ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN :...

14
itepa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN 2527-8010 ARTIKEL PENELITIAN PENGARUH LAMA FERMENTASI OLEH Bacillus subtilis TERHADAP KARAKTERISTIK SERE KEDELE STUDI SIFAT FISIK, KIMIA, FUNGSIONAL, DAN KADAR ASAM SIANIDA TEPUNG KECAMBAH KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.) PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BERAS DENGAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L. Poir) TERHADAP KARAKTERISTIK CENDOL DAYA HAMBAT EKSTRAK BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC) DALAM ETIL ASETAT TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) PENGARUH KONSENTRASI ETANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH ( Piper crocatum Ruitz & Pav) MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE) PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KARAKTERISTIK JELLY DRINK PENGARUH PERBANDINGAN MOCAF (Modified Cassava Flour) DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata) TERHADAP KARAKTERISTIK TUILE PENGARUH RASIO DAGING AYAM BROILER (Gallus domesticus) DENGAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea S) TERHADAP KARAKTERISTIK TUM AYAM PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK KAMABOKO IKAN BARRAMUNDI ( Lates calcalifer) PENGARUH JENIS RAGI PADA FERMENTASI KAKAO TERHADAP KARAKTERISTIK CUKA KAKAO PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE ULTRASONIC ASSISTED EXTRACTION (UAE)

Transcript of ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN :...

Page 1: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

itepa

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

ISSN 2527-8010

ARTIKEL PENELITIAN

• PENGARUH LAMA FERMENTASI OLEH Bacillus subtilis TERHADAP KARAKTERISTIK SERE KEDELE

• STUDI SIFAT FISIK, KIMIA, FUNGSIONAL, DAN KADAR ASAM SIANIDA TEPUNG KECAMBAH KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.)

• PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BERAS DENGAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L. Poir) TERHADAP KARAKTERISTIK CENDOL

• DAYA HAMBAT EKSTRAK BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC) DALAM ETIL ASETAT TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli

• PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

• PENGARUH KONSENTRASI ETANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatumRuitz & Pav) MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE)

• PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KARAKTERISTIK JELLY DRINK

• PENGARUH PERBANDINGAN MOCAF (Modified Cassava Flour) DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata) TERHADAP KARAKTERISTIK TUILE

• PENGARUH RASIO DAGING AYAM BROILER (Gallus domesticus) DENGAN JAMUR MERANG (Volvariella volvacea S) TERHADAP KARAKTERISTIK TUM AYAM

• PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK KAMABOKO IKAN BARRAMUNDI (Latescalcalifer)

• PENGARUH JENIS RAGI PADA FERMENTASI KAKAO TERHADAP KARAKTERISTIK CUKA KAKAO

• PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE ULTRASONIC ASSISTED EXTRACTION (UAE)

Page 2: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

DAFTAR ISI

PENGARUH LAMA FERMENTASI OLEH Bacillus subtilis TERHADAP KARAKTERISTIK SERE

KEDELE

Sri Madiarti Sipayung1), I Wayan Rai Widarta 2), I Desak Putu Kartika Pratiwi2).................................................. 226

STUDI SIFAT FISIK, KIMIA, FUNGSIONAL, DAN KADAR ASAM SIANIDA TEPUNG KECAMBAH

KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L.)

I Dewa Ayu Bintang Damayanti1), Ni Wayan Wisaniyasa 2), I Wayan Rai Widarta 2) ............................................. 238

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BERAS DENGAN PASTA UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas

L. Poir) TERHADAP KARAKTERISTIK CENDOL

Putri Ayu Wulandari1), I Made Sugitha 2), Ni Made Indri Hapsari Arihantana2) .................................................... 248

DAYA HAMBAT EKSTRAK BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC) DALAM ETIL

ASETAT TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli

Fitri Maria Clarensia Sitanggang1), Agus Selamet Duniaji2), I Desak Putu Kartika Pratiwi 2) ............................... 257

PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK TERHADAP

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

Sandra Sekarsari1), I Wayan Rai Widarta 2), Anak Agung Gede Ngurah Anom Jambe2) ......................................... 267

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN

SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruitz & Pav) MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE ASSISTED

EXTRACTION (MAE)

I Gede Tirta Yasa1), Nengah Kencana Putra2), Anak Agung Istri Sri Wiadnyani2).................................................. 278

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP

KARAKTERISTIK JELLY DRINK

Nada Ulfa1), Ni Luh Ari Yusasrini 2), Putu Timur Ina2) .......................................................................................... 285

PENGARUH PERBANDINGAN MOCAF (Modified Cassava Flour) DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU

(Vigna radiata) TERHADAP KARAKTERISTIK TUILE

I Made Dwi Purnama Rianta1), Putu Timur Ina 2), I Wayan Rai Widarta 2) ............................................................ 293

PENGARUH RASIO DAGING AYAM BROILER (Gallus domesticus) DENGAN JAMUR MERANG

(Volvariella volvacea S) TERHADAP KARAKTERISTIK TUM AYAM

Kiki Iqlima Rahmadaeni1), I Ketut Suter2), I Made Sugitha 2) ................................................................................. 303

PENGARUH PENAMBAHAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK

KAMABOKO IKAN BARRAMUNDI (Lates calcalifer)

Praniti Radya Andana Ilma1), Komang Ayu Nocianitri 2), Ni Made Indri Hapsari Arihantana 2) ............................ 313

PENGARUH JENIS RAGI PADA FERMENTASI KAKAO TERHADAP KARAKTERISTIK CUKA

KAKAO

Nur Wienda Permata Wulandari1), Dewa Gde Mayun Permana2), Agus Selamet Duniaji 2) ................................... 323

PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE ULTRASONIC ASSISTED EXTRACTION

(UAE)

Meysi Andriani1), Dewa Gde Mayun Permana 2), I Wayan Rai Widarta 2) .............................................................. 330

Page 3: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

SUSUNAN PENGURUS

JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian

Penasehat

Wakil Dekan I Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Wakil Dekan II Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Wakil Dekan III Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Koordinator Program Studi S1 Ilmu dan Teknologi Pangan

Pemimpin Redaksi

Ir. I Gusti Ayu Ekawati, MS.

