Merosotnya Leadership SBY di Mata Publik Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Juni 2011
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi II.pdf · penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek
menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
rangkaian kegiatan tersebut, tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan
kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka
potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek
konstruksi mengandung konflik yang cukup besar ( Ervianto, 2002).
Penyelesaian proyek konstruksi harus berpegang pada tiga kendala (triple
constraint), yang terdiri dari:
1. Biaya
Proyek harus selesai dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang
telah direncanakan. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana yang
sangat besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggarannya bukan hanya
ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen-
komponennya, atau periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun
harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
2. Waktu
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
yang telah ditentukan.Bila hasil akhir adalah produk baru, maka
penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
5
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kreteria
yang dipersyaratkan.Memenuhi persyaratan mutu berarti mampu
memenuhi tugas yang dimaksudkan.
Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh
mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.Untuk itu diperlukan suatu
pengaturan yang baik, sehingga perpaduan antar ketiganya sesuai dengan yang
diinginkan, yaitu dengan manajemen proyek.
2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut (Ervianto,
2002):
a. Bersifat unik, tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak
ada proyek identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara
dan selalu terlibat grup bekerja yang berbeda-beda.
b. Membutuhkan sumber daya (resources), suatu proyek konstruksi
membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya, yaitu pekerja dan
“sesuatu” (uang, mesin, metoda, material). Pengorganisasian semua sumber
daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya,
mengorganisasikan pekerja dibandingkan sumber daya lainnya. Apalagi,
pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek bersifat teknis, seperti
mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science, contruction
management. Jadi, seorang manajer proyek secara tidak langsung
membutuhkan pengetahuan tentang teori kepemimpinan yang harus ia pelajari
sendiri.
c. Membutuhkan organisasi, setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di
mana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian,
ketertarikan, kepribadian dan juga ketidakpastian. Langkah awal yang harus
dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan
yang telah ditetapkan oleh organisasi.
6
2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan,
yaitu (Ervianto,2002):
A. Bangunan gedung, seperti perumahan, perkantoran, pabrik dan lain-lain
dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a. Menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
b. Dilaksanakan pada area dengan luas yang relatif kecil.
c. Dibutuhkan manajemen proyek terutama untuk memantau kemajuan
pekerjaan.
B. Bangunan sipil, seperti jalan, jembatan, bendungan dan infrastruktur lainnya
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang.
b. Dilaksanakan untuk mengendalikan alam untuk kepentingan manusia.
c. Dilaksanakan untuk memberikan manfaat maksimal untuk manusia.
d. Manajemen proyek dibutuhkan terutama untuk memecahkan masalah.
2.2 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penggambaran dari suatu diagram waktu untuk
tiap item pekerjaan yang menentukan kapan suatu aktivitas dimulai, ditunda dan
diakhiri sehingga pemakaian sumber daya dapat disesuaikan dengan waktunya
dan menurut kebutuhan yang telah ditentukan.
Teknik penjadwalan untuk proyek konstruksi dapat dilakukan dalam
bentuk diagram balok (Bar Chart) diagram Jaringan (Network). Dari segi
penyusunan jadwal, diagram jaringan kerja dipandang sebagai langkah
penyempurnaan metode diagram balok.
2.2.1 Metode Diagram Balok (Bar Chart)
Rencana kerja yang paling sering dan banyak digunakan adalah diagram
batang (bar chart) atau Gant chart.Bar chart digunakan secara luas dalam proyek
konstruksi karena sederhana, mudah dalam pembuatannya dan mudah dimengerti
oleh pemakainya.
Bar chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom
arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan
akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan
7
digambarkan oleh panjangnya diagram batang (Ervianto,2002). Proses
penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
- Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan
yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.
- Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan tersebut di atas, disusun
urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan
yang akan dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan
dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan
pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.
- Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan
dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan
sampai seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan kegiatan
diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap item kegiatan.
2.2.2 Metode Jaringan kerja
Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu
langkah penyempurnaan metode diagram balok, karena dapat memberikan jadwal
atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode diagram balok,
seperti tidak tercantumnya informasi mengenai perkiraan kurun waktu
penyelesaian proyek atau kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam
hubungannya dengan penyelesaian proyek. Disamping itu jaringan kerja juga
berguna untuk:
1. Menyusun urutan kegiatan yang memiliki sejumlah besar komponen dengan
hubungan ketergantungan yang kompleks.
2. Membuat peerkiraan jadwal yang paling ekonomis.
3. Mengusahakan fluktasi minimal penggunaan sumber daya.
Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan
teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan proyek dan
pada giliran selanjutnya dapat dipakai memperkirakan waktu penyelesaian
proyek.
Diantara berbagai versi analisis jaringan kerja, yang amat luas
pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis (Critical Path Method – CPM) dan
8
Metode Preseden Diagram (Preceden Diagram Method-PDM). Metode PDM
menghasilkan jaringan kerja yang relatif sederhana dibandingkan CPM, terutama
untuk kegiatan yang oleh karena satu dan lain har perlu dipecah-pecah menjadi
subkegiatan.
2.2.2.1 Metode Jalur Kritis (Critical Path Method-CPM)
Critical Path Method (CPM) termasuk klasifikasi activity on arrow
(AOA), sehingga dalam beberapa literature CPM kerap juga disebut dengan
Arrow Diagram Method (ADM).Dalam metode ini kegiatan digambarkan sebagai
anak panah yang menghubungkan dua lingkaran ataupun segiempat yang
mewakili dua peristiwa.Penulisan kejadian seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Simbol Kejadian
Sumber: Ervianto (2002)
Ekor anak panah merupakan awal dan ujungnya sebagai akhir
kegiatan.Nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di
bawah anak panah.Kejadian di awal dari anak panah disebut node “i”, sedangkan
kejadian di akhir anak panah disebut node “j”.Untuk lebih jelasnya,
penggambaran hubungan peristiwa dan kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Hubungan peristiwa dan kegiatan pada ADM
Sumber: Ervianto (2002)
9
Dalam pembuatan teknik penjadwalan menggunakan ADM tersebut perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
a. Inventarisasi semua kegiatan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
suatu proyek.
b. Menentukan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lainnya serta urutan pelaksanaan kegiatan.
c. Berdasarkan kedua hal tersebut diatas (kegiatan dan hubungan
ketergantungan) dapat dibuat diagram jaringannya.
d. Masukkan unsur waktu untuk tiap-tiap kegiatan pekerjaan pada
jaringan diagram tersebut sehingga dapat diketahui jangka waktu
proyek.
e. Tentukan lintasan kritis berdasarkan syarat-syarat yang ada.
Untuk lebih jelasnya penggunaan hubungan peristiwa dan kegiatan pada
ADM dicontohkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Arrow Diagram Method
Sumber: Ervianto (2002)
2.2.2.2 Metode Preseden Diagram (Preceden Diagram Method-PDM)
Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan
dengan lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga sering
disebut juga Activity On Node (AON). Kelebihan Precedence Diagram Method
dibandingkan dengan Arrow Diagram adalah (Ervianto,2002):
a. Tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana.
10
b. Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuattanpa menambah
jumlah kegiatan.
Kegiatan dalam precedence diagram method diwakili oleh sebuah
lambang yang mudah diidentifikasi, misalnya:
Gambar 2.4 Alternatif 1, lambang kegiatan
Sumber: Ervianto (2002)
Gambar 2.5 Alternatif 2, lambang kegiatan
Sumber: Ervianto (2002)
dimana,
- ES : earliest start time atau waktu mulai paling awal. Bila waktu kegiatan
dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling
awal kegiatan dimulai.
- EF : earliest finish time atau waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila
hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu
merupakan ES kegiatan berikutnya.
- LS : latest allowable start time atau waktu paling akhir kegiatan boleh mulai,
yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek
secara keseluruhan.
11
- LF : latest allowable finish time atau waktu paling akhir kegiatan boleh selesai
tanpa memperlambat penyelesaian proyek.
Hubungan antar kegiatan dalam metode ini digunakan sebuah garis
penghubung, yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan
atas ke bawah, tetapi tidak pernah dijumpai akhir dari garis penghubung ini di kiri
sebuah kegiatan.Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri
sejumlah kegiatan pula, maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan
akhir yang keduanya merupakan kegiatan fiktif/dummy, misalnya untuk kegiatan
awal ditambahkan kegiatan START dan kegiatan akhir ditambahkan FINISH.
