protap 4 (hal.153-211)
-
Upload
fajar-al-habibi -
Category
Documents
-
view
101 -
download
0
description
Transcript of protap 4 (hal.153-211)
PEDOMAN
PEMASANGAN IUD CUT 380 A
PEMERIKSAAN PANGGUL
1. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2. Siapkan pasien dengan sopan di meja ginekologi untuk pemeriksaan panggul.
3. Pakai sarung tangan baru steril atau sudah didesinfeksi
4. Susunan alat-alat diatas tempat steril atau tempat yang sudah didesinfeksi
5. Pakai lampu yang terang untuk melihat serviks
6. Periksa genitalia eksterna
7. Masukkan spekulum ke dalam vagina
8. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum
- Periksa adanya cairan vagina
- Periksa serviks dan uretra
- Ambil spesimen dari sekret vagina dan serviks untuk pemeriksaan mikrokopik
bila ada indikasi
9. Keluarkan spekulum dan letakan kembali pada tempat alat-lat
10. Lakukan pemeriksaan bimanual :
- Periksa gerakan serviks
- Tentukan ukuran dan bentuk posisi
- Periksa kehamilan
- Periksa kedua adnexa
11. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi
- Tentukan ukuran uterus retroversi
- Periksa Cavum Douglasi
12. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
13. Setelah selesai pemeriksaan mikroskopik (bila dilakukan) cuci tangan dengan air
dan sabun.
14. Beritahu pada klien apa yang akan dilakukan
15. Susun atau periksa kelengkapan alat-alat yang digunakan
16. masukkan lengan IUD Cu T 380 A didalam kemasannya :
- Buka sebagian dari kemasannya
- Masukkan pendorong ke dalam tabung insenter
- Letakkan kemasan pada permukaan yang datar
- Selipkan kertas pengukur dibawah IUD
- Sambil memegang kedua ujung IUD, dorong tabung inserter sampai ke
pangkal lengan, sehingga lengan melipat.
- Setelah lengan melipat, tarik tabung insenter dari pangkal lengan
- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
IUD ke dalam tabung inserter (lengan IUD dalam tabung inserter jangan lebih
dari 5 menit karena akan mengganggu keturunan).
17. Pakai kembali sarung tangan yang baru
18. Pasang spekulum dan lihat serviks
19. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik
20. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.
21. Masukkan sonde uterus dengan cara “no touch technique” yaitu secara hati-hati
memasukkan sonde ke dalam rongga uterus (sekali masuk) tanpa menyentuh
dinding vagina ataupun bibir spekulum.
22. Tentukan kedalaman rongga uterus dan posisi uterus
23. Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih
berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung
inserter.
24. Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
25. Lepaskan lengan IUD dengan menggunakan “withdrawal technique” yaitu
menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan pendorong.
26. Keluarkan pendorong IUD dan tabung inserter didorong kembali ke serviks secara
hati-hati sampai batas leher biru.
27. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati.
28. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kerang lebih 3-4
cm.
29. Keluarkan seluruh tabung inserter.
30. Periksa serviks dan bila ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan tenakulum,
tekan dengan kasa steril selama 30-60 menit.
31. Keluarkan spekulum.
TINDAKAN PASCA PEMASANGAN
32. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit untuk tindakan dekontaminasi.
33. Buang bahan-bahan (kasa) yang sudah dipakai ke dalam kantong plastik.
34. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
35. Cuci tangan dengan air sabun.
36. Buat catatan medik.
PEDOMAN
PENCABUTAN IMPLANT 6 KAPSUL
A. Teknik biasa
B. Teknik U
1. Periksa apakah lengan klien telah dicuci bersih dengan sabun dan air
2. Tentukan tempat pencabutan dengan meraba kapsul implant
3. Periksa kelengkapan alat-alat untuk pencabutan implant.
TINDAKAN PRA PENCABUTAN
4. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan air bersih
5. Pakai sarung tangan steril atau yang telah didesinfeksi tingkat tinggi
6. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptik
7. Pasang kain penutup (doek).
TINDAKAN PENCABUTAN DENGAN TEKNIK U
8. Suntikan anestesi lokal dibawah setiap ujung kapsul dekat siku
9. Uji anestesi sebelum membuat insisi pada kulit
10. buat insisi kecil (4 mm) pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 dengan arah
memanjang lebih kurang 5 mm diatas ujung kapsul.
11. Fiksasi kapsul dan masukkan ujung klem implant (alat vasektomi yang
dimodifikasi) sampai mencapai kapsul.
12. jepit kapsul dan tarik ke luar sampai mendekati permukaan kulit, klem implant
dijatuhkan 90 derajat ke arah bahu (kalau perlu 180 derajat) sampai kapsul
terlihat.
13. bersihkan kapsul dari jaring ikt yang mengelilinginya dengan menggunakan kasa
atau skalpel.
14. jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung (Mosquito),
tarik keluar dan taruh pada tempat yang bersih larutan klorin 0,5%.
TINDAKAN PENCABUTAN DENGAN TEKNIK BIASA
1. Suntikan anestesi lokal dibawah setiap ujung kapsul dekat siku
2. Sampai sepertiga (1/3) panjang kapsul
3. Uji efek anestesi sebelum membuat insisi kulit
4. Buat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung dari kapsul
5. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Mosquito)
6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan
kasa skalpel
7. Jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lain, tarik keluar dan
taruh pada tempat yang berisi larutan klorin 0,5%.
PENCABUTAN YANG SULIT
8. Bila ujung kapsul agak jauh dari luka, jepit ujung kapsul dengan klem lengkung
jatuhkan atau putar klem ek arah bahu sehingga ujung kapsul tampak pada luka
insisi.
9. jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lain, tarik keluar dan taruh
pada tempat yang berisi larutan klorin 0,5%.
TINDAKAN PASCA PENCABUTAN
10. Setelah seluruh kapsul tercabut, hitung kembali jumlah kapsul untuk memastikan
bahwa ke 6 kapsul telah tercabut dan perlihatkan pada klien.
11. Rapatkan kedua tepi luka insisi dan tutup dengan band-band.
12. Beri pembalut tekan.
13. Bilas jarum dan tabung suntik dengan larutan klorin untuk dekontaminasi dan
rendam semua alat-alat yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin.
14. Buang benda-benda habis pakai pada tempat yang sudah ditentukan.
15. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin.
16. Cuci tangan dengan sabun air, dan keringkan dengan kain bersih.
PEDOMAN
KEPERAWATAN
1. MEMBERI OKSIGEN
Kriteria Persiapan :
Tabung O2, dan flow meter.
Botol pelembab
Slang nasal / casual / masker
Memberikan penjelasan pada pasien.
Kriteria Pelaksanaan :
Mengatur posisi pasien
Membuka flow meter dan mengukur dosis secara bertahap
Memasang slang casual / masker pada pasien
Memperhatikan reaksi pasien, pernafasan dan nadi.
Mencatat dalam lembaran catatn perawatan.
2. MEMBERI MINUM SUSU PADA PASIEN
Kriteria Persiapan :
Makanan dan minuman disiapkan dan dibawa ketempat pasien.
Serbet makan
Lingkungan disekitar pasien dirapikan
Pasien diberitahu dan disiapkan dalam keadaan posisi kepala lebih tinggi dari
badan.
Kriteria Pelaksanaan :
Perawat cuci tangan
Serbet dibentangkan dibawah dagu pasien
Perawat duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan
Pasien diingatkan untuk berdoa menurut agamanya
Pasien ditawari minum
Suapkan makanan sedikit demi sedikit sambil berkomunikasi dan
memperhatikan keadaan pasien.
Pasien diberi minum
Setelah selesai mulut pasien dan sekitarnya dibersihkan
Pasien dirapikan kembali
Alat-alat dirapikan, dikembalikan ke tempat semula.
Perawat mencatat jumlah porsi yang dimakan.
3. MEMASANG INFUS
Kriteria Persiapan :
Standar infus
Cairan yang diberikan
Infus set
Kapas
Alkohol 70%
Gaas steril
Gunting
Plester
Pengalas
Bengkok
Kriteria Pelaksanaan :
Pasien diberi penjelasan
Siapkan area yang akan dipasang infus
Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan
Keluarkan udara dari slang infus
Menentukan vena yang akan ditusuk
Pasang pengalas
Desinfeksi area yang akan ditusuk diameter 5-10 cm
Menusuk jarum infus /abbocath pada vena yang telah ditentukan
Melakukan fiksasi
Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril
Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
Memperhatikan reaksi pasien.
Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan
Pasien dirapikan
Alat-alat dibereskan
Perawat cuci tangan.
4. MEMBERIKAN TRANSFUSI
Kelengkapan transfusi set
Cairan NaCL 9%
Darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
Kapas
Alkohol 70%
Kasa steril
Gunting
Plester
Pengalas
Bengkok
Kriteria Pelaksanaan :
Perawat mencuci tangan
Memberikan penjelasan kepada pasien
Menyiapkan area yang akan ditusuk
Meneliti keadaan darah dan suhunya sesuai dengan tubuh normal
Cek silang kembali tabel darah dengan formulir permintaan, nama pasien,
golongan darah dan nomor tempat tidur.
Memasang infus dengan cairan NaCL 9% sesuai dengan prosedur kebutuhan
Memindahkan slang tranfusi darah pada kantong darah.
Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
Memperhatikan reaksi pasien
Mencatat waktu pemberian golongan darah dan jumlah tetesan.
Alat-alat dibereskan.
5. MENOLONG PASIEN B.A.B.
Kriteria Persiapan :
Pispot
Alat pispot
Botol berisi air cebok
Kertas closet (*)
Alat memanggil/bel (*)
Selimut
Sampiran
Pasien diberi penjelasan
Kriteria Pelaksanaan :
Sampiran dipasang
Pakaian bagian bawah ditanggalkan dan bagian yang terbuka ditutup dengan
selimut.
Pasien dianjurkan menekuk lutut dan mengangkat bokong
Pasang alat pispot
Pispot diletakkan dibawah bokong pasien
Bila telah selesai anus daerah genitalia dibersihkan dengan air dan kertas
kloset lalu dibuang ke dalam pispot diulang beberapa kali sampai bersih.
Pispot diangkat dan fases diamati bila ada kelainan segera dilaporkan dan
dicatat.
Pasien dirapikan, alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya
Sampiran dibuka kembali
Perawat cuci tangan
Mencatat kegiatan dalam dokumen perawatan
6. MENJAGA KESELAMATAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
Kriteria Persiapan :
Tempat tidur dengan bed plang
Tali tangan / kaki yang aman
Kriteria Pelaksanaan :
Tempat tidur lengkap disiapkan
Bed plang dipasangkan
Pasien ditidurkan dengan posisi yang nyaman
Keluarga diberi penjelasan
Bila perlu tangan dan kaki pasien diikat dengan posisi bergantian setiap 3 jam
Pasien diawasi secara teratur sesuai keadaan
Bila perlu keluarga diijinkan menunggu.
7. MEMBERI HUNNAK RENDAH
Persiapan alat :
Selimut mandi atau kain penutup
Alas bokong dan perlak
Irigator lengkap dengan kanula rekti yang sesuai dengan umur pasien
Air hangat 1000 cc
Bengkok berisi cairan desinfektan
Pelicin/vaselin/minyak kelapa
Dua pispot
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi SIM)
Kriteria Pelaksanaan :
Sampiran dipasang, bila pintu ditutup
Alat bokong dan perlak dipasang
Pasang selimut mandi, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan
Irigator diisi dengan catatan hangat 750 – 1000 cc
Rectum kanul dipasang pada ujung slang diolesi pelicin, dan udara dikelurkan,
selang dijepit atau diklem.
Irigator dipegang dengan tangan kiri perawat setinggi 50 cm, dari kasur,
sedangkan tangan kanan memasukkan kanula – 15 cm dalam rectum sambil
pasien disuruh menarik nafas panjang.
Klem slang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan.
Bila cairan sudah habis slang klem, kanula dicabut.
Kanula dilepas dan masukkan ke dalam bengkok yang berisi cairan
desinfektan.
Pasien tetap dalam posisi miring dan diberi tahu untuk menahan sebentar,
kemudian pispot dipasang serta pasien diminta dalam posisi terlentang.
Setelah selesai pasien dibersihkan dirapikan
Observasi respon pasien
Mencatat hasil kegiatan tindakan
Alat-alat dibereskan dan kembali ketempat semula.
8. MEMANDIKAN PASIEN DITEMPAT TIDUR
Kriteria Persiapan :
Satu stel pakaian bersih
Baskom mandi 2 buah masing-masing berisi air dingin dan hangat (bila perlu).
1 atau 2 buah handuk bersih
Kain penutup
Tempat bertutup untuk pakaian kotor
Sampiran
Waslap 2 buah
Sabun pada tempatnya
Kriteria Pelaksanaan :
Pintu, jendela atau korden ditutup dan digunakan sampiran bila perlu
Pasien diberi tahu.
Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih dibutuhkan
bantal digunakan seperlunya.
Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien
Pakaian bagian atas dibuka kemudian ditutup dengan selimut mandi atau kain
penutup
Pasien dimandikan dengan urutan sebagai berikut :
Mencuci muka dengan cara :
Handuk dibentangkan dibawah kepala, muka, telinga dan leher dibersihkan
dengan waslap lembab lalu dikeringkan dengan handuk.
Tanyakan apakah pasien biasa menggunakan sabun atau tidak
Mencuci lengan dengan cara :
Selimut mandi atau kain penutup diturunkan
Kedua tangan pasien dikeataskan
Letakkan handuk diatas dada pasien dan lebarkan ke samping kiri dan
kanan sehingga keduat angan dapat diletakkan diatas handuk
Kedua tangan pasien dibasahi dan disabuni dimulai dari tangan yang jauh
dari perawat, kemudian yang lebih dekat lalu dibilas sampai bersih dan
dikeringkan.
Mencuci dada dan perut dengan cara :
Kaki pasien bagian bawah dibuka dan selimut atau kain penutup
diturunkan sampai perut bagian bawah.
Kedua tangan pasien dikeataskan handuk diangkat dan dibentangkan pada
sisi pasien. Ketiak dada dan perut dibasahi, disabun, dibilas sampai bersih
dan dikeringkan dengan handuk, selanjutnya ditutup dengan kain penutup
atau handuk.
Mencuci punggung dengan cara :
Pasien dimiringkan ke kiri atau ke kanan
Handuk dibentangkan dibawah punggung sampai bokong
Punggung sampai bokong dibasahi disabuni, dibilas dan selanjutnya
dikeringkan dengan handuk
Pasien dimiringkan kekanan dan handuk dibentangkan ke bawah
punggung
Punggung kiri dicuci seperti pada punggung kanan
Pasien ditelentangkan, pakaiain bagian atas dipasang dengan rapih
Mencuci kaki dengan cara :
Kaki pasien yang terjauh dari perawat dikeluarkan dari bawah kain
penutup atau handuk
Handuk dibentangkan dibawahnya dan lutut ditekuk
Kaki disabuni, dibilas, selanjutnya dikeringkan
Demikian juga kaki yang satu lagi.
Mencuci daerah lipat dan genitalia dengan cara :
Handuk dibentangkan dibawah bokong dan pakaian bagian perut dibuka
Daerah lipatan paha dan genitalia, disabuni, dibilas, dan dikeringkan
Pakaian bagian bawah dikenakan kembali, kain penutup atau handuk
diangkat, selimut pasien dikenakan kembali
Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan dibereskan dan dibawa ke
tempatnya.
Observasi respon pasien dan kelainan pada tubuhnya
Hindari tindakan yang menimbulkan rasa masa lalu pada pasien dant etap
menjaga kesopanan
Bila air sudah kotor agar segera diganti
9. MEMBERSIHKAN MULUT
Kriteria Persiapan :
Baki berisi :
Handuk atau kain pengalas
Gelas berisi air bersih
Tounge spatel yang telah dibungkus dengan kasa
Kapas lidi
Bengkok/nierbekken
Kain kasa
Pinset
Borax gliserin
Pasien disiapkan
Kriteria Pelaksanaan :
Handuk atau pengalas diletakkan dibawah dagu dan pipi pasien
Ujung pinset dibungkus dengan kain kasa dan dibasahi dengan air yang telah
disediakan
Mulut pasien dibasahi dengan tounge spatel
Rongga mulut dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi sampai bersih
Kain kasa yagn kotor dibuang pada bengkok
Bibir dioles dengan boraks gliserin
Observasi respon pasien
Catat kelainan pada gigi dan mulut
Pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan
10. MENGGANTI ALAT TENUN KOTOR TANPA MEMINDAHKAN PASIEN
Kriteria Persiapan :
Alat tenun bersih yang diperlukan disusun menurut urutan penggunaan
Kursi dan bangku
Tempat tertutup untuk kain kotor
Ember berisi larutan desinfektan
Lap kerja sehelai kering dan sehelai basah
Pasien diberi penjelasan
Kriteria Pelaksanaan :
Selimut dan bantal yang tidak perlu diletakkan diatas kursi dan bangku
Pasien dimiringkan ke sisi tempat tidur
Lepaskan alat tenun yang kotor lalu digulung satu persatu sampai dibawah
punggung pasien
Sprei kecil dan perlak digulung ke tengah sejauh mungkin
Perlak dibersihkan dengan larutan desinfektan lalu dikeringkan lalu digulung
ke tengah sejauh mungkin
Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap larutan desinfektan lalu
dikeringkan dengan lap kering.
Sprei besar yang digulung setengah bagian, kemudian gulungannya diletakkan
dibawah punggung pasien dan yang setengah bagian lagi diratakan serta
dipasang pada kasur.
Perlak yang gulung tadi diratakan kembali
Sprei kecil dan perlak digulung sebagian dan diletakkan dibawah punggung
pasien, seprei yang sebagian lagi diratakan diatas perlak lalu dimasukkan
bersama-sama ke bawah kasur.
Pasien dimiringkan ke bagian yang bersih
Lepaskan alat tenun yang kotor seperti pada butir ke-4
Alat tenun yang kotor dimasukkan ke dalam tempat bertutup
Sarung bantal yang kotor dilepaskan bantal diratakan isinya kemudian sarung
bantal bersih dipasang.
Bantal disusun, pasien dibaringkan pada posisi yang nyaman
Selimut kotor diganti dengan yang bersih
Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
11. MENYISIR RAMBUT
Kriteria Persiapan :
Sisir
Kain penahan atau handuk
Karet gelang untuk pasien yang berambut panjang
Air atau minyak
Kertas untuk membungkus kotoran/rambut yang kotor
Bengkok berisi larutan desinfektan, khusus pasien yang berkutu/kelainan kulit
Pasien diberi penjelasan
Kriteria Pelaksanaan :
Menyisir rambut dapat dilakukan pada pasien dalam posisi duduk dan
berbaring
Kain penahan atau handuk diletakkan pada bahu atau dibawah belikat
Rambut panjang dan kusut diberi minyak dan dibelah dua, kemudian disisir
secara bertahap dimulai dari bagian bawah (ujung rambut) setelah rapih
rambut dijalin.
Rambut yang pendek disisir dari pangkal ke ujung
Rambut yang rontok dikumpulkan dan dibungkus dengan kertas, kemudian
dibuang di tempat yang tersedia.
Rambut berkutu/dengan kelainan kulit dimasukkan ke dalam larutan
desinfektan pada bengkok
Observasi respon pasien
Catatan kelainan pada kulit kepala
Alat dibersihkan, dibereskan dan kembalikan ke temapt semula
12. MEMBANTU PASIEN UNTUK ISTIRAHAT / TIDUR
Kriteria Persiapan :
Mengatur posisi pasien yang tepat sesuai dengan keinginan pasien
Mengatur ventilasi dan pencahayaan
Menghindarkan kebisingan suara
Memelihara kebersihan lingkungan
Mempersilahkan tamu meninggalkan pasien
Observasi dan mencatat respon pasien.
13. MELAKSANAKAN AMBULASI DINI
Kriteria Persiapan :
Alat bantu : kruk / kursi roda
Kriteria Pelaksanaan :
Penjelasan kepada pasien pentingnya ambulasi dini
Alat bantu didekatkan
Perawatan berdiri disisi tempat tidur
Membantu pasien menggeser kakinya ke samping tempat tidur
Meminta pasien untuk menggerakkan kakinya / diayun
Hitung nadi, perhatikan respon pasien
Membantu pasien berjalan pelan-pelan
Pasien diawasi saat menggunakan
Amati respon pasien dan catat dalam catatan perawat.
14. MELAKSANAKAN KOMUNIKASI SECARA LANGSUNG/LISAN
Kriteria Persiapan :
Menciptakan situasi lingkungan yang nyaman
Kriteria Pelaksanaan :
Perawat menampilkan sikap yang ramah dan sopan
Memperkenalkan diri
Menyapa pasien dengan ramah
Menyampaikan informasi secara lengkap dengan bahasa yang mudah
dimengerti pasien
Mengamati respon pasien
Mencatat hasil komunikasi
15. MENYIAPKAN MENTAL SPIRITUAL KEPADA PASIEN YANG
MENGHADAPI SAKARATUL MAUT
Kriteria Persiapan :
Menyiapkan lingkungan yang tenang
Menyiapkan kursi untuk keluarga pasien
Menghubungi rohaniawan
Kriteria Pelaksanaan :
Membantu pasien untuk berdoa
Memberi kesempatan keluarga untuk mendampingi
Mempersiapkan rohaniawan dan keluarga untuk berdoa
Perawat menunjukkan sikap empati dan simpati dan berada di dekat pasien
Mengamati tanda-tanda vital dan respon pasien setiap 15 menit
Mencatat setiap perubahan kondisi pasien.
16. MELAKSANAKAN PROGRAM ORIENTASI KEPADA PASIEN YANG
MENGHADAPI SAKARATUL MAUT
Kriteria Persiapan :
Denah ruang perawatan
Daftar fasilitas yang tersedia
Peraturan/tata tertib tertulis
Kriteria Pelaksanaan :
Perawat memberi tahu tentang letak kamar mandi / WC ruang perawat, dan
lain-lain
Perawat memberi tahu tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya.
Perawat memberitahu tentang jadwal kegiatan rutin di ruang antara lain, waktu
mandi, waktu makan, waktu kunjungan dokter, dan waktu kunjungan
tamu/keluarga.
17. MENGUKUR SUHU BADAN YANG MENGHADAPI SAKARATUL
MAUT
Kriteria Persiapan :
Termometer bersih dalam tempatnya
3 buah botol masing-masing berisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air
bersih.
Bengkok
Potongan kertas atau tisue
Catatan suhu dan nadi
Penjelasan kepada pasien
Kriteria pelaksanaan :
Bila perlu baju pasien dibuka, ketiak dikeringkan
Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, lalu dijepitkan
dengan resevoinya tepat ditengah ketiak dan lengan pasien diletakkan di dada.
Setelah 5-10 menit termometer diangkat dan dibaca, hasilnya dicatat pada
buku
Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilap dengan potongan kertas
atau tisue kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, dibersihkan
dengan air bersih lalu dikeringkan.
Air raksa diturunkan kembali pada angka 0 dan diletakkan pada tempatnya.
Perawat cuci tangan
18. MENGHITUNG NADI DAN PERNAFASAN
Kriteria Persiapan :
Menghitung denyut nadi selama 1 menit
Observasi frekuensi, irama dan volume
Menghitung pernafasan selama 1 menit
Mencatat hasil tindakan dan respon pasien
19. MENGGANTI BALUTAN LUKA
Kriteria Persiapan :
1). Peralatan Steril :
- Pinset
- Pinset chuirurgi
- Gunting lurus
- Kapas lidi
- Kasus steril
- Bengkok kecil
2). Peralatan tidak steril selama :
- Gunting balutan
- Plester
- Obat desinfektan dalam tempatnya (misalnya : Betadine, alkohol 70%,
mercurochrom, dsb).
- Bensin dalam tempatnya
- Bengkok
- Kain pembalut secukupnya
- Obat luka sesuai kebutuhan
3). Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Kriteria Pelaksanaan :
- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
- Luka dibersihkan dengan memakai pinset dan kapas desinfektan dari arah
dalam keluar.
- Kapas kotor dibuang pada tempatnya
- Pinset yang sudah tidak steril diletakkan di bengkok
- Observasi keadaan luka
- Luka diberi obat, selanjutnya ditutup dengan kain kasa steril dengan
menggunakan pinset steril, dan juga agar serat kasa tidak melekat pada luka.
- Setelah diobati, luka dibalut atau diplester
- Catat hasil observasi dan respon pasien
- Sesudah selesai pasien dirapihkan
20. MENGUKUR TEKANAN DARAH
Kriteria Persiapan :
Tensimeter
Stetoskop
Catatan tekanan darah
Pasien diberi penjelasan dan posisinya diatur sesuai kebutuhan
Kriteria Pelaksanaan :
Lengan baju dibuka atau digulung
Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di
sisi luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.
Pompa tensimeter dipasang
Denyut arteri brachialis diraba lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut
Skrup balon karet ditutup pengunci air raksa. Selanjutnya balon dipompa
sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas
naik.
Skrup balon dibuka perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan
sambil memperhatikan turunnya air raksa dengarkan bunyi.
Hasilnya dicatat.
21. MEMBERIKAN KOMPRES DINGIN
Kriteria Persiapan :
1). Persiapan Alat :
Waslap
Perlak kecil dan alasnya
Mangkok berisi air dingin / es
2). Persiapan Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan dilakukan dan posisi diatur
sesuai dengan kebutuhan.
Kriteria Pelaksanaan :
Perlak dan alas dipasang pada tempat yang akan dikompres
Waslap dibasahi air dingin/es secukupnya dan diletakkan di tempat yang akan
dikompres
Observasi pasien
Perawat mencuci tangan
Mencatat hasil tindakan dan observasi
22. MEMBERI OBAT MELALUI MULUT
Kriteria Persiapan :
Obat yang diperlukan dalam tempatnya
Air minum dalam tempatnya
Pasien diberi penjelasan
Kriteria Pelaksanaan :
Obat diberikan langsung kepada pasien dan ditunggu sampai obat ditelan
habis, bila perlu pasien dibantu.
Setiap pemberian obat harus dicatat
23. MEMBERIKAN OBAT MELALUI SUNTIKAN
Kriteria Persiapan :
Semperit disponsible sesuai kebutuhan
Kapas alkohol
Kikir ampul
Obat yang akan diberikan
Penjelasan kepada pasien
Kriteria Pelaksanaan :
Memperhatikan prinsip aseptik
Membaca etika obat
Membaca dosis obat
Memasukkan obat ke dalam semprit kemudian udara dalam semprit
dikeluarkan
Menentukan daerah yang akan disuntik
Mendefinisikan kulit yang akan disuntik sesuai dengan jenis suntikan.
Memasukkan jarum dengan posisi 90 derajat
Aspirasi untuk menentukan bahwa tidak mengenai pembuluh darah.
Memasukkan obat dengan perlahan-lahan
Memperhatikan reaksi pasien
Mencabut jarum perlahan-lahan
Menghapus kulit dengan kapas alkohol
Mencatat dalam formulir pemberian obat
24. MEMBERI PENYULUHAN SECARA INDIVIDUAL
Kriteria Persiapan :
Tempat / lingkungan
Materi/satpel
Alat peraga bila diperlukan
Pasien sasaran penyuluhan
Kriteria Pelaksanaan :
Komunikasi dengan pasien
Menggunakan cara :
Diskusi
Demonstrasi
Menggunakan alat bantu bila diperlukan
Mengadakan evaluasi
Memberikan feed back
Perencanaan lanjutan
25. MENGUKUR CAIRAN YANG MASUK DAN KELUAR
Kriteria Persiapan :
Formulir observasi pemasukan dan pengeluaran cairan
Bahan yang akan diukur
Gelas ukuran
Memberikan penjelasan kepada pasien
Kriteria Pelaksanaan :
Menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parenteral
Mengukur cairan yang keluar
Mencatat tindakan
Hasil
PEDOMAN
PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PEMASANGAN
DAN PENCABUTAN IMPLANT
Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan pada klien, petugas klinik harus
berusaha menjaga lingkungannya bebas kuman. Usaha yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
Minta klien mencuci seluruh lengannya dengan air dan sabun dan dibilas sehingga
tidak ada sisa-sisa sabun (sisa sabun antiseptik). Langkah ini sangat penting bila
klien kurang menjaga kebersihannya (mungkin lebih mudah bila klien sudah
mencuci lengannya sebelum masuk klinik).
Cuci tangan dengan air dan sabun
Pakai sarung tangan atau desinfektan tingkat tinggi. Satu pasang sarung tangan
hanya untuk satu klien agar tidak terjadi kontaminasi silang. Bila ada lebih baik
pakai sarung tangan sekali pakai.
Sebelum melakukan tindakan antiseptik pada daerah tempat pemasangan di
lengan, pilih salah satu jenis larutan antiseptik seperti dibawah ini :
- Yodium 1-3% dilanjutkan dengan alkohol 60-90%.
- Iodophors seperti povidone iodine (PVI) ata Bethadine
- Isopropil atau etil alkohol 60-90%.
- Chlorhexidine 4% (mis. Hibiscrub)
- Savlon
Untuk mengusap lengan klien dengan kasa berantiseptik sebaiknya memakai klem
steril atau desinfektan tingkat tingig. Bila hanya dengna sarung tangan harus hati-
hati agar tidak terkontaminasi dengan lengan klien yang tidak diusap dengan
antiseptik.
Setelah selesai melakukan tindakan dan sebelum melepas sarung tangan :
1. Masukkan alat-alat yang sudah dipakai dalam larutan klorin untuk
dikontaminasi
2. sebelum memasukkan alat suntik kedalam larutan klorin, isi alat tersebut
dengan larutan klorin.
3. keluarkan pendorong dari trokar dan masukkan ke dalam larutan klorin
(pendorong akan sulit dikeluarkan dari trokrar bila darah sudah mengering).
4. rendam alat-alat selama 10 menit kemudian segera dibilas dengan air bersih
untuk mencegah terjadinya karat.
5. buang bahan-bahan habis pakai (kasa) ke dalam kantung plastik.
Bila menggunakan sarung tangan yang akan dipakai lagi, masukkan kedua tangan
ke dalam larutan klorin untuk dikontaminasi bagian luar sarung tangan dan
kemudian lepas dengan membalik sehingga bagian dalam menjadi bagian luar.
Rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.
Cuci tangan dengan sabun dan air.
PEDOMAN
PENGELOLAAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN PADA PELAYANAN
IMPLANT
1. PEMBUANGAN LIMBAH / SAMPAH DAN DEKONTAMINASI
LANGKAH 1
Setelah selesai melkukan pemasangan atau pencabutan implant, dengan
memakai sarung tangan, buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi
ke dalam kantong plastik.
LANGKAH 2
Rendam semua alat-alat logam dalam ember plastik yang berisi larutan klorin
0,5% selama 10 menit sebelum dilakukan pencucian oleh petugas. Sebelum
merendam jarum dan tabung suntik isi dengan lar. Tindakan merendam
sebelum pencucian dapat membunuh berbagai mikroorganisme termasuk HBV
dan HIV. Doek penutup juga dekontaminasi dalam lar klorin.
LANGKAH 3
Seluruh permukaan (antara lain meja periksa, meja alat-alat) yang mengalami
kontaminasi dengan darah dan lendir juga harus dikontaminasi dalam lar
klorin.
LANGKAH 4
Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, lepas dengan membalik sarung
tangan dan buang ke dalam kantong plastik. Bila menggunakan sarung tangan
yang bisa dipakai ualng benamkan dalam lar. Klorin kemudian lepas dengan
membalik sarung tangan rendam dalam lar klorin.
2. PENCUCIAN DAN PEMBILASAN
Setelah didekontaminasi segera cuci dengan air, detergen dan disikat terutama
bagian yang bergigi dan bagian yang ada sekrupnya. Kemudian bilas dengan air
untuk menghilangkan detergen (beberapa detergen dapat menyebabkan
berkurangnya efektivitas larutan desinfektan). Keringkan alat-alat tersebut
sebelum pengelolaan selanjutnya, doek penutup harus dicuci dengan detergen dan
air kemudian dikeringkan diudara atau dengan mesin.
3. STERILISASI
Alat-alat, sarung tangan, alat suntik, dan kain penutup yang telah yang telah
dipakai memasang atau mencabut implant harus disterilasasi menggunakan
autoclave.
Kondisi baku sterilisasi dengan pemanasan
Sterilisasi uap :121oC (250oF) 105 Kpa (15 lb/in) selama 20 menit bila tidak
dibungkus dan 30 menit bila dibungkus alat-alat boleh diambil setelah kering.
Pemanasan kering : 171oC (340oF) selama 60 menit (jumlah seluruh waktu
meletakkan alat dioven, memanaskan sampai 170oC selama 1 jam dan
kemudian mendinginkan sekitar 2 –2,5 jam atau 160oC (320oF) selama 2 jam.
Catatan : sterilisasi dengan pemanasan kering (170oC) selama 60 menit) hanya
boleh untuk alat-alat terbuat dari logam dan kaca.
Penyimpanan : alat-alat yang tidak dibungkus harus segera dipakai. Alat-alat
yang dibungkus kain dapat disimpan sampai 1 minggu dan bila dalam kantong
plastik dapat disimpan sampai 1 bulan.
4. DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)
DTT dilakukan dengan cara merebus atau merendam dalam larutan kimiawi
dianurkan untuk dilakukan bila tidak ada alat sterilisasi. Alat-alat tersebut dari
logam dan sarung tangan yang akan dipakai lagi harus direbus selama 20 menit
sebagai alternatif dapat dengan merendam dalam lar. Glutaraldehide atau
faormaldehide 8%. Setelah didinginkan atau setelah dibilas dengan air mendidih
dan dikeringkan alat-alat tersebut siap dipakai. Pakai segera atau disimpan sampai
1 minggu dalam tempat tertutup yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi.
Metode efektif untuk pengelolaan alat-alat :
DekontaminasiPencucian
(hanya dg air)
Pencucian
(deterjen dan
bilas dng air)
Desinfeksi
tingkat tinggi *Sterilisasi
EfektivitasMematikan
HBV dan HIVSampai 50% Sampai 80%
95% (tidak
mematikan
endospora)
100%
Batas
akhir
Rendam : 10
menit
Sampai betul-
betul bersih
Sampai betul-
betul bersih
Rebus : 20 Penguapan :
20-30 menit,
menit
Kimiawi : 20
menit
106 kPa, 120oC
Pemanasan : 1
jam, 170oC
*) Sebelumnya harus dilakukan dekontaminasi dan pencucian
Langkah-langkah penting dalam pemakaian desinfektan kimiawi :
Dekontaminasikan alat-alat yang telah terkontaminasi dengan darah dan cairan
tubuh, segera cuci dan keringkan semua alat-alat tersebut
Beri larutan desinfektan dan tutup seluruhnya rapat-rapat.
Rendam selama 20 menit
Bilas yang baik dengan air mendidih dan keringkan.
Dengan DTT alat-alat tersebut dapat disimpan sampai 1 minggu pada kontainer
yang tertutup atau gunakan segera. Untuk mempersiapkan kontainer DTT rebus
atau masukkan lar. Klorin 0,5% dalam kontainer plastik tersebut. Dan rendam 20
menit (lar. Klorin yang digunakan tersebut dapat dipindahkan dalam kontainer
plastik lain untuk dipakai lagi). Bilaslah bagian dalam dengan air mendidih.
Keringkan sebelum dipakai.
Sterilisasi dengan pemanasan
Sterilisasi melalui uap : 121oC (250oF) pada 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit untuk alat-alat yang tak dibungkus, 30 menit untuk alat-alat tersebut dipindahkan setelah kering.
Sterilisasi melalui pemanasan kering : tempatkan alat pada oven panaskan sampai 170oC(340oF) selama 1 jam kemudian didinginkan (jumlah waktu yang diperlukan 2 – 2,5 jam) atau 160oC (320oF) selama 2 jam (jumlah waktu yang diperlukan 3 – 3,5 jam)
Petunjuk merebus Selalu merebus pada tempat
yang mempunyai tutup selama 20 menit
Waktu dihitung sejak air mulai mendidih
Alat-alat seluruhnya harus terbenam dalam air
Keringkan sebelum dipakai/disimpan
Jangan menambah apapun setelah air mulai mendidih
PEDOMAN
PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN
ALAT-ALAT DAN BAHAN LAINNYA
1. DEKONTAMINASI
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam mengelola peralatan bedah dan
sarung tangan. Dekontaminasi penting dilakukan sebelum membersihkan benda
yang terkena darah atau cairan tubuh segera sesudah digunakan peralatan harus
direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk membunuh virus
hepatitis B dan AIDS. Dekontaminasi membuat peralatan tersebut lebih aman
untuk petugas yang akan membersihkannya.
Sesudah dekontaminasi, peralatan harus dibilas secepatnya dengan air dingin
untuk mencegah karat dan untuk menghilangkan bahan organik yang ada sebelum
betul-betul bersih. Petugas harus menggunakan sarung tangan karet yang murah
atau vinyl yang dipakai oleh ibu rumah tangga sangat baik untuk memelihara alat-
alat tersebut.
Catatan :
Jika peralatan baja yang baik tidak karatan dipanaskan dengan listrik dan
kontainer logam dipakai untuk merendam (walaupun hanya dalam air) akan terjadi
reaksi kimia. Reaksi ini akan mempercepat peralatan tersebut berkarat.
Permukaan (terutama meja ginekologi) yang terkontaminasi cairan juga harus
didekontaminasi. Usap dengan larutan klorin 0,5% sebelum dipakai ulang bila
terjadi kontaminasi atau setiap hari. Cara ini sangat mudah dan murah untuk
melakukan dekontaminasi permukaan yang luas.
2. PENCUCIAN
Mencuci peralatan merupakan langkah penting dalam tindakan pencegahan
infeksi. Mencuci dengan sabun dan air secara fisik menghilangkan bahan organik
seperti darah dan cairan tubuh. Menggunakan sabun cair atau detergen sangat penting
untuk mencuci secara efektif karena dengan air saja tidak dapat menghilangkan
protein, minyak dan lemak.
Seperti terlihat dalam tabel 1, sebagian besar mikroorganisme (>80%) yang
terdapat dalam darah dan bahan organik lainnya dapat dihilangkan dengan pencucian.
Mencuci juga merupakan cara terbaik untuk mengurangi endospora yang merupakan
penyebab tetanus dan gangren. Jika alat sterilisasi tidak tersedia pencucian alat-alat
merupakan satu-satunya cara mekanik untuk mengurangi jumlah endospora hal ini
penting karena bahan organik dapat mengikat mikroorganisme dalam bentuk residu
yang tidak dapat dihilangkan dengan sterilisasi atau desnfektan kimia.
Catatan :
Proses pencucian sangat penting karena :
1. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
pada alat-alat yang baru selesai dipakai.
2. Sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi tidak efektif tanpa mencuci terlebih dahulu
Pada waktu melakukan pencucian harus menggunakan sarung tangan (sarung
tangan karet yang tebal atau sarung tangan yang biasa dipakai oleh pekerja
industri).
Setelah selesai mencuci alat-alat sarung tangan harus dicuci dan dikeringkan
untuk dipakai lagi pada hari berikutnya. Bila sarung tangan robek atau rusak harus
dibuang. Saat mencuci alat-alat harus hati-hati jangan sampai terluka atau tertusuk
jarum.
Peralatan harus dibersihkan dengan sikat dalam air sabun (sikat gigi bekas sangat
baik untuk membersihkan alat-alat). Perhatian khusus harus diberikan untuk
peralatan yang bergigi atau pakai sekrup oleh karena bahan organik terkumpul
ditemapt tersebut sulit dibersihkan. Untuk memudahkan pembersihan bahan
organik ditempat-tempat tersebut lakukan dekontaminasi dengan merendam dalam
larutan klorin oleh karena klorin dapat melarutkan bahan organik. Setelah selesai
dapat dibersihkan dengan air utnuk menghilangkan sisa-sisa detergen karena dapat
bereaksi dengan larutan desinfektan kimiawi.
Alat suntik yang akan dipakai ulang pada waktu akan dicuci (dengan air sabun)
jarum harus dilepas dari tabung suntik. Kemudian jarum dipasang kemblai dan
dilakukan pembilasan paling sedikit 3 kali dengan air bersih. Air pembilas alat
suntik tersebut dibuang pada satu tempat khusus agar tidak mengkontaminasi air
pembilasan dan kemudian alat suntik tersebut dikeringkan. Bila memungkinkan
gunakan alat suntik sekali pakai jangan dipakai ulang.
PEDOMAN
DEKONTAMINASI DAN PENCUCIAN
ALAT-ALAT DAN BAHAN LAINNYA
1. ALAT-ALAT BEDAH LOGAM
LANGKAH 1
Setelah dipakai dicelupkan perlahan-lahan semua alat-alat yang dipakai untuk
pemeriksaan panggul atau alat-alat untuk memasang atau mencabut norplant
dalam sebuah ember plastik berisi larutan klorin 0,5% yang baru dibuat (Tabel 2)
selama 10 menit sebelum dilakukan pencucian.
LANGKAH 2
Setelah direndam dalam larutan klorin, bilas dengan air untuk menghilangkan
darah, cairan tubuh dan klorin jika alat-alat tersebut tidak dapat dicuci segera.
Petugas harus memakai sarung tangan sewaktu menangani alat-alat yang sudah
dipakai. Gunakan sarung tangan karet yang tebal dan murah atau sarung tangan
vinyl yang biasa dipakai ibu rumah tangga.
LANGKAH 3
Sikat alat-alat tersebut dengan sikat lembut dalam detergen dan air (lakukan
didasar ember untuk mencegah percikan yang dapat menyebarkan infeksi).
Pastikan untuk membersihkan bagian yang bergigi dan sekrup yang ada pada alat-
alat tersebut. Sikat gigi bekas sangat baik untuk membersihkan bagian yang
bergigi dan sekrup.
LANGKAH 4
Bilas lagi dengan air bersih hingga tidak ada sisa detergen
LANGKAH 5
Keringkan di udara atau dengan handuk bersih. Untuk alat-alat yang akan direbus
tidak perlu dikeringkan.
LANGKAH 6
Lanjutkan dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (dengan merebus atau
menggunakan desinfektan kimiawi).
Catatan :
Permukaan (terutama meja ginekologi) yang terkena cairan tubuh harus
didekontaminasi. Usap dengan larutan klorin 0,5% sebelum dipakai ulang (bila
terjadi kontaminasi) atau setiap hari. Cara ini mudah dan murah untuk
dekontaminasi permukaan yang luas.
2. SARUNG TANGAN
LANGKAH 1
Sebelum melepas sarung tangan yang mungkin terkena darah, cairan tubuh atau
sperma, celupkan tangan ke dalam ember berisi larutan klorin 0,5% atau
desinfektan lainnya yang bisa digunakan untuk dekontaminasi.
LANGKAH 2
Lepas sarung tangan dengan membalikkannya dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit sebelum dicuci untuk membunuh hepatitis B dan AIDS
(walaupun petugas yang akan mencuci menggunakan sarung tangan). Ini
menjamin kedua permukan sarung tangan terkontaminasi.
LANGKAH 3
Cuci sarung tangan dengan air sabun. Bersihkan sebelah dalam dan luar sarung
tangan.
LANGKAH 4
Bilas sarung tangan dengan air bersih, hingga tidak ada sisa sabun/detergen
(detergen dapat bereaksi dengan desinfektan).
LANGKAH 5
Periksa kebocoran sarung tangna dengan cara menggembungkan, tekan ke dasar
air (gelembung udara akan terlihat bila sarung tangan bocor).
LANGKAH 6
Keringkan sebentar bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum dilanjutkan
dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi pembungkusan dilakukan setelah
desinfeksi.
Catatan :
Sarung tangan harus dibuang setelah dipakai 3 kali karena kemungkinan
kebocoran tidak terlihat
3. JARUM DAN TABUNG SUNTIK
LANGKAH 1
Biarkan jarum terpasang dalam tabung suntik
LANGKAH 2
Isi tabung suntik dengan larutan klorin 0,5%
LANGKAH 3
Rendam alat suntik dalam larutan klorin 0,5% dengan posisi horizontal selama 10
menit.
LANGKAH 4
Keluarkan cairan klorin yang ada di dalam alat suntik
LANGKAH 5
Lepas jarum dari tabung suntik dan bersihkan dengan air sabun. Masukkan kawat
kecil ke dalam lubang jarum untuk memastikan lubang jarum tidak tersumbat.
LANGKAH 6
Pasang kembali jarum pada tabung suntik dan bilas dengan air. Hisap dan
keluarkan air dari tabung suntik. (kurang lebih 3x)
LANGKAH 7
Lepaskan kembali jarum suntik dari tabung suntik dan pastikan bagian-bagian
yang menghubungkan jarum dengan tabung suntik sudah bersih.
LANGKAH 8
Periksa jarum dan tabung suntik serta karet penghisap untuk mengetahui adanya
kerusakan. Bila rusak, buang ke tempat khusus yang sudah disediakan untuk alat-
alat tajam.
LANGKAH 9
Setelah dicuci, lakukan sterilisasi dengan autocalve/dry heat atau desinfeksi
tingkat tinggi dengan merebus.
4. KAIN LINEN, BAJU OPERASI DAN BAHAN LAINNYA
LANGKAH 1
Rendam kain linen atau baju yang terkena darah atau cairan tubuh dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit untuk mematikan HBV dan HIV
LANGKAH 2
Setelah direndam, cuci kain linen dan baju dengan detergen dan air panas.
LANGKAH 3
Lakukan pembilasan
LANGKAH 4
Keringkan kain linen dan baju dibawah sinar matahari atau mesin pengering. Pada
waktu mengeringkan jangan terlalu sering dipegang untuk menghindari
rekontaminasi.
LANGKAH 5
Bila dikeringkan di udara dan tidak ada autoclave harus disetrika
Tabel 1
DekontaminasiPencucian
(hanya dg air)
Pencucian
(deterjen dan
bilas dng air)
Desinfeksi
tingkat tinggi *Sterilisasi
EfektivitasMematikan
HBV dan HIVSampai 50% Sampai 80%
95% (tidak
mematikan
endospora)
100%
Batas
akhir
Rendam : 10
menit
Sampai betul-
betul bersih
Sampai betul-
betul bersih
Rebus : 20
menit
Kimiawi : 20
menit
Penguapan :
20-30 menit,
106 kPa, 120oC
Pemanasan : 1
jam, 170oC
*) Sebelumnya harus dilakukna dekontaminasi dan pencucian
Tabel 2 : Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (sodium hipoklorida)
Jenis pemutihKonsentrasi
klorinCara membuat larutan 0,5%
Pemutih untuk pemakaian dirumah tangga (Indonesiua dan Amerika)
5% 1 bag. pemutih dan 9 bag. air
Eau de Javel (Perancis) (15% chlorum)
5%1 bag. pemutih dan 9 bag. air
Extrait de Javel (Perancis) (48% chlorum)
15%1 bag. pemutih dan 29 bag. air
Chloros (Inggris) 10% 1 bag. pemutih dan 19 bag. airJIK (Kenya) 3,5% 1 bag. pemutih dan 6 bag. air
Dibeberapa negara konsentrasi sodium hypoklorida dinyatakan dengan derajat
khlorometrik (Chlorum)
1o Chlorum kira-kira sama dengan 0,3% klorin yang dipakai.
PEDOMAN
STERILISASI
Bila memungkinkan semua alat-alat yang berhubungan secara langsung
dengan pembuluh darah atau jaringan dibawah kulit seperti alat suntik dan skalpel,
harus disterilkan setelah dilakukan dekontaminasi dan pencucian.
Sterilisasi mematikan semua mikroorganisme, termasuk bakteri endospora.
Bakteri endospora paling sulit dimatikan karena mempunyai selaput tebal.
STERILISASI DENGAN CARA PEMANASAN
Uap yagn bertekanan tinggi (autoclave) atau pemanasan kering (oven listrik)
merupakan metoda paling cepat yang bisa digunakan untuk sterilisasi. Sterilisasi uap
umumnya merupakan metoda pilihan untuk mensterilkan alat-alat atau bahan lainnya
yang biasa dipergunakan dalam pelayanan KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
Sterilisasi dengan cara pemanasan kering hanya dapat dipakai untuk alat terbuat dari
kaca atau benda logam. Jarum dan alat-alat tajam lainnya harus disterilisasi dengan
temperatur tidak boleh lebih dari 162,8oC (325oF) jika tidak ketajaman alat tersebut
akan hilang (tumpul). Kondisi baku untuk sterilisasi dengan uap atau pemanasan
kering adalah sebagai berikut :
Sterilisasi dengan cara pemanasan :
Sterilisasi uap : 121oC (250oF) pada 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit untuk alat-
alat yang dibungkus, 30 menit untuk alat-alat yang tidak dibungkus. Usahakan alat-
alat tersebut dipindahkan setelah kering.
Sterilisasi melalui pemanasan kering : tempatkan alat-alat pada oven panaskan sampai
170oC (340oF) selama 1 jam dan kemudian dinginkan (waktu yang diperlukan 2-2,5
jam) atau 260oC (320oF) selama 2 jam (waktu yang dibutuhkan 3-3,5 jam).
Umumnya peralatan steril harus dipakai segera jika tidak peralatan harus dibungkus
dalam kain katun halus 2 lapis, atau kertas atau bahan lain yang disiapkan selama
sterilisasi melalui uap. Bahan pembungkus tersebut harus berlubang supaya uap bisa
tembus dan diikat kuat untuk mencegah masuknya debu dan mikroorganisme.
Peralatan steril yang dibungkus mempunyai masa simpan 1 minggu, tetapi harus
disimpan dalam tempat tertutup dan tetap kering. Masa simpan dapat ditingkatkan
sampai 1 bulan bila disimpan dalam plastik yang disegel. Seluruh bungkusan harus
diberi label dan batas berlakunya.
Sterilisasi dengan bahan kimia
Alternatif lain untuk sterilisasi alat-alat selain dengna penguapan atau pemanasan
kering adalah menggunakna bahan kimia (sering kali disebut sterilisasi dingin)
dengan merendam selama 8-10 jam didalam glutaraldehide atau paling sedikit 24 jam
dalam larutan formaldehide 8%. Sterilisasi dengan formaldehide dan glutaraldehide
memerlukan penanganan khusus karena meninggalkan sisa (residu) pada alat-alat
sehingga harus dibilas dengan air steril (sebaliknya jangan pakai air mendidih karena
tidak bisa dipastikan memastikan endospora sehingga dapat terjadi rekontaminasi
pada alat-alat yang sudah disteril).
PEDOMAN
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI
Sterilisasi merupakan metoda yang paling aman dan paling efektif untuk
proses pengelolaan alat-alat yang berhubungan lagnsung dengan pembuluh darah atau
jaringan dibawah kulit. Bila peralatan sterilisasi tidak ada desinfeksi tingkat tinggi
(DTT) merupakan satu-satunya alternatif yang bisa diterima. DTT memusnahkan
semua mikroorganisme termasuk virus yang menyebabkan hepatitis B dan AIDS
tetapi tidak bisa mematikan semua bakteri endospora. Sebagai contoh pada fasilitas
pelayanan KB baik sterilisasi maupun DTT dapat diterima untuk pengelolaan alat-alat
dan sarung tangan yang biasa dipakai untuk pemeriksaan panggul dan
pemasangan/pencabutan IUD oleh karena tidak pernah dilaporkan ada masalah
dengan endospora pada pemakaian IUD.
DTT dapat dilakukan dengan cara merebus atau merendam dalam larutan
desinfektan seperti glutaraldehide (mis. Cidex) atau formalin 8%. Cara rebus tidak
memerlukan peralatan yang mahal dan dapat disediakan dimana saja sehingga lebih
disukai pemakaiannya diklinik-klinik kecil atau klinik yang berada di daerah
terpencil. Apapun juga metode yang dipilih (merebus atau merendam) DTT hanya
efektif bila alat-alat dan sarung tangan yang sudah dipakai dilakukan dekontaminasi
dan pencucian leibh dulu sebelum dilakukan desinfeksi. Seluruh proses harus
dipantau.
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI DENGAN CARA MEREBUS :
Rebus alat-alat selama 20 menit. Penentuan wkatu harus dimulai setelah air mulai
mendidih, seluruh alat-alat harus terbenam dalam air dan tidak boleh
menambah/memasukkan alat-alat lain setelah air mendidih. Keringkan alat-alat yang
sudah direbus dalam ruangan yang bersih. Peralatan dapat segera digunakan atau
disimpan dalam tempat tertutup yang sebelumnya juga sudha didesinfeksi.
Penyimpanan alat-alat tersebut dapat sampai 1 minggu.
Petunjuk merebus :
Selalu merebus pada tempat yang mempunyai tutup selama 20 menit
Waktu merebus dihitung sejak air mulai mendidih
Alat-alat seluruhnya terbenam dalam air selama merebus
Keringkan sebelum dipakai atau sebelum disimpan
Jangan tambah apapun ke dalam tempat merebus setelah air muali mendidih.
Pemanasan basah pada 80o C dapat mematikan semua bakteri (kecuali endospora),
virus, parasit dan jamur dalam 20 menit. Bila letak fasilitas kesehatan pada ketinggian
melebihi 18.000 kaki (5.500 meter) tidak perlu waktu perebusan.
DESINFEKTAN KIMIAWI
Berbagai jenis desinfektan kimiawi yang digunakan di seluruh dunia antara lain :
Etil atau isopropil alkohol
Klorin
Formaldehide
Hidrogen peroksida
Iodine dan iodospora
Petunjuk untuk menyiapkan dan memakai desinfektan kimiawi terdapat pada tabel 3.
Walaupun alkohol dan iodophors tidak mahal dan bisa siap dipergunakan keduanya
tidak lagi digolongkan sebagai DTT. Alkohol tidak mematikan beberapa virus dan
pseudomonas (bakteri gram negatif) dapat berkembangbiak dalam iodophors. Alkohol
dan iodophors dipakai untuk desinfektan hanya bila desinfektan yang terdapat pada
tabel 3 tidak tersedia.
Catatan :
Desinfektan kimiawi tidak boleh digunakan untuk jarum dan alat suntik karena
meninggalkan residu kecuali benar-benar bisa dihilangkan dengan pencucian atau
pembilasan, residu tersebut bercampur dengan obat yang disuntikkan. Keuntungan
dan kerugian dari setiap desinfektan dijelaskan dalam tabel 3.
DESINFEKTAN TINGKAT TINGGI
Larutan klorin :
Larutan klorin bekerja secara cepat sangat efektif melawan hepatitis B dan Virus
AIDS, tidak mahal dan siap digunakan. Larutan klorin sangat besar manfaatnya
untuk dekontaminasi permukaan luas misalnya meja ginekologi. Kerugiannya
terutama adalah larutan klorin dapat membuat logam berkarat. Meskipun
demikian peralatan logam aman direndam dalam larutan klorin 0,5%
(menggunakan ember plastik) sampai 20 menit. Larutan klorin cepat mengalami
perubahan sehingga tidak akan berkarat. Larutan klorin cepat mengalami
perubahan sehingga tidak efektif lagi, oleh karena itu harus diganti dengan yang
baru paling tidak setiap hari sekali atau lebih sering bila larutan tampak keruh.
Formaldehide :
Dengan konsentrasi 8% dapat digunakna sebagai sautu sterilan kimiawi, juga
sebagai DTT yang efektif, tetapi tetap toksik. Harus hati-hati waktu mencampur
atau memakai larutan formalin 8% karena bau yang ditimbulkan cukup toksik.
Jangan dicampur denan air yang mengandung klorin karena dapat memproduksi
gas yang berbahaya (bisclorometil-eter).
Glutaraldehide :
Glutaraldehide (contoh Cidex) juga cukup baik untuk dipergunakan sebagai
sterilan kimiawi maupun DTT. Meskipun kurang toksik dibanding formalin
keduanya harus dipergunakan dalam area berventilasi baik. Hindarkan kontak
kulit dengan memakai sarung tangan dan jaga jangan sampai terpercik larutan
formaldehide(formalin) dan glutaraldehide meninggalkan residu, oleh karena itu
semua peralatan yang telah didesinfeksi dengan larutan-larutan tersebut harus
dibilas sampai bersih dengan air mendidih untuk menghilangkan residu dan
mencegah iritasi pada kulit.
Hidrogen peroxide
Hidrogen peroxide (H2O2) harus diencerkan sampai 6% bila akan digunakna
sebagai desinfektan (3% cairan H2O2 dipakai sebagai anti septik dan tidak bisa
dipakai sebagai desinfektan). H2O2 ini lebih murah daripada desinfektan kimiawi
yang lain. Kerugian paling besar dari H2O2 adalah sangat korosif sehingga tidak
bisa dipakai untuk desinfeksi tembaga, aluminium, seng atau kungingan
efektifitasnya akan berkurang bila terkena panas atau cahaya sehingga perlu
disimpan hati-hati. WHO tidak merekomendasikan untuk pemakaian H2O2 di
daerah tropis karena tidak stabil.
DESINFEKTAN ALTERNATIF
Alkohol (etil atau isopropil)
Alkohol tidak menyebabkan karat pada logam dand apat digunakan untuk
desinfektan karet atau plastik dan tidak meninggalkan zat kimia (oleh sebab itu
tidak perlu pembilasan). Kerugiannya terutama adalah tidak bisa menembus bahan
organik cepat menguap dant idak dapat mematikan beberapa virus.
