BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/1268/3/BAB II.pdf · 2020. 9....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulurepository.ub.ac.id/1268/3/BAB II.pdf · 2020. 9....
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan meneliti pengaruh
keputusan merger dan akuisisi terhadap reaksi pasar modal. Penelitian yang
dilakukan oleh Nike (2013) dengan judul “Analisis Dampak Pengumuman
Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return (AR) Saham Perusahaan
Akuisitor yang Terdaftar di BEI tahun 2006-2008”, menunjukkan adanya
perbedaan signifikan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman merger dan akuisi. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh
Christian (2010) dengan judul “Dampak Publikasi Merger dan Akuisisi
Perusahaan yang Termasuk dalam LQ-45 Terhadap AR dan Volume
Perdagangan Saham”, menunjukkan hasil pengujian average abnormal return
(AAR) terdapat perbedaan rata-rata abnormal return tetapi tidak signifikan
sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi perusahaan LQ45. Hasil
pengujian average trading volume activity (ATVA) menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata trading volume activity (TVA)
sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi.
Sedangkan penelitian lain oleh Niswah (2015) mengenai reaksi pasar
modal sebelum dan sesudah peristiwa penguatan tertinggi dolar US terhadap
rupiah, secara umum menunjukkan hasil analisis dari variabel abnormal
return yaitu terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada periode
11
sebelum dan sesudah peristiwa tersebut. Hasil analisis dari variabel trading
volume activity, juga menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata trading
volume activity pada periode sebelum dan sesudah peristiwa. Penelitian yang
dilakukan oleh Hilda (2016) juga menunjukkan adanya perbedaan aktivitas
volume perdagangan atau TVA sebelum dan saat pengumuman peristiwa
MEA. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah
(2015) mengenai analisis reaksi pasar modal terhadap perubahan harga BBM.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan
pada ATVA sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman penurunan BBM.
Antoniadis, et al (2014) melakukan penelitian mengenai merger dan
akuisisi pada sektor perbankan di Yunani, dengan judul “Mergers and
Acquisitions in the Greek Banking Sector: An Event Study of A Proposal”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya abnormal return yang tidak
signifikan pada tiap perusahaan target. Kemudian penelitian yang dilakukan
Elif Akben-Selcuk (2015) dengan judul “Do Mergers and Acquisitions Create
Value for Turkish Target Firms? An Event Study Analysis”. Hasilnya
pemegang saham dari perusahaan target Turkish yang terlibat dalam aktivitas
merger dan akuisisi mendapat Cumulative Abnormal return yang positif dan
signifikan. Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan keuntungan terbanyak dari merger dan akusisi bertambah pada
perusahaan target dan pengakuisisi membayar premi untuk mengontrol hak-
hak perusahaan target.
Berikut adalah tabel ringkasan dari penelitian terdahulu:
12
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil 1 Nike Astria
(2013)
Analisis Dampak
Pengumuman Merger
dan Akuisisi
Terhadap Abnormal
return Saham
Perusahaan Akuisitor
yang Terdaftar di BEI
tahun 2006-2008
1. Abnormal
return
1. Terdapat abnormal return yang
signifikan, sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya reaksi
pasar yang signifikan terhadap
pengumuman merger dan akuisisi
perusahaan.
2 Hilda „Asla
Mari‟a
(2016)
Reaksi Pasar Modal
Indonesia Terhadap
Peristiwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN
(MEA) 2015 (Studi
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
1. Abnormal
return
2. Trading
volume
activity
1. hasil pengujian Average Abnormal
return (AAR) terdapat perbedaan
rata-rata abnormal return yang
signifikan pada sebelum-saat
peristiwa, namun tidak signifikan
pada saat-sesudah dan sebelum-
sesudah peristiwa.
2. hasil pengujian Average Trading
volume activity menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap rata-rata Trading volume
activity pada sebelum-saat
peristiwa, namun tidak signifikan
pada saat-sesudah dan sebelum-
sesudah peristiwa.
3 Niswah
Qurrotulaini
(2016)
Reaksi Pasar Modal
Sebelum dan Sesudah
Peristiwa Penguatan
Tertinggi Dolar US
Terhadap Rupiah
Tahun 2015
1. Abnormal
return
2. Trading
volume
activity
1. hasil analisis dari variabel
abnormal return secara umum
menunjukkan adanya perbedaan
rata-rata abnormal return pada
periode sebelum dan sesudah
peristiwa tersebut. Sehingga pasar
bereaksi atas peristiwa
2. hasil analisis dari variabel trading
volume activity, juga menunjukkan
terdapat perbedaan rata-rata trading
volume activity pada periode
sebelum dan sesudah peristiwa
13
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
4 Christian
Eka Siawan
Putra
(2010)
Dampak Publikasi
Merger dan Akuisisi
Perusahaan yang
Termasuk dalam LQ-
45 Terhadap
Abnormal return dan
Volume Perdagangan
Saham (Event Study)
pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI
1. Abnormal
return
2. Trading
volume
activity
1. Hasil pengujian Average Abnormal
return (AAR) terdapat perbedaan
rata-rata abnormal return tetapi
tidak signifikan sebelum dan
sesudah peristiwa merger dan
akuisisi perusahaan LQ45
2. Hasil pengujian Average Trading
volume activity menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap rata-rata Trading volume
activity sebelum dan sesudah
peristiwa merger dan akuisisi
5 Diah
Andarini
(2015)
Analisis Reaksi Pasar
Modal Terhadap
Perubahan Harga
BBM (Event Study
Kenaikan dan
Penurunan Harga
BBM pada
Perusahaan Food and
Beverages yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
1. Abnormal
return
2. Trading
volume
activity
1. hasil pengujian Average Abnormal
return (AAR) tidak terdapat
perbedaan rata-rata abnormal
return yang signifikan pada
sebelum dan sesudah kenaikan
BBM, namun terdapat perbedaan
signifikan pada sebelum dan
sesudah pengumuman penurunan
BBM.
