BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa Susu kuda Sumbawa pada era tahun 1998 sering disebut susu kuda liar. Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Kabupaten Sumbawa terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu sentral peternakan di Indonesia. Beberapa ternak menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Sumbawa, salah satu diantaranya adalah kuda Sumbawa. Produk hasil peternakan dari kuda Sumbawa salah satunya adalah susu kuda Sumbawa. Penduduk setempat percaya bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai banyak khasiat karena mengandung berbagai macam zat bergizi dan zat antimikroba. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hermawati (2004), sifat antimikroba dalam susu kuda Sumbawa mempunyai spektrum yang luas, dan ternyata bakteri Gram positif lebih sensitif dibandingkan Gram negatif. Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Kuda ini dilepas liar di padang rumput, daerah perbukitan, atau hutan di Kabupaten Sumbawa. Para peternak melepas kudanya ke alam bebas dari pukul 06.00 WITA, kuda-kuda tersebut akan pergi ke padang rumput, perbukitan, ataupun hutan untuk mencari makan sendiri dan akan kembali ke kandang pukul 18.00 WITA. Gambar 2.1 Kuda Sumbawa (Hermawati., 2004) Susu kuda diperah pada masa laktasi dari kuda yang hidup berkembang biak secara alami di padang rumput. Susu yang terkumpul kemudian dijual langsung tanpa proses pngolahan oleh peternak. Biasanya peternak menjual dan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Kuda Sumbawa

2.1.1 Sejarah Susu Kuda Sumbawa

Susu kuda Sumbawa pada era tahun 1998 sering disebut susu kuda liar.

Orang-orang mengenalnya dengan sebutan susu kuda. Kabupaten Sumbawa

terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu sentral peternakan

di Indonesia. Beberapa ternak menjadi komoditi unggulan di Kabupaten

Sumbawa, salah satu diantaranya adalah kuda Sumbawa. Produk hasil peternakan

dari kuda Sumbawa salah satunya adalah susu kuda Sumbawa. Penduduk

setempat percaya bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai banyak khasiat karena

mengandung berbagai macam zat bergizi dan zat antimikroba. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Hermawati (2004), sifat antimikroba dalam susu kuda

Sumbawa mempunyai spektrum yang luas, dan ternyata bakteri Gram positif lebih

sensitif dibandingkan Gram negatif. Kuda Sumbawa dikenal sebagai ternak

penghasil susu yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Kuda ini dilepas liar di

padang rumput, daerah perbukitan, atau hutan di Kabupaten Sumbawa. Para

peternak melepas kudanya ke alam bebas dari pukul 06.00 WITA, kuda-kuda

tersebut akan pergi ke padang rumput, perbukitan, ataupun hutan untuk mencari

makan sendiri dan akan kembali ke kandang pukul 18.00 WITA.

Gambar 2.1 Kuda Sumbawa (Hermawati., 2004)

Susu kuda diperah pada masa laktasi dari kuda yang hidup berkembang

biak secara alami di padang rumput. Susu yang terkumpul kemudian dijual

langsung tanpa proses pngolahan oleh peternak. Biasanya peternak menjual dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

6

mengemas susu kuda dalam botol bekas air mineral atau drijen. Proses

pengolahan dan kemasan yang tidak sesuai standart dapat berakibat pada

penurunan daya saing dan mutu produk. Menurut SNI 01-6054-1999, syarat mutu

susu kuda meliputi keadaan bau asam menyengat, rasa asam, warna putih,

penampakkan cair, tidak terdapat benda asing, bobot jenis minimal 2%, pH

minimal 3, dan tidak ada pati.

Susu yang beredar di masyarakat tidak dipanaskan/dipasteurisasi atau

ditambah bahan lain. Meskipun demikian susu dalam kemasan tersebut tidak

tampak menggumpal dan tidak rusak, hanya mengalami fermentasi secara alami.

Selain tidak rusak, susu kuda Sumbawa tidak pecah meskipun sudah mengalami

fermentasi alami. Hal ini dapat dikaitkan dengan kadar kasein susu kuda

Sumbawa yang rendah (Sudarwanto et al., 1998).

Hasil penelitian sejumlah ahli menyebutkan bahwa sejumlah bakteri

patogen tidak dapat tumbuh dalam susu kuda Sumbawa, hal ini disebabkan oleh

aktifitas BAL dalam susu tersebut yang menyebabkan susu menjadi asam dan pH

susu menjadi rendah sehingga bakteri patogen tidak dapat tumbuh (Hermawati et

al., 2004). Susu kuda berkadar lemak rendah ini juga mengandung probiotik alami

yang berguna bagi pencernaan. Tak hanya itu, susu kuda Sumbawa juga dipercaya

dapat menyembuhkan penyakit dalam dan kanker (Rozita, 2008). Khasiat susu

kuda apabila dikonsumsi secara rutin, selain bisa mencegah menjalarnya sel

kanker, susu kuda juga dapat memperlambat proses penuaan, memulihkan kondisi

akibat stress dan bermanfaat dalam penanganan demam berdarah, diabetes, dan

asma (Rozita, 2008).

2.1.2 Karakteristik Bakteri Asam Laktat Dalam Susu Kuda Sumbawa

Bakteri asam laktat merupakan istilah umum untuk menyebut bakteri yang

memfermentasi laktosa dan menghasilkan asam laktat sebagai produk utamanya

(Mitsuoka, 1990). Bakteri asam laktat dapat diisolasi dari berbagai macam

pangan, salah satunya adalah susu kuda Sumbawa. Hasil isolasi diperoleh

sebanyak 41 isolat BAL yang terbagi menjadi enam kelompok berdasarkan

morfologinya. Enam spesies BAL yang diidentifikasi yaitu Lactobacillus brevis,

Lactobacillus plantarum, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus salivarius,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

7

Lactobacillus delbrueckii subsp. Delbrueckii dan Lactococcus lactis subsp. Lactis

(Widiada et al.,2006). Berdasarkan pola fermentasi terhadap glukosa, keenam

spesies BAL tersebut termasuk homofermentatif, tidak memproduksi gas dan

positif menghasilkan asam. Asam diproduksi sebagai hasil dari metabolisme

laktosa oleh BAL.

2.1.3 Pengertian dan Komponen Susu

Susu adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah yang sehat

dengan cara pemerahan yang benar secara kontinyu, tidak dikurangi dan tidak

ditambah bahan lain (Hadiwiyoto, 1982). Susu murni adalah cairan yang berasal

dari ambing ternak sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang

benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun

dan belum mendapat perlakuan apapun, sedangkan susu segar adalah susu murni

yang tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa

mempengaruhi kemurniannya (Danasputra, 2005).

Komponen-komponen susu terdiri dari air, lemak, protein, laktosa,

vitamin, dan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu

mengandung air 87,90%, dan berfungsi sebagai pelarut bahan kering. Air di dalam

susu sebagian besar dihasilkan dari air yang diminum dari hewan ternak.. Kasein

adalah protein utama susu yang jumlahnya mencapai 80% dari total protein.

Secara garis besar kasein terdiri dari 3 komponen utama yaitu kasein alpha (40-

60%), beta (20-30%), dan gamma (3-7%) (Buckkle et al., 1987).

Tabel II.1 Komposisi Kandungan Zat Gizi pada Susu Mamalia (Buckle, 1978)

Jenis susu Lemak

(%) Protein

(%) Laktosa

(%) Abu

(%) Air

(%)

Kuda

Kambing

Ikan paus

Kelinci

Kerbau

Domba

Sapi

Manusia

1,59

4,09

22,24

13,60

7,40

8,29

3,90

3,80

2,00

3,71

11,90

12,95

4,74

5,44

3,40

1,20

6,14

4,20

1,79

2,40

4,64

4,78

4,80

7,00

0,41

0,79

1,66

2,55

0,78

0,90

0,72

0,21

89,86

87,81

63,00

68,50

82,44

80,60

87,10

87,60

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

8

2.1.4 Kerusakan pada Susu

Kesalahan dalam penanganan susu dapat menyebabkan kerusakan pada

susu, kerusakan pada susu terjadi apabila menunjukan penyimpangan yang

melebihi batas yang diterima secara normal oleh panca indra atau parameter lain

yang biasanya digunakan, kerusakan bahan makan dapat disebabkan oleh faktor-

faktor sebagai berikut: pertumbuhan dan aktifitas bakteri, aktifitas enzim, parasit,

serangga, tikus, sinar, udara, dan lama penyimpanan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pencemaran bakteri dalam susu meliputi faktor penyakit dan

faktor perlakuan seperti: alat yang digunakan, tindakan sanitasi, dan pemberian

pakan sapi (Ressang et al.,1998).

Produk susu dinyatakan rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi apabila

dalam susu tersebut terjadi perubahan rasa dan aroma, yaitu menjadi asam, busuk,

tidak segar dan susu menggumpal atau memisah. Untuk produk susu cair

perubahan warna biasanya menunjukan indikasi awal kerusakan produk, yaitu

adanya pertumbuhan bakteri, dan peningkatan asam. Produk seperti ini sebaiknya

tidak dikonsumsi. Susu yang diperah sering tercemar jika bagian luar dari ternak

dan daerah sekitarnya sebelum diperah tidak diperhatikan. Keadaan seperti ini

menyebabkan susu tetap terkontaminasi walaupun susu berasal dari kambing yang

sehat. Susu yang baru diperah sekalipun dari ternak ternak yang sehat dan diperah

secara aseptis biasanya mengandung jumlah bakteri yang sedikit (Eckles et

al.,1998).

2.2 Antibakteri

2.2.1 Definisi Antibakteri

Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang

merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab

infeksi pada manusia harus memilki sifat toksisitas seselektif mungkin. Artinya

obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak

toksik untuk hospes. Sifat toksisitas yang absolut belum atau mungkin tidak akan

diperoleh (Gunawan, 2007).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

9

2.2.2 Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5 kelompok

(Jawetz et al.,2005), antara lain sebagai berikut:

1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Bakteri mempunyai lapisan luar yang rigid, yakni dinding sel. Dinding sel

mempertahankan bentuk bakteri dan pelindung sel bakteri yang mempunyai

tekanan osmotik internal tinggi. Tekanan internal tersebut tiga hingga lima kali

lebih besar pada bakteri gram positif daripada bakteri gram negatif. Trauma pada

dinding sel atau penghambatan pembentukannya menimbulkan lisis pada sel. Pada

lingkungan yang hipertonik, dinding sel yang rusak menimbulkan bentuk

protoplast bakteri sferik dari bakteri gram positif atau asferoplast dari bakteri

gram negatif. Bentuk-bentuk ini dibatasi oleh membran sitoplasma yang fragil.

2. Mengganggu permeabilitas membran sel bakteri.

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma yang

berperan sebagai barier permeabilitas selektif, membawa fungsi transpor aktif dan

kemudian mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi integritas membran

sitoplasma dirusak, makromolekul dan ion keluar dari sel kemudian sel rusak atau

terjadi kematian. Membran sitoplasma bakteri mempunyai struktur berbeda

dibanding sel binatang dan dapat dengan mudah dikacaukan oleh agen tertentu.

Oleh sebab itu, kemoterapi selektif adalah hal yang memungkinkan.

3. Menghambat sintesis protein sel bakteri.

Bakteri mempunyai 70S ribosom, sedangkan sel mamalia mempunyai 80S

ribosom. Subunit masing-masing tipe ribosom, komposisi kimianya dan

spesifikasi fungsinya berbeda, bisa untuk menerangkan mengapa antibakteri dapat

menghambat sintesis protein dalam ribosom bakteri tanpa berpengaruh pada

ribosom mamalia.

4. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat bakteri.

Bahan antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan ikatan

yang sangat kuat pada enzim DNA Dependent RNA Polymerase bakteri sehingga

menghambat sintesis RNA bakteri.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

10

2.2.3 Antimikroba Susu

Menurut Randolph dan Gould (1968) dan Reiter (1985) yang disitasi oleh

Conner (1993), mengelompokkan senyawa antimikroba alami dari susu sapi

terdiri dari immunoglobulin, lysozym, dan laktoferin. Sedangkan Naidu (2000)

menyatakan bahwa beberapa kelompok senyawa antimikroba alami susu sapi

adalah laktolipida dan senyawa protein yaitu laktoferin, laktopereoxidase, dan

laktoglobulin.

a. Laktoferin

Galaktoferin merupakan salah satu jenis laktoferin yang ditemukan pada

susu kuda. Laktoferin dalam susu pertama kali diisolasi oleh Groves (1960)

dengan metode khromatografi. Laktoferin adalah polypeptida tunggal dengan

berat molekul antara 75 sampai 80 kDa, mempunyai afinitas yang sangat besar

dan spesifik terhadap besi (Aisen, 1972). Menurut Megawa (1972), laktoferin

merupakan senyawa glukoprotein yang mempunyai aktivitas antimikroba di

dalam susu. Selain terdapat pada air susu, laktoferin juga ditemukan pada sekresi

tubuh dan jaringan hewan.

Gambar 2.2 Fungsi Laktoferin (Brooks, 2002).

Konsentrasi laktoferin tertinggi terdapat dalam kolostrum susu. Laktoferin

menunjukkan efek bakteriostatik terhadap berbagai bakteri Gram positif dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

11

Gram negatif (Lee et al., 2005). Dalam penelitian sebelumnya, diyakini bahwa

aktivitas antibakteri laktoferin adalah karena afinitasnya yang tinggi terhadap zat

besi. Bentuk laktoferin yang bebas zat besi menyebabkan mikroorganisme

kekurangan zat besi. Sehingga, menyebabkan laju pertumbuhan bakteri menjadi

lebih lambat (Law et al., 1997). Laktoferin mengikat molekul anionik salah

satunya yaitu asam lipoteikoat pada pada permukaan sel bakteri Gram positf.

Pengikatan elektrostatik ini mengurangi keseluruhan muatan negatif dinding sel

dan memfasiltasi efektivitas senyawa antibakkteri seperti lisozim dan antibiotik

(Barbiroli et al., 2012).

b. Laktoperoxidase

Susu dari beberapa spesies hewan seperti sapi, babi, domba, kelinci dan

manusia mengandung laktoperoxidase. Menurut Steephens (1979), susu sapi

mengandung 30 mg/liter laktoperoxidase tetapi kelinci mengandung

laktoperoxidase 10-15 kali lebih banyak dari pada sapi. Pruits (1985), menyatakan

laktoperoxidase mempunyai aktivitas antimikroba yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri stater didalam susu.

c.. Laktoglobulin

Laktoglobulin sebagian besar berada dalam protein whey susu hewan

ruminansia seperti sapi, kambing, dan hewan berlambung tungal seperti babi,

kuda, anjing, dan kucing.

2.2.4 Pengukuran Daya Antibakteri

Pada uji antibakteri diukur respon pertumbuhan populasi bakteri terhadap

agen antibakteri. Tujuan assay antibakteri (termasuk antibiotik dan substansi

antibakteri nonantibiotik, misalnya fenol, bisfenol, aldehid) adalah untuk

menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa

antibakteri di pabrik, untuk menentukan farmakokinetika obat pada hewan atau

manusia, dan untuk memonitor kemoterapi obat. Kegunaan uji antibakteri adalah

diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat

bermacam-macam metode uji antibakteri (Pratiwi, 2008), seperti yang dijelaskan

berikut ini:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

12

1. Metode Disc Diffusion (Tes Kirby dan Bauer)

Metode ini untuk menentukan aktivitas agen antibakteri. Piringan yang

berisi agen antibakteri diletakkan pada media agar yang telah ditanami bakteri

yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Metode difusi ini menggunakan

Mueller-Hinton Agar (MHA), yang merupakan media yang baik untuk menguji

kerentanan rutin karena memiliki reproduktifitas yang baik. Area jernih

mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri

pada permukaan media agar.

