BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1....
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Posyandu
a. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya kesehatan bersumber Daya
Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Yang paling utama adalah untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006, p:11).
b. Tujuan
Menurut Depkes (2006, p:12) tujuan diselenggarakan posyandu adalah :
Tujuan Posyandu :
1) Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan tentang penurunan AKI dan AKB.
3) Mempercepat penerimaan NKKBs.
4) Meningkatnya peran lintas sektoral dalam penyelenggaraan posyandu,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
5) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Sasaran
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah bayi, anak balita,
ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
d. Fungsi
Fungsi posyandu menurut Depkes RI (2006, p:13) adalah :
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
e. Manfaat
Manfaat posyandu berbeda-beda tergantung dari mana sisi kita melihat menurut
Depkes RI (2006, p:14-15) adalah :
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b) Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor
terkait.
2) Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait
dengan penurunan AKI dan AKB.
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membentuk masyarakat
dalam menyelesaikan masalh kesehatan terkait dengan penurunan AKI
dan AKB.
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
b) Dalam lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian
pelayanan secara terpadu.
4) Bagi sektor lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan ,masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
AKB sesuai kondisi setempat.
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
f. Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu meliputi Panca Krida Posyandu dan Sapta Krida Posyandu.
Kegiatan ini tergantung dari kesiapan masing-masing wilayah (Niken, 2009, p:
144).
1) Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) meliputi:
a) Kesehatan ibu dan anak
b) Keluarga berencana
c) Imunisasi
d) Peningkatan gizi
e) Penanggulangan diare
2) Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) meliputi:
a) Kesehatan ibu dan anak
b) Keluarga berencana
c) Imunisasi
d) Peningkatan gizi
e) Penanggulangan diare
f) Sanitasi dasar
g) Penyediaan obat esensial
Pada saat ini dikenal beberapa kegiatan tambahan posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain :
a. Bina Keluarga Balita (BKB)
b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak,
difteri, pertusis, tetanus neonatorum.
d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
e. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP)
g. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,
melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
h. Desa Siaga
i. Pos Malaria Desa (Polmades)
j. Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
k. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan masyarakat (Tabumas).
g. Lokasi
Menurut Niken (2009, p:148) lokasi atau letak posyandu:
1) Posyandu berada di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
3) Dapat merupakan lokasi tersendiri.
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksankan di rumah penduduk, balai rakyat,
pos RT/RW atau pos lainnya.
h. Pembentukan
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan
penanggulangan diare kepada masyarakat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100
balita. Dalam keadaan tertentu seperti geografis, dan atau jumlah balita lebih dari
100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006, p:21).
Menurut Niken (2009, p:146), syarat-syarat untuk mendirikan Posyandu di
suatu daerah adalah :
1) Minimal terdapat 100 balita dalam 1 RW.
2) Terdiri dari 120 kepala keluarga di wilayah tersebut.
3) Disesuaikan kemampuan petugas (bidan desa).
4) Jarak antara kelompok rumah, jumlah kepala keluarga dalam 1 tempat/
kelompok tidak terlalu jauh.
i. Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan posyandu diselenggarakan dalam sebulan selama kurang lebih 3 jam
pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh
masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan di
pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT
atau ditempat khusus yang dibangun masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan posyandu terdiri dari 5 progran utama yaitu KIA, KB,
Imunisasi, Gizi, dan penanggulangan Diare yang dilakukan dengan ”Sistem lima
Meja” antara lain :
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan bayi dan Balita
Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
Meja IV : Penyuluhan peorangan meliputi :
a. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan berat badannya
naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan
tambahan, oralit dan vitamin A.
b. Terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi diikuti dengan
pemberian tablet besi.
c. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB mandiri.
Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA,
Imunisasi dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan setempat.
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V
dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya (Depkes RI, 2006).
j. Tingkatan Posyandu
Indikator pemberdayaan masyarakat adalah tumbuh dan berkembangya
berbagai bentuk UKBM, khususnya posyandu. Menurut Depdagri (2002), semua
bentuk UKBM diharapkan mengembangkan indikator untuk menentukan
tingkatan perkembangan dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut :
1) Posyandu Pratama
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum masih mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan
ini dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya
kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
2) Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih
rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah
baik tetapi masih rendah cakupannya.
3) Posyandu Purnama
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari
8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih
sederhana.
