protap 4 (hal.153-211)

105
PEDOMAN PEMASANGAN IUD CUT 380 A PEMERIKSAAN PANGGUL 1. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan 2. Siapkan pasien dengan sopan di meja ginekologi untuk pemeriksaan panggul. 3. Pakai sarung tangan baru steril atau sudah didesinfeksi 4. Susunan alat-alat diatas tempat steril atau tempat yang sudah didesinfeksi 5. Pakai lampu yang terang untuk melihat serviks 6. Periksa genitalia eksterna 7. Masukkan spekulum ke dalam vagina 8. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum - Periksa adanya cairan vagina - Periksa serviks dan uretra - Ambil spesimen dari sekret vagina dan serviks untuk pemeriksaan mikrokopik bila ada indikasi 9. Keluarkan spekulum dan letakan kembali pada tempat alat-lat 10. Lakukan pemeriksaan bimanual : - Periksa gerakan serviks - Tentukan ukuran dan bentuk posisi - Periksa kehamilan - Periksa kedua adnexa 11. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi - Tentukan ukuran uterus retroversi - Periksa Cavum Douglasi

description

about protap 2

Transcript of protap 4 (hal.153-211)

Page 1: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

PEMASANGAN IUD CUT 380 A

PEMERIKSAAN PANGGUL

1. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

2. Siapkan pasien dengan sopan di meja ginekologi untuk pemeriksaan panggul.

3. Pakai sarung tangan baru steril atau sudah didesinfeksi

4. Susunan alat-alat diatas tempat steril atau tempat yang sudah didesinfeksi

5. Pakai lampu yang terang untuk melihat serviks

6. Periksa genitalia eksterna

7. Masukkan spekulum ke dalam vagina

8. Lakukan pemeriksaan dengan spekulum

- Periksa adanya cairan vagina

- Periksa serviks dan uretra

- Ambil spesimen dari sekret vagina dan serviks untuk pemeriksaan mikrokopik

bila ada indikasi

9. Keluarkan spekulum dan letakan kembali pada tempat alat-lat

10. Lakukan pemeriksaan bimanual :

- Periksa gerakan serviks

- Tentukan ukuran dan bentuk posisi

- Periksa kehamilan

- Periksa kedua adnexa

11. Lakukan pemeriksaan rektovaginal bila ada indikasi

- Tentukan ukuran uterus retroversi

- Periksa Cavum Douglasi

12. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin

TINDAKAN PRA PEMASANGAN

13. Setelah selesai pemeriksaan mikroskopik (bila dilakukan) cuci tangan dengan air

dan sabun.

14. Beritahu pada klien apa yang akan dilakukan

15. Susun atau periksa kelengkapan alat-alat yang digunakan

Page 2: protap 4 (hal.153-211)

16. masukkan lengan IUD Cu T 380 A didalam kemasannya :

- Buka sebagian dari kemasannya

- Masukkan pendorong ke dalam tabung insenter

- Letakkan kemasan pada permukaan yang datar

- Selipkan kertas pengukur dibawah IUD

- Sambil memegang kedua ujung IUD, dorong tabung inserter sampai ke

pangkal lengan, sehingga lengan melipat.

- Setelah lengan melipat, tarik tabung insenter dari pangkal lengan

- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan

IUD ke dalam tabung inserter (lengan IUD dalam tabung inserter jangan lebih

dari 5 menit karena akan mengganggu keturunan).

17. Pakai kembali sarung tangan yang baru

18. Pasang spekulum dan lihat serviks

19. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik

20. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati.

21. Masukkan sonde uterus dengan cara “no touch technique” yaitu secara hati-hati

memasukkan sonde ke dalam rongga uterus (sekali masuk) tanpa menyentuh

dinding vagina ataupun bibir spekulum.

22. Tentukan kedalaman rongga uterus dan posisi uterus

23. Keluarkan sonde dan ukur kedalaman uterus pada tabung inserter yang masih

berada dalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung

inserter.

24. Masukkan tabung inserter secara hati-hati ke dalam uterus sampai leher biru

menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.

25. Lepaskan lengan IUD dengan menggunakan “withdrawal technique” yaitu

menarik keluar tabung inserter dengan tetap menahan pendorong.

26. Keluarkan pendorong IUD dan tabung inserter didorong kembali ke serviks secara

hati-hati sampai batas leher biru.

27. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati.

28. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kerang lebih 3-4

cm.

29. Keluarkan seluruh tabung inserter.

Page 3: protap 4 (hal.153-211)

30. Periksa serviks dan bila ada perdarahan pada tempat bekas penjepitan tenakulum,

tekan dengan kasa steril selama 30-60 menit.

31. Keluarkan spekulum.

TINDAKAN PASCA PEMASANGAN

32. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit untuk tindakan dekontaminasi.

33. Buang bahan-bahan (kasa) yang sudah dipakai ke dalam kantong plastik.

34. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

35. Cuci tangan dengan air sabun.

36. Buat catatan medik.

Page 4: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

PENCABUTAN IMPLANT 6 KAPSUL

A. Teknik biasa

B. Teknik U

1. Periksa apakah lengan klien telah dicuci bersih dengan sabun dan air

2. Tentukan tempat pencabutan dengan meraba kapsul implant

3. Periksa kelengkapan alat-alat untuk pencabutan implant.

TINDAKAN PRA PENCABUTAN

4. Cuci tangan dengan air sabun, keringkan dengan air bersih

5. Pakai sarung tangan steril atau yang telah didesinfeksi tingkat tinggi

6. Usap tempat pencabutan dengan larutan antiseptik

7. Pasang kain penutup (doek).

TINDAKAN PENCABUTAN DENGAN TEKNIK U

8. Suntikan anestesi lokal dibawah setiap ujung kapsul dekat siku

9. Uji anestesi sebelum membuat insisi pada kulit

10. buat insisi kecil (4 mm) pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 dengan arah

memanjang lebih kurang 5 mm diatas ujung kapsul.

11. Fiksasi kapsul dan masukkan ujung klem implant (alat vasektomi yang

dimodifikasi) sampai mencapai kapsul.

12. jepit kapsul dan tarik ke luar sampai mendekati permukaan kulit, klem implant

dijatuhkan 90 derajat ke arah bahu (kalau perlu 180 derajat) sampai kapsul

terlihat.

13. bersihkan kapsul dari jaring ikt yang mengelilinginya dengan menggunakan kasa

atau skalpel.

14. jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lengkung (Mosquito),

tarik keluar dan taruh pada tempat yang bersih larutan klorin 0,5%.

TINDAKAN PENCABUTAN DENGAN TEKNIK BIASA

1. Suntikan anestesi lokal dibawah setiap ujung kapsul dekat siku

Page 5: protap 4 (hal.153-211)

2. Sampai sepertiga (1/3) panjang kapsul

3. Uji efek anestesi sebelum membuat insisi kulit

4. Buat insisi kecil (4 mm) dibawah ujung dari kapsul

5. Jepit ujung kapsul dengan klem lengkung (Mosquito)

6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan

kasa skalpel

7. Jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lain, tarik keluar dan

taruh pada tempat yang berisi larutan klorin 0,5%.

PENCABUTAN YANG SULIT

8. Bila ujung kapsul agak jauh dari luka, jepit ujung kapsul dengan klem lengkung

jatuhkan atau putar klem ek arah bahu sehingga ujung kapsul tampak pada luka

insisi.

9. jepit ujung kapsul yang sudah dibersihkan dengan klem lain, tarik keluar dan taruh

pada tempat yang berisi larutan klorin 0,5%.

TINDAKAN PASCA PENCABUTAN

10. Setelah seluruh kapsul tercabut, hitung kembali jumlah kapsul untuk memastikan

bahwa ke 6 kapsul telah tercabut dan perlihatkan pada klien.

11. Rapatkan kedua tepi luka insisi dan tutup dengan band-band.

12. Beri pembalut tekan.

13. Bilas jarum dan tabung suntik dengan larutan klorin untuk dekontaminasi dan

rendam semua alat-alat yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin.

14. Buang benda-benda habis pakai pada tempat yang sudah ditentukan.

15. Buka sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin.

16. Cuci tangan dengan sabun air, dan keringkan dengan kain bersih.

Page 6: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

KEPERAWATAN

1. MEMBERI OKSIGEN

Kriteria Persiapan :

Tabung O2, dan flow meter.

Botol pelembab

Slang nasal / casual / masker

Memberikan penjelasan pada pasien.

Kriteria Pelaksanaan :

Mengatur posisi pasien

Membuka flow meter dan mengukur dosis secara bertahap

Memasang slang casual / masker pada pasien

Memperhatikan reaksi pasien, pernafasan dan nadi.

Mencatat dalam lembaran catatn perawatan.

2. MEMBERI MINUM SUSU PADA PASIEN

Kriteria Persiapan :

Makanan dan minuman disiapkan dan dibawa ketempat pasien.

Serbet makan

Lingkungan disekitar pasien dirapikan

Pasien diberitahu dan disiapkan dalam keadaan posisi kepala lebih tinggi dari

badan.

Kriteria Pelaksanaan :

Perawat cuci tangan

Serbet dibentangkan dibawah dagu pasien

Perawat duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan

Pasien diingatkan untuk berdoa menurut agamanya

Pasien ditawari minum

Suapkan makanan sedikit demi sedikit sambil berkomunikasi dan

memperhatikan keadaan pasien.

Pasien diberi minum

Setelah selesai mulut pasien dan sekitarnya dibersihkan

Page 7: protap 4 (hal.153-211)

Pasien dirapikan kembali

Alat-alat dirapikan, dikembalikan ke tempat semula.

Perawat mencatat jumlah porsi yang dimakan.

3. MEMASANG INFUS

Kriteria Persiapan :

Standar infus

Cairan yang diberikan

Infus set

Kapas

Alkohol 70%

Gaas steril

Gunting

Plester

Pengalas

Bengkok

Kriteria Pelaksanaan :

Pasien diberi penjelasan

Siapkan area yang akan dipasang infus

Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan

Keluarkan udara dari slang infus

Menentukan vena yang akan ditusuk

Pasang pengalas

Desinfeksi area yang akan ditusuk diameter 5-10 cm

Menusuk jarum infus /abbocath pada vena yang telah ditentukan

Melakukan fiksasi

Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril

Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan

Memperhatikan reaksi pasien.

Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah tetesan

Pasien dirapikan

Alat-alat dibereskan

Perawat cuci tangan.

Page 8: protap 4 (hal.153-211)

4. MEMBERIKAN TRANSFUSI

Kelengkapan transfusi set

Cairan NaCL 9%

Darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan

Kapas

Alkohol 70%

Kasa steril

Gunting

Plester

Pengalas

Bengkok

Kriteria Pelaksanaan :

Perawat mencuci tangan

Memberikan penjelasan kepada pasien

Menyiapkan area yang akan ditusuk

Meneliti keadaan darah dan suhunya sesuai dengan tubuh normal

Cek silang kembali tabel darah dengan formulir permintaan, nama pasien,

golongan darah dan nomor tempat tidur.

Memasang infus dengan cairan NaCL 9% sesuai dengan prosedur kebutuhan

Memindahkan slang tranfusi darah pada kantong darah.

Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan

Memperhatikan reaksi pasien

Mencatat waktu pemberian golongan darah dan jumlah tetesan.

Alat-alat dibereskan.

5. MENOLONG PASIEN B.A.B.

Kriteria Persiapan :

Pispot

Alat pispot

Botol berisi air cebok

Kertas closet (*)

Alat memanggil/bel (*)

Page 9: protap 4 (hal.153-211)

Selimut

Sampiran

Pasien diberi penjelasan

Kriteria Pelaksanaan :

Sampiran dipasang

Pakaian bagian bawah ditanggalkan dan bagian yang terbuka ditutup dengan

selimut.

Pasien dianjurkan menekuk lutut dan mengangkat bokong

Pasang alat pispot

Pispot diletakkan dibawah bokong pasien

Bila telah selesai anus daerah genitalia dibersihkan dengan air dan kertas

kloset lalu dibuang ke dalam pispot diulang beberapa kali sampai bersih.

Pispot diangkat dan fases diamati bila ada kelainan segera dilaporkan dan

dicatat.

Pasien dirapikan, alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya

Sampiran dibuka kembali

Perawat cuci tangan

Mencatat kegiatan dalam dokumen perawatan

6. MENJAGA KESELAMATAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

Kriteria Persiapan :

Tempat tidur dengan bed plang

Tali tangan / kaki yang aman

Kriteria Pelaksanaan :

Tempat tidur lengkap disiapkan

Bed plang dipasangkan

Pasien ditidurkan dengan posisi yang nyaman

Keluarga diberi penjelasan

Bila perlu tangan dan kaki pasien diikat dengan posisi bergantian setiap 3 jam

Pasien diawasi secara teratur sesuai keadaan

Bila perlu keluarga diijinkan menunggu.

7. MEMBERI HUNNAK RENDAH

Page 10: protap 4 (hal.153-211)

Persiapan alat :

Selimut mandi atau kain penutup

Alas bokong dan perlak

Irigator lengkap dengan kanula rekti yang sesuai dengan umur pasien

Air hangat 1000 cc

Bengkok berisi cairan desinfektan

Pelicin/vaselin/minyak kelapa

Dua pispot

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan

Pasien disiapkan dalam posisi tidur miring ke kiri (posisi SIM)

Kriteria Pelaksanaan :

Sampiran dipasang, bila pintu ditutup

Alat bokong dan perlak dipasang

Pasang selimut mandi, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan

Irigator diisi dengan catatan hangat 750 – 1000 cc

Rectum kanul dipasang pada ujung slang diolesi pelicin, dan udara dikelurkan,

selang dijepit atau diklem.

Irigator dipegang dengan tangan kiri perawat setinggi 50 cm, dari kasur,

sedangkan tangan kanan memasukkan kanula – 15 cm dalam rectum sambil

pasien disuruh menarik nafas panjang.

Klem slang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan.

Bila cairan sudah habis slang klem, kanula dicabut.

Kanula dilepas dan masukkan ke dalam bengkok yang berisi cairan

desinfektan.

Pasien tetap dalam posisi miring dan diberi tahu untuk menahan sebentar,

kemudian pispot dipasang serta pasien diminta dalam posisi terlentang.

Setelah selesai pasien dibersihkan dirapikan

Observasi respon pasien

Mencatat hasil kegiatan tindakan

Alat-alat dibereskan dan kembali ketempat semula.

8. MEMANDIKAN PASIEN DITEMPAT TIDUR

Kriteria Persiapan :

Page 11: protap 4 (hal.153-211)

Satu stel pakaian bersih

Baskom mandi 2 buah masing-masing berisi air dingin dan hangat (bila perlu).

1 atau 2 buah handuk bersih

Kain penutup

Tempat bertutup untuk pakaian kotor

Sampiran

Waslap 2 buah

Sabun pada tempatnya

Kriteria Pelaksanaan :

Pintu, jendela atau korden ditutup dan digunakan sampiran bila perlu

Pasien diberi tahu.

Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur. Bila masih dibutuhkan

bantal digunakan seperlunya.

Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien

Pakaian bagian atas dibuka kemudian ditutup dengan selimut mandi atau kain

penutup

Pasien dimandikan dengan urutan sebagai berikut :

Mencuci muka dengan cara :

Handuk dibentangkan dibawah kepala, muka, telinga dan leher dibersihkan

dengan waslap lembab lalu dikeringkan dengan handuk.

