BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ... II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

30
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah 2.1.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai enam tahun. Pada masa usia prasekolah ini terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif dan spiritual yang sangat signifikan. Modal awal dalam mempersiapkan anak usia prasekolah untuk masuk ke tahap berikutnya adalah anak harus mampu mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan menggunakan bahasa dalam berinteraksi (Wong, 2009). 2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah Menurut Rahman (2009), adapun karakteristik perkembangan anak usia dini (prasekolah) sebagai berikut: a. Perkembangan Fisik-Motorik Perkembangan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Pada masa kanak- kanak pertambahan tinggi dan berat badan relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar seperti melakukan gerakan sederhana berjingkrak, melompat, berlari, dan lain-lain. Pada masa ini merupakan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia dan terjadi perkembangan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah ... II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia Prasekolah

2.1.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai enam tahun. Pada

masa usia prasekolah ini terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif dan

spiritual yang sangat signifikan. Modal awal dalam mempersiapkan anak usia

prasekolah untuk masuk ke tahap berikutnya adalah anak harus mampu

mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan menggunakan bahasa dalam

berinteraksi (Wong, 2009).

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Menurut Rahman (2009), adapun karakteristik perkembangan anak usia dini

(prasekolah) sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik-Motorik

Perkembangan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Pada masa kanak-

kanak pertambahan tinggi dan berat badan relatif seimbang. Perkembangan

motorik anak terdiri dari dua, yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik

halus.

Perkembangan motorik kasar seperti melakukan gerakan sederhana

berjingkrak, melompat, berlari, dan lain-lain. Pada masa ini merupakan tingkat

aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia dan terjadi perkembangan

11

otot besar seperti lengan dan kaki. Adapun perkembangan motorik halus yakni

kemampuan anak terkait dengan menempatkan dan memegang benda-benda.

Semakin bertambahnya usia, perkembangan motorik halus anak meningkat dan

menjadi lebih tepat seperti bermain menyusun benda walaupun belum

sempurna susunannya.

b. Perkembangan Kognitif

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti

kegiatan mental yang mengacu pada organisasi/penataan dan penggunaan

pengetahuan. Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan Peaget

(1952), anak usia prasekolah termasuk dalam kategori pra operasional. Fase

praoperasional meliputi anak dalam rentang usia dua sampai tujuh tahun dan

dibagi menjadi dua tahap: fase prakonseptual (usia 2-4 tahun), dan fase pikiran

intuitif (usia 4-7 tahun).

Fase intuitif anak berkembang dan anak telah memiliki kemampuan

mengklasifikasikan benda sesuai ukuran atau warna. Selain itu anak mulai

dapat diajarkan untuk menggunakan aturan-aturan untuk memahami penyebab,

seperti anak dapat diajarkan cuci tangan dengan sabun sebelum makan agar

tidak sakit perut.

c. Perkembangan Sosio Emosional

Terdapat tiga tipe sifat anak, yaitu:

1. Anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman baru,

senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.

12

2. Anak yang sulit diatur, seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering

menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah

saat tidur.

3. Anak yang pasif, umumnya terlihat agak malas, jarang berpartisipasi secara

aktif dan seringkali menunggu semua hal diserahkan kepadanya.

Kepribadian dan kemampuan anak berempati dengan orang lain merupakan

kombinasi antara bawaan dengan pola asuh ketika ia masih anak-anak.

d. Perkembangan Bahasa

Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang berkualitas

baik dan ada yang rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara antara lain:

1. Intelegensi, semakin cerdas anak semakin cepat keterampilan bicaranya.

2. Jenis disiplin, disiplin yang rendah cenderung membuat anak cepat

berbicara dibandingkan dengan anak yang orang tuanya bersikap keras dan

berpandangan bahwa anak harus dilihat, tetapi tidak didengar.

3. Jumlah keluarga, anak tunggal cenderung lebih banyak bicara

dibandingkan anak-anak dari keluarga besar karena orang tua lebih banyak

waktu untuk berbicara dengannya.

4. Penggolongan peran seks, misalnya laki-laki dituntut untuk sedikit bicara

dari pada perempuan.

Karakteristik ini penting diketahui sebagai bentuk kepedulian pada

perkembangan anak yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang dewasa di

sekitarnya, sehingga akan tumbuh anak-anak yang memang diharapkan.