2. Metode E-Test

Metode E-Test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum Inhibitory

Concentration) atau KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yaitu konsentrasi

minimal suatu agen antibakteri untuk dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen

antibakteri dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan

media agar yang telah ditanami bakteri. Pengamatan dilakukan pada area jernih

yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antibakteri yang

menghambat pertumbuhan bakteri pada media agar.

3. Ditch Plate Technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antibakteri yang diletakkan pada

parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada

bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum 6 macam)

digoreskan ke arah parit yang berisi agen antibakteri.

4. Cup Plate Tehnique

Metode ini serupa dengan metode Disc Diffusion, dimana dibuat sumur

pada media agar yang telah ditanami dengan bakteri dan pada sumur tersebut

diberi agen antibakteri yang akan diuji.

5. Gradient Plate Tehnique

Pada metode ini konsentrasi agen antibakteri pada media agar secara

teoritis bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji

ditambahkan. Campuran kemudian dituang ke dalam cawan petri dan diletakkan

dalam posisi miring. Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen

antibakteri berdifusi dan permukaan media mengering. Bakteri uji digoreskan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

13

pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai

panjang total pertumbuhan bakteri maksimum yang mungkin dibandingkan

dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Yang perlu diperhatikan adalah dari

hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen

antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat.

6. Metode Dilusi Cair / Broth Dilution Test

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau

KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan MBC (Minimum Bactericidal

Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimum). Cara yang dilakukan adalah

dengan membuat seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang

ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil

yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai

KHM, selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji

ataupun agen antibakteri dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap

terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.

7. Metode Dilusi Padat / Solid Dilution Test

Metode ini serupa dengan metode difusi cair namun menggunakan media

padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antibakteri

yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji.

2.2.5 Bakteri Propionibacterium acnes

Sistematika dari Propionibacterium acnes (Salle, 1961) adalah:

Gambar 2.3 Propionibacterium acnes (Anonim, 2012)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

14

Kerajaan : Bacteria

Divisi : Actinobacteria

Kelas : Actinobacteridae

Bangsa : Actinomycetales

Suku : Propionibacteriaceae

Marga : Propionibacterium

Jenis : Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes merupakan bakteri anaerob Gram positif yang

toleran terhadap udara. Sel berbentuk batang yang tidak teratur, bercabang atau

campuran antara bentuk batang dengan bentuk kokoid. Propionibacterium acnes

tidak dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora. Beberapa

endospora bersifat patogen untuk hewan dan tanaman. Propionibacterium acnes

termasuk ke dalam kelompok bakteri corynebakteria anaerob yang biasanya

menetap pada kulit normal (Jawetz et al., 2001). Pada proses patogenesis jerawat,

Propionibacterium acnes menghasilkan lipid dengan memecah asam lemak bebas

dari lipid kulit. Asam lemak yang dihasilkan menimbulkan radang jaringan dan

menyebabkan jerawat (Jawetz et al., 1996).

2.3 Kulit

2.3.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m² dengan kira-kira 16%

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,

bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada

lokasi tubuh (Tortora et al., 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti

sebagai perlindung, penyerap, indra perasa (Setiabudi,2008).

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan

hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam

kecoklatan pada ganitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai

lembut, tipis dan tebalnya kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpbera,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

15

bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan

tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat

pada kepala (Djuanda, 2003). Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga

lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan

subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis

ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak

(Tortora et al., 2009).

2.3.2 Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah

lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang

mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki

(Djuanda, 2003).

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang

berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak

ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.

Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang

terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-

jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero.

Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum

mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003).

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun

vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini

mengalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel

yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong

dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatan antar sel, dan sel

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

16

pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda,

dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen

(melanosomes) (Djuanda, 2003).

2.3.3 Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis

yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis

dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis

besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke

epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare

yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas

serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin.Dasar

lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di

bagian ini terdapat pula fibrolast, membentuk ikatan yang mengandung

hidriksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah

umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.

Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah

mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

2.3.4 Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,

besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel

ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula

yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai

cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh

darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung

pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak

mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan

(Djuanda, 2003).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

17

2.4 Jerawat

Jerawat adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit

pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Jerawat sering menjadi tanda

pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarche atau haid

pertama. Onset jerawat pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa

pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Prevalensi jerawat

pada masa remaja cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja.

Perempuan ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi jerawat tinggi,

yaitu 37% dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan

India 23%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi

komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras

Kaukasia, jerawat komedonal lebih sering dibandingkan jerawat inflamasi, yaitu

14% jerawat komedonal, 10% jerawat inflamasi. Jerawat memiliki gambaran

klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan

parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan poligenetik.

Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila kedua orangtua

pernah menderita jerawat berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki

kecenderungan serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak mengancam jiwa,

jerawat mempengaruhi kualitas hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada

penderitanya.

Tingkat keparahan jerawat umumnya dapat dikategorikan menjadi ringan,

sedang, atau parah. Panduan mendukung penggunaan tahapan ini dengan cara

yang sedikit berbeda, tergantung dari jenis jerawat (yaitu lesi atau komedo),

jumlahnya, atau kedua. Dua studi mencatat bahwa berbagai sistem penilaian ada,

namun tidak ada konsensus yang tersedia (Nast 2012 ; Strauss 2007).

