BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State Of The Art Review · 2017-04-01 · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State Of The Art Review · 2017-04-01 · 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State Of The Art Review
Penelitian-penelitian terhadap analisa biaya sewa transmisi jaringan listrik
juga sudah ada dilakukan diantaranya, Perhitungan Pembayaran Sewa Transmisi
Berdasarkan Metode MW-mile Untuk Transaksi Wheeling Pada Sistem Jaringan
Tenaga Listrik Jawa Bali oleh (Andrianto, 2011), pada penelitian ini metode MW-
mile diperkenalkan untuk pembayaran sistem sewa transmisi tenaga listrik.
Akhirnya, diambil sistem transmisi 500 KV Jawa-Bali sebagai studi kasus.
Setelah dilakukan pengujian dan analisis data pada pembayaran sewa transmisi
berdasarkan metode MW-mile untuk transaksi Wheeling pada sistem jaringan
tenaga listrik Jawa-Bali ternyata metode tersebut bisa diharapkan untuk
diaplikasikan sebagai salah satu alternatif dalam penentuan harga dari sewa
transmisi oleh PLN.
Kemudian penelitian yang lain yakni, Wheeling Charges Methodology For
Deregulated Electricity Markets Using Tracing-Based Postage Stamp Methods
oleh (Hassan, 2011) pada penelitian ini mengusulkan sebuah metode wheeling
baru menggunakan Tracing-Based Postage Stamp Methods. Metode yang
diusulkan mengalokasikan biaya transmisi antara generator sebanding dengan
total daya yang dikirim ke beban melalui saluran transmisi. Metode yang
diusulkan menggabungkan dengan faktor distribusi generasi untuk melacak
kontribusi setiap generator untuk aliran daya. Salah satu fitur unik dari metode
yang diusulkan adalah pertimbangan beban lokal pada alokasi aliran daya. Dua
10
studi kasus dari 3-bus dan IEEE sistem 14-bus yang digunakan untuk
menggambarkan metode yang diusulkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
metode yang diusulkan memberikan biaya wheeling yang adil dan merata untuk
generator, mencerminkan penggunaan aktual dari sistem transmisi.
Penelitian lainnya yakni, A Comparison of Fixed Cost Based Transmission
Pricing Methods oleh (Murali, 2011) pada penelitian ini memberikan gambaran
biaya yang berbeda yang terjadi dalam transaksi transmisi, jenis transaksi
transmisi dan metodologi harga transmisi. Biaya tambahan (incremental cost) dan
tertanam (embbeded cost) dijelaskan dalam penelitian ini. Hal ini terutama
difokuskan untuk mencegah pertambangan (deter-mining) biaya transmisi
tertanam dengan berbagai metode dan membandingkan hasil untuk 6 bus, IEEE
14 bus dan RTS 24 sistem bus. Studi kasus menggunakan beberapa metode yakni,
metode postage stamp, metode MW-Mile, metode MVA-Mile, metode faktor
distribusi dan Bialek. Didapatkan hasil bahwa kombinasi dari metode berbasis
biaya tambahan (incremental cost) dan tertanam (embbeded cost) dapat
mengakibatkan pemulihan biaya sistem transmisi yang benar.
Penelitian lainnya yakni, Integrated Cost Allocation of Transmission
Usage under Electricity Markets oleh (Zein, 2012) pada penelitian ini
mengusulkan sebuah metode untuk menentukan alokasi biaya penggunaan
transmisi berdasarkan dekomposisi melalui teknik superposisi untuk menentukan
kontribusi-kontribusi aliran daya dari suatu integrated base case hasil perhitungan
aliran daya dari semua transaksi, kontrak-kontrak bilateral dan nonbilateral.
Secara matematis, formulasi-formulasi yang diterapkan telah diilustrasikan
11
dengan jelas dalam penelitian ini. Metoda yang diajukan tersebut telah diuji
dengan sistem 5 bus dan hasilnya sangat berbeda dibandingkan dengan beberapa
metode yang telah publikasikan tersebut. Ini ditunjukan oleh hasil-hasil tes pada
sistem 5 bus. Metode-metode yang telah dipublikasikan tersebut menghasilkan
kontribusi aliran daya total di setiap line lebih besar dari aktualnya. Dan metode-
metode ini memperoleh total pendapatan sekitar 11,6% lebih besar dari pada
embedded costs. Sedangkan pada metode yang diusulkan, kontribusi aliran daya
tersebut sama dengan aktualnya dan pendapatan sama dengan embedded costs.
Penelitian selanjutnya yakni, Network Charging Principle for Pricing
Existing Network SVCs Considering MW and MVAr Perturbations oleh (Matlotse,
2014) pada penelitian ini menawarkan pendekatan harga menggunakan long-run
incremental cost (LRIC) dimana untuk memenuhi penggunaan jaringan SVCs
dalam penentuan harga. Pendekatan awal didasarkan pada kapasitas cadangan
tegangan atau headroom dari jaringan yang ada untuk mencerminkan dampak ke
profil tegangan jaringan yang luas dan biaya masa depan jaringan VAr
kompensasi akibat suntikan/penarikan nodal yaitu apakah mereka mempercepat
atau menunda kebutuhan untuk aset jaringan masa depan. Akhirnya, saat ini
tingkat pembebanan SVC VAr dapat diubah menjadi setiap tingkat tegangan yang
sesuai dalam konteks pemetaan yang telah disebutkan. Penelitian ini diuji pada
jaringan 14-bus. Temuan utama dari usaha ini adalah sebagai berikut: Prinsip
penelitian harga jaringan ini mencerminkan semua beban yang sebenarnya pada
jaringan SVCs dan terkait indikasi sinyal ekonomi kedepannya, Pendekatan harga
ini menghukum para pengguna jaringan yang memajukan cakrawala investasi
12
jaringan SVCs yang ada dan jika tidak insentif mereka yang menunda cakrawala
investasi jaringan SVCs yang ada, Akhirnya, pendekatan ini mengintegrasikan
MW dan MVAr penarikan / suntikan jaringan nodal. Pelenitian selanjutnya akan
mengintegrasikan pendekatan harga ini dengan satu harga untuk aset jaringan VAr
kompensasi di masa depan setelah perencanaan daya reaktif.
