BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf ·...

12
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 Definisi Kebiasaan Makan Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa dimana kepribadian mereka masih bersifat labil, hampir semua remaja seringkali mengkonsumsi fast food (makanan cepat saji) dikarenakan banyak sekali pengaruh dari selera, gaya hidup dan jenis makanan yang beredar di mall seperti Mcdonald, kenctucky, pizza, donuts dll. Ditambah lagi letak sekolah yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan restoran-restoran yang juga menyediakan fast food (Mahpolah, dkk 2016). Perilaku makan anak remaja juga dipengaruhi oleh teman sebaya, meningkatnya teman sebaya mengakibatkan remaja mengalami berbagai macam gaya hidup perilaku dan pengalaman dalam menentukan makanan yang dikonsumsi sehingga terkadang menimbulkan sikap yang negatif dalam pemenuhan pangannya. Waktu makan remaja banyak dilakukan pada siang hari ketimbang makan pagi atau makan malam sehingga hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah pada remaja khususnya dalam pemenuhan gizi (Kadir, 2016) Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi mempengaruhi kesehatan individu kemudian juga akan berpengaruh pada pola makan dan keadaan gizi seseorang (Depkes RI, 2014). Menurut Kadir, 2016 menjelaskan bahwa kebiasaan (habit) adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang terjadi. Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebiasaan Makan

2.1.1 Definisi Kebiasaan Makan

Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa

dimana kepribadian mereka masih bersifat labil, hampir semua remaja seringkali

mengkonsumsi fast food (makanan cepat saji) dikarenakan banyak sekali pengaruh dari

selera, gaya hidup dan jenis makanan yang beredar di mall seperti Mcdonald,

kenctucky, pizza, donuts dll. Ditambah lagi letak sekolah yang dekat dengan pusat

perbelanjaan dan restoran-restoran yang juga menyediakan fast food (Mahpolah, dkk

2016). Perilaku makan anak remaja juga dipengaruhi oleh teman sebaya, meningkatnya

teman sebaya mengakibatkan remaja mengalami berbagai macam gaya hidup perilaku

dan pengalaman dalam menentukan makanan yang dikonsumsi sehingga terkadang

menimbulkan sikap yang negatif dalam pemenuhan pangannya. Waktu makan remaja

banyak dilakukan pada siang hari ketimbang makan pagi atau makan malam sehingga

hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah pada remaja khususnya dalam

pemenuhan gizi (Kadir, 2016)

Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi

mempengaruhi kesehatan individu kemudian juga akan berpengaruh pada pola makan

dan keadaan gizi seseorang (Depkes RI, 2014). Menurut Kadir, 2016 menjelaskan

bahwa kebiasaan (habit) adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang

terjadi. Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

8

konsumsi yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah

tindakan manusia dan perasaan apa yang dirasakan mengenai persepsi tentang hal itu.

Istilah kebiasaan makan juga menunjukan tindakan manusia terhadap makan dan

makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan, dan perasaan serta persepsi tentang

suatu hal itu (Maulidia, 2006)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat

digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

1. Faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia. Faktor-faktor ini

antara lain: (a) faktor lingkungan alam, pola makan masyarakat pedesaan

diindonesia pada umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis bahan makanan yang

umum dapat diperoleh ditempat. Diderah dengan pola pangan pokok beras

biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila belum makan nasi,

meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya daerah

yang berpola pangan pokok jagung atau ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga

kalau belum makan jagung atau ubi. Jadi apa yang ada dilingkungan itulah yang

dikonsumsi; (b) faktor lingkungan sosial, lingkungan sosial memberikan gambaran

yang jelas tentang perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan

suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan

kebudayaan yang dianut turun temurun. Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan

makan juga sering ditentukan adanya perbedaan antara suami dan istri, orang tua

dan anak-anak, tua dan muda. Asa budaya mendahulukan kepala keluarga, anggota

keluarga lainnya menempati urutan berikutnya dan yang paling umum

mendapatkan prioritas terbawah; (c) faktor lingkungan budaya dan agama, faktor

lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nila-

nilai kehidupan rohani dan kewajiban sosial. Pada masyarakat kita ada kepercayaan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

9

bahwa nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya

apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal makanan.

Agama juga memberikan pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan

misalnya “makanlah engkau setelah lapar dan berhentilah makan sebelum

kenyang”; (d) faktor lingkungan ekonomi, kebiasaan makan juga sangat ditentukan

oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut tahap ekonominya. Golongan

masyarakat ekonomi yang baik mempunyai kebiasaan makan yang cenderung

banyak, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya

masyarakat ekonomi paling rendah, yang justru pada umumnya produsen pangan,

mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi dibawah

kecukupan jumlah maupun mutunya.

2. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor intrinsik

ini meliputi, antara lain: (a) faktor asosiasi emosional , misalnya seorang guru

sekolah dasar memberi pelajaran prakarya kepada muridnya dengan beternak ayam

atau kelinci misalnya anak itu tidak akan mau memakan daging hean peliharaannya

karena telah sumbuh saling kasih sayang antara yang memelihara dan dipelihara,

sehingga kita tidak sampai hati untuk memakan daging hewan peliharaan kita

tersebut. Wawasan konsumsi yang merupakan faktor internal yang ada pada tiap

individu akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan; (b) faktor keadaan jasmani

dan kejiwaan yang sedang sakit, kebiasaan makan juga sangat dipengaruhi oleh

faktor keadaan atau status kesehatan seseorang. Disamping itu, perasaan bosan,

kecewa, putus asa, stres adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat

mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya akan berdampak pada

berkurangnya nafsu makan; (c) faktor penilaian yang lebih terhadap mutu

makanan, seperti madu, telur ayam kampung dan beberapa jenis makanan lain

sering dianggap sebagai bahan makanan superior yang melebihi mutu zat gizi yang

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

10

dikandungnya. Keadaan yang demikian, apabila tampak menonjol dalam kebiasaan

makan akan menimbulkan kekurangan beberapa zat gizi. Kebiasaan makan yang

baik yaitu menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tidak kurang pula yang

buruk yang menghambat terpenuhinya cakupan gizi.

2.1.3 Faktor Konsumsi atau Kebiasaan Makan

1. Frekuensi Makan

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gastritis salah satunya adalah

tidak teraturnya frekuensi makan. Penyakit gastritis disebabkan oleh iritan asam

lambung dan enzim pencernaan pada saluran yang kosong apabila seseorang

terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin

banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan

rasa nyeri disekitar epigastrium sehingga tidak teraturnya jadwal makan dapat

menyebabkan berbagai keluhan seperti penyakit gastritis (Hartati, dkk 2014). Selain

itu, jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat

mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa

lambung (Putri dkk, 2010).

2. Frekuensi Makan Makanan Beresiko

Makanan beresiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti

berhubungan dengan kejadian gastritis, yaitu makanan pedas, makanan asam, dan

makanan yang bergaram (asin) tinggi. Mengkonsumsi makanan pedas secara

berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus yang

berkontraksi. Hal ini akan menimbulkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai

dengan mual dan muntah. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari

satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat

menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Suparyanto, 2012).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

11

Selanjutnya, makanan asam juga dapat menyebabkan gastritis. Asam dapat

memperlambat pengosongan lambung. Sebelum memasuki duodenum, kimus yang

bersifat asam akan dinetralisasi oleh natrium bikarbonat. Jika proses netralisasi

belum selesai maka kimus asam akan berada didalam lambung. Proses ini tentu akan

semakin mengiritasi lapisan mukosa lambung dan menimbulkan serangan gastritis

(Yunita, 2010). Kemudian makanan yang mengandung rempah-rempah seperti

merica, makanan yang mengandung cuka dan mustard juga dapat menjadi penyebab

gastritis.

Compare, dkk (2010) menyatakan bahwa makanan dengan rasa asin

berlebihan baik dalam segi rasa maupun frekuensi juga terbukti signifikan dalam

kasus pra kanker lambung karena makanan asin dapat meningkatkan resiko terinfeksi

bakteri lambung penyebab gastritis.

3. Frekuensi Minum Minuman Beresiko

Frekuensi minum minuman iritatif seperti kopi, soda, dan alkohol

berpengaruh signifikan terhadap kejadian gastritis. Zat yang terkandung dalam kopi

adalah kafein. Kafein dapat merangsang sekresi getah lambung yang sangat asam

walaupun tidak ada makanan serta dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat

asam sehingga dapat menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung. Orang yang

minum kopi 3 kali/hari selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis (Oktavia,

2010).

Minuman bersoda merupakan minuman yang mengandung banyakgas. Gas

dalam lambung dapat memperberat kerja lambung, oleh karena itu orang yang

memiliki gangguan pencernaan dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan dan

minuman yang mengandung banyak gas (Aninim, 2011).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

12

4. Jeda Waktu Makan

Menurut Okvini (2011), menyatakan bahwa penyebab asam lambung tinggi

diantaranya adalah aktivitas padat sehingga telat makan. Secara alami lambung akan

terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah kecil, setelah 4-6 jam

sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak diserap dan

terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam

lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam

lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi

mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium.

2.1.4 Membentuk Kebiasaan Makan yang Baik

Perilaku konsumsi makan pada diri seseorang, satu keluarga, atau

masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang seperti halnya dalam

pengetahuan, sikap maupun perilaku yang terkait dalam pengambilan keputusan dalam

memilih jajanan sehat. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dalam suatu

keluarga. Apabila jajanan yang dipilih kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi,

makan akan mengancam kesehatan pada diri sendiri (Febryanto, 2016). Disisi lain

nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Penyakit

tersebut muncul akibat salah kebiasaan makan seperti kelebihan makan atau makan

makanan yang kurang seimbang. Penyakit tersebut paling sering terjadi akibat diet

yang sembarangan seperti makan yang terlalu banyak, terlalu cepat, konsumsi makanan

yang terlalu berbumbu, dan masakan yang mengandung mikroorganisme penyebab

penyakit sehingga untuk memiliki kebiasaan makan yang sehat dengan cara mematuhi

jadwal makan dan tidak makan pada kondisi lapar (Hartati, dkk 2014)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

13

2.2 Konsep Gastritis

2.2.1 DefinisiGastritis

Mahmoud, et al (2016)menjelaskan bahwagastritis yaitu penyakit yang di

infeksi oleh Helicobacter pylori yang merupakan bakteri gram negatif yang menjajah

epitel gastrik manusia dan merupakan salah satu infeksi yang paling umum terjadi

pada manusia. Gastritis terjadi dalam suatu peradangan mukosa lambung yang

bersifat akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh

diperut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. Definisi lain

dijelaskan oleh Putri, dkk (2010) bahwa gastritis adalah peradangan lokal atau

menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif

mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis (inflamasi mukosa

lambung) sering terjadi akibat diet yang salah. Kadang gastritis dapat menyebabkan

pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat

yang sama juga terjadi luka kronis pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat

menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan

perawatan segera. Pola makan yang tidak teratur, lambung menjadi sensitif bila asam

lambung meningkat. Produksi HCL (asam lambung) yang berlebihan dapat

menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga

timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah jika

lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur yang pada akhirnya

akan mengakibatkan perdarahan pada lambung.

Definisi senada juga dikemukakan oleh Selviana (2012) menjelaskan gastritis

merupakan salah satu masalah kesehatan pada saluran pencernaan yang paling sering

terjadi. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak yang biasanya ditandai

dengan rasa mual, muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

14

sakit kepala. Gastritis juga merupakan penyakit yang disebabkan oleh pol makan yang

tidak teratur yang mencakup frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah makanan.

2.2.2 Etiologi Gastritis

Miller (2010) mengatakan penyebab penyakit lambung yaitu agen fisiologis

internal dan eksternal seperti diet yang buruk dan penggunaan tembakau yang tinggi,

disebabkan karena sikap seseorang dalam memilih makanan didasarkan pada

konsumsi makanan yang hanya mereka sukai saja. Sedangkan menurut (Putri,dkk

2010) gastritis bisa disebabkan karena beberapa faktor yaitu jadwal makan yang tidak

teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat mengakibatkan kelebihan

asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung, makanan yang

teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas misalnya bakso, mengkonsumsi

minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, makanan pedas dan asam,

dan makanan yang mengandung gas seperti ubi, buncis, dan kol. Penyebab lain

timbulnya gastritis adalah menggunakan obat aspirin atau antiradang non steroid,

infeksi kuman Helicobacter pylori, kebiasaan minum-minuman beralkohol, memiliki

kebiasaan merokok, sering mengalami stress dan kebiasaan minum kopi.

Menurut Muttaqin & Sari (2011) penyebab timbulnya gastritis adalah

sebagai berikut:

1. Obat-obatan, seperti obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (indometasin,

ibuprofen, dan asam salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi

(Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi

mukosa lambung.

2. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin

3. Infeksi bakteri; seperti H.pyilori (paling sering), H. Heilmanii, Streptococci,

Staphylococci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan

secondary syphilis.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

15

4. Infeksi virus oleh sitomegalovirus

5. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan phycomycosis

6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal

napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.

7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman

dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi

mukosa lambung.

8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting

alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa

lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.

9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.

10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan

mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat

menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.

Rahma,dkk (2013) menyatakan bahwa riwayat gastritis keluarga juga

merupakan salah satu faktor pencetus penyebab gastritis, riwayat keluarga yang

dimaksud disini bukan dikarenakan oleh faktor genetik yang diturunkan dari orang

tua atau keluarga melainkan lebih ke arah kebiasaan dalam keluarga sehingga

terdapat anggota keluarga yang gastritis.

2.2.3 Manifestasi Klinis Gatritis

Menurut Pasaribu (2014) gejala yang menunjukkan adanya gastritis baik

gejala ringan maupun gejala berat seperti sakit perut, gangguan pencernaan,

kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan nyeri terbakar didaerah

epigastrium.(Megawati & Nosi, 2014) menjelaskan bahwa gejala gastritis juga ditandai

dengan nyeri, perdarahan, rasa lemah dan sakit kepala dimana gejala tersebut seringkali

dijumpai secara mendadak.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

16

2.2.4 Patofisiologi Gastritis

Menurut Inayah (2004), patofisiologi gastritis yaitu:

- Analgetik antiinflamasi/aspirin

- Bahan kimia

- Merokok

- Alkohol

- Endotoksin

- Refluk asam lambung

- Stress fisik

- kerusakan mukosa barrier Difusi balik ion H+

- Perfusi mukosa lambung terganggu Infark

- Jumlah asam lambung meningkat

Iritasi mukosa lambung

Nyeri Hematemesis Rasa nausea dan vomitus

Gambar 2.1 Patofisiologi Gastritis

2.2.5 Klasifikasi Gastritis

Menurut Muttaqin & Sari (2011) klasifikasi gastritis adalah sebagai berikut;

(1) Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut

dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial; (2) Gastritis kronik adalah suatu

peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Menurut Alianto

(2015) klasifikasi gastritis dari hispatologis dan kriteria diagnosisnya yaitu antara lain:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

17

1. Gastritis Superfisial: Atrofi dan inflamasi sulit terlihat di kelenjar-kelenjar, infiltrasi

sel inflamatorik hanya terdapat dipermukaan mukosa

2. Gastritis Hemorhagik: Perdarahan, sedimentasi hemosiderin, makrofag fagositik

hemosiderin terlihat

3. Gastritis erosiva: Defek mukosa superfisial terlihat dengan biorespons relevan (

presipitasi fibrin, perdarahan, edema, infiltrasi neutrofil, dan pertumbuhan kapiler)

4. Gastritis Verrukosa: Hiper-regenerasi setelah erosi, dengan serat otot yang

berjalan ireguler pada mukosa muskularis dan hiperplasia kelenjar-kelenjar pilorik

yang dikelilingi myofibers pada area kelenjar-kelenjar pilorik dan penggantian

kelenjar-kelenjar pseudopilorik dan pergantian pada regenerasi epitelium foveolar

5. Gastritis Atrofi: Kelenjar-kelenjar atrofi terlihat

6. Gastritis Metaplastik: Metaplasia intestinal terlihat pada lebih dari satu per tiga

jaringan mukosa

7. Gastritis Hipertrofi: Kelenjar-kelenjar hipertrofi terlihat, sedangkan epitelium

foveolar dapat normal atau hipertrofik

8. Gastropati kongesif: Dilatasi dan lilitan pembuluh darah submukosa, tidak ada

inflamasi yang jelas

2.2.6 Pencegahan Gastritis

Pada dasarrnya penyakit gastritis dapat dicegah dengan berbagai cara

tergantung bagaimana tiap-tiap individu itu sendiri mengatur pola makannya dengan

baik. Pencegahan gastritis dapat dilakukan dengan menetapkan jadwal makan teratur

sehari-hari seperti; makan pagi pukul 07.00-08.00, makanan selingan pukul 10.00,

makan siang pukul 13.00-14.00, makanan selingan sore pukul 17.00 dan makan malam

pukul 19.00. selain itu, perilaku pencegahan gastritis juga dapat dilakukan dengan

pemilihan jenis makanan yang tepat seperti menyusun menu makanan yang terdiri dari

nasi, ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang juga diusahakan agar mengurangi kebiasaan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kebiasaan Makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/BAB II.pdf · Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat digolongkan

18

makan makanan yang digoreng, dikeringkan, mengandung santan dan lemak hewani

karena dapat memicu terjadinya gatritis. Pencegahan lain dapat dilakukan dengan tidak

mengkonsumsi minuman seperti sirup, teh, soda, alkohol, dan kopi karena akan

memicu meningkatnya asam lambung seperti yang dijelaskan dalam teori bahwa

beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah timbulnya gastritis yaitu makan

dalam jumlah kecil tetapi sering, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, tidak

mengkonsumsi obat anti inflamasi dan rutin memeriksakan diri ke dokter jika

mengalami gejala gastritis seperti mual, kepala pusing dan muntah (Mawey,dkk 2014)

2.2.7 Komplikasi Gastritis

Hartati & Cahyaningsih (2015) menyatakan bahwa jika gastritis tidak

ditangani dengan tepat makan akan menimbulkan komplikasi yang sangat parah yaitu

kanker lambung dan peptic ulcer. Komplikasi lain juga bisa terjadi seperti perdarahan

saluran cerna, jika terjadi perdarahan yang cukup banyak akan menyebabkan anemia

yang berakibat kematian. Selain itu, gastritis juga dapat menimbulkan komplikasi

seperti ulkus (jika prosesnya hebat), gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi

muntah hebat, anemia pernisiosa, ulkus peptikum dan keganasan lambung.