Klasifikasi derajat jerawat yaitu dibagi menjadi derajat ringan, sedang,

berat, dan sangat berat. Yang dinilai dalam klasifikasi antara lain dari jumlah

komedo, jumlah pustul, jumlah kista, inflamasi, dan jaringan parutnya (Movita,

2013).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

18

Tabel II.2 Klasifikasi Derajat Jerawat Berdasarkan Jumlah dan Tipe Lesi

(Movita, 2013)

Derajat Komedo Papul

pustul

Nodul,

kista, sinus

Inflamasi Jaringan

parut

Ringan <10 <10 - -

Sedang <20 10-50 + +

Berat 20-50 50-100 <5 ++ ++

Sangat

berat

>50 >100 >5 +++ +++

Keterangan : (-) tidak ditemukan, (+) ada, (++) cukup banyak, (+++) banyak.

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya jerawat

adalah (Pindha, 2004) :

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan

seseorang menderita jerawat. Penelitian di Jerman menunjukan bahwa jerawat

terjadi pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuannya menderita

jerawat, dan hanya 8% bila kedua orang tuanya tidak menderita jerawat.

(Ayudianti et al., 2010)

2. Kebersihan wajah

Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian jerawat

pada remaja (name, 2009).

3. Faktor ras

Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita jerawat

dibandingkan dengan ras yang berkulit hitam dan jerawat yang diderita lebih berat

dibandingkan dengan orang Jepang.

4. Hormonal

Hormonal dan keringat yang berlebihan dapat mempengaruhi keparahan

dari jerawat. Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi

timbulnya atau memperparah jerawat. Rata rata 60-70% wanita yang mengalami

masalah jerawat menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan lesi

jerawat menjadi lebih aktif rata- rata satu minggu sebelum menstruasi dan

menetap sampai seminggu setelah menstruasi yang disebabkan oleh hormon

progesteron. Hormon estrogen dalam kadar tertentu dapat menghambat

pertumbuhan jerawat karena hormon tersebut dapat menurukan kadar gonodropin

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

19

mempunyai efek menurunkan produksi sebum sehingga dapat menghambat

pertumbuhan jerawat (Nguyen et al., 2007).

5. Diet

Tidak ditemukan adanya hubungan antara jerawat dengan asupan total

kalori dan jenis makanan, karena hal tersebut tidak menimbulkan jerawat tetapi

mengkonsumsi coklat dan makan makanan berlemak secara berlebihan dapat

memperparah pertumbuhan jerawat.

6. Iklim

Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah jerawat hidrasi pada

stratum korneun epidermis dapat merangsang terjadinya jerawat dan paparan sinar

matahari yang berlebihan dapat memperburuk jerawat.

7. Linkungan

Jerawat lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri

dan pertambangan dibandingankan dengan dipedesaan.

8. Stres

Jerawat dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres

emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami.

Namun lebih sering disebabkan oleh sebum berlebihan, hiperkaratinisasi folikel,

stress oksidatif dan peradangan, selain itu androgen mikroba dan pengaruh

patogenetik juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot., 2008).

2.5 Gel

Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari

suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Kemenkes, 2014).

2.5.1 Karakteristik Gel

Sifat atau karakteristik gel diantaranya adalah sebagai berikut (Lachman et

al., 2008):

1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,

aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

20

2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang

baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan

kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan

tube, atau selama penggunaan topikal.

3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang

diharapkan.

4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM

besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.

5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tetapi dapat juga

pembentukan gel terjadi setelah pemanasan pada suhu tertentu, contoh polimer

seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan

membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut

akan membentuk gel.

6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh

pemanasan disebut thermogelation.

Sifat dan karakteristik gel adalah sebagai berikut (Disperse system) (Zats

et al., 1996) :

1. Swelling Gel

Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi

larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara

matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel

kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang

dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sineresis.

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.

Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang

tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat

adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada

ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada

hidrogel maupun organogel.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

21

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui

penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan

hingga suhu tertentu. Polimer seperti HEC, HPMC, terlarut hanya pada air yang

dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut

membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang

disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit.

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel

hidrofilik, ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang

ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan

konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi

waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat

akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang

disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,

selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas

dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten

terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur

gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang

terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan

jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan.

2.5.2 Klasifikasi Gel

Penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua (Kemenkes, 2014) yaitu:

1. Gel sistem dua fase (Organik)

Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif

besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma

bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

22

semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus

dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.

2. Gel sistem fase tunggal (Anorganik)

Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama

dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul

makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari

makromolekul sintetik misalnya carbomer atau dari gom alam misanya tragakan.

2.5.3 Komponen Sediaan Gel

Sediaan gel terdiri atas beberapa komponen, yaitu bahan pembentuk gel,

pengawet, dan bahan tambahan lainnya.

1. Bahan pembentuk gel

Bahan pembentuk gel merupakan komponen polimer berberat molekul

tinggi yang merupakan gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari polimer

molekul yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Molekul-

molekul polimernya berikatan melalui ikatan silang membentuk struktur jaringan

tiga dimensi dengan molekul pelarut terperangkap dalam jaringan ini (Clegg,

1995).

2. Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi

semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai

antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitas

nya dengan gelling agent.

3. Humektan

Humektan atau pelembab adalah bahan-bahan yang digunakan untuk

mencegah atau mengurangi kekeringan kulit disamping bersifat protektif terhadap

kulit. Kekeringan kulit ditinjau dari sudut biokimia tidak lain merupakan

kandungan air dalam kulit dan efek melembabkan merupakan fenomena yang

berhubungan dengan konsentrasi air tersebut. Bahan pelembab yang biasa

digunakan adalah gliserin, sorbitol, propilenglikol atau polietilenglikol (PEG).

Bahan-bahan ini termasuk dalam golongan pelembab yang bersifat larut dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

23

air, menjaga kulit tetap halus dan lembut dan akan memperlambat proses

penguapan air dari kulit (Ditjen POM, 1985).

2.5.4 Stabilitas Gel

Pada sediaan gel, stabilitas secara fisik dapat dilihat dari penyusutan,

pemisahan air dari fase gel, perubahan warna, dan kontaminasi mikroba. Pada

sediaan gel, tidak diinginkan adanya pertumbuhan bakteri, untuk mengatasi hal

tersebut dapat di autoklaf atau dengan penambahan pengawet (Allen, 1997).

2.5.5 Basis Gel

1. Basis gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila

ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara

kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara

spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel,

1989).

2. Basis gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang

besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.

Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada

pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik

dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat

dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya

mengandung komponen bahan pengembang air, humektan dan bahan pengawet

(Voigt, 1994).

2.5.6 Keunggulan Gel

Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena bening, mudah

mengering membentuk lapisan film yang mudah dicuci dan memberikan rasa

dingin di kulit. Gel mempunyai aliran pseudoplastik dan aliran tiksotropik yaitu

berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok. Sediaan

gel mempunyai kadar air tinggi, sehingga dapat menghidrasi stratum korneum dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

24

mengurangi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya

minyak pada pori-pori. Formulasi pada sediaan gel akan mempengaruhi jumlah

dan kecepatan zat aktif yang diabsorbsi. Zat aktif dalam sediaan gel masuk ke

dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk kontak dengan

permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorbsi obat dan memiliki efek

yang menguntungkan jika dipilih secara tepat (Lieberman, 1997).

2.6 Gelling Agent

Gelling agent adalah bahan tambahan yang digunakan untuk

mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam sediaan obat, dan sediaan

kosmetik. Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam

kelompok bahan pembentuk gel. Jenis-jenis bahan pembentuk gel biasanya

merupakan bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh dari gelling agent

antara lain Na-CMC, metil selulosa, asam alginat, sodium alginat, kalium alginat,

kalsium alginat, agar, karagenan, carbomer, pektin dan gelatin (Raton et al.,

1993).

Pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik harus inert,

aman, tidak bereaksi dengan komponen lain. Penambahan gelling agent dalam

formula perlu dipertimbangkan yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan tube

selama pemakaian topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka

terhadap penurunan derajat mikrobial. Penambahan bahan pengawet perlu untuk

mencegah kontaminasi dan hilangnya karakter gel dalam kaitannya dengan

mikrobial (Lieberman et al., 1996).

Macam-macam gelling agent antara lain:

1. Tragakan

Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan

batang Astrogalus gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tidak berbau dan

hampir tidak berasa, kelarutan dalam air agak sukar larut, tetapi mengembang

menjadi masa homogen, lengket, dan seperti gelatin (Depkes RI, 1979).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

25

2. CMC-Na

Natrium CMC adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa,

mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 9,5 % Na dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan. Kekentalan larutan 2 gr dalam 100 mL air,

untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 centipoise (cP) atau kurang, tidak

kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari ketentuan yang tertera pada etiket,

untuk zat yang mempunyai kekentalan lebih dari 100 cP, dan tidak kurang dari 75

% dan tidak lebih dari 140 % dari ketentuan yang tertera dietiket. Natrium CMC

berupa serbuk atau butiran, putih atau putih gading, tidak berbau, higroskopik.

Natrium CMC mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak

larut dalam etanol 95 % P, dalam eter P, dan pelarut organik lain. Khasiat dan

kegunaan sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979). Penggunaan Na CMC sebagai

gelling agent.

3. Hydroxyethyl Cellulose (HEC)

Pemerian: Hidroksietil selulosa berwarna sebagai putih, putih kekuningan

atau putih keabu-abuan, tidak berbau dan berasa, bubuk higroskopis. Keasaman /

alkalinitas pH = 5,5-8,5 untuk 1% b/v larutan. Abu 2,5% b/b untuk Cellosize;

3,5% b/b untuk Natrosol (Rowe, et al.,2009). Titik lebur pada suhu 135-140°C;

terurai di sekitar 280°C. Hidroksietil selulosa tersedia dalam berbagai jenis

viskositas. Hidroksietil selulosa memiliki nilai berbeda terutama dalam viskositas

larutan air mereka yang berkisar 2-20000 MPa s untuk 2% b/v larutan. Terdapat

dua jenis Cellosizeare yang dihasilkan, jenis WP, yang merupakan bahan yang

memiliki kecepatan kelarutan normal, dan QP-jenis, yang merupakan pendispersi

bahan yang cepat. Untuk tipe QP semakin besar nilainya (tingkatannya) semakin

memiliki viskositas yang tinggi (Rowe et al.,2009). HydroxyEthy Selulosa (HEC)

dapat larut dalam eter selulosa non-ionik, baik larut dalam air dingin dan panas,

dengan penebalan, suspensi, adhesi, emulsifikasi, film formasi, retensi air, koloid

pelindung dan properti lainnya, banyak digunakan dalam pelapis, kosmetik,

pengeboran minyak dan industri lainnya (Rowe et al.,2009).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

26

2.6.1 Carbomer

Gambar 2.4 Rumus Bangun Carbomer (Rowe et al., 2003)

Carbomer disebut juga karbopol, carboxyvinyl polimer, critamer, acrylic

acid polimer (Ansel et al., 1999). Carbomer merupakan basis gel yang kuat,

sehingga penggunaanya hanya sekitar 0,5-2,0%. Carbomer berupa serbuk halus,

berwarna putih, bersifat asam dan higroskopis. Carbomer bersifat higroskopis,

pada temperatur yang berlebih dapat mengakibatkan kekentalannya menurun

sehingga mengurangi stabilitas (Barel et al., 2009). Carbomer merupakan polimer

asam akrilat, berupa serbuk putih, higoskopik, bersifat asam dan mempunyai bau

khas (Wade et al., 2011). Air diperlukan untuk menghilangkan udara yang

terperangkap di dalam carbomer, kemudian penambahan suatu basa yang sesuai

seperti KOH, NaOH dan NH4OH diperlukan untuk menetralisasi carbomer

(Barry, 1983). Carbomer larut di dalam air, etanol, gliserin, dapat terdispersi di

dalam air untuk membentuk larutan koloidal yang bersifat asam dan memiliki

sifat merekat rendah (Rowe et al., 2006). Karakteristik carbomer yaitu larut dalam

air dan alkohol menunjukkan viskositas yang tinggi pada konsentrasi kecil,

bekerja efektif pada range pH yang luas, berupa cairan kental transparan.

Carbomer merupakan bahan yang stabil dan higroskopis, yang dapat dipanaskan

pada suhu di bawah 104ºC selama 2 jam tanpa mempengaruhi kemampuan

thickening-nya. Serbuk kering carbomer tidak dapat ditumbuhi jamur dan

mikroba. Namun ketika digunakan dalam dispersi aqueous, perlu ditambahkan

pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet yang dapat

digunakan antara lain, 0,1% b/v klorokresol, 0,18% b/v metil paraben, 0,02%

propil paraben, atau 0,1% b/v tiomersal. Pada umumnya digunakan pengawet

metil paraben atau propil paraben 0,1% b/v karena tidak mempengaruhi

efektivitas thickening carbomer (Wade et al., 2011). Pembuatan carbomer diawali

dengan mendispersikan carbomer ke dalam aquadest mendidih sampai

membentuk larutan koloid yang bersifat asam dengan viskositas rendah dan akan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

27

terbentuk menjadi gel dalam viskositas yang tinggi setelah dinetralkan dengan

penambahan suatu basa.

Gambar 2.5 Struktur Skematik Carbomer (Osborne, 1990).

Bahan yang dapat digunakan untuk menetralkan carbomer antara lain

KOH, NaOH, amin organik polar seperti trietanolamin, lauryl dan stearyl amine.

Carbomer membentuk gel dengan viskositas yang cukup baik pada pH 6-11.

Viskositas carbomer akan menurun pada pH kurang dari 3 dan pada pH lebih dari

12 atau dengan adanya elektrolit kuat (Carter, 1975).

2.7 Monografi Eksipien Pembuatan Gel Susu Kuda

2.7.1 TEA (Triethanolamin)

Gambar 2.6 Rumus Bangun TEA (Rowe, 2009).

Trietanolamin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin. Pemerian: cairan

kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak,

higroskopik. Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut

dalam kloroform. Fungsinya sebagai zat tambahan dan membantu stabilitas gel

dengan basis carbomer (Depkes, 1979). Trietanolamin memiliki pH 10,5 dan larut

dalam air, metanol, karbon tetraklorida dan aseton. Khasiat sebagai penetral pH

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

28

carbomer agar terbentuk larutan jernih, sehingga gel transparan (Rowe, 2009).

Trietanolamin ditambahkan untuk mengentalkan gel setelah basis carbomer

didispersikan. Trietanolamin akan menetralisir resin basis carbomer yang

mengandung etanol hingga 50% (Allen, 2002). Netralisasi yang berlebihan (pH

optimal 5-10) akan menghasilkan penurunan viskositas, yang tidak dapat baik

dengan penambahan asam. pH sangat penting dalam menentukan viskositas gel

basis carbomer (Allen, 2002).

2.7.2 Gliserin

Gambar 2.7 Rumus Bangun Gliserin (Anonim, 1979).

Gliserin merupakan humektan atau pelembab yang mampu mengikat air

dari udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau

kondisi kelembaban tinggi. Penambahan bahan seperti gliserin menunjukkan tidak

ada ikatan dengan kulit dan mudah dibilas (Murphy, 1978). Pemeriannya adalah

berwarna putih, rasa tawar seperti lender, hampir tak berbau, bentuk bulat, butir.

Kelarutannya dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95%, praktis tidak

larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak

menguap, titik lebur 18ºC, titik didih 290ºC, stabilitasnya higroskopis dengan

adanya pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal tidak akan mencair

sampai dengan suhu 20ºC akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan

teroksidasi (Anonim, 1979). Gliserin merupakan tryhydric alcohol 𝐶2𝐻5(𝑂𝐻)3

atau 1,2,3-propanetriol.

2.7.3 Metil paraben (Nipagin)

Gambar 2.8 Rumus Bangun Metil paraben (Rowe et al., 2009).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

29

Metil paraben atau nipagin adalah antimikroba yang memiliki rumus

molekul C9H10O3 dan berat molekul 166,18 g/ml. Metil paraben sangat larut

dalam etanol, eter, propilen glikol dan air panas. Metil paraben dalam formula ini

digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam sediaan farmasi, kosmetik dan

produk makanan. Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk

kristal berwarna putih. Metil paraben juga tidak berbau atau hampir tidak berbau.

Metil paraben diperbolehkan berada pada sediaan topikal sebanyak 0,02% - 0,3%

(Rowe et al., 2009).

2.7.4 Aquades Destilata

Aquadest adalah air hasil destilasi atau penyulingan, sama dengan air

murni dan tidak ada mineral-mineral lain. Aquades merupakan cairan atau air

yang biasanya digunakan di dalam laboratorium sebagai pelarut. Karakteristik

aquades yaitu cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai

rasa. Dalam penyimpanan sebaiknya di tempat tertutup (Craines, 2013).

2.8 Evaluasi Sediaan Semisolida

Evaluasi sediaan dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang telah

diperoleh sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan mencapai hasil yang

maksimal. Evaluasi untuk sediaan dermatologi terdiri dari stabilitas bahan aktif,

bahan tambahan, organoleptis (warna, bau, dan tekstur), homogenitas, pH,

viskositas. Evaluasi sediaan farmasi dapat dilakukan terhadap karakteristik fisik.

Karakteristik fisik sediaan meliputi:

1. Organoleptis

Organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, warna, dan

homogenitas gel. Homogenitas dilakukan untuk melihat sediaan gel homogen atau

tidak. Homogenitas sediaan ditunjukkan dengan ada atau tidaknya butiran kasar

(Dirjen POM, 1995).

2. Homogenitas

Pemeriksaan dilakukan dengan cara: ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan

pada kaca objek atau bahan transparan lain yang cocok, diamati susunannya. Gel

yang baik tidak terdapat butiran kasar (Depkes RI, 1995).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

30

3. pH

Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi

dengan larutan dapar pH 4 dan pH 7. Elektroda pH meter dimasukkan ke dalam

sediaan gel, kemudian dicatat angka yang ditunjukkan oleh pH meter (Devia,

2014).

pH kulit manusia adalah sekitar 4,5-6,5. pH yang terlalu asam dapat

mengiritasi kulit, sedangkan apabila terlalu basa dapat menyebabkan kulit kering.

Berdasarkan hal tersebut maka sediaan yang berkaitan dengan kulit manusia perlu

disesuaikan dengan pH kulit tersebut (Devia, 2014).

4. Uji Daya Sebar

Sediaan sebanyak 1 g diletakkan pada kaca transparan yang berdiameter

15cm, kaca lainnya diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1 menit. Diameter

sebar gel diukur. Setelahnya ditambahkan 150 g beban tambahan dan di diamkan

selama 1 menit lalu diukur diameter yang konstan. Daya sebar 5-7 cm

menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan

(Voight, 1994). Persyaratan daya sebar yang baik adalah dengan pertambahan luas

4,0-5,6 cm (Grag et al., 2002).

5. Viskositas

Viskositas merupakan pernyataan tahanan untuk mengalir dari suatu

sistem di bawah stress yang digunakan. Semakin kental suatu cairan maka

semakin besar kekuatan yang diperlukan untuk cairan tersebut dapat mengalir

dengan laju tertentu (Martin et al., 2012). Peningkatan viskositas akan

meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya sebar.

Nilai viskositas sediaan gel pada umumnya berkisar ntara 12.000-20.000 cPs

(Pena, 1990).

6. Metode difusi sumuran.

Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar

potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi

mikroorganisme (Dart, 1996). Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada zat yang

bersifat menghambat pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai bakteriostatik dan

yang bersifat membunuh bakteri yang dikenal sebagai bakterisida (Ganiswara,

1995).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Kuda Sumbawa 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/41253/3/BAB II.pdfdan enzim. Air merupakan komponen utama susu segar, susu . mengandung air 87,90%, dan berfungsi

31

Untuk metode pengujian antibakteri suatu zat, metode yang sering

digunakan diantaranya metode difusi. Metode ini dapat dilakukan dengan

menggunakan disk atau sumuran yang ke dalamnya dimasukkan antibakteri dalam

gelas tertentu dan ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan

dengan bakteri indikator setelah diinkubasi akan terjadi daerah jenuh di sekitar

sumuran atau disk dan diameter hambatan merupakan ukuran kekuatan hambatan

dari substansi antibakteri. Terhadap bakteri yang digunakan. Lebarnya zona yang

terbentuk, yang juga ditentukan oleh konsentrasi senyawa efektif yang digunakan

merupakan dasar pengujian kuantitatif, hal ini mengindikasikan bahwa senyawa

tersebut bisa bebas berdifusi ke seluruh medium (Dart, 1996).

Penghambatan pertumbuhan bakteri melalui mekanisme penghambatan

sintesis dinding sel melibatkan gangguan pada sintesis peptidoglikan. Padahal

peptidoglikan merupakan komponen utama dinding sel, sehingga bakteri menjadi

lisis.