2.2 Kondisi Kelistrikan Bali
Bali saat ini menjadi salah satu provinsi yang sedang berkembang dengan
sangat pesat. Hal ini memicu pembangunan di segala bidang yang membuat
permintaan akan kebutuhan listrik semakin meningkat. Penyaluran daya pada
sistem kelistrikan Bali disuplai oleh tiga pembangkit listrik yakni Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gilimanuk dengan daya mampu sebesar
130 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Pemaron dengan
daya mampu sebesar 80 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pesanggaran dengan daya mampu sebesar 337,5 MW serta tambahan suplai dari
kabel laut dengan daya mampu 340 MW melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali,
sehingga sistem kelistrikan Bali meKmiki total suplai daya sebesar 887,5 MW
(PLN Bali, 2014). Provinsi Bali memiliki potensi energi yang dapat
dikembangkan untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari Potensi panas bumi
yang dapat dikembangkan sebesar 296 MW terdapat di 5 lokasi yaitu
Banyuwedang Buleleng, Seririt Buleleng, Batukao Tabanan, Penebel Tabanan dan
Buyan-Bratan Buleleng (PLN, 2013). Pada saat ini PLN sedang membangun 3
unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di daerah Celukan Bawang
Singaraja, dengan kapasitas masing-masing 130 MW. Dimana dalam RUPTL
13
PLN 2013-2022 (PLN, 2013) PLTU ini rencananya akan beroperasi pada tahun
2015. Dilihat dari pertumbuhan pembangunan di Bali yang cukup pesat, total
suplai daya yang dimiliki Bali saat ini tentu saja tidak akan cukup untuk
memenuhi kebutuhan energi listrik di Bali yang memiliki tingkat pertumbuhan
kebutuhan listrik rata-rata sekitar 8-12% per tahun (PLN Bali, 2014). Jumlah ini
dari tahun ke tahun akan terus mengalami peningkatan sedangkan sampai saat ini
dapat dilihat bahwa jenis unit pembangkit termal yang digunakan di Bali berupa
pembangkit-pembangkit yang menggunakan HSD (High Speed Diesel) dimana
merupakan bahan bakar yang untuk penyediannya dibutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Menurut Marsudi (1990), pada suatu operasi sistem tenaga listrik, biaya
bahan bakar merupakan biaya yang terbesar, untuk PLN biaya bahan bakar adalah
kira-kira 60 persen dari biaya operasi secara keseluruhan.
2.3 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat tenaga listrik dan gardu-
gardu induk yang dihubungkan dengan jaringan transmisi sehingga menjadi
sebuah kesatuan interkoneksi (Marsudi, 1990).
Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu:
1. Pembangkit tenaga listrik
2. Penyaluran tenaga listrik
3. Distribusi tenaga listrik
Sistem tenaga listrik modern merupakan sistem yang komplek terdiri dari
beberapa pusat pembangkit, saluran transmisi dan jaringan distribusi yang
14
berfungsi untuk menyalurkan daya dari pusat pembangkit ke pusat pusat
beban. Untuk memenuhi tujuan operasi sistem tenaga listrik, ketiga bagian
utama dari sistem tenaga listrik yaitu pembangkit, penyaluran dan distribusi
tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Wikarsa, 2010).
2.3.1 Tujuan Operasi Sistem Tenaga Listrik
Dalam mencapai tujuan dari operasi sistem tenaga listrik maka perlu
diperhatikan tiga hal berikut, yaitu :
1. Ekonomi (economy) dimana listrik harus dioperasikan secara ekonomis,
tetapi tetap memperhatikan keandalan dan kualitasnya.
2. Keandalan (security) merupakan tingkat keamanan sistem terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan. Sedapat mungkin gangguan di
pembangkit maupun transmisi dapat diatasi tanpa mengakibatkan
kerugian disisi konsumen.
3. Kualitas (quality) yaitu tenaga listrik yang diukur dengan kualitas
tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap
pada kisaran yang ditetapkan.
2.3.2 Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik
Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek yang luas,
khususnya biaya dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat luas. Oleh
karena itu operasi sistem tenaga listrik memerlukan manajemen yang baik.
Operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga kelompok kegiatan
pengoperasian yaitu:
15
1. Perencanaan Operasi, yaitu berhubungan dengan perencanaan operasi
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
2. Operasi dan pengendalian operasi, yaitu berhubungan dengan pengendalian
sistem operasi pada operasi real time.
3. Evaluasi operasi yaitu merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada sistem
dan dengan melihat kembali rekaman data, dicoba untuk menganalisa
berbagai kejadian yang terjadi pada sistem. Hasil dari evaluasi operasi akan
digunakan untuk mengoptimalkan perencanaan operasi sistem di masa yang
akan datang.
Manajemen operasi sistem tenaga listrik harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Marsudi, 1990):
1. Prakiraan Beban
2. Syarat-syarat pemeliharaan peralatan
3. Keandalan
4. Alokasi beban dan produksi pembangkit yang ekonomis.
Keempat hal ini masih harus dikaji terhadap beberapa kendala sebagai berikut:
1. Aliran daya beban dalam jaringan
2. Daya hubung singkat peralatan
3. Penyediaan suku cadang dan dana
4. Stabilitas sistem tenaga listrik
2.4 Transmission Congestion Management dan Pricing
Lingkungan pasar listrik yang kompetitif memerlukan akses yang lebar ke
jaringan transmisi dan distribusi yang menghubungkan tersebar pelanggan
16
(customer) dan pemasok (Supplier). Selain itu, sebagai aliran daya transmisi yang
mempengaruhi biaya, harga transmisi tidak hanya menentukan hak masuk tapi
juga mendorong efisiensi dalam pasar tenaga (power markets). Sebagai contoh,
kendala transmisi bisa mencegah unit pembangkit yang efisien digunakan. Skema
harga transmisi yang tepat ialah mempertimbangkan kendala transmisi atau
kemacetan dapat memotivasi investor untuk membangun transmisi baru atau
menaikkan kapasitas pembangkit untuk meningkatkan efisiensi. Dalam
lingkungan yang kompetitif, harga transmisi yang tepat bisa memenuhi harapan
pendapatan, mempromosikan operasi yang efisien dari pasar listrik (electricity
markets), mendorong investasi di lokasi yang optimal dari pembangkitan dan jalur
transmisi (transmission lines), dan jika memadai dapat mengganti pemilik aset
transmisi. Jadi yang paling penting, skema harga harus menerapkan keadilan dan
praktis.
Namun, sulit untuk mencapai skema harga transmisi yang efisien yang
bisa sesuai dengan semua struktur pasar di lokasi yang berbeda-beda. Penelitian
yang sedang berlangsung pada harga transmisi menunjukkan bahwa tidak ada
kesepakatan umum mengenai metodologi penentuan harga. Dalam prakteknya,
setiap negara atau masing-masing model restrukturisasi telah memilih sebuah
metode yang didasarkan pada karakteristik tertentu dari jaringan. Mengukur
apakah suatu skema harga transmisi tertentu secara teknis dan ekonomis yang
memadai akan membutuhkan standar tambahan.
Selama beberapa tahun terakhir, skema harga transmisi yang berbeda telah
diusulkan dan dilaksanakan di berbagai pasar. Pendekatan yang paling umum dan
17
canggih untuk harga transmisi adalah metode postage-stamp method. Dalam
metode ini, terlepas dari jarak yang energi perjalanan, suatu entitas membayar
tingkat yang sama dengan biaya tetap per unit energi yang ditransmisikan dalam
sistem utilitas tertentu. Tarif postage-stamp method yang didasarkan pada biaya
rata-rata sistem. Selain itu, tingkat sering termasuk biaya terpisah untuk puncak
dan periode off-peak, yang merupakan fungsi dari musim, hari, dan penggunaan
hari libur. Dalam pendekatan ini, ketika energi ditransmisikan di beberapa sistem
utilitas, dapat menderita masalah pancaking. Metode lain yang umum digunakan
adalah metode jalur kontrak (contract path method), yang diusulkan untuk
meminimalkan biaya pengiriman dan mengatasi masalah pancaking. Namun,
metode penetapan harga ini tidak mencerminkan arus aktual melalui jaringan
transmisi yang mencakup lingkaran dan arus jalur paralel. Sebagai alternatif untuk
metode jalur kontrak, metode MW-mile diperkenalkan sebagai skema harga
berbasis aliran. Dalam skema ini, aliran listrik dan jarak antara injeksi dan lokasi
penarikan mencerminkan biaya transmisi.
Kelemahan utama dari pendekatan tersebut adalah bahwa mereka tidak
menganggap kemacetan transmisi (transmission congestion). Dalam lingkungan
baru, adalah penting untuk melibatkan tarif transmisi dalam harga transmisi sesuai
dengan harga berbasis aliran dan harga berbasis kemacetan. Kemacetan harga
akan mengalokasikan setiap sumber daya transmisi yang terbatas untuk pelanggan
yang menghargai itu yang paling. Sebuah skema harga yang tepat harus
mengalokasikan biaya kemacetan dengan peserta yang menyebabkan kemacetan,
dan harus menghargai peserta yang jadwal cenderung untuk mengurangi
18
kemacetan. Ketika transmisi menjadi padat, yang berarti bahwa tidak ada daya
tambahan dapat ditransfer dari titik injeksi ke titik ekstraksi, lebih mahal unit
pembangkit mungkin harus dibawa on-line di satu sisi sistem transmisi. Dalam
pasar yang kompetitif, kejadian seperti itu akan menyebabkan locational marginal
prices (LMPs) antara dua lokasi. Jika kerugian transmisi diabaikan, perbedaan
dalam LMPs akan muncul ketika garis padat. Sebaliknya, jika arus berada dalam
batas (tidak ada kemacetan), LMPs akan sama di semua bus dan tidak ada biaya
kemacetan akan berlaku. Perbedaan LMPs antara kedua ujung garis padat terkait
dengan tingkat kemacetan dan kerugian MW pada baris ini. Sejak LMP bertindak
sebagai indikator harga untuk kedua kerugian dan kemacetan, hal itu harus
menjadi bagian dasar dari harga transmisi.
Firm transmission rights (FTRs) diusulkan sebagai hak yang dapat
membeli nilai biaya kemacetan di jalur transmisi dibatasi. Dengan memegang
FTR, pelanggan transmisi memiliki mekanisme untuk mengimbangi biaya
kemacetan ketika jalur transmisi yang padat. Selain memberikan kepastian
keuangan, FTR bisa memaksimalkan efisiensi penggunaan sistem dan membuat
pengguna membayar untuk penggunaan aktual dari jalur padat (Shahidehpour,
2002).
2.5 Metode Alokasi Biaya Transmisi
Mekanisme penetapan harga transmisi yang efisien harus memulihkan
biaya transmisi dengan mengalokasikan biaya untuk pengguna jaringan transmisi
dengan cara yang tepat. Biaya transmisi mungkin termasuk:
19
1. Menjalankan biaya, seperti biaya untuk operasi, pemeliharaan, dan layanan
tambahan.
2. Investasi modal masa lalu.
3. Investasi berkelanjutan untuk ekspansi masa depan dan penguatan
hubungan dengan pertumbuhan beban dan transaksi tambahan.
Menjalankan biaya yang kecil dibandingkan dengan investasi modal (atau
biaya transmisi tertanam). Akibatnya, biaya pengiriman untuk pengembalian
biaya tertanam sebagian besar akan melebihi biaya operasional selama periode
pemulihan investasi. Tujuan studi dan struktur pasar merupakan faktor utama
untuk memilih algoritma dalam evaluasi harga transmisi. Terlepas dari struktur
pasar, penting untuk secara akurat menentukan penggunaan transmisi untuk
melaksanakan metode berbasis alokasi biaya penggunaan. Namun, penentuan
penggunaan transmisi akurat bisa sulit karena sifat nonlinear aliran listrik. Fakta
ini mengharuskan menggunakan model perkiraan, indeks sensitivitas, atau
melacak algoritma untuk menentukan kontribusi ke jaringan mengalir dari
pengguna individu atau transaksi.
Berikut ini, kita membahas metode alokasi biaya transmisi utama.
Beberapa metode ini digunakan secara luas oleh utilitas listrik, sementara yang
lain masih dalam tahap perkembangan (Shahidehpour, 2002).
2.5.1 Metode Postage Stamp Rate
Metode Postage Stamp Rate secara tradisional digunakan oleh utilitas
listrik untuk mengalokasikan biaya transmisi tetap (fixed cost) di antara para
pengguna layanan transmisi perusahaan. Metode ini merupakan metode biaya
20
tertanam (embedded cost method), yang juga disebut the rolled-in embedded
method. Metode ini tidak membutuhkan perhitungan aliran daya dan bebas dari
panjang saluran dan konfigurasi jaringan. Selain itu, metode ini juga tidak
tergantung dari titik tempat pembangkit menyuntikkan daya dan tidak tergantung
dari titik tempat beban menyerap daya. Metode ini dibuat berdasarkan asumsi
bahwa seluruh jaringan digunakan dan tidak memperdulikan seberapa besar aliran
daya pada saluran (Shahidehpour, 2002). Metode ini sangat populer karena sangat
sederhana, namun mengabaikan arus listrik sistem yang sebenarnya. Biaya
transmisi untuk skema ini dapat ditulis secara matematis sebagai (Hassan, 2011):
..............................................................................................(2.1)
dimana :
TCt : Biaya sewa jaringan transmisi untuk pengguna (Rp/kWh)
TC : Biaya keseluruhan jaringan transmisi (Rp)
Pt : Energi yang ditransmisikan dalam rentang waktu tertentu (kWh)
Ppeak : Energi yang diproduksi oleh sistem eksisting dalam rentang
waktu tertentu (kWh)
Penentuan biaya jaringan transmisi menggunakan metode ini, memerlukan
data teknis dan data keuangan sebagai berikut,
1. Data teknis:
a. jumlah energi yang dibangkitkan (MWh/tahun),
b. susut energi pada jaringan transmisi (MWh/tahun).