2. hasil pengujian Average Trading
volume activity menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap rata-rata Trading volume
activity pada sebelum dan sesudah
kenaikan BBM maupun penurunan
BBM.
14
Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
6 Antoniadis,
et al (2014)
Mergers and
Acquisitions in the
Greek Banking
Sector: An event
study of proposal
1. Abnormal
return
1. Hasil penelitian menunjukkan
adanya abnormal return yang tidak
signifikan pada tiap perusahaan
target
7 Elif Akben-
Selcuk
(2015)
Do mergers and
acquisitions create
value for Turkish
target firms? An
event study analysis
1. Abnormal
return
1. Hasilnya pemegang saham dari
perusahaan target Turkish yang
terlibat dalam aktivitas merger dan
akuisisi mendapat Cumulative
Abnormal return yang positif dan
signifikan
2.2 Pasar Modal dan Instrumennya
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Brigham (2014, p.190) Pasar modal merupakan pasar untuk utang
jangka menengah dan jangka panjang serta saham perseroan. Sedangkan
menurut Jogiyanto (2014, p.29) pasar modal merupakan tempat bertemu
antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar modal
merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi.
Definisi pasar modal menurut Bursa Efek Indonesia adalah pasar untuk
berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi
(www.idx.co.id). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
15
pasar modal merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam jual
beli utang jangka menengah dan jangka panjang serta saham perseroan,
dimana individu maupun perusahaan dapat memberikan dana atau
mendapatkan dana di pasar modal tersebut.
2.2.2 Instrumen pasar modal
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2014, p.29-55) instrumen pasar modal
meliputi sekuritas berjangka panjang yang lebih beresiko daripada sekuritas
di pasar uang. Sekuritas di pasar modal jauh lebih beragam daripada yang
ditemukan di pasar uang. Bodie et al. membagi pasar modal ke dalam empat
segmen yaitu:
1. Pasar Obligasi Jangka Panjang, pasar obligasi meliputi pinjaman atau
isntrumen utang dengan jangka lebih panjang dibandingkan yang
diperdagangkan di pasar uang. Pasar ini terdiri atas nota utang
(Treasury note) dan obligasi negara AS, obligasi korporat, obligasi
negara bagian, sekuritas hipotek, dan utang lembaga federal.
2. Pasar Saham, pasar ini terdiri atas saham biasa dan saham preferen.
3. Pasar Derivatif untuk Opsi dan Kontrak Berjangka. Pasar derivatif
menyediakan pembayaran yang tergantung pada nilai aset lain seperti
harga komoditas, harga obligasi, dan saham atau nilai indeks pasar.
Nilai dalam pasar ini diturunkan (derive) dari nilai aset lain.
Sedangkan, menurut Jogiyanto (2014, p.8) macam-macam aktiva
keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal yaitu:
16
1. Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities), fixed-
income securities dapat berupa Treasury bond (yaitu seperti T-bill
tetapi dengan jatuh tempo jangka-panjang berkisar 10 sampai 30
tahun, dapat juga disingkat sebagai T-bond), surat-surat berharga agen
federal (federal agency securities), municipal bond (surat berharga
yang dikeluarkan oleh pemerintah kota, airport), corporate bond
(dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan) dan convertible-bond (bond
yang dapat dikonversikan ke saham).
2. Saham-saham (sekuritas ekuitas), terdiri dari saham biasa dan saham
preferen.
Opsi dan kontrak berjangka diperdagangkan di pasar turunan. Pasar turunan
adalah pasar dimana nilai dari surat-surat berharganya merupakan jabaran
dari surat berharga lain yang terkait (Jogiyanto, 2014, p.9).
