BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. a.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/330/2/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. a.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/330/2/BAB II.pdf ·...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kerja
a. Pengertian Kerja
Secara alamiah di dalam kehidupannya, manusia selalu melakukan
bermacam-macam aktivitas, salah satu wujud dari aktivitas itu adalah kerja
atau bekerja. Manusia bekerja mangandung unsur kegiatan sosial,
menghasilkan barang dan atau jasa yang pada akhirnya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan. Bekerja berarti
melakukan suatu pekerjaan, diakhiri dengan buah karya yang dapat
dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) “kerja diartikan
sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat
dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian”.
Menurut Wjs. Poerwadarminta (2002) ”kerja adalah melakukan
sesuatu”, sedangkan menurut Taliziduhu Ndraha (1991), “kerja adalah
proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya,
pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuhan
kebutuhan yang ada”.
Menurut B. Renita (2006) kerja dipandang dari sudut sosial
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan
12
kesejahteraan umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan
masyarakat, untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan,
sedangkan dari sudut rohani atau religius, kerja adalah suatu upaya untuk
mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Dalam hal ini,
bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus dipertangung
jawabkan kepada Tuhan.
Berdasarkan beberapa pengertian kerja diatas peneliti dapat
menyimpulkan mengenai pengertian kerja. Kerja yaitu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu yang
menghasilkan alat pemenuhan kebutuhan yang ada seperti barang atau jasa
dan memperoleh bayaran atau upah.
b. Kinerja karyawan
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja
(performance). Menurut Sedarmayanti (2009), performance bisa
diterjemahkan menjadi prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
dan hasil kerja. Secara operasional kinerja dapat didefinisikan sebagai
tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang
dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur. Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2009). Menurut Prawirosentono (2008), kinerja
adalah sesuatu yang dicapai seseorang atau kelompok dalam organisasi yang
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
13
mencapai tujuan perusahaan secara legal, dan tidak melanggar hukum,
moral, dan etika.
Menurut Simamora (2004) deskripsi dari kinerja menyangkut tiga
komponen penting yaitu:
1) Tujuan
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana
seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap
personil.
2) Ukuran
Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personil
telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan
kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal
memegang peranan penting.
3) Penilaian
Penilaian kinerja reguler yang dikaitkan dengan proses
pencapaian tujuan kinerja setiap personil. Tindakan ini akan membuat
personil untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku
kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai.
c. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Karyawan
Ada tiga hal penting yang menyangkut tentang deskripsi kinerja
karyawan, yaitu penilaian kinerja, tujuan penilaian kinerja, dan unsur-unsur
ukuran dari penilaian kinerja yang dimaksudkan. Dalam penelitian kinerja
karyawan ada dua indicator penting yaitu keluaran dan prosesnya atau
14
perilaku kerjanya. Indikator mana yang dominan tergantung dengan jenins
pekerjaan dan focus penilaian kinerja yang dilakukan.
d. Penilaian Kinerja Karyawan
Di dalam organisasi modern, penilaian kinerja merupakan
mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan
tujuan dan standar kinerja dan memotivasi kinerja individu diwaktu
berikutnya. Penilaian kinerja menjadi basis bagi keputusan-keputusan yang
mempengaruhi gaji, promosi, pemberhentian, platihan, dan kondisi
kepegawaian lainnya.
Menurut pendapat Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006)
penilaian kinerja (performance appraisal ) adalah proses mengevaluasi
seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan
dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi
tersebut pada karyawan.
Menurut Dessler dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia” (2004), mengatakan bahwa menilai kinerja adalah kegiatan
memperbandingkan kinerja actual bawahan dengan standar-standar yang
telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai prosedur yang
meliputi:
1) Penetapan standar kerja.
2) Penilaian kinerja actual karyawan dalam hubungan dengan standar-
standar yang telah ditetapkan.
15
3) Memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi
orang tersebut untuk menghilangkan penurunan kinerja atau terus
berkinerja lebih tinggi
Beberapa alasan untuk menilai kinerja, antara lain :
1) Penilaian memberikan informasi tentang dapat dilakukannya promosi
dan penetapan gaji karyawan
2) Penilaian member suatu peluang bagi manajer dan bawahan untuk
meninjau perilaku yang berhubungan dengan kinerja karyawan
e. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan dari penilaian kinerja karyawan di antaranya adalah :
1) Untuk mengetahui keadaan, keterampilan, dan kemampuan kerja
setiap karyawan secara rutin.
2) Untuk dasar perencanaan di bidang personalia khususnya dalam
rangka penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan kualitas, dan mutu
hasil kerja.
3) Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan da pendayagunaan
karyawan seoptimal mungkin.
4) Mendorong terciptanya hubugnan timbal balik yang sehat antara
atasan dan bawahan dalam organisasi yang bersangkutan.
5) Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan terutama prestasi
kerja para karyawannya di dalam melaksanakan pekerjaannya.
6) Untuk menentukan kriteria tingkat kompensasi kerja.
7) Untuk bahan perencanaan manajemen program SDM mendatang.
16
f. Unsur Penilaian Kinerja
Unsur-unsur penting yang berhubungan dengan penilaian kinerja
karyawan di antaranya:
1) Unsur Prestasi Kerja
Prestasi kerja merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Prestasi kerja karyawan ini dipengaruhi oleh
kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan bekerja di
lingkungan kerjanya. Ciri-ciri karyawan yang diharapkan berprestasi
kerja baik adalah:
a) Menguasai seluk beluk bidang tugasnya dan bidang lain yang
terkait.
b) Mempunyai keterampilan yang amat baik dalam melaksanakan
tugas.
c) Mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang tugas dan bidang
lain yang terkait dengan bidang tugasnya.
d) Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam
melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing.
e) Mempunyai kesegaran atau kesehatan jasmani dan rohani yang
baik.
f) Melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna.
17
2) Unsur Kejujuran
Kejujuran merupakan sikap mental yang keluar dari dalam diri
karyawan sendiri, merupakan ketulusan hati dalam melaksanakan tugas
dan mampu untuk tidak menyalahgunakan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Ciri-ciri kejujuran karyawan
diantaranya:
a) Selalu melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa
dipaksa.
b) Tidak pernah menyalahgunakan wewenang yang ada padanya.
c) Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan menurut apa adanya.
3) Unsur Kerjasama
Kerjasama merupakan kemampuan mental seorang karyawan
untuk dapat bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan. Dengan melaksanakan
kerja sama ini diharapkan hasil kerjanya lebih baik daripada pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang saja. Oleh karena itu setiap karyawan harus
berusaha menggalang kerjasama sebaik-baiknya dengan karyawan lain.
Ciri-ciri dari kerjasama yang baik diantaranya:
a) Berusaha mengetahui bidang tugas orang lain yang berkaitan
dengan bidang tugasnya sendiri.
b) Dapat menyesuaikan pendapatannya dengan pendapatan orang lain
dengan cepat dan tepat karenga pendapat itu diyakkininya benar.
18
c) Selalu menghargai pendapat orang lain dan tidak mau memaksakan
kehendaknya sendiri.
4) Unsur prakarsa
Prakarsa merupakan terjemahan dari initiative yaitu kemampuan
karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah dan
melaksanakannya sesuai dengan tindakan yang diperlukan dalam
melakukan tugas pokok, tanpa menunggu perintah atasan. Ciri-ciri
karyawan yang mempunyai prakarsa baik diantaranya:
a) Mempunyai kemauan keras utnuk melakukan tugas tanpa
menunggu perintah dari atasan.
b) Selalu berusaha mencari cara kerja yang berdaya guna dan berhasil
guna.
c) Berusaha memberi saran yang baik kepada atasan atau karyawan
lain dalam hal pelaksanaan tugas.
5) Unsur Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan memampuan karyawan untuk
mempengaruhi dan meuakini orang lain, sehingga orang-orang tersebut
dapat digerakkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas-tugas yang
ada. Beberapa definisi tentang kepemimpinan diantaranya:
a) Kepemimpinan sebagai kemampuan utuk mempengaruhi anggota
kelompok agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran tertentu.
19
b) Kepemimpinan adalah proses pengaruh social dimana
pemimpinnya mengupayakan partisipasi sukarela para bawahannya
dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
c) Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi motivasi atau
kempetensi individual-individu lainnya dalam satu kelompok.
Adapun ciri karyawan yang mempunyai daya kepemimpinan
yang baik diantaranya:
a) Mampu mengambil keputusan dengan tepat dan cepat.
b) Mampu menentukan prioritas kerja dengan tepat.
c) Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain.
d) Mampu memupuk dan mengembangkan kerjasama dengan baik.
2. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin movere (Hasibuan, 2003) yang
berarti dorongan atau gerakkan. Sedangkan motif merupakan suatu
perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang.
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi
bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut G.R. Terry, dalam Hasibuan (2003) mengemukakan bahwa
motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
20
Motivasi menurut Robbins S.P.(2006) merupakan proses yang ikut
menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai
sasaran.
Motivasi menurut Adair (2007) adalah apa yang membuat orang
melakukan sesuatu, tetapi arti yang lebih penting dari kata ini adalah bahwa
motivasi adalah apa yang membuat orang benar-benar berusaha dan
mengeluarkan energi demi apa yang mereka lakukan. Definisi yang
sederhana dari kata ‘motivasi’ mungkin "membuat orang mengerjakan apa
yang harus dikerjakan dengan rela dan baik".
Sedangkan menurut Gibson dkk (2002) motivasi didefinisikan
sebagai semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri seseorang
yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, dan sebagainya.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau
menggerakkan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka motivasi itu dapat dilihat dari
dua segi yang berbeda, namun merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, yakni: Pertama, dilihat dari segi dinamikan individu, motivasi
dilihat sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan dan
mengarahkan daya serta potensi sumberdaya manusia dari suatu organisasi,
agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kedua, dilihat dari segi statis, motivasi dilihat
sebagai kebutuhan sekaligus juga sebagai perangsang untuk dapat
21
menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi dan daya kerja
manusia kearah yang diinginkan.
Jadi motivasi, baik bagi seorang pimpinan organisasi ataupun bagi
individu sebagai anggota organisasi, mencakup kerja keras agar setiap
kegiatan dapat terselesaikan secaa efektif, kemudian mempertahankan
kondisi kerja keras tersebut agar dalam setiap kondisi organisasi anggota
tetap memiliki motivasi yang kuat dalam bekerja, serta tercapainya setiap
sasaran dan tujuan yang sudah ditetapkan.
Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan, antara lain:
1) Mendorong gairah dan semangat kerja bawahan.
2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
4) Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
5) Meningkatkan disiplin dan menurunkan tingkatan abseni karyawan.
6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.
8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-
tugasnya.
b. Jenis-Jenis Motivasi
Ada beberapa jenis motivasi, antara lain:
22
1) Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada
yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan
motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di
dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan
agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena
tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the learning
situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya motivasi
intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari
dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti
tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin
mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh itu
23
seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan
harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
pacarnya,atau temannya.
Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu,
tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara
langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh karena
itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar.
Malayu S.P Hasibuan (2005) mengatakan bahwa jenis-jenis
motivasi adalah sebagai berikut:
a) Motivasi Positif (Insentif Positif)
Motivasi Positif adalah Manajer memotivasi (merangsang)
bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi
di atas prestasi standar.
b) Motivasi Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi Negatif adalah Manajer memotivasi bawahan dengan
standar mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan motivasi negatif
ini semangat bekerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat
karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka panjang dapat
berakibat kurang baik
24
c. Metode Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005), mengatakan bahwa ada dua metode
motivasi adalah sebagai berikut:
1) Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan Non Materiil)
yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk
memenuhi kebutuhan serta kepuasannya, jadi sifatnya khusus, seperti
pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.
2) Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi Tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang men dukung serta menunjang gairah
kerja atau kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan
bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya ruangan kerja yang
nyaman, suasana pekerjaan yang serasi dan sejenisnya.
d. Proses Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005), mengatakan bahwa proses motivasi
adalah sebagai berikut:
1) Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi. Baru kemudian para karyawan dimotivasi kearah tujuan.
25
2) Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui
keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan
pimpinan atau perusahaan saja.
3) Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik
dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan
diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif
tersebut diperolehnya.
4) Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan
tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex
yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan. Sedangkan
tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan.
Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu
penting adanya penyesuaian motivasi.
5) Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada
organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran
pelaksanaan pekerjaan. Seperti memberikan bantuan kendaraan kepada
salesman.
26
6) Team Work
Manajer harus membentuk Team work yang terkoordinasi baik
yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team Work penting karena dalam
suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
e. Teori-teori Motivasi
1) Teori Insentif
Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau
mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan.
Misalnya, Anda mau bekerja dari pada sampai sore karena Anda tahu
bahwa Anda akan mendapatkan intensif berupa gaji. Jika Anda tahu akan
mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan bekerja lebih giat lagi.
Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible. Seringkali sebuah
pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.
2) Dorongan Bilogis
Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja.
Termasuk di dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah
pemicu atau rangsangan, tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat
kita sedang haus, kita akan lebih haus lagi saat melihat segelas sirup
dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar saat mencipum bau
masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah atau
bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan
keberlangsungan hidup.
27
3) Teori Hirarki Kebutuhan
Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki
kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan
bertingkat. Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan,
kebutuhan akan pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai
kebutuhan akan aktualisasi diri.
4) Takut Kehilangan dan Kepuasan
Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang
memotivasi manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kepuasan
(terpenuhinya kebutuhan). Takut kehilangan adalah adalah ketakutan
akan kehilangan yang sudah dimiliki. Misalnya seseorang yang
termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji. Ada
juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini
termasuk faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat
dibanding meraih kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi
sebaliknya.
5) Kejelasan Tujuan
Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki
tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan
memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas.
Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan
tujuan).
28
f. Faktor yang Berhubungan Motivasi Kerja Karyawan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja karyawan
adalah
a. Minat Kerja Karyawan
Minat adalah sikap yang membuat orang senang terhadap obyek
situasi atau ide tertentu yang diikuti oleh kecenderungan untuk mencari
obyek yang disenangi. Minat menunjukkan arah dan perhatian seseoran,
sehingga minatkaryawan akan berpengaruh terhadap besarnya dorongan
internal terhadap perilaku karyawan untuk melaksanakan tugas.
b. Situasi Kerja Karyawan
Situasi kerja adalah suasanan kerja di lingkungan organisasi, yang
menjelasakan tentang apa yang terjadi pada karyawan dalam bekerja dan
berinteraksi di dalam organisasi. Situasi lingkungan kerja yang baik
merupakan faktor pendukung kecintaan karyawan terhadap tugas,
sehingga karyawan secara sungguh-sungguh akan berusaha
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
c. Kompensasi Kerja Karyawan
Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat
didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada
karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada
organisasi (Mutiara S. Panggabean, 2002). Selain itu dalam buku Malayu
S.P. Hasibuan (2002) terdapat beberapa pengertian kompensasi menurut
para ahli yaitu:
29
a) Menurut William B. Werther dan Keith Davis kompensasi adalah
apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan
yang diberikannya.Baik upah per jam ataupun gaji periodic
didesain dan dikelola oleh bagian personalia.
b) Andrew F. Sikula mendefinisikan kompensasi adalah segala
sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap segai suatu balas jasa
atau ekuivalen.
Pengertian kompensasi juga terdapat pada berbagai literatur yang
dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:
a) Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan
imbalan-imbalan finansial yang diterima oleh orang-orang melalui
hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi (Bejo Siswanto,
2003).
b) Menurut Dessler (1997) kompensasi karyawan adalah setiap bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan
timbul dari dipekerjakannya karyawan itu.
c) Kompensasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diterima
para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Hani
Handoko, 2001).
d) Pengertian kompensasi menurut Hasibuan (2002) adalah semua
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak
langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan atau instansi.
30
e) Menurut Panggabean (2002) kompensasi disebut juga dengan
penghargaan dan dapat didefenesikan sebagai setiap bentuk
penghargaan yang diberikan kepada bawahan sebagai balas jasa
atas konstribusi yang mereka berikan kepada organisasi.
Berdasarkan sejumlah pendapat di atas, pengertian kompensasi
adalah pemberian penghargaan baik finansial maupun nonfinansial yang
diterima oleh pegawai sebagai imbalan atas jasanya yang diberikan
kepada instansi atau organisasi,dan juga digunakan sebagai motivator
atau perangsang oleh organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan
prestasi kerja.
g. Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan
Motivasi kerja merupakan suaru hal berasal dari internal individu
yang menimbulkan dorongan atau semangan untuk bekerja keras. Seorang
karyawan akan bersedia melakukan upaya yang lebih besar apabila
diyakininya bahwa upaya itu akan berakibat pada penilaian kinerja yang
baik, dan bahwa penilaian kinerja yang baik akan berakibat pada kenaikan
gaji serta promosi, dan kesemuanya itu memungkinkan yang bersangkutan
untuk mencapai tujuan pribadinya (Robbins, 2006).
3. Kemampuan Kerja
a. Pengertian Kemampuan Kerja
Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk melaksanakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Seluruh kemampuan seorang
individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu
31
kemampuan intelektual dan kemampuan phisik. Kemampuan terdiri dari dua
kelompok utama yang paling relevan dengan perilaku dalam bekerja adalah
kemampuan intelektual yang mencakup kapasitas untuk mengerjakan
berbagai tugas-tugas kognitif dan kemampuan fisik yang mengacu pada
kapasitas untuk mengerjakan tindakan-tindakan fisik Robins (2006).
Sedangkan Nugroho (2004) menggunakan istilah kemampuan yang
diartikan sebagai tersedianya modal kecakapan, ketangkasan atau modal
lainnya yang memungkinkan anggota itu dapat berbuat banyak bagi
organisasinya. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya, Oleh karena itu kemampuan merupakan salah satu unsur
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman (Thoha, 2003).
b. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemampuan Kerja
Kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan
karyawan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pendidikan, faktor latihan dan pengalaman. Dengan kata lain
kemampuan kerja karyawan berhubungan dengan faktor pendidikan, faktor
pelatihan kerja, dan faktor pengalaman kerja.
a. Faktor Pendidikan Karyawan
Faktor ini diperoleh dari jenjang pendidikan formal mulai dari
TK, SD, SMP, SMA dan Akademi atau Universitas. Kemampuan
seorang karyawan untuk mendukung pelaksanaan tugas sangatlah
32
tergantung pada tingkat pengetahuan yang dimiliki, yang dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan akad
membantu dan meningkatkan pengetahuan seseorang untuk meyakinkan
sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).
b. Faktor Pelatihan Kerja Karyawan
Menurut Mondy (2008), pelatihan merupakan serangkaian
aktivitas yang dirancang guna memberi pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan para pembelajar untuk dapat melaksanakan pekerjaan
mereka pada saat ini.
Sedangkan Dessler (2008), menyatakan bahwa pelatihan
dimaksudkan untuk memberikan keterampilan yang dibutuhkan bagi
karyawan baru maupun karyawan yang sudah ada dalam melakukan
pekerjaannya.
Bernard Keys dan Joseph Wolfe dalam Richard L. Daft (2011),
mengemukakan bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan upaya
terencana yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi pegawai untuk
33
mempelajari berbagai keterampilan dan perilaku yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Menurut Bartol dalam Sri Wiludjeng (2007), pelatihan dan
pengembangan merupakan suatu usaha perencanaan untuk menfasilitasi
karyawan mempelajari tingkah laku yang berhubungan dengan
pekerjaannya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka pelatihan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
untuk meningkatkan kemampuan karyawan berupa pengetahuan dan
keahlian yang dapat diterapkan dalam bidang kerja masing-masing
karyawan sesuai dengan kebutuhan karyawan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Beberapa manfaat nyata dari program pelatihan adalah
(Simamora, 2004):
a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
b) Mengurangi waktu pembelajaran yang diperlukan karyawan untuk
mencapai standar kerja yang dapat diterima.
c) Membentuk sikap, loyalitas, dan kerja sama yang lebih
menguntungkan.
d) Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.
e) Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
f) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan
pribadi.
34
c. Faktor Pengalaman Kerja Karyawan
Pengalaman kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang
diperoleh karyawan dari peristiwa-peristiwa yang dialami dan dilalui
dalam karier perjalanan di tempat kerjanya. Semakin lama pengalaman
kerja seorang karyawan semakin mudah dan terampil dalam
melaksanakan tugas kerjanya.pengalaman kerja merupakan potensi besar
untuk menyelesaian tugas secara efektif. Pengalaman memuculkan
potensi seseorang. Potensi penuh akan muncul bertahap seiring
berjalannya waktu sebagai tanggapan terhadap bermacam-macam
pengalaman Elaine B Johnson (2007).
c. Hubungan antara Kemampuan Kerja dengan Kinerja Karyawan
Kemampuan kerja adalah potensi umum karyawa secara fisik
maupun mental untuk melakukan tugas sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya dalam upaya pencapaian tuuan organisasi. Karyawan
yang mempunyai kemampuan kerja tinggi cenderung mempunyai
pengetahuan, keterampulan, dan pengalaman kerja yang memadai sehingga
mampu melaksanakan tugas pekerjaan dengan baik, mudah dan lebih cepat
dari pada karyawan lainnya. Apabila hal ini dihubungkan dengan kinerja
karyawan, maka kemampuan kerja yang tinggi akan mendukung kinerja
karyawan dalam melaksanakan tugas. Dengan kata lain tinggi rendahnya
tingkat kemampuan kerja karyawan akan berhubungan dengan tinggi
rendahnya kinerja organisasi.