Tanyakan apakah pasien biasa menggunakan sabun atau tidak

Mencuci lengan dengan cara :

Selimut mandi atau kain penutup diturunkan

Kedua tangan pasien dikeataskan

Letakkan handuk diatas dada pasien dan lebarkan ke samping kiri dan

kanan sehingga keduat angan dapat diletakkan diatas handuk

Kedua tangan pasien dibasahi dan disabuni dimulai dari tangan yang jauh

dari perawat, kemudian yang lebih dekat lalu dibilas sampai bersih dan

dikeringkan.

Mencuci dada dan perut dengan cara :

Kaki pasien bagian bawah dibuka dan selimut atau kain penutup

diturunkan sampai perut bagian bawah.

Page 12: protap 4 (hal.153-211)

Kedua tangan pasien dikeataskan handuk diangkat dan dibentangkan pada

sisi pasien. Ketiak dada dan perut dibasahi, disabun, dibilas sampai bersih

dan dikeringkan dengan handuk, selanjutnya ditutup dengan kain penutup

atau handuk.

Mencuci punggung dengan cara :

Pasien dimiringkan ke kiri atau ke kanan

Handuk dibentangkan dibawah punggung sampai bokong

Punggung sampai bokong dibasahi disabuni, dibilas dan selanjutnya

dikeringkan dengan handuk

Pasien dimiringkan kekanan dan handuk dibentangkan ke bawah

punggung

Punggung kiri dicuci seperti pada punggung kanan

Pasien ditelentangkan, pakaiain bagian atas dipasang dengan rapih

Mencuci kaki dengan cara :

Kaki pasien yang terjauh dari perawat dikeluarkan dari bawah kain

penutup atau handuk

Handuk dibentangkan dibawahnya dan lutut ditekuk

Kaki disabuni, dibilas, selanjutnya dikeringkan

Demikian juga kaki yang satu lagi.

Mencuci daerah lipat dan genitalia dengan cara :

Handuk dibentangkan dibawah bokong dan pakaian bagian perut dibuka

Daerah lipatan paha dan genitalia, disabuni, dibilas, dan dikeringkan

Pakaian bagian bawah dikenakan kembali, kain penutup atau handuk

diangkat, selimut pasien dikenakan kembali

Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan dibereskan dan dibawa ke

tempatnya.

Observasi respon pasien dan kelainan pada tubuhnya

Hindari tindakan yang menimbulkan rasa masa lalu pada pasien dant etap

menjaga kesopanan

Bila air sudah kotor agar segera diganti

9. MEMBERSIHKAN MULUT

Page 13: protap 4 (hal.153-211)

Kriteria Persiapan :

Baki berisi :

Handuk atau kain pengalas

Gelas berisi air bersih

Tounge spatel yang telah dibungkus dengan kasa

Kapas lidi

Bengkok/nierbekken

Kain kasa

Pinset

Borax gliserin

Pasien disiapkan

Kriteria Pelaksanaan :

Handuk atau pengalas diletakkan dibawah dagu dan pipi pasien

Ujung pinset dibungkus dengan kain kasa dan dibasahi dengan air yang telah

disediakan

Mulut pasien dibasahi dengan tounge spatel

Rongga mulut dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi sampai bersih

Kain kasa yagn kotor dibuang pada bengkok

Bibir dioles dengan boraks gliserin

Observasi respon pasien

Catat kelainan pada gigi dan mulut

Pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan

10. MENGGANTI ALAT TENUN KOTOR TANPA MEMINDAHKAN PASIEN

Kriteria Persiapan :

Alat tenun bersih yang diperlukan disusun menurut urutan penggunaan

Kursi dan bangku

Tempat tertutup untuk kain kotor

Ember berisi larutan desinfektan

Lap kerja sehelai kering dan sehelai basah

Pasien diberi penjelasan

Kriteria Pelaksanaan :

Selimut dan bantal yang tidak perlu diletakkan diatas kursi dan bangku

Page 14: protap 4 (hal.153-211)

Pasien dimiringkan ke sisi tempat tidur

Lepaskan alat tenun yang kotor lalu digulung satu persatu sampai dibawah

punggung pasien

Sprei kecil dan perlak digulung ke tengah sejauh mungkin

Perlak dibersihkan dengan larutan desinfektan lalu dikeringkan lalu digulung

ke tengah sejauh mungkin

Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan dengan lap larutan desinfektan lalu

dikeringkan dengan lap kering.

Sprei besar yang digulung setengah bagian, kemudian gulungannya diletakkan

dibawah punggung pasien dan yang setengah bagian lagi diratakan serta

dipasang pada kasur.

Perlak yang gulung tadi diratakan kembali

Sprei kecil dan perlak digulung sebagian dan diletakkan dibawah punggung

pasien, seprei yang sebagian lagi diratakan diatas perlak lalu dimasukkan

bersama-sama ke bawah kasur.

Pasien dimiringkan ke bagian yang bersih

Lepaskan alat tenun yang kotor seperti pada butir ke-4

Alat tenun yang kotor dimasukkan ke dalam tempat bertutup

Sarung bantal yang kotor dilepaskan bantal diratakan isinya kemudian sarung

bantal bersih dipasang.

Bantal disusun, pasien dibaringkan pada posisi yang nyaman

Selimut kotor diganti dengan yang bersih

Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

Page 15: protap 4 (hal.153-211)

11. MENYISIR RAMBUT

Kriteria Persiapan :

Sisir

Kain penahan atau handuk

Karet gelang untuk pasien yang berambut panjang

Air atau minyak

Kertas untuk membungkus kotoran/rambut yang kotor

Bengkok berisi larutan desinfektan, khusus pasien yang berkutu/kelainan kulit

Pasien diberi penjelasan

Kriteria Pelaksanaan :

Menyisir rambut dapat dilakukan pada pasien dalam posisi duduk dan

berbaring

Kain penahan atau handuk diletakkan pada bahu atau dibawah belikat

Rambut panjang dan kusut diberi minyak dan dibelah dua, kemudian disisir

secara bertahap dimulai dari bagian bawah (ujung rambut) setelah rapih

rambut dijalin.

Rambut yang pendek disisir dari pangkal ke ujung

Rambut yang rontok dikumpulkan dan dibungkus dengan kertas, kemudian

dibuang di tempat yang tersedia.

Rambut berkutu/dengan kelainan kulit dimasukkan ke dalam larutan

desinfektan pada bengkok

Observasi respon pasien

Catatan kelainan pada kulit kepala

Alat dibersihkan, dibereskan dan kembalikan ke temapt semula

12. MEMBANTU PASIEN UNTUK ISTIRAHAT / TIDUR

Kriteria Persiapan :

Mengatur posisi pasien yang tepat sesuai dengan keinginan pasien

Mengatur ventilasi dan pencahayaan

Menghindarkan kebisingan suara

Memelihara kebersihan lingkungan

Mempersilahkan tamu meninggalkan pasien

Observasi dan mencatat respon pasien.

13. MELAKSANAKAN AMBULASI DINI

Page 16: protap 4 (hal.153-211)

Kriteria Persiapan :

Alat bantu : kruk / kursi roda

Kriteria Pelaksanaan :

Penjelasan kepada pasien pentingnya ambulasi dini

Alat bantu didekatkan

Perawatan berdiri disisi tempat tidur

Membantu pasien menggeser kakinya ke samping tempat tidur

Meminta pasien untuk menggerakkan kakinya / diayun

Hitung nadi, perhatikan respon pasien

Membantu pasien berjalan pelan-pelan

Pasien diawasi saat menggunakan

Amati respon pasien dan catat dalam catatan perawat.

14. MELAKSANAKAN KOMUNIKASI SECARA LANGSUNG/LISAN

Kriteria Persiapan :

Menciptakan situasi lingkungan yang nyaman

Kriteria Pelaksanaan :

Perawat menampilkan sikap yang ramah dan sopan

Memperkenalkan diri

Menyapa pasien dengan ramah

Menyampaikan informasi secara lengkap dengan bahasa yang mudah

dimengerti pasien

Mengamati respon pasien

Mencatat hasil komunikasi

15. MENYIAPKAN MENTAL SPIRITUAL KEPADA PASIEN YANG

MENGHADAPI SAKARATUL MAUT

Kriteria Persiapan :

Menyiapkan lingkungan yang tenang

Menyiapkan kursi untuk keluarga pasien

Menghubungi rohaniawan

Kriteria Pelaksanaan :

Membantu pasien untuk berdoa

Page 17: protap 4 (hal.153-211)

Memberi kesempatan keluarga untuk mendampingi

Mempersiapkan rohaniawan dan keluarga untuk berdoa

Perawat menunjukkan sikap empati dan simpati dan berada di dekat pasien

Mengamati tanda-tanda vital dan respon pasien setiap 15 menit

Mencatat setiap perubahan kondisi pasien.

16. MELAKSANAKAN PROGRAM ORIENTASI KEPADA PASIEN YANG

MENGHADAPI SAKARATUL MAUT

Kriteria Persiapan :

Denah ruang perawatan

Daftar fasilitas yang tersedia

Peraturan/tata tertib tertulis

Kriteria Pelaksanaan :

Perawat memberi tahu tentang letak kamar mandi / WC ruang perawat, dan

lain-lain

Perawat memberi tahu tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya.

Perawat memberitahu tentang jadwal kegiatan rutin di ruang antara lain, waktu

mandi, waktu makan, waktu kunjungan dokter, dan waktu kunjungan

tamu/keluarga.

17. MENGUKUR SUHU BADAN YANG MENGHADAPI SAKARATUL

MAUT

Kriteria Persiapan :

Termometer bersih dalam tempatnya

3 buah botol masing-masing berisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air

bersih.

Bengkok

Potongan kertas atau tisue

Catatan suhu dan nadi

Penjelasan kepada pasien

Kriteria pelaksanaan :

Bila perlu baju pasien dibuka, ketiak dikeringkan

Page 18: protap 4 (hal.153-211)

Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, lalu dijepitkan

dengan resevoinya tepat ditengah ketiak dan lengan pasien diletakkan di dada.

Setelah 5-10 menit termometer diangkat dan dibaca, hasilnya dicatat pada

buku

Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilap dengan potongan kertas

atau tisue kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, dibersihkan

dengan air bersih lalu dikeringkan.

Air raksa diturunkan kembali pada angka 0 dan diletakkan pada tempatnya.

Perawat cuci tangan

18. MENGHITUNG NADI DAN PERNAFASAN

Kriteria Persiapan :

Menghitung denyut nadi selama 1 menit

Observasi frekuensi, irama dan volume

Menghitung pernafasan selama 1 menit

Mencatat hasil tindakan dan respon pasien

19. MENGGANTI BALUTAN LUKA

Kriteria Persiapan :

1). Peralatan Steril :

- Pinset

- Pinset chuirurgi

- Gunting lurus

- Kapas lidi

- Kasus steril

- Bengkok kecil

2). Peralatan tidak steril selama :

- Gunting balutan

- Plester

- Obat desinfektan dalam tempatnya (misalnya : Betadine, alkohol 70%,

mercurochrom, dsb).

- Bensin dalam tempatnya

- Bengkok

Page 19: protap 4 (hal.153-211)

- Kain pembalut secukupnya

- Obat luka sesuai kebutuhan

3). Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Kriteria Pelaksanaan :

- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

- Luka dibersihkan dengan memakai pinset dan kapas desinfektan dari arah

dalam keluar.

- Kapas kotor dibuang pada tempatnya

- Pinset yang sudah tidak steril diletakkan di bengkok

- Observasi keadaan luka

- Luka diberi obat, selanjutnya ditutup dengan kain kasa steril dengan

menggunakan pinset steril, dan juga agar serat kasa tidak melekat pada luka.

- Setelah diobati, luka dibalut atau diplester

- Catat hasil observasi dan respon pasien

- Sesudah selesai pasien dirapihkan

20. MENGUKUR TEKANAN DARAH

Kriteria Persiapan :

Tensimeter

Stetoskop

Catatan tekanan darah

Pasien diberi penjelasan dan posisinya diatur sesuai kebutuhan

Kriteria Pelaksanaan :

Lengan baju dibuka atau digulung

Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di

sisi luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu kencang atau terlalu longgar.

Pompa tensimeter dipasang

Denyut arteri brachialis diraba lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut

Skrup balon karet ditutup pengunci air raksa. Selanjutnya balon dipompa

sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas

naik.

Skrup balon dibuka perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-lahan

sambil memperhatikan turunnya air raksa dengarkan bunyi.

Page 20: protap 4 (hal.153-211)

Hasilnya dicatat.

21. MEMBERIKAN KOMPRES DINGIN

Kriteria Persiapan :

1). Persiapan Alat :

Waslap

Perlak kecil dan alasnya

Mangkok berisi air dingin / es

2). Persiapan Pasien :

Pasien diberi penjelasan tentang hal yang akan dilakukan dan posisi diatur

sesuai dengan kebutuhan.

Kriteria Pelaksanaan :

Perlak dan alas dipasang pada tempat yang akan dikompres

Waslap dibasahi air dingin/es secukupnya dan diletakkan di tempat yang akan

dikompres

Observasi pasien

Perawat mencuci tangan

Mencatat hasil tindakan dan observasi

22. MEMBERI OBAT MELALUI MULUT

Kriteria Persiapan :

Obat yang diperlukan dalam tempatnya

Air minum dalam tempatnya

Pasien diberi penjelasan

Kriteria Pelaksanaan :

Obat diberikan langsung kepada pasien dan ditunggu sampai obat ditelan

habis, bila perlu pasien dibantu.

Setiap pemberian obat harus dicatat

Page 21: protap 4 (hal.153-211)

23. MEMBERIKAN OBAT MELALUI SUNTIKAN

Kriteria Persiapan :

Semperit disponsible sesuai kebutuhan

Kapas alkohol

Kikir ampul

Obat yang akan diberikan

Penjelasan kepada pasien

Kriteria Pelaksanaan :

Memperhatikan prinsip aseptik

Membaca etika obat

Membaca dosis obat

Memasukkan obat ke dalam semprit kemudian udara dalam semprit

dikeluarkan

Menentukan daerah yang akan disuntik

Mendefinisikan kulit yang akan disuntik sesuai dengan jenis suntikan.

Memasukkan jarum dengan posisi 90 derajat

Aspirasi untuk menentukan bahwa tidak mengenai pembuluh darah.

Memasukkan obat dengan perlahan-lahan

Memperhatikan reaksi pasien

Mencabut jarum perlahan-lahan

Menghapus kulit dengan kapas alkohol

Mencatat dalam formulir pemberian obat

24. MEMBERI PENYULUHAN SECARA INDIVIDUAL

Kriteria Persiapan :

Tempat / lingkungan

Materi/satpel

Alat peraga bila diperlukan

Pasien sasaran penyuluhan

Kriteria Pelaksanaan :

Komunikasi dengan pasien

Menggunakan cara :

Diskusi

Page 22: protap 4 (hal.153-211)

Demonstrasi

Menggunakan alat bantu bila diperlukan

Mengadakan evaluasi

Memberikan feed back

Perencanaan lanjutan

25. MENGUKUR CAIRAN YANG MASUK DAN KELUAR

Kriteria Persiapan :

Formulir observasi pemasukan dan pengeluaran cairan

Bahan yang akan diukur

Gelas ukuran

Memberikan penjelasan kepada pasien

Kriteria Pelaksanaan :

Menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parenteral

Mengukur cairan yang keluar

Mencatat tindakan

Hasil

Page 23: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PEMASANGAN

DAN PENCABUTAN IMPLANT

Untuk mengurangi risiko infeksi pasca pemasangan pada klien, petugas klinik harus

berusaha menjaga lingkungannya bebas kuman. Usaha yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

Minta klien mencuci seluruh lengannya dengan air dan sabun dan dibilas sehingga

tidak ada sisa-sisa sabun (sisa sabun antiseptik). Langkah ini sangat penting bila

klien kurang menjaga kebersihannya (mungkin lebih mudah bila klien sudah

mencuci lengannya sebelum masuk klinik).

