BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB...

28
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajar Menurut Syah (2002: 98), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu tanpa adanya proses belajar maka tidak akan ada pula pendidikan. Menurut Jerome Bruner (Suherman, 2003: 43), belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep- konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Oleh karena itu, belajar sangat terkait dengan pola berpikir sistematis, yaitu berpikir merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk. Piaget (Dahar, 1989: 159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dari fikiran anak selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain (Slavin, 2000: 17).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran

1. Belajar

Menurut Syah (2002: 98), belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan

jenjang pendidikan. Oleh karena itu tanpa adanya proses belajar maka tidak

akan ada pula pendidikan. Menurut Jerome Bruner (Suherman, 2003: 43),

belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-

konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang

diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan

struktur-struktur. Oleh karena itu, belajar sangat terkait dengan pola berpikir

sistematis, yaitu berpikir merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang

berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk.

Piaget (Dahar, 1989: 159) berpendapat bahwa pengetahuan yang

dibangun dari fikiran anak selama anak tersebut terlibat dalam proses

pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan

lingkungannya. Menurut Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa belajar

diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap

informasi dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun

makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang

lain (Slavin, 2000: 17).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

11

Menurut Duffy & Mc Donald (2010: 28) menyatakan bahwa

“Learning is a complex activity that can be explained differently on one’s

perspective on how and why people do what they do”. Dari pernyataan

tersebut menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang kompleks yang

dapat dijelaskan secara berbeda tergantung persepektif seseorang tentang

bagaimana dan mengapa berbuat apa yang mereka lakukan.

Menurut Bell-Gredler (1986: 1) menyatakan bahwa, “Learning is the

process by which human beings acquire a vast variety of competencies, skills,

and attitudes”. Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa belajar adalah

proses dimana manusia memperoleh berbagai kompetensi, keterampilan dan

sikap.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk membangun makna atau

pemahaman dalam dirinya secara keseluruhan baik berupa perubahan tingkah

laku, sikap siswa, pengalaman, keterampilan, dan informasi sebagai akibat

dari latihan serta interaksinya dengan lingkungan.

2. Pembelajaran

Menurut Dimyati & Mudjiono (2009: 297) pembelajaran adalah

kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat

siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut Fontana (Suherman, 2003: 7), pembelajaran merupakan upaya

penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan

berkembang secara optimal. Pembelajaran harus mempunyai tujuan yang jelas

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

12

untuk memberikan arah dan menuntun siswa dalam mencapai prestasi yang

diharapkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2007: 25) bahwa:

Tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu: a) untuk mendapatkan pengetahuan, b)

penanaman konsep keterampilan baru, dan c) pembentukan sikap.

Menurut Nitko & Brookhart (2007: 18) menyatakan bahwa,

“Instruction is the process you use to provide students with the

conditions that help them achieve the learning targets. Some

learning target are cognitive, meaning that they deal primarily

with intellectual knowledge and thinking skills. Other learning

outcomes are affective, meaning that they deal with how

students should feel or what they should value. Yet other

learning targets are psychomotor, meaning that they deal

primarily with motor skills and physical perceptions”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang

digunakan guru untuk mengarahkan siswa dengan kondisi tertentu yang

membantu mereka mencapai target belajar. Beberapa target belajar adalah: 1)

kognitif, berhubungan dengan pngetahuan intelektual dan kemampuan

berpikir, 2) afektif, yaitu berhubungan dengan bagaimana bisa merasakan dan

apa yang seharusnya mereka nilai, dan 3) psikomotor, yaitu berhubungan

dengan ketrampilan motorik dan dan tanggapan secara fisik.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi tujuan pembelajaran (Hamalik, 2005: 57). Dalam proses

pembelajaran, seseorang umumnya melalui empat tahap belajar seperti yang

dikemukakan Horsley (1990: 59) yaitu: 1) tahap apersepsi, tahap ini berguna

untuk mengungkapkan konsep awal siswa dan digunakan untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa; 2) tahap eksplorasi, tahap berguna