Instrumen pasar modal yang diperjual belikan di Bursa Efek Indonesia
meliputi saham, surat utang (obligasi korporasi, surat utang negara, sukuk
korporasi, surat berharga syariah negara, dan efek beragun aset), derivatif
(kontrak opsi saham dan kontrak berjangka indeks efek), reksadana, syariah,
dan exchange traded fund (ETF). (www.idx.co.id)
2.3 Efisiensi Pasar Modal
Pasar efisien adalah pasar yang bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan
informasi yang tersedia (Jogiyanto, 2014, p.547). Bodie et al menjelaskan
bahwa harga sekuritas biasanya merefleksikan seluruh informasi yang tersedia
17
bagi investor yang memperhatikan nilainya. Menurut hipotesis pasar efisien,
ketika informasi baru seputar harga suatu saham tersedia, maka harga akan
segera menyesuaikan sedemikian rupa sehingga pada setiap waktu harga
saham akan sama dengan estimasi yang pasar nilai tentang sekuritas tersebut.
(Bodie et al , 2014, p.11).
Bentuk-bentuk efisiensi pasar menurut Jogiyanto (2014, p.548) yang
pertama adalah efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient
market) yaitu bentuk efisiensi pasar yang ditinjau dari segi ketersediaan
informasi saja. Bentuk efisiesi pasar yang kedua adalah efisiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market) yaitu bentuk efisiensi pasar yang
dapat dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan
berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia.
Menurut Fama (1970) dalam Jogiyanto (2014, p.549), bentuk utama dari
efisiensi pasar secara informasi ada tiga yaitu informasi masa lalu, informasi
sekarang yang sedang dipublikasikan, dan informasi privat.
1. Efisiensi pasar bentuk lemah, yaitu pasar yang harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerrminkan informasi masa lalu.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat, yaitu pasar yang harga-harga
dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan. Informasi yang dipublikasika dapat berupa informasi
yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang
mempublikasikan informasi, contohnya pengumuman laba,
pengumuman pembagian dividen, pengumuman merjer dan akuisisi,
18
dan lain-lain. Selanjutnya informasi yang mempengaruhi harga-harga
sekuritas sejumlah perusahaan berupa peraturan pemerintah atau
peraturan dari regulator, contohnya regulasi untuk meningkatkan
kebutuhan cadangan yang harus dipenuhi oleh semua bank-bank.
Kemudian informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua
perusahaan yang terdaftar di pasar saham
3. Efisiensi pasar bentuk kuat, yaitu pasar yang harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi termasuk
informasi privat.
Menurut Jogiyanto (2014, p.555) pembagian efisiensi pasar berdasarkan
ketersediaan informasi saja tidaklah cukup. Efisiensi pasar perlu juga dilihat
berdasarkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk
pengambilan keputusan. Jogiyanto menyebut efisiensi pasar jika semua
informasi tersedia dan semua pelaku pasar dapat mengambil keputusan
dengan canggih sebagai efisiensi pasar secara keputusan. Efisiensi pasar
secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat
menurut Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan.
2.4 Signalling Theory
Brigham dan Houston (2006, p.40) menjelaskan bahwa signalling theory
ialah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan dalam memberikan
petunjuk kepada investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen
terhadap prospek perusahaaan. Brigham mencontohkan signaling theory
dengan pengumuman penawaran saham. Pengumuman penawaran saham
19
biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan tidak
terlalu cerah.
Menurut Jogiyanto (2008, p.529) informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung
nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar.
2.5 Penggabungan Usaha
Penggabungan Usaha di Indonesia diatur dalam Bab VIII Pasal 122 s.d
137 Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroran Terbatas. Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa
penggabungan usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu
Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang
telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang
menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang
menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Brigham menjelaskan bahwa (2013, p. 739) “acquiring company is a
company that seeks to acquire another firm. Target company means a firm
that another company seeks to acquire”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa
perusahaan pengakuisisi adalah perusahaan yang mencari perusahaan lain
untuk diakuisisi dan perusahaan target merupakan perusahaan yang akan
diakuisisi oleh perusahaan pengakuisisi.
20
Macam-macam penggabungan usaha menurut Ross et al. dalam Anis
Aprilianti (2015, p.17):
1. Konsolidasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara mendirikan
perusahaan baru untuk mengambil alih kekayaan bersih dua atau lebih
perusahaan lain. Sehingga dapat di ilustrasikan perusahaan A
bergabung dengan perusahaan B menjadi perusahaan C.
2. Merger, penggabungan usaha ini serupa dengan konsolidasi, namun
dalam merger, perusahaan pengakuisisi mempertahankan nama dan
identitasnya, dan mengakuisisi semua aset dan kewajiban dari
perusahaan yang diakuisisi. Setelah merger, perusahaan yang diakuisisi
tidak lagi ada sebagai entitas bisnis terpisah. Pada akhirnya perusahaan
yang digabung akan menghilang dan menjadi bagian dari building firm.
3. Akuisisi, PSAK No. 22 Tahun 1994 tentang Akuntansi Penggabungan
Usaha mengatakan bahwa akuisisi adalah suatu penggabungan usaha
dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi memperoleh kendali
atas aset neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan
memberikan aset tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham.
Merger dan akuisisi merupakan suatu cara pengembangan dan
pertumbuhan perusahaan. Merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran finansial tertentu.