Cuci tangan dengan air dan sabun

Pakai sarung tangan atau desinfektan tingkat tinggi. Satu pasang sarung tangan

hanya untuk satu klien agar tidak terjadi kontaminasi silang. Bila ada lebih baik

pakai sarung tangan sekali pakai.

Sebelum melakukan tindakan antiseptik pada daerah tempat pemasangan di

lengan, pilih salah satu jenis larutan antiseptik seperti dibawah ini :

- Yodium 1-3% dilanjutkan dengan alkohol 60-90%.

- Iodophors seperti povidone iodine (PVI) ata Bethadine

- Isopropil atau etil alkohol 60-90%.

- Chlorhexidine 4% (mis. Hibiscrub)

- Savlon

Untuk mengusap lengan klien dengan kasa berantiseptik sebaiknya memakai klem

steril atau desinfektan tingkat tingig. Bila hanya dengna sarung tangan harus hati-

hati agar tidak terkontaminasi dengan lengan klien yang tidak diusap dengan

antiseptik.

Setelah selesai melakukan tindakan dan sebelum melepas sarung tangan :

1. Masukkan alat-alat yang sudah dipakai dalam larutan klorin untuk

dikontaminasi

2. sebelum memasukkan alat suntik kedalam larutan klorin, isi alat tersebut

dengan larutan klorin.

3. keluarkan pendorong dari trokar dan masukkan ke dalam larutan klorin

(pendorong akan sulit dikeluarkan dari trokrar bila darah sudah mengering).

Page 24: protap 4 (hal.153-211)

4. rendam alat-alat selama 10 menit kemudian segera dibilas dengan air bersih

untuk mencegah terjadinya karat.

5. buang bahan-bahan habis pakai (kasa) ke dalam kantung plastik.

Bila menggunakan sarung tangan yang akan dipakai lagi, masukkan kedua tangan

ke dalam larutan klorin untuk dikontaminasi bagian luar sarung tangan dan

kemudian lepas dengan membalik sehingga bagian dalam menjadi bagian luar.

Rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.

Cuci tangan dengan sabun dan air.

Page 25: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

PENGELOLAAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN PADA PELAYANAN

IMPLANT

1. PEMBUANGAN LIMBAH / SAMPAH DAN DEKONTAMINASI

LANGKAH 1

Setelah selesai melkukan pemasangan atau pencabutan implant, dengan

memakai sarung tangan, buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi

ke dalam kantong plastik.

LANGKAH 2

Rendam semua alat-alat logam dalam ember plastik yang berisi larutan klorin

0,5% selama 10 menit sebelum dilakukan pencucian oleh petugas. Sebelum

merendam jarum dan tabung suntik isi dengan lar. Tindakan merendam

sebelum pencucian dapat membunuh berbagai mikroorganisme termasuk HBV

dan HIV. Doek penutup juga dekontaminasi dalam lar klorin.

LANGKAH 3

Seluruh permukaan (antara lain meja periksa, meja alat-alat) yang mengalami

kontaminasi dengan darah dan lendir juga harus dikontaminasi dalam lar

klorin.

LANGKAH 4

Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, lepas dengan membalik sarung

tangan dan buang ke dalam kantong plastik. Bila menggunakan sarung tangan

yang bisa dipakai ualng benamkan dalam lar. Klorin kemudian lepas dengan

membalik sarung tangan rendam dalam lar klorin.

2. PENCUCIAN DAN PEMBILASAN

Setelah didekontaminasi segera cuci dengan air, detergen dan disikat terutama

bagian yang bergigi dan bagian yang ada sekrupnya. Kemudian bilas dengan air

untuk menghilangkan detergen (beberapa detergen dapat menyebabkan

berkurangnya efektivitas larutan desinfektan). Keringkan alat-alat tersebut

sebelum pengelolaan selanjutnya, doek penutup harus dicuci dengan detergen dan

air kemudian dikeringkan diudara atau dengan mesin.

Page 26: protap 4 (hal.153-211)

3. STERILISASI

Alat-alat, sarung tangan, alat suntik, dan kain penutup yang telah yang telah

dipakai memasang atau mencabut implant harus disterilasasi menggunakan

autoclave.

Kondisi baku sterilisasi dengan pemanasan

Sterilisasi uap :121oC (250oF) 105 Kpa (15 lb/in) selama 20 menit bila tidak

dibungkus dan 30 menit bila dibungkus alat-alat boleh diambil setelah kering.

Pemanasan kering : 171oC (340oF) selama 60 menit (jumlah seluruh waktu

meletakkan alat dioven, memanaskan sampai 170oC selama 1 jam dan

kemudian mendinginkan sekitar 2 –2,5 jam atau 160oC (320oF) selama 2 jam.

Catatan : sterilisasi dengan pemanasan kering (170oC) selama 60 menit) hanya

boleh untuk alat-alat terbuat dari logam dan kaca.

Penyimpanan : alat-alat yang tidak dibungkus harus segera dipakai. Alat-alat

yang dibungkus kain dapat disimpan sampai 1 minggu dan bila dalam kantong

plastik dapat disimpan sampai 1 bulan.

4. DESINFEKSI TINGKAT TINGGI (DTT)

DTT dilakukan dengan cara merebus atau merendam dalam larutan kimiawi

dianurkan untuk dilakukan bila tidak ada alat sterilisasi. Alat-alat tersebut dari

logam dan sarung tangan yang akan dipakai lagi harus direbus selama 20 menit

sebagai alternatif dapat dengan merendam dalam lar. Glutaraldehide atau

faormaldehide 8%. Setelah didinginkan atau setelah dibilas dengan air mendidih

dan dikeringkan alat-alat tersebut siap dipakai. Pakai segera atau disimpan sampai

1 minggu dalam tempat tertutup yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi.

Metode efektif untuk pengelolaan alat-alat :

DekontaminasiPencucian

(hanya dg air)

Pencucian

(deterjen dan

bilas dng air)

Desinfeksi

tingkat tinggi *Sterilisasi

EfektivitasMematikan

HBV dan HIVSampai 50% Sampai 80%

95% (tidak

mematikan

endospora)

100%

Batas

akhir

Rendam : 10

menit

Sampai betul-

betul bersih

Sampai betul-

betul bersih

Rebus : 20 Penguapan :

20-30 menit,

Page 27: protap 4 (hal.153-211)

menit

Kimiawi : 20

menit

106 kPa, 120oC

Pemanasan : 1

jam, 170oC

*) Sebelumnya harus dilakukan dekontaminasi dan pencucian

Langkah-langkah penting dalam pemakaian desinfektan kimiawi :

Dekontaminasikan alat-alat yang telah terkontaminasi dengan darah dan cairan

tubuh, segera cuci dan keringkan semua alat-alat tersebut

Beri larutan desinfektan dan tutup seluruhnya rapat-rapat.

Rendam selama 20 menit

Bilas yang baik dengan air mendidih dan keringkan.

Dengan DTT alat-alat tersebut dapat disimpan sampai 1 minggu pada kontainer

yang tertutup atau gunakan segera. Untuk mempersiapkan kontainer DTT rebus

atau masukkan lar. Klorin 0,5% dalam kontainer plastik tersebut. Dan rendam 20

menit (lar. Klorin yang digunakan tersebut dapat dipindahkan dalam kontainer

plastik lain untuk dipakai lagi). Bilaslah bagian dalam dengan air mendidih.

Keringkan sebelum dipakai.

Sterilisasi dengan pemanasan

Sterilisasi melalui uap : 121oC (250oF) pada 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit untuk alat-alat yang tak dibungkus, 30 menit untuk alat-alat tersebut dipindahkan setelah kering.

Sterilisasi melalui pemanasan kering : tempatkan alat pada oven panaskan sampai 170oC(340oF) selama 1 jam kemudian didinginkan (jumlah waktu yang diperlukan 2 – 2,5 jam) atau 160oC (320oF) selama 2 jam (jumlah waktu yang diperlukan 3 – 3,5 jam)

Petunjuk merebus Selalu merebus pada tempat

yang mempunyai tutup selama 20 menit

Waktu dihitung sejak air mulai mendidih

Alat-alat seluruhnya harus terbenam dalam air

Keringkan sebelum dipakai/disimpan

Jangan menambah apapun setelah air mulai mendidih

Page 28: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PENGELOLAAN

ALAT-ALAT DAN BAHAN LAINNYA

1. DEKONTAMINASI

Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam mengelola peralatan bedah dan

sarung tangan. Dekontaminasi penting dilakukan sebelum membersihkan benda

yang terkena darah atau cairan tubuh segera sesudah digunakan peralatan harus

direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk membunuh virus

hepatitis B dan AIDS. Dekontaminasi membuat peralatan tersebut lebih aman

untuk petugas yang akan membersihkannya.

Sesudah dekontaminasi, peralatan harus dibilas secepatnya dengan air dingin

untuk mencegah karat dan untuk menghilangkan bahan organik yang ada sebelum

betul-betul bersih. Petugas harus menggunakan sarung tangan karet yang murah

atau vinyl yang dipakai oleh ibu rumah tangga sangat baik untuk memelihara alat-

alat tersebut.

Catatan :

Jika peralatan baja yang baik tidak karatan dipanaskan dengan listrik dan

kontainer logam dipakai untuk merendam (walaupun hanya dalam air) akan terjadi

reaksi kimia. Reaksi ini akan mempercepat peralatan tersebut berkarat.

Permukaan (terutama meja ginekologi) yang terkontaminasi cairan juga harus

didekontaminasi. Usap dengan larutan klorin 0,5% sebelum dipakai ulang bila

terjadi kontaminasi atau setiap hari. Cara ini sangat mudah dan murah untuk

melakukan dekontaminasi permukaan yang luas.

2. PENCUCIAN

Mencuci peralatan merupakan langkah penting dalam tindakan pencegahan

infeksi. Mencuci dengan sabun dan air secara fisik menghilangkan bahan organik

seperti darah dan cairan tubuh. Menggunakan sabun cair atau detergen sangat penting

untuk mencuci secara efektif karena dengan air saja tidak dapat menghilangkan

protein, minyak dan lemak.

Page 29: protap 4 (hal.153-211)

Seperti terlihat dalam tabel 1, sebagian besar mikroorganisme (>80%) yang

terdapat dalam darah dan bahan organik lainnya dapat dihilangkan dengan pencucian.

Mencuci juga merupakan cara terbaik untuk mengurangi endospora yang merupakan

penyebab tetanus dan gangren. Jika alat sterilisasi tidak tersedia pencucian alat-alat

merupakan satu-satunya cara mekanik untuk mengurangi jumlah endospora hal ini

penting karena bahan organik dapat mengikat mikroorganisme dalam bentuk residu

yang tidak dapat dihilangkan dengan sterilisasi atau desnfektan kimia.

Catatan :

Proses pencucian sangat penting karena :

1. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme

pada alat-alat yang baru selesai dipakai.

2. Sterilisasi dan desinfeksi tingkat tinggi tidak efektif tanpa mencuci terlebih dahulu

Pada waktu melakukan pencucian harus menggunakan sarung tangan (sarung

tangan karet yang tebal atau sarung tangan yang biasa dipakai oleh pekerja

industri).

Setelah selesai mencuci alat-alat sarung tangan harus dicuci dan dikeringkan

untuk dipakai lagi pada hari berikutnya. Bila sarung tangan robek atau rusak harus

dibuang. Saat mencuci alat-alat harus hati-hati jangan sampai terluka atau tertusuk

jarum.

Peralatan harus dibersihkan dengan sikat dalam air sabun (sikat gigi bekas sangat

baik untuk membersihkan alat-alat). Perhatian khusus harus diberikan untuk

peralatan yang bergigi atau pakai sekrup oleh karena bahan organik terkumpul

ditemapt tersebut sulit dibersihkan. Untuk memudahkan pembersihan bahan

organik ditempat-tempat tersebut lakukan dekontaminasi dengan merendam dalam

larutan klorin oleh karena klorin dapat melarutkan bahan organik. Setelah selesai

dapat dibersihkan dengan air utnuk menghilangkan sisa-sisa detergen karena dapat

bereaksi dengan larutan desinfektan kimiawi.

Alat suntik yang akan dipakai ulang pada waktu akan dicuci (dengan air sabun)

jarum harus dilepas dari tabung suntik. Kemudian jarum dipasang kemblai dan

dilakukan pembilasan paling sedikit 3 kali dengan air bersih. Air pembilas alat

suntik tersebut dibuang pada satu tempat khusus agar tidak mengkontaminasi air

pembilasan dan kemudian alat suntik tersebut dikeringkan. Bila memungkinkan

gunakan alat suntik sekali pakai jangan dipakai ulang.

Page 30: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

DEKONTAMINASI DAN PENCUCIAN

ALAT-ALAT DAN BAHAN LAINNYA

1. ALAT-ALAT BEDAH LOGAM

LANGKAH 1

Setelah dipakai dicelupkan perlahan-lahan semua alat-alat yang dipakai untuk

pemeriksaan panggul atau alat-alat untuk memasang atau mencabut norplant

dalam sebuah ember plastik berisi larutan klorin 0,5% yang baru dibuat (Tabel 2)

selama 10 menit sebelum dilakukan pencucian.

LANGKAH 2

Setelah direndam dalam larutan klorin, bilas dengan air untuk menghilangkan

darah, cairan tubuh dan klorin jika alat-alat tersebut tidak dapat dicuci segera.

Petugas harus memakai sarung tangan sewaktu menangani alat-alat yang sudah

dipakai. Gunakan sarung tangan karet yang tebal dan murah atau sarung tangan

vinyl yang biasa dipakai ibu rumah tangga.

LANGKAH 3

Sikat alat-alat tersebut dengan sikat lembut dalam detergen dan air (lakukan

didasar ember untuk mencegah percikan yang dapat menyebarkan infeksi).

Pastikan untuk membersihkan bagian yang bergigi dan sekrup yang ada pada alat-

alat tersebut. Sikat gigi bekas sangat baik untuk membersihkan bagian yang

bergigi dan sekrup.

LANGKAH 4

Bilas lagi dengan air bersih hingga tidak ada sisa detergen

LANGKAH 5

Keringkan di udara atau dengan handuk bersih. Untuk alat-alat yang akan direbus

tidak perlu dikeringkan.

LANGKAH 6

Lanjutkan dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (dengan merebus atau

menggunakan desinfektan kimiawi).

Catatan :

Permukaan (terutama meja ginekologi) yang terkena cairan tubuh harus

didekontaminasi. Usap dengan larutan klorin 0,5% sebelum dipakai ulang (bila

Page 31: protap 4 (hal.153-211)

terjadi kontaminasi) atau setiap hari. Cara ini mudah dan murah untuk

dekontaminasi permukaan yang luas.

2. SARUNG TANGAN

LANGKAH 1

Sebelum melepas sarung tangan yang mungkin terkena darah, cairan tubuh atau

sperma, celupkan tangan ke dalam ember berisi larutan klorin 0,5% atau

desinfektan lainnya yang bisa digunakan untuk dekontaminasi.

LANGKAH 2

Lepas sarung tangan dengan membalikkannya dan rendam dalam larutan klorin

selama 10 menit sebelum dicuci untuk membunuh hepatitis B dan AIDS

(walaupun petugas yang akan mencuci menggunakan sarung tangan). Ini

menjamin kedua permukan sarung tangan terkontaminasi.

LANGKAH 3

Cuci sarung tangan dengan air sabun. Bersihkan sebelah dalam dan luar sarung

tangan.

LANGKAH 4

Bilas sarung tangan dengan air bersih, hingga tidak ada sisa sabun/detergen

(detergen dapat bereaksi dengan desinfektan).

LANGKAH 5

Periksa kebocoran sarung tangna dengan cara menggembungkan, tekan ke dasar

air (gelembung udara akan terlihat bila sarung tangan bocor).

LANGKAH 6

Keringkan sebentar bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum dilanjutkan

dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi pembungkusan dilakukan setelah

desinfeksi.

Catatan :

Sarung tangan harus dibuang setelah dipakai 3 kali karena kemungkinan

kebocoran tidak terlihat

3. JARUM DAN TABUNG SUNTIK

LANGKAH 1

Biarkan jarum terpasang dalam tabung suntik

Page 32: protap 4 (hal.153-211)

LANGKAH 2

Isi tabung suntik dengan larutan klorin 0,5%

LANGKAH 3

Rendam alat suntik dalam larutan klorin 0,5% dengan posisi horizontal selama 10

menit.

LANGKAH 4

Keluarkan cairan klorin yang ada di dalam alat suntik

LANGKAH 5

Lepas jarum dari tabung suntik dan bersihkan dengan air sabun. Masukkan kawat

kecil ke dalam lubang jarum untuk memastikan lubang jarum tidak tersumbat.

LANGKAH 6

Pasang kembali jarum pada tabung suntik dan bilas dengan air. Hisap dan

keluarkan air dari tabung suntik. (kurang lebih 3x)

LANGKAH 7

Lepaskan kembali jarum suntik dari tabung suntik dan pastikan bagian-bagian

yang menghubungkan jarum dengan tabung suntik sudah bersih.

LANGKAH 8

Periksa jarum dan tabung suntik serta karet penghisap untuk mengetahui adanya

kerusakan. Bila rusak, buang ke tempat khusus yang sudah disediakan untuk alat-

alat tajam.

LANGKAH 9

Setelah dicuci, lakukan sterilisasi dengan autocalve/dry heat atau desinfeksi

tingkat tinggi dengan merebus.

4. KAIN LINEN, BAJU OPERASI DAN BAHAN LAINNYA

LANGKAH 1

Rendam kain linen atau baju yang terkena darah atau cairan tubuh dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit untuk mematikan HBV dan HIV

LANGKAH 2

Setelah direndam, cuci kain linen dan baju dengan detergen dan air panas.

LANGKAH 3

Lakukan pembilasan

LANGKAH 4

Page 33: protap 4 (hal.153-211)

Keringkan kain linen dan baju dibawah sinar matahari atau mesin pengering. Pada

waktu mengeringkan jangan terlalu sering dipegang untuk menghindari

rekontaminasi.

LANGKAH 5

Bila dikeringkan di udara dan tidak ada autoclave harus disetrika

Tabel 1

DekontaminasiPencucian

(hanya dg air)

Pencucian

(deterjen dan

bilas dng air)

Desinfeksi

tingkat tinggi *Sterilisasi

EfektivitasMematikan

HBV dan HIVSampai 50% Sampai 80%

95% (tidak

mematikan

endospora)

100%

Batas

akhir

Rendam : 10

menit

Sampai betul-

betul bersih

Sampai betul-

betul bersih

Rebus : 20

menit

Kimiawi : 20

menit

Penguapan :

20-30 menit,

106 kPa, 120oC

Pemanasan : 1

jam, 170oC

*) Sebelumnya harus dilakukna dekontaminasi dan pencucian

Tabel 2 : Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (sodium hipoklorida)

Jenis pemutihKonsentrasi

klorinCara membuat larutan 0,5%

Pemutih untuk pemakaian dirumah tangga (Indonesiua dan Amerika)

5% 1 bag. pemutih dan 9 bag. air

Eau de Javel (Perancis) (15% chlorum)

5%1 bag. pemutih dan 9 bag. air

Extrait de Javel (Perancis) (48% chlorum)

15%1 bag. pemutih dan 29 bag. air

Chloros (Inggris) 10% 1 bag. pemutih dan 19 bag. airJIK (Kenya) 3,5% 1 bag. pemutih dan 6 bag. air

Dibeberapa negara konsentrasi sodium hypoklorida dinyatakan dengan derajat

khlorometrik (Chlorum)

1o Chlorum kira-kira sama dengan 0,3% klorin yang dipakai.

Page 34: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

STERILISASI

Bila memungkinkan semua alat-alat yang berhubungan secara langsung

dengan pembuluh darah atau jaringan dibawah kulit seperti alat suntik dan skalpel,

harus disterilkan setelah dilakukan dekontaminasi dan pencucian.

Sterilisasi mematikan semua mikroorganisme, termasuk bakteri endospora.

Bakteri endospora paling sulit dimatikan karena mempunyai selaput tebal.

STERILISASI DENGAN CARA PEMANASAN

Uap yagn bertekanan tinggi (autoclave) atau pemanasan kering (oven listrik)

merupakan metoda paling cepat yang bisa digunakan untuk sterilisasi. Sterilisasi uap

umumnya merupakan metoda pilihan untuk mensterilkan alat-alat atau bahan lainnya

yang biasa dipergunakan dalam pelayanan KB dan pelayanan kesehatan lainnya.

Sterilisasi dengan cara pemanasan kering hanya dapat dipakai untuk alat terbuat dari

kaca atau benda logam. Jarum dan alat-alat tajam lainnya harus disterilisasi dengan

temperatur tidak boleh lebih dari 162,8oC (325oF) jika tidak ketajaman alat tersebut

akan hilang (tumpul). Kondisi baku untuk sterilisasi dengan uap atau pemanasan

kering adalah sebagai berikut :

Sterilisasi dengan cara pemanasan :

Sterilisasi uap : 121oC (250oF) pada 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit untuk alat-

alat yang dibungkus, 30 menit untuk alat-alat yang tidak dibungkus. Usahakan alat-

alat tersebut dipindahkan setelah kering.

Sterilisasi melalui pemanasan kering : tempatkan alat-alat pada oven panaskan sampai

170oC (340oF) selama 1 jam dan kemudian dinginkan (waktu yang diperlukan 2-2,5

jam) atau 260oC (320oF) selama 2 jam (waktu yang dibutuhkan 3-3,5 jam).

Umumnya peralatan steril harus dipakai segera jika tidak peralatan harus dibungkus

dalam kain katun halus 2 lapis, atau kertas atau bahan lain yang disiapkan selama

sterilisasi melalui uap. Bahan pembungkus tersebut harus berlubang supaya uap bisa

tembus dan diikat kuat untuk mencegah masuknya debu dan mikroorganisme.

Peralatan steril yang dibungkus mempunyai masa simpan 1 minggu, tetapi harus

disimpan dalam tempat tertutup dan tetap kering. Masa simpan dapat ditingkatkan

Page 35: protap 4 (hal.153-211)

sampai 1 bulan bila disimpan dalam plastik yang disegel. Seluruh bungkusan harus

diberi label dan batas berlakunya.

Sterilisasi dengan bahan kimia

Alternatif lain untuk sterilisasi alat-alat selain dengna penguapan atau pemanasan

kering adalah menggunakna bahan kimia (sering kali disebut sterilisasi dingin)

dengan merendam selama 8-10 jam didalam glutaraldehide atau paling sedikit 24 jam

dalam larutan formaldehide 8%. Sterilisasi dengan formaldehide dan glutaraldehide

memerlukan penanganan khusus karena meninggalkan sisa (residu) pada alat-alat

sehingga harus dibilas dengan air steril (sebaliknya jangan pakai air mendidih karena

tidak bisa dipastikan memastikan endospora sehingga dapat terjadi rekontaminasi

pada alat-alat yang sudah disteril).

Page 36: protap 4 (hal.153-211)

PEDOMAN

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI

Sterilisasi merupakan metoda yang paling aman dan paling efektif untuk

proses pengelolaan alat-alat yang berhubungan lagnsung dengan pembuluh darah atau

jaringan dibawah kulit. Bila peralatan sterilisasi tidak ada desinfeksi tingkat tinggi

(DTT) merupakan satu-satunya alternatif yang bisa diterima. DTT memusnahkan

semua mikroorganisme termasuk virus yang menyebabkan hepatitis B dan AIDS

tetapi tidak bisa mematikan semua bakteri endospora. Sebagai contoh pada fasilitas

pelayanan KB baik sterilisasi maupun DTT dapat diterima untuk pengelolaan alat-alat

dan sarung tangan yang biasa dipakai untuk pemeriksaan panggul dan

pemasangan/pencabutan IUD oleh karena tidak pernah dilaporkan ada masalah

dengan endospora pada pemakaian IUD.

DTT dapat dilakukan dengan cara merebus atau merendam dalam larutan

desinfektan seperti glutaraldehide (mis. Cidex) atau formalin 8%. Cara rebus tidak

memerlukan peralatan yang mahal dan dapat disediakan dimana saja sehingga lebih

disukai pemakaiannya diklinik-klinik kecil atau klinik yang berada di daerah

terpencil. Apapun juga metode yang dipilih (merebus atau merendam) DTT hanya

efektif bila alat-alat dan sarung tangan yang sudah dipakai dilakukan dekontaminasi

dan pencucian leibh dulu sebelum dilakukan desinfeksi. Seluruh proses harus

dipantau.

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI DENGAN CARA MEREBUS :

Rebus alat-alat selama 20 menit. Penentuan wkatu harus dimulai setelah air mulai

mendidih, seluruh alat-alat harus terbenam dalam air dan tidak boleh

menambah/memasukkan alat-alat lain setelah air mendidih. Keringkan alat-alat yang

sudah direbus dalam ruangan yang bersih. Peralatan dapat segera digunakan atau

disimpan dalam tempat tertutup yang sebelumnya juga sudha didesinfeksi.

Penyimpanan alat-alat tersebut dapat sampai 1 minggu.

Petunjuk merebus :

Selalu merebus pada tempat yang mempunyai tutup selama 20 menit

Waktu merebus dihitung sejak air mulai mendidih

Page 37: protap 4 (hal.153-211)

Alat-alat seluruhnya terbenam dalam air selama merebus

Keringkan sebelum dipakai atau sebelum disimpan

Jangan tambah apapun ke dalam tempat merebus setelah air muali mendidih.

Pemanasan basah pada 80o C dapat mematikan semua bakteri (kecuali endospora),

virus, parasit dan jamur dalam 20 menit. Bila letak fasilitas kesehatan pada ketinggian

melebihi 18.000 kaki (5.500 meter) tidak perlu waktu perebusan.

DESINFEKTAN KIMIAWI

Berbagai jenis desinfektan kimiawi yang digunakan di seluruh dunia antara lain :

Etil atau isopropil alkohol

Klorin

Formaldehide

Hidrogen peroksida

Iodine dan iodospora

Petunjuk untuk menyiapkan dan memakai desinfektan kimiawi terdapat pada tabel 3.

Walaupun alkohol dan iodophors tidak mahal dan bisa siap dipergunakan keduanya

tidak lagi digolongkan sebagai DTT. Alkohol tidak mematikan beberapa virus dan

pseudomonas (bakteri gram negatif) dapat berkembangbiak dalam iodophors. Alkohol

dan iodophors dipakai untuk desinfektan hanya bila desinfektan yang terdapat pada

tabel 3 tidak tersedia.

Catatan :

Desinfektan kimiawi tidak boleh digunakan untuk jarum dan alat suntik karena

meninggalkan residu kecuali benar-benar bisa dihilangkan dengan pencucian atau

pembilasan, residu tersebut bercampur dengan obat yang disuntikkan. Keuntungan

dan kerugian dari setiap desinfektan dijelaskan dalam tabel 3.

DESINFEKTAN TINGKAT TINGGI

Larutan klorin :

Larutan klorin bekerja secara cepat sangat efektif melawan hepatitis B dan Virus

AIDS, tidak mahal dan siap digunakan. Larutan klorin sangat besar manfaatnya

untuk dekontaminasi permukaan luas misalnya meja ginekologi. Kerugiannya

Page 38: protap 4 (hal.153-211)

terutama adalah larutan klorin dapat membuat logam berkarat. Meskipun

demikian peralatan logam aman direndam dalam larutan klorin 0,5%

(menggunakan ember plastik) sampai 20 menit. Larutan klorin cepat mengalami

perubahan sehingga tidak akan berkarat. Larutan klorin cepat mengalami

perubahan sehingga tidak efektif lagi, oleh karena itu harus diganti dengan yang

baru paling tidak setiap hari sekali atau lebih sering bila larutan tampak keruh.

Formaldehide :

Dengan konsentrasi 8% dapat digunakna sebagai sautu sterilan kimiawi, juga

sebagai DTT yang efektif, tetapi tetap toksik. Harus hati-hati waktu mencampur

atau memakai larutan formalin 8% karena bau yang ditimbulkan cukup toksik.

Jangan dicampur denan air yang mengandung klorin karena dapat memproduksi

gas yang berbahaya (bisclorometil-eter).

Glutaraldehide :

Glutaraldehide (contoh Cidex) juga cukup baik untuk dipergunakan sebagai

sterilan kimiawi maupun DTT. Meskipun kurang toksik dibanding formalin

keduanya harus dipergunakan dalam area berventilasi baik. Hindarkan kontak

kulit dengan memakai sarung tangan dan jaga jangan sampai terpercik larutan

formaldehide(formalin) dan glutaraldehide meninggalkan residu, oleh karena itu

semua peralatan yang telah didesinfeksi dengan larutan-larutan tersebut harus

dibilas sampai bersih dengan air mendidih untuk menghilangkan residu dan

mencegah iritasi pada kulit.

Hidrogen peroxide

Hidrogen peroxide (H2O2) harus diencerkan sampai 6% bila akan digunakna

sebagai desinfektan (3% cairan H2O2 dipakai sebagai anti septik dan tidak bisa

dipakai sebagai desinfektan). H2O2 ini lebih murah daripada desinfektan kimiawi

yang lain. Kerugian paling besar dari H2O2 adalah sangat korosif sehingga tidak

bisa dipakai untuk desinfeksi tembaga, aluminium, seng atau kungingan

efektifitasnya akan berkurang bila terkena panas atau cahaya sehingga perlu

disimpan hati-hati. WHO tidak merekomendasikan untuk pemakaian H2O2 di

daerah tropis karena tidak stabil.