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

13

untuk mediasi pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri siswa; 3)

tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan untuk

bekerjasama dengan teman-temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya

kepada orang lain, bahkan menghargai penemuan temannya; 4) tahap

pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini adalah tahap untuk mengukur

sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu konsep dengan menyelesaikan

permasalahan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut pembelajaran adalah proses

interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa, lingkungan, dan sumber

belajar supaya siswa dapat belajar melalui proses perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian yang dilakukan oleh guru, dimana perencanaan tersebut meliputi

pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sedangkan

proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan merupakan implementasi

dari perencanaan yang telah disusun dalam RPP tersebut.

3. Matematika

Menurut Johnson dan Rising (Suherman, 2003: 17) matematika adalah

pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,

jelas, akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa

simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi (Suherman, 2001: 19).

Menurut Chambers (2008: 9) menyatakan bahwa,

“Mathematics is the study of patterns abstracted from the

world around us-so anything we learn in maths has literally

thousands of applications, in arts, sciences, finance, health and

recreation”.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

14

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika adalah studi tentang

pola diabstraksikan dari dunia di sekitar kita pelajari di matematika memiliki

ribuan aplikasi, dalam seni, ilmu, keuangan, kesehatan dan rekreasi.

Reys (Suherman, 2003: 17) menyatakan bahwa matematika

mempelajari tentang pola dan hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut

dan konsisten, bahasa yang menggunakan istilah dan simbol, serta alat yang

dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang lain, dunia kerja

dan kehidupan sehari-hari. Soedjadi (Setianingsih, 2000: 135-146)

menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang

pembuatnya, sebagai berikut:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematis.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan

berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahun tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

f. Matematika pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Haylock & Thangata (2007: 3), menyatakan bahwa

“Mathematics is important in everyday life, many forms of

employment, science and technology, medicine, the economy,

the environment and development, and in public decision-

making”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika itu penting dalam

kehidupan sehari-hari, dalam bidang pekerjaan, sains dan teknologi, medis,

ekonomi, lingkungan dan pemerintahan, serta penentuan kebijakan yang

bersifat umum.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

15

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide,

struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam rangkaian

urutan yang logis. Jadi matematika merupakan ilmu yang tidak sekedar

menghitung secara teknis dan mekanis, tetapi matematika merupakan suatu

ilmu deduktif formal dan abstrak yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terbagi ke dalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

4. Pembelajaran Matematika

Herman Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran

matematika berarti pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-struktur

yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-

hubungan antara konsep-konsep atau struktur-struktur tersebut. Sesuai dengan

pengertian di atas, pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan secara

terpadu dengan mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar. Siswa tidak

hanya mendapatkan pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan

memiliki keterampilan dan kreativitas dalam belajar matematika sehingga

mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

Menurut Suherman (2003: 3), pembelajaran matematika hendaknya

tidak hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar melakukan, belajar

menjiwai, belajar bagaimana harusnya belajar dan belajar bersosialisasi.

Dalam pembelajaran seperti itu, akan terjadi interaksi dan komunikasi antara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

16

siswa, guru dan siswa lain. Siswa juga bisa mengaitkan konsep yang

dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan, serta belajar

memecahkan masalah sebagai latihan untuk membiasakan belajar dengan

tingkat kognitif tinggi. Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan kelas

menjadi lebih hidup karena siswa merasa senang dan berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran.

Menurut Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk

membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep

matematika, menggunakan penalaran, menyelesaikan masalah,

mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap

matematika. Sedangkan menurut Sumarno (2004: 5) pembelajaran matematika

diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang

meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koreksi

matematis, dan objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan

untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak).

