih utuh dan menyeluruh pada suatu perusahaan. Daftar Pustaka

Aisjah, Siti. 2012. Strategi Diversifikasi Korporat, Disertasi. Malang: Universitas Brawijaya

Press. Atmaja, Lukas Setia. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Brigham, E. F. Dan P. R. Daves. 2004. Intermediate Financial Management. Edisi

Kedelapan. New York: The Dryden Press, Harcout Brace College Publisher. Damodaran, Aswath. 2012. Investment Valuation. Edisi Kedua. New York: John.

Page 99: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

247

Harris, M. & Raviv, A. (1991). The Theory of Capital Structure. The Journal of Finance,

46(1). Hitt, W. D. (1995). The Learning Organization: Some Reflections on Organizational

Renewal. Leadership and Organizational Development Journal, 16(8). Jensen, M. C. (1986). Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Take Over.

American Economic Review, 76(2), 323–329. Maftukhah, I. (2013). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan Kinerja

Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Dinamika

Manajemen, 4(1), 69–81. https://doi.org/10.15294/jdm.v4i1.2425 Mardiyanto, Handono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan (Teori, Soal, dan Jawaban).

Jakarta: Grasindo. Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit

BPFE. Rustam, M., 2015. “Penentuan Struktur Modal Optimal Pada Perusahaan Sektor Properti,

Real Estate, dan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi

Bisnis dan Kewirausahaan, Vol.4. No. 1, 94-124. Sartono, Agus. 2012. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Edisi Keempat.

Yogyakarta: Penerbit BPFE. Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Perusahaan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.

Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. Wangsawinangun, Rizki Zulhilmi, Darminto, dan Nila Firdausi Nuzula. 2014. “Penetapan

Struktur Modal Yang Optimal Dalam Upaya Meningkatkan Nilai Perusahaan: Studi Kasus Pada PT Astra Internasional Tbk, dan Anak Perusahaan Tahun 2008-2012”. Dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 9, No.2, April 2014.

Zed, Mestika. 2003. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Peraturan Perundang-Perundangan

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Sekretariat Negara. Pemerintah Republik Indonesia. 2018. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56

Tahun 2018 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun

2017 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016

Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2016. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 Tentang

Upaya Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

169/PMK.010/2015 Tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara Utang dan

Modal Perusahaan Untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Page 100: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Faaza Naima, Ambang Aries Yudanto

248

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 30/PJOK.04/2019 Tentang Penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk yang Dilakukan tanpa melalui Penawaran Umum.

Lainnya

Kementerian BUMN Republik Indonesia. 2017. “Kiprah BUMN Membangun Negeri, Proyek Strategis Nasional BUMN 2017”. Diunduh dari http://bumn.go.id/upload/download_img/file_download/5a9debb0744f7_20180306081528/8/

#zoom=z/ 03/06/2020.

Page 101: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

249

Analisis Komparatif Tingkat Kesehatan Bank BUMN

Berdasarkan Metode RGEC

Chandra Hotpartua1

1Universitas Sahid

Ekayana Sangkasari Paranita2*

2*Universitas Sahid

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank BUMN ditinjau dari

aspek Profil Risiko, aspek Good Corporate Governance, aspek Laba, dan aspek Permodalan pada periode tahun 2015-2018. Objek penelitian adalah empat Bank BUMN Nasional yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, dan Bank BTN. Metode pengumpulan data melalui metode dokumenter dengan data sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dengan analisis rasio kualitatif. Aspek profil risiko bank BUMN dianalisis menggunakan rasio keuangan NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Aspek Good Corporate Governance dianalisis berdasarkan nilai komposit. Aspek laba bank BUMN dianalisis dengan rasio keuangan ROA (Return On Assets). Aspek permodalan bank BUMN dianalisis menggunakan rasio keuangan CAR (Capital Adequacy Ratio). Temuan penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan aspek profil resiko, laba, dan permodalan, bank yang paling unggul adalah Bank BRI. Adapun berdasarkan aspek Good Corporate

Governance, bank yang paling unggul adalah Bank Mandiri.

Kata Kunci: Kinerja Bank BUMN, Metode RGEC.

Pendahuluan

Bank merupakan salah satu penggerak roda perekonomian suatu negara dan juga

menjadi bagian dari sistem keuangan. Fungsi utama Bank menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perkembangan ekonomi suatu negara sangat erat hubungannya dengan kondisi dan kinerja sektor Perbankan. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi bank sebagai agent of

development, atau lembaga yang mendukung pembangunan ekonomi suatu negara. Oleh sebab itu peran pimpinan atas kemampuan manajerial dalam pengelolaan bank menjadi sangat vital atas kesehatan bank tersebut.

Meskipun bank adalah penghimpun dana dan penyalur kredit, namun bank harus memiliki kewaspadaan dan kontrol dalam memberi kredit kepada krediturnya. Hal ini terkait kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) yang menjadi salah satu faktor mengukur kesehatan suatu bank di mana semakin tinggi NPL, semakin tidak sehat bank tersebut.

Pada akhir tahun 2019 industri perbankan pemerintah harus mulai waspada terhadap ancaman kredit macet, OJK mencatat kenaikan rasio NPL perbankan BUMN mengalami kenaikan dibandingkan kuartal ke-2. Kuartal ke-3 rasio NPL perbankan BUMN sebesar 2,60 atau naik sebesar 0,5 persen dibanding kuartal ke-2 sebesar 2,55 persen. Beberapa bank BUMN

Page 102: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

250

menjadi sorotan tajam atas beberapa kasus kredit macet di Indonesia. Contoh terbaru adalah kredit macet Duniatex, perusahaan tekstil yang berlokasi di Jawa Tengah ini tercatat memiliki kredit macet sebesar Rp 18,61 Trilliun di mana separuhnya adalah utang kepada tujuh bank pemerintah, yaitu Bank BRI, Mandiri, dan BNI. Selain itu terdapat juga kasus kredit bermasalah PT Krakatau Steel. Perusahaan tambang di Banten ini memiliki eksposur kredit kepada bank BNI sebesar lebih dari Rp 20 Trilliun.

Namun kondisi kinerja perbankan pemerintah tersebut berbeda dari yang dialami oleh perbankan swasta nasional. Sebagai contoh bank BCA sebagai bank swasta terbesar justru mengalami tren positif. Pada kuartal ke-3 tahun 2019 Bank BCA mengalami perbaikan NPL dibanding kuartal sebelumnya, dari rasio 1,50 persen turun menjadi 1,39 persen.

Sebagai pengelola terbesar dana keuangan di Indonesia yang mencapai 45 persen (www.bi.go.id), Bank BUMN harus memperhatikan pengelolaan keuangan terkait kebijakan pemberian kredit karena berhubungan langsung kepada bagian permodalan. Semakin besar kredit macet maka semakin kecil juga pendapatan dari bunga yang menjadi masukan sebagai modal. Dengan demikian bank terpaksa mencari dana hutang ke pasar uang yang justru memiliki bunga tinggi yang justru akan menaikkan rasio kewajiban.

Oleh sebab itu bank BUMN wajib menjaga rasio keuangan yang menjadi indikator utama tingkat kesehatannya, agar tidak tergeser perannya oleh perbankan swasta nasional. Untuk menilai tingkat kesehatan perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004 mengenai analisis rasio CAMEL (Capital,

Asset, Management, Earnings, dan Liquidity). Seiring perkembangan dalam dunia perbankan, terdapat perbaikan dan penambahan rasio mengingat adanya sensitivitas resiko dari pasar yang harus diperhitungkan, yaitu faktor Sensitivity to Market Risk (S). Hal ini mendorong adanya perubahan metode analisis kesehatan bank dengan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC (Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). Bank BUMN masih menjadi pilihan utama, serta menjadi pengelola dana keuangan

terbesar di Indonesia, penting untuk bank BUMN terus melakukan evaluasi terkait tingkat kesehatannya, karena jika terjadi salah pengelolaan keuangan dapat menjadi pemicu terjadinya krisis finansial. Sejumlah penelitian terkait tingkat kesehatan bank telah dilakukan oleh Febriyanti et al. (2018), Lasta, et al. (2014), Montulalu & Rate (2018), Rohmah & Nuzula (2018), dan Sael & Tulung (2018). Namun beberapa penelitian tersebut menyimpulkan temuan yang beragam karena objek penelitian adalah bank dengan lingkup yang beragam juga, yakni bank swasta domestik, bank swasta asing, dan bank BUMN. Penelitian ini akan focus untuk menganalisis Bank BUMN, selanjutnya mengkomparasikannya, sehingga dapat diperoleh analisis yang lebih mendalam dan komprehensif.

Landasan Teori

Sumber Pendanaan Bank.

Perbankan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya memperoleh dana dengan sumber sebagai berikut (Kasmir, 2016) :

1. Dana yang bersumber dari bank sendiri Sumber dana dari bank sendiri dalam hal ini adalah setoran awal yang wajib dimiliki sebelum bank tersebut didirikan. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 2 tahun 2000 pasal 4 tentang Perbankan Umum dijelaskan untuk mendirikan sebuah bank baru, harus disiapkan

Page 103: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

251

dahulu modal awal sebesar Rp 3 Trilliun. Dana tersebut juga harus dijaminkan kepada lembaga penjamin simpanan (LPS), hal ini dibutuhkan untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa krisis moneter yang melanda negara Indonesia pada tahun 1998 silam. Dahulu kala syarat dana yang harus dimiliki untuk membuat bank baru cukup sebesar Rp 40 Milliar. Sumber dana sendiri menjadi indikator penting dalam menilai tingkat kesehatan. Semakin besar dana yang dimiliki maka semakin besar juga rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang menambah kepercayaan masyarakat akan kinerja bank tersebut. 2. Dana Cadangan Dana cadangan adalah dana yang diperoleh dari laba operasional yang diperoleh namun tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Besaran dana ini disepakati pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan. Biasanya dana ini digunakan untuk menambah modal tahunan yang akan digunakan suatu bank untuk rencana kerja atau target kerja pada tahun pembukuan berikutnya. 3. Dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini dapat dikatakan menjadi sumber dana utama yang sesuai fungsi perbankan, yaitu menghimpun dana masyarakat. Keberhasilan suatu bank dalam menghimpun dana masyarakat dapat memberikan gambaran kepercayaan bank dari masyarakat serta memberikan gambaran tingkat kesehatan perbankan dalam rangka mengelola dana masyarakat tersebut. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikan. Perbankan berdasarkan kepemilikannya dikelompokkan menjadi : 1. Bank milik pemerintah (BUMN) Bank milik pemerintah adalah bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia di bawah kementrian badan usaha milik negara (BUMN). Contohnya meliputi Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), serta Bank Tabungan Negara (BTN). 2. Bank milik swasta nasional Bank swasta nasional adalah bank yang saham mayoritasnya dimiliki oleh swasta nasional baik secara organisasi atau individu di wilayah hukum Republik Indonesia. Contohnya adalah Bank Central Asia (BCA), Bank Mega, Bank Danamon. 3. Bank milik asing Bank milik asing adalah bank yang saham mayoritasnya dimiliki oleh pemerintah luar negeri atau swasta asing yang membuka cabangnya di Indonesia. Contohnya yaitu Bank Commonwealth, Bank BNP Paribas Indonesia, dan Bank DBS. Peraturan Kesehatan Bank.

Bank Indonesia memperbaharui peraturan kesehatan perbankan. Melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011 ditetapkan metode baru yaitu komponen Asset (A),

Liquidity (L), dan Sensitivity (S) ke dalam indikator Risk Profile (R), pada RGEC. Selanjutnya mengganti indikator Management (M) pada CAMELS menjadi Good Corporate Governance

(G) pada RGEC.

Page 104: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

252

Profil resiko yang dianalisis dalam penelitian ini mencakup : A. Resiko kredit yang ditanggung bank karena debitur tidak melunasi kembali utangnya kepada pihak bank/Risk Credit (Kasmir, 2016). Resiko kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non

Performing Loan (NPL) dengan rumus : 𝑁𝑃𝐿 = 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100 %

B. Resiko Likuiditas. Rasio Likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rasio Loan to

Deposit Ratio (LDR) dengan rumus : 𝐿𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100 %

Pengukuran Good Corporate Governance menggunakan matriks peringkat faktor Good

Corporate Governance berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum. Peringkat kesehatan pengelolaan ini dinilai oleh bagian audit internal perbankan.

Menurut PBI No.13/PBI/2011, earnings atau pendapatan adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian terhadap faktor pendapatan didasarkan pada rasio Return

On Assets (ROA), dengan rumus : 𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100 %

Capital atau permodalan yaitu penilaian bank berdasakan permodalan yang dimiliki bank. Modal ini dibutuhkan untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Pengukuran kinerja permodalan berdasarkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus :

𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝐴𝑇𝑀𝑅 𝑥 100 %

Penelitian Terdahulu.

Sejumlah penelitian terdahulu telah menganalisis tingkat kesehatan bank berdasarkan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). Terdapat penelitian yang tidak menganalisis Risk Profile dan Good Corporate Governance karena tidak dapat mengakses data keuangan internal (Febriyanti et al., 2018). Adapun sebagian penelitian lainnya menganalisis Risk Profile menggunakan proksi Non Performing Loan dan Loan to

Deposit Ratio; selanjutnya menganalisis Good Corporate Governance menggunakan matriks peringkat faktor Good Corporate Governance berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/PBI/2011 (Lasta et al., 2014; Montolalu et al., 2018; Rohmah & Nuzula, 2018; Sael & Tulung, 2018).

Aspek Earnings dan Capital lazim dianalisis berdasarkan rasio kinerja profitabilitas dan permodalan. Aspek Earnings dianalisis dengan proksi Return On Assets. Adapun Capital dianalisis dengan proksi Capital Adequacy Ratio (Lasta et al., 2014; Febriyanti et al., 2018; Montolalu et al., 2018; Sael & Tulung, 2018).

Page 105: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

253

Metode Penelitian

Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian komparatif dan analisis deskriptif, yaitu

penelitian dengan membandingkan lebih dari satu objek penelitian untuk mendapatkan tingkatan atau urutan terhadap objek penelitian yang diteliti serta analisis yang bertujuan untuk menjelaskan hasil dari pengolahan data data yang di teliti. Tujuan penggunaan desain ini adalah untuk menganalisisis, membandingkan serta menjelaskan tingkat kesehatan bank BUMN konvensional di Indonesia.

Objek penelitian ini adalah empat Bank Nasional yang berada di bawah Kementrian BUMN, yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2015-2018.

Penarikan Sampel. Sampel penelitian ini dipilih dengan metode Purposive Sampling, yaitu sampel yang

diambil berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria sampel adalah bank yang termasuk dalam BUMN, aktif dalam bursa saham selama 5 tahun berturut-turut, dan memiliki laporan keuangan yang dipublikasikan yaitu: Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).

Pengumpulan Data. Data yang akan dipakai pada penelitian diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu

mengumpulkan data laporan keuangan tahunan yang dipublikasi pada situs website masing-masing bank yaitu www.bankmandiri.co.id, www.bni.co.id, www.bri.co.id, dan www.btn.co.id.