2. Data keuangan:
21
a. total biaya keseluruhan jaringan transmisi -meliputi biaya operasi dan
perawatan, biaya administrasi, biaya kepegawaian serta biaya investasi
jaringan.
b. margin laba atau keuntungan yang dikehendaki.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode postage stamp rate dapat dilihat
pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Postage Stamp Rate
Kelebihan Kekurangan
Full cost recovery Tidak mengikutsertakan utilisasi sistem
dalam perhitungan
Tarif yang sederhana, jelas, dan stabil Kurang mengakomodasi insentif untuk
pengguna sistem
Cocok untuk sistem non konjesti
Tidak mempertimbangkan penggunaan
aktual jaringan transmisi, sehingga
terjadi diskriminasi terhadap pengguna
dengan penggunan jaringan transmisi
yang rendah
2.5.2 Metode Contract Path
Metode path kontrak (Contract Path) juga secara tradisional digunakan
oleh utilitas listrik untuk mengalokasikan biaya transmisi tetap. Hal ini juga
merupakan metode biaya tertanam yang tidak memerlukan perhitungan aliran
daya. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa layanan transmisi dapat diwakili
oleh transmisi mengalir di sepanjang ditentukan dan buatan jalur listrik di seluruh
jaringan transmisi. Jalur kontrak adalah jalur transmisi fisik antara dua pengguna
transmisi yang mengabaikan fakta bahwa elektron mengikuti jalur fisik yang
mungkin berbeda secara dramatis dari jalur kontrak. Metode ini mengabaikan arus
22
listrik di fasilitas yang tidak sepanjang jalan diidentifikasi. Setelah menentukan
jalur kontrak, biaya transmisi kemudian akan ditugaskan menggunakan metode
Postage Stamp Rate, yang ditentukan baik secara individual untuk masing-masing
sistem transmisi atau rata-rata untuk seluruh jaringan. Akibatnya, pemulihan biaya
modal tertanam akan terbatas pada jalur kontrak buatan (Shahidehpour, 2002).
2.5.3 Metode MW-mile
Metode MW-mile termasuk metode biaya tertanam (embedded cost).
Metode ini juga dikenal dengan metode line-by-line. Metode ini
mempertimbangkan perubahan daya yang mengalir pada suatu saluran akibat
adanya transaksi PBJT dan juga mempertimbangkan panjang dari saluran tersebut.
Perubahan daya yang mengalir pada suatu saluran dihitung berdasarkan aliran
daya sebelum dan sesudah transaksi energi. Oleh karena itu, metode ini
membutuhkan simulasi aliran daya, baik itu aliran daya AC ataupun DC.
Metode ini mengalokasikan biaya untuk setiap peserta berputar
berdasarkan tingkat penggunaan fasilitas transmisi oleh transaksi ini. Biaya ini
dialokasikan kemudian ditambahkan di atas semua fasilitas transmisi untuk
mengevaluasi total harga untuk penggunaan sistem transmisi. Berbeda dengan
jalur kontrak dan metode postage stamp, metode ini mempertimbangkan
perubahan MW mengalir karena wheeling di semua lini transmisi perusahaan
berputar, dan panjang garis dalam mil. Dua arus listrik dilaksanakan dengan
sukses, dengan dan tanpa pemurah itu, menghasilkan perubahan MW mengalir
dalam semua jalur transmisi. Banyak ekonom lebih memilih metode ini karena
mendorong efisiensi penggunaan fasilitas transmisi dan, selanjutnya perluasan
23
sistem (Hassan, 2011). Metode MW-Mile memiliki tiga varian dalam
penerapannya (Kharbas, 2011):
1. Pendekatan Absolute MW-Mile,
2. Pendekatan Reverse MW-Mile,
3. Pendekatan Dominant MW-Mile.
Counter flow atau arus negatif mengurangi beban pembangkit listrik maka
kerugian dapat dikurangi (Pan, 2000). Pendekatan MW-Mile Absolute menentukan
biaya transmisi berdasarkan besarnya aliran listrik sebenarnya melalui jaringan
transmisi dengan mengabaikan arah aliran. Meskipun pendekatan reverse MW-
Mile menganggap besar dan arah arus. Kredit yang diberikan kepada setiap
transaksi yang akan membuat Counter flow. Dalam pendekatan MW-Mile
dominan, counter apapun mengalir di saluran transmisi dihitung nol dan pengguna
tidak menerima kredit apapun.
Keuntungan dari metode ini dalam menentukan biaya wheeling yang
menjamin penggunaan aktual dari jaringan transmisi. Dengan demikian, tidak ada
diskriminasi terhadap pengguna dengan konsumsi energi yang rendah. Oleh
karena itu, metode ini mendorong efisiensi dalam penggunaan energi. Selain itu,
metode ini mempertimbangkan kemacetan pada jaringan transmisi. Namun,
metode ini tidak mempertimbangkan kapasitas jaringan yang tidak terpakai. Oleh
karena itu, biaya yang dialokasikan dengan metode MW-Mile belum tentu dapat
memenuhi pemulihan biaya dari jaringan transmisi. Adapun kelebihan dan
kekurangan metode MW-Mile dapat dilihat pada tabel 2.2 :
24
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode MW-Mile
Kelebihan Kekurangan
Menggambarkan penggunaan jaringan
transmisi yang sebenarnya karena
menggunakan analisis power flow arus
bolak balik
Penentuan biaya jaringan transmisi
tidak mempertimbangkan kapasitas
jaringan yang tidak digunakan (unused
capacity)
Tidak terjadi diskriminasi terhadap
pengguna dengan konsumsi energi yang
rendah
Biaya yang ditentukan belum tentu
dapat memenuhi cost recovery biaya
keseluruhan jaringan transmisi
Mendorong adanya efisiensi dalam
penggunaan energi
Di indonesia, khususnya pada perusahaan PLN. Metode MW-Mile disebut
dengan Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km) digunakan untuk menetapkan
tarif jasa transmisi berdasarkan basis aliran daya yang melalui transmisi dan jarak
transmisi. Model aliran daya digunakan untuk mengestimasi MW-km penggunaan
oleh pembangkit dan beban untuk menciptakan tarif transmisi.Secara umum besar
pendapatan jasa transamisi berdasarkan Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km)
dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:
...........................................................................................(2.2)
dimana :
TLC : Biaya Jasa Transmisi (Transmision Line Charge) (Rp)
∆P : Perubahan aliran daya pada transmisi menggunakan model aliran daya
(MW)
P Max : Daya maksimum pada masing – masing saluran (MW)
L : Panjang transmisi (km)
25
C : Biaya rata-rata transmisi (Rp/MW-km per bulan)
2.5.4 Metode Unused Transmission Capacity
Perbedaan dalam kapasitas fasilitas dan aliran yang sebenarnya pada
fasilitas yang disebut tidak terpakai (terjadwal) kapasitas transmisi. Untuk