Menurut Romberg & Kaput (2009: 5) yang menyatakan bahwa,

“School mathematics should be viewed as a human activity

that reflects the work of mathematicions-finding out why given

techniques work, inventing view techniques, justifying

assertions, and so forth. It should also reflect how users of

mathematics investigate a problem situation, decide on

variables, decide on ways to quantify and relate the variables,

carry out calculations, make predictions, and verify the utility

of the predictions”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika sekolah merupakan

suatu kegiatan manusia yang mencerminkan hasil karya matematikawan yakni

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

17

mencari tahu mengapa dan bagaimana suatu teknik atau trik tertentu dapat

bekerja, menemukan teknik baru, membenarkan pernyataan, dan lain

sebagainya. Pembelajaran matematika juga harus mencerminkan bagaimana

pengguna matematika menyelidiki situasi masalah, menentukan variabel,

merumuskan cara untuk mengukur variabel-variabel, melakukan perhitungan,

membuat prediksi, dan memverifikasi keakuratan dari prediksi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran

matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang

dalamnya terkandung upaya guru untuk memberi peluang kepada siswa untuk

membangun pengetahuan matematika mereka melalui pengalaman yang

bermakna. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sentolo dalam

penelitian ini adalah meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar) sebagai berikut:

Tabel 3.

SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menentukan unsur, bagian

lingkaran serta ukurannya.

4.1. Menentukan unsur dan bagian-bagian

lingkaran.

4.2. Menghitung keliling dan luas lingkaran.

B. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman adalah suatu isu yang meluas diluar batasan-batasan

pendidikan matematika. Banyak teori-teori umum tentang belajar, termasuk

tentang perbedaan skemata awal yang dimiliki pebelajar berkaitan degan

upaya siswa mencapai pemahaman. Menurut Hiebert & Carpenter (1992: 78)

menegaskan salah satu ide yang paling diterima dalam pendidikan matematika

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

18

adalah siswa harus memahami matematika. Pemahaman adalah salah satu

aspek dalam belajar yang digunakan sebagai dasar mengembangkan model

pembelajaran dengan memperhatikan indikator pemahaman.

Pemahaman matematika menurut Pirie & Kieren (Koyama, 1992: 67)

menyatakan bahwa:

“Mathematical understanding can be characterized as levelled

but non-linear. It is a recursive phenomenon and recursion is

seen to occur when thinking moves between levels of

sophistication. Indeed each level of understanding is contained

within succeeding levels. Any particular level is dependent on

the forms and processes within and, further, is constrained by

those without.”

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemahaman matematika dapat

dikarakteristikan sebagai tingkatan tetapi tidak linear. Hal ini merupakan

fenomena berulang dan berpikir, bergerak pada tingkat yang lebih canggih.

Setiap tingkat pemahaman terkandung tingkat keberhasilan, tergantung pada

bentuk dan proses dalam jarak tanpa dibatasi oleh apapun.

Menurut Hanna & Yackel (NCTM, 2000: 21) menyatakan bahwa

“Learning with understanding can be further enhanced by

classroom interaction, as students propose mathematical ideas

and conjectures, learn to evaluate their own thinking and that

of others, and develop mathematical reasoning skill.”

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa belajar dengan pemahaman dapat

dicapai dari interaksi kelas sebagaimana siswa mengajukan ide-ide

matematika dan konjektur, belajar mengevaluasi pemikiran mereka dan bagian

lainnya, serta mengembangkan keterampilan penalaran matematika.

Konsep menurut Frederick (1978: 108) dapat diartikan sebagai suatu

ide abstrak tentang suatu objek atau kejadian yang dibentuk dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

19

memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang

dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek atau kejadian sekaligus

menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari

pengertian tersebut. Sebuah konsep matematika dapat dipelajari melalui:

mendengarkan, melihat, menangani, dan berdiskusi.

Menurut Ansjar & Sembiring (2006: 25), penguasaan konsep

matematika terdiri atas beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Mengucapkan konsep matematika dengan baik dan benar.

b. Menjelaskan konsep matematika dengan kalimat atau kata-kata biasa

sehingga dapat dipahami orang lain.

c. Mengidentifikasikan keberlakuan atau ketidakberlakuan konsep

matematika, yaitu kemampuan atau tidak menggunakan konsep pada

tempat/situasi yang tepat.

d. Menginterpretasi suatu konsep matematika.

e. Menerapkan konsep matematika dengan benar dan baik dalam

lingkungan matematika atau bidang lain.

f. Kemampuan berkomunikasi dan koneksi mengenai matematika.

