HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

102
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARO PEMATANGSIANTAR SKRIPSI Oleh RESYA VERANIKA MANURUNG NIM : 141000107 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KARO

PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Oleh

RESYA VERANIKA MANURUNG

NIM : 141000107

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP

DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KARO

PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara

Oleh

RESYA VERANIKA MANURUNG

NIM : 141000107

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul „ Hubungan

Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya

sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam

daftar pustaka. Atas penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Resya V. Manurung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 21 September 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si

Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D

2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

iii

ABSTRAK

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistoliknya

melebihi atau sama dengan 140 mmhg dan tekanan diastoliknya melebihi atau

sama dengan 90 mmhg. Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas

2013 sebesar 25,8 persen. Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi di Provinsi

Sumatera Utara mencapai 334.230 jiwa. Penderita kasus hipertensi di Kota

Pematangsiantar pada tahun 2016 mencapai 400.735 jiwa. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Penelitian ini

merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case

control. Jumlah sampel penelitian yaitu 22 kasus dan 22 kontrol yang dipilih

dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan

analisis bivariate dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan bermakna

terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsumsi natrium (p=0,016; OR=5,714),

konsumsi lemak (p=0,032; OR=4,911), dan aktivitas fisik (p=0,015; OR= 5,950).

Diharapkan kepada pihak puskesmas agar lebih meningkatkan sosialisasis

Prolanis kepada penderita hipertensi dan mengoptimalkan posyandu lanisa di tiap

desa untuk deteksi dini hipertensi dan faktor resiko hipertensi.

Kata kunci : natrium, lemak, aktivitas fisik, hipertensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

iv

ABSTRACT

Hypertension is an increase in blood pressure where the systolic pressure exceeds

or equals 140 mmhg and the diastolic pressure exceeds or equals 90 mmhg. The

prevalence of national hypertension based on Riskesdas 2013 was 25.8 percent.

Data of Health Service in North Sumatra in 2016 showed that the number of

hypertensive patients in North Sumatra Province had reached 334,230 people.

Patients with hypertension cases in Pematangsiantar City in 2016 had reached

400,735 people. This study aims to find out the relationship between eating habits

and lifestyle with the incidence of hypertension in the work area of the Karo's

Health Center in Pematangsiantar. This research is an analytic observational

study with case control research design. The number of research samples was 22

cases and 22 controls were selected by consecutive sampling method. Data

collection is done by using a questionnaire. Data analysis was performed by

univariate analysis and bivariate analysis by using the chi-square test. The results

of this study indicate that there are three variables that have a significant

relationship to the incidence of hypertension, such as sodium consumption (p =

0.016; OR = 5.714), fat consumption (p = 0.032; OR = 4.911), and physical

activity (p = 0.015; OR = 5,950). It is expected that the clinic will further enhance

Prolanis socialization to hypertensive patients and optimize elderly health service

in each village for early detection of hypertension and hypertension risk factors.

Keywords: sodium, fat, physical activity, hypertension

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang diajukan

guna melengkapi dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Makan

Dan Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak

mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak secara moral

maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga,

dan pikirannya dalam memberi petunjuk, saran, dan bimbingan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

vi

4. Dr. Erna Mutiara Ir., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan masukan, saran selama bimbingan akademik.

5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D., selaku Dosen Penguji I yang memberikan

masukan dan saran untuk kesempuraan skripsi ini

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang memberikan

masukan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Marihot Oloan Samosir, ST., selaku staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk

membantu penulis dalam memberikan informasi apapun yang penulis

butuhkan

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama

penulis menjalani pendidikan.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dan seluruh Staf yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepala Puskesmas Karo Pematangsiantar serta pegawai yang telah banyak

membantu penulis pada saat pengambilan data sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

11. Teristimewa buat kedua orangtua saya Bapak M. Manurung dan Ibu R.

Simarmata, S.Pd. Kakak Yentiar Manurung, S.Kep, abang Hendra Marbun

S.E., M.Si., Ak., CA, kakak Repinain Manurung, S.Pd dan adik Reynaldi

Manurung yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi dengan

penuh kasih sayang baik moril maupun materil kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

vii

12. Teman-teman yang tidak dapat diucapkan satu per satu, terimakasih telah

memberikan inspirasi, motivasi, dan dukungan dalam tahap penyusunan

skripsi.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan

dan kesalahan, baik dari penulisan, gaya bahasa, dan isinya. Namun demikian,

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Terimakasih.

Medan, Oktober 2018

Resya V. Manurung

NIM. 141000107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

HALAMAN PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

RIWAYAT HIDUP xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Masalah 6

Tujuan Umum 6

Tujuan Khusus 6

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Pengertian Hipertensi 8

Jenis Hipertensi 9

Gejala Hipertensi 10

Komplikasi Hipertensi 11

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi 11

Pencegahan Hipertensi 16

Kebiasaan Makan Sebagai Faktor Resiko hipertensi 17

Asupan Natrium 19

Konsumsi Lemak 20

Gaya Hidup Sebagai Faktor Resiko Hipertensi 22

Merokok 23

Aktivitas Fisik 24

Kerangka Konsep 28

Hipotesis Penelitian 29

METODE PENELITIAN 30

Jenis Penelitian 30

Lokasi dan Waktu Penelitian 30

Populasi dan Sampel 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

ix

Variabel dan Defenisi Operasional 33

Metode Pengumpulan data 34

Metode Pengukuran 35

Metode Analisa Data 37

HASIL PENELITIAN 39

Gambaran Lokasi Penelitian 39

Keadaan Geografi 39

Keadaan Demografi 39

Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar 41

Karakteristik Responden 41

Jenis Kelamin 41

Umur 42

Analisis Univariat 43

Asupan Natrium 43

Konsumsi Lemak 44

Merokok 45

Aktivitas Fisik 46

Analisis Bivariat 47

Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi 47

Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi 48

Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi 49

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi 50

PEMBAHASAN 52

Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi 52

Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi 53

Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi 55

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi 56

KESIMPULAN DAN SARAN 59

Kesimpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

x

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 2003 9

2 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi 26

3 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai

Phisical Activy Level (PAL) 28

4 Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar tahun 2017 41

5 Distribusi Jenis Kelamin Responden Hipertensi dan Tidak

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 42

6 Distribusi Umur Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 43

7 Distribusi Asupan Natrium Responden Hipertensi dan Tidak

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 44

8 Distribusi Konsumsi Lemak Responden Hipertensi dan Tidak

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 44

9 Distribusi Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 45

10 Distribusi Lama Merokok Responden Hipertensi dan Tidak

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 46

11 Distribusi Kuantitas Merokok Responden Hipertensi dan

Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar 46

12 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Hipertensi dan Tidak

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 47

13 Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 48

14 Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

xi

15 Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 50

16 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

xii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep Penelitian 29

2 Rancangan Penelitian Kasus Kontrol 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Informed Consent 65

2 Kuesioner Penelitian 66

3 Master Data 70

4 Hasil Output SPSS 73

5 Surat Permohonan Ijin Penelitian 84

6 Surat Balasan Ijin Penelitian 85

7 Surat Keterangan Selesai Penelitian 86

8 Dokumentasi Penelitian 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Resya Veranika Manurung berumur 22 tahun, dilahirkan

di Pematangsiantar pada tanggal 29 April 1996. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M. Manurung

dan Ibu R. Simarmata.

Pendidikan formal dimulai di TK Jonaha Pematangsiantar tahun 2001.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Budi Mulia 2 Pematangsiantar tahun

2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Budi Mulia

Pematangsiantar tahun 2009-2011, sekolah menengah atas di SMAN 1

Pematangsiantar tahun 2012-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2018

Resya V. Manurung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang

gizi, terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas

(gizi lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti penyakit

hipertensi, diabetes melitus, kardiovaskuler, stroke, dan lain-lain.

Hipertensi sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular

(PTM). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada seseorang yang

dapat mengakibatkan naiknya angka kesakitan (mordibitas) dan angka kematian

(mortalitas). Hipertensi dapat disebut sebagai penyakit pembunuh diam-diam

(silent killer) karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa gejala terlebih

dahulu. Seseorang yang menderita hipertensi dapat mengalami gejala

berkelanjutan pada suatu organ tertentu seperti otak, hati, mata, ginjal, dan

jantung. Penyakit hipertensi diperkirakan dapat menyebabkan 7,5 miliar kematian

atau sekitar 12,8 persen dari seluruh kematian (WHO, 2014).

Pada umumnya tekanan darah normal seseorang jika tekanan sistolik 120

mmhg dan tekanan diastoliknya 80 mmhg. Seseorang yang mengalami hipertensi

jika tekanan sistolik melebihi atau sama dengan 140 mmhg dan tekanan

diastoliknya melebihi atau sama dengan 90 mmhg. Hipertensi dapat menyerang

siapa saja, namun hipertensi lebih sering diderita oleh lanjut usia dibandingkan

dengan kelompok umur yang lebih muda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

2

Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu

milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara

berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi

akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 persen

orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan

kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di

Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita Hipertensi.

Berdasarkan data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS)

tahun 2016, prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi pada perempuan

(32,9 %) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (28,7 %). Prevalensi di

perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7 %) dibandingkan dengan perdesaan (30,2 %).

Prevalensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada

kelompok umur lebih dari atau sama dengan 60 tahun sebesar 63 %. Prevalensi

Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8 persen, tertinggi di

Kepulauan Bangka Belitung (30,9 %), sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8

%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8 persen orang yang mengalami hipertensi

hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan

hanya 0,7 % orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat hipertensi.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari

menderita hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan (Kemenkes,2017).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2016) menunjukkan

bahwa jumlah penderita hipertensi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 334.230

jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 156.294 jiwa dan perempuan sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

3

177.936 jiwa. Penderita kasus hipertensi di Kota Pematangsiantar mencapai

400.735 jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 1.815 jiwa dan perempuan sebanyak

2.920 jiwa.

Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera

Utara dan kota terbesar kedua di Provinsi tersebut setelah Medan. Pada tahun

2017 penduduk kota Pematangsiantar mencapai 251.516 jiwa. Penduduk di kota

Pematangsiantar mayoritas perempuan dengan jumlah 128.890 jiwa dibandingkan

penduduk laki-laki dengan jumlah 122.626. jiwa. Dengan demikian sex ratio

penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,10. Kota Pematangsiantar dikenal

dengan wisata kuliner. Banyak makanan yang terdapat di kota ini. Mulai dari

harga termurah sampai dengan mahal yang membuat masyarakat Pematangsiantar

malas dalam memasak. Dan pada zaman sekarang jasa pengantar makanan pun

ada sehingga memudahkan masyarakat dalam memesan. Dalam hal ini, gaya

hidup masyarakat di Kota Pematangsiantar semakin menurun dilihat dari aktifitas

dalam hal memasak di keluarga semakin menurun. Gaya hidup dapat

memengaruhi peningatan tekanan darah.

Ada dua faktor yang dapat memengaruhi peningkatan tekanan darah antara

lain faktor yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, genetik, suku/ras

dan faktor yang dapat diubah seperti kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan

konsumsi lemak, kebiasaan merokok, aktivitas rendah, obesitas, stress, dan lain-

lain.

Kebiasaan konsumsi asupan natrium yang tinggi diyakini berkontribusi

dalam penyakit hipertensi. Dari Raihan LN (2014), didapatkan bahwa ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

4

hubungan pola asupan garam dengan kejadian hipertensi. Penelitian menunjukkan

bahwa dari 80 responden yang asupan garamnya tinggi, responden yang hipertensi

sebanyak 50 responden (62,5 %) dan tidak hipertensi berjumlah 30 responden

(37,5 %). Makanan yang tinggi kandungan garamnya merupakan salah satu faktor

resiko hipertensi. Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang

mengandung garam yang tinggi dapat mengganggu kerja ginjal. Garam harus

dikeluaran dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena natrium sifatnya mengikat banyakk

air, maka makin tinggi garam memuat volume darah meningkat. Volume darah

semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh darah tetap, maka alirannya jadi deras,

yang artinya tekanan darah menjadi semakin meningkat. Ini dapat meningkatkan

resiko hipertensi.

Konsumsi makanan yang tinggi lemak berhubungan dengan naiknya

tekanan darah. Berdasarkan penelitian Mafaza tahun 2016, penderita hipertensi

memiliki asupan lemak yang tinggi sebesar 51,9 % dengan p value sebesar 0,024

yang menunjukkan bahwa ada hubungan asupan lemak yang berlebihan dengan

terjadinya hipertensi. Asupan lemak yang berlebih, akan menimbulkan

peningkatan asam lemak bebas di dalam tubuh. Peningkatan asam lemak bebas

tersebut dapat meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah,

sehingga dapat memicu arterosklerosis yang dapat mengakibatkan sumbatan pada

pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi.

Ada hubungan merokok dengan hipertensi. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Indar (2017) di Puskesmas pajangan Bantul tahun 2017 terdapat

hubungan signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

5

nilai signifikan pada hasil menunjukkan (p=0.008<0.05). Penelitian ini

menunjukkan bahwa orang yang merokok akan menderai dinding pembuluh darah

dan mempercepat pembentukan ateroklerosis (pengerasan pembuluh darah),

membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah

untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

Aktivitas yang rendah dapat meningkatkan resiko hipertensi. Hasil

Penelitian Pramana (2016) menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang tidak

memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik 90,0 persen dan penderita hipertensi

yang tidak aktif melakukan aktivitas di waktu luang sebesar 87,5. Orang dengan

aktivitas yang kurang cenderung memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih

tinggi, sehingga otot jantung memopa darah lebih keras dan sering.

Kejadian hipertensi merupakan salah satu tren penyakit yang terjadi di

Puskesmas Karo Pematang Siantar. Berdasarkan survei awal yang sudah

dilakukan oleh peneliti, penyakit hipertensi termasuk dalam sepuluh besar dan

jumlah penduduk yang menderita hipertensi pada tahun 2017 sebesar 326 orang.

Berdasarkan wawancara tenaga kesehatan yang diwawancarai, diasumsikan ada

beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian tingginya kasus

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematang Siantar, kebiasaan makan,

dan gaya hidup. Berdasarkan wawancara terhadap pasien yang menderita

hipertensi didapatkan kebiasaan mengkonsumsi makan seperti kripik, gorengan,

selalu menambahkan garam pada pengolahan makanan, dan sering mengkonsumsi

mie instan yang dapat meningkatkan naiknya tekanan darah. Kurangnya dalam

berolahraga dikarenakan hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

6

sehari-hari hanya mengurus anak dan rumah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “hubungan kebiasaan makanan dan

gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar.”

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah “apakah ada hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum. Mengetahui hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup

dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Tujuan khusus. Mengetahui hubungan asupan natrium dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Mengetahui

hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Karo Pematangsiantar. Mengetahui hubungan merokok dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Mengetahui

hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Karo Pematangsiantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

7

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ditujukan bagi puskesmas, institusi pendidikan, dan

peneliti selanjutnya.

Bagi puskesmas. Sebagai masukan bagi puskesmas Karo Pematangsiantar

untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai hipertensi.

Bagi institusi pendidikan. Sebagai bahan referensi kepustakaan FKM USU

serta memberikan kontribusi terhadap Ilmu Gizi Kesehatan khususnya dalam

aspek pencegahan hipertensi.

Bagi peneliti selanjutnya. Sebagai informasi baru tentang penelitian terkait

sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian pengembangan

berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

8

Tinjauan Pustaka

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah gejala peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkan (Khasanah, 2012). Hipertensi dapat menyebabkan

jaringan kolagen fibrosa menggantikan jaringan elastik dari arteria. Meningkatnya

tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara jantung memompa

lebih kuat sehingga mengalir lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah

pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,

dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis

(Triyanto, 2014).

Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan

resistensi terhadap aliran darah di arteri. Tekanan darah dibagi menjadi dua yaitu

tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih tinggi diperoleh pada saat

jantung berkontraksi disebut tekanan darah sistolik. Angka yang lebih rendah

diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Dikatakan

tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau

tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Berdasarkan

penelitian, pasien dengan tekanan sistolik tinggi mempunyai resiko kematian 2,5

kali lebih tinggi dari pada pasien dengan tekanan diastolik tinggi. Hal ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

9

disebabkan karena, apabila tekanan sistolik tinggi, maka aliran darah keseluruh

tubuh termasuk organ-organ vital juga terganggu (Khasanah, 2012).

Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (Kemenkes RI, 2014).

Tabel 1

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 2003

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pra-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi Tingkat 2 160 atau >160 100 atau >100

Jenis hipertensi. Umumnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer (esensial). Hipertensi primer merupakan suatu

peningkatan presisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan

mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui

penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus hipertensi.pada umumnya

hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena

berbagai faktor yang saling berkaitan. Beberapa faktor resiko yang dihubungkan

dengan hipertensi primer ialah faktor genetik, kelebihan asupan natrium, obesitas,

dyslipidemia, asupan alcohol yang berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, dan

defesiensi vitamin D.

Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali pengukuran tekanan

darah tetap menunjukkan peningkatan. Penggulangan tekanan darah dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

10

setelah 2 menit. Dikenal istilah fenomena “white coat”, yairtu suatu keadaan

peningkatan tekanan darah yang tebaca saat diukur oleh dokter atau tenaga

kesehatan. Fenomena hipertensi white coat dapat disingkirkan dengan melakukan

pengukuran pada 2 seting tempat yang berbeda, yaitu pengukuran oleh dokter atau

tenaga kesehatan dan pengukuran di rumah atau komonitas. Pengukuran tekanan

darah secara cermat dan hati-hati, untuk menentukan keakuratan diagnosa.

Monitoring tekanan darah selama aktivitas atau pergerakan juga dapat membantu

menegakan diagnose (Triyanto,2014).

Hipertensi sekunder. Kurang dari sepuluh persen penderita hipertensi

merupakan penderita hipertensi sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat

tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit

ginjal kronis atau penyakit renovaskuler adalah penyebab sekunder yang paling

sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

mengakibatkan hipertensi bahkan memperberat hipertensi dengan menaikkan

tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi dengan

menghentikan obat atau mengobati penyakit yang menyertai merupakan tahap

awal penanganan hipertensi sekunder.

Gejala hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi mengenali gejala,

sehingga hipertensi disebut pembunuh diam-diam (silent killer). Keluhan yang

tidak spesifik antara lain: sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing,

penglihatan kabur, sakit di dada dan mudah lelah (Depkes, 2013).

Menurut Pusparani (2016) gejala-gejala yang mudah diamati antara lain

gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

11

tengkuk terasa pegal, mudah marah, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan

mimisan (keluar darah dari hidung). Hipertensi juga memiliki gejala seperti sakit

kepala, susah tidur, dada berdebar-debar, sesak nafas, berkeringat, dan lemas.

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti

pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada

kasus berat, edema puil (edema pada diskus optikus) (Triyanto,2014).

Komplikasi hipertensi. Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua

bagian tubuh terutama jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, dan mata. Adapaun

komplikasi yang mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah,

berapa lama telah dialami adalah factor-faktor resiko lain dan bagaimana penyait

tersebut ditangani (Kemenkes RI, 2014)

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum

ditemui pada pasien hipertensi adalah: penyakit jantung, penyakit menyerang

otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati. Hipertensi dapat

menyebabkan komplikasi lain seperti DM, kolestrol yang tinggi, kelebihan berat

badan atau obesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO, 2013)

Faktor-faktor yang memengaruhi hipertensi. Faktor penyebab

hipertensi ada yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-

faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, suku,

keluarga memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi

antara lain asupan natrium, merokok stress, obesitas, dan konsumsi alkohol.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

12

Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi antara lain.

Umur. Umur merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Faktor resiko

adalah keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status

kesehatan. Istilah mempengaruhi disini mengandung pengertian menimbulkan

risiko lebih besar pada individu atau masyarakat untuk terjangkitnya suatu

penyakit atau terjadinya status kesehatan tertentu.

Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh

karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis yaitu terjadi peningkatan resistensi

perifer dan aktifitas simpatik. Pada usia lanjut peran ginjal sudah berkurang

dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Bertambahnya umur maka

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di

kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 persen dengan kematian sekitar

di atas 65 tahun. Pada usia lanjut hipertensi ditemukan hanya berupa kenaikan

tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam

menentukan ada tidaknya hipertensi.

Penelitian Hasurungan, dalam Tri Novitaningsih (2014) mengemukakakn

bahwa pada lansia dibanding umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun terjadi

peningkatan resiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali, dan

umur > 70 tahun 2,97 kali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

13

Menurut penelitian dari Pramana tahun 2016 menunjukkan adanya hubungan

antara umur dengan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial

yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta,

serta adanya proses degeneratif yang lebih sering pada usia tua.

Jenis Kelamin. Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi

dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor

yang mandorong terjadi hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol (Suiraoka, 2016).

Dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,

dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Namun,

setelah memasuki menopause, prevalensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah

usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan

pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi

yang lebih tinggi terdapat pada wanita

Menurut penelitian Sapitri tahun 2016, menunjukkan bahwa ada hubungan

antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Jenis kelamin terbanyak pada

laki-laki yaitu 56, 4 persen.

Genetik. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi resiko terkena hipertensi. Sifat orangtua diturunkan

secara genetik termasuk dalam hal ini penyakit yang diderita dapat diturunkan

melalui genetik.

Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu

orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

14

hidup keturunannya memiliki peluang 25 persen terserang penyakit tersebut. Jika

kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan

mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60 persen.

Faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain

Obesitas. Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar

20 persen atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai korelasi

positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan

cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat

badan normal relatif sebesar 10 persen mengakibatkan kenaikan tekanan darah

7 mmHg (Mannan,2012).

Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah

dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT)

berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada

obesitas jauh lebih besar.Cara mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atauBody

Mass Index (BMI) (Poltekes Depkes Jakarta I, 2010).

Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

atau

Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi

badan (dalam meter)

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa orang yang kegemukan mudah

terkena hipertensi (Suiraoka, 2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

15

Sapitri tahun 2016 menunjukkan bahwa orang dengan obesitas (IMT>25) beresiko

menderita hipertensi sebesar 6,47 kali dibanding dengan orang yang tidak

obesitas.

Stres. Stres terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang

dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada

suatu saat akan memengaruhi kesehatan fisik seseorang. Hubungan stress dengan

hipertensi diduga terjadi melalui saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf

simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

Apabila stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi

(Widyanto dan triwiboowo, 2013).

Konsumsi alkohol. Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan

karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi

lebih kental dan jantung dipaksa untuk memompa darah lebih kuat lagi agar darah

yang sampai ke jaringan mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan

darah (Anonim, 2012). Apabila mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka

dapat mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung serta dapat

meningkatkan kadar adrenalin termasuk kortisol yang berhubungan dengan

terjadinya peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan hasil penelitian Elvivin dkk tahun 2015, menemukan bahwa

ada hubungan kebiasaan konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi di pulau

Tasipi diperoleh oods ratio (OR=7,917), artinya responden yang memiliki

kebiasaan mengonsumsi alkohol minimal 1 gelas atau lebih tiap hari mempunyai

risiko mengalami hipertensi 7,917 kali lebih besar. Menurut Nuraini (2015),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

16

alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan

semakin banyak alkohol yang diminum, maka semakin tinggi tekanan darah.

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbonmonoksida, yaitu dapat

meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa

untuk memompa darah lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan

mencukupi.

Triyanto (2014) mengatakan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah

sedang sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan bervariasi tidak merusak

kesehatan. Namun demikian, minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan

dengan peningkatan tekanan darah. Menghindari konsumsi alkohol bisa

menurunkan tekanan darah sebesar 2-4 mmHg. Berdasarkan penelitian tersebut

maka dapat disimpulkan, bahwa terjadi peningkatan tekanan darah ketika

mengonsumsi alkohol. Semakin sering mengkonsumsi alkohol, maka semakin

tinggi risiko kenaikan tekanan darah.

Pencegahan hipertensi. Pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan

faktor-faktor yang memengaruhi berguna untuk menemukan strategi pencegahan

penyakit yang efektif. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk

mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan

kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah

dibuktikan efektif (Triyanto,2014).

Upaya pencegahan primer yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya

hipertensi adalah dengan cara merubah faktor resiko yang ada pada kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

17

beresiko. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap

penyakit hipertensi antara lain :

Pola makan yang baik. Menjaga pola makan yang baik dapat dilakukan

dengan hindari makan-makanan ikan asin, telur asin, otak, vitsin (monosodium

glutamate/ MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi. Kurangi

makan daging, ikan, kerang, kepiting, dan susu, cemilan atau snack yang asin dan

gurih. Konsumsi makanan yang dianjurkan seperti sayuran segar, buah segar,

tempe, tahu, kacang-kacangan, ayam, dan telur.

Perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan

olahraga yang teratur seperti jogging, aerobic, bersepeda dengan durasi waktu

minimal 30-45 menit sebanyak 3-4 kali per minggu. Hentikan kebiasaan merokok

dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Kebiasaan Makan sebagai Faktor Resiko Hipertensi

Kebiasaan makan didefinisikan sebagai perilaku seseorang atau

sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan makan yang melibatkan sikap,

kepercayaan, dan pilihan makanan (Irwan, 2014). Pendefinisian tentang

makanan juga berpengaruh pada kebiasaan makan dan kecukupan gizi.

Kebiasaan makan tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang tentunya

berpengaruh pada kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Uraian tentang

keberagaman kebiasaan makan dan pengolahan makanan diharapkan dapat

bermanfaat untuk memhami kondisi gizi dan kesehatan masyarakat maupun

bagi program penyuluhan gizi dan kesehatan masyarakat (Saptandari dalam

Irwan, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

18

Selain itu mengkonsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan

seseorang terkena penyakit hipertensi. Asupun natrium yang berlebihan, terutama

dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan

cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau ascites dan / atau

hipertensi.(Almatsier, 2010).

Menurut WHO yang bekerja sama dengan World Heart Federation dan

World Stroke Organization (2011) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi

faktor risiko penyakit kardiovaskuler adalah karena kebiasaan makan yang kurang

baik, hal ini ditandai dengan kebiasaan makan yang tinggi akan lemak jenuh,

lemak trans dan garam, asupan buah dan sayur yang rendah serta asupan ikan

rendah memiliki hubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Selain itu,

penelitian yang dilakukan mendapat hasil bahwa 1,7 juta kematian di dunia

memiliki kontribusi yang disebabkan karena kurangnya konsumsi sayur dan buah.

Pada dasarnya masalah gizi timbul karena perilaku gizi seseorang yang

salah yang salah, yaitu ketidaksamaan antara konsumsi dan kecukupan gizinya.

Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat

pembangun, dan zat pengatur, yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari, sesuai

dengan kecukupan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatannya,

tumbuh kembangnya, serta produktivitasnya yang optimal. Namun dengan

pergeseran gaya hidup, pengaruh urbanisasi, globalisasi dan indistrialisasi, dapat

pula menyeret sebagian masyarakat Indonesia untuk cendrung menyukai makanan

siap santap yang kandugan gizinya tidak seimbang. Pada umumnya, makanan siap

santap ini mengandung lemak dan garam yang tinggi tetapi kandungan seratnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

19

rendah. Hubungan kebiasaan makan yang kurang baik dengan mengkonsumsi

garam berlebihan dan asupan lemak jenuh akan meningkatkan resiko terjadinya

hipertensi.

Asupan natrium. Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium

dan klorida. Meningkatnya tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang

asin sebenarnya dipengaruhi oleh natrium yang terkandung dalam makanan

tersebut. Natrium ini tidak hanya terkandung dalam garam saja, namun juga pada

penyedap makanan (MSG), dan pengawet makanan (natrium benzoate). Natrium

yang terkandung dalam garam dan sumber lainnya sebenarnya sangat diperluan

tubuh untuk fungsi otot, saraf, serta untuk mengelola tekanan dan volume darah

(Dinkes RI, 2015)

Asupan natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik

ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume

cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga

berdampak kepada timbulnya hipertensi.

Berikut ini adalah daftar makanan yang termasuk memiliki kandungan

natrium yang tinggi : (Irawati, 2013)

1 Garam dapur: satu sendok teh garam dapur mengandung 2300 mg Na

2 Kaldu bubuk atau kaldu blok: lima gram atau satu blok kaldu mengandung

1200 mg natrium.

3 satu lembar daging burger mengandung 416 mg natrium

4 Mie instan: dalam satu bungkus mie instan terdapat 1140 mg natrium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

20

5 satu butir telur ayam terdapat 50,56 mg natrium dan satu butir telur bebek

terdapat 95,5 mg natrium

6 satu sdm kecap asin terdapat 1024 mg natrium, satu sdm kecap manis

terdapat 558 mg natrium dan satu sdm saos terdapat 690 mg natrium.

Konsumsi lemak. Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia.

Lemak dalam bahan makanan berfungsi sebagai sumber energi, menghemat

protein dan thiamin, membuat rasa kenyang lebih lama (karena proses pencernaan

lemak lebih lama), pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik. Fungsi

lemak dalam tubuh adalah sebagai zat pembangun, pelindung kehilangan panas

tubuh, penghasil asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai

prekusor dari prostaglandin yang berperan mengatur tekanan darah, denyut

jantung dan lipofisis

Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalam

lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Metabolisme lemak sehingga

menyebabkan hipertensi adalah Lipoprotein sebagai alat angkut lipida bersirkulasi

dalam tubuh dan dibawa ke sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain begitu juga pada

trigliserida dalam aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas

oleh enzim lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler. Reseptor

LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi.

Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol

darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat

merusak LDL, yaitu melalui jalur sel-sel perusak yang dpat merusak LDL.

Melalui jalur ini (scavenger pathway), molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

21

dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat

dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.

Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium

yang akhirnya berkembang menjadi artherosklerosis. Pembuluh darah koroner

yang menderita artherosklerosis selain menjakrumdi tidak elastis, juga mengalami

penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik.

Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya

tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah

tinggi atau hipertensi

Kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan meningkatnya kadar

kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL, dan/atau penurunan kadar kolestrol

HDL dalam darah. Kolestrol merupakan factor penting dalam terjadinya

aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah

sehingga tekanan darah meningkat.

Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat

hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah,

dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah rata-rata

mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah. Selain itu, konsumsi

lemak jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan factor

resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi.

Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan

penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah

menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier,2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

22

Gaya Hidup sebagai Faktor Resiko Hipertensi

Gaya hidup merupakan salah satu indikator kualitas hidup seseorang.

seseorang yang memiliki gaya hidup sehat akan menjalankan kehidupannya

dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti

olahraga, makanan, pikiran, dan lingkungan yang sehat. Hal ini akan

menyebabkan tingkat kesehatan seseorang menjadi baik. Kesehatan yang baik

menjadikan kualitas hidup seseorang meningkat. Gaya hidup sehat

menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara

kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat

meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau

minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam

mengelola stres yang dialami.

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor penting yang memengaruhi

kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab

terjadinya hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga bagi seseorang yang

telah menderita penyakit hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah

dalam batas normal diperlukan control rutin, mengurangi konsumsi rokok, rajin

berolahraga, mengurangi stress, dll. Penderita hipertensi harus dapat

meninggalkan gaya hidup yang lama dan menyusuaikan dengan gaya hidup yang

baru untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal.

Selain itu, gaya hidup dalam kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan

hipertensi. Seseorang yang memiliki kebiasaan merokok setiap hari memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

23

resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadinya hipertensi (Sitepu. R, 2012).

Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan aktivitas

berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial

yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut

jantung, dan ontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).

Merokok. Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih

keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara. Selain itu dapat

meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Keadaan ini dapat

terjadi akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan pelepasan katekolamin selama

kita menggunakan tembakau. Karbonmonoksida dalam asap rokok akan

menggantikan oksigen dalam darah, akibatnya tekanan darah akan meningkat

karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh

organ dan jaringan tubuh (Edi, 2013).

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap

melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotei

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan

darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktiakn kaitan erat antara kebiasaan merokok

dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot

jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan

risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko diabetes, serangan jantung,

dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

24

tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan

memicu penykit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah (Irianto,

2015).

Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh rangkas yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya

aktivitas fisik merupakan faktora resiko untuk penyakit kronis, dan secara

keselurhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO,2010).

Aktivitas fisik dilakukan secara teratur setiap hari atau tiga kali seminggu

minimal 30 menit setiap berolahraga. Intensitas latihan jasmani sebaiknya 60-80

persen dari kapasitas aerobik yang maksimal. (Fatmah dan Ruhayati, 2011).

Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang

tidak aktif melakukan kegiatasn fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut

jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa

darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri

sehingga tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekana darah. Kurangnya

aktivitas fisik juga dapat menigkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan resiko hipertensi meningkat (Welis & Rifki, 2013). Penelitian

Harahap (2017) juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya hipertensi (p=0,010; OR=3,095), yang artinya seseorang

yang beraktivitas ringan perkiraan resikonya 3,09 kali akan menderita hipertensi

dibandingankan dengan seseorang yang beraktivitas berat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

25

Banyak manfaat yang didapat apabila melakuakan aktivitas fisk dengan

intensitas tertentu seperti menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal,

meningkatkan daya tahan tubuh, terhadap penyakit. Secara umum, hasil studi

diberbagai negara menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang memadai bermanfaat

untuk kesehatan terutama mengurangi resiko penyakit hipertensi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan keuntungan yang besar untuk

menurunkan resiko hipertensi. Aktivitas fisik juga membantu mencegah dan

memperbaiki faktor resiko cardiovascular disease seperti tekanan darah tinggi.

Metode yang sering digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang

dalam suatu penelitian instrumen adalah recall dan pemberian kuesioner. Metode

tersebut sering digunakan karena murah dan lebih cepat. Namun, Keragaman

dalam ukuran tubuh, komposisi tubuh dan aktivitas fisik kebiasaan di antara

populasi orang dewasa dengan latar belakang geografis, budaya dan ekonomi

yang berbeda membuat aktivitas fisik sulit untuk diukur sehingga untuk

menjelaskan perbedaan dalam aktivitas fisik, FAO memperkirakan melalui

perhitungan faktorial yang dikombinasikan antara waktu yang dialokasikan untuk

kegiatan kebiasaan dan besar energi kegiatan-kegiatan. Sekaligus untuk

menjelaskan perbedaan ukuran tubuh dan komposisi baik pria maupun wanita,

besar energi kegiatan dihitung sebagai kelipatan BMR per menit juga disebut

sebagai rasio aktivitas fisik (PAR), dan kebutuhan energi 24 jam adalah

dinyatakan sebagai kelipatan dari BMR per 24 jam dengan menggunakan nilai

PAL (James dan Schofield dalam FAO, 2001). Berikut ini tabel estimasi standar

faktorial dari total pengeluaran energi berdasarkan FAO, 2001:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

26

Tabel 2

Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi

Waktu/ Physical

Jenis Kegiatan Durasi Activity Total

(Jam) Ratio/ satuan (PAL)

Waktu

Aktivitas Ringan

Tidur 8 1,0 8,0

Perawatan Pribadi

(Berpakaian, 1 2,3 2,3

mandi)

Makan 1 1,5 1,5

Memasak 1 2,1 2,1

Duduk (Pekerjaan kantor,

menjual 8 1,5 12,0

produk, cenderung

berbelanja)

Pekerjaan rumah tangga

umum 1 2,8 2,8

Mengendarai mobil dari/ke

kerja 1 2,0 2,0

Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2

Kegiatan ( menonton tv, 2 1,4 2,8

mengobrol)

1,53

Aktivitas Sedang

Tidur 8 1,0 8,0

Perawatan Pribadi

(Berpakaian, 1 2,3 2,3

mandi)

Berdiri, membawa beban

ringan 8 2,2 17,6

(menunggu di meja,

mengatur

barang dagangan)

Berangkat ke/dari kerja

dengan bus 1 1,2 1,2

Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2

Intensitas rendah latihan

aerobic 1 4,2 4,2

Kegiatan (menonton tv,

mengobrol) 3 1,4 4,2

1,76

lanjutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

27

Tabel 2

Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi

Waktu/ Physical

Jenis Kegiatan Durasi Activity Total

(Jam) Ratio/ satuan (PAL)

Waktu

Tidur 8 1,0 8,0

Perawatan Pribadi

(Berpakaian, 1 2,3 2,3

mandi)

Makan 1 1,4 1,4

Memasak 1 2,1 2,1

Kerja pertanian (Menanam, 6 4,1 24,6

menyiang)

Mengumpulkan air/kayu 1 4,4 4,4

Pekerjaan rumah tangga 1 2,3 2,3

(menyapu, mencuci pakaian,

mencuci piring)

Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2

Kegiatan (menonton tv, 4 1,4 5,6

mengobrol)

2,25

(Sumber : FAO, 2001)

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu 24

jam dinyatakan dalam PAL (physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik.

PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan dalam kkal perkilogram berat

badan dalam 24 jam. Rumus yang digunakan untuk menentukan PAL yaitu :

(FAO, 2001)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

28

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (Jumlah energy yang dikeluarkan untuk

tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu

Berikut ini tabel kategori aktivitas fisik standar berdasarkan nilai

Physical Activity Level (PAL) : (Laporan Komisi Pakar WHO, 1996; FAO,

2001)

Tabel 3

Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activy Level (PAL)

Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai Nilai PAL

Physical Activity Level (PAL)

Sangat Ringan 1.20 – 1.39

Ringan 1.40 – 1.69

Sedang 1.70 – 1.99

Berat 2.00 – 2.40

(Sumber : FAO, 2001)

Kerangka Konsep

Penelitian untuk mengetahui pengaruh umur, kebiasaan makan mseperti

konsumsi garam dan konsumsi lemak, dan gaya hidup seperti merokok dan

aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

29

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian

Ada hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Ada hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Kebiasaan Makan

1. Asupan Natrium

2. Konsumsi lemak

Gaya Hidup

1. Merokok

2. Aktivitas fisik

Hipertensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

30

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan case control yang dapat menilai hubungan paparan penyakit dengan

cara menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Gambar 2. Rancangan penelitian kasus kontrol

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar karena pada puskesmas tersebut jumlah penderita hipertensi

tergolong tinggi sebanyak 326 kasus dan berdasarkan wawancara terhadap tenaga

kesehatan puskesmas tersebut belum pernah ada penelitian terkait dengan

hipertensi. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan

Juli 2018.

Populasi

Faktor Resiko

(+) retrospektif

retrospektif

Kontrol

(Masyarakat

yang bukan

penderita)

Kasus

(Masyarkat

penderita

hipertensi)

Faktor Resiko

(-)

Faktor Resiko

(-)

Faktor Resiko

(+)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

31

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar yang menderita hipertensi dan seluruh

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar yang tidak

menderita hipertensi.

Sampel. Sampel pada penelitian ini memiliki beberapa kriteria inklusi,

sebagai berikut.

Kriteria inklusi. Kriteria Inklusi kasus yang diajukan adalah masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar dan yang menderita hipertensi.

Sedangkan kriteria inklusi kontrol adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Karo Pematangsiantar dan yang tidak menderita hipertensi.

Kriteria ekslusi. Kriteria Eklusi kasus yang dianjukan adalah penderita

hipertensi yang mengalami komplikasi penyakit (ginjal, jantung, dan diabetes).

Dan Kriteria Ekslusi kontrol yang diajukan adalah masyarakat yang

mengkonsumsi obat hipertensi.

Kriteria pencocokan (matching). Kriteria pencocokan pada penelitian ini

adalah umur dan jenis kelamin dengan kelompok kasus dan kontrol yang berada

di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Cara pengambilan sampel. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah

Non probablity sampling (consecutive sampling) caranya dengan mengambil

sampel kasus yang ada dalam penelitian ini yaitu sampel untuk kasus sampel

kasus masyarakat yang menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Karo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

32

Pematangsiantar sedangkan sampel kontrol masyarakat yang tidak menderita

hipertensi.

Besar sampel. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

besar sampel sebagai berikut:

n =

Keterangan:

n1 : Besar sampel sebagai kasus

n2 : Besar sampel sebagai kontrol

Z α : 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)

Z β : 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)

P1 : Proporsi pada beresiko atau kasus

P2 : 0,16 (Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan Kurnianingtyas et.al. (2016), proporsi pada

masyarakat yang tidak menderita hipertensi adalah 16%)

Q1 : 1-P1

Q2 : 1-P2

Q : 1-P

P : Proporsi total

n =

n = √

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

33

n = √

n =

n =

n = 21,6

n = 22

Berdasarkan perhitungan diatas, dalam penelitian ini sampel yang

diperlukan untuk kasus dan kontrol adalah 1:1 yang masing-masing sebanyak 22

kasus dan 22 kontrol. Kelompok kontrol yaitu masyarakat yang berkunjung di

wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar yang tidak menderita hipertensi.

Sehingga total sampel yang diperoleh adalah 44 responden.

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel penelitian dibagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian adalah faktor kebiasaan

makanan meliputi asupan natrium dan konsumsi lemak, dan gaya hidup meliputi

merokok dan aktivitas fisik.

Variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian

hipertensi.

Defenisi operasional. Defenisi operasional dalm penelitian ini terbagi atas

hipertensi, asupan natrium, konsumsi lemak, merokok, dan aktivitas fisik.

Hipertensi. Hipertensi adalah Keadaan tekanan darah tinggi yang berlaku

apabila tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan

diastoliknya lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

34

Asupan natrium. Asupan natrium adalah jumlah rata-rata konsumsi

natrium harian yang didapat dari hasil konversi semua mkanan yang dikonsumsi

perhari yang diukur dengan menggunakan metode food recall 24 jam

Konsumsi lemak. Konsumsi lemak adalah jumlah rata-rata konsumsi

lemak harian yang didapat dari hasil konversi semua mkanan yang dikonsumsi

perhari yang diukur dengan menggunakan metode food recall 24 jam

Merokok. Merokok adalah Kebiasaan/perilaku seseorang untuk mengisap

rokok sehari-hari berdasarkan ada tidaknya merokok, lama meroko, dan jumlah

batang rokok.

Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan meliputi aktivitas

olahraga, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diperoleh melalui hasil pengamatan (observasi)

dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang berisi informasi

tentang karakteristik responden, asupan natrium dengan menggunakan kuesioner

food recall 24 jam, konsumsi lemak dengan menggunakan kuesioner food recall

24 jam, merokok dengan menggunakan kuesioner dan aktivitas fisik dengan

kuesioner.

Metode Pengukuran

Pengukuran untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

35

Hipertensi. Pengukiran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

sphygmomanometer yang dilakukan oleh perawat Adapun kategori hipertensi

adalah (kemenkes, 2014)

Hipertensi : bila tekanan sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg

atau tekanan diastolic lebih atau sama dengan 90 mmHg.

Tidak hipertensi : bila tekanan sistolik kurang dari 140 mmHg tekanan

diastolic kurang dari 90 mmHg.

Asupan natrium. Asupan natrium adalah jumlah makanan yang

dikonsumsi dalam sehari yang dicatat menggunakan formulir food recall 24 jam

dengan menanyakan makanan apa saja yang dikonsumsi kemudian asupan

natrium dihitung dengan menggunakan software nutrisurvey. Kemudian hasilnya

dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (2013). Asupan natrium dibagi dua

kategori, Yaitu (Kemenkes RI, 2013)

Tinggi : jika lebih dari 120 % AKG

Rendah : jika kurang dari 90-120 % AKG

Keterangan : pada umur 50-64 tahun konsumsi asupan natrium yang

dianjurkan sebesar 1300 mg/ hari dan pada umur 56-80 tahun konsumsi asupan

natrium yang dianjurkan sebesar 1200 mg/hari. (Kemenkes RI, 2013)

Konsumsi lemak. Konsumsi lemak adalah jumlah makanan yang

dikonsumsi dalam sehari yang dicatat menggunakan formulir food recall 24 jam

dengan menanyakan makanan apa saja yang dikonsumsi kemudian konsumsi yang

mengandung lemak dihitung menggunakan software Nutrisurvey. Angka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

36

kecukupan lemak dilihat dengan menggunakan AKG (2013), kecukupan lemak

dihitung dengan rumus (Kemenkes RI, 2013) :

Kecukupan lemak =

x 100%

Kategori untuk kecukupan lemak, yaitu :

Tinggi : jika lebih dari 110 % AKG

Rendah : jika kurang dari 80 % sampai 110 % AKG

Merokok. Merokok adalah kebiasaan merokok dalam sehari-hari yang

diukur melalui kuesioner yang dikategorikan (Sugiharto, 2011) :

Merokok : jika lebih atau sama dengan satu batang per hari

Tidak merokok : jika tidak memiliki kebiasaan merokok

Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang meliputi

aktivitas olahraga pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Menurut FAO (2001),

besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan

dalam Physical Activity Level (PAL)

PAL ditentukan dengan rumus =

Kategori aktivitas fisi berdasarkan PAL:

Ringan : 1,40-1,69

Berat : 1,70-2,40

Pengolahan Data.

Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah dengan tahap sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

37

Data editing. Data editing adalah penyuntingan data dilakukan untuk

menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

Data coding. Data coding adalah suatu penyusunan secara sistematis data

mentah (data yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca

oleh mesin pengolahan data seperti computer.

Data entering. Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah

menjadi kode ke dalam mesin pengolahan data.

Data cleaning. Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang

telah dimasukkan ke dalam mesin pengolahan data yang sudah sesuai dengan

yang sebenarnya. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan

program computer SPSS (Statistical Package for Social Science). Data univariat

dianalisa secara deskriptif.

Metode Analisa Data.

Teknik analisa data dilakukan dengan dua cara, yaitu :

Analisa univariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat

karakteristik dan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas

(asupan natrium, konsumsi lemak, aktivitas fisik, dan merokok), maupun variabel

terikat ( kejadian hipertensi).

Analisa bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

antara asupan natrium, konsumsi lemak, aktivitas fisik, dan merokok dengan

kejadian hipertensi. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square

pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Dasar pengambilan keputusan

penerimaan hipotesuis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi ( nilai p), jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

38

nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, dan jika nilai p <0,05 maka

hipotesis penelitian diterima. Nilai OR digunakan untuk mengetahui seberapa

besar hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kriteria nilai

OR sebagai berikut:

Bila OR > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang benar merupakan

faktor risiko.

Bila OR = 1 atau mencakup angka satu berarti bukan faktor risiko.

Bila OR < 1 berarti merupakan faktor protektif (Sastroasmoro, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

39

Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Gambaran lokasi penelitian terdiri dari keadaan geografi, keadaan

demografi, dan Sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar.

Keadaan geografi. Puskesmas Karo terletak di Jl. Pane. 2, Kecamatan

Siantar Selatan. Puskesmas Karo merupakan bangunan baru yang baru dibangun

pada tahun 2016 di atas tanah seluas 2500 dengan luas bangunan 365 yang

telah mengalami perbaikan gedung beberapa kali. Luas wilayah kerja 3.85 Ha

yang meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Karo, Kelurahan Simalungun, dan

Kelurahan Toba. Secara geografis Puskesmas Karo terletak di Kecamatan Siantar

Selatan dengan batas-batasnya sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kelurahan Dwikaro

2. Sebelah Selatan : Kelurahan Kebun Sayur

3. Sebelah Barat : Kelurahan Teladan

4. Sebelah Timur : Kelurahan Pardamean

Keadaan demografi. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar pada tahun 2017 sebanyak 8.196 jiwa dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 2.216 jiwa. Distribusi tenaga kesehatan Puskesmas Karo dan

Pustu Toba ada 33 orang yang terdiri dari berbagai unsur profesi antara lain, dua

orang dokter umum, satu orang dokter gigi, satu orang tenaga kesehatan

masyarakat, dua orang asisten apoteker, dua belas orang perawat, satu orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

40

perawat gigi, sepuluh orang bidan, dua orang gizi, satu orang sanitarial, satu orang

analisis laboratorium dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas

Karo Pematangsiantar sebanyak 33 orang. Mayoritas penduduk terbanyak adalah

suku Batak Karo, yang kemudian diikuti oleh Batak Toba,Batak Simalungun,

Jawa, Melayu dan keturunan Cina. Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar berdekatan dengan pusat kota, dimana masyarakat yang

berdomisili di wilayah kerja Puskesmas ini semakin mudah dalam mengakses

segala sesuatu dikarenkan telah dilengkapi dengan jasa serba online seperti go

food dan gojek yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan makanan serba

cepat dan instan serta juga dipermudah dalam menjangkau suau tempat tanpa

mengeluarkan tenaga. Mayoritas penduduk dengan pekerjaan terbanyak adalah

Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta. Masyarakat yang bekerja sebagai Ibu Rumah

Tangga cenderung hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja dan jarang

melakukan kegiatan diluar rumah, termasuk berolahraga. Sama halnya dengan

pekerja wiraswasta mereka hanya disibukkan dengan aktivitas pekerjaan mereka,

dimana aktivitas pekerjaan mereka sebagian besar tidak terlalu berat. Diluar

pekerjaan itu, mereka tidak melakukan atau tidak memiliki aktivitas lain.

Pola makan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pemtangsiantar dominan mengonsumsi makanan cepat saji, seperti fast food.

Seperti yang diketahui bahwa makanan ini banyak mengandung natrium yang

memicu meningkatnya tekanan darah. Tidak hanya itu konsumsi gorengan yang

terlalu sering juga menjadi salah satu kebiasaan masyarakat paling banyak di

wilayah kerja Puskesmas ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

41

Sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar. Tabel 4 menunjukkan urutan 10 penyakit terbesar di wilayah

kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar tahun 2017. Penyakit terbanyak yang

diderita pasien di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar adalah penyakit

lain pada saluran pernafasan yang berjumlah 1.363 orang, dan penyakit yang

sedikit diderita adalah Tonsilitis yaitu sebanyak 82 orang. Dan dimana hipertensi

berapa di urutan ke empat sebanyak 326 orang.

Tabel 4

Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

tahun 2017

Nama Penyakit Jumlah

Penyakit lain pada saluran pernafasan 1.363

ISPA 393

Gastritis 328

Hipertensi 326

Infeksi penyakit usu yang lain 267

Kelainan refraksi 246

Diabetes Melitus 231

Rematik 184

Gangguan gigi 138

Tonsilitis 82

Karakteristik Responden

Jumlah responden yang diteliti adalah 44 responden, yang terdiri dari 22

responden kasus, dan 22 responden kontrol.

Jenis kelamin. Sebaran frekuensi jenis kelamin pada penderita Hipertensi

dengan yang bukan penderita Hipertensi. Pada Tabel 5 dapat dilihat distribusi

jenis kelamin responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo

Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

42

berjenis kelamin laki-laki memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),

dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%).

Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%). Sebaran frekuensi jenis kelamin pada

penderita hipertensi dengan yang bukan penderita Hipertensi sama karena dalam

penelitian ini dilakukan proses matching jenis kelamin.

Tabel 5

Distribusi Jenis Kelamin Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Jenis Kelamin

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % N %

Laki-laki 7 31,8 7 31,8

Perempuan 15 68,2 15 68,2

Total 22 100 22 100

Umur. Pada penelitian ini dilakukan proses matching berdasarkan umur

antara penderita Hipertensi dengan yang bukan penderita hipertensi. Pada Tabel 6

dapat dilihat distribusi umur responden hipertensi dan tidak hipertensi di

Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

responden yang berumur tahun memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8

orang (36,4), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8 orang

(36,4%). Sedangkan responden yang berumur > 60 tahun memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

43

Tabel 6

Distribusi Umur Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar

Umur

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % N %

8 36,4 8 36,4

> 60 14 63,6 14 63,6

Total 22 100 22 100

Analisis Univariat

Analisis univariat adalah untuk melihat distribusi dari masing-masing

variabel. Variabel-variabel yang akan dianalisi dalam uji univariat yaitu kebiasaan

makan (asupan natrium dan konsumsi lemak), dan gaya hidup (merokok dan

aktivitas fisik).

Asupan natrium. Sebaran distribusi frekuensi responden menurut asupan

natrium yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 7 dapat dilihat

distribusi asupan natrium responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas

Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden

yang mengkonsumsi natrium rendah memiliki kejadian hipertensi sebanyak 3

orang (13,6%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 13 orang

(59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi natrium tinggi memiliki

kejadian hipertensi sebanyak 19 orang (86,4%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Rata-rata asupan natrium yang dikonsumsi

responden sebesar 1.795 mg/hari. Standar deviasi asupan natrium yang

dikonsumsi responden sebesar 632 mg/hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

44

Tabel 7

Distribusi Asupan Natrium Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Asupan Natrium

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % N %

Rendah 3 13,6 13 59,1

Tinggi 19 86,4 9 40,9

Total 22 100 22 100

Konsumsi lemak. Sebaran distribusi frekuensi responden menurut

konsumsi lemak yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 8 dapat

dilihat distribusi konsumsi lemak responden hipertensi dan tidak hipertensi di

Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

responden yang mengkonsumsi lemak rendah memiliki kejadian hipertensi

sebanyak 5 orang (22,7%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak

13 orang (59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi lemak tinggi

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%), dan yang tidak memiliki

kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Rata-rata konsumsi lemak

responden sebesar 55 g/hari. Standar deviasi konsumsi lemak responden sebesar

14 g/hari.

Tabel 8

Distribusi Konsumsi Lemak Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Konsumsi Lemak

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % N %

Rendah 5 22,7 13 59,1

Tinggi 17 77,3 9 40,9

Total 22 100 22 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

45

Merokok. Sebaran distribusi frekuensi merokok responden yang diteliti

dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 9 dapat dilihat distribusi merokok

responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki

kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang

merokok memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%), dan yang tidak

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).

Tabel 9

Distribusi Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar

Merokok

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % n %

Tidak Merokok 15 68,2 17 77,3

Merokok 7 31,8 5 22,7

Total 22 100 22 100

Pada Tabel 10 dapat dilihat distribusi lama merokok responden hipertensi

dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil

analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang merokok lebih

dari 20 tahun memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%), dan yang

tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

46

Tabel 10

Distribusi Lama Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Merokok

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % N %

Tidak 15 68,2 17 77,3

>20 tahun 7 31,8 5 22,7

Total 22 100 22 100

Pada Tabel 11 dapat dilihat distribusi kuantitas merokok responden

hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan

hasil analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang merokok lebih

dari 20 batang per hari memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),

dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).

Tabel 11

Distribusi Kuantitas Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Merokok

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % n %

Tidak 15 68,2 17 77,3

>20 batang 7 31,8 5 22,7

Total 22 100 22 100

Aktivitas fisik. Sebaran distribusi frekuensi aktivitas fisik responden

yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 12 dapat dilihat distribusi

aktivitas fisik responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo

Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang

beraktivitas fisik berat memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8 orang (36,4%),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

47

dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%).

Sedangkan responden yang beraktivitas fisik ringan memiliki kejadian hipertensi

sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak

5 orang (22,7%).

Tabel 12

Distribusi Aktivitas Fisik Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

Aktivitas Fisik

Kejadian Hipertensi

Kasus Kontrol

N % n %

Berat 8 36,4 17 77,3

Ringan 14 63,6 5 22,7

Total 22 100 22 100

Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk melihat hubungan dari masing-masing

variabel independen. Variabel independen antara lain kebiasaan makan (asupan

natrium dan konsumsi lemak), dan gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik).

Analisis ini dilakukan dengan analisis Chi square 95% dan α = 0,05.

Hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi. Data asupan

natrium dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada

tabel berikut ini. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat hubungan asupan natrium

responden hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis diketahui

bahwa responden yang mengkonsumsi asupan natrium rendah memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 3 orang (13,6%), dan tidak memiliki kejadian hipertensi

sebanyak 13 orang (59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi asupan

natrium tinggi memiliki kejadian hipertensi sebanyak 19 orang (86,4%), dan tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

48

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi natrium dengan kejadian

hipertensi (p=0,004) pada taraf nyata α=0,05. Dari hasil analisis diperoleh nilai

OR=9.148 (95%CI 2,072-40,386), artinya orang yang penderita hipertensi

kemungkinan 9,14 kali berasal dari yang mengkonsumsi natrium tinggi

dibandingkan dengan yang mengkonsumsi natrium rendah.

Tabel 13

Distribusi Hubungan Asupan Natrium dengan Hipertensi di Wilauyah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar

Asupan

Natrium

Kejadian Hipertensi

P OR

95% Cl Kasus Kontrol

N % N %

Rendah 3 13,6 13 59,1 0,004 9.148

Tinggi 19 86,4 9 40,9 2.072-40.386

Total 22 100 22 100

Hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi. Data konsumsi

lemak dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada

tabel berikut ini. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat hubungan konsumsi lemak

responden hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis

menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi lemak rendah memiliki

kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%), dan tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 13 orang (59,1%) Sedangkan responden yang mengkonsumsi

lemak tinggi memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%), dan tidak

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Hasil uji statistic

menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi lemak dengan kejadian

hipertensi (p=0,032) pada taraf nyata α=0,05. Dari hasil analisis diperoleh nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

49

OR=4,911 (95%CI 1,325-18,205), artinya orang yang penderita hipertensi

kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan

dengan yang mengkonsumsi lemak rendah.

Tabel 14

Distribusi Hubungan Konsumsi Lemak dengan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar

Konsumsi

Lemak

Kejadian Hipertensi

P OR

95% Cl Kasus Kontrol

N % N %

Rendah 5 22,7 13 59,1 0,032 4,911

Tinggi 17 77,3 9 40,9 1,325-18,205

Total 22 100 22 100

Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi. Data merokok dengan

kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat hubungan merokok responden hipertensi di

Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden

tidak merokok yang memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan

yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan

responden yang merokok memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),

sedangkan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan merokok dengan

kejadian hipertensi (p=0,735) pada taraf nyata α=0,05. Hasil peneitian juga

menunjukkan nilai OR =1,587 (95% Cl 0,415-6,068), artinya orang yang

penderita hipertensi kemungkinan 1,5 kali berasal dari yang merokok

dibandingkan dengan yang tidak merokok.tetapi karena 95% Cl mencakup angka

1 maka variabel merokok belum tentu merupakan faktor resiko hipertensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

50

Tabel 15

Distribusi Hubungan Merokok dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Karo Pematangsiantar

Merokok

Kejadian Hipertensi

p OR

95% Cl Kasus Kontrol

N % N %

Tidak

Merokok 15 68,2 17 77,3

0,735 1,587

Merokok 7 31,8 5 22,7 0,415-6,068

Total 22 100 22 100

Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Data aktivitas

fisik dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada tabel

berikut ini. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat hubungan aktivitas fisik responden

hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis menunjukkan

bahwa responden yang beraktivitas berat memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8

orang (36,4%), dan tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang

(77,3%). Sedangkan responden yang beraktivitas ringan memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian

hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa

terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,015) pada taraf

nyata α=0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai OR=5,950 (95%CI 1568-

22,328), artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari

yang beraktivitas ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

51

Tabel 16

Distribusi Hubungan Aktivitas fisik dengan Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar

Aktivitas

Fisik

Kejadian Hipertensi

p OR

95% Cl Kasus Kontrol

N % N %

Berat 8 36,4 17 77,3 0,015 5,950

Ringan 14 63,6 5 22,7 1,586-22,328

Total 22 100 22 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

52

Pembahasan

Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 13 menunjukkan

bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi asupan

natrium tinggi berjumlah 19 orang (68,2%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang tidak memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi asupan

natrium tinggi yaitu berjumlah 9 orang (27,3%). Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p=0.004;

OR=9,148), artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 9,1 kali berasal

dari yang mengkonsumsi natrium tinggi dibandingkan dengan yang

mengkonsumsi natrium rendah.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas

responden mengkonsumsi asupan natrium yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari

jenis makanan yang dikonsumsi dan berat yang di konsumsi oleh responden yang

diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam, sumber natrium yang

tinggi yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah ikan teri sambal, roti,

biscuit, serta bumbu makanan seperti kecap maupun MSG.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanti (2017) yang

menyatakan ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah lansia.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dengan penelitian Manawan (2016) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan kejadian

hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa, di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

53

peroleh p=0,000 (p<0,05). Penelitan Raihan LN (2014) juga menunjukan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara pola asupan garam dengan kejadian

hipertensi primer (p=0,01; OR= 2,85) yang artinya seseorang yang mempunyai

pola asupan garam yang tinggi diperkirakan beresiko 2,8 kali menderita hiperensi

dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pola asupan garam yang

rendah. Penelitian Mahmuda, et, al (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p=0,001).

Natrium merupakan zat yang esensial untuk tubuh kita. Dalam keadaan

normal, ginjal mengatur kadar natrium dalam tubuh. Akan tetapi apabalia asupan

natrium yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan volume plasma, curah

jantung, dan tekanan darah. Natrium menyebabkan tubuh menahan air dengan

tingkat yang melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan

volume darah dan tekanan darah tinggi. Asupan natrium yang tinggi menyebabkan

hipertropi sel adiposity akibat proses lipogenik pada jaringan lemak putih, jika

berlangsung terus menerus akan menyebabkan penyempitan saluran pembuluh

darah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 14 menunjukkan

bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi lemak tinggi

berjumlah 17 orang (77,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

tidak memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi lemak rendah yaitu

berjumlah 5 orang (22,7%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-

square menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi lemak dengan kejadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

54

hipertensi (p=0,032) pada taraf nyata α=0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan

nilai OR=4,911 (95%CI 1,325-18,205), artinya orang yang penderita hipertensi

kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan

dengan yang mengkonsumsi lemak rendah.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas

responden mengkonsumsi lemak yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jenis

makanan yang dikonsumsi dan berat yang di konsumsi oleh responden yang

diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam, sumber lemak yang

tinggi yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah sayur yang diberi santan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kartika (2014) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak

dengan kejadian hipertensi (p=0,009; OR= 3,839) yang artinya seseorang dengan

asupan lemak lebih beresiko 3, 8 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi

dibandingkan denngan seseorang dengan asupan lemak yang sedang. Penelitian

Mafaza (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan

lemak dengan hipertensi di Rumah Sakit Universitas Airlangga (p=0,0024; OR=

0,268). Penelitian Manawan (2016) juga yang menunjukkan bahwa ada hubungan

antara asupan lemak dengan kejadian hipertensi di Desa Tandengan Satu

Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa, di peroleh p=0,000 (p<0,05).

Konsumsi lemak merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

hipertensi. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng yang terdiri beraneka

asam lemak jenuh dan terlebih lagi apabila penggunaan minyak goreng lebih dari

satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak. Konsumsi lemak yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

55

berlebihan, akan menimbulkan peningkatan asam lemak bebas di dalam tubuh.

Peningkatan asam lemak bebas tersebut dapat meningkatkan kadar Low Density

lipoprotein (LDL) darah, sehingga dapat memicu aterosklerosis yang dapat

mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi.

Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok

dengan kejadian hipertensi (p=0,735) OR=1,587 (95%CI 0,415-6,068). Hasil

peneitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Harahap (2017)

yang menunjukkan bahwa merokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya

hipertensi (p=0,014 ; OR=3,619), artinya orang yang penderita hipertensi

kemungkinan 3,6 kali berasal dari yang merokok dibandingkan dengan yang tidak

merokok tetapi karena 95% Cl mencakup angka 1 maka variabel merokok belum

tentu merupakan faktor resiko hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa responden

yang tidak merokok lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Dimana responden berjenis kelamin perempuan yang tidak merokok yang

memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang lebih banyak dibandingkan

dengan responden berjenis kelamin laki-laki yang merokok yang memiliki

kejadian hipertensi sebanyak 7 orang.

Dalam penelitian Elvivin, dkk (2015) juga menunjukkan merokok

merupakan faktor resiko dari hipertensi dengan nilai OR= 6,750. Penelitian

Jannah (2017) tentang faktor penyebab kejadian hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate Makasar juga menunjukkan bahwa ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

56

hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,001). Penelitian ini

menunjukkan bahwa orang yang merokok akan mencederai dinding pembuluh

darah dan mempercepat pembentukan arteroklerosis (pengerasan pembuluh

darah), membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh

darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan

darah.

Menurut Triyanto tahun 2014 tembakau mengandung nikotin yang

memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil sehingga sirkulasi darah

berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan

gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler pada

penderita hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida

yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak

lapisan ensoteri pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses arterolerosis,

dan tekanan darah tinggi.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 16 menunjukkan

bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang beraktivtas ringan berjumlah

14 orang (63,6%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki kejadian hipertensi yang beraktivitas beart yaitu berjumlah 8 orang

(36,4%). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan

aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,015) pada taraf nyata α=0,05. Hasil

penelitian juga menunjukkan nilai OR=5,950 (95%CI 1568-22,328), artinya orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

57

yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari yang beraktivitas

ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas

responden beraktivitas ringan. Hal ini didasari karena jenis pekerjaan yang

dimiliki oleh reponden adalah tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja yang

dimaksud ialah responden yang memiliki kategori aktifitas fisik ringan dalam

kegiatan kesehariaanya seperti menonton televisi, berbaring, duduk, mengobrol,

dan tidur. Kegiatan tidur, responden dapat menghabiskan waktu 7-8 jam per hari.

Kegiatan perawatan diri, responden dapat mengahbiskan waktu 30-45 menit per

hari. Kegiatan makan, responden dapat menghabiskan waktu 30-45 menit per hari.

Kegiatan memasak, responden dapat menghabiskan waktu 45-60 menit per hari.

Kegiatan mengemudi, responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari.

Kegiatan duduk, responden dapat menghabiskan waktu 7-8 jam per hari. Kegiatan

membawa beban responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari.

Kegiatan berjalan, responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari

Kegiatan pekerjaan rumah tangga, responden dapat menghabiskan waktu 30- 60

menit per hari. Kegiatan menanam, responden dapat menghabiskan waktu 30-45

menit per hari. Dan kegiatan santai seperti menonton televisi dan mengobrol,

responden dapat menghabiskan waktu 2-3 jam per hari

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afiah (2018) yang

menunjukkan ada pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe tahun 2018 dimana (OR=9,028),

yang artinya seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang ringan memiliki resiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

58

sebesar 9 kali lebih besar daripada orang yang memiliki aktivitas fisik yang berat.

Dalam Penelitian Harahap (2017) juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi (p=0,010; OR=3,095),

yang artinya seseorang yang beraktivitas ringan perkiraan resikonya 3,09 kali

akan menderita hipertensi dibandingankan dengan seseorang yang beraktivitas

berat. Penelitian Pramana (2016) juga menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat hipertensi (p=0,013). Penelitian

Ningsih (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan pola aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi (p= 0,000).

Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang

yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut

jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatan otot jantung bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa

darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri

sehingga tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya

aktivitas fisik juga dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan resiko hipertensi meningkat (Triyanto, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

59

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Karo Pematangsiantar dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara

asupan natrium dengan kejadian hipertensi (OR=5,714), yang artinya orang yang

penderita hipertensi kemungkinan 5,7 kali berasal dari yang mengkonsumsi

natrium tinggi dibandingkan dengan yang mengkonsumsi natrium rendah. Ada

hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi (OR=4,911), yang

artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang

mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan dengan yang mengkonsumsi lemak

rendah.

Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (OR=5,950), yang

artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari yang

beraktivitas ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar, peneliti menyarankan beberapa hal

sebagai berikut :

Bagi masyarakat. Membiasakan pola hidup sehat dengan menghindari

faktor resiko hipertensi dan diharapkan dapat mengikuti kegiatan Program

Pengelolahan Penyakit Kronis (Prolanis) yang ada di Puskesmas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

60

Bagi petugas kesehatan. Bagi petugas kesehatan meningkatkan

sosialisasis prolanis kepada penderita hipertensi dan mengoptimalkan posyandu

lansia di tiap desa untuk deteksi dini hipertensi dan faktor resiko hipertensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

61

Daftar Pustaka

Afiah, W. (2018). Faktor resiko antara aktivitas fisik, obesitas, dan stres dengan

penyakit hipertensi pada umur 45-55 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat, 3 (2), 8.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/3998.

Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka

Utama.

CDC. (2016, November 30). High blood pressure. Diakses 30 Sepetember 2018,

dari Http://Www.Cdc.Gov/Bloodpressure/Facts.Html.

Depkes, RI. (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar sumatera utara.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara. (2016). Profil kesehatan provinsi sumatera

utara. Medan:Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

Edi, J. (2013). Hipertensi kandas berkat herbal. Jakarta: Fmedia

Elvivin, Lestari H, & Ibrahim K. (2015). Analisis faktor risiko kebiasaan

mengkonsumsi garam, alkohol,kebiasaan merokok dan minum kopi

terhadap kejadian hipertensi pada nelayan suku bajo di Pulau Tasipi

Kabupaten Muna Barat Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan

Masyarakat, 1 (3), 7-8.

http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/1273

FAO/WHO/UNU. (2001). Human energy requirement. Report Of A Joint

Fao/Who/Unu Expert Consultantion Rome.

Harahap, R. (2017). Faktor resiko aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol

terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa awal di wilayah

puskesmas bromo medan tahun 2017. (TESIS, USU). Diakses dari

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1006/

Informasi global sistem alkohol dan kesehatan (GISAH). (02 Februari 2012).

Dakses 30 September 2018, dari

http:/www.WHO.com/informasi_global_sistem_alkohol_dan_kesehatan_

(GISAH)/.

Indar, K. (2017). Hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di

Puskesmas Pajangan Bantul. (SKRIPSI, Stikes Jendral Achmad Yani

Yogyakarta). Diakses dari http://repository.unjaya.ac.id/2278

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

62

Irawati, S. (10 April 2013). Cukupkah Batasi Makanan Asin. Diakses 30

September 2018, dari http://www.moveondiet.com/featured/cukupkah-

batasi-makanan-asin/).

Irwan. (2014). Pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, dan

kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan energi dan protein pada

anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. (TESIS, USU).

Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/62060

Jannah, M. (2017). Analisis faktor penyebab kejadian hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar. Jurnal PENA, 3 (1),

http://journal.unismuh.ac.id/index.php/pena/article/view/983

Kartika, LA. (2016). Asupan lemak, dan aktivitas fisik, serta hubungannya dengan

kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan. Jurnal Gizi dan Dietik

Indonesia, 4 (3), 141-142.

http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/343

Kemenkes, RI. (28 November 2013). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

bagi Bangsa Indonesia. Diakses 30 September 2018 dari

http://gizi.depkes.go.id/download/kebijakan%20gizi/Tabel%20akg.pdf

Kemenkes RI. (1 Desember 2014). Data Dan Indormasi Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara Diakses 30 September 2018 dari

Http://Www.Depkes.Go.Id/Download.Php?File=Download/Pusdatin/Kunju

ngankerja/Sumut.Pdf

Khasanah, N. (2012). Waspadai beragam penyakit degeneratif akibat pola makan.

Yogyakarta : Penerbit Laksana.

Kowalski, R. (2010). Terapi hipertensi. Terjemahan: Rani S. Bandung. Qanita

Zulkeflie. Nasb 2011

Kurnianingtyas, B, et. al. (2016). Faktor resiko kejadian hipertensi pada siswa

sma di Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5 (2),

17. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/16372

Mafaza R. L., Wirjatmadi B., Adriani W.. (2016). Anaslisis hubungan antara

lingkar perut, asupan lemak, dan rasio asupan kalium magnesium dengan

hipertensi. Jurnal Media Gizi Indonesia, 11 (2), 131. https://e-

journal.unair.ac.id/MGI/article/download/7437/4456

Mahmuda, S, et, al (2015). Hubungan gaya hidup dan pola makan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

63

kejadian hipertensi pada lansia Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok

Tahun 2015. Jurnal Biomedika, 8 (2), 42-44.

http://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/download/2915/1837

Manawan, A. (2016). Hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian

hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.

Jurnal Ilmiah Farmasi, 5 (1), 344-345.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11345

Mannan H. (2012). Faktor risiko kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012. (SKRPSI, UNHAS). Diakses

dari http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5745

Ningsih, DLR. (2017).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi pada pekerja sektor informal di Pasar Beringharjo Kota

Yogyakarta. (SKRIPSI, UNISAYOGYA). Diakses dari

http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/2689

Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di

Kelurahan Makam Haji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

(SKRIPSI, UMS). Diakses dari

eprints.ums.ac.id/29084/9/02._Naskah_Publikasi.pdf

Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. J Majority. 4, 5 : 12.

Pramana L.D.Y. (2016) .Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II. (TESIS, UNIMUS).

Diakses dari http://repository.unimus.ac.id/35/1/FULL%20TEXT%201.pdf

Pusparani, D. I. (2016). Gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

(SKRIPSI, UINJKT). Diakses dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37348/2/INDAH

%20DWI%20PUSPARANI-FKIK.pdf

Raihan LN, & Erwin, DAP. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi primer pada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas

Rumbai Pesisir. Jurnal Jom Psik,1 (2), 5. https://www.e-

jurnal.com/2016/11/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan_21.html

Sapitri N. (2016). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di Pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Jim Fk,3 (1), 4.

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/8227

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

64

Sasroasmoro, S., & Ismael, S. (2016). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis

edisi ke 5 revisi. Jakarta.: CV. Sagung Seto.

Sitepu, R. (2012). Pengaruh kebiasaan merokok dan statuz gizi terhadap

hipertensi pada pegawai kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi

Sumatera Utara. (TESIS, USU). Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34277

Suiraoka. (2016). Mengenal, mencegah, dan mengurangi faktor resiko 9 penyakit

degenerative. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sugiharto, A. (2011). Faktor-faktor resiko hipertensi grade ii pada masyarakat

(studi kasus di Kabupaten Karanganyar) (TESIS, UNDIP). Diakses dari

https://core.ac.uk/download/pdf/11716395.pdf

Susanti, M, R. (2017). Hubungan asupan natrium dan kalium dengan tekanan

darah pada lansia di Kelurahan Pajang (SKRIPSI, UMS). Diakses dari

http://eprints.ums.ac.id/53191/1/1.%20NASKAH%20PUBLIKASI%20ILM

IAH.pdf

Triyanto, E. (2014). pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara

terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Welis, W & Rifki, MS. (2013). Buku petunjuk gizi untuk aktivitas fisik dan

kebugaran.

http://repository.unp.ac.id/489/1/BUKU%20PETUNJUK%20GIZI%20UNT

UK%20AKTIFITAS%20FISIK.pdf

Widiyanto, F.C & Triwibowo, C. (2013). trend desease trend penyakit saat ini.

Jakarta.: Trans Info Media

WHO. (2011). Global status report on noncommunicable diseases 2010.

WHO. (2013). A global biefton hypertension; Http://Www.Who.Ish/Ncds-And-

Me.

WHO. (2014). Raised blood pressure. Artikel Diiakses Tanggal 12 Oktober 2014

Dari

Http:/Www.Who.Int/Gho/Ncd/Risk_Factors/Blood_Pressure_Prevalence_T

ext/En/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

65

Lampiran 1. Informed Consent

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama :............................................................................

Umur :............................................................................

Alamat :............................................................................

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini maka saya

menyatakan bersedia menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

saudari Resya Manurung mengenai “Hubungan Kebiasaan Makan dan Gaya

Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo

Pematangsiantar”

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini sangat bermanfaat untuk

kepentingan ilmiah. Identitas responden digunakan hanya untuk keperluan

penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari

pihak manapun agar dapat dipergunakan sesuai keperluan. Atas perhatian,

kesediaan, dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Responden Peneliti

(......................................) (Resya V. Manurung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

66

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

Hubungan Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar

No Kasus :

No Kontrol :

Tanggal wawancara : / /

A. Tekanan Darah

No Jenis Pengukuran

1 Sistolik (mmHg)

2 Diastolik (mmHg)

B. Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden

1. Nama

2. Alamat

3. Jenis Kelamin

4. Tempat, tanggal lahir

5. Usia Tahun

6. Pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

67

C. Kuesioner Asupan Natrium dan Lemak (Food Recall)

Waktu Makan Nama makanan Bahan Makanan

jenis URT G

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

68

D. Kuesioner Merokok

1. Apakah bapak/ibu merokok?

a. Ya

b. Tidak

2. Sudah berapa lama bapak/ibu merokok??

a. 1-10 tahun

b. Lebih dari 10 tahun

c. Tidak pernah

3. Berapa jumlah rokok yang bapak/ibu hisap dalam sehari?

a. 1-10 batang

b. Lebih dari 10 batang

c. Tidak ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

69

E. Aktivitas fisik

No. Aktivitas Fisik PAR

(Physical Activity Ratio)

1. Tidur 1.0

2. Perawatan diri 2.3

(mandi/berpakaian)

3. Makan 1.5

4. Memasak 2,1

5. Mengemudi mobil ke/dari tempat kerja 2.0

6. Duduk (pekerjaan kantor) 1,5

7. Membawa beban 2.2

8. Pekerjaan rumah tangga 2,8

9. Berjalan 3.2

10. Kerja pertanian 4.1

11. Kegiatan santai 1.5

(menonton TV/mengobrol)

12. Melakukan kerja bangunan/gedung 12,3

No. Aktivitas Fisik Waktu PAR x W

1. Tidur

2. Perawatan diri

(mandi/berpakaian)

3. Makan

4. Memasak

5. Mengemudi mobil ke/dari tempat

Kerja

6. Duduk (pekerjaan kantor)

7. Membawa beban

8. Pekerjaan rumah tangga

9. Berjalan

10. Kerja pertanian

11. Kegiatan santai

(menonton TV/mengobrol)

12. Melakukan kerja bangunan/gedung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

70

LAMPIRAN 3. Master Data

No. Nama

Tekan

an

darah

Asup

an

Natri

um

Kons

umsi

Lema

k

Mer

okok

Lam

a

Mer

okok

Kua

ntita

s

Mer

okok

Akti

vitas

Fisik

1 Hulda 1 0 1 0 0 0 0

2 Hinsa 1 1 0 1 2 2 1

3 Ingot 1 0 1 1 2 2 0

4 Rohani 1 0 1 0 0 0 1

5 Wilman 1 1 1 1 2 2 1

6 Robiah 1 1 1 0 0 0 1

7 Regina 1 1 1 0 0 0 1

8 J. Tarigan 1 1 0 1 2 2 0

9 Bunga 1 1 1 0 0 0 1

10 Solo 1 0 1 1 2 2 1

11 Leksi 1 1 1 0 0 0 1

12 R.

Simanjuntak 1 1 0 0 0 0 1

13 Betti 1 1 1 0 0 0 0

14 Nensi 1 1 1 0 0 0 1

15 Agnes 1 1 1 0 0 0 0

16 Ilse 1 1 0 0 0 0 0

17 Maringot 1 1 1 1 2 2 1

18 Bolson 1 0 1 1 2 2 1

19 Siti Haloho 1 1 0 0 0 0 1

20 Yeni 1 0 1 0 0 0 0

21 Rondi 1 1 1 0 0 0 0

22 Verisda 1 1 1 0 0 0 1

23 Farida 0 0 0 0 0 0 0

24 D. Sianipar 0 0 1 1 2 2 0

25 M.

Tampubolon 0 0 0 1 2 2 0

26 M. Ramlan 0 1 0 0 0 0 1

27 Mawon 0 0 0 0 0 0 0

28 Tiara 0 0 0 0 0 0 0

29 Siti Hutasoit 0 1 1 0 0 0 1

30 Tahan 0 0 1 1 2 2 0

31 Tiurma 0 0 1 0 0 0 0

32 S. Ambarita 0 0 0 1 2 2 0

33 Nurmida 0 0 0 0 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

71

34 Lusiana 0 1 1 0 0 0 1

35 Linar 0 0 0 0 0 0 0

36 Martina 0 0 1 0 0 0 0

37 Rolentina 0 1 1 0 0 0 1

38 Adelina 0 0 0 0 0 0 0

39 M. Barus 0 0 0 0 0 0 1

40 Toni 0 1 1 1 2 2 0

41 Liliana 0 0 0 0 0 0 0

42 Risda 0 0 0 0 0 0 0

43 Sarifa 0 0 0 0 0 0 0

44 Saria 0 1 1 0 0 0 0

Keterangan :

Hipertensi Asupan Natrium Konsumsi Lemak

0 = Tidak hipertensi 0 = Rendah 0 = Rendah

1 = Hipertensi 1 = Tinggi 1 = Tinggi

Merokok Lama Merokok Kuantitas Merokok

0 = Tidak 0 = Tidak 0 = Tidak

1 = Merokok 1 = 1-20 tahun 1 = 1-20 batang

2 = > 20 tahun 2 = > 20 batang

Aktivitas Fisik

0 = Berat

1 = Tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

73

Lampiran 4. Hasil Output SPSS

1. ANALISIS UNIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asupan Natrium *

Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Asupan Natrium * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Asupan Natrium Rendah Count 13 3 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0

% within Hipertensi 59.1% 13.6% 36.4%

Tinggi Count 9 19 28

Expected Count 14.0 14.0 28.0

% within Hipertensi 40.9% 86.4% 63.6 %

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0 %

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi lemak *

Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

74

Konsumsi lemak * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Konsumsi lemak Rendah Count 13 5 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

% within Hipertensi 59.1% 22.7% 40.9%

Tinggi Count 9 17 26

Expected Count 13.0 13.0 26.0

% within Hipertensi 40.9% 77.3% 59.1%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Merokok * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Merokok * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Merokok Tidak

Merokok

Count 17 15 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%

Merokok Count 5 7 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

75

Lama merokok responden * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Lama merokok

responden

tidak Count 17 15 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within

Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%

>20 tahun Count 5 7 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within

Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within

Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Kuantitas Merokok Responden * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Kuantitas Merokok

Responden

Tidak Count 17 15 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within

Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%

>20 batang Count 5 7 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within

Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within

Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

76

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas fisik *

Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Aktivitas fisik * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Aktivitas fisik Berat Count 17 8 25

Expected Count 12.5 12.5 25.0

% within Hipertensi 77.3% 36.4% 56.8%

Ringan Count 5 14 19

Expected Count 9.5 9.5 19.0

% within Hipertensi 22.7% 63.6% 43.2%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

2. ANALISIS BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asupan Natrium *

Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

77

Asupan Natrium * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Asupan Natrium Rendah Count 13 3 16

Expected Count 8.0 8.0 16.0

% within Hipertensi 59.1% 13.6% 36.4%

Tinggi Count 9 19 28

Expected Count 14.0 14.0 28.0

% within Hipertensi 40.9% 86.4% 63.6 %

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.821a 1 .002

Continuity Correctionb 7.955 1 .005

Likelihood Ratio 10.390 1 .001

Fisher's Exact Test .004 .002

Linear-by-Linear

Association 9.598 1 .002

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

78

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Konsumsi

natrium (Rendah / Tinggi) 9.148 2.072 40.386

For cohort Hipertensi =

Kontrol 2.528 1.405 4.548

For cohort Hipertensi =

Kasus .276 .097 .791

N of Valid Cases 44

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Konsumsi lemak *

Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Konsumsi lemak * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Konsumsi lemak Rendah Count 13 5 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

% within Hipertensi 59.1% 22.7% 40.9%

Tinggi Count 9 17 26

Expected Count 13.0 13.0 26.0

% within Hipertensi 40.9% 77.3% 59.1%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

79

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.017a 1 .014

Continuity Correctionb 4.607 1 .032

Likelihood Ratio 6.185 1 .013

Fisher's Exact Test .031 .015

Linear-by-Linear Association 5.880 1 .015

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Konsumsi

lemak (Rendah / Tinggi) 4.911 1.325 18.205

For cohort Hipertensi =

Kontrol 2.086 1.144 3.805

For cohort Hipertensi =

Kasus .425 .192 .941

N of Valid Cases 44

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Merokok * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Merokok * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

80

Merokok Ringan Count 17 15 32

Expected Count 16.0 16.0 32.0

% within Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%

Berat Count 5 7 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .458a 1 .498

Continuity Correctionb .115 1 .735

Likelihood Ratio .460 1 .498

Fisher's Exact Test .736 .368

Linear-by-Linear Association .448 1 .503

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Merokok

(Ringan / Berat) 1.587 .415 6.068

For cohort Hipertensi =

Kontrol 1.275 .606 2.684

For cohort Hipertensi =

Kasus .804 .439 1.470

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

81

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Merokok

(Ringan / Berat) 1.587 .415 6.068

For cohort Hipertensi =

Kontrol 1.275 .606 2.684

For cohort Hipertensi =

Kasus .804 .439 1.470

N of Valid Cases 44

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas fisik * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%

Aktivitas fisik * Hipertensi Crosstabulation

Hipertensi

Total Kontrol Kasus

Aktivitas fisik Berat Count 17 8 25

Expected Count 12.5 12.5 25.0

% within Hipertensi 77.3% 36.4% 56.8%

Ringan Count 5 14 19

Expected Count 9.5 9.5 19.0

% within Hipertensi 22.7% 63.6% 43.2%

Total Count 22 22 44

Expected Count 22.0 22.0 44.0

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

82

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.503a 1 .006

Continuity Correctionb 5.928 1 .015

Likelihood Ratio 7.753 1 .005

Fisher's Exact Test .014 .007

Linear-by-Linear Association 7.333 1 .007

N of Valid Casesb 44

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas fisik

(Berat / Ringan) 5.950 1.586 22.328

For cohort Hipertensi =

Kontrol 2.584 1.162 5.745

For cohort Hipertensi =

Kasus .434 .231 .817

N of Valid Cases 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

83

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

84

Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

85

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN ...

61

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Puskesmas Karo

Pematangsiantang

Gambar 2. Pemeriksaan tekanan

darah yang dibantu oleh perawat

Gambar 3. Menandatangani surat

persetujuan ijin wawancara

Gambar 4. Melakukan wawancara

kepada penderita hiperten

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA