BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memori file6 Short term memory adalah merupakan sistem penyimpanan yang...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memori file6 Short term memory adalah merupakan sistem penyimpanan yang...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Memori
Memori adalah serangkaian proses merekam (encoding) secara pribadi
melalui proses pengindraan, dalam proses pengindraan proses encoding ini
memerlukan alat rekam yang berupa panca indra. Hasil rekam oleh panca indra
kemudian disimpan (storage), dan di waktu tertentu hasil rekaman tersebut dapat
ingat-ingat (retrieval) kembali untuk mengenang suatu peristiwa yang sempat
terekam tersebut. Memori adalah keseluruhan proses tersebut (Burhan Fanani,
2013:51).
Proses penyimpanan memori (storage) terjadi beberapa aktifitas
didalamnya. Tahap ini di awali oleh kerja sensory memory. Sensory memory
merupakan sistem penyimpanan yang dapat menyimpan informasi dalam
kapasitas yang besar. Sistem ini menyimpan seluruh informasi asli yang terekam
oleh panca indra dalam watku 1,5 detik saja (Burhan Fanani, 2013:52). Tugas dari
sensory memory adalah meneruskan kerja panca indra dalam merekam, ketika
panca indra merekam informasi (encoding), ketika itu juga sensory memory
bekerja. Kerja dari sensory memory adalah menyaring informasi penting hasil
perekaman panca indera, jika informasi yang terekam oleh panca indra dianggap
penting, maka sensory memory dengan sendirinya mempertahankan informasi
tersebut selama 1,5 detik. Setelah informasi yang dianggap penting tersebut
tertahan oleh sensory memory selama 1,5 detik, kemudian informasi akan
diteruskan ke short term memory.
6
Short term memory adalah merupakan sistem penyimpanan yang dapat
menyimpan informasi dalam kapasitas kecil, hanya sekitar 7 informasi saja.
Informasi dalam Short term memory bersifat sementara, hanya 15 detik sampai 30
detik (Burhan Fanani, 2013:53). Informasi dalam short term memory dapat
diteruskan ke long term memory dengan cara memberi perhatian khusus dan me-
review-nya kembali secara berulang-ulang atau dapat disebut mengingat-ingat.
Long term memory merupakan sustu sistem lanjutan dari short term
memory, informasi yang tersimpan dalam long term memory bersifat lebih
permanan dengan kapasitas penyimpanan yang besar. Informasi yang berada
dalam long term memory tidak mudah dilupakan dalam jangka waktu yang lama,
bahkan seumur hidup (Burhan Fanani, 2013:54).
Berikut ilustrasi untuk mepertajam pemahaman mengenai proses
penyimpanan informasi dalam memori. “Pada sebuah pameran karya seni
katakanlah ada karya seni lukis yang terpajang pada suatu sisi tembok, dan di
bawah lukisan tersebut terdapat caption yang berisi identitas karya lukis tersebut,
mulai dari judul karya, pelukisnya siapa?, dibuat tahun kapan?, medianya apa?
Ukurannya berapa?. Nah, pada saat itu juga datang seorang pengunjung
katakanlah Mawar. Mawar telah melihat lukisan tersebut dengan seksama berikut
melihat juga caption-nya. Namun, setelah melihat karya lukis tersebut dan
meninggalkan gedung dimana pameran karya tersebut diadakan. Mawar bertemu
dengan Anggrek. Anggrek menanyakan bagaimana bentuk lukisan yang di
pamerkan?, judul lukisan tersebut apa?, siapa pelukisnya, dibuat tahun kapan?,
medianya apa?. Karena faktor tertentu Mawar informasi mengenai keterangan
7
dalam caption, lupa judul, dan senimannya, juga media dan kapan lukisan tersebut
dibuat. Tetapi masih mengingat mengenai bentuk visual lukisan tersebut bahkan
detail-detailnya, dan mampu menjelaskan informasi mengenai bentuk visual
daripada lukisan tersebut kepada Anggrek”.
Ilustrasi di atas menjelaskan, bahwa mawar dengan indra penglihatannya
telah merekam semua informasi dari lukisan, dan informasi mengenai caption-
nya. Saat indra penglihatan mawar merekam semua informasi mengenai lukisan
beserta caption-nya tersebut, pada saat yang sama sensory memory Mawar bekerja
juga. Informasi yang dianggap penting oleh Mawar akan diteruskan informasi
tersebut dari sensory memory-nya ke short term memory-nya (dalam hal ini yang
dianggap penting adalah bentuk visual dari lukisan tersebut). Short term memory
memungkinkan informasi tentang lukisan dan caption-nya hilang atau terjadi
proses lupa. Proses lupa atau decay ini terjadi karena Mawar hanya menyimpan
informasi mengenai isi caption daripada lukisan pada short term memory.
Sedangkan dalam short term memory berkapasitas kecil, yaitu hanya mampu
menyimpan 7 informasi saja.
Hal yang diingat oleh Mawar mengenai bentuk visual dari lukisan dalam
ilustrasi diatas, dapat digolongkan informasi yang masuk ke dalam long term
memory. Informasi yang masuk dalam long term memory dimungkinkan bersifat
permanen. Sehingga hingga Anggrek bertanya pada Mawar, Mawar pun dapat
menjelaskan informasi mengenai bentuk visual daripada lukisan tersebut dengan
lancar dan mendetail.
8
Selain ketiga sistem memori yang telah dibahas di atas terdapat dua lagi
sistem memori. Yaitu memori kerja (working memory) dan memori perantara.
Memori kerja dapat menyimpan dari beberapa menit hingga beberapa jam.
Memori kerja berfingsi untuk mengubah informasi, menjajaki perubahan dan
memperbarui memori, pemanggilan kembali informasi, membuat perbandingan,
dan membagi perhatian (Burhan Fanani, 2013:54). Memory kerja menjadi
penyedia memori yang digunakan untuk berfikir, jika dalam berfikir
membutuhkan beberapa informasi yang akan dibutuhkan sebagai perbandingan
misalnya. Memori kerja akan memilah, dan memanggil informasi tersebut sebagai
bahan untuk berfikir.
Memori perantara bertugas untuk menjadi penampungan sementara ketika
pada proses memori informasi telah keluar dari short term memory dan memori
kerja, yang selanjutnya informasi ini akan dimasukkan dalam long term memory
ketika manusia sedang berbemori tersebut dalam keadaan tidur. Memori perantara
berisi informasi-informasi yang sempat masuk ke short term memory dan tidak
diteruskan ke long term memory.
Sistem memori memiliki potensi menyimpan pengalaman-pengalaman
dalam kapasitas sangat besar. Di lain sisi, sistem memori yang merupakan
aktifitas mental ini, terdapat potensi lain yaitu, dapat mengingat pengalaman yang
terjadi puluhan tahun lalu, dan secara tiba-tiba mengingat kembali orang-orang
atau peristiwa dimasa lalu kehidupannya dalam ingatannya dengan stimulus
tertentu. Secara umum, semua manusia memiliki pengalaman yang berkaitan
dengan waktu,. Sebagai aktifitas mental, jika mengalami stimulus tertentu,
9
memori akan menghasilkan gambaran mengenai peristiwa tertentu juga dalam
ingatannya secara sempurna (Burhan Fanani, 2013: 56-57). Bahkan dapat
merasakan bau, warna, suasana, yang dirasakan panca indranya pada peristiwa
tersebut dengan kualitas yang hampir sama, sampai pada taraf kembali ke masa
lalu.
Berikut cerita untuk mengilustrasikan penjelasan di atas, Akri sekarang
berumur 23 tahun. Dimasa kecilnya Akri pernah bercita-cita menjadi dokter gigi,
dengan tujuan agar bisa merawat giginya supaya tidak ompong nantinya. Tetapi,
pada usia 19 tahun akibat terjatuh dari sepeda motor, 3 buah gigi dari barisan gigi
depan Akri copot, sehingga cita-citanya agar tidak ompong terpaksa ompong juga.
Ketika berusia 21 tahun Akri memasang gigi palsu untuk menggantikan giginya
yang ompong, sehingga terlihat tidak ompong lagi. Di usianya yang ke 23 tahun
ini Akri berkenalan dengan Anisa yang ompong juga giginya. Ketika pertama kali
bertemu, ketika itu juga Akri mengingat bahwa giginya pernah ompong juga di
usia 19, dengan urutan kronologis yang tepat mengenai kejadian tersebut.
Dari ilustrasi diatas, Akri sebagai manusia dengan pengalaman pernah
ompong dengan cita-cita masa kacilnya tidak ompong, dapat mengingat kambali
peristiwa tersebut. Bertemu dengan Anisa sebagai stimulus untuk Akri kembali ke
masa lalu di dalam ingatannya.
B. Rasa dan Perasaan
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-
makhluk Tuhan yang lain karena dibekali dengan perasaan dan nurani.
10
Menggunakan perasaan dan nurani manusia dapat merasakan atau menilai antara
baik dan buruk, patut dan tak patut, sopan dan tidak sopan. Guna merasa, manusia
juga dibekali oleh Tuhan berupa alat-alat yang difungsikan secara khusus untuk
merasaka, secara umum dinamakan panca indra. Namun disisi lain, masih ada
beberapa rasa yang tidak bisa dirasakan dengan panca indra, Diantaranya, rasa
bosan, rasa nyaman, rasa betah, rasa malu, rasa malas, rasa percaya diri,
semangat, rasa takut. rasa bosan, rasa nyaman, rasa betah, rasa malu, rasa malas,
rasa percaya diri, semangat, rasa takut tidak bisa dirasakan oleh panca indra maka
dirasakan dengan hati dan perasaan.
Hati yang dibahas disini bukan hati yang merupakan bagian dari tubuh
atau yang dalam bahasa inggrisnya liver, maupun heart yang dalam Bahasa
Indonesia berarti jantung. Hati yang dibahas disini adalah hati yang merupakan
pusat perasaan halus, berada dalam rongga dada manusia, yang tidak terlihat oleh
mata, namun memegang peranan penting dalam kehidupan manusia (Irmansyah
Effendi. 2008, 5)
Buku yang berjudul ‘Hati, Mengenal, Membuka, dan Memanfaatkannya’
karya Irmansyah Effendi mengatakan, hati adalah pusat perasaan-perasaan yang
baik dan indah. Karena didalam hati terdapat diri sejati manusia. Tubuh fisik
hanyalah bagian luar dari diri manusia. Tubuh fisik adalah daging dan darah yang
suatu saat pasti akan menjadi debu dan tanah (Irmansyah Effendi. 2008, 6).
Kutipan ini menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan hati dan sama sekali
bukan urusan fisik.
11
Telah disinggung diatas bahwa banyak jenis rasa yang dapat dirasakan
oleh manusia. Banyaknya jenis rasa ini juga yang biasanya membingungkan
manisia dalam merasa. Buku karangan Irmansyah Effendi sangatlah lengkap
dalam membahas masalah rasa. Berikut beberapa ulasan mengenai jenis rasa dan
alat yang dipergunakan untuk merasakan rasa tersebut.
Pertama, rasa yang dirasakan dengan panca indra. Misalnya merasakan
panasnya air, ini merupakan perasaan di kulit sebagai salah satu dari panca indra
manusia (Irmansyah Effendi. 2008, 12).
Kedua, rasa yang berkaitan dengan sistem syaraf pada tubuh manusia,
sehingga manusia dapat merasa lapar, haus, atau merasa nyeri, dan kesemutan.
Rasa-rasa tersebut dirasakan oleh sistem organ dan saraf perasa dalam tubuh
manusia, dan masih merupakan rasa dari tubuh bukan pada perasaan (Irmansyah
Effendi. 2008, 12).
Ketiga, rasa yang berkaitan dengan pikiran. Misalnya rasa bosan
menunggu, atau merasa tidak senang kepada seseorang (Irmansyah Effendi. 2008,
12-13).
Keempat, rasa yang berkaitan dengan emosi. Misalnya marah, sedih,
benci, jengkel. emosi ini bersifat meledak-ledak. Jika perasaan-perasaan yang
telah disebutkan merupakan perasaan luar atau berkaitan dengan fisik, perasaan
emosi ini lebih dalam (Irmansyah Effendi. 2008, 13).
Kelima, perasaan hati yang sebenarnya. Perasaan ini berkaitan dengan
perasaan yang baik, halus, indah karena hati merupakan pusat dari perasaan itu
semua. Dari dalam hati muncul perasaan kasih, tenang, damai, indah, bahagia.
12
Ciri khusus perasaan yang keluar dari hati ditandai dengan hati akan merasa lebih
ringan mengembang, dan bahagia (Irmansyah Effendi. 2008, 5).
C. Rumah
Rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal oleh manusia
dalam jangka waktu tertentu. Sebagai tempat tinggal, rumah merupakan hal yang
penting bagi manusia sebagai penghuninya. Pentingnya sebuah rumah bagi
diperkuat dengan pendapat Suparno Sastro dalam kata pengantar bukunya yang
berjudul Konsep dan Desain Rumah Tinggal.
…salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan pangan adalah kebutuhan akan sarana papan (rumah tinggal). Papan merupakan sarana utama bagi manusia, terlebih bagi yang sudah berkeluarga, untuk berlindung dari hujan, panas, anginmaupun segala gangguan iklim dan keamanan yang mungkin terjadi selama hidupnya.
Rumah juga merupakan wadah dari semua kegiatan dan aktifitas penghuninya, serta berfungsi sebagai sarana untuk mengekspresikan gaya dan kehidupan seseorang... (Suparno Sastro, 2005)”.
Awalnya kebutuhan manusia akan rumah masih sederhana, hanya sebatas
tempat untuk berteduh dan berlindung dari cuaca dan gangguan alam. Namun,
semakin maju peradaban manusia semakin komplek pula kebutuhan manusia akan
rumahnya. Rumah sudah tidak lagi sebagai pemenuhan kebutuhan primer untuk
berlindung, namun sebagai pemenuhan kebutuhan sekunder, bahkan terisier, juga
sebagai simbol eksistensi penghuninya (Imelda Akmal. 2003: 10).
Rumah sebagai wadah dari suatu kegiatan dan aktifitas penghuninya,
rumah jelas bersinggungan langsung dengan penghuninya. Singgungan antara
13
penulis dengan rumahnya pada akhirnya menjadi bagian dari pengalaman penulis
tentang rumah.
D. Pengertian Seni
Adil, bijaksana, sopan, baik, indah, dan lain-lain adalah kata sifat yang
merupakan nilai atas penilaian terhadap sesuatu. Demikian juga seni, merupakan
nilai. Definisi ini di dikemukakan oleh Jacob Sumardjo dalam bukunya Filsafat
Seni.
....Seni memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat sekaligus didengar. Tetapi, apa yang disebut seni berada diluar benda seni sebab seni itu berupa nilai .... apa yang disebut seni baru ‘ada’ kalau terjadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni dan objek seni... (Jacob Sumardjo, 2000:45-47)”.
Ditinjau dari segi sejarah filsafat seni, pernah seorang filsuf seni Benedetto
Croce, menyebut bahwa karya seni atau benda seni tak pernah ada (Jacob
Sumardjo, 2000:31). Menurutnya seni berada pada jiwa penikmatnya, bukan pada
karya seni. Sedikit banyak pernyataan dari Benedetto Croce tersebut di atas telah
mempengaruhi penulis tentang definisi seni.
Menurut Soedarso S.P (P. Mulyadi, 2000: 6), seni adalah hasil karya
manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya;
pengalaman batin tersebut disajikan secara indah dan menarik sehingga
memberikan atau merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada manusia
lain yang menghayatinya.
14
Seni berisi tentang pikiran, gagasan, intuisi, perasaan seniman. Bisa saja
merupakan pengalaman-pengalaman batin seniman (Jacob Sumardjo, 2000:47).
Seni adalah mentransfer isi seni dari seniman kepada penikmat seni melalui benda
yang biasa disebut dengan karya seni. Karya seni mengandung kesatuan nilai-nilai
dari pikiran, gagasan, intuisi, perasaan, yang divisualisasikan.
E. Seni Rupa Murni dan Seni Lukis
Seni memang merupakan suatu wujud yang terindera. Rupa dapat
diartikan sebagai ketok wujude, atau terlihat wujudnya. Terlihat wujudnya.
Tentunya menggunakan indra penglihatan yaitu mata. Maka rupa dapat
disimpulkan, dapat dilihat dengan mata (sebagai indra penglihatan). Berdasar
pada pernyataan tentang definisi seni di atas, dapat disimpulkan bahwa. Seni rupa
merupakan kombinasi dari dua kata yaitu seni, dan rupa yang berarti, Seni
memang merupakan suatu wujud yang dapat diindra dengan indra penglihatan.
Secara garis besar seni rupa dapat di bagi menjadi seni rupa murni (fine
art) dan seni terap (applied art). Seni rupa murni merupakan istilah untuk
menandai bahwa karya seni yang dihasilkan tidak dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan praktis fungsional, tetapi murni sebagai media ekspresi (Nooryan Bahari,
2008: 51). Sebagai media ekspresi, dalam seni rupa dicabangkan kembali menjadi
beberapa cabang. Terdapat seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Mengekor atas
perkembangan ilmu seni rupa, sekarang bukan hanya seni lukis, seni patung, dan
seni grafis saja yang dijadikan seniman untuk mengungkapkan ekspresinya.
15
Performance art, happening art, seni instalasi, seni multimedia, seni video, dan
semakin berkembang saja media ungkap dalam seni rupa murni.
Tidak mengekor atas perkembangan penggunaan media seni rupa.
tentunya harus dijelaskan pengertian seni lukis. sebagai salah satu cabang seni
rupa murni, Seni lukis adalah salah satu cabang seni rupa yang berupa
pengucapan pengalaman artistik manusia pada bidang dua dimensional (Mulyadi,
1994: 7). Dua dimensional diantaranya dimensi lebar dan dimensi panjang.
Karena hanya memiliki dua dimensional maka, karya seni lukis hanya dapat
dinikmati dari arah depan, tanpa bisa dinikmati bagian belakangnya.
F. Komponen Seni
Berhubungan dengan definisi seni yang menyebutkan bahwa, seni adalah
mentransfer isi seni dari seniman oleh penikmat seni melalui benda yang biasa
disebut dengan karya seni. Penting untuk menjelaskan komponen seni. Karena
karya seni adalah wujud yang terindera, dan dalam wujud tersebut selalu ada
komponen-komponen pembentuk daripada karya seni itu sendiri. Begitu bentuk
seninya, begitu pula kandungan isi di dalamnya (Jacob Sumardjo, 2000:96)
Sepengetahuan penulis, banyak buku yang membahas tentang komponen
seni. Buku Kritik Seni karangan Darsono Sony Kartika. Menjelaskan ketiga
komponen yang merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan tersebut,
adalah subject matter, bentuk (form), dan isi atau makna (Darsono Sony Kartika,
2007: 31). seperti yang di ungkapkan Dharsono dalam buku Kritik seni, pada
tahun 2004. Mulyadi juga mengemukakan pendapat serupa, setiap karya seni pada
16
dasarnya merupakan suatu hasil ramuan atau komposisi dari sejumlah unsur yang
bersama-sama mewujudkan karya seni. Komposisi tersebut meliputi, komponen
seni, organisasi bentuk, dan persoalan bahan (Mulyadi, 1994:14). Komponen seni
berisi tentang, Subjectmatter atau pokok soal atau tema, bentuk, dan isi atau arti.