Sedangkan menurut Schunk (2010: 194) menyatakan bahwa “Concept

learning involves identifying attributes, generalizing them to new examples

and discriminating examples”. Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa

pembelajaran konsep melibatkan mengidentifikasi atribut, generalisasi

pembelajaran untuk contoh-contoh baru dan membedakan contoh-contoh dari

yang bukan contoh-contoh. Pemahaman secara konsep adalah kunci aspek

pembelajaran. Hal penting dari tujuan mengajar adalah menolong para siswa

untuk paham pada konsep utama.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

20

Pemahaman konsep menurut Skemp (1971: 32) menyatakan bahwa

“Concepts of a higher order than those which a person already

has cannot be communicated to him by a definition, but only by

arranging for him to encounter a suitable collection of

example”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa konsep merupakan derajat yang

lebih tinggi yang mana tidak dapat dikomunikasikan dengan sebuah definisi,

namun hanya sebagai pengatur dari ketentuan. Mengacu pada teori

pemahaman dari Skemp, sebagai contoh siswa memahami geometri segitiga,

maka konsep tersebut dapat dijadikan basis untuk pemahaman geometri

segiempat bidang datar.

Sierpinska (1994: 4) menyatakan bahwa

“…understanding concept would consist in analyzing this

definition or this description, recognizing these relations and

these interpretations”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemahaman konsep meliputi

menganalisis definisi atau deskripsinya, mengenal hubungan-hubungan dan

interpretasi-interpretasi didalamnya.

Pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan atau kemahiran

matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu

dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

(Depdiknas, 2003: 2).

Sedangkan menurut Benyamin Bloom (Suherman, 2003: 24),

pemahaman konsep adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognitif

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

21

yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam

tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami konsep atau ide-ide

matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan

tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala

implikasinya.

Petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas tentang

penilaian perkembangan anak didik SMP (Wardhani, 2006: 4) mengemukakan

beberapa indikator dari pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika,

diantaranya:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya.

c. Memilih contoh dan bukan contoh dari konsep.

d. Menunjukkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

e. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

f. Memanfaatkan dan memilih operasi tertentu, serta mengaplikasikan

konsep ke penyelesaian masalah.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep matematika adalah mengerti ide abstrak tentang suatu

objek atau kejadian yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama

dari sekumpulan objek dalam hal menyatakan ulang sebuah konsep,

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya, memberi contoh dan bukan contoh dari konsep, menyajikan

konsep dalam bentuk representasi matematis, serta memanfaatkan dan

memilih prosedur atau operasi tertentu.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

22

C. Sikap Terhadap Matematika

Secara historis, istilah ‘sikap’ (attitude) digunakan pertama kali oleh

Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai

status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap

sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh

seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang

eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan seseorang

sebagai subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Oleh Lange

kesiapan dalam diri individu untuk merespon stimulus itu disebut aufgabe atau

task attitude. Jadi, menurut istilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek

mental semata melainkan mencakup pula aspek respon fisik (Azwar, 2007: 3-

4).

Sikap merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat

mempengaruhi cara seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku. Sikap

juga telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Puluhan definisi

dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu

diantara tiga kerangka pemikiran (Azwar, 2007: 4).

Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli

psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood.

Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak

(unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2007: 4-5).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

23

Kelompok pemikiran yang ke dua diwakili oleh para ahli seperti

Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport. Menurut kelompok

pimikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap

suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang

dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara

tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya respons (Azwar, 2007: 5).

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi

kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, suatu

sikap merupakan konstelasi komponen-konponen kognitif, afektif, dan konatif

yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku

terhadap suatu objek (Azwar, 2007: 5).

Ahli-ahli yang lain mendefinisikan konstrak kognisi, afeksi dan konasi

sebagai tidak menyatu langsung kedalam konsepsi mengenai sikap. Perhatikan

skema gambar berikut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

24

Gambar 1.

Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap

Dalam skema gambar tersebut terlihat bahwa sikap seseorang terhadap

suatu objek selalu berperan sebagai suatu perantara antara responsnya dan

objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu

respon kognitif (pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif

(respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon kognitif (respon

mengenai tindakan atau pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing

klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (Azwar,

2007: 7).

Menurut Trow (Djaali, 2007: 114) sikap sebagai suatu kesiapan mental

atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.

Sedangkan menurut Winkel (2004: 117) orang yang bersikap tertentu,

cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian

terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

25

Menurut Nitko & Brokhart (2007: 451) menyatakan bahwa

“Attitudes are characteristic of person that describe their

positive and negative feelings toward particular objects,

situations, institutions, persons, or ideas”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa sikap adalah karakteristik dari

seseorang yang menggambarkan perasaan positif dan negatif mereka terhadap

objek, situasi, institusi, seseorang atau ide tertentu.

Menurut Leder (1992: 4) tentang sikap yakni:

“Attitudes involve what people think about, feel about, and

how they would like to behave toward an attitude object.

Behavior is not only determinated by what people would like to

do but also by what they think they should do, that is, social

norms, by what they have usually done, that is habits, and the

expected coonsequences of behavior”.

Artinya sikap melibatkan apa yang orang pikirkan, apa yang orang rasakan

dan bagaimana mereka bersikap terhadap objek sikap tersebut. Tingkah laku

tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka ingin lakukan akan tetapi juga

dipengaruhi oleh apa yang mereka pikirkan yang harus dilakukan yakni

norma-norma sosial dengan apa yang biasa mereka lakukan, yaitu kebiasaan

dan diharapkan konsekuensi dari sikap itu sendiri.

Menurut Alport (Shumway, 1980: 356) menyatakan bahwa

“an attitude is a mental and neiral state of readiness,

organized through experience, exerting a directive or dinamyc

influence upon the individual’s response to all objects and

situation with which it is related”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa sikap adalah mental atau

penyesuaian sistem syaraf yang diatur berdasarkan pegalaman atau sesuatu

yang berpengaruh terhadap respon individual seseorang terhadap objek atau

situasi yang dihadapi. Mental atau penyesuaian diri seseorang terhadap objek

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

26

atau situasi yang dihadapi secara nyata dapat dilihat melalui pilihan terhadap

objek atau situasi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

sikap terhadap matematika adalah kecenderungan siswa terhadap matematika

untuk mendekati atau menjauhi, menyenangi atau membenci sesuai dengan

keyakinan dan perasaan siswa tersebut terhadap matematika. Siswa yang

memiliki sikap positif terhadap matematika akan memiliki ciri antara lain:

siswa terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, menyelesaikan

tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam diskusi,

mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai tepat pada

waktunya.

D. Metode Mind Mapping

Pada tahun 1975, Tony Buzan telah mengembangkan suatu metode

pembelajaran dalam dunia pendidikan yang dapat melatih siswa berpikir

dengan lebih berdayaguna, yaitu suatu metode yang terkenal dengan istilah

Mind Mapping dan sejak itu metode Mind Mapping berkembang dan telah

banyak dipergunakan dalam pembelajaran. Menurut Buzan (2004: 68) Mind

Mapping adalah metode untuk menyimpan suatu informasi yang diterima oleh

seseorang dan mengingat kembali informasi yang diterima tesebut. Mind

Mapping juga merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan

memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik

grafik sehingga lebih mudah memahaminya. Mind mapping merupakan satu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

27

bentuk metode belajar yang efektif untuk memahami kerangka konsep suatu

materi pelajaran.

“The Mind Map harnesses the full range of cortical skills –

word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial

awareness – in a single, uniquely technique. In so doing, it

gives you the freedom to roam the infinite expanse of your

brain. (Buzan & Buzan, 1994: 84)”.