Iodophors (Bethadin atau Wescodine)
Iodophors (Iodine yang dicampur dengan bahan pelarut) biasanya mudah didapat
dimana-mana. Povidone iodine (PVI) umumnya memakai iodophors, biasanya
dijual sebagai larutan 10% (1% iodine). Sampai sekarang iodophors dan larutan
iodine digolongkan sebagai DTT. Iodophors sangat baik sebagai desinfektan alat-
alat logam yang tahan karat (Stainless steel).
PENYIMPANAN DESINFEKTAN
Desinfektan harus disimpan ditempat yang sejuk dan gelap
Jangan menyimpan zat-zat kimia langsung kena sinar matahari atau ditempat
panas (misal diatas rak tertinggi dalam bangunan yang beratap seng)
PENGELOLAAN TEMPAT DESINFEKTAN (KONTAINER)
Bilas kontainer yang terbuat dari gelas dengan air. Kontainer yang terbuat dari gelas
boleh dicuci dengan sabun dan air kemudian dibilas keringkan dan digunakan
kembali. Untuk kontainer yang terbuat dari plastik dan digunakan untuk bahan-bahan
toksik seperti larutan formalin bilas 3 kali dengan air sebelum ditanam atau dibakar.
Catatan :
Kontainer plastik yang digunakna untuk bahan-bahan toksik tidak boleh dipergunakan
lagi.
LANGKAH-LANGKAH PENTING DALAM PEMAKAIAN DESINFEKTAN
KIMIAWI :
Dekontaminasikan alat-alat yang telah terkontaminasi dengan darah dan cairan
tubuh segera cuci dan keringkan alat-alat tersebut.
Beri larutan desinfektan dan tutup seluruhnya rapat-rapat
Rendam selama 20 menit
Bilas yang baik dengan air mendidih dan keringkan
Dengan DTT alat-alat tersebut dapat disimpan sampai 1minggu pada kontainer
yang tertutup atau digunakan segera. Untuk mempersiapkan kontainer DTT rebus
atau masukkan lar. klorin 0,5% dalam kontainer plastik tersebut dan rendam
selama 20 menit (lar. klorin yang telah digunakan tersebut dapat dipindahkan ke
dalam kontainer lain untuk dipakai lagi). Bilaslah bagian dalam larutan air
mendidih keringkan sebelum dipakai.
PRODUK-PRODUK YANG TAK DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI
DESINFEKTAN
Sebagai larutan antiseptik tidak dapat dipakai sebagai desinfektan. Antiseptik tersebut
hanya untuk membersihkan kulit sebelum melakukan suntikan atau sebelum
melakukan tindakan bedah tetapi tidak bisa dipakai untuk desinfeksi peralatan bedah
dan sarung tangan. Antiseptik tersebut tidak benar-benar dapat mematikan bakteri dan
virus dan sama sekali tidak mematikan bakteri endospora. Sebagai contoh Savlon
(Cetrimide dengan Chlorhexidine glukonat) banyak dipakai diseluruh dunia,
merupakan antiseptik yang baik tetapi kerapkali disalah gunakan dipakai sebagai
desinfektan.
ANTISEPTIK YANG TIDAK BISA DIGUNAKAN SEBAGAI
DESINFEKTAN :
Derivat Acridine (mis. Gentian atau crystal violet)
Benzalkonium Chloride (mis. Zephiran)
Cetrimide (mis. Cetavlon)
Cetrimide dengan Chlorhexidine gluconate (mis. Savlon)
Chlorinated lime dan Boric acid (mis. Eusol)
Chlorhexidine gluconate (mis. Hibiscrub, Hibitane)
Hexachlorohene (mis Phisohex)
Chloroxylenol (mis. Dettol)
Mercury compound (toksik dan tidak direkomendasikan sebagai anti septik atau
desinfektan).
Larutan merkuri (seperti mercury laurel), walaupun desinfektan tingkat rendah, tapi
dapat menyebabkan gangguan dalam persalinan dan sangat toksik untuk dipakai baik
sebagai desinfektan ataupun antiseptik.
Produk-produk yang lain sering kali dipakai untuk mendesinfektan perlengkapan yaitu
phenol 1-2% (mis. phenol), carbolic acid 5% (mis. Lysol) dan cairan benzalkonium
chloride (mis. Zephiran). Ini semua desinfektan tingkat rendah dan hanya bisa dipakai
untuk dekontaminasi bagian permukaan ruangan jika lar. klorin tidak tersedia.
Tabel 3. Persiapan dan pemakaian desinfektan kimiawi
Desinfektan (larutan
yang umum dipakai / jenisnya)
Konsentrasi aktif
Cara melarutka
n
Iritasi kulit
Iritasi mata
Iritasi pernafasan
korosif residu Waktu untuk DTT
Waktu untuk
sterilisasi
Masa simpan
Alkohol, Etil atau isopropil
(metilate d spirit)
60 – 50%
Pakai prosentase
tinggi
Ya (kulit
kering)
Ya Tidak Tidak Tidak Jangan dipakai
20 menit
Jangan dipakai
Ganti tiap
minggu tiaphari
bila sering
dipakai, tiap kali
bila keruh
Klorin 0,1 % Banyak variasi
Ya Ya Ya Ya Ya 20 menit
Jangan dipakai
Ganti tiap hari, ganti
tiap kali keruh
Formaldehide (35 – 40%)
8% 1 bag. Larutan 35-40% dengan 4 bag. Air mendidih
Ya Ya Ya Tidak Ya 20 menit
24 jam Ganti tiap 14 hari,
tiap kali bila
keruhGlutaraldehi
de CidexBanyak variasi
Bervariasi : baca
petunjuk dalam
kontainer
Ya Ya Ya Tidak Ya 20 menit pada 25oC
10 jam untuk Cidex
Ganti tiap 14 hari,
tiap kali bila
keruhHidrogen peroksida
(30%)
6% 1 bag. Larutan
30% dengan 4 bag. Air mendidih
Ya Ya Tidak Ya Tidak 30 menit
Jangan dipakai
Ganti tiap 14 hari,
tiap kali bila
keruhIodophors
(10% povidone
Kira-kira
2,5%
1 bag. PVI 10%
dengan
Tidak Ya Tidak Ya Ya Jangan dipakai
Jangan dipakai
Ganti tiap hari
Iodine) bag. air
Tabel 4. Pencegahan infeksi dalam pelayanan KB (langkah dalam pengelolaan
peralatan dan perlengkapan)
Pengelolaan Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan kotor, menurunkan resiko terkena hepatitis dan AIDS
Mencuci, menghilangkan kotoran dan meningkatkan kualitas dan desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
Desinfeksi tingkat tinggi mematikan semua virus, bakteri, parasit, jamur dan beberapa endospora
Sterilisasi mematikan mikroorganisme termasuk bakteri dan endospora
Peralatan/ perlengkapan
Dekontaminasi Pencucian Desinfeksi tingkat tinggi
Sterilisasi (1)
Meja ginekologi atau permukaan yang luas
Usap dengan lar. klorin 0,5%
Cuci dengan detergen dan air bila bahan organik masih tersisa setelah dekontaminasi
Tidak perlu Tidak perlu
Kainlinen (kain penutup topi, masker dan baju operasi)
Rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit bila terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh sebelum dilakukan pencucian (cuci dan bilas secepatnya)
Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam
Bila hanya menyentuh membawah mukosa atau kulit terbuka (misal pemasangan IUD) rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam seluruhnya dalam air, jangan menambah sesuatu setelah air mulai mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan
Bila akan dipakai untuk operasi autoclave 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 30 menit
Sarung tangan Rendam dalam lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)
Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam
Bila hanya menyentuh membawah mukosa atau kulit terbuka (misal pemasangan IUD) rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam seluruhnya dalam air, jangan menambah sesuatu setelah air mulai
Bila akan dipakai untuk operasi autoclave 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit. Jangan dipakai selama 24-48 jam
mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan
Peralatan untuk pemeriksaan panggul dan pemasangan IUD (mis. spekulum, tenakulum, forseps dan sonde)
Rendam dalam lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)
Gunakan sikat cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu. Bilas dengan air bersih bila akan disterilisasi keringkan dengan udara atau handuk bersih
Rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam dalam air. Jangan menambah sesuatu setelah air mulai mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan. Cara kimiawi : rendam selama 20 menit dalam formaldehide 8% glutaraldehide bilas dengan air panas yang sudah mendidih selama 20 menit
Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).
Peralatan untuk sterilisasi dan implant
Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)
Gunakan sikat cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu. Bilas dengan air bersih bila akan disterilisasi keringkan dengan udara atau handuk bersih
Alternatif rebus atau rendam dalam larutan desinfektan tingkat tinggi
Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).
Jarum dan tabung plastik
Isi alat suntik dengan lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci. Alat suntik bilas 3 kali dengan air bersih.
Lepaskan jarum suntik dari tabungnya kemudian cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu dengan udara atau handuk bersih untuk tabung suntik (jarum keringkan hanya dengan udara)
Alternatif rebus atau rendam dalam larutan desinfektan tingkat tinggi. Beri pemberat supaya bisa terbenam
Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).
Tempat penyimpanan peralatan
Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)
Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam
Rebus kontainer. Bila kontainer terlalu besar, isi kontainer dengan lar. klorin 0,5% selama 20 menit. Bilas dengan air panas yang sudah
Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit
mendidih selama 20 menit dan keringkan di udara sebelum dipakai. Desinfeksi ulang tiap minggu bila kosong atau terkontaminasi
(30 menit bila dibungkus). Sterilisasi ulang setiap minggu bila kosong atau terkontaminasi
IUD dan inserter (tidak dipakai ulang)
Tidak perlu Tidak perlu Tidak dianjurkan bila IUD dalam kemasan besar (2 kemasan untuk banyak IUD) sebelum dipasang rendam dalam larutan desinfektan : formaldehide 1% atau glutaraldehide. Bilas dengan air panas yang sudah mendidih selama 20 menit
Kebanyakan IUD sudah dalam kemasan steril. Buagn bila kemasan robek
Kapsul implant (tidak dipakai ulang)
Tidak perlu Tidak perlu Tidak boleh dilakukan
Sudah dalam kemasan steril. Buang bila kemasan robek.
1). Bila tidak terbungkus gunakan segera. Bila terbungkus dapat disimpan sampai 1
minggu sebelum dipakai.
2). Hindari merendam peralatan dalam larutan klorin melebihi waktu yang telah
ditentukan untuk mencegah terjadinya karat dan kerusakan pada bahan dari karet
atau baju.
3). Bila sterilisator tidak ada dapat dilakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan
merebus atau merendam dalam desinfektan kimiawi.
4). Alat-alat yang tajam atau jarum tidak boleh disterilisasi pada temperatur diatas
160oC agar tidak menjadi tumpul.
MATERI PENYULUHAN
KELUARGA BERENCANA
PENDAHULUAN
Keluarga kecil sehat dan sejahtera adalah keluarga yang diidam-idamkan oleh
kita semua. Keluarga yang sehat merupakan modal pokok bagi meningkatnya
kesejahteraan keluarga.
Dengan berkeluarga kecil para orang tua dapat memandang ke masa depan dengan
lebih yakin dan penuh harapan bahwa anak-anak akan terjamin dan merasakan kasih
sayang, asuhan dan perawatan yang baik serta pendidikan yang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian, umur 20 – 30 tahun adalah masa-masa yang
sehat bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan dilihat dari segi fisik, mental dan
sosial.
Pada masa reproduksi tua (umur > 30 tahun) sebaiknya masa hamil dan
melahirkan dihentikan, khususnya bagi yang jumlah keluarganya telah mencukupi
(dengan 2 anak). Karena hamil dan melahirkan pada usia tersebut dapat mengganggu
kesehatan ibu dan anak.
MASA MENUNDA KEHAMILAN / KESUBURAN
Alasan :
1. Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan
melahirkan.
2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai AKDR
sebagai pilihan utama.
3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun disini tidak/kurang
berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan
melahirkan yang baik.
4. Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.
MASA MENGAKHIRI KEHAMILAN/KESUBURAN
Alasan :
1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkn untuk tidak hamil/tidak mempunyai
anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.
2. Pilihan utama kontrasepsi mantap. Susuk KB atau AKDR bisa merupakan pilihan
berikutnya apabila belum bersedia kontrasepsi mantap.
3. Terlebih dalam kondisi darurat, maka kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik
dibanding susuk KB, AKDR maupun suntikan dalam arti mengakhiri kesuburan.
4. Pil kurang dianjurkn karena ibu relatif tuda dan mempunyai kemungkinan
timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
JENIS – JENIS ALAT KONTRASEPSI KB
1. PIL KB
Sering disebut dengan pil anti hamil, adalah obat yang berkhasiat mencegah
terjadinya kehamilan, tetapi tidak semua ibu cocok untuk menggunakan pil KB
ini, sehingga lebih baik dokter atau bidan terlebih dahulu memeriks ibu.
Ada 4 macam pil KB yaitu :
1. Pil KB kombinasi.
2. Pil KB Sekuensial
3. Pil Mini
4. Pil post coital (pasca sanggama)
Keuntungan :
Keberhasilan pencegahan kehamilan adalah 100% tergantung pada disiplin peserta
KB untuk meminumnya secara teratur setiap hari.
Indikasi kontra :
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Penyakit hati (mengalaminya 3 tahun terakhir)
4. Radang pembuluh darah atau pembekuan darah
5. Penyakit gondok
6. Diabetes Melitus
7. Pusing kepala hebat
8. Neoplasma jinak atau ganas pada buah dada dan alat kelamin dalam.
Akibat sampingan :
Pusing, mual, gelisah, nyeri payudara, perdarahan, tekanan darah tinggi, berat badan
naik, hiperpigmentasi pada dahi dan pipi sebelah atas, trombosis arteri otak, trombosis
arteri jantung, trombosis vena serta emboli paru, air susu berkurang, gangguan fungsi
hati, rambut rontok, varises, perubahan libido, depresi.
2. IUD (INTRAUTERINE DIVICE) atau AKDR (ALAT KONTRASEPSI
DALAM RAHIM)
Alat ini sering dikenal dengan nama spiral karena bentuknya melingkar seperti spiral.
Ada juga bentuk lain seperti huruf T, angka 7 dan jangkar. Alat KB ini dimasukkan ke
dalam rahim ibu oleh dokter atau bidan yang sudah terlatih.
Keuntungan :
Dengan satu kali pemasangan dapat dipergunakan untuk jangka waktu panjang
dengan kontrol setiap tahun tidak mempunyai pengaruh sistematik.
AKDR dengan tembaga (yang berbentuk huruf T dan Jangkar) dapat dipakai selama 3
tahun sedangkan AKDR spiral dapat dipakai seterusnya bila tidak ada keluhan.
Indikasi kontra :
1. Hamil atau persangkaan hamil
2. Infeksi panggul yang terus menerus, akut dan kronis
3. Lecet atau peradangan di leher rahim
4. Diketahui atau curiga adanya kanker leher rahim
5. Perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan yang belum diketahui
penyebabnya.
6. Perdarahan haid yang hebat
7. Perdarahan di saluran kencing
8. Kelainan bawaan rahim dan jaringan parut yang menyulitkan pemasangan.
9. Pernah mempunyai riwayat kehamilan diluar kandungan.
10. Khusus AKDR bertembaga, jika ada alergi tembaga, penyakit Wilson.
3. SUNTIKAN
Ada 2 macam cara KB melalui suntikan yaitu :
1. Depo Provera
2. Noristerat
Cara KB ini adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikkan hormon
pencegah kehamilan kepada ibu yang masih subur. Obat ini hanya berisi hormon
progesteron. Diberikan oleh dokter atau bidan kepada ibu melalui suntikan 12 minggu
sekali.
Keuntungan :
Cara KB ini sangat tepat untuk ibu yang sedang menyusui bayinya, karena tidak
mempengaruhi produksi ASI (Air Susu Ibu). Merupakan kontrasepsi yang lebih
efektif dibandingkan dengan pil, karena pemakaian obat ini tidak setiap hari. Dan
diberikan oleh petugas KB pada saat-saat yang ditentukan sehingga faktor lupa dapat
dihindarkan.
Indikasi Kontra :
1. Hamil atau persangkaan hamil
2. Terdapat perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya
3. Terdapat tumor atau tanda-tanda keganasan.
4. Terdapat penyakit jantung, paru-paru berat, hati, darah tinggi, kencing
manis, kelainan darah dan ayan.
Akibat sampingan :
Pusing, mual, timbul jerawat, terjadi sedikit perdarahan dan kadang-kadang terjadi
amenore yang menggelisahkan ibu, depresi, keputihan, perubahan libido, perubahan
berat badan.
4. IMPLANT ATAU ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT
Biasanya dikenal dengan nama susuk KB, adalah alat KB yang ditanam dibawah kulit
lengan atas dalam kira-kira 6-10 cm dari lipat siku oleh dokter atau bidan terlatih,
menggunakan 6 tabung kecil berisi obat.
Keuntungan :
Dengan satu kali pemasangan dapat dipergunakan untuk jangka panjang dan dapat
mencegah kehamilan selama 5 tahun. Sehingga dapat menghemat biaya dan
memudahkan kontrol karena terhindar dari faktor lupa.
Akibat sampingan :
Gangguan haid, jerawat, depresi, mual, perubahan berat badan, pusing, sakit kepala,
perubahan libido.
5. KONTAP (KONTRASEPSI MANTAP)
Ada 2 macam cara kontrasepsi mantap yaitu :
Tubektomi : kontrasepsi mantap pada istri
Vasektomi : kontrasepsi mantap pada suami
Cara KB ini merupakan suatu tindakan kecil untuk menutup saluran sel telur pada istri
atau saluran sel benih pada suami.
Keuntungan :
Bersifat permanen, maka merupakan pilihan terbaik untuk pasangan yang tidak
menginginkan anak lagi. Tindakannya hanya sekali dan pengaruhnya terhadap
pencegahan kehamilan dapat dirasakan seterusnya.
Akibat sampingan :
Pada tubektomi biasanya timbul akibat tindakan bedah. Pada vasektomi yang
umumnya ditemukan adalah kulit pada daerah operasi membiru dan terjadi
pembengkakan serta rasa sakit. Pada saat ibu menderita salah satu penyakit tertentu
maka sebaiknya kehamilan ditunda dulu. Penyakit tersebut adalah :
- Penyakit paru
- Penyakit gula/kencing manis
- Penyakit tekanan darah tinggi
- Penyakit jantung
- Penyakit radang hati/kuning
Dengan menunda kehamilan dalam batas waktu yang disarankan oleh dokter, berarti
akan mengurangi beban penyakit yang diderita oleh ibu.
MATERI PENYULUHAN
GIZI IBU HAMIL, MENYUSUI DAN BALITA
1. GUNA MAKANAN SEHAT
Masa hamil :
Menjaga kesehatan ibu, memenuhi kebutuhan gizi janin, mempersiapkan cadangan
untuk bayi beberapa waktu setelah lahir, persiapan untuk produksi ASI yang
dibutuhkan bayi setelah lahir.
Masa menyusui :
Menjaga kesehatan ibu, pembentukan ASI yang cukup bagi bayi/anaknya.
2. PENGARUH KURANG GIZI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Terhadap ibu selama hamil :
Anemia, kurus, lemah dan lesu, gigi keropos dan tulang rapuh, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, infeksi dan sepsi puerpuralis.
Terhadap persalinan :
Persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan
setelah persalinan, persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
Terhadap janin :
Keguguran (abortus), bayi lahir cepat, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia
intrapartum (mati dalam kandungan), berat badan lahir rendah (BBLR), nilai APGAR
10 (skor kesehatan bayi baru lahir).
Terhadap ibu menyusui :
Anemia, kurus, lemah dan lesu, kualitas ASI berkurang, kualitas lemak, vitamin dan
minera ASI berkurang.
Terhadap bayi/anak :
Pertumbuhan terganggu, baik fisik maupun mental, mudah terkena infeksi.
3. PENATALAKSANAAN MAKANAN IBU HAMIL DAN MENYUSUI
IBU HAMIL TRIMESTER I
Pertumbuhan janin belum pesat, sehingga kebutuhan gizi ibu sama seperti sebelum
hamil. Tetapi biasanya nafsu makan berkurang, sering timbul rsa mual, banyak air
liur, muntah, ingin makan makanan yang aneh batas-batas tertentu adalah wajar.
Maka perlu diberi makanna yang mudah dicerna, tidak merangsang, dengan porsi
yang kecil tapi sering. Makanan yang baik diberikan adalah makanan yang kering dan
segar seperti roti panggang, biskuit, krikers, buah-buahan segar atau sari buah. Untuk
menghindari muntah, sebaiknya minum tidak terlalu bersamaan dengan makan.
IBU HAMIL TRIMESTER II DAN III
Pertumbuhan janin berlangsung sangat cepat dan nafsu makan ibu sudah meningkat
dan kemampuan mencerna makanan sudah bertambah baik. Pada masa ini tambahan
zat-zat gizi sangat diperlukan untuk ibu, janin maupun persiapan partus dan laktasi.
MENYUSUI
Ibu membutuhkan zat gizi yang tinggi untuk pembentukan air susu ibu dan
memelihara kesehatannya.
Keuntungannya bila ibu menyusui adalah :
1. Praktis dan ekonomis
2. ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi dengan susunan zat gizi berkualitas
tinggi, dan sesuai dengan daya cerna bayi.
3. ASI memberikan zat kekebalan untuk mencegah infeksi
4. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi/anak yang sangat diperlukan
untuk perkembangan mental anak selanjutnya
5. Menyusui membantu menjarangkan kehamilan, karena dapat menekan tingkat
kesuburan ibu
6. Menyusui mencegah timbulnya kanker payudara
7. Ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI :
- Bulan pertama 600 ml
- Bulan ketiga 700 – 750 ml
8. Sedangkan ibu dengan gizi kurang akan memproduksi ASI :
- 6 bulan pertama 500 – 700 ml
- 6 bulan kedua 400 – 600ml
- tahun kedua 300 – 500 ml
PESAN-PESAN PENTING BAGI IBU HAMIL
1. Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak dari saat tidak hamil
2. Untuk mencegah kurang darah selama hamil, ibu harus banyak makan makanan
sumber zat besi seperti sayuran hijau tua, tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah
dan kacang-kacangan lain, telur, ikan dan daging.
3. Jangan lupa minum tablet darah 1 butir sehari
4. Untuk mencegah gigi rontok dan tulang panggul rapu, ibu harus banyak makan
makanan sumber zat kapur seperti : kacang-kacangan, telur, ikan, teri/ikan kecil
yang dimakan bersama tulangnya, sayuran hijau daun seperti bayam, daun katuk,
singkong dan susu.
5. Kenalilah gejala kurang darah (anemia) selama kehamilan yaitu pucat, pusing,
lemah dan penglihatan kunang-kunang.
6. Selama hamil makan makanan beraneka ragam setiap hari dalam jumlah yang
cukup
7. Bila nafsu makan ibu kurang, makanlah makanan yang segar-segar seperti buah-
buahan, sari buah, sayur bening dan sayur segar lainnya.
8. Hindarkan pantangan terhadap makanan, karena akan merugikan kesehatan ibu
9. Hindarkan juga rokok dan minum minuman keras karena akan membahayakan
keselamatan ibu dan janin.
10. Perhatikan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Kenaikan berat badan normal :
- Triwulan I : 700 – 1.400 gr/bulan
- Triwulan II – III : 350 – 400 gr/bulan.
11. Jangan lupa memeriksakan diri kepda bidan atau Puskesmas secara teratur, agar
ibu dan kandungannya tetap sehat.
PESAN-PESAN PENTING BAGI IBU MENYUSUI
1. Ibu yang sedang menyusui harus makan nasi dan lauk pauknya lebih banyak
daripada waktu tidak menyusui.
2. Agar ASI cukup jumlahnya, ibu harus minum paling sedikit 8 gelas sehari, banyak
makan sayuran berkuah dan sari buah.
3. Teruskan kebiasaan makan aneka makanan sumber zat besi dan zat kapur dalam
jumlah cukup setiap harinya.
4. Ibu yang bekerja tetap harus menyusui bayinya sebelum berangkat kerja dan
setelah kembali bekerja.
5. Apabila ibu sakit segera periksakan diri ke Puskesmas untuk mendapatkan
pengobatan dan nasehat dokter.
6. Anak bisa tetap disusui, bila perlu ibu memakai penutup mulut dan hidung
(masker).
Tabel Zat Gizi dan Sumbernya bagi Ibu Hamil dan Menyusui
ZAT GIZI FUNGSI PADA IBU HAMIL &
MENYUSUI
SUMBER
ENERGI - Peningkatan metabolisme basal (BMR)
15-20%
- Pertambahan kebutuhan
- Cadangan energfi berupa simpanan
lemak
- Pembentukan ASI
Hidrat arang, beras, bihun,
biskuit, havermout,
jagung, kentang, makaroni.
PROTEIN - Pertumbuhan janin, plasenta, air
ketuban, jaringan uterus, mammae,
penambahan volume darah, hemoglobin
dan plasma protein.
- Pertumbuhan sel otak janin, bayi/anak
- Cadangan ibu untuk partus
- Pembentukan ASI
- Simpanan protein
Hewani :
Sapi, ayam, ikan, telur,
keju, hati udang.
Nabati :
Kacang hijau, kacang
kedelai, kacang mete,
kacang merah, kecap,
tempe, tolo, oncom.
VITAMIN A - Esensial untuk pertumbuhan sel
- Pertumbuhan tulang dan gigi, janin,
bayi/anak
- Mencegah kelainan
Hati, minyak ikan, wortel,
susu, telur, keju, margarin,
sayuran berwarna hijau
dan buah-buahan
berwarna.
VITAMIN B1 - Koenzim metabolisme energi dan
protein
Nasi, ragi, kacang-
kacangan, ikan, kentang,
susu, kedelai, roti.
RIBOFLAVIN - Koenzim metabolisme energi dan
protein
Roti, keju, daging, telur,
sayuran hijau, hati.
NIACIN - Koenzim metabolisme energi dan
protein
Susu, daging, telur,
sayuran hijau, hati, ayam.
VITAMIN B12 - Koenzim untuk metabolisme asam
nukleat dan protein
Susu, daging, telur,
sayuran hijau, hati, ayam
ASAM FOLIC - Peningkatan kebutuhan metabolik
- Mencegah anemia megaloblastik
- Produksi heme untuk haemoglobin
- Produksi materi sel inti (RNA, DNA)
Ragi, hati, kacang-
kacangan, kobis, jeruk,
pisang, roti dan susu.
VITAMIN C - Pembentukan dan integritas jaringan
- Zat semen dalam jaringan ikat dan
vaskuler
- Peningkatan penyerapan besi
Jeruk, tomat, mangga,
pepaya, nanas.
MINERAL
KALSIUM
- Pembentukan tulang dan gigi janin,
bayi/anak.
- Peningkatan metabolisme kalsium ibu
Susu, keju, tahu, jeruk,
pisang
FOSFOR - Pembentukan tulang dan gigi janin,
bayi/anak.
- Peningkatan metabolisme fosfor ibu
Tahu, susu, keju, ragi,
kentang, telur, roti, daging,
ikan, kacang-kacangan.
MAGNESIUM - Koenzim metabolisme energi dan
protein
- Aktivator enzim
- Pertumbuhan jaringan dan metabolisme
sel
- Mengoptimalkan fungsi obat
Tepung terigu, tahu,
sayuran hijau, daging,
kacang-kacangan, coklat.
BESI - Penambahan volume dan sirkulasi
darah ibu
- Cadangan besi janin, bayi/anak
- Pembentukan ASI
Hati, daging, telur, kacang-
kacangan, sayuran hijau.
SENG - Mencegah kelainan kongenital Hati, kacang-kacangan,
- Pertumbuhan otak janin, bayi/anak
- Mencegah retardasi pertumbuhan janin
susu.
IODIUM - Peningkatan metabolisme basal
- Peningkatan produksi tiroksin
Ikan laut, keju, udang,
sarden
KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK
KESEHATAN IBU
Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan
mengenai kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan dini selama
kehamilan serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut
diharapkan ibu akan termotivasi kuat menjaga diri dan kehamilannya dengan mentaati
nasehat yang diberikan oleh pelaksana pemeriksaan kehamilan, sehingga ia dapat
melewati masa kehamilan dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada penyuluhan sebagai berikut :
1. PERAWATAN DIRI SELAMA KEHAMILAN
a. Perawatan diri selama kehamilan sangat penting diketahui ibu, agar ia dapat
menjaga kesehatan diri dan janinnya dengan baik.
b. Gizi tinggi protein, tinggi kalori
c. Ibu dianjurkan untuk :
- Tidak membatasi jumlah dan jenis makanannya
- Makan makanan yang bergizi tinggi kalori dan tinggi protein
- Minum lebih banyak dari biasa (kurang lebih 10 gelas per hari)
d. Perawatan payudara
e. Penyuluhan meliputi :
- Manfaat perawatan payudara sejak kehamilan 7 bulan
- Cara perawatan payudara
f. Kebersihan diri
g. Selama hamil ibu lebih perlu menjaga kebersihan diri, karena adanya
perubahan hormonal maka rongga mulut dan jalan lahir lebih peka terhadap
infeksi. Ibu perlu mandi dan sikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari.
h. Istirahat cukup dan mengurangi kerja fisik berat
i. Senam hamil yang baik sangat berguna dalam menghadapi persalinan
Manfaat senam hamil adalah :
- melatih pernafasan
- melatih otot panggul dan vagina agar lentur/tidak kaku
- melancarkan peredaran darah, yang pada kehamilan relatif lamban
- melatih mengejan/meneran.
2. PERLUNYA PEMERIKSAAN KEHAMILAN SECARA BERKALA
Selama kehamilan ada hal-hal penting yang perlu dipantau, agar bila ada
penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberikan penanganan yang
memadai. Karena itu selama kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan
secara berkala, yang dimulai sejak kehamilan muda, makin tinggi resiko kehamilan
yang dipunyai oleh ibu, makin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan
kehamilannya lebih sering.
Pada saat pemeriksaan kehamilan, ibu dapat memperoleh pengetahuan
kehamilannya, memberitahukan perkembangan kehamilannya dan keluhan yang
dirasakannya kepada petugas kesehatan, dari interaksi ini dapat dibangun rasa percaya
yang baik dalam merawat diri serta keputusan dalam rangka persalinan. Selain itu
pada saat kehamilan ibu juga perlu dapat tablet multivitamin.
3. ARTI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan
keturunan, yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim
ibu.
Selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai
usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan.
Persalinan merupakan suatu proses keluarnya bayi dari rahim ibu, yang
walaupun bersifat alamiah namun mendapatkan persalinan yang aman dibutuhkan
pertolongan orang yang dididik dalam hal tersebut. Keberhasilan proses persalinan
sangat ditentukan oleh tenaga penolong, tempat pertolongan, pengertian dan peran
serta dari ibu maupun keluarganya.
Hal yang perlu dianjurkan kepada ibu dalam menghadapi persalinan adalah
bahwa sejak awal kehamilannya perlu mempersiapkan biaya, transport pada saat
persalinan atau bila timbul bahaya dan persiapan lainnya, demikian pula pendamping
ibu harus selalu siap mengantar kapanpun ia dibutuhkan. Pada kehamilan normal,
persalinan dapat ditolong dirumah oleh petugas kesehatan asal dipenuhi pertolongan
persalinan yang steril.
Masa nifas adalah 6 minggu setelah persalinan, yang merupakan masa
kembalinya keadaan tubuh seperti sebelum hamil. Keadaan kesehatan ibu dan bayinya
pada masa nifas sangat terkait dengan kesehatan ibu selama hamil dan pertolongan
persalinan yang diberikan.
4. KELUHAN YANG BIASA TERJADI PADA MASA KEHAMILAN
Berbagai keluhan sering timbul selama kehamilan, baik karena perubahan
hornonal, dorongan/penekanan atau perubahan emosional. Keluhan yang diakibatkan
oleh hal tersebut adalah normal dan tak perlu diatasi dengan pemberian obat. Hal ini
perlu dipahami oleh ibu agar ia tidak cemas dan tidak berusaha mencari pengobatan
sendiri yang mungkin membahayakan janinnya.
5. TANDA-TANDA BAHAYA DALAM KEHAMILAN
Tanda bahaya dalam kehamilan perlu diketahui oleh ibu agar ia waspada
terhadap ancaman kesehatan diri maupun janinnya. Dengan pengetahuan ini dan
motivasi yang kuat ia akan segera memeriksakan kehamilannya walaupun jadwal
pemeriksaan kehamilan berikutnya belum tiba saatnya.
Tanda-tanda bahaya yang paling penting diketahui ibu adalah :
a. Perdarahan melalui jalan lahir baik sedikit maupun banyak
b. Bengkak mula-mula pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat rebah,
disertai nyeri kepala, mual, nyeri ulu hati. Apalagi kalau hal tersebut
disertai dengan penglihatan kabur dan kejang-kejang.
c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir sebelum kehamilan cukup umur.
d. Janin tidak bergerak atau pergerakkannya jarang dalam sehari semalam.
e. Berat badan turun atau tidak bertambah
6. PERKEMBANGAN KEHAMILAN
Ibu perlu mengetahui perkembangan kehamilan/janin pada tiap tahap
kehamilannya agar ia memahami apa yang harus, boleh dan tidak dilakukan.
Pengetahuan tentang hal ini akan memotivasi ibu untuk melakukan setiap anjuran dari
pelaksana pemeriksaan kehamilan.
7. TAKSIRAN TANGAL DAN TANDA-TANDA PERSALINAN
Ibu perlu mengetahui hari taksiran persalinan (HTP) dan tanda-tanda
persalinan. HTP diperoleh dari rumus Neagele yang memperhitungkan lama
kehamilan 40 minggu sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sehingga HTP
adalah +7, bulan –3, tahun +1 dari HPHT.
Tanda persalinan yang perlu diketahui ibu adalah :
a. Rasa kencang pada rahim bagian atas dengan jarak tertentu kemudian menjadi
lebih sering dan lebih kuat.
b. Rasa nyeri pada selangkangan atau bokong, akibat bagian bawah janin turun
c. Ketuban pecah
d. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
8. CARA MERAWAT BAYI
Hal yang perlu diajarkan pada ibu menjelang persalinan adalah sebagai berikut :
- Perawatan bayi baru lahir
- Pemberian kolostrum ASI sedini mungkin (sesegera mungkin dalam jam pertama
setelah lahir).
- Perawatan tali pusat
- Cara pemberian makanan kepada bayi (ASI ekslusif, yaitu pemberian hanya ASI
pada 4 bulan pertama). ASI diteruskan sampai 2 tahun dan cara pemberian
makanan pendamping ASI.
- Cara perawatan bayi
9. PEMAKAIAN KONTRASEPSI PASCA BERSALIN
Masa kehamilan dan persalinan merupakan saat baik untuk memotivasi ibu dalam
memakai alat kontrasepsi. Informasi yang disampaiakn adalah :
- perlunya mengatur jarak kehamilan
- jenis alat kontrasepsi yang tepat untuk ibu
- kapan saat yang tepat untuk memakai alat kontrasepsi setelah persalinan
- dimana pelayanan kontrasepsi dapat diperoleh
Isi penyuluhan tersebut diberikan setiap kali ibu datang memeriksakan kehamilan
sesuai dengan kebutuhan dan kapan informasi tersebut sebaiknya diberikan (dikaitkan
dengan risiko yang mungkin akan timbul pada tahapan kehamilan tertentu).
Penyuluhan dapat berlanjut yaitu dari masa kehamilan sampai masa nifas.
IMUNISASI
(Bagi Ibu Hamil dan Anak)
Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan
dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi
terutama untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita. Tujuan lain adalah agar
bayi dan balita terhindar dari serangan penyakit atau minimal menderita sakit ringan.
Hanya beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi yaitu :
1. Tetanus
Gejala utama berupa kejang-kejang dan kaku pada kuduk, mulut serta punggung
2. Dipteri
Gejala utama panas, waktu menelan terasa sakit, sesak nafas dan terlihat bercak
putih di tonsil
3. Pertusis
Gejala utama batuk ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit
4. Poliomielitis
Gejala tergantung dari jenisnya :
Jenis asimtomatis yaitu tanpa gejala
Jenis akartif dengan gejala antara lain mual, sembelit, demam ringan dan
sakit
Jenis non paralitik dengan gejala antara lain panas tinggi (38 – 39oC)
Sakit kepala dan nyeri otot
Jenis paralitik dengan gejala utama adalah kelumpuhan
5. Campak (morbili)
Gejala utama panas tinggi (38oC) disertai batuk pilek yang kemudian diikuti
timbulnya bintik-bintik merah di kulit.
6. Tuberoluse (TBC) paru
Gejala utama juga tergantung berat ringannya penyakit. Pada umumnya adalah
febris, batuk-batuk (berdarah) dan berat badan menurun.
7. Hepatitis
Gejala tergantung stadium penyakitnya :
Stadium preikterik, memberi gejala sakit kepala, mual sampai muntah dan
nyeri otot.
Stadium ikterik memberi gejala warna kuning pada sklera dan kemudian
dapat ke kulit seluruh tubuh.
Stadium post ikterik, pada saat ini semua gejala diatas mulai berkurang.
Jenis dan jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada skema di bawah ini :
Vaksin Pemberian Selang wkt pem. UmurBCGDPT (1,2,3)POLIO (1,2,3)CampakHepatitis B(1,2,3)DT (1,2)TT (1,2)Kls 6TT ibu hamilTT calon pengantin(1,2,3)
1 kali3 kali4 kali1 kali3 kali
2 kali2 kali
2 kali1 kali
-4 minggu4 minggu-1 bulan5 bulan4 minggu4 minggu
4 minggu4 minggu
0-11 bulan2-11 bulan0-11 bulan9-11 bulan0-11 bulan
anak SD kls. 1anak wanita SD
selama hamilsebelum menikah
Setiap jenis imunisasi ditujukan untuk pencegahan satu atau lebih penyakit
tertentu :
1. Imunisasi BCG diberikan agar mendapat kekebalan terhadap penyakit
TBC.
2. Imunisasi DPT ditujukan untuk penyakit Dipteri atau Tetanus
3. Imunisasi Polio untuk pencegahan Polio
4. Imunisasi Campak adalah khusus untuk mencegah penyakit campak
5. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) adalah imunisasi pada ibu hamil dengan
tujuan agar anaknya mempunyai kekebalan terhadap penyakit tetanus.
Untuk mendapatkan pelayanan imunisasi tidak sulit, karena imunisasi ini bisa
didapat di sarana kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas, praktek dokter dan
Posyandu.
Sumber :
Departemen Kesehatan : Penyuluhan KB – Kesehatan Di Rumah Sakit.
PENATALAKSANAAN
KEGAWAT DARURATAN OBSTETRI
Pendahuluan
Kasus-kasus gawat darurat adalah kasusu akut, artinya kasus ini terjadi secara
mendadak, tidak dapat ditentukan kapan akan terjadi atau dengan kata lain dapat
terjadi setiap saat. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu, agar kasus-kasus
ini dapat diselamatkan, harus dapat dikelola dengan cepat dan tepat dimana proses ini
menuntut tugasnya. Apabila tidak demikian maka waktu yang terbuang untuk mencari
petugas yang sedang tidak ada ditemapt tugasnya akan memperburuk kondisi
penderita. Karena keterbatasan tenaga kesehatan khususnya dokter dan bidan dan juga
karena tugas ganda mereka maka tidak disetiap pelayanan kesehatan tersedia tenaga
tersebut dalam 24 jam. Oleh karena itu perlu dibuat sistem manajemen ketenagaan
khusus untuk pengelolaan kasus gawat darurat obstetri.
Dalam mengelola kasus gawat darurat, setiap petugas kesehatan dituntut
mempunyai kemampuan dan keterampilan khusus yang sesuai agar dapat mengelola
kasus dengan baik, benar, cepat dan tepat. Setiap petugas diharapkan mempunyai 5
MAMPU untuk mengelola kasus gawat darurat obstetri sesuai dengan tingkat
pelayanan kesehatan. Ke-5 MAMPU tersebut adalah :
- MAMPU mengenali kasus yang dihadapi sebagai kasus gawat darurat obstetri.
- MAMPU menilai tingkat gawat darurat kasus
- MAMPU menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
- MAMPU melakukan pertolongan dengan baik dan benar
- MAMPU memantau, menilai hasil pemantauan dan menentukan tindak lanjut
dengan baik dan benar.
Untuk semua itu dibutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai, dan tidak kalah
pentingnya adalah suatu pelatihan khusus. Di samping itu semua perlu diadakan
pembakuan dan standardisasi pelayanan gawat darurat Obstetri dalam setiap jenjang
pelayanan kesehatan diseluruh pelosok Indonesia, sehingga setiap petugas kesehatan
tahu kewenangannya sampai dengan tingkat pelayanan kesehatan dimana petugas
tersebut bertugas.
Kemampuan dari petugas kesehatan dalam pengelolaan kasus-kasus gawat
darurat obstetri hendaknya berpola sebagai berikut :
- Bagaimana mengenal kasus gawat darurat Obstetri, bagaimana menilai kondisi
gawat darurat, langkah-langkah yang harus dilakukan serta melakukannya.
KASUS-KASUS GAWAT DARURAT OBSTETRI
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, kurang lebih 423/100,000 kelahiran
hidup, tertinggi dibandingkan Angka Kematian Ibu di negara-negara ASEAN.
Penyebab utama kematian ibu masih berkisar pada :
- Syok Obstetri
- Perdarahan dalam obstetri :
- Kehamilan : - < 20 minggu : abortus, kehamilan ektopik terganggu mola
hidatisoda
- > 20 minggu : Plasenta previa, solusio plasenta, dan lain-lain
- Persalinan : - Kala I : plasenta previa, solusio plasenta, ruptura uteri
- Kala II : ruptura uteri, dan lain-lain
- Kala III : perlukaan jalan lahir, ruptura uteri, plasenta
inkarserata, plasenda adhevisa dan lain-lain
- Kala IV : atonia uteri, perlukaan jalan lahir, sisa plasenta,
ruptura uteri, dan lain-lain.
- Masa nifas : - < 24 jam : perlukaan jalan lahir, sisa plasenta, atonia uteri, dan
lain-lain.
- > 24 jam : sisa plasenta, infeksi, dan lain-lain.
Dalam pengelolaan kasus perdarahan Obstetri harus dinilai hal-hal sebagai berikut :
- tentukan kasus dalam kondisi syok/tidak
- tentukan kasus dalam kehamilan/persalinan/nifas
- tentukan usia kehamilan/kala persalinan/nifas
- tentukan diagnosis Obstetrinya
Setelah kita menentukan diagnosisnya baru kita secara cepat, benar dan tepat
menentukan pengelolaanya.