13

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu domain dari perilaku. Pengetahuan adalah

hasil dari tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan

indera penglihatan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior) (Fitriani, 2011). Secara garis besar besarnya dibagi dalam enam tingkat

pengetahuan, yaitu (Notoatmodjo, 2010):

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi secara benar sehingga dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi

atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi kemudian mencari hubungan suatu

objek ke dalam komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah.

14

e. Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang

dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilaian itu didasari dari kriteria-

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.2.2 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

intepretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik : hasil nilai ≥ 76

2. Cukup : hasil nilai 56 - 75

3. Kurang : hasil nilai > 56

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010):

1. Umur

Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena

semakin bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka dianggap akan memperoleh pengetahuan.

15

3. Sumber informasi

Informasi adalah data atau pesan yang disampaikan dari pengirimin pesan yang

ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi dapat diperoleh melalui

media cetak, media eletronik, atau dari teman terdekat dan tenaga kesehatan.

2.3 Konsep Cuci Tangan

2.3.1 Definisi Mencuci Tangan

Mencuci tangan adalah sebuah keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh setiap

anak, karena kebersihan tangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kesehatan (Verena, 2013). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran

dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang mengalir.

2.3.2 Tujuan Mencuci Tangan

Tujuan mencuci tangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2009) adalah salah satu unsur pencegahan penularan infeksi, karena mencuci

tangan dengan sabun dapat mencegah penularan berbagai patogen.

2.3.3 Waktu Mencuci Tangan

Waktu untuk mencuci tangan menurut Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (2013) adalah sebagai berikut:

a. Setiap kali tangan kotor (seperti setelah memegang uang, binatang, atau setelah

berkebun, dll)

b. Setelah buang air besar

c. Sebelum memegang makanan

d. Setelah bersin, atau batuk

16

e. Setelah pulang dari bepergian

f. Setelah bermain.

2.3.4 Langkah-langkah Mencuci Tangan

Langkah-langkah mencuci tangan menurut World Health Organization (WHO)

(2009) dibagi menjadi:

a. Menggunakan Sabun

Mencuci tangan hanya dengan air tidak mampu menghilangkan kuman dan

virus yang tidak terlihat. Cuci tangan sedikitnya dilakukan selama 15-20 detik

dan waktu yang dibutuhkan keseluruhan adalah 40-60 detik. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut:

0. Basahi tangan dengan air mengalir

1. Gunakan sabun secukupnya dan ratakan di seluruh permukaan tangan

2. Menggosok memutar telapak tangan

3. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan

kanan, begitu pula sebaliknya

4. Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan

5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci

6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan

sebaliknya

7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan

kiri dan sebaliknya

8. Membilas tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga

tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah

17

9. Mengeringkan tangan dengan lap bersih sekali pakai ataupun tissue

10. Mematikan kran dengan lap bersih sekali pakai ataupun tissue

11. Tangan sudah bersih dan bebas kuman.

Gambar 2.1 Langkah-langkah Mencuci Tangan Menggunakan Sabun (WHO, 2009)

b. Menggunakan Cairan Pembersih Tangan (Hand Rub)

Waktu yang dibutuhkan untuk prosedur ini adalah 20-30 detik.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. (1a & 1b) Gunakan hand rub secukupnya dan ratakan di

seluruh permukaan tangan

18

2. Menggosok memutar telapak tangan

3. Menggosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dan

tangan kanan, begitu pula sebaliknya

4. Menggosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan

5. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci

6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan

dan lakukan sebaliknya

7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

8. Saat tangan sudah kering, tangan sudah bersih dan bebas

kuman.

19

Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan Menggunakan Hand Rub (WHO, 2009)

2.3.5 Manfaat Mencuci Tangan

Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara

membunuh patogen yang ada di tangan. Peningkatan mencuci tangan dapat

memiliki dampak besar pada kesehatan masyarakat di negara manapun dan secara

signifikan mengurangi dua penyebab utama kematian anak-anak yaitu penyakit

diare dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Proverawati & Rahmawati,

2012).

20

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) pada Anak Sekolah

Faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah

adalah (Kushartanti, 2012):

a. Citra diri

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan dirinya.