Keduanya melibatkan penggabungan dua organisasi yang seringkali berbeda
dari segi karakter perusahaan, budaya, dan sistem nilainya. Pihak-pihak yang
berkepentingan pada perusahaan yang melakukan merger seperti pemegang
21
saham dan para manajer merupakan dua dari kelompok pemegan saham yang
memiliki kepentingan atas berhasilnya suatu merger (Sudarsanam, 1999, p.1).
2.5.1 Pengertian Merger
Menurut DePamphilis (2015, p.23), merger dapat dideskripsikan
berdasarkan perspektif hukum dan perspektif ekonomi.
1. Perspektif Hukum
“A merger is a combination of two or more firms, often comparable in
size, in which all but one ceases to exist legally”. DePamphilis
mendefinisikan merger adalah kombinasi dua atau lebih perusahaan,
pada umumnya perusahaan dengan ukuran perusahaan yang sebanding,
dimana salah satu perusahaan akan berhenti secara legal.
2. Perspektif Ekonomi
“Business combinations may also be defined depending on whether the
merging firms are in the same (horizontal) or different industries
(conglomerate) and on their positions in the corporate value chain
(vertical).” Dalam perspektif ekonomi menurut DePamphilis kombinasi
bisnis dapat didefinisikan berdasarkan merger perusahaan yang sama
(horizontal) atau dari industri yang berbeda (konglomerat) dan pada
posisi rantai nilai perusahaan (vertikal).
Pengertian lain mengenai merger menurut Brigham (2006, p.468) adalah
semua kombinasi yang membentuk satu unit ekonomi dari dua atau lebih unit
ekonomi sebelumnya. Brigham (2013, p.738) menyatakan “In the vast
majority of merger situations, one firm (generally the larger of the two)
22
decides to buy another company, negotiates a price with the management of
the target firm, and the acquires the target company.”, dari kutipan Brigham
tersebut dapat dipahami bahwa di sebagian besar situasi merger, satu
perusahaan (umumnya merupakan perusahaan yang lebih besar) memutuskan
untuk membeli perusahaan lain, menegosiasikan harga dengan manajemen
perusahaan target, dan mengakuisisi perusahaan target
2.5.2 Jenis Merger
Menurut Brigham (2006, p.472) tipe-tipe merger yaitu; merger horizontal,
merger vertikal, merger kongenerik, dan merger konglomerasi.
1. Merger Horizontal, terjadi ketika sebuah perusahaan bergabung
dengan perusahaan lain di dalam suatu lini bisnis yang sama.
2. Merger Vertikal, suatu merger yang terjadi di antara sebuah
perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
3. Merger Kongenerik, suatu merger perusahaan-perusahaan di dalam
industri umum yang sama, di mana tidak terdapat hubungan pelanggan
atau pemasok di antara keduanya.
4. Merger Konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang tidak
saling berhubungan bergabung, contohnya akuisisi Mobil Oil atas
Montgomery Ward.
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Merger
Kelebihan merger menurut Harianto dan Sudomo (2001, p.641) adalah
pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain. Sedangkan kekurangan merger yaitu harus ada
23
persetujuan dari pemegang saham masing-masing perusahaan, untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.642).
2.5.4 Pengertian Akuisisi
Pengertian akuisisi menurut DePamphilis (2015, p.24) adalah “ An
acquisition occurs when a company takes a controlling interest in another
firm, a legal subsidiary of another firm, or selected assets of another firm,
such as a manufacturing facility. They may involve the purchase of another
firm’s assets or stock, with the acquired firm continuing to exist as a legally
owned subsidiary”. Dari kutipan tersebut, DePamphilis menjelaskan bahwa
sebuah akuisisi terjadi ketika sebuah perusahaan mengambilalih kendali
bunga pada perusahaan lain, anak perusaahaan yang sah dari perusahaan lain,
atau aset yang dipilih dari perusahaan lain seperti fasilitas manufaktur.
Perusahaan yang melakukan akuisisi juga dapat melibatkan pembelian aset
atau saham perusahaan lain, dengan perusahaan yang diakuisisi tersebut tetap
ada sebagai anak perusahaan yang dimiliki secara hukum.
Selain itu pengertian menurut Sudarsanam (1999, p.2) mengenai akuisisi
adalah sebuah perjanjian, dimana sebuah perusahaan membeli aset atau
saham perusahaan lain, dan para pemegang saham dari perusahaan yang
menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi pemilik perusahaan.
2.5.5 Jenis Akuisisi
Klasifikasi akuisisi berdasarkan bentuk dasar akuisisi (Abdul Moin, 2003,
p.71):
24
1. Akuisisi Saham
Akuisisi saham yaitu dengan membeli saham perusahaan tersebut,
baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain
(saham atau obligasi). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih akuisisi saham:
a) Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dan pemungutan suara
b) Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat
berhubungan langsung dengan pemegang saham target lewat tender
offer
c) Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk
menghindari manajemen perusahaan target yang seringkali
menolak akuisisi tersebut
d) Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan
target tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli
dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap tidak
sepenuhnya terserap ke perusahaan yang mengakuisisi.