Berikut penjelasannya:
1. Subjectmatter
Subjectmatter dalam seni adalah suatu persoalan yang akan
diungkap pada suatu karya, yang selanjutnya dinamai dengan tema atau
pokok soal (Mulyadi, 1994:15). “Subjectmatter atau tema pokok ialah
rangsang cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk
yang menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang dapat
memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan
kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan lewat
sensitivitasnya” (Darsono Sony Kartika, 2007: 31).
Subjectmatter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya
bentuk yang belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai
bentuk fisik. Maka dapat dikatakan pula bahwa seni adalah
pengejawantahan dari dunia ide sang seniman (Darsono Sony Kartika,
2007: 31).
semua karya seni dipastikan mengandung subjectmatter
didalamnya, yaitu inti atau pokok persoalan yang dihasilkan sebagai akibat
adanya pengolahan objek yang terjadi dalam ide seorang seniman dengan
17
pengalaman pribadinya. Subjectmatter tidak bersifat mengikat, karena
hanya sebagai rangsang cipta.
2. Bentuk (Form)
Bentuk (form) adalah totalitas dari pada karya seni, atau kenyataan
visual karya seni hasil pengolahan subjectmatter yang dibenturkan dengan
organisasi unsur–unsur rupa (Mulyadi, 1994:16). Singkat kata, bentuk
merupakan sesuatu yang ditangkap oleh panca indra, dalam karya seni
lukis bantuk dapat diindra dengan indra penglihatan. “Ada dua macam
bentuk: pertama visual form, yaitu bentuk fisik dan sebuah karya seni atau
satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua
special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal
balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya
terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya” (Darsono Sony Kartika,
2007: 31).
“Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai konkritisasi dari
subject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan susunan
dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari
kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah maka akan terjadilah
sebuah bobot karya atau arti (isi) sebuah karya seni atau juga disebut
makna” (Darsono Sony Kartika, 2007: 33).
Berpegangan pada buku kritik seni karangan Darsono Sony
Kartika, masalah bentuk terdapat beberapa aspek didalamnya. Diantaranya
18
terdapat Unsur Rupa yang didalamnya memuat Garis, Bangun (Shape),
Tekstur, Warna, serta Ruang dan Waktu. Unsur rupa tersebut diatas
selanjutnya akan ditata atau disusun sebagaimana mestinya menurut
karakter seniman dengan kaidah dasar – dasar penyusunan. Dasar – dasar
penyusunan memuat tentang keselarasan, Kontras, Repetisi, dan Gradasi.
Setelah membahas tentang dasar, selanjutnya dasar tersebut
dikembangkan. Perkembangan tersebut memunculkan Asas Desain, atau
Hukum Penyusunan, yang terdiri dari Asas Kesatuan, Keseimbangan,
Kesederhanaan, Aksentuasi (Emphasis), dan Proporsi.
3. Isi atau Makna
Isi atau arti merupakan aktifitas mental yang dilakukan penghayat
terhadap karya seni. Isi atau arti adalah hal yang didapat oleh penghayat
atas karya seni. Aktifitas mental ini berisi putusan tentang karya seni
tersebut.
“Isi atau arti sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang
penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri
penghayat. Bentuk hanya cukup dihayati secara indrawi, tetapi isi atau arti
dihayati dengan mata batin seorang penghayat secara kontemplasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter
seorang penghayat” (Darsono Sony Kartika, 2007: 33).
19
G. Unsur Rupa dalam Karya Seni lukis
Berhubungan dengan praktik melukis oleh penulis dari tahun 2010 sampai
tahun 2014 ini. Kiranya penting untuk memasukkan unsur rupa didalamnya untuk
menganalisis atau mencipta karya seni lukis. Karya seni lukis selalu memiliki
unsur-unsur rupa yang menjadi pembentuknya. Unsur rupa tersebut di antaranya
ialah:
1. Garis
Secara bentuk, Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang
sejajar dan sama besar . Garis memiliki dimensi memanjang dan punya
arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan
lain-lain. (Mikke Susanto, 2011:148). Pendapat lain dari Sadjiman Ebdi
Sanyoto lewat buku Nirmana, mengilustrasikan, “kalau kita menyentuhkan
alat gambar atau penggores yang lain dan berusaha menggerakkannya
pada bidang maka akan meninggalkan bekas. Bekas tersebut disebut garis
atau goresan” (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009. 86)
Ditinjau dari kehadiran garis dalam karya seni lukis, Garis dapat
hadir sebagai simbol ekspresi yang diungkapkan lewat garis, biasanya
disebut goresan (Darsono Sony Kartika, 2007: 33).
2. Bidang
Bangun adalah suatu bidang yang terbatasi oleh ruang, warna,
tekstur, atau arsiran. Bangun dapat digunakan sebagai simbol ekspresi.
Sebagai simbol ekspresi, bangun dalam penampilannya, dapat di
20
transformasikan atau diolah sesuai dengan gaya dan cara seniman secara
pribadi (Darsono Sony Kartika, 2007: 37). Transformasi yang dimaksud
meliputi, Stilasi, distorsi, transformasi, dan disformasi.
