BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ... II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ... II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai enam tahun. Pada
masa usia prasekolah ini terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif dan
spiritual yang sangat signifikan. Modal awal dalam mempersiapkan anak usia
prasekolah untuk masuk ke tahap berikutnya adalah anak harus mampu
mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan menggunakan bahasa dalam
berinteraksi (Wong, 2009).
2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Menurut Rahman (2009), adapun karakteristik perkembangan anak usia dini
(prasekolah) sebagai berikut:
a. Perkembangan Fisik-Motorik
Perkembangan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Pada masa kanak-
kanak pertambahan tinggi dan berat badan relatif seimbang. Perkembangan
motorik anak terdiri dari dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik
halus.
Perkembangan motorik kasar seperti melakukan gerakan sederhana
berjingkrak, melompat, berlari, dan lain-lain. Pada masa ini merupakan tingkat
aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia dan terjadi perkembangan
11
otot besar seperti lengan dan kaki. Adapun perkembangan motorik halus yakni
kemampuan anak terkait dengan menempatkan dan memegang benda-benda.
Semakin bertambahnya usia, perkembangan motorik halus anak meningkat dan
menjadi lebih tepat seperti bermain menyusun benda walaupun belum
sempurna susunannya.
b. Perkembangan Kognitif
Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti
kegiatan mental yang mengacu pada organisasi/penataan dan penggunaan
pengetahuan. Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan Peaget
(1952), anak usia prasekolah termasuk dalam kategori pra operasional. Fase
praoperasional meliputi anak dalam rentang usia dua sampai tujuh tahun dan
dibagi menjadi dua tahap: fase prakonseptual (usia 2-4 tahun), dan fase pikiran
intuitif (usia 4-7 tahun).
Fase intuitif anak berkembang dan anak telah memiliki kemampuan
mengklasifikasikan benda sesuai ukuran atau warna. Selain itu anak mulai
dapat diajarkan untuk menggunakan aturan-aturan untuk memahami penyebab,
seperti anak dapat diajarkan cuci tangan dengan sabun sebelum makan agar
tidak sakit perut.
c. Perkembangan Sosio Emosional
Terdapat tiga tipe sifat anak, yaitu:
1. Anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman baru,
senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.
12
2. Anak yang sulit diatur, seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering
menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah
saat tidur.
3. Anak yang pasif, umumnya terlihat agak malas, jarang berpartisipasi secara
aktif dan seringkali menunggu semua hal diserahkan kepadanya.
Kepribadian dan kemampuan anak berempati dengan orang lain merupakan
kombinasi antara bawaan dengan pola asuh ketika ia masih anak-anak.
d. Perkembangan Bahasa
Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang berkualitas
baik dan ada yang rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara antara lain:
1. Intelegensi, semakin cerdas anak semakin cepat keterampilan bicaranya.
2. Jenis disiplin, disiplin yang rendah cenderung membuat anak cepat
berbicara dibandingkan dengan anak yang orang tuanya bersikap keras dan
berpandangan bahwa anak harus dilihat, tetapi tidak didengar.
3. Jumlah keluarga, anak tunggal cenderung lebih banyak bicara
dibandingkan anak-anak dari keluarga besar karena orang tua lebih banyak
waktu untuk berbicara dengannya.
4. Penggolongan peran seks, misalnya laki-laki dituntut untuk sedikit bicara
dari pada perempuan.
Karakteristik ini penting diketahui sebagai bentuk kepedulian pada
perkembangan anak yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang dewasa di
sekitarnya, sehingga akan tumbuh anak-anak yang memang diharapkan.
13
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu domain dari perilaku. Pengetahuan adalah
hasil dari tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan
indera penglihatan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior) (Fitriani, 2011). Secara garis besar besarnya dibagi dalam enam tingkat
pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo, 2010):
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi secara benar sehingga dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi kemudian mencari hubungan suatu
objek ke dalam komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah.
14
e. Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilaian itu didasari dari kriteria-
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
2.2.2 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
intepretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik : hasil nilai ≥ 76
2. Cukup : hasil nilai 56 - 75
3. Kurang : hasil nilai > 56
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2010):
1. Umur
Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena
semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka dianggap akan memperoleh pengetahuan.
15
3. Sumber informasi
Informasi adalah data atau pesan yang disampaikan dari pengirimin pesan yang
ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi dapat diperoleh melalui
media cetak, media eletronik, atau dari teman terdekat dan tenaga kesehatan.
2.3 Konsep Cuci Tangan
2.3.1 Definisi Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah sebuah keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap
anak, karena kebersihan tangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan (Verena, 2013). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir.
2.3.2 Tujuan Mencuci Tangan
Tujuan mencuci tangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2009) adalah salah satu unsur pencegahan penularan infeksi, karena mencuci
tangan dengan sabun dapat mencegah penularan berbagai patogen.
2.3.3 Waktu Mencuci Tangan
Waktu untuk mencuci tangan menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (2013) adalah sebagai berikut:
a. Setiap kali tangan kotor (seperti setelah memegang uang, binatang, atau setelah
berkebun, dll)
b. Setelah buang air besar
c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, atau batuk
16
e. Setelah pulang dari bepergian
f. Setelah bermain.
2.3.4 Langkah-langkah Mencuci Tangan
Langkah-langkah mencuci tangan menurut World Health Organization (WHO)
(2009) dibagi menjadi:
a. Menggunakan Sabun
Mencuci tangan hanya dengan air tidak mampu menghilangkan kuman dan
virus yang tidak terlihat. Cuci tangan sedikitnya dilakukan selama 15-20 detik
dan waktu yang dibutuhkan keseluruhan adalah 40-60 detik. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
0. Basahi tangan dengan air mengalir
1. Gunakan sabun secukupnya dan ratakan di seluruh permukaan tangan
2. Menggosok memutar telapak tangan
3. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya
4. Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya
8. Membilas tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga
tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah
17
9. Mengeringkan tangan dengan lap bersih sekali pakai ataupun tissue
10. Mematikan kran dengan lap bersih sekali pakai ataupun tissue
11. Tangan sudah bersih dan bebas kuman.
Gambar 2.1 Langkah-langkah Mencuci Tangan Menggunakan Sabun (WHO, 2009)
b. Menggunakan Cairan Pembersih Tangan (Hand Rub)
Waktu yang dibutuhkan untuk prosedur ini adalah 20-30 detik.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. (1a & 1b) Gunakan hand rub secukupnya dan ratakan di
seluruh permukaan tangan
18
2. Menggosok memutar telapak tangan
3. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan
tangan kanan, begitu pula sebaliknya
4. Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan
5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
8. Saat tangan sudah kering, tangan sudah bersih dan bebas
kuman.
19
Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan Menggunakan Hand Rub (WHO, 2009)
2.3.5 Manfaat Mencuci Tangan
Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara
membunuh patogen yang ada di tangan. Peningkatan mencuci tangan dapat
memiliki dampak besar pada kesehatan masyarakat di negara manapun dan secara
signifikan mengurangi dua penyebab utama kematian anak-anak yaitu penyakit
diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Proverawati & Rahmawati,
2012).
20
2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) pada Anak Sekolah
Faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah
adalah (Kushartanti, 2012):
a. Citra diri
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan dirinya.
Misalnya karena ada perubahan fisik tangan menjadi kotor sehingga individu
peduli terhadap kesehatan dengan melakukan cuci tangan pakai sabun.
b. Status sosial ekonomi
Mencuci tangan memerlukan alat dan bahan seperti sabun, lap tangan atau tisu
kering, dan semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah individu/orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Sebelum anak berperilaku mencuci tangan, ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak mencuci
tangan dengan sabun bagi dirinya atau keluarganya. Melalui promosi kesehatan
mencuci tangan anak mendapatkan pengetahuan pentingnya mencuci tangan
sehingga diharapkan anak tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya
fasilitas mencuci tangan sehingga tercipta perilaku mencuci tangan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
21
terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam mencuci
tangan.
d. Kebiasaan anak
Adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan atau cuci tangan sejak kecil, akan
menjadi kebiasaan baik sampai dewasa.
e. Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus dan
objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah
anak mengetahui bahaya tidak mencuci tangan (melalui pengalaman, pengaruh
orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi), proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap kegiatan mencuci tangan tersebut.
f. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk
berperilaku, beraktivitas dalam penyampaian tujuan dimana kebutuhan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap lajunya dorongan
tersebut. Jadi perubahan perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah dapat
tercapai dengan memberi anak motivasi yang kuat, sehingga timbul dari
kesadarannya sendiri, tercipta perilaku mencuci tangan pada anak tersebut.
g. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi
dengan anak-anaknya. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara
perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Perlakuan yang dilakukan
22
orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah laku
yang umum dilakukan di masyarakat. Orang tua adalah tokoh panutan anak,
maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas
bersekolahpun sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar
melalui model yang ditiru dari orang tuanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pola asuh orang tua antara lain:
1. Lingkungan
Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila tidak didukung lingkungan.
Namun, kedekatan anak dengan orang tua dapat meminimalkan pengaruh
negatif lingkungan.
2. Umur
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang. Semakin bertambah
umur maka semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku
yang sesuai untuk mendidik anak.
3. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan
oleh suatu masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang
cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan
anak.
h. Peran Guru di Sekolah
Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam lingkungan
sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu diantaranya
adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah.
23
i. Ketersediaan sanitasi yang baik di sekolah
1. Air
Mencuci tangan biasa belum mampu bekerja efektif untuk mengeliminasi
dampak mikroskopis dari penyebaran patogen. Menggunakan sabun scrub
atau sabun antibakterial, dan membasuh dengan air mengalir merupakan
cara yang efektif untuk melawan infeksi bakteri melalui tangan.
2. Sabun yang digunakan untuk mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan
mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan
sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih
banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif
karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok
dan bergesek dalam upaya melepasnya. Dalam sabun terdapat kandungan
antiseptik sebagai pembunuh kuman. Dalam kandungannya, cairan
antiseptik tersebut memiliki kandungan utama pembasmi mikroorganisme
yaitu alkohol.
3. Ketersediaan media promosi di sekolah
Media promosi pada hakikatnya adalah alat bantu promosi, alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Disebut media promosi kesehatan karena alat-alat
tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi
kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah
24
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat dan klien. Salah satu
tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat, mencapai sasaran
yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-
pesan yang diterima kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian,
penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang
untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang diperoleh.
2.4 Konsep Promosi Kesehatan
2.4.1 Definisi Promosi Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan
kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan
dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perliaku kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan
sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Putra, 2014).
25
2.4.2 Langkah-langkah Promosi Kesehatan
Menurut Putra (2014), langkah-langkah promosi kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang
keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat
tentang masalah yang dihadapi.
b. Penentuan Prioritas Masalah
Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai
dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.
c. Penentuan Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak
sehat ke arah perilaku sehat.
d. Penentuan Sasaran
Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi:
1. Masyarakat umum
2. Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai
3. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu
menggerakkan dan menyebarkan informasi.
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
26
a) Penentuan Pesan
Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan
yang disampaikan harus disesuiakan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan.
b) Penentuan Metode
Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin
dicapai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor
(contoh: untuk memgubah kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan
menggunakan metode ceramah.
c) Penentuan Media
Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga.
Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan
dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses
belajar mengajar.
d) Penentuan Rencana Penilaian
Penilaian yang dilakukan meliputi: penentuan tujuan penilaian, penentuan
tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.
e) Penyusunan Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang
disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas
penyuluh, waktu dan rencana penilaian.
27
2.4.3 Macam-macam Metode Promosi Kesehatan
Media promosi yang dapat digunakan untuk anak prasekolah adalah bermain
sambil belajar interaktif di mana dapat melatih kreatifitas anak-anak usia 4-6
tahun. Seperti yang disampaikan dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa
dengan melakukan simulasi hal yang sebenarnya anak akan menghafal 90%
pembelajaran yang diberikan kepadanya (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014).
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Bilash, 2011)
Dilihat dari sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah, media
pembelajaran yang tepat adalah media pembelajaran interaktif. Menurut
Kerucut Pengalaman Edgar Dale, masing-masing dari metode memiliki
peranan yang penting dalam membantu anak-anak mengerti dan
mengingat urutan cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya
mencuci tangan bagi kesehatan (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014).
Menurut Ismaniar (2010), terdapat sembilan metode pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai pilihan dalam pemberian promosi kesehatan,
antara lain:
28
a. Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab
Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan perasaan
yang sedang dialami anak dengan mengajak mereka bercakap-cakap
tentang berbagai hal. Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan,
contohnya adalah bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh
anak-anak seperti makanan kesukaan, binatang kesayangan, cita-cita,
dan termasuk percakapan tentang kesehatan. Percakapan yang
dilakukan pendidik dengan anak-anak juga bisa diselingi dengan
anjuran agama tentang perilaku hidup sehat, dari kegiatan bercakap
maka disamping pengetahuan perilaku hidup sehat meningkat, juga
dapat mengasa kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain pada anak usia dini.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan kegiatan pendidik untuk memberikan
contoh kepada anak, dan selanjutnya anak bisa menirukan apa yang
dicontohkan pendidik kepadanya. Metode demonstrasi memiliki
makna yang penting bagi anak usia dini, karena melalui metode ini
maka dapat membantu mengembangkan kemampuan untuk
melakukan segala pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat; dan
membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan
secara tepat.
29
c. Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk
memainkan peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perkembangan anak yang
dapat dikembangkan melalui metode bermian peran adalah
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Menggunakan metode
bermain peran pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak tentang
pentingnya perilaku hidup sehat.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode ini memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan
pendidik, sehingga anak mendapat pengalaman secara nyata dan
melaksanakan tugas secara tuntas. Apabila metode ini digunakan
dalam proses pembelajaran hidup sehat, maka anak dapat memperoleh
pengalaman langsung dan nyata dalam pengembangan perilaku hidup
sehat. Tugas yang diberikan kepada anak bisa dalam bentuk tugas
pribadi maupun tugas kelompok. Tugas yang dilakukan anak secara
kelompok sangat bermanfaat untuk mengembangkan perilaku sehat,
anak belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan memahami karakater
teman-temannya serta belajar mematuhi aturan bersama. Sementara
tugas pribadi dapat mengemban kemampuan kemandirian anak dalam
memecahkan masalah dan memperkuat konsep diri mereka masing-
masing. Penggunaan metode pemberian tugas secara teratur akan
30
dapat menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif dan juga
dapat memotivasi anak untuk belajar mandiri.
e. Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung digunakan dalam menumbuhkembangkan
perilaku hidup sehat pada anak usia dini karena dapat memberikan
pengalaman belajar yang praktis pada anak, dan ini tentunya sangat
baik bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistis. Dalam
implementasinya seorang pendidik yang menggunakan metode ini
dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak
misalnya dalam mempraktekkan cara menjaga kebersihan tangan,
kaki, mulut dan lainnya, juga dalam melakukan kegiatan yang terkait
dengan upaya menjaga kebugaran tubuh seperti senam dan kegiatan
olah raga. Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivtas
pikiran dan penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari, juga dapat mengembangkan sikap dan keterampilan motorik
dalam area kesehatan.
f. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah menyampaikan suatu cerita, dalam hal ini
tentunya yang mengandung unsur pendidikan dan dilakukan secara
lisan. Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media
seperti menggunakan buku cerita bergambar, boneka, atau media
lainnya sehingga lebih menarik bagi anak usia dini. Metode bercerita
dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan. Melalui bercerita
31
anak dapat memperoleh berbagai informasi baik tentang pengetahuan,
nilai dan sikap untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
g. Metode Bermain
Bermain adalah metode utama dalam membelajarkan anak usia dini,
karena sebagaimana sudah diketahui secara umum dunia anak adalah
bermain. Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh
aspek kecerdasan anak, baik kecerdasan logika berpikir, bahasa,
keterampilan motorik, kemandirian, maupun kecerdasan sosial
emosional anak. Berbagai bentuk permainan bisa dipilih dalam
mengambangkan perilaku hidup sehat pada anak, dan anak sebaiknya
diberi kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya.
Misalnya untuk mengembangkan perilaku sehat dari aspek sosial
emosional maka kegiatan sosio drama atau bermain peran mungkin
lebih tepat. Sementara, jika kita ingin mengembangkan perilaku hidup
sehat dari aspek fisik maka kehiatan permainan berupa olah raga fisik
dan senam sangat cocok.
h. Pembiasaan
Salah satu upaya untuk mengembangkan perilaku hidup sehat pada
anak usia dini adalah dengan metode pembiasaan. Melalui metode
pembiasaan yang dilakukan dalam perilaku hidup sehat sejak usia dini
makan itu akan menjadi gaya hidupnya sampai dewasa kelak.
Menggunakan cara yang bertahap dengan menunjukkan caranya,
32
pemberian kesempatan dan waktu yang cukup untuk berlatih secara
teratur maka perilaku sehat akan tertanam dalam kehidupan anak.
Banyak pembiasaan yang bisa kita ajarkan kepada anak sehubungan
dengan perilaku hidup sehat ini, misalnya kebiasaan menjaga
kebersihan, tidur dengan teratur, rajin berolahraga, dan lain
sebagainya. Dalam meode pembiasaan perilaku hidup sehat ini kita
tidak bisa luput dari “punishment” agar kebiasaan yang salah
dilakukan anak tidak dilakukannya kembali, sedangkan setiap anak
mampu melakukan kebiasaan hidup sehat diberi “reward” seperti
senyuman, anggukan kepala, pujian verbal, dan sebagainya sehingga
anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebiasaan yang baik
tersebut.
i. Metode Bernyanyi
Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan pendidikan
yang bisa kita sampaikan kepada anak. Dengan demikian maka
pengetahuan dan keterampilan perilaku hidup sehat bisa kita
sampaikan kepada anak melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah
bagian dari kegiatan mengambangkan kecerdasan musik anak. Musik
bagi anak menyatu dalam pertumbuhan anak dimana musik memiliki
nilai tersendiri dalam mengembangkan kreativitas, perasaan
kebersamaan dalam kelompok, pertumbuhan fisik, keterampilan
intelektual dan pertumbuhan emosional. Banyak sekali contoh
nyanyian atau lagu yang berkembang di sekitar kita dan mengandung
33
pesan pengetahuan perilaku hidup sehat dan dapat kita ajarkan kepada
anak.
Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan
kegembiraan dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan, pembelajaran
dan pendidikan pada usia dini akan lebih efektif jika digunakan juga
media bernyanyi. Selain tidak terkesan menggurui, memerintah atau
melarang, juga disampaikan dengan suasana riang gembira, mudah
diingat dan tidak menyakitkan hati anak. Lagu-lagu yang dinyanyikan
pada usia ini perlu mencakup pelatihan teknik berbicara,
pengembangan kosakata, dan penguatan kemampuan daya ingat.
2.4.4 Alat Bantu Promosi Kesehatan
Alat bantu dalam promosi kesehatan adalah alat-alat atau perlengkapan yang
diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih
sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau benda yang dapat diamati,
didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat
untuk memperagakan dan atau menjelaskan urutan yang disampaikan secara lisan
oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah
diterima dan dipahami oleh sasaran (Putra, 2014). Pada garis besarnya hanya ada
tiga macam alat bantu yaitu sebagai berikut:
a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi
indera mata (penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan). Alat ini
ada dua bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan
alat-alat yang tidak diproyeksikan.
34
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam
pendidikan, misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
c. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete.
Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk mennerima sesuatu maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.
2.4.5 Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat untuk membantu
penyampaian promosi kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga (Putra, 2014):
a. Media Cetak
1. Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar.
2. Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau
keduanya.
3. Flyer (selebaran): seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4. Flip chart (lembar balik): pesan/infomasi kesehatan dalam bentuk lembar
balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi
gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi
berkaitan dengan gambar tersebut.
35
5. Rubik/ tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster: bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di
kendaraan umum.
7. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media Elektronik
1. Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya
jawab, pidato/ceramah, TV, dll.
2. Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,
dll.
3. Video Compact Disc (VCD)
4. Slide
c. Media Papan (billboard)
Papan/ billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi
dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini
juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan umum.
2.4.6 Handwashing Dance
Handwashing dance adalah sebuah metode promosi kesehatan terkait cuci tangan
yang disampaikan lewat tarian. Metode ini telah dilakukan di beberapa negara,
diantaranya di Jepang dan Indonesia. Penari terkenal dari Jepang yang bernama
Moriyama pun telah memperagakan tarian ini dan disebarkan melalui media
36
sosial, bertujuan untuk mengajarkan prinsip-prinsip mencuci tangan yang baik dan
benar kepada anak-anak. Tarian ini menunjukkan anak-anak teknik mencuci
tangan yang benar, yaitu mencuci telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari,
kuku, hingga ke pergelangan tangan. Tarian ini memiliki banyak keuntungan,
sekaligus menyenangkan bagi anak-anak (Japan Committee for UNICEF, 2013).
Website yang dibentuk oleh Inggris dan Irlandia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang isu keamanan
pangan dan gizi, www.safefood.eu (2014), saat ini sedang mengembangkan
handwashing dance itu sendiri, untuk mengajarkan anak tentang pentingnya
mencuci tangan. Musik dan tarian dapat membuat belajar menjadi lebih
menyenangkan dan informasi mudah ditangkap. Tarian ini sangat mudah, siapa
pun bisa mempelajari tarian ini, bahkan orang awam pun bisa mempelajari dan
mengajarkannya kepada anak-anak.
Handwashing dance akan dilakukan enam kali selama dua minggu. Setiap kali
pertemuan kegiatan akan diulang sebanyak empat kali dengan durasi kurang lebih
15-30 menit. Setelah diajarkan handwashing dance selama dua minggu, kemudian
akan dilakukan post test untuk mengetahui pengaruh handwashing dance terhadap
pengetahuan teknik mencuci tangan pada anak usia prasekolah. Menurut
penelitian yang menyerupai handwashing dance yakni dengan metode bernyanyi
yang dilakukan oleh Jayastri (2013), hal ini terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan anak dalam mencuci tangan.
37
2.5 Perbandingan Handwashing Promotion dengan Metode Bernyanyi dan
Handwashing Dance terhadap Pengetahuan Teknik Mencuci Tangan
Anak Usia Prasekolah
Mencuci tangan merupakan komponen penting dalam pencegahan penyakit dan
dapat mengurangi kejadian penyakit pada gastrointestinal. Mencuci tangan dikutip
sebagai “Method of Control” hampir 30% dari 142 penyakit menular oleh
American Public Health (APHA), sebuah organisasi pengendalian penyakit
menular. Mencuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran
patogen, tetapi anak seringkali sulit untuk mematuhinya. Di Vietnam dan Peru,
pemerintah mulai mengembangkan program pendidikan hiburan terkait cuci
tangan, seperti sebuah program televisi. Anak-anak akan mencuci tangan mereka
jika orang yang berpengaruh dalam kehidupan mereka seperti orang tua ataupun
guru mendorong mereka untuk melakukannya, selain itu anak mungkin
membutuhkan bantuan saat mencuci tangan mereka (Miller & Sturgis, 2013).
Anak usia tiga sampai enam tahun dianggap sangat cocok untuk menjadi sasaran
pemberian promosi kesehatan, karena anak usia tiga sampai enam tahun berada
pada masa Golden Age dimana kemampuan otak dalam menyerap informasi
sangat tinggi (Natalia, Dektisa, & Arini, 2014). Terdapat beberapa metode
pembelajaran untuk membantu anak-anak mengerti pentingnya menjaga kesehatan
dengan mencuci tangan dengan cara yang benar. Dilihat dari sasaran dari
pemberian promosi kesehatan ini, yakni anak usia tiga sampai enam tahun, maka
media pembelajaran yang tepat adalah media pembelajaran interaktif.
Pembelajaran yang interaktif tidak akan membuat anak cepat bosan, selain itu
38
juga dapat menarik perhatian anak sehingga pemberian promosi kesehatan akan
lebih mudah dilakukan.
Metode interaktif yang dapat dilakukan adalah metode bernyanyi dan
handwashing dance. Metode bernyanyi adalah metode yang umum digunakan
dalam memberikan pendidikan untuk anak, sedangkan handwashing dance adalah
sebuah metode yang sedang disosialisasikan oleh UNICEF, mengajarkan anak
langkah-langkah cuci tangan yang dipadu dengan tarian dan musik yang dapat
menarik perhatian anak. Perbedaan dari metode bernyanyi dan handwashing
dance yakni pada lirik lagu, dimana pada handwashing dance tidak mengajarkan
lirik yang berisikan langkah-langkah mencuci tangan. Pada metode bernyanyi,
stimulasi yang dipengaruhi adalah pendengaran dan penglihatan. Pada
handwashing dance terdapat beberapa stimulasi yang dipengaruhi, yaitu stimulasi
gerakan, penglihatan, dan pendengaran. Stimulasi gerakan saat menari dapat
dijadikan latihan psikomotorik khususnya gerakan motorik halus. Gerakan
motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-
otot kecil, dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun
membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh
yang terlibat (Mulyani & Gracinia, 2007). Stimulasi berupa penglihatan timbul
dalam conus atau basilus melalui neurit menuju ke neuron yang berbentuk sel
bipoler kemudian diteruskan hingga akhirnya sampai di otak tengah. Kemudian
otak tengah mendatangkan gerakan refleks mata agar mata dapat difokuskan ke
arah objek yang penting.
39
Pada stimulus pendengaran akan diteruskan oleh serabut saraf menuju ganglion
spiralis korti yang terletak di modiolus (pusat kokhlea). Berbagai proses pun
terjadi, hingga akhirnya proses stimulasi ini meningkatkan potensial aksi di
bagian otak tengah, sehingga substansi nigra menghasilkan neurotransmitter
terutamanya dopamin pada akson dopaminergik. Dopamin berfungsi untuk
menghantarkan pesan ke bagian otak terutama bagian korteks penglihatan primer
di lobus oksipetalis sehingga terjadi pengolahan informasi (Guyton, 2006).
Selain itu, nyanyian, musik dan tarian dapat membuat belajar menjadi lebih
menyenangkan dan anak tidak cepat bosan, sehingga informasi akan mudah
ditangkap. Jika dilihat dari Kerucut Pengalaman Edgar Dale, orang akan dapat
menangkap 90% informasi yang diberikan apabila langsung melakukan hal yang
sebenarnya (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014), selain itu sangat tepat jika
kegiatan mencuci tangan ini ditanamkan sejak usia dini agar nantinya dapat
menjadi suatu kebiasaan baik yang terus dilakukan.