Anggota Redaksi

Luh Ari Yusasrini, S.TP., M.Si

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

Prof. Dr. Ir. I Ketut Suter, MS. (Univ. Udayana)

Prof. Dr. Ir. I Made Sughita, M.Sc. (Univ. Udayana)

Dr. Ir. I Nengah Kencana Putra, MS. (Univ. Udayana)

Dr. Ir. Dewa Gede Mayun Permana, MS. (Univ. Udayana)

Dr. Ir. Ni Made Yusa, M.Si. (Univ. Udayana)

Dr. Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc. (Univ. Udayana)

Dr. Ni Wayan Wisaniyasa, S.TP., MP. (Univ. Udayana)

I Putu Suparthana, S.P., M.Agr., Ph.D. (Univ. Udayana)

Ir. Putu Timur Ina, MS. (Univ. Udayana)

Ir. Agus Selamet Djuniadji, M.Si. (Univ. Udayana)

Putu Ari Sandhi W., S.TP., MP. (Univ. Udayana)

I Wayan Rai Widarta, S.TP., M.Si. (Univ. Udayana)

Ni Nyoman Puspawati, S.TP., M.Si. (Univ. Udayana)

Luh Putu Trisna Darmayanti, S.Hut., MP. (Univ. Udayana)

AA Istri Sri Wiadnyani, S.TP., M.Sc. (Univ. Udayana)

Ni Made Indri Hapsari, S.TP., MP. (Univ. Udayana)

IDP Kartika Pratiwi, S.TP., MP. (Univ. Udayana)

Produksi dan Distribusi

Sayi Hatiningsih, S.TP., M.Si.

Alamat Redaksi:

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Telp./Fax. (0361) 701801, Email : [email protected]

Page 4: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019

330

PENGARUH SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI DAUN BELIMBING

WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

DENGAN METODE ULTRASONIC ASSISTED EXTRACTION (UAE)

The Effect of Time and Temperature Extraction on Antioxidant Activity of Starfruit Wuluh Leaf

(Averrhoa bilimbi L.) using Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) Method

Meysi Andriani1), I Dewa Gde Mayun Permana2), I Wayan Rai Widarta2) 1)Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana

2)Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

This research was conducted to determine the effect of temperature and time of extraction wuluh starfruit leaves on

antioxidant activity using the ultrasonic assisted extraction method and to get the right temperature and time to produce

extracts of wuluh starfruit leaf extract had highest antioxidant activity. Experiment used in this study is a Completely

Randomized Design of factorial pattern with two factors, namely temperature and time. The first factor is the extraction

temperature consisting of 3 levels, namely 30°C, 40°C, and 50°C. The second factor is the extraction time consisting of

3 levels, namely 10 minutes, 20 minutes, and 30 minutes. The research was repeated twice for obtaining 18

experimental units. The parameters observed in this study included yield, total phenol, total flavonoids, total tannin and

antioxidant activity. The data obtained were analyzed by variance and if the treatment had significant effect followed by

Duncan test. The results showed that the treatment of temperature and extraction time had a significant effect (P<0.05)

on total phenol, total flavonoids, total tannin and antioxidant activity, but no significant effect (P>0.05) on yield. The

best results showed a temperature of 40°C with a time of 20 minutes having the highest antioxidant activity based on

the percentage of free radical inhibition of 89.66% with an IC50 value of 25.74 mg/L, a yield of 15.49%, a total phenol

of 437.79 mgGAE/g extract, total flavonoids was 393.00 mgQE/g extract, and total tannins was 402.27 mgTAE/g.

Keywords : wuluh starfruit leaves, temperature, time, ultrasonics, antioxidant,

PENDAHULUAN

Tanaman belimbing wuluh merupakan

tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Indonesia sebagai tanaman pagar. Tanaman

belimbing wuluh juga memiliki khasiat yang

baik untuk kesehatan manusia. Salah satu

bagian tanaman belimbing wuluh yang dapat

dimanfatkan untuk kesehatan adalah bagian

daun. Daun belimbing wuluh banyak

dimanfaatkan sebagai obat tradisional,

diantaranya bermanfaat untuk menyembuhkan

penyakit hipertensi, stroke, batuk, dan rematik

(Pendit et al., 2016).

Daun belimbing wuluh diketahui memiliki

kandungan antioksidan tinggi. Antioksidan

merupakan senyawa yang dapat melindungi

tubuh dari kerusakan-kerusakan sel akibat

radikal bebas. Daun belimbing wuluh

memiliki kandungan senyawa bioaktif yaitu

tanin, sulfur, fenol, dan flavonoid

(Wijayakusuma, 2006). Daun belimbing

wuluh yang muda memiliki kadar tanin yang

tinggi sebesar 10,92%, kadar ini lebih tinggi

dibandingkan dengan daun teh hijau sebesar

1,44% dan daun jeruk purut sebesar 1,8%

(Hayati et al., 2010). Berdasarkan penelitian

*Korespondensi Penulis:

E-mail: [email protected])

Page 5: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Andriani, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

331

Yulianingtyas et al., (2016) menyatakan

bahwa ekstrak daun belimbing wuluh yang

diperoleh secara maserasi dengan perlakuan

terbaik yaitu volume pelarut 250 ml dan

waktu maserasi selama 48 jam menggunakan

pelarut etanol 96% menghasilkan kadar

flavonoid sebesar 72,31 mg.

