Short Paper Populasi

13
Kualitas Pertumbuhan Ekonomi dalam Menjawab Pertumbuhan Penduduk Pendahuluan Pembangunan merupakan agenda penting bagi setiap negara. Pada hake pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta perbaikan kualitas aspek kehidupan manusia. Mudarajat Kuncoro (2004) mendefinisikan pembangunan seb suatu proses yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai aspek manusia, seperti dalam hal struktur sosial, sikap mental, dan lembaga-l Termasuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, perbaikan distribusi pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan dal suatu negara cenderung difokuskan terhadap pembangunan di bidang ekonomi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan di bidang ekonomi efek ganda ( multiplayer effect ) untuk mendorong dan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya (Tarigan, 2006). Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupa kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Populasi penduduk y tumbuh menuntut peningkatan penyediaan kebutuhan hidup. Hal ini akan terpenuhi m peningkatan output secara agregat baik barangmaupun jasayang bisadilihat pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Selainpertumbuhanekonomi, komponen utama dalam pembangunan adalah penduduk.Ada dua alasanmengapa faktor penduduk ditekankan dalam kerangka pembangunan. Pertama, penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan da pembangunan karena posisi penduduk dapat sebagai subyek pembangunan, yai input dalam faktor produksi berupa tenaga kerja yang akan digunakan di produksi. Selain itu, penduduk juga bisa menjadi obyek pembangunan, yaitu konsum menggunakan berbagai sumber daya ekonomi. Kedua, keadaan dan kondisi kependuduka yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ole karena itu kebijakan dan program kependudukan, tidak semata-mata hanya untuk mengetahui pola dan arah demografi tetapi juga untuk mencapaikesejahteraan masyarakat baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Transcript of Short Paper Populasi

Kualitas Pertumbuhan Ekonomi dalam Menjawab Pertumbuhan PendudukPendahuluan Pembangunan merupakan agenda penting bagi setiap negara. Pada hakekatnya, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta perbaikan kualitas berbagai aspek kehidupan manusia. Mudarajat Kuncoro (2004) mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, seperti dalam hal struktur sosial, sikap mental, dan lembaga-lembaga sosial. Termasuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, perbaikan distribusi pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu negara cenderung difokuskan terhadap pembangunan di bidang ekonomi melalui peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan di bidang ekonomi mempunyai efek ganda (multiplayer effect) untuk mendorong dan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya (Tarigan, 2006). Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Populasi penduduk yang terus tumbuh menuntut peningkatan penyediaan kebutuhan hidup. Hal ini akan terpenuhi melalui peningkatan output secara agregat baik barang maupun jasa yang bisa dilihat pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Selain pertumbuhan ekonomi, komponen utama dalam pembangunan adalah penduduk. Ada dua alasan mengapa faktor penduduk ditekankan dalam kerangka pembangunan. Pertama, penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program pembangunan karena posisi penduduk dapat sebagai subyek pembangunan, yaitu sebagai input dalam faktor produksi berupa tenaga kerja yang akan digunakan di dalam proses produksi. Selain itu, penduduk juga bisa menjadi obyek pembangunan, yaitu konsumen yang menggunakan berbagai sumber daya ekonomi. Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan pemerintah. Oleh karena itu kebijakan dan program kependudukan, tidak semata-mata hanya sebagai upaya untuk mengetahui pola dan arah demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Salah satu dari faktor demografi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah yaitu pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk di dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar, karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat. pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan konsumsi lebih banyak daripada kebutuhan untuk berinvestasi sehingga sumber daya yang ada dialokasikan lebih banyak ke pertumbuhan tenaga kerja daripada untuk meningkatkan kapital kepada setiap tenaga kerja sehingga akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang lambat dan meningkatkan pengangguran. Oleh karena itu, terdapat hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk. Sehingga diperlukan kebijakan pembangunan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang terkendali.

Dinamika Kependudukan Indonesia Jumlah penduduk di Indonesia serta pertumbuhannya masih cukup tinggi. Tingkat kematiannya lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kelahirannya. Selain itu tingkat penyebaran penduduk di Indonesia yang belum merata dan struktur umur serta kualitas masyarakatnya yang masih rendah memberikan dampak pada pembangunan perekonomian. Berdasarkan data Word Bank, diketahui bahwa jumlah total populasi penduduk di Indonesia sebesar 239.870.937 juta jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan sejak tahun 2000, dengan jumlah yang tercatat sebanyak 213.395.411 juta jiwa. Selisih kenaikan populasi penduduk dari tahun 2000-2010 adalah sebesar 26.475.526. Gambar 1. Perkembangan populasi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2010

Sumber: BPS

Pada gambar 1 dapat digambarkan bahwa peningkatan populasi di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara drastis. Tetapi, di Indonesia tingkat populasi penduduknya terus mengalami peningkat secara konsisten dan terus-menerus. Saat ini jumlah penduduk Indonesia sebanyak 239.870.937 juta jiwa, memposisikan Indonesia pada urutan ke-4 setelah China, India dan Amerika Serikat. Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh tingkat kelahiran. Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan Indonesia tahun 1971-2010 adalah sebagai berikut: 1971-1980 sebesar 2,3%, 1980-1990 sebesar 1,97%, sedangkan pada tahun 1990-2010 laju pertumbuhan sebesar 1,49%. Jika dilihat dari data pada gambar 2, sebenarnya laju pertumbuhan penduduk terus menurun, pada periode 20002010 laju pertumbuhan penduduk sama dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 19902000 yaitu sebesar 1,49%. Laju pertumbuhan penduduk terus menurun sejak tahun 1970-an. Gambar 2.

Sumber: BPS Peramida penduduk merupakan metode yang baik untuk mengemukakan data tentang usia dan jenis kelamin, karena gambar ini memberikan kesan visual yang cepat tentang apa yang terjadi dalam populasi (penduduk) di suatu wilayah. Bagaimana komposisi penduduk

menurut umur dan jenis kelamin serta karakteristik penduduknya akan memberikan pengelompokan secara ekspansif, kontruktif, atau statisioner.

Gambar 3. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2010

Sumber : BPS

Bentuk piramida penduduk Indonesia tahun 2010 seperti pada gambar 3 menunjukkan sebagian besar penduduk berada dalam kelompok muda (ekspansif). Penduduk tumbuh cepat karena tingkat kelahirannya lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematiannya. Penduduk muda di bawah usia 15 tahun dianggap sebagai penduduk yang belum produktif secara ekonomi karena masih tergantung pada orangtua. Sedangkan penduduk pada usia 65 tahun dianggap sudah tidak lagi produktif, karena seseorang tidak pada masa kerja lagi. Sedangkan penduduk usia 15-64 tahun, merupakan usia produktif. Angka ketergantungan penduduk atau dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk tidak produktif, yaitu penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun atau usia produktif. Angka ketergantungan menggambarkan berapa jumlah penduduk tidak produktif yang menjadi beban tanggungan bagi penduduk produktif. Semakin tinggi angka ketergantungan menunjukkan semakin besar tanggungan bagi penduduk usia produktif. Angka aketergantungan juga dapat dijadikan salah satu indikator perekonomian, apakah suatu

negara merupakan negara maju atau tidak. Rasio ketergantungan juga dapat dilihat menurut kategori usia yakni rasio ketergantungan muda dan rasio ketergantungan tua. Gambar 4 Angka Ketergantungan Penduduk Angka Ketergantungan Penduduk (%)60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 7.14 8.24 47.53 40.11 Young Old Total 54.67 48.34

Sumber : World Bank Angka ketergantungan penduduk Indonesia secara umum terus mengalami penurunan sejak tahun 2000 hingga tahun 2010. Angka ketergantungan pada tahun 2010 sebesar 48,34 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif, beban tanggungannya adalah sebanyak 49 penduduk tidak produktif. Angka tersebut relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan angka ketergantungan penduduk di Malaysia yang pada tahun 2010 mencapai 54,10. Hal ini merupakan salah satu cerminan keberhasilan program Keluarga Berencana yang aktif disosialisasikan oleh pemerintah. Jika angka ketergantungan dikategorikan menjadi angka ketergantungan penduduk muda dan angka ketergantungan penduduk tua maka dapat dilihat adanya tren yang saling berlawanan. Meskipun angka ketergantungan penduduk muda memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka ketergantungan penduduk tua, namun angka ketergantungan penduduk muda menunjukkan tren yang semakin menurun dari semula 47,53 di tahun 2000 menjadi 40,11 pada tahun 2010. Sebaliknya, angka ketergantungan penduduk tua justru meningkat dari semula 7,14 pada tahun 2000 menjadi 8,24 pada tahun 2010. Angka ketergantungan penduduk yang seperti ini dapat menggambarkan bahwa bagi negara dengan piramida penduduk muda, beban yang harus ditanggung oleh penduduk produktif menjadi besar pula, khususnya adalah tanggungan penduduk usia muda yang belum produktif. Hal ini diakibatkan masih tingginya angka kelahiran di Indonesia meskipun laju pertumbuhan penduduk terus turun dari tahun ke tahun.