Page 39: protap 4 (hal.153-211)

DESINFEKTAN ALTERNATIF

Alkohol (etil atau isopropil)

Alkohol tidak menyebabkan karat pada logam dand apat digunakan untuk

desinfektan karet atau plastik dan tidak meninggalkan zat kimia (oleh sebab itu

tidak perlu pembilasan). Kerugiannya terutama adalah tidak bisa menembus bahan

organik cepat menguap dant idak dapat mematikan beberapa virus.

Iodophors (Bethadin atau Wescodine)

Iodophors (Iodine yang dicampur dengan bahan pelarut) biasanya mudah didapat

dimana-mana. Povidone iodine (PVI) umumnya memakai iodophors, biasanya

dijual sebagai larutan 10% (1% iodine). Sampai sekarang iodophors dan larutan

iodine digolongkan sebagai DTT. Iodophors sangat baik sebagai desinfektan alat-

alat logam yang tahan karat (Stainless steel).

PENYIMPANAN DESINFEKTAN

Desinfektan harus disimpan ditempat yang sejuk dan gelap

Jangan menyimpan zat-zat kimia langsung kena sinar matahari atau ditempat

panas (misal diatas rak tertinggi dalam bangunan yang beratap seng)

PENGELOLAAN TEMPAT DESINFEKTAN (KONTAINER)

Bilas kontainer yang terbuat dari gelas dengan air. Kontainer yang terbuat dari gelas

boleh dicuci dengan sabun dan air kemudian dibilas keringkan dan digunakan

kembali. Untuk kontainer yang terbuat dari plastik dan digunakan untuk bahan-bahan

toksik seperti larutan formalin bilas 3 kali dengan air sebelum ditanam atau dibakar.

Catatan :

Kontainer plastik yang digunakna untuk bahan-bahan toksik tidak boleh dipergunakan

lagi.

LANGKAH-LANGKAH PENTING DALAM PEMAKAIAN DESINFEKTAN

KIMIAWI :

Dekontaminasikan alat-alat yang telah terkontaminasi dengan darah dan cairan

tubuh segera cuci dan keringkan alat-alat tersebut.

Page 40: protap 4 (hal.153-211)

Beri larutan desinfektan dan tutup seluruhnya rapat-rapat

Rendam selama 20 menit

Bilas yang baik dengan air mendidih dan keringkan

Dengan DTT alat-alat tersebut dapat disimpan sampai 1minggu pada kontainer

yang tertutup atau digunakan segera. Untuk mempersiapkan kontainer DTT rebus

atau masukkan lar. klorin 0,5% dalam kontainer plastik tersebut dan rendam

selama 20 menit (lar. klorin yang telah digunakan tersebut dapat dipindahkan ke

dalam kontainer lain untuk dipakai lagi). Bilaslah bagian dalam larutan air

mendidih keringkan sebelum dipakai.

PRODUK-PRODUK YANG TAK DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI

DESINFEKTAN

Sebagai larutan antiseptik tidak dapat dipakai sebagai desinfektan. Antiseptik tersebut

hanya untuk membersihkan kulit sebelum melakukan suntikan atau sebelum

melakukan tindakan bedah tetapi tidak bisa dipakai untuk desinfeksi peralatan bedah

dan sarung tangan. Antiseptik tersebut tidak benar-benar dapat mematikan bakteri dan

virus dan sama sekali tidak mematikan bakteri endospora. Sebagai contoh Savlon

(Cetrimide dengan Chlorhexidine glukonat) banyak dipakai diseluruh dunia,

merupakan antiseptik yang baik tetapi kerapkali disalah gunakan dipakai sebagai

desinfektan.

ANTISEPTIK YANG TIDAK BISA DIGUNAKAN SEBAGAI

DESINFEKTAN :

Derivat Acridine (mis. Gentian atau crystal violet)

Benzalkonium Chloride (mis. Zephiran)

Cetrimide (mis. Cetavlon)

Cetrimide dengan Chlorhexidine gluconate (mis. Savlon)

Chlorinated lime dan Boric acid (mis. Eusol)

Chlorhexidine gluconate (mis. Hibiscrub, Hibitane)

Hexachlorohene (mis Phisohex)

Chloroxylenol (mis. Dettol)

Mercury compound (toksik dan tidak direkomendasikan sebagai anti septik atau

desinfektan).

Page 41: protap 4 (hal.153-211)

Larutan merkuri (seperti mercury laurel), walaupun desinfektan tingkat rendah, tapi

dapat menyebabkan gangguan dalam persalinan dan sangat toksik untuk dipakai baik

sebagai desinfektan ataupun antiseptik.

Produk-produk yang lain sering kali dipakai untuk mendesinfektan perlengkapan yaitu

phenol 1-2% (mis. phenol), carbolic acid 5% (mis. Lysol) dan cairan benzalkonium

chloride (mis. Zephiran). Ini semua desinfektan tingkat rendah dan hanya bisa dipakai

untuk dekontaminasi bagian permukaan ruangan jika lar. klorin tidak tersedia.

Tabel 3. Persiapan dan pemakaian desinfektan kimiawi

Desinfektan (larutan

yang umum dipakai / jenisnya)

Konsentrasi aktif

Cara melarutka

n

Iritasi kulit

Iritasi mata

Iritasi pernafasan

korosif residu Waktu untuk DTT

Waktu untuk

sterilisasi

Masa simpan

Alkohol, Etil atau isopropil

(metilate d spirit)

60 – 50%

Pakai prosentase

tinggi

Ya (kulit

kering)

Ya Tidak Tidak Tidak Jangan dipakai

20 menit

Jangan dipakai

Ganti tiap

minggu tiaphari

bila sering

dipakai, tiap kali

bila keruh

Klorin 0,1 % Banyak variasi

Ya Ya Ya Ya Ya 20 menit

Jangan dipakai

Ganti tiap hari, ganti

tiap kali keruh

Formaldehide (35 – 40%)

8% 1 bag. Larutan 35-40% dengan 4 bag. Air mendidih

Ya Ya Ya Tidak Ya 20 menit

24 jam Ganti tiap 14 hari,

tiap kali bila

keruhGlutaraldehi

de CidexBanyak variasi

Bervariasi : baca

petunjuk dalam

kontainer

Ya Ya Ya Tidak Ya 20 menit pada 25oC

10 jam untuk Cidex

Ganti tiap 14 hari,

tiap kali bila

keruhHidrogen peroksida

(30%)

6% 1 bag. Larutan

30% dengan 4 bag. Air mendidih

Ya Ya Tidak Ya Tidak 30 menit

Jangan dipakai

Ganti tiap 14 hari,

tiap kali bila

keruhIodophors

(10% povidone

Kira-kira

2,5%

1 bag. PVI 10%

dengan

Tidak Ya Tidak Ya Ya Jangan dipakai

Jangan dipakai

Ganti tiap hari

Page 42: protap 4 (hal.153-211)

Iodine) bag. air

Tabel 4. Pencegahan infeksi dalam pelayanan KB (langkah dalam pengelolaan

peralatan dan perlengkapan)

Pengelolaan Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan kotor, menurunkan resiko terkena hepatitis dan AIDS

Mencuci, menghilangkan kotoran dan meningkatkan kualitas dan desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Desinfeksi tingkat tinggi mematikan semua virus, bakteri, parasit, jamur dan beberapa endospora

Sterilisasi mematikan mikroorganisme termasuk bakteri dan endospora

Peralatan/ perlengkapan

Dekontaminasi Pencucian Desinfeksi tingkat tinggi

Sterilisasi (1)

Meja ginekologi atau permukaan yang luas

Usap dengan lar. klorin 0,5%

Cuci dengan detergen dan air bila bahan organik masih tersisa setelah dekontaminasi

Tidak perlu Tidak perlu

Kainlinen (kain penutup topi, masker dan baju operasi)

Rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit bila terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh sebelum dilakukan pencucian (cuci dan bilas secepatnya)

Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam

Bila hanya menyentuh membawah mukosa atau kulit terbuka (misal pemasangan IUD) rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam seluruhnya dalam air, jangan menambah sesuatu setelah air mulai mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan

Bila akan dipakai untuk operasi autoclave 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 30 menit

Sarung tangan Rendam dalam lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)

Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam

Bila hanya menyentuh membawah mukosa atau kulit terbuka (misal pemasangan IUD) rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam seluruhnya dalam air, jangan menambah sesuatu setelah air mulai

Bila akan dipakai untuk operasi autoclave 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit. Jangan dipakai selama 24-48 jam

Page 43: protap 4 (hal.153-211)

mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan

Peralatan untuk pemeriksaan panggul dan pemasangan IUD (mis. spekulum, tenakulum, forseps dan sonde)

Rendam dalam lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)

Gunakan sikat cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu. Bilas dengan air bersih bila akan disterilisasi keringkan dengan udara atau handuk bersih

Rebus 20 menit dalam tempat tertutup (waktu dihitung mulai saat mendidih) sarung tangan harus terendam dalam air. Jangan menambah sesuatu setelah air mulai mendidih keringkan sebelum dipakai/disimpan. Cara kimiawi : rendam selama 20 menit dalam formaldehide 8% glutaraldehide bilas dengan air panas yang sudah mendidih selama 20 menit

Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).

Peralatan untuk sterilisasi dan implant

Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)

Gunakan sikat cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu. Bilas dengan air bersih bila akan disterilisasi keringkan dengan udara atau handuk bersih

Alternatif rebus atau rendam dalam larutan desinfektan tingkat tinggi

Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).

Jarum dan tabung plastik

Isi alat suntik dengan lar. klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci. Alat suntik bilas 3 kali dengan air bersih.

Lepaskan jarum suntik dari tabungnya kemudian cuci dengan detergen dan air untuk menghilangkan residu dengan udara atau handuk bersih untuk tabung suntik (jarum keringkan hanya dengan udara)

Alternatif rebus atau rendam dalam larutan desinfektan tingkat tinggi. Beri pemberat supaya bisa terbenam

Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit (30 menit bila dibungkus).

Tempat penyimpanan peralatan

Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit sebelum dicuci (cuci dan bilas secepatnya)

Cuci dengan detergen dan air bilas dengan air bersih periksa kebocoran. Bila akan disterilisasi keringkan bagian luar dan dalam

Rebus kontainer. Bila kontainer terlalu besar, isi kontainer dengan lar. klorin 0,5% selama 20 menit. Bilas dengan air panas yang sudah

Dry heat selama 1 jam setelah mencapai 170oC (340oF) atau autoclave pada 121oC (250oF) 106 Kpa (15 lb/in2) selama 20 menit

Page 44: protap 4 (hal.153-211)

mendidih selama 20 menit dan keringkan di udara sebelum dipakai. Desinfeksi ulang tiap minggu bila kosong atau terkontaminasi

(30 menit bila dibungkus). Sterilisasi ulang setiap minggu bila kosong atau terkontaminasi

IUD dan inserter (tidak dipakai ulang)

Tidak perlu Tidak perlu Tidak dianjurkan bila IUD dalam kemasan besar (2 kemasan untuk banyak IUD) sebelum dipasang rendam dalam larutan desinfektan : formaldehide 1% atau glutaraldehide. Bilas dengan air panas yang sudah mendidih selama 20 menit

Kebanyakan IUD sudah dalam kemasan steril. Buagn bila kemasan robek

Kapsul implant (tidak dipakai ulang)

Tidak perlu Tidak perlu Tidak boleh dilakukan

Sudah dalam kemasan steril. Buang bila kemasan robek.

1). Bila tidak terbungkus gunakan segera. Bila terbungkus dapat disimpan sampai 1

minggu sebelum dipakai.

2). Hindari merendam peralatan dalam larutan klorin melebihi waktu yang telah

ditentukan untuk mencegah terjadinya karat dan kerusakan pada bahan dari karet

atau baju.

3). Bila sterilisator tidak ada dapat dilakukan desinfeksi tingkat tinggi dengan

merebus atau merendam dalam desinfektan kimiawi.

4). Alat-alat yang tajam atau jarum tidak boleh disterilisasi pada temperatur diatas

160oC agar tidak menjadi tumpul.

Page 45: protap 4 (hal.153-211)

MATERI PENYULUHAN

KELUARGA BERENCANA

PENDAHULUAN

Keluarga kecil sehat dan sejahtera adalah keluarga yang diidam-idamkan oleh

kita semua. Keluarga yang sehat merupakan modal pokok bagi meningkatnya

kesejahteraan keluarga.

Dengan berkeluarga kecil para orang tua dapat memandang ke masa depan dengan

lebih yakin dan penuh harapan bahwa anak-anak akan terjamin dan merasakan kasih

sayang, asuhan dan perawatan yang baik serta pendidikan yang memadai.

Berdasarkan hasil penelitian, umur 20 – 30 tahun adalah masa-masa yang

sehat bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan dilihat dari segi fisik, mental dan

sosial.

Pada masa reproduksi tua (umur > 30 tahun) sebaiknya masa hamil dan

melahirkan dihentikan, khususnya bagi yang jumlah keluarganya telah mencukupi

(dengan 2 anak). Karena hamil dan melahirkan pada usia tersebut dapat mengganggu

kesehatan ibu dan anak.

MASA MENUNDA KEHAMILAN / KESUBURAN

Alasan :

1. Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan

melahirkan.

2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai AKDR

sebagai pilihan utama.

3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun disini tidak/kurang

berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan

melahirkan yang baik.

4. Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

MASA MENGAKHIRI KEHAMILAN/KESUBURAN

Alasan :

1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkn untuk tidak hamil/tidak mempunyai

anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

Page 46: protap 4 (hal.153-211)

2. Pilihan utama kontrasepsi mantap. Susuk KB atau AKDR bisa merupakan pilihan

berikutnya apabila belum bersedia kontrasepsi mantap.

3. Terlebih dalam kondisi darurat, maka kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik

dibanding susuk KB, AKDR maupun suntikan dalam arti mengakhiri kesuburan.

4. Pil kurang dianjurkn karena ibu relatif tuda dan mempunyai kemungkinan

timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

JENIS – JENIS ALAT KONTRASEPSI KB

1. PIL KB

Sering disebut dengan pil anti hamil, adalah obat yang berkhasiat mencegah

terjadinya kehamilan, tetapi tidak semua ibu cocok untuk menggunakan pil KB

ini, sehingga lebih baik dokter atau bidan terlebih dahulu memeriks ibu.

Ada 4 macam pil KB yaitu :

1. Pil KB kombinasi.

2. Pil KB Sekuensial

3. Pil Mini

4. Pil post coital (pasca sanggama)

Keuntungan :

Keberhasilan pencegahan kehamilan adalah 100% tergantung pada disiplin peserta

KB untuk meminumnya secara teratur setiap hari.

Indikasi kontra :

1. Hipertensi

2. Penyakit jantung

3. Penyakit hati (mengalaminya 3 tahun terakhir)

4. Radang pembuluh darah atau pembekuan darah

5. Penyakit gondok

6. Diabetes Melitus

7. Pusing kepala hebat

8. Neoplasma jinak atau ganas pada buah dada dan alat kelamin dalam.

Akibat sampingan :

Pusing, mual, gelisah, nyeri payudara, perdarahan, tekanan darah tinggi, berat badan

naik, hiperpigmentasi pada dahi dan pipi sebelah atas, trombosis arteri otak, trombosis

Page 47: protap 4 (hal.153-211)

arteri jantung, trombosis vena serta emboli paru, air susu berkurang, gangguan fungsi

hati, rambut rontok, varises, perubahan libido, depresi.

2. IUD (INTRAUTERINE DIVICE) atau AKDR (ALAT KONTRASEPSI

DALAM RAHIM)

Alat ini sering dikenal dengan nama spiral karena bentuknya melingkar seperti spiral.

Ada juga bentuk lain seperti huruf T, angka 7 dan jangkar. Alat KB ini dimasukkan ke

dalam rahim ibu oleh dokter atau bidan yang sudah terlatih.

Keuntungan :

Dengan satu kali pemasangan dapat dipergunakan untuk jangka waktu panjang

dengan kontrol setiap tahun tidak mempunyai pengaruh sistematik.

AKDR dengan tembaga (yang berbentuk huruf T dan Jangkar) dapat dipakai selama 3

tahun sedangkan AKDR spiral dapat dipakai seterusnya bila tidak ada keluhan.

Indikasi kontra :

1. Hamil atau persangkaan hamil

2. Infeksi panggul yang terus menerus, akut dan kronis

3. Lecet atau peradangan di leher rahim

4. Diketahui atau curiga adanya kanker leher rahim

5. Perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan yang belum diketahui

penyebabnya.

6. Perdarahan haid yang hebat

7. Perdarahan di saluran kencing

8. Kelainan bawaan rahim dan jaringan parut yang menyulitkan pemasangan.

9. Pernah mempunyai riwayat kehamilan diluar kandungan.

10. Khusus AKDR bertembaga, jika ada alergi tembaga, penyakit Wilson.

3. SUNTIKAN

Ada 2 macam cara KB melalui suntikan yaitu :

1. Depo Provera

2. Noristerat

Page 48: protap 4 (hal.153-211)

Cara KB ini adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan menyuntikkan hormon

pencegah kehamilan kepada ibu yang masih subur. Obat ini hanya berisi hormon

progesteron. Diberikan oleh dokter atau bidan kepada ibu melalui suntikan 12 minggu

sekali.

Keuntungan :

Cara KB ini sangat tepat untuk ibu yang sedang menyusui bayinya, karena tidak

mempengaruhi produksi ASI (Air Susu Ibu). Merupakan kontrasepsi yang lebih

efektif dibandingkan dengan pil, karena pemakaian obat ini tidak setiap hari. Dan

diberikan oleh petugas KB pada saat-saat yang ditentukan sehingga faktor lupa dapat

dihindarkan.

Indikasi Kontra :

1. Hamil atau persangkaan hamil

2. Terdapat perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya

3. Terdapat tumor atau tanda-tanda keganasan.

4. Terdapat penyakit jantung, paru-paru berat, hati, darah tinggi, kencing

manis, kelainan darah dan ayan.

Akibat sampingan :

Pusing, mual, timbul jerawat, terjadi sedikit perdarahan dan kadang-kadang terjadi

amenore yang menggelisahkan ibu, depresi, keputihan, perubahan libido, perubahan

berat badan.

4. IMPLANT ATAU ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

Biasanya dikenal dengan nama susuk KB, adalah alat KB yang ditanam dibawah kulit

lengan atas dalam kira-kira 6-10 cm dari lipat siku oleh dokter atau bidan terlatih,

menggunakan 6 tabung kecil berisi obat.

Keuntungan :

Dengan satu kali pemasangan dapat dipergunakan untuk jangka panjang dan dapat

mencegah kehamilan selama 5 tahun. Sehingga dapat menghemat biaya dan

memudahkan kontrol karena terhindar dari faktor lupa.

Page 49: protap 4 (hal.153-211)

Akibat sampingan :

Gangguan haid, jerawat, depresi, mual, perubahan berat badan, pusing, sakit kepala,

perubahan libido.

5. KONTAP (KONTRASEPSI MANTAP)

Ada 2 macam cara kontrasepsi mantap yaitu :

Tubektomi : kontrasepsi mantap pada istri

Vasektomi : kontrasepsi mantap pada suami

Cara KB ini merupakan suatu tindakan kecil untuk menutup saluran sel telur pada istri

atau saluran sel benih pada suami.

Keuntungan :

Bersifat permanen, maka merupakan pilihan terbaik untuk pasangan yang tidak

menginginkan anak lagi. Tindakannya hanya sekali dan pengaruhnya terhadap

pencegahan kehamilan dapat dirasakan seterusnya.

Akibat sampingan :

Pada tubektomi biasanya timbul akibat tindakan bedah. Pada vasektomi yang

umumnya ditemukan adalah kulit pada daerah operasi membiru dan terjadi

pembengkakan serta rasa sakit. Pada saat ibu menderita salah satu penyakit tertentu

maka sebaiknya kehamilan ditunda dulu. Penyakit tersebut adalah :

- Penyakit paru

- Penyakit gula/kencing manis

- Penyakit tekanan darah tinggi

- Penyakit jantung

- Penyakit radang hati/kuning

Dengan menunda kehamilan dalam batas waktu yang disarankan oleh dokter, berarti

akan mengurangi beban penyakit yang diderita oleh ibu.

Page 50: protap 4 (hal.153-211)

MATERI PENYULUHAN

GIZI IBU HAMIL, MENYUSUI DAN BALITA

1. GUNA MAKANAN SEHAT

Masa hamil :

Menjaga kesehatan ibu, memenuhi kebutuhan gizi janin, mempersiapkan cadangan

untuk bayi beberapa waktu setelah lahir, persiapan untuk produksi ASI yang

dibutuhkan bayi setelah lahir.

Masa menyusui :

Menjaga kesehatan ibu, pembentukan ASI yang cukup bagi bayi/anaknya.

2. PENGARUH KURANG GIZI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

Terhadap ibu selama hamil :

Anemia, kurus, lemah dan lesu, gigi keropos dan tulang rapuh, perdarahan, berat

badan ibu tidak bertambah secara normal, infeksi dan sepsi puerpuralis.

Terhadap persalinan :

Persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan

setelah persalinan, persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

Terhadap janin :

Keguguran (abortus), bayi lahir cepat, kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia

intrapartum (mati dalam kandungan), berat badan lahir rendah (BBLR), nilai APGAR

10 (skor kesehatan bayi baru lahir).

Terhadap ibu menyusui :

Anemia, kurus, lemah dan lesu, kualitas ASI berkurang, kualitas lemak, vitamin dan

minera ASI berkurang.

Terhadap bayi/anak :

Pertumbuhan terganggu, baik fisik maupun mental, mudah terkena infeksi.

Page 51: protap 4 (hal.153-211)

3. PENATALAKSANAAN MAKANAN IBU HAMIL DAN MENYUSUI

IBU HAMIL TRIMESTER I

Pertumbuhan janin belum pesat, sehingga kebutuhan gizi ibu sama seperti sebelum

hamil. Tetapi biasanya nafsu makan berkurang, sering timbul rsa mual, banyak air

liur, muntah, ingin makan makanan yang aneh batas-batas tertentu adalah wajar.

Maka perlu diberi makanna yang mudah dicerna, tidak merangsang, dengan porsi

yang kecil tapi sering. Makanan yang baik diberikan adalah makanan yang kering dan

segar seperti roti panggang, biskuit, krikers, buah-buahan segar atau sari buah. Untuk

menghindari muntah, sebaiknya minum tidak terlalu bersamaan dengan makan.

IBU HAMIL TRIMESTER II DAN III

Pertumbuhan janin berlangsung sangat cepat dan nafsu makan ibu sudah meningkat

dan kemampuan mencerna makanan sudah bertambah baik. Pada masa ini tambahan

zat-zat gizi sangat diperlukan untuk ibu, janin maupun persiapan partus dan laktasi.

MENYUSUI

Ibu membutuhkan zat gizi yang tinggi untuk pembentukan air susu ibu dan

memelihara kesehatannya.

Keuntungannya bila ibu menyusui adalah :

1. Praktis dan ekonomis

2. ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi dengan susunan zat gizi berkualitas

tinggi, dan sesuai dengan daya cerna bayi.

3. ASI memberikan zat kekebalan untuk mencegah infeksi

4. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi/anak yang sangat diperlukan

untuk perkembangan mental anak selanjutnya

5. Menyusui membantu menjarangkan kehamilan, karena dapat menekan tingkat

kesuburan ibu

6. Menyusui mencegah timbulnya kanker payudara

7. Ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI :

- Bulan pertama 600 ml

- Bulan ketiga 700 – 750 ml

8. Sedangkan ibu dengan gizi kurang akan memproduksi ASI :

- 6 bulan pertama 500 – 700 ml

Page 52: protap 4 (hal.153-211)

- 6 bulan kedua 400 – 600ml

- tahun kedua 300 – 500 ml

PESAN-PESAN PENTING BAGI IBU HAMIL

1. Ibu hamil harus makan dan minum lebih banyak dari saat tidak hamil

2. Untuk mencegah kurang darah selama hamil, ibu harus banyak makan makanan

sumber zat besi seperti sayuran hijau tua, tempe, tahu, kacang hijau, kacang merah

dan kacang-kacangan lain, telur, ikan dan daging.

3. Jangan lupa minum tablet darah 1 butir sehari

4. Untuk mencegah gigi rontok dan tulang panggul rapu, ibu harus banyak makan

makanan sumber zat kapur seperti : kacang-kacangan, telur, ikan, teri/ikan kecil

yang dimakan bersama tulangnya, sayuran hijau daun seperti bayam, daun katuk,

singkong dan susu.

5. Kenalilah gejala kurang darah (anemia) selama kehamilan yaitu pucat, pusing,

lemah dan penglihatan kunang-kunang.

6. Selama hamil makan makanan beraneka ragam setiap hari dalam jumlah yang

cukup

7. Bila nafsu makan ibu kurang, makanlah makanan yang segar-segar seperti buah-

buahan, sari buah, sayur bening dan sayur segar lainnya.

8. Hindarkan pantangan terhadap makanan, karena akan merugikan kesehatan ibu

9. Hindarkan juga rokok dan minum minuman keras karena akan membahayakan

keselamatan ibu dan janin.

10. Perhatikan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Kenaikan berat badan normal :

- Triwulan I : 700 – 1.400 gr/bulan

- Triwulan II – III : 350 – 400 gr/bulan.

11. Jangan lupa memeriksakan diri kepda bidan atau Puskesmas secara teratur, agar

ibu dan kandungannya tetap sehat.

PESAN-PESAN PENTING BAGI IBU MENYUSUI

1. Ibu yang sedang menyusui harus makan nasi dan lauk pauknya lebih banyak

daripada waktu tidak menyusui.

2. Agar ASI cukup jumlahnya, ibu harus minum paling sedikit 8 gelas sehari, banyak

makan sayuran berkuah dan sari buah.

Page 53: protap 4 (hal.153-211)

3. Teruskan kebiasaan makan aneka makanan sumber zat besi dan zat kapur dalam

jumlah cukup setiap harinya.

4. Ibu yang bekerja tetap harus menyusui bayinya sebelum berangkat kerja dan

setelah kembali bekerja.

5. Apabila ibu sakit segera periksakan diri ke Puskesmas untuk mendapatkan

pengobatan dan nasehat dokter.

6. Anak bisa tetap disusui, bila perlu ibu memakai penutup mulut dan hidung

(masker).

Tabel Zat Gizi dan Sumbernya bagi Ibu Hamil dan Menyusui

ZAT GIZI FUNGSI PADA IBU HAMIL &

MENYUSUI

SUMBER

ENERGI - Peningkatan metabolisme basal (BMR)

15-20%

- Pertambahan kebutuhan

- Cadangan energfi berupa simpanan

lemak

- Pembentukan ASI

Hidrat arang, beras, bihun,

biskuit, havermout,

jagung, kentang, makaroni.

PROTEIN - Pertumbuhan janin, plasenta, air

ketuban, jaringan uterus, mammae,

penambahan volume darah, hemoglobin

dan plasma protein.

- Pertumbuhan sel otak janin, bayi/anak

- Cadangan ibu untuk partus

- Pembentukan ASI

- Simpanan protein

Hewani :

Sapi, ayam, ikan, telur,

keju, hati udang.

Nabati :

Kacang hijau, kacang

kedelai, kacang mete,

kacang merah, kecap,

tempe, tolo, oncom.

VITAMIN A - Esensial untuk pertumbuhan sel

- Pertumbuhan tulang dan gigi, janin,

bayi/anak

- Mencegah kelainan

Hati, minyak ikan, wortel,

susu, telur, keju, margarin,

sayuran berwarna hijau

dan buah-buahan

berwarna.

VITAMIN B1 - Koenzim metabolisme energi dan

protein

Nasi, ragi, kacang-

kacangan, ikan, kentang,

Page 54: protap 4 (hal.153-211)

susu, kedelai, roti.

RIBOFLAVIN - Koenzim metabolisme energi dan

protein

Roti, keju, daging, telur,

sayuran hijau, hati.

NIACIN - Koenzim metabolisme energi dan

protein

Susu, daging, telur,

sayuran hijau, hati, ayam.

VITAMIN B12 - Koenzim untuk metabolisme asam

nukleat dan protein

Susu, daging, telur,

sayuran hijau, hati, ayam

ASAM FOLIC - Peningkatan kebutuhan metabolik

- Mencegah anemia megaloblastik

- Produksi heme untuk haemoglobin

- Produksi materi sel inti (RNA, DNA)

Ragi, hati, kacang-

kacangan, kobis, jeruk,

pisang, roti dan susu.

VITAMIN C - Pembentukan dan integritas jaringan

- Zat semen dalam jaringan ikat dan

vaskuler

- Peningkatan penyerapan besi

Jeruk, tomat, mangga,

pepaya, nanas.

MINERAL

KALSIUM

- Pembentukan tulang dan gigi janin,

bayi/anak.

- Peningkatan metabolisme kalsium ibu

Susu, keju, tahu, jeruk,

pisang

FOSFOR - Pembentukan tulang dan gigi janin,

bayi/anak.

- Peningkatan metabolisme fosfor ibu

Tahu, susu, keju, ragi,

kentang, telur, roti, daging,

ikan, kacang-kacangan.

MAGNESIUM - Koenzim metabolisme energi dan

protein

- Aktivator enzim

- Pertumbuhan jaringan dan metabolisme

sel

- Mengoptimalkan fungsi obat

Tepung terigu, tahu,

sayuran hijau, daging,

kacang-kacangan, coklat.

BESI - Penambahan volume dan sirkulasi

darah ibu

- Cadangan besi janin, bayi/anak

- Pembentukan ASI

Hati, daging, telur, kacang-

kacangan, sayuran hijau.

SENG - Mencegah kelainan kongenital Hati, kacang-kacangan,

Page 55: protap 4 (hal.153-211)

- Pertumbuhan otak janin, bayi/anak

- Mencegah retardasi pertumbuhan janin

susu.

IODIUM - Peningkatan metabolisme basal

- Peningkatan produksi tiroksin

Ikan laut, keju, udang,

sarden

Page 56: protap 4 (hal.153-211)

KESEHATAN IBU, BAYI DAN ANAK

KESEHATAN IBU

Penyuluhan bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan

mengenai kehamilan, perubahan yang berkaitan dengan kehamilan dini selama

kehamilan serta tanda bahaya yang perlu diwaspadai. Dengan pengetahuan tersebut

diharapkan ibu akan termotivasi kuat menjaga diri dan kehamilannya dengan mentaati

nasehat yang diberikan oleh pelaksana pemeriksaan kehamilan, sehingga ia dapat

melewati masa kehamilan dengan baik dan menghasilkan bayi yang sehat.