menjamin pemulihan penuh semua biaya tertanam, diasumsikan bahwa semua
pengguna transmisi bertanggung jawab untuk membayar untuk kedua penggunaan
kapasitas aktual dan kapasitas transmisi yang tidak terpakai. Dengan demikian,
ekspresi umum berikut MW-mile pricing rule digunakan:
∑ | |
∑ | |
.........................................................................(2.3)
dimana
TCt : cost allocated to transaction t
Ck : embedded cost of facility k
| Ft ,k | : flow on facility k caused by transaction t
T : set of transactions
K : set of transmission facilities
Aturan harga yang diberikan oleh (2.4) memastikan total cost recovery,
apakah kapasitas garis sepenuhnya digunakan. Hal ini juga tidak adil untuk
beberapa pengguna ketika mereka dipaksa untuk berbagi biaya fasilitas transmisi
yang mahal yang hanya sebagian kecil dari kapasitas fasilitas yang sedang
digunakan. Selain itu, beberapa margin kapasitas saluran yang tersisa digunakan
untuk menjaga keandalan. Sebagai kekurangan aturan tersebut ini adalah bahwa
hal itu tidak memotivasi penggunaan yang efisien dari sistem transmisi. Untuk
26
mengatasi kelemahan ini, telah menyarankan bahwa pengguna transmisi
dikenakan biaya berdasarkan pemanfaatan persentase kapasitas fasilitas, dan tidak
didasarkan pada jumlah arus disumbangkan oleh semua pengguna (yaitu,
pengguna dikenakan biaya berdasarkan penggunaan kapasitas sebenarnya, dan
bukan untuk kapasitas terjadwal). Namun, saran ini memiliki kelemahan dalam
arti bahwa ia mengabaikan keandalan margin transmisi dan tidak menjamin
pemulihan penuh dari biaya transmisi tetap. Saran ini menggunakan revisi MW-
mile aturan berikut:
∑ | |
.....................................................................................(2.4)
di mana F k adalah kapasitas fasilitas k.
Selain itu, multi-bagian aturan penetapan harga (multi-part pricing rules) telah
diusulkan yang menganggap baik kapasitas fasilitas digunakan, dan perbedaan
antara total biaya tertanam dan biaya pulih dengan kapasitas transmisi yang
digunakan (Shahidehpour, 2002).
2.5.5 Metode MVA-Mile
Metode MVA-mile adalah versi panjang dari metode MW-mile.
Perpanjangan ini diusulkan untuk menyertakan biaya untuk aliran daya reaktif di
samping biaya untuk aliran daya nyata. Telah terbukti bahwa pemantauan baik
daya nyata dan reaktif, mengingat jalur MVA batas pemuatan dan alokasi
dukungan daya reaktif dari generator dan fasilitas transmisi, adalah pendekatan
yang lebih baik untuk mengukur penggunaan sumber daya transmisi. Metode ini
juga mengalokasikan biaya transmisi berdasarkan besarnya daya dan jarak
27
geografis antara titik pengiriman dan titik penerimaan. Metode ini adalah metode
berbasis aliran daya AC (Murali M, 2011). Selain itu, pendekatan sensitivitas
dengan studi aliran daya AC dapat digunakan untuk menentukan penggunaan
jaringan aliran daya reaktif. Pendekatan-pendekatan lain juga telah diusulkan
untuk menguraikan jaringan mengalir (network flows) ke komponen nyata dan
reaktif yang terkait dengan transaksi individu (Shahidehpour, 2002).
2.5.6 Metode Counter-flow
Metode counter-flow menyatakan bahwa pengguna transmisi harus
dibebankan atau dikreditkan berdasarkan apakah transaksi mereka menyebabkan
arus atau counterflows berkaitan dengan arah arus bersih. Metode ini
menunjukkan bahwa jika transaksi tertentu mengalir dalam arah yang berlawanan
dari arus bersih, maka transaksi tersebut harus dikreditkan (yaitu, transaksi akan
membayar biaya negatif). Saran ini berbeda dengan pendekatan MW-mile
tradisional dan aturan alokasi harga penggunaan berbasis lainnya, di mana setiap
transaksi membayar untuk penggunaannya terlepas dari arah aliran itu. Contoh
dari metode counter-flow adalah harga nol counter-flow, yang menyatakan bahwa
hanya mereka yang menggunakan fasilitas transmisi dalam arah aliran bersih
harus dibebankan secara proporsional dengan kontribusi mereka terhadap total
aliran positif. Salah satu kesulitan dalam menggunakan metode ini adalah bahwa
hal itu akan sulit bagi penyedia layanan transmisi untuk mengatur pembayaran
kepada pengguna dengan counter-flows (Shahidehpour, 2002).
28
2.5.7 Metode Distribution Factors
Faktor distribusi dihitung berdasarkan arus beban linier. Secara umum,
faktor distribusi generasi telah digunakan terutama dalam keamanan dan analisis
kontingensi. Mereka telah digunakan kira-kira menentukan dampak dari generasi
dan beban arus transmisi. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor-faktor ini
disarankan sebagai mekanisme untuk mengalokasikan pembayaran transmisi
dalam sistem tenaga direstrukturisasi, karena faktor-faktor ini secara efisien dapat
mengevaluasi penggunaan transmisi. Untuk memulihkan total biaya transmisi
tetap, faktor distribusi dapat digunakan untuk mengalokasikan pembayaran
transmisi kepada pengguna yang berbeda. Dengan menggunakan faktor-faktor ini,
alokasi dapat dikaitkan dengan suntikan daya bersih yang berhubungan transaksi,
generator, atau beban (Shahidehpour, 2002).
2.5.8 Metode AC Power Flow
Banyak pendekatan berbasis ac telah diusulkan untuk mengalokasikan
biaya transmisi. Di antara mereka ada indeks sensitivitas arus, solusi aliran daya
ac penuh, dan dekomposisi aliran listrik. Metode indeks sensitivitas arus ac
menggunakan logika yang sama seperti faktor distribusi aliran dc, tetapi
sensitivitas transmisi mengalir ke suntikan daya bus yang berasal dari model arus
listrik ac. Metode solusi aliran daya ac penuh menggunakan perhitungan aliran
daya ac penuh atau menggunakan studi aliran daya yang optimal. Dalam metode
ini, informasi biaya yang lebih rinci biasanya diperlukan untuk mempelajari
dampak dari transaksi wheeling. Metode dekomposisi aliran listrik akan
menguraikan jaringan mengalir ke komponen yang terkait dengan transaksi
29
individu ditambah satu komponen untuk menjelaskan sifat nonlinear model aliran
listrik. Untuk setiap transaksi, algoritma menentukan komponen aliran daya nyata
dan reaktif dari penggunaan jaringan transmisi, daya ketidakseimbangan bersih,
dan kontribusi generator untuk kompensasi real-powerloss (Shahidehpour, 2002).
2.5.9 Metode Tracing
Metode Tracing menentukan kontribusi pengguna transmisi dengan
penggunaan transmisi. Tracing metode dapat digunakan untuk penetapan harga
transmisi dan memulihkan biaya transmisi tetap. Pada bagian ini, kita membahas
dua metode pelacakan, yang diakui sebagai metode penelusuran yang Bialek dan
metode penelusuran yang Kirschen itu. Metode Tracing umumnya didasarkan
pada apa yang disebut prinsip bagi proporsional (Shahidehpour, 2002).
2.5.9.1 Metode Bialek’s Tracing
Dalam metode tracing Bialek itu, diasumsikan bahwa arus masuk nodal
dibagi secara proporsional antara arus nodal. Metode ini menggunakan
pendekatan topologi untuk menentukan kontribusi dari generator individu atau
beban untuk setiap aliran garis berdasarkan perhitungan faktor distribusi topologi.
Metode ini dapat menangani dengan baik aliran daya dc dan arus listrik ac; yaitu,
dapat digunakan untuk menemukan kontribusi dari kedua aliran daya aktif dan
reaktif. Metode tracing Bialek yang mempertimbangkan:
1. Dua arus di setiap baris, satu memasuki garis dan yang lainnya keluar jalur
(untuk mempertimbangkan kerugian line).
2. Generasi dan beban pada setiap bus.
30
Prinsip utama yang digunakan untuk melacak aliran listrik akan bahwa
berbagi proporsional untuk ilustrasi. Angka ini menunjukkan empat baris
terhubung ke node. Pada arus keluar (f1 dan f2) dapat direpresentasikan dalam hal
arus masuk (fa dan fb); dengan kata lain, kita dapat menentukan berapa banyak f1
berasal dari fa dan berapa banyak dari f1 berasal dari fb. Hal yang sama berlaku
untuk f2.
...............................(2.5)
...............................(2.6)
Metode ini menggunakan baik algoritma hulu tampak atau algoritma hilir-
cari. Dalam algoritma hulu-cari, biaya penggunaan transmisi / suplemen
dialokasikan untuk generator individu dan kerugian dibagi ke beban. Dalam
algoritma hilir-cari, biaya penggunaan transmisi / suplemen dialokasikan untuk
beban individu dan kerugian dibagi ke generator. Metode penelusuran Bialek yang
digunakan untuk menentukan berapa banyak output generator tertentu memasok
beban tertentu atau berapa banyak beban tertentu dipasok oleh generator tertentu.
Faktor distribusi Topological dihitung dalam metode ini selalu positif; Oleh
karena itu, metode ini akan menghilangkan masalah counter-flow. Untuk
menunjukkan bagaimana algoritma ini bekerja, kita mendefinisikan permintaan
bruto sebagai jumlah dari beban tertentu dan bagian yang dialokasikan dari total
kerugian transmisi (Shahidehpour, 2002).
31
2.5.9.2 Metode Kirschen’s Tracing
Metode Kirschen’s Tracing didasarkan pada seperangkat definisi untuk
domain, commons, dan link. Sebuah domain adalah seperangkat bus yang
memperoleh daya dari generator tertentu. Sebuah umum adalah seperangkat bus
bersebelahan dipasok oleh generator yang sama. Link adalah cabang yang
menghubungkan commons. Berdasarkan definisi tersebut, keadaan sistem (grafik
negara asiklik) diwakili oleh grafik diarahkan yang terdiri dari commons dan link,
dengan arus diarahkan antara commons dan data yang sesuai untuk generasi /
beban dalam commons dan mengalir pada link. Metode ini menggunakan prosedur
rekursif untuk menghitung kontribusi dari generator (atau beban) ke commons,
link, dan beban (atau generator), dan garis mengalir dalam setiap umum. Untuk
umum diberikan, metode ini mengasumsikan bahwa proporsi inflow ditelusuri ke
generator tertentu adalah sama dengan proporsi outflow ditelusuri ke generator
yang sama. Seperti dalam metode penelusuran Bialek itu, metode tracing Kirschen
dapat menentukan kontribusi dari generator individu untuk jalur arus, dan
menentukan kontribusi dari beban individu dengan arus jaringan.
Mulai dari akar yang sama, metode ini menemukan rekursif kontribusi
generasi masing-masing biasa itu (beban) ke garis mengalir dan dikonsumsi
banyak. Metode ini menggunakan asumsi proporsionalitas untuk mengalokasikan
aliran umum kepada kontributor dari masuknya umum. Dengan menentukan
aliran di setiap cabang, metode apportions setiap penggunaan cabang di kalangan
pengguna sistem yang berkontribusi terhadap arus cabang. Penggunaan sistem
transmisi harus dialokasikan untuk generator (beban) atas dasar kontribusi mereka
32
terhadap setiap aliran cabang, yaitu penggunaan cabang harus dibagi di antara
semua pihak. Pada bagian ini, generasi (beban) mengacu pada generasi bersih
(beban) pada bus. Kontribusi dapat dihitung berdasarkan kontribusi dilacak dari
masing-masing generator (beban) untuk arus cabang (branch flows).
Metode tracing Kirschen adalah metode jejak topologi yang akan
menjawab pertanyaan berikut: proporsi Apa aktif (reaktif) aliran listrik di sebuah
cabang disumbangkan oleh masing-masing generator? Metode ini berlaku untuk
kedua ac dan solusi aliran dc beban. Metode alokasi dilacak ini tidak bergantung
pada model linierisasi jaringan dan karena itu tidak terbatas pada perubahan
inkremental dalam suntikan. Metode ini dimulai dengan menghitung garis
mengalir, yang pada gilirannya memberikan arah aliran di setiap cabang. Mulai
dari bus masing-masing generator, dan berdasarkan arah aliran di setiap lini,
metode menentukan domain dari masing-masing generator. Dalam subbab ini,
akan mensimulasikan situasi dengan lebih dari satu generator di beberapa bus.
Dalam hal ini, generasi pada setiap bus adalah jumlah output pembangkit.
Generasi bersih pada setiap bus digunakan untuk melacak kontribusi terhadap arus
line. Kemudian, kita menentukan berapa banyak setiap generator memberikan
kontribusi untuk garis mengalir. Domain adalah seperangkat bus yang dicapai
oleh aktif (reaktif) listrik yang dihasilkan oleh generator. Untuk sistem Ng bus
Generator, ada Ng domain. Setelah menentukan domain, metode menentukan
commons. Sebuah umum didefinisikan sebagai sekelompok bus yang dicapai oleh
generator yang sama. Jika Gi mengacu pada generator engan, umum pertama
(rank = 1, simpul akar) adalah himpunan dari bus yang hanya dicapai dengan G1,
33
yang umum kedua (peringkat = 2) adalah himpunan bus yang dicapai oleh G1and
G2 , umum ketiga (rank = 3) adalah himpunan bus yang dicapai oleh G1, G2 dan
G3, dan sebagainya. Dengan mengetahui arus line dan commons, hubungan antara
commons terbentuk. Sebuah link didefinisikan sebagai sekelompok baris (cabang)
yang menghubungkan dua commons langsung. Setelah menentukan commons dan
link, metode menggunakan grafik negara untuk menghitung kontribusi yang
berbeda. Sebuah grafik negara adalah transformasi jaringan menyatu menjadi
sebuah grafik asiklik. Semua yang dibutuhkan dalam grafik negara adalah
commons, hubungan antara commons (dengan arus), dan pembangkit dan beban di
setiap umum. Menggunakan grafik negara, metode ini menentukan berapa banyak
generator (beban) memberikan kontribusi untuk beban (generator) dan mengalir
dalam commons dan link dari grafik (Shahidehpour, 2002).
Untuk menghitung kontribusi masing-masing generasi ke commons dan
arus line, metode menghitung arus masuk ke masing-masing umum. Masuknya ke
k umum adalah jumlah generasi di k umum dan aliran ke k umum dari commons
lain dengan j peringkat yang lebih rendah. Secara matematis,
∑
.........................................................................................(2.7)
dimana,
I k : inflow of common k
Gk : net generation in common k
Fjk : flow (from j to k) in a link connecting commons j and k
34
Berdasarkan uraian seluruh metode dalam penghitungan alokasi biaya
transmisi diatas, maka pada tabel 2.3 merangkum beberapa metode tersebut
digunakan dalam alokasi biaya transmisi (Shahidehpour, 2002).
Tabel 2.3 Ringkasan Metode Alokasi Biaya Transmisi
Metode Aplikasi Analisa
Aliran Daya
Pembayaran
Berdasarkan
Komentar
Postage-
stamp
Real power
generation
or load
- • Besaran
daya yang
ditransaksikan
• rata-rata
biaya
tertanam
Tergantung
pada asumsi
bahwa seluruh
sistem
transmisi
digunakan
Contract
path
Real power
generation
or load
- • Besaran
daya yang
ditransaksikan
• rata-rata
biaya
tertanam
Tergantung
pada asumsi
bahwa
layanan
transmisi
dibatasi
mengalir
sepanjang
jalur tertentu
dan buatan
MW-mile Real power
generation
or load
dc, ac
(usually
dc)
• Besarnya
daya yang
ditransaksikan
• Jalur diikuti
oleh daya
yang
ditransaksikan
• Jarak dengan
daya yang
ditransaksikan
Tergantung
pada kondisi
operasional
(konfigurasi
sistem)
A factors
(GSDFS)
Real power
generation
or load
dc Incremental
flow
tergantung
pada
• Konfigurasi
Sistem
• Pemilihan
referensi bus
• arah aliran
daya
D factors
(GGDFS)
Real power
generation
dc Total flow Tergantung
pada kondisi
operasional
35
C factors
(GLDFS)
Real power
load
dc Total flow Tergantung
pada kondisi
operasional
Bialek Real and
reactive
generation
or load
dc,ac Total flow Tergantung
pada kondisi
operasional
Kirschen Real and
reactive
generation
or load
dc,ac Total flow Tergantung
pada kondisi
operasional
2.6 Analisis Aliran Daya
Analisis aliran daya dapat digunakan untuk memperoleh informasi
menganai sistem kerja aliran daya ketenagalistrikan dalam kondisi operasi tunak.
Analisis aliran daya dapat menganalisis pembangkitan sistem kelistrikan dan
pembebanan yang mengalir pada saat analisis. Hasil analisis dapat digunakan
sebagai bahan evalusi sistem kelistrikan. Analisis ini juga memerlukan informasi
aliran daya dalam kondisi normal maupun darurat (Cekdin, 2006). Studi aliran
daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun
daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan
pengoperasian normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan
terjadi di masa yang akan datang. Masalah aliran daya mencakup perhitungan
aliran dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu. Representasi
fasa tunggal selalu dilakukan karena sistem dianggap seimbang.
Dalam perencanaan pengembangan sistem untuk masa yang akan datang,
studi aliran daya sangat penting dilakukan. Hal tersebut dikarenakan dimasa yang
akan datang tidak diketahui secara pasti kondisi yang akan dianalisis, maka dalam
analisis aliran daya dapat dilakukan asumsi terhadap pengembangan
36
ketenagalistrikan. Hal penting yang dapat diperoleh dari studi aliran daya adalah
besar dan sudut fasa tegangan pada setiap bus dan daya nyata serta daya reaktif
yang mengalir dalam setiap saluran.
Adapun tujuan dari studi analisis aliran daya antara lain:
1. Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem,
baik magnitude maupun sudut fasa tegangan.
2. Untuk mengetahui daya aktif dan daya reaktif yang mengalir dalam setiap
saluran yang ada dalam sistem.
3. Untuk mengetahui kondisi dari semua peralatan, apakah memenuhi batas-batas
yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan.
4. Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
5. Untuk memperoleh kondisi awal dalam studi-studi selanjutnya seperti : studi
hubung singkat, stabilitas, dan pembebanan ekonomis.
Beberapa hal di atas inilah yang sangat diperlukan untuk menganalisis
keadaan sekarang dari sistem guna perencanaan perluasan sistem yang akan
datang. Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemodelan
terhadap sistem yang akan dianalisis.
2.6.1 Pemodelan Saluran Transmisi Sistem Tenaga Listrik
Saluran Transmisi adalah sistem yang digunakan untuk mentransmisikan
energi listrik dari Pusat Pembangkit Listrik sampai Gardu sistribusi, selanjutnya
hingga sampai pada konsumer pengguna listrik menggunakan sistem distribusi.
Sistem transmisi menyalurkan tenaga listrik dengan nilai tegangan tinggi. Di
Indonesia standar tegangan sistem transmisi berkisaran 70 kV, 150 kV, 275 kV
37
dan 500 kV. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang
mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik, artinya kondukor yang digunkan
untuk saluran transmisi tegangan tinggi harus sesuai dengan konduktor tipe
transmisi. Menurut jenis arusnya dikenal sistem arus bolak balik (A.C atau
Alternating Current) dan sistem arus searah (D.C atau Direct Current). Di dalam
sistem A.C penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan
menggunakan tranformator. Sistem AC memiliki sitem satu-fasa dan sitem tiga-
fasa. (Arismunandar, 2004)
Gambar 2.1 Sistem Tiga Fasa pada Saluran Transmisi (Pramono, 2010)
Saluran transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa
merupakan sistem yang banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut
(Pramono, 2010):
1. Daya yang disalurkan lebih besar
2. Mudah pembangkitannya
3. Mudah pengubahan tegangannya
4. Dapat menghasilkan medan magnet putar
5. Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai
sesaatnya konstan.