Misalnya karena ada perubahan fisik tangan menjadi kotor sehingga individu

peduli terhadap kesehatan dengan melakukan cuci tangan pakai sabun.

b. Status sosial ekonomi

Mencuci tangan memerlukan alat dan bahan seperti sabun, lap tangan atau tisu

kering, dan semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

c. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah individu/orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Sebelum anak berperilaku mencuci tangan, ia harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak mencuci

tangan dengan sabun bagi dirinya atau keluarganya. Melalui promosi kesehatan

mencuci tangan anak mendapatkan pengetahuan pentingnya mencuci tangan

sehingga diharapkan anak tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya

fasilitas mencuci tangan sehingga tercipta perilaku mencuci tangan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

21

terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang baik dapat meningkatkan

kesehatan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam mencuci

tangan.

d. Kebiasaan anak

Adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan atau cuci tangan sejak kecil, akan

menjadi kebiasaan baik sampai dewasa.

e. Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus dan

objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah

anak mengetahui bahaya tidak mencuci tangan (melalui pengalaman, pengaruh

orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi), proses selanjutnya akan

menilai atau bersikap terhadap kegiatan mencuci tangan tersebut.

f. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk

berperilaku, beraktivitas dalam penyampaian tujuan dimana kebutuhan

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap lajunya dorongan

tersebut. Jadi perubahan perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah dapat

tercapai dengan memberi anak motivasi yang kuat, sehingga timbul dari

kesadarannya sendiri, tercipta perilaku mencuci tangan pada anak tersebut.

g. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi

dengan anak-anaknya. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara

perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Perlakuan yang dilakukan

22

orang tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah laku

yang umum dilakukan di masyarakat. Orang tua adalah tokoh panutan anak,

maka diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas

bersekolahpun sudah mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar

melalui model yang ditiru dari orang tuanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pola asuh orang tua antara lain:

1. Lingkungan

Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila tidak didukung lingkungan.

Namun, kedekatan anak dengan orang tua dapat meminimalkan pengaruh

negatif lingkungan.

2. Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang. Semakin bertambah

umur maka semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku

yang sesuai untuk mendidik anak.

3. Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang dilakukan

oleh suatu masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang

cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan perkembangan

anak.

h. Peran Guru di Sekolah

Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam lingkungan

sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu diantaranya

adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak sekolah.

23

i. Ketersediaan sanitasi yang baik di sekolah

1. Air

Mencuci tangan biasa belum mampu bekerja efektif untuk mengeliminasi

dampak mikroskopis dari penyebaran patogen. Menggunakan sabun scrub

atau sabun antibakterial, dan membasuh dengan air mengalir merupakan

cara yang efektif untuk melawan infeksi bakteri melalui tangan.

2. Sabun yang digunakan untuk mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini

terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan

mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan

sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih

banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif

karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok

dan bergesek dalam upaya melepasnya. Dalam sabun terdapat kandungan

antiseptik sebagai pembunuh kuman. Dalam kandungannya, cairan

antiseptik tersebut memiliki kandungan utama pembasmi mikroorganisme

yaitu alkohol.

3. Ketersediaan media promosi di sekolah

Media promosi pada hakikatnya adalah alat bantu promosi, alat-alat yang

digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan

pendidikan/pengajaran. Disebut media promosi kesehatan karena alat-alat

tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi

kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah

24

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat dan klien. Salah satu

tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat, mencapai sasaran

yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-

pesan yang diterima kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian,

penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang

untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang diperoleh.

2.4 Konsep Promosi Kesehatan

2.4.1 Definisi Promosi Kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang

Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah

upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,

serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan

kesehatan berupa kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan

dan sikap tentang kesehatan agar memudahkan terjadinya perliaku kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan

sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat (Putra, 2014).

25

2.4.2 Langkah-langkah Promosi Kesehatan

Menurut Putra (2014), langkah-langkah promosi kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang

keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat

tentang masalah yang dihadapi.

b. Penentuan Prioritas Masalah

Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai

dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.

c. Penentuan Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak

sehat ke arah perilaku sehat.

d. Penentuan Sasaran

Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi:

1. Masyarakat umum

2. Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai

3. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu

menggerakkan dan menyebarkan informasi.