Hal-hal yang perlu disampaikan pada penyuluhan sebagai berikut :

1. PERAWATAN DIRI SELAMA KEHAMILAN

a. Perawatan diri selama kehamilan sangat penting diketahui ibu, agar ia dapat

menjaga kesehatan diri dan janinnya dengan baik.

b. Gizi tinggi protein, tinggi kalori

c. Ibu dianjurkan untuk :

- Tidak membatasi jumlah dan jenis makanannya

- Makan makanan yang bergizi tinggi kalori dan tinggi protein

- Minum lebih banyak dari biasa (kurang lebih 10 gelas per hari)

d. Perawatan payudara

e. Penyuluhan meliputi :

- Manfaat perawatan payudara sejak kehamilan 7 bulan

- Cara perawatan payudara

f. Kebersihan diri

g. Selama hamil ibu lebih perlu menjaga kebersihan diri, karena adanya

perubahan hormonal maka rongga mulut dan jalan lahir lebih peka terhadap

infeksi. Ibu perlu mandi dan sikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari.

h. Istirahat cukup dan mengurangi kerja fisik berat

i. Senam hamil yang baik sangat berguna dalam menghadapi persalinan

Manfaat senam hamil adalah :

- melatih pernafasan

- melatih otot panggul dan vagina agar lentur/tidak kaku

- melancarkan peredaran darah, yang pada kehamilan relatif lamban

Page 57: protap 4 (hal.153-211)

- melatih mengejan/meneran.

2. PERLUNYA PEMERIKSAAN KEHAMILAN SECARA BERKALA

Selama kehamilan ada hal-hal penting yang perlu dipantau, agar bila ada

penyimpangan dari keadaan normal dapat segera diberikan penanganan yang

memadai. Karena itu selama kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan

secara berkala, yang dimulai sejak kehamilan muda, makin tinggi resiko kehamilan

yang dipunyai oleh ibu, makin tinggi pula kebutuhan untuk memeriksakan

kehamilannya lebih sering.

Pada saat pemeriksaan kehamilan, ibu dapat memperoleh pengetahuan

kehamilannya, memberitahukan perkembangan kehamilannya dan keluhan yang

dirasakannya kepada petugas kesehatan, dari interaksi ini dapat dibangun rasa percaya

yang baik dalam merawat diri serta keputusan dalam rangka persalinan. Selain itu

pada saat kehamilan ibu juga perlu dapat tablet multivitamin.

3. ARTI KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan

keturunan, yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim

ibu.

Selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin sesuai

usia kehamilan, pada setiap dilakukan pemeriksaan kehamilan.

Persalinan merupakan suatu proses keluarnya bayi dari rahim ibu, yang

walaupun bersifat alamiah namun mendapatkan persalinan yang aman dibutuhkan

pertolongan orang yang dididik dalam hal tersebut. Keberhasilan proses persalinan

sangat ditentukan oleh tenaga penolong, tempat pertolongan, pengertian dan peran

serta dari ibu maupun keluarganya.

Hal yang perlu dianjurkan kepada ibu dalam menghadapi persalinan adalah

bahwa sejak awal kehamilannya perlu mempersiapkan biaya, transport pada saat

persalinan atau bila timbul bahaya dan persiapan lainnya, demikian pula pendamping

ibu harus selalu siap mengantar kapanpun ia dibutuhkan. Pada kehamilan normal,

persalinan dapat ditolong dirumah oleh petugas kesehatan asal dipenuhi pertolongan

persalinan yang steril.

Page 58: protap 4 (hal.153-211)

Masa nifas adalah 6 minggu setelah persalinan, yang merupakan masa

kembalinya keadaan tubuh seperti sebelum hamil. Keadaan kesehatan ibu dan bayinya

pada masa nifas sangat terkait dengan kesehatan ibu selama hamil dan pertolongan

persalinan yang diberikan.

4. KELUHAN YANG BIASA TERJADI PADA MASA KEHAMILAN

Berbagai keluhan sering timbul selama kehamilan, baik karena perubahan

hornonal, dorongan/penekanan atau perubahan emosional. Keluhan yang diakibatkan

oleh hal tersebut adalah normal dan tak perlu diatasi dengan pemberian obat. Hal ini

perlu dipahami oleh ibu agar ia tidak cemas dan tidak berusaha mencari pengobatan

sendiri yang mungkin membahayakan janinnya.

5. TANDA-TANDA BAHAYA DALAM KEHAMILAN

Tanda bahaya dalam kehamilan perlu diketahui oleh ibu agar ia waspada

terhadap ancaman kesehatan diri maupun janinnya. Dengan pengetahuan ini dan

motivasi yang kuat ia akan segera memeriksakan kehamilannya walaupun jadwal

pemeriksaan kehamilan berikutnya belum tiba saatnya.

Tanda-tanda bahaya yang paling penting diketahui ibu adalah :

a. Perdarahan melalui jalan lahir baik sedikit maupun banyak

b. Bengkak mula-mula pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat rebah,

disertai nyeri kepala, mual, nyeri ulu hati. Apalagi kalau hal tersebut

disertai dengan penglihatan kabur dan kejang-kejang.

c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir sebelum kehamilan cukup umur.

d. Janin tidak bergerak atau pergerakkannya jarang dalam sehari semalam.

e. Berat badan turun atau tidak bertambah

6. PERKEMBANGAN KEHAMILAN

Ibu perlu mengetahui perkembangan kehamilan/janin pada tiap tahap

kehamilannya agar ia memahami apa yang harus, boleh dan tidak dilakukan.

Pengetahuan tentang hal ini akan memotivasi ibu untuk melakukan setiap anjuran dari

pelaksana pemeriksaan kehamilan.

Page 59: protap 4 (hal.153-211)

7. TAKSIRAN TANGAL DAN TANDA-TANDA PERSALINAN

Ibu perlu mengetahui hari taksiran persalinan (HTP) dan tanda-tanda

persalinan. HTP diperoleh dari rumus Neagele yang memperhitungkan lama

kehamilan 40 minggu sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sehingga HTP

adalah +7, bulan –3, tahun +1 dari HPHT.

Tanda persalinan yang perlu diketahui ibu adalah :

a. Rasa kencang pada rahim bagian atas dengan jarak tertentu kemudian menjadi

lebih sering dan lebih kuat.

b. Rasa nyeri pada selangkangan atau bokong, akibat bagian bawah janin turun

c. Ketuban pecah

d. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

8. CARA MERAWAT BAYI

Hal yang perlu diajarkan pada ibu menjelang persalinan adalah sebagai berikut :

- Perawatan bayi baru lahir

- Pemberian kolostrum ASI sedini mungkin (sesegera mungkin dalam jam pertama

setelah lahir).

- Perawatan tali pusat

- Cara pemberian makanan kepada bayi (ASI ekslusif, yaitu pemberian hanya ASI

pada 4 bulan pertama). ASI diteruskan sampai 2 tahun dan cara pemberian

makanan pendamping ASI.

- Cara perawatan bayi

9. PEMAKAIAN KONTRASEPSI PASCA BERSALIN

Masa kehamilan dan persalinan merupakan saat baik untuk memotivasi ibu dalam

memakai alat kontrasepsi. Informasi yang disampaiakn adalah :

- perlunya mengatur jarak kehamilan

- jenis alat kontrasepsi yang tepat untuk ibu

- kapan saat yang tepat untuk memakai alat kontrasepsi setelah persalinan

- dimana pelayanan kontrasepsi dapat diperoleh

Isi penyuluhan tersebut diberikan setiap kali ibu datang memeriksakan kehamilan

sesuai dengan kebutuhan dan kapan informasi tersebut sebaiknya diberikan (dikaitkan

Page 60: protap 4 (hal.153-211)

dengan risiko yang mungkin akan timbul pada tahapan kehamilan tertentu).

Penyuluhan dapat berlanjut yaitu dari masa kehamilan sampai masa nifas.

Page 61: protap 4 (hal.153-211)

IMUNISASI

(Bagi Ibu Hamil dan Anak)

Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan

dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi

terutama untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita. Tujuan lain adalah agar

bayi dan balita terhindar dari serangan penyakit atau minimal menderita sakit ringan.

Hanya beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi yaitu :

1. Tetanus

Gejala utama berupa kejang-kejang dan kaku pada kuduk, mulut serta punggung

2. Dipteri

Gejala utama panas, waktu menelan terasa sakit, sesak nafas dan terlihat bercak

putih di tonsil

3. Pertusis

Gejala utama batuk ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit

4. Poliomielitis

Gejala tergantung dari jenisnya :

Jenis asimtomatis yaitu tanpa gejala

Jenis akartif dengan gejala antara lain mual, sembelit, demam ringan dan

sakit

Jenis non paralitik dengan gejala antara lain panas tinggi (38 – 39oC)

Sakit kepala dan nyeri otot

Jenis paralitik dengan gejala utama adalah kelumpuhan

5. Campak (morbili)

Gejala utama panas tinggi (38oC) disertai batuk pilek yang kemudian diikuti

timbulnya bintik-bintik merah di kulit.

6. Tuberoluse (TBC) paru

Gejala utama juga tergantung berat ringannya penyakit. Pada umumnya adalah

febris, batuk-batuk (berdarah) dan berat badan menurun.

7. Hepatitis

Gejala tergantung stadium penyakitnya :

Stadium preikterik, memberi gejala sakit kepala, mual sampai muntah dan

nyeri otot.

Page 62: protap 4 (hal.153-211)

Stadium ikterik memberi gejala warna kuning pada sklera dan kemudian

dapat ke kulit seluruh tubuh.

Stadium post ikterik, pada saat ini semua gejala diatas mulai berkurang.

Jenis dan jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Vaksin Pemberian Selang wkt pem. UmurBCGDPT (1,2,3)POLIO (1,2,3)CampakHepatitis B(1,2,3)DT (1,2)TT (1,2)Kls 6TT ibu hamilTT calon pengantin(1,2,3)

1 kali3 kali4 kali1 kali3 kali

2 kali2 kali

2 kali1 kali

-4 minggu4 minggu-1 bulan5 bulan4 minggu4 minggu

4 minggu4 minggu

0-11 bulan2-11 bulan0-11 bulan9-11 bulan0-11 bulan

anak SD kls. 1anak wanita SD

selama hamilsebelum menikah

Setiap jenis imunisasi ditujukan untuk pencegahan satu atau lebih penyakit

tertentu :

1. Imunisasi BCG diberikan agar mendapat kekebalan terhadap penyakit

TBC.

2. Imunisasi DPT ditujukan untuk penyakit Dipteri atau Tetanus

3. Imunisasi Polio untuk pencegahan Polio

4. Imunisasi Campak adalah khusus untuk mencegah penyakit campak

5. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) adalah imunisasi pada ibu hamil dengan

tujuan agar anaknya mempunyai kekebalan terhadap penyakit tetanus.

Untuk mendapatkan pelayanan imunisasi tidak sulit, karena imunisasi ini bisa

didapat di sarana kesehatan baik di Rumah Sakit, Puskesmas, praktek dokter dan

Posyandu.

Sumber :

Departemen Kesehatan : Penyuluhan KB – Kesehatan Di Rumah Sakit.

Page 63: protap 4 (hal.153-211)

PENATALAKSANAAN

KEGAWAT DARURATAN OBSTETRI

Pendahuluan

Kasus-kasus gawat darurat adalah kasusu akut, artinya kasus ini terjadi secara

mendadak, tidak dapat ditentukan kapan akan terjadi atau dengan kata lain dapat

terjadi setiap saat. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu, agar kasus-kasus

ini dapat diselamatkan, harus dapat dikelola dengan cepat dan tepat dimana proses ini

menuntut tugasnya. Apabila tidak demikian maka waktu yang terbuang untuk mencari

petugas yang sedang tidak ada ditemapt tugasnya akan memperburuk kondisi

penderita. Karena keterbatasan tenaga kesehatan khususnya dokter dan bidan dan juga

karena tugas ganda mereka maka tidak disetiap pelayanan kesehatan tersedia tenaga

tersebut dalam 24 jam. Oleh karena itu perlu dibuat sistem manajemen ketenagaan

khusus untuk pengelolaan kasus gawat darurat obstetri.

Dalam mengelola kasus gawat darurat, setiap petugas kesehatan dituntut

mempunyai kemampuan dan keterampilan khusus yang sesuai agar dapat mengelola

kasus dengan baik, benar, cepat dan tepat. Setiap petugas diharapkan mempunyai 5

MAMPU untuk mengelola kasus gawat darurat obstetri sesuai dengan tingkat

pelayanan kesehatan. Ke-5 MAMPU tersebut adalah :

- MAMPU mengenali kasus yang dihadapi sebagai kasus gawat darurat obstetri.

- MAMPU menilai tingkat gawat darurat kasus

- MAMPU menentukan tindakan apa yang harus dilakukan dengan cepat dan tepat.

- MAMPU melakukan pertolongan dengan baik dan benar

- MAMPU memantau, menilai hasil pemantauan dan menentukan tindak lanjut

dengan baik dan benar.

Untuk semua itu dibutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai, dan tidak kalah

pentingnya adalah suatu pelatihan khusus. Di samping itu semua perlu diadakan

pembakuan dan standardisasi pelayanan gawat darurat Obstetri dalam setiap jenjang

pelayanan kesehatan diseluruh pelosok Indonesia, sehingga setiap petugas kesehatan

tahu kewenangannya sampai dengan tingkat pelayanan kesehatan dimana petugas

tersebut bertugas.

Page 64: protap 4 (hal.153-211)

Kemampuan dari petugas kesehatan dalam pengelolaan kasus-kasus gawat

darurat obstetri hendaknya berpola sebagai berikut :

- Bagaimana mengenal kasus gawat darurat Obstetri, bagaimana menilai kondisi

gawat darurat, langkah-langkah yang harus dilakukan serta melakukannya.

KASUS-KASUS GAWAT DARURAT OBSTETRI

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, kurang lebih 423/100,000 kelahiran

hidup, tertinggi dibandingkan Angka Kematian Ibu di negara-negara ASEAN.

Penyebab utama kematian ibu masih berkisar pada :

- Syok Obstetri

- Perdarahan dalam obstetri :

- Kehamilan : - < 20 minggu : abortus, kehamilan ektopik terganggu mola

hidatisoda

- > 20 minggu : Plasenta previa, solusio plasenta, dan lain-lain

- Persalinan : - Kala I : plasenta previa, solusio plasenta, ruptura uteri

- Kala II : ruptura uteri, dan lain-lain

- Kala III : perlukaan jalan lahir, ruptura uteri, plasenta

inkarserata, plasenda adhevisa dan lain-lain

- Kala IV : atonia uteri, perlukaan jalan lahir, sisa plasenta,

ruptura uteri, dan lain-lain.

- Masa nifas : - < 24 jam : perlukaan jalan lahir, sisa plasenta, atonia uteri, dan

lain-lain.

- > 24 jam : sisa plasenta, infeksi, dan lain-lain.

Dalam pengelolaan kasus perdarahan Obstetri harus dinilai hal-hal sebagai berikut :

- tentukan kasus dalam kondisi syok/tidak

- tentukan kasus dalam kehamilan/persalinan/nifas

- tentukan usia kehamilan/kala persalinan/nifas

- tentukan diagnosis Obstetrinya

Setelah kita menentukan diagnosisnya baru kita secara cepat, benar dan tepat

menentukan pengelolaanya.

