BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. a.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3256/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. a.eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3256/3/BAB II.pdf ·...
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Bank
a. Pengertian Bank
Bank adalah suatu badan usaha yang bergerak dibidang keuangan atau jasa
keuangan. Produk utama yang biasa dilayani berupa simpanan giro, tabungan maupun
deposito. Bank juga digunakan sebagai tempat untuk simpan pinjam atau kredit bagi
warga masyarakat yang membutuhkan dana pinjaman. Fungsi lain dari bank adalah
sebagai tempat pertukaran mata uang, perpindahan uang (trabsfer), sebagai tempat
pembayaran maupun setoran.
Bank berasal dari bahasa italia banca, yang berarti tempat penukaran uang.
Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah menghimoun dana dan dan menyalurkan kedapda masyarakat dalam bentuk
kredit serta serta memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaraan uang.
Menurut undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank merupakan
lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyakurkan kembalin dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya,
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.
b. Fungsi Bank
Sebagai lembaga intermidasi keuangan, bank memiliki fungsi utama dan
sampingan yaitu :
1) Fungsi Utama
a) Menghimpun dana dari masyarakat
b) Menyalurkan dana kepada masyarakat
2) Fungsi Sampingan
a) Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.
b) Mendukung kelancaran transaksi internasional.
c) Penciptaan uang.
d) Saran investasi.
e) Penyimpanan barang berharga.
c. Jenis–Jenis Bank
1) Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya
a) Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-undang nomor 13
tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengarahan
dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang,
mengajukan percetakan / penambahan mata unag rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral
hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia. Contohnya adalah
Bank Indonesia.
b) Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk
dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam berbagai bentuk,memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek,
menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
c) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank berkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan
wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatasan pula seperti
memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan
masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan
dalam sertifikat bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan lain
sebagainya.
2) Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya
a) Bank Pemerintah
Bank pemerintah adalah bank dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula.
b) Bank Swasta Nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagai besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.
Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu juga pula pembagian
keuntungannya untuk pihak swasta.
c) Bank Pembangunan Daerah
Kepemilikan saham-saham bank ini dimilki oleh pemerintah daerah provinsi.
d) Bank milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimilki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara Indonesia.
e) Bank Asing
Bank asing ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing Kepemilikan dimilki oleh pihak luar negeri.
3) Jenis Bank lihat dari segi Status
Pengklasifikasian ini berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjuka ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat dari jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu,
untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu.
Status bank yang dimaksudkan adalah :
a) Bank Devisa
Adalah bank yang dapay melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Misalnyan transfer keluar
negeri, inkaso keluar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaraan Letter of
Kredit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukkan oleh
Bank Indonesia.
b) Bank Non-Devisa
Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat meaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga
tidak dapat melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa
hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas negara.
4) Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasiopnalnya
a) Bank Konvensional
Bank konvensional pada umumnya bereporasi dengan mengeluarkan produk-produk
untuk menyerapkan dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposit, simpanan
giro, menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain
kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek, dan pelayanan
jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa
lainnya.
b) Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan primsip-prinsip syaruah
Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam. Khususnya yang menyakut tata cara bermualah secara Islam. Kegiatan bank
syariah dalam hal penetapan harga produknya sangat berbeda dengan bank konversional.
Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antar bank dengan
nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan
menentukkan besar kecilnya porsi bagi hasil yag akan diterima penyimpan.
2. Laporan Keuangan Bank
Laporan keunagan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan Laporan Keuangan
yang lengkp biasanya meliputi neraca, laporan perubahan poisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh harga. Dari pengertian
tersebut laporan keuangan dibuat sebagai bagia dari proses pelaporan keuangan yang lengkap,
dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibabankan kepada manajemen.
(Taswan, 2009 dalam Chandra Chintya Putri, 2015) menyatakan bahwa laporan keuangan
bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengenai kondisi bank secara
meyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh informasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan transparasi kondisi keuangan bank kepada publik dan dapat
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga publik dan dapat menjaga kepetcayaan
masyarakat terhadap lembaga perbankan sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan debgan kinerja bank dicapai selama periode tertentu.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Menurut (Harmono, 2009 dalam Kuntari Dasih, 2014 ), laporan keuangan merupakan alat
analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk
mendeteksi / mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalaui kondisi arus kas atau kinerja
opersional perusahaan baik yang bersifat persial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan.
.
3. Kesehatan Bank
Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara nomal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baim dengan cara-
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru dan Budisantoso, 2006:51).
Menurrut Mudrajad dan Suhardjono (2006) untuk menilai kesehatan bank dapat diukur dengan
analisis CAMEL. Unsur-unsur dalam analisis CAMEL, adalah sebagai berikut :
a. Capital Adequacy
Capital Adequacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencangkupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.
b. Assets Quality
Assets Quality menunjukkan kualitas aset berhubungan dengan risik kredit yang
dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda.
c. Management Quality
Management Quality menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbil melalui
kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target.
d. Earning (Rentabilitas)
Earning (Rentabilitas) menunjukkan tidak hanya kuantitas dan tren earning tetapi
juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning.
e. Liquidity (Likuiditas)
Liquidity menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dan
akan datang.
4. Kinerja Keuangan Bank
Penilaian kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan bank berupa neraca memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar bank,
misalnya bank sentral, masyarakat umum, investor mengenai gambaran posisi keuangannya, dapat
juga digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank.
Sedangkan laporan keuangan laba rugi memberikan gambaran mengenai perkembangan usaha
bank yang bersangkurtan. Laporan keuangan tersebut juga menunjukkan kinerja bank pada suatu
periode tertentu.
(Gilbert, 1984 dalam Bambang Sudiyatno, 2010), dalam surveinya terhadap
beberapa penelitian mengambil kesimpulan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran
kinerja yang lemah, dan menimbulkan masalah. Apabila tingkat bunga pinjaman bunga yang
digunakan sebagai ukuran kineja, kemungkinan ukuran tersebut akan bias, karena rata-rata tingkat
bunga pinjaman akan tergantung pada portofolio pinjaman bank. Begitu jugs dengan rata-rata
tingkat bunga simpanan karena tergantung pada distribusi jatuh temponya bermacam-macam
simpanan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka menurut Gilbert, ukuran kinerja yang tepat
adalah profitabilitas.
5 . Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan
berbagai hubungan dan indikator keuangan. Rasio keuangan atau finansial rasio ini sangat penting
gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Tujuannya adalah
menunjukkan perubahan dalam prestasi oprsai di masa lali dan membantu menggambarkan tren
pola perusahaan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada
perusahaan yang bersangkutan (Irham Fahmi,2012:46).
Ada 3 macam rasio yang digunakan di Indonesia, yaitu :
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas
Rasio Profitabilitas
1. Return on Asset (ROA)
Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan ROA dimana ROA mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset-asetnya guna memperoleh
keuntungan secara keseluruhan. Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis
adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal
terhadap unit usaha bisnis tersebut dalam hal ini adalah perusahaan yang dibangun oleh
pemilik modal.
Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan
pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu
sendiri. Rasio Return on Asset (ROA) ini dapat membantu manajemen dan investor
untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonvensi investasinya pada
aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Tingkat pengembalian Aset atau Return on
Asset ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on
investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital asset)
seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata
lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya
atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang
diperolehnya.
Artinya bahwa jika bank memperoleh keuntungan dibawah nilai yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia maka bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam
mengelola assetnya. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanngal 16 Desember 2011
rumus yang digunakan dalam perhitungan ROA adalah sebagai berikut :
ROA = 𝒍𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja keungan yang semakin baik,
karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apakah Return on Aset meningkat,
berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
2. Capital Adequacy Rasio (CAR)
Capital Adequacy Rasio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi
mempunyai risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi
CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut. Untuk menaggung risiko dari
setiap kredit / aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut
mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan
. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal yang baik, menunjukkan indikator
sebagai bank yang sehat. Berdasarkan peratutan Bank Indonesia, kecukupan modal
minimum yang wajib dipenuhi oleh setiap bank adalah sebesar 8%.
CAR merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah
modal yang memadai untuk menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan untuk
menyerap kerugian yang mungkin terhadi. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal
16 Desember 2011 rumus yang digunakan dalam perhitungan CAR adalah sebagai
berikut :
CAR = 𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑩𝒂𝒏𝒌
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝑻𝑴𝑹 X 100%
Semakin tibggi CAR maka semakin tinggi modal sendiri yang dapat digunakan
untuk mendanai aktiva produktifnya atau menutup risiko kerugian dari penanaman
aktiva, sehingga semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan oleh bank. Dengan
demikian, semakin rendah biaya dana yang dikeluarkan maka laba bank Kn semakin
meningkat.
3. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) adalah ukuran perbedaan antara pebdapatan bunga yang
dihasilakan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan
kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, depositi), relatif terhadap jumlah mereka
(bunga produktif)
. Margin bunga bersih sehingga dapat lebih tinggi (atau kadang-kadang lebih
rebdah) dari pada penyebaran bunga bersih. Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP
tanggal 16 Desember 2011 rumus yang digunakan dalam perhitungan NIM adalah
sebagai berikut :
NIM = 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒏 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝑩𝒓𝒔𝒊𝒉
𝑹𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 X 100%
Dengan demikian risiko yang seringkali menimbulkan masalah dalam bank bisa
dhindari. Bagaimanapun juga, pengelolaan dan manajemen yang baik disetiap kegiatan
operasional bank memang sangat dibutuhkan sehingga bank bisa berada dalam kondisi
yang lebih aman.
4. Loan to Deposit Rasio (LDR)
Loan to Deposit Rasio(LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volune kredit
yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang
berhubungan dengan aspek likuiditas.
Loan to Deposit Rasio(LDR) menurut peraturan Bank Indonesi Nomor
15/7/PBI/2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
dalam Rupiah dan Valuta Asing adalah risiko kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga dalam Rupiah dan Valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanngal 16 Desember 2011 rumus yang
digunakan dalam perhitungan LDR adalah sebagai berikut :
LDR = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕
𝑫𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒊𝒉𝒂𝒌 𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂 X 100%
Oleh karena itu Bank Indonesia membatasi tingkat Loan to Deposit Rasio
(LDR) yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013
bahwa batas aman Loan to Deposit Rasio (LDR) berkisar antara 78% sampai dengan
92%..
5. Net Performing Loan (NPL)
Net Performing Loan(NPL) merupakan kredit bermasalah yang merupakan salah
satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Ini artinya NPL merupakan indikasi
adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika segera mendapatkan solusi maka
akan berdampak bahaya pada bank. Meningkatnya NPL jika dibiarkan secara terus
menerus akan memberikan pengaruh negatif pada bank. Dampat negatif tersebut salah
satunya adalah mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank. Berdasarkan SE BI
No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rimus yang digunakan dalam perhitungan
NPL adalag sebagai berikut :
NPL = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝑩𝒆𝒓𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 X 100%
Net Performing Loan(NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
bank, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak
bank.
6. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO menurut keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap
lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan
terhadap angka-angka dalam neraca.
Berdasarkan SE BI No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 rumus yang
digunakan dalam perhitungan BOPO adalah sebagai berikut :
BOP = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑶𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍 X 100%
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut biaya makan
keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Semakin kecil risiko beban
operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup beban
operasional dengan pendapatan operasionalnya.
B. Penelitian Sebelumnya
Sebagai referensi, penulis mengambil beberapa referensi dari penelitian sebelumnya yang
menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini. Penelitian sebelumnya tersebut adalah :
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No. Judul Penulis Hasil Penelitian
1. Analisis Pengaruh Rasio
CAR, NIM, NPL, LDR, dan
BOPO terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan di BEI
tahun 2002-2007
Pandu
Mahardian
(2008)
CAR, NIM, dan
LDR berpengaruh
positif terhadap
ROA sedangkan
BOPO dan NPL
Berperan negatif
terhadap ROA
2. Pengaruh CAR, NIM, dan
LDR terhadap ROA pada
Bank BUMN yang Go-
Publik di Indonesia tahun
2006-2010
Hardiyanti
(2012)
CAR dan LDR
berpengaruh
positif terhadap
ROA sedangkan
NPL berpengaruh
negatif terhadap
ROA.
3. Analisis Pengaruh Rasio
CAR, BOPO, NIM, LDR,
dan NPL terhadap Perbankan
di BEI tahun 2008-2010
Dewi Nur
Hayati (2012)
CAR, BOPO, dan
LDR berpengaruh
positif terhadap
ROA, sementara
NIM dan NPL
tidak berpengaruh
terhadap ROA
4. Analisis Laporana Keuangan
terhadap Kinerja Bank
Umum.
Hutagalung, dkk
(2013)
CAR berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap ROA,
dan NPL, LDR,
dan BOPO
5. Berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROA
sedangkan NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap ROA
6. Pengaruh CAR, NPL,
BOPO, dan LDR terhadap
Profitabilitas Bank (ROA)
pada perusahaan Perbankan
di BEI tahun 2009-2012
Yonira Bagiani
Alifiah (2014)
CAR dan LDR
berpengaruh
positif terhadap
ROA sedangkan
NPL dan BOPO
tidak berpengaruh
terhadap ROA.
7. Pengaruh NPL, LDR, CAR,
terhadap Profitabilitas
Chandra
Chintya putri
NPL berpengaruh
signifikan
(ROA) Bank Umum Swasta
Nasional Devisa yang
terdapat di Indonesia periode
2008-2013
(2015) terhadap
profitabilitas
(ROA) sedangkan
LDR dan CAR
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
profitabilitas
(ROA)
8. Pengruh BOPO, CAR, LDR,
dan Firm Size terhadap
kinerja Keuangan Perbankan
di BEI tahun 2010-2-12
Hardi Novian
(2015)
CAR, LDR, dan
Firm Size
berpengaruh
positif terhadap
ROA sedangkan
BOPO
berpengaruh
positif terhadap
ROA
9. Pengaruh CAR, BOPO, dan
NPL terhadap Kinerja
Anggaria Maya
Matindas, dkk
CAR tidak
berpengaruh
Keuangan Perbankan di
Indonesia periode 2008-2010
(2015) terhadap ROA,
BOPO
berpengaruh
terhadap ROA,
dan NPL tidak
berpengaruh
terhadap ROA
10. Pengaruh CAR, NPL, NIM
dan BOPO terhadap
profitabilitas perbankan yang
terdaftar di BEI periode
2012-2015
Nyimas Vila
Dewi, dkk
(2017)
CAR berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap ROA,
NPL berpengaruh
negatif signifikan
terhadap ROA,
NIM berpengaruh
positif signifikan
terhadap ROA,
dan BOPO
berpengaruh
csignifikan
terhadap ROA.
Sumber : Data Yang diolah
D. Persamaan CAR, NIM, LDR, NPL dan BOPO
Capital Adequacy
Rasio(CAR)
Net Interest
Margin (NIM)
Pengaruh Kinerja Keuangan
Perbankan Terhadap
Keuntungan dan Risiko
Kerugian Pada Suatu Bank.
Biaya
Operasional
Terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Loan to Deposit
Rasio (LDR)
Net Performing
Loan (NPL)
Hipotesis
1. Pengaruh CAR terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasinalnya dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Modal yang cukup besar dari bank
dapat melindungi deposan dan akan meningkatkan kepercayaan deposan terhadap bank, sehingga
juga akan dapat meningkatkan profitabilitas bank bersangkutan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pandu Mahardian (2008), Hardiyanti (2012), Dewi Nur Hayati (2012), Hutagalung, dkk (2013),
Kuntari Dasih (2014), Yonira Bagian Alfiah (2014), dan Hardi Novian (2015) yang menyatakan
bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan teori diatas dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
H1 : Capita; Adequacy Rasio (CAR) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
2. Pengaruh NIM terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Dewi Saryani (2015), menyatakan bahwa NIM digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
bersih. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva
produktif dalam bentuk kredit. Hal ini sesuai dengan penelitian Pandu Mahardian (2008),
Hutagalung, dkk (2013), dan Nyimas Vila Dewi, dkk (2017) yang menyatakan bahwa NIM
berpengaruh positif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan teori diatas dan hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis bisa dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
H2 : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA).
3. Pengaruh LDR terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Puspitasari (2009), menjelaskan bahwa semakin tinggi LDR maka laba perusahaan akan
meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurka kredit dengan efektif, sehingga
jumlah kredit macetnya kecil). Hal ini sesuai dengan penelitian Pandu Mahardian (2014), dan
Yonira Bagiani Alfiah (2014) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA.
Berdasarkan penjelasan teori diatas dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut :
H3 : Loan to Deposit Rasio (LDR) berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
4. Pengaruh NPL terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Puspita (2009), menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio NPL maka akan semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL, maka laba atau profitabilitas bank
akan semakin meningkat. Dengan demikian semakin tinggi NPL, maka berakibat semakin kecilnya
nilai laba suatu bank. Hal ini sesuai dengan penelitian Pandu Mahardian (2008), Hardiyanti (2012),
Dewi Nur Hayati (2012), Hutagalung, dkk (2013), Kuntari Dasih (2014), Yonira Bagiani Alfiah
(2014), Anggria Maya Matindas, dkk (2015), dan Nyimas Vila Dewi, dkk (2017) yang menyatakan
bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan teori diatas dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
H4 : Net Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
5 . Pengaruh BOPO terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Dewi Saryani (2015), menyatakan bahwa rasio BOPO yang semakin menungkat
mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat
menimbulkan kerugian karena bank kurang efisisen dalam mengelola usahanya. Rasio yang sering
disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semain kecil BOPO berarti
semakin efisieen biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank bersangkutan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Pandu Mahardian (2008), Hutagalung, dkk (2013), Kuntari Dasih (2014),
Yonira Bagiani Alifiah (2014), dan Hardi Novian (2015) yang menyatakan bahwa BOPO
berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan teori diatas dan hasil penelitian
terdahulu, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
H5 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif
terhadap Kinerja Keuangan (ROA)