BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1....
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1....
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh dan juga perwujudan manfaatnya. Hadi (2005), status gizi
adalah merupakan suatu ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture yang
dibutuhkan individu dalam suatu variable. Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan
dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2002).
Menurut Supariasa dkk (2002), menyatakan gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor
resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada
seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan (FKM UI, 2007).
Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur
yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu
indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah
dengan melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa,2004) dalam
(Purwanti, 2009).
7
8
Bayi umur 0 – 4 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu
Ibu (ASI) saja. Bagi bayi berumur 0 – 4 bulan, ASI merupakan satu-
satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang
dirinya secara wajar dan sehat (Dinkes, 2002)
Sejak dari masa janin, bayi, balita, remaja, dewasa dan lansia (lanjut
usia), manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk membantu
fungsi semua organ agar dapat berjalan dengan baik, apakah zat itu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air. Karbohidrat,
protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk
bekerja. Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah
sebesar 4 gramkalori, sedang 1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori
dan untuk setiap 1 gram lemak dapat menghasilkan kalori sebesar 9 gram
kalori. Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan
jalan memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan
syaraf, vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu,
di dalam proses-proses tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari
udara. Peranan air sangat penting sebagai medium atau pelarut dari getah-
getah tubuh, peredaran darah dan proses proses dalam tubuh lainnya
(Linda, 2003).
Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh
rendahnya intake makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi
kebanyakan orangtua tidak tahu melakukan penilaian status gizi pada
anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak
harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap
harinya (Ali, 2006).
9
2. Penilaian Status Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa
dkk, 2002).
1) Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengnukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara
lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak
di bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002).
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, dkk. 2002).
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot (Supariasa, dkk. 2002).
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dan jaringan (Supariasa, dkk.
2002).
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi
tiga penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan
faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002:20).
10
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002:20).
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi
(Supariasa, dkk. 2002).
3) Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain (Supariasa dkk, 2002:21).
3. Klasifikasi Status Gizi
Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-
batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan setiap negara relatif
berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara
tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.
a. Klasifikasi Gomez (1956)
Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard.
Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U).
Sebagai baku patokan digunakan persentil 50 (Supariasa, dkk. 2002).
11
Tabel 2.1 Klasifikasi KEP Menurut Gomez
Kategori (Derajat KEP) BB/U ( % )
0 = Normal Lebih dari 90 %
1 = Ringan 89 – 75 %
2 = Sedang 74 – 60 %
3 = Berat < 60 %
b. Klasifikasi Jelliffe
Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur
(Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 2.2 Klasifikasi KEP Menurut Jelliffe
Kategori BB/U ( % Baku )
KEP I 90 – 80
KEP II 80 – 70
KEP III 70 – 60
KEP IV < 60
c. Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999)
Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun
1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, Gizi lebih, gizi baik,
gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah
berat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Depkes RI
Kategori Cut of point (Laki-laki dan perempuan sama)
Gizi Lebih >120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Baik 80 % - 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Sedang 70 % - 79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Kurang 60 % - 69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi Buruk < 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
12
d. Klasifikasi Cara WHO
Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard
yang digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics,
USA) (Supariasa, dkk. 2002).
Tabel 2.4 Klasifikasi Menurut Cara WHO
BB/TB BB/U TB/U Status Gizi
Normal Rendah Rendah Baik, Pernah Kurang gizi
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Jangkung, Masih Baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk, Kurang
Rendah Normal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih, Obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih, Tidak Obesitas
Tinggi Normal Rendah Lebih Pernah Kurang
4. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi
menjadi dua yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang
meliputi status gizi kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh.
Status kesehatn berkaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan
berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi,
seperti kwarshiokor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang
sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare. Faktor umur sangat penting
dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat. Faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak
13
itu sendiri, yang meliputi pengetahuan ibu dan faktor ekonomi (Santoso,
2004).
Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2007 ada 18,4 Persen anak
balita yang kekurangan gizi, terdiri dari gizi kurang 13,0 persen dan gizi
buruk 5,4 persen.
Fenomena kurang gizi sendiri disebabkan oleh kombinasi berbagai
faktor, mulai dari kemiskinan, kondisi lingkungan, buruknya layanan
kesehatan, dan kurangnya pemahaman mengenai gizi. Diusia sekolah,
anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas
karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal.
Permasalahan gizi menurut Supariasa (2002) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan gizi, yaitu :
a. Faktor penyebab langsung dari masalah gizi
1) Asupan makan
Apabila ketidak cukupan zat besi terlalu lama maka persediaan
atau jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidak cukupan itu.