SYOK OBSTETRI
Syok pada umumnya adalah keadaan berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan disertai gangguan perfusi pda tingkat pembuluh darah perifer. Syok
merupakan kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang memerlukan
pengelolaan segera untuk menyelamatkan jiwa pasien. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh kehilangan darah, kehilangan plasma maupun oleh karena dilatasi pembuluh
darah. Akibat berikutnya adalah kurangnya pemasokan oksigen dan aliran darah ke
jaringan.
Pada kasus-kasus obstetri, syok biasanya disebabkan oleh :
- perdarahan (syok hipovolemik)
- sepsis (syok septik)
- gagal jantung (syok kardiogenik)
- rasa nyeri (syok neurogenik, misal pada inversio uteri)
- alergi (syok anafilatik, misal oleh karena tidak tahan obat)
Syok kardiogenik, syok neurogenik dan syok anafilatik jarang terjadi pada
kasus Obstetri. Syok kardiogenik dapat terjadi pada kasus penyakit jantung dalam
kehamilan/persalinan. Angka kematian sangat tinggi syok neurogenik dapat terjadi
pada kasus inversio uteri sebagai akibat rasa nyeri yang hebat yang disebabkan oleh
tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infudibulopelvikum dan ligamentum
rotundum. Syok anafilaktik dapat terjadi pada kasus emboli air ketuban dan reaksi
akibat tidak tahan terhadap obat yang disuntikan.
SYOK OLEH KARENA PERDARAHAN
Akibat terjadinya perdarahan maka akan berkurang volume darah didalam sirkulasi.
Berkurangnya volume darah dalam sirkulasi disamping oleh karena terjadinya
perdarahan dapat juga terjadi karena kehilangan plasma darah misalnya pada luka
bakar. Keadaan ini disebut syok hipovolemik.
Tanda dan gejala syok hipovolemik adalah sebagai berikut :
Syok Hipovolemik awal :
- pasien sadar, tampak ketakutan
- nadi cepat, 110x / menit atau lebih
- pernafasan cepat, 30x/menit atau lebih
- pucat
- tekanan darah turun, sistolik < 90 mmHg
- haemoglobin 8g% lebih
- produksi urine 30 ml/jam atau lebih
Tanda dan gejala syok lanjut adalah :
- pasien tampak kebingungan atau tidak sadar
- nadi sangat cepat dan lemah
- napas cepat dan dangkal
- pucat
- tekanan darah sangat rendah
- gagal jantung, paru-paru edema
- hemoglobin < 8g%
- produksi urine < 30ml/jam
Pengelolaan
1. Tindakan umum
Periksa tanda-tanda vital, pastikan bahwa jalan nafas bebas. Jangan memberikan
cairan atau makanan ke dalam mulut untuk menghindari sewaktu-waktu muntah
dan cairan muntahan akan terhisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala
pasien kesamping agar tidak terjadi aspirasi. Hangatkan tubuh pasien, karena
hipotermia akan memperberat keadaan syok dan berbahaya. Naikkan kaki pasien
untuk membantu aliran darah balik ke jantung.
2. Berikan O2
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit
3. Cairan intravena
Untuk menggantikan darah/cairan tubuh yang hilang perlu diberikan cairan
intravena dan biasanya dipilih cairan isotonik misalnya NaCl 0,9% atau Ringer
laktat. Pada waktu yang bersamaan dengan pemberian cairan intravena juga
diambil contoh darah pasien untuk memilih golongan darah yang akan
ditransfusikan. Cairan diberikan dengan kecepatan 0,5-1 liter dalam waktu 20
menit, sementara kondisi pasien terus dipantau. Pada syok hipovolemik umumnya
diperlukan 1-3 liter cairan infus untuk menstabilkan kondisi pasien. Setelah
kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam
kecepatan 1 liter per 6-8 jam. Pengukuran banyaknya cairan infus yang telah
diberikan sangat penting untuk mencegah jangan sampai terjadi kelebihan cairan
yang berakibat kegagalan jantung.
4. Pemberian infus darah
Pada kasus perdarahan terlebih bila sampai syok, perlu dipikirkan transfusi darah
untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian transfusi darah
bukannya tanpa resiko dan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Resiko lain
berhubungan dengan penyebaran virus HIV dan Hepatitis.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah untuk :
- Golongan darah dan cross match
- Kadar hemoglobin
- Jika memungkinkan hematokrit, trombosit, ureum, creatinin, pH darah dan
elektrolit untuk menilai asidosis.
Pemeriksaan Urine : diukur produksi urine untuk menilai fungsi ginjal. Dalam
waktu 20-30 menit setelah pemberian cairan dinilai apakah telah tercapai
stabilisasi atau tidak. Tanda-tanda stabilisasi adalah :
- Tekanan darah mulai naik
- Denyut jantung stabil
- Kondisi mental pasien membaik
- Produksi urine bertambah
Setelah stabilisasi tercapai dilakukan pengelolaan terhadap penyakit syok,
bila tidak memungkinkan pasien dirujuk ke RS dengan fasilitas lebih baik.
SYOK SEPTIK
Setiap organisme patogen dapat menyebabkan syok septik. Penyebab utama
(70%) ialah bakteri gram negatif seperti Escherichia Coli, Klebsiella pneumoniae,
Serratia, Enterobacter dan Pseudomonas. Syok septik lebih sering terjadi pada oang
dengan gangguan imunitas (kekebalan tubuh) dan pada usia tua. Sebagai aksi tubuh
melawan infeksi, bakteri mati mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini melalui
mekanisme yang belum diketahui dengan jelas mempengaruhi metabolisme sel dan
merusak sel jaringan disekitarnya. Sel-sel yang rusak ini mengeluarkan enzim lisosom
dan histamin. Ensim lisosom ikut peredaran darah tubuh sampai ke jaringan lain
menyebabkan kerusakan sel leibh banyak lagi serta sebagai pemicu dikeluarkannya
bradikinin. Bradikinin bersama-sama histamin menyebabkan vasodilatasi secara masif
dan mengakibatkan meningkatnya permeabilitas kapiler (fase hangat syok septik).
Keadaan ini akan menyebabkan cairan darah kapiler berpindah masuk ke rongga
interstitiil sehingga terjadi hipovolemia dalam sirkulasi darah dan edema jaringan.
Jantung akan berusaha untuk mengatasi hal ini (fase dingin syok septik) dan apabila
gagal akan terjadi dekompensasi yang berakhir dengan kematian. Komplikasi lain
pada syok septik selain gagal jantung ialah gagal ginjal dan D.I.C (Disseminated
Intravascular Coagulations).
Beberapa hal harus dinilai pada infeksi akut, sepsis dan syok septik adalah :
- tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
- tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
- cari faktor predisposisi untuk penyakit yang erat hubungannya
(pembedahan, trauma atau sumber infeksi lainnya).
- pada infeksi genitalia dapat terjadi sebagai berikut :
sekret/cairan berbau dari vagina
pus keluar dari serviks
air ketuban hijau dan kental serta berbau busuk
tanda-tanda infeksi pelvik (nyeri perut bawah, nyeri rahim, dan
sebagainya).
Pengelolaan :
1. Tindakan umum.
Pemantauan tanda-tanda vital, bebaskan jalan nafas, jangan memberikan
makanan / minuman untuk menghindari kemungkinan muntah dan aspirasi.
Hindarkan penderita dari kemungkinan hipotemi.
2. Pemberian Oksigen.
Setelah dipastikan jalan nafas bebas diberikan 02 dengn kecepatan 6-8 liter /
menit.
3. Pemberian cairn intravena.
Pemberian cairn intravena dilakukan apabila keadaan penderita tidak stabil
dan cara pemberian sesuai dengan cara pemberiaan pada syok hipovolemik.
4. Pemberian antibiotika.
Antibiotika harus diberikan pada kasus syok septik untuk mengatasi infeksi.
Pada kasus syok maka pemberian antibiotika i.v. lebih diutamakan, sebab
lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Oleh karena
identifikasi kuman patogen belum memungkinkan dan kuman patogen ganda
telah terdapat di tempat infeksi, untuk kebnayakan kasus dipilih antibiotika
yang berspektrum luas yang efektif terhadap grm positif, gram negatif,
anaerobik dan chlamydia. Antibiotika harus diberikan dalam bentuk kombinasi
agar diperoleh cakupan yang luas. Penggunaan antibiotik dalam kehamilan
dan persalinan dengan janin hidup harus dipertimbangkan efeks samping
setiap antibiotik dalam kehamilan dan persalinan dengan janin hidup harus
dipertimbangkan efek samping setiap antibiotika terhadap janin. Antibiotik
yang terpilih untuk kehamilan / persalinan adalah penisiln dan derivatnya,
kemudian sefalosporin. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang diberikan pengobatan
kombinasi Ampisilin, gentamisin, metronidazol sambil menunggu hasil biakan
dan tes sensitivitas.
Pilihan lain adalah kloramfenikol kombinasi dengan penisilin atau ampisilin.
Apabila keadaan pasien membaik/stabil maka pemberian i.v. dilanjutkan
dengan pemberian oral. Pemberian antibiotika profilaksis pada kasus-kasus
tanpa tanda-tanda infeksi, diberikan dalam dosis tunggal. Untuk kasus obstetri
biasanya dipilih Ampisilin/penisilin dan generasi pertama sefalosporin.
5. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam pengelolaan sepsis.
Dilakukan pemeriksaan darah (Hb, golongan darah, darah lengkap) serta
pemeriksaan getah pada daerah infeksi ataupun darah untuk biakan dan tes
sensitivitas.
Apabila keadaan penderita stabil maka harus dilakukan/dicari penyebab syok
septik.
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur yang telah dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik
terjadi di tuba dapat terjadi abortus dan ruptura tuba. Diagnosis kehamilan ektopik
terganggu biasanya tidak sulit. Pada seorang wanita usia reproduksi, menikah atau
tidak, adanya keterlambatan haid atau tidak dengan keluhan nyeri perut bagian bawah
atau ada riwayat pingsan harus dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang
terganggu. Yang menonjol adalah penderita pucat, tampak sakit, kadang-kadang
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dirongga perut. Serviks bila digerakkan
terasa nyeri dan kavum Douglasi menonjol.
Pengelolaan
Kasus kehamilan ektopik terganggu harus dikelola di Rumah Sakit yang mempunyai
kemampuan untuk melakukna laparotomi. Oleh karena pasien biasanya dalam
keadaan syok dan walaupun belum terjadi syok, maka dalam merujuk penderita harus
terpasang infus.
MOLA HIDATIDOSA
Mola Hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik. Mola
hidatidosa mudah dikenal berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang berisi
cairan jernih dengan ukuran bervariasi. Pada mola hidatidosa ditemukan tanda-tanda
kehamilan, besar uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditemukan balottement
dan denyut jantung janin. Diagnosis pasti adalah bila diketahui adanya gelembung-
gelembung mola keluar dari kanalis servikalis. Pemeriksaan dengan sonde seputar
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang terlatih dan penyulit yang sering timbul
adalah tirotoksikosis dan pre-eklamsia.
Pengelolaan
Pengelolaan Mola hidatidosa sebaiknya dilakukan di Rumah Sakit. Langkah-langkah
pengelolaan mola hidatidosa adalah :
- pengelolaan syok bila terjadi syok
- transfusi darah bila kada Hb < 8 gr%
- kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase kemudian dilanjutkan
dengan sendok kuret yang tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan
harus dilindungi dengan Oksitosin 10 U dalam 500 ml Dextrose 5%
apabila sondase uterus > 12 cm.
- Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet / hr
- Adanya penyulit pre-eklamsia dikelola sesuai dengan protokol pre-
eklamsia.
- Adanya penyulit tirotoksikosis sebaiknya segera dirujuk ke Rumah
Sakit.
- Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca
mola hidatidosa, selama 1 – 2 tahun. Untuk tidak mengacaukan
pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom.
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa ialah keadaan dimana plasenta terletak disegmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Plasenta previa
sering menyebabkan perdarahan antepartum sesudah kehamilan 20 minggu.
Sifat perdarahan pada plasenta previa adalah :
- Lebih sering terjadi pada trimester III
- Tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
- Perdarahan pertama banyak dan perdarahan berikutnya lebih banyak
dan kadang disertai dengan syok.
- Darah warna merah segar
- Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
- Biasanya disertai kelainan letak
- Janin mungkin masih hidup tergantung dari jumlah perdarahan
Pada kasus perdarahan ante partum tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam kecuali
dimeja operasi.
Pengelolaan
Pengelolaan plasenta previa harus dilakukan di Rumah Sakit karena biasanya selalu
harus dilakukan operasi. Pengelolaan ditempat pelayanan tingkat dasar adalah untuk
mengatasi syok/presyok dan mempersiapkan rujuk sebaik-baiknya dan secepat-
cepatnya. Sebenarnya tidak semua kasus plasenta previa harus diselesaikan dengan
operasi, pada plasenta letak rendah dan plasenta previa harus diselesaikan dengan
sudah lebar dapat dilakkan pemecahan kulit ketuban dan partus pervaginam.
Permasalahannya ialah untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan
dalam dan harus dimeja operasi.
SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal yaitu di korpus uteri
sebelum janin lahir. Sifat perdarahan solusio plasenta ialah :
- Lebih sering terjadi pada trimester III
- Disertai rasa nyeri / sakit perut yang terus menerus
- Perdarahan mungkin banyak mungkin sedikit, keadaan umum penderita tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar (mungkin perdarahan hanya sedikit
tetapi penderita syok).
- Darah berwarna kehitam-hitaman.
- Rahim tegang terus-menerus dan umumnya denyut jantung janin tidak ada.
Pengelolaan
Kasus solusio plasenta harus dikelola Rumah sakit, mengingat komplikasi
yang mungkin timbul yaitu perdarahan banyak, syok, atonia uteri, kelainan
pembekuan darah dan oliguria. Harus segera diberikan cairan infus untuk mengatasi
syok apabila keadaan umum belum memungkinkan untuk merujuk dapat dilakukan :
- Transfusi darah
- Ketuban dipecahkan dilanjutkan infus oksitosin 5 U dalam 500 ml Dextrose 5%
mulai dengan 8 tetes permenit. Tindakan ini hanya boleh dilakukan bila diyakini
dapat lahir pervaginam. Apabila persalinan tidak selesai 6 jam, sebaiknya
dilakukan seksio sesarea.
- Kelainan hipofibrinogenemia diatasi dengan pemberian fibrinogen, jika tidak ada
dapat dengan transfusi darah segar.