Metode Analisis. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode RGEC (Risk Profile,

Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital) yaitu menganalisis kinerja keuangan bank berdasarkan tingkat kesehatan perbankan dengan mengacu dari laporan tahunan dan laporan GCG yang dipublikasikan pada tahun 2015-2018.

Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital) menganalisis tingkat kesehatan bank berdasarkan kriteria-kriteria berikut :

1. Risk Profile, dengan proksi Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio

(LDR). 2. Good Corporate Governance (GCG), dengan proksi nilai komposit. 3. Earnings, dengan proksi Return On Assets (ROA). 4. Capital, dengan proksi Capital Adequacy Ratio (CAR).

Operasionalisasi Variabel

Indikator yang menjadi operasional variabel pada penelitian ini dikelompokkan

sebagaimana tabel berikut :

Page 106: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

254

Tabel 1. Peringkat Komposit Indeks Kesehatan Bank No Indikator Peringkat Kriteria Keterangan

1 NPL

1 NPL < 2% Sangat sehat

2 2 % < NPL 5 % Sehat

3 5 % < NPL 8 % Cukup sehat 4 8 % < NPL 12 % Kurang sehat

5 NPL > 12 % Tidak sehat

2 LDR

1 50 % < LDR < 75 % Sangat sehat

2 75 % < LDR < 85 % Sehat 3 85 % < LDR < 100 % Cukup sehat

4 100 % < LDR < 120 % Kurang sehat

5 LDR > 120 % Tidak sehat

3 GCG

1 Sangat baik Penilaian GCG adalah

self assessment internal masing masing bank

2 Baik 3 Cukup baik

4 Kurang baik

4 ROA

1 ROA > 1,5 % Sangat sehat

2 1,25 % < ROA < 1,5 % Sehat

3 0,5 % < ROA < 1,25 % Cukup sehat 4 0 % < ROA < 0,5 % Kurang sehat

5 ROA < 0 % Tidak sehat

5 CAR

1 CAR > 12 % Sangat sehat

2 9 % < CAR < 12 % Sehat 3 8 % < CAR < 9 % Cukup sehat

4 6 % < CAR < 8 % Kurang sehat

5 CAR < 6 % Tidak sehat

Sumber : www.bi.go.id

Hasil dan Pembahasan

Bank Mandiri Berikut adalah hasil pengolahan data Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit

(LDR) untuk Risk Profile Bank Mandiri tahun 2015-2018 :

Tabel 2. Non Performing Loan Bank Mandiri (dalam milyar) Kriteria Kredit 2015 2016 2017 2018

Lancar Rp 501,587 Rp 542,208 Rp 596,228 Rp 669,875 Dalam perhatian Rp 22,513 Rp 21,020 Rp 25,195 Rp 29,048 Kurang lancar Rp 1,753 Rp 9,263 Rp 6,036 Rp 3,717 Diragukan Rp 2,120 Rp 2,150 Rp 3,663 Rp 1,922 Macet Rp 8,057 Rp 12,028 Rp 12,525 Rp 14,405 Total Kredit Rp 536,030 Rp 592,669 Rp 643,647 Rp 718,967 NPL Rp 11,930 Rp 23,441 Rp 22,224 Rp 20,044 % 2,23 3,96 3.45 2,79

Sumber : Bank Mandiri, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat fluktuasi rasio NPL Bank Mandiri,

dengan rasio NPL terbaik pada tahun 2015 sebesar 2,23 persen yang menunjukkan resiko kredit Bank Mandiri sangat sehat serta rasio NPL terbesar di tahun 2016 sebesar 3,96 persen. Namun

Page 107: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

255

secara keseluruhan rasio NPL Bank Mandiri periode 2015-2018 masih menunjukkan resiko kredit yang sehat (NPL 2-5 persen) dengan rata-rata sebesar 3,10 persen.

Tabel 3. Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio Bank Mandiri (dalam milyar)

2015 2016 2017 2018 Total Kredit Rp 536,030 Rp 592,669 Rp 643,647 Rp 718,967 Dana pihak ketiga Rp 622,232 Rp 702,060 Rp 749,583 Rp 578,775 LDR % 86,15 84,42 85,87 93,86

Sumber : Bank Mandiri, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi rasio LDR Bank Mandiri,

dengan rasio tertinggi pada tahun 2018 sebesar 93,86 persen dan yang terendah di tahun 2016 sebesar 84,42 persen. Secara keseluruhan rasio utang terhadap penggunaan dana pihak ketiga Bank Mandiri periode 2015-2018 tergolong kategori cukup sehat (85-100 persen) dengan rata-rata 87,57 persen.

Berikut adalah hasil penilaian nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) Bank Mandiri yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa tata kelola Bank Mandiri selama periode 2015-2018 berturut-turut berada di peringkat komposit 1.

Tabel 4. Good Corporate Governance (GCG) Bank Mandiri

Tahun Peringkat Komposit

Keterangan

2015 1 Pengelolaan GCG dengan sangat baik 2016 1 Pengelolaan GCG dengan sangat baik 2017 1 Pengelolaan GCG dengan sangat baik 2018 1 Pengelolaan GCG dengan sangat baik

Sumber : Bank Mandiri, diolah 2019. Berikut adalah hasil pengolahan data kinerja profitabilitas Bank Mandiri berdasarkan

rasio Return On Assets (ROA) :

Tabel 5. Return On Assets (ROA) Bank Mandiri (dalam milyar) Tahun Laba bersih Total Asset ROA

2015 Rp 21,152,398 Rp 910,063,409 2,32 2016 Rp 14,650,163 Rp 1,038,706,009 1,41 2017 Rp 21,443,043 Rp 1,124,700,847 1,91 2018 Rp 18,700,408 Rp 1,173,644,878 1,59

Sumber : Bank Mandiri, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rasio Return On Assets (ROA) Bank

Mandiri yang tertinggi adalah di tahun 2015 sebesar 2,32 persen dan yang terendah adalah pada tahun 2016 sebesar 1,41 persen. Namun secara keseluruhan rasio Return On Assets (ROA) Bank Mandiri periode 2015-2018 termasuk kategori profitabilitas sangat sehat (ROA > 1,5 persen) dengan rata-rata 1,80 persen, yang berarti setiap penggunaan aset sebesar 10 persen menghasilkan laba bersih di atas 1,8 persen.

Berikut adalah hasil pengolahan data rasio permodalan Bank Mandiri berdasarkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Page 108: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

256

Tabel 6. Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Mandiri (dalam milyar)

Tahun Total Modal ATMR CAR 2015 Rp 107,388,146 Rp 577,345,989 18,60 2016 Rp 142,910,432 Rp 643,379,490 21,36 2017 Rp 153,178,315 Rp 707,791,497 21,64 2018 Rp 167,557,982 Rp 799,235,097 20,96

Sumber : Bank Mandiri, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa ketersediaan uang kas yang dimiliki Bank

Mandiri pada periode 2015-2018 dari keseluruhan aset tertimbang menurut resiko berada dalam posisi yang sangat sehat (CAR > 12 persen) dengan rata-rata 20,64 persen. Dengan demikian Bank Mandiri secara finansial memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasional setiap tahunnya.

Bank Negara Indonesia (BNI)

Berikut adalah hasil pengolahan data Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit

(LDR) untuk Risk Profile Bank Negara Indonesia (BNI) tahun 2015-2018 :

Tabel 7. Non Performing Loan (NPL) Bank BNI (dalam milyar) Kriteria Kredit 2015 2016 2017 2018

Lancar Rp 307,863 Rp 396,623 Rp 414,371 Rp 482,492 Dalam perhatian Rp 9,533 Rp 12,008 Rp 16,845 Rp 20,248 Kurang lancar Rp 2,722 Rp 1,594 Rp 1,271 Rp 2,028 Diragukan Rp 848 Rp 839 Rp 1,592 Rp 3,009 Macet Rp 5,139 Rp 9,212 Rp 7,234 Rp 5,001 Total Kredit Rp 326,105 Rp 420,276 Rp 441,313 Rp 512,778 NPL Rp 8,709 Rp 11,645 Rp 10,097 Rp 10,038 % 2,67 2,77 2,29 1,96

Sumber : Bank BNI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa terdapat fluktuasi rasio NPL Bank BNI,

yang terendah pada tahun 2018 sebesar 1,96 persen yang menunjukkan resiko kredit Bank BNI sangat sehat serta rasio NPL tertinggi di tahun 2016 sebesar 2,77 persen. Namun secara keseluruhan rasio NPL Bank BNI periode 2015-2018 menunjukkan resiko kredit yang sehat (NPL 2-5 persen) dengan rata-rata 2,42 persen.

Tabel 8. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BNI (dalam milyar)

2015 2016 2017 2018

Total Kredit Rp 316,105 Rp 420,276 Rp 441,313 Rp 512,778 Dana Pihak Ketiga Rp 370,420 Rp 435,535 Rp 516,098 Rp 578,775 LDR % 85,34 96,49 85,51 88,60

Sumber : Bank BNI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi rasio LDR Bank BNI,

dengan rasio tertinggi pada tahun 2016 sebesar 96,49 persen dan yang terendah di tahun 2015 sebesar 85,34 persen. Secara keseluruhan rasio utang terhadap penggunaan dana pihak ketiga Bank BNI periode 2015-2018 tergolong kategori cukup sehat (85-100 persen) dengan rata-rata 88,98 persen.

Page 109: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

257

Berikut adalah hasil penilaian nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) Bank BNI yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa tata kelola Bank BNI selama periode 2015-2018 berturut-turut berada di peringkat komposit 2.

Tabel 9. Good Corporate Governance (GCG) Bank BNI Tahun Peringkat Komposit Keterangan

2015 2 Pengelolaan GCG dengan Baik 2016 2 Pengelolaan GCG dengan Baik 2017 2 Pengelolaan GCG dengan Baik 2018 2 Pengelolaan GCG dengan Baik

Sumber : Bank BNI, diolah 2019. Berikut adalah hasil pengolahan data kinerja profitabilitas Bank BNI berdasarkan

rasio Return On Assets (ROA) :

Tabel 10. Return On Assets (ROA) Bank BNI (dalam milyar) Tahun Laba bersih Total Asset ROA

2015 Rp 9,140,532 Rp 508,595,288 1,80 2016 Rp 11,410,916 Rp 603,032,880 1,89 2017 Rp 13,770,592 Rp 709,330,084 1,94 2018 Rp 11,445,056 Rp 763,523,705 1,50

Sumber : Bank BNI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rasio Return On Assets (ROA) Bank BNI

yang tertinggi adalah di tahun 2017 sebesar 1,94 persen dan yang terendah adalah tahun 2018 sebesar 1,50 persen. Namun secara keseluruhan rasio Return On Assets (ROA) Bank BNI periode 2015-2018 termasuk kategori profitabilitas sangat sehat (ROA > 1,5 persen) dengan rata-rata 1,78 persen, yang berarti tingkat keuntungan yang diperoleh setiap penggunaan aset sebesar 10 persen menghasilkan laba bersih di atas 1,7 persen.

Berikut adalah hasil pengolahan data rasio permodalan Bank BNI berdasarkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Tabel 11. Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank BNI (dalam milyar)

Tahun Total Modal ATMR CAR 2015 Rp 73,779 Rp 378,565 19,49 2016 Rp 84,278 Rp 434,354 19,40 2017 Rp 95,307 Rp 514,447 18,53 2018 Rp 104,254 Rp 563,440 18,50

Sumber : Bank BNI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa ketersediaan modal yang dimiliki Bank

BNI periode 2015-2018 dari keseluruhan aset tertimbang menurut resiko berada di posisi yang sangat sehat (CAR > 12 persen) dengan rata-rata 18,98 persen, yang berarti Bank BNI secara finansial memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasional setiap tahunnya.

Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Berikut adalah hasil pengolahan data Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit

(LDR) untuk Risk Profile Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun 2015-2018 :

Page 110: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

258

Tabel 12. Non Performing Loan (NPL) Bank BRI (dalam milyar)

Kriteria Kredit 2015 2016 2017 2018 Lancar Rp 540,359 Rp 619,793 Rp 692,099 Rp 793,276 Dalam perhatian Rp 9,533 Rp 29,474 Rp 30,784 Rp 31,173 Kurang lancar Rp 2,722 Rp 3,730 Rp 2,995 Rp 2,479 Diragukan Rp 848 Rp 1,756 Rp 4,229 Rp 2,380 Macet Rp 5,139 Rp 8,664 Rp 9,227 Rp 14,287 Total Kredit Rp 326,105 Rp 663,417 Rp 739,334 Rp 843,595 NPL Rp 8,709 Rp 14,150 Rp 16,451 Rp 19,146 % 2,10 2,13 2,23 2,27

Sumber : Bank BRI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa terdapat fluktuasi rasio NPL Bank BRI,

dengan rasio NPL terendah pada tahun 2015 sebesar 2,10 persen yang menunjukkan resiko kredit Bank BRI sangat sehat serta rasio NPL tertinggi di tahun 2018 sebesar 2,27 persen. Namun secara keseluruhan rasio NPL Bank BRI periode 2015-2018 menunjukkan resiko kredit yang sehat (NPL 2-5 persen) dengan rata-rata 2,18 persen.

Tabel 13. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BRI (dalam milyar)

2015 2016 2017 2018

Total Kredit Rp 581,093 Rp 663,417 Rp 739,334 Rp 843,595 Dana Pihak Ketiga Rp 668,995 Rp 754,256 Rp 841,656 Rp 944,268 LDR % 86,86 87,84 87,84 89,34

Sumber : Bank BRI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui terjadi fluktuasi rasio LDR Bank BRI dengan

rasio tertinggi pada tahun 2018 sebesar 89,34 persen dan terendah tahun 2015 sebesar 86,86 persen. Secara keseluruhan rasio utang terhadap penggunaan dana pihak ketiga Bank BRI periode 2015-2018 tergolong kategori cukup sehat (85-100 persen) dengan rata-rata 87,97 persen.

Berikut adalah hasil penilaian nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) Bank BRI yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa tata kelola Bank BRI selama periode 2015-2018 berturut-turut berada di peringkat komposit 2.

Tabel 14. Good Corporate Governance (GCG) Bank BRI Tahun Peringkat Komposit Keterangan

2015 2 pengelolaan GCG dengan baik 2016 2 pengelolaan GCG dengan baik 2017 2 pengelolaan GCG dengan baik 2018 2 pengelolaan GCG dengan baik

Sumber : Bank BRI, diolah 2019. Berikut adalah hasil pengolahan data kinerja profitabilitas Bank BRI berdasarkan

rasio Return On Assets (ROA) :

Page 111: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

259

Tabel 15. Return on Assets (ROA) Bank BRI (dalam milyar) Tahun Laba bersih Total Asset ROA

2015 Rp 25,410,788 Rp 878,426,312 2,89 2016 Rp 26,227,991 Rp 1,003,644,426 2,61 2017 Rp 29,044,334 Rp 1,126,248,442 2,58 2018 Rp 14,934,136 Rp 1,296,898,292 1,15

Sumber : Bank BRI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa rasio Return on Assets (ROA) Bank BRI

yang tertinggi adalah di tahun 2018 sebesar 1,15 persen dan yang terendah pada tahun 2015 sebesar 2,89 persen. Namun secara keseluruhan rasio profitabilitas tersebut menunjukkan nilai yang sangat sehat (ROA > 1,5 persen) dengan rata-rata 2,30 persen, yang berarti tingkat keuntungan yang diperoleh setiap penggunaan aset sebesar 10 persen menghasilkan laba bersih di atas 2 persen.

