BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya (Ganie, 2005). Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia (Herdata.N.H. 2008 dan Tamam.M. 2009). Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin. Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa (α) dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2 = 2,5%) sisanya HbF (α2ƴ2 = 0,5%). 6

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Thalasemia

Thalasemia berasal dari bahasa Yunani yaitu thalasso yang berarti laut.

Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Thomas B. Cooley tahun 1925 di

daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak-anak yang menderita anemia dengan

pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau

eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama

penemunya (Ganie, 2005).

Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh

kegagalan pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang

membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh

tidak dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah

mudah rusak atau berumur pendek kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia

(Herdata.N.H. 2008 dan Tamam.M. 2009).

Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi

mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, juga memberi warna merah

pada eritrosit. Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin.

Hem terdiri dari zat besi (Fe) dan globin adalah suatu protein yang terdiri dari

rantai polipeptida. Hemoglobin pada manusia normal terdiri dari 2 rantai alfa (α)

dan 2 rantai beta (β) yang meliputi HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2

= 2,5%) sisanya HbF (α2ƴ2 = 0,5%).

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

7

Gambar 1. Rantai hemoglobin.

Sumber : Virginia 2007.

Rantai globin merupakan suatu protein, maka sintesisnya dikendalikan oleh

suatu gen. Dua kelompok gen yang mengatur yaitu kluster gen globin-α terletak

pada kromosom 16 dan kluster gen globin-β terletak pada kromosom 11. Penyakit

thalasemia diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta. Gen

globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk

hemoglobin. Gen globin beta hanya sebelah yang mengalami kelainan maka

disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia

tampak normal atau sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan

normal dan dapat berfungsi dengan baik dan jarang memerlukan pengobatan.

Kelainan gen globin yang terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita

thalassemia mayor yang berasal dari kedua orang tua yang masing-masing

membawa sifat thalassemia. Proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah

gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Satu dari orang tua

menderita thalasemia trait/bawaan maka kemungkinan 50% sehat dan 50%

thalasemia trait. Kedua orang tua thalasemia trait maka kemungkinan 25% anak

sehat, 25% anak thalasemia mayor dan 50% anak thalasemia trait (Ganie. R.A,

2008).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

8

Gambar 2. Skema Penurunan Gen Thalassemia menurut Hukum Mendel.

Sumber : Ganie.R.A, 2008

2.2.1. Klasifikasi Thalasemia

Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu

thalasemia alfa dan thalasemia beta.

1. Thalasemia Alfa

Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai

alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :

a. Silent Carrier State

Gangguan pada 1 rantai globin alfa. Keadaan ini tidak timbul gejala sama

sekali atau sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat.

b. Alfa Thalasemia Trait

Gangguan pada 2 rantai globin alpha. Penderita mengalami anemia ringan

dengan sel darah merah hipokrom dan mikrositer, dapat menjadi carrier.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

9

c. Hb H Disease

Gangguan pada 3 rantai globin alfa. Penderita dapat bervariasi mulai tidak

ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan

perbesaran limpa.

d. Alfa Thalassemia Mayor

Gangguan pada 4 rantai globin alpha. Thalasemia tipe ini merupakan kondisi

yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alfa. Kondisi ini tidak terdapat

rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang

diproduksi. Janin yang menderita alpha thalassemia mayor pada awal

kehamilan akan mengalami anemia, membengkak karena kelebihan cairan,

perbesaran hati dan limpa. Janin ini biasanya mengalami keguguran atau

meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

2. Thalasemia Beta

Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin

beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :

a. Beta Thalasemia Trait.

Thalasemia jenis ini memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi.

Penderita mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah

yang mengecil (mikrositer).

b. Thalasemia Intermedia.

Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa produksi sedikit

rantai beta globin. Penderita mengalami anemia yang derajatnya tergantung

dari derajat mutasi gen yang terjadi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

10

c. Thalasemia Mayor.

Kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi

rantai beta globin. Gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa

anemia yang berat. Penderita thalasemia mayor tidak dapat membentuk

hemoglobin yang cukup sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat

disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama kelamaan akan menyebabkan

kekurangan O2, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Penderita

thalasemia mayor memerlukan transfusi darah yang rutin dan perawatan

medis demi kelangsungan hidupnya (Dewi.S 2009 dan Yuki 2008).