Page 65: protap 4 (hal.153-211)

SYOK OBSTETRI

Syok pada umumnya adalah keadaan berkurangnya volume darah dalam

sirkulasi dan disertai gangguan perfusi pda tingkat pembuluh darah perifer. Syok

merupakan kondisi akut yang mengancam kehidupan pasien yang memerlukan

pengelolaan segera untuk menyelamatkan jiwa pasien. Kondisi ini dapat disebabkan

oleh kehilangan darah, kehilangan plasma maupun oleh karena dilatasi pembuluh

darah. Akibat berikutnya adalah kurangnya pemasokan oksigen dan aliran darah ke

jaringan.

Pada kasus-kasus obstetri, syok biasanya disebabkan oleh :

- perdarahan (syok hipovolemik)

- sepsis (syok septik)

- gagal jantung (syok kardiogenik)

- rasa nyeri (syok neurogenik, misal pada inversio uteri)

- alergi (syok anafilatik, misal oleh karena tidak tahan obat)

Syok kardiogenik, syok neurogenik dan syok anafilatik jarang terjadi pada

kasus Obstetri. Syok kardiogenik dapat terjadi pada kasus penyakit jantung dalam

kehamilan/persalinan. Angka kematian sangat tinggi syok neurogenik dapat terjadi

pada kasus inversio uteri sebagai akibat rasa nyeri yang hebat yang disebabkan oleh

tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infudibulopelvikum dan ligamentum

rotundum. Syok anafilaktik dapat terjadi pada kasus emboli air ketuban dan reaksi

akibat tidak tahan terhadap obat yang disuntikan.

SYOK OLEH KARENA PERDARAHAN

Akibat terjadinya perdarahan maka akan berkurang volume darah didalam sirkulasi.

Berkurangnya volume darah dalam sirkulasi disamping oleh karena terjadinya

perdarahan dapat juga terjadi karena kehilangan plasma darah misalnya pada luka

bakar. Keadaan ini disebut syok hipovolemik.

Tanda dan gejala syok hipovolemik adalah sebagai berikut :

Syok Hipovolemik awal :

- pasien sadar, tampak ketakutan

- nadi cepat, 110x / menit atau lebih

- pernafasan cepat, 30x/menit atau lebih

- pucat

Page 66: protap 4 (hal.153-211)

- tekanan darah turun, sistolik < 90 mmHg

- haemoglobin 8g% lebih

- produksi urine 30 ml/jam atau lebih

Tanda dan gejala syok lanjut adalah :

- pasien tampak kebingungan atau tidak sadar

- nadi sangat cepat dan lemah

- napas cepat dan dangkal

- pucat

- tekanan darah sangat rendah

- gagal jantung, paru-paru edema

- hemoglobin < 8g%

- produksi urine < 30ml/jam

Pengelolaan

1. Tindakan umum

Periksa tanda-tanda vital, pastikan bahwa jalan nafas bebas. Jangan memberikan

cairan atau makanan ke dalam mulut untuk menghindari sewaktu-waktu muntah

dan cairan muntahan akan terhisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala

pasien kesamping agar tidak terjadi aspirasi. Hangatkan tubuh pasien, karena

hipotermia akan memperberat keadaan syok dan berbahaya. Naikkan kaki pasien

untuk membantu aliran darah balik ke jantung.

2. Berikan O2

Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter/menit

3. Cairan intravena

Untuk menggantikan darah/cairan tubuh yang hilang perlu diberikan cairan

intravena dan biasanya dipilih cairan isotonik misalnya NaCl 0,9% atau Ringer

laktat. Pada waktu yang bersamaan dengan pemberian cairan intravena juga

diambil contoh darah pasien untuk memilih golongan darah yang akan

ditransfusikan. Cairan diberikan dengan kecepatan 0,5-1 liter dalam waktu 20

menit, sementara kondisi pasien terus dipantau. Pada syok hipovolemik umumnya

diperlukan 1-3 liter cairan infus untuk menstabilkan kondisi pasien. Setelah

kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam

kecepatan 1 liter per 6-8 jam. Pengukuran banyaknya cairan infus yang telah

Page 67: protap 4 (hal.153-211)

diberikan sangat penting untuk mencegah jangan sampai terjadi kelebihan cairan

yang berakibat kegagalan jantung.

4. Pemberian infus darah

Pada kasus perdarahan terlebih bila sampai syok, perlu dipikirkan transfusi darah

untuk menyelamatkan jiwa penderita. Walaupun demikian transfusi darah

bukannya tanpa resiko dan kadang-kadang dapat berakibat fatal. Resiko lain

berhubungan dengan penyebaran virus HIV dan Hepatitis.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah untuk :

- Golongan darah dan cross match

- Kadar hemoglobin

- Jika memungkinkan hematokrit, trombosit, ureum, creatinin, pH darah dan

elektrolit untuk menilai asidosis.

Pemeriksaan Urine : diukur produksi urine untuk menilai fungsi ginjal. Dalam

waktu 20-30 menit setelah pemberian cairan dinilai apakah telah tercapai

stabilisasi atau tidak. Tanda-tanda stabilisasi adalah :

- Tekanan darah mulai naik

- Denyut jantung stabil

- Kondisi mental pasien membaik

- Produksi urine bertambah

Setelah stabilisasi tercapai dilakukan pengelolaan terhadap penyakit syok,

bila tidak memungkinkan pasien dirujuk ke RS dengan fasilitas lebih baik.

SYOK SEPTIK

Setiap organisme patogen dapat menyebabkan syok septik. Penyebab utama

(70%) ialah bakteri gram negatif seperti Escherichia Coli, Klebsiella pneumoniae,

Serratia, Enterobacter dan Pseudomonas. Syok septik lebih sering terjadi pada oang

dengan gangguan imunitas (kekebalan tubuh) dan pada usia tua. Sebagai aksi tubuh

melawan infeksi, bakteri mati mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini melalui

mekanisme yang belum diketahui dengan jelas mempengaruhi metabolisme sel dan

merusak sel jaringan disekitarnya. Sel-sel yang rusak ini mengeluarkan enzim lisosom

dan histamin. Ensim lisosom ikut peredaran darah tubuh sampai ke jaringan lain

menyebabkan kerusakan sel leibh banyak lagi serta sebagai pemicu dikeluarkannya

Page 68: protap 4 (hal.153-211)

bradikinin. Bradikinin bersama-sama histamin menyebabkan vasodilatasi secara masif

dan mengakibatkan meningkatnya permeabilitas kapiler (fase hangat syok septik).

Keadaan ini akan menyebabkan cairan darah kapiler berpindah masuk ke rongga

interstitiil sehingga terjadi hipovolemia dalam sirkulasi darah dan edema jaringan.

Jantung akan berusaha untuk mengatasi hal ini (fase dingin syok septik) dan apabila

gagal akan terjadi dekompensasi yang berakhir dengan kematian. Komplikasi lain

pada syok septik selain gagal jantung ialah gagal ginjal dan D.I.C (Disseminated

Intravascular Coagulations).

Beberapa hal harus dinilai pada infeksi akut, sepsis dan syok septik adalah :

- tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak

- tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak

- cari faktor predisposisi untuk penyakit yang erat hubungannya

(pembedahan, trauma atau sumber infeksi lainnya).

- pada infeksi genitalia dapat terjadi sebagai berikut :

sekret/cairan berbau dari vagina

pus keluar dari serviks

air ketuban hijau dan kental serta berbau busuk

tanda-tanda infeksi pelvik (nyeri perut bawah, nyeri rahim, dan

sebagainya).

Pengelolaan :

1. Tindakan umum.

Pemantauan tanda-tanda vital, bebaskan jalan nafas, jangan memberikan

makanan / minuman untuk menghindari kemungkinan muntah dan aspirasi.

Hindarkan penderita dari kemungkinan hipotemi.

2. Pemberian Oksigen.

Setelah dipastikan jalan nafas bebas diberikan 02 dengn kecepatan 6-8 liter /

menit.

3. Pemberian cairn intravena.

Pemberian cairn intravena dilakukan apabila keadaan penderita tidak stabil

dan cara pemberian sesuai dengan cara pemberiaan pada syok hipovolemik.

4. Pemberian antibiotika.

Antibiotika harus diberikan pada kasus syok septik untuk mengatasi infeksi.

Pada kasus syok maka pemberian antibiotika i.v. lebih diutamakan, sebab

Page 69: protap 4 (hal.153-211)

lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Oleh karena

identifikasi kuman patogen belum memungkinkan dan kuman patogen ganda

telah terdapat di tempat infeksi, untuk kebnayakan kasus dipilih antibiotika

yang berspektrum luas yang efektif terhadap grm positif, gram negatif,

anaerobik dan chlamydia. Antibiotika harus diberikan dalam bentuk kombinasi

agar diperoleh cakupan yang luas. Penggunaan antibiotik dalam kehamilan

dan persalinan dengan janin hidup harus dipertimbangkan efeks samping

setiap antibiotik dalam kehamilan dan persalinan dengan janin hidup harus

dipertimbangkan efek samping setiap antibiotika terhadap janin. Antibiotik

yang terpilih untuk kehamilan / persalinan adalah penisiln dan derivatnya,

kemudian sefalosporin. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang diberikan pengobatan

kombinasi Ampisilin, gentamisin, metronidazol sambil menunggu hasil biakan

dan tes sensitivitas.

Pilihan lain adalah kloramfenikol kombinasi dengan penisilin atau ampisilin.

Apabila keadaan pasien membaik/stabil maka pemberian i.v. dilanjutkan

dengan pemberian oral. Pemberian antibiotika profilaksis pada kasus-kasus

tanpa tanda-tanda infeksi, diberikan dalam dosis tunggal. Untuk kasus obstetri

biasanya dipilih Ampisilin/penisilin dan generasi pertama sefalosporin.

5. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam pengelolaan sepsis.

Dilakukan pemeriksaan darah (Hb, golongan darah, darah lengkap) serta

pemeriksaan getah pada daerah infeksi ataupun darah untuk biakan dan tes

sensitivitas.

Apabila keadaan penderita stabil maka harus dilakukan/dicari penyebab syok

septik.

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur yang telah dibuahi berimplantasi

dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik

terjadi di tuba dapat terjadi abortus dan ruptura tuba. Diagnosis kehamilan ektopik

terganggu biasanya tidak sulit. Pada seorang wanita usia reproduksi, menikah atau

tidak, adanya keterlambatan haid atau tidak dengan keluhan nyeri perut bagian bawah

atau ada riwayat pingsan harus dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang

terganggu. Yang menonjol adalah penderita pucat, tampak sakit, kadang-kadang

Page 70: protap 4 (hal.153-211)

ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dirongga perut. Serviks bila digerakkan

terasa nyeri dan kavum Douglasi menonjol.

Pengelolaan

Kasus kehamilan ektopik terganggu harus dikelola di Rumah Sakit yang mempunyai

kemampuan untuk melakukna laparotomi. Oleh karena pasien biasanya dalam

keadaan syok dan walaupun belum terjadi syok, maka dalam merujuk penderita harus

terpasang infus.

MOLA HIDATIDOSA

Mola Hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik. Mola

hidatidosa mudah dikenal berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang berisi

cairan jernih dengan ukuran bervariasi. Pada mola hidatidosa ditemukan tanda-tanda

kehamilan, besar uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditemukan balottement

dan denyut jantung janin. Diagnosis pasti adalah bila diketahui adanya gelembung-

gelembung mola keluar dari kanalis servikalis. Pemeriksaan dengan sonde seputar

hanya boleh dilakukan oleh dokter yang terlatih dan penyulit yang sering timbul

adalah tirotoksikosis dan pre-eklamsia.

Pengelolaan

Pengelolaan Mola hidatidosa sebaiknya dilakukan di Rumah Sakit. Langkah-langkah

pengelolaan mola hidatidosa adalah :

- pengelolaan syok bila terjadi syok

- transfusi darah bila kada Hb < 8 gr%

- kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase kemudian dilanjutkan

dengan sendok kuret yang tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan

harus dilindungi dengan Oksitosin 10 U dalam 500 ml Dextrose 5%

apabila sondase uterus > 12 cm.

- Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet / hr

- Adanya penyulit pre-eklamsia dikelola sesuai dengan protokol pre-

eklamsia.

Page 71: protap 4 (hal.153-211)

- Adanya penyulit tirotoksikosis sebaiknya segera dirujuk ke Rumah

Sakit.

- Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca

mola hidatidosa, selama 1 – 2 tahun. Untuk tidak mengacaukan

pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom.

PLASENTA PREVIA

Plasenta previa ialah keadaan dimana plasenta terletak disegmen bawah rahim

sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Plasenta previa

sering menyebabkan perdarahan antepartum sesudah kehamilan 20 minggu.

Sifat perdarahan pada plasenta previa adalah :

- Lebih sering terjadi pada trimester III

- Tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

- Perdarahan pertama banyak dan perdarahan berikutnya lebih banyak

dan kadang disertai dengan syok.

- Darah warna merah segar

- Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

- Biasanya disertai kelainan letak

- Janin mungkin masih hidup tergantung dari jumlah perdarahan

Pada kasus perdarahan ante partum tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam kecuali

dimeja operasi.

Pengelolaan

Pengelolaan plasenta previa harus dilakukan di Rumah Sakit karena biasanya selalu

harus dilakukan operasi. Pengelolaan ditempat pelayanan tingkat dasar adalah untuk

mengatasi syok/presyok dan mempersiapkan rujuk sebaik-baiknya dan secepat-

cepatnya. Sebenarnya tidak semua kasus plasenta previa harus diselesaikan dengan

operasi, pada plasenta letak rendah dan plasenta previa harus diselesaikan dengan

sudah lebar dapat dilakkan pemecahan kulit ketuban dan partus pervaginam.

Permasalahannya ialah untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pemeriksaan

dalam dan harus dimeja operasi.

Page 72: protap 4 (hal.153-211)

SOLUSIO PLASENTA

Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal yaitu di korpus uteri

sebelum janin lahir. Sifat perdarahan solusio plasenta ialah :

- Lebih sering terjadi pada trimester III

- Disertai rasa nyeri / sakit perut yang terus menerus

- Perdarahan mungkin banyak mungkin sedikit, keadaan umum penderita tidak

sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar (mungkin perdarahan hanya sedikit

tetapi penderita syok).

- Darah berwarna kehitam-hitaman.

- Rahim tegang terus-menerus dan umumnya denyut jantung janin tidak ada.

Pengelolaan

Kasus solusio plasenta harus dikelola Rumah sakit, mengingat komplikasi

yang mungkin timbul yaitu perdarahan banyak, syok, atonia uteri, kelainan

pembekuan darah dan oliguria. Harus segera diberikan cairan infus untuk mengatasi

syok apabila keadaan umum belum memungkinkan untuk merujuk dapat dilakukan :

- Transfusi darah

- Ketuban dipecahkan dilanjutkan infus oksitosin 5 U dalam 500 ml Dextrose 5%

mulai dengan 8 tetes permenit. Tindakan ini hanya boleh dilakukan bila diyakini

dapat lahir pervaginam. Apabila persalinan tidak selesai 6 jam, sebaiknya

dilakukan seksio sesarea.

- Kelainan hipofibrinogenemia diatasi dengan pemberian fibrinogen, jika tidak ada

dapat dengan transfusi darah segar.