Stilasi adalah cara penggambaran dengan menggayakan. Distorsi
adalah cara pengambaran dengan menekankan pencapaian karakter objek
yang digambar. Transformasi adalah cara penggambaran dengan
memindahkan wujud ke wujud lain, semisal manusia berkepala ular.
Terakhir, disformasi, adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada
interpretasi karakter, dengan menguba bentuk objek dengan cara
menggambarkan objek tersebut hanya yang dianggap mewakili, atau
pengambilan unsur yang mewakili hasil interpretasi yang sifatnya sangat
hakiki (Darsono Sony Kartika, 2007: 38).
3. Tekstur
Tekstur merupakan nilai atau ciri khas dari permukaan suatu raut,
tekstur dapat berupa kasar, halus, mengkilat, buram, licin, kasab, dan keras
(Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:120).
4. Warna
Pengertian warna secara bentuk, warna merupakan getaran atau
gelombang cahaya yang diterima oleh indera penglihatan (Sadjiman Ebdi
Sanyoto, 2009: 12). Warna sebagai salah satu unsur rupa, dapat dibagi
menjadi tiga bagian, meliputi,
21
a. Warna sebagai warna, artinya kehadiran warna hanya sebagai ciri
suatu benda, dan tidak memberi pretensi apapun. Warna dalam hal
ini tidak perlu diartikan lain selain warna tersebut, selebihnya
hanya sebagai pemanis saja (Darsono Sony Kartika, 2007: 39).
b. Warna sebagai representasi alam, artinya kehadiran warna
merupakan penggambaran objek secara nyata, semisal langit
berwarna biru. Warna disini hanya sekedar memberikan ilustrasi
dan tidak mempunyai maksud tertentu (Darsono Sony Kartika,
2007: 40).
c. Warna sebagai simbol, dalam bahasan ini warna memyimbolkan
sesuatu. Semisal merah menyimbolkan sifat panas, berani, gairah
cinta (Darsono Sony Kartika, 2007: 40).
Tahun 1676 Sir Isaac Newton menemukan rahasia bahwa warna
berasal dari seberkas cahaya putih matahari. cahaya putih mtahari
terpecah oleh prisma kaca hingga tampaklah deretan warna yang
dimulai dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu
(Sulasmi Darmaprawira. 2002, 19). Cahaya putih adalah campuran dari
seluruh warna dalam spektrum diatas, abu-abu sama dengan warna
putih yang intensitasnya berkurang, sedangkan warna hitam berarti
tidak ada cahaya atau gelap.
Ahli warna lain selain Newton, yaitu Albert Munsell. Munsell
dengan pohon warnanya sempat menggemparkan dunia. Menurut
Munsell, warna memiliki tiga dimensi. Dimensi pertama adalah Nama
22
warna Dimensi kedua adalah Nilai atau derajat.Dimensi ketiga adalah
khroma atau intensitas (Sulasmi Darmaprawira. 2002, 51).
Nama warna misalnya ultramarine blue, cyan blue, emerald
green jade green, burnt sienna, magenta, scarlet, vermillion, carmine
(Sulasmi Darmaprawira. 2002, 52).
Nilai warna atau Value, yaitu tingkatan kecerahan warna. Putih
adalah tingkat keceran tertinggi dan hitam adalah tingkat kecerahan
paling rendah, diantara putih dan hitam terdapat sederet abu-abu yang
juga mempunyai tingkat kecerahan beragam. Ada abu-abu yang dekat
dengan putih ada pula abu-abu yang dekat dengan hitam, adapula abu-
abu netral yang berada pada tengah-tengah putih dan hitam. Hitam dan
putih memiliki nilai kontras yang labih kuat dibanding kontrasnya
warna dengan warnayang lain dalam nilai yang sama (Sulasmi
Darmaprawira. 2002, 58-59).
Khroma atau intensitas warna adalah daya pancar warna dan
kemurnian warna. Dengan kata lain seberapa jauh suatu warna dengan
value. Semakin jauh semakin tinggi nilai khromanya demikian juga
sebaliknya (Sulasmi Darmaprawira. 2002, 19).
H. Dasar-dasar penyusunan (Prinsip Desain) dalam Karya
Seni Lukis.
Setelah unsur-unsur rupa, kemudian unsur rupa tersebut disusun, di tata.
Penataan atau penyusunan unsur karya seni dengan prinsip dasar tata rupa. Prinsip
23
dasar tata rupa didalamnya memuat dasar – dasar penyusunan memuat tentang
keselarasan, Kontras, Repetisi, dan Gradasi. Prinsip dasar tata rupa dapat
difungsikan sebagai alat pengukur untuk menganalisis unsur-unsur rupa pada
karya seni tersebut. Karena seni adalah masalah rasa, maka prinsip dasar tata rupa
ini hanya digunakan sebagai alat untuk menganalisis saja, dan tidak dipakai
sebagain aturan baku dalam menata unsur-unsur karya seni. Jika ini difungsikan
sebagai aturan baku memungkinkan malah prinsip dasar tata rupa ini membatasi
kreatifitas seniman.
1. Keselarasan
Selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika
unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul
kombinasi tertentu dan timbul keserasian (Dharsono Sony Kartika, 2007.
43).
Pendapat lain dari Mikke Susanto menyatakan bahwa, Selaras
adalah suatu tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki
keserasian. Juga merujuk pada permberdayagunaan dari ide-ide dan
potensi-potensi baik dari bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman
pada aturan-aturan yang ideal (Mikke Susanto, 2011: 175).
2. Kontras
Kontras merupakan paduan unsur yang berbeda tajam (Dharsono
Sony Kartika, 2007. 44). Pendapat yang dikemukakan oleh Mikke Susanto
dalam Diksi Rupa, kontras adalah perbedaan mencolok dan tegas antara
24
eleman-elemen dalam sebuah komposisi. Sama seperti keselarasan kontras
dapat dicapai dengan menggunakan unsur rupa yang bersebrangan (Mikke
Susanto, 2011. 227). Kontras merupakan antonim atau kebalikan dari
selaras.
Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto kontras dibagi menjadi dua, yaitu
kontras berselisih (discord), dan kontras ekstrem.kontras berselisih adalah
kontras yang tidak berulang, kontras yang hanya pada bentuk dan warna
komplementer saja. Katakanlah kontras bentuk segitiga dengan bentuk
lingkaran, atau kontras warna merah dengan hijau. Tetap kontras tetapi
tidak berbeda 180 derajat. Sedangkan, pada kontras ekstrem yang terjadi
adalah kontras 180 derajat, kontras pertentangan tajam, kontras
pertentangan penuh dan dapat berulang. Semisal kasar-halus, tinggi-
rendah. Kontras ekstrem meliputi kontras ekstrem ukuran, kontras ekstrem
arah, kontras ekstrem tekstur (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009. 226-227).
Kontras dapat juga digunakan untuk menekankan dominasi dalam
suatu komposisi. Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa
yang harus ada pada karya seni. Dominasi disebut juga penjelajah atau
yang menguasai, dalam karya seni digunakan sebagai daya tarik atau
sesuatu yang menarik. Secara umum, dominasi sering disebut sebagai
pusat perhatian yang ada pada suatu karya seni. Cara untuk memperoleh
dominasi dalam karya, yaitu dengan menggunakan cara kontras,
keunggulan atau keistimewaan, kelainan atau pengasingan. Cara kontras,
yaitu dominasi yang menggunakan kontras raut atau warna yang
25
berhadapan, misal raut kotak dengan segitiga, dan warna biru dengan
merah. Berikutnya dengan cara keunggulan, yaitu dominasi dengan
menggunakan sesuatu yang unggul atau istimewa, misal bentuk-bentuk
yang memiliki gempalan terbesar atau luas. Cara yang ketiga yaitu dengan
kelainan atau pengasingan. Dominasi dengan cara ini, yaitu dengan
menggunakan sesuatu yang lain di antara yang umum, misal
menambahkan bentuk segitiga di antara bentuk kotak (Sadjiman Ebdi
Sanyoto, 2009.226).
3. Gradasi
Gradasi adalah tahapan dengan perubahan yang halus dari terang
ke gelap. Gradasi merujuk pada cara menggabungkan unsur seni dengan
menggunakan serangkaian perubahan bertahap (Mikke Susanto, 2011.
160). Teori lain dari Dharsono Sony Kartika menyebutkan bahwa gradasi
merupakan paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan
secara laras dan bertahap.
I. Hukum Penyusunan (Asas Desain) dalam Karya Seni Lukis.
1. Kesatuan
Kesatuan adalah sebuah kohesi, konsistensi, ketunggalan, atau
keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan
efek yang daicapai dalam suatu susunan komposisi di antara hubungan
unsur pendukung karya, sehingga menampilkan kesan tanggapan secara
utuh (Dharsono Sony Kartika, 2007. 45).
26
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sadjiman Ebdi Sanyoto
lebih menjelaskan, kesatuan sesungguhnya ialah adanya hubungan antar
unsur rupa yang disusun, hubungan tersebut meliputi hubungan kesamaan,
hubungan kemiripan, hubungan keterikatan, dan hubungan kedekatan
(Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009.214).
Untuk mendapatkan sebuah kesatuan tentunya tetap
mempertimbangkan kemiripan unsur rupanya, kesamaan unsur rupanya,
kesatuan unsur rupanya. Selain beberapa hal tersebut diatas harusnya juga
dipertimbangkan tentang bagaimana ruang kosong, atau white space, atau
ruang sela yang berfungsi untuk membantu memperoleh kesatuan. Tetapi,
perlu digaris bawahi bahwa kehadiran ruang kosong ini tentunya dengan
pertimbangan membuat semakin enak dipandang dan menjadikan objek
dalam komposisi tersebut tidak berlebihan.
2. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan suatu keadaan di mana semua bagian
pada karya tidak ada yang lebih terbebani, sehingga pada akhirnya akan
membawa perasaan-perasaan yang enak dipandang. Untuk mengatur
keseimbangan, dapat menggunakan keseimbangan simetri, keseimbangan
memancar, keseimbangan sederajad, dan keseimbangan tersembunyi.
Maksud dari keseimbangan simetri, yaitu antara ruang sebelah kanan sama
dengan ruang sebelah kiri atau setangkup. Keseimbangan memacar
merupakan keseimbangan ruang kiri, kanan, atas, bawah sama persis.
Keseimbangan sederajad ialah keseimbangan antara ruang kanan dan
27
ruang kiri memiliki beban besaran sederajat (besaran sama tetapi bentuk
rautnya berbeda). Sedangkan keseimbangan tersembunyi yaitu
keseimbangan ruang kanan dan ruang kiri tidak memiliki beban besaran
maupun bentuk rautnya tetapi tetap dalam keadaan seimbang (Sadjiman
Ebdi Sanyoto, 2009.234).
3. Kesederhanaan
Kesederhanaan dapat diartikan tidak lebih dan tidak kurang. Dalam
suatu komposisi, ada baiknya jika dirasa pas. Artinya pas apabila salah
satu objek yang terdapat dalam komposisi tersebut dihilangkan maka
komposisi tersebut akan terasa kurang penuh, demikian juga sebaliknya,
apabila suatu objek dalah kompi=osisi tersebut ditambah, maka akan
terasa penuh sesak (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009.234).
Kesedarhanaan yang dimaksud disini adalah kesederhanaan
selektif dan kecermatan pengelompokan unsur-unsur artistik dalam suatu
komposisi. Kesederhanaan disini meliputi kesederhanaan unsur seni rupa.
kesederhanaan struktur pendukungnya, artinya struktur pendukung karya
tersebut sesuai dengan konsep awal karya seni. kesederhanaan teknik,
teknik yang digunakan untuk mencipta karya seni sewajarnya tidak
berlebihan, harusnya sederhana dan pas (Dharsono Sony Kartika, 2007.
46-47).
28
4. Aksentuasi
Aksentuasi merupakan pembeda bagian dari satu ungkapan bahasa
rupa agar tidak terkesan monoton dan membosankan. (Mikke Susanto,
2011. 13). Aksentuasi merupakan titik berat untuk menarik perhatian
(centre of interest). Susunann beberapa unsur rupa dan penggunaan ruang
dalam komposisi dapat menghasilkan titik perhatian pada fokus tertentu.
Menurut Dharsono Sony Kartika, mengemukakan pendapat bahwa
aksentuasi dapai ditempuh dengan menggunakan pengulangan, ukuran,
dan melalui susunan (Dharsono Sony Kartika, 2007. 47).
5. Proporsi
Proporsi diserap dari bahasa inggris, proportion yang berarti
perbandingan, proposional artinya setimbang, sebanding. Dalam hal ini
proporsi dapat diartikan sebagai kesebandingan dalam satu objek antara
bagian satu dengan bagian yang lainnya yang sebanding. Proporsi
merupakan salah satu hal penting untuk memperoleh keserasian (Sadjiman
Ebdi Sanyoto, 2009. 251).
Keserasian identik dengan proporsi atau perbandingan. Proporsi
merupakan suatu perbandingan ukuran yang sifatnya matematis. Tujuan
dari adanya proporsi, ialah sebagai ketajaman rasa dari suatu obyek
sehingga dapat dikatakan serasi atau tidak. Ukuran yang bersifat
matematis di sini (dalam seni rupa) bukan sifat metematis seperti pada
disiplin ilmu matematika, tetapi hanya merupakan perhitungan secara
intuisi.
29
J. Abstrak dan Abstraksi
Abstrak artinya tidak berwujud, tidak berbentuk. Bisa juga diartikan
sebagai ringkasan, iktisar, inti. Itulah pengertian abstrak, tetapa dalam seni rupa
dapat di definisikan sebagai ciptaan –ciptaan yang terdiri dari susunan garis,
bentuk, warna yang sama sekali terbebas dari ilusi atas bentuk-bentuk yang
terdapat di alam (Mikke Susanto, 2011. 3).
Pendapat Mikke tersebut diatas ternyata memiliki kemiripan dengan
pendapat Dharsono, dalam buku Seni Rupa Modern menyebutkan, arti yang
paling murni, seni abstrak merupakan ciptaan yang terdiri dari susunan unsur-
unsur rupa yang sama sekali terbebas dari ilusi bentuk-bentuk alam (Dharsono
Sony Kartika, 2004. 99). Seni abstrak berbicara tantang kenyataan dalam batin
seniman, karena faktor ini juga biasanya yang muncul pada karya seni abstrak
berbeda dengan apa yang ada di alam. Sehingga karya seni abstrak ini bersifat
pribadi dan individualistis.
Abstraksi meliputi seni dari upaya menyederhanakan sebuah objek dan
masih berkenaan dengan unsur dasar objek (Mikke Susanto, 2011. 4). Pendapat
Mikke diatas perlu digaris bawahi pada penyederhanaan bentuk namun tidak lepas
dari unsur dasar objek atau objek masih dapat dikenali.