N
T
S
R
38
Di dalam saluran transmisi persoalan tegangan sangat penting. Baik dalam
keadaan operasi maupun dalam perancangan harus selalu diperhatikan tegangan
pada setiap titik dalam saluran. Besar perubahan tegangan yang diperbolehkan
biasanya berkisar antara ±5% (SPLN 1 Tahun 1995).
2.6.2 Pemodelan Beban
Dalam melakukan analisis sistem tenaga listrik, biasanya pemodelan beban
tidak diklasifikasikan secara lengkap. Untuk merepresentasikan suatu beban pada
sebuah sistem tenaga listrik yang akan dianalisis, sangat penting untuk
diketahuinya variasi daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) terhadap variasi
tegangannya. Dalam melakukan analisis terhadap sistem tenaga listrik,
representasi beban dalam menganalisis aliran daya dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu (Sulasno,1993) :
1. Pemodelan beban dengan daya tetap
Dalam hal ini daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR) dianggap konstan.
Representasi beban ini digunakan merepresentasikan beban untuk studi
aliran daya.
2. Pemodelan beban dengan arus tetap
Jika menggunakan pemodelan ini maka arus yang digunakan adalah arus
tetap.
3. Representasi beban dengan impedansi konstan
Representasi beban dengan impedansi konstan biasanya digunakan pada
analisis stabilitas suatu sistem tenaga listrik. Apabila daya aktif dan daya
reaktif beban diketahui dan dianggap konstan.
39
2.6.3 Klasifikasi Bus
Aliran daya merupakan analisis dimana daya listrik yang disalurkan akan
selalu mengalir menuju beban. Nilai yang diperoleh dari hasil analisis adalah nilai
aliran daya dan rugi-rugi daya dalam setiap saluran transmisi yang dapat diketahui
dengan terlebih dahulu menghitung besar (magnitude) tegangan dan sudut fasa
tegangan pada setiap bus dalam sistem tenaga listrik yang dianalisis. Terdapat 4
(empat) parameter atau besaran pada setiap bus dalam sistem tenaga listrik,
meliputi (Sulasno,1993) :
1. Injeksi netto daya nyata (net real power injected), mempunyai simbol “P”
dengan satuan Mega Watt (MW).
2. Injeksi netto daya semu (net reactive power injected), memiliki simbol
”Q” dengan satuan Mega Volt Ampere Reaktif (MVAR).
3. Besaran (magnitude) tegangan, mempunyai simbol “V” dengan satuan kilo
Volt (kV).
4. Sudut fasa tegangan, mempunyai simbol “” dengan satuan radian.
Dalam analisis aliran daya pada setiap bus sistem tenaga listrik, maka harus
diketahui dua buah besaran dari empat besaran yang terdapat pada setiap bus
sistem tenaga listrik dimana tergantung pada parameter–parameter yang telah
diketahui sebelumnya. Dengan demikian setiap bus dalam sistem tenaga listrik
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu (Sulasno,1993) :
1. Bus Beban (Load Bus)
Load bus biasanya disebut bus P,Q, karena besaran-besaran yang diketahui
adalah P dan Q, sedangkan besaran V dan tidak diketahui.
40
2. Bus Kontrol (Generator Bus)
Generator bus biasanya disebut bus P, V, dimana hanya besaran P dan V
saja yang diketahui, sedangkan besaran dan Q tidak diketahui.
3. Bus Ayun (Slack Bus)
Besaran-besaran yang diketahui dalam slack bus adalah V dan , dimana
biasanya bernilai nol ( = 0). Selama perhitungan aliran daya, besaran V
dan akan tetap dan tidak berubah. Slack bus akan selalu memiliki
generator dimana kapasitas daya yang dimiliki paling besar.
2.6.4 Pembentukan Matrik Admitansi Bus
Simpul merupakan, jika terdapat sambungan yang terbentuk apabila dua
atau lebih unsur murni (R, L, atau C, atau suatu sumber tegangan atau sumber arus
ideal) dihubungkan antara yang satu dengan yang lain pada ujung-ujungnya.
Gambar 2.2 menunjukkan single line diagram dari suatu sistem sederhana.
Dari gambar 2.2 digambarkan generator dihubungkan pada rel daya tegangan
tinggi 1 dan 3 yang melalui transformator dan mencatu suatu beban motor
serempak pada rel daya 2. Diagram reaktansi dari single line diagram tersebut
diperlihatkan pada Gambar 2.3 dimana digambarkan hanya simpul-simpul besar
saja yang diberi penomoran. Sedangkan gambar 2.4 merupakan diagram reaktansi
yang digantikan dengan sumber arus ekivalen dan admitansi shunt ekivalen.
41
Gambar 2.2 Diagram Segaris Suatu Sistem Sederhana (Sulasno,1993).
Gambar 2.3 Diagram Reaktansi Untuk Sistem Pada Gambar 2.4 (Sulasno,1993).
Gambar 2.4 Rangkaian Dari Gambar 2.3 Diganti Dengan Sumber Arus Ekivalen dan
Admitansi Shunt Ekivalen (Sulasno,1993).
1
3
2
4 y13
y23
y34
y14
y24
0
y10
y30
y20
I1
I3
I2
Z10
Z30
Z20
+
+
+
1
3
2
Ea
Eb
-
-
-
Ec
0
4 Z13
Z23
Z34
Z14
Z24
a
c
b
1
3
2
4
42
2.6.5 Metode Penyelesaian Studi Aliran Daya
Dalam melakukan analisis aliran daya metode yang lebih sering
menggunakan metode Gauss-Seidel dan metode Newton Raphson. Kelebihan
Metode Newton Raphson memiliki proses iterasi yang yang sedikit dan lebih
cepat mencapai konvergen, namun dalam melakukan iterasi memerlukan waktu
yang sangat lama. Gambar 2.5 merupakan prosedur penyelesaian studi aliran
daya:
Gambar 2.5 Diagram Alir Perhitungan Studi Aliran Daya (Sulasno,1993).
BENTUK MATRIK
ADMITANSI ATAU IMPEDANSI
TENTUKAN HARGA AWAL
TEGANGAN BUS
KERJAKAN PROSES
ITERASI
TENTUKAN PERUBAHAN
TEGANGAN MAKSIMUM
KONVERGEN
HITUNG DAYA SLACK
HITUNG ALIRAN DAYA
YA
TIDAK