Kekurangan dari penghitungan angka ketergantungan seperti yang dijelaskan sebelumnya adalah bahwa dalam penduduk usia produktif (15-64 tahun) tersebut masih terdapat sebagian penduduk yang dikategorikan menganggur dan tidak memiliki pendapatan sehingga sebenarnya juga merupakan beban tanggungan bagi mereka yang bekerja. Untuk mengetahui berapa besar angka ketergantungan sebenarnya (real dependency ratio) tersebut, kami mencoba memformulasikannya sebagai berikut :

Berdasarkan gambar 5, terbukti bahwa real dependency ratio (RDR) memberikan gambaran yang lebih mendekati kenyataan. Nilai RDR selalu lebih tinggi dibandingkan dengan nilai dependency ratio biasa karena dalam penghitungan RDR ada sebagian penduduk produktif yang menganggur, dipindahkan menjadi beban tanggungan dan tidak lagi sebagai penanggung. Sama dengan dependency ratio, tren RDR juga menurun sejak tahun 2000 hingga 2010 dari semula 59,99 menjadi 58,03. Namun sempat terjadi lonjakan real dependency ratio hingga mencapai 64,89 pada tahun 2005 yang diakibatkan oleh adanya lonjakan jumlah pengangguran. Jika dibandingkan dengan dependency ratio, selisih rataratanya adalah 10,32. Gambar 5. Perbandingan Dependency Ratio dengan Real Dependency RatioDependency Ratio dan Real Dependency Ratio70.00 65.00 60.00 55.00 50.00 45.00 40.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 63.59 62.39 59.99 54.67 53.08 53.81 63.48 63.52 64.89

63.06 60.91 59.49 58.03 Dependency Ratio Real Dependency Ratio 50.05 49.46 48.34 48.89

51.85 50.65 52.44 51.25

Sumber : World Bank

Melihat dinamika kependudukan seperti yang dipaparkan di atas, berpotensi menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Lapangan pekerjaan yang tidak mampu menyerap tenaga kerja yang timbul dari pertumbuhan penduduk. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran dan akan berujung pada masalah angka kemiskinan yang dapat terus meningkat. 2. Penyediaan kebutuhan hidup, terutama pangan, untuk mencukupi pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. 3. Penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan jasa sosial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 4. Kepadatan penduduk menyebabkan kualitas lingkungan juga menurun, sehingga kualitas kesehatan masyarakat juga akan menurun.

Pertumbuhan Ekonomi, Apakah Menjadi Solusi? Pertumbuhan ekonomi sering dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu negara dalam mengelola perekonomiannya. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan PDB tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDB adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan produksi barang dan jasa yang disajikan dalam bentuk persentase. Gambar 6 menunjukkan laju pertumbuhan PDB dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Pertumbuhan PDB pada tahun 2001 sempat mengalami penurunan, namun kembali mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2008 terjadi penurunan pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 1,43 persen. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2008 Indonesia terkena dampak dari krisis keuangan global yang mengakibatkan naiknya inflasi sehingga berbagai harga bahan pokok naik dan pada gilirannya menyebabkan menurunya konsumsi rumah tangga dalam PDB.

Gambar 6. Laju Pertumbuhan PDB 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: World Bank, BPS Untuk lebih mengetahui struktur penyusun PDB, maka PDB dilihat menurut sektor seperti yang disajikan Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan kontribusi sektor-sektor lapangan usaha terhadap PDB selama periode 2004-2010. Berdasarkan tabel 1, seluruh sektor berhasil meningkatkan produksinya sehingga diperoleh total PDB yang meningkat tiap tahunnya. Sektor yang memberi konstribusi nilai tambah terbesar adalah sektor industri pengolahan yang porsinya meningkat hingga tahun 2010 mencapai 25,81% yang diikuti oleh sektor restoran dan hotel, lembaga keuangan sebesar 17,31%. Konstribusi industri pengolahan ini terutama ditopang oleh industri migas, transport equipment machinery and apparatus, food, beverage and tobacco, fertilizers, chemicals and rubber, textile, leather products and footwear. Porsi kelima industri ini mencapai 80% dari total nilai tambah sektor industri pengolahan. Seperti diketahui sebagian besar industriindustri ini menggunakan padat modal dan teknologi tinggi. Sehingga tidak mengherankan apabila pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum cukup mampu menyerap tenaga kerja yang ada. Peningkatan ini akan lebih baik jika jumlah pengangguran dapat terus ditekan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk angkatan kerja. Sedangkan porsi sektor pertanian terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 hanya sebesar 13,17%, padahal sektor ini pada tahun 2010 mempunyai tenaga kerja mencapai 41,5 juta jiwa, dibandingkan dengan sektor industri pengolahan yang hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 13,8 juta jiwa. Untuk mengetahui perkembangan konstribusi sektor pertanian 4.92 4.50 3.64 4.78 5.03 4.58 6.35

5.69 5.50

6.01

6.10

dan industri pengolahan serta jumlah tenaga kerjanya bisa dilihat pada gambar 7 dan gambar 8.