Menurut Buzan (2010: 4) Mind Mapping adalah cara termudah

menggali informasi dari dalam dan keluar otakmu. Mind Mapping adalah cara

baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh. Mind Mapping adalah

cara membuat catatan yang tidak membosankan. Mind Mapping adalah cara

terbaik untuk mendapatkan ide baru dari apa yang dipahami dan apa yang

diperoleh dari bacaan. Mind Mapping menjelaskan bahwa Mind Mapping

adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk

perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam otak yang menakjubkan.

Dijelaskan Buzan bahwa Mind Mapping dapat membantu belajar, menyusun

dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, dan

mengelompokkannya dengan cara yang alami, memberi akses yang mudah

dan langsung (ingatan yang sempurna) kepada apapun yang diinginkan.

Sugiarto (2004: 75) menerangkan bahwa Mind Mapping merupakan

suatu metode pembelajaran yang sangat baik digunakan oleh guru untuk

meningkatkan daya hafal siswa dan pemahaman konsep siswa yang kuat,

siswa juga dapat meningkatkan daya kreatifitas melalui kebebasan

berimajinasi. Lebih lanjut Sugiarto (2004: 76) menerangkan bahwa Mind

Mapping adalah eksplorasi kreatif yang dilakukan oleh individu tentang suatu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

28

konsep secara keseluruhan, dengan membentangkan subtopik-subtopik dan

gagasan yang berkaitan dengan konsep tersebut dalam satu presentasi utuh

pada selembar kertas, melalui penggambaran simbol, kata-kata, garis, dan

tanda panah.

Menurut Buzan (2004: 68) Mind Mapping dapat menghubungkan

konsep yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam

proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang

dilakukan oleh siswa. Sehingga akan menciptakan suatu hasil peta pikiran

berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah

satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.

Menurut Hudojo (2002: 25) melalui proses pembelajaran dengan

metode Mind Mapping ini, guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu

materi pelajaran. Siswa mencari inti-inti pokok yang penting dari materi yang

dipelajari. Setelah siswa memahami konsep materi yang dipelajari, kemudian

siswa melengkapi dan membuat peta pikiran. Kegiatan berikutnya guru

memberikan contoh soal kemudian dikerjakan oleh siswa, kegiatan ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap

suatu materi yang dipelajari. Sehingga diharapkan siswa dapat

mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan

untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan

sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind

Mapping ini siswa aktif menyusun inti-inti dari suatu materi pelajaran menjadi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

29

peta pikiran. Menurut Buzan (2008: 171) menunjukan bahwa Mind Maping ini

akan membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu; (2) Mengingat fakta,

Angka, dan Rumus dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan

Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat. Tony Buzan

juga menunjukan bahwa siswa akan menghafal dengan cepat dan mudah

berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan

untuk memperoleh pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode Mind Mapping adalah metode yang dirancang oleh guru untuk

membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan informasi berupa materi

pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu

siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran kedalam bentuk

peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya.

Buzan (2010: 15) menyatakan bahwa untuk memilah fakta-fakta dari

sebuah teks untuk menjadikannya lebih mudah diingat, ada beberapa hal yang

harus dilakukan dengan Mind Mapping, yaitu

a. Pertama, ambil beberapa pena warna dan selembar kertas putih biasa.

Putar posisi kertas sehingga sisi panjangya terletak mendatar. Memulai

dari tengah memberikan kebebasan untuk menyebar ke segala arah.

b. Gambar gagasan utama dan tuliskan dibagian tengah kertas dengan

huruf besar. Gambar gagasan utama yang menarik membantu tetap

fokus dan berkonsentrasi.

c. Pilihlah beberapa hal yang bisa diingat tentang gagasan utama tadi dan

gambarlah cabang-cabang berpencar keluar dari gagasan utama.

Gunakan warna yang berbeda untuk setiap cabang yang mampu

menambah energy kepada pemikiran kreatif.

d. Setelah itu ide-ide kecil atau kata kunci bermunculan di otakmu

sehingga dapat digambar cabang-cabang yang kecil berpencar dari

cabang-cabang besar. Kata kunci memicu pikiran baru.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

30

e. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah bisa dicantumkan semua

gagasan dan hal-hal yang bisa diingat dari gagasan utama tadi di atas

selembar kertas.