2. Akuisisi Asset
Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan
membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan
perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas,
yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi asset
dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva
yang dibeli.
25
Berdasarkan keterkaitan operasinya, akuisisi dikelompokkan sebagai
berikut (Sudarsaman, 1999, p.648)
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal terjadi pada dua perusahaan yang berada di
industri bisnis sejenis. Akuisisi jenis ini menghasilkan perluasan
operasi perusahaan dalam jenis produk tertentu dan pada saat yang
sama mengurangi jumlah pesaing. Akuisisi horizontal dilakukan untuk
mencapai skala ekonomi, mengurangi persaingan dalam industri
tersebut, dan terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut.
2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal terjadi pada saat perusahaan mengakuisisi pemasok
atau pelanggan, yang mlibatkan perusahaan pada tahapan proses
produksi (supply chain). Dengan adanya penggabungan vertical maka
harga jual produk perusahaan bisa lebih rendah sehingga volume
penjualan bisa meningkat. Keuntungan ekonomi dari vertical berasal
dari kendali perusahaaan yang meningkat selama penerimaan bahan
mentah atau pendistribusian barang jadi.
3. Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat menyangkut penggabungan perusahaan-
perusahaan yang memiliki usaha yang berbeda-beda dan tidak ada
kaitannya. Akuisisi konglomerat dilakukan dalam rangka melakukan
diversifikasi usaha untuk antisipasi pendapatan di masa mendatang,
sehingga pasr yang dimiliki perusahaan menjadi bertambah dan
jangkauan konsumen juga lebih besar.
26
Sedangkan, dilihat dari proses melakukannya, akuisisi dapat dikategorikan
menjadi dua:
1. Hostille Takeover (pengambilalihan secara paksa)
Tindakan akuisisi yang dilakukan secara paksa biasanya dilakukan
dengan cara membuka penawaran atas saham perusahaan yang ingin
dikuasai di pasar modal dengan harga diatas harga pasar.
Pengambilalihan secara paksa biasanya diikuti oleh pemecatan
karyawan dan manajer untuk diganti orang baru dalam rangka
melakukan efisiensi pada operasional perusahaan. Penelitian
menunjukkan bahwa perusahaan target yang diakuisisi secara paksa
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Memiliki kinerja saham yang kurang baik di dalam industrinya dan
di dalam semua pasar
b) Menghasilkan keuntungan yang sedikit selama proses akuisisi
c) Memiliki pemegang saham yang sangat rendah di dalamnya
daripada perusahaan sejenisnya.
2. Friendly Takeover (pengambilalihan secara sukarela)
Pengambilalihan secara sukarela merupakan proses pengambilalihan
yang dikehendaki oleh kedua belah pihak, yaitu perusahaan
pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi.
2.5.6 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
DePamphilis (2015, p.420) menjelaskan kelebihan dan kekurangan
akuisisi aset dalam perspektif pembeli dan penjual.
27
1. Perspektif Pembeli (Pengakuisisi)
Kelebihan dari akuisisi aset menurut sudut pandang pengakuisisi yaitu
pengakuisisi menjadi selektif terhadap aset mana yang akan dibeli.
Pengakuisisi tidak bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan
target kecuali diasumsikan berdasarkan kontrak. Namun, pengakuisisi
dapat dianggap bertanggung jawab atas kewajiban tertentu, seperti
klaim lingkungan, pajak properti, dan di beberapa negara bagian yaitu
kewajiban pensiun, dan klaim pertanggungjawaban produk yang
substansial.
Kekurangan dari akuisisi aset menurut sudut pandang pengakuisisi
yaitu, kehilangan Net Operating Losses dan kredit pajak perusahaan
target, selain itu hak atas aset seperti lisensi, waralaba dan hak paten
tidak dapat ditransfer. Pengakuisisi harus mencari persetujuan dari
pelanggan dan vendor untuk mentransfer kontrak yang ada pada
pengakuisisi. Transkasi akuisisi sering kali lebih kompleks dan mahal,
karena aset yang diakuisisi harus tercantum dalam lampiran pada
perjanjian definitive, penjualan dan hak milik untuk setiap aset yang
ditransfer harus dicatat, dan pernyataan hak pengalihan pajak harus
dibayar. Selain itu, persetujuan pemberi pinjaman mungkin diperlukan
jika aset yang akan dijual digunakan sebagai jaminan pinjaman.
2. Perspektif Penjual (Perusahaan target)
Kelebihan penjual (perusahaan target) dari akuisisi aset menurut sudut
pandang perusahaan target yaitu perusahaan mampu mempertahankan
eksistensi dan dengan demikian kepemilikan aset berwujud dan aset
28
tak berwujud seperti lisensi, waralaba, hak paten tidak diperoleh oleh
pengakuisisi. Perusahaan target tetap memiliki hak untuk
menggunakan semua kredit pajak dan akumulasi Net Operating
Losses untuk melindungi pendapatan masa depan dari pajak.