Berikut adalah hasil pengolahan data rasio permodalan Bank BRI berdasarkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Tabel 16. Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank BRI (dalam milyar)

Tahun Total Modal ATMR CAR

2015 Rp 114,200,398 Rp 560,078,660 20,39 2016 Rp 142,910,432 Rp 623,857,728 22,91 2017 Rp 161,751,939 Rp 704,515,985 22,96 2018 Rp 173,618,421 Rp 818,608,240 21,21

Sumber : Bank BRI, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa ketersediaan uang kas yang dimiliki Bank

BRI periode 2015-2018 dari keseluruhan aset tertimbang menurut resiko berada di posisi yang sangat sehat (CAR > 12 persen) dengan rata-rata 21,86 persen, yang berarti Bank BRI secara finansial memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasional setiap tahunnya.

Bank Tabungan Negara (BTN)

Berikut adalah hasil pengolahan data Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit

(LDR) untuk Risk Profile Bank Tabungan Negara (BTN) tahun 2015-2018 :

Tabel 17. Non Performing Loan (NPL) Bank BTN (dalam milyar) Kriteria Kredit 2015 2016 2017 2018

Lancar Rp 116,887 Rp 142,963 Rp 176,247 Rp 210,776 Dalam perhatian Rp 17,316 Rp 16,807 Rp 17,455 Rp 20,882 Kurang lancar Rp 250 Rp 260 Rp 236 Rp 569 Diragukan Rp 359 Rp 333 Rp 349 Rp 473 Macet Rp 4,144 Rp 4,083 Rp 4,703 Rp 5,655 Total Kredit Rp 138,956 Rp 164,446 Rp 198,990 Rp 238,355 NPL Rp 4,753 Rp 4,676 Rp 5,288 Rp 6,697 % 3,42 2,84 2,66 2,81

Sumber : Bank BTN, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa terdapat fluktuasi rasio NPL Bank BTN,

dengan rasio NPL terbaik pada tahun 2017 sebesar 2,66 persen yang menunjukkan resiko kredit Bank BTN cukup sehat serta rasio NPL tertinggi di tahun 2015 sebesar 3,42 persen.

Page 112: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

260

Namun secara keseluruhan rasio NPL Bank BTN periode 2015-2018 menunjukkan resiko kredit yang sehat (NPL 2-5 persen) dengan rata-rata 2,93 persen.

Tabel 18. Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BTN (dalam milyar)

2015 2016 2017 2018 Total Kredit Rp 138,956 Rp 164,446 Rp 198,990 Rp 238,355 Dana Pihak Ketiga Rp 127,708 Rp 147,787 Rp 177,091 Rp 211,034 LDR % 108,81 111,27 112,37 112,95

Sumber : Bank BTN, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui terjadi peningkatan rasio LDR Bank BTN secara

berturut-turut, dengan rasio tertinggi pada tahun 2018 sebesar 112,95 persen dan yang terendah di tahun 2015 sebesar 108,81 persen. Secara keseluruhan rasio utang terhadap penggunaan dana pihak ketiga Bank BTN periode 2015-2018 tergolong kategori kurang sehat (100-120 persen) dengan rata-rata 111,35 persen.

Berikut adalah hasil penilaian nilai komposit Good Corporate Governance (GCG) Bank BTN yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa tata kelola Bank BTN selama periode 2015-2018 berturut-turut berada di peringkat komposit 2.

Tabel 19. Good Corporate Governance Bank BTN

Tahun Peringkat Komposit Keterangan

2015 2 pengelolaan GCG dengan baik 2016 2 pengelolaan GCG dengan baik 2017 2 pengelolaan GCG dengan baik 2018 2 pengelolaan GCG dengan baik

Sumber : Bank BTN, diolah 2019. Berikut adalah hasil pengolahan data kinerja profitabilitas Bank BTN berdasarkan

rasio Return On Assets (ROA) :

Tabel 20. Return On Assets (ROA) Bank BTN (dalam milyar) Tahun Laba bersih Total Asset ROA

2015 Rp 1,850,592 Rp 171,807,592 1,08 2016 Rp 2,618,905 Rp 214,168,479 1,22 2017 Rp 3,027,467 Rp 261,365,267 1,16 2018 Rp 2,236,172 Rp 272,304,662 0,82

Sumber : Bank BTN, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa rasio Return On Assets (ROA) Bank BTN

yang tertinggi adalah di tahun 2016 sebesar 1,22 persen dan yang terendah pada tahun 2018 sebesar 0,82 persen. Namun secara keseluruhan rasio profitabilitas tersebut menunjukkan nilai cukup sehat (0,5 < ROA < 1,25 persen) dengan rata-rata 1,07 persen, yang berarti tingkat keuntungan yang diperoleh setiap penggunaan aset sebesar 10 persen menghasilkan laba bersih sekitar 1 persen.

Berikut adalah hasil pengolahan data rasio permodalan Bank BTN berdasarkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Page 113: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

261

Tabel 21. Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank BTN (dalam milyar) Tahun Total Modal ATMR CAR

2015 Rp 13,893,026 Rp 81,882,087 16,97 2016 Rp 20,219,637 Rp 99,431,853 20,34 2017 Rp 22,094,944 Rp 117,092,266 18,87 2018 Rp 23,328,446 Rp 128,137,744 18,21

Sumber : Bank BTN, diolah 2019. Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa ketersediaan modal yang dimiliki Bank

BTN pada periode 2015-2018 dari keseluruhan aset tertimbang menurut resiko termasuk kategori sangat sehat (CAR > 12 persen) dengan rata-rata 18,59 persen, yang berarti Bank BTN secara finansial memiliki modal yang cukup untuk memenuhi kegiatan operasional setiap tahunnya.

Berdasarkan analisis metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance,

Earnings, Capital) terhadap tingkat kesehatan Bank BUMN dalam periode tahun 2015-2018, maka dapat disusun peringkat masing-masing Bank BUMN sebagaimana tabel berikut :

Tabel 22. Peringkat Bank BUMN Berdasarkan Metode RGEC No Bank Score RGEC Peringkat

1 Bank Rakyat Indonesia 29,07 1 2 Bank Mandiri 28,82 2 3 Bank Negara Indonesia 28,50 3 4 Bank Tabungan Negara 27,33 4

Sumber : data diolah, 2019.

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai tingkat kesehatan Bank BUMN

berdasarkan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) pada periode tahun 2015-2018, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Bank BRI paling unggul dalam seluruh aspek. Namun dalam aspek Risk Profile dan Good Corporate

Governance, Bank Mandiri paling unggul di antara bank BUMN lainnya. Adapun dalam aspek Earnings dan Capital, Bank BRI paling tinggi profitabilitas dan paling kuat permodalannya.

Implementasi penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen Bank BUMN masih perlu mempertahankan tata kelola perusahaannya, karena tata kelola merupakan kunci untuk mempertahankan kepercayaan nasabah. Fenomena fluktuasi kredit macet pada Bank BUMN perlu menjadi perhatian serius dengan memperketat penilaian dalam penilaian penyaluran kredit. Sementara itu profitabilitas dan permodalan Bank BUMN yang sangat prima perlu tetap dijaga kesinambungannya, serta perlu konsistensi audit dan pengawasan.

Daftar Pustaka

Febriyanti, S., Suhadak & Saifi, M. (2018). Perbandingan Komparatif Tingkat Kesehatan 6

Bank Terbesar di Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan RGEC. Jurnal

Administrasi Bisnis, 61 (1), 57-63. Kasmir. (2016). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Lasta, H.A., Arifin, Z, & Nuzula, N.F. (2014). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan

Menggunakan Metode RGEC. Jurnal Administrasi Bisnis, 13(2), 1-10.

Page 114: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Chandra Hotpartua, Ekayana Sangkasari Paranita

262

Montulalu, K., Murni, S. & Rate, P. V. (2018). Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Umum Menggunakan Metode RGEC pada Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar pada BEI Periode 2012-2016. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 6 (3), 1578-1587.

Rohmah, R. & Nuzula, N. F. (2018). Analisis Kinerja Bank Berdasarkan Faktor Risk, Good Corporate Governance, Earning, Capital (RGEC). Jurnal Administrasi Bisnis, 55 (3), 92-102.

Sael, A. & Tulung, J. E. (2018). Analisis Laporan Keuangan sebagai Ukuran Kesehatan Bank dengan Metode RGEC pada Bank BUMN Periode 2014-2016. Jurnal Ekonomi,

Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 6(4), 3943-3952. Santoso, T. & Nuritomo. (2015). Manajemen Perbankan. Jakarta: Salemba Empat. www.bankmandiri.co.id www.bi.go.id www.bni.co.id www.bri.co.id www.btn.co.id

Page 115: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

263

Alumni Satisfaction Analysis with UnivQual Theory:

Case of Telkom University Class of 2010-2014

Mahir Pradana*

Telkom University, Indonesia Benny Kurnia

Telkom University, Indonesia Tri Indra Wijaksana

Telkom University, Indonesia Fajar Ari Rachdian

Telkom University, Indonesia Diki Wahyu Nugraha

Politeknik Pos, Indonesia

* [email protected]

Abstract

This research was conducted to determine the crucial attributes used by students in choosing universities to enter, in this case choosing to enroll at Telkom University, where the object of this research is the Business Administration students class 2010-2014. The purpose of this study is to explore the factors that are considered by prospective students in making decisions to choose Telkom University campus for study and to find out the dominant factors in choosing the Telkom University campus as a place to study. This research uses a quantitative approach. The scale of the instrument used in this study was the Likert scale. The population in this study were alumni of Telkom University. Tel-U has 45,743 alumni who are members of the Telkom University Alumni Forum (FAST). This study uses a non-probability sampling technique with a purposive sampling type. The data analysis technique used descriptive analysis. It can be concluded that there is no significant effect of the curriculum on improving Telkom University students' skills. We also found a significant effect of facilities and services on improving the skills of Telkom University students. Last we found a significant effect of skill development on Telkom University students' satisfaction.

Keywords: UnivQual; Education Management; Business Administration

Introduction

Education has a significant role in life, especially if supervised by efforts to improve human resources quality (HR). To get that human resource quality, a place for human resources plays an important role, such as the level of education in university (Pradana, 2016). One of the university's goals is competitive advantage through resource management in terms of professional human resources. This fact shows that being competitive is a new challenge for universities. In this case, leadership and management are the main factors universities have become more responsive to consumer needs or demands. College or university has various departments and different facilities. Therefore, prospective students will not carelessly in choosing the college to be occupied.

For example, in Asia, according to Lee and Chatfield (2015) in their research, in the selection of universities in the field of tourism and hospitality, many considerations and factors

Page 116: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

264

influence it. This case identified the factors which influence student choices, including domestic students, overseas students, and international students (Fakhri et al., 2017). The results showed that international students consider costs, facilities, family support. Impressive results also come from media such as television (TV) programs, social media, and significant news that can affect prospective students in choosing a university. Decision making by prospective students is how they can identify the education by which they are regulated.

Suppose the theory is a decision-making model, where the stages in making the decision start from recognizing needs, whether education is one of the personal needs or not. The consumer will then look for information that needs to be stored in memory (internal search) and obtain information relevant to decisions from the environment (external search).

In this case, consumers or prospective students are looking for information about Telkom University (Pradana & Puspitasari, 2016). The next step is the evaluation of alternatives, where some basic concepts will help understand the consumer evaluation process: Consumers try to meet a need, look for specific benefits from the product solution, and see each product as a collection of attributes with different abilities in providing satisfaction benefits.

After making the decision, it will be seen how consumer behavior tends to be after choosing Telkom University. The success of a business is responsive very much to the company's existing marketing strategy. One of the instruments used to develop a marketing strategy is to use the factor analysis method decision making from several experts, namely Marimon et al. (2019). Therefore, we aim this research to see the essential attributes used by students in choosing universities to enter, in choosing this registering at Telkom University, where the object of this research is Business Administration students batch 2010-2014. Literature Review and Hypotheses

According to Kotler and Keller (2016) the definition of service is as follows: "Service is any action or performance that one party can offer to another who is essentially intangible and does not result in any ownership. Service itself has characteristics, namely:

Strongly influenced by emotionally driven motives.

Services are intangible, different from goods that are tangible, can be seen, tasted, smelled, etc.

Durable goods, but not service. Service is purchased and consumed at the same time.

Goods can be stored, while services cannot be stored.

Estimating demand in the marketing of goods is a problem, as is marketing services.

Service business pays great attention to the human element.

Direct distribution from producers to consumers.

According to Ladhari (2009), one of the most popular methods is used to measure quality service is the SERVQUAL model. According to Parasuraman, Berry, & Zeithaml (1993), SERVQUAL operationalize service quality by comparing the perceptions of service received with hope. Since this method was published, a number of variations have developed. In the special context of Higher Education, Brown and Mazzarol (2009) adapted the SERVQUAL method and found that one of the most important of the perceived value is the image of the institution, while the perceived quality of the people and physical processes,

Page 117: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

265

infrastructure and services have weak and unclear impacts. Furthermore, a series of studies examining how universities perform using the SERVQUAL method and compare results with other methods.

Marimon et al. (2019) have findings that reveal students are important, and that the three categories included in the UnivQual method can provide meaningful information for university managers. If processed properly, the data collected can very useful for making more informed decisions. Not all universities will focus on efforts and their resources in the same direction. Universities need to evaluate themselves first, look at their weaknesses and strengths and then outline a strategic plan to determine their future actions. Marimon et al. (2019) have designed and validated the method of UnivQual, to assess students' perceptions holistically about the quality of services provided at the university. This method presents its hallmark as a useful instrument not only for assessing the subject.

Alternatively, individually, but also to capture students' perceptions of students after completing their studies. Therefore, it contains a number of items that refer to the entire academic program. This study proposed the UnivQual method to evaluate students' perceptions of service quality by considering the academic component of the service experience and its factors as part of the service package as an implicit feature (eg public services, facilities and equipment). The following is the research framework in this study.

Figure 1. Research Framework

Research Methodology

This study uses a quantitative approach. The processing results are then presented in numeric form so that it makes it easy for anyone who needs information regarding the research. According to Augustriati et al. (2017), the quantitative method basically includes determining the subject to be requested information or data, the techniques used in data collection, and the treatment to be selected. Quantitative methods also generally want to know the relationship between two or more variables previously described in accordance with the theory on which the Operational Variable and Measurement Scale is based.

The population in this study were alumni of Telkom University. The university has a number of alumni who are members of the Telkom University Alumni Forum (FAST) as of August 2019 amounting to 45,743 people. According to Indrawati (2015) the sample is members of the population who are elected to be involved in research, either to be observed, given treatment, or asked for their opinion about what is being researched. After calculating the population with Slovin formula, we decided to distribute the questionnaire to 100 alumni with purposive sampling method.

Therefore, our study uses a non-probability sampling technique with a purposive sampling type. Non-probability sampling is a sampling technique that does not provide opportunities or opportunities for each element or member of the population to be selected as a sample (Sugiyono, 2017). Meanwhile, purposive sampling, namely selecting members of a particular sample deliberately by the researcher, because the sample is only who represent or

Page 118: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

266

can provide information to answer research problems (Indrawati, 2015). The sample of this research is 100 Telkom University alumni or former students class 2010-2014. Hypoteses for this research are:

Hypothesis 1: The curriculum has a positive effect on student skill development Hypothesis 2: Services & facilities have a positive effect on skill development Hypothesis 3: Student skill development has a positive effect on student satisfaction

Discussion

This study aims to examine the effect of curriculum, facilities & services, skills improvement and student satisfaction at Telkom University 2010-2014. The data is processed using structural equation modeling with the alternative method of partial least square. In structural equation modeling, there are two types of models that are formed, namely measurement models and structural models. The measurement model describes the proportion of the variance of each manifest variable (indicator) that can be explained in the latent variable. After the measurement model for each latent variable is described, a structural model will be described which will examine the effect of each independent latent variable (exogenous latent variable) on the endogenous latent variable.

The measurement model is a model that connects latent variables with the manifest variable. In this study, there are 4 latent variables measured by 20 indicators. Through the loading factor it can be seen the validity of each indicator and test the reliability of the constructs of the variables under study (Fornell & Larcker, 1981). The indicator is said to be valid if it has a factor weight greater than 0.70. From the picture, it can be seen that all items have a loading factor above 0.70 so that all items are valid. For more details, see the following table:

Table 1. Item Validity

Variables Indicators Loading

factors Verdict

Curriculum

K1 0,796 Valid

K2 0,807 Valid

K3 0,768 Valid

K4 0,773 Valid

K5 0,823 Valid

K6 0,762 Valid

K7 0,798 Valid

Facility & Service

FP1 0,791 Valid

FP2 0,800 Valid

FP3 0,815 Valid

Page 119: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

267

FP4 0,832 Valid

FP5 0,829 Valid

FP6 0,871 Valid

Skill Development

PS1 0,810 Valid

PS2 0,821 Valid

PS3 0,865 Valid

PS4 0,883 Valid

PS5 0,862 Valid

PS6 0,896 Valid

Satisfaction

WP1 0,899 Valid

WP2 0,892 Valid

WP3 0,898 Valid

WP4 0,829 Valid

WP5 0,840 Valid

WP6 0,898 Valid

Source: Authors’ own elaboration (2020)

The following table 2 is the result of the convergent validity test which includes the loading factor, AVE value and CR value for each research variable.

Table 2. Reliability

Variables Indicators Loading

factors AVE CR Verdict

Curriculum

K1 0,796

0,624 0,927 Reliable

K2 0,807

K3 0,768

K4 0,773

K5 0,823

K6 0,762

K7 0,798

Page 120: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

268

Facility &

Service

FP1 0,791

0,678 0,921 Reliable

FP2 0,800

FP3 0,815

FP4 0,832

FP5 0,829

FP6 0,871

Skill

Development

PS1 0,810

0,734 0,943 Reliable

PS2 0,821

PS3 0,865

PS4 0,883

PS5 0,862

PS6 0,896

Satisfaction

WP1 0,899

0,768 0,952 Reliable

WP2 0,892

WP3 0,898

WP4 0,829

WP5 0,840

WP6 0,898

Source: Authors’ own elaboration (2020)

Based on the processing results presented in the table above, it can be seen that all latent

variables have AVE values above 0.5 and CR above 0.7 so that they are declared reliable. The following table 3 is a summary of the results of the structural model statistical test

to answer the research hypothesis:

Page 121: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

269

Table 3. Path Coefficients

Hypothesis Relationship Path Coefficient p-value T-stat Verdict

H1 Curriculum

has positive

effect on skill

development

0,268 0,109 1,604 Valid but not

significant

H2 Curriculum

has positive

effect on skill

development

0,837 0,000 20,136 Valid and

significant

H3 Skill

development

has positive

effect on

satisfaction

0,862 0,000 20,451 Valid and

significant

Source: Authors’ own elaboration (2020)

We then continue to the testing of the hypothesis If F count <F table then H0 is in the acceptance area, it means that H1 is rejected or there is no significant effect. The following describes each hypothesis testing

a. Hypothesis 1 Hypothesis: H0: There is no significant effect of the curriculum on skill improvement. H1: There is a significant influence by the curriculum on skill improvement.

Based on the provisions previously stated, where the t-count is 1.604 and at the 5% (2 tailed) significance level, the t-table is 1.96, so that the t-count (1.604) <t-table (1.96). This means that H0 is accepted and H1 is rejected, so there is no significant effect of the curriculum on skill improvement.

Judging from the path coefficient of 0.268. The path coefficient is positive, meaning that there is a direct relationship between the curriculum variables and skill improvement. These results indicate that if the curriculum variable value is higher, then the value of increasing skills will decrease, and not at a significant level. b. Hypothesis 2 Hypothesis: H0: There is no significant effect of facilities and services on skill improvement H1: There is a significant effect of facilities and services on skill improvement

Page 122: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

270

Based on the provisions previously stated, where the t-count is 20.136 and at the 5% (2

tailed) significance level, the t-table is 1.96, so that t-count (20.136)> t-table (1.96). This means that H0 is rejected and H2 is accepted, so there is a significant effect of facilities and services on skill improvement.

Judging from the path coefficient of 0.837. The path coefficient is positive, meaning that there is a unidirectional relationship between the Facility and Service variables on skill improvement. This result shows that if the Facility and Service variables increase, it will increase the skill increase, and vice versa. c. Hypothesis 3 Hypothesis: H0: There is no significant effect of Skill Improvement on satisfaction. H1: There is a significant effect of Skill Improvement on satisfaction.

Based on the provisions previously stated, where the t-count is 20.451 and at the 5% (2 tailed) significance level, the t table is 1.96, so that the t-count (20.451)> t-table (1.96). This means that H0 is rejected and H3 is accepted, so there is a significant effect of Skill Improvement on satisfaction.

Judging from the path coefficient of 0.862. The path coefficient is positive, meaning that there is a direct relationship between the Skill Increase variable and satisfaction. These results indicate that if the Skill Improvement variable increases, it will increase student satisfaction.

Conclusion

Based on research conducted regarding the satisfaction of choosing Telkom University with the univqual theory of the 2010-2014 alumni, the following conclusions can be drawn:

The syllabus variable is in the high category with a total score of 83.4%. This means that the syllabus or learning curriculum owned by Telkom University is good.

Facility & service variables are in the high category with a total score of 69.4%. This means that the facilities and services owned by Telkom University are good.

The variable of skill improvement is in the high category with a total score of 80.4%. This means that the skill improvement of Telkom University students is good.

The satisfaction variable is in the high category with a total score of 76.8%. This means that Telkom University student satisfaction is good.

Based on testing the hypothesis 1, it can be concluded that there is no significant effect of the curriculum on improving the skills of Telkom University students.

Based on testing the hypothesis 2, it can be concluded that there is a significant effect of facilities and services on improving the skills of Telkom University students.

Page 123: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

271

Based on testing the hypothesis 3, it can be concluded that there is a significant effect of Skill Improvement on Telkom University student satisfaction.

Based on the results of data analysis on research on the satisfaction of choosing Telkom University with the UnivQual theory of the 2010-2014 alumni, the following suggestions can be made:

The facility & service variable that has the lowest score is the statement "Online platform (virtual campus) is a suitable environment to generate knowledge and improve my learning". Therefore, researchers suggest that the online platform at Telkom University be improved so that it can improve student learning.

The satisfaction variable which has the lowest score is the statement "I am satisfied because I always do the assigned task well". Therefore, researchers provide suggestions so that teachers can provide assignments that not only improve the learning process, but can also attract students' interest in new things which of course still relate to the material provided.

We also offer suggestions for further researchers to be put forward as follows:

The variables used in this research are curriculum, facilities & services, skills improvement and satisfaction variables. It is recommended for further researchers to examine other factors that affect student satisfaction at Telkom University, for example: school culture, joob opportunities. This suggestion is proposed in order to obtain varied results.

Further suggestions related to the object of research, the next researcher should use a different scope. So that further research is expected to expand the object of research or conduct research at other companies.

References Augustrianto, A., Silvianita, A., Ferari, E. (2019) Hofstede’s organization culture on deviant

workplace behavior (Case study on workers at plaza Toyota Bandung). Journal of Advanced Research in Dynamical and Control Systems, 11(3 Special Issue), pp.720-725

Brown, R. M., & Mazzarol, T. W. (2009). The importance of institutional image to student satisfaction and loyalty within higher education. Higher education, 58(1), 81-95.

Fakhri, M., Pradana, M., Virgintia, E., & Gilang, A. (2017, August). Determinants of Competence in Supporting Student's Career Goals. In 8th International Conference of Asian Association of Indigenous and Cultural Psychology (ICAAIP 2017). Atlantis Press.

Fornell, C., & Larcker, D. F. (1981). Evaluating structural equation models with unobservable variables and measurement error. Journal of Marketing Research, 18(1), 39-50.

Indrawati, I., & Indriasari, D. (2015). Pemanfaatan Big Data Analysis Dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan High Speed Internet (studi Kasus Telkom Divisi Regional Ii Jakarta). eProceedings of Management, 2(2).

Kotler, P. (2016). A framework for marketing management. Pearson Education Limited. Lee, H. J., Chatfield, R. B., & Strawa, A. W. (2016). Enhancing the applicability of satellite

remote sensing for PM2. 5 estimation using MODIS deep blue AOD and land use

Page 124: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Mahir Pradana, Benny Kurnia, Tri Indra Wijaksana, Fajar Ari Rachdian, Diki Wahyu Nugraha

272

regression in California, United States. Environmental Science & Technology, 50(12), 6546-6555.

Marimon, F., Mas-Machuca, M., Berbegal-Mirabent, J., & Llach, J. (2019). UnivQual: a holistic scale to assess student perceptions of service quality at universities. Total Quality Management & Business Excellence, 30(1-2), 184-200.

Parasuraman, A., Berry, L. L., & Zeithaml, V. A. (1993). More on improving service quality measurement. Journal of retailing, 69(1), 140-147.

Pradana, M. (2016). Perencanaan Skema Sistem Informasi Untuk Aktivitas Manajemen. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 4(1).

Pradana, M., & Puspitasari, D. N. (2016). Webqual Analysis Of Telkom University's Openlibrary System From The Perspectives Of Communication And Business Students. Bandung Creative Movement (BCM) Journal, 3(1).

Saragih, R., Fakhri, M., Pradana, M., Gilang, A., & Vidjashesa, G. A. (2018). Ethical Leadership’s Effect on Employee Discipline: Case of An Indonesian Telecommunication Company. In Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Page 125: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

273

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Asset

Growth terhadap Beta Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property di

Bursa Efek Indonesia

Diah Ayu Shoviana Ranti1)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang Damayanti

2)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang

E-mail: [email protected])

E-mail:[email protected])

Abstrak

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk membuktikan dan menjelaskan pengaruh current ratio, debt to equity ratio, return on asset dan asset growth terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. Pengambilan sampel dalam penelitian yang dilakukan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu dan diperoleh sebanyak 10 perusahaan selama 5 tahun, sehingga diperoleh 50 observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan adalan teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa current

ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta saham, debt to equity ratio dan

return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham sedangkan asset growth

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham. Hasil pengujian koefisien determinasi menunjukkan nilai 0,239 yang artinya bahwa variabel current ratio, debt to

equity ratio, return on asset dan asset growth mampu menjelaskan variabel beta saham sebesar 23,9% sedangkan 76,1% kemungkinan dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Kata Kunci: current ratio, debt to equity ratio, return on asset, asset growth dan beta saham.

Pendahuluan

Pasar modal merupakan tempat pertemuan antara pihak yang kelebihan dana dengan

pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Hartono, 2017:33). Pasar modal menciptakan alokasi dana yang efisien karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara, karena berfungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha untuk mendapatkan dana dari investor. Investasi merupakan penundaaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Hartono, 2017:5). Tujuan investor berinvestasi beraneka ragam mulai dari untuk memperoleh keuntungan, memenuhi kebutuhan hidup maupun memperoleh return dari investasi itu sendiri. Investor

Page 126: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

274

pasti memperhitungkan tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko yang dihadapi atas investasi di pasar modal. Terdapat hubungan positif antara risiko (risk) dan tingkat keuntungan (return). Semakin tinggi risiko (risk) akan semakin tinggi tingkat keuntungan (return) yang diharapkan (Hanafi dan Halim, 2016:297). Risiko investasi di pasar modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu risiko tidak sistematis (unsystematic risk) dan risiko sistematis (systematic risk). Risiko tidak sistematis sering diabaikan karena sifatnya dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi misalnya kerusakan mesin perusahaan, aksi pemogokan pegawai, dan lain-lain. Risiko sistematis berasal dari luar perusahaan sehingga investor tidak mampu menghilangkannya dengan diversifikasi sekuritas maupun portofolio misalnya terjadi inflasi, krisis moneter, tingkat suku bunga (Hartono, 2017:356).

Risiko sistematis disebut dengan beta, karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematis suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas adalah fluktuasi dari return suatu sekuritas atau return portofolio dalam suatu periode tertentu. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar (Hartono, 2017:464). Penelitian tentang faktor-faktor yang dapat memprediksi beta saham atau risiko sistematis merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari risiko yang selalu melekat pada setiap investasi. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang meneliti tentang faktor yang mempengaruhi beta saham antara lain current ratio, debt to equity ratio, return

on asset dan asset growth.

Penelitian tentang pengaruh current ratio terhadap beta saham diteliti oleh Soeroso (2013) dalam Yulia dan Pohan (2015) menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Suseno (2009) dalam Aji dan Prasetiono (2015) bahwa current ratio juga berpengaruh negatif signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Jazuli dan Witiastuti (2016) yang menunjukkan current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Penelitian Hermawan (2018) dan Laraswati, dkk (2018) menunjukkan current ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham. Penelitian tentang pengaruh debt to

equity ratio terhadap beta saham diteliti oleh Kurniawan dan Mawardi (2018), Zeinora (2015), Laraswati, dkk (2018) menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Jazuli dan Witiastuti (2016) menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta saham. Penelitian Priyanto (2017) menunjukkan bahwa debt to

equity ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham. Penelitian tentang pengaruh return on asset terhadap beta saham diteliti oleh Oktodinata (2015) menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Laraswati, dkk (2018) menunjukkan bahwa return on

asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham. Penelitian Kurniawan dan Mawardi (2018) menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh negatif tidak signifikan. Penelitian tentang pengaruh asset growth terhadap beta saham diteliti oleh Aji dan Prasetiono (2015), Chen (2014) dalam Laraswati, dkk (2018) menunjukkan bahwa asset growth

berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian Jazuli dan Witiastuti (2016) dan Hermawan (2018) menunjukkan bahwa asset

growth berpengaruh negatif signifikan terhadap beta saham. Hasil dari semua penelitian terdahulu terdapat perbedaan hasil penelitian (research gap) karena perbedaan dalam pengukuran variabel dan populasi penelitian sehingga penelitian yang dilakukan akan menguji kembali variabel current ratio, debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA) dan asset growth terhadap beta saham perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia.