Apabila jika ini berlangsung lama maka terjadi penurunan berat
badan. Terjadinya perubahan yang dapat di deteksi dengan
pemeriksaan laboratorium. Terjadinya perubahan fungsi yang
ditandai dengan tanda yang khas, terjadi perubahan anatomi yang
bisa dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariyasa, 2002)
2) Penyakit infeksi/status kesehatan
Proses riwayat alamiyah oleh karena penyakit yang diterapkan
pada masalah gizi melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan
terjadinya interaksi antara penjamu, sumber penyakit dan
lingkungan. Ketidak seimbangan faktorini, misalnya ketidak
cukupan zat gizi maka, simpanan zat gizi akan berkurang dan lama
kelamaan simpanan akan menjadi habis. Apabila keadaan ini
dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis dan
akhirnya akan memasuki ambang klinis. Proses itu menyebabkan
terjadinya penyakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan
14
sampai dengan sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada 4
kemungkinan yaitu, mati, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila
ditanggulangi intensif.(Suparyasa, 2002)
b. Faktor tidak langsung penyebab masalah gizi
1) Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam
penyediaan pangan yang baik untuk mencapai keadaan gizi yang baik
pula. Pengetahuan gizi didukung oleh pendidikan gizi yang cukup.
Pentingnya pengethuan gizi didasarkan pada kenyataan yaitu :
1. Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha
peningkatan status gizi.
2. Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup
untuk pertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.
3. Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi
seseorang dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan fakta-
fakta yang perlu sehingga dapat menggunakan pangan dengan
baik bagi perbaikan gizi.
Kurang pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan dalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting
dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
kemampuan untuk menerapkan informasi-informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (Depkes, 2004).
Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu
sanagat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan, pada kenyataan sehari-
hari sering dijumpai anak yang kurang mempunyai selera makan (Suharjo,
1989).
15
2). Pendidikan gizi
Pendidkan adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk memperbaiki
dirinya dalm melangsungkan kehidupan masyarakat. Semakin tinggi
pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat poengetahuan
akan kesehatan dan gizi keluarganya sehingga mempengaruhi kualitas
dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarganya.
3). Pekerjaan
Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penggunaan
waktu sehari-hari ibu balita, karena mengetahui status pekerjaan (ibu
bekerja atau tidak) akan dapat dijadiakan sebagai latar belakang
penelitian perilaku dan sikap ibu tersebut(Suharjo, 1989)
4). Ketersediaan pangan
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan
apapun yang diakibatkan kemiskinan dan kekurangan pangan kecuali
dlam keadaan tertentu, penggunaan yang lebih baik dari pangan yang
tersedia dapat dilakukan penduduk yang memehami penggunaanya
untuk membantu peningkatan status gizi, sehingga membantu
penduduk untuk balajar cara menanam, menyimpan dan menggunakan
pangan untuk memperbaiki konsumsi makanan (Suharjo,1999).
5) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya
air bersih dan sarana pelayanan kesehtan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan adalah akses
atau keterjangkauan anak dan keluarga tahap upaya pencegahan
penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti : pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, imunisasi
penyuluhan kesehatan, serta sarana kesehatan yang baik seperti
posyandu, puskesmas, bidan, dan dokter rumah sakit serta air bersih (
Depkes RI, 2000).
16
5. Gizi Balita
a. Pengertian
Zat gizi (nutriens) adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,
membagun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses
kehidupan (Almatsier, 2001). Berbagai fungsi dari zat gizi antara lain
sebagai sumber energi atau tenaga, untuk menyokong pertumbuhan
badan yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah ada, memelihara
jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan
dalam cairan tubuh dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
sebagai anti oksidan dan anti bodi (Sediaoetama,1999).
b. Zat Gizi
1) Karbohidrat
Karbohidrat memegang peran penting dalam alam karena
merupakan sumber energi utama bagi manusia dan organik yang
mempunyai molekul yang berbeda-beda. Meski terdapat
persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.
Karbohidrat yang penting bagi gizi adalah polisakarida
(tepung), disakarida sukrosa dan laktosa, dan monosakarida
glukosa dan fruktosa. Serat dalam makanan (dietary fiber) terdiri
dari karbohidrat yang tidak dapat diserap. Serealia, sayur mayur,
buah-buahan dan kacang-kacangan merupakan sumber utama
serat. Pencernaan karbohidrat polisakarida sudah mulai dalam
mulut oleh aktifitas amilase air liur, hingga berubah menjadi
dekstrin.