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

26

a) Penentuan Pesan

Pesan merupakan informasi yang akan disampaikan kepada sasaran. Pesan

yang disampaikan harus disesuiakan dengan sasaran yang akan diberikan

penyuluhan.

b) Penentuan Metode

Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin

dicapai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor

(contoh: untuk memgubah kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan

menggunakan metode ceramah.

c) Penentuan Media

Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga.

Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan

dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses

belajar mengajar.

d) Penentuan Rencana Penilaian

Penilaian yang dilakukan meliputi: penentuan tujuan penilaian, penentuan

tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.

e) Penyusunan Jadwal Kegiatan

Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang

disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas

penyuluh, waktu dan rencana penilaian.

27

2.4.3 Macam-macam Metode Promosi Kesehatan

Media promosi yang dapat digunakan untuk anak prasekolah adalah bermain

sambil belajar interaktif di mana dapat melatih kreatifitas anak-anak usia 4-6

tahun. Seperti yang disampaikan dalam Kerucut Pengalaman Edgar Dale bahwa

dengan melakukan simulasi hal yang sebenarnya anak akan menghafal 90%

pembelajaran yang diberikan kepadanya (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014).

Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Bilash, 2011)

Dilihat dari sasaran penelitian ini adalah anak usia prasekolah, media

pembelajaran yang tepat adalah media pembelajaran interaktif. Menurut

Kerucut Pengalaman Edgar Dale, masing-masing dari metode memiliki

peranan yang penting dalam membantu anak-anak mengerti dan

mengingat urutan cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya

mencuci tangan bagi kesehatan (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014).

Menurut Ismaniar (2010), terdapat sembilan metode pembelajaran yang

dapat digunakan sebagai pilihan dalam pemberian promosi kesehatan,

antara lain:

28

a. Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab

Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai pikiran dan perasaan

yang sedang dialami anak dengan mengajak mereka bercakap-cakap

tentang berbagai hal. Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan,

contohnya adalah bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh

anak-anak seperti makanan kesukaan, binatang kesayangan, cita-cita,

dan termasuk percakapan tentang kesehatan. Percakapan yang

dilakukan pendidik dengan anak-anak juga bisa diselingi dengan

anjuran agama tentang perilaku hidup sehat, dari kegiatan bercakap

maka disamping pengetahuan perilaku hidup sehat meningkat, juga

dapat mengasa kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan

orang lain pada anak usia dini.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan kegiatan pendidik untuk memberikan

contoh kepada anak, dan selanjutnya anak bisa menirukan apa yang

dicontohkan pendidik kepadanya. Metode demonstrasi memiliki

makna yang penting bagi anak usia dini, karena melalui metode ini

maka dapat membantu mengembangkan kemampuan untuk

melakukan segala pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat; dan

membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan

secara tepat.

29

c. Metode Bermain Peran

Bermain peran adalah permainan yang dilakukan anak untuk

memainkan peran tertentu, dengan menirukan perilaku seseorang

dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Perkembangan anak yang

dapat dikembangkan melalui metode bermian peran adalah

perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Menggunakan metode

bermain peran pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak tentang

pentingnya perilaku hidup sehat.

d. Metode Pemberian Tugas

Metode ini memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk

melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan

pendidik, sehingga anak mendapat pengalaman secara nyata dan

melaksanakan tugas secara tuntas. Apabila metode ini digunakan

dalam proses pembelajaran hidup sehat, maka anak dapat memperoleh

pengalaman langsung dan nyata dalam pengembangan perilaku hidup

sehat. Tugas yang diberikan kepada anak bisa dalam bentuk tugas

pribadi maupun tugas kelompok. Tugas yang dilakukan anak secara

kelompok sangat bermanfaat untuk mengembangkan perilaku sehat,

anak belajar bersosialisasi, bekerja sama, dan memahami karakater

teman-temannya serta belajar mematuhi aturan bersama. Sementara

tugas pribadi dapat mengemban kemampuan kemandirian anak dalam

memecahkan masalah dan memperkuat konsep diri mereka masing-

masing. Penggunaan metode pemberian tugas secara teratur akan

30

dapat menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif dan juga

dapat memotivasi anak untuk belajar mandiri.