Gambar 2.6 kegiatan fiktif
Sumber: Ervianto (2002)
Hubungan antara kegiatan dalam jaringan kerja ini dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
1. Hubungan Finish To Start (FTS)
Jenis hubungan ini yang sering digunakan dalam Precedence
Diagram Method. Dalam FTS, hubungan ini dapat dikondisikan
menjadi tiga, yaitu:
- Finish To Start dengan lag = 0
- Finish To Start dengan lag positif
- Finish To Start dengan lag negative
12
Gambar 2.7 HubunganFinish To Start
Sumber: Ervianto (2002)
2. Hubungan Start To Start(STS)
Jenis hubungan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Start To Start dengan lag = 0
- Start To Startdengan lag positif
- Start To Startdengan lag negative
Gambar 2.8 HubunganStart To Start
Sumber: Ervianto (2002)
3. Hubungan Finish To Finish (FTF)
Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Finish To Finish dengan lag = 0
- Finish To Finishdengan lag positif
- Finish To Finishdengan lag negative
Gambar 2.9 HubunganFinish To Finish
Sumber: Ervianto (2002)
13
4. Hubungan Start To Finish (STF)
Hubungan ini memberikan penjelasan antara selesainya kegiatan
(j) dengan mulainya kegiatan terdahulu (i).Atau kegiatan (j) selesai
setelah kegiatan (i) mulai.
Gambar 2.10 HubunganStart To Finish
Sumber: Ervianto (2002)
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis, dan kemudian
menentukan jalur kritis, dapat dilakukan perhitungan ke depan (Forward
Analysis) dan perhitungan ke belakang (Backward Analysis).
Perhitungan ke depan (Forward Analysis) dilakukan untuk mendapatkan
besarnya ES dan EF. Sebagai kegiatan predecessor adalah kegiatan , sedangkan
kegiatan yang dianalisis adalah J.
Gambar 2.11 Hubungan kegiatan I dan J
Sumber: Ervianto (2002)
Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:
1. ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + Fsij (2.1)
2. EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj (2.2)
Catatan:
a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan,
maka diambil nilai terbesar.
14
b. Jika tidak ada/diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non spliteble, maka
ESj dihitung dengan cara sebagai berikut: ESj = EFj – Dj.
Perhitungan ke belakang (Backward Analysis) dilakukan untuk
mendapatkan besarnya LS dan LF.Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J,
sedangkan kegiatan yang dianalisis adalah I.
Gambar 2.12 Hubungan kegiatan I dan J
Sumber: Ervianto (2002)
Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:
1. LFi = LFj + FFij atau LFI = LSj + FSij (2.3)
2. LSi = LSi + SSij atau LSj = EF + SFIJ atau LFi – Di (2.4)
Catatan:
a. Jika ada lebih dari satu anak panah yang keluar dari suatu kegiatan, maka
diambil nilai terkecil.
b. Jika tidak ada/diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non splitable, maka
LFj dihitung dengan cara: LFj = LSi +Di.
Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)
2. Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)
3. Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi kegiatan
2.3 Sistematika Penyusunan Jaringan Kerja
Sistematika lengkap dari proses penyusunan jaringan kerja
(Soeharto,1997) adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau
memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang
merupakan komponen proyek.
15
2. Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir satu, menjadi
mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan
ini dapat berbentuk seri dan/atau pararel.
3. Memberikan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari
penguraian lingkup proyek.
4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan floatpada jaringan kerja. Jalur
kritis adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek,
yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan. Kegiatan yang berada pada jalur ini dinamakan kegiatan kritis.
Sedangkan float tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang nonkritis dari
suatu proyek.
5. Bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan
usaha-usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya,
yang meliputi kegiatan:
a. Menentukan kegiatan yang paling ekonomis untuk memilih berbagai
alternatif jadwal dilihat dari segi biaya.
b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya untuk meningkatkan
efisiensi penelolaan proyek, dengan jalan sejauh mungkin mencegah naik
turun yang terlalu tajam dalam waktu yang relatif singkat terhadap
keperluan sumber daya, misalnya keperluan tenaga kerja.