2.1.1. Gejala

Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi tergantung jenis

rantai asam amino yang hilang dan jumlah kehilangannya. Penderita sebagian

besar mengalami anemia yang ringan khususnya anemia hemolitik

(Tamam.M. 2009).

Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan mengalami

anemia karena kegagalan pembentukan sel darah, penderita tampak pucat

karena kekurangan hemoglobin. Perut terlihat buncit karena hepatomegali dan

splenomegali sebagai akibat terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman

akibat dari meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi

bilirubin meningkat. Gagal jantung disebabkan penumpukan Fe di otot

jantung, deformitas tulang muka, retrakdasi pertumbuhan, penuaan dini

(Herdata.N.H. 2008 dan Tamam. M. 2009).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

11

2.1.2. Diagnosis

Penderita pertama datang dengan keluhan anemia/pucat, tidak nafsu

makan dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan,

kemudian dilakukan pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka mongoloid

(facies Cooley), ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan

hepatomegali.

Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan meliputi : Hb bisa

sampai 2-3 g%, gambaran morfologi eritrosit ditemukan mikrositik

hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis,

mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly,

poikilositosis dan sel target. Pemeriksaan khusus juga diperlukan untuk

menegakkan diagnosis meliputi : Hb F meningkat 20%-90%, elektroforesis

Hb (Dewi.S. 2009 dan Herdata.H.N. 2009).

2.1.3. Terapi

Penderita thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat

menyembuhkan secara total. Pengobatan yang dilakukan meliputi pengobatan

terhadap penyakit dan komplikasinya. Pengobatan terhadap penyakit dengan

cara tranfusi darah, splenektomi, induksi sintesa rantai globin, transplantasi

sumsum tulang dan terapi gen. Pengobatan komplikasi meliputi mencegah

kelebihan dan penimbunan besi, pemberian kalsium, asam folat, imunisasi.

Pemberian vitamin C 100-250 mg/hari untuk meningkatkan ekskresi besi dan

hanya diberikan pada saat kelasi besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

12

memperpanjang umur sel darah merah. Transfusi harus dilakukan seumur

hidup secara rutin setiap bulannya (Herdata.H.N.2008 dan Tamam.M. 2009).

2.2. Dampak Transfusi Berulang Pada Thalasemia Mayor

Penderita thalasemia mayor membutuhkan transfusi seumur hidup untuk

mengatasi anemia. Transfusi diberikan apabila kadar Hb < 8 gr/dl dan diusahakan

kadar Hb diatas 10 gr/dl namun dianjurkan tidak melebihi 15 gr/dl dengan tujuan

agar suplai oksigen ke jaringan-jaringan cukup juga mengurangi hemopoesis yang

berlebihan dalam sumsum tulang dan mengurangi absorbsi Fe dari traktus

digestivus. Transfusi diberikan sebaiknya dengan jumlah 10-20 ml/kg BB dan

dalam bentuk PRC (paked read cells) (Priyantiningsih R.D. 2010).

Tindakan transfusi yang dilakukan secara rutin selama hidup selain untuk

mempertahankan hidup juga dapat membahayakan nyawa penderita karena

berisiko terinfeksi bakteri dan virus yang berasal dari darah donor seperti infeksi

bakteri Yersinia enterocolitica, virus hepatitis C, hepatitis B dan HIV (Herdata

N.H. 2009 dan Kartoyo P.dkk 2003).

Transfusi yang berulang-ulang setiap bulan akan mengakibatkan

penumpukan zat besi pada jaringan tubuh seperti hati, jantung, pankreas, ginjal.

Akumulasi zat besi pada jaringan hati mulai terjadi setelah dua tahun mendapat

transfusi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998, melaporkan didapat

gangguan faal hati yang terjadi pada transfusi ke 20 hingga 30, dengan jumlah

total darah yang ditransfusikan 2.500-3.750 ml pada usia penderita 2-9 tahun

(Priyantininsih R.D. 2010). Penimbunan zat besi pada jaringan sangat berbahaya

dan apabila tidak dilakukan penanganan yang serius dapat berakibat kematian.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

13

Mengurangi penimbunan dapat dilakukan dengan terapi khelasi besi, yang sering

digunakan adalah deferoksamin, deferipron dan deferasirox. Pemberian obat ini

pada usia 3 tahun yang melalui infus subkutan dan dapat juga melalui oral.

Penimbunan zat besi pada jaringan akan menyebabkan terjadinya hemosiderosis

dan hemokromatosis (Herdata N.H.2008 dan Priyantiningsih R.D.2010).

2.2.1. Hemosiderosis

Hemosiderosis sebagai akibat dari transfusi berulang-ulang karena

dalam 1 liter darah terkandung 750 mikrogram zat besi. Zat besi tersebut akan

menambah jumlah zat besi dalam tubuh. Manusia normal zat besi plasma

terikat pada trasnferin, kemampuan transferin mengikat zat besi sangat

terbatas sehingga apabila terjadi kelebihan zat besi maka seluruh transferin

berada dalam keadaan tersaturasi. Besi dalam plasma berada dalam bentuk

tidak terikat atau NTBI (non-transferrin bound plasma iron) yang dapat

menyebabkan pembentukan radikal bebas hidroksil dan mempercepat

peroksidasi lipid membran in vitro. Kelebihan zat besi terbanyak

terakumulasi dalam hati, namun paling fatal adalah akumulasi di jantung

karena menyebabkan hemosiderosis miokardium dan berakibat gagal jantung

yang berperan pada kematian awal penderita. Penimbunan besi di hati yang

berkelebihan berakibat pada gangguan fungsi hati. (Priyantiningsih

R.D.2010).

2.2.2. Hemokromatosis

Hemokromatosis yaitu gangguan fungsi hati sebagai akibat dari

penimbunan zat besi dan saturasi transferin. Hemokromatosis terjadi disertai

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

14

dengan kadar feritin serum > 1000 µg/L. Ferritin merupakan suatu protein

darah yang kenaikannya berhubungan dengan jumlah besi yang tersimpan

dalam tubuh. Kadar feritin yang tinggi dapat meningkat pada infeksi-infeksi

tertentu seperti hepatitis virus dan peradangan lain dalam tubuh. Kenaikan

ferritin tidak spesifik untuk mendiagnosis hemokromatosis. Pemeriksaan lain

untuk mendiagnosa hemokromatosis adalah TIBC dan transferi saturation.

TIBC adalah suatu pengukuran jumlah total besi yang dapat dibawa dalam

serum oleh transferrin. Transferrin saturation adalah suatu jumlah yang

dihitung dengan membagi serum besi oleh TIBC, hasil angka yang

mencerminkan besarnya persentase dari transferrin yang sedang dipakai

untuk mengangkut besi. Hasil transferrin saturation pada manusia sehat

antara 20 dan 50 %. Penderita dengan hemokromatosis keturunan, serum besi

dan transferrin saturation hasilnya di atas normal. Tes yang paling akurat

untuk mendiagnosis hemokromatosis adalah dengan biopsi jaringan hati

sehingga dapat melihat langsung seberapa besar kerusakan hati. Gejala klinis

yang paling sering dijumpai adalah hepatomegali, pada stadium lanjut dapat

terjadi sirosis yang ditandai dengan splenomegali, ikterus, asites dan edema.

Sirosis dapat mengakibatkan kanker hati. Penderita thalasemia lebih beresiko

terkena hemokromatosis sebagai akibat dari penimbunan zat besi pada hati

(Herdata.N.H.2009 dan Kartoyo.P. dkk 2003).

2.3. Hati

Hati merupakan organ intestinal terbesar yang terletak dalam rongga perut

sebelah kanan atas tepatnya di bawah diafragma dan disamping kirinya terletak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

15

organ limpa. Hati terbagi atas dua bagian besar yaitu lobus kanan dan kiri, juga

satu bagian kecil ditengah yaitu lobus asesorius. Hati tersusun atas tiga jarinagn

yang meliputi saluran empedu, susunan pembuluh darah dan sel parenkim. Hati

juga memiliki dua suplai darah yang berasal dari saluran cerna dan limfa melalui

vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Hati terdiri atas

bermacam-macam sel, 60 % adalah hepatosit dan sisanya terdiri dari sel-sel

epithelial system empedu dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya

endotelium, sel kupffer dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. Sel-sel lain

yang terdapat dalam dinding sinusoid adalah sel fagositik. Sel kupffer yang

merupakan bagian penting sistem retikuloendothellial dan lebih mudah dilalui sel-

sel makro. Sel stellata memiliki aktifitas yang dapat membantu pengaturan aliran

darah. Sel-sel hati menghasilkan bilirubin dan serum-serum yang digunakan

sebagai pemantau fungsi hati. Hati sebagai pusat metabolisme tubuh (Fathoni

2008 dan Sudoyo dkk 2006).