Dalam membuat Mind Mapping, Buzan (2007: 15) telah menyusun

sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind Mapping yang dibuat dapat

memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah rincian dalam membuat

Mind Mapping:

a. Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah

ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central Topic

diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image

dengan minimal 3 warna.

b. Garis: lebih tebal untuk cabang dan selanjutnya semakin jauh dari

pusat garis menjadi semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak

boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau

image yang ada diatasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.

c. Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu

garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan

huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari

pusat.

d. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode simbol, grafik, tabel,

dan ritme karena lebih menarik serta mudah diingat dan dipahami.

Kalau memungkinkan gunakan 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.

e. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna

berbeda untuk setiap cabang dan warna cabang harus mengikuti warna

kata kunci.

f. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di

tengah-tengah kertas dan cabang-cabangnya menyebar ke segala arah.

Kata kunci umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan

arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.

Adapun langkah-langkah penggunaan Mind Mapping dalam penelitian

ini adalah:

a. Siswa menggunakan kertas putih tanpa garis dan alat tulis.

b. Siswa membuat gambar dan tulisan sebagai subjek utama di tengah-

tengah kertas.

c. Siswa membuat garis berlekuk yang menyambung subjek utama, dan

memberi nama pada setiap lekuk garis yang dibuat tentang Lingkaran.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

31

E. Metode Konvensional

Metode konvensional/ceramah digunakan sebagai metode mengajar,

maksudnya adalah penerangan dan penuturan materi secara lisan terhadap

kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat

bantu seperti gambar-gambar bagan. Tetapi metode utama dalam hubungan

guru dengan siswa adalah berbicara. Peranan siswa dalam metode ceramah

adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok yang

dikemukakan oleh guru (Suryosubroto, 2002: 165).

Menurut Djamarah (2000: 205-206), metode ceramah adalah metode

yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dahulu metode ini telah

digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi

edukatif. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada

siswa, tetapi tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam pengajaran.

Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan

yang kekurangan fasilitas belajar dan tenaga guru.

Menurut Newby, Sepich, Lehman, et al (2006: 6) menyatakan bahwa:

“… the traditional view of teaching and learning is one which

the teacher stands and delivers the coment, while students sit

and receive”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pandangan tradisional tentang

pengajaran dan pembelajaran adalah guru berdiri dan menyampaikan materi,

sementara siswa duduk dan menerima.

Sedangkan menurut Freire (Iyas, 2010: 1-2) memberikan istilah

terhadap pengajaran konvensional sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

32

ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu

aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib

diingat dan dihafal.

Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran,

penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan

modus telling (pemberian informasi), daripada modus demonstrating

(memperagakan), dan doing direct performance (memberikan kesempatan

untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam kata lain, guru lebih

sering menggunakan strategi atau metode ceramah atau drill dengan mengikuti

urutan materi dalam kurikulum guru berasumsi bahwa keberhasilan program

pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang

ada dalam kurikulum.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

metode konvensional dapat dimaklumi sebagai metode pembelajaran yang

lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru

ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan

kompetensi sedangkan siswa hanya menyalin catatan guru dari papan tulis.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang

hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang terkait

dengan penelitian yang telah dilakukan

1. Menurut Tapantoko (2011) dalam penelitian yang berjudul “Penggunaan

Metode Mind Map (Peta Pikiran) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

33

Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4

Depok”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan Mind Map (Peta

Pemikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat

dari: (a) data hasil observasi motivasi belajar siswa yang mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 56,25% menjadi 71,25% dengan

kategori tinggi. (b) Data hasil angket motivasi siswa mengalami peningkatan

dari siklus I ke siklus II sebesar 66,70% menjadi 79,94% dengan kategori

tinggi. (c) Rata-rata hasil tes siklus mengalami peningkatan, rata-rata pada

siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus II. (d) Dari hasil

wawancara diperoleh keterangan bahwa secara umum siswa termotivasi dalam

belajar.