Page 127: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

275

Objek penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pemilihan perusahaan real estate dan property karena memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang dengan melihat pertumbuhan penduduk yang semakin banyak apartemen dan mall yang sering dijumpai sehingga investor tertarik menginvestasikan dananya di sektor property. Investasi di property bersifat jangka panjang dan pertumbuhannya sangat sensitif terhadap indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan tingkat suku bunga. Sektor real estate dan property adalah salah satu sektor yang mempunyai tingkat volatilitas tinggi mencapai 62,24% daripada sektor lainnya seperti sektor mining (62,23%) dan sektor agriculture (39,04%). Harga saham pada pasar yang cepat naik dan turun ini cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi sehingga meneliti tentang beta saham di sektor property dapat memberi manfaat bagi investor yang berkepentingan.

Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018, rata-rata banyak yang mengalami perubahan beta saham fluktuasi. Berdasarkan Tabel data beta saham menunjukkan bahwa perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan beta yang berfluktuasi sebanyak 23 perusahaan dan 3 perusahaan mengalami penurunan. Terdapat 22 perusahaan tidak konsisten melaporkan data beta saham. Sesuai latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Asset Growth terhadap Beta Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia”.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh current ratio, debt to equity ratio, return on asset dan asset growth

terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menjelaskan pengaruh current ratio, debt to equity ratio, return on

asset dan asset growth terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia.

Landasan Teori

Risk dan Return

Investor pada umumnya melihat dua hal dalam membuat sebuah keputusan berinvestasi yaitu pendapatan (return) dan risiko (risk). Return adalah keuntungan yang diperoleh dari aktivitas investasi yang dilakukan. Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Return dan risk merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor tersebut (Husnan dan Enny, 1993 dalam Jazuli dan Witiastuti, 2016). Terdapat hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan (return). Semakin tinggi risiko akan semakin tinggi tingkat keuntungan (return) yang diharapkan (Hanafi dan Halim, 2016:297).

Page 128: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

276

Menurut Hartono (2017:356) pada saat berinvestasi dikenal dua macam risiko yaitu risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat dikurangi dengan cara diversifikasi (nondiversifiable risk). Risiko ini adalah risiko paling minimum yang harus diambil investor dari investasi/portofolio yang dilakukannya seperti pasar lesu (bearish), inflasi, resesi, krisis moneter (1), risiko tidak sistematis yaitu risiko yang melekat pada perusahaan dan dapat dikurangi melalui diversifikasi seperti kelalaian manajer, kerugian usaha, pemogokan karyawan, dan lain-lain (2). Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital asset pricing model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu aset. CAPM mendasarkan diri pada tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (Ekuilibrum) (Hartono, 2017:577). Risiko bukan diartikan deviasi standart tingkat keuntungan, tetapi diukur dengan beta (=β). Penggunaan parameter ini konsisten dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa apabila pemilik modal melakukan diversifikasi dengan baik, maka pengukur risiko adalah sumbangan risiko dari tambahan saham dalam portofolio pasar yaitu beta.

Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz dengan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik dan jika indeks harga saham turun kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum (common response) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar (Hartono, 2017:427). Beta Saham

Beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau

portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Beta pada dasarnya menggambarkan seberapa peka suatu sekuritas terhadap perubahan pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas atau portofolio maka semakin sensitif terhadap perubahan pasar (Hartono, 2017:464). Beta bernilai lebih dari satu yaitu umumnya lebih agresif dari pasar, pada saat harga naik dengan cepat maka akan melebihi kenaikan pasar atau indeks harga saham gabungan (IHSG). Pada saat harga turun, harganya akan turun lebih cepat dari pasar. Beta bernilai sama dengan satu artinya mengikuti arus pasar yaitu jika pasar naik, saham tersebut mengalami kenaikan yang sama dengan pasar dan sebaliknya. Beta bernilai kurang dari satu artinya begerak lebih lambat dari pasar yaitu jika pasar naik, saham akan mengalami kenaikan namun lebih rendah dari kenaikan pasar (Hartono, 2017:465). Current Ratio

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang tersedia (Hery, 2016:152). Perusahaan harus terus-menerus memantau hubungan antara besarnya kewajiban lancar dengan aset lancar. Perusahaan yang memilki rasio lancar yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan

Page 129: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

277

tersebut memiliki modal kerja (aset lancar) yang sedikit untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan memiliki rasio lancar yang tinggi, belum tentu perusahaan tersebut dikatakan baik karena rasio lancar yang tinggi dapat terjadi karena kurang efektifnya manajemen kas dan persediaan. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui bagian dari setiap rupiah ekuitas dana yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Kasmir, 2018:158). Rasio utang mengidentifikasi seberapa besar perusahaan terbebani oleh utang. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi mengidentifikasi bahwa perusahaan mungkin kelebihan utang (over-leverage) dan harus mencari jalan untuk mengurangi utang tersebut. Penggunaan utang yang relatif tinggi akan menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus dibayar, semakin besar biaya tetap berakibat menurunnya laba perusahaan. Hal ini akan berdampak pada penurunan dividen yang akan meningkatkan risiko investasi (Riyanto, 1995 dalam Jazuli dan Witiastuti, 2016). Return on Asset (ROA)

Rasio profitabilitas diproksikan dengan return on asset yaitu rasio yang mengukur

seberapa besar perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Purbawisesa dan Sampurno, 2016). Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset dan sebaliknya (Hery, 2016:193). Return on asset (ROA) tinggi, maka tingkat pengembalian (return) yang diharapkan juga tinggi. Semakin tinggi return yang diperoleh maka semakin tinggi pula kemungkinan tingkat risiko yang dihadapi (Laraswati, dkk, 2018). Asset Growth

Asset growth merupakan pengukur seberapa besar kemampuan aset perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum (Fahmi, 2011 dalam Priyanto, 2017). Asset growth menunjukkan tingkat pertumbuhan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi (Takarini, 2003 dalam Hermawan, 2018). Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari total aktiva. Variabel asset growth diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Current Ratio terhadap Beta Saham

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo (Hery, 2016:152). Current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Current ratio diprediksi mempunyai

Page 130: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

278

hubungan negatif dengan beta karena secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan (perusahaan memiliki kinerja baik dan memiliki peluang untuk bekerja sama dengan kreditor), semakin kecil juga risikonya (Hartono, 2017:480). Current ratio tinggi (current asset > current liabilities) maka semakin rendah risiko yang akan ditanggung investor jika akan berinvestasi pada sekuritas perusahaan tersebut. Hasil tersebut dibuktikan dengan penelitian Abdurahim (2003), Azmi (2014) dalam Jazuli dan Witiastuti (2016) menunjukkan adanya pengaruh negatif current ratio terhadap beta saham. Hasil diatas diperkuat dengan penelitian Kurniawan dan Mawardi (2018) bahwa current ratio berpengaruh terhadap beta saham. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis pertama yang diajukan adalah: H1: Diduga current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap beta saham.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Beta Saham

Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui bagian dari setiap rupiah ekuitas dana yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Kasmir, 2018:158). Rasio utang mengidentifikasi seberapa besar perusahaan terbebani oleh utang. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi mengidentifikasi bahwa perusahaan mungkin kelebihan utang (over-leverage) dan harus mencari jalan untuk mengurangi utang tersebut. Penggunaan utang yang relatif tinggi akan menimbulkan biaya tetap berupa beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus dibayar, maka laba perusahaan akan turun. Hal ini berdampak pada penurunan dividen yang diterima investor akan meningkatkan risiko investasi (Riyanto, 1995 dalam Jazuli dan Witiastuti, 2016).

Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif terhadap beta (Hartono, 2017:480). Gitman dan Zutter (2014) dalam Priyanto (2017) mengemukakan apabila leverage terlalu tinggi sementara jumlah aktiva tetap maka risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman tinggi dan sebaliknya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeinora (2015) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Hasil penelitian dari Chandra (2013) dalam Priyanto (2017), Kurniawan dan Mawardi (2018) dan Laraswati, dkk (2018) juga menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis kedua yang diajukan adalah: H2: Diduga debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham.

Pengaruh Return on Asset terhadap Beta Saham

Return on asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset dan sebaliknya (Hery, 2016:193). Laraswati, dkk (2018) menyatakan return on

asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Apabila return on asset meningkat, maka tingkat pengembalian (return) yang diharapkan juga akan meningkat. Semakin tinggi return yang diperoleh maka semakin tinggi pula kemungkinan tingkat risiko yang akan dihadapi.

Tingginya nilai ROA suatu perusahaan menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, keuntungan yang besar tersebut akan menarik minat dan harapan

Page 131: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

279

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut dengan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. Semakin tinggi return maka semakin tinggi pula risk, sehingga diduga return on asset

berpengaruh positif terhadap beta saham. Berdasarkan hasil penelitian Kustini dan Pratiwi (2011) dalam Priyanto (2017) menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap beta saham. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Oktodinata (2015) variabel return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah: H3: Diduga return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham.

Pengaruh Asset Growth terhadap Beta Saham

Asset growth merupakan perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total.

Variabel asset growth diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta saham (Hartono, 2017:480). Tingkat pertumbuhan aset yang cepat menunjukkan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Apabila ekspansi ini mengalami kegagalan maka akan meningkatkan beban perusahaan untuk menutup pengembalian biaya ekspansi yang akan menyebabkan nilai perusahaan itu menjadi kurang prospektif. Apabila kurang prospektif maka menyebabkan para investor menjual sahamnya di perusahaan tersebut karena minat dan harapan para pemodal turun, maka menyebabkan perubahan return saham yang besar yang berakibat pada beta saham perusahaan yang besar (Parmono, 2001 dalam Aji dan Prasetiono, 2015).

Kusuma (2016) menyatakan bahwa asset growth mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Asset growth berpengaruh positif terhadap beta, pertumbuhan aktiva yang tinggi akan menimbulkan fluktuasi earnings perusahaan, sehingga perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi mempunyai dividend payout yang rendah. Dengan demikian berarti pertumbuhan aktiva yang tinggi akan meningkatkan risiko. Berdasarkan hasil penelitian Kusuma (2016) dan Aji dan Prasetiono (2015) menunjukkan asset growth berpengaruh terhadap beta saham. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Chen (2014) dalam Priyanto (2017) menunjukkan bahwa asset growth berpengaruh positif terhadap beta saham. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis keempat yang diajukan adalah: H4: Diduga asset growth berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham.

Metode Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter berupa laporan tahunan. Sumber data adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara di website www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) Sedangkan untuk beta saham diperoleh melalui website www.pefindo.com. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018:138) kriteria-kriteria tersebut, yaitu:

1. Perusahaan real estate dan property yang secara konsisten terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia tahun 2014-2018. 2. Perusahaan real estate dan property yang konsisten menampilkan data beta saham di

PEFINDO tahun 2014-2018.

Page 132: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

280

3. Perusahaan real estate dan property yang memiliki data lengkap tentang current ratio,

debt to equity ratio, return on asset dan asset growth pada tahun 2014-2018 dan tidak pernah delisting.

4. Data return on asset (ROA) dan asset growth tidak boleh negatif. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1

Definisi Operasional Variabel

Variabel X dan Y Rumus

Beta a. Tahap pertama menghitung return saham dan indeks pasar di hari rabu dengan interval pengukuran selama 4 mingguan dengan rumus:

b. Melakukan regresi antara return harga saham dan return indeks pasar untuk periode 3 tahun terakhir, sehingga mendapatkan nilai raw beta dengan rumus:

c. Melakukan perhitungan adjusted beta untuk menormalisasi raw beta agar sesuai dengan karakteristik beta yang baik yaitu mendekati 1. Rumus:

Current ratio (CR) 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Debt to equity ratio (DER) DER = 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Return on asset (ROA) 𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100 Asset growth Asset Growth =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑡)−𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑡−1)𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑡−1)

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Regresi Linier Berganda Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh current ratio,

debt to equity ratio, return on asset dan asset growth terhadap beta saham adalah: Y = α + X1 + X2+ X3 + X4+ e

Page 133: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

281

Keterangan: Y = Beta saham sebagai variabel dependen α = Konstanta = Koefisien regresi model X1 = Current ratio sebagai variabel independen X2 = Debt to equity ratio sebagai variabel independen X3 = Return on asset sebagai variabel independen X4 = Asset growth sebagai variabel independen e = Error term (kesalahan residu) Berdasarkan data sampel perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2018 yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 14 perusahaan namun setelah melalui proses outlier menghasilkan sampel sebanyak 10 perusahaan. Daftar sampel perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2

Daftar Sampel Perusahan Setelah Outlier

No Nama Emiten Kode Berdiri Go Public

1 PT. Agung Podomoro Land Tbk

APLN 30/07/2004 11/11/2010

2 PT. Alam Sutera Realty Tbk ASRI 3/11/1993 18/12/2007

3 PT. Sentul City Tbk BKSL 16/04/1993 28/07/1997

4 PT. Bumi Serpong Damai Tbk BSDE 16/01/1984 6/6/2008

5 PT. Ciputra Development Tbk CTRA 22/10/1981 28/03/1994

6 PT. Duta Anggada Realty Tbk DART 30/12/1983 8/5/1990

7 PT. Intiland Development Tbk DILD 10/6/1983 4/9/1991

8 PT. Duta Pertiwi Tbk DUTI 29/12/1972 2/11/1994

9 PT. Modernland Realty Tbk MDLN 8/8/1983 18/01/1993

10 PT. Summarecon Agung Tbk SMRA 26/11/1975 7/5/1990

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Statistik Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria yang

telah ditentukan dalam Tabel 3 sebagai berikut:

Page 134: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

282

Tabel 3

Proses Pemilihan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI tahun 2014-2018.

48

Perusahaan real estate dan property yang tidak konsisten melaporkan data beta saham di PEFINDO tahun 2014-2018.

(22)

Perusahaan real estate dan property yang memiliki nilai ROA dan asset growth negatif.

(12)

Dikeluarkan karena data outlier. (4)

Jumlah sampel akhir. 10

Jumlah observasi tahun pengamatan 2014-2018 (5 tahun x 10 sampel)

50

Sumber: Data sekunder, diolah 2019 Data menunjukkan total observasi terdapat 50 data. 50 data tersebut mengalami

transformasi data. Transformasi data digunakan karena untuk mengatasi masalah dalam uji asumsi klasik. Masalah uji asumsi klasik yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu uji autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu run test. Hasil uji autokorelasi sebelum transformasi data menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 yang berarti uji autokorelasi tidak lolos karena tingkat signifikansi dibawah 0,05. Setelah melakukan proses transformasi data melalui cochrane orcutt tingkat signifikansi naik menjadi 0,998, namun setelah melakukan proses transformasi data dengan cochrane orcutt terdapat 1 sampel yang hilang. Sehingga total observasi penelitian ini berjumlah 49 sampel.

Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif dapat diketahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel. Adapun analisis deskriptif variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

LagBeta 49 -0,22 1,28 0,3380 0,32187

LagCR 49 -151,02 270,19 406,597 6,404,618

LagDER 49 -59,46 72,63 246,246 2,358,910

LagROA 49 -6,84 14,00 10,781 374,860

LagAG 49 -40,08 73,85 28,063 1,484,304

Valid N (listwise)

49

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Page 135: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

283

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan

dalam penelitian. Pengujian asumsi klasik diperlukan supaya model regresinya menjadi BLUE (Best Linear Unbias Estimate) sehingga menjadi persamaan linear yang paling baik tanpa adanya bias.

Jumlah observasi yang siap diuji asumsi klasik adalah 50 observasi. Berdasarkan uji asumsi klasik dalam penelitian ini tidak lolos uji autokorelasi. Apabila model regresinya terdapat autokorelasi maka menyebabkan variansi sampel tidak dapat menggambarkan variansi populasi. Model regresi yang dihasilkan juga tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel dependen dari nilai variabel independen tertentu, koefesien regresinya kurang akurat. Sehingga diperlukan pengobatan dengan tranformasi data menggunakan metode cochrane orcutt. Metode cochrane orcutt dipilih karena koefisien autokorelasi (ρ) atau yang disebut dengan istilah “Rho” tidak diketahui, namun jika menggunakan metode cochrane

orcutt jumlah obeservasinya berkurang 1, sehingga menjadi 49 observasi.

Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen (variabel bebas). Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variabel independen yaitu dengan melihat nilai tolerance ≤ 0,10 dan variance inflation factor (VIF) ≥ 10 (Ghozali, 2016:103). Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

LagCR 0,831 1,203 Tidak terjadi multikolinieritas

LagDER 0,840 1,191 Tidak terjadi multikolinieritas

LagROA 0,842 1,188 Tidak terjadi multikolinieritas

LagAG 0,908 1,101 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: Data sekunder, diolah 2019 Nilai tolerance dan VIF pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel bebas

(independen) dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tolerance dari variabel tersebut besarnya ≤ 0,10 dan variance inflation factor (VIF) ≥ 10.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1

Page 136: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

284

(sebelumnya). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji run test yaitu untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Uji run test jika probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2016:107). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Hasil Uji Autokorelasi Setelah Cochrane Orcutt

Unstandardized Residual

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,998

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan nilai asymp signifikan 0,925 yang berarti tingkat signifikannya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Penelitian ini menggunakan uji glejser untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji glejser bertujuan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika probabilitas signifikansinya > 5% maka model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas dan jika < 5 % terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig Keterangan

LagCR 0,614 Tidak terjadi heteroskedastisitas

LagDER 0,774 Tidak terjadi heteroskedastisitas

LagROA 0,724 Tidak terjadi heteroskedastisitas

LagAG 0,513 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikan dari variabel independen > 5% (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Page 137: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

285

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika Asymp. Signifikan > 0,05 berati residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika Asymp. signifikansi < 0,05 berarti residual tidak berdistribusi normal. Untuk menguji ada tidaknya normalitas digunakan analisis statistik yaitu untuk menguji normalitas data setiap data variabel digunakan uji statistik non-parametik kolmogorov smirnov (KS) (Ghozali, 2016:154). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov Z 0,548

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,925

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Dari hasil uji normalitas Tabel 8 menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,925 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Hasil Uji Hipotesis Dalam pengujian hipotesis untuk model regresi, untuk mengetahui nilai derajat bebas

dapat ditentukan dengan rumus df = n – (k+1). Dimana n = banyaknya sampel yang digunakan, sedangkan k = banyaknya variabel independen. Diperoleh df = 49 – (4+1) = 44. Pengujian hipotesis dengan nilai signifikansi < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan nilai ttabel adalah sebesar 1, 6802. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9

Hasil Uji Hipotesis

Variabel B thitung ttabel Sig. Keputusan

(Constant) 0,217

LagCR -0,001 -1,101 -16,802 0,277 H1 ditolak

LagDER 0,005 2,497 1, 6802 0,016 H2 diterima

LagROA 0,026 2,236 1, 6802 0,030 H3 diterima

LagAG 0,003 1,022 1, 6802 0,312 H4 ditolak

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Hasil uji hipotesis pada Tabel 9 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama menyatakan bahwa current ratio (CR) berpengaruh negatif signifikan

terhadap beta saham. Dari hasil pengujian pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien CR adalah negatif sebesar -0,001 dan nilai thitung sebesar -1,101 dan nilai ttabel –1,6802 pada derajat signifikan 5%. Nilai thitung -1,101 > nilai ttabel -1,6802 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan current ratio (CR) berpengaruh negatif signifikan terhadap beta saham ditolak. Hasil pengujian H1

Page 138: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

286

menunjukkan bahwa current ratio (CR) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property.

2. Hipotesis kedua menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Dari hasil pengujian pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien DER adalah positif sebesar 0,005 dan nilai thitung sebesar 2,497 dan nilai ttabel 1,6802 pada derajat signifikan 5%. Nilai thitung 2,497 > nilai ttabel 1,6802 sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 yang menyatakan debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham diterima. Hasil pengujian H2 menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property.

3. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Dari hasil pengujian pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien ROA adalah positif sebesar 0,026 dan nilai thitung sebesar 2,236 dan nilai ttabel 1,6802 pada derajat signifikan 5%. Nilai thitung 2,236 > nilai ttabel 1,6802 sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan return on asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham diterima. Hasil pengujian H3 menunjukkan bahwa return on asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property.

4. Hipotesis keempat menyatakan bahwa asset growth (AG) berpengaruh positif signifikan

terhadap beta saham. Dari hasil pengujian pada Tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa nilai koefisien AG adalah positif sebesar 0,003 dan nilai thitung sebesar 1,022 dan nilai ttabel 1,6802 pada derajat signifikan 5%. Nilai thitung 1,022 < nilai ttabel 1,6802 sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 yang menyatakan asset growth (AG) berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham ditolak. Hasil pengujian H4 menunjukkan bahwa asset

growth (AG) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property.

Hasil Uji Determinasi

Uji determinasi menunjukkan seberapa besar variabel-variabel independen yang ada

di dalam model dapat menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji determinasi terlihat pada Tabel 10

Tabel 10

Hasil Uji Determinasi

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,550a ,302 ,239 ,28088

Sumber: Data sekunder, diolah 2019

Hasil Tabel 10 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa variabel current ratio, debt to equity ratio, return on asset dan asset growth mampu menjelaskan variabel dependen (beta saham) sebesar 23,9% sedangkan 76,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

Page 139: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

287

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dibahas beberapa hal sebagai berikut:

Pengaruh Current Ratio terhadap Beta Saham

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property,

sehingga H1 ditolak. Artinya jika current ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh sangat kecil pada penurunan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika current ratio mengalami penurunan maka akan berpengaruh sangat kecil pada kenaikan beta saham. Current ratio

yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Coryaina (2013:27) dalam Laraswati, dkk (2018) menjelaskan bahwa current ratio yang tinggi akan memperkecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap kreditur. Peningkatan current ratio berpengaruh terhadap beta saham yaitu jika current ratio perusahaan semakin baik, perusahaan akan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya dan otomatis beta saham perusahaan akan rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori risk dan return karena secara rasional semakin likuid perusahaan (perusahaan memiliki kinerja baik dan memiliki peluang untuk bekerja sama dengan kreditor), semakin kecil juga risikonya (Hartono, 2017:480). Current ratio

tinggi (current asset > current liabilities) maka semakin rendah risiko yang akan ditanggung investor jika akan berinvestasi pada sekuritas perusahaan tersebut. Alasan current ratio tidak berpengaruh terhadap beta saham karena perusahaan real estate dan property karena current

ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang banyak untuk membayar utang jangka pendeknya. Namun rasio current ratio yang tinggi belum tentu perusahaan dikatakan baik karena rasio current ratio yang tinggi dapat terjadi karena kurang efektifnya manajemen persediaan dan kas. Artinya perusahaan memiliki aset lancar atau kas yang banyak akan tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik, kas yang seharusnya dimanfaatkan untuk kegiatan investasi ataupun ekspansi dibiarkan sehingga kas tersebut tidak berputar dan mengakibatkan perusahaan memiliki risiko keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Prasetiono (2015) bahwa current ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta saham.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Beta Saham

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh

positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property, sehingga H2 diterima. Artinya, jika debt to equity ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika debt to equity ratio mengalami penurunan maka akan berpengaruh pada penurunan beta saham. Nilai debt to equity ratio yang tinggi mengidentifikasi bahwa perusahaan memiliki kelebihan utang (over-leverage) dan harus mencari jalan untuk mengurangi utang tersebut. Penggunaan utang yang relatif tinggi akan menimbulkan beban bunga dan angsuran pokok pinjaman yang harus dibayar sehingga laba perusahaan akan turun. Hal ini akan berdampak pada penurunan dividen yang akan meningkatkan risiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan utang sehingga menyebabkan kebangrutan pada perusahaan dan sebaliknya (Gitman dan Zutter (2014) dalam Priyanto (2017). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori CAPM yaitu tingkat keuntungan

Page 140: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

288

yang disyaratkan investor akan dipengaruhi oleh risiko yang akan ditanggung investor pada kondisi pasar yang seimbang. Risk dan return mempunyai hubungan positif. Semakin besar return yang diharapkan oleh investor akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Leverage mempunyai hubungan positif terhadap beta (Hartono, 2017:480). Debt to

equity ratio yang tinggi merupakan sinyal yang buruk bagi investor karena menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar utang yang besar sehingga risiko yang dihadapi perusahaan juga besar. Hal tersebut akan mengurangi minat para investor dalam menginvestasikan dananya di suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zeinora (2015), Kurniawan dan Mawardi (2018) dan Laraswati, dkk (2018) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham.

Pengaruh Return on Asset terhadap Beta Saham

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh

positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property, sehingga H3 diterima. Artinya, jika return on asset mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika return on asset mengalami penurunan maka akan berpengaruh pada penurunan beta saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori CAPM yaitu tingkat keuntungan yang disyaratkan investor akan dipengaruhi oleh risiko yang akan ditanggung investor pada kondisi pasar yang seimbang. Risk dan return mempunyai hubungan positif. Semakin besar return yang diharapkan oleh investor akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Ang (1997) dalam Kurniawan dan Mawardi (2018) menyatakan bahwa semakin besar nilai return on asset, maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Tingginya nilai return on asset suatu perusahaan menunjukkan semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, keuntungan yang besar tersebut akan menarik minat dan harapan investor untuk berinvestasi di suatu perusahaan dengan tingkat pengembalian (return) yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kustini dan Pratiwi (2011) dalam Priyanto (2017) dan Oktodinata (2015) yang menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap beta saham.

Pengaruh Asset Growth terhadap Beta Saham

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa asset growth berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property,

sehingga H4 ditolak. Artinya, jika asset growth mengalami kenaikan maka akan berpengaruh sangat kecil pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika asset growth mengalami penurunan maka akan berpengaruh sangat kecil pada penurunan beta saham.

Semakin tinggi tingkat asset growth perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan sedang melakukan ekspansi. Apabila ekspansi ini mengalami kegagalan maka akan meningkatkan beban perusahaan untuk menutup pengembalian biaya ekspansi yang pada akhirnya akan menyebabkan nilai perusahaan itu menjadi kurang prospektif. Apabila kurang prospektif maka menyebabkan para investor menjual sahamnya di perusahaan tersebut karena minat dan harapan para pemodal turun. Hal ini menyebabkan perubahan return saham yang besar yang berakibat pada beta saham perusahaan yang besar (Parmono, 2001 dalam Aji dan

Page 141: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

289

Prasetiono, 2015). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori risk dan return. Alasan asset

growth tidak berpengaruh terhadap beta saham karena asset growth diproksikan dengan total aset. Perusahaan dengan tingkat asset growth yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelebihan aset namun tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga terjadi pengganguran aset, sehingga perusahaan tidak mampu membayar biaya ekspansi dan risiko gagal bayar semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktodinata (2015) yang menunjukkan bahwa asset growth berpengaruh positif tidak siginifikan terhadap beta saham.

Simpulan, Keterbatasan dan Saran

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

A. Variabel current ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap beta saham pada

perusahaan real estate dan property. Hal tersebut menunjukkan jika current ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh sangat kecil pada penurunan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika current ratio mengalami penurunan maka akan berpengaruh sangat kecil pada kenaikan beta saham.

B. Variabel debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property. Hal tersebut menunjukkan jika debt to equity

ratio mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika debt to equity ratio mengalami penurunan maka akan berpengaruh pada penurunan beta saham.

C. Variabel return on asset berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property. Hal tersebut menunjukkan jika return on asset mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika return on asset mengalami penurunan maka akan berpengaruh pada penurunan beta saham.

D. Variabel asset growth berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham pada perusahaan real estate dan property. Hal tersebut menunjukkan jika asset growth mengalami kenaikan maka akan berpengaruh sangat kecil pada kenaikan beta saham. Begitu pula sebaliknya jika asset growth mengalami penurunan maka akan berpengaruh sangat kecil pada penurunan beta saham. Pada penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan yang menghambat hasil

penelitian agar sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini hanya menggunakan variabel current

ratio, debt to equity ratio, return on asset dan asset growth untuk mengetahui pengaruh terhadap beta saham, sedangkan beta saham mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini seperti dividend payout ratio, asset size, earning

variability dan accounting beta. B. Adanya keterbatasan waktu dan yang lainya, peneliti hanya melakukan penelitian

selama lima tahun terakhir yaitu pada periode 2014-2018 sehingga kurang mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.

Page 142: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

290

Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan penelitian ini adalah:

A. Penelitian selanjutnnya disarankan dapat menambah faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham seperti faktor fundamental antara lain: dividend payout

ratio, asset size, earning variability, dan accounting beta. B. Penelitian selanjutnya disarankan menambah periode tahun penelitian.

Daftar Pustaka

Aji, Rio Satriyo dan Prasetiono, 2015, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Sistematis (Beta) Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2014”, Diponegoro Journal of Management, Vol. 4, No. 4, 2015, ISSN: 2337-3792.

Chen, Ming, 2014, Analisis Pengaruh Perekonomian Makro dan Mikro yang berpengaruh pada Risiko Sistematis Saham, Vol 3, No. 2, Palembang.

Fahmi, Irham, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam, 2016, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23, Edisi 8,

Badan Penerbit Undip, Semarang. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2016, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kelima, KUPP

STIM YKPN, Yogyakarta. Hartono, Jogiyanto, 2017, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesebelas, BPFE,

Yogyakarta. Hermawan, Hengki, 2018, “Analisis Keuangan yang Mempengaruhi Beta Saham pada

Perusahaan Manufaktur Sektor Keramik Porselen dan Kaca yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”, Jurnal Disrupsi Bisnis, Vol. 1, No. 1, Juli 2018.

Hery, 2016, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Grasindo, Jakarta. Jazuli, Muhammad dan Rini Setyo Witiastuti, 2016, “Determinan Beta Saham Perusahaan

Real Estate dan Property di BEI”, Management Analysis Journal, ISSN:2252-6552. Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-11, Grafindo Persada, Depok. Kusuma, Indra Lila, 2016, “Pengaruh Asset Growth, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,

Total Asset Turn Over dan Earning per Share terhadap Beta Saham Perusahaan yang Masuk dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2013-2015”, Jurnal Riset

Akuntansi dan Keuangan, Vol. IV, No. 2, 2016. Kurniawan, Ainur Rofiq dan Imron Mawardi, 2018, “Pengaruh Variabel Akuntansi

Perusahaan terhadap Risiko Beta Saham Perusahaan yang Tercatat di Jakarta Islamic Index Periode 2012-2016”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 5, No. 9, September 2018, ISSN:787-799.

Laraswati, Dewi, Akbar Yusuf dan Fitriningsih Amalo, 2018, “Pengaruh Faktor Fundamental (Current Ratio, Return on Asset, Return on Equity , Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio, dan Asset Growth) terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol. 5, No. 2, Mei 2018.

Oktodinata, Primanda, 2015, “Pengaruh Dividend Payout Ratio, Return On Asset, Financial Leverage, Assets Growth dan Struktur Modal terhadap Beta Saham”, Jurnal Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Vol. 2, No. 1, 2015. Purbawisesa, Annisa dan Sampurno, R. Djoko, 2016, “Analisis Pengaruh Return On Asset,

Dividend Payout Ratio, Asset Growth, Debt to Equity Ratio dan Operating Leverage terhadap Risiko Sistematis”, Diponegoro Journal of Management, Vol. 5, No. 3, 2016, ISSN:2337-3792.

Page 143: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 02, Maret 2020

Diah Ayu Shoviana Ranti, Damayanti

291

Priyanto, Sugeng, 2017, “Pengaruh Asset Growth, Leverage dan Earning Variability terhadap Beta Saham pada Perusahaan Jakarta Islamic Indeks di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal

Ekonomika dan Manajemen, Vol. VI, No.1, ISSN: 2252-6226. Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, Edisi Pertama, ALFABETA, CV, Bandung. Sugiyono, 2017, Metode Penelitian dan Pengembangan, Edisi Ketiga, ALFABETA,

Bandung. Tim Penyusun, 2018, Buku Pedoman Penyusunan Skripsi, STIE YPPI, Rembang. Pefindo, Beta Stock, Online. https://www.pefindo.com/pageman/page/beta-saham.html, 12

Oktober 2019

Saham Oke, Sektor Property dan Real Estate, Online. https://www.sahamoke.net/emiten/sektor-property-real-estate/sub-sektor-property-realestate/, 12 Oktober 2019

Yulia dan Pohan, Hotman T, 2015, “Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Beta Saham pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Magister

Akuntasi Trisakti, Vol. 2, No. 2, September 2015, ISSN:2339-0859. Zainora, 2015, “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Price Book Value dan Price

Earning Ratio terhadap Beta Saham”, Journal of Applied Business and Economics,

Vol. 2, No. 1, September 2015.

Page 144: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

292

Analisis Pengaruh Penciptaan Pengetahuan terhadap Kinerja Organisasi

di Kalangan Usaha Kecil Menengah

Rinawati Zailani

Sekolah Tinggi dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Catur Sakti Yogyakarta

Choirun Nisaa’ Sekolah Tinggi dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Catur Sakti Yogyakarta

[email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap kinerja organisasi. Usaha Kecil Menengah (UKM) sektor makanan lekat dengan pengetahuan implisit, sehingga perlu identifikasi pengaruh pengetahuan implisit untuk kemajuan bisnis. Penelitian ini dilakukan pada Usaha Kecil Menengah sektor makanan di provinsi Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 pelaku usaha di UKM sektor makanan yang diperoleh berdasarkan survei dengan menyebarkan 90 kuisioner. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana untuk pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciptaan pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dalam tahapan penciptaan pengetahuan, hanya faktor kombinasi pengetahuan yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi, lainnya yaitu tahap sosialisasi, eksternalisasi, dan internalisasi tidak ada pengaruh terhadap kinerja organisasi.

Kata kunci: Sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, internalisasi, kinerja.

Pendahuluan

Suatu perusahaan baik besar maupun kecil, berupaya untuk lebih kreatif dalam mengelola usaha berdasar sumberdaya yang dimiliki (Durst dan Edvardsson 2012). Menurut Grant (1996), inti dari sumberdaya perusahaan adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan proses pembenaran keyakinan individu pada suatu hakikat (Nonaka dan Takeuchi 1995).

Menurut Durst dan Edvardsson (2012), pengelolaan pengetahuan di Usaha Kecil Menengah (UKM) masih memerlukan perhatian lebih. UKM perlu memperhatikan pengelolaan pengetahuan karena UKM merupakan usaha dengan kondisi yang mudah berubah sehingga harus berusaha optimal untuk mencapai kegiatan operasional yang unggul (Indarti 2010). Penelitian Song dan Chermark (2008), serta Ramirez (2012), pengetahuan akan menjadi aset berharga ketika pengetahuan tersebut melekat dalam organisasi, sehingga dapat dijadikan faktor kritis untuk peningkatan kinerja dan keunggulan kompetitif.

Eksplorasi pengetahuan, khususnya pengetahuan implisit masih membutuhkan penjelasan lebih banyak dalam domain manajemen pengetahuan (Venkitachalam dan Busch 2012). Pengetahuan implisit mengandung dimensi kognitif, yang berisi model mental, kepercayaan, dan persepsi (Nonaka dan Takeuchi 1995). Penelitian ini membahas peran pengetahuan terhadap organisasi yaitu pengaruh penciptaan pengetahuan terhadap kinerja organisasi. Beberapa penelitian terdahulu telah mengidentifikasi keterkaitan pengetahuan maupun informasi terhadap kinerja organisasi (King dan Ko 2001 dalam Chou dan Tsai

Page 145: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

293

2004; Ramirez et al. 2012; Cloyd 1995; Filip et al. 1999). Reviu Venkitachalam dan Busch (2012), mengarahkan untuk mengidentifikasi peran pengetahuan implisit dalam organisasi.

Penelitian dilakukan di UKM sektor makanan karena perkembangan UKM yang terus mengalami peningkatan (Hakim 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menciptakan produk makanan yang beraneka ragam. UKM sektor makanan merupakan salah satu bidang usaha yang cenderung menggunakan pengetahuan implisit karena resep dan cita rasa makanan berada dalam benak individu pembuatnya. Menurut pelaku usaha makanan, semua orang dapat membuat makanan dan menirunya, tetapi tidak banyak yang sukses dari produk makanan yang dibuatnya (Kitty 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran penciptaan pengetahuan terhadap kinerja organisasi, dengan mengidentifikasi faktor penciptaan pengetahuan yang berupa Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi, dan Internalisasi. Secara detail, penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan, yaitu: 1) Apakah Sosialisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi UKM? 2) Apakah Eksternalisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi UKM? 3) Apakah Kombinasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi UKM? Dan 4) Apakah Internalisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi UKM?

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Suatu organisasi dapat bertahan dan mempertahankan keunggulan kompetitif karena mempunyai perspektif dalam organisasi, baik perspektif ketergantungan sumberdaya, perspektif efisiensi, maupun perspektif populasi (Ulrich dan Barney 1984). Berdasar perspektif sumberdaya, menurut Wernerfelt (1984), dengan memahami sumberdaya, suatu perusahaan memiliki daya tawar, yang tidak hanya berasal dari produk yang dihasilkan. Barney (1991), menyatakan bahwa sumberdaya yang memiliki daya tawar merupakan sumberdaya yang bernilai, langka, tidak dapat disubstitusi, dan tidak dapat ditiru organisasi lain. Grant (1996), merumuskan konsep bahwa inti dari sumberdaya perusahaan adalah pengetahuan. Menurut Chou dan Tsai (2004), pengetahuan dalam organisasi berpengaruh terhadap kinerja yang merupakan tujuan suatu organisasi.

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai organisasi dan mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha (Soedjono 2005). Berdasar penelitian Fening et al. (2008), dalam meningkatkan kinerja organisasi, pemilik/manajer UKM perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: kepemimpinan, rencana strategis, sumberdaya manusia, pelanggan, informasi dan analisis, manajemen proses, kualitas, serta hasil operasional. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan identifikasi kegiatan finansial dan kegiatan multidimensional. Berdasar kajian literatur Carmen et al. (2012), pengukuran kinerja melalui segi finansial saja akan melewatkan dua hal, yaitu: 1) kinerja organisasi bergantung pada campuran kapabilitas organisasi dan sulit digambarkan dalam hubungan langsung yang jelas, 2) kinerja organisasi berhubungan dengan industri dan isu ekonomi secara makro. Berdasarkan hal tersebut, untuk mempertimbangkan pengukuran finansial dan multidimensional, maka penelitian ini menggunakan pengukuran Maltz et al. (2003) dalam Tseng (2010), yang merumuskan lima indikator kinerja organisasi dengan mengukur persepsi, yaitu kinerja finansial, pasar/pelanggan, proses, pengembangan karyawan, dan antisipasi masa depan.

Penciptaan pengetahuan organisasi yaitu tahapan-tahapan untuk membuat pengetahuan lebih mudah diakses baik dari level individu, kelompok, hingga dalam

Page 146: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

294

organisasi (Nonaka et al. 2006; Byosiere dan Luethge 2008). Menurut Lam (2000), Pengetahuan implisit dan eksplisit diklasifikasikan dalam tiga area yang berbeda, yaitu:

a) Perbedaan dalam hal kemampuan kodifikasi dan mekanisme transfer. Pengetahuan

eksplisit dapat dikodifikasi, dapat dipahamai, disimpan, dan dibagi tanpa mengetahui subjeknya. Kelebihan pengetahuan eksplisit yaitu kemudahan dalam komunikasi dan transfer. Pengetahuan implisit merupakan intuisi dan tidak dapat diartikulasikan, sulit dikomunikasikan dan dimengerti tanpa mengetahui subjeknya. Transfer pengetahuan implisit membutuhkan interaksi yang kuat dan perlu membangun kepercayaan dan pemahaman yang lebih dalam proses transfer.

b) Perbedaan cara akuisisi dan akumulasi pengetahuan. Pengetahuan eksplisit dihasilkan melalui proses deduksi logis dan sistem belajar formal, sedangkan pengetahuan implisit hanya diperoleh dari pengalaman dan praktek.

c) Perbedaan dalam hal pengumpulan dan cara transfer. Pengetahuan eksplisit dapat dikumpulkan dalam satu tempat, disimpan dalam bentuk yang objektif, dan cara transfer tidak perlu partisipasi subjek, sedangkan pengetahuan implisit sulit dikumpulkan karena melekat pada individu, dan memerlukan keterlibatan serta kerjasama dengan subjek penerima.

Penciptaan pengetahuan menurut Nonaka dan Tekeuchi (1995), merupakan perubahan pengetahuan dari implisit menjadi eksplisit kemudian menjadi implisit kembali dalam organisasi. Penciptaan pengetahuan dalam organisasi dipengaruhi oleh strategi organisasional, proses pembelajaran organisasi, lingkungan organisasi, dan sistematik manajemen pengetahuan (Song dan Chermark 2008).

Perputaran pengetahuan implisit ke eksplisit tersebut dikenal dengan model SECI (Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi, dan Internalisasi). Perubahan pengetahuan (SECI model) berdasar konsep Nonaka dan Takeuchi (1995) yaitu:

a) Tahap Sosialisasi (Socialization), merupakan perputaran pengetahuan dari implisit ke

implisit, yang mana pengetahuan diperoleh dari observasi, meniru, atau praktek langsung. b) Tahap Eksternalisasi (Externalization), merupakan perubahan pengetahuan implisit

menjadi pengetahuan eksplisit, tercermin dari adanya simbol, tulisan, dokumentasi, konsep ataupun model.

c) Tahap Kombinasi (Combination), merupakan perubahan pengetahuan eksplisit menjadi eksplisit seperti penggandaan model, dokumentasi, maupun pengklasifikasian kembali.

d) Tahap Internalisasi (Internalization), merupakan perubahan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan implisit, yang digambarkan pengetahuan organisasi melekat dalam aturan, rutinitas, norma-norma dan kebiasaan dalam organisasi.

Penelitian Tseng (2010), menunjukkan bahwa penciptaan pengetahuan memberikan peluang dalam mengkomunikasikan ide, pengetahuan, dan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi. Song (2008), menyatakan bahwa penciptaan pengetahuan yang meliputi berbagi pengetahuan, pembangunan pengetahuan, dan pengklarifikasian pengetahuan berpengaruh pada peningkatan kinerja organisasi. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Page 147: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

295

a. H1 : Sosialisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi b. H2 : Eksternalisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi c. H3 : Kombinasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi d. H4 : Internalisasi pengetahuan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi

Model penelitian ini menjelaskan bahwa pemimpin (pemilik/manajer UKM yang

memiliki pengetahuan), akan menciptakan pengetahuan yang digunakan untuk meningkatkan kinerja organisasi dalam UKM. Pemilik/Manajer UKM merupakan aktor utama penggerak bisnis, sehingga akan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk kemajuan usahanya.

Gambar 1. Model Penelitian

Metode Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei, menyebarkan kuisioner dan metode penyampelan purposive judgment. Data yang digunakan merupakan data silang (cross sectional), dengan teknik snowballing. Kriteria yang ditetapkan untuk kualifikasi responden yaitu pemilik/ manajer UKM sektor makanan yang telah berdiri minimal 3 tahun, memiliki karyawan sebanyak 5-99 orang, dan memiliki ijin usaha serta lolos dinas kesehatan.

Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner melalui survei. Kuisioner yang disebar sebanyak 90 kuisioner, dan yang kembali sebanyak 76 kuisioner atau mempunyai tingkat respon 84,44%. Penciptaan pengetahuan yaitu tahapan-tahapan untuk membuat pengetahuan agar lebih mudah diakses dan memperkuat penciptaan pengetahuan dari individu dengan cara menghubungkan dengan sistem pengetahuan organisasi (Nonaka et al. 2006). Konstruk ini diukur dengan 25 item yang mengukur penciptaan pengetahuan organisasi (Tseng 2010;

Penciptaan Pengetahuan

Sosialisasi Pengetahuan

Eksternalisasi Pengetahuan

Kombinasi Pengetahuan

Internalisasi

Pengetahuan

Kinerja

Organisasi

Page 148: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

296

Ramirez et al. 2011; dan Ramirez et al. 2012), Tahap Sosialisasi 7 item, tahap Eksternalisasi 6 item, tahap Kombinasi 6 item, dan tahap Internalisasi 6 item. Skala yang digunakan yaitu 5 point Skala Likert (1 = sangat jarang; sampai dengan 5 = sangat sering). Salah satu contoh item penciptaan pengetahuan yaitu: “anggota organisasi saya dapat mengekspresikan pengetahuan yang dimilikinya melalui diskusi lisan dan tertulis”.

