BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada tahun 2014 Syahrinal Anggi Daulay melakukan penelitian tentang
dampak ukuran partikel dan komposisi dari serat nanas. Dari penelitian tersebut
diperoleh bahwa komposit dengan bahan pengisi serat daun nanas mampu
meningkatkan kekuatan bentur (impak) komposit. Hasil pengujian menunjukkan
kekuatan bentur maksimal diperoleh pada variasi ukuran partikel 100 mesh pada
rasio matriks dan pengisi 90/10 yaitu sebesar 12,3425 KJ/𝑚2 yang berada di atas
kekuatan lentur epoksi murni yaitu sebesar 9,5061 KJ/𝑚2. Melalui hasil analisa
SEM menunjukkan penyebaran serat dengan ukuran partikel 100 mesh memiliki
pendistribusian fasa pengisi yang lebih baik.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanto tahun 2006 yang
meneliti tentang komposit serat rami jawa dan matriks jenis poliyester resin. Dari
hasil pengujian didapat bahwa dengan bertambahnya serat dapat meningkatkan
tegangan bending dan kekuatan.
Pada tahun 2003, Mohammad Romi melakukkan penelitian tentang
membandingkan arah serat kontinyu dan serat acak dengan material pengikat
yaitu matriks poliyester kemudian memperoleh hasil bahwa serat kontinyu
memiliki kekuatan tarik lebih baik. Pengujian ini dilakukan untuk mencari
6
perbedaan dari serat alami dan serat sintetis. Selain itu matriks yang
digunakan juga berbeda karakteristiknya antara satu resin dengan resin yang lain.
2.2 Kajian Teori Komposit
2.2.1.Komposite
Material komposit yaitu material yang tercipta oleh 2 atau lebih material yang
digabungkan untuk mendapatkan material baru yang lebih baik. Menurut
Schwartz komposit terdiri dari campuran unsur makro dan unsur tersebut tidak
bisah dipisah.
Fiber Resin+katalis Komposit serat
Gambar.2.1. Komposisi komposit.
2.2.2.Kelebihan Material Komposit.
1. Bobotnya ringan karena memiliki densitas rendah.
2. Bahan penyusun material sangat melimpah.
3. Tahan terhadap korosi karena bahan tidak tercampur dengan material
logam.
2.2.3 Kekurangan Material Komposit
1. Sensitive suhu
2. Gampang terbakar
7
3. Perbaikan bila terjadi kerusakan lebih sulit karena bahan penyusun apabila
rusak lebih muda didaur ulang daripada diperbaiki.
2.2.4 Klasifikasi Komposit
Material komposit terdiri dari unsur-unsur pengikat dan pengisi. Unsur-unsur
tersebut meliputi bahan metal, organic, atau anorganik. Menurut bentuk
penyusunnya, ada komposit lapisan, serbuk, dan serat. Ketiga kelompok tersebut
dapat dilihat dibawah ini :
1. Komposit Partikel.
Bentuk serat dalam bentuk partikel atau serbuk yang dihasilkan dari proses
penggilingan sebagai penguatnya dan memiliki kelebihan lebih mudah
terdistribusi secara merata dalam matriks dibandingkan serat dalam bentuk
lainnya. Partikel serat dibentuk dengan beberapa perlakuan seperti
pressure, suhu, katalisator. Dalam penelitian ini menggunkan perlakuan
suhu kamar ± 270𝐶.
Gambar.2.2.Komposit Partikel. (Hartanto, 2009).
8
2. Komposit laminat (Laminate Composites)
Komposit laminat (Laminate Composites) merupakan komposit dengan
banyak lapisan komposit dan tiap lapisan memiliki sifat yang berbeda
pula, bisa dari arah serat atau bahkan dari bentuknya.
Gambar.2.3.Komposit laminate. (Hartanto, 2009).
3. Komposit serat (Fibre Composites)
Komposit serat terdiri oleh 1 layer saja dan berpenguat berupa serat
didalamnya. Arah orientasinya bisa kompleks atau bahkan acak. Komposit
ini bisa terbuat dari serat carbon, fiberglass, serat alam/hewan dan
sebagainya.
Gambar.2.4 Komposit serat (Hartanto, 2009).
9
Pada komposit serat, ketangguhan komposit tergantung serat yang dipakai
karena serat disini berfungsi sebagai penerima tegangan yang utama. Komposit
serat ada 2 macam, yaitu:
A. Komposit serat pendek
Serat pendek dibagi 2 lagi yakni serat pendek 1 arah dan acak. Tipe acak
sering digunakan karena lebih muda dalam pembuatannya dan cocok
untuk material besar.
B. Komposit serat panjang
Keunggulan serat panjang yaitu arah serat mudah diatur disbanding
dengan serat pendek. Secara teori serat panjang memiliki keuntungan
dalam transfer tegangan yang lebih baik dibandingkan serat pendek. Serat
yang pendek memiliki kelemahan pada material matriksnya (surdia,1995).
Komposit ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Continous fibre composites
Komposit yang tercipta dari penggabungan serat panjang dengan arah serat
lurus. Serat juga tampak seperti laminate didalam matriks.
Gambar.2.5. Continous Fibre Composites (Schwartz, 1984)
10
2. Woven Fibre Composites
Tipe yang memiliki kelebihan pada pemisahan lapisan karena dengan
susunan serat seperti ini akan memberikan ikatan yang lebih kuat
disbanding tipe yang lain, tetapi memiliki kelemahan pada daerah
anyaman.
Gambar.2.6 Woven Fibre Composites (Schwartz, 1984)
2.3.Serat
Serat merupakan salah satu material yang digunakan dalam material
pembangunan yang paling tua. Contoh serat yang sering digunakan adalah rami,
pisang, kelapa dan lainnya. Pemanfaatan serat dalam kehidupan dapat dilihat pada
jarring, pakaian dan tali. Fungsi dari serat yaitu untuk bahan penguat dari sebuat
material apabila menerima sebuah pembebanan. Untuk menghindari cacat pada
material biasanya proses pembuatan dibuat dari material partikel/serbuk (Triyono
& Diharjo, 2003).
Sebagai penguat komposit serat terdapat 2 macam yaitu serat buatan dan serat
alami. Serat alam dan sitetis banyak jenis dan klasifikasinya. Serat alam yang
11
sering digunakan adalah kapas, wol, serat nanas, serat rami dan serat sabut kelapa.
Sedangkat serat sintetis diantaranya adalah nylon, acrylic, dan rayon. Serat
sentetis lebih sulit dalam proses mendaur ulang dan tidak ramah terhdapap
lingkungan.
2.3.1.Serat Alami
Serat alami merupakan bahan yang didapat dari alam baik dari tumbuhan
atau dari hewan. Dari tumbuhan seperti nanas, kelapa, pisang kapok. Keunggulan
serat dari alam adalah:
1. Memiliki densitas yang kecil sehingga lebih ringan.
2. Karena didapat dari alam maka proses produksinya lebih murah. Selain itu
daerah jawa timur menurut BPS merupakan provinsi yang memiliki
jumlah panen terbesar diindonesia.
2.3.2 Tanaman Pisang
Tanaman pisang dengan nama latin musa paradisiiaca L adalah tumbuhan
terrna monokotil yang memiliki batang semu dan seperti pohon. Pohon ini
memiliki daun yang lanset panjang dengan panjang hamper 40 cm (suyanti dan
Satuhu,1992). Pohon pisang diperoleh didarah Gempol, Pasuruan di sebuah
perkebunan pisang.
Tabel.2.1. Spesifikasi mekanik pohon pisang kepok (Lokantara, 2007).
Panjang serat 309,2 mm-409,2 mm
lignin 5 %
12
Massa jenis 1,35 gr/𝑐𝑚3
Diameter serat Hingga 5,8 µm
Kekuatan Tarik 600 MPa
Selulosa Sampai 64%
Modulus 17 GPa
2.4.Matriks
Matriks merupakan penyusun komposit yang sangat penting. Bahan penyusun
matriks dapat berupa baja, polimere, keramik, atau dari carbon. Matrik harus
cocok dengan serat karena disini matrik harus bisa meneruskan beban sehingga
serat dapat terlindung dari beban yang diberikan. Beberapa manfaat matriks dalam
komposit antara lain (Dorel. Hal:33). :
1) Menghubungkan serat dan melindungi permukaan serat.
2) Tidak ada perambatan retakan/kegagalan.
3) Efisien memindahkan tegangan keserat dengan perekatan dan/atau
gesekan bila komposit terbebani.
4) Suhu sesuai dengan serat yang dipakai.
5) Susunan kimia cocok dengan serat.
2.4.1. Polyester Resin
Polyester Resin merupakan jenis dari resin thermoset yang merupan jenis
resin yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu. Dengan viskositas rendah,
resin jenis ini dapat mengeras di suhu kamar ± 270 C dan dalam pencampuran
katalis resin jenis ini tidak mengeluarkan gas dibanding yang lain. Didalam
13
poliyester terdapat monomer stiren yang menyebabkan mampu bertahan pada
suhu sampai 1400𝐶. Hal tersebutlah yang menyebabkan dalam penelitian ini
menggunakan jenis resin polyester.
Poliyester dalam proses pembuatan biasanya menggunakan metode hand lay-
up atau injeksi dan pultrusi. Proses curing menggunakan katalis MEKPO dengan
persentase 1 % sesuai standart yang diijinkan.(surdia dan saito,1985).
Tabel.2.2 Sifat resin 157 BQTN-EX.
Nama Nilai Satuan Keterangan
Densitas 1,2 gr/𝑐𝑚3 250𝐶
Absorpsi air (suhu ruang) 0,188 % 1 hari
Kekerasan 40
Tensile strength 9,4 Kg/𝑚𝑚2
Tensile modulus 300 Kg/𝑚𝑚2
Flexural 5,5 Kg/𝑚𝑚2
Perubahan dalam suhu 70 0𝐶
Sumber: www.justus.co.id, 2011.
2.5.Perhitungan fraksi Volume (Vf)
Rumus dalam perhitungan fraksi volume dapat dilihat dibawah ini:
✓ Volume cetakan (Vctk)
Vctk = p x l x t ...........................................................................(2.1)
✓ Volume serat (Vf) :
14
Vf = 0% x Vctk .........................................................................(2.2)
✓ Massa serat (mf) :
mf = ρf x Vf ...........................................................................(2.3)
✓ Volume resin (Vr) :
Vr = 100% x Vctk ......................................................................(2.4)
✓ Massa resin (mr) :
mr = ρr x Vr ............................................................................(2.5)
✓ Massa katalis (mk):
mk = 1% x mr ...........................................................................(2.6)
Dimana :
p = Panjang spesimen (cm)
l = Lebar spesimen (cm)
t = Tinggi spesimen (cm)
2.6.Mesh
Dalam penelitian ini menggunakan variasi ukuran partikel, Oleh sebab itu
satuan yang digunakan adalah satuan Mesh. Mesh merupakan sebuatan untuk
menentukan lubang dari ayakan mesh. Ukuran mesh yang digunakan adalah
ukuran mesh 30 dan 12. Ukuran mesh 30 berarti ada 30 lubang setiap per inci
kuadrat. Ukuran mesh 30 sama dengan 0,595 mm dan 12 mesh sama dengan
1,680 mm.
15
Tabel.2.2. Nomor Ayakan mesh Dan Lubang Ayakan.
Mesh Milimeter
10 2
12 1,6
16 1,1
20 0,8
30 0,5
40 0,4
50 0,2
2.7.Metode Hand Lay-up
Metode ini dipilih karena disesuaikan dengan standart ASTM dan
memudahkan dalam proses pencetakan. Metode hand lay-up menggunakan proses
pencetakan dengan perlapisan berulang hingga diperoleh dimensi yang
diinginkan.Tempat cetakan yang digunakan adalah cetakan kaca yang memiliki
permukaaan yang rata.
Metode hand lay-up dilakukan dengan pengerjaan lapisan sehingga
diperoleh ketebalan yang diinginkan. Setiap lapisan terdiri dari matriks yang telah
dicampur dengan serat dan katalis. Pada aat dimensi sudah dianggap cocok maka
permukaan diratakan dengan kuas, roll atau spatula. (Dorel. Hal:32).
✓ Keuntungan :
1. Teknik Sederhana
16
2. Biaya murah
3. Dapat dibuat bentuk rumit
4. Ukuran cetakan tak terbatasi oleh proses
✓ Kekurangan:
1. Ada biaya tenaga kerja
2. Laju produksi lambat
3. Mutu tergantung keterampilan dalam pembuatan
4. Hanya satu sisi cetakan yang berpermukaan halus
2.8.Pengujian Impak
Pengujian impak merupakan pengujian yang melakukan pembebanan
terhadap spesimen uji secara tiba-tiba. Prinsip dari pengujian impak yaitu
menghitung nilai energy yang diserap oleh pendulum dan spesimen. Pengujian
impak kali ini menggunakan pembebanan 150 J dan arah pendulum 450 sesuai
dengan standart ASTM D6110-04 tahun 2004.
Gambar.2.7.pengujian impak.
17
Nilai harga impak merupakan pembagian dari energy terserap dengan luas
penampang spesimen. Rumus untuk mencari harga impak sebagai berikut :
HI = 𝐸
𝐴=
𝑚.𝑔(ℎ1−ℎ2)
𝐴
Keterangan :
m = massa bandul pemukul (Kg)
g = percepatan gravitasi 9,81 𝑚/𝑠2
h1 = tinggi pusat bandul sebelum pemukulan (m)
h2 = tinggi pusat bandul setelah pemukulan (m)
2.8.1. Jenis-Jenis Metode Impact
Secara umum metode pengujian impact terdiri dari 2 jenis,yaitu :
1. Metode Charpy
Pengujian impact Charpy banyak digunakan di Amerika Serikat dan
Indonesia. Posisi spesimen adalah horizontal dan takik membelakangi arah
pembebanan. Penyerapan energy lebih baik dibandingkan metode izod.
Standar pengujian metode Charpy sesuai dengan ASTM ada bebrapa, yaitu :
a. ASTM D 6110 -02
b. ASTM D 6110 -04 tahun 2004
18
Gambar.2.8.Metode Pengujian Impak Charpy (George,1987).
2. Metode Izod
Benda uji Izod sering digunakan di Inggris, namun saat ini jarang
digunakan karena posisi spesimen vertical dan penjapit menahan setengah
dari bagian spesimen, sehingga apabila diberi beban energy yang terserap
tidak sempurna.
Standart pengujian metode Izod sesuai dengan ASTM ada beberapa, yaitu :
a. ASTM D 256 – 00
b. ASTM D 256 – 01
c. ASTM D 256 – 02
d. ASTM D 256 – 03
e. ASTM D 256 – 04
19
Gambar.2.9.Metode Pengujian Impak Izod (George,1987).