Senyawa bioaktif yang terkandung dalam

belimbing wuluh dapat diperoleh dengan

metode ekstraksi. Menurut Agoes (2007)

ekstraksi merupakan proses pemisahan

senyawa bioaktif yang terkandung di dalam

suatu bahan sehingga didapatkan zat yang

terpisah dengan menggunakan pelarut.

Metode ekstraksi yang biasanya digunakan

yaitu maserasi, perkolasi, soxhletasi dan

ultrasonik. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan metode

ekstraksi antara lain sifat bahan, jenis pelarut

dan tujuan penggunaan ekstraksi.

Penelitian ini menggunakan metode

dengan bantuan gelombang ultrasonik.

Metode ultrasonik adalah metode yang

menggunakan gelombang ultrasonik dengan

frekuensi >16 kHz. Metode ekstraksi

ultrasonik memiliki kelebihan dibandingkan

dengan metode ekstraksi lainnya. Kelebihan

dari metode ini yaitu pelarut yang digunakan

lebih sedikit dan hasil ekstrak yang diperoleh

lebih pekat dan zat aktif yang didapat lebih

banyak. Selain itu, metode ultrasonik lebih

aman, dan lebih cepat proses ekstraksinya.

Hal ini dikarenakan proses ekstraksi dengan

bantuan gelombang ultrasonik dapat

meningkatkan permeabilitas dinding sel,

menimbulkan gelembung spontan (kavitasi)

dalam fase cair dibawah titik didihnya dan

meningkatkan kerusakan pada sel (List dan

Schmidt, 1989).

Faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi

diantaranya yaitu suhu dan waktu. Menurut

Ibrahim et al., (2015) suhu ekstraksi dan

waktu ekstraksi yang terlalu lama serta

melebihi batas optimum akan menyebabkan

senyawa bioaktif pada larutan mengalami

perubahan struktur karena terjadi proses

oksidasi, sehingga ekstak yang diperoleh

rendah. Oksidasi dapat dipengaruhi oleh suhu,

hal ini terjadi karena suhu yang tidak sesuai

dengan sifat senyawa akan menyebabkan

perubahan struktur kimia dari suatu senyawa

tersebut. Penelitian suhu dan waktu ekstraksi

telah dilakukan oleh Yuliantari, (2017)

tentang pengaruh suhu dan waktu ekstraksi

daun sirsak menggunakan ultrasonik,

menyatakan bahwa pada suhu 45oC dengan

waktu 20 menit merupakan suhu dan waktu

yang optimum. Penelitian lama ekstraksi juga

telah dilakukan oleh Handayani dan

Sriherfyna (2016) terhadap ekstraksi daun

sirsak dengan pelarut etanol 96% metode

ultrasonik, menyatakan bahwa waktu yang

optimum yaitu 20 menit. Hal tersebut

menyatakan bahwa bahan yang berbeda

memerlukan waktu dan suhu ekstraksi yang

berbeda.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan

penelitian tentang pengaruh suhu dan waktu

ekstraksi daun belimbing wuluh

menggunakan metode ultrasonik.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Analisis Pangan, Laboratorium Biokimia dan

Nutrisi Program Studi Ilmu dan Teknologi

Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana, dan Laboratorium

Biosains, Universitas Udayana. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli sampai

September 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian

ini terdiri dari bahan baku dan bahan kimia.

Bahan baku yang digunakan adalah daun

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang

diambil 3 daun teratas dari pucuk yang

diperoleh dari Bukit Jimbaran. Bahan kimia

yang dipergunakan terdiri dari aquades, etanol

PA (Merck), reagen Folin-Ciocalteau

Page 6: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Vol. 8, No. 3, September 2019 Pengaruh Suhu dan Waktu…

332

(Merck), reagen folin denis (Merk), Na2CO3

(Merck), NaNO2 5% (Merck), AlCl3 10%

(Merck), NaOH 1% (Merck), air es, asam

galat (Sigma), asam tanat (Sigma), kuersetin

(Sigma), dan 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil

(DPPH) (Sigma).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari botol sampel, aluminium foil,

kertas saring Whatman No. 1, rotary vaccum

evaporator (IKA Laborthechnik), pipet

volume (pyrex), timbangan analitik

(sartorius), spektrovftometer UV-VIS

(Biochrom Libra), kuvet, pipet tetes, beaker

glass (pyrex), vortex, gelas ukur (pyrex),

erlenmeyer (pyrex), labu ukur (pyrex),

spatula, corong kaca, ultrasonic bath (Branson

2002), cawan porselen, blender (Philips),

oven (Labo DO 225), loyang, water bath,

tabung reaksi (pyrex), ayakan 60 mesh

(Retsch), dan kertas label.

Pelaksanaan Penelitian

Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan

perlakuan suhu dan waktu. Faktor pertama

yaitu suhu ekstraksi (S) terdiri dari 3 taraf

yaitu: S1 : suhu ekstraksi 30oC, S2 : suhu

ekstraksi 40oC, S3 : suhu ekstraksi 50oC.

Faktor yang kedua yaitu waktu ekstraksi (W)

yang terdiri dari 3 taraf yaitu: W1 : waktu

ekstraksi 10 menit, W2 : waktu ekstraksi 20

menit, W3 : waktu ekstraksi 30 menit.

Perlakuan ini diulang sebanyak dua kali

sehingga diperolah 18 unit percobaan. Data

yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya

dianalisis dengan sidik ragam dan apabila

perlakuan berpengaruh nyata akan dilanjutkan

dengan uji Duncan (Steel and Torrie, 1993).

Persiapan Sampel

Persiapan sampel meliputi persiapan bahan

yaitu daun belimbing wuluh disortasi

kemudian dicuci hingga bersih. Daun

belimbing wuluh dikeringkan dengan oven

dengan suhu 40oC selama 24 jam hingga

kadar air <10% (Anon, 2008).Selanjutnya,

dihaluskan menggunakan blender, kemudian

diayak menggunakan ayakan 60 mesh.

Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh

Proses pembuatan ekstrak daun belimbing

wuluh yaitu bahan ditimbang sebanyak 15

gram dengan timbangan analitik, kemudian

dimasukkan ke dalam erlenmeyer.

Selanjutnya, dilarutkan dengan pelarut etanol

96% sebanyak 150 ml (1:10), kemudian

diekstraksi dengan kombinasi suhu 30, 40,

dan 50C dengan waktu 10, 20, dan 30 menit

(sesuai perlakuan) menggunakan ultrasonic

bath dengan frekuensi 47 kHz.

Setelah diekstrak dilakukan penyaringan

dengan cara, larutan disaring menggunakan

kertas whatman no.1. Filtrat yang telah

didapatkan kemudian dievaporasi dengan

tujuan untuk memisahkan senyawa bioaktif

dengan pelarut. Evaporasi dilakukan

menggunakan rotary vacum evaporator

dengan tekanan 100 mbar, suhu 40oC dengan

kecepatan 100 rpm (Fuadi, (2012) yang telah

dimodifikasi). Ekstrak kental yang diperoleh

kemudian ditimbang dan dihitung rendemen

ekstraknya, dan dilakukukan penentuan total

fenol, total flavonoid, total tanin serta

aktivitas antioksidan.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam

penlitian ini meliputi: Rendemen (AOAC,

1990), Total Fenol (Garcia et al., 2007), Total

Flavonoid (Xu dan Chang, 2007), Total Tanin

(Rajan et al., 2011) Uji Aktivitas Antioksidan

(Mosquera et al., 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

interaksi suhu dan waktu tidak berpengaruh

nyata (P>0,05) terhadap rendemen ekstrak

daun belimbing wuluh. Perlakuan suhu

ekstraksi berpengaruh sangat nyata (P<0,01)

terhadap rendemen ekstrak daun belimbing

wuluh sedangkan perlakuan waktu ekstraksi

Page 7: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Andriani, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

333

berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap

rendemen ekstrak daun belimbing wuluh.

Nilai rata-rata ekstrak daun belimbing wuluh

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata rendemen ekstrak daun belimbing wuluh (%)

Perlakuan Waktu (menit)

Suhu (°C) 10 20 30 Rata-rata

30 10,06 ± 0,4042 14,70 ± 0,3884 12,29 ± 0,3701 12,35 ± 1,8947c

40 12,15 ± 0,100 16,17 ± 0,1933 14,51 ± 0,3299 14,28 ± 1,6494a

50 11,20 ± 0,1553 15,60 ± 0,2725 13,05 ± 0,4687 13,28 ± 1,8038b

Rata-rata 11,14 ± 0,8544c 15,49 ± 0,6051a 13,28 ± 0,9212b

Keterangan : - Notasi pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

- Notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perlakuan berbeda nyata (P<0,05).

Rendemen ekstrak daun belimbing wuluh

tertinggi diperoleh pada perlakuan waktu 20

menit sebesar 15,49% sedangkan rendemen

terendah terdapat pada perlakuan waktu 10

menit sebesar 11,14%. Semakin lama waktu

ekstraksi yang digunakan hingga mencapai

titik waktu optimum yaitu 20 menit maka

rendemen ekstrak daun belimbing wuluh yang

dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini terjadi

karena kesempatan kontak antara pelarut dan

bahan menjadi lebih besar. Kelarutan bahan

tersebut akan terus meningkat hingga antara

pelarut dan bahan mencapai titik

kesetimbangan (Ketaren dan Suwastawa,

1995). Waktu ekstraksi daun belimbing wuluh

yang semakin lama serta melebihi waktu

optimum yaitu 20 menit maka rendemen yang

dihasilkan menurun. Waktu ekstraksi yang

terlalu lama serta melebihi batas optimum

maka senyawa yang diekstrak akan rusak

(Utami, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

rata-rata rendemen daun belimbing wuluh

yang tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu

ekstraksi 40°C sebesar 14,28. Nilai rata-rata

rendemen yang terendah diperoleh pada

perlakuan suhu ekstraksi 30°C. Semankin

tinggi suhu maka rendemen yang dihasilkan

akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa

suhu ekstraksi 40°C merupakan kondisi

optimum kontak antara bahan dengan pelarut.

Namun, semakin tinggi suhu ekstraksi lebih

dari 40°C maka rendemen akan mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan karena

rusaknya senyawa bioaktif yang terdapat

dalam bahan yaitu senyawa yang tidak tahan

terhadap suhu tinggi, sehingga rendemen

yang dihasilkan rendah (Cahyanti, 2016).

Suhu ekstraksi yang rendah pada ekstraksi

daun belimbing wuluh akan menyebabkan

kandungan dalam daun belimbing wuluh

tidak dapat terekstrak secara sempurna. Hal

ini disebabkan karena pada suhu rendah

bahan belum kontak terhadap pelarut.

Sehingga proses ekstraksi tidak berjalan

secara sempurna. Rendemen daun belimbing

wuluh yang diperoleh termasuk rendah.

Yuliantari et al., (2017) menyatakan bahwa

daun sirsak dengan perlakuan suhu ekstraksi

45°C dan waktu ekstraksi selama 20 menit

menghasilkan rendemen sebesar 19,14%.

Total Fenol

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

interaksi suhu dan waktu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap total fenol ekstrak daun

belimbing wuluh. Grafik hubungan antara

suhu dan waktu ekstraksi daun belimbing

wuluh terhadap total fenol dengan perlakuan

suhu dan waktu ekstraksi dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 8: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Vol. 8, No. 3, September 2019 Pengaruh Suhu dan Waktu…

334

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 1. Grafik hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi terhadap total fenol ekstrak daun belimbing wuluh.

Nilai rata-rata total fenol tertinggi terdapat

pada perlakuan suhu 40°C dengan waktu 20

menit yaitu 437,79 mg GAE/g ekstrak dan

nilai rata-rata total fenol terendah diperoleh

pada perlakuan suhu 30°C dengan waktu 10

menit yaitu 272,72 mg GAE/g ekstrak.

Semakin tinggi suhu hingga 40°C dan

semakin lama waktu ekstraksi selama 20

menit akan menghasilkan total fenol yang

meningkat. Hal ini disebabkan karena suhu

yang tinggi akan menyebabkan kelarutan

senyawa fenol dalam pelarut semakin besar,

sehingga proses ekstraksi berjalan lebih

mudah. Namun, pada suhu lebih dari 40°C

dan waktu lebih dari 20 menit total fenol yang

dihasilkan akan mengalami penurunan, hal ini

disebabkan karena pelarut dan zat terlarut

telah mencapai titik kesetimbangan

(Margaretta et al., 2011). Hasil penelitian dari

Sari et al., (2012) tentang pengujian

kandungan total fenol Kappahycus alvarezzi

dengan metode ultrasonik dengan variasi suhu

dan waktu menyatakan bahwa semakin lama

proses ekstraksi maka total fenol yang

dihasilkan meningkat hingga mencapai batas

optimum, dan akan mengalami penurunan

total fenol apabila melebihi batas

optimumnya. Hal serupa juga dilaporkan oleh

Margaretta et al., (2011) bahwa suhu yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pada daun pandan wangi yang sedang

diproses sehingga mengakibatkan terjadinya

penurunan total fenol.

Suhu yang terlalu rendah dan waktu yang

singkat pada ekstraksi daun belimbing wuluh

menyebabkan senyawa fenol yang terdapat

pada ekstrak daun belimbing wuluh tidak

dapat terekstrak secara sempurna. Hal ini

disebabkan karena proses ekstraksi kurang

maksimal sehingga senyawa fenol yang

terkandung dalam bahan masih banyak yang

tidak dapat terekstrak. Pada suhu yang tinggi

akan menyebabkan penigkatan kadar fenol

sampai pada suhu tertentu, kemudian akan

menurun seiring dengan peningkatan suhu

yang lebih tinggi (Liyana, 2005).

Total Flavonoid Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

interaksi suhu dan waktu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap total flavonoid ekstrak

daun belimbing wuluh. Grafik hubungan

antara suhu dan waktu ekstraksi daun

belimbing wuluh terhadap total flavonoid

dengan perlakuan suhu dan waktu ekstraksi

dapat dilihat pada Gambar 2.

263,15 g

344,49 c

287,08 ef

291,86 e

437,79 a

313,39 d

272,72 fg

373,20 b

301,43 de

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

10 20 30

To

tal

Fen

ol (m

g G

AE

/g)

Waktu (menit)

Suhu 30°C

Suhu 40°C

Suhu 50°C

Page 9: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Andriani, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

335

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 2. Grafik hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi terhadap total flavonoid ekstrak daun belimbing wuluh.

Nilai rata-rata total flavonoid tertinggi

terdapat pada perlakuan suhu 40°C dengan

waktu 20 menit yaitu 393,00 mg QE/g ekstrak

dan nilai rata-rata total flavonoid terendah

diperoleh pada perlakuan suhu 30°C dengan

waktu 10 menit yaitu 106,29 mg QE/g

ekstrak. Semakin tinggi suhu ekstraksi hingga

suhu 40°C dan semakin lama proses ekstraksi

selama 20 menit maka flavonoid yang

dihasilkan semakin banyak. Hal ini

disebabkan kontak antara bahan dan pelarut

dalam proses ekstraksi pengambilan flavonoid

dalam bahan optimal (Koirewa, 2012).

Namun, pada suhu ekstraksi yang tinggi yaitu

lebih dari 40°C dan waktu yang lama lebih

dari 20 menit akan mengalami penurunan

total flavonoid. Hal ini disebabkan karena

hilangnya senyawa-senyawa pada larutan

dikarenakan terjadi proses oksidasi. Senyawa

flavonoid tidak tahan terhadap suhu diatas

50°C, hal ini akan menyebabkan perubahan

struktur dan ekstrak yang dihasilkan rendah

(Ibrahim et al., 2015).

Suhu ekstraksi yang digunakan rendah dan

waktu yang digunakan singkat akan

menghasilkan total flavonoid yang rendah.

Hal ini disebabkan karena senyawa flavonoid

yang terekstrak dalam bahan tidak sempurna.

Hasil yang serupa diperoleh dari penelitian

Yuliantari et al., (2017) dalam penelitian suhu

dan waktu ekstraksi daun alpukat dengan

metode ultrasonik menyatakan bahwa pada

suhu 45°C dengan waktu 20 menit merupakan

suhu dan waktu optimum untuk menghasilkan

total flavonoid tertinggi.

Total Tanin

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

interaksi suhu dan waktu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap total tanin ekstrak daun

belimbing wuluh. Grafik hubungan antara

suhu dan waktu ekstraksi daun belimbing

wuluh terhadap total tanin dengan perlakuan

suhu dan waktu ekstraksi dapat dilihat pada

Gambar 3.

106,29 i

330,09 c

211,18 f

134,26 g

393,00 a

253,14 d

120,27 h

354,54 b

239,16 e

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

10 20 30

To

tal

Fla

vo

no

id (

mg

QE

/g)

Waktu (menit)

Suhu 30°C

Suhu 40°C

Suhu 50°C

Page 10: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Vol. 8, No. 3, September 2019 Pengaruh Suhu dan Waktu…

336

Keterangan : Notasi yang bereda menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Gambar 3. Grafik hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi terhadap total tanin ekstrak daun belimbing wuluh.

Nilai rata-rata total tanin tertinggi terdapat

pada perlakuan suhu 40°C dengan waktu 20

menit yaitu 402,27 mg TAE/g ekstrak dan

nilai rata-rata total tanin terendah diperoleh

pada perlakuan suhu 30°C dengan waktu 10

menit yaitu 175,00 mg TAE/g ekstrak.

Semakin tinggi suhu hingga 40°C dan

semakin lama waktu ekstraksi hingga 20

menit maka senyawa tanin yang terekstrak

meningkat. Pada suhu dan waktu yang telah

mencapai titik optimal yaitu suhu lebih dari

40°C dengan waktu lebih dari 20 menit tanin

akan mengalami penurunan. Hal ini

disebabkan karena tanin mengalami

kerusakan akibat proses hidrolisis selama

proses ekstraksi dan pemanasan yang

berlangsung secara terus menerus (Sukardi et

al., 2007). Menurut Dewi (2011) menyatakan

bahwa senyawa tanin tidak tahan terhadap

pemanasan yang terlalu tinggi.

Suhu yang terlalu rendah dan waktu yang

singkat pada ekstraksi daun belimbing wuluh

menyebabkan senyawa tanin yang terdapat

pada ekstrak daun belimbing wuluh tidak

dapat terekstrak secara sempurna sehingga

hasil yang diperoleh sedikit. Hal ini

disebabkan karena laju proses ekstraksi

berjalan lebih lama dan kurang maksimal.

Aktivitas Antioksidan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

interaksi suhu dan waktu berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap aktivitas antioksidan

ekstrak daun belimbing wuluh. Grafik

hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi

daun belimbing wuluh terhadap aktivitas

antioksidan dengan perlakuan suhu dan waktu

ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 4.

Nilai rata-rata aktivitas antioksidan

tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 40°C

dengan waktu 20 menit yaitu 89,66% dan

nilai rata-rata aktivitas antioksidan terendah

diperoleh pada perlakuan suhu 30°C dengan

waktu 10 menit yaitu 79,75%.

Aktivitas antioksidan meningkat seiring

dengan meningkatnya total fenol, total

flavonoid, dan total tanin, namun setelah

mencapai titik optimum yaitu pada suhu 40°C

dan waktu lebih dari 20 menit maka aktivitas

antioksidan akan menurun selaras dengan

senyawa yang bersifat antioksidan yaitu fenol,

flavonoid, dan tanin. Berdasarkan penelitian

Wicaksono dan Elok (2015), proses

175,00 f

334,09 bc 311,36 d

220,45 de

402,27 a

322,72 bc

197,72 ef

356,81 b

243,18 c

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

250,00

300,00

350,00

400,00

450,00

10 20 30

To

tal

Ta

nin

(m

g T

AE

/g)

Waktu (menit)

Suhu 30°C

Suhu 40°C

Suhu 50°C

Page 11: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Andriani, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

337

pemanasan mampu mengekstrak lebih banyak

senyawa antioksidan, namun proses

pemanasan yang berlebihan akan

menyebabkan kerusakan aktivitas

antioksidan.

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 4. Grafik hubungan antara suhu dan waktu ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun belimbing wuluh.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,

perlakuan dengan suhu ekstraksi 40°C dengan

waktu ekstraksi 20 menit memiliki presentase

tertinggi sehingga perlakuan ini dipilih untuk

diuji penentuan IC50. Grafik konsentrasi

ekstrak dengan aktivitas antioksidan ekstrak

daun belimbing wuluh dapat dilihat pada

gambar 5.

Gambar 5. Grafik konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh dengan presentase aktivitas antioksidan

Berdasarkan analisis regresi linier

diperoleh persamaan yaitu y =1,9259 x +

0,4233 dengan nilai koefisien korelasi (R2)

sebesar 0,9977 dengan nilai IC50 sebesar

25,74 mg/L. Menurut Blois (1958) nilai IC50

yang didapat dalam penelitian ini termasuk

dalam kategori sangat kuat. Semakin rendah

nilai IC50 maka semakin besar kemampuan

antioksidannya.

Pada penelitian ini, total fenol, total

flavonoid dan total tanin memiliki kolerasi

positif terhadap aktivitas antioksidan

berdasarkan penangkapan radikal DPPH.

Grafik antara total fenol, total flavonoid dan

total tanin dengan aktivitas antioksidan

ekstrak daun belimbing wuluh dapat dilihat

pada gambar 6A, 6B dan 6C.

Gambar 6A. Grafik hubungan antara total fenol dengan

aktivitas antioksidan ekstrak daun belimbing wuluh

79,75 f

86,63 bc

82,93 d81,93 de

89,66 a

86,28 bc

80,63 ef

87,96 b

85,76 c

74

76

78

80

82

84

86

88

90

92

10 20 30

Ak

tivit

as

An

tio

ksi

da

n (

%)

Waktu (menit)

Suhu 30°C

Suhu 40°C

Suhu 50°C

y = 1,9259x + 0,4233

R² = 0,9977

0

10

20

30

40

0 5 10 15 20

Per

sen

tase

Ak

tivit

as

An

tio

ksi

da

n

Konsentrasi ekstrak (mg/L)

y = 0,0556x + 66,769

R² = 0,8092

78

80

82

84

86

88

90

92

0 200 400 600

Axk

tivit

as

An

tiok

sid

an

Total Fenol (mg GAE/g)

Page 12: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Vol. 8, No. 3, September 2019 Pengaruh Suhu dan Waktu…

338

Gambar 6B. Grafik hubungan antara total flavonoid dengan aktivitas antioksidan ekstrak daun belimbng wuluh

Gambar 6C. Grafik hubungan antara total tanin dengan

aktivitas antioksidan ekstrak daun belimbing wuluh

Koefisien korelasi (R2) antara total fenol

dengan aktivitas antioksidan ekstrak daun

belimbing wuluh sebesar 0,8092, koefisien

korelasi (R2) antara total flavonoid dengan

aktivitas antioksidan sebesar 0,945, koefisien

korelasi (R2) antara total tanin dengan

aktivitas antioksidan sebesar 0,8274. Nilai

koefisien korelasi yang dihasilkan

menunjukkan korelasi yang kuat. Menurut

Sarwono (2006) menyatakan bahwa koefisien

korelasi (R2) yang memiliki nilai >0,75-0,99

dapat dikategorikan sebagai berkorelasi

sangat kuat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

aktivitas antioksidan ekstrak daun belimbing

wuluh dipengaruhi oleh total fenol, total

flavonoid dan total tanin.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Suhu dan waktu ekstraksi daun belimbing

wuluh dengan metode ultrasonic assisted

extraction (UAE) terdapat interaksi dan

berpengaruh nyata terhadap total fenol, total

flavonoid, total tanin dan aktivitas

antioksidan ekstrak daun belimbing wuluh.

Namun tidak berpengaruh nyata terhadap

rendemen ekstrak daun belimbing wuluh.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

aktivitas antioksidan tertinggi

berdasarkan presentase penghambatan

radikal yaitu 89,66% dengan IC50 sebesar

25,74 mg/L ekstrak, rendemen sebesar

15,49%, total fenol sebesar 437,79

mgGAE/g ekstrak, total flavonoid sebesar

393,00 mgQE/g ekstrak dan total tanin

sebesar 402,27 mgTAE/g ekstrak terdapat

pada perlakuaan dengan suhu 40°C

dengan waktu 20 menit.

Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terkait pengaruh konsentrasi pelarut pada

ekstraksi sehingga didapatkan antioksidan

yang lebih tinggi serta pengaplikasian pada

produk pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB

Press, Bandung.

AOAC. 1990. Official Method of Analysis of

Association Official Agriculture

Chemist Washington DC.

y = 0,0317x + 77,081

R² = 0,945

78

80

82

84

86

88

90

92

0 200 400 600

Ak

tivit

as

An

tiok

sid

an

(%)

Total Flavonoid (mg QE/g)

y = 0,0399x + 73,251

R² = 0,8274

78

80

82

84

86

88

90

92

0 200 400 600

Ak

tivit

as

An

tiok

sid

an

(%)

Total Tanin (mg TAE/g)

Page 13: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Andriani, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

339

Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations

by the use of a stable free radical. J.

Nature, 181 : 1199-1200.

Cahyanti, I. A. P. A., N. M, Wartini., L. P.

Wrasiati. 2016. Pengaruh Suhu dan

Waktu Ekstraksi Terhadap

Karakteristik Pewarna Alami Buah

Pandan (Pandanus tectorius). Jurnal

Rekayasa dan Manajemen

Agroindustri. 4(2) : (32-41).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2008. Farmakope Herbal Indonesia

Edisi I. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Dewi, R.A.S. 2011. Uji Kualitatif dan

Kuantitatif Tanin Pada Kulit Batang

dan Daun Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) Secara

Sektrofotometri Menggunakan

Pereaksi Biru Prusia. Skripsi. Tidak

dipublikasikan. Fakultas Farmasi

Universitas Surabaya, Surabaya.

Fuadi, A. 2012. Ultrasonik sebagai alat bantu

ekstraksi oleoresin jahe. Jurnal

Teknologi. 12(1) : 14-21.

Garcia, C.A., G. Gavino., M.B. Mosqueda., P.

Hevia and V.C. Gavino. (2007).

Correlation of tocopherol, tokotrienol,

γ-oryzanol and total polyphenol

content in rice bran with different

antioxidant capacity assays. Food

Chemistry 102: 1228-1232.

Handayani, H., and F.H. Sriherfyna. 2016.

Ekstraksi Antioksidan Daun Sirsak

Metode Ultrasonik Bath. (Kajian

Rasio Bahan: Pelarut dan Lama

Ekstraksi). Jurnal Pangan dan

Agroindustri. 4(1):262-272.

Hayati, K.E., A.G, Fasyah., Sa’adah., and

Lallis. 2010. Fraksinasi dan

Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun

Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi

L.). Jurnal Kimia Volume 4, Nomor 2.

Ibrahim, A.M., Yunita and H.S, Feronika.

2015. Pengaruh suhu dan lama waktu

ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik

pada pembuatan minuman sari jahe

merah dengan kombinasi penambahan

madu sebagai pemanis. Jurnal Pangan

dan Agroindustri. 3 (2):530-541.

Ketaren, S., Suastawa, I.G.M. 1995. Pengaruh

tingkat mutu buah panili dan nisbah

bahan dengan pelarut terhadap

rendemen dan mutu oleoresin yang

dihasilkan. Jurnal Teknologi Industri

Pertanian. 3:161-171.

Koirewoa, Y. A., Fatimawali, W. I. Wiyono,

2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa

Flavonoid dalam Daun Beluntas

(Pluchea indica L.).Laporan

Penelitian. FMIPA UNSRAT.

Manado.

List, P. H and P.C. Schimdt. 1989.

Phytopharmaceutical Technology.

CRC Press, Boston.

Liyana, P. C. and F. Shahidi. 2005.

Optimization of extraction of phenolic

compounds from wheat using

response surface methodology. Food

Chemistry 93:47–56.

Margarettaa, S., S.D. Hanyani, N. Indraswati

dan H. Hindarso. 2011. Ekstraksi

senyawa phenolic Pandanus

amaryllifolius Roxb sebagai

aantioksidan alami. Jurnal Widya

Teknik. 10(1) : 21-30.

Mosquera, O. M., Y.M, Correa and J, Nino.

2009, Antioxidant activity of plants

extract from Colombian flora Braz. J.

Pharm. 19(2A): 382-387.

Pendit, P.A.C.D., E. Zubaidah and F.H.

Sriherfyna. 2016. Karakteristik fisik-

kimia dan aktivitas antibakteri ekstrak

daun belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L.). Jurnal Pangan dan

Agroindustri 4(1): 400-409.

Page 14: ISSN 2527-8010 itepa - Universitas Udayana€¦ · Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 3, 330-340, September 2019 330 PENGARUH SUHU DAN WAKTU

Vol. 8, No. 3, September 2019 Pengaruh Suhu dan Waktu…

340

Rajan, S., S. Mahalaksmi., V. Deepa., K.

Sathya., S. Shajitha., and T.

Thirunalasundari. (2011). Antioxidant

potentials of punica granatum fruit

rind extracts. International Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences 3:82-88.

Sari, D.K., D.H. Wardhani dan A.

Prasetyaningrum. 2012. Pengujian

Kandungan Total Fenol Kappahycus

alvarezzi Dengan Meetode Ekstraksi

Ultrasonik Dengan Variasi Suhu dan

Waktu. Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Teknologi ke 3. 1(1) : 40-

44.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Sudarmadji S., Haryono B., Suhardi. 2003.

Analisis Bahan Makanan dan

Pertanian. Yogyakarta : Liberty.

Sukardi, A. R. Mulyatro dan W. Safera. 2007.

Optimasi waktu ekstraksi terhadap

kandungan tanin pada bubuk ekstrak

daun jambu biji (Psidii folium) dan

biaya produksinya. Jurnal Teknologi

Pertanian. 8(2) : 88-94.

Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip

dan prosedur statistika suatu

pendekatan biometric. Penerjemah B.

Sumantri. PT. Gramedia Pustaka,

Jakarta.

Utami. 2009. Potensi daun alpukat (Persea

Americana Mill) sebagai sumber

antioksidan ekstrak kunyit. Jurnal

ITEPA. 6(2) : 61-70

Wicaksono, G. S, Z. Elok. 2015. Pengaruh

karagenan dan lama perebusan daun

sirsak terhadap mutu dan karakteristik

jelly drink sirsak. Jurnal Pangan dan

Agroindustri 3(1): 281-291.

Wijayakusuma, H and S, Dalimarta. 2006,

Ramuan Tradisional Untuk

Pengobatan Darah Tinggi, 45-46,

Jakarta, Penebar Swadaya.

Xu, B.J. and S. K. C, Chang. 2007. A

Comperative study on phenolic

profiles and antioxidant activities of

legumes as affected by extraction

solvents. Journal of Food Science.

72(2):159-166.

Yulianingtyas, A., B, Kusmartono. 2016.

Optimasi Volume Pelarut dan Waktu

Maserasi Pengambilan Flavonoid

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L.). Jurnal Teknik Kimia

Vol.10, No.2.

Yuliantari, N. W. A., I W. R. Widarta,. and I.

D. G. M. Permana. 2017. Pengaruh

Suhu dan Waktu Ekstraksi Terhadap

Kandungan Flavonoid dan Aktivitas

Antioksidan Daun Sirsak (Annona

muricata L.) Menggunakan

Ultrasonik. Scientific Journal of Food

Technology. 4(1): 35-42.