Kekurangan akuisisi aset dari perspektif perusahaan target adalah
potensi perpajakan ganda dari pengakuisisi.
DePamphilis (2015, p.421) juga menjelaskan kelebihan dan kekurangan
akuisisi saham dalam perspektif pembeli dan penjual.
1. Perspektif Pembeli (Pengakuisisi)
Kelebihan akuisisi saham menurut perspektif pengakuisisi yaitu
meliputi transfer otomatis semua aset dengan saham perusahaan
target, penghindaran pernyataan hak pengalihan pajak, dan pengalihan
Net Operating Losses dan kredit pajak kepada pengakuisisi.
Pembelian saham perusahaan target menyediakan kontinuitas kontrak
dan identitas perusahaan.
Kerugiannya pembeli bertanggung jawab atas semua kewajiban yang
tidak diketahui. Dasar pajak perusahaan target ditanggung oleh
pengakuisisi dengan biaya historis. Pemegang saham yang tidak setuju
adanya akuisisi memiliki hak untuk mendapatkan penilaian saham.
Pembelian saham tidak mengakhiri perjanjian serikat pekerja atau
imbalan kerja karyawan.
2. Perspektif Penjual (Perusahaan target)
Perusahaan target sering memilih pembelian saham untuk pembelian
aset, karena perusahaan target terbebas dari obligasi masa depan,
29
karena semua kewajiban dialihkan kepada pembeli (pengakuisisi), dan
perusahaan target dapat menunda pembayaran pajak jika bentuk
pembayarannya sebagian besar adalah saham pembeli (pengakuisisi).
Kekurangan akuisisi saham menurut perusahaan target adalah
ketidakmampuan untuk mempertahankan aset tertentu dan kehilangan
Net Operating Losses, kredit pajak, dan hak kekayaan intelektual.
2.5.7 Motif Melakukan Merger dan Akuisisi
Menurut Brigham (2006, p.468) motif-motif utama di belakang merger
perusahaan adalah:
1. Sinergi, yaitu kondisi di mana keadaan secara keseluruhan lebih besar
daripada jumlah masing-masing bagian; dalam suatu merger sinergis,
nilai setelah merger akan melebihi jumlah nilai dari perusahaan-
perusahaan secara terpisah sebelum merger terjadi.
2. Pertimbangan pajak, sebagai contoh perusahaan yang menguntungkan
dan berada di rentang tarif pajak tertinggi dapat mengakuisisi sebuah
perusahaan yang memiliki akumulasi pajak dalam jumlah yang besar.
Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi
penghematan pajak daripada dibawa ke tahun berikutnya dan
digunakan di masa mendatang.
3. Pembelian aktiva di bawah penggantinya, terkadang perusahaan akan
dipandnag sebagai kandidat akuisisi karena biaya penggantian
aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai pasarnya.
30
4. Diversifikasi, hal ini akan membantu menstabilisasi keuntungan
perusahaan dan akibatnya memberikan keuntungan bagi para
pemiliknya.
5. Insentif pribadi manajer, berhubungan dengan kepentingan pribadi
manajer
6. Nilai residu, yaitu nilai sebuah perusahaan jika aktiva-aktiva yang
dimilikinya dijual per bagian.
2.6 Saham
2.6.1. Pengertian Saham
Situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) mendefinisikan saham
sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Untuk menyertakan modal tersebut,
maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas
asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Menurut Jogiyanto (2014, p.29) saham merupakan bukti pemilikan
sebagian dari perusahaan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka
kesimpulan dari pengertian saham adalah suatu bukti penyertaan modal pada
suatu perusahaan, yang menjadikannya tanda kepemilikan atas perusahaan
tersebut.
Menurut situs resmi Bursa Efek Indonesia, ada dua keuntungan yang
diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham :
1. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan
31
2. Capital gain, yaitu merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder.
Selain keuntungan, investasi saham juga berpotensi mendatangkan
kerugian bagi investor, diantaranya adalah:
1. Capital Loss, yaitu merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu suatu
kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli
2. Risiko likuidiasi, yaitu merupakan risiko dimana perusahaan yang
sahamnya dimiliki kemudian dinyatakan bangkrut oleh pengadilan
atau perusahaan tersebut dibubarkan. (www.idx.co.id)
2.5.2 Jenis-Jenis Saham
Pada umumnya menurut Jogiyanto (2014, p.141) saham dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen
(preferred stock).
1. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari
perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan
operasi perusahaan.
Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah:
a. Hak Kontrol, yakni hak pemegang saham biasa untuk memilih
pemimpin perusahaan
32
b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan, yakni hak pemegang
saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan
perusahaan
c. Hak Preemptif, yakni hak untuk mendapatkan persentasi
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham untuk tujuan melindungi hak control dari pemegang
saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan
nilai.
2. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Saham ini mempunyai hak-hak prioritas
lebih dari saham biasa. Hak-hak prioritas tersebut adalah:
a. Hak Preferensi Terhadap Dividen, yakni hak untuk menerima
deviden terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham
biasa.
b. Hak Dividen Kumulatif, yakni hak kepada pemegang saham
preferen untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang
belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima
dividennya.
c. Hak Preferen Pada Waktu Likuidasi, yakni hak saham preferen
untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan
dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
33
2.5.3 Harga Saham
Bodie, Kane, dan Marcus menyatakan bahwa harga sekuritas biasanya
merefleksikan seluruh informasi yang tersedia bagi investor yang
memperhatikan nilainya (Bodie et al., 2014, p.11).
Menurut Suad Husnan (2001, p.38) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi harga saham yaitu:
1. Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa
yang akan datang.
2. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS (Earning per
Share) terkait erat dengan peningkatan harga saham. Jika fluktuasi
EPS makin tinggi, maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini dan sekarang
salah satunya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masa lalu dan saat
ini. Jika kondisi perekonomian stabil dan mantap, maka investor
optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga
arga saham cenderung stabil dan sebaliknya.
2.5.4 Return Saham
Menurut Jogiyanto (2014, p.235) return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return dapat berupa, return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi adalah return yang sudah
dihasilkan dari investasi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai
salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, dan berguna sebagai dasar
penentuan return eskpektasi dan resiko dimasa datang.
34
Sedangkan return ekspektasi adalah return yang belum terjadi dan
diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang dari hasil investasi.
Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2014, p.610) menjelaskan untuk
mengestimasi return yang diharapkan digunakan tiga model, yaitu;
1. Mean Adjusted Model
Model disesuaikan rata-rata (Mean Adjusted Model) ini menganggap
bahwa return ekspektasi bernilai konstan dan sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi return yang
diharapkan dihitung dengan cara membagi return realisasi suatu
perusahaan pada periode estimasi dengan lamanya periode estimasi.
( ) ∑
Dimana :
( ) = Return ekspektasi sekuritas ke-1 pada periode peristiwa ke-t
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasike-j
= Lamanya periode estimasi, yaitu t1 sampai dengan t2
Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode
peristiwa. Periode peristiwa disebut juga periode pengamatan atau
jendela peristiwa.
35
2. Market Model
Dalam model pasar, return yang diharapkan dihitung melalui 2 tahap.
Pertama membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi. Model ekspektasi ini dapat dibentuk
dengan megunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) untuk
memperoleh parameter α (alfa) dan β (beta). Setelah model-model
estimasi dari tiap sekuritas diperoleh selanjutnya adalah menghitung
return estimasi untuk hari-hari periode jendela. Return ekspektasi untuk
sekuritas i pada hari ke–t dapat diestimasi dengan memasukan nilai
return indeks pasar untuk hari ke-t ke dalam model ekspektasinya.
Langkah selanjutnya adalah menghitung abnormal return. Abnormal
return dihitung dari selisih antara return sesungguhnya pada periode
jendela dengan return ekspektasi pada periode jendela yang telah didapat
sebelumnya. Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar dilaukan
dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan
model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode
jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik
regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:
Dimana;
= Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
= Intercept untuk sekuritas ke-i
= Koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
36
= Return indeks pasar pada periode estimasi ke-j
( )
= Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3. Market Adjusted Model
Market Adjusted Model atau model disesuaikan pasar menganggap
bahwa return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks
pasar periode peristwa. Dengan menggunakan model ini tidak perlu
mengunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena
return saham yang diestimasi adalah indeks pasar. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung abnormal return dengan model ini adalah
sebagai berikut;
Dimana;
= Abnormal return dari masing-masing saham i pada hari ke-t
= Actual return saham i pada hari ke-t
= Return pasar pad hari ke-t
2.5.5 Abnormal return
Abnormal return atau excess return menurut Jogiyanto (2014, p. 609)
merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan
oleh investor). Dengan demikian, return taknormal (abnormal return) adalah
selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.
37
Menurut Jogiyanto (2014, p. 610) return realisasi merupakan return yang
terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap
harga sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus ( - )/ .
Sedangkan, return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown
dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model
estimasi mean-adjusted model, market model dan market-adjusted model.
2.5.6 Trading volume activity
Boonvorachote dan Lakmas (2016) menjelaskan trading activity sebagai:
“The meaning of trading activity itself is quite broad. Most literarture definse
trading activity as trading volume, open interest, and number of
transactions”. Boonvorachote dan Lakmas menjelaskan bahwa trading
activity memiliki arti yang luas. Banyak literatur yang mendefiniskan trading
activity sebagi volume perdagangan, open interest, dan jumlah transaksi.
Boonvorachote dan Laksmi menambahkan bahwa:
“Several studies have suggested a positive contemporaneous relathionship
between price changes and trading volume as known by the mixture of
distribution hypothesis (MDH). The MDH explains that the positive
relationship between price votality and trading voume happens because of
factor-information innovation. As information is unobservable the proxy of
information flow can be categorized to several observable variables such as
trading activity (trading volume and open interest). Any unexpected
information can affect both vitality and trading activity contemporaneously,
therefore vitality and trading activity are expected to be positively
38
correlated”. Beberapa studi telah menjelaskan hubungan positif antara
perubahan harga dan volume perdagangan yang dikenal sebagai mixture of
distribution hyphotesis (MDH). MDH menjelaskan hubungan positif antara
votalitas harga dan volume perdagangan terjadi karena faktor informasi.
Karena informasi tidak dapat diobservasi, proxy arus informasi dapat
dikategorikan ke beberapa variable yang dapat diamati seperti halnya
aktivitas perdagangan (volume perdagangan dan open interest). Setiap
informasi yang tidak diharapkan dapat mempengaruhi votalitas dan aktivitas
perdagangan secara bersamaan, oleh karena itu votalitas dan aktivitas
perdagangan diharapkan berkorelasi positif.
Menurut Foster (1986) dalam Suad Husnan (2006, p.63) menyatakan
bahwa TVA merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
melihat tingkat likuiditas suatu saham, TVA adalah beberapa kali terjadinya
transaksi jual beli saham bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Berikut
adalah rumus untuk menghitung volume perdagangan saham:
TVA=
Jika TVA semakin besar maka saham tersebut semakin likuid, sebaliknya jika
TVA semakin kecil maka saham tersebut tidak likuid.
2.7 Studi Peristiwa
Jogiyanto (2014, p.585) mendefinisikan studi peristiwa (event study)
sebagai studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Menurut Bodie,
39
Kane & Marcus (2014, p.369), studi peristiwa menggambarkan teknik
penelitian keuangan empiris yang memungkinkan peneliti untuk menilai
dampak dari kejadian tertentu terhadap harga saham perusahaan. Sehingga,
dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa studi peristiwa adalah
studi yang mempelajari dampak dari suatu peristiwa yang dipublikasikan oleh
perusahaan.
Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari
suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar
bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk
melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung
informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya
perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return. Jika pengukuran reaksi menggunakan abnormal return,
maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan
informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Namun, apabila
tidak mengandung informasi maka tidak memberikan abnormal return kepada
pasar (Jogiyanto, 2014, p.586).
40
2.8 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
digambarkan kerangka penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber: Data Dioleh, 2017
Fenomena:
Merger dan akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan
perbankan di Indonesia
Landasan Teori
1. Jogiyanto (2014)
2. Bodie et al (2014)
3. DePhampilis (2015)
4. Brigham & Houston (2006)
Perhitungan Abnormal return
𝐴𝑅𝑖𝑡=𝑅𝑖𝑡-𝐸(𝑅𝑖𝑡)
Perhitungan Trading volume activity
𝑇𝑉𝐴𝑖 𝑡= ∑𝑆𝑎 𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
∑𝑆𝑎 𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑎𝑛 𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 (𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡)
Uji Paired Sample t-Test
Pembahasan Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Studi Empiris
1. Nike Astria (2013)
2. Hilda „Asla Mari‟a (2016)
3. Niswah Qurrotulaini (2016)
4. Antoniadis et al (2014)
5. Elif Akben-Selcuk (2015)
Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Merger dan Akuisisi
(Event Study pada Industri Perbankan yang terdaftar di BEI
periode 2010-2015)
Uji Normalitas
Implikasi Hasil Penelitian
41
Kerangka pikir penelitian ini menjelaskan pola pikir dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini didasari oleh fenomena merger dan akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
dalam Industri Perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang
melakukan Merger dan Akuisisi pada periode 2010- 2015. Penelitian yang
dilakukan dengan studi peristiwa ini meneliti dampak dari suatu pengumuman
yaitu merger dan akuisisi pada reaksi pasar modal terhadap perusahaan
akuisitor. Reaksi pasar dilihat dari abnormal return saham dan trading
volume activtiy yang dilihat dari harga penutupan saham perusahaan.
Abnormal return saham dan trading volume activity dapat menunjukkan
bagaimana pasar bereaksi dengan adanya pengumuman merger dan akuisisi.
Hasil Penghitungan abnormal return dan trading volume activity akan diuji
normalitas terlebih dahulu. Dari uji kenormalan data, langkah-langkah dalam
pengujian hipotesis adalah pengujian data dengan menggunakan Uji Sample
Paired T-test. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui signifikasi
perbedaan antara rata-rata sebelum dan sesudah pengumuman Merger dan
Akuisisi. Pengambilan kesimpulan didasarkan pada: Jika nilai probabilitas (p)
< 0,05 maka Ho ditolak, jika nilai probabilitas (p) > 0,05 maka Ho diterima.
Setelah dilakukan pengujian data, dilakukan analisis dan pembahasan pada
hasil pengujian tersebut. Tahap terakhir adalah menentukan kesimpulan dari
hasil penelitian yang telah diperoleh.
42
2.9 Hipotesis
Suatu pengumuman atau peristiwa yang mengandung informasi, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
(Jogiyanto, 2014, p.586). Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah,
dan tujuan penelitian, maka rumusan hipotesis ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1
= Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum
dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi
Hipotesis 2
= Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan
sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi