Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

32
PROPOSAL KEGIATAN BERMAIN TERAUPETIK MELIPAT, MENGGUNTING DAN MENEMPEL KERTAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ANSIETAS DI RUANG II IBU DAN ANAK RS. DR. REKSODIWIRYO PADANG KELOMPOK A : 1. Achmad Damyati 133110191 2. Afrilita Putri Yuza 133110192 3. Angelia Yolanda 133110193 4. Ayu Andira 133110194 5. Dayu Desriani 133110195 6. Desi Ratna Sari 133110196 7. Dian Agusti Tanjung 133110197 8. Dzariyat Irwan 133110198 9. Enggli Aswadeya 133110199 10. Fatimah Purnama Sari 133110200

description

ANAK I

Transcript of Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Page 1: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

PROPOSAL KEGIATAN BERMAIN TERAUPETIK

MELIPAT, MENGGUNTING DAN MENEMPEL KERTAS PADA ANAK

USIA PRASEKOLAH DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

ANSIETAS DI RUANG II IBU DAN ANAK RS. DR. REKSODIWIRYO

PADANG

KELOMPOK A :

1. Achmad Damyati 133110191

2. Afrilita Putri Yuza 133110192

3. Angelia Yolanda 133110193

4. Ayu Andira 133110194

5. Dayu Desriani 133110195

6. Desi Ratna Sari 133110196

7. Dian Agusti Tanjung 133110197

8. Dzariyat Irwan 133110198

9. Enggli Aswadeya 133110199

10. Fatimah Purnama Sari 133110200

PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK II

POLTEKKES KEMENES PADANG

Page 2: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

2015

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL BERMAIN TERAUPETIK DI RUANG II IBU DAN ANAK

RS. DR. RESODIWIRYO PADANG

KELOMPOK A

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK

POLTEKKES KEMENES RI PADANG

2015

Page 3: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan bermain

teraupetik yang berjudul “Bermain Teraupetik Melipat Dan Menempel Kertas Pada

Anak Usia Prasekolah Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Di Ruang II Ibu Dan

Anak Rs. Dr. Reksodiwiryo Padang” yang dilaksanakan sebagai salah satu tugas

keperawatan anak II pada program studi D-III Keperawatan Poltekkes KemenkeS

Padang.

Dalam melaksanakan kegiatan ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

yang terhormat CI klinik di Ruang II RS Dr. Reksodiwiryo Padang dan dosen

pembimbing Poltekkes Kemenkes Padang.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ini masih jauh dari

kesempurnaan, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan proposal ini. Akhirnya untuk semua yang telah

diberikan , penulis hanya bisa berdoa sebagai budi baiknya dibalas Allah SWT. Amin.

Page 4: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya

stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan bermain pada anak di rumah sakit

sebagai media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi

perasaan yang tidak nyaman (Supartini, 2004).

Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak

karena menghadapi stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Dalam penelitiannya

Halstroom & Elander (1997), Brewis (1995) & Brennam (1994) membuktikan bahwa

hospitalisasi anak dapat menjadi suatu permasalahan yang menimbulkan trauma baik

pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat

berdampak pada kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah

sakit. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stres bagi anak dan orang tuanya,

baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang

khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien

anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri (Supartini, 2004).

Menurut Supartini (2004), terapi bermain merupakan terapi pada anak yang

menjalani hospitalisasi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami

berbagai perasaan tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri.

Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang

dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa

sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan

permainan.

Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bermain sangat

diperlukan untuk perkembangan anak. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab

stres baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan

keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri (Nursalam, 2003).

Dalam penelitian Axline (1998) menunjukkan bahwa, terapi bermain merupakan

terapi untuk mengobati anak yang sedang sakit. Karena pada saat dirawat di rumah

Page 5: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti

cemas. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan

takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004).

Dari hasil survey yang dilakukan oleh mahasiswa/i POLTEKKES

KEMENKES PADANG di RUANG II IBU DAN ANAK RS. DR.

REKSODIWIRYO PADANG didapatkan bahwa rata-rata anak usia

praasekolah yang dirawat mengalami stress dan kecemasan

hospitalisasi baik secara fisik maupun psikologis seperti cemas setiap

melihat petugas yang memakai baju putih-putih, cemas dengan jarum

suntik dan alat-alat medis lainnya dan cemas karena akan lama

dirawat dirumah sakit dan tidak dapat bersekolah dan bermain

dengan anak seusianya.

Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh pasien

anak yang dirawat di rumah sakit. Kecemasan merupakan emosi yang tidak

menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan

dan rasa takut, yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda

(Atkinson, 1999). Untuk itu, dengan melakukan permainan akan terlepas dari

kecemasan yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat

mengalihkan rasa sakitnya pada permainan dan relaksasi melalui kesenangannya

melakukan permainan.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama

anak bermain melipat dan menempel kertas menjadi suatu bentuk

yang cocok sebagai visualisasi dari imajinasinya. Motorik halus yang

sudah terlatih akan terlatih lagi saat melipat kertas dan menempel

kertas dengan rapi dan bersih. Oleh karena sangat pentingnya

kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk

mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan

terapi bermain pada anak usia sekolah dengan jenis terapi bermain

melipat dan menempel kertas . Diantara intervensi keperawatan anak

terapi bermain sangat efektif karena dapat mengetahui

perkembangan fisik, mental, intelektual dan sosial anak sebagai

Page 6: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

wadah pembinaan hubungan interpersonal antara klien, keluarga dan

perawat.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pemainan, diharapkan pada anak dapat  mengembangkan

kreativitas dan kesabaran melalui pengalaman, dapat beradaptasi efektif

terhadap stress dan kecemasan karena penyakit dan di rawat di rumah

sakit. Serta  dapat meningkatkan optimis pada dirinya untuk sembuh agar

pengobatan dapat berjalan dengan baik.

2. Tujuan Khusus

Setelah bermain diharapkan anak :

a. Dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan perawat

b. Dapat mengembangkan motorik halus, motorik kasar , personal

sosial dan bahasa

c. Dapat meningkatkan kreatifitasnya

d. Mengungkapkan kegembiraan atau rasa senang

e. Terlihat lebih rileks

f. Kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan

Page 7: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN TERAPI BERMAIN

Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles, Frobel,

Hurlock dan Spencer (dalam Satya, 2006) bermain adalah suatu upaya anak untuk

mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala

keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti : keinginan untuk menjadi presiden,

raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis.

Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan tertentu pada anak. Sedangkan menurut Hurlock, bermain adalah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan. Di samping itu bermain bagi anak adalah

upaya yang menyalurkan energi yang berlebihan dan dapat menghindari hal-hal negatif

yang diakibatkan dari tenaga yang berlebihan, salah-satu contoh akibat dari kelebihan

tenaga ini adalah timbulnya perkelahian antar pelajar.

Bermain adalah pekerjaan anak-anak dan anak-anak sangat gemar bermain.

Dalam bermain anak mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan

mencoba berbagai cara dengan mengerjakan sesuatu dan memilih dan menentukan cara

yang paling tepat. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk membawakan

aktivitasnya, memperluas dan menyaring bahasa mereka dengan berbicara dan

mendengar anak lain. Ketika bermain mereka belajar memahami orang lain dengan

cara mensepakati komitmen yang mereka buat dari berbagai aturan dan menilai

pekerjaan secara bersama-sama. Bermain mematangkan perkembangan anak-anak

dalam semua area; intelektual, sosial ekonomi dan fisik.

Page 8: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Terapi bermain adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain,

termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit (Supartini, 2004).

Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi non verbal yang

ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak

dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya. Sedangkan menurut Wilson,

Kendrick & Ryan (1997) terapi bermain merupakan terapi untuk mengembangkan

mental anak dan untuk mengobati anak yang sedang dalam perawatan.

Sedangkan menurut Campbell & Glaser (1995), bermain sama dengan bekerja

pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta

merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stres pada anak, dan

penting untuk kesejahteraan metal dan emosional anak. Menurut Alimul (2005),

bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan

ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif mempersiapkan

diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan

fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan anak dapat

beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres. Dalam penelitian Axline (1998) terapi

bermain merupakan terapi untuk mengobati anak yang sedang sakit

B. Fungsi Bermain

Hardjadinata (2009) menyatakan bermain bermanfaat untuk menstimulasi

kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Bermain juga

memberikan kesempatan pada anak untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan

tubuh, pemecahan masalah dan kreativitas.

Perkembangan sensoris-motorik sangat penting untuk perkembangan fungsi

otot. Pada usia bayi, sebagian besar waktu terjaga bayi diserap dalam permainan

sensorimotor. Pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, permainan keterampilan sensori

motorik seperti “cilukba”, tepuk tangan, pengulangan verbal dan imitasi gestur

sederhana. Pada usia toodler, anak mulai belajar bagaimana berjalan sendiri,

memahami bahasa dan merespons disiplin, seperti berbicara dengan mainan, menguji

kekuatan dan ketahanannya. Sedangkan pada anak prasekolah, aktivitas pertumbuhan

fisik dan penghalusan keterampilan motorik mencakup melompat, berlari, memanjat,

Page 9: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

dan berenang. Hal ini dapat mengajarkan keamanan serta perkembangan dan

koordinasi otot (Wong, et al, 2008).

Fungsi bermain selama hospitalisasi menurut Wong (2004) yaitu :

1. Fasilitasi penguasaan situasi yang tidak familiar

2. Beri kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol

3. Bantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan

4. Beri kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,

fungsinya, dan penyakit/kecacatan sendiri

5. Perbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan

peralatan dan prosedur medis

6. Beri peralihan dan relaksasi

7. Bantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing

8. Beri cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan

perasaan

9. Anjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap yang positif

terhadap orang lain

10. Beri cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat

11. Beri cara untuk mencapai tujuan-tujuan terapeutik

C. PRINSIP TERAPI BERMAIN

Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap

harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada

anak di rumah sakit.

Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang

dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat

dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di

tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.

Kedua, permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan

sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat

permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).

Page 10: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil

perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka

yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam

hari (Wong, et al, 2008). Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa

orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-

kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit termasuk dalam aktivitas

bermain anak. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan

diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai

dari awal permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan

orang tua anak lainnya (Wong, et al, 2008).

D. Klasifikasi Bermain

Menurut Wong, et al (2008), bermain dapat dikategorikan berdasarkan isi dan

karakteristik sosial.

1. Berdasarkan Isi Permainan

Berdasarkan isi permainan, bermain diklasifikasikan dan dijabarkan sebagai

berikut.

a. Bermain afektif sosial (social affective play), merupakan permainan

yang menunjukan adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan

kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan

orang tuanya atau dengan orang lain.

b. Permainan yang biasa dilakukan adalah “ci luk ba”, berbicara dan

memberi tangan untuk digenggam oleh bayi sambil tersenyum/tertawa

(Wong, et al, 2008).

c. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play), permainan ini

menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak yang

diperoleh dari lingkungan, seperti lampu, warna, rasa, bau, dan tekstur.

Kesenangan timbul karena seringnya memegang alat permainan (air,

pasir, makanan). Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin

lama semakin asyik bermain sehingga sukar dihentikan (Erfandi, 2009).

Page 11: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

d. Permainan keterampilan (skill play) akan meningkatkan keterampilan

anak, khususnya motorik kasar dan halus, seperti memegang,

memanipulasi, dan melatih untuk mengulangi kegiatan permainan

tersebut berkali-kali (Wong, et al, 2008).

e. Permainan (games) adalah jenis permaianan yang menggunakan alat

tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini biasa

dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis

permainan ini mulai dari yang tradisional maupun yang modern.

Misalnya, ular tangga, congklak, puzle, dan lain-lain (Supartini, 2004).

f. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupted behaviour),

dimana anak pada saat tertentu sering terlihat mondar-mandir,

tersenyum, tertawa, bungku-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa

saja yang ada di sekelilingnya yang digunakannya sebagai alat

permainan (Supartini, 2004).

g. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play), Pada permainan ini

anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak

berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru,

ibunya, ayahnya atau kakaknya. Apabila anak bermain dengan

temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang orang yang

mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi terhadap

peran orang tertentu (Wong, et al, 2008).

2. Berdasarkan Karakteristik Sosial

Berdasarkan karakteristik sosial, bermain diklasifikasikan dan dijabarkan

sebagai berikut.

Supartini (2004) menyebutkan beberapa jenis permainan yang

menggambarkan karakteristik sosial, diantaranya onlooker play dan solitary

play.

a. Onlooker play merupakan permainan dimana anak hanya mengamati

temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut

berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi

Page 12: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan

temannya.

b. Sedangkan pada solitary play, anak tampak berada dalam kelompok

permainannya, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang

digunakan temannya, tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan

teman sepermainannya.

Selain itu Wong, et al (2008), membagi permainan berdasarkan karakteristik sosial

menjadi parallel play dan associative play.

a. Pada parallel play, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,

tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama

lain sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan

ini dilakukan oleh anak usia toddler.

b. Sedangkan, pada associative play sudah terjadi komunikasi antara satu

anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin

atau yang memimpin dengan tujuan permainan tidak jelas. Contoh,

bermain boneka, bermain hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan.

c. Terdapat juga, cooperative play, dimana aturan permainan dalam

kelompok tampak lebih jelas. Anak yang memimpin permainan

mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam

permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan

tersebut. Misalnya pada permainan sepak bola, ada anak yang

memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan

mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan

permainan dengan memastikan bola ke gawang lawan mainnya (Erfandi,

2009).

E. BERMAIN MELIPAT , MENGGUNTING DAN MENEMPEL KERTAS

1. Deskripsi Permainan

Metode terapi bermain yang digunakan adalah individu

dimana sejumlah anak  usia prasekolah  dikumpulkan  dalam  satu 

Page 13: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

permainan  melipat , mengguntting dan melipat kertas. Dalam permainan ini

seorang anak diharapkan bermain secara individu dalam bentuk

perlombaan. Tujuannya seorang anak dapat berperan individu dalam

sebuah permainan dan beradaptasi dengan stress dan kecemasan

yang dialami dan lingkungan. Selain itu diharapkan pada anak

dapat mengasah daya kreatifitas kesabaran antara sesama melalui permainan

melipat kertas, menggunting dan menempel kertas .

Origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami

sendiri berasal dari oru yang artinya melipat, dan kami yang artinya kertas.

Ketika dua kata itu bergabung menjadi origami yang artinya melipat kertas.

Origami bermanfaat untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi,

kreativitas, ketrampilan serta ketekunan. Latihan origami dapat membantu anak-

anak memahami ukuran yang relatif lebih lengkap dengan menggunakan strategi

yang lebih efektif untuk perbandingan ukuran.

Proses bermain melipat,menggunting dan menempel kertas

a. Tahap pra interaksi

- Mempersiapkan tempat dan alat permainan yang akan

dilakukan.

- Mengkaji kondisi anak dan statusnya

b. Tahap orientasi

- Cek tanda-tanda vital anak

- Sapa anak dengan ramah dengan menyebut nama

panggilannya, jangan memaksa anak

- Membuat kontrak (tempat, waktu dan jenis permainan

yang akan dilakukan oleh anak)

- Menjelaskan tujuan permaianan dan prosedur permainan

kepada orang tuan dan anak

c. Tahap kerja

- Tim terapis masing-masing memperkenalkan diri

- Anak juga memperkenalkan diri

Page 14: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

- Membinan Ham seperti menonton film singkat atau

bernyanyi bersama

- Memberi petunjuk pada anak tentang cara dan aturan

bermain (melipat,menggunting dan menempel kertas)

- Mempersiapkan anak untuk melakukan permainan

- Membantu anak yang kesulitan melipat,menggunting dan

menempel kertas

- Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan

melipat,menggunting dan menempel kertas dengan rapi

- Mengobservasi emosi hubungan interpersonal psikomotor

anak saat bermain

d. Tahap terminasi

- Melakukan evaluasi sesuai tujuan

- Menanyakan atau melihat perasaan dan pendapat

keluarga tentang permainan

- Memberitahu keluarga tentang kondisi perkembangan

anak

- Memberi masukan kepada keluarga tentang kondisi

perkembangan anak

- Menanyakan dan melihat perasaan anak setelah bermain

- Mengakhiri permainan

- Mencatat respon pasien serta keluarga didalam catatan

keperawatan dan kemampuan hasil bermain

F. RENCANA KEGIATAN

1. Jenis Terapi Bermain

Melipat , menggunting dan menempel kertas

2. Hari/Tanggal

Hari : Jumat

Tanggal : 27 Maret 2015

Page 15: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

3. Sasaran

Anak prausia sekolah ( 3-5 tahun ) dengan kriteria :

a. Tidak mempunyai keterbatasan ( fisik atau akibat terapi lain ) yang dapat

menghalangi proses terapi bermain.

b. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.

c. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain melipat dan menempel

kertas .

4. Tempat Pelaksanaan

Di Ruang II Ibu dan Anak RS. Dr. Reksodiwiryo Padang

5. Calon Peserta

No Nama Jenis Kelamin Umur Dx Medik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

M.Ridwan Laki-Laki 5 tahun

GEA

6. Jumlah Terapis : 10 orang

7. Alokasi Waktu : 35 menit

a. Pembukaan ( 5 menit )

b. Kegiataan Inti ( 20 menit )

c. Penutup ( 10 menit )

8. Pengorganisasian Tim Terapis

Leader : Desi Ratna Sari

Page 16: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Co- Leader : Afrilita Putri Yuza

Observer : Achmad Damyati

Angelia Yolanda

Enggli Aswadeya

Fasilitator : 1. Ayu Andira

2. Dayu Desriani

3. Dian Agusti Tanjung

4. Dzariyat Irwan

5. Fatimah Purnama Sari

9. Pembagian Peran Tim Terapis

Leader : Desi Ratna Sari

Tugas :

a. Memimpin jalannya kegiatan terapi bermain

b. Membuka acara, memperkenalkan nama – nama terapis.

c. Menjelaskan tujuan terapi bermain.

d. Menutup kegiatan terapi bermain

Co- Leader : Afrilita Putri Yuza

Tugas :

a. Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan.

b. Menjelaskan pelaksaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara

bermain dalam terapi

c. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan

sebaliknya.

Observer : Achmad Damyati

Angelia Yolanda

Enggli Aswadeya

Tugas :

a. Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan terapi bermain

dan tumbuh kembang anak

Fasilitator : 1. Ayu Andira

Page 17: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

2. Dayu Desriani

3. Dian Agusti Tanjung

4. Dzariyat Irwan

5. Fatimah Purnama Sari

Tugas :

a. Mempersiapkan alat dan tempat permainan

b. Mendampingi dan mengarahkan setiap peserta dalam terapi

bermain

c. Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan

d. Sebagai role model selama kegiatan

10. Alat yang Digunakan

a. Kertas Origami

b. Lem Kertas

c. Gunting

d. Kertas karton

11. Proses Terapi Bermain

WAKTU KEGIATAN KEGIATAN

PERAWAT

RESPON ANAK

5 menit Pembukaan 1. Membuka kegiatan

dengan mengucapkan

salam

2. Memperkenalkan diri

3. Anak juga

memperkenalkan diri

4. Menjelaskan tujuan

dari terapi bermain

1. Menjawab salam

2. Mendengarkan

3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

20 menit Kegiatan Inti 1. Membinan Ham

seperti

menonton film

1. Memperahtikan

2. Bertanya

3. Antusias saat

Page 18: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

singkat atau

bernyanyi

bersama

2. Menjelaskan aturan

dan tata cara

pelaksanaan bermain

melipat, mengguting

dan menempel kertas

kepada

3. Memberikan

kesempatan kepada

anak untuk bertanya

jika belum jelas

4. Membagikan kertas,

lem, gunting dan

kertas karton kepada

anak

5. Fasilitator

mendampingi anak

dan memberikan

motivasi kepada anak

6. Menanyakan kepada

anak apakah telah

selesai melipat,

menggunting dan

menempel kertas

7. Memberitahu anak

bahwa waktu yang di

berikan telah selesai

8. Menjelaskan kepada

anak tentang hasil

yang dikerjakannya

menerima

peralatan

4. Memulai untuk

mewarnai gambar

5. Menjawab

pertanyaan

6. Mendengarkan

7. memperhatikan

Page 19: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Meja / lantai

9. Memberikan pujian

terhadap anak yang

mampu

menyelesaikan

melipat, menggunting

dan melipat kertas

10 menit Penutup 1. Memotivasi anak

untuk menyebutkan

hasil susunan yang

dikerjakannya

2. Membagikan reward

kepada seluruh

peserta

3. Memberikan motivasi

dan pujian kepada

seluruh anak yang

telah mengikuti

program terapi

bermain

4. Menjelaskan kepada

orang tua tentang

perkembangan anak

5. Mengucapkan terima

kasih kepada anak

dan orang tua

6. Mengucapkan salam

penutup

1. Memperhatikan

2. Gembira

3. Mendengarkan

4. Menjawab salam

12. Setting Tempat

Page 20: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

Keterangan :

: meja/ lantai : klien

: fasilisator : Leader

: Co Leader

: observer

: orang tua

13. Evaluasi

1. Evaluasi struktur :

Page 21: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

a. Mahasiswa dan pasien berada pada posisi yang sudah

direncanaan

b. Peralatan atau media yang digunakan dalam terapi tersedia

sesuai rencana

c. Anggota terapi hadir lengkap

d. Peran dan tugas berjalan sesuai rencana

e. 75% audiance menghadiri terapi bermain

2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang

telah dutentukan

b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan

c. 90% pasien mengikuti kegiatan bermain melipat,

menggunting dan menempel kertas sampai selesai

d. 90% pasien berperan aktif selama kegiatan berjalan

e. Pasien dapat melipat, menggunting dan menempel kertas

yang telah disediakan sesuai dengan yang diiniginkan sesuai

dengan yang dicontohkan oleh leader.

3. Evaluai hasil

a. Minimal 90 % pasien yang dipilih mau mengikuti terapi

bermain yang dilakukan

b. Minimal 90 % anak berinteraksi dengan sesama pasien dan

perawat

c. Minimal 90 % motorik halus, motorik kasar , personal sosial

dan bahasa anak sesuai usia

d. Minimal 90 % anak mengungkapkan kegembiraan atau rasa

senang

e. Minimal 90% anak terlihat lebih rileks

f. Minimal 90% anak kooperatif terhadap perawatan dan

pengobatan

Page 22: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah

DAFTAR PUSTAKA

Anggani Sudono. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan

Usia Dini . Jakarta : Grasindo

Hurlock, E B. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : Erlangga

L . Wong , Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4 . Jakarta :

EGC

Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Mayke Sugianto T. (1995). Bermain, Mainan dan Permainan . Jakarta Depdiknas

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Page 23: Proposal Bermain Terapeutik Usia Prasekolah