Gambar 7. Kontribusi Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Terhadap PDB Tahun 2005-201030.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 2005 2006 Pertanian 2007 2008 2009 2010 Industri Pengolahan 14.50 14.21 13.82 13.67 13.58 13.17 28.08 27.83 27.39 26.78 26.17

25.81

Sumber: BPS Gambar 8. Jumlah Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Tahun 2005-201045,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 2005 2006 Pertanian 2007 2008 2009 2010 Industri Pengolahan 11,952,985 11,890,170 12,368,729 12,549,376 12,839,800 13,824,251 41,309,776 41,206,474 40,136,242 41,331,706 41,611,840 41,494,941

Sumber: BPS

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2004-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Tahun 2007 271.509,3 171.278,4 538.084,6 13.517,0 121.808,9 340.437,1 142.326,7 183.659,3 181.706,0 1.964.327,3

2004 247.163,6 160.100,5 469.952,4 10.897,6 96.334,4 271.142,2 96.896,7 151.123,3 152.906,1 1.656.516,8

2005 253.881,7 165.222,6 491.561,4 11.584,1 103.598,4 293.654,0 109.261,5 161.252,2 160.799,3 1.750.815,2

2006 262.402,8 168.031,7 514.100,3 12.251,0 112.233,6 312.518,7 124.808,9 170.074,3 170.705,4 1.847.126,7

2008 284.619,1 172.496,3 557.764,4 14.994,4 131.009,6 363.818,2 165.905,5 198.799,6 193.049,0 2.082.456,1

2009 295.883,8 180.200,5 570.102,5 17.136,8 140.267,8 368.463,0 192.198,8 209.163,0 205.434,2 2.178.850,4

2010* 304.736,7 186.634,9 597.134,9 18.050,2 150.022,4 400.474,9 217.977,4 221.024,2 217.782,4 2.313.838,0

Produk Domestik Bruto

Sumber: BPS * Angka Sementara

Pertumbuhan ekonomi juga sering dihubungkan dengan penyerapan tenaga kerja. Logikanya, ketika terjadi peningkatan kapasitas produksi berarti membutuhkan tenaga kerja. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi, maka akan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak, yang selanjutnya akan menurunkan tingkat pengangguran. Untuk melihat tingkat pengangguran di Indonesia, bisa dilihat pada gambar 9. Pengangguran menurut World Bank yaitu angkatan kerja (penduduk usia 15-64 tahun) yang tidak/belum bekerja tetapi ingin memperoleh pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan gambar 9 jumlah pengangguran dari tahun 2000 terus meningkat hingga puncaknya pada tahun 2005. Peningkatan jumlah pengangguran ini dikarenakan terjadi lonjakan angkatan kerja wanita dan lulusan terdidik. Faktor-faktor lainnya seperti besarnya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja dan ketidaksesuaian antara kebutuhan atau kriteria dari penyedia lapangan kerja dengan kualitas angkatan kerja juga sebagai pendorong terjadinya pengangguran. Namun selama tahun 2005 sampai tahun 2009 jumlah pengangguran dapat ditekan walaupun tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 5,7 persen. Melesetnya target penurunan angka pengangguran pada tahun 2005 sampai 2009 dikarenakan adanya kenaikan harga BBM atau pengurangan subsidi BBM. Gambar 9. Jumlah Pengangguran di Indonesia Tahun 2000-2009 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,00012,370,024 11,581,260 10,396,119 10,719,053 9,746,006 10,062,989 9,423,974 9,386,909 8,255,528 6,113,323

4,000,0002,000,000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: World Bank

Kesimpulan Struktur piramida penduduk Indonesia yang ekspansif mempunyai peluang dan tantangan. Di satu sisi banyaknya penduduk muda akan menjadi motor utama perekonomian, di sisi lain bisa menjadi beban pembangunan karena tidak terserap lapangan kerja. Sektor industri pengolahan memberikan konstribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi, dan industri ini sebagian besar menggunakan padat modal serta teknologi tinggi dalam proses produksinya, sehingga tidak terlalu memberi banyak lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi Indonesia belum cukup mampu menampung pertumbuhan angkatan kerja. Masih banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai 40% dari angkatan kerja, padahal konstribusi sektor pertanian terhadap PDB hanya 13,17%.

DAFTAR PUSTAKA Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta. World Bank. IDN_Country_MetaData_en_EXCEL.xls.. http://data.worldbank.org/country/indonesia diakses 1 April 2012. Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2004-2011 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&notab=1 diakses 1 April 2012. Badan Pusat Statistik. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan, 2004-2011. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06&notab=1 diakses 1 April 2012. Badan Pusat Statistik. Beberapa Indikator Sosial-Ekonomi. Badan Pusat Statistik. Data Strategis BPS Indonesia 2011.