35
4. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja terhadap Kinerja
karyawan
a. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
Menurut Nawawi (2003) suasana batin atau psikologi seseorang
pekerja sebagai individu dalam masyarakat, organisasi atau perusahaan
dalam lingkungan kerjanya, sangat besar pengaruhnya pada pelaksanaan
pekerjaannya. Suasana batin terlihat dalam semangat atau gairah kerja yang
menghasilkan kegiatan kerja sebagai dorongan bagi pencapaian tujuan
bisnis organisasi perusahaan tempatnya bekerja. Dari psikologis
kenyataannya menunjukkan bahwa gairah atau ketidaksemangatan seorang
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh motivasi
kerja yang mendorongnya. Dengan kata lain setiap pekerjaan memerlukan
motivasi yang kuat agar bersedia melaksanakan pekerjaan dan mampu
menciptakan kinerja yang tinggi secara bersemangat, bergairah, dan
berdedikasi.
b. Pengaruh kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan
Menurut Nawawi (2003) kepentingan para pemimpin terhadap
kemampuan kerja seorang karyawan cenderung terpusat pada kinerja
karyawan. Pandangan ini mengenai hubungan antara kemampuan kerja
karyawan dengan kinerja pada hakekatnya dapat diringkas dalam pernyataan
“seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif
”banyak yang dilakukan oleh para pemimpin dalam membuat para
pekerjanya merasa senang dalam pekerjaannya. Selain itu bukti yang cukup
36
jelas bahwa karyawan yang memiliki kemampuan kerja yang tinggi
mempunyai tingkat keluar dari sebuah organisasi atau perusahaan lebih
rendah. Pengaruh kemampuan kerja karyawan terhadap keluarnya karyawan
karena ketidakpuasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntunan dan keluhan
pekerja yang tinggi. Sebaliknya angkatan kerja yang memiliki kemampuan
kerja yang tinggi akan memberikan produktivitas yang tinggi sehingga
kinerja yang tinggi dapat tercapai.
Sebuah organisasi atau perusahaan pada dasarnya ingin
mendapatkan kinerja karyawan yang baik untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Pihak perusahaan harus memperhatikan kondisi-kondisi dari
seluruh karyawannya, diantaranya adalah dengan menumbuhkan
kemampuan kerja yang baik bagi para karyawannya.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pratama Mahyudin (2008) dengan
penelitiannya berjudul Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Pada Toko Buku Toga Mas Yogyakarta). Sampel yang
digunakan adalah karyawan Toko Buku Toga Mas Yogyakarta dengan metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
faktor motivasi dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan, baik secara parsial
maupun simultan, sehingga dengan memotivasi serta meningkatkan kepuasan
karyawan maka dapat meningkatkan kinerja karyawan di “Toga Mas” sehingga
mampu mempertahankan perusahan dan tetap eksis pada era persaingan yang
ketat saat ini.
37
Penelitian yang dilakukan oleh Yoga Dedhitama (2009), dengan judul
Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan(Studi
pada karyawan di Pabrik Gula Madukismo). Metode yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif dengan metode pengambilan sampel menggunakan
proportional stratified random sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor
motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh baik secara parsial maupun simultan
terhadap kinerja karyawan.
C. Kerangka Pemikiran
Ditinjau dari jenis hubungan variabel, maka disini termasuk hubungan
sebab akibat yaitu suatu variabel dapat mempengaruhi variabel yang lain. Adapun
hubungan variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka
konseptual sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka Pikir
KEMAMPUAN
KERJA
(X3)
(
KINERJA
KARYAWAN
(Y)
TANGGUNG
JAWAB
(X2)
KOMITMEN
(X1)
MOTIVASI
(M)
(
38
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dibagi kedalam dua model yaitu:
1. Model Pertama
a. Diduga terdapat pengaruh Komitmen terhadap Motivasi karyawan di CV.
Laras Catering Yogyakarta.
b. Diduga terdapat pengaruh Tanggung Jawab terhadap Motivasi karyawan
di CV. Laras Catering Yogyakarta.
c. Diduga terdapat pengaruh Kemampuan Kerja terhadap Motivasi
karyawan di CV. Laras Catering Yogyakarta.
d. Diduga terdapat pengaruh Komitmen, Tanggung Jawab dan Kemampuan
Kerja secara simultan terhadap Motivasi karyawan di CV. Laras Catering
Yogyakarta.
2. Model Kedua
a. Diduga terdapt pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan di CV.
Laras Catering Yogyakarta