e. Metode Praktek Langsung

Metode praktek langsung digunakan dalam menumbuhkembangkan

perilaku hidup sehat pada anak usia dini karena dapat memberikan

pengalaman belajar yang praktis pada anak, dan ini tentunya sangat

baik bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistis. Dalam

implementasinya seorang pendidik yang menggunakan metode ini

dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada anak

misalnya dalam mempraktekkan cara menjaga kebersihan tangan,

kaki, mulut dan lainnya, juga dalam melakukan kegiatan yang terkait

dengan upaya menjaga kebugaran tubuh seperti senam dan kegiatan

olah raga. Metode praktek langsung ini disamping melibatkan aktivtas

pikiran dan penalaran dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-

hari, juga dapat mengembangkan sikap dan keterampilan motorik

dalam area kesehatan.

f. Metode Bercerita

Metode bercerita adalah menyampaikan suatu cerita, dalam hal ini

tentunya yang mengandung unsur pendidikan dan dilakukan secara

lisan. Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media

seperti menggunakan buku cerita bergambar, boneka, atau media

lainnya sehingga lebih menarik bagi anak usia dini. Metode bercerita

dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan. Melalui bercerita

31

anak dapat memperoleh berbagai informasi baik tentang pengetahuan,

nilai dan sikap untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

g. Metode Bermain

Bermain adalah metode utama dalam membelajarkan anak usia dini,

karena sebagaimana sudah diketahui secara umum dunia anak adalah

bermain. Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan seluruh

aspek kecerdasan anak, baik kecerdasan logika berpikir, bahasa,

keterampilan motorik, kemandirian, maupun kecerdasan sosial

emosional anak. Berbagai bentuk permainan bisa dipilih dalam

mengambangkan perilaku hidup sehat pada anak, dan anak sebaiknya

diberi kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya.

Misalnya untuk mengembangkan perilaku sehat dari aspek sosial

emosional maka kegiatan sosio drama atau bermain peran mungkin

lebih tepat. Sementara, jika kita ingin mengembangkan perilaku hidup

sehat dari aspek fisik maka kehiatan permainan berupa olah raga fisik

dan senam sangat cocok.

h. Pembiasaan

Salah satu upaya untuk mengembangkan perilaku hidup sehat pada

anak usia dini adalah dengan metode pembiasaan. Melalui metode

pembiasaan yang dilakukan dalam perilaku hidup sehat sejak usia dini

makan itu akan menjadi gaya hidupnya sampai dewasa kelak.

Menggunakan cara yang bertahap dengan menunjukkan caranya,

32

pemberian kesempatan dan waktu yang cukup untuk berlatih secara

teratur maka perilaku sehat akan tertanam dalam kehidupan anak.

Banyak pembiasaan yang bisa kita ajarkan kepada anak sehubungan

dengan perilaku hidup sehat ini, misalnya kebiasaan menjaga

kebersihan, tidur dengan teratur, rajin berolahraga, dan lain

sebagainya. Dalam meode pembiasaan perilaku hidup sehat ini kita

tidak bisa luput dari “punishment” agar kebiasaan yang salah

dilakukan anak tidak dilakukannya kembali, sedangkan setiap anak

mampu melakukan kebiasaan hidup sehat diberi “reward” seperti

senyuman, anggukan kepala, pujian verbal, dan sebagainya sehingga

anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebiasaan yang baik

tersebut.

i. Metode Bernyanyi

Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-pesan pendidikan

yang bisa kita sampaikan kepada anak. Dengan demikian maka

pengetahuan dan keterampilan perilaku hidup sehat bisa kita

sampaikan kepada anak melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

bagian dari kegiatan mengambangkan kecerdasan musik anak. Musik

bagi anak menyatu dalam pertumbuhan anak dimana musik memiliki

nilai tersendiri dalam mengembangkan kreativitas, perasaan

kebersamaan dalam kelompok, pertumbuhan fisik, keterampilan

intelektual dan pertumbuhan emosional. Banyak sekali contoh

nyanyian atau lagu yang berkembang di sekitar kita dan mengandung

33

pesan pengetahuan perilaku hidup sehat dan dapat kita ajarkan kepada

anak.

Bernyanyi merupakan salah satu unsur yang menciptakan

kegembiraan dan suasana riang. Pelatihan, pembiasaan, pembelajaran

dan pendidikan pada usia dini akan lebih efektif jika digunakan juga

media bernyanyi. Selain tidak terkesan menggurui, memerintah atau

melarang, juga disampaikan dengan suasana riang gembira, mudah

diingat dan tidak menyakitkan hati anak. Lagu-lagu yang dinyanyikan

pada usia ini perlu mencakup pelatihan teknik berbicara,

pengembangan kosakata, dan penguatan kemampuan daya ingat.

2.4.4 Alat Bantu Promosi Kesehatan

Alat bantu dalam promosi kesehatan adalah alat-alat atau perlengkapan yang

diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih

sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau benda yang dapat diamati,

didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat

untuk memperagakan dan atau menjelaskan urutan yang disampaikan secara lisan

oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah

diterima dan dipahami oleh sasaran (Putra, 2014). Pada garis besarnya hanya ada

tiga macam alat bantu yaitu sebagai berikut:

a. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi

indera mata (penglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan). Alat ini

ada dua bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan

alat-alat yang tidak diproyeksikan.

34

b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam

pendidikan, misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete.

Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada

setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak

indera yang digunakan untuk mennerima sesuatu maka semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

2.4.5 Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat untuk membantu

penyampaian promosi kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga (Putra, 2014):

a. Media Cetak

1. Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan

maupun gambar.

2. Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau

keduanya.

3. Flyer (selebaran): seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4. Flip chart (lembar balik): pesan/infomasi kesehatan dalam bentuk lembar

balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi

gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi

berkaitan dengan gambar tersebut.

35

5. Rubik/ tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6. Poster: bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang

biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di

kendaraan umum.

7. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

1. Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya

jawab, pidato/ceramah, TV, dll.

2. Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah,

dll.

3. Video Compact Disc (VCD)

4. Slide

c. Media Papan (billboard)

Papan/ billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi

dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini

juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel

pada kendaraan umum.

2.4.6 Handwashing Dance

Handwashing dance adalah sebuah metode promosi kesehatan terkait cuci tangan

yang disampaikan lewat tarian. Metode ini telah dilakukan di beberapa negara,

diantaranya di Jepang dan Indonesia. Penari terkenal dari Jepang yang bernama

Moriyama pun telah memperagakan tarian ini dan disebarkan melalui media

36

sosial, bertujuan untuk mengajarkan prinsip-prinsip mencuci tangan yang baik dan

benar kepada anak-anak. Tarian ini menunjukkan anak-anak teknik mencuci

tangan yang benar, yaitu mencuci telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari,

kuku, hingga ke pergelangan tangan. Tarian ini memiliki banyak keuntungan,

sekaligus menyenangkan bagi anak-anak (Japan Committee for UNICEF, 2013).

Website yang dibentuk oleh Inggris dan Irlandia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang isu keamanan

pangan dan gizi, www.safefood.eu (2014), saat ini sedang mengembangkan

handwashing dance itu sendiri, untuk mengajarkan anak tentang pentingnya

mencuci tangan. Musik dan tarian dapat membuat belajar menjadi lebih

menyenangkan dan informasi mudah ditangkap. Tarian ini sangat mudah, siapa

pun bisa mempelajari tarian ini, bahkan orang awam pun bisa mempelajari dan

mengajarkannya kepada anak-anak.

Handwashing dance akan dilakukan enam kali selama dua minggu. Setiap kali

pertemuan kegiatan akan diulang sebanyak empat kali dengan durasi kurang lebih

15-30 menit. Setelah diajarkan handwashing dance selama dua minggu, kemudian

akan dilakukan post test untuk mengetahui pengaruh handwashing dance terhadap

pengetahuan teknik mencuci tangan pada anak usia prasekolah. Menurut

penelitian yang menyerupai handwashing dance yakni dengan metode bernyanyi

yang dilakukan oleh Jayastri (2013), hal ini terbukti efektif dalam meningkatkan

kemampuan anak dalam mencuci tangan.

37

2.5 Perbandingan Handwashing Promotion dengan Metode Bernyanyi dan

Handwashing Dance terhadap Pengetahuan Teknik Mencuci Tangan

Anak Usia Prasekolah

Mencuci tangan merupakan komponen penting dalam pencegahan penyakit dan

dapat mengurangi kejadian penyakit pada gastrointestinal. Mencuci tangan dikutip

sebagai “Method of Control” hampir 30% dari 142 penyakit menular oleh

American Public Health (APHA), sebuah organisasi pengendalian penyakit

menular. Mencuci tangan adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran

patogen, tetapi anak seringkali sulit untuk mematuhinya. Di Vietnam dan Peru,

pemerintah mulai mengembangkan program pendidikan hiburan terkait cuci

tangan, seperti sebuah program televisi. Anak-anak akan mencuci tangan mereka

jika orang yang berpengaruh dalam kehidupan mereka seperti orang tua ataupun

guru mendorong mereka untuk melakukannya, selain itu anak mungkin

membutuhkan bantuan saat mencuci tangan mereka (Miller & Sturgis, 2013).

Anak usia tiga sampai enam tahun dianggap sangat cocok untuk menjadi sasaran

pemberian promosi kesehatan, karena anak usia tiga sampai enam tahun berada

pada masa Golden Age dimana kemampuan otak dalam menyerap informasi

sangat tinggi (Natalia, Dektisa, & Arini, 2014). Terdapat beberapa metode

pembelajaran untuk membantu anak-anak mengerti pentingnya menjaga kesehatan

dengan mencuci tangan dengan cara yang benar. Dilihat dari sasaran dari

pemberian promosi kesehatan ini, yakni anak usia tiga sampai enam tahun, maka

media pembelajaran yang tepat adalah media pembelajaran interaktif.

Pembelajaran yang interaktif tidak akan membuat anak cepat bosan, selain itu

38

juga dapat menarik perhatian anak sehingga pemberian promosi kesehatan akan

lebih mudah dilakukan.

Metode interaktif yang dapat dilakukan adalah metode bernyanyi dan

handwashing dance. Metode bernyanyi adalah metode yang umum digunakan

dalam memberikan pendidikan untuk anak, sedangkan handwashing dance adalah

sebuah metode yang sedang disosialisasikan oleh UNICEF, mengajarkan anak

langkah-langkah cuci tangan yang dipadu dengan tarian dan musik yang dapat

menarik perhatian anak. Perbedaan dari metode bernyanyi dan handwashing

dance yakni pada lirik lagu, dimana pada handwashing dance tidak mengajarkan

lirik yang berisikan langkah-langkah mencuci tangan. Pada metode bernyanyi,

stimulasi yang dipengaruhi adalah pendengaran dan penglihatan. Pada

handwashing dance terdapat beberapa stimulasi yang dipengaruhi, yaitu stimulasi

gerakan, penglihatan, dan pendengaran. Stimulasi gerakan saat menari dapat

dijadikan latihan psikomotorik khususnya gerakan motorik halus. Gerakan

motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-

otot kecil, dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar, namun

membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh

yang terlibat (Mulyani & Gracinia, 2007). Stimulasi berupa penglihatan timbul

dalam conus atau basilus melalui neurit menuju ke neuron yang berbentuk sel

bipoler kemudian diteruskan hingga akhirnya sampai di otak tengah. Kemudian

otak tengah mendatangkan gerakan refleks mata agar mata dapat difokuskan ke

arah objek yang penting.

39

Pada stimulus pendengaran akan diteruskan oleh serabut saraf menuju ganglion

spiralis korti yang terletak di modiolus (pusat kokhlea). Berbagai proses pun

terjadi, hingga akhirnya proses stimulasi ini meningkatkan potensial aksi di

bagian otak tengah, sehingga substansi nigra menghasilkan neurotransmitter

terutamanya dopamin pada akson dopaminergik. Dopamin berfungsi untuk

menghantarkan pesan ke bagian otak terutama bagian korteks penglihatan primer

di lobus oksipetalis sehingga terjadi pengolahan informasi (Guyton, 2006).

Selain itu, nyanyian, musik dan tarian dapat membuat belajar menjadi lebih

menyenangkan dan anak tidak cepat bosan, sehingga informasi akan mudah

ditangkap. Jika dilihat dari Kerucut Pengalaman Edgar Dale, orang akan dapat

menangkap 90% informasi yang diberikan apabila langsung melakukan hal yang

sebenarnya (Bang, Natalia, Dektisa, & Arini, 2014), selain itu sangat tepat jika

kegiatan mencuci tangan ini ditanamkan sejak usia dini agar nantinya dapat

menjadi suatu kebiasaan baik yang terus dilakukan.