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai organisasi dan mencerminkan keberhasilan manajer/pengusaha (Soedjono 2005). Pengukuran kinerja diukur dengan beberapa indikator yaitu kinerja keuangan, pasar/konsumen, proses, pengembangan karyawan, dan masa depan (Maltz et al. 2003, dalam Tseng 2010). Konstruk ini diukur dengan 13 item yang mengukur kinerja berdasar penelitian Tseng (2010). Skala yang digunakan yaitu 5 point Skala Likert (1 = sangat jarang; sampai dengan 5 = sangat sering). Salah satu contoh item kinerja organisasi yaitu: “usaha kami dapat mencapai target penjualan produk ”. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dengan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA). Berdasar pengujian yang telah dilakukan, didapatkan nilai KMO-MSA sebesar 0.814 dan signifikansi Bartlett’s Test sebesar 0,000. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kuisioner valid.. Pengujian reliabilitas menggunakan metode internal consistency yang menggunakan kriteria Cronbach’s Alpha. Berdasar analisis, diketahui bahwa seluruh variabel lolos uji reliabilitas dengan ditunjukkan nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,7.

Tabel 1. Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach’s

Alpha Keterangan

Sosialisasi Pengetahuan

0,815 Reliabel

Eksternalisasi Pengetahuan

0,826 Reliabel

Kombinasi Pengetahuan

0,747 Reliabel

Internalisasi Pengetahuan

0,702 Reliabel

Kinerja Organisasi 0,810 Reliabel

Sumber: Data primer diolah (2020) Pembahasan

Pengujian hipotesis menguji variabel penciptaan pengetahuan yaitu Sosialisasi pengetahuan, Eksternalisasi pengetahuan, Kombinasi pengetahuan, dan Internalisasi pengetahuan sebagai variabel independen dan kinerja organisasi sebagai variabel dependen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis pertama, variabel Sosialisasi pengetahuan menunjukkan hasil yang tidak signifikan (β = 0,160; t = 1,347; Sig. = 0,182), yang berarti Sosialisasi pengetahuan tidak berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi. Pada hipotesis kedua, variabel Eksternalisasi pengetahuan, nilai koefisien β dan signifikansi juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan (β = -0,114; t = -0,745; Sig. = 0,459), yang berarti Eksternalisasi pengetahuan tidak berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi. Namun pada uji hipotesis ketiga, pengaruh antara Kombinasi pengetahuan dan kinerja organisasi,

Page 149: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

297

nilai koefisien β dan signifikansi menunjukkan hasil yang positif signifikan (β = 0,494; t = 2,777; Sig. = 0,007), yang berarti Kombinasi pengetahuan berpengaruh positif signifikan pada kinerja organisasi. Sedangkan hipotesis keempat, Internalisasi pengetahuan nilai koefisien β dan signifikansi juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan (β = 0,158; t = 1,049; Sig. = 0,298), yang berarti Internalisasi pengetahuan tidak berpengaruh signifikan pada kinerja organisasi.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis

Variabel Independen Variabel Dependen

Kinerja Organisasi

Β t Sig.

Sosialisasi Pengetahuan 0,160 1,347ns 0,182 Eksternalisasi Pengetahuan -0,114 -0,745ns 0,459 Kombinasi Pengetahuan 0,494 2,777** 0,007

Internalisasi Pengetahuan 0,158 1,049ns 0,298

R2 0,424 Adj R2 0,392

F 13,076** Sumber: Data primer diolah (2020)

**) Signifikan pada 0,01 ns : tidak signifikan

Berdasarkan analisis pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasil keseluruhan

hipotesis terangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Hasil Temuan Kesimpulan

1 Sosialisasi pengetahuan berpengaruh positif pada kinerja organisasi

Positif, tidak signifikan Hipotesis tidak didukung

2 Eksternalisasi pengetahuan berpengaruh positif pada kinerja organisasi

Positif, tidak signifikan Hipotesis tidak didukung

3 Kombinasi pengetahuan berpengaruh positif pada kinerja organisasi

Positif, signifikan Hipotesis didukung

4 Internalisasi pengetahuan berpengaruh positif pada kinerja organisasi

Positif, tidak signifikan Hipotesis tidak didukung

Sumber: Data primer diolah (2020)

Penciptaan pengetahuan menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), merupakan perubahan pengetahuan dari implisit menjadi eksplisit kemudian menjadi implisit kembali. Dalam penelitian ini, penciptaan pengetahuan dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi yaitu pada sektor makanan. Berdasar analisis yang dilakukan, hanya tahap kombinasi pengetahuan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Pembahasan hal tersebut yaitu:

Page 150: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

298

1) Pada tahap sosialisasi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Sosialisasi pengetahuan merupakan perubahan pengetahuan dari implisit ke implisit, yang diperoleh dari proses observasi, meniru, atau praktek langsung. UKM sektor makanan dalam penelitian ini tahap sosialisasi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Hal tersebut dapat terjadi karena ilmu memasak ataupun resep makanan sulit untuk ditiru maupun praktek langsung karena ilmu atau resep makanan terlalu implisit sehingga sulit ditransfer secara implisit, baik dengan praktek langsung, observasi maupun meniru.

2) Pada tahap eksternalisasi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Eksternalisasi pengetahuan merupakan perubahan pengetahuan dari implisit menjadi eksplisit, tercermin dari adanya simbol, tulisan, gambar, konsep, atau model. Pada penelitian ini, tahapan tersebut tidak berpengaruh karena pemegang resep makanan atau pemegang prosedur pembuatan makanan tidak menggambarkan dan tidak menuliskan resep atau prosedur. Mayoritas standar operasional prosedur tidak tertulis, hanya lisan saja sehingga anggota organisasi tidak dapat menangkap pesan dengan jelas, pada akhirnya tidak berpengaruh terhadap kinerja.

3) Pada tahap kombinasi pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Kombinasi pengetahuan merupakan perubahan pengetahuan dari eksplisit menjadi eksplisit, seperti penggandaan model, dokumentasi, maupun pengklarifikasian kembali. Pada penelitian ini kombinasi pengetahuan terjadi dari resep makanan atau prsedur makanan yang sudah tertulis kemudian dapat dibagikan kepada anggota organisasi, sehingga dapat meningkatkan kinerja. Selain itu, kombinasi pengetahuan terjadi dengan cara klarifikasi kembali kepada pemberi pesan/ilmu untuk dapat menuliskan maupun mempraktekkan kembali.

4) Pada tahap internalisasi pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Internalisasi pengetahuan merupakan perubahan pengetahuan dari eksplisit menjadi implisit, yang melekat dalam organisasi, seperti aturan, rutinitas norma dan kebiasaan dalam organisasi. Dalam penelitian ini, UKM sektor makanan tidak menuliskan resp maupun aturan sehingga internalisasi pengetahuan tidak terjadi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya kombinasi pengetahuan yang

berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat hambatan dalam proses transfer, penyebaran, dan berbagi pengetahuan dalam UKM sektor makanan. Hambatan tersebut dapat berasal dari sumber pengetahuan, motivasi yang rendah, keadaan organisasi, dan karakteristik pengetahuan tersebut. Selain itu, gagalnya proses transfer dapat disebabkan oleh hambatan dalam waktu, jarak, persepsi, maupun nilai dari pengetahuan. Hal tersebut dapat terjadi dalam kasus UKM sektor makanan karena: 1) kurangnya motivasi dari sumber pengetahuan, yaitu pemilik/manajer UKM takut jika karyawan mengetahui resep produk usaha yang ditekuni, akan keluar dan menjadi pesaing bagi pemilik/manajer UKM tersebut, 2) kurangnya antusias dari penerima pengetahuan yaitu karyawan, yang mana karyawan susah mengingat atau terlalu nyaman pada pengetahuan yang biasa digunakan, 3) hambatan dari jenis pengetahuan yang ditransfer atau dibakukan menjadi pengetahuan organisasi, yang mana pengetahuan tersebut memiliki sifat ambigu dan tidak nyata. Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa penciptaan pengetahuan berpengaruh pada kinerja organisasi pada tahap kombinasi pengetahuan. Kombinasi pengetahuan merupakan

Page 151: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

299

perubahan pengetahuan eksplisit menjadi eksplisit seperti penggambaran model, dokumen yang diperbanyak dan disebarkan ke seluruh anggota organisasi. Pengetahuan yang telah diperbanyak dan disebar kepada anggota memudahkan anggota melaksanakan tugas sesuai peraturan yang pada akhirnya dapat memajukan organisasi. Proses kombinasi pengetahuan di UKM sektor makanan dapat terjadi dengan cara memperbanyak resep, klarifikasi prosedur pada pemilik/manajer UKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kinerja organisasi dalam hal ini UKM sektor makanan, pemilik/manajer UKM perlu meningkatkan tahap kombinasi pengetahuan karena kombinasi pengetahuan dapat berpengaruh langung pada kinerja. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel, membandingkan pada UKM sektor lain, dan dapat memasukkan variabel lain seperti inovasi sebagai variabel mediasi.

Daftar Pustaka

Ahsan, M, M. Ozer, dan E. Alakent. 2010. Incumbents adaptation to Competence-Destroying

Change: Role of Prior Experience and Knowledge Sourcing. Journal of Managerial Issues, 22/4: 456-475.

Augier, M, dan M.T. Vendelu. 1999.Networks, cognition and management of tacit knowledge. Journal of Knowledge Management, 3/4: 252-261.

Barney, J. 1991. Firm resources and sustained competitive advantage. Journal of Management, 17/1: 99-120.

Byosiere, P, dan D.J. Luethge. 2008. Knowledge domains and knowledge conversion: an empirical investigation. Journal of Knowledge Management, 12/2: 67-78.

Carmen, P.C, T.G. Cruz, dan S.C. Ros. 2012. Do family SME managers value marketing capabilities’ contribution to firm performance?. Marketing Intelligence & Planning, 30/2: 116-142.

Chilton, M.A, dan J.M. Bloodgood. 2010. Adaption-innovation theory and knowledge use in organizations. Management Decision, 48/8: 1159-1180.

Chou, S.W, dan Y.H. Tsai. 2004. Knowledge creation: Individual and organizational perspectives. Journal of Information Science, 30/3: 205-218.

Cloyd, C.B. 1995. Prior knowledge, information search behaviors, and performance in tax research tasks. The Journal of the American Taxation Association, 17 : 82.

Durst, S, dan I.R, Edvardson. 2012. Knowledge management in SMEs: a literature review. Journal of Knowledge Management, 16/6: 879-903.

Fening, F.A, G. Pesakovic, dan P. Amaria. 2008. Relationship between quality management practices and the performance of small and medium size enterprises (SMEs) in Ghana. International Journal of Quality & Reliability Management, 25/7: 694-708.

Filip, D, S. Mien, dan B. Michelle. 1999. The relation between assessment practices and outcome. Reviewof Educational Research, 69/2: 145-186.

Gibson, J.L, J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, dan R. Konopaske. 2009. Organizations: behavior, structure, processes. Mc Graw Hill.

Gold, A.H, M. Arvind, dan A.H. Segars. 2001. Knowledge management: An organizational capabilities perspective. Journal of Management Information Systems, 18/1: 185-214.

Grant, R.M. 1996. Toward a knowledge-based theory of the firm. Strategic Management Journal, 17: 109-122.

Hair, J.F., A.R.L. Tatham, and W.C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: Global Perspective (7th edition). New Jersey: Prentice Hall.

Page 152: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

300

Hakim, L. 2013.Jumlah UKM di DIY Meningkat. Diakses dari http://www.antarajogja.com/jumlah-ukm-di-diy-meningkat.html pada tanggal 22 Desember 2013.

Indarti, N. 2010. The Effect of Knowledge Stickiness and Interaction on Absorptive Capacity: Evidence from furniture and software Small and Medium Enterprises in Indonesia. Disertasi (tidak dipublikasikan). Groningen: University of Groningen.

Kitty, T. 2011. Produk Ditiru? Siapa Takut? Diakses dari http://www.tarryholic.blogspot.com/2011/12/produk-ditiru-siapa-takut.html pada tanggal 13 Juni 2014.

Lam, A. 1998. Tacit knowledge, organisational learning and innovation: a societal perspective. DRUID Working Paper, no. 98-22: 1-61.

Liyanage, S, dan R. Bernard. 2003.Valuing of firms' prior knowledge: a measure of knowledge distance. Knowledge and Process Management,10/2: 85-98.

Mahroeian, H, dan A. Forozia. 2012. Challenges in managing tacit knowledge: a study on difficulties in diffusion of tacit knowledge in organizations. International Journal of Business and Social Science, 3/1): 303-308.

McAdam, R, dan R. Reid. 2001. SME and large organization perceptions of knowledge management: Comparisons and contrast. Journal of Knowledge Management, 5/3: 231-241.

Nonaka, I, dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge-creating company: How Japanese companies create dynamics of innovation. Oxford University Press.

Nonaka, I, G.V. Krogh, dan S.Voepel. 2006. Organizational knowledge creation theory: evolutionary paths and future advances. Organization Studies, 27: 1179-1208.

Nosek, J.T. 2004. Group cognition as a basis for supporting group knowledge creation and sharing. Journal of Knowledge Management, 8/4: 54-64.

Ramirez, A.M, V.J.G. Morales, dan D.A. Aranda. 2012. Knowledge creation and flexibility of distribution of information. Industrial Management & Data Systems, 112/2: 166-185.

Ramirez, A.M, V.J.G. Morales, dan R.M. Rojas. 2011. Knowledge creation, organizational learning, and their effect on organizational performance. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 22/3: 309-318.

Raza, A, A.R. Kausar, dan D. Paul. 2006. Culture, cognition and knowledge-based development. Journal of Knowledge Management, 10/): 137-145.

Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 7/1: 22- 47.

Song, J.H. 2008. The key to organizational performance improvement: A perspective of organizational knowledge. Performance Improvement Quarterly, 21/2: 87-103.

Song, J.H, dan T.J. Chermark. 2008. A theoretical approach to the organizational knowledge formation process: Integrating the concepts of individual learning and learning organization culture. Human Resource Development Review, 7: 424-442.

Sun, P. 2010. Five critical knowledge management organizational themes. Journal of Knowledge Management, 14/4: 507 – 523.

Tseng, S.M. 2010. The correlation between organizational culture and knowledge conversion on corporate performance. Journal of Knowledge Management, 14/2: 269-284.

Ulrich, D, dan J.B. Barney. 1984. Perspective in Organizations: resource dependence, efficiency, and population. Academy of Management Review, 9/): 41-481.

Page 153: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia Volume 03, Nomor 2, Maret 2020

Rinawati Zailani, Choirun Nisaa’

301

Venkitachalam, K, dan P. Busch. 2012. Tacit knowledge: review and possible research directions. Journal of Knowledge Management, 16/2: 356-371.

Wernerfelt, B. 1984. A resource-based view of the firm. Strategic Management Journal, 5/2: 11-180.

Page 154: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...
Page 155: Jurnal INOBIS | Vol. 3 | No. 2 | Hal. 153 - 301 | Maret ...