4) Posyandu Mandiri
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan
5 (lima) program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
telah menjangkau lebih 50% KK.
Menurut Depkes RI (2006, p:57), indikator tingkat perkembangan posyandu
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Perkembangan Posyandu
Indikator Pratama Madya Purnama MandiriJumlah Kader < 5 ≥ 5 atau lebih
Frekuensi Timbang< 8
kali/tahun8 kali atau lebih / tahun
Cakupan KIA < 50% > 50%Cakupan KB < 50% > 50%
Cakupan Imunisasi < 50% > 50%Cakupan D/S < 50% > 50%
Program Tambahan ( - ) > 50%Cakupan Dana < 50% > 50%
Sehat
Menurut Sembering (2004) sebagai keberhasilan posyandu tergambar melalui
cakupan SKDN, yaitu :
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu
K: Balita yang ditimbang
D: Semua balita yang memiliki KMS
N: Balita yang naik berat badannya
Keberhasilan posyandu berdasarkan :
D/S : Baik/ kurangnya peran serta masyarakat
N/D : berhasil tidaknya program posyandu
Jenis indikator yang digunakan untuk setiap program disesuaikan dengan
prioritas program tersebut. Apabila prioritas program imunisasi di suatu daerah
adalah campak, maka indikator cakupan imunisasi yang digunakan adalah
cakupan imunisasi campak. Apabila prioritas program KIA adalah kunjungan
antenatal pertama (K1) maka indikator cakupan KIA yang digunakan adalah
cakupan K1.
k. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu
Dalam pelaksanaanya, posyandu banyak mengalami kendala dan kegagalan
walaupun ada juga yang berhasil. Kegagalan dan kendala tersebut disebabkan
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya kader
2) Banyak terjadi angka putus (drop-out) kader
3) Kepasifan dari pengurus posyandu karena belum adanya pembentukan atau
resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut
4) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
5) Sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap
6) Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggaran rutin
7) Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (di kelurahan, polindes,
atau gedung PKK), sehingga tidak memungkinkan menyediakan tempat
bermain bagi balita.
8) Ketepatan jam buka posyandu
9) Kebersihan tempat pelaksanaan posyandu
10) Kurangnya kelengkapan untuk pelaksanaan KIE
11) Kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan
12) Kader posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau
retraining sehingga kemampuan para kader yang aktif tidak memadai.
13) Kemampuan kader posyandu dalam melakukan konseling dan penyuluhan gizi
sangat kurang, sehingga aktifitas pendidikan gizi menjadi macet.
14) Penurunan kapabilitas puskesmas sejak krisis ekonomi dan reformasi sehingga
kemampuan membina dan memberikan fasilitas teknis kepada posyandu
melemah (menurun)
15) Dana operasional posyandu sangat menurun dan sarana operasional posyandu
banyak yang rusak atau tak layak pakai
16) Dukungan para stakeholder di tingkat daerah dalam kegiatan posyandu belum
bermakna sehingga belum dapat mengangkat kembali kegiatan posyandu
17) Posyandu hanyalah menjadi tempat masyarakat mengharapkan pemerintah,
dan akan kehilangan partisipasi manakala pemerintah sudah tidak terlibat lagi.
18) Fungsi manajemen belum berjalan dengan baik
19) Sarana dan peralatan yang ada di puskesmas dan posyandu masih kurang
20) Dana yang digunakan puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat minim
sekali
2. Kader Posyandu
a. Pengertian
Kader adalah seorang tenaga sukareka yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan (Cahyo,
2010, p:10).
Seorang warga masyarakat dapat diangkat menjadi seorang kader Posyandu
apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Dapat membaca dan menulis
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4) Mempunyai waktu yang cukup
5) Bertempat tinggal di wilayah posyandu
6) Berpenampilan ramah dan simpatik
7) Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.
b. Peran dan Fungsi Kader
Menurut Niken (2009, p:130), peran dan fungsi kader sebagai pelaku
penggerakan masyarakat :
1) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa
3) Upaya penyehatan lingkungan
4) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita
5) Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi)
c. Tugas Kader Posyandu
Adapun tugas kader posyandu secara garis besar adalah sebagai berikut :
1) Melakukan kegiatan bulanan posyandu
a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
(1) Tugas-tugas kader posyandu pada saat persiapan hari buka posyandu,
meliputi :
(a) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS,
alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil
besi, vitamin A, oralit), bahan/materi penyuluhan.
(b) Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu
ibu-ibu untuk datang ke posyandu.
(c) Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana
kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk
memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka
posyandu.
(d) Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian
tugas diantara kader posyandu baik untuk persiapan maupun
pelaksanaan kegiatan.
(2) Tugas kader pada kegiatan bulanan posyandu
(a) Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja , meliputi :
1. Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau balita, yaitu
menuliskan nama balita padda KMS dan secarik kertas yang
disalipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu
menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register Ibu
Hamil.
2. Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan
mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan
dipindahkan pada KMS.
3. Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan
catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam
KMS anak tersebut.
4. Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan
anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digamabrkan
dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yangbersangkutan dan
memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu
pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai
masalah yang dialami sasaran.
5. Meja 5, yaitu merupakan kegiatan pelayanan sektor yang
biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, dan
lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain : pelayanan
Imunisasi, Pelayanan keluarga Berencana, pengobatan
Pemberian Pil penambah darah (zat besi), vitamin A, dan obat-
obatan lainnya.
(b) Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi :
1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu menuju Sehat
(KMS) ke dalam buku register atau buku bantu kader.
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan
kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan
diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu
yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan)
merupakan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke
posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
2) Melakukan kegiatan diluar posyandu :
a) Melaksanakan kunjungan rumah
(1) Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan
dikunjungi ditentukan bersama.
(2) Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing kader.
Sebaiknya diajak pula beberapa ibu untuk kunjungan rumah.
(3) Mereka yang perlu dikunjungi adalah :
(a) Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut di
posyandu.
(b) Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin.
(c) Berat badannya tidak naik 2(dua) bulan nbrturut-turut.
(d) Berat badanya di bawah garis merah KMS.
(e) Sasaran posyandu yang sakit.
(f) Ibu hamil yang tidak mengahidri kegiatan posyandu 2 (dua) bulan
berturut-turut.
(g) Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk kepuskesmas.
(h) Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.
(i) Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium
(j) Balita yang terlalu gemuk.
b) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam
kegiatan posyandu
(1) Langsung ketengah masyarakat
(2) Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
c) Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan
berbagai uasha kesehatan masyarakat.
3) Melakukan kegiatan bulanan posyandu :
a) Mempersiapkan pelaksanaan posyandu
(1) Sehari sebelum pelaksanaan posyandu, kader memberikan informasi
kepada seluruh peserta posyandu mengenai kegiatan yang akan
dilaksankan di posyandu.
(2) Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. Bila ada alat ayang
belum tersedia, dapat diusahakan dengan meminjam, meminta bantuan
pada petugas kesehatan atau bila mingkin membuat sendiri.
(3) Membagi tugas diantara para kader, dan bila perlu dapat menyertakan
ibu-ibu yang lain.
b) Kegiatan bulanan posyandu
c) Kegiatan setelah pelayanan bulanan posyandu
(1) Mencatat seluruh hasil kegiatan posyandu
(2) Membahas kegiatan-kegiatan posyandu lainnya.
(3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada bulan
berikutnya (Cahyo, 2010,p:19-23).
d. Kader Aktif dan Kurang Aktif
Kader posyandu adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja
sama secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup menggerakkan masyarakat
untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Selain itu kader merupakan penggerak
dalam masyarakat khususnya dalam membantu atau mendukung keberhasilan
pemerintah dibidang kesehatan yang tidak mengharapkan imbalan berupa gaji
dari pemerintah melainkan bekerja secara sukarela.
1) Kader Aktif
Kader aktif adalah anggota masyarakat yang dipilih oleh masyarakat
setempat, mau dan mampu bekerja secara sukarela mengikuti kegiatan
posyandu dalam setiap bulan secara berturut-turut serta mengadakan kontak
dengan puskesmas atau aparatnya.
Salah satu indikator untuk menentukan bentuk peran serta kader dalam
pelaksanaan posyandu, frekuensi penimbangan pertahun. Seharusnya
posyandu diselenggarakan setiap bulan. Jadi selama satu tahun ada 12 kali
penimbangan. Frekuensi kurang dari 8 dianggap rawan, sedangkan frekuensi
lebih dari 8 dianggap sudah cukup mapan. Kehadiran kader saat pelaksanaan
posyandu sangat menentukan kelancaran posyandu (Warta Posyandu, 2002, p:
6).
Kader sebagai motivator, sehingga kehadirannya dalam kegiatan
posyandu sangatlah penting, diharapkan dalam setiap bulan mengikuti
kegiatan minimal 8 kali dalam satu tahun (Budiono, 2000).
2) Kader Kurang Aktif
Kader kurang aktif menurut Suratiyah (2002) bisa disebabkan oleh
berbagai alasan antara lain :
(1) Sakit, baik yang bersangkutan sendiri, maupun salah satu anggota
keluarga yang sakit agak lama sehingga memerlukan perhatian dan
perawatannya.
(2) Repot, baik dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga maupun mencari
nafkah.
(3) Usia, merasa telah tua dan tidak mampu mengikuti perkembangan jaman.
(4) Sedang hamil atau sedang mempunyai bayi yang belum dapat
ditinggalkan.
Mengingat kegiatan posyandu meliputi 5 meja dimulai dari meja 1 hingga
meja 5, yaitu tenaga pelaksana dari meja 1 sampai dengan meja 4 adalah
kaderr, maka dibutuhkan 5 orang kader aktif setiap bulannya untuk
melaksanakan kegiatan posyandu hal ini sesuai dengan pedoman teknis
posyandu yang mensyaratkan jumlah kader aktif dari 5 orang per posyandu.
Maka dapat menggangu kelancaran kegiatan posyandu.
e. Partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok
masyarakat atau pemerintah (Depkes RI, 1989:37).
Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan
bersama dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sedangkan peran
kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi :
1) Tahap persiapan
Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan
bersama-sama masyarakat merencanakan kegiatan pelaksanaan kegiatan
ditingkat desa.
2) Tahap pelaksanaan
Melaksanakan penyuluhan kesehatan terpadu, mengelola kegiatan UKBM.
3) Tahap pembinaan
Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk membahas
perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga, melakukan
kunjungan kerumah pada keluarga binaannya, membina kemapuan diri
melalui pertukaran pengalaman antar kader (Dinkes Propinsi Dati 1 Jateng,
1999: 5-6).
Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posyandu dapat dibagi dalam beberapa
tingkat :
1) Pemakai atau pengguna
Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan alat-alat yang diperlukan seperti
alat penimbangan, sehingga dalam hal ini kader mempunyai hak untuk
menggunakan alat tersebut saat melakukan penimbangan balita.
2) Pelaksana
Pelaksanaan kegiatan posyandu ada sebagian kader yang ikut membantu
dalam kegiatan posyandu (seperti penimbangan) tetapi tidak bersedia ikut
dalam kegiatan lainnya, seperti pertemuan kegiatan posyandu. Kader seperti
ini sudah berpartisipasi tetapi dalam peningkatan pelaksana.
3) Pengelola
Tingkat partisipasi yang dilakukan sudah lebih tinggi lagi karena yang
bersangkutan ikut akatif dalam berbagai kegiatan bukan hanya dalam
pelaksanaan tetapi juga hal-hal lain yang bersifat pengelolaan, seperti
merencanakan kegiatan dan pelaporan, pertemuan kaader dan sebagainya.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader
1) Faktor dari masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh :
a) Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang diselenggarakan memberikan manfaat yang nyata dan
jelas bagi kader maka kesediaan kader untuk berpartisipasi lebih besar.
b) Adanya kesempatan untuk berperan serta
Kesediaan berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau
ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang ada hal-hal
yang berguna dalam kegiatan itu.
c) Memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan
Jika kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang memiliki
keterampilan tertentu, maka hal ini akan menarik bagi oarang-orang yang
memiliki keterampilan tersebut.
d) Rasa memiliki
Rasa memiliki suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan
masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki bisa ditumbuhkan
dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di desa akan dapat
dilestarikan.
1) Faktor tokoh masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-
tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka merreka akan tertarik juga
untuk berpartisipasi.
2) Faktor petugas
Petugas yang memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat,
menunjukkan perhatian pada kegiatan maasyarakat dan mampu mendekati
para tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.
g. Bentuk-bentuk partisipasi
Bentuk partisipasi dapat dibedakan dalam :
1) Partisipasi karena terpaksa
Disini masyarakat berpartisipasi karena adanya ancaman atau sanksi.