2. Menurut Putri (2011) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan

Pemahaman Konsep Matematika Dengan Menerapkan Metode Mind Mapping

Pada Kelas VIII SMP Negeri 2 Nanggulan Kulon Progo”. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa meningkat setelah menerapkan metode Mind Mapping

sebesar 11% yaitu dari 73% pada siklus I menjadi 84% pada siklus II.

3. Menurut Masykuri (2013) dalam penelitian yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang Menggunakan

Metode Mind Map Pada Siswa Kelas V SD N Tamanagung 4 Kecamatan

Muntilan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Mind Mapping

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

34

mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-

rata hasil belajar matematika siswa kelas V sebesar 49,01%. Selain itu dari

hasil analisis data observasi mengalami peningkatan yaitu dari 46,7% aspek

terpenuhi menjadi 86,7% aspek.

4. Menurut Hafiz (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan

Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran

Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

dari perhitungan uji-t menunjukkan thitung 3,82 dan ttabel 1,66 pada signifikansi

5% yang berarti thitung>ttabel (3,82>1,66), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran

matematika yang diajari dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi

dari rata-rata sikap siswa yang diajari dengan pendekatan konvensional.

Dengan demikian, penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan

matematika realistik berpengaruh terhadap sikap siswa dalam pembelajaran

matematika.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh metode Mind Mapping untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan sikap siswa dalam pembelajaran

matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Sentolo. Perbedaan penelitian ini dengan

sebelumnya adalah terletak pada subjek dan objek yang diteliti.

G. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep matematika merupakan landasan dasar dalam

belajar matematika, oleh karena itu dalam pembelajaran matematika yang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

35

ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep dengan baik dan benar.

Agar siswa lebih memahami konsep dengan baik dan benar, para guru

matematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi

yang lebih konkret. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam

mengklarifikasi konsep dan mengimplementasikan konsep berdasarkan contoh

dan bukan contoh, dan siswa dapat mengungkapkan suatu konsep dengan

menggunakan kata-kata sendiri disertai alasannya.

Masalah yang sering terjadi yaitu siswa hafal suatu konsep, tetapi

siswa tidak bisa menerapkan suatu konsep dalam memecahkan masalah.

Selain itu kebiasaan guru langsung memberikan suatu konsep secara baku,

tanpa menjelaskan pembentukan konsep itu berlangsung. Akibatnya ketika

siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan yang diberikan contoh oleh guru

atau siswa harus mencari konsep yang belum diketahui dalam soal, siswa

belum mampu mengerjakannya.

Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika,

yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran

matematika yang melibatkan siswa aktif dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta dapat menyelesaikan

masalah dengan ketrampilan-ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang telah

dimiliki.

Metode Mind Mapping merupakan suatu metode pembelajaran yang

dirancang untuk membantu siswa dalam menentukan dan menyusun inti-inti

yang penting dari materi pelajaran, serta metode yang dapat membantu siswa

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

36

untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu

pokok materi pelajaran. Adapun tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan metode ini adalah (1) mempelajari konsep suatu materi pelajaran, (2)

menentukan ide-ide pokok, (3) membuat peta pikiran, (4) mempresentasikan

di depan kelas.

Gambar 2.

Diagram Kerangka Berpikir

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori tersebut, dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Mind Mapping untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematika kelas VIII SMP Negeri 2

Sentolo.

2. Terdapat pengaruh penggunaan metode Mind Mapping terhadap sikap

siswa dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Sentolo.

3. Penggunaan metode Mind Mapping lebih berpengaruh daripada

penggunaan metode konvensional untuk meningkatkan pemahaman

Kelas

Eksperimen

Kelas

Kontrol

Pre-Test

Angket

Pre-Test

Angket

Post-Test

Angket

Post-Test

Angket

Metode Mind

Mapping

Metode

Pembelajaran

Konvensional

Pemahaman

konsep

Sikap siswa

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajareprints.mercubuana-yogya.ac.id/461/2/BAB II.pdf · SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi

37

konsep dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP

Negeri 2 Sentolo.