Gambar 3. Struktur hati.

Sumber : Fathoni F, 2008

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

16

2.3.1. Fungsi hati

Hati mempunyai fungsi dasar hati dapat dibagi menjadi:

1. Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah.

Hati tempat mengalir darah yang besar dan juga sebagai penyimpanan

sejumlah besar darah. Aliran limfe dari hati juga sangat tinggi karena pori

dalam sinusoid hati sangat permeabel, di hati terdapat sel Kupffer yang

berfungsi untuk menyaring darah ( Fathoni F, 2008).

2. Fungsi dalam sistem metabolisme tubuh meliputi karbohidrat, lemak,

protein.

Hati sebagai metabolisme karbohidrat adalah mengubah pentosa dan

heksosa yang diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini

disebut glikogenesis. Glikogen ditimbun di dalam hati kemudian hati akan

memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd

glukosa disebut glikogenelisis, karena proses-proses ini maka hati merupakan

sumber utama glukosa dalam tubuh. Hati mengubah glukosa melalui heksosa

monophosphat dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa untuk

menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan

membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon yaitu piruvic acid (asam piruvat

diperlukan dalam siklus krebs) (Fathoni F 2008).

Metabolisme lemak juga dilakukan di hati yang tidak hanya

membentuk/mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis asam

lemak yang dipecah menjadi beberapa komponen yaitu senyawa 4 karbon,

senyawa 2 karbon, pembentukan cholesterol, pembentukan dan pemecahan

fosfolid. Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

17

ekskresi kholesterol, dimana kolesterol menjadi standar pemeriksaan

metabolisme lipid (Frathoni F, 2008).

Peran dalam metabolisme protein dengan proses deaminasi, hati

mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Proses transaminasi, hati

memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan

satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ

utama bagi produksi urea. ∂ - globulin selain dibentuk di dalam hati, juga

dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam

hati (Fathoni F, 2008).

3. Sekresi dan ekskresi hati dalam membentuk empedu.

Fungsi sekresi hati membentuk empedu sangat penting, salah satu zat

yang dieksresi ke empedu adalah pigmen bilirubin yang berwarna kuning-

kehijauan. Bilirubin aadalah hasi akhir dari pemecahan hemoglobin. Empedu

dibentuk oleh hati, melalui saluran empedu interlobular yang terdapat di

dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk

disimpan. Bilirubin atau pigmen empedu yang menyebabkan warna kuning

pada jaringan dan cairan tubuh sebagai indikator penyakit hati dan saluran

empedu (Fathoni F, 2008).

Hati juga mempunyai fungsii metabolik yang lain yaitu :

1. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin.

Hati juga menyimpan vitamin dan sebagai sumber vitamin tertentu yang baik

pada penggobatan pasien. Vitamin yang paling banyak disimpan adalah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

18

vitamin A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan vitamin B12 juga disimpan

secara normal.

2. Hati menyimpan besi dalam bentuk ferritin

Besi sebagian besar disimpan dihati dalam bentuk ferritin. Besi yang tersedia

dalam cairan tubuh apabila jumlahnya banyak maka besi akan berikatan

dengan apoferritin membentuk ferritin dan disimpan di dalam sel hati sampai

diperlukan, bila besi dalam sirkulasi cairan tubuh mencapai kadar yang

rendah maka ferritin akan melepaskan besi.

3. Hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah.

Zat-zat yang dibentuk dihati yang digunakan pada proses koagulasi meliputi

fibrinogen, protrombin, globulin, akselereratol, factor VII, dan beberapa

faktor koagulasi penting lain. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme

hati, untuk membentuk prototrombin dan factor VII, IX dan X.

4. Hati mengekresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.

Medium kimia yang aktif dari hati adalah dalam melakukan detoksifikasi atau

eksresi berbagai obat-obatan ke dalam empedu. Hormon yang disekresi oleh

kelenjar endokrin di ekskresikan atau dihambat secara kimia oleh hati,

meliputi tiroksin atau semua hormon steroid seperti esterogen, kortisol, dan

aldesteron. Kerusakan hati dapat mengakibatkan penimbunan hormon ini

didalam cairan tubuh yang menyebabkan aktivitas berlebihan sistem hormon.

(Fathoni F. 2008, Jawi M.I.dkk 2006 dan Sardini. S. 2007).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

19

2.3.2. Pemeriksaan laboratorium fungsi hati

Organ hati terdapat enzim-enzim sebagai detoksifikasi pada hati,

sehingga enzim-enzim tersebut dapat digunakan sebagai parameter kerusakan

hati (Gatot. D. 2007). Dua macam enzim transamine yang sering digunakan

dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati adalah SGOT dan SGPT.

Transamine adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam

proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa amino ke suatu asam

alfa keto. Trasamine dalam plasma pada kadar di atas nilai normal memberi

gambaran peningkatan kecepatan kerusakan jaringan (Kharima.N.R.N. dkk

2010 dan Qodariyah 2006). SGOT dan SGPT dalam jumlah kecil diproduksi

oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Sel-sel otot apabila mengalami

kerusakan maka kadar kedua enzim ini pun meningkat. Kerusakan sel-sel otot

dapat disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat, luka, atau trauma, sebagai

contoh ketika mendapat injeksi intra muskular seperti suntik lewat jaringan

otot, maka sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan

meningkatkan kadar enzim transaminase (Fathoni 2008 dan Jawi dkk 2003).

1. SGOT

SGOT disebut juga AST (aspartat aminotransferase). SGOT selain di

hati terdapat juga di jantung, otot rangka, otak dan ginjal. Kenaikan SGOT

bisa bermakna kelainan non hepatik atau kelainan hati yang didominasi

kerusakan mitokondria karena SGOT berada dalam sitosol dan mitokondria

(Sardini. S. 2007).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

20

2. SGPT

SGPT disebut juga ALT (alanin aminotransferase). Jaringan hati

mengandung banyak SGPT daripada SGOT. SGPT paling banyak ditemukan

dalam sitoplasma sel hati, sehingga dianggap lebih spesifik untuk mendeteksi

kelainan hati dibanding SGOT (Kosasih.E.N. dkk 2011).

Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan

enzim secara intraseluler ke dalam darah yang disebabkan adanya kerusakan

hati secara akut. Kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan atau infeksi

berakibat pada kenaikan aktivitas SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100 X

nilai batas normal tertinggi. Kenaikan aktivitas SGPT terjadi pada kerusakan

hati yang meningkat (Fathoni 2008).

2.4. Ginjal

Ginjal adalah bagian organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang dan

bagian dari sistem urin. Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang

terletak pada dinding belakang abdomen di luar rongga peritonium. Ginjal

memiliki tiga bagian utama yaitu, korteks, medulla, dan pelvis renalis. Bagian

korteks ginjal mengandung nefron. Sisi medial ginjal merupakan daerah lekukan

yang disebut hilum yang merupakan tempat dilaluinya arteri dan vena renalis,

cairan limfatik, suplai darah dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke

vesica urinaria. Sistem sirkulasi di ginjal terdiri dari dua bentuk kapiler yaitu

kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus. Ginjal pada bagian belakang

dilindungi oleh iga dan otot-otot sedangkaan bagian depan dilindungi oleh

bantalan usus. Lebih dari 90% darah yang masuk ke ginjal didistribusikan ke

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

21

korteks, sedangkan sisanya didistribusikan ke medula. Nefron merupakan unit

fungsional ginjal terdiri dari komponen kapsula Bowman, tubulus kontortus

proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontotus distal. Ginjal akan mengalami

kegagalan dalam menjalankan fungsinya jika lebih dari 70 % nefronnya tidak

seimbang dalam menjalankan fungsi (Price.S.A dkk 2006, Purnomo 2008 dan

Satriana 2008).

Gambar 4. Struktur ginjal

Sumber : Satriana 2008

2.4.1. Fungsi ginjal

Ginjal melakukan fungsinya dengan cara menyaring plasma darah, zat-

zat yang tidak dibutuhkan lagi diekskresikan melalui urin dan zat yang masih

dibutuhkan tubuh dikembalikan ke dalam darah. Zat-zat sisa produk

metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh meliputi urea,

kreatinin, asam urat, bilirubin, metabolit hormon, dan toksin.

Ginjal memiliki fungsi yang multipel sebagai pengatur keseimbangan

air dan elektrolit, pengaturan konsentrasi osmolitas cairan tubuh, pengatur

keseimbangan asam basa, ekskresi produk sisa metaboli dan bahan kimia

asing serta sekresi hormon (Purnomo B.B 2008 dan Satriana.2008).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

22

1. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit.

Ekskresi air dan elektrolit sesuai dengan asupan dalam tubuh.

2. Pengaturan keseimbangan asam-basa.

Ginjal bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh mengatur

keseimbangan asam-basa dengan mengekskresikan asam dan menyimpan

dapar cairan tubuh.

2. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing.

Ginjal membuang produk sisa-sisa metaboloisme yang tidak diperlukan

tubuh seperti urea, kreatinin, asam urat, produk akhir pemecahan hemoglobin.

4. Pengaturan tekanan arteri

Ginjal berperan dalam pengaturan tekanan arteri jangka panjang dengan

mengekskresikan sejumlah natrium dan air, juga dalam pengaturan tekanan

arteri jangka pendek dengan mengekskresi faktor atau zat vasoaktif.

5. Glukoneogenesis

Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama

masa puasa yang panjang, sama seperti hati.

6. Pengaturan produksi eritrosit

Ginjal menyekresikan eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel

darah merah. Kira-kira 90 persen dari seluruh eritropoietin dibentuk dalam

ginjal.

7. Organ endokrin

Ginjal menghasilkan kinin, 1,25-dihidroksikolekalsiferol serta membentuk

dan mensekresi renin.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

23

2.4.2. Pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal

Pemeriksaan fungsi ginjal yang biasa dilakukan diantaranya penilaian

kadar ureum dan kreatinin. Ureum adalah hasil pembakaran protein dalam

tubuh. Kreatinin adalah hasil produk akhir keratin dalam otot. Kedua zat ini

dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan bila terjadi gangguan atau

kerusakan pada ginjal, kadar zat ini dapat meningkat. (Kosasih.E.N dkk

2010).

1. Ureum

Ureum berasal dari metabolisme protein yang dibentuk di hati dari CO2

dan NH3 melalui proses biokimia yang dikenal siklus Ornithin. Ureum

dihidrolisis dalam air dan menghasilkan NH3 dan CO 2. Ornithin bersama

CO2 dengan NH3 akan bereaksi menghasilkan senyawa sitrulin dan hasilnya

akan bereaksi kembali dengan NH3 akan menghasilkan senyawa arginin.

Arginin ini akan bereaksi dengan H2O mengalami reaksi arginase dan

menghasilkan ureum dan ornithin. Sitrulin dan arginin merupakan kelompok

asam amino (Satriana 2008).

Gambar 5. Skema mekanisme pembentukan ureum

Sumber : Satriana 2008

Kenaikan ureum dalam darah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

gagal ginjal akut maupun kronik, gagal jantung, kekurangan elektrolit dan

cairan tubuh. Kenaikan kadar ureum dalam darah tidak selalu menunjukkan

Ornithin + CO2 + NH3 sitrulin + NH3

Ureum arginase

Arginin + H2O

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

24

adanya kerusakan ginjal. Kadar ureum dapat dikatakan sebagai tanda

kerusakan ginjal apabila disertai pemeriksaan urin yang hasilnya

menunjukkan diatas nilai normal, selain itu juga harus didukung dengan

diagnosa klinis (Satriana 2008).

2. Kreatinin

Kreatinin adalah produk katabolisme dari kreatin fosfat yang ada di

dalam otot. Secara kimiawi, kreatinin merupakan derivat dari kreatin.

Biosintesis kreatin sendiri juga berasal dari glisin, arginin, dan metionin Hasil

katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap

harinya. Kreatinin sangat bergantung dari masa otot. Proses reaksi dehidratasi

dalam otot, kreatin akan diubah menjadi kreatinin yang dapat diperfusi ke

seluruh cairan tubuh dan diekskresikan melalui urin (Satriana 2008).

Gambar 6. Skema mekanisme pembentukan kreatinin.

Sumber : Satriana 2008

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari bergantung

pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,

Pembentukan kreatinin setiap harinya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik

yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif

pada otot.

Kenaikan kadar kreatinin mengindikasikan adanya gangguan fungsi

ginjal. Peningkatan kadar kreatinin dijumpai pada : gagal ginjal akut maupun

Kreatin dehidratasi

kreatinin

urin

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

25

kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, dehidrasi, leukemia, diet

tinggi protein, obat-obatan juga dapat meningkatkan kreatinin (Satriana

2008).

2.5. Metabolisme Gangguan Fungsi Hati dan Ginjal Thalasemia Mayor.

Penderita thalasemia mayor mengalami kelainan pada gen globin

menyebabkan produksi hemoglobin berkurang dan sel darah merah mudah

rusak/berumur lebih pendek dari sel darah merah normal. Kerusakan sel darah

merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan tertinggal di dalam

tubuh. Manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh digunakan untuk

membentuk sel darah merah yang baru. Penderita thalasemia, zat besi yang

ditinggalkan sel darah merah yang rusak akan menumpuk dalam organ tubuh

seperti hati dan dapat mengganggu fungsi organ tubuh. Zat besi paling banyak

terakumulasi di hati karena fungsi hati sebagai sintesis ferritin (simpanan besi)

dan transferin (protein pengikat besi) juga tempat penyimpanan terbesar cadangan

besi dalam bentuk ferritin dan hemosiderin. Penderita thalasemia mayor harus

mendapat suplai darah terus menerus dari darah transfusi untuk mengatasi anemia

sehingga akan menambah penumpukan zat besi di dalam hati. Penumpukan zat

besi ini harus dikeluarkan karena akan sangat membahayakan dan dapat berujung

pada kematian (Herdata N.H, 2008).

Penumpukan zat besi juga terdapat di ginjal. Kelebihan zat besi dapat

dikurangi dengan terapi kelasi besi berupa obat yang diberikan secara oral

maupun lewat infus. Fungsi ginjal diantaranya sebagai ekskresi sisa metabolik dan

bahan kimia asing juga produk akhir pemecahan hemoglobin. Obat khelasi besi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

26

selain bermanfaat namun juga berbahaya karena mengandung bahan kimia.

Sebagian besar zat besi diekskresikan melalui feses dan < 10 % lewat urin, dengan

cara mengeliminasi atau mengurangi ikatan serum non transferin besi. Obat

khelasi besi ini diabsorbsi dan bersirkulasi selama beberapa jam. Jangka waktu

yang lama maka menambah beban ginjal sebagai ekskresi yang dapat

mengakibatkan kerusakan ginjal. Ginjal juga berfungsi sebagai pengatur produksi

sel darah merah, ginjal menyekresikan eritropoetin yang merangsang

pembentukan sel darah merah. 90 % dari seluruh eritropoetin dibentuk dalam

ginjal. Penderita thalasemia mayor pembentukan sel darah merah lebih cepat

sehingga ginjal akan lebih sering menyekresikan eritropoetin untuk pembentukan

sel darah merah baru, lama kelamaan dapat mengakibatkan kerusakan fungsi

ginjal (Fathoni F.2008, Herdata N.H.2008 dan Qodariah N.R.2006) .

2.6. Kerangka Teori

Hemosiderosis

Pembuangan kelebihan

zat besi

Hemosiderosis

Hemokromatosis

Gangguan hati

Thalasemia mayor

Transfusi

berulang-ulang

Gangguan ginjal

SGOT dan SGPT Ureum dan Kreatinin

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

27

2.7. Kerangka Konsep

2.8. HIPOTESIS

1. Ho : Tidak ada perbedaan kadar SGOT pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

Ha : Ada perbedaan kadar SGOT pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

2. Ho : Tidak ada perbedaan kadar SGPT pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

Ha : Ada perbedaan kadar SGPT pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

3. Ho : Tidak ada perbedaan kadar ureum pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

Ha : Ada perbedaan kadar ureum pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.

SGOT dan SGPT Ureum dan kreatinin

Thalasemia mayor

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-ekowidyast... · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Thalasemia Thalasemia berasal dari bahasa

28

4. Ho : Tidak ada perbedaan kadar kreatinin pada penderita thalasemia

mayor berdasarkan lamanya transfusi.

Ha : Ada perbedaan kadar kretinin pada penderita thalasemia mayor

berdasarkan lamanya transfusi.