Setelah tersusun rencana dan jadwal yang cukup realistis, kemudian dapat
digunakan sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam kegiatan pengendalian
pada tahap implementasi fisik.Pengendalian dilakukan dengan membandingkan
antara perencanaan jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata di lapangan.
2.4 Penjadwalan Dengan Komputer
Salah satu keunggulan alat bantu komputer adalah kemampuan mengolah
data dalam jumlah besar dengan kemungkinan kesalahan yang kecil. Dengan
demikian penyusunan jadwal dapat lebih cepat dan teliti.Setiap saat situasi proyek
mengalami perubahan, komputer dapat melakukan perubahan tersebut dalam
waktu singkat.
Program penjadwalan dengan menggunakan komputer salah satunya
adalah Microsoft Project.Microsoft Project merupakan sistem perencanaan yang
16
dapat membantun dalam menyusun penjadwalan (scheduling) suatu proyek atau
rangkaian pekerjaan. (Adi Kusrianto,2008)
Dalam penyusunan rencana sebuah proyek konstruksi, terlebih dahulu
dimasukkan data-data kegiatan ke dalam lembaran kerja. Setelah lembar kerja
diisi dengan data-data yang meliputi jenis kegiatan (task name), durasi kegiatan
(duration), awal kegiatan (start) serta hubungan masing-masing kegiatan,
Microsoft Project akan mengolah dan membuat diagram balok dan
memperlihatkan lintasan kritis yang terjadi dari jadwal yang telah dibuat.
2.5 Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan
suatu proyek. Segala sesuatu mengenai penyelenggaraan kegiatan proyek mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai
uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan
penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997).
Ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu
proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct
cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
2.5.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan.Biaya langsung merupakan hasil
perkalian antara volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan. Biaya-biaya yang
merupakan unsur biaya langsungadalah :
1. Biaya bahan / material
Semua pekerja di rencanakan dipakai dari daerah sekitar proyek termasuk
operator dan mekanik alat berat, sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Bahan yang di perlukan sepanjang tersedia dan memenuhi syarat diambil dari
daerah sekitar proyek. Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian
material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat
kehilangangan atau kerusakan material.
2. Biaya pekerja atau upah
Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para
pekerja yang melaksanakan proyek. Biaya pekerja dibedakan atas:
17
a. Upah harian
Upah harian yaitu upah yang dibayar per satuan waktu.Sementara untuk
menentukan besarnya upah dipengaruhi oleh jenis keahlian pekerja, lokasi
pekerjaan, jenis pekerjaan dan lain-lain.
b. Upah borongan
Upah ini dibayar tergantung pada hasil negosiasi atau kesepakatan
bersama antara kontraktor dengan pekerja atau kelompok kerja atas satu
atau lebih item pekerjaan.Besarnnya upah ini tergantung dari besarnya
volume pekerjaan yang dikerjakan.
c. Upah berdasarkan produktivitas
Besarnya upah ini tergantung banyaknya pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh pekerja dalam satuan waktu tertentu. .
2.5.2 Biaya Tak Langsung (Indirec Cost)
Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi dilapangan, tetapi biaya ini harus ada dan tidak
dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak
langsung adalah sebagai berikut:
1. Biaya overhead
Biaya yang termasuk overhead adalah komponen biaya yang meliputi
pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan kepada proyek (biaya
menyewa kantor, biaya rekening listrik, air, telepon, biaya pemasaran, gaji
karyawan) dan pengeluaran untuk pajak, asuransi, jaminan dan ijin-ijin usaha
serta biaya rapat lapangan (site meeting).
2. Biaya tak terduga (contingence)
Biaya tak terduga adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau
anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, yang
menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan. Pada
umumnya biaya ini diperlukan antara 0,5%-5% dari biaya total proyek. Yang
termasuk biaya tak terduga adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan
- Kealpaan pemborong dalam memasukkan beberapa pos pekerjaan.
- Gambar yang kurang lengkap
18
b. Ketidakpastian yang subjektif
- Ketidakpastian yang subjektif timbul karena interprestasi yang
subjektif terhadap bestek
- Ketidakpastian subjektif yang lainnya adalah fluktuasi harga material
dan upah buruh yang tidak tepat diperkirakan.
c. Ketidakpastian yang objektif
Ketidakpastian yang objektif adalah ketidakpastian tentang perlu tidaknya
suatu pekerjaan dilakukan atau tidak, dimana ketidakpastian itu ditentukan
objek diluar kemampuan manusia.
d. Varian efisensi
Varian efisiensi adalah variansi efisiensi dari sumber-sumber daya, yaitu
efisensi dari buruh, peralatan dan material.
3. Biaya peralatan
Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa, biaya
operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain
yang terkait dengan peralatan
Pejumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan
biaya total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat
tergantung oleh lamanya waktu pelaksanaan proyek .Keduanya berubah sesuai
dengan kemajuan proyek.Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin
lama proyek berjalan makin tinggi komulatif biaya tak langsung yang diperlukan
(Soeharto, 1999).
2.6 Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi
performansi kemampuan bersaing dalam industri konstruksi.Peningkatan tingkat
produktivitas berelasi terhadap waktu yang dibutuhkan, khusunya berasal dari
pengurangan biaya yang dikonsumsi oleh pekerja bangunan (Ervianto, 2008).
Ervianto (2004), dalam bukunya Teori-Aplikasi Manajemen Proyek
Konstruksi mengatakan bahwa produktivitas didefenisikan sebagai rasio antara
output dan input, atau rasio antara hasil produk dengan total sumber daya yang
digunakan. Selain itu beliau juga mengungkapkan dalam jurnal yang
berjudulPengukuran Produktivitas Kelompok Pekerja Bangunan Dalam Proyek
19
Konstruksi (2008), pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan
dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara
hasil kerja dan jam kerja.
Jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat sepanjang
siklusnya sehingga penyedian jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan
keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang
berlangsung.Untuk itulah diperlukan suatu parameter yang sangat penting yaitu
produktifitas tenaga kerja yang digunakan untuk mengukur efisiensi kerja.
Menurut Soeharto (1997), definisi indeks produktifitas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Indeks Produktifitas =
Jumlah jam−orang yang sesungguhnya digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
jumlah −jam orang yang diperlu kan untuk menyelesaikan pekerjaan identik pada kondisi standar
(2.5)
Kondisi standar adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktifitas diberi angka
= 1,0. Jika indeks produktifitas > 1,0 berarti produktifitas tenaga kerja kurang dari
standar. Sebaliknya, jika indeks produktifitas < 1,0 berarti produktifitas tenaga
kerja melebihi standar yang ditetapkan (Soeharto, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja di lapangan
antara lain:
1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu.
Kondisi geografis lokasi proyek, iklim, cuaca, tempat penampungan tenaga
kerja serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi sangat berpengaruh
terhadap produktifitas tenaga kerja.
2. Supervisi, perencanaan dan koordinasi.
Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan
dan penggunaan tenaga kerja di lapangan, maka kualitas pengawas lapangan
sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh.
3. Komposisi kelompok kerja.
Perbandingan jam-orang pengawas lapangan terhadap total jam-orang
kelompok kerja yang dipimpinnya menunjukkan indikasi besarnya rentang
pengendalian yang dimiliki.
20
4. Kerja lembur.
Walaupun bertujuan untuk mengejar sasaran jadwal, kerja lembur dapat
berakibat pada menurunnya efisiensi kerja.
5. Pengalaman pekerja.
Seorang atau sekelompok tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang
identik secara berulang-ulang diharapkan dapat menaikkan tingkat
produktivitasnya untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya. Semakin lama
seseorang bekerja pada satu jenis pekerjaan yang sama, maka keterampilannya
akan semakin meningkat dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu. Adanya peningkatan pengalaman
kerja akan mengakibatkan frekuensi kesalahan berkurang, terjadi peningkatan
kualitas metode kerja, penggunaan peralatan yang lebih baik, produk yang
dihasilkan lebih baik dari sebelumnya dan tentunya lebih efektif dalam
memanfaatkan waktu.
6. Ukuran besar proyek.
Semakin besar ukuran proyek, maka produktifitas pekerja akan cenderung
menurun.
7. Kepadatan tenaga kerja.
Kepadatan tenaga kerja adalah jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga
kerja. Semakin tinggi jumlah pekerja per area atau semakin turunnya luas area
per pekerja, maka kegiatan per area akan semakin sibuk, atau dengan kata lain
kelancaran pekerjaan akan terganggu dan mengakibatkan penurunan
produktifitas.
2.7 Mempersingkat Waktu Penyelesaian Proyek (Akselerasi / Crashing)
Pemendekan sebuah aktivitas disebut crashing.Waktu terpendek yang
mungkin dari aktivitas, yang secara realitas dapat diselesaikan disebut crash time.
Biaya langsung untuk menyelesaikan sebuah aktivitas dalam crash-timenya
disebut crash cost (Gray dan Larson, 2007).
Kegiatan dalam suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara (Ervianto,
2004), yaitu:
- Dengan mengadakan shif pekerjaan.
- Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur)
21
- Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktifitas.
- Menambah jumlah pekerja.
- Dengan menggunakan material yang dapat lebih cepat
pemasangannya.
- Menggunakan metode konstruksi lain yang lebih cepat.
Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan pada Gambar 2.13 . Pada
Gambar 2.13 (kiri) titik A menunjukkan titik normal sedangkan titik B adalah titik
dipersingkat. Garis yang menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu-
biaya. Sedangkan pada Gambar 2.13 (kanan) merupakan grafik biaya – durasi
proyek.
Gambar 2.13 Hubungan waktu – biaya normal dan dipersingkat untuk satu
kegiatan (kiri), grafik biaya- durasi proyek (kanan)
Sumber : Gray dan Larson (2007)
Seperti yang terlihat dalam grafik yang menunjukkan hubungan antara
biaya langsung, biaya tak langsung, dan total biaya dalam suatu grafik dan terlihat
bahwa biaya optimal didapat dengan mencari biaya proyek terkecil.
Penambahan biaya akan memberikan besaran perbedaan biaya akibat
percepatan waktu sesuai dengan banyaknya waktu percepatan. Besarnya
penambahan biaya per satuan waktu dinyatakan dengan cost slope (CS) yang
dapat dihitung untuk tiap jenis kegiatan yang dipercepat. Rumus yang digunakan
untuk menghitung cost slope adalah (Gray dan Larson,2007):
TcTn
CnCcSlopeCost
(2.6)
dimana, Cc = Biaya dipercepat Cn = Biaya normal
Tn = Waktu normal Tc = Waktu dipercepat
22
2.8 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja
Ketepatan waktu menyelesaikan suatu proyek sangat dipengaruhi oleh
produktivitas tenaga kerja yang dilibatkan. Secara teoritis, keperluan rata-rata
jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang
dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-orang (man-month) dibagi dengan kurun
waktu pelaksanaan. Untuk merencanakan tenaga proyek yang realistis perlu
diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya yang terpenting adalah sebagai
berikut:
1. Produktivitas tenaga kerja
2. Tenaga kerja periode puncak
3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat
4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan
5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang
tajam.
Besarnya penambahan tenaga kerja yang diperlukan dapat dihitung
dengan rangkaian rumus sebagai berikut:
a. Produktivitas grup pekerja
normal durasi
pekerjaan volume =
(2.7)
b. Jumlah tenaga kerja
= koefisien analisa x produktifitas grup pekerja (2.8)
c. Konversi tenaga kerja ke pekerja
pekerjajumlah x kerja tenagakoefisien
pekerjakoefisien = (2.9)
d. Penambahan tenaga kerja
nambahanpek.set.pejumlah x kerja tenagakoefisien
pekerjakoefisien = (2.10)
e. Produktivitas perhari/pekerja
penambahansetelah pekerjajumlah
pekerja grup tasproduktivi = (2.11)
f. Produktivitas per hari setelah penambahan
= prod.perhari/pekerja x jmlh.pek.set.penambahan (2.12)
23
g. Jumlah penambahan tenaga kerja
Koefisien analisa x prod.grup pekerja set.penambahan (2.13)
h. Perhitungan Crash Duration
penambahansetelah pekerja prod.grup
pekerjaan volume =
(2.14)
i. Crash cost
= normal ongkos pekerja perhari + biaya penembahan tenaga kerja
perhari (2.15)
j. Cost Slope
durationcrash -duration normal
cost normal -cost crash = (2.16)
2.9 Menghitung Biaya Percepatan dengan Least Cost Analysis
Least Cost Analysis dipakai sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan dalam melakukan percepatan waktu dan suatu
proyek untuk mendapatkan total biaya percepatan yang minimal
(Soeharto,1999). Pada prinsipnya teori Least Cost Analysis dipakai untuk
menentukan kondisi optimal biaya dan waktu dalam proses pelaksanaan
suatu proyek dimana proses tersebut menuntut untuk dilakukannya
percepatan terhadap proyek itu. Dalam kondisi normal (tidak perlu
percepatan), proyek akan mempunyai waktu maksimum dan biaya yang
minimum, sedangkan pada kondisi dibutuhkan percepatan durasi
pelaksanaan maka akan diperoleh waktu minimum dengan biaya yang
maksimum yang dapat diterima.
Untuk mempercepat durasi proyek, maka yang harus dipercepat
adalah kegiatan-kegiatan yang ada pada lintasan kritis. Percepatan tersebut
dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya menambah tenaga kerja,
melakukan kerja lembur, menambah peralatan, merubah metoda
pelaksanaan dan lain-lain. Dengan melakukan percepatan durasi kegiatan
maka akan mengakibatkan tambahan biaya, sebagai contoh adalah bila
ingin mempercepat tercapainya karakteristik kuat tekan beton yang
disarankan dengan menggunakan bahan additive beton, maka kuat tekan
24
beton yang disarankan dapat dicapai dalam waktu 14 hari yang biasanya
dalam waktu 28 hari. Tambahan biaya akan terjadi untuk penggunaan
additive, penambahan tenaga kerja, penambahan alat dan sebagainya.
Untuk menganalisa lebih lanjut huhungan antara waktu dan biaya
suatu kegiatan, dipakai definisi berikut :
a. Kurun waktu normal (Normal Time)
Merupakan kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar
pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus
lainnya, seperti menyewa peralatan yang lebih canggih.
b. Kurun waktu dipercepat (Crash Time)
Merupakan waktu tercepat untuk menyelesaikan kegiatan yang
secara teknis masih mungkin dilakukan. Dalam hal ini dianggap
sumber daya bukan merupakan hambatan.
c. Biaya normal(Normal Cost)
Merupakan biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan
kegiatan dengan kurun waktu normal.
b. Biaya untuk waktu dipercepat (Crash Cost)
Merupakan jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan kegiatan
dengan kurun waktu yang sudah dipercepat.
Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan dalam seperti pada
grafik di Gambar 2.8 di bawah ini. Titik A menunjukkan titik normal,
sedangkan B adalah titik dipersingkat, Garis yang menghubungkan titik A
dengan B disebut kurva waktu biaya.
25
Waktu
Normal
Waktu
dipercepat
Biaya
Normal
Biaya untuk
waktu
dipercepat
Biaya
Waktu
B
A
Titik
dipercepat
Titik
normal
Penambahan biaya akan memberikan besaran perbedaan biaya
akibat percepatan waktu sesuai dengan banyaknya waktu percepatan.
Besarnya penambahan biaya per satuan waktu dinyatakan dengan Cost
Slope (CS) yang dapat dihitung untuk tiap jenis kegiatan yang dipercepat.
Rumus yang dipakai untuk menghitung Cost Slope (CS) adalah :
(2.16)
Keterangan : Cc = crash cost (biaya dipercepat)
Cn = normal cost (biaya normal)
Tn = normal time (waktu normal)
Tc = crash time (waktu dipercepat)
Gambar 2.14 Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat untuk satu kegiatan
Sumber: Soeharto (1999)
CS = TcTn
CnCc
26
Seiring dengan berkurangnya waktu pelaksaan karena percepatan
maka biaya overhead dan biaya lain yang besarnya tergantung waktu akan
menjadi lebih kecil. Komponen biaya ini sering disebut biaya tidak
langsung.