Empat puluh sampai lima puluh persen dari seluruh energi
yang terdapat pada formula balita merupakan bagian dari
karbohidrat, dimana dalam formula adaptasi laktosa merupakan
karbohidrat tunggal dan menyediakan 42% dari jumlah seluruh
energi formula tersebut. Untuk meenentukan nilai gizi, faktor
17
karbohidrat pada berbagai bahan makanan haruslah menunjukan
angka kalori pergramnya sebagai berikut :
a) Jagung 4,03 Kal/g
b) Gandum 4,12 Kal/g
c) Beras giling 4,16 Kal/g
d) Kentang/ akar berumbi 4,03 Kal/g
2) Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang
dan ran tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan rambut dan
kuku, sebagai sumber energi dan untuk zat kekebalan tubuh
(Sediaoetama, 2002). Sumber bahan makanan protein adalah
kacang-kacangan, biji-bijian ikan, ikan, daging, telur, susu dan
hasil olahanya.
Kadar protein beberapa bahan makanan meliputi :
3) Lemak
Lemak sebagai bahan atau sumber pembentuk energi di
dalam tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari
tiap gram adalah lebih besar dari yang dihasilkan tiap gram
karbohidrat dan protein, tiap gram lemak menghasilkan 9 kalori.
Fungsi utama dari lemak adalah sebagai penghasil energi, sebagai
pembangun/ pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan
panas tubuh dan pengatur temperatur tubuh, sebagai penghasil
asam lemak esensial karena tidak dapat di bentuk dalam tubuh
Sumber protein hewani : Sumber protein nabati :
1. Daging 18,8 g% 1. Kacang Kedelai 34,9 g%
2. Hati 19,17 g% 2. Kacang Ijo 22,2 g%
3. Ikan Segar 16,0 g% 3. Kacang Tanah 25,3 g%
4. Udang Segar 21,0 g% 4. Beras 7,6 g%
5. Ayam 18,2 g% 5. Jagung 9,2 g%
6. Telur 12,0 g% 6. Singkong, tapioka 1,2 g%
18
melainkan harus tersedia dari luar, untuk pertumbuhan dan
pencegahan terjadinya peradangan kulit serta sebagai pelarut
vitamin tertentu ( A, D, E, K) Sehingga dapat digunakan tubuh
(Sediaoetama, 2002).
Klasifikasi lemak antara lain :
a) Lemak sederhana, yaitu ester dari asam lemak dengan
bermacam-macam alkohol contoh : minyak.
b) Lemak komplek, adalah fosfolipid, glikolipid terutama terdapat
dalam jaringan saraf termasuk otak, dan membran sel.
c) Prekurso dan turunan lemak, adalah asam lemak, gliserol
steroid (contoh : kolestrol, yang berhubungan dengan
atherosclerosis, asam empedu, hormon-hormon adrenokortikal
dan sex, vitamin D, dan lain-lain), dan benda keton.
4) Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan
dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk
oleh tubuh. Oleh karenanya, harus didatangkan dari makanan.
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan, disamping itu karena vitamin adalah zat
organik mata vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan
pengolahan (Almatsier, 2001)
Zat tersebut biasanya dibagi dalam dua kelas berdasarkan
sifat kelarutanya. Vitamin larut air adalah yang larut dalam air dan
pada umumnya berfungsi sebagai koenzim (C dan B). Vitamin
larut lemak, biasanya tidak larut air, tetapi larut dalam fungsi
Vitamin antara lain :
a) Vitamin A : berfungsi sebagai pertumbuhan sel-sel epitel,
untuk proses oksidasi tubuh dan mengatur rangsang sinar pada
saraf mata. Terdapat pada sayuran hijau dan kuning,
mentega,hati, minyak ikan, telur dan susu.
19
b) Vitamin D : berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam
darah dan memperbesar penyerapan kapur dan fosfor. Terdapat
pada minyak ikan, mentega, susu, kuning telur, dan buah
pisang.
c) Vitamin E: diperlukan pada saat sel sedang membelah,
berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan metabolisme.
Terdapat pada kuning telur , susu, lemak, daging, hati, dan
kecambah.
d) Vitamin K : sebagai pembentukan protombin untuk proses
koagulasi (pembekuan) darah. Terdapat pada sayur hijau,
kuning telur, minyak kedelai, dan hati.
e) Vitamin C : yaitu asam askorbat, berfungsi pembentukan
trombosit dan mekanisme imunitas daya tahan tubuh. Terdapat
pada hati, sayuran dan buah-buahan segar terutama jeruk.
f) Vitamin B1 : yaitu Thiamin atau anti beri-beri berfungsi
sebagai metabolisme karbohidrat, untuk keseimbangan air di
tubuh dan mempengaruhi penyerapan zat lemak dalam usus.
Terdapat pada golongan padi-padian dan daging.
g) Vitamin B2 : yaitu riboflavin berguna sebagai enzim dalam
proses oksidasi sel-sel. Terdapat pada hati, susu, wortel, dan
kuning telur.
5) Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang
peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan. Kalsium,fosfor, dan magnesium adalah bagian dari
tulang, besi dari homoglobin dalam sel darah merah, dan imodium
dari hormon tiroksin. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim-
enzim.
20
Mineral digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan
besarnya kebutuhan manusia. Mineral makro adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
sedangkan minimal mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.
Jumlah minimal mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga
saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial.
c. Cara Pengolahan Gizi Seimbang untuk balita
Pemberian makanan pada balita harus dapat memenuhi
kebutuhan balita yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat
gizi utama. Cara-cara menyiapkan harus memperhatikan kebersihan
memakai bahan baku yang segar dan dengan metode memasak yang
baik antara lain pengukusan lebih baik dari pada perebusan dan
penyaringan lebih baik dari penggorengan (Krisnatuti, 2003). Ibu juga
dapat memberikan Pola menu 4 sehat 5 sempurna untuk keseimbangan
gizi balita (Almatsier, 2001)
6. Indikator Status Gizi Balita
Salah satu indikator kesehatan pada anak usia dibawah lima tahun
(balita) bisa dilihat dari status gizinya, dan untuk mengetahui bagaimana
status gizi balita diperlukan sensus pengukuran gizi dalam bentuk
penimbangan balita, dengan penimbangan balita dapat diintervensi secara
dini apabila ada balita gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih sehingga
dapat ditanggulangi dengan cepat. Bulan penimbangan balita adalah
bagian dari sensus pengukuran gizi balita, sehingga akan diketahui
prevalensi balita gizi buruk, masalah gizi akut atau kronis (Erlan, 2001).
Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak
lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS. KMS (Kartu
Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
21
kesehatan termasuk bidan dan dokter. Selain itu KMS-Balita menjadi alat
yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan
pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan
penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang
tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan-nya (www.
creasoft.wordpress.com).
7. Penggunaan indeks antropometri
Indeks antropometri yang umum di gunakan dalam menilai status
gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Dari berbagai
indeks tersebut, untuk menginterprestasikan di butuhkan ambang batas.
Ambang batas menurut kesepakatan para ahli gizi adalah:
1) Persen terhadap median
Median adalah nilai tengah populasi, dalam antropometri gizi
median sama dengan persentil 50 dan nilainya di nyatakan sama
dengan 100%. Kemudian di hitung presentase terhadap nilai median
untruk mendapatkan batas.
Tabel 2.1 Status Gizi Berdasarkan Indikator Antropometri
Status Gizi Indeks
BB / U TB / U BB / TB
Gizi Baik > 80% > 90% > 90%
Gizi Sedang 71 - 80% 81 % - 90% 81% - 90%
Gizi Kurang 61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%
Gizi Buruk < 60% < 70% < 70%
Sumber : Supariasa, 2002
22
2) Persentil
Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah jumlah populasi
berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya.
3) Standar Deviasi (SD)
Standar Deviasi disebut juga dengan Z-score. WHO menyarankan
untuk menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau
pertumbuhan. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan
dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-score) dari median. Dibawah
nilai median – 2SD unit dinyatakan gizi kurang.
Rumus perhitungan Z-scoore adalah :
Z-scoore = Nilai Individu Subjek - Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
23
Tabel 2.2 Penilain Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U,BB/TB
Standart Baku Antropometri WHO – NCHS
No
Indeks yang dipakai
Batas pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1. BB/U < - 3SD
- 3 s/d < - 2SD
-2 s/d + 2 SD
> + 2SD
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
2. TB/U < - 3SD
- 3 s/d < - 2SD
-2 s/d + 2 SD
> + 2SD
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
3. BB/TB < - 3SD
- 3 s/d < - 2SD
-2 s/d + 2 SD
> + 2SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Contoh perhitungan Z-scoore sebagai berikut :
Seorang anak laki-laki umur 36 bulan dengan tinggi badan 96 cm dan berat
badan 15,2 kg, dan seorang anak laki-laki umur 10 bulan dengan panjang badan
75 cm dan berat badan 5,8 kg. Distribusi simpang baku ketiga indeks untuk kedua
anak tersebut masing-masing sebagai berikut :
24
Tabel 2.3 Berat (kg) menurut umur anak
No Umur Standard Deviasi
Th
Bln
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
1
3 0 9,8 11,4
13,0
14,6 16,4 19,3
20,1
2 10 6,6 7,6 8,6 9,5 10,6 11,7 12,7
Sumber : Supariasa,2001
Tabel Tinggi (cm) menurut umur anak
No
Tinggi
Standard Deviasi
CM
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
1
96
0
83,5
87,3
91,1
94,9
98,7
102,5
106,3
2
75
65,7
68,3
71,0
73,6
76,3
78,9
81,6
Sumber: Supariasa,2001
Tabel 2.5 Berat (kg) menurut tinggi badan anak
No
Tinggi
Standard Deviasi
Cm
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
1
96
11,3
12,3
13,3
14,4
15,5
16,6
17,7
2
75
7,4
8,2
9,0
9,8
10,7
11,6
12,5
Sumber : Supariasa, 2001
25
Jadi untuk indeks BB/U adalah
a. Anak Pertama = (15,2-14,6) / (14,6-13,0) = 0,6 / 1,6 = + 0,4 SD
Z-scoore = Status Gizi Baik
b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,5 ) / ( 9,5 – 8,6 ) = -3,7 / 0,9 = -4,4 SD
Z-scoore = Status gizi Buruk
Untuk indeks TB/U adalah
a. Anak Pertama = ( 96 – 94,9) / ( 94,9 -91,1) = 1,1 / 3,8 = + 0,3 SD
Z-scoore = Status Gizi Normal
b. Anak kedua = (75 – 73,6) / (73,6-71,0) = 1,4 /2,6 = + 0,5 SD
Z-scoore = Status Gizi Normal
Untuk Indeks BB / TB adalah
a. Anak Pertama = ( 15,2 – 14,4 ) / ( 14,4 – 13,3 ) = 0,8 / 1,1 = + 0,7 SD
Z-scoore = Status Gizi Normal
b. Anak Kedua = ( 5,8 – 9,8) / ( 9,8 – 9,0 ) = -4 / 0,8 = -5 SD
Z-scoore = Status Gizi Sangat Kurus
26
8.Cara Mengukur Status Gizi Balita
Untuk mengukur Status Gizi seorang balita dapat dilakukan dengan
melakukan perbandingan 3 aspek penting yang ada dalam diri seorang
balita, yaitu umur balita, tinggi badan balita, dan berat badan balita.
(DepKes RI 2002). Dari ketiga aspek tersebut akan didapatkan tiga
perbadingan untuk mengukur apakah status gizi seorang balita termasuk
kedalam golongan gizi baik atau tidak. Ketiga perbandingan tersebut adalah
Berat Badan menurut Umur, Tinggi Badan menurut Umur, dan yang terakhir
adalah Berat Badan menurut Tinggi Badan. (DepKes RI 2002). Sedangkan
alat yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita antara lain adalah
akta atau tanda kenal lahir sebagai penunjuk umur, timbangan badan untuk
mengetahui berat badan, dan alat ukur untuk mengetahui tinggi badan yang
memiliki satuan centimeter (meteran). Pengukuran status gizi didasarkan pada
nilai Z Skor untuk nilai BB / TB yang dilakukan dengan menggunakan
program Nutrizof untuk pengukuran antopometri.
27
B. Pengetahuan Ibu
1. Pengertian
Pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari pengetahuan
tersebut seorang ibu diharapkan mampu memelihara kesehatan anak
balitanya. Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang
berpikir secara ilmiah, sedang tingkatannya tergantung pada ilmu
pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam dan Pariani,
2001 dalam Husada, 2009). Sedangkan Ali, 2003 menyatakan pengetahuan
adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.
Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan
faktor penting dalam masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari
gangguan gizi adalah kekurangan pengetahuan tentang gizi atau
kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari (Suhardjo, 1996) dalam (Kusumaswati, Mutalazimah, 2004).
Dengan pengetahuan gizi yang buruk diharapkan seseorang dapat
mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat memilih bahan
makanan bergizi serta menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan
dan selera serta akan mengetahui akibat adanya kurang gizi. Pemberian
pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mengubah kebiasaan makan
yang semula buruk menjadi lebih baik (Depkes RI, 2000).
28
2. Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Berawal dari
pengetahuan tentang cara-cara mencapai kesehatan balita, cara
menghindari penyakit akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pentingnya status gizi balita hal itu akan menimbulkan suatau kesadaran
ibu dan akhirnya akan menyebabkan ibu berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan muncul perilaku dalam bentuk
kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu (Notoatmodjo,
2010).
Dengan memberikan informasi tentang posyandu dan sasaran
posyandu akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal tersebut.
Pengetahuan yang baik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan kunjungan ibu ke posyandu meningkat.
Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan
ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program
prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare
(Zulkifli, 2003).
Kurangnya tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang status gizi
balitanya akan mempengaruhi tingkat kunjungan ibu ke pusat pelayanan
kesehatan dalam hal ini Posyandu. Fakta menunjukkan bahwa keaktifan
masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan terhadap anaknya
di Posyandu semakin hari semakin menurun. Salah satu faktor yang
mendorong terjadinya hal tersebut adalah ketidaktahuan ibu tentang
manfaat status gizi anaknya di Posyandu, sehingga dirasakan perlu adanya
suatu upaya untuk menyadarkan agar tahu manfaat dari Status gizi
balitanya di Posyandu (Djaiman, 2008).
Hubungan antara pengetahuan ibu tentang Status gizi balita dengan
keteraturan datang di posyandu tentu akan saling mempengaruhi. Tingkat
pengetahuan ibu tentang Status gizi balita yang tinggi akan mendominasi
tingkat keteraturan menimbang di posyandu, karena akan sangat
29
mempengaruhi asumsi orangtua khususnya ibu terhadap tindakan-tindakan
yang patut dilakukan kepada balitanya termasuk didalamnya keteraturan
menimbang di posyandu. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status gizi
Anak balita akan saling mempengaruhi keteraturan menimbang di
posyandu.
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2005 dalam Husada, 2009, pengetahuan
yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya termasuk didalamnya adalah meningat kembali
(recall) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang
telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh karena itu,
“Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
Ibu dalam tahap tahu ini dapat mengingat Posyandu baik
jadwal dilaksanakan, tujuan posyandu, manfaat posyandu, fungsi
posyandu, sasaran posyandu serta penyelengaraan dari posyandu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu
obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
meyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang telah
dipelajari.
Dalam tahap ini ibu dapat menyimpulkan pentingnya posyandu
bagi kebaikan ibu dan balita.
30
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
Dalam tahap ini ibu sudah dapat mengikuti kegiatan posyandu,
tingkat aplikasi ini sudah dalam tataran tindakan yang sudah dapat
dilihat dan diukur berapa jauh ibu memahami pentingnya posyandu.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan
yang lain.
Tahap analisis ini, ibu sudah dapat menilai bahwa kegiatan
posyandu yang dilaksanakan baik atau tidak, bermanfaat atau tidak.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
Tahap sintesis, ibu sudah berada dalam tatanan meletakan
posyandu sebagai pelayanan kesehatan ibu dan balita yang penting
dari pada kegiatan yang lain seperti bersantai, bahkan lebih utama
kesehatan dari pada bekerja.
f. Evaluasi (Evalution)
Evalusi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
31
mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi Meliputi kata
kerja membandingkan menangapi penafsiran
Tahap evaluasi, ibu sudah dapat menilai kegiatan posyandu yang
diselenggarakan sudah sesuai dengan tujuan, sasaran, manfaat,
penyelenggaraan dari posyandu. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian maupun responden.
Tingkat pengetahuan setiap orang berbeda-beda tergantung dari
tingkat pendidikan dan kemampuan seseorang dalam menerima suatu
hal yang ada disekitarnya yang dapat diperoleh dari berbagai sumber
dan berbagai cara. Sumber pengetahuan dapat diperoleh dari media
massa maupun elektronik yang semakin cangih. Sehingga dalam hal
ini ibu dapat menambah pengetahuan mengenai satus gizi balita dan
manfaat posyandu.
4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2010 (dalam Husada, 2009) untuk
memperoleh pengetahuan ada berbagai cara yaitu :
a. Cara tradisional atau non ilmiah yang terdiri dari :
1) Cara coba-salah (Trial and Error).
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi
persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan
coba-coba. Bila percobaan pertama gagal, dilakukan percobaan
yang kedua dan seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun temurun. Kebisaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan dapat
berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
32
agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Para pemegang
otoritas pada prinsipnya adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu
menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan
perasaannya sendiri.
3) Berdasarkan pengalamannya sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila
dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan
masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain
yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.
4) Melalui Jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan
yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu
melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum
dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
b. Cara Modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi
penelitian.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Husada, 2009 faktor utama yang mempengaruhi
pengetahuan, diantaranya adalah :
33
a. Faktor Intrinsik
1) Sifat kepribadian
Tingkah laku individu bersifat unit sesuai kepribadian yang
dimiliki karena dapat dipengaruhi oleh aspek kepribadian seperti
pengalaman hidup, perubahan usia, watak, temperamen sistem nilai
serta kepercayaan.
2) Bakat pembawaan
Bakat sangat berpengaruh dalam tingkah laku karena
merupakan interaksi dari faktor keturunan dan lingkungan.
3) Intelegensi
Seseorang yang mempunyai intelegensi rendah akan
bertingkah laku lambat dalam pengambilan keputusan.
4) Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997). Motivasi merupakan kekuatan dari dalam dan
dampak dari luar sebagai gerak-gerik dalam menjalankan fungsinya.
Motivasi berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan (Saifudin,
2008).
5) Pengalaman
Ibu yang memiliki pengalaman yang luas tentang kesehatan
akan selalu ingin mencari hal yang terbaik dari apa yang telah
didapatkan sekarang. Seseorang yang memiliki pengalaman yang
luas akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2003).
Pengalaman ibu tentang kebaikan, keuntungan-keutungan dari
posyandu sangat mempengaruhi kunjungan ibu membawa balitanya
ke posyandu.
6) Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
individu sejak dalam ayunan hingga ke liang lahat, berupa interaksi
34
individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal. Bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tinggi
pula pengetahuan yang didapat oleh orang tersebut, yang artinya
dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang
(Sunaryo, 2002).
Bahwa terbentuknya pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh
faktor predisposisi yaitu pendidikan. Pendidikan akan merubah pola
pikir dan akan menambah pengalaman–pengalaman baru di institusi
terkait sehingga pengetahuan ibu tentang suatu hal dalam hal ini
tentang status gizi balita akan bertambah
7) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah,
adanya pekerjaan memerlukan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan masing-masing dianggap
penting dan memerlukan perhatian, masyarakat yang sibuk hanya
memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi (Notoatmodjo,
2003).
Pekerjaan yang membutuhkan waktu yang penuh tentu akan
mengesampingkan hal yang lain seperti kesehatan anak. Ibu dengan
pekerjaan yang menyita waktu yang banyak akan mempengaruhi
perhatian ibu terhadap kesehatan balitanya terlebih balitanya yang
sudah berusia diatas 3 tahun, dimana balita diatas 3 tahun sudah
tampak aktif dengan aktifitasnya sehingga perhatian ibu lebih
berfokus pada pekerjaannya.
8) Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau
berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang amanat.
Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta)
dengan melihat dan mendengar sendiri, misalnya membaca surat
kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi dan
sebagainya (Fajri dan Senja, 2005).
35
b. Faktor Ekstrinsik
1) Lingkungan
Lingkungan, baik lingkungan alam seperti air, hewan, laut,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya maupun lingkungan asal seperti
keluarga, teman, guru dan masayarakat yang mempengaruhi kita
semua secara langsung masupun tidak langsung seperti informasi
dari radio, televisi, surat kabar, majalah dan sebagainya.
2) Agama
Agama menjadikan orang bertambah pengetahuan yang
berkaitan dengan kehidupan spiritual.
3) Kebudayaan
Kebudayaan yang berlaku di suatu wilayah secara tidak
langsung akan memberikan pengaruh yang besar kepada seseorang
dalam memperoleh pengetahuan. Masyarakat yang memegang teguh
adat dan budayanya cenderung lebih susah untuk memperoleh
pengetahuan dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai
kultur budaya terbuka (Arimurti, 2002).
6. Cara Mengukur Pengetahuan
Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban responden > 80 %.
b. Pengetahuan buruk : jika skor jawaban responden < 80 %.
Tingkat pengetahuan dapat diperoleh melalui pengukuran
pengetahuan yang dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian
atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).
36
C. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemkes RI, 2011).
Posyandu adalah kegiatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah
kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun,
balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh
masyarakat (Ismawati, 2010).
Posyandu yaitu wahana kegiatan keterpaduan KB-Kesehatan
ditingkat kelurahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program
prioritas yaitu KB, gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare
(Zulkifli, 2003).
2. Program Posyandu dalam pengembangannya
Menurut Depkes RI, 2005 Posyandu memiliki 5 kegiatan program
yaitu:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Program kesehatan ibu dan anak melayanani kesehatan ibu dan
anak agar bisa meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
b. Keluarga Berencana
Upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan
menggunakan alat KB / kontrasepsi seperti pil, suntik, susuk, kondom,
Intra Uterine Devices (IUD), medis operatif pria (MOP), medis
operatif wanita (MOW) sedangkan yang bisa dilayani di posyandu
adalah pil, suntik, dan kondom saja, sedang yang lain dilayanani sim
puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS), Dokter dan rumah sakit.
37
c. Imunisasi
Memberikan pelayanan kesehatan dengan imunisasi kepada
bayi, balita, ibu hamil dan PUS bila perlu.
d. Gizi
Suatu upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan
cara penyeluhan gizi dan memberi contoh makanan tambahan dalam
kegiatan Posyandu.
e. Pencegahan dan Penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan cara
penyeluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Penanggulangan
diare dilakukan dengan cara penyeluhan dan ditambah dengan
pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh
masyarakat atau pemberian oralit yang telah disediakan oleh petugas
kesehatan.
3. Sistem lima kegiatan (5 meja)
Dalam Posyandu ada 5 kegiatan (lima meja) antara lain:
a. Meja I: Pendaftaran semua yang datang di Posyandu.
Kader melakukan pendaftaran para ibu (Bumil, Bufas, dan
Buteki) dan balita yang datang ke posyandu.
b. Meja II: Penimbangan bayi, balita dan bumil.
Kenyaman balita saat penimbangan di Posyandu membantu
mengurangi antrian. Pemilihan tempat untuk memasang alat tambahan
hendaknya memperhatikan:
1) Kayu menopang harus kuat dan kokoh.
2) Jauh dari barang-barang yang membahayakan.
3) Ruang gerak luas dan terbuka.
4) Terlindung dari cahaya matahari langsung.
c. Meja III: Pencatatan dari semua kegiatan Posyandu.
Kader melakukan pencatatan pada buku KMS setelah ibu dan
balita mendaftar dan ditimbang. Pencatatan dengan mengisikan berat
badan balita ke dalam skala yang disesuaikan dengan umur balita, di
38
atas meja terdapat tulisan yang menunjukkan pelayanan yang
diberikan.
d. Meja IV: Penyuluhan kesehatan
Memberikan layanan penyuluhan bagi ibu dan balita yang
datang ke Posyandu. Penyuluhan pemberian ASI eksklusif, kebiasaan
hidup bersih, makanan bergizi dan masalah kesehatan umum yang
dialami bayi maupun balita pada saat itu. Penyuluhan diberikan pada
semua ibu dan balita yang datang ke Posyandu.
e. Meja V: Pelayanan, antara lain: KB, Imunisasi, Pengobatan sederhana.
Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas dari
Puskesmas (Ismawati, 2010).
4. Indikator Posyandu
a. Frekuensi penimbangan bertahan
Seharusnya kegiatan dilakukan tiap bulan (12x/tahun). Tapi
kenyataannya tidak semua Posyandu berfungsi setiap bulan, maka
diambil batasan 8x/tahun. Rawan apabila frekuensi penimbangan
<8x/tahun, sedangkan cakupan mapan apabila frekuensi penimbangan
8 x / tahun.
b. Rata – rata jumlah kader tugas pada hari “H” Posyandu
Baik, bila jumlah kader 5 orang, sedangakan kurang bila jumlah
kader <5 orang.
c. Cakupan D/S (Jumlah balita yang ada / jumlah balita yang hadir)
Baik jika D/S mencapai 50% sedangkan kurang jika D/S
mencapai <50% (Kemkes RI, 2011).
39
C. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Supariasa (2002)
Pendapatan, pengetahuan
pendidikan, kemampuan
sosial
Kemampuan keluarga
menggunakan makanan
Tersedianya bahan
makanan, dan dapat
diperolehnya bahan
makanan
Konsumsi
makanan
Status gizi
Infeksi
Pelayanan kesehatan
40
D. Kerangka Konsp
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen yang digunakan adalah status gizi pada anak balita.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain:
H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak
balita di Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang.
Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita di
Posyandu Nusa Indah 9 Kelurahan Rowosari Semarang.
Skema 2.2 litian
Variabel Independen
Pengetahuan Ibu
Variabel Dependen
Status Gizi Balita