2) Partisipasi karena imbalan
Disini partisipasi terjadi karena imbalan tertentu yang diberikan, baik dalam
bentuk imbalan materi maupun imbalan kedudukan.
3) Partisipasi karena kesadaran
Ini adalah bentuk partisipasi yang diinginkan, karena disini kader ikut
berpartisipasi atas dasar kesadaran (Depkes RI, 1989: 37-43)
h. Elemen- Elemen Partisipasi Masyarakat
Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut (Notoatmodjo,
2007, p:127-128):
1) Motivasi
Persyaratan uatama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa
motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi disegala program. Timbulnya
motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya
merangsangnya saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat diperlukan
dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
2) Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide, dan
informasi masyarakat. Media massa seperti TV, radio, poster, film, dan
sebagainya. Sebagian adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang
akhirnya dapat menimbulkan partisipasi.
3) Kooperasi
Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka
ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.
4) Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap
pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin
sampai ke akhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas,
perencanaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program.
Juga hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat
multidisiplin.
3. Teori Perilaku Menurut Lawrence Green
Green (1980) mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat untuk
membiuata perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal sebagai kerangka
PRECEDE ( predisposing, reinforcing and enabling causes in Educational
Diagnosis ang Evaluation. Kemudian disempurnakan pada thun 1991 menjadi
PRECEDE-PROCEED (Policy, Regulatory Organizational Construct in
Ediucational and Environmental Development) yang dilakukan bersama-sama
dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan
pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program,
sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria
kebijakan serta implementasi dan evaluasi ( Notoatmodjo, 2010, p:75).
Ada 3 ( tiga ) factor yang dapat berpengaruh atau menjadi sebab terjadinya
masalah perilaku :
a. Faktor predisposisi (Predisposing) yaitu faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk kelompok
predisposisi ini adalah :
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Nilai-nilai dan budaya
4) Kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu
tersebut.
5) Beberapa karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan.
b. Faktor pemungkin (Enabling) yaitu faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu tersebut, terdiri atas :
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan
2) Ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupunbiaya dan
sosial.
3) Adanya peraturan—peraturan dan komitmen masyarakat dalam
menunjang perilaku tertentu tersebut.
c. Faktor penguat (Reinforcing) yaitu faktor yang memperkuat atau kadang-
kadang justru dapat memperlunak untuk terjadinya perilaku tersebut. Yang
termasuk faktor penguat antara lain : pendapat, dukungan, kritik baik dari
keluarga, teman-teman sekerja atau lingkungannya, bahkan juga dari petugas
kesehatan sendiri.
4. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri (Notoatmodjo, 2010, p: 27).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat
bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui oendidikan non formal. Pengetahuan
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positf dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan enentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2007, p:12), salah satu bentuk objek kesehatan dapat
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010, p:27) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Temasuk kedalam pengetahuan tingkat ii adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan
secara benar. Orang yang telah paham oleh objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan
yang baru. Denagan kata lain sintesi adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang ada.
Dalam permasalah kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat
tidak selalu sama dengan persepsi pihak petugas kesehatan. Untuk mencapai
kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal
masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan suatu proses komunikasi-
informasi-motivasi yang matang, sehingga diharapkan terjadi perubahan
perilaku seseorang.
c. Proses Perilaku ” TAHU”
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan dewi (2010, p:15-18),
perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum
mengadopsi perilaku dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden lebih baik lagi.
4) Irial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan
sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan
seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan
dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya.
d. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010, p18)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :
1) Baik : Hasil presentase 76% - 100 %
2) Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3) Kurang : hasil presentase >56%
B. KERANGKA TEORI
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader antara lain :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Teori Lawrence Green (1991) dikutip oleh Notoatmodjo (2010).
Factor pendukung :
Fasilitas
Komitmen masyarakat
Keterjangkauan sumber
daya kesehatan
Perilaku
Pengetahuan
Factor penguat :
Keluarga
Teman
Tokoh masyarakat
Petugas kesehatan
Factor predisposisi :
Sikap
Nilai
Keyakinan
karakteristik
Partisipasikader
C. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005:
69).
Variable Independent : Variabel Dependent :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan patrisipasi kader dalam kegiatan
posyandu
Faktor predisposisi:
Pengetahuan tentang
